12.01.2014 Views

Chapter I.pdf - USU Institutional Repository

Chapter I.pdf - USU Institutional Repository

Chapter I.pdf - USU Institutional Repository

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PENDAHULUAN<br />

1.1 Latar Belakang Masalah<br />

Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia<br />

dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting<br />

sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, ketika kita menyampaikan ide,<br />

pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis,<br />

orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tidak lain karena ia<br />

memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut (Sutedi, 2003:5).<br />

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan<br />

sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk<br />

beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan<br />

pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa<br />

diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif,<br />

dinamis, beragam dan manusiawi (Chaer, 2004:11).<br />

Sedangkan Keraf (1980:16) menyatakan bahwa bahasa adalah alat<br />

komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang<br />

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan demikian fungsi bahasa adalah media<br />

untuk menyampaikan makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan.<br />

Bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya, diantaranya adalah bahasa<br />

bersifat manasuka (arbitrer), artinya bahwa hubungan antara bahasa dengan yang<br />

dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah-ubah, dan tidak dapat<br />

dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna tertentu (Chaer,<br />

2004:12).


Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat<br />

beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam<br />

pula. Sehingga kita banyak mengenal bahasa asing selain bahasa ibu. Salah satu<br />

bahasa yang ada di dunia adalah bahasa Jepang. Bahasa Jepang adalah bahasa yang<br />

dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat diseluruh pelosok<br />

negara Jepang. Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung<br />

antar anggota masyarakat Jepang. Dipakai sebagai bahasa pengantar disemua<br />

lembaga pendidikan di Jepang. Dewasa ini bahasa Jepang banyak diminati oleh<br />

masyarakat Indonesia. Bahasa Jepang menjadi bahasa asing yang mulai digemari<br />

pelajar dan mahasiswa Indonesia.<br />

Dalam mempelajari bahasa Jepang, baik pengajar maupun pembelajar perlu<br />

mengetahui atau memahami tentang linguistik bahasa Jepang. Linguistik sebagai<br />

dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa. Dengan memahami ilmu ini, akan<br />

diperoleh pengetahuan yang semakin memperkuat keyakinan diri dalam berbahasa.<br />

Linguistik sebagai ilmu yang spesifik ialah ilmu yang mempelajari bahasa secara<br />

lisan/tulisan dan termasuk dalam kebudayaan berdasarkan struktur dan bahasa<br />

yang dikaji secara metode ilmiah, istilah linguistik dalam bahasa Jepang disebut<br />

dengan 言 語 学 (gengogaku). Sedangkan linguistik bahasa jepang disebut dengan<br />

日 本 語 学 (nihongo-gaku). Ada beberapa cabang ilmu linguistik yang bisa<br />

dipelajari sebagai ilmu salah satu nya adalah semantik.<br />

Semantik 意 味 論 (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik yang<br />

mengkaji tentang arti dan makna kata (Sutedi, 2003:111). Kridalaksana (2001:193)<br />

mengemukakan dua pengertian tentang semantik : (1) semantik merupakan bagian<br />

dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga


makna suatu wacana; (2) semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti<br />

dalam suatu bahasa pada umumnya.<br />

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau<br />

lambang. “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis<br />

bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati<br />

sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang<br />

tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata<br />

semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah<br />

satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer,<br />

2007:284).<br />

Semantik memegang peranan penting karena bahasa yang digunakan dalam<br />

komunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Dalam Kamus Linguistik<br />

(Kridalaksana, 2001:132), pengertian makna dijabarkan menjadi :<br />

1. Maksud pembicara<br />

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku<br />

manusia atau kelompok manusia<br />

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara<br />

bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya<br />

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.<br />

Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang<br />

dalam bahasa jepang disebut 文 (bun). Bentuk kalimat sangat bervariasi dan tidak<br />

ada aturan-aturan yang khusus. Predikat dalam kalimat merupakan bagian yang<br />

terpenting karena adanya predikat maka bentuk, fungsi dan makna kalimat akan<br />

berbeda-beda. Biasanya jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba.


Verba dalam bahasa Jepang disebut dengan 動 詞 (doushi). Verba adalah<br />

kata kerja yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami<br />

perubahan bentuk (katsuyou) dan bisa berdiri sendiri. Selain itu di dalam bahasa<br />

Jepang juga banyak memiliki verba yang memiliki pengertian yang sama (mirip)<br />

tetapi beda cara penggunaannya dalam kalimat.<br />

Dalam mempelajari suatu bahasa, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa<br />

asing sering mengalami berbagai permasalahan. Salah satunya adalah dalam<br />

mempelajari bahasa Jepang, selain harus mempelajari hurufnya yang unik, kita<br />

juga harus memperhatikan aspek lain, yaitu mengenai makna kata.<br />

Kesalah-pahaman dalam komunikasi sering terjadi karena adanya<br />

penafsiran makna yang berbeda antara pembicara dan lawan bicara karena<br />

banyaknya persamaan makna kata (sinonim) dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa<br />

Jepang sinonim disebut 類 義 語 (ruigigo). Definisi sinonim adalah secara etimologi<br />

kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu onoma yang berarti ‘nama’<br />

dan syn yang berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik<br />

Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase atau<br />

kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain.<br />

Dalam mempelajari bahasa Jepang, ada banyak terdapat kata yang<br />

mempunyai arti ataupun makna yang hampir sama. Oleh karena itu pembelajar<br />

bahasa Jepang sering kali merasa kesulitan dalam hal penggunaan kosakata yang<br />

bersinonim tersebut. Misalnya dalam verba 動 詞 (doushi) 叱 る (shikaru) dan 怒 る<br />

(okoru) untuk mengungkapkan perasaan marah atau emosi.<br />

Lihat kalimat berikut ini :<br />

1. 子 供 のとき、よく 母 に 叱 られました。


Kodomo no toki, yoku haha ni shikararemashita.<br />

‘Saat anak-anak, saya sering dimarahi oleh ibu.’<br />

2. 彼 はその 言 葉 を 聞 いて 非 常 に 怒 った。<br />

Kare wa sono kotoba o kiite hijou ni okotta.<br />

‘Dia sangat marah mendengar kata-kata itu.’<br />

Berdasarkan contoh kalimat diatas, secara umum verba shikaru dan okoru<br />

tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan arti<br />

“marah”, tetapi dalam pemakaian pada beberapa kalimat, antara kedua kata kerja<br />

ini masing-masing mempunyai nuansa perasaan marah atau emosi yang berbeda.<br />

Hal ini disebabkan oleh kemiripan arti namun fungsi dan makna sebenarnya<br />

memiliki perbedaan. Sehingga pada waktu menterjemahkan, penulis sering<br />

mengalami kebingungan untuk menempatkan makna yang tepat agar kalimat dapat<br />

dimengerti dengan mudah.<br />

Kata kerja shikaru dan okoru merupakan salah satu contoh kata kerja yang<br />

bersinonim dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga<br />

dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam menggunakannya agar dapat dipahami<br />

orang lain yang sama-sama menggunakan bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang<br />

apabila terjadi peletakan atau penggunaan kata yang salah dalam mengungkapkan<br />

kata ‘marah’ dalam kalimat maka akan terjadi kerancuan. Karena itu sangat<br />

penting untuk mempelajari tata bahasa (gramatika) bahasa jepang yang baik dan<br />

benar demi menghindari penggunaan kata-kata yang salah dari kata-kata yang<br />

memiliki hubungan kesinoniman dalam bahasa Jepang pada saat ingin<br />

mengungkapkan informasi atau menjalin suatu komunikasi yang baik dengan<br />

orang Jepang khususnya dan pembelajar bahasa Jepang pada umumnya.


Setelah melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan<br />

penelitian mengenai verba shikaru dan okoru yang memiliki pengertian yang sama<br />

(mirip), yaitu ‘marah’ tetapi memiliki perbedaan dalam cara penggunaannya dalam<br />

kalimat bahasa Jepang.<br />

Oleh karena itu, penulis mencoba membahasnya melalui skripsi yang<br />

berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Verba Shikaru dan Okoru dalam Kalimat<br />

Bahasa Jepang”. Dengan demikian pendekatan yang digunakan didalam analisis ini<br />

adalah pendekatan linguistik terutama dalam bidang semantik.<br />

1.2 Perumusan Masalah<br />

Penelitian ini mencoba menjelaskan masalah dan perbedaan verba shikaru<br />

dan okoru yang memiliki kemiripan makna (sinonim) yaitu ‘marah’ tetapi masingmasing<br />

verba tersebut berbeda penggunaannya dalam kalimat dan belum tentu<br />

dapat saling menggantikan. Oleh sebab itu munculah kesulitan pada pembelajar<br />

bahasa Jepang untuk memahaminya.<br />

Maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian dalam bentuk<br />

pertanyaan sebagai berikut :<br />

1. Bagaimanakah fungsi dan makna verba shikaru dan okoru secara umum ?<br />

2. Bagaimanakah fungsi dan makna verba shikaru dan okoru dalam kalimat<br />

bahasa Jepang ?<br />

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan<br />

Verba shikaru dan okoru dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia<br />

menjadi ‘marah’. Namun kedua verba tersebut tidak dapat digunakan begitu saja


karena harus disesuaikan dengan kondisi atau situasi yang tepat pada sebuah<br />

kalimat. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis perlu menjelaskan pula<br />

pengertian serta jenis verba dalam bahasa Jepang. Oleh karena itu, penulis<br />

membatasi permasalahan pada analisa terhadap perbedaan fungsi dan makna dari<br />

kedua verba tersebut dalam suatu kalimat. Adapun sebagai bahan penelitian<br />

penulis untuk menganalisis verba shikaru dan okoru tersebut adalah dari berbagai<br />

sumber yang menggunakan verba shikaru dan okoru seperti kamus elektronik<br />

http://dictionary.goo.ne.jp, koran online http://tangorin.com dan buku-buku<br />

berbahasa jepang. Kemudian agar pembahasan lebih jelas dan akurat maka penulis<br />

sebelum menuju kepada Bab Pembahasan (Bab III) terlebih dahulu menjelaskan<br />

mengenai pengertian verba, pengertian verba shikaru dan okoru, pengertian<br />

semantik dan sinonim.<br />

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori<br />

1.4.1 Tinjauan Pustaka<br />

Fokus dari penelitian ini adalah kalimat bahasa Jepang yang mengandung<br />

fungsi dan makna marah yang berkaitan dengan verba shikaru dan okoru. Untuk<br />

itu, penulis menggunakan konsep atau definisi yang berkaitan dengan linguistik,<br />

terutama dalam bidang semantik. Linguistik adalah adalah ilmu yang mengkaji<br />

tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi<br />

sosial milik manusia. Sementara Chaer (1994:1) mengatakan : linguistik adalah<br />

ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang mengkaji bahasa sebagai objek kajiannya.<br />

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para


anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi<br />

diri.<br />

Kosa kata (goi) merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus<br />

diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan<br />

bahasa Jepang. Kosa kata dapat diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata yaitu<br />

verba (doushi), adjektiva-I (keiyoushi), adjektiva-Na (keiyoudoushi), nomina<br />

(meishi), prenomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi (kandoushi),<br />

konjugasi (setsuzokushi), verba bantu (jodoushi), dan partikel (joushi), (Sudjianto,<br />

2004:98).<br />

Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat<br />

dan predikat dalam sebuah kalimat merupakan bagian yang terpenting. Jenis kata<br />

yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Sama halnya dengan bahasa jepang.<br />

Karena itu sangat penting mempelajari tata bahasa yang baik dan benar. Kitahara<br />

Yasuo dalam Sudjianto (1996:22) mengemukakan “Tata bahasa adalah suatu<br />

fenomena yang umum pada waktu menyusun kalimat, secara teoritis merupakan<br />

suatu sistem tentang bentuk kata, urutan kata, dan fungsi kata dalam kalimat”.<br />

Demikian halnya dengan bahasa Jepang apabila kita harus menguasai bahasa<br />

tersebut.<br />

Verba (doushi) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Kelas<br />

kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu.<br />

Doushi dapat mengalami perubahan (katsuyou) dan dengan sendirinya dapat<br />

menjadi predikat. Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat<br />

dalam sebuah kalimat, mengalami perubahan bentuk (katsuyou) dan bisa berdiri<br />

sendiri (Sutedi, 2003:42).


Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan verba shikaru dan okoru<br />

yang memiliki arti “marah” dimana kedua kata tersebut memiliki makna yang<br />

sama tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan<br />

tataran linguistik yaitu bidang semantik.<br />

Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang<br />

makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar sukukata<br />

dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Lalu<br />

objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas ini adalah<br />

relasi makna khususnya sinonim. Dalam hal ini verba shikaru dan okoru adalah<br />

kata-kata yang bersinonim.<br />

1.4.2 Kerangka Teori<br />

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan kerangka teori<br />

berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca<br />

oleh penulis. Sebelum menganalisis fungsi dan makna yang terdapat pada verba<br />

shikaru dan okoru yang bermakna ‘marah’, maka penulis perlu memaparkan<br />

pengertian fungsi dan makna terlebih dahulu.<br />

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Fungsi adalah: (1) jabatan (pekerjaan)<br />

yang dilakukan, (2) faal (kerja suatu bagian tubuh), (3) besaran yang berhubungan,<br />

jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah, (4) kegunaan suatu<br />

hal; (5) peran sebuah unsur bahasa dulu satuan sintaksis yang lebih luas (seperti<br />

nomina berfungsi sebagai subjek). Makna adalah: (1) arti, (2) maksud pembicara<br />

atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.


Penelitian ini menggunakan teori fungsi dan makna, selain itu juga<br />

menggunakan pendekatan semiotik dan semantik untuk menjelaskan keadaan<br />

situasi serta tanda-tanda yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang.<br />

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada<br />

dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa (Chaer, 2007: 37). Tanda adalah suatu<br />

atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda dan<br />

tindakan secara langsung dan alamiah (Chaer, 2007: 37). Bahasa merupakan sistem<br />

lambang bunyi yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada<br />

yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu<br />

konsep, suatu ide, atau suatu pikiran dalam wujud bunyi itu. Karena lambanglambang<br />

itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan<br />

bahwa bahasa itu mempunyai makna.<br />

Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku)<br />

yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2003:103). Menurut Tarigan (1985:18)<br />

bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantickos<br />

‘penting: berarti’, yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan:<br />

menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ yang terdapat pada kata<br />

semaphore yang berarti ‘tiang signal yang digunakan sebagai tanda oleh kereta<br />

api’. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang<br />

atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan<br />

yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.<br />

Kridalaksana (2001:193) mengemukakan dua pengertian tentang<br />

semantik : (1) semantik merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan


dengan makna dari ungkapan dan juga makna suatu wacana; (2) semantik adalah<br />

sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya.<br />

Dalam semantik (imiron) terdapat beberapa objek kajian, antara lain<br />

adalah makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei) antar satu kata<br />

dengan kata yang lainnya, makna frase dalam satu ideom (ku no imi) dan makna<br />

kalimat (bun no imi) (Sutedi, 2003:103).<br />

Berdasarkan pada relasi makna terdapat hubungan antar makna (go to go<br />

no imi kankei) yang terdiri dari, 1. Ruigi kankei (hubungan kesinoniman) 2. Han gi<br />

kankei (antonim) dan 3. Jouge kankei (hubungan hipponimi dan hepernimi). Dari<br />

ketiga hubungan antar makna tersebut, penulis menggunakan metode ruigi kankei<br />

karena berhubungan dengan judul skripsi.<br />

Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu makna konstektual. Makna<br />

konstektual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata (atau gabungan kata)<br />

dalam kontes kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam<br />

konteks situasi tertentu (Chaer, 2007:81). Atau dengan kata lain makna kontekstual<br />

adalah makna yang didasarkan atas hubungan antar ujaran dan situasi yang<br />

memakai ujaran tersebut.<br />

Untuk makna verba shikaru dan okoru yang akan dianalisis, penulis akan<br />

melihat makna verba shikaru dan okoru dari definisi-definisi makna tersebut diatas,<br />

untuk lebih memperjelas makna sesuai dengan konteks dan situasi kalimat yang<br />

sering digunakan dalam bahasa jepang.


1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian<br />

1.5.1 Tujuan Penelitian<br />

Adapun tujuan penelitian ini adalah:<br />

1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan makna verba shikaru dan okoru<br />

secara umum.<br />

2. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan makna verba shikaru dan okoru<br />

dalam kalimat berbahasa Jepang.<br />

1.5.2 Manfaat Penelitian<br />

Manfaat dari penelitian ini adalah:<br />

1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca akan pengetahuan tentang<br />

verba bahasa Jepang, khususnya verba shikaru dan okoru dalam konteks<br />

kalimat bahasa Jepang.<br />

2. Membantu menambah referensi yang berkaitan dengan bidang linguistik<br />

khususnya kajian semantik untuk menunjang proses pembelajaran bahasa<br />

Jepang.<br />

1.6 Metodologi Penelitian<br />

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian<br />

deskriptif yang berupa penjelasan atau pemaparan. Dalam buku Pengantar<br />

Metodelogi Ilmiah (Surachmad, 1988:5) menerangkan metode penelitian deskriptif<br />

lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif.<br />

Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan<br />

mengklasifikasikan. Dan pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya


sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi<br />

tentang arti data ini.<br />

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui studi kepustakaan<br />

(liberary research), yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang<br />

berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya<br />

menjadi sebuah informasi yang mendukung tulisan ini.<br />

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini<br />

adalah :<br />

1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan.<br />

2. Membaca berbagai buku termasuk dari media elektronik yang berkonteks bahasa<br />

Jepang.<br />

3. Mencari dan mengumpulkan serta mengklarifikasikan kata atau kalimat yang<br />

menggunakan verba shikaru dan okoru.<br />

4. Menerjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu yang<br />

terdapat verba shikaru dan okoru.<br />

5. Melakukan analisis fungsi dan makna verba shikaru dan okoru dari cuplikan<br />

kalimat yang sudah diterjemahkan.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!