01.06.2013 Views

SUMBER dan SALURAN KOMUNIKASI PEMASARAN - Elearning

SUMBER dan SALURAN KOMUNIKASI PEMASARAN - Elearning

SUMBER dan SALURAN KOMUNIKASI PEMASARAN - Elearning

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

BAB IV<br />

<strong>SUMBER</strong> DAN <strong>SALURAN</strong> <strong>KOMUNIKASI</strong> <strong>PEMASARAN</strong><br />

A. Sumber Pesan<br />

Para ahli psikologi banyak mengamati perubahan respon individu sebagai akibat<br />

exposure terhadap stimuli. Mereka antara lain mengembangkan teori pembelajaran<br />

classical conditioning, yang meman<strong>dan</strong>g perilaku sebagai asosiasi yang erat antara<br />

stimulus primer (misalnya, sukses sosial) <strong>dan</strong> stimulus sekunder (merek pasta gigi,<br />

deodorant, atau sabun).<br />

Stimulus sekunder dipasangkan dengan stimulus primer yang menimbulkan<br />

respon tertentu. Sebagai akibat pemasangan ini, terbentuklah sebuah asosiasi. Stimulus<br />

sekunder bisa memicu reaksi yang sama seperti stimulus pertama. Iklan efektif umumnya<br />

mengaitkan dengan stimulus yang mampu menciptakan perasaan positif.<br />

Contoh kampanye iklan paling sukses sekaligus paling lama<br />

ditayangkan dalam sejarah: kampanye koboi Marlboro. Meskipun banyak<br />

yang mungkin langsung menolak iklan rokok itu, namun tidak akan ada<br />

yang membantah efektifitas kampanye itu. Asumsinya banyak orang<br />

menganggap koboi bisa mencerminkan daya kekuatan, kejantanan, <strong>dan</strong><br />

rasa aman. Koboi berfungsi sebagai stimulus primer atau unconditioned<br />

stimulus. Perasaan positif yang dipicu oleh citra koboi adalah unconditioned response.<br />

Selain koboi, pengiklan kerap memakai pemain film, penyanyi, pembalap, atau<br />

bintang olah raga sebagai endorser. Apa peran penting endorser ? Menurut Rhenald<br />

Kasali, ketika banyak ditanya mengapa bersedia menjadi endorser pada dasarnya<br />

berhubungan dengan konsep brand persona, yaitu pemberian makna pada merek.<br />

Endorser terpercaya merupakan syarat mutlak dalam mengkomunikasikan produk <strong>dan</strong><br />

proses yang terpercaya juga. Tugas pemasaran adalah mengangkat produk atau nama<br />

korporat dari sekedar komoditas –nonmerek, berharga murah, massal, bermargin tipis,<br />

harga bergantung hanya pada permintaan <strong>dan</strong> penawaran- menjadi sebuah merek. Merek<br />

pada dasarnya adalah kepercayaan. Dengan kepercayaan itu, konsumen berani membayar<br />

harga premium, memberi referensi, bahkan bisa lebih memaafkan kalau melakukan<br />

kesalahan.<br />

Pesan yang dibawakan oleh sumber yang terkenal <strong>dan</strong> menarik umumnya<br />

menjaring perhatian <strong>dan</strong> recall yang lebih tinggi. Karena itu banyak selebriti menjadi<br />

bintang iklan. Dari rangkuman berbagai penelitian yang dilakukan Angela van der Lee<br />

<strong>dan</strong> Bass van den Putte, ternyata merek yang memakai selebriti sebagai endorser lebih<br />

tinggi daya bujuknya ketimbang merek yang memakai model iklan (cantik atau ganteng<br />

tetapi tidak terkenal), pakar, atau orang biasa sebagai endorser.<br />

Paling tidak, keyakinan ini sejalan dengan temuan survey perusahaan produsen<br />

kondom Durex. Dari 50.000 partisipan dari berbagai negara, separohnya lebih mengaku<br />

pernah berfantasi ingin berhubungan seks dengan selebriti. Selain itu, selebriti umumnya<br />

mampu menjadi magnet untuk menyedot pemirsa televisi, hal yang tentunya menarik<br />

bagi pemasar yang ingin memasang iklan.<br />

Selebriti akan lebih efektif bila mereka merupakan personifikasi atribut produk<br />

utama. Sayangnya, selebriti memiliki kredibilitas rendah bila dipaksa meng-endorse<br />

produk yang tidak terkait dengan profesinya. Demikian pula, selebriti tidak cocok untuk<br />

semua tipe pemirsa. Bagi pemirsa yang kritis atau memiliki keterlibatan tinggi dengan<br />

Bab 4 – Sumber <strong>dan</strong> Saluran Komunikasi Pemasaran 26


produk, pemakaian selebriti bisa membuat mereka bersikap negatif terhadap produk.<br />

Apalagi bagi produk yang resiko kerugiannya besar, penggunaan selebriti bisa berpotensi<br />

merugikan konsumen.<br />

Faktor-faktor apakah yang menentukan kredibilitas sumber ? Terdapat tiga hal<br />

yang paling sering disinggung adalah faktor keahlian, bisa dipercaya, <strong>dan</strong> likability.<br />

Keahlian adalah pengetahuan komunikator dalam bi<strong>dan</strong>g tertentu sehingga dapat<br />

mendukung klaimnya. Kejujuran menyangkut seberapa jauh si sumber dipersepsikan<br />

obyektif <strong>dan</strong> jujur. Teman biasanya lebih dipercaya ketimbang orang asing atau<br />

wiraniaga, <strong>dan</strong> orang yang tidak dibayar namun mendukung suatu produk umumnya lebih<br />

dipercaya ketimbang orang yang memang dibayar untuk itu. Likability mengacu pada<br />

seberapa menarik si sumber di mata audiens. Sifat-sifat seperti keterusterangan, humoris,<br />

<strong>dan</strong> apa a<strong>dan</strong>ya membuat orang lebih disukai. Sumber yang paling tinggi kredibilitasnya<br />

adalah seseorang yang skornya tinggi dalam tiga hal tersebut.<br />

Pada umumnya pendapat pakar mendukung penggunaan endorser selebritis,<br />

asalkan mempertimbangkan overshadowing effect. Jangan sampai bintang tersebut<br />

mendominasi, sehingga ujung-ujungnya yang lebih diingat malah si bintang iklan.<br />

Endorser sendiri mungkin sudah memiliki merek tersendiri, sehingga recall iklan justru<br />

tertuju pada bintang iklan bukan pada benefit atau product proposition.<br />

Apabila pengiklan berkeinginan menggunakan konsep classical conditioning<br />

untuk mempengaruhi konsumen, maka beberapa persyaratan harus dipenuhi. McSweeney<br />

<strong>dan</strong> Bierly menyebutkan empat kondisi:<br />

1. Tidak boleh ada stimuli lain yang mungkin menghalangi unconditioned<br />

stimulus. Misalnya, anggap si koboi Marlboro selalu<br />

digambarkan bersama kuda putih. Kuda putih akan<br />

menghalangi koboi sebagai stimulus, alhasil bisa melemahkan<br />

asosiasi antara koboi dengan produk. Overshadowing effect ini<br />

justru dipakai di iklan rokok Marlboro Hongkong, di mana si<br />

koboi selalu memakai topi putih <strong>dan</strong> kuda putih untuk<br />

menciptakan asosiasi dengan makna warna putih yang positif dalam budaya<br />

Asia Timur Jauh.<br />

2. Unconditioned stimulus tersebut belum pernah diasosiasikan dengan merek<br />

atau kategori produk lain. Anggap saja produsen minuman berenergi<br />

memakai koboi dalam iklannya untuk menyampaikan citra macho kepada<br />

kelompok sasarannya. Kampanye tersebut tidak akan efektif karena<br />

sebelumnya asosiasi sejenis telah ditancapkan oleh koboi Marlboro. Hal ini<br />

dikenal sebagai efek pemblokiran (Blocking Effect).<br />

3. Unconditioned stimulus itu jangan terlalu familier <strong>dan</strong> mesti disajikan secara<br />

tunggal. Konsumen menjadi jenuh dengan stimuli tertentu yang sering muncul<br />

dalam mass media (disebut sebagai Preexposure Effect). Stimuli demikian<br />

tidak akan efektif sebagai unconditioned stimulus.<br />

4. Classical conditioning lebih efektif apabila conditioned stimulusnya baru.<br />

Konsumen telah mematok asosiasi untuk produk-produk<br />

tenar. Ketika Philip Moris melansir koboi Marlboro,<br />

mereka mereposisikannya sebagai produk baru. Awalnya<br />

waktu diluncurkan sebagai rokok elite untuk wanita<br />

tahun 1920an, Marlboro memiliki ujung merah agar<br />

Bab 4 – Sumber <strong>dan</strong> Saluran Komunikasi Pemasaran 27


lipstick wanita tidak menempel. Merek tersebut kurang laku. Dalam<br />

mereposisi mereknya, Philip Moris betul-betul memutuskan asosiasi dengan<br />

produk masa lalunya.<br />

Classical conditioning juga dapat diterapkan dalam pemasaran untuk membuat<br />

asosiasi antara sebuah produk dengan stimulus positif.<br />

Misalnya, Miller Lite Beer sering diiklankan selama even-even<br />

olah raga yang menggugah semangat. Berkat pemasangan<br />

terus-menerus antara produk dengan even oleh raga, akhirnya<br />

semangat yang dipicu oleh even oleh raga akhirnya terbawa<br />

pada Miller Lite. Asosiasi ini mempengaruhi orang untuk<br />

membeli merek itu setiap saat mereka berolah raga atau menonton even-even olah raga.<br />

B. Memilih Saluran Komunikasi<br />

Komunikator memilih saluran komunikasi yang efisien untuk menyampaikan<br />

pesannya. Misalnya, umumnya detailer perusahaan farmasi jarang dapat meminta waktu<br />

lebih dari sepuluh menit dari seorang dokter yang sibuk. Presentasi mereka harus singkat,<br />

tajam, mengena <strong>dan</strong> meyakinkan. Hal ini membuat kunjungan detailer menjadi sangat<br />

mahal. Industri farmasi mau tak mau mesti memperluas saluran komunikasinya dengan<br />

memasang iklan di jurnal kedokteran, mengirim direct-mail (berisi kaset audio <strong>dan</strong><br />

video), membagi sample gratis, <strong>dan</strong> juga telemarketing.<br />

Pemasar juga dapat mensponsori makan malam bersama kelompok spesialis.<br />

Kesemua saluran ini dimanfaatkan dengan harapan dapat membangun preferensi dokter<br />

pada merek obat tertentu.<br />

B.1. Saluran Komunikasi Personal<br />

Saluran komunikasi dapat dibagi dua, personal <strong>dan</strong> non-personal. Masing-masing<br />

saluran masih ada cabang-cabangnya lagi. Saluran komunikasi personal meliputi dua<br />

orang atau lebih yang berkomunikasi langsung secara tatap muka,<br />

pembicara dengan audiensnya, menggunakan telepon, atau e-mail.<br />

Komunikasi personal bisa lebih efektif karena a<strong>dan</strong>ya peluang<br />

untuk mengindividualisasikan penyampaian pesan <strong>dan</strong> umpan<br />

baliknya.<br />

Pembedaan lebih lanjut dapat diterapkan pada saluran<br />

komunikasi pendukung, pakar, <strong>dan</strong> sosial. Saluran pendukung terdiri dari wiraniaga yang<br />

menghubungi pembeli pada pasar yang dibidik. Saluran pakar mencakup para ahli<br />

independen yang membuat pernyataan yang ditujukan kepada calon pembeli. Saluran<br />

sosial meliputi tetangga, teman, anggota keluarga <strong>dan</strong> kenalan yang bicara dengan<br />

pembeli sasaran. Banyak orang bersedia mencoba produk baru karena faktor keluarga<br />

atau teman.<br />

Pengaruh personal sangat menentukan khususnya bila produknya sangat mahal,<br />

jarang dibeli, <strong>dan</strong> beresiko. Pembeli cenderung menjadi pencari<br />

informasi yang sangat aktif. Situasi lainnya yaitu kalau produknya<br />

berkaitan erat dengan masalah selera atau status pemakai. Dalam hal<br />

ini pembeli akan berkonsultasi terlebih dahulu agar nantinya<br />

terhindar dari rasa malu.<br />

Bab 4 – Sumber <strong>dan</strong> Saluran Komunikasi Pemasaran 28


Perusahaan dapat mengambil langkah-langkah tertentu agar memancing pengaruh<br />

pribadi dapat bekerja sesuai keinginan mereka, dengan cara:<br />

• Mengidentifikasikan tokoh <strong>dan</strong> perusahaan berpengaruh <strong>dan</strong> memusatkan upaya<br />

pada mereka. Khususnya pada pembelian barang industri, kebanyakan perusahaan<br />

dalam industri cenderung mengikuti pemimpin pasar dalam mengadopsi inovasi.<br />

• Menciptakan pembentuk opini dengan cara memasok produk pada orang-orang<br />

tertentu dengan kemudahan-kemudahan khusus: Raket tenis baru mungkin<br />

awalnya ditawarkan dulu pada anggota tim tenis sekolah dengan harga khusus.<br />

Atau Toyota bisa saja menawarkan hadiah pada pelanggannya yang lebih puas<br />

jika mereka bersedia menyarankan produk Toyota pada pembeli prospektif.<br />

• Memanfaatkan tokoh masyarakat pemberi pengaruh seperti ketua organisasi<br />

wanita, ketua kelas atau disc jockey setempat.<br />

• Memanfaatkan orang berpengaruh atau dapat dipercaya dalam iklan testimonial:<br />

Sebuah produsen susu mahal, Pedia Sure membayar penyanyi anak-anak Sherina<br />

puluhan juta untuk membintangi iklannya agar produknya diminati anak-anak<br />

kelas menengah.<br />

• Membuat iklan yang memiliki “conversation value“ tinggi: Iklan<br />

yang memiliki conversation value sering memiliki slogan yang<br />

menjadi buah bibir masyarakat. Pada tahun 1990-an, kampanye HM.<br />

Sampoerna “How Low Can You Go“ mampu menciptakan<br />

conversation value yang tinggi. Seruan Mandra “Makanya Beli<br />

Honda” juga sukses mendorong calon pembeli yang masih ragu-ragu<br />

memutuskan atau bertindak lantaran banyaknya tawaran sepeda<br />

motor Cina <strong>dan</strong> Korea yang lebih murah. Juga daya bujuk tagline <strong>dan</strong> lagu “Don’t<br />

Worry Be Happy” asuransi Garda Oto sukses melambungkan Asuransi Astra<br />

Buana ke puncak dominasi pasar asuransi kendaraan bermotor di Indonesia.<br />

• Mengembangkan saluran getok tular referral untuk membangun bisnis: Kalangan<br />

professional kerap mendorong kliennya untuk merekomendasikan jasanya. Dokter<br />

gigi misalnya bisa saja minta para pasien yang puas untuk merekomendasikan<br />

pada teman <strong>dan</strong> kenalan mereka <strong>dan</strong> selanjutnya mengirimkan ucapan terimakasih<br />

atas rekomendasi mereka.<br />

• Membuat forum elektronik: Pemilik Harley Davidson<br />

misalnya, menggunakan jasa on-line agar dapat<br />

berdiskusi <strong>dan</strong> berbagi pengalaman di internet.<br />

B.2. Saluran Komunikasi Non-Personal<br />

Media terdiri dari media cetak (Koran, majalah, direct mail), media siaran (radio,<br />

televise), media elektronik (kaset audio, video, CD-ROM, halaman web) <strong>dan</strong> media<br />

display (baliho, papan iklan, poster, sign). Kebanyakan pesan non-personal berasal dari<br />

media yang harus dibayar perusahaan (paid media).<br />

Masing-masing media memiliki keunggulan <strong>dan</strong> kelemahan, diantaranya:<br />

Kapabilitas persuasif dari media cetak (Surat Kabar)<br />

• Mampu menjangkau audiens yang luas<br />

• Efektif untuk menjangkau wilayah lokal<br />

Bab 4 – Sumber <strong>dan</strong> Saluran Komunikasi Pemasaran 29


• Fleksibel<br />

• Cepat<br />

• Kemungkinan mendapat umpan balik lebih cepat, <strong>dan</strong> sebagainya.<br />

Keterbatasan media cetak (Surat Kabar)<br />

• Tidak selektif<br />

• Pesan hanya jangka pendek<br />

• Clutter<br />

• Biaya bervariasi tergantung ukuran iklan <strong>dan</strong> sirkulasi<br />

Kapabilitas persuasif media cetak (Majalah)<br />

• Sangat selektif<br />

• Sangat mungkin ditujukan untuk kelompok tertentu<br />

• Produksi berkualitas tinggi<br />

• Kredibilitas tinggi<br />

• Pesan berjangka panjang<br />

• High pass along rate<br />

Keterbatasan media cetak (Majalah)<br />

• Perputaran cukup lama<br />

• High clutter<br />

• Umpan balik tidak langsung <strong>dan</strong> cukup lama<br />

• Harga bervariasi tergantung sirkulasi <strong>dan</strong> selektifitas<br />

Kapabilitas persuasive media siaran (Televisi)<br />

• Kemungkinan menjangkau audiens yang luas<br />

• Appeals to many senses<br />

• Kemungkinan menarik <strong>dan</strong> menggugah emosi cukup tinggi<br />

• Kemungkinan mendemonstrasikan<br />

• Secara keseluruhan biaya tinggi<br />

• Biaya per kontak rendah<br />

Keterbatasan media siaran (Televisi)<br />

• Jangka panjang<br />

• High clutter<br />

• Pesan jangka pendek<br />

• Pemirsa dapat menolak eksposur menggunakan zapping<br />

• Day-after recall tests for feedback<br />

Kapabilitas persuasive media siaran (Radio)<br />

• Selektifitas geografis <strong>dan</strong> demografis<br />

• Short lead time<br />

• Relatif murah<br />

• Sangat baik untuk lokal<br />

Keterbatasan media siaran (Radio)<br />

• Eksposur jangka pendek<br />

• Hanya Audio/suara<br />

• High clutter<br />

• Zapping possible<br />

• Delayed feedback through day-after recall tests<br />

Kapabilitas persuasif media elektronik (Internet)<br />

Bab 4 – Sumber <strong>dan</strong> Saluran Komunikasi Pemasaran 30


• Berpotensi untuk menseleksi audiens<br />

• Customized tracking possible and other feedback tools possible<br />

• Bermanfaat untuk menguatkan merek <strong>dan</strong> pesan<br />

Keterbatasan media elektronik (Internet)<br />

• Demographic skew to audience<br />

• Very high clutter<br />

• Zapping possible<br />

• Harga sangat bervariasi<br />

• Konsern terhadap privasi<br />

Kapabilitas persuasif media Direct Mail<br />

• Sangat selektif<br />

• Kemungkinan Personalisasi sangat besar<br />

• Novel, interesting stimuli possible<br />

• Low clutter<br />

Keterbatasan media Direct Mail<br />

• Dipersepsikan sebagai surat-surat yang tidak berguna<br />

• Feedback possible through response<br />

• Biaya tinggi per kontak<br />

Kapabilitas persuasif media Direct Marketing<br />

• Pengembangan database<br />

• Audiens-nya sangat selektif<br />

• Relatively free of clutter<br />

Keterbatasan media Direct Marketing<br />

• Sangat privasi<br />

• Respon dapat diukur<br />

• Biaya per inquiry, biaya per sale, revenue per iklan dapat dihitung<br />

Atmosfir adalah “lingkungan yang dikemas” yang dapat menciptakan atau<br />

memperkuat kecenderungan pembeli untuk membeli produk. Kantor-kantor hukum<br />

terkenal didekor dengan perma<strong>dan</strong>i oriental <strong>dan</strong> mebel kayu jati untuk<br />

mengkomunikasikan “kesuksesan“ <strong>dan</strong> “stabilitas”.<br />

Even merupakan peristiwa-peristiwa yang dirancang untuk<br />

mengkomunikasikan pesan tertentu pada audiens sasaran. Bagian<br />

humas mengatur konferensi pers, peluncuran produk, grand opening,<br />

<strong>dan</strong> pensponsoran olah raga untuk merengkuh efek komunikasi khusus<br />

pada audiens sasaran.<br />

Walau komunikasi personal sering lebih efektif daripada<br />

komunikasi massa, media massa tetaplah saran utama yang dapat<br />

menggerakkan komunikasi personal. Komunikasi massa<br />

mempengaruhi sikap <strong>dan</strong> perilaku pribadi melalui proses komunikasi<br />

dua tahap. Aliran dua tahap ini punya beberapa implikasi. Pertama, pengaruh media<br />

massa pada opini masyarakat tidak terjadi secara langsung, kuat <strong>dan</strong> otomatis<br />

sebagaimana selama ini diasumsikan, karena ternyata dimediasi pendapat oleh<br />

pembentuk opini, orang yang biasanya dimintai pendapat atau yang selalu menyebarkan<br />

opininya pada orang lain. Kedua, teori ini juga menentang asumsi yang mengatakan<br />

bahwa gaya konsumsi dipengaruhi khususnya oleh efek “trickle-down” atau “trickle-up”<br />

Bab 4 – Sumber <strong>dan</strong> Saluran Komunikasi Pemasaran 31


dari media massa. Ketiga, komunikasi dua-tahap menyarankan agar komunikator massa<br />

sebaiknya mengarahkan pesan secara khusus pada pembentuk opini <strong>dan</strong> membiarkan<br />

mereka menyebarkannya pada orang lain.<br />

Para pakar komunikasi melihat masyarakat terdiri<br />

dari kelompok-kelompok kecil yang anggotanya kerap<br />

berinteraksi. Tantangannya adalah harus menciptakan sistem<br />

yang lebih terbuka sehingga terjalin pertukaran informasi<br />

dalam masyarakat. Keterbukaan ini dibantu oleh orang yang<br />

berfungsi sebagai liaison <strong>dan</strong> bridge. Seorang liaison adalah<br />

orang yang menghubungkan dua kelompok atau lebih tanpa<br />

harus bergabung dalam salah satu kelompok. Se<strong>dan</strong>gkan<br />

bridge adalah orang yang tergabung dalam satu kelompok <strong>dan</strong> terkait dengan orang lain<br />

dari kelompok lain.<br />

C. Kesimpulan<br />

Dalam menentukan sumber pesan yang akan digunakan harus memperhatikan<br />

perubahan respon individu sebagai akibat exposure terhadap stimuli. Dan dapat juga<br />

dikembangkan teori pembelajaran classical conditioning, yang meman<strong>dan</strong>g perilaku<br />

sebagai akibat asosiasi yang erat antara stimulus primer (misalnya: sukses social) <strong>dan</strong><br />

stimulus sekunder (misalnya: merek pasta gigi, deodoran, atau sabun mandi).<br />

Penggunaan konsep classical conditioning untuk mempengaruhi konsumen, harus<br />

memperhatikan persyaratan berikut: (1) tidak boleh ada stimuli lain yang mungkin<br />

menghalangi unconditioned stimulus, (2) unconditioned stimulus tersebut belum pernah<br />

diasosiasikan dengan merek atau kategori produk lain, (3) unconditioned stimulus tidak<br />

boleh terlalu familier <strong>dan</strong> mesti disajikan secara tunggal untuk menghindari preexposure<br />

effect, (4) classical conditioning lebih efektif apabila conditioned stimulus-nya baru.<br />

Pemilihan saluran komunikasi personal harus memperhatikan hal-hal berikut: (1)<br />

identifikasi tokoh <strong>dan</strong> perusahaan berpengaruh <strong>dan</strong> memusatkan upaya pada mereka, (2)<br />

menciptakan pembentuk opini dengan cara memasok produk pada orang-orang tertentu<br />

dengan kemudahan khusus, (3) memanfaatkan tokoh masyarakat pemberi pengaruh, (4)<br />

memanfaatkan orang berpengaruh <strong>dan</strong> dapat dipercaya dalam iklan testimonial, (5)<br />

membuat iklan yang memiliki “conversation value” yang tinggi, (6) mengembangkan<br />

saluran getok tular referral, (7) membangun forum elektronik.<br />

Se<strong>dan</strong>gkan saluran non-personal yang dapat dipilih adalah media yang terdiri dari<br />

media elektronik (kaset audio, video, CD-ROM, halaman web), media cetak (koran,<br />

majalah, direct mail), media display (baliho, papan iklan, poster sign).<br />

Selain itu dapat dibuat suatu atmosfir (lingkungan yang dikemas) yang dapat<br />

menciptakan atau memperkuat kecenderungan pembeli untuk membeli produk. Dapat<br />

juga komunikator merancang suatu even untuk mengkomunikasikan pesan tertentu pada<br />

audiens sasaran, seperti konferensi pers, peluncuran produk, grand opening.<br />

Bab 4 – Sumber <strong>dan</strong> Saluran Komunikasi Pemasaran 32

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!