08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi November 2011 - Kementerian Agama Prov ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Keluarga Besar<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai<br />

Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Ttd<br />

Drs. H. Taufik Abdullah<br />

Kabag Tata Usaha<br />

Keluarga Besar<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H/<strong>2011</strong> M<br />

Mohon maaf lahir dan batin<br />

dan<br />

Selamat Datang Kembali di Tanah Air Jamaah Haji Debarkasi Banda Aceh<br />

Semoga menjadi haji yang mabrur<br />

Kepala<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd


Tgk. H. Imam Syuja’<br />

Usai Dzulhijjah<br />

Tetap Mekar<br />

Hal. 10<br />

Tafsir:<br />

Duka<br />

Aisyah<br />

Hal. 29<br />

Drs. Ridwan Qari, Kabid Urais Kankemenag Aceh<br />

Kesadaran Kolektif,<br />

bukan Egosektoral<br />

Hal. 8<br />

Prof. DR. Syahrizal Abbas, MA, Dosen PPs IAIN Ar-Raniry<br />

Loyalitas<br />

dan Syiar Meriah<br />

Hal. 9<br />

Drs. Salahuddin<br />

Umur dan Mudah Rezeki<br />

Hal. 49<br />

Konsultasi BP4:<br />

Nikah, Kenapa<br />

Rahasia?<br />

Lifestyle<br />

Hal. 42<br />

Makanan Terbaik<br />

buat Otak<br />

Hal. 45<br />

DAFTAR ISI<br />

Laporan Utama :<br />

Dialektika Qurban<br />

Hal. 6<br />

Tgk. H. Syukri Daud, BA, ,<br />

Sendiri Bagus, Patungan Silakan<br />

Hal. 11<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Melanjutkan<br />

Keberhasilan<br />

Hal. 12<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs.<br />

H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah;<br />

Drs. Saifuddin AR; H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H.<br />

Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi:<br />

Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />

Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari;<br />

Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah<br />

AR; Muhammad Yakub Yahya; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra.<br />

Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan:<br />

Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan:<br />

Hartati; Yenni Yusnita Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Staf Redaksi Fadhlan<br />

Mursal; Saiful Mahdi; Amwar Citra H Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu<br />

Lam U No. 9 Banda Aceh E-mail: redaksisantunan@gmail.com<br />

Hotline-SMS: 0852-7775-9339. Untuk distribusi, harap menghubungi<br />

No. HP. 085277529295 (Darwin). Iklan; HP. 08126935043 (Hartati).


4<br />

Salam Redaksi<br />

Selamat Datang Kakanwil Baru<br />

Senin, tanggal 24 Oktober <strong>2011</strong> lalu, merupakan sejarah<br />

penting perjalanan Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh. Hari itu, Menteri <strong>Agama</strong> Republik<br />

Indonesia Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si melantik dan<br />

mengambil sumpah Bapak Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, sebagai<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

menggantikan Bapak Drs. H. A. Rahman TB, Lt, yang sudah<br />

memimpin jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh sejak<br />

tahun 2007 lalu.<br />

Lazimnya, dalam manajemen modern, pergantian atau<br />

mutasi pejabat di sebuah instansi atau lembaga adalah sesuatu<br />

yang wajar dan biasa sebagai bagian dari pembinaan dan karier<br />

seorang PNS. Walaupun kelihatannya sedikit mendadak dan<br />

tidak ada pemberitaan sebelumnya, namun ini harus dipahami<br />

sebagai sebuah sunnatullah dalam kehidupan manusia.<br />

Meminjam istilah Kakanwil, sebagai sebuah ”takdir” yang<br />

harus diemban dan dijalani.<br />

Begitu pula; perdebatan, sikap mendukung, acuh dan<br />

cuek, pro dan kontra<br />

dalam sebuah mutasi dan<br />

pergantian pejabat, itu<br />

adalah hal wajar di alam<br />

demokrasi saat ini. Dan<br />

pun tidak jarang, sesudah<br />

pelantikan pun, sikap pro<br />

kontra ini bisa saja terjadi.<br />

Nah, kondisi ini<br />

kelihatannya benar-benar<br />

diselami oleh Kakanwil yang<br />

baru Bapak Drs. H. Ibnu<br />

Sa’dan, M.Pd. Makanya,<br />

dalam amanat apel pagi<br />

Senin, 31 Oktober <strong>2011</strong>,<br />

dihadapan pejabat dan<br />

karyawan serta karyawati<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, Kakanwil berharap<br />

kondisi ini tidak perlu diperuncing. Menurutnya, pergantian<br />

kepemimpinan Kakanwil adalah sebuah takdir. ”Ini amanah<br />

dan tanggung jawab yang berat bagi saya,” ujarnya.<br />

Untuk itu, Kakanwil meminta seluruh keluarga besar dan<br />

jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh untuk mendukung<br />

kepemimpinannya, memberikan saran dan pikiran yang<br />

konstruktif dalam membawa bahtera <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh ke arah yang lebih baik. Dan ia percaya, bahwa<br />

apa yang telah dilakukan oleh Kakanwil sebelumnya, Drs. H.<br />

A. Rahman TB, Lt, sudah baik dan akan dilanjutkan dibawah<br />

kepemimpinannya.<br />

Hanya dengan menunjukkan kinerja yang baiklah, kita<br />

yakin dan percaya, dibawah kepemimpinan Drs. H. Ibnu<br />

Sa’dan, M.Pd, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh akan lebih<br />

bersinar lagi di masa-masa akan datang. Dan sudah pasti,<br />

dengan sendirinya menepis semua kegalauan itu.<br />

Sebagai instansi vertikal di daerah, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, dengan 15 ribu lebih PNS dan 634 buah<br />

Satuan Kerja – diyakini memiliki potensi yang besar sekaligus<br />

menjadi tantangan pada sisi lain. Nah, untuk itu, rasanya<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

pekerjaan rumah Kakanwil baru tidaklah ringan. Terutama,<br />

bagaimana menginventarisir semua kendala dan masalah yang<br />

ada di lembaga ini, untuk kemudian segera dicarikan solusi<br />

dan pemecahannya. Dan pada saat yang sama, hal positif yang<br />

selama ini sudah dibangun dengan baik harus terus dipelihara<br />

dan dikembangkan, sehingga menjadi satu capaian yang lebih<br />

mengembirakan lagi di masa yang akan datang.<br />

Hari ini dan ke depan, tugas dan tanggungjawab<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> menjadi lebih berat, tidak hanya karena<br />

pengaruh perkembangan zaman dan tantangan dunia global.<br />

Namun, beberapa peristiwa yang terjadi di Aceh akhir-akhir<br />

ini, seperti kasus penodaan dan pelecehan agama, munculnya<br />

ajaran sempalan, pendangkalan aqidah, dekadensi moral,<br />

pemahaman agama yang mulai menipis, masih terjadinya<br />

khilafiah soal-soal furu’iyah dalam beribadah di tengah umat,<br />

menjaga perdamaian dan kerukunan intern dan antar umat<br />

beragama adalah pekerjaan rumah yang perlu mendapat<br />

perhatian serius jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

Belum lagi PR internal<br />

yang menjadi tugas dan<br />

fungsi lembaga ini, misalnya,<br />

bagaimana meningkatkan<br />

kualitas pendidikan agama<br />

dan keagamaan, peningkatan<br />

kualitas kehidupan<br />

beragama, menjaga dan<br />

menata kerukunan umat<br />

beragama, meningkatkan<br />

kualitas penyelenggaraan<br />

ibadah haji, dan penguatan<br />

tata kelola kepemerintahan,<br />

adalah pekerjaan yang tidak<br />

kalah ringan. Satu lagi,<br />

harapan jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

sejak tahun 2007, untuk menghadirkan sebuah Balai Diklat<br />

Keagamaan di Aceh, perlu direspon positif oleh pimpinan baru.<br />

Sehingga pegawai <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, tidak perlu lagi<br />

jauh-jauh mengikuti diklat teknis ke Medan, Sumatera Utara.<br />

Nasib dan masa depan sekian ribu tenaga honorer jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh yang telah dilakukan verifikasi.<br />

Ratusan madrasah yang antri untuk dinegerikan, perlu<br />

penjelasan dan adanya titik terang.<br />

Kita meyakini, seluruh pegawai jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh menaruh harapan besar kepada Kakanwil<br />

baru, yang masih muda, dan energik ini -- untuk membawa<br />

perubahan-perubahan besar ke depan. Mari kita ucapkan<br />

selamat bertugas kepada Kakanwil baru Bapak Drs. H. Ibnu<br />

Sa’dan, M.Pd, semoga Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa,<br />

memberikan inayah dan ma’unah dalam setiap aktifitasnya.<br />

Dalam kesempatan ini, seluruh manajemen <strong>Majalah</strong><br />

<strong>Santunan</strong> mengucapkan selamat merayakan Idul Adha 1432<br />

H/<strong>2011</strong> M, mohon ma’af lahir dan batin. Semoga ketulusan<br />

pengabdian dan pengorbanan Nabi Ibrahim As, putranya<br />

Ismail As dan isterinya Siti Hajar, mengilhami spirit hidup kita<br />

sebagai manusia, khalifah di muka bumi. njuniazi


Beasiswa, Jangan Buru-buru<br />

Assalamu’alaikum ww.<br />

Yth. Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>.<br />

Saya merasa sangat kecewa<br />

sehubungan dengan adanya beasiswa<br />

bagi guru PNS dari Pusat, yang<br />

kabarnya tenggang waktunya sangat<br />

singkat. Sehingga saat kami ketahui,<br />

bahkan hari itu juga kami baru tahu,<br />

sudah tidak lagi sempat membuat<br />

pengusulan. Apalagi mengirim datanya<br />

langsung ke alamat… Padahal kami<br />

sangat membutuhkannya, mengingat<br />

kebutuhan hidup yang memang sudah<br />

menumpuk, ditambah dengan harus<br />

sambung kuliah.<br />

Mohon kepada Pemerintah, di<br />

lain waktu dan lain kesempatan,<br />

jangan ‘mendadak’ dan buru-buru<br />

demikian. Kasihan kami yang jadi<br />

korban. Kami sangat mengiba, agar<br />

uneg-uneg ini dimuat dan diindahkan.<br />

Ini mewakili banyak warga negara<br />

lain di ‘pedalaman’ yang kehilangan<br />

kesempatan mendapatkan beasiswa<br />

tersebut. Terima kasih dan salam.<br />

Suwarti,<br />

MTsN Woyla Kab. Aceh Barat<br />

Revisi ‘Aturan Main’ Penyuluh<br />

Assalamu’alaikum ww.<br />

Pertama, saya ingin tanyakan<br />

pada pihak terkait, kenapa Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong> Islam tidak bekerja di Kantor<br />

KUA Kecamatan? Walaupun mereka<br />

bekerja, tapi bukan pegawai struktural,<br />

sebagaimana jabatan lainnya di kantor.<br />

Kabarnya mereka lebih banyak pem-<br />

BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN:<br />

Kota Banda Aceh Yusri, Said Mahfud, Aceh Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, Aceh Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan<br />

Raya Muhammad Juned, Taufiq, Aceh Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib,<br />

S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, Aceh Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, Aceh Jaya Taisir,<br />

S.TH, Rahmat, Aceh Selatan Drs. Bukhari Harun, Ainul Marziah, Aceh Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, Aceh Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, Aceh<br />

Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, Aceh Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, Aceh Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti,<br />

Bener Meriah Drs. H. Hamdani, Ambiya Yusri, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.<br />

Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

binaan pada masyarakat. Istilahnya<br />

fungsional yang luput dari apel dan<br />

ketatnya jam masuk dan jam pulang.<br />

Kedua, untuk meningkatkan k<strong>edisi</strong>plinan<br />

dan program kerja, ada<br />

baiknya ‘aturan main’ penyuluh<br />

disamakan saja dengan pegawai<br />

lainnya. Ini perlu, di samping untuk<br />

efektifnya kontroling dari atasan, juga<br />

mungkin untuk menghindari besarnya<br />

kecemburuan pegawai lain. Jadi<br />

bukan hanya mengandalkan absensi<br />

dan laporan bulanan yang sering diperbaguskannya<br />

itu. Melalui rubrik<br />

ini, kami mohon pada Kantor Kemenag<br />

Aceh dan Kemenag Pusat, agar pada<br />

tahun 2012 untuk dapat merevisi<br />

kembali ‘model’ kerja penyuluh itu.<br />

Terima kasih. Wassalam<br />

Nurdin<br />

alamat ada pada redaksi<br />

5


Dirangkum oleh Muhammad Yakub Yahya<br />

Dialektika Qurban<br />

Muslim yang ideal, harapan Allah<br />

dan manusia, ada kesepadanan<br />

antara kesalehan ritual dan<br />

kesalehan sosial. Setiap langkah dalam<br />

Islam, biasanya ada dimensi spritual<br />

dan kemasyarakatan. Salah satu ukuran<br />

shalat yang bagus dan ‘sah’ misalnya,<br />

mampu membentengi diri orang<br />

shalat, dari maksiat atau mungkar,<br />

usai shalat. Selain shalat, ibadah lain,<br />

misalnya zakat, infak, sedekah, hibah,<br />

wakaf, ‘aqiqah, puasa, haji, dan qurban,<br />

di samping bersinggungan dengan<br />

keruhaniahan dan keikhlasan, juga sarat<br />

nilai kepekaaan dan kebersamaan.<br />

Lebih jauh lagi, bahkan, ‘amalan akhirat’<br />

itu, juga memuat aspek substansi<br />

dan syiar. Syiar (divisualisasikan oleh<br />

lambang dan simbol) itu jadi penting<br />

untuk mengimbangi esensi. Jadi, dalam<br />

ritme dan dinamika ibadah, ada wilayah<br />

‘isi’, unsur ‘dalam’, elemen ‘badan’, atau<br />

porsi ‘tubuh’ (katakanlah itu porsinya<br />

tauhid). Juga ada elemen ‘kulit’, unsur<br />

‘luar’, porsi ‘baju’, aspek ‘formalitas’,<br />

dan sisi ‘seremonial’ (sebut saja itu<br />

aspeknya fiqih).<br />

Realitas, kadangkala ummat<br />

LAPORAN UTAMA<br />

ini hanya terpaku pada ‘kulit’ atau<br />

simbol. Lantas kita alpa pada nilai atau<br />

hikmah. Terkadang juga penganut ini<br />

terjebak pada pencapaian hakikat, lupa<br />

mengindahkan lahiriah. Singkatnya,<br />

kadang muslimin hanya ‘alim’ fiqih, tapi<br />

‘awam’ tauhid, dan malangnya ‘ambruk’<br />

benteng akhlak. Atau mantap iman dan<br />

bagus perangai, tapi gersang fiqih, atau<br />

sebaliknya.<br />

Pemandangan yang sama, jebakan<br />

seremonial belaka, kerap kita<br />

praktekkan juga pada syiar qurban,<br />

setiap ‘musim qurban’, hari ‘ulang<br />

tahun’ penyembelihan. Tak jarang kita<br />

di sini hanya mengedepankan makanmakan<br />

dan seremonial semata. Sesekali<br />

atau seringkali kita lupa sejarah, makna,<br />

hikmah, kesan-kesan, dan pesan-pesan<br />

qurban. Saat penyembelihan, kita<br />

yang kantongi catatan nama pemilik<br />

binatang, pegang parang, dan simpulkan<br />

tali ke kaki hewan, lupa ‘sejarah tabah’<br />

Ismail as, bahkan lebih jauh lagi: ragam<br />

tanaman dan aneka ternak, objek<br />

qurban Qabil-Habil, dengan kualitas<br />

dan kuantitasnya.<br />

Konon lagi saat makan-makan, pupus<br />

6 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

sudah, ‘tertelan’ sudah, segala makna<br />

yang ‘melangit’ atau ilahiah (transenden)<br />

itu, bersama kunyahan daging ke perut<br />

ini. Barangkali kita tidak ingat pun<br />

untuk selalu berlindung dari bisikan<br />

setan, sebagaimana sejarah heroik<br />

Ibrahim as. Atau tidak merasa, setan<br />

musuh yang nyata dan terang-terangan,<br />

siang dan malam bagi kita, sebagaimana<br />

dimusuhinya setan oleh keluarga Hajar<br />

as --‘hamba gurun’ yang tulus dan patuh<br />

itu. Ibrahim as yang meneladankan kita<br />

murah dan suka berbagi-bagi, bukan<br />

menambah (mengali) itu, sepertinya<br />

kita lupakan, begitu saat ‘milad qurban’<br />

terlewati, kala darah kering, dan waktu<br />

kerupuk kulit lembu habis.<br />

“Jika kita berlomba untuk<br />

memperbagus kenderaan di dunia, mari<br />

berlomba juga untuk mempermewah<br />

kenderaan di akhirat, dengan qurban,”<br />

banding Tgk. H. Bukhari, MA, khatib<br />

terkenal di Banda Aceh dan sekitarnya.<br />

Aneh memang, kita bahkan ambil<br />

kredit dan utang untuk kenderaan<br />

baru, di dunia fana, tapi kita lupa<br />

dengan mobilitas di akhirat nan abadi.<br />

“Kita harus punya mimpi dan mulai


merencanakan untuk qurban. Dari<br />

niat ini, kita akan bergerak untuk<br />

menabung, menyisihkan uang,” ajak<br />

DR Tgk H Syamsul Rijal, M.Ag, Dekan<br />

Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry.<br />

Tgk. H. Imam Syuja’, PW<br />

Muhammadiyah Aceh, memaknakan<br />

qurban itu sebentuk komitmen sosial<br />

kita, baik bulan haji maupun pasca-<br />

Dzulhijjah. “Sosialisme Islam yang<br />

diamanahkan lewat qurban, bukan<br />

hanya musim haji, bulan Dzulhijjah,<br />

melainkan seterusnya, hingga bulan haji<br />

tahun depan. Bulan ke 12 (Dzulhijjah)<br />

dalam tahun Hijriah itu, memupuk<br />

kembali solidaritas sosial kita, dan usai<br />

itu, sikap tolong menolong atau bantu<br />

membantu (ta’awun) itu tetap mekar,<br />

merekah,” sambung Imam Syuja’,<br />

mantan Anggota DPR RI, yang baru jadi<br />

abu chik itu.<br />

“Bersegera membagikannya pada<br />

hari ‘ied, adalah lebih baik daripada<br />

menunda sampai besok, esok, atau<br />

esok lusanya lagi. Ini gunanya untuk<br />

melapangkan kebutuhan fakir miskin<br />

dan kerabat di hari raya,“ pesan Syaikh<br />

Abdul Aziz Binbaz, satu ulama besar<br />

kita. Tentu pemberian dan pengorbanan<br />

yang terus ‘mekar’ dalam sunnah,<br />

ketaatan, dan keikhlasan, bukan dalam<br />

lesung bid’ah, pamer atau riya. “Yang<br />

sampai pada Allah bukan daging dan<br />

darah (qurban), tapi takwa kita,” pesan<br />

QS. Al Hajj (99) ayat 37.<br />

Konversi qurban<br />

Jika substansi atau inti qurban itu<br />

ikhlas dan kepatuhan, andai nilai kepedulian<br />

sesama usai ‘musim qurban’<br />

tetap luntur, maka salahkan jika dikonversikan<br />

(dialihkan) saja biaya hewan<br />

qurban dengan nilai uang kontan (cash),<br />

yang penting ikhlas. Inilah satu wacana<br />

yang berkembang dari sebagian tokoh.<br />

Setelah menyaksikan bertumpuknya<br />

daging pada sebagian kampung, sementara<br />

mimim di kampung yang lain,<br />

bagus juga jika dialihkan saja dalam<br />

bentuk kalengan (corned beef), lalu disalurkan,<br />

mungkin berselang minggu<br />

pada kawasan bencana atau kelaparan.<br />

Qurban pun mengalami dialektika.<br />

Misalnya sekarang, tak mungkin<br />

mengirim qurban kambing dan lembu,<br />

misalnya ke Somalia, korban banjir<br />

Thailand, atau gempa Turki. Maka seakan<br />

lazim saja, jika ditransfer saja harga<br />

kambing, untuk pengadaan makanan<br />

pokok, ke Afrika itu. “Inilah kepatuhan<br />

dan ketaatan ummat, termasuk patuh<br />

pada perintah sembelihan harus<br />

berbentuk hewan, bukan yang lainnya.<br />

Inilah semacam syiar yang tak mesti<br />

digantikan dengan pengorbanan materi<br />

lainnya,” ujar Prof. DR. Syahrizal Abbas,<br />

MA, Dosen Pascasarjana IAIN Ar-Raniry<br />

Banda Aceh.<br />

Lebih lanjut Syahrizal, Guru Besar<br />

Hukum Islam pada Fakultas Syariah<br />

IAIN Ar-Raniry, kelahiran Aceh Barat,<br />

menganjurkan ummat untuk selalu merenungi<br />

makna historis qurban, esensi,<br />

dan hukum yang berbeda-beda pandangan<br />

ulama itu. Sehingga jangan sampai<br />

kita yang PNS pun, sering berkilah atau<br />

mengelak qurban, karena sepanjang<br />

hayat tidak pernah ‘sanggup’, tapi hanya<br />

sanggup ‘memotong leher’ hewan milik<br />

saudara yang lain, atau cuma pintar<br />

meracik dan menikmati kuah dan daging<br />

qurban, lalu hanya ahli menyimpan<br />

dalam kulkas yang mahal, di ruang makan/dapur<br />

yang juga mahal itu.<br />

Daging buat siapa?<br />

Bulan Haji sudah dimulai sejak Syawal<br />

hingga Dzulhijjah (QS. Al-Baqarah:<br />

197). Panitia sejak hari raya puasa<br />

itu, bahkan sejak Ramadhan, sudah<br />

mengumumkan bakal hewan qurban,<br />

lengkap dengan rincian biayanya.<br />

Acapkali kita yang melapor jelang Idul<br />

Adha --mungkin telat dapat biaya atau<br />

baru mudik, sudah tidak tertampung<br />

lagi oleh panitia untuk gabung, untuk<br />

ukuran satu lembu (tujuh orang).<br />

Mungkin hanya bisa untuk individu<br />

saja, kambing atau biri-biri, itupun cari<br />

dan beli sendiri, lalu bawa ke mushalla,<br />

serah terima pada panitia.<br />

Kadangkala panitia juga menerima<br />

‘titipan’ jatah daging jauh-jauh hari.<br />

Padahal lebaran pun masih jauh, takbiran<br />

pun belum. Jika ‘proposal permintaan’<br />

daging itu dari yang berhak, itu tidak<br />

mengapa. Tapi jika ‘pesan’ itu dari orang<br />

berada (kaya dan sering makan enak),<br />

sungguh itu masalah serius. “Apalagi<br />

ada pemandangan kurang sedap, bawa<br />

becak pula ke ‘mesin pemotongan’<br />

untuk menampung kulit, yang seringkali<br />

itu untuk dijual. Padahal tidak boleh<br />

ada yang dijual, semua harus dibagi,”<br />

kritik Tgk. Bukhari, Kasi Kemasjidan<br />

Bidang Penamas Kemenag Aceh, di selasela<br />

taushiah (ta’ziah) pada rumah salah<br />

seorang pegawai Kemenag <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Aceh, kawasan Indrapuri, Aceh Besar.<br />

Tidak jarang porsi untuk kerabat<br />

dan tetangga yang berkurban, sampai<br />

separuh hewan qurban, bahkan lebih.<br />

Hewan qurban dia padahal hanya satu<br />

kambing. “Di sini memberi kesan,<br />

seakan-akan panitia hanya diangkat<br />

sebagai ‘tukang potong’ qurban. Jika<br />

begini, bagus sembelih saja dan bagibagi<br />

sendiri hewan ternak itu di halaman<br />

rumahnya,” sindir Tgk. H. M. Yahya,<br />

veteran dari Gampong Krueng, Grong-<br />

Grong, Kec. Meureudu, Kab. Pijay.<br />

“Rumus pembagian daging qurban,<br />

menurut porsinya, sepertiga untuk<br />

pemilik, andai ia mau memakannya<br />

sebanyak itu; sepertiga untuk fakir<br />

miskin, dan sepertiga lagi buat karib<br />

kerabat. Ini penting diingat, sebab<br />

qurban ‘ulang tahun’ makan daging<br />

bagi fakir miskin tersebut, untuk<br />

menjalin silaturrahim dan mempererat<br />

ukhuwah. “Jadi bukan dibagi rata<br />

untuk semua warga, atau tumpukan<br />

dikalkulasikan buat sesama panitia,”<br />

sambung Tgk Syukri Daud, Ketua MPU<br />

Banda Aceh. Ruh sosial melalui qurban<br />

ini, sejalan dengan pesan Surat Al-Hajj<br />

ayat 36. “Makanlah, hadiahkanlah, dan<br />

sedekahkan,” isyarat satu hadits shahih<br />

(Muttafaq ‘alaih).<br />

Apalagi belum apa-apa, sudah<br />

adah jatah-jatahan. Jadi, ajakan untuk<br />

mengkalengkan daging juga baik, asal<br />

kita memiliki fasilitas untuk itu. Tapi<br />

wacana meng-kurs-kan harga qurban<br />

untuk dibeli barang lain, untuk dikirim<br />

ke Afrika misalnya, itupun patut<br />

didiskusikan lagi, walaupun memang<br />

perintah qurban memuat makna<br />

kepatuhan pada anjuran (mesti hewan,<br />

bukan yang lain), dan ketulusan dalam<br />

ketaatan.<br />

Akhirnya, daging qurban memang<br />

buat makan- makan dan disimpan.<br />

“Tapi jangan alpa, panitia gampong<br />

mesti sesegera mungkin melapor nama<br />

penyumbang dan penerima kepada<br />

unit paling bawah Kemenag, yakni<br />

KUA Kecamatan, untuk dilaporkan ke<br />

tingkat lebih atas. Sebab data apa pun,<br />

termasuk qurban dan laporan lainlain,<br />

akan menentukan arah kebijakan<br />

pemerintah, dan potret sebuah<br />

masyarakat. Membangun tanpa data<br />

itu si-sia,” tutup KUA Kec. Mesjid<br />

Raya, (Krueng Raya) Aceh Besar, Tgk.<br />

M. Nasir, M.Ag, yang juga putra asli<br />

Matang Peusangan itu. n<br />

7


Laporan Utama<br />

Drs. Ridwan Qari, Kabid Urais Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Kesadaran Kolektif, bukan Ego Sektoral<br />

Mencermati tingginya semangat<br />

berkurban dari masyarakat, perlukah<br />

Kemenag mengelola qurban ini?<br />

Kita pikir pengelolaan ini perlu. Sebab<br />

qurban selama ini hanya kita tunaikan<br />

mungkin di kantor, masjid, meunasah, atau<br />

lembaga lain, yang dagingnya hanya untuk<br />

orang kantor sendiri, kampung sendiri, tapi<br />

untuk orang kampung lain, selain kampung<br />

orang yang berkurban, seakan hubungan<br />

itu terputus. Di sini ada hal yang terpilah.<br />

Padahal meskipun dilakukan di kantor,<br />

di kampung kita di sini, ada hak untuk<br />

orang kampung asal orang yang berkurban.<br />

Jika qurban sudah banyak, saya rasa perlu<br />

dikelola.<br />

Perintah, “Kuluu waddakhiruu watashaddaquu,<br />

itu ada tiga segmen pendistribusian<br />

qurban. Kita buat tiga prioritas, dan ini perlu<br />

koordinasi. Porsinya, ahli bait 1/3, kerabat<br />

1/3 (jadi tetangga yang kaya pun boleh<br />

menikmati qurban), dan yang penting 1/3<br />

untuk fakir dan miskin. Yusuf Al-Qardhawy<br />

pernah khutbahkan, kalau orang miskin<br />

banyak, jangan kasih 1/3, sebab porsi<br />

itu akan sedikit bagiannya. Jika mereka<br />

sedikit jumlah, baru boleh kita berikan<br />

1/3, sehingga mereka mendapat jatah yang<br />

besar.<br />

Kemenag punya wewenang untuk<br />

ini?<br />

Kemenag punya kewenangan, walau<br />

selama ini belum berjalan. Kita punya<br />

sejenis blanko F, yaltu format laporanlaporan<br />

yang di antara data qurban itu.<br />

Sekarang, dari input data, jika kita baca<br />

dari <strong>Prov</strong>insi Aceh, belum bisa diukur dan<br />

terukur datanya, walaupun bersyiar sekali<br />

di tengah masyarakat.<br />

Selama ini qurban terkesan dikelola<br />

masing-masing, langkah apa yang perlu<br />

kita ambil?<br />

Menyongsong tahun baru 2012/1433<br />

H, kita sampaikan pada Kemenag kabupten/<br />

kota, untuk membangun kesadaran kolektif,<br />

bukan hanya sektoral, bukan egosektoral.<br />

Di Arab Saudi misalnya, qurban bukan<br />

hanya untuk orang miskin di Arab, tapi<br />

didistribusikan hingga melampua batasbatas<br />

negara. Kita juga berkoordinasi dengan<br />

MPU, Dinas Syariat, dan lainnya, dalam<br />

pengelolaan qurban itu, selain zakat dan<br />

8 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

wakaf. Koordinasi dengan MPU mungkin<br />

ada hambatan, yang seharusnya mereka<br />

juga besuara yang sama untuk pengelolaan<br />

ini.<br />

Kita dapat informasi, masyarakat<br />

keberatan jika qurban dikelola seperti<br />

itu, gejala apa ini?<br />

Itulah sektoral, egosektoral orang kita.<br />

Orang Islam, padahal “kajasadil waahid”,<br />

kayak satu tubuh. Aspek ini seperti belum<br />

mendapat perhatian kuat dari umat.<br />

Dianggap qurban itu hak kampung kita,<br />

padahal mestinya, bagaimana itu menjadi<br />

kesadaran kolektif. Jangan bertumpuk<br />

di satu kampung, padahal kampung itu<br />

sejahtera dan kaya. Konsep bertetangga<br />

dalam ayat “waljaridzil junubi, wajaridzil<br />

qurba” itu perlu perhatian, itu kesatuan<br />

Islam, bukan hanya tetangga sekampung.<br />

Perangkat KUA, Penyuluh PNS dan<br />

non PNS, mungkin bisa membantu<br />

sosialisasikan ini?<br />

Ini salah satu tugas Binmas Islam.<br />

Dalam konteks wilayah, ada Penamas dan<br />

Urais. Imam juga bisa kita jadikan saluran<br />

pemahaman, bagaimana semangat qurban<br />

dikelola dengan bagus. Lewat majelis<br />

taklim, pesan itu juga bisa. Kurikulum<br />

untuk penyuluh juga sdudah ada ke arah<br />

itu. Tinggal bagaimana memberi stressing,<br />

bagian terpenting, yang selama ini masih<br />

terbatas.<br />

Pesan Anda kepada jajaran Kemenag<br />

seluruh Aceh!<br />

Syariat Islam itu membawa keadilan.<br />

Bagaimana jika orang miskin tetap begitu,<br />

lalu kita bilang bersyariat. Wawasan<br />

bersyariat harus luas, dan tidak kaku. Jangan<br />

kita bertanggung jawab hanya untuk sektor<br />

kita sendiri. Kita yang terbaik, yang banyak<br />

memberi manfaat. Juga bagaimana kampung,<br />

kecamatan, kabupaten bisa bermanfaat<br />

banyak bagi kampung, kecamatan, dan<br />

kabupaten lainnya. Walaupun jabatan kita<br />

bukan penyuluh, tapi tiap hari kita bisa<br />

menyuluh. Konon lagi ramai penyuluh non<br />

PNS kita, yang jika pesan humanisme ini<br />

bisa kita sampaikan, misi Islam akan jalan<br />

sempurna. nmulyadi nurdin/yyy


Misi dan instruksi ibadah qurban<br />

memuat dua esensi: spiritual dan sosial<br />

yang tinggi. Aspek spiritual penyembelihan<br />

itu mencakup keikhlasan, kepatuhan, dan<br />

ketaatan. Sisi sosial ibadah qurban meliputi<br />

kepekaan dan kepedulian sosial dengan<br />

membagi-bagi daging hewan pada fakir dan<br />

miskin. Karena ada aspek kepatuhan atau<br />

loyalitas pada perintah Allah itulah, maka<br />

semangat menkonversikan (menukar)<br />

sembelihan qurban dengan materi lain,<br />

jadi kurang tepat.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA, Dosen Pascasarjana IAIN Ar-Raniry<br />

Loyalitas dan Syiar Meriah<br />

Nabi Ibrahim as saja tidak mengganti<br />

‘leher’ anaknya Ismail as dengan objek lain.<br />

Hanya malaikat, lewat titah Allah saja yang<br />

menggantikan ‘leher’ itu dengan hewan,<br />

dan qurban tetap sejenis hewan masa<br />

Rasulullah Saw, hingga hari kiamat. Nilai<br />

syiar inilah yang mesti juga dipertahankan<br />

seiring dengan substansi dari ibadah qurban<br />

(kepatuhan loyalitas pada perintah). Maka<br />

jika meriah pengumuman dan takbiran<br />

saat ritual penyembelihan, itu ada baik<br />

juga. Islam itu menyeimbangkan substansi<br />

dan syiar.<br />

Kemampuan berqurban memang<br />

diwajibkan atas siapa saja, selain fakir<br />

miskin. Sebab fakir miskin itu sasaran<br />

pembagian daging qurban. Tapi bukan<br />

fakir miskin dalam standar PNS kita yang<br />

terlanjur ambil kredit, lalu morat marit<br />

sepanjang bulan. Walaupun ada kredit,<br />

atau dililit hutang, tapi itu bukan bermakna<br />

miskin. Selama ada kelapangan sampai hari<br />

raya, silakan menyembelih qurban, walau<br />

kredit di sana-sini. nyakub<br />

9


Laporan Utama<br />

Tgk. H. Imam Syuja’, Tokoh Muhammadiyah Aceh<br />

Usai Dzulhijjah Tetap Mekar<br />

Di antara hikmah ibadah qurban<br />

ialah mengendalikan nafsu hewaniah<br />

kita. Muaranya akan menjelma menjadi<br />

insan yang takwa. Berlawanan dengan<br />

jiwa yang takwa, dalam diri kita juga<br />

subur dorongan mendurhakai (fujur). Fa<br />

alhamaha fujuraha wa taqwaha, firman<br />

Allah SWt dalam Surat Asy-Syams ayat<br />

8. Diilhamkan (dianugerahkan) kita<br />

jalan kedurhakaan dan ketakwaan. Qad<br />

aflaha manzakkaha (QS. Asy-Syams: 9),<br />

sungguh beruntung kita yang memilih<br />

jalan penyucian.<br />

Qurban salah satu media penyucian<br />

Sering qurban yang diijabqabulkan<br />

masyarakat pada panitia atau orang tua<br />

kampung, lengkap dengan porsi dan nama<br />

orang yang bakal menerima. Anehnya,<br />

jatah untuk kerabat dan tetangga yang<br />

berkurban, sampai separuh hewan<br />

qurban, atau bahkan lebih. Padahal yang<br />

itu. Qurban akan meminimalisir perangai<br />

kebinatangan kita. Qurban selama<br />

Dzulhijjah, ajang merevitalisasi semangat<br />

memberi dan berbagi. Efek berbagi dan<br />

peduli tetap kelihatan seusai Hari Raya dan<br />

Tasyriq itu.<br />

Sosialisme yang dipesankan lewat<br />

qurban bukan cuma musim haji, bulan<br />

Dzulhijjah, melainkan seterusnya. Bulan<br />

ke 12 dalam tahun Hijriah itu, memupuk<br />

kembali solidaritas sosial kita, dan usai<br />

itu sikap tolong menolong dan bantu<br />

membantu itu tetap mekar, merekah.<br />

nyakub<br />

Tgk. H. M. Yahya Lahen,<br />

Tuha Peuet Grong-Grong (Krueng), Kemukiman Beuracan, Meureudu, Pidie Jaya<br />

Kadang Panitia Hanya Tukang Potong<br />

dikurbankan hanya kambing. Di sini<br />

memberi kesan, seakan-akan panitia hanya<br />

tukang potong qurban mereka. Jika begini,<br />

bagus sembelih saja dan bagi-bagi sendiri<br />

hewan ternak itu di halaman rumahnya.<br />

Mestinya padahal, hewan yang<br />

dihimpun panitia, dipotong sama-sama,<br />

baik kambing (biri-biri) maupun kerbau<br />

(lembu), lantas panitia yang mengatur<br />

pembagian, tentu menurut data calon<br />

penerima dari tiap-tiap gampong, jika<br />

penyembelihan itu di tingkat kemukiman.<br />

Kalau penyembelihan di tingkat gampong,<br />

justru lebih mudah lagi mengantar ke<br />

alamat, sebab lingkup distribusi lebih<br />

kecil. Jadi mestinya jangan sampai yang<br />

berkurban banyak mengatur pembagian,<br />

walaupun memang boleh sampai sepertiga,<br />

jatah untuk dibawa pulang. Tapi panitia<br />

juga jangan dijadikan cuma tukang potong<br />

kambing kita, di saat mereka juga mau<br />

berlebaran, sebagaimana pemiliki qurban.<br />

Hikmah lainnya, jika qurban kita dipotong<br />

bersamaan dengan hewan orang lain,<br />

walaupun sama-sama kambing atau samasama<br />

lembu ialah, agar yang berkurban<br />

menjadi boleh memakan alakadar dagingnya<br />

(ini kasus qurban nazar yang haram<br />

pemilik memakannya). Sebab sudah ber-<br />

10 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

campur baur dagingnya dengan daging<br />

qurban yang lain. Kemungkinan boleh makan<br />

kembali daging qurban, ini menurut<br />

beberapa pendapat. Sebab siapa tahu qurban<br />

itu bukan lagi sunnat muakkad atau<br />

sunnat kifayah, tapi sudah wajib (nazar),<br />

yang menurut beberapa pendapat ulama,<br />

dengan lafal tertentu, seperti mengatakan<br />

“lembu ini akan saya kurbankan lebaran<br />

ini,” jadilah ia nazar, yang haram dimakan<br />

daingnya buat diri sendiri.<br />

Maka ada pendapat, bagus jangan<br />

suka menanyai seseorang yang menuntun<br />

hewan, mau diapakan dia. Sebab dia biasa<br />

akan menjawab, buat qurban, dijual, atau<br />

lainnya. Juga bagi yang membawa hewan,<br />

jika memang mau dikurbankan, jangan<br />

suka berkomentar ini dan itu. Baik diam<br />

saja. Sebab salah-salah omong, qurban<br />

yang sunnat muakkad atau ‘wajib’, jadi<br />

qurban nazar, menurut sebagian kalangan<br />

ulama, dengan lafal seperti di atas. Tak<br />

boleh tanya dan jawab ini, tentu merujuk<br />

pada kisah Ibrahim yang merencanakan<br />

akan ‘koh takue’ Ismail, yang tak satu<br />

pun manusia tahu waktu itu, kecuali Siti<br />

Hajar, itupun bukan suaminya yang kasih<br />

tahu, tapi (mungkin) setan. Wallahu a'lam<br />

nyakub


Semangat anak sekolah yang<br />

patungan, kolektif, mengumpulkan uang<br />

sedikit demi sedikit, untuk membeli<br />

hewan qurban, itu sangat mulia. Ajakan<br />

itu sangat bagus, di samping untuk<br />

mengajarkan kepedulian dan solidaritas<br />

sesama, juga mewariskan nilai-nilai<br />

Usia shalat Idul Adha, 10 Dzulhijjah,<br />

qurban biasa segera diproses dan<br />

didistribusikan panitia. Paling telat<br />

penyembelihan hewan ditunaikan<br />

pada esoknya, hari pertama Tasyriq, 11<br />

Dzulhijjah. Lantaran cepat disembelih,<br />

dicin-cang lalu ditumpuk, cepat pula<br />

dibagikan pada penerima. Kita tidak<br />

bisa tahu dengan jelas sekali, siapa<br />

saja yang dapat. Atau siapa warga yang<br />

berhak menerima, justru mereka belum<br />

(banyak) dapat. Sebab memang sasaran<br />

qurban itu, catatan khusus keluarga yang<br />

menyembelih atau panatia gampong.<br />

Kadangkala, jangankan data si penerima,<br />

hewan apa dan atas nama siapa saja,<br />

juga lambat kita terima. Walaupun kita<br />

sudah minta dan menelepon berkali-kali.<br />

Padahal kita sudah membagikan blangko<br />

laporan qurban jauh-jauh hari, pada awal<br />

Dzulhijjah. Jadi cepatnya pembagian tidak<br />

diiringi dengan cepatnya data qurban<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

Tgk. H. Syukri Daud, BA,<br />

Pengasuh Mata Kuliah Fiqh, Halaqah Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh<br />

Sendiri Bagus, Patungan Silakan<br />

berkurban pada generasi Islam. Tapi<br />

jangan disalahpahami oleh walimurid,<br />

seakan ada paksaan dari sekolah untuk<br />

amal itu. Ibadah jangan ada kesan dipaksa<br />

dan memaksa. Ada riwayat, Ibnu Abbas<br />

ra. pada suatu musim qurban tidak<br />

menyembelih satu hewan, tapi membeli<br />

daging untuk selanjutnya dikurbankan.<br />

Atas dasar itu, maka diperkenankan<br />

kita berkurban ramai-ramai menurut<br />

kemampuan, meskipun belum sampai<br />

satu ekor hewan per pribadi.<br />

Bagi yang mampu, dari isyarat hadits<br />

Nabi Saw, itu wajib. Apalagi ada perintah<br />

dalam Surat Al-Kautsar. Hukum qurban,<br />

menurut ulama lain bisa sunnat muakkad,<br />

juga bisa sunnat kifayah. Artinya jika<br />

satu orang dalam sebuah keluarga sudah<br />

menyebelih qurban, maka memadailah<br />

untuk anggota keluarga yang lain.<br />

Nabi sendiri pernah mengurbankan<br />

M. Nasir, M.Ag, Kepala KUA Kec. Mesjid Raya Kab. Aceh Besar<br />

Sembelih Cepat, Laporan Lambat<br />

disampaikan pada KUA Kecamatan.<br />

Keterlambatan itu, mungkin, karena<br />

usai pemotongan hewan itu, masyarakat<br />

bersama tokoh kampung disibukkan<br />

dengan agenda lebaran. Jadilah laporan<br />

qurban dilafalkan oleh imam atau geuchik<br />

berbarengan dengan pelaksanaan nikah<br />

di sebuah kampung. Akhirnya data yang<br />

disampaikan KUA ke Kantor Kemenag<br />

Kabupaten/Kota juga ada yang sudah<br />

berselang bulan Hari Raya Qurban.<br />

Data itu penting untuk kita lapor<br />

dan direkap di tingkat kabupaten/kota.<br />

Selanjutnya akan dikirim ke provinsi, dan<br />

harus cepat. Namun sekali lagi, setiap data<br />

diminta oleh Kemenag kabupaten, kita di<br />

KUA Kecamatan sering terbentur pada data<br />

yang belum sepenuhnya masuk ke KUA.<br />

Ini salah satu ragam data tingkat desa yang<br />

sering tidak bisa diinput, sekaligus dan<br />

sempurna, oleh setiap KUA Kecamatan.<br />

Padahal kebijakan pemerintah akan tepat,<br />

jika selalu didasarkan pada data yang valid.<br />

Data seperti jumlah santri dayah, waqaf,<br />

dua ekor kambing. Satu diisyaratkan<br />

untuk ummat ini, satu lagi untuk<br />

keluarga beliau. Keluarga Nabi yang<br />

dimaksud, saat itu ada 19 orang (11<br />

istri dan sembilan anak). Namun di<br />

saat yang lain, Nabi berkurban hingga<br />

100 ekor unta, saat Haji Wada’. Jadi<br />

bagus sendirian, mulia juga jika kolektif,<br />

qurban ‘berjamaah’.<br />

Daging qurban dibagi menurut porsi:<br />

sepertiga untuk yang memiliki, jika ia<br />

mau memakannya sebanyak itu; sepertiga<br />

untuk fakir miskin, dan sepertiga lagi buat<br />

karib kerabat. Ini penting diingat, sebab<br />

qurban untuk menjalin silaturrahim dan<br />

mempererat ukhuwah. Jadi bukan dibagi<br />

rata untuk semua warga, atau tumpukan<br />

dikalkulasikan buat sesama panitia.<br />

Apalagi belum apa-apa, sudah adah jatahjatahan,<br />

bukan demikian sunnah qurban.<br />

nyakub<br />

zakat mal, fitrah, atau qurban, di samping<br />

untuk syiar Islam, juga untuk pembangunan<br />

ummat. nyakub<br />

11


Laporan Khusus<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Kakanwil Kemenag Aceh<br />

Melanjutkan Keberhasilan<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh, Drs.<br />

H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd menegaskan<br />

bahwa dirinya akan<br />

melanjutkan keberhasilan<br />

yang sudah<br />

dicapai oleh pimpinansebelumnya.<br />

Menurutnya<br />

semua program<br />

yang sudah berjalan<br />

akan dipertahankan<br />

selama bermanfaat<br />

bagi<br />

masyarakat.<br />

“Semua kita<br />

ingin kebaikan<br />

bagi masyarakat,<br />

selama program itu<br />

bermanfaat akan kita<br />

lanjutkan,” ujar<br />

Kakanwil kepada<br />

<strong>Santunan</strong>,<br />

Rabu (2/11/<strong>2011</strong>).<br />

Ketika ditanya langkah apa<br />

saja yang akan dilakukan<br />

ke depan, Kakanwil<br />

menyebutkan bahwa<br />

ia akan membangun<br />

suasana kerja yang<br />

akrab dan penuh kekeluargaan.<br />

“Kita tidak hanya<br />

bicara disiplin,<br />

tetapi bagaimana<br />

membangun hubungan<br />

kerja<br />

yang akrab antara<br />

pimpinan dan<br />

bawahan, supaya<br />

semua merasa bagai<br />

keluarga dan<br />

tidak ada jurang<br />

pemisah,” tambahnya.<br />

Menurutnya, beban<br />

kerja pegawai sangat berat<br />

sehingga tidak boleh<br />

dibebani lagi<br />

d e n g a n<br />

12 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

tekanan yang berlebihan, tetapi<br />

harus dibangun komunikasi yang<br />

sejuk dan akrab.<br />

“Saya inginkan supaya semua<br />

pegawai di Kanwil Kemenag Aceh<br />

dapat memanfaatkan mushalla yang<br />

ada untuk menjalin keakraban, di<br />

sana kita bisa santai dan berbaur<br />

usai shalat,” tambahnya.<br />

Selanjutnya Kakanwil juga<br />

menegaskan bahwa dirinya tidak<br />

akan bergaya ekslusif dan terlalu<br />

formal dalam memimpin, tapi lebih<br />

ditekankan pada keteladanan.<br />

“Saya tidak akan mengubah<br />

gaya Saya, Saya ingin tetap akrab<br />

dengan semua pegawai. Kalau ingin<br />

pegawai disiplin saya akan datang<br />

ke kantor lebih awal dari mereka,<br />

sehingga terbangun keteladan yang<br />

baik,” jelasnya.<br />

Dalam merancang program ia<br />

akan berusaha menjaring aspirasi<br />

dari bawah, termasuk dari staf,<br />

karena menurutnya, banyak staf<br />

yang memiliki usulan program yang<br />

bagus tapi belum tergali dengan<br />

maksimal.<br />

“Semua kegiatan akan melibatkan<br />

staf dalam implementasinya,<br />

untuk itu mereka harus dilibatkan<br />

sejak perencanaan supaya ada rasa<br />

memiliki nantinya,” tegasnya.<br />

Selanjutnya ia menginginkan<br />

supaya semua pegawai jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di seluruh<br />

Aceh dapat bekerja secara<br />

profesional dan amanah.<br />

“Dalam bekerja kita harus<br />

profesional, kalau perlu<br />

menikmati kerja tersebut<br />

sehingga tidak menjadi<br />

beban,” pungkasnya. n<br />

mulyadi nurdin


<strong>Santunan</strong> - Jakarta. Bertempat<br />

di Oproom <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI,<br />

Senin (24/10), Menteri <strong>Agama</strong> RI. Drs.<br />

H. Suryadharma Ali, M.Si, melantik<br />

dan mengambil Drs. H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd sebagai Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />

Di samping Drs. H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd, Menag RI juga melantik satu<br />

orang pejabat eselon satu di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Pusat dan lima orang pejabat<br />

eselon dua sebagai Kakanwil pada<br />

sejumlah <strong>Prov</strong>insi.<br />

Para pejabat yang dilantik Menag<br />

adalah Direktur Pengelolaan Dana Haji,<br />

Drs. H. Syariful Mahya Bandar, M.AP,<br />

menggantikan Drs. H. Ahmad Djunaidi<br />

MBA yang memasuki masa pensiun.<br />

Drs. Ismail Usman sebagai Kakanwil<br />

Sumatera Barat menggantikan Drs. H.<br />

Darwas. Drs. H. Abd. Rahim, M.Hum.<br />

yang sebelumnya Kakankemenag Kota<br />

Medan, dilantik sebagai Kakanwil<br />

Sumatera Utara. Drs. H. Handarlin H.<br />

Umar dilantik sebagai Kakanwil Kemenag<br />

<strong>Prov</strong>insi Kepulauan Riau menggantikan<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Laporan Khusus<br />

Menag RI Lantik Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd.<br />

Drs. H. Razali. Kakankemenag Sulawesi<br />

Selatan yang baru, Drs. H. M. Gazali<br />

Sayuti M.Hi menggantikan Drs. H. Hamka<br />

M.Ag. Juga Kakanwil Bangka Belitung<br />

Prof. DR. Hatamar, M.Ag menggantikan<br />

Drs. H. Herman Faizuddin MH.<br />

Menag RI dalam sambutannya mengatakan<br />

kepada pejabat yang dilantik<br />

untuk menghargai hasil kerja pejabat<br />

terdahulu, melanjutkan apa yang sudah<br />

baik dan menyempurnakan apa yang<br />

dirasa kurang. ”Dalam organisasi yang<br />

beretika dan lingkungan kerja yang berbasis<br />

pada sistem yang dinamis adalah<br />

merupakan kewajiban bagi setiap pejabat<br />

baru untuk menghargai hasil kerja<br />

pejabat terdahulu dan kemudian melanjutkan<br />

apa yang sudah baik, melakukan<br />

penyempurnaan dan peningkatan seiring<br />

dengan tantangan dan permasalahan<br />

aktual yang muncul,” ujar Menag.<br />

Menag percaya, jika seluruh pejabat<br />

di lingkungan <strong>Kementerian</strong> yang<br />

dipimpinnya memiliki integritas, loyalitas<br />

dan totalitas dalam bekerja maka<br />

peran yang dilakukan akan memiliki<br />

nilai signifikan di mata masyarakat.<br />

Karena menurut Menag, peran yang<br />

dijalankan oleh jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> bukanlah peran pinggiran, dan<br />

oleh karena itu kualitas pejabat dan<br />

staf <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> tidak boleh<br />

sembarangan. ”Untuk itu promosi jabatan<br />

harus benar-benar selektif dan<br />

objektif,” kata Menag.<br />

Menag dalam kesempatan itu juga<br />

menanggapi keluhan berkait dengan<br />

belum singkronnya struktur organisasi<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat dan Daerah<br />

yang selama ini menimbulkan persoalan<br />

teknis dalam pelaksanaan anggaran dan<br />

kegiatan di daerah. ”Saya harap Sekretaris<br />

Jenderal untuk segera memfinalkan<br />

pembahasan struktur organisasi vertikal<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dengan <strong>Kementerian</strong><br />

Pendayagunaan Aparatur Negara<br />

dan Reformasi Birokrasi sehingga bisa<br />

ditetapkan pada tahun 2012 mendatang,”<br />

pinta Menag dihadapan Wakil<br />

Menag RI dan sejumlah pejabat di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> RI yang menghadiri<br />

acara pelantikan tersebut. njun<br />

13


Ruang Hazawa<br />

Laporan Abdullah AR<br />

Haji Oke, Hamil Tunda Dulu<br />

Ada apa dengan fenomena orang<br />

hamil dilarang naik haji. <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> sepertinya mengada-ada dalam<br />

hal ini. Bukankah naik haji merupakan<br />

amalan yang diwajibkan; sedangkan<br />

hamil juga anugerah Allah, Rabb<br />

semesta alam? Lalu kenapa ada jamaah<br />

haji yang hamil dibenarkan naik haji;<br />

sedangkan pada waktu bersamaan ada<br />

jamaah haji yang lain yang juga hamil,<br />

tapi panitia penyelenggara ibadah<br />

haji menolak memberangkatkannya,<br />

bahkan terkesan tidak toleransi.<br />

Pernyataan dan pertanyaan serupa<br />

kerap terdengar di musim haji.<br />

Sedih bercampur haru memang. Dapat<br />

dibayangkan seseorang yang sudah<br />

dalam kondisi siap berangkat menunaikan<br />

ibadah haji, lalu harus membatalkan<br />

niatnya secara mengejutkan<br />

disebabkan kehamilannya. Dalam kondisi<br />

semacam ini sangat dimungkinkan<br />

orang akan sangat mudah terprovokasi,<br />

gampang dihasut, marah, dan jengkel.<br />

Tetapi benarkah Kemenag <strong>Agama</strong> sudah<br />

setega, ‘sekejam’, dan tidak toleransi?<br />

Ataukah ada aturan tersendiri<br />

yang harus ditaati oleh Kemenag, sehingga<br />

menjadi dasar pijakan untuk<br />

membolehkan dan melarang seseorang<br />

menunaikan ibadah haji?<br />

Bila dicermati dengan sungguhsungguh,<br />

UU Nomor 13 tahun 2008<br />

tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,<br />

kewajiban pemerintah memberikan<br />

Pembinaan, Pelayanan, dan Perlindungan<br />

dengan menyediakan fasilitas,<br />

kemudahan, keamanan, dan kenyamanan<br />

yang diperlukan oleh setiap<br />

warga negara yang menunaikan ibadah<br />

haji, hatta terhadap wanita hamil<br />

pun tetap diberikan kesempatan menunaikan<br />

rukun Islam kelima itu.<br />

Terhadap wanita hamil, demi keselamatan,<br />

keamanan, dan kemaslahatan,<br />

pemerintah dengan sangat hati-hati<br />

telah menentukan kriteria bagi calon<br />

wanita sesuai dengan kemampuan ke-<br />

14 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

hamilannya. Sebagaimana tertuang<br />

dalam Keputusan Bersama Menteri<br />

<strong>Agama</strong> dan Menteri Kesehatan<br />

dan Kesejahteraan Sosial Republik<br />

Indonesia Nomor 458 tahun 2000,<br />

Nomor 1652.A/Menkes-Kesos/SKB/<br />

XI/2000 tentang Calon Haji Wanita<br />

Hamil Untuk Melaksanakan Ibadah<br />

Haji.<br />

Intinya tidak ada larangan wanita<br />

hamil menunaikan ibadah haji, tapi<br />

terhadap wanita hamil dengan resiko<br />

tinggi yang apabila menunaikan ibadah<br />

haji dengan mobilitas yang tinggi dapat<br />

menimbulkan ancaman atau mudarat<br />

terhadap janin dan terancamnya<br />

nyawa ibu menurut analisa medis,<br />

tentu pemerintah, sesuai amanat UU<br />

berkewajiban mengaturnya dengan<br />

beberapa persyaratan khusus, seperti<br />

bahwa diizinkan bagi wanita hamil<br />

menunaikan ibadah haji apabila pada<br />

saat berangkat dari embarkasi usia<br />

kehamilannya mencapai sekurangkurangnya<br />

14 minggu dan sebanyakbanyaknya<br />

26 minggu.<br />

Dalam konteks, jumlah jamaah haji<br />

waiting list sudah demikian tinggi,<br />

bahkan mencapai di atas 10 tahun,<br />

dan kemuliaan seorang ibu yang<br />

sudah demikian rindu akan kehadiran<br />

buah hatinya, maka kesempatan menuaikan<br />

ibadah haji atau menunda<br />

keberangkatan akibat mengandung di<br />

luar ketentuan di atas tentu saja samasama<br />

merupakan anugerah dari Allah,<br />

Rabb semesta terhadap hamba yang<br />

dicintai-Nya. Oleh karena itu kearifan<br />

kita menerjemahkan dua anugerah<br />

Allah pada saat yang bersamaan juga<br />

merupakan bagian dari nikmat Allah<br />

yang perlu disyukuri. n


Ruang Pekapontren<br />

Laporan Zarkasyi<br />

Dayah Jangan Andalkan Bantuan<br />

Perjalanan monitoring ke Gayo Lues,<br />

meninggalkan kesan mendalam, baik<br />

perjalanannya maupun saat meninjau<br />

pesantren. Perjalanan melelahkan<br />

sembari menikmati indahnya alam<br />

dari Banda Aceh menuju Gayo Lues<br />

ditempuh selama 14 Jam. Berangkat<br />

jam 17.00 wib pada hari Ahad, tiba<br />

di Gayo Lues pada hari Senin pukul<br />

07.00 wib. Setelah sarapan pagi, saya<br />

segera menuju penginapan di Hotel<br />

Sarah Juli.<br />

Selasa, 18 Oktober <strong>2011</strong>, saya<br />

ditemani Kasi Pekapontren-Penamas<br />

Gayo Lues, kami mengunjungi Pesantren<br />

Al-Hasyimiyah Al-Munawarah Kampung<br />

Lempuh Kecamatan Blangkejeren yang<br />

terletak kurang lebih 3 kilometer<br />

dari kota Blang Keujeren. Tiba di<br />

pesantren, terlihat sebuah bangunan<br />

dengan kontruksi papan sederhana<br />

dua lantai, serta satu unit bangunan<br />

permanen dan tempat wudhu’ yang<br />

amat sederhana, diperindah dengan<br />

suasana alam pengunungan yang asri.<br />

Kami disambut oleh seorang kakek<br />

yang sedang membersihkan tempat<br />

wudhu’, serta beberapa orang santri<br />

yang hanya menyaksikan kami di<br />

lantai dua bangunan berkontruksi<br />

kayu. Pak Ibrahim dan kakek terlibat<br />

perbincangan dengan bahasa Alas,<br />

saya pun tidak paham apa yang mereka<br />

perbincangkan.<br />

Dipersilahkan masuk, kami segera<br />

menuju lantai dua bangunan yang<br />

berkontruksi kayu. Meski tempat<br />

sederhana, namun para santri tetap<br />

semangat, wajah cerah dan senyum<br />

merekah terlihat di raut wajah<br />

mereka, terutama saat Pak Ibrahim<br />

menyapa mereka dengan bahasa ibu,<br />

mereka hanya tersenyum, tak terlihat<br />

menderita meski mereka tinggal<br />

di pesantren yang amat sederhana,<br />

senyum simpul selalu cerah di wajah<br />

mereka, meski diantara mereka ada<br />

yang tidak menamatkan SD.<br />

Saya sangat tercengang melihat<br />

lokasi pesantren yang begitu luas, serta<br />

ditanami dengan tanaman palawija.<br />

Pikiran saya mulai menerawang,<br />

membayangkan potensi pertanian<br />

pesantren ini, tentu luar biasa jika<br />

dikembangkan, pesantren tentu<br />

akan menjadi mata ie perkembangan<br />

ekonomi. Pesantren akan mandiri<br />

dengan pengembangan potensinya<br />

itu, mungkin bantuan yang selama ini<br />

diharapkan tidak akan menjadi prioritas.<br />

Namun, saya pun balik bertanya dalam<br />

hati sendiri, bagaimana memberi<br />

modal untuk memulai pengembangan<br />

ini, apa harus mengandalkan dari<br />

pemerintah atau harus ada orang tua<br />

asuh yang memberikan bantuan untuk<br />

modal pengembangan.<br />

Memang, tudingan miring dialamatkan<br />

ke Pesantren di Aceh, pesantren<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

hanya mengandalkan bantuan, katanya<br />

hidup dengan bantuan. Namun,<br />

tudingan itu tidak selamanya benar,<br />

buktinya masih ada pesantren yang<br />

mampu mengembangkan potensi yang<br />

akan menjadi aset pesantren, bahkan<br />

ada pesantren yang menolak bantuan<br />

dari pihak luar. Persoalan sekarang,<br />

bagaimana potensi wilayah mampu<br />

dikembangkan menjadi potensi<br />

pesantren, pesantren yang berada di<br />

wilayah pesisir hendaknya mampu<br />

menjadikan potensi daerahnya untuk<br />

pengembangan pesantren, begitu pula<br />

daerah subur di dataran tinggi mampu<br />

mengembangkan kesuburannya<br />

menjadi “alat penyubur” pesantren,<br />

pesantren diharapkan juga subur<br />

sebagaimana suburnya wilayah.<br />

Akhirul kisah dan harap, bahwa<br />

pesantren tidak lagi menjadi institusi<br />

yang dituding mengandalkan bantuan,<br />

pemerintah tidak lagi membeli<br />

ikan, tetapi membeli pancing atau<br />

menyediakan tambak ikan. Semoga!n<br />

15


Ruang Urais<br />

Laporan Alfirdaus Putra<br />

Monitoring dan Evaluasi Administrasi KUA<br />

Kepada para kepala KUA se <strong>Prov</strong>insi<br />

Aceh diajak untuk menyempurnakan<br />

administrasi KUA kecamatan dalam<br />

rangka modernitas pelayanan KUA,<br />

sebagai salah satu syarat good<br />

governence. Hal ini disampaikan T.<br />

Ahmad, S.Ag, Kasi Kepenghuluan<br />

Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh,<br />

salah seorang dari Tim Monitoring<br />

KUA Kecamatan pada <strong>Santunan</strong>, usai<br />

kegiatan monitoring di lingkungan Urais<br />

beberapa Kabupaten/Kota di pantai<br />

timur Aceh.<br />

Tim Monitoring mulai melaksanakan<br />

tugasnya mulai hari Senin (9/10) di<br />

Kota Lhokseumawe. Dilanjutkan ke<br />

Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten<br />

Bireuen, dan di Kabupaten Pidie 14<br />

Oktober <strong>2011</strong>. Bulan sebelumnya<br />

monitoring juga telah dilakukan di<br />

Kabupaten Aceh Tamiang dan sebagian<br />

Kabupaten di wilayah pantai barat.<br />

Monitoring yang dilakukan dengan<br />

cara mengambil sampel beberapa<br />

KUA di setiap Kabupaten/Kota yang<br />

dikunjungi ini bertujuan untuk<br />

perbaikan administrasi perkantoran<br />

dan peningkatan kinerja KUA<br />

Kecamatan. Selain dari pada itu juga<br />

untuk menyamakan tata cara pengisian<br />

dan penggunaan formulir nikah rujuk<br />

yang baru sesuai dengan petunjuk<br />

dari Direktur Urusan <strong>Agama</strong> Islam<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI.<br />

Monitoring kali ini dilaksanakan<br />

sebagai tindak lanjut hasil audit<br />

Inpektorat Jenderal Kemenag RI,l 18-<br />

28 Maret <strong>2011</strong>. Menurut catatan<br />

Irjen Kemenag, sebagian besar KUA<br />

di <strong>Prov</strong>insi Aceh perlu berbenah<br />

dalam masalah administrasi. Hal<br />

itu meliputi belum berjalannya KIS<br />

sehingga terkesan egosektoral, sistem<br />

pengendalian internal belum berjalan,<br />

dan pembinaan/pemeriksaan triwulan<br />

masih belum sepenuhnya berjalan,<br />

sehingga terdapat beberapa daerah<br />

yang keabsahan akta nikah sebagai akta<br />

masih diragukan, sebut tim audit Irjen<br />

Kemenag RI dalam laporan tertulisnya.<br />

Bertolak dari hasil audit tersebut,<br />

Kabid Urusan <strong>Agama</strong> Islam mengambil<br />

kebijaksanaan untuk melakukan<br />

monitoring sebagai bentuk pembinaan<br />

bagi KUA. T. Ahmad menjelaskan,<br />

terdapat beberapa perbaikan mendasar<br />

yang harus diperhatikan oleh KUA<br />

dalam rangka peningkatan kualitas<br />

KUA ke depan, Standar Operasional<br />

Prosedur (SOP) KUA menjadi prioritas<br />

utama yang harus disediakan oleh KUA.<br />

Sehingga masyarakat memperoleh<br />

kepastian tentang pelayanan yang<br />

diperoleh di KUA serta waktu yang<br />

harus ditempuh untuk memperoleh<br />

pelayanan. DATA sebagai sumber DANA<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

belum sempurna dilengkapi oleh KUA<br />

sebagai ujung tombak <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> di kecamatan. Sehingga data<br />

yang masuk ke Bidang Urais belum dapat<br />

dipertanggungjawabkan dengan baik,<br />

terutama data produk halal dan bebrapa<br />

data lainnya. Catatan tim monitoring<br />

juga menyebutkan bahwa hampir 60%<br />

KUA masih belum sempurna mengisi<br />

buku stok serta administrasi nikah<br />

rujuk lainnya. Fonomena ini tidak<br />

hanya di KUA kecamatan, tetapi di<br />

beberapa seksi Urais Kabupaten/Kota.<br />

“KUA Kecamatan hendaknya mengikuti<br />

prosedur sebagaimana petunjuk dari<br />

<strong>Kementerian</strong> agama RI bukan turun<br />

temurun dari atasan dan pimpinan<br />

sebelumnya,” harap T. Ahmad, yang<br />

telah lama melintang di KUA dan di<br />

Seksi Urais Kabupaten Pidie sebelum<br />

menjadi Kasi Kepenghuluan Kanwil<br />

Kemenag Aceh.<br />

Dalam hal pembinaan keluarga<br />

sakinah di kecamatan, tim monitoring<br />

berterima kasih pada seluruh KUA<br />

yang telah melakukan pembinaan yang<br />

berkelanjutan. Namun diharapkan<br />

legalitas pembinaan dalam bentuk SK<br />

sangat dibutuhkan dalam manajemen<br />

perkantoran yang baik. Dalam masalah<br />

administrasi keuangan, keterbukaan<br />

internal hendaknya menjadi perhatian<br />

Kepala KUA ditunjang pemakaian<br />

anggaran yang tepat guna serta<br />

pelaporan keuangan yang akuntabel,<br />

sehingga tidak menjadi temuan dalam<br />

berbagai pemeriksaan nantinya.<br />

“Apresiasi yang tinggi diberikan<br />

kepada hampir seluruh KUA Kecamatan<br />

terhadap pelayanan masyarakat<br />

yang semakin menunjukkan grafik<br />

menanjak. Hal ini dapat dilihat dari<br />

tingkat kepuasan masyarakat sekitar<br />

terhadap pelayanaan KUA Kecamatan,”<br />

puji T. Ahmad. “Pelayanan prima<br />

ini hendaknya tetap dipertahankan<br />

bahkan ditingkatkan, sebagai bentuk<br />

pengabdian bagi mayarakat, bangsa, dan<br />

agama tentunya.“ tutupnya kalem. n<br />

16


Ruang Penamas<br />

Laporan Azhar<br />

Orientasi Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> se-Sumatera, Jawa, dan Bali<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Republik<br />

Indonesia mengadakan Orientasi Tim<br />

Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> se-Sumatera, Jawa,<br />

dan Bali, Di Yogyakarta pada tanggal<br />

28 sampai 30 Oktober <strong>2011</strong>. Dari<br />

Aceh acara tersebut dihadiri oleh Kasi<br />

Penyuluhan, Azhar, S.Ag, Yasmaidar,<br />

Herlina Ningsih, keduanya staff pada<br />

Bidang Penamas Kanwil Kemenag<br />

Aceh.<br />

Dalam kegiatan tersebut dibahas<br />

Pengurus TPQ Plus Baiturrahman Banda Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

tentang Kebijakan Direktur Penais<br />

tentang Tugas Pokok Tim Penilai Angka<br />

Kredit yang disampaikan oleh Direktur<br />

Penerangan <strong>Agama</strong> Islam Kemenag<br />

RI, Kebijakan Teknis Kepala Kanwil<br />

Kemenag <strong>Prov</strong>insi DIY tentang Tim<br />

Penilai Angka Kredit Jafung Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong>, yang disampaikan Kepala<br />

Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. DIY, Teknik<br />

perhitungan angka kredit Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong>, yang disampaikan oleh Cecep<br />

Hilman, MA, Mekanisme pengusulan<br />

dan penetapan angka kredit Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong>, yang disampaikan oleh Kabid<br />

Penamas Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. DIY,<br />

dan sistem pelaporan tugas Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong>, oleh H. Lukman AS, SH, MM.<br />

Di akhir kegiatan juga diadakan<br />

diskusi kelompok yang menghasilkan<br />

berbagai rekomendasi untuk dijadikan<br />

bahan pertimbangan dalam mengambil<br />

kebijakan ke depan. n<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mengabdi sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Muhammad Yakub Yahya, M.Ag<br />

Direktur<br />

17


18<br />

Ruang KUB<br />

Kunjungan Silaturrahim<br />

Pemuka <strong>Agama</strong> Kaltim di Aceh<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Pemerintah<br />

Aceh, Minggu pagi (30/10) menerima<br />

kunjungan silaturrahim rombongan<br />

pemuka dan tokoh agama <strong>Prov</strong>insi<br />

Kalimantan Timur, bertempat<br />

di Gedung Serba Guna, Sekrteriat<br />

Daerah Aceh.<br />

Sebelumnya, rombongan yang<br />

dipimpin Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kalimantan Timur,<br />

Drs. H. M. Kusasi, M.Pd, dijemput di<br />

Bandara Sultan Iskandar Muda Banda<br />

Aceh oleh Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh dan<br />

sejumlah pejabat dari Pemerintahan<br />

Aceh.<br />

Dalam penjelasannya dihadapan<br />

Asisten II Pemerintah Aceh, Ir. Said<br />

Mustafa yang mewakili Gubernur Aceh,<br />

Muspida, Kakanwil Kemenag Aceh dan<br />

sejumlah pimpinan SKPA Pemerintahan<br />

Aceh, ketua rombongan mengatakan<br />

bahwa silaturrahim ini dimaksudkan<br />

untuk menambah wawasan keagamaan<br />

dan menggali permasalahan serta<br />

kendala yang dihadapi daerah, untuk<br />

dijadikan acuan dalam memperkuat<br />

kerukunan umat beragama di <strong>Prov</strong>insi<br />

Kaltim yang heterogen dan kaya akan<br />

potensi sumber daya alam.<br />

Sementara itu, Asisten II<br />

Pemerintah Aceh, Ir. Said Mustafa<br />

mengatakan bahwa antara Aceh dan<br />

Kaltim banyak kemiripan, baik itu adat<br />

istiadat, budaya, kultur masyarakat<br />

dan sama-sama daerah yang memiliki<br />

sumber daya alam yang melimpah,<br />

seperti minyak, gas alam, batu bara,<br />

hutan dan hasil perkebunan dan<br />

pertanian lainnya.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Kakanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan,<br />

M.Pd, dalam kesempatan itu<br />

juga menjelaskan tentang kondisi<br />

kehidupan umat beragam di <strong>Prov</strong>insi<br />

yang melaksanakan syariat Islam. ”Di<br />

Aceh dengan UU Nomor 11 tahun<br />

2006, diberikan kesempatan untuk<br />

melaksanakan syariat Islam, namun<br />

syariat Islam itu hanya diwajibkan<br />

kepada pemeluknya. Sementara<br />

umat non muslim tetap diberikan<br />

kesempatan untuk melaksanakan<br />

ajarannya sesuai dengan keyakinan yang<br />

dianut. Makanya, sepanjang sejarah<br />

Aceh, belum pernah terjadi konflik<br />

antar umat beragama. Alhamdulillah,<br />

suasana kerukunan hidup umat<br />

beragama di Aceh terjalin dengan baik<br />

dan harmonis,” ujar Kakanwil yang<br />

duduk di meja depan bersebelahan<br />

dengan Asisten II Pemerintah Aceh.<br />

Rombongan dari Kaltim tersebut<br />

terdiri dari pemuka agama, tokoh<br />

agama yang mewakili semua agama<br />

di Kaltim, pejabat Pemda Kaltim, dari<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dan staf Kantor<br />

Gubernur Kaltim.<br />

Selain bersilaturrahim, selama<br />

empat hari, rombongan ini<br />

berkesempatan mengunjungi tempattempat<br />

bersejarah di Banda Aceh, dan<br />

mengunjungi situs-situs gempa dan<br />

tsunami Aceh. Rombongan bertolak<br />

kembali ke Samarinda, Rabu (2/10) via<br />

Jakarta. njun


<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Ulama Peusijuek Kakanwil Kemenag Aceh<br />

<strong>Santunan</strong> - Banda Aceh. Ulama<br />

Kharismatik Aceh, Abu Tumin melakukan<br />

peusijuek Kepala kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh,<br />

Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd di Banda Aceh,<br />

Kamis (27/10). Ikut hadir dalam acara<br />

peusijuek tersebut sejumlah ulama<br />

dan tokoh masyarakat seperti, Tgk. H.<br />

Faisal Ali, Ketua PW NU Aceh, Waled<br />

Marhaban (Dayah Ashabul Yamin,<br />

Bakongan, Aceh Selatan), Ziauddin<br />

Ahmad, mantan Kepala Dinas Syariat<br />

Islam Aceh, Aiyub Ahmad mantan<br />

Kakankemenag Kota Banda Aceh, serta<br />

sejumlah perwakilan ulama lainnya.<br />

Menurut Aiyub Ahmad, yang<br />

dihubungi <strong>Santunan</strong> melalui telepon<br />

seluler, acara tersebut dilakukan dalam<br />

rangka mengucapkan selamat kepada<br />

Kakanwil Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

yang baru dilantik oleh Menteri <strong>Agama</strong><br />

Indonesia, Suryadharma Ali, pada<br />

tanggal 24 Oktober lalu di Jakarta.<br />

Acara yang berlangsung di rumah<br />

pribadi Kakanwil di Gampong Beurawe,<br />

Banda Aceh dan ikut disaksikan oleh<br />

Anggota DPRA Kunjungi Kakanwil Kemenag Aceh<br />

<strong>Santunan</strong> - Banda Aceh. Kepala<br />

Kanwil Kemenag Aceh, Drs. Ibnu<br />

Sa’dan, M.Pd menyambut kedatangan<br />

Anggota Komisi A Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Aceh (DPRA), Ghufran Zainal<br />

Abidin, MA dan anggota Komisi G,<br />

Moharriadi Syafari, ST, S.Ag. beserta<br />

rombongan yang melakukan kunjungan<br />

silaturrahmi ke kantor Kanwil Kemenag<br />

Aceh, Jumat (11/11/<strong>2011</strong>).<br />

Dalam kunjungan yang ikut dihadiri<br />

mantan Wakil Ketua DPRK Aceh Besar,<br />

H. Saifunsyah, SE, M.Si, AK tersebut<br />

dibicarakan berbagai isu dalam rangka<br />

membangun Aceh ke depan, seperti<br />

syiar keagamaan, pendidikan, haji, serta<br />

anggaran untuk kegiatan keagamaan.<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

mengatakan bahwa Sumber Daya<br />

Manusia (SDM) di jajaran Kemenag<br />

Aceh sangat besar, sehingga kalau<br />

dimanfaatkan secara optimal akan<br />

sangat kuat pengaruhnya dalam<br />

masyarakat.<br />

“Kita punya struktur hingga ke level<br />

Kecamatan, walau tidak digaji dengan<br />

dana APBD, semua bekerja untuk<br />

rakyat Aceh,” ujar Kakanwil.<br />

Anggota Komisi A DPRA Ghufran<br />

Zainal Abidin, MA mengharapkan<br />

supaya Kemenag Aceh dapat<br />

membangun komunikasi dengan<br />

berbagai pihak termasuk DPRA, supaya<br />

dapat dicari solusi jika ada kendala di<br />

lapangan.<br />

sejumlah pejabat Kankemenag dari<br />

Kabupaten/Kota tersebut berlangsung<br />

khidmat dan akrab, dan diakhiri dengan<br />

makan bersama. nmulyadi nurdin<br />

“Semua persoalan supaya dapat<br />

dikomunikasikan kepada semua pihak,<br />

tidak terkecuali DPRA, siapa tahu ada<br />

solusinya,” timpal Ghufran yang juga<br />

menjabat sebagai Ketua Umum PKS<br />

Aceh.<br />

“Kita sama-sama bekerja untuk<br />

rakyat Aceh, sudah sepatutnya kita<br />

bersinergi dengan bekerja sungguhsungguh,<br />

hasilnya akan dapat kita lihat,<br />

mungkin tidak sekarang, tapi bisa saja<br />

lima tahun yang akan datang,” tambah<br />

Ghufran ZA yang diamini anggota<br />

komisi G DPRA dari PKS, Moharriadi<br />

Syafari.<br />

Mengakhiri pertemuan tersebut<br />

Kakanwil Kemenag Aceh mengaku<br />

sangat bahagia dan mengharapkan<br />

silaturrahmi dapat terus terbangun.<br />

“Kunjungan ini sangat bermakna<br />

bagi Kami,” pungkasnya. nmulyadi<br />

nurdin<br />

19


Peristiwa<br />

Penghargaan untuk Guru Terpencil<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Mengakhiri<br />

ulang tahun Hari Pendidikan Daerah<br />

(Hardikda) <strong>2011</strong>, Pemerintah Aceh<br />

menganugerahkan penghargaan kepada<br />

17 guru terbaik dari daerah terpencil.<br />

Dalam acara milad (hari jadi) yang<br />

dipusatkan di Banda Aceh (17/10),<br />

yang ditutup oleh Sekretaris Daerah<br />

Aceh, Drs. Teuku Setia Budi, mewakili<br />

Gubernur Aceh itu, juga diumumkan<br />

kabupaten/kota yang menjuarai ‘lomba’<br />

dalam pengelolaan pendidikan berprestasi<br />

tingkat provinsi . Banda Aceh<br />

meraih juara umum, berhak menggondol<br />

piala bergilir, untuk berbagai kategori<br />

yang dinilai, yang sampai delapan<br />

Pembinaan Tata Persuratan dan Arsip Dinamis<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Menyadari<br />

betapa pentingnya fungsi dan peran<br />

tata persuratan serta kearsipan dalam<br />

dunia perkantoran, Biro Umum Setjen<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI bekerja sama<br />

dengan Subbag Umum Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> (Kemenag) <strong>Prov</strong>insi<br />

mengadakan acara Pembinaan Tata<br />

Persuratan dan Arsip Dinamis.<br />

Acara yang berlangsung selama<br />

satu hari (Selasa, 27/9), bertempat di<br />

Aula Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />

Peserta diikuti oleh 30 orang peserta<br />

yang berasal dari jajaran Pegawai<br />

Kantor Wilayah Kemenag Aceh, Kantor<br />

Kemenag Kota Banda Aceh dan Aceh<br />

Besar, yang juga terdiri Pegawai KUA<br />

aspek itu.<br />

Selain kepada personil dan<br />

kabupaten/kota yang berprestasi,<br />

juga dianugerahi ‘piala’ kepada guru<br />

prestasi di daerah terpencil. Ke 17<br />

guru yang mendapat anugerah itu<br />

adalah Salihin (Aceh Tamiang), Hazmi<br />

(Abdya), Ruwaida, S.Pd (Bireuen),<br />

Sakinah (Pidie), Muhammad Adnan<br />

(Aceh Barat), Tri Raharjo (Aceh Timur),<br />

Ahmad Sayuti (Nagan Raya), Idram,<br />

A.Ma.Pd (Aceh Jaya), Saifuddin, S.Pd<br />

(Pidie Jaya), Sukardi, S.Pd (Aceh<br />

Utara), Wanhar (Aceh Tenggara),<br />

Selamat, A.Ma (Gayo Lues), Safril AA,<br />

A.Ma (Subulussalam), Dahlil, M.Pd<br />

dan Guru.<br />

Acara tersebut dibuka secara<br />

resmi oleh Kepala Kanwil Kemenag<br />

Aceh, Drs. H. A. Rahman TB, Lt.<br />

Dalam sambutannya beliau berharap<br />

agar peserta yang mengikuti acara ini<br />

mampu mengaplikasikannya juga dapat<br />

memberikan ilmunya kepada temanteman<br />

kerja di kantornya.<br />

20 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

(Singkil), Mahmuddin (Aceh Tengah),<br />

Agus Mawardi, S.Pd (Aceh Besar), dan<br />

Abdurrahman (Bener Meriah).<br />

Peringatan Hardikda biasa<br />

diperingati 2 September tiap tahun.<br />

Namun beriringan dengan Idul Fitri<br />

1432 H, maka prosesi dan puncak<br />

milad baru diumumkan pertengahan<br />

Oktober lalu. Penghargaan juga<br />

diberikan kepada Dra. Elli Arianti,<br />

M.Pd (MAN Model Banda Aceh) atas<br />

prestasi dalam merebut juara I lomba<br />

kreatifitas ilmiah guru (LKIG) ke 19<br />

bidang MIPATEK. Juga disandangkan<br />

kepada Erlina, S.Pd (SMAN Sabang)<br />

atas juara III tingkat nasional guru<br />

SMA Berpendidikan di daerah khusus.<br />

Kabupaten/kota yang mendapat<br />

anugerah pendidikan ialah Banda<br />

Aceh dua macam juara I untuk bidang<br />

pemerataan akses dan perluasan<br />

pendidikan serta bidang peningkatan<br />

mutu dan relevansi pendidikan. Sabang<br />

meraih juara I bidang pendidikan agama/<br />

pendidikan islami. Aceh Jaya merebut<br />

juara I bidang partisipasi masyarakat.<br />

Aceh Tamiang dapat juara I bidang<br />

pendidikan khusus dan inklusi. Gayo<br />

Lues meraih juara I bidang peran dan<br />

dukungan pemda. Serta juara I bidang<br />

penguatan tatakelola, akuntabilitas,<br />

dan pencitraan untuk Aceh Tengah.<br />

nyakub, serambi<br />

Narasumber dalam acara yang<br />

diketuai oleh Kepala Sub Bagian Umum,<br />

Juhaimi, S.Ag itu, antara lain Dra.<br />

Hj. Chairul Hidayati, dengan materi<br />

“Tata Persuratan Dinas dan Penataan<br />

Kearsipan di Lingkungan <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>” dan Nia Herniati, SE menyampaikan<br />

materi “Aplikasi Komputer<br />

untuk Penataan Surat Dinas dan Penata<br />

Kearsipan di Biro Umum Setjen<br />

Kemenag RI”. Dalam paparannya, Dra.<br />

Hj Chairul Hidayati menyampaikan<br />

bahwa, “Tata penyusunan surat adalah<br />

hal yang sangat penting dilakukan karena<br />

berkaitan dengan informasi yang<br />

disampaikan dan penemuan kembali<br />

surat itu.” namwar chb/yyy


<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Sebanyak<br />

80 orang Pimpinan Pondok Pesantren<br />

Se-<strong>Prov</strong>insi Aceh berkumpul di Grand<br />

Aceh Hotel Banda Aceh untuk mengikuti<br />

Workshop Pembinaan Manajerial<br />

Pondok Pesantren. Acara ini dilaksanakan<br />

pada 22-24 Oktober <strong>2011</strong>. Pembukaan<br />

dilaksanakan dan dihadiri oleh<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

Aceh yang diwakili oleh Kepala<br />

Bidang Mapenda, Drs. H. Saifuddin.<br />

Dalam Arahannya, Kakanwil menyampaikan<br />

harapan besar tentang<br />

perkembangan Pondok Pesantren di<br />

masa yang akan datang, terutama tentang<br />

pembinaan manajemen pengelolaan<br />

Pondok Pesantren. Kegiatan ini<br />

menurut Kakanwil, bukan untuk mengajari<br />

para pimpinan Pondok Pesantren<br />

tentang pengelolaan Pondok Pesantren,<br />

tetapi kegiatan ini diharapkan mampu<br />

memberikan pemahaman tentang pembinaan<br />

manajerial menuju pengelolaan<br />

pesantren yang lebih profesional.<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Balai<br />

Diklat Keagamaan (BDK) Medan<br />

melaksanakan Diklat di Tempat Kerja<br />

( DDTK) sejak 10-13 Oktober <strong>2011</strong>,<br />

di Kemenag Banda Aceh. DDTK<br />

tersebut oleh penyuluh sebanyak 25<br />

orang peserta yang tergabung antara<br />

penyuluh fungsional dan penyuluh<br />

honorer yang berasal dari setiap<br />

kecamatan dengan diwakili satu<br />

orang. Berikutnya guru sebanyak<br />

25 peserta yang juga diwakili oleh<br />

perwakilan dari beberapa sekolah.<br />

“Sesi-sesi kegiatan berlangsung di<br />

dua tempat yang berbeda. Untuk<br />

guru diadakan di Aula Sekolah<br />

MIN Banda Aceh, untuk penyuluh<br />

diadakan di Aula Kankemenag<br />

Banda Aceh,” kata Ketua Panitia<br />

Pelaksana Dra.Yusra. Adapun tujuan<br />

dilaksanakannya kegiatan tersebut,<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Manajerial Pimpinan Pondok Pesantren<br />

Workshop pembinaan manajerial<br />

pimpinan pondok pesantren berakhir<br />

pada hari senin (24/10). Para peserta<br />

mengharapkan hendaknya kegiatan ini<br />

dapat mendorong peningkatan kualitas<br />

manajemen pondok pesantren menuju<br />

Diklat di Tempat Kerja (DDTK)<br />

untuk meningkatkan kinerja para<br />

guru serta penyuluh agama secara<br />

profesional, yang juga sebagai<br />

ujung tombak kementerian agama<br />

di tengah-tengah masyarakat.<br />

Acara langsung dibuka oleh<br />

Kepala Balai Diklat Keagamaan<br />

Medan Drs. H. M. Thoha<br />

Daulay, MM. Pembukaan acara<br />

tersebut dilaksanakan di Aula<br />

Kankemenag kota Banda Aceh.<br />

Dalam sambutan dan arahannya<br />

yang sekaligus membuka secara<br />

resmi kegiatan Diklat, Kepala<br />

Balai Diklat menjelaskan, DDTK<br />

merupakan program nasional yang<br />

diprogramkan oleh Balai Litbang<br />

dan Diklat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

RI. Setiap pegawai terutama pada<br />

jajaran Kemenag harus mengikuti<br />

Diklat minimal 3 atau 4 tahun<br />

profesionalisme lembaga. “Kegiatan<br />

ini perlu adanya kesinambungan dan<br />

pemerataan bagi seluruh dayah di<br />

Aceh,” harap Tgk. Ali Akbar, Pimpinan<br />

Dayah Al-Anshar Calang Kabupaten<br />

Aceh Jaya. naba/yakub<br />

sekali, agar nantinya terbentuk<br />

pegawai yang profesional secara<br />

knowledge, attitude, serta skill<br />

sehingga PNS tersebut mampu<br />

meningkatkan kinerja dan mampu<br />

memberikan pelayanan prima<br />

kepada masyarakat.<br />

Akhir arahan, Muhammad<br />

Thoha Daulay juga menyebutkan,<br />

dari sejumlah lebih kurang 240<br />

juta penduduk Indonesia, hanya<br />

sekitar 240 orang yang sarjana,<br />

sehingga masih kurang memenuhi<br />

kualifikasi kecerdasan untuk sebuah<br />

bangsa yang besar. Dari jumlah<br />

tersebut juga masih dipertanyakan<br />

kecerdasan, knowledge, attitude,<br />

serta skill-nya, sehingga perlu didukung<br />

dengan mengikuti diklatdiklat<br />

pendukung lainnya. nzul/<br />

biro banda aceh/yyy<br />

21


Peristiwa<br />

MTsN Model Banda Aceh Sembelih 5 Ekor Sapi<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda Aceh. Sejumlah<br />

5 ekor sapi dan 2 ekor kambing<br />

dipersembahkan oleh guru dan siswa<br />

MTsN Model Banda Aceh sebagai<br />

hewan qurban, Senin, 7/11/<strong>2011</strong>.<br />

Kepala MTsN Model Banda Aceh,<br />

Drs. H. Muhammad, menyatakan bahwa<br />

sebagian sapi itu merupakan qurban<br />

Keuchik Rusli Pimpin Pokjaluh<br />

<strong>Santunan</strong> - Kota Jantho. Drs. H.<br />

Rusli, atau yang sering disapa dengan<br />

Geuchik Rusli terpilih sebagai ketua<br />

Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh)<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh<br />

Besar menggantikan Khalid Wardana,<br />

lewat Rapat Kerja yang diadakan Kamis<br />

(27/10) di Lampreh Aceh Besar.<br />

Rapat kerja dan Pemilihan ketua<br />

baru tersebut berlangsung di Koperasi<br />

Al-Ishlah, Jalan Banda Aceh-Medan,<br />

Desa Lampreh. Khalid Wardana<br />

sekarang sudah dipercayakan sebagai<br />

Kasi Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf<br />

di Kankemenag Aceh Besar.<br />

Dalam Raker yang dihadiri oleh<br />

seluruh Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />

Fungsional (PAIF) Aceh Besar tersebut,<br />

dari para guru dan siswa, tujuh orang<br />

untuk satu sapi. Tapi sebagiannya masih<br />

belum memenuhi kriteria qurban, sebab<br />

bersumber dari iuran siswa. “Iuran ini<br />

kita buat untuk menanamkan semangat<br />

ber-qurban di kalangan siswa, nanti<br />

mekanismenya kita perbaiki sedikitdemi<br />

sedikit sehingga memenuhi<br />

Geuchik Rusli yang sebelumnya<br />

menjabat sebagai wakil ketua secara<br />

22 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

persyaratan qurban,” ungkapnya.<br />

Muhammad berharap agar di kalangan<br />

siswa tumbuh kesadaran berqurban<br />

sehingga nantinya mereka<br />

menjadi orang-orang yang memiliki<br />

semangat keikhlasan tinggi. “Untuk<br />

tahun depan saja kita sudah punya<br />

stok tiga ekor sapi qurban,” pungkas<br />

Muhammad.<br />

Menurut ketua pelaksana, Drs.<br />

Bukhari, qurban ini disalurkan untuk<br />

para siswa kurang mampu. “Kali ini<br />

ada sekitar dua ratusan siswa yang<br />

mendapat jatah daging qurban, semoga<br />

tahun depan dapat ditingkatkan lagi,”<br />

ungkapnya. njabbar sabil<br />

aklamasi terpilih menjadi ketua,<br />

sedangkan posisi wakil ketua diisi<br />

oleh Rosmiana.<br />

Dalam sambutan singkatnya,<br />

Geuchik Rusli bertekad untuk memperkuat<br />

koordinasi kerja antar penyuluh,<br />

meningkatkan kegiatan pembinaan<br />

keagamaan bagi masyarakat,<br />

serta akan mempererat solidaritas<br />

sosial antar sesama penyuluh.<br />

“Di samping kegiatan pembinaan<br />

di tengah masyarakat, kegiatan sosial<br />

di kalangan penyuluh sendiri harus<br />

ditingkatkan, seperti silaturrahmi<br />

dan kunjungan ke rumah anggota<br />

yang sakit, demi kesuksesan dan<br />

kekompakan kerja di lapangan,”<br />

tegasnya. nmulyadi nurdin


<strong>Santunan</strong> - Kota Jantho. Dalam<br />

upaya reorganisasi manajemen kepengurusan<br />

Musyawarah Guru Mata Pelajaran<br />

Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam (MGMP-<br />

PAI) Tingkat SMA dan SMK Kabupaten<br />

Aceh Besar, menggelar Musyawarah<br />

Besar (Muber) pergantian pengurus untuk<br />

periode <strong>2011</strong> – 2014. Mubes dilaksanakan<br />

di Wisma Hijrah Lambaro, Rabu<br />

19 Oktober <strong>2011</strong>. Acara ini terlaksana<br />

berkat dukungan Guru-guru PAI SMA<br />

dan SMK Aceh Besar dan Kankemenag<br />

Aceh Besar melalui Kasi Mapenda Drs.<br />

Uzair dan dan unsur Dinas Pendidikan<br />

Kabupaten Aceh Besar.<br />

Dalam sambutannya Kadis Pendidikan<br />

Aceh Besar yang diwakili oleh<br />

Kepala UPTD Pendidikan Wilayah III,<br />

Drs. Johan, MA mengharapkan keberadaan<br />

GPAI ini dapat menjadi teladan<br />

bagi guru-guru yang lain serta mampu<br />

memperbaiki akhlak remaja Aceh dewasa<br />

ini. Drs. A. Rahman Hanafiah mewakili<br />

Kabid Mapenda Kanwil Kemenag juga<br />

menyampaikan dukungan dan apresiasi<br />

positif terhadap keberadaan MGMP PAI<br />

Aceh Besar, agar kekompakan yang telah<br />

dibangun dapat berjalan sebagaimana<br />

diharapkan serta dapat melahirkan pro-<br />

<strong>Santunan</strong> - Kota Jantho. Seksi<br />

Penamas Kantor Kemenag Aceh Besar<br />

mengadakan rapat koordinasi dengan<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional<br />

(PAIF) Aceh Besar bertempat di kantor<br />

Koperasi Al-Ishlah Lampreh, Aceh<br />

Besar, Kamis (27/10/<strong>2011</strong>).<br />

Kepala Seksi Penamas Kankemenag<br />

Aceh Besar, Drs. Tarmizi Sulaiman<br />

berharap supaya Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />

Fungsional (PAIF) dapat menjalankan<br />

tugas dengan baik, dan jika ada masalah<br />

di lapangan supaya dapat disikapi<br />

dengan bijak.<br />

Diakuinya selama ini penyuluh<br />

<strong>Agama</strong> sering mendapat masalah ke-<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Pelantikan MGMP PAI SMA dan SMK<br />

gram kerja yang menyentuh perbaikan<br />

akhlak siswa. Acara dibuka oleh Drs.<br />

Salahuddin selaku Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Aceh Besar.<br />

Pengurus MGMP PAI SMA dan SMK<br />

Kab. Aceh Besar hasil pemilihan Mubes<br />

adalah: Bahrullah, MA (ketua), dan<br />

Ahlul Fikri, M.Pd (wakil); Muhammad<br />

Yani, M.Ag (sekretaris), Ito Nangar, MA<br />

(wakil sekretaris); Syarifah Musanna,<br />

S.Ag (bendahara), Drs. Munauwar<br />

(wakil bendahara); dan dibantu juga oleh<br />

bidang-bidang dan seksi-seksi. Acara ini<br />

dilanjutkan dengan pelantikan pada sore<br />

hari. Dalam sambutan Drs. Fadhlan,<br />

selaku Kadis Pendidikan Aceh Besar<br />

menyampaikan agar kepengurusan<br />

dengan segera menyusun program<br />

kerjanya, berikutnya pengukuhan dan<br />

pelantikan oleh Drs. Marzuki Yahya<br />

selaku Asisten I Sekdakab Aceh Besar.<br />

nyakub<br />

Rakor Penamas Aceh Besar<br />

tika berhadapan dengan masyarakat,<br />

misalnya saat melakukan pendataan<br />

lembaga keagamaan, karena setelah<br />

data diambil biasanya bantuan datang<br />

dari instansi lain.<br />

“Banyak kendala Penyuluh di<br />

lapangan, seperti bantuan yang disalurkan<br />

oleh instansi lainnya, padahal<br />

yang mendata lembaga keagamaan<br />

adalah penyuluh agama, sehingga terkesan<br />

penyuluh hanya ambil data saja<br />

tidak pernah menyalurkan bantuan,”<br />

keluhnya.<br />

Menurut Kasi Penamas, tugas penyuluh<br />

agama sangat berat karena banyak<br />

tugas yang sebelumnya dibeban-<br />

kan kepada KUA kini beralih kepada<br />

penyuluh. “Tugas penyuluh sangat<br />

luas, hampir mencakup semua kegiatan<br />

sosial masyarakat, malah sebagian<br />

tugas KUA kini dibebankan kepada<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong>,” tambahnya.<br />

Untuk menunjang kinerja penyuluh,<br />

Kasi Penamas akan mengusulkan<br />

fasilitas kerja bagi seluruh PAIF di Aceh<br />

Besar, seperti meja, kursi, komputer,<br />

printer, dan lemari yang ditempatkan di<br />

kantor KUA Kecamatan.<br />

“Kalau bisa semua PAIF disediakan<br />

fasilitas kerja, sebelum diinstruksikan<br />

untuk berkantor di KUA Kecamatan,”<br />

imbuhnya. nmulyadi nurdin<br />

23


Peristiwa<br />

Guru Favorit MAN Kuala Makmur<br />

<strong>Santunan</strong> - Sinabang. Sebagai<br />

satu-satunya MAN di Kabupaten<br />

Simeulue, MAN Kuala Makmur terus<br />

saja berbenah dari hari ke hari. Sehingga<br />

akan tercipta sebuah lingkungan<br />

Madrasah dengan atmosfir belajarmengajar<br />

nan nyaman.<br />

Seorang guru yang sudah mampu<br />

mentransfer ilmu dengan baik dan<br />

selalu ditunggu kehadirannya oleh para<br />

siswa-siswi. Guru yang paling mampu<br />

<strong>Santunan</strong> - Blangpidie. Bupati<br />

Aceh Barat Daya Akmal Ibrahim,<br />

SH, Senin (19/9) bersilaturrahmi ke<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> setempat<br />

yang terletak di kompleks perkantoran<br />

Pemda Abdya.<br />

Dalam kesempatan itu, Bupati Akmal<br />

sempat menanyakan langsung kepada<br />

Kakankemenang Abdya H. Syarbaini,<br />

SH, soal akses jalan ke Kankemenag<br />

yang selama ini menggunakan jalan<br />

melewati Kantor BPS.<br />

H. Syarbaini kepada Bupati menjelas-kan<br />

selama ini Kantor Kemenag<br />

Abdya yang berdampingan dengan Kan-<br />

menghadirkan sikap profesional<br />

biasanya akan menjadi guru favorit di<br />

Madrasah tempat ia bekerja. Pada 15-<br />

17 September <strong>2011</strong>, siswa-siswi Kelas<br />

XI MAN Kuala Makmurtelah melakukan<br />

sebuah survey terhadap seluruh siswasiswi<br />

MAN yang dinegerikan pada<br />

tahun 2004 tersebut. Hasilnya ada<br />

tiga guru yang masuk nominasi Guru<br />

Favorit di MAN Kuala Makmur. Ialah<br />

Aja Zulbaedah, S.Pd.I, Yusmadi, S.Si,<br />

24 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

dan Lelidar, S.Pd.I.<br />

“Sebenarnya, survey yang kami<br />

lakukan merupakan tugas dari pelajaran<br />

matematika,” komentar Didi Karnila<br />

Khalid, siswi kelas XI. “Tidak hanya<br />

guru favorit, kami juga melakukan<br />

survey terkait dengan pelajaran favorit,<br />

olah raga favorit dan juga warna favorit<br />

siswa-siswi MAN Kuala Makmur, serta<br />

sebuah observasi untuk memantau<br />

jenis kendaraan yang melintas di depan<br />

MAN Kuala Makmur,” sambungnya.<br />

Guru Pelajaran Matematika<br />

MAN Kuala Makmur, Yusmadi,<br />

S.Si, menjelaskan bahwa, “Tugas ini<br />

diberikan untuk memperkenalkan<br />

secara langsung kepada siswa-siswi<br />

kelas XI tentang cara memperoleh<br />

data (survey, review, dan observasi),<br />

menyajikan data, menganalisis data dan<br />

juga mengambil kesimpulan dari data<br />

yang sudah terkumpul.”<br />

Aja Zulbaedah, lulusan IAIN SU dan<br />

membimbing Bahasa Arab. Yusmadi,<br />

lulusan FMIPA Unsyiah Jurusan<br />

Matematika, dan guru pembimbing<br />

untuk matematika. Lelidar lulusan<br />

Unmuha Aceh, Jurusan Pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> Islam. nbiro simeulue/yyy<br />

Bupati Abdya Akmal Ibrahim Silaturrahim ke Kankemenag<br />

tor BPS Blang Pidie, belum punya akses<br />

jalan permanen. Sehingga, tambahnya,<br />

masyarakat yang ingin berurusan dengan<br />

Kantor Kemenag Abdya, seperti<br />

pendaftaran haji dan sebagainya, selalalu<br />

melalui halaman Kantor BPS.<br />

Kepada Kakankemenag, Bupati<br />

Akmal berjanji akan memasukkan<br />

rencana pembuatan akses jalan ke<br />

Kantor Kemenag Abdya dalam APBK-P<br />

tahun <strong>2011</strong> ini. Dalam kesempatan itu<br />

pula Bupati yang didampingi sejumlah<br />

pejabat terkait meninjau kantor<br />

Kemenag dan bersilaturrahmi dengan<br />

karyawan.njun


<strong>Santunan</strong>-Meulaboh. Rabu (5/10)<br />

menjadi hari yang istimewa bagi<br />

pelaksanaan Kursus Calon Pengantin<br />

(Suscatin) di Aceh Barat. Mengingat<br />

selama ini pelaksanaan Suscatin hanya<br />

dilaksanakan oleh BP4 KUA Kecamatan,<br />

kini pelaksanaannya dilakukan<br />

kerjasama antara <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> (KUA Kecamatan), BKKBN,<br />

dan lembaga BP4. Kegiatan Suscati<br />

merupakan kegiatan yang harus diikuti<br />

oleh setiap calon pengantin untuk<br />

pembekalan dalam membina bahtera<br />

rumah tangga.<br />

Acara yang dibuka langsung oleh<br />

Bupati Aceh Barat, H. Ramli MS ini,<br />

dilaksanakan di Aula Panti Asuhan Muhammadiyah<br />

Meulaboh. Diikuti oleh<br />

40 calon pengantin 11 Kecamatan dari<br />

12 kecamatan yang ada di kabupaten<br />

<strong>Santunan</strong> - Blangkejeren. Rabu<br />

(12/10), Kasi Penamas dan Penyelenggara<br />

Zakat dan Wakaf bekerjasama<br />

untuk melakukan Festival Pidato Keagamaan<br />

Tingkat MTs di lingkungan<br />

Kantor Kemenag Kabupaten Gayo<br />

Lues. Pejabat yang melaksanakan tugas<br />

(Pymt) Kepala Kantor Kemenag<br />

Gayo Lues, Drs. Hasan Basri mengatakan,<br />

saat pembukaan mengajak, mari<br />

kita selalu belajar menempa diri meningkatkan,<br />

kemampuan sebagai da’i<br />

dan da’iyah terbaik yang bukan hanya<br />

di tingkat lingkungan, tetapi ke tingkat<br />

yang lebih tinggi kabupaten, provinsi,<br />

nasional, internasional. Bagi pemenang<br />

nanti agar tetap bertahan dan bagi yang<br />

belum mendapatkan juara agar tidak<br />

kecil hati tetapi berusaha mengejar<br />

ketertinggalan, Bulatkan tekad kali ini<br />

saya belum menang di kali lain nanti<br />

saya harus tampil terbaik.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Bupati Launching Suscatin Aceh Barat<br />

Aceh Barat, itu pun meriah. Pada acara<br />

pembukaan ini juga turut hadir Kepala<br />

BKKBN <strong>Prov</strong>insi Aceh, Ketua BP4<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, mewakili Mahkamah<br />

Syar’iyah Meulaboh, mewakili Dinas<br />

Syari’at Islam, Kadis Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Ketua MPU Aceh Barat.<br />

Dalam sambutannya, Bupati Aceh<br />

Barat menyambut baik pelaksanaan<br />

Suscatin, mengingat selama ini<br />

banyak terjadi kasus perceraian yang<br />

Festival Pidato Keagamaan<br />

Tujuan kegiatan itu, untuk memotivasi<br />

sekaligus melatih para siswa dan<br />

siswi MTs tampil berpidato dan agar<br />

menjadi calon da’i/da’iyah, penyeru<br />

kepada kebaikan dan pencegah kemungkaran,”<br />

ujar Ibrahim, S.Ag, Kasi<br />

Penamas dan Pekaponteren<br />

Peserta yang mengikuti festival ini<br />

sebanyak 17 orang. Terdiri dari siswa<br />

MTsN Blangkejeren empat orang,<br />

MTsS Miftahul Jannah empat orang,<br />

MTsS Ujung Baro lima orang, dan MTsS<br />

mungkin disebabkan oleh kurangnya<br />

pemahaman dan pembekalan yang<br />

cukup bagi calon pengatin. Bahkan<br />

Bupati juga menyanggupi sertifikat<br />

kursus yang ditanggung Pemerintah<br />

Daerah.<br />

Materi yang diberikan antara<br />

lain Kesehatan Reproduksi (Kespro)<br />

oleh Kepala BKKBN <strong>Prov</strong>insi Aceh,<br />

Psikologi Perkawinan oleh Ketua<br />

BP4 <strong>Prov</strong>insi Aceh, Fiqh Perkawinan<br />

dari yang mewikili Kepala Kemenag<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, dan Undang-Undang<br />

perkawinan oleh pihak Mahkamah<br />

Syar’iyah Meulaboh. Pada acara<br />

pembukaan Suscatin ini juga diberikan<br />

satu buah buku “Panduan Perkawinan”<br />

dan sebuah “Kelambu Cinta” kepada<br />

calon pengantin oleh BKKBN <strong>Prov</strong>insi<br />

Aceh. nnar/biro aceh barat/lan<br />

Rambung empat orang. Ke 17 siswa ini<br />

dengan penuh semangat mengikuti<br />

acara tersebut, ditandai dengan rela<br />

datang jauh-jauh, dan semangat ketika<br />

tampil berapi-api dan berasap.<br />

Judul pidato bebas, tetapi sesuai<br />

dengan thema. Dewan juri dipercayakan<br />

pada Mawardi Siregar S.Ag (Staf<br />

Kasi Penamas dan Pekaponteren) dan<br />

Mukhlis S.Ag (Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />

Fungsional). Dari sebanyak 17 (tujuh<br />

belas) siswa dan siswi yang tampil,<br />

dewan juri memperhatikan, menilai<br />

bidang adab, vokal, akselerasi judul,<br />

intonasi, serta gaya dan mimik. Akhirnya<br />

juara I ialah Desy Radiyah (MTsN<br />

Blangkejeren), juara II Silawati (MTsS<br />

Miftahul Jannah Blang Jerango), juara<br />

III Sandri Mulia (MTsN Blangkejeren),<br />

dan peringkat IV Iwan Ariga Pratama<br />

(MTsN Blangkejeren).nibrahim/biro<br />

gayo lues/yyy<br />

25


Peristiwa<br />

Sensasi Baru Mutasi Kemenag Bireuen<br />

<strong>Santunan</strong> - Bireuen. Kepala<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

Bireuen atas nama kepala Kantor<br />

wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Propinsi<br />

Aceh bulan lalu (11/10) memutasikan<br />

Sembilan kepala Madrasah Ibtidaiyah<br />

(MI) dalam wilayah kerjanya. Proses<br />

pelantikan kepala Madrasah Ibtidaiyah<br />

yang dimutasi tersebut dilaksanakan di<br />

Op. room kantor Kemenag itu juga.<br />

Kesembilan kepala MI tersebut<br />

adalah Zaini, A. Ma dari kepala MIN<br />

Suka Makmur dilantik menjadi kepala<br />

MIS Abeuk Jaloh. Maryani, SPdI dari<br />

kepala MIS Abeuk Jaloh menjadi kepala<br />

MIN Suka Makmur. Hamdani, Sag dari<br />

kepala MIN Alue Kuta menjadi kepala<br />

MIN Bayu Gampong Raya. Saifunnur,<br />

SAg dari kepala MIN Lamkuta menjadi<br />

kepala MIN Alue Kuta. Nurjannah,<br />

SPdI kepala MIN Bayu Gampong Raya<br />

menjadi kepala MIN Lamkuta. Sardani,<br />

SAg guru MIN Bireuen menjadi kepala<br />

MIN Blang Rheuem. Dra. Zakiah kepala<br />

MIN Blang Rheuem menjadi kepala<br />

MIN Cot Meurak Bireuen. Novera<br />

Kusumawati Putri, S.Ag kepala MIN<br />

Mapenda Sosialisasikan BOS<br />

<strong>Santunan</strong>-Bireuen. Untuk mempersiapkan<br />

pelaksanaan program Bantuan<br />

Operasional Sekolah (BOS) <strong>2011</strong>,<br />

seluruh Kepala MI, MTs, dan penanggung<br />

jawab lembaga salafiah mengikuti<br />

kegiatan sosialisasi penyaluran dana<br />

BOS selama empat hari (28/09-01/10)<br />

di Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

Bireuen.<br />

Dalam acara tersebut Panitia pelaksana<br />

menghadirkan beberapa narasumber<br />

yang berkompeten dari berbagai<br />

instansi terkait penggunaan dana BOS.<br />

Di antaranya Drs. Saifuddin AR, Kabid<br />

Mapenda Kanwil Kemenag Aceh,<br />

Muhammad Kamil, SE utusan BPKP<br />

<strong>Prov</strong>insi, Mukhlisin, S.Sos dari Kantor<br />

Cot Meurak Bireuen menjadi kepala<br />

MIN Cot Trieng sedangkan kepala<br />

MIN Cot Trieng Safwati, SPd menjadi<br />

kepala MIN Uteuen Gathom.<br />

Kepala Kantor Kemenag Bireuen,<br />

Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, MAg<br />

dalam amanatnya usai pengambilan<br />

sumpah kepala yang baru saja dimutasi<br />

berharap kepala Madrasah dapat<br />

bekerja dengan sungguh sungguh dan<br />

benar benar menerapkan k<strong>edisi</strong>plinan<br />

di tempat tugas baru. “ Bekerjalah<br />

dengan sungguh sungguh dan<br />

serius, tegakkan k<strong>edisi</strong>plinan untuk<br />

meningkatkan mutu pendidikan ”<br />

kata mantan Kabag Pekapontren pada<br />

Kanwil Kemenag Propinsi Aceh ini.<br />

KPPN Lhokseumawe, Drs. Zulhelmi A.<br />

Rahman, M. Ag Kepala Kankemenag<br />

Bireuen, serta Drs. M. Yunus, MPd<br />

Kasie Mapenda Kantor setempat.<br />

Selain mendengar materi dari narasumber<br />

untuk kelancaran kegiatan<br />

tersebut, panitia juga menggunakan<br />

metode tanya jawab, sharing ide dan<br />

26 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Proses pelantikan berlangsung<br />

lancar, semua kepala madrasah dari<br />

berbagai tingkatan turut hadir mereka<br />

menempati kursi yang disediakan<br />

panitia menyaksikan acara tersebut,<br />

tampak raut wajah cemas berharap<br />

namanya tidak disebutkan saat<br />

Munawir, SE Kasie kepegawaian<br />

membacakan satu persatu urutan nama<br />

yang terdapat dalam surat keputusan<br />

menteri agama, Beberapa kepala MI<br />

terlihat meneteskan air mata begitu<br />

mendengar namanya disebutkan.<br />

Selain mutasi kepala MI pada<br />

saat yang sama kepala Kemenag juga<br />

melantik empat pegawai Urusan Tata<br />

Usaha (TU) mereka adalah, Anwar, SAg<br />

pegawai TU MTsN Model Gandapura<br />

dilantik menjadi kaur TU MTsN Model<br />

Gandapura. Hamdani kaur TU MTsN<br />

Model Gandapura menjadi kaur TU<br />

MTsN Kuta Blang Bireuen. Fauzan staf<br />

urusan TU MTsN Kuta Blang Bireuen<br />

menjadi kaur TU MTsN Jangka sementara<br />

Ramlah dari kaur TU MTsN Jangka<br />

dilantik menjadi kaur TU MTsN Krueng<br />

Panjoe. nnajib /biro bireuen/lan<br />

pengalaman dengan para kepala madrasah.<br />

Hasanuddin, SE Panitia Pelaksana,<br />

kepada <strong>Santunan</strong> menuturkan kegiatan<br />

sosialisasi yang dilselenggarakan<br />

pihaknya berjalan lancar hingga hari<br />

penutupan, “Peserta sangat antusias<br />

mengikuti acara sosialisasi tersebut, ”<br />

kata pria murah senyum ini.<br />

Panitia berharap dengan dilaksanakan<br />

sosialisasi tersebut dapat memperoleh<br />

laporan pelaksanaan Program<br />

BOS <strong>2011</strong> di semester pertama dari<br />

setiap madrasah dengan benar dan<br />

tepat waktu, serta dapat menyelesaikan<br />

masalah terkait proses pencairan<br />

dana BOS semester pertama. nbiro<br />

bireuen/najib/lan


<strong>Santunan</strong> - Lhokseumawe. Wakaf<br />

salah satu potensi besar umat yang<br />

belum maksimal pemanfaatannya.<br />

Jika potensi ini mampu diberdayakan<br />

secara optimal, akan memberikan<br />

manfaat bagi pemberdayaan ekonomi<br />

umat. Demikian kalimat pembuka<br />

Kepala Kankemenag Kabupaten Aceh<br />

Utara, Drs. H. Zulkifli Idris, M. Pd,<br />

saat kegiatan Sosialisasi UU Nomor<br />

41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang<br />

diselenggarakan oleh Seksi Zakat dan<br />

Wakaf Kankemenag Aceh Utara (6/10/),<br />

di Aula MPU Kab. Aceh Utara.<br />

Kakankemenag mengatakan, sebelum<br />

lahirnya UU tersebut, pengelolaan<br />

wakaf pada umumnya masih konsumtif-tradisional<br />

hanya identik dengan<br />

pemanfaatan untuk kuburan, sekolah,<br />

dan panti asuhan. Belum mengarah<br />

pada langkah-langkah yang produktif<br />

seperti pembangunan toko maupun<br />

tempat usaha lainnya. Sehingga manfaatnya<br />

belum dapat dirasakan secara<br />

signifikan oleh masyarakat luas. Di sini<br />

lah dibutuhkan peran para pengelola<br />

wakaf sebagai pihak yang diberi amanah<br />

agar mampu mengembangkan<br />

wakaf secara lebih bermanfaat untuk<br />

kemaslahatan umat.<br />

Kegiatan Sosialisasi yang diikuti<br />

<strong>Santunan</strong>-Lhokseumawe. MTsN<br />

Sampoyniet Kecamatan Baktiya Barat<br />

Kabupaten Aceh Utara menggelar<br />

acara Pelatihan Penyusunan Silabus<br />

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran<br />

(RPP) selama 3 hari, sejak 22 sampai<br />

24 September <strong>2011</strong>.<br />

Pelatihan tersebut bertujuan agar<br />

dewan guru yang mengajar di MTsN<br />

Sampoyniet dan sekitarnya mempunyai<br />

pengetahuan tentang penyusunan<br />

Silabus dan RPP serta dapat melakukan<br />

perubahan dalam proses pembelajaran.<br />

Guru dituntut mempunyai skemata<br />

awal untuk membuat dan menyusun<br />

oleh para staf KUA kecamatan yang<br />

bertugas sebagai pengelola administrasi<br />

wakaf di kecamatan bertujuan untuk<br />

mensosialisasikan materi UU itu.<br />

“Hal ini mengingat masih banyaknya<br />

ditemukan permasalahan mengenai<br />

wakaf pada tataran pengelolaan wakaf<br />

yang masih konsumtif-tradisional serta<br />

belum didukung sepenuhnya dengan<br />

administrasi yang sempurna. Selain itu<br />

adanya regulasi yang berkaitan dengan<br />

wakaf seperti UU Nomor 41/2004,<br />

ternyata masih banyak masyarakat<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Peristiwa<br />

Sosialisasi UU Wakaf<br />

luas yang belum mengetahuinya<br />

termasuk para pengelola wakaf.<br />

Sehingga kegiatan ini diharapkan<br />

bisa mereduksi permasalahan yang<br />

ditemui,” ungkapkan Drs. Jamaluddin,<br />

M.Pd. Kasi Zakat dan Wakaf pada<br />

Kankemenag Aceh Utara.<br />

Kegiatan ini diisi empat nara<br />

sumber, Drs. H. Zulkifli Idris, M. Pd,<br />

Sabaruddin, S. Ag (Kasi Urais), Drs.<br />

Jamaluddin, M. Pd, dan Ibu Safrina, SE<br />

(Staf Penyelenggara Zakat dan Wakaf).<br />

ncut/biro aceh utara/yyy<br />

MTsN Sampoyniet Adakan Pelatihan<br />

silabus sendiri. Selama ini banyak guru<br />

membuat silabus dan RPP hanya dalam<br />

konteks copy paste dari hasil pikiran<br />

orang lain saja, demikian laporan ketua<br />

panitia yang disampaikan oleh Nuraini,<br />

M. Pd pada pembukaan kegiatan.<br />

Kepala Madrasah Tsanawiyah<br />

Negeri Sampoyniet, M. Sufi, S. Pd.<br />

dalam sambutannya berharap setelah<br />

berakhirnya acara ini guru dapat<br />

membuat silabus dan RPP sesuai<br />

dengan pembelajaran yang inovatif dan<br />

kreatif. Kegiatan ini terlaksana berkat<br />

adanya kerjasama yang baik antara<br />

Kepala Madrasah, dewan guru di<br />

lingkungan MTsN Sampoyniet dengan<br />

BDK Medan.<br />

Kegiatan ini dilaksanakan selama<br />

tiga hari dengan pematerinya Saifullah,<br />

MA dengan materinya “Media Pembelajaran,”<br />

Istarani, M. Pd bersma<br />

materinya “RPP dan Silabus” serta<br />

Drs. Syarifuddin materinya “Metode<br />

Pembelajaran.” Semua pemateri<br />

dari Balai Diklat Keagamaan Medan.<br />

Semoga kegiatan ini akan terus<br />

digalakkan oleh madrasah-madrasah<br />

yang lain di ikuti semua madrasah yang<br />

ada di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Propinsi Aceh. nnur/lan<br />

27


Peristiwa<br />

Sosialisasi dan Pelatihan EMIS RA/Madrasah <strong>2011</strong><br />

<strong>Santunan</strong>–Idi. Kegitan Sosialisasi<br />

dan Pelatihan EMIS RA/Madrasah di<br />

Kankemenag Aceh Timur, dipusatkan<br />

di MAS Al-Widyan Alue Lhok Kec.<br />

Peureulak Timur (13/9). Sosialisasi<br />

pengelolaan data EMIS itu diikuti oleh<br />

ratusan peserta, dari Kepala Madrasah,<br />

Operator, dan Pengawas Madrasah.<br />

Seluruh operator Emis pada Madrasah,<br />

RA, dan pengawas hadir pada sosialisasi<br />

tersebut. Kegiatan ini diadakan guna<br />

meningkatkan kinerja sistem informasi<br />

manajemen bidang pendidikan Islam,<br />

dan mensosialiisasikan sistem aplikasi<br />

pendataan berbasis web online. Peserta<br />

kegiatan ini 192 orang, meliputi<br />

pengelola data RA, MI, MTs, MA, dan<br />

pengawas serta kepala RA/Madrasah<br />

MI, MTs dan MA. Dengan tema,<br />

”Melalui Sosialisasi EMIS RA/Madrasah<br />

dan Pengawas Kita Tingkatkan Sistem<br />

Manajemen Informasi Pendidikan yang<br />

Valid dan Akuntabel.”<br />

Kepala Kantor Kemenag Aceh<br />

Timur yang diwakili oleh Pejebat yang<br />

melaksanakan tugas (Pymt.) Zaini<br />

R, S.Ag, mengharapkan sosialisasi<br />

tersebut dapat menjadi bahan masukan<br />

yang sangat berarti bagi RA, Madrasah,<br />

dan Pengawas dalam mewujudkan<br />

sistem informasi pendidikan yang<br />

lebih maju dan punya visi ke depan.<br />

Dalam arahannya, Zaini mengatakan,<br />

pegawai Kemenag Aceh Timur sudah<br />

harus membuka diri dengan ilmu<br />

pengetahuan dan teknologi, sehingga<br />

kita tidak hanya menjadi penonton. Ia<br />

melanjutkan, kemenag memiliki SDM<br />

yang baik, hanya saja kadang kemauan<br />

dari orang yang bersangkutan yang<br />

tidak ingin maju.<br />

Kasi Mapenda, Fadli, S.Ag, mengatakan,<br />

“Proses pendataan sudah dimulai<br />

semenjak bulan Oktober-<strong>November</strong><br />

mendatang. Untuk itu, ia mengharapkan<br />

proses pengumpulan data tersebut<br />

harus selesai tepat waktu. Menurutnya<br />

dengan pendataan EMIS ini, dapat<br />

lebih menghemat waktu dan biaya<br />

serta proses pengiriman data menjadi<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

28 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

lebih cepat. Dengan pelatihan ini pula,<br />

pegawai dapat memiliki akses informasi<br />

yang baik.<br />

Untuk itu, perlu menumbuhkan<br />

kemauan dan tekad dalam diri seseorang<br />

agar mau untuk terus berusaha demi<br />

kemajuan. Namun yang terpenting, kita<br />

mau untuk memberikan pelayanan dan<br />

usaha terbaik bagi masyarakat. Sekolah<br />

sebagai ladang pengabdian bagi orangorang<br />

yang terlibat didalamnya. Ada<br />

yang beda dengan pendataan Emis pada<br />

tahun ini daripada sebelumnya, sebab<br />

pada kali ini pendataan EMIS dilakukan<br />

dengan menggunakan aplikasi web<br />

online. nmuslim/biro a timur/yyy<br />

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H/<strong>2011</strong> M, Mohon maaf lahir dan batin<br />

dan<br />

Selamat Datang kembali di Tanah Air Jamaah Haji Debarkasi Banda Aceh<br />

Semoga menjadi haji yang mabrur<br />

Juniazi, S.Ag.<br />

Pemimpin Redaksi


Allah berfirman:<br />

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu<br />

dan janganlah kamu berhias dan bertingkah<br />

laku seperti orang-orang<br />

jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah<br />

shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah<br />

Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya<br />

Allah bermaksud hendak memalingkan<br />

dosa dari kamu, hai ahlul bait dan<br />

membersihkan kamu sebersih-bersihnya.<br />

(Q.S. al-Ahzab [33]: 33)<br />

Dalam ayat di atas, kata “ “ yang<br />

berbentuk jamak muannas merujuk<br />

kepada para isteri Nabi yang menghuni<br />

rumah sesuai dengan penempatan<br />

oleh Nabi, bukan kepemilikan rumah.<br />

Gaya bahasa seperti ini memang lazim<br />

digunakan Alquran, misalnya dalam<br />

ayat berikut:<br />

Jangan engkau mengeluarkan mereka<br />

dari rumah mereka. (Q.S. al-Thalaq<br />

[65]: 1)<br />

Secara kebahasaan, penyandaran<br />

kata “buyut” kepada “hunna” dalam<br />

ayat bukan berarti rumah itu milik si<br />

isteri, tapi karena melihat peran isteri<br />

sebagai pengelola rumah suaminya.<br />

Demikian pula para isteri Nabi<br />

saw., rumah yang mereka tempati<br />

Tafsir<br />

Duka Aisyah<br />

(Penafsiran ayat 33 surat al-Ahzab)<br />

Oleh Jabbar Sabil, MA<br />

bukan milik mereka, tapi dibangun<br />

oleh Rasulullah beriringan dengan<br />

bangunan masjid. Di masa hidup<br />

Rasul, ketika masjid menjadi sempit<br />

akibat bertambahnya jamaah, para<br />

sahabat pun menggunakan rumah<br />

para isteri Rasul sebagai tempat salat<br />

Jumat. Itulah alasannya kenapa rumah<br />

para isteri Nabi saw. tidak diwariskan,<br />

ketika mereka wafat, rumah itu justru<br />

dijadikan masjid.<br />

Selain digunakan untuk salat<br />

Jumat, rumah Nabi juga tidak sepi dari<br />

orang yang berkunjung, maka wajar<br />

jika para isteri Nabi saw. diperintah<br />

menjaga kehormatan diri mereka<br />

secara lebih ketat. Itulah kenapa ayat<br />

di atas menjelaskan alasan (kausasi/<br />

ta‘lîl), bahwa perintah menetap<br />

dalam rumah itu dapat mewujudkan<br />

pemeliharaan kehormatan ahli bait<br />

(diri mereka, keluarga Rasul yang lain),<br />

dan kehormatan Rasul sendiri. Dari itu<br />

kata “buyut” yang berbentuk jamak<br />

menunjukkan rumah-rumah yang terpisah.<br />

Faktanya memang Rasulullah menempatkan<br />

para isteri beliau masingmasing<br />

di rumah tersendiri. Tetapi<br />

semua tetap satu sebagai keluarga<br />

Nabi sehingga dalam ayat yang sama<br />

Alquran juga menggunakan kata “ahl<br />

al-bayt” dalam bentuk mufrad, yaitu<br />

nama jenis yang mencakup semua<br />

keluarga Nabi (istiqra’ afrad).<br />

Pada dasarnya kata ahli bait secara<br />

bahasa berarti penghuni rumah, yaitu<br />

isteri, anak, menantu, dan cucu.<br />

Namun karena ayat 33 surat al-Ahzab<br />

sedang berbicara tentang perintah<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

khusus kepada para isteri Nabi, maka<br />

kata ahli bait di situ mengacu kepada<br />

para isteri Nabi saw. Jadi pokok pikiran<br />

yang hendak disampaikan ayat adalah<br />

perintah menetap dalam rumah, satu<br />

rangkaian dengan ayat sebelumnya<br />

(ayat 32) dan ayat sesudahnya (ayat 34).<br />

Sementara alasan untuk menyucikan<br />

ahli bait merupakan penjelasan<br />

tambahan yang secara redaksional<br />

tidak bisa dipisahkan menjadi pokok<br />

pikiran yang mandiri.<br />

Adapun masuknya Fatimah, Ali,<br />

Hasan, dan Husain dalam konteks ayat<br />

di atas, terjadi karena perbuatan Nabi<br />

sebagaimana diriwayatkan Muslim dari<br />

Aisyah:<br />

Aisyah ia berkata: Nabi saw. keluar<br />

pada suatu pagi dengan memakai<br />

kain bercorak berwarna hitam. Lalu<br />

datanglah Hasan bin Ali, maka beliau<br />

masukkannya ke dalam kain. Kemudian<br />

Husain datang, maka beliau masukkan<br />

ia bersamanya. Kemudian datang<br />

Fathimah, maka beliau masukkan ke<br />

dalamnya. Kemudian datang Ali, lalu<br />

beliau masukkan pula ke dalamnya.<br />

Lalu beliau membaca ayat 33 surat al-<br />

Ahzab: Sesungguhnya Allah bermaksud<br />

hendak memalingkan dosa dari kamu,<br />

29


Tafsir<br />

hai ahlul bait dan membersihkan kamu<br />

sebersih-bersihnya. (HR. Muslim).<br />

Dengan keberadaan hadis Muslim<br />

ini, maka penafsiran yang baik ialah<br />

yang menggabungkan kedua dalil ini.<br />

Jadi yang dimaksud dengan ahli bait<br />

dalam ayat adalah para isteri Nabi, anak<br />

beliau (Fatimah), cucu beliau (Hasan<br />

dan Husain), dan Ali (menantu). Perlu<br />

digarisbawahi, bahwa Fatimah, Ali,<br />

Hasan, dan Husain adalah orang yang<br />

ikut terkena efek dari perintah dalam<br />

ayat, yaitu terjaga kehormatannya,<br />

jadi tidak ikut diembankan perintah<br />

menetap dalam rumah. Adapun<br />

para isteri Nabi, mereka diperintah<br />

menetap di rumah, dan merasakan<br />

sendiri hikmah terjaganya kehormatan<br />

sebagai akibat perintah tersebut.<br />

Sebagian kalangan Syiah berpendirian<br />

bahwa para isteri Nabi tidak<br />

termasuk dalam cakupan kata ahli bait<br />

dalam ayat 33 surat al-Ahzab. Menurut<br />

al-Qurthubi, penafsiran seperti ini bersumber<br />

dari al-Kilabi (zaman tabiin),<br />

namun orang ini tidak diakui keabsahan<br />

tafsirnya (tidak di-i‘tibar), seandainya<br />

di zaman salaf salih, sungguh<br />

ia ditolak. Al-Kilabi berhujah dengan<br />

zamir [ ] pada ungkapan “ ” dan<br />

“ ” bahwa zamir ini menunjukkan<br />

peralihan topik kepada orang yang berbeda,<br />

bukan lagi para isteri Nabi. Jadi<br />

ayat ini ditafsir secara terpenggal dari<br />

keseluruhan ayat, dan terpisah dari<br />

ayat sebelum dan sesudahnya.<br />

Para mufasir melihat pendapat al-<br />

Kilabi ini mengada-ada, sebab susunan<br />

redaksi ayat tidak memungkinkan<br />

untuk dipahami demikian. Nyatanya<br />

penggunaan zamir jamak muzakkar<br />

yang mencakup muannas cukup lazim<br />

digunakan Alquran, misalnya dua ayat<br />

tentang isteri Nabi Ibrahim as. dan<br />

isteri Nabi Musa as. berikut ini:<br />

Rahmat Allah dan berkah-Nya atas<br />

kamu wahai ahli bayt (keluarga<br />

Ibrahim). (Q.S. Hud [11]: 73)<br />

Ketika ia (Musa as.) melihat api, lalu<br />

berkatalah ia kepada keluarganya: “Tinggallah<br />

kamu (di sini), sesungguhnya<br />

aku melihat api, mudah-mudahan aku<br />

dapat membawa sedikit daripadanya<br />

kepadamu atau aku akan mendapat<br />

petunjuk di tempat api itu.” (Q.S.<br />

Thaha [20]: 10)<br />

Ayat ini menggunakan zamir jamak<br />

muzakkar [ ] untuk menyebut isteriisteri<br />

Nabi Ibrahim as. dan isteri Nabi<br />

Musa as., jadi penggunaan zamir jamak<br />

muzakkar tidak bisa dijadikan alasan<br />

bagi penafsiran al-Kilabi. Dengan demikian,<br />

kata ahli bait dalam ayat adalah<br />

isteri Nabi.<br />

Kepada para isteri Nabi inilah<br />

perintah khusus dalam ayat ditujukan,<br />

yaitu untuk tetap berada di rumah<br />

mereka demi menjaga kehormatan.<br />

Menurut Syaykh Thahir ibn ‘Asyur,<br />

berdasar perintah dalam ayat ini, maka<br />

menetap di rumah merupakan ibadah<br />

Kata “tabarruj”<br />

berarti perbuatan<br />

wanita yang<br />

sengaja<br />

memperlihatkan<br />

‘perhiasan’ kepada<br />

laki-laki<br />

bagi para isteri Nabi. Berpijak pada<br />

teks ayat ini, pendapat sebagian ulama<br />

bahwa perintah menetap dalam rumah<br />

tidak berlaku bagi para isteri kaum<br />

muslimin (selain isteri Nabi) tidak<br />

bisa dinyatakan keliru. Tapi larangan<br />

berhias dan berperilaku seperti<br />

jahiliyyah (tabarruj) tetap berlaku<br />

umum, termasuk untuk semua isteri<br />

kaum muslimin. Hal ini sebagaimana<br />

penegasan dalam ayat 60 surat al-<br />

Nur, di mana wanita beriman dilarang<br />

menampakkan perhiasan mereka.<br />

30 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Katakan kepada wanita yang beriman<br />

“Hendaklah mereka menahan pandangannya,<br />

dan memelihara kemaluannya,<br />

dan janganlah mereka menampakkan<br />

perhiasannya, kecuali yang (biasa)<br />

Nampak dari padanya. Dan hendaklah<br />

mereka menutupkan kain kudung ke<br />

dadanya, dan janganlah menampakkan<br />

perhiasannya, kecuali kepada suami<br />

mereka, atau ayah mereka, atau ayah<br />

suami mereka, atau putera-putera<br />

mereka, atau putera-putera suami<br />

mereka, atau saudara-saudara laki-laki<br />

mereka, atau putera-putera sudara lakilaki<br />

mereka, atau putera-putera saudara<br />

perempuan mereka, atau wanita-wanita<br />

Islam, atau budak-budak yang mereka<br />

miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki<br />

yang tidak mempunyai keinginan (terhadap<br />

wanita) atau anak-anak yang<br />

belum mengerti tentang aurat wanita.<br />

Dan janganlah mereka memukulkan<br />

kakinya agar diketahui perhiasan yang<br />

mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah<br />

kamu sekalian kepada Allah, hai orangorang<br />

yang beriman supaya kamu beruntung.<br />

(Q.S. al-Nur [24]: 31)<br />

Kata “tabarruj” dalam ayat 33<br />

surat al-Ahzab berarti perbuatan<br />

wanita yang sengaja memperlihatkan<br />

‘perhiasan’ kepada laki-laki, baik itu<br />

bagian tubuhnya yang indah, perhiasan<br />

indah yang dipakai ditubuhnya, atau<br />

pakaian indah yang dipakai. Penjelasan<br />

detil bagi larangan tabarruj ini dapat<br />

dilihat dalam ayat 31 surat al-Nur, “wa<br />

la yubdina zinatahunna…” Namun<br />

penggunaan kata “tabarruj jahiliyah”<br />

dalam ayat 33 surat al-Ahzab lebih<br />

mendalam lagi (balaghah), sebab mengandung<br />

unsur membangkitkan rasa<br />

muak terhadap tradisi jahiliyah.<br />

Para ulama berbeda pendapat tentang<br />

kata “al-jahiliyyat al-ula” dalam<br />

ayat. Sebagian mengatakan masa<br />

kelahiran Nabi Ibrahim, sebab para<br />

wanita kala itu keluar rumah dengan<br />

memakai baju rumahan bertatahkan<br />

permata, tujuannya memperlihatkan<br />

kemolekan dirinya kepada kaum lakilaki.<br />

Ada pula ulama yang mengatakan<br />

itu di zaman antara Nabi Nuh dan Nabi<br />

Ibrahim, sebab kala itu wanita turun<br />

ke jalan dengan memakai baju permata


yang tidak berjahit pinggirnya, dan ada<br />

juga yang memakai baju tipis sehingga<br />

tidak menghalangi pandangan lelaki<br />

dari tubuhnya.<br />

Sebagian ulama meyakini bahwa<br />

jahiliyah yang dimaksud adalah masa<br />

sebelum turunnya syariat Islam, sebab<br />

wanita kala itu tidak memakai hijab.<br />

Lalu Islam menetapkan ajaran yang<br />

memelihara kehormatan mereka, jadi<br />

kata “al-jahiliyyat al-ula” bukan berarti<br />

jahiliyah pertama sehingga ada jahiliyah<br />

berikutnya. Sebagian ulama yang lain<br />

menafsirkan kata “al-jahiliyyat al-ula”<br />

tanpa mengaitkan dengan zaman<br />

nabi tertentu, tapi dikatakan sebagai<br />

zaman kebodohan di mana wanita<br />

tidak menutup bagian tubuhnya yang<br />

tidak patut tampak. Ada pula ulama<br />

yang mengatakan bahwa “tabarruj” itu<br />

artinya kondisi di mana wanita bergaul<br />

bebas dengan lelaki, jadi tidak terbatas<br />

pada zaman dahulu atau masa yang<br />

akan datang.<br />

Dari semua penafsiran kata “aljahiliyyat<br />

al-ula” yang dikutip al-<br />

Qurthubi, penulis cenderung melihat<br />

kata ini sebagai kondisi jahiliyah yang<br />

ada dalam rentang waktu sebelum<br />

Islam datang, tanpa perlu dikhususkan<br />

kapan masanya secara konkret.<br />

Alasannya karena Alquran hendak<br />

memberi contoh, jadi contoh itu harus<br />

merupakan hal yang telah ada, yaitu<br />

kondisi yang lebih awal dari masa<br />

ayat ini berbicara. Contoh itu dapat<br />

memberi pemahaman yang begitu<br />

dekat dan nyata bagi audien yang<br />

dituju, hal ini dapat dilihat dari sikap<br />

para isteri Nabi setelah mendengar<br />

ayat ini.<br />

Contohnya sikap Saudah, setelah<br />

wafat Rasul, ia bahkan tidak mau<br />

keluar untuk melaksanakan ibadah<br />

haji dan umrah. Terserah apakah sikap<br />

Saudah ini dipandang berlebihan<br />

atau tidak, yang jelas para isteri Nabi<br />

berusaha menjaga sebaik mungkin<br />

perintah ini, bahkan termasuk untuk<br />

kegiatan luar yang pernah dilakukan<br />

bersama Nabi, seperti haji dan umrah.<br />

Padahal keluar untuk aktivitas ini bisa<br />

dinyatakan sanggup dipelihara agar<br />

tidak mengandung unsur tabarruj.<br />

Di sisi lain, Rasulullah tidak bersikap<br />

kaku, beliau mengizinkan para<br />

isterinya keluar untuk keperluan<br />

mendesak, seperti sabda Rasulullah<br />

berikut ini:<br />

Sesungguhnya Allah mengizinkan kamu<br />

keluar untuk keperluanmu.<br />

Contoh keperluan itu seperti<br />

keluarnya Aisyah pada saat orang<br />

tuanya (Abu Bakar) sakit, yaitu sakit<br />

yang kemudian diketahui sebagai sakit<br />

menjelang wafat. Selain alasan di atas,<br />

selebihnya Aisyah berusaha menyiasati<br />

agar bisa memenuhi aktivitas sosialnya<br />

sambil tetap berada di rumah. Misalnya<br />

kala Sa’ad ibn Abi Waqqash meninggal,<br />

Aisyah meminta agar jenazah Sa’ad<br />

dibawa ke rumahnya (masjid) supaya ia<br />

bisa ikut melakukan shalat jenazah.<br />

Aisyah juga pernah keluar untuk<br />

urusan politik, ia menuju Basrah<br />

untuk kemaslahatan umat saat terjadi<br />

seandainya Aisyah<br />

menyaksikan fitnah<br />

yang menimpa<br />

kaum wanita di<br />

belahan dunia<br />

muslim sekarang,<br />

tentunya Aisyah<br />

lebih berduka lagi.<br />

Perang Jamal. Hal ini menimbulkan<br />

kontroversi di kalangan sahabat<br />

sehingga sebagian sahabat menolak<br />

seperti ‘Ammar ibn Yasir dan ‘Ali ibn<br />

Abi Talib. Tapi sebagian yang lain<br />

justru mendukung dan berangkat<br />

bersama Aisyah, misalnya Thalhah<br />

dan Zubayr. Tentunya bisa dipahami,<br />

munculnya perbedaan karena akibat<br />

beda perspektif dalam ijtihad mereka<br />

terhadap ayat Alquran.<br />

Aisyah melihat kehadirannya ke<br />

Basrah sebagai kebutuhan mendesak<br />

yang berarti memenuhi panggilan ayat<br />

berikut:<br />

Jika dua kelompok umat Islam berperang,<br />

maka damaikanlah antara<br />

keduanya. (Q.S. al-Hujurat [49]: 9)<br />

Perintah melakukan ishlah dalam<br />

ayat ini dipandang termasuk dalam<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Tafsir<br />

keizinan yang dinyatakan Rasul dalam<br />

hadis yang dikutip di atas. Alasannya,<br />

sebagai Umm al-Mukminin, wajar<br />

jika umat memiliki keterikatan dan<br />

kerinduan atas kehadiran beliau.<br />

Dari itu sahabat yang mendukung<br />

yakin bahwa kehadiran beliau akan<br />

membawa maslahat, sebab umat akan<br />

merasa malu dengan kehadiran beliau,<br />

dan sadar dari fitnah yang terjadi akibat<br />

ulah mereka.<br />

Tentunya masing-masing sahabat<br />

punya alasan sendiri dalam ijtihad<br />

mereka. Dari itu sepatutnya kita bertahsin<br />

zann terhadap mereka, dan<br />

sikap Aisyah juga harus diapresiasi<br />

sebagai bentuk kepeduliannya atas<br />

masalah umat. Demikian pula sikap<br />

kita terhadap peristiwa perang Shiffin,<br />

mungkin saja keadaan bisa membaik,<br />

tapi provokasi dari penyebar fitnah<br />

telah duluan mengambil korban.<br />

Menurut Ibn ‘Arabi, sebagian orang<br />

dari kalangan Syiah justru menjadikan<br />

peristiwa keluarnya Aisyah ke Basrah<br />

sebagai alasan untuk menghujat<br />

Aisyah, bahwa Aisyah telah melanggar<br />

perintah Allah dalam ayat 33 surat al-<br />

Ahzab di atas. Padahal para isteri Nabi<br />

saw. tidak pernah keluar dari rumah<br />

mereka kecuali pada hari Jumat saja.<br />

Itu pun hanya selama pelaksanaan<br />

salat Jumat karena rumah mereka<br />

dipakai untuk salat Jumat, dan mereka<br />

kembali lagi setelahnya. Mereka baru<br />

keluar lagi dari rumah Jumat berikutnya,<br />

lalu bagaimana bisa orang seperti<br />

ini tega dihujat. Menurut penulis<br />

sikap menghujat seperti ini tidak proporsional,<br />

sebagai seorang muslim, sepatutnya<br />

lah kita ber-tahsin zann.<br />

Aisyah sendiri meski sudah sangat<br />

hati-hati dalam mengambil putusan<br />

ijtihadnya, namun ia juga kerap kali<br />

menangis ketika membaca ayat ini.<br />

Menurut al-Qurthubi dan Ibn Asyur,<br />

menangisnya Aisyah bukan karena<br />

menyesali keputusan pergi ke Basrah,<br />

tapi lebih karena fitnah yang menimpa<br />

umat ini. Lebih jauh lagi, seandainya<br />

Aisyah menyaksikan fitnah yang menimpa<br />

kaum wanita di belahan dunia<br />

muslim sekarang, tentunya Aisyah<br />

lebih berduka lagi. Adakah fitnah yang<br />

lebih besar dari menjadi ‘jalang’-nya<br />

para wanita di tengah komunitas umat<br />

Islam? Wallahu a‘lam. n<br />

Penulis adalah kandidat doktor PPs<br />

IAIN Ar-Raniry<br />

31


Hadis<br />

Mencari Perlindungan Hari Akhir<br />

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari,<br />

sering sekali seseorang<br />

ditimpa kesusahan, kemiskinan,<br />

kebodohan, tidak mampu bersaing<br />

mencapai prestasi dan berbagai bentuk<br />

kesulitan lainnya. Di satu sisi dia harus<br />

berusaha untuk merubah nasib demi<br />

masa depan yang baik, segala daya dikerahkan<br />

untuk meraih mimpi. Tapi, pada<br />

saat yang sama seorang muslim juga<br />

harus yakin bahwa kehidupan di dunia<br />

tidak lebih dari perjalanan yang telah<br />

diskenariokan Tuhan. Apa yang terjadi<br />

di dunia ini termasuk kesenangan dan<br />

kesulitan telah digaris Tuhan. Hanya<br />

saja karena kita tidak tahu apa yang telah<br />

ditentukan Allah, maka kewajiban<br />

kita lah berusaha dan berdoa.<br />

Keyakinan bahwa semuanya telah<br />

ditentukan Tuhan tanpa dibarengi usaha,<br />

akan terjebak dalam paham Jabbariyah<br />

yang melihat manusia bagaikan kapas<br />

yang ditiup angin. Sebaliknya, menganggap<br />

diri sendiri yang mengatur<br />

tanpa menghadirkan kehendak Allah,<br />

seseorang akan jatuh dalam pemikiran<br />

Qadariyyah yang melihat segala bentuk<br />

perbuatan manusia adalah murni hasil<br />

karya manusia itu sendiri.<br />

Sebagai muslim yang tidak hanya<br />

mengharap kebaikan dari Tuhan tanpa<br />

usaha, dan tidak pula menilai diri sebagai<br />

sumber keberhasilan, sejatinya kita<br />

yakin bahwa segala sesuatu memang<br />

telah ditentukan Tuhan, akan tetapi<br />

karena kita tidak tahu apa yang telah<br />

di tulis di lawhul Mahfuz, kita harus<br />

berusaha untuk mencapai kebahagian<br />

dan tentunya juga berdoa kepada Allah<br />

agar mengabulkan harapan kita.<br />

Kebahagian dunia sebagai anugerah<br />

Allah harus benar-benar dimanfaatkan<br />

sesuai dengan aturan agama. Tetapi di<br />

balik itu semua, jauh di sana masih ada<br />

kebahagiaan hakiki, dalam kehidupan<br />

tanpa akhir. Kelezatan yang tidak pernah<br />

dibayangkan manusia di dunia ini, yaitu<br />

Oleh Salman Abdul Muthalib<br />

kebahagiaan di hari akhir. Akhirat adalah<br />

sebuah keyakinan mendasar dalam<br />

Islam, dalam banyak ayat keimanan<br />

kepada Allah sering sekali dibarengi<br />

dengan keyakinan adanya hari akhir.<br />

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw.<br />

bersabda:<br />

“Tujuh golongan yang akan mendapat<br />

perlindungan Allah pada hari akhirat<br />

nanti, tujuh golongan tersebut adalah<br />

imam yang adil, pemuda yang tumbuh<br />

dan selalu beribadah kepada Allah,<br />

seseorang yang hatinya terpaut dengan<br />

mesjid, dua orang yang saling mencintai<br />

dan berpisah karena Allah, seseorang<br />

yang diajak (berzina) oleh perempuan<br />

yang kaya dan cantik, akan tetapi<br />

dia berkata aku takut kepada Allah,<br />

seseorang yang selalu bersedekah dan<br />

menyembunyikannya, sehingga apa<br />

yang diberi oleh tangan kanan tidak<br />

pernah diketahui tangan kirinya, dan<br />

seseorang yang selalu mengingat Allah<br />

ketika waktu sunyi sampai meneteskan<br />

air matanya.”<br />

Hadis ini--antara lain--terdapat dalam<br />

kitab Muwatta’ karya Imam Malik pada<br />

bab syi’ir, Sahih Bukhari dalam bab azan,<br />

Sunan Tirmizi dalam bab zuhud, dan<br />

Sunan Nasa’i dalam bahasan tentang<br />

qudhat.<br />

Dari hadis di atas dapat dijelaskan<br />

tujuh poin yang harus dikerjakan seorang<br />

muslim agar ia perlindungan<br />

Allah pada hari akhirat. Hari yang tidak<br />

ada seorang pun dapat menolongnya,<br />

hari di mana harta dan kelurga tidak<br />

berpengaruh apa-apa. Hari di mana<br />

32 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

anggota tubuh manusia akan berbicara<br />

di depan Tuhan, menjadi saksi bagi<br />

segala perilaku di dunia.<br />

1. Keadilan<br />

Secara bahasa, keadilan berarti menempatkan<br />

sesuatu pada tempatnya.<br />

Istilah keadilan sering sekali ditujukan<br />

pada seseorang yang memiliki bawahan,<br />

di mana bawahan selalu mengharap<br />

adanya perlakukan yang adil antara<br />

anggota yang lain. Seorang pemimpin<br />

harus adil memperlakukan bawahannya,<br />

tidak diskriminatif, tidak mementingkan<br />

golongan sendiri.<br />

Nabi Muhammad telah meneladankan<br />

keadilan pada masanya, bahkan<br />

terhadap kafir Quraisy ketika mere-ka<br />

memintanya menjadi penengah dalam<br />

kasus pengangkatan hajar aswad. Beliau<br />

telah memperlihatkan bentuk keadilan<br />

pada mereka.<br />

2. Ibadah<br />

Allah menegaskan dalam Alquran<br />

bahwa tujuan utama diciptakan manusia<br />

dan jin adalah untuk beribadah<br />

kepadanya. Yaitu dengan melaksanakan<br />

apa saja yang diperintah-Nya dan menjauhi<br />

larangan-Nya.<br />

Perlu ditegaskan di sini, bahwa<br />

apa saja yang dilakukan seseorang asal<br />

dapat memberi kemaslahatan kepada<br />

orang merupakan ibadah. Bahkan dari<br />

sebuah hadis Nabi dapat dipahami<br />

bahwa membuang secuil duri di jalanan<br />

agar orang lain tidak menginjaknya juga<br />

sebagai ibadah.<br />

Dalam hal ini, perlu juga diingatkan<br />

bahwa kehidupan muslim dalam dunia<br />

ini harus seimbang antara hubungan<br />

dengan Allah dan hubungan dengan<br />

hamba, sebagian orang selalu baik dan<br />

taat kepada Allah swt. dalam hal seperti<br />

ibadah mahdhah, salat, puasa. Akan<br />

tetapi ia lupa bahwa kepekaan sosial,<br />

perhatian terhadap kaum miskin, saling


erbagi antara sesama juga merupakan<br />

ibadah.<br />

3. Dekat dengan Mesjid<br />

Kedekatan seseorang dengan rumah<br />

ibadah dapat dijadikan sebagai ukuran<br />

betapa dia memang dekat dengan<br />

Tuhan. Kedekatan di sini tidak hanya<br />

terbatas dalam makna kedekatan fisik,<br />

betapa banyak orang yang tinggal<br />

berdekatan dengan masjid, akan tetapi<br />

mereka tidak pernah berada dalamnya<br />

untuk beribadah. Dekat dengan masjid<br />

disini adalah kedekatan jiwa seseorang<br />

dengan rumah ibadah, ia selalu<br />

menjadikan masjid tempat berdoa,<br />

beribadah bahkan menghabiskan waktu<br />

luangnya di masjid.<br />

Sangat disayangkan banyak di antara<br />

kaum muslim yang jarang sekali ke<br />

masjid untuk beribadah, bahkan dalam<br />

satu tahun kunjungannya ke masjid<br />

dapat dihitung jari. Ketika masjid-masjid<br />

sekarang dapat dijumpai di mana-mana<br />

dan dibangun dengan megah, berbagai<br />

corak dan model dikembangkan, tetapi<br />

jamaah yang memenuhi saf-saf salat<br />

di masjid sangat sedikit. Ironisnya lagi<br />

mereka lebih banyak menghabiskan<br />

waktu di cafe-cafe, tempat itu dijadikan<br />

sebagai rumah kedua bagi mereka.<br />

4. Cinta karena Allah<br />

Hubungan seseorang dengan orang<br />

lain sering sekali putus di tengah jalan<br />

dalam waktu yang dekat, pertemanan<br />

yang hanya berujung pada perkelahian<br />

dan kemurkaan. Hal ini karena<br />

persahabatan itu dipupuk bukan atas<br />

dasar Islam dan keikhlasan, melainkan<br />

kepentingan yang diperebutkan.<br />

Persahabatan yang tidak didasarkan<br />

pada keikhlasan tidak akan abadi, yang<br />

abadi hanyalah kepentingan, begitu<br />

kepentingan selesai, maka persahabatan<br />

juga akan berakhir.<br />

Sebagai contoh, dapat kita lihat<br />

seorang gubernur atau bupati dan<br />

pasangannya, begitu berakhir masa<br />

jabatan, berakhir pula persahabatan, dan<br />

tidak jarang mereka saling bermusuhan<br />

untuk mencari jabatan masa mendatang.<br />

Persahabatan dan cinta antara mereka<br />

bukan berdasarkan keikhlasan, tetapi<br />

persahabatan atas dasar kepentingan.<br />

Islam menganjurkan umatnya untuk<br />

saling kasih mengasihi, cinta mencintai<br />

sesama, hanya karena Allah. Saling cinta<br />

mencintai karena Allah, persahabatan<br />

atas dasar Islam, pertemanan bukan<br />

karena kepentingan. Jika memang<br />

persahabatan itu dipupuk karena Allah,<br />

maka kapanpun tali silaturahmi itu tidak<br />

akan putus, sampai Allah memisahkan<br />

antara mereka dengan ajal.<br />

5. Takut melakukan Dosa<br />

Tidak ada yang bebas dari dosa,<br />

kecuali para Rasul yang ma’shum karena<br />

kehendak Allah. Semua manusia berdosa,<br />

tetapi sebaik-baik orang berdosa adalah<br />

orang yang mau bertaubat. Taubat<br />

bukan sekedar meninggalkannya sesaat,<br />

tetapi taubat yang diterima adalah orang<br />

yang menyesali perbuatan dosanya dan<br />

berazam dengan tekat yang kuat untuk<br />

tidak mengulanginya kembali.<br />

Dalam hadis di atas, meskipun tidak<br />

dapat dipahami secara jelas, akan tetapi<br />

para ulama menjelaskan bahwa ajakan<br />

perempuan yang dimaksud adalah zina.<br />

Seorang lelaki yang imannya lemah,<br />

sungguh dia akan mengikuti ajakan<br />

murka tersebut, tetapi jika sesorang telah<br />

membekali dirinya dengan sesuatu<br />

yang dapat menjauhkan diri dari zina,<br />

maka pada saat itu dia akan takut terhadap<br />

azab Allah di hari akhir nanti.<br />

Zina merupakan salah satu dosa besar<br />

yang harus dijauhi oleh setiap muslim,<br />

bahkan Allah dalam Alquran melarang<br />

muslim berdekatan dengan perbuatanperbuatan<br />

yang dapat menjurus pada<br />

zina. Begitu buruknya perbuatan ini,<br />

Allah menetapkan hukumannya 100<br />

kali dera, bahkan bagi yang muhshan<br />

(sudah nikah) harus dirajam sampai<br />

mati.<br />

Dalam keseharian kita harus selalu<br />

memupuk keimanan, agar dengannya<br />

rasa takut kita kepada Allah semakin<br />

bertambah, dan akhirnya berbagai<br />

bentuk godaan yang datang dapat<br />

diantisipasi dengan mudah.<br />

6. Sedekah<br />

Kepedulian sosial termasuk bagian<br />

dari ajaran Islam, banyak ayat Alquran<br />

dan hadis Nabi yang memotivasi umat<br />

untuk bersedekah, membatu orang<br />

yang membutuhkan, peduli pada orang<br />

yang tidak berkecukupan. Apa yang<br />

diberi tidak mengharap apapun kecuali<br />

balasan dari Tuhan. Di sini keikhlasan<br />

sangat diperlukan, sehingga jika<br />

seseorang memberikan sesuatu pada<br />

yang lain, bukan karena ada harapan di<br />

balik pemberian tersebut.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Hadis<br />

Begitu indahnya ajaran Islam<br />

tentang kepedulian sesama umat,<br />

untuk mendorong manusia berbuat<br />

baik dalam hal ini, dalam sebuah hadis<br />

yang diriwayatkan al-Bukhari, Rasul<br />

bersabda:<br />

“Tangan yang di atas lebih baik daripada<br />

tangan yang di bawah, tangan yang di<br />

atas memberi dan tangan yang di bawah<br />

meminta.”<br />

Di samping itu, Islam melarang<br />

kita menghardik orang yang memintaminta,<br />

meskipun perbuatan memintaminta<br />

tidak baik dilakukan, akan tetapi<br />

dalam kenyataannya fenomena tersebut<br />

menjadi sesuatu yang tidak dapat<br />

dipungkiri.<br />

7. Zikir<br />

Sebagai kekuatan rohani yang sangat<br />

kokoh, Islam menganjurkan umatnya<br />

agar selalu berzikir kapan dan di mana<br />

pun. Dalam Alquran digambarkan<br />

bahwa orang-orang berakal adalah<br />

mereka yang mengingat Allah sambil<br />

berdiri atau duduk atau dalam keadaan<br />

berbaring dan mereka memikirkan<br />

tentang penciptaan langit dan bumi.<br />

Zikir secara umum dimaknai dengan<br />

mengingat Allah dan segala ciptaannya,<br />

secara lebih khusus, zikir juga dapat<br />

diartikan melaksanakan salat. Adapun<br />

makna zikir dalam hadis di atas adalah<br />

melaksanakan salat pada waktu malam,<br />

ketika orang-orang terlelap dalam<br />

tidurnya, seseorang bangun melawan<br />

kedinginan malam, menghilangkan rasa<br />

malas demi untuk bersujud kepada Allah<br />

yang telah menciptakannya, merenungi<br />

tentang kehidupan ini agar imannya<br />

selalu bertambah sebagai bekal menuju<br />

akhirat nanti.<br />

Apa yang telah dipaparkan di atas,<br />

tujuh macam ajaran yang terkandung<br />

dalam hadis Rasul akan menghantarkan<br />

umat pada kemenangan di hari akhir,<br />

hari yang tidak ada manfaat lagi harta<br />

dan kekayaan, keluarga dan handai<br />

taulan, semuanya tidak akan dapat<br />

menolongnya kecuali amal ibadah yang<br />

telah ia siapkan. Semoga kita semua<br />

akan mendapat perlindungan dari Allah<br />

dalam menggapai kesuksesan pada hari<br />

akhir nanti. Wallahu A’lam bisshawab. n<br />

Penulis ialah Dosen Fak. Ushuluddin<br />

IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.<br />

33


Opini<br />

Konsep Dasar Penilaian Kelas<br />

Persoalan penilaian hasil belajar<br />

siswa adalah problem<br />

yang dihadapi semua guru di<br />

lingkungan madrasah, baik Madrasah<br />

Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,<br />

maupun Madrasah Aliyah (<strong>Santunan</strong>,<br />

<strong>edisi</strong> 10, Oktober <strong>2011</strong>, halaman<br />

29). Kesimpulan saya seperti yang<br />

diuraikan lewat opini dalam majalah<br />

ini bulan lalu, “Benarkah Nilai Rapor<br />

yang Anda Berikan Selama Ini,” diambil<br />

berdasarkan hasil monitoring saya<br />

baru-baru ini ke bebarapa madrasah di<br />

Aceh. Beberapa kepala madrasah, wakil<br />

kepala madrasah bidang kurikulum<br />

dan guru yang saya temui, belum<br />

mengerti benar tentang bagai-mana<br />

teknis penilaian hasil belajar dengan<br />

menggunakan Kurikulum Tingkat<br />

Satuan Pendidikan (KTSP).<br />

Karenanya sebelum saya sajikan<br />

bagaimana cara melakukan penilaian<br />

hasil belajar peserta didik secara<br />

utuh, terlebih dahulu saya sampaikan<br />

beberapa hal yang perlu diperhatikan<br />

dalam pelaksanaan penilaian kelas. Di<br />

antaranya pengertian penilaian, penilaian<br />

KTSP, fokus penilaian, manfaat<br />

dan fungsi penilaian kelas. Ini penting<br />

dipahami sebagai ulang kaji dalam melakukan<br />

penilaian berbasis kelas.<br />

Makna<br />

Penilaian merupakan proses untuk<br />

mendapatkan informasi tentang perkembangan,<br />

prestasi dan kinerja peserta<br />

didik yang dilakukan secara<br />

sistematis dan berkesinambungan.<br />

Data yang diperoleh pendidik selama<br />

pembelajaran berlangsung, dapat<br />

dijaring dan dikumpulkan melalui<br />

prosedur dan alat penilaian yang<br />

Oleh Mardin M. Nur<br />

sesuai dengan kompetensi atau hasil<br />

belajar yang akan dinilai. Dari proses<br />

ini akan diperoleh potret atau profil<br />

kemampuan peserta didik secara utuh<br />

dalam mencapai sejumlah standar<br />

kompetensi dan kompetensi dasar yang<br />

dijabarkan dengan beragam indikator<br />

yang tercantum dalam silabus.<br />

KTSP<br />

Penilaian dalam KTSP adalah<br />

penilaian berbasis kompetensi, yaitu<br />

bagian dari kegiatan pembelajaran<br />

yang dilakukan untuk mengetahui<br />

pencapaian kompetensi. Pencapaian<br />

kompetensi peserta didik meliputi<br />

aspek kognitif (pengetahuan), psikomotor<br />

(keterampilan), dan afektif<br />

(sikap). Penilaiannya dapat dilakukan<br />

pada awal, selama proses dan pada akhir<br />

setiap kali pembelajaran. Penilaian juga<br />

dilakukan pada akhir semuah pokok<br />

bahasan (postes), tengah semester<br />

(prasemester) atau akhir semester<br />

(sumatif).<br />

Agar guru dapat melakukan peni-<br />

34 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

laian pada awal, selama proses dan pada<br />

akhir setiap kali pembelajaran, guru<br />

harus menyusun rencana pelaksanaan<br />

pembelajaran (RPP) yang realistis. Artinya,<br />

penetapan indikator yang akan<br />

dicapai setiap pertemuan dari Standar<br />

Kompetensi (SK) dan Kompetensi<br />

Dasar (KD) disesuaikan dengan jumlah<br />

jam yang tersedia. Sehingga semua<br />

indikator pembelajaran yang dimunculkan<br />

saat itu tuntas dibahas.<br />

Tidak ada indikator yang dilanjutkan<br />

pembahasannya pada pertemuan<br />

yang akan datang. Jika ada indikator<br />

yang ditunda pembahasannya, proses<br />

penilaian akan sulit dilakukan.<br />

Inilah yang disebut dengan sistem<br />

pembelajaran tuntas. Maksudnya,<br />

semua indikator yang dimunculkan<br />

dari sebuah SKKD, tuntas dibahas,<br />

tuntas dipahami dan tuntas dilakukan<br />

penilaian hasil pembelajaran. Tidak ada<br />

indikator pembelajaran yang tertuang<br />

dalam RPP yang tersisa dan ditunda<br />

pembahasannya pada pertemuan<br />

mendatang.<br />

Fokus<br />

Fokus penilaian KTSP adalah keberhasilan<br />

belajar peserta didik dalam<br />

mencapai standar kompetensi yang<br />

ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,<br />

kompetensi yang harus dicapai<br />

berupa Standar Kompetensi (SK) mata<br />

pelajaran yang selanjutnya dijabarkan<br />

dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk<br />

tingkat satuan pendidikan, kompetensi<br />

yang harus dicapai peserta didik adalah<br />

Standar Kompetensi Lulusan (SKL).<br />

Penilaian dalam KTSP menggunakan<br />

acuan kriteria, yaitu hasil yang<br />

dicapai peserta didik tidak diban-


dingkan dengan peserta didik lainnya.<br />

Melainkan dibandingkan dengan kriteria<br />

atau standar yang ditetapkan.<br />

Apabila peserta didik telah mencapai<br />

standar sesuai Kriteria Ketuntasan<br />

Minimal (KKM) yang telah ditetapkan,<br />

ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran<br />

tertentu. Apabila belum mencapai<br />

standar itu, peserta didik harus mengikuti<br />

program remedial atau perbaikan<br />

sehingga mencapai KKM yang ditetapkan.<br />

Penilaian hasil belajar baik formal<br />

maupun informal dilaksanakan dalam<br />

suasana yang kondusif, sehingga memungkinkan<br />

peserta didik menunjukkan<br />

secara maksimal apa yang<br />

dikuasai dan dimilikinya baik kognitif,<br />

psikomotor maupun afektif. Upaya<br />

untuk menghimpun secara totalitas<br />

kemampuan hasil belajar peserta didik<br />

dapat dilaksanakan melalui berbagai<br />

cara. Di antaranya melalui penilaian<br />

unjuk kerja (performance), penilaian<br />

sikap, penilaian tertulis (paper and<br />

pencil test), penilaian proyek, penilaian<br />

produk, penilaian melalui kumpulan<br />

hasil kerja atau karya peserta didik<br />

(portfolio) dan penilaian diri.<br />

Manfaat<br />

Ada beberapa manfaat yang dapat<br />

diperoleh dari penilaian kelas:<br />

1. Memberikan umpan balik bagi<br />

peserta didik agar mengetahui<br />

kekuatan dan kelemahannya dalam<br />

proses pencapaian kompetensi,<br />

sehingga peserta didik termotivasi<br />

untuk meningkatkan dan<br />

memperbaiki proses hasil belajar.<br />

2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis<br />

kesulitan belajar yang dialami<br />

peserta didik sehingga dapat dilakukan<br />

pengayaan dan remedial.<br />

3. Umpan balik bagi pendidik dalam<br />

memperbaiki pendekatan, metode,<br />

teknik, kegiatan dan sumber<br />

belajar yang digunakan.<br />

4. Masukan bagi pendidik guna merancang<br />

kegiatan belajar yang kondusif<br />

dan menyenangkan.<br />

5. Memberi informasi kepada orang<br />

tua peserta didik, komite madrasah<br />

dan stakeholders tentang efektivitas<br />

pendidikan sehingga partisipasi<br />

mereka dapat ditingkat-kan.<br />

6. Memberikan umpan balik bagi<br />

pengambil kebijakan dalam mempertimbangkan<br />

konsep penilaian.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

Fungsi<br />

Penilaian kelas berfungsi:<br />

1. Menggambarkan penguasaan peserta<br />

didik terhadap suatu kompetensi.<br />

2. Mengevaluasi hasil belajar peserta<br />

didik dalam rangka membantu<br />

peserta didik baik secara akademik<br />

maupun non akademik.<br />

3. Menemukan kesulitan belajar dan<br />

kemungkinan prestasi yang bisa<br />

dikembangkan peserta didik.<br />

4. Sebagai alat diagnosis untuk membantu<br />

pendidik menentukan apakah<br />

peserta didik perlu mengikuti remedial<br />

atau pengayaan.<br />

5. Menemukan kelemahan dan kekurangan<br />

proses pembelajaran<br />

yang sedang berlangsung guna<br />

perbaikan proses pembelajaran berikutnya.<br />

6. Sebagai alat kontrol bagi pendidik<br />

untuk mengetahui kemajuan dan<br />

perkembangan peserta didik.<br />

(bersambung)<br />

Penulis adalah Kepala Madrasah<br />

Berprestasi Nasional tingkat MTs<br />

(2000) dan tingkat MA (2003),<br />

kini bekerja di Kemenag Aceh<br />

Dewan Pengurus Wilayah<br />

Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPW BKPRMI) <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya<br />

sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Drs. H. Nasruddin Ibrahim, M.Ag H. Akhyar, M.Ag<br />

Ketua Umum Sekretaris Umum<br />

35


Opini<br />

Sertifikat Nikah; Harapan dan Kenyataan<br />

Tarik ulur sertifikat nikah menjadi<br />

perhatian penulis, mengingat<br />

pengguna kebijakan (user) itu<br />

adalah calon pengantin (catin). Dua<br />

sejoli itu yang akan melangsungkan<br />

pernikahan. Terus jadi cikal bakal rumah<br />

tangga sebagai kelompok terkecil<br />

dalam sebuah masyarakat. Baik dan<br />

buruknya sebuah tatanan masyarakat,<br />

dimulai dari baik jeleknya mereka.<br />

Dalam kaitan adanya usaha mengharuskan<br />

catin untuk memiliki sertifikat<br />

nikah di Aceh, seharusnya<br />

masyarakat tidak perlu takut. Bahkan<br />

sebaliknya, harus mendukung secara<br />

penuh karena dengan adanya sertifikat<br />

tersebut. Petugas di KUA menjadi yakin<br />

bahwa calon pengantin sudah memiliki<br />

ilmu dan pegangan dalam menjalankan<br />

bahtera rumah tangganya dan bersikap<br />

bijak ketika menghadapi problema keluarganya.<br />

Dengan demikian, mereka<br />

diharapkan tidak mudah emosional<br />

dalam menyelesaikan persoalan rumah<br />

tangga dengan mengedepankan kekerasan<br />

dan bahkan bercerai.<br />

Realitas<br />

Sehubungan dengan persoalan<br />

ini, penulis melihat adanya tiga gejala<br />

pergeseran kondisi masyarakat Aceh.<br />

Pertama, rasa takut tidak lulusnya<br />

calon pengantin dari kursus tersebut<br />

yang mengakibatkan tertundanya akad<br />

nikah sesuai dengan jadwal yang telah<br />

disepakati oleh kedua pihak calon<br />

mempelai, bahkan berdampak pada<br />

bergesernya acara prosesi pernikahan.<br />

Padahal pensyaratan lebih bertujuan<br />

agar calon pengantin dibekali<br />

ilmu dasar yang berhubungan dengan<br />

pernikahan. Jika ilmu tersebut tidak<br />

dimiliki bisa berakibat adanya tindakan<br />

yang dilakukan, tapi dilarang oleh<br />

agama dan negara, seperti larangan ber-<br />

Oleh Saifullah M. Yunus, Lc, MA<br />

hubungan suami istri ketika istri dalam<br />

keadaan haidh, larangan berhubungan<br />

jika suami atau istri mengucapkan<br />

zhihar sampai pelakunya membayar<br />

kafarat, dan banyak hukum lain yang<br />

wajib diketahui oleh calon pengantin.<br />

Jadi, jika tidak diketahui, bisa menjerumuskan<br />

keduanya kepada perbuatan<br />

dosa. Mempelajari ilmu yang<br />

berhubungan dengan nikah baik ilmu<br />

agama, ilmu kesehatan reproduksi dan<br />

UU serta peraturan negara yang berhubungan<br />

dengan pernikahan menjadi<br />

sangat penting. Perasaan takut tidak lulus,<br />

tidak wajar terjadi pada orang yang<br />

mengaku dirinya seorang muslim apalagi<br />

masyarakat Aceh yang identik dengan<br />

Islam. Betapa malunya masyarakat<br />

Aceh yang dikenal sebagai masyarakat<br />

yang kuat agamanya, tapi ternyata ilmu<br />

agama dasar saja tidak dikuasainya. Sedangkan<br />

materi bimibingan yang lain<br />

adalah peraturan perundang-undangan<br />

tentang perkawinan di antaranya peraturan<br />

perundangan di bidang perkawinan<br />

dan keluarga, manajemen keluarga,<br />

kesehatan reproduksi serta psikologi<br />

perkawinan dan keluarga (Perdirjen<br />

Bimas Islam No. DJ.II/491/2009 tentang<br />

Kursus Catin)<br />

Ilmu agama dasar yang diuji pada<br />

saat calon pengantin mengikuti bimbingan,<br />

secara garis besar mencakup<br />

tiga hal, yaitu aqidah meliputi sifatsifat<br />

wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah<br />

dan bagi Rasul, Rukun Iman, dan Rukun<br />

Islam. Ibadah meliputi rukun dan<br />

syarat shalat, cara bersuci dari janabah<br />

(mandi junub), dan doa bersetubuh.<br />

Serta munakahat meliputi arti, tujuan<br />

dan hikmah pernikahan, hak suami<br />

dan kewajiban istri, hak istri dan kewajiban<br />

suami, arti dan akibat li’an,<br />

zhihar, ila’, rujuk, talak cerai, talak<br />

gugat dan akibat perceraian serta cara<br />

36 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

menyelesaikan konflik rumah tangga,<br />

nusyuz, ‘iddah, hukum menyusui, dan<br />

hadhanah (pengasuhan anak).<br />

Materi di atas sifatnya sangat mendasar<br />

dan efektif untuk mencegah<br />

keretakan rumah tangga. Banyak sekali<br />

calon pengantin yang tidak mengetahui<br />

batas waktu rujuk bagi talak raj’i,<br />

mereka tidak mengetahui rujuk hanya<br />

dibolehkan dari talak raj’i dan mereka<br />

tidak mengetahui perbedaan talak raj’i<br />

dengan talak ba’in. Banyak juga yang<br />

menakut-nakuti istri dengan ancaman<br />

cerai. Ada pula yang tidak mengetahui<br />

batas maksimal haidh dan macammacam<br />

darah serta cara menandai<br />

masa pergantian darah haidh ke masa<br />

suci, darah nifas dan batasannya, darah<br />

kotor (istihadhah) dan hukumnya.<br />

Kedua, rasa takut dijadikannya<br />

sertifikat nikah sebagai pra syarat<br />

adalah bukti rendahnya pengetahuan<br />

masyarakat Aceh terutama tentang<br />

dasar-dasar agama. Jadi, harapan menjadikan<br />

Aceh sebagai daerah sumber<br />

ilmu pengetahuan <strong>Agama</strong> dan daerah<br />

yang bersyariat Islam jauh panggang<br />

dari api. Krisis ilmu pengetahuan<br />

agama yang melanda masyarakat Aceh<br />

dewasa ini tidak saja dihadapi oleh<br />

remaja dan pemuda Aceh, tapi orang<br />

dewasa, bahkan para pejabat dan politisi<br />

pun mengalami hal yang sama.<br />

Buktinya, pada pilkada Aceh tahun dan<br />

tahun ini, ada calon kepala daerah yang<br />

tidak lulus tes (tidak mau dites) baca<br />

al-Qur’an sehingga gagal mencalonkan<br />

diri. Juga caleg (calon anggota legislatif).<br />

Rendahnya pemahaman agama<br />

tidak saja dialami oleh catin, bahkan<br />

orang tua calon mempelai wanita yang<br />

akan menjadi wali nikah pun banyak<br />

yang tidak memahami ilmu dasar<br />

agama. Hal ini sudah menyebar ke<br />

seluruh desa-desa yang ada di Aceh


saat ini dan menjadi penghalang besar<br />

bagi pembinaan masyarakat jika tidak<br />

adanya sebuah perangkat hukum yang<br />

sifatnya memaksa.<br />

Ketiga, rendahnya kesadaran masyarakat<br />

Aceh terutama di desa-desa<br />

untuk mempelajari agama bila tanpa<br />

pembebanan yang bersifat memaksa.<br />

Jangankan urusan agama, untuk mengurus<br />

KTP, KK (Kartu Keluarga), dan<br />

Akte Kelahiran saja, masih harus dipaksa.<br />

Saat ini, banyaknya orang tua<br />

yang sibuk mengurus Akte Kelahiran<br />

anaknya disebabkan adanya peraturan<br />

sekolah yang mengharuskan siswa<br />

baru melampirkan Akte Kelahiran.<br />

Drs. H. Ramlan<br />

Kepala Kankemenag Banda Aceh<br />

Drs. H. Hamdan<br />

Kepala Kankemenag Aceh Tengah<br />

Drs. H. Julaidi Kasem<br />

Kepala Kankemenag Nagan Raya<br />

Drs. H. Asy’ari<br />

Kepala Kankemenag Aceh Selatan<br />

Drs. H. Faisal Hasan<br />

Kepala Kankemenag Aceh Timur<br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M.Ag<br />

Kepala Kankemenag Kota Lhokseumawe<br />

Harapan<br />

Pertama, persyaratan sertifikat<br />

nikah mestinya menjadi salah satu<br />

metode untuk memperbaiki kualitas<br />

pengetahuan calon pengantin sehingga<br />

perlu didukung oleh semua lapisan<br />

masyarakat terutama para pengambil<br />

kebijakan. Kedua, persyaratan tersebut<br />

bukanlah momok yang menakutkan<br />

karena materi yang diuji sangat<br />

mendasar dan seharusnya tidak ada<br />

yang tidak lulus jika bimbingan diikuti<br />

dengan serius.<br />

Ketiga, dengan adanya persyaratan<br />

tersebut, akan menimbulkan sikap<br />

sungguh-sungguh bagi calon pengan-<br />

Kepala-Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten/Kota dalam <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Opini<br />

tin. Keempat, perlu adanya pembebanan<br />

yang bersifat mengikat dan memaksa<br />

agar persyaratan tersebut tidak<br />

diremehkan.<br />

Dan ke kelima; perlunya penyusunan<br />

buku yang memuat dan merangkum<br />

materi-materi dasar tersebut<br />

untuk diberikan kepada calon pengantin<br />

yang akan mengikuti bimbingan<br />

di KUA. Selamat menempuh hidup<br />

baru, moga Allah memberkati Anda<br />

berdua, barakallahu lakuma wabarik<br />

‘alaikuma.n<br />

Penulis adalah Staf KUA Kecamatan<br />

Lapang Kemenag Kabupaten Aceh<br />

Utara<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai<br />

Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Drs. Salahuddin<br />

Kepala Kankemenag Aceh Besar<br />

Drs. Salman Arifin, M.Ag<br />

Kepala Kankemenag Kota Sabang<br />

Drs. Hj. Mirati<br />

Kepala Kankemenag Simeulue<br />

Drs. Hasan Basri<br />

Plt. Kepala Kankemenag Gayo Lues<br />

H. Zulkifli Idris<br />

Kepala Kankemenag Aceh Utara<br />

Drs. H. M. Yunus Ibrahim, M.Pd<br />

Kepala Kankemenag Kota Langsa<br />

Drs. M. Djakfar M. Nur<br />

Kepala Kankemenag Pidie<br />

Drs. H. Amiruddin Husein. MA<br />

Kepala Kankemenag Aceh Jaya<br />

H. Syarbaini, SH<br />

Kepala Kankemenag Aceh Barat Daya<br />

Drs. Jauharuddin<br />

Kepala Kankemenag Aceh Tenggara<br />

Drs. Amrun Saleh<br />

Kepala Kankemenag Bener Meriah<br />

Rislizar Nas, S.Ag<br />

Kasubbag TU Kankemenag Kota Subulussalam<br />

Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag<br />

Kepala Kankemenag Bireuen<br />

Drs. H. M. Arif Idris, MA<br />

Kepala Kankemenag Aceh Barat<br />

Drs. H. Herman<br />

Kepala Kankemenag Aceh Singkil<br />

H. T. Helmi, Sm. Hk., S.Ag.<br />

Kepala Kankemenag Aceh Tamiang<br />

Drs. Ilyas Muhammad<br />

Plt. Kepala Kankemenag Pidie Jaya<br />

37


Opini<br />

Mau Fasilitas Lebih, Haji Plus Aja<br />

ini anggota Dewan,<br />

masa fasilitasnya begini,<br />

“Saya<br />

kami mau pindah ke maktab<br />

lain yang lebih bagus,” suara di ujung<br />

telepon itu mengagetkan salah seorang<br />

pegawai <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>. Dari<br />

Makkah, suara itu berasal, dengan nada<br />

membentak-bentak pula, dilakukan<br />

oleh seorang jamaah haji yang mengaku<br />

sebagai pejabat.<br />

Di lain waktu petugas dikagetkan<br />

oleh berita di media massa yang<br />

memberitakan ada jamaah haji yang<br />

diterlantarkan di Embarkasi Sultan<br />

Iskandar Muda Banda Aceh, sumber<br />

berita berasal dari seorang jamaah<br />

yang merupakan pengusaha terkenal<br />

di Banda Aceh. Terlepas benar tidaknya<br />

laporan “gelap” tersebut, namun cukup<br />

mengganggu konsentrasi petugas yang<br />

sedang bekerja.<br />

Komplain jamaah haji tiap tahun<br />

jadi makanan petugas dan <strong>Kementerian</strong><br />

agama secara keseluruhan, kalau ditelusuri<br />

lebih jauh, umumnya komplain<br />

berlebihan yang bahkan ada yang mengarah<br />

kepada demonstrasi tersebut,<br />

diprovokasi oleh jamaah yang berlatar<br />

belakang; Pejabat, Pengusaha, dan Jamaah<br />

yang sudah haji berkali-kali.<br />

Pejabat karena tabiatnya yang<br />

ingin dilayani, hingga ke tanah suci<br />

pun masih membawa jabatannya yang<br />

sementara itu. Pengusaha alias orang<br />

kaya yang dengan duitnya merasa<br />

mampu membeli berbagai fasilitas,<br />

selalu mau dilayani sesuai kehendak<br />

hatinya. Sedangkan jamaah yang sudah<br />

haji berkali-kali dapat membandingkan<br />

pelayanan yang diterimanya dari tahun<br />

ke tahun. Kalau ada yang kurang,<br />

segera melayangkan protes. “Tahun ini<br />

kok pelayanannya tidak sebagus tahun<br />

kemarin?” begitulah kira-kira nadanya,<br />

walau tidak persis.<br />

Salah Kaprah<br />

Ada yang aneh bin ajaib dengan<br />

mereka yang suka dilayani tersebut,<br />

Oleh Mulyadi Nurdin, Lc<br />

sudah tau haji itu perjuangan,<br />

pengorbanan, masih saja mau berlagak<br />

macam orang berwisata dengan<br />

fasilitas serba wah. Katakanlah mau<br />

bayar berapa pun asal dilayani sepuas<br />

hati, Pemerintah sebenarnya sudah<br />

menyediakan fasilitas untuk itu melalui<br />

“haji Plus”, haji dengan standar hotel<br />

bintang lima. Haji Plus yang dikelola<br />

oleh biro perjalanan swasta tersebut<br />

memang bebas menggunakan fasilitas<br />

yang diinginkan seperti hotel dan jadwal<br />

yang bisa diatur suka-suka orang yang<br />

punya duit, tentu saja dengan biaya<br />

yang lebih tinggi.<br />

Biar lebih mudah dipahami, kita<br />

contohkan saja “Haji reguler” itu<br />

sebagai kereta api kelas ekonomi,<br />

yang penumpangnya berdesakan, atau<br />

semacam bus Damri atau Robur yang tiap<br />

hari bolak-balik ke kampus Darussalam,<br />

sedangkan “haji plus” itu umpama bus<br />

AC Non-Stop seat 2-1 yang memberikan<br />

pelayanan prima kepada penumpangnya,<br />

kalau pelayanannya kurang memuaskan<br />

boleh telpon kantor, dan sopir pun akan<br />

dipecat. Tapi kalau naik Robur, jangan<br />

coba-coba telpon kantor ketika anda<br />

tidak mendapatkan tempat duduk.<br />

Tamsilan di atas belum dipahami<br />

secara utuh oleh orang yang hobbynya<br />

protes ketika orang lain sedang khusyuk<br />

ibadah, masa ngakunya pejabat tapi<br />

naik haji masih menggunakan fasilitas<br />

rakyat jelata, atau tidak malu mengaku<br />

pengusaha sedangkan naik haji masih<br />

menggunakan fasilitas orang miskin?.<br />

Seharusnya orang yang mengakungaku<br />

dirinya pejabat harus malu<br />

38 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

menggunakan kuota rakyat banyak,<br />

karena pelayanan disana hanya standar<br />

ekonomi, seharusnya mereka segera<br />

pesan nomor porsi haji orang kaya (haji<br />

plus) supaya bisa berangkat bareng artis<br />

ibukota dengan fasilitas hotel Hilton<br />

bintang lima disertai oleh guide yang<br />

mahir dan fasih berbahasa Arab.<br />

Bagi rakyat jelata, naik haji adalah<br />

ibadah, tidak ada waktu untuk protes<br />

sana protes sini. Bagi mereka hadir di<br />

tanah suci merupakan kemuliaan yang<br />

tidak mau dikotori oleh pikiran-pikiran<br />

picik dan selalu mencari kesalahan<br />

orang lain.<br />

Dalam manasik pun sering<br />

disampaikan supaya di tanah suci<br />

tidak boleh bertengkar, berkata tidak<br />

senonoh, apalagi bermusuhan. Rakyat<br />

kecil seringkali taat pada pesan tersebut.<br />

Lain halnya bagi sebagian elit yang<br />

bisanya hanya menggunakan fasilitas<br />

rakyat karena pelit mengeluarkan duit<br />

lebih.<br />

Selama haji memang dibenarkan<br />

untuk wisata, di sela-sela ibadah<br />

diperkenakan mengunjungi tempattempat<br />

bersejarah, plus belanja aneka<br />

oleh-oleh dan souvenir dari tanah<br />

suci, walaupun dalam hadiah dari Arab<br />

tersebut kadang-kadang tertulis “made<br />

in Indonesia”.<br />

Namun perlu diingat, gaya wisata<br />

orang miskin dengan orang kaya<br />

tidaklah sama, bagi orang kaya pasti<br />

menginginkan lebih, sedangkan orang<br />

miskin cenderung lebih qana’ah. Selama<br />

masih mencampurkan diri dengan orang<br />

miskin, fasilitas yang didapatkan sampai<br />

kiamat pun tidak akan memuaskan.<br />

Kalau memang anda banyak duit,<br />

ingin haji tiap tahun, dan ingin fasilitas<br />

memuaskan, jangan salahkan si Ana dan<br />

si Anu, jangan pelit, daftarkan aja diri<br />

anda dan keluarga ke haji plus. Mahal?<br />

Tentu saja, kan Anda banyak duit? n<br />

Penulis adalah Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Islam Fungsional Kemenag Kab.<br />

Aceh Besar.


Ketika harus membuat tulisan ini,<br />

lama saya berdiskusi, berdialog<br />

dengan sekian banyak masalah<br />

yang bermunculan. Di tengah orang<br />

sibuk berseteru soal boleh tidaknya<br />

calon perseorangan dalam Pilkada di<br />

Aceh, atau di tengah carut marutnya<br />

kondisi sosial perpolitikan, justru kali<br />

ini saya tidak ingin terjebak dalam<br />

situasi politik itu. Biarlah masalah itu<br />

urusan para elite untuk bertarung siapa<br />

yang bakal menguasai Aceh lima tahun<br />

ke depan.<br />

Setelah hampir satu jam saya<br />

berdiskusi, berdiolog dengan batin dalam<br />

larut malam terhadap sekian banyak<br />

masalah yang makin bermunculan,<br />

akhirnya saya ingat pada sebuah tradisi<br />

yang hilang, yang belum lama ini<br />

dicanangkan kembali oleh <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Suryadhama Ali di Banda Aceh.<br />

Yaitu mengihidupkan kembali tradisi<br />

mengaji selepas megrib, lewat Gerakan<br />

Masyarakat Megrib Mengaji (GM3) di<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh.<br />

Tradisi itu memang telah terbukti<br />

menjadi kunci dari segala pembentukan<br />

watak anak manusia dalam menguasai<br />

dasar ilmu agama yang tidak boleh<br />

dinafikan. Dulu, sebelum kemajuan<br />

sepesat ini, anak-anak begitu lugu<br />

dan jujur. Mereka jujur terhadap<br />

dirinya, lingkungannya, dan orang lain.<br />

Kejujuran itu terbentuk dari dasar paling<br />

sederhana, sesuai peralatan hidup yang<br />

belum canggih ketika itu.<br />

Tiap kita melewati lorong-lorong<br />

desa sehabis megrib dulu, yang<br />

terdengar adalah suara “anakum” saling<br />

bertautan dari rumah ke rumah. Anakanak<br />

begitu yakin mengaji di rumah<br />

Tgk. Luwi (seorang Tgk. Gampong) yang<br />

mengajar ngaji anak-anak tanpa pamrih.<br />

Seusai ngaji, mereka diajarkan berbagai<br />

hafalan doa dan praktek akidah sebagai<br />

Tradisi Anakum<br />

Tinggal Kenangan<br />

Oleh Nab Bahany As<br />

dasar pembentukan pribadi, sekaligus<br />

bekal jadi pegangan hidup mereka<br />

ketika dewasa kelak.<br />

Sejak kecil, anak-anak dulu sudah<br />

ditanamkan berbagai pemahaman<br />

agama. Malam hari mereka ngaji di<br />

rumah-rumah teungku gampong.<br />

Siangnya sekolah di Madrasah dengan<br />

mata pelajaran yang sangat relevan dari<br />

apa yang didapatkan di tempat pengajian<br />

di rumah-rumah teungku gampongnya<br />

masing-masing.<br />

Dulu, begitu anak-anak masuk<br />

Madrasah, yang pertama sekali diajarkan<br />

adalah: “Innama Buistu Liutambima<br />

Makarimal Akhlak” (Hanyasanya, aku<br />

ini diutuskan untuk menyempurnakan<br />

budi pekerti dan akhlak manusia yang<br />

mulia). Hadis ini begitu terhafal di<br />

kalangan anak-anak dulu. Hampir<br />

tak ada anak-anak yang sekolah di<br />

Madrasah dulu yang tidak mengetahui<br />

maksud Hadis ini. Itu tercermin dari<br />

pergaulan keseharian mereka, bahwa<br />

Hadis tersebut telah menjadi dasar<br />

pembentukan budi pekerti mereka<br />

dalam hidup sehari-hari.<br />

Kini segalanya telah burubah. Desa<br />

yang dulu riyuh dengan “nyanyian<br />

anakum” sehabis megrib di gamponggampong<br />

telah berganti sinetron “Cinta<br />

Fitri”. Anak-anak yang dulu hafal segala<br />

rukun ibadah, kini berganti hafalan<br />

nyanyian “keong racun”. Rumah Tgk.<br />

Luwi yang dulunya semarak dengan<br />

“aleh ba ta sa” dan hafalan “soal, jika kita<br />

ditanyai orang, berapa perkara rukun<br />

Salat itu” sebagai salah satu dari isi kitab<br />

masa-ilal musftadi (sebuah kitab dasar)<br />

yang mengajarkan anak-anak untuk<br />

memahami segala rukun ibadah yang<br />

wajib diketahui untuk dilaksanakan<br />

oleh setiap anak muslim. Suasana itu<br />

kini hanya tinggal kenangan. Karena<br />

anak-anak kini lebih suka berkumpul<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Kolom Budaya<br />

di depan TV menunggu tayangan siaran<br />

idolanya masing-masing.<br />

Bila anak-anak dulu lebih hafal nama<br />

malaikat 10 dengan tugasnya masingmasing<br />

yang dinazamkan dalam bentuk<br />

syair-syair Aceh, dan nama Nabi 25<br />

yang wajib diketahui oleh anak-anak<br />

sejak usia dini, sekarang anak-anak<br />

lebih ingat dengan nama-nama artis<br />

ibukota. Anak-naka yang dulu demikian<br />

lancar menghafal sifat 20 sebagai sifat<br />

Tuhan yang wajib diketahui oleh setiap<br />

anak muslim, kini mereka lebih pintar<br />

menghafal jadwal susunan acara TV<br />

yang selalu menjadi pantauannya.<br />

Betapa telah sunyi suara “anakum”<br />

di rumah kita di gampong-gampong<br />

yang dulunya pernah marak di bawah<br />

sinar panyet ceulot dengan tradisi<br />

pengajian anak-anak yang begitu tulus<br />

bejajar ilmu agama. Sekarang, setelah<br />

sinar listrik menerangi lorong-lorong<br />

desa, pancaran ilmu agama pun menjadi<br />

redup terkalahkan oleh silaunya lampu<br />

merkury yang menerangi jurong-jurong<br />

gampong sebagai program listrik masuk<br />

desa.<br />

Dulu, ketika usia saya masih tujuh<br />

tahun pada tahun 1971, pada saat<br />

hampir semua tatanan hidup masih<br />

serba tradisional, kehidupan desa begitu<br />

indah dengan warna-warni religius.<br />

Begitu azan magrib berkumandang,<br />

anak laki-laki telah siap dengan peci dan<br />

kain sarung menuju ruman teungku<br />

masing-masing atau ke Menasah<br />

untuk belajar ngaji. Begitu pula anak<br />

39


Kolom Budaya<br />

perempuan, menjelang magrib mereka<br />

telah siap dengan selendang panjang<br />

dan pinggangan sarung menuju rumah<br />

teungku ngajinya masing-masing.<br />

Biasanya, bagi anak perempun sehabis<br />

ngaji langsung nginap di rumah<br />

teungku. Mereka pulang esok pagi<br />

setelah Salat subuh untuk membantu<br />

rutinits keluarga sebelum berangkat<br />

sekolah.<br />

Batapa kita merindukan tradisi<br />

belajar ngaji seperti itu dapat tumbuh<br />

kembali di gampong-gampong di Aceh.<br />

Anak-anak yang belajar ngaji di rumahrumah<br />

teungku di gampong dulu,<br />

mereka biasanya diajarkan milai dari<br />

Quran ubeut (jusamma) sampai bisa<br />

membaca Quran rayek (Quran 30 jus),<br />

kemudian dilanjutkan dengan belajar<br />

kitab fihq dasar masa-ilal musftadi<br />

sebagai awal dari pemahaman hukum<br />

agama yang harus diketahui oleh setiap<br />

anak Islam.<br />

Dari situlah sebenarnya dasar<br />

pembentukan pribadi setiap anak<br />

muslim yang akan menentukan sikap<br />

dan tingkah laku, serta budi pekerti<br />

yang akan akan menjadi cerminan<br />

moral ketika ia dewasa kelak. Adakah<br />

pemahaman dasar keagamaan ini masih<br />

tertanam dalam diri anak-anak kita<br />

sekarang? Kita boleh saja merindukan<br />

tradisi belajar ngaji anak-anak untuk<br />

kembali seperti dulu di Aceh. Dan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> juga boleh saja<br />

mengharapkan Gerakan Masyarakat<br />

Magrib Mengaji di Aceh menjadi pailot<br />

projek bagi semua <strong>Prov</strong>insi lainnya di<br />

Indonesia.<br />

Tapi yang harus disadari,<br />

mengembalikan masyarakat dalam<br />

tradisi pola hidup 40 tahun yang<br />

lalu bukan pekerjaan gampang. Tak<br />

usah jauh, untuk mengembalikan<br />

tradisi peran Geuchik dan fungsi<br />

Mukim saja di Aceh saat ini demikian<br />

susah, setelah tradisi itu dirusak oleh<br />

Undang-Undang No. 5 Tahun 1979<br />

tentang penyeragaman Pemerintahan<br />

Desa semasa Orde Baru. Sampai hari<br />

ini kita masih belum berhasil untuk<br />

mengembalikan fungsi Geuchik dan<br />

peran Imum Mukim seperti sediakala<br />

di Aceh. Meskipun Qanun tentang<br />

pengakatan dan pemberhentian<br />

Geuchik dan Mukim telah disahkan,<br />

namun Qanun tersebut masih sangat<br />

lemah dalam mengembalikan tradisi<br />

kepemimpinan Geuchik dan Mukim di<br />

Aceh.<br />

Pak Suryadharma Ali boleh<br />

mengharapkan Aceh bisa menjadi<br />

pailaot projek Gerakan Masyarakat<br />

Mengrib Mengaji untuk daerah lain<br />

di Indonesia. Tapi tidak dengan sertamerta<br />

pencanangan GM3 ini, besok<br />

lusa dapat langsung diterapkan di Aceh.<br />

Sebab, yang harus disadari, dalam<br />

perjalanan waktu selama 40 sebelumnya<br />

hingga hari ini, tatanan pola hidup<br />

masyarakat di Aceh sudah demikian<br />

jauh berubah. Di tahun 1970-an tradisi<br />

megrib mengaji adalah keharusan bagi<br />

anak-anak sebagaimana yang telah kita<br />

gambarkan di atas.<br />

Namun dalam pola hidup hari ini,<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI<br />

Jakarta<br />

Semoga selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah SWT<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya sebagai Kepala<br />

Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Juniazi, S.Ag<br />

Pemimpin Redaksi<br />

40 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

dengan Swalayan dan café-café yang<br />

terus bermunculan hingga ke desa-desa,<br />

telah membuat anak-anak dan remaja<br />

kita kini lebih suka menghabiskan waktu<br />

megrib di tempat-tempat itu, daripada<br />

mereka menghabiskan waktunya di<br />

rumah-rumah teungku di gampong<br />

untuk belajar ngaji. Dalam pola hidup<br />

seperti itu bagaimana kita harus<br />

mengembalikan tradisi megrib mengaji<br />

di Aceh. Dan kita tak bisa bayangkan,<br />

bila saat ini pola hidup anak-anak kita<br />

sudah demikian merisaukan, bagaimana<br />

untuk 10 atau 20 tahun ke depan.<br />

Generasi seusia saya seusia saya saat<br />

ini mungkin termasuk generasi terakhir<br />

yang masih beruntung, karena masa<br />

kanak-kanaknya dulu masih sempat saya<br />

habiskan dalam tradisi “anakum” yang<br />

masih berlaku di tahun-tahun 1970-an.<br />

Sehingga sedikit banyak—mengskipun<br />

tidak pernah nyantri (meudagang) di<br />

dayah—dasar-dasar agama yang pernah<br />

diajarkan Tgk. Luwi dan Tgk. Sami’un<br />

dulu telah menjadi bekal pegangan<br />

dalam mengendalikan kemajuan hidup<br />

sekarang ini.<br />

Sekiranya masa kecil saya dibesarkan<br />

di era akhir 1980-an, mungkin saya<br />

tak akan pernah tahu berapa jumlah<br />

rukun iman, dan tak pernah akan<br />

bisa menghafal sifat Tuhan yang wajib<br />

diketahui, serta mingkin saya tak akan<br />

pernah bisa hafal siapa nama-nama<br />

Nabi 25 dan nama-mana Malaikat 10<br />

yang mesti diketahui sebagai seorang<br />

anak muslim. Sebab, bagi anak-anak<br />

yang lahir dalam era 1980-an, tradisi<br />

pendidikan keagamaan di Aceh telah<br />

mengalami perubahan yang sangat<br />

mendasar.<br />

Sekolah-sekolah agama (Madrasah)<br />

yang sebelumnya mengajarkan 70<br />

persen materi pelajaran agama,<br />

memasuki tahun 1980-an kurikulum<br />

Madrasah dirubah menjadi 70 persen<br />

pelajaran umum dan 30 pelajaran<br />

agama. Sehingga, mata pelajaran<br />

agama di sekolah Madrasah, seperti<br />

tafsir-hadis, aqidah-akhlak, imsyak dan<br />

imlak, tauhid dan nahu’ saraf, dengan<br />

sendirinya dihilangkan sebagai mata<br />

perajaran agama di sekolah-sekolah<br />

Madrasah. Mungkin disitulah awal<br />

dari akibat terjadinya kemerosotan<br />

pendidikan agama bagi anak didik kita<br />

dewasa ini. n<br />

Penulis, budayawan, tinggal di<br />

Banda Aceh.


Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan<br />

pengamatan dan penelitian dalam bidang biologi, karena<br />

dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda<br />

yang kecil. Tanpa bantuan mikroskop, maka untuk mengamati bagianbagian<br />

sel dan jaringan dengan jelas dan rinci tidak dapat dilakukan.<br />

Mikroskop dapat membuat objek pengamatan yang kecil terlihat besar.<br />

Untuk mengantisipasi kondisi keterbatasan mikroskop yang tersedia<br />

di sekolah, pada bulan Juli <strong>2011</strong>, saya memperkenalkan mikroskop<br />

sederhana dari botol plastik kepada siswa MAN Model Banda Aceh.<br />

Untuk mengetahui keberhasilan pembuatan dan penggunaan<br />

mikroskop sebagai alat pembelajaran pada pengamatan sel bawang<br />

merah, saya melakukan penelitian pada siswa kelas X6 tahun pelajaran<br />

<strong>2011</strong>/2012.<br />

Hasil penelitian menunjukkan 86,1% siswa berhasil membuat<br />

mikroskop sederhana dengan terampil dan rapi. Siswa berhasil<br />

menggunakannya dengan terampil dan hasil pengamatannya jelas.<br />

Berikut teknik pembuatan mikroskop sederhana dari botol plastik<br />

Langkah 1:<br />

• Pilih botol plastik minuman dengan motif aluran melingkar<br />

• Gunting botol pada bagian pinggir aluran yang cembung dan sisakan<br />

tiga aluran.<br />

Langkah 2:<br />

• Tandai garis belahan simetris pada kedua sisi botol plastik<br />

Langkah 3:<br />

• Gunting pada bagian antara kedua garis.<br />

• Gunting pada bagian pinggir aluran cembung sampai batas antara<br />

garis sisi lainnya.<br />

• Sisakan satu bagian alur cembung yang di tengah.<br />

Langkah 4:<br />

• Potong bagian alur tiga tepat pada garis belahan simetris yang telah<br />

ditandai.<br />

Langkah 5:<br />

• Lipat bagian alur satu ke bagian alur tiga sampai ke bagian bawahnya<br />

dan lipat lagi.<br />

• Potong bagian ujung alur satu sepanjang 2 cm untuk lensa<br />

Sains<br />

Mikroskop dari Botol<br />

Oleh Dra. Elli Arianti, M.Pd<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

penutup.<br />

• Bentuk lensa okuler pada alur satu bagian yang cembung dengan<br />

panjang 2 cm dan berjarak 1,5 cm dari batas lipatan antara alur<br />

tiga.<br />

• Bentuk bulatan kecil dan tidak dihitamkan sebagai lensa okuler,<br />

sedangkan yang lainnya dihitamkan dengan spidol permanen warna<br />

hitam secara merata.<br />

Langkah 6:<br />

• Mikroskop sederhana dari botol palstik minuman telah selesai dan<br />

siap untuk digunakan.<br />

Cara Menggunakan Mikroskop Sederhana dari Botol Plastik<br />

Minuman pada<br />

Pembelajaran Pengamatan Sel Bawang Merah<br />

Langkah 1:<br />

• Balikkan bagian alur tiga pada posisi cekung dan teteskan air pada<br />

bagian alur tengah.<br />

• Letakkan prefarat yang akan diamati (kulit ari bawang merah yang<br />

sangat tipis), kemudian tutup dengan potongan plastik yang telah<br />

dipotong untuk lensa penutup.<br />

• Prefarat harus tepat di bawah lensa okuler.<br />

Langkah 2:<br />

• Balikkan alur tiga pada posisi cembung.<br />

• Lipat alur satu ke atas alur tiga.<br />

• Tetesi air dengan menggunakan lidi atau congkel gigi di atas bulatan<br />

yang tidak diwarnai fungsi sebagai lensa okuler.<br />

• Arahkan ke tempat cahaya dan amati prefarat melalui bulatan lensa<br />

okuler.<br />

• Sambil diamati gerakkan alur satu perlahan-lahan untuk<br />

mendapatkan hasil pengamatan (seperti fungsi skrup kasar pada<br />

mikroskop sebenarnya).<br />

• Untuk melihat bayangan benda lebih luas, gerakkan alur satu ke<br />

samping kiri atau kanan. n<br />

Penulis adalah Guru Biologi MAN Model Banda Aceh, Pemenang<br />

I Lomba Karya Ilmiah Guru ( LKIG) Bidang Ilmu Pengetahuan<br />

Alam dan Teknologi yang diselenggarakan oleh LIPI th. <strong>2011</strong><br />

41


Konsultasi BP4<br />

Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi Aceh)<br />

Assalamu’alaikum wr. wb.<br />

Pengasuh yang terhormat.<br />

Saya menikah enam tahun lalu di<br />

sebuah tempat di Aceh. Tidak seperti<br />

pasangan lain yang menikah secara<br />

terbuka dan disaksikan orang banyak,<br />

pernikahan kami agaknya sangat rahasia.<br />

Bahkan sengaja dirahasiakan,<br />

de-ngan alasan agar orang lain tidak<br />

tahu, sekali pun dihadapan orang tua<br />

dan saksi. Sebab saya istri keduanya,<br />

istri pertamanya sudah diceraikan.<br />

Namun sekarang terbukti bahwa suami<br />

saya masih terikat nikah dengan istri<br />

pertamanya. Meski demikian saya tidak<br />

mempersoalkan, yang saya butuhkan<br />

sekarang adalah buku nikah, sebagai<br />

bukti bahwa saya adalah istrinya, apalagi<br />

sampai saat Ini kami sudah dikaruniai<br />

oleh Allah, dua putra putri.<br />

Pertanyaan saya, pertama, bagaimana<br />

hubungan saya selanjutnya dengan<br />

suami, karena sampai saat ini saya tidak<br />

memiliki buku nikah. Kedua, bagaimana<br />

dengan nafkah anak, termasuk biaya<br />

pendidikan. Jawaban bapak pengasuh<br />

sangat saya harapkan, setidaknya memberikan<br />

petunjuk kepada saya agar<br />

suami saya tetap bertanggungjawab<br />

memberikan kewajiban berupa nafkah<br />

dan biaya lainnya, karena akhir-akhir<br />

ini sudah jarang pulang, bahkan nafkah<br />

pun hampir terlupakan<br />

Wassalam<br />

Hamba Allah<br />

di Lhokseumawe<br />

Wa’alaikumussalam wr. wb.<br />

Anda di samping termasuk salah<br />

seorang yang beruntung, dan juga bernasib<br />

kurang baik. Dikatakan beruntung<br />

karena Anda sudah punya suami dan<br />

anak. Dikatakan bernasib kurang baik<br />

karena anda termasuk salah seorang<br />

korban karena tidak memiliki legalitas<br />

berupa Kutipan Buku Akta Nikah.<br />

Pengasuh juga masih bersyukur bahwa<br />

pernikahan anda dengan suami anda<br />

enam tahun lalu di hadapan orang<br />

tua Anda dan juga dihadiri saksi. Bila<br />

pernikahan yang Anda lakukan benar<br />

Nikah, Kenapa Rahasia?<br />

seperti yang Anda utarakan, Anda<br />

masih masuk dalam kelompok diridhai<br />

Allah. Jika tidak, Anda dan suami Anda<br />

termasuk orang-orang yang dimurkai<br />

Allah. Artinya bila dalam akad nikah<br />

dulu tidak ada wali, tidak ada saksi, Anda<br />

dikatakan telah melakukan mesum alias<br />

berzina, dan anak pun akan disebut<br />

anak zina, na’uzublllah min dzalik.<br />

Mengapa pernikahan Anda dirahasiakan?<br />

Sudah diketahui secara umum<br />

bahwa pernikahan dirahasiakan biasanya<br />

karena pertama, pernikahan itu<br />

tanpa ada wali, maka disembunyikan,<br />

agar tidak ada hambatan dalam pelaksanaannya.<br />

Harus pula diakui pernikahan<br />

tanpa wali tidak sah, sesuai sabda<br />

Rasulullah Saw, “la nikaha lIIa bi<br />

waliyyin,” Tidak sah suatu pernikahan<br />

tanpa wali, (HR.Bukhari MusIIm, lebih<br />

lanjut periksa Asy-Syawkani, Naylul<br />

Awthar, juz VI: 230, hadits ke 2.648).<br />

Dalam hadits dari ‘Aisyah ra disebutkan,<br />

“Wanita mana saja yang menikah tanpa<br />

seizin walinya, maka nikahnya batal,<br />

nikahnya batal, nikahnya batal,” (HR.<br />

Bukhari Muslim. Asyawkani, Naylul<br />

Awthar, juz VI: 230).<br />

Kedua, pernikahan yang sah secara<br />

agama/syariat namun tidak di hadapan<br />

PPN (Pegawai Pencatat Nikah) dan tidak<br />

dicatat. Tidak dicatat karena beberapa<br />

sebab antara lain karena, takut diketahui<br />

orang atau disebabkan yang bersangkutan<br />

istri kedua dari suaminya<br />

PNS atau wanita itu sendiri sebagai<br />

istri sebagai PNS, sehingga orang tak<br />

tahu bahwa ia sudah melanggar aturan<br />

Negara. Menurut UU No. 1 Tahun 1974<br />

tentang Perkawinan menyebutkan,<br />

bahwa perkawinan dianggap sah bila<br />

perkawinannya dicatat.<br />

Selain alasan tadi, bisa juga karena<br />

faktor lainnya, untuk menjaga hal-hal<br />

yang seharusnya tidak terjadi, seperti<br />

karena berbeda status sosialnya, yang<br />

diperkirakan mendapat celaan dari<br />

warga masyarakat bila pernikahannya<br />

diketahui orang banyak. Namun bila<br />

kita jujur dan mengikuti Rasul saw.,<br />

seyogianya pernikahan itu harus di-<br />

42 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

umumkan sehingga khalayak ramai<br />

tahu, dan Insya Allah terhindar dari<br />

fitnah. Rasulullah saw. bersabda yang<br />

artinya,” Adakan walimah walau seekor<br />

kambing,” (HR.Bukhari dan MusIIm).<br />

Pernikahan yang tak Dicatat<br />

Pernikahan tidak dicatat dan tidak<br />

memiliki Kutipan Akta Nikah akan<br />

sangat merugikan istri dan anak-anaknya.<br />

Bila terjadi konflik dalam keluarga,<br />

maka istri mengalami kesulitan baik<br />

menyampaikannya ke KUA Kecamatan,<br />

atau juga melanjutkan kasusnya ke<br />

Mahkamah Syar’iyah. Hal ini seperti<br />

Anda sudah alami, apalagi Anda sudah<br />

mengetahui bahwa suami Anda<br />

memiliki istri saat menikah dengan<br />

Anda. Karena itu wajar bila selama ini<br />

suami anda jarang pulang bahkan tidak<br />

pulang sama sekali, persoalannya adalah<br />

ke mana Anda harus mengadu terutama<br />

menyangkut nafkah atau hal-hal lain<br />

berkaitan dengan masalah keluarga.<br />

Juga seorang istri akan kesulitan<br />

mendapatkan warisan bila suaminya<br />

meninggal dunia, disebabkan tidak bisa<br />

memperlihatkan surat nikah.<br />

Demikian pula imbasnya kepada<br />

anak, terutama biaya pendidikan dan<br />

nafkah lainnya, karena tidak ada bukti<br />

bahwa anak itu orang tuanya si fulan<br />

misalnya. Seorang suami bisa saja<br />

mengelak/menghindar dari kewajibannya<br />

nafkah dan tanggung jawab lainnya.<br />

Inilah kesulitan, salah satunya ketidak<br />

pastian hukum, seperti sudah pengasuh<br />

jelaskan sebelumnya, bila pernikahan<br />

seseorang tidak dicatat sesuai ketentuan<br />

perundang-undangan yang berlaku.<br />

Akhirnya pengasuh menyampaikan<br />

kepada Anda, agar senantiasa mendekatkan<br />

diri kepada Allah swt., dengan<br />

melaksanakan semua perintah, dan<br />

meninggalkan seluruh larangan-Nya,<br />

diiringi dengan doa, agar suami Anda<br />

selalu diberi petunjuk oleh Allah serta<br />

memiliki tanggung jawab kepada anda<br />

sebagai istrinya, demikian pula tanggungjawabnya<br />

terhadap anak-anaknya.<br />

Wassalamu’alaikum. n


Konsultasi Hukum Islam<br />

Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.<br />

Assalamu’alaikum ww.<br />

Bapak pengasuh yang terhormat.<br />

Di sekolah atau tempat tertentu, saya<br />

lihat ada masyarakat yang melaksanakan<br />

qurban secara kolektif. Uang dikumpul<br />

sedemikian rupa menurut kesanggupan<br />

dan keikhlasan, hingga mencapai harga<br />

seekor kambing, sapi dan sejenisnya.<br />

Apakah hal seperti ini dapat disebut<br />

sebagai qurban? Demikian dan atas<br />

jawaban Bapak saya ucapkan terima<br />

kasih.<br />

Erni,<br />

di Banda Aceh<br />

Jawaban:<br />

Wa’alaikumussalam wr. wb.<br />

Qurban sudah ada ketentuan mengenai<br />

jumlah orang yang berqurban<br />

untuk setiap seekor kambing/kibas,<br />

lembu, dan unta. Untuk seekor kambing,<br />

misalnya, hanya untuk qurban<br />

satu orang atau untuk satu keluarga<br />

meskipun jumlahnya banyak. Hadis<br />

taqririyyah Nabi saw.:<br />

“Pada masa Rasulullah saw. ada seseorang<br />

(suami) menyembelih seekor<br />

kambing sebagai qurban bagi dirinya dan<br />

keluarganya.”<br />

Jadi kalaupun ada qurban kolektif<br />

masyarakat atau madrasah, maka yang<br />

paling mungkin direkomendasikan<br />

untuk yang namanya qurban adalah<br />

kolektif untuk satu keluarga. Tidak<br />

untuk selebihnya.<br />

Untuk kepentingan pendidikan masyarakat<br />

sejak dini, terhadap anak sekolah<br />

misalnya, agar memiliki kepedulian<br />

terhadap lingkungannya, terutama sekali<br />

untuk warga miskin, sangat perlu dilatih<br />

Qurban Kolektif, dan buat Almarhum<br />

pembangunan jiwa sosial peserta didik<br />

tetapi bukan dengan sebutan qurban<br />

dalam arti ritual ibadah yang sudah tertentu.<br />

Dapat saja mengambil tema-tema<br />

semacam “gerakan peduli para fuqara”<br />

misalnya yang juga merupakan ibadah<br />

yang sangat-sangat penting dan relevan<br />

dengan momen ibadah qurban dengan<br />

harapan bahwa pada saat mereka dewasa<br />

nanti dan sudah memiliki penghasilan<br />

akan tumbuh dan berkembang sifat-sifat<br />

kedermawanan dan peduli lingkungan<br />

dalam kontek ritual ibadah seperti qurban,<br />

dan ibadah lainnya. Sebenarnya,<br />

memang, sifat kikir lah yang harus<br />

dibasmi dari kalangan umat Islam dengan<br />

menumbuhkan sifat peduli sebagai<br />

tanda syukur bahwa semua rezki itu<br />

datangnya dari Allah swt.<br />

Masih terkait dengan jumlah pengurban,<br />

ada riwayat lain dari Rasulullah saw.<br />

yang menerangkan bahwa, untuk seekor<br />

sapi memungkinkan untuk tujuh orang<br />

dan untuk seekor unta dimungkinkan<br />

untuk sepuluh orang. Dimungkinkan<br />

artinya adalah mungkin juga untuk satu<br />

orang dan ahli baitnya sesuai dengan<br />

kemampuan orang yang berqurban.<br />

Dari Ibnu Abbas ra, beliau bersabda:<br />

“Dahulu kami pernah bersafar bersama<br />

Rasulullah saw., lalu tiba lah hari raya<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Idul Adha, maka kami pun berserikat<br />

10 orang untuk qurban seekor unta.<br />

Sedangkan untuk seekor sapi, kami berserikat<br />

sebanyak tujuh orang.”<br />

Asy-Syaukani mengatakan, “Dari berbagai<br />

perselisihan ulama, yang benar<br />

qurban kambing boleh diniatkan untuk<br />

satu keluarga walau pun dalam keluarga<br />

tersebut ada 100 jiwa atau lebih,” konon<br />

lagi kalau untuk seekor sapi dan unta.<br />

Sekali lagi, bahwa bersyarikat (kolektif)<br />

dalam hal qurban dalam makna<br />

yang sebenarnya sangat terikat dengan<br />

batasan-batasan yang telah ada dari<br />

baginda Rasulullah saw. Namun dalam<br />

maknanya yang lebih luas, yaitu berupa<br />

kepedulian terhadap orang susah, tetap<br />

dapat dilakukan dan juga merupakan<br />

ibadah dalam bentuknya yang lain. Dan<br />

hal ini sangat penting bagi kemungkinan<br />

menumbuhkan semangat ber-qurban<br />

dalam arti yang sebenarnya pada saat<br />

telah memiliki kemampuan secara material<br />

dan immaterial untuk kepentingan<br />

taqarrub kepada Allah swt. melalui ibadah<br />

qurban. Semoga! Wallahu A’lam.n<br />

Assalamu’alaikum ww.<br />

Bapak pengasuh yang terhormat.<br />

Di tengah masyarakat terdapat pelaksanaan<br />

qurban untuk orang yang sudah<br />

meninggal dunia. Sebenarnya bagaimana<br />

hukumnya hal yang sedemikian dan<br />

dan sebenarnya semangat apa yang diharapkan<br />

dari kegiatan berqurban ini.<br />

Terima kasih atas jawaban Bapak.<br />

Akmal,<br />

di Bener Meriah<br />

Jawaban:<br />

Wa’alaikumussalam wr. wb.<br />

Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih<br />

dahulu disampaikan makna hadits<br />

berikut:<br />

Aku menyaksikan bersama Nabi saw. salat<br />

43


KHI<br />

Idul Adha di mushalla (tanah lapang).<br />

Ketika selesai khutbah, beliau turun dari<br />

mimbar. Lalu dibawakan seekor kambing<br />

dan Rasulullah menyembelihnya dengan<br />

tangannya langsung dan berkata, “Bismillah<br />

wa Allahu Akbar, hadza ‘anny<br />

wa amman lam yudhahi min ummaty”<br />

(Bismillahi Allahu Akbar, ini dariku dan<br />

dari umatku yang belum menyembelih).<br />

“Sesungguhnya Rasulullah saw. meminta<br />

seekor domba bertanduk, lalu dibawakan<br />

untuk disembelih sebagai qurban. Lalu<br />

beliau berkata kepadanya (‘Aisyah), “Wahai,<br />

‘Aisyah, bawakan pisau,” kemudian<br />

beliau berkata: “Tajamkanlah (asahlah)<br />

dengan batu.” Lalu ia melakukannya.<br />

Kemudian Nabi saw. mengabil pisau<br />

tersebut dan lalu menidurkannya dan<br />

menyembelihnya dengan mengatakan:<br />

“Bismillah, wahai Allah! Terimalah dari<br />

Muhammad dan keluarga Muhammad<br />

dan dari umat Muhammad,” kemudian<br />

menyembelihnya”<br />

Hadis di atas dapat disebutkan<br />

meliputi yang masih hidup atau telah<br />

meninggal (almarhum) dari umatnya<br />

karena tidak ada rincian, apakah orang<br />

yang “tidak menyembelih qurban atau<br />

umat Muhammad” itu yang sudah<br />

meninggal dunia atau yang masih hidup.<br />

Dapat saja mencakup kedua-duanya.<br />

Namun karena tidak ada tradisi secara<br />

gamblang bahwa Nabi dan para sahabat<br />

pernah menyembelih qurban untuk<br />

orang yang sudah meninggal, maka<br />

yang paling mudah dipahami bahwa<br />

menyembelih qurban itu hanya untuk<br />

kepentingan orang yang hidup secara<br />

terencana untuk membangun hubungan<br />

sosial kepada lingkungan dengan penuh<br />

keajegan. Orang yang sudah meninggal<br />

tidak terbebani lagi untuk membangun<br />

keajegan hubungan sosial yang sama<br />

kepada orang yang hidup kecuali dari<br />

sumber “sunnah-hasanah” (lembaga atau<br />

pranata potensial) yang telah dibangunnya<br />

terdahulu pada masa hayat.<br />

Nabi saw. tidak pernah mengkhu-suskan<br />

menyembelih untuk seorang yang<br />

telah meninggal. Beliau tidak menyembelih<br />

kurban untuk Hamzah, pamannya,<br />

padahal Hamzah merupakan kerabatnya<br />

44 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

yang paling dekat dan dicintainya. Nabi<br />

tidak pula menyembelih kurban untuk<br />

anak-anaknya yang meninggal dimasa<br />

hidup beliau, yaitu tiga wanita yang telah<br />

bersuami dan tiga putra yang masih<br />

kecil. Nabi saw juga tidak menyembelih<br />

kurban untuk istrinya, Khadijah, padahal<br />

ia merupakan istri tercintanya. Demikian<br />

juga, tidak ada berita jika para sahabat<br />

menyembelih qurban bagi salah seorang<br />

yang telah meninggal dari keluarga yang<br />

dicintainya.<br />

Ulama memang ada yang membolehkannya.<br />

Hanbaliyah (yang mengikuti<br />

madzhab Imam Ahmad) menegaskan<br />

bahwa pahalanya sampai ke mayit dan<br />

bermanfaat baginya dengan menganalogikannya<br />

kepada sedekah. Ibnu<br />

Taimiyyah berkata, “Diperbolehkan menyembelih<br />

qurban bagi orang yang sudah<br />

meninggal sebagaimana diperolehkannya<br />

haji dan sedekah untuk orang yang<br />

sudah meninggal. Menyembelihnya dilakukan<br />

di rumah, dan tidak disembelih<br />

qurban dan yang lainnya di kuburan.”<br />

Wallahu A’lam. n<br />

Pengurus Daerah Ikatan Dai Indonesia (IKADI)<br />

Kota Banda Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

dan terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya<br />

sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Mulyadi Nurdin, Lc.<br />

Ketua


Life Style<br />

Makanan Terbaik buat Otak<br />

Otak merupakan salah satu dari organ tubuh yang<br />

sangat vital bagi manusia dalam proses menjalani<br />

segala aktivitas kehidupan. Oleh karena itu dibutuhkan<br />

perhatian dari si pemiliknya untuk membantu<br />

melancarkan kerja otak. Berikut ada tujuh makanan terbaik<br />

yang dapat dikonsumsi untuk kebutuhan otak:<br />

Sayuran hijau<br />

Kubis, bayam dan kangkung adalah sayuran hijau yang<br />

sangat baik bagi pertumbuhan otak anak dan orang dewasa.<br />

Sayuran ini mengandung vitamin B6, B12 dan asam folat.<br />

Fungsinya untuk mampu meningkatkan daya ingat dan<br />

memproses informasi yang telah dipelajari sebelumnya.<br />

Vitamin ini dibutuhkan otak untuk mencegah penyakit<br />

lupa dan alzhelmer. Sayuran ini mudah ditemui disekitar<br />

kita. sayuran hijau juga kaya zat besi yang penting bagi<br />

tubuh.<br />

Ikan<br />

Memakan ikan sangat<br />

baik bagi otak karena mengandung<br />

banyak omega 3.<br />

Mengonsumsi ikan secara<br />

teratur ternyata dapat mengurangi<br />

resiko terkena penyakit<br />

alzhelmer. Konsumsi omega 3<br />

juga membuat suplai oksigen<br />

melimpah ke otak. Otak<br />

dapat menerima informasi<br />

baru, sekaligus memproses<br />

ingatan lama. Beberapa jenis<br />

ikan laut dengan kandungan<br />

omega 3 yang banyak dijual<br />

di pasaran Indonesia adalah<br />

ikan Tuna, Tongkol, Tenggiri,<br />

Layang, Ikan Gembung dan Ikan Lemuru, Ikan Salmon dan<br />

Ikan haring juga sangat baik, namun ikan-ikan tersebut<br />

sangat jarang dijual di Indonesia.<br />

Coklat<br />

Coklat merupakan makanan yang banyak digemari oleh<br />

semua kalangan usia. Ternyata Coklat baik dikonsumsi untuk<br />

minuman dan makanan, tidak hanya lezat tetapi juga<br />

mengandung banyak nutrisi bagi otak. Antioksidan utama<br />

dalam Coklat adalah flafonols. Zat ini berperan penting untuk<br />

meningkatkan aliran darah ke otak. Para ilmuwan telah<br />

membuktikan bahwa kandungan anti oksidan dalam coklat<br />

jauh lebih kuat dibanding yang lainnya.<br />

Telur<br />

Bertambah usia membuat otak manusia cenderung<br />

mengecil. Hal ini disebut juga brain atrophy (kerusakan sel-<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

sel otak). Konsumsi telur secara teratur dapat mengurangi<br />

proses alami ini karena telur mengandung vitamin B12 dan<br />

Lesitin. Vitamin B12 membantu melawan efek pengecilan<br />

otak yang sering dialami para penderita Alzheimer.<br />

Kuning telur yang mengandung kolesterol ternyata<br />

berguna memiliki kolin yang berperan membangun sel<br />

otak dan meningkatkan kemampuan mengingat. Telur<br />

tidak baik dikonsumsi berlebihan, cukup mengonsumsi<br />

telur satu butir sehari.<br />

Kacang-kacangan dan biji-bijian<br />

Kacang kacangan dan biji bijian seperti kacang tanah,<br />

kacang mete, kacang kenari, dan biji bunga matahari, kaya<br />

akan omega3 dan 6, asamfolat, vitamin E dan Vitamin<br />

B6, yang membantu otak berfikir lebih cepat dan jernih.<br />

Omega3 dan 6 juga bisa menjadi anti depresan alami agar<br />

kita mampu berfikir lebih<br />

positif.<br />

Beberapa jenis kacang<br />

dan biji-bijian juga banyak<br />

mengandung Vitamin B1,<br />

dan magnesium yang bagus<br />

untuk daya ingat dan fungsi<br />

kognitif otak.<br />

Teh (khususnya teh hijau)<br />

Teh hijau atau teh hitam<br />

yang sangat baik untuk<br />

otak karena mengandung<br />

Catechin, yaitu oksidan yang<br />

berfungsi sebagai penangkal<br />

radikal bebas yang dapat<br />

merusak sel tubuh, kelelahan<br />

dan otak malas berfikir<br />

mungkin terjadi karena<br />

kita kekurangan asupan Catechin untuk otak. Catechin<br />

membuat otak tetap tajam, segar dan berfungsi maksimal.<br />

Zat ini juga mampu membuat tubuh dan fikiran terasa<br />

rileks dan mengurangi kelelahan mental. Khasiat teh hijau<br />

lebih baik dibandingkan teh hitam. Tetapi keduanya tetap<br />

sama baik bila dikonsumsi.<br />

Buah Beri<br />

Buah beri mengandung banyak oksidan yang membantu<br />

menjaga kesehatan otak. Keluarga buah beri seperti<br />

blueberi sangat baik untuk meningkatkan kemampuan<br />

motorik dan belajar. Kandungan oksidan yang ada pada<br />

buah beri membantu meningkatkan kemampuan ingatan.<br />

Mengonsumsi buah beri secara rutin tiap hari dapat<br />

mengatasi atau mengurangi efek penurunan fungsi otak.<br />

Demikian, Semoga bermanfaat bagi kita semua. nSuri,<br />

dari berbagai sumber<br />

45


Pengurus Besar Persatuan Dayah Inshafuddin<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya<br />

sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M. Ag. Dr. Tgk. H. Syamsul Rijal, M. Ag<br />

Ketua Umum Sekretaris Umum<br />

Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)<br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd<br />

Sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

Oleh Menteri <strong>Agama</strong> Republik Indonesia<br />

Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si<br />

Hari Senin, 24 Oktober <strong>2011</strong> di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI Jakarta<br />

Semoga dalam melaksanakan tugas selalu mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt.<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

yang telah mendermabaktikan tenaga dan pikirannya<br />

sebagai Kepala Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>insi Aceh 2007-<strong>2011</strong><br />

DR. H. Syamsul Rijal, M.Ag<br />

Ketua


<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Bahasa Arab<br />

Diasuh oleh Muzakkir, S.Ag<br />

47


Bahasa Inggris<br />

The city of Mecca in Saudi Arabia has always been<br />

the spiritual center of the Islamic faith: the world’s<br />

1.3 billion Muslims genuflect in its direction during<br />

prayers. But in the final months of the year, Islam’s holiest<br />

city becomes even more vital, as an estimated 2.5 million<br />

pilgrims make their once-in-a-lifetime journey to the site.<br />

This pilgrimage, known as the Hajj, is one of the Five<br />

Pillars of Islam (the others are the profession of Allah as<br />

the only God and Mohammed as his prophet; fasting during<br />

Ramadan; charitable giving and ritual prayer) by which every<br />

practicing Muslim must abide. This year, the Hajj from Aceh<br />

starts on October 1, <strong>2011</strong>; through Sultan Iskandar Muda<br />

International Airport. it takes place annually between the<br />

8th and 12th days of Dhu-al-Hijjah, the final month of the<br />

lunar Islamic calendar, a time when God’s spirit is believed<br />

to be closest to earth.<br />

The Hajj ritual was considered ancient even in the time<br />

of Muhammad in the 7th century and it was part of ancient<br />

pre-Muslim paganism. Pilgrims would join processions of<br />

tens of thousands of people, who would simultaneously<br />

converge on Mecca for the week of the Hajj, and perform<br />

a series of rituals, centered around the Kaaba. Each person<br />

would walk counter-clockwise seven times about the Kaaba,<br />

kiss the Black Stone, run back and forth from the Zamzam<br />

Well near the Kabah back and forth between the hills of Al-<br />

Hajj<br />

Written by Mulyadi Idris, S.Ag, M.Hum<br />

48 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Safa and Al-Marwah, then go to the plains of Mount Arafat to<br />

stand in vigil, then proceed to Muzdalifah to gather pebbles,<br />

which they would throw at a rock in Mina to perform the<br />

ritual of the Stoning of the Devil. The pilgrims would then<br />

shave their heads, perform an animal sacrifice, and celebrate<br />

the three day global festival of Eid ul-Adha.<br />

The Hajj is an obligation that must be undertaken by<br />

every able-bodied Muslim who can afford to do so, at least<br />

once in their lifetime. It demonstrates the solidarity of the<br />

Muslim people, and their submission to God. We pray to<br />

Allah that all of us can go to Mecca to do pilgrim as soon as<br />

possible, Amen Ya Rabbal ‘alamin.<br />

Glossary:<br />

- genuflect (v) : bertekuk lutut (memuja)<br />

- estimated (v) : diperkirakan<br />

- pilgrims (n) : haji<br />

- holiest (adj) : yang paling suci<br />

- abide (v) : dipakai<br />

- ancient (adj): kuno<br />

- converge (v) : berkumpul<br />

- vigil (n) : berjaga-jaga<br />

- gather (v) : berkumpul<br />

- shave (v) : bercukur<br />

- sacrifice (n) : korban


Drs. Salahuddin, Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten Aceh Besar<br />

Umur dan Mudah Rezeki<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

49


Tokoh<br />

Apa yang membedakan kepemimpinan<br />

seseorang, misalnya<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

di Kabupaten Aceh Besar, dengan<br />

wilayah lain di Aceh?<br />

Aceh Besar, satu-satunya kabupaten<br />

di <strong>Prov</strong>insi Aceh yang belum dimekarkan.<br />

Kepada kita, memang dikabarkan,<br />

masih ada beberapa pihak yang<br />

mungkin sedang ‘berjuang’ untuk<br />

proses pemekaran. Untuk <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> (Kemenag), Aceh Besar juga<br />

tergolong tingkat dua yang memiliki<br />

satuan kerja (satker) terbanyak. Ini<br />

membutuhkan energi besar juga untuk<br />

mengelola, mengatur atau memenejnya.<br />

Sehingga membutuhkan kepiawaian<br />

manajerial tersendiri, seiring dengan<br />

luas wilayah, seiring dengan satker yang<br />

banyak itu, agar bisa berjalan sesuai<br />

dengan ketentuan yang kita impikan<br />

dan harapkan. (Jumlah CPN dan CPNS<br />

pada <strong>2011</strong> saja sampai 1.422 orang).<br />

Jadi, pola kepemimpinan Anda?<br />

Saya boleh disebut orang baru di<br />

Kankemenag Kabupaten Aceh Besar.<br />

Walaupun saya putra asli Aceh Besar<br />

(Sibreh), tapi lumayan lama juga<br />

merantau ke Kabupaten Aceh Utara<br />

dan Kota Lhokseumawe. Dibandingkan<br />

dengan Lhokseumawe, yang saya<br />

pernah dipercayakan menjadi Kepala<br />

Kandepag, Aceh Besar itu lebih beragam<br />

permasalahannya. Untuk menjalankan<br />

program, pengalaman yang baik dari<br />

tempat sebelumnya, kita bawa ke Aceh<br />

Besar.<br />

Langkah pertama saya di Aceh<br />

Besar, bekerja sama dengan semua<br />

pihak di wilayah itu, baik bersama<br />

keluarga besar di lingkungan Kemenag,<br />

maupun dengan pihak terkait lainnya.<br />

Untuk menciptakan keharmonisan,<br />

kita bangun kebersamaan. Memang<br />

untuk sinergitas, mesti bekerjasama<br />

dengan komponen terkait, baik internal<br />

maupun eksternal. Dalam kekompakan,<br />

kita bisa saling memberikan masukan<br />

dan jalan keluar atas persoalan bersama<br />

di sana.<br />

Kedua, kita rancang dan lanjutkan<br />

program yang berhubungan manajemen<br />

perkantoran, keuangan dan sebagainya.<br />

Ini bukan berarti manajemen yang dulu<br />

belum baik. Sebelumnya sudah baik,<br />

dan kini terus kita kembangkan. Di mana<br />

ada kekurangan, kita coba atur dengan<br />

teman-teman, untuk perbaikan.<br />

Ketiga, karena Aceh Besar memiliki<br />

satket yang banyak, saya lakukan pembinaan,<br />

sosialisasi, silaturrahmi dengan<br />

satker-satker itu. Saya juga melakukan<br />

pertemuan dengan Kantor Urusan<br />

<strong>Agama</strong> (KUA) yang bukan (belum) satker,<br />

juga dengan madrasah, baik negeri<br />

maupun swasta. Kita sampaikan persoalan<br />

bersama, bagaimana meningkatkan<br />

mutu pelayanan masyarakat, anak didik,<br />

dan pengembangan madrasah. Kita juga<br />

bekerjasama dengan stakeholder yang<br />

berhubungan dengan itu.<br />

Hasil sementara dari kebersama-<br />

50 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

an dan kemitraan selama ini?<br />

Sebenarnya saya stok lama, tapi pendatang<br />

baru di Kantor Kemenag Aceh<br />

Besar. Sebagai orang baru, saya minta<br />

pada kawan-kawan yang di bawah, kita<br />

selesaikan masalah sesuai dengan kesepakatan<br />

bersama. Setelah sesama kita<br />

yang di dalam itu sudah duluan kompak,<br />

dalam bingkai persaudaraan, kebersamaan,<br />

dan silaturrahmi, baru kita<br />

jalin relasi dengan elemen yang di luar.<br />

Baik di jajaran KUA, penyuluh, guru,<br />

maupun unsur lainnya, kita terus jalin<br />

silaturrahmi yang tulus. Sebab silaturrahmi<br />

itu membawa rezeki, dan panjang<br />

umur. Ini yang pertama, silaturrahmi<br />

wajib kita bina, dan terjaga.<br />

Yang kedua, dengan pihak terkait<br />

lainnya, di luar jajaran Kemenag, terutama<br />

Pemerintah Kabupaten (Pemkab)<br />

Aceh Besar, kita bekoordinasi terus,<br />

dan bermitra bersama. Pemkab dan jajarannya,<br />

itu mitra kerja kita, sebab kita<br />

bekerja dan mengabdi di wilayah Pemda<br />

(Pemkab) Aceh Besar. Alhamdulillah,<br />

Kemenag Aceh Besar mendapat satu<br />

unit mobil dinas baru, yang sebelumnya<br />

belum pernah ada. (Mobil yang dipakai<br />

Kepala Kandepag lama, yang pernah<br />

kena tsunami itu, mungkin pemberian<br />

pihak Kanwil Depag). Alhamdulillah,<br />

kerjasama dan harmonisasi dengan<br />

pemda, jalinan baik dengan teman-teman,<br />

koordinasi dengan DPRK, Sekda,<br />

para asisten, para kepala dinas dan badan<br />

tetap mesra. Membangun Aceh Besar<br />

itu tidak bisa sendirian, jadi hubungan<br />

erat dan baik dengan eksekutif<br />

dan legislatif itu harus lebih maksimal.<br />

Problematika yang menonjol?<br />

Luas wilayah, bahkan sangat luas<br />

untuk standar sebuah kabupaten.<br />

Jadi masalah pun relatif lebih banyak.<br />

Terutama persoalan pada efektifitas dan<br />

efesiensinya evaluasi dan monitoring.<br />

Sampai kini, belum semua satker bisa<br />

saya jangkau; hingga sekarang, belum<br />

semua KUA sempat saya kunjungi dan<br />

masuk. Target kami, semua satker harus<br />

saya kunjungi. (Kabupaten Aceh Besar<br />

meliputi kepulauan dan pegunungan,<br />

dan di pulau dan lembah itu banyak<br />

satker serta KUA).<br />

Jadi, sementara ini sisi mana yang<br />

lebih difokuskan pembinaan?<br />

Karena luas dan banyak satker,<br />

kepada teman kita di bawah, kita fokus<br />

sekali pada peningkatan manajemen,<br />

juga yang menyangkut sumber daya


manusia (SDM) di Aceh Besar. Di<br />

samping pembinaan dan pendampingan<br />

bagi kepegawaian dan guru, juga<br />

madrasah dengan administrasinya. Tentu<br />

juga kita perhatikan pendidikan agama<br />

di pesantren, dan pendidikan ‘sekolah’<br />

di dayah. (Jumlah dayah yang ikut paket<br />

Wajardikdas -- wajib belajar pendidikan<br />

dasar-- sementara ini ada tiga pondok/<br />

dayah, dengan santri kelas wustha 189,<br />

bersama guru 18 orang). Pelatihan<br />

dan pembinan bagi guru misalnya,<br />

pelan-pelan terus kita tingkatkan. Tiap<br />

tahun kita kirim ke Balai Pendidikan<br />

dan Latihan (Diklat) misalnya, juga ke<br />

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan<br />

(LPMP) Medan. Sehingga akan memperoleh<br />

kompetensi, berdasarkan bidang<br />

studi mereka.<br />

Lantas, yang ‘unik’ di lingkungan<br />

Kemenag Aceh Besar?<br />

Sebagaimana di bawah Pemkab<br />

Aceh Besar ada forum geuchik se Aceh<br />

Besar, keunggulan pada Kemenag juga<br />

ada Forum Kepala KUA Kecamatan.<br />

(Ketua forum gecuhik itu, kini juga<br />

masih dipimpin oleh Khairul Huda<br />

SHI, Geuchik Gampong Blang Krueng<br />

Kecamatan Darussalam, yang juga salah<br />

seorang Penghulu pada KUA Kecamatan<br />

Darussalam, yang sebelumnya sebagai<br />

Penghulu di Lembah Seulawah). Silaturrahmi<br />

para Kepala KUA kuat, dan<br />

rutinitas pertemuan mereka terus berjalan<br />

pada tiap awal bulan. Sepertinya<br />

di Aceh, forum kepala KUA dengan<br />

rapat rutin, awal bulan, yang digilir di<br />

setiap KUA, bermula dari Aceh Besar,<br />

baru kita dengar ada di kabupaten lain.<br />

Rasa sosial dan kekompakan, terutama<br />

jajaran KUA sangat terasa. Dalam<br />

rapat bulanan, mereka saling tukar<br />

informasi dan solusi. Sama dengan di<br />

wilayah lain, yang ada forum untuk para<br />

penghulu di bawah Pokjaluh, forum untuk<br />

penyuluh di bawah Pokjaluh, atau<br />

forum para kepala madrasah di bawah<br />

K3M, ini akan membantu peningkatan<br />

SDM. Lewat forum itu misalnya, teman<br />

yang di bawah sangat responsif terhadap<br />

penyelesaian masalah di Aceh Besar.<br />

Bagaimana dengan koperasi,<br />

yang kabarnya tergolong ‘sehat’?<br />

Yang termasuk keunggulan kita<br />

juga, Koperasi al-Ishlah itu. Koperasi itu<br />

milik karyawan di lingkungan Kemenag<br />

Aceh Besar. (Ada juga pegawai dari<br />

luar Kemenag Aceh Besar, atau sudah<br />

dimutasi dari Kemenag Aceh Besar ke<br />

wilayah lain, masih sebagai anggota).<br />

Hingga <strong>2011</strong> sudah ada hampir 1.000<br />

anggota koperasi kita, yang beralamat<br />

di Jalan Pocut Baren Banda Aceh itu.<br />

Saat Rapat Anggota Tahunan (RAT) lalu,<br />

kita ajak, mari kita bina dan jaga dengan<br />

baik. Sebab ini aset Aceh Besar. Pada<br />

pengurus kita rangkul dan sampaikan,<br />

mari kita hidupkan koperasi, bukan<br />

mencari hidup pada koperasi.<br />

Kami sampaikan, jika bisa simpanan<br />

wajib dan pokok kita tingkatkan, sebab<br />

koperasi dari dan untuk kita. Jadi anggota<br />

tak menyalahkan pengurus; pengurus<br />

tidak menyalahkan anggota, yang bisa<br />

membuat kita bisa bubar. Lewat RAT<br />

kemarin, ada cita-cita pendahulu yang<br />

sudah terwujud, yakni jika selama ini<br />

kita hanya ada unit simpan pinjam,<br />

tapi pada <strong>2011</strong> mulai kita kembangkan<br />

warung serba ada (waserda). Sudah kita<br />

buka waserda dua pintu, dua lantai, di<br />

kawasan Lambaro. Itu pembelian dua<br />

unit toko baru, pada 2010. Akhir tahun<br />

ini kita beli tiga bakal unit toko, yang<br />

ada di sampingnya itu.<br />

Jika bisa kita kelola, maka akan ada<br />

lima unit usaha di Aceh Besar. Kita ajak<br />

teman-teman, mari kita terus majukan<br />

badan usaha bersama ini, sehingga jadi<br />

pilot projek. Ini akan terlaksana jika<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Tokoh<br />

pengurus dan anggota saling percaya,<br />

sebagaimana kebersamaan saat ini. Setiap<br />

anggota bahkan bisa meminjamkan<br />

uang hingga puluhan juta, kapan perlu<br />

ada uang, insya Allah. Jadi, aset seperti<br />

Al-Ishlah, yang bisa kita tinggalkan buat<br />

anak cucu, kita wariskan.<br />

Pesan Anda untuk rekan-rekan<br />

di lingkungan Kemenag?<br />

Saat tukar menukar informasi, juga<br />

melalui media ini, saya sampaikan<br />

kembali, bahwa seperti sebagian besar<br />

saudara-saudari, saya juga orang Aceh<br />

Besar, dan biasa kita tidak lama-lama<br />

pada sebuah jabatan. Pengalaman kita,<br />

biasa dua atau tiga tahun akan berakhir<br />

atau dimutasi. Walaupun tidak lama<br />

menjabat dan mengabdi, mari kita<br />

bekerja dengan baik untuk Aceh Besar,<br />

dan Aceh. Jabatan kita sementara,<br />

maka kepada Kepala KUA, kepada para<br />

kepala madrasah, Kepala MI, MTs, MA,<br />

serta para kasi, kita ingatkan, jabatan<br />

kita tidak terus menerus, mari kita<br />

hasilkan apa yang bisa kita hasilkan<br />

semaksimal mungkin untuk Aceh<br />

Besar. Saya mengajak, mari saling kerja<br />

sama, sama-sama kerja, tak saling salah<br />

menyalahkan. Dengan amal dan doa,<br />

Insya Allah, Aceh Besar kian besar.n<br />

muhammad yakub yahya<br />

Biodata<br />

Nama : Drs. Salahudddin<br />

Tempat dan Tanggal Lahir : Aceh Besar, 27 September 1962<br />

Alamat : Sibreh Kec. Suka Makmur Kab. Aceh Besar<br />

Istri : Dra. Aziah Hanim<br />

Anak :<br />

Rikza<br />

1. Zahid Ashi<br />

2. Zahrah Fida<br />

3. Hafidh Asyi<br />

Pendidika :<br />

1. MIN Jeureula (tamat 1974)<br />

2. MTsN Jeureula (tamat 1977)<br />

3. MAN Banda Aceh (tamat 1981)<br />

4. Jurusan TPA Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry (1981-1987)<br />

5. Program Pascasarjana FKIP Unsyiah (tamat September <strong>2011</strong>)<br />

Pekerjaan :<br />

1. Guru IPA pada MTsN Kota Lhokseumawe (1992-2000)<br />

2. Kepala MTsN Lhoksukon Kab. Aceh Utara (2001-2003)<br />

3. Kasi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren) Kantor<br />

Depag Kab. Aceh Utara (2003)<br />

4. Kasi Madrasah dan Pendidikan <strong>Agama</strong> pada Sekolah Umum (Mapenda)<br />

Kantor Depag Kota Lhokseumawe (2004-2008)<br />

5. Kepala Kantor Depag Kota Lhokseumawe (2008-2010)<br />

6. Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab. Aceh Besar (16 April 2010 -<br />

sekarang)<br />

51


Pertanyaan TTS Edisi <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

Mendatar<br />

4. Tidak sakit<br />

6. keadaan terhenti (tidak bergerak, tidak aktif, tidak jalan<br />

9. renungan<br />

12. saudara senenek; anak dr dua bersaudara;<br />

14. bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin)<br />

15. ilmu ttg zat dan energi (spt panas, cahaya, dan bunyi<br />

17. Toleransi (Arabic)<br />

18. penyatuan segala sesuatu ke suatu tempat (daerah dsb)<br />

yg dianggap sbg pusat<br />

19. perpindahan dari satu jabatan ke jabatan yang lain<br />

Menurun<br />

1. Air khas di musim haji<br />

2. ......Bin Jabal :salah seorang sahhabat Nabi<br />

3. Kepemimpinan(English)<br />

5. bagian terkecil senyawa yg terbentuk dr kumpulan atom<br />

yg terikat secara kimia<br />

7. kemampuan yg mempunyai kemungkinan untuk<br />

dikembangkan<br />

8. ego<br />

10. Salah seorang putra nabi Muhammad SAW<br />

11. Salah satu bulan haji<br />

13. kemampuan, daya<br />

16. Nenek nabi Muhammad dari nasab Ayahnya<br />

TTS<br />

TTS 018 <strong>Santunan</strong> Edisi <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

52 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Jawaban TTS 016 <strong>Santunan</strong> Edisi Juli <strong>2011</strong>


<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Komputer<br />

Pemanfaatan Email Resmi dan E-Dokumen<br />

di Lingkungan Kemenag<br />

Sejak tahun 2010 yang lalu, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> melalui<br />

Kesekreatan Jendral-nya telah melakukan beberapa<br />

gebrakan dalam rangka meningkatkan performance<br />

kelembagaan dan sumberdaya manusianya. Salah satu<br />

gebrakan tersebut adalah dengan membentuk Pusat<br />

Informasi dan Kehumasan (PINMAS) <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

yang menjadi leading sector bagi pembenahan kulitas SDM<br />

dan pemanfaatan teknologi di<br />

bidang informasi.<br />

Beberapa perubahan yang telah<br />

dilakukan adalah pemanfaatan<br />

jaringan internet sebagai<br />

media promosi, sosialisasi, dan<br />

pertukaran informasi kepada<br />

masyarakat luas dan lingkungan<br />

Internal <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

sendiri.<br />

Sejak akhir 2010, Kanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh<br />

juga sudah mulai mengadopsi<br />

pemamfaatan website dengan<br />

domain www.aceh.kemenag.<br />

go.id. Melalui website ini,<br />

pengambil kebijakan di lingkungan<br />

Kanwil Kemenag Aceh dapat<br />

mensosialisasikan program<br />

kerjanya secara cepat dan dengan target yang lebih luas,<br />

serta biaya yang lebih murah. Misalnya saja pengumuman<br />

pelelangan atau juga surat-surat edaran penting yang perlu<br />

diketahui oleh seluruh satker (satuan kerja) dan masyarakat<br />

luas seperti pengumuman hari raya, jadwal haji dan lainlain.<br />

Mulai pertengahan tahun <strong>2011</strong>, <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Pusat juga mulai menggalakkan pemanfaatn jaringan<br />

email bagi seluruh satuan kerja sebagai sarana komunikasi<br />

dan pertukaran informasi. Awalnya, email resmi pada ini<br />

diperkenalkan pada para pejabat dan staf di lingkungan<br />

Oleh Khairuddin<br />

Kesekretariatan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat dan Kantor<br />

Wilayah di setiap provinsi.<br />

Untuk satker-satker lainnya seperti Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten / Kota dan juga madrasah-madrasah<br />

negeri yang ada, sudah dibuatkan akun emailnya masingmasing.<br />

Untuk Satker dalam <strong>Prov</strong>insi Aceh bisa dilihat<br />

segmen Informasi Penting di Website Resmi Kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh. Informasi lebih<br />

lanjut bisa menghubungi email :<br />

kanwilaceh@kemenag.go.id.<br />

Pada oktober <strong>2011</strong> yang<br />

lalu, Bidang Data pada PINMAS<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat juga<br />

mensosialisasikan pemanfaatan<br />

fasilitas E-Dokomen yang bisa<br />

diakses di http://e-dokumen.<br />

kemenag.go.id. Fasilitas<br />

e-dokumen ini dimaksudkan<br />

sebagai database data elektronik<br />

yang bisa diakses secara online.<br />

Diharapkan, melalui fasilitas<br />

ini bisa mengatasi persoalan<br />

penyimpanan data konvensiuonal<br />

yang rentan rusak, hilang atau<br />

sulit untuk ditemukan kembali.<br />

Ada tiga klasifikasi data dalam fasilitas e-dokumen ini,<br />

data umum yang bisa dibaca dan didownload oleh seluruh<br />

pengguna internet, data khusus yang hanya bisa diakses oleh<br />

user yang teregistrasi pada system (hanya PNS Kemenag)<br />

dan data pribadi yang hanya bisa diakses oleh pemilik data<br />

sendiri.<br />

Untuk bisa menikmati fasilitas ini, anda perlu melakukan<br />

registrasi dengan menggunakan NIP baru sebanyak 18 digit.<br />

Selamat mencoba, dan sukseskan program pemberdayaan<br />

SDM dan pemamfaatan fasilitas teknologi informasi di<br />

lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh.n<br />

53


Bahasa di Aceh <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

NO<br />

BAHASA<br />

INDONESIA<br />

BAHASA<br />

ACEH<br />

BAHASA<br />

GAYO<br />

BAHASA<br />

ANEUK<br />

JAMEE<br />

BAHASA<br />

ALAS<br />

Ensiklopedi<br />

Bahasa di Aceh<br />

BAHASA<br />

SIGULAI<br />

LAMAMEK<br />

SIMEULUE<br />

1 Dorong Tulak Tulak Tulak Dokhong Sorong<br />

BAHASA<br />

DEVAYAN<br />

SIMEULUE<br />

Tulak/<br />

duhon<br />

54 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

BAHASA<br />

SINGKIL<br />

BAHASA<br />

PAK-PAK<br />

BOANG<br />

SINGKIL<br />

BAHASA<br />

TAMIANG<br />

HULU<br />

BAHASA<br />

KLUET<br />

Tulag Tulak Tulak Tulak Tulak<br />

2 Seret Bahue Sare Helo Sakhan Elak Ullul Takhik Sakhan Taghek Tegu<br />

3 Geser Iseuk Esot Geser Gesekh Surut Asak/fotan Okhos Gesekh Kisogh Kisor Kisar<br />

4 Jepit Ceupet Sepit Kapik Kacip Ingkip Kepek Kapik Kapit Kapik Kacip Kapik<br />

5 Buka Buka Uke Bukak Buke Bukak Bu’ai Wuka Buka Buko Buko Wue<br />

6 Tutup Toep<br />

Tutup/<br />

kiyup<br />

Saok Tutup Lengkep<br />

Longkop/<br />

laofan<br />

BAHASA<br />

HALOBAN<br />

Jajar/<br />

helak<br />

Sahap Tutup Tutup Tutup Len<br />

7 Lubang Ruhung Luwang Lubang Kubang Kubang Kubang Mlecak Khawang Kubang Lohop Lengkep<br />

8 Jera/Kapok Jra Jere Jaro<br />

Ngampun/<br />

nokhbst<br />

9 Robek ‘Priek Rebek Cabiak Muak Abitak<br />

Ukhaikla Jaro Jekha Bekhoh Jegho Jero Jaro<br />

Masikha/<br />

masaek<br />

Mekhiwak Khibaq Kuyak Muak Matikha<br />

10 Retak Crah Cerah Ratak Khetak Beratak Maratak Khetak Khetaq Ghetak Cerah Rtak<br />

11 Congkel Cungke<br />

12 Angkat<br />

Beu-et/<br />

Grak<br />

Contek/<br />

congkel<br />

Cungkie Cungkil Tukhek<br />

Tatang Angkek Angkat Ambong<br />

Songet/<br />

tuhek<br />

Bengkek/<br />

sabong<br />

Cukil Cukil Cungkel Cuke Sungket<br />

Kekekuen Kekeken Angkek Tatang Hangkek<br />

13 Sesak Seusak Sesak Sasak Sesak Sasak Sasak Sesak Sesak Nungap Picik Sasak<br />

14 Batuk Batok Atuk Batuak Batuk Metohok Tohok Watuk Batuq Batuk Batuk Tohok<br />

15 Pedih Peudeh Bise Padiah<br />

Meco-okh/<br />

mesu-i<br />

Ofekhi Ma’ke Ncor Ncokh Pdeh Ncor Ake<br />

16 Luka Luka Luke Luko Luke Baelen Baelen Ugah Ugah Luko Ugah Maelen<br />

17 Darah Darah Rayoh Darah Dakhoh Do Dalah Rakhoh Dakhoh Daghah Daroh Rala<br />

18 Pingsan Pansan<br />

Pitemen/<br />

pensan<br />

Pansan Pangsan<br />

Tayak<br />

nuhu<br />

Pancan Pingsan Pangsan Pongsan Pingsan Pangsan<br />

19 Sekarat Nadak Tenggersah Sekarat Nganggu-i Sekarat Bekarat Skakhat Lako Mate Skaghek Pedalanan Maluha<br />

20 Jengkel Palak Geli (ate) Jengkel Munyang Jajok<br />

Palak/<br />

Jajok<br />

Kapil ate Menggelate Palak Jengket Galigman<br />

Database ensiklopedia Bahasa di Aceh ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca <strong>Majalah</strong><br />

<strong>Santunan</strong> di berbagai wilayah di <strong>Prov</strong>insi Aceh. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor.<br />

Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085277759339 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah<br />

yang anda kuasai.<br />

Kontributor Edisi Juli: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman, Bahasa Alas-<br />

Hasanuddin, Bahasa Sigulai Lamamek-Aji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa Singkil-<br />

Hendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman Ar, Bahasa Tamiang hulu-Lukmanul Hakin, bahasa<br />

Kluet-H.Bahrum Basyah, bahasa Haloban-ikhsan<br />

Padanan kata untuk <strong>edisi</strong> berikutnya: telat, cepat, awal, tunggu, dalam, luar, sebentar, Lambat, tengah<br />

(tempat), Waktu, kemarin, sore, besok, tadi, kemarin lusa, lewat, belum, nanti (waktu), besok lusa, tinggal.


Rintihan Nek Ti<br />

By Aris Munandar<br />

Semilir angin enggan hampiri pagi.<br />

Kicau burung pun alpa tunaikan<br />

makna diri. Berhenti bernyanyi<br />

untuk menyambut mentari. Kabut<br />

berpaling selimuti pembuka hari.<br />

Terlihat kumparan asap mengangkasa,<br />

menanda api yang menyala. Seorang<br />

nenek tua membakar serakan<br />

dedaunan di halaman rumahnya.<br />

Tubuh kurusnya terbungkus baju tebal<br />

dengan kain sarung kuno sebagai<br />

bawahannya. Rumahnya kian lapuk<br />

dilahap masa. Pepohonan memenuhi<br />

sisi rumah: langsat, manggis, durian,<br />

dan rambutan, tumbuh tak terawat<br />

di depan dan belakang rumahnya.<br />

Bagai sebuah jaring ekosistem, komplit<br />

dengan hewan kecil berjingkrak ria di<br />

sekitarnya.<br />

Nek Ti beranjak meninggalkan<br />

sapu di pangkal pohon langsat. Hanya<br />

sebagian kecil saja yang sanggup<br />

dibersihkan dari luasnya hamparan<br />

halaman rumah itu. Kakinya tertatih<br />

melangkah menuju sebuah bangku<br />

panjang yang diletakkan di teras<br />

rumah. Matanya menyebar, mencoba<br />

nikmati pemandangan di ‘taman’.<br />

Terlalu sedikit yang mampu ditangkap<br />

oleh matanya, karena sebagian<br />

kenikmatan penglihatan telah Allah<br />

ambil kembali. Dua tungkai lengan<br />

yang hanya terbalut kulit mencoba<br />

menopang kepalanya. Mata rabunnya<br />

menerawang ke masa silam. Perjalanan<br />

panjang telah menyuguhkan asam<br />

garam kehidupan untuk direngkuhnya.<br />

Sudah 68 tahun wara-wiri bersama<br />

kerasnya hidup, memberikan kekuatan<br />

dalam menikmati kepedihan.<br />

Sayup dari jauh terdengar orang<br />

berbincang tentang nama-nama calon<br />

pimpinan wilayah. Terasa ada beberapa<br />

nama yang tak asing di kupingnya.<br />

Tokoh yang dulu begitu diagungkan<br />

sebagai pejuang dalam komplotannya.<br />

“Mungkinkah dia calon pemimpin<br />

negeri ini?” pikiran itu sempat<br />

hinggap di kepalanya. Namun dia<br />

tidak mungkin untuk mengorek lebih<br />

jauh, karena keberadaannya selama<br />

ini bagaikan terasing di kampungnya<br />

sendiri.<br />

“Mak, sarapan dulu. Bu lam kanot,<br />

kuah dalam belanga,” suara lugas<br />

Mainar membuyarkan lamunannya.<br />

Putri semata wayangnya berlalu<br />

dengan memikul tumpukan baju dalam<br />

ember menuju kali tempat biasanya dia<br />

menyuci.<br />

Nek Ti bangkit dari bangku menuju<br />

dapur. Tangannya meraba-meraba<br />

pada rak piring, sebuah piring plastik<br />

yang telah usang berhasil diraihnya.<br />

Perlahan menuju tempat nasi dan<br />

menyodoknya dengan pelan.<br />

Dulu tangan itu begitu kuat untuk<br />

seorang wanita. Dengan ringan tangan<br />

itu mengangkat senjata dan bahkan<br />

mampu membunuh beberapa tentara.<br />

Hal itu terjadi ketika dia bersama<br />

kelompoknya dalam sebuah gerakan<br />

yang bersiteru dengan negaranya. Ia<br />

menggenggam senjata dengan gagah<br />

berani. Berjejer di barisan paling depan<br />

pasukan inong belee. Semangatnya<br />

menggebu menggantikan suaminya<br />

yang telah meninggal dalam konflik<br />

yang sama. Keperkasaan terlihat nyata,<br />

semangat Cut Nyak Dhien menyala<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Sastra<br />

dalam dirinya. Pantang menyerah,<br />

untuk memperjuangkan hak-hak<br />

bangsanya.<br />

Masa 16 tahun lebih telah berlalu,<br />

semua telah menjadi kenangan yang<br />

menoreh prasasti di kalbu. Semangat<br />

menggebu pun kini telah menjadi<br />

abu, kini Nek Ti hanyalah nenek tua<br />

yang tak berdaya diterkam masa.<br />

Air matanya menitik. Ingatannya tak<br />

sanggup lagi membaca semua memori<br />

yang terekam. Penggalan hidup itu<br />

penuh dalam cabaran. Perjalan waktu<br />

telah menjemput suami dan dua<br />

jagoannya. Januar, putra sulungnya<br />

meninggal tak wajar. Pagi ia dijemput<br />

orang tak dikenal dan malamnya<br />

dikembalikan dalam keadaan tak<br />

bernyawa. Putra kedua Nek Ti<br />

bernama M. Nur. Ketika gejolak<br />

melanda negeri ini dia melarikan diri<br />

ke negeri jiran. Di sana dia bekerja<br />

sebagai buruh kasar. Tragis menimpa<br />

hidupnya. Terjatuh dari bangunan<br />

tempat dia bekerja sehingga jasadnya<br />

dibawa pulang tanpa nyawa.<br />

Takdir Allah hanya menyisakan<br />

seorang putri ‘tuk menemaninya.<br />

Hanya menemaninya dalam diam,<br />

tampa ada tawa dan canda dari raut<br />

yang nampak lebih tua dari usianya.<br />

Meski usianya tidak muda lagi,<br />

Mainar tak pernah memberi Nek Ti<br />

kesempatan tuk memomong cucu.<br />

Setelah kesuciannya direnggut oleh<br />

orang-orang bertopeng, Mainan<br />

memutuskan untuk tetap hidup<br />

sendiri. Hatinya tertutup oleh rasa<br />

dendam untuk yang bernama laki-laki.<br />

Luka itu telah menimbulkan benci<br />

yang begitu dalam yang kini hanya<br />

dipendam jauh di lubuk hatinya. Ia tak<br />

pernah mau menikah.<br />

Terasa berat beban yang dipikul<br />

Nek Ti, andai saja bisa, ingin rasanya<br />

memutar balik fakta. Kalaupun harus<br />

ada yang meninggal mungkin dia akan<br />

memilih nyawanya pengganti anak-<br />

55


Sastra<br />

anaknya.<br />

Air mata Nek Ti terus mengalir.<br />

Ia masih saja memegang piring<br />

plastik. Makanan itu seolah racun<br />

baginya. Tidak terasa lagi nikmatnya.<br />

Satu persatu kajadian memutar di<br />

otaknya, perjuangan panjang untuk<br />

mempersembahkan yang terbaik dalam<br />

perjuangannya terasa tak bermakna.<br />

Tanpa pernah mengerti apa yang telah<br />

terjadi, kini Nek Ti hanya wanita tua<br />

yang terasing dari kehidupan lainnya.<br />

Tidak ada lagi yang menamakan diri<br />

pejuang untuk melirik dan menghargai<br />

perjuangannya. Bukannya tanda jasa,<br />

malah pandangan sinis dan sindiran<br />

yang sering dirasa dari tetanggatetangganya.<br />

Begitu menyayat, walau<br />

diketahui banyak pejuang yang sama<br />

dengannya kini menempati posisi yang<br />

cukup bagus di negeri ini. Tapi tidak<br />

dengan dirinya.<br />

Oh Muridku<br />

Kubangga menjadi seorang guru...<br />

Hari-hariku ditemani buku-buku,siswasiswa<br />

yang lucu<br />

Pribadimu yang sulit dirayu ‘tuk maju....<br />

Membuatku geram,pilu menggerutu tiap<br />

waktu<br />

Ku diacuh bahkan dianggap lugu<br />

menghadapi tingkah yang banyak lagu<br />

tak menentu<br />

Cuek…<br />

Ribut...<br />

Riuh...<br />

Lelet...<br />

Gak serius itu sikapmu...<br />

Wahai siswa-siswaku...<br />

Ku adalah gurumu jadikan aku ratu di<br />

kelas mu...<br />

Biarku betah melayanimu dengan sedikit<br />

ilmu yang kumiliki...<br />

Karya: Hidayati<br />

Guru Bahasa Indonesia<br />

MTsS Pandrah<br />

Isak Nek Ti semakin pilu,<br />

tangannya bergetar hebat. “Salahkan<br />

dengan perjuangannya selama ini?<br />

Begitu banyak memakan korban baik<br />

harta maupun nyawa para tetangga<br />

di desanya, juga termasuk suami dan<br />

putra putri tersayangnya. Sia-siakah<br />

semua itu? Bukankah perjuangan<br />

itu suci, untuk mengembalikan<br />

daerah tercinta ini menjadi daerah<br />

yang makmur dan sejahtera.” Nek Ti<br />

hanya coba berpikir dengan pikiran<br />

dangkalnya, tak pernah mengerti<br />

tentang semua yang ada di baliknya.<br />

Desakan itu semakin memenuhi<br />

otak Nek Ti. Beban itu tarasa mengalir<br />

ke seluruh tubuh rentahnya. Begitu<br />

berat, hingga kedua kakinya tak<br />

mampu lagi menopang. Getaran<br />

jiwanya begitu kentara terlihat pada<br />

tangannya. Segenap tenaga dikerahkan<br />

untuk menahan semua beban, namun<br />

Kemelut Zaman<br />

Penyakit moral mendera jiwa di planet ini<br />

Kendali diri tergilas di tengah perjalanan<br />

Lambaian tangan-tangan angkara<br />

mengibas<br />

Menampar kepolosan anak manusia<br />

Langkah-langkah kerdil tertatih<br />

Menapaki zaman yang penuh kebiadaban<br />

Kegelapan melanda nurani<br />

Kilauan dosa membakar siapa saja<br />

Bumi telah dikotori polusi etika<br />

Gersang, panas, dan mengganas<br />

Mencakar jiwa-jiwa putih<br />

Mencabik tangan-tangan penolong<br />

Generasi kehilangan arah dan kemudi<br />

Tangan-tangan hitam merampas budi<br />

Mulut-mulut penuh dengan kemunafikan<br />

Mata-mata dendam bersinar menakutkan<br />

Mengerikan….<br />

Memalukan….<br />

Memilukan.....<br />

Karya: Rachmah S.Pd.I<br />

Guru Min Tanoh Anoe<br />

Kec. Jangka Kab.Bireuen<br />

56 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

sia-sia. Akhirnya tubuh renta itupun<br />

roboh bersama dengan piring yang<br />

dipegangnya.<br />

“Ya Allah…” Hanya itu yang<br />

sanggup keluar dari mulut Nek<br />

Ti. Sisa-sisa tenaga yang dia miliki<br />

coba dikerahkan untuk meraba-raba<br />

tongkatnya. Namun semua terasa<br />

hampa. Mata rabunnya semakin<br />

buram. Semua berubah menjadi<br />

gelap. Tiada lagi cahaya yang masuk<br />

ke retinanya. Kini ia terbaring lemah<br />

ditempatnya terjatuh. Hanya suara<br />

pekik tertahan yang mampu keluar<br />

dari mulutnya. Hanya berharap<br />

Mainar putrinya segera pulang untuk<br />

memapahnya. Ya, hanya Allah dan<br />

Mainarlah yang menjadi harapan dan<br />

kekuatan baginya. n<br />

Penulis Kelas XI IPA 1 dan Anggota<br />

Bengkel Tulis MAS Jeumala Amal<br />

Lueng Putu, Kab. Pidie Jaya.<br />

Petunjuk Itu, Al-Huda<br />

Mencari titik tempuh dalam kebimbangan<br />

Derapan kaki terus melaju ke depan<br />

Kuacak semua yang menghadang<br />

Tak terkecuali setiap helaian<br />

Tapi apa?<br />

Tidak ada yang mampu kuselipkan dalam<br />

pikiran<br />

Titik temu masih dalam kehampaan<br />

Entah menyelinap ke mana<br />

Lirikan mataku melesat ke sudut yang<br />

belum kutelusuri<br />

Kini, perlahan kugerakkan tubuh ke titik<br />

fokus<br />

Memikul beban yang tertanam di<br />

benakku<br />

Menuju sudut itu, tempat al-huda<br />

tersimpan<br />

Kusandarkan jiwa berlahan ke dinding<br />

suci<br />

Kucoba selami makna dalam suhuf-suhuf<br />

itu<br />

Kulihat kata per kata, lalu kumulai<br />

melanjutkannya<br />

Akhirnya kusadari<br />

Dialah yang menjadi titik temu<br />

Dari semua pencarianku<br />

* Al-Huda = Petunjuk (nama lain<br />

Alqur’an)<br />

Karya: Masrurah<br />

Kelas XII IPA 3 MAS Jeumala Amal<br />

Lueng Putu Pidie Jaya, dan Anggota<br />

Bengkel Tulis Jeumala


MASJID BAITUL A’LA LIL MUJAHIDIN, PIDIE<br />

Sejarah Ringkas<br />

Masjid Baitul A’la Lil Mujahidin<br />

Masjid Baitul A’la Lil Mujahidin atau<br />

lebih dikenal dengan sebutan Masjid<br />

Abu Beureu’eh terletak di Kecamatan<br />

Mutiara, Kabupaten Pidie. Didirikan<br />

pada tahun 1950 atas prakarsa Teungku<br />

H. Muhammad Daud Beureueh (Abu<br />

Beureueh). Masjid berukuran 1.350<br />

m2 ini dibangun di atas tanah seluas<br />

10.200 m2. Pembangunan masjid ini<br />

pernah tertunda karena terjadinya<br />

perang di Aceh, dan kemudian mulai<br />

dibangun kembali pada tahun 1963.<br />

Abu Beuereu’eh seorang ulama<br />

pemimpin umat yang disegani, dan<br />

dihormati semua kalangan. Beliau<br />

membangun masjid ini dengan bantuan<br />

masyarakat. Tahap pembangunan<br />

pondasi, penimbunan, pengadaan<br />

kerikil, batu, air, dan lain lain<br />

dikerjakan oleh masyarakat Kecamatan<br />

Mutiara tanpa pamrih. Untuk biaya<br />

membeli material, dikumpulkan ‘beras<br />

segenggam’ dari masyarakat, baik yang<br />

tinggal di Aceh, maupun yang tinggal<br />

di luar Aceh.<br />

Ketokohan Abu Beureu’eh<br />

mengundang simpati banyak orang<br />

terhadap masjid ini. Oleh karena itu<br />

tidak heran jika mereka yang melintas,<br />

baik dari arah timur maupun barat,<br />

berupaya menjadwalkan Salat Jumat di<br />

masjid Abu Beureueh ini, khususnya<br />

semasa Abu Beureu’eh masih hidup.<br />

Teungku H. Muhammad Daud<br />

Beureueh lahir di Gampong Beureu’eh,<br />

Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie,<br />

pada tanggal 15 September 1899.<br />

Ayahnya bernama Teungku Ahmad,<br />

Keusyik Gampong Beureueh, dan<br />

ibunya bernama Aminah. Kakek<br />

beliau masih keturunan Raja Pattani<br />

Darussalam (Thailand Selatan),<br />

bernama Haji Muhammad Adami.<br />

Abu Beureu’eh menimba ilmu<br />

di dayah tradisional di kampungnya.<br />

Selain itu, beliau juga sempat sekolah<br />

di Governement Inlandsche School,<br />

Seulimum. Bakat yang paling menonjol<br />

pada diri beliau adalah bakat orasi<br />

sehingga terkenal sebagai pendakwah<br />

ulung. Setiap kali beliau berceramah<br />

di mana pun daerah Aceh, kehadiran<br />

beliau selalu disambut meriah oleh<br />

Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, jilid II, diterbitkan oleh Bidang Penamas Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Aceh, 2010.<br />

<strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Ensiklopedi<br />

masyarakat.<br />

Pemikiran Abu Beureu’eh sangat<br />

moderat, itulah kenapa kemudian beliau<br />

berjuang melakukan pembaharuan<br />

pendidikan di Aceh. Beliau mengelola<br />

madrasah dengan sistem pendidikan<br />

modern, dan berperan dalam pendirian<br />

organisasi kependidikan seperti<br />

Jam‘iyah Diniyah, Jami‘yah Hasbiyah,<br />

Jam‘iyah Madaniyah, Jam‘iyah<br />

Najdiyah, Jam‘iyah Khairiyah, dan<br />

sebagainya. Organisasi ini kemudian<br />

berafiliasi menjadi PUSA (Persatuan<br />

Ulama Seluruh Aceh). Dalam kongres<br />

pertama di Matang Glumpang Dua<br />

pada tahun 1939, Abu Beureu’eh<br />

terpilih sebagai ketua umum PUSA.<br />

PUSA berpusat di Sigli dengan<br />

Teungku Muhammad Daud Beureu’eh<br />

sebagai pimpinan, dan sekretarisnya<br />

Teungku Muhammad Amin. Pemuda<br />

PUSA berpusat di kota Idi, ketua<br />

umumnya Teungku Amir Husin al-<br />

Mujahid, dan sekretaris Teungku<br />

Abubakar Adamy. Adapun Kasysyafatul<br />

Islam dipimpin Abdulgani Usman (Ayah<br />

Gani) sebagai Ketua Kuartir Besar, dan<br />

bermarkas di Bireun.<br />

Tahun 1953, Teungku Muhammad<br />

Daud Beureu’eh memproklamirkan<br />

negara Islam di Aceh. Namun<br />

gerakan ini berakhir dengan ikrar<br />

Lamteh, dan Abu Beureu’eh pun<br />

kembali kepangkuan Negara Republik<br />

Indonesia.<br />

Teungku Muhammad Daud<br />

Beure’eh berpulang ke rahmatullah<br />

pada Bulan Juni 1987. Beliau<br />

dimakamkan di kampung halamannya<br />

secara sederhana, sesuai permintaan<br />

beliau sendiri. Makam beliau berada<br />

di belakang Masjid Baitul A‘la Lil<br />

Mujahidin, Kecamatan Mutiara,<br />

Kabupaten Pidie.<br />

57


Galeri<br />

Kakanwil Kemenag Aceh menyerahkan Izin Pemakaian Kendaraan Dinas Roda 4 Baru<br />

kepada Kabid Penamas, H. Aska Yunan, S.Ag, 11 <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

Penyerahan Cinderamata oleh Kakanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M. Pd<br />

kepada Kakanwil Kemenag <strong>Prov</strong>. Kaltim Drs. H. M. Kusasi 31 Oktober <strong>2011</strong><br />

Wagub Muhamamd Nazar dan Kanwil Kemenag Aceh mewawancarai salah seorang Jamaah<br />

Risti Kloter 14 BTJ di Asrama Haji Banda Aceh, 15 Oktober <strong>2011</strong><br />

58 <strong>Santunan</strong> NOVEMBER <strong>2011</strong><br />

Bupati Abdya, H. Akmal Ibrahim mengunjungi Kantor Kemenag Abdya yang baru,<br />

19 September <strong>2011</strong><br />

Panitia Qurban Kanwil Kemenag Aceh sedang mencincang daging qurban yang hendak<br />

dibagikan kepada mustahiq, 7 <strong>November</strong> <strong>2011</strong><br />

Tim Inspektorat Jendral Kemenag sedang memberikan penjelasan terhadap hasil<br />

pemeriksaan di lingkungan Kanwil Kemenag Aceh, didampingi oleh Kabid Mapenda<br />

selaku Plt. Kakanwil, dan Kabid Hazawa, 25 Oktober <strong>2011</strong>


Mohon Diri dan Terima Kasih<br />

Assalamu’alaikum Wr. Wb.<br />

Saya Drs. H. A. Rahman TB, Lt. secara pribadi dan keluarga menyampaikan permohonan maaf, dan ungkapan terima<br />

kasih kepada Bapak / Ibu / Saudara/ Saudari Keluarga Besar Jajaran Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Aceh, Mitra<br />

Kerja, dan Relasi atas kerjasama dan hubungan baik selama saya bertugas sebagai Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi Aceh, dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun <strong>2011</strong>.<br />

Semoga jalinan kerja dan hubungan silaturrahim yang baik ini menjadi amal ibadah kita di sisi Allah swt., Tuhan Yang Maha<br />

Kuasa, Amin ya Rabbal ‘Alamin.<br />

Wassalam<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt.,<br />

dan Keluarga

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!