12.05.2013 Views

budaya-bebas

budaya-bebas

budaya-bebas

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

mengungkapkan suatu dokumen, yang juga berarti bahwa kasus<br />

anda selesai. Generasi Amerika—lebih signifikan di beberapa bagian<br />

di Amerika ketimbang yang lain, namun tetap saja, di manapun di<br />

Amerika hari ini—tidak mampu hidup secara normal dan legal, karena<br />

“normal” menuntut ketidaklegalan dalam derajat tertentu.<br />

Respon atas ketidaklegalan umum ini ada dua, kalau bukan<br />

memberlakukan hukum yang lebih keras atau mengganti hukumnya.<br />

Kami, sebagai masyarakat, harus belajar bagaimana membuat pilihan<br />

dengan lebih rasional. Apakah suatu produk hukum cukup masuk<br />

akal sebagian tergantung pada, setidaknya, atas apakah beban yang<br />

ditimbulkan dari hukum tersebut, baik yang diniatkan mapun<br />

tidak, lebih besar dari keuntungannya. Jika beban hukum, baik yang<br />

diniatkan atau tidak, memang lebih besar keuntungannya, maka<br />

hukum harus diubah. Sebagai pilihan lain, jika beban dari sistem<br />

yang ada jauh lebih besar daripada beban yang alternatif, maka kami<br />

mempunyai cukup alasan untuk mempertimbangkan yang alternatif.<br />

Maksud saya di sini tidak mengacu pada anggapan sederhana:<br />

Bahwa hanya karena orang melanggar hukum maka kita harus<br />

mengganti produk hukumnya. Jelas, kita akan mengurangi statistik<br />

pembunuhan secara dramatis jika kita melegalkan pembunuhan<br />

pada setiap hari Rabu dan Jumat. Namun ini tidak masuk akal, sebab<br />

pembunuhan adalah salah di hari apa pun. Suatu masyarakat berhak<br />

untuk melarang pembunuhan, kapan saja dan di mana saja.<br />

Yang saya maksud ialah poin tentang demokrasi yang sudah<br />

dipahami oleh banyak generasi, namun baru-baru ini saja kita lupakan.<br />

Aturan hukum tergantung pada orang yang mematuhi hukum<br />

tersebut. Semakin sering dan semakin berulang, kita sebagai warga<br />

negara melakukan pelanggaran hukum, maka kita semakin tidak<br />

menghormati hukum. Jelas, dalam banyak kasus, isu yang penting<br />

adalah hukumnya, bukan penghormatan pada hukum. Saya tidak<br />

peduli apakah para pemerkosa taat hukum atau tidak; saya ingin<br />

menangkap dan memenjarakan si pemerkosa. Namun saya peduli<br />

apakah mahasiswa-mahasiswa saya menaati hukum atau tidak. Dan<br />

saya peduli jika peraturan hukum menuai perasaan tidak hormat<br />

238 BUDAYA BEBAS

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!