27.05.2013 Views

Strategi Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Areal ...

Strategi Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Areal ...

Strategi Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Areal ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PERLUASAN AREAL<br />

PERTANAMAN JAGUNG DI KALIMANTAN TIMUR<br />

31 Seminar Nasional Serealia 2011<br />

Mastur<br />

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah<br />

Bukit Tegalepek Sidomulyo, Ungaran, Semarang 50501 Telp./Fax (024)6924966,<br />

email mastur002@yahoo.com<br />

ABSTRAK<br />

Masalah yang dihadapi dalam peningkatan produksi jagung di Kaltim antara lain : 1)<br />

penerapan teknologi terbatas, 2) pertanian rakyat berskala kecil, 3) upah tenaga kerja<br />

mahal, 4) aksesibilitas untuk sarana <strong>dan</strong> pemasaran terbatas, <strong>dan</strong> 5) program<br />

pengembangan jagung belum mengakomodasi keadaan biofisik <strong>dan</strong> sosio-eko-kultur.<br />

Makalah ini membahas situasi <strong>dan</strong> strategi peningkatan produktivitas <strong>dan</strong> areal<br />

jagung di Kaltim berdasar pengamatan lapangan, sumber data informasi sekunder,<br />

serta beberapa pengalaman BPTP Kaltim. <strong>Areal</strong> tanam jagung di Kaltim sangat<br />

fluktuatif <strong>dan</strong> hanya berkisar 5.000 ha, dengan laju produktivitas cenderung menurun.<br />

Intensifikasi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas jagung saat ini.<br />

Ekstensifikasi jagung dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan alang-alang atau<br />

lahan tidur lain pada kawasan budidaya tanaman semusim lahan kering. Mekanisasi<br />

perlu diarahkan pada lahan intensifikasi <strong>dan</strong> ekstensifikasi agar efisiensi penggunaan<br />

tenaga kerja yang langka <strong>dan</strong> mahal dapat ditekan, <strong>dan</strong> peningkatan hasil tanaman.<br />

Penerapan PTT akan meningkatkan produktivitas, <strong>dan</strong> memerlukan dukungan sarana<br />

produksi, sekolah lapang, <strong>dan</strong> pendampingan. <strong>Peningkatan</strong> areal tanam dilakukan<br />

melalui peningkatan IP, penanaman sistem tumpangsari pada lahan perkebunan <strong>dan</strong><br />

hutan tanaman industri masih muda, optimasi lahan, <strong>dan</strong> pembukaan lahan baru.<br />

Kata Kunci: Jagung, produktivitas, mekanisasi<br />

PENDAHULUAN<br />

Kalimantan Timur (Kaltim)<br />

memiliki potensi sumberdaya lahan yang<br />

luas, namun belum dimanfaatkan secara<br />

maksimal untuk mendukung<br />

swasembada pangan, khususnya jagung.<br />

Komoditas jagung sangat penting sebagai<br />

pendukung agribisnis peternakan <strong>dan</strong><br />

makanan (Ba<strong>dan</strong> Litbang Pertanian<br />

2005) maupun makanan pokok beberapa<br />

masyarakat seperti di pegunungan Kedu,<br />

Madura, <strong>dan</strong> Nusatenggara. Sumberdaya<br />

lahan Kaltim baru dimanfaatkan untuk<br />

pertambangan <strong>dan</strong> kehutanan,<br />

se<strong>dan</strong>gkan untuk pertanian masih<br />

terbatas. Hal itu tercermin dari Produk<br />

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim<br />

yang masih didominasi oleh sektor<br />

pertambangan <strong>dan</strong> energi serta<br />

olahannya yang pada tahun 2007<br />

mencapai 76,4%, se<strong>dan</strong>gkan kontribusi<br />

sektor pertanian baru mencapai 9,6%<br />

(Bappeda Kaltim 2009). Karena itu,<br />

peningkatan produksi pertanian<br />

termasuk jagung melalui upaya<br />

peningkatan produktivitas maupun areal<br />

tanam sangat penting dalam mendukung<br />

swasembada jagung sehingga dapat<br />

memenuhi kebutuhan pangan pokok,<br />

industri pakan unggas, industri makanan,<br />

maupun produk tepung, minyak, <strong>dan</strong><br />

bahan lainnya.<br />

Masalah yang terkait dengan<br />

peningkatan luas areal jagung di Kaltim<br />

antara lain: 1) program cetak lahan<br />

untuk usahatani jagung terbatas, 2) skala<br />

budidaya masih kecil (small holder), 3)<br />

investasi untuk estate jagung belum<br />

dikembangkan, 4) mekanisasi masih<br />

belum diterapkan, serta 5) kebijakan <strong>dan</strong><br />

program pengembangan jagung belum<br />

optimal. Rendahnya produktivitas<br />

jagung terutama disebabkan oleh<br />

teknologi budidaya terbatas yang<br />

disebabkan oleh: 1) penggunaan benih<br />

berlabel varietas unggul terbatas, 2)<br />

pemupukan <strong>dan</strong> ameliorasi belum sesuai


ekomendasi, 3) serangan organisme<br />

penggangu tumbuhan (OPT) <strong>dan</strong><br />

kekeringan sering terjadi, serta 4)<br />

pengolahan tanah, penanaman, <strong>dan</strong><br />

panen belum diterapkan dengan baik.<br />

Makalah ini membahas situsi <strong>dan</strong><br />

strategi peningkatan produktivitas <strong>dan</strong><br />

areal jagung di Kaltim berdasar<br />

pengamatan lapangan, data <strong>dan</strong><br />

informasi sekunder, serta beberapa<br />

pengalaman BPTP Kaltim. Gagasan yang<br />

disampaikan dalam makalah ini<br />

diharapkan dapat dimanfaatkan dalam<br />

pengkajian <strong>dan</strong> pengembangan jagung di<br />

Kaltim maupun wilayah lain yang serupa.<br />

PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS<br />

DAN AREAL TANAM<br />

Meskipun propinsi Kaltim memiliki<br />

luas mencapai 20 juta hektar atau satu<br />

setengah kali pulau Jawa, namun areal<br />

tanaman pangan khususnya jagung<br />

masih kurang dari 10.000 ha. Hal ini<br />

terutama disebabkan oleh: 1) jumlah<br />

penduduk sangat jarang (sekitar tiga juta<br />

jiwa) <strong>dan</strong> tidak merata, sekitar<br />

separuhnya bermukim di empat kota<br />

yaitu Samarinda, Balikpapan, Bontang,<br />

<strong>dan</strong> Tarakan, 2) pengelolaan jagung<br />

hingga saat ini masih merupakan sistem<br />

pertanian rakyat (bukan estate), 3) masih<br />

a<strong>dan</strong>ya kendala pemasaran, serta 4)<br />

masih terbatasnya dukungan program,<br />

sarana, <strong>dan</strong> prasarana serta aksesibilitas.<br />

Luas areal pengembangan jagung<br />

di Kaltim pada kurun waktu 2002-2008<br />

berkisar antara 5000 hingga 6000 hektar<br />

(ha). Luas pengembangan jagung<br />

cenderung berfluktuasi fluktuatif <strong>dan</strong><br />

bahkan menurun. <strong>Produktivitas</strong><br />

terendah terjadi pada tahun 2002 (1,9<br />

ton/ha) <strong>dan</strong> tertinggi pada tahun 2008<br />

(2,4 ton/ha), jauh lebih rendah<br />

dibanding rata-rata nasional.<br />

<strong>Produktivitas</strong> jagung pada kurun waktu<br />

2002-2004 meningkat cepat, sesudahnya<br />

relatif naik (Tabel 1). Luas areal jagung<br />

terendah (4.7 ha) terjadi pada tahun<br />

2005 <strong>dan</strong> tertinggi (6.4 ha) tahun 2002,<br />

se<strong>dan</strong>gkan produksi pada tahun 2003<br />

hanya 10.997 ton (terendah) <strong>dan</strong> 14.410<br />

ton pada tahun 2006.<br />

<strong>Areal</strong> pengembangan jagung yang<br />

memiliki produktivitas tertinggi terdapat<br />

di Kabupaten Paser <strong>dan</strong> Kutai<br />

Kartanegara (Kukar) dengan luas<br />

masing-masing 3,5 ha <strong>dan</strong> 3,1 ha (BPS<br />

Kaltim 2008). Daerah pengembangan<br />

jagung tersebut, memiliki aksesibilitas<br />

cenderung lebih baik dibanding<br />

beberapa kabupaten lain. Produksi<br />

jagung tertinggi diperoleh dari PPU <strong>dan</strong><br />

Kukar, disusul oleh Bulungan, Nunukan,<br />

Paser, <strong>dan</strong> Kutim. Kabupaten Penajam<br />

Paser Utara (PPU) memiliki areal terluas<br />

disusul oleh Bulungan, Kukar, Nunukan,<br />

<strong>dan</strong> Kutim. Apabila dibandingkan luas<br />

pengembangan jagung dengan luas<br />

daerah tersebut, terlihat masih timpang.<br />

<strong>Areal</strong> pengembangan jagung yang berada<br />

di sekitar empat kota besar, banyak<br />

ditujukan untuk sayuran yang dipanen<br />

muda.<br />

Tabel 1. Perkembangan Luas <strong>Areal</strong>, Produksi, <strong>dan</strong> <strong>Produktivitas</strong> Jagung di Kaltim Tahun<br />

2002-2008<br />

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) <strong>Produktivitas</strong> (kg/ha)<br />

2002 6.4 12.2 1912<br />

2003 5.3 11.0 2071<br />

2004 5.5 12.4 2300<br />

2005 4.7 11.2 2368<br />

2006 6.1 14.4 2381<br />

2007 4.9 11.6 2362<br />

2008 5.4 12.8 2381<br />

(sumber : diolah dari BPS Kaltim 2007 <strong>dan</strong> 2009)<br />

32 Mastur : <strong>Strategi</strong> <strong>Peningkatan</strong> <strong>Produktivitas</strong> <strong>dan</strong> <strong>Perluasan</strong> <strong>Areal</strong> Pertanaman Jagung di Kalimantan Timur


STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI<br />

DAN NILAI TAMBAH JAGUNG<br />

Jagung merupakan komoditas<br />

pangan yang meskipun bukan<br />

merupakan bahan pangan pokok namun<br />

memiliki diversifikasi produk yang luas.<br />

Itu berarti pengembangan jagung selain<br />

memberi peluang penguatan ketahanan<br />

pangan, juga diharapkan mampu menjadi<br />

penghela agribisnis <strong>dan</strong> agroindustri<br />

berbasis jagung.<br />

Intensifikasi. Intensifikasi<br />

terutama ditujukan pada areal yang<br />

sesuai secara biofisik <strong>dan</strong> telah<br />

mengembangkan jagung. Intensifikasi<br />

bertujuan untuk meningkatkan<br />

produktivitas melalui penerapan<br />

teknologi budidaya seperti pengolahan<br />

tanah, cara penanaman, pemupukan,<br />

pengolahan tanah, pengendalian OPT,<br />

pengairan, serta panen <strong>dan</strong>pasca panen<br />

yang tepat (Musa et al. 2007; Nel et al.<br />

1996.). Berdasar pengalaman,<br />

penerapan teknologi budidaya saja<br />

belum cukup. Karena itu, saat ini<br />

digunakan pendekatan Pengelolaan<br />

Tanaman Terpadu (PTT) yang<br />

diterapkan secara spesifik lokasi <strong>dan</strong><br />

bersifat integratif, interaktif, dinamis,<br />

<strong>dan</strong> partisipatif. SL-PTT merupakan<br />

metode diseminasi agar PTT dapat<br />

diterapkan petani.<br />

Ekstensifikasi. Masalah produksi<br />

pangan nasional terutama adalah luas<br />

lahan baku yang masih kurang dibanding<br />

dengan target produksi untuk<br />

swasembada. <strong>Areal</strong> tanam jagung Kaltim<br />

saat ini masih sedikit dibanding dengan<br />

potensi lahan tersedia. Ekstensifikasi<br />

terutama ditujukan pada lahan-lahan di<br />

luar kawasan lindung, kawasan hutan,<br />

<strong>dan</strong> hutan primer. Berbeda dengan di<br />

Jawa yang pemilikan lahannya rata-rata<br />

kurang dari setengah hektar,<br />

ketersediaan <strong>dan</strong> pemilikan lahan di<br />

Kaltim masih sangat luas, menjadikan<br />

daerah ini potensial untuk<br />

dikembangkan lebih lanjut sebagai<br />

penghasil jagung, terutama melalui<br />

ekstensifikasi <strong>dan</strong> mekanisasi.<br />

Mekanisasi. Modernisasi<br />

pertanian tidak hanya penting untuk<br />

peningkatan produktivitas <strong>dan</strong> efisiensi<br />

33 Seminar Nasional Serealia 2011<br />

usahatani, namun juga penting untuk<br />

menarik generasi muda masuk dalam<br />

dunia pertanian (Mastur 2010).<br />

Mekanisasi pra <strong>dan</strong> pascapanen mutlak<br />

harus dilakukan di Kaltim mengingat<br />

nisbah lahan terhadap tenaga kerja yang<br />

tinggi. Selain itu, upah tenaga kerja yang<br />

tinggi juga menguntungkan bila<br />

menerapkan mekanisasi karena mampu<br />

menekan biaya usahatani. Pengalaman<br />

pembinaan Prima Tani di Kutim, dengan<br />

pemilikan lahan petani sekitar lima<br />

hektar, <strong>dan</strong> dua hektar ditanami jagung<br />

yang dikelola secara mekanisasi,<br />

pendapatan petani per musim dapat<br />

mencapai Rp. 10.000.000/KK.<br />

Konservasi <strong>dan</strong> rehabilitasi.<br />

Konservasi tanah mutlak dilakukan, baik<br />

pada lahan datar maupun lahan<br />

berlereng. Lahan datar <strong>dan</strong> berlereng<br />

memerlukan konservasi kesuburan<br />

tanah, khususnya pemeliharaan bahan<br />

organik tanah yang cukup agar<br />

produktivitas tinggi. Pada lahan miring,<br />

konservasi secara mekanik atau vegetatif<br />

perlu dilakukan seperti pembuatan<br />

gulud, teras gulud, teras kredit, teras<br />

bangku atau pertanaman lorong<br />

diperlukan sesuai karakteristik lahan.<br />

Rehabilitasi lahan kritis baik berupa<br />

pa<strong>dan</strong>g alang-alang maupun bekas<br />

tambang perlu dilakukan, terutama<br />

menggunakan metode vegetatif.<br />

Integrasi. Integrasi jagung dengan<br />

ternak sangat menguntungkan. Pada<br />

keadaan ini, penanaman jagung varietas<br />

stay green, sifat-sifat spesifik lain yang<br />

dikehendaki, <strong>dan</strong> produktivitas tinggi<br />

juga penting untuk mendukung<br />

pengembangan ternak ruminansia. Sisasisa<br />

tanaman jagung dapat dibuat pakan<br />

seperti hay atau silase atau jenis lain.<br />

Bariroh <strong>dan</strong> Mastur (2006) menghitung<br />

potensi limbah jagung saat itu mampu<br />

mencukupi kebutuhan 4.000 ekor sapi di<br />

Kaltim. Dari ternak dapat diperoleh<br />

pupuk kan<strong>dan</strong>g, atau dimanfaatkan<br />

untuk biogas. Apabila luas areal jagung di<br />

suatu wilayah mencapai 1000 ha, maka<br />

akan diperoleh sekitar 10.000 ton limbah<br />

jagung. Bila yang dapat dimanfaatkan<br />

75%, maka akan tersedia 7.500 ton<br />

limbah jagung. Limbah jagung<br />

mengandung protein kasar (5,6-9,7%),


lemak kasar (1,6-2,2%), serat kasar<br />

(23,3-26,3%), bahan kering (21,7-<br />

76,6%). Pemanfaatan limbah jagung<br />

perlu dimasyarakatkan <strong>dan</strong> dimasukkan<br />

ke dalam program pemerintah pusat<br />

atau daerah. Selain jagung, untuk<br />

pengembangan ternak sapi sebagai<br />

sumber protein utama dapat ditanam<br />

gamal atau legum lain.<br />

Diversifikasi. Diversifikasi<br />

terutama dimaksudkan untuk memberi<br />

dukungan pada penurunan konsumsi<br />

beras 1,5% per tahun. Beberapa daerah<br />

seperti dataran tinggi Kedu, Madura, <strong>dan</strong><br />

Nusatenggara masih menjadikan jagung<br />

sebagai makanan pokok. Penurunan<br />

konsumsi beras secara tidak langsung<br />

dapat terjadi melalui peningkatan<br />

konsumsi makanan berbsis jagung.<br />

Industrialisasi. Jagung memiliki<br />

keunggulan dalam hal diversifikasi<br />

produk yang jauh lebih banyak<br />

dibanding tanaman padi <strong>dan</strong> beberapa<br />

tanaman pangan lain. Industrialisasi<br />

dapat dikembangkan di suatu kawasan<br />

berbasis jagung. Biji jagung dapat<br />

dimanfaatkan langsung atau diolah<br />

menjadi pakan, makanan, minuman, <strong>dan</strong><br />

minyak goreng. Industri pakan yang<br />

berkembang akan mendorong industri<br />

unggas serta olahannya.<br />

Negara tetangga terdekat Kaltim<br />

bagian utara adalah Malaysia (timur),<br />

Brunai, <strong>dan</strong> Filipina merupakan dua<br />

negara pertama yang disebutkan<br />

memiliki pendapatan per kapita tinggi,<br />

mengimpor pangan padi, jagung, <strong>dan</strong><br />

daging sapi (Bello 2004). Konsumsi<br />

daging ayam kedua negara tersebut<br />

banyak dipenuhi dari industri domestik,<br />

namun bahan baku pakan hampir<br />

seluruhnya diimpor. Pengembangan<br />

jagung di Kaltim secara luas, produktif,<br />

<strong>dan</strong> efisien dapat mendorong industri<br />

pakan yang efisien, serta industri unggas<br />

yang berdaya saing. Sebagai negara<br />

dengan penduduk relatif sedikit (jarang)<br />

mereka menerapkan kebijakan longgar<br />

untuk impor. Karena itu, penetrasi<br />

ekspor ke negara tetangga dapat dimulai<br />

dari jagung, pakan, daging <strong>dan</strong> telur<br />

unggas, kemudian olahan produk unggas<br />

yang berdaya saing makin tinggi.<br />

Berdasar hal tersebut di atas, maka<br />

peningkatan produktivitas <strong>dan</strong> produksi<br />

jagung sangat penting dalam mendukung<br />

ketahanan pangan, peningkatan<br />

pendapatan <strong>dan</strong> devisa. Destiana (2010)<br />

menyebutkan bukti ketahanan<br />

peternakan unggas dari dampak krisis<br />

global dua tahun lalu. Perunggasan yang<br />

kuat terbukti mampu menyumbang PDB<br />

<strong>dan</strong> tenaga kerja yang besar. Dengan<br />

tercapainya ekspor, maka perunggasan<br />

juga mampu mendukung perolehan<br />

devisa. Karena itu pengembangan SL-<br />

PTT jagung <strong>dan</strong> komoditas lain untuk<br />

peningkatan produktivitas sangat<br />

penting dalam rangka memenuhi<br />

kebutuhan bahan pangan <strong>dan</strong> industri,<br />

baik langsung dari produk utama<br />

maupun produk samping <strong>dan</strong> limbahnya<br />

(DBNR 2010).<br />

STRATEGI PENINGKATAN<br />

PRODUKTIVITAS<br />

<strong>Produktivitas</strong> jagung di Kaltim<br />

masih sangat rendah, terutama<br />

disebabkan oleh penerapan paket<br />

teknologi spesifik lokasi belum banyak<br />

dilakukan. Penggunaan benih berlabel<br />

sebagian besar belum dilakukan, <strong>dan</strong><br />

sebagian kecil telah menggunakan benih<br />

unggul hibrida komersial. Perbenihan<br />

jagung sulit karena lokasi<br />

pengembangan jagung terpencar, sempit<br />

<strong>dan</strong> aksesibilitas sulit sehingga distribusi<br />

benih berlabel sulit, mahal, perlu waktu<br />

lama sampai lokasi tujuan. Penggunaan<br />

varietas komposit sebenarnya lebih<br />

cocok, karena petani atau penangkar<br />

lokal dapat memproduksi dengan mudah<br />

di sekitar lokasi pertanaman. Jagung<br />

komposit varietas Sukmaraga, sebagai<br />

contoh, nampaknya sesuai untuk kondisi<br />

Kaltim yang didominasi tanah masam.<br />

Demikian halnya varietas Lamuru,<br />

diperkirakan sesuai untuk kondisi lahan<br />

kering dengan curah hujan eratik.<br />

Varietas stay green sangat cocok<br />

diintegrasikan dengan ternak.<br />

Penerapan pendekatan PTT perlu<br />

dilakukan dengan pendampingan<br />

penyuluh melalui metode sekolah lapang<br />

(SL). Karena itu, transfer pengetahuan<br />

34 Mastur : <strong>Strategi</strong> <strong>Peningkatan</strong> <strong>Produktivitas</strong> <strong>dan</strong> <strong>Perluasan</strong> <strong>Areal</strong> Pertanaman Jagung di Kalimantan Timur


dari pengkaji BPTP ke penyuluh melalui<br />

berbagai pelatihan <strong>dan</strong> media informasi<br />

sangat penting. Selanjutnya, peran<br />

penyuluh yang memiliki kompetensi<br />

cukup dalam penerapan SL-PTT jagung<br />

sangat menentukan keberhasilan adopsi<br />

PTT oleh petani. Sebagai sebuah<br />

pendekatan peningkatan produktivitas,<br />

PTT penting agar komponen teknologi<br />

yang diterapkan betul-betul sesuai<br />

dengan kondisi biofisik <strong>dan</strong> sosio-ekokultur<br />

masyarakat.<br />

Aspek biofisik yang menentukan<br />

adalah karakter yang menjadi penciri<br />

Kaltim, yaitu tanah masam, miskin hara,<br />

tadah hujan, lahan dengan topografi<br />

berlereng. Menurut Hidayat <strong>dan</strong> Mulyani<br />

(2005), lahan elevasi rendah di Kaltim<br />

banyak didominasi topografi datarberombak<br />

(6,029 juta ha), berbukit<br />

(3,970 juta ha), <strong>dan</strong> sekitar 15, 68 juta<br />

hektar (75%) merupakan lahan masam.<br />

Karena itu, perbaikan kemasaman tanah<br />

dengan bahan organik <strong>dan</strong> kapur,<br />

pemupukan spesifik lokasi dengan<br />

dukungan peralatan BWD, PUTK, atau<br />

rekomendasi pengkaji atau penyuluh<br />

perlu mendapat perhatian. Mengingat<br />

sulitnya sumber pengairan pada<br />

sebagian lahan tadah hujan, maka upaya<br />

konservasi air melalui mulsa,<br />

pengendalian pengolahan tanah, <strong>dan</strong><br />

pembuatan embung sangat diperlukan.<br />

Aspek sosio-eko-kultur penting<br />

yang perlu mendapat perhatian adalah<br />

areal tanam per kapita cukup luas,<br />

kelangkaan tenaga kerja, upah tenaga<br />

kerja mahal, sarana <strong>dan</strong> prasarana<br />

mahal, terbatas, <strong>dan</strong> sulit, pemasaran<br />

sulit karena permintaan kecil (penduduk<br />

jarang). Karena itu, pengelolaan jagung<br />

relatif sulit sehingga teknologi yang<br />

diintroduksikan perlu memperhitungkan<br />

hal tersebut. Intensifikasi budidaya <strong>dan</strong><br />

pascapanen disarankan dilakukan<br />

dengan dukungan mekanisasi. Kegiatan<br />

SL-PTT jagung di lokasi Primatani Desa<br />

Bual-bual, Kecamatan Sangkulirang,<br />

Kabupaten Kutai Timur pada tahun<br />

2006-2010 relatif berhasil. Tiap KK<br />

dapat mengelola lahan usahatani jagung<br />

rata-rata 2 ha dengan produktivitas 5<br />

t/ha.<br />

35 Seminar Nasional Serealia 2011<br />

STRATEGI PERLUASAN AREAL<br />

Pencapaian swasembada jagung<br />

berkelanjutan memerlukan dukungan<br />

peningkatan produktivitas <strong>dan</strong> areal<br />

tanam. <strong>Peningkatan</strong> areal tanam jagung<br />

dapat dilakukan dengan 1) peningkatan<br />

indeks pertanaman (IP) pada lahan<br />

sawah maupun lahan kering, 2)<br />

perluasan pertanaman jagung secara<br />

tumpang sari pada kawasan perkebunan,<br />

kehutanan, maupun lahan lain, 3)<br />

pembukaan lahan baru, serta 4) optimasi<br />

pemanfaatan lahan bera <strong>dan</strong> lahan alangalang.<br />

<strong>Peningkatan</strong> IP pada lahan<br />

pertanian di Kaltim masih dapat<br />

dilakukan mengingat IP umumnya masih<br />

rendah (mendekati satu). Untuk dapat<br />

melaksanakan cara ini, diperlukan kajian<br />

tentang IP lahan pertanian saat ini,<br />

didukung dengan analisis data hujan <strong>dan</strong><br />

tanah. Pada lahan sawah, penanaman<br />

jagung dapat dilakukan setelah<br />

pertanaman padi <strong>dan</strong> kondisi<br />

sesudahnya dengan ketersediaan air<br />

terbatas. Penanaman jagung juga dapat<br />

dilakukan pada areal perkebunan atau<br />

kehutanan pada awal siklus atau umur<br />

muda diantara tegakan pohon. Dengan<br />

cara demikian, petani sudah mendapat<br />

penghasilan ketika tanaman pokok<br />

belum menghasilkan. Potensi<br />

sumberdaya lahan Kaltim untuk<br />

ekstensifikasi jagung masih luas.<br />

Menurut Mastur et al. (2006b), untuk<br />

perluasan areal jagung di Kaltim dapat<br />

memanfaatkan kawasan budidaya<br />

tanaman pangan lahan kering seluas<br />

1,024 juta ha, <strong>dan</strong> lahan sawah yang ada<br />

pada kawasan budidaya tanaman pangan<br />

semusim lahan basah seluas 622,5 ha.<br />

Potensi lahan kering tersebut dapat<br />

dikembangkan dengan didahului survei<br />

kesesuaian lahan untuk mengetahui<br />

areal definitif. Karakteristik hujan perlu<br />

dianalisis untuk membuat kalender<br />

tanam jagung. Secara umum curah hujan<br />

di banyak tempat relatif merata. Ba<strong>dan</strong><br />

Litbang Pertanian (2005) menyebutkan<br />

luas areal sesuai untuk jagung di Kaltim<br />

9.110.136 ha.<br />

Pembukaan areal baru perlu<br />

didukung dengan perbaikan lahan


karena kesuburan tanah dengan tingkat<br />

kemasaman tinggi <strong>dan</strong> ketersediaan hara<br />

rendah. Tanah di Kaltim di bawah<br />

vegetasi hutan memiliki kandungan<br />

bahan organik tinggi, namun setelah<br />

dibuka cepat menurun. Karena itu tanah<br />

di Kaltim memiliki kemampuan<br />

menjerap air <strong>dan</strong> hara yang rendah.<br />

Kapasitas infiltrasi tanah rendah juga<br />

sehingga banyak curah hujan yang<br />

menjadi limpasan. Kemarau dalam<br />

beberapa hari segera membuat tanah<br />

kering. Berdasar survei kesesuaian<br />

lahan dapat ditentukan areal<br />

intensifikasi, areal diversifikasi, <strong>dan</strong><br />

ekstensifikasi. Daerah intensifikasi<br />

merupakan daerah yang saat ini<br />

dikembangkan untuk jagung, <strong>dan</strong><br />

berdasar hasil survei sesuai untuk<br />

jagung. Daerah diversifikasi merupakan<br />

daerah yang sesuai untuk jagung namun<br />

sekarang belum dikembangkan untuk<br />

jagung. Daerah ekstensifikasi<br />

merupakan pemanfaatan pa<strong>dan</strong>g alangalang,<br />

semak belukar, atau lahan tidur.<br />

Kabupaten Kutai Barat (Kubar)<br />

<strong>dan</strong> Kutai Timur (Kutim) memiliki lahan<br />

kering potensial lebih luas dibanding<br />

lainnya, disusul Kabupaten Paser,<br />

gabungan Kukar <strong>dan</strong> Samarinda, Paser,<br />

<strong>dan</strong> Berau. Namun apabila ditambahkan<br />

lahan basah, Kubar <strong>dan</strong> Kukar memiliki<br />

areal terluas. Meskipun areal cukup luas,<br />

kesuburan tanah umumnya rendah<br />

(Djaenuddin et al. 2002; Mastur et al.<br />

2006b). Tanah di Kaltim banyak<br />

terbentuk dari batuan Aluvial <strong>dan</strong><br />

sedimen miskin. Pada daerah barat ke<br />

barat laut, yang merupakan jantung<br />

Kalimantan, dijumpai batuan plutonik.<br />

<strong>Areal</strong> tersebut masih bersifat umum<br />

sehingga diperlukan pemetaan<br />

kesesuaian lahan secara spesifik.<br />

Berdasar pengalaman, areal sesuai<br />

biasanya juga sesuai untuk berbagai<br />

tanaman, karena a<strong>dan</strong>ya keserupaan<br />

kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan.<br />

KESIMPULAN<br />

1. Masalah peningkatan luas areal<br />

pertanaman jagung di Kaltim antara<br />

lain: 1) program cetak lahan<br />

terbatas, 2) skala budidaya kecil, 3)<br />

investasi estate belum berkembang,<br />

4) mekanisasi belum diterapkan,<br />

serta 5) kebijakan <strong>dan</strong> program<br />

belum optimal.<br />

2. Rendahnya produktivitas jagung<br />

terutama disebabkan oleh: 1) benih<br />

berlabel terbatas, 2) pemupukan<br />

<strong>dan</strong> ameliorasi belum sesuai<br />

rekomendasi, 3) serangan<br />

organisme penggangu tumbuhan<br />

(OPT) serta 4) pengolahan tanah,<br />

penanaman, <strong>dan</strong> panen belum<br />

diterapkan dengan baik.<br />

3. Lahan sesuai untuk tanaman jagung<br />

di Kaltim mencapai 564.783 ha.<br />

Kemasaman <strong>dan</strong> kesuburan tanah<br />

yang rendah perlu diatasi dengan<br />

penggunaan varietas unggul adaptif,<br />

serta paket teknologi ameliorasi <strong>dan</strong><br />

pemupukan.<br />

4. <strong>Strategi</strong> pengembangan agribisnis<br />

jagung adalah: 1) intensifikasi<br />

jagung pada areal tanam saat ini, 2)<br />

estensifikasi areal ke lahan baru<br />

atau terlantar, 3) mekanisasi pra<br />

<strong>dan</strong> pascapanen, 4) konservasi <strong>dan</strong><br />

rehabilitasi untuk menjaga<br />

kelestarian sumberdaya, 5)<br />

integrasi pertanaman jagung dengan<br />

ternak, serta 6) industrialisasi<br />

berbasis jagung.<br />

5. <strong>Peningkatan</strong> produktivitas dapat<br />

dilakukan terutama dengan<br />

penerapan pendekatan PTT secara<br />

luas <strong>dan</strong> intens dengan penyediaan<br />

sarana <strong>dan</strong> pelaksanaan sekolah<br />

lapang.<br />

6. <strong>Peningkatan</strong> areal tanam dapat<br />

dilakukan melaui peningkatan IP,<br />

tumpangsari jagung pada areal<br />

perkebunan atau hutan yang masih<br />

muda, pembukaan lahan baru, <strong>dan</strong><br />

optimasi lahan bera, alang-alang,<br />

<strong>dan</strong> lain-lain.<br />

36 Mastur : <strong>Strategi</strong> <strong>Peningkatan</strong> <strong>Produktivitas</strong> <strong>dan</strong> <strong>Perluasan</strong> <strong>Areal</strong> Pertanaman Jagung di Kalimantan Timur


DAFTAR PUSTAKA<br />

Ba<strong>dan</strong> Perencanaan Pembangunan<br />

Daerah Kalimantan Timur<br />

(Bappeda Kaltim). 2009. <strong>Strategi</strong><br />

<strong>dan</strong> arah kebijakan<br />

pembangunan pertanian dalam<br />

arti luas menuju Kaltim Bangkit<br />

2013. Bappeda Kaltim 10(7):33-<br />

38.<br />

Ba<strong>dan</strong> Pusat Statistik Propinsi<br />

Kalimantan Timur (BPS Kaltim).<br />

2007. Kalimantan Timur dalam<br />

Angka. Samarinda.<br />

Ba<strong>dan</strong> Pusat Statistik Propinsi<br />

Kalimantan Timur (BPS Kaltim).<br />

2008. Kalimantan Timur dalam<br />

Angka. Samarinda.<br />

Ba<strong>dan</strong> Pusat Statistik Propinsi<br />

Kalimantan Timur (BPS Kaltim).<br />

2009. Kalimantan Timur dalam<br />

Angka. Samarinda.<br />

Departemen Pertanian. 2008.<br />

SekolahLapang-Pengelolaan<br />

Tanaman Terpadu (SL-PTT)<br />

Jagung.<br />

Heriansyah, N.R. Bariroh, D. Daniel, D.<br />

Nastiti, S.P. Rahayu, F.R. Abadi.<br />

2008. Prima Tani Mendukung<br />

Agropolitan Sangsaka di Kutim.<br />

Laporan Akhir. BPTP Kaltim,<br />

Samarinda.<br />

Hidayat, A. Dan A. Mulyani.2005. Lahan<br />

kering untuk pertanian. Hal 7-38.<br />

Dalam Teknologi Pengelolaan<br />

37 Seminar Nasional Serealia 2011<br />

Lahan Kering, A. Adimihardja <strong>dan</strong><br />

Mappaona. Puslitbangtanak,<br />

Bogor.<br />

Mastur. 2010. Upaya percepatan<br />

pembangunan pertanian<br />

Kalimantan Timur. dalam<br />

Membangun Kaltim untuk<br />

Semua. BMPD Kaltim. hal 52-69.<br />

Mastur, D. Nastiti, M. Hidayanto, N.R.<br />

Bariroh, I. Sulistyono,<br />

Heriansyah, A.H. Widodo, <strong>dan</strong> S.P.<br />

Rahayu. 2006a. Laporan<br />

Kegiatan Analisis Kebijakan<br />

Pembangunan Pertanian<br />

Kalimantan Timur: Perspektif<br />

Pengembangan Komoditas<br />

Pertanian Unggulan di Kawasan<br />

Perbatasan. BPTP Kaltim,<br />

Samarinda.<br />

Mastur, Heriansyah, <strong>dan</strong> A.H. Widodo.<br />

2006b. Laporan Kegiatan: Peta<br />

Arahan Tata ruang Pertanian<br />

Propinsi Kalimantan Timur.<br />

BPTP Kaltim, Samarinda.<br />

Musa, Y., Nasaruddin, <strong>dan</strong> M.A. Kuruseng.<br />

2007. Evaluasi produktivitas<br />

melalui pengelolaan populasi<br />

tanaman, pengolahan tanah, <strong>dan</strong><br />

dosis pemupukan. J. Agrisistem<br />

3(1):21-33.<br />

Nel, P.C., R.O. Barnard, R.E. Steynberg, J.B.<br />

de Beer, and H.T. Groeneveld.<br />

1996. Trens inmaize grain yields<br />

in a long-term fertilizar. Field<br />

Crops Research 47:53-64.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!