Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Kepala Kantor Wilayah<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
Mengucapkan Selamat<br />
atas terlaksananya Program Polisi Saweu Sikula<br />
yang pelaksanaan perdananya digelar secara serentak<br />
pada tanggal 24 Mei <strong>2011</strong>,<br />
dan Terima kasih<br />
Kepada Kepala Kepolisian Daerah Aceh beserta jajarannya,<br />
dan Semua Pihak yang Telah Berpartisipasi Aktif<br />
Menyukseskan Kegiatan ini.<br />
Semoga Allah swt. Meridhai Niat Ikhlas<br />
dan Amal Bhakti Kita Semua<br />
Kepala<br />
Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />
Dir Binmas Polda Aceh Kombes Pol. Agus Nugroho, SH, M.Hum, menjadi inspektur<br />
upacara pada kegiatan Polisi Saweu Sikula di MAN I Banda Aceh, 24 Mei <strong>2011</strong>.<br />
Didampingi Kabid Mapenda Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. Aceh, Drs. H. Saifuddin AR.
Laporan Khusus<br />
MTQ XXX Aceh;<br />
Meneladani Tuan<br />
Rumah<br />
Laporan Khusus:<br />
Pidato Sambutan<br />
Menteri <strong>Agama</strong><br />
Hal. 10, 12<br />
Konsultasi BP4:<br />
Tentang Mahar<br />
Hal. 45<br />
Lifestyle<br />
Rahasia di Balik Kebiasaan Berpuasa<br />
Hal. 52<br />
DAFTAR ISI<br />
Laporan Utama :<br />
Pro Syariat,<br />
Pemimpin Kuat<br />
Hal. 6<br />
Laporan Khusus:<br />
Santri Aceh Raih 16 Piala<br />
Pada Mufakat Nasional di NTB<br />
Hal. 14<br />
Abu Rawang (1897-1980);<br />
Kepala Kantor Djawatan <strong>Agama</strong> yang Naik Gunung<br />
Hal. 49<br />
Hal. 9<br />
Tafsir:<br />
Nabi Melihat Allah (?)<br />
Hal. 32<br />
<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs.<br />
H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah;<br />
Drs. Saifuddin AR; H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H.<br />
Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi:<br />
Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />
Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari;<br />
Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah<br />
AR; Muhammad Yakub Yahya; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra.<br />
Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan:<br />
Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan:<br />
Hartati; Yenni Yusnita Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Staf Redaksi Fadhlan<br />
Mursal; Saiful Mahdi; Amwar Citra H Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu<br />
Lam U No. 9 Banda Aceh E-mail: redaksisantunan@gmail.com<br />
Hotline-SMS: 0852-7775-9339. Untuk distribusi, harap menghubungi<br />
No. HP. 085277529295 (Darwin). Iklan; HP. 08126935043 (Hartati).
Marhaban ya Ramadhan… Tahun ini kita kembali<br />
kedatangan bulan suci Ramadhan. Syahru Ramadhan. Inilah<br />
bulan rahmat dan ampunan. Sudah pasti seluruh umat Islam<br />
di jagat ini menyambutnya dengan penuh suka cita. Inilah<br />
bulan penghulu dari seluruh bulan. Bulan meraih ampunan<br />
dan kemuliaan dari Allah swt. Inilah bulan panen pahala dan<br />
kebaikan.<br />
Bulan Ramadhan kali ini juga istimewa, karena berbaringan<br />
dengan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik<br />
Indonesia yang ke 66. Dan menariknya tahun ini, 17 Ramadhan<br />
bertepatan dengan 17 <strong>Agustus</strong> yang jatuh pada hari Rabu.<br />
Sudah tentu, ini harus dimaknai dengan rasa syukur kepada<br />
Allah swt., Tuhan Yang<br />
Maha Esa. Yang sudah pasti,<br />
ini bukan faktor kebetulan.<br />
Sejarah bangsa menjelaskan<br />
kepada kita bahwa<br />
Proklamasi Kemerdekaan<br />
Indonesia yang dilakukan<br />
oleh founding fathers<br />
bangsa Indonesia tepat<br />
pada tanggal 17 <strong>Agustus</strong><br />
1945, hari Jumat yang juga<br />
bertepatan dengan tanggal<br />
09 Ramadhan. Dan setelah<br />
66 tahun berlalu, jika pun<br />
belum pas hari dengan hari<br />
Jumat, sejarah itu berulang<br />
kembali.<br />
Jika ditilik dengan seksama, makna dan hakikat puasa di<br />
bulan suci Ramadhan adalah sebagai wadah kemerdekaan dan<br />
pembebasan setiap pribadi manusia dari sifat-sifat setan dan<br />
sifat-sifat hewani yang melekat pada diri manusia. Untuk itulah,<br />
kesempatan emas di bulan Ramadhan ini dapat dimanfaatkan<br />
semaksimal mungkin untuk beribadah dan mendekatkan diri<br />
kepada Allah swt.<br />
Kita berkomitmen, kualitas pelaksanaan ibadah di bulan<br />
Ramadhan tahun ini harus lebih baik dari tahun-tahun<br />
sebelumnya. Pada sisi lain, Ramadhan tahun ini harus bisa<br />
mendorong setiap pribadi muslim untuk menjadikan bangsa<br />
Indonesia --khususnya masyarakat Aceh-- ke depan jauh<br />
lebih baik. Oleh karenanya, kemerdekaan dalam konteks<br />
Ramadhan ini adalah berarti terbebasnya jiwa dari nafsu yang<br />
membelenggu manusia.<br />
4<br />
Salam Redaksi<br />
Memaknai Ramadhan<br />
dan Kemerdekaan<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Nah, jika setiap pribadi manusia masih dibelenggu oleh<br />
sifat-sifat setan dan hewani, itu sama dengan manusia itu<br />
belum merdeka dalam arti yang sesungguhnya.<br />
Untuk konteks Aceh, harapan kita, Ramadhan tahun<br />
ini bisa memberikan warna kesejukan dan kedamaian di<br />
tengah masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah puasa.<br />
Walaupun dalam suasana menjelang Pilkada, tidak boleh ada<br />
permusuhan, fitnah, yang menyebabkan kita kembali ribut dan<br />
terpecah belah. Suasana damai yang sudah kita raih, jangan<br />
lagi kita kotori. Mari kita semua berpikir dan bekerja untuk<br />
Aceh yang lebih maju, makmur, sejahtera dan bermartabat di<br />
dalam bingkai NKRI.<br />
Begitu pula, bulan<br />
Ramadhan tahun ini pula<br />
sedikit berbeda dari tahun<br />
sebelumnya. Jika pada<br />
tahun-tahun lalu, selama<br />
bulan Ramadhan, proses<br />
pembelajaran di madrasah<br />
dan sekolah libur. Jika pun<br />
ada kegiatan, itu pun hanya<br />
kegiatan ekstrakurikuler<br />
dalam bentuk pesantren<br />
kilat, pembinaan keagamaan<br />
dan kerohanian.<br />
Namun untuk tahun<br />
ini, sesuai edaran bersama<br />
Kakanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Aceh dan Kepala<br />
Dinas Pendidikan Aceh, proses pembelajaran selama<br />
Ramadhan akan berjalan efektif mulai dari tanggal 8 sampai<br />
20 <strong>Agustus</strong> <strong>2011</strong>. Selama Ramadhan diharapkan, di samping<br />
kegiatan intrakurikuler dapat berjalan efektif, kegiatan<br />
ekstrakurikuler pun, seperti tadarus Al-Quran, pendalaman<br />
Al-Quran dan Hadits, praktik ibadah, ceramah agama, dan<br />
kegiatan keagamaan lainnya, juga harus berjalan sinergis.<br />
Ramadhan adalah bulan super berkah dan terindah.<br />
Tentunya, keberkahan dan keindahan itu akan dapat kita petik<br />
secara maksimal, manakala kita mampu menyambutnya dan<br />
mengisi Ramadhan itu dengan baik dan tepat. Dan orangorang<br />
yang berhasil secara maksimal mengisi Ramdhan itulah<br />
mereka yang berhak menyandang predikat muttaqin dan<br />
memperoleh gelar kembali ke fitrah dan berhak merayakan<br />
Idul Fitri. juniazi
Kapan Kemenag<br />
terima pegawai lagi?<br />
Assalamu’alaikum wr. wb.<br />
Saya Rahmi, baru selesai kuliah di<br />
suatu Universitas di Banda Aceh. Yang<br />
ingin saya tanyakan Kapan <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> mengadakan pendaftaran pegawai<br />
lagi? Untuk informasinya saya<br />
ucapakan terima kasih.<br />
Wassalam<br />
Rahmi,<br />
Lhokseumawe<br />
Jawaban<br />
Waalaikumussalam wr. wb.<br />
Rahmi, untuk pertanyaan seperti ini<br />
<strong>Santunan</strong> tidak berkompeten mem beri<br />
jawaban, tunggu saja informasi dari<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>. <strong>Santunan</strong> akan<br />
berusaha membantu pemberitaannya,<br />
Insya Allah bisa disimak di majalah<br />
kesayangan kita ini. Terima Kasih.<br />
Selamat ”Gemar Mengaji”<br />
Assalamu’alaikum wr. wb.<br />
Saya membaca berita harian,<br />
bahwasanya <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
mencanangkan Gerakan Masyarakat<br />
Maghrib Mengaji. Untuk itu saya beri<br />
Applause, harapan saya gerakan ini<br />
menjadi awal dari kebangkitan masa<br />
depan generasi yang Islami, yang tidak<br />
terbodohi dengan sinetron. Maju<br />
BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN:<br />
Kota Banda Aceh Yusri, Said Mahfud, Aceh Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, Aceh Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan<br />
Raya Muhammad Juned, Taufiq, Aceh Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib,<br />
S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, Aceh Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, Aceh Jaya Taisir,<br />
S.TH, Rahmat, Aceh Selatan Drs. Bukhari Harun, Ainul Marziah, Aceh Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, Aceh Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, Aceh<br />
Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, Aceh Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, Aceh Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti,<br />
Bener Meriah Drs. H. Hamdani, Ambiya Yusri, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.<br />
Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
terus <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, teruslah<br />
berbenah.<br />
Waznan,<br />
Mantan Siswa Madrasah<br />
Indrapuri.<br />
Jawaban<br />
Waalaikumussalam wr. wb.<br />
Terimaksih Waznan atas dukungan<br />
dan applause nya. Harapan saudara<br />
juga menjadi harapan kita semua.<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> terus dan akan<br />
terus berbenah. Terimakasih.<br />
5
LAPORAN UTAMA<br />
Dirangkum oleh Muhammad Yakub Yahya<br />
Pro Syariat, Pemimpin Kuat<br />
Seorang nenek miskin membeli<br />
korek, sabun, dan satu liter minyak<br />
di kios kecil. Harga yang kian mahal,<br />
yang nenek bayar itu sudah termasuk<br />
pajak, yang sudah dihitung di pabrik<br />
sana. Pajak sering dibayar pemenang,<br />
juga oleh pembeli, juga untuk biaya promosi<br />
(iklan). Sama halnya untuk permen<br />
dan kerupuk anak kita. Saban hari kita<br />
minum kopi, setiap pagi pula, sebelum<br />
memberi jajan anak, kita sudah membayar<br />
pajak, untuk ‘pembangunan’. Orang<br />
bijak taat pajak. Pemerintah yang zalim,<br />
kata ulama politik, antara lain sibuk dan<br />
cepat-cepat memungut pajak rakyat,<br />
tapi lupa dan telat memfasilitasi hajat<br />
hidupnya. Sudah dibayar zakat, kena pajak<br />
pula, ini sebuah model yang belum<br />
islami. Pemerintah yang prosyariat mesti<br />
singkron dan serius juga dalam aspek<br />
politik dan ekonomi, seperti seriusnya<br />
‘menelurkan’ qanun-qanun untuk rakyat<br />
jelata: cambuk.<br />
Andai satu negeri sudah ‘dipelihara’<br />
oleh fakir dan miskin, berarti peran pemerintah<br />
terhadap rakyat mulai dijung-<br />
kir balik. Padahal tugas ‘menghidupkan’<br />
anak terlantar, fakir, dan miskin, idealnya<br />
adalah negara. Negeri yang eksis –‘makmur’<br />
di mata orang luar, tapi ‘papa’ di<br />
dalam-- padahal dihidupkan oleh rakyat<br />
miskin itu ada beberapa makna. Misal<br />
bantuan asing akan datang lewat menjual<br />
angka dan data kemiskinan. Petugas<br />
potret sana-sini dengan serius dan<br />
kumpul tanda tangan orang kampung<br />
untuk negara, untuk pembangunan.<br />
Lantas manakala berkah dunia tiba, si<br />
pemilik potret dan teken yang kemarin<br />
pun, tetap membayar mahal biaya sekolah,<br />
buku anak-anak, ongkos pengobatan<br />
atau tarif rumah sakit (di luar Aceh),<br />
minyak lampu, ikan laut, air putih, hingga<br />
pupuk. Dalam kasus ini, yang dhu‘afa<br />
(dha‘if) atau lemah bukan rakyat miskin,<br />
melainkan negara: selalu butuh uluran<br />
tangan, pajak rakyat miskin misalnya.<br />
Tatkala disodorkan sistem Islam yang<br />
menjawab problem umat, ditantang<br />
dengan diplomatisnya. Jika diterima<br />
pun, setengah hati, “Belum waktunya,<br />
kita hidup di era globalisasi, itu hanya<br />
6 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
formalitas, itu tak cocok jadi ideologi,<br />
atau apa memang perlu?” kilah sebagiannya.<br />
Tak salah kalau digugat, siapa yang<br />
memisahkan negara dan politik, siapa<br />
yang mensekulerkan pemerintah, atau<br />
siapa yang merusak pemerintah, Imam<br />
al-Ghazali menjawab, “Kerusakan negara<br />
karena kerusakan raja, kerusakan raja<br />
karena kerusakan ulama. Moral rakyat<br />
memburuk karena merosotnya perikehidupan<br />
kalangan penguasa dan melemahnya<br />
akhlak para pemimpin agama;<br />
sedangkan para ulama telah menjual hati<br />
nuraninya demi harta dan kekuasaan.”<br />
Tuha tuho, tuha turi droe<br />
“Barangsiapa yang menjadikan dirinya<br />
pemimpin, hendaklah ia mulai<br />
memimpin dirinya sendiri sebelum<br />
memimpin orang lain,” saran Ali bin<br />
Abi Thalib ra, menantu Nabi SAW dan<br />
khalifah keempat. Meraih kursi dengan<br />
licik, menghalalkan segala cara yang<br />
telah sah demi kekuasaan, itulah ciriciri<br />
sisitem komunis. Makanya Islam<br />
melarang memilih pejabat, jangankan
dari komunis atau atheis. Jangankan<br />
mereka (zindiq), dari Yahudi dan Nasrani<br />
yang semula, sebelum diubah-ubah,<br />
yang dari agama profetik (langit) saja, dilarang.<br />
“Hai orang-orang yang beriman,<br />
janganlah kamu mengambil orang-orang<br />
Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpinpemimpinmu.<br />
Karena sebagian mereka<br />
adalah pemimpin bagi sebagian yang<br />
lain. Barangsiapa yang mengambil mereka<br />
sebagai pemimpin, maka orang itu<br />
termasuk golongan mereka. Sungguh Allah<br />
tidak akan memberi petunjuk kepada<br />
orang-orang yang zhalim” (QS al-Maidah<br />
51). Dan ayat ini jarang kita dengar, padahal<br />
masih berlaku.<br />
Kebencian mereka yang terusmenerus<br />
terhadap masyarakat muslimin,<br />
salah satu alasan pelarangan ini. Sejarah<br />
mencatat itu, sejak pusat Islam berada<br />
di Madinah, Damaskus, Baghdad, Kairo,<br />
Isfahan, Agra, Istambul, hingga ke periode<br />
Islam vakum dari kekhalifahan yang<br />
tunggal, trik musuh-musuh Islam tidak<br />
pernah reda. Kejatuhan sistem unity<br />
(kekhalifahan) di dunia muslim, peran<br />
pihak Barat (mayoritas Nasrani) dan Yahudi<br />
sangat besar. Lebih-lebih dengan<br />
membuka kran jabatan bagi warga non-<br />
Islam di wilayah muslim. Padahal masih<br />
banyak masyarakat muslim yang layak<br />
untuk mengatur jabatan tersebut. Kisah<br />
tragis ini pernah menimpa Sultan Abdul<br />
Hamid, pemimpin terakhir dari Turki Usmani<br />
awal abad 20.<br />
Jika pemimpin pro syariat, ia akan<br />
bervisi islami. Sebuah masyarakat yang<br />
bermuara ke kesejahteraan, keadilan,<br />
dan kedamaian (al-silm). Keadilan dalam<br />
aspek hukum, ekonomi, sosial, atau<br />
politik. Karena keridhaan Allah berada<br />
dalam kerelaan rakyat atas kepemimpinan<br />
yang di atasnya. Hamba belum tahu<br />
persis dalam keadilan aspek mana kerelaan-Nya<br />
bersarang. Seperti juga ummat<br />
tidak mengerti dalam kezaliman corak<br />
apa, kemurkaan-nya akan singgah. Sebaliknya,<br />
murka Allah juga tergantung<br />
pada kemurkaan dan ketidaksenangan<br />
rakyat terhadap pemimpinnya.<br />
Kebencian masyarakat terhadap<br />
pemimpinnya, antara lain disebabkan<br />
karena jalan yang ditempuh pemimpin<br />
akan menyeret masyarakat yang dipimpinnya<br />
menuju jurang kepunahan.<br />
Seperti apa yang diutarakan seorang negarawan,<br />
sejarawan, dan sosiolog muslim,<br />
Ibnu Khaldun. Di antara teori-teori sosial<br />
dan politiknya, ia berkata, “Sesungguh-<br />
nya kehancuran suatu bangsa disebabkan<br />
oleh para pemimpinnya.” Ditambahkan<br />
dalam karya masterpiece-nya, Muqaddimah,<br />
bahwa kehancuran pemimpin<br />
disebabkan oleh para pengikutnya yang<br />
tidak patuh dan disiplin terhadap peraturan/hukum<br />
negaranya. Hadih maja<br />
Aceh mengatakan, tuha tuho, tuha turi<br />
droe, Pemimpin bervisi punya kapasitas<br />
dan solusi, dengan mengetahui, menakar<br />
kadar kemampuan dirinya.<br />
Ulama Aceh perlu selalu meng-ingatkan<br />
para pemimpin, bahwa ia pasti akan<br />
dimintai pertangungjawaban nanti di<br />
yaumil mahsyar di hadapan Allah, Qadhi<br />
Rabbul Jalil. Dengan begitu maka muncullah<br />
pemimpin-pemimpin atau calon<br />
pemimpin yang memiliki rasa tanggung<br />
jawab keummatan dan mengantarkan<br />
keselamatan ummat dari dunia sampai<br />
akhirat. Jadi harus turi droe (kenali<br />
dan mampu duluan memmpin dirinya).<br />
Demikian harap H. Abdullah Saleh SH,<br />
Anggota DPR Aceh, yang juga advokat<br />
itu,<br />
“Pertanyaannya sekarang, ada tidak,<br />
pribadi-pribadi pemimpin atau calon<br />
pemimpin Aceh yang punya kesadaran<br />
seperti ini? Biasanya kesadaran seperti<br />
itu akan tampak dari apa yang mereka<br />
ungkapkan dan apa yang mereka lakukan,”<br />
jawabnya.<br />
Pemimpin, apapun level-nya menurut<br />
prinsip-prinsip Islam merupakan amanat<br />
yang diberikan yang diberikan bawahannya.<br />
Sebagaimana yang termaktub dalam<br />
firman Allah, “Sesungguhnya Allah menyuruh<br />
kamu menyampaikan amanah<br />
kepada yang berhak menerimanya. Menyuruh<br />
kamu, apabila menetapkan hukum<br />
di antara kamu, (putuskanlah) dengan<br />
adil. Sesungguhnya Allah memberi<br />
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.<br />
Sungguh Allah Maha Mendengar<br />
dan Maha Melihat” (QS an-Nisa’ 58).<br />
Qanun ‘subur’, rakyat ‘terkubur’<br />
Buat calon pemimpin Aceh, dalam<br />
kapasitas apapun, lewat Pemilukada<br />
(Pemilihan Umum Kepala Daerah) 14<br />
November <strong>2011</strong>, yang terhormat. Baik<br />
lewat jalur independen dan parpol (partai<br />
politik), kisah ini sunguh menarik kita<br />
renungkan. Bahwa seorang perempuan<br />
tua datang dari satu provinsi di Selatan,<br />
guna menjumpai Khalifah Sulaiman al-<br />
Qanuny. Setelah melewati pintu dan<br />
gapura, setelah berhari-hari ia musafir<br />
di gurun, pengawal istana terpaksa men-<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Laporan Utama<br />
gizinkan dia masuk menjumpai khalifah.<br />
Sulaiman al-Qanuny adalah gelar untuk<br />
jajaran Dinasti Utsmany (Ottoman) yang<br />
dianugerahkan untuknya karena, mungkin,<br />
dia banyak sekali merancang dan<br />
mensahkan qanun.<br />
Qanun sungguh penting untuk menata,<br />
mengatur, mengikat, dan menjerat<br />
(rakyat kecil) dari ‘ikan teri’. Sedangkan<br />
untuk ‘ikan kakap’ biasa bisa penting atau<br />
kurang penting, mereka biasa akan terlepas<br />
bebas. Aturan hukum cenderung<br />
seperti sarang laba-laba, hanya nyamuk,<br />
capung, kupu-kupu, dan lalat yang lengket,<br />
sedangkan kelelawar dan tupai akan<br />
merobek-robeknya. Kalau dipikir-pikir<br />
hari ini, betul juga kata Tacitus, seorang<br />
politikus di masa silam bahwa, “Makin<br />
korup suatu negara, makin banyak hukumnya.”<br />
“Mereka yang menekan kebebasan<br />
selalu berdalih demi hukum<br />
dan ketertiban,” tambah John Lindsay.<br />
Rupanya gelar al-Qanuny pernah menjadi<br />
simbol pembuat undang-undang di<br />
masa Utsmaniyah. Semoga tidak di sini.<br />
Kendatipun UUPA menunggu banyak<br />
qanun, Keppres, PP dan lainnya sesegera<br />
mungkin. Termasuk qanun pilkada yang<br />
siap tak siap itu.<br />
Ternyata wanita tua itu berasal dari<br />
desa tertinggal dalam wilayah yang jauh<br />
dari pinggir ibukota kekhalifahan di<br />
Istambul Turki. Dia mempertanyakan<br />
pada khalifah perkara keamanan warga<br />
negeri, dan nasib dirinya sendiri. Perempuan<br />
itu hanya melapor, “Bahwa oknum<br />
tentara-tentara pemerintah telah mencuri<br />
ternak-ternaknya pada malam hari,<br />
dari kandang.” Apa jawaban khalifah<br />
yang luas kekuasaan dan kuat angkatan<br />
perangnya di abad ke 16 itu? Agaknya<br />
tak jauh berbeda dengan pesan sebagian<br />
‘raja-raja’ kita sekarang. Sambil membayangkan<br />
rentang wilayahnya dari Hongaria<br />
sampai Laut Kaspia, dari Yunani<br />
hingga Yaman, Khalifah Sulaiman memberikan<br />
petunjuk pada ibu tersebut,<br />
“Seharusnya kamu menjaga daripada<br />
ternak-ternakmu. Dan jangan (malah)<br />
kamu tertidur!”<br />
“O, saya kira tuan melindungi kami,<br />
sehingga kami bisa tidur nyenyak,” sanggah<br />
perempuan, rakyat jelata itu agak<br />
serak, sambil permisi ia buru-buru melangkah<br />
pulang. Kalau dari qalbu rakyat<br />
yang busananya biasa compang-camping<br />
ternyata bisa keluar kata emas, maka pemerintah<br />
yang merasa dirinya kuat juga<br />
seharusnya sadar bahwa, “Buah terbaik<br />
7
Laporan Utama<br />
dari keadilan adalah ketenteraman,” satu<br />
lagi pemikiran bagus orang Yunani, Epicurus.<br />
Pemikiran terbuka orang modern,<br />
sok warga kota ini, semestinya harus<br />
melawan kezaliman penguasa, penolak<br />
syariat, bersenda gurau dengan syariat.<br />
Namun bagi orang Aceh sekarang moga<br />
tidak kian kabur, mana yang tepat untuk<br />
Aceh dari dua ungkapan Lazare Carnot<br />
ini: “Di negara merdeka banyak tuntutan,<br />
tetapi sedikit penderitaan; di negara<br />
yang zalim terdapat sedikit keluhan<br />
tetapi banyak penderitaan.” Jelas itu<br />
hanya pepatah, semoga bukan realitas di<br />
sini, pra dan pascapilkada.<br />
Kalau begitu, dengan mengenang<br />
kembali kisah ‘keparkasaan’, namun justeru<br />
di situ ada kelemahan, dari seorang<br />
Khalifah Sulaiman al-Qanuny --yang<br />
banyak membuat qanun selama kekuasaannya<br />
gemilang, namun pelan-pelan<br />
kekhalifahan runtuh karena korupsi dan<br />
gejolak dalam provinsi-- kita jadi<br />
ingat pada pemerintah sendiri<br />
yang saban hari mungkin asyik<br />
dengan peraturan-peraturan,<br />
tapi (lucunya) mungkin tak pernah<br />
asyik dijalankan, setengah<br />
hati kita sahuti. Rakyat juga tak<br />
semua asyik menyahutinya, juga<br />
oleh oknum aparat. Semakin<br />
korup oknum pejabat, semakin<br />
banyak qanun? Semakin banyak<br />
tuntutan rakyat, semakin banyak penderitaan,<br />
‘terkubur’? Semoga itu di negeri<br />
orang, tidak terbukti (lagi) di sini, andai<br />
empat pilar ditanam di pondasi bangsa.<br />
Empat pilar<br />
“Negeri ini kokoh karena empat<br />
pilar: pertama, ilmunya para ulama;<br />
kedua, keadilan penguasa (umara);<br />
ketiga, doa fakir miskin dan anak yatim;<br />
keempat, kedermawanan orang kaya.<br />
Sekarang Aceh sudah lebih lima tahun<br />
damai berkat doa para ulama dan anak<br />
yatim fakir miskin. Makanya semua<br />
harus saling sinergis,” ajak Wakil Ketua<br />
Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA)<br />
Tgk. H. Nuruzzahri (Waled Nu).<br />
Waled Nu, seorang pimpinan dayah<br />
yang banyak membina anak yatim itu<br />
menambahkan, walaupun ulama tidak<br />
berperan dalam pengambilan keputusan<br />
dan membuat kebijakan, tapi pendapat<br />
ulama harus didengar agar tujuan mulia<br />
dapat dengan mudah diwujudkan dengan<br />
keizinan Allah swt.<br />
“Selama ini memang harus diakui<br />
ulama selalu dibutuhkan saat eksekutif<br />
terjepit dengan masalah-masalah, seharusnya<br />
banyak hal harus dilibatkan<br />
ulama. Jangan waktu terjepit baru panggil<br />
ulama, seperti baru membutuhkan<br />
pemadam saat terjadinya kebakaran,”<br />
sindir ulama.<br />
Pengurus Dayah MUDI, Mesjid Raya<br />
Samalanga, Bireuen juga menyampaikan<br />
pandangan senada. Menurut salah satu<br />
Pengurus STAI (Sekolah Tinggi <strong>Agama</strong><br />
Islam) yang berdampingan dengan dayah<br />
di Samalanga itu, “Kondisi perpolitikan<br />
di Aceh hari ini, khususnya di dalam<br />
pemerintahan seperti eksekutif terlihat<br />
seperti main sendiri-sendiri. Mereka<br />
baru memerlukan ulama saat muncul<br />
masalah-masalah pelik. Selama ini selalu<br />
waktu terjepit, baru ‘sms’ ulama. Garagara<br />
itu banyak akibat yang terjadi, seperti<br />
kurangnya transparansi. Bek sampe<br />
dibeudoh rakyat, karu lom dan nang-<br />
groe yang phang phoe. Kita kuatirkan<br />
akan timbul kemarahan rakyat sehingga<br />
negeri ini kembali kacau. Negeri ini<br />
bukan milik kita, tapi milik Allah. Dan<br />
Allah tidak akan mengizinkan negeri ini<br />
dipimpin oleh orang yang berbuat kezaliman,”<br />
ingat Waled Nu lagi. Sebab target<br />
dan tujuan politik ulama adalah tercapainya<br />
baldatun thayyibatun wa Rabbun<br />
Ghafur (negeri yang baik dan mendapatkan<br />
ampunan Allah).<br />
Nostalgia<br />
Serambi Mekkah ini masih boleh<br />
berbangga dengan kegemilangan sejarahnya.<br />
Namun dewasa ini bukan zamannya<br />
lagi kita mesti terlena dengan sejarah di<br />
saat perpolitikan Islam di Aceh meredup.<br />
Beberapa nostalgia sejarah justru perlu<br />
diambil untuk hari ini, seperti keterlibatan<br />
penuh para ulama di dalam hukum<br />
Islam dan perpolitikan. “Dulu Aceh punya<br />
ulama-ulama chik yang disegani dan<br />
dihormati oleh pemerintah. Mereka bisa<br />
bekerjasama dengan pemerintah untuk<br />
menciptakan kemaslahatan ummat.<br />
8 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Tetapi sekarang ini sepertinya kondisi<br />
seperti ini tidak berlangsung,” tambah<br />
Anggota DPRA, Abdullah Saleh, yang<br />
juga mantan politisi PPP Aceh itu.<br />
Menurut politisi PA (Partai Aceh) ini,<br />
realitas politik dan pemerintahan Aceh<br />
sekarang seakan-akan menunjukkan,<br />
ulama tidak bisa membangun komunikasi<br />
serta menjalankan fungsi keulamaannya<br />
secara mandiri. Padahal hubungan<br />
antara ulama dan pemerintah sangat<br />
besar pengaruhnya bagi terwujudnya tatanan<br />
masyarakat Aceh yang Islami.<br />
“Peran dan pengaruh politik yang<br />
harus dimainkan oleh para ulama Aceh<br />
sekarang ini adalah sebagai pencerah dan<br />
pembimbing ummat. Ulama hendaknya<br />
bisa menggugah kesadaran pemimpin<br />
dan ummat untuk kembali ke jalan Islam,”<br />
harap politisi asal Beutong Ateuh,<br />
Nagan Raya itu.<br />
Sindiran ‘pedas’ juga disampaikan<br />
Ketua Komisi A DPR Aceh membidangi<br />
masalah pemerintahan,<br />
politik dan hukum, Drs. Tgk. Adnan<br />
Beuransyah. Politis dari Fraksi<br />
PA itu, menyebut ulama sekarang<br />
tidak pada posisi pengambilan<br />
keputusan, kata dia, maka tidak<br />
sedikit keputusan dilahirkan oleh<br />
pemerintah sekarang bersifat<br />
‘zalim’. “Jika kita menginginkan<br />
Aceh ke depan lebih baik maka<br />
peran ulama wajib ditingkatkan. Peran<br />
dan pengaruh politik ulama harus dimulai<br />
dari dayah. Sebab dayah adalah rumah<br />
ulama sekaligus pabrik pengkaderan<br />
calon-calon ulama Aceh masa depan,”<br />
terang Adnan yang bersama pihak lain<br />
‘ngotot’ mengajak tunda pilkada itu.<br />
Adnan menilai bahwa pemahaman<br />
orang dayah terhadap politik selama ini<br />
masih nol persen akibat tidak adanya<br />
pendidikan politik. Padahal, kata dia,<br />
dari dayahlah dulu dilahirkan panglimapanglima<br />
besar, pakar-pakar politik, tokoh-tokoh<br />
ekonomi dan juga diplomat.<br />
“Fakta inilah justru menunjukkan dayah<br />
di Aceh tempo dulu ada pendidikan politik,<br />
walaupun secara formal tidak sama<br />
seperti yang ada di Indonesia sekarang,”<br />
jelas politisi Partai Aceh asal Sigli itu.<br />
Karenanya, tambah Adnan, ulama wajib<br />
memahami politik secara keseluruhan.<br />
Sehingga ketika para ulama menyampaikan<br />
pendapat atau mengeluarkan<br />
pernyataan tidak lari dari koridor hukum<br />
dan aturan yang berlaku. nyakub,<br />
gema
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Laporan Khusus<br />
Laporan Jabbar Sabil<br />
MTQ XXX Aceh; Meneladani Tuan Rumah<br />
Kesan megah dan meriah terasa<br />
benar di arena MTQ XXX Aceh<br />
Tahun <strong>2011</strong> yang diselenggarakan<br />
di Aceh Tamiang, tanggal 3-10 Juli<br />
lalu. Tribun utama yang dibangun permanen,<br />
bilik tilawah berhiaskan dekorasi<br />
floral dan kaligrafi yang indah, replika<br />
Alquran raksasa yang terbuka otomat<br />
seiring ‘raung sirine’, drum band, dan<br />
tarian massal merupakan seremoni<br />
pembuka yang ‘wah’ untuk sebuah<br />
amal berpahala; “Tilawah Alquran.”<br />
Banyak keunggulan teknis yang menyebabkan<br />
MTQ XXX Aceh di Aceh<br />
Tamiang ini terkesan lebih sukses, padahal<br />
alokasi anggaran tidak lebih besar<br />
dari even sebelumnya di Takengon.<br />
Antara lain karena lokasi yang terbuka<br />
sehingga memudahkan mobilitas pengunjung,<br />
berbeda dari Takengon yang<br />
menggunakan stadion tertutup. Tribun<br />
utama yang dibangun permanen memang<br />
dimaksudkan untuk penggunaan<br />
berkelanjutan oleh Pemkab setempat<br />
sehingga bisa menghemat, dengan kata<br />
lain, “sambil menyelam minum air.”<br />
Tempat ‘karantina’ dewan hakim<br />
yang masih di lingkungan arena juga<br />
sangat mendukung ketepatan jadwal<br />
musabaqah setiap majelis. Demikian<br />
pula sarana transportasi dewan hakim,<br />
cukup memadai, sehingga semua cabang<br />
musabaqah terlaksana tepat waktu. Prestasi<br />
ini tentu patut menjadi teladan bagi<br />
tuan rumah MTQ berikutnya. Selain<br />
itu, semua dewan hakim dibekali buku<br />
Pedoman Musabaqah dan Perhakiman,<br />
dan buku Panduan MTQ XXX Aceh yang<br />
dicetak ‘mewah’ fullcolor. Tidak hanya<br />
itu, panitia juga membuka situs khusus,<br />
www.mtq30aceh.com, sehingga siapa<br />
saja dapat dengan mudah memantau<br />
perkembangan MTQ XXX ini. Maka<br />
lengkap lah kemegahan MTQ XXX Aceh<br />
kali ini.<br />
Prestasi Aceh<br />
Seremoni pembukaan yang digelar<br />
secara kolosal, dihadiri oleh Gubernur<br />
Aceh yang begitu antusias untuk membuka<br />
sendiri MTQ XXX Aceh di Aceh<br />
Tamiang ini. Hal pertama yang diungkap<br />
Gubernur dalam sambutannya, adalah<br />
harapan agar MTQ XXX ini menjadi<br />
starting point bagi peningkatan prestasi<br />
kafilah Aceh di kancah MTQ Nasional.<br />
Hal ini tentu wajar, mengingat terpuruknya<br />
prestasi Aceh di kancah MTQ<br />
nasional akhir-akhir ini.<br />
Banyak spekulasi yang dilontarkan<br />
seputar keterpurukan prestasi Aceh,<br />
tentu spekulasi ini tidak bermakna tanpa<br />
telaah mendasar. Di sela-sela kegiatan<br />
MTQ, <strong>Santunan</strong> sempat mewawancarai<br />
seorang dewan hakim, Drs. H.<br />
Amin Chuzaini. Menurut Amin, secara<br />
umum ada peningkatan prestasi peserta<br />
MTQ kali ini. “Indikatornya, peserta<br />
seleknas STQ <strong>2011</strong> di Banjarmasin saja<br />
banyak yang dijatuhkan oleh peserta<br />
MTQ XXX ini. Dari enam belas orang<br />
peserta seleknas, lima belas orang ikut<br />
di Tamiang, tapi nyatanya enam orang<br />
gagal,” ungkap Amin Chuzaini.<br />
Saat ditanya tentang proyeksi capaian<br />
prestasi kafilah Aceh, Amin menyatakan<br />
optimis. Sebab grafik prestasi peserta<br />
yang kita kirim selalu meningkat lebih<br />
baik dari tahun ke tahun. “Sebelumnya,<br />
nilai 96,5, atau 96,7 sulit dicapai<br />
oleh peserta kita, dari itu kita optimis<br />
akan dapat mencapai grafik nilai lebih<br />
baik,” harap Amin Chuzaini. Terakhir<br />
peringkat nilai di tingkat nasional sudah<br />
mencapai angka 99. Semoga kafilah<br />
Aceh dapat mencapainya di tengah<br />
segala keterbatasan.<br />
Amin Chuzaini mengeluhkan masih<br />
adanya kendala teknis dalam pelaksanaan<br />
bimbingan bagi peserta MTQ<br />
di Aceh. Ia mencontohkan soal perizinan,<br />
misalnya di salah satu perguruan<br />
tinggi agama di Aceh, masih ada dosen<br />
yang bersikeras, “Pilih mana, kuliah apa<br />
MTQ? Akibatnya saat TC, peserta selalu<br />
dalam keadaan capek, capek kuliah,<br />
capek sekolah…,” keluh Amin.<br />
Satu hal yang sempat menjadi sorotan<br />
banyak orang, adalah tampilnya tuan<br />
rumah sebagai juara umum dalam MTQ<br />
XXX ini. Dalam ajang MTQ sebelumnya,<br />
Aceh Tamiang tidak pernah masuk<br />
peringkat sepuluh besar, tapi sekarang<br />
justru menjadi juara umum. Menurut<br />
Amin Chuzaini, pandangan ini cukup<br />
menyakitkan bagi dewan hakim, “Sebenarnya,<br />
hal ini ditentukan oleh faktor<br />
pembinaan, mereka melakukan pembinaan<br />
selama delapan bulan, sementara<br />
daerah lain hanya satu minggu saja,<br />
jadi ini hendaknya menjadi contoh bagi<br />
LPTQ provinsi,” pungkas Amin.<br />
Sebagai contoh, dalam bidang M2KQ<br />
yang merupakan cabang baru, Kafilah<br />
Aceh Tamiang berhasil meraih juara II<br />
putri. Hal ini jelas karena pembinaan<br />
yang intensif, sebab di arena M2KQ<br />
juga terdapat peserta yang sebelumnya<br />
pernah menjuarai bidang ini. Dari itu,<br />
jika Aceh ingin berjaya di ajang MTQ<br />
Nasional, maka LPTQ Aceh harus meningkatkan<br />
intensitas, dan kontinuitas<br />
pembinaan, jangan dadakan!<br />
Kafilah Aceh Barat tertimpa musibah<br />
Kemeriahan MTQ XXX Aceh diwarnai<br />
duka mendalam karena musibah<br />
yang menimpa Kafilah Aceh Barat. Setelah<br />
penutupan, sebagaimana beberapa<br />
kafilah lain, Kafilah Aceh Barat juga<br />
langsung pulang. Siapa sangka, sesampai<br />
di Lhok Nibong (Aceh Timur) mereka<br />
mengalami musibah di pengkolan<br />
patah kota Kecamatan Pante Bidari itu.<br />
Kala itu jam menunjukkan pukul<br />
03.00 WIB. Supir yang tidak mengenal<br />
medan sangat terkejut mendapati<br />
tikungan patah, hilang keseimbangan,<br />
dan terbalik. Masyarakat sekitar berdatangan<br />
membantu, korban luka-luka<br />
segera dilarikan ke RSU Idi. Salah seorang<br />
korban, Cut Masyitah, mengalami<br />
patah kaki sehingga terjadi pendarahan<br />
hebat. Cut Masyitah tidak tertolong,<br />
dan menghembuskan nafas terakhir<br />
sekitar pukul 08.50. Selamat jalan Cut<br />
Masyitah... n<br />
9
Laporan Khusus<br />
Sambutan Menteri <strong>Agama</strong> RI<br />
Pada Acara Pembinaan Pegawai di Jajaran Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
Tanggal 25 Juli <strong>2011</strong><br />
Bismillahirrahmanirrahim<br />
Assalamu’alaikum Wr. Wb.<br />
Yth. Gubernur Aceh;<br />
Yth. Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh;<br />
Yth. Para Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten/Kota;<br />
Yth. Pimpinan Ormas Islam se-<strong>Prov</strong>insi<br />
Aceh;<br />
Yth. Para Kepala Madrasah se-<strong>Prov</strong>insi<br />
Aceh; dan Hadirin undangan yang berbahagia.<br />
Pertama-tama marilah kita panjatkan<br />
puji dan syukur ke hadirat Allah<br />
swt., atas rahmat dan karunia-Nya kita<br />
dapat hadir bersama di tempat ini dalam<br />
acara silaturrahim dan pembinaan<br />
pegawai di jajaran Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh. Shalawat dan<br />
salam semoga senantiasa tercurah kepada<br />
junjungan kita Nabi Muhammad<br />
saw., beserta keluarga, sahabat, dan<br />
seluruh umatnya yang setia mengikuti<br />
risalahnya hingga akhir zaman.<br />
Saudara-saudara sekalian,<br />
Saya berbahagia dapat hadir dan<br />
bersilaturrahim dalam acara pembinaan<br />
pegawai di jajaran Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh pada hari<br />
ini. Kegiatan ini saya harapkan dapat<br />
meningkatkan koordinasi dan mengoptimalkan<br />
kinerja aparatur <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> di <strong>Prov</strong>insi “Serambi Mekkah”<br />
dalam merespon tantangan dan permasalahan<br />
umat yang berkembang di<br />
tingkat lokal, namun memiliki konstelasi<br />
dengan isu nasional.<br />
Dalam kaitan tugas pembinaan<br />
umat, saya berharap jajaran Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> membangun siner-<br />
gisitas, dan meningkatkan koordinasi<br />
dengan Dinas Syariat Islam <strong>Prov</strong>insi<br />
Aceh, para pemimpin agama, dan ormas<br />
keagamaan di daerah ini, sehingga<br />
tujuan pembangunan sektor agama dapat<br />
terwujud secara optimal. Aparatur<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> harus dekat dengan<br />
ulama dan pemuka agama, dalam<br />
arti dekat secara nurani dan pemikiran<br />
dalam membangun dan memajukan<br />
kehidupan umat.<br />
Pada sisi lain, aparatur <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> perlu meningkatkan tata kelola<br />
organisasi dan budaya kerja yang profesional.<br />
Hal ini amat penting demi<br />
terwujudnya pelayanan masyarakat<br />
yang lebih baik dan memenuhi harapan.<br />
Peran aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> sebagai<br />
instansi yang bertanggungjawab<br />
dalam pembangunan sektor agama<br />
harus terlihat dan dirasakan di tengah<br />
masyarakat.<br />
Dalam kaitan ini silaturrahim dan<br />
komunikasi yang efektif, baik secara<br />
formal maupun informal, dengan semua<br />
stakeholder perlu terus dibangun<br />
dan dipelihara. Para pejabat dan<br />
aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> harus<br />
berperan aktif untuk mengajak dan<br />
mengkonsolidasikan seluruh tokoh<br />
dan pemuka agama serta ormas-ormas<br />
keagamaan untuk mendorong seluruh<br />
elemen masyarakat agar menghindari<br />
konflik sosial bernuansa agama, serta<br />
lebih peka terhadap persoalan moral<br />
dan sosial yang muncul dalam kehidupan<br />
masyarakat.<br />
Saya ingin menekankan peran dan<br />
pengaruh para pemimpin dan tokoh<br />
agama untuk melakukan penyadaran<br />
dan pembinaan terhadap mereka yang<br />
mengikuti aliran atau paham yang keliru<br />
dalam beragama, harus mendapat<br />
tempat yang sewajarnya. Pendekatan<br />
secara formal yang dilakukan Pemerintah<br />
dan pendekatan kultural yang<br />
dilakukan oleh para pemimpin umat<br />
beragama tidak bisa terpisahkan satu<br />
sama lain, karena kedua-duanya saling<br />
melengkapi.<br />
Saudara-saudara sekalian,<br />
Dalam rangka mendorong berkembangnya<br />
kesadaran dan syi’ar keagamaan<br />
yang sehat di tengah masyarakat, saya<br />
10 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
telah mencanangkan program “Gerakan<br />
Masyarakat Maghrib Mengaji” atau disingkat<br />
dengan “Gemmar Mengaji”.<br />
Saya menganggap program tersebut<br />
penting untuk dilakukan mengingat belakangan<br />
ini tengah terjadi kegelisahan<br />
atas kelesuan tradisi yang positif yaitu<br />
tradisi mengaji Al-Qur’an setelah shalat<br />
maghrib. Saya berpendapat bahwa<br />
salah satu sebab maraknya aliran sesat<br />
dan rusaknya akhlak generasi muda<br />
saat ini adalah karena masyarakat terutama<br />
para generasi muda mulai enggan<br />
mengaji dan mengkaji Al-Qur’an di<br />
masjid.<br />
Saya masih ingat pengalaman masa<br />
lalu bahwa masjid, dan surau selalu<br />
penuh dan ramai dengan teriakan dan<br />
gema anak-anak mengaji Al-Qur’an<br />
selepas Shalat Maghrib sampai menjelang<br />
Shalat Isya. Namun, apa yang terjadi<br />
sekarang? Seiring dengan semakin<br />
derasnya arus globalisasi dan modernisasi<br />
yang telah merambah hampir<br />
ke seluruh sendi-sendi kehidupan di<br />
seluruh pelosok tanah air, saya melihat<br />
ada kelesuan tradisi mengaji setelah<br />
sholat maghrib di masjid-masjid. Gema<br />
dan teriakan anak mengaji mulai nyaris<br />
tak terdengar lagi di masjid/musholla.<br />
Karena itu, saya memandang bahwa<br />
fenomena ini sangat mengkhawatirkan<br />
bagi masa depan bangsa ini dan<br />
juga bagi masa depan agama Islam. Di<br />
samping itu, saya memandang bahwa<br />
fenomena kelesuan generasi muda<br />
untuk mengaji dapat menyebabkan<br />
mereka mudah terjerumus ke dalam<br />
pemikiran dan aliran sesat dikarenakan<br />
dangkalnya pemahaman mereka<br />
terhadap ajaran Islam.<br />
Saudara-saudara sekalian,<br />
Dalam kesempatan ini saya ingin<br />
kembali mengingatkan kita semua bahwa<br />
perkembangan situasi masyarakat<br />
dewasa ini mengharuskan seluruh<br />
aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> sampai<br />
tingkat paling bawah untuk lebih me-
ningkatkan kepekaan dan melakukan<br />
antisipasi terhadap permasalahan dan<br />
kondisi aktual umat dan bangsa kita.<br />
Jangan dibiarkan suatu permasalahan<br />
yang mulanya kecil dan kasuistik kemudian<br />
mengalami eskalasi dan meluas<br />
menjadi isu nasional disebabkan<br />
kelalaian aparatur di lapangan.<br />
Sebagaimana kita ketahui seluruh<br />
program dan kegiatan <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> tidak dapat dipisahkan dari<br />
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi<br />
antara pusat dan daerah. Sedikitnya<br />
ada lima program strategis <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> yang dari waktu ke waktu<br />
memerlukan dukungan, kerjasama,<br />
dan sinergi dengan berbagai pihak<br />
terkait di pusat dan di daerah, yaitu<br />
pengembangan pendidikan agama<br />
dan keagamaan, kerukunan umat beragama,<br />
penyelenggaraan ibadah haji,<br />
dan bimbingan masyarakat beragama,<br />
serta tata kelola organisasi yang baik<br />
(good governance) dalam bingkai semangat<br />
reformasi birokrasi.<br />
Pelaksanaan program-program strategis<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> perlu dilakukan<br />
dalam gerak yang simultan dan menjangkau<br />
struktur organisasi terbawah<br />
pada <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> hingga KUA<br />
Kecamatan. Secara khusus saya meminta<br />
perhatian seluruh jajaran aparatur<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh untuk<br />
terus berupaya mewujudkan tujuan<br />
reformasi birokrasi, yang antara lain<br />
mencakup upaya membentuk aparatur<br />
negara yang bersih, profesional, dan<br />
bertanggungjawab. Birokrasi yang efektif,<br />
dan efisien, serta memberi pelayanan<br />
prima menjadi tuntutan masyarakat<br />
dalam era sekarang ini.<br />
Oleh karena itu pemenuhan standar<br />
profesionalitas dan tingkat kepuasan<br />
masyarakat terhadap pelayanan<br />
aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di Wilayah<br />
<strong>Prov</strong>insi Aceh, perlu mendapat<br />
perhatian dan pembinaan yang lebih<br />
serius karena sering mendapat sorotan.<br />
Saudara-saudara berhadapan dengan<br />
karakter masyarakat ibukota yang<br />
terbuka, cerdas, kritis, dan<br />
heterogen. Kondisi tersebut<br />
perlu diimbangi<br />
dengan kualitas<br />
pejabat dan<br />
jaja-<br />
ran aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang<br />
handal dan bisa menjadi panutan.<br />
Saudara-saudara juga dituntut untuk<br />
memiliki daya pemahaman terhadap<br />
karakter masyarakat metropolitan dan<br />
sekitarnya yang mempengaruhi pelaksanaan<br />
tugas sehari-hari.<br />
Saudara-saudara sekalian,<br />
Berkaitan dengan reformasi birokrasi<br />
di jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, yang<br />
menjadi tantangan kita sekarang ini<br />
adalah pengelolaan sumber daya manusia<br />
pada semua satuan kerja pusat<br />
dan daerah, pemberdayaan sistem dan<br />
manajemen organisasi yang profesional,<br />
prestasi dan kompetensi dengan<br />
hasil yang harus dapat diukur, serta<br />
berjalannya sistem operasional prosedur<br />
serta ditaatinya Peraturan Pemerintah<br />
tentang Disiplin PNS dan Kode<br />
Etik Pegawai <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />
Esensi reformasi birokrasi yang kita<br />
harapkan perlu terus dipelihara dan<br />
ditingkatkan.<br />
Pada kesempatan ini saya mengajak<br />
kita semua jangan membiarkan munculnya<br />
perilaku aparatur yang bikin<br />
malu <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>. Jangan sampai<br />
dibiarkan ada keluhan masyarakat<br />
terkait dengan pelayanan <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> yang tidak terselesaikan sebagaimana<br />
mestinya, sehingga akhirnya<br />
berkembang dan melebar menjadi<br />
sorotan negatif yang kontra-produktif<br />
terhadap citra <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />
Lebih jauh menyangkut pelaksanaan<br />
anggaran tahun <strong>2011</strong> ini, semua<br />
satuan kerja pemerintah harus menerapkan<br />
anggaran berbasis kinerja. Dalam<br />
kaitan itu, penyerapan anggaran di<br />
lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> harus<br />
meningkat dari tahun<br />
sebelumnya,<br />
d a n<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Laporan Khusus<br />
pertanggungjawabannya harus lebih<br />
baik, sehingga mencapai predikat Wajar<br />
Tanpa Pengecualian (WTP).<br />
Sehubungan dengan pencapaian<br />
sasaran reformasi birokrasi secara keseluruhan,<br />
saya mengharapkan semua<br />
unsur pimpinan dan pejabat di lingkungan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />
Aceh untuk melaksanakan tanggung<br />
jawab pembinaan dan pengembangan<br />
SDM pada urut masing-masing secara<br />
terus menerus baik dari aspek mentalitas,<br />
kemampuan manajerial dan<br />
kemampuan teknis, maupun aspek<br />
kompetensi. Marilah kita membuktikan<br />
kepada masyarakat bahwa jajaran<br />
aparatur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dari<br />
waktu ke waktu terus melangkah menjadi<br />
yang terbaik dan terdepan sebagai<br />
teladan moral dan soko-guru birokrasi<br />
yang bersih dan profesional.<br />
Hadirin yang berbahagia,<br />
Demikian heberapa hal yang dapat<br />
saya sampaikan dalam kesempatan<br />
ini. Semoga Allah swt. senantiasa melimpahkan<br />
taufiq dan hidayah-Nya kepada<br />
kita sekalian.<br />
Sekian dan terima kasih.<br />
Wallahul muwafiq ila aqwamith<br />
thorieq,<br />
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.<br />
Banda Aceh, 25 Juli <strong>2011</strong><br />
Menteri <strong>Agama</strong> RI,<br />
Suryadharma Ali<br />
11
Laporan Khusus<br />
Sambutan Menteri <strong>Agama</strong> RI<br />
Pada Acara Pencanangan Program Mengaji Maghrib dan Isya<br />
di <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
Bismillahirrahmanirrahim.<br />
Assalamu’alaikum wr. wb,<br />
Yth. Gubernur Aceh;<br />
Yth. Kepala Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh;<br />
Yth. Para Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kab/Kota;<br />
Yth. Pimpinan Ormas Islam se<br />
-<strong>Prov</strong>insi Aceh;<br />
Yth. Para Kepala Madrasah se<br />
<strong>Prov</strong>insi Aceh dan Hadirin Undangan<br />
yang berbahagia.<br />
Pertama-tama marilah kita panjatkan<br />
puji dan syukur ke hadirat Allah swt.,<br />
Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala<br />
rahmat dan karunia-Nya yang tiada<br />
terhingga.<br />
Shalawat dan salam dan semoga<br />
senantiasa tercurah atas junjungan<br />
kita, Nabi Besar Muhammad saw., dan<br />
kaum kerabatnya, serta segenap kaum<br />
muslimin dan muslimat yang senantiasa<br />
istiqamah dalam menjalankan<br />
semua perintah-Nya dan<br />
menjauhi segala<br />
larangan-Nya.<br />
12 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong>
Hadirin yang Saya hormati,<br />
Mengawali sambutan ini, pertama-tama<br />
Saya ingin menyampaikan<br />
terima kasih kepada Bapak Gubernur,<br />
dan masyarakat <strong>Prov</strong>insi Aceh yang<br />
memperkenankan Saya untuk terlibat<br />
dalam pencanangan Program Mengaji<br />
Maghrib dan Isya di <strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />
Selanjutnya, Saya memberikan apresiasi<br />
dan penghargaan yang tinggi atas<br />
terselenggaranya program ini, karena<br />
sangat sejalan dengan gerakan yang<br />
kini tengah digalakkan oleh <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong>, yaitu Gerakan Masyarakat<br />
Maghrib Mengaji (GM3). Gerakan<br />
ini merupakan gerakan nasional untuk<br />
mengingatkan dan membangkitkan<br />
kembali tradisi mengaji setelah<br />
maghrib yang saat ini mulai jarang kita<br />
saksikan di masyarakat. Padahal, tradisi<br />
ini di masa lalu, merupakan wahana<br />
yang sangat efektif dalam meningkatkan<br />
kemampuan membaca al-Quran<br />
bagi anak-anak dan menanamkan iman<br />
dan takwa pada diri mereka.<br />
Tradisi maghrib mengaji, Saya kira<br />
berlaku umum di banyak wilayah di<br />
lndonesia yang memiliki tradisi Islam<br />
yang kuat. Aceh adalah salah satunya.<br />
Dari sedikit informasi yang Saya terima,<br />
pada masa lalu di tiap kampung di Aceh<br />
terdapat Bale Seumeubeut, atau balai<br />
pengajian, tempat di mana anak-anak<br />
Aceh belajar membaca al-Quran secara<br />
intensif. Di balai pengajian ini pula<br />
anak-anak Aceh ditempa untuk bertukar<br />
pikiran tentang masalah-masalah<br />
keagamaan. Saat ini, keberadaan balai<br />
pengajian itu sudah jarang dijumpai di<br />
kampung-kampung.<br />
Mengapa hal ini terjadi? Pada awalnya<br />
Saya tidak begitu mengerti, namun<br />
setelah membaca berita Serambi yang<br />
berjudul ”Anak Dipukul Teman, Ibu<br />
Hantam Guru Mengaji” (4/10/1996),<br />
barulah Saya memahami duduk persoalannya.<br />
Tampaknya, masyarakat<br />
Aceh saat ini tengah mengalami<br />
krisis penghargaan terhadap Teungku<br />
Seumeubeut.<br />
Sepanjang yang Saya ketahui,<br />
dalam kehidupan dan tradisi Aceh<br />
tempo dulu, kedudukan guru mengaji<br />
termasuk suci,<br />
s e h i n g g a<br />
beliau sangat<br />
d i h o r m a t i ,<br />
dan dimuliakan.<br />
Bahkan marta-<br />
batnya dianggap setara dengan ayah<br />
dan bunda. Maka apabila kita berbuat<br />
salah pada mereka, kita harus segera<br />
meminta maaf sambil bersimpuh.<br />
Sekarang, penilaian sebagian<br />
orang Aceh terhadap guru mengaji<br />
sudah berubah. Nilai ke-Aceh-an telah<br />
bergeser secara drastis. Tanpa sungkan<br />
si orang tua murid akan segera memukul<br />
balas sang guru, bila Teungku Seumeubeut<br />
terpaksa memukul anaknya<br />
selama berlangsung pengajian. Padahal<br />
zaman dulu, pemukulan murid<br />
dengan “rotan” memang hal biasa,<br />
walaupun sebenarnya juga amat jarang<br />
dilakukan. Sikap atau pandangan<br />
yang meremehkan guru mengaji itulah<br />
--antara lain-- yang menyebabkan kuantitas<br />
balai pengajian anak-anak di Aceh<br />
menurun drastis.<br />
Para hadirin yang Saya hormati,<br />
Berkaca pada berita di media massa<br />
tersebut, maka Program Mengaji<br />
Maghrib dan Isya di <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
ini patut untuk kita sukseskan bersama.<br />
Program tersebut Saya kira tidak<br />
akan berjalan sendiri tetapi beriringan<br />
dengan Gerakan Masyarakat Maghrib<br />
Mengaji yang telah dicanangkan oleh<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di beberapa<br />
wilayah.<br />
Oleh sebab itu, Saya instruksikan<br />
kepada Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh dan jajarannya<br />
untuk terus mengawal program<br />
ini sampai tuntas. Kita tentu berharap<br />
bahwa program ini dapatmengemb<br />
a l i k a n<br />
j a t i<br />
d i r i<br />
masyar<br />
a k a t<br />
Aceh sebagaimasyarakat<br />
yang religius,<br />
santun,<br />
dan memberikanpenghargaan<br />
terhadap<br />
para ulama,<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Laporan Khusus<br />
termasuk para Teungku Seumeubuet.<br />
Dengan bekal konstitusional Keistimewaan<br />
Aceh Saya kira Aceh mestinya<br />
tidak membutuhkan waktu lama<br />
untuk mengembalikan jati dirinya.<br />
Yang diperlukan sekarang adalah kesungguhan<br />
dan kerja sama dari berbagai<br />
pihak untuk mewujudkan cita<br />
luhur dan mulia tersebut.<br />
Para hadirin yang Saya hormati,<br />
Demikian beberapa hal yang dapat<br />
Saya sampaikan pada kesempatan yang<br />
penuh berkah ini. Semoga dapat memberikan<br />
inspirasi bagi kita semua untuk<br />
tidak pernah lelah memasyarakatkan<br />
Program Mengaji Maghrib dan Isya.<br />
Akhirnya, dengan mengharap ridha<br />
Allah swt., dan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim,<br />
dengan ini Program<br />
Mengaji Maghrib dan Isya di <strong>Prov</strong>insi<br />
Aceh, Saya canangkan secara resmi.<br />
Sekian dan terima kasih.<br />
Wallahul muwaffiq ila aqwamith-thariq,<br />
Wassalamu ‘alaikum<br />
wr. wb.<br />
Banda Aceh, Juli <strong>2011</strong><br />
Menteri <strong>Agama</strong> RI<br />
Suryadharma Ali<br />
13
Laporan Khusus<br />
Santri Aceh Raih 16 Piala<br />
Pada Mufakat Nasional di NTB<br />
Sejumlah 24 Santri Aceh yang<br />
bertarung di 16 cabang pada<br />
Musabaqah Fahmi Kutubit Turats<br />
(Mufakat) Nasional IV di NTB pada<br />
Jumat (22/7), berhasil memenangkan<br />
lomba dengan menyabet 16 piala<br />
dengan predikat beragam, mulai dari<br />
juara pertama, juara dua, juara tiga,<br />
juara harapan pertama, harapan kedua,<br />
serta harapan tiga.<br />
Perlombaan babak final tersebut<br />
berlangsung Jumat (22/7), dari jam 8.00<br />
pagi WITA dan berakhir pada pukul<br />
17.00 WITA di bawah persaingan ketat<br />
para Finalis dari seluruh Indonesia.<br />
Sedangkan hasil pertandingan<br />
langsung bisa dilihat secara online<br />
begitu perlombaan selesai.<br />
Kepala Kanwil Kemenag Aceh, A<br />
Rahman Tb, sebagaimana disampaikan<br />
Kepala Bidang Pekapontren, Abrar<br />
Zym, menyambut gembira prestasi<br />
yang diperoleh kontingen Aceh,<br />
menurutnya keberhasilan para santri<br />
Aceh merupakan kebanggaan bagi<br />
masyarakat Aceh secara keseluruhan.<br />
“Alhamdulillah kali ini kita mendapat<br />
16 cabang juara, ini sangat jauh<br />
meningkat dibandingkan pada Mufakat<br />
III tahun 2008 di Banjarmasin. Saat itu<br />
kafilah Aceh hanya memperoleh satu<br />
juara, itupun hanya juara harapan 3,”<br />
ujar Abrar Zym mengutip A. Rahman<br />
TB.<br />
Menurutnya Keberhasilan itu<br />
sebagai bukti bahwa Dayah di Aceh<br />
sanggup bersaing di tingkat nasional.<br />
Ia juga mengharapkan prestasi tersebut<br />
dapat terus ditingkatkan pada even<br />
berikutnya yang akan dilaksanakan<br />
pada tahun 2014 di Gorontalo.<br />
“Ini menjadi bukti bahwa dayah<br />
Aceh sanggup bersaing di level<br />
nasional, namun pada even berikutnya<br />
kita harus lebih baik lagi,” tambah<br />
Abrar Zym.<br />
Para juara tersebut berasal dari<br />
berbagai dayah di Aceh, yaitu MUDI<br />
MESRA Samalanga (8 orang), Bustanul<br />
Ulum Langsa (4 orang), Darul Ulum<br />
Banda Aceh (6 orang), Ruhul Islam<br />
Anak Bangsa Aceh Besar (5 orang), dan<br />
Dayah Al-Falah Abu Lam U Aceh Besar<br />
(1 orang).<br />
14 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Nama-nama para santri yang<br />
berhasil meraih juara adalah, Ismail<br />
bin Husein (Juara 1 Ushul Fiqh tingkat<br />
Ulya), Nurhafni (Juara 1 balaghah<br />
tingkat wustha), Hilya Adnan, Nayla<br />
Karima, Sajidah Azhar, (Juara 2 group<br />
debat Bahasa Inggris Putri), Ikhsan<br />
Hadi, Helmi Murtadha, Arif Fadillah<br />
(Juara 2 Group debat bahasa Arab<br />
putra), Syarbaniah (Juara 3 Ushul fiqh<br />
tingkat Ulya), Nurul Masyitah (Juara 3<br />
tarikh tingkat wustha), Mauliana, Zatul<br />
Fina, Khairaturrahmi (Harapan 1 Group<br />
debat bahasa Arab putri), Zulkarnaini<br />
(Harapan 1 Balaghah tingkat Ulya),<br />
Cut Nazrifah (Harapan 1 Ushul Fiqh<br />
tingkat wustha), Syarful Anami,<br />
Zulkhairi, Rizki Shadikin (Harapan 2<br />
Group debat bahasa Inggris putra),<br />
Aguslijar (Harapan 2 Tarikh tingkat ula),<br />
Mahfuddin (harapan 2 Balaghah tingkat<br />
wustha), Ibnu Abdillah (harapan 2 Fiqh<br />
tingkat wustha), Muhammad Nahrawi<br />
(harapan 2 Hadits tingkat wustha),<br />
M. Ilham (harapan 2 Akhlaq tingkat<br />
wustha), Rafidhah Hanum (harapan 3<br />
nahwu tingkat wustha). nmulyadi
Ruang Hazawa<br />
Gubernur Minta Kuota Haji Aceh Ditambah<br />
Menag RI: Kita Prioritaskan yang Tua<br />
<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Dalam kesempatan<br />
launching “Gemmar” Mengaji<br />
serta Zikir Akbar menyambut Bulan<br />
Suci Ramadhan di Masjid Raya<br />
Baiturrahman Banda Aceh, 24 Juli<br />
Estimasi Jumlah Calon Jamaah Haji <strong>Prov</strong>insi Aceh Tahun 1432 H/<strong>2011</strong> M<br />
No. Kantor Imigrasi<br />
Wilayah Kerja<br />
Kab./Kota<br />
<strong>2011</strong>. Dalam sambutannya Gubernur<br />
Aceh, Irwandi Yusuf meminta Menteri<br />
<strong>Agama</strong> RI, Suryadharma Ali untuk<br />
menambah kuota jamaah Haji <strong>Prov</strong>insi<br />
Aceh menjadi 5.000 jamaah.<br />
Estimasi<br />
Jamaah<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Jumlah<br />
1 Banda Aceh 1.427<br />
Kabupaten Aceh Besar 404<br />
Kota Banda Aceh 615<br />
Kabupaten Pidie 301<br />
Kabupaten Pidie Jaya 107<br />
2 Lhokseumawe 1.220<br />
Kabupaten Aceh Utara 428<br />
Kota Lhokseumawe 335<br />
Kabupaten Aceh Tengah 107<br />
Kabupaten Bireuen 284<br />
Kabupaten Bener Meriah 66<br />
3 Langsa 586<br />
Kabupaten Aceh Timur 114<br />
Kota Langsa 174<br />
Kabupaten Aceh Tenggara 96<br />
Kabupaten Aceh Tamiang 127<br />
Kabupaten Gayo Lues 45<br />
4 Meulaboh 611<br />
Kabupaten Aceh Barat 185<br />
Kabupaten Aceh Selatan 131<br />
Kabupaten Aceh Singkil 7<br />
Kabupaten Subulussalam 8<br />
Kabupaten Aceh Barat Daya 85<br />
Kabupaten Nagan Raya 106<br />
Kabupaten Aceh Jaya 73<br />
Kabupaten Simeulue 16<br />
5 Sabang 44<br />
Kota Sabang 44<br />
Catatatan : Jumlah Kuota Haji <strong>Prov</strong>isi Aceh Murni sebanyak 3.888, Jumlah TPHD sebanyak 36 orang<br />
Sumber : Bid. Penyelenggara Haji, Zakat dan Wakaf sebagaimana disediakan bagi Kanwil Kemenkum HAM Aceh. Juli <strong>2011</strong>.<br />
Hingga kini, waiting list calon jamaah<br />
Haji Aceh mencapai 41.215 orang,<br />
yang bila diberangkatkan sesuai kuota<br />
saat ini sekitar 3.924 orang, maka<br />
dibutuhkan waktu sekitar 11 tahun<br />
untuk memberangkatkan keseluruhan<br />
jamaah tersebut. Padahal di antara<br />
calon jamaah haji tersebut banyak yang<br />
berusia lanjut, yang dikhawatirkan akan<br />
meninggal terlebih dahulu sebelum<br />
masa pemberangkatannya tiba.<br />
Menanggapi permintaan ini, secara<br />
politis Menteri <strong>Agama</strong> menjawab bahwa<br />
jumlah waiting list tersebut dapat<br />
menjadi indikator bahwa pembangunan<br />
yang dipimpin oleh Gubernur Aceh<br />
selama ini telah menunjukkan hasil,<br />
yaitu bertambahnya kemakmuran masyarakat<br />
yang berujung pada meningkatnya<br />
jumlah pendaftar haji di provinsi<br />
ini.<br />
Lebih lanjut Menteri mengungkapkan<br />
bahwa pihaknya telah mengajukan<br />
tambahan kuota haji kepada pihak<br />
Pemerintah Arab Saudi, bila permintaan<br />
tersebut dikabulkan, besar kemungkinan<br />
kuota haji untuk <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
bisa digenapkan menjadi 5.000 orang.<br />
Di samping itu, secara jelas Menteri<br />
<strong>Agama</strong> menunjukkan keprihatinannya<br />
terhadap calon jamaah haji usia uzur.<br />
“Saya setuju untuk memprioritaskan<br />
calon jamaah haji usia uzur, akan<br />
kita siapkan mekanismenya supaya<br />
yang telah berusi di atas 65 tahun bisa<br />
didahulukan dengan didampingi oleh<br />
salah seorang anggota keluarganya sebagai<br />
pendamping.” Demikian Menteri<br />
<strong>Agama</strong> RI memberikan sambutan sebelum<br />
melakukan launching program<br />
“Gemmar Mengaji” di Masjid Raya<br />
Baiturrahman. naba<br />
15
Ruang Pekapontren<br />
Laporan Zarkasyi<br />
Memburu Mutiara Lombok<br />
Kota Seribu Mesjid menjadi saksi<br />
keberhasilan Aceh mengukir prestasi<br />
gemilang, meraih rangking kelima<br />
dalam Musabaqah Fahmi Kutubit Turats<br />
(Mufakat) IV. Banyak hal berharga dan<br />
kenangan yang tak terlupakan didapat<br />
di Lombok. Serba-serbi kafilah Aceh<br />
di Lombok disajikan Redaktur Rubrik<br />
Pekapontren dalam tulisan berikut.<br />
Ajang Musabaqah memahami<br />
kajian kitab kuning (kutub at-turast)<br />
IV di gelar di Nusa Tenggara Barat<br />
(NTB), dalam ajang ini Aceh ikut<br />
mengirimkan kontingennya untuk<br />
ikut berlomba. Peserta kontingan<br />
Aceh merupakan perwakilan santrisantri<br />
terbaik hasil seleksi yang<br />
dilaksanakan pada tanggal 14-16 Juni<br />
<strong>2011</strong> di Asrama Haji Embarkasi Banda<br />
Aceh. Setelah menjalani pemusatan<br />
latihan (TC) selama 8 hari kontingen<br />
Aceh berangkat ke NTB pada hari<br />
sabtu pukul 11:05 wib. Menggunakan<br />
pesawat Garuda Indonesia perjalanan<br />
melelahkan menuju NTB ditempuh<br />
selama 5 jam lebih dengan beberapa<br />
kali transit, baik di Polonia Medan<br />
maupun Bandar Udara Soekarno-Hatta.<br />
Pukul 09:30 kontingen Aceh yang<br />
berjumlah 74 orang tiba di Bandara<br />
Selaparang Ampenan, Mataram. Kami<br />
disambut hangat oleh panitia, upacara<br />
penyambutan dilakukan dengan pengalungan<br />
salempang yang diterima<br />
oleh Ketua Dharma Wanita Persatuan<br />
Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh Ibu<br />
Suryani MAR, dan Kabid Pekapontren,<br />
H. Abrar Zym. Kontingan Aceh merupakan<br />
kontingen pertama yang tiba di<br />
Mataram.<br />
Setelah melepas lelah, kami kembali<br />
melanjutkan perjalanan menuju<br />
lokasi Mufakat IV, yaitu di Pancor,<br />
Kabupaten Lombok Timur. Perjalanan<br />
menuju Lombok Timur ditempuh<br />
kurang lebih selama dua jam, karena<br />
kelelahan banyak peserta dan ofisial<br />
yang tertidur dalam perjalanan menuju<br />
Pancor. Pukul 00:00 WITA kami tiba di<br />
Pancor, tepatnya di Pesantren Nahdhatul<br />
Wathan (NW). Semua tercengang melihat<br />
pesantren yang luasnya sekitar<br />
15 hektar dengan bangunan berlantai<br />
4, ditemani Laivision Officer (LO)<br />
kami dipersilahkan menuju Madrasah<br />
Aliyah (MA) Muallimin Hanzanwadi,<br />
Madrasah Aliyah yang terletak dalam<br />
lokasi Pesantren NW.<br />
Minggu, 17 Juli <strong>2011</strong> kegiatan<br />
pertama adalah keabsahan peserta,<br />
kegiatan ini dipusatkan disekretariat<br />
panitia Mufakat IV gedung Biro sekolah<br />
Instititut <strong>Agama</strong> Isalam Hamzanwadi<br />
(IAIH). Dari 42 peserta yang diverifikasi<br />
hanya satu orang peserta yang tidak<br />
lulus, sebab telah lebih umur. Setelah<br />
selesai verifikasi keabsahan peserta,<br />
banyak peserta yang tertarik melihat<br />
kompleks pesantren NW dengan<br />
bangunan berlantai, di samping juga<br />
cuci mata dengan aneka barang dan<br />
kerajinan pada bazar yang digelar<br />
dalam komplek pesantren NW.<br />
Hal menarik adalah kharismatisme<br />
pendiri pesantren Nahdhatul Wathan<br />
yaitu Syekh Zainuddin Abdul Majid,<br />
bahkan setiap hari minggu dan hari<br />
libur lainnya, makam syekh selalu<br />
banyak diziarahi oleh masyarakat.<br />
Syekh Zainuddin Majid benar-benar<br />
menjadi tokoh panutan bagi masyarakat<br />
Lombok, khususnya Lombok Timur.<br />
Pimpinan Nahdathul Wathan sekarang<br />
adalah Tuan Guru Zainul Majid<br />
16 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
yang merupakan cucuk dari Syekh<br />
Zainuddin Majid, di samping menjabat<br />
sebagai pimpinan Pesantren Tuan Guru<br />
Zainul Majid juga Gubernur <strong>Prov</strong>insi<br />
Nusa Tenggara Barat. NW didirikan<br />
pada tanggal 15 Jumadilakhir 1356 H,<br />
bertepatan tanggal 17 <strong>Agustus</strong> 1937<br />
M, di Pancor, memiliki banyak ragam<br />
pendidikan, mulai dari RA sampai<br />
dengan Perguruan Tinggi dengan jumlah<br />
santri mencapai 16.000 orang.<br />
Antusiasme masyarakat NTB dalam<br />
menyukseskan Mufakat IV terlihat<br />
sangat kentara. Betapa tidak, lokasi<br />
pembukaan Mufakat IV semua dipasang<br />
atap yang terbuat dari anyaman nyiur<br />
kelapa (Aceh; bleut), berdasarkan<br />
informasi yang diperoleh dari salah<br />
seorang warga saat pembukaan pada<br />
hari Selasa, tanggal 19 juli <strong>2011</strong>,<br />
bleut yang begitu banyak merupakan<br />
sumbangan dari seluruh masyarakat<br />
Lombok, tidak hanya Lombok Timur,<br />
tetapi juga masyakarakat Lombok Barat,<br />
Lombok Tengah, dan Lombok Utara.<br />
Pada hari pembukaan, masyarakat<br />
Lombok Timur tumpah ruah ke jalan<br />
mengikuti jalannya pawai ta’aruf dan<br />
upacara pembukaan.<br />
Perlombaan mulai dilaksanakan<br />
pada hari Rabu, 20 Juli <strong>2011</strong>. Lokasi<br />
perlombaan tersebar di seluruh komplek<br />
pesantren NW, dalam babak<br />
penyisihan kontingen Aceh berhasil<br />
masuk final dalam 16 Majelis dan 3<br />
Marhalah. Final mulai dilaksanakan<br />
pada hari Jumat, 22 Juli <strong>2011</strong>. Pada hari<br />
itu juga setelah shalat Jumat diadakan<br />
konser Wali Band, gruband yang lahir<br />
dengan berlatarbelakang pesantren.<br />
Kehadiran konser Wali Band membuat<br />
gemuruh arena utama Mufakat IV,
terutama masyarakat Pancor, Lombok<br />
Timur. Dari 16 Finalis kontingan Aceh<br />
yang berlaga pada grand final, berhasil<br />
meraih dua juara I, dua juara II, satu<br />
juara III, dan selebihnya adalah juara<br />
harapan (lihat tabel). Keberhasilan ini<br />
merupakan keberhasilan luar biasa<br />
sepanjang sejarah MQK yang diikuti<br />
<strong>Prov</strong>insi Aceh. Untuk memberikan<br />
dukungan kepada para peserta, turut<br />
juga hadir kepala Badan Pembinaan<br />
Pendidikan Dayah (BPPD) Aceh,<br />
Azhari Usman, serta Kepala Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten Bireun<br />
Zulhelmi A. Rahman. Kehadiran dua<br />
pejabat ini memberikan kontribusi<br />
dalam memberikan semangat kepada<br />
para peserta, terutama mereka yang<br />
berlaga dalam final.<br />
Kecanggihan teknologi telekomunikasi<br />
dan Informasi juga dimanfaatkan<br />
dalam penilaian Musabaqah. Setelah<br />
berlomba para peserta dapat melihat<br />
langsung berapa nilai yang diperoleh.<br />
Tidak hanya itu, untuk mengakses<br />
setiap nilai dari majelis dan marhalah<br />
yang diperlombakan dapat diakses<br />
pada situs www.musabaqah.com. Situs<br />
ini menampilkan nilai perolehan yang<br />
didapat oleh peserta, baik pada babak<br />
penyisihan maupun babak final.<br />
Hal unik lain yang didapat dari<br />
ramahnya masyarakat Lombok dengan<br />
bahasa saksa adalah penamaan “terong<br />
aceh” kepada “tomat medan,” saya<br />
sendiri hampir tidak percaya bahwa<br />
tomat medan disebut dengan terong<br />
aceh. Ketika dikonfirmasi dari mana<br />
asal penamaan tersebut, masyarakat<br />
Lombok yang ditemui tidak dapat<br />
menjelaskannya. Hebatnya lagi, komedi<br />
Aceh dengan tokoh yang berkarakter<br />
“kejam” ala masyarakat Aceh, Haji<br />
Umar juga dikenal oleh masyarakat<br />
Lombok. Mereka mengaku sering<br />
menonton film komedi Umpang Breuh<br />
tersebut meski tidak paham jalan<br />
ceritanya. Mereka tertarik pada akting<br />
yang masih natural dan tidak ada trik<br />
kamera. Lagi, dikonfirmasi mereka<br />
tidak dapat mengetahui darimana asal<br />
video komedi Umpang Breuh tersebut.<br />
Singkatnya, Haji Uma pun terkenal<br />
panas di “Negeri pedas”.<br />
Malam Minggu, 24 Juli <strong>2011</strong><br />
Mufakat IV resmi ditutup. Wakil<br />
Gubernur NTB menutup resmi<br />
Musabaqah ini. Arena utama menjadi<br />
saksi bisu bagi kafilah Aceh yang<br />
meraih prestasi menggembirakan.<br />
Jika dirangking secara nasional, Aceh<br />
menempati posisi kelima secara<br />
Nasional. Prestasi prestisius diraih<br />
pada cabang debat Bahasa Inggris, dan<br />
Bahasa Arab. Pada cabang ini Aceh<br />
belum mampu mengalahkan provinsi<br />
Jawa Timur yang menempati urutan<br />
pertama. Satu sisi benarlah adagium<br />
yang dibangun oleh orang Aceh bahwa<br />
dalam bidang debat jangankan kalah<br />
Rekapitulasi Perolehan Juara Kontengen Aceh pada Mufakat V di Lombok, <strong>2011</strong><br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Ruang Pekapontren<br />
“seri” pun enggan (bek takheun talö,<br />
meu seuri han ditem). Cabang ini<br />
merupakan cabang paling seru dalam<br />
Mufakat IV ini.<br />
Hari Minggu, merupakan hari<br />
menanti pulang bagi kafilah Aceh.<br />
Peserta seluruh ofisial Aceh mengisi<br />
kekosongan waktu dengan bertamasya<br />
ke beberapa tempat rekreasi di<br />
Lombok. Satu hal yang paling menarik,<br />
adalah memburu mutiara Lombok,<br />
tanpa kecuali para peserta dan<br />
official memborong aksesoris mutiara<br />
Lombok, dan sorvenir khas Lombok<br />
lainnya. Mufakat IV telah usai, namun<br />
kenangan dan semangat dalam<br />
memahami kajian-kajian kitab turast<br />
akan terus memanas seperti panasnya<br />
cabai Lombok.<br />
Senin, 25 Juli <strong>2011</strong> jam 16:10<br />
kafilah Aceh tiba dengan selamat<br />
di Bandara Sultan Iskandar Muda.<br />
Bertempat di Kantor Wilayah<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
Kakanwil menerima kepulangan kafilah<br />
Aceh. Kakanwil menyambut gembira<br />
kepulangan kafilah serta mengucapkan<br />
terima kasih atas upaya dan prestasi<br />
yang telah dipersembahkan dalam<br />
mengukir prestasi gemilang di ajang<br />
Mufakat IV. Pekerjaan Rumah (PR) terbesar<br />
diberikan oleh kakanwil, yaitu<br />
apakah prestasi yang telah diraih kali<br />
ini akan dapat dipertahankan di masa<br />
yang akan datang? n<br />
NO NAMA KAFILAH L/P MARHALAH MAJELIS ASAL PESANTREN JUARA<br />
1 Nurhafni P Wustha Balaghah MUDI Samalanga Juara 1<br />
2 Ismail M. Husen L Ulya Ushul Fiiqh MUDI Samalanga Juara 1<br />
3 Hilya Adnan, Nayla Karima, Sajidah Azhar P Debat Bahasa Inggris Ruhul Islam, Darul Ulum, Bustanul Ulum Juara 2<br />
4 Ikhsan Hadi, Helmi Murtadha, Arif Fadillah L Debat Bahasa Arab Bustanul Ulum, Ruhul Islam Juara 2<br />
5 Syarbaniah P Ulya Ushul Fiiqh MUDI Samalanga Juara 3<br />
6 Mauliana, Zatul Fina, Khairaturrahmi P Debat Bahasa Arab Darul Ulum, Bustanul Ulum Harapan 1<br />
7 Nurul Masyitah P Wustha Tarikh Ruhul Islam Anak Bangsa Harapan 1<br />
8 Cut Nazrifah P Wustha Ushul Fiqh MUDI Samalanga Harapan 1<br />
9 Zulkarnaini L Ulya Balaghah MUDI Samalanga Harapan 1<br />
10 Rafidhah Hanum P Wustha Nahwu Darul Ulum Harapan 1<br />
11 Aguslijar L Ula Tarikh Abu Lam-U Harapan 2<br />
12 Mahfuddin L Wustha Balaghah MUDI Samalanga Harapan 2<br />
13 Ibnu Abdillah L Wustha Fiqh MUDI Samalanga Harapan 2<br />
14 Muhammad Nahrawi L Wustha Hadist Ruhul Islam Harapan 2<br />
15 Syarful Anami, Zulkhairi A. F., Rizki Shadikin L Debat Bahasa Inggris Darul Ulum Harapan 2<br />
16 M. Ilham L Wustha Akhlaq MUDI Samalanga Harapan 2<br />
17
Laporan Alfirdaus Putra<br />
Satu Hilal Dua Idul Fitri<br />
TINGGI HILAL POSITIF:<br />
Pada saat matahari terbenam<br />
posisi hilal berada di atas ufuk.<br />
Matahari terbenan terlebih<br />
dahulu dibanding hilal.<br />
Ruang Urais<br />
Keterangan Gambar:<br />
1. Ijtima’ awal Syawal terjadi pada pukul 10:05; 16,27 WIB tanggal 29 <strong>Agustus</strong> <strong>2011</strong>.<br />
2. Ketinggian hilal di atas ufuk 1° 10˝32˝ di atas ufuk.<br />
3. Menurut konsep wujudulhilal, hilal sudah ada walau pun terlalu rendah, maka 30 <strong>Agustus</strong> sudah dianggap 1<br />
Syawal.<br />
4. Menurut konsep imkanurrukyat, ketinggian hilal belum mencapai kebiasaan rukyat, yaitu 2°, maka bulan<br />
Ramadhan digenapkan 30 hari, dan 1 Syawal tanggal 31 <strong>Agustus</strong> <strong>2011</strong>. Keputusan akhir tetap pada sidang<br />
itsbat setelah menerima laporan rukyat se-Indonesia.<br />
Ada dua Idul Fitri di Indonesia<br />
tahun ini, bahkan mungkin lebih.<br />
Perbedaan Idul Fitri ini, meskipun<br />
sering diklaim sebagai “rahmah“<br />
dari sebuah perbedaan, tetap saja<br />
menimbulkan sejumlah pertanyaan<br />
dan ketidaknyamanan dalam beribadah.<br />
Hilalnya satu, mengapa Idul Fitri-nya<br />
dua kali?<br />
Perbedaan penetapan hari raya itu<br />
tak terlepas dari perbedaan metode<br />
penetuan awal bulan. Selama ini<br />
dikenal dua metode yang utama dalam<br />
penentuan awal bulan Hijriyah, yaitu<br />
metode rukyah dan metode hisab.<br />
Kedua metode ini sama-sama didasari<br />
oleh perintah Rasulullah SAW yang<br />
berbunyi “shumu lirukyatihi wa aftiru<br />
lirukyatihi” (berpuasalah karena melihat<br />
hilal dan berbukalah karena melihat<br />
hilal).<br />
Metode rukyah menggunakan<br />
pengamatan langsung dengan mata<br />
telanjang (ru’yah bil-’ain) sementara<br />
hisab menggunakan pengamatan<br />
tak langsung dengan mengandalkan<br />
hitungan ilmiah (ru’yah bil-’ilmi).<br />
Meski begitu, kedua metode ini tetap<br />
memakai ilmu hisab atau ilmu falak<br />
dalam prosesnya masing-masing. Hanya<br />
saja metode rukyah masih memakai<br />
pengamatan fisik sebagai final keputusan<br />
sedangkan metode hisab tanpa perlu<br />
lagi membuktikan dengan pengamatan<br />
fisik, cukup dengan perhitungan ahli<br />
falak semata.<br />
Dalam menentukan masuknya<br />
awal bulan, beberapa kelompok yang<br />
bersandarkan pada metode hisab murni<br />
berpedoman pada konsep wujudul hilal,<br />
yaitu konsep yang menyatakan bahwa<br />
keberadaan hilal tidak perlu dirukyat<br />
tetapi cukup dengan perhitungan saja,<br />
karena apabila hilal sudah ada secara<br />
perhitungan maka dianggap sudah<br />
ada secara subtansi walaupun tidak<br />
mungkin dilihat baik karena terlalu<br />
rendah atau tertutup awan, konsep<br />
ini sangat berpatokan pada posisi hilal<br />
sudah di atas ufuk tanpa mematok<br />
ketinggian tertentu.<br />
Pemerintah melalui <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> yang secara resmi menggunakan<br />
metode imkanur rukyah (kemungkinan<br />
rukyat) dalam penentuan awal bulan<br />
qamariah, menyatakan bahwa hilal<br />
dianggap terlihat dan keesokannya<br />
dapat ditetapkan sebagai awal bulan<br />
Hijriyah berikutnya apabila memenuhi<br />
salah satu syarat-syarat berikut: (1)<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
ketika matahari terbenam, ketinggian<br />
bulan di atas horison tidak kurang dari<br />
2°; (2) jarak lengkung bulan-matahari<br />
(sudut elongasi) tidak kurang dari 3°;<br />
dan (3) ketika bulan terbenam, umur<br />
bulan tidak kurang dari 8 jam selepas<br />
konjungsi/ijtimak berlaku.<br />
Selain dua metode ini terdapat juga<br />
metode rukyat murni yang menetapkan<br />
awal bulan hijriah hanya observasi<br />
hilal semata, yang pada akhirnya<br />
memutuskan apabila hilal tampak,<br />
maka ditetapkan tanggal 1 bulan baru<br />
keesokan harinya dan apabila bulan<br />
tidak tampak maka diistikmalkan 30<br />
hari bulan yang sedang berjalan.<br />
Dalam penetapan 1 Syawal 1432<br />
Hijriah tahun ini, rahmah dari<br />
perbedaan kemungkinan akan kembali<br />
terjadi, secara hisab hilal sudah berada<br />
pada posisi 1 derjat 10 menit 32 detik<br />
di atas ufuk untuk markaz Lhoknga,<br />
Aceh Besar.<br />
Merujuk pada ketinggian hilal<br />
pada 29 Ramadhan tersebut, maka<br />
jika ditinjau dari metode hisab dengan<br />
konsep wujudul hilalnya Idul Fitri akan<br />
jatuh pada hari Selasa 30 <strong>Agustus</strong> <strong>2011</strong>,<br />
karena secara subtansi hilal sudah<br />
ada di atas ufuk walaupun “tidak<br />
mungkin” dirukyat. Pemerintah yang<br />
menggunakan konsep imkanurru’yat<br />
dan menjadikan rukyat sebagai salah<br />
satu syarat penentuan awal bulan<br />
cenderung memperkirakan 1 Syawal<br />
akan jatuh pada hari Rabu 31 <strong>Agustus</strong><br />
<strong>2011</strong> karena syarat imkanurru’yat<br />
menyatakan ketinggian hilal yang<br />
memungkinkan untuk dirukyat harus<br />
berada minimal 2 derjat di atas ufuk<br />
sedangkan ketinggian hilal saat itu hanya<br />
1 derajat 10 menit 32 detik di atas ufuk.<br />
Akan tetapi keputuan 1 Syawal tetap<br />
melaui sidang istbat Menteri <strong>Agama</strong><br />
berdasarkan laporan rukyat Tim yang<br />
telah disebar di seluruh Indonesia. n<br />
18
Ruang Penamas<br />
Laporan Azhar<br />
Penamas Seleksi Penyuluh Teladan <strong>2011</strong><br />
Bidang Penamas Kanwil Kemenag<br />
<strong>Prov</strong>. Aceh melaksanakan Pemilihan<br />
Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional<br />
Teladan se-<strong>Prov</strong>insi Aceh Tahun <strong>2011</strong>.<br />
Kegiatan ini diselenggarakan tanggal<br />
14-16 Juli lalu, bertempat di Permata<br />
Hati Training Centre and Guest<br />
House, Desa Meunasah Manyang,<br />
Aceh Besar, dengan jumlah peserta 23<br />
orang, utusan seluruh Kankemenag<br />
kabupaten/kota dalam provinsi Aceh.<br />
Kegiatan seleksi ini dibuka oleh<br />
Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. A.<br />
Rahman TB, Lt. Dalam sambutannya,<br />
Kakanwil menyampaikan harapannya,<br />
dan sugesti agar para penyuluh benarbenar<br />
menjadi suri tauladan di tempat<br />
tugasnya. Para penyuluh yang hadir<br />
kemari merupakan orang terpilih, dan<br />
contoh teladan di daerahnya masingmasing,<br />
jadi kita harus dapat membuat<br />
bangga institusi kita. “Apalagi belakangan<br />
ini <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
sudah lebih baik, bahkan sudah lebih<br />
sejahtera,” tutur Kakanwil.<br />
Sesuai dengan temanya;<br />
“Seleksi Penyuluh <strong>Agama</strong><br />
Islam Teladan, Mewujudkan<br />
Pe-nyuluh <strong>Agama</strong> yang Berkualitas<br />
dan Profesional,”<br />
penyaringan juga semakin<br />
ketat. Peserta diwajibkan<br />
menguasai teknologi informasi,<br />
maka kemampuan<br />
mengoperasikan alat-alat<br />
berteknologi --baik hardware<br />
mau pun software--<br />
menjadi salah satu poin<br />
penilaian. Peserta juga diwajibkan<br />
membuat materi<br />
penyuluhan dalam bentuk<br />
slide show, sehingga kemampuan<br />
menyajikan materi secara sistematis<br />
dan efektif dapat terlihat secara nyata.<br />
Manfaat lain dari kegiatan ini,<br />
menjadi media untuk mendeteksi<br />
sisi mana dari keterampilan penyuluh<br />
yang mendesak ditingkatkan. Seorang<br />
juri bidang presentasi makalah, H.<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Aska Yunan, S.Ag., menyatakan keprihatinan,<br />
karena masih banyak peserta<br />
yang penguasaan metodologi<br />
ilmiahnya masih lemah. “Perlu segera<br />
diberikan pelatihan metodologi kepada<br />
penyuluh kita,” harap Aska Yunan.<br />
Pada akhirnya kegiatan ini berhasil<br />
meloloskan tiga nama yang muncul<br />
mengungguli peserta lain. Ketiganya<br />
adalah Tarmizi M. Daud, M.Ag., utusan<br />
dari Kankemenag Aceh Besar (peringkat<br />
tiga), Jamaiyah, S.Ag., utusan dari<br />
Kankemenag Aceh Timur (peringkat<br />
dua), dan Zulfikar, S.Ag, utusan dari<br />
Kankemenag Kota Banda Aceh (peringkat<br />
pertama). Selamat kepada<br />
peserta yang unggul, semoga dapat<br />
terus menjadi tauladan di lingkungan<br />
Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh. Dan<br />
bagi yang terpilih untuk mengemban<br />
amanah sebagai wakil Aceh di even<br />
seleksi nasional, semoga dapat mengharumkan<br />
nama Aceh di pentas<br />
nasional nanti, amin. n<br />
19
20<br />
Ruang Mapenda<br />
Laporan Juniazi<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Susun Standar PAI<br />
Pelaksanaan Pendidikan <strong>Agama</strong><br />
Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah<br />
umum, saat ini menunai sejumlah<br />
kritik, karena dinilai belum berhasil<br />
menjadikan peserta didik cerdas secara<br />
spritual dan moral. Kritik terhadap PAI<br />
(Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam) karena dinilai<br />
karena rendahnya pengetahuan kognitif<br />
yang dimiliki peserta didik. Aspek<br />
pengamalan ibadah ritual yang belum<br />
baik, rendahnya baca tulis Al-Quran dan<br />
rendahnya perilaku akhlak mulia, dinilai<br />
belum memenuhi standar nasional.<br />
Dalam amatan Direktur Pendidikan<br />
<strong>Agama</strong> Islam pada Sekolah, <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> RI, ada sejumlah problem<br />
yang dihadapi Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam<br />
saat ini, yaitu; 1) Adanya jurang perbedaan<br />
kualitas lulusan antar siswa; 2) Meluasnya<br />
faham radikalisme keagamaan<br />
di sekolah; 3) Kuantitas dan kualitas<br />
ketenagaan belum memadai; 4) Fasilitas<br />
pendidikan agama belum memadai;<br />
5) Mutu organisasi profesi pendidik<br />
dan tenaga kependidikan sangat rendah<br />
dan; 6) Struktur or-ganiasasi pengelola<br />
PAI di daerah yang lama belum fungsional<br />
dan yang baru belum ada.<br />
Demikian sejumlah pernyataan<br />
penting yang disampaikan Dr. H. Imam<br />
Tholkhah, MA, Direktur Pendidikan<br />
<strong>Agama</strong> Islam pada Sekolah, <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> RI, saat membuka Sosialisasi<br />
Bantuan Dan Beasiswa Program Pendidikan<br />
Islam, (28/6), di Banda Aceh.<br />
Lebih lanjut Dr. H. Imam Tholkhah,<br />
MA, menjelaskan, saat ini <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> RI, sedang menyiapkan Standar<br />
Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam (PAI) pada<br />
Sekolah. Standar PAI ke depan, antara<br />
lain: pada tingkat Sekolah Dasar (SD),<br />
peserta didik harus bisa baca Al-Quran,<br />
dapat menjalankan ibadah ritual (shalat),<br />
dan memiliki perilaku dan akhlak<br />
terpuji. Untuk tingkat SLTP, setiap peserta<br />
didik harus bisa baca Al-Quran<br />
dengan baik dan memahami sejumlah<br />
hadits-hadits yang berkaitan dengan<br />
akhlak terpuji. Memahami dan melaksanakan<br />
ibadah (ritual) seperti shalat,<br />
puasa dan sebagainya dengan baik. Se-<br />
mentara untuk tingkat SLTA, standar<br />
ke depan di antaranya memahamai dan<br />
mengamalkan Al-Quran dan Hadits, serta<br />
ibadah-ibadah ritual lainnya dengan<br />
baik dan benar.<br />
Terkait dengan Standar Sarana<br />
Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam pada sekolah<br />
ini, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> juga telah<br />
merancang, ke depan, setiap sekolah<br />
harus memiliki tempat ibadat, punya<br />
kepustakaan agama, dan memiliki<br />
laboratorium agama.<br />
Begitu pula, kurikulum Pendidikan<br />
<strong>Agama</strong> Islam akan ditata ulang, dengan<br />
penekanan pada Kurikulm Tingkat<br />
Satuan Pendidikan Berbasis Keimanan,<br />
Ketaqwaan dan Akhlak Mulia. Juga<br />
pengembangan wawasan PAI rahmatan<br />
lil’alamin; Pengembangan wawasan<br />
apresiasi multikultural dan kearifikan<br />
lokal; Peningkatan mutu proses pembelajaran<br />
yang inovatif, menyenangkan,<br />
efisien, dan efektif berbasis ICT.<br />
Ke depan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> sudah<br />
mengeluarkan kebijakan beasiswa S1<br />
dan S2 bagi guru Pendidikan <strong>Agama</strong><br />
Islam, S2 dan S3 bagi Pengawas<br />
Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam dan pendidikan<br />
profesi. Tahun ini juga <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> telah menyiapkan sejumlah bantuan<br />
untuk sarana ibadat, dan bahan<br />
ajar dan pusataka untuk sekolah.<br />
Kepada yang berminat mendapatkan<br />
beasiswa ini dapat mengajukan permohonan<br />
ke Direktur Pendidikan <strong>Agama</strong><br />
Islam, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI, dengan<br />
melampirkan proposal dan persyaratan<br />
dan rekomendasi <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
setempat, atau bisa diakses di http://<br />
pendis.kemenag.go.id/pais.<br />
Menurut Imam Tholkhah, agama<br />
memiliki peran yang amat penting<br />
dalam kehidupan umat manusia.<br />
<strong>Agama</strong> menjadi pemandu dalam upaya<br />
mewujudkan suatu kehidupan yang<br />
bermakna, damai dan bermartabat.<br />
Menyadari, betapa pentingnya peran<br />
agama bagi kehidupan umat manusia,<br />
maka internalisasi nilai-nilai agama<br />
dalam kehidupan setiap pribadi dapat<br />
ditempuh melalui lingkungan keluarga,<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
sekolah dan masyarakat.<br />
Untuk itu, Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam<br />
di sekolah-sekolah sangat penting diajarkan<br />
dalam rangka mempersiapkan<br />
manusia yang bertakwa kepada Allah<br />
swt., dan berakhlak mulia. Serta bertujuan<br />
untuk menghasilkan manusia<br />
yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis,<br />
saling mengharagai, disiplin, harmonis<br />
dan produktif, baik personal maupun<br />
sosial.<br />
Sementara itu Kepala Kantor<br />
Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />
Aceh, yang diwakili Kepala Bagian Tata<br />
Usaha, Drs. H. Taufiq Abdullah dalam<br />
sambutannya mengatakan pendidikan<br />
saat ini lebih menitik beratkan pada<br />
aspek intelektualitas sedangkan aspek<br />
spritual dan moralitas sering diabaikan<br />
oleh pendidik. Di samping itu, tambahnya,<br />
pola pendidikan saat ini juga telah<br />
mempengaruhi peserta didik, terutama<br />
dalam perilaku kesehariannya. Untuk<br />
itu dia menyambutkan baik rencana <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Pusat untuk menyusun<br />
standar PAI pada sekolah umum.<br />
Disamping itu Kakanwil juga berharap<br />
untuk sinkronnya pelaksanaan<br />
tugas-tugas di daerah, Struktur Organisasi<br />
dan Tata Kerja Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> dan Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten/Kota, perlu<br />
segera disesuaikan dengan KMA Nomor<br />
10 Tahun 2010 tentang Struktur<br />
Organisasi dan Tata Kerja <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Pusat.<br />
Kegiatan Sosialisasi Bantuan dan<br />
Beasiswa yang berlangsung dari tanggal<br />
28 – 29 Juni <strong>2011</strong>, di Banda Aceh, diikuti<br />
oleh Pejabat di Lingkungan <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh dan Sumatera<br />
Utara. Menurut Panitia Pelaksana Drs.<br />
H. Sulaeman, M.Pd, Kepala Sub Dit<br />
PAI-SMP pada Direktorat Pendidikan<br />
<strong>Agama</strong> Islam, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI,<br />
kegiatan ini bertujuan agar pejabat<br />
di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
dan Dinas Pendidikan di daerah dapat<br />
mengetahui dan mendukung upayaupaya<br />
peningkatan mutu Pendidikan<br />
<strong>Agama</strong> Islam pada sekolah. n
Ruang KUB<br />
Laporan Juniazi<br />
Wagub Jadi Keynote Speaker Dialog Antar Umat Beragama<br />
Kehadiran Wakil Gubernur Aceh,<br />
H. Muhammad Nazar, pada saat<br />
pembukaan dan sekaligus menjadi<br />
keynot speaker pada acara Dialog Antar<br />
Umat Beragama dan Dialog Antara Umat<br />
Beragama Dengan Pemerintah, (30/6)<br />
lalu, memberi inspirasi tersendiri bagi<br />
peserta dialog. “Sepanjang sejarah<br />
Aceh, belum pernah terjadi konflik<br />
antar umat beragama,” ujar Wagub<br />
malam itu dihadapan peserta dan<br />
undangan.<br />
Dialog Antar Umat Beragama dan<br />
Dialog Antara Umat Beragama Dengan<br />
Pemerintah Program Peningkatan<br />
Kerukunan Umat Beragama Kantor<br />
Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />
Aceh Tahun <strong>2011</strong>.<br />
Komunikasi dan Toleransi<br />
Tujuan agenda dialog antara<br />
lain, Pertama, meningkatkan jalinan<br />
komunikasi antar sesama umat<br />
beragama, pemuka agama, tokoh<br />
agama, pimpinan Ormas Keagamaan;<br />
dan jalinan komunikasi antar umat<br />
beragama dengan pemerintah. Kedua,<br />
membangun sikap saling menghargai<br />
dan mempercayai di antara sesama<br />
umat beragama, pemuka agama, tokoh<br />
agama, pimpinan Ormas Keagamaan<br />
dan antara umat beragama dengan<br />
pemerintah.<br />
Ketiga, mengembangkan visi dan<br />
misi bersama tentang pembinaan<br />
kerukunan umat beragama yang lebih<br />
dinamis di masa depan. Keempat,<br />
menginventarisasi peluang dan<br />
tantangan yang dapat mendukung<br />
kerukunan umat beragama dan juga.<br />
Kelima, diharapkan akan<br />
menumbuhkan sikap bersama antara<br />
sesama umat beragama dan antara<br />
umat beragama dengan pemerintah<br />
dalam upaya peningkatan kualitas<br />
kerukunan umat beragama. Juga<br />
diharapkan akan menumbuhkan sikap<br />
bersama seluruh umat beragama dan<br />
pemerintah untuk menjadikan gerakan<br />
menuju peningkatan kerukunan<br />
sebagai kebutuhan bersama seluruh<br />
komponen masyarakat.<br />
Di samping itu, pemerintah melalui<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> sebagai fasilitor,<br />
regulator, sekaligus operator sebagian<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
dari tugas-tugas pemerintah di bidang<br />
agama dan keagaman, berkepentingan<br />
untuk menyerap informasi dari umat<br />
beragama di <strong>Prov</strong>insi Aceh tentang<br />
kondisi kehidupan umat beragama<br />
selama ini, yang nantinya dapat<br />
dijadikan bahan acuan perumusan<br />
kebijakan dalam rangka peningkatan<br />
mutu dan kualitas pelayanan kehidupan<br />
beragama dan kerukunan hidup umat<br />
beragama.<br />
Tema kegiatan Dialog Intern<br />
Umat Beragama Tahun <strong>2011</strong> adalah:<br />
”Memelihara Kualitas Umat Beragama<br />
di Aceh dan Meningkatkan Sinergisitas<br />
Tokoh <strong>Agama</strong> dengan Pemerintah di<br />
<strong>Prov</strong>insi Aceh”.<br />
Peserta kegiatan Dialog Antar Umat<br />
Beragama dan Dialog Antara Umat<br />
Beragama Dengan Pemerintah Tahun<br />
<strong>2011</strong>, berjumlah 60 orang dari seluruh<br />
<strong>Prov</strong>insi Aceh, yang terdiri dari Pemuka/<br />
Tokoh <strong>Agama</strong>, Perwakilan Majelis<br />
<strong>Agama</strong>, Pimpinan Ormas Keagamaan,<br />
Pejabat Pemerintah Daerah, Pejabat<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, dan Pemandu<br />
Kerukunan Umat Beragama .n<br />
21
Peristiwa<br />
Dari Kemnas II, Aceh Raih 6 Juara<br />
<strong>Santunan</strong> – Banda Aceh. Kompetisi<br />
dan Expo Madrasah Tingkat<br />
Nasional (KEMNAS) II berlangsung<br />
di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta,<br />
sejak tanggal 19-22 Juli <strong>2011</strong>, dibuka<br />
secara resmi oleh Menteri <strong>Agama</strong> RI,<br />
Suryadharma Ali dan ditutup oleh<br />
Direktur Pendidikan Madrasah, Drs.<br />
H. A. Saifuddin.<br />
Dari keseluruhan rangkaian pertandingan,<br />
kontingen Aceh berhasil mengumpulkan<br />
4 medali, masing-masing 3<br />
emas, dan 1 perak, sisanya adalah dua<br />
juara harapan. Dari kesemua prestasi<br />
yang diraih dalam kegiatan Kemnas<br />
kali ini, kesemuanya dari cabang seni,<br />
sedangkan cabang plahraga belum bisa<br />
menyumbangkan medali.<br />
Keempat medali tersebut diraih<br />
22 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
oleh : Rifki dari MTsS Al-Manar, meraih<br />
juara 1 Lomba Bahasa Arab Putra; Dara<br />
Ramadana dari MAS Ulumul Quran,<br />
meraih juara 1 Lomba Cipta dan Baca<br />
Puisi Kandungan Al-Quran;Nisfa Juita<br />
dari MAS Ulumul Quran, meraih juara<br />
1 Lomba Kaligrafi Putri;M. Taufiq dari<br />
MAS Syamsuddhuha, meraih Juara 2<br />
Kaligrafi Putra.<br />
Untuk juara harapan, keduanya<br />
dari cabang MTQ, Agung Hidayatullah<br />
meraih Juara Harapan 3 dan Novia<br />
Audina meraih Juara Harapan 2. Kemnas<br />
III dijadwalkan berlangsung pada<br />
Tahun 2013 di Palembang, Sumatera<br />
Selatan. naba<br />
Kemenag Buka Stand pada Peringatan HAN <strong>2011</strong><br />
<strong>Santunan</strong> - Banda Aceh. Sabtu 23<br />
juli <strong>2011</strong> kawasan Taman Sari Banda<br />
Aceh berubah menjadi lautan anakanak.<br />
Sebuah panggung utama yang<br />
terletah disisi tengah arena, dihiasi<br />
dengan balon yang begitu banyak<br />
dan panggung kehormatan terletak di<br />
depannya, dihiasi dengan kain yang<br />
berwarna warni. Perayaan Hari Anak<br />
Nasionak <strong>2011</strong> mengusung tema<br />
Anak Aceh Sehat, Cerdas, Kreatif dan<br />
Berakhlak Mulia. Acara ini turut di<br />
sponsori oleh Dinas kesehatan Aceh,<br />
UNICEF dan Pemerintah Aceh.<br />
Kabid MAPENDA Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Aceh, bapak Drs.<br />
Saifuddin, meminta kepada jajarannya<br />
untuk ikut serta mensukseskan acara<br />
ini dengan menampilkan profil sekolah<br />
dan semua produk unggulan hasil<br />
karya siswa-siswi yang ada di Madrasah<br />
(RA, MI, MTs & MA) di lingkungan<br />
Kemeterian <strong>Agama</strong>.<br />
Agar acara Expo ini berlangsung<br />
meriah, beliau mempercayai bapak<br />
Mulyadi Idris, S.Ag., M.Hum untuk<br />
mengkoordinir Madrasah-Madrasah<br />
yang akan terlibat pada Expo dalam<br />
rangka Hari Anak Nasional tahun <strong>2011</strong><br />
di Taman Sari Banda Aceh, yaitu : RA<br />
Perwanida Kota Banda Aceh; MIN<br />
Model Kota Banda Aceh; MIN Rukoh<br />
Kota Banda Aceh; MIN Merduati Kota<br />
Banda Aceh; MIN Teladan Kota Banda<br />
Aceh; MIN Mesjid Raya Kota Banda<br />
Aceh; MTsN Model Banda Aceh; MTsN<br />
Rukoh Kota Banda Aceh; MTsS Daru<br />
Ulum Banda Aceh; MAN Model Banda<br />
Aceh; MAS Darul Ulum Banda Aceh;<br />
dan MAS Ruhul Islam Anak Bangsa<br />
Aceh Besar.<br />
Adapun produk unggulan yang<br />
ditampilkan oleh pihak Madrasasah<br />
yang berada dibawah payung Keluarga<br />
Besar <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh<br />
pada acara EXPO Hari Anak Nasional<br />
<strong>2011</strong> adalah payung pengantin, profil<br />
sekolah, kaligrafi, telur ajaib, lampion<br />
dari bahan bekas, tes dan taplak meja<br />
dari bahan daur ulang, foto kegiatan<br />
siswa-siswi, lukisan, kerajinan tangan<br />
dari bahan lilin, miniature kapal<br />
apung, bahkan setiap sekolah juga<br />
menampilkan provil sekolahnya secara<br />
live melalui LCD. naba
Guru MA Peroleh Plakat Penghargaan SNA XIV<br />
<strong>Santunan</strong> - Banda Aceh. Ikatan<br />
Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen<br />
Akuntan Pendidik yang bekerjasama<br />
dengan Panitia Simposium Nasional<br />
Akuntansi XIV Aceh memberikan<br />
plakat penghargaan kepada tiga orang<br />
guru yang berprestasi mengembangkan<br />
konsep pembelajaran akuntansi pada<br />
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah<br />
Aliyah di <strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />
Ketiga guru tersebut adalah<br />
Muhammad Putra Aprullah, SE<br />
Ak., (Guru MAN Model Banda<br />
Aceh), Safrina, SE, M.Si (guru MAN<br />
Model Banda Aceh), dan Alimuddin,<br />
SE (guru SMA Sukma Bangsa<br />
Bireuen). Ketiganya telah sukses me-<br />
ngembangkan pembelajaran akuntansi<br />
dan pembinaan dalam rangka mengukir<br />
prestasi siswa-siswa SMA/MA dalam<br />
mengikuti Olimpiade Sains dan kompetensi<br />
Ekonomi-Akuntansi baik di<br />
tingkat lokal, regional, dan nasional.<br />
Penghargaan tersebut diberikan<br />
dalam rangka pembukaan Simposium<br />
Nasional Akuntansi (SNA) ke XIV yang<br />
mengangkat tema “Green Concern:<br />
Peran Akuntan dalam Mewujudkan Bisnis<br />
yang Suistainable” yang akan diselenggarakan<br />
dari 20-23 Juli di Fakultas<br />
Ekonomi Unsyiah. Plakat Penghargaan<br />
tersebut diserahkan langsung oleh<br />
anggota DPN, Dr. Khomsyiah. Selain<br />
menyerahkan plakat, acara pembukaan<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
ditutup dengan pemberian Standar<br />
Akuntansi Keuangan (SAK) dan SAK-<br />
ETAP kepada ketiga guru tersebut.<br />
Penyerahan buku SAK ini adalah<br />
bentuk kepedulian IAI kepada<br />
perkembangan pendidikan akuntansi<br />
di Indonesia dan merupakan salah<br />
satu aktivitas CSR IAI. Penghargaan ini<br />
diharapkan dapat memberikan motivasi<br />
kepada guru untuk terus meningkatkan<br />
kreatifitasnya terutama dalam<br />
pengembangan konsep pembelajaran<br />
akuntansi. Penghargaan ini juga membuktikan<br />
kontribusi dan potensi guru<br />
madrasah terhadap peningkatan kualitas<br />
pembelajaran generasi muda Aceh.<br />
naba/putra abdullah<br />
Aceh Kirim Peserta pada PENTAS PAI V di Bekasi<br />
<strong>Santunan</strong> – Banda Aceh. Kepala<br />
Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Prov</strong>insi Aceh, Drs. H. A. Rahman TB,<br />
Lt, Selasa (12/7), bertempat di Aula<br />
Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Prov</strong>insi Aceh, melepas keberangkatan<br />
Peserta Pekan Keterampilan dan Seni<br />
Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam (PENTAS PAI)<br />
ke V.<br />
Cabang perlombaan yang diikuti<br />
adalah; Lomba Baca Al-Quran (Kaisar<br />
Akbar, SD Bhayangkari, Banda Aceh),<br />
Lomba Sari Tilawah (Lutfi, SDN<br />
30 Banda Aceh), Lomba Pidato (Lia<br />
Inayatul Maula dari SDN 16 Banda<br />
Aceh dan Safira Maulizar) dari SMPN<br />
8 Banda Aceh), Lomba Cerdas Cermat<br />
(Alviza Nugraha Munir, Said Fathur<br />
Fahmi, M. Fikri Setiawan dari SMPN<br />
6 Banda Aceh), Lomba Nasyid (M.<br />
Alif Hafiz, Aulia Rahmat, Muhammad<br />
Herza dan Zaki Saputra Husda dari<br />
SMAN 4 Banda Aceh) dan Lomba Baca<br />
Khutbah Jumat M. Jais dari SMAN 1<br />
Lhong Aceh Besar.<br />
Peserta juga didampingi pendamping<br />
yaitu; Yusriah, S.Pd dari<br />
SD Bhayangkari, Dra.Hj. Kasumi<br />
Sulaiman, MM dari SMPN 6 Banda<br />
Aceh, Yetti Mulyati, S.Pd, dari SMAN<br />
4 Banda Aceh, Noni Midriani, SS dari<br />
Dinas Pendidikan Aceh dan Drs. Abd.<br />
Rahman Hanafiah dari <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Aceh. naba<br />
23
Peristiwa<br />
Kemenag Simeulue Ambil Sumpah PNS Baru<br />
<strong>Santunan</strong> - Simeulue. Kepala Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> (Kemenag)<br />
Simeulue, Dra. Hj. Mirati AM, Senin<br />
(13/6) melantik dan mengambil sumpah<br />
51 Pegawai Negeri Sipil (PNS)<br />
baru di jajarannya. Dari 51 PNS yang<br />
dilantik itu, 45 tenaga guru, 3 orang<br />
tenaga administrasi yang bertugas pada<br />
Madrasah Ibtidiyah (MI), Madrasah<br />
Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah<br />
Aliyah (MA), 3 orang di Kankemenag<br />
Kab. Simeulue.<br />
Drs H Yusman MY (Kasubbag TU)<br />
sebagai Ketua Panitia pelaksanaan<br />
mengatakan, dari 62 orang yang<br />
diundang yang hadir hanya 51 orang<br />
sementara 11 orang tidak hadir<br />
disebabkan 1 orang melahirkan 2<br />
orang sakit 1 orang mengikuti acara<br />
Loka Karya Dharma Wanita Persatuan<br />
Kemenag di Banda Aceh 7 orang<br />
tanpa keterangan di mana yang belum<br />
mengikuti pengambilan sumpah tersebut<br />
akan kita peragramkan di masa<br />
yang akan datang bersama 7 orang<br />
CPNS saat ini belum PNS 100% dimana<br />
4 orang sedang mengikuti Pra Jabatan<br />
di Balai Diklat Keagamaan Medan dan<br />
3 orang lainnya belum Pra Jabatan.<br />
51 PNS yang dilantik dan disumpah<br />
adalah PNS formasi umum dan<br />
Honorer 5 orang tahun 2003, 16 orang<br />
2005, 16 orang 2007 dan 14 orang<br />
Mutasi di Kemenag Aceh Tenggara<br />
<strong>Santunan</strong>-Kutacane. Sesuai<br />
dengan SK Kepala Kantor Wilayah<br />
Kemen-terian <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh,<br />
Jumat 22 Juli <strong>2011</strong>, Kepala Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. Aceh<br />
Tenggara (Drs. Jauharuddin) di Aula<br />
Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab.<br />
Aceh Tenggara, melantik sepuluh<br />
Kepala Madrasah dan satu Kepala<br />
Tata Usaha, masing-masing: Drs. M.<br />
Syaukani (Kepala MAN Kutacane),<br />
Drs, Djaharuddin, M.Pd (Kepala MAN<br />
Lawe Alas), Ahmad, S.PdI (Kepala<br />
MAN Lawe Sigala-gala), Dra. Juraidah<br />
(Kepala MTsN Jongar), Muharrimin,<br />
S.Pd (Kepala MIN Kuta Ujung),<br />
Budinsyah, S.Ag (Kepala MIN Alur<br />
Buluh Gabungan), Samsul Bahri, S.Ag<br />
(Kepala MIN Lawe Sumur), Mus<br />
Muliadi, S.Ag (Kepala MIN Tanjung),<br />
Jamiurrasyid, S.PdI (Kepala MIS Titi<br />
24 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
2009. Semua PNS yang dilantik itu<br />
telah menjalankan tugas pada posisi<br />
masing-masing baik sebagai tenaga<br />
administrasi di Madrasah-Madrasah,<br />
tenaga administrasi di Kantor Urusan<br />
<strong>Agama</strong> (KUA) dan tenaga guru yang<br />
mengajar pada MI, MTs,MA dan SMPN<br />
di Kabupaten Simeulue Ate Fulawan.<br />
naba/biro simeulu<br />
Mas) dan Razali sebagai Kepala Tata<br />
Usaha pada MTsN Kutacane.<br />
Dalam amanatnya pada saat pelantikan<br />
beliau menyampaikan ucapan<br />
terimakasih kepada mantan Kepala<br />
Madrasah yang lama atas prestasi yang<br />
telah diraih, selamat bertugas kepada<br />
Kepala Madrasah yang baru, raihlah<br />
prestasi, tingkatkan mobilitas dalam<br />
pemerataan akses pendidikan, jadilah<br />
seorang leader yang memiliki kompetensi,<br />
memiliki wawasan ke depan,<br />
bekerjasama dengan intern dan antar<br />
lembaga, serta bertanggung jawab atas<br />
pekerjaan yang diamanahkan dengan<br />
sebaik-baiknya. naba/biro agara
<strong>Santunan</strong> - Kutacane. Kakankemenag<br />
Kab. Aceh Tenggara, Drs.<br />
Jauharuddin, menerima Award sebagai<br />
“TOKOH BIROKRASI BERDEDIKASI<br />
<strong>2011</strong>” dari Surat Kabar Sketsa Publik,<br />
beliau dinilai berhasil meningkatkan<br />
pelayanan publik khususnya dalam<br />
<strong>Santunan</strong> - Takengon. Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten Aceh<br />
Tengah melalui Penyelenggara Zakat<br />
dan Wakaf, Sabtu tanggal 04 Juni <strong>2011</strong><br />
melaksanakan salah satu Program Kerja<br />
yaitu Penyuluhan Nazhir Wakafse-<br />
Kabupaten Aceh Tengah.<br />
Acara tersebut dilaksanakan atas<br />
kerjasama Kankemenag dengan Baitul<br />
Mal Kab. Aceh Tengah dengan Tema<br />
“Melalui Penyuluhan Nazidr Wakaf,<br />
Kita Berdayakan Wakaf Produtif<br />
Sebagai Sumber Ekonomi Umat” yang<br />
dibuka oleh Ka. Kankemenag Kab.<br />
Aceh Tengah, Drs. H. Hamdan.<br />
Penyuluhan tahun ini, diikuti oleh<br />
Santuan - Sp. Tiga Redelong. Balai<br />
Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan<br />
Medan bersama dengan Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten Bener<br />
Meriah mengadakan Diklat Di Tempat<br />
Kerja (DDTK) Sistem Akuntansi Kinerja<br />
Instansi Pemerintah-Laporan Akuntansi<br />
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP-<br />
LAKIP) dan guru MIPA. Kegiatan yang<br />
Kakankemenag Agara<br />
Terima Award<br />
pengembangan Pendidikan <strong>Agama</strong> dan<br />
Keagamaan, semoga prestasi ini dapat<br />
meningkatkan motivasi dan kualitas<br />
pelayanan terhadap lembaga, menjadi<br />
contoh dan tauladan kepada keluarga,<br />
masyarakat, lingkungan kerja bahkan<br />
kepada Negara.naba/biro agara<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
Penyuluhan Nazhir Wakaf di Aceh Tengah<br />
70 peserta yang terdiri dari Penyuluh<br />
<strong>Agama</strong> Islam (P AIF) Kecamatan<br />
sebanyak 14 orang, Staf Administrasi<br />
tanah wakaf pada KUA Kecamatan 14<br />
orang dan 42 orang Nazhir Wakaf se-<br />
Kabupaten Aceh Tengah yang direkrut<br />
dari masing-masing Kecamatan.<br />
Pemateri selain Ka. Kankemenag<br />
(Drs. H. Hamdan) juga tampil Ka. Baitul<br />
Mal Kabupaten Aceh Tengah (Drs. H.<br />
Mahmud Ibrahim) dan Kasubbag TU<br />
(Saidi.B. S, Ag) serta Ka. Gara Zawa<br />
(Ahmad Marjan. S, Ag).<br />
Diharapkan dari acara tersebut<br />
adanya kesamaan persepsi dan peran<br />
fungsi nazhir dalam pemberdayaan<br />
dan optimalisasi fungsi tanah wakaf di<br />
Kabupaten Aceh Tengah serta mampu<br />
mentranspormasikan informasi pada<br />
nazhir yang lain dan masyarakat<br />
secara keseluruhan. naba/biro aceh<br />
tengah.<br />
DDTK di Kabupaten Bener Meriah<br />
dipusatkan di MTsN Simpang Tiga<br />
Redelong ini mulai 21-24 Juni <strong>2011</strong><br />
diikuti 50 orang peserta, terdiri dari<br />
25 orang tenaga administrasi untuk<br />
DDTK SAKIP-LAKIP dan 25 orang<br />
guru MIPA Madrasah Ibtidaiyah di<br />
Lingkungan Kankemenag Kabupaten<br />
Bener Meriah. naba/TIS-biro bener<br />
meriah<br />
25
Peristiwa<br />
11 Alumni MAN Lampahan Menembus PTN<br />
<strong>Santunan</strong> - Bener Meriah. Tak<br />
dapat dipungkiri memang di mana<br />
ada kemauan di situ ada jalan. Sebelas<br />
orang Alumni MAN Lampahan Kecamatan<br />
Timang Gajah Kabupaten Bener<br />
Meriah, Tahun ajaran 2010/<strong>2011</strong><br />
berhasil Menembus perguruan tinggi<br />
negeri yang ada di pulau Sumatera,<br />
serta sudah melapor sampai tanggal 12<br />
Juli <strong>2011</strong> lalu.<br />
Kesebelas alumni MAN Lampahan<br />
tersebut adalah Fatwa, ia lulus di<br />
Universitas Sumatera Utara (USU)<br />
Medan, Fakultas Pertanian Jurusan<br />
Peternakan (jalur USMU Bidik Misi).<br />
Marhamah, lulus di Unsyiah Banda<br />
Mutasi Kepala Madrasah, RA dan Guru di Bener Meriah<br />
<strong>Santunan</strong>-Bener Meriah. Kepala<br />
Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />
Bener Meriah, Drs. Amrun Saleh, MA,<br />
Senin (18/7) melakukan pelantikan<br />
dan serah terima jabatan sejumlah<br />
Kepala Madrasah, Kepala Raudhatul<br />
Athfal (RA) dan guru di lingkungan<br />
Kankemenag Bener Meriah. Prosesi<br />
pelantikan yang berlangsung secara<br />
khidmah dilaksanakan di Aula kantor<br />
kementerian tersebut dihadiri Kasubag<br />
Tata Usaha, seluruh Kasi, Pengawas<br />
Pendidikan dan Kepala Madrasah.<br />
Kepala Madrasah yang terkena<br />
gelombang mutasi adalah Drs. Mukhtar<br />
dari Kepala MAN Janarata, atas<br />
permintaan sendiri dimutasi menjadi<br />
Pengawas Pendidikan Mayda, Drs Asfila<br />
dipromosi menjadi Kepala MAN Janarata<br />
mengganti posisi yang ditinggalkan<br />
Drs. Mukhtar. Selanjutnya Kepala<br />
MTsS Permata, Riandi, S. Pd dipromosi<br />
menjadi Kepala MTsN Janarata,<br />
Armada. BA, sebelumnya Guru Madya<br />
pada MTsS Permata dipromosikan<br />
menjadi kepala di madrasah tempat<br />
pengabdiannya selama ini, Kamardi.<br />
S. Pd.I, sebelumnya Guru Madya pada<br />
MTsN Simpang Tiga yang selama ini<br />
dinotadinaskan pada MTsS Blang Rakal<br />
26 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Aceh, pada FKIP Jurusan Olah Raga<br />
(jalur USMU). Mansur, lulus di<br />
Politeknik Negeri Lhokseumawe,<br />
Jurusan Teknik Elektro (Jalur USMU).<br />
Risma Wati, lulus di Unsyiah FKlP PPKN,<br />
dan lAIN Sumatera Utara Medan Fatar<br />
Matematika (jalur tes). Fatimah, lulus di<br />
Unsyiah FKIP PPKN (jalur tes). Ansarwis,<br />
Unimal (jalur tes). Sri Arina, IAIN Ar-<br />
Raniry Banda Aceh Fatar Matematika<br />
(jalur tes). Sahri Nissa, IAIN Ar-Raniry<br />
Banda Aceh, Fatar Kimia (jalur tes).<br />
Khairul Anwar, IAIN Ar-Raniry Banda<br />
Aceh (jalur tes). Rosita, IAIN Ar-Raniry<br />
Banda Aceh Fakultas Dakwah (jalur<br />
tes), Rita Arisma, Ar-Raniry Banda Aceh<br />
Fakultas Dakwah (jalur tes).<br />
Harapan kita mereka dapat menyelesaikan<br />
studinya tepat waktu, dan<br />
menjadi pemicu untuk adik-adiknya<br />
yang saat ini duduk di bangku kelas<br />
XII MAN Lampahan. “Bekerjalah<br />
untuk duniamu seakan-akan kamu<br />
akan hidup selamanya, dan bekerjalah<br />
untuk akhiratmu seakan-akan kamu<br />
mati besok” (hadis). nnasrun/lan<br />
ditetapkan sebagai kepala di MTsS<br />
setempat. Kepala MIN Wih Tenang<br />
Toa, M. Jais dipromosi menjadi Kepala<br />
MTsS Wih Tenang Uken, posisi yang<br />
ditinggalkan M. Jais digantikan Idris<br />
yang sebelum Guru Muda pada MTsS<br />
Wih Tenang Uken. Berikutnya, Dra<br />
Marhamah, Kepala RA Al-Jadid Pondok<br />
Saur dialihtugaskan menjadi Kepala<br />
RA Al-Kautsar Kenawat, menggantikan<br />
Hayati. A.Ma yang memasuki pensiun.<br />
Sementara dua guru yang juga ikut<br />
mengalami pergantian tempat tugas<br />
dalam gelombang mutasi kali ini. n<br />
aba/TIS-biro bener meriah.
<strong>Santunan</strong>-Tangse. Madrasah Tsanawiyah<br />
Swasta (MTsS) Beungga yang<br />
berlokasi di Gampong Krueng Seukeuk<br />
Tangse, mulai belajar hari pertama.<br />
Proses pembelajaran ditandai dengan<br />
peusijuek oleh tokoh Abu Lueng Putu<br />
(tokoh ulama), 11 Juli <strong>2011</strong>.<br />
Turut hadir pada pembukan belajar<br />
hari pertama Geuchik Krueng<br />
Seukek (Abubakar Arif), Syarifuddin<br />
(sekdes), wali murid, dan beberapa<br />
tokoh masyarakat setempat. Juga seluruh<br />
dewan guru yang dipimpin Kepala<br />
Madrasah Baihaqi, dan Wakil Kepala,<br />
Muktasim Jailani, S.Pd.I. Sebanyak 25<br />
<strong>Santunan</strong> – Bireuen. Kepala<br />
MIN Jangka I Hanafiah, S.Ag, MA,<br />
memperoleh juara II lomba Kepala<br />
sekolah teladan Se-Kabupaten Bireuen<br />
tingkat SD/MI tahun <strong>2011</strong> yang<br />
berlangsung di SMAN 2 Bireuen<br />
tingkat SD/MI Se-Kabupaten Bireuen.<br />
Setelah mengikuti berbagai taha-<br />
<strong>Santunan</strong> - Bireuen. Koperasi<br />
Pegawai dan Guru <strong>Agama</strong> (Kopega) II<br />
Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> Bireuen tahun<br />
buku 2010 meraih keuntungan Rp<br />
58.700.000 dengan anggotanya sebanyak<br />
1009. Demikian laporan Pengurus<br />
dan Badan Pengawas dalam Rapat<br />
Anggota Tahunan (Jumat, 24/6) di aula<br />
Kantor Kemenag setempat.<br />
Sebanyak Rp 51.687.480 dari<br />
jasa pendapatan Kopega itu telah<br />
digunakan untuk beberapa keperluan.<br />
Biaya administrasi Rp 1.373.500,<br />
hadiah untuk anggota Rp 34.075.000,<br />
biaya Rapat Anggota Tahunan (RAT)<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
Abu Lueng Putu Peusiejuek MTsS Beungga<br />
siswa sebagai angkatan perdana mengikuti<br />
pelajaran di hari pertama belajar<br />
dengan rasa senang dan bangga.<br />
Baihaqi mengatakan “Ini adalah<br />
harapan kita semua, harapan masyarakat<br />
sejak lama, demi terjangkaunya pendidikan<br />
berbasiskan agama untuk anakanak<br />
kita dalam rangka mencerdaskan<br />
bangsa.” Ia menambahkan, “Dengan<br />
dukungan seluruh masyarakat, umumnya<br />
Kemukiman Beungga dan khususnya<br />
Gampong Krueng Seukeuk, Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />
Pidie memberikan rekomendasi atas<br />
penyelenggaraan pendidikan ini. Atas<br />
dasar ini Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> di Banda Aceh menerbitkan<br />
SK c./KW.01/MTs/138/<strong>2011</strong>, dengan<br />
statistik: 121211 07 0012.”<br />
MTs Beungga untuk tahap awal menyelenggarakan<br />
proses belajar dengan<br />
menggunakan ruangan meunasah. Namun<br />
ke depan sesuai dengan perkembangan<br />
dunia pendidikan modern, dan<br />
ada pihak-pihak dan instansi yang menaruh<br />
perhatian, berikut dengan swadaya<br />
masyarakat, diharapkan proses<br />
pendidikan MTs ini dapat mengggunakan<br />
gedung yang layak dengan fasilitas<br />
yang memadai. naba<br />
Kepala Sekolah Teladan Kabupaten Bireuen<br />
pan seleksi, seperti Ujian tulis,<br />
Wawancara, portopolio dan presentasi<br />
karya ilmiah berupa break practis<br />
dengan judul “Upaya Kepala Sekolah<br />
memotivasi Guru dan siswa dalam<br />
menciptakan Penghijauan Lingkungan<br />
Sekolah yang Beriman (Bersih, Indah<br />
dan Nyaman)”<br />
Kepala sekolah mempunyai tanggung<br />
jawab yang besar sesuai kopetensinya<br />
dengan mempunyai kepribadian,<br />
manajerial, sosial, akademik juga<br />
wira usaha di samping membimbing,<br />
melatih dan mengarahkan guru demi<br />
peningkatan kwalitas pembelajaran.<br />
nbiro bireuen/lan<br />
KOPEGA II Kemenag Bireuen Raih Laba<br />
Rp 13.896.000, honor pengurus Rp<br />
2.340.980, dan sisa hasil usaha tahun<br />
buku 2010 berjumlah Rp 7.012.520.<br />
RAT itu juga menghasilkan kesepakatan<br />
kenaikan besaran pinjaman.<br />
Tahun sebelumnya Rp 3 juta, dinaikkan<br />
hingga Rp 5 juta tanpa kenaikan<br />
simpanan wajib anggota. Simpanan<br />
wajib tetap Rp 20.000 perbulan.<br />
Selain itu, harapan kesejahteraan<br />
pengurus diusulkan Mukhlis, selaku<br />
ketua Badan Pengawas Kopega II<br />
itu. “Moga harapan kenaikan honor<br />
pengurus pada tahun mendatang<br />
dinaikkan sesuai pendapatan koperasi,”<br />
harapnya. Walaupun sarannya kurang<br />
mendapat respon peserta rapat.<br />
RAT keenam ini adalah rapat tahun<br />
pertama pengurus periode 2010-<br />
2013. Rapat yang dihadiri anggota,<br />
pengurus, pengawas, para Kasie serta<br />
Kepala Kantor Kemenag Bireuen itu,<br />
berjalan lancar. “Untuk kesejahteraan<br />
anggota pada hari raya idul Fitri 2010<br />
Kopega memberikan hadiah kepada<br />
seluruh Anggota berupa kain sarung<br />
cap Gajah Duduk,” demikian selipan<br />
LPJ Pengurus yang ditanda tangani<br />
Ketua Drs. Maiyusri serta Sekretaris<br />
Munawir, SE. nbiro bireuen/lan<br />
27
Peristiwa<br />
Peminat Membludak, Tempat Terbatas<br />
<strong>Santunan</strong>–Bireuen. Tingginya<br />
minat masyarakat mendaftarkan<br />
putra-putrinya di sejumlah madrasah,<br />
membuat pihak pengelola pendidikan<br />
membatasi penerimaan murid baru<br />
tahun ajaran <strong>2011</strong>/2012 Akibat<br />
kurangnya ruang belajar dan guru<br />
terbatas. Berdasarkan informasi yang<br />
kita himpun dari beberapa madrasah,<br />
jumlah pendaftar calon murid<br />
baru bertambah dari tahun tahun<br />
sebelumnya, berbagai cara dilakukan<br />
untuk seleksi penerimaan.<br />
Pada MIN Bireuen, ratusan orang<br />
tua memadati sekretariat pendaftaran<br />
untuk mendapatkan formulir,<br />
dipastikan sebanyak 300 lebih formulir<br />
habis diambil peminat. Juliana, guru<br />
pada MI tersebut mengatakan, “Semua<br />
calon murid baru harus mengikuti<br />
serangkaian seleksi, tes membaca,<br />
berhitung, pengenalan huruf hijaiyah,<br />
dan hafalan doa sehari hari.” hanya<br />
200 dinyatakan lulus menempati lima<br />
ruang yang tersedia.<br />
Keadaan hampir sama juga terjadi<br />
di MIN Cot Meurak Bireuen, MI<br />
yang memiliki enam ruang belajar<br />
yang menerima 65 murid dari<br />
seratus lebih pendaftar, hingga kelas<br />
satu dibagi menjadi dua bahagian.<br />
Sekretaris panitia penerimaan murid<br />
baru MIN Cot Meurak Bireuen,<br />
Sofyan menjelaskan minat masyarakat<br />
menyekolahkan anaknya bertambah<br />
dari tahun sebelumnya, walaupun<br />
waktu pendaftaran sudah mereka<br />
tutup tetap saja masyarakat memohon<br />
anaknya diterima di MI tersebut.<br />
Masyarakat Lima Kecamatan<br />
di Bireuen Rintis Lima Madrasah<br />
<strong>Santunan</strong> – Bireuen. Masyarakat<br />
Kabupaten Bireuen di lima kecamatan<br />
merintis pendirian lima madrasah<br />
swasta baru demi mewujudkan harapan<br />
menyekolahkan anaknya di madrasah,<br />
pasalnya madrasah negeri yang mereka<br />
idam-idamkan telah memenuhi kuota<br />
siswa baru tahun ajaran <strong>2011</strong>/2012<br />
serta jauh dari tempat tinggal.<br />
Kelima kecamatan tersebut adalah,<br />
Makmur, Juli, Jeumpa, Peusangan<br />
Selatan, dan Simpang Mamplam.<br />
Madrasah swasta yang dirintis<br />
masyarakat dibeberapa kecamatan itu<br />
meliputi dua Madrasah Aliyah (MA)<br />
dan tiga Madrasah Tsanawiyah (MTs).<br />
Kasie Mapenda Kemenag Bireuen<br />
Drs. M. Yunus, M.Pd yang kita<br />
jumpai di ruang kerjanya (Senin<br />
18/7) merincikan Madrasah Aliyah<br />
Swasta baru yang baru aktif tahun<br />
ajaran <strong>2011</strong>/2012 adalah, MAS<br />
Makmur, MAS Juli sedangkan untuk<br />
tingkat Tsanawiyah: MTs Jeumpa, MTs<br />
Peusangan Selatan dan MTs Darul<br />
Arifin Simpang Mamplam.<br />
M. Yunus mengatakan dulu Kemenag<br />
Bireuen memiliki 13 Madrasah Aliyah,<br />
tujuh Madrasah Aliyah Negeri ditambah<br />
enam Madrasah Aliyah Swasta. Lebih<br />
lanjut M. Yunus merincikan di Bireuen<br />
terdapat 22 Madrasah Tsanawiyah,<br />
11 Madrasah Tsanawiyah Negeri,<br />
dan 11 Madrasah Tsanawiyah Swasta.<br />
28 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Sofyan menambahkan dimadrasahnya<br />
terdapat delapan rombongan belajar<br />
sedangkan ruang tersedia hanya enam<br />
kelas, ke enam ruang belajar itu kini<br />
digunakan untuk kelas satu sampai<br />
kelas enam, pihaknya masih kurang<br />
dua ruang belajar.<br />
Sedangkan pada MIN Juli, tahun<br />
ajaran <strong>2011</strong>/2012 menerima 44<br />
murid baru untuk ditempatkan di<br />
dua ruang yang ditinggalkan kelas<br />
satu tahun lalu, kata Jurlina guru di<br />
MI tersebut. Dan MIN Blang Rheum<br />
murid baru mereka tempatkan di dua<br />
kelas, semuanya berjumlah 30 murid,<br />
demikian informasi yang diperoleh<br />
dari Muzakkir, guru Matematika di MI<br />
tersebut. nbiro bireuen/lan<br />
Selain itu di Kabupaten tersebut juga<br />
memiliki 58 Madrasah Ibtidaiyah yang<br />
terdiri dari 55 Madrasah Ibtidaiyah<br />
Negeri serta tiga Madrasah Ibtidaiyah<br />
Swasta.<br />
Terkait dirintisnya lima Madrasah<br />
Swasta oleh Masyarakat setidaknya<br />
membuktikan minat siswa untuk<br />
mengecap pendidikan di Madrasah<br />
tahun ajaran <strong>2011</strong>/2012 lebih banyak<br />
dari tahun lalu, Betapa tidak, siswa<br />
yang dinyatakan tak lulus tespun<br />
enggan mengambil kembali map<br />
formulir pendaftaran miliknya, “<br />
Mereka sangat berharap diterima di<br />
Madrasah yang diidamkan,” harap M.<br />
Yunus. nnajib/biro bireuen
<strong>Santunan</strong> – Lhokseumawe.<br />
Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />
Aceh Utara menyelenggarakan<br />
Kegiatan Dialog Intern Umat Beragama<br />
se-Kabupaten Aceh Utara, 23 Juni<br />
<strong>2011</strong>. Acara yang berlangsung di Aula<br />
MPU dihadiri 30 peserta dari empat<br />
unsur yaitu Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />
Fungsional, Kepala Kantor Urusan<br />
<strong>Agama</strong> Kecamatan, Ketua MPU<br />
Kecamatan dan Imum Syik Masjid.<br />
Demikian keterangan dari Drs. Kasmidi<br />
M. Daud, Ketua Panitia.<br />
“Mayoritas di Aceh utara adalah<br />
umat Islam. Kalaupun ada yang non<br />
muslim bukanlah tokoh agama dari<br />
S a n t u n a n - L h o k s e u m a w e .<br />
Keluarga Besar Kemenag Kabupaten<br />
Aceh Utara mengadakan Silaturrahmi<br />
dan Pembinaan Pegawai dengan Kakanwil<br />
Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh, (23/<br />
Juni/<strong>2011</strong>). Acara tersebut diikuti<br />
oleh kurang lebih 260 orang peserta<br />
diantaranya Kepala Madrasah, Kepala<br />
Kantor Urusan <strong>Agama</strong>, Penyuluh<br />
<strong>Agama</strong> Islam Fungsional dan Kepala<br />
RA diseluruh Kab. Aceh Utara. Drs. H.<br />
Zulkifli Idris, Kakankemenag Kabupaten<br />
Aceh Utara, menyampaikan bahwa<br />
keberadaan Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
di Aceh Utara memiliki peran yang<br />
sangat Strategis dalam membangun<br />
masyarakat Aceh utara terutama dalam<br />
bidang agama dan pendidikan. Sejak<br />
berdirinya Kankemenag telah dipimpin<br />
oleh 10 kepala kantor.<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
Dialog Intern<br />
Umat Beragama di Aceh Utara<br />
non-muslim, maka yang menjadi fokus<br />
kita hari itu, kepada semua peserta yang<br />
hadir agar dapat memantau prilakuprilaku<br />
masyarakat yang menyimpang<br />
dari ajaran Islam,” ungkap H. Asnawi,<br />
S. Ag selaku Ketua FKUB Kab. Aceh<br />
Utara dalam sambutannya pada acara<br />
tersebut.<br />
Menurut Tgk. H. Mustafa Ahmad,<br />
Ketua MPU Kab. Aceh Utara, peran<br />
ulama sangat menentukan, karena<br />
yang paling memahami ajaran agama<br />
adalah para ulama. Ulama adalah<br />
pewaris para nabi, maksud dari<br />
pewaris para nabi yaitu membawa dan<br />
menyebarluaskan ajaran yang lurus<br />
tentang agama. Berdasarkan tugas<br />
yang diberikan tersebut maka, para<br />
ulama berhak mengambil peran dalam<br />
mengeluarkan fatwa tentang aliranaliran<br />
sesat dan ikut secara langsung<br />
memberantas aliran sesat yang sudah<br />
difatwakan.” Jelas ulama kharismatik<br />
ini. naba/ biro aceh utara<br />
Dalam Masyarakat, tak Ada Pensiun<br />
Menurut data Kepegawaian, saat ini<br />
Kankemenag setempat memiliki 1.153<br />
PNS, baik sebagai tenaga fungsional<br />
maupun tenaga administrasi. Sedang<br />
secara data kelembagaan, MI 44 buah<br />
(36 negeri, delapan swasta), MTs 46<br />
(10 negeri, 36 swasta), MA 22 buah<br />
(enam negeri, 16 swasta), RA 35 buah<br />
(swasta semua), PPS 200 buah, Diniah<br />
25 buah, Kantor Urusan <strong>Agama</strong> 20 yang<br />
sudah memiliki kantor. Adapun KUA<br />
yang belum memiliki kantor sendiri,<br />
ada di sejumlah tujuh kecamatan.<br />
Jumlah masjid 336 buah, dan tanah<br />
wakaf yang sudah bersertifikat ada<br />
sejumlah 2.081.000 meter.<br />
H. Zulkifli Idris menyampaikan,<br />
seiring dengan tuntutan reformasi<br />
birokrasi, Kemenag tidak boleh jalan<br />
di tempat. Tuntutan ini diperkuat lagi<br />
dengan adanya “Fakta Integritas” antara<br />
Kakanwil se-Indonesia dengan Menag<br />
H. Suryadharma Ali. Salah satu item<br />
yang tersebut dalam fakta integritas<br />
adalah semua pejabat Kemenag,<br />
Eselon I sampai ke bawah telah<br />
memiliki komitmen untuk mendukung<br />
dan melaksankan reformasis secara<br />
konfrehensif, baik struktur, kultur,<br />
tatakelola, dan tatakrama.<br />
Dalam arahanmya, Kakanwil<br />
Kankemenag Aceh, Drs. H. A Rahman<br />
Tb, Lt mengawalinya dengan kutipan<br />
motto,“k<strong>edisi</strong>plinan dan kerja keras<br />
sebagai modal kesuksesan.” Di tambah<br />
dengan motto “ikhlas” dan terus<br />
berkiprah, maka tak ada istilah pensiun<br />
dalam masyarakat, walau telah pensiun<br />
di Kankemenag. nyakub/biro aceh<br />
utara<br />
29
Peristiwa<br />
Kejuaraan Bulu Tangkis Ganda Putra <strong>2011</strong><br />
<strong>Santunan</strong>-Langsa. Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten Aceh Timur<br />
mengadakan turnamen Bulu Tangkis<br />
Piala Kankemenag Kabupaten Aceh<br />
Timur. Pertandingan digelar Tanggal<br />
02-05 Juni <strong>2011</strong> di Lapangan Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten Aceh<br />
Timur. turnament bulu tangkis tersebut<br />
memanfaatkan hari libur atau Cuti<br />
Bersama selama 4 hari yang khusus<br />
untuk Guru/Pegawai di Lingkungan<br />
Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />
Aceh Timur.<br />
Pertarungan ketat dan melelahkan<br />
terlihat dari seluruh tim yang mewakili<br />
Madrasah MI, MTs dan MA, Kantor<br />
Urusan <strong>Agama</strong> (KUA) dan Pegawai/<br />
Karyawan Kankemenag Kabupaten<br />
Aceh Timur. Yang pada akhir<br />
pertandingan Jamaluddin, S. Pd dan<br />
Mahlil, S. Pd.I dari MTsS Snb. Johan dan<br />
MIN Sp. IV menjuarai turnamen Bulu<br />
Tangkis tersebut yang Kontributornya<br />
Muslim A. Djalil, M.S.I.<br />
Turnamen Bulu Tangkis tersebut<br />
merupakan serangkaian kegiatan yang<br />
dilaksanakan dalam rangka mencari<br />
bibit-bibit unggul untuk menghadapi<br />
Gema Nada Al-Kautsar Duta Aceh Tamiang<br />
<strong>Santunan</strong> - Kuala Simpang.<br />
Drum band “Gema Nada Al-Kautsar”<br />
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)<br />
Simpang IV Upah mewakili Aceh<br />
Tamiang untuk tingkat MI/SD dalam<br />
Even “Banda Aceh” Festival Drum<br />
band Competition ke II se-Indonesia<br />
memperebutkan piala bergilir Walikota<br />
Banda Aceh tanggal 24-27 Juni <strong>2011</strong><br />
di Banda Aceh.<br />
Sebanyak 46 peserta yang terdiri<br />
dari 24 laki-laki dan 22 perempuan serta<br />
30 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
PORSENI XII Tahun 2012.<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten Aceh Timur, Drs.<br />
H. Faisal Hasan, mengatakan dalam<br />
sambutannya bahwa kejuaraan ini<br />
bertujuan untuk mencari pasangan<br />
ganda terbaik yang nantinya dibina<br />
dan dilatih untuk menjadi wakil<br />
Aceh Timur pada Porseni ke-XIII.<br />
Selanjutnya Kepala Kankemenag juga<br />
berharap supaya kejuaraan ini dapat<br />
menjadi ajang silaturrahmi dalam<br />
rangka memperkuat ukhuwah diantara<br />
karyawan/pegawai. nlan<br />
14 pelatih, pembina, dan pendamping<br />
total semuanya 70 orang dilepas oleh<br />
Ka. Kankemenag Kabupaten Aceh<br />
Tamiang H. T. Helmi, Sm. Hk, S. Ag.<br />
Senin (23/6) pukul 08.30 wib di depan<br />
MIN Simpang IV Upah.<br />
Dalam amatnya Ka. Kankemenag<br />
Kab. Aceh Tamiang mengharapkan<br />
dapat mengukir prestasi terbaiknya<br />
nanti di Banda Aceh dan mendapatkan<br />
gelar juara. Ketua Komite Madrasah<br />
MIN Sp. IV Upah mengucapkan ribuan<br />
terimakasih kepada ibu Gumalasari,<br />
S.Ag. Selaku kepala Madrasah serta<br />
seluruh dewan guru yang telah<br />
melakukan pembinaan terhadap<br />
siswa-siswinya, dan terimakasih<br />
juga disampaikan atas dukungan<br />
para orang tua siswa-siswi Madrasah<br />
tersebut,terutama dalam memberikan<br />
motivasi bagi anak-anak mereka untuk<br />
berangkat dan juga dalam penggalangan<br />
dana untuk keberangkatan ini. nbiro<br />
tamiang/lan
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Peristiwa<br />
Kankemenag dan Mahkamah Syar’iyah Aceh Tamiang<br />
Kerjasama Penyuluhan Hukum<br />
<strong>Santunan</strong>-Kuala Simpang. Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dan Mahkamah<br />
Syar’iyah Kab. Aceh Tamiang bekerjasama<br />
melakukan penyuluhan hukum<br />
bagi masyarakat Kecamatan Seruway,<br />
Jum’at (22/7). Dengan Tema: “Dengan<br />
pelaksanaan penyuluhan hukum kita<br />
wujudkan kesadaran masyarakat menuju<br />
rumah tangga bahagia”. Acara tersebut<br />
di buka oleh Bupati Aceh Tamiang, Drs.<br />
H. Abdul latief. Peserta terdiri dari para<br />
datok (Kepala Desa), Imam Kampung,<br />
Khatib Masjid dan tokoh adat dan agama<br />
se kecamatan Seruway.<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />
yang diwakili oleh Kasub Bag Tata<br />
Usaha, Salamina, S.Ag dalam materinya<br />
“Pentingnya Pencatatan Perkawinan”.<br />
Menyampaikan bahwa, “Pelayanan<br />
perkawinan diberikan oleh pemerintah<br />
kepada masyarakat dua puluh Sembilan<br />
tahun sejak Indonesia merdeka,<br />
120 guru TPQ Aceh Besar Ikut Pelatihan Manajemen<br />
<strong>Santunan</strong>-Jantho. Lebih dari 1.000<br />
guru Taman Pendidikan Quran (TPQ)<br />
Kabupaten Aceh Besar, hingga kini<br />
dilaporkan belum memenuhi standar<br />
sebagai pengajar dan pendidik di TPQ.<br />
Hal itu disampaikan Ketua Kelompok<br />
Kerja Penyuluh (Pokjaluh)<br />
Aceh Besar, Khalid Wardana, S.Ag<br />
Rabu (6/7, di Montasik usai acara<br />
pelatihan manajemen pengelolaan<br />
TPQ. Menurutnya seribuan guru TPQ<br />
tersebut belum pernah mengikuti<br />
pelatihan untuk memenuhi standar<br />
sebagai pendidik.<br />
tepatnya pada tahun 1974, dengan<br />
dikeluarkannya Undang Undang Nomor<br />
1 tahun 1974. Bagi pasangan suami isteri<br />
sangat penting melakukan pernikahan<br />
di KUA, karena sesuai dengan amanat<br />
Undang Undang. Pentingnya pencatatan<br />
perkawinan untuk memperkuat<br />
keabsahan perkawinan di mata<br />
hukum, mempermudah pengurusan<br />
administrasi dalam mengurus akte<br />
kelahiran, ibadah haji dan umrah dan<br />
“Pelatihan untuk guru TPQ ini<br />
memang tugasnya pemerintah. Tapi<br />
ini akan kami lakukan secara bertahap<br />
agar semua guru TPQ di Aceh Besar<br />
bisa memenuhi standar,” kata Khalid.<br />
Tak hanya itu, Khalid juga menambahkan<br />
bahwa saat ini jumlah TPQ<br />
di Aceh Besar yang terdaftar di <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Aceh Besar sebanyak<br />
234 lembaga, sebagian besar belum<br />
dikelola secara profesional dan sesuai<br />
dengan standar kurikulum TPQ.<br />
Untuk itu pihaknya bekerjasama<br />
dengan Lembaga Pengembangan<br />
melakukan perjalannan keluarga keluar<br />
daerah. Memperjelas status anak,<br />
menyelesaikan konflik warisan dan<br />
memberi perlindungan hukum kepada<br />
suami isteri.<br />
Pemerintah, khususnya <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> terus memikir untuk<br />
meningkatkan kualitas rumah tangga.<br />
Oleh karena itu setiap calon pengantin<br />
atau calon linto baro sebelum melangsungkan<br />
akad nikah harus terlebih<br />
dahulu mengikuti suscatin, setelah<br />
mereka memperoleh sertifikat baru<br />
dapat didaftarkan untuk melangsungkan<br />
pernikahan. <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> juga<br />
menyampaikan kepada masyarakat<br />
tentang biaya nikah gratis bagi calon<br />
pengantin yang kurang mampu. Hal ini<br />
sebagai bukti Pemerintah dalam hal ini<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> untuk membantu<br />
dalam meningkatkan kualitas rumah<br />
tangga. naba/biro tamiang<br />
Pendidikan Taman Kanak-kanak<br />
Alquran (LPPTKA) Aceh Besar pada<br />
Rabu dan Kamis (6-7/7), mengadakan<br />
pelatihan manajemen pengelolaan<br />
TPQ yang diikuti oleh 120 orang guru<br />
TPQ di Aceh Besar.<br />
Kegiatan itu dipusatkan do TPQ<br />
Al-Munawwarah gampong Cot Goh,<br />
Kecamatan Montasik. “Pelatihan ini<br />
diharapkan mampu meningkatkan<br />
kualitas dan sumber daya guru TPQ<br />
Aceh Besar,” pungkas Khalid yang<br />
didampingi ketua LPPTKA Aceh Besar,<br />
Fahrizan S.Pd. nmulyadi nurdin<br />
31
Allah berfirman:<br />
…yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril)<br />
yang sangat kuat. Yang mempunyai<br />
akal yang cerdas, dan (Jibril itu)<br />
menampakkan diri dengan rupa yang<br />
asli. Sedang dia berada di ufuk yang<br />
tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu<br />
bertambah dekat lagi, maka jadilah dia<br />
dekat (pada Muhammad sejarak) dua<br />
ujung busur panah, atau lebih dekat<br />
(lagi). Hatinya tidak mendustakan apa<br />
yang telah dilihatnya. Maka apakah<br />
kamu (musyrik Mekah) hendak<br />
membantahnya tentang apa yang<br />
telah dilihatnya? Dan sesungguhnya<br />
Muhammad telah melihat Jibril itu<br />
(dalam rupanya yang asli) pada waktu<br />
yang lain, yaitu di Sidratil Muntaha.<br />
(Q.S. al-Najm [53]: 11-14)<br />
Sebagian ulama berhujah dengan<br />
ayat 11 surat al-Najm di atas, bahwa<br />
semasa hidupnya, Rasulullah saw.<br />
pernah melihat Allah dengan mata<br />
kepalanya. Umumnya pendapat itu<br />
Tafsir<br />
Nabi Melihat Allah (?)<br />
(Penafsiran ayat 11, dan 13 surat al-Najm)<br />
Oleh Jabbar Sabil, MA<br />
dinyatakan bersumber dari penafsiran<br />
Ibn ‘Abbâs. Al-Thabari dalam tafsirnya<br />
Jâmi‘ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân<br />
mengutip beberapa riwayat, antara<br />
lain dari Abî Shalih, ‘Ikrimah, dan Abî<br />
‘Âliyyah yang mengaku mendengar<br />
langsung dari Ibn ‘Abbâs.<br />
Dari ketiga tokoh ini, Abî Shalih<br />
(bekas sahaya Ummi Hani’) dinilai tidak<br />
tsîqah oleh al-Nasa’î, dan menurut<br />
Ibn Abi Khalid, ia juga memiliki tafsir<br />
yang tidak diterima oleh ahli tafsir.<br />
Sementara ‘Ikrimah (bekas sahaya<br />
Ibn ‘Abbâs), menurut Khalid ibn<br />
‘Imrân, pernah berbuat tercela karena<br />
mengemukakan pendapat sendiri<br />
dengan mengatasnamakan Ibn ‘Abbâs.<br />
Dengan demikian, kebenaran riwayat<br />
yang mengatasnamakan Ibn ‘Abbâs<br />
dari kedua tokoh ini menjadi beralasan<br />
untuk diragukan.<br />
Salah satu penuturan ‘Ikrimah yang<br />
katanya bersumber dari Ibn ‘Abbâs,<br />
adalah riwayat Tirmidzi dalam Sunannya.<br />
Ibn Katsir menyatakan riwayat ini<br />
perlu ditinjau kembali (fîhi nadzrun),<br />
dan setelah dikritisi ulang oleh al-<br />
Albani, ternyata hadis ini dinyatakan<br />
lemah. Berbeda halnya dengan Abî<br />
‘Âliyyah, riwayatnya dari jalur Ziyâd<br />
ibn al-Hashîn dinyatakan sahih oleh<br />
Muslim (dalam kitab iman, bab ma‘na<br />
qawl Allâh ‘azza wa jall laqad ra’ahu):<br />
32 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Dari Abu ‘Âliyyah, dalam menafsirkan<br />
ayat “ma kazaba al-fu’adu…” Ibn<br />
‘Abbâs berkata: “Rasulullah saw.<br />
melihat Tuhannya dengan mata hatinya<br />
sebanyak dua kali.” (HR. Muslim).<br />
Riwayat serupa yang juga dipandang<br />
sahih oleh Muslim bersumber dari<br />
‘Atha’, bahwa Nabi Muhammad saw.<br />
melihat Allah dengan hatinya (bukan<br />
mata kepala). Dari kedua hadis ini,<br />
permasalahan yang mengemuka; benarkah<br />
penafsiran yang menyatakan<br />
Rasul melihat Allah dengan hatinya?<br />
Hal ini tentu harus dijawab dengan<br />
memperhatikan redaksi ayat dan munâsabah<br />
antar ayat dalam surat. Dalam hal<br />
ini, Ibn Katsir menafsirkan ayat-ayat di<br />
atas sebagai satu rangkaian, mulai dari<br />
ayat 5 sampai ayat 18.<br />
Bagi Ibn Katsir, rangkaian ayat<br />
sedang menginformasikan perihal malaikat<br />
Jibril kepada Nabi Muhammad<br />
saw. yang pernah melihat rupa asli Jibril<br />
sebanyak dua kali. Ayat 11 merujuk<br />
pada melihat kali pertama yang terjadi<br />
di bumi, dan ayat 13 merujuk kejadian<br />
di Sidratul Muntaha, yaitu kali kedua<br />
Rasul saw. melihat Jibril pada saat israk
mikraj. Jika apa yang diriwayatkan dari<br />
Ibn ‘Abbâs benar, tentu tidak cocok<br />
dijadikan sebagai penafsiran ayat 11<br />
surat al-Najm, baik secara redaksi, mau<br />
pun munâsabah antar ayat. Alasannya<br />
cukup kuat, sebab ayat sebelumnya<br />
(ayat 9: “maka jadilah dia sedekat dua<br />
ujung busur panah, atau lebih dekat<br />
lagi”) juga berbicara tentang melihat<br />
Jibril.<br />
Tafsir ayat 9 surat al-Najm ini dapat<br />
dilihat sebagaimana penafsiran Ibn<br />
Mas‘ûd yang diriwayatkan oleh Bukhari<br />
dalam kitab bada’ al-khalqi, bab zhikr<br />
al-mala’ikah berikut ini:<br />
Abu Ishak al-Syaybânî bertanya kepada<br />
Zirra ibn Hubaysy tentang penafsiran<br />
ayat “fa kâna qâba qawsayni…,” ia<br />
menjawab: “Ibn Mas‘ûd mengatakan<br />
kepadaku, bahwa Rasulullah melihat<br />
Jibril, ia memiliki enam ratus sayap.”<br />
(HR. al-Bukhari).<br />
Dengan demikian, secara munâsabah<br />
antarayat, penjelasan melihat<br />
Allah menyelangi uraian tentang<br />
melihat Jibril, sehingga mengesankan<br />
kerancuan susunan ayat. Hal ini tentu<br />
perlu dipertimbangkan dalam sebuah<br />
penafsiran terhadap Alquran. Oleh<br />
karena itu, kebenaran tafsir yang<br />
dikatakan berasal dari Ibn ‘Abbâs itu<br />
harus dikritis lagi matan-nya, walau ia<br />
sahih secara sanad.<br />
Dari sudut pandang lain, al-<br />
Qurthubi mengetengahkan adanya<br />
varian bacaan kata kazaba dalam ayat<br />
11. Hisyam meriwayatkan dari Ibn<br />
‘Âmir dan para ulama di Syam, bahwa<br />
kata kazaba juga dibaca kazzaba (bertasydîd).<br />
Konsekuensinya, maksud<br />
dari melihat dalam ayat, sepenuhnya<br />
terpahami sebagai melihat dengan<br />
mata kepala. Jadi hati Nabi Muhammad<br />
tidak mendustakan apa yang beliau<br />
lihat dengan mata kepala, yaitu rupa<br />
asli Jibril. Sesuai dengan kaidah tafsir,<br />
jika varian bacaan ini sahih, maka<br />
ia menjadi hujah pendukung bagi<br />
penafsiran semisal diyakini Ibn Katsir.<br />
Sampai di sini penulis merasa<br />
nyaman dengan cara bersikap Ibn<br />
Katsir, sebab dapat menghindari<br />
kontradiksi dengan ayat lain. Adapun<br />
pendapat yang dikatakan bersumber<br />
dari Ibn ‘Abbâs itu, harus ditempatkan<br />
sebagai salah satu dari dua cara Nabi<br />
saw. melihat Allah, yaitu dengan hati,<br />
dan dengan mata kepala. Dalam hal<br />
ini, melihat dengan mata hati terkesan<br />
tidak bertentangan dengan ayat 103<br />
surat al-An‘am. Namun begitu, ia<br />
terkesan rancu dalam rangkaian ayat<br />
sehingga matan-nya patut dikritisi<br />
kembali.<br />
Sebaliknya, penafsiran ayat 11<br />
surat al-Najm dalam arti melihat<br />
Allah dengan konteks jangkauan mata<br />
kepala, justru bertentangan dengan<br />
ayat 103 surat al-An‘am. Sebab ayat ini<br />
menyatakan Allah tidak bisa dijangkau<br />
ciri utama kebenaran<br />
interpretasi<br />
atas Alquran dan<br />
Hadis adalah<br />
tidak adanya<br />
kontradiksi<br />
oleh indera penglihatan manusia.<br />
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan<br />
mata, sedang Dia dapat melihat segala<br />
yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha<br />
Halus lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-<br />
An‘am [6]: 103).<br />
Padahal Alquran sendiri sudah<br />
menyatakan tidak ada kontradiksi<br />
dalam ayat-ayat Allah:<br />
Tidakkah kamu merenungkan isi<br />
Alquran? Kalau bukan datang dari<br />
Allah, tentu kamu akan menemukan<br />
banyak kontradiksi di dalamnya. (Q.S.<br />
al-Nisa’ [4]: 82).<br />
Dengan jelasnya kontradiksi antarayat<br />
itu, maka penafsiran yang menyatakan<br />
Rasul saw. pernah melihat Allah<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Tafsir<br />
dengan mata kepala harus dikritisi<br />
kembali. Apalagi penafsiran yang disandarkan<br />
kepada Ibn ‘Abbas ini juga<br />
kontradiksi dengan hadis Nabi saw.<br />
yang dikemukakan Aisyah, sebagaimana<br />
riwayat Bukhari dan Muslim. Berikut<br />
dikutip matan hadis dari Muslim:<br />
Dari Masruq, ia berkata: “Suatu saat aku<br />
berdiri tidak jauh dari Aisyah, ia berkata:<br />
‘Wahai Abu Aisyah, ada tiga hal yang<br />
barangsiapa mengatakan salah satu saja<br />
darinya, maka ia melakukan dusta besar<br />
terhadap Allah’. Lalu aku bertanya:<br />
‘Apa itu?’ Aisyah menjawab: (1) ‘Orang<br />
yang mendakwa bahwa Muhammad<br />
saw. pernah melihat Tuhannya, maka<br />
itu dusta besar terhadap Allah’. Lalu<br />
33
Tafsir<br />
aku pun duduk dan bertanya: ‘Wahai<br />
Ummul Mukminin, beritahu aku,<br />
bukankah Allah berfirman: {wa laqad<br />
ra’ahu bi al-ufuq al-mubin…, dan wa<br />
laqad ra’ahu nazlatan ukhra}?’ Aisyah<br />
berkata: ‘Aku orang yang pertama menanyakan<br />
itu kepada Rasulullah saw.,<br />
beliau mengatakan: {Dia adalah Jibril,<br />
tidak pernah Aku melihatnya dalam<br />
rupa asli selain dua kali saja, ia berdiri<br />
menjulang antara langit dan bumi}.<br />
Lalu Aisyah berkata: ‘Tidakkah kamu<br />
mendengar Allah berfirman: {Ia tidak<br />
bisa dicapai oleh penglihatan…}, {tidak<br />
ada manusia yang diajak berdialog oleh<br />
Allah, kecuali melalui wahyu dari balik<br />
hijab, atau Allah mengirim utusan<br />
yang menyampaikan wahyu dengan<br />
seizin-Nya…}. Lalu Aisyah berkata:<br />
(2) ‘Barangsiapa mengatakan bahwa<br />
Rasulullah saw. menyembunyikan sesuatu<br />
dari Kitabullah, maka itu dusta<br />
besar terhadap Allah, padahal Allah<br />
telah berfirman: {Wahai para Rasul,<br />
sampaikan apa yang telah diturunkan<br />
kepadamu dari Tuhanmu…}. Lalu<br />
Aisyah berkata: (3) ‘Barangsiapa yang<br />
mengatakan bahwa dirinya mampu<br />
memberitakan sesuatu yang akan<br />
terjadi besok, maka ia telah melakukan<br />
dusta besar terhapda Allah, padahal<br />
Allah telah berfirman: {Tidak ada<br />
seorang pun di langit dan di bumi ini<br />
yang mengetahui hal-hal gaib selain<br />
Allah}.” (H.R. Muslim).<br />
Adapun matan hadis dari al-Bukhari<br />
dapat diperhatikan sebagai berikut:<br />
Dari uraian ini terlihat, bahwa<br />
penafsiran yang dikatakan bersumber<br />
dari Ibn ‘Abbas itu juga bertentangan<br />
dengan pendapat Aisyah dan Ibn<br />
Mas‘ud. Dan yang lebih mengherankan<br />
lagi, pendapat yang disandarkan kepada<br />
Ibn ‘Abbâs itu justru bertentangan<br />
dengan pendapat Ibn ‘Abbâs yang<br />
lain. Al-Qurthubi dalam tafsirnya al-<br />
34 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Jâmi‘ al-Bayân li ahkâm al-Qur’an, saat<br />
menafsirkan ayat 103 surat al-An‘am,<br />
mengutip pendapat ibn ‘Abbâs, bahwa<br />
Allah tidak bisa dijangkau oleh indera<br />
penglihatan manusia. Artinya, indera<br />
penglihat manusia tidak mampu menjangkau<br />
hakikat zat Allah, karena Allah<br />
tidak serupa dengan sesuatu pun.<br />
Kenyataan ini tentu menuntut kehatihatian<br />
dalam memilih penafsiran untuk<br />
dipegang.<br />
Kajian ini masih harus diperdalam,<br />
mengingat banyak argumen ulama<br />
yang menuntut telaah komprehensif.<br />
Namun secara metodologis dapat dipetakan,<br />
bahwa ayat 5-18 surat al-Najm<br />
membicarakan tentang pengalaman<br />
Nabi saw., yang bagi Nabi sendiri bersifat<br />
empiri (hissi). Tetapi ia tetap sebagai<br />
wilayah intuitif (wahmî) bagi manusia<br />
biasa. Oleh karena itu, kebenaran<br />
informasi ini sangat bergantung pada<br />
otensitas sumber informasi.<br />
Mengingat kepastian orisinalitas<br />
Alquran (qath’i al-nuzul) dan kebenaran<br />
Rasul saw. maka kedua sumber ini tidak<br />
diragukan kebenarannya. Namun kita<br />
berhadapan dengan penafsiran atas<br />
kedua sumber ini, dan penafsiran itu<br />
rentan distorsi, sebab keduanya diwariskan<br />
dalam bentuk teks. Interpretasi<br />
atas ayat teks Alquran dan hadis (setelah<br />
kritik sanad) yang membicarakan<br />
hal-hal di luar jangkauan pengalaman<br />
manusia, perlu dikritisi secara metodologis,<br />
agar interpretasi itu dapat dipertanggungjawabkan<br />
secara ilmiah.<br />
Metodologi ilmiah juga diperlukan<br />
dalam interpretasi terhadap ayat-ayat<br />
yang berbicara dalam konteks pengalaman<br />
manusia. Namun tidak serumit<br />
metodologi yang dituntut dalam ayat<br />
yang membicarakan hal di luar jangkauan<br />
pengalaman manusia. Misalnya<br />
ayat 103 surat al-An‘am yang berbicara<br />
dalam konteks kemanusiaan, yaitu<br />
tidak bisa melihat Allah dengan mata<br />
kepala. Ia bersifat empirik (hissi) bagi<br />
semua manusia, jadi kebenarannya<br />
dapat dibuktikan berdasar pengalaman<br />
manusia di dunia ini.<br />
Sampai di sini penulis berkesimpulan,<br />
bahwa ciri utama kebenaran<br />
sebuah interpretasi atas Alquran dan<br />
Hadis adalah tidak adanya kontradiksi.<br />
Dan Alquran sendiri menyatakannya<br />
demikian. Wallahu a‘lam. n<br />
Penulis adalah kandidat doktor PPs<br />
IAIN Ar-Raniry
Hadis<br />
Orang Besar Rajin Belajar<br />
Pendidikan merupakan suatu kegiatan<br />
yang paling banyak memberi<br />
pengaruh terhadap perilaku<br />
seseorang atau suatu masyarakat. Ia<br />
merupakan model rekayasa sosial<br />
yang paling efektif untuk menyiapkan<br />
suatu bentuk masyarakat di masa<br />
mendatang. Hal ini sangat diharapkan<br />
mengingat manusia mendapat kehormatan<br />
menjadi khalifah di muka bumi<br />
untuk mengelola alam beserta isinya.<br />
Untuk mengimbangi agar ilmu pengetahuan<br />
yang dimiliki manusia tidak terjerembab<br />
ke arah yang negatif, perlu<br />
dibarengi dengan keimanan, sehingga<br />
umat manusia dalam menapaki kehidupan<br />
sehari-hari selalu tertuju ke arah<br />
yang diridai Allah.<br />
Islam sangat menekankan pentingnya<br />
pendidikan bagi umat, hal ini dapat<br />
dilihat dari berbagai teks agama<br />
baik Alquran maupun Hadis yang menyuruh<br />
dan memotivasi umat untuk<br />
selalu menuntut ilmu pengetahuan<br />
tanpa batas waktu. Banyak ayat dan<br />
hadis Nabi yang menyuruh kita untuk<br />
menuntut ilmu, bahkan wahyu pertama<br />
sekali diterima Rasul saw. yang<br />
direkam dalam Alquran pada surat al-<br />
‘Alaq menyuruhnya untuk membaca.<br />
Allah melalui Jibril mewahyukan kepada<br />
Nabi Muhammad saw. ketika ia<br />
sedang ber-tahannus di Gua Hira:<br />
Oleh Salman Abdul Muthalib, Lc., M.Ag<br />
”Bacalah, dengan (menyebut) nama<br />
Tuhanmu yang telah menciptakan.”<br />
Sebagian besar ulama menjadikan<br />
perintah “iqra’ (bacalah)” ini sebagai<br />
dasar yang sangat kuat bahwa menuntut<br />
ilmu itu merupakan suatu kewajiban<br />
dan berlaku bagi setiap umat Islam,<br />
tanpa membedakan kelamin, ras, suku<br />
dan berbagai perbedaan lainnya. Rasul<br />
bersabda:<br />
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi<br />
setiap muslim laki-laki dan perempuan.”<br />
(HR. Muslim)<br />
Kewajiban ini menurut hadis Nabi<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Muhammad saw. juga harus dimulai<br />
sejak dari ayunan hingga ia masuk ke<br />
liang lahat:<br />
“Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan<br />
sampai ke liang lahat.”<br />
Kewajiban itu sendiri melekat secara<br />
otomatis ketika seseorang terlahir dan<br />
dinyatakan hidup sampai tiba masanya<br />
ia meninggalkan dunia ini. Ini adalah<br />
kewajiban yang tidak memandang usia,<br />
orang sering menyebutnya dengan<br />
istilah long life education (pendidikan<br />
seumur hidup).<br />
Dengan adanya beberapa dalil<br />
yang sangat kuat, akan terbantahkan<br />
anggapan dan bahkan semacam dogma<br />
yang menyatakan bahwa menuntut<br />
ilmu itu semata-mata kewajiban<br />
dan hanya berhak diperoleh oleh<br />
sekelompok orang saja, pendidikan<br />
bukan hanya milik mereka yang<br />
memiliki kemampuan finansial yang<br />
tinggi, setiap orang berkewajiban<br />
menuntut ilmu sebagai aplikasi ajaran<br />
Islam yang telah diemban oleh Rasul<br />
Muhammad.<br />
Para sahabat baik laki mau pun<br />
perempuan di zaman Nabi saw.<br />
menyadari benar kewajiban ini.<br />
Bahkan sekelompok wanita pada<br />
35
Hadis<br />
masa itu memohon kepada Nabi agar<br />
beliau bersedia menyisihkan waktu<br />
tertentu khusus untuk mereka dalam<br />
rangka menuntut ilmu pengetahuan,<br />
permohonan ini tentu saja dikabulkan<br />
oleh Nabi saw.<br />
Dengan demikian jelaslah bahwa<br />
kewajiban menuntut ilmu menjadi<br />
keharusan setiap orang, di mana<br />
tujuan kewajiban ini agar umat<br />
manusia bahagia hidup di dunia dan di<br />
akhirat. Allah akan selalu menjaga dan<br />
melindungi orang-orang yang keluar<br />
dan merantau dengan itikad baik untuk<br />
mencari ilmu, seperti digambarkan<br />
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan<br />
Imam Turmuzi:<br />
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut<br />
ilmu, maka dia telah termasuk golongan<br />
sabilillah (orang yang menegakkan<br />
agama Allah) hingga ia sampai pulang<br />
kembali.” (HR. Turmuzi)<br />
Teks hadis ini begitu menghargai<br />
orang yang menuntut ilmu, sampaisampai<br />
memposisikan mereka yang<br />
sedang menuntut ilmu sebagai orang<br />
yang sedang berjihad fi sabilillah.<br />
Sekembalinya seseorang dari menimba<br />
ilmu, ia kembali berhadapan dengan<br />
alamnya, ia akan terus menikmati indahnya<br />
hidup di dunia sambil terus<br />
mempersiapkan bekal ke akhirat sehingga<br />
di sana pun ia akan bahagia,<br />
untuk mencapai semua itu hanya bisa<br />
dilalui dengan memiliki ilmu.<br />
Kewajiban menuntut ilmu juga<br />
tidak hanya terbatas pada pengetahuan<br />
agama (seperti pemahaman<br />
sebagian orang saat ini), tetapi ilmu<br />
pengetahuan umum pun harus diperhatikan.<br />
Bila pengetahuan umum dan<br />
agama diamalkan dengan benar dan<br />
dikembangkan, maka akan menjadi<br />
pahala yang terus-menerus mengalir<br />
bagi si pelaku walaupun ia telah meninggal<br />
dunia, sebagaimana sabda<br />
Rasulullah:<br />
”Jika anak Adam telah meninggal<br />
dunia, maka terputuslah amalnya kecuali<br />
tiga hal, sedekah jariyah, ilmu<br />
yang bermanfaat, anak saleh yang<br />
mendoakan kedua orang tuanya.” (HR.<br />
Muslim)<br />
Islam telah meletakkan dasar-dasar<br />
pikiran mengenai pengembangan ilmu<br />
pengetahuan bagi umatnya, dalam<br />
Islam peningkatan kualitas pendidikan<br />
menjadi kebutuhan mendasar, selain<br />
untuk menghadapi era masa depan<br />
juga mempersiapkan kehidupan yang<br />
lebih baik. Hal ini sejalan dengan<br />
perkataan Ali bin Abi Thalib ra. yang<br />
begitu masyhur:<br />
”Didiklah anak-anakmu karena mereka<br />
akan hidup pada suatu zaman yang<br />
berbeda dengan zamanmu.”<br />
Berdasarkan keterangan di atas,<br />
dapat dikatakan bahwa generasi<br />
penerus yang terdidik tidak akan berada<br />
dalam kebodohan, karena kemuliaan<br />
manusia terletak pada akal yang<br />
dianugerahi Allah. Akal ini digunakan<br />
untuk mendidik dirinya sehingga<br />
memiliki ilmu untuk mengenal<br />
pencipta dan beribadah kepada-<br />
Nya dengan benar. Itulah sebabnya<br />
Rasulullah saw. menggunakan metode<br />
pendidikan untuk memperbaiki<br />
manusia, karena dengan pendidikanlah<br />
manusia memiliki ilmu yang benar dan<br />
wawasan yang luas. Dengan demikian,<br />
ia terhindar dari ketergelinciran dalam<br />
36 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
maksiat, kelemahan, terpecah belah<br />
dan kemiskinan.<br />
Dalam Alquran, Allah telah<br />
menegaskan bahwa orang yang berilmu<br />
akan mendapat derajat yang tinggi di<br />
sisinya, dalam surat al-Mujadilah ayat<br />
11, Allah berfirman:<br />
“Allah akan meninggikan orang-orang<br />
yang beriman di antaramu dan orangorang<br />
yang diberi ilmu pengetahuan<br />
beberapa derajat. Dan Allah Maha<br />
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”<br />
Dalam pribahasa juga disebutkan:<br />
Orang yang berilmu itu dipandang<br />
besar, meskipun tubuhnya kecil<br />
Orang bodoh akan dinilai kecil,<br />
meskipun badannya besar<br />
Belajarlah, karena tidak ada seorangpun<br />
yang dilahirkan langsung berilmu<br />
Dan tidak akan sama orang yang<br />
berilmu dengan orang yang bodoh.<br />
Apa yang telah dijelaskan di atas<br />
menunjukkan betapa pentingnya ilmu<br />
pengetahuan bagi setiap individu,<br />
dan untuk mencapai ini semua tentu<br />
melalui proses pendidikan yang<br />
harus ditempuh dan dijalani setiap<br />
orang dalam kesehariannya. Berbagai<br />
bentuk dan model pendidikan demi<br />
untuk menuntut ilmu pengetahuan<br />
diperbolehkan dalam Islam, baik<br />
melalui lembaga pendidikan formal,<br />
dayah, atau bentuk pendidikan yang<br />
lain. Tinggal kita sekarang yang<br />
menentukan sistem pendidikan mana<br />
yang cocok buat kita, anak cucu kita dan<br />
generasi mendatang, yang terpenting<br />
adalah tujuan akhir dari pendidikan<br />
ini menciptakan manusia yang yang<br />
bermoral dan bermanfaat bagi orang<br />
lain. Wallahu a’lam bisshawab.<br />
Penulis ialah Dosen Fakultas<br />
Ushuluddin IAIN Ar-Raniry
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
Di Balik Ikhtilafiyah Rakaat Tarawih<br />
Para ulama berbeda pendapat<br />
dalam menetapkan jumlah bilangan<br />
rakaat shalat tarawih. Di<br />
antara mereka ada yang berpendapat<br />
bahwa jumlah/bilangan rakaat shalat<br />
tarawih delapan rakaat dan ditambah<br />
dengan witir tiga rakaat. Sementara<br />
sebagian ulama yang lain mengatakan<br />
jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20<br />
rakaat, plus witir.<br />
Bahkan ada sebagian yang lain lagi<br />
berpendapat 36 rakaat ditambah witir,<br />
dan 40 rakaat ditambah dengan witir.<br />
Perbedaan pendapat tersebut terjadi<br />
disebabkan para ulama berbeda dalam<br />
memahami dan menafsirkan hadishadis<br />
Rasulullah saw. dan Atsar sahabat<br />
mengenai shalat tarawih.<br />
Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya,<br />
Fiqh al-Ikhtilaf menyatakan “...di antara<br />
para ahli ushul ada yang berpendapat<br />
bahwa dalam masalah hukum furu’,<br />
kebenaran itu bisa lebih dari satu….<br />
Mereka inilah yang di dalam ilmu ushul<br />
dikenal dengan sebutan al-Mushawwibah<br />
(orang-orang yang membenarkan).<br />
Mereka beragumentasi dengan<br />
dalil dan pertimbangan sebagaimana<br />
orang-orang yang tidak sependapat<br />
dengan mereka, juga beragumentasi<br />
dengan dalil dan pertimbangan.<br />
Menurut penulis, bila dilihat dari<br />
sudut pandang yang berbeda, perbedaan<br />
pendapat (ikhtilafiyah) tersebut<br />
mengandung nilai positif (al-hikmah)<br />
bagi umat, Sebagaimana dapat dijelaskan<br />
sebagai berikut:<br />
Syi’ar <strong>Agama</strong> dan kondisi umat<br />
Shalat tarawih merupakan syiar yang<br />
hidup dan dikerjakan khusus hanya<br />
pada bulan Ramadhan. Menghidupkan<br />
syiar <strong>Agama</strong> harus diiringi dengan<br />
memperhatikan kondisi dan situasi<br />
yang tepat di dalam lingkungan<br />
masyarakat. Sebab hal tersebut tidak<br />
akan sukses apabila tidak didukung<br />
oleh situasi dan kondisi umat yang<br />
stabil, tanpa ada kekacauan dan<br />
pertikaian di dalamnya.<br />
Demikian pula halnya dengan<br />
menghidupkan shalat tarawih di bulan<br />
Oleh Muslim A. Djalil, S. Ag, M.S.I<br />
Ramadhan, harus sesuai dengan situasi<br />
dan kondisi umat Islam yang merupakan<br />
jamaah setia shalat tersebut. Misalnya<br />
jamaah di mesjid A menghendaki<br />
delapan rakaat dan jamaah di mesjid<br />
B menghendakinya 20 rakaat. Tentu<br />
pemuka-pemuka masyarakat di tempat<br />
itu dapat memenuhi keinginan dari<br />
para jamaah tersebut. Ini dimaksudkan<br />
untuk menghindari terjadinya perselisihan<br />
di kalangan jamaah itu sendiri<br />
dan supaya syi’ar agama (shalat tarawih)<br />
hidup sesuai dengan situasi dan<br />
kondisi umat.<br />
Apabila hal ini tidak dilakukan maka<br />
dikhawatirkan umat Islam yang berada<br />
di daerah tersebut atau di mana saja<br />
enggan melaksanakan shalat tarawih<br />
disebabkan ulama dan umara di tempat<br />
itu tidak turun tangan menertibkan<br />
jamaah shalat tersebut, dan syiar<br />
agama belum bisa dihidupkan.<br />
Padahal Rasulullah SAW menginginkan<br />
umatnya untuk menyemarakkan<br />
malam-malam di bulan Ramadhan,<br />
sebagaimana hadis dari Abi Salamah<br />
yang berbunyi: ”Ramadhan bulan yang<br />
diwajibkan Allah berpuasa sebulan<br />
penuh dan Aku mensunatkan bagi<br />
kamu mendirikan shalat tarawih<br />
untuk menyemarakkannya. Barang<br />
siapa berpuasa di bulan Ramadhan<br />
serta melaksanakan shalat tarawih dan<br />
ibadah-ibadah yang lain dengan penuh<br />
keimanan dan mengharap pahala dari<br />
Allah, bersihlah ia dari dosanya seperti<br />
pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.”<br />
(H. R. Ibnu Majah).<br />
Syi’ar agama akan hidup apabila<br />
umat Islam saling menghormati dan<br />
saling toleransi dengan muslim lain<br />
yang berbeda pendapat dengannya.<br />
Sungguh sangat disayangkan apabila<br />
ada suatu daerah yang tidak melaksanakan<br />
shalat tarawih hanya karena<br />
masyarakat di tempat itu masih mempersoalkan<br />
mengenai jumlah rakaatnya.<br />
Sebenarnya perbedaan pendapat<br />
mengenai jumlah rakaat shalat tarawih<br />
bukanlah merupakan penghambat dalam<br />
menghidupkan dan menyemarakkan<br />
syi’ar agama pada malam-malam<br />
Ramadhan.<br />
Tetapi sebaliknya, dengan adanya<br />
keragaman pendapat tersebut umat<br />
Islam akan lebih memahami dan<br />
mengerti bahwa tujuan atau sasaran<br />
suatu ibadah (seperti shalat tarawih)<br />
lebih penting daripada mempersoalkan<br />
tentang ikhtilafiyah rakaatnya. Lagi pula<br />
perbedaan tersebut bukanlah masalah<br />
yang prinsipil dalam agama Islam, tapi<br />
hanya masalah furu’ yang selalu mengundang<br />
perbedaan pendapat.<br />
Pemahaman ibadah sunat perbedaan<br />
pendapat para ulama tentang<br />
jumlah rakaat ibadah shalat sunat<br />
tarawih dapat menjadi pelajaran bagi<br />
ummat agar lebih mengerti dan memahami<br />
keberadaan ibadah-ibadah sunat<br />
yang ada di dalam syariat agamanya. Di<br />
samping itu juga ummat Islam termotivasi<br />
untuk mempelajari dan menggali<br />
dalil-dalil yang berkenaan dengan ibadah<br />
sunat tarawih.<br />
Hal tersebut dapat menumbuhkan<br />
pemahaman yang lebih mendalam<br />
terhadap ibadah-ibadah yang disunatkan,<br />
lagi pula masalah-masalah sunat<br />
tersebut mentolerir adanya berbagai<br />
macam pandangan dan penafsiran.<br />
Dalam masalah ikhtilafiyah seperti ini<br />
lah adanya kebebasan berijtihad bagi<br />
para ulama dan pakar Islam.<br />
Perbedaan pendapat tersebut dapat<br />
memperkaya dan memperluas pengetahuan<br />
umat Islam tentang ibadah-ibadah<br />
sunat, misalnya: 1) adanya suatu<br />
kelonggaran dalam hal ibadah sunat.<br />
Hal ini sejalan dengan hadis Aisyah,<br />
bahwa Rasulullah pernah mempraktekkan<br />
di malam-malam Ramadhan<br />
mengerjakan shalat tarawih di mesjid<br />
yang diikuti oleh jamaah kaum muslimin.<br />
Pada malam berikutnya jamaah<br />
tersebut semakin bertambah, akan<br />
tetapi Rasulullah tidak keluar lagi pada<br />
malam ketiga dan keempat untuk shalat<br />
bersama mereka. Sebab Nabi saw.<br />
khawatir para shahabat menganggap<br />
shalat tarawih itu merupakan suatu<br />
kewajiban.<br />
Kekhawatiran Nabi dalam hal tersebut<br />
dapat memperjelas pemahaman<br />
37
Opini<br />
kita bahwa shalat tarawih itu tidak<br />
wajib, tetapi sunnat. Karena itu jelas<br />
menunjukkan bahwa shalat tarawih<br />
bukan ibadah yang wajib dikerjakan<br />
sehingga ada kelonggaran bagi umat<br />
Islam untuk melaksanakannya;<br />
2) Ibadah sunat dapat menyempurnakan<br />
ibadah fardhu. Shalat tarawih<br />
ini merupakan ibadah tambahan dari<br />
ibadah shalat wajib, karena ibadahibadah<br />
sunat dapat menyempurnakan<br />
kekurangan-kekurangan dari ibadah<br />
fardhu yang tidak sempurna.<br />
Kriteria Ibadah<br />
Segi positif lainnya adalah perbedaan<br />
pendapat tersebut dapat membuka<br />
wawasan berfikir umat Islam dalam<br />
mengenal kriteria amal ibadah dan<br />
memperluas pemahaman mereka agar<br />
mampu membedakan antara ibadahibadah<br />
yang disunatkan dan ibadah<br />
yang diwajibkan.<br />
Di antaranya: 1) dapat membedakan<br />
antara ibadah sunat dengan ibadah<br />
wajib. Bahwa dalam sebuah kaidah<br />
ushul fiqh dijelaskan: “Fardhu itu lebih<br />
diutamakan daripada sunat.”;<br />
2) Tidak berlebih-lebihan dalam<br />
masalah ibadah, apalagi ibadah sunat<br />
sehingga mendorong tumbuhnya sikap<br />
memperketat masalah-masalah kecil<br />
yang tidak perlu diperselisihkan lagi<br />
dan bersempit dada terhadap orang<br />
yang berbeda pendapat dengannya.<br />
Sebaliknya dengan sikap toleran dan<br />
tidak mempersulit dalam ibadah akan<br />
menumbuhkan persatuan dan kesatuan<br />
di kalangan umat.<br />
Sikap toleransi umat<br />
Ketika perbedaan pendapat terjadi<br />
di kalangan umat Islam, toleransi dalam<br />
masalah-masalah yang diperselisihkan<br />
tersebut sangatlah diharapkan.<br />
Artinya sesorang tidak fanatik kepada<br />
suatu pendapat yang bertentangan<br />
dengan pendapat orang lain dalam<br />
masalah-masalah ikhtilafiyah. Dalam<br />
masalah rakaat shalat tarawih, apabila<br />
umat Islam menjunjung tinggi nilainilai<br />
keutamaan yang terkandung di<br />
dalamnya maka perbedaan pendapat<br />
tersebut dapat dihindari sekaligus bisa<br />
menumbuhkan sikap saling toleransi<br />
di kalangan umat Islam.<br />
Tumbuh dan berkembangnya sikap<br />
toleransi tersebut didasarkan kepada<br />
prinsip-prinsip: 1) Menghormati<br />
pendapat orang lain. Faktor penunjang<br />
untuk mendekatkan jarak dan mengurangi<br />
tajamnya perselisihan ialah<br />
menghormati pendapat orang lain dan<br />
memperhitungkan pendapat orang lain<br />
yang bersifat ijtihadiyah. Hal ini sudah<br />
dipraktekkan oleh para ulama terdahulu<br />
dengan saling memberi maaf di<br />
antara mereka, bila mana terjadi perbedaan<br />
pendapat dan tidak mau mencela<br />
pendapat orang lain. Sikap seperti ini<br />
perlu dicontoh oleh umat sekarang<br />
ini. Sebagai pengaruh dari sikap yang<br />
baik itu dalam pergaulan di kalangan<br />
mereka menumbuhkan rasa toleransi,<br />
saling mencintai, penuh persaudaraan<br />
berada dalam naungan agama Allah<br />
swt. dan jalan yang benar;<br />
2) Kemungkinan beragamnya kebenaran.<br />
Ini merupakan faktor yang<br />
akan mendukung lahirnya sikap toleransi<br />
dalam masalah ikhtilafiyah dan<br />
menghormati pendapat orang lain.<br />
Anggapan tersebut tentu menimbulkan<br />
pertanyaan: Apakah mungkin<br />
adanya banyak kebenaran dalam satu<br />
masalah; Ataukah kebenaran itu selamanya<br />
hanya satu? Untuk menjawab<br />
pertanyaan tersebut penulis mengutip<br />
pendapat Dr. Yusuf al-Qaradhawi yang<br />
menjelaskan: “Sesungguhnya di antara<br />
para ahli ushul ada yang berpendapat<br />
bahwa dalam masalah hukum furu’ kebenaran<br />
itu bisa lebih dari satu.” Contoh<br />
yang paling jelas ialah beragamnya<br />
segi qira’at Alquran yang diriwayatkan<br />
secara shahih dari Nabi saw. melalui<br />
sanad yang mutawatir. Tetapi perbedaan<br />
qira’at ini tidak menimbulkan<br />
kekacauan di dalam agama.<br />
Dr. Yusuf al-Qaradhawi menukil<br />
sebuah kaidah yang dibuat seorang<br />
ulama pembaharu, Muhammad Rasyid<br />
Ridha, sebagai berikut: “Kita bekerjasama<br />
dalam masalah yang disepakati dan<br />
saling toleransi dalam masalah yang<br />
diperselisihkan.”<br />
Maka jadikanlah perbedaan pendapat<br />
atau ikhtilafiyah sebagai pelajaran<br />
bagi kita semua, sehingga ikhtilafiyah<br />
tersebut betul-betul menjadi rahmat<br />
bukan malah sebaliknya menjadi<br />
laknat. Hal ini akan terealisasikan apabila<br />
umat Islam tidak saling tuding dan<br />
menyalahkan pendapat-pendapat yang<br />
ada di antara mereka. n<br />
Penulis adalah Staf Pada Seksi<br />
Mapenda Kandepag Aceh Timur<br />
38 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Anak yang unik, bagai mutiara<br />
itu, amanah di tangan kedua<br />
orang tuanya. Qalbu yang masih<br />
bersih, merupakan permata yang<br />
sangat berharga, mahal tak terkira. Jika<br />
dibiasakan untuk melakukan kebaikan,<br />
ia akan tumbuh menjadi baik, elok,<br />
dan menjadi orang yang bahagia di<br />
dunia dan akhirat. Akan jadi si ayeuem<br />
mata, pelipur lara bagi orang tua, guru,<br />
dan masyarakat. Sebaliknya, jika dia<br />
dibiasakan dengan keburukan serta<br />
ditelantarkan, dia akan menjadi orang<br />
yang celaka dan merugi, ‘penyakit’<br />
dan ‘beban sosial’. Di rumah, ayah<br />
ibu cerminannya, di madrasah, guru<br />
merupakan cerminan pribadi yang<br />
mulia bagi peserta didiknya.<br />
Peserta didik, ‘manusia unggul’<br />
dan terpilih dari komunitasnya, yang<br />
memiliki potensi. Sebagai manusia yang<br />
berkapasitas, maka dalam diri peserta<br />
didik, ada suatu daya yang dapat tumbuh<br />
dan berkembang di sepanjang usianya.<br />
Potensi peserta didik sebagai daya yang<br />
tersedia, sedangkan pendidikan sebagai<br />
alat yang ampuh untuk mengembangkan<br />
daya itu.<br />
Secara psikologis mereka mempunyai<br />
perbedaan dengan karakteristik mereka<br />
masing-masing. Ada yang, misal mudah<br />
senyum, pemarah, berjiwa sosial, egois,<br />
cengeng, bodoh, cerdas, pemalas,<br />
rajin, pemurung, dan periang. Gaya<br />
itu dipengaruhi oleh pembawaan dan<br />
lingkungan. Di sekolah perbedaan<br />
aspek psikologis ini tidak dapat dihindari,<br />
disebabkan pembawaan dan<br />
lingkungan anak didik yang berlainan<br />
antara yang satu dengan yang lainnya.<br />
Dalam pengelolaan pengajaran, aspek<br />
psikologis sering menjadi ajang per-
Guru, Cermin Siswa<br />
Oleh Rafi’atul ‘Aliah, M.Ag<br />
soalan, terutama<br />
yang menyangkut<br />
masalah minat dan<br />
perhatian peserta<br />
didik terhadap bahan<br />
pelajaran yang<br />
diberikan.<br />
Guru sadar bahwa<br />
bahan pelajaran<br />
yang diberikan<br />
tidak semuanya<br />
dapat diserap peserta<br />
didik. Untuk<br />
memahami jiwa<br />
peserta didik, guru<br />
dapat melakukan pendekatan kepada<br />
peserta didik secara individual. Dengan<br />
cara ini hubungan peserta didik dengan<br />
guru menjadi akrab. Peserta didik merasa<br />
diperhatikan dan dilayani kebutuhannya<br />
dan guru dapat mengenal siapa<br />
peserta didik sebagai individual.<br />
Untuk memupuk perhatian peserta<br />
didik dianjurkan dengan mempergunakan<br />
reinforcement berupa gulagula<br />
dan ganjaran simbolis seperti<br />
pujian, angka yang baik, acungan<br />
jempol dan sebagainya. Setiap peserta<br />
didik akan merasa senang jika dipuji,<br />
namun sebaliknya setiap anak akan<br />
merasa tersiksa jika ada kata kotor<br />
dan celaan yang diberikan kepadanya.<br />
Guru biasanya kurang berhasil dalam<br />
pengajaran karena kegagalannya memupuk<br />
perhatian peserta didik. Perhatian<br />
di sini tentu saja menyangkut reaksi<br />
peserta didik secara jiwa dan raga.<br />
Demikian juga dengan keadaan<br />
kelas yang pengap, padat, atau kurang<br />
pertukaran udara, sehingga peserta<br />
didik tidak dapat leluasa bernafas,<br />
menyebabkan kurangnya perhatian pe-<br />
serta didik terhadap<br />
bahan pelajaran<br />
yang diberikan oleh<br />
guru. Pemahaman<br />
terhadap perbedaan<br />
psikologis anak<br />
didik merupakan<br />
strategi ampuh untuk<br />
mendukung<br />
keberhasilan kegiatan<br />
interaksi<br />
edukatif.<br />
Melihat ’sebelah<br />
mata’ hal tersebut<br />
berarti sama<br />
dengan menjerumuskan diri ke dalam<br />
neraka. Nabi Muhammad saw. bersabda,<br />
“Muliakanlah anak-anakmu dan<br />
didiklah mereka dengan baik,” (HR<br />
Ibnu Majah). Hadis lain, “Tiada suatu<br />
pemberian pun yang lebih utama dari<br />
orang tua kepada anaknya, selain pendidikan<br />
yang baik” (HR Hakim).<br />
Banyak contoh dan teladan yang<br />
diberikan oleh Rasulullah saw., di<br />
antaranya:<br />
- Tidak memukul anak<br />
- Bila menghukum anak, lakukan dengan<br />
halus dan lembut<br />
- Membantu anak bila tidak mampu<br />
melakukan sesuatu<br />
- Meluruskan kesalahpahaman dan<br />
kekeliruan anak dengan bijak<br />
- Tidak memukul anak pada bagian<br />
sensitif saat emosi<br />
- Memberi semangat dengan memberi<br />
hadiah dan mengusap kepala anak<br />
- Mengadakan uji kemampuan untuk<br />
menggali potensi anak<br />
- Memberlakukan anak dengan adil<br />
tanpa membedakan laki-laki, perempuan,<br />
kaya dan miskin<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
- Tidak banyak mencela dan menegur<br />
anak<br />
- Menghukum anak yang melalaikan<br />
tanggungjawabnya<br />
- Menasehati anak dengan lebih dahulu<br />
memujinya.<br />
Peserta didik jangan terlalu banyak<br />
ditegur dan mengomelinya setiap saat,<br />
karena nanti dia akan terbiasa mendengar<br />
celaan yang membuatnya akan<br />
semakin berani melakukan pelanggaran<br />
dan hal-hal yang buruk. Contoh anak<br />
belajar dari kehidupannya (menurut<br />
Dorothy Law Nolte):<br />
- Jika anak dibesarkan dengan celaan,<br />
ia belajar memarahi<br />
- Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,<br />
ia belajar berkelahi<br />
- Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,<br />
ia belajar rendah diri<br />
- Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,<br />
ia belajar menyesali diri<br />
- Jika anak dibesarkan dengan toleransi,<br />
ia belajar menahan diri<br />
- Jika anak dibesarkan dengan dorongan,<br />
ia belajar percaya diri<br />
- Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya<br />
perilaku, ia belajar berkeadilan<br />
- Jika anak dibesarkan dengan kasih<br />
dan persahabatan, ia belajar cinta<br />
dalam kehidupan.<br />
Bagaimana anak di rumah, tanya<br />
dulu, bagaimana ayah dan ibunya. Bagaimana<br />
anak di sekolah, tanya dulu<br />
bagaimana guru di sikula itu. Sebab,<br />
cermin anak atau teladan murid ada di<br />
mana-mana, terutama di sekolah. n<br />
Penulis ialah Kepala Madrasah<br />
Aliyah Muhammadiyah Kec. Gunung<br />
Meriah Kab. Aceh Singkil<br />
39
Kolom Budaya<br />
Kalau kebetulan suatu ketika<br />
Anda diminta menjadi Penjabat<br />
Geuchik sebuah Gampong -bisa<br />
saja karena geuchik gampong itu mendadak<br />
meninggal akibat serangan jantung-<br />
apakah jabatan itu akan segera<br />
Anda terima, atau ada pertimbangan<br />
lain, sehingga Anda akan menolaknya?<br />
Salah satu pertimbangan mungkin<br />
karena menjadi Geuchik -walau sementara-<br />
adalah menjadi pemimpin.<br />
Dan petiap pemimpin akan dimintai<br />
pertanggungjawaban di hadapan Allah<br />
di kemudian hari.<br />
Besar-kecilnya pertanggungjawaban<br />
tergantung pada jabatan kepemimpinan.<br />
Seorang presiden harus mempertanggungjawabkan<br />
jabatan kepresidenannya<br />
dalam memimpin negara.<br />
Gubernur, bupati, kepala kantor<br />
wilayah, kepala dinas, hingga camat<br />
dan kepala mukim, serta geuchik sebagai<br />
pemimpin terendah dalam struktur<br />
kepemerintahan, juga harus mempertanggungjawabkan<br />
jabatannya sebagai<br />
seorang pemimpin.<br />
Itu sebabnya, ketika di sebuah<br />
kampung akan berlangsung pemilihan<br />
geuchik, seorang warga tak penuh<br />
akal (setengah idiot) alias bangai, yang<br />
suka diganggu oleh anak muda kampung<br />
karena keluguannya, dikabarkan<br />
akan dicalonkan menjadi geuchik. Lalu<br />
dengan bahasanya yang lugu dan agak<br />
sedikit tilö kedengarannya, orang tak<br />
penuh akal itu menjawab: “dipeugah<br />
le teungku, ureung jeut keu geucik ureung<br />
carong, lon ureung bangai, pane<br />
najeut boh keu geucik,” katanya.<br />
Namun beberapa anak muda yang<br />
terus mengganggunya mengatakan:<br />
“Pokoknya kami di kampung ini sudah<br />
sepakat memilih droeneuh keu geuchik,”<br />
timpal seorang pemuda kam-<br />
40 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Keamanahan Pemimpin<br />
Oleh Nab Bahany As<br />
pung yang sedang<br />
ngumpul di balai<br />
meunasah siang<br />
itu. “Kapileh laju,<br />
kumusom han kuteubit-teubit,<br />
pue<br />
kaneuk pileh?” sahut<br />
orang bangai<br />
itu. Benar, sejak<br />
itu orang setengah<br />
idiot ini tak pernah lagi keluar rumah,<br />
takut dipilih jadi geuchik.<br />
Warga kampung bertanya-tanya, ke<br />
mana Apa Tahe (nama orang tak penuh<br />
akal itu) tidak pernah kelihatan sudah<br />
seminggu ini. Kadang mereka rindu<br />
juga mengganggu orang setengah idiot<br />
ini sebagai hiburannya. Setelah dicari,<br />
ternyata benar, Apa Tahe ini sudah<br />
berhari-hari bersembunyi di atas pohon<br />
sukun dekat rumahnya agar tidak<br />
terlihat oleh orang kampung, karena<br />
takut akan dipilih jadi geuchik.<br />
Begitu cara orang tak penuh akal<br />
dalam menghindar agar tidak dipilih<br />
jadi pemimpin. Kita tidak tahu, apa<br />
yang terlintas dibenaknya, apakah cara<br />
berfikirnya sama dengan kita yang<br />
berakal penuh, berilmu tinggi, yang<br />
memahami bahwa setiap pemimpin<br />
akan diminta pertanggungjawaban di<br />
hadapan Tuhan kelak. Karena, menjadi<br />
pemimpin adalah amanah yang harus<br />
dijunjung tinggi. Bila amanah ini tidak<br />
sanggup diemban, membuat dirinya<br />
tidak amanah, maka tidak sedikit orang<br />
akan kecewa.<br />
Akan tetapi, ketakutan yang ada<br />
dibenak Apa Tahe bukan karena ia tidak<br />
mampu menjalankan amanah, atau bukan<br />
karena ia tidak mampu mempertanggungjawabkan<br />
jabatan kepemimpinannya<br />
di hadapan Tuhan kelak -karena<br />
ia tidak tahu adanya pertanggungjawaban<br />
itu. Tapi yang membuat Apa Tahe<br />
takut dipilih jadi geuchik, karena ia<br />
berfikir kalau jadi geuchik pasti akan<br />
disuruh pidato di hadapan warga dalam<br />
setiap rapat di Meunasah, seperti yang<br />
sering dilihatnya setiap ada rapat, Pak<br />
Geuchik selalu berpidato lebih dulu.<br />
Begitulah cara<br />
berfikir orang tak<br />
penuh akal. Orang<br />
pintar yang berilmu<br />
pengetahuan tinggi<br />
yang berebut jabatan,<br />
justru tak segan-seganmengorbankan<br />
satu sama<br />
lain hanya untuk<br />
mendapat jabatan kepemimpinan. Soal<br />
mampu tidaknya, itu urusan belakangan.<br />
Sebuah sekolah yang sebelumnya<br />
unggul karena kemampuan kepalanya<br />
dalam memenej kekepimpinan sekolah,<br />
begitu terjadi pergantian kepemimpinan,<br />
sekolah itu pelan-pelan menurun<br />
kualitasnya, karena ketidakmampuan<br />
kepala yang baru. Demikian seterusnya,<br />
sebuah negara atau daerah yang<br />
begitu makmur, karena pemimpinnya<br />
yang sangat menjunjung tinggi nilainilai<br />
kaamanahan dari rakyat yang telah<br />
mempercayainya sebagai pemimpin.<br />
Begitu amanah kepemimpinan ini diabaikan<br />
para pemimpin, maka yang<br />
bermunculan adalah ketidakadilan,<br />
keserakahan, dan ketamakan yang<br />
membuat orang lain sengsara.<br />
Maka, kisah Apa Tahe yang takut<br />
dipilih jadi Geuchik di sebuah kampung<br />
adalah wajar, karena ia tidak penuh akal<br />
dalam menilai betapa besarnya tanggung<br />
jawab seorang pemimpin. Yang<br />
dia pikir tanggung jawab pemimpin<br />
hanya berpidato dalam rapat di meunasah.<br />
Selebihnya, ia tidak tahu bagaimana<br />
seorang pemimpin -menurut<br />
tingkat kepemimpinannya dapat merubah<br />
sebuah kondisi buruk menjadi<br />
lebih baik.<br />
Dan itu tidak bisa dilakukan oleh<br />
sembarangan pemimpin, terutama yang<br />
memaksa dirinya menjadi pemimpin.<br />
Kecuali para pemimpin yang amanah,<br />
pemimpin yang selalu mengingat<br />
bahwa jabatan adalah musibah dari<br />
Allah dalam menguji keteguhannya. n<br />
Penulis adalah budayawan, tinggal<br />
di Banda Aceh.
Dicari, Pemimpin bak Malaikat<br />
Oleh Marah Halim<br />
Demam Pilkada <strong>2011</strong> tak urung<br />
mendorong kita untuk mematutmatut<br />
figur seperti apa yang layak<br />
mengimami Aceh lima tahun ke depan.<br />
Siapa pun yang terpilih dipastikan<br />
sangat berperan menentukan haru<br />
birunya Aceh; karena itu kiranya tidak<br />
berlebihan kita buka wacana tersebut,<br />
tujuannya sekedar memberi wawasan<br />
kepada calon pemilih agar tidak salah<br />
pilih atau sekedar pilih tanpa suatu<br />
pijakan. Telaah singkat ini mencoba<br />
melihat kepemimpinan ideal dari<br />
perspektif syariat.<br />
Para ulama klasik sejak kekhalifahan<br />
Bani ‘Abbas seperti Imam al-Mawardi,<br />
dan al-Baqillani telah berusaha merumuskan<br />
teori-teori ketatanegaraan.<br />
Jauh sebelum Montesquieu mencetuskan<br />
teori Trias Politica-nya, Imam al-<br />
Mawardi dalam magnum opus-nya al-<br />
Ahkam al-Sulthaniyyah telah membagi<br />
kekuasaan dalam tiga ranah (sulthah),<br />
yaitu sulthah al-tasyri’iyyah, sulthah altanfidziyah,<br />
dan sulthah al-qadha’iyah.<br />
Dalam Trias Politica, ini disebut dengan<br />
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif,<br />
dan kekuasaan yudikatif.<br />
Selain pembagian kekuasaan, topik<br />
yang tidak kalah menarik dibicarakan,<br />
baik oleh al-Mawardi maupun oleh al-<br />
Baqillani, adalah seputar kriteria untuk<br />
menjadi seorang pemimpin. Menurut<br />
al-Baqillani dalam kitab Tamhid al-<br />
Awa’il wa Talkhish al-Dala’il, kriteria<br />
seorang pemimpin adalah: 1) berasal<br />
dari bangsa Quraisy; 2) ahli hukum<br />
(hakim); 3) cakap dalam mengatur<br />
pemerintahan, dan urusan administrasi<br />
negara; 4) berbudi pekerti luhur; dan<br />
5) memiliki keutamaan dalam ilmu<br />
pengetahuan.<br />
Untuk dapat diterapkan pada masa<br />
sekarang, masing-masing kriteria harus<br />
ditafsirkan ulang menurut konteks kekinian.<br />
Kriteria bahwa “pemimpin itu dari<br />
Quraisy” untuk saat itu memang tepat,<br />
sebab di Jazirah Arab suku Quraisy adalah<br />
suku yang sangat menonjol dalam<br />
hal kepemimpinan. Ibn Khaldun menelaah<br />
syarat ini dengan teori ‘ashabiyah<br />
(solidaritas kelompok). Menurutnya,<br />
seorang kepala negara (pemimpin)<br />
harus mampu me-ngendalikan ketertiban<br />
dan keamanan negara dari gangguan<br />
luar dan dalam. Ia harus memiliki<br />
wibawa yang besar dan kekuatan fisik<br />
yang memadai. Pemimpin dipilih dari<br />
kelompok yang memiliki kualifikasi,<br />
tangguh berwibawa dan kuat. Dia yang<br />
pro syariat, Insya Allah akan kuat. Inilah<br />
yang akan mampu mengandalikan<br />
pemerintah secara efektif. Untuk konteks<br />
saat ini, jika ada orang yang bisa<br />
memenuhi syarat tersebut maka ia telah<br />
memenuhi kriteria “suku Quraisy”<br />
sebagaimana hadis Nabi.<br />
Kriteria ahli hukum atau hakim di<br />
sini dapat ditafsirkan sebagai orang<br />
yang memahami seluk beluk ketatanegaraan<br />
dengan baik. Hukum dalam<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
Islam adalah ketentuan-ketentuan tentang<br />
perbuatan manusia dalam segala<br />
aspek kehidupan, terutama kehidupan<br />
praktis. Seorang pemimpin yang baik<br />
adalah yang dapat mengambil kebijakan<br />
yang sesuai dengan kemaslahatan.<br />
Suatu putusan yang baik belum tentu<br />
maslahat, karena itu, suatu keputusan<br />
yang diambil pemimpin tidak saja harus<br />
baik tetapi juga harus sesuai dengan<br />
kemaslahatan. Kemaslahatan untuk<br />
konteks saat ini barangkali adalah<br />
sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan<br />
mendesak bagi masyarakat.<br />
Cakap dalam mengatur pemerintahan<br />
dan urusan administrasi negara<br />
dapat diartikan memiliki skill yang<br />
tinggi. Wujud skill adalah kreativitas<br />
(daya cipta), inovasi (daya ubah), invensi<br />
(daya temu), improvisasi (daya<br />
memperbaiki), dan lain-lain. Lee Kuan<br />
Yew di Singapura layak menjadi contoh<br />
disini. Dengan negara yang kecil, sumber<br />
daya yang terbatas, penduduk yang<br />
sedikit; dia bisa membawa Singapura<br />
ke level negara maju dan sejahtera.<br />
Pemimpin yang tidak terampil jika diserahi<br />
semua sumber daya pun belum<br />
tentu bisa mengolahnya.<br />
Kemudian kriteria berakhlak mulia<br />
adalah track record yang bersih dari berbagai<br />
sifat dan tabiat yang jelek. Bahkan<br />
di negara Barat-pun track record sangat<br />
diutamakan. Berapa banyak pejabat di<br />
negara-negara Eropa dan Amerika yang<br />
didepak atau mundur karena melakukan<br />
tindakan amoral seperti perselingkuhan<br />
atau pemerkosaan. Baru-baru<br />
ini, Direktur IMF, Dominique Strauss-<br />
Kahn terpaksa melepaskan jabatannya<br />
karena memperkosa beberapa wanita.<br />
Juga seorang senator di Amerika yang<br />
mundur hanya karena meng-upload fo-<br />
41
Opini<br />
tonya yang kurang pantas di internet.<br />
Selanjutnya seorang pemimpin hendaklah<br />
orang yang memiliki keutamaan<br />
dalam hal ilmu pengetahuan dibandingkan<br />
dengan orang-orang yang dipimpinnya.<br />
Jangan sampai seorang pemimpin<br />
dibodoh-bodohi oleh orang yang dipimpinnya.<br />
Dalam konteks sekarang ini<br />
diwujudkan dalam visi dan misi serta<br />
program kerja. Di sinilah akan tampak<br />
dia mengerti permasalahan atau tidak,<br />
dia punya resep, atau tawaran program<br />
yang jitu atau tidak. Dalam konteks ini,<br />
sesungguhnya yang bisa menilainya<br />
hanya orang-orang terpilih. Jadi menurut<br />
al-Baqillani, tidak semua orang bisa<br />
memilih pemimpin. Semakin tinggi hierarki<br />
pemimpin hendak dipilih, makin<br />
sedikit yang boleh ikut pemilihan.<br />
Pada sisi lain, al-Mawardi dan al-<br />
Baqillani juga memberikan perhatian<br />
yang besar pada tugas dan tanggung<br />
jawab seorang pemimpin (imam). Tugas<br />
dan tanggung jawab yang paling<br />
pokok adalah menjaga prinsip-prinsip<br />
syariat, menjalankan hukum syariat<br />
dengan konsisten, menjaga kestabilan<br />
ekonomi masyarakat, menegakkan hukum<br />
syariat jika terjadi pelanggaran,<br />
mengatur kekayaan negara untuk kemaslahatan<br />
masyarakat, dan melakukan<br />
pengawasan yang melekat terhadap semua<br />
aparat pemerintahan yang berada<br />
di bawah kendalinya.<br />
Kriteria<br />
Bagaimana mereduksi kriteria-kriteria<br />
kepemimpinan yang dikemukakan<br />
oleh al-Mawardi dan Al-Baqillani dalam<br />
konteks ke-Aceh-an? Berikut ini penulis<br />
mencoba menyodorkan beberapa<br />
kriteria untuk memilih pemimpin Aceh<br />
baik level provinsi atau kabupaten/<br />
kota. Kriteria-kriteria ini bertitik-tolak<br />
dari situasi dan kondisi Aceh dari berbagai<br />
aspek: politik, ekonomi, agama,<br />
hukum, sosio-budaya, dan sebagainya.<br />
Pertama, track record yang bersih dan<br />
diakui. Standar yang digunakan untuk<br />
mengukur kriteria ini adalah penilaian<br />
kelembagaan dan penilaian masyarakat<br />
secara umum. Mengetahui bersih atau<br />
borok seseorang memang tidak mudah;<br />
tapi setidaknya ada lembaga-lembaga<br />
pemerintah atau swadaya masyarakat<br />
yang khusus memantau kinerja pejabatpejabat<br />
negara dan membuat catatancatatan<br />
khusus mengenai orang yang<br />
bersangkutan.<br />
Kedua, figur yang dapat diterima<br />
semua kalangan. Saat ini, ada tiga<br />
komponen utama dalam masyarakat<br />
Aceh; internal pemerintahan, mantan<br />
kombatan, dan rakyat. Situasi konflik<br />
yang melahirkan MoU mengharuskan<br />
pemimpin yang dipilih mendapat tempat<br />
di hati ketiga komponen ini.<br />
Ketiga, memahami kondisi sosiobudaya<br />
kekinian masyarakat Aceh.<br />
Pemimpin yang akan dipilih dituntut<br />
mengetahui akar segala permasalahan<br />
dalam semua aspek.<br />
Keempat, memiliki latar belakang<br />
pendidikan yang baik dan valid. Baik<br />
artinya sekurang-kurangnya sarjana<br />
strata satu, jika lebih dari itu lebih<br />
bagus; valid artinya yang bersangkutan<br />
memperoleh gelarnya secara sah,<br />
bukan gelar yang dibeli sebagaimana<br />
yang marak di kalangan pejabat pemerintahan<br />
saat ini.<br />
Kelima, merakyat dan tidak birokratis.<br />
Budaya birokratis yang kental<br />
telah mendarah daging dalam birokrasi<br />
di Indonesia sehingga membentuk<br />
gap antara masyarakat dengan pemimpinnya.<br />
Dalam hal ini layak meniru<br />
Umar ibn Khattab al-Farouq, dan Umar<br />
ibn Abd al-‘Aziz.<br />
Keenam, memiliki kemampuan manajerial<br />
yang teruji. Calon yang ditunjuk<br />
adalah orang yang telah pernah malang<br />
melintang dalam memimpin suatu<br />
lembaga, tentu saja lembaga yang<br />
erat kaitannya dengan pemerintahan.<br />
Pengalaman manajerial ini penting<br />
dimiliki setiap penjabat agar ia dapat<br />
mengambil kebijakan yang tepat.<br />
Kiranya, siapa pun yang ikut memilih<br />
dalam pesta demokrasi Aceh Desember<br />
nanti hendaknya mempertimbangkan<br />
kriteria-kriteria di atas atau bahkan<br />
menambahkan lagi sejumlah kriteria<br />
lain. “No body is perfect,” memang<br />
kita menghendaki figur yang sempurna<br />
tetapi tidak mungkin sesempurna junjungan<br />
kita Rasulullah saw. Kaidah fiqh<br />
barangkali bisa juga menjadi pegangan,<br />
“Jika dihadapkan kepada pilihanpilihan<br />
sulit, ambillah yang lebih<br />
sedikit mudharatnya.” Mencari calon<br />
pemimpin ‘baik’ yang layaknya malaikat<br />
pun susah, tapi yang kriterianya lebih<br />
banyak, mungkin ada. Wallahu a’lam<br />
bissawab. n<br />
Penulis adalah Widyaiswara BKPP<br />
Aceh, dan Mahasiswa S3 PPs IAIN<br />
Ar-Raniry.<br />
42 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Salah satu problem sosial besar<br />
Indonesia saat ini adalah pengangguran<br />
dan minimnya lapangan<br />
kerja sehingga banyak yang berhajat<br />
jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk<br />
terbang ke negara-negara lain walaupun<br />
hanya menjadi pembantu rumah<br />
tangga. Pencarian lapangan pekerjaan<br />
bagi kalangan sarjana pun justru masih<br />
tertumpu pada poros PNS, seakan-akan<br />
dunia pendidikan Indonesia disetting<br />
hanya mencetak para lulusan untuk<br />
menjadi PNS. Dalam konteks sosial<br />
seseorang baru dianggap berhasil dan<br />
tidak menganggur jika telah diangkat<br />
menjadi PNS.<br />
Mindset semacam ini jelas tidak<br />
akan pernah menjadi solusi cerdas dalam<br />
mengatasi pengangguran dan minimnya<br />
lapangan kerja, sebab absurd<br />
(mustahil) bagi pemerintah untuk dapat<br />
mengangkat semua lulusan menjadi<br />
PNS. Hemat penulis, salah satu<br />
alternatif untuk mengatasi problem<br />
sosial ini adalah dengan mengembangkan<br />
madrasah/sekolah kejuruan yang<br />
lebih banyak di Indonesia.<br />
Ada beberapa alasan substansial<br />
mengapa pendidikan kejuruan layak<br />
dikembangkan. Pertama, bahwa kejuruan<br />
tidak menuntut banyak teori<br />
dan konsep yang beragam tetapi yang<br />
dibutuhkan adalah pelibatan langsung<br />
anak didik secara praktis dalam<br />
mengeksprimen sebuah teori maupun<br />
mengembangkan keterampilannya.<br />
Kedua, penulis melihat bahwa kejuruan<br />
sebenarnya lebih mengedepankan<br />
kemauan, bakat dan minat siswa. Sementara<br />
pendidikan umum cenderung<br />
mengikuti kemauan pemerintah. Kita<br />
yakin bahwa pendidikan yang baik adalah<br />
pendidikan yang berorientasi kepada<br />
bakat dan minat anak didik.<br />
Ketiga, bahwa kejuruan dapat menjadi<br />
penopang hidup ketika para tamatannya<br />
tidak mampu melanjut-kan pen
Menggagas<br />
Madrasah Kejuruan<br />
Oleh Johansyah<br />
didikan ke jenjang<br />
perguruan tinggi,<br />
baik karena alasan<br />
kemampuan intelektual<br />
yang rendah<br />
maupun karena<br />
kondisi ekonomi<br />
yang lemah.<br />
Keempat, para<br />
lulusan kejuruan<br />
cenderung mampu<br />
mencari dan bahkan<br />
menciptakan<br />
lapangan pekerjaan.<br />
Hal ini berbeda<br />
sekali dengan<br />
pendidikan umum<br />
yang lantaran minim<br />
keterampilan,<br />
jangankan menciptakan,<br />
mendapatkan lapangan pekerjaan<br />
pun sangat sulit. Memang tidak<br />
semuanya demikian, namun secara<br />
umum hal tersebut harus kita akui<br />
sekiranya merujuk kepada realitas yang<br />
ada dalam masyarakat saat ini.<br />
Kelima, bahwa dengan kejuruan,<br />
angka pengangguran yang tinggi di<br />
Indonesia sudah tentu dapat ditekan<br />
dan orientasi untuk menjadi PNS<br />
juga bisa dikendalikan. Lebih dari itu,<br />
kondisi ini tentunya akan membuat<br />
keadaan ekonomi masyarakat Indonesia<br />
terutama pada golongan menengah ke<br />
bawah menjadi lebih baik.<br />
Barangkali kita bisa melihat beberapa<br />
negara Asia yang memang cenderung<br />
lebih mengembangkan pendidikan kejuruan<br />
dari pada pendidikan umum<br />
semisal China, Korea, Jepang dan beberapa<br />
negara lainnya. Hal ini terbukti<br />
di mana dalam bidang teknologi mereka<br />
diperhitungkan. Bahkan jika kita<br />
mengecek produk-produk teknologi<br />
yang digunakan di rumah tangga, alat<br />
komunikasi, transportasi dan lain sebagainya<br />
semua didominasi oleh produk<br />
n e g a r a - n e g a r a<br />
dimaksud.<br />
Hal ini merupakan<br />
bukti bahwa<br />
pendidikan kejuruan<br />
begitu berperan<br />
dalam membangun<br />
kemajuan<br />
sebuah negara dengan<br />
menciptakan<br />
beragam lapangan<br />
pekerjaan dan jelas<br />
mampu menekan<br />
angka pengangguran.<br />
Dari itu,<br />
kiranya tidak ada<br />
alasan bagi kita<br />
untuk mengatakan<br />
bahwa model pendidikan<br />
kejuruan<br />
tidak layak untuk dikembangkan.<br />
Madrasah kejuruan, mungkinkah?<br />
Pengembangan madrasah kejuruan<br />
yang penulis maksud bukanlah madrasah<br />
kejuruan model Madrasah Aliyah<br />
Khusus (MAK) atau sejenisnya yang<br />
sudah dikembangkan sebelumnya. Di<br />
mana kekhasan yang dikembangkan<br />
di dalamnya lebih mirip kepada pola<br />
pesantren modern dengan mengajarkan<br />
kitab, bahasa Arab dan Inggris maupun<br />
program hafalan Alquran.<br />
Kejuruan yang penulis maksud<br />
adalah model pendidikan yang memang<br />
mengajarkan dan mengembang<br />
ilmu-ilmu praktis yang dapat menunjang<br />
kehidupan seseorang tanpa harus<br />
memperoleh predikat sarjana. Sebuah<br />
pendidikan yang mengembangkan<br />
bakat, kecakapan hidup serta keterampilan<br />
yang secara ekonomi dapat<br />
menghasilkan materi.<br />
Ketika kejuruan dikembangkan<br />
pada madrasah, bukan berarti nuansa<br />
dan ciri khas keagamaannya lantas<br />
menjadi kabur. Justru nilai-nilai agama<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
tersebut tetap dipertahankan sebagai<br />
fundamen dasar dalam membentuk<br />
karakter anak didik. Uniknya lagi ketika<br />
madrasah kejuruan dikembangkan,<br />
maka muatan agama ini akhirnya<br />
menjadi nilai plus bagi madrasah tersebut<br />
sekaligus membedakannya dengan<br />
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)<br />
secara umum.<br />
Diakui bahwa dalam tataran konsep,<br />
rasanya dalam tempo singkat kita<br />
bisa membangun sebuah madrasah<br />
kejuruan. Namun dalam kenyataannya<br />
kita harus berhadapan dengan berbagai<br />
permasalahan; mulai dari kajian<br />
formulasi ideal madrasah kejuruan,<br />
kurikulum, sarana, tenaga pendidik<br />
dan sebagainya. Yang terpenting lagi,<br />
kita juga perlu melihat keseriusan dan<br />
dukungan pemerintah dalam membuat<br />
kebijakan yang mengarah ke sana.<br />
Untuk itu, para pejabat di jajaran<br />
kementerian <strong>Agama</strong>, baik di tingkat<br />
pusat maupun daerah layak untuk memikirkan<br />
wacana ini. Generasi madrasah<br />
yang kita kembangkan ke depan<br />
tentunya tidak hanya pintar berdoa<br />
dan mengaji bukan, melainkan generasi<br />
yang memiliki keterampilan dan<br />
kecakapan hidup sehingga kehadirannya<br />
tidak menjadi ‘benalu’ di tengahtengah<br />
masyarakat.<br />
Mungkinkah ini akan terwujud?<br />
Jawabannya relatif, tergantung pemahaman<br />
dan upaya yang ditempuh.<br />
Tetapi yang jelas lembaga pendidikan<br />
menengah umum, baik sekolah atau<br />
madrasah terbukti memang tidak<br />
mampu mengembangkan keterampilan<br />
anak didik secara maksimal karena<br />
memang yang dikembangkan adalah<br />
ilmu-ilmu yang bersifat teoritis bukan<br />
praktis. Nah, kalau demikian kenapa<br />
madrasah kejuruan tidak dicoba?n<br />
Penulis adalah Mahasiswa Program<br />
Doktor PPs IAIN Ar-Raniry Banda<br />
Aceh.<br />
43
Umumnya kita hanya belajar mengenai bilangan real<br />
saja. Bilangan real memuat bilangan cacah, bilangan<br />
negatif, bilangan bulat, pecahan, desimal, dan akar.<br />
Walau begitu, sistem bilangan kita terdiri dari bilangan real<br />
dan bilangan imajiner. Apakah bilangan yang tidak real itu?<br />
Bilangan imajiner adalah akar kuadrat dari bilangan negatif.<br />
Mereka dipakai penerapannya dalam elektronika.<br />
Bilangan rasional dan irasional<br />
Sebuah bilangan real dapat berupa bilangan rasional<br />
atau bilangan irasional. Sebuah bilangan dikatakan<br />
rasional jika ia dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan<br />
dua bilangan bulat. Sebagai contoh, 5/9. Ia adalah bilangan<br />
rasional, karena 5 dan 9 keduanya bilangan bulat. Contoh<br />
lain adalah 5. Ia dapat dinyatakan sebagai 5/1 dan karena 5<br />
dan 1 keduanya bilangan bulat, otomatis 5 adalah bilangan<br />
rasional. Karenanya bilangan bulat sudah pasti bilangan<br />
rasional, tapi bilangan rasional belum tentu bilangan<br />
bulat.<br />
Bilangan rasional yang bukan<br />
bilangan bulat ada dua jenis.<br />
Bilangan dengan desimal berujung<br />
dan bilangan dengan desimal<br />
berulang. Contohnya 3/10. Ia<br />
adalah bilangan dengan desimal<br />
berujung, karena dalam bentuk<br />
desimal, ia ditulis 0.3. Contoh<br />
lain adalah 2.14 atau 4.614<br />
dst. Bilangan desimal berulang<br />
contohnya 2/99. Dalam bentuk<br />
desimal, ia tidak memiliki ujung<br />
tapi terlihat berulang terus. Coba aja cek pake kalkulator.<br />
Ia sama dengan 0.02020202020…… tanpa akhir.<br />
Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat<br />
dinyatakan dalam bentuk pecahan dua bilangan bulat.<br />
Contohnya Pi. Pi nilainya adalah 3.14159265… (Pi bukan<br />
22/7, itu hanya sekedar pendekatan).<br />
Bilangan irasional memiliki desimal yang tidak berujung<br />
dan juga tidak berulang. Bilangan irasional lainnya adalah:<br />
e = 2.71828183…<br />
akar 3=1.7320508075688772935274463415059…<br />
phi = 1.618 0339 887……<br />
Bilangan Prima<br />
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif yang hanya<br />
memiliki dua faktor, yaitu 1 dan dirinya sendiri. Bilanganbilangan<br />
prima pertama antara lain: 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17,<br />
19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79,<br />
Sains<br />
Sifat-sifat Bilangan<br />
44 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
83, 89, 97, 101, 103, 107, 109, 113, 127, 131, 137, 139,<br />
149, 151, 157, 163, 167, 173, 179, 181, 191…<br />
Bilangan bulat positif lainnya merupakan bilangan positif<br />
dan mereka punya 3 atau lebih faktor. Sebagai contoh, 10<br />
punya 4 faktor, yaitu 1, 2, 5, 10. Jadi dia komposit. 42 juga<br />
komposit. Faktornya antara lain 1, 2, 3, 6, 7, 14, 21, dan<br />
42. Semua bilangan bulat positif yang bukan 1 dan bukan<br />
prima adalah bilangan komposit.<br />
Bilangan bulat positif yang bukan prima dan bukan pula<br />
komposit hanya ada satu, yaitu 1 itu sendiri. Hal ini karena<br />
ia hanya punya satu faktor saja, yaitu dirinya sendiri.<br />
Siapa peduli dengan bilangan prima?<br />
Banyak energi telah dihabiskan oleh para matematikawan<br />
sejak zamannya Pitagoras untuk mempelajari bilangan<br />
prima. Baru-baru ini, cabang matematika baru yang<br />
muncul adalah enkripsi. Ia adalah cabang matematika<br />
terapan yang mempelajari cara menyimpan informasi<br />
sensitif dari pihak lain saat ia<br />
dikirimkan secara elektronik<br />
(misalnya saat mengirim nomer<br />
kartu kredit lewat Internet atau<br />
dengan ponsel).<br />
Enkripsi bekerja dengan<br />
menyandikan pesan menggunakan<br />
bilangan-bilangan prima yang<br />
sangat besar. Alat penerima pesan<br />
memecahkan sandi menggunakan<br />
bilangan-bilangan prima yang<br />
sama. Semakin besar bilangan<br />
prima yang digunakan, semakin<br />
baik enkripsinya.<br />
Bilangan prima terbesar yang telah ada sekarang<br />
adalah 243,112,609-1. Ditemukan oleh GIMPS tanggal<br />
23 <strong>Agustus</strong> 2008. Bilangan ini terdiri dari 12,978,189<br />
angka. Untuk melihat berapa panjangnya angka tersebut<br />
anda bisa melihat sendiri bentuk panjangnya di sini http://<br />
prime.isthe.com/chongo/tech/math/prime/m43112609/<br />
prime-c.html<br />
Kebalikan bilangan (resiprok)<br />
Resiprok sebuah bilangan x adalah 1/x. Dengan kata<br />
lain, pecahannya di putar balik. Pembilang jadi penyebut,<br />
dan penyebut jadi pembilang.<br />
Resiprok dari 6 adalah 1/6.<br />
Resiprok dari 2/3 adalah 3/2.<br />
Selamat mengasah otak anda dengan matematika<br />
nKhairuddin, http://www.faktailmiah.com
Konsultasi BP4<br />
Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi Aceh)<br />
Assalamualaikum Wr. Wb.<br />
Bapak pengasuh Yth. Saya ingin<br />
berumah tangga, karena umur saya<br />
memasuki satu agustus <strong>2011</strong> ini genap<br />
dalam usia 30 tahun. Teman sebaya<br />
dengan saya rata-rata sudah ada anak<br />
satu dan ada yang dua, sedangkan<br />
saya jangankan anak menikah saja<br />
belum. Keterlambatan menikah karena<br />
rasa kekhawatiran saya tidak mampu<br />
memberi mahar atau biaya lainnya<br />
berkaitan dengan nafkah. Yang menjadi<br />
pertanyaan saya adalah bagaimana<br />
sebaiknya yang harus saya lakukan, bila<br />
belum mampu menikah atau ada solusi<br />
lain buat saya. Jawaban dari pengasuh<br />
setidaknya akan memberikan jalan<br />
terbaik bagi saya untuk bersikap.<br />
Wassalam.<br />
M.Yus<br />
di Bereunuen<br />
Jawaban Pengasuh<br />
Pengasuh sangat memahami kondisi<br />
anda. Keinginan anda untuk menikah<br />
selalu dibayang-banyangi oleh rasa tanggung<br />
jawab, sehingga rencana anda<br />
untuk menikah selalu diurungkan.<br />
Memang kemampuan seseorang juga<br />
tidak sama. Ada yang mampu (kaya) dan<br />
ada yang kurang mampu (miskin).<br />
Dalam kaitan dengan masalah yang<br />
anda alami saat ini, menurut pengasuh<br />
itu bukanlah masalah. Itu adalah seni<br />
dalam hidup ini, dan dialami oleh<br />
semua orang, baik ia kaya berkecukupan<br />
maupun dalam keadaan miskin. Karena<br />
bila tidak ada masalah hidup ini jadi<br />
“statis,” dengan ada masalah maka hidup<br />
ini jadi “dinamis.” Sudah menjadi<br />
sunnatullah bahwa setiap manusia yang<br />
dilahirkan ke dunia ini pada dasarnya<br />
tidak membawa apa-apa (QS. al-Nahl:<br />
12).<br />
Selanjutnya pengasuh coba menjawab<br />
sesuai pertanyaan dan masalah<br />
yang anda hadapi saat ini:<br />
Tentang Mahar<br />
Pertama, ingat pesan Rasulullah saw.<br />
yang ditujukan kepada para pemuda,<br />
jika kamu sudah mampu biaya pernikahan,<br />
maka hendaklah kamu menikah.<br />
Bila ada di antara kamu belum mampu,<br />
maka hendaklah kamu berpuasa,<br />
dengan puasa itu, menjadi benteng<br />
bagimu” (HR. Bukhari, dan Muslim).<br />
Setidaknya, dari hadis ini bisa dipahami<br />
empat hal: (1) seseorang tidak<br />
dibolehkan membujang terus-menerus,<br />
(2) pernikahan sudah bisa dilakukan<br />
bila sudah mampu menyediakan alba’ah,<br />
artinya menyiapkan mahar, biaya<br />
kawin, jimak, serta mampu membiayai<br />
nafkah keluarganya, (3) pernikahan itu<br />
juga bertujuan menyalurkan kebutuhan<br />
biologis sehingga terhindar dari fitnah,<br />
(4) bagi yang belum mampu rasulullah<br />
saw. menganjurkan puasa (sunat), dengan<br />
puasa menjadi perisai baginya.<br />
Kedua, mahar merupakan keharusan<br />
dari pihak calon suami memberikannya<br />
kepada pihak calon isteri. Kewajiban<br />
ini sebagaimana disebutkan Alquran:<br />
“Berikanlah mas kawin, kepada wanita<br />
yang kamu nikahi sebagai pemberian<br />
yang wajib...“ (QS. al-Nisa’: 4).<br />
Pertanyaan yang muncul adalah<br />
berapa besar mas kawin itu? Alquran<br />
tidak menyebutkannya. Alquran hanya<br />
menyebutkan keharusan memberikan<br />
mahar.<br />
Penjelasannya bisa ditemui dalam<br />
hadis. Di antaranya Rasulullah saw.<br />
bersabda: “khayru al-shidaq aysarahu,’’<br />
artinya “Sebaik-baik mahar adalah yang<br />
paling meringankan.” (HR. Abu Daud).<br />
Bahkan Rasulullah saw. juga berpesan<br />
tentang nilai mahar “walau khataman<br />
min hadid,” artinya “berilah mahar walau<br />
sebentuk cincin dari besi,” dan memadai<br />
dengan mengajarkan kepadanya (calon<br />
isterinya) beberapa ayat Alquran. Dalam<br />
hadis lain disebutkan “Perempuan yang<br />
membawa berkah adalah mereka yang<br />
ringan pembiayaannya” (HR. Ahmad).<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Ketiga, sekali pun mahar sebagai<br />
pemberian wajib dengan sebab akad<br />
nikah. Namun demikian tidak ada ketentuan<br />
tentang jumlahnya, karena itu<br />
mahar disesuaikan dengan ‘urf dan adat<br />
yang berlaku setempat, sesuai kaidah<br />
yang berbunyi “al-‘adah muhakkamah,”<br />
artinya “adat dapat menjadi hukum.”<br />
Kaidah lain menyebutkan: “al-ta’yin bi<br />
al-‘urf ka ta’yin bi al-nash,” artinya “sesuatu<br />
yang ditetapkan berdasarkan ‘urf<br />
sama seperti ketetapan berdasar nash.”<br />
Untuk itu harus dipahami bahwa besarnya<br />
jumlah mahar bervariasi, tidak<br />
sama untuk semua daerah di Aceh. Besar<br />
mahar di daerah Pidie berbeda dari<br />
besar mahar di Lhoksemawe, demikian<br />
pula dengan daerah lain. Demikian pula<br />
berkaitan dengan barang bawaan dan<br />
ketentuan lainnya disesuaikan dengan<br />
kebiasaan yang berlaku di suatu tempat,<br />
namun harus sesuai dengan prinsipprinsip<br />
syariah.<br />
Untuk itu pengasuh menyarankan<br />
pula kepada anda, untuk mengambil<br />
langkah berikut; (1) berupayalah dengan<br />
niat yang tulus untuk merencanakan<br />
pernikahan anda dengan berusaha dan<br />
bekerja sesuai skill yang anda miliki, (2)<br />
bila anda mendapatkan rizki, tabunglah<br />
sebagiannya untuk biaya berumah<br />
tangga nanti, (3) carilah pasangan yang<br />
sesuai dengan diri anda, seperti kata<br />
indatu “ngui belaku tuboh pajoh belaku<br />
atra,” yang penting ia taat beragama,<br />
kuat imannya, dan berakhlak mulia. (4)<br />
bila saat ini anda merasa masih belum<br />
cukup secara finansial, yakinlah bawah<br />
setelah menikah, Allah akan memberi<br />
rezeki yang memadai kepada anda dan<br />
keluarga, asalkan anda sekeluarga disiplin<br />
menjalankan perintah dan menjauhi<br />
larangan-Nya, (5) kalaupun anda belum<br />
siap menikah karena berbagai faktor<br />
di luar diri anda, maka ikutilah pesan<br />
Rasulullah saw. untuk melaksanakan<br />
imsak/berpuasa. nWallahu a’lam<br />
45
Konsultasi Hukum Islam<br />
Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.<br />
Makna Gembira Menyongsong Ramadhan<br />
Assalamualaikum Wr. Wb.<br />
Pengasuh yang terhormat.<br />
Insya Allah tidak lama lagi kita akan<br />
bertemu kembali dengan bulan Ramadhan.<br />
Saya terkadang masih bingung<br />
memaknai kata “fariha: gembira.” Dalam<br />
hidup saya, dan kenyataan hidup<br />
masyarakat kita, dalam rangka menyambut<br />
bulan Ramadhan dengan tujuan<br />
“terhindar” dari ancaman neraka.<br />
Apakah tradisi “meugang” misalnya,<br />
adalah aktualisasi atau simbolisasi<br />
dari makna “gembira/senang” atau<br />
gembira/senang biasa sebagaimana<br />
kita biasa gembira/senang yang<br />
menjadi jaminan “haram disentuh<br />
neraka.” Bagaimana sebenarnya<br />
menurut bapak pengasuh? Terima<br />
kasih atas jawaban Bapak.<br />
Indra<br />
Lhoknga, Aceh Besar<br />
Wa ‘Alaikumussalam Wr. Wb.<br />
Terima kasih atas pertanyaan<br />
yang penting ini. Kami nyatakan<br />
ini penting karena semua orang<br />
pasti tidak ingin masuk neraka<br />
di kemudian hari. Semua orang<br />
pasti mencita-citakan hidup yang<br />
bahagia di dalam surga. Tentunya<br />
jalan menuju surga itu harus<br />
kita pilih sedemikian rupa, tidak<br />
sembarang jalan berujung ke sana.<br />
Dibutuhkan pemahaman/penghayatan,<br />
latihan, dan ketekunan untuk mencapainya.<br />
Sehubungan dengan pertanyaan<br />
tadi, menyangkut pemahaman/penghayatan,<br />
dapat digambarkan seperti<br />
ini. Puasa adalah sebuah keadaan atau<br />
perilaku yang berbeda dari kebiasaan<br />
dan hal itu tidak dapat dipungkiri pasti<br />
berpengaruh terhadap orang yang ber-<br />
puasa. Capek, lelah, lapar, tidak bebas<br />
melakukan hal-hal yang halal (hal-hal<br />
yang haram, pada hari biasa juga tidak<br />
halal) pada hari-hari biasa, misalnya,<br />
pasti terasa.<br />
Ini artinya bahwa orang yang berpuasa<br />
akan terikat dengan ketentuanketentuan<br />
puasa yang membuatnya<br />
“terasing” dari hari-hari biasa di mana<br />
dia tidak berpuasa. Sebalikya, bagi<br />
orang-orang yang tidak berpuasa pada<br />
bulan yang seharusnya berpuasa, dia<br />
tidak merasakan keadaan “terasing”<br />
itu, kecuali bagi yang tidak berpuasa<br />
karena uzur syar’i (bukan melanggar).<br />
Oleh karena itu, hadis “barang<br />
siapa yang gembira/senang atas kedatangan<br />
(memasuki) bulan Ramadhan,<br />
Allah telah mengharamkan jasadnya<br />
disentuh neraka” bermakna gembira/<br />
senang mengikuti ketentuan syariat<br />
46 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
dalam wujud tunduk dan patuh kepada<br />
Allah swt. meskipun itu membuatnya<br />
terasing dari kebiasaan hari-hari biasa<br />
di luar bulan Ramadhan.<br />
Jika tidak dipahami seperti ini maka<br />
gembira/senang itu tetap berada pada<br />
makna senang/gembira dalam artinya<br />
yang biasa; gembira/senang yang<br />
tidak menghalangi seseorang untuk<br />
berbuat maksiat berupa meninggalkan<br />
kewajiban dan mengerjakan larangan.<br />
Kritik faktualnya dapat dirasakan<br />
dari hadis “orang-orang yang tidak<br />
menanggalkan perbuatan (qawl)<br />
kepalsuan maka Allah swt. sama<br />
sekali tidak berhajat kepada orangorang<br />
yang meninggalkan makanan<br />
dan minumannya (puasa).”<br />
Jadi makna senang/gembira<br />
menghadapi bulan Ramadhan,<br />
dengan demikian, adalah gembira/<br />
senang mematuhi kehendak Allah<br />
swt. meskipun terbayang ada “keterasingan”<br />
dari kehidupan yang<br />
biasanya. Kalau boleh dimisalkan,<br />
senang/gembira atas kedatangan<br />
bulan Ramadhan ini adalah ibarat<br />
orang yang dalam keadaan miskin<br />
tetap berusaha sekuat tenaga untuk<br />
mencari sumber rezeki yang<br />
halal. Tidak berupaya mencari<br />
jalan pintas, misalnya mencuri.<br />
Dia sulit, namun tetap menyesuaikan<br />
dengan ketentuan Allah swt.; tetap<br />
taat azas dengan senang hati meski ada<br />
kesulitan.<br />
Jika “meugang” masih dalam ranah<br />
gembira/senang dalam ketaatan kepada<br />
Allah dapat saja dimaknai sebagai<br />
simbol atau aktualisasi atau semangat<br />
“fariha” pra Ramadhan yang diharapkan<br />
terus berlanjut dalam dan pasca<br />
Ramadhan. nWallahu a’lam.
Pada tahun 2006 Ustazah Oli<br />
Novedi Santi yang baru datang dari<br />
Medan, berinisiatif mendirikan<br />
sebuah wadah untuk menuangkan<br />
kreatifitas menulis santri Jeumala Amal.<br />
Hal ini disambut baik oleh murid juga<br />
ustaz dan ustazah yang lain, sehingga<br />
terbentuklah “Bengkel Tulis Jeumala”.<br />
Setiap malam Jumat setelah shalat<br />
Isya, anggota rutin berkumpul, untuk<br />
saling sharing, atau bedah cerpen dan<br />
puisi. Waktu itu anggotanya santri kelas<br />
3 Aliyah, terus saja bertambah setiap<br />
pekan, didominasi oleh santriwati, ada<br />
pun laki-laki hanya tiga orang.<br />
Tahun 2007 Bengkel Tulis Jeumala<br />
Amal sempat terseok-seok karena kepindahan<br />
Ustazah Oli, namun anggota<br />
Bengkel Tulis terus berusaha untuk<br />
tetap eksis. Semangat itu pula menjadikan<br />
Ustaz Mahmud Eko, dan Ustazah<br />
Hadijah sebagai koordinator terus berusaha<br />
menjalankannya dengan dibantu<br />
Ustad M. Hanafiah yang kemudian ikut<br />
bergabung.<br />
Bengkel kembali bersinar setelah kedatangan<br />
ustazah Ida Lela Yusuf sebagai<br />
guru baru dari Jakarta, yang dulunya<br />
pernah kuliah di Mesir. Setiap kepindahan<br />
guru yang merangkap sebagai koordinator<br />
pasti mempengaruhi jalannya<br />
bengkel, namun semangat dari anggota<br />
yang silih berganti pun tak pernah kendur.<br />
Kepindahan Ustazah Ida Lela, bergabungnya<br />
ustazah lain yang kemudian<br />
pindah lagi. Telah begitu banyak namaustad<br />
dan ustazah yang sempat mewarnai<br />
Bengkel Tulis Jeumala, hingga<br />
saat ini yang bertahan hanya Ustad M.<br />
Hanafiah dan Ustazah Irayani yang baru<br />
bergabung enam bulan terakhir.<br />
Kini anggota hanya tingkat Aliyah<br />
saja, tenaga koordinator kurang, jadi dibatasi<br />
empat kelas saja, yaitu dua kelas<br />
lama, dan dua kelas baru (putra dan<br />
putri). Perekrutan anggota baru dilakukan<br />
setiap awal tahun dan anggota lama<br />
menjadi pengurus menggantikan mereka<br />
yang sudah lulus. Proses pembelajaran<br />
dalam bengkel tulis masih seperti<br />
dulu, yaitu kelas dua arah yang sama-<br />
Bengkel Menulis Jeumala Amal<br />
Oleh M. Hanafiah, S.Pd<br />
sama memiliki kemauan. Mereka saling<br />
berbagi dengan berdiskusi dan saling<br />
memberi kritikan yang membangun.<br />
Dikoordinir oleh ustaz dan ustazah atau<br />
abang-abang mereka sebagai penyeimbang<br />
dalam menjawab permasalahan.<br />
Keinginan untuk mampu menulis<br />
dalam bentuk yang bernilai terus memberikan<br />
semangat bagi mereka untuk<br />
belajar. Kehadiran ahli, yang paham<br />
dengan berbagai konsep menulis dan<br />
disertai trik dan tips menulis memberikan<br />
motivasi terbesar kepada mereka.<br />
Beberapa penulis senior yang pernah<br />
hadir adalah Sulaiman Tripa, D. Keumala<br />
Wati, Ahmadun Yosi Herfanda dan dari<br />
FLP Sigli, dan Aceh. Keberadaan FLP<br />
Sigli khususnya, dan FLP Aceh yang<br />
selalu memberikan motivasi berdampak<br />
besar bagi kami. Bahkan Sulaiman Tripa<br />
dalam kesibukannya sebagai penulis<br />
dan dosen Unsyiah selalu meluangkan<br />
waktunya untuk membimbing dan menjawab<br />
setiap permasalahan baik melalui<br />
telpon, atau e-mail.<br />
Tak ada yang membahagiakan selain<br />
ketika kita menyadari bahwa Allah<br />
telah memberikan kesempatan yang<br />
begitu luas bagi kita. Kesempatan untuk<br />
mengembangkan diri, kesempatan<br />
untuk berbuat hal-hal yang bermakna;<br />
walau sekecil apapun itu. Alhamdullillah.<br />
Semua berawal dari mimpi indah,<br />
lalu siluet-siluetnya menyatu dalam<br />
pandangan yang lebih nyata. Prosesnya<br />
terasa begitu lurus mengalir dengan<br />
dukungan orang-orang yang<br />
menaungi payung Jeumala.<br />
Terpetiklah hasil dari<br />
pohon perjuangan yang<br />
melelahkan, begitu ranum<br />
dan nikmat. Tidak terlalu<br />
banyak dan besar memang,<br />
namun keberhasilan itu<br />
tetap bermakna. Maka inilah<br />
beberapa yang sempat<br />
tercatat dalam perjalan<br />
bengkel tulis Jeumala.<br />
- Cerpen dan Puisi beberapa<br />
anggota BT Jeumala<br />
dimuat dalam ‘Antologi<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Cerpen dan Puisi’ Biar ku Bercinta<br />
sendiri terbitan LAPENA tahun<br />
2008<br />
- Terpilih sebagai salah satu dari 6<br />
santri dalam Proyek Santri Menulis<br />
Buku terbitan LAPENA tahun 2007<br />
- Juara 2 dan 3 Karya Tulis Ilmiah se<br />
Pidie Jaya 2010<br />
- Juara 2 LMUS FLP Aceh tahun<br />
<strong>2011</strong><br />
- Beberapa Cerpen dan Puisi dimuat<br />
dalam <strong>Santunan</strong> Jadid<br />
- Telah melahirkan banyak alumni.<br />
Terlalu muluk untuk dapat kami<br />
katakan bahwa keberadaan BT<br />
Jeumala ini sangat berarti. Namun<br />
bukanlah sebuah kehampaan kalau<br />
kami katakan bahwa telah mampu<br />
merealisasikan mimpi. Keinginan untuk<br />
dapat mempersembahkan pemikiran<br />
di khalayak terus tersalurkan melalui<br />
alumni-alumni BT Jeumala yang kini telah<br />
berkiprah di luar sana. Pengembangan<br />
diri mereka nyata terlihat dari beberapa<br />
tulisan mereka yang kini menghiasi<br />
beberapa media nasional bahkan ada<br />
yang telah mengeluarkan antologi.<br />
Akhirnya bantuan dari berbagai<br />
pihak telah memberikan semangat<br />
terbesar bagi bengkel tulis. <strong>Santunan</strong><br />
Jadid satu dari sekian motivator terbesar<br />
mereka. Thank.<br />
Penulis adalah Koordinator Bengkel<br />
Tulis, Jeumala Amal, Lueng Putu,<br />
Kabupaten Pidie Jaya<br />
47
Bahasa Inggris<br />
Independence Day of Indonesia<br />
(Written By Mulyadi idris, S.Ag, M.Hum)<br />
English Teacher at MAN Model Banda Aceh<br />
The Independence Day of Indonesia was officially proclaimed on 17th August 1945 at 10.00 a.m. sharp on Friday. It is a very<br />
big event for the people of Indonesia. Preparation for this day start weeks ahead before the 17th of August. All high-rise office<br />
buildings around town, shops, schools are decorated with large banners and lighted designs. Fences around the presidential<br />
palace and many government offices are draped in red and white streamers. The malls are all decorated in red and white and hold<br />
Independence Day sales for the people. Lots of money is spend by the city administration to create a unique series of red and white<br />
lighted decoration.<br />
The President and Vice President hoists the national flag of Indonesia at the National Palace which is televised live for all the<br />
people to watch. The whole town glitters in red and white and the all over one can see the words ‘Dirgahayu RI’ or ‘Long live<br />
Indonesia!’ It’s a national holiday for the Indonesian people were all citizens and even tourists visiting the island can celebrate to<br />
their hearts content.<br />
A popular game, ‘Panjat Pinang’ is played by the people. Here palm trunk is erected in a public area which is well greased with<br />
a mixture of clay and oil. Various prizes in the form of bikes, TVs, umbrella, instant noodle, iron, fan etc are hung at the top and<br />
kids and even grownups climb over each other struggling to reach the goal. In the end there are a lot of slippery, muddy kids and<br />
grownups all happy and smiling after their exercise of fun. A good time is even had by the crowd watching the gaiety.<br />
Glossary:<br />
- draped (v): dihias<br />
- hoists (v); menaikkan<br />
- Independence day (n): hari kemerdekaan<br />
- proclaimed (n): memproklamirkan<br />
- slippery (adj): tergelincir<br />
- patriotic day (n): hari bersejarah<br />
- gaiety (n): kegembiraan<br />
- spend (v): dihabiskan<br />
- unique (adj): unik, khas<br />
- glitters (v): bergemerlapan<br />
- grownups climb (n): pemanjat pinang<br />
- muddy (adj): lumpur. n<br />
48 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong>
Abu Rawang (1897-1980);<br />
Kepala Kantor Djawatan <strong>Agama</strong><br />
yang Naik Gunung<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Tokoh<br />
Rawang adalah sapaan<br />
akrab masyarakat Pucök Alue<br />
“Abu<br />
(nama desa kelahirannya),<br />
Kecamatan Simpang Ulim, Aceh<br />
Timur kepada Tgk. H. Mahmud ibn<br />
Usman. Seorang ulama kharismatik<br />
yang pernah menjabat Kepala Kantor<br />
Djawatan <strong>Agama</strong> Atjeh Timur. Ia<br />
digelar “Abu Rawang” karena tempat ia<br />
mendirikan dayah dikenal masyarakat<br />
sebagai rawang keumude, yaitu tanah<br />
landai pada lekukan sungai menyerupai<br />
tanjung, yang banyak ditumbuhi pohon<br />
bengkudu (Aceh: keumude).<br />
Abu Rawang merupakan salah<br />
seorang alumni dayah Ie Leubeu, Pidie,<br />
ia belajar di sana selama lebih kurang<br />
sembilan tahun. Teman seangkatannya<br />
antara lain Tgk. Muhammad Daud (Abu<br />
Beureu’eh) yang merupakan sahabat<br />
dekatnya. Hubungan persahabatan<br />
dengan Abu Beureu’eh tetap terbina<br />
sampai Abu Rawang mendirikan dayahnya<br />
pada tahun 1925. Salah seorang<br />
alumni dayah ini adalah Prof. Tgk. H.<br />
Ismail Yakub, SH, MA., penerjemah<br />
kitab Al-Um (karya Imam al-Syafi‘i)<br />
yang belajar dari tahun 1928 sampai<br />
1931. (Informasi ini diperolah dalam<br />
pengantar terjemah al-Umm).<br />
Setiap kali melintasi kawasan Aceh<br />
Timur, Abu Beureu’eh selalu singgah<br />
di Simpang Ulim, mengunjungi sahabatnya<br />
ini. Apalagi secara keorganisasian,<br />
Abu Rawang ikut sebagai pengurus<br />
Persatuan Ulama Seluruh Aceh<br />
(PUSA) yang terbentuk pada 5 Mei<br />
1949. Ia merupakan salah seorang<br />
komisaris yang terdiri dari; Tgk. M<br />
Amin Alu, Tgk. A. Wahab Seulimeum,<br />
Tgk. Abdullah Ujong Rimba, Tgk.<br />
Usman Lampoh Awe, Tgk. A. Hamid<br />
Samalanga, Tgk. M. Yusuf Cunda, Tgk.<br />
Usman Aziz Lhoksukon, Tgk. M. Daud<br />
49
Tokoh<br />
Blang Paseh Langsa, Tgk. Damanhuri<br />
Takengon, dan Tgk. Mahmud Simpang<br />
Ulim (Abu Rawang). Penasehat organisasi<br />
terdiri dari: Tgk. M. Amin Di<br />
Yon Garot, Tgk. Yahya Peudada, dan<br />
Tgk. H. A. Hasballah Indrapuri.<br />
Militansi yang tertanam dalam jiwa<br />
Abu Rawang mengantarkannya untuk<br />
bergabung dengan Abu Beureu’eh dalam<br />
barisan Darul Islam di tahun 1953.<br />
Jabatannya sebagai Kepala Kantor Djawatan<br />
<strong>Agama</strong> Atjeh Timur ia tinggalkan<br />
dengan alasan yang sama dengan Abu<br />
Beureu’eh, “pelecehan” oleh Pemerintah<br />
Pusat. Semangat perlawanan pun<br />
tersulut, dan ia memilih naik gunung<br />
sebagai qadi dalam susunan pemerintahan<br />
DI/TII agar bisa mengabdikan<br />
hidupnya demi keadilan lillahi ta‘ala.<br />
Abu Rawang ditugasi memeriksa<br />
orang-orang yang diduga bersalah oleh<br />
Darul Islam. Namun diluar dugaan,<br />
ada saja orang-orang yang dieksekusi<br />
di luar pengetahuan beliau, dan baru<br />
diketahuinya setelah yang bersangkutan<br />
terbunuh. Abu Rawang karena<br />
merasa terkhianati, sampai akhirnya<br />
mengalami depresi berat. Menurut<br />
kesaksian Hasan Saleh (dalam buku<br />
Mengapa Aceh bergolak) yang sempat<br />
mengunjunginya, depresi yang dialami<br />
Abu Rawang tergolong parah sehingga<br />
sulit diajak berkomunikasi.<br />
Setelah sembuh<br />
Abu Rawang<br />
hidup mengasingkan<br />
diri di Desa<br />
Pante Rambong<br />
(sekarang Kecamatan<br />
Pante Bidari,<br />
Aceh Timur), kala<br />
itu meski kesepakatan<br />
damai telah<br />
dicapai lewat<br />
“Ikrar Lamteh.”<br />
Baru pada tahun<br />
1966 Abu Rawang<br />
memenuhi bujukan<br />
masyarakat<br />
agar beliau turun<br />
gunung dengan<br />
alasan umat membutuhkan<br />
kehadiran beliau. Maka mulai<br />
tahun 1967, Abu Rawang kembali<br />
mengayomi masyarakat, aktif mengajar<br />
di dayahnya.<br />
Mendirikan Sekolah<br />
Abu Rawang seorang tokoh ulama<br />
yang berpikiran moderat, pernah suatu<br />
kali dalam pertemuan ulama se-Aceh<br />
Timur, salah seorang ulama datang<br />
setelah diskusi dimulai. Abu Rawang<br />
mengkritik dan mengoreksi sikapnya<br />
yang menyalami seluruh peserta setelah<br />
memberi salam. Seharusnya<br />
Abu Rawang, pada saat peresmian Masjid Baitul Karim, SImpang Ulim. Foto ini direproduksi dari buku terjemahan<br />
kitab Al-Umm (karya Imam al-Syafi‘i) oleh Prof. Tgk. H. Ismail Yakub, SH, MA.<br />
50 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
ia tidak perlu bersalaman di tengah<br />
diskusi yang sedang berlangsung.<br />
Menurut salah seorang santrinya,<br />
Yusuf Abdullah, moderatisme pikiran<br />
Abu Rawang berarti pola berpikir<br />
pertengahan, karena ia tidak<br />
sepenuhnya setuju dengan pikiran<br />
Abu Beureu’eh yang modernis, dan<br />
juga tidak terikat dengan pola pikir<br />
tradisionalis.<br />
Sikap moderat juga tercermin<br />
dari kebijakannya yang memadukan<br />
pendidikan dayah dengan pendidikan<br />
umum, serta life skill untuk muridmuridnya.<br />
Abu Rawang mendirikan<br />
madrasah yang dinamainya Madrasah<br />
Adabiyah pada tahun 1931. Muridmurid<br />
sekolah ini datang dari Lhok<br />
Sukon (Aceh Utara) dengan menggunakan<br />
kereta api. Guru yang pernah<br />
mengajar di Madrasah Adabiyah ini<br />
antara lain:<br />
1. Tgk. Abdul Latif, Pante Panah, Lhok<br />
Nibong<br />
2. Tgk. Mahyiddin, Pucök Alue,<br />
Simpang Ulim<br />
3. Tgk. H. Mu’id, Bantayan, Simpang<br />
Ulim<br />
4. Tgk. Musa Usman, Simpang Ulim<br />
5. Tgk. Muhammad, Nicah Awe,<br />
Simpang Ulim<br />
6. Tgk. Syekh Ibrahim, Tanjung Pura,<br />
Sumatera Utara.<br />
Seiring perkembangan madrasah<br />
di Aceh, pada tahun 1953, Madrasah<br />
Adabiyah disesuaikan menjadi Sekolah<br />
Rendah Islam (SRI) yang lanjutannya<br />
belum ada di Simpang Ulim. Lalu untuk<br />
jenjang berikutnya sebagai lanjutan
SRI, didirikanlah Pendidikan Guru<br />
<strong>Agama</strong> (PGA) pada tahun 1966. Lalu<br />
pada tahun 1969, ia dirubah menjadi<br />
Madrasah Tsanawiyah (Sekolah Menengah<br />
Islam/SMI).<br />
Salah satu hal yang merupakan<br />
catatan dan pengalaman menarik, SPP<br />
dikutip dari tiap siswa dalam bentuk<br />
padi sejumlah 40 kilogram per bulan.<br />
Setelah terkumpul, lalu padi itu dibagikan<br />
sebagai honor bagi para guru,<br />
juga masih berbentuk padi. Setiap<br />
satu orang guru mendapatkan padi<br />
sejumlah 100 kilogram per bulan.<br />
Pembelajaran di madrasah berjalan<br />
beriringan dengan pembelajaran di<br />
dayah. Selain santri, untuk guru juga<br />
diadakan pengajian yang digelar setiap<br />
hari, yaitu setiap selesai shalat subuh.<br />
Adapun materi pembelajarannya menggunakan<br />
kitab Minhaj al-Talibin, Fathul<br />
Mu’in, Fathul Wahab, dan sebagainya.<br />
Memberantas Khurafat<br />
Ketika pulang ke kampung halaman<br />
setelah belajar di Ie Leubeu, Teungku<br />
Mahmud Usman merasa gerah melihat<br />
berbagai praktek khurafat dalam masyarakatnya.<br />
Antara lain dapat disebut<br />
praktek tulak bala, rateb la ilaha illa<br />
ana, peh situek dalam peringatan maulid,<br />
dan meuratöh, atau meratapi orang<br />
meninggal (niyahah).<br />
Hal ini diperparah oleh adanya paham<br />
wujudiyah di sekitar Simpang<br />
Ulim yang pada tahun 1950 terpusat<br />
di Desa Matang Perlak, Lhok Nibong.<br />
Mereka secara berjamaah berzikir dengan<br />
lafal la ilaha illa ana. Sayangnya<br />
jamaah ini diikuti oleh masyarakat<br />
awam. Bekal keilmuan yang tidak<br />
memadai mengakibatkan munculnya<br />
polemik seputar akidah di tengah<br />
masyarakat.<br />
Menanggapi fenomena ini, Abu<br />
Rawang mengumpulkan tokoh masyarakat,<br />
dan mengajak murid-muridnya<br />
memberantas praktek wujudiyah ini.<br />
Bersama murid-muridnya beliau turun<br />
memberi pemahaman yang benar<br />
kepada masyarakat, membuka ruang<br />
dialog, dan diskusi secara terbuka.<br />
Perjuangan Abu Rawang membuahkan<br />
hasil menggembirakan. Faktanya,<br />
dalam tahun 80-an, praktek khurafat<br />
seperti yang disebutkan di atas sudah<br />
tidak lagi berbekas dalam kehidupan<br />
masyarakat.<br />
Keluarga Besar <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Tokoh<br />
Pada tahun 1980, Abu Rawang<br />
dipanggil menghadap Ilahi dalam usia<br />
83 tahun. Madrasah yang beliau dirikan<br />
dulu, kini telah dinegerikan. Banyak<br />
pemimpin negeri yang sekarang tengah<br />
berkarya, merupakan produk madrasah<br />
yang dibangun dengan tangan beliau<br />
sendiri. Namun sayang, dayah beliau<br />
tidak ada yang meneruskan, sehingga<br />
bilek dan bale yang dibangunnya dulu,<br />
kini melapuk dan siap untuk roboh.<br />
Di sebelahnya, gedung permanen<br />
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Simpang<br />
Ulim berdiri dengan megah…<br />
Sisi lain yang terus membekas dan<br />
terpatri dalam kenangan masyarakat<br />
adalah sosok beliau yang bersahaja<br />
dalam kesederhanaan. Sampai hari<br />
ini masyarakat masih merindukan<br />
romantisme Abu Rawang yang mau<br />
melayani persoalan umat di mana<br />
saja. Suatu hari seorang masyarakat<br />
datang hendak menanyakan masalah<br />
keagamaan kepada beliau, padahal<br />
saat itu beliau sedang mandi. Di luar<br />
dugaan, Abu Rawang justru meminta<br />
masalah itu langsung ditanyakan tanpa<br />
perlu menunggu beliau selesai mandi.<br />
njabbar sabil<br />
Turut berduka cita atas musibah yang menimpa Kafilah Aceh Barat, Senin, 11 Juli <strong>2011</strong><br />
dalam perjalanan pulang mengikuti MTQ XXX Aceh Tahun <strong>2011</strong> di Aceh Tamiang.<br />
dan,<br />
Kami juga menyampaikan duka cita kami yang mendalam atas wafatnya<br />
Cut Masyitah (11 tahun)<br />
Qari’ah cilik anak dari pasangan Teuku Yusmadi, dan Rukiyah, peserta MTQ XXX Aceh<br />
yang mewakili Kafilah Aceh Barat.<br />
Semoga keluarga yang ditinggal diberi kekuatan oleh Allah swt., Amin.<br />
Pemimpin Redaksi<br />
Juniazi<br />
51
Life Style<br />
Rahasia di Balik Kebiasaan Berpuasa<br />
Puasa merupakan ibadah dan perbuatan mengendalikan<br />
diri dari makan, minum, dan segala yang<br />
membatalkannya, mengendalikan diri dari perbuatan<br />
keji dan tercela. Kita telah sama mengetahui bahwa puasa<br />
memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa di hadapan<br />
Allah swt. “Puasa itu milik-Ku dan Aku sendiri yang akan<br />
membalasnya. Dan kebaikan itu akan dilipatgandakan<br />
sebanyak sepuluh kali lipat.” (HR. Bukhari dan Abu Daud).<br />
Jika ibadah ini dilakukan dengan istiqamah, maka di<br />
samping keistimewaan juga akan memberi efek yang positif,<br />
tidak hanya untuk kehidupan di akhirat, tapi juga saat kita<br />
hidup di dunia. Tidak pernah kita mendengar orang sakit<br />
atau menderita karena berpuasa, tetapi justru sebaliknya<br />
orang sakit justru dianjurkan berpuasa untuk proses penyembuhan.<br />
Sebagaimana hadits Nabi; “Berpuasalah kalian<br />
maka kalian (akan) sehat.” (HR. Thabrani).<br />
Ibadah puasa ada yang merupakan ibadah wajib yaitu<br />
Puasa pada bulan Ramadhan, ada juga puasa-puasa sunat.<br />
Pada puasa wajib bulan Ramadhan, hikmahnya sebagaimana<br />
sabda Rasulullah saw.: “Ketika Ramadhan tiba semua<br />
gerbang surga dibuka, semua pintu neraka ditutup, semua<br />
setan dibelenggu.” (HR. Bukhari).<br />
Adapun hikmah puasa sunat adalah sebagai berikut:<br />
1. Puasa Nabi Daud.<br />
Nabi saw. bersabda “Shalat yang paling disukai oleh<br />
Allah adalah Shalat Daud, dan puasa yang paling disukai<br />
oleh Allah adalah puasa Daud. Dia tidur di seperdua malam<br />
dan bangun di sepertiganya, tidur lagi di seperenamnya dan<br />
berpuasa sehari serta berbuka sehari.” (HR. Bukhari).<br />
Puasa ini bisa mejadi salah terapi bagi yang mengalami<br />
masalah pencernaan, karena pola makan menjadi teratur<br />
otomatis akan memperbaiki sistem perencanaan.<br />
2. Puasa Senin-Kamis<br />
Rasulullah saw. bersabda: “Maka pada hari itu akan<br />
diampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah<br />
swt., kecuali orang yang di antara dirinya dan saudaranya<br />
terdapat permusuhan. Lalu dikatakan: Lihatlah kedua orang<br />
itu, hingga mereka berdamai.” (HR. Muslim, Abu Dawud,<br />
dan Nasai).<br />
3. Puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 bulan qamariah)<br />
Ada sebuah penelitian yang menyimpulkan bahwa<br />
kondisi kejiwaan manusia pada saat bulan purnama<br />
cenderung labil, emosional dan tidak terkendali. Kiranya<br />
inilah hikmah dari sabda Rasul: “Jika kamu berpuasa tiga<br />
hari dari satu bulan, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14,<br />
dan 15. (HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Hibban).<br />
4. Puasa enam hari bulan Syawal<br />
Rasul bersabda: “Orang yang melaksanakan puasa di<br />
bulan ramadhan dan melanjutkannya dengan enam hari<br />
pada bulan syawal maka itulah puasa setahun penuh”. (HR.<br />
Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi).<br />
52 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Jika dikaji dengan hitungan kebaikan berpuasa dibalas<br />
sepuluh kali lipat maka puasa Ramadhan sama dengan<br />
puasa sepuluh bulan dan puasa enam hari pada bulan<br />
syawal sama dengan puasa selama 2 bulan, maka genaplah<br />
setahun lamanya berpuasa.<br />
Bagi orang yang masih mempunyai tanggungan puasa<br />
(qadha) dan ingin berpuasa Syawal, maka dahulukanlah<br />
puasa qadha. Sebab mendahulukan sesuatu yang wajib<br />
daripada sunnah itu lebih melepaskan diri dari beban<br />
kewajiban. Di samping itu hutang puasa adalah hutang<br />
kepada Allah, hutang kepada manusia saja dianjurkan agar<br />
segera dibayar, apalagi hutang kepada Allah.<br />
5. Puasa ‘Arafah (9 Zulhijjah)<br />
Ketika Rasulullah saw. ditanya tentang puasa ‘Arafah,<br />
beliau menjawab: “Puasa Arafah menghapus dosa-dosa setahun<br />
yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim).<br />
Beliau juga bersabda: “Tidak ada hari yang Allah membebaskan<br />
hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada<br />
di hari ‘Arafah.” (HR. Muslim). Dalam hadits lain:<br />
“Tidak ada perbuatan yang lebih disukai Allah swt. daripada<br />
perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama<br />
di bulan Zulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah!<br />
walaupun jihad di jalan Allah? Jawab Rasul: Walau jihad<br />
pada jalan Allah kecuali, seorang lelaki yang keluar dengan<br />
diri dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selamalamanya.”(HR.<br />
Bukhari).<br />
6. Puasa ‘Asyura (10 Muharram).<br />
Untuk membedakan dengan puasa kaum Yahudi, Rasulullah<br />
menganjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10<br />
Muharram, namun beliau tidak sempat melaksanakannya<br />
karena telah berpulang kerahmatullah.<br />
7. Puasa Sya’ban<br />
Bulan Syaban adalah yang diapit dengan dua bulan yang<br />
agung yaitu Rajab dan Ramadhan. Juga sebagai latihan<br />
untuk terbiasa dalam berpuasa bulan Ramadhan.<br />
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Aisayah tidak<br />
pernah melihat Rasulullah lebih banyak berpuasa daripada<br />
puasa pada bulan Sya’ban. (HR.Bukhari).<br />
8. Puasa Rajab<br />
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda mengenai<br />
puasa ini: “Rajab adalah bulan Allah, Syaban adalah bulanku<br />
dan Ramadhan adalah bulan umatku. Barangsiapa yang<br />
berpuasa Rajab dengan keimanan dan penuh harap maka<br />
wajib baginya keridhaan Allah yang besar, akan ditempatkan<br />
di firdaus tertinggi. Siapa yang berpuasa dua hari dari<br />
bulan Rajab maka baginya pahala yang berlipat dan setiap<br />
takarannya sama dengan berat gunug-gunung di dunia,<br />
dan barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan Rajab maka<br />
Allah akan menjadikan puasa itu sebuah parit yang lebarnya<br />
satu tahun perjalanan di antara dirinya dengan neraka”.<br />
nDirangkum oleh Suri.
Cerdas Memilih Koneksi Internet<br />
Banyaknya operator selular dan internet service provider<br />
yang menawarkan berbagai paket internet dengan<br />
berbagai macam kelebihan memang kerap membuat<br />
bingung. Namun kita harus lebih jeli dalam memilih paket<br />
internet. Harga yang ditawarkan oleh penyedia layanan memang<br />
tak dapat dipungkiri, lebih murah dibanding jaringan<br />
internet wireless. Jadi di sini kita harus benar-benar mempertimbangkan<br />
ketika kita hendak berlangganan layanan<br />
internet ADSL seperti Speedy dan sebagainya.<br />
Jaringan wireless atau lebih tepatnya lebih dikenal dengan<br />
mobile broadband, sangat cocok bagi mereka yang sering<br />
mobile atau keluar rumah dengan laptop/notebooknya. Sarana<br />
ini memliki kelebihan dapat dibawa ke mana-mana karena<br />
tidak tergantung dengan stasiun tetap atau fixed line.<br />
Memilih Jasa Layanan atau Operator Internet<br />
Berikut hal-hal yang harus diketahui dalam memilih paket<br />
koneksi internet.<br />
Memasang internet sangat bergantung di mana anda<br />
berada, artinya layanan operator atau internet service<br />
provider (penyedia layanan internet) beda tempat, beda pula<br />
kualitasnya. Sebagai contoh, jika anda berada di lokasi A, di<br />
sana terdapat jaringan telkom, anda harus bertanya kepada<br />
customer service di kantor telkom terdekat apakah di wilayah<br />
Anda terdapat jaringan ADSL atau Speedy atau tidak. Jika<br />
tidak Anda mungkin berpikir untuk menggunakan jaringan<br />
mobile boroadband 2G/3G/3,5G/HSDPA yang disediakan oleh<br />
operator seperti Telkomsel, Indosat, 3, Axis, XL, SMART, Aha,<br />
Mobile8, Telkom Flexi atau operator selular lainnya.<br />
Tak ada salahnya jika Anda tanya kanan-kiri tetangga Anda<br />
yang sudah lebih dulu menggunakan layanan internet wireless<br />
sebelumnya, agar Anda tidak salah pilih operator atau bahkan<br />
salah membeli jenis modem yang sesuai dengan Anda.<br />
Seteleh Anda tahu apa yang tepat untuk digunakan di<br />
rumah atau tempat Anda bekerja, barulah Anda menentukan<br />
modem apa yang akan Anda pilih.<br />
Memilih Modem yang Sesuai<br />
Sebagai pengetahuan, bahwa ada berbagai jenis modem<br />
dan berbagai merk modem yang ada di pasaran.<br />
Modem GSM (General atau Unlock)<br />
Unlock di sini maksudnya modem tidak dikunci pada<br />
operator tertentu. Terkadang dibundling atau dipaket dengan<br />
kartu perdana tertentu. Modem semacam ini dapat digunakan<br />
dengan kartu perdana Telkomsel (Simpati, Kartu As, dan Kartu<br />
Halo), XL, Axis, 3, Indosat (Mentari dan IM3).<br />
Modem CDMA (General atau Unlock)<br />
Modem semacam ini dapat digunakan dengan kartu perdana<br />
Aha, Flexi, Hepi, Fren, Smart. Terdapat 2 jenis modem CDMA<br />
di pasaran Indonesia, yaitu Modem CDMA Single Band dan<br />
Modem CDMA Dual Band. Untuk modem single band, Anda<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Komputer<br />
harus lihat frekuensinya apakah 800 MHz, 1900 MHz atau<br />
frekuensi lainnya. Dengan mulai maraknya jaringan EVDO<br />
di Indonesia, modem EVDO juga marak di pasaran. Modem<br />
EVDO itu juga merupakan modem CDMA. Modem EVDO<br />
sudah pasti mengcover jaringan CDMA 1X (baca: one x). Jadi<br />
Anda tak perlu bingung dengan istilah Modem EVDO.<br />
Untuk Modem GSM biasanya ada pilihan 3G, 3,5G atau<br />
HSDPA modem. Pada dasarnya 3,5G sama dengan HSDPA, tapi<br />
pada kemasan modem ada yang tertulis HSDPA Modem adap<br />
pula yang menuliskan 3,5G Modem. Harga juga menentukan<br />
kecepatan download maksimal dengan perangkat tersebut. Ada<br />
yang memiliki kemampuan 3,6 Mbps dan ada yang memiliki<br />
kemampuan 7,2 Mbps. Namun kecepatan tersebut hanya<br />
kemampuan perangkat. Artinya kecepatan sesungguhnya<br />
sangat tergantung dengan kecepatan jaringan operator.<br />
Memilih Paket<br />
Dalam memilih paket internet Anda harus jeli dalam<br />
mempertimbangkan harga, Terlepas dari operator apa yang<br />
memiliki jaringan lebih baik di wilayah Anda, pilihan paket juga<br />
perlu dipertimbangkan dari sisi finansial (anggaran) Anda.<br />
Istilah Fair Usage<br />
Operator biasanya membatasi kuota atau banyaknya data<br />
yang Anda unduh (download) dan Unggah (Upload), misalnya<br />
kuota 1 GBytes. Operator sering menyebutnya dengan<br />
pemakainan fair usage. Fair Usage ini sebenarnya adalah<br />
suatu batasan yang diterapkan dalam aturan operator. Jika<br />
penggunaan Anda telah mencapai 1 GB data, maka kecepatan<br />
akan diturunkan secara otomatis oleh operator.<br />
Paket Time Base<br />
Paket time base dihitung berdasarkan lama waktu<br />
pemakaian. Di sini pemakaian Anda dihitung per menitnya.<br />
Misalnya Anda memilih paket 50 jam, maka harga paket adalah<br />
untuk pemakaian 50 Jam. Selebihnya Anda akan dikenakan<br />
biaya tambahan per menitnya di luar harga paket. Jika Anda<br />
hobi untuk download atau upload, mungkin paket inilah yang<br />
semestinya Anda pilih. Karena kuota volume atau banyaknya<br />
data yang Anda download atau upload biasanya diabaikan di<br />
paket Time Base ini.<br />
Paket Volume Base<br />
Paket volume base dihitung berdasarkan banyaknya<br />
data yang Anda download atau upload. Misalnya jika anda<br />
mengunjungi website yang banyak gambar/video/file akan<br />
membutuhkan volume lebih besar daripada Anda mengunjungi<br />
website yang hanya menampilkan banyak teks/tulisan dan<br />
sedikit gambar. Jika Anda gemar chatting, paket ini lebih<br />
cocok untuk Anda. Di paket ini biasanya mengabaikan durasi.<br />
Artinya sekalipun Anda chatting seharian penuh volume yang<br />
Anda habiskan tidak banyak. n<br />
aba, http://punyaku.web.id<br />
Anda dapat membaca <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> lebih awal dengan mengunduhnya melalui website www.aceh.kemenag.go.id. Koleksi<br />
pula e-book Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh dan berbagai konten menarik lainnya, hanya di www.aceh.kemenag.go.id<br />
53
Bahasa di Aceh <strong>Agustus</strong> <strong>2011</strong><br />
NO.<br />
Bahasa<br />
Indonesia<br />
BAHASA<br />
ACEH<br />
BAHASA<br />
GAYO<br />
BAHASA<br />
ANEUK JAMEE<br />
Ensiklopedi<br />
Bahasa di Aceh<br />
BAHASA<br />
ALAS<br />
BAHASA<br />
SIGULAI/<br />
LAMAMEK<br />
BAHASA<br />
DEVAYAN<br />
SIMEULUE<br />
54 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
BAHASA<br />
SINGKIL<br />
BAHASA<br />
PAK-PAK<br />
BOANG<br />
SINGKIL<br />
BAHASA<br />
TAMIANG<br />
HULU<br />
1 Meja Meh Meja Meje Meje Meja Meja Meja Meja Mejo Meja Meja<br />
2 Kursi Bangku Kursi Kuisi Kursi Kursi<br />
Kurisi/<br />
bangku<br />
Kursi Bebangku Bangku Kursi Kurisi<br />
3 Piring Pingan pingen Piriang Pinggan Gambatu<br />
Pereng/<br />
ingkan<br />
Pikhing Pemangan Pinggan Pinggan Pereng<br />
4 gelas Glah gelas Galeh Glas Gelas Gelaik Glas gelas Geleh Gelas Galat<br />
5 Sendok Canca Cemenca Sendok Camce Sendok Sotdok Sendok Senduq Sudu Sendok Sendok<br />
6 Garpu Garpu Garpu Garpu Gorfu Garpu Carpu Garfu Gekhpu Goghpu Garpu Garpu<br />
7 Panci Panci Panci Panci Panci Panci Panci Blanga Panci Panci Panci Panci<br />
8 Nasi Bu Kero Nasi Nakan Layap Layap Nakan Nakan Nasi Nakan Layap<br />
9 Hidangan Idangan Hidang Hidangan Hidangen Ta’ue Etdang Hirangan Hidangen Idang Hidangan Edangan<br />
10 Kuah Kuwah Kuah Kuah Kuah Dino Dinak Khokhoh Kuah Kuah Kuah Rinak<br />
11 Air putih Ie puteh Weih putih Aie Putiah<br />
Lawe<br />
Bogoh<br />
Idane afui Uek Utdeng Iae Cuma Iae licin<br />
12 Kopi Kupi Kopi Kopi Kopi Kopi Hopi/Kopi Kopi Kupi Kopi Kopi Kopi<br />
13 susu susu Susu Susu Susu Susu Susu Susu Susu Susu Susu Susu<br />
14 teh te Teh Teh Teh Teh Teh Tes Tes Te Teh Tes<br />
15 Timba Tima Time Tombo Ipe Dimbak Tibak Timba Timba Timbo Timbo Tibak<br />
16 Gayung Gayoeng Gayung Gayuang Gayung Guyung Suluk Gayong Tetangkul Cibok Gayung Gayong<br />
17i Mangkok mangkok Mangkok Mangkuak Mangkuk Mangkok Mangkuk Mangkuk Mangkuk Cawan Cawan Mogra<br />
Ayogh<br />
puteh<br />
BAHASA<br />
KLUAT<br />
Lawe<br />
mentar<br />
BAHASA<br />
HALOBAN<br />
Uek<br />
maodeng<br />
18 Tempayan Guci Ayan Tampayan Kaslawe Suru-suru Ayan Ayan Talam Tempayan Capah Tampayan<br />
19 Teko Ceuriek Teko Teko Teko<br />
20 Asbak Asbak Asbak Asbak Asbak<br />
Serek<br />
ono-ono<br />
Banua<br />
Bontong<br />
lokok<br />
Teko Teko teko Teko Teko Teko<br />
Banon<br />
buntung<br />
dokok<br />
Asbak Asbak Asbak Asbak<br />
Wanon awu<br />
rokok<br />
Database ensiklopedi Bahasa di Aceh ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca <strong>Majalah</strong><br />
<strong>Santunan</strong> di berbagai wilayah di <strong>Prov</strong>insi Aceh. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor.<br />
Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085277759339 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah<br />
yang anda kuasai.<br />
Kontributor Edisi Juli: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman, Bahasa Alas-<br />
Hasanuddin, Bahasa Sigulai Lamamek-Aji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa Singkil-<br />
Hendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman Ar, Bahasa Tamiang hulu-Lukmanul Hakin, bahasa<br />
Kluet-H.Bahrum Basyah, bahasa Haloban-ikhsan<br />
Padanan kata untuk <strong>edisi</strong> berikutnya: Berjabat tangan, ma’af, Bertamu, Kembali, Tamu, Sholat, Tarawih,<br />
Sunnah, Takbir, Salawat, Ngaji, Dausa, Janji, menipu, Bohong, Haram, Halal, Makruh, Bedug, Sirine.
Rabiah dan Kebun Cokelat<br />
Oleh Irawati,S.Pd<br />
Ummi bangkit<br />
sambil meraih tangan<br />
“Tunggu!“<br />
Rabiah. “Kalau Kau<br />
merasa apa yang Aku sampaikan tadi<br />
mengusikmu, Aku minta maaf.” Ucap<br />
Ummi. Rabiah tak berucap. Perlahan<br />
ia beranjak dan keluar dari rumah<br />
Ummi. Dalam perjalanan pulang<br />
Rabiah menerawang jauh menyelami<br />
setiap kata yang dilontarkan Ummi<br />
tadi. Sebenarnya akan ada masalah jika<br />
Rabiah mengiyakan saja permintaan<br />
Ummi. Itu berarti Rabiah harus<br />
melepas peninggalan satu-satunya<br />
dari orang tua Rabiah. Sepetak<br />
kebun cokelat di pinggir desa, yang<br />
sebenarnya terikrar oleh orang tuanya<br />
menjadi miliknya. Tetapi ikrar itu tak<br />
dikuatkan oleh pernyataan hitam di<br />
atas putih.<br />
Dua puluh tahun sudah Rabiah<br />
menghabiskan peluh merawat kebun<br />
cokelat peninggalan ayahnya. Tak<br />
banyak yang dapat diperbuat Rabiah.<br />
Dia hanya menanam, menunggu<br />
cokelat berbuah, memanennya,lalu<br />
menjualnya ke pasar kota. Kurun<br />
waktu tak menghantarkan Rabiah<br />
pada mimpinya. Sehari-hari ia<br />
hanya berkutat dengan pikiran soal<br />
pengganjal perut. Terkadang ia harus<br />
berseteru dengan keinginannya yang<br />
lebih banyak datang ketimbang pergi.<br />
Rabiah sebantang kara. Dulu ia<br />
pernah menikah. Lelaki pilihan orang<br />
tuanya itu hanya mendampinginya<br />
tiga bulan lamanya. Pernikahan itu<br />
tak menghadirkan seorang anak. “Tak<br />
apa Biah. Kau tak akan<br />
sendirian. Kau masih<br />
muda. Layaklah<br />
ada lelaki yang<br />
memperisterimu,” ucap ibunya suatu<br />
hari. Memang kemudian datang<br />
seorang lelaki yang meminta Rabiah<br />
menjadi isterinya. Mereka menikah.<br />
Tetapi entah karena alasan apa, lelaki<br />
itu meninggalkannya juga. Rabiah<br />
pun bertekad tak akan lagi membuka<br />
hatinya.<br />
Ruang tengah rumah itu tampak<br />
temaram dari luar. Cahaya lampu<br />
seolah ikut menyamarkan kalimat dua<br />
orang itu. “Jadi Biah kemari?” tanya<br />
Sofyan. Ummi meletakkan nampan<br />
berisi secangkir kopi. Ummi hanya<br />
mengangguk. “Tak puas juga rupanya<br />
dia telah meraup batang cokelat,<br />
berpuluh-puluh tahun!” ucap Sofyan<br />
sambil menyeruput kopi. “Sebaiknya<br />
Abah pikir-pikir lagi, kasihan Rabiah,”<br />
lirih Ummi pada suaminya. “Aku anak<br />
laki-laki satu-satunya, pantaslah kebun<br />
cokelat itu menjadi milikku.”<br />
Sofyan bangkit menuju ruang<br />
tamu rumahnya, Ummi mengikutinya.<br />
“Kalau Biah tak pandai menyaring<br />
kata-kataku, biar kulawan dia di<br />
pengadilan,” ucap Sofyan. Ummi<br />
terdiam. Suaminya bagai batu karang<br />
di tengah lautan. Tak banyak ombak<br />
yang mampu menghempasnya.<br />
Sekuat tenaga Rabiah mencoba<br />
mengumpulkan ingatannya. Barangkali<br />
ada sesuatu yang bisa meyakinkan<br />
kakaknya, Sofyan. Watak kakak<br />
lelakinya itu tampaknya telah terpahat<br />
sejak kedua orang tua mereka masih<br />
ada. Rabiah tak ingin Sofyan merebut<br />
begitu saja kebun cokelat itu. Akan<br />
terasa berkhianat dia, jika kebun<br />
itu jatuh ke tangan Sofyan.<br />
“Tolong<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Sastra<br />
lah Mbak, bantu aku meyakinkan Mas<br />
Sofyan,” pinta Rabiah. “Aku selalu<br />
melakukan itu Biah, tapi kau lebih tau<br />
kan, bagaimana dia.” mereka terdiam.<br />
“Mbak kan sudah bisa bayangkan, apa<br />
yang akan menimpaku,” ucap Rabiah<br />
lirih. “Biah, berpuluh tahun aku telah<br />
mendampingi Mas Sofyan, sampai saat<br />
ini hanya watak kerasnya lah yang aku<br />
pahami.”<br />
Selama ini hanya Ummi lah tempat<br />
Rabiah berbagi. Sungguh berbalik dari<br />
sikap Sofyan yang seharusnya bisa<br />
amat berarti bagi Rabiah.<br />
Rumah mungil peninggalan<br />
itu tampak gelap. Seperti biasa,<br />
penghuninya hanya terpaku dan<br />
semakin terperosok dalam kawah<br />
derita. Air mata rasanya tak dapat<br />
lagi menyelami kedalaman hati<br />
Rabiah. Permukaan jiwanya semakin<br />
mengapung. Kini Rabiah semakin<br />
melata menggiring impiannya ke<br />
tengah padang rumput bahagia. Tak<br />
banyak yang dapat ia perbuat.<br />
“Hai Biah!” terdengar teriakan dari<br />
luar rumah. Rabiah tersentak, Dia<br />
hafal betul suara itu, ”Mas Sofyan…,”<br />
ucapnya hampir tak bersuara. Sofyan<br />
melangkah masuk tanpa diperintah.<br />
Tak sepatah kata pun terucap, sorot<br />
mata dan gerak tubuh Sofyan sudah<br />
cukup menjadi pertanda buruk buat<br />
Rabiah. Sofyan melirik setiap detail<br />
rumah itu. “Tak percuma kau tinggali<br />
rumah ini,” Sofyan memecah beku.<br />
“Kurasa cukuplah rumah ini saja yang<br />
kau miliki, Kau tau sejak<br />
dulu hanya kau<br />
55
Sastra<br />
saja lah yang dijadikan ratu, sementara<br />
aku, bagai gundik!”<br />
Pandangan mata sofyan tak lepas<br />
dari tiap sisi rumah itu. “Mas aku<br />
hanya sendiri, kebun cokelat itu adalah<br />
tumpuanku,” lirih Rabiah. Sofyan<br />
mengambang senyum.”Kau masih<br />
muda, nanti kucarikan suami untukmu<br />
agar kau tak lagi menggerogoti<br />
kebun cokelat itu.” Rabiah semakin<br />
terperosok, pandangannya seakan<br />
mengecil.” Besok datanglah, telah<br />
kusiapkan semuanya,” Sofyan berbalik<br />
keluar rumah.<br />
Pagi itu Rabiah telah siap mendapati<br />
setumpuk karang yang ditutupi lumut<br />
hitam. Tak ada kegairahan muncul.<br />
Semalam tak sekejap pun matanya<br />
lena, bahkan tak satu pejaman pun<br />
mampu membungkus mimpinya untuk<br />
dibuka kala pagi. Rabiah pasrah, Dia<br />
Aku MilikMu<br />
Ya Allah…<br />
Kumohon Kesehatan dan kekuatan dalam<br />
menunaikan ibadah-Mu<br />
waktu yang tersisa hanyalah kesempatan<br />
mengucapkan kalimat-kalimat-Mu<br />
aku sadar bahwa nafsu musuh terbesar yang harus<br />
aku lawan<br />
dan aku menangis atas segala khilafanku pada-Mu<br />
Ya Allah…<br />
Jika Engkau memberi ampun atas segala dosadosaku<br />
Dan jika Engkau memberi Azab yang sangat pedih<br />
aku tidak berdaya… ya Allah<br />
berikanlah Ampunan dari dosa-dosaku<br />
Selagi aku masih Engkau berikan nafas<br />
Aku mohon juga ampuni dosa kedua orang tuaku<br />
Yang melewati pahit getir dalam membesarkanku<br />
Dan juga saudara-saudaraku serta sahabatsahabatku<br />
Tuntun kami menuju Syuga-Mu ya Allah<br />
Hentikanlah langkah kami bila langkah tergeser dari<br />
jalan-Mu<br />
Ya Allah! berikan segala kemudahan dalam setiap<br />
langkahku<br />
limpahkan rezeki dan berikan aku ketabahan dalam<br />
meneruskan sisa umurku<br />
tiada lain tempat ku mengadu dan memohon selain<br />
pada-Mu<br />
dan Sesungguhnya Engkau ciptakan aku, dia,<br />
mereka tidak lain hanya untuk menyembah-Mu<br />
Allah…..ya Allah…..aku milik-Mu<br />
hamba-Mu ya Allah.<br />
Karya: Dessy Anna<br />
(Mahasiswi Unsyiah Banda Aceh)<br />
percaya akan garis tangannya. Tuhan<br />
takkan membiarkan semua ini, takkan<br />
ada setumpuk gunung yang akan dia<br />
pikul sendiri. Kerudung putih itu<br />
menutupi kepala Rabiah, agak bergegas<br />
Rabiah menutup pintu rumahnya, Dia<br />
tak harus menahan langkah. Takdir<br />
telah menantinya....<br />
“Biah! Syukurlah kau kutemui,”<br />
Usup terlihat terengah-engah. “Ada<br />
apa Sup?” Usup segera menarik<br />
tangan Rabiah. ”Tak banyak waktu<br />
lagi, ayolah!” Setengah berlari mereka<br />
menuju rumah Sofyan. Berbagai rasa<br />
berkecamuk dalam kepala Rabiah.Dari<br />
belokan dekat rumah Sofyan, Rabiah<br />
melihat kerumunan orang. Berpasang<br />
mata menyongsong kedatangan Rabiah.<br />
Dua wanita menuntunnya memasuki<br />
rumah. “Kenapa ini?” semua bungkam.<br />
Sekali tarikan napas, jantung Rabiah<br />
Cita-Cita<br />
Cita-Cita,...<br />
Kata singkat penuh arti<br />
Menjadikan hidup lebih berarti<br />
Cita-Cita,...<br />
Suatu harapan yang diingin semua orang<br />
Tapi tak di dapat sembarang<br />
Cita-Cita,...<br />
Suatu yang ingin digapai<br />
Namun tak mudah untuk dicapai<br />
Cita-Cita,...<br />
Suatu yang ingin diraih<br />
Tapi butuh perjuangan yang gigih<br />
Cita-Cita,...<br />
Bagaikan rembulan yang bercahaya<br />
Memberi harapan setiap anak manusia<br />
Cita-Cita,...<br />
Bak mutiara di dasar lautan<br />
Berhasrat untuk terus disimpan<br />
Cita-Cita,...<br />
Lihat saja air jatuh di batuan<br />
Akan melobangi pelan-pelan<br />
Cita-Cita,...<br />
Sebuah hasrat dalam jiwa<br />
Harus di raih sepanjang masa<br />
Cita-Cita,...<br />
Membimbing hidup di dunia<br />
Memberikan kebaikan di hadapanNya<br />
Cita-Cita,...<br />
Bulatkan tekad untuk maju<br />
Tanamkan keyakinan dalam dirimu<br />
Cita-Cita,...<br />
Ayunkan langkah sentakkan bahu<br />
Untuk meraih yang engkau tuju<br />
56 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
seakan berhenti seiring berhentinya<br />
tumpuan matanya pada sosok Ummi.<br />
Iparnya itu tekulai lemah di samping<br />
sosok tertidur, dan wajahnya ditutupi.<br />
“Sofyan..., diakah itu?” suara Rabiah<br />
nyaris tak keluar dari kerongkongannya<br />
yang tercekat.<br />
Gundukan tanah di kebun cokelat<br />
itu masih basah, nama H. Sofyan<br />
bin Ali Zain terpahat di batu nisan.<br />
Tetesan embun di dedaunan batang<br />
cokelat seakan mampu mewakili<br />
pikiran Rabiah. Kini kebun cokelat itu<br />
didiami jasad Sofyan. Kebun cokelat<br />
yang selalu ingin direnggut darinya.<br />
Kehilangan Sofyan tak sebanding<br />
dengan tak jadi beralihnya kebun<br />
cokelat ke tangan Sofyan. Rabiah kini<br />
tetap sendiri... n<br />
Penulis adalah Guru MAN 2<br />
Takengon<br />
Cita-Cita,...<br />
Sungguh indah sebuahcita-cita<br />
Kelak dia akan bahagia<br />
Cita-Cita,...<br />
Sungguh agung nan mulia<br />
Maka bercita-citalah setinggi-tingginya.<br />
Karya: Saifullah, S.Hum<br />
(Pegawai KUA Kec. Geureudong Pase,<br />
Kemenag Aceh Utara)<br />
YANG KU TUNGGU<br />
Berderet tumpahan tinta di atas<br />
kertas<br />
Cooba melukis tentang<br />
kebahagiaan<br />
Sambil menunggu pergantian hari<br />
Menyongsong bulan beribu makna<br />
Bilangan jari di buka untuk<br />
menghitung<br />
Jajaran hari yang terus terjelang<br />
Tercoret bulan yang telah berlalu<br />
Engkau pun datang menghampiri<br />
Marhaban ya ramadhan<br />
Bulan suci pembersih diri<br />
Lebih baik dari seribu bulan<br />
Penuh keberkahan untuk hamba<br />
bertaqwa<br />
Karya: Sarah Nadia<br />
(Kelas XII IPA 3 MAS Jeumala Amal<br />
Anggota Bengkel Tulis Jeumala)
MASJID BAITUL ABYADH, ACEH BARAT<br />
Sejarah Ringkas<br />
Masjid Baitul Abyadh<br />
Mesjid Baitul Abyadh didirikan<br />
pada tahun 1914. Dibangun oleh Pemerintah<br />
Kolonial Belanda atas permintaan<br />
Teungku Uleebalang Cut yang<br />
berkuasa di Meulaboh pada saat itu.<br />
Pada masa itu Belanda membuka<br />
lahan perkebunan karet yang tanahnya<br />
merupakan milik uleebalang. Banyaknya<br />
buruh yang beragama Islam menuntut<br />
pendirian masjid sebagai sarana ibadah.<br />
Buruh-buruh itu umumnya berasal<br />
dari penduduk muslim pribumi, dan<br />
sebagian lagi didatangkan dari Pulau<br />
Jawa. Mereka juga umumnya beragama<br />
Islam, meski tidak kurang juga yang<br />
beragama Hindu dan Budha. Namun<br />
kebanyakan mereka kemudian memilih<br />
masuk Islam.<br />
Pembangunan masjid ini terwujud<br />
sebagai kompensasi dari perizinan<br />
penggunaan areal kebun. Jika pihak<br />
Belanda tidak mau mendirikan masjid,<br />
maka uleebalang tidak mau memberikan<br />
izin menggarap perkebunan karet.<br />
Sampai sekarang perkebunan karet itu<br />
masih Produktif.<br />
Penduduk sekitar masjid merupa-<br />
kan perbauran suku Jawa dan Aceh<br />
yang umumnya bekerja sebagai petani.<br />
Mereka telah berasimilasi sejak ratusan<br />
tahun silam, sehingga sekarang sulit<br />
sekali membedakan mereka secara<br />
kesukuan. Iklim keagamaan tampak<br />
sangat kuat dalam kehidupan sosial<br />
mereka sehari-hari. Hal ini juga tercermin<br />
dari sikap mereka yang teguh memegang<br />
adat istiadat Aceh yang islami,<br />
meski secara simbolik daerah itu dikenal<br />
dengan nama ‘Gampong Jawa’.<br />
Guna memenuhi kebutuhan ilmu<br />
agama di tengah masyarakat, pada<br />
tahun 1948 didirikan sebuah lembaga<br />
pendidikan Islam oleh Teungku<br />
Muhammad Juwaini.<br />
Spesifikasi Masjid.<br />
Masjid Baitul Abyadh berdiri di atas<br />
tanah seluas 60 x 40 meter yang merupakan<br />
wakaf Uleebalang Cut. Pondasi<br />
masjid terbuat dari batu bata merah<br />
yang tidak dijumpai bandingannya dalam<br />
bangunan modern sekarang ini.<br />
Konstruksinya dibangun menggunakan<br />
semen putih, dan besi yang berdiameter<br />
60 mm.<br />
Bahan baku bangunan tersebut<br />
diberikan oleh pihak perkebunan<br />
Belanda. Mereka mendatangkannya<br />
Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, jilid II, diterbitkan oleh Bidang Penamas Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, 2010.<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Ensiklopedi<br />
dari Pulau Jawa.<br />
Arsitektur masjid berbentuk segi<br />
delapan. Jika dilihat dari arsitekturnya,<br />
jelas merupakan gaya arsitektur<br />
Eropah dengan Kubah besar di tengahnya.<br />
Tiang-tiang masjid, dan rangka penyangga<br />
bangunan terbuat dari bahan<br />
kayu. Masjid ini memiliki lima anak<br />
tangga yang menurut masyarakat setempat,<br />
hal ini melambangkan rukun<br />
Islam.<br />
Masjid Baitul Abyadh berdiri megah<br />
di pinggir Krueng Meureubo. Satu hal<br />
yang patut disyukuri, masjid ini tidak<br />
tergerus oleh erosi sungai. Masyarakat<br />
setempat menganggap mesjid Baitul<br />
Abyadh memiliki kelebihan dan kemuliaan<br />
(karamah). Indikasinya aliran<br />
sungai yang sudah tiga kali berpindah<br />
setiap kali mendekati pondasi masjid.<br />
Indikasi karamah lainnya, menurut<br />
masyarakat setempat, adalah peristiwa<br />
unik dalam masa ketegangan konflik di<br />
Aceh sekitar tahun 1998 sampai 2005<br />
silam. Dikisahkan banyak masyarakat<br />
yang mengungsi ke Masjid Baitul<br />
Abyadh, dan mereka terselamatkan dari<br />
resiko konflik. Menurut masyarakat,<br />
‘sepanas’ apa pun para pihak yang<br />
bertikai, jika mereka memasuki pekarangan<br />
mesjid, maka mereka akan<br />
menjadi ‘dingin’. Bahkan sesampainya<br />
di masjid, mereka akan bersahabat,<br />
bahkan menjadi seperti bersaudara.<br />
Sampai sekarang masjid ini masih<br />
digunakan untuk kegiatan keagamaan.<br />
Selain untuk ibadah salat berjamaah,<br />
di masjid ini juga tetap diadakan pengajian<br />
majelis taklim oleh masyarakat<br />
setempat. Selain itu, di masjid ini juga<br />
diselenggarakan pendidikan untuk<br />
anak-anak, yaitu Taman Pendidikan<br />
Alquran (TPQ).<br />
57
Galeri<br />
Ka.Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. Aceh beserta jajarannya, menunggu kedatangan<br />
Menteri <strong>Agama</strong> RI di Bandara Sultan Iskandar Muda, 24 Juli <strong>2011</strong>.<br />
Menteri <strong>Agama</strong> RI dan Ka. Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh, berbincang-bincang di ruang VIP<br />
Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar.<br />
Wagub Muhammad Nazar, hadir pada acara Pembukaan Dialog Kerukunan Umat<br />
Beragama di Hotel Kuala Radja, Banda Aceh, 30 Juli <strong>2011</strong>.<br />
58 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
Ka.Kanwil kemenag Aceh, Menteri <strong>Agama</strong>, Gubernur Aceh, dan Wagub pada Acara<br />
Pencanangan Gemmar Mengaji, dan Zikir Akbar di Masjid Raya Baiturrahman, 24 Juli <strong>2011</strong>.<br />
Menteri <strong>Agama</strong> RI menyampaikan sambutannya dalam acara pencanangan secara Resmi<br />
gerakan Gemmar Mengaji di Masjid Raya Baiturrahman, 24 Juli <strong>2011</strong>.<br />
Menteri <strong>Agama</strong> RI, Suryadharma Ali, di-peusijuek (tepungtawar) oleh Tokoh Ulama Aceh.
“Dengan Semangat Proklamasi 17 <strong>Agustus</strong> 1945, Kita Tingkatkan Kesadaran<br />
Hidup dalam Ke-Bhinneka-an untuk Kokohkan Persatuan NKRI, Kita Sukseskan<br />
Kepemimpinan Indonesia dalam Forum ASEAN untuk Kokohkan Solidaritas ASEAN.”<br />
Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />
Beserta Seluruh Jajarannya Mengucapkan;<br />
Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 66,<br />
17 <strong>Agustus</strong> 1945 – 17 <strong>Agustus</strong> <strong>2011</strong><br />
KEPALA KABAG TATA USAHA<br />
Ttd. Ttd.<br />
DRS. H. A. RAHMAN TB, LT. DRS. H. TAUFIQ ABDULLAH<br />
KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH<br />
BESERTA SELURUH JAJARANNYA<br />
Mengucapkan:<br />
Selamat Idul Fitri 1432 H/<strong>2011</strong> M<br />
Minal ‘A’idin wa al-Fa’izin, Taqabbal Allah Minna wa Minkum<br />
Mohon Maaf Lahir dan Bathin<br />
Kepala Kabag. Tata Usaha<br />
Ttd. Ttd.<br />
Drs. H. A. Rahman TB, Lt. Drs. H. Taufiq Abdullah<br />
<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />
59