12.04.2013 Views

AhmadAndikaHimawan_21030112120021_Rabu1030 - Teknik ...

AhmadAndikaHimawan_21030112120021_Rabu1030 - Teknik ...

AhmadAndikaHimawan_21030112120021_Rabu1030 - Teknik ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Senyawa kompleks<br />

itu:<br />

Ada ion logam<br />

sebagai atom<br />

pusat<br />

Ada ligan yang<br />

berupa anion<br />

atau molekul<br />

netral<br />

Memiliki counter<br />

ion supaya<br />

senyawa dapat<br />

dinetralkan<br />

Ion Kompleks<br />

Definisi<br />

KIMIA ANORGANIK<br />

RINGKASAN MATERI<br />

Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion<br />

kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat(central metal cation)<br />

berupa logam transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat<br />

anion atau molekul netral yang disebut ligan (ligands). Agar senyawa kom-<br />

pleks dapat bermuatan netral, maka ion kompleks dari senyawa tersebut, akan<br />

bergabung dengan ion lain yang disebut counter ion. Jika ion kompleks bermu-<br />

atan positif, maka counter ion pasti akan bermuatan negative dan sebaliknya.<br />

Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan<br />

Gambar 23.9 susunan dari senyawa kompleks<br />

14 OKTOBER 2012<br />

SENYAWA KOMPLEKS<br />

Ion kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa jenis ligan yang terikat olehnya. Struktur<br />

dari ion kompleks tergantung dari 3 karakteristik, yaitu bilangan koordinasi, geometri dan banyaknya<br />

atom penyumbang setiap ligan:<br />

PAGE 1 OF 10


SENYAWA KOMPLEKS<br />

Bilangan koordinasi<br />

Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat langsung oleh atom pusat.<br />

Bilangan koordinasi dari Co 3+ dalam senyawa [Co(NH3)6] 3+ adalah 6, karena enam atom ligan (N<br />

dari NH3) terikat oleh atom pusat yaitu Co 3+ . Umumnya, bilangan koordinasi yang paling sering<br />

muncul adalah 6, tetapi terkadang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat muncul dan tidak me-<br />

nutup kemungkinan bilangan yang lebih besar pun bisa muncul.<br />

Geometri<br />

Bentuk (geometri) dari ion kompleks<br />

tergantung pada bilangan koordinasi<br />

dan ion logam itu sendiri. Tabel 23.6<br />

memperlihatkan bahwa geometri ion<br />

kompleks tergantung pada bilangan<br />

koordinasinya 2, 4, dan 6, dengan be-<br />

berapa contohnya. Sebuah ion kom-<br />

pleks yang mana ion logamnya mem-<br />

iliki bilangan koordinasi 2, seperti [Ag<br />

(NH3)2] + , memiliki bentuk yang linier.<br />

Atom penyumbang(donor atom)<br />

Tabel 23.6<br />

Bilangan Koordinasi dan Bentuk dari beberapa ion kompleks<br />

Ligan-ligan dari ion kompleks merupakan anion ataupun molekul netral yang menyumbang satu<br />

atau lebih atomnya untuk berikatan dengan ion logam sebagai atom pusat dengan ikatan kovalen.<br />

Ligan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom penyumbangnya (donor atoms). Monodentat, bi-<br />

dentat dan polidentat. Ligan monodentat seperti Cl - dan NH3 dapat menyumbang satu atomnya untuk beri-<br />

katan. Ligan bidentat dapat menyumbang dua atomnya dan ligan polidentat dapat menyumbang lebih dari<br />

dua atomnya.<br />

Tabel 23.7<br />

Beberapa<br />

ligan dalam<br />

senyawa<br />

kompleks<br />

PAGE 2 OF 10


SENYAWA KOMPLEKS<br />

Menentukan Rumus dan Nama dari Senyawa Kompleks<br />

Hal yang penting diingat dalam menuliskan rumus dari senyawa kompleks adalah:<br />

1<br />

Kation ditulis terlebih dahulu baru anion<br />

Contohnya, dalam penamaan [Co(NH3)4Cl2]Cl, kita menamakan kation [Co(NH3)4Cl2] + dahulu sebelum<br />

anion Cl - , sehingga namanya tetraamindiklorokobalt(III) klorida<br />

2<br />

Dalam ion kompleks, ligan harus diberi nama terlebih dahulu menurut urutan abjad, sebelum ion<br />

logamnya. Contohnya dalam ion [Co(NH3)4Cl2] + , 4 ligan NH3 dan 2 ligan Cl - diberi nama dahulu sebelum<br />

ion logamnya, seperti penamaan pada contoh pertama<br />

3<br />

Penamaan dari ligan. Jika ligan tersebut merupa-<br />

kan anion, maka pada akhir kata diberi imbuhan “o”.<br />

contohnya jika ligannya F - maka diberi nama fluoro.<br />

Jika ligan berupa molekul netral, maka ada penamaan<br />

khusus yang harus diingat.<br />

4<br />

5<br />

6<br />

Jumlah dari ligan dapat ditulis dengan imbuhan di-, tri-,tetra-,penta- dll<br />

Biloks dari atom pusat ditunjukkan dengan bilangan romawi, jika atom pusat tersebut memiliki bi<br />

loks lebih dari satu. Seperti pada contoh pertama<br />

Jika ion kompleks berupa anion, maka ion logam sebagai atom pusat,<br />

diberi imbuhan “at” pada akhir kata. Sedangkan jika ion kompleks berupa<br />

kation, maka ion logam ditulis dalam bahasa Indonesia<br />

CONTOH<br />

Tentukan nama dari senyawa Na3[AlF6] !<br />

Dalam senyawa tersebut mengandung Na + sebagai counter ion, dan [AlF6] 3- sebagai anion<br />

kompleks. Anion kompleks tsb memiliki enam(hexa-) ion F - (fluoro) sebagai ligan, jadi kita<br />

menamakannya heksafluoro. Ion kompleks berupa anion, jadi ion logam harus diberi im-<br />

buhan “at” menjadi aluminat, sehingga menjadi heksafluoroaluminat. Aluminium hanya<br />

memiliki 1 biloks sehingga tidak memerlukan romawi. Counter ion positif diberi nama dahu-<br />

lu baru ion kompleksnya, sehingga nama senyawa dari Na3[AlF6] adalah<br />

natrium heksafluoroaluminat.<br />

PAGE 3 OF 10


SENYAWA KOMPLEKS<br />

Sejarah:<br />

Alfred Werner dan Teori Koordinasi<br />

Zat yang sekarang kita sebut senyawa koordinasi telah dikenal selama hampir 200 tahun ketika kimiawan<br />

muda Swiss Alfred Werner mulai mempelajarinya pada tahun 1980-an. Dia menyelidiki serangkaian sen-<br />

yawa seperti kobalt, ditunjukkan pada Tabel 23.10. di dalam tabel semua mengandung satu ion kobalt(III),<br />

tiga ion kloridadan sejumlah molekul ammonia. Pada saat itu tidak ada teori yang dapat menjelaskan<br />

bagaimana senyawa dengan rumus kimia yang mirip bahkan sama persis, dapat memiliki sifat yang ber-<br />

beda-beda.<br />

Setelah dilakukan eksperimen oleh werner ternyata mucul gagasan baru dari werner. Werner mengusulkan<br />

suatu ide kompleks koordinasi. Kompleks koordinasi memiliki atom pusat dikelilingi oleh molekul atau<br />

anion yang berikatan secara kovalen dengan jumlah yang tetap. Kompleks koordinasi bisa dalam keadaan<br />

netral atau bermuatan. Untuk membentuk netral maka kompleks harus bergabung dengan counter ion. Da-<br />

lam gagasannya werner juga mengusulkan dua jenis valensi, valensi primer dan valensi sekunder. Valensi<br />

primer dikenal dengan biloks atom pusat sedangkan valensi sekunder dikenal dengan bilangan koordinasi.<br />

Padahal werner adalah seorang ahli kimia organik, namun dia sangat berjasa dibidang anorganik terutama<br />

senyawa kompleks. Maka, atas jasanya itulah werner mendapat penghargaan nobel pada tahun 1913<br />

PAGE 4 OF 10


SENYAWA KOMPLEKS<br />

Isomerisasi dalam Senyawa Kompleks<br />

Isomer struktur<br />

Dua senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, tetapi dihubungkan dengan atom yang berbeda<br />

disebut isomer struktur. Senyawa kompleks memiliki dua jenis isomer struktur yakni isomer koordinasi<br />

(posisi) dan isomer rantai<br />

Isomer koordinasi, terjadi pada saat susunan dari ion kompleks berubah tetapi senya-<br />

wanya tetap. Isomer ini terjadi ketika ligan dan counter ion saling bertukar posisi, sep-<br />

erti pada [Pt(NH3)4Cl2](NO2)2 dan [Pt(NH3)4(NO2)2]Cl2<br />

Isomer rantai, terjadi ketika susunan dari ion kompleks tetap sama namun terikat pada<br />

ligan dengan atom penyumbang (donor atom) yang berbeda. Beberapa ligan dapat beri-<br />

katan dengan ion logam dengan 2 atom penyumbang (donor atom). Contohnya ion ni-<br />

trit dapat berikatan dengan pasangan atom N tunggal ( nitro, O2N: ) atau dengan atom<br />

O ( nitrito, ONO: ) sehingga membentuk isomer rantai. [Co(NH3)5(NO2)]Cl2 dan [Co<br />

(NH3)5(ONO)]Cl2<br />

Isomer ruang (stereoisomers)<br />

Isomer ruang (stereoisomers) adalah senyawa yang memiliki ikatan antar atom yang sama tetapi letaknya<br />

berbeda dalam dimensi ruang. Isomer ruang terbagi dari 2 jenis yaitu isomer geometri dan isomer optic<br />

PAGE 5 OF 10


1<br />

SENYAWA KOMPLEKS<br />

Isomer geometri (cis-trans isomers), terjadi<br />

jika atom atau sekelompok atom disusun berbeda dalam<br />

ruang relatif terhadap ion logamnya. Contohnya [Pt<br />

(NH3)2Cl2] dapat mempunya 2 isomer geometri, isomer<br />

yang pertama, ligan yang sama saling berhadapan dalam satu sisi dinamakan cis-diaminadikloroplatina<br />

(II), sedangkan isomer kedua, ligan yang sama saling bersebrangan dinamakan trans- diaminadikloroplati-<br />

na(II)<br />

2<br />

Isomer optic, terjadi ketika sebuah molekul dan bayangannya tidak dapat saling tumpang tindih.<br />

Ion kompleks yang berbentuk octahedral memiliki banyak isomer optic, ini bisa ditunjukkan dengan<br />

merotasikan satu isomernya dan melihat apakah dapat saling tumpang tindih dengan isomer yang lainnya<br />

(bayangannya).<br />

PAGE 6 OF 10


SENYAWA KOMPLEKS<br />

Dasar Teori untuk Pembentukan Ikatan dan Sifat dari Kompleks<br />

Penerapan Teori Ikatan Valensi Pada Ion Kompleks<br />

Teori ikatan valensi, sangat membantu dalam menjelaskan pembentukan ikatan dan struktur dalam golongan<br />

utama. Ikatan valensi ini juga berguna untuk menjelaskan pembentukan ikatan pada ion kompleks. Pada<br />

pembentukan ion kompleks, orbital dari ligan yang telah terisi, elektronnya berhibridisasi (overlap) ke<br />

orbital ion logam yang masih kosong. Ligan menyumbang pasangan electron bebasnya(basa lewis) untuk<br />

diterima oleh ion logam(asam lewis) untuk membentuk satu ikatan kovalen dari ion kompleks. Pada<br />

umumnya, untuk senyawa kompleks, jenis hibridisasi pada ion logam(atom pusat) akan menentukan bentuk(geometri)<br />

dari ion kompleks tersebut.<br />

OKTAHEDRAL<br />

Ion heksaaminkrom(III), [Cr(NH3)6] 3+ , menggambarkan<br />

penerapan dari teori ikatan valensi untuk<br />

kompleks berbentuk octahedral. Enam orbital<br />

Cr 3+ yang belum terisi (2 orbital 3d, 1 orbital 4s, 3<br />

orbital 4p) akan bergabung membentuk orbital<br />

d 2 sp 3 dengan tingat energy yang sama, kemudian<br />

6 molekul NH3 memberikan masing-masing satu<br />

elektronnya untuk mengisi orbital yang masih<br />

kosong. Electron dari orbital 3d yang tidak berpasangan<br />

akan membuat ion kompleks menjadi<br />

paramagnetic SEGI EMPAT DATAR<br />

TETRAHEDRAL<br />

Ion logam yang mempunyai subkulit d yang terisi<br />

penuh, seperti Zn 2+ , biasanya akan membentuk<br />

kompleks tetrahedral. Contohnya ion [Zn(OH)4] 2- .<br />

1 orbital 4s dan 3 orbital 4p dalam Zn 2+<br />

berhibridisasi membentuk empat orbital sp 3 .<br />

Ion logam dengan orbital d 8 biasanya akan membentuk<br />

ion kompleks berbentuk segi empat datar. Contohnya<br />

dalam ion [Ni(CN)4] 2- . 1 orbital 3d, 1 orbital 4s, dan 2<br />

orbital 4p dalam Ni 2+ akan bergabung membentuk empat<br />

orbital dsp 2 . Di dalam orbital d 8 dari Ni 2+ , terdapat<br />

dua orbital yang setengah penuh, untuk membentuk<br />

hibridisasi dsp 2 , maka electron dari salah satu orbital<br />

akan mengisi orbital lainnya dan membiarkan satu orbital<br />

kosong. Orbital kosong ini akan bergabung<br />

dengan orbital 4s dan 4p membentuk dsp 2 . Sifat dari<br />

ion kompleks ini adalah diamagnetic karena semua<br />

PAGE 7 OF 10


SENYAWA KOMPLEKS<br />

Teori Medan Kristal<br />

Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah sebuah model yang<br />

menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang semuanya dikategorikan sebagai kompleks<br />

koordinasi. CFT berhasil menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan<br />

struktur spinel senyawa kompleks dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan ikatan<br />

kimia<br />

Pemisahan Orbital d (splitting)<br />

Diagram energy dari orbital menunjukkan bahwa semua orbital d memiliki energy<br />

yang lebih tinggi dalam bentuk kompleks dibandingkan dalam bentuk keadaan<br />

bebas. Ini disebabkan gaya tolak menolak dari ligan yang saling berdekatan. Tetapi,<br />

akan terjadi pemisahan energy orbital, antara 2 orbital d yang memiliki energy<br />

yang lebih tinggi dengan dengan 3 orbital lainnya. Orbital yang lebih tinggi dinamakan<br />

orbital eg, dan orbital yang lebih rendah dinamakan orbital t2g<br />

Pemisahan energy dalam orbital ini disebut efek medan Kristal, dan perbedaan<br />

energy antara eg dan t2g disebut energy pemisahan. Energy pemisahan ini dipengaruhi<br />

oleh ligan. Semakin kuat ligan, maka energy pemisahan semakin besar<br />

dan sebaliknya. Besarnya energy pemisahan ini yang nantinya akan<br />

mempengaruhi warna dan sifat magnetic dari kompleks<br />

PAGE 8 OF 10


SENYAWA KOMPLEKS<br />

Warna kompleks logam transisi<br />

Warna-warna cerah yang terlihat pada ke-<br />

banyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan<br />

dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari<br />

sebuah kompleks berpisah menjadi dua ke-<br />

lompok seperti yang dijelaskan di atas, maka<br />

ketika molekul tersebut menyerap foton dari ca-<br />

haya tampak, satu atau lebih elektron yang be-<br />

rada dalam orbital tersebut akan meloncat dari<br />

orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam at-<br />

om yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada<br />

dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelom-<br />

bang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap (gelombang<br />

yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan<br />

warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap)<br />

Sifat magnetic dari ion kompleks<br />

Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebab-<br />

kan adanya subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion<br />

pusatnya. Ion kompleks yang memiliki elektron yang tidak ber-<br />

pasangan pada diagram pemisahannya bersifat paramagnetik dan<br />

dapat ditarik oleh medan magnet. Sedangkan ion kompleks yang<br />

memiliki elektron berpasangan pada diagram pemisahannya bersi-<br />

fat diamagnetik dan dapat ditolak oleh medan magnet.<br />

PAGE 9 OF 10


SENYAWA KOMPLEKS<br />

KESIMPULAN<br />

Senyawa kompleks terdiri dari ion kompleks dan counter ion pembuat netral. Ion kompleks mempunyai<br />

atom pusat yang mengikat ligan berupa molekul netral atau anion dimana memiliki satu atau lebih atom<br />

penyumbang untuk berpasangan. Bentuk senyawa kompleks yang paling sering dijumpai adalah octahedral.<br />

Rumus kimia dan penamaan dari senyawa kompleks mengikuti aturan yang ditetapkan. Alfred Werner<br />

adalah orang yang pertama kali menemukan struktur dari senyawa kompleks. Senyawa kompleks<br />

dapat memperlihatkan fenomena isomerisasi, bisa berupa stereoisomer ataupun constitutional isomers.<br />

Teori medan Kristal menjelaskan warna dan sifat kemagnetan dari kompleks. Karena dipengaruhi oleh<br />

ligan-ligan disekitarnya, energy pada orbital d terpisah. Besarnya energy pemisahan tergantung dari ion<br />

logam dan kekuatan dari ligannya. Semakin kuat ligannya maka semakin besar energy pemisahannya dan<br />

sebaliknya<br />

PAGE 10 OF 10<br />

AHMAD ANDIKA HIMAWAN<br />

<strong>Teknik</strong> Kimia UNDIP 2012<br />

Email: rici.blackmoore@gmail.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!