ISTIMEWA SAMBUTAN Momentum Perkuat Wisata Kuliner Makassar AKSELERASI pembangunan dan pesatnya laju informasi menja<strong>di</strong> penopang penuh dalam mewujudkan Makassar sebagai Kota Dunia yang merupakan visi Pemerintah Kota Makassar. Hanya saja, mewujudkan Makassar sebagai Kota Dunia perlu kearifan lokal yang berfungsi sebagai tameng atau perisai bagi warga Kota Makassar dalam menghadapi transformasi Kota Dunia. Kearifan lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu, dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu. Oleh karena itu, penyebarluasan praktik-praktik kearifan lokal tertentu seringkali menja<strong>di</strong> sebuah tantangan. Akselerasi pembangunan bisa saja berjalan cepat, namun tetap pada rel-rel budaya lokal, sehingga masyarakat Kota Makassar sebagai warga Makassar yang berkarakter tidak mudah goyah oleh ragam pengaruh budaya asing yang sudah menyusup masuk ke Makassar. Budaya dan seni tra<strong>di</strong>sional Makassar tidak boleh hilang dan luntur hanya karena “momentum pasar dan persaingan global”. Penerapan kearifan lokal merupakan sebuah proses dan membutuhkan keterlibatan para stake holders (pemangku kepentingan) yang lebih luas, termasuk me<strong>di</strong>a. Atas nama Pemerintah Kota Makassar, saya mengucapkan terima kasih kepada Majalah Makassar Terkini yang mampu menerapkan prinsip-prinsip kearifan lokal yang ada <strong>di</strong> Makassar dengan membuat “Makassar Most Favourite Award Culinary 2010”. Kegiatan seperti ini akan memberikan dampak positif bagi pengembangan bagi industri kuliner <strong>di</strong> Makassar menuju keman<strong>di</strong>rian lokal. Selain itu, hal ini juga menja<strong>di</strong> sebuah momentum untuk meningkatkan dan memperkuat wisata kuliner Kota Makassar. Alangkah indahnya budaya dan seni Makassar, jika setiap restoran atau rumah <strong>makan</strong> yang ada bisa memberikan nuansa-nuansa lokal, walau restoran tersebut bertaraf internasional. Selain menjaga nilai-nilai budaya lokal, hal ini tentunya juga mampu mengangkat dan mempromosikan Kota Makassar sebagai Kota Dunia yang tetap mengedepankan prinsip-prinsip kearifan lokal <strong>di</strong> dalamnya. Selain itu, wisata kuliner menja<strong>di</strong> salah satu andalan pada pariwisata <strong>di</strong> Makassar. Siapa yang tidak kenal dengan <strong>makan</strong>an seafood dari Makassar? Siapa yang tidak kenal dengan coto Makassar? Masakan konro? Dan lain sebagainya. Eksistensi wisata kuliner <strong>di</strong> Kota Makassar telah terngiang <strong>di</strong> seluruh pelosok Nusantara. Jika ini mampu <strong>di</strong>promosikan dengan baik, maka yakin saja, Makassar akan berakselerasi dan akan selalu menja<strong>di</strong> kota terdepan <strong>di</strong> dunia. Semua ini tak lepas dari tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan, pemerintah, pengusaha kuliner, me<strong>di</strong>a dan lain sebagainya. WALIKOTA MAKASSAR ILHAM ARIEF SIRAJUDDIN 2 Makassar Culinary Overview, Pembeli adalah raja. Pepatah lama ini sampai kapan pun tak akan pernah usang. Bahkan, hingga detik ini masih tetap relevan <strong>di</strong>perjuangkan. Tanpa pembeli, pelaku bisnis apa pun tidak ada artinya. Itu sebabnya, para pelaku bisnis terus berlomba memberikan yang terbaik untuk konsumen (pelanggan)-nya, termasuk mereka yang berbisnis <strong>di</strong> bidang kuliner. Hingga saat ini jumlah restoran dan rumah <strong>makan</strong> yang beroperasi <strong>di</strong> kota Makassar mencapai sekitar 500 <strong>tempat</strong> dengan menu <strong>makan</strong>an yang beraneka ragam. Sementara menurut data BPS kota Makassar tahun 2009, terdapat sekitar 33 obyek wisata kuliner. Pesatnya pertumbuhan jumlah <strong>tempat</strong> kuliner <strong>di</strong> kota Makassar ini, tentunya akan berimplikasi pada meningkatnya peta persaingan <strong>di</strong> antara pemain-pemain <strong>di</strong> industri ini. Sehubungan dengan fakta tersebut, Majalah MAKASSAR TERKINI menggagas Makassar Most Favourite Award “Culinary 2010”, sebagai sebuah penghargaan yang <strong>di</strong>berikan pada Restoran/Rumah Makan yang telah sukses membangun dan mempertahankan ekuitasnya. Makassar Research yang merupakan affiliasi dari Makassar Terkini, pada tahun 2010 ini merumuskan in<strong>di</strong>kator penilaian <strong>tempat</strong> kuliner <strong>terfavorit</strong> <strong>di</strong> kota Makassar, yaitu Most Favourite Index (MFI) “Culinary 2010”. Konsep MOST FAVOURITE INDEX (MFI) MFI ini <strong>di</strong>formulasikan berdasarkan variabel tunggal, yaitu restoran atau rumah <strong>makan</strong> <strong>terfavorit</strong> berdasarkan 50 kategori jenis <strong>makan</strong>an dan minuman. Untuk mendapatkan nilai atas variabel tersebut, Makassar Research menggunakan metode co<strong>di</strong>ng yang KATA PENGANTAR Metodologi Makassar Most Favourite Award “Culinary 2010” 3 <strong>di</strong>peroleh dari daftar seluruh rumah <strong>makan</strong> dan restoran yang ada <strong>di</strong> kota Makassar. Berdasarkan co<strong>di</strong>ng tersebut, maka melalui metode descriptive statistics <strong>di</strong>peroleh nilai modus (kode yang paling sering muncul) tertinggi berdasarkan kategori. Kriteria MOST FAVOURITE INDEX (MFI) Untuk mendapatkan Most Favourite Index <strong>di</strong> masing-masing kategori jenis <strong>makan</strong>an dan minuman, Makassar Research menetapkan beberapa kriteria, yaitu : 1. Tempat –<strong>tempat</strong> kuliner yang memperoleh Most Favourite Index (MFI) minimum 10%; 2. Tempat-<strong>tempat</strong> kuliner yang berada dalam peringkat 3 (tiga) Tertinggi <strong>di</strong> masingmasing kategori <strong>makan</strong>an dan minuman. Survei MAKASSAR MOST FAVOURITE “Culinary 2010” Survei Makassar Most Favourite “Culinary 2010” <strong>di</strong>lakukan <strong>di</strong> dalam wilayah kota Makassar. Survei tersebut melibatkan 300 responden penduduk yang bermukim <strong>di</strong> kota Makassar.Sementara kriteria yang <strong>di</strong>tetapkan untuk responden adalah : penduduk tetap kota Makassar yang bermukim minimal 1 tahun, pria atau wanita, berumur 18-55 tahun, level manager dan supervisor, dengan pengeluaran rumah tangga <strong>di</strong> atas Rp. 2.500.000,- per bulan (kelas ekonomi menengah ke atas). Metodologi pengumpulan data yang <strong>di</strong>lakukan adalah metode penarikan sampel secara purposive random sampling <strong>di</strong>padukan dengan metode intercept melalui wawancara langsung (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data.