08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh

Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh

Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tafsir:<br />

Azab<br />

Perpecahan<br />

Hal. 30<br />

Irjen Pol. Drs. Iskandar Hasan, SH, MH:<br />

Polisi Dengan Masyarakat<br />

Bagai Ikan<br />

dan Air<br />

Hal. 12<br />

Sulaiman Tripa, SH;<br />

Sering Saweu ke<br />

Sekolah<br />

Minim<br />

Prestasi<br />

Hal. 10<br />

Korpri & DW<br />

Kenali Kecerdasan Anak<br />

Lewat Tes Sidik Jari<br />

Hal. 51<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt,:<br />

Jangan Anggap<br />

Polisi Itu Ma’op<br />

Hal. 8<br />

H. Syarbaini SH,<br />

Susah Menolak<br />

Hal. 49<br />

Konsultasi BP4:<br />

Jodoh Anakku, Sesat<br />

Hal. 45<br />

DAFTAR ISI<br />

Laporan Utama :<br />

Ketika Polisi<br />

Saweue Sikula<br />

Hal. 6<br />

Drs. Anas M. Adam, M.Pd;<br />

Nilai UN, Potret Sekolah di <strong>Aceh</strong><br />

Drs. H. Bustamam Ali, M.Pd,<br />

Citra dan Mitra<br />

Hal. 9<br />

Jika Sudah Diberi Argumentasi<br />

Hal. 11<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs.<br />

H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah;<br />

Drs. Saifuddin AR; H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H.<br />

Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: <strong>Juni</strong>azi Wakil Pemimpin Redaksi:<br />

Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />

Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari;<br />

Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah<br />

AR; Muhammad Yakub Yahya; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra.<br />

Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan:<br />

Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan:<br />

Hartati; Yenni Yusnita Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Staf Redaksi Fadhlan;<br />

Saiful Mahdi; Amwar Citra H Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U<br />

No. 9 Banda <strong>Aceh</strong> E-mail: redaksisantunan@gmail.com Hotline-<br />

SMS: 0852-7775-9339. Untuk distribusi, harap menghubungi No.<br />

HP. 085277529295 (Darwin). Iklan; HP. 08126935043 (Hartati).


4<br />

Salam Redaksi<br />

Polisi Saweu Sikula Harus Didukung<br />

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tingkat<br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, tanggal 2 Mei <strong>2011</strong> lalu, sedikit istimewa<br />

dengan dilaksanakan laounching program “Polisi Saweu<br />

Sikula”, Polisi Masuk Sekolah. Program ini hasil kerjasama<br />

Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong> dengan Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dan Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong>.<br />

Dalam program ini, Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong> akan mengirim<br />

anggotanya ke madrasah dan sekolah di seluruh <strong>Aceh</strong> untuk<br />

menyampaikan pesan-pesan Kamtibmas; seperti penyalahgunaan<br />

narkoba, peraturan berlalu lintas, soal keamanan dan<br />

ketertiban masyarakat, wawasan kebangsaan serta dampak<br />

negatif perkembangan teknologi dan informasi terhadap generasi<br />

muda. Sehingga diharapkan<br />

siswa-siswa pada<br />

madrasah dan sekolah serta<br />

santri pada pondok pesantren<br />

yang merupakan generasi<br />

penerus bangsa menjadi<br />

generasi yang bertakwa,<br />

berbudi pekerti luhur dan<br />

menjadi warga Negara yang<br />

baik di masa akan datang.<br />

Kita patut prihatin dengan<br />

perilaku dan kehidupan<br />

generasi muda kita akhirakhir<br />

ini. Penyalahgunaan<br />

narkoba, pornografi, budaya<br />

ugal-ugalan di jalan raya,<br />

pergaulan bebas, bolos pada<br />

jam belajar -- dalam bahasa lain sering disebut dekadensi moral<br />

dan kenakalan remaja -- munculnya fenomena geng motor,<br />

remaja punk, masuknya pengaruh aliran sempalan -- sudah<br />

menjadi trend dan sudah pada tingkat mengkhawatirkan<br />

orang tua dan masyarakat.<br />

Nah, jika kondisi ini terus dibiarkan, bagaimana nasib<br />

generasi muda <strong>Aceh</strong> lima atau sepuluh tahun akan datang. Pun,<br />

di bidang akademik, hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA<br />

yang baru saja diumumkan, belum juga mengembirakan.<br />

Untuk itu, program “Polisi Saweu Sikula” ini, harus diberi<br />

apresiasi dan didukung oleh seluruh jajaran pendidikan di<br />

<strong>Aceh</strong>. Kegiatan ini harus dimaknai sebagai bentuk kontribusi<br />

pihak Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong> dalam membantu dunia<br />

pendidikan <strong>Aceh</strong>. Program ini harus diyakini dapat membantu<br />

pihak madrasah, sekolah dan peserta didik , orang tua dan<br />

masyarakat dalam mengisi muatan lokal untuk memahami<br />

seluk beluk Kamtibmas, pembinaan mental spritual, tata aturan<br />

dan tertib hukum berbangsa dan bernegara, yang akhir-akhir<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

ini menjadi persoalan bangsa ini. Dengan kehadiran Bapak dan<br />

Ibu Polisi ke madrasah dan sekolah -- harapan kita, minimal<br />

permasalahan yang sudah menjadi ‘virus’ di masyarakat ini<br />

dapat diminimalisir, siswa dan siswi serta santri tercerahkan.<br />

Kemitraan Polisi dan masyarakat dapat berlangsung dengan<br />

baik dan berkesinambungan.<br />

Disamping itu pula, kehadiran Polisi ke madrasah dan<br />

sekolah dapat memberikan citra positif bagi masyarakat<br />

dengannya kesan dan image negatif sebagian masyarakat<br />

kepada Polisi yang sering diperbincangkan bisa hilang.<br />

Kita menilai, semakin banyak partisipasi masyarakat,<br />

pemerintah, NGO dan lembaga-lembaga terkait pada dunia<br />

pendidikan di <strong>Aceh</strong>, itu<br />

semakin baik. Seperti<br />

’kantin kejujuran’ di sekolah<br />

yang digagas Kejaksaan<br />

Tinggi <strong>Aceh</strong>, juga patut<br />

diberi apresiasi dan acungan<br />

jempol.<br />

Harapan kita kepada<br />

Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong>,<br />

program dan kegiatan dalam<br />

bentuk kemitraan Polisi<br />

dengan masyarakat seperti<br />

ini, perlu terus dipertahankan<br />

dan sustainable di masamasa<br />

akan datang. Kegiatan<br />

Polmas, Polisi Saweu Sikula,<br />

dalam bentuk kemitraan<br />

Polisi dan masyarakat perlu terus digulirkan. Ke depan bisa<br />

juga dirancang Polisi Saweu Kampus, Polisi Saweu Gampong,<br />

Polisi Saweu Kanto, dan seterusnya.<br />

Seperti sering diutarakan, membangun kemitraan antara<br />

Polisi dan masyarakat harus dibangun melalui interaksi sosial<br />

dan komunikasi sosial yang interaktif dan intensif, sehingga<br />

diharapkan muncul partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga<br />

keamanan, ketertiban -- minimal untuk dirinya sendiri,<br />

keluarga, dan lingkungannya.<br />

Belajar dari pengalaman, banyak program dan kegiatan<br />

yang pro masyarakat dirancang hanya memberikan manfaat<br />

sesaat, sehingga program dan kegiatan itu tidak berdaya guna<br />

dan berhasil guna alias gagal. Kita berharap Program Polisi<br />

Saweu Sikula dapat terus berkelanjutan dan diterima dengan<br />

baik olah jajaran madrasah dan sekolah serta dayah di <strong>Aceh</strong>.<br />

Terakhir, kita mengucapkan selamat untuk Program Polisi<br />

Saweu Sikula, Program Kemitraan Polisi dan Masyarakat.<br />

Selamat untuk Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong>. n<strong>Juni</strong>azi


Sertifikasi saya bagaimana?<br />

Assalamualaikum Wr.Wb<br />

Yth, Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>,<br />

Saya sudah delapan tahun diangkat jadi<br />

PNS pada <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, tetapi<br />

sampai sekarang belum ada panggilan<br />

untuk disertifikasi. Sementara wilayah<br />

Bireun sudah banyak guru yang disertifikasikan.<br />

Bagaimana nasib saya,<br />

apa ada solusinya? Terimakasih atas<br />

dimuatnya surat pembaca ini.<br />

Effi Pasmini<br />

MAN 2 Takengon, <strong>Aceh</strong> Tengah<br />

Survey <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

Assalamualaikum Wr. Wb.<br />

Redaksi majalah <strong>Santunan</strong> Yth.<br />

Saya ucapkan selamat atas konsistensinya<br />

dalam mengawal isi dan materi<br />

majalah santunan selama ini. Alhamdu-<br />

lillah, di tempat kami kehadiran majalah<br />

<strong>Santunan</strong> sudah merupakan suatu<br />

kebutuhan, karena selain memuat<br />

berbagai peristiwa di daerah lain, juga<br />

adanya beberapa rubrik yang menambah<br />

wawasan kami.<br />

Saya punya usul, supaya tampilan<br />

majalah menjadi semakin menarik,<br />

redaksi <strong>Santunan</strong> membuat angket<br />

atau semacam survey bagi para<br />

pembaca santunan, mungkin ada ideide<br />

atau masukan dari para pembaca<br />

yang unik dan kreatif. Terima kasih<br />

atas dimuatnya surat pembaca ini.<br />

Rasyidin<br />

Banda <strong>Aceh</strong><br />

Redaksi:<br />

Terima kasih atas masukan Saudara,<br />

isnya Allah redaksi akan mempertimbangkan<br />

setiap masukan dan saran<br />

dari para pembaca majalah santunan.<br />

BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN:<br />

Kota Banda <strong>Aceh</strong> Yusri, Said Mahfud, <strong>Aceh</strong> Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, <strong>Aceh</strong> Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan<br />

Raya Muhammad Juned, Taufiq, <strong>Aceh</strong> Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib,<br />

S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, <strong>Aceh</strong> Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, <strong>Aceh</strong> Jaya Taisir,<br />

S.TH, Rahmat, <strong>Aceh</strong> Selatan Drs. Bukhari Harun, Zulhelmi, S.Pd.I, <strong>Aceh</strong> Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, <strong>Aceh</strong> Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, <strong>Aceh</strong><br />

Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, <strong>Aceh</strong> Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, <strong>Aceh</strong> Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti,<br />

Bener Meriah Azhari Ramadhan, M.Ag, Irmayati, SE, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.<br />

Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

<strong>Majalah</strong> Siswa<br />

Assalamualaikum Wr. Wb.<br />

Saya pelajar di tingkat Madrasah Tsanawiyah.<br />

Kadang-kadang kami membaca<br />

majalah <strong>Santunan</strong> yang dibawa oleh<br />

guru ke dalam kelas. Saya usul bagaimana<br />

kalo ada majalah untuk siswa<br />

yang memuat karya tulis dan kegiatan<br />

siswa di madrasah-madrasah di seluruh<br />

<strong>Aceh</strong>, kan lebih seru! Terima kasih.<br />

Muna<br />

Lhokseumawe<br />

Redaksi :<br />

Terima kasih atas masukan Dek Muna kepada<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>, memang dalam<br />

beberapa <strong>edisi</strong> juga dimuat tulisan siswa<br />

seperti puisi dan cerpen. Redaksi akan<br />

mempertimbangkan untuk mengakomodasi<br />

tulisan adek-adek di masa mendatang,<br />

mudah-mudahan saja bisa menjadi<br />

majalah baru khusus pelajar, Insya Allah.<br />

5


LAPORAN UTAMA<br />

Dirangkum oleh Mulyadi Nurdin<br />

Ketika Polisi Saweue Sikula<br />

Berbagai pelanggaran hukum terus terjadi. Untuk memperbaikinya perlu<br />

langkah serius. Resep kali ini adalah polisi Saweue Sikula.<br />

Tepat pukul 00.00 sekelompok<br />

remaja berkumpul di Jalan Teuku<br />

Umar, Banda <strong>Aceh</strong>. malam itu<br />

tanggal 6 Maret <strong>2011</strong>, seperti biasa<br />

mereka melakukan balapan sepeda motor<br />

secara liar. Agenda rutin itu sudah saban<br />

malam membuat kenyamanan penduduk<br />

sekitar terusik. Dengan penuh gaya<br />

“Pembalap” yang menggunakan knalpot<br />

modifikasi dengan suara menggemuruh<br />

bagai pesawat terbang itu saling adu<br />

kecepatan sambil sekali-kali melakukan<br />

aksi jumping.<br />

Namun naas, malam itu menjadi<br />

pilu ketika aksi ugal-ugalan tersebut<br />

memakan korban dari kalangan mereka<br />

sendiri. Aksi illegal tersebut menyebabkan<br />

Andi (19 tahun, bukan nama sebenarnya)<br />

yang juga peserta balapan liar<br />

tersebut meninggal dunia di tempat,<br />

dengan kondisi sangat mengenaskan.<br />

Walau malam sudah larut, masyarakat<br />

tetap keluar rumah untuk memberi pertolongan.<br />

“Ketika dia men-standing (melompatkan)<br />

motornya yang sedang melaju<br />

kencang, pegangan tangannya terlepas.<br />

Saat itulah dia terpental ke jalan dan<br />

pembalap lain yang berada di belakangnya<br />

tak dapat menggelak dan langsung<br />

menggilas badan dan kepalanya,” kata<br />

seorang saksi mata yang masih berusia<br />

remaja, sebagaimana dilansir harian Serambi<br />

(6/3/<strong>2011</strong>).<br />

Kisah di atas hanya satu dari ribuan<br />

kasus serupa, di <strong>Aceh</strong> saja angka korban<br />

meninggal karena kecelakaan lalu lintas<br />

menembus ribuan, kebanyakannya<br />

masih usia belia.<br />

Hal itu dibenarkan oleh Kapolda<br />

6 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

<strong>Aceh</strong>, Irjen Pol. Drs. Iskandar Hasan,<br />

SH, MH. “Angka yang meninggal dunia<br />

dari kecelakaan lalu lintas itu setiap<br />

tahunnya hampir seribuan di seluruh<br />

<strong>Aceh</strong>, belum yang luka berat dan cacat<br />

total,” ujarnya kepada <strong>Santunan</strong> Kamis<br />

(26/5/<strong>2011</strong>) lalu.<br />

Menurut Kapolda <strong>Aceh</strong>, korban yang<br />

mengalami cacat tetap, akan menjadi beban<br />

bagi orang lain dan menjadi masalah<br />

sosial masyarakat. “Alangkah sayangnya<br />

1.000 sampai 1.500 orang usia produktif<br />

yang menjadi beban orang lain, harusnya<br />

dia bisa menyadap karet di kebun<br />

karet atau memetik sawit, atau mencari<br />

rezki sebagai nelayan,” tambahnya.<br />

Untuk itu diperlukan langkah pencegahan<br />

supaya korban tidak semakin bertambah,<br />

salah satunya adalah dengan<br />

adanya penyadaran melalui program


saweue sikula (kunjungan ke sekolah)<br />

yang digagas Polda <strong>Aceh</strong> bekerjasama<br />

dengan Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong> dan Kanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />

Menurut Kapolda <strong>Aceh</strong>, ide itu<br />

bermula ketika melihat statistik yang<br />

menunjukkan korban kecelakaan lalu<br />

lintas, peredaran narkoba, film porno<br />

dan kriminal lain sangat besar dari kalangan<br />

remaja usia sekolah dan kuliah.<br />

“Laporan banyak sekali kasus kasus<br />

terkait masalah narkoba, kecelakan<br />

kendaraan bermotor, dan lain lain, pada<br />

umumnya para korban ini masih berusia<br />

produktif, yaitu usia sekolah dan kuliah,”<br />

tambah Kapolda.<br />

Senada dengan itu, Humas Dinas<br />

Pendidikan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. Bustamam<br />

Ali, M.Pd, membenarkan argumen<br />

Kapolda <strong>Aceh</strong> tersebut.<br />

“Di antara sebab yang melatarbelakangi<br />

Program Polisi Saweue Sikula, dari<br />

hasil evaluasi dan catatan kepolisian,<br />

terdata bahwa pelanggar lalu lintas dan<br />

angka kematian akibat laka lantas (kecelakaan<br />

lalu lintas), lebih dari 50% itu<br />

anak sekolah. Korban yang masih muda<br />

itu, mati sia-sia di jalan raya, mungkin<br />

akibat pelanggaran tertib lalu lintas,<br />

misalnya lewat balapan liar dan ugalugalan.<br />

Kita paham usia sekolah itu<br />

masih labil dalam menggunakan jalan<br />

raya. Jadi polisi ingin tingkatkan pembinaan<br />

ke sekolah atau madrasah sebagai<br />

mitranya,” jelasnya kepada <strong>Santunan</strong>.<br />

Kasus narkoba<br />

Di samping kasus lalu lintas, Narkoba<br />

juga menjadi salah satu pertimbangan<br />

lahirnya program saweue sikula<br />

tersebut, mengingat peredaran narkoba<br />

di kalangan remaja sudah sangat merajalela<br />

bahkan sudah tingkat penggunaan<br />

sabu-sabu.<br />

“Kita lihat saja sekarang ini, angka<br />

Narkoba di <strong>Aceh</strong> ini cukup tinggi. Sekarang<br />

zamannya sudah Sabu. Sabu itu<br />

merusak batang otak. Kalau sudah rusak<br />

batangnya maka pohonnya sudah mulai<br />

layu, kalau sudah layu gak mungkin dia<br />

akan berbuah. Seperti itu juga manusia,<br />

gak mungkin dia menjadi seseorang<br />

yang masa depannya bagus,” imbuh Kapolda<br />

<strong>Aceh</strong>.<br />

Terkait luasnya peredaran narkoba<br />

yang sudah merambah ke siswa sekolah<br />

Drs. Bustamam Ali, M.Pd, Humas Dinas<br />

Pendidikan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> membenarkannya.<br />

“Maraknya peredaran narkoba, yang<br />

juga pengguna dan korban umumnya<br />

generasi muda yang juga kalangan siswa.<br />

Barang haram ini mulai menjamah sampai<br />

ke ruang sekolah. Jadi sangat perlu<br />

adanya pembinaan hingga ke ‘bangkubangku<br />

sekolah,” ujarnya.<br />

Kemitraan<br />

Untuk mengoptimalkan program<br />

saweue sikula tersebut Kapolda <strong>Aceh</strong>,<br />

Irjen Pol. Drs. Iskandar Hasan, SH,<br />

MH mengharapkan kerjasama berbagai<br />

pihak terutama dinas Pendidikan dan<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, karena<br />

program tersebut akan dilaksanakan<br />

di ruang kelas.<br />

“Belajarnya di kelas. Tapi juga kita<br />

tidak mau mengganggu jadwal yang sudah<br />

ditetapkan, maka dari itu kita minta<br />

kerjasama dengan sekolah kapan kita<br />

bisa datang,” harapnya.<br />

Menurutnya kedatangan Polisi ke<br />

sekolah bukan untuk mengintervensi<br />

lembaga pendidikan, tetapi untuk memberikan<br />

pencerahan dan membangun<br />

kemitraan dengan masyarakat.<br />

“Kita mengupayakan kehadiran polisi<br />

di tengah masyarakat sebagai kemitraan,”<br />

tegasnya.<br />

Senada dengan itu Kakanwil Kemenag<br />

<strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt juga<br />

sependapat bahwa program itu dipastikan<br />

tidak akan mengganggu jadwal belajar<br />

di madrasah.<br />

“Program ini dipastikan tidak akan<br />

mengganggu program pendidikan karena<br />

diadakan di luar jam belajar reguler,<br />

misalnya waktu upacara bendera, pertemuan<br />

osis, ektra kurikuler, atau jam<br />

belajar yang kosong,” tegasnya.<br />

Sementara itu Humas Dinas Pendidikan<br />

<strong>Aceh</strong>, Bustamam Ali juga setuju<br />

bahwa hal itu tidak akan mengganggu<br />

jadwal belajar sekolah karena masuk dalam<br />

ekstrakurikuler.<br />

“Di sekolah program ini akan masuk<br />

dalam ekstrakurikuler, misalnya siswa<br />

akan menjadi semacam ‘polisi sekolah’,<br />

dan polisi hanya perlu mengadakan<br />

pelatihan-pelatihan. Jadi langkah ini<br />

tidak akan mengorbankan pelajaran tertentu,”<br />

jelasnya.<br />

Program polisi saweue sikula tersebut<br />

disambut baik oleh akademisi di Banda<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

<strong>Aceh</strong>, misalnya Sulaiman Tripa, SH,<br />

Dosen Fakultas Hukum Unsyiah Banda<br />

<strong>Aceh</strong>, menurutnya hal itu akan menjadi<br />

langkah preventif dalam mencegah berbagai<br />

pelanggaran.<br />

“Polisi saweu sikula sungguh satu<br />

lagi konsep yang bagus, namun dalam<br />

pelaksanaannya polisi harus bisa menjadi<br />

seperti guru, dalam hal mengupayakan<br />

preventif: mencegah berbagai pelanggaran<br />

remaja seperti narkotika, ugalugalan<br />

dan balap liar, dan bahan porno.<br />

Kita jangan lupa bahwa jumlah siswa<br />

yang baik-baik lebih banyak dari siswasiswa<br />

yang berperilaku ‘miring’. Maka<br />

pendekatannya seefektif mungkin harus<br />

dipikirkan, tanpa mengganggu hakikat<br />

dari proses pendidikan itu sendiri,”<br />

urainya panjang lebar.<br />

Menurut Tripa seharusnya Polisi juga<br />

bisa berperan aktif dalam mengawal kecurangan<br />

Ujian Nasional di sekolah.<br />

“Polisi yang saweu sekolah tidak<br />

hanya ‘mengamankan soal’, secara<br />

musiman, tapi juga siap sedia kontinyu<br />

mengamankan guru dan siswa yang nakal<br />

dalam ‘mengolah soal’. Selama ini<br />

sudah terlihat banyak kecurangan. Ada<br />

mungkin sekolah yang jujur, konsekuensinya<br />

anak didiknya banyak yang tidak<br />

lulus,” katanya menambahkan. n<br />

7


Laporan Utama<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt, Kakanwil Kemenag <strong>Aceh</strong><br />

Jangan Anggap Polisi Itu Ma’op<br />

Program Polisi Saweue Sikula itu<br />

bermula dari keprihatinan banyaknya<br />

kasus pelanggaran hukum di tengah<br />

masyarakat, termasuk pelajar madrasah<br />

yang kadang-kadang hanya ikut-ikutan<br />

tanpa mengetahui dampak negatif atau<br />

manfaat apa yang didapat dari suatu<br />

pelanggaran tersebut, misalnya ugalugalan<br />

di jalan, kira-kira apa manfaat<br />

yang diperoleh pelaku, atau justru<br />

mudarat yang didapat. Ini yang harus<br />

diberikan penjelasan kepada siswa<br />

madrasah.<br />

Program ini dipastikan tidak akan<br />

mengganggu program pendidikan<br />

karena diadakan<br />

di luar jam belajar reguler, misalnya<br />

waktu upacara bendera, pertemuan<br />

osis, ekstra kurikuler, atau jam belajar<br />

yang kosong.<br />

Kita harap kepala madrasah pro<br />

aktif menyukseskan program ini karena<br />

sudah ada MoU antara Kanwil Kemenag<br />

<strong>Aceh</strong> dengan Polda <strong>Aceh</strong>. Kalau ada<br />

waktu yang bisa digunakan, kepala<br />

madrasah bisa langsung mengontak<br />

Polsek setempat untuk mengisi jadwal<br />

tersebut.<br />

Dengan adanya<br />

saweue sikula ini<br />

mudah-mudahan<br />

image seram<br />

yang diberikan<br />

m a s y a r a k a t<br />

kepada polisi<br />

dapat dikikis,<br />

s e h i n g g a<br />

m a s y a r a k a t<br />

t e r u t a m a<br />

p e l a j a r<br />

8 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

tidak lagi menganggap polisi itu seperti<br />

ma’op atau po’ok.<br />

Kita harap juga polisi dapat memberi<br />

keteladanan dan pencerahan kepada<br />

siswa madrasah sehingga terbangun<br />

kesadaran tanpa harus dipaksakan.<br />

Karena penyampaian oleh polisi akan<br />

beda nilainya dengan penyampaian<br />

oleh kita.<br />

Menurut laporan dari beberapa<br />

madrasah yang sudah menjalankan<br />

kerjasama dengan kepolisian setempat,<br />

program tersebut sangat bermanfaat<br />

bagi madrasah. Misalnya waktu<br />

upacara bendera para siswa terlihat<br />

lebih tertib dan disiplin karena dihadiri<br />

oleh polisi.<br />

Kita harap para siswa akan<br />

tertib, sadar hukum, dan menjauhi<br />

penyalahgunaan narkoba dan hal<br />

negatif lainnya. Kita juga berterima<br />

kasih kepada jajaran Polda <strong>Aceh</strong> atas<br />

kerjasama ini semoga masyarakat<br />

yang aman, damai, dan sejahtera<br />

dapat terwujud di suatu hari nanti.<br />

nmulyadi nurdin, khairuddin


<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Drs. H. Bustamam Ali, M.Pd,<br />

Kepala Balai Tekkomdik (Teknologi Komunikasi Pendidikan) dan Humas Dinas Pendidikan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Citra dan Mitra<br />

Program Polisi Saweu Sikula ini<br />

sudah lama direncanakan. Upaya<br />

bersama ini perlu dikembangkan<br />

dalam rangka pembinaan generasi<br />

muda, terutama kalangan pelajar<br />

atau siswa. Ada tiga sebab yang<br />

melatarbelakanginya. Pertama, dari<br />

hasil evaluasi dan catatan kepolisian,<br />

terdata bahwa pelanggar lalulintas<br />

dan angka kematian akibat laka lantas<br />

(kecelakaan lalulintas), lebih dari 50%<br />

itu anak sekolah. Korban yang masih<br />

muda itu, mati sia-sia di jalan raya,<br />

mungkin akibat pelanggaran tertib<br />

lalulintas, misalnya lewat balapan<br />

liar dan ugal-ugalan. Kita paham<br />

usia sekolah itu masih labil dalam<br />

menggunakan jalan raya. Jadi polisi<br />

ingin tingkatkan pembinaan ke sekolah<br />

atau madrasah sebagai mitranya.<br />

Kedua, maraknya peredaran narkoba,<br />

yang juga pengguna dan korban<br />

umumnya generasi muda yang juga kalangan<br />

siswa. Barang haram ini mulai<br />

menjamah sampai ke ruang sekolah.<br />

Jadi sangat perlu adanya pembinaan<br />

hingga ke ‘bangku-bangku sekolah’.<br />

Ketiga, maraknya film panas yang<br />

merambat melalui telepon seluler atau<br />

HP, yang berakibat buruk terhadap<br />

masa depan siswa. Jadi, baik terhadap<br />

pelanggaran lalulintas, penyalahgunaan<br />

narkoba, maupun tontotan film panas<br />

melalui teknologi, siswa perlu terus kita<br />

bina. Langkah itu harus sedini mungkin<br />

dilakukan, dalam upaya penangkalan.<br />

Polisi bekerja sama dengan pihak<br />

terkait, termasuk Kemenag akan terus<br />

mengadakan sosialisasi, tentu tidak<br />

hanya pembinaan ke sekolah, mereka<br />

juga ingin berdiskusi langsung dengan<br />

unsur sokolah. Pola diskusi itu bagus,<br />

sebab mereka juga ingin ada kedekatan<br />

dengan siswa dan siswi.<br />

Dari sekolah nanti akan ada<br />

langkah-langkah yang paling tepat<br />

dan bertahap, untuk pembinaan<br />

siswa. Nanti juga akan ada sosialisasi,<br />

misalnya bahaya narkoba atau contoh<br />

korban narkoba. Kita lihat rata-rata<br />

korban itu berangkat dari keluarga<br />

sehat, dan akhirnya menjadi sampah<br />

bagi sesamanya. Diperlihatkan juga<br />

betapa pedihnya hari dan malam<br />

panjang, akibat penyalahgunaan zat<br />

itu. Pornografi juga demikian, betapa<br />

jeleknya mental siswa akibat tontotan<br />

buruk dan hewani itu. Di sini yang<br />

penting bukan pada penangkalan secara<br />

teknik, tapi lebih pada pendekatan<br />

moral, pendekatan keagamaan, dan<br />

pendidikan karakter. Dalam hal ini<br />

multimedia punya kepentingan, dan<br />

lebih relevan tentunya. Pengalaman<br />

mengajarkan kita, bahwa kebiasaan<br />

jelek itu, yang seyogyanya di negara<br />

lain sudah ditinggalkan, kita di negara<br />

yang relatif ketinggalan ini, malah kian<br />

marak saja. Memblokir situs, fitur, ID<br />

dan sebagainya, yang diakses siswa<br />

memang sangat sulit, karena dia akan<br />

muncul lagi, dan muncul lagi, seperti<br />

virus. Namun paling tidak, ada upaya<br />

kita dari lembaga, yang didukung oleh<br />

rumah tangga. Kalau tidak dimulai,<br />

ini akan menjadi tradisi jelek, buruk,<br />

konyol, rendahan, dan dengan tradisi<br />

jelek itu, nanti pengguna akan terus<br />

dikucilkan oleh teman-teman, di<br />

samping akan menjatuhkan citra<br />

sekolah.<br />

Nah, sejauh ini secara lembaga<br />

belum terjun ke sekolah, tapi secara<br />

personal, misalnya unsur kemenag,<br />

mungkin sudah ada yang jalan.<br />

Tanggungjawab ini tidak hanya atas<br />

pelaku pendidikan, juga masyarakat<br />

dan komite sekolah. Di sekolah program<br />

ini akan masuk dalam ekstrakurikuler,<br />

misalnya siswa akan menjadi semacam<br />

‘polisi sekolah’, dan polisi hanya perlu<br />

mengadakan pelatihan-pelatihan. Jadi<br />

langkah ini tidak akan mengorbankan<br />

pelajaran tertentu. nyakub<br />

9


Laporan Utama<br />

Drs. H. Arif Idris, MA,<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat<br />

Hendaknya Program ini Dapat Berlanjut<br />

Menyambut positif program ”Polisi<br />

Saweu Sikula” yang dilaksanakan jaja-<br />

Sulaiman Tripa, SH; Dosen Faklutas Hukum Unsyiah Banda <strong>Aceh</strong><br />

Sering Saweu ke Sekolah Minim Prestasi<br />

Polisi Saweu Sikula sungguh satu<br />

lagi konsep yang bagus, namun dalam<br />

pelaksanaannya polisi harus bisa menjadi<br />

seperti guru, dalam hal mengupayakan<br />

preventif: mencegah berbagai pelanggaran<br />

remaja seperti narkotika, ugal-ugalan<br />

dan balap liar, dan bahan porno. Kita jangan<br />

lupa bahwa jumlah siswa yang baikbaik<br />

lebih banyak dari siswa-siswa yang<br />

berperilaku ‘miring’. Maka pendekatannya<br />

seefektif mungkin harus dipikirkan,<br />

tanpa mengganggu hakikat dari proses<br />

pendidikan itu sendiri.<br />

Jika program di atas bisa efektif ke<br />

depan, maka persoalan penilaian ujian di<br />

<strong>Aceh</strong> yang kontroversi juga memancing<br />

untuk kita introspeksi diri, dikaitkan dengan<br />

peran polisi itu. Polisi yang saweu ke<br />

sekolah tidak hanya ‘mengamankan soal’,<br />

secara musiman, tapi juga siap sedia kontinyu<br />

mengamankan guru dan siswa yang<br />

nakal dalam ‘mengolah soal’. Selama ini<br />

sudah terlihat banyak kecurangan. Ada<br />

mungkin sekolah yang jujur, konsekuensinya<br />

anak didiknya banyak yang tidak<br />

lulus. Sedangkan secara politik jabatan,<br />

ran Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong>. ”Sangat<br />

positif. Polisi turun ke madrasah dan<br />

sekolah seperti ini saya pikir sangat<br />

efektif untuk pembinaan para siswa<br />

dalam berbagai hal yang berkaitan dengan<br />

Kamtibmas, narkoba, kenakalan<br />

remaja, ketertban bermasyarakat, berlalu<br />

lintas, dan sebagainya,” ujarnya.<br />

Menurut Arif, kondisi remaja dan<br />

generasi muda saat in perlu pembinaan<br />

serius. Persoalan narkoba, balapan liar,<br />

pergaulan bebas, sudah pada tingkat<br />

mengkhawatirkan. Persoalan yang di-<br />

banyak para pejabat sekolah yang memberi<br />

target kepada atasannya, dan yang<br />

itu bisa menjadi bumerang. Konsekuensi<br />

buruknya adalah diupayakan berbagai<br />

cara agar target lulus tercapai.<br />

Soalan lainnya adalah bagaimana<br />

bisa menggunakan standar yang sama<br />

untuk sekolah yang berbeda tempat dan<br />

berbeda kualitas. Masalahnya adalah,<br />

perbedaan kualitas itu bukan karena<br />

pilihan, tapi memang tidak punya pilihan<br />

apa-apa selain itu. Sekolah-sekolah yang<br />

jauh dari pusat kota, biasanya hanya<br />

memiliki fasilitas yg biasa-biasa saja.<br />

Guru-guru berkualitas bertumpuk di<br />

kota. Lantas bagaimana sekolah semacam<br />

itu kita bandingkan dengan sekolah yang<br />

sudah sering mendapat penghargaan.<br />

Kita bangga ada dua sekolah di <strong>Aceh</strong><br />

masuk dalam 10 besar tertinggi UN.<br />

Namun secara keseluruhan, prestasinya<br />

sebenarnya menurun. Pengambil<br />

kebijakan harus menilik hal ini, terutama<br />

sekolah peraih prestasi itu selalu berada<br />

di sekolah tertentu saja. Kita harus tanya<br />

mengapa yang lain tidak bisa berprestasi.<br />

10 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

hadapi masyarakat adalah tanggung<br />

jawab bersama, termasuk Polisi di dalamnya<br />

selaku aparat penegak hukum.<br />

”Ini tugas dan tanggung jawab kita bersama,<br />

termasuk Polisi,” katanya.<br />

Menurutnya, di <strong>Aceh</strong> Barat, program<br />

Polisi Saweu Sikula ini sudah berjalan<br />

dengan baik. Respon masyarakat,<br />

pihak madrasah, orang tua dan guru,<br />

sangat baik. ”Kami berharap program<br />

kemitraan Polisi dan madrasah seperti<br />

ini dapat berlanjut di masa-masa akan<br />

datang,” pungkasnya. njun<br />

Jika memang minus prestasi lantaran<br />

kenakalannya, maka polisi utamakan<br />

sawue ke sekolah itu.<br />

Problem peredaran bahan porno,<br />

kita harus lihat kembali penguatan<br />

keluarga. Fondasinya di sana. Berhasil<br />

tidaknya mengantisipasi hal ini dilakukan<br />

melalui keluarga. Untuk hal seperti<br />

ini, hukum masih sangat terbatas<br />

daya masuknya. Makanya yang paling<br />

logis adalah penguatan masing-masing<br />

keluarga, mengawasi anaknya, dan selalu<br />

berkomunikasi. nyakub


Usai pengumuman sebagian nilai<br />

UN (SMA/MA) pada pertengahan<br />

Mei <strong>2011</strong> lalu, terlihat beberapa<br />

potret ceria dan gambar buram dunia<br />

pendidikan di <strong>Aceh</strong>. Semua hasil,<br />

lebih dan kurang ini, jelas untuk bahan<br />

evaluasi kita bersama. Ada yang tidak<br />

lulus sama sekali, seperti di sebuah<br />

SMA di Simeulue; dan ada yang lulus<br />

dengan nilai rata-rata tertinggi, bahkan<br />

masuk sepuluh besar nasional seperti<br />

dari boarding school, Modal Bangsa<br />

dan Fajar Harapan, ini kesan baru<br />

yang membedakannya dengan tahun<br />

sebelum <strong>2011</strong>.<br />

Pelajaran pertama bagi kita, untuk<br />

sekolah yang siswanya belum lulus<br />

bahkan gagal sampai seratus persen,<br />

tentu ini tidak mungkin kita salahkan<br />

siswa semata. Barangkali kelemahan<br />

lebih pada pundak gurunya. Tidak<br />

ada siswa yang bodoh semua, apalagi<br />

dengan formulasi penilaian sekarang,<br />

akumulasi nilai sekolah dan UN.<br />

Penyebab sebenarnya memang kita<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Drs. Anas M. Adam, M.Pd; Wakil Ketua MPD (Majelis Pendidikan Daerah) <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Nilai UN, Potret Sekolah di <strong>Aceh</strong><br />

nantikan hasil penelitian Tim Disdik<br />

yang balik dari kepulaan itu. Boleh jadi<br />

guru di sana tidak ada, tidak merata,<br />

jam belajar siswa yang tidak penuh,<br />

manajemennya yang kacau, atau ada<br />

‘kisah pilu’ lainnya.<br />

Dari sekolah yang meraih angkat<br />

tertinggi, pelajaran kedua, terutama<br />

dengan pola pengasramaan, ini juga<br />

menarik kita bandingkan. Terhadap<br />

sekolah atau madrasah yang diasramakan<br />

dengan sekolah yang siswanya tidak<br />

diasramakan, memancing kita untuk<br />

penasaran: ada apa dengan sekolah<br />

yang sama-sama boarding (asrama) tapi<br />

beda hasil, dan kerja apa saja para guru<br />

dan siswa di sekolah dan luar sekolah<br />

yang sama-sama bukan boarding.<br />

Sekilas di sekolah seperti Fajar<br />

Harapan Banda <strong>Aceh</strong> yang siswanya<br />

meraih angka rata-rata tertinggi nasional,<br />

terlihat bagus dalam pola pengajaran,<br />

mitra atau hubungan-hubungan,<br />

fasilitas, dan yang menarik ialah manajemennya.<br />

Bisa jadi gaya kepemimpi-<br />

nan di sana, cakap untuk memotivasi<br />

siswa dan wali siswa untuk terus berprestasi<br />

optmal. Sebab keteladanan<br />

dan kepribadian atasan juga jadi faktor<br />

pendukung di sekolah. Namun kenapa<br />

beberapa boarding saja yang unggul,<br />

yang lain belum, juga perlu kita buka<br />

penyebab selanjutnya. nyakub<br />

DATA KELULUSAN UJIAN NASIONAL MADRASAH ALIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)<br />

DALAM PROVINSI ACEH TAHUN <strong>2011</strong><br />

Program<br />

Jumlah<br />

Peserta<br />

Lulus %<br />

Madrasah Aliyah Sekolah Menengah Atas<br />

Tidak<br />

Lulus<br />

%<br />

Jumlah<br />

Nilai<br />

Rata-rata<br />

Jumlah<br />

Peserta<br />

Lulus %<br />

Tidak<br />

Lulus<br />

%<br />

Jumlah<br />

Nilai<br />

Rata-rata<br />

a. Program IPA 6.489 6.408 98,75 81 1,25 46,62 26.087 25.757 98,74 330 1,26 46,51<br />

b. Program IPS 4.079 3.760 92,17 319 7,83 42,92 16.374 15.546 94,94 828 5,06 43,16<br />

c. Program Bahasa 156 153 98,07 3 1,93 41,68<br />

d. Program Keagamaan 202 182 98,09 20 1,91 40,59<br />

Sumber : Bidang Mapenda Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, <strong>2011</strong>.<br />

10.926 10.503 96,77 423 3,23 42,95 42.461 41.303 96,84 1.158 3,16 44,835<br />

11


Laporan Utama<br />

Irjen Pol. Drs. Iskandar Hasan, SH, MH , Kapolda <strong>Aceh</strong><br />

Polisi dengan Masyarakat Bagai Ikan dan Air<br />

Tanggal 2 Mei <strong>2011</strong> lalu, dalam<br />

peringatan Hari Pendidikan<br />

Nasional yang berlangsung di<br />

halaman Kantor Gubernur <strong>Aceh</strong>,<br />

Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong>, Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, dan Dinas<br />

Pendidikan <strong>Aceh</strong>, sepakat mengikat<br />

kerjasama dalam program yang diberi<br />

nama ”Polisi Saweu Sikula.” Untuk<br />

mengetahui lebih jauh program yang<br />

digagas Kapolda <strong>Aceh</strong> ini, Kamis, (26/5)<br />

<strong>Santunan</strong> mewawancari Bapak Irjen Pol.<br />

Drs. Iskandar Hasan, SH, MH. Ditemui<br />

di ruang kerjanya, Kapolda didampingi<br />

Dir Binmas, Kombes Pol Agus Nugroho,<br />

SH, M.Hum. Berikut petikannya:<br />

Bagaimana awalnya sehingga muncul<br />

ide program ”Polisi Saweu Sikula?”<br />

Dari laporan dan data selama ini, di<br />

<strong>Aceh</strong> banyak sekali kasus-kasus terkait<br />

masalah narkoba, kecelakan kendaraan<br />

bermotor, dan lain-lain. Dari angkaangka<br />

itu, saya melihat umumnya<br />

para korban masih berusia produktif,<br />

usia sekolah, kuliah. Mereka sasaran<br />

pelaku maupun korban. Nah, dari<br />

situ kita berpikir, kenapa kita susahsusah<br />

mengumpulkan mereka yang di<br />

lapangan, yang di terminal, di jalan, dan<br />

seterusnya. Yang gampang dikumpulkan<br />

itu, yang masih di kelas karena masih<br />

ngumpul di sekolah, pesantren, dan<br />

madrasah.<br />

Kenapa yang dipilih anak sekolah,<br />

madrasah, santri?<br />

Mereka harapan bangsa. Siswa,<br />

santri itu harapan bangsa. Mereka tunas<br />

bangsa. Bagai tanaman, tunas ini harus<br />

kita pelihara, harus dipupuk, disiram,<br />

dikasih bekal yang bagus. Akhirnya kita<br />

memutuskan untuk mendatangi anakanak<br />

kita yang di sekolah, madrasah dan<br />

pesantren ini.<br />

Bisa dijelaskan, apa misi dari<br />

Program Polisi Saweu Sikula ini?<br />

Kita akan membawa pesan-pesan<br />

Kamtibmas, yaitu masalah bahaya narkoba,<br />

tertib berlalulintas, kenakalan<br />

remaja, pencurian, dan sebagainya.<br />

Dari angka-angka dan laporan jajaran<br />

kita setiap tahun. Setelah kita temukan<br />

itu, kita berpikir -<strong>Aceh</strong> ini<br />

baru selesai konflik (memang<br />

tidak semua orang <strong>Aceh</strong> mau<br />

konflik). Negara Kesatuan<br />

Republik Indonesia sudah<br />

final, dari Sabang sampai<br />

12 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Merauke. <strong>Aceh</strong> termasuk dalam NKRI.<br />

Maka sembari kita membawa pesan<br />

Kamtibmas kita juga selipkan nilai-nilai<br />

kebangsaan, Pancasila, UUD 1945,<br />

Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan<br />

Republik Indonesia. Itulah misi<br />

yang ingin kita bawa ke sekolah, madrasah<br />

dan pesantren di <strong>Aceh</strong>.<br />

Seberapa penting Program Saweu<br />

Sikula ini?<br />

Saya kira sangat penting. Ini menyangkut<br />

masa depan kita semua, khususnya<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong>. Anak bangsa<br />

yang masih muda di <strong>Aceh</strong> ini harus dibina<br />

dengan baik. Coba kalau anak muda<br />

tidak tahu peraturan lalu lintas, tidak<br />

tahu bahayanya narkoba. Sekarang ini,<br />

angka penyalahgunaan narkoba di <strong>Aceh</strong><br />

cukup tinggi. Sekarang zamannya<br />

sudah sabu-sabu yang<br />

merusak batang otak.<br />

Kalau sudah rusak<br />

batangnya, maka pohonnya<br />

sudah mulai<br />

layu. Kalau sudah


layu ndak mungkin berbuah. Seperti itu<br />

juga manusia, ndak mungkin dia menjadi<br />

seorang yang masa depannya bagus,<br />

kalau sudah kena pengaruh narkoba.<br />

Apa target dari Polisi Saweu Sikula?<br />

Setelah petugas kita turun menyampaikan<br />

pesan-pesan tadi ke madrasah,<br />

sekolah dan pesantren, paling tidak mereka<br />

sudah ada bekal untuk dirinya sendiri.<br />

Dia mendengar penjelasan itu, dari<br />

sumbernya langsung, dari polisi yang<br />

mendatangi mereka. Polisi yang kita<br />

turunkan ke lapangan sudah kita bekali.<br />

Kita siapkan modul, buku panduan.<br />

Modulnya, ada tiga buku, yaitu buku<br />

petunjuk umum, buku cara penyampaian,<br />

dan satu lagi buku materinya. Buku<br />

petunjuk umum itu menceritakan apa<br />

sih Program Saweu Sikula itu. Kemudian<br />

buku petunjuk umum bagaimana<br />

cara menghadapi siswa dan santri. Baru<br />

buku subtansinya, materi tentang pilarpilar<br />

kebangsaan, bahaya narkoba, tertib<br />

berlalu lintas, kenakalan remaja.<br />

Harapannya?<br />

Di samping mereka mendapatkan<br />

pelajaran formal dari sekolah, siswa dan<br />

santri juga mendapatkan wawasan dari<br />

”Polisi Saweu Sikula”, harapan kita mereka<br />

paham dengan program ini. Kenapa<br />

sih polisi masuk sekolah, kenapa ndak<br />

di jalan saja. Maksud saya, kalau kamu<br />

di jalan salah kamu dikejar polisi. Kalau<br />

kamu di sekolah polisi datang, kamu<br />

bersahabat dengan polisi. Silahkan adikadik<br />

siswa bertanya kepada Pak Polisi.<br />

Jika pun ada pertanyaan di luar konteks,<br />

ya, silakan saja.<br />

Nanti modelnya belajar di kelas<br />

atau bagaimana?<br />

Belajarnya di kelas. Bisa juga di luar<br />

kelas, seperti saat apel upacara bendera.<br />

Kita juga tidak mau mengganggu jadwal<br />

yang sudah ditetapkan. Makanya, kita<br />

minta kerjasama dengan sekolah, kapan<br />

kita bisa datang. Ya, memang tidak setiap<br />

hari. Dari pada jam belajar kosong,<br />

mendingan polisi masuk...<br />

Bagaimana kondisi keamanan di<br />

<strong>Aceh</strong> saat ini?<br />

Saya tidak mau bicara tanpa angka.<br />

Angka dalam kepolisian adalah hal yang<br />

kongkret. Dan itu kita laporkan ke Mabes.<br />

Kita lihat, misalnya angka yang meninggal<br />

dunia dari kecelakaan lalu lintas<br />

itu setiap tahunnya hampir seribuan<br />

orang seluruh <strong>Aceh</strong>. Belum lagi yang<br />

luka berat dan cacat total. Alangkah sayangnya<br />

1000 sampai dengan 1500 usia<br />

produktif menjadi beban orang lain, karena<br />

kecelakaan lalu lintas. Harusnya<br />

dia bisa menyadap karet di kebun karet<br />

atau memetik sawit, atau menjadi<br />

nelayan dan petani di sana. Tapi dia di<br />

rumah saja, dan menjadi beban orang<br />

tuanya. Itu karena kesadaran berlalu lintas<br />

itu kurang.<br />

Sejauh yang Bapak lihat, apa hal<br />

spesifik dari kultur masyarakat <strong>Aceh</strong>?<br />

Kultur Islami masyarakat <strong>Aceh</strong> masih<br />

kuat. Kultur ini mesti kita jaga. Ikon<br />

<strong>Aceh</strong> ini masjid Raya Baiturrahman. Ini<br />

lambang Islami. Dengan kultur Islam<br />

yang sangat kental ini, maka menjadi<br />

pemikiran saya ke depan dalam kebijakan<br />

Tribrata dan perilaku Islami sebagai<br />

kultur Polisi <strong>Aceh</strong>. Tribrata itu adalaha<br />

the way of life-nya polisi. Kalau kita secara<br />

umum adalah pancasila.<br />

Nilai-nilai bangsa ini digali dari <strong>Agama</strong>.<br />

Kenapa dari agama, karena agama<br />

itu 14 abad yang lalu (khususnya Islam)<br />

sudah ada. Sedangkan bangsa kita baru<br />

pada tahun 1945. Polisi berdiri tahun<br />

1946. Tribarata lahir pada tahun 1955.<br />

Sekarang kita balik, adakah nilai-nilai<br />

Pancasila, Tribrata, Saptamarga yang<br />

bertentangan dengan agama? Ya, ndak<br />

ada. Memang diambil dari situ, cuplikannya<br />

dari situ semua.<br />

Apa yang menjadi peluang dan<br />

tantangan Polisi di <strong>Aceh</strong> hari ini?<br />

Seperti saya jelaskan, yang menjadi<br />

peluang adalah, masyarakat <strong>Aceh</strong> yang<br />

Islami. Tantangan adalah perubahan karakter,<br />

perubahan budaya, ikut-ikutan<br />

budaya barat. Setelah tsunami, di <strong>Aceh</strong><br />

terjadi perubahan; keterbukaan informasi,<br />

teknologi. Ini jadi tantangan bagi kita.<br />

Bagaimana hubungan Polisi dengan<br />

masyarakat?<br />

Kalau Polisi Islami dan masyarakatnya<br />

memang sudah Islami, maka hubungan<br />

Polisi dan masyarakat akan tidak ada<br />

jarak. Polisi dengan masyarakat bagaikan<br />

ikan dan air. Ikan tidak bisa hidup<br />

tanpa ada air. Tugas polisi hakikatnya di<br />

masyarakat. Kalau masyarakatnya tidak<br />

ada, akan tidak ada polisi di situ. Kita<br />

harapkan ada hubungan yang erat antara<br />

polisi dengan masyarakat.<br />

Apa itu kemitraan Polisi dengan<br />

masyarakat?<br />

Kemitraan yang mutual, saling membutuhkan,<br />

saling menjaga, saling menguntungkan.<br />

Namanya mitra itu sederajat,<br />

tidak ada yang di atas atau di bawah.<br />

Mitra itu sejajar. Kita mengupayakan ke-<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

hadiran polisi itu di tengah masyarakat<br />

sebagai kemitraan. Makanya tahun ini<br />

disebut tahun kemitraan. Tahun 2010<br />

sampai 2014, ini tahun membangun<br />

kemitraan.<br />

Apakah lulusan madrasah, Pondok<br />

pesantren memiliki kesempatan<br />

menjadi Polisi?<br />

Seluruh warga negara memiliki kesempatan<br />

untuk menjadi Polisi. Tahun<br />

2006, saya pernah buat laporan sepulang<br />

dari Iran mewakili Pak Kapolri, Pak<br />

Sutanto waktu itu. Dalam laporan tersebut<br />

saya rekomendasikan agar ke depan<br />

Polisi lebih banyak diterima dari pesantren.<br />

Yang saya usulkan adalah bintara,<br />

karena bintara berhubungan langsung<br />

dengan masyarakat. Kalau bintara kita<br />

lulusan pesantren, terus dia masuk suatu<br />

kampung, dia bisa langsung ceramah,<br />

wah, akan beda pendekatannya dengan<br />

masyarakat. Rekomendasi itu sepertinya<br />

belum jalan. Mungkin karena pemahaman<br />

saja.<br />

Apa pesan Bapak kepada tenaga<br />

pendidik dan siswa di lingkungan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>?<br />

Pendidik yang baik adalah yang bisa<br />

memberikan contoh yang baik. Zaman<br />

sekarang, anaknya kritis-kritis. Pendidik<br />

harus dapat memberi contoh. Ngomong<br />

boleh, tapi disertai dengan contoh. Makanya,<br />

saya berharap untuk para pendidik,<br />

tolong berilah contoh yang bagus,<br />

yang baik. Baik itu perilaku, ucapan,<br />

tutur kata, cara berpakaian, kehidupan<br />

sehari hari. Siswa-siswa itu lebih cepat<br />

menangkap contoh. Contohlah prilaku<br />

Nabi. Kepada siswa, ikuti cara belajar<br />

yang baik. Menurut saya belajar yang<br />

baik itu adalah, bagaimana bisa membagi<br />

waktu kapan belajar, kapan bermain,<br />

kapan mengabdi kepada orang tua. Siswa<br />

harus sadar, bahwa mereka adalah<br />

masa depan bangsa, harapan bangsa dan<br />

keluaga. Kalau dia tidak punya potensi,<br />

dia tidak punya visi, dia tidak punya bobot<br />

dengan kompetisi dunia sekarang,<br />

dia akan ketinggalan. Belajar itu harus<br />

serius. Siswa harus menyadari siapa diri<br />

dia. Bagaimana background dia. Kalau<br />

tidak sadar, siapa dirinya, maka dia bisa<br />

melakukan di luar kemampuan dia. Cari<br />

identitas, kuatkan, baru kita nikmati..<br />

adek adek siswa ini harus punya target.<br />

Target harus dipancangkan. Kemudian<br />

cari akal bagaimana mencapai target<br />

itu...!n juniazi, mulyadi nurdin,<br />

amwar, cut ali<br />

13


Laporan Utama<br />

NOTA KESEPAHAMAN<br />

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI<br />

ACEH<br />

DENGAN<br />

DlR BINMAS KEPOUSIAN DAERAH ACEH<br />

Nomor: KW.01.4/PP.00/797/V/<strong>2011</strong><br />

Nomor : B /12/V/<strong>2011</strong><br />

TENTANG<br />

PROGRAM POLISI SAWEU SIKULA<br />

Pada hari ini Senin tanggal 2 bulan Mei tahun dua ribu sebelas,<br />

kami yang bertanda tangan di bawah ini:<br />

1. Drs. H. A. RAHMAN TB, Lt.<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>,<br />

dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> provinsi <strong>Aceh</strong> yang berkedudukan di jalan<br />

Tgk. Lam U No. 9 Banda <strong>Aceh</strong>, yang selanjutnya disebut PIHAK<br />

PERTAMA; dan<br />

2. KOMBES POL AGUS NUGROHO, SH. M.Hum<br />

Direktur Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong> dalam<br />

hal ini bertindak untuk dan atas nama Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong><br />

yang berkedudukan di jalan T. Nyak Arief JeuIingke Banda <strong>Aceh</strong><br />

yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;<br />

Untuk selanjutnya kedua belah pihak sepakat menjalin kerjasama<br />

dalam upaya peningkatan kesadaran hukum dengan ketentuan<br />

sebagai berikut:<br />

Pasal 1<br />

TUJUAN<br />

Tujuan kesepahaman bersama ini:<br />

a.<br />

b.<br />

c.<br />

d.<br />

Kerjasama pihak pertama dan pihak kedua diselenggarakan atas<br />

dasar semangat pengabdian kepada masyarakat dalam rangka<br />

mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tugas dan<br />

fungsi kelembagaan masing-masing pihak;<br />

Kerjasama pihak pertama dan pihak kedua bertujuan untuk<br />

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang<br />

Kamtibmas, narkoba, lalu lintas dan dampak negatif kemajuan<br />

tehnoIogi informasi kepada para siswa madrasah Ibtidaiyah<br />

sampai dengan madrasah Aiyah di daerah <strong>Aceh</strong>;<br />

Kerjasama pihak pertama dan pihak kedua bertujuan untuk<br />

peningkatan kapasitas institusi dan sumber daya manusia sesuai<br />

dengan tugas pokok dan fungsi kelembagaan masing-masing;<br />

Kesepahaman kerjasama ini disepakati dengan nama “ Polisi<br />

Saweu Sikula” dan akan diIaksanakan serentak diseluruh<br />

wilayah provinsi <strong>Aceh</strong>.<br />

Pasal 2<br />

RUANG LINGKUP<br />

Nota kesepahaman berupa kerjasama pihak kedua dalam kegiatan:<br />

a.<br />

b.<br />

c.<br />

d.<br />

Upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang<br />

Kamtibmas, penyalahgunaan narkoba, lalu lintas dan dampak<br />

negative kemajuan tehnologi informasi melalui sosialisasi,<br />

simulasi permainan dan menjadi pembina upacara di madrasahmadrasah<br />

dan pondok pesantren;<br />

Upaya mendukung terlaksananya kegiatan pencegahan,<br />

pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,<br />

Kesadaran hukum berlalu lintas dan penanggulangan kenakalan<br />

remaja di lingkungan madrasah-madrasah;<br />

Menciptakan rasa kesadaraan hukum yang baik serta menumbuh<br />

kembangkan nilai-nilai kebangsaan dengan basis keagamaan<br />

dan adat istiadat <strong>Aceh</strong> kepada para siswa/siswi di lingkungan<br />

madrasah-madrasah dan pondok pesantren;<br />

Pihak kedua melakukan sosialisasi dengan cara tatap muka<br />

langsung di madrasah, simulasi, permainan dan menjadi<br />

pembina upacara di madrasah-madrasah, pembinaan saka<br />

14 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

e.<br />

f.<br />

g.<br />

h.<br />

i.<br />

a.<br />

b.<br />

a.<br />

b.<br />

a.<br />

b.<br />

bhayangkara, pembinaan patroli sekolah, UKS, pembinaan bidang<br />

pertanian, perikanan dan perkebunan;<br />

Pihak kedua menyiapkan tenaga penyuluh dan pemateri dibidangnya<br />

masing-masing;<br />

Media penyampaian yang dilakukan oleh pihak kedua berupa<br />

laptop, barko dan clip chart/ papan tulis dan alat peraga lainnya;<br />

Pihak pertama menyiapkan sarana pendukung, tempat dan jadwal<br />

serta para siswa/siswi madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan<br />

pondok pesantren diwilayah <strong>Aceh</strong>;<br />

Pihak pertama dan pihak kedua bertekad melakukan langkah-<br />

langkah konsruktif dibidang pencegahan peredaran narkoba,<br />

kenakalan remaja dan pemahaman hukum di lingkungan madrasahmadrasah<br />

dan pondok pesantren;<br />

Memantau anak-anak madrasah yang berkeliaran diluar madrasah<br />

pada saat waktu jam belajar.<br />

Pasal 3<br />

BIAYA PELAKSANAAN<br />

Nota kesepahaman akan ditindak lanjuti oleh kedua belah pihak<br />

secara langsung maupun melalui perjanjian tertulis yang merupakan<br />

satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam nota kesepahaman<br />

ini, apabila tidak ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama atau<br />

pelaksanaan kegiatan, maka Nota kesepahaman ini batal dengan<br />

sendirlnya;<br />

Biaya yang timbul dengan adanya nota kesepahaman ini menjadi<br />

beban dan tanggung jawab masing-masing pihak/lembaga sesuai<br />

tugas pokok dan fungsinya.<br />

Pasal 4<br />

EVALUASI<br />

Kedua belah pihak melaksanakan rapat koordinasi secara berkala;<br />

Kedua belah pihak melakukan monito-ring dan evaluasi atas pelak-<br />

sanaan nota kesepahaman ini sehingga kegiatan berjalan baik.<br />

Pasal 5<br />

JANGKA WAKTU<br />

Nota kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 24 (dua puluh<br />

empat) bulan terhitung sejak ditandatangani oleh kedua belah pihak;<br />

Nota kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu<br />

sebagaimana dimaksud dalam huruf a apabila kegiatan dimaksud<br />

tidak dilaksanakan.<br />

Pasal 6<br />

PENUTUP<br />

Hal-hal yang belum diatur dalam nota kesepahaman ini akan ditentukan<br />

kemudian oleh kedua belah pihak dan merupakan bagian yang tak<br />

terpisahkan dari nota kesepahaman ini;<br />

Perubahan terhadap nota kesepahaman ini hanya dapat dilakukan atas<br />

persetujuan kedua belah pihak.<br />

Demikian nota kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada<br />

tanggal sebagaimana tersebut diatas dalam rangkap 2 (dua) bermaterai<br />

cukup yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dan dipegang oleh<br />

masing-masing pihak dengan itikad baik serta penuh tanggung Jawab.<br />

Dibuat dan ditandatangani di: Banda <strong>Aceh</strong><br />

Pada tanggal: 2 Mei <strong>2011</strong><br />

Pihak kedua Pihak Pertama<br />

DIR BINMAS POLDA ACEH KEPALA KANTOR WILAYAH<br />

KEMENTERIAN<br />

AGAMA PROVINSI ACEH<br />

DTO DTO<br />

AGUS NUGROHO, SH. M.Hum Drs. H. A. RAHMAN TB, Lt.<br />

KOMBES POL NRP 57081012 PEMBINA UTAMA MUDA<br />

NIP. 1954001011980031006


Ruang Hazawa<br />

Launching Siskohat Online Kankemenag<br />

Se-<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Pemerintah berkewajiban memberikan<br />

kemudahan, kepastian dan perlindungan<br />

kepada jamaah haji dalam<br />

menunaikan ibadah haji. Prinsip-prinsip<br />

dasar tersebut menuntut pemerintah<br />

untuk terus membenahi manajemen<br />

penyelenggaraan ibadah haji, salah satunya<br />

dengan pemberlakuan pendaftaran<br />

haji melalui sistem komputerisasi<br />

haji terpadu (siskohat), yang kini telah<br />

online diseluruh Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> se-<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />

Siskohat online yang menganut<br />

sistem first come first serve, input<br />

dan output, akan menentukan jadwal<br />

ke-berangkatan jamaah ke baitullah secara<br />

sistemik, sehingga intervensi dari<br />

pegawai <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> maupun<br />

pihak lain dalam pententuan nomor<br />

porsi tidak dapat dilakukan. Hal tersebut<br />

disampaikan oleh Direktur Jenderal<br />

Penyelenggaraan Haji dan Umrah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI yang diwakili<br />

oleh Kepala Bagian Sistem Informasi<br />

Haji <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI, Drs. H.<br />

M. Amin Akkas, M. Sc pada acara<br />

launching siskohat online Kankemenag<br />

Se-<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Kamis(26/5), di Aula<br />

Kankemenag Kota Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Pengembangan siskohat online di<br />

Kab/Kota berawal dari diberlakukannya<br />

sistem pendaftaran haji sepanjang<br />

tahun, yang sebelumnya menggunakan<br />

sistem perebutan kuota yaitu sistem<br />

dengan membayar lunas Ongkos Naik<br />

Haji (ONH) pada saat mendaftar di<br />

Bank Penerima Setoran (BPS) Haji. Perubahan<br />

manajemennya pun, hanya<br />

bersifat internal, pada input data Calon<br />

Jamaah Haji (CJH), yang dulunya<br />

proses input data CJH dilakukan di BPS,<br />

secara bertahap diserahkan kepada<br />

Kankemenag Kab/Kota, sedangkan ketentuan<br />

lainnya masih tetap sama.<br />

Infrastruktur input data yang dibangun<br />

dengan Anggaran Pendapatan<br />

Belanja Negara (APBN) merupakan<br />

adopsi dari sistem komputerisasi<br />

maskapai penerbangan internasional,<br />

dengan kemampuan teknologinya yang<br />

mampu mendata, menyeleksi data secara<br />

cepat, tepat dan terhubung dalam<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

satu sistem jaringan, sehingga dapat<br />

diakses ditempat lain (online).<br />

Untuk <strong>Aceh</strong>, pembangunan instrumen<br />

urat nadi manajemen haji ini merupakan<br />

provinsi ke-16 dari 33 provinsi<br />

penerima siskohat. Pun demikian, untuk<br />

daerah pemekaran baru, Kabupaten<br />

Subulussalam dan Kabupaten Pidie<br />

Jaya, untuk sementara waktu pendaftaran<br />

jamaah haji masih dilakukan di<br />

BPS, karena belum memiliki siskohat.<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> melalui Drs. H. M.<br />

Daud Pakeh selaku Plh. Kakanwil, pada<br />

kesempatan launching mengharapkan<br />

siskohat pada kedua kabupaten baru<br />

tersebut dapat dibangun pada tahun<br />

depan. “Semoga tahun depan, sikohat<br />

di Subulussalam dan Kabupaten Pidie<br />

Jaya sudah dapat kita akses.”<br />

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan<br />

Umrah Kemenag RI berpesan agar peralihan<br />

input data dari BPS ke <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>, harus dibarengi dengan<br />

perubahan culture, perubahan kebiasaan<br />

ke arah lebih baik, khususnya para<br />

operator siskohat, dituntut untuk meningkatkan<br />

disiplin dan pelayanan kepada<br />

jamaah. Beliau juga sangat mengharapkan<br />

dukungan dan perhatian<br />

Pemerintah Daerah, guna tercapainya<br />

standar pelayanan minimum di Kankemenag<br />

<strong>Aceh</strong>. “Kita mohon dukungan<br />

dan suport dari Bapak Gubernur untuk<br />

melengkapi kekurangan lainnya, dikarenakan<br />

tanggung jawab penyelenggaraan<br />

ibadah haji merupakan tanggung<br />

jawab kita bersama, pinta Dirjen”.<br />

Acara peresmian ditandai dengan<br />

pemotongan pita oleh perwakilan<br />

Karo Keistimewaan Sekretariat Daerah<br />

<strong>Aceh</strong>, Ir. Sulaiman AW di depan ruang<br />

siskohat Kankemenag Kota Banda<br />

<strong>Aceh</strong>. ndarwin<br />

15


Ruang Pekapontren<br />

Laporan Zarkasyi<br />

Pesantren dan Respon Isu Kontemporer<br />

Agent of Social Change (agen perubahan<br />

sosial) adalah peran Pesantren<br />

yang selalu diharapkan oleh masyarakat,<br />

masyarakat mengharapkan pesantren<br />

dapat memberikan kontribusi terhadap<br />

permasalahan yang dihadapi mereka,<br />

baik menyangkut masalah sosial<br />

kemasyarakatan maupun masalah<br />

hukum. Setiap permasalahan baru<br />

(masa’il al-haditsah) yang muncul<br />

dan berkembang dalam masyarakat<br />

pesantren diharapkan memberikan<br />

renspon, terutama mencarikan solusi<br />

dari masalah yang dihadapi tersebut.<br />

Tercatat dalam sejarah, ulama<br />

Dayah tempo dulu menjadi “tempat<br />

curhat” masyarakat terhadap masalah<br />

yang dihadapi. Kita sering membaca<br />

bagaimana Syaikh Abdurrauf Assingkily<br />

memberikan kontribusi terhadap<br />

permasalah yang dihadapi pada<br />

masanya, kala itu syaikh Abdurrauf<br />

As-Singkily menjadi mufti kerajaan<br />

<strong>Aceh</strong>, menjawab setiap permasalahan<br />

yang dihadapi kerajaan dan masyarakat<br />

saat itu. Tengku Chik Kuta Karang,<br />

sebagai ulama yang ahli dalam bidang<br />

astronomi dan pengobatan telah<br />

menulis beberapa kitab yang sampai<br />

saat ini masih digunakan sebagai refensi<br />

ilmu perbintangan dan pengobatan.<br />

Singkatnya, tempo dulu ulama dayah<br />

menjadi staf ahli bagi umara dan<br />

masyarakat.<br />

Di era modern sekarang ini muncul<br />

berbagai persoalan-persoalan baru<br />

yang menghendaki adanya jawaban,<br />

baik menyangkut masalah sosial<br />

ke-masyarakatan maupun masalah<br />

hukum, seiring itu pula ulama dayah<br />

hendaknya memberikan renspon<br />

terhadap isu-isu tersebut, sehingga<br />

masyarakat memiliki referensi dan<br />

tepat berpijak. Menyahuti itu, pasca<br />

tsunami ulama dayah telah menulis<br />

beberapa buku yang berkenaan dengan<br />

isu-isu aktual yang dihadapi masyarakat<br />

<strong>Aceh</strong> khusus-nya, buku Pemikiran<br />

Ulama Dayah <strong>Aceh</strong> yang ditulis oleh<br />

lima orang ulama dayah <strong>Aceh</strong> yaitu<br />

Tengku H. Daud Zamzami, Tengku H.<br />

Nuruzzahri, Tengku H. Hasanoel Basry,<br />

Tengku H. Muchtar A. Wahab, Tengku<br />

H. Ismail Ya’kub. Tengku H. Ibrahim<br />

Bardan atau yang lazim dikenal dengan<br />

Abu Panton juga turut menulis buku<br />

berkenaan dengan resolusi konflik,<br />

Abu Panton menulis buku Resolusi<br />

Konflik dalam Islam; Kajian Normatif<br />

dan Historis Perspektif Ulama Dayah.<br />

Tidak hanya ulama dayah, santri<br />

pun ikut menulis buku tentang isuisu<br />

aktual yang berkembang di <strong>Aceh</strong>,<br />

di antara buku tersebut adalah Wanita<br />

dan Islam yang ditulis oleh santriwati<br />

dayah, Wacana Pemikiran Santri Dayah<br />

16 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

<strong>Aceh</strong> yang ditulis oleh santriwan,<br />

Menuju Syariat Islam Kaffah, pikiran<br />

dan pengalaman santri <strong>Aceh</strong> dalam<br />

menuntut ilmu dan hubungannya<br />

dengan perbuatan nyata.<br />

Harapan kita, budaya menulis<br />

dalam upaya melakukan transfer of<br />

knowledge dapat kembali tumbuh<br />

dalam dunia pesantren di <strong>Aceh</strong>,<br />

sehingga ide-ide dan pencerahan<br />

pesantren tidak hanya dinikmati oleh<br />

halaqah ta’lim para santri, tetapi juga<br />

masyarakat pada umumnya. Untuk<br />

itu, sesuai dengan pesan Ulama Besar<br />

Ja’far Shadiq bahwa mengikat ilmu<br />

adalah dengan tulisan memberikan<br />

stimulus besar bagi dunia pesantren<br />

dalam menulis dan mengabadikan<br />

pengetahuan dalam bentuk tulisan,<br />

sehingga pesantren dapat menjadi<br />

referensi bagi masyarakat dalam<br />

menjawab segala persoalan-persoalan<br />

baru yang terjadi. n


Ruang Urais<br />

Laporan Alfirdaus Putra<br />

Lauser Didaki, Rakit pun Dilewati<br />

(Catatan Penilaian Lapangan KUA Teladan <strong>2011</strong>)<br />

Pentas akbar Kantor Urusan<br />

<strong>Agama</strong> Kecamatan kembali digelar,<br />

kegiatan rutinitas berupa penilaian<br />

Kantor urusan <strong>Agama</strong> (KUA) teladan<br />

tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> sudah mulai<br />

dilaksanakan, penilaian lapangan<br />

meliputi komponen sistem dan<br />

prosedur pelayanan, komponen sarana<br />

dan prasarana pelayanan, komponen<br />

visi, misi dan moto pelayanan, sistem<br />

administrasi yang transparansi dalam<br />

pemberian pelayanan, serta penataaan<br />

ruangan yang tertata rapi dan nyaman<br />

sudah dilakukan pada 2 sampai<br />

dengan 14 Mei yang lalu. Pemilihan<br />

KUA kecamatan teladan kali ini diikuti<br />

18 KUA Kecamatan teladan utusan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten/<br />

Kota se-<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Tercatat<br />

hanya 5 Kabupaten/Kota yang tidak<br />

mengirimkan utusannya, yaitu <strong>Aceh</strong><br />

Jaya, <strong>Aceh</strong> Tenggara, Pidie Jaya, Kota<br />

Sabang, dan Kota Subulussalam.<br />

Tim Penilai Lapangan KUA<br />

Kecamatan Teladan Tahun <strong>2011</strong> dibagi<br />

menjadi 2 tim, tim yang dikomandoi<br />

Drs. Ridwan Qari menyisir tuntas<br />

pantai barat selatan hingga sebagian<br />

pantai timur sampai negeri “kerupuk<br />

muling” Pidie. Kasi Kepenghuluan, T.<br />

Ahmad, S.Ag. memimpin tim 2 untuk<br />

mendaki cot panglima, melintasi bukit<br />

barisan hingga ke sebagian dataran<br />

tinggi lauser di Gayo Lues, tidak<br />

selesai dampai disitu, tim ini harus<br />

kembali bertugas melakukan penilaian<br />

di wilayah pase hingga ke perbatasan<br />

Sumatera Utara.<br />

Minggu, 1 Mei yang lalu kedua<br />

tim memulai perjuangannya untuk<br />

melakukan penilaian dengan menggunakan<br />

kendaraan umum. “ BL 179<br />

AL kita sedang kurang sehat, dan<br />

tim kita pun ada dua, biar adil bus<br />

umum harus menjadi pilihan.” Jelas<br />

Pak Ridwan pada santunan yang kali<br />

ini berkesempatan mengikuti tim<br />

menjadi “pencari wajah” dengan Sony<br />

digitalnya.<br />

Banyak hal yang menjadi catatan<br />

menarik santunan kali ini, mulai<br />

dari tim barat selatan harus bersamasama<br />

mangga jenis kuini karena L-300<br />

tumpangan kami memuat 2 ton kuini<br />

untuk memenihi kuota mobil yang<br />

penumpangnya hanya kami bertiga,<br />

berbecak ria menikmati malam di<br />

Kota Meulaboh untuk “dinner”,<br />

menumpang labi-labi dari Metro<br />

Hotel menuju tempat penilaian di<br />

KUA Samadua di <strong>Aceh</strong> Selatan yang<br />

sempat membuat punggawa KUA<br />

kalang kabut mengetahui kehadiran<br />

kami. “Kami kan juga ingin merasakan<br />

seperti yang masyarakat rasakan, dan<br />

penilaian ini tidak boleh memberatkan<br />

pihak manapun, karena kami menilai<br />

dibiayai oleh negara.” Jelas kepala<br />

Bidang Urais yang baru diamanati<br />

jabatan ini 4 April yang lalu sembari<br />

tertawa kecil. “Anggaran KUA kan<br />

terlalu kecil, maka harus dimanfaatkan<br />

benar-benar untuk kepentingan KUA,<br />

jadi jangan dipakai untuk hal-hal yang<br />

bersifat mubah”. Lanjut beliau dengan<br />

mengusung kebijakan Ka.Kanwil yang<br />

menganjurkan penilaian KUA tanpa<br />

acara ceremonial.<br />

Penilaian kali ini menurut Ridwan<br />

Qari sedikit berbeda dengan penilaian<br />

tahun sebelumnya, Bidang Urais<br />

mengambil kebijakan berimbang antara<br />

nilai performa personal Kepala KUA<br />

dengan nilai administrasi perkantoran<br />

di KUA Kecamatan. Hal ini dilakukan<br />

untuk pengembangan administrasi KUA<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

yang masih sangat perlu pembinaan<br />

berkelanjutan. “Kantor yang nyaman,<br />

administrasi yang transparan, dan biaya<br />

ringan tentunya akan memberi warna<br />

yang baik dalam benak masyarakat<br />

terhadap KUA Kecamatan” tutur<br />

priakelahiran negeri antara 44 tahun<br />

silam. Selain daripada itu “santunan”<br />

melihat terdapat salah satu kebijakan<br />

penilaian yang sangat cemerlang,<br />

yaitu pandangan masyarakat terhadap<br />

KUA Kecamatan di daerahnya. Salah<br />

satu tim penilai akan berbincang<br />

dengan masyarakat sekitar kecamatan<br />

tersebut tentang kinerja KUA untuk<br />

mengetahui sejauh mana pemahaman<br />

masyarakat tentang keberadaan KUA<br />

dan mamfaatnya bagi masyarakat.<br />

“KUA itu ada untuk masyarakat,<br />

maka pantas kami bertanya pada<br />

masyarakat tentang pengaruh KUA<br />

Kecamatan bagi mereka, jangan-jangan<br />

ada yang tidak tahu apa itu KUA bahkan<br />

tidak pernah mendengarnya, atau<br />

terdapat banyak citra negatif tentang<br />

KUA Kecamatan di daerah itu” jelas<br />

beliau.<br />

Selain dari penilaian administrasi<br />

perkantoran, terdapat penilaian ferforma<br />

personal Kepala KUA yang meliputi<br />

komponen kemampuan manajerial dan<br />

kemampuan membaca literatur klasik<br />

serta pemahaman terhadap peraturan<br />

perundang-undangan yang berlaku dan<br />

komponen kemampuan memahami<br />

Kitab Suci al-Qur’an serta pembacaan<br />

Khutbah Nikah. Penilaian ini akan<br />

dilakukan di Asrama haji Banda <strong>Aceh</strong><br />

pada 14 s/d 16 Mei <strong>2011</strong>, pemuncak<br />

pertama hasil penilaian KUA teladan<br />

ini akan mewakili <strong>Aceh</strong> dalam pentas<br />

nasional 17 Agustus mendatang di<br />

Istana Negara Republik Indonesia. n<br />

17


Wiswadas, S.Ag, M.Si<br />

Peringat Hari Tri Suci Waisak adalah<br />

peringatan hari besar bagi umat Buddha<br />

yang kebiasaan diselenggarakan sebelum,<br />

di hari “ A”, dan sesudahnya.<br />

Makna peringatan Hari Tri Suci Waisak<br />

adalah memperingati tiga peristiwa penting<br />

yang terjadi pada bulan purnama sidhi.<br />

Tiga peristiwa penting tersebut adalah:<br />

1. Pangeran Sidharta Lahir di Taman<br />

Lumbini pada tahun 623 SM;<br />

2. Pangeran Sidharta mencapai pencerahan<br />

di bawah pohon Bodhi pada<br />

tahun 588 SM;<br />

3. Wafatnya Buddha Gautama di Kusinara<br />

pada tahun 543 SM;<br />

Purnamasiddhi Waisak telah tiba,<br />

karena berisi kisah perjalanan kehidupan<br />

manusia unggul bernama Sidharta<br />

Gautama dengan pengorbanan tenaga,<br />

pikiran, dan waktu demi keberhasilan<br />

tujuan mulia, secara total terhadap kemanusiaan,<br />

alam, dan keharmonisan.<br />

Umat Buddha secara serentak mengenang<br />

dan merenungkan kembali makna<br />

spiritual dan semangat yang terkandung<br />

dalam tiga peristiwa agung: pertama kelahiran<br />

pangeran Siddhartha Gautama<br />

di Lumbini, sebagai seorang Bodhisattva<br />

yang turun ke dunia dari surga Tusita untuk<br />

menjadi Buddha. Kedua tercapainya<br />

penerangan sempurna petapa Gautama,<br />

berhasil merealisasikan Nirwana dan<br />

menjadi Samyaksambuddha di Bodhgaya,<br />

di bawah pohon Bodhi. Ketiga Parinirwana<br />

Buddha Gautama di Kusinara, di<br />

antara dua pohon Sala kembar.<br />

Peristiwa agung yang terjadi pada bulan<br />

waisak merupakan sebuah rangkaian<br />

kehidupan yang penuh dengan totalitas<br />

dan karya besar bagi kemanusiaan, peradaban,<br />

dan alam semesta. Realisasi spiritualitas<br />

keterbangunan nurani Sidharta<br />

bukanlah suatu capaian yang berangkat<br />

dari ketakutan atau penolakan sepihak<br />

terhadap penderitaan pribadi ataupun<br />

yang bersifat kebetulan karena sudah dipilih<br />

dan ditakdirkan, melainkan berangkat<br />

dari observasi langsung terhadap realitas<br />

kehidupan diiringi kepedulian terhadap<br />

derita semua agregat kehidupan yang tidak<br />

kekal, kemudian diperjuangkan dengan<br />

sepenuh hati tanpa kenal lelah.<br />

Memaknai Waisak adalah dengan<br />

pelaksanaan bhakti Sosial, Pembagian<br />

18<br />

Ruang KUB<br />

Parayaan Hari Tri Suci Waisak <strong>2011</strong><br />

sembako ke panti jompo, mengadakan<br />

donor darah, melaksanakan bazar dan<br />

mengadakan lomba mewarnai, membaca<br />

paritta, lomba ceramah, lomba peragaan<br />

busana nuansa Buddhis, dan yang<br />

terpenting adalah memaknai Buddha,<br />

sebuah kapasitas mental untuk bangkit,<br />

mengasihi, peduli dalam memahami dan<br />

menghadapi realitas kehidupan, agar<br />

menjadi tercerahkan. Kapasitas mental<br />

tersebut kita miliki sebagai manusia, baik<br />

dalam bentuk benih-benih kecil maupun<br />

sudah menjadi tunas-tunas muda<br />

yang siap bangkit, tumbuh berkembang<br />

menjadi pohon-pohon pencerahan yang<br />

menyejukkan. Latihan yang dapat dilakukan<br />

untuk membangkitkannya adalah<br />

menyiraminya dengan eling, mengetahuinya<br />

sebagai sebuah realita bukan<br />

gagasan, bukan pendapat, bukan mitos,<br />

melainkan kenyataan yang dapat diraih<br />

secara terus-menerus tanpa dibatasi oleh<br />

waktu, ruang, dan keadaan.<br />

Waktu yang sangat ditunggu oleh<br />

umat Buddha sedunia adalah detik-detik<br />

waisak 2555/<strong>2011</strong>, yang menjadi kebiasaan<br />

umat Buddha adalah merenungkan<br />

kebajikan-kebijakan dan keluhuran dari<br />

sifat Seorang Buddha, suasana menanti<br />

detik-detik kelahiran Buddha Gautama ini<br />

hening, tenang tanpa kebisingan apapun.<br />

Detik-detik kelahiran Buddha Gautama<br />

ini biasanya dipimpin oleh seorang Rohaniwan<br />

Buddha yang disebut Bhikkhu/<br />

Biksu, Samanera dan Pandita, kegiatan<br />

yang kusuk dengan merenungkan ajaranajaran<br />

Buddha misalnya:<br />

Sakyamuni Buddha menegaskan bahwa<br />

kejernihan, bahkan ke-Buddha-an<br />

bukanlah monopoli miliknya, kejernihan<br />

akan datang bila dilatih dan dikondisikan.<br />

Salah satu metode yang efektif adalah<br />

dengan menghidupkan ”kesadaran” yang<br />

dalam terminologi Jawa disebut ”eling”.<br />

Karakteristik ”eling” adalah jernih, waspada,<br />

sadar, laksana cermin jernih, mampu<br />

melihat sesuatu sebagaimana adanya.<br />

Kapasitas untuk terus ”eling” terhadap<br />

sesuatu yang terjadi di dalam diri dan<br />

ling-kungan akan menuntun manusia<br />

untuk berjumpa dengan segala sesuatu<br />

dalam kondisi yang paling alamiah dan<br />

murni. Eling yang terasah adalah gerbang<br />

pengetahuan, penembusan realitas,<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

gerbang kepedulian terhadap sesama,<br />

pemusnah pandangan salah (diþþhâsava)<br />

dan ke-bodohan (avijjâsava). Dalam hal<br />

ini bisa disimpulkan eling adalah gerbang<br />

pembebasan. Kita melakukan meditasi<br />

kesadaran kerena mempunyai kekotoran<br />

batin. Jika kekotoran batin tidak ada, tidak<br />

mempunyai alasan untuk bermeditasi.<br />

Tidak kekal adalah sifat segala sesuatu<br />

yang berkondisi, mereka bersifat<br />

muncul (uppâda) dan lenyap (vaya), setelah<br />

muncul mereka akan musnah kembali,<br />

dengan tercapainya hari Waisak pada<br />

hakikatnya merupakan hari kemanusiaan<br />

keseimbangan/pembebasan maka tercapailah<br />

kebahagiaan sejati. Semua makhluk<br />

akan mengalami kematian, mereka<br />

telah berkali-kali mengalami kematian,<br />

dan akan selalu demikian, saya pun akan<br />

mengalami kematian. Semua bentukan<br />

di tiga alam kehidupan adalah tidak kekal<br />

dalam makna bahwa bentukan ini menjadi<br />

tidak ada setelah muncul. Nibbâna itu<br />

sendiri, disebut penenangan atas bentukan-bentukan<br />

itu dan merupakan kebahagiaan.<br />

Bentukan-bentukan adalah tidak<br />

kekal, bersifat muncul dan lenyap, setelah<br />

muncul, mereka lenyap, ketenangannya<br />

sungguh membahagiakan. Melalui<br />

latihan eling kita akan “memahami sepenuhnya<br />

apa yang dapat diungkapkan”<br />

melalui tiga jenis pemahaman penuh:<br />

(1) pemahaman penuh atas apa yang diketahui<br />

(2) pemahaman penuh dengan<br />

pemeriksaan (3) pemahaman penuh sebagai<br />

pelepasan. Bagaikan para pelayan<br />

raja yang pertama-tama membersihkan<br />

jalan sebelum dilalui raja, demikian<br />

pula, pandangan benar vipassanâ (eling)<br />

membersihkan jalan dengan merenungkan<br />

kelompok-kelompok kehidupan, dan<br />

lain-lain, sebagai tidak kekal, dan seterusnya,<br />

kemudian pandangan benar tentang<br />

jalan pembebasan (magga-sammâdiþþhî)<br />

memunculkan pemahaman sepenuhnya<br />

akan lingkaran kehidupan.<br />

Semoga Waisak ini lebih bermakna<br />

dalam kehidupan sehari-hari secara nyata<br />

agar proses pembebasan secara bertahap<br />

dari waktu ke waktu, dari kelahiran ke<br />

kelahiran dapat tercapai dalam pejalanan<br />

kehidupan kita. Selamat Hari Waisak ke<br />

2555 BE tahun <strong>2011</strong>, semoga semua<br />

makhluk hidup berbahagia. n


<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. Kelompok<br />

Kerja Madrasah Diniyah (KKMD)<br />

merupakan ujung tombak pengembangan<br />

Madrasah Diniyah di masa yang<br />

akan datang. Untuk meningkatkan<br />

efektifitas KKMD bidang Pekapontren<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> mengadakan Pembinaan KKMD<br />

dalam dua angkatan. Acara ini dilaksanakan<br />

di OASIS Atjeh Hotel Banda<br />

<strong>Aceh</strong>, dari 9 – 14 Mei <strong>2011</strong>.<br />

Acara dibuka secara resmi oleh<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Kemenag <strong>Aceh</strong> Bina KKMD<br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman<br />

TB, Lt. Dalam sambutannya Kakanwil<br />

mengharapkan hendaknya kelompok<br />

kerja Madrasah Diniyah dapat berperan<br />

aktif meningkatkan kemajuan pendidikan<br />

agama, terutama pendidikan<br />

madrasah diniyah. Kakanwil mengharapkan<br />

kontribusi semua pihak<br />

un-tuk kemajuan pendidikan agama<br />

yang selama ini dipandang enteng<br />

oleh se-bahagian masyarakat.<br />

Para Ketua Kelompok Kerja Madrasah<br />

Diniyah yang telah mengikuti<br />

pembinaan diharapkan dapat memberikan<br />

kontribusi untuk peningkatan<br />

KKMD Kabupaten/kota, serta dapat<br />

memajukan Madrasah Diniyah. Salah<br />

satu kemajuan yang telah dicapai<br />

da-lam pengembangan Madrasah<br />

Diniyah adalah pelaksanaan ujian<br />

secara serentak dilaksanakan pada<br />

tanggal 23 Mei <strong>2011</strong>, meski hanya<br />

lima kabupaten kota yang sudah<br />

dapat melaksanakan ujian secara<br />

serentak. n<br />

zarkasyi<br />

Kemenag <strong>Aceh</strong> Umumkan Lelang Secara Online<br />

<strong>Santunan</strong> - Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Memenuhi maksud Perpres Nomor<br />

54 Tentang Pengadaan Barang dan<br />

Jasa Pemerintah yang menghendaki<br />

transparansi dan keterbukaan<br />

proses pengadaan barang dan jasa<br />

pemerintah kepada publik dan dunia<br />

usaha, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> mulai mengumumkan kegiatan<br />

Banda <strong>Aceh</strong>-<strong>Santunan</strong>. Sejumlah<br />

98 orang santri pondok pesantren<br />

yang tersebar di provinsi <strong>Aceh</strong> mengikuti<br />

tes Penerima Beasiswa Santri<br />

Berprestasi (PBSB) tahun <strong>2011</strong>. Tes ini<br />

dilaksanakan pada Rabu 4 Mei <strong>2011</strong>,<br />

di Madrasah Aliyah Darul Ulum Banda<br />

<strong>Aceh</strong>. Tes dimulai pada pukul 07:30<br />

hingga 17:00 WIB.<br />

Adapun materi tes meliputi Tes<br />

Bakat Skolastik (TBS), materi IPA,<br />

IPS dan Dirasah Islamiyah serta tes<br />

kepesantrenan dan Bahasa Arab.<br />

Sejumlah Perguruan Tinggi ternama<br />

seperti Universitas Indonesia (UI),<br />

lelang setiap satker (satuan kerja) di<br />

lingkungannya secara online melalui<br />

website www.aceh.kemenag.go.id<br />

Dengan adanya pengumuman<br />

secara online, pemerintah disatu sisi<br />

dapat menekan biaya operasional<br />

pengumuman lelang di media massa.<br />

Di sisi lain, masyarakat dan dunia<br />

usaha dapat lebih leluasa mengakses<br />

98 Santri Ikuti Tes Seleksi PBSB <strong>2011</strong><br />

Institut Pertanian Bogor (IPB), UIN<br />

Syarif Hidayatullah Jakarta serta beberapa<br />

perguruan tinggi lainnya yang<br />

tersebar di Pulau Jawa menjadi pilihan<br />

santri yang mengikuti tes PBSB.<br />

Berdasarkan data dari panitia lokal,<br />

bahwa santri yang sedang belajar di<br />

beberapa perguruan tinggi di Pulau<br />

Jawa berjumlah 30 orang. Demikian<br />

disampaikan Radhiuddin selaku ketua<br />

panitia lokal. Tes ini juga diawasi oleh<br />

utusan Perguruan Tinggi pilihan para<br />

santri, di antara yang hadir adalah<br />

utusan dari IPB dan UGM Yogyakarta.<br />

Turut memantau pelaksanaan tes<br />

informasi pengumuman lelang tanpa<br />

dibatasi ruang tempat dan waktu.<br />

Diharapkan proses lelang di jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

dapat berlangsung dengan baik dalam<br />

kondisi persaiangan usaha yang sehat<br />

dan menghasilkan barang dan jasa yang<br />

baik, berkualitas, dan berdayaguna<br />

tinggi. naba<br />

ini Direktur Pendidikan Diniyah dan<br />

Pondok Pesantren <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

RI Drs. Choirul Fuad Yusuf, SS, MA.<br />

Dalam arahannya, Direktur Pendidikan<br />

Diniyah dan Pondok Pesantren<br />

mengharapkan hendaknya santri yang<br />

menerima beasiswa santri berprestasi,<br />

setelah menamatkan pendidikan di<br />

Perguruan Tinggi dapat mengembangkan<br />

ilmunya di Pesantren. Beliau juga<br />

mengharapkan pesantren hendaknya<br />

menjadi agent of social change (agen<br />

perubahan sosial) yang memberikan<br />

renspon bagi setiap perkembangan<br />

masyarakat. nzarkasyi<br />

19


Peristiwa<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong><br />

Saring Calon Petugas Haji Tahun 1432 H/<strong>2011</strong><br />

<strong>Santunan</strong> – Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

melalui Bidang Peny. Haji dan<br />

Umrah telah melaksanakan seleksi<br />

administrasi bagi para calon petugas<br />

haji tahun 1432 H/<strong>2011</strong>. Dari 121<br />

berkas lamaran yang diterima panitia,<br />

31 berkas dinyatakan tidak memenuhi<br />

persyaratan administrasi. Ketentuan<br />

administrasi ini berbeda-beda sesuai<br />

dengan formasi yang dilamar.<br />

Untuk Formasi Tim Pemandu Haji<br />

Indonesia (TPHI), dari 29 pelamar,<br />

8 di antaranya tidak memenuhi<br />

persyaratan administrasi. Formasi Tim<br />

Pembimbing Ibadah Haji Indonesia<br />

(TPIHI), berkas yang masuk sejumlah<br />

31 berkas, namun 1 di antaranya tidak<br />

memenuhi ketentuan administrasi.<br />

Formasi Pengemudi hanya diikuti<br />

oleh seorang pelamar dan memenuhi<br />

ketentuan administrasi. Formasi<br />

Pelayanan Administrasi Siskohat diikuti<br />

oleh 11 pelamar, 1 diantaranya tidak<br />

memenuhi ketentuan administrasi.<br />

Formasi Pelayanan Bimbingan<br />

Ibadah didikuti oleh 19 pelamar,<br />

10 tidak memenuhi ketentuan<br />

administrasi. Dan formasi Pelayanan<br />

Umum diikuti oleh 30 orang pelamar,<br />

12 tidak memenuhi persyaratan<br />

administrasi.<br />

Para peserta yang telah dinyatakan<br />

lulus seleksi administrasi sebagaimana<br />

tertuan dalam surat Kepala Kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Nomor Kw.01.3/2/<br />

HJ.02/1078/<strong>2011</strong> tanggal 11 Mei<br />

<strong>2011</strong> mengikuti Tes Kompetensi dan<br />

Psikotes (tertulis) serta wawancara<br />

pada Hari Kamis, 19 Mei <strong>2011</strong><br />

bertempat di Asrama Haji Embarkasi<br />

Teungku Dayah Bahas Gender Mainstreaming<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. Teungku<br />

Dayah dan beberapa pegiat gender<br />

berkumpul di OASIS Atjeh Hotel, tanggal<br />

6-7/05/<strong>2011</strong> membahas ten-tang<br />

gender mainstreaming dalam konteks<br />

keislaman dan keacehan. Acara ini<br />

dilaksanakan Sub Bagian Perencanaan<br />

dan Informasi Keagamaan (Caninfoka)<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> bekerjasama dengan<br />

Bidang Pekapontren. Pemateri dalam<br />

kegiatan ini adalah Prof. DR. Al Yasa’<br />

Abubakar MA, Direktur Pascasarjana<br />

IAIN Ar-Raniry, serta Eka Srimulyani,<br />

MA, Ph.D yang juga dosen PPs IAIN<br />

Ar-Raniry.<br />

Salah satu sesi kegiatan ini adalah<br />

diskusi yang berjalan sangat alot, terutama<br />

membahas konsep dan format<br />

gender mainstreamin untuk <strong>Aceh</strong>.<br />

Akhir kegiatan ini menghasilkan sejumlah<br />

rekomendasi, di antaranya<br />

menolak isu gender versi Barat, dan<br />

menawarkan konsep keadilan secara<br />

syariat; Ta‘adul al-syar‘i fi mas’uliyyat<br />

al-jinsiyyah. Peserta berharap kegiatan<br />

ini tidak hanya terhenti sampai di sini,<br />

tapi dilanjutkan sampai ke tahap action<br />

plan keadilan gender dalam konteks<br />

budaya <strong>Aceh</strong>. nzarkasyi<br />

20 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Banda <strong>Aceh</strong>, mulai jam 8 pagi WIB<br />

sampai dengan selesai.<br />

Menurut Kabid Penyelenggaraan<br />

Haji dan Umrah Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. Daud<br />

Pakeh, sistem seleksi petugas haji<br />

tahun ini memang dilaksanakan<br />

berjenjang mulai dari tingkat daerah,<br />

provinsi, hingga tingkat pusat. Ini<br />

merupakan bagian dari masukan KPK<br />

kepada <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> supaya<br />

petugas haji yang terjaring nantinya<br />

benar-benar profesional dan memiliki<br />

kompetensi di bidangnya.<br />

“Menurut informasi dari inspektorat<br />

pusat, tahun lalu ada petugas haji yang<br />

dipulangkan ke Indonesia dari Arab<br />

Saudi karena ternyata tidak mampu<br />

melaksanakan tugas di sana” kata<br />

mantan Kankemenag Kota Sabang,<br />

Daud Pakeh. naba<br />

Kakankemenag<br />

<strong>Aceh</strong> Selatan<br />

pantau<br />

Pelaksanaan<br />

UN <strong>2011</strong><br />

<strong>Santunan</strong>-Tapak Tuan. Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Selatan yang baru, Bapak Drs. H.<br />

Asy’ari melakukan pemantauan pelaksanaan<br />

UN pada tanggal 18 April <strong>2011</strong><br />

yang lalu. Salah satu sekolah yang dikunjungi<br />

adalah MAN Unggul Tapak<br />

Tuan yang dikepalai oleh Drs. Nasrijal.<br />

Kepala MAN Unggul Tapak Tuan menyampaikan<br />

seluruh peserta UN <strong>2011</strong><br />

dari madrasahnya berjumlah 61 siswa,<br />

yaitu 25 laki-laki dan 35 perempuan.<br />

nfadhlan


Sinabang – <strong>Santunan</strong>. Madrasah<br />

Ibtidayah Negeri (MIN) Sinabang<br />

terima bantuan gedung baru. Langitlangit<br />

plafon yang berlubang, dinding<br />

kayu yang telah dimakan usia dan rayap,<br />

berganti dengan bangunan permanen<br />

baru, lengkap dengan sarana, dan<br />

prasarana pendidikan lainnya. Aktifitas<br />

belajar-mengajar perdana di gedung<br />

baru MIN Sinabang dimulai hari Senin<br />

(24/1). Pemindahan ini disambut<br />

gembira oleh para murid, dan dewan<br />

guru MIN Sinabang. Bangunan plus<br />

sarana dan prasarana pendidikan MIN<br />

Sinabang tersebut merupakan bantuan<br />

sepenuhnya dari Pemda Kabupaten<br />

Simeulue bekerjasama dengan Islamic<br />

Development Bank (IDB).<br />

Sebelumnya lokasi tersebut merupakan<br />

SMP Negeri 1 Sinabang. Pun<br />

demikian, peresmian secara resmi<br />

gedung baru yang berada di Belakang<br />

Mesjid Agung Simeulue (Jalan Pemuda<br />

No. 33, Suka Maju, Sinabang) tersebut,<br />

belum diserahterimakan, diperkirakan<br />

Satunan-Meulaboh. Madrasah<br />

Diniyah Kankemenag <strong>Aceh</strong> Barat pada<br />

21-22 April <strong>2011</strong> melaksanakan peringatan<br />

Maulid Nabi Besar Muhammad<br />

SAW 1432 H, dalam kegiatan dimaksud<br />

dilaksanakan berbagai macam<br />

lomba bagi santri baik tingkat ula dan<br />

wustha, antara lain, lomba membaca<br />

puisi islam, hafalan juz ’amma, lomba<br />

azan, dan lomba bercerita islami.<br />

Adapun tujuan dilaksanakan kegiatan<br />

dimaksud selain merupakan agenda<br />

rutin tahunan dan juga sebagai ajang<br />

evaluasi dan ajang ukir prestasi bagi<br />

santriwan-santriwati Diniyah An-Nida.<br />

Kankemenag <strong>Aceh</strong> Barat yang diwakili<br />

Kasi Penamas Tarmidhi, S.Ag,<br />

dalam acara pembukaan lomba, berharap<br />

agar kegiatan semacam ini perlu<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Gedung Baru untuk MIN Sinabang<br />

akan dilakukan dalam waktu dekat.<br />

Dengan sarana dan prasarana gedung<br />

yang telah representatif, pada Tahun<br />

Ajaran <strong>2011</strong>/2012, MIN Sinabang<br />

mulai membuka program pendidikan<br />

Madrasah Umum (pagi), Madrasah<br />

Diniyah (sore), Taman Pendidikan Al-<br />

Qur’an, dan Les Komputer. Dengan<br />

visi “Terwujudnya MIN yang unggul<br />

dalam prestasi, cerdas dalam berpikir,<br />

terampil dalam bekerja dan berakhlakul<br />

karimah.” MIN Sinabang menargetkan<br />

peningkatkan kelulusan siswa.<br />

Kepala madrasah, Zulfihayati, S.Ag<br />

mengharapkan, ke depan mad-rasah<br />

agama di ibukota kepulauan itu dapat<br />

menjadi referensi bagi masyarakat<br />

Simeulue untuk pendidikan anaknya.<br />

“Walaupun telah representatif, ke<br />

depan kita masih akan membenahi<br />

yang ada, seperti menyiapkan<br />

ketersediaan sumber daya guru yang<br />

handal, profesional di bidangnya<br />

dan melengkapi sarana-prasarana<br />

pembelajaran penunjang lainnya,”<br />

tambah Zulfihayati.<br />

Menghadapi tantangan kemajuan<br />

zaman yang semakin cepat dan pesat,<br />

diharapkan juga, para orang tua dapat<br />

lebih selektif dan mengedepankan<br />

pendidikan agama untuk anaknya.<br />

“Terlebih saat ini MIN Sinabang<br />

telah memiliki sarana dan prasarana<br />

pendidikan yang setara dengan sekolah<br />

umum lainnya. Jadi tunggu apalagi,<br />

mari daftarkan anak kita di MIN<br />

Sinabang,” ajak Zulfihayati sambil<br />

sedikit berpromosi. n<br />

biro simeulue<br />

Diniyah An-Nida Peringati Maulid<br />

dilaksanakan setiap tahunnya bahkan<br />

dalam rangka peningkatan kualitas<br />

santri kegiatan aneka lomba ini dapat<br />

di tingkatkan lagi.<br />

Kegiatan ini ditutup dengan perayaan<br />

kenduri maulid santri dan para<br />

wali santri serta karyawan-karyawati<br />

di lingkungan kankemenag <strong>Aceh</strong> Barat<br />

serta ceramah agama yang di sampaikan<br />

oleh Ustaz Khairul Azhar, S.Ag<br />

(Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional),<br />

dalam tausiyah maulid, penceramah<br />

mengajak seluruh santri agar selalu<br />

tekun dan giat dalam menuntut ilmu<br />

karena dengan ilmu kita akan di berikan<br />

derajat yang tinggi, kemuliaan dan<br />

serta mempunyai moral yang baik.<br />

Sementara kakankemenag <strong>Aceh</strong><br />

Barat Drs. H. M. Arif Idris, MA dalam<br />

arahan singkat menyampaikan beberapa<br />

hal, di antara memberi apresiasi kepada<br />

pengurus Diniyah An-Nida yang<br />

telah sukses melaksanakan kegiatan<br />

ini, di sampingjuga beliau mengajak<br />

seluruhnya agar dapat mendukung<br />

program Diniyah ini semoga kedepan<br />

lebih baik. nbiro aceh barat<br />

21


Peristiwa<br />

Siswa MIN 1 Kota Takengon Juara I LBFT ke 17<br />

<strong>Santunan</strong> – Takengon. Hafizh<br />

Matondang, siswa MIN 1 Kota Takengon<br />

meraih juara 1 se-<strong>Aceh</strong> pada Lomba<br />

Berhitung Fakultas Teknik (LBFT)<br />

Unsyiah ke XVII Kategori SD-B yang<br />

dilaksanakan di Gedung AAC Dayan<br />

Dawood, Ahad (1 Mei) lalu.<br />

Sebelumnya, Hafidz harus mengikuti<br />

lomba serupa di tingkat Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Tengah, setelah menahbiskan diri<br />

sebagai juara di <strong>Aceh</strong> Tengah, Hafidz<br />

Pimpinan Lembaga Pendidikan Keagamaan<br />

Ikut Pelatihan Manajemen<br />

<strong>Santunan</strong>--Bener Meriah. Sebanyak<br />

40 pimpinan dan pengelola<br />

Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah,<br />

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)<br />

dan Majlis Taklim se-Kabupaten Bener<br />

Meriah, Selasa-Rabu (3-4 Mei) mengikuti<br />

Pelatihan Pembinaan Manajemen<br />

Lembaga Pendidikan <strong>Agama</strong>. Agenda<br />

itu diselenggarakan Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener Meriah<br />

di Aula kantor setempat.<br />

Ketua Panitia Pelaksana, Drs. H.<br />

Hamdani, dalam laporannya mengatakan,<br />

acara pelatihan itu diikuti oleh 18<br />

orang dari unsur pondok pesantren, 12<br />

orang dari Madrasah Diniyah, delapan<br />

orang dari Taman Pendidikan Al-Qur’an<br />

(TPA) dan dua orang dari Majlis Taklim.<br />

Training itu berlangsung selama dua<br />

hari, dengan tutor dari Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupten Bener Meriah.<br />

Unsur Kemenag membahani materi<br />

tentang Kebijakan Pemerintah, Standarisasi<br />

dan Legalisasi Lembaga Pendidikan<br />

Keagamaan; Dinas Pendidikan,<br />

Pemuda dan Olah Raga tentang peran<br />

lembaga tersebut dalam peningkatan<br />

Lembaga Pendidikan <strong>Agama</strong>; Dinas<br />

Kehutanan dan Perkebunan tentang<br />

Pengembangan Agribisnis Perkebunan<br />

di lingkungan Pondok Pesantren;<br />

dan Dinas Koperasi dan UKM tentang<br />

Prospektif dan Pengembangan Ekonomi<br />

pada Lembaga Pendidikan <strong>Agama</strong>;<br />

serta Majlis Permusyawaratan Ulama<br />

tentang Peran Lembaga Pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> sebagai sarana peningkatan<br />

Syariat Islam.<br />

Lebih lanjut, Drs. H. Hamdani, yang<br />

juga Kasi Penamas dan Pekapontren<br />

Kankemenag Bener Meriah melaporkan<br />

bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan<br />

pelatihan ini adalah untuk meningkatkan<br />

kualitas pendidikan agama, tata<br />

kelola lembaga yang baik, koordinasi<br />

lintas sektoral dan pengembangan po-<br />

22 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

dengan didampingi guru pembina<br />

Ibu Eet Kurniasih, SP.d, maju sebagai<br />

peserta LBFT di tingkat <strong>Prov</strong>insi.<br />

Sapun MR, S.Pd, Kepala MIN 1<br />

Kota Takengon sangat bangga dengan<br />

prestasi anak didiknya tersebut, dan<br />

berharap prestasi ini dapat ditularkan<br />

kepada anak-anak didik lainnya dengan<br />

meningkatkan kulitas pendidikan dan<br />

pembelajaran di madrasahnya. nbiro<br />

aceh tengah<br />

tensi ekonomi sehingga Lembaga Pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> yang notabene milik<br />

masyarakat ini mampu mengembangkan<br />

kemandirian.<br />

Sementara itu, Ka. Kankemenag<br />

Kabupaten Bener Meriah, Drs. Amrun<br />

Saleh, MA, dalam sambutan pembukaan<br />

acara mengharapkan kepada seluruh<br />

peserta agar melalui pelatihan<br />

Pembinaan Manajemen Lembaga Pendidikan<br />

Keagamaan ini dijadikan sebagai<br />

sarana untuk bertukar informasi,<br />

pengalaman dan mendapatkan ilmu<br />

tentang manajemen kelembagaan yang<br />

berguna bagi pengembangan lembaga<br />

sehingga diharapkan Lembaga Pendidikan<br />

Keagamaan di Kabupaten Bener<br />

Meriah menjadi lebih bermutu dan lebih<br />

maju. Di samping itu, dalam rangka<br />

mengantasipasi isu tentang aliran<br />

sesat dan maraknya terorisme, Amrun<br />

Saleh mengatakan, “Lembaga pendidikan<br />

agama harus menjadi tameng dan<br />

benteng yang kuat dalam mendidik<br />

peserta didik dan masyarakat di sekitarnya<br />

untuk memerangi dan memberantas<br />

aliran sesat dan terorisme.”<br />

nbiro bener meriah


<strong>Santunan</strong>-Sigli. Pagi Rabu, 14 Mei<br />

<strong>2011</strong>, pimpinan dan yayasan Pesantren<br />

Modern Terpadu Al-Furqan Bambi<br />

melaksanakan wisuda. Penyematan<br />

tanda kelulusan itu dianugerahkan<br />

bagi para santri kelas akhir yang telah<br />

mengikuti seluruh rangkaian pendidikan<br />

dan ujian di pesantren maupun di<br />

madrasah. Para santri/santriwati yang<br />

diwisudakan tersebut seluruhnya juga<br />

lulus pada pelaksanaan Ujian Nasional<br />

MA <strong>2011</strong> yang diumumkan pada<br />

tanggal 14 Mei <strong>2011</strong>.<br />

Kegiatan wisuda ini merupakan<br />

seremoni dalam melepaskan santri kelas<br />

tiga Tsanawiyah untuk melanjutkan<br />

pendidikan ke jenjang Menengah<br />

Atas. Selanjunya mewisudakan kelas<br />

tiga Aliyah yang akan melanjutkan<br />

pendidikan ke perguruan tinggi, guna<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Santri Al-Furqan Bambi Lulus UN 100%<br />

mencapai cita-cita dan masa depan.<br />

Di samping peran sertanya dalam<br />

mengimplementisakan ikrar mereka<br />

selaku santri yang salah satunya<br />

adalah mengabdikan diri mereka pada<br />

masyarakat. nfadhlan<br />

Ismuar Jadi Kasubbag TU Kankemenag Bireuen<br />

<strong>Santunan</strong> – Bireuen. Kepala Kantor<br />

Kementrian <strong>Agama</strong> Kabupaten Bireuen Drs.<br />

H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag melantik H.<br />

Ismuar, S.Ag menjadi Kasubbag Tata Usaha<br />

Kantor tersebut pada hari Rabu (12/5) di<br />

aula kantor itu.<br />

Ismuar adalah pejabat kelima yang<br />

menduduki jabatan sebagai kasubbag Tata<br />

Usaha Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> Bireuen<br />

semenjak kantor tersebut berpisah dari<br />

Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara<br />

pada tahun 2001. Sebelumnya kasubbag<br />

TU kantor itu pernah dijabat oleh Husaini,<br />

Jamaluddin AR, Mukhlis dan Maiyusri.<br />

Sebelum menjadi kasubbag TU Ismuar<br />

menjabat Kasi Pekapontren Kankemenag<br />

setempat selama lima tahun, berdasarkan<br />

penilaian Baperjakat Ismuar layak dan<br />

patut untuk ditugaskan pada jabatan<br />

kasubbag Tata Usaha Kantor Kementrian<br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten Bireuen maka bulan Mei<br />

<strong>2011</strong> Ismuar resmi dilantik menggantikan<br />

Maiyusri. Selain bertugas di kantor<br />

kementrian agama Ismuar juga dikenal<br />

sebagai penceramah yang sering mengisi<br />

ceramah keagamaan ketika peringatan hari<br />

besar islam di berbagai tempat.<br />

Selain melantik Ismuar H. Zulhelmi<br />

A. Rahman, M.Ag juga melantik tiga<br />

Kasi dalam jajaran kantor tersebut yaitu,<br />

Maiyusri dilantik menjadi Kasi Pekapontren<br />

menggantikan Ismuar, Djamaluddin Idris<br />

dilantik menjadi Kasi Urais menggantikan<br />

Mukhlis adapun Mukhlis dilantik menjadi<br />

Kasi Penyelenggara Haji Dan Umrah<br />

menggantikan Djamaluddin Idris.<br />

Acara pelantikan pejabat tersebut<br />

dihadiri oleh seluruh kepala madrasah yang<br />

berada dalam jajaran kantor kementrian<br />

agama Bireuen, pembacaan ikrar sumpah<br />

dipimpin oleh Kepala Kankemenag dan<br />

diikuti oleh seluruh para Kasi yang baru.<br />

Zulhelmi A. Rahman selesai acara<br />

pelantikan menegaskan bahwa mutasi<br />

yang dilakukannya merupakan sebuah<br />

keharusan yang harus dilaksanakan dan<br />

tidak boleh di tunda tunda kalau sudah<br />

sampai waktunya dan jika tidak dilaksanakan<br />

maka nantinya akan menjadi temuan yang<br />

dipermasalahkan oleh Inspektorat Jenderal<br />

(Irjen) , “Untuk diketahui bahwa mutasi<br />

dilakukan karena sudah sampai waktunya,<br />

jadi bukan karena ada hal lain”. Demikian<br />

penjelasan Zulhelmi A.Rahman di ruang<br />

kerjanya. nnajib/biro bireuen<br />

23


Peristiwa<br />

K3M MI Kabupaten Bireuen Raker di Medan<br />

<strong>Santunan</strong> – Medan. Sebanyak 58<br />

orang kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI)<br />

yang berada dalam wilayah Kabupaten<br />

Bireuen mengadakan Rapat Kerja (Raker)<br />

selama dua hari di aula Erlangga<br />

Medan, acara tersebut berlangsung<br />

Sabtu-Ahad (21-22 Mei). Kepala Madrasah<br />

yang tergabung dalam Kelompok<br />

Kerja Kepala Madrasah Ibtidaiyah<br />

(K3MI) ini berkumpul di di Ibukota<br />

Propinsi tetangga untuk mengevaluasi<br />

hasil kerja pengurus K3MI periode<br />

masa lalu dan menyusun program kerja<br />

untuk masa depan serta memilih ketua<br />

untuk periode mendatang.<br />

Peserta raker tersebut telah berhasil<br />

memilih ketua baru, mereka<br />

sepakat memilih Anis, S.Ag menjadi<br />

ketua K3MI untuk periode mendatang,<br />

Anis mantan kepala MIN Bireuen yang<br />

sekarang ditugaskan menjadi kepala<br />

MIN Cot Batee dipercayakan menjadi<br />

ketua K3MI untuk yang kedua kalinya,<br />

Dia dianggap mampu bekeja dan dapat<br />

mempersatukan para kepala MI yang<br />

ada di wilayah Bireuen.<br />

Acara yang turut difasilitasi oleh<br />

sebuah perusahaan percetakan buku<br />

ini juga melakukan sedikit pergantian<br />

beberapa pengurus lama yang tidak<br />

lagi menjadi kepala madrasah, posisi<br />

mereka digantikan oleh kepala madrasah<br />

yang baru.<br />

Novera Kusumawati Putri, S.Ag,salah<br />

Penghijauan di Kankemenag Bener Meriah<br />

<strong>Santunan</strong> – Simpang Tiga<br />

Redelong. Menyahuti program Pemerintah<br />

menciptakan lingkungan<br />

yang “Beriman” atau bersih, indah dan<br />

nyaman yaitu dengan melaksanakan<br />

penghijauan yang sering kita dengar<br />

dengan ungkapan penanaman satu<br />

milyar pohon, Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener<br />

Meriah dengan seluruh jajarannya saat<br />

ini sedang giat-giatnya melaksanakan<br />

kegiatan serupa. Apalagi dalam beberapa<br />

pertemuannya, ia sering melangsir<br />

ungkapan Kakanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>,<br />

“Jangan ada alasan jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> tidak dapat menciptakan lingkungan<br />

yang bersih dan sehat. Kadangkadang<br />

kita pergi ke suatu tempat di<br />

sana ada madrasah yang berdampingan<br />

dengan sekolah umum, jangan sampai<br />

kita malu melihat keadaannya berbeda<br />

di sekolah umum lingkungannya sejuk,<br />

rapi, bersih dan indah, karena penataan<br />

taman yang baik dan pepohonan.<br />

Sementara di Madrasah tandus dan<br />

gersang bahkan terkesan kumuh. Oleh<br />

karena itu jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

harus berbenah diri untuk tampil prima,<br />

disegani dan dapat menjadi tauladan di<br />

tengah-tengah masyarakat.”<br />

Saat ini lingkungan Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener Meriah<br />

telah ditanami ratusan pepohonan<br />

berbagai jenis, seperti cemara, damar,<br />

24 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

seorang kepala madrasah di Kecamatan<br />

Juli Bireuen mengharapkan supaya<br />

hasil raker tersebut dapat dilaksanakan<br />

sesuai dengan kemampuan pengurus,<br />

dia juga menghimbau supaya sesama<br />

kepala madrasah untuk lebih kompak.<br />

“Harapan kami ke depan, supaya<br />

anggota K3MI Kabupaten Bireuen<br />

lebih solid lagi, saling memberitahukan<br />

informasi bila ada,” pintanya.<br />

Setelah raker berakhir para kepala<br />

MI ini diberikan kesempatan untuk<br />

berjalan jalan mengunjugi beberapa<br />

tempat wisata, peserta menikmati<br />

keindahan panorama alam diantaranya<br />

ke Prapat, Belawan dan ketempat wisata<br />

terkenal lainya. nbiro bireuen<br />

palem tanjung, mahoni, jambu dan<br />

ragam tanaman bunga. Harapan kita<br />

semua Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten Bener Meriah yang saat<br />

ini telah memiliki dua bangunan yang<br />

megah suatu saat akan menjadi tempat<br />

yang benar-benar beriman, bersih,<br />

indah dan nyaman. nbiro bener<br />

meriah


<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

MTsN Tanah Jambo Aye Peringati Milad ke 14<br />

S a n t u n a n - L h o k s e u m a w e .<br />

Mengenang kembali hari jadi<br />

penegerian ke 14, MTsN Tanah Jambo<br />

Aye mengadakan Gebyar Seni dalam<br />

bentuk perlombaan antar sekolah<br />

tingkat SD/MI sebanyak 15 peserta<br />

Sanggar Seni. Peserta yang berlomba<br />

umumnya sekolah-sekolah dalam<br />

Kecamatan Jambo Aye, Seunuddon,<br />

Madat, dan Langkahan. Perlombaan<br />

dilakukan manyoritas bernafas Islam,<br />

yaitu MTQ, Azan, Asmaul Husna,<br />

Selawat Badar, dan Ranup Lampuan.<br />

Kegiatan pemlombaan ini berlangsung<br />

selama 3 hari, mulai 23-25 Mei. Acara<br />

pembukaan menampilkan tarian<br />

massal yang dilatih oleh Usman Sufi,<br />

S.Pd.<br />

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala<br />

UPTD Tanah Jambo Aye, Drs. M. Isya,<br />

M.Pd dan ditutup oleh Kasubbag Tata<br />

Usaha <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara.<br />

Manurut Kepala MTsN Tanah Jambo<br />

<strong>Santunan</strong>–Lhokseumawe. Pagi<br />

Jumat (29 April <strong>2011</strong>), Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />

Utara, Drs. H. Zulkifli Idris menyerahkan<br />

SK bagi CPNS formasi umum tahun<br />

2010, meski dengan kondisi cuaca yang<br />

mendung dan disusul dengan hujan,<br />

namun acara yang mengambil tempat<br />

di halaman Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kab. <strong>Aceh</strong> Utara tetap terlaksana<br />

sebagaimana mestinya. Acara juga<br />

dihadiri oleh Kasubbag TU, para Kasi<br />

dan semua peserta CPNS yang akan<br />

menerima SK.<br />

Pada kesempatan tersebut Kakankemenag<br />

mengharapkan kepada CPNS<br />

untuk senantiasa bersyukur kepada<br />

Allah, atas kelulusan sebagai CPNS,<br />

Aye, Drs Muhammad Rusli dalam kata<br />

sambutannya, acara ini merupakan<br />

agenda rutin tahunan madrasah yang<br />

perlu dilaksanakan secara continyu<br />

dalam rangka pembinaan karya seni<br />

bernafas Islam regenerasi mendatang.<br />

Pada kesempatan yang sama, Ketua<br />

Komite MTsN Tanah Jambo Aye dalam<br />

kata sambutannya menyampaikan<br />

bahwa, selaku wakil wali siswa dan<br />

sekaligus tokoh masyarakat Panton<br />

Labu mengucapkan MTs ini bukan<br />

lahir 14 tahun yang lalu, akan tetapi<br />

lahir 39 tahun yang lalu. Saya adalah<br />

siswa pertama di madrasah ini yang<br />

dulu masih berstatus Swasta viliyar<br />

MTsN Lhoksukon. Saya sangat bangga<br />

melihat MTsN ini sudah mengarah<br />

kemajuan, baik dari sisi kemajuan<br />

pisik maupun kemajuan pendidikan<br />

intrakurikuler dan ekstrakurikuler.<br />

Dalam perlombaan itu, juara umum<br />

di raih oleh Sanggar Seni MIN Panton<br />

Labu, yaitu juara 1 cabang MTQ,<br />

Asmaul Husna, Selawat badar, dan<br />

Tarian Ranup Lampuan. Hanya satu<br />

cabang lomba Azan yang diraih juara<br />

1 oleh Sanggar Seni MIN Simpang<br />

3 Kecamatan Langkahan. Biarpun<br />

demikian, dalam perlobaan Sanggar<br />

Seni ini, Panitia juga memberikan<br />

hadiah perangsang kepada semua penanggungjawab<br />

Sanggar Seni atau<br />

kepala SD/MI berupa payung berlebel<br />

Dirgahayu ke-14 MTsN Tanah Jambo<br />

Aye. nbiro aceh utara<br />

CPNS 2010 Kemenag <strong>Aceh</strong> Utara Terima SK<br />

karena untuk mendapat satu porsi<br />

PNS di negara ini bukan hal mudah.<br />

Mari kita bayangkan dari 235 juta<br />

penduduk Indonesia hanya 4 juta lebih<br />

yang menjadi PNS, dan sekitar 230 ribu<br />

lebih pegawai yang berada di bawah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, baik di pusat<br />

maupun di daerah dan di dalamnya<br />

termasuk kita.<br />

Pada akhir arahannya, Kakankemenag<br />

memohon kepada CPNS kirannya dapat<br />

mengawali tugas sebagai PNS dengan<br />

niat yang ikhlas dan tulus dalam memberi<br />

pelayanan kepada umat. Sebab apabila<br />

hal ini yang didasari dalam bekerja Insya<br />

Allah karir kita akan lebih mulus sampai<br />

saudara memasuki masa pensiun.<br />

Akhir sambutan, Kakankemenag mengucapkan<br />

selamat bergabung dalam<br />

wadah organisasi <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kab. <strong>Aceh</strong> Utara semoga kehadiran<br />

saudara dapat memperkuat pencitraan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dan semakin<br />

dicintai oleh masyarakat. n<br />

biro aceh utara<br />

25


Peristiwa<br />

Kankemenag Kota Langsa Seleksi Calon Petugas Haji<br />

<strong>Santunan</strong> - Langsa. Menindaklanjuti<br />

Surat Kakanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> tentang Penyiapan Calon Petugas<br />

Haji Kloter dn PPIH Arab Saudi Tahun<br />

1432 H/<strong>2011</strong> M, Kankemenag Kota<br />

Langsa (3/5/<strong>2011</strong>) lalu melaksanakan<br />

seleksi calon petugas haji kloter dan<br />

PPIH Arab Saudi tingkat <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa.<br />

Ketua Panitia Afrizal, S.Sos.I melaporkan,<br />

seleksi tingkat <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa dilaksanakan<br />

sesuai dengan jadwal yang ditetapkan<br />

Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Dalam<br />

pelaksanaannya mengacu pada Surat<br />

Dirjen Penyelenggara Haji Nomor:<br />

Dt.VII.1/2/Hj.02/1436<strong>2011</strong> serta Keputusan<br />

Dirjen Penyelenggaraan Haji<br />

Meunasah MTsS Al-Ikhlas Alue Sentang Dibangun<br />

<strong>Santunan</strong> - Langsa. Kamis (19 Mei<br />

<strong>2011</strong>), Drs. H. Faisal Hasan, Kepala<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> meresmikan<br />

pembangunan mushalla (meunasah)<br />

di MTsS Al-Ikhlas Alue Sentang.<br />

Pembangunan ini terlaksana berkat dukungan<br />

masyarakat Dusun Damai Desa<br />

Alue Sentang yang berkeinginan untuk<br />

mendirikan meunasah. Dengan dipilihnya<br />

lokasi di MTsS meunasah tersebut<br />

dapat berfungsi ganda. Di samping dapat<br />

digunakan oleh anak-anak untuk<br />

belajar Al-Qur’an dan sebagai sarana<br />

praktek kegiatan keagamaan, juga dapat<br />

digunakan oleh masyarakat sekitar<br />

untuk pelaksanaan ibadah shalat lima<br />

waktu dan kegiatan pengajian bagi<br />

anak-anak TPQ (Taman Pendidikan Al-<br />

Qur’an) di sore hari. Pengajian TPQ<br />

selama ini menggunakan gedung MTsS<br />

dan Umrah Nomor: D/404 Tahun 2010<br />

tentang Petunjuk Teknis Penyiapan<br />

PPIH Arab Saudi dan Petugas yang<br />

Menyertai Jemaah.<br />

Sementara itu Kakankemenag<br />

Kota Langsa Drs. H. M. Yunus<br />

Ibrahim, M.Pd dalam pengarahanya<br />

mengharapkan kepada peserta, jika<br />

terpilih sebagai petugas haji agar dapat<br />

kiranya membimbing jemaah secara<br />

seksama, sabar, dan mengutamakan<br />

kepentingan bersama jemaah daripada<br />

kepentingannya sendiri.<br />

Seleksi diikuti oleh empat orang<br />

peserta dari lima peserta yang mendaftar.<br />

Alokasi yang dipilih adalah satu<br />

orang TPHI, satu orang TPIHI dan dua<br />

orang formasi PPIH Arab Saudi. Tahapan<br />

sebagai sarana belajarnya.<br />

Dalam sambutannya, Kankemenag<br />

Kab. <strong>Aceh</strong> Timur mengemukakan<br />

bahwa dengan kegiatan peletakan batu<br />

pertama pembangunan meunasah<br />

MTsS Al-Ikhlas Alue Sentang akan terjalin<br />

ukhuwah antara masyarakat sekitar<br />

dan madrasah. Membangun meunasah<br />

adalah mudah, tetapi memakmurkannya<br />

atau mengisinya dengan<br />

kegiatan-kegiatan keagamaan merupakan<br />

hal yang sulit. Dia mengharapkan<br />

setelah meunasah ini dibangun supaya<br />

dimanfaatkan baik untuk madrasah<br />

sebagai proses kegiatan belajar mengajar<br />

dan sebagai sarana untuk praktek<br />

ibadah bagi siswa MTsS Al-Ikhlas Alue<br />

Sentang, juga dapat dipergunakan oleh<br />

warga masyarakat setempat.<br />

Sementara kepala MTsS Al-Ikhlas<br />

26 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

seleksi terdiri dari pemeriksaan kelengkapan<br />

administrasi, tes tertulis<br />

(ilmu manasik dasar). Pengumuman<br />

hasil seleksi tingkat Kemenag Kota<br />

Langsa, sesuai dengan jadwal yang<br />

telah ditentukan. Pelaksanaan ujian<br />

ini sendiri turut dipantau oleh Panitia<br />

Seleksi Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> yang<br />

dalam ha ini diwakili oleh Sekretaris<br />

Panitia Drs. H. Abdullah AR, M.Ag.<br />

Setelah dilaksankannya tes tertulis<br />

dilanjutkan dengan pembakaran soal<br />

ujian oleh Kakankemenag Kota Langsa,<br />

Ketua Panitia, disaksikan oleh Kasubbag<br />

Tata Usaha Drs.H. Hasanuddin, MH<br />

dan Kasi Urai dan Penyelenggaraan<br />

Haji Drs. H. Marzuki Ansari, MA.<br />

nbiro kota langsa<br />

Alue Sentang, Imam Rachmat, S.Pd,<br />

mengemukakan bahwa kegiatan pembangunan<br />

meunasah ini pagi dan siang<br />

hari dimanfaatkan oleh siswa-siswi<br />

madrasah, di antaranya sebagai tempat<br />

pelaksanaan shalat berjamaah. Sedangkan<br />

untuk sore hari dimanfaatkan untuk<br />

pengajian TPA Al-Amin dusun Damai<br />

dan pada malam hari dimanfaatkan<br />

oleh masyarakat dusun Damai untuk<br />

kegiatan keagamaan seperti pengajian<br />

orang dewasa.<br />

Bantuan meunasah ini bersumber<br />

dari berbagai pihak antara dari swadaya<br />

masyarakat Alue Sentang, amal jumat<br />

siswa-siswi dan guru MTsS Al-Ikhlas<br />

dan juga sumbangan dari dana aspirasi<br />

DPRK Kabupaten <strong>Aceh</strong> Timur via Ibu<br />

Mirnawati dari Partai Demokrat (PD).<br />

nbiro aceh timur


<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Diklat Di Tempat Kerja (DDTK)<br />

pada Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Timur<br />

<strong>Santunan</strong>- Langsa. Badan Diklat<br />

Keagamaan (BDK) Medan mengadakan<br />

Diklat di Tempat Kerja (DDTK)<br />

di lingkungan Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Timur yang<br />

dipusatkan di MTsN Peureulak. Pendidikan<br />

dan latihan tersebut diikuti<br />

oleh guru bidang studi IPS dan Tenaga<br />

Administrasi di Lingkungan Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. <strong>Aceh</strong> Timur.<br />

Kegiatan ini dilaksanakan selama<br />

empat hari (4-7 Mei <strong>2011</strong>).<br />

DDTK tersebut dibagi kepada dua<br />

kelas: 1) Implementasi KTSP dan Pelaksanaan<br />

Lesson Studi pada Guru IPS<br />

Tk. MTs; dan 2) Peningkatan Pengelolaan<br />

Administrasi Keuangan.<br />

Untuk Implementasi KTSP menghadirkan<br />

Widyaiswara dari BDK Medan<br />

dan untuk Peningkatan Pengelolaan<br />

Adminstrasi keuangan menghadirkan<br />

<strong>Santunan</strong> - Karang Baru. Kepala<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupatan<br />

<strong>Aceh</strong> Tamiang, H. T. Helmi, Sm. Hk,<br />

S. Ag, Selasa (3/5) menyerahkan SK<br />

kepada delapan belas orang CPNS yang<br />

lulus pada formasi umum tahun <strong>2011</strong>.<br />

Acara penyerahan dilaksanakan di aula<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. <strong>Aceh</strong><br />

Tamiang.<br />

Dalam arahannya Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupatan <strong>Aceh</strong><br />

Tamiang menyampaikan,” kepada<br />

narasumber dari KPPN Langsa.<br />

Menurut Ketua Panitia Pelaksana<br />

kegiatan Soni Sofyan, SE, M.Pd, mengatakan<br />

bahwa pelaksanaan DDTK<br />

Implementasi KTSP dan pelaksanaan<br />

Lesson Studi Pada Guru IPS tingkat<br />

Madrasah Tsanawiyah tersebut bertujuan<br />

untuk meningkatkan kompetensi<br />

pedagogic dan profesionalisme guru<br />

IPS pada MTs. Sedangkan DDTK untuk<br />

Administrasi Keuangan dimaksudkan<br />

untuk meningkatkan kinerja Pengelola<br />

Administrasi keuangan dalam rangka<br />

mewujudkan laporan keuangan WTP<br />

(Wajar Tanpa Pengecualian) di lingkungan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> sebagaimana<br />

diamanatkan oleh Menteri <strong>Agama</strong> RI.<br />

Acara tersebut dibuka secara<br />

resmi oleh Drs. H. Faisal Hasan,<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kab. <strong>Aceh</strong> Timur. Dalam arahan dan<br />

Kakankemenag Atam Bagikan SK CPNS<br />

delapan belas CPNS yang baru<br />

menerima SK, agar bersyukur kepada<br />

Allah swt., karena dari sekian banyak<br />

orang yang mengikuti tes, hanya<br />

saudara/i yang lulus. Sebagai wujud<br />

syukur bekerjalah dengan baik penuh<br />

disiplin apalagi pemerintah sekarang<br />

telah mengeluarkan PP NO.53 tahun<br />

2010 tentang k<strong>edisi</strong>plinan pegawai<br />

negeri.<br />

Lebih lanjut beliau mengatakan,”<br />

Bekerjalah dengan ikhlas tanpa meng-<br />

bimbingannya menyambut baik dan<br />

mengucapkan terima kasih dengan<br />

dilaksanakannya kegiatan DDTK ini<br />

oleh BDK Medan tersebut, karena<br />

dengan adanya kegiatan ini diharapkan<br />

dapat meningkatkan kinerja<br />

dalam menyusun laporan keuangan<br />

bagi Tenaga Administrasi serta dapat<br />

meningkatkan profesionalisme dalam<br />

menerapkan pelaksanaan lesson studi<br />

bagi guru IPS di madrasah Tsanawiyah.<br />

Beliau juga mengharapkan kepada<br />

para peserta untuk betul-betul memanfaatkan<br />

kesempatan ini untuk belajar<br />

yang sungguh-sungguh di DDTK,<br />

sehingga nantinya dapat diterapkan di<br />

tempat kerja masing-masing.<br />

Acara DDTK tersebut ditutup<br />

oleh Kepala Badan Diklat Keagamaan<br />

Medan, Drs. H. M. Toha Daulay, MM.<br />

nbiro aceh timur<br />

harap pamrih dengan tetap menjaga<br />

etika dan norma-norma,sehingga menjadi<br />

tauladan di masyarakat’.’<br />

Adapun 18 orang CPNS tersebut,<br />

terdiri dari guru fisika satu orang,<br />

calon penghulu empat orang, pencatat<br />

nikah dua orang, pelayanan nikah dan<br />

rujuk enam orang, penyuluh agama Islam<br />

tiga orang, penata laporan keuangan<br />

satu orang dan penyusun program<br />

satu orang. n<br />

biro aceh tamiang<br />

27


Sains<br />

Hama; Bala atau Wabah?<br />

Oleh Abdullah, SP, MP<br />

Ulat bulu dan ulat-ulat penganggu lainnya menjadi<br />

gejala baru dalam kamus pertanian dan hama, awal<br />

tahun <strong>2011</strong>. Juga virus antraks, flu burung, yang<br />

membuat hewan banyak sakarat. Selama kita masih mengonsumsi<br />

buah, sayur, kacang-kacangan, rempah-rempah,<br />

dan beras, sebagai kebutuhan pangan harian, loncatan<br />

ulat dan peranakan wereng sebagai penggangu, tetap menarik<br />

perhatian pemerintah, petani, pengamat, penyuluh,<br />

peneliti, dan pengendali hama tanaman pangan dan hortikultura<br />

di negeri tropis, di bawah khatulistiwa ini. Kita<br />

boleh makan enak dan minum jus dingin, dengan dalih<br />

kita menjaja dengan uang sendiri, tapi<br />

mari sejenak kita renungkan, beri dukung,<br />

dan kirim doa kepada petani,<br />

sambil berdoa untuk sendiri sebelum<br />

dan seusai makan dan minum. Mari<br />

kita renungkan, ternyata hama bukan<br />

sekadar wabah tapi bisa ujian, cobaan,<br />

dan mungkin juga bala.<br />

Selain masalah hama itu, di lapangan,<br />

fenomena turunan lain yang<br />

menjadi mimpi buruk berkepanjangan<br />

para petani kita: kebanjiran lahan saat<br />

tanaman butuh sedikit air; kekeringan<br />

panjang saat sebagian irigasi kita bagai<br />

tidak lagi bertuan atau minim anggaran<br />

padahal tanaman butuh banyak “minuman”;<br />

harga pestisida, insektisida,<br />

pupuk, dan obat-obatan padi di pasar<br />

yang tiada boleh tawar menawar dan terus melangit; jenis<br />

wereng yang terus bervariasi setiap musim tanam; serta<br />

hama beranak-pinak di atas ambang kerugian ekonomi,<br />

yang semua seakan melengkapi keterkejutan ibu bapak<br />

tani kita, bahkan lebih terkejut lagi, gara-gara kilat dan<br />

petir yang berkilau di langit persawahan dan ladang. Hujan<br />

yang tidak beraturan, dan angin kencang yang di luar<br />

perhitungan, menjadikan acara prakiraan cuaca di televisi<br />

dan koran bagi sebagian petani mungkin sebait kabar yang<br />

sangat perlu dan penting sekali, dan bagi sebagian lain informasi<br />

itu lewat saja bagai angin lalu, tidak penting lagi.<br />

Kita akui bahwa perubahan secara acak musim itu, dan<br />

populasi hama di negeri ini, wujudnya jauh berbeda dan<br />

28 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

solusi pengendaliannya berlainan, dengan dekade sebelum<br />

iklim kita yang plin-plan hari ini. Ini juga bijak kita takar<br />

dalam aspek musibah dan bala dari Allah, bukan hanya realitas<br />

alam.<br />

Petani tanaman muda dan palawija di <strong>Aceh</strong> --mungkin<br />

profesi yang ditekuni sepenuh hati atau setengah hati oleh<br />

petani, juga pengamat dan pengendali organisme hama<br />

tanaman, rasanya tersengat secara beruntun dengan berita<br />

menjalarnya hama ulat itu ke berbagai pulau, juga ke Sumatera<br />

dengan ciri yang beragam. Sedikit berbeda dengan<br />

di daerah lain, di sawah kita, ulat yang biasa menggerogoti<br />

batang padi dara dan merontokkan<br />

tangkai sebelum panen tiba, lewat aksi<br />

siang malam mereka, itu juga menyedot<br />

energi dan dana petani yang barangkali<br />

terus dililit hutang untuk biaya benih<br />

varietas, pupuk, dan ongkos olahan<br />

dari seumula sampai keumukoh (sejak<br />

menanam hingga memanen), saban<br />

musim gadu ke sawah. Supaya petani<br />

terus ceria dalam semangat mau menanam,<br />

walaupun lelah sekali hingga<br />

keriput di bawah terik mentari hingga<br />

meninggal satu persatu, kendatipun<br />

usai panen isi dompet habis membeli<br />

premium dan rokok, kajian “training<br />

kilat” selama ini semoga masih mujarab<br />

untuk terus dipupuk, mudah-mudahan<br />

bisa terus setia dengan Sekolah Lapangan<br />

Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) antara petani<br />

dan pengendali (penyuluh dan pengamat) hama. Sehingga<br />

kisah impor beras dari seberang seperti hari ini, akan kita<br />

ganti segera dengan ekspor beras sebagaimana nostalgia<br />

era 1980-an. Butuh waktu 20 tahun memang untuk menjadi<br />

pengekspor beras saat itu.<br />

Baik impor maupun ekspor, baik gabah petani yang dibeli<br />

relatif murah dibandingkan beras yang sudah dikarungkan<br />

yang dikembalikan ke rumah petani lewat pasar<br />

harga melangit maupun petani menyimpan sendiri di rumah,<br />

masalah hama epidemi sawah kian berwarna: wereng<br />

coklat, wereng hijau, ulat, dan sepupu-sepupunya. Jadi peran<br />

SLPHT dalam menangani hama jangan diabaikan, pen-


gendali dan penyuluh moga ulet dan sabar dalam meneliti<br />

dan menulis walaupun pangkat telat naik, media juga mohon<br />

dapat merangsang penulis menularkan “kursus” ini,<br />

biar panen selalu melimpah, agar pak tani kita lebih banyak<br />

ceria daripada cemberut. Sebab populasi hama terus<br />

bergerak menurut zaman, terserah kita sebut itu bala atau<br />

ujian Tuhan, yang jelas menjadi tantangan bersama.<br />

Saat panen beras meningkat, seperti yang monumental<br />

pada 1993 hingga mencapai 32,7 juta ton --dari hanya 12,2<br />

juta ton pada era 1960-an, problem hama pun ikut meningkat<br />

yang mengerutkan dahi petani. Alasan keliru saat itu,<br />

mungkin juga masih diwariskan oleh sebagian petani sekarang<br />

di <strong>Aceh</strong>, bahwa “penggunaan pestisida satu-satunya<br />

cara pengendalian hama,” padahal bukan demikian. Lalu<br />

produksi pun menurun, antara lain lantaran hama tadi.<br />

Lantas konsep baru diracik<br />

lagi untuk menjaga kestabilan<br />

angka panen, di tengah<br />

luas lahan yang tetap (bahkan<br />

menyusut), dengan kebutuhan<br />

“perut penduduk”<br />

yang kian membesar.<br />

Sejak mengadopsi program<br />

FAO (Badan Pangan<br />

Dunia) PBB, petani diarahkan<br />

oleh pengamat atau pengendali<br />

SLPHT semoga mereka<br />

bisa: memilih varietas<br />

yang tahan banting seiring<br />

dengan ganasnya pasukan<br />

hama; menciptakan tanaman<br />

yang subur dan sehat<br />

walaupun dalam kepanasan<br />

hingga bisa senyaman para<br />

pengamat dalam ruang yang<br />

dingin itu; mengelola gulma<br />

secara rasional; menanam<br />

sesuai dengan kondisi lokal<br />

dan adat yang dilestarikan;<br />

tetap piawai merangkul<br />

musuh alami (patogen, parasitoid, dan predator) sebagai<br />

jalan yang arif sebelum menggunakan pestisida; serta pengawasan<br />

dan evaluasi bersama-sama di sawah, rangkang<br />

pinggir sawah, rumah, warung kopi, meunasah, atau di<br />

balai-balai. Lewat kajian itu, sempurna juga juga jika peserta<br />

diselingi dengan mengaji dan tadabbur ayat-ayat Allah<br />

Ada beberapa cara padang baru pada Pengendalian<br />

Hama secara Terpadu (PHT) di antaranya: hama bukan diberantas<br />

tapi dikendalikan agar populasi makhluk kecil kiriman<br />

Allah itu tetap berada di bawah satu tingkatan yang<br />

mengakibatkan kerusakan ekonomi; mempertimbangkan<br />

kegoncangan biologi, ekologi, lingkungan, agroekosistem,<br />

sosiologis, dan kelangsungan bernafasnya satwa untuk<br />

jangka panjang; ada teknik yang dikombinasikan saat pengendalian<br />

binatang atau serangga di persawahan demi batas<br />

toleransi populasi yang ideal; serta terjalin kerjasama dengan<br />

petani yang berbeda-beda potret sosial dan ekonominya.<br />

Keterampilan PHT bagi petani ini bukan berlamaan di<br />

kelas, tapi 80 persen di lapangan, secara sinergis.<br />

Sains<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Setelah “sekolah” di sawah atau sepulang dari sawah,<br />

“akhir semester pendek” atau sekali masa tanam (kira-kira<br />

tiga bulan) itu, petani bisa menangani masalah sendirinya,<br />

misalnya masalah ulat menurut jenis binatang si bulat badan<br />

itu. Mungkin di antara hama itu ada pasukan ulat bulu<br />

yang menempel di batang dan daun kayak di beberapa kabupaten<br />

awal tahun ini. Di antara yang lain ada ulat jengkal<br />

yang hijau, ulat penggulung daun yang berkepompong<br />

dalam daun, ulat pemakan zat daun (penggerek daun), ulat<br />

polong seperti dalam biji kacang, lundi yang menggerek<br />

di bawah tanah, wereng empoaska yang mengisap cairan<br />

sel daun hingga menguning, kutu aphis yang mengerdilkan<br />

daun, lalat putih yang menjadi pasukan putih beterbangan<br />

jika batang digoyang-goyang, bakteri pembuat layu daun,<br />

spora pembikin bercak daun, cendawan pembusuk, siput,<br />

serta tikus dan babi yang sama-sama<br />

kita kenal bahaya<br />

dan bisanya itu.<br />

Lewat teknik “kursus”<br />

singkat ini, petani diajak<br />

oleh pengamat (pengendali)<br />

bersama-sama ke sawah,<br />

guna mengamati dan<br />

mengidentifikasi hama, lalu<br />

menjabarkan dan berdiskusi<br />

sesama atau bersama kelompok<br />

lain. Para kelompok itu<br />

beranggotakan dari petani<br />

mungkin dari satu kampung<br />

atau dua dusun saja. Kerja<br />

lapangan ini sudah diterapkan<br />

sejak akhir 1970-an<br />

dengan mengadopsi konsep<br />

FAO. Walaupun tahap<br />

pertama dicanangkan dulu<br />

ada yang meragukan hasilnya,<br />

namun dengan kontinyu<br />

petani dalam kapasitas<br />

sebagai mitra, bukan milik<br />

dan bawahan siapa pun,<br />

diajak “kursus”, angka panen sekarang dikabarkan tetap<br />

relatif baik. Walaupun petani menjual gabah kering dari<br />

kampungnya, lalu esok membeli kembali berasnya dalam<br />

karung yang telah dicap merek pabrik lain.<br />

Sejak awal 1990, SLPHT hanya untuk petani komoditas<br />

padi, namun konsep sikula lapangan ini terus dikembangkan<br />

oleh petani sebagai “ahli PHT” pada komoditas<br />

palawija, sayuran dataran rendah dan tinggi, buah-buahan<br />

dan perkebunan. Tetangga di luar menilai sukses, kendati<br />

sebagian kita di kota yang mengkonsumsi saja, kurang menarik<br />

dan mengerti, sehingga Bangladesh, India, Srilangka,<br />

Cina, Thailand, Vietnam, Philipina, dan Korea Selatan belajar<br />

ke negeri kaya budaya, agraria, dan maritim ini. Selamat<br />

menanam dan memanen, salam untuk petani <strong>Aceh</strong><br />

yang tabah menakar alam dan tegar menatap bala. n<br />

Penulis adalah Pengendali Organisme Pengganggu<br />

Tumbuhan (POPT), Ahli Madya UPTD Balai Proteksi<br />

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) <strong>Aceh</strong>.<br />

29


Allah berfirman:<br />

Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk<br />

mengirimkan azab kepadamu, dari<br />

atas kamu atau dari bawah kakimu<br />

atau Dia mencampurkan kamu dalam<br />

golongan-golongan (yang saling bertentangan)<br />

dan merasakan kepada sebahagian<br />

kamu keganasan sebahagian<br />

yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami<br />

mendatangkan tanda-tanda kebesaran<br />

kami silih berganti agar mereka memahami<br />

(nya). (Q.S. al-An‘am [6]: 65).<br />

Kita yang sempat menyaksikan<br />

gempa dan tsunami 26 Desember<br />

2004 lalu tentu bisa merasakan betapa<br />

dekat dan dahsyatnya ancaman dalam<br />

ayat di atas, azab yang bisa datang dari<br />

segenap penjuru, dan tak kenal waktu.<br />

Mari perhatikan, bagaimana ayat di atas<br />

merupakan kosekuensi dari rangkaian<br />

peristiwa sebelumnya:<br />

Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan<br />

kamu dari bencana di darat<br />

dan di laut, yang kamu berdo’a kepada-<br />

Nya dengan berendah diri dengan suara<br />

yang lembut (dengan mengatakan):<br />

Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan<br />

kami dari (bencana) ini, tentulah kami<br />

menjadi orang-orang yang bersyukur”.<br />

(Q.S. al-An‘am [6]: 63).<br />

Katakanlah: “Allah menyelamatkan<br />

kamu daripada bencana itu dan dari<br />

segala macam kesusahan, kemudian<br />

kamu kembali mempersekutukan-Nya.<br />

(Q.S. al-An‘am [6]: 64).<br />

Kesan aktual dari ketiga ayat<br />

ini terasa benar karena dua alasan.<br />

Pertama, azab yang disebutkan tidak<br />

Tafsir<br />

Azab Perpecahan<br />

(Penafsiran ayat 65 surat al-An‘am)<br />

Oleh Jabbar Sabil, MA<br />

terkait langsung dengan suatu kaum,<br />

ini berarti akan berulang di masa-masa<br />

mendatang. Kedua, karena berupa<br />

tuntunan kepada Nabi Muhammad<br />

saw., sebagai cara dialogis dalam<br />

menanggapi sikap manusia yang hanya<br />

ingat Tuhannya saat terjepit. Seolaholah<br />

Nabi Muhammad selalu hadir di<br />

hadapan umatnya yang setelah lepas<br />

dari musibah lalu lupa kepada Allah,<br />

dan beliau berkata: “Hai umatku,<br />

Allah lah yang melepaskan kamu<br />

dari setiap bencana, kemudian kamu<br />

menyekutukan-Nya...”<br />

Menuhankan materi juga berarti<br />

menyekutukan Allah, sebab menjadikan<br />

materi duniawi sebagai tujuan<br />

hidup, membuat orang lupa pada Tuhannya.<br />

Ia mengira apa yang diperolehnya<br />

merupakan hasil dari usahanya<br />

sendiri, karena ada sebab akibat antara<br />

usaha dan hasilnya (kausalitas) yang diyakini.<br />

Ketika seseorang menjadi kikir,<br />

itu pertanda bahwa ia telah beriman<br />

kepada kausalitas, dan imannya kepada<br />

Allah telah luntur. Buktinya, ia berani<br />

mengabaikan perintah bersedekah.<br />

Pada tahap pertama mengabaikan<br />

perintah, seseorang masih berpikir untuk<br />

memberi alasan guna menjustifikasi<br />

perbuatannya. Ini pertanda ia masih<br />

memiliki rasa malu, walau yang tersisa<br />

hanya malu kepada manusia. Tapi di<br />

level berikutnya, ia akan beranjak ke<br />

kelas melanggar larangan-Nya. Ini level<br />

yang lebih tinggi, karena perlu trik,<br />

dan kiat-kiat yang melibatkan kecerdasan<br />

akal agar dapat menyimpan rapi<br />

pelanggaran yang dilakukan.<br />

Akal, pada mulanya menolak, sebab<br />

fitrah akal diciptakan Allah sebagai<br />

alat untuk membedakan yang baik<br />

dari yang buruk, kalau tidak, manusia<br />

tidak akan bisa membedakan kotoran<br />

dari makanan. Menurut temuan<br />

neurosains, dengan berulang-ulangnya<br />

suatu perbuatan buruk, otak pun<br />

membentuk sel memori permanen,<br />

sehingga keburukan itu menjadi<br />

malakah (kebiasaan yang dilakukan<br />

secara refleks).<br />

30 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Di sisi lain, setan tidak berhenti<br />

menguliahi, sehingga orang yang<br />

nafsunya lebih berkuasa dari akal akan<br />

terpedaya, Allah berfirman:<br />

Dan sesungguhnya setan itu membisikkan<br />

kepada kawan-kawannya agar<br />

mendebat kamu, dan jika kamu menuruti<br />

mereka, sesungguhnya kamu telah<br />

menjadi orang yang musyrik. (Q.S. al-<br />

An ‘am [6]: 121).<br />

Kata “liyujadilu“ dalam ayat jelas<br />

menunjukkan aktifitas pertimbangan<br />

akal, semacam percakapan dialogis<br />

batin (kalam nafsi), seperti bisikan si<br />

Khannas dalam hati seseorang (allazi<br />

yuwaswisu fi shudurinnas). Lalu<br />

ketika seseorang telah dikuasai obsesi<br />

kemegahan dan kemewahan duniawi,<br />

ia merasa dirinya lebih berkuasa<br />

dari Tuhan. Maka patutlah ayat 65<br />

surat al-An‘am menuntun lisan Nabi<br />

Muhammad, agar menyampaikan<br />

peringatan. Pertama, azab yang datang<br />

dari atas, kedua, azab yang muncul<br />

dari bawah telapak kaki, dan ketiga,<br />

terjadinya pertikaian antar golongan.<br />

Menurut al-Qurthubi, kata “min<br />

fawqikum” (di atas kamu), berarti azab<br />

dalam bentuk hujan batu, topan, guntur,<br />

dan gelombang dahsyat. Seperti<br />

yang diberitakan Alquran telah melanda<br />

umat terdahulu, antara lain kaum<br />

‘Ad, umat Nabi Hud:<br />

Adapun kaum ‘Ad maka mereka telah<br />

dibinasakan dengan angin yang sangat<br />

dingin lagi amat kencang, yang Allah<br />

menimpakan angin itu kepada mereka<br />

selama tujuh malam dan delapan hari<br />

terus menerus; maka kamu lihat kaum<br />

‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan<br />

seakan-akan mereka tunggul-tunggul


pohon korma yang telah kosong (lapuk).<br />

Maka kamu tidak melihat seseorang<br />

yang tinggal di antara mereka. (Q.S. al-<br />

Haqqah [69]: 6-8).<br />

Kaum Tsamud, umat Nabi Shalih:<br />

Dan satu suara keras yang mengguntur<br />

menimpa orang-orang yang zalim itu,<br />

lalu mereka mati bergelimpangan di<br />

rumahnya, seolah-olah mereka belum<br />

pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah,<br />

sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari<br />

Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah<br />

bagi kaum Tsamud. (Q.S. Hud<br />

[11]: 67-68).<br />

Penduduk Madyan, umat Nabi<br />

Syu‘aib:<br />

Dan tatkala datang azab Kami, Kami<br />

selamatkan Syu‘aib dan orang-orang<br />

yang beriman bersama-sama dengan<br />

dia dengan rahmat dari Kami, dan<br />

orang-orang yang zalim dibinasakan<br />

oleh satu suara yang mengguntur, lalu<br />

jadilah mereka mati bergelimpangan di<br />

rumahnya. (Q.S. Hud [11]: 95).<br />

Kaum Sodom, umat Nabi Luth:<br />

Maka tatkala datang azab Kami, Kami<br />

jadikan negeri kaum Luth itu yang di<br />

atas ke bawah (Kami balikkan), dan<br />

Kami hujani mereka dengan batu dari<br />

tanah yang terbakar dengan bertubitubi.<br />

(Q.S. Hud [11]: 82).<br />

Kaum Nabi Nuh:<br />

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus<br />

Nuh kepada kaumnya, maka ia<br />

tinggal di antara mereka seribu tahun<br />

kurang lima puluh tahun. Maka mereka<br />

ditimpa banjir besar, dan mereka<br />

adalah orang-orang yang zalim. (al-<br />

‘Ankabut [29]: 14).<br />

Adapun kata “min tahti arjulikum”<br />

(di bawah kakimu), berarti tenggelam<br />

dalam tanah, atau gempa bumi (alrajfah),<br />

seperti yang melanda Qarun,<br />

dan penduduk Madyan.<br />

Sementara kata “yalbisakum” dibaca<br />

yulbisakum menurut riwayat Abi ‘Abd<br />

Allah al-Madani, berarti yujallilakum al-<br />

‘azab, atau yu‘ammimakum (azab yang<br />

menimpa seluruh kamu). Bacaan dengan<br />

baris fatah (yalbisakum) menunjukkan<br />

ada kalimat yang digugurkan<br />

(mahzuf), jadi taqdir-nya: yalbisu ‘alaykum<br />

amrakum. Menurut Ibn ‘Abbas,<br />

ini berarti Allah menjadikan urusan<br />

mereka bercampur baur, sementara<br />

keinginan mereka bertentangan. Ada<br />

pula ulama yang mengartikan kalimat<br />

“yalbisakum syi‘an” berarti Allah<br />

menguatkan musuh mereka sehingga<br />

mampu mencampuri urusan mereka.<br />

Kata “syi‘an” dalam ayat ini berarti<br />

kelompok, aliran (firqah), menurut<br />

Mujahid ini berarti dijadikannya<br />

sekelompok orang dari mereka yang<br />

membangkitkan fitnah dan perang.<br />

Bagi sebagian ulama, keterangan ayat<br />

ini bersifat umum, mencakup peristiwa<br />

di kalangan muslim dan nonmuslim.<br />

Namun al-Hasan berpendapat, bahwa<br />

penjelasan ayat ini khusus tentang<br />

peristiwa yang akan terjadi di kalangan<br />

umat Islam saja.<br />

Al-Qurthubi dalam tafsifnya al-Jami‘<br />

li Ahkam al-Qur’an, memilih pendapat<br />

al-Hasan, bahwa peristiwa ini juga terjadi<br />

di masa sahabat. Dalam sebuah<br />

hadis riwayat Muslim (Sahih Muslim;<br />

kitab al-fitan wa asyrat al-sa‘ah, bab;<br />

halaka hazihil ummah ba‘dhuhum<br />

ba‘dha) disebutkan:<br />

Diriwayatkan dari Tsawban, Rasulullah<br />

berkata: “Allah menunjukkan miniatur<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Tafsir<br />

bumi kepadaku, maka aku melihat<br />

Timur dan Baratnya. Kekuasaan umatku<br />

akan mencapai seluruh wilayah<br />

yang terlihat dalam miniatur itu. Aku<br />

diberi dua harta terpendam, berwarna<br />

merah dan putih, dan aku berdoa<br />

kepada Tuhanku agar umatku tidak dibinasakan<br />

secara massal, dan jangan<br />

mereka dikuasai oleh musuh dari luar<br />

diri mereka yang memenangi mereka<br />

yang banyak. Dan Tuhanku berkata:<br />

Hai Muhammad, sesungguhnya jika<br />

Aku telah menentukan (qadha), tidak<br />

seorang pun yang dapat menolaknya,<br />

dan Aku sungguh memberimu anugerah<br />

bagi umatmu, mereka tidak<br />

akan dihancurkan secara massal, dan<br />

tidak akan dikuasai oleh musuh selain<br />

diri mereka, walau seluruh orang di<br />

sekeliling mereka bersekutu, sampai<br />

sebagian mereka saling menghancurkan<br />

sebagian yang lain.” (H.R. Muslim).<br />

Dalam hadis lain, Tirmizi (dalam<br />

Kitab al-Fitan), dan Nasa’i (dalam<br />

Kitab Qiyam al-Layl; Bab Ihya’ al-layl)<br />

meriwayatkan:<br />

Dari Khabbab ibn al-Arat, ia menyertai<br />

Rasulullah pada suatu malam sampai<br />

terbitnya fajar. Manakala Rasulullah<br />

memberi salam dari salatnya,<br />

Khabbab mendekat dan bertanya: “Ya<br />

Rasulullah, demi bapakku, dirimu, dan<br />

ibuku! Sungguh malam ini aku melihat<br />

engkau mengerjakan salat yang belum<br />

pernah aku lihat sebelumnya.” Maka<br />

Rasulullah menjawab: “Karena ini<br />

adalah salat senang dan susah, dalam<br />

salat aku memohon kepada Allah<br />

tiga permintaan, dua dikabulkan<br />

Allah, dan satu ditolak. (Pertama) aku<br />

meminta agar kita jangan dibinasakan<br />

sebagaimana Allah membinasakan umat<br />

31


Tafsir<br />

terdahulu, dan Allah mengabulkan.<br />

(Kedua) aku memohon agar kita tidak<br />

dikuasai oleh musuh di luar kita, Allah<br />

juga mengabulkannya. (Ketiga) aku<br />

meminta agar kita tidak dicampurkan<br />

dalam pertikaian kelompok-kelompok,<br />

permintaan ini ditolak.” (H.R. Tirmizi,<br />

dan Nasa’i).<br />

Hadis ini dinyatakan sahih oleh<br />

al-Albani, jadi dapat dipegang sebagai<br />

penafsiran atas ayat 65 surat al-An‘am.<br />

Terlihat di sini betapa Rasulullah<br />

sangat risau dengan turunnya ayat itu.<br />

Perspektif yang berbeda diriwayatkan<br />

oleh al-Bukhari sebagai berikut:<br />

Dari Jabir ra., ia berkata: “Manakala ayat<br />

ini diturunkan (Qul… min fawqikum),<br />

Rasulullah saw. berkata; Aku berlindung<br />

kepada wajah-Mu. Lalu lanjutan ayat<br />

(aw min tahti arjulikum) Rasul saw<br />

berkata; Aku berlindung kepada wajah-<br />

Mu. Lalu (aw yalbisakum…ba‘dhin),<br />

Rasul saw. berkata; ini lebih ringan,<br />

atau lebih mudah.”<br />

Hadis ini memperlihatkan pandangan<br />

Rasulullah yang melihat azab dalam<br />

bentuk ketiga itu lebih ringan dari<br />

dua bentuk sebelumnya. Anggapan<br />

lebih ringan ini mungkin dari perspektif<br />

tidak melenyapkan semua umatnya,<br />

sebab azab serupa yang pernah terjadi<br />

telah memusnahkan bangsa-bangsa itu<br />

selamanya. Tapi dari perspektif lain,<br />

bentuk azab yang telah menimpa umat<br />

terdahulu itu kalah dahsyat dari azab<br />

yang ketiga ini, sebab ini merupakan<br />

azab secara psikologis:<br />

...atau Dia mencampurkan kamu dalam<br />

golongan-golongan (yang saling<br />

bertentangan) dan merasakan kepada<br />

sebahagian kamu keganasan sebahagian<br />

yang lain...<br />

Bisa dibayangkan bagaimana manusia<br />

akan menjadi stres dan frustasi<br />

menghadapi pertikaian sesama. Apa<br />

yang akan dirasakan seseorang, jika<br />

orang yang dicintainya justru harus dihadapi<br />

sebagai musuh, Masya Allah!<br />

Dalam hal ini Ibn Katsir menafsirkan<br />

ayat di atas dengan mengutip hadis<br />

tentang terpecahnya umat Islam dalam<br />

tujuh puluh tiga golongan. Namun ia<br />

mengutip matan hadis yang ada tambahan<br />

kalimat: “semuanya dalam neraka,<br />

kecuali satu golongan,” padahal riwayat<br />

yang dinilai hasan-sahih tidak demikian.<br />

Imam al-Tirmizi dalam Sunan-nya<br />

pada Kitab Iman; bab ma ja’a fi iftiraqi<br />

hazihil ummah meriwayatkan:<br />

Dari Abu Hurayrah, bahwa Nabi saw.<br />

bersabda: Yahudi terpecah menjadi tu-<br />

Pada dasarnya<br />

ancaman di atas<br />

hanya akan<br />

menjadi azab jika<br />

kita tidak mampu<br />

memahami fitrah<br />

perbedaan.<br />

juh puluh satu atau tujuh puluh dua<br />

golongan, demikian pula Nasrani, dan<br />

umatku akan terpecah menjadi tujuh<br />

puluh tiga golongan. (H.R. al-Tirmizi).<br />

Al-Tirmizi menilai Hadis ini<br />

hasan-sahih, Ibn Hibban dan Hakim<br />

menilainya sahih. Menurut Yusuf al-<br />

Qaradhawi, dalam sanad Hadis ini<br />

terdapat al-Laytsi yang mutu hafalannya<br />

diragukan, dan tidak dinilai tsiqah.<br />

Adapun al-Tirmizi, Ibn Hibban, dan<br />

al-Hakim cenderung mempermudah<br />

standar penilaian sahihnya suatu<br />

Hadis. Maka sangat disayangkan sikap<br />

Ibn Katsir yang memasukkan Hadis<br />

ini dalam penafsiran ayat di atas tanpa<br />

memberi komentar.<br />

Di sisi lain, riwayat yang ada tambahan<br />

matan: “semuanya dalam neraka,<br />

kecuali satu golongan,” sanadnya ber-<br />

32 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

nilai lemah. Hadis ini dikuatkan karena<br />

semakna dengan riwayat al-Tirmizi di<br />

atas, tapi tambahan matan itu tidak<br />

bisa dianggap kuat, sebab bertentangan<br />

dengan nas yang lain. Sebagaimana<br />

diketahui, Alquran mengajak umat<br />

untuk bersatu, sedangkan matan tambahan<br />

ini menyebabkan perpecahan<br />

umat.<br />

Harus diakui, keberadaan Hadis ini<br />

semakin memperburuk perpecahan di<br />

tengah umat, sebab sebagian muslim<br />

menjadikan hadis ini sebagai dasar<br />

mengafirkan muslim lainnya. Menurut<br />

Yusuf al-Qaradhawi, ketujuhpuluhtiga<br />

golongan dalam Hadis itu masih merupakan<br />

muslim yang beriman. Sebab<br />

seorang muslim akan dimasukkan ke<br />

dalam neraka karena kesalahan dan<br />

dosanya, tapi tidak berarti kekal di dalamnya.<br />

Dari itu, hendaknya hadis ini<br />

disikapi secara arif, agar tidak mengafirkan<br />

sesama muslim, bukankah standar<br />

kufur hanya pada hal-hal yang jelasjelas<br />

syirik?<br />

Terkait dengan penafsiran ayat 65<br />

surat al-An‘am, perpecahan dalam tujuh<br />

puluh tiga golongan ini merupakan<br />

azab, jika golongan-golongan ini saling<br />

berseteru, apalagi saling bunuh. Maka<br />

masalah sebenarnya terletak pada sikap<br />

eksklusif golongan tertentu yang hanya<br />

melihat kebenaran dari perspektifnya<br />

saja. Ketika klaim kebenaran meningkat<br />

menjadi tuduhan salah terhadap pihak<br />

lain, maka konflik pun muncul,<br />

ukhuwah islamiyyah berganti menjadi<br />

perang saudara.<br />

Dari itu, mari mendulang hikmah<br />

pada ayat 65 surat al-An‘am ini. Kenapa<br />

ayat ini ditutup dengan kalimat:<br />

“Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan<br />

tanda-tanda kebesaran kami<br />

silih berganti agar mereka memahami<br />

(nya).” Kata kunci di sini adalah kalimat<br />

“la‘allahum tafaqqahun“ (mudahmudahan<br />

mereka memahaminya).<br />

Pada dasarnya ancaman di atas<br />

hanya akan menjadi azab jika kita<br />

tidak mampu memahami fitrah perbedaan.<br />

Dan Islam memang tidak hendak<br />

menghilangkan perbedaan, sebab itu<br />

merupakan fitrah alam. Yang hendak<br />

diwujudkan Islam adalah penataan terhadap<br />

berbagai perbedaan itu, sehingga<br />

tercipta iklim yang harmoni, indah,<br />

dan menyejukkan. n<br />

Penulis adalah kandidat doktor PPs<br />

IAIN Ar-Raniry


Pada suatu ketika di Universitas<br />

Al-Azhar Kairo dulu, katanya,<br />

pernah diberlakukan semacam<br />

perlombaan. Bagi mahasiswa yang<br />

jenggotnya panjang, rapi, dan indah,<br />

mereka diberikan beasiswa oleh<br />

Universitas. Sehingga pada masa itu<br />

banyak mahasiswa di Universitas Al-<br />

Azhar berlomba-lomba memelihara<br />

jenggot, dengan harapan mereka<br />

dapat terpilih menjadi kategori jenggot<br />

terpanjang dan terindah untuk<br />

mendapat beasiswa dari Universitas.<br />

Perkara jenggot ini mengingatkan<br />

saya pada Senda Gurau Orang-orang<br />

Terkenal di Dunia yang dikumpulkan<br />

Suetoyo M.D (1990). Dalam buku humor<br />

itu diceritakan tentang sebuah pertemuan<br />

yang dihadiri Tjokroaminoto,<br />

dan Haji Agus Salim. Sebelum acara<br />

dimulai, pada saat Tjokroaminoto memasuki<br />

ruangan, tiba-tiba salah seorang<br />

pemuda yang ikut dalam pertemuan<br />

itu langsung berdiri sambil berteriak:<br />

Islam, Jenggot, dan Kumis<br />

Oleh Nab Bahany As<br />

“Siapa yang punya kumis, tapi tak<br />

punya jenggot?” Teriakan anak muda<br />

ini dijawab serentak oleh peserta:<br />

“Kucing.” Jawaban ini dialamatkan<br />

pada Tjokroaminoto, karena beliau<br />

berkumis tapi tidak berjenggot.<br />

Kemudian Haji Agus Salim pun<br />

masuk ke ruangan. Beriringan dengan<br />

itu pemuda tadi kembali berteriak:<br />

“Siapa yang punya jenggot, tapi<br />

tidak punya kumis?” Pertanyaan ini<br />

juga dijawab serentak oleh peserta:<br />

“Kambing.” Jawaban itu jejas tertuju<br />

pada Haji Agus Salim, karena beliau<br />

memiliki jenggot tapi tidak memiliki<br />

kumis.<br />

Setelah itu, dengan penuh wibawa<br />

Haji Agus Salim dipersilahkan naik ke<br />

podium untuk berpidato. Sebelum<br />

memulai pidatonya, Agus Salim lebih<br />

dulu bertanya: “Siapa yang tidak punya<br />

kumis dan tidak punya jenggot?” Pertanyaan<br />

ini tidak ada yang menjawab,<br />

semua hadirin terdiam. Karena pertanyaannya<br />

tak ada yang menjawab.<br />

Maka Haji Agus Salim langsung memberi<br />

tahu jawabannya. “Yang tidak<br />

punya kumis dan tidak punya jenggot<br />

adalah anjing,” jelas Haji Agus Salim<br />

yang membuat hadirin serentak tertawa<br />

mendengar jawaban itu.<br />

Begitu cara orang besar berdiplomasi<br />

dalam sebuah forum ketika menyikapi<br />

pertanyaan yang dimunculkan oleh<br />

anak muda tadi. Mungkin Haji Agus<br />

Salim tidak bermaksud mengalamatkan<br />

jawaban pertanyaannya kepada anak<br />

muda itu. Tapi karena anak muda<br />

yang berteriak tadi kebetulan tidak<br />

berkumis dan tidak berjenggot, maka<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

ia merasa telah dipojokkan oleh Haji<br />

Agus Salim.<br />

Persoalan jenggot yang pernah jadi<br />

perdebatan masyarakat dengan Bupati<br />

<strong>Aceh</strong> Selatan dulu bisa jadi mungkin<br />

karena sang Bupati tidak mendalami<br />

keyakinan orang memelihara jenggot<br />

dalam perspektif Islam. Atau bisa<br />

juga untuk sebuah sensasi yang tak<br />

mau kalah dengan Bupati <strong>Aceh</strong> Barat<br />

yang memperbupkan wajib memakai<br />

rok bagi perempuan di wilayahnya.<br />

Sehingga Bupati Husni Yusuf melarang<br />

pegawainya memakai jenggot. Larangan<br />

yang menuai protes, dan kritik.<br />

Akhirnya sang Bupati harus minta<br />

pada masyarakat dan pegawainya atas<br />

keseleoan ngomong yang tak masuk<br />

akal.<br />

Memelihara jenggot bagi yang berkeyakinan<br />

mengikuti sunnah adalah<br />

kewajiban yang harus dilakukan.<br />

Dan bila sekali waktu Anda akan<br />

ke Bangkok, di sana di pinggir kota<br />

Bangkok ada sebuah daerah bernama<br />

Kaewnimit. Daerah ini merupakan<br />

sebuah pemukiman komunitas Islam<br />

terbesar di Thailand setelah Patani.<br />

Semua laki-laki komunitas muslim<br />

yang mendiami daerah Kaewnimit di<br />

pinggiran kota Bangkok ini tidak ada<br />

yang tidak berjenggot. Pemerintah<br />

Thailand tidak melarang mereka untuk<br />

tidak memelihara jenggot.<br />

Komunitas muslim di Kaewnimit<br />

ini adalah petani dan peternak.<br />

Pemerintah Thailand sangat terbantu<br />

dengan adanya komunitas Islam di<br />

Kaewnimit ini, karena mereka dapat<br />

mensuplai kebutuhan daging dan hasil<br />

33


Opini<br />

pertaniannya untuk masyarakat di kota<br />

Bangkok dari hasil peternakan dan<br />

pertanian mereka.<br />

Uniknya, kehidupan komunitas<br />

muslim di Kaewnimit ini, jumlah perempuan<br />

lebih banyak dari laki-laki,<br />

karena mereka berpoligami yang<br />

mereka yakini sebagai Sunnah Rasul.<br />

Demikian pula cara mareka makan,<br />

dalam satu talam makanan, mereka<br />

bisa makan secara bersamaan lima<br />

sampai sepuluh orang. Cara makan<br />

seperti ini juga mereka yakini sebagai<br />

bagian dari kebiasaan Rasulullah yang<br />

harus mereka teladani.<br />

Jadi memelihara jenggot bagi mereka<br />

sudah merupakan suatu keyakinan<br />

dari kewajiban kaum laki-laki dalam<br />

Sunnah Rasul. Karena tak heran kalau<br />

semua laki-laki muslim di Kaewnimit<br />

Thailand ini hampir tidak ada yang tidak<br />

berjenggot. Keutamaan memelihara<br />

jenggot bagi mereka mungkin didasarkan<br />

pada beberapa Hadist yang menyuruh<br />

umat Islam (laki-laki) untuk<br />

memanjangkan jenggot dan mencukur<br />

kumis.<br />

Di antara Hadis-hadis itu ada yang<br />

dari Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda:<br />

“Guntinglah kumismu dan tumbuhkan<br />

jenggotmu, karena dengan demikian<br />

kamu menentang kaum Majusi<br />

(penyembah api)”, kata Rasulullah dalam<br />

Shahih Muslim.<br />

Hadis lain yang dikutip Maulana<br />

Muhammad Zakaria (2001) dalam kitab<br />

Mutaffaq Alaih-Misykat, hal. 380, Ibnu<br />

Umar r.a mengatakan, Rasulullah bersabda:<br />

“Tentanglah orang-orang musyrik<br />

dengan memanjangkan jenggotmu dan<br />

menggunting kumismu”.<br />

Pertanyaan kita, apa karena pengaruh<br />

Hadis ini sehingga dalam banyak<br />

kasus penentangan kemaksiatan yang<br />

terjadi dalam masyarakat kita, terutama<br />

kemaksiatan di kota-kota besar, lebih<br />

banyak dilakukan komunitas jamaah<br />

Islamiyah yang kelihatan rata-rata<br />

mereka memiliki jenggot. Dari cara<br />

tindakan menentang kemaksiatan yang<br />

mereka lakukan memang tergambar<br />

bahwa mereka sepertinya menjalankan<br />

perintah Hadist itu, sesuai bunyi Hadis:<br />

“Tentanglah orang-orang musyrik dengan<br />

memanjangkan jenggotmu dan<br />

menggunting kumismu”.<br />

Jenggot dan kumis keduanya memang<br />

memberikan pelambangan bagi<br />

seorang laki-laki. Bila laki-laki tidak<br />

berkumis dan tidak berjenggot kadang<br />

sering disebut banci. Namun antara<br />

kumis dan jenggot dalam Islam, mana<br />

yang harus lebih diutamakan. Apakah<br />

kumisnya atau jenggotnya yang harus<br />

dipelihara. Dua Hadis di atas jelas menginformasikan<br />

bahwa memelihara<br />

jenggot lebih diutamakan dalam Islam<br />

daripada memelihara kumis. Hal ini<br />

ditegaskan dalam Hadis riwayat Imam<br />

Ahmad, Turmizi, dan Nasa’i. Rasulullah<br />

bersabda: “Barangsiapa tidak mencukur<br />

kumisnya, maka dia bukanlah dari<br />

golongan kami”.<br />

Untuk mengetahui kenapa kaum<br />

laki-laki dalam Islam disuruh memelihara<br />

jenggot dan menggunting kumis.<br />

Jawabannya karena ada Hadis dari riwayat<br />

Abu Hurairah ra. yang menye-<br />

butkan Rasulullah bersabda: “Bahwa di<br />

antara fitrah Islam adalah menggunting<br />

kumis dan dan memanjangkan jenggot,<br />

karena sesungguhnya orang-orang Majusi<br />

memanjangkan kumis mereka dan<br />

mencukur jenggotnya. Maka berbedalah<br />

kalian dari mereka dengan cara<br />

mencukur kumis dan memanjangkan<br />

jenggotmu”.<br />

Menurut Hadis ini kalau ditafsirkan,<br />

maka jawaban yang kita temukan<br />

mengapa Islam lebih mengutamakan<br />

jenggot daripada kumis adalah untuk<br />

membedakan umat Islam dengan<br />

orang-orang yang beragama Majusi.<br />

Karena ada Hadis yang menyatakan:<br />

“Siapa yang menyerupai suatu kaum,<br />

maka akan dianggap sebagai kaum<br />

itu.”<br />

Lalu apakah risiko orang yang memelihara<br />

kumis dan mencukur jenggot<br />

ini ikut berdosa? Saya tidak cukup<br />

ilmu untuk memberikan jawaban atas<br />

pertanyaan ini. Yang saya tahu Islam<br />

34 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

adalah agama yang paling indah. Seperti<br />

dikatakan Rusulullah: “Sesungguhnya<br />

Allah itu indah, dan sangat suka<br />

pada keindahan,” (al-Hadis). Saya kira<br />

sejauh kumis itu terurus dan terawat<br />

rapi hingga terkesan indah dan bersih,<br />

tidak menjijikkan tidak ada persoalan<br />

bagi orang yang memelihara kumis<br />

dengan selalu mengguntingkannya untuk<br />

terkesan indah dan rapi.<br />

Memang ada kisah yang menyebutkan,<br />

suatu ketika dua orang utusan<br />

Raja Kisra datang menghadap Rasulullah<br />

dengan kumis mereka yang tebal<br />

panjang, sedang jenggotnya telah dicukur<br />

bersih. Nabi bertanya: “Siapa yang<br />

menyuruh kalian berbuat seperti itu?”<br />

(maksut Nabi mengapa mereka mencukur<br />

jenggotnya sampai habis). Kedua<br />

utusan Raja Kisra menjawab: “Tuhan<br />

kami Raja Kisra memerintahkan kami<br />

seperti ini.” Lalu Rasulullah bersabda:<br />

“Tetapi Tuhanku memerintahkanku<br />

agar menumbuhkan jenggot dan mengguntingkan<br />

kumisku,” kata Nabi.<br />

Hadis ini mengindikasikan bahwa<br />

dalam Islam juga tidak ada larangan<br />

memakai kumis, sejauh kumis itu selalu<br />

digunting rapi untuk kelihatan indah.<br />

Hal ini juga didukung oleh sekumpulan<br />

pendapat para ulama yang menyatakan<br />

bahwa apa saja yang panjang melebihi<br />

genggaman tangan hendaknya harus<br />

dipotong. Panjang yang dimaksudkan<br />

di sini adalah bulu yang tumbuh<br />

pada bagian anggota tubuh, terutama<br />

jenggot yang batas guntingannya bila<br />

sudah melebihi genggaman tangan.<br />

Dari dialog Rasulullah dengan dua<br />

utusan Raja Kisra itu kita ketahui bahwa<br />

Rasulullah sendiri menumbuhkan<br />

jenggotnya dan menggunting kumisnya.<br />

Menurut Harun Keuchik Leumiek<br />

(2010), dalam bukunya “Menelusuri<br />

Jejak Sejarah Islam Melalui Ritual<br />

Ibadah Haji dan Umrah,” sampai kini<br />

bekas jenggot Rasulullah dapat dilihat<br />

di Museum Topkapi Istanbul Turki,<br />

sebagai museum terlengkap di dunia<br />

dalam menyimpan berbagai atribut<br />

sejarah peninggalan Islam, termasuk<br />

atribut peninggalan Rasulullah, mulai<br />

dari pedang bersarung emas dan permata<br />

yang pernah dipakai Nabi, sampai<br />

jenggot dan gigi Nabi masih tersimpan<br />

utuh di sebuah ruangan khusus<br />

Museum Topkapi, Istanbul, Turki. n<br />

Penulis, budayawan, tinggal di<br />

Banda <strong>Aceh</strong>.


Kepala dan seluruh Keluarga Besar<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Turut berduka cita atas meninggalnya<br />

Hj. Syaribanun Binti M. Yusuf<br />

Ibunda dari H. Azhar, S.Ag.,<br />

(Kepala Seksi Pada Bidang Penamas Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>)<br />

pada Selasa Tgl. 03 mei <strong>2011</strong> di Bireuen<br />

Hj. Badi Ah Binti Nikmat Abdul Wahab<br />

Ibunda dari Aidah, SE,<br />

(Staf pada Bidang Mapenda Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>)<br />

pada Tgl. 22 April <strong>2011</strong><br />

Di kebumikan di pemakaman komp. DEPAG<br />

Bambu Apus Ciputat Tangerang Selatan<br />

Erwani, S.Ag<br />

(Guru MTsN Blang Pidie)<br />

Isteri dari Drs. Asqalani<br />

(KA. KUA Kec.Kuala Batee Abdya)<br />

Pada tgl 26 Mei <strong>2011</strong><br />

Semoga Almarhumah diterima di sisi Allah swt.<br />

dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kekuatan<br />

dalam menghadapi musibah ini.<br />

Ttd.<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt.<br />

Kelompok Kerja Kepala Madrasah (K3M) MI Gugus II Jangka<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses<br />

Kepada<br />

H. Ismuar, S.Ag (Kasubbag TU)<br />

Drs. H. Jamaluddin Idris (Kasie Urais)<br />

Drs. Maiyusri (Kasie Pekapontren dan penamas)<br />

Drs. H. Mukhlis (Kasie Penyelenggaraan Haji Dan Umrah)<br />

Yang dilantik oleh kepala Kankemenag Kabupaten Bireuen<br />

Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag<br />

Pada Kamis 12 Mei <strong>2011</strong><br />

Semoga Allah selalu memberi kekuatan dan lindungan-Nya<br />

Gugus II Jangka, Bireuen<br />

Hamdani, S.Ag Hanafiah, S.Ag<br />

Sekretaris Ketua<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

35


Opini<br />

Oh, Guru Bahasa Inggrisku!<br />

Kalau kita bertanya pada peserta<br />

didik, mata pelajaran apa saja<br />

yang menurut mereka susah dan<br />

merepotkan, pasti salah satu jawabannya<br />

adalah Bahasa Inggris. Susah karena<br />

tulisannya berbeda dengan cara bacanya,<br />

dan repot karena harus membawa<br />

kamus yang lumayan berat dan mungkin<br />

“memberatkan.”<br />

Semua alasan tersebut merupakan<br />

tanggung jawab besar sang guru terutama<br />

guru Bahasa Inggris. Apalagi<br />

guru bahasa Inggris yang mengajar di<br />

sekolah-sekolah yang agak pedesaan<br />

terutama yang lebih jauh lagi misalnya<br />

“pedalaman”. Istilah “bahasa kaphee”<br />

yang digunakan oleh orang-orang zaman<br />

dulu masih melekat kuat dan tersimpan<br />

erat membuat mata pelajaran ini sedikit<br />

“dicuekin” oleh peserta didik hingga saat<br />

ini. Berbeda dengan perkotaan, peserta<br />

didik lebih memahami kalau Bahasa Inggris<br />

merupakan “Bahasa Internasional”<br />

karena mereka tahu betul peran Bahasa<br />

Inggris dalam setiap lini kehidupan.<br />

Terlepas dari semua istilah dan alasan<br />

yang disampaikan, terbukti sekarang,<br />

“mau tidak mau” Bahasa Inggris merasuki<br />

semua sendi-sendi kehidupan masyarakat.<br />

Di mana pun, apapun dan<br />

kapan pun, kita pasti menemukan kata<br />

yang tertulis dengan Bahasa Inggris. Oleh<br />

karena itu, Bahasa Inggrispun terpilih<br />

menjadi mata pelajaran pokok dan utama<br />

yang ada dalam kurikulum. Bahkan di<br />

beberapa sekolah, bahasa Inggris telah<br />

diajarkan sejak tingkatan TK/RA dan SD/<br />

MI meski beberapa tingkatan Bahasa<br />

Inggris statusnya hanya masih muatan<br />

lokal. Apapun statusnya yang jelas<br />

tuntutan dan peranan guru terutama<br />

guru bahasa Inggris harus lebih dipacu.<br />

Mereka dituntut mampu berperanaktif<br />

dalam mengajar dan “mensosialisasikan”<br />

Bahasa Inggris terutama guru-guru yang<br />

sekolahnya di pedesaan.<br />

Banyak cara yang bisa dilakukan oleh<br />

guru Bahasa Inggris untuk mengajarkan<br />

peserta didiknya belajar secara efektif<br />

Oleh Muhammad Iqbal, S.Pd<br />

dan efesien. Sebagai seorang guru yang<br />

mengajarkan mata pelajaran susah,<br />

sudah tentu harus lebih aktif dan sigap.<br />

Sedikit “capek” adalah hal biasa dan<br />

sudah sewajarnya bagi seorang guru<br />

yang notabenenya merupakan tuntutan<br />

profesi menuju profesionalitas. Berikut<br />

adalah beberapa tips yang mungkin<br />

bisa dilakukan oleh guru bahasa Inggris<br />

khusus untuk guru yang mengajar di<br />

kawasan jauh dari kota.<br />

• Buatlah contoh kalimat-kalimat sederhana<br />

dengan menggunakan katakata<br />

yang sederhana pula, serta buatlah<br />

kosakata beserta dengan artinya<br />

dibawah sebagai catatan kaki.<br />

• Buatlah soal sesuai dengan contoh<br />

yang telah diberikan.<br />

• Baca kembali contoh kalimat dan<br />

artikan.<br />

• Jangan terlalu banyak memberikan<br />

soal kepada anak-anak, cukupkan<br />

sesuai dengan jam pertemuan dan<br />

jumlah siswa didalam kelas.<br />

• Mintakan anak-anak untuk menuliskan<br />

soal kemudian menjawabnya<br />

langsung dibaris berikutnya.<br />

• Setelah siswa selesai menjawab soal,<br />

mintakan setiap siswa yang sudah<br />

“benar-benar” siap untuk kedepan<br />

membawa buku latihan mereka (satu<br />

per satu).<br />

• Mintakan setiap siswa untuk membaca<br />

setiap soal kemudian jawabannya<br />

kemudian artinya per setiap kalimat<br />

(face to face- teacher and student).<br />

• Jangan lupa untuk memberikan nilai<br />

sebanyak-banyaknya, buat di buku<br />

latihan mereka sebagai sebuah penghargaan<br />

dan motivasi.<br />

• Jangan jadikan kesalahan penulisan<br />

dan pelafalan sebagai tumbal untuk<br />

mengurangi nilai karena dapat menjatuhkan<br />

motivasi siswa.<br />

• Ingat selalu, usahakan semua siswa<br />

mendapat giliran. Oleh karena itu,<br />

sebaiknya pertimbangkan waktu,<br />

jumlah soal dan jumlah siswa dalam<br />

ruangan.<br />

36 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

• Untuk reading (bacaan), sesuaikan<br />

dengan bahannya. Bila agak terlalu<br />

panjang, maka berikan 5 sampai 6<br />

kalimat saja beserta kosakata dan artinya.<br />

Lanjutkan beberapa baris pada<br />

pertemuan selanjutnya. Apabila bacaan<br />

setiap paragrafnya pendek maka<br />

berikan satu paragraf per pertemuan.<br />

Ingat, usahakan setiap siswa dapat<br />

giliran membaca dan mengartikan.<br />

• Untuk speaking (berbicara), gunakan<br />

kata-kata yang mudah dan familiar<br />

dengan keadaan siswa.<br />

• Buat percakapan pendek menggunakan<br />

dua orang pelaku saja (dialogue).<br />

• Minta mereka memperagakan percakapan<br />

tersebut di meja anda, jangan<br />

di depan kelas karena biasanya<br />

keadaan siswa masih malu-malu dan<br />

takut salah. Bila dipaksakan maka tujuan<br />

utama pembelajaran batal.<br />

• Jangan lupa, apapun sub materi yang<br />

anda telah berikan mohon diketik<br />

kembali menggunakan huruf yang<br />

dibesarkan kemudian tempelkan di<br />

majalah dinding sekolah anda.<br />

• Sedikit tapi istiqomah lebih berkesan<br />

daripada banyak tapi tidak menentu.<br />

Demikianlah beberapa tips yang<br />

mudah-mudahan bermanfaat buat Anda,<br />

oh, guru Bahasa Inggrisku, terutama<br />

yang mengajar di sekolah-sekolah yang<br />

jauh dari kota. Jadikanlah bahasa Inggris<br />

semudah mungkin untuk dipahami,<br />

dengan demikian siswa akan menyadari<br />

bahwa Bahasa Inggris itu tidak “sepayah”<br />

yang mereka bayangkan selama ini dan<br />

mereka akan terus mengenal dan akhirnya<br />

mencintai Bahasa Inggris. Dan yang<br />

terakhir, ingat selalu bahwa ilmu apapun<br />

yang anda berikan maka manfaatnya<br />

akan terasa nanti ketika mereka tahu<br />

dimana harus menggunakan ilmu yang<br />

telah anda berikan. Sebuah keberhasilan<br />

membutuhkan pengorbanan. Semoga<br />

ada manfaatnya. n<br />

Penulis adalah Guru Bahasa Inggris<br />

di MAN Batee Kabupaten Pidie


Pengukuran yang tak Mengukur<br />

Musim ujian telah berlalu,<br />

setiap madrasah pun sibuk<br />

melakukan prosesi paling<br />

sakral di dunia pendidikan. Proses ujian<br />

biasanya dilakukan dengan memberikan<br />

seperangkat instrumen tes yang terdiri<br />

dari sejumlah soal. Tes yang dimaksud<br />

di sini berfungsi sebagai alat pengukur<br />

tingkat prestasi (Achievement Test)<br />

seorang siswa yang sudah melakukan<br />

pembelajaran selama kurun waktu<br />

tertentu. Sebagai alat ukur, sebuah tes<br />

juga harus dapat membedakan siswa<br />

yang berkemampuan tinggi, sedang dan<br />

rendah.<br />

Hasil yang diperoleh akan digunakan<br />

sebagai informasi untuk menggambarkan<br />

profil siswa secara sistematik. Biasanya<br />

data tersebut ditransformasi dalam<br />

bentuk angka. Pada akhirnya data/<br />

informasi dari masing-masing siswa<br />

tersebut digunakan sebagai alat eksekusi<br />

(pengambilan keputusan) penentuan<br />

kelululusan, atau digunakan oleh para<br />

pengambil keputusan sebagai evaluasi<br />

terhadap program pembelajaran di<br />

dunia pendidikan<br />

Sebenarnya proses pengukuran,<br />

penilaian, evaluasi dan pengujian<br />

merupakan suatu kegiatan atau proses<br />

yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan<br />

dilakukan secara berurutan dan<br />

berjenjang yaitu dimulai dari proses<br />

pengukuran kemudian penilaian dan<br />

terakhir evaluasi. Sedangkan proses<br />

Oleh Rizal Anwar<br />

pengujian merupakan bagian dari<br />

pengukuran yang dilanjutkan dengan<br />

kegiatan penilaian.<br />

Pengukuran (measurement) adalah<br />

proses pemberian angka atau usaha<br />

memperoleh deskripsi numeric dari<br />

suatu tingkatan. Pengukuran berkaitan<br />

erat dengan proses pencarian atau<br />

penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran<br />

diartikan sebagai pemberian angka<br />

kepada suatu atribut atau karakteristik<br />

tertentu yang dimiliki oleh seseorang,<br />

hal, atau obyek tertentu menurut<br />

aturan atau formulasi yang jelas.<br />

Penilaian (assessment) adalah<br />

merupakan istilah yang umum dan<br />

mencakup semua metode yang biasa<br />

dipakai untuk mengetahui keberhasilan<br />

belajar seseorang dengan cara menilai<br />

unjuk kerja individu seseorang atau<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

kelompok.<br />

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi<br />

untuk melihat apakah suatu program<br />

yang telah direncanakan telah tercapai<br />

atau belum, berharga atau tidak berharga,<br />

dan dapat pula untuk melihat tingkat<br />

efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi juga<br />

dapat diartikan sebagai suatu proses<br />

penilaian untuk mengambil keputusan<br />

yang menggunakan seperangkat hasil<br />

pengukuran dan berpatokan kepada<br />

tujuan yang telah dirumuskan.<br />

Tes prestasi merupakan salah satu<br />

informasi penting guna pengambilan<br />

keputusan pendidikan. Namum perlu<br />

diingat bahwa apakah informasi tersebut<br />

merupakan informasi yang benar dan<br />

dapat dipercaya sangat tergantung<br />

pada sejauh mana tes yang digunakan<br />

itu memenuhi kriteria sebagai tes<br />

prestasi yang layak. Tes prestasi yang<br />

layak tentulah dapat diperoleh apabila<br />

penyusunannya didasari oleh prinsipprinsip<br />

pengukuran yang berlaku<br />

sehingga menjadi sarana yang positif<br />

dalam meningkatkan mutu pendidikan.<br />

Berbeda dengan pengukuran atribut<br />

fisik yang dapat dilakukan dengan<br />

akurasi dan kecermatan yang tinggi dan<br />

dengan alat yang pada umumnya jauh<br />

lebih mudah dibuat, pengukuran aspek<br />

psikologis (kemampuan) tidak pernah<br />

dapat mencapai ketepatan yang sangat<br />

tinggi. Dengan Kata lain sangatlah sulit<br />

membuat sebuah Achievement Test<br />

37


Opini<br />

yang berkualitas, dapat mengukur apa<br />

yang ingin kita ukur dan mempunyai<br />

tingkat kepercayaan tinggi.<br />

Pernahkan kita selama ini berfikir<br />

bahwa siswa yang tidak dapat menjawab<br />

pertanyaan disebabkan oleh soalnya<br />

yang sulit dipahami maksudnya, bukan<br />

siswanya yang belum memahami<br />

materinya (kemampuan rendah). Pada<br />

kondisi lain siswa mengatakan bahwa<br />

soalnya sulit. Apanya yang sulit?<br />

Materinya, konstruksinya, bahasanya<br />

atau jawabannya? Pastinya sang guru<br />

dalam memberikan memberikan<br />

pertanyaan (membuat soal) sudah<br />

memperhatikan kondisi dari siswanya.<br />

Namun pada kenyataannya memang<br />

sulit menyusun soal yang benar-benar<br />

sesuai dengan tingkat kemampuan<br />

siswanya. Menurut guru mudah, belum<br />

tentu menurut siswa juga mudah, atau<br />

sebaliknya.<br />

Untuk mengatasi masalah ini adalah<br />

dengan cara menyusun alat ukur (tes)<br />

yang memiliki data empiris secara akurat<br />

yang meliputi tingkat kesukaran, daya<br />

pembeda dan faktor menebak. Sehingga<br />

pada akhirnya soal tersebut benarbenar<br />

reliabel dan valid sehingga dapat<br />

mengestimasi kemampuan seorang<br />

siswa dengan tingkat kepercayaan yang<br />

tinggi.<br />

Kualitas sebuah tes memang tidak<br />

dapat dianggap main-main, walaupun<br />

sering disepelekan. Tes yang baik<br />

harus melewati Uji Validitas (akurat,<br />

mengukur apa yang ingin diukur,<br />

kesahihan) dan Uji Reliabilitas (dapat<br />

dipercaya, konsistensi, kehandalan)<br />

sebelum diberikan kepada siswa.<br />

Reliabilitas punya dua konsistensi yaitu<br />

konsistensi pertama adalah sejauh<br />

mana tingkat homogenitas soal baik<br />

dari tingkat kesukaran, daya beda<br />

maupun bentuk soalnya. Konsistensi<br />

kedua adalah konsistensi eksternal,<br />

yakni tingkat sejauh mana skor yang<br />

dihasilkan tetap sama sepanjang<br />

kemampuan orang yang diukur belum<br />

berubah. Jangan ada istilah, sebuah tes<br />

dibuat hanya dalam waktu semalam saja<br />

dengan mengucapkan “sim salabim”.<br />

Untuk melakukan pengujian inilah<br />

maka perakitan sebuah instrumen<br />

tes harus melalui 2 (dua) Analisis<br />

Tes: Pertama, Analisis Tes Kualitatif;<br />

Penelaahan ini biasanya dilakukan<br />

sebelum tes digunaka/diujikan dengan<br />

memperhatikan aspek-aspek materi,<br />

konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci<br />

jawaban/pedoman penskoranya.<br />

Dilaksanakan berdasarkan kaidah<br />

penulisan soalnya (tes tertulis,<br />

perbuatan, dan sikap). Kedua, Analisis<br />

Tes Kuantitatif; penelaahan butir soal<br />

didasarkan pada data empirik dari butir<br />

soal yang bersangkutan perlu diujikan<br />

terlebih dulu pada siswa. Analisis<br />

menekankan pada karakteristik internal<br />

tes melalui data yang diperoleh secara<br />

empiris.<br />

Ada dua pendekatan dalam anaslisis<br />

ini yaitu; Clasic Theory dan Item<br />

Response Theory (IRT).<br />

Teori tes klasik ini didasari atas<br />

asumsi yang sangat mendasar, yaitu<br />

asumsi yang dapat dipenuhi dengan<br />

mudah oleh kebanyakan data tes.<br />

Statistik model tes klasik mencakup<br />

antara lain; tingkat kesukaran soal<br />

(item difficulty), daya pembeda soal<br />

(item discrimination index), kesalahan<br />

baku pengukuran (standart error of<br />

measurement), dan indeks konsistensi<br />

tes (test reliability index).<br />

Sedangkan IRT juga mempunyai<br />

keuntungan yaitu: (1) dapat<br />

dibandingkan secara langsung hasil tes<br />

dari paket/perangkat yang berbeda-beda<br />

meskipun tidak ada soal yang sama pada<br />

paket tersebut, (2) adanya fleksibilitas<br />

dalam merakit soal tes menjadi paket<br />

tes tanpa khawatir kehilangan informasi<br />

mengenai kehandalan dari masingmasing<br />

paket tes tersebut; bahkan<br />

dapat dibentuk suatu bank soal yang<br />

terkalibrasi sehingga tiap saat dapat<br />

disusun tes baru tanpa harus uji coba<br />

lagi, (3) dapat diperoleh hasil ukuran<br />

yang relative konsisten meskipun<br />

diulangi dengan menggunakan paket<br />

tes yang berlainan, dan (4) pengukuran<br />

dapat dilakukan dengan menetapkan<br />

terlebih dahulu tingkat presis yang<br />

diinginkan.<br />

Kesemua hal tersebut baru berkisar<br />

pada proses pembuatan sebuah tes,<br />

belum lagi kalau ditinjau dari sudut<br />

prosedur pelaksanaan tes dilapangan<br />

(masih termasuk dalam proses<br />

pengukuran). Yang mana seluruh<br />

steakholder pendidikan mengetahui<br />

ketentuan umumnya adalah harus<br />

sesuai dengan prosedur pelaksanaan<br />

ujian serta benar-benar bersih dan<br />

bebas dari kecurangan (adanya “Tim<br />

Sukses”, kebocoran kunci jawaban,<br />

memanipulasi hasil ujian).<br />

38 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Konon katanya kecurangan ini<br />

dilakukan sebagai upaya mengejar target<br />

“Lulus 100%”. Agar semua pihak puas,<br />

siswa gembira karena lulus, orangtua<br />

bangga pada anaknya, kepala sekolah/<br />

madrasah mendapat penghargaan yang<br />

baik serta pihak pengambil kebijakan<br />

sukses melaksanakan program<br />

pendidikan. Yang pada ahkirnya seluruh<br />

kegiatan ini dapat mendongkrak mutu<br />

pendidikan baik di tingkat daerah<br />

maupun nasional.<br />

Padahal fungsi tes adalah harus<br />

mampu membedakan tingkat<br />

kemampuan siswa (tinggi, sedang dan<br />

rendah). Prinsipnya, pada tes prestasi<br />

tidak mesti seluruh peserta ujiian harus<br />

lulus. Kalau memang kemampuan siswa<br />

kurang maka seharusnya tidak lulus<br />

ujian, kalau mesti lulus 100% mengapa<br />

harus diberikan ujian. Bukan tes atau<br />

proses pelaksanaannya yang harus<br />

disiasati agar dapat lulus tetapi siswalah<br />

yang harus berusaha sebaik mungkin<br />

mempersiapkan diri untuk dapat lulus<br />

dalam sebuah tes.<br />

Setelah kita tahu sebegitu sulitnya<br />

melakukan proses pengukuran, apa<br />

kita masih dengan mudah begitu saja<br />

percaya pada ukuran/angka prestasi<br />

siswa yang dihasilkan dalam sebuah<br />

sebuah tes?, apa kita masih cepat yakin<br />

dan bangga pada siswa kita dengan<br />

hasil yang kelihatan baik? Jangan-jangan<br />

hanya mengukur kemampuan menjawab<br />

tes (soal-soal) bukan mengukur tingkat<br />

prestasi mengusai bidang pelajaran.<br />

Hanya kita yang tahu jawabannya.<br />

Begitu pentingnya kualitas<br />

kegiatan pengukuran ini karena akan<br />

menentukan hajat hidup siswa dan<br />

kualitas pendidikan sebuah negara.<br />

Maka tidak berlebihanlah kalau kita<br />

mengatakan pengukuran yang tak<br />

mengukur apa yang ingin diukur akan<br />

mengakibatkan kehancuran masa depan<br />

suatu bangsa.<br />

Kesimpulannya, pengukuran (ujian)<br />

adalah kegiatan yang paling penting<br />

dalam sebuah proses pendidikan. Tidak<br />

bisa sebuah kesimpulan, penilaian,<br />

keputusan, gambaran, dan interpretasi<br />

dibuat tanpa adanya kegiatan tersebut.<br />

Dengan kata lain baik buruknya<br />

proses pengukuran mencerminkan<br />

baik buruknya mutu pendidikan suatu<br />

bangsa. n<br />

Penulis adalah Alumnus Magister<br />

Psikometri Universitas Indonesia.


Banyak peristiwa yang mendera<br />

masyarakat kita sepekan terakhir.<br />

Di antaranya ialah kekacauan<br />

para siswa SLTA dalam menanggapi<br />

pengumuman hasil ujian nasional<br />

(UN) tanggal 16 Mei yang lalu. Bagi<br />

siswa yang lulus, banyak di antara<br />

mereka yang menyambutnya dengan<br />

hura-hura seperti konvoi di jalan raya<br />

sambil membawa kendaraan dengan<br />

ugal-ugalan sehingga membahayakan<br />

lalu lintas di berbagai jalan raya. Banyak<br />

pula yang berteriak-teriak sambil<br />

tertawa, berjingkrak-jingkrak dan<br />

mencorat-coret baju seragam mereka.<br />

Selain itu, banyak pula yang meluapkan<br />

kegembiraannya melalui pesta miras<br />

dan bermesraan dengan sesama teman<br />

sekolah lawan jenis. Hanya sedikit<br />

sekali yang melakukan sujud syukur<br />

pada Allah atas nikmat kelulusan yang<br />

Allah anugerahkan kepada mereka.<br />

Bagi yang tidak lulus UN, mereka<br />

menanggapinya dengan berbagai tingkah<br />

yang tidak baik dan sama sekali tidak<br />

mencerminkan kematangan kepribadian<br />

sebagai hasil didikan keimanan selama<br />

bertahun-tahun di sekolah. Banyak<br />

sekali yang berteriak-teriak histeris<br />

seakan nasib dan masa depan mereka<br />

hancur dan musnah. Ada pula yang<br />

merusak sekolah dan bertingkah tidak<br />

terpuji lainnya. Yang memprihatinkan<br />

lagi ialah ada yang bunuh diri seperti<br />

yang terjadi di beberapa daerah.<br />

Kegaduhan UN ini telah terjadi<br />

beberapa tahun belakangan, khususnya<br />

sejak pemerintah menetapkan sistem<br />

nilai kelulusan ujian akhir secara<br />

nasional, tanpa melihat apakah sekolah<br />

tersebut sudah memiliki tenaga-tenaga<br />

pendidik yang handal dan fasilitas yang<br />

memadai atau tidak. Semua sekolah<br />

Generasi tanpa Arah<br />

Oleh Nursanjaya<br />

harus mengikuti standar nilai yang<br />

ditetapkan <strong>Kementerian</strong> Pendidikan<br />

Nasional (Kemendiknas). Akibatnya,<br />

tahun ini misalnya, bukan hanya<br />

banyak yang tidak lulus, ada sekolah<br />

yang satupun muridnya tidak ada yang<br />

lulus. Tak heran, jika sebagian pakar<br />

pendidikan dan masyarakat menilai<br />

bahwa UN adalah bentuk teror nasional<br />

yang dilancarkan pemerintah terhadap<br />

para siswa.<br />

Sesungguhnya inti persoalannya<br />

bukan pada standar yang ditetapkan<br />

Kemendiknas. Menurut beberapa pakar<br />

pendidikan, bahwa standar tersebut<br />

sebenarnya biasa-biasa saja; bukan hal<br />

yang mustahil dicapai oleh siswa. Yang<br />

aneh dan perlu mendapat perhatian<br />

ialah tentang cara pandang siswa<br />

terhadap ijazah dan terhadap dunia<br />

pendidikan itu sendiri. Dari berbagai<br />

sikap yang muncul dalam menghadapi<br />

UN, baik yang lulus maupun yang tidak<br />

lulus, tercermin dengan jelas bahwa<br />

siswa atau anak didik kita saat ini<br />

sudah kehilangan orientasi hidup yang<br />

sebenarnya. Di mata mereka, ijazah itu<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

telah menjadi segala-galanya. Karena<br />

ijazah identik dengan pekerjaan atau<br />

perguruan tinggi. Sebab itu, sikap yang<br />

mereka munculkan baik mereka yang<br />

lulus maupun yang tidak lulus sangat<br />

memprihatinkan. Faktanya, ratusan ribu<br />

pengangguran adalah orang-orang yang<br />

terdidik, bahkan lulusan dari berbagai<br />

perguruan tinggi ternama di negeri ini.<br />

Timbul pertanyaan mendasar: Siapa<br />

yang salah dan yang berkontribusi<br />

terhadap hilangnya orientasi hidup<br />

anak-anak didik kita saat ini? Bukankah<br />

mereka itu generasi masa depan yang<br />

akan menentukan baik dan buruknya<br />

negeri ini? Perlu kita sadari bahwa<br />

sesuai sunnatullah (ketetapan Allah),<br />

kita akan menuai apa yang kita tanam.<br />

Artinya, kondisi mental dan perilaku<br />

sebagian besar anak didik kita yang<br />

memprihatinkan itu adalah hasil dari<br />

apa yang kita tanamkan ke dalam diri<br />

mereka selama bertahun-tahun dan<br />

bahkan sejak mereka lahir.<br />

Kita telah gagal menanamkan iman<br />

dan taqwa ke dalam diri mereka, dan<br />

juga ilmu pengetahuan, baik dalam<br />

rumah tangga, institusi pendidikan dan<br />

juga dalam masyarakat. Pemerintah<br />

telah gagal menjadikan pendidikan<br />

sebagai lembaga character building<br />

(pembentukan karakter) iman dan<br />

taqwa. Akan tetap yang dibentuk adalah<br />

karakter sekulerisme dan materialisme<br />

yang sangat membahayakan kehidupan<br />

generasi kita di dunia dan di akhirat<br />

kelak. Sebab itu, tidaklah mengherankan<br />

bahwa generasi kita sekarang sedang<br />

kehilangan orientasi hidup yang benar<br />

yang sesuai dengan apa yang digariskan<br />

oleh Allah Ta’ala sebagai Tuhan Pencipta<br />

mereka, Pencipta kita dan Pencipta<br />

Alam semesta.<br />

39


Opini<br />

Konsep pendidikan yang ada<br />

sekarang harus direformasi dan bahkan<br />

kalau perlu direvolusi. Sudah 66 tahun<br />

Indonesia merdeka, pemerintah hanya<br />

melahirkan generasi sekuler dan<br />

materialis. Kondisi seperti ini akan<br />

mengancam kehidupan umat Islam<br />

di negeri ini. Berbagai kejahatan yang<br />

sudah mengakar saat ini, seperti korupsi,<br />

perilaku hedonis, gaya hidup konsumtif<br />

dan sebagainya adalah hasil dari apa yang<br />

ditanamkan dalam pendidikan masa lalu.<br />

Kalau kita serius untuk mengubah dan<br />

mereformasi kondisi semrawut seperti<br />

sekarang, kita harus memulainya dari<br />

dunia pendidikan. Kalau kita gagal<br />

mewujudkan pendidikan sebagai wadah<br />

dan institusi pembentukan karakter<br />

iman dan taqwa kepada anak didik kita<br />

sekarang, maka masa depan negeri ini<br />

akan tetap sepeti apa yang kita saksikan<br />

hari ini, dan tidak mustahil lebih parah<br />

lagi.<br />

Banyak hal yang perlu kita benahi<br />

dari dunia pendidikan sekarang, di<br />

antaranya adalah konsep pendidikan<br />

yang diterapkan. Kita harus mampu<br />

merancang sebuah konsep pendidikan<br />

yang efektif dan mampu menanamkan<br />

karakter iman dan taqwa kepada anak<br />

didik sehingga mereka memiliki orientasi<br />

hidup yang benar yang sesuai dengan<br />

maksud dan tujuan Allah menciptakan<br />

mereka. Kalau orientasi itu sudah<br />

melenceng dan menyimpang, maka<br />

generasi kita akan menjadi generasi<br />

yang tidak kenal Tuhan Penciptanya<br />

dan tidak pula mengenal diri mereka<br />

sendiri. Dari sinilah awal malapetaka<br />

dan berbagai penyimpangan manusia<br />

itu muncul.<br />

Manusia yang tidak mengenal<br />

Allah dan tidak mengenal dirinya,<br />

mereka akan hidup liar di dunia ini dan<br />

merusak kehidupan yang pada akhirnya<br />

akan merugikan dan mencelakakan<br />

orang lain, termasuk dirinya sendiri.<br />

Sebaliknya, manusia yang mengenal<br />

Allah dan dirinya dengan baik, insya<br />

Allah, mereka akan menjadi pribadipribadi<br />

yang shalih yang bukan hanya<br />

mampu memberikan keshalihan<br />

(kebaikan) kepada dirinya, melainkan<br />

juga kepada orang lain. Pribadipribadi<br />

yang shalih itu tidak lahir dari<br />

konsep pendidikan yang sekuler dan<br />

berorientasi duniawi atau materialistik.<br />

Akan tetapi, mereka lahir dari konsep<br />

pendidikan Islam yang mengajarkan dan<br />

menanamkan orientasi hidup manusia<br />

yang sebenarnya.<br />

Terkait dengan orientasi hidup<br />

manusia, Allah menjelaskan dalam<br />

al-Qur’an Surat adz-Dzariyat: 56-58,<br />

yakni: “Dan Aku tidak menciptakan jin<br />

dan manusia kecuali untuk mengabdi<br />

kepadaKu. Aku tidak menginginkan<br />

rezeki dari mereka dan tidak pula Aku<br />

menginginkan makanan dari mereka.<br />

Sesungguhnya Allah, Dialah Pemberi<br />

rezeki, yang memiliki kekuatan yang<br />

kuat”.<br />

Dari tiga ayat tersebut di atas kita<br />

dapat menyimpulkan hal-hal berikut:<br />

1. Manusia diciptakan Allah<br />

bukan untuk bermain-main dan hanya<br />

mengejar kepentingan duniawi. Akan<br />

tetapi, mereka diciptakan Allah untuk<br />

beribadah kepada-Nya dengan menaati<br />

semua sistem hidup yang diciptakan-<br />

Nya untuk manusia agar mereka selamat<br />

di dunia dan akhirat.<br />

2. Persoalan rezeki dan kebutuhan<br />

hidup di dunia sudah Allah siapkan<br />

sedemikian rupa untuk manusia.<br />

Oleh sebab itu, manusia tidak perlu<br />

khawatir akan tidak kebagian rezeki<br />

selama mereka berusaha dan berdoa<br />

serta pemerintahnya tidak zhalim atau<br />

menerapkan sistem zhalim yang hanya<br />

menguntungkan dan memperkaya<br />

segelintir kaum kapitalis saja.<br />

3. Allah Maha Kuasa terhadap<br />

segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.<br />

Dia telah menciptakan kita dengan<br />

sistem yang sangat canggih dan telah<br />

menyiapkan bagi kita semua kebutuhan<br />

selama hidup di dunia ini. Bahkan<br />

sebelum dilahirkan ke dunia; saat<br />

berada dalam rahim ibu kita dan tidak<br />

bisa berbuat apa-apa, maka karunia-<br />

Nya selalu menyirami kehidupan kita.<br />

Kalau kita menjadikan Allah sebagai<br />

tujuan dan orientasi hidup, maka Allah<br />

akan memudahkan dan memberkahi<br />

hidup di dunia dan menyelamatkan<br />

kehidupan akhirat kita. Ini adalah<br />

janji-Nya pada setiap hamba yang<br />

hidupnya hanya untuk mengabdi<br />

dan beribadah kepada-Nya. Persoalan<br />

dunia ini amatlah sederhana bagi-Nya.<br />

Demikian pula halnya bagi orang yang<br />

hidupnya untuk ibadah kepada Allah,<br />

persoalan kehidupan dunia bukanlah<br />

menjadi tujuan utamanya dan yang<br />

menjadi tujuan hidupnya tetaplah<br />

kehidupan akhirat yang abadi. Inilah<br />

generasi yang bermutu dan berkualitas<br />

40 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

tinggi disisi Allah dan Rasul-Nya, bukan<br />

generasi yang orientasi hidupnya hanya<br />

kepentingan hidup di dunia yang fana<br />

dan sementara.<br />

Generasi yang berkualitas itu hanya<br />

akan lahir dari sistem dan konsep<br />

pendidikan Islam, bukan dari konsep<br />

pendidikan sekuler, materialis dan<br />

kapitalis. Generasi yang bermutu<br />

ialah generasi muda yang beriman<br />

kepada Allah dan selalu menjadikan<br />

petunjuk Allah (al-Qur’an) sebagai<br />

rambu-rambu kehidupan. Generasi<br />

muda yang memiliki hati yang bersih<br />

dan kasih sayang terhadap orang tua,<br />

keluarga dan masyarakatnya. Generasi<br />

yang berpendirian teguh dan tidak<br />

terpengaruh oleh lingkungan dan<br />

pergaulan yang tidak sehat, dan bahkan<br />

mereka yang mempengaruhinya ke<br />

arah kebaikan. Generasi yang berani<br />

menegakkan kebenaran dan menolak<br />

kebatilan, apapun resiko yang harus<br />

mereka alami. Generasi yang berani<br />

mengatakan bahwa Tuhan yang kami<br />

sembah dan taati adalah Allah yang<br />

menciptakan langit dan bumi ini.<br />

Generasi yang tidak akan pernah<br />

tunduk kepada tuhan selain hanya<br />

Allah karena mereka mengetahui dan<br />

menyadari bahwa ubudiyah (ibadah dan<br />

taat) kepada tuhan selain Allah adalah<br />

kehancuran dan kebinasaan yang paling<br />

besar di dunia dan akhirat.<br />

Semoga Allah membantu dan<br />

menolong kita dalam membentuk<br />

generasi yang memiliki pijakan hidup<br />

yang kuat dan memiliki orientasi hidup<br />

yang benar, yakni Allah menjadi tujuan<br />

mereka. Rasulullah saw., adalah teladan<br />

mereka. Al-Qur’an adalah dustur<br />

(sistem hidup) mereka. Berjuang di jalan<br />

Allah adalah jalan mereka dan mati di<br />

jalan Allah adalah cita-cita mereka yang<br />

paling tinggi dan utama. Semoga Allah<br />

memilih kita menjadi orang-orang yang<br />

sukses dalam mewujudkan generasi<br />

Islam, generasi masa depan yang<br />

diharapkan. Semoga Allah berkenan<br />

menghimpunkan kita di syurga Firdaus<br />

yang paling tinggi bersama Rasulullah<br />

saw., para shiddiqin, syuhada’, dan<br />

shalihin sebagaimana Allah himpunkan<br />

kita di tempat yang mulia ini. Wallahu<br />

a’lam bish-shawwab. n<br />

Penulis adalah Dosen pada STAIN<br />

Zawiyah Cot Kala Langsa, dan<br />

Alumnus PPS Universitas Negeri<br />

Malang.


<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

Tanpa Akhlak, Teknologi Lahirkan Malapetaka<br />

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan<br />

Teknologi Informasi dan<br />

Komunikasi (TIK) yang semakin<br />

pesat dewasa ini telah terjadi perubahan<br />

dan percepatan pembangunan diberbagai<br />

sektor termasuk bidang pendidikan.<br />

Derasnya arus informasi yang masuk<br />

melalui dunia maya kadangkala telah<br />

merusak tatanan budaya masyarakat dan<br />

kalau tidak segera diatasi atau dibekali<br />

akhlak mulia akan melahirkan malapetaka<br />

bagi generasi mendatang.<br />

Beberapa waktu lalu sebuah media<br />

melansir berita keberhasilan telkomsel<br />

dalam meraup pemasukan dari<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong> yang menggunakan<br />

jasa telepon seluler. Angkanya mencapai<br />

Rp 150 milyar per bulan, kalau angka itu<br />

benar berarti Rp 1,8 trilyun per tahun,<br />

hampir dua kali anggaran pendidikan<br />

<strong>Aceh</strong>. Sebuah angka fantastis untuk<br />

pasar bisnis yang bergerak di bidang<br />

Teknologi Informasi dan Komunikasi<br />

(Serambi/23/12/10).<br />

Baru-baru ini kita sempat kaget<br />

karena dikabarkan, beberapa sekolah<br />

di <strong>Aceh</strong> guru memergoki handphone<br />

siswa yang merekam film panas/vulgar,<br />

sehingga pihak sekolah sepakat bersama<br />

pihak berwajib setempat membakar<br />

hpnya dihadapan sejumlah siswa yang<br />

lain. Peristiwa itu tentu membuat kita<br />

ikut prihatin, sebab hp yang tujuan<br />

utama untuk komunikasi dan informasi,<br />

justru diisi dengan visualisasi yang<br />

menodai generasi kita. Dan pada akhirnya<br />

memunculkan malapetaka dalam<br />

masyarakat.<br />

Sepintas kita bangga karena perusahaan<br />

tersebut mampu menyumbang<br />

pendapatan dengan angka yang signifikan<br />

dalam pemanfaatan telepon selular,<br />

tapi di lain sisi secara kualitas dan segi<br />

azas manfaat muncul berbagai pertanyaan;<br />

apakah pemanfaat jasa telepon<br />

Oleh Drs. Bustamam Ali, M.Pd<br />

selular ini benar-benar memberikan<br />

kontribusi besar untuk peningkatan<br />

ekonomi keluarga atau sebagai media<br />

pembelajaran yang dapat mengatasi<br />

masalah pendidikan serta menjaring<br />

berbagai infomasi aktual lainnya.<br />

Pengamat ekonomi <strong>Aceh</strong>, H. Rustam<br />

Effendi menyatakan tak heran kalau<br />

angka pengeluaran masyarakat <strong>Aceh</strong><br />

mencapai Rp 150 milyar per bulan untuk<br />

membelanjakan pulsa handphone, ini<br />

memang sudah gaya hidup masyarakat.<br />

Persoalannya, bagaimana potensi ini<br />

kita kemas menjadi sebuah peluang<br />

untuk peningkatan ekonomi keluarga<br />

dan percepatan peningkatan mutu<br />

pendidikan dengan pemanfaatan media<br />

telepon selular dan media pendidikan<br />

yang berbasis ICT lainnya.<br />

Sangat disayangkan kalau sebagian<br />

besar masyarakat yang menggunakan<br />

jasa media teknologi komunikasi dan<br />

infomasi ini terjebak pada jalur yang<br />

salah, bahkan cenderung berbias malapatetaka.<br />

Sebab, lajunya perkembangan<br />

teknologi komunikasi dan informasi<br />

semakin rentan pula terhadap berbagai<br />

pengaruh negatif ke dalam kehidupan<br />

kita, seperti pornografi, kekerasan, pola<br />

hidup konsumtif, glamor/vulgar serta<br />

informasi lainnya yang menodai anak<br />

bangsa.<br />

Untuk menangkal arus informasi<br />

serta pemblokiran situs yang dapat<br />

melumuri anak negeri, sejauh ini belum<br />

terdapat sebuah sistem atau model<br />

teknologi yang handal, meskipun hampir<br />

semua negara mendambakannya. Hanya<br />

dengan menanamkan rasa keimanan<br />

dan nilai-nilai agama serta akhlak mulia<br />

kepada si anak, ini merupakan benteng<br />

yang paling ampuh sebagai penangkalnya.<br />

Budaya belajar dan berpikir positif juga<br />

perlu dikembangkan dalam rangka<br />

menyikapi laju perkembangan media<br />

informasi global ini.<br />

Dewasa ini penggunaan ICT di dunia<br />

pendidikan terus berkembang dalam<br />

berbagai strategi dan pola. Pada dasarnya<br />

semua dapat dikelompokkan ke dalam<br />

sistem ”electronic learning” (e-learning)<br />

sebagai model pembelajaran yang memanfaatkan<br />

perangkat elektronik dan<br />

media digital maupun mobile learning<br />

sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan<br />

perangkat dan teknologi<br />

bergerak.<br />

ICT sebetulnya banyak menciptakan<br />

terobosan baru dalam memecahkan<br />

masalah pendidikan. Bahkan pada<br />

era global sekarang ini sekolah berbasis<br />

ICT menjadi program utama, termasuk<br />

melatih guru, membangun infrastruktur<br />

(jaringan) dan pengadaan serta pemberdayaan<br />

alat multimedia untuk kebutuhan<br />

pembelajaran. Kalau tidak, jangan<br />

mimpi pendidikan kita dapat bersaing<br />

dengan negara tetangga apalagi secara<br />

global, bahkan makin mundur karena<br />

mereka telah melakukan lompatan jauh<br />

ke depan.<br />

Robso Robby ”mobile learning and<br />

handheld devices in the classroom“<br />

eduworks corporation, corvallis,<br />

41


Opini<br />

oregon, USA, IMS, Australia dan<br />

Bambang Warsita dalam bukunya<br />

teknologi pembelajaran, landasan dan<br />

aplikasinya, antara lain menyebutkan,<br />

dengan segala potensinya teknologi<br />

bergerak , khususnya telepon selular<br />

sangat mungkin dioptimalkan dalam<br />

pembelajaran karena menawarkan<br />

banyak peluang.<br />

Sementara Clark Quinn seorang<br />

pakar e-learning lainnya, menyebutkan<br />

Mobile Learning merupakan model<br />

pembelajaran yang paling efektif dalam<br />

model TIK. Karena telepon selular dapat<br />

menyediakan materi pembelajaran yang<br />

dapat diakses oleh peserta didik pada<br />

setiap saat, sekaligus diberikan materi<br />

visualisasi yang menarik. Mobile Learning<br />

juga suatu model pembelajaran yang<br />

melibatkan perangkat (device) bergerak<br />

sehingga peserta didik dapat mengakses<br />

materi pembelajaran, petunjuk belajar<br />

dan aplikasi pembelajaran tanpa dibatasi<br />

oleh ruang dan waktu, di mana pun dan<br />

kapan pun mereka berada.<br />

Di bagian lain, HP dengan ukuran<br />

fisik yang sangat portable, perangkatnya<br />

yang ada saat ini telah memiliki<br />

kemampuan yang sangat handal dalam<br />

hal ”multi media” akses internet, akses<br />

perangkat lunak komersial, maupun<br />

kemampuan lainnya yang sangat<br />

kondusif dengan kegiatan pembelajaran.<br />

Koneksitas dengan kemampuan dan<br />

kemudahan akses instant ke sumber<br />

sumber internet, email, forum virtual,<br />

peralatan selular ini semakin mampu<br />

memfasilitasi kegiatan pembelajaran<br />

peserta didik, mahasiswa, guru, dosen<br />

instruktur maupun fasilitator lainnya.<br />

Semua itu yang penting kita<br />

tinggal bagaimana mengemas model<br />

pembelajaran yang inovatif secara lebih<br />

efektif dan produktif. Begitupun dalam<br />

implementasinya tidaklah semudah<br />

membalik telapak tangan. Mengubah<br />

budaya masyarakat, kondisi ekonomi,<br />

infrastruktur koneksitas dan kemampuan<br />

pengoperasian perangkatnya, justru<br />

selalu menjadi kendala di lapangan,<br />

sekaligus dapat meningkatkan harkat<br />

dan martabat bangsa khususnya daerah<br />

yang kita cintai ini, sebagai tanah<br />

Serambi Mekkah. Agaknya ini menjadi<br />

bahan renungan bagi kita. n<br />

Penulis ialah praktisi pendidikan dan<br />

Tenaga Pengajar Ilmu Komunikasi<br />

Universitas Iskandar Muda Banda<br />

<strong>Aceh</strong>.<br />

Pengawas (Supervisor) adalah<br />

salah satu tenaga kependidikan<br />

yang bertugas memberikan<br />

pengawasan agar tenaga kependidikan<br />

(guru, kepala sekolah, dan personil<br />

lainnya di sekolah) dapat menjalankan<br />

tugasnya dengan baik. Kalau dilihat<br />

dari keputusan Menteri Negara Pendayagunaan<br />

aparatur Negara Nomor<br />

118/1996, pengawas adalah Pegawai<br />

Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung<br />

jawab dan wewenang secara<br />

penuh oleh pejabat yang berwenang<br />

untuk melakukan pengawasan dengan<br />

melaksanakan penilaian dan pembinaan<br />

dari segi teknis pendidikan dan<br />

administrasi pada satuan pendidikan<br />

prasekolah dasar dan menengah.<br />

Dilihat dari keputusan Menteri<br />

Pendayagunaan Aparatur Negara<br />

tersebut, maka kedudukan pengawas<br />

sangat strategis dan akan sangat mempengaruhi<br />

mutu pendidikan secara keseluruhan.<br />

Dipungkiri atau tidak, guru<br />

sangat membutuhkan bantuan tenaga<br />

pengawas, karena guru merupakan<br />

personil sekolah yang selalu berhadapan<br />

dengan masalah dan tidak dapat<br />

memecahkannya tanpa mendapatkan<br />

bantuan dari pihak lain, terutama dari<br />

pengawas.<br />

Ada asumsi salah dalam masyarakat<br />

hari ini, terutama masyarakat kependidikan.<br />

Jabatan pengawas sekolah<br />

diterjemahkan dengan jabatan bangku<br />

panjang sebelum menuju masa pensiun.<br />

Sehingga terkesan pengawas sekolah/madrasah<br />

adalah PNS yang tidak<br />

produktif lagi. Penilaian seperti ini<br />

bukanlah hal yang muncul begitu saja,<br />

tapi inilah yang sering dipraktekkan di<br />

lembaga <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang kita<br />

cintai dan juga di Dinas Pendidikan.<br />

Karena masih ada pejabat kita yang<br />

sudah masuk masa pensiun, dan tanpa<br />

ada latar belakang pendidik (guru),<br />

di-SK-kan kembali menjadi pengawas<br />

42 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

“Kacamata<br />

dilingkungan sekolah/madrasah. Ironis<br />

bukan?<br />

Para pengawas yang semacam ini<br />

tidak mengetahui dan memahami peranan<br />

yang harus dimainkannya serta<br />

fungsi yang mesti diembannya. Terlebih<br />

lagi saat melaksanakan peranan<br />

dan fungsi sebagai pengawas.<br />

Permasalahan ini muncul sudah<br />

sejak dulu, namun saat diberlakukannya<br />

otonomi daerah sekarang ini, praktik<br />

semacam ini justru malah menjadijadi.<br />

bupati/walikota yang terpilih<br />

dalam Pilkada, ada yang mengangkat<br />

pengawas sekolah bukan berasal dari<br />

guru dan atau kepala sekolah. Ada<br />

pengawas sekolah yang diangkat dari<br />

mantan pejabat atau staf dinas dengan<br />

maksud untuk bisa aktif lima tahun lagi,<br />

padahal mereka belum pernah menjadi<br />

guru atau kepala sekolah. Bahkan ada<br />

pula yang diangkat sebagai balas budi<br />

bagi “tim sukses” bupati/walikota<br />

terpilih. Ironisnya lagi, setelah mereka<br />

dilantik sebagai pengawas sekolah,<br />

mereka tidak pernah mendapatkan<br />

pelatihan pengawas sekolah.<br />

Sekedar untuk penulis ingatkan<br />

untuk kita bersama, sebenarnya<br />

pengawas dan kepala sekolah/madrasah<br />

memiliki persyaratan yang hampir<br />

dapat dikatakan tidak boleh tidak<br />

adalah harus berawal dari seorang<br />

guru. Kepala sekolah adalah seorang<br />

guru yang mendapatkan tugas sebagai<br />

manajer sekolah. Terpilihnya seseorang<br />

menjadi kepala sekolah, secara<br />

normatif karena guru itu memiliki<br />

keunggulan, kapasitas dan komitmen<br />

diantara guru-guru yang lain dan telah<br />

teruji kredibilitasnya. Kenapa tidak<br />

kalau misalnya pengawas yang diangkat<br />

adalah berasal dari kepala sekolah yang<br />

baik dan bagus serta berprestasi agar<br />

mutu pendidikan dan guru juga akan<br />

lebih baik.<br />

Oleh karena itu, menurut hemat


Minus” Pengawas Madrasah<br />

Oleh Nazarullah ZA, S.Ag<br />

penulis, pengangkatan pengawas<br />

dengan cara yang dipraktikkan<br />

sekarang (balas budi, perpanjangan<br />

masa aktif PNS), sebenarnya bertentangan<br />

dan melanggar Peraturan<br />

Pemerintah Republik Indonesia<br />

Nomor 19 Tahun 2005 tentang<br />

Standar Nasional Pendidikan, Pasal<br />

39 yang berbunyi:<br />

Kriteria minimal untuk menjadi pengawas<br />

satuan pendidikan meliputi:<br />

a. berstatus sebagai guru sekurangkurangnya<br />

8 (delapan) tahun dan/<br />

atau kepala sekolah sekurangkurangnya<br />

4 (empat) tahun pada<br />

jenjang pendidikan yang sesuai<br />

dengan satuan pendidikan yang<br />

diawasi;<br />

b. memiliki sertifikat pendidikan<br />

fungsional sebagai pengawas satuan<br />

pendidikan;<br />

c. lulus seleksi sebagai pengawas<br />

satuan pendidikan.<br />

Jadi, pengangkatan seorang pengawas<br />

sangat-sangat baik jika<br />

bermuara dari seorang guru yang<br />

berpengalaman, seorang kepala sekolah<br />

yang sudah teruji kepemimpinannya,<br />

punya kapasitas, komitmen dan<br />

integritas yang tinggi terhadap dunia<br />

pendidikan.<br />

Melihat yang lebih<br />

Supervisor (istilah untuk pengawas)<br />

berasal dari kata Super artinya lebih<br />

dan visor berasal dari kata visi artinya<br />

melihat. Maka pengawas sebagai<br />

seorang supervisor semestinya melihat<br />

hal-hal yang “lebih” bukan melihat halhal<br />

yang “kurang” yang terdapat pada<br />

guru. Karena guru adalah potensi,<br />

aset yang bisa digali kemampuan<br />

dan kecerdasan mereka, demi untuk<br />

meningkatkan mutu pendidikan.<br />

Selama ini banyak guru yang tidak<br />

simpati kepada pengawas saat masuk<br />

observasi ke kelas, guru-guru merasa<br />

bahwa pengawas masuk kelas bukan<br />

untuk pembinaan dan pengawasan,<br />

tetapi dianggap sebagai tindakan untuk<br />

mencari kesalahan para guru dan juga<br />

intimidasi. Pola pikir semacam ini<br />

masih selalu terjadi dikalangan guruguru<br />

sampai dengan detik ini. Salahkah<br />

mereka?<br />

Untuk menjawab hal tersebut,<br />

ada baiknya kita melihat peranan<br />

pengawas sekolah/madrasah menurut<br />

Wiles & Bondi (2007), “The role of the<br />

supervisor is to help teachers and other<br />

education leaders understand issues<br />

and make wise decisions affecting<br />

student education.”<br />

Bertitik tolak dari pendapat Wiles &<br />

Bondi tersebut, maka peranan pengawas<br />

sekolah/madrasah adalah membantu<br />

guru-guru dan pemimpin-pemimpin<br />

pendidikan untuk memahami isuisu<br />

dan membuat keputusan yang<br />

bijak yang mempengaruhi pendidikan<br />

siswa. Untuk membantu guru dalam<br />

melaksanakan tugas pokok dan<br />

fungsinya serta meningkatkan prestasi<br />

belajar siswa, maka peranan umum<br />

pengawas sekolah/madrasah adalah<br />

sebagai:<br />

a. Supervisor, b. observer<br />

(pemantau), c. evaluator (penilai) d.<br />

successor (pembantu keberhasilan).<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

Di level operasional, pengawas<br />

semestinya bersikap sebagai patner<br />

(mitra) guru dalam meningkatkan<br />

mutu proses dan hasil pembelajaran<br />

dan bimbingan di sekolah/madrasah<br />

binaannya. Pengawas itu ibarat teman<br />

dan bahkan sejawat yang selalu dan<br />

senantiasa bisa memberikan bimbingan<br />

serta bukan mencari kesalahan. Jangan<br />

selalu menilai guru dengan mengunakan<br />

“kacamata minus”. Karena, dengan<br />

menggunakan “kacamata minus”,<br />

akan selalu terlihat yang kurang-kurang<br />

(mines), padahal pada guru itu masih<br />

banyak yang lebih (plus)/ berpotensi.<br />

Sudah saatnya pengawas itu<br />

diangkat dari kalangan guru-guru yang<br />

berprestasi dan masih muda-muda<br />

untuk melahirkan inovasi atau ide-ide<br />

yang bagus untuk kemajuan pendidikan<br />

(bukan yang sudah berkacamata<br />

menunggu pensiun), dan sangat<br />

lebih bagus para pengawas itu diangkat<br />

dari guru-guru yang berpengalaman<br />

serta jenjang pendidikan yang lebih<br />

tinggi (S-2 kependidikan). Pengawas<br />

adalah tempat guru bertanya dan<br />

juga sekaligus bisa menjadi tempat<br />

bagi kepala sekolah/ madrasah untuk<br />

mencari solusi jika kepala sekolah/<br />

madrasah ada permasalahan dengan<br />

guru di satuan kerjanya (sebagai<br />

penengah).<br />

Kehadiran seorang pengawas di<br />

sekolah hendaknya menjadi sebuah<br />

dambaan bagi seorang guru, untuk<br />

memberikan motifasi bagi mereka.<br />

Sudah saatnya hari ini untuk menghilangkan<br />

image kedatangan pengawas<br />

ke sekolah bak kedatangan “malaikat<br />

maut”, ditakuti dan tidak diharapkan<br />

kunjungannya.<br />

Penulis adalah Tenaga Pendidik<br />

di lingkungan Kemenag. Kab.<br />

Pidie dan Mahasiswa S-2. Prodi.<br />

Magister Administrasi Pendidikan<br />

(MAP) Unsyiah B. <strong>Aceh</strong>.<br />

43


Bahasa di <strong>Aceh</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2011</strong><br />

NO.<br />

BAHASA<br />

INDONESIA<br />

BAHASA ACEH<br />

BAHASA<br />

GAYO<br />

BAHASA<br />

ANEUK<br />

JAMEE<br />

Ensiklopedi<br />

Bahasa di <strong>Aceh</strong><br />

BAHASA<br />

ALAS<br />

BAHASA<br />

SIGULAI/<br />

LAMAMEK<br />

44 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

BAHASA<br />

DEVAYAN<br />

BAHASA<br />

SINGKIL<br />

BAHASA PAK-<br />

PAK BOANG<br />

BAHASA<br />

TAMIANG<br />

HULU<br />

1 Marah Beungeh Bengis Berang Mengas Akhei Suek Mhangat Pungukhen Maghah Bengis Suek<br />

2 Curang Ku’eh Ilet Curang Ilat Nakal Ganjir Licik Bicuk Nokoh Serung Khelot<br />

3 Mengundang undang Mango Maundang Mebagah Mangundang<br />

4 Berkumpul Meusapat<br />

Murum/<br />

musapat<br />

Bakumpue<br />

Pulung/<br />

sepuk<br />

Manga<br />

ongan<br />

BAHASA<br />

KLUET<br />

BAHASA<br />

HALOBAN<br />

Mwagah Mewagah Ngundang Sebegekon Maongan<br />

Mefatutu Maleku Mpulung Medugun Bekumpol Pulung Bakoumpour<br />

5 Bertemu Meureumpok Mudemu Basuo Jumpe Fabukha Mansibuha Simbag Simbak Bejumpo Jumpoe Masiukha<br />

6 Berpisah Meupisah Mucere Bapisah Sikhang Bepisah Mansitaren Mhelang Mehelang Bepisah Mesirang Bapisah<br />

7 Datang Troeh Geh Datang Khoh Lentuk Besang Khoh Khoh Datang Roh Wesang<br />

8 Pergi Jak Beloh Pai Laus Mei Maee Laus Laus Lalu Laus Nae/mae<br />

9 Menunggu Preh Munampi Mananti Nimai Mafi’e Mama-al Meumema Pema Menanti Nimoi Mamba.al<br />

10 Sampai Troek Sawah Tibo Soh Lentuk Lentuk Soh Soh Tijak Soh Sampek<br />

11 Memberi Joek/bi Munosah Maagiah Mekhei Fi’esie Mam-ba Weukhek Mekhek Ngunjok Merekon Mangebba<br />

12 Menerima Trimong Munerime Manarimo Nekhime Manarimo Manarimo Menjalo Menjalo Neghimo Nerimo Manarimo<br />

13 Meminta Meulakee Muniro Mamintak Midou Mangande Manidauo Memido Mengido Minto Midoe Manido<br />

14 Setuju Seutuju Setuju Setuju Setuju Cocok Setuju Stuju Toko/ue Setuju Setuju Uda<br />

15 Duduk Duek Kunul Duduak Tandok Tatauk Tumata-eng Kundul Kundul Dudok Tandok Mantaeng<br />

16 Berdiri Doeng<br />

Sesuk/<br />

jenyong<br />

17 Bangun Beudoh Uwet Bsngkik Buet Toba<br />

Tagak Jindekh Indou-indou Umidek Cendekh Cendekh Bedikhi Jonjong Umidek<br />

Afedoik/<br />

afayu<br />

Keke Keke Bangkik Buat Awayu<br />

18 Jatuh Rheot Metuh Jatuah Dabuh Khuak Huak/kuak Ndabuh Ndabuh Lebok Nabuh Khuak<br />

19 Tolak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak<br />

20 Tarik Tarek Tegu Tariak Takhik Tarik Elak Teugu Tegu Taghek Tegu Tarek<br />

Database ensiklopedia Bahasa di <strong>Aceh</strong> ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca <strong>Majalah</strong><br />

<strong>Santunan</strong> di berbagai wilayah di <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor.<br />

Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085277759339 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah<br />

yang anda kuasai.<br />

Kontributor Edisi Juli: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman, Bahasa Alas-<br />

Hasanuddin Ramud, Bahasa Sigulai Lamamek-Aji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa<br />

Singkil-Hendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman Ar, Bahasa Tamiang hulu-Lukmanul Hakin,<br />

bahasa Kluet-H.Bahrum Basyah, bahasa Haloban-ikhsan<br />

Padanan kata untuk <strong>edisi</strong> berikutnya: Batang; benih; Ranting; Kulit; Bunga; Lapuk; Gugur; Tumbang; Urat;<br />

Perdu; ahan; Biji; Putik; Masak (buah-buahan); pelepah; Tangkai; Memanjat; Kayu; Tunas; Pucuk


Konsultasi BP4<br />

Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>)<br />

Assalamu’alaikum wr. wb.<br />

Bapak Pengasuh Konsultasi Keluarga<br />

BP4 yang terhormat. Keluarga<br />

kami, dalam dua tahun terakhir ini<br />

mengalami musibah beruntun. Kedua<br />

orang tua kami meninggal dunia,<br />

kemudian anak kami yang nomor dua.<br />

Terakhir, anak kami yang nomor satu,<br />

mendapat jodoh, tapi terlibat dalam<br />

kelompok aliran sesat yang baru-baru<br />

ini sudah disyahadatkan di masjid<br />

Raya Baiturrahman. Pertanyaan kami,<br />

apa yang harus kami lakukan, dan<br />

bagaimana pula dengan jodoh anak<br />

kami tersebut, dilihat dari hukum<br />

Islam? Jawaban dari pengasuh sangat<br />

kami harapkan.<br />

Wassalam dari kami sekeluarga<br />

di Banda <strong>Aceh</strong><br />

Nama dan Alamat pada Redaksi<br />

Wa‘alaikumussalam wr. wb<br />

Sebagai hamba Allah swt., kita<br />

tidak luput dari cobaan dalam hidup<br />

ini. Karena itu pula Allah swt, sangat<br />

sayang kepada orang-orang yang ketika<br />

diberi musibah bersikap sabar. Karena<br />

Allah selalu beserta orangorang yang<br />

sabar. “Fasabrun jamilun wallahul<br />

musta‘an” (Q.S. Yusuf: 18). Sabar itu<br />

indah dan Allah akan mengganti yang<br />

lebih baik dari apa yang sudah ada.<br />

Jangankan kita sebagai manusia biasa,<br />

para Nabi dan Rasul juga diuji dengan<br />

bermacam cobaan oleh Allah swt.<br />

Berkenaan dengan jodoh anak, yang<br />

belakangan diketahui terlibat aliran<br />

sesat, melalui rubrik ini pengasuh<br />

menyampaikan beberapa hal, dengan<br />

harapan bisa dijadikan solusi dan<br />

teratasi dengan baik.<br />

Pertama, proses khitbah (peminangan).<br />

Dalam hubungan ini sangat terkenal<br />

hadits dari Mughirah bin Syu’bah ketika<br />

ia menyampaikan kepada Nabi bahwa<br />

pemah meminang seorang wanita.<br />

Rasulullah berkata kepadanya, apakah<br />

kamu melihat wanita itu? Mughirah<br />

menjawab belum, rasulullah memberi<br />

petunjuk, “Lihatlah terlebih dahulu,<br />

agar kelak hidupmu langgeng” (HR.<br />

Jodoh Anakku, Sesat<br />

An-Nasai, Turmidzi dan Ibn Majah).<br />

Sekalipun hadits ini ditujukan kepada<br />

pihak laki-laki, tapi juga bisa<br />

berlaku pada pihak wanita untuk<br />

meneliti dan melihat kondisi keluarga<br />

pihak laki-laki. Orang tua kita (endatu)<br />

berpesan, “jak beutrok kalon beudeuh,<br />

bek rugoe meuh saket hate.”<br />

Kedua, pilih yang beragama. Ini<br />

sesuai petujuk Rasulullah saw.: Wanita<br />

itu dinikahi karena empat faktor,<br />

karena hartanya, keturunannya, karena<br />

kecantikannya, dan karena agamanya;<br />

maka pilihlah yang beragama, mudahmudahan<br />

kamu akan bahagia (HR.<br />

Jama’ah). Penekanan Rasulullah pada<br />

“agama” karena ia memiliki sifat<br />

akhlaqul karimah, taat, dan menjauhi<br />

dirinya dari larangan Allah swt.,<br />

sedangkan tiga hal lainnya (harta,<br />

keturunan, dan kecantikan adalah<br />

sementara sifatnya).<br />

Ketiga, wanita yang dipinang bukan<br />

keluarga dekat. Hal ini sesuai dengan<br />

jiwa yang terkandung dalam Q.S. an-<br />

Nisa’ ayat 22 dan 23. Dalam kaitan<br />

ini Umar bin Khattab menyatakan:<br />

“faqad sha’uftum fankihul ghara’ib”<br />

(sesungguhnya kamu adalah lemahlemah<br />

maka nikahilah kamu dengan<br />

orang-orang asing). Menurut Saydina<br />

Umar, bila terjadi perkawinan di<br />

lingkungan keluarga dekat, akan<br />

menurunkan keturunan yang lemah<br />

jasmani maupun rohani.<br />

Persoalan selanjutnya adalah bagaimana<br />

jodoh anak yang sudah terlibat<br />

aliran sesat? Dalam hal ini pengasuh<br />

melihat dari dua aspek. Pertama, dari<br />

segi hukum Islam, apabila seseorang<br />

keluar dari agama Islam atau pindah<br />

agama, ia disebut “murtad”. Bila<br />

seseorang murtad, halal darahnya<br />

artinya bisa dibunuh, kecuali ia taubat.<br />

Bila ia punya isteri dengan sendirinya<br />

terjadi talaq ba’in, dan tidak bisa lagi<br />

saling mewarisi antara keduanya.<br />

Kedua, dari ketentuan negara<br />

seperti yang disebutkan dalam KHI<br />

(Kompilasi Hukum Islam). Dalam Pasal<br />

116 disebutkan ada delapan alasan<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

terjadinya perceraian: (a) salah satu<br />

pihak berbuat zina dan sejenisnya, (b)<br />

salah satu pihak meninggalkan salah<br />

satu pihak selama dua tahun (c) salah<br />

satu pihak dihukum selama 5 tahun<br />

penjara (d) salah satu pihak melakukan<br />

kekejaman/penganiayaan berat (e)<br />

salah satu pihak mendapat cacat badan<br />

(f) antara suami isteri terus menerus<br />

terjadi konflik (g) suami melanggar<br />

taktik talaq dan (h) peralihan agama<br />

atau murtad. Jadi murtad termasuk<br />

salah satu alasan putusnya perkawinan,<br />

termasuk khitbah (pinangan).<br />

Solusi selanjutnya adalah, bagi yang<br />

sudah terlanjur sesat, hendaklah ia<br />

segera taubat, artinya taubat nashuha,<br />

pertama, disyahadatkan kembali. Lalu ia<br />

harus beranjak kepada tahap kedua yaitu<br />

”an-nadam” (penyesalan mendalam)<br />

atas perbuatannya. Kemudian terus<br />

menerus memohon keampunan dengan<br />

”astaghfirullahal ‘azhim”. Selanjutnya<br />

yang bersangkutan berikrar tidak akan<br />

kembali dan mengulangi perbuatan<br />

serupa, dan ia terus menerus dalam<br />

menjalankan ibadah dengan disiplin.<br />

Bila persyaratan seperti telah<br />

disebutkan, pengasuh menyarankan<br />

kepada anda selaku orang tuanya,<br />

dapat meneruskan jodoh anaknya,<br />

tetapi bila tidak bisa dilakukan seperti<br />

yang sudah dijelaskan, maka sebaiknya<br />

putuskanlah hubungan keduanya<br />

dengan membatalkan tunangannya.<br />

Nabi berpesan: “Da’ ma yaribuk ila ma<br />

la yaribuk“ (tinggalkan yang ragu-ragu<br />

dan ambil yang tidak ragu-ragu).<br />

Bila juga anda berdua selaku orangtua<br />

masih ragu-ragu lakukanlah shalat<br />

istikharah termasuk anak Anda, dengan<br />

memohon petunjuk yang terbaik dari<br />

Allah swt. Bahkan sudah sering oleh<br />

orang-orang tua kita berpesan “langkah,<br />

rezeki, peteumuen, maut”. Sikap anda<br />

berdua selaku orang tua dan termasuk<br />

anak merupakan itulah yang terbaik.<br />

Semoga Allah swt. memberi petunjuk,<br />

ma’unah, agar senantiasa dalam rahmat<br />

dan kasih sayang-Nya. n<br />

Wallahu a’lamu bish-shawab<br />

45


Konsultasi Hukum Islam<br />

Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.<br />

Sampai Kapan Orang Tua Bertanggungjawab?<br />

Assalamu’alaikum.<br />

Bapak pengasuh yang terhormat.<br />

Adakah batas tanggung jawab orangtua<br />

terhadap anak-anaknya di dalam ajaran<br />

agama kita. Hal ini saya tanyakan sehubungan<br />

dengan adanya data pengikut<br />

aliran sesat dari kalangan mahasiswa.<br />

Dalam pikiran saya mahasiswa sudah<br />

dapat dikategorikan sebagai orang yang<br />

sudah mandiri sehingga kalau mereka<br />

melakukan tindakan yang bersifat keliru<br />

tidak semestinya ”mengganggu”<br />

nama baik orangtua mereka atau keluarga<br />

mereka. Demikian, atas jawaban<br />

bapak saya ucapkan terima kasih.<br />

Alkhairi, Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Jawaban<br />

Wa‘laikumussalam wr. wb.<br />

Saudara Alkhairi yang terhormat.<br />

Terima kasih atas perhatian saudara<br />

yang saya pikir cukup serius untuk<br />

persoalan aliran sesat ini khususnya<br />

berkaitan dengan batas waktu tanggung<br />

jawab para orangtua mendidik, melatih<br />

dan mengajar anak-anak mereka.<br />

Saya sepakat dengan saudara agar<br />

tidak mengaitkan orangtua dalam hal<br />

kesalahan anaknya yang sudah dewasa.<br />

Tetapi hal tersebut harus melalui sebuah<br />

keyakinan bahwa orangtua sudah menjalankan<br />

tanggungjawabnya dengan<br />

benar sesuai dengan batas waktu dan<br />

kurikulum pendidikan dan pelatihan<br />

wajib seperti yang ditentukan oleh<br />

Nabi Muhammad saw. Batas waktu dan<br />

kurikulum pendidikan dan pelatihan<br />

Nabi adalah sebagai berikut:<br />

Pertama, selama 13 tahun, orangtua<br />

mengajarkan anaknya Syariat Islam.<br />

”Barang siapa yang lahir baginya anak<br />

maka hendaklah diazankan di telinga<br />

kanannya dan diiqamahkan di telinga<br />

kirinya. Anak itu tidak akan dapat<br />

dimudharatkan oleh syaithan” (HR Al-<br />

Baihaqiy).<br />

Azan dan iqamah adalah inti Syariat<br />

Islam (Allah Maha Besar, tidak ada<br />

yang patut diikuti, ditaati selain Allah).<br />

Orangtua harus dapat memastikan<br />

bahwa Syariat Islam ini sudah dididik,<br />

dilatih dan diajarkan kepada anak-anak<br />

mereka.<br />

Kedua, selama 13 tahun kurang 6<br />

hari, orangtua mengajar, mendidik dan<br />

melatih anak-anaknya bermasyarakat.<br />

”Seorang anak dilaksanakan aqiqahnya<br />

pada hari ketujuh, diberi nama dan<br />

disunat.” Pemberian daging aqiqah<br />

kepada handai taulan, tetangga, saudara<br />

dan keluarga adalah simbolisasi<br />

pendidikan kemasyarakatan dimulai.<br />

Seorang anak sudah mulai diperkenalkan<br />

kepada ”dunia”.<br />

Kegiatan masyarakat di masjid, di<br />

kampung, di kota dan di tempat lainnya<br />

sudah mulai diikuti oleh seorang<br />

anak sehingga lambat-laun dia mulai<br />

merekam kultur, tatakrama dan kegiatan<br />

masyarakatnya untuk dia cerdas<br />

bermasyarakat. Orangtua harus dapat<br />

memastikan bahwa ia telah mendidik,<br />

mengajar dan melatih anaknya ilmu<br />

kemasyarakatan.<br />

Ketiga, selama 7 tahun, orangtua<br />

mengajar, mendidik dan melatih anakanaknya<br />

ilmu pengetahuan dan keterampilan.<br />

”Kalau telah berusia 6 tahun<br />

dididik (keahlian)”. Pada usia ini seorang<br />

anak harus mulai mendapat kesempatan<br />

untuk menentukan profesionalisme<br />

yang akan dipilih sebagai ”jalan hidup”<br />

dunianya. Orang tua harus menjamin<br />

bahwa anak-anak mereka memiliki keterampilan<br />

atau lifeskill sehingga tidak<br />

menjadi pengangguran.<br />

Keempat, selama 4 tahun, orangtua<br />

mengajar, mendidik dan melatih anakanaknya<br />

berprilaku dan berekspresi<br />

seksual islami. ”Kalau telah berusia 9<br />

tahun dipisahkan dari tempat tidurnya”.<br />

Pelurusan prilaku dan ekspresi sesksual<br />

seorang anak dimulai sejak berusia<br />

9 tahun. Wawasan, pengalaman dan<br />

perhatian mereka dalam persoalan ini<br />

tidak terpengaruh budaya asing yang<br />

tidak sesuai dengan tata perilaku yang<br />

diatur oleh ajaran Islam. Orangtua harus<br />

menjamin bahwa anak-anak mereka<br />

memiliki wawasan, pengetahuan dan<br />

prilaku seksual Islami; tidak berprilaku<br />

seksual menyimpang dari syari’at.<br />

Kelima, selama 3 tahun, orangtua<br />

membimbing praktikum dan mengevaluasinya.<br />

”Kalau berusia 13 tahun<br />

dipukul sebab meninggalkan shalat dan<br />

46 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

puasa”. Seorang anak sudah masuk pada<br />

tataran praktis dalam bidang Syariat Islam,<br />

kemasyarakatan, keahlian (keterampilan)<br />

dan kelurusan prilaku seksual.<br />

Masa 3 tahun ini juga digunakan untuk<br />

evaluasi penguasaan materi kurikulum<br />

pendidikan dan pelatihan yang sudah<br />

diberikan. Orangtua harus dapat menjamin<br />

praktikum ini berjalan dengan benar<br />

sebelum memastikan kedewasaan<br />

seorang anak melalui semacam bai’at.<br />

Keenam, pada saat 16 tahun, orangtua<br />

memastikan kedewasaan anak-anak<br />

mereka melalui semacam bai’at. ”Kalau<br />

telah berusia 16 tahun maka ayahnya<br />

menikahkannya. Kemudian ia memegang<br />

tangannya [jabat tangan] dan berkata:<br />

’Aku telah mendidikmu dan mengajarmu,<br />

memberimu keahlian, dan<br />

menikahkanmu. Aku berlindung kepada<br />

Allah dari azab-Nya di dunia dan di<br />

akhirat.” (HR Ibnu Hibban dari Anas).<br />

Menurut Nabi seorang anak dewasa<br />

pada saat usia 16 tahun dengan<br />

cara menyakini diri, baik anak maupun<br />

orangtua, bahwa anak-anak mereka<br />

telah memiliki wawasan syari’at, kemasyarakan,<br />

keahlian dan ilmu pengetahuan,<br />

prilaku dan ekspresi seksual tidak<br />

menyimpang yang kesemua itu terlihat<br />

dalam kehidupan sehari-hari.<br />

Perlu dicatat disini bahwa jika format<br />

yang telah ditetapkan ini berjalan dengan<br />

baik pada setiap keluarga muslim maka<br />

dapat dipastikan bahwa batas waktu<br />

tanggungjawab orangtua terhadap anaknya<br />

adalah 16 tahun. Seorang anak<br />

ketika itu sudah dapat dibebaskan dari<br />

bimbingan wajib orangtuanya menuju<br />

bimbingan wajib masyarakatnya dalam<br />

arti dakwah, yakni amar ma’ruf nahi<br />

munkar.<br />

Namun untuk seorang anak perempuan<br />

harus dipastikan berakhirnya<br />

tanggungjawab orangtua dengan<br />

perkawinan, meskipun mereka telah<br />

juga mengikuti format pendidikan<br />

dan pelatihan yang ditentukan tersebut<br />

sepanjang 16 tahun. Jika format<br />

ini tidak berjalan sebagaimana mestinya,<br />

menurut hemat kami, batas waktu<br />

tanggungjawab wajib tersebut mesti<br />

diperpanjang. nWallahua’lam.


<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Bahasa Arab<br />

Diasuh oleh Muzakkir, S.Ag<br />

47


Bahasa Inggris<br />

Vocabularies :<br />

The Catastrophe = The Disaster<br />

Annual = every year<br />

Commemoration = close to celebration<br />

Fled = run away<br />

Expelled = dropted out<br />

Refugee = who lost the home<br />

Partitioned = devided<br />

Nakba Day (Arabic: Yawm an-Nakbah, meaning<br />

“day of the catastrophe”) is an annual day of<br />

commemoration for the Palestinian people<br />

of the displacement that accompanied the<br />

creation of Israel in 1948. It is generally<br />

commemorated on May 15, the day after<br />

the Gregorian calendar date for Israeli<br />

independence day (Yom Ha’atzmaut).<br />

During the 1948 Palestine War, an estimated 700,000<br />

Palestinians were expelled or fled, and<br />

hundreds of Palestinian villages were<br />

depopulated and destroyed. The vast<br />

majority of Palestinian refugees, both those<br />

outside the 1949 armistice lines at the war’s<br />

conclusion and those internally displaced,<br />

were barred by the newly declared state<br />

Nakba Day<br />

48 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

of Israel from returning to their homes or<br />

reclaiming their property.<br />

These refugees and their descendants number several<br />

million people today, divided between<br />

Jordan (2 million), Lebanon (427,057),<br />

Syria (477,700), the West Bank (788,108)<br />

and the Gaza Strip (1.1 million), with at<br />

least another quarter of a million internally<br />

displaced Palestinians in Israel. The<br />

displacement, dispossession and dispersal<br />

of the Palestinian people is known to them<br />

as al-Nakba, meaning “the catastrophe,” or<br />

“the disaster.”<br />

Prior to its adoption by the Palestinian nationalist<br />

movement, the “Year of the Catastrophe”<br />

among Arabs referred to 1920, when<br />

European colonial powers partitioned the<br />

Ottoman Empire into a series of separate<br />

states along lines of their own choosing.<br />

The term was first used to reference the<br />

events of 1948 in the summer of that<br />

same year by the Syrian writer Constantine<br />

Zureiq in his work “Ma’na al-Nakba” (“The<br />

Meaning of the Nakba”; published in<br />

English in 1956).


Pengalaman hidup setiap orang<br />

tidak selamanya manis dan<br />

layak ditulis dengan tinta emas.<br />

Pengalaman tidak diberi jabatan<br />

oleh pimpinan masih membekas<br />

di benaknya. Saat itu, dari Kepala<br />

Seksi Penyelenggaraan Haji Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Selatan, ia<br />

dimutasi menjadi staf biasa pada Sub<br />

Seksi Bimbingan Perkawinan pada<br />

Seksi Urusan <strong>Agama</strong> Islam. ”Tidak<br />

ada masalah, saya tetap jalani dengan<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Tokoh<br />

H. Syarbaini SH,<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat Daya<br />

Susah Menolak<br />

Jika Sudah Diberi Argumentasi<br />

baik. Dan saya mengambil hikmah<br />

dibalik itu,” Ujar H. Syarbaini, SH,<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat Daya, ketika<br />

berbincang panjang lebar dengan<br />

<strong>Santunan</strong>, Rabu (25/5).<br />

49


Tokoh<br />

Dalam pandangannya, sebagai<br />

aparatur negara dimanapun dan apapun<br />

pekerjaan yang diberikan pimpinan<br />

harus diterima dengan baik.<br />

Saat Bapak empat putra ini<br />

menyambangi <strong>Santunan</strong>, banyak hal<br />

yang kita diskusikan, dari mulai ia<br />

pertama kali berkarir sebagai staf<br />

KUA Kecamatan Simpang Kiri, saat ia<br />

jadi KUA teladan tingkat nasional dan<br />

berhak mendapatkan tiket naik haji dari<br />

Menag, program dan terobosan yang ia<br />

lakukan selama menjadi Kakankemenag,<br />

sampai upaya ’pembusukan’ yang<br />

dilakukan orang di lingkarannya untuk<br />

menggagalkan kepemimpinannya.<br />

”Satu waktu, saya dipanggil ke<br />

ruang Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> (dulu Departemen <strong>Agama</strong>)<br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Selatan yang dijabat<br />

Drs. Zainuddin S. Beliau meminta<br />

sertifikat lulus ujian naib. Saya katakan,<br />

untuk apa pak? ”Saya ingin promosikan<br />

Anda sebagai kepala KUA,” ujarnya<br />

singkat. Saat itu juga saya protes tidak<br />

bersedia. Pertimbangan saya waktu itu,<br />

mengingat usia masih terlalu muda dan<br />

dalam benak saya tergambar jabatan<br />

Kepala KUA itu adalah jabatan buat orang<br />

tua, dan sudah senior. Karena yang saya<br />

tahu waktu itu, tugas KUA selain urusan<br />

nikah, talak, dan rujuk, baca do’a, baca<br />

khutbah dan seterusnya.<br />

Dengan penuh kebapakan, Pak Zainuddin<br />

mengarahkan supaya saya menerima<br />

jabatan itu. ”Coba laksanakan<br />

dulu, ini promosi buat Saudara. Saya<br />

melihat Saudara mampu untuk jabatan<br />

ini. Dan pemerintah kecamatan pun<br />

sudah setuju,” ujar Bapak yang punya<br />

motto hidup, ”dimana bumi dipijak di<br />

sana pekerjaan wajib dihayati,” mengenang.<br />

Tanggal 21 Juli 1993, saya dilantik<br />

menjadi Kepala KUA Kecamatan Tapaktuan,<br />

ibu kota Kabupaten <strong>Aceh</strong> Selatan.<br />

”Saya orangnya susah menolak kalau sudah<br />

diberi argumentasi,” imbuh alumni<br />

PIM III angkatan ke 30 tahun 2010 ini.<br />

Berbekal pengalaman yang ada,<br />

tahun 1995 saya terpilih sebagai Kepala<br />

Kantor Urusan <strong>Agama</strong> Kecamatan<br />

Teladan tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dan<br />

berhak ikut pemilihan KUA Teladan<br />

tingkat nasional di Jakarta. Waktu itu,<br />

kami diberi kesempatan menghadiri<br />

Festival Istiqlal Jakarta.<br />

Menteri <strong>Agama</strong> yang waktu itu<br />

dijabat dr. Tarmizi Taher, merekomendir<br />

10 orang peserta terbaik Pemilihan<br />

KUA Teladan Tingkat Nasional dari 27<br />

provinsi diberi kesempatan naik haji<br />

sebagai petugas kloter. Alhamdulillah,<br />

saya termasuk di dalam 10 terbaik itu<br />

dan berkesempatan naik haji sebagai<br />

Ketua Kloter tahun 1996, via Embarkasi<br />

Medan.<br />

Isu miring dan gelombang fitnah<br />

yang dihembuskan segelintir orang<br />

atas kinerja kepemimpinannya, tidak<br />

membuat bapak yang hobi olah raga dan<br />

membaca ini – surut ke belakang. ”Saya<br />

teringat apa yang disampaikan Sekjen<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, Bapak Bahrul<br />

Hayat, saat menghadiri Rakor Pendidikan<br />

di Hotel Red Top, Jakarta beberapa<br />

waktu lalu. Sekjen mengingatkan,<br />

siapa saja yang mengobok-ngobok<br />

lembaga <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, harus<br />

dilawan. Apalagi Bapak Kakanwil juga<br />

mendukung saya. Makanya, akan saya<br />

lawan,” ujar alumni Fakultas Hukum<br />

UNMUHA <strong>Aceh</strong> ini.<br />

Memasuki tahun kedua<br />

kepemimpinannya. Kakankemenag<br />

yang punya obsesi dapat bersaing<br />

dan bersanding dengan mitra kerja<br />

50 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Biodata<br />

dari Pemerintah daerah ini, ingin<br />

memberika pelayanan yang terbaik<br />

kepada masyarakat. ”Kami ingin<br />

memberikan pelayanan prima kepada<br />

masyarakat, sehingga semua orang yang<br />

berurusan dengan Kankemenag Abdya<br />

berkesan dan terpuaskan,” ujarnya<br />

sedikit promosi.<br />

Untuk mewujudkan obsesinya,<br />

kantor yang terletak di atas bukit<br />

kawasan komplek perkantoran Abdya<br />

ini sudah dipasang dengan sejumlah<br />

perangkat IT. Sebut saja, CCTV, PIBX,<br />

ruang aula sudah dilengkapi audio<br />

microfon table. Dan seluruh ruangan<br />

kantor sudah ada wifi-- internet dan bisa<br />

diakses kapan saja. ”Untuk memberikan<br />

pelayanan yang baik diperlukan sarana<br />

yang memadai. Kantor kita harus<br />

bonafit”, ujar suami Ibu Hj. Sarkiah Ali,<br />

A.Ma menambahkan.<br />

Hasil Ujian Nasional tingkat MA/<br />

SMA yang baru-baru ini diumumkan,<br />

sedikit menghibur Pak Syarbaini dan<br />

jajaran Kemenag Abdya. ”Alhamdulillah,<br />

rata-rata kelulusannya mencapai 98,5<br />

persen”, ujarnya menutup pembicaraan.<br />

Selamat Pak... n<strong>Juni</strong>azi<br />

Nama : H. SYARBAINI, SH<br />

Tempat/ Tgl. Lahir : <strong>Aceh</strong> Selatan, 14 Oktober 1960<br />

N I P : 19601014 198203 1 003<br />

Pangkat/Golongan : Pembina (IV/a)<br />

Jabatan : Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. Abdya<br />

Alamat : Jl. Lukman Desa Meudang Ara Blangpidie<br />

Pendidikan:<br />

1. MIN 7 Tahun, tamat tahun 1971;<br />

2. PGA 4 Tahun, tamat tahun 1976;<br />

3. PGA 6 Tahun, tamat tahun 1978/1979<br />

4. S.1 UNMUHA, tamat tahun 1999/2000<br />

Pengalamana Jabatan:<br />

1. Ka. KUA Kecamatan Tapaktuan : 1993-1998<br />

2. Ka. KUA Kecamatan Bakongan : 1998-1999<br />

3. Ka. Peny. Haji Kandepag A.Selatan : 1999-2001<br />

4. Staf BIMPER Seksi Urais Kandepag : 2001-2002<br />

5. Ka. KUA Kecamatan Blangpidie : 2002-2004<br />

6. Kasi Urais dan Haji Kandepag Abdya : 2004-2009<br />

7. KakanKemenag <strong>Aceh</strong> Barat Daya<br />

Keluarga:<br />

: 2009-sekarang<br />

Isteri Hj. SARKIAH ALI, A. Ma. (Kepala SD swasta Keude Paya Blangpidie)<br />

Anak-anak:<br />

1. Faisal Fazrian, lahir: 12-04-1983. (Karyawan Swasta Yogyakarta)<br />

2. Faisal Harits, lahir: 29-07-1985. (Anggota Polsek Lb. Haji)<br />

3. Nanda Gunawan, lahir: 30-09-1989. (Mhs. IAIN Banda <strong>Aceh</strong>)<br />

4. Fauzan Mubarak, lahir: 25-02-1996. (Pelajar MTsN Susoh)


Life Style<br />

Ketika Anak tinggal di Kosan<br />

Mau tidak mau, dengan semakin dewasanya anak<br />

kita, tentu pula akan menempuh pendidikan<br />

yang lebih tinggi, yang konsekuensinya adalah<br />

peningkatan pengeluaran biaya untuk pendidikan, bahkan<br />

sewa tempat tinggal bagi yang memilih kuliah di tempat<br />

yang jauh.<br />

Selaku orang tua, tentunya tidak sampai hati<br />

memadamkan semangat belajar dan cita-cita si buah<br />

hati dengan menahannya tinggal di rumah dan kuliah di<br />

kampung, bisa karena alasan sangat sayang, atau karena<br />

fasilitas pendidikan lokal yang kurang memadai, juga<br />

karena kita ingin melihat anaka kita hidup mandiri, pandai<br />

bergaul, dan memiliki wawasan yang jauh lebih luas dari<br />

yang bisa diperoleh di kampung halamannya.<br />

Bagi orang tua yang anak-anaknya mulai beranjak dewasa<br />

dan akan meninggalkan rumah karena alasan kuliah, ada<br />

beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:<br />

Tempat Tinggal<br />

Pastikan anak kita tinggal di lingkungan yang baik dan<br />

positif. Orang tua selayaknya menilai langsung tempat dan<br />

lingkungan yang akan dijadikan kost anaknya di perantaun,<br />

khususnya anak perempuan. Pastikan ada penanggungjawab<br />

atau orang tua yang bertanggungjawab mengawasi anakanak<br />

kost tersebut. Jangan sampai anak-anak kita tinggal<br />

di lingkungan yang tidak menentu dan tidak mendapatkan<br />

pengawasan dari orang yang berpengalaman. Ingat, anak<br />

anda baru saja keluar kandang, tentu ada banyak godaan.<br />

Kemandirian<br />

Tinggal jauh dari rumah orang tua, si anak harus diajarkan<br />

kemandirian. Mandiri tidak hanya dalam memenuhi dan<br />

melayani kebutuhan sehari-hari seperti makan-minum dan<br />

pakaian, tapi juga mandiri dalam menghadapi masalah,<br />

memecahkan masalah, dan memotivasi diri sendiri di<br />

kala mengalami kejenuhan dan kebosanan. Memang<br />

penting memastikan anak kita bisa memasak, mencuci<br />

dan menyertika sendiri, tapi juga sangat penting untuk<br />

meyakini bahwa anak kita sudah bisa hidup mandiri<br />

secara mental dan spiritual, karena tidak ada lagi yang<br />

akan mengingatkan, apalagi memaksanya untuk shalat dan<br />

berpuasa, misalnya.<br />

Kesederhanaan<br />

Dengan membengkaknya pengeluaran orang tua, si<br />

anak harus dibekali dengan jiwa kesederhanaan. Sedari<br />

awal anak-anak mestinya telah diperkenalkan mana yang<br />

dibutuhkan dan mana yang diinginkan. Jadi, mulai dari<br />

tempat tinggal, sarana transportasi, penampilan dan lainlain<br />

atribut haruslah bisa disederhanankan, dengan kata<br />

lain dihemat. Karena pos pengeluaran orang tua tidak<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

hanya terbatas pada anaknya yang kuliah, boleh jadi masih<br />

ada adik-adiknya yang bersekolah, dan tentunya juga harus<br />

menutup sisa kredit di bank pemerintah.<br />

Kesehatan<br />

Sebagai implikasi dari hidup mandiri dan sederhana,<br />

kebanyakan anak kost lalai memelihara kesehatannya karena<br />

berbagaia alasan. Untuk itu, sedari awal orang tua perlu<br />

meberikan perhatian khusus bagi anak yang menderita<br />

penyakit bawaan spesifik. Bahkan anak yang pembawaannya<br />

sehat-sehat saja juga membutuhkan olahraga dan rekreasi<br />

untuk menyaga kesehatan fisik dan mentalnya. Untuk itu<br />

nasehati anak anda untuk selalu berolahraga secara rutin<br />

dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan<br />

di lingkungan kostnya.<br />

Keberhasilan<br />

Sedari awal, orang tua dan anak harus mendefinisikan<br />

target keberhasilan yang hendak dicapai dan diraih si anak<br />

di perantauan. Apakah keberhasilan itu dimaknai dengan<br />

selesai kuliah tepat waktu sehingga menghemat biaya,<br />

atau si anak mendapat pengalaman baru, atau sekedar<br />

dapat hidup mandiri, atau juga meraih prestasi sensasional<br />

tertentu. Target keberhasilan ini penting untuk memtivasi<br />

anak berusaha maksimal selama di perantuannya, dan<br />

disisi lain juga memotivasi orang tua untuk selalu berusaha<br />

menjaga biaya dan kebutuhan anaknya. Dengan ungkapan<br />

yang lain, sesungguhnya orangtua tidak mau kecewa<br />

apabila setelah sekian tahun anaknya tidak menjadi apaapa<br />

yang diharapkannya.<br />

Komunikasi<br />

Selalu pelihara komunikasi dengan anak anda. Dengan<br />

dukungan sarana komunikasi saat ini, orang tua bisa<br />

kapan saja mengubungi nakanya via telpon, sms, atau juga<br />

facebook untuk mengetahui kondisi anaknya. Tapi penting<br />

juga bagi orang tua untuk menetapkan jadwal komunikasi<br />

bagi anaknya, misalnya seminggu sekali telepon ke<br />

kampung, atau orang tua berkomunikasi rutin dengan<br />

pengawas kosan untuk memantau kondisi anak-anaknya.<br />

Bukan tidak mungkin, tampa komunikasi dan pengawasan<br />

yang memadai anak-anak kita bisa salah bergaul dan<br />

terjerumus ke dunia maksiat, aliran sesat, atau malah putus<br />

kuliah. Bila perlu, kunjungilah anak anda secara berkala<br />

sesuai kemampuan, dan evaluasilah keberadaan anak anda<br />

dengan orang-orang di sekitar tempat tinggalnya, apakah<br />

berperilaku normal, atau malah mencurigakan.<br />

Akhirnya, selamat menjadi orang tua yang lebih dewasa<br />

dengan perkembangan anak anda saat ini da nanti, karena<br />

dia sudah tidak kecil lagi. nkhairuddin aba dari berbagai<br />

sumber<br />

51


Korpri & DW<br />

Kenali Kecerdasan Anak<br />

Lewat Tes Sidik Jari<br />

Tes mesin kecerdasan melalui sidik jari merupakan<br />

penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan. Tes itu<br />

disebut dengan STIFIn, dengan melakukannya orang<br />

tua dapat mengukur potensi dan bakat anak berdasarkan<br />

piranti dan sistem operasi<br />

otak.<br />

Tes STIFIn sanggup<br />

memetakan mesin kecerdasan<br />

dan kepribadian<br />

seseorang cukup dengan<br />

mengambil sidik jari dari<br />

peserta tes. Konsep STIFIn<br />

diperkenalkan oleh Farid<br />

Poniman dengan mengkomplikasikan<br />

dari berbagai<br />

teori psikologi, neuro,<br />

science dan SDM. Prinsip<br />

besarnya mengacu kepada<br />

konsep kecerdasan tunggal<br />

dari C.G. Jung.<br />

“Inilah bakat asli yang<br />

sesungguhnya, Sebagai cara<br />

mudah untuk sukses dalam<br />

profesi, karir, sekolah, dan hubungan sosial”, ujar Mulyadi<br />

Nurdin, promotor STIFIn <strong>Aceh</strong> di kantornya, jalan Tgk<br />

Imum Lueng Bata nomor 59, Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

“Tes sudah bisa dilakukan sejak usia 3 tahun, hasilnya<br />

ketika diulang kapanpun akan sama,” tambah Mulyadi<br />

Nurdin.<br />

Manfaatnya banyak sekali diantaranya untuk memahami<br />

cara belajar, bakat, potensi, profesi, dan karir. Misalnya<br />

anak tipe S (sensing) bagus dalam menghapal, anak tipe T<br />

(thinking) hebat dalam menghitung, anak tipe I (Intuiting)<br />

hebat dalam kreatifitas, anak tipe F (feeling) bagus kalau<br />

belajar sambil berinteraksi, dan anak tipe In (insting) adalah<br />

pembelajar serba bisa namun memerlukan ketenangan<br />

52 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

terutama untuk mengaktifkan otak tengahnya (naluri).<br />

Alasan lain perlunya dilakukan tes kecerdasan anak<br />

sejak dini adalah, Menghindari INVESTASI TERBUANG,<br />

akibat ketidaktahuan potensi menonjol pada diri Anda dan<br />

anak Anda, menemukan<br />

blue print (cetak biru) diri<br />

dan panggilan jiwa, sehingga<br />

tidak salah pilih pendidikan<br />

dan salah pilih profesi,<br />

mudah mempersiapkan profesi<br />

sejak dini dan membuat<br />

berhasil dengan cara yang<br />

menyenangkan, mengenali<br />

cara belajar, bergaul, berkarir<br />

dan mengembangkan<br />

diri secara efektif.<br />

Menurut Mulyadi<br />

Nurdin untuk mengambil<br />

sidik jari hanya membutuhkan<br />

waktu sekitar satu<br />

menit, dan hasilnya dapat<br />

dilihat segera setelah itu.<br />

“Tes sangat praktis, hanya<br />

dengan cara men-scan kesepuluh ujung jari,” tambahnya.<br />

Bagi yang ingin melakukan tes kecerdasan bisa langsung<br />

menghubungi petugas yang akan siap turun ke seluruh<br />

<strong>Aceh</strong>.<br />

“Tes bisa dilakukan di Kantor Kami di Banda <strong>Aceh</strong>, atau<br />

diundang ke tempat seperti sekolah, kantor, bahkan ke<br />

seluruh <strong>Aceh</strong>,” jelas Mulyadi Nurdin.<br />

Nah, tunggu apa lagi, segera kenali bakat anak Anda<br />

hanya dengan menghubungi HP 082162559910 atau<br />

085260193797, atau kirim surat elektronik ke stifinaceh@<br />

gmail.com.n<br />

Boy Nashruddin Agus<br />

(Jurnalis freelance, tinggal di Banda <strong>Aceh</strong>)


<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Komputer<br />

Membasmi Virus Shorcut dan Hidden File<br />

dengan Smadav<br />

Saat-saat ini mungkin<br />

sering kali orang yang<br />

bekerja di kantor resah<br />

akan Virus yang cukup membahayakan,<br />

membingungkan<br />

dan menjengkelkan yaitu Virus<br />

Shortcuts. Virus ini merubah<br />

file dan folder pada flashdisk<br />

menjadi Shorcut bahkan setelah<br />

folder dan file dirubah<br />

menjadi shorcut kemudian virus<br />

menghiden file dan polder<br />

tersebut, sungguh sangat menjengkelkan.<br />

Setelah diamati virus ini<br />

menyerang perangkat eksternal<br />

drive atau extention storage seperti : Flashdisk, Free Agent,<br />

Hardisk eksternal dan penyimpanan lainnya termasuk<br />

memory card dan sejenisnya melalui port USB.<br />

Kini tidak perlu khawatir lagi dengan adanya virus yang<br />

membuat banyak orang kesal karena kini dengan SMADAV<br />

versi terbaru (Smadav 8.5) virus ini sudah bisa dibasmi dan<br />

folder yang disembunyikan dapat muncul kembali. Jadi dua<br />

fungsi utama antivirus Smadav dalam menghadapi virus<br />

shorcut yaitu : memberihkan sistem dari efek virus shorcut<br />

dan mengembalikan folder yang disembunyikan dan yang<br />

terpenting anti virus Smadav ini Asli lhoo antivirus product<br />

dalam negeri hasil karya putra indonesia.<br />

Bagaimana cara menggunakan Antivirus Smadav 8.5 dan<br />

membasmi Virus Shorcut ini? Berikut langkah-langkahnya :<br />

Oleh Ajat Sudrajat, A.Ma<br />

1. Download Smadav<br />

8.5 atau yang lebih terbaru<br />

di www.smadav.net jangan<br />

khawatir smadav ini bisa<br />

didapat secara gratis atau anda<br />

bisa beralih ke smadav pro<br />

dengan menyisihkan beberapa<br />

kepeng untuk Donasi.<br />

2. Setelah download<br />

lakukan instalasi anti virus<br />

tersebut dengan membuka file<br />

install nya dan ikuti langkah<br />

instalasinya samapai selesai.<br />

3. Setelah instalasi selesai<br />

buka antivirus smadav, langkah<br />

selanjutnya adalah melakukan<br />

scan virus untuk mendeteksi virus dan membasminya. Scan<br />

deep registry dan sistem komputer beri tanda contreng<br />

setelah itu scan semua folder yang akan di bersihkan dipartisi<br />

partisi lain dan media penyimpanan file seperti flashdisk.<br />

4. Setelah proses scan selesai, maka kliklah sub menu<br />

“virus” pada tampilan diatas untuk melihat daftar virus yang<br />

terdeteksi dan lakukan pembasmian dengn mengklik Clean<br />

All, sedangkan untuk melihat folder yang terhiden kelik sub<br />

menu “Hidden” lalu kelik unhide All untuk mengembalikan<br />

folder yang terhiden<br />

Terima kasih saya ucapkan mudah-mudahan tutorial<br />

membasmi virus shorcut dan hidden file dengan Smadav ini<br />

dapat bermanfaat bagi pembaca. n<br />

Penulis adalah Guru MIN 1 Kota Takengon<br />

Anda dapat membaca <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> lebih awal dengan mengunduhnya melalui website www.aceh.kemenag.go.id. Koleksi<br />

pula e-book Masjid Bersejarah di Nanggroe <strong>Aceh</strong> dan berbagai konten menarik lainnya, hanya di www.aceh.kemenag.go.id<br />

53


Sastra<br />

Liburan Emas<br />

Oleh Ikrillah<br />

Langkah letihku terus iringi derap<br />

kaki penuh harap dari orangorang<br />

pencari nafkah. Telah satu<br />

jam lebih kami menuruni lereng gunung.<br />

Igauan pepohonan berpadu dengan<br />

kicauan burung yang bernyanyi<br />

riang menjadi hiburan terindah untuk<br />

kunikmati. Sirine die-die khueng¬<br />

gemakan suara alam yang tak pernah<br />

henti menabur kehidupan. Kabut<br />

masih tak mau pergi dan terus menyelimuti<br />

pepohonan yang menjulang<br />

tinggi, sambil meneteskan embun di<br />

dedaunan.<br />

Aku terus mengikuti langkah<br />

saudara-saudaraku yang menjadi<br />

penuntun jalan. Kami pergi satu<br />

kelompok kecil, terdiri dari Cek<br />

Lem yang merupakan adik pertama<br />

ayahku yang bertindak sebagai ketua<br />

rombongan. Kemudian Cek Dam, adik<br />

ibu paling bungsu dan dua saudara ibu<br />

lainnya yaitu Cek Din dan Cek Yan. Cek<br />

Din berjalan paling depan diikuti oleh<br />

Cek Lem, tidak jauh dibelakangnya<br />

berjalan Cek Yan, kemudian Cek Dam<br />

yang berada tepat didepanku.<br />

“Dek, masih sanggup?” Cek Dam<br />

menungguku yang kini nampak<br />

tertatih.<br />

“Capek Cek, tapi mudah-mudahan<br />

saya kuat.” Aku coba menguatkan diri<br />

sambil membalas senyum Cek Dam.<br />

Aku ingin liburanku kali ini lebih<br />

seru dan bermakna. Ingin melihat<br />

sendiri kerja keras orang-orang yang<br />

menambang emas. Selama ini aku<br />

hanya dengar dari cerita Cek Lem<br />

tentang pekerjaan mereka di gunung<br />

Geumpang. Melihat langsung tambang<br />

emas digunung yang tak pernah<br />

kujejaki ini merupakan hal paling<br />

kuimpikan. Lokasi tambang yang ingin<br />

kucapai berada di KM 12 Geumpang.<br />

Lama tempuh satu jam setengah dari<br />

jalan Beureunuen - Meulaboh.<br />

54 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Aku mengusap peluh yang terus<br />

menitik di wajahku. Kakiku terasa<br />

pegal karena mengarungi terjal jalan<br />

ini. Berkali mereka harus menungguku<br />

yang memang kelelahan. Tapi mereka<br />

terus memberi semangat padaku.<br />

Setelah sampai pada camp penginapan<br />

yang bertenda hitam, aku melepas<br />

beban dari pundakku yang beratnya<br />

sekitar 20 kg. Berlahan Cek Dam<br />

membakar sebatang rokok, kepulan<br />

asap pun menyembul dari bibirnya.<br />

Lalu Cek Din dan Cek Lem juga tidak<br />

mau tinggal diam. Bagai ada komando<br />

serentak mereka menyalakan rokoknya,<br />

mereka terlihat begitu menikmati.<br />

Hanya aku dan Cek Yan saja yang tidak<br />

merokok. Aku meneguk air mineral<br />

yang aku bawa sebagai bekal. Rasa<br />

segar mengaliri tenggorokanku.<br />

“Ayo kita berangkat.” Cek Dam<br />

memberi komando setelah istirahat<br />

sejenak, kemudian kami melangkah-


kan kaki menuju tempat menambang<br />

emas.<br />

“Tuk, tuk, tuk,” Suara benturan<br />

benda keras menggema ketika hampir<br />

setengah jam sudah perjalan dari camp.<br />

Dari kejauhan dibalik pohon-pohon<br />

besar, mataku menangkap banyak tenda<br />

berwarna-warni yang menjamur. Aku<br />

terus mengikuti langkah Cek Dam dan<br />

Cek Lem menuju tempat mereka bekerja.<br />

Mereka menyebutnya “lobang”.<br />

Kami terus melewati tenda-tenda<br />

itu. Sepanjang perjalanan mataku<br />

terus memperhatikan kiri-kanan jalan<br />

setapak yang terbentuk karena lalu<br />

lalang penambang itu. Dalam semaksemak<br />

terlihat lobang seperti sumur<br />

yang disisinya berdiri dua orang.<br />

Mereka terlihat menarik sesuatu dari<br />

dalam lobang.<br />

“Yang mereka tarik itu sampel<br />

emas,” Cek Lem menjelaskan, seakan<br />

beliau tahu tentang keingintahuanku.<br />

Semakin ke dalam kami berjalan<br />

semakin banyak terlihat lobang-lobang<br />

yang berjejer, antara satu lobang dengan<br />

lobang lain hanya terpaut kirakira<br />

20 m saja.<br />

“Kita sudah sampai, itu lobang<br />

kita.” Cek Lem menunjuk ke arah<br />

lobang yang tepat berada di sebelah<br />

kananku.<br />

Aku segera menoleh, terlihat seorang<br />

lelaki berbadan kurus baru saja<br />

keluar dari lobang sambil menarik tanah<br />

didalam ember besar. Sepertinya<br />

aku mengenalnya, potongan rambut<br />

yang menutup telinga itu tidak asing<br />

bagiku.<br />

“Oh, De Kiwi lagoe,” sapanya<br />

akrabnya.<br />

“Cek Ra.” Aku balas menyapa adik<br />

Cek Lem itu, sambil kembangkan senyum<br />

di wajahku.<br />

“Gimana perjalanannya tadi, capek<br />

ya.”<br />

“Lumayan, tapi seru,” kataku bersemangat.<br />

“Baginilah pekerjaan kami tiap<br />

hari, bergelut dengan kerasnya<br />

tanah.” Kutangkap nada tegas disana,<br />

sepertinya Cek Ra ingin menjelaskan<br />

sesuatu padaku.<br />

Aku hanya diam, berlahan kuarahkan<br />

mataku ke bibir lobang. Aku<br />

melihat banyak alat-alat bangunan<br />

yang berserakan. Tanganku bergegas<br />

mengambil sebuah palu godam kerena<br />

penasaran akan beratnya.<br />

“Palu ini berapa kilo cek?” tanyaku<br />

penasaran.<br />

“Itu masih ringan, 3 kilo, bahkan<br />

ada yang memakai sampai 5 kilo.”<br />

Aku terperangah, segini beratnya<br />

masih ringan. Aku meletakkan kembali<br />

palu itu. Keingintahuanku lebih jauh<br />

mendorongku memasuki lobang yang<br />

mereka gali menyerupai terowongan<br />

sambil membawa palu dan drep. Di<br />

kepalaku terikat sebuah senter untuk<br />

menerangi lobang yang dalamnya sekitar<br />

7 m itu. Lobang yang sudah sangat<br />

dalam digunakan blower untuk pergantian<br />

udara dan diterangi lampu-lampu.<br />

Pengaman lain juga dibuat seperti melapisi<br />

dinding lobang dengan papan<br />

agar tidak longsor. Penambang liar itu<br />

masih menggunakan cara yang masih<br />

sangat sederhana dalam bekerja.<br />

Memang belum banyak hal yang<br />

aku tahu, setidaknya aku mulai paham<br />

bahwa urat-urat emas yang dicari itu<br />

disebut storing atau sampel. Kemudian<br />

sampel itu akan di bawa ketempat<br />

pengolah yang jaraknya hampir 3<br />

km untuk diolah menjadi emas. Air<br />

raksa (mercury) digunakan untuk<br />

menangkap emas sehingga hasilnya<br />

berwarna perak, terus dibakar agar<br />

mercury itu terbakar hingga tinggallah<br />

emas. 1 mg emas berharga sekitar<br />

tigaratusan ribu.<br />

***<br />

Matahari kini berdiri tegak diujung<br />

tongkat. Teriknya hanya bisa mengintip<br />

di antara pepohonan yang telah ditebang.<br />

Entah bagaimana nasib penambang<br />

jika hujan menghujam bumi. Aku<br />

mengikuti Cek Ra yang kini menuruni<br />

gunung. Semangat ku kembali terisi<br />

setelah beberapa saat istirahat tadi.<br />

Mataku terus memperhatikan Cek Ra<br />

yang tak pernah lelah bekerja. Sekarung<br />

batu karang dipikul dipundaknya.<br />

Langkahnya tergopoh sembari menjaga<br />

keseimbangan tubuh. Batu karang<br />

itu akan ditesnya di tenda, aku masih<br />

penasaran bagaimana bentuk emas<br />

murni itu.<br />

Di balik pepohonan, mataku menangkap<br />

sesuatu, tenda berwarna<br />

kuning. Secercah cahaya memasuki hatiku,<br />

perut terus terasa bergulat tidak<br />

lama lagi akan mendapatkan jatahnya.<br />

Kakiku terus melangkah mengarungi<br />

sungai kecil di samping tenda kami.<br />

Cek Ra menjatuhkan sampel yang<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Sastra<br />

diangkutnya di samping tenda. Ia<br />

bergegas menuju alue, gemericik air<br />

menyembur saat tubuhnya menerjang<br />

air.<br />

“De Kiwi! Mandi sini, airnya segar<br />

nih.”<br />

Tanganku melepaskan sepatu pacok<br />

satu persatu. Kancing baju perlahan<br />

kubuka, kutanggalkan semua pakaian<br />

yang melekat ditubuh. Hanya tersisa<br />

celana pendek kebanggaan yang begitu<br />

setia menemani terutama ketika<br />

bermain bola. Mataku menatap tajam<br />

ke arah air. Bening, mengalir pelan<br />

membasuh bebatuan yang nampak<br />

kehitaman. Hasratku begitu besar<br />

ingin segera bercengkrama dengan<br />

lelehan air gunung ini.<br />

“Chess!” Air itu terasa menembus<br />

otot-otot dagingku. Membekukan aliran<br />

darah. Bibirku bergetar hebat, lututku<br />

mulai tak mampu menahan beban<br />

tubuhku. Hawa dingin merasuki<br />

pelosok ragaku, melenyapkan jejak<br />

peluh di poriku. Kesegaran menyempurnakan<br />

perjalanan terindahku.<br />

Asap mulai mengepul di balik dapur<br />

mungil tenda kami. Setelah sejenak<br />

membasuh diri di alue tadi ternyata<br />

Cek Ra sedang bergelut dengan dapur.<br />

Tangannya telah mengibas-ngibas mengusir<br />

asap yang kian menusuk matanya.<br />

Aku memperhatikan dari dalam<br />

alue. Tak tega membiarkan Cek Ra<br />

sendiri mempersiapkan makan siang<br />

kami, aku bangkit menuju tenda. Satu<br />

lagi pembelajaran berharga aku dapatkan,<br />

membantu Cek Ra masak. Aku<br />

diajarkan cara menanak nasi, pengalaman<br />

yang berharga. Selama ini aku<br />

berfikir bahwa memasak adalah tugas<br />

perumpuan. Kenyataan hari ini menjelaskan<br />

padaku bahwa laki-laki juga<br />

perlu bisa memasak, karena tidak selamanya<br />

kita bisa meminta mereka untuk<br />

melakukannya. Aku dan Cek Ra terus<br />

mempersiapkan sarapan siang kami.<br />

Menu ikan asin dan rebusan kangkung<br />

akhirnya siap kami hidangkan. Sambil<br />

menunggu yang lain datang, aku sejenak<br />

sandarkan tubuhku di pohon<br />

samping tenda. Pikiranku menerawang<br />

jauh, terus menyusuri jejak-jejak hidup.<br />

Perjalanan ini terasa sempurna bagiku.<br />

Sebuah liburan yang sangat indah dan<br />

bermakna. Hingga tak terasa akhirnya<br />

terlelap dalam mimpi terindah. n<br />

Penulis adalah murid kelas XA MAS<br />

Jeumala Amal Lueng Putu<br />

55


Sastra<br />

Manusia Merdeka<br />

Syari’at adalah tali yang tidak pernah menjerat<br />

Pengikat untuk kebebasan<br />

Manusia yang merdeka adalah<br />

yang mengikat dirinya dengan syari’at Allah<br />

Dia tidak pernah merasa ada tekanan dalam<br />

hidupnya<br />

Karena sebagian dari rasa tersebut merupakan<br />

ujian dari Sang Pencipta<br />

Setiap interaksi dalam kehidupan di semesta ini<br />

penuh dengan tantangan<br />

Tantangan haruslah dihadapi<br />

bukan malah dijauhi<br />

Karena tantangan itu selalu datang silih berganti<br />

Selama hayat masih dikandung badan<br />

Melalui tantangan Allah menguji manusia<br />

Dengan tantangan Allah mengangkat derjat<br />

manusia<br />

Menghadapi tantangan menuju kesuksesan<br />

Ujian adalah bukti Tuhan cinta hamba-Nya<br />

Ujian menjadi pelajaran yang penuh makna<br />

bagi peningkatan ketaqwaan kepada Sang<br />

Pencipta<br />

Manusia yang merdeka tidak pernah merasa resah<br />

apalagi meresahkan<br />

Manusia yang membawa keresahan hakikatnya<br />

menciptaka keresahan terhadap dirinya sendiri<br />

Itulah manusia yang tidak merdeka<br />

yang selalu melilit diri dengan jeratan syetan<br />

Semua orang menghendaki udara kebebasan<br />

Kita akan bebas dan merdeka<br />

bila hati kita bebas dari penyakit<br />

Menapaki jalan-jalan Allah<br />

kita akan mencapai kehadirat-Nya<br />

dengan hati yang selamat dan jiwa yang tenang<br />

Penuh dengan keridhaan-Nya.<br />

Kafrawi el-Hikam<br />

(Guru BK pada MIN Keumangan, Staf Pengajar PTI<br />

al-Hilal Sigli)<br />

Gelap Menerawang<br />

Langit gelap berselimut awan<br />

Jalan gelap berselimut kabut<br />

Malam gelap berselimut kelam<br />

Hati gelap berselimut nista<br />

Tabir, tabir, dibuka<br />

Membuka nestapa<br />

Menyikap misteri penuh arti<br />

Makna berarti yang tersembunyi<br />

Kini semua tak lagi gelap<br />

Malam kembali berbintang<br />

Siang kembali benderang<br />

Di sudut negeri<br />

Anak-anak beteka-teki<br />

Menyoal persoalan terkini<br />

Bagaimana nasib mereka nanti?<br />

Di pojok itu rupanya masih gelap<br />

Tak terang<br />

meski telah siang<br />

Banda <strong>Aceh</strong>,<br />

ba’da ashar 15 Mei <strong>2011</strong><br />

Zarkasyi<br />

56 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

MEMBACA<br />

Mari kita membaca<br />

Agar kita bisa<br />

Mari kita membaca<br />

Supaya bisa berkarya<br />

Mari kita membaca<br />

Sehingga jadi cendikia<br />

Membaca itu guru<br />

Sebab banyak kita tau<br />

Membaca itu modal<br />

Bila kita ingin banyak<br />

mengenal<br />

Membaca itu perintis<br />

Menuju kelingkungan akademis<br />

Membaca sangat utama<br />

Bila ingin meraih cita-cita<br />

Membaca itu ayat pertama<br />

Dalam Alquran pun sudah<br />

tertera<br />

Mari membaca bila ingin maju<br />

Mari membaca<br />

Bila ingin nomor Saturday<br />

Mari membaca<br />

Bila ingin nambah ilmu<br />

Dengan membaca<br />

Hidup didunia akan bahagia<br />

Dengan membaca<br />

Di akhirat pun mendapat<br />

pahala<br />

Erna Eliyawati, S.Ag<br />

Guru Bahasa Arab MTsN<br />

Jeureula Sibreh


MASJID NURUL HUDA, PULO KAMENG<br />

Sejarah Ringkas Masjid Nurul Huda<br />

Masjid Nurul Huda adalah Masjid<br />

tertua di wilayah Kluet, Masjid ini<br />

terletak di Desa Pulo Kameng, Kemukiman<br />

Sejahtera, Kec. Kluet Utara,<br />

Kab. <strong>Aceh</strong> Selatan. Berjarak sekitar 3<br />

km dari Kota Fajar, ibukota Kecamatan<br />

Kluet Utara. Masjid ini dibangun pada<br />

masa Keujreun T. Raja Amansyah.<br />

Pembangunan masjid ini dimotifasi<br />

oleh kenyataan lemahnya pembinaan<br />

keagamaan di tengah masyarakat Kerajaan<br />

Kluet kala itu. Maka Keujreun T.<br />

Raja Amansyah berinisiatif mendirikan<br />

Masjid. Beliau mengajak masyarakat<br />

secara bergotong-royong untuk membangun<br />

masjid. Kerajaan Kluet kala itu<br />

meliputi tujuh kampung, maka masjid<br />

ini dibangung di pertengahan tujuh<br />

kampung itu. Ketujuh masyarakat kampung<br />

yang terlibat dalam pembangunan<br />

masjid ini adalah sebagai berikut:<br />

1. Kampung Paya<br />

2. Kampung Pulo Kameng<br />

3. Kampung Sawah<br />

4. Krueng Batu<br />

5. Krueng Kluet<br />

6. Kampung Tinggi<br />

7. Kampung Ruak<br />

Pembangunan masjid ini terwujud<br />

pada tahun 1282 H, dan diberi nama<br />

Masjid Nurul Huda. Kini Masjid Nurul<br />

Huda Pulo Kameng telah menjadi saksi<br />

bisu, sejarah kejayaan Kerajaan Kluet,<br />

dan rekaman perjalanan perkembangan<br />

ajaran Islam di wilayah Kerajaan Kluet.<br />

Menurut informasi dari berbagai<br />

sumber, terpilihnya Desa Pulo Kameng<br />

sebagai lokasi pendirian Masjid Nurul<br />

Huda ditetapkan berdasarkan hasil<br />

musyawarah. Dalam musyawarah<br />

itu dipertimbangkan tiga landasan<br />

pemikiran sebagai berikut:<br />

1. Penghormatan dari ketujuh kam-<br />

pung dalam wilayah Kerajaan<br />

Kluet, karena Desa Pulo Kameng<br />

merupakan ibukota kerajaan.<br />

2. Tempat ini dipandang lebih aman<br />

dan nyaman.<br />

3. Letak Desa Pulo Kameng yang berada<br />

di tengah-tengah dari ketujuh<br />

kampung dalam Kerajaan Kluet.<br />

Fisik bangunan Masjid Nurul Huda<br />

berkonstruksi kayu. Gaya arsitekturnya<br />

mengikuti bentuk bangunan masjid<br />

tradisional <strong>Aceh</strong>. Masjid ini berukuran<br />

15 x 15 m dengan 12 tiang penyangga<br />

yang besar, dan kokoh setinggi lebih<br />

Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe <strong>Aceh</strong>, jilid II, diterbitkan oleh Bidang Penamas Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, 2010.<br />

<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

Ensiklopedi<br />

kurang 10 m. Hal yang cukup artistik,<br />

empat tiang utama yang berada tepat di<br />

tengah-tengah bangunan masjid dihiasi<br />

dengan ukiran-ukiran kaligrafi Arab.<br />

Kaligrafi itu berupa tulisan kalimat<br />

basmalah, kalimat tauhid “La ilaha<br />

illallah-Muhammad Rasulullah” yang<br />

diukir berselang-seling dengan tulisan<br />

Arab Jawi. Pada dua tiang depan, diukir<br />

nama raja, atau keujruen yang pernah<br />

memimpin, sedangkan pada dua tiang<br />

belakang, diukir nama pengurus dan<br />

imam masjid. Tidak diketahui kriteria<br />

apa yang dijadikan dasar memilih<br />

nama-nama itu untuk diukir.<br />

Masyarakat sekitar masjid percaya<br />

bahwa masjid ini memiliki kemuliaan<br />

tersendiri (karamah). Indikatornya<br />

adalah salah satu tiangnya yang selalu<br />

lembab, tapi tidak melapuk meski<br />

telah terjadi ratusan tahun. Banyak<br />

masyarakat yang membasuh muka di<br />

tiang ini, atau memandikan anaknya<br />

dalam rangkaian upacara turun tanah.<br />

Tokoh masyarakat yang sempat<br />

diwawancarai ada yang membenarkan<br />

peristiwa pengembunan pada tiang<br />

ini, namun ada juga yang menyatakan<br />

cerita ini tidak benar. Pengembunan itu<br />

justru terjadi karena air yang dibawa<br />

oleh orang yang membasuh muka, atau<br />

memandikan anak (turuntanah) di tiang<br />

itu. Terlepas dari cerita itu, sekarang<br />

tiang itu tidak lagi mengembun.<br />

Masjid ini tidak pernah sepi oleh<br />

pengunjung baik dari masyarakat <strong>Aceh</strong><br />

Selatan maupun masyarakat dari luar<br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Selatan. Biasanya<br />

mereka datang untuk melepas nazar,<br />

memberikan sedekah, atau kunjungan<br />

wisata rohani untuk menyaksikan<br />

kemegahan serta keindahan masjid<br />

yang menjadi bukti kejayaan Islam<br />

masa Kerajaan Kluet.<br />

57


Galeri<br />

Ir. Sulaiman AW yang Mewakili Karo Keistimewaan Sekretariat Daerah <strong>Aceh</strong><br />

melakukan pengguntingan pita Loket Pendaftaran Haji Siskohat Online di Kemanag<br />

Kota Banda <strong>Aceh</strong>, 26 Mei <strong>2011</strong>.<br />

Kakanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt dan sejumlah pejabat jajaran<br />

pejabat lainnya pada peringatan Hardiknas 2 Mei <strong>2011</strong> .JPG<br />

Kabid Urusan <strong>Agama</strong> Islam Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, Drs. H. Ridwan Qary saat melakukan<br />

penilai KUA Teladan di Kecamatan Kuala Makmur Nagan Raya, 6 Mei <strong>2011</strong>.<br />

58 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

H. Amin Akkas, M.Si, Kabag Siskohat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI sedang memberikan<br />

penjelasan terkait pendaftaran Haji Online di Kantor Kemenag Kabupaten-Kota, Banda<br />

<strong>Aceh</strong>, 26 Mei <strong>2011</strong>.<br />

Kunjungan Tim Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> yang diterima langsung oleh Kapolda <strong>Aceh</strong><br />

di ruang kerjanya, 26 Mei <strong>2011</strong>.<br />

Rapat Persiapan Panitia Seminar Nasional Tokoh Lintas <strong>Agama</strong> di <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>,<br />

31 Mei <strong>2011</strong>.


<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

59

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!