Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan
Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan
Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
“Komisi VII tidak ingin persoalan<br />
listrik ini selesai di hilir saja. Persoalan<br />
yang mendasar justru ada di sektor<br />
hulu.”<br />
mengenai kerugian negara akibat<br />
pemborosan PLN, Effendi belum dapat<br />
memastikan. menurut dia, untuk menentukan<br />
jumlah kerugian negara<br />
harus berdasarkan hasil audit BPK.<br />
apalagi, obyek pemeriksaan dalam<br />
melakukan audit investigasi itu, lanjutnya,<br />
BPK tidak hanya memeriksa PlN<br />
tetapi juga pihak lain, termasuk kaitannya<br />
dengan pasokan energi primer.<br />
“Seperti kementerian eSDm, BP<br />
migas, BPh migas, dan Pertamina.<br />
Dengan begitu audit BPK menjadi<br />
satu kesatuan yang komprehensif,”<br />
tuturnya. Yang jelas, lanjut Effendi, dengan<br />
adanya audit BPK pihaknya ingin<br />
PLN lebih efisien dan memberikan<br />
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.<br />
untuk itu, kinerjanya akan<br />
ditingkatkan dan sistemnya diperbaiki,<br />
termasuk yang terkait dengan pemasok.<br />
“Karena itulah perlu anatomi<br />
yang benar melalui mekanisme audit<br />
BPK ini,” katanya.<br />
Dalam rapat konsultasi itu, Komisi<br />
VII sudah mendapat kepastian BPK<br />
akan menyelesaikan seluruh audit terhadap<br />
PlN akhir juni 2011. menurut<br />
dia, pihaknya menyerahkan sepenuhnya<br />
kepada BPK untuk melakukan<br />
audit.<br />
n Suasana antrian pembayaran rekening PLN<br />
Warta BPK<br />
“meskipun Komisi VII diberitahu<br />
mengenai skema pemeriksaannya,<br />
akan tetapi bagaimana tata cara audit<br />
serta pelaksanaannya, sepenuhnya<br />
merupakan kewenangan BPK.”<br />
Effendi menambahkan Komisi VII<br />
akan menggunakan barometer hasil<br />
audit untuk memperbaiki PlN. Pasalnya,<br />
DPR tidak ingin berpolemik di<br />
luar fakta yang dihasilkan oleh tim<br />
audit. “akhir juni selesai, komprehensif,<br />
detil sampai berapa belanja energi<br />
primer setiap item, dari mulai mesin<br />
diesel, BBm, gas, sampai ke panas<br />
bumi. lengkap, selama ini belum pernah<br />
terungkap,” tegasnya.<br />
Uang Pelanggan<br />
menyinggung mengenai uang jaminan<br />
listrik pelanggan, anggota Panja<br />
Sektor hulu listrik Komisi VII Daryatmo<br />
mardianto meminta BPK juga<br />
mengaudit dana itu.<br />
“uang tersebut sudah dipungut<br />
selama berpuluh-puluh tahun, sejak<br />
19<strong>40</strong>, sehingga akumulasinya sudah<br />
cukup besar. Tidak hanya saat pemasangan<br />
tarif, tetapi juga ketika pelanggan<br />
hendak menambah besarnya<br />
daya. Uang tersebut sudah mencapai<br />
Rp6 triliun,” tuturnya.<br />
Dia menegaskan uang jaminan ini<br />
bukan merupakan Pendapatan Negara<br />
Bukan Pajak (PNBP), tetapi uang itu<br />
telah diinvestasikan oleh PlN.<br />
“Kemana uang itu? Kalaupun disimpan<br />
dalam rekening, atas nama<br />
siapa. Sebab sebagai uang rakyat, jika<br />
diinvestasikan PlN wajib meminta<br />
izin kepada rakyat atau minimal kepada<br />
wakil rakyat. Karena itu, PlN harus<br />
dapat mempertanggungjawabkan<br />
keberadaan serta peruntukkannya.”<br />
usulan ini mendapat dukungan<br />
dari anggota Panja Komisi VII lainnya<br />
azwir Dainy Tara dari Fraksi PG.<br />
Menurut dia, pascabencana gempa<br />
dan banjir, masyarakat korban tidak<br />
lagi menggunakan listrik.<br />
“Seharusnya uang jaminan yang<br />
sudah mereka bayarkan itu, dikembalikan<br />
oleh PlN. Selain itu, selama ini<br />
dengan nomimal yang cukup tinggi<br />
pasti PlN mendapatkan bunga dari<br />
uang tersebut. lalu bagaimana dengan<br />
hasil bunganya, PlN pergunakan<br />
untuk apa, bagaimana PlN mempertanggungjawabkannya,”<br />
tanya azwir<br />
menanggapi pernyataan itu, auditor<br />
utama <strong>Keuangan</strong> Negara VII BPK<br />
Ilya avianti menyatakan pihaknya<br />
akan melakukan audit investigasi terhadap<br />
PLN secara menyeluruh, termasuk<br />
mengenai uang jaminan pelanggan.<br />
BPK sepakat jika PlN selama ini<br />
tidak transparan. Pada 2009, uang<br />
jaminan ini sudah menjadi temuan<br />
BPK sebesar Rp5,9 triliun. (bw)<br />
FeBRuaRI 2011<br />
42 - 44 pantau.indd 43 23/02/2011 19:42:54<br />
43