15.10.2015 Views

4emagz-fix

Transform your PDFs into Flipbooks and boost your revenue!

Leverage SEO-optimized Flipbooks, powerful backlinks, and multimedia content to professionally showcase your products and significantly increase your reach.

Tetapkan Diri<br />

Sebagai Pusat Solusi Pembelajaran<br />

Ditengah Restrukturisasi dan<br />

Proyek 30 ribu MW<br />

Edisi September 2015


eMagz Edisi September 2015<br />

DAFTAR ISI<br />

CAKRAWALA<br />

• JEPIC SEMINAR IN INDONESIA hal 10-11<br />

• Learning Centre Group Bank Syariah Mandiri<br />

Benchmark ke PLN CorpU Hal 12<br />

• STO 2015 Tahap Penyisihan Regional I Hal 13<br />

• Antisipasi Tantangan, PLN UDiklat Makassar<br />

Selenggarakan Workshop Hal 14<br />

• Outbound Management Training Hal 15<br />

• di PLN CorpU, Selasa Wajar…!!! Hal 16<br />

• KURIKULUM BARU UNTUK CALON PEGAWAI<br />

BARU Hal 17-18<br />

• Jangan Takut Berkarir, Sudah 70 Tahun<br />

Indonesia Merdeka Hal 19<br />

SOSOK<br />

“Sebuah Ajakan Merubah Arah Hidupnya” Hal 20-21<br />

GALERI<br />

Hal 22-23<br />

LAPORAN<br />

UTAMA<br />

Hal 4-7<br />

Sebagai salah satu alat stratejik PLN, PLN<br />

CorpU memang memposisikan diri ditengah<br />

rekstrukturisasi perusahaan dan mega proyek 35<br />

ribu MW sebagai “Pusat Solusi Pembelajaran”.<br />

Artinya, PLN CorpU siap memberikan<br />

pelayanan pembelajaran bagi semua pegawai<br />

PLN. Apapun yang diperlukan oleh unit<br />

bisnis operasional akan disediakan, PLN<br />

CorpU berusaha sekuat mungkin mampu<br />

menyelenggarakan semua proses pembelajaran<br />

tersebut.<br />

Cakrawala<br />

Hal 8-9<br />

“Intinya, dengan EVP saya ingin<br />

membuat pegawai happy,”<br />

2


eMagz<br />

Edisi September 2015<br />

SALAM<br />

PLN CorpU Sebagai Pusat Solusi Pembelajaran<br />

Ditengah Restrukturisasi dan Proyek 30 ribu MW<br />

Tahun demi tahun sepertinya roda PLN berputar lebih cepat. Dalam pusaran dunia usaha<br />

yang semakin kencang ini perusahaan dituntut sanggup merespon setiap perubahan yang<br />

terjadi, serta dituntut dapat memberikan solusi yang tepat dan cepat.<br />

Pertengahan November 2012, PLN Corporate University baru saja dilaunching. Ibarat<br />

bayi yang baru bisa berjalan, sekarang sudah dituntut sanggup berlari mengikuti cepatnya<br />

perubahan yang terjadi di internal PLN.<br />

Desember 2014 lalu, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. PLN (Persero)<br />

memutuskan melantik direksi PLN yang baru.<br />

Hanya sembilan bulan berselang, masih di tahun 2014, PLN melakukan restrukturisasi<br />

organisasi. Direksi yang sekarang berjumlah 8 orang, termasuk Direktur Utama, akan dirubah<br />

menjadi 11. PLN berencana untuk membagi manajemennya per daerah, masing-masing<br />

wilayah akan dipimpin seorang direksi yang akan mengatur seluruh bisnis perseroan dari hulu<br />

ke hilir.<br />

PLN CorpU cukup responsif menghadapi masalah besar tersebut. Bahkan telah mengambil<br />

keputusan sangat berani dengan membatalkan Rencana Pendidikan dan Pelatihan (Rendiklat)<br />

semester II 2015 yang siap digunakan karena sudah direncanakan setahun sebelumnya,<br />

menggantinya dengan Rendiklat semester II 2015 yang baru.<br />

Perubahan rendiklat dilakukan untuk menyesuaikan program pendidikan dan pelatihan<br />

semester II 2015 dengan arah dan kebijakan baru Direksi PLN sehubungan dengan perubahan<br />

dinamis perusahaan menghadapi tantangan-tantangan baru ke depan, antara lain terkait<br />

dengan program pembangunan 35 ribu MW.<br />

Langkah ini sekaligus respon langsung atas keluhan-keluhan yang disampaikan beberapa<br />

pimpinan unit operasional yang menyatakan bahwa program pendidikan yang dilakukan PLN<br />

Pusdiklat selama ini tidak menjawab tantangan perusahaan yang diberikan kepada mereka.<br />

Dalam Rendiklat semester II 2015. Disepakati kegiatan pembelajaran akan dilakukan<br />

berdasarkan “Learning Need Analisys (LNA)” yang telah disusun bersama antara Udiklat<br />

dengan pihak Unit Operasional di lingkungannya masing-masing. Dengan koordinasi dan<br />

komunikasi antara PLN Udiklat dan Unit Operasional yang berlangsung lebih baik, sehingga<br />

data program diklat bisa selalu up to date.<br />

Sebagai salah satu alat stratejik PLN, PLN CorpU memang memposisikan diri ditengah<br />

rekstrukturisasi perusahaan dan mega proyek 35 ribu MW sebagai “Pusat Solusi Pembelajaran”.<br />

Artinya, PLN CorpU siap memberikan pelayanan pembelajaran bagi semua pegawai PLN.<br />

Apapun yang diperlukan oleh unit bisnis operasional akan disediakan, PLN CorpU berusaha<br />

sekuat mungkin mampu menyelenggarakan semua proses pembelajaran tersebut.<br />

Selamat Membaca<br />

3


eMagz Laporan Utama<br />

Edisi September 2015<br />

Tetapkan Diri<br />

Sebagai Pusat Solusi<br />

Pembelajaran<br />

Ditengah<br />

Restrukturisasi dan<br />

Proyek 30 ribu MW<br />

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. PLN<br />

(Persero), Desember 2014 lalu. Memutuskan melantik<br />

direksi PLN yang baru, yakni: Sofyan Basir, sebagai Dirut,<br />

dibantu jajaran Direksi Sarwono Sudarto, Nicke Widyawati,<br />

Murtaqqi Syamsuddin, Supangkat Iwan Santoso, Amin<br />

Subekti, Nasri Sebayang, dan Amir Rosidin.<br />

Tahun 2015 sepertinya roda PLN berputar lebih cepat.<br />

Dalam pusaran dunia usaha yang semakin kencang<br />

perusahaan dituntut sanggup merespon setiap perubahan<br />

yang terjadi, serta dituntut dapat memberikan solusi yang<br />

tepat dan cepat.<br />

Hanya sembilan bulan berselang, PLN melakukan<br />

restrukturisasi organisasi. Direksi BUMN listrik ini yang<br />

sekarang berjumlah 8 orang, termasuk Direktur Utama,<br />

nantinya menjadi total 11 Direksi. PLN berencana untuk<br />

membagi manajemennya per daerah, masing-masing<br />

wilayah akan dipimpin seorang direksi yang akan mengatur<br />

seluruh bisnis perseroan dari hulu ke hilir.<br />

Alasan utama dari rekstrukturisasi ini adalah agar<br />

bisa fokus menyelesaikan masalah kelistrikan didaerah<br />

dan mempercepat pengambilan keputusan. Selama ini<br />

memang dirasakan ada proses pengelolaan yang kurang<br />

efektif. Terutama dalam masalah eksekusi sebuah proyek<br />

yang begitu panjang proses dan birokrasinya. Oleh sebab<br />

itu akan dibentuk enam hingga tujuh region, yang akan<br />

dipimpin seorang direktur.<br />

Dasar pemikiran lain dari perubahan struktur organisasi<br />

ini adalah kemampuan PLN untuk melaksanakan proyek<br />

Sofyan Basyir, Dirut PLN dan Okto Rinaldi CLO PLN CorpU (ki-ka)<br />

4


eMagz<br />

Laporan Utama<br />

Edisi September 2015<br />

35 ribu MW. Selain kemampuan mengelola pertumbuhan<br />

kelistrikan seluruh Indonesia, mampu memberdayakan<br />

local resources, dan Akuntabel mengurus bisnis dari hulu<br />

ke hilir.<br />

Makin jelas sekarang, organisasi melakukan<br />

restrukturisasi salah satu tujuannya untuk meningkatkan<br />

kinerja dan efisiensi perusahaan. Dengan adanya struktur<br />

organisasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan diharapkan<br />

dapat berdampak pada pengambilan keputusan yang<br />

lebih cepat dan dampak positif lainnya.<br />

Pertanyaannya sekarang, apa upaya PLN CorpU dalam<br />

arus perubahan internal perusahaan yang begitu cepat,<br />

berkaitan dengan rekstrukturisasi organisasi perusahaan<br />

dan program 35 ribu MW?<br />

Menghadapi masalah besar tersebut, PLN CorpU<br />

cukup responsif. Bahkan telah mengambil keputusan<br />

yang sangat berani dengan membatalkan Rencana<br />

Pendidikan dan Pelatihan (Rendiklat) semester II 2015<br />

yang siap digunakan karena sudah direncanakan setahun<br />

sebelumnya, menggantinya dengan Rendiklat semester II<br />

2015 yang baru disepakati bersama pada hari itu, Jumat<br />

(3/7- 2015).<br />

Okto Rinaldi, CLO PLN CorpU, menjelaskan alasan<br />

dilakukan perubahan rendiklat tersebut, untuk<br />

menyesuaikan program pendidikan dan pelatihan<br />

semester II 2015 dengan arah dan kebijakan baru Direksi<br />

PLN sehubungan dengan perubahan dinamis perusahaan<br />

menghadapi tantangan-tantangan baru ke depan, antara<br />

lain terkait dengan program pembangunan 35 ribu MW.<br />

Langkah yang diambil Okto ini sekaligus merupakan<br />

respon langsung atas keluhan-keluhan yang disampaikan<br />

beberapa pimpinan unit operasional yang menyatakan<br />

bahwa program pendidikan yang dilakukan PLN Pusdiklat<br />

selama ini tidak menjawab tantangan perusahaan yang<br />

diberikan kepada mereka.<br />

Dalam Rendiklat semester II 2015. Disepakati kegiatan<br />

pembelajaran akan dilakukan berdasarkan “Learning<br />

Need Analisys (LNA)” yang telah disusun bersama antara<br />

Udiklat dengan pihak Unit Operasional di lingkungannya<br />

Dedi Ruspendi, Manajer Keuangan, SDM dan Administrasi<br />

masing-masing. Ke depan Okto berharap koordinasi dan<br />

komunikasi antara PLN Udiklat dan Unit Operasional dapat<br />

berlangsung lebih baik, sehingga data program diklat bisa<br />

selalu up to date.<br />

Dedi Ruspendi, Manajer Keuangan, SDM dan<br />

Administrasi PLN CorpU mengutarakan hal senada dengan<br />

pernyataan Okto di atas. “Jika boleh beranalogi, PLN<br />

CorpU itu kita ibaratkan sebuah warung serba ada. Jadi<br />

setiap pelanggan minta, pasti barangnya ada. Sekarang<br />

yang minta itu unit, kita yang menyediakan, pokoknya<br />

harus siap untuk semua jenis permintaan,” ungkapnya,<br />

saat ditemui diruang kerjanya, Senin (29/9).<br />

Kalau sekarang ibaratnya sebuah warung, dahulu<br />

menurut Dedi CorpU itu seperti pabrik kue, meskipun<br />

tidak ada permintaan kerjanya membuat aneka kue<br />

sebanyak-banyaknya, kemudian dikasih ke pelanggan<br />

peduli enak atau tidak rasanya. Jadi pembelajaran pada<br />

jaman itu materi diberikan, tanpa mengetahui apakah<br />

sesuai dengan keperluan peserta atau tidak.<br />

Pembelajaran yang selama ini dilakukan memang lebih<br />

fokus pada peningkatan kompetensi pegawai. Cenderung<br />

menggunakan materi dan modul yang sama karena<br />

hanya peningkatan kompetensi yang menjadi targetnya.<br />

Sekarang semua materi itu sudah di barukan, “Artinya 50%<br />

baru, sisanya merupakan revisi. Bahkan untuk Rendiklat<br />

tahun depan, sejak Oktober hingga Desember ini sedang<br />

dipersiapkan,” jelas Dedi.<br />

5


eMagz Laporan Utama<br />

Edisi September 2015<br />

Sekarang paradigmanya memang sudah berubah<br />

dengan tujuan utama pembelajaran adalah peningkatan<br />

kinerja korporat. Seperti telah ditetapkan dalam Keputusan<br />

Direksi No. 481.K/DIR/2012 tentang Organisasi dan Tata<br />

Kerja Corporate University PT. PLN (Persero) bahwa untuk<br />

dapat memberikan dampak pada peningkatan kerja<br />

korporat, maka solusi pembelajaran di lingkungan PT. PLN<br />

diintegrasikan dengan penerapan Corporate University.<br />

Corporate University saat ini telah menjadi salah satu<br />

alat stratejik PLN yang berfungsi mengintegrasikan semua<br />

sumber daya pembelajaran, proses, dan orang yang<br />

memungkinkan terwujudnya kinerja terbaik dengan terus<br />

menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,<br />

serta prilaku orang dalam lingkungan ekosistem bisnis.<br />

PLN CorpU sebagai Pusat Solusi Pembelajaran<br />

Sebagai salah satu alat stratejik PLN, dimana PLN<br />

CorpU akan memposisikan diri ditengah rekstrukturisasi<br />

perusahaan dan mega proyek 35 ribu MW?<br />

“Kami tetapkan diri PLN CorpU sebagai Pusat Solusi<br />

Pembelajaran,” tegas Dedi. Artinya, PLN CorpU selalu<br />

siap memberikan pelayanan pembelajaran bagi semua<br />

pegawai PLN. Apapun yang diperlukan oleh unit bisnis<br />

operasional akan disediakan, jika PLN CorpU tidak bisa<br />

mereka akan di arahkan, andai pun tidak maka akan<br />

dilakukan kerjasama dengan lembaga lain yang mampu<br />

memberikan kebutuhan pembelajaran tersebut. “Kita<br />

berusaha sekuat mungkin agar mampu menyelenggarakan<br />

proses pembelajaran sendiri, jika tidak bisa pun kami tidak<br />

mau hanya menjadi EO,” ucap Dedi.<br />

Suka atau tidak, tugas PLN CorpU ke depan akan<br />

semakin berat. Semua materi yang dimilki saat ini harus<br />

terus di up date, karena tuntutan kinerja 49 unit bisnis<br />

yang ada saat ini harus meningkat. Otomatis jajaran<br />

CorpU harus kerja esktra keras mempersiapkan SDM yang<br />

benar-benar siap kerja.<br />

Sesuai SK Direksi No.481, tugas berat PLN CorpU<br />

sedikit banyak akan terbantu dengan dibentuknya<br />

Learning Council, Learning Steering Committee, dan<br />

Organizing Committee. Artinya tugas pembelajaran itu<br />

harus dilakukan oleh semua insan PLN mulai dari tingkat<br />

atas hingga bawah.<br />

Berdasarkan pasal 4 Kepdir No. 481 Learning Council<br />

yang terdiri dari Dirut dengan semua jajaran direksi<br />

mempunyai peran :<br />

1. Memberikan arah kebijakan perusahaan terkait<br />

dengan pembelajaran, seperti visi, misi, tujuan, program<br />

kerja, anggaran, sumber daya yang dibutuhkan, dan skala<br />

prioritas.<br />

2. Mendorong terwujudnya kemitraan dengan<br />

lembaga pendidikan tinggi dan sinergi antar stakeholder<br />

dalam proses pembelajaran serta mengoptimalkan<br />

manfaat dan intangible asset.<br />

3. Mendorong tumbuhnya budaya inovasi dan<br />

penerapan best practices.<br />

4. Menjaga kesinambungan pengetahuan yang ada<br />

diperusahaan.<br />

5. Mengupayakan optimalisasi dampak dari<br />

pembelajaran dikaitkan dengan ROTI (Return on training<br />

Invesment).<br />

Learning Steering Committee yang terdiri dari para<br />

Kepala Divisi, Sekretaris Perusahaan, Kepala Unit, General<br />

Manager, Direksi Anak Perusahaan mempunyai peran :<br />

1. Merencakan kebutuhan pembelajaran secara<br />

lebih spesifik disesuaikan dengan proses bisnis dan<br />

perkembangan terkini.<br />

2. Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran untuk<br />

jangka pendek dan jangka panjang.<br />

3. Menetapkan kebutuhan pembelajaran yang<br />

harus dimiliki (mandatory) oleh tenaga kerja yang bekerja<br />

di PLN.<br />

4. Mengkomunikasikan pembelajaran dengan<br />

stakeholder Dan memastikan terjadinya pembelajaran.<br />

5. Menghindari hilangnya pengetahuan dari<br />

hilangnya SDM yang kompeten (knowledge capturing).<br />

6. Mengupayakan optimalisasi dampak dari<br />

pembelajaran dikaitkan dengan ROTI (Return on training<br />

Invesment).<br />

Organizing Committee mempunyai peran :<br />

1. Mengelola pembelajaran yang dibutuhkan, yaitu :<br />

a. Akademi bisnis sesuai dengan proses bisnis<br />

perusahaan.<br />

b. Peningkatan kompetensi pegawai.<br />

c. Internalisasi nilai-nilai dan budaya perusahaan.<br />

d. Kepemimpinan.<br />

e. Penilaian/uji kompetensi baik soft maupun hard.<br />

f. Penelitian terhadap kompetensi yang dibutuhkan<br />

perusahaan.<br />

g. Peningkatan kompetensi pemasok, mitra kerja,<br />

6


eMagz<br />

Laporan Utama<br />

Edisi September 2015<br />

dan pelanggan.<br />

2. Menjalin kerjasama dengan penyelenggara<br />

pembelajaran lainnya.<br />

3. Mengelola instruktur pembelajaran.<br />

4. Menjaga budaya pembelajaran dan mengelola<br />

pengetahuan (knowledge management)<br />

Dengan komposisi seperti di atas, sepertinya solusi<br />

pembelajaran di lingkungan PLN di integrasikan dengan<br />

penerapan PLN CorpU yang berdampak pada peningkatan<br />

kinerja akan lebih mudah tercapai. Sebab dari komposisi<br />

tadi jelas, tugas pembelajaran menjadi tanggung jawab<br />

semua lini.<br />

Simple – Inspiring – Performing – Phenomenal<br />

Simple (sederhana)<br />

Memberikan solusi pembelajaran yang cepat dan tepat<br />

sesuai kebutuhan. Contohnya, kebutuhan pembelajaran<br />

sekedar pengetahuan disampaikan denga e-learning,<br />

kebutuhan peningkatan keterampilan disampaikan dengan<br />

praktek, dan penugasan (teori minim/self learning).<br />

Inspiring (menginspirasi)<br />

Mampu menggugah orang lain sehingga yakin dan<br />

mau melaksanakan ide-ide baru untuk kesempurnaan.<br />

Contohnya, mengaplikasikan ide yang diperoleh selama<br />

pembelajaran yang bisa diterima oleh manajemen atau<br />

lingkungan kerja.<br />

Preforming (bertindak dan berkinerja)<br />

Bertindak secara profesional untuk menghasilkan<br />

kinerja unggul dan berkelanjutan. Contohnya,<br />

melaksanakan pekerjaan secara profesional, certified<br />

pada bidangnya, dan mampu meningkatkan kinerja unit<br />

bisnisnya serta memberikan added value bagi korporasi.<br />

Phenomenal (luar biasa dan membatin)<br />

Diakui secara nasional/internasional sehingga setiap<br />

orang yang merasakan proses dan hasil pembelajaran<br />

akan mendapatkan kesan yang mendalam dan membatin<br />

(unity of spirit). Contoh, peserta secara alamiah akan<br />

menceritakan pengalaman pembelajarannya kepada<br />

orang lain dan memiliki hasrat yang tinggi untuk<br />

mendapatkan pembelajaran kembali.<br />

Mengambil arti dari tema dan makna PLN CorpU<br />

diatas, Dedi mencoba mengilustrasikan peranan PLN<br />

CorpU dalam proses restrukturisasi dan program 35<br />

ribu MW. “Simple, contohnya serumit apa pun bahan<br />

pembelajaran itu, harus bisa ditampilkan menjadi sebuah<br />

materi yang sederhana dan mudah dipelajari oleh peserta.<br />

Tentu semuanya dibalut dalam kemasan pelayanan yang<br />

cepat, mudah, namun dengan kualitas yang tetap terjaga<br />

tentunya,” jelas Dedi.<br />

Materi yang mudah, jelas, tapi berkualitas memang<br />

sangat dibutuhkan dalam rangka pembelajaran<br />

mempersiapkan SDM yang akan mengisi posisi yang belum<br />

terisi sesuai dengan konsekuensi dari rekstrukturisasi<br />

organisasi. Menurut Dedi, “Jajaran direksi sekarang dalam<br />

hal perekrutan memang tidak main-main. Untuk Satuan<br />

Pengawasan Internal yang asalnya ada 180 akan ditambah<br />

menjadi 1000 orang, sedangkan rekruitment pegawai<br />

baru setiap tahun mencapai tiga ribu sampai empat ribu<br />

orang. Hal ini tentu akan menuntut kesiapan CorpU dalam<br />

mempersiapkan pembelajaran buat mereka agar pada<br />

saatnya dibutuhkan mereka benar-benar siap bekerja”.<br />

PLN CorpU sendiri secara internal akan memperkuat<br />

sisi SDM, sesuai dengan goal tahun ini yaitu meningkatkan<br />

kuantitas dan kualitas instruktur. Selain itu juga akan<br />

memperkuat diklat bidang teknis, serta diklat di bidang<br />

pembangkitan sesuai dengan program 35 ribu MW.<br />

Apakah restrukturisasi juga akan dilakukan PLN<br />

CorpU?<br />

Apakah PLN CorpU juga akan melakukan restrukturisasi?<br />

“Bahwa usulan perubahan sedang dipersiapkan.<br />

Namun perubahan itu harus ditinjau dari sisi kelayakan<br />

anggarannya, operasionalnya, serta resikonya agar<br />

perubahan itu benar-benar membuat organisasi berjalan<br />

lebih efesien,” jawab Dedi.<br />

7


Cakrawala<br />

eMagz Edisi September 2015<br />

Membuat<br />

Pegawai Happy<br />

Dengan “EVP”<br />

“Employee Volunteer Program” atau disingkat<br />

EVP, dalam bahasa Indonesia umum bisa diartikan<br />

sebagai program kerja sukarela para pekerja. Lalu<br />

EVP mana yang akan dibahas dalam acara yang<br />

di adakan di Graha CorpU, Kamis (17/09/2015).<br />

“EVP saat ini masih cikal bakal, baru digagas kurang<br />

lebih 10 tahun yang lalu di Amerika” tegas Bagus Setiawan,<br />

Kadiv HCMS, pembicara utama dalam acara tersebut.<br />

Menurutnya program ini digagas pertama kali oleh para<br />

penggemar buku yang terinspirasi salah satu judul buku,<br />

“God as a stake holder”. Inti cerita dari buku ini adalah<br />

tentang seorang pekerja yang motivasinya dalam hirarki<br />

Maslow “Saya bekerja untuk mengabdi pada tuhan”.<br />

Artinya, pegawai dalam fase ini memiliki semangat kerja<br />

yang sangat tinggi, semangat yang jarang dimiliki oleh<br />

sembarang orang, bahkan seorang presiden sekalipun.<br />

Untuk lebih mudah memperkenalkan barang baru<br />

bernama EVP, Bagus mencoba memakai beberapa<br />

ilustrasi yang bisa lebih cepat dimengerti. Pertama ia<br />

ceritakan dalam sebuah acara diputarnya sebuah film<br />

tentang anak pegawai pabrik limun terbesar didunia<br />

yang ditanya dimana tempat ayahnya bekerja? Anak<br />

itu menjawab bahwa bapaknya kerja di tempat berbagi<br />

kebahagiaan. “Maaf pak film itu tidak relevan dengan<br />

acara ini, ucap peserta spontan,” ungkap Bagus.<br />

Dua minggu kemudian di acara yang berbeda, Bagus<br />

masih mencoba mengunakan ilustrasi yang sama. Kembali<br />

ia mendapat pernyataan bahwa film itu tidak relevan<br />

dengan acara. Bahkan menurutnya ada peserta yang<br />

mengibaratkan PLN ini seperti perempuan tak berdaya, kaki<br />

dan tanganya terikat, kemudian diperdaya ramai-ramai.<br />

Menurut mereka karena limun itu dijual berdasar harga<br />

pasar, sementara harga listrik sudah ditentukan regulasinya.<br />

“Kalau begitu slogan listrik untuk kehidupan yang<br />

lebih baik tidak akan pernah keluar dari mulut GM<br />

sekali pun, jika format pikirannya masih seperti itu,<br />

karena setiap ucapannya akan berpengaruh pada ribuan<br />

pegawai yang ada dibawahnya. Jika seperti ini secara<br />

budaya kita sudah tenggelam,” jelas Bagus, geram.<br />

Masih sedikit geram, Bagus merubah ilustrasinya, kali<br />

ini ia bertanya “Apakah bapak dan ibu ada yang kenal film<br />

SpongeBob?” Spontan tensi menurun, namun sebagian<br />

peserta tetap masih belum mengerti kaitanya dengan EVP.<br />

“Dalam film kartun ini beberapa tokohnya mewakili karakter<br />

sebagai berikut, Mr. Krabs sebagai kapitalis, Spongebobs si<br />

pekerja yang selalu riang, Patrick Star si pekerja galau, dan<br />

Squidward si penggeluh serta penggerutu,” papar Bagus.<br />

Lanjutnya, “PLN akan maju jika pengeluhnya sedikit,<br />

sementara PLN kita hari ini justru itu yang lebih banyak”.<br />

8


eMagz<br />

Cakrawala<br />

Edisi September 2015<br />

Ia sangat berharap dari acara hari ini muncul pionir-pionir<br />

yang bisa menciptakan sekaligus menularkan semangat<br />

kerja tinggi hingga bisa mencapai fase pengabdian pada<br />

sang pencipta. “Kita di tingkat pengelola SDM harus bisa<br />

menggeser motivasi pegawai, dari tingkat dasar hingga level<br />

yang lebih tinggi, menjadi god as a stake holder tidak lagi<br />

untuk reputasi, jabatan, penghargaan, apalagi imbalan”.<br />

Kunci agar tercipta pegawai yang motivasinya god<br />

as a stake holder, adalah rasa senang hati pegawai<br />

saat menjalankan tugasnya tersebut. Dalam EVP,<br />

kondisi itu sangat mungkin diciptakan oleh para<br />

pegawai, karena intinya EVP adalah program yang<br />

memungkinkan pegawai mendapatkan sensasi “happy”.<br />

Dalam EVP sangat memperbolehkan pegawai baktisosial<br />

saat jam kerja, tujuannya adalah untuk membangun<br />

pegawai menjadi seorang “giver”. Sehingga usai memberi<br />

sesuatu kepada orang lain, mereka mendapat sensasi<br />

happy, rasa senang kemudian berubah menjadi energi<br />

positif, dampaknya adalah tingkat produktivitas meningkat,<br />

lingkungan otomatis dapat sumbangan manfaat.<br />

Menurut catatan dibuku-buku kesehatan, rasa senang<br />

itu dipacu oleh meningkatnya Hormon Endorfin. Hormon<br />

ini keluar ketika orang mendapat sensasi senang, bisa<br />

akibat berolah raga, tertawa, dan keluar ketika mereka<br />

dapat sensasi saat memberi atau berbagi dengan sesama.<br />

“Coba bayangkan situasinya, mungkin anda pernah<br />

rasakan sesaat usai memberi, akan ada rasa saya bisa<br />

berguna bagi orang lain atau rasa lebih berutung. Efeknya<br />

muncul Endorfin, hormon yang efeknya sama dengan<br />

narkotik, bahkan 8 kali lebih hebat akibat happynya.<br />

Sehingga mental dan fisik jadi sehat, pikiran positif,<br />

dan produktivitas kerja semakin tinggi,” ungkap Bagus.<br />

Sangat positif, dalam kegiatan perusahaan ada CSR.<br />

Namun sayang CSR yang bukan CSR. “CSR yang ada harus<br />

dirombak besar-besaran, sebab dalam EVP semua harus<br />

terbangun, baik pemberi maupun yang diberi, memakai<br />

uang sendiri, menggunakan jam kerja, dan kita sendiri yang<br />

mengerjakan CSR itu,” jelas Bagus. CSR yang dijalankan<br />

selama ini bisaanya yang terbangun adalah pihak yang<br />

diberi bantuan saja, sementara pemberi bantuan tidak<br />

pernah terlibat, menyerahkan semua pelaksanaan kepada<br />

penerima bantuan. Sudah dapat dipastikan si pemberi tidak<br />

akan mendapat sensasi apapun dari kegiatan tersebut,<br />

selain perasaan sudah bebas tugas memberikan bantuan.<br />

CSR seharusnya dikerjakan oleh kita, tapi jangan pula<br />

dipaksa. Menurut Bagus, EVP seharusnya dikelola dengan<br />

sebuah mesin yang komprehensif dan ada toolsnya.<br />

Sehingga akan semakin banyak pegawai yang happy.<br />

Sensasi giving tidak perlu dari sebuah kegiatan yang<br />

penomenal, bisa saja dalam bentuk yang paling sederhana<br />

sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya membantu orang<br />

lain dengan kemampuan yang kita punya, meski hanya<br />

dengan sebuah senyum. Namun bila mampu membuat<br />

orang lain senang, tentu akan senang pula hati kita.<br />

Mulai detik ini, bagus mengajak semua peserta<br />

acara untuk selalu memaknai setiap perbuatan<br />

yang dilakukan, karena siapa yang berbuat tanpa<br />

memaknai yang dilakukan, menurut Socrates, seorang<br />

filsuf Yunani, sama dengan binatang. Bagus sangat<br />

berharap lewat acara ini akan lahir banyak “Pionir”<br />

volunteer pegawai PLN yang periang bukan pengeluh.<br />

“Intinya, dengan EVP saya ingin membuat pegawai<br />

happy,” tegas Bagus Setiawan, saat ditemui usai acara.<br />

Bagus Setiawan, Kadiv HCMS<br />

9


eMagz Edisi September 2015<br />

JEPIC SEMINAR IN INDONESIA<br />

transmisi.<br />

Seminar kali ini menghadirkan empat narasumber<br />

langsung dari Jepang, dua dari Kyushu EPCO, dan dua<br />

dari J-power. Dalam seminar ini mereka akan berbagi<br />

berbagai hal, khususnya yang terkait manajemen aset<br />

instalasi transmisi. Sementara Eko Yudo Pramono, GM<br />

P3B Sumatera, akan sharing mengenai “Transmission<br />

Enterprise Asset Management in PLN”. Nara sumber yang<br />

diundang, nantinya akan sharing informasi teknis dengan<br />

berbagai contoh kasus nyata yang terjadi di tempat<br />

Seminar “Transmission Enterprise Asset Management”<br />

diselenggarakan di PLN Udiklat Semarang (TLM Academy)<br />

bekerjasama dengan Japan Electric Power Information<br />

Center (JEPIC), Japan Power, Kyushu Electric Power Co.<br />

Inc, dan PT. PLN (Persero), Senin-Rabu (14-16/09/2015).<br />

Seminar dibuka Sudibyo, Kepala Divisi Pengembangan<br />

Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara, didampingi Toto<br />

wakil dari PLN Corporate University. Pada kesempatan<br />

pembukaan seminar tersebut, ucapan terima kasih<br />

kepada PLN disampaikan Masahiro Ohnishi, Kepala divisi<br />

kerjasama JEPIC dari Jepang, karena PLN telah membantu<br />

dan mendukung peyelenggaraan seminar JEPIC.<br />

“Transmission Enterprise Asset Management” dipilih<br />

sebagai tema utama seminar kali ini karena pengembangan<br />

instalasi, transmisi, dan pengelolaan asetnya secara cepat<br />

merupakan tantangan besar yang dihadapi PLN saat ini<br />

dan masa yang akan datang. Oleh karena itu JEPIC memilih<br />

“Pengelolaan Asset Transmisi” sebagai topik seminar kali<br />

ini. Harapannya materi seminar kali ini bisa bermanfaat<br />

bagi PLN dalam mengembangkan instalasi dan transmisi<br />

di Indonesia.<br />

Pengembangan instalasi, transmisi, dan pengelolaan<br />

asetnya secara cepat yang harus dilakukan PLN<br />

dilatarbelakangi oleh kondisi Indonesia saat ini, khususnya<br />

di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan<br />

Bandung dimana permintaan pasokan listrik meningkat<br />

secara drastis. Sehingga diperlukan fasilitas pembangkitan,<br />

transmisi, dan distribusi yang lebih banyak. Oleh sebab<br />

itu, saat ini pemerintah Indonesia sedang berupaya<br />

keras membangun pembangkit dan penguatan jaringan<br />

masing-masing.<br />

Apa sebenarnya “JEPIC”? JEPIC adalah lembaga<br />

yang melakukan riset tentang kondisi ketenagalistrikan<br />

diseluruh dunia, anggotanya, merupakan perusahaaanperusahaan<br />

listrik yang ada di Jepang. Tidak hanya riset<br />

namun juga melakukan seminar teknis ketenagalistrikan<br />

sebagai program kerjasama untuk negara-negara ASEAN.<br />

Saat ini JEPIC sudah mengembangkan kerjasama<br />

dengan negara Kamboja, Laos, Indonesia, Vietnam, dan<br />

Myammar untuk menyelenggarakan seminar di negara<br />

setempat dengan total peserta mencapai 4.613 orang.<br />

Selain di negara-negara Asia Tanggara tersebut, seminar<br />

juga diselenggarakan di Jepang, dengan total peserta yang<br />

telah diundang sampai saat ini mencapai 545. Program<br />

kerjasama ini dilakukan dalam rangka mendorong<br />

pengembangan SDM teknisi ketenagalistrikan di negara<br />

ASEAN.<br />

Khusus untuk di Indonesia, dalam hal ini di PLN<br />

mendapat kehormatan, programnya tidak hanya berupa<br />

seminar JEPIC yang dilakukan di Indonesia, tapi ada<br />

kegiatan lain yang dilaksanakan setiap tahunnya, seperti<br />

training di Jepang dan program OJT selama tiga bulan di<br />

JEPIC.<br />

(Sumber: Victry Ani Suhartono/ PLN Udiklat Semarang)<br />

10


eMagz<br />

Edisi September 2015<br />

Oleh-oleh Dari JEPIC Untuk<br />

Perbaikan Kinerja<br />

• Penggunaan aplikasi pertumbuhan pohon untuk<br />

penjadwalan penebangan pohon di jalur transmisi.<br />

Sementara di Indonesia :<br />

• Menentukan tingkat korosi masih secara visual<br />

• Penghitungan jarak dan pertumbuhan pohon<br />

masih secara visual.<br />

• Mengukur pertumbuhan pohon untuk penjadwalan<br />

penebangan pohon di jalur transmisi masih<br />

manual belum menggunakan aplikasi.<br />

Setelah berlangsung serlama tiga hari di Aula TLM<br />

Academy, (14-16/9), berbagai kegiatan kajian yang<br />

dilakukan di seminar “Transmission Enterprise Asset<br />

Management”, dalam format knowledge sharing telah<br />

menghasilkan beberapa hal yang bisa dijadikan oleholeh<br />

yang sangat berguna. Khususnya mengenai<br />

penerapan teknologi yang sudah dilaksanakan<br />

perusahaan listrik di Jepang, bisa di implementasikan<br />

juga oleh PLN, sehingga bisa mendongkrak kinerja<br />

perusahaan lebih baik lagi.<br />

Berdasarkan beberapa analisa, ada perbedaaan<br />

manajemen aset kelistrikan yang sudah dilakukan<br />

di Jepang dan belum bisa dilakukan di Indonesia.<br />

Dari perbedaan tersebut, harus dikaji untuk diambil<br />

manfaatnya oleh seluruh peserta seminar, khususnya<br />

bagi manajemen PLN dalam rangka memperbaiki<br />

kinerja perusahaan.<br />

Perbedaan manajemen aset kelistrikan di Jepang<br />

dan Indonesia, bisa diawali dari analisa masalah<br />

realisasi SAIDI dan SAIFI. Di perusahaan listrik<br />

Jepang pencapaiannya sudah lebih awal 50 tahun<br />

yang lalu. Berarti PLN sudah tertinggal jauh dibanding<br />

Jepang.<br />

Masalah Integritas Data, di perusahaan listrik<br />

Jepang pegawainya sudah dangat peduli dengan<br />

yang namanya data. Sementara di PLN, pegawai<br />

teknik belum sepenuhnya peduli.<br />

Soal KPI, di perusahaan listrik Jepang berdasarkan<br />

tuntutan kepuasan pelanggan, sedangkan di PLN<br />

berdasarkan kinerja.<br />

Dalam hal Teknologi Pemeliharaan, di Jepang<br />

datanya sudah terintegrasi di TSMS. Di Indonesia<br />

data masih terpisah masing-masing unit.<br />

Masuk ke Teknologi Diagnosa, di Jepang sudah<br />

menggunakan teknologi baru, seperti :<br />

• Penggunaan analisa visual warna permukaan<br />

tower untuk mendeteksi tingkat korosi berbasis<br />

teknologi.<br />

• Penghitungan jarak dan pertumbuhan pohon di<br />

jalur transmisi menggunakan laser helikopter.<br />

Kemudian soal Regulasi Tarif, di Jepang untuk<br />

tegangan tinggi ditenderkan, artinya persaingan<br />

bebas, untuk tegangan rendah ditentukan<br />

pemerintah. Sementara di Indonesia semua tarif<br />

ditentukan pemerintah.<br />

Masuk ke Ruang Lingkup Pekerjaan Pihak Ketiga,<br />

di Jepang hampir semua pekerjaan diserahkan<br />

kepada pihak ketiga kecuali untuk analisa data<br />

pengambilan keputusan. Sementara di Indonesia<br />

pekerjaan climb up inspection diserahkan pihak<br />

ketiga.<br />

Membandingkan Kenormalan Kapasitas, di<br />

Jepang N-1 sudah terpenuhi. Sedangkan di Indonesia<br />

masih belum terpenuhi.<br />

Terakhir soal Meninggikan Tower, di Jepang<br />

penambahan dari kaki tower sudah menggunakan<br />

peralatan kerja khusus (tower rising machine) dan<br />

dalam pengerjaannya listrik tetap menyala. Di<br />

Indonesia pekerjaan penambahan di bagian atas<br />

tower masih manual dan listrik dalam keadaan<br />

padam.<br />

Kesimpulan yang paling penting dari perbandingan<br />

data di atas adalah knowledge sharing melalui<br />

seminar JEPIC nyatanya masih sangat diperlukan.<br />

Terbukti begitu banyak manfaat serta pelajaran yang<br />

bisa di petik dari kegiatan tersebut.<br />

(sumber: Victry Ani Suhartono/ PLN Udiklat Semarang)<br />

11


Cakrawala<br />

eMagz Edisi September 2015<br />

Learning Centre Group<br />

Bank Syariah Mandiri<br />

Benchmark<br />

ke PLN CorpU<br />

Learning Centre Group Bank Syariah Mandiri yang<br />

berkantor di Jl. Tanah Abang Timur No. 11, Jakarta<br />

Pusat. Benchmark ke PLN CorpU, pada hari Senin<br />

(28/09). Rombongan berjumlah sepuluh orang,<br />

dipimpin Rahmat Darmawan, Head LC Group BSM.<br />

Dalam rangka rencana CorpU, yaitu mendirikan<br />

Banking Academy, LC Group BSM benchmark ke<br />

PLN CorpU mengenai LMS (Learning Management<br />

System). Mereka ingin mengetahui lebih banyak<br />

bagaimana LMS di PLN CorpU dilaksanakan, aplikasi<br />

apa yang digunakan, serta apa keunggulannya<br />

sehingga kini menjadi tujuan belajar dari berbagai<br />

instansi yang ada di dalam negeri, bahkan luar negeri.<br />

Rombongan tiba di PLN CorpU diterima oleh<br />

Eddy Irawan, DM Pengelolaan Kemitraan dan Rantai<br />

Pasokan Pembelajaran. Sekaligus menjadi pembuka<br />

acara benchmark pagi itu. Materi awal pengenalan<br />

PLN CorpU secara umum dipaparkan Edi. Kemudian<br />

penjelasan bidang lainnya dibantu Siti Djubaedah dari<br />

sisi budaya korporat, Ina Sugiarto membahas soal<br />

keuangan, dan soal LMS disampaikan Rohmat Khoirur.<br />

“Tampilkan materi secara lebih demonstratif, berikan<br />

yang mereka mau, semua yang diperlukan. Sehingga<br />

pulang dari benchmark hari ini, kawan-kawan dari<br />

Mandiri bisa membawa sesuatu,” perintah Okto Rinaldi,<br />

CLO PLN CorpU, yang datang ditengah acara. Kehadiran<br />

CLO PLN CorpU membuat suasana benchmark lebih segar<br />

dengan masukan dan saran cara penyampaian materi.<br />

“Kelebihan LMS yang ada di PLN Corpu adalah<br />

aplikasinya di bangun sendiri,” tegas Okto. Selain<br />

kelebihan itu, masalah LMS di lembaga mana pun semua<br />

sama saja. Meskipun secara umum pelaksanaan LMS<br />

belum semuanya berjalan memadai, disebabkan proses<br />

bisnis PLN yang unik. Namun aplikasi LMS yang telah<br />

dijalankan PLN CorpUsaat ini telah mendapat pengakuan<br />

dari lembaga luar negeri yaitu dari Taiwan dan Amerika.<br />

Sejatinya, Okto menyebut bahwa menjadi CorpU itu<br />

sederhana tapi tidak mudah melaksanakannya. “Jika seluruh<br />

program sudah link and match dengan bisnis dan kebijakan<br />

strategis perusahaan. Berarti itu sudah CorpU,” beber Okto.<br />

Dalam pelaksanaannya, menjadi CorpU memang<br />

tidak gampang. “CorpU itu barang baru. Jika lagu lama<br />

masih dipake, CorpU tidak akan laku,” jelas Okto.<br />

Maksudnya, CorpU sebagai sesuatu yang baru harus<br />

benar-benar diperkenalkan sebagai sesuatu yang baru .<br />

Mempelajari kondisi tersebut, PLN CorpU segera<br />

melaksanakan upaya dengan menyimpan semua<br />

materi lama menggantinya dengan yang baru. Sehinga<br />

orang tidak akan terjebak dalam perasaan bosan<br />

mendapat materi yang berulang bahkan dengan<br />

pemateri yang itu-itu juga. Kemudian metode lama<br />

juga dirubah, waktu lalu selesai diklat selesai begitu<br />

saja. Sekarang pulang pendidikan, mereka harus bisa<br />

memberikan feed back yang bagus untuk perusahaan.<br />

“Perubahan itu bahkan dimulai dari suasana. Kami ganti<br />

disain ruangan agar suasananya lebih CorpU. Harapannya<br />

agar mindset mereka juga bisa berubah, tidak lagi terikat<br />

cerita lama pusat pendidikan yang membosankan.<br />

Termasuk pelayanan kita tingkatkan, misal dengan<br />

menyediakan jaringan Wifi. Semua itu dilakukan agar begitu<br />

mereka datang benar-benar merasakan perbedaan antara<br />

CorpU sekarang dengan Pusdiklat jaman dulu,” jelas Okto.<br />

Melihat ada sebuah perubahan, dengan menampilkan<br />

sesuatu yang baru secara otomatis akan membuat<br />

orang tertarik. Selain merubah isi dalamnya, PLN<br />

Corpu di bawah komando Okto juga mencoba<br />

merubah kemasannya. Sehingga semua orang yang<br />

telibat didalamnya benar-benar bisa merasakan<br />

suasana pembelajaran baru yang menyenangkan.<br />

Okto Rinaldi, CLO PLN CorpU (poto kanan)<br />

Mengunjungi perpustakaan PLN CorpU Rombongan Bank Syariah Mandiri Penyerahan Cindera Mata<br />

12


eMagz<br />

Cakrawala<br />

Edisi September 2015<br />

PLN SCIENCE AND TECHNOLOGY OLYMPIAD<br />

IN ENGLISH 2015<br />

TAHAP PENYISIHAN REGIONAL I<br />

Suasana pada Ice Breaking dihari pertama<br />

PLN Science And Technology Olympiad In English (STO),<br />

tahap penyisihan regional I tahun 2015, dilaksanakan di Kantor<br />

Wilayah PLN KalSelTeng, Banjarbaru, 16-18/9 2015.<br />

Dengan tema “Creative Resources Development to Support<br />

35 GW Program”, STO dibuka Mursalin, GM PLN Wilayah<br />

KalSelTeng, didamping Toto mewakili PUSDIKLAT. Sedangakan<br />

Dwi Listiawati, Manajer Udiklat Banjarbaru, tampil sebagai<br />

Keynote Speech STO.<br />

Setelah berlangsung selama tiga hari, akhirnya di umumkan<br />

lima pemenang STO tahap Penyisihan Regional I, yaitu :<br />

Rangking pertama, PLN Wilayah Sumsel, Jambi dan<br />

Bengkulu (S2JB), judul paper “Bio-Energy Power Plant: A<br />

Sustainable Solution To Unleash Indonesia’s Deficiency Upon<br />

Energy”, dipresentasikan Resi Seto, Brigitta Dian Puteri, dan<br />

Lukita Jatinugraha.<br />

Urutan ke dua, Pembangkitan Jawa Bali, judul paper “35 GW<br />

Program: Creating Local Heroes”, dipresentasikan Kukuh Pandu<br />

W, Saurin Apriliawan, dan Yuddy Saputra<br />

Urutan ke tiga, PLN Wilayah NTB, judul paper “CoRy<br />

(Corporate Emissary) To Support The CSR’s Programes For<br />

Developing 35GW”, dipresentasikan Aulia Mursalini, Isa<br />

Almaarif, dan windy Widayat.<br />

Urutan ke empat, PLN Pusdiklat, judul paper “LNA, Never<br />

Ending Solution”, dipresentasikan Farikha Himawati, Roy<br />

Hadinata Sijabat, dan Kemal Farouq Hanifa.<br />

Rangking terakhir diduduki PLN Wilayah Riau dan Kepulauan<br />

Riau, judul paper “Employee Readiness To Support And Innovate<br />

Coal Steam Power Plant Mechanism”, dipresentasikan Ainur<br />

Rohmah, Nurul Ambiya, dan Thirteenia Anggie.<br />

Sementara kontingen lainnya, masing-masing telah berjuang<br />

mempresentasikan karya mereka adalah :<br />

PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur, judul paper “Larantuka<br />

Strait, The Electricity Provider Through Ocean Current”,<br />

dipresentasikan Rudy Realitanto, Icha Nur Novianti, dan I Putu<br />

Suwis Andhi Yasa.<br />

PLN Distribusi Jabar dan Banten, judul paper “Supporting the<br />

35000 MW Program : Efforts Made by DJBB” dipresentasikan<br />

Agung Wicaksono, Nanda Puspa Dewi, dan Wildan Arya Putra.<br />

Distribusi Jatim, judul paper “Nangkring karO Sarling<br />

(NOS) to Accelerate 35 GW Program”, dipresentasikan Rustam<br />

Bachtiar, Risky Apriliani Romadhona, dan Bustani Hadi Wijaya.<br />

Distribusi Lampung, judul paper “Optimization Of<br />

Technology In Order To Maintain The Supply Of Electric Power<br />

System Through Internalization Into Society” dipresentasikan<br />

Harry Putra Dwitama, Julian Maruli Torang Manurung, dan<br />

Priyambodo Arief Kurniawan.<br />

PLN Wilayah Sumatera Barat, judul paper “Strengthening<br />

Business Process In Responding To Indonesia’s Electrification<br />

Expansion Of 35 GW”, dipresentasikan Yusuf Hendro Baskoro,<br />

Rizki Hana Utami, dan Bunga Arienty Laulara.<br />

PLN Wilayah Bangka Belitung, judul paper “POME-based<br />

Power Plant to Support 35GW Project”, Zakiah Isneny, Randi<br />

Gaga Pisasefsio Pratama, dan Fahmi Mohammad Priadi.<br />

PLN Wilayah Sumatera Utara, judul paper “Overcoming<br />

The Energy Crisis by Utilizing Hydrogen Fuel Cells as Power<br />

Generation Alternative Resources”, dipresentasikan Adhere L,<br />

Okta Hari Saputra, dan M. Saleh Siddik.<br />

PLN Wilayah Aceh, judul paper “Management INformation<br />

of LocatION (MINIONS)”, dipresentasikan Desi Ayuningtyas,<br />

Metrikno P. T, dan Nofrizal.<br />

PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, judul paper<br />

“ASENTOR (Aplikasi Absensi Operator)”, dipresentasikan Abie<br />

Aprianata, Azhari, dan Muhamad Masykur Rinandar.<br />

PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, judul paper<br />

“IDAMAN 35 GW (Integrated Dashboard Management to<br />

Support 35 MW Program)”, dipresentasikan Amar Abdillah,<br />

Kaleb Sidabalok, dan Septiyan Pratama.<br />

PLN UIP VIII, judul paper “Marine CNG Technology To Supply<br />

Gas For Power Plant In Lombok”, dipresentasikan Andi Fallahi,<br />

Teofilus Kasih Madona, dan M. Ichsan Ahady.<br />

PLN UIP V, judul paper “SORAK (Site Supervisor Handbook<br />

Application) Realtime Site Supervision In One Simple Touch”,<br />

dipresentasikan Benny Fernandez, Muhammad fajri N. R., dan<br />

Nurul Huda Tuasamu.<br />

P3B Sumatera, judul paper “Social-Awareness Enhancement<br />

To Land Acquisition Agreement: Succeeding Indonesia 35.000<br />

MW Program”, dipresentasikan Wa Ode Astuty, Wa Ode<br />

Ariyanti, dan Ivo Saputra<br />

PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan, judul paper<br />

“Development of Power Plant by Empowering Role of Local<br />

Governments and PLN (National Electric Company) to Support<br />

Program 35 GW”, dipresentasikan Thomas Charly, Indra<br />

Widyanto Harun, dan Fajar Ginanjar.<br />

PLN Wilayah Papua dan Papua Barat, judul paper “The<br />

Proactive Human Resources (Communicative, Innovative,<br />

Creative, Competent And Humane) To Support 35 GW Program”,<br />

dipresentasikan Ronald A A Demetouw, Andreas Didik Susanto,<br />

dan Labiku Lamalisu. (Sumber: Udiklat Banjarbaru)<br />

Perkenalan Tim PUSDIKLAT<br />

Suasana hari ke-2, peserta bersiap untuk persentasi<br />

13


eMagz Edisi September 2015<br />

Cakrawala<br />

Antisipasi<br />

Tantangan, PLN<br />

UDiklat Makassar<br />

Selenggarakan<br />

Workshop<br />

Pembahasan di hari dan jam pertama soal Challenges of<br />

Geothermal Power Development, disampaikan John Toomey<br />

dari Project Implementation Consultant. Jam berikutnya<br />

Bambang Tedja dan Bambang Suhartono mendapat<br />

jatah dua sesi mebahas masalah Challenges Of Hydro<br />

Power Development. Penghujung hari itu ditutup dengan<br />

pembahasan Overview of Land acquisition and permits<br />

yang disampaikan KDIV Pertanahan dan Kelembagaan.<br />

Hari ke dua soal Challenges Of Transmission Line<br />

Development, sesi pertama disampaikan Suroso<br />

Isnandar, sesi dua disampaikan John Toomey dan Abdul<br />

Faridhan. Selanjutnya ada Hadi Suhana membahas<br />

materi Connecting to 20kV Express Feeder. Setelah<br />

istirahat dilanjutkan membahas Overview Of Land<br />

Acquisition And Permits sesi ke dua oleh Kamia<br />

Handayani. Kegiatan hari itu ditutup dengan pembahasan<br />

Penyiapan proyek, penganggaran dan monitoring<br />

kontrak sesi 1 oleh Karya Hadi, sesi 2 diisi John Toomey.<br />

Hari terakhir, peserta mendapatkan dua sesi<br />

penjelasan dari Bagus Mudiantoro mengenai Project<br />

Completion Report (PCR). Menjelang tengah hari,<br />

workshop Renewable Energy Engineering & Transmission<br />

Line Project Development akhirnya resmi ditutup.<br />

(Sumber: Udiklat Makasar)<br />

Mengantisipasi tantangan yang akan dihadapi<br />

PLN pada Proyek Pembangunan Energi Baru<br />

dan Terbarukan Serta Saluran Transmisi mulai<br />

dari perencanaan, pengadaan, serta monitoring<br />

pelaksanaannya hingga selesai. PLN Udiklat Makassar<br />

menyelenggarakan Workshop “Renewable Energy<br />

Engineering & Transmission Line Project Development”.<br />

Acara dibuka Manajer Udiklat Makassar, Nurjaya<br />

Amral, didampingi KDIV Perencanaan Strategis<br />

Korporat yang diwakili oleh Anggraini Ika Dewi<br />

dilaksanakan di PLN Unit Induk Pembangunan XIII.<br />

Workshop atas prakarsa PLN Udiklat Makassar ini<br />

dilaksanakan selama tiga hari, Rabu-Jumat (09- 11/09).<br />

Workshop yang membahas mengenai Proyek Energi<br />

Baru dan Terbarukan serta Saluran Transmisi sebagai salah<br />

satu tantangan terbesar bagi PLN saat ini dan masa yang<br />

akan datang. Workshop dihadiri beberapa perwakilan mulai<br />

dari Kantor PLN Pusat, Pusenlis, JMK, UIP, dan Pusdiklat.<br />

Selain pembahasan yang menarik, narasumber<br />

eksternal sebagai pemateri dari luar PLN menjadi daya<br />

tarik tersendiri. Mereka adalah Bagus Mudiantoro<br />

dari Asian Development Bank, ada juga John Toomey,<br />

Abdul Faridhan, dan Bambang Tedja dari Project<br />

Implementation Consultant. Mereka tergabung<br />

beserta beberapa narasumber dari internal PLN<br />

yaitu Karya Hadi, Hadi Suhana, dan Kamia Handayani<br />

dari kantor pusat, lalu ada Bambang Suhartono dari<br />

Pusenlis, serta Suroso Insnandar dari P3B Jawa Bali.<br />

14


eMagz<br />

Cakrawala<br />

Edisi September 2015<br />

OUTBOUND<br />

MANAGEMENT<br />

TRAINING<br />

SE1 Angkatan X PLN<br />

Udiklat Padang<br />

Apa sih “Outbound?”<br />

Dalam buku “Merancang Outbound Training<br />

Profesional”, tertulis bahwa outbound adalah metode<br />

pengembangan potensi diri melalui rangkaian kegiatan<br />

simulasi, permainan, dan dinamika yang memberi<br />

pembelajaran melalui pengalaman langsung.<br />

Tak kalah dahsyat, definisi lain ditemukan dalam<br />

salah satu artikel kompasiana; “Outbound adalah<br />

kegiatan belajar yang dikemas dalam bentuk permainan<br />

yang dilakukan di luar ruangan, dengan tujuan untuk<br />

mengembangkan karakter dan pola pikir seseorang.”<br />

Wow, hebat ya outbound itu?<br />

Berdasarkan definisi tersebut, tidak salah jika<br />

PLN Udiklat Padang mengadakan OMT (Outbound<br />

Management Training) Supervisory Education (SE1)<br />

Angkatan X, di Lawang Park, Bukittinggi, hari Rabu-Jumat,<br />

(2-4/09).<br />

Mengapa untuk Supervisory Education ini dipilih<br />

kegiatannya outbond? Diyakini manfaat outbound<br />

training mampu meningkatkan aktualisasi diri seseorang,<br />

diantaranya :<br />

Pertama melatih kemampuan seseorang terutama<br />

menumbuhkan jiwa leadership yang mungkin selama<br />

ini tidak nampak. Beberapa metode outbound training<br />

menggunakan permainan atau kegiatan yang telah diatur<br />

skenarionya untuk membawa suatu tim ke dalam suatu<br />

permasalahan. Sehingga saat tim tersebut berjuang<br />

mengatasi masalah yang ada, maka jiwa leadership<br />

seseorang akan muncul.<br />

Manfaat ke dua melatih kerjasama team. Kegiatan<br />

outbound training biasanya dalam bentuk permainan<br />

yang melatih masing-masing individu yang mungkin<br />

terbiasa bekerja sendiri untuk dapat bahu membahu<br />

bersama teamnya di dalam menyelesaikan permainan.<br />

Kemudian melatih menyeimbangkan kemampuan<br />

analisa dan pola pikir dengan menggunakan otak kiri dan<br />

otak kanan. Kesimbangan antara pola berpikir realistis,<br />

konseptual dan “feeling” seseorang adalah senjata yang<br />

sangat ampuh di dalam mengambil keputusan.<br />

Lalu mengasah kemampuan seseorang dalam<br />

mengambil keputusan terhadap suatu kondisi dimana<br />

kondisi tersebut bisa saja tidak pernah dialami sebelumnya.<br />

Selanjutnya bisa meningkatkan kemampuan dan<br />

kematangan kedewasaan seseorang di dalam mengambil<br />

keputusan.<br />

Menumbuhkan arti penting kehidupan kebersamaan.<br />

Terlebih di beberapa kota besar sangat banyak dijumpai<br />

orang-orang yang memiliki rasa individualistis yang<br />

tinggi. Bahkan mengarah kepada persaingan yang saling<br />

menjatuhkan.<br />

Metode kegiatan aktualisasi diri yang biasanya dikemas<br />

dalam suasana yang “fun”, dalam bentuk kegiatan<br />

permainan sehingga dapat memberikan rasa suka cita<br />

yang optimal bagi individu peserta outbound training.<br />

Outbound training di atas yang dikemas dalam bentuk<br />

permainan secara tidak langsung akan mempengaruhi<br />

kinerja seseorang dalam sebuah perusahaan untuk<br />

menjadi lebih optimal. Setelah selesai acara training,<br />

biasanya perlahan atau cepat, pola pikir seseorang akan<br />

terbentuk. Hal ini disebabkan metode permainan dalam<br />

outbound training lebih mudah mengendap dalam alam<br />

bawah sadar seseorang.<br />

(Sumber: Udiklat Padang)<br />

15


eMagz<br />

Cakrawala<br />

Edisi September 2015<br />

di PLN CorpU, Selasa Wajar…!!!<br />

dalam acara KS gabungan, di Graha CorpU, selasa<br />

(15/9).<br />

Okto khawatir, jika KS dilakukan diluar jadwal<br />

yang telah disepakati akan mengganggu jam kerja.<br />

Selain itu menurut pengalamannya permasalahan itu<br />

lebih baik di bagi dalam acara KS gabungan. Sebab<br />

permasalahan yang terjadi di satu unit, solusinya bisa<br />

jadi di dapat dari unit lain atau malah bisa diterapkan<br />

di unit yang lain.<br />

“Coba sekarang perhatikan, saat ini ada unit<br />

yang bisa vicon tapi ada juga yang tidak bisa. Setiap<br />

unit pasti punya solusi mengatasi permasalahan<br />

ini”. Lanjutnya, “Seharusnya unit yang tidak bisa<br />

vicon hari ini bisa sharing dengan unit lain yang<br />

“Implementasi Knowledge Management (KM) di<br />

PLN Pusdiklat masih basic sekali”, itulah pengakuan<br />

CLO PLN Corporate University (PLN CorpU)<br />

Okto Rinaldi beberapa waktu lalu yang tertuang<br />

dalam salam eMagz edisi Januari 2015. Kemudian<br />

bagaimana nasib KM di PLN CorpU saat ini?<br />

Sudah berlangsung sejak agustus 2014, KM<br />

di PLN CorpU sekarang telah berjalan rutin dan<br />

semakin membaik. Pesertanya tidak hanya internal<br />

yang ada di kantor CorpU tapi bisa diikuti seluruh<br />

unit diklat yang tersebar diberbagai daerah melalui<br />

teknologi video conference (Vicon).<br />

Berangkat dari pemahaman bahwa KM itu<br />

harus berlangsung berdasarkan kemauan sendiri,<br />

bahkan harus menjadi kebutuhan. Maka PLN CorpU<br />

menetapkan setiap hari selasa sebagai “Learning<br />

Day” atau “Wajar”, alias hari wajib belajar bagi<br />

seluruh warganya baik yang ada di kantor induk<br />

maupun yang ada di unit-unit.<br />

Wajar dilaksanakan setiap hari selasa pukul 14.00<br />

wib, berlangsung sekitar satu jam setiap pertemuan.<br />

Kegiatan utamanya diisi dengan KS (Knowledge<br />

Sharing ). Waktu pelaksanaannya ditentukan pada<br />

minggu ganjil dilakukan internal, sementara minggu<br />

genap dilakukan KS gabungan.<br />

Meskipun telah ditetapkan pelaksanaanya setiap<br />

hari selasa, ternyata antusiasme peserta KS disetiap<br />

unit sangat tinggi. Selain rutin hari selasa, dalam<br />

lingkup internal mereka ternyata melakukan kegiatan<br />

KS di hari lain.<br />

“Cukup hari selasa, jangan ada KS dihari lain.<br />

Walaupun banyak yang akan di share lebih baik<br />

dibagi saat KS gabungan. Supaya kita bisa lebih<br />

banyak berbagi informasi dari masalah-masalah<br />

yang dibahas diluar hari selasa tadi,” tegas Okto,<br />

Okto Rinakdi, CLO PLN CorpU<br />

bisa. Jika kendalanya masalah jaringan, apa solusi<br />

unit lain sehingga masih bisa ikut KS gabungan.<br />

Sesungguhnya proses pembelajaran itu bisa kita<br />

dimulai sejak awal, sebelum membahas masalah<br />

yang berkaitan langsung dengan kerja kita”.<br />

Siang itu KS gabungan memang berjalan lebih<br />

bergairah dengan kehadiran CLO PLN CorpU. Tidak<br />

hanya membahas persoalan KS, COP, Inovasi, dan<br />

Knowledge Capturing. Justru bisa sharing masalah<br />

utama yang menjadi sebab mengapa sebagian unit<br />

yang lain hari itu tidak bisa melakukan KS gabungan.<br />

Setelah vicon bisa tersambung dengan seluruh<br />

unit, semua peserta akhirnya sepakat tidak<br />

melakukan kegiatan KS selain hari selasa. Minggu<br />

ke satu dan ke tiga dilingkup internal, lalu minggu<br />

ke dua dan ke empat dilakukan KS gabungan lewat<br />

vicon. Hal tersebut dilakukan agar KS bisa lebih<br />

fokus, tidak mengganggu jam kerja, serta akan lebih<br />

banyak pembelajaran yang akan dibagikan kepada<br />

lebih banyak lagi perserta yang mengikuti KS setiap<br />

hari selasa tersebut.<br />

16


Cakrawala<br />

eMagz Edisi September 2015<br />

KURIKULUM BARU UNTUK CALON PEGAWAI BARU<br />

Ridho Hutomo, Manajer MLEB<br />

Sebanyak 107 siswa prajabatan akan mengikuti<br />

pembidangan yang akan dilaksanakan selama 38<br />

hari. Terhitung sejak Jumat, 18 September 2015. Di<br />

Museum Listrik dan Energi Baru (MLEB).<br />

Siswa prajab angkatan 47-50 ini akan belajar<br />

dengan kurikulum yang sama sekali baru dari PLN<br />

Pusdiklat. Kurikulum dengan penekanan pada<br />

mindset yang berbeda, yaitu prajab berbasis resiko.<br />

Dalam arti ada resiko pekerjaan yang berdampak<br />

pada proses bisnis perusahaan. “Misalnya tentang<br />

aturan pembebasan lahan itu bukan hanya terpaku<br />

pada aturan baku, tapi bagaimana jika peraturan<br />

itu tidak dilaksanakan atau dilanggar, apa yang<br />

akan terjadi? Jadi sejak awal para siswa prajab bisa<br />

paham. Bila tidak bekerja optimal akan menghambat<br />

proses kerja perusahaan,” jelas Ridho Hutomo,<br />

Manajer MLEB.<br />

Tugas pembidangan prajabatan angkatan ke-<br />

47, menjadi tugas pertama bagi MLEB. “Mendapat<br />

tugas prajabatan sudah biasa, mendapat tugas<br />

pembidangan memang yang pertama,” ungkap<br />

Ridho. Menurutnya, MLEB biasanya hanya kebagian<br />

tugas mengelola prasarananya saja tidak sampai ke<br />

bidang pembelajaran yang tetap di koordinasi udiklat.<br />

Untuk angakatan 47 sampai 50, MLEB ditingkatkan<br />

peranannya, mendapat tugas baru mengelola<br />

pembidangan. Peran utamanya ialah bertanggung<br />

jawab terhadap kualitas diklat, mulai dari instruktur,<br />

materi, hingga sarana dan prasarana.<br />

Meski baru, tidak ada persiapan khusus yang<br />

dilakukan untuk tugas pembidangan ini. Karena<br />

MLEB sudah terbiasa mengelola training, sehingga<br />

sudah cukup berpengalaman melakukan kegiatan<br />

pembelajaran. “Tugas yang paling berat adalah<br />

mempersiapkan sesuatu yang belum pernah ada<br />

sebelumnya,” papar Ridho. Lanjutnya, “Sebab<br />

angkatan 47 itu beda dengan angakatan sebelumnya.<br />

Kurikulumnya baru, sehingga menuntut kesiapan<br />

instruktur dan materi yang lebih baik. Lain lagi jika<br />

semuanya sudah siap, semua akan mudah saja”.<br />

Hal pertama yang dilakukan Ridho selaku Nahkoda<br />

MLEB ketika mendapat tugas pertama melakukan<br />

prajabatan pembidangan, ialah melakukan<br />

koordinasi dengan udiklat pelaksana pendidikan dan<br />

kantor induk. Dalam koordinasi utama membahas<br />

masalah standar instruktur, kualitas materi,<br />

kondisi kelas, siswa, kualifikasi instruktur, dan hal<br />

lainnya. Menurutnya “Jangan sampe pelaksanaan<br />

pembidangan ini tidak sesuai dengan target yang<br />

telah dicanangkan”.<br />

Instruktur, peserta, materi, dan sarana tempat<br />

praktek memang menjadi komponen utama yang<br />

perlu dipersiapkan dalam sebuah pendidikan<br />

prajabatan. Komponen penting lainnya yang patut<br />

diperhitungkan adalah anggaran. Menurut Ridho,<br />

biaya yang dikeluarkan bagi setiap siswa cukup<br />

besar, hampir mencapai 20 juta per orang. Maka dari<br />

itu harus diperhatikan betul keberhasilan prajab ini,<br />

mengingat biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.<br />

Oleh sebab itu dalam pembidangan angkatan ke-<br />

47 ini, Ridho sangat menekankan materi di program<br />

ini mampu menjadikan peserta sebagai “enabler” atau<br />

“penggerak”. Jika suatu saat sudah bekerja, mereka<br />

bisa memberikan saran atau masukan non teknis<br />

kepada rekan kerja mereka dibidang operasional<br />

atau teknis. Sebab masalah teknis tidak bisa lepas<br />

dari masalah non teknis seperti hukum, administrasi,<br />

dan soal sosial.<br />

“Banyak kasus kawan-kawan di dibidang teknis<br />

tidak paham masalah hukum atau mengabaikan soal<br />

tertib administrasi. Orang teknis itu sering memakai<br />

bahasa yang penting kerja beres tapi tidak tertib<br />

administrasi. Sehingga sering di kemudian hari timbul<br />

masalah,” tegas Ridho. Oleh sebab itu, lanjutnya,<br />

“Saya tekankan kepada siswa prajab jika sudah<br />

tahu ilmunya harus mau membagi ilmu yang mereka<br />

17


eMagz<br />

Cakrawala<br />

Edisi September 2015<br />

lebih banyak teknis.<br />

“Saya tekankan mereka sebagai “change agent”.<br />

Advantage mereka diajarkan pemateri dari orang<br />

pusat ialah info yang mereka dapat lebih up to date<br />

dari pegawai di dilapangan. Dengan bekal itu mereka<br />

tidak perlu canggung lagi dengan perasaan senior<br />

dan junior. Mereka bisa percaya diri, soal operasional<br />

mungkin kurang faham tapi soal kebijakan mereka<br />

lebih tahu yang terbaru,” pesan Ridho untuk siswa<br />

prajab.<br />

Prajab dengan kurikulum baru ini target utamanya<br />

adalah menghasilkan pegawai yang benar-benar siap<br />

kerja, tentunya dengan bekal yang sudah diberikan<br />

Suasana kelas hukum<br />

kuasai dengan memberikan advise kepada mereka<br />

di bidang lain. Oleh sebab itu mereka harus tahu<br />

dan mau belajar di prajab ini bagaimana tatakelola<br />

administrai dan hukum yang baik ”.<br />

Sesuai fasenya pembidangan, para siswa terbagi<br />

menjadi empat kelas berbeda sesuai dengan<br />

bidangnya masing-masing , yaitu 33 orang dibidang<br />

hukum, 32 orang di humas, 25 orang di sumber daya<br />

manusia, dan 17 orang di bidang pasilitas. Secara<br />

pararel, di empat kelas berbeda dalam sehari mereka<br />

akan mendapatkan pembelajaran dari narasumber<br />

yang berasal dari lingkungan PLN Pusat.<br />

Mengapa Instruktur pembidangan diutamakan<br />

dari PLN pusat, dalam program belajar yang lebih<br />

banyak praktek, minim teori ini? Tujuannya adalah<br />

agar mereka bisa mengetahui kebijakan-kebijakan<br />

yang ada ditingkat pusat yang sipatnya lebih luas,<br />

nantinya dikolaborasikan dengan pembelajaran dari<br />

instruktur dari unit, agar mereka juga bisa mendapat<br />

informasi bagaimana proses yang terjadi dilapangan.<br />

Sehingga para siswa bisa memahami apa Dan<br />

bagaimanan menangani proses bisnis di PLN yang<br />

Suasana kelas Humas<br />

selama 38 hari mereka mengikuti pembelajaran di<br />

MLEB. Menurut Ridho, pembidangan di MLEB ini<br />

memiliki keunggulan tersendiri, sebab ketika libur<br />

para siswa masih bisa mengeksplorasi tentang proses<br />

bisnis kelistrikan, karena alat peraga dimuseum<br />

ini cukup lengkap. “Mereka bisa keluar dari bidang<br />

non teknis, masuk ke teknis. Sehingga mereka<br />

bisa melakukan inovasi, lalu karyanya bisa mereka<br />

tampilkan saat wisuda nanti, dan karya itu diakui oleh<br />

direksi,” harap Ridho, menutup perbincangan siang<br />

itu.<br />

18


eMagz<br />

Cakrawala<br />

Edisi September 2015<br />

Jangan Takut Berkarir,<br />

Sudah 70 Tahun Indonesia Merdeka<br />

Tips Prajab<br />

Suharto, Kepala Divisi Pengembangan SDM<br />

“Usia PLN itu sama dengan usia republik ini, sudah 70<br />

tahun, hanya beda bulan saja. Jadi sistem yang ada di<br />

dalam tubuh perusahaan ini sudah sangat bagus, makanya<br />

bagi peserta prajab jangan takut untuk berkarir,” jelas<br />

Suharto, Kepala Divisi Pengembangan SDM dan Talenta<br />

dalam acara pengenalan perusahaan, di Auditorium PLN<br />

Pusat, Senin (14/9).<br />

Pernyataan tersebut disampaikan bukan tanpa alasan,<br />

Suharto membaca ada tanya serta kegamangan dari<br />

411 generasi masa depan PLN ini mengenai segala<br />

kemungkinan mengenai karir mereka nantinya. “Jangan<br />

takut salah hitung atau salah penilaian, percayakan pada<br />

sistem di PLN yang sudah teruji selama puluhan tahun,”<br />

tegas Suharto.<br />

Setelah mendengar penjelasan dan materi dari<br />

narasumber yang sudah kenyang pengalaman,<br />

ratusan peserta prajab itu mulai mengerti dan kembali<br />

bersemangat. Mereka sudah mulai mengenal apa itu<br />

budaya perusahaan, kompetensi, proses bisnis PLN, dan<br />

informasi penting lainnya. Sehingga bisa menjadi bekal<br />

mereka kelak setelah resmi diangkat menjadi pegawai.<br />

Tidak terasa, sejak Pembukaan Diklat Prajabatan<br />

Calon Pegawai PT. PLN Angkatan 47 di lapangan<br />

Wiradhika Secapa-AD, Bandung, Rabu (02/9/2015). Kini<br />

mereka telah memasuki jenjang pengenalan perusahaan,<br />

tahap selanjutnya pembidangan, lalu tahap terakhir OJT<br />

sebelum akhirnya mereka benar-benar dinyatakan lulus<br />

sebagai pegawai PLN.<br />

Sesuai dengan tujuan PLN, rangkaian diklat itu<br />

dilakukan agar para calon pegawai memiliki integritas,<br />

totalitas, loyalitas, dan antusias yang tinggi dalam bekerja<br />

dengan sasaran penanaman disiplin kepemimpinan,<br />

kebersamaan, semangat juang, serta rela berkorban.<br />

Diklat Prajabatan atau sering disebut Prajab, adalah<br />

sebuah proses yang wajib diikuti oleh setiap Calon<br />

Pegawai Negeri Sipil. Berikut rangkuman cerita yang bisa<br />

dijadikan Tips bagi mereka yang akan mengikuti prajab :<br />

Tips pertama : Carilah informasi sebanyak-banyaknya<br />

tentang Prajab. Jika perlu dari beberapa sumber, karena<br />

banyak sumber akan lebih banyak informasi yang kita<br />

peroleh.<br />

Tips Kedua : Tidak perlu membawa banyak barang<br />

atau peralatan karena kemungkinan besar akan disita.<br />

Bawalah barang-barang yang sifatnya personal, seperti<br />

peralatan mandi dan baju secukupnya.<br />

Tips Ketiga : Siapkan persyaratan yang dibutuhkan<br />

selengkap mungkin. Bawalah kertas folio dan bolpen,<br />

karena nanti akan ada tugas resume.<br />

Tips keempat : Selama prajab, tidak perlu neko-neko.<br />

Main aman, ikuti aturannya, dan tidak perlu berontak.<br />

Sistem reward and punishment ada selama prajab ini,<br />

yang salah kena hukum dan yang berprestasi akan<br />

mendapat penghargaan.<br />

Tips Kelima : Jangan lupa untuk selalu mengisi<br />

absensi. Ini poin yang penting karena salah satu penilaian<br />

lulus tidaknya di Prajab adalah jumlah kehadiran di setiap<br />

sesi. Jangan sampai sakit, sebab panitia tidak akan<br />

memberikan toleransi khusus masalah absen ini. Meski<br />

sakit parah sekalipun. (Jumlah tidak absen lebih dari<br />

toleransi absen = tidak lulus).<br />

Tips Keenam : Jagalah kekompakan dengan teman<br />

sekamar. Ini penting, karena selama prajab mereka<br />

menjadi orang terdekat. Dengan merekalah sebagian<br />

besar waktu kita di Prajab akan dihabiskan. Prajab tidak<br />

melulu tentang pelajaran, PBB dan senam. Tak bisa<br />

dipungkiri, selama prajab kita semua menjadi dekat.<br />

Tips Kedelapan : Meskipun tergolong ketat, namun<br />

panitia tetap memberikan kesempatan kepada peserta<br />

diklat untuk meninggalkan lokasi diklat. Bisa keluarnya<br />

antara jam setelah apel malam sampai dengan batas akhir<br />

jam malam, hari sabtu-minggu (tergantung panitia), dan<br />

waktu-waktu tertentu.<br />

Tips Kesembilan : Manfaatkan waktu keluar itu dengan<br />

sebaik-baiknya. Jalan-jalan dengan teman sekelas adalah<br />

salah satu cara me-refresh diri.<br />

Tips Kesepuluh : Jaga kesehatan. Kerjakan ujiannya<br />

dengan baik. Khusus untuk ujian tertulis, jangan sampai<br />

ada jawaban yang kosong atau mengisi dengan jawaban<br />

yang aneh-aneh.<br />

Setelah melakukan ujian maka kita akan masuk<br />

dalam upacara penutupan. Saat yang paling diinginkan,<br />

namun paling dibenci setiap peserta. Kembali ke rumah<br />

adalah keinginan, namun perpisahan tetap akan terasa<br />

mengharukan.<br />

Kesimpulannya, nikmati saja apapun yang terjadi<br />

selama prajab karena di prajab kita tidak akan sendirian.<br />

19


Sosok<br />

eMagz Edisi September 2015<br />

Sebuah Ajakan<br />

Merubah<br />

Arah Hidupnya<br />

Sudarwanto, cukup satu kata saja untuk<br />

mengenalinya. Nama yang sederhana, seperti<br />

orangnya. Mudah dikenal,seperti sifatnya yang<br />

mudah bergaul dengan siapapun.<br />

Cita-cita masa kecilnya ingin sekali menjadi<br />

pemain sepak bola. Maka dari itu disela-sela waktu<br />

sekolahnya di STM Kodya Padang, Sudarwanto rajin<br />

berlatih mengolah si kulit bundar. Targetnya adalah<br />

masuk klub galatama Arseto Solo. Sebuah klub<br />

cukup besar saat itu yang konon dimiliki keluarga<br />

Cendana.<br />

Tahun 1980, sebuah ajakan mengubah cita-cita si<br />

anak tentara menjadi seorang pesepakbola. Adalah<br />

Ali Herman, mantan direktur PLN yang saat itu<br />

menjadi pejabat di PLN Sumbar, sekaligus pembina<br />

sepakbola. Menawarkan kesempatan kepada<br />

pemain binaannya untuk mengikuti tes penerimaan<br />

pegawai yang sedang dilakukan PLN.<br />

Dari sekian puluh kontestan, ternyata hanya<br />

Sudarwanto yang dinyatakan lulus seleksi<br />

penerimaan pegawai PLN. Maka 1980 menjadi awal<br />

kiprah pria kelahiran tahun 1959 itu di pabrik strum<br />

milik negara, meninggalkan cita-cita masa mudanya<br />

jadi pemain sepak bola.<br />

Seperti hobinya gowes sepeda, perlahan namun<br />

saat tugas memberikan pembelajaran<br />

Gowes, hobi yang kini paling ditekuni<br />

pasti ia menajalani putaran roda karirnya di PLN.<br />

Tugas pertama yang diembannya sebagai Kepala<br />

Urusan Teknis Pembangkitan di Cabang Padang.<br />

Tiga tahun sudah, ia berhasil melalui semua dengan<br />

baik-baik saja.<br />

Tahun 1993, ia mendapat tugas baru menjadi<br />

Kepala Ranting Pasaman Barat. Sebuah ranting<br />

baru yang menjadi awal pengembaraannya bertugas<br />

di unit terdepan. Sebuah tugas yang tidak mudah<br />

karena menuntut konsistensi dan konsekuensi yang<br />

cukup berat. Terurama harus terpisah dari Yasmiati,<br />

isteri tercinta, dan si sulung Mulyahartono yang waktu<br />

itu baru usia enam tahun.<br />

Kerap padam, sebab masih isolated dan belum<br />

masuk sistem, itulah kondisi listrik di Pasaman<br />

Barat. Sungguh sebuah tugas berat di sebuah unit<br />

baru. Namun dalam setahun ia berhasil men-stop<br />

satu PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Disel). Tahun<br />

1998, ia berhasil mematikan semua PLTD yang ada<br />

di tujuh sub unit ranting, mulai dari Kinali hingga<br />

Ujung Gading, serta memasukan listrik Pasaman<br />

Barat kedalam sistem.<br />

Siap di unit, tahun 1998-2000 tugasnya berganti<br />

menjadi Kepala Seksi Penagihan di cabang<br />

Padang. Membereskan tunggakan rekening menjadi<br />

pekerjaan pria penyuka berbagai jenis olah raga<br />

mulai dari tenis, ping pong, badminton, sepeda,<br />

senam, dan sepak bola tentunya.<br />

Tahun 2000, si anak prajurit kembali di kirim ke<br />

garda depan. Ranting Painan, Pesisir Selatan,<br />

bermasalah dengan pemadaman dan tegangan<br />

rendah. Setahun berjuang, ia berhasil memasukan<br />

Painan ke dalam sistem. Untuk kinerja lebih baik,<br />

20


Sosok<br />

eMagz Edisi September 2015<br />

unitnya ia bagi menjadi dua, yaitu ranting Painan dan<br />

Balai Selasa.<br />

Selanjutnya tugas P2TL diembanya hingga<br />

tahun 2004, kemudian pindah ke bidang Proteksi<br />

Pembangkit sampai tahun 2006. Sejak itu bidang<br />

tugas non teknis mulai dirambahnya, Sertifikasi<br />

Kompetensi Pegawai ia jabani. Juni 2006 pindah ke<br />

Bidang SDM di Cabang Padang, sebagai Asisten<br />

Manajer. Tahun 2008 masuk ke PLN Wilayah<br />

Sumbar sebagai Deputi Manajer Perencanaan<br />

Pengembangan Karir, akhirnya di tahun 2009-2010<br />

menjadi DM Umum.<br />

Juni 2010, Sudarwanto mulai memasuki dunia<br />

pendidikan. Tugasnya sebagai DM Pembelajaran di<br />

Udiklat Padang. Bapak tiga anak ini tidak menampik<br />

bila mau masuk ke bidang pendidikan karena ajakan.<br />

Baginya sudah prinsip, “Tidak mau meminta, tapi jika<br />

diminta harus selalu siap”.<br />

Setelah tiga tahun di Lubuk Alung, tugasnya<br />

pindah lagi ke Udiklat Bogor. Tahun 2014 mendapat<br />

tugas baru di Pusdiklat, sebagai DM Penunjang<br />

Koorporat Teknik. Tugas ini dijalaninya hingga<br />

pensiun bulan Oktober 2015.<br />

Mengapa seorang Sudarwanto bisa begitu betah<br />

selama lima tahun sampai pensiun bergelut di<br />

dunia pembelajaran? Menurutnya, pembelajaran itu<br />

adalah sebuah proses menyenangkan saling berbagi<br />

pengalaman, bukan saling menggurui. “Pengalaman<br />

guru terbaik yang diciptakan tuhan” begitu ucapnya.<br />

Menilik pengalamannya, tidak heran jika ia tidak<br />

merasa kesulitan ketika harus hijrah dari seorang<br />

teknik ke bidang pendidikan. Layaknya sepeda,<br />

tubuhnya ramping tidak terlalu tinggi namun lincah<br />

dan gesit melalui rentang pengabdiannya mulai dari<br />

bidang teknik, non teknik hingga bidang pendidikan<br />

selama tiga puluh lima tahun.<br />

melakukan hobi lama, bermain musik<br />

Keluwesannya dilatar belakangi oleh hobinya telah<br />

banyak membantunya dalam bertugas. Olah raga<br />

dijadikannya sarana pembuka untuk bisa berkenalan<br />

dengan banyak orang, media yang mudah dan murah<br />

untuk menjalin komunikasi secara masal.<br />

Menurutnya kerja itu ada seninya, berkesenian<br />

adalah hobinya juga. Selain senang menyanyikan<br />

lagu-lagu lawas, ternyata ia piawai memainkan<br />

beberapa jenis alat musik seperti gitar, bas, organ,<br />

dan drum. Bahkan di era tahun 70’an siapa yang<br />

tidak kenal “Band Ria Rio”. Band yang dibentuk<br />

bersama saudara dan sepupunya. Markasnya di jalan<br />

Proklamasi, menjadi tempat belajar musik beberapa<br />

penyanyi terkenal kota Padang saat itu.<br />

Olah raga telah menyehatkan fisiknya, kesenian<br />

telah menyegarkan jiwanya. Gabungan keduanya<br />

memudahkannya dalam bergaul, sehingga<br />

menghasilkan begitu banyak teman.<br />

Kini dimasa pensiunnya, Sudarwanto bertekad<br />

untuk benar-benar menikmatinya dengan lebih<br />

meningkatkan nilainya di mata sang pencipta.<br />

Dipenghujung<br />

perbincangan ia<br />

pun memberikan<br />

sedikit ulasan,<br />

menurutnya,<br />

“Kaya pengalaman<br />

dilapangan,<br />

ditambah dengan<br />

teori mumpuni,<br />

hasilnya akan lebih<br />

bagus. Orang yang<br />

matang dilapangan<br />

dijadikan instruktur,<br />

akan jauh lebih baik<br />

hasilnya”.<br />

21


eMagz<br />

Galeri<br />

Edisi September 2015<br />

Upacara<br />

Sekaligus<br />

Salam<br />

Perpisahan<br />

Hari Kesaktian<br />

Pancasila, Kamis 1 Oktober<br />

2015, diperingati warga PLN<br />

Corpu dengan melakukan<br />

upacara di halaman gedung<br />

utama.<br />

CLO PLN CorpU,<br />

Okto Rinaldi bertindak<br />

sebagai pembina upacara.<br />

Sementara pemimpin upacara di tugaskan kepada<br />

Sudarwanto.<br />

1 Oktober 2015, bertepatan dengan Hari Kesaktian<br />

Pancasila rupanya menjadi hari terakhir Sudarwanto<br />

bertugas di PLN. Terhitung sejak hari itu, dirinya<br />

resmi memasuki masa purna bakti.<br />

CLO PLN CorpU, Okto Rinaldi, para manajer,<br />

diikuti semua peserta upacara memberikan ucapan<br />

selamat dan terima kasih. SK pensiun diserahkan<br />

langsung oleh CLO, Tidak lupa, cinderamata<br />

diberikan kepada Sudarwanto yang telah bertugas<br />

selama tiga puluh lima tahun.<br />

Di PLN CorpU<br />

11 Ekor Hewan di Potong<br />

Idul Adha, 10 Dzulhijah 1437 H atau tanggal 24<br />

September 2015, seluruh umat muslim di dunia<br />

menyelenggarakan Sholat Sunat Idul Adha yang<br />

dilanjutkan dengan kewajiban memotong hewan qurban.<br />

Warga PLN CorpU tidak mau ketinggalan, bertempat<br />

di pekarangan yang luas mereka bahu membahu<br />

menyembelih 8 ekor sapi dan 3 ekor domba. Setelah<br />

dipotongn kecil-kecil sesuai jenisnya, lalu dimasukan<br />

dalam kantong, hingga akhirnya siap dibagikan kepada<br />

masyarakat sekitar dan kaum dhuafa yang membutuhkan.<br />

22


eMagz Galeri<br />

Edisi September 2015<br />

Kali Ke Dua SPI<br />

Kunjungi PLN CorPU<br />

WORKSHOP EVALUASI<br />

MASTER PLAN SISTEM<br />

DISTRIBUSI<br />

DI PT PLN (PERSERO) UDIKLAT<br />

BANJARBARU<br />

Pertengahan bulan sembilan, PLN Udiklat<br />

Banjarbaru mengadakan kegiatan workshop,<br />

“Evaluasi Master Plan Sistem Distribusi”. Acara<br />

dibuka PLH Manajer Udiklat Banjarbaru, Soni<br />

Asmaul Fuadi. Didampingi dua orang Instruktur,<br />

Faisol dan Chandra Agus Dwi Wahyudi.<br />

Untuk kali ke dua, Satuan Pengawas Internal (SPI)<br />

kembali mengunjungi PLN CorpU, Rabu (16/9).<br />

SPI datang membawa delapan anggota lama<br />

dan empat anggota baru, dipimpin ketuanya Arif.<br />

Rombongan disambut oleh pimpinan PLN CorpU<br />

yang diwakili Dedi Supendi, Manajer Keuangan,<br />

SDM, dan Administrasi.<br />

Mereka datang dengan tujuan membantu mengolah<br />

masalah, bagaimana biaya itu terkontrol atau tidak,<br />

pemeriksaan bisa efektif hanya melalui satu kontrol<br />

saja. Sehingga kinerja terus bisa dikawal.<br />

Workshop Evaluasi Master Plan Sistem Distribusi<br />

diikuti 44 Peserta yang berasal dari berbagai unit<br />

yang ada di Kalimantan, diantaranya dari PT. PLN<br />

(Persero) Wilayah Kalselteng, Wilayah Kaltimra,<br />

dan Wilayah Kalbar. Acara berlangsung selama<br />

dua hari, Kamis-Jumat (17-18/09).<br />

(Udiklat Banjarbaru)<br />

23


PT PLN (PERSERO) PUSDIKLAT<br />

Jln. HR. Harsono RM No.59, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550<br />

Telp. 021-7811292, 7811293, 7800832, Fax. 021-7811294, 7811295<br />

Email : pusdiklat@pln.co.id, website : www.pln.co.id/pusdiklat

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!