Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Tafsir:<br />
Azab<br />
Perpecahan<br />
Hal. 30<br />
Irjen Pol. Drs. Iskandar Hasan, SH, MH:<br />
Polisi Dengan Masyarakat<br />
Bagai Ikan<br />
dan Air<br />
Hal. 12<br />
Sulaiman Tripa, SH;<br />
Sering Saweu ke<br />
Sekolah<br />
Minim<br />
Prestasi<br />
Hal. 10<br />
Korpri & DW<br />
Kenali Kecerdasan Anak<br />
Lewat Tes Sidik Jari<br />
Hal. 51<br />
Drs. H. A. Rahman TB, Lt,:<br />
Jangan Anggap<br />
Polisi Itu Ma’op<br />
Hal. 8<br />
H. Syarbaini SH,<br />
Susah Menolak<br />
Hal. 49<br />
Konsultasi BP4:<br />
Jodoh Anakku, Sesat<br />
Hal. 45<br />
DAFTAR ISI<br />
Laporan Utama :<br />
Ketika Polisi<br />
Saweue Sikula<br />
Hal. 6<br />
Drs. Anas M. Adam, M.Pd;<br />
Nilai UN, Potret Sekolah di <strong>Aceh</strong><br />
Drs. H. Bustamam Ali, M.Pd,<br />
Citra dan Mitra<br />
Hal. 9<br />
Jika Sudah Diberi Argumentasi<br />
Hal. 11<br />
<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs.<br />
H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah;<br />
Drs. Saifuddin AR; H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H.<br />
Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: <strong>Juni</strong>azi Wakil Pemimpin Redaksi:<br />
Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />
Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari;<br />
Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah<br />
AR; Muhammad Yakub Yahya; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra.<br />
Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan:<br />
Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan:<br />
Hartati; Yenni Yusnita Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Staf Redaksi Fadhlan;<br />
Saiful Mahdi; Amwar Citra H Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U<br />
No. 9 Banda <strong>Aceh</strong> E-mail: redaksisantunan@gmail.com Hotline-<br />
SMS: 0852-7775-9339. Untuk distribusi, harap menghubungi No.<br />
HP. 085277529295 (Darwin). Iklan; HP. 08126935043 (Hartati).
4<br />
Salam Redaksi<br />
Polisi Saweu Sikula Harus Didukung<br />
Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tingkat<br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, tanggal 2 Mei <strong>2011</strong> lalu, sedikit istimewa<br />
dengan dilaksanakan laounching program “Polisi Saweu<br />
Sikula”, Polisi Masuk Sekolah. Program ini hasil kerjasama<br />
Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong> dengan Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dan Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong>.<br />
Dalam program ini, Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong> akan mengirim<br />
anggotanya ke madrasah dan sekolah di seluruh <strong>Aceh</strong> untuk<br />
menyampaikan pesan-pesan Kamtibmas; seperti penyalahgunaan<br />
narkoba, peraturan berlalu lintas, soal keamanan dan<br />
ketertiban masyarakat, wawasan kebangsaan serta dampak<br />
negatif perkembangan teknologi dan informasi terhadap generasi<br />
muda. Sehingga diharapkan<br />
siswa-siswa pada<br />
madrasah dan sekolah serta<br />
santri pada pondok pesantren<br />
yang merupakan generasi<br />
penerus bangsa menjadi<br />
generasi yang bertakwa,<br />
berbudi pekerti luhur dan<br />
menjadi warga Negara yang<br />
baik di masa akan datang.<br />
Kita patut prihatin dengan<br />
perilaku dan kehidupan<br />
generasi muda kita akhirakhir<br />
ini. Penyalahgunaan<br />
narkoba, pornografi, budaya<br />
ugal-ugalan di jalan raya,<br />
pergaulan bebas, bolos pada<br />
jam belajar -- dalam bahasa lain sering disebut dekadensi moral<br />
dan kenakalan remaja -- munculnya fenomena geng motor,<br />
remaja punk, masuknya pengaruh aliran sempalan -- sudah<br />
menjadi trend dan sudah pada tingkat mengkhawatirkan<br />
orang tua dan masyarakat.<br />
Nah, jika kondisi ini terus dibiarkan, bagaimana nasib<br />
generasi muda <strong>Aceh</strong> lima atau sepuluh tahun akan datang. Pun,<br />
di bidang akademik, hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA<br />
yang baru saja diumumkan, belum juga mengembirakan.<br />
Untuk itu, program “Polisi Saweu Sikula” ini, harus diberi<br />
apresiasi dan didukung oleh seluruh jajaran pendidikan di<br />
<strong>Aceh</strong>. Kegiatan ini harus dimaknai sebagai bentuk kontribusi<br />
pihak Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong> dalam membantu dunia<br />
pendidikan <strong>Aceh</strong>. Program ini harus diyakini dapat membantu<br />
pihak madrasah, sekolah dan peserta didik , orang tua dan<br />
masyarakat dalam mengisi muatan lokal untuk memahami<br />
seluk beluk Kamtibmas, pembinaan mental spritual, tata aturan<br />
dan tertib hukum berbangsa dan bernegara, yang akhir-akhir<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
ini menjadi persoalan bangsa ini. Dengan kehadiran Bapak dan<br />
Ibu Polisi ke madrasah dan sekolah -- harapan kita, minimal<br />
permasalahan yang sudah menjadi ‘virus’ di masyarakat ini<br />
dapat diminimalisir, siswa dan siswi serta santri tercerahkan.<br />
Kemitraan Polisi dan masyarakat dapat berlangsung dengan<br />
baik dan berkesinambungan.<br />
Disamping itu pula, kehadiran Polisi ke madrasah dan<br />
sekolah dapat memberikan citra positif bagi masyarakat<br />
dengannya kesan dan image negatif sebagian masyarakat<br />
kepada Polisi yang sering diperbincangkan bisa hilang.<br />
Kita menilai, semakin banyak partisipasi masyarakat,<br />
pemerintah, NGO dan lembaga-lembaga terkait pada dunia<br />
pendidikan di <strong>Aceh</strong>, itu<br />
semakin baik. Seperti<br />
’kantin kejujuran’ di sekolah<br />
yang digagas Kejaksaan<br />
Tinggi <strong>Aceh</strong>, juga patut<br />
diberi apresiasi dan acungan<br />
jempol.<br />
Harapan kita kepada<br />
Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong>,<br />
program dan kegiatan dalam<br />
bentuk kemitraan Polisi<br />
dengan masyarakat seperti<br />
ini, perlu terus dipertahankan<br />
dan sustainable di masamasa<br />
akan datang. Kegiatan<br />
Polmas, Polisi Saweu Sikula,<br />
dalam bentuk kemitraan<br />
Polisi dan masyarakat perlu terus digulirkan. Ke depan bisa<br />
juga dirancang Polisi Saweu Kampus, Polisi Saweu Gampong,<br />
Polisi Saweu Kanto, dan seterusnya.<br />
Seperti sering diutarakan, membangun kemitraan antara<br />
Polisi dan masyarakat harus dibangun melalui interaksi sosial<br />
dan komunikasi sosial yang interaktif dan intensif, sehingga<br />
diharapkan muncul partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga<br />
keamanan, ketertiban -- minimal untuk dirinya sendiri,<br />
keluarga, dan lingkungannya.<br />
Belajar dari pengalaman, banyak program dan kegiatan<br />
yang pro masyarakat dirancang hanya memberikan manfaat<br />
sesaat, sehingga program dan kegiatan itu tidak berdaya guna<br />
dan berhasil guna alias gagal. Kita berharap Program Polisi<br />
Saweu Sikula dapat terus berkelanjutan dan diterima dengan<br />
baik olah jajaran madrasah dan sekolah serta dayah di <strong>Aceh</strong>.<br />
Terakhir, kita mengucapkan selamat untuk Program Polisi<br />
Saweu Sikula, Program Kemitraan Polisi dan Masyarakat.<br />
Selamat untuk Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong>. n<strong>Juni</strong>azi
Sertifikasi saya bagaimana?<br />
Assalamualaikum Wr.Wb<br />
Yth, Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>,<br />
Saya sudah delapan tahun diangkat jadi<br />
PNS pada <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, tetapi<br />
sampai sekarang belum ada panggilan<br />
untuk disertifikasi. Sementara wilayah<br />
Bireun sudah banyak guru yang disertifikasikan.<br />
Bagaimana nasib saya,<br />
apa ada solusinya? Terimakasih atas<br />
dimuatnya surat pembaca ini.<br />
Effi Pasmini<br />
MAN 2 Takengon, <strong>Aceh</strong> Tengah<br />
Survey <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />
Assalamualaikum Wr. Wb.<br />
Redaksi majalah <strong>Santunan</strong> Yth.<br />
Saya ucapkan selamat atas konsistensinya<br />
dalam mengawal isi dan materi<br />
majalah santunan selama ini. Alhamdu-<br />
lillah, di tempat kami kehadiran majalah<br />
<strong>Santunan</strong> sudah merupakan suatu<br />
kebutuhan, karena selain memuat<br />
berbagai peristiwa di daerah lain, juga<br />
adanya beberapa rubrik yang menambah<br />
wawasan kami.<br />
Saya punya usul, supaya tampilan<br />
majalah menjadi semakin menarik,<br />
redaksi <strong>Santunan</strong> membuat angket<br />
atau semacam survey bagi para<br />
pembaca santunan, mungkin ada ideide<br />
atau masukan dari para pembaca<br />
yang unik dan kreatif. Terima kasih<br />
atas dimuatnya surat pembaca ini.<br />
Rasyidin<br />
Banda <strong>Aceh</strong><br />
Redaksi:<br />
Terima kasih atas masukan Saudara,<br />
isnya Allah redaksi akan mempertimbangkan<br />
setiap masukan dan saran<br />
dari para pembaca majalah santunan.<br />
BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN:<br />
Kota Banda <strong>Aceh</strong> Yusri, Said Mahfud, <strong>Aceh</strong> Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, <strong>Aceh</strong> Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan<br />
Raya Muhammad Juned, Taufiq, <strong>Aceh</strong> Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib,<br />
S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, <strong>Aceh</strong> Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, <strong>Aceh</strong> Jaya Taisir,<br />
S.TH, Rahmat, <strong>Aceh</strong> Selatan Drs. Bukhari Harun, Zulhelmi, S.Pd.I, <strong>Aceh</strong> Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, <strong>Aceh</strong> Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, <strong>Aceh</strong><br />
Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, <strong>Aceh</strong> Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, <strong>Aceh</strong> Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti,<br />
Bener Meriah Azhari Ramadhan, M.Ag, Irmayati, SE, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.<br />
Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
<strong>Majalah</strong> Siswa<br />
Assalamualaikum Wr. Wb.<br />
Saya pelajar di tingkat Madrasah Tsanawiyah.<br />
Kadang-kadang kami membaca<br />
majalah <strong>Santunan</strong> yang dibawa oleh<br />
guru ke dalam kelas. Saya usul bagaimana<br />
kalo ada majalah untuk siswa<br />
yang memuat karya tulis dan kegiatan<br />
siswa di madrasah-madrasah di seluruh<br />
<strong>Aceh</strong>, kan lebih seru! Terima kasih.<br />
Muna<br />
Lhokseumawe<br />
Redaksi :<br />
Terima kasih atas masukan Dek Muna kepada<br />
<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>, memang dalam<br />
beberapa <strong>edisi</strong> juga dimuat tulisan siswa<br />
seperti puisi dan cerpen. Redaksi akan<br />
mempertimbangkan untuk mengakomodasi<br />
tulisan adek-adek di masa mendatang,<br />
mudah-mudahan saja bisa menjadi<br />
majalah baru khusus pelajar, Insya Allah.<br />
5
LAPORAN UTAMA<br />
Dirangkum oleh Mulyadi Nurdin<br />
Ketika Polisi Saweue Sikula<br />
Berbagai pelanggaran hukum terus terjadi. Untuk memperbaikinya perlu<br />
langkah serius. Resep kali ini adalah polisi Saweue Sikula.<br />
Tepat pukul 00.00 sekelompok<br />
remaja berkumpul di Jalan Teuku<br />
Umar, Banda <strong>Aceh</strong>. malam itu<br />
tanggal 6 Maret <strong>2011</strong>, seperti biasa<br />
mereka melakukan balapan sepeda motor<br />
secara liar. Agenda rutin itu sudah saban<br />
malam membuat kenyamanan penduduk<br />
sekitar terusik. Dengan penuh gaya<br />
“Pembalap” yang menggunakan knalpot<br />
modifikasi dengan suara menggemuruh<br />
bagai pesawat terbang itu saling adu<br />
kecepatan sambil sekali-kali melakukan<br />
aksi jumping.<br />
Namun naas, malam itu menjadi<br />
pilu ketika aksi ugal-ugalan tersebut<br />
memakan korban dari kalangan mereka<br />
sendiri. Aksi illegal tersebut menyebabkan<br />
Andi (19 tahun, bukan nama sebenarnya)<br />
yang juga peserta balapan liar<br />
tersebut meninggal dunia di tempat,<br />
dengan kondisi sangat mengenaskan.<br />
Walau malam sudah larut, masyarakat<br />
tetap keluar rumah untuk memberi pertolongan.<br />
“Ketika dia men-standing (melompatkan)<br />
motornya yang sedang melaju<br />
kencang, pegangan tangannya terlepas.<br />
Saat itulah dia terpental ke jalan dan<br />
pembalap lain yang berada di belakangnya<br />
tak dapat menggelak dan langsung<br />
menggilas badan dan kepalanya,” kata<br />
seorang saksi mata yang masih berusia<br />
remaja, sebagaimana dilansir harian Serambi<br />
(6/3/<strong>2011</strong>).<br />
Kisah di atas hanya satu dari ribuan<br />
kasus serupa, di <strong>Aceh</strong> saja angka korban<br />
meninggal karena kecelakaan lalu lintas<br />
menembus ribuan, kebanyakannya<br />
masih usia belia.<br />
Hal itu dibenarkan oleh Kapolda<br />
6 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
<strong>Aceh</strong>, Irjen Pol. Drs. Iskandar Hasan,<br />
SH, MH. “Angka yang meninggal dunia<br />
dari kecelakaan lalu lintas itu setiap<br />
tahunnya hampir seribuan di seluruh<br />
<strong>Aceh</strong>, belum yang luka berat dan cacat<br />
total,” ujarnya kepada <strong>Santunan</strong> Kamis<br />
(26/5/<strong>2011</strong>) lalu.<br />
Menurut Kapolda <strong>Aceh</strong>, korban yang<br />
mengalami cacat tetap, akan menjadi beban<br />
bagi orang lain dan menjadi masalah<br />
sosial masyarakat. “Alangkah sayangnya<br />
1.000 sampai 1.500 orang usia produktif<br />
yang menjadi beban orang lain, harusnya<br />
dia bisa menyadap karet di kebun<br />
karet atau memetik sawit, atau mencari<br />
rezki sebagai nelayan,” tambahnya.<br />
Untuk itu diperlukan langkah pencegahan<br />
supaya korban tidak semakin bertambah,<br />
salah satunya adalah dengan<br />
adanya penyadaran melalui program
saweue sikula (kunjungan ke sekolah)<br />
yang digagas Polda <strong>Aceh</strong> bekerjasama<br />
dengan Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong> dan Kanwil<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
Menurut Kapolda <strong>Aceh</strong>, ide itu<br />
bermula ketika melihat statistik yang<br />
menunjukkan korban kecelakaan lalu<br />
lintas, peredaran narkoba, film porno<br />
dan kriminal lain sangat besar dari kalangan<br />
remaja usia sekolah dan kuliah.<br />
“Laporan banyak sekali kasus kasus<br />
terkait masalah narkoba, kecelakan<br />
kendaraan bermotor, dan lain lain, pada<br />
umumnya para korban ini masih berusia<br />
produktif, yaitu usia sekolah dan kuliah,”<br />
tambah Kapolda.<br />
Senada dengan itu, Humas Dinas<br />
Pendidikan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. Bustamam<br />
Ali, M.Pd, membenarkan argumen<br />
Kapolda <strong>Aceh</strong> tersebut.<br />
“Di antara sebab yang melatarbelakangi<br />
Program Polisi Saweue Sikula, dari<br />
hasil evaluasi dan catatan kepolisian,<br />
terdata bahwa pelanggar lalu lintas dan<br />
angka kematian akibat laka lantas (kecelakaan<br />
lalu lintas), lebih dari 50% itu<br />
anak sekolah. Korban yang masih muda<br />
itu, mati sia-sia di jalan raya, mungkin<br />
akibat pelanggaran tertib lalu lintas,<br />
misalnya lewat balapan liar dan ugalugalan.<br />
Kita paham usia sekolah itu<br />
masih labil dalam menggunakan jalan<br />
raya. Jadi polisi ingin tingkatkan pembinaan<br />
ke sekolah atau madrasah sebagai<br />
mitranya,” jelasnya kepada <strong>Santunan</strong>.<br />
Kasus narkoba<br />
Di samping kasus lalu lintas, Narkoba<br />
juga menjadi salah satu pertimbangan<br />
lahirnya program saweue sikula<br />
tersebut, mengingat peredaran narkoba<br />
di kalangan remaja sudah sangat merajalela<br />
bahkan sudah tingkat penggunaan<br />
sabu-sabu.<br />
“Kita lihat saja sekarang ini, angka<br />
Narkoba di <strong>Aceh</strong> ini cukup tinggi. Sekarang<br />
zamannya sudah Sabu. Sabu itu<br />
merusak batang otak. Kalau sudah rusak<br />
batangnya maka pohonnya sudah mulai<br />
layu, kalau sudah layu gak mungkin dia<br />
akan berbuah. Seperti itu juga manusia,<br />
gak mungkin dia menjadi seseorang<br />
yang masa depannya bagus,” imbuh Kapolda<br />
<strong>Aceh</strong>.<br />
Terkait luasnya peredaran narkoba<br />
yang sudah merambah ke siswa sekolah<br />
Drs. Bustamam Ali, M.Pd, Humas Dinas<br />
Pendidikan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> membenarkannya.<br />
“Maraknya peredaran narkoba, yang<br />
juga pengguna dan korban umumnya<br />
generasi muda yang juga kalangan siswa.<br />
Barang haram ini mulai menjamah sampai<br />
ke ruang sekolah. Jadi sangat perlu<br />
adanya pembinaan hingga ke ‘bangkubangku<br />
sekolah,” ujarnya.<br />
Kemitraan<br />
Untuk mengoptimalkan program<br />
saweue sikula tersebut Kapolda <strong>Aceh</strong>,<br />
Irjen Pol. Drs. Iskandar Hasan, SH,<br />
MH mengharapkan kerjasama berbagai<br />
pihak terutama dinas Pendidikan dan<br />
Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, karena<br />
program tersebut akan dilaksanakan<br />
di ruang kelas.<br />
“Belajarnya di kelas. Tapi juga kita<br />
tidak mau mengganggu jadwal yang sudah<br />
ditetapkan, maka dari itu kita minta<br />
kerjasama dengan sekolah kapan kita<br />
bisa datang,” harapnya.<br />
Menurutnya kedatangan Polisi ke<br />
sekolah bukan untuk mengintervensi<br />
lembaga pendidikan, tetapi untuk memberikan<br />
pencerahan dan membangun<br />
kemitraan dengan masyarakat.<br />
“Kita mengupayakan kehadiran polisi<br />
di tengah masyarakat sebagai kemitraan,”<br />
tegasnya.<br />
Senada dengan itu Kakanwil Kemenag<br />
<strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt juga<br />
sependapat bahwa program itu dipastikan<br />
tidak akan mengganggu jadwal belajar<br />
di madrasah.<br />
“Program ini dipastikan tidak akan<br />
mengganggu program pendidikan karena<br />
diadakan di luar jam belajar reguler,<br />
misalnya waktu upacara bendera, pertemuan<br />
osis, ektra kurikuler, atau jam<br />
belajar yang kosong,” tegasnya.<br />
Sementara itu Humas Dinas Pendidikan<br />
<strong>Aceh</strong>, Bustamam Ali juga setuju<br />
bahwa hal itu tidak akan mengganggu<br />
jadwal belajar sekolah karena masuk dalam<br />
ekstrakurikuler.<br />
“Di sekolah program ini akan masuk<br />
dalam ekstrakurikuler, misalnya siswa<br />
akan menjadi semacam ‘polisi sekolah’,<br />
dan polisi hanya perlu mengadakan<br />
pelatihan-pelatihan. Jadi langkah ini<br />
tidak akan mengorbankan pelajaran tertentu,”<br />
jelasnya.<br />
Program polisi saweue sikula tersebut<br />
disambut baik oleh akademisi di Banda<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Laporan Utama<br />
<strong>Aceh</strong>, misalnya Sulaiman Tripa, SH,<br />
Dosen Fakultas Hukum Unsyiah Banda<br />
<strong>Aceh</strong>, menurutnya hal itu akan menjadi<br />
langkah preventif dalam mencegah berbagai<br />
pelanggaran.<br />
“Polisi saweu sikula sungguh satu<br />
lagi konsep yang bagus, namun dalam<br />
pelaksanaannya polisi harus bisa menjadi<br />
seperti guru, dalam hal mengupayakan<br />
preventif: mencegah berbagai pelanggaran<br />
remaja seperti narkotika, ugalugalan<br />
dan balap liar, dan bahan porno.<br />
Kita jangan lupa bahwa jumlah siswa<br />
yang baik-baik lebih banyak dari siswasiswa<br />
yang berperilaku ‘miring’. Maka<br />
pendekatannya seefektif mungkin harus<br />
dipikirkan, tanpa mengganggu hakikat<br />
dari proses pendidikan itu sendiri,”<br />
urainya panjang lebar.<br />
Menurut Tripa seharusnya Polisi juga<br />
bisa berperan aktif dalam mengawal kecurangan<br />
Ujian Nasional di sekolah.<br />
“Polisi yang saweu sekolah tidak<br />
hanya ‘mengamankan soal’, secara<br />
musiman, tapi juga siap sedia kontinyu<br />
mengamankan guru dan siswa yang nakal<br />
dalam ‘mengolah soal’. Selama ini<br />
sudah terlihat banyak kecurangan. Ada<br />
mungkin sekolah yang jujur, konsekuensinya<br />
anak didiknya banyak yang tidak<br />
lulus,” katanya menambahkan. n<br />
7
Laporan Utama<br />
Drs. H. A. Rahman TB, Lt, Kakanwil Kemenag <strong>Aceh</strong><br />
Jangan Anggap Polisi Itu Ma’op<br />
Program Polisi Saweue Sikula itu<br />
bermula dari keprihatinan banyaknya<br />
kasus pelanggaran hukum di tengah<br />
masyarakat, termasuk pelajar madrasah<br />
yang kadang-kadang hanya ikut-ikutan<br />
tanpa mengetahui dampak negatif atau<br />
manfaat apa yang didapat dari suatu<br />
pelanggaran tersebut, misalnya ugalugalan<br />
di jalan, kira-kira apa manfaat<br />
yang diperoleh pelaku, atau justru<br />
mudarat yang didapat. Ini yang harus<br />
diberikan penjelasan kepada siswa<br />
madrasah.<br />
Program ini dipastikan tidak akan<br />
mengganggu program pendidikan<br />
karena diadakan<br />
di luar jam belajar reguler, misalnya<br />
waktu upacara bendera, pertemuan<br />
osis, ekstra kurikuler, atau jam belajar<br />
yang kosong.<br />
Kita harap kepala madrasah pro<br />
aktif menyukseskan program ini karena<br />
sudah ada MoU antara Kanwil Kemenag<br />
<strong>Aceh</strong> dengan Polda <strong>Aceh</strong>. Kalau ada<br />
waktu yang bisa digunakan, kepala<br />
madrasah bisa langsung mengontak<br />
Polsek setempat untuk mengisi jadwal<br />
tersebut.<br />
Dengan adanya<br />
saweue sikula ini<br />
mudah-mudahan<br />
image seram<br />
yang diberikan<br />
m a s y a r a k a t<br />
kepada polisi<br />
dapat dikikis,<br />
s e h i n g g a<br />
m a s y a r a k a t<br />
t e r u t a m a<br />
p e l a j a r<br />
8 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
tidak lagi menganggap polisi itu seperti<br />
ma’op atau po’ok.<br />
Kita harap juga polisi dapat memberi<br />
keteladanan dan pencerahan kepada<br />
siswa madrasah sehingga terbangun<br />
kesadaran tanpa harus dipaksakan.<br />
Karena penyampaian oleh polisi akan<br />
beda nilainya dengan penyampaian<br />
oleh kita.<br />
Menurut laporan dari beberapa<br />
madrasah yang sudah menjalankan<br />
kerjasama dengan kepolisian setempat,<br />
program tersebut sangat bermanfaat<br />
bagi madrasah. Misalnya waktu<br />
upacara bendera para siswa terlihat<br />
lebih tertib dan disiplin karena dihadiri<br />
oleh polisi.<br />
Kita harap para siswa akan<br />
tertib, sadar hukum, dan menjauhi<br />
penyalahgunaan narkoba dan hal<br />
negatif lainnya. Kita juga berterima<br />
kasih kepada jajaran Polda <strong>Aceh</strong> atas<br />
kerjasama ini semoga masyarakat<br />
yang aman, damai, dan sejahtera<br />
dapat terwujud di suatu hari nanti.<br />
nmulyadi nurdin, khairuddin
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Laporan Utama<br />
Drs. H. Bustamam Ali, M.Pd,<br />
Kepala Balai Tekkomdik (Teknologi Komunikasi Pendidikan) dan Humas Dinas Pendidikan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
Citra dan Mitra<br />
Program Polisi Saweu Sikula ini<br />
sudah lama direncanakan. Upaya<br />
bersama ini perlu dikembangkan<br />
dalam rangka pembinaan generasi<br />
muda, terutama kalangan pelajar<br />
atau siswa. Ada tiga sebab yang<br />
melatarbelakanginya. Pertama, dari<br />
hasil evaluasi dan catatan kepolisian,<br />
terdata bahwa pelanggar lalulintas<br />
dan angka kematian akibat laka lantas<br />
(kecelakaan lalulintas), lebih dari 50%<br />
itu anak sekolah. Korban yang masih<br />
muda itu, mati sia-sia di jalan raya,<br />
mungkin akibat pelanggaran tertib<br />
lalulintas, misalnya lewat balapan<br />
liar dan ugal-ugalan. Kita paham<br />
usia sekolah itu masih labil dalam<br />
menggunakan jalan raya. Jadi polisi<br />
ingin tingkatkan pembinaan ke sekolah<br />
atau madrasah sebagai mitranya.<br />
Kedua, maraknya peredaran narkoba,<br />
yang juga pengguna dan korban<br />
umumnya generasi muda yang juga kalangan<br />
siswa. Barang haram ini mulai<br />
menjamah sampai ke ruang sekolah.<br />
Jadi sangat perlu adanya pembinaan<br />
hingga ke ‘bangku-bangku sekolah’.<br />
Ketiga, maraknya film panas yang<br />
merambat melalui telepon seluler atau<br />
HP, yang berakibat buruk terhadap<br />
masa depan siswa. Jadi, baik terhadap<br />
pelanggaran lalulintas, penyalahgunaan<br />
narkoba, maupun tontotan film panas<br />
melalui teknologi, siswa perlu terus kita<br />
bina. Langkah itu harus sedini mungkin<br />
dilakukan, dalam upaya penangkalan.<br />
Polisi bekerja sama dengan pihak<br />
terkait, termasuk Kemenag akan terus<br />
mengadakan sosialisasi, tentu tidak<br />
hanya pembinaan ke sekolah, mereka<br />
juga ingin berdiskusi langsung dengan<br />
unsur sokolah. Pola diskusi itu bagus,<br />
sebab mereka juga ingin ada kedekatan<br />
dengan siswa dan siswi.<br />
Dari sekolah nanti akan ada<br />
langkah-langkah yang paling tepat<br />
dan bertahap, untuk pembinaan<br />
siswa. Nanti juga akan ada sosialisasi,<br />
misalnya bahaya narkoba atau contoh<br />
korban narkoba. Kita lihat rata-rata<br />
korban itu berangkat dari keluarga<br />
sehat, dan akhirnya menjadi sampah<br />
bagi sesamanya. Diperlihatkan juga<br />
betapa pedihnya hari dan malam<br />
panjang, akibat penyalahgunaan zat<br />
itu. Pornografi juga demikian, betapa<br />
jeleknya mental siswa akibat tontotan<br />
buruk dan hewani itu. Di sini yang<br />
penting bukan pada penangkalan secara<br />
teknik, tapi lebih pada pendekatan<br />
moral, pendekatan keagamaan, dan<br />
pendidikan karakter. Dalam hal ini<br />
multimedia punya kepentingan, dan<br />
lebih relevan tentunya. Pengalaman<br />
mengajarkan kita, bahwa kebiasaan<br />
jelek itu, yang seyogyanya di negara<br />
lain sudah ditinggalkan, kita di negara<br />
yang relatif ketinggalan ini, malah kian<br />
marak saja. Memblokir situs, fitur, ID<br />
dan sebagainya, yang diakses siswa<br />
memang sangat sulit, karena dia akan<br />
muncul lagi, dan muncul lagi, seperti<br />
virus. Namun paling tidak, ada upaya<br />
kita dari lembaga, yang didukung oleh<br />
rumah tangga. Kalau tidak dimulai,<br />
ini akan menjadi tradisi jelek, buruk,<br />
konyol, rendahan, dan dengan tradisi<br />
jelek itu, nanti pengguna akan terus<br />
dikucilkan oleh teman-teman, di<br />
samping akan menjatuhkan citra<br />
sekolah.<br />
Nah, sejauh ini secara lembaga<br />
belum terjun ke sekolah, tapi secara<br />
personal, misalnya unsur kemenag,<br />
mungkin sudah ada yang jalan.<br />
Tanggungjawab ini tidak hanya atas<br />
pelaku pendidikan, juga masyarakat<br />
dan komite sekolah. Di sekolah program<br />
ini akan masuk dalam ekstrakurikuler,<br />
misalnya siswa akan menjadi semacam<br />
‘polisi sekolah’, dan polisi hanya perlu<br />
mengadakan pelatihan-pelatihan. Jadi<br />
langkah ini tidak akan mengorbankan<br />
pelajaran tertentu. nyakub<br />
9
Laporan Utama<br />
Drs. H. Arif Idris, MA,<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat<br />
Hendaknya Program ini Dapat Berlanjut<br />
Menyambut positif program ”Polisi<br />
Saweu Sikula” yang dilaksanakan jaja-<br />
Sulaiman Tripa, SH; Dosen Faklutas Hukum Unsyiah Banda <strong>Aceh</strong><br />
Sering Saweu ke Sekolah Minim Prestasi<br />
Polisi Saweu Sikula sungguh satu<br />
lagi konsep yang bagus, namun dalam<br />
pelaksanaannya polisi harus bisa menjadi<br />
seperti guru, dalam hal mengupayakan<br />
preventif: mencegah berbagai pelanggaran<br />
remaja seperti narkotika, ugal-ugalan<br />
dan balap liar, dan bahan porno. Kita jangan<br />
lupa bahwa jumlah siswa yang baikbaik<br />
lebih banyak dari siswa-siswa yang<br />
berperilaku ‘miring’. Maka pendekatannya<br />
seefektif mungkin harus dipikirkan,<br />
tanpa mengganggu hakikat dari proses<br />
pendidikan itu sendiri.<br />
Jika program di atas bisa efektif ke<br />
depan, maka persoalan penilaian ujian di<br />
<strong>Aceh</strong> yang kontroversi juga memancing<br />
untuk kita introspeksi diri, dikaitkan dengan<br />
peran polisi itu. Polisi yang saweu ke<br />
sekolah tidak hanya ‘mengamankan soal’,<br />
secara musiman, tapi juga siap sedia kontinyu<br />
mengamankan guru dan siswa yang<br />
nakal dalam ‘mengolah soal’. Selama ini<br />
sudah terlihat banyak kecurangan. Ada<br />
mungkin sekolah yang jujur, konsekuensinya<br />
anak didiknya banyak yang tidak<br />
lulus. Sedangkan secara politik jabatan,<br />
ran Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong>. ”Sangat<br />
positif. Polisi turun ke madrasah dan<br />
sekolah seperti ini saya pikir sangat<br />
efektif untuk pembinaan para siswa<br />
dalam berbagai hal yang berkaitan dengan<br />
Kamtibmas, narkoba, kenakalan<br />
remaja, ketertban bermasyarakat, berlalu<br />
lintas, dan sebagainya,” ujarnya.<br />
Menurut Arif, kondisi remaja dan<br />
generasi muda saat in perlu pembinaan<br />
serius. Persoalan narkoba, balapan liar,<br />
pergaulan bebas, sudah pada tingkat<br />
mengkhawatirkan. Persoalan yang di-<br />
banyak para pejabat sekolah yang memberi<br />
target kepada atasannya, dan yang<br />
itu bisa menjadi bumerang. Konsekuensi<br />
buruknya adalah diupayakan berbagai<br />
cara agar target lulus tercapai.<br />
Soalan lainnya adalah bagaimana<br />
bisa menggunakan standar yang sama<br />
untuk sekolah yang berbeda tempat dan<br />
berbeda kualitas. Masalahnya adalah,<br />
perbedaan kualitas itu bukan karena<br />
pilihan, tapi memang tidak punya pilihan<br />
apa-apa selain itu. Sekolah-sekolah yang<br />
jauh dari pusat kota, biasanya hanya<br />
memiliki fasilitas yg biasa-biasa saja.<br />
Guru-guru berkualitas bertumpuk di<br />
kota. Lantas bagaimana sekolah semacam<br />
itu kita bandingkan dengan sekolah yang<br />
sudah sering mendapat penghargaan.<br />
Kita bangga ada dua sekolah di <strong>Aceh</strong><br />
masuk dalam 10 besar tertinggi UN.<br />
Namun secara keseluruhan, prestasinya<br />
sebenarnya menurun. Pengambil<br />
kebijakan harus menilik hal ini, terutama<br />
sekolah peraih prestasi itu selalu berada<br />
di sekolah tertentu saja. Kita harus tanya<br />
mengapa yang lain tidak bisa berprestasi.<br />
10 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
hadapi masyarakat adalah tanggung<br />
jawab bersama, termasuk Polisi di dalamnya<br />
selaku aparat penegak hukum.<br />
”Ini tugas dan tanggung jawab kita bersama,<br />
termasuk Polisi,” katanya.<br />
Menurutnya, di <strong>Aceh</strong> Barat, program<br />
Polisi Saweu Sikula ini sudah berjalan<br />
dengan baik. Respon masyarakat,<br />
pihak madrasah, orang tua dan guru,<br />
sangat baik. ”Kami berharap program<br />
kemitraan Polisi dan madrasah seperti<br />
ini dapat berlanjut di masa-masa akan<br />
datang,” pungkasnya. njun<br />
Jika memang minus prestasi lantaran<br />
kenakalannya, maka polisi utamakan<br />
sawue ke sekolah itu.<br />
Problem peredaran bahan porno,<br />
kita harus lihat kembali penguatan<br />
keluarga. Fondasinya di sana. Berhasil<br />
tidaknya mengantisipasi hal ini dilakukan<br />
melalui keluarga. Untuk hal seperti<br />
ini, hukum masih sangat terbatas<br />
daya masuknya. Makanya yang paling<br />
logis adalah penguatan masing-masing<br />
keluarga, mengawasi anaknya, dan selalu<br />
berkomunikasi. nyakub
Usai pengumuman sebagian nilai<br />
UN (SMA/MA) pada pertengahan<br />
Mei <strong>2011</strong> lalu, terlihat beberapa<br />
potret ceria dan gambar buram dunia<br />
pendidikan di <strong>Aceh</strong>. Semua hasil,<br />
lebih dan kurang ini, jelas untuk bahan<br />
evaluasi kita bersama. Ada yang tidak<br />
lulus sama sekali, seperti di sebuah<br />
SMA di Simeulue; dan ada yang lulus<br />
dengan nilai rata-rata tertinggi, bahkan<br />
masuk sepuluh besar nasional seperti<br />
dari boarding school, Modal Bangsa<br />
dan Fajar Harapan, ini kesan baru<br />
yang membedakannya dengan tahun<br />
sebelum <strong>2011</strong>.<br />
Pelajaran pertama bagi kita, untuk<br />
sekolah yang siswanya belum lulus<br />
bahkan gagal sampai seratus persen,<br />
tentu ini tidak mungkin kita salahkan<br />
siswa semata. Barangkali kelemahan<br />
lebih pada pundak gurunya. Tidak<br />
ada siswa yang bodoh semua, apalagi<br />
dengan formulasi penilaian sekarang,<br />
akumulasi nilai sekolah dan UN.<br />
Penyebab sebenarnya memang kita<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Laporan Utama<br />
Drs. Anas M. Adam, M.Pd; Wakil Ketua MPD (Majelis Pendidikan Daerah) <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
Nilai UN, Potret Sekolah di <strong>Aceh</strong><br />
nantikan hasil penelitian Tim Disdik<br />
yang balik dari kepulaan itu. Boleh jadi<br />
guru di sana tidak ada, tidak merata,<br />
jam belajar siswa yang tidak penuh,<br />
manajemennya yang kacau, atau ada<br />
‘kisah pilu’ lainnya.<br />
Dari sekolah yang meraih angkat<br />
tertinggi, pelajaran kedua, terutama<br />
dengan pola pengasramaan, ini juga<br />
menarik kita bandingkan. Terhadap<br />
sekolah atau madrasah yang diasramakan<br />
dengan sekolah yang siswanya tidak<br />
diasramakan, memancing kita untuk<br />
penasaran: ada apa dengan sekolah<br />
yang sama-sama boarding (asrama) tapi<br />
beda hasil, dan kerja apa saja para guru<br />
dan siswa di sekolah dan luar sekolah<br />
yang sama-sama bukan boarding.<br />
Sekilas di sekolah seperti Fajar<br />
Harapan Banda <strong>Aceh</strong> yang siswanya<br />
meraih angka rata-rata tertinggi nasional,<br />
terlihat bagus dalam pola pengajaran,<br />
mitra atau hubungan-hubungan,<br />
fasilitas, dan yang menarik ialah manajemennya.<br />
Bisa jadi gaya kepemimpi-<br />
nan di sana, cakap untuk memotivasi<br />
siswa dan wali siswa untuk terus berprestasi<br />
optmal. Sebab keteladanan<br />
dan kepribadian atasan juga jadi faktor<br />
pendukung di sekolah. Namun kenapa<br />
beberapa boarding saja yang unggul,<br />
yang lain belum, juga perlu kita buka<br />
penyebab selanjutnya. nyakub<br />
DATA KELULUSAN UJIAN NASIONAL MADRASAH ALIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)<br />
DALAM PROVINSI ACEH TAHUN <strong>2011</strong><br />
Program<br />
Jumlah<br />
Peserta<br />
Lulus %<br />
Madrasah Aliyah Sekolah Menengah Atas<br />
Tidak<br />
Lulus<br />
%<br />
Jumlah<br />
Nilai<br />
Rata-rata<br />
Jumlah<br />
Peserta<br />
Lulus %<br />
Tidak<br />
Lulus<br />
%<br />
Jumlah<br />
Nilai<br />
Rata-rata<br />
a. Program IPA 6.489 6.408 98,75 81 1,25 46,62 26.087 25.757 98,74 330 1,26 46,51<br />
b. Program IPS 4.079 3.760 92,17 319 7,83 42,92 16.374 15.546 94,94 828 5,06 43,16<br />
c. Program Bahasa 156 153 98,07 3 1,93 41,68<br />
d. Program Keagamaan 202 182 98,09 20 1,91 40,59<br />
Sumber : Bidang Mapenda Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, <strong>2011</strong>.<br />
10.926 10.503 96,77 423 3,23 42,95 42.461 41.303 96,84 1.158 3,16 44,835<br />
11
Laporan Utama<br />
Irjen Pol. Drs. Iskandar Hasan, SH, MH , Kapolda <strong>Aceh</strong><br />
Polisi dengan Masyarakat Bagai Ikan dan Air<br />
Tanggal 2 Mei <strong>2011</strong> lalu, dalam<br />
peringatan Hari Pendidikan<br />
Nasional yang berlangsung di<br />
halaman Kantor Gubernur <strong>Aceh</strong>,<br />
Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong>, Kantor Wilayah<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, dan Dinas<br />
Pendidikan <strong>Aceh</strong>, sepakat mengikat<br />
kerjasama dalam program yang diberi<br />
nama ”Polisi Saweu Sikula.” Untuk<br />
mengetahui lebih jauh program yang<br />
digagas Kapolda <strong>Aceh</strong> ini, Kamis, (26/5)<br />
<strong>Santunan</strong> mewawancari Bapak Irjen Pol.<br />
Drs. Iskandar Hasan, SH, MH. Ditemui<br />
di ruang kerjanya, Kapolda didampingi<br />
Dir Binmas, Kombes Pol Agus Nugroho,<br />
SH, M.Hum. Berikut petikannya:<br />
Bagaimana awalnya sehingga muncul<br />
ide program ”Polisi Saweu Sikula?”<br />
Dari laporan dan data selama ini, di<br />
<strong>Aceh</strong> banyak sekali kasus-kasus terkait<br />
masalah narkoba, kecelakan kendaraan<br />
bermotor, dan lain-lain. Dari angkaangka<br />
itu, saya melihat umumnya<br />
para korban masih berusia produktif,<br />
usia sekolah, kuliah. Mereka sasaran<br />
pelaku maupun korban. Nah, dari<br />
situ kita berpikir, kenapa kita susahsusah<br />
mengumpulkan mereka yang di<br />
lapangan, yang di terminal, di jalan, dan<br />
seterusnya. Yang gampang dikumpulkan<br />
itu, yang masih di kelas karena masih<br />
ngumpul di sekolah, pesantren, dan<br />
madrasah.<br />
Kenapa yang dipilih anak sekolah,<br />
madrasah, santri?<br />
Mereka harapan bangsa. Siswa,<br />
santri itu harapan bangsa. Mereka tunas<br />
bangsa. Bagai tanaman, tunas ini harus<br />
kita pelihara, harus dipupuk, disiram,<br />
dikasih bekal yang bagus. Akhirnya kita<br />
memutuskan untuk mendatangi anakanak<br />
kita yang di sekolah, madrasah dan<br />
pesantren ini.<br />
Bisa dijelaskan, apa misi dari<br />
Program Polisi Saweu Sikula ini?<br />
Kita akan membawa pesan-pesan<br />
Kamtibmas, yaitu masalah bahaya narkoba,<br />
tertib berlalulintas, kenakalan<br />
remaja, pencurian, dan sebagainya.<br />
Dari angka-angka dan laporan jajaran<br />
kita setiap tahun. Setelah kita temukan<br />
itu, kita berpikir -<strong>Aceh</strong> ini<br />
baru selesai konflik (memang<br />
tidak semua orang <strong>Aceh</strong> mau<br />
konflik). Negara Kesatuan<br />
Republik Indonesia sudah<br />
final, dari Sabang sampai<br />
12 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Merauke. <strong>Aceh</strong> termasuk dalam NKRI.<br />
Maka sembari kita membawa pesan<br />
Kamtibmas kita juga selipkan nilai-nilai<br />
kebangsaan, Pancasila, UUD 1945,<br />
Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan<br />
Republik Indonesia. Itulah misi<br />
yang ingin kita bawa ke sekolah, madrasah<br />
dan pesantren di <strong>Aceh</strong>.<br />
Seberapa penting Program Saweu<br />
Sikula ini?<br />
Saya kira sangat penting. Ini menyangkut<br />
masa depan kita semua, khususnya<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong>. Anak bangsa<br />
yang masih muda di <strong>Aceh</strong> ini harus dibina<br />
dengan baik. Coba kalau anak muda<br />
tidak tahu peraturan lalu lintas, tidak<br />
tahu bahayanya narkoba. Sekarang ini,<br />
angka penyalahgunaan narkoba di <strong>Aceh</strong><br />
cukup tinggi. Sekarang zamannya<br />
sudah sabu-sabu yang<br />
merusak batang otak.<br />
Kalau sudah rusak<br />
batangnya, maka pohonnya<br />
sudah mulai<br />
layu. Kalau sudah
layu ndak mungkin berbuah. Seperti itu<br />
juga manusia, ndak mungkin dia menjadi<br />
seorang yang masa depannya bagus,<br />
kalau sudah kena pengaruh narkoba.<br />
Apa target dari Polisi Saweu Sikula?<br />
Setelah petugas kita turun menyampaikan<br />
pesan-pesan tadi ke madrasah,<br />
sekolah dan pesantren, paling tidak mereka<br />
sudah ada bekal untuk dirinya sendiri.<br />
Dia mendengar penjelasan itu, dari<br />
sumbernya langsung, dari polisi yang<br />
mendatangi mereka. Polisi yang kita<br />
turunkan ke lapangan sudah kita bekali.<br />
Kita siapkan modul, buku panduan.<br />
Modulnya, ada tiga buku, yaitu buku<br />
petunjuk umum, buku cara penyampaian,<br />
dan satu lagi buku materinya. Buku<br />
petunjuk umum itu menceritakan apa<br />
sih Program Saweu Sikula itu. Kemudian<br />
buku petunjuk umum bagaimana<br />
cara menghadapi siswa dan santri. Baru<br />
buku subtansinya, materi tentang pilarpilar<br />
kebangsaan, bahaya narkoba, tertib<br />
berlalu lintas, kenakalan remaja.<br />
Harapannya?<br />
Di samping mereka mendapatkan<br />
pelajaran formal dari sekolah, siswa dan<br />
santri juga mendapatkan wawasan dari<br />
”Polisi Saweu Sikula”, harapan kita mereka<br />
paham dengan program ini. Kenapa<br />
sih polisi masuk sekolah, kenapa ndak<br />
di jalan saja. Maksud saya, kalau kamu<br />
di jalan salah kamu dikejar polisi. Kalau<br />
kamu di sekolah polisi datang, kamu<br />
bersahabat dengan polisi. Silahkan adikadik<br />
siswa bertanya kepada Pak Polisi.<br />
Jika pun ada pertanyaan di luar konteks,<br />
ya, silakan saja.<br />
Nanti modelnya belajar di kelas<br />
atau bagaimana?<br />
Belajarnya di kelas. Bisa juga di luar<br />
kelas, seperti saat apel upacara bendera.<br />
Kita juga tidak mau mengganggu jadwal<br />
yang sudah ditetapkan. Makanya, kita<br />
minta kerjasama dengan sekolah, kapan<br />
kita bisa datang. Ya, memang tidak setiap<br />
hari. Dari pada jam belajar kosong,<br />
mendingan polisi masuk...<br />
Bagaimana kondisi keamanan di<br />
<strong>Aceh</strong> saat ini?<br />
Saya tidak mau bicara tanpa angka.<br />
Angka dalam kepolisian adalah hal yang<br />
kongkret. Dan itu kita laporkan ke Mabes.<br />
Kita lihat, misalnya angka yang meninggal<br />
dunia dari kecelakaan lalu lintas<br />
itu setiap tahunnya hampir seribuan<br />
orang seluruh <strong>Aceh</strong>. Belum lagi yang<br />
luka berat dan cacat total. Alangkah sayangnya<br />
1000 sampai dengan 1500 usia<br />
produktif menjadi beban orang lain, karena<br />
kecelakaan lalu lintas. Harusnya<br />
dia bisa menyadap karet di kebun karet<br />
atau memetik sawit, atau menjadi<br />
nelayan dan petani di sana. Tapi dia di<br />
rumah saja, dan menjadi beban orang<br />
tuanya. Itu karena kesadaran berlalu lintas<br />
itu kurang.<br />
Sejauh yang Bapak lihat, apa hal<br />
spesifik dari kultur masyarakat <strong>Aceh</strong>?<br />
Kultur Islami masyarakat <strong>Aceh</strong> masih<br />
kuat. Kultur ini mesti kita jaga. Ikon<br />
<strong>Aceh</strong> ini masjid Raya Baiturrahman. Ini<br />
lambang Islami. Dengan kultur Islam<br />
yang sangat kental ini, maka menjadi<br />
pemikiran saya ke depan dalam kebijakan<br />
Tribrata dan perilaku Islami sebagai<br />
kultur Polisi <strong>Aceh</strong>. Tribrata itu adalaha<br />
the way of life-nya polisi. Kalau kita secara<br />
umum adalah pancasila.<br />
Nilai-nilai bangsa ini digali dari <strong>Agama</strong>.<br />
Kenapa dari agama, karena agama<br />
itu 14 abad yang lalu (khususnya Islam)<br />
sudah ada. Sedangkan bangsa kita baru<br />
pada tahun 1945. Polisi berdiri tahun<br />
1946. Tribarata lahir pada tahun 1955.<br />
Sekarang kita balik, adakah nilai-nilai<br />
Pancasila, Tribrata, Saptamarga yang<br />
bertentangan dengan agama? Ya, ndak<br />
ada. Memang diambil dari situ, cuplikannya<br />
dari situ semua.<br />
Apa yang menjadi peluang dan<br />
tantangan Polisi di <strong>Aceh</strong> hari ini?<br />
Seperti saya jelaskan, yang menjadi<br />
peluang adalah, masyarakat <strong>Aceh</strong> yang<br />
Islami. Tantangan adalah perubahan karakter,<br />
perubahan budaya, ikut-ikutan<br />
budaya barat. Setelah tsunami, di <strong>Aceh</strong><br />
terjadi perubahan; keterbukaan informasi,<br />
teknologi. Ini jadi tantangan bagi kita.<br />
Bagaimana hubungan Polisi dengan<br />
masyarakat?<br />
Kalau Polisi Islami dan masyarakatnya<br />
memang sudah Islami, maka hubungan<br />
Polisi dan masyarakat akan tidak ada<br />
jarak. Polisi dengan masyarakat bagaikan<br />
ikan dan air. Ikan tidak bisa hidup<br />
tanpa ada air. Tugas polisi hakikatnya di<br />
masyarakat. Kalau masyarakatnya tidak<br />
ada, akan tidak ada polisi di situ. Kita<br />
harapkan ada hubungan yang erat antara<br />
polisi dengan masyarakat.<br />
Apa itu kemitraan Polisi dengan<br />
masyarakat?<br />
Kemitraan yang mutual, saling membutuhkan,<br />
saling menjaga, saling menguntungkan.<br />
Namanya mitra itu sederajat,<br />
tidak ada yang di atas atau di bawah.<br />
Mitra itu sejajar. Kita mengupayakan ke-<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Laporan Utama<br />
hadiran polisi itu di tengah masyarakat<br />
sebagai kemitraan. Makanya tahun ini<br />
disebut tahun kemitraan. Tahun 2010<br />
sampai 2014, ini tahun membangun<br />
kemitraan.<br />
Apakah lulusan madrasah, Pondok<br />
pesantren memiliki kesempatan<br />
menjadi Polisi?<br />
Seluruh warga negara memiliki kesempatan<br />
untuk menjadi Polisi. Tahun<br />
2006, saya pernah buat laporan sepulang<br />
dari Iran mewakili Pak Kapolri, Pak<br />
Sutanto waktu itu. Dalam laporan tersebut<br />
saya rekomendasikan agar ke depan<br />
Polisi lebih banyak diterima dari pesantren.<br />
Yang saya usulkan adalah bintara,<br />
karena bintara berhubungan langsung<br />
dengan masyarakat. Kalau bintara kita<br />
lulusan pesantren, terus dia masuk suatu<br />
kampung, dia bisa langsung ceramah,<br />
wah, akan beda pendekatannya dengan<br />
masyarakat. Rekomendasi itu sepertinya<br />
belum jalan. Mungkin karena pemahaman<br />
saja.<br />
Apa pesan Bapak kepada tenaga<br />
pendidik dan siswa di lingkungan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>?<br />
Pendidik yang baik adalah yang bisa<br />
memberikan contoh yang baik. Zaman<br />
sekarang, anaknya kritis-kritis. Pendidik<br />
harus dapat memberi contoh. Ngomong<br />
boleh, tapi disertai dengan contoh. Makanya,<br />
saya berharap untuk para pendidik,<br />
tolong berilah contoh yang bagus,<br />
yang baik. Baik itu perilaku, ucapan,<br />
tutur kata, cara berpakaian, kehidupan<br />
sehari hari. Siswa-siswa itu lebih cepat<br />
menangkap contoh. Contohlah prilaku<br />
Nabi. Kepada siswa, ikuti cara belajar<br />
yang baik. Menurut saya belajar yang<br />
baik itu adalah, bagaimana bisa membagi<br />
waktu kapan belajar, kapan bermain,<br />
kapan mengabdi kepada orang tua. Siswa<br />
harus sadar, bahwa mereka adalah<br />
masa depan bangsa, harapan bangsa dan<br />
keluaga. Kalau dia tidak punya potensi,<br />
dia tidak punya visi, dia tidak punya bobot<br />
dengan kompetisi dunia sekarang,<br />
dia akan ketinggalan. Belajar itu harus<br />
serius. Siswa harus menyadari siapa diri<br />
dia. Bagaimana background dia. Kalau<br />
tidak sadar, siapa dirinya, maka dia bisa<br />
melakukan di luar kemampuan dia. Cari<br />
identitas, kuatkan, baru kita nikmati..<br />
adek adek siswa ini harus punya target.<br />
Target harus dipancangkan. Kemudian<br />
cari akal bagaimana mencapai target<br />
itu...!n juniazi, mulyadi nurdin,<br />
amwar, cut ali<br />
13
Laporan Utama<br />
NOTA KESEPAHAMAN<br />
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI<br />
ACEH<br />
DENGAN<br />
DlR BINMAS KEPOUSIAN DAERAH ACEH<br />
Nomor: KW.01.4/PP.00/797/V/<strong>2011</strong><br />
Nomor : B /12/V/<strong>2011</strong><br />
TENTANG<br />
PROGRAM POLISI SAWEU SIKULA<br />
Pada hari ini Senin tanggal 2 bulan Mei tahun dua ribu sebelas,<br />
kami yang bertanda tangan di bawah ini:<br />
1. Drs. H. A. RAHMAN TB, Lt.<br />
Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>,<br />
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kantor Wilayah<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> provinsi <strong>Aceh</strong> yang berkedudukan di jalan<br />
Tgk. Lam U No. 9 Banda <strong>Aceh</strong>, yang selanjutnya disebut PIHAK<br />
PERTAMA; dan<br />
2. KOMBES POL AGUS NUGROHO, SH. M.Hum<br />
Direktur Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong> dalam<br />
hal ini bertindak untuk dan atas nama Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong><br />
yang berkedudukan di jalan T. Nyak Arief JeuIingke Banda <strong>Aceh</strong><br />
yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;<br />
Untuk selanjutnya kedua belah pihak sepakat menjalin kerjasama<br />
dalam upaya peningkatan kesadaran hukum dengan ketentuan<br />
sebagai berikut:<br />
Pasal 1<br />
TUJUAN<br />
Tujuan kesepahaman bersama ini:<br />
a.<br />
b.<br />
c.<br />
d.<br />
Kerjasama pihak pertama dan pihak kedua diselenggarakan atas<br />
dasar semangat pengabdian kepada masyarakat dalam rangka<br />
mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tugas dan<br />
fungsi kelembagaan masing-masing pihak;<br />
Kerjasama pihak pertama dan pihak kedua bertujuan untuk<br />
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang<br />
Kamtibmas, narkoba, lalu lintas dan dampak negatif kemajuan<br />
tehnoIogi informasi kepada para siswa madrasah Ibtidaiyah<br />
sampai dengan madrasah Aiyah di daerah <strong>Aceh</strong>;<br />
Kerjasama pihak pertama dan pihak kedua bertujuan untuk<br />
peningkatan kapasitas institusi dan sumber daya manusia sesuai<br />
dengan tugas pokok dan fungsi kelembagaan masing-masing;<br />
Kesepahaman kerjasama ini disepakati dengan nama “ Polisi<br />
Saweu Sikula” dan akan diIaksanakan serentak diseluruh<br />
wilayah provinsi <strong>Aceh</strong>.<br />
Pasal 2<br />
RUANG LINGKUP<br />
Nota kesepahaman berupa kerjasama pihak kedua dalam kegiatan:<br />
a.<br />
b.<br />
c.<br />
d.<br />
Upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang<br />
Kamtibmas, penyalahgunaan narkoba, lalu lintas dan dampak<br />
negative kemajuan tehnologi informasi melalui sosialisasi,<br />
simulasi permainan dan menjadi pembina upacara di madrasahmadrasah<br />
dan pondok pesantren;<br />
Upaya mendukung terlaksananya kegiatan pencegahan,<br />
pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,<br />
Kesadaran hukum berlalu lintas dan penanggulangan kenakalan<br />
remaja di lingkungan madrasah-madrasah;<br />
Menciptakan rasa kesadaraan hukum yang baik serta menumbuh<br />
kembangkan nilai-nilai kebangsaan dengan basis keagamaan<br />
dan adat istiadat <strong>Aceh</strong> kepada para siswa/siswi di lingkungan<br />
madrasah-madrasah dan pondok pesantren;<br />
Pihak kedua melakukan sosialisasi dengan cara tatap muka<br />
langsung di madrasah, simulasi, permainan dan menjadi<br />
pembina upacara di madrasah-madrasah, pembinaan saka<br />
14 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
e.<br />
f.<br />
g.<br />
h.<br />
i.<br />
a.<br />
b.<br />
a.<br />
b.<br />
a.<br />
b.<br />
bhayangkara, pembinaan patroli sekolah, UKS, pembinaan bidang<br />
pertanian, perikanan dan perkebunan;<br />
Pihak kedua menyiapkan tenaga penyuluh dan pemateri dibidangnya<br />
masing-masing;<br />
Media penyampaian yang dilakukan oleh pihak kedua berupa<br />
laptop, barko dan clip chart/ papan tulis dan alat peraga lainnya;<br />
Pihak pertama menyiapkan sarana pendukung, tempat dan jadwal<br />
serta para siswa/siswi madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan<br />
pondok pesantren diwilayah <strong>Aceh</strong>;<br />
Pihak pertama dan pihak kedua bertekad melakukan langkah-<br />
langkah konsruktif dibidang pencegahan peredaran narkoba,<br />
kenakalan remaja dan pemahaman hukum di lingkungan madrasahmadrasah<br />
dan pondok pesantren;<br />
Memantau anak-anak madrasah yang berkeliaran diluar madrasah<br />
pada saat waktu jam belajar.<br />
Pasal 3<br />
BIAYA PELAKSANAAN<br />
Nota kesepahaman akan ditindak lanjuti oleh kedua belah pihak<br />
secara langsung maupun melalui perjanjian tertulis yang merupakan<br />
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam nota kesepahaman<br />
ini, apabila tidak ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama atau<br />
pelaksanaan kegiatan, maka Nota kesepahaman ini batal dengan<br />
sendirlnya;<br />
Biaya yang timbul dengan adanya nota kesepahaman ini menjadi<br />
beban dan tanggung jawab masing-masing pihak/lembaga sesuai<br />
tugas pokok dan fungsinya.<br />
Pasal 4<br />
EVALUASI<br />
Kedua belah pihak melaksanakan rapat koordinasi secara berkala;<br />
Kedua belah pihak melakukan monito-ring dan evaluasi atas pelak-<br />
sanaan nota kesepahaman ini sehingga kegiatan berjalan baik.<br />
Pasal 5<br />
JANGKA WAKTU<br />
Nota kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 24 (dua puluh<br />
empat) bulan terhitung sejak ditandatangani oleh kedua belah pihak;<br />
Nota kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu<br />
sebagaimana dimaksud dalam huruf a apabila kegiatan dimaksud<br />
tidak dilaksanakan.<br />
Pasal 6<br />
PENUTUP<br />
Hal-hal yang belum diatur dalam nota kesepahaman ini akan ditentukan<br />
kemudian oleh kedua belah pihak dan merupakan bagian yang tak<br />
terpisahkan dari nota kesepahaman ini;<br />
Perubahan terhadap nota kesepahaman ini hanya dapat dilakukan atas<br />
persetujuan kedua belah pihak.<br />
Demikian nota kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada<br />
tanggal sebagaimana tersebut diatas dalam rangkap 2 (dua) bermaterai<br />
cukup yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dan dipegang oleh<br />
masing-masing pihak dengan itikad baik serta penuh tanggung Jawab.<br />
Dibuat dan ditandatangani di: Banda <strong>Aceh</strong><br />
Pada tanggal: 2 Mei <strong>2011</strong><br />
Pihak kedua Pihak Pertama<br />
DIR BINMAS POLDA ACEH KEPALA KANTOR WILAYAH<br />
KEMENTERIAN<br />
AGAMA PROVINSI ACEH<br />
DTO DTO<br />
AGUS NUGROHO, SH. M.Hum Drs. H. A. RAHMAN TB, Lt.<br />
KOMBES POL NRP 57081012 PEMBINA UTAMA MUDA<br />
NIP. 1954001011980031006
Ruang Hazawa<br />
Launching Siskohat Online Kankemenag<br />
Se-<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
Pemerintah berkewajiban memberikan<br />
kemudahan, kepastian dan perlindungan<br />
kepada jamaah haji dalam<br />
menunaikan ibadah haji. Prinsip-prinsip<br />
dasar tersebut menuntut pemerintah<br />
untuk terus membenahi manajemen<br />
penyelenggaraan ibadah haji, salah satunya<br />
dengan pemberlakuan pendaftaran<br />
haji melalui sistem komputerisasi<br />
haji terpadu (siskohat), yang kini telah<br />
online diseluruh Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> se-<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />
Siskohat online yang menganut<br />
sistem first come first serve, input<br />
dan output, akan menentukan jadwal<br />
ke-berangkatan jamaah ke baitullah secara<br />
sistemik, sehingga intervensi dari<br />
pegawai <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> maupun<br />
pihak lain dalam pententuan nomor<br />
porsi tidak dapat dilakukan. Hal tersebut<br />
disampaikan oleh Direktur Jenderal<br />
Penyelenggaraan Haji dan Umrah<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI yang diwakili<br />
oleh Kepala Bagian Sistem Informasi<br />
Haji <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI, Drs. H.<br />
M. Amin Akkas, M. Sc pada acara<br />
launching siskohat online Kankemenag<br />
Se-<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Kamis(26/5), di Aula<br />
Kankemenag Kota Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
Pengembangan siskohat online di<br />
Kab/Kota berawal dari diberlakukannya<br />
sistem pendaftaran haji sepanjang<br />
tahun, yang sebelumnya menggunakan<br />
sistem perebutan kuota yaitu sistem<br />
dengan membayar lunas Ongkos Naik<br />
Haji (ONH) pada saat mendaftar di<br />
Bank Penerima Setoran (BPS) Haji. Perubahan<br />
manajemennya pun, hanya<br />
bersifat internal, pada input data Calon<br />
Jamaah Haji (CJH), yang dulunya<br />
proses input data CJH dilakukan di BPS,<br />
secara bertahap diserahkan kepada<br />
Kankemenag Kab/Kota, sedangkan ketentuan<br />
lainnya masih tetap sama.<br />
Infrastruktur input data yang dibangun<br />
dengan Anggaran Pendapatan<br />
Belanja Negara (APBN) merupakan<br />
adopsi dari sistem komputerisasi<br />
maskapai penerbangan internasional,<br />
dengan kemampuan teknologinya yang<br />
mampu mendata, menyeleksi data secara<br />
cepat, tepat dan terhubung dalam<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
satu sistem jaringan, sehingga dapat<br />
diakses ditempat lain (online).<br />
Untuk <strong>Aceh</strong>, pembangunan instrumen<br />
urat nadi manajemen haji ini merupakan<br />
provinsi ke-16 dari 33 provinsi<br />
penerima siskohat. Pun demikian, untuk<br />
daerah pemekaran baru, Kabupaten<br />
Subulussalam dan Kabupaten Pidie<br />
Jaya, untuk sementara waktu pendaftaran<br />
jamaah haji masih dilakukan di<br />
BPS, karena belum memiliki siskohat.<br />
Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> melalui Drs. H. M.<br />
Daud Pakeh selaku Plh. Kakanwil, pada<br />
kesempatan launching mengharapkan<br />
siskohat pada kedua kabupaten baru<br />
tersebut dapat dibangun pada tahun<br />
depan. “Semoga tahun depan, sikohat<br />
di Subulussalam dan Kabupaten Pidie<br />
Jaya sudah dapat kita akses.”<br />
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan<br />
Umrah Kemenag RI berpesan agar peralihan<br />
input data dari BPS ke <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong>, harus dibarengi dengan<br />
perubahan culture, perubahan kebiasaan<br />
ke arah lebih baik, khususnya para<br />
operator siskohat, dituntut untuk meningkatkan<br />
disiplin dan pelayanan kepada<br />
jamaah. Beliau juga sangat mengharapkan<br />
dukungan dan perhatian<br />
Pemerintah Daerah, guna tercapainya<br />
standar pelayanan minimum di Kankemenag<br />
<strong>Aceh</strong>. “Kita mohon dukungan<br />
dan suport dari Bapak Gubernur untuk<br />
melengkapi kekurangan lainnya, dikarenakan<br />
tanggung jawab penyelenggaraan<br />
ibadah haji merupakan tanggung<br />
jawab kita bersama, pinta Dirjen”.<br />
Acara peresmian ditandai dengan<br />
pemotongan pita oleh perwakilan<br />
Karo Keistimewaan Sekretariat Daerah<br />
<strong>Aceh</strong>, Ir. Sulaiman AW di depan ruang<br />
siskohat Kankemenag Kota Banda<br />
<strong>Aceh</strong>. ndarwin<br />
15
Ruang Pekapontren<br />
Laporan Zarkasyi<br />
Pesantren dan Respon Isu Kontemporer<br />
Agent of Social Change (agen perubahan<br />
sosial) adalah peran Pesantren<br />
yang selalu diharapkan oleh masyarakat,<br />
masyarakat mengharapkan pesantren<br />
dapat memberikan kontribusi terhadap<br />
permasalahan yang dihadapi mereka,<br />
baik menyangkut masalah sosial<br />
kemasyarakatan maupun masalah<br />
hukum. Setiap permasalahan baru<br />
(masa’il al-haditsah) yang muncul<br />
dan berkembang dalam masyarakat<br />
pesantren diharapkan memberikan<br />
renspon, terutama mencarikan solusi<br />
dari masalah yang dihadapi tersebut.<br />
Tercatat dalam sejarah, ulama<br />
Dayah tempo dulu menjadi “tempat<br />
curhat” masyarakat terhadap masalah<br />
yang dihadapi. Kita sering membaca<br />
bagaimana Syaikh Abdurrauf Assingkily<br />
memberikan kontribusi terhadap<br />
permasalah yang dihadapi pada<br />
masanya, kala itu syaikh Abdurrauf<br />
As-Singkily menjadi mufti kerajaan<br />
<strong>Aceh</strong>, menjawab setiap permasalahan<br />
yang dihadapi kerajaan dan masyarakat<br />
saat itu. Tengku Chik Kuta Karang,<br />
sebagai ulama yang ahli dalam bidang<br />
astronomi dan pengobatan telah<br />
menulis beberapa kitab yang sampai<br />
saat ini masih digunakan sebagai refensi<br />
ilmu perbintangan dan pengobatan.<br />
Singkatnya, tempo dulu ulama dayah<br />
menjadi staf ahli bagi umara dan<br />
masyarakat.<br />
Di era modern sekarang ini muncul<br />
berbagai persoalan-persoalan baru<br />
yang menghendaki adanya jawaban,<br />
baik menyangkut masalah sosial<br />
ke-masyarakatan maupun masalah<br />
hukum, seiring itu pula ulama dayah<br />
hendaknya memberikan renspon<br />
terhadap isu-isu tersebut, sehingga<br />
masyarakat memiliki referensi dan<br />
tepat berpijak. Menyahuti itu, pasca<br />
tsunami ulama dayah telah menulis<br />
beberapa buku yang berkenaan dengan<br />
isu-isu aktual yang dihadapi masyarakat<br />
<strong>Aceh</strong> khusus-nya, buku Pemikiran<br />
Ulama Dayah <strong>Aceh</strong> yang ditulis oleh<br />
lima orang ulama dayah <strong>Aceh</strong> yaitu<br />
Tengku H. Daud Zamzami, Tengku H.<br />
Nuruzzahri, Tengku H. Hasanoel Basry,<br />
Tengku H. Muchtar A. Wahab, Tengku<br />
H. Ismail Ya’kub. Tengku H. Ibrahim<br />
Bardan atau yang lazim dikenal dengan<br />
Abu Panton juga turut menulis buku<br />
berkenaan dengan resolusi konflik,<br />
Abu Panton menulis buku Resolusi<br />
Konflik dalam Islam; Kajian Normatif<br />
dan Historis Perspektif Ulama Dayah.<br />
Tidak hanya ulama dayah, santri<br />
pun ikut menulis buku tentang isuisu<br />
aktual yang berkembang di <strong>Aceh</strong>,<br />
di antara buku tersebut adalah Wanita<br />
dan Islam yang ditulis oleh santriwati<br />
dayah, Wacana Pemikiran Santri Dayah<br />
16 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
<strong>Aceh</strong> yang ditulis oleh santriwan,<br />
Menuju Syariat Islam Kaffah, pikiran<br />
dan pengalaman santri <strong>Aceh</strong> dalam<br />
menuntut ilmu dan hubungannya<br />
dengan perbuatan nyata.<br />
Harapan kita, budaya menulis<br />
dalam upaya melakukan transfer of<br />
knowledge dapat kembali tumbuh<br />
dalam dunia pesantren di <strong>Aceh</strong>,<br />
sehingga ide-ide dan pencerahan<br />
pesantren tidak hanya dinikmati oleh<br />
halaqah ta’lim para santri, tetapi juga<br />
masyarakat pada umumnya. Untuk<br />
itu, sesuai dengan pesan Ulama Besar<br />
Ja’far Shadiq bahwa mengikat ilmu<br />
adalah dengan tulisan memberikan<br />
stimulus besar bagi dunia pesantren<br />
dalam menulis dan mengabadikan<br />
pengetahuan dalam bentuk tulisan,<br />
sehingga pesantren dapat menjadi<br />
referensi bagi masyarakat dalam<br />
menjawab segala persoalan-persoalan<br />
baru yang terjadi. n
Ruang Urais<br />
Laporan Alfirdaus Putra<br />
Lauser Didaki, Rakit pun Dilewati<br />
(Catatan Penilaian Lapangan KUA Teladan <strong>2011</strong>)<br />
Pentas akbar Kantor Urusan<br />
<strong>Agama</strong> Kecamatan kembali digelar,<br />
kegiatan rutinitas berupa penilaian<br />
Kantor urusan <strong>Agama</strong> (KUA) teladan<br />
tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> sudah mulai<br />
dilaksanakan, penilaian lapangan<br />
meliputi komponen sistem dan<br />
prosedur pelayanan, komponen sarana<br />
dan prasarana pelayanan, komponen<br />
visi, misi dan moto pelayanan, sistem<br />
administrasi yang transparansi dalam<br />
pemberian pelayanan, serta penataaan<br />
ruangan yang tertata rapi dan nyaman<br />
sudah dilakukan pada 2 sampai<br />
dengan 14 Mei yang lalu. Pemilihan<br />
KUA kecamatan teladan kali ini diikuti<br />
18 KUA Kecamatan teladan utusan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten/<br />
Kota se-<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Tercatat<br />
hanya 5 Kabupaten/Kota yang tidak<br />
mengirimkan utusannya, yaitu <strong>Aceh</strong><br />
Jaya, <strong>Aceh</strong> Tenggara, Pidie Jaya, Kota<br />
Sabang, dan Kota Subulussalam.<br />
Tim Penilai Lapangan KUA<br />
Kecamatan Teladan Tahun <strong>2011</strong> dibagi<br />
menjadi 2 tim, tim yang dikomandoi<br />
Drs. Ridwan Qari menyisir tuntas<br />
pantai barat selatan hingga sebagian<br />
pantai timur sampai negeri “kerupuk<br />
muling” Pidie. Kasi Kepenghuluan, T.<br />
Ahmad, S.Ag. memimpin tim 2 untuk<br />
mendaki cot panglima, melintasi bukit<br />
barisan hingga ke sebagian dataran<br />
tinggi lauser di Gayo Lues, tidak<br />
selesai dampai disitu, tim ini harus<br />
kembali bertugas melakukan penilaian<br />
di wilayah pase hingga ke perbatasan<br />
Sumatera Utara.<br />
Minggu, 1 Mei yang lalu kedua<br />
tim memulai perjuangannya untuk<br />
melakukan penilaian dengan menggunakan<br />
kendaraan umum. “ BL 179<br />
AL kita sedang kurang sehat, dan<br />
tim kita pun ada dua, biar adil bus<br />
umum harus menjadi pilihan.” Jelas<br />
Pak Ridwan pada santunan yang kali<br />
ini berkesempatan mengikuti tim<br />
menjadi “pencari wajah” dengan Sony<br />
digitalnya.<br />
Banyak hal yang menjadi catatan<br />
menarik santunan kali ini, mulai<br />
dari tim barat selatan harus bersamasama<br />
mangga jenis kuini karena L-300<br />
tumpangan kami memuat 2 ton kuini<br />
untuk memenihi kuota mobil yang<br />
penumpangnya hanya kami bertiga,<br />
berbecak ria menikmati malam di<br />
Kota Meulaboh untuk “dinner”,<br />
menumpang labi-labi dari Metro<br />
Hotel menuju tempat penilaian di<br />
KUA Samadua di <strong>Aceh</strong> Selatan yang<br />
sempat membuat punggawa KUA<br />
kalang kabut mengetahui kehadiran<br />
kami. “Kami kan juga ingin merasakan<br />
seperti yang masyarakat rasakan, dan<br />
penilaian ini tidak boleh memberatkan<br />
pihak manapun, karena kami menilai<br />
dibiayai oleh negara.” Jelas kepala<br />
Bidang Urais yang baru diamanati<br />
jabatan ini 4 April yang lalu sembari<br />
tertawa kecil. “Anggaran KUA kan<br />
terlalu kecil, maka harus dimanfaatkan<br />
benar-benar untuk kepentingan KUA,<br />
jadi jangan dipakai untuk hal-hal yang<br />
bersifat mubah”. Lanjut beliau dengan<br />
mengusung kebijakan Ka.Kanwil yang<br />
menganjurkan penilaian KUA tanpa<br />
acara ceremonial.<br />
Penilaian kali ini menurut Ridwan<br />
Qari sedikit berbeda dengan penilaian<br />
tahun sebelumnya, Bidang Urais<br />
mengambil kebijakan berimbang antara<br />
nilai performa personal Kepala KUA<br />
dengan nilai administrasi perkantoran<br />
di KUA Kecamatan. Hal ini dilakukan<br />
untuk pengembangan administrasi KUA<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
yang masih sangat perlu pembinaan<br />
berkelanjutan. “Kantor yang nyaman,<br />
administrasi yang transparan, dan biaya<br />
ringan tentunya akan memberi warna<br />
yang baik dalam benak masyarakat<br />
terhadap KUA Kecamatan” tutur<br />
priakelahiran negeri antara 44 tahun<br />
silam. Selain daripada itu “santunan”<br />
melihat terdapat salah satu kebijakan<br />
penilaian yang sangat cemerlang,<br />
yaitu pandangan masyarakat terhadap<br />
KUA Kecamatan di daerahnya. Salah<br />
satu tim penilai akan berbincang<br />
dengan masyarakat sekitar kecamatan<br />
tersebut tentang kinerja KUA untuk<br />
mengetahui sejauh mana pemahaman<br />
masyarakat tentang keberadaan KUA<br />
dan mamfaatnya bagi masyarakat.<br />
“KUA itu ada untuk masyarakat,<br />
maka pantas kami bertanya pada<br />
masyarakat tentang pengaruh KUA<br />
Kecamatan bagi mereka, jangan-jangan<br />
ada yang tidak tahu apa itu KUA bahkan<br />
tidak pernah mendengarnya, atau<br />
terdapat banyak citra negatif tentang<br />
KUA Kecamatan di daerah itu” jelas<br />
beliau.<br />
Selain dari penilaian administrasi<br />
perkantoran, terdapat penilaian ferforma<br />
personal Kepala KUA yang meliputi<br />
komponen kemampuan manajerial dan<br />
kemampuan membaca literatur klasik<br />
serta pemahaman terhadap peraturan<br />
perundang-undangan yang berlaku dan<br />
komponen kemampuan memahami<br />
Kitab Suci al-Qur’an serta pembacaan<br />
Khutbah Nikah. Penilaian ini akan<br />
dilakukan di Asrama haji Banda <strong>Aceh</strong><br />
pada 14 s/d 16 Mei <strong>2011</strong>, pemuncak<br />
pertama hasil penilaian KUA teladan<br />
ini akan mewakili <strong>Aceh</strong> dalam pentas<br />
nasional 17 Agustus mendatang di<br />
Istana Negara Republik Indonesia. n<br />
17
Wiswadas, S.Ag, M.Si<br />
Peringat Hari Tri Suci Waisak adalah<br />
peringatan hari besar bagi umat Buddha<br />
yang kebiasaan diselenggarakan sebelum,<br />
di hari “ A”, dan sesudahnya.<br />
Makna peringatan Hari Tri Suci Waisak<br />
adalah memperingati tiga peristiwa penting<br />
yang terjadi pada bulan purnama sidhi.<br />
Tiga peristiwa penting tersebut adalah:<br />
1. Pangeran Sidharta Lahir di Taman<br />
Lumbini pada tahun 623 SM;<br />
2. Pangeran Sidharta mencapai pencerahan<br />
di bawah pohon Bodhi pada<br />
tahun 588 SM;<br />
3. Wafatnya Buddha Gautama di Kusinara<br />
pada tahun 543 SM;<br />
Purnamasiddhi Waisak telah tiba,<br />
karena berisi kisah perjalanan kehidupan<br />
manusia unggul bernama Sidharta<br />
Gautama dengan pengorbanan tenaga,<br />
pikiran, dan waktu demi keberhasilan<br />
tujuan mulia, secara total terhadap kemanusiaan,<br />
alam, dan keharmonisan.<br />
Umat Buddha secara serentak mengenang<br />
dan merenungkan kembali makna<br />
spiritual dan semangat yang terkandung<br />
dalam tiga peristiwa agung: pertama kelahiran<br />
pangeran Siddhartha Gautama<br />
di Lumbini, sebagai seorang Bodhisattva<br />
yang turun ke dunia dari surga Tusita untuk<br />
menjadi Buddha. Kedua tercapainya<br />
penerangan sempurna petapa Gautama,<br />
berhasil merealisasikan Nirwana dan<br />
menjadi Samyaksambuddha di Bodhgaya,<br />
di bawah pohon Bodhi. Ketiga Parinirwana<br />
Buddha Gautama di Kusinara, di<br />
antara dua pohon Sala kembar.<br />
Peristiwa agung yang terjadi pada bulan<br />
waisak merupakan sebuah rangkaian<br />
kehidupan yang penuh dengan totalitas<br />
dan karya besar bagi kemanusiaan, peradaban,<br />
dan alam semesta. Realisasi spiritualitas<br />
keterbangunan nurani Sidharta<br />
bukanlah suatu capaian yang berangkat<br />
dari ketakutan atau penolakan sepihak<br />
terhadap penderitaan pribadi ataupun<br />
yang bersifat kebetulan karena sudah dipilih<br />
dan ditakdirkan, melainkan berangkat<br />
dari observasi langsung terhadap realitas<br />
kehidupan diiringi kepedulian terhadap<br />
derita semua agregat kehidupan yang tidak<br />
kekal, kemudian diperjuangkan dengan<br />
sepenuh hati tanpa kenal lelah.<br />
Memaknai Waisak adalah dengan<br />
pelaksanaan bhakti Sosial, Pembagian<br />
18<br />
Ruang KUB<br />
Parayaan Hari Tri Suci Waisak <strong>2011</strong><br />
sembako ke panti jompo, mengadakan<br />
donor darah, melaksanakan bazar dan<br />
mengadakan lomba mewarnai, membaca<br />
paritta, lomba ceramah, lomba peragaan<br />
busana nuansa Buddhis, dan yang<br />
terpenting adalah memaknai Buddha,<br />
sebuah kapasitas mental untuk bangkit,<br />
mengasihi, peduli dalam memahami dan<br />
menghadapi realitas kehidupan, agar<br />
menjadi tercerahkan. Kapasitas mental<br />
tersebut kita miliki sebagai manusia, baik<br />
dalam bentuk benih-benih kecil maupun<br />
sudah menjadi tunas-tunas muda<br />
yang siap bangkit, tumbuh berkembang<br />
menjadi pohon-pohon pencerahan yang<br />
menyejukkan. Latihan yang dapat dilakukan<br />
untuk membangkitkannya adalah<br />
menyiraminya dengan eling, mengetahuinya<br />
sebagai sebuah realita bukan<br />
gagasan, bukan pendapat, bukan mitos,<br />
melainkan kenyataan yang dapat diraih<br />
secara terus-menerus tanpa dibatasi oleh<br />
waktu, ruang, dan keadaan.<br />
Waktu yang sangat ditunggu oleh<br />
umat Buddha sedunia adalah detik-detik<br />
waisak 2555/<strong>2011</strong>, yang menjadi kebiasaan<br />
umat Buddha adalah merenungkan<br />
kebajikan-kebijakan dan keluhuran dari<br />
sifat Seorang Buddha, suasana menanti<br />
detik-detik kelahiran Buddha Gautama ini<br />
hening, tenang tanpa kebisingan apapun.<br />
Detik-detik kelahiran Buddha Gautama<br />
ini biasanya dipimpin oleh seorang Rohaniwan<br />
Buddha yang disebut Bhikkhu/<br />
Biksu, Samanera dan Pandita, kegiatan<br />
yang kusuk dengan merenungkan ajaranajaran<br />
Buddha misalnya:<br />
Sakyamuni Buddha menegaskan bahwa<br />
kejernihan, bahkan ke-Buddha-an<br />
bukanlah monopoli miliknya, kejernihan<br />
akan datang bila dilatih dan dikondisikan.<br />
Salah satu metode yang efektif adalah<br />
dengan menghidupkan ”kesadaran” yang<br />
dalam terminologi Jawa disebut ”eling”.<br />
Karakteristik ”eling” adalah jernih, waspada,<br />
sadar, laksana cermin jernih, mampu<br />
melihat sesuatu sebagaimana adanya.<br />
Kapasitas untuk terus ”eling” terhadap<br />
sesuatu yang terjadi di dalam diri dan<br />
ling-kungan akan menuntun manusia<br />
untuk berjumpa dengan segala sesuatu<br />
dalam kondisi yang paling alamiah dan<br />
murni. Eling yang terasah adalah gerbang<br />
pengetahuan, penembusan realitas,<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
gerbang kepedulian terhadap sesama,<br />
pemusnah pandangan salah (diþþhâsava)<br />
dan ke-bodohan (avijjâsava). Dalam hal<br />
ini bisa disimpulkan eling adalah gerbang<br />
pembebasan. Kita melakukan meditasi<br />
kesadaran kerena mempunyai kekotoran<br />
batin. Jika kekotoran batin tidak ada, tidak<br />
mempunyai alasan untuk bermeditasi.<br />
Tidak kekal adalah sifat segala sesuatu<br />
yang berkondisi, mereka bersifat<br />
muncul (uppâda) dan lenyap (vaya), setelah<br />
muncul mereka akan musnah kembali,<br />
dengan tercapainya hari Waisak pada<br />
hakikatnya merupakan hari kemanusiaan<br />
keseimbangan/pembebasan maka tercapailah<br />
kebahagiaan sejati. Semua makhluk<br />
akan mengalami kematian, mereka<br />
telah berkali-kali mengalami kematian,<br />
dan akan selalu demikian, saya pun akan<br />
mengalami kematian. Semua bentukan<br />
di tiga alam kehidupan adalah tidak kekal<br />
dalam makna bahwa bentukan ini menjadi<br />
tidak ada setelah muncul. Nibbâna itu<br />
sendiri, disebut penenangan atas bentukan-bentukan<br />
itu dan merupakan kebahagiaan.<br />
Bentukan-bentukan adalah tidak<br />
kekal, bersifat muncul dan lenyap, setelah<br />
muncul, mereka lenyap, ketenangannya<br />
sungguh membahagiakan. Melalui<br />
latihan eling kita akan “memahami sepenuhnya<br />
apa yang dapat diungkapkan”<br />
melalui tiga jenis pemahaman penuh:<br />
(1) pemahaman penuh atas apa yang diketahui<br />
(2) pemahaman penuh dengan<br />
pemeriksaan (3) pemahaman penuh sebagai<br />
pelepasan. Bagaikan para pelayan<br />
raja yang pertama-tama membersihkan<br />
jalan sebelum dilalui raja, demikian<br />
pula, pandangan benar vipassanâ (eling)<br />
membersihkan jalan dengan merenungkan<br />
kelompok-kelompok kehidupan, dan<br />
lain-lain, sebagai tidak kekal, dan seterusnya,<br />
kemudian pandangan benar tentang<br />
jalan pembebasan (magga-sammâdiþþhî)<br />
memunculkan pemahaman sepenuhnya<br />
akan lingkaran kehidupan.<br />
Semoga Waisak ini lebih bermakna<br />
dalam kehidupan sehari-hari secara nyata<br />
agar proses pembebasan secara bertahap<br />
dari waktu ke waktu, dari kelahiran ke<br />
kelahiran dapat tercapai dalam pejalanan<br />
kehidupan kita. Selamat Hari Waisak ke<br />
2555 BE tahun <strong>2011</strong>, semoga semua<br />
makhluk hidup berbahagia. n
<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. Kelompok<br />
Kerja Madrasah Diniyah (KKMD)<br />
merupakan ujung tombak pengembangan<br />
Madrasah Diniyah di masa yang<br />
akan datang. Untuk meningkatkan<br />
efektifitas KKMD bidang Pekapontren<br />
Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />
<strong>Aceh</strong> mengadakan Pembinaan KKMD<br />
dalam dua angkatan. Acara ini dilaksanakan<br />
di OASIS Atjeh Hotel Banda<br />
<strong>Aceh</strong>, dari 9 – 14 Mei <strong>2011</strong>.<br />
Acara dibuka secara resmi oleh<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
Kemenag <strong>Aceh</strong> Bina KKMD<br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman<br />
TB, Lt. Dalam sambutannya Kakanwil<br />
mengharapkan hendaknya kelompok<br />
kerja Madrasah Diniyah dapat berperan<br />
aktif meningkatkan kemajuan pendidikan<br />
agama, terutama pendidikan<br />
madrasah diniyah. Kakanwil mengharapkan<br />
kontribusi semua pihak<br />
un-tuk kemajuan pendidikan agama<br />
yang selama ini dipandang enteng<br />
oleh se-bahagian masyarakat.<br />
Para Ketua Kelompok Kerja Madrasah<br />
Diniyah yang telah mengikuti<br />
pembinaan diharapkan dapat memberikan<br />
kontribusi untuk peningkatan<br />
KKMD Kabupaten/kota, serta dapat<br />
memajukan Madrasah Diniyah. Salah<br />
satu kemajuan yang telah dicapai<br />
da-lam pengembangan Madrasah<br />
Diniyah adalah pelaksanaan ujian<br />
secara serentak dilaksanakan pada<br />
tanggal 23 Mei <strong>2011</strong>, meski hanya<br />
lima kabupaten kota yang sudah<br />
dapat melaksanakan ujian secara<br />
serentak. n<br />
zarkasyi<br />
Kemenag <strong>Aceh</strong> Umumkan Lelang Secara Online<br />
<strong>Santunan</strong> - Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
Memenuhi maksud Perpres Nomor<br />
54 Tentang Pengadaan Barang dan<br />
Jasa Pemerintah yang menghendaki<br />
transparansi dan keterbukaan<br />
proses pengadaan barang dan jasa<br />
pemerintah kepada publik dan dunia<br />
usaha, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />
<strong>Aceh</strong> mulai mengumumkan kegiatan<br />
Banda <strong>Aceh</strong>-<strong>Santunan</strong>. Sejumlah<br />
98 orang santri pondok pesantren<br />
yang tersebar di provinsi <strong>Aceh</strong> mengikuti<br />
tes Penerima Beasiswa Santri<br />
Berprestasi (PBSB) tahun <strong>2011</strong>. Tes ini<br />
dilaksanakan pada Rabu 4 Mei <strong>2011</strong>,<br />
di Madrasah Aliyah Darul Ulum Banda<br />
<strong>Aceh</strong>. Tes dimulai pada pukul 07:30<br />
hingga 17:00 WIB.<br />
Adapun materi tes meliputi Tes<br />
Bakat Skolastik (TBS), materi IPA,<br />
IPS dan Dirasah Islamiyah serta tes<br />
kepesantrenan dan Bahasa Arab.<br />
Sejumlah Perguruan Tinggi ternama<br />
seperti Universitas Indonesia (UI),<br />
lelang setiap satker (satuan kerja) di<br />
lingkungannya secara online melalui<br />
website www.aceh.kemenag.go.id<br />
Dengan adanya pengumuman<br />
secara online, pemerintah disatu sisi<br />
dapat menekan biaya operasional<br />
pengumuman lelang di media massa.<br />
Di sisi lain, masyarakat dan dunia<br />
usaha dapat lebih leluasa mengakses<br />
98 Santri Ikuti Tes Seleksi PBSB <strong>2011</strong><br />
Institut Pertanian Bogor (IPB), UIN<br />
Syarif Hidayatullah Jakarta serta beberapa<br />
perguruan tinggi lainnya yang<br />
tersebar di Pulau Jawa menjadi pilihan<br />
santri yang mengikuti tes PBSB.<br />
Berdasarkan data dari panitia lokal,<br />
bahwa santri yang sedang belajar di<br />
beberapa perguruan tinggi di Pulau<br />
Jawa berjumlah 30 orang. Demikian<br />
disampaikan Radhiuddin selaku ketua<br />
panitia lokal. Tes ini juga diawasi oleh<br />
utusan Perguruan Tinggi pilihan para<br />
santri, di antara yang hadir adalah<br />
utusan dari IPB dan UGM Yogyakarta.<br />
Turut memantau pelaksanaan tes<br />
informasi pengumuman lelang tanpa<br />
dibatasi ruang tempat dan waktu.<br />
Diharapkan proses lelang di jajaran<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
dapat berlangsung dengan baik dalam<br />
kondisi persaiangan usaha yang sehat<br />
dan menghasilkan barang dan jasa yang<br />
baik, berkualitas, dan berdayaguna<br />
tinggi. naba<br />
ini Direktur Pendidikan Diniyah dan<br />
Pondok Pesantren <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
RI Drs. Choirul Fuad Yusuf, SS, MA.<br />
Dalam arahannya, Direktur Pendidikan<br />
Diniyah dan Pondok Pesantren<br />
mengharapkan hendaknya santri yang<br />
menerima beasiswa santri berprestasi,<br />
setelah menamatkan pendidikan di<br />
Perguruan Tinggi dapat mengembangkan<br />
ilmunya di Pesantren. Beliau juga<br />
mengharapkan pesantren hendaknya<br />
menjadi agent of social change (agen<br />
perubahan sosial) yang memberikan<br />
renspon bagi setiap perkembangan<br />
masyarakat. nzarkasyi<br />
19
Peristiwa<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Saring Calon Petugas Haji Tahun 1432 H/<strong>2011</strong><br />
<strong>Santunan</strong> – Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
melalui Bidang Peny. Haji dan<br />
Umrah telah melaksanakan seleksi<br />
administrasi bagi para calon petugas<br />
haji tahun 1432 H/<strong>2011</strong>. Dari 121<br />
berkas lamaran yang diterima panitia,<br />
31 berkas dinyatakan tidak memenuhi<br />
persyaratan administrasi. Ketentuan<br />
administrasi ini berbeda-beda sesuai<br />
dengan formasi yang dilamar.<br />
Untuk Formasi Tim Pemandu Haji<br />
Indonesia (TPHI), dari 29 pelamar,<br />
8 di antaranya tidak memenuhi<br />
persyaratan administrasi. Formasi Tim<br />
Pembimbing Ibadah Haji Indonesia<br />
(TPIHI), berkas yang masuk sejumlah<br />
31 berkas, namun 1 di antaranya tidak<br />
memenuhi ketentuan administrasi.<br />
Formasi Pengemudi hanya diikuti<br />
oleh seorang pelamar dan memenuhi<br />
ketentuan administrasi. Formasi<br />
Pelayanan Administrasi Siskohat diikuti<br />
oleh 11 pelamar, 1 diantaranya tidak<br />
memenuhi ketentuan administrasi.<br />
Formasi Pelayanan Bimbingan<br />
Ibadah didikuti oleh 19 pelamar,<br />
10 tidak memenuhi ketentuan<br />
administrasi. Dan formasi Pelayanan<br />
Umum diikuti oleh 30 orang pelamar,<br />
12 tidak memenuhi persyaratan<br />
administrasi.<br />
Para peserta yang telah dinyatakan<br />
lulus seleksi administrasi sebagaimana<br />
tertuan dalam surat Kepala Kantor<br />
Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Nomor Kw.01.3/2/<br />
HJ.02/1078/<strong>2011</strong> tanggal 11 Mei<br />
<strong>2011</strong> mengikuti Tes Kompetensi dan<br />
Psikotes (tertulis) serta wawancara<br />
pada Hari Kamis, 19 Mei <strong>2011</strong><br />
bertempat di Asrama Haji Embarkasi<br />
Teungku Dayah Bahas Gender Mainstreaming<br />
<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. Teungku<br />
Dayah dan beberapa pegiat gender<br />
berkumpul di OASIS Atjeh Hotel, tanggal<br />
6-7/05/<strong>2011</strong> membahas ten-tang<br />
gender mainstreaming dalam konteks<br />
keislaman dan keacehan. Acara ini<br />
dilaksanakan Sub Bagian Perencanaan<br />
dan Informasi Keagamaan (Caninfoka)<br />
Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> bekerjasama dengan<br />
Bidang Pekapontren. Pemateri dalam<br />
kegiatan ini adalah Prof. DR. Al Yasa’<br />
Abubakar MA, Direktur Pascasarjana<br />
IAIN Ar-Raniry, serta Eka Srimulyani,<br />
MA, Ph.D yang juga dosen PPs IAIN<br />
Ar-Raniry.<br />
Salah satu sesi kegiatan ini adalah<br />
diskusi yang berjalan sangat alot, terutama<br />
membahas konsep dan format<br />
gender mainstreamin untuk <strong>Aceh</strong>.<br />
Akhir kegiatan ini menghasilkan sejumlah<br />
rekomendasi, di antaranya<br />
menolak isu gender versi Barat, dan<br />
menawarkan konsep keadilan secara<br />
syariat; Ta‘adul al-syar‘i fi mas’uliyyat<br />
al-jinsiyyah. Peserta berharap kegiatan<br />
ini tidak hanya terhenti sampai di sini,<br />
tapi dilanjutkan sampai ke tahap action<br />
plan keadilan gender dalam konteks<br />
budaya <strong>Aceh</strong>. nzarkasyi<br />
20 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Banda <strong>Aceh</strong>, mulai jam 8 pagi WIB<br />
sampai dengan selesai.<br />
Menurut Kabid Penyelenggaraan<br />
Haji dan Umrah Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. Daud<br />
Pakeh, sistem seleksi petugas haji<br />
tahun ini memang dilaksanakan<br />
berjenjang mulai dari tingkat daerah,<br />
provinsi, hingga tingkat pusat. Ini<br />
merupakan bagian dari masukan KPK<br />
kepada <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> supaya<br />
petugas haji yang terjaring nantinya<br />
benar-benar profesional dan memiliki<br />
kompetensi di bidangnya.<br />
“Menurut informasi dari inspektorat<br />
pusat, tahun lalu ada petugas haji yang<br />
dipulangkan ke Indonesia dari Arab<br />
Saudi karena ternyata tidak mampu<br />
melaksanakan tugas di sana” kata<br />
mantan Kankemenag Kota Sabang,<br />
Daud Pakeh. naba<br />
Kakankemenag<br />
<strong>Aceh</strong> Selatan<br />
pantau<br />
Pelaksanaan<br />
UN <strong>2011</strong><br />
<strong>Santunan</strong>-Tapak Tuan. Kepala Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Selatan yang baru, Bapak Drs. H.<br />
Asy’ari melakukan pemantauan pelaksanaan<br />
UN pada tanggal 18 April <strong>2011</strong><br />
yang lalu. Salah satu sekolah yang dikunjungi<br />
adalah MAN Unggul Tapak<br />
Tuan yang dikepalai oleh Drs. Nasrijal.<br />
Kepala MAN Unggul Tapak Tuan menyampaikan<br />
seluruh peserta UN <strong>2011</strong><br />
dari madrasahnya berjumlah 61 siswa,<br />
yaitu 25 laki-laki dan 35 perempuan.<br />
nfadhlan
Sinabang – <strong>Santunan</strong>. Madrasah<br />
Ibtidayah Negeri (MIN) Sinabang<br />
terima bantuan gedung baru. Langitlangit<br />
plafon yang berlubang, dinding<br />
kayu yang telah dimakan usia dan rayap,<br />
berganti dengan bangunan permanen<br />
baru, lengkap dengan sarana, dan<br />
prasarana pendidikan lainnya. Aktifitas<br />
belajar-mengajar perdana di gedung<br />
baru MIN Sinabang dimulai hari Senin<br />
(24/1). Pemindahan ini disambut<br />
gembira oleh para murid, dan dewan<br />
guru MIN Sinabang. Bangunan plus<br />
sarana dan prasarana pendidikan MIN<br />
Sinabang tersebut merupakan bantuan<br />
sepenuhnya dari Pemda Kabupaten<br />
Simeulue bekerjasama dengan Islamic<br />
Development Bank (IDB).<br />
Sebelumnya lokasi tersebut merupakan<br />
SMP Negeri 1 Sinabang. Pun<br />
demikian, peresmian secara resmi<br />
gedung baru yang berada di Belakang<br />
Mesjid Agung Simeulue (Jalan Pemuda<br />
No. 33, Suka Maju, Sinabang) tersebut,<br />
belum diserahterimakan, diperkirakan<br />
Satunan-Meulaboh. Madrasah<br />
Diniyah Kankemenag <strong>Aceh</strong> Barat pada<br />
21-22 April <strong>2011</strong> melaksanakan peringatan<br />
Maulid Nabi Besar Muhammad<br />
SAW 1432 H, dalam kegiatan dimaksud<br />
dilaksanakan berbagai macam<br />
lomba bagi santri baik tingkat ula dan<br />
wustha, antara lain, lomba membaca<br />
puisi islam, hafalan juz ’amma, lomba<br />
azan, dan lomba bercerita islami.<br />
Adapun tujuan dilaksanakan kegiatan<br />
dimaksud selain merupakan agenda<br />
rutin tahunan dan juga sebagai ajang<br />
evaluasi dan ajang ukir prestasi bagi<br />
santriwan-santriwati Diniyah An-Nida.<br />
Kankemenag <strong>Aceh</strong> Barat yang diwakili<br />
Kasi Penamas Tarmidhi, S.Ag,<br />
dalam acara pembukaan lomba, berharap<br />
agar kegiatan semacam ini perlu<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
Gedung Baru untuk MIN Sinabang<br />
akan dilakukan dalam waktu dekat.<br />
Dengan sarana dan prasarana gedung<br />
yang telah representatif, pada Tahun<br />
Ajaran <strong>2011</strong>/2012, MIN Sinabang<br />
mulai membuka program pendidikan<br />
Madrasah Umum (pagi), Madrasah<br />
Diniyah (sore), Taman Pendidikan Al-<br />
Qur’an, dan Les Komputer. Dengan<br />
visi “Terwujudnya MIN yang unggul<br />
dalam prestasi, cerdas dalam berpikir,<br />
terampil dalam bekerja dan berakhlakul<br />
karimah.” MIN Sinabang menargetkan<br />
peningkatkan kelulusan siswa.<br />
Kepala madrasah, Zulfihayati, S.Ag<br />
mengharapkan, ke depan mad-rasah<br />
agama di ibukota kepulauan itu dapat<br />
menjadi referensi bagi masyarakat<br />
Simeulue untuk pendidikan anaknya.<br />
“Walaupun telah representatif, ke<br />
depan kita masih akan membenahi<br />
yang ada, seperti menyiapkan<br />
ketersediaan sumber daya guru yang<br />
handal, profesional di bidangnya<br />
dan melengkapi sarana-prasarana<br />
pembelajaran penunjang lainnya,”<br />
tambah Zulfihayati.<br />
Menghadapi tantangan kemajuan<br />
zaman yang semakin cepat dan pesat,<br />
diharapkan juga, para orang tua dapat<br />
lebih selektif dan mengedepankan<br />
pendidikan agama untuk anaknya.<br />
“Terlebih saat ini MIN Sinabang<br />
telah memiliki sarana dan prasarana<br />
pendidikan yang setara dengan sekolah<br />
umum lainnya. Jadi tunggu apalagi,<br />
mari daftarkan anak kita di MIN<br />
Sinabang,” ajak Zulfihayati sambil<br />
sedikit berpromosi. n<br />
biro simeulue<br />
Diniyah An-Nida Peringati Maulid<br />
dilaksanakan setiap tahunnya bahkan<br />
dalam rangka peningkatan kualitas<br />
santri kegiatan aneka lomba ini dapat<br />
di tingkatkan lagi.<br />
Kegiatan ini ditutup dengan perayaan<br />
kenduri maulid santri dan para<br />
wali santri serta karyawan-karyawati<br />
di lingkungan kankemenag <strong>Aceh</strong> Barat<br />
serta ceramah agama yang di sampaikan<br />
oleh Ustaz Khairul Azhar, S.Ag<br />
(Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional),<br />
dalam tausiyah maulid, penceramah<br />
mengajak seluruh santri agar selalu<br />
tekun dan giat dalam menuntut ilmu<br />
karena dengan ilmu kita akan di berikan<br />
derajat yang tinggi, kemuliaan dan<br />
serta mempunyai moral yang baik.<br />
Sementara kakankemenag <strong>Aceh</strong><br />
Barat Drs. H. M. Arif Idris, MA dalam<br />
arahan singkat menyampaikan beberapa<br />
hal, di antara memberi apresiasi kepada<br />
pengurus Diniyah An-Nida yang<br />
telah sukses melaksanakan kegiatan<br />
ini, di sampingjuga beliau mengajak<br />
seluruhnya agar dapat mendukung<br />
program Diniyah ini semoga kedepan<br />
lebih baik. nbiro aceh barat<br />
21
Peristiwa<br />
Siswa MIN 1 Kota Takengon Juara I LBFT ke 17<br />
<strong>Santunan</strong> – Takengon. Hafizh<br />
Matondang, siswa MIN 1 Kota Takengon<br />
meraih juara 1 se-<strong>Aceh</strong> pada Lomba<br />
Berhitung Fakultas Teknik (LBFT)<br />
Unsyiah ke XVII Kategori SD-B yang<br />
dilaksanakan di Gedung AAC Dayan<br />
Dawood, Ahad (1 Mei) lalu.<br />
Sebelumnya, Hafidz harus mengikuti<br />
lomba serupa di tingkat Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Tengah, setelah menahbiskan diri<br />
sebagai juara di <strong>Aceh</strong> Tengah, Hafidz<br />
Pimpinan Lembaga Pendidikan Keagamaan<br />
Ikut Pelatihan Manajemen<br />
<strong>Santunan</strong>--Bener Meriah. Sebanyak<br />
40 pimpinan dan pengelola<br />
Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah,<br />
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)<br />
dan Majlis Taklim se-Kabupaten Bener<br />
Meriah, Selasa-Rabu (3-4 Mei) mengikuti<br />
Pelatihan Pembinaan Manajemen<br />
Lembaga Pendidikan <strong>Agama</strong>. Agenda<br />
itu diselenggarakan Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener Meriah<br />
di Aula kantor setempat.<br />
Ketua Panitia Pelaksana, Drs. H.<br />
Hamdani, dalam laporannya mengatakan,<br />
acara pelatihan itu diikuti oleh 18<br />
orang dari unsur pondok pesantren, 12<br />
orang dari Madrasah Diniyah, delapan<br />
orang dari Taman Pendidikan Al-Qur’an<br />
(TPA) dan dua orang dari Majlis Taklim.<br />
Training itu berlangsung selama dua<br />
hari, dengan tutor dari Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupten Bener Meriah.<br />
Unsur Kemenag membahani materi<br />
tentang Kebijakan Pemerintah, Standarisasi<br />
dan Legalisasi Lembaga Pendidikan<br />
Keagamaan; Dinas Pendidikan,<br />
Pemuda dan Olah Raga tentang peran<br />
lembaga tersebut dalam peningkatan<br />
Lembaga Pendidikan <strong>Agama</strong>; Dinas<br />
Kehutanan dan Perkebunan tentang<br />
Pengembangan Agribisnis Perkebunan<br />
di lingkungan Pondok Pesantren;<br />
dan Dinas Koperasi dan UKM tentang<br />
Prospektif dan Pengembangan Ekonomi<br />
pada Lembaga Pendidikan <strong>Agama</strong>;<br />
serta Majlis Permusyawaratan Ulama<br />
tentang Peran Lembaga Pendidikan<br />
<strong>Agama</strong> sebagai sarana peningkatan<br />
Syariat Islam.<br />
Lebih lanjut, Drs. H. Hamdani, yang<br />
juga Kasi Penamas dan Pekapontren<br />
Kankemenag Bener Meriah melaporkan<br />
bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan<br />
pelatihan ini adalah untuk meningkatkan<br />
kualitas pendidikan agama, tata<br />
kelola lembaga yang baik, koordinasi<br />
lintas sektoral dan pengembangan po-<br />
22 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
dengan didampingi guru pembina<br />
Ibu Eet Kurniasih, SP.d, maju sebagai<br />
peserta LBFT di tingkat <strong>Prov</strong>insi.<br />
Sapun MR, S.Pd, Kepala MIN 1<br />
Kota Takengon sangat bangga dengan<br />
prestasi anak didiknya tersebut, dan<br />
berharap prestasi ini dapat ditularkan<br />
kepada anak-anak didik lainnya dengan<br />
meningkatkan kulitas pendidikan dan<br />
pembelajaran di madrasahnya. nbiro<br />
aceh tengah<br />
tensi ekonomi sehingga Lembaga Pendidikan<br />
<strong>Agama</strong> yang notabene milik<br />
masyarakat ini mampu mengembangkan<br />
kemandirian.<br />
Sementara itu, Ka. Kankemenag<br />
Kabupaten Bener Meriah, Drs. Amrun<br />
Saleh, MA, dalam sambutan pembukaan<br />
acara mengharapkan kepada seluruh<br />
peserta agar melalui pelatihan<br />
Pembinaan Manajemen Lembaga Pendidikan<br />
Keagamaan ini dijadikan sebagai<br />
sarana untuk bertukar informasi,<br />
pengalaman dan mendapatkan ilmu<br />
tentang manajemen kelembagaan yang<br />
berguna bagi pengembangan lembaga<br />
sehingga diharapkan Lembaga Pendidikan<br />
Keagamaan di Kabupaten Bener<br />
Meriah menjadi lebih bermutu dan lebih<br />
maju. Di samping itu, dalam rangka<br />
mengantasipasi isu tentang aliran<br />
sesat dan maraknya terorisme, Amrun<br />
Saleh mengatakan, “Lembaga pendidikan<br />
agama harus menjadi tameng dan<br />
benteng yang kuat dalam mendidik<br />
peserta didik dan masyarakat di sekitarnya<br />
untuk memerangi dan memberantas<br />
aliran sesat dan terorisme.”<br />
nbiro bener meriah
<strong>Santunan</strong>-Sigli. Pagi Rabu, 14 Mei<br />
<strong>2011</strong>, pimpinan dan yayasan Pesantren<br />
Modern Terpadu Al-Furqan Bambi<br />
melaksanakan wisuda. Penyematan<br />
tanda kelulusan itu dianugerahkan<br />
bagi para santri kelas akhir yang telah<br />
mengikuti seluruh rangkaian pendidikan<br />
dan ujian di pesantren maupun di<br />
madrasah. Para santri/santriwati yang<br />
diwisudakan tersebut seluruhnya juga<br />
lulus pada pelaksanaan Ujian Nasional<br />
MA <strong>2011</strong> yang diumumkan pada<br />
tanggal 14 Mei <strong>2011</strong>.<br />
Kegiatan wisuda ini merupakan<br />
seremoni dalam melepaskan santri kelas<br />
tiga Tsanawiyah untuk melanjutkan<br />
pendidikan ke jenjang Menengah<br />
Atas. Selanjunya mewisudakan kelas<br />
tiga Aliyah yang akan melanjutkan<br />
pendidikan ke perguruan tinggi, guna<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
Santri Al-Furqan Bambi Lulus UN 100%<br />
mencapai cita-cita dan masa depan.<br />
Di samping peran sertanya dalam<br />
mengimplementisakan ikrar mereka<br />
selaku santri yang salah satunya<br />
adalah mengabdikan diri mereka pada<br />
masyarakat. nfadhlan<br />
Ismuar Jadi Kasubbag TU Kankemenag Bireuen<br />
<strong>Santunan</strong> – Bireuen. Kepala Kantor<br />
Kementrian <strong>Agama</strong> Kabupaten Bireuen Drs.<br />
H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag melantik H.<br />
Ismuar, S.Ag menjadi Kasubbag Tata Usaha<br />
Kantor tersebut pada hari Rabu (12/5) di<br />
aula kantor itu.<br />
Ismuar adalah pejabat kelima yang<br />
menduduki jabatan sebagai kasubbag Tata<br />
Usaha Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> Bireuen<br />
semenjak kantor tersebut berpisah dari<br />
Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara<br />
pada tahun 2001. Sebelumnya kasubbag<br />
TU kantor itu pernah dijabat oleh Husaini,<br />
Jamaluddin AR, Mukhlis dan Maiyusri.<br />
Sebelum menjadi kasubbag TU Ismuar<br />
menjabat Kasi Pekapontren Kankemenag<br />
setempat selama lima tahun, berdasarkan<br />
penilaian Baperjakat Ismuar layak dan<br />
patut untuk ditugaskan pada jabatan<br />
kasubbag Tata Usaha Kantor Kementrian<br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten Bireuen maka bulan Mei<br />
<strong>2011</strong> Ismuar resmi dilantik menggantikan<br />
Maiyusri. Selain bertugas di kantor<br />
kementrian agama Ismuar juga dikenal<br />
sebagai penceramah yang sering mengisi<br />
ceramah keagamaan ketika peringatan hari<br />
besar islam di berbagai tempat.<br />
Selain melantik Ismuar H. Zulhelmi<br />
A. Rahman, M.Ag juga melantik tiga<br />
Kasi dalam jajaran kantor tersebut yaitu,<br />
Maiyusri dilantik menjadi Kasi Pekapontren<br />
menggantikan Ismuar, Djamaluddin Idris<br />
dilantik menjadi Kasi Urais menggantikan<br />
Mukhlis adapun Mukhlis dilantik menjadi<br />
Kasi Penyelenggara Haji Dan Umrah<br />
menggantikan Djamaluddin Idris.<br />
Acara pelantikan pejabat tersebut<br />
dihadiri oleh seluruh kepala madrasah yang<br />
berada dalam jajaran kantor kementrian<br />
agama Bireuen, pembacaan ikrar sumpah<br />
dipimpin oleh Kepala Kankemenag dan<br />
diikuti oleh seluruh para Kasi yang baru.<br />
Zulhelmi A. Rahman selesai acara<br />
pelantikan menegaskan bahwa mutasi<br />
yang dilakukannya merupakan sebuah<br />
keharusan yang harus dilaksanakan dan<br />
tidak boleh di tunda tunda kalau sudah<br />
sampai waktunya dan jika tidak dilaksanakan<br />
maka nantinya akan menjadi temuan yang<br />
dipermasalahkan oleh Inspektorat Jenderal<br />
(Irjen) , “Untuk diketahui bahwa mutasi<br />
dilakukan karena sudah sampai waktunya,<br />
jadi bukan karena ada hal lain”. Demikian<br />
penjelasan Zulhelmi A.Rahman di ruang<br />
kerjanya. nnajib/biro bireuen<br />
23
Peristiwa<br />
K3M MI Kabupaten Bireuen Raker di Medan<br />
<strong>Santunan</strong> – Medan. Sebanyak 58<br />
orang kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI)<br />
yang berada dalam wilayah Kabupaten<br />
Bireuen mengadakan Rapat Kerja (Raker)<br />
selama dua hari di aula Erlangga<br />
Medan, acara tersebut berlangsung<br />
Sabtu-Ahad (21-22 Mei). Kepala Madrasah<br />
yang tergabung dalam Kelompok<br />
Kerja Kepala Madrasah Ibtidaiyah<br />
(K3MI) ini berkumpul di di Ibukota<br />
Propinsi tetangga untuk mengevaluasi<br />
hasil kerja pengurus K3MI periode<br />
masa lalu dan menyusun program kerja<br />
untuk masa depan serta memilih ketua<br />
untuk periode mendatang.<br />
Peserta raker tersebut telah berhasil<br />
memilih ketua baru, mereka<br />
sepakat memilih Anis, S.Ag menjadi<br />
ketua K3MI untuk periode mendatang,<br />
Anis mantan kepala MIN Bireuen yang<br />
sekarang ditugaskan menjadi kepala<br />
MIN Cot Batee dipercayakan menjadi<br />
ketua K3MI untuk yang kedua kalinya,<br />
Dia dianggap mampu bekeja dan dapat<br />
mempersatukan para kepala MI yang<br />
ada di wilayah Bireuen.<br />
Acara yang turut difasilitasi oleh<br />
sebuah perusahaan percetakan buku<br />
ini juga melakukan sedikit pergantian<br />
beberapa pengurus lama yang tidak<br />
lagi menjadi kepala madrasah, posisi<br />
mereka digantikan oleh kepala madrasah<br />
yang baru.<br />
Novera Kusumawati Putri, S.Ag,salah<br />
Penghijauan di Kankemenag Bener Meriah<br />
<strong>Santunan</strong> – Simpang Tiga<br />
Redelong. Menyahuti program Pemerintah<br />
menciptakan lingkungan<br />
yang “Beriman” atau bersih, indah dan<br />
nyaman yaitu dengan melaksanakan<br />
penghijauan yang sering kita dengar<br />
dengan ungkapan penanaman satu<br />
milyar pohon, Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener<br />
Meriah dengan seluruh jajarannya saat<br />
ini sedang giat-giatnya melaksanakan<br />
kegiatan serupa. Apalagi dalam beberapa<br />
pertemuannya, ia sering melangsir<br />
ungkapan Kakanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>,<br />
“Jangan ada alasan jajaran <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> tidak dapat menciptakan lingkungan<br />
yang bersih dan sehat. Kadangkadang<br />
kita pergi ke suatu tempat di<br />
sana ada madrasah yang berdampingan<br />
dengan sekolah umum, jangan sampai<br />
kita malu melihat keadaannya berbeda<br />
di sekolah umum lingkungannya sejuk,<br />
rapi, bersih dan indah, karena penataan<br />
taman yang baik dan pepohonan.<br />
Sementara di Madrasah tandus dan<br />
gersang bahkan terkesan kumuh. Oleh<br />
karena itu jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
harus berbenah diri untuk tampil prima,<br />
disegani dan dapat menjadi tauladan di<br />
tengah-tengah masyarakat.”<br />
Saat ini lingkungan Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener Meriah<br />
telah ditanami ratusan pepohonan<br />
berbagai jenis, seperti cemara, damar,<br />
24 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
seorang kepala madrasah di Kecamatan<br />
Juli Bireuen mengharapkan supaya<br />
hasil raker tersebut dapat dilaksanakan<br />
sesuai dengan kemampuan pengurus,<br />
dia juga menghimbau supaya sesama<br />
kepala madrasah untuk lebih kompak.<br />
“Harapan kami ke depan, supaya<br />
anggota K3MI Kabupaten Bireuen<br />
lebih solid lagi, saling memberitahukan<br />
informasi bila ada,” pintanya.<br />
Setelah raker berakhir para kepala<br />
MI ini diberikan kesempatan untuk<br />
berjalan jalan mengunjugi beberapa<br />
tempat wisata, peserta menikmati<br />
keindahan panorama alam diantaranya<br />
ke Prapat, Belawan dan ketempat wisata<br />
terkenal lainya. nbiro bireuen<br />
palem tanjung, mahoni, jambu dan<br />
ragam tanaman bunga. Harapan kita<br />
semua Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kabupaten Bener Meriah yang saat<br />
ini telah memiliki dua bangunan yang<br />
megah suatu saat akan menjadi tempat<br />
yang benar-benar beriman, bersih,<br />
indah dan nyaman. nbiro bener<br />
meriah
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
MTsN Tanah Jambo Aye Peringati Milad ke 14<br />
S a n t u n a n - L h o k s e u m a w e .<br />
Mengenang kembali hari jadi<br />
penegerian ke 14, MTsN Tanah Jambo<br />
Aye mengadakan Gebyar Seni dalam<br />
bentuk perlombaan antar sekolah<br />
tingkat SD/MI sebanyak 15 peserta<br />
Sanggar Seni. Peserta yang berlomba<br />
umumnya sekolah-sekolah dalam<br />
Kecamatan Jambo Aye, Seunuddon,<br />
Madat, dan Langkahan. Perlombaan<br />
dilakukan manyoritas bernafas Islam,<br />
yaitu MTQ, Azan, Asmaul Husna,<br />
Selawat Badar, dan Ranup Lampuan.<br />
Kegiatan pemlombaan ini berlangsung<br />
selama 3 hari, mulai 23-25 Mei. Acara<br />
pembukaan menampilkan tarian<br />
massal yang dilatih oleh Usman Sufi,<br />
S.Pd.<br />
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala<br />
UPTD Tanah Jambo Aye, Drs. M. Isya,<br />
M.Pd dan ditutup oleh Kasubbag Tata<br />
Usaha <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara.<br />
Manurut Kepala MTsN Tanah Jambo<br />
<strong>Santunan</strong>–Lhokseumawe. Pagi<br />
Jumat (29 April <strong>2011</strong>), Kepala Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />
Utara, Drs. H. Zulkifli Idris menyerahkan<br />
SK bagi CPNS formasi umum tahun<br />
2010, meski dengan kondisi cuaca yang<br />
mendung dan disusul dengan hujan,<br />
namun acara yang mengambil tempat<br />
di halaman Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kab. <strong>Aceh</strong> Utara tetap terlaksana<br />
sebagaimana mestinya. Acara juga<br />
dihadiri oleh Kasubbag TU, para Kasi<br />
dan semua peserta CPNS yang akan<br />
menerima SK.<br />
Pada kesempatan tersebut Kakankemenag<br />
mengharapkan kepada CPNS<br />
untuk senantiasa bersyukur kepada<br />
Allah, atas kelulusan sebagai CPNS,<br />
Aye, Drs Muhammad Rusli dalam kata<br />
sambutannya, acara ini merupakan<br />
agenda rutin tahunan madrasah yang<br />
perlu dilaksanakan secara continyu<br />
dalam rangka pembinaan karya seni<br />
bernafas Islam regenerasi mendatang.<br />
Pada kesempatan yang sama, Ketua<br />
Komite MTsN Tanah Jambo Aye dalam<br />
kata sambutannya menyampaikan<br />
bahwa, selaku wakil wali siswa dan<br />
sekaligus tokoh masyarakat Panton<br />
Labu mengucapkan MTs ini bukan<br />
lahir 14 tahun yang lalu, akan tetapi<br />
lahir 39 tahun yang lalu. Saya adalah<br />
siswa pertama di madrasah ini yang<br />
dulu masih berstatus Swasta viliyar<br />
MTsN Lhoksukon. Saya sangat bangga<br />
melihat MTsN ini sudah mengarah<br />
kemajuan, baik dari sisi kemajuan<br />
pisik maupun kemajuan pendidikan<br />
intrakurikuler dan ekstrakurikuler.<br />
Dalam perlombaan itu, juara umum<br />
di raih oleh Sanggar Seni MIN Panton<br />
Labu, yaitu juara 1 cabang MTQ,<br />
Asmaul Husna, Selawat badar, dan<br />
Tarian Ranup Lampuan. Hanya satu<br />
cabang lomba Azan yang diraih juara<br />
1 oleh Sanggar Seni MIN Simpang<br />
3 Kecamatan Langkahan. Biarpun<br />
demikian, dalam perlobaan Sanggar<br />
Seni ini, Panitia juga memberikan<br />
hadiah perangsang kepada semua penanggungjawab<br />
Sanggar Seni atau<br />
kepala SD/MI berupa payung berlebel<br />
Dirgahayu ke-14 MTsN Tanah Jambo<br />
Aye. nbiro aceh utara<br />
CPNS 2010 Kemenag <strong>Aceh</strong> Utara Terima SK<br />
karena untuk mendapat satu porsi<br />
PNS di negara ini bukan hal mudah.<br />
Mari kita bayangkan dari 235 juta<br />
penduduk Indonesia hanya 4 juta lebih<br />
yang menjadi PNS, dan sekitar 230 ribu<br />
lebih pegawai yang berada di bawah<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, baik di pusat<br />
maupun di daerah dan di dalamnya<br />
termasuk kita.<br />
Pada akhir arahannya, Kakankemenag<br />
memohon kepada CPNS kirannya dapat<br />
mengawali tugas sebagai PNS dengan<br />
niat yang ikhlas dan tulus dalam memberi<br />
pelayanan kepada umat. Sebab apabila<br />
hal ini yang didasari dalam bekerja Insya<br />
Allah karir kita akan lebih mulus sampai<br />
saudara memasuki masa pensiun.<br />
Akhir sambutan, Kakankemenag mengucapkan<br />
selamat bergabung dalam<br />
wadah organisasi <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kab. <strong>Aceh</strong> Utara semoga kehadiran<br />
saudara dapat memperkuat pencitraan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dan semakin<br />
dicintai oleh masyarakat. n<br />
biro aceh utara<br />
25
Peristiwa<br />
Kankemenag Kota Langsa Seleksi Calon Petugas Haji<br />
<strong>Santunan</strong> - Langsa. Menindaklanjuti<br />
Surat Kakanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi<br />
<strong>Aceh</strong> tentang Penyiapan Calon Petugas<br />
Haji Kloter dn PPIH Arab Saudi Tahun<br />
1432 H/<strong>2011</strong> M, Kankemenag Kota<br />
Langsa (3/5/<strong>2011</strong>) lalu melaksanakan<br />
seleksi calon petugas haji kloter dan<br />
PPIH Arab Saudi tingkat <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kota Langsa.<br />
Ketua Panitia Afrizal, S.Sos.I melaporkan,<br />
seleksi tingkat <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kota Langsa dilaksanakan<br />
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan<br />
Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Dalam<br />
pelaksanaannya mengacu pada Surat<br />
Dirjen Penyelenggara Haji Nomor:<br />
Dt.VII.1/2/Hj.02/1436<strong>2011</strong> serta Keputusan<br />
Dirjen Penyelenggaraan Haji<br />
Meunasah MTsS Al-Ikhlas Alue Sentang Dibangun<br />
<strong>Santunan</strong> - Langsa. Kamis (19 Mei<br />
<strong>2011</strong>), Drs. H. Faisal Hasan, Kepala<br />
Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> meresmikan<br />
pembangunan mushalla (meunasah)<br />
di MTsS Al-Ikhlas Alue Sentang.<br />
Pembangunan ini terlaksana berkat dukungan<br />
masyarakat Dusun Damai Desa<br />
Alue Sentang yang berkeinginan untuk<br />
mendirikan meunasah. Dengan dipilihnya<br />
lokasi di MTsS meunasah tersebut<br />
dapat berfungsi ganda. Di samping dapat<br />
digunakan oleh anak-anak untuk<br />
belajar Al-Qur’an dan sebagai sarana<br />
praktek kegiatan keagamaan, juga dapat<br />
digunakan oleh masyarakat sekitar<br />
untuk pelaksanaan ibadah shalat lima<br />
waktu dan kegiatan pengajian bagi<br />
anak-anak TPQ (Taman Pendidikan Al-<br />
Qur’an) di sore hari. Pengajian TPQ<br />
selama ini menggunakan gedung MTsS<br />
dan Umrah Nomor: D/404 Tahun 2010<br />
tentang Petunjuk Teknis Penyiapan<br />
PPIH Arab Saudi dan Petugas yang<br />
Menyertai Jemaah.<br />
Sementara itu Kakankemenag<br />
Kota Langsa Drs. H. M. Yunus<br />
Ibrahim, M.Pd dalam pengarahanya<br />
mengharapkan kepada peserta, jika<br />
terpilih sebagai petugas haji agar dapat<br />
kiranya membimbing jemaah secara<br />
seksama, sabar, dan mengutamakan<br />
kepentingan bersama jemaah daripada<br />
kepentingannya sendiri.<br />
Seleksi diikuti oleh empat orang<br />
peserta dari lima peserta yang mendaftar.<br />
Alokasi yang dipilih adalah satu<br />
orang TPHI, satu orang TPIHI dan dua<br />
orang formasi PPIH Arab Saudi. Tahapan<br />
sebagai sarana belajarnya.<br />
Dalam sambutannya, Kankemenag<br />
Kab. <strong>Aceh</strong> Timur mengemukakan<br />
bahwa dengan kegiatan peletakan batu<br />
pertama pembangunan meunasah<br />
MTsS Al-Ikhlas Alue Sentang akan terjalin<br />
ukhuwah antara masyarakat sekitar<br />
dan madrasah. Membangun meunasah<br />
adalah mudah, tetapi memakmurkannya<br />
atau mengisinya dengan<br />
kegiatan-kegiatan keagamaan merupakan<br />
hal yang sulit. Dia mengharapkan<br />
setelah meunasah ini dibangun supaya<br />
dimanfaatkan baik untuk madrasah<br />
sebagai proses kegiatan belajar mengajar<br />
dan sebagai sarana untuk praktek<br />
ibadah bagi siswa MTsS Al-Ikhlas Alue<br />
Sentang, juga dapat dipergunakan oleh<br />
warga masyarakat setempat.<br />
Sementara kepala MTsS Al-Ikhlas<br />
26 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
seleksi terdiri dari pemeriksaan kelengkapan<br />
administrasi, tes tertulis<br />
(ilmu manasik dasar). Pengumuman<br />
hasil seleksi tingkat Kemenag Kota<br />
Langsa, sesuai dengan jadwal yang<br />
telah ditentukan. Pelaksanaan ujian<br />
ini sendiri turut dipantau oleh Panitia<br />
Seleksi Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> yang<br />
dalam ha ini diwakili oleh Sekretaris<br />
Panitia Drs. H. Abdullah AR, M.Ag.<br />
Setelah dilaksankannya tes tertulis<br />
dilanjutkan dengan pembakaran soal<br />
ujian oleh Kakankemenag Kota Langsa,<br />
Ketua Panitia, disaksikan oleh Kasubbag<br />
Tata Usaha Drs.H. Hasanuddin, MH<br />
dan Kasi Urai dan Penyelenggaraan<br />
Haji Drs. H. Marzuki Ansari, MA.<br />
nbiro kota langsa<br />
Alue Sentang, Imam Rachmat, S.Pd,<br />
mengemukakan bahwa kegiatan pembangunan<br />
meunasah ini pagi dan siang<br />
hari dimanfaatkan oleh siswa-siswi<br />
madrasah, di antaranya sebagai tempat<br />
pelaksanaan shalat berjamaah. Sedangkan<br />
untuk sore hari dimanfaatkan untuk<br />
pengajian TPA Al-Amin dusun Damai<br />
dan pada malam hari dimanfaatkan<br />
oleh masyarakat dusun Damai untuk<br />
kegiatan keagamaan seperti pengajian<br />
orang dewasa.<br />
Bantuan meunasah ini bersumber<br />
dari berbagai pihak antara dari swadaya<br />
masyarakat Alue Sentang, amal jumat<br />
siswa-siswi dan guru MTsS Al-Ikhlas<br />
dan juga sumbangan dari dana aspirasi<br />
DPRK Kabupaten <strong>Aceh</strong> Timur via Ibu<br />
Mirnawati dari Partai Demokrat (PD).<br />
nbiro aceh timur
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
Diklat Di Tempat Kerja (DDTK)<br />
pada Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Timur<br />
<strong>Santunan</strong>- Langsa. Badan Diklat<br />
Keagamaan (BDK) Medan mengadakan<br />
Diklat di Tempat Kerja (DDTK)<br />
di lingkungan Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Timur yang<br />
dipusatkan di MTsN Peureulak. Pendidikan<br />
dan latihan tersebut diikuti<br />
oleh guru bidang studi IPS dan Tenaga<br />
Administrasi di Lingkungan Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. <strong>Aceh</strong> Timur.<br />
Kegiatan ini dilaksanakan selama<br />
empat hari (4-7 Mei <strong>2011</strong>).<br />
DDTK tersebut dibagi kepada dua<br />
kelas: 1) Implementasi KTSP dan Pelaksanaan<br />
Lesson Studi pada Guru IPS<br />
Tk. MTs; dan 2) Peningkatan Pengelolaan<br />
Administrasi Keuangan.<br />
Untuk Implementasi KTSP menghadirkan<br />
Widyaiswara dari BDK Medan<br />
dan untuk Peningkatan Pengelolaan<br />
Adminstrasi keuangan menghadirkan<br />
<strong>Santunan</strong> - Karang Baru. Kepala<br />
Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupatan<br />
<strong>Aceh</strong> Tamiang, H. T. Helmi, Sm. Hk,<br />
S. Ag, Selasa (3/5) menyerahkan SK<br />
kepada delapan belas orang CPNS yang<br />
lulus pada formasi umum tahun <strong>2011</strong>.<br />
Acara penyerahan dilaksanakan di aula<br />
Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. <strong>Aceh</strong><br />
Tamiang.<br />
Dalam arahannya Kepala Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupatan <strong>Aceh</strong><br />
Tamiang menyampaikan,” kepada<br />
narasumber dari KPPN Langsa.<br />
Menurut Ketua Panitia Pelaksana<br />
kegiatan Soni Sofyan, SE, M.Pd, mengatakan<br />
bahwa pelaksanaan DDTK<br />
Implementasi KTSP dan pelaksanaan<br />
Lesson Studi Pada Guru IPS tingkat<br />
Madrasah Tsanawiyah tersebut bertujuan<br />
untuk meningkatkan kompetensi<br />
pedagogic dan profesionalisme guru<br />
IPS pada MTs. Sedangkan DDTK untuk<br />
Administrasi Keuangan dimaksudkan<br />
untuk meningkatkan kinerja Pengelola<br />
Administrasi keuangan dalam rangka<br />
mewujudkan laporan keuangan WTP<br />
(Wajar Tanpa Pengecualian) di lingkungan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> sebagaimana<br />
diamanatkan oleh Menteri <strong>Agama</strong> RI.<br />
Acara tersebut dibuka secara<br />
resmi oleh Drs. H. Faisal Hasan,<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kab. <strong>Aceh</strong> Timur. Dalam arahan dan<br />
Kakankemenag Atam Bagikan SK CPNS<br />
delapan belas CPNS yang baru<br />
menerima SK, agar bersyukur kepada<br />
Allah swt., karena dari sekian banyak<br />
orang yang mengikuti tes, hanya<br />
saudara/i yang lulus. Sebagai wujud<br />
syukur bekerjalah dengan baik penuh<br />
disiplin apalagi pemerintah sekarang<br />
telah mengeluarkan PP NO.53 tahun<br />
2010 tentang k<strong>edisi</strong>plinan pegawai<br />
negeri.<br />
Lebih lanjut beliau mengatakan,”<br />
Bekerjalah dengan ikhlas tanpa meng-<br />
bimbingannya menyambut baik dan<br />
mengucapkan terima kasih dengan<br />
dilaksanakannya kegiatan DDTK ini<br />
oleh BDK Medan tersebut, karena<br />
dengan adanya kegiatan ini diharapkan<br />
dapat meningkatkan kinerja<br />
dalam menyusun laporan keuangan<br />
bagi Tenaga Administrasi serta dapat<br />
meningkatkan profesionalisme dalam<br />
menerapkan pelaksanaan lesson studi<br />
bagi guru IPS di madrasah Tsanawiyah.<br />
Beliau juga mengharapkan kepada<br />
para peserta untuk betul-betul memanfaatkan<br />
kesempatan ini untuk belajar<br />
yang sungguh-sungguh di DDTK,<br />
sehingga nantinya dapat diterapkan di<br />
tempat kerja masing-masing.<br />
Acara DDTK tersebut ditutup<br />
oleh Kepala Badan Diklat Keagamaan<br />
Medan, Drs. H. M. Toha Daulay, MM.<br />
nbiro aceh timur<br />
harap pamrih dengan tetap menjaga<br />
etika dan norma-norma,sehingga menjadi<br />
tauladan di masyarakat’.’<br />
Adapun 18 orang CPNS tersebut,<br />
terdiri dari guru fisika satu orang,<br />
calon penghulu empat orang, pencatat<br />
nikah dua orang, pelayanan nikah dan<br />
rujuk enam orang, penyuluh agama Islam<br />
tiga orang, penata laporan keuangan<br />
satu orang dan penyusun program<br />
satu orang. n<br />
biro aceh tamiang<br />
27
Sains<br />
Hama; Bala atau Wabah?<br />
Oleh Abdullah, SP, MP<br />
Ulat bulu dan ulat-ulat penganggu lainnya menjadi<br />
gejala baru dalam kamus pertanian dan hama, awal<br />
tahun <strong>2011</strong>. Juga virus antraks, flu burung, yang<br />
membuat hewan banyak sakarat. Selama kita masih mengonsumsi<br />
buah, sayur, kacang-kacangan, rempah-rempah,<br />
dan beras, sebagai kebutuhan pangan harian, loncatan<br />
ulat dan peranakan wereng sebagai penggangu, tetap menarik<br />
perhatian pemerintah, petani, pengamat, penyuluh,<br />
peneliti, dan pengendali hama tanaman pangan dan hortikultura<br />
di negeri tropis, di bawah khatulistiwa ini. Kita<br />
boleh makan enak dan minum jus dingin, dengan dalih<br />
kita menjaja dengan uang sendiri, tapi<br />
mari sejenak kita renungkan, beri dukung,<br />
dan kirim doa kepada petani,<br />
sambil berdoa untuk sendiri sebelum<br />
dan seusai makan dan minum. Mari<br />
kita renungkan, ternyata hama bukan<br />
sekadar wabah tapi bisa ujian, cobaan,<br />
dan mungkin juga bala.<br />
Selain masalah hama itu, di lapangan,<br />
fenomena turunan lain yang<br />
menjadi mimpi buruk berkepanjangan<br />
para petani kita: kebanjiran lahan saat<br />
tanaman butuh sedikit air; kekeringan<br />
panjang saat sebagian irigasi kita bagai<br />
tidak lagi bertuan atau minim anggaran<br />
padahal tanaman butuh banyak “minuman”;<br />
harga pestisida, insektisida,<br />
pupuk, dan obat-obatan padi di pasar<br />
yang tiada boleh tawar menawar dan terus melangit; jenis<br />
wereng yang terus bervariasi setiap musim tanam; serta<br />
hama beranak-pinak di atas ambang kerugian ekonomi,<br />
yang semua seakan melengkapi keterkejutan ibu bapak<br />
tani kita, bahkan lebih terkejut lagi, gara-gara kilat dan<br />
petir yang berkilau di langit persawahan dan ladang. Hujan<br />
yang tidak beraturan, dan angin kencang yang di luar<br />
perhitungan, menjadikan acara prakiraan cuaca di televisi<br />
dan koran bagi sebagian petani mungkin sebait kabar yang<br />
sangat perlu dan penting sekali, dan bagi sebagian lain informasi<br />
itu lewat saja bagai angin lalu, tidak penting lagi.<br />
Kita akui bahwa perubahan secara acak musim itu, dan<br />
populasi hama di negeri ini, wujudnya jauh berbeda dan<br />
28 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
solusi pengendaliannya berlainan, dengan dekade sebelum<br />
iklim kita yang plin-plan hari ini. Ini juga bijak kita takar<br />
dalam aspek musibah dan bala dari Allah, bukan hanya realitas<br />
alam.<br />
Petani tanaman muda dan palawija di <strong>Aceh</strong> --mungkin<br />
profesi yang ditekuni sepenuh hati atau setengah hati oleh<br />
petani, juga pengamat dan pengendali organisme hama<br />
tanaman, rasanya tersengat secara beruntun dengan berita<br />
menjalarnya hama ulat itu ke berbagai pulau, juga ke Sumatera<br />
dengan ciri yang beragam. Sedikit berbeda dengan<br />
di daerah lain, di sawah kita, ulat yang biasa menggerogoti<br />
batang padi dara dan merontokkan<br />
tangkai sebelum panen tiba, lewat aksi<br />
siang malam mereka, itu juga menyedot<br />
energi dan dana petani yang barangkali<br />
terus dililit hutang untuk biaya benih<br />
varietas, pupuk, dan ongkos olahan<br />
dari seumula sampai keumukoh (sejak<br />
menanam hingga memanen), saban<br />
musim gadu ke sawah. Supaya petani<br />
terus ceria dalam semangat mau menanam,<br />
walaupun lelah sekali hingga<br />
keriput di bawah terik mentari hingga<br />
meninggal satu persatu, kendatipun<br />
usai panen isi dompet habis membeli<br />
premium dan rokok, kajian “training<br />
kilat” selama ini semoga masih mujarab<br />
untuk terus dipupuk, mudah-mudahan<br />
bisa terus setia dengan Sekolah Lapangan<br />
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) antara petani<br />
dan pengendali (penyuluh dan pengamat) hama. Sehingga<br />
kisah impor beras dari seberang seperti hari ini, akan kita<br />
ganti segera dengan ekspor beras sebagaimana nostalgia<br />
era 1980-an. Butuh waktu 20 tahun memang untuk menjadi<br />
pengekspor beras saat itu.<br />
Baik impor maupun ekspor, baik gabah petani yang dibeli<br />
relatif murah dibandingkan beras yang sudah dikarungkan<br />
yang dikembalikan ke rumah petani lewat pasar<br />
harga melangit maupun petani menyimpan sendiri di rumah,<br />
masalah hama epidemi sawah kian berwarna: wereng<br />
coklat, wereng hijau, ulat, dan sepupu-sepupunya. Jadi peran<br />
SLPHT dalam menangani hama jangan diabaikan, pen-
gendali dan penyuluh moga ulet dan sabar dalam meneliti<br />
dan menulis walaupun pangkat telat naik, media juga mohon<br />
dapat merangsang penulis menularkan “kursus” ini,<br />
biar panen selalu melimpah, agar pak tani kita lebih banyak<br />
ceria daripada cemberut. Sebab populasi hama terus<br />
bergerak menurut zaman, terserah kita sebut itu bala atau<br />
ujian Tuhan, yang jelas menjadi tantangan bersama.<br />
Saat panen beras meningkat, seperti yang monumental<br />
pada 1993 hingga mencapai 32,7 juta ton --dari hanya 12,2<br />
juta ton pada era 1960-an, problem hama pun ikut meningkat<br />
yang mengerutkan dahi petani. Alasan keliru saat itu,<br />
mungkin juga masih diwariskan oleh sebagian petani sekarang<br />
di <strong>Aceh</strong>, bahwa “penggunaan pestisida satu-satunya<br />
cara pengendalian hama,” padahal bukan demikian. Lalu<br />
produksi pun menurun, antara lain lantaran hama tadi.<br />
Lantas konsep baru diracik<br />
lagi untuk menjaga kestabilan<br />
angka panen, di tengah<br />
luas lahan yang tetap (bahkan<br />
menyusut), dengan kebutuhan<br />
“perut penduduk”<br />
yang kian membesar.<br />
Sejak mengadopsi program<br />
FAO (Badan Pangan<br />
Dunia) PBB, petani diarahkan<br />
oleh pengamat atau pengendali<br />
SLPHT semoga mereka<br />
bisa: memilih varietas<br />
yang tahan banting seiring<br />
dengan ganasnya pasukan<br />
hama; menciptakan tanaman<br />
yang subur dan sehat<br />
walaupun dalam kepanasan<br />
hingga bisa senyaman para<br />
pengamat dalam ruang yang<br />
dingin itu; mengelola gulma<br />
secara rasional; menanam<br />
sesuai dengan kondisi lokal<br />
dan adat yang dilestarikan;<br />
tetap piawai merangkul<br />
musuh alami (patogen, parasitoid, dan predator) sebagai<br />
jalan yang arif sebelum menggunakan pestisida; serta pengawasan<br />
dan evaluasi bersama-sama di sawah, rangkang<br />
pinggir sawah, rumah, warung kopi, meunasah, atau di<br />
balai-balai. Lewat kajian itu, sempurna juga juga jika peserta<br />
diselingi dengan mengaji dan tadabbur ayat-ayat Allah<br />
Ada beberapa cara padang baru pada Pengendalian<br />
Hama secara Terpadu (PHT) di antaranya: hama bukan diberantas<br />
tapi dikendalikan agar populasi makhluk kecil kiriman<br />
Allah itu tetap berada di bawah satu tingkatan yang<br />
mengakibatkan kerusakan ekonomi; mempertimbangkan<br />
kegoncangan biologi, ekologi, lingkungan, agroekosistem,<br />
sosiologis, dan kelangsungan bernafasnya satwa untuk<br />
jangka panjang; ada teknik yang dikombinasikan saat pengendalian<br />
binatang atau serangga di persawahan demi batas<br />
toleransi populasi yang ideal; serta terjalin kerjasama dengan<br />
petani yang berbeda-beda potret sosial dan ekonominya.<br />
Keterampilan PHT bagi petani ini bukan berlamaan di<br />
kelas, tapi 80 persen di lapangan, secara sinergis.<br />
Sains<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Setelah “sekolah” di sawah atau sepulang dari sawah,<br />
“akhir semester pendek” atau sekali masa tanam (kira-kira<br />
tiga bulan) itu, petani bisa menangani masalah sendirinya,<br />
misalnya masalah ulat menurut jenis binatang si bulat badan<br />
itu. Mungkin di antara hama itu ada pasukan ulat bulu<br />
yang menempel di batang dan daun kayak di beberapa kabupaten<br />
awal tahun ini. Di antara yang lain ada ulat jengkal<br />
yang hijau, ulat penggulung daun yang berkepompong<br />
dalam daun, ulat pemakan zat daun (penggerek daun), ulat<br />
polong seperti dalam biji kacang, lundi yang menggerek<br />
di bawah tanah, wereng empoaska yang mengisap cairan<br />
sel daun hingga menguning, kutu aphis yang mengerdilkan<br />
daun, lalat putih yang menjadi pasukan putih beterbangan<br />
jika batang digoyang-goyang, bakteri pembuat layu daun,<br />
spora pembikin bercak daun, cendawan pembusuk, siput,<br />
serta tikus dan babi yang sama-sama<br />
kita kenal bahaya<br />
dan bisanya itu.<br />
Lewat teknik “kursus”<br />
singkat ini, petani diajak<br />
oleh pengamat (pengendali)<br />
bersama-sama ke sawah,<br />
guna mengamati dan<br />
mengidentifikasi hama, lalu<br />
menjabarkan dan berdiskusi<br />
sesama atau bersama kelompok<br />
lain. Para kelompok itu<br />
beranggotakan dari petani<br />
mungkin dari satu kampung<br />
atau dua dusun saja. Kerja<br />
lapangan ini sudah diterapkan<br />
sejak akhir 1970-an<br />
dengan mengadopsi konsep<br />
FAO. Walaupun tahap<br />
pertama dicanangkan dulu<br />
ada yang meragukan hasilnya,<br />
namun dengan kontinyu<br />
petani dalam kapasitas<br />
sebagai mitra, bukan milik<br />
dan bawahan siapa pun,<br />
diajak “kursus”, angka panen sekarang dikabarkan tetap<br />
relatif baik. Walaupun petani menjual gabah kering dari<br />
kampungnya, lalu esok membeli kembali berasnya dalam<br />
karung yang telah dicap merek pabrik lain.<br />
Sejak awal 1990, SLPHT hanya untuk petani komoditas<br />
padi, namun konsep sikula lapangan ini terus dikembangkan<br />
oleh petani sebagai “ahli PHT” pada komoditas<br />
palawija, sayuran dataran rendah dan tinggi, buah-buahan<br />
dan perkebunan. Tetangga di luar menilai sukses, kendati<br />
sebagian kita di kota yang mengkonsumsi saja, kurang menarik<br />
dan mengerti, sehingga Bangladesh, India, Srilangka,<br />
Cina, Thailand, Vietnam, Philipina, dan Korea Selatan belajar<br />
ke negeri kaya budaya, agraria, dan maritim ini. Selamat<br />
menanam dan memanen, salam untuk petani <strong>Aceh</strong><br />
yang tabah menakar alam dan tegar menatap bala. n<br />
Penulis adalah Pengendali Organisme Pengganggu<br />
Tumbuhan (POPT), Ahli Madya UPTD Balai Proteksi<br />
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) <strong>Aceh</strong>.<br />
29
Allah berfirman:<br />
Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk<br />
mengirimkan azab kepadamu, dari<br />
atas kamu atau dari bawah kakimu<br />
atau Dia mencampurkan kamu dalam<br />
golongan-golongan (yang saling bertentangan)<br />
dan merasakan kepada sebahagian<br />
kamu keganasan sebahagian<br />
yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami<br />
mendatangkan tanda-tanda kebesaran<br />
kami silih berganti agar mereka memahami<br />
(nya). (Q.S. al-An‘am [6]: 65).<br />
Kita yang sempat menyaksikan<br />
gempa dan tsunami 26 Desember<br />
2004 lalu tentu bisa merasakan betapa<br />
dekat dan dahsyatnya ancaman dalam<br />
ayat di atas, azab yang bisa datang dari<br />
segenap penjuru, dan tak kenal waktu.<br />
Mari perhatikan, bagaimana ayat di atas<br />
merupakan kosekuensi dari rangkaian<br />
peristiwa sebelumnya:<br />
Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan<br />
kamu dari bencana di darat<br />
dan di laut, yang kamu berdo’a kepada-<br />
Nya dengan berendah diri dengan suara<br />
yang lembut (dengan mengatakan):<br />
Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan<br />
kami dari (bencana) ini, tentulah kami<br />
menjadi orang-orang yang bersyukur”.<br />
(Q.S. al-An‘am [6]: 63).<br />
Katakanlah: “Allah menyelamatkan<br />
kamu daripada bencana itu dan dari<br />
segala macam kesusahan, kemudian<br />
kamu kembali mempersekutukan-Nya.<br />
(Q.S. al-An‘am [6]: 64).<br />
Kesan aktual dari ketiga ayat<br />
ini terasa benar karena dua alasan.<br />
Pertama, azab yang disebutkan tidak<br />
Tafsir<br />
Azab Perpecahan<br />
(Penafsiran ayat 65 surat al-An‘am)<br />
Oleh Jabbar Sabil, MA<br />
terkait langsung dengan suatu kaum,<br />
ini berarti akan berulang di masa-masa<br />
mendatang. Kedua, karena berupa<br />
tuntunan kepada Nabi Muhammad<br />
saw., sebagai cara dialogis dalam<br />
menanggapi sikap manusia yang hanya<br />
ingat Tuhannya saat terjepit. Seolaholah<br />
Nabi Muhammad selalu hadir di<br />
hadapan umatnya yang setelah lepas<br />
dari musibah lalu lupa kepada Allah,<br />
dan beliau berkata: “Hai umatku,<br />
Allah lah yang melepaskan kamu<br />
dari setiap bencana, kemudian kamu<br />
menyekutukan-Nya...”<br />
Menuhankan materi juga berarti<br />
menyekutukan Allah, sebab menjadikan<br />
materi duniawi sebagai tujuan<br />
hidup, membuat orang lupa pada Tuhannya.<br />
Ia mengira apa yang diperolehnya<br />
merupakan hasil dari usahanya<br />
sendiri, karena ada sebab akibat antara<br />
usaha dan hasilnya (kausalitas) yang diyakini.<br />
Ketika seseorang menjadi kikir,<br />
itu pertanda bahwa ia telah beriman<br />
kepada kausalitas, dan imannya kepada<br />
Allah telah luntur. Buktinya, ia berani<br />
mengabaikan perintah bersedekah.<br />
Pada tahap pertama mengabaikan<br />
perintah, seseorang masih berpikir untuk<br />
memberi alasan guna menjustifikasi<br />
perbuatannya. Ini pertanda ia masih<br />
memiliki rasa malu, walau yang tersisa<br />
hanya malu kepada manusia. Tapi di<br />
level berikutnya, ia akan beranjak ke<br />
kelas melanggar larangan-Nya. Ini level<br />
yang lebih tinggi, karena perlu trik,<br />
dan kiat-kiat yang melibatkan kecerdasan<br />
akal agar dapat menyimpan rapi<br />
pelanggaran yang dilakukan.<br />
Akal, pada mulanya menolak, sebab<br />
fitrah akal diciptakan Allah sebagai<br />
alat untuk membedakan yang baik<br />
dari yang buruk, kalau tidak, manusia<br />
tidak akan bisa membedakan kotoran<br />
dari makanan. Menurut temuan<br />
neurosains, dengan berulang-ulangnya<br />
suatu perbuatan buruk, otak pun<br />
membentuk sel memori permanen,<br />
sehingga keburukan itu menjadi<br />
malakah (kebiasaan yang dilakukan<br />
secara refleks).<br />
30 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Di sisi lain, setan tidak berhenti<br />
menguliahi, sehingga orang yang<br />
nafsunya lebih berkuasa dari akal akan<br />
terpedaya, Allah berfirman:<br />
Dan sesungguhnya setan itu membisikkan<br />
kepada kawan-kawannya agar<br />
mendebat kamu, dan jika kamu menuruti<br />
mereka, sesungguhnya kamu telah<br />
menjadi orang yang musyrik. (Q.S. al-<br />
An ‘am [6]: 121).<br />
Kata “liyujadilu“ dalam ayat jelas<br />
menunjukkan aktifitas pertimbangan<br />
akal, semacam percakapan dialogis<br />
batin (kalam nafsi), seperti bisikan si<br />
Khannas dalam hati seseorang (allazi<br />
yuwaswisu fi shudurinnas). Lalu<br />
ketika seseorang telah dikuasai obsesi<br />
kemegahan dan kemewahan duniawi,<br />
ia merasa dirinya lebih berkuasa<br />
dari Tuhan. Maka patutlah ayat 65<br />
surat al-An‘am menuntun lisan Nabi<br />
Muhammad, agar menyampaikan<br />
peringatan. Pertama, azab yang datang<br />
dari atas, kedua, azab yang muncul<br />
dari bawah telapak kaki, dan ketiga,<br />
terjadinya pertikaian antar golongan.<br />
Menurut al-Qurthubi, kata “min<br />
fawqikum” (di atas kamu), berarti azab<br />
dalam bentuk hujan batu, topan, guntur,<br />
dan gelombang dahsyat. Seperti<br />
yang diberitakan Alquran telah melanda<br />
umat terdahulu, antara lain kaum<br />
‘Ad, umat Nabi Hud:<br />
Adapun kaum ‘Ad maka mereka telah<br />
dibinasakan dengan angin yang sangat<br />
dingin lagi amat kencang, yang Allah<br />
menimpakan angin itu kepada mereka<br />
selama tujuh malam dan delapan hari<br />
terus menerus; maka kamu lihat kaum<br />
‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan<br />
seakan-akan mereka tunggul-tunggul
pohon korma yang telah kosong (lapuk).<br />
Maka kamu tidak melihat seseorang<br />
yang tinggal di antara mereka. (Q.S. al-<br />
Haqqah [69]: 6-8).<br />
Kaum Tsamud, umat Nabi Shalih:<br />
Dan satu suara keras yang mengguntur<br />
menimpa orang-orang yang zalim itu,<br />
lalu mereka mati bergelimpangan di<br />
rumahnya, seolah-olah mereka belum<br />
pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah,<br />
sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari<br />
Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah<br />
bagi kaum Tsamud. (Q.S. Hud<br />
[11]: 67-68).<br />
Penduduk Madyan, umat Nabi<br />
Syu‘aib:<br />
Dan tatkala datang azab Kami, Kami<br />
selamatkan Syu‘aib dan orang-orang<br />
yang beriman bersama-sama dengan<br />
dia dengan rahmat dari Kami, dan<br />
orang-orang yang zalim dibinasakan<br />
oleh satu suara yang mengguntur, lalu<br />
jadilah mereka mati bergelimpangan di<br />
rumahnya. (Q.S. Hud [11]: 95).<br />
Kaum Sodom, umat Nabi Luth:<br />
Maka tatkala datang azab Kami, Kami<br />
jadikan negeri kaum Luth itu yang di<br />
atas ke bawah (Kami balikkan), dan<br />
Kami hujani mereka dengan batu dari<br />
tanah yang terbakar dengan bertubitubi.<br />
(Q.S. Hud [11]: 82).<br />
Kaum Nabi Nuh:<br />
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus<br />
Nuh kepada kaumnya, maka ia<br />
tinggal di antara mereka seribu tahun<br />
kurang lima puluh tahun. Maka mereka<br />
ditimpa banjir besar, dan mereka<br />
adalah orang-orang yang zalim. (al-<br />
‘Ankabut [29]: 14).<br />
Adapun kata “min tahti arjulikum”<br />
(di bawah kakimu), berarti tenggelam<br />
dalam tanah, atau gempa bumi (alrajfah),<br />
seperti yang melanda Qarun,<br />
dan penduduk Madyan.<br />
Sementara kata “yalbisakum” dibaca<br />
yulbisakum menurut riwayat Abi ‘Abd<br />
Allah al-Madani, berarti yujallilakum al-<br />
‘azab, atau yu‘ammimakum (azab yang<br />
menimpa seluruh kamu). Bacaan dengan<br />
baris fatah (yalbisakum) menunjukkan<br />
ada kalimat yang digugurkan<br />
(mahzuf), jadi taqdir-nya: yalbisu ‘alaykum<br />
amrakum. Menurut Ibn ‘Abbas,<br />
ini berarti Allah menjadikan urusan<br />
mereka bercampur baur, sementara<br />
keinginan mereka bertentangan. Ada<br />
pula ulama yang mengartikan kalimat<br />
“yalbisakum syi‘an” berarti Allah<br />
menguatkan musuh mereka sehingga<br />
mampu mencampuri urusan mereka.<br />
Kata “syi‘an” dalam ayat ini berarti<br />
kelompok, aliran (firqah), menurut<br />
Mujahid ini berarti dijadikannya<br />
sekelompok orang dari mereka yang<br />
membangkitkan fitnah dan perang.<br />
Bagi sebagian ulama, keterangan ayat<br />
ini bersifat umum, mencakup peristiwa<br />
di kalangan muslim dan nonmuslim.<br />
Namun al-Hasan berpendapat, bahwa<br />
penjelasan ayat ini khusus tentang<br />
peristiwa yang akan terjadi di kalangan<br />
umat Islam saja.<br />
Al-Qurthubi dalam tafsifnya al-Jami‘<br />
li Ahkam al-Qur’an, memilih pendapat<br />
al-Hasan, bahwa peristiwa ini juga terjadi<br />
di masa sahabat. Dalam sebuah<br />
hadis riwayat Muslim (Sahih Muslim;<br />
kitab al-fitan wa asyrat al-sa‘ah, bab;<br />
halaka hazihil ummah ba‘dhuhum<br />
ba‘dha) disebutkan:<br />
Diriwayatkan dari Tsawban, Rasulullah<br />
berkata: “Allah menunjukkan miniatur<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Tafsir<br />
bumi kepadaku, maka aku melihat<br />
Timur dan Baratnya. Kekuasaan umatku<br />
akan mencapai seluruh wilayah<br />
yang terlihat dalam miniatur itu. Aku<br />
diberi dua harta terpendam, berwarna<br />
merah dan putih, dan aku berdoa<br />
kepada Tuhanku agar umatku tidak dibinasakan<br />
secara massal, dan jangan<br />
mereka dikuasai oleh musuh dari luar<br />
diri mereka yang memenangi mereka<br />
yang banyak. Dan Tuhanku berkata:<br />
Hai Muhammad, sesungguhnya jika<br />
Aku telah menentukan (qadha), tidak<br />
seorang pun yang dapat menolaknya,<br />
dan Aku sungguh memberimu anugerah<br />
bagi umatmu, mereka tidak<br />
akan dihancurkan secara massal, dan<br />
tidak akan dikuasai oleh musuh selain<br />
diri mereka, walau seluruh orang di<br />
sekeliling mereka bersekutu, sampai<br />
sebagian mereka saling menghancurkan<br />
sebagian yang lain.” (H.R. Muslim).<br />
Dalam hadis lain, Tirmizi (dalam<br />
Kitab al-Fitan), dan Nasa’i (dalam<br />
Kitab Qiyam al-Layl; Bab Ihya’ al-layl)<br />
meriwayatkan:<br />
Dari Khabbab ibn al-Arat, ia menyertai<br />
Rasulullah pada suatu malam sampai<br />
terbitnya fajar. Manakala Rasulullah<br />
memberi salam dari salatnya,<br />
Khabbab mendekat dan bertanya: “Ya<br />
Rasulullah, demi bapakku, dirimu, dan<br />
ibuku! Sungguh malam ini aku melihat<br />
engkau mengerjakan salat yang belum<br />
pernah aku lihat sebelumnya.” Maka<br />
Rasulullah menjawab: “Karena ini<br />
adalah salat senang dan susah, dalam<br />
salat aku memohon kepada Allah<br />
tiga permintaan, dua dikabulkan<br />
Allah, dan satu ditolak. (Pertama) aku<br />
meminta agar kita jangan dibinasakan<br />
sebagaimana Allah membinasakan umat<br />
31
Tafsir<br />
terdahulu, dan Allah mengabulkan.<br />
(Kedua) aku memohon agar kita tidak<br />
dikuasai oleh musuh di luar kita, Allah<br />
juga mengabulkannya. (Ketiga) aku<br />
meminta agar kita tidak dicampurkan<br />
dalam pertikaian kelompok-kelompok,<br />
permintaan ini ditolak.” (H.R. Tirmizi,<br />
dan Nasa’i).<br />
Hadis ini dinyatakan sahih oleh<br />
al-Albani, jadi dapat dipegang sebagai<br />
penafsiran atas ayat 65 surat al-An‘am.<br />
Terlihat di sini betapa Rasulullah<br />
sangat risau dengan turunnya ayat itu.<br />
Perspektif yang berbeda diriwayatkan<br />
oleh al-Bukhari sebagai berikut:<br />
Dari Jabir ra., ia berkata: “Manakala ayat<br />
ini diturunkan (Qul… min fawqikum),<br />
Rasulullah saw. berkata; Aku berlindung<br />
kepada wajah-Mu. Lalu lanjutan ayat<br />
(aw min tahti arjulikum) Rasul saw<br />
berkata; Aku berlindung kepada wajah-<br />
Mu. Lalu (aw yalbisakum…ba‘dhin),<br />
Rasul saw. berkata; ini lebih ringan,<br />
atau lebih mudah.”<br />
Hadis ini memperlihatkan pandangan<br />
Rasulullah yang melihat azab dalam<br />
bentuk ketiga itu lebih ringan dari<br />
dua bentuk sebelumnya. Anggapan<br />
lebih ringan ini mungkin dari perspektif<br />
tidak melenyapkan semua umatnya,<br />
sebab azab serupa yang pernah terjadi<br />
telah memusnahkan bangsa-bangsa itu<br />
selamanya. Tapi dari perspektif lain,<br />
bentuk azab yang telah menimpa umat<br />
terdahulu itu kalah dahsyat dari azab<br />
yang ketiga ini, sebab ini merupakan<br />
azab secara psikologis:<br />
...atau Dia mencampurkan kamu dalam<br />
golongan-golongan (yang saling<br />
bertentangan) dan merasakan kepada<br />
sebahagian kamu keganasan sebahagian<br />
yang lain...<br />
Bisa dibayangkan bagaimana manusia<br />
akan menjadi stres dan frustasi<br />
menghadapi pertikaian sesama. Apa<br />
yang akan dirasakan seseorang, jika<br />
orang yang dicintainya justru harus dihadapi<br />
sebagai musuh, Masya Allah!<br />
Dalam hal ini Ibn Katsir menafsirkan<br />
ayat di atas dengan mengutip hadis<br />
tentang terpecahnya umat Islam dalam<br />
tujuh puluh tiga golongan. Namun ia<br />
mengutip matan hadis yang ada tambahan<br />
kalimat: “semuanya dalam neraka,<br />
kecuali satu golongan,” padahal riwayat<br />
yang dinilai hasan-sahih tidak demikian.<br />
Imam al-Tirmizi dalam Sunan-nya<br />
pada Kitab Iman; bab ma ja’a fi iftiraqi<br />
hazihil ummah meriwayatkan:<br />
Dari Abu Hurayrah, bahwa Nabi saw.<br />
bersabda: Yahudi terpecah menjadi tu-<br />
Pada dasarnya<br />
ancaman di atas<br />
hanya akan<br />
menjadi azab jika<br />
kita tidak mampu<br />
memahami fitrah<br />
perbedaan.<br />
juh puluh satu atau tujuh puluh dua<br />
golongan, demikian pula Nasrani, dan<br />
umatku akan terpecah menjadi tujuh<br />
puluh tiga golongan. (H.R. al-Tirmizi).<br />
Al-Tirmizi menilai Hadis ini<br />
hasan-sahih, Ibn Hibban dan Hakim<br />
menilainya sahih. Menurut Yusuf al-<br />
Qaradhawi, dalam sanad Hadis ini<br />
terdapat al-Laytsi yang mutu hafalannya<br />
diragukan, dan tidak dinilai tsiqah.<br />
Adapun al-Tirmizi, Ibn Hibban, dan<br />
al-Hakim cenderung mempermudah<br />
standar penilaian sahihnya suatu<br />
Hadis. Maka sangat disayangkan sikap<br />
Ibn Katsir yang memasukkan Hadis<br />
ini dalam penafsiran ayat di atas tanpa<br />
memberi komentar.<br />
Di sisi lain, riwayat yang ada tambahan<br />
matan: “semuanya dalam neraka,<br />
kecuali satu golongan,” sanadnya ber-<br />
32 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
nilai lemah. Hadis ini dikuatkan karena<br />
semakna dengan riwayat al-Tirmizi di<br />
atas, tapi tambahan matan itu tidak<br />
bisa dianggap kuat, sebab bertentangan<br />
dengan nas yang lain. Sebagaimana<br />
diketahui, Alquran mengajak umat<br />
untuk bersatu, sedangkan matan tambahan<br />
ini menyebabkan perpecahan<br />
umat.<br />
Harus diakui, keberadaan Hadis ini<br />
semakin memperburuk perpecahan di<br />
tengah umat, sebab sebagian muslim<br />
menjadikan hadis ini sebagai dasar<br />
mengafirkan muslim lainnya. Menurut<br />
Yusuf al-Qaradhawi, ketujuhpuluhtiga<br />
golongan dalam Hadis itu masih merupakan<br />
muslim yang beriman. Sebab<br />
seorang muslim akan dimasukkan ke<br />
dalam neraka karena kesalahan dan<br />
dosanya, tapi tidak berarti kekal di dalamnya.<br />
Dari itu, hendaknya hadis ini<br />
disikapi secara arif, agar tidak mengafirkan<br />
sesama muslim, bukankah standar<br />
kufur hanya pada hal-hal yang jelasjelas<br />
syirik?<br />
Terkait dengan penafsiran ayat 65<br />
surat al-An‘am, perpecahan dalam tujuh<br />
puluh tiga golongan ini merupakan<br />
azab, jika golongan-golongan ini saling<br />
berseteru, apalagi saling bunuh. Maka<br />
masalah sebenarnya terletak pada sikap<br />
eksklusif golongan tertentu yang hanya<br />
melihat kebenaran dari perspektifnya<br />
saja. Ketika klaim kebenaran meningkat<br />
menjadi tuduhan salah terhadap pihak<br />
lain, maka konflik pun muncul,<br />
ukhuwah islamiyyah berganti menjadi<br />
perang saudara.<br />
Dari itu, mari mendulang hikmah<br />
pada ayat 65 surat al-An‘am ini. Kenapa<br />
ayat ini ditutup dengan kalimat:<br />
“Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan<br />
tanda-tanda kebesaran kami<br />
silih berganti agar mereka memahami<br />
(nya).” Kata kunci di sini adalah kalimat<br />
“la‘allahum tafaqqahun“ (mudahmudahan<br />
mereka memahaminya).<br />
Pada dasarnya ancaman di atas<br />
hanya akan menjadi azab jika kita<br />
tidak mampu memahami fitrah perbedaan.<br />
Dan Islam memang tidak hendak<br />
menghilangkan perbedaan, sebab itu<br />
merupakan fitrah alam. Yang hendak<br />
diwujudkan Islam adalah penataan terhadap<br />
berbagai perbedaan itu, sehingga<br />
tercipta iklim yang harmoni, indah,<br />
dan menyejukkan. n<br />
Penulis adalah kandidat doktor PPs<br />
IAIN Ar-Raniry
Pada suatu ketika di Universitas<br />
Al-Azhar Kairo dulu, katanya,<br />
pernah diberlakukan semacam<br />
perlombaan. Bagi mahasiswa yang<br />
jenggotnya panjang, rapi, dan indah,<br />
mereka diberikan beasiswa oleh<br />
Universitas. Sehingga pada masa itu<br />
banyak mahasiswa di Universitas Al-<br />
Azhar berlomba-lomba memelihara<br />
jenggot, dengan harapan mereka<br />
dapat terpilih menjadi kategori jenggot<br />
terpanjang dan terindah untuk<br />
mendapat beasiswa dari Universitas.<br />
Perkara jenggot ini mengingatkan<br />
saya pada Senda Gurau Orang-orang<br />
Terkenal di Dunia yang dikumpulkan<br />
Suetoyo M.D (1990). Dalam buku humor<br />
itu diceritakan tentang sebuah pertemuan<br />
yang dihadiri Tjokroaminoto,<br />
dan Haji Agus Salim. Sebelum acara<br />
dimulai, pada saat Tjokroaminoto memasuki<br />
ruangan, tiba-tiba salah seorang<br />
pemuda yang ikut dalam pertemuan<br />
itu langsung berdiri sambil berteriak:<br />
Islam, Jenggot, dan Kumis<br />
Oleh Nab Bahany As<br />
“Siapa yang punya kumis, tapi tak<br />
punya jenggot?” Teriakan anak muda<br />
ini dijawab serentak oleh peserta:<br />
“Kucing.” Jawaban ini dialamatkan<br />
pada Tjokroaminoto, karena beliau<br />
berkumis tapi tidak berjenggot.<br />
Kemudian Haji Agus Salim pun<br />
masuk ke ruangan. Beriringan dengan<br />
itu pemuda tadi kembali berteriak:<br />
“Siapa yang punya jenggot, tapi<br />
tidak punya kumis?” Pertanyaan ini<br />
juga dijawab serentak oleh peserta:<br />
“Kambing.” Jawaban itu jejas tertuju<br />
pada Haji Agus Salim, karena beliau<br />
memiliki jenggot tapi tidak memiliki<br />
kumis.<br />
Setelah itu, dengan penuh wibawa<br />
Haji Agus Salim dipersilahkan naik ke<br />
podium untuk berpidato. Sebelum<br />
memulai pidatonya, Agus Salim lebih<br />
dulu bertanya: “Siapa yang tidak punya<br />
kumis dan tidak punya jenggot?” Pertanyaan<br />
ini tidak ada yang menjawab,<br />
semua hadirin terdiam. Karena pertanyaannya<br />
tak ada yang menjawab.<br />
Maka Haji Agus Salim langsung memberi<br />
tahu jawabannya. “Yang tidak<br />
punya kumis dan tidak punya jenggot<br />
adalah anjing,” jelas Haji Agus Salim<br />
yang membuat hadirin serentak tertawa<br />
mendengar jawaban itu.<br />
Begitu cara orang besar berdiplomasi<br />
dalam sebuah forum ketika menyikapi<br />
pertanyaan yang dimunculkan oleh<br />
anak muda tadi. Mungkin Haji Agus<br />
Salim tidak bermaksud mengalamatkan<br />
jawaban pertanyaannya kepada anak<br />
muda itu. Tapi karena anak muda<br />
yang berteriak tadi kebetulan tidak<br />
berkumis dan tidak berjenggot, maka<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
ia merasa telah dipojokkan oleh Haji<br />
Agus Salim.<br />
Persoalan jenggot yang pernah jadi<br />
perdebatan masyarakat dengan Bupati<br />
<strong>Aceh</strong> Selatan dulu bisa jadi mungkin<br />
karena sang Bupati tidak mendalami<br />
keyakinan orang memelihara jenggot<br />
dalam perspektif Islam. Atau bisa<br />
juga untuk sebuah sensasi yang tak<br />
mau kalah dengan Bupati <strong>Aceh</strong> Barat<br />
yang memperbupkan wajib memakai<br />
rok bagi perempuan di wilayahnya.<br />
Sehingga Bupati Husni Yusuf melarang<br />
pegawainya memakai jenggot. Larangan<br />
yang menuai protes, dan kritik.<br />
Akhirnya sang Bupati harus minta<br />
pada masyarakat dan pegawainya atas<br />
keseleoan ngomong yang tak masuk<br />
akal.<br />
Memelihara jenggot bagi yang berkeyakinan<br />
mengikuti sunnah adalah<br />
kewajiban yang harus dilakukan.<br />
Dan bila sekali waktu Anda akan<br />
ke Bangkok, di sana di pinggir kota<br />
Bangkok ada sebuah daerah bernama<br />
Kaewnimit. Daerah ini merupakan<br />
sebuah pemukiman komunitas Islam<br />
terbesar di Thailand setelah Patani.<br />
Semua laki-laki komunitas muslim<br />
yang mendiami daerah Kaewnimit di<br />
pinggiran kota Bangkok ini tidak ada<br />
yang tidak berjenggot. Pemerintah<br />
Thailand tidak melarang mereka untuk<br />
tidak memelihara jenggot.<br />
Komunitas muslim di Kaewnimit<br />
ini adalah petani dan peternak.<br />
Pemerintah Thailand sangat terbantu<br />
dengan adanya komunitas Islam di<br />
Kaewnimit ini, karena mereka dapat<br />
mensuplai kebutuhan daging dan hasil<br />
33
Opini<br />
pertaniannya untuk masyarakat di kota<br />
Bangkok dari hasil peternakan dan<br />
pertanian mereka.<br />
Uniknya, kehidupan komunitas<br />
muslim di Kaewnimit ini, jumlah perempuan<br />
lebih banyak dari laki-laki,<br />
karena mereka berpoligami yang<br />
mereka yakini sebagai Sunnah Rasul.<br />
Demikian pula cara mareka makan,<br />
dalam satu talam makanan, mereka<br />
bisa makan secara bersamaan lima<br />
sampai sepuluh orang. Cara makan<br />
seperti ini juga mereka yakini sebagai<br />
bagian dari kebiasaan Rasulullah yang<br />
harus mereka teladani.<br />
Jadi memelihara jenggot bagi mereka<br />
sudah merupakan suatu keyakinan<br />
dari kewajiban kaum laki-laki dalam<br />
Sunnah Rasul. Karena tak heran kalau<br />
semua laki-laki muslim di Kaewnimit<br />
Thailand ini hampir tidak ada yang tidak<br />
berjenggot. Keutamaan memelihara<br />
jenggot bagi mereka mungkin didasarkan<br />
pada beberapa Hadist yang menyuruh<br />
umat Islam (laki-laki) untuk<br />
memanjangkan jenggot dan mencukur<br />
kumis.<br />
Di antara Hadis-hadis itu ada yang<br />
dari Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda:<br />
“Guntinglah kumismu dan tumbuhkan<br />
jenggotmu, karena dengan demikian<br />
kamu menentang kaum Majusi<br />
(penyembah api)”, kata Rasulullah dalam<br />
Shahih Muslim.<br />
Hadis lain yang dikutip Maulana<br />
Muhammad Zakaria (2001) dalam kitab<br />
Mutaffaq Alaih-Misykat, hal. 380, Ibnu<br />
Umar r.a mengatakan, Rasulullah bersabda:<br />
“Tentanglah orang-orang musyrik<br />
dengan memanjangkan jenggotmu dan<br />
menggunting kumismu”.<br />
Pertanyaan kita, apa karena pengaruh<br />
Hadis ini sehingga dalam banyak<br />
kasus penentangan kemaksiatan yang<br />
terjadi dalam masyarakat kita, terutama<br />
kemaksiatan di kota-kota besar, lebih<br />
banyak dilakukan komunitas jamaah<br />
Islamiyah yang kelihatan rata-rata<br />
mereka memiliki jenggot. Dari cara<br />
tindakan menentang kemaksiatan yang<br />
mereka lakukan memang tergambar<br />
bahwa mereka sepertinya menjalankan<br />
perintah Hadist itu, sesuai bunyi Hadis:<br />
“Tentanglah orang-orang musyrik dengan<br />
memanjangkan jenggotmu dan<br />
menggunting kumismu”.<br />
Jenggot dan kumis keduanya memang<br />
memberikan pelambangan bagi<br />
seorang laki-laki. Bila laki-laki tidak<br />
berkumis dan tidak berjenggot kadang<br />
sering disebut banci. Namun antara<br />
kumis dan jenggot dalam Islam, mana<br />
yang harus lebih diutamakan. Apakah<br />
kumisnya atau jenggotnya yang harus<br />
dipelihara. Dua Hadis di atas jelas menginformasikan<br />
bahwa memelihara<br />
jenggot lebih diutamakan dalam Islam<br />
daripada memelihara kumis. Hal ini<br />
ditegaskan dalam Hadis riwayat Imam<br />
Ahmad, Turmizi, dan Nasa’i. Rasulullah<br />
bersabda: “Barangsiapa tidak mencukur<br />
kumisnya, maka dia bukanlah dari<br />
golongan kami”.<br />
Untuk mengetahui kenapa kaum<br />
laki-laki dalam Islam disuruh memelihara<br />
jenggot dan menggunting kumis.<br />
Jawabannya karena ada Hadis dari riwayat<br />
Abu Hurairah ra. yang menye-<br />
butkan Rasulullah bersabda: “Bahwa di<br />
antara fitrah Islam adalah menggunting<br />
kumis dan dan memanjangkan jenggot,<br />
karena sesungguhnya orang-orang Majusi<br />
memanjangkan kumis mereka dan<br />
mencukur jenggotnya. Maka berbedalah<br />
kalian dari mereka dengan cara<br />
mencukur kumis dan memanjangkan<br />
jenggotmu”.<br />
Menurut Hadis ini kalau ditafsirkan,<br />
maka jawaban yang kita temukan<br />
mengapa Islam lebih mengutamakan<br />
jenggot daripada kumis adalah untuk<br />
membedakan umat Islam dengan<br />
orang-orang yang beragama Majusi.<br />
Karena ada Hadis yang menyatakan:<br />
“Siapa yang menyerupai suatu kaum,<br />
maka akan dianggap sebagai kaum<br />
itu.”<br />
Lalu apakah risiko orang yang memelihara<br />
kumis dan mencukur jenggot<br />
ini ikut berdosa? Saya tidak cukup<br />
ilmu untuk memberikan jawaban atas<br />
pertanyaan ini. Yang saya tahu Islam<br />
34 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
adalah agama yang paling indah. Seperti<br />
dikatakan Rusulullah: “Sesungguhnya<br />
Allah itu indah, dan sangat suka<br />
pada keindahan,” (al-Hadis). Saya kira<br />
sejauh kumis itu terurus dan terawat<br />
rapi hingga terkesan indah dan bersih,<br />
tidak menjijikkan tidak ada persoalan<br />
bagi orang yang memelihara kumis<br />
dengan selalu mengguntingkannya untuk<br />
terkesan indah dan rapi.<br />
Memang ada kisah yang menyebutkan,<br />
suatu ketika dua orang utusan<br />
Raja Kisra datang menghadap Rasulullah<br />
dengan kumis mereka yang tebal<br />
panjang, sedang jenggotnya telah dicukur<br />
bersih. Nabi bertanya: “Siapa yang<br />
menyuruh kalian berbuat seperti itu?”<br />
(maksut Nabi mengapa mereka mencukur<br />
jenggotnya sampai habis). Kedua<br />
utusan Raja Kisra menjawab: “Tuhan<br />
kami Raja Kisra memerintahkan kami<br />
seperti ini.” Lalu Rasulullah bersabda:<br />
“Tetapi Tuhanku memerintahkanku<br />
agar menumbuhkan jenggot dan mengguntingkan<br />
kumisku,” kata Nabi.<br />
Hadis ini mengindikasikan bahwa<br />
dalam Islam juga tidak ada larangan<br />
memakai kumis, sejauh kumis itu selalu<br />
digunting rapi untuk kelihatan indah.<br />
Hal ini juga didukung oleh sekumpulan<br />
pendapat para ulama yang menyatakan<br />
bahwa apa saja yang panjang melebihi<br />
genggaman tangan hendaknya harus<br />
dipotong. Panjang yang dimaksudkan<br />
di sini adalah bulu yang tumbuh<br />
pada bagian anggota tubuh, terutama<br />
jenggot yang batas guntingannya bila<br />
sudah melebihi genggaman tangan.<br />
Dari dialog Rasulullah dengan dua<br />
utusan Raja Kisra itu kita ketahui bahwa<br />
Rasulullah sendiri menumbuhkan<br />
jenggotnya dan menggunting kumisnya.<br />
Menurut Harun Keuchik Leumiek<br />
(2010), dalam bukunya “Menelusuri<br />
Jejak Sejarah Islam Melalui Ritual<br />
Ibadah Haji dan Umrah,” sampai kini<br />
bekas jenggot Rasulullah dapat dilihat<br />
di Museum Topkapi Istanbul Turki,<br />
sebagai museum terlengkap di dunia<br />
dalam menyimpan berbagai atribut<br />
sejarah peninggalan Islam, termasuk<br />
atribut peninggalan Rasulullah, mulai<br />
dari pedang bersarung emas dan permata<br />
yang pernah dipakai Nabi, sampai<br />
jenggot dan gigi Nabi masih tersimpan<br />
utuh di sebuah ruangan khusus<br />
Museum Topkapi, Istanbul, Turki. n<br />
Penulis, budayawan, tinggal di<br />
Banda <strong>Aceh</strong>.
Kepala dan seluruh Keluarga Besar<br />
Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
Turut berduka cita atas meninggalnya<br />
Hj. Syaribanun Binti M. Yusuf<br />
Ibunda dari H. Azhar, S.Ag.,<br />
(Kepala Seksi Pada Bidang Penamas Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>)<br />
pada Selasa Tgl. 03 mei <strong>2011</strong> di Bireuen<br />
Hj. Badi Ah Binti Nikmat Abdul Wahab<br />
Ibunda dari Aidah, SE,<br />
(Staf pada Bidang Mapenda Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>)<br />
pada Tgl. 22 April <strong>2011</strong><br />
Di kebumikan di pemakaman komp. DEPAG<br />
Bambu Apus Ciputat Tangerang Selatan<br />
Erwani, S.Ag<br />
(Guru MTsN Blang Pidie)<br />
Isteri dari Drs. Asqalani<br />
(KA. KUA Kec.Kuala Batee Abdya)<br />
Pada tgl 26 Mei <strong>2011</strong><br />
Semoga Almarhumah diterima di sisi Allah swt.<br />
dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kekuatan<br />
dalam menghadapi musibah ini.<br />
Ttd.<br />
Drs. H. A. Rahman TB, Lt.<br />
Kelompok Kerja Kepala Madrasah (K3M) MI Gugus II Jangka<br />
Mengucapkan Selamat dan Sukses<br />
Kepada<br />
H. Ismuar, S.Ag (Kasubbag TU)<br />
Drs. H. Jamaluddin Idris (Kasie Urais)<br />
Drs. Maiyusri (Kasie Pekapontren dan penamas)<br />
Drs. H. Mukhlis (Kasie Penyelenggaraan Haji Dan Umrah)<br />
Yang dilantik oleh kepala Kankemenag Kabupaten Bireuen<br />
Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag<br />
Pada Kamis 12 Mei <strong>2011</strong><br />
Semoga Allah selalu memberi kekuatan dan lindungan-Nya<br />
Gugus II Jangka, Bireuen<br />
Hamdani, S.Ag Hanafiah, S.Ag<br />
Sekretaris Ketua<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
35
Opini<br />
Oh, Guru Bahasa Inggrisku!<br />
Kalau kita bertanya pada peserta<br />
didik, mata pelajaran apa saja<br />
yang menurut mereka susah dan<br />
merepotkan, pasti salah satu jawabannya<br />
adalah Bahasa Inggris. Susah karena<br />
tulisannya berbeda dengan cara bacanya,<br />
dan repot karena harus membawa<br />
kamus yang lumayan berat dan mungkin<br />
“memberatkan.”<br />
Semua alasan tersebut merupakan<br />
tanggung jawab besar sang guru terutama<br />
guru Bahasa Inggris. Apalagi<br />
guru bahasa Inggris yang mengajar di<br />
sekolah-sekolah yang agak pedesaan<br />
terutama yang lebih jauh lagi misalnya<br />
“pedalaman”. Istilah “bahasa kaphee”<br />
yang digunakan oleh orang-orang zaman<br />
dulu masih melekat kuat dan tersimpan<br />
erat membuat mata pelajaran ini sedikit<br />
“dicuekin” oleh peserta didik hingga saat<br />
ini. Berbeda dengan perkotaan, peserta<br />
didik lebih memahami kalau Bahasa Inggris<br />
merupakan “Bahasa Internasional”<br />
karena mereka tahu betul peran Bahasa<br />
Inggris dalam setiap lini kehidupan.<br />
Terlepas dari semua istilah dan alasan<br />
yang disampaikan, terbukti sekarang,<br />
“mau tidak mau” Bahasa Inggris merasuki<br />
semua sendi-sendi kehidupan masyarakat.<br />
Di mana pun, apapun dan<br />
kapan pun, kita pasti menemukan kata<br />
yang tertulis dengan Bahasa Inggris. Oleh<br />
karena itu, Bahasa Inggrispun terpilih<br />
menjadi mata pelajaran pokok dan utama<br />
yang ada dalam kurikulum. Bahkan di<br />
beberapa sekolah, bahasa Inggris telah<br />
diajarkan sejak tingkatan TK/RA dan SD/<br />
MI meski beberapa tingkatan Bahasa<br />
Inggris statusnya hanya masih muatan<br />
lokal. Apapun statusnya yang jelas<br />
tuntutan dan peranan guru terutama<br />
guru bahasa Inggris harus lebih dipacu.<br />
Mereka dituntut mampu berperanaktif<br />
dalam mengajar dan “mensosialisasikan”<br />
Bahasa Inggris terutama guru-guru yang<br />
sekolahnya di pedesaan.<br />
Banyak cara yang bisa dilakukan oleh<br />
guru Bahasa Inggris untuk mengajarkan<br />
peserta didiknya belajar secara efektif<br />
Oleh Muhammad Iqbal, S.Pd<br />
dan efesien. Sebagai seorang guru yang<br />
mengajarkan mata pelajaran susah,<br />
sudah tentu harus lebih aktif dan sigap.<br />
Sedikit “capek” adalah hal biasa dan<br />
sudah sewajarnya bagi seorang guru<br />
yang notabenenya merupakan tuntutan<br />
profesi menuju profesionalitas. Berikut<br />
adalah beberapa tips yang mungkin<br />
bisa dilakukan oleh guru bahasa Inggris<br />
khusus untuk guru yang mengajar di<br />
kawasan jauh dari kota.<br />
• Buatlah contoh kalimat-kalimat sederhana<br />
dengan menggunakan katakata<br />
yang sederhana pula, serta buatlah<br />
kosakata beserta dengan artinya<br />
dibawah sebagai catatan kaki.<br />
• Buatlah soal sesuai dengan contoh<br />
yang telah diberikan.<br />
• Baca kembali contoh kalimat dan<br />
artikan.<br />
• Jangan terlalu banyak memberikan<br />
soal kepada anak-anak, cukupkan<br />
sesuai dengan jam pertemuan dan<br />
jumlah siswa didalam kelas.<br />
• Mintakan anak-anak untuk menuliskan<br />
soal kemudian menjawabnya<br />
langsung dibaris berikutnya.<br />
• Setelah siswa selesai menjawab soal,<br />
mintakan setiap siswa yang sudah<br />
“benar-benar” siap untuk kedepan<br />
membawa buku latihan mereka (satu<br />
per satu).<br />
• Mintakan setiap siswa untuk membaca<br />
setiap soal kemudian jawabannya<br />
kemudian artinya per setiap kalimat<br />
(face to face- teacher and student).<br />
• Jangan lupa untuk memberikan nilai<br />
sebanyak-banyaknya, buat di buku<br />
latihan mereka sebagai sebuah penghargaan<br />
dan motivasi.<br />
• Jangan jadikan kesalahan penulisan<br />
dan pelafalan sebagai tumbal untuk<br />
mengurangi nilai karena dapat menjatuhkan<br />
motivasi siswa.<br />
• Ingat selalu, usahakan semua siswa<br />
mendapat giliran. Oleh karena itu,<br />
sebaiknya pertimbangkan waktu,<br />
jumlah soal dan jumlah siswa dalam<br />
ruangan.<br />
36 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
• Untuk reading (bacaan), sesuaikan<br />
dengan bahannya. Bila agak terlalu<br />
panjang, maka berikan 5 sampai 6<br />
kalimat saja beserta kosakata dan artinya.<br />
Lanjutkan beberapa baris pada<br />
pertemuan selanjutnya. Apabila bacaan<br />
setiap paragrafnya pendek maka<br />
berikan satu paragraf per pertemuan.<br />
Ingat, usahakan setiap siswa dapat<br />
giliran membaca dan mengartikan.<br />
• Untuk speaking (berbicara), gunakan<br />
kata-kata yang mudah dan familiar<br />
dengan keadaan siswa.<br />
• Buat percakapan pendek menggunakan<br />
dua orang pelaku saja (dialogue).<br />
• Minta mereka memperagakan percakapan<br />
tersebut di meja anda, jangan<br />
di depan kelas karena biasanya<br />
keadaan siswa masih malu-malu dan<br />
takut salah. Bila dipaksakan maka tujuan<br />
utama pembelajaran batal.<br />
• Jangan lupa, apapun sub materi yang<br />
anda telah berikan mohon diketik<br />
kembali menggunakan huruf yang<br />
dibesarkan kemudian tempelkan di<br />
majalah dinding sekolah anda.<br />
• Sedikit tapi istiqomah lebih berkesan<br />
daripada banyak tapi tidak menentu.<br />
Demikianlah beberapa tips yang<br />
mudah-mudahan bermanfaat buat Anda,<br />
oh, guru Bahasa Inggrisku, terutama<br />
yang mengajar di sekolah-sekolah yang<br />
jauh dari kota. Jadikanlah bahasa Inggris<br />
semudah mungkin untuk dipahami,<br />
dengan demikian siswa akan menyadari<br />
bahwa Bahasa Inggris itu tidak “sepayah”<br />
yang mereka bayangkan selama ini dan<br />
mereka akan terus mengenal dan akhirnya<br />
mencintai Bahasa Inggris. Dan yang<br />
terakhir, ingat selalu bahwa ilmu apapun<br />
yang anda berikan maka manfaatnya<br />
akan terasa nanti ketika mereka tahu<br />
dimana harus menggunakan ilmu yang<br />
telah anda berikan. Sebuah keberhasilan<br />
membutuhkan pengorbanan. Semoga<br />
ada manfaatnya. n<br />
Penulis adalah Guru Bahasa Inggris<br />
di MAN Batee Kabupaten Pidie
Pengukuran yang tak Mengukur<br />
Musim ujian telah berlalu,<br />
setiap madrasah pun sibuk<br />
melakukan prosesi paling<br />
sakral di dunia pendidikan. Proses ujian<br />
biasanya dilakukan dengan memberikan<br />
seperangkat instrumen tes yang terdiri<br />
dari sejumlah soal. Tes yang dimaksud<br />
di sini berfungsi sebagai alat pengukur<br />
tingkat prestasi (Achievement Test)<br />
seorang siswa yang sudah melakukan<br />
pembelajaran selama kurun waktu<br />
tertentu. Sebagai alat ukur, sebuah tes<br />
juga harus dapat membedakan siswa<br />
yang berkemampuan tinggi, sedang dan<br />
rendah.<br />
Hasil yang diperoleh akan digunakan<br />
sebagai informasi untuk menggambarkan<br />
profil siswa secara sistematik. Biasanya<br />
data tersebut ditransformasi dalam<br />
bentuk angka. Pada akhirnya data/<br />
informasi dari masing-masing siswa<br />
tersebut digunakan sebagai alat eksekusi<br />
(pengambilan keputusan) penentuan<br />
kelululusan, atau digunakan oleh para<br />
pengambil keputusan sebagai evaluasi<br />
terhadap program pembelajaran di<br />
dunia pendidikan<br />
Sebenarnya proses pengukuran,<br />
penilaian, evaluasi dan pengujian<br />
merupakan suatu kegiatan atau proses<br />
yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan<br />
dilakukan secara berurutan dan<br />
berjenjang yaitu dimulai dari proses<br />
pengukuran kemudian penilaian dan<br />
terakhir evaluasi. Sedangkan proses<br />
Oleh Rizal Anwar<br />
pengujian merupakan bagian dari<br />
pengukuran yang dilanjutkan dengan<br />
kegiatan penilaian.<br />
Pengukuran (measurement) adalah<br />
proses pemberian angka atau usaha<br />
memperoleh deskripsi numeric dari<br />
suatu tingkatan. Pengukuran berkaitan<br />
erat dengan proses pencarian atau<br />
penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran<br />
diartikan sebagai pemberian angka<br />
kepada suatu atribut atau karakteristik<br />
tertentu yang dimiliki oleh seseorang,<br />
hal, atau obyek tertentu menurut<br />
aturan atau formulasi yang jelas.<br />
Penilaian (assessment) adalah<br />
merupakan istilah yang umum dan<br />
mencakup semua metode yang biasa<br />
dipakai untuk mengetahui keberhasilan<br />
belajar seseorang dengan cara menilai<br />
unjuk kerja individu seseorang atau<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
kelompok.<br />
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi<br />
untuk melihat apakah suatu program<br />
yang telah direncanakan telah tercapai<br />
atau belum, berharga atau tidak berharga,<br />
dan dapat pula untuk melihat tingkat<br />
efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi juga<br />
dapat diartikan sebagai suatu proses<br />
penilaian untuk mengambil keputusan<br />
yang menggunakan seperangkat hasil<br />
pengukuran dan berpatokan kepada<br />
tujuan yang telah dirumuskan.<br />
Tes prestasi merupakan salah satu<br />
informasi penting guna pengambilan<br />
keputusan pendidikan. Namum perlu<br />
diingat bahwa apakah informasi tersebut<br />
merupakan informasi yang benar dan<br />
dapat dipercaya sangat tergantung<br />
pada sejauh mana tes yang digunakan<br />
itu memenuhi kriteria sebagai tes<br />
prestasi yang layak. Tes prestasi yang<br />
layak tentulah dapat diperoleh apabila<br />
penyusunannya didasari oleh prinsipprinsip<br />
pengukuran yang berlaku<br />
sehingga menjadi sarana yang positif<br />
dalam meningkatkan mutu pendidikan.<br />
Berbeda dengan pengukuran atribut<br />
fisik yang dapat dilakukan dengan<br />
akurasi dan kecermatan yang tinggi dan<br />
dengan alat yang pada umumnya jauh<br />
lebih mudah dibuat, pengukuran aspek<br />
psikologis (kemampuan) tidak pernah<br />
dapat mencapai ketepatan yang sangat<br />
tinggi. Dengan Kata lain sangatlah sulit<br />
membuat sebuah Achievement Test<br />
37
Opini<br />
yang berkualitas, dapat mengukur apa<br />
yang ingin kita ukur dan mempunyai<br />
tingkat kepercayaan tinggi.<br />
Pernahkan kita selama ini berfikir<br />
bahwa siswa yang tidak dapat menjawab<br />
pertanyaan disebabkan oleh soalnya<br />
yang sulit dipahami maksudnya, bukan<br />
siswanya yang belum memahami<br />
materinya (kemampuan rendah). Pada<br />
kondisi lain siswa mengatakan bahwa<br />
soalnya sulit. Apanya yang sulit?<br />
Materinya, konstruksinya, bahasanya<br />
atau jawabannya? Pastinya sang guru<br />
dalam memberikan memberikan<br />
pertanyaan (membuat soal) sudah<br />
memperhatikan kondisi dari siswanya.<br />
Namun pada kenyataannya memang<br />
sulit menyusun soal yang benar-benar<br />
sesuai dengan tingkat kemampuan<br />
siswanya. Menurut guru mudah, belum<br />
tentu menurut siswa juga mudah, atau<br />
sebaliknya.<br />
Untuk mengatasi masalah ini adalah<br />
dengan cara menyusun alat ukur (tes)<br />
yang memiliki data empiris secara akurat<br />
yang meliputi tingkat kesukaran, daya<br />
pembeda dan faktor menebak. Sehingga<br />
pada akhirnya soal tersebut benarbenar<br />
reliabel dan valid sehingga dapat<br />
mengestimasi kemampuan seorang<br />
siswa dengan tingkat kepercayaan yang<br />
tinggi.<br />
Kualitas sebuah tes memang tidak<br />
dapat dianggap main-main, walaupun<br />
sering disepelekan. Tes yang baik<br />
harus melewati Uji Validitas (akurat,<br />
mengukur apa yang ingin diukur,<br />
kesahihan) dan Uji Reliabilitas (dapat<br />
dipercaya, konsistensi, kehandalan)<br />
sebelum diberikan kepada siswa.<br />
Reliabilitas punya dua konsistensi yaitu<br />
konsistensi pertama adalah sejauh<br />
mana tingkat homogenitas soal baik<br />
dari tingkat kesukaran, daya beda<br />
maupun bentuk soalnya. Konsistensi<br />
kedua adalah konsistensi eksternal,<br />
yakni tingkat sejauh mana skor yang<br />
dihasilkan tetap sama sepanjang<br />
kemampuan orang yang diukur belum<br />
berubah. Jangan ada istilah, sebuah tes<br />
dibuat hanya dalam waktu semalam saja<br />
dengan mengucapkan “sim salabim”.<br />
Untuk melakukan pengujian inilah<br />
maka perakitan sebuah instrumen<br />
tes harus melalui 2 (dua) Analisis<br />
Tes: Pertama, Analisis Tes Kualitatif;<br />
Penelaahan ini biasanya dilakukan<br />
sebelum tes digunaka/diujikan dengan<br />
memperhatikan aspek-aspek materi,<br />
konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci<br />
jawaban/pedoman penskoranya.<br />
Dilaksanakan berdasarkan kaidah<br />
penulisan soalnya (tes tertulis,<br />
perbuatan, dan sikap). Kedua, Analisis<br />
Tes Kuantitatif; penelaahan butir soal<br />
didasarkan pada data empirik dari butir<br />
soal yang bersangkutan perlu diujikan<br />
terlebih dulu pada siswa. Analisis<br />
menekankan pada karakteristik internal<br />
tes melalui data yang diperoleh secara<br />
empiris.<br />
Ada dua pendekatan dalam anaslisis<br />
ini yaitu; Clasic Theory dan Item<br />
Response Theory (IRT).<br />
Teori tes klasik ini didasari atas<br />
asumsi yang sangat mendasar, yaitu<br />
asumsi yang dapat dipenuhi dengan<br />
mudah oleh kebanyakan data tes.<br />
Statistik model tes klasik mencakup<br />
antara lain; tingkat kesukaran soal<br />
(item difficulty), daya pembeda soal<br />
(item discrimination index), kesalahan<br />
baku pengukuran (standart error of<br />
measurement), dan indeks konsistensi<br />
tes (test reliability index).<br />
Sedangkan IRT juga mempunyai<br />
keuntungan yaitu: (1) dapat<br />
dibandingkan secara langsung hasil tes<br />
dari paket/perangkat yang berbeda-beda<br />
meskipun tidak ada soal yang sama pada<br />
paket tersebut, (2) adanya fleksibilitas<br />
dalam merakit soal tes menjadi paket<br />
tes tanpa khawatir kehilangan informasi<br />
mengenai kehandalan dari masingmasing<br />
paket tes tersebut; bahkan<br />
dapat dibentuk suatu bank soal yang<br />
terkalibrasi sehingga tiap saat dapat<br />
disusun tes baru tanpa harus uji coba<br />
lagi, (3) dapat diperoleh hasil ukuran<br />
yang relative konsisten meskipun<br />
diulangi dengan menggunakan paket<br />
tes yang berlainan, dan (4) pengukuran<br />
dapat dilakukan dengan menetapkan<br />
terlebih dahulu tingkat presis yang<br />
diinginkan.<br />
Kesemua hal tersebut baru berkisar<br />
pada proses pembuatan sebuah tes,<br />
belum lagi kalau ditinjau dari sudut<br />
prosedur pelaksanaan tes dilapangan<br />
(masih termasuk dalam proses<br />
pengukuran). Yang mana seluruh<br />
steakholder pendidikan mengetahui<br />
ketentuan umumnya adalah harus<br />
sesuai dengan prosedur pelaksanaan<br />
ujian serta benar-benar bersih dan<br />
bebas dari kecurangan (adanya “Tim<br />
Sukses”, kebocoran kunci jawaban,<br />
memanipulasi hasil ujian).<br />
38 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Konon katanya kecurangan ini<br />
dilakukan sebagai upaya mengejar target<br />
“Lulus 100%”. Agar semua pihak puas,<br />
siswa gembira karena lulus, orangtua<br />
bangga pada anaknya, kepala sekolah/<br />
madrasah mendapat penghargaan yang<br />
baik serta pihak pengambil kebijakan<br />
sukses melaksanakan program<br />
pendidikan. Yang pada ahkirnya seluruh<br />
kegiatan ini dapat mendongkrak mutu<br />
pendidikan baik di tingkat daerah<br />
maupun nasional.<br />
Padahal fungsi tes adalah harus<br />
mampu membedakan tingkat<br />
kemampuan siswa (tinggi, sedang dan<br />
rendah). Prinsipnya, pada tes prestasi<br />
tidak mesti seluruh peserta ujiian harus<br />
lulus. Kalau memang kemampuan siswa<br />
kurang maka seharusnya tidak lulus<br />
ujian, kalau mesti lulus 100% mengapa<br />
harus diberikan ujian. Bukan tes atau<br />
proses pelaksanaannya yang harus<br />
disiasati agar dapat lulus tetapi siswalah<br />
yang harus berusaha sebaik mungkin<br />
mempersiapkan diri untuk dapat lulus<br />
dalam sebuah tes.<br />
Setelah kita tahu sebegitu sulitnya<br />
melakukan proses pengukuran, apa<br />
kita masih dengan mudah begitu saja<br />
percaya pada ukuran/angka prestasi<br />
siswa yang dihasilkan dalam sebuah<br />
sebuah tes?, apa kita masih cepat yakin<br />
dan bangga pada siswa kita dengan<br />
hasil yang kelihatan baik? Jangan-jangan<br />
hanya mengukur kemampuan menjawab<br />
tes (soal-soal) bukan mengukur tingkat<br />
prestasi mengusai bidang pelajaran.<br />
Hanya kita yang tahu jawabannya.<br />
Begitu pentingnya kualitas<br />
kegiatan pengukuran ini karena akan<br />
menentukan hajat hidup siswa dan<br />
kualitas pendidikan sebuah negara.<br />
Maka tidak berlebihanlah kalau kita<br />
mengatakan pengukuran yang tak<br />
mengukur apa yang ingin diukur akan<br />
mengakibatkan kehancuran masa depan<br />
suatu bangsa.<br />
Kesimpulannya, pengukuran (ujian)<br />
adalah kegiatan yang paling penting<br />
dalam sebuah proses pendidikan. Tidak<br />
bisa sebuah kesimpulan, penilaian,<br />
keputusan, gambaran, dan interpretasi<br />
dibuat tanpa adanya kegiatan tersebut.<br />
Dengan kata lain baik buruknya<br />
proses pengukuran mencerminkan<br />
baik buruknya mutu pendidikan suatu<br />
bangsa. n<br />
Penulis adalah Alumnus Magister<br />
Psikometri Universitas Indonesia.
Banyak peristiwa yang mendera<br />
masyarakat kita sepekan terakhir.<br />
Di antaranya ialah kekacauan<br />
para siswa SLTA dalam menanggapi<br />
pengumuman hasil ujian nasional<br />
(UN) tanggal 16 Mei yang lalu. Bagi<br />
siswa yang lulus, banyak di antara<br />
mereka yang menyambutnya dengan<br />
hura-hura seperti konvoi di jalan raya<br />
sambil membawa kendaraan dengan<br />
ugal-ugalan sehingga membahayakan<br />
lalu lintas di berbagai jalan raya. Banyak<br />
pula yang berteriak-teriak sambil<br />
tertawa, berjingkrak-jingkrak dan<br />
mencorat-coret baju seragam mereka.<br />
Selain itu, banyak pula yang meluapkan<br />
kegembiraannya melalui pesta miras<br />
dan bermesraan dengan sesama teman<br />
sekolah lawan jenis. Hanya sedikit<br />
sekali yang melakukan sujud syukur<br />
pada Allah atas nikmat kelulusan yang<br />
Allah anugerahkan kepada mereka.<br />
Bagi yang tidak lulus UN, mereka<br />
menanggapinya dengan berbagai tingkah<br />
yang tidak baik dan sama sekali tidak<br />
mencerminkan kematangan kepribadian<br />
sebagai hasil didikan keimanan selama<br />
bertahun-tahun di sekolah. Banyak<br />
sekali yang berteriak-teriak histeris<br />
seakan nasib dan masa depan mereka<br />
hancur dan musnah. Ada pula yang<br />
merusak sekolah dan bertingkah tidak<br />
terpuji lainnya. Yang memprihatinkan<br />
lagi ialah ada yang bunuh diri seperti<br />
yang terjadi di beberapa daerah.<br />
Kegaduhan UN ini telah terjadi<br />
beberapa tahun belakangan, khususnya<br />
sejak pemerintah menetapkan sistem<br />
nilai kelulusan ujian akhir secara<br />
nasional, tanpa melihat apakah sekolah<br />
tersebut sudah memiliki tenaga-tenaga<br />
pendidik yang handal dan fasilitas yang<br />
memadai atau tidak. Semua sekolah<br />
Generasi tanpa Arah<br />
Oleh Nursanjaya<br />
harus mengikuti standar nilai yang<br />
ditetapkan <strong>Kementerian</strong> Pendidikan<br />
Nasional (Kemendiknas). Akibatnya,<br />
tahun ini misalnya, bukan hanya<br />
banyak yang tidak lulus, ada sekolah<br />
yang satupun muridnya tidak ada yang<br />
lulus. Tak heran, jika sebagian pakar<br />
pendidikan dan masyarakat menilai<br />
bahwa UN adalah bentuk teror nasional<br />
yang dilancarkan pemerintah terhadap<br />
para siswa.<br />
Sesungguhnya inti persoalannya<br />
bukan pada standar yang ditetapkan<br />
Kemendiknas. Menurut beberapa pakar<br />
pendidikan, bahwa standar tersebut<br />
sebenarnya biasa-biasa saja; bukan hal<br />
yang mustahil dicapai oleh siswa. Yang<br />
aneh dan perlu mendapat perhatian<br />
ialah tentang cara pandang siswa<br />
terhadap ijazah dan terhadap dunia<br />
pendidikan itu sendiri. Dari berbagai<br />
sikap yang muncul dalam menghadapi<br />
UN, baik yang lulus maupun yang tidak<br />
lulus, tercermin dengan jelas bahwa<br />
siswa atau anak didik kita saat ini<br />
sudah kehilangan orientasi hidup yang<br />
sebenarnya. Di mata mereka, ijazah itu<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
telah menjadi segala-galanya. Karena<br />
ijazah identik dengan pekerjaan atau<br />
perguruan tinggi. Sebab itu, sikap yang<br />
mereka munculkan baik mereka yang<br />
lulus maupun yang tidak lulus sangat<br />
memprihatinkan. Faktanya, ratusan ribu<br />
pengangguran adalah orang-orang yang<br />
terdidik, bahkan lulusan dari berbagai<br />
perguruan tinggi ternama di negeri ini.<br />
Timbul pertanyaan mendasar: Siapa<br />
yang salah dan yang berkontribusi<br />
terhadap hilangnya orientasi hidup<br />
anak-anak didik kita saat ini? Bukankah<br />
mereka itu generasi masa depan yang<br />
akan menentukan baik dan buruknya<br />
negeri ini? Perlu kita sadari bahwa<br />
sesuai sunnatullah (ketetapan Allah),<br />
kita akan menuai apa yang kita tanam.<br />
Artinya, kondisi mental dan perilaku<br />
sebagian besar anak didik kita yang<br />
memprihatinkan itu adalah hasil dari<br />
apa yang kita tanamkan ke dalam diri<br />
mereka selama bertahun-tahun dan<br />
bahkan sejak mereka lahir.<br />
Kita telah gagal menanamkan iman<br />
dan taqwa ke dalam diri mereka, dan<br />
juga ilmu pengetahuan, baik dalam<br />
rumah tangga, institusi pendidikan dan<br />
juga dalam masyarakat. Pemerintah<br />
telah gagal menjadikan pendidikan<br />
sebagai lembaga character building<br />
(pembentukan karakter) iman dan<br />
taqwa. Akan tetap yang dibentuk adalah<br />
karakter sekulerisme dan materialisme<br />
yang sangat membahayakan kehidupan<br />
generasi kita di dunia dan di akhirat<br />
kelak. Sebab itu, tidaklah mengherankan<br />
bahwa generasi kita sekarang sedang<br />
kehilangan orientasi hidup yang benar<br />
yang sesuai dengan apa yang digariskan<br />
oleh Allah Ta’ala sebagai Tuhan Pencipta<br />
mereka, Pencipta kita dan Pencipta<br />
Alam semesta.<br />
39
Opini<br />
Konsep pendidikan yang ada<br />
sekarang harus direformasi dan bahkan<br />
kalau perlu direvolusi. Sudah 66 tahun<br />
Indonesia merdeka, pemerintah hanya<br />
melahirkan generasi sekuler dan<br />
materialis. Kondisi seperti ini akan<br />
mengancam kehidupan umat Islam<br />
di negeri ini. Berbagai kejahatan yang<br />
sudah mengakar saat ini, seperti korupsi,<br />
perilaku hedonis, gaya hidup konsumtif<br />
dan sebagainya adalah hasil dari apa yang<br />
ditanamkan dalam pendidikan masa lalu.<br />
Kalau kita serius untuk mengubah dan<br />
mereformasi kondisi semrawut seperti<br />
sekarang, kita harus memulainya dari<br />
dunia pendidikan. Kalau kita gagal<br />
mewujudkan pendidikan sebagai wadah<br />
dan institusi pembentukan karakter<br />
iman dan taqwa kepada anak didik kita<br />
sekarang, maka masa depan negeri ini<br />
akan tetap sepeti apa yang kita saksikan<br />
hari ini, dan tidak mustahil lebih parah<br />
lagi.<br />
Banyak hal yang perlu kita benahi<br />
dari dunia pendidikan sekarang, di<br />
antaranya adalah konsep pendidikan<br />
yang diterapkan. Kita harus mampu<br />
merancang sebuah konsep pendidikan<br />
yang efektif dan mampu menanamkan<br />
karakter iman dan taqwa kepada anak<br />
didik sehingga mereka memiliki orientasi<br />
hidup yang benar yang sesuai dengan<br />
maksud dan tujuan Allah menciptakan<br />
mereka. Kalau orientasi itu sudah<br />
melenceng dan menyimpang, maka<br />
generasi kita akan menjadi generasi<br />
yang tidak kenal Tuhan Penciptanya<br />
dan tidak pula mengenal diri mereka<br />
sendiri. Dari sinilah awal malapetaka<br />
dan berbagai penyimpangan manusia<br />
itu muncul.<br />
Manusia yang tidak mengenal<br />
Allah dan tidak mengenal dirinya,<br />
mereka akan hidup liar di dunia ini dan<br />
merusak kehidupan yang pada akhirnya<br />
akan merugikan dan mencelakakan<br />
orang lain, termasuk dirinya sendiri.<br />
Sebaliknya, manusia yang mengenal<br />
Allah dan dirinya dengan baik, insya<br />
Allah, mereka akan menjadi pribadipribadi<br />
yang shalih yang bukan hanya<br />
mampu memberikan keshalihan<br />
(kebaikan) kepada dirinya, melainkan<br />
juga kepada orang lain. Pribadipribadi<br />
yang shalih itu tidak lahir dari<br />
konsep pendidikan yang sekuler dan<br />
berorientasi duniawi atau materialistik.<br />
Akan tetapi, mereka lahir dari konsep<br />
pendidikan Islam yang mengajarkan dan<br />
menanamkan orientasi hidup manusia<br />
yang sebenarnya.<br />
Terkait dengan orientasi hidup<br />
manusia, Allah menjelaskan dalam<br />
al-Qur’an Surat adz-Dzariyat: 56-58,<br />
yakni: “Dan Aku tidak menciptakan jin<br />
dan manusia kecuali untuk mengabdi<br />
kepadaKu. Aku tidak menginginkan<br />
rezeki dari mereka dan tidak pula Aku<br />
menginginkan makanan dari mereka.<br />
Sesungguhnya Allah, Dialah Pemberi<br />
rezeki, yang memiliki kekuatan yang<br />
kuat”.<br />
Dari tiga ayat tersebut di atas kita<br />
dapat menyimpulkan hal-hal berikut:<br />
1. Manusia diciptakan Allah<br />
bukan untuk bermain-main dan hanya<br />
mengejar kepentingan duniawi. Akan<br />
tetapi, mereka diciptakan Allah untuk<br />
beribadah kepada-Nya dengan menaati<br />
semua sistem hidup yang diciptakan-<br />
Nya untuk manusia agar mereka selamat<br />
di dunia dan akhirat.<br />
2. Persoalan rezeki dan kebutuhan<br />
hidup di dunia sudah Allah siapkan<br />
sedemikian rupa untuk manusia.<br />
Oleh sebab itu, manusia tidak perlu<br />
khawatir akan tidak kebagian rezeki<br />
selama mereka berusaha dan berdoa<br />
serta pemerintahnya tidak zhalim atau<br />
menerapkan sistem zhalim yang hanya<br />
menguntungkan dan memperkaya<br />
segelintir kaum kapitalis saja.<br />
3. Allah Maha Kuasa terhadap<br />
segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.<br />
Dia telah menciptakan kita dengan<br />
sistem yang sangat canggih dan telah<br />
menyiapkan bagi kita semua kebutuhan<br />
selama hidup di dunia ini. Bahkan<br />
sebelum dilahirkan ke dunia; saat<br />
berada dalam rahim ibu kita dan tidak<br />
bisa berbuat apa-apa, maka karunia-<br />
Nya selalu menyirami kehidupan kita.<br />
Kalau kita menjadikan Allah sebagai<br />
tujuan dan orientasi hidup, maka Allah<br />
akan memudahkan dan memberkahi<br />
hidup di dunia dan menyelamatkan<br />
kehidupan akhirat kita. Ini adalah<br />
janji-Nya pada setiap hamba yang<br />
hidupnya hanya untuk mengabdi<br />
dan beribadah kepada-Nya. Persoalan<br />
dunia ini amatlah sederhana bagi-Nya.<br />
Demikian pula halnya bagi orang yang<br />
hidupnya untuk ibadah kepada Allah,<br />
persoalan kehidupan dunia bukanlah<br />
menjadi tujuan utamanya dan yang<br />
menjadi tujuan hidupnya tetaplah<br />
kehidupan akhirat yang abadi. Inilah<br />
generasi yang bermutu dan berkualitas<br />
40 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
tinggi disisi Allah dan Rasul-Nya, bukan<br />
generasi yang orientasi hidupnya hanya<br />
kepentingan hidup di dunia yang fana<br />
dan sementara.<br />
Generasi yang berkualitas itu hanya<br />
akan lahir dari sistem dan konsep<br />
pendidikan Islam, bukan dari konsep<br />
pendidikan sekuler, materialis dan<br />
kapitalis. Generasi yang bermutu<br />
ialah generasi muda yang beriman<br />
kepada Allah dan selalu menjadikan<br />
petunjuk Allah (al-Qur’an) sebagai<br />
rambu-rambu kehidupan. Generasi<br />
muda yang memiliki hati yang bersih<br />
dan kasih sayang terhadap orang tua,<br />
keluarga dan masyarakatnya. Generasi<br />
yang berpendirian teguh dan tidak<br />
terpengaruh oleh lingkungan dan<br />
pergaulan yang tidak sehat, dan bahkan<br />
mereka yang mempengaruhinya ke<br />
arah kebaikan. Generasi yang berani<br />
menegakkan kebenaran dan menolak<br />
kebatilan, apapun resiko yang harus<br />
mereka alami. Generasi yang berani<br />
mengatakan bahwa Tuhan yang kami<br />
sembah dan taati adalah Allah yang<br />
menciptakan langit dan bumi ini.<br />
Generasi yang tidak akan pernah<br />
tunduk kepada tuhan selain hanya<br />
Allah karena mereka mengetahui dan<br />
menyadari bahwa ubudiyah (ibadah dan<br />
taat) kepada tuhan selain Allah adalah<br />
kehancuran dan kebinasaan yang paling<br />
besar di dunia dan akhirat.<br />
Semoga Allah membantu dan<br />
menolong kita dalam membentuk<br />
generasi yang memiliki pijakan hidup<br />
yang kuat dan memiliki orientasi hidup<br />
yang benar, yakni Allah menjadi tujuan<br />
mereka. Rasulullah saw., adalah teladan<br />
mereka. Al-Qur’an adalah dustur<br />
(sistem hidup) mereka. Berjuang di jalan<br />
Allah adalah jalan mereka dan mati di<br />
jalan Allah adalah cita-cita mereka yang<br />
paling tinggi dan utama. Semoga Allah<br />
memilih kita menjadi orang-orang yang<br />
sukses dalam mewujudkan generasi<br />
Islam, generasi masa depan yang<br />
diharapkan. Semoga Allah berkenan<br />
menghimpunkan kita di syurga Firdaus<br />
yang paling tinggi bersama Rasulullah<br />
saw., para shiddiqin, syuhada’, dan<br />
shalihin sebagaimana Allah himpunkan<br />
kita di tempat yang mulia ini. Wallahu<br />
a’lam bish-shawwab. n<br />
Penulis adalah Dosen pada STAIN<br />
Zawiyah Cot Kala Langsa, dan<br />
Alumnus PPS Universitas Negeri<br />
Malang.
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
Tanpa Akhlak, Teknologi Lahirkan Malapetaka<br />
Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan<br />
Teknologi Informasi dan<br />
Komunikasi (TIK) yang semakin<br />
pesat dewasa ini telah terjadi perubahan<br />
dan percepatan pembangunan diberbagai<br />
sektor termasuk bidang pendidikan.<br />
Derasnya arus informasi yang masuk<br />
melalui dunia maya kadangkala telah<br />
merusak tatanan budaya masyarakat dan<br />
kalau tidak segera diatasi atau dibekali<br />
akhlak mulia akan melahirkan malapetaka<br />
bagi generasi mendatang.<br />
Beberapa waktu lalu sebuah media<br />
melansir berita keberhasilan telkomsel<br />
dalam meraup pemasukan dari<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong> yang menggunakan<br />
jasa telepon seluler. Angkanya mencapai<br />
Rp 150 milyar per bulan, kalau angka itu<br />
benar berarti Rp 1,8 trilyun per tahun,<br />
hampir dua kali anggaran pendidikan<br />
<strong>Aceh</strong>. Sebuah angka fantastis untuk<br />
pasar bisnis yang bergerak di bidang<br />
Teknologi Informasi dan Komunikasi<br />
(Serambi/23/12/10).<br />
Baru-baru ini kita sempat kaget<br />
karena dikabarkan, beberapa sekolah<br />
di <strong>Aceh</strong> guru memergoki handphone<br />
siswa yang merekam film panas/vulgar,<br />
sehingga pihak sekolah sepakat bersama<br />
pihak berwajib setempat membakar<br />
hpnya dihadapan sejumlah siswa yang<br />
lain. Peristiwa itu tentu membuat kita<br />
ikut prihatin, sebab hp yang tujuan<br />
utama untuk komunikasi dan informasi,<br />
justru diisi dengan visualisasi yang<br />
menodai generasi kita. Dan pada akhirnya<br />
memunculkan malapetaka dalam<br />
masyarakat.<br />
Sepintas kita bangga karena perusahaan<br />
tersebut mampu menyumbang<br />
pendapatan dengan angka yang signifikan<br />
dalam pemanfaatan telepon selular,<br />
tapi di lain sisi secara kualitas dan segi<br />
azas manfaat muncul berbagai pertanyaan;<br />
apakah pemanfaat jasa telepon<br />
Oleh Drs. Bustamam Ali, M.Pd<br />
selular ini benar-benar memberikan<br />
kontribusi besar untuk peningkatan<br />
ekonomi keluarga atau sebagai media<br />
pembelajaran yang dapat mengatasi<br />
masalah pendidikan serta menjaring<br />
berbagai infomasi aktual lainnya.<br />
Pengamat ekonomi <strong>Aceh</strong>, H. Rustam<br />
Effendi menyatakan tak heran kalau<br />
angka pengeluaran masyarakat <strong>Aceh</strong><br />
mencapai Rp 150 milyar per bulan untuk<br />
membelanjakan pulsa handphone, ini<br />
memang sudah gaya hidup masyarakat.<br />
Persoalannya, bagaimana potensi ini<br />
kita kemas menjadi sebuah peluang<br />
untuk peningkatan ekonomi keluarga<br />
dan percepatan peningkatan mutu<br />
pendidikan dengan pemanfaatan media<br />
telepon selular dan media pendidikan<br />
yang berbasis ICT lainnya.<br />
Sangat disayangkan kalau sebagian<br />
besar masyarakat yang menggunakan<br />
jasa media teknologi komunikasi dan<br />
infomasi ini terjebak pada jalur yang<br />
salah, bahkan cenderung berbias malapatetaka.<br />
Sebab, lajunya perkembangan<br />
teknologi komunikasi dan informasi<br />
semakin rentan pula terhadap berbagai<br />
pengaruh negatif ke dalam kehidupan<br />
kita, seperti pornografi, kekerasan, pola<br />
hidup konsumtif, glamor/vulgar serta<br />
informasi lainnya yang menodai anak<br />
bangsa.<br />
Untuk menangkal arus informasi<br />
serta pemblokiran situs yang dapat<br />
melumuri anak negeri, sejauh ini belum<br />
terdapat sebuah sistem atau model<br />
teknologi yang handal, meskipun hampir<br />
semua negara mendambakannya. Hanya<br />
dengan menanamkan rasa keimanan<br />
dan nilai-nilai agama serta akhlak mulia<br />
kepada si anak, ini merupakan benteng<br />
yang paling ampuh sebagai penangkalnya.<br />
Budaya belajar dan berpikir positif juga<br />
perlu dikembangkan dalam rangka<br />
menyikapi laju perkembangan media<br />
informasi global ini.<br />
Dewasa ini penggunaan ICT di dunia<br />
pendidikan terus berkembang dalam<br />
berbagai strategi dan pola. Pada dasarnya<br />
semua dapat dikelompokkan ke dalam<br />
sistem ”electronic learning” (e-learning)<br />
sebagai model pembelajaran yang memanfaatkan<br />
perangkat elektronik dan<br />
media digital maupun mobile learning<br />
sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan<br />
perangkat dan teknologi<br />
bergerak.<br />
ICT sebetulnya banyak menciptakan<br />
terobosan baru dalam memecahkan<br />
masalah pendidikan. Bahkan pada<br />
era global sekarang ini sekolah berbasis<br />
ICT menjadi program utama, termasuk<br />
melatih guru, membangun infrastruktur<br />
(jaringan) dan pengadaan serta pemberdayaan<br />
alat multimedia untuk kebutuhan<br />
pembelajaran. Kalau tidak, jangan<br />
mimpi pendidikan kita dapat bersaing<br />
dengan negara tetangga apalagi secara<br />
global, bahkan makin mundur karena<br />
mereka telah melakukan lompatan jauh<br />
ke depan.<br />
Robso Robby ”mobile learning and<br />
handheld devices in the classroom“<br />
eduworks corporation, corvallis,<br />
41
Opini<br />
oregon, USA, IMS, Australia dan<br />
Bambang Warsita dalam bukunya<br />
teknologi pembelajaran, landasan dan<br />
aplikasinya, antara lain menyebutkan,<br />
dengan segala potensinya teknologi<br />
bergerak , khususnya telepon selular<br />
sangat mungkin dioptimalkan dalam<br />
pembelajaran karena menawarkan<br />
banyak peluang.<br />
Sementara Clark Quinn seorang<br />
pakar e-learning lainnya, menyebutkan<br />
Mobile Learning merupakan model<br />
pembelajaran yang paling efektif dalam<br />
model TIK. Karena telepon selular dapat<br />
menyediakan materi pembelajaran yang<br />
dapat diakses oleh peserta didik pada<br />
setiap saat, sekaligus diberikan materi<br />
visualisasi yang menarik. Mobile Learning<br />
juga suatu model pembelajaran yang<br />
melibatkan perangkat (device) bergerak<br />
sehingga peserta didik dapat mengakses<br />
materi pembelajaran, petunjuk belajar<br />
dan aplikasi pembelajaran tanpa dibatasi<br />
oleh ruang dan waktu, di mana pun dan<br />
kapan pun mereka berada.<br />
Di bagian lain, HP dengan ukuran<br />
fisik yang sangat portable, perangkatnya<br />
yang ada saat ini telah memiliki<br />
kemampuan yang sangat handal dalam<br />
hal ”multi media” akses internet, akses<br />
perangkat lunak komersial, maupun<br />
kemampuan lainnya yang sangat<br />
kondusif dengan kegiatan pembelajaran.<br />
Koneksitas dengan kemampuan dan<br />
kemudahan akses instant ke sumber<br />
sumber internet, email, forum virtual,<br />
peralatan selular ini semakin mampu<br />
memfasilitasi kegiatan pembelajaran<br />
peserta didik, mahasiswa, guru, dosen<br />
instruktur maupun fasilitator lainnya.<br />
Semua itu yang penting kita<br />
tinggal bagaimana mengemas model<br />
pembelajaran yang inovatif secara lebih<br />
efektif dan produktif. Begitupun dalam<br />
implementasinya tidaklah semudah<br />
membalik telapak tangan. Mengubah<br />
budaya masyarakat, kondisi ekonomi,<br />
infrastruktur koneksitas dan kemampuan<br />
pengoperasian perangkatnya, justru<br />
selalu menjadi kendala di lapangan,<br />
sekaligus dapat meningkatkan harkat<br />
dan martabat bangsa khususnya daerah<br />
yang kita cintai ini, sebagai tanah<br />
Serambi Mekkah. Agaknya ini menjadi<br />
bahan renungan bagi kita. n<br />
Penulis ialah praktisi pendidikan dan<br />
Tenaga Pengajar Ilmu Komunikasi<br />
Universitas Iskandar Muda Banda<br />
<strong>Aceh</strong>.<br />
Pengawas (Supervisor) adalah<br />
salah satu tenaga kependidikan<br />
yang bertugas memberikan<br />
pengawasan agar tenaga kependidikan<br />
(guru, kepala sekolah, dan personil<br />
lainnya di sekolah) dapat menjalankan<br />
tugasnya dengan baik. Kalau dilihat<br />
dari keputusan Menteri Negara Pendayagunaan<br />
aparatur Negara Nomor<br />
118/1996, pengawas adalah Pegawai<br />
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung<br />
jawab dan wewenang secara<br />
penuh oleh pejabat yang berwenang<br />
untuk melakukan pengawasan dengan<br />
melaksanakan penilaian dan pembinaan<br />
dari segi teknis pendidikan dan<br />
administrasi pada satuan pendidikan<br />
prasekolah dasar dan menengah.<br />
Dilihat dari keputusan Menteri<br />
Pendayagunaan Aparatur Negara<br />
tersebut, maka kedudukan pengawas<br />
sangat strategis dan akan sangat mempengaruhi<br />
mutu pendidikan secara keseluruhan.<br />
Dipungkiri atau tidak, guru<br />
sangat membutuhkan bantuan tenaga<br />
pengawas, karena guru merupakan<br />
personil sekolah yang selalu berhadapan<br />
dengan masalah dan tidak dapat<br />
memecahkannya tanpa mendapatkan<br />
bantuan dari pihak lain, terutama dari<br />
pengawas.<br />
Ada asumsi salah dalam masyarakat<br />
hari ini, terutama masyarakat kependidikan.<br />
Jabatan pengawas sekolah<br />
diterjemahkan dengan jabatan bangku<br />
panjang sebelum menuju masa pensiun.<br />
Sehingga terkesan pengawas sekolah/madrasah<br />
adalah PNS yang tidak<br />
produktif lagi. Penilaian seperti ini<br />
bukanlah hal yang muncul begitu saja,<br />
tapi inilah yang sering dipraktekkan di<br />
lembaga <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang kita<br />
cintai dan juga di Dinas Pendidikan.<br />
Karena masih ada pejabat kita yang<br />
sudah masuk masa pensiun, dan tanpa<br />
ada latar belakang pendidik (guru),<br />
di-SK-kan kembali menjadi pengawas<br />
42 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
“Kacamata<br />
dilingkungan sekolah/madrasah. Ironis<br />
bukan?<br />
Para pengawas yang semacam ini<br />
tidak mengetahui dan memahami peranan<br />
yang harus dimainkannya serta<br />
fungsi yang mesti diembannya. Terlebih<br />
lagi saat melaksanakan peranan<br />
dan fungsi sebagai pengawas.<br />
Permasalahan ini muncul sudah<br />
sejak dulu, namun saat diberlakukannya<br />
otonomi daerah sekarang ini, praktik<br />
semacam ini justru malah menjadijadi.<br />
bupati/walikota yang terpilih<br />
dalam Pilkada, ada yang mengangkat<br />
pengawas sekolah bukan berasal dari<br />
guru dan atau kepala sekolah. Ada<br />
pengawas sekolah yang diangkat dari<br />
mantan pejabat atau staf dinas dengan<br />
maksud untuk bisa aktif lima tahun lagi,<br />
padahal mereka belum pernah menjadi<br />
guru atau kepala sekolah. Bahkan ada<br />
pula yang diangkat sebagai balas budi<br />
bagi “tim sukses” bupati/walikota<br />
terpilih. Ironisnya lagi, setelah mereka<br />
dilantik sebagai pengawas sekolah,<br />
mereka tidak pernah mendapatkan<br />
pelatihan pengawas sekolah.<br />
Sekedar untuk penulis ingatkan<br />
untuk kita bersama, sebenarnya<br />
pengawas dan kepala sekolah/madrasah<br />
memiliki persyaratan yang hampir<br />
dapat dikatakan tidak boleh tidak<br />
adalah harus berawal dari seorang<br />
guru. Kepala sekolah adalah seorang<br />
guru yang mendapatkan tugas sebagai<br />
manajer sekolah. Terpilihnya seseorang<br />
menjadi kepala sekolah, secara<br />
normatif karena guru itu memiliki<br />
keunggulan, kapasitas dan komitmen<br />
diantara guru-guru yang lain dan telah<br />
teruji kredibilitasnya. Kenapa tidak<br />
kalau misalnya pengawas yang diangkat<br />
adalah berasal dari kepala sekolah yang<br />
baik dan bagus serta berprestasi agar<br />
mutu pendidikan dan guru juga akan<br />
lebih baik.<br />
Oleh karena itu, menurut hemat
Minus” Pengawas Madrasah<br />
Oleh Nazarullah ZA, S.Ag<br />
penulis, pengangkatan pengawas<br />
dengan cara yang dipraktikkan<br />
sekarang (balas budi, perpanjangan<br />
masa aktif PNS), sebenarnya bertentangan<br />
dan melanggar Peraturan<br />
Pemerintah Republik Indonesia<br />
Nomor 19 Tahun 2005 tentang<br />
Standar Nasional Pendidikan, Pasal<br />
39 yang berbunyi:<br />
Kriteria minimal untuk menjadi pengawas<br />
satuan pendidikan meliputi:<br />
a. berstatus sebagai guru sekurangkurangnya<br />
8 (delapan) tahun dan/<br />
atau kepala sekolah sekurangkurangnya<br />
4 (empat) tahun pada<br />
jenjang pendidikan yang sesuai<br />
dengan satuan pendidikan yang<br />
diawasi;<br />
b. memiliki sertifikat pendidikan<br />
fungsional sebagai pengawas satuan<br />
pendidikan;<br />
c. lulus seleksi sebagai pengawas<br />
satuan pendidikan.<br />
Jadi, pengangkatan seorang pengawas<br />
sangat-sangat baik jika<br />
bermuara dari seorang guru yang<br />
berpengalaman, seorang kepala sekolah<br />
yang sudah teruji kepemimpinannya,<br />
punya kapasitas, komitmen dan<br />
integritas yang tinggi terhadap dunia<br />
pendidikan.<br />
Melihat yang lebih<br />
Supervisor (istilah untuk pengawas)<br />
berasal dari kata Super artinya lebih<br />
dan visor berasal dari kata visi artinya<br />
melihat. Maka pengawas sebagai<br />
seorang supervisor semestinya melihat<br />
hal-hal yang “lebih” bukan melihat halhal<br />
yang “kurang” yang terdapat pada<br />
guru. Karena guru adalah potensi,<br />
aset yang bisa digali kemampuan<br />
dan kecerdasan mereka, demi untuk<br />
meningkatkan mutu pendidikan.<br />
Selama ini banyak guru yang tidak<br />
simpati kepada pengawas saat masuk<br />
observasi ke kelas, guru-guru merasa<br />
bahwa pengawas masuk kelas bukan<br />
untuk pembinaan dan pengawasan,<br />
tetapi dianggap sebagai tindakan untuk<br />
mencari kesalahan para guru dan juga<br />
intimidasi. Pola pikir semacam ini<br />
masih selalu terjadi dikalangan guruguru<br />
sampai dengan detik ini. Salahkah<br />
mereka?<br />
Untuk menjawab hal tersebut,<br />
ada baiknya kita melihat peranan<br />
pengawas sekolah/madrasah menurut<br />
Wiles & Bondi (2007), “The role of the<br />
supervisor is to help teachers and other<br />
education leaders understand issues<br />
and make wise decisions affecting<br />
student education.”<br />
Bertitik tolak dari pendapat Wiles &<br />
Bondi tersebut, maka peranan pengawas<br />
sekolah/madrasah adalah membantu<br />
guru-guru dan pemimpin-pemimpin<br />
pendidikan untuk memahami isuisu<br />
dan membuat keputusan yang<br />
bijak yang mempengaruhi pendidikan<br />
siswa. Untuk membantu guru dalam<br />
melaksanakan tugas pokok dan<br />
fungsinya serta meningkatkan prestasi<br />
belajar siswa, maka peranan umum<br />
pengawas sekolah/madrasah adalah<br />
sebagai:<br />
a. Supervisor, b. observer<br />
(pemantau), c. evaluator (penilai) d.<br />
successor (pembantu keberhasilan).<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
Di level operasional, pengawas<br />
semestinya bersikap sebagai patner<br />
(mitra) guru dalam meningkatkan<br />
mutu proses dan hasil pembelajaran<br />
dan bimbingan di sekolah/madrasah<br />
binaannya. Pengawas itu ibarat teman<br />
dan bahkan sejawat yang selalu dan<br />
senantiasa bisa memberikan bimbingan<br />
serta bukan mencari kesalahan. Jangan<br />
selalu menilai guru dengan mengunakan<br />
“kacamata minus”. Karena, dengan<br />
menggunakan “kacamata minus”,<br />
akan selalu terlihat yang kurang-kurang<br />
(mines), padahal pada guru itu masih<br />
banyak yang lebih (plus)/ berpotensi.<br />
Sudah saatnya pengawas itu<br />
diangkat dari kalangan guru-guru yang<br />
berprestasi dan masih muda-muda<br />
untuk melahirkan inovasi atau ide-ide<br />
yang bagus untuk kemajuan pendidikan<br />
(bukan yang sudah berkacamata<br />
menunggu pensiun), dan sangat<br />
lebih bagus para pengawas itu diangkat<br />
dari guru-guru yang berpengalaman<br />
serta jenjang pendidikan yang lebih<br />
tinggi (S-2 kependidikan). Pengawas<br />
adalah tempat guru bertanya dan<br />
juga sekaligus bisa menjadi tempat<br />
bagi kepala sekolah/ madrasah untuk<br />
mencari solusi jika kepala sekolah/<br />
madrasah ada permasalahan dengan<br />
guru di satuan kerjanya (sebagai<br />
penengah).<br />
Kehadiran seorang pengawas di<br />
sekolah hendaknya menjadi sebuah<br />
dambaan bagi seorang guru, untuk<br />
memberikan motifasi bagi mereka.<br />
Sudah saatnya hari ini untuk menghilangkan<br />
image kedatangan pengawas<br />
ke sekolah bak kedatangan “malaikat<br />
maut”, ditakuti dan tidak diharapkan<br />
kunjungannya.<br />
Penulis adalah Tenaga Pendidik<br />
di lingkungan Kemenag. Kab.<br />
Pidie dan Mahasiswa S-2. Prodi.<br />
Magister Administrasi Pendidikan<br />
(MAP) Unsyiah B. <strong>Aceh</strong>.<br />
43
Bahasa di <strong>Aceh</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2011</strong><br />
NO.<br />
BAHASA<br />
INDONESIA<br />
BAHASA ACEH<br />
BAHASA<br />
GAYO<br />
BAHASA<br />
ANEUK<br />
JAMEE<br />
Ensiklopedi<br />
Bahasa di <strong>Aceh</strong><br />
BAHASA<br />
ALAS<br />
BAHASA<br />
SIGULAI/<br />
LAMAMEK<br />
44 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
BAHASA<br />
DEVAYAN<br />
BAHASA<br />
SINGKIL<br />
BAHASA PAK-<br />
PAK BOANG<br />
BAHASA<br />
TAMIANG<br />
HULU<br />
1 Marah Beungeh Bengis Berang Mengas Akhei Suek Mhangat Pungukhen Maghah Bengis Suek<br />
2 Curang Ku’eh Ilet Curang Ilat Nakal Ganjir Licik Bicuk Nokoh Serung Khelot<br />
3 Mengundang undang Mango Maundang Mebagah Mangundang<br />
4 Berkumpul Meusapat<br />
Murum/<br />
musapat<br />
Bakumpue<br />
Pulung/<br />
sepuk<br />
Manga<br />
ongan<br />
BAHASA<br />
KLUET<br />
BAHASA<br />
HALOBAN<br />
Mwagah Mewagah Ngundang Sebegekon Maongan<br />
Mefatutu Maleku Mpulung Medugun Bekumpol Pulung Bakoumpour<br />
5 Bertemu Meureumpok Mudemu Basuo Jumpe Fabukha Mansibuha Simbag Simbak Bejumpo Jumpoe Masiukha<br />
6 Berpisah Meupisah Mucere Bapisah Sikhang Bepisah Mansitaren Mhelang Mehelang Bepisah Mesirang Bapisah<br />
7 Datang Troeh Geh Datang Khoh Lentuk Besang Khoh Khoh Datang Roh Wesang<br />
8 Pergi Jak Beloh Pai Laus Mei Maee Laus Laus Lalu Laus Nae/mae<br />
9 Menunggu Preh Munampi Mananti Nimai Mafi’e Mama-al Meumema Pema Menanti Nimoi Mamba.al<br />
10 Sampai Troek Sawah Tibo Soh Lentuk Lentuk Soh Soh Tijak Soh Sampek<br />
11 Memberi Joek/bi Munosah Maagiah Mekhei Fi’esie Mam-ba Weukhek Mekhek Ngunjok Merekon Mangebba<br />
12 Menerima Trimong Munerime Manarimo Nekhime Manarimo Manarimo Menjalo Menjalo Neghimo Nerimo Manarimo<br />
13 Meminta Meulakee Muniro Mamintak Midou Mangande Manidauo Memido Mengido Minto Midoe Manido<br />
14 Setuju Seutuju Setuju Setuju Setuju Cocok Setuju Stuju Toko/ue Setuju Setuju Uda<br />
15 Duduk Duek Kunul Duduak Tandok Tatauk Tumata-eng Kundul Kundul Dudok Tandok Mantaeng<br />
16 Berdiri Doeng<br />
Sesuk/<br />
jenyong<br />
17 Bangun Beudoh Uwet Bsngkik Buet Toba<br />
Tagak Jindekh Indou-indou Umidek Cendekh Cendekh Bedikhi Jonjong Umidek<br />
Afedoik/<br />
afayu<br />
Keke Keke Bangkik Buat Awayu<br />
18 Jatuh Rheot Metuh Jatuah Dabuh Khuak Huak/kuak Ndabuh Ndabuh Lebok Nabuh Khuak<br />
19 Tolak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak Tulak<br />
20 Tarik Tarek Tegu Tariak Takhik Tarik Elak Teugu Tegu Taghek Tegu Tarek<br />
Database ensiklopedia Bahasa di <strong>Aceh</strong> ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca <strong>Majalah</strong><br />
<strong>Santunan</strong> di berbagai wilayah di <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor.<br />
Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085277759339 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah<br />
yang anda kuasai.<br />
Kontributor Edisi Juli: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman, Bahasa Alas-<br />
Hasanuddin Ramud, Bahasa Sigulai Lamamek-Aji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa<br />
Singkil-Hendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman Ar, Bahasa Tamiang hulu-Lukmanul Hakin,<br />
bahasa Kluet-H.Bahrum Basyah, bahasa Haloban-ikhsan<br />
Padanan kata untuk <strong>edisi</strong> berikutnya: Batang; benih; Ranting; Kulit; Bunga; Lapuk; Gugur; Tumbang; Urat;<br />
Perdu; ahan; Biji; Putik; Masak (buah-buahan); pelepah; Tangkai; Memanjat; Kayu; Tunas; Pucuk
Konsultasi BP4<br />
Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>)<br />
Assalamu’alaikum wr. wb.<br />
Bapak Pengasuh Konsultasi Keluarga<br />
BP4 yang terhormat. Keluarga<br />
kami, dalam dua tahun terakhir ini<br />
mengalami musibah beruntun. Kedua<br />
orang tua kami meninggal dunia,<br />
kemudian anak kami yang nomor dua.<br />
Terakhir, anak kami yang nomor satu,<br />
mendapat jodoh, tapi terlibat dalam<br />
kelompok aliran sesat yang baru-baru<br />
ini sudah disyahadatkan di masjid<br />
Raya Baiturrahman. Pertanyaan kami,<br />
apa yang harus kami lakukan, dan<br />
bagaimana pula dengan jodoh anak<br />
kami tersebut, dilihat dari hukum<br />
Islam? Jawaban dari pengasuh sangat<br />
kami harapkan.<br />
Wassalam dari kami sekeluarga<br />
di Banda <strong>Aceh</strong><br />
Nama dan Alamat pada Redaksi<br />
Wa‘alaikumussalam wr. wb<br />
Sebagai hamba Allah swt., kita<br />
tidak luput dari cobaan dalam hidup<br />
ini. Karena itu pula Allah swt, sangat<br />
sayang kepada orang-orang yang ketika<br />
diberi musibah bersikap sabar. Karena<br />
Allah selalu beserta orangorang yang<br />
sabar. “Fasabrun jamilun wallahul<br />
musta‘an” (Q.S. Yusuf: 18). Sabar itu<br />
indah dan Allah akan mengganti yang<br />
lebih baik dari apa yang sudah ada.<br />
Jangankan kita sebagai manusia biasa,<br />
para Nabi dan Rasul juga diuji dengan<br />
bermacam cobaan oleh Allah swt.<br />
Berkenaan dengan jodoh anak, yang<br />
belakangan diketahui terlibat aliran<br />
sesat, melalui rubrik ini pengasuh<br />
menyampaikan beberapa hal, dengan<br />
harapan bisa dijadikan solusi dan<br />
teratasi dengan baik.<br />
Pertama, proses khitbah (peminangan).<br />
Dalam hubungan ini sangat terkenal<br />
hadits dari Mughirah bin Syu’bah ketika<br />
ia menyampaikan kepada Nabi bahwa<br />
pemah meminang seorang wanita.<br />
Rasulullah berkata kepadanya, apakah<br />
kamu melihat wanita itu? Mughirah<br />
menjawab belum, rasulullah memberi<br />
petunjuk, “Lihatlah terlebih dahulu,<br />
agar kelak hidupmu langgeng” (HR.<br />
Jodoh Anakku, Sesat<br />
An-Nasai, Turmidzi dan Ibn Majah).<br />
Sekalipun hadits ini ditujukan kepada<br />
pihak laki-laki, tapi juga bisa<br />
berlaku pada pihak wanita untuk<br />
meneliti dan melihat kondisi keluarga<br />
pihak laki-laki. Orang tua kita (endatu)<br />
berpesan, “jak beutrok kalon beudeuh,<br />
bek rugoe meuh saket hate.”<br />
Kedua, pilih yang beragama. Ini<br />
sesuai petujuk Rasulullah saw.: Wanita<br />
itu dinikahi karena empat faktor,<br />
karena hartanya, keturunannya, karena<br />
kecantikannya, dan karena agamanya;<br />
maka pilihlah yang beragama, mudahmudahan<br />
kamu akan bahagia (HR.<br />
Jama’ah). Penekanan Rasulullah pada<br />
“agama” karena ia memiliki sifat<br />
akhlaqul karimah, taat, dan menjauhi<br />
dirinya dari larangan Allah swt.,<br />
sedangkan tiga hal lainnya (harta,<br />
keturunan, dan kecantikan adalah<br />
sementara sifatnya).<br />
Ketiga, wanita yang dipinang bukan<br />
keluarga dekat. Hal ini sesuai dengan<br />
jiwa yang terkandung dalam Q.S. an-<br />
Nisa’ ayat 22 dan 23. Dalam kaitan<br />
ini Umar bin Khattab menyatakan:<br />
“faqad sha’uftum fankihul ghara’ib”<br />
(sesungguhnya kamu adalah lemahlemah<br />
maka nikahilah kamu dengan<br />
orang-orang asing). Menurut Saydina<br />
Umar, bila terjadi perkawinan di<br />
lingkungan keluarga dekat, akan<br />
menurunkan keturunan yang lemah<br />
jasmani maupun rohani.<br />
Persoalan selanjutnya adalah bagaimana<br />
jodoh anak yang sudah terlibat<br />
aliran sesat? Dalam hal ini pengasuh<br />
melihat dari dua aspek. Pertama, dari<br />
segi hukum Islam, apabila seseorang<br />
keluar dari agama Islam atau pindah<br />
agama, ia disebut “murtad”. Bila<br />
seseorang murtad, halal darahnya<br />
artinya bisa dibunuh, kecuali ia taubat.<br />
Bila ia punya isteri dengan sendirinya<br />
terjadi talaq ba’in, dan tidak bisa lagi<br />
saling mewarisi antara keduanya.<br />
Kedua, dari ketentuan negara<br />
seperti yang disebutkan dalam KHI<br />
(Kompilasi Hukum Islam). Dalam Pasal<br />
116 disebutkan ada delapan alasan<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
terjadinya perceraian: (a) salah satu<br />
pihak berbuat zina dan sejenisnya, (b)<br />
salah satu pihak meninggalkan salah<br />
satu pihak selama dua tahun (c) salah<br />
satu pihak dihukum selama 5 tahun<br />
penjara (d) salah satu pihak melakukan<br />
kekejaman/penganiayaan berat (e)<br />
salah satu pihak mendapat cacat badan<br />
(f) antara suami isteri terus menerus<br />
terjadi konflik (g) suami melanggar<br />
taktik talaq dan (h) peralihan agama<br />
atau murtad. Jadi murtad termasuk<br />
salah satu alasan putusnya perkawinan,<br />
termasuk khitbah (pinangan).<br />
Solusi selanjutnya adalah, bagi yang<br />
sudah terlanjur sesat, hendaklah ia<br />
segera taubat, artinya taubat nashuha,<br />
pertama, disyahadatkan kembali. Lalu ia<br />
harus beranjak kepada tahap kedua yaitu<br />
”an-nadam” (penyesalan mendalam)<br />
atas perbuatannya. Kemudian terus<br />
menerus memohon keampunan dengan<br />
”astaghfirullahal ‘azhim”. Selanjutnya<br />
yang bersangkutan berikrar tidak akan<br />
kembali dan mengulangi perbuatan<br />
serupa, dan ia terus menerus dalam<br />
menjalankan ibadah dengan disiplin.<br />
Bila persyaratan seperti telah<br />
disebutkan, pengasuh menyarankan<br />
kepada anda selaku orang tuanya,<br />
dapat meneruskan jodoh anaknya,<br />
tetapi bila tidak bisa dilakukan seperti<br />
yang sudah dijelaskan, maka sebaiknya<br />
putuskanlah hubungan keduanya<br />
dengan membatalkan tunangannya.<br />
Nabi berpesan: “Da’ ma yaribuk ila ma<br />
la yaribuk“ (tinggalkan yang ragu-ragu<br />
dan ambil yang tidak ragu-ragu).<br />
Bila juga anda berdua selaku orangtua<br />
masih ragu-ragu lakukanlah shalat<br />
istikharah termasuk anak Anda, dengan<br />
memohon petunjuk yang terbaik dari<br />
Allah swt. Bahkan sudah sering oleh<br />
orang-orang tua kita berpesan “langkah,<br />
rezeki, peteumuen, maut”. Sikap anda<br />
berdua selaku orang tua dan termasuk<br />
anak merupakan itulah yang terbaik.<br />
Semoga Allah swt. memberi petunjuk,<br />
ma’unah, agar senantiasa dalam rahmat<br />
dan kasih sayang-Nya. n<br />
Wallahu a’lamu bish-shawab<br />
45
Konsultasi Hukum Islam<br />
Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.<br />
Sampai Kapan Orang Tua Bertanggungjawab?<br />
Assalamu’alaikum.<br />
Bapak pengasuh yang terhormat.<br />
Adakah batas tanggung jawab orangtua<br />
terhadap anak-anaknya di dalam ajaran<br />
agama kita. Hal ini saya tanyakan sehubungan<br />
dengan adanya data pengikut<br />
aliran sesat dari kalangan mahasiswa.<br />
Dalam pikiran saya mahasiswa sudah<br />
dapat dikategorikan sebagai orang yang<br />
sudah mandiri sehingga kalau mereka<br />
melakukan tindakan yang bersifat keliru<br />
tidak semestinya ”mengganggu”<br />
nama baik orangtua mereka atau keluarga<br />
mereka. Demikian, atas jawaban<br />
bapak saya ucapkan terima kasih.<br />
Alkhairi, Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
Jawaban<br />
Wa‘laikumussalam wr. wb.<br />
Saudara Alkhairi yang terhormat.<br />
Terima kasih atas perhatian saudara<br />
yang saya pikir cukup serius untuk<br />
persoalan aliran sesat ini khususnya<br />
berkaitan dengan batas waktu tanggung<br />
jawab para orangtua mendidik, melatih<br />
dan mengajar anak-anak mereka.<br />
Saya sepakat dengan saudara agar<br />
tidak mengaitkan orangtua dalam hal<br />
kesalahan anaknya yang sudah dewasa.<br />
Tetapi hal tersebut harus melalui sebuah<br />
keyakinan bahwa orangtua sudah menjalankan<br />
tanggungjawabnya dengan<br />
benar sesuai dengan batas waktu dan<br />
kurikulum pendidikan dan pelatihan<br />
wajib seperti yang ditentukan oleh<br />
Nabi Muhammad saw. Batas waktu dan<br />
kurikulum pendidikan dan pelatihan<br />
Nabi adalah sebagai berikut:<br />
Pertama, selama 13 tahun, orangtua<br />
mengajarkan anaknya Syariat Islam.<br />
”Barang siapa yang lahir baginya anak<br />
maka hendaklah diazankan di telinga<br />
kanannya dan diiqamahkan di telinga<br />
kirinya. Anak itu tidak akan dapat<br />
dimudharatkan oleh syaithan” (HR Al-<br />
Baihaqiy).<br />
Azan dan iqamah adalah inti Syariat<br />
Islam (Allah Maha Besar, tidak ada<br />
yang patut diikuti, ditaati selain Allah).<br />
Orangtua harus dapat memastikan<br />
bahwa Syariat Islam ini sudah dididik,<br />
dilatih dan diajarkan kepada anak-anak<br />
mereka.<br />
Kedua, selama 13 tahun kurang 6<br />
hari, orangtua mengajar, mendidik dan<br />
melatih anak-anaknya bermasyarakat.<br />
”Seorang anak dilaksanakan aqiqahnya<br />
pada hari ketujuh, diberi nama dan<br />
disunat.” Pemberian daging aqiqah<br />
kepada handai taulan, tetangga, saudara<br />
dan keluarga adalah simbolisasi<br />
pendidikan kemasyarakatan dimulai.<br />
Seorang anak sudah mulai diperkenalkan<br />
kepada ”dunia”.<br />
Kegiatan masyarakat di masjid, di<br />
kampung, di kota dan di tempat lainnya<br />
sudah mulai diikuti oleh seorang<br />
anak sehingga lambat-laun dia mulai<br />
merekam kultur, tatakrama dan kegiatan<br />
masyarakatnya untuk dia cerdas<br />
bermasyarakat. Orangtua harus dapat<br />
memastikan bahwa ia telah mendidik,<br />
mengajar dan melatih anaknya ilmu<br />
kemasyarakatan.<br />
Ketiga, selama 7 tahun, orangtua<br />
mengajar, mendidik dan melatih anakanaknya<br />
ilmu pengetahuan dan keterampilan.<br />
”Kalau telah berusia 6 tahun<br />
dididik (keahlian)”. Pada usia ini seorang<br />
anak harus mulai mendapat kesempatan<br />
untuk menentukan profesionalisme<br />
yang akan dipilih sebagai ”jalan hidup”<br />
dunianya. Orang tua harus menjamin<br />
bahwa anak-anak mereka memiliki keterampilan<br />
atau lifeskill sehingga tidak<br />
menjadi pengangguran.<br />
Keempat, selama 4 tahun, orangtua<br />
mengajar, mendidik dan melatih anakanaknya<br />
berprilaku dan berekspresi<br />
seksual islami. ”Kalau telah berusia 9<br />
tahun dipisahkan dari tempat tidurnya”.<br />
Pelurusan prilaku dan ekspresi sesksual<br />
seorang anak dimulai sejak berusia<br />
9 tahun. Wawasan, pengalaman dan<br />
perhatian mereka dalam persoalan ini<br />
tidak terpengaruh budaya asing yang<br />
tidak sesuai dengan tata perilaku yang<br />
diatur oleh ajaran Islam. Orangtua harus<br />
menjamin bahwa anak-anak mereka<br />
memiliki wawasan, pengetahuan dan<br />
prilaku seksual Islami; tidak berprilaku<br />
seksual menyimpang dari syari’at.<br />
Kelima, selama 3 tahun, orangtua<br />
membimbing praktikum dan mengevaluasinya.<br />
”Kalau berusia 13 tahun<br />
dipukul sebab meninggalkan shalat dan<br />
46 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
puasa”. Seorang anak sudah masuk pada<br />
tataran praktis dalam bidang Syariat Islam,<br />
kemasyarakatan, keahlian (keterampilan)<br />
dan kelurusan prilaku seksual.<br />
Masa 3 tahun ini juga digunakan untuk<br />
evaluasi penguasaan materi kurikulum<br />
pendidikan dan pelatihan yang sudah<br />
diberikan. Orangtua harus dapat menjamin<br />
praktikum ini berjalan dengan benar<br />
sebelum memastikan kedewasaan<br />
seorang anak melalui semacam bai’at.<br />
Keenam, pada saat 16 tahun, orangtua<br />
memastikan kedewasaan anak-anak<br />
mereka melalui semacam bai’at. ”Kalau<br />
telah berusia 16 tahun maka ayahnya<br />
menikahkannya. Kemudian ia memegang<br />
tangannya [jabat tangan] dan berkata:<br />
’Aku telah mendidikmu dan mengajarmu,<br />
memberimu keahlian, dan<br />
menikahkanmu. Aku berlindung kepada<br />
Allah dari azab-Nya di dunia dan di<br />
akhirat.” (HR Ibnu Hibban dari Anas).<br />
Menurut Nabi seorang anak dewasa<br />
pada saat usia 16 tahun dengan<br />
cara menyakini diri, baik anak maupun<br />
orangtua, bahwa anak-anak mereka<br />
telah memiliki wawasan syari’at, kemasyarakan,<br />
keahlian dan ilmu pengetahuan,<br />
prilaku dan ekspresi seksual tidak<br />
menyimpang yang kesemua itu terlihat<br />
dalam kehidupan sehari-hari.<br />
Perlu dicatat disini bahwa jika format<br />
yang telah ditetapkan ini berjalan dengan<br />
baik pada setiap keluarga muslim maka<br />
dapat dipastikan bahwa batas waktu<br />
tanggungjawab orangtua terhadap anaknya<br />
adalah 16 tahun. Seorang anak<br />
ketika itu sudah dapat dibebaskan dari<br />
bimbingan wajib orangtuanya menuju<br />
bimbingan wajib masyarakatnya dalam<br />
arti dakwah, yakni amar ma’ruf nahi<br />
munkar.<br />
Namun untuk seorang anak perempuan<br />
harus dipastikan berakhirnya<br />
tanggungjawab orangtua dengan<br />
perkawinan, meskipun mereka telah<br />
juga mengikuti format pendidikan<br />
dan pelatihan yang ditentukan tersebut<br />
sepanjang 16 tahun. Jika format<br />
ini tidak berjalan sebagaimana mestinya,<br />
menurut hemat kami, batas waktu<br />
tanggungjawab wajib tersebut mesti<br />
diperpanjang. nWallahua’lam.
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Bahasa Arab<br />
Diasuh oleh Muzakkir, S.Ag<br />
47
Bahasa Inggris<br />
Vocabularies :<br />
The Catastrophe = The Disaster<br />
Annual = every year<br />
Commemoration = close to celebration<br />
Fled = run away<br />
Expelled = dropted out<br />
Refugee = who lost the home<br />
Partitioned = devided<br />
Nakba Day (Arabic: Yawm an-Nakbah, meaning<br />
“day of the catastrophe”) is an annual day of<br />
commemoration for the Palestinian people<br />
of the displacement that accompanied the<br />
creation of Israel in 1948. It is generally<br />
commemorated on May 15, the day after<br />
the Gregorian calendar date for Israeli<br />
independence day (Yom Ha’atzmaut).<br />
During the 1948 Palestine War, an estimated 700,000<br />
Palestinians were expelled or fled, and<br />
hundreds of Palestinian villages were<br />
depopulated and destroyed. The vast<br />
majority of Palestinian refugees, both those<br />
outside the 1949 armistice lines at the war’s<br />
conclusion and those internally displaced,<br />
were barred by the newly declared state<br />
Nakba Day<br />
48 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
of Israel from returning to their homes or<br />
reclaiming their property.<br />
These refugees and their descendants number several<br />
million people today, divided between<br />
Jordan (2 million), Lebanon (427,057),<br />
Syria (477,700), the West Bank (788,108)<br />
and the Gaza Strip (1.1 million), with at<br />
least another quarter of a million internally<br />
displaced Palestinians in Israel. The<br />
displacement, dispossession and dispersal<br />
of the Palestinian people is known to them<br />
as al-Nakba, meaning “the catastrophe,” or<br />
“the disaster.”<br />
Prior to its adoption by the Palestinian nationalist<br />
movement, the “Year of the Catastrophe”<br />
among Arabs referred to 1920, when<br />
European colonial powers partitioned the<br />
Ottoman Empire into a series of separate<br />
states along lines of their own choosing.<br />
The term was first used to reference the<br />
events of 1948 in the summer of that<br />
same year by the Syrian writer Constantine<br />
Zureiq in his work “Ma’na al-Nakba” (“The<br />
Meaning of the Nakba”; published in<br />
English in 1956).
Pengalaman hidup setiap orang<br />
tidak selamanya manis dan<br />
layak ditulis dengan tinta emas.<br />
Pengalaman tidak diberi jabatan<br />
oleh pimpinan masih membekas<br />
di benaknya. Saat itu, dari Kepala<br />
Seksi Penyelenggaraan Haji Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Selatan, ia<br />
dimutasi menjadi staf biasa pada Sub<br />
Seksi Bimbingan Perkawinan pada<br />
Seksi Urusan <strong>Agama</strong> Islam. ”Tidak<br />
ada masalah, saya tetap jalani dengan<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Tokoh<br />
H. Syarbaini SH,<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat Daya<br />
Susah Menolak<br />
Jika Sudah Diberi Argumentasi<br />
baik. Dan saya mengambil hikmah<br />
dibalik itu,” Ujar H. Syarbaini, SH,<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat Daya, ketika<br />
berbincang panjang lebar dengan<br />
<strong>Santunan</strong>, Rabu (25/5).<br />
49
Tokoh<br />
Dalam pandangannya, sebagai<br />
aparatur negara dimanapun dan apapun<br />
pekerjaan yang diberikan pimpinan<br />
harus diterima dengan baik.<br />
Saat Bapak empat putra ini<br />
menyambangi <strong>Santunan</strong>, banyak hal<br />
yang kita diskusikan, dari mulai ia<br />
pertama kali berkarir sebagai staf<br />
KUA Kecamatan Simpang Kiri, saat ia<br />
jadi KUA teladan tingkat nasional dan<br />
berhak mendapatkan tiket naik haji dari<br />
Menag, program dan terobosan yang ia<br />
lakukan selama menjadi Kakankemenag,<br />
sampai upaya ’pembusukan’ yang<br />
dilakukan orang di lingkarannya untuk<br />
menggagalkan kepemimpinannya.<br />
”Satu waktu, saya dipanggil ke<br />
ruang Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> (dulu Departemen <strong>Agama</strong>)<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Selatan yang dijabat<br />
Drs. Zainuddin S. Beliau meminta<br />
sertifikat lulus ujian naib. Saya katakan,<br />
untuk apa pak? ”Saya ingin promosikan<br />
Anda sebagai kepala KUA,” ujarnya<br />
singkat. Saat itu juga saya protes tidak<br />
bersedia. Pertimbangan saya waktu itu,<br />
mengingat usia masih terlalu muda dan<br />
dalam benak saya tergambar jabatan<br />
Kepala KUA itu adalah jabatan buat orang<br />
tua, dan sudah senior. Karena yang saya<br />
tahu waktu itu, tugas KUA selain urusan<br />
nikah, talak, dan rujuk, baca do’a, baca<br />
khutbah dan seterusnya.<br />
Dengan penuh kebapakan, Pak Zainuddin<br />
mengarahkan supaya saya menerima<br />
jabatan itu. ”Coba laksanakan<br />
dulu, ini promosi buat Saudara. Saya<br />
melihat Saudara mampu untuk jabatan<br />
ini. Dan pemerintah kecamatan pun<br />
sudah setuju,” ujar Bapak yang punya<br />
motto hidup, ”dimana bumi dipijak di<br />
sana pekerjaan wajib dihayati,” mengenang.<br />
Tanggal 21 Juli 1993, saya dilantik<br />
menjadi Kepala KUA Kecamatan Tapaktuan,<br />
ibu kota Kabupaten <strong>Aceh</strong> Selatan.<br />
”Saya orangnya susah menolak kalau sudah<br />
diberi argumentasi,” imbuh alumni<br />
PIM III angkatan ke 30 tahun 2010 ini.<br />
Berbekal pengalaman yang ada,<br />
tahun 1995 saya terpilih sebagai Kepala<br />
Kantor Urusan <strong>Agama</strong> Kecamatan<br />
Teladan tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dan<br />
berhak ikut pemilihan KUA Teladan<br />
tingkat nasional di Jakarta. Waktu itu,<br />
kami diberi kesempatan menghadiri<br />
Festival Istiqlal Jakarta.<br />
Menteri <strong>Agama</strong> yang waktu itu<br />
dijabat dr. Tarmizi Taher, merekomendir<br />
10 orang peserta terbaik Pemilihan<br />
KUA Teladan Tingkat Nasional dari 27<br />
provinsi diberi kesempatan naik haji<br />
sebagai petugas kloter. Alhamdulillah,<br />
saya termasuk di dalam 10 terbaik itu<br />
dan berkesempatan naik haji sebagai<br />
Ketua Kloter tahun 1996, via Embarkasi<br />
Medan.<br />
Isu miring dan gelombang fitnah<br />
yang dihembuskan segelintir orang<br />
atas kinerja kepemimpinannya, tidak<br />
membuat bapak yang hobi olah raga dan<br />
membaca ini – surut ke belakang. ”Saya<br />
teringat apa yang disampaikan Sekjen<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, Bapak Bahrul<br />
Hayat, saat menghadiri Rakor Pendidikan<br />
di Hotel Red Top, Jakarta beberapa<br />
waktu lalu. Sekjen mengingatkan,<br />
siapa saja yang mengobok-ngobok<br />
lembaga <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, harus<br />
dilawan. Apalagi Bapak Kakanwil juga<br />
mendukung saya. Makanya, akan saya<br />
lawan,” ujar alumni Fakultas Hukum<br />
UNMUHA <strong>Aceh</strong> ini.<br />
Memasuki tahun kedua<br />
kepemimpinannya. Kakankemenag<br />
yang punya obsesi dapat bersaing<br />
dan bersanding dengan mitra kerja<br />
50 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Biodata<br />
dari Pemerintah daerah ini, ingin<br />
memberika pelayanan yang terbaik<br />
kepada masyarakat. ”Kami ingin<br />
memberikan pelayanan prima kepada<br />
masyarakat, sehingga semua orang yang<br />
berurusan dengan Kankemenag Abdya<br />
berkesan dan terpuaskan,” ujarnya<br />
sedikit promosi.<br />
Untuk mewujudkan obsesinya,<br />
kantor yang terletak di atas bukit<br />
kawasan komplek perkantoran Abdya<br />
ini sudah dipasang dengan sejumlah<br />
perangkat IT. Sebut saja, CCTV, PIBX,<br />
ruang aula sudah dilengkapi audio<br />
microfon table. Dan seluruh ruangan<br />
kantor sudah ada wifi-- internet dan bisa<br />
diakses kapan saja. ”Untuk memberikan<br />
pelayanan yang baik diperlukan sarana<br />
yang memadai. Kantor kita harus<br />
bonafit”, ujar suami Ibu Hj. Sarkiah Ali,<br />
A.Ma menambahkan.<br />
Hasil Ujian Nasional tingkat MA/<br />
SMA yang baru-baru ini diumumkan,<br />
sedikit menghibur Pak Syarbaini dan<br />
jajaran Kemenag Abdya. ”Alhamdulillah,<br />
rata-rata kelulusannya mencapai 98,5<br />
persen”, ujarnya menutup pembicaraan.<br />
Selamat Pak... n<strong>Juni</strong>azi<br />
Nama : H. SYARBAINI, SH<br />
Tempat/ Tgl. Lahir : <strong>Aceh</strong> Selatan, 14 Oktober 1960<br />
N I P : 19601014 198203 1 003<br />
Pangkat/Golongan : Pembina (IV/a)<br />
Jabatan : Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. Abdya<br />
Alamat : Jl. Lukman Desa Meudang Ara Blangpidie<br />
Pendidikan:<br />
1. MIN 7 Tahun, tamat tahun 1971;<br />
2. PGA 4 Tahun, tamat tahun 1976;<br />
3. PGA 6 Tahun, tamat tahun 1978/1979<br />
4. S.1 UNMUHA, tamat tahun 1999/2000<br />
Pengalamana Jabatan:<br />
1. Ka. KUA Kecamatan Tapaktuan : 1993-1998<br />
2. Ka. KUA Kecamatan Bakongan : 1998-1999<br />
3. Ka. Peny. Haji Kandepag A.Selatan : 1999-2001<br />
4. Staf BIMPER Seksi Urais Kandepag : 2001-2002<br />
5. Ka. KUA Kecamatan Blangpidie : 2002-2004<br />
6. Kasi Urais dan Haji Kandepag Abdya : 2004-2009<br />
7. KakanKemenag <strong>Aceh</strong> Barat Daya<br />
Keluarga:<br />
: 2009-sekarang<br />
Isteri Hj. SARKIAH ALI, A. Ma. (Kepala SD swasta Keude Paya Blangpidie)<br />
Anak-anak:<br />
1. Faisal Fazrian, lahir: 12-04-1983. (Karyawan Swasta Yogyakarta)<br />
2. Faisal Harits, lahir: 29-07-1985. (Anggota Polsek Lb. Haji)<br />
3. Nanda Gunawan, lahir: 30-09-1989. (Mhs. IAIN Banda <strong>Aceh</strong>)<br />
4. Fauzan Mubarak, lahir: 25-02-1996. (Pelajar MTsN Susoh)
Life Style<br />
Ketika Anak tinggal di Kosan<br />
Mau tidak mau, dengan semakin dewasanya anak<br />
kita, tentu pula akan menempuh pendidikan<br />
yang lebih tinggi, yang konsekuensinya adalah<br />
peningkatan pengeluaran biaya untuk pendidikan, bahkan<br />
sewa tempat tinggal bagi yang memilih kuliah di tempat<br />
yang jauh.<br />
Selaku orang tua, tentunya tidak sampai hati<br />
memadamkan semangat belajar dan cita-cita si buah<br />
hati dengan menahannya tinggal di rumah dan kuliah di<br />
kampung, bisa karena alasan sangat sayang, atau karena<br />
fasilitas pendidikan lokal yang kurang memadai, juga<br />
karena kita ingin melihat anaka kita hidup mandiri, pandai<br />
bergaul, dan memiliki wawasan yang jauh lebih luas dari<br />
yang bisa diperoleh di kampung halamannya.<br />
Bagi orang tua yang anak-anaknya mulai beranjak dewasa<br />
dan akan meninggalkan rumah karena alasan kuliah, ada<br />
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:<br />
Tempat Tinggal<br />
Pastikan anak kita tinggal di lingkungan yang baik dan<br />
positif. Orang tua selayaknya menilai langsung tempat dan<br />
lingkungan yang akan dijadikan kost anaknya di perantaun,<br />
khususnya anak perempuan. Pastikan ada penanggungjawab<br />
atau orang tua yang bertanggungjawab mengawasi anakanak<br />
kost tersebut. Jangan sampai anak-anak kita tinggal<br />
di lingkungan yang tidak menentu dan tidak mendapatkan<br />
pengawasan dari orang yang berpengalaman. Ingat, anak<br />
anda baru saja keluar kandang, tentu ada banyak godaan.<br />
Kemandirian<br />
Tinggal jauh dari rumah orang tua, si anak harus diajarkan<br />
kemandirian. Mandiri tidak hanya dalam memenuhi dan<br />
melayani kebutuhan sehari-hari seperti makan-minum dan<br />
pakaian, tapi juga mandiri dalam menghadapi masalah,<br />
memecahkan masalah, dan memotivasi diri sendiri di<br />
kala mengalami kejenuhan dan kebosanan. Memang<br />
penting memastikan anak kita bisa memasak, mencuci<br />
dan menyertika sendiri, tapi juga sangat penting untuk<br />
meyakini bahwa anak kita sudah bisa hidup mandiri<br />
secara mental dan spiritual, karena tidak ada lagi yang<br />
akan mengingatkan, apalagi memaksanya untuk shalat dan<br />
berpuasa, misalnya.<br />
Kesederhanaan<br />
Dengan membengkaknya pengeluaran orang tua, si<br />
anak harus dibekali dengan jiwa kesederhanaan. Sedari<br />
awal anak-anak mestinya telah diperkenalkan mana yang<br />
dibutuhkan dan mana yang diinginkan. Jadi, mulai dari<br />
tempat tinggal, sarana transportasi, penampilan dan lainlain<br />
atribut haruslah bisa disederhanankan, dengan kata<br />
lain dihemat. Karena pos pengeluaran orang tua tidak<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
hanya terbatas pada anaknya yang kuliah, boleh jadi masih<br />
ada adik-adiknya yang bersekolah, dan tentunya juga harus<br />
menutup sisa kredit di bank pemerintah.<br />
Kesehatan<br />
Sebagai implikasi dari hidup mandiri dan sederhana,<br />
kebanyakan anak kost lalai memelihara kesehatannya karena<br />
berbagaia alasan. Untuk itu, sedari awal orang tua perlu<br />
meberikan perhatian khusus bagi anak yang menderita<br />
penyakit bawaan spesifik. Bahkan anak yang pembawaannya<br />
sehat-sehat saja juga membutuhkan olahraga dan rekreasi<br />
untuk menyaga kesehatan fisik dan mentalnya. Untuk itu<br />
nasehati anak anda untuk selalu berolahraga secara rutin<br />
dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan<br />
di lingkungan kostnya.<br />
Keberhasilan<br />
Sedari awal, orang tua dan anak harus mendefinisikan<br />
target keberhasilan yang hendak dicapai dan diraih si anak<br />
di perantauan. Apakah keberhasilan itu dimaknai dengan<br />
selesai kuliah tepat waktu sehingga menghemat biaya,<br />
atau si anak mendapat pengalaman baru, atau sekedar<br />
dapat hidup mandiri, atau juga meraih prestasi sensasional<br />
tertentu. Target keberhasilan ini penting untuk memtivasi<br />
anak berusaha maksimal selama di perantuannya, dan<br />
disisi lain juga memotivasi orang tua untuk selalu berusaha<br />
menjaga biaya dan kebutuhan anaknya. Dengan ungkapan<br />
yang lain, sesungguhnya orangtua tidak mau kecewa<br />
apabila setelah sekian tahun anaknya tidak menjadi apaapa<br />
yang diharapkannya.<br />
Komunikasi<br />
Selalu pelihara komunikasi dengan anak anda. Dengan<br />
dukungan sarana komunikasi saat ini, orang tua bisa<br />
kapan saja mengubungi nakanya via telpon, sms, atau juga<br />
facebook untuk mengetahui kondisi anaknya. Tapi penting<br />
juga bagi orang tua untuk menetapkan jadwal komunikasi<br />
bagi anaknya, misalnya seminggu sekali telepon ke<br />
kampung, atau orang tua berkomunikasi rutin dengan<br />
pengawas kosan untuk memantau kondisi anak-anaknya.<br />
Bukan tidak mungkin, tampa komunikasi dan pengawasan<br />
yang memadai anak-anak kita bisa salah bergaul dan<br />
terjerumus ke dunia maksiat, aliran sesat, atau malah putus<br />
kuliah. Bila perlu, kunjungilah anak anda secara berkala<br />
sesuai kemampuan, dan evaluasilah keberadaan anak anda<br />
dengan orang-orang di sekitar tempat tinggalnya, apakah<br />
berperilaku normal, atau malah mencurigakan.<br />
Akhirnya, selamat menjadi orang tua yang lebih dewasa<br />
dengan perkembangan anak anda saat ini da nanti, karena<br />
dia sudah tidak kecil lagi. nkhairuddin aba dari berbagai<br />
sumber<br />
51
Korpri & DW<br />
Kenali Kecerdasan Anak<br />
Lewat Tes Sidik Jari<br />
Tes mesin kecerdasan melalui sidik jari merupakan<br />
penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan. Tes itu<br />
disebut dengan STIFIn, dengan melakukannya orang<br />
tua dapat mengukur potensi dan bakat anak berdasarkan<br />
piranti dan sistem operasi<br />
otak.<br />
Tes STIFIn sanggup<br />
memetakan mesin kecerdasan<br />
dan kepribadian<br />
seseorang cukup dengan<br />
mengambil sidik jari dari<br />
peserta tes. Konsep STIFIn<br />
diperkenalkan oleh Farid<br />
Poniman dengan mengkomplikasikan<br />
dari berbagai<br />
teori psikologi, neuro,<br />
science dan SDM. Prinsip<br />
besarnya mengacu kepada<br />
konsep kecerdasan tunggal<br />
dari C.G. Jung.<br />
“Inilah bakat asli yang<br />
sesungguhnya, Sebagai cara<br />
mudah untuk sukses dalam<br />
profesi, karir, sekolah, dan hubungan sosial”, ujar Mulyadi<br />
Nurdin, promotor STIFIn <strong>Aceh</strong> di kantornya, jalan Tgk<br />
Imum Lueng Bata nomor 59, Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
“Tes sudah bisa dilakukan sejak usia 3 tahun, hasilnya<br />
ketika diulang kapanpun akan sama,” tambah Mulyadi<br />
Nurdin.<br />
Manfaatnya banyak sekali diantaranya untuk memahami<br />
cara belajar, bakat, potensi, profesi, dan karir. Misalnya<br />
anak tipe S (sensing) bagus dalam menghapal, anak tipe T<br />
(thinking) hebat dalam menghitung, anak tipe I (Intuiting)<br />
hebat dalam kreatifitas, anak tipe F (feeling) bagus kalau<br />
belajar sambil berinteraksi, dan anak tipe In (insting) adalah<br />
pembelajar serba bisa namun memerlukan ketenangan<br />
52 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
terutama untuk mengaktifkan otak tengahnya (naluri).<br />
Alasan lain perlunya dilakukan tes kecerdasan anak<br />
sejak dini adalah, Menghindari INVESTASI TERBUANG,<br />
akibat ketidaktahuan potensi menonjol pada diri Anda dan<br />
anak Anda, menemukan<br />
blue print (cetak biru) diri<br />
dan panggilan jiwa, sehingga<br />
tidak salah pilih pendidikan<br />
dan salah pilih profesi,<br />
mudah mempersiapkan profesi<br />
sejak dini dan membuat<br />
berhasil dengan cara yang<br />
menyenangkan, mengenali<br />
cara belajar, bergaul, berkarir<br />
dan mengembangkan<br />
diri secara efektif.<br />
Menurut Mulyadi<br />
Nurdin untuk mengambil<br />
sidik jari hanya membutuhkan<br />
waktu sekitar satu<br />
menit, dan hasilnya dapat<br />
dilihat segera setelah itu.<br />
“Tes sangat praktis, hanya<br />
dengan cara men-scan kesepuluh ujung jari,” tambahnya.<br />
Bagi yang ingin melakukan tes kecerdasan bisa langsung<br />
menghubungi petugas yang akan siap turun ke seluruh<br />
<strong>Aceh</strong>.<br />
“Tes bisa dilakukan di Kantor Kami di Banda <strong>Aceh</strong>, atau<br />
diundang ke tempat seperti sekolah, kantor, bahkan ke<br />
seluruh <strong>Aceh</strong>,” jelas Mulyadi Nurdin.<br />
Nah, tunggu apa lagi, segera kenali bakat anak Anda<br />
hanya dengan menghubungi HP 082162559910 atau<br />
085260193797, atau kirim surat elektronik ke stifinaceh@<br />
gmail.com.n<br />
Boy Nashruddin Agus<br />
(Jurnalis freelance, tinggal di Banda <strong>Aceh</strong>)
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Komputer<br />
Membasmi Virus Shorcut dan Hidden File<br />
dengan Smadav<br />
Saat-saat ini mungkin<br />
sering kali orang yang<br />
bekerja di kantor resah<br />
akan Virus yang cukup membahayakan,<br />
membingungkan<br />
dan menjengkelkan yaitu Virus<br />
Shortcuts. Virus ini merubah<br />
file dan folder pada flashdisk<br />
menjadi Shorcut bahkan setelah<br />
folder dan file dirubah<br />
menjadi shorcut kemudian virus<br />
menghiden file dan polder<br />
tersebut, sungguh sangat menjengkelkan.<br />
Setelah diamati virus ini<br />
menyerang perangkat eksternal<br />
drive atau extention storage seperti : Flashdisk, Free Agent,<br />
Hardisk eksternal dan penyimpanan lainnya termasuk<br />
memory card dan sejenisnya melalui port USB.<br />
Kini tidak perlu khawatir lagi dengan adanya virus yang<br />
membuat banyak orang kesal karena kini dengan SMADAV<br />
versi terbaru (Smadav 8.5) virus ini sudah bisa dibasmi dan<br />
folder yang disembunyikan dapat muncul kembali. Jadi dua<br />
fungsi utama antivirus Smadav dalam menghadapi virus<br />
shorcut yaitu : memberihkan sistem dari efek virus shorcut<br />
dan mengembalikan folder yang disembunyikan dan yang<br />
terpenting anti virus Smadav ini Asli lhoo antivirus product<br />
dalam negeri hasil karya putra indonesia.<br />
Bagaimana cara menggunakan Antivirus Smadav 8.5 dan<br />
membasmi Virus Shorcut ini? Berikut langkah-langkahnya :<br />
Oleh Ajat Sudrajat, A.Ma<br />
1. Download Smadav<br />
8.5 atau yang lebih terbaru<br />
di www.smadav.net jangan<br />
khawatir smadav ini bisa<br />
didapat secara gratis atau anda<br />
bisa beralih ke smadav pro<br />
dengan menyisihkan beberapa<br />
kepeng untuk Donasi.<br />
2. Setelah download<br />
lakukan instalasi anti virus<br />
tersebut dengan membuka file<br />
install nya dan ikuti langkah<br />
instalasinya samapai selesai.<br />
3. Setelah instalasi selesai<br />
buka antivirus smadav, langkah<br />
selanjutnya adalah melakukan<br />
scan virus untuk mendeteksi virus dan membasminya. Scan<br />
deep registry dan sistem komputer beri tanda contreng<br />
setelah itu scan semua folder yang akan di bersihkan dipartisi<br />
partisi lain dan media penyimpanan file seperti flashdisk.<br />
4. Setelah proses scan selesai, maka kliklah sub menu<br />
“virus” pada tampilan diatas untuk melihat daftar virus yang<br />
terdeteksi dan lakukan pembasmian dengn mengklik Clean<br />
All, sedangkan untuk melihat folder yang terhiden kelik sub<br />
menu “Hidden” lalu kelik unhide All untuk mengembalikan<br />
folder yang terhiden<br />
Terima kasih saya ucapkan mudah-mudahan tutorial<br />
membasmi virus shorcut dan hidden file dengan Smadav ini<br />
dapat bermanfaat bagi pembaca. n<br />
Penulis adalah Guru MIN 1 Kota Takengon<br />
Anda dapat membaca <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> lebih awal dengan mengunduhnya melalui website www.aceh.kemenag.go.id. Koleksi<br />
pula e-book Masjid Bersejarah di Nanggroe <strong>Aceh</strong> dan berbagai konten menarik lainnya, hanya di www.aceh.kemenag.go.id<br />
53
Sastra<br />
Liburan Emas<br />
Oleh Ikrillah<br />
Langkah letihku terus iringi derap<br />
kaki penuh harap dari orangorang<br />
pencari nafkah. Telah satu<br />
jam lebih kami menuruni lereng gunung.<br />
Igauan pepohonan berpadu dengan<br />
kicauan burung yang bernyanyi<br />
riang menjadi hiburan terindah untuk<br />
kunikmati. Sirine die-die khueng¬<br />
gemakan suara alam yang tak pernah<br />
henti menabur kehidupan. Kabut<br />
masih tak mau pergi dan terus menyelimuti<br />
pepohonan yang menjulang<br />
tinggi, sambil meneteskan embun di<br />
dedaunan.<br />
Aku terus mengikuti langkah<br />
saudara-saudaraku yang menjadi<br />
penuntun jalan. Kami pergi satu<br />
kelompok kecil, terdiri dari Cek<br />
Lem yang merupakan adik pertama<br />
ayahku yang bertindak sebagai ketua<br />
rombongan. Kemudian Cek Dam, adik<br />
ibu paling bungsu dan dua saudara ibu<br />
lainnya yaitu Cek Din dan Cek Yan. Cek<br />
Din berjalan paling depan diikuti oleh<br />
Cek Lem, tidak jauh dibelakangnya<br />
berjalan Cek Yan, kemudian Cek Dam<br />
yang berada tepat didepanku.<br />
“Dek, masih sanggup?” Cek Dam<br />
menungguku yang kini nampak<br />
tertatih.<br />
“Capek Cek, tapi mudah-mudahan<br />
saya kuat.” Aku coba menguatkan diri<br />
sambil membalas senyum Cek Dam.<br />
Aku ingin liburanku kali ini lebih<br />
seru dan bermakna. Ingin melihat<br />
sendiri kerja keras orang-orang yang<br />
menambang emas. Selama ini aku<br />
hanya dengar dari cerita Cek Lem<br />
tentang pekerjaan mereka di gunung<br />
Geumpang. Melihat langsung tambang<br />
emas digunung yang tak pernah<br />
kujejaki ini merupakan hal paling<br />
kuimpikan. Lokasi tambang yang ingin<br />
kucapai berada di KM 12 Geumpang.<br />
Lama tempuh satu jam setengah dari<br />
jalan Beureunuen - Meulaboh.<br />
54 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Aku mengusap peluh yang terus<br />
menitik di wajahku. Kakiku terasa<br />
pegal karena mengarungi terjal jalan<br />
ini. Berkali mereka harus menungguku<br />
yang memang kelelahan. Tapi mereka<br />
terus memberi semangat padaku.<br />
Setelah sampai pada camp penginapan<br />
yang bertenda hitam, aku melepas<br />
beban dari pundakku yang beratnya<br />
sekitar 20 kg. Berlahan Cek Dam<br />
membakar sebatang rokok, kepulan<br />
asap pun menyembul dari bibirnya.<br />
Lalu Cek Din dan Cek Lem juga tidak<br />
mau tinggal diam. Bagai ada komando<br />
serentak mereka menyalakan rokoknya,<br />
mereka terlihat begitu menikmati.<br />
Hanya aku dan Cek Yan saja yang tidak<br />
merokok. Aku meneguk air mineral<br />
yang aku bawa sebagai bekal. Rasa<br />
segar mengaliri tenggorokanku.<br />
“Ayo kita berangkat.” Cek Dam<br />
memberi komando setelah istirahat<br />
sejenak, kemudian kami melangkah-
kan kaki menuju tempat menambang<br />
emas.<br />
“Tuk, tuk, tuk,” Suara benturan<br />
benda keras menggema ketika hampir<br />
setengah jam sudah perjalan dari camp.<br />
Dari kejauhan dibalik pohon-pohon<br />
besar, mataku menangkap banyak tenda<br />
berwarna-warni yang menjamur. Aku<br />
terus mengikuti langkah Cek Dam dan<br />
Cek Lem menuju tempat mereka bekerja.<br />
Mereka menyebutnya “lobang”.<br />
Kami terus melewati tenda-tenda<br />
itu. Sepanjang perjalanan mataku<br />
terus memperhatikan kiri-kanan jalan<br />
setapak yang terbentuk karena lalu<br />
lalang penambang itu. Dalam semaksemak<br />
terlihat lobang seperti sumur<br />
yang disisinya berdiri dua orang.<br />
Mereka terlihat menarik sesuatu dari<br />
dalam lobang.<br />
“Yang mereka tarik itu sampel<br />
emas,” Cek Lem menjelaskan, seakan<br />
beliau tahu tentang keingintahuanku.<br />
Semakin ke dalam kami berjalan<br />
semakin banyak terlihat lobang-lobang<br />
yang berjejer, antara satu lobang dengan<br />
lobang lain hanya terpaut kirakira<br />
20 m saja.<br />
“Kita sudah sampai, itu lobang<br />
kita.” Cek Lem menunjuk ke arah<br />
lobang yang tepat berada di sebelah<br />
kananku.<br />
Aku segera menoleh, terlihat seorang<br />
lelaki berbadan kurus baru saja<br />
keluar dari lobang sambil menarik tanah<br />
didalam ember besar. Sepertinya<br />
aku mengenalnya, potongan rambut<br />
yang menutup telinga itu tidak asing<br />
bagiku.<br />
“Oh, De Kiwi lagoe,” sapanya<br />
akrabnya.<br />
“Cek Ra.” Aku balas menyapa adik<br />
Cek Lem itu, sambil kembangkan senyum<br />
di wajahku.<br />
“Gimana perjalanannya tadi, capek<br />
ya.”<br />
“Lumayan, tapi seru,” kataku bersemangat.<br />
“Baginilah pekerjaan kami tiap<br />
hari, bergelut dengan kerasnya<br />
tanah.” Kutangkap nada tegas disana,<br />
sepertinya Cek Ra ingin menjelaskan<br />
sesuatu padaku.<br />
Aku hanya diam, berlahan kuarahkan<br />
mataku ke bibir lobang. Aku<br />
melihat banyak alat-alat bangunan<br />
yang berserakan. Tanganku bergegas<br />
mengambil sebuah palu godam kerena<br />
penasaran akan beratnya.<br />
“Palu ini berapa kilo cek?” tanyaku<br />
penasaran.<br />
“Itu masih ringan, 3 kilo, bahkan<br />
ada yang memakai sampai 5 kilo.”<br />
Aku terperangah, segini beratnya<br />
masih ringan. Aku meletakkan kembali<br />
palu itu. Keingintahuanku lebih jauh<br />
mendorongku memasuki lobang yang<br />
mereka gali menyerupai terowongan<br />
sambil membawa palu dan drep. Di<br />
kepalaku terikat sebuah senter untuk<br />
menerangi lobang yang dalamnya sekitar<br />
7 m itu. Lobang yang sudah sangat<br />
dalam digunakan blower untuk pergantian<br />
udara dan diterangi lampu-lampu.<br />
Pengaman lain juga dibuat seperti melapisi<br />
dinding lobang dengan papan<br />
agar tidak longsor. Penambang liar itu<br />
masih menggunakan cara yang masih<br />
sangat sederhana dalam bekerja.<br />
Memang belum banyak hal yang<br />
aku tahu, setidaknya aku mulai paham<br />
bahwa urat-urat emas yang dicari itu<br />
disebut storing atau sampel. Kemudian<br />
sampel itu akan di bawa ketempat<br />
pengolah yang jaraknya hampir 3<br />
km untuk diolah menjadi emas. Air<br />
raksa (mercury) digunakan untuk<br />
menangkap emas sehingga hasilnya<br />
berwarna perak, terus dibakar agar<br />
mercury itu terbakar hingga tinggallah<br />
emas. 1 mg emas berharga sekitar<br />
tigaratusan ribu.<br />
***<br />
Matahari kini berdiri tegak diujung<br />
tongkat. Teriknya hanya bisa mengintip<br />
di antara pepohonan yang telah ditebang.<br />
Entah bagaimana nasib penambang<br />
jika hujan menghujam bumi. Aku<br />
mengikuti Cek Ra yang kini menuruni<br />
gunung. Semangat ku kembali terisi<br />
setelah beberapa saat istirahat tadi.<br />
Mataku terus memperhatikan Cek Ra<br />
yang tak pernah lelah bekerja. Sekarung<br />
batu karang dipikul dipundaknya.<br />
Langkahnya tergopoh sembari menjaga<br />
keseimbangan tubuh. Batu karang<br />
itu akan ditesnya di tenda, aku masih<br />
penasaran bagaimana bentuk emas<br />
murni itu.<br />
Di balik pepohonan, mataku menangkap<br />
sesuatu, tenda berwarna<br />
kuning. Secercah cahaya memasuki hatiku,<br />
perut terus terasa bergulat tidak<br />
lama lagi akan mendapatkan jatahnya.<br />
Kakiku terus melangkah mengarungi<br />
sungai kecil di samping tenda kami.<br />
Cek Ra menjatuhkan sampel yang<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Sastra<br />
diangkutnya di samping tenda. Ia<br />
bergegas menuju alue, gemericik air<br />
menyembur saat tubuhnya menerjang<br />
air.<br />
“De Kiwi! Mandi sini, airnya segar<br />
nih.”<br />
Tanganku melepaskan sepatu pacok<br />
satu persatu. Kancing baju perlahan<br />
kubuka, kutanggalkan semua pakaian<br />
yang melekat ditubuh. Hanya tersisa<br />
celana pendek kebanggaan yang begitu<br />
setia menemani terutama ketika<br />
bermain bola. Mataku menatap tajam<br />
ke arah air. Bening, mengalir pelan<br />
membasuh bebatuan yang nampak<br />
kehitaman. Hasratku begitu besar<br />
ingin segera bercengkrama dengan<br />
lelehan air gunung ini.<br />
“Chess!” Air itu terasa menembus<br />
otot-otot dagingku. Membekukan aliran<br />
darah. Bibirku bergetar hebat, lututku<br />
mulai tak mampu menahan beban<br />
tubuhku. Hawa dingin merasuki<br />
pelosok ragaku, melenyapkan jejak<br />
peluh di poriku. Kesegaran menyempurnakan<br />
perjalanan terindahku.<br />
Asap mulai mengepul di balik dapur<br />
mungil tenda kami. Setelah sejenak<br />
membasuh diri di alue tadi ternyata<br />
Cek Ra sedang bergelut dengan dapur.<br />
Tangannya telah mengibas-ngibas mengusir<br />
asap yang kian menusuk matanya.<br />
Aku memperhatikan dari dalam<br />
alue. Tak tega membiarkan Cek Ra<br />
sendiri mempersiapkan makan siang<br />
kami, aku bangkit menuju tenda. Satu<br />
lagi pembelajaran berharga aku dapatkan,<br />
membantu Cek Ra masak. Aku<br />
diajarkan cara menanak nasi, pengalaman<br />
yang berharga. Selama ini aku<br />
berfikir bahwa memasak adalah tugas<br />
perumpuan. Kenyataan hari ini menjelaskan<br />
padaku bahwa laki-laki juga<br />
perlu bisa memasak, karena tidak selamanya<br />
kita bisa meminta mereka untuk<br />
melakukannya. Aku dan Cek Ra terus<br />
mempersiapkan sarapan siang kami.<br />
Menu ikan asin dan rebusan kangkung<br />
akhirnya siap kami hidangkan. Sambil<br />
menunggu yang lain datang, aku sejenak<br />
sandarkan tubuhku di pohon<br />
samping tenda. Pikiranku menerawang<br />
jauh, terus menyusuri jejak-jejak hidup.<br />
Perjalanan ini terasa sempurna bagiku.<br />
Sebuah liburan yang sangat indah dan<br />
bermakna. Hingga tak terasa akhirnya<br />
terlelap dalam mimpi terindah. n<br />
Penulis adalah murid kelas XA MAS<br />
Jeumala Amal Lueng Putu<br />
55
Sastra<br />
Manusia Merdeka<br />
Syari’at adalah tali yang tidak pernah menjerat<br />
Pengikat untuk kebebasan<br />
Manusia yang merdeka adalah<br />
yang mengikat dirinya dengan syari’at Allah<br />
Dia tidak pernah merasa ada tekanan dalam<br />
hidupnya<br />
Karena sebagian dari rasa tersebut merupakan<br />
ujian dari Sang Pencipta<br />
Setiap interaksi dalam kehidupan di semesta ini<br />
penuh dengan tantangan<br />
Tantangan haruslah dihadapi<br />
bukan malah dijauhi<br />
Karena tantangan itu selalu datang silih berganti<br />
Selama hayat masih dikandung badan<br />
Melalui tantangan Allah menguji manusia<br />
Dengan tantangan Allah mengangkat derjat<br />
manusia<br />
Menghadapi tantangan menuju kesuksesan<br />
Ujian adalah bukti Tuhan cinta hamba-Nya<br />
Ujian menjadi pelajaran yang penuh makna<br />
bagi peningkatan ketaqwaan kepada Sang<br />
Pencipta<br />
Manusia yang merdeka tidak pernah merasa resah<br />
apalagi meresahkan<br />
Manusia yang membawa keresahan hakikatnya<br />
menciptaka keresahan terhadap dirinya sendiri<br />
Itulah manusia yang tidak merdeka<br />
yang selalu melilit diri dengan jeratan syetan<br />
Semua orang menghendaki udara kebebasan<br />
Kita akan bebas dan merdeka<br />
bila hati kita bebas dari penyakit<br />
Menapaki jalan-jalan Allah<br />
kita akan mencapai kehadirat-Nya<br />
dengan hati yang selamat dan jiwa yang tenang<br />
Penuh dengan keridhaan-Nya.<br />
Kafrawi el-Hikam<br />
(Guru BK pada MIN Keumangan, Staf Pengajar PTI<br />
al-Hilal Sigli)<br />
Gelap Menerawang<br />
Langit gelap berselimut awan<br />
Jalan gelap berselimut kabut<br />
Malam gelap berselimut kelam<br />
Hati gelap berselimut nista<br />
Tabir, tabir, dibuka<br />
Membuka nestapa<br />
Menyikap misteri penuh arti<br />
Makna berarti yang tersembunyi<br />
Kini semua tak lagi gelap<br />
Malam kembali berbintang<br />
Siang kembali benderang<br />
Di sudut negeri<br />
Anak-anak beteka-teki<br />
Menyoal persoalan terkini<br />
Bagaimana nasib mereka nanti?<br />
Di pojok itu rupanya masih gelap<br />
Tak terang<br />
meski telah siang<br />
Banda <strong>Aceh</strong>,<br />
ba’da ashar 15 Mei <strong>2011</strong><br />
Zarkasyi<br />
56 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
MEMBACA<br />
Mari kita membaca<br />
Agar kita bisa<br />
Mari kita membaca<br />
Supaya bisa berkarya<br />
Mari kita membaca<br />
Sehingga jadi cendikia<br />
Membaca itu guru<br />
Sebab banyak kita tau<br />
Membaca itu modal<br />
Bila kita ingin banyak<br />
mengenal<br />
Membaca itu perintis<br />
Menuju kelingkungan akademis<br />
Membaca sangat utama<br />
Bila ingin meraih cita-cita<br />
Membaca itu ayat pertama<br />
Dalam Alquran pun sudah<br />
tertera<br />
Mari membaca bila ingin maju<br />
Mari membaca<br />
Bila ingin nomor Saturday<br />
Mari membaca<br />
Bila ingin nambah ilmu<br />
Dengan membaca<br />
Hidup didunia akan bahagia<br />
Dengan membaca<br />
Di akhirat pun mendapat<br />
pahala<br />
Erna Eliyawati, S.Ag<br />
Guru Bahasa Arab MTsN<br />
Jeureula Sibreh
MASJID NURUL HUDA, PULO KAMENG<br />
Sejarah Ringkas Masjid Nurul Huda<br />
Masjid Nurul Huda adalah Masjid<br />
tertua di wilayah Kluet, Masjid ini<br />
terletak di Desa Pulo Kameng, Kemukiman<br />
Sejahtera, Kec. Kluet Utara,<br />
Kab. <strong>Aceh</strong> Selatan. Berjarak sekitar 3<br />
km dari Kota Fajar, ibukota Kecamatan<br />
Kluet Utara. Masjid ini dibangun pada<br />
masa Keujreun T. Raja Amansyah.<br />
Pembangunan masjid ini dimotifasi<br />
oleh kenyataan lemahnya pembinaan<br />
keagamaan di tengah masyarakat Kerajaan<br />
Kluet kala itu. Maka Keujreun T.<br />
Raja Amansyah berinisiatif mendirikan<br />
Masjid. Beliau mengajak masyarakat<br />
secara bergotong-royong untuk membangun<br />
masjid. Kerajaan Kluet kala itu<br />
meliputi tujuh kampung, maka masjid<br />
ini dibangung di pertengahan tujuh<br />
kampung itu. Ketujuh masyarakat kampung<br />
yang terlibat dalam pembangunan<br />
masjid ini adalah sebagai berikut:<br />
1. Kampung Paya<br />
2. Kampung Pulo Kameng<br />
3. Kampung Sawah<br />
4. Krueng Batu<br />
5. Krueng Kluet<br />
6. Kampung Tinggi<br />
7. Kampung Ruak<br />
Pembangunan masjid ini terwujud<br />
pada tahun 1282 H, dan diberi nama<br />
Masjid Nurul Huda. Kini Masjid Nurul<br />
Huda Pulo Kameng telah menjadi saksi<br />
bisu, sejarah kejayaan Kerajaan Kluet,<br />
dan rekaman perjalanan perkembangan<br />
ajaran Islam di wilayah Kerajaan Kluet.<br />
Menurut informasi dari berbagai<br />
sumber, terpilihnya Desa Pulo Kameng<br />
sebagai lokasi pendirian Masjid Nurul<br />
Huda ditetapkan berdasarkan hasil<br />
musyawarah. Dalam musyawarah<br />
itu dipertimbangkan tiga landasan<br />
pemikiran sebagai berikut:<br />
1. Penghormatan dari ketujuh kam-<br />
pung dalam wilayah Kerajaan<br />
Kluet, karena Desa Pulo Kameng<br />
merupakan ibukota kerajaan.<br />
2. Tempat ini dipandang lebih aman<br />
dan nyaman.<br />
3. Letak Desa Pulo Kameng yang berada<br />
di tengah-tengah dari ketujuh<br />
kampung dalam Kerajaan Kluet.<br />
Fisik bangunan Masjid Nurul Huda<br />
berkonstruksi kayu. Gaya arsitekturnya<br />
mengikuti bentuk bangunan masjid<br />
tradisional <strong>Aceh</strong>. Masjid ini berukuran<br />
15 x 15 m dengan 12 tiang penyangga<br />
yang besar, dan kokoh setinggi lebih<br />
Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe <strong>Aceh</strong>, jilid II, diterbitkan oleh Bidang Penamas Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, 2010.<br />
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
Ensiklopedi<br />
kurang 10 m. Hal yang cukup artistik,<br />
empat tiang utama yang berada tepat di<br />
tengah-tengah bangunan masjid dihiasi<br />
dengan ukiran-ukiran kaligrafi Arab.<br />
Kaligrafi itu berupa tulisan kalimat<br />
basmalah, kalimat tauhid “La ilaha<br />
illallah-Muhammad Rasulullah” yang<br />
diukir berselang-seling dengan tulisan<br />
Arab Jawi. Pada dua tiang depan, diukir<br />
nama raja, atau keujruen yang pernah<br />
memimpin, sedangkan pada dua tiang<br />
belakang, diukir nama pengurus dan<br />
imam masjid. Tidak diketahui kriteria<br />
apa yang dijadikan dasar memilih<br />
nama-nama itu untuk diukir.<br />
Masyarakat sekitar masjid percaya<br />
bahwa masjid ini memiliki kemuliaan<br />
tersendiri (karamah). Indikatornya<br />
adalah salah satu tiangnya yang selalu<br />
lembab, tapi tidak melapuk meski<br />
telah terjadi ratusan tahun. Banyak<br />
masyarakat yang membasuh muka di<br />
tiang ini, atau memandikan anaknya<br />
dalam rangkaian upacara turun tanah.<br />
Tokoh masyarakat yang sempat<br />
diwawancarai ada yang membenarkan<br />
peristiwa pengembunan pada tiang<br />
ini, namun ada juga yang menyatakan<br />
cerita ini tidak benar. Pengembunan itu<br />
justru terjadi karena air yang dibawa<br />
oleh orang yang membasuh muka, atau<br />
memandikan anak (turuntanah) di tiang<br />
itu. Terlepas dari cerita itu, sekarang<br />
tiang itu tidak lagi mengembun.<br />
Masjid ini tidak pernah sepi oleh<br />
pengunjung baik dari masyarakat <strong>Aceh</strong><br />
Selatan maupun masyarakat dari luar<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Selatan. Biasanya<br />
mereka datang untuk melepas nazar,<br />
memberikan sedekah, atau kunjungan<br />
wisata rohani untuk menyaksikan<br />
kemegahan serta keindahan masjid<br />
yang menjadi bukti kejayaan Islam<br />
masa Kerajaan Kluet.<br />
57
Galeri<br />
Ir. Sulaiman AW yang Mewakili Karo Keistimewaan Sekretariat Daerah <strong>Aceh</strong><br />
melakukan pengguntingan pita Loket Pendaftaran Haji Siskohat Online di Kemanag<br />
Kota Banda <strong>Aceh</strong>, 26 Mei <strong>2011</strong>.<br />
Kakanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt dan sejumlah pejabat jajaran<br />
pejabat lainnya pada peringatan Hardiknas 2 Mei <strong>2011</strong> .JPG<br />
Kabid Urusan <strong>Agama</strong> Islam Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, Drs. H. Ridwan Qary saat melakukan<br />
penilai KUA Teladan di Kecamatan Kuala Makmur Nagan Raya, 6 Mei <strong>2011</strong>.<br />
58 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
H. Amin Akkas, M.Si, Kabag Siskohat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI sedang memberikan<br />
penjelasan terkait pendaftaran Haji Online di Kantor Kemenag Kabupaten-Kota, Banda<br />
<strong>Aceh</strong>, 26 Mei <strong>2011</strong>.<br />
Kunjungan Tim Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> yang diterima langsung oleh Kapolda <strong>Aceh</strong><br />
di ruang kerjanya, 26 Mei <strong>2011</strong>.<br />
Rapat Persiapan Panitia Seminar Nasional Tokoh Lintas <strong>Agama</strong> di <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>,<br />
31 Mei <strong>2011</strong>.
<strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
59