03.05.2013 Views

desain interior sanggar lukis anak “uphadana young artist”

desain interior sanggar lukis anak “uphadana young artist”

desain interior sanggar lukis anak “uphadana young artist”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DESAIN INTERIOR SANGGAR LUKIS ANAK “UPHADANA<br />

YOUNG ARTIST” DENGAN KONSEP KUBISME<br />

BERNUANSA MODERN CASUAL<br />

Aloysia Krisnawatie<br />

3407100060<br />

Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS<br />

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147<br />

ABSTRAK<br />

Perkembangan otak <strong>anak</strong> dapat dipengaruhi oleh ragam aktivitas terutama<br />

hobi <strong>anak</strong>. Aktivitas <strong>anak</strong> yang semakin beragam ini mendorong para orang<br />

tua untuk menyalurkan kegemaran <strong>anak</strong> sehingga hobi maupun bakat <strong>anak</strong><br />

berkembang dan tersalurkan. Perkenalan bakat <strong>anak</strong> secara dini<br />

merupakan salah satu cara mengetahui potensi kemampuan <strong>anak</strong> dalam<br />

perkembangan otaknya. Untuk itu, diperlukan adanya fasilitas yang dapat<br />

menampung serta menyalurkan bakat maupun hobi <strong>anak</strong>. Salah satu<br />

diantaranya adalah <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> <strong>anak</strong>. Sanggar <strong>lukis</strong> <strong>anak</strong> Uphadana<br />

Young Artist merupakan salah satu sarana untuk menyalurkan bakat<br />

maupun hobi me<strong>lukis</strong> <strong>anak</strong>. Di Gresik <strong>sanggar</strong> ini berkembang cukup pesat<br />

seiring dengan perkembangan seni <strong>lukis</strong> di kota tersebut. Pada <strong>interior</strong><br />

<strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> <strong>anak</strong> Uphadana Young Artist, menggunakan warna yang<br />

menarik untuk <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>, namun masih belum terlihat langgam yang<br />

menjadi suatu ciri khas <strong>sanggar</strong> tersebut, sehingga penggunaan furnitur,<br />

maupun fasilitas yang lainnya masih menggunakan fasilitas yang ada pada<br />

umumnya.


Pendalaman sebuah aliran dalam seni <strong>lukis</strong> merupakan salah satu faktor<br />

penunjang dalam proses belajar <strong>anak</strong> mengenai seni <strong>lukis</strong>. Aliran kubisme<br />

dipilih karena aliran ini yang memiliki sifat lebih pada bentukan-bentukan<br />

geometris dimana <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> akan mudah menerima konsep dasain <strong>interior</strong><br />

<strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> ini dengan mudah. Selain itu, adanya fasilitas yang modern<br />

dapat meningkatkan minat belajar <strong>anak</strong> serta menambah kepercayaan<br />

orang tua terhadap <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> tersebut. Nuansa modern kasual akan<br />

dilihat di beberapa elemen <strong>interior</strong> yang menjadi point of view di <strong>sanggar</strong><br />

<strong>lukis</strong> <strong>anak</strong> tersebut. Pada Sanggar Lukis Anak Uphadana Young Artist,<br />

masih belum terdapat fasilitas yang memadai dan modern baik bagi peserta<br />

maupun pihak pengelola <strong>sanggar</strong>. Dengan adanya fasilitas playground,<br />

kantin seadanya, serta bagian administrasi pada sedikit bagian area<br />

ruangan. Untuk area belajar me<strong>lukis</strong> yang bertempat pada eksisting sebuah<br />

rumah yang dialihfungsikan sebagai area kursus, serta area teras sebagai<br />

area tunggu.<br />

Dalam Laporan Tugas Akhir ini, perumusan metodologi yang disusun untuk<br />

mendapatkan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer<br />

berupa pengambilan data langsung diantaranya observasi lapangan, data<br />

eksisting bangunan, wawancara dengan pemilik <strong>sanggar</strong> sebagai tujuan<br />

<strong>desain</strong> yang diinginkan, dan foto-foto eksisting ruangan serta data-data<br />

pembanding. Data sekunder berupa studi pustaka dimana data didapat dari<br />

buku-buku mengenai sejarah <strong>desain</strong>, majalah-majalah maupun informasi<br />

dari internet yang memuat artikel-artikel mengenai <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> maupun<br />

<strong>desain</strong> berkonsep kubisme dan modern casual. Dari tahapan metodologi<br />

akan didapatkan data yang sesuai dengan konsep, kebutuhan dasar ruang<br />

maupun aturan baku kemanan dan kenyamanan dalam elemen <strong>interior</strong><br />

bernuansa modern casual serta mengenai sistem pembelajaran pada<br />

<strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> <strong>anak</strong>.<br />

Sebuah <strong>desain</strong> <strong>interior</strong> yang menarik dapat menambah semangat belajar<br />

<strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>, sehingga hal tersebut dapat berpengaruh dalam peningkatan<br />

mutu pendidikan pada <strong>anak</strong>. Sanggar Lukis Anak Uphadana Young Artist<br />

memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan dikemas dalam<br />

<strong>desain</strong> <strong>interior</strong> berkonsep kubisme sehingga menampilkan image <strong>sanggar</strong><br />

<strong>lukis</strong> yang berbeda. Adanya elemen-elemen <strong>interior</strong> yang berhubungan<br />

dengan kebutuhan me<strong>lukis</strong> serta mengenalkan image baru kepada para<br />

peserta didik maupun pendamping peserta terhadap Sanggar Lukis Anak<br />

Uphadana Young Artist dengan menampilkan konsep kubisme dengan


nuansa modern casual pada penggunaan warna dan material yang seusai<br />

dengan kebutuhan dalam ruangan tersebut.<br />

ABSTRACT<br />

Child's brain development can be affected by a variety of activities,<br />

especially child hobby. An increasingly diverse child's activity is to<br />

encourage parents to channel the passion and talents of children so that<br />

children develop hobbies and channeled. Introduction talents of children<br />

early is one way to find out the potential ability of children in brain<br />

development. For this, the needed a facility that can accommodate and<br />

channel the child's talents and hobbies. One of them is child's painting<br />

studios. Painting studios for kids Uphadana Young Artist is one facility to<br />

channel the children talent and hobby about painting. In Gresik city, this<br />

studio is growing rapidly along with the development of painting in the city.<br />

The <strong>interior</strong> of painting studio for kid Uphadana Young Artist, it using the<br />

colors that appeal to children, but still have not seen a style that became the<br />

style of the studio, so the use of the furniture, and the other facilities that<br />

still use the general existing facilities.<br />

Deepening of a painting genre is one of the contributing factors on the<br />

child's learning process about painting. Cubism was chosen because this<br />

flow has more on the properties of geometric formations which children will<br />

accepted easily the design concept of <strong>interior</strong> painting studiostudio. In<br />

addition, the modern facilities that could increase the interest of children's<br />

learning and increase the confidence of parents or the companion. Casual<br />

modern nuances will be seen in a few <strong>interior</strong> elements that became a point<br />

of view in the painting studios of the child. At Painting Studio for Kids<br />

“Uphadana Young Artist”, there is still not modern and satisfy facilities for<br />

both the participants and the manager of the studio. It has playground, sober<br />

canteen, and the administration area at least of the room. For the study<br />

area is located in a part of a home living that converted as a courses area,<br />

and also the terrace as a waiting area.<br />

In this Final Project, the structural methodology that prepared to get the<br />

primary and secondary data. The primary data are collecting direct data<br />

including observation, the existing building data, interviews with studio<br />

owners as a desirable design goal, and photographs of the existing space<br />

and also comparison data. Secondary data are from literature where the<br />

data obtained from books on the history of design, magazines and<br />

information from the Internet that contains articles about painting studios nor


KATA KUNCI<br />

the design concept of cubism and modern casual. Stage of the methodology<br />

will get the data accordance to the concept, the space basic needs and<br />

security and also the comfortable of a fixed rule in the <strong>interior</strong> elements of<br />

modern casual nuances and a learning system of painting studios for kids.<br />

An interesting <strong>interior</strong> design can be the spirit of children's learning, so that<br />

influential in the improvisation of children education quality. Painting Studio<br />

for Kids Uphadana Young Artist provide the needed facilities and packaged<br />

in the <strong>interior</strong> design concept of cubism painting studios so that it have a<br />

different image. The element existence is relate the needs of <strong>interior</strong><br />

painting and introduce a new image to the students and also to the<br />

companion of Painting Studio for Kids Uphadana Young Artist with displays<br />

concept of cubism with modern casual nuance on colors and materials of<br />

the room needed.<br />

Sanggar Lukis Anak, Kubisme, Modern, Kasual


PENDAHULUAN<br />

Latar Belakang<br />

Menggambar adalah salah satu kegiatan seni rupa yang sedang berkembang saat ini<br />

mengingat pesatnya perkembangan <strong>desain</strong> di Indonesia. Kegiatan menggambar juga<br />

menjadi pilihan para orang tua untuk menggali maupun memperdalam bakat dan<br />

minat yang dimiliki <strong>anak</strong>. Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor berkembangnya<br />

pendidikan non-formal seperti <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong>. Sanggar <strong>lukis</strong> menjadi alternatif pilihan<br />

tempat belajar <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> selain kursus bahasa Inggris atau Matematika. Pendidikan<br />

non-formal dinilai juga penting, karena tolak ukur kesuksesan seorang <strong>anak</strong> tidak<br />

hanya dinilai dari pelajaran konvensional, tetapi juga minat <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> terhadap suatu<br />

bidang tertentu seperti olah raga dan seni. Selain itu, menggambar juga dapat melatih<br />

otak kanan <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> secara visual sehingga dapat merangsang sesorang berpikir<br />

secara cepat dan kreatif.<br />

Tujuan<br />

Melalui studi dengan analisa yang lebih mendalam dan ditinjau dari teori-teori yang<br />

ada maka diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai obyek secara lebih<br />

terperinci dan pada akhirnya dapat digunakan sebagai acuan ataupun panduan dalam<br />

proses perancangan <strong>desain</strong> <strong>interior</strong> <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> <strong>anak</strong> Uphadana Young Artist (UYA)<br />

nantinya. Selain memberikan fasiliats secara maksimal dalam konsep yang diberikan,<br />

juga memberikan nuansa yang berbeda pada <strong>desain</strong> <strong>interior</strong> sehingga memberikan<br />

suatu image tersendiri bagi masyarakat pada umumnya dan <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> pada<br />

khususnya agar dapat berkreativitas lebih dalam pola pikir yang imajinatif dengan<br />

mengenalkan unsur kubisme dalam <strong>desain</strong> <strong>interior</strong>.<br />

Masalah<br />

Masalah yang diangkat adalah bagaimana membagi zoning antar ruang sesuai<br />

dengan kebutuhan serta memberikan konsep baru dalam <strong>desain</strong> <strong>interior</strong> dengan<br />

nuansa yang sesuai dengan karakter <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> pada <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> untuk<br />

memberikan image tersendiri pada <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> tersebut.


PEMBAHASAN<br />

Kajian Pustaka<br />

Seni Lukis adalah salah satu bidang seni rupa yang berkaitan dengan gambar-<br />

menggambar. Sanggar <strong>lukis</strong> untuk <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> adalah wadah untuk belajar me<strong>lukis</strong><br />

bagi <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>. Selain wadah untuk belajar me<strong>lukis</strong> untuk <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>, <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong><br />

juga bisa menjadi tempat untuk menyalurkan bakat <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> yang sehingga dapat<br />

memperoleh prestasi. Sanggar <strong>lukis</strong> untuk <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> memiliki kebutuhan ruang<br />

khusus mengingat aktivitas yang dilakukan <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> memiliki perbedaan dengan<br />

aktivitas remaja atau orang dewasa. Untuk itu diperlukan adanya fasilitas yang sesuai<br />

dengan kebutuhan aktivitas <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>.<br />

Kubisme<br />

Kubisme adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke<br />

dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Kubisme adalah<br />

sebuah revolusi aliran seni yang bergaya modern yang dikembangkan oleh Pablo<br />

Picasso dan Georges Braques pada awal abad ke-20. Lukisan kubisme biasanya<br />

memiliki tampak lebih dari satu sisi atau sudut. Hal tersebut memberikan kesan bahwa<br />

objek <strong>lukis</strong>an tersebut berbentuk tiga dimensi. Cezzane me<strong>lukis</strong> objek 2 dimensi,<br />

namun kesan 3 dimensi itu dapat terlihat apabila dilihat dengan imajinasi ketika<br />

melihat <strong>lukis</strong>an tersebut. Ide ini diteruskan oleh Picasso dan Braque. Kubisme<br />

merupakan konsep seni yang keluar dari perspektif tradisional yang sudah ada sejak<br />

zaman Rainassence. Konsep kubistik merupakan konsep yang berusaha untuk<br />

mencapai ilusi bentuk tiga-dimensional dengan cara yang berbeda dengan<br />

menunjukkan padatan dan volume pada bidang datar dua dimensi untuk menunjukkan<br />

adanya ruang. Ada tiga 'sub-gaya' dalam Kubisme, diantaranya adalah Kubisme<br />

Analitis, Kubisme Sintetis dan Kubisme Patung. Ketiganya digunakan untuk<br />

menggambarkan pemandangan, still life dan potret.<br />

Gambar 1 : Lukisan Kubisme


Dalam arsitektur, menurut Madison Grey kubisme adalah suatu dasar dari hubungan<br />

ruang dan bentukan yang dibantu dengan adanya pencahayaan. Kubisme adalah<br />

dasar pemikiran dalam munculnya teori arsitektur. Proporsi dasar bentukan kubisme<br />

adalah ide untuk mentransfigurasi yaitu merubah bentuk menjadi lebih baik dalam<br />

bentukan kubisme dan menjadi nilai estetika dalam landscape. Ide-ide dasar bentukan<br />

kubisme menggunakan alam dan ditransfigurasi menjadi bentuk yang tidak biasa.<br />

Kubisme Analitis dalam teori Cezanne diperluas dengan adanya hubungan<br />

transfigurasi “solid dan void”. Teknik kolase dan <strong>lukis</strong>an Kubisme Sintetik menjadi<br />

inspirasi konstruksi yang artistik. Seperti halnya pada site plan dan fasad bangunan,<br />

Horizontal dan vertikal landscape, jika dihubungkan akan menjadi ide yang baru<br />

dalam arsitektur dan memperhitungkan pentingnya membuat ruang, menandai ruang,<br />

dan mendefinisikan ruang dalam keteraturan transfigurasi meliputi hubungan ruang<br />

satu sama lain, pemindahan ruang, kemungkinan penggunaan ruang, keliling ruang,<br />

pemecahan ruang, penggabungan, pembalikan dan seterusnya.<br />

Studi Eksisting<br />

Gambar 2 : Ilustrasi penerapan kubisme dalam <strong>interior</strong><br />

Gambar 3 : Lokasi potensial


Kesimpulan<br />

Lokasi berada di antara banyak perumahan baru untuk para pendatang, tempat<br />

edukasi serta banyak dikelilingi oleh berbagai tempat-tempat komersial sehingga<br />

memungkinkan sebagai tempat yang strategis untuk dikenal oleh masyarakat sekitar.<br />

Analisa Eksisting Sanggar Lukis<br />

Plafon<br />

Plafon dengan list papan gipsum yang kurang sesuai untuk fasilitas untuk elemen<br />

<strong>interior</strong> yang ditujukan sebagai fasilitas untuk <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>.<br />

Dinding<br />

Dinding bermural dengan cat yang berwarna-warni menjadi elemen estetis dalam<br />

<strong>interior</strong> yang juga merupakan image yang diberikan oleh <strong>sanggar</strong>.<br />

Lantai<br />

Lantai yang mengikuti eksisting bangunan sebelumnya menggunakan lantai teraso<br />

dan keramik namun masih kurang sesuai dengan kebutuhan aktivitas dalam <strong>sanggar</strong><br />

<strong>lukis</strong>.<br />

Gambar 4 : Ruangan dengan plafon list gypsum memiliki<br />

detail<br />

Gambar 5 : dinding mural dimanfaatkan sebagai elemen<br />

estetis<br />

Gambar 6 : Lantai teraso dan keramik dalam <strong>interior</strong>


Furnitur<br />

Penggunaan furnitur yang sesuai dengan ergonomis dan karakteristik <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong><br />

dengan menggunakan warna-warna casual dan bermaterial yang aman bagi <strong>anak</strong>-<br />

<strong>anak</strong>.<br />

Pencahayaan<br />

Pencahayaan lebih menggunakan pencahayaan buatan, sedangkan pencahayaan<br />

maksimal dalam me<strong>lukis</strong> adalah menggunakan pencahayaan alami.<br />

Penghawaan<br />

Banyak ruangan yang terdapat jendela sebagai bukaan untuk penghawaan, namun<br />

tidak difungsikan secara maksimal. Ruangan-ruangan yang terdapat di eksisting<br />

tersebut lebih banyak menggunakan penghawaan buatan dengan mengandalkan AC<br />

split.<br />

Gambar 7 : Furnitur dalam <strong>sanggar</strong><br />

Gambar 8 : ruangan dengan pencahayaan<br />

yang kurang<br />

Gambar 9 : Ruangan yang tidak memaksimalkan<br />

fungsi bukaan


Kesimpulan<br />

Dengan melihat kondisi eksisting <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong>, masih banyak terdapat fasilitas-<br />

fasilitas yang kurang sesuai dengan standar <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> terutama untuk <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>.<br />

Namun, secara umum <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> ini memiliki ciri khas yang sesuai dengan karakter<br />

<strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> sehingga memiliki potensial menjadikan <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> merupakan salah<br />

satu tempat yang sesuai dengan kebutuhan <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>.<br />

Konsep<br />

Konsep Transformasi Bentuk<br />

Bentukan geometri pada <strong>lukis</strong>an kubisme milik Juan Gris yang berjudul “The Breakfast<br />

Table” dan “Still Life with Guitar” yang diaplikasikan pada layout ruang galeri dan cafe.<br />

Gambar 10 : transformasi bentukan <strong>lukis</strong>an pada layout ruangan<br />

Beberapa bentukan dasar kubisme (persegi, segitiga, dan lingkaran) yang dimodifikasi<br />

untuk membuat ruang sesuai dengan ilustrasi penambahan, perluasan, pengurangan,<br />

peleburan 1 yang kemudian diaplikasikan pada elemen <strong>interior</strong>.<br />

Gambar 11 : modifikasi pengurangan pada aplikasi enterance kelas<br />

1 Ilustrasi Desain Interior, Francis D.K Ching, 1996


Gambar 12 : modifikasi penambahan dan pengurangan pada aplikasi<br />

elemen <strong>interior</strong><br />

Gambar 13 : transformasi bentukan <strong>lukis</strong>an pada aplikasi furnitur<br />

Gambar 14 : analogi palet pada aplikasi decorative lighting


Konsep Warna<br />

Warna-warna casual merupakan warna-warna yang ceria sesuai dengan karakter<br />

<strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> yang ceria, fresh, playful, smart, positif. Dengan penggunaan aplikasi<br />

warna yang sesuai dengan fungsi masing-masing ruang dan berdasarkan warna pada<br />

coorporate image. Sedangkan untuk penetral warna-warna cerah casual<br />

menggunakan warna hitam, abu-abu dan putih.<br />

Konsep Lantai<br />

Dengan memperhitungkan fungsi setiap ruang, material lantai yang digunakan adalah<br />

material keramik pada ruang kelas karena aktivitas di ruang kelas yang menggunakan<br />

media me<strong>lukis</strong> seperti krayon, cat air dan sebagainya sehingga perawatannya cukup<br />

mudah; menggunakan material vinyl pada galeri untuk memberikan kesan luas;<br />

sedangkan untuk area cafe menggunakan lantai granit.<br />

Konsep Dinding<br />

Selain sebagai elemen pembentuk ruang, dinding menjadi tempat memamerkan karya<br />

<strong>lukis</strong> dan juga menjadi tempat kegiatan mural yang sekaligus merupakan elemen<br />

estetis pada <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong>.<br />

Gambar 15 : Diagram warna<br />

Gambar 16 : Lantai vinyl dan granit


Konsep Plafon<br />

Konsep plafon menggunakan plafon miring, plafon datar dan drop ceiliing sebagai<br />

analogi dari kubisme.<br />

Konsep Furnitur<br />

Me<strong>lukis</strong> merupakan kegiatan khusus yang membutuhkan fasilitas yang sesuai dengan<br />

kebutuhan ergonomi penggunanya. Pada <strong>desain</strong> <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> ini sesuai dengan<br />

aktivitas me<strong>lukis</strong> pada kurikulum yang ada maka <strong>desain</strong> furnitur untuk kelas usia 8-12<br />

tahun menggunakan furnitur yang berbeda dengan kelas usia 5-7 tahun.<br />

Konsep Pencahayaan<br />

Konsep pencahayaan menggunakan general lighting pada ruang kelas, spot light<br />

pada ruang galeri dan hidden lamp sebagai elemen dekoratif lighting pada ruang<br />

tunggu dan cafe.<br />

Gambar 17 : Dinding kaca, papan gipsum dan mural<br />

Gambar 18 : Drop ceilling dan plafon datar<br />

Gambar 19 : Meja <strong>lukis</strong> untuk kelas usia<br />

8-12 tahun


Konsep Penghawaan<br />

Pada <strong>desain</strong> <strong>interior</strong> <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> <strong>anak</strong> ini terdapat area outdoor sehingga<br />

memungkinkan untuk menggunakan penghawaan alami pada area cafe dan galeri<br />

serta menggunakan AC split pada ruang kelas.<br />

Hasil Akhir<br />

Ruang Terpilih 1<br />

Gambar 20 : General lighting pada ruang kelas<br />

Pada fasad ruang kelas terdapat mural yang juga merupakan kurikulum dari <strong>sanggar</strong><br />

<strong>lukis</strong> yang diterapkan sebagai elemen estetis sehingga berfungsi juga sebagai image<br />

yang ditampilkan pada sangar <strong>lukis</strong> tersebut.<br />

Gambar 21 : Fasad ruang kelas<br />

Pada beberapa bagian dinding ruang kelas juga terdapat mural. Sedangkan untuk<br />

penggunaan warna berdasarkan karakter warna yang sesuai dengan ruang kelas<br />

sehingga dapat menimbulkan semangat belajar <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>.<br />

Gambar 22 : Desain ruang kelas untuk usia 8-12 tahun (Duck Class)


Gambar 23 : Desain ruang kelas untuk usia 5-7 tahun (Chicken Class)<br />

Ruang Terpilih 2<br />

Galeri merupakan tempat mengapresiasi karya seni. Warna utama galeri adalah<br />

warna putih atau abu-abu sesuai dengan warna standar galeri pada umumnya.<br />

Display pada <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> ini menggunakan warna putih, dengan beberapa bagian<br />

dinding dimanfaatkan sebagai area mural untuk <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>. Sedangkan pada<br />

aksentuasinya, menggunakan warna oranye dan ungu sesuai dengan kesan fresh dan<br />

playful yang ingin ditunjukkan. Bentukan-bentukan pada area galeri ini diadaptasi dari<br />

bentukan-bentukan dasar geometris yang ditransformasi menjadi beberapa bentukan<br />

yang menarik perhatian <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>.<br />

Gambar 24 : Desain galeri pada <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong> <strong>anak</strong><br />

Ruang Terpilih 3<br />

Pada ruang cafe konsep layout ruangan dianalogikan dari bentukan-bentukan sebuah<br />

<strong>lukis</strong>an kubisme. Penggunaan warna merah pada ruangan memberikan kesan berani,<br />

semangat dan ceria sesuai dengan karakteristik <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong>. Sedangkan untuk<br />

penetral warna merah pada ruangan menggunakan warna putih dan hitam. Pada<br />

lantai menggunakan warna abu-abu. Warna aksentuasi terdapat pada warna motif<br />

kayu. Pada beberapa bagian dinding cafe menggunakan mural untuk memperkuat<br />

image <strong>sanggar</strong> <strong>lukis</strong>.


DAFTAR RUJUKAN<br />

Buku<br />

Antoniades, Anthony C. 1990 . Poetics of Architecture-Theory of Design . New York :<br />

Van Nostrand Reinhold<br />

Ching, D.K . 1996 . Ilustrasi Desain Interior . Jakarta : Erlangga<br />

Ching, D.K dan Adams, Cassandra . 2008 . Ilustrasi Konstruksi Bangunan/Edisi Ketiga<br />

. Jakarta : Erlangga.<br />

Karlen, Mark dan Benya, James . 2007. Dasar-dasar Desain Pencahayaan. Jakarta :<br />

Penerbit Erlangga<br />

Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek- Jilid 1 - Edisi 33. Jakarta : Erlangga.<br />

Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek- Jilid 2 - Edisi 33. Jakarta : Erlangga.<br />

Panero, Julius dan Zelnik, Martin. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta :<br />

Erlangga.<br />

Kamus<br />

Gambar 25 : Desain ruang tunggu dan cafe<br />

Bram, Leon L. 1986. Funk & Wagnalls New Encydlopedia. USA.<br />

Poerwodarminto, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


Makalah<br />

Laporan TA Hasan Asyari. Desain Produk Industri ITS. Surabaya. 2009.<br />

Laporan TA Ira Audia. Desain Produk Industri ITS. Suabaya. 2009.<br />

Majalah<br />

Majalah Interior World vol. 78 – Children Space. 2009. Korea.<br />

Majalah Visual Arts, Edisi Februari – Maret 2007.<br />

Majalah Visual Arts, Edisi Agustus – September 2008.<br />

Majalah Visual Arts, Edisi Desember 2009 – Januari 2010.<br />

Situs Internet<br />

www.art-canyon.com<br />

www.arte.it<br />

www.arthistory-famousartists-paintings.com<br />

www.pablopicassogallery.com<br />

www.thearchitectpainter.com<br />

www.thecoolhunter.net<br />

www.wikipedia.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!