05.06.2013 Views

risalah rapat rapat panitia kerja komisi ii dpr ri rancangan undang ...

risalah rapat rapat panitia kerja komisi ii dpr ri rancangan undang ...

risalah rapat rapat panitia kerja komisi ii dpr ri rancangan undang ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

RISALAH RAPAT<br />

RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI<br />

RANCANGAN UNDANG-UNDANG<br />

TENTANG<br />

APARATUR SIPIL NEGARA<br />

KAMIS, 16 FEBRUARI 2012<br />

Tahun Sidang : 2011 – 2012<br />

Masa Persidangan : III<br />

Jenis Rapat : Rapat Panitia Kerja (PANJA)<br />

Rapat Ke : --<br />

Sifat Rapat : Terbuka<br />

Dengan : Sekreta<strong>ri</strong>s Kemente<strong>ri</strong>an PAN dan RB, Direktur Jenderal Otonomi<br />

Daerah Kemendag<strong>ri</strong> (diwakili) dan Dirjen Peraturan Per<strong>undang</strong>-<br />

Undangan Kemente<strong>ri</strong>an Hukum dan HAM (diwakili)<br />

Ha<strong>ri</strong> / Tanggal : Kamis, 16 Februa<strong>ri</strong> 2012<br />

Pukul : 19.00 WIB – Selesai<br />

Tempat Rapat : Wisma DPR RI, G<strong>ri</strong>ya Sabha Kopo-Bogor<br />

Ketua Rapat : Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA / Ketua Panja RUU ASN<br />

Sekreta<strong>ri</strong>s Rapat : A<strong>ri</strong>ni Wijayanti, SH.,MH/Kabag.Set Komisi II DPR RI<br />

Acara : Lanjutan Pembahasan rumusan substansi Panja RUU ASN<br />

Anggota : 15 da<strong>ri</strong> 24 orang Anggota Panja Komisi II DPR RI<br />

9 orang Ijin<br />

Nama Anggota :<br />

Pimpinan Komisi II DPR RI :<br />

1. Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA<br />

Fraksi Partai Demokrat : Fraksi Persatuan Pembangunan :<br />

2. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH<br />

13. Drs. H. Akhmad Muqowam<br />

3. Ignatius Moelyono<br />

4. Ir. Nanang Samodra, KA, M.Sc<br />

Fraksi Partai Golkar : Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa :<br />

5. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM<br />

--<br />

6. Dr. Ir. Markus Na<strong>ri</strong>, M.Si<br />

7. Drs. Murad Nasir, MSi<br />

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : Fraksi Partai Ge<strong>ri</strong>ndra:<br />

8. Dra. Eddy Mihati, M.Si<br />

9. Zainun Ahmadi<br />

14. Hj. Mesta<strong>ri</strong>any Habie, SH<br />

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera: Fraksi Partai Hanura:<br />

10. KH. Aus Hidayat Nur<br />

11. H.M. Gama<strong>ri</strong> Sut<strong>ri</strong>sno<br />

15 . Miryam Haryani, SE, M.Si<br />

Fraksi Partai Amanat Nasional:<br />

12. Drs. Fauzan Syai’e


Anggota yang berhalangan hadir (Izin) :<br />

1. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc. IP, M.Si<br />

2. Ganjar Pranowo<br />

3. Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si<br />

4. Drs. H. Abdul Gaffar Pattape<br />

5. Paula Sinjal, SH, M.Si<br />

JALANNYA RAPAT:<br />

2<br />

6. Agustina Basik-Basik. S.Sos.,MM.,M.Pd<br />

7. H. Rahadi Zaka<strong>ri</strong>a, S.Ip, MH<br />

8. Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M.Phil<br />

9. Abdul Malik Haramain, M.Si<br />

KETUA RAPAT / KETUA PANJA (DRS. H. TAUFIQ EFFENDI, MBA/F-PD):<br />

Bismillaahirrahmaanirrah<strong>ii</strong>m.<br />

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.<br />

Yang terhormat saudara Wakil Mente<strong>ri</strong> Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan<br />

Reformasi Birokrasi.<br />

Yang terhormat saudara Sekreta<strong>ri</strong>s Kemente<strong>ri</strong>an Negara Pendayagunaan Aparatur Negara<br />

dan Reformasi birokrasi.<br />

Yang terhormat saudara Direktur Jenderal Peraturan Per<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>an Kemente<strong>ri</strong>an<br />

Hukum dan HAM atau yang mewakili.<br />

Yang terhormat saudara Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemente<strong>ri</strong>an Dalam Nege<strong>ri</strong> atau<br />

yang mewakili.<br />

Yang terhormat saudara-saudara sekalian Anggota Panitia Kerja Rancangan Undang-<br />

Undang Aparatur Sipil Negara Komisi II DPR RI.<br />

Saudara, saudara,<br />

Kita ini berpacu dengan waktu, berpacu dengan situasi dan kita harus menyelesaikan ini<br />

sebaik-baiknya. Terlebih dahulu ma<strong>ri</strong>lah kita memanjatkan puji syukur kekhadirat Tuhan Yang<br />

Maha Esa, karena hanya atas berkenannya jualah kita dapat menghadi<strong>ri</strong> Rapat Panitia Kerja<br />

Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara dalam rangka melaksanakan tugas<br />

konstitusional di bidang legislasi untuk pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang<br />

Aparatur Sipil Negara pada ha<strong>ri</strong> ini dalam keadaan sehat walafiat.<br />

Sesuai dengan laporan sekreta<strong>ri</strong>at, Rapat Panitia Kerja ha<strong>ri</strong> ini daftar hadir ditandatangani<br />

oleh 9, ijin 2, jadi jumlah 13, dengan demikian sudah memenuhi kourum fraksi ada 6 da<strong>ri</strong> 9 fraksi,<br />

oleh karena itu telah terpenuhi dan sesuai dengan ketentuan Pasal 245 ayat (1) Peraturan Tata<br />

Tertib DPR RI maka perkenankanlah kami membuka Rapat Panitia Kerja ini dan Rapat Panitia<br />

Kerja ini dinyatakan terbuka untuk umum.<br />

Bismillaahirrahmaanirrah<strong>ii</strong>m.<br />

Selanjutnya kami menyampaikan te<strong>ri</strong>ma kasih kepada peme<strong>ri</strong>ntah atas kesediaannya<br />

memenuhi <strong>undang</strong>an dalam Rapat Panitia Kerja ha<strong>ri</strong> ini, demikian juga kepada Pimpinan dan<br />

Anggota Panitia Kerja Komisi II DPR RI. Kami mau menawarkan sekaligus meminta persetujuan<br />

mengenai acara <strong>rapat</strong> pada ha<strong>ri</strong> ini adalah membahas lanjutan mate<strong>ri</strong> Rancangan Undang-Undang<br />

tentang Aparatur Sipil Negara. Setuju?<br />

Kita akhi<strong>ri</strong> jam berapa nanti?<br />

(RAPAT : SETUJU)


Jam menurut Tata Tertib DPR RI jam 21.30 bisa diperpanjang. Perlu kami sampaikan<br />

bahwa pada <strong>rapat</strong> Panitia Kerja ha<strong>ri</strong> ini adalah lanjutan <strong>rapat</strong> yang sebelumnya telah dilakukan<br />

pada tanggal14 Februa<strong>ri</strong> 2012 yang dilaksanakan di ruang <strong>rapat</strong> Komisi II DPR RI, adapun<br />

substansi yang dibahas yakni:<br />

Satu, terhadap cluster pensiun disepakati akan mempergunakan sistem fully funded<br />

system, dalam pembiayaan pensiun dan pembayaran pensiun adalah merupakan hak bagi setiap<br />

Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil, ini yang mendasar satu. Satu hal yang mendasar yang telah kita sepakati<br />

bahwa pensiun adalah merupakan hak dan kita laksanakan fully funded system.<br />

Yang kedua, meminta kepada peme<strong>ri</strong>ntah untuk merumuskan hak pensiun bagi janda<br />

duda Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil dan hak pensiun bagi Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang telah meninggal<br />

sebelum memasuki batas usia pensiun. Itu yang kedua. Kita telah sepakati kita dalam <strong>undang</strong><strong>undang</strong><br />

ini membuat cantolannya, ga<strong>ri</strong>s-ga<strong>ri</strong>s besar untuk ke depan tapi sudah ada dasar-dasar.<br />

Ketiga, terkait dengan hak pensiun yang dibe<strong>ri</strong>kan kepada Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil disepakati<br />

untuk membe<strong>ri</strong>kan perbedaan perlakuan hak yang dibe<strong>ri</strong>kan antara Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang<br />

diberhentikan dengan hormat, dan Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang diberhentikan dengan tidak hormat.<br />

Catatan, bagi Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang diberhentikan dengan tidak hormat, hanya dibayarkan hak<br />

sesuai dengan iuran pensiun yang telah disetorkannya selama Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil. Ini pendapat<br />

sementara seperti itu. Nanti akan saya kembalikan kepada peme<strong>ri</strong>ntah. Ini yang telah disepakati<br />

pada <strong>rapat</strong> kema<strong>ri</strong>n.<br />

Terkait dengan usia pensiun jabatan administrasi disepakati 58 tahun dan untuk usia<br />

pensiun jabatan fungsional dan jabatan eksekutif senior lebih lanjut akan dibahas pada <strong>rapat</strong><br />

Panitia Kerja ha<strong>ri</strong> ini.<br />

Kelima, disepakati bahwa pejabat yang termasuk jabatan eksekutif senior adalah kema<strong>ri</strong>n<br />

Pak adalah pejabat struktural.<br />

Ini adalah hal-hal yang kema<strong>ri</strong>n disepakati. Selanjutnya setelah selesai ini, ha<strong>ri</strong> ini kita<br />

ingin memasuki pembahasan cluster yang belum dilakukan pembahasan ada tiga, yaitu cluster<br />

sistem informasi Aparatur Sipil Negara, dua penyelesaian sengketa Aparatur Sipil Negara dan<br />

organisasi Aparatur Sipil Negara. Apakah dapat disetujui?<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO) :<br />

Pak Ketua,<br />

(RAPAT : SETUJU)<br />

Saya setuju dengan catatan bahwa yang masih memerlukan pembahasan kita lihat<br />

kembali. Yang tadi disampaikan kami setuju, tapi jangan terbatas hanya itu, karena masih ada<br />

cluster yang lain yang belum tuntas.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Jadi sekarang untuk itu kami minta kembali kepada peme<strong>ri</strong>ntah untuk menjelaskan hal-hal<br />

yang kema<strong>ri</strong>n yang telah ditugaskan oleh Panitia Kerja.<br />

Kami persilakan Peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

3


PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan Sidang.<br />

Yang terhormat Pimpinan Sidang beserta Anggota Panitia Kerja Komisi II DPR RI.<br />

Yang terhormat Bapak Wamen Bapak Eko Prasojo.<br />

Rekan-rekan da<strong>ri</strong> unsur peme<strong>ri</strong>ntah yang lain.<br />

Da<strong>ri</strong> Keuangan, Taspen, BKN, LAN, Kemente<strong>ri</strong>an Dalam Nege<strong>ri</strong>.<br />

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.<br />

Salam sejahtera bagi kita semua.<br />

Selamat malam.<br />

Pertama, kami menyampaikan persetujuan mengenai agenda-agenda yang tadi sudah<br />

disampaikan oleh Pimpinan dan pada kesempatan ini kami akan membe<strong>ri</strong>kan penjelasan sekaligus<br />

penegasan terhadap beberapa substansi yang tadi sudah disampaikan, ini yang sebenarnya pada<br />

waktu <strong>rapat</strong> Panitia Kerja yang lalu, beberapa hal ini sudah ada titik temu. Cuma barangkali malam<br />

ini perlu disampaikan dan perlu ada ketegasan.<br />

Pertama yang menyangkut masalah pensiun. Memang di dalam rumusan pasal<br />

Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara memang tidak secara tegas akan menyebut<br />

fully funded karena kita paham betul bahwa <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini adalah Undang-Undang tentang<br />

Aparatur Sipil Negara. Sehingga rumusan dengan fully funded menurut pendapat peme<strong>ri</strong>ntah<br />

tentunya tidak akan secara tersirat di dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini dan itu nanti akan diatur di dalam<br />

<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> tersendi<strong>ri</strong>.<br />

Namun demikian rumusan yang ada di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara itu<br />

membe<strong>ri</strong>kan peluang untuk bisa d<strong>ii</strong>mplementasikan sistem fully funded di dalam penyelenggaraan<br />

pensiun. Oleh karena itu, peme<strong>ri</strong>ntah mengusulkan rumusan redaksinya yang nanti akan<br />

dituangkan di dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini adalah ini tercermin di dalam Pasal 90 Pak. Dimana di<br />

dalam Pasal 90 rumusan yang diajukan adalah pensiun Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil dan pensiun ahli<br />

wa<strong>ri</strong>s Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil dibe<strong>ri</strong>kan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan ha<strong>ri</strong> tua<br />

dan sebagai penghargaan atas kinerja dan pengabdian Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil. Ini rumusannya<br />

adalah demikian.<br />

Dan kemudian di dalam Pasal 91, dirumuskan ayat (1)-nya “Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang<br />

diberhentikan dengan hormat berhak mene<strong>ri</strong>ma pensiun”. Ayat (2) “Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang<br />

diberhentikan tidak dengan hormat berhak mene<strong>ri</strong>ma akumulasi iuran pensiun beserta hasil<br />

pengembangannya tanpa disertai kont<strong>ri</strong>busi iuran peme<strong>ri</strong>ntah”. Ayat (3) “Iuran peme<strong>ri</strong>ntah<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembalikan kepada negara” atau peme<strong>ri</strong>ntah nanti kita<br />

anulah. Ayat (4) “Tata cara pengembalian iuran peme<strong>ri</strong>ntah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)<br />

diatur dengan peraturan peme<strong>ri</strong>ntah”.<br />

Bapak Pimpinan Panitia Kerja yang kami hormati,<br />

Khusus mengenai masalah pensiun ini, baru saja kami mene<strong>ri</strong>ma masukan da<strong>ri</strong><br />

Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan dan barangkali perlu juga untuk lebih memperkaya pembahasan kita, kami<br />

mohon ijin juga untuk menyampaikan masukan da<strong>ri</strong> Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan, dimana di dalam<br />

Pasal 90 da<strong>ri</strong> Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan menyampaikan rumusannya sebagai be<strong>ri</strong>kut, tapi di sini<br />

belum.<br />

4


Ayat (1)-nya dikatakan “Jaminan pensiun dan jaminan ha<strong>ri</strong> tua Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil<br />

dibe<strong>ri</strong>kan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan ha<strong>ri</strong> tua dan sebagai penghargaan<br />

atas pengabdian Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil”. Ayat (2) “Jaminan pensiun dan jaminan ha<strong>ri</strong> tua<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup jaminan pensiun dan jaminan ha<strong>ri</strong> tua<br />

sebagaimana diatur dalam jaminan sosial nasional”.<br />

Kemudian di dalam Pasal 91 Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan merumuskan mengusulkan ayat (1)<br />

berbunyi “Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang berhenti bekarja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan<br />

ha<strong>ri</strong> tua yang dibayarkan setelah Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil mencapai usia tertentu sesuai dengan<br />

peraturan per<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>an”.<br />

Demikian usulan da<strong>ri</strong> Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan yang baru saja kami te<strong>ri</strong>ma. Demikian yang<br />

khusus mengenai pensiun.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Sampai sini dulu Pak ya.<br />

Ini bahannya sama kami belum ada ya?<br />

Baik, saya kembalikan kepada teman-teman.<br />

Silakan Pak Nanang.<br />

F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih teman-teman da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

Telah mulai mengkotak katik atau mengunyah-ngunyah mengenai masalah pensiun ini.<br />

Namun khusus untuk apa yang ditayangkan yang terakhir, yang berkaitan da<strong>ri</strong> Pasal 91, di sini<br />

kelihatannya kita hanya menyampaikan black box yang nantinya seperti apa. Terlebih lagi kalau<br />

misalkan pensiunnya pegawai ini karena ada masalah atau karena meninggal, atau karena hal<br />

yang lain, nanti jangan-jangan diaturnya akan merugikan Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil ini. Sebab kalau<br />

mengacu pada ketentuan-ketentuan yang ada, selalu setelah usia pensiun tercapai, baru<br />

dibayarkan pensiun.<br />

Nah di dalam Rancangan Undang-Undang ini kita akan lebih maju lagi selangkah di situ<br />

karena meskipun belum mencapai usia pensiun, mereka tetap mendapatkan imbalan. Imbalan tadi<br />

tidak berupa uang iuran peme<strong>ri</strong>ntah, iuran mereka sendi<strong>ri</strong> seperti <strong>rapat</strong>-<strong>rapat</strong> kita terdahulu. Jadi<br />

saya ingin kira-kira peme<strong>ri</strong>ntah bisa menghadirkan teman-teman keuangan yang mengonsep ini<br />

untuk membe<strong>ri</strong>kan penjelasan lebih lanjut kepada kita, argumentasinya kaya apa, sehingga kita<br />

bisa mendiskusikannya dengan teman-teman keuangan.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Oke lanjut.<br />

Pak Wahab.<br />

5


F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH):<br />

Pimpinan,<br />

Saya ini agak ini, saya melihat pensiun ini banyak kaitannya dengan remunerasi. Jadi<br />

kalau begini banyak berbelit, ada nanti pensiun yang diberhentikan dengan hormat, tidak hormat,<br />

kalau saya mudah saja dicantolkan tapi ini diatur <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> tersendi<strong>ri</strong>, supaya lebih komplit<br />

dia, karena saya terus terang saya pun ikut bingung, sedangkan di sini nanti bagaimana pegawai<br />

PTT, apakah tidak dibe<strong>ri</strong>kan pensiun, kan belum kita atur ya kan. Tapi ini sekedar saya saran<br />

pandangan saya, tapi bagaimana peme<strong>ri</strong>ntahlah, saya ikut peme<strong>ri</strong>ntah sajalah.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Silakan Pak Gama<strong>ri</strong>.<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak Ketua.<br />

Peme<strong>ri</strong>ntah yang saya hormati.<br />

Saya mau merespon langsung saja apa yang disampaikan oleh Pak Sesmen mengenai<br />

usul perbaikan Pasal 90. Bisa ditayangkan Pak? Saya baru baca di sini soalnya Pasal 90, “Pensiun<br />

Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil dan pensiun ahli wa<strong>ri</strong>s Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil dibe<strong>ri</strong>kan sebagai perlindungan<br />

kesinambungan penghasilan ha<strong>ri</strong> tua dan penghargaan atas kinerja dan pengabdian Pegawai<br />

Nege<strong>ri</strong> Sipil”. Di dalam <strong>rapat</strong> terdahulu kan, kita sudah sepakat bahwa ya seperti tadi dibacakan<br />

oleh Pak Ketua, kita sudah sepakat bahwa pensiun adalah hak bukan penghargaan, oleh sebab itu<br />

saya mau menyederhanakan kalimatnya ini, pada Pasal 90 yang disampaikan oleh peme<strong>ri</strong>ntah<br />

sebagai penghargaan atas kinerja dan itu menurut hemat saya dihapuskan saja dan sebagai hak<br />

atas pengabdian Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil. Jadi peghargaan da<strong>ri</strong> kinerja ini saya kira kita hapuskan<br />

saja, ini saran saya atas usulan peme<strong>ri</strong>ntah terhadap Pasal 90.<br />

Sehingga dengan demikian memang konsisten dengan pasal-pasal yang terkait dengan<br />

pensiun Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil itu. Jadi sekali lagi ini adalah masalah yang p<strong>ri</strong>nsip menurut saya,<br />

karena penghargaan itu beda da<strong>ri</strong> hak, oleh sebab itu pensiun itu adalah hak yang harus dibe<strong>ri</strong>kan<br />

kepada Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil dan ahli wa<strong>ri</strong>snya.<br />

Yang kemudian saya mau bertanya kepada kita semua di sini Pak. Kalau selama ini kan<br />

Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang meninggal dunia belum mencapai usia pensiun, kan dibe<strong>ri</strong>kan hak<br />

pensiun juga. Nah di dalam Aparatur Sipil Negara ini sama tidak? Misalnya seorang Pegawai<br />

Nege<strong>ri</strong> Sipil yang baru 5 tahun be<strong>kerja</strong>, kemudian meninggal dunia, di pasal-pasal ini kan kita<br />

belum baca ini, apakah kepada Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang seperti itu kemudian dibe<strong>ri</strong>kan hak<br />

pensiun, termasuk ahli wa<strong>ri</strong>snya. Dia kan menginjak usia pensiun, tapi selama ini kan tidak, artinya<br />

Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang meninggal dunia, walaupun dia baru... masa <strong>kerja</strong>, dia akan punya hak<br />

yang sama. Nah ini saya ingin bertanya ke kita semua... dibe<strong>ri</strong>kan atau tidak itu?<br />

6


KETUA RAPAT:<br />

Baik,<br />

Saya mohon perhatian sebentar.<br />

Kita sampai kepada dua pendapat, dia penghargaan sudah kita sepakati. Sekarang tiga,<br />

kita mensepekati apakah dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini kita buat secara detil, saya kira kita bahas,<br />

ini...-nya akan banyak ketinggalan, apakah seperti tadi disarankan oleh Pak Wahab kalimat ini<br />

kemudian selanjutnya akan diatur dengan per<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>an, selesai dia, karena <strong>undang</strong><strong>undang</strong><br />

ini tidak mengatur tentang pensiunan, itu tenggelam di situ. Termasuk remunerasi, nanti<br />

kita tenggelam itu. Jadi kalau itu disepakati kita selesai ya.<br />

Peme<strong>ri</strong>ntah bagaimana?<br />

Oke sebelum peme<strong>ri</strong>ntah silakan Pak Muqowam.<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

Ketua,<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.<br />

Saya... Ketua, p<strong>ri</strong>nsip simple, saya berpendapat bahwa pokok normanya harus ada di sini<br />

Pak. Tetapi kemudian detilnya nanti berada di dalam Peraturan Pelaksanaan, yang saya kira<br />

secara moral malam ini adalah dan malam-malam sebelumnya agar menjiwai peraturan<br />

per<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>an yang akan dilahirkan da<strong>ri</strong> di bawah <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini, itu yang pertama.<br />

Lalu yang kedua, sebagaimana keputusan yang lalu, dan tadi Pak Taufiq sudah<br />

sampaikan bahwa itu hak. Kita sepakat sudah. Nah kema<strong>ri</strong>n terakhir itu kalau tidak salah adalah<br />

pertama bahwa pensiun mendapatkan apa yang menjadi haknya secara keseluruhan itu yang<br />

namanya berhenti dengan hormat. Yang tidak dengan hormat adalah dia mendapatkan hak dia<br />

tapi... pensiun. Jadi tidak... tetapi begitu dia tidak... maka, secara administratif diselesaikan, ini hak<br />

anda, selesai. Gitu Pak Ketua. Nah karena itu kalau ini disepakati maka tinggal membuat kalimatkalimatnya<br />

saja Pak. Jadi p<strong>ri</strong>nsip dasarnya seperti itu.<br />

Lalu yang ketiga, Pak Ketua saya mohon maaf sekali lagi saya mohon maaf, rumusan ini<br />

soal barangkali ahli bahasa ini Pak, ini ada pensiun Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil dan pensiun ahli wa<strong>ri</strong>s<br />

Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil ini menurut saya perlu kita pertanyakan kepada ahli bahasa. Saya kira secara<br />

implisit norma ini duplikatif, karena itu mengenai hak wa<strong>ri</strong>s dan lainnya tidak perlu masuk di sini,<br />

tetapi masuk di dalam peraturan pelaksanaannya, biar secara norma ini tidak redanden ini Pak.<br />

Saya kira demikian Pak Ketua.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik,<br />

Saya kira sudah mulai mengerucut ini.<br />

Saya kembalikan lagi, jadi kita yang penting dan di dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini kita hanya<br />

membuat p<strong>ri</strong>nsip-p<strong>ri</strong>nsip dasar norma hukum.<br />

Saya kembalikan ke Pak Sestama.<br />

7


PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI):<br />

Baik, Bapak Pimpinan.<br />

Pertama, kami peme<strong>ri</strong>ntah sependapat bahwa di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil<br />

Negara ini adalah hanya mengatur p<strong>ri</strong>nsip dasar yang terkait dengan Aparatur Sipil Negara dalam<br />

hubungannya dengan masalah pensiun. Di dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini yang penting sudah ada<br />

norma yang menegaskan bahwa seorang Aparatur Sipil Negara, kalau dia nanti sudah memasuki<br />

batas usia pensiun, mendapatkan hak memperoleh pensiun Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil maupun janda<br />

duda, itu yang penting di dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini adalah itu ada cantolan itu. Nanti rumusannya<br />

apakah yang seperti ini nanti kita sepakati. Tapi itu dulu ada rumusan itu.<br />

Nah nanti menyangkut Aparatur Sipil Negara yang diberhentikan tidak dengan hormatn<br />

dan sebagainya, itu menurut hemat kami itu nanti akan diatur di dalam Undang-Undang No.11<br />

tahun 1969 yang nanti akan direvisi Pak. Nanti diatur di sana saja, tapi di dalam Aparatur Sipil<br />

Negara ini yang pengaturan mengenai pegawai Aparatur Sipil Negara yang diberhentikan dengan<br />

hormat maupun tidak hormat, itu akan mendapat pensiun bagaimana haknya berapa dan<br />

sebagainya, itu nanti diatur kemudian di dalam Undang-Undang tentang Pensiun, yaitu sekarang<br />

kan ada Undang-Undang tentang Pensiun Undang-Undang No.11 tahun 1969. Nanti diatur lebih<br />

detil di situ Pak. Termasuk pegawai yang belum masuk masa usia pensiun, itu akan mendapat<br />

hak-haknya, itu diatur di dalam Undang-Undang Pensiun.<br />

Jadi kesimpulannya menurut hemat kami peme<strong>ri</strong>ntah, di dalam Undang-Undang Aparatur<br />

Sipil Negara ini cukup hanya mengatur satu p<strong>ri</strong>nsip bahwa seorang Aparatur Sipil Negara yang<br />

sudah memasuki batas usia pensiun berhak memperoleh pensiun sebagai bentuk perlindungan<br />

kesinambungan penghasilan ha<strong>ri</strong> tua maupun sebagai hak atas pengabdian Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil<br />

yang bersangkutan. Itu saja cukup Pak.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Namun demikian Bapak Pimpinan karena kami juga di sini ada unsur Taspen dan juga<br />

Keuangan, mohon dibe<strong>ri</strong>kan kesempatan untuk beliau-beliau menyampaikan pendapatnya.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Silakan da<strong>ri</strong> Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Ini kita tuntaskan ha<strong>ri</strong> ini ya kita tuntaskan ya.<br />

PEMERINTAH (KEMENTERIAN KEUANGAN RI):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih atas kesempatannya.<br />

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.<br />

Salam sejahtera untuk kita semua.<br />

Yang terhormat Pak Ketua Komisi II.<br />

Bapak Ibu Anggota Dewan Komisi II.<br />

Bapak Ibu pejabat yang mewakili peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

Terkait dengan rumusan pensiun pada Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini, saya<br />

kira memang kita tidak perlu mengatur secara detil, cukup diatur cantolan dan p<strong>ri</strong>nsip-p<strong>ri</strong>nsipnya<br />

saja, karena sudah ada Undang-Undang No.11 tahun 1969 yang juga sekarang sudah masuk<br />

dalam Prolegnas yang akan direvisi, itu lebih tepat di sana, karena kalau kita mengatur terlalu detil,<br />

juga nanti menjadi Undang-Undang Aparatur Sipil Negara menjadi terlalu banyak yang diatur di<br />

sana.<br />

8


Untuk Pasal 90 yang tadi diusulkan oleh Bapak Sekreta<strong>ri</strong>s Mente<strong>ri</strong> Negara<br />

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, saya kira kalau memang disepakati<br />

cukup tadi filosofinya saja, karena toh di pasal sebelumnya sudah disebutkan hak-hak bagi<br />

Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil antara lain adalah mene<strong>ri</strong>ma pensiun. Jadi di depan di pasal sebelumnya<br />

sudah ada pengaturan mengenai hak untuk mendapatkan pensiun.<br />

Kalau ingin ditambahkan juga di Pasal 90 ini, aturannya adalah sebatas filosofi saja bahwa<br />

dan juga menyambungkan dengan Undang-Undang SJSN yang memang sekarang sudah ada.<br />

Kami sudah mengusulkan di Pasal 90 dalam konsep kami, mungkin bisa dibuka yang konsep<br />

Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan, ya ini kenapa kami sebutka ada dua jaminan pensiun dan jaminan ha<strong>ri</strong><br />

tua, karena saat ini kita sudah mendapatkan itu, kalau hanya kita mengatur pensiun, berarti yang<br />

jaminan ha<strong>ri</strong> tua nanti akan hilang di sana, jadi kami munculkan di sini, dan jaminan ha<strong>ri</strong> tuapun<br />

juga sudah diatur di dalam Undang-Undang SJSN, salah satu kita memang akan mendapatkan<br />

jaminan ha<strong>ri</strong> tua.<br />

Jadi saya kira Pasal 90 ayat (1) dan ayat (2) yang kita rumuskan ini sudah cukup untuk<br />

mewakili p<strong>ri</strong>nsip-p<strong>ri</strong>nsip yang akan diatur di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Jadi<br />

ayat (1)-nya adalah jaminan pensiun dan jaminan ha<strong>ri</strong> tua Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil dibe<strong>ri</strong>kan sebagai<br />

perlindungan kesinambungan penghasilan ha<strong>ri</strong> tua dan sebagai penghargaan atas pengabdian<br />

Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil.<br />

Kata-kata penghargaan atas pengabdian Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil saya kira masih juga layak<br />

kita pasang di sini Bapak, karena penghargaan ini juga toh pembe<strong>ri</strong>an remunerasi juga sebenarnya<br />

ada penghargaan negara kepada karyawan, karena dia sudah be<strong>kerja</strong> kepada negara, itu<br />

termasuk juga jaminan pensiun dan jaminan ha<strong>ri</strong> tua saya kira juga adalah sebagai penghargaan<br />

negara kepada Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang sudah mengabdi kepada negara. Jadi saya kira masih<br />

bisa kita pasang kata-kata sebagai penghargaan atas pengabdian Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil, dan ini<br />

juga sudah diatur di dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> No.11 tahun 1969.<br />

Kemudian ayat (2), kita pasang di sini karena.<br />

F-PG (Ir. MARKUS NARI, M.Si):<br />

Interupsi Pimpinan.<br />

Jadi kita sudah sepakat pensiun itu adalah hak da<strong>ri</strong>pada Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil itu. Jadi<br />

tidak usah lagi ditambahkan segala macam gitu loh, ini menambah panjang masalah lagi. Kalau<br />

penghargaan itu saya kira ini hak da<strong>ri</strong>pada Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang dibe<strong>ri</strong>kan pensiun gitu. Jadi<br />

kalau kita be<strong>ri</strong>kan penghargaan lagi ya penghargaan itu, ini kan pensiun ini yang diharapkan<br />

adalah mate<strong>ri</strong> langsung.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Silakan lanjut saja.<br />

PEMERINTAH (KEMENTERIAN KEUANGAN RI):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Bapak.<br />

Saya kira tidak ada masalah Bapak kami, itu hanya masalah kata-kata saja. Ya nanti saya<br />

kira bisa kita bahas kalimat yang pastinya.<br />

9


Kemudian untuk ayat (2) kita perlu mencantumkan ini untuk menginformasikan bahwa<br />

jaminan pensiun yang kita te<strong>ri</strong>ma ini adalah termasuk yang akan kita te<strong>ri</strong>ma mencakup jaminan<br />

pensiun dan jaminan ha<strong>ri</strong> tua yang akan diberlakukan di dalam jaminan sosial nasional. Jadi point<br />

1 dan 2 ini adalah artiannya bahwa di dalam jaminan Undang-Undang SJSN kita akan me<strong>ri</strong>ma<br />

pada batas manfaat dasar. Di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini artinya secara<br />

emplisit kita akan mendapatkan on top da<strong>ri</strong> pada jaminan yang diatur dalam Undang-Undang<br />

SJSN.<br />

Itu Bapak Pasal 90 menurut hemat kami bisa cukup mewakili untuk aturan pensiun yang<br />

akan diatur dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Untuk satu putaran saya akan be<strong>ri</strong>kan kesempatan, tapi kita tentu, tadi kita sudah sepakati<br />

bahwa kita akan cantumkan hak itu, nanti kita tinggal menyusun pengkalimatannya sebaiknya<br />

bagaimana.<br />

Saya be<strong>ri</strong>kan satu putaran terakhir Pak ya.<br />

Silakan Pak Gama<strong>ri</strong>.<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

Saya kira Pak Ketua, Bapak Ibu, ini rumusan yang secara p<strong>ri</strong>nsip sebetulnya sudah bisa<br />

menampung roh pasal pensiun ini. Kalau bisa langsung secara redaksional, saya ingin<br />

menyampaikan usulan bahwa setelah ha<strong>ri</strong> tua koma dan itu hilang kemudian sebagai hak dan<br />

penghargaan. Jadi hak tidak bisa dihapus da<strong>ri</strong> masalah pensiun ini, tetapi ditambahkan menjadi<br />

hak dan penghargaan atas pengabdian Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil. Penghargaan saya bisa memahami<br />

penjelasan Ibu tadi, karena ada remunerasi dan sebagainya, tetapi kata hak saya kira tidak bisa<br />

dihilangkan da<strong>ri</strong> haknya Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil untuk memperoleh pensiun. Itu saja komentar saya<br />

Pak, apa yang disampaikan ini Ibu da<strong>ri</strong> Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan ini sudah mencakup Pasal 90 ya,<br />

agar redaksional dan kemudian penambahan kata hak, itu saja Pak Ketua.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Nanti kalimatnya akan kita susun sebaik-baiknya, yang penting p<strong>ri</strong>nsip dasarnya kita<br />

setujui ya? Setuju?<br />

F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH):<br />

Ada aturannya tersendi<strong>ri</strong> PTT?<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

Ya saya kira secara substansi Pak Ketua, yang draf tadi saya kira sudah tidak redanden,<br />

sebab itu ada pensiunan janda, duda, Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil itu apalagi kemudian ada lagi ahli<br />

wa<strong>ri</strong>s. Tidak ada ya? Oke ya hak soal kalimat nanti be<strong>ri</strong>kan kepada Pak Wahab dan kawan-kawan<br />

nanti.<br />

10


KETUA RAPAT:<br />

Oke ya?<br />

Jadi ini sudah selesai? Oke? Setuju?<br />

Ya yang 90 tadi?<br />

Ya oke? 90 oke kan?<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

....(tidak menggunakan mic)<br />

KETUA RAPAT:<br />

Tadi saya sampaikan ini p<strong>ri</strong>nsip dasarnya kita te<strong>ri</strong>ma itu yang penting, nanti susunannya<br />

kita susun dengan baik. Nah baik, jadi p<strong>ri</strong>nsip dasarnya kita te<strong>ri</strong>ma, setuju?<br />

(RAPAT : SETUJU)<br />

Kalimatnya nanti, ini yang penting dulu kita selesaikan dulu, ini dengan demikian pensiun<br />

ini sudah selesai oke.<br />

Baik saudara-saudara sekalian, saya kira kita te<strong>ri</strong>ma kasih da<strong>ri</strong> Keuangan, dengan<br />

demikian kita sudah sepakat p<strong>ri</strong>nsip dasarnya, dan kita juga sudah sepakat bahwa di dalam<br />

Aparatur Sipil Negara ini masalah pensiun itu pencantolan da<strong>ri</strong>pada aturan yang akan kita jabarkan<br />

kemudian.<br />

Baik, saudara-saudara sekalian,<br />

Sekarang kita ada tiga hal yang mendesak sekarang, yang belum pernah dibahas.<br />

Pertama adalah sistem informasi, kedua tentang penyelesaian sengketa pegawai Aparatur Sipil<br />

Negara, dan ketiga tentang keluarga besar Aparatur Sipil Negara.<br />

Saya persilakan peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI):<br />

Pimpinan,<br />

Kalau tidak salah tadi setelah pensiun, kita akan bicara BUP yang administrasi yang itu<br />

Pak. Jadi yang tadi masalah sistem informasi tadi yang telah.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Salah kata kan boleh Pak.<br />

11


PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI):<br />

Baik, te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

Terkait dengan batas usia pensiun, da<strong>ri</strong> pembahasan yang lalu, nampaknya kalau untuk<br />

BUP (Batas Usia Pensiun) bagi pegawai Aparatur Sipil Negara yang kelompok administrasi 58 ini<br />

sudah clear Pak ya, sudah klop. Kemudian untuk kelompok fungsional dan Jabatan Eksekutif<br />

Senior ini yang masih perlu kita bahas, walaupun pemikiran-pemikiran da<strong>ri</strong> kedua jabatan ini,<br />

terutama yang Jabatan Eksekutif Senior ini sudah banyak yang membe<strong>ri</strong>kan alternatif-alternatif,<br />

tapi belum diputus. Misalnya untuk Jabatan Eksekutif Senior itu adalah untuk kelompok jabatan<br />

eksekutif ini adalah yang struktural. Pertanyaannya adalah apakah struktural eselon I yang<br />

sekarang berlaku saat ini? Atau sampai dengan struktural eselon II?<br />

Eselon II itu sekarang ada di pusat dan di daerah. Ada pemikiran yang di daerah itu<br />

dibatasi hanya untuk Sekda, baik Sekda Provinsi maupun Sekda Kabupaten. Yang di SKPD itu<br />

tidak termasuk kelompok Jabatan Eksekutif Senior, seperti kepala-kepala dinas SKPD. Jadi<br />

Jabatan Eksekutif Senior yang di daerah adalah Sekda dan Sekda Provinsi dan Sekda Kabupaten.<br />

Sedangkan untuk di pusat itu adalah eselon I saja.<br />

Mohon masukan juga da<strong>ri</strong> Anggota Dewan mengenai BUP terhadap Jabatan Eksekutif<br />

Senior ini Pak, tapi da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah sementara itu.<br />

Kemudian untuk jabatan fungsional, nanti kami akan paparkan ini kondisi existing<br />

sekarang Pak, sebab BUP untuk fungsional sekarang sangat va<strong>ri</strong>atif. Nah untuk itu sebagai bahan<br />

referensi mohon berkenan untuk ditayangkan untuk menjadi bahan pertimbangan di dalam<br />

merumuskan mana yang terbaik untuk kelompok fungsional ini.<br />

Kemudian juga, di dalam wacana juga dulu di kelompok fungsional ini juga ada Jabatan<br />

Eksekutif Senior yaitu yang analis atau kelompok jabatan fungsional yang level utama itu. Ada<br />

pemikiran itu juga. Tapi juga ada yang mengatakan untuk fungsional tidak usah kelompok masuk<br />

Jabatan Eksekutif Senior, Jabatan Eksekutif Senior itu hanya yang struktural saja. Ini<br />

pembicaraannya, pembahasannya memang belum sepakat bulat mengenai hal ini.<br />

Baik, Bapak Ibu sekalian,<br />

Inilah kondisi existing pengaturan masalah jabatan fungsional, terutama yang terkait<br />

dengan batas usia pensiun.<br />

Pertama adalah dosen batas usia pensiun sekarang adalah 65 tahun itu diatur di dalam<br />

PP.32 tahun 1979 dan Undang-Undang No.14 tahun 2005. Kemudian khusus untuk Guru Besar itu<br />

dapat diperpanjang menjadi 70 tahun. Jadi ini Pak Eko ini sudah kontrak dengan negara 10 tahun<br />

Pak. Untuk Rektor sampai dengan Rektor Kepala 65 tahun dan asisten ahli 60 tahun.<br />

Selanjutnya dokter pendidik klinis ini dapat diperpanjang sampai dengan 65 tahun,<br />

pengawas radiasi dapat diperpanjang juga 65 tahun, dan seterusnya sampai widyaiswara. Jaksa<br />

itu 62 tahun. Kemudian agen dapat diperpanjang 60 tahun, apoteker 60 tahun, dan seterusnya<br />

medik preteneur itu juga 60 tahun. Kemudian guru itu juga sesuai dengan Undang-Undang No.14<br />

tahun 2005 BUP-nya adalah 60 tahun, pengawas sekolah 60 tahun dan seterusnya sampai<br />

halaman jabatan hakim. Hakim itu 58 tahun. Kemudian hakim pada Mahkamah Pelayaran itu 58<br />

tahun. Hakim pada Peradilan Nege<strong>ri</strong> itu 65 tahun. Hakim pada Pengadilan Agama tingkat banding<br />

itu 67 tahun dan Hakin Agung 70 tahun.<br />

Demikian Bapak Ibu sekalian pengaturan BUP yang berlaku pada saat sekarang. Nah<br />

apakah di dalam fungsional di sini apakah mau berlaku sesuai dengan ketentuan yang akan<br />

mengatur sampai berapa BUP masing-masing jabatan fungsional yang ada, atau cukup diatur<br />

sesuai dengan peraturan per<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>an yang berlaku. Demikian Bapak Pimpinan, mohon<br />

tanggapan dan masukannya.<br />

12


KETUA RAPAT:<br />

Baik, saya be<strong>ri</strong>kan satu putaran dulu.<br />

Pak Fauzan, baru nanti Pak Gama<strong>ri</strong>.<br />

F-PAN (DRS. H. FAUZAN SYAI’E):<br />

Baik.<br />

Untuk Jabatan Eksekutif Senior Pak kalau tidak keliru memang sudah Bapak ketok itu Pak<br />

ya 60 tahun. Jadi tapi dalam kesimpulan saya melihat belum putus. Saya pikir bahwa untuk<br />

Jabatan Eksekutif Senior ini 60 tahun dan jabatan eksekutif kita maksudkan itu adalah eselon II<br />

dan eselon I. Jadi bukan khusus pada posisi eselon I. Kalau itu yang dilakukan bahwa ini pada<br />

posisinya lebih mundur da<strong>ri</strong> pada posisi <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> yang lama yang 43. Kalau yang lama kan<br />

60 tahun apa 56 tahun, yang eselon II dan eselon I bisa diperpajang selama 2 kali kan begitu. Jadi<br />

pada posisi sampai pada posisi 60 tahun. Saya yakin rekan-rekan yang pada posisi eselon II ini<br />

tidak setuju, kecuali yang mungkin yang eselon I hal yang demikian. Jadi kita berharap bahwa ini<br />

andaikan dia tidak lebih maju pada posisi yang diusulkan oleh Pak Gama<strong>ri</strong>, sekitar antara posisi 62<br />

tahun ini posisinya tetap tapi tidak diperpanjang begitu, itu Ketua.<br />

Mengenai fungsional, ini kita setuju lebih baik tersendi<strong>ri</strong> yang memang standar minimal<br />

yang sudah berlaku, berlaku sekarang untuk tidak jadi persoalan di kemudian ha<strong>ri</strong>. Saya kira<br />

demikian.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Sebentar-sebentar.<br />

Saya segarkan lagi, kalau kita bicara Jabatan Eksekutif Senior, mohon jangan kaitkan<br />

dengan eselon. Jabatan Eksekutif Senior is nothing to do with eselon, Jabatan Eksekutif Senior<br />

bicara masalah kompetensi. Ini semangatnya berbeda sekali. Kalau kita campur jadi perhatiannya<br />

nanti kembali lagi ke Jabatan Eksekutif Senior apakah tidak semua eselon I dia jadi Jabatan<br />

Eksekutif Senior. Nah karena itu kita rumuskan dengan sangat hati-hati.<br />

Pilihannya adalah melihat ini begitu va<strong>ri</strong>atif, pilihannya adalah untuk fungsional sesuai<br />

dengan ketentuan <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> yang berlaku, dia punya <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> semua diatur oleh<br />

<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>nya itu. Sedangkan untuk struktural yaitu Jabatan Eksekutif Senior itu adalah<br />

jabatan struktural kita sudah putuskan begitu dan dia sampai 60 tahun. Nah ini kita mesti kembali<br />

lagi ke situ supaya kita lurus lagi.<br />

Pak Gama<strong>ri</strong> silakan.<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Ketua.<br />

Bapak Ibu.<br />

Memang ini masalah mendasar yang persepsi kita harus sama, kalau tidak kita memang<br />

kacau terus dengan pe<strong>ri</strong>stilahan Jabatan Eksekutif Senior. Di dalam draft kita memang masih kita<br />

campur adukan Jabatan Eksekutif Senior dengan eselon..., sementara Jabatan Eksekutif Senior ini<br />

ya tidak merujuk ke sana. Oleh sebab itu, kita memang harus memiliki kesamaan persepsi,<br />

sehingga nanti di dalam elaborasi tentang Jabatan Eksekutif Senior ini tidak berbenturan satu<br />

dengan yang lain.<br />

13


Yang pertama, definisinya dulu. Da<strong>ri</strong> draft yang ada, walaupun pada <strong>rapat</strong> yang terakhir<br />

sudah disetujui, tapi belum kita ubah secara substansi perumusan pasalnya itu ya. Kita lihat<br />

misalnya di dalam ketentuan umum ya. Di ketentuan umum itu kita juga perlu menyesuaikan,<br />

kemudian juga pasal be<strong>ri</strong>kut yang menunjuk pada ketentuan umum. Ketentuan umum yang ada<br />

pada Pasal 1 ayat (7) “Jabatan Eksekutif Senior adalah sekelompok jabatan tertinggi pada instansi<br />

peme<strong>ri</strong>ntah”. Kita mesti melihat di sini, kalau seperti ini rumusannya jabatan tertinggi, itu artinya di<br />

setiap instansi ada satu, karena yang tertinggi tidak ada yang lebih tinggi lagi. Maka rumusan itu<br />

pun harus disempurnakan dalam ketentuan umum ini.<br />

Oleh sebab itu saya ingin mengusulkan sebagai bahan untuk diskusi kita mengenai<br />

Jabatan Eksekutif Senior itu, Jabatan Eksekutif Senior adalah kelompok jabatan struktural atau<br />

sekelompok jabatan Pimpinan pada instansi peme<strong>ri</strong>ntah, karena struktural kalau kita masih<br />

menggunakan struktural, nanti confused lagi dengan istilah eselonery. Tapi kalau sekelompok<br />

jabatan Pimpinan pada instansi peme<strong>ri</strong>ntah kita tidak akan confused dengan jabatan eselon.<br />

Oleh sebab itu saya cenderung untuk mengusulkan dengan kata Pimpinan. Jadi Jabatan<br />

Eksekutif Senior adalah kelompok jabatan Pimpinan pada instansi peme<strong>ri</strong>ntah. Ini juga sekaligus<br />

membatasi agar aturan yang mengatur bahwa jabatan fungsional, seperti analis jabatan yang<br />

masih ada di sini masuk ke sana. Kita harus tutup bahwa jabatan di luar Jabatan Eksekutif Senior,<br />

tidak bisa dikelompokkan di sana. Jab administratif atau jabatan fungsional juga tidak bisa masuk<br />

ke sana gitu. Ini usulan saya Pak.<br />

Yang harus kita pikirkan juga adalah, karena pada kenyataannya di setiap instansi<br />

peme<strong>ri</strong>ntah baik yang ada di pusat maupun yang ada di daerah, itu apalagi konsep ini dasar<br />

pemikirannya kan eselon I, eselon II. Maka menurut hemat saya kalau di jabatan administrasi itu<br />

ada tingkatannya. Kita baca di sini misalnya, dalam jabatan fungsional, keahlian sebagaimana<br />

dimaksud terdi<strong>ri</strong> da<strong>ri</strong> ahli pratama, ahli muda, ahli madya, ahli utama. Kemudian dalam jabatan<br />

administrasi pun juga seperti itu.<br />

Oleh karena itu, untuk Jabatan Eksekutif Senior kiranya kita juga harus lakukan seperti itu.<br />

Jadi jangan Jabatan Eksekutif Senior begitu saja. Karena agak sulit nanti mengakomodasi Jabatan<br />

Eksekutif Senior yang tadi saya katakan adalah jabatan Pimpinan pada instansi peme<strong>ri</strong>ntah itu<br />

kalau kemudian hanya satu yang ada di instansi itu. Saya mengusulkan dalam hal ini adalah tiga<br />

paling tidak Jabatan Eksekutif Senior itu. Tapi bukan berarti jabatan junior, tetap istilahnya adalah<br />

Jabatan Eksekutif Senior, misalnya saja ini sebagai misalnya mungkin Bapak Ibu punya pilihan<br />

yang lain.<br />

Jabatan Eksekutif Senior utama adalah yang tadi dikatakan setingkat eselon I. Kemudian<br />

Jabatan Eksekutif Senior madya yang kemudian Jabatan Eksekutif Senior muda, ini untuk<br />

menampung mereka yang ada di pusat maupun yang ada di daerah dan juga kalau di pusat saya<br />

ingin membe<strong>ri</strong>kan contoh misalnya sekarang lembaga non struktural. Lembaga non struktural<br />

seperti LAN, LAN ini eselon I, anak buahnya pun eselon I juga. Kalau kita bicara secara struktur<br />

seperti itu, tapi melalui istilah Jabatan Eksekutif Senior utama, maka yang di bawahnya adalah<br />

Jabatan Eksekutif Senior madya, begitu juga yang di bawahnya, sehingga bisa menampung ketiga<br />

level Jabatan Eksekutif Senior ini. Kalau sekarang kan tidak.<br />

Bapak tidak bisa membedakan ini Kepala LAN atau Kepala BPS dengan anak buahnya,<br />

sama ini. Masa jabatan yang sama membawahi jabatan yang sama juga. Nah kalau kita ingin<br />

menuangkan di dalam pasal ini, maka itu harus kita buat grade-nya seperti ini. Sama halnya<br />

dengan kelompok jabatan administrasi dan kelompok jabatan fungsional. Sehingga bisa<br />

menampung, itu Pak Ketua usulan kami. Bapak Ibu mungkin bisa kami usulkan juga, karena kalau<br />

tidak, kita akhirnya terbelenggu dengan persoalan ini dan kemudian kita tidak bisa membe<strong>ri</strong>kan<br />

solusi da<strong>ri</strong> kenyataan yang ada sekarang.<br />

14


KETUA RAPAT:<br />

Baik,<br />

Saya kira ini kita tidak akan selesai apabila kita tidak ada satu persepsi. Jadi harus satu<br />

persepsi. Ini ada kema<strong>ri</strong>n dulu ya, ada pertemuan membahas mengenai ini, dihadi<strong>ri</strong> oleh Pak<br />

Wamen, Prof. Sofyan, dan beberapa lagi. Ditambah dua profesor baru Pak Gama<strong>ri</strong> dan Pak<br />

Nanang. Saya kira ini memang kita tuntaskan. Barangkali saya minta bantuan Pak Wamen untuk<br />

menjelaskan ini, karena kema<strong>ri</strong>n Bapak, karena ini saya kira ini sangat mendasar. Kalau kita sudah<br />

ketemu ini clue-nya selesai ini, kalau tidak ini balik lagi balik lagi.<br />

Kami persilakan Pak.<br />

PEMERINTAH (WAMEN KEMENPAN RB RI):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak Pimpinan.<br />

Jadi memang Jabatan Eksekutif Senior ini di beberapa negara dibentuk dengan satu<br />

tujuan, ada perlakuan yang berbeda, baik da<strong>ri</strong> cara pengisiannya, da<strong>ri</strong> cara mengukur kinerjanya,<br />

dan da<strong>ri</strong> cara mobilitasnya. Ini yang membedakan dengan jabatan-jabatan lain di bawah Jabatan<br />

Eksekutif Senior. Jadi filosofis begitu Pak. Sekelompok jabatan tertinggi atau sekelompok jabatan<br />

Pimpinan dalam instansi yang dibe<strong>ri</strong>kan secara berbeda pengaturan-pengaturan mengenai proses<br />

pengisiannya, proses pengukuran kinerjanya, termasuk proses pembe<strong>ri</strong>an remunerasinya.<br />

Nah ini yang membedakan dengan yang lain. Nah sekarang jadi mungkin definisinya Pak<br />

Gama<strong>ri</strong> tadi sudah hampir tepat ya, jadi sekelompok jabatan Pimpinan dalam instansi peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

Kita exercise, siapa Pimpinan di dalam sebuah instansi peme<strong>ri</strong>ntah. LPNK, itu instansi peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

Maka dia termasuk ke dalam Jabatan Eksekutif Senior. Siapa lagi, Sekreta<strong>ri</strong>s Daerah adalah<br />

Pimpinan dalam organisasi kesekreta<strong>ri</strong>atan daerah, maka dia Pimpinan dalam instansi<br />

peme<strong>ri</strong>ntah. Kepala Dinas dia adalah Pimpinan organisasi satuan <strong>kerja</strong> peme<strong>ri</strong>ntah daerah.<br />

Kemudian di tingkat peme<strong>ri</strong>ntah pusat, pada Direktur Jenderal-Direktur Jenderal yang sekarang ini<br />

adalah juga Pimpinan dalam Direktur Jenderal yang dipimpinnya.<br />

Nah jadi memang ini pengelompokkannya sangat tergantung pada masing-masing negara<br />

Pak. Jadi kalau tidak salah di Korea itu ada 125 Jabatan Eksekutif Senior yang ditetapkan oleh<br />

peme<strong>ri</strong>ntah. Jadi memang tidak semua jabatan itu disebut sebagai Jabatan Eksekutif Senior.<br />

Tergantung peme<strong>ri</strong>ntah mau menetapkan yang mana gitu.<br />

Nah dengan menggunakan logika ini, sebenarnya di Indonesia itu akan ada kemungkinan<br />

3 Jabatan Eksekutif Senior, yaitu Pimpinan LPNK, kemudian Pimpinan Sekreta<strong>ri</strong>at Jenderal,<br />

Direktorat Jenderal, yang sekarang mungkin setara dengan eselon I dan Pimpinan-Pimpinan Dinas<br />

di daerah. Ya jadi SKPD Pak, jadi Pimpinan kelompok Pimpinan tertinggi di daerah untuk SKPD<br />

kan kepala dinas Pak. Itu da<strong>ri</strong> sisi bagaimana negara mengaturnya.<br />

Mengapa Jabatan Eksekutif Senior ini diadakan, sebenarnya kita membutuhkan k<strong>ri</strong>tikal<br />

memang, jumlah yang minimal untuk bisa menggerakkan reform. Mengapa pengisiannya ini<br />

diberbedakan, karena kita maka memang mengharapkan ada satu perubahan reform, nanti<br />

pengisiannya dilakukan secara terbuka.<br />

Ukuran-ukuran kinerjanya juga dibuat sedemikian rupa, sehingga persis ukuran kinerja<br />

seperti yang ada di swasta. Bahkan di tiap gajinya itu kalau di beberapa negara 98% dengan gaji<br />

p<strong>ri</strong>vate. Jadi Jabatan Eksekutif Senior itu beda antara swasta dengan publik itu bisa sampai beda<br />

2% saja Pak da<strong>ri</strong> misalnya sama-sama duduk sebagai direktur ya. Nah itu kurang lebih bedanya<br />

2% saja.<br />

15


Nah jadi mungkin dengan penjelasan semacam itu yang pertama sifat perlakuannya<br />

berbeda. Kedua, penetapannya menurut saya akan ada 3 jenis itu Kepala LPNK, Kepala-Kepala<br />

Dinas di daerah, dan juga Sekreta<strong>ri</strong>s Daerah dan Direktur Jenderal yang sekarang ini ada. Kira-kira<br />

begitu Pak Pimpinan.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Silakan Pak.<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

Pak Ketua,<br />

Saya ingin bertanya kepada Pak Wamen, karena saya tadi juga mengusulkan bagaimana<br />

Pak kalau Jabatan Eksekutif Senior ini juga ada grade-nya gitu, nah itu bagaimana menurut Bapak<br />

Wamen? Apakah sebaiknya ini... alasan saya supaya bisa mengakomodir jabatan Pimpinan<br />

instansi peme<strong>ri</strong>ntah dan daerah pusat dan juga lebih memudahkanlah pengelompokkan itu,<br />

sehingga tidak hanya satu, karena ini kelompokkan kan?<br />

PEMERINTAH (WAMEN KEMENPAN RB RI):<br />

Ya Pak, jadi bisa saja nanti dibuat semacam itu, tapi dengan konsekuensi kalau kita sudah<br />

tetapkan 3 grade ini berarti memang proses pengisian, pengukuran kinerja, dan juga nanti<br />

mobilitasnya itu dibuat sama Pak, hanya di-grade-nya yang berbeda. Tapi esensinya sebenarnya<br />

dia d<strong>ii</strong>si dengan cara yang berbeda, diukur dengan cara yang berbeda, digaji dengan berbeda, dan<br />

bisa dimobilisasi untuk seluruh Indonesia.<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak.<br />

Saya kira juga berbeda ya ini ya, karena rekrutmen Eksekutif Senior di kemente<strong>ri</strong>an<br />

kemudian yang ada di peme<strong>ri</strong>ntah provinsi dan kabupaten saya kira juga mekanisme rekrutmennya<br />

berbeda, karena dinilainya juga berbeda. Begitu kira-kira.<br />

PEMERINTAH (WAMEN KEMENPAN RB RI):<br />

Cara pengisiannya sama Pak dengan dilakukan secara terbuka melalui assesment centre.<br />

Ya mungkin dengan tidak menyebut eselon, setiap jabatan itu kan ada nama ya dan<br />

kompetensi, jadi Direktur Jenderal itu kan jabatan Pak dengan kompetensi. Kemudian Kepala<br />

Dinas itu juga jabatan.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Sebentar-sebentar.<br />

Saya kira lebih baik saya tuliskan, supaya ada bedanya. Coba ditulis di sebelah sini ya<br />

supaya ada penjelasannya.<br />

16


Kelompok satu ya, satu adalah Pimpinan tertinggi instansi seperti Kepala LPNK/Gubernur<br />

Lemhanas/Sekjen DPR RI/Wantanas ini misalnya...(rekaman terputus)... Pimpinan yang setingkat<br />

Direktur Jenderal, Sekjen, Direktur Jenderal, Deputi, Sekda Provinsi. Di bawahnya lagi kelompok<br />

tiga, Pimpinan sekarang nah ini yang itu adalah setingkat eselon II ini. Direktur, Sekda Kabupaten<br />

Kota. Kalau... eselon III itu.<br />

Baik, begini-begini, tadi detilnya kita buat, ini untuk membe<strong>ri</strong>kan gambaran lebih clear apa<br />

yang disampaikan oleh Pak Wamen tadi. P<strong>ri</strong>nsipnya adalah isinya adalah kita kembali, Jabatan<br />

Eksekutif Senior adalah sekelompok jabatan Pimpinan organisasi peme<strong>ri</strong>ntah, jelas. Kemudian dia<br />

dibagi 3 kelompok. 3 grade, grade 1 grade 2 grade 3 ya. Kalau begini jelas kan. Oke saya kasih<br />

satu putaran dulu.<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

Pak,<br />

Ada satu hal yang harus kita diskusikan di dalam pengangkatan Jabatan Eksekutif Senior<br />

ini. Ini kan dulu kalau tidak salah di pasal ini masih ada ini, harus diangkat dengan ketetapan<br />

Presiden. Pertanyaan saya ini sekarang, bagaimana kalau ini kelompok ketiga apakah harus<br />

dengan penetapan Presiden? Kalau 1 dan 2 sih no problem ya karena yang ada pun juga begitu.<br />

Jabatan kelompok II itu Direktur Jenderal, Sekjen, Deputi, kemudian Kepala LPNK itu memang<br />

Presiden. Tapi yang ketiga ini menimbulkan pertanyaan kalau harus diangkat oleh Presiden.<br />

Nah untuk itu kan mesti harus ada penjelasan lagi di pasal ini. Yang ditetapkan dengan<br />

keputusan Presiden itu untuk kelompok 1 dan 2, yang ke-3 ini tidak ditetapkan oleh Presiden,<br />

karena itu kan. Saya ini diskusi apa harus semua dengan Presiden? Terus apa tidak ada masalah<br />

juga? Tapi yang ada sekarang ini Sekda itu Sekda untuk Kabupaten Kota itu tidak Presiden, kalau<br />

Sekda Provinsi ya Mente<strong>ri</strong> Dalam Nege<strong>ri</strong>, Sekda Provinsi juga. Presiden Pak itu eselon Ia itu Pak<br />

Sekda Provinsi itu. Sekda Kabupaten dan Kota itu Mente<strong>ri</strong> Dalam Nege<strong>ri</strong>.<br />

Nah ini yang kita pertanyakan kelompok ke-3 itu Sekda Peme<strong>ri</strong>ntah Daerah Kabupaten itu<br />

Mente<strong>ri</strong> gitu loh. Kan pertanyaannya 1 dan 2 oke Presiden. Yang ke-3 bagaimana?<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik saudara-saudara sekalian,<br />

Ini pemikiran baru lagi Pak Eko, mohon maaf teman-teman.<br />

Memang tepat sekali yang dipertanyakan oleh saudara Gama<strong>ri</strong>. Kalau Sekda itu<br />

diangkatnya kaya model sekarang Pak, itu adalah seperti debu di ujung tombak. Seperti laki-laki di<br />

ranah minang itu gitu, kalau dia ada yang suka..., ya tidak ada kekuatan apa-apa. Jadi memang<br />

kalau kita namakan dia Jabatan Eksekutif Senior, apa yang disampaikan oleh Pak Wamen tadi, dia<br />

harus mendapatkan verry special threatment karena ini bukan orang sembarangan. Dia adalah<br />

orang yang dia adalah penggerak da<strong>ri</strong>pada pembaharuan dan pemutaran da<strong>ri</strong> pada reformasi<br />

birokrasi.<br />

Jadi apa yang disampaika oleh Pak Gama<strong>ri</strong> tadi benar adanya. Jadi saya kira ini sangat<br />

mendasar, karena mendasar masalah ini, tentu saya kembalikan lagi kepada peme<strong>ri</strong>ntah. Oke, kita<br />

putar dulu satu kali, kita mulai dengan Pak Nanang, kami persilakan.<br />

F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC):<br />

P<strong>ri</strong>nsip sama dengan Pak Gama<strong>ri</strong>, hanya saja kekhawatiran Pak Gama<strong>ri</strong> yang<br />

mengatakan bahwa kelompok 3 itu eselon II Direktur, Sekda Kabupaten Kota itu jangan supaya<br />

membe<strong>ri</strong>kan pengertian yang banyak, saya rasa bisa saja dituangkan di dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini,<br />

bahwa bisa didelegasikan untuk kelompok 3 ini kepada mente<strong>ri</strong> apa Mente<strong>ri</strong> Negara<br />

17


Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi apa Mente<strong>ri</strong> Dalam Nege<strong>ri</strong> atau mente<strong>ri</strong><br />

apa, sehingga untuk menghargai bahwa menghormati bahwa Jabatan Eksekutif Senior itu<br />

memang spesial person, jadi mereka juga harus dikelompokkan ke dalam sini walaupun nanti bisa<br />

didelegasikan pelaksanaannya.<br />

Yang agak mena<strong>ri</strong>k di sini, nantinya kira-kira kalau sudah diangkat jadi Jabatan Eksekutif<br />

Senior, apakah dia terus seumur hidup sampai pensiun menduduki jabatan Jabatan Eksekutif<br />

Senior itu atau ada masa <strong>kerja</strong>nya. Nah ini saya bertanya kepada peme<strong>ri</strong>ntah nanti untuk<br />

menjelaskan berapa lama Jabatan Eksekutif Senior itu menjabat, selain berapa lama dia menjabat,<br />

juga perlu kalau misalkan dalam perjalanannya adalah sesuatu kompetensinya menurun, apakah<br />

bisa diganti dan siapa yang berwenang untuk mengusukan penggantian tadi?<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Silakan Ibu.<br />

F-GERINDRA (HJ. MESTARYANI HABIE, SH) :<br />

Ya te<strong>ri</strong>ma kasih Ketua.<br />

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.<br />

Karena saya berdasarkan kesepakatan yang lalu, yang lalu itu adalah mengatakan<br />

Jabatan Eksekutif Senior itu adalah satu jabatan yang sangat diperlukan. Kedua sumber daya<br />

manusia yang mempunyai kompetensi, dan yang ketiga harus dikukuhkan dengan Keputusan<br />

Presiden.<br />

Oleh karena itu, kami mengajukan usul bahwa Jabatan Eksekutif Senior ini terdi<strong>ri</strong> da<strong>ri</strong><br />

jabatan struktural eselon I dan IIa dan dia adalah merupakan jabatan fungsional jenjang utama<br />

pada instansi peme<strong>ri</strong>ntah dan instansi peme<strong>ri</strong>ntah daerah. Jabatan Eksekutif Senior ini merupakan<br />

jabatan ka<strong>ri</strong>r da<strong>ri</strong> Pegawai Nege<strong>ri</strong> Sipil yang memperhatikan kepangkatan. Karena itu Kepala<br />

SKPD tidak masuk di dalam Jabatan Eksekutif Senior.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Silakan Pak.<br />

Saya kira itu usulan baru.<br />

F-PDIP (ZAINUN AKHMADI):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

Pimpinan,<br />

Saya mohon bimibingan ini, saya belum tune, karena tadi kalau dasar kita bicara tentang<br />

BUP (Batas Usia Pensiun). Nah ini kan peme<strong>ri</strong>ntah menyampaikan hal ini, kemudian entah karena<br />

ya saya harus berbalik ini, karena saya supaya saya tune, karena itu minta bimbingan, lebih baik<br />

saya bertanya da<strong>ri</strong>pada saya diam.<br />

Jadi karena itu tadi, gayung bersambut da<strong>ri</strong> Pak Fauzan ke Pak Taufiq tentang masalah<br />

eselon tadi, kita jangan berpikir eselon. Nah sekarang saya mohon bimbingan, kita bicara BUP<br />

atau kembali ke Jabatan Eksekutif Senior saja, karena BUP nampaknya terkait dengan Jabatan<br />

Eksekutif Senior. Itu dulu saja Pak, nanti supaya kita runtun kita anunya mengikutinya Pak.<br />

18


KETUA RAPAT:<br />

Kita bicara BUP, BUP untuk Jabatan Eksekutif Senior. Sedangkan untuk jabatan<br />

fungsional, sesuai dengan ketentuan per<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>an. Jadi sudah kita putuskan BUP untuk<br />

yang fungsional sesuai dengan peraturan per<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>an. Sekarang kita bicara BUP<br />

Jabatan Eksekutif Senior. Sebelum selesai pembicaraan BUP Jabatan Eksekutif Senior kita<br />

membulatkan lagi menyatukan pikiran kita yang dimaksud Jabatan Eksekutif Senior itu apa,<br />

akhirnya ketemu sudah, oh Jabatan Eksekutif Senior itu adalah sekelompok jabatan Pimpinan<br />

pada instansi peme<strong>ri</strong>ntah. Lalu apa saja itu, timbul pemikiran diskusi rekan-rekan staf ahli kita<br />

dengan staf ahli da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah, dibantu dengan Pak Profesor membahas ini, ketemulah<br />

pemikiran bahwa Jabatan Eksekutif Senior itu ada 3 kelompok.<br />

F-PDIP (ZAINUN AKHMADI):<br />

Cukup Pak sampai di situ cukup.<br />

Saya tambah, saya nyambung.<br />

Jadi begini Pak, kita kalau gitu harus menyelesaikan dulu pengertian atau bahasa kita<br />

supaya sama tentang Jabatan Eksekutif Senior Pak ya. Tadi kemudian disambung oleh Pak<br />

Gama<strong>ri</strong> tentang uraian yang panjang lebar tadi Pak, karena kita mesti sebagian da<strong>ri</strong> kita masih ter<br />

anu dengan eselonisasi pola lama ini.<br />

Saya ingin menanyakan termasuk... apakah ini sudah ada kesepakatan kalau yang<br />

namanya Jabatan Eksekutif Senior itu belum pernah dipastikan itu masuk kelompok yang kalau<br />

sekarang ini eselon I saja atau termasuk eselon II. Saya tidak tahu ini mana kesepakatan kita<br />

waktu ha<strong>ri</strong> itu? Kalau eselon I itu jumlahnya sekian. Tapi kalau ditambah eselon II jumlahnya<br />

<strong>ri</strong>buan.<br />

Saya masih ingat ketika itu saya mempertanyakan kenapa banyak sekali dan ini semua<br />

atas sa<strong>ri</strong>ngan KASN. KASN kemudian menyampaikan kepada Presiden untuk dibuat Keppres.<br />

Kalau sampai eselon II kalau itu masih dalam benak kita, saya tidak tahu ini putusannya kok tidak<br />

jelas ini, notulensinya, itu betapa beratnya ini KASN ini. Waktu itu masih belum putus atau<br />

bagaimana ini?<br />

Nah ketika kami... maka kitakn terbentur masalah ini, saya masih ini tolong dibimbing saya<br />

Pak Taufiq.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik.<br />

Ada?<br />

Saya be<strong>ri</strong>kan penjelasan begini, kita da<strong>ri</strong> awal kita menghinda<strong>ri</strong> eselon ini. Kalau kita<br />

bicara eselon di dalam Jabatan Eksekutif Senior ini tanpa petik ini, bukan mengakomodir bahwa<br />

seluruh eselon I itu Jabatan Eksekutif Senior, tidak. Sebagian kecil da<strong>ri</strong> mereka ada yang diangkat<br />

jadi Jabatan Eksekutif Senior, dengan pengangkatan sistem yang luar biasa, melalu KASN dan<br />

KASN menggunakan senjata yang namanya Assesment Centre.<br />

Jadi KASN ini dibantu oleh Asessment Centre, baru itu yang digodok, jadi bukan oleh<br />

KASN sendi<strong>ri</strong> tapi dibantu oleh Asessment Centre. Tapi dia tidak hanya meliputi yang dulu yang<br />

namanya eselon I itu KASN ini tapi juga sebagian kecil da<strong>ri</strong> eselon II bisa dia termasuk di dalam<br />

Jabatan Eksekutif Senior ini. Siapa itu, yaitu Sekda da<strong>ri</strong> Kabupaten dan Kota. Tapi sangat sedikit<br />

sekali karena itu dia terpilih.<br />

19


Nah kita tidak ingin membatasi bahwa yang boleh dipilih itu hanya eselon I tapi sampai<br />

cakupannya itu sampai ke eselon II itu. Tapi yang dipilih da<strong>ri</strong> eselon II itu tidak seluruh eselon II<br />

hanya beberapa. Sangat sedikit orang yang dapat bisa mendapat sebagai Jabatan Eksekutif<br />

Senior ini. Saya kira begitu Pak penjelasannya.<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

Baik, jadi saya kira saya begini, kita sepakat bahwa <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini kan mau<br />

mereformasi birokrasi tadi Pak Mente<strong>ri</strong> Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi<br />

Birokrasi. Karena Pak Taufiq, pikiran kita main set kita, kita ubah dulu, tidak struktur yang ada<br />

sekarang ini. Itu adalah dalam bahasanya Pak Zainun. Itu sekedar referensi atau wasilah saja.<br />

Bukan satu-satunya. Sebab kalau pikiran kita itu tercekoki adanya masih eselon I,II dan III sampai<br />

sekarang ini tidak jadi ini barang. Jadi main sekreta<strong>ri</strong>at kita harus berubah dulu ini. Mereformasi<br />

pemikiran kita dulu di sini sekarang ini itu yang penting.<br />

Nah karena itu saya ingin menyampaikan beberapa pemikiran. Saya tidak tahu juga tahutahu<br />

kok sampai kepada Jabatan Eksekutif Senior tadi itu, padahal tadi kita bicara soal BUP tadi<br />

kan. Nah saya esensi da<strong>ri</strong>pada Jabatan Eksekutif Senior itu Pak, Pak Gama<strong>ri</strong> usulkan tadi ada di<br />

situ kemudian ada utama, madya, pratama.<br />

Saya kira Pak Wamen, Pak Sekreta<strong>ri</strong>s dan Bapak-bapak sekalian, ini adalah dalam rangka<br />

mengakomodasi sebuah struktur rasionalitas yang sifatnya vertikal Pak. Sungguh pun di dalam<br />

pengadaannya adalah tergantung da<strong>ri</strong> bagaimana KASN kan begitu ini. Jangan kemudian adanya<br />

nanti jabatan-jabatan Jabatan Eksekutif Senior itu kemudian kita tidak bisa mohon maaf ini kalau<br />

boleh menggunakan bahasa ini. Tidak bisa mengkontrol kalau dia melakukan satu tindakan yang<br />

melanggar hukum. Jadi harus juga dipaga<strong>ri</strong> ke arah sana, sehingga ada keleluasaan dan pasti ada<br />

kontrol da<strong>ri</strong> pusat sampai dengan tingkat I ataupun tingkat II menggunakan referensi daerah.<br />

Nah saya sedikit Pak, untuk membe<strong>ri</strong>kan bantuan pemikiran kita, ada tadi ada utama,<br />

madya dan pratama.<br />

Pak Taufiq,<br />

Saya buka Polisi, tetapi barangkali Pak Kapol<strong>ri</strong> itu yang bintang 4 hanya satu saja Pak,<br />

tetapi yang bintang 3 itu ada beberapa Pak. Yang bintang 2 ada beberapa Pak, yang bintang 1 ada<br />

beberapa dan seterusnya ke bawah. Sehingga kerucutnya itu jelas sekali kerucut piramida terbalik.<br />

Nah karena itu Pak Wamen, Pak Tasdik dan Bapak Ibu sekalian, saya ingin berdiskusi,<br />

sekian banyak jabatan yang ada nanti itu, yang berserakan pada departemen kemente<strong>ri</strong>an dan<br />

lain-lain, tapi secara struktural harus ada kesatuan unity yang sifatnya koordinatif yang merupakan<br />

piramida nasionalitas da<strong>ri</strong> Aparatur Sipil Negara itu sendi<strong>ri</strong> Pak, sebab kalau tidak, itu akan menjadi<br />

tidak efektif.<br />

Nah karena itu melanjutkan pikiran Pak Gama<strong>ri</strong> juga ini, saya minta bantuan Pak<br />

peme<strong>ri</strong>ntah terus terang saja. Yang termasuk kelompok 1 utama itu siapa saja, saya kira tidak<br />

malam ini jawabannya Pak Taufik, karena itu banyak sekali Pak. Kemudian kelompok madya siapa<br />

saja itu, termasuk juga bagaimana ekstensi dan legalitas da<strong>ri</strong> jabatan masing-masing itu. Ini<br />

berapa ratus jabatan ini Pak? Saya kira untuk menjaga agar prudensialitas itu terjaga, maka saya<br />

sepakat ini tetapi bahwa detilnya itu di peme<strong>ri</strong>ntah. Siapa saja yang termasuk namanya kelompok<br />

satu utama, kemudian madya dan pratama. Sehingga kita tidak kemudian mencantolkan ini<br />

ternyata masih ada yang tidak masuk di dalamnya, sehingga itu penting.<br />

Nah karena itu Bapak Ibu sekalian terhadap pendefinisian da<strong>ri</strong> jabatan eksekutif, saya kira<br />

kemudian Pak Ketua, itu harus juga dikaitkan dengan yang Nomor 8 itu Pak. Di dalam Pasal (1) 8<br />

itu jelas sekali di sana adalah aparatur eksekutif senior adalah pejabat pegawai Aparatur Sipil<br />

Negara yang menduduki jabatan eksekutif senior melalui seleksi nasional yang dilakukan oleh<br />

Komisi Aparatur Sipil Negara dan diangkat oleh Presiden.<br />

20


Nah ini Pak Gama<strong>ri</strong>, ada problemnya di sini Pak. Begitu Presiden tidak berlaku untuk yang<br />

tadi golongan III tadi itu. Nah ini pasti juga akan berubah. Yang saja juga ingin terakhir saya<br />

sampaikan Pak, di dalam Nomor 8 ini ada sekali ada lebih da<strong>ri</strong> satu norma ini Pak. Nah kalau ada<br />

yu<strong>ri</strong>s ada ahli hukum, coba aparatur eksekutif senior adalah pegawai Aparatur Sipil Negara<br />

kemudian melalui seleksi diangkat oleh. Jadi saya kira Pak Wamen ini definisinya itu jangan<br />

bercabang banyak sekali Pak. Karena ini harus ada satu norma yang siapakah dia aparatur<br />

eksekutif senior, sehingga 7 dan 8 ini sekali gol selesai Pak Ketua.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Saya jelaskan lagi, supaya kita jalannya nanti enak. Jadi nanti memang akibat, ini kan<br />

berkembang diskusi kita berkembang, tentu dia kita akan berkembang pada pasal-pasal ini, akan<br />

berkembang itu pasti. Jabatan kita sekarang ini yang akan kita ubah juga sekarang ini jabatan kita<br />

jabatan orang Pak, orangnya ganti, ganti lagi situasinya itu. Ini tidak boleh, saya kira Pak Wamen<br />

sependapat ya, ke depan itu jabatan itu jabatan kotak. Siapapun di situ akan sama pelayanannya,<br />

ke depan seperti itu. Kalau di dalam mempelaja<strong>ri</strong> ilmu manajemen sekarang demikian, jabatan itu<br />

kotak, siapapun orang yang di situ sama. Kalau kita tidak. Misalnya jabatan si ini pasti jabatannya<br />

dia, begitu ganti dia sudah hancur-hanacuran ini. Itu tidak boleh terjadi itu, karena aturannya<br />

segala macam.<br />

Jadi saya kira sebelum saya kembalikan kepada peme<strong>ri</strong>ntah, masih ada yang mau<br />

menambah Pak Gama<strong>ri</strong> silakan?<br />

F-PAN (DRS. H. FAUZAN SYAI’E):<br />

Saya ya p<strong>ri</strong>nsipnya sama dengan Pak Muqowam, hanya persoalannya kan itu kelompok 3<br />

atau pratama, itu ada eselon II, dia (setingkat Direktur, Sekda Kabupaten Kota). Itu kemana kalau<br />

yang kepala dinas yang di provinsi yang sama dengan Sekda setingkat Sekda di kabupaten kota?<br />

Kan gitu. Jadi apa bedanya kalau hanya pada posisi sampai seperti itu.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Belum kita bicara kepala dinas yang ada di kabupaten.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Silakan Pak Gama<strong>ri</strong>.<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak.<br />

Ijinkan saya untuk mengusulkan solusi da<strong>ri</strong> usulan saya sendi<strong>ri</strong>. Yang tadi saya minta<br />

untuk didiskusikan, khususnya kelompok 3.<br />

Pada ayat (2) da<strong>ri</strong> draft yang kita buat da<strong>ri</strong> Pasal 21, walaupun ayat (1) juga perlu<br />

penyempurnaan, maka saya mengusulkan seperti ini. Pengisian Jabatan Eksekutif Senior tingkat<br />

utama dan madya, ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan Jabatan Eksekutif Senior pratama<br />

ditetapkan oleh Mente<strong>ri</strong> dan atau Gubernur. Mente<strong>ri</strong> mengangkat Direktur, Gubernur mengangkat<br />

Sekda. Jadi direktur yang ada pada kemente<strong>ri</strong>an itu tidak harus ke Presiden, cukup pada mente<strong>ri</strong><br />

yang bersangkutan. Sekda itu juga harus tidak ke Presiden, cukup kepada Gubernur ya gitu. Jadi<br />

ini usulan saya itu bisa dirumuskan dalam satu pasal yang juga tidak terlalu panjang.<br />

Jadi khusus untuk Jabatan Eksekutif Senior untuk kelompok 1 dan 2 ditetapkan dengan<br />

Presiden, dan kelompok Jabatan Eksekutif Senior 3 ditetapkan oleh Mente<strong>ri</strong> dan atau Gubernur.<br />

21


KETUA RAPAT:<br />

Baik, masih ada lagi?<br />

Peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

PEMERINTAH:<br />

Jadi begini Pak mungkin cara pikir kita melihat akhirat itu tidak dengan mempergunakan<br />

kacamata dunia, jadi ini penting sekali, karena saya lihat kacamata kita untuk melihat sebuah<br />

reform yang sedang kita gulirkan itu masih menggunakan kacamata administrasi kepegawaian<br />

yang lama, makanya tidak ketemu-ketemu gitu loh.<br />

Nah mengenai jabatan-jabatan ini sebenarnya prerogatif kita untuk menentukan mana<br />

yang c<strong>ri</strong>tical mess itu bisa mendorong reform. Saya memandang eselon II untuk kepala dinas di<br />

kabupaten kota itu justru c<strong>ri</strong>tical mess yang paling penting dalam reform. Sebab itulah kelompok<br />

yang sekarang ini justru digunakan oleh partai politik untuk kepentingan dunia politik, makanya<br />

tidak terjadi reform.<br />

Nah memang waktu saya presentasi misalnya di sejumlah negara yang sudah<br />

meninggalkan JES, Singapura itu sudah meninggalkan JES Pak mereka ketawa kenapa Indonesia<br />

baru menganut JES, karena kondisi politik Indonesia itu berbeda Pak. Dulu mereka menganut, tapi<br />

dengan berjalannya sistem siklusetis yang sudah semakin baik, maka JES itu kemungkinan tidak<br />

dibutuhkan lagi kelak Indonesia.<br />

Nah JES ini dibutuhkan sebenarnya untuk men-d<strong>ri</strong>ve perubahan-perubahan, karena kita<br />

memperkenalkan sistem promosi yang baru, sistem remunerasi yang baru, sistem pengukuran<br />

kinerja yang baru, segala macam. Nah c<strong>ri</strong>tical mess inilah yang menurut saya penting untuk kita<br />

dorong dalam Jabatan Eksekutif Senior. Kalau kita menurut logika ini, maka ada kurang lebih<br />

6.400 Jabatan Eksekutif Senior, yaitu Kepala LPNK, kemudian Sekjen, Direktur Jenderal, Deputi,<br />

Sekda Provinsi, kemudian Direktur, Sekda Kabupaten Kota dan Pimpinan SKPD, itu 6.400.<br />

Kalau masa jabatannya itu, jadi ini menyambung pertanyaan Pak Nanang, di semua<br />

negara itu diterapkan namanya re apply Pak, re apply untuk sebuah jabatan itu biasanya 5 tahun.<br />

Jadi kan kekhawatiran Pak Nanang kalau saya diangkat dalam sebuah jabatan dalam usia 40<br />

tahun, kalau masa batas usia pensiun saya adalah 60 tahun, berarti saya 20 tahun dalam jabatan<br />

itu.<br />

Nah tidak seperti itu Pak, karena di dalam jabatan itu re apply, jadi 5 tahun dia menduduki<br />

jabatan itu untuk pe<strong>ri</strong>ode kedua kalau dia mau duduk dalam jabatan, dia harus re apply, dia ikut<br />

lagi proses untuk bisa menduduki jabatan itu. Nah itulah compentency base position, jadi posisi<br />

yang memang berdasarkan kepada kompetensi.<br />

Nah jadi memang nanti harus ada pasal re apply, aplikasi ulang untuk mengisi jabatan.<br />

Nah tadi saya ce<strong>ri</strong>ta mungkin da<strong>ri</strong> 6.400 kalau semua sudah stabil, setahun itu KASN akan<br />

mengelola sekitar 100 proses pengisian jabatan. Jadi sungguh angka yang sebenarnya relatif<br />

masih cukup untuk dikelola oleh KASN selama setahun. Tidak seperti sekarang, karena memang<br />

yang memutuskan adalah kepala daerah, jadi setahun sudah dipindah, segala macam.<br />

Tapi kalau masa itu stabil 5 tahun, dengan 6.400 orang ini, mungkin setahun kita akan<br />

mengelola 100 posisi jabatan dan memang tidak terlalu banyak. Dan untuk menghinda<strong>ri</strong> biaya<br />

yang terlalu mahal dalam assesment centre itu kita belajar da<strong>ri</strong> proses pengisian Kepala LAN dan<br />

Kepala BKN yang baru 6 promosi terbuka, itu nanti yang masuk assesment centre mungkin 10<br />

terbaik. Jadi melalui proses seleksi administrasi, makalah, wawancara, kita memperoleh 10 terbaik<br />

yang akan dimasukkan assesment centre. Da<strong>ri</strong> assesment centre itu dipilihlah tergantung nanti<br />

kalau pembahasan awal dulu saya ingat memang kita menghinda<strong>ri</strong> mengusulkan lebih da<strong>ri</strong> 1<br />

kepada Presiden, karena menghinda<strong>ri</strong> lagi juga TPA dan politisasi terhadap usul.<br />

22


Makanya dalam draft yang lama, Presiden menetapkan calon yang dipilih oleh Komisi<br />

Aparatur Sipil Negara.<br />

Nah jadi dengan jumlah 100 itu menurut saya tidak terlalu banyak baik pusat maupun<br />

daerah yang bisa dikelola oleh KASN, dan Presiden pun tidak akan terlalu lama Pak<br />

menandatangani kelompok 1,2 dan 3. Kalau memang prosesnya tidak melalui proses TPA lagi<br />

yang lama. Nah ini jadi saya pikir itu Pak, tapi ini untuk reform, karena kita membuat <strong>undang</strong><strong>undang</strong><br />

kan dalam kerangka reform. Yang harus kita pikirkan c<strong>ri</strong>tical mess untuk sebuah reform itu<br />

berapa? Kalau hanya cuma 100, misalnya 100 orang, itu tidak ada impact Pak untuk perubahan.<br />

Apalagi sampai seluruh Indonesia.<br />

Nah jadi negara-negara lain itu melakukan itu sesuai dengan c<strong>ri</strong>tical mess yang mereka<br />

butuhkan untuk sebuah perubahan. Indonesia dengan negara yang begitu besar menurut saya,<br />

perubahan itu membutuhkan c<strong>ri</strong>tical mess yang lebih besar Pak. 10 tahun lagi kalau sistem politik<br />

sudah bagus, birokrasi sudah mapan, kita hilangkan SES Pak, di Singapura itu misalnya negara<br />

yang kecil proses rekrutment itu tidak menjadi penting lagi karena ukurang kinerja orang dalam 6<br />

bulan dia tidak perform keluar. Jadi ukurannya kinerja. Jadi rekrutmen tidak serumit kita lagi karena<br />

memang mereka sudah ini Pak sistem kinerjanya sudah bagus. Kira-kira begitu Pak.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Oke, ada pendapat?<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

Jadi saya menyuarakan Bu Yani. Setelah mendapatkan pemikiran pencerahan da<strong>ri</strong> Pak<br />

Wamen, jadi 1,2 dan 3 atas nama reformasi itu Presiden, atas nama reformasi begitu Pak, tapi<br />

juga pengalaman Pak mohon maaf ini. Otonomi daerah ya mohon maaf, bicara otonomi daerah itu<br />

kan sama dengan Prof. Rias Rasyid. Begitu dia tidak magang, ini kalangkabut semua konseptual<br />

otonomi daerah itu Pak, kelabakanlah kita. Jadi komitmen moral kita Pak Wamen saya kira<br />

khsusunya Pak Wamen dan kita semua harus mengawali baik-baik Pak Taufiq.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, saya kira selesai ya?<br />

Ketok ya?<br />

Jadi saya minta supaya dirumuskan kembali ini seperti yang disampaikan oleh Pak<br />

Wamen tadi, jadi 3 itu kelompok utama, madya dan pratama. Oke? Bisa disetujui? Setuju?<br />

Ganti BUP-nya 60 tahun ya.<br />

Jadi selesai?<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

Belum BUP yang mana ini?<br />

(RAPAT : SETUJU)<br />

23


KETUA RAPAT:<br />

BUP untuk Jabatan Eksekutif Senior.<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

BUP untuk Jabatan Eksekutif Senior, boleh-boleh.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Jadi BUP Jabatan Eksekutif Senior 60 tahun.<br />

Selesai.<br />

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI):<br />

(RAPAT : SETUJU)<br />

Jabatan Eksekutif Senior apakah termasuk yang fungsional? Tidak Pak ya?<br />

F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH):<br />

Pak Ketua,<br />

Saya ini saja, supaya nanti Undang-Undang Pilkada itu kita sesuaikan, jangan nanti lupa<br />

kita Undang-Undang Pilkada masih otonominya sebebas-bebasnya, tak jadi barang ini nanti.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik,<br />

Alhamdulillaah ini kata-kata yang paling pas da<strong>ri</strong> Pak Wamen tadi, jangan melihat akherat<br />

dengan kacamata dunia, jangankan kacamata dunia dengan kacamata air.<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

Itu tidak boleh begitu.<br />

Perumpamaan itu salah.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, saudara-saudara sekalian,<br />

Selama ini kita maru reformasi birokrasi tapi tingkah laku kita tidak reformis sama sekali,<br />

tidak jalan<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

Tidak-tidak, saya belum yang tadi, saya kira itu yang struktural.<br />

Begini Pak Ketua, Pak Wamen, Pak peme<strong>ri</strong>ntah, jadi saya kira begini, da<strong>ri</strong> paparan yang<br />

disampaikan oleh peme<strong>ri</strong>ntah tadi ya, yang struktural sudah selesai Pak, kaitannya dengan<br />

Jabatan Eksekutif Senior tadi sudah selesai.<br />

Tetapi untuk fungsional Pak kita kema<strong>ri</strong>n sudah sepakat bahwa <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini harus<br />

memayungi semua jabatan sipil yang berserakan dimana-mana itu. Ma<strong>ri</strong> kita, nah karena itu tadi<br />

te<strong>ri</strong>ma kasih kepada peme<strong>ri</strong>ntah, yang tadi dalam paparan tabulasinya jelas. Pertama, bahwa<br />

va<strong>ri</strong>asi jabatan fungsional itu lebih da<strong>ri</strong> 100 va<strong>ri</strong>asinya. Lalu yang kedua adalah batasannya itu<br />

masih beranjak tidak karu-karuan, ada yang 62 ada yang 70. Nah menurut saya Pak, <strong>undang</strong><strong>undang</strong><br />

ini harus membe<strong>ri</strong>kan ko<strong>ri</strong>dor bahwa fungsional itu maksimalnya sekian. Harus ada Pak di<br />

sini Pak ya.<br />

24


Lalu yang ketiga adalah da<strong>ri</strong> sisi va<strong>ri</strong>asi peraturan Pak, ada yang <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>, ada<br />

yang Keppres, ada yang Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah. Kalau <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini lahir Pak Ketua harus<br />

mampu menjawab bahwa itu semua... peraturan Pak, tidak boleh kemudian karena ini penyuluh,<br />

yang usul pertanian mohon maaf ini cukup dengan... Presiden. Kemudian itu apa tadi dan lain-lain<br />

tadi kan berbeda-beda sekali va<strong>ri</strong>asinya Pak Wakil Mente<strong>ri</strong>. Jadi tidak boleh ke depan.<br />

Jadi va<strong>ri</strong>asi-va<strong>ri</strong>asi itu yang saya kira kemudian itu tidak menimbulkan persoalan. Belum<br />

lagi bicara hakim tadi itu. Hakim ada yang sampai dengan 70, ada yang 58, ada yang 60. Nah<br />

komitmen kita kesepakatan kita kema<strong>ri</strong>n adalah <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini harus memayungi semua<br />

aparat sipil yang berserakan dimana-mana itu Pak Ketua. Jadi karena itu harus ada satu rumusan<br />

yang konk<strong>ri</strong>t bahwa inilah yang bisa menjadi payung Aparatur Sipil Negara yang... dimana-mana.<br />

Walaupun secara kelembagaan masing-masing mereka fungsi-fungsinya itu adalah ditetapkan<br />

oleh pada lembaga masing-masing. Jadi saya kira kita menciptakan payung Pak Ketua.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Ini saya kira benar sekali yang disampaikan beliau ini. Maksudnya begini Pak, ada payung<br />

hukum, kita tidak menentukan harus sekian-sekian tidak, tetapi harus ada ketentuannya apakah<br />

dengan PP saja, apakah dengan <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>, ini harus jelas, bahwa penentuan di dalam itu<br />

harus dilakukan dengan ini kan begitu Pak. Batas umur tertinggi adalah ini. Jadi supaya tidak<br />

semua orang menciptakan semaunya sendi<strong>ri</strong>. Dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini kita be<strong>ri</strong>kan pagar-pagar<br />

itu saja Pak.<br />

Baik saya kembalikan dulu ke peme<strong>ri</strong>ntah barangkali sebelum yang lain.<br />

Silakan Pak.<br />

PEMERINTAH:<br />

Baik Pak, te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Kami juga peme<strong>ri</strong>ntah sependapat bahwa di dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini juga harus bisa<br />

membe<strong>ri</strong>kan suatu guidance seperti yang tadi disampaikan oleh Pak Muqowam. Pertama, bahwa<br />

jangan sampai ke depan akan lahir BUP-BUP pada <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> sektoral. Itu dalam <strong>undang</strong><strong>undang</strong><br />

ini supaya mengamanatkan itu. Yang kedua adalah kita perlu menentukan batas minimum<br />

BUP itu berapa untuk fungsional dan maksimum itu berapa. Namun minimum maupun maksimum<br />

maupun yang... tadi kan antara 60 sampai 70 itu yang tertinggi. Itu masing-masing level ini ada<br />

k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a Pak barangkali itu.<br />

Kalau 60 tahun itu k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>anya pe<strong>kerja</strong>an-pe<strong>kerja</strong>an yang seperti apa. Kalau 65 tahun<br />

misalnya yang kaya apa. 70 tahun yang kaya apa k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a-k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a pe<strong>kerja</strong>an yang dilakukan oleh<br />

pemangku jabatan fungsional itu, ini saran pendapat kami.<br />

Mungkin teman-teman da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah barangkali da<strong>ri</strong> BKN.<br />

Demikian Pimpinan.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik.<br />

Kalau begitu, kita kembalikan nanti dulu untuk menyusun ini Pak, jadi 3 kita menyusun ini<br />

saja, dan merumuskan kembali tentang hal-hal yang merupakan rambu-rambu ini kita mesti<br />

rumuskan. Saya kira begitu ya?<br />

25


F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

... putuskan Pak batasan minimum dan maksimum tadi sekarang ini, karena nanti akan<br />

diatur lebih lanjut dengan peraturan peme<strong>ri</strong>ntah, terkait banyaknya jabatan fungsioanal itu. Jadi<br />

harus ada BUP minimum dan maksimumnya. Saya setuju itu, cuma pengaturan lebih lanjut harus<br />

dengan PP.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Saya kira begitu.<br />

Ada lagi?<br />

Cukup ya? Setuju ya?<br />

Peme<strong>ri</strong>ntah sudah sepakat tadi?<br />

PEMERINTAH :<br />

Jadi hanya dua saja Pak, pertama batas minimum dan maksimumnya yang akan diatur,<br />

yang kedua adalah... dalam PP, cukup begitu saja Pak.<br />

Masalahnya kan gini Pak, bagaimana kita mencegah... ada <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> lahir lalu<br />

menetapkan BUP,...(tidak menggunakan mic)<br />

KETUA RAPAT:<br />

Maksimum 70.<br />

Tapi jangan sampai ada lagi nanti ada 75, jangan sampai lagi.<br />

PEMERINTAH :<br />

Kalau kami Pak peme<strong>ri</strong>ntah, minimum itu 58 tahun, seperti yang tadi administratif.<br />

Berangkat da<strong>ri</strong> angka 58, maksimumnya barangkali apakah 70, tapi nanti ya itu, cuma tadi ada<br />

usul pemikiran kami nanti cenderung orang kan menca<strong>ri</strong> yang maksimum gitu loh Pak, kalau<br />

dikasih ruang itu nanti la<strong>ri</strong>nya maunya 70 semua. Nah kita kan perlu menentukan k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a Pak, yang<br />

60 itu yang 58 itu pe<strong>kerja</strong>annya yang kaya apa k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>anya, yang 65 misalnya, yang 60 itu kaya<br />

apa, sehingga orang tidak bebas dan menghinda<strong>ri</strong> kecenderungan pasti menca<strong>ri</strong> yang maksimum.<br />

Iya di dalam PP-nya nanti diatur iya, ada kata-kata k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a tadi ya.<br />

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):<br />

Nah karena itu Pak, tadi di dalam pasal harus jelas di situ, sehingga ammar mengenai<br />

batasan, mengenai peraturan harus satu, PP Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah, tidak boleh ada Keppres,<br />

harus satu. Lalu harus norma mengenai k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a harus ada Pak, norma tentang k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a itu sendi<strong>ri</strong>.<br />

Jadi k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a untuk penentuan usia batas usia pensiun, ditetapkan berdasarkan k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a-k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a yang<br />

akan kemudian diatur peraturan peme<strong>ri</strong>ntah. Nah itu saya kira diterminalisasinya ke sana Pak.<br />

Kalau tidak, maunya 70 semua Pak.<br />

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):<br />

Sebetulnya di dalam pasal sebelumnya, karena ada grading tadi, ada kelompok tadi, itu<br />

nanti bisa membe<strong>ri</strong>kan arah ke situ Pak. Misalnya untuk fungsional ahli pertama, ahli muda, ahli<br />

madya, ahli utama yang kemudian nanti akan dibuat k<strong>ri</strong>te<strong>ri</strong>a lebih lanjut sesuai dengan jenis<br />

jabatan fungsional itu yang nanti mengarah kepada umur yang antara 58 tahun sampai 70 tahun<br />

itu. Jadi grade itu, ya ini fungsional, ini fungsional begini juga.<br />

26


KETUA RAPAT:<br />

Baik-baik.<br />

Nanti kita mintakan peme<strong>ri</strong>ntah menyusun ini ya?<br />

Oke saya kira sudah cukup ya sudah?<br />

Peme<strong>ri</strong>ntah, kita sampaikan besok pagi ya, besok pagi....Oke selesai.<br />

PEMERINTAH:<br />

(RAPAT:SETUJU)<br />

Kita sekarang, Pak Tasdik, sekarang apa ini?<br />

Sekarang...organisasi ASN, Pak.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, saya sampaikan 3 hal, yang pertama adalah sistem informasi sudah jelas, Sistem<br />

Informasi ASN, silakan.<br />

PEMERINTAH:<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

Didalam cluster sistem informasi ASN, pada p<strong>ri</strong>nsipnya dalam pembahasan Pokja dan<br />

penserasian ada pemikiran bahwa kiranya kepada BKN itu untuk dibe<strong>ri</strong>kan kewenangan mengelola<br />

sistem informasi ASN. Ini pokok pikirannya disitu. Oleh karena itu, maka didalam perumusan DIM<br />

347 Pasal 110 ayat (2) peme<strong>ri</strong>ntah mengusulkan rumusannya menjadi sistem informasi aparatur<br />

sipil negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan secara nasional dan<br />

te<strong>ri</strong>ntegrasi antar berbagai instansi dan dikelola oleh BKN. Ini rumusan ayat (2) usulan kami begitu.<br />

Demikian Pimpinan, BKN, Badan Kepegawaian Negara .<br />

KETUA RAPAT:<br />

Silakan pendapat teman-teman.<br />

F-PPP (DRS.H.AKHMAD MUQOWAM):<br />

Ya, saya kira begini, Pak Ketua. Didalam rumusan hubungan antar lembaga ini, Pak<br />

Tasdik, koordinasi itu kadang-kadang diplesetkan menjadi kordinasi. Nah, karena itu Pak, antara,<br />

saya minta Pimpinan itu dijelaskan hubungan skematik antara lembaga administrasi negara, BKN,<br />

dengan satu lagi adalah KASN yang kema<strong>ri</strong>n sempat muncul bahwa didalam pola hubungan ini<br />

dampak atau rumusan-rumusannya dapat dipahami. Saya ingin exercise ya, bagaimana agar<br />

Kepala BKN, kemudian LAN, kemudian juga KASN tadi ini kita membe<strong>ri</strong>kan suatu garansi bahwa<br />

...arahan, Pak. Bahwa ...tidak ada problematika hubungan antar lembaga itu sendi<strong>ri</strong> yang pertama.<br />

Lalu yang kedua, adalah terhadap usulan ini Pak, ini sistem informasi ASN saya ingin tanya ini<br />

kepada Ahli Hukum, penasehat hukum kita ini, kira-kira didalam pengelolaan ini, dan juga Pak<br />

Wamen barangkali efektifikasi sistem informasi itu di BKN atau di KASN, Pak yang paling efektif,<br />

karena kalau kita berbicara mengenai ASN, ini kan luar biasa ada sekitar 5 juta sekian itu, jadi<br />

saya ingin disimulasikan dengan pemikiran kita semua mana yang paling efektif, apakah BKN atau<br />

yang lain sekalipun itu misalnya Kemente<strong>ri</strong>an PAN dan yang tadi pertama adalah saya minta<br />

dijelaskan, dibantu penjelasan mengenai hubungan yang koordinatif antar lembaga-lembaga, 4,<br />

Menpan, BKN, LAN dan KASN itu.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Ketua.<br />

27


KETUA RAPAT:<br />

Ada lagi?<br />

Pak Gama<strong>ri</strong> silakan.<br />

F-PKS (H.M GAMARI SUTRISNO):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Existing yang ada itu kalau tidak salah ya, BKN sedang membangun sistem informasi<br />

kepegawaian, ya Pak ya? Yang kalau Undang-<strong>undang</strong> nanti disahkan akan berubah menjadi<br />

sistem informasi ASN. Nah, ini BKN kan sudah melakukan investasi untuk pengembangan sistem<br />

informasi kepegawaian yang nantinya menjadi sistem informasi ASN, memang kalau untuk<br />

efektifitas dan efisiensi, logikanya memang disana, karena disana memang sudah dibangun,<br />

walaupun hasilnya seperti apa saya belum tahu, tapi informasi yang saya dengar masih<br />

meragukan itu, Pak, tapi kita bukan...Nah, kalau da<strong>ri</strong> sisi Aparatur Sipil Negara, memang<br />

nampaknya institusi yang paling tepat di BKN, cuman yang ada di benak saya ini apakah tidak<br />

perlu kita pertimbangkan kalau ini adanya di Kemente<strong>ri</strong>an PAN dan Reformasi Birokrasi ini saja<br />

sebagai pertimbangan. Memang sekarang ini pembangunan sistem informasi kepegawaian sudah<br />

dilakukan di BKN, tapi BKN ini kan secara institusi dia bukan kemente<strong>ri</strong>an, dia lembaga negara non<br />

kemente<strong>ri</strong>an, ya, ya. Nah, ini saya memang kembalikan ke peme<strong>ri</strong>ntah itu, kalau di benak saya ada<br />

dua alternatif, tetap di BKN atau diangkat pada tingkat Kemente<strong>ri</strong>an PAN dan Reformasi Birokrasi,<br />

tergantung pada peme<strong>ri</strong>ntah karena yang tahu persis urusan ini adalah peme<strong>ri</strong>ntah. Hanya itu saja<br />

pertimbangan saya.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Ada pendapat lain? Kalau menurut saya, BKN itu sudah be<strong>kerja</strong> dengan baik, mengenai<br />

masalah kepegawaian dan diharapkan ke depan lebih baik lagi. Untuk data-data yang ada<br />

mengenai PNS sudah tertata rapi dan bahkan yang pensiun pun juga sudah dibenahi. Menurut<br />

saya, data tetap di BKN, hanya saja perlu diatur mekanisme mengeluar-masukkan data di BKN.<br />

Siapa saja yang boleh mengakses, misalkan dalam suatu saat KASN minta data kepada BKN,<br />

jangan-jangan yang diki<strong>ri</strong>m nanti data-data orangnya saja, misalkan, diperlukan untuk mutasi,<br />

untuk apa dan sebagainya,untuk. Nah itu harus dituangkan dengan apakah Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah<br />

atau disini, bahwa kewajiban BKN menyiapkan data untuk KASN itu harus ada, disini kan baru<br />

mengatur data KASN titik. Seperti kita memberlakukan BPS. BPS itu menyiapkan data, mereka<br />

menyiapkannya data, mengolah sudah titik. Penggunanya adalah instansi lain. Jadi siapa yang<br />

menggunakan data itu diatur dan bahkan yang lalai terhadap itupun dikenakan sanksi. Nah disini<br />

perlu dibuatkan semacam kaitan antara ASN, KASN dengan BKN ini sehingga penca<strong>ri</strong> datanya<br />

bisa langsung. Tidak harus melalui birokrasi yang rumit-rumit, karena BKN wajib menyuplai data<br />

kepada KASN. Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Baik, Bapak dan Ibu sekalian,<br />

Ada pendapat lain?<br />

28


F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC):<br />

Baik, te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

Pertama, yang menyangkut dengan BKN, terkait dengan pembangunan atau pengelolaan<br />

sistem informasi ASN, peme<strong>ri</strong>ntah tadi yang sudah kami sampaikan, seyogyanya peran itu tetap<br />

dilakukan oleh BKN, karena didalam Undang-<strong>undang</strong> No.39 BKN itu termasuk LPNK dan juga<br />

turunannya peraturan Presiden, BKN, LAN itu berada dibawah koordinasi Kemente<strong>ri</strong>an PAN,<br />

perumus kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi ada pada<br />

Kemente<strong>ri</strong>an PAN. Menyangkut kebutuhan data dan informasi terkait dengan ASN saya rasa<br />

secara teknis tetap cukup dilakukan oleh BKN, tapi terkait dengan kebijakan-kebijakan di bidang<br />

pengembangan sistem informasi ada di Kemente<strong>ri</strong>an PAN dan sesuai dengan ketentuan bahwa<br />

BKN itu ada...sebagai salah satu bentuk lembaga peme<strong>ri</strong>ntah non kemente<strong>ri</strong>an, itu memang<br />

berada dibawah koordinasi kemente<strong>ri</strong>an dan BKN atau LPNK yang dibentuk adalah tugas<br />

utamanya adalah mendukung tugas dan fungsi Kemente<strong>ri</strong>an. Jadi menurut pendapat kami, fungsi<br />

ini, peran ini tetap dilakukan saja oleh BKN.<br />

Terkait dengan hubungan BKN dan KASN, bahwa didalam pembahasan nanti yang<br />

menyangkut masalah struktur dan tugas ke KASN itu nanti salah satu Sekreta<strong>ri</strong>at KASN itu ex<br />

officio BKN, jadi secara fungsional nanti BKN akan mensuplai kebutuhan-kebutuhan data dan<br />

informasi yang terkait dengan ASN, jadi itu nanti ada kaitannya kesana Pak, tapi dalam struktur<br />

KASN dimana Sekreta<strong>ri</strong>s atau Sekreta<strong>ri</strong>at KASN nanti ex officio adalah BKN, tetapi beliau bukan<br />

anggota, ia hanya mensupport,...Sekjennya atau apalah nanti kita rumuskan. ...efisiensi. Demikian<br />

Pimpinan.<br />

PEMERINTAH (KEPALA BKN):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Bapak Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat.<br />

Pak Wamen, teman-teman da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

Sebetulnya hal ini secara existing sejak Kantor Urusan Pegawai dulu data kepegawaian itu<br />

juga ada di Kantor Urusan Pegawai (KUP) berubah menjadi BAKN, kemudian pengelolaan data<br />

kepegawaian juga ada di BAKN dan BAKN menjadi BKN, sampai sekarang data kepegawaian itu<br />

secara nasional juga ada disana. Perkembangan yang terjadi dengan kemajuan teknologi<br />

informasi data-data fisik kepegawaian itu di, juga ditransfer dalam database kepegawaian sejak<br />

tahun 90-an dan sampai sekarang dikembangkan secara terus menerus, mudah-mudahan data<br />

dan informasi kepegawaian makin ha<strong>ri</strong> makin baik,<br />

Berkaitan dengan data kepegawaian ini ada dua jenis yaitu hardcopy yang disebut naskah<br />

kepegawaian itu juga di...BKN, dan yang soft copy databasenya juga ada disana. Jadi, mengenai<br />

penggunaannya, sebetulnya secara teknis instansi manapun yang memerlukan data kepegawaian<br />

juga bisa akses dengan BKN dan juga sistem yang kita bangun itu te<strong>ri</strong>ntegrasi dengan semua<br />

instansi peme<strong>ri</strong>ntah yang ada dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian be<strong>ri</strong>ntegrasi, bisa<br />

langsung akses secara online dengan BKN, itu salah satu upaya untuk membangun data base<br />

yang selalu terupdate. Saya kira itu yang kami sampaikan dan sebetulnya itu bukan hal baru, tetapi<br />

memang pe<strong>kerja</strong>an itu selama ini ada disana, te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

29


F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC):<br />

Tadi Pak Sestama, Pak...menjelaskan bahwa nanti data akan dikelola secara ex officio di<br />

tingkat secara ex officio bahwa Sekreta<strong>ri</strong>at di KASN ini akan menjadi yang mengolah data. Nah,<br />

saya ingin usul kepada Pimpinan, bahwa sekalian saja kita bicarakan struktur organisasi KASN ini<br />

seperti apa, untuk apakah nantinya Kepala Sekreta<strong>ri</strong>atnya itu Eselon II, Eselon I, atau Eksekutif<br />

Senior yang paling atas tadi itu sehingga kita bisa menempatkannya mengaturnya supaya nanti<br />

KASN ini benar-benar mempunyai kewibawaan yang tinggi dan jangan kita salah<br />

menempatkannya. Jadi saya usul supaya struktur di KASN kita bicarakan juga.<br />

F-PKS (H.M GAMARI SUTRISNO):<br />

Kalau Undang-<strong>undang</strong> ini lahir, saya kira berpengaruh juga nomenklatur BKN. Ini kan<br />

Aparatur Sipil Negara, apalagi ASN atau...di Undang-<strong>undang</strong>, maka bentukan BKN, ya itu<br />

makanya pencantuman BKN apa di Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah atau tidak disini, maka konsep kita ini<br />

tidak mencantumkan karena konsekuensi da<strong>ri</strong> Undang-<strong>undang</strong> ini bisa menimbulkan perubahan<br />

nomenklatur lembaga karena beda kedepan ini mau mengatur juga soal pegawai BKN serta<br />

peme<strong>ri</strong>ntah dan sementara yang kita atur sekarang ini hanya PNS. Jadi menurut hemat saya<br />

enggak perlu dituangkan inilah Pak, ya, silakan nanti Menpan berkoordinasi kalau memang<br />

kenyataannya BKN ini yang sekarang ini memang sudah tercantum disitu, kita kasihlah, enggak<br />

usah disebutkan dalam Undang-<strong>undang</strong>, nanti terlalu...enggak jalan ini, Pak. Jadi menurut saya<br />

enggak perlu dicantumkan dikelola oleh BKN, hapus saja, kembali ke konsep yang awal saja.<br />

F-PPP (DRS.H.AKHMAD MUQOWAM):<br />

Ya, sebelum peme<strong>ri</strong>ntah, ini memang soal nomenklatur ini, Garuda itu simbol saja berubah<br />

itu Rp8 milyar,Pertamina sama...itu puluhan milyar itu, Pak. Implikasinya itu luar biasa perubahan<br />

itu Pak. Mulai da<strong>ri</strong> invoice...surat menyurat sampai dengan baliho itu, berubah semua luar biasa.<br />

Kemudian pengalaman ini, pengalaman seperti ini saya kira, tadi Pak Gama<strong>ri</strong> menyampaikan<br />

bahwa harus ada ex officio tadi siapa yang menyampaikan, Pak Gama<strong>ri</strong>, peme<strong>ri</strong>ntah ? saya kira<br />

setuju saya, harus ada cantolan ex officio, Pak, sebab kalau tidak koordinasi itu paling sulit<br />

...Koordinasi itu gampang tapi sulit dilakukan. Nah, harus ada cantolan disitu ex officio.<br />

Lalu yang kedua adalah saya ingin menjembatani ini, Pak Gama<strong>ri</strong>, yang dikelola oleh<br />

sebuah institusi yang menangani kepegawaian negara. Nah, ya jadi saya kira harus ada, otomatis<br />

kalimat yang muncul adalah bukan huruf capital, Pak , huruf kecil semua, sebab kata suatu dan<br />

satu saja Pak ini menjadi perkara Pak nanti kalau di MA. Jadi karena itu, Pak Gama<strong>ri</strong>, kali ini bapak<br />

anulah, agak merubah pemikiran saya. Selama ini kan bapak dominatif, gitu kan? Tidak juga ya. Ini<br />

kan cara mengambil hati orang begitu, Pak, kalau hatinya diambil apapun dikasih,Pak. Jadi yang<br />

dikelola oleh institusi apalah gitulah, itu saya kira...<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, saya kira permasalahannya hanya menca<strong>ri</strong> nomenklaturnya saja kan? Baik, p<strong>ri</strong>nsip<br />

dasarnya sudah bisa dite<strong>ri</strong>ma, kan gitu. Ya, kelembagaannya, pengistilahan kelembagaannya,<br />

cuma itu saja, tapi p<strong>ri</strong>nsip dasarnya bisa dite<strong>ri</strong>ma. Oke?<br />

Peme<strong>ri</strong>ntah.<br />

30


PEMERINTAH:<br />

Baik, Pak, kami setuju.<br />

KETUA RAPAT:<br />

......:<br />

Setuju, oke?<br />

...da<strong>ri</strong> banyak lembaga-lembaga yang sudah di....padahal ........lembaga....kedepan...kita<br />

sebut BKN.....jadi saya setuju tadi membe<strong>ri</strong>kan....institusi yang mengelola.....<br />

KETUA RAPAT:<br />

Peme<strong>ri</strong>ntah oke?<br />

Setuju semua?<br />

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB):<br />

Untuk sementara begini Pak,dikelola oleh instansi yang menyelenggarakan urusan<br />

peme<strong>ri</strong>ntahan sesuai fungsinya...sampai Manajemen ASN saja.<br />

Pimpinan,<br />

Agar menjamin kepastian hukum, kalau menyelenggarakan manajemen ASN, orang masih<br />

bertanya-tanya siapa ini? Nanti didalam penjelasan pasal ini perlu ada ketegasan bahwa yang<br />

saat ini dilakukan oleh BKN, supaya ada penjelasan yang membe<strong>ri</strong>kan kepastian bahwa yang<br />

dimaksud disini adalah BKN. Tadi kan ada keragu-raguan, kalau disini langsung disebut nama<br />

yang baru, dampak konsekuensinya karena akan merubah segala itu. Demikian Pimpinan.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Ini Undang-<strong>undang</strong> ini bunyinya begini, BKN berkaitan dengan kewenangan pembinaan<br />

manajemen pegawai ASN. Jadi manajemen pegawai ASN , pembinaan manajemen pegawai ASN,<br />

jadi yang membina, yang membina manajemen pegawai ASN. Yang melaksanakan pembinaan.<br />

Kalau seperti itu....nanti kita lihat da<strong>ri</strong> segi legal drafting dan da<strong>ri</strong> segi pembinaan bahasa kita<br />

cocokkan nanti, tapi p<strong>ri</strong>nsip dasarnya seperti itu. Oke, setuju ya?<br />

Ya sudah, oke ya.<br />

Silakan.<br />

PEMERINTAH (KEPALA BKN):<br />

Mohon ijin Pimpinan.<br />

(RAPAT : SETUJU)<br />

Jadi ada usul da<strong>ri</strong> teman-teman, bahwa mengenai pegawai ASN itu, ASN itu sudah<br />

Aparatur Sipil Negara, definisinya itu. Manajemen ASN.<br />

31


KETUA RAPAT:<br />

Oke...<br />

Penyelesaian sengketa pegawai ASN.<br />

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB):<br />

Pimpinan,<br />

(RAPAT : SETUJU)<br />

Untuk penyelesaian sengketa ASN, ini kata-kata pegawai dihapus saja. Ya. Hasil Rapat<br />

Pokja membe<strong>ri</strong>kan catatan usulan pemikiran bahwa penyelesaian sengketa dalam hal<br />

pemberhentian pegawai ASN harus melalui PTUN. Penyelesaian diluar permasalahan<br />

pemberhentian pegawai ASN, ini pegawainya juga...misalnya terkait dengan sengketa netralitas<br />

diselesaikan melalui KASN secara mediasi. Oleh karena itu, kami mengusulkan didalam<br />

perumusan Pasal 112 ayat (1), bunyinya berubah menjadi ayat (1) Sengketa pegawai ASN<br />

diselesaikan melalui keberatan dan Peradilan Tata Usaha Negara. Kemudian didalam ayat (2)nya,<br />

dirumuskan, Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa kepegawaian sebagaimana<br />

dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah. Kemudian, ayat (3)<br />

sampai dengan ayat (5) berbunyi, upaya administratif sebagaimana dimaksud pada ayat(1) terdi<strong>ri</strong><br />

da<strong>ri</strong> keberatan dan banding administratif, ayat (4) ini mestinya ayat (4) ini , keberatan sebagaimana<br />

dimaksud pada ayat (2) diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang,<br />

menghukum dengan memuat alasan keberatan dan tembusan yang disampaikan kepada pejabat<br />

yang berwenang menghukum. Ayat (5) Banding administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4)<br />

diajukan kepada Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara. Nah ini sesuai dengan ya, nanti kami<br />

sampaikan kepada BKN. Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif diatur dengan<br />

Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah. Jadi ada pemikiran, Bapak Pimpinan da<strong>ri</strong> Bapak Menpan khususnya,<br />

bahwa praktek itu kedepan tidak diperlukan lagi. Jadi semua keberatan terhadap putusan<br />

pemberhentian PNS itu diselesaikan melalui...sesuai dengan ..ini. Pertimbangannya adalah, kalau<br />

ini dilanjutkan, praktek seperti sekarang ini, tidak obyektif katakanlah, karena informasi-informasi<br />

yang ....juga tentunya tidak melihat secara nyata di lapangan, karena ini menyangkut rasa<br />

keadilan. Lebih baik, disarankan untuk diserahkan menjadi fungsi PTUN. Itu. Hanya memang<br />

muncul beberapa pemikiran juga terkait dengan pemindahan kerangka.....penghapusan...menjadi<br />

peran PTUN adalah kalau PNS ini beracara di Pengadilan, ini fakta, Pak, itu pembiayaannya<br />

cukup besar. Ini fakta. Jadi di sisi lain PNS menghadapi problem karena dia dipecat diberhentikan<br />

da<strong>ri</strong> pegawai, di sisi lain kalau dia mau mengajukan keberatan harus melalui pengadilan dan<br />

faktanya sekarang proses di pengadilan, katakanlah kalau dia menggunakan Pengacara itu akan<br />

berkonsekuensi pada masalah pembiayaan. Ini diskusi kami di peme<strong>ri</strong>ntah ada semacam itu dan<br />

ini mohon untuk dibahas lebih komprehensif lagi, supaya Undang-<strong>undang</strong> ini nanti betul-betul<br />

efektif didalam pelaksanaannya bisa d<strong>ii</strong>mplementasikan secara efektif dan justru tidak<br />

menimbulkan masalah-masalah baru lagi di kemudian ha<strong>ri</strong>. Ini semangat kita begitu. Namun<br />

demikian, kami mohon masukan pendapat saran da<strong>ri</strong> teman-teman BKN, Pak Eko, silakan Pak.<br />

32


PEMERINTAH (KEPALA BKN):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Kasus-kasus yang ditangani Badan Pertimbangan Kepegawaian ini adalah kasus-kasus<br />

yang terkait dengan hukuman disiplin berat, terutama pemberhentian dan praktek yang ada<br />

sekarang da<strong>ri</strong> kasus yang ditangani Bapeg sebagian juga kalau tidak puas terhadap keputusan<br />

Bapeg, yang bersangkutan juga bisa ke TUN, jadi Bapeg ini peradilan pertama. Tetapi, secara<br />

umum lebih banyak yang diselesaikan di Bapeg dan yang ke TUN juga tidak begitu banyak. Jadi,<br />

kalau da<strong>ri</strong> sisi peraturan per<strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>an mungkin yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa<br />

kasus-kasus yang ditangani Bapeg ini kan kasus hukum sebaiknya tidak ditangani oleh Eksekutif<br />

tapi memang di lembaga peradilan. Saya kira pemikiran yang terjadi kenapa diusulkan untuk<br />

ditangani langsung oleh PTUN seperti itu.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Ada tanggapan teman-teman?<br />

Silakan.<br />

PEMERINTAH (WAMENPAN):<br />

Pimpinan,<br />

Saya menambahkan.<br />

Jadi kalau di RUU Administrasi Peme<strong>ri</strong>ntahan yang sudah hampir 9 tahun dibahas<br />

memang itu ada pasal khusus mengenai gugatan banding administratif dan gugatan di PTUN,<br />

Pak. Saya tidak tahu apa kita bisa merefer kesana saja, karena ini kan yang diberatkan<br />

sebenarnya keputusan TUN, seorang Pejabat TUN kepada pegawainya. Keberatan terhadap<br />

keputusan TUN itu sebenarnya berlaku secara universal, bisa untuk masalah kepegawaian, bisa<br />

untuk masalah-masalah lain, yang terkait dengan keputusan. Jadi sebenarnya akan bisa dibuat<br />

mudah, kalau merefer saja, tapi memang ini harus di...secara bersamaan RUU-nya. RUU-nya<br />

harus..bersamaan. Nah disana memang ada 2 level, level keberatan itu kepada atasan langsung,<br />

level banding administratif itu kepada atasan-atasannya. Kalau dia tidak tembus dengan atasanatasannya,<br />

maka dia menggunakan jalur peradilan TUN untuk memperoleh keadilan hukumnya.<br />

Jadi kira-kira begitu Pak.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Silakan.<br />

PEMERINTAH:<br />

Kami laporkan juga bahwa badan ini sebenarnya dibentuk sebelum lahirnya Undang<strong>undang</strong><br />

No.5/86 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Di kondisi itu.... Jadi Bapeg ini merujuk<br />

kepada Undang-<strong>undang</strong> 5/86 awalnya perubahan Undang-<strong>undang</strong> ...tapi Bapeg ini .....sudah<br />

sempat mau mengarah .....te<strong>ri</strong>ma kasih Pak.<br />

33


KETUA RAPAT:<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Teman-teman ada tanggapan?<br />

F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH):<br />

Enggak ada.<br />

....diserahkan ke TUN hajat ininya, diserahkan ke Bapeg pada pelaksanaannya.....Jadi<br />

kalau saya kalau memang ada rumusan yang baru mungkin, tapi kalau tidak ada rumusan baru<br />

apa yang disampaikan Pak Wamen kebetulan kita...karena...praktek saja, misalnya seorang<br />

pegawai dia karena bertengkar dengan ist<strong>ri</strong>nya dipindahkan ke kecamatan yang paling ujung<br />

dunia. Dia mengajukan ke TUN. TUN ditelpon Bupati itu saja selesai, kalah dia. Padahal, pada<br />

mate<strong>ri</strong>lnya dia benar, soal intern dia bertengkar sama ist<strong>ri</strong>nya kok dipindahkan ke kecamatan yang<br />

paling jauh. Jadi kalau ke Bapeg dia ditelpon Bupati, jangan kau atur-atur itu, itu anak buahku itu,<br />

aku yang dipilih rakyat, aku yang mengatur disini. Jadi selesai. Jadi kalau ada rumusan lain saya<br />

setuju ya, tapi apa yang dikatakan Pak Wamen tadi memang itulah kenyataan, tapi terserah<br />

kepada kawan-kawan, disini ada Prof. Muqowam, ada Prof.Gama<strong>ri</strong>, ada Prof.Nanang, ada Prof.<br />

Zainudin, Kyai, sudah selesai mereka ini saja, Pak, selesaikan ini, te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, ada lagi?<br />

F-PDIP (ZAINUN AKHMADI):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak.<br />

Nafasnya mungkin sama ya, cuman caranya yang beda. Kalau saya membaca usulan<br />

RUU ini, usulan kita maksudnya, usulan da<strong>ri</strong> DPR-RI ini sebenarnya sudah sangat<br />

praktis,padat,singkat. Saya mengartikan pada ayat (1) nya, upaya administratif itu bersifat internal<br />

dan upaya melalui PTUN bersifat eksternal. Artinya bisa di saat bersamaan ini ditempuh yang<br />

bersangkutan tentu saja, apakah dia di satu sisi juga melakukan secara internal dan di lain sisi dia<br />

melakukan secara eksternal.ini terlepas apakah biayanya mahal atau apa, bisa jadi punya<br />

pengacara yang...tapi juga ada juga yang namanya bantuan hukum secara cuma-cuma misalnya<br />

seperti itu, misalnya dia tidak mampu gitu. Ini sudah sangat anu Pak, kalau mau dilihat disini ,<br />

satu, ini satu hal. Yang kedua adalah saya kira pada ayat (5) ketentuan lebih lanjut mengenai<br />

upaya administratif diatur dengan Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah artinya yang secara internal nanti diatur<br />

peme<strong>ri</strong>ntah, peme<strong>ri</strong>ntahlah yang mengatur Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah soal ini. Ini enggak perlu<br />

ditambah gitu menurut saya ini. Hak dia sebagaimana warga Negara untuk melakukan upaya<br />

hukum melalui PTUN. Ya kita berharaplah bahwa PTUN juga tidak seperti pengadilan lain yang<br />

panjang dan melelahkan itu. Karena PTUN sendi<strong>ri</strong> juga punya aturan sendi<strong>ri</strong> dan kita harapkan<br />

juga begitu, bukan kita harapkan kedepan ini kan kadang-kadang melihat kasusnya dan<br />

sebagainya. Jadi dengan kata lain, DIMnya peme<strong>ri</strong>ntah ini menurut saya tidak perlu karena<br />

sebenarnya kita satu nafas saja. Jadi tidak perlu di ini usulan da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah tadi. Bukan<br />

diabaikan, tetapi ya toh ini sudah diatur dalam Peraturan Peme<strong>ri</strong>ntah nantinya akan diatur,<br />

sementara PTUN itu adalah hak da<strong>ri</strong>pada pegawai yang bersangkutan sebagai warga negara,<br />

te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

34


F-PKS (H.M GAMARI SUTRISNO):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak.<br />

Saya juga berpendapat senada dengan Pak Zainun. Jadi setelah saya baca, saya<br />

bandingkan ini DIM yang disampaikan oleh peme<strong>ri</strong>ntah, dengan draft yang disampaikan DPR-RI,<br />

ini tidak ada perbedaan yang p<strong>ri</strong>nsipil sebenarnya, Pak. Oleh karena ini tidak ada perbedaan yang<br />

p<strong>ri</strong>nsipil, dan ini cukup jelas, menurut hemat kami pasal yang sudah dirumuskan oleh DPR-RI ini<br />

sajalah yang kita gunakan, bahkan menurut saya ini didalam pasal-pasal yang sudah ada ini,<br />

sudah mencakup keseluruhannya. Jadi itu saja, Pak, komentar saya.<br />

F-PPP (DRS.H.AKHMAD MUQOWAM):<br />

Ya, pertama, coba draft peme<strong>ri</strong>ntah tolong tampilkan dulu. Sengketa pegawai ASN<br />

diselesaikan melalui keberatan dan peradilan tata usaha negara. Jadi saya kira ada 2, ada sedikit<br />

konfirmasi ini ada 2 cara ini, yang kemudian rumusannya disini agak berbeda, keberatan<br />

..administratif. Mana yang dipilih. Kalau ini peme<strong>ri</strong>ntah menggunakan keberatan dan PTUN, saya<br />

kira DPR-RI kan administrasi dan PTUN. Upaya administratif.<br />

F-PKS (H.M GAMARI SUTRISNO):<br />

Pak Wamen,<br />

Sebetulnya da<strong>ri</strong> rumusan kita, maaf Pak Muqowam, apa yang disampaikan sudah sama,<br />

sudah mencakup di pasal yang be<strong>ri</strong>kutnya sudah ada penjelasan.<br />

F-PPP (DRS.H.AKHMAD MUQOWAM):<br />

Ya, kemudian itu kan sengketa, kemudian administratif, keberatan kemudian banding<br />

administratif, kemudian ketentuan lebih lanjut administratif, sedangkan yang PTUN berlaku<br />

sebagaimana tidak diatur disini kan,Pak? Itu berlaku tata cara yang ada di PTUN saya kira. Ya,<br />

te<strong>ri</strong>ma kasih Pak.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Oke, saya kira hirarki dasar per<strong>undang</strong>an saja itu ya. Ma<strong>ri</strong> kita...Saya kira tidak ada<br />

masalah ini, setuju?<br />

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB):<br />

(RAPAT:SETUJU)<br />

Baik, Pak,te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

Terkait dengan organisasi ASN. Mohon nanti Pak, sebelum ini disampaikan Pak, nanti<br />

agar konsisten didalam perumusan, tadi kan didepan ada pegawai ASN, ada yang tidak pakai<br />

pegawai ASN, ini nanti supaya enggak, ya.<br />

......:<br />

Tidak menggunakan mike.<br />

35


F-PKS (H.M GAMARI SUTRISNO):<br />

Jadi kenapa pegawai?<br />

PEMERINTAH (WAMENPAN):<br />

Begini, Pak,kalau d<strong>ii</strong>jinkan Pak. Aparatur Negara terdi<strong>ri</strong> da<strong>ri</strong> Aparatur Militer dan Aparatur<br />

Sipil. Aparatur militer adalah profesi, orangnya praju<strong>ri</strong>t. Aparatur Sipil Negara, profesi orangnya<br />

pegawai. Kayaknya gitu, lebih gampang lihatnya.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Saudara sekalian,<br />

Sebentar, sebentar. Begini, begini, Pak Tasdik, Pak Wamen, ini saya ada pesan mengenai<br />

organisasi ASN ini yaitu....satu, apakah Korp<strong>ri</strong> masih kita pertahankan atau tidak, itulah....karena<br />

ini, ini yang saya pertanyakan ...<br />

PEMERINTAH (WAMENPAN):<br />

Pertanyaannya terbalik, bukan Korp<strong>ri</strong> apakah harus dibubarkan apa tidak, tetapi untuk<br />

sebuah pembinaan profesi, apakah dibutuhkan organisasi profesi apa tidak. Karena ini, ASN ini<br />

adalah sebuah profesi, biasanya sebuah profesi itu punya organisasi profesi. Yang sekarang itu<br />

kan Korp<strong>ri</strong> itu sebenarnya bukan organisasi profesi, dia organisasi paguyuban. Jadi menurut saya<br />

pertanyaan yang harus diajukan adalah apakah untuk menjaga sebuah profesi yang akan kita<br />

bentuk ini dibutuhkan sebuah organisasi profesi apa tidak. Saya menganggap kita membutuhkan<br />

organisasi profesi,tapi jangan dibayangkan bahwa ini seperti Korp<strong>ri</strong> yang sekarang , jadi mungkin<br />

Korp<strong>ri</strong>nya akan kita hapus,akan kita reform, jadi organisasi inilah yang nanti akan menjaga values<br />

ethic juga termasuk ikut menentukan membe<strong>ri</strong>kan pertimbangan-pertimbangan terhadap<br />

pelanggaran etik.jadi kalau dalam kasus Gayus, misalnya, Gayus adalah seorang ASN , seorang<br />

PNS, maka sebenarnya yang harus pertama kali menjatuhkan sanksi etik terhadap Gayus adalah<br />

organisasi ini, Pak baru nanti diserahkan kepada instansi yang bersangkutan secara formal untuk<br />

menjatuhkan sanksi. Kira-kira begitu Pak, seperti juga organisasi etik lainnya.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Bisa enggak, Pak Wamen, bajunya sama, tapi isinya seperti yang disampaikan bapak tadi,<br />

tapi bajunya tetap Korp<strong>ri</strong>. Mungkin enggak seperti itu.<br />

PEMERINTAH (WAMENPAN):<br />

Kalau jadi militer, harus pakai baju militer, Pak. Maksud saya mungkin namanya kita ubah,<br />

tidak lagi Korp<strong>ri</strong> menjadi Korps Aparatur Sipil Negara. Ya.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Satu putaran, satu putaran.<br />

Teman-teman ada tanggapan?<br />

Silakan.<br />

36


F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH):<br />

Saya Pak, karena bekas...birokrat saya, saya tetap sayang kepada Korp<strong>ri</strong> ini,tapi kalau<br />

berubah dia untuk kebaikan, oke.<br />

F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC):<br />

Apa artinya sebuah nama, kalau didalamnya diganti, tentunya kulitnya juga diganti.<br />

PEMERINTAH (WAMENPAN):<br />

Mungkin yang harus kita jawab Pak, apakah organisasi ini organisasi kedinasan, dan<br />

struktural. Ini yang menjadi isu pokok, Pak, tapi dalam pandangan, jadi peme<strong>ri</strong>ntah sendi<strong>ri</strong><br />

memang ada dua pemikiran, Pak. Ibu Diah sebagai Ketua Korp<strong>ri</strong> memang menghendaki organisasi<br />

ini sebaga organisasi kedinasan. Kedinasan maknanya menyelenggarakan sebagian fungsi<br />

peme<strong>ri</strong>ntahan, tetapi memang kontradiktif, karena fungsi peme<strong>ri</strong>ntahan itu kan sudah dibagi habis<br />

kepada fungsi-fungsi yang benar peme<strong>ri</strong>ntahan. Nah, jadi, tapi dalam pandangan kami di<br />

Kemente<strong>ri</strong>an PAN terutama dan mungkin juga kawan-kawan di BKN, organisasi ini memang<br />

seharusnya bersifat non kedinasan, supaya konsisten dengan pembagian habis tugas tadi itu.<br />

F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH):<br />

Pak,<br />

Kalau saya yang diutarakan Pak Wamenpan ini benar, tapi dengan reformasi sekarang,<br />

organisasi inilah yang mengudek-udek pos-pos itu nanti, nah kalau tidak, dia kedinasan. Ini nanti<br />

yang mem....resolusi dan sebagainya. Itu saja saya, karena reformasi kita sekarang ini tidak logika<br />

lagi sekarang ini, pendeknya seenak gue aja. Jadi begitupun, Pak Wamenlah.<br />

F-PKS (H.M GAMARI SUTRISNO):<br />

Pak Ketua.<br />

Saya kira begini, itu kan tidak ada yang beda. Apa yang diusulkan peme<strong>ri</strong>ntah, karena<br />

tanggapan peme<strong>ri</strong>ntah tetap rumusannya dengan apa yang kita susun. Jadi kalau sudah sama, ya<br />

sudah sajalah. Tidak ada lagi yang harus diperdebatkan, kan gitu. Saya lihat-lihat ini mana yang<br />

beda enggak ada dan kemudian memang tanggapan peme<strong>ri</strong>ntah itu rumusannya tetap sama<br />

dengan rumusan kita,Pak. Jadi kalau begitu tidak ada sesuatu untuk kita perdebatkan.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik. Sebetulnya kalau da<strong>ri</strong> segi peme<strong>ri</strong>ntah kita sama.<br />

Silakan.<br />

37


PEMERINTAH:<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

Ini kebetulan da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah yang hadir disini, ada Wakil Ketua Umum Korp<strong>ri</strong>, Pak Eko<br />

dan kebetulan juga saya sebagai Sekjen. Jadi sangat berkepentingan. Dalam konsep peme<strong>ri</strong>ntah<br />

kami mengusulkan agar organisasi nanti memang tugas fungsinya dalam rangka pembinaan<br />

profesi terhadap para anggotanya, seperti yang disampaikan Pak Eko, cuman memang<br />

masalahnya adalah apakah ini masuk kedinasan atau non kedinasan. Ketua Umum sudah wantiwanti<br />

kepada kami, kalau itu non kedinasan, itu akan membawa resiko yang luar biasa. Nanti bisa<br />

liar Pak, bisa kemana-mana. Cuma masalahnya lagi, kalau dia kedinasan, itu melaksanakan fungsi<br />

apa? Apakah fungsi pembinaan profesi ini termasuk dalam pengertian fungsi peme<strong>ri</strong>ntahan dan itu<br />

nanti berarti nanti didalam kelembagaannya secara struktur akan kelihatan disitu ada fungsi yang<br />

dijalankan oleh mungkin namanya menjadi Korps ini, atau apa itu. Ini Pak, yang memang kami<br />

masih agak belum firm menyangkut masalah bagaimana penempatannya kalau itu dia, kalau non<br />

kedinasan, bisa jadi dia bisa kemana-mana dan tapi kalau dimasukkan kedinasan, membawa<br />

konsekuensi harus terstruktur dalam organisasi, supaya bisa juga dibiayai juga oleh negara.<br />

Sebagai informasi Bapak dan Ibu sekalian, saat ini Korp<strong>ri</strong> ini sudah tidak mendapat dana da<strong>ri</strong><br />

APBN, karena dipermasalahkan oleh Kemenkeu tadi, ini organisasi apa? Apa fungsinya dan<br />

segala macam. Yang dibiayai APBN adalah mereka yang menjalankan fungsi peme<strong>ri</strong>ntahan. Korp<strong>ri</strong><br />

ini dipertanyakan dia menjalankan fungsi apa?Didalam struktur tidak ada, ini diskusinya panjang<br />

lebar, sampai-sampai kami agak peme<strong>ri</strong>ntah pusing juga menyangkut masalah ini karena nasib<br />

teman-teman yang ada di Sekreta<strong>ri</strong>at Korp<strong>ri</strong> di berbagai kemente<strong>ri</strong>an sudah hampir setahun lebih<br />

tidak mendapat tunjangan, karena Kemenkeu masih mempersoalkan masalah kejelasan status ini,<br />

walaupun didalam Kepres 24 tegas mengatakan bahwa organisasi ini adalah dibiayai oleh APBN,<br />

tapi Kemenkeu keukeuh belum membayar masalah tunjangan bagi teman-teman PNS yang<br />

menjadi Sekreta<strong>ri</strong>at Korp<strong>ri</strong> di kemente<strong>ri</strong>an lembaga. Demikian Pimpinan, jadi memang ada<br />

persoalan itu yang, tapi kami setuju bahwa ini adalah organisasi profesi untuk membina profesi,<br />

cuman apakah kedinasan atau non kedinasan ini yang masih perlu kita diskusikan. Mungkin Pak<br />

Eko.<br />

PEMERINTAH (KEPALA BKN):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

Saya kira yang disampaikan Pak Sekjen Korp<strong>ri</strong> tadi sudah jelas sekali dan yang<br />

dibelakang ini kan Anggota Korp<strong>ri</strong> juga semuanya, Pak. Jadi kalau Sekjennya sudah bicara seperti<br />

itu, ya saya kira gambaran yang kita hadapi sekarang itu seperti itu. Jadi plus minus, plus<br />

minusnya ada juga. Tentunya yang harus kita diskusikan secara matang adalah bagaimana<br />

organisasi Korp<strong>ri</strong> atau apapun namanya ini bisa berperan baik dalam Reformasi Birokrasi.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Satu lagi, saya mau tanya Pak Eko. PTT ini masuk enggak dalam urusan....<br />

PEMERINTAH (KEPALA BKN):<br />

Selama ini kalau pegawai karena Korp Pegawai Republik Indonesia, maka yang honorer ,<br />

PTT dan sebagainya tidak termasuk dalam organisasi tersebut, dan selama ini ....pasif. Jadi setiap<br />

PNS otomatis menjadi Anggota Korps Pegawai. Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

38


F-PKS (H.M GAMARI SUTRISNO):<br />

Ya, jadi begini Pak, karena ini sebagai organisasi profesi, ASN, maka kalau kita timbangtimbang<br />

plus minusnya apakah itu kedinasan atau non kedinasan, maka manfaatnya akan lebih<br />

besar kalau itu non kedinasan. Kekhawatiran bahwa non kedinasan ini tidak terkendali,liar dan<br />

sebagainya saya kira itu bisa d<strong>ii</strong>kat oleh Undang-<strong>undang</strong> ini juga, karena disitu ada kode etik yang<br />

mengaturnya. Dia akan te<strong>ri</strong>kat kode etik. Bahwa organisasi profesi ASN ini juga nantinya akan<br />

membuat semacam quote of conduct sendi<strong>ri</strong>, silakan,tapi ada ikatan,jadi dengan demikian ada<br />

kekhawatiran nanti akan liar tidak terkendali saya kira bisa dicegah dengan cara seperti itu dan ini<br />

juga membe<strong>ri</strong>kan kesempatan kepada PTTP (Pegawai Tidak Tetap Peme<strong>ri</strong>ntah), kalau dulu<br />

memang tidak ada Undang-<strong>undang</strong> yang menampungnya. Ketika ini organisasi namanya<br />

organisasi ASN dan ASN adalah pegawai nege<strong>ri</strong> sipil dan PTTP, maka PTT pun juga boleh<br />

menjadi anggota organisasi profesi ini, walaupun dia tidak tetap. Anggota tidak tetap kan tidak apaapa,<br />

Pak. Jadi saya kira rumusan ini sudah benar. Kekhawatiran-kekhawatiran kalau itu nanti tidak<br />

terkendali, saya kira sudah bisa kita jawab dengan pasal-pasal yang ada di Undang-<strong>undang</strong> ini,<br />

te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

F-PDIP (ZAINUN AKHMADI):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pimpinan.<br />

Pak Tasdik ini selaku Sekjen atau Wakil Ketua yang ada disini, ini kalau soal bunyi<br />

pasalnya ini kita sudah senafas ya Pak ya. Tidak ada masalah, apalagi disini akan diatur lebih<br />

lanjut dalam Peraturan Mente<strong>ri</strong>, jadi nanti disana lebih jauh.Cuma yang saya ingin tahu, ....Korp<strong>ri</strong><br />

yang ada sekarang ini, itu bagaimana tadi sudah tidak dapat dana lagi da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah ? Saya<br />

ingin tahu, apakah selama ini, atau sampai sekarang ini masih punya aset atau tidak, Pak,<br />

kekayaan, satu itu Pak. Lalu keuangannya bagaimana, Pak. Kalau disana apa punya AD/ART, Pak<br />

? lalu forum tertingginya itu ...loh ini sudah jauh Undang-<strong>undang</strong>nya ini. Menyikapi Undang-<strong>undang</strong><br />

ASN ini tentunya kalau disetujui, lalu kecenderungannya kemana misalnya, apakah masih tadi,<br />

mempertahankan nama Korp<strong>ri</strong> atau berganti nama tadi. Terus menurut Korp<strong>ri</strong> sendi<strong>ri</strong> sekarang ini,<br />

baiknya kedinasan atau non kedinasan? Tadi Pak Tasdik masih ragu-ragu. Justru menyerahkan<br />

kepada kami,tapi maksud saya sikap da<strong>ri</strong> Korp<strong>ri</strong> itu sendi<strong>ri</strong> bagaimana? Maksud saya itu Pak.<br />

Rasanya kalau sudah disana, dengan segala evaluasi yang ada, maka tidak perlu ada<br />

kekhawatiran kalau ini mau jadi kedinasan atau tidak, gitu Pak. Artinya dengan suatu keputusan<br />

da<strong>ri</strong> Korp<strong>ri</strong> itu sendi<strong>ri</strong>. Saya sendi<strong>ri</strong> memandang, kalau ini adalah non kedinasan, justru akan lebih<br />

profesional,lebih aspiratif, karena tidak te<strong>ri</strong>kat lagi, dimana kalau kedinasan kan dimana dia jadi<br />

Bos, kemudian kita kan akan khawatir menyampaikan aspirasi atau k<strong>ri</strong>tik atau apa gitu, tapi kalau<br />

itu non kedinasan, barangkali yang jadi Sekjen Korp<strong>ri</strong> itu misalnya gitu tidak perlu berpangkat tinggi<br />

misalnya, karena memang diputuskan secara demokratis. Sama juga misalnya SPSI (Se<strong>ri</strong>kat<br />

Pe<strong>kerja</strong> Seluruh Indonesia), bukan PSSI ya Pak ya, SPSI, PGRI, PWI dan sebagainya itu. Kira-kira<br />

gambaran saya gitu, tapi kalau secara keseluruhan, Pak, sebelum...ini nampaknya sudah sama<br />

dengan kita, hanya saya ingin tahu lebih banyak tentang Korp<strong>ri</strong> tadi, Pak. Te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

F-PPP (DRS.H.AKHMAD MUQOWAM):<br />

Ya, saya pusing juga ini Pak Tasdik, karena Korp<strong>ri</strong> ini kan histo<strong>ri</strong>callynya adalah orde baru<br />

ini. Ya, jadi karena itu kan, ya kita tahulah di masa lalu, tetapi kemudian ini kita dihadapkan pada<br />

persoalan ini apakah kedinasan atau non kedinasan. Korp<strong>ri</strong> berdefinisi itu bukan kedinasan, per<br />

definisi. Harus dimaknai seperti itu. Dia adalah, saya pegawai nege<strong>ri</strong>, berkumpul-kumpul, karena<br />

itu adalah, saya kira Pak Wakil Mente<strong>ri</strong> ini adalah cantolan tertinggi untuk organisasi ASN yang<br />

akan jadi ini. ...enggak ada. Jadi karena itu ini harus hati-hati, positioning da<strong>ri</strong>pada Korps Pegawai<br />

39


ASN ini adalah per definisi, per organisasi, itu dia bukan kedinasan, tetapi bahwa dia supported<br />

kepada kedinasan ya. Sekarang problemnya adalah dihadapkan kepada, bahasanya Kyai<br />

AW.Dalimunthe adalah maduroh dan manfaat ha<strong>ri</strong> ini, Pak. Kalau da<strong>ri</strong> manfaat, ya ha<strong>ri</strong> ini, apalagi<br />

sudah ada kesadaran bahwa ini adalah merupakan bukan untuk menyampaikan aspirasi saya kira,<br />

tapi adalah wadah pembinaan profesi. Nah, karena itu Pak Wamen, kalau ada yu<strong>ri</strong>sdiksi disini<br />

sekali lagi saya minta pertimbangan,organisasi disini apakah merupakan bab atau nanti<br />

ditempelkan dimana, sebab kalau bab terlalu besar ini Pak dan resiko da<strong>ri</strong>pada ini adalah begitu<br />

masuk disini, pengertian organisasi yang ada disini adalah be<strong>ri</strong>mplikasi, berefek kepada Korp itu<br />

sendi<strong>ri</strong>, termasuk misalnya Pak, kalau ini ada bahkan dia berhak menuntut anggaran negara. Dia<br />

memang ada disini ini. Tetapi kan didalam Undang-<strong>undang</strong> ini saja, ini sudah, Ibu Mesta<strong>ri</strong>yani ,<br />

saya kira begitu dicantolkan disini sudah sangat kuat sekali, kuat banget ini, karena itu sekarang<br />

saya, semoga ini menjadi ...kita..ini enggak bisa kita putus sekarang,karena memang posisi harus<br />

hati-hati kita ini. Enggak bisa putus ini,karena kalau dibandingkan misalnya organisasi profesi ya,<br />

banyak sekali profesi itu loh. Asosiasi banyak sekali. Ya kemudian ada Sertifikasi dan lain-lain itu<br />

ada di...Bahkan misalnya Gapensi, Inkindo ya, dalam konteks lembaga pengembangan jasa<br />

konstruksi oleh Undang-<strong>undang</strong> dipe<strong>ri</strong>ntahkan, bahwa lembaga inilah yang berhak memve<strong>ri</strong>fikasi<br />

terhadap badan-badan usaha. Ini Pak Eko, saya kira tolong be<strong>ri</strong>kan apakah ini sekedar<br />

organisasi, apakah kerumunan, apakah paguyuban, apakah organisasi negara, saya kira<br />

katego<strong>ri</strong>sasi harus jelas sehingga kita yang membuat Undang-<strong>undang</strong> ini kemudian tidak sebagai<br />

orang yang ini kurang ha<strong>ri</strong> bisa merumuskan Undang-<strong>undang</strong> ini,Pak. Kita harus hati-hati betul<br />

sehingga mulai substansinya sampai babnya sampai dengan pasalnya itu harus dimana.<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, saya kira Pak Wamen mau menjawab sedikit.<br />

PEMERINTAH (WAMENPAN):<br />

Kalau di, memang secara khusus kalau diatur dalam bab organisasi kebesaran bajunya,<br />

Pak. Saya setuju kalau dimasukkan Bab II sebenarnya, Azas, P<strong>ri</strong>nsip, Nilai Dasar, Kode Etik dan<br />

Organisasi, karena itu yang lebih dekat untuk menjaga nilai dasar dan kode etik profesinya, itu<br />

yang pertama.<br />

Yang kedua, di banyak negara, sebenarnya kalau orang, memang harus ada beberapa<br />

ketentuan, Pak. Jadi 109 itu sebenarnya tidak cukup menurut saya untuk sebuah pengaturan<br />

mengenai organisasi profesi. Jadi yang pertama mungkin Pasal 1, Pegawai ASN berhimpun dalam<br />

Anggota Korps Aparatur Sipil Negara , itu yang pertama. Yang kedua, Korps Pegawai Aparatur<br />

Sipil Negara memiliki fungsi melakukan pembinaan profesi terhadap Pegawai Aparatur Sipil<br />

Negara. Itu yang kedua isunya. Jadi yang kedua adalah penekanan pada fungsinya.<br />

Yang ketiga, yang diatur juga tadi kekhawatiran melakukan mogok,segala macam, Korps<br />

Aparatur Sipil Negara dilarang melakukan mogok dan demonstrasi. Itu ketentuan yang harus diatur<br />

menuru saya ketentuan minimal sebuah organisasi profesi. Memang kalau di Jerman misalnya kan<br />

mereka mengenal adanya B’akte, Anggeselte, ada Arbaiter. Organisasi profesinya itu beda, Pak.<br />

Kalau Anggeselte itu boleh demonstrasi dan boleh mogok, tapi kalau B’akte PNS itu enggak boleh,<br />

tapi kalau untuk konteks Indonesia menurut saya kita jangan terlalu meniru Jerman karena Jerman<br />

sudah sangat stabil. Kalau kita be<strong>ri</strong>kan juga Pegawai Tidak Tetap untuk mogok dan demo, nanti<br />

setiap ha<strong>ri</strong> mogok dan demo, Pak. Jadi mungkin untuk Indonesia masih cocok larangan<br />

demonstrasi dan mogok, Pak. Mungkin itu Pak, te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

40


PEMERINTAH (DIRJEN PUM KEMENDAGRI):<br />

Da<strong>ri</strong> Kemendag<strong>ri</strong>, mohon ijin.<br />

Silakan Pak.<br />

PEMERINTAH (KEMENDAGRI):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak Pimpinan.<br />

Saya berandai Pak, andaikan dia bukan kedinasan, maka saya tidak ada larangan, mau<br />

ikut mau tidak suka-suka saja,ya. Kalau dia kedinasan kan dia nanti dia kayak buruh gitu, bisa<br />

untuk gini, bisa untuk macam-macam, ....itu resiko dan kedua,<br />

ANGGOTA...:<br />

Tidak menggunakan mike.<br />

PEMERINTAH:<br />

Baik, kami jelaskan existing Korp<strong>ri</strong> sekarang, Pak, jadi didalam Undang-<strong>undang</strong> 43 diatur<br />

mengenai organisasi Pegawai Nege<strong>ri</strong>, kemudian didalam PP 42 mengenai pembinaan jiwa korps<br />

PP 42 Tahun 2004 mengenai Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik, itu dikatakan bahwa<br />

pembinaan jiwa korps dan kode etik dan peraturan disiplin PNS tidak boleh bertentangan dengan<br />

ini. Ketentuan lebih lanjut pelaksanaan Pasal ini diatur tersendi<strong>ri</strong>. Ini ada cantolannya disana.<br />

Kemudian pengaturan mengenai organisasi, terutama yang terkait dengan anggaran dasar<br />

itu terakhir berdasarkan Munas itu sudah dituangkan dalam Anggaran Dasar itu Perpres No.24<br />

Tahun 2009, ya Bapak dan Ibu. Disana diatur mengenai anggaran dasar mengenai Korp<strong>ri</strong>.<br />

Kemudian Korp<strong>ri</strong> ini di setiap Kemente<strong>ri</strong>an Lembaga dibentuk Sekreta<strong>ri</strong>at Korp<strong>ri</strong>. Ada<br />

Dewan Pengurus Nasional yang saat ini sesuai dengan hasil Munas , Ketua Umumnya adalah<br />

Sekjen Kemendag<strong>ri</strong>, kemudian antara lain Wakil Ketua Umum adalah Pak Eko, kemudian Sekjen<br />

saya dan pengurus yang lain, itu didalam hasil Munas yang kelima tahun 2009.<br />

Kemudian di setiap Kemente<strong>ri</strong>an Lembaga dan Daerah itu dibentuk Dewan Pengurus<br />

Korp<strong>ri</strong> tingkat Pusat, kemudian Dewan Pengurus Korp<strong>ri</strong> tingkat Nasional, Dewan Pengurus Korp<strong>ri</strong><br />

tingkat Provinsi dan Kabupaten Kota. Itu ada struktur organisasinya demikian.<br />

Kemudian di masing-masing Kemente<strong>ri</strong>an, untuk pengurusan dibentuk Sekreta<strong>ri</strong>at. Nah,<br />

Sekreta<strong>ri</strong>at ini secara kelembagaan itu dibe<strong>ri</strong>kan Eselone<strong>ri</strong>ng untuk di Pusat, itu berdasarkan<br />

Keputusan Menpan yang dulu Pak Taufiq juga itu, itu adalah Sekreta<strong>ri</strong>atnya Eselon IIB, pak, itu<br />

dan konsekuensi dia dibe<strong>ri</strong>kan Eselone<strong>ri</strong>ng, itu dibe<strong>ri</strong>kan tunjangan setara dengan Eselon IIB. Itu<br />

didalam Kemenpan dan juga Peraturan Kepala BKN, dan beberapa tahun yang lalu terakhir pada<br />

tahun 2010 tunjangan ini tetap lancar dibe<strong>ri</strong>kan oleh Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan yang diambil da<strong>ri</strong><br />

APBN dan anggarannya melekat pada masing-masing Dipa Kemente<strong>ri</strong>an yang bersangkutan.<br />

Nah, kemudian sejak tahun 2010, Kemenkeu menghentikan tunjangan ini dan ini memang<br />

menjadi timbul keresahan di kalangan teman-teman yang Pengurus Korp<strong>ri</strong> ini. Memang filosofisnya<br />

atau pemikiran dasarnya adalah teman-teman yang mengelola organisasi sekreta<strong>ri</strong>at di<br />

Kemente<strong>ri</strong>an Lembaga dalam rangka pembinaan ka<strong>ri</strong>rnya, dia kan seha<strong>ri</strong>-ha<strong>ri</strong> mengurus organisasi<br />

ini, pak, dia tidak ex officio, memang dia struktural. Nah agar dia pembinaan ka<strong>ri</strong>rnya, maka dia<br />

dikasihkan Eselone<strong>ri</strong>ng setara Eselon II. Kalau Sekjen itu selama ini dilaksanakan oleh Eselon I,<br />

Sekjen, kemudian Ketua Umum selama ini yang ditunjuk adalah Sekjen Kemendag<strong>ri</strong> dan lain-lain<br />

da<strong>ri</strong> berbagai Kemente<strong>ri</strong>an Lembaga yang diperbantukan di DPN Korp<strong>ri</strong> Nasional da<strong>ri</strong> berbagai<br />

Kemente<strong>ri</strong>an Lembaga untuk menduduki Kepala Biro disana, DPN Korp<strong>ri</strong> (Dewan Pengurus<br />

Nasional) ada strukturnya, ada Ketum, Wakil Ketua Umum dan seterusnya ada Eselon, ada<br />

Kepala-kepala Biro, Kepala Biro Kepegawaian, Kepala Biro Umum, Kepala Biro Organisasi dan<br />

Hukum, Kepala Biro Keuangan dan Perencanaan. Ada 3 Kepala Biro dan beberapa Kepala<br />

Bidang.<br />

41


Nah, kemudian memang sejak adanya penghentian tunjangan jabatan da<strong>ri</strong> Kemente<strong>ri</strong>an<br />

Keuangan, kami di Pengurus Korp<strong>ri</strong> Nasional, sedang berusa untuk bagaimana bisa tetap<br />

dibe<strong>ri</strong>kan tunjangan da<strong>ri</strong> peme<strong>ri</strong>ntah, da<strong>ri</strong> Negara, namun Kemenkeu sampai ha<strong>ri</strong> ini memang tetap<br />

tidak atau belum membe<strong>ri</strong>kan keputusan dalam hal ini, walaupun didalam Kepres No.24 tadi,<br />

didalam Anggaran Dasar tegas dinyatakan bahwa pembiayaan da<strong>ri</strong> organisasi bersumber da<strong>ri</strong><br />

APBN. Kepresnya begitu, namun Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan menganggap Kepres ini tidak atau<br />

bertentangan dengan Undang-<strong>undang</strong> Keuangan Negara, itu, sebab masih dipersoalkan Korp<strong>ri</strong> ini<br />

organisasi apa? Apakah dia melaksanakan fungsi peme<strong>ri</strong>ntahan, kalau dia melaksanakan fungsi<br />

peme<strong>ri</strong>ntahan kenapa tidak tergambar didalam struktur? Ini pertanyaan-pertanyaan mendasar<br />

yang dilakukan oleh Kemente<strong>ri</strong>an Keuangan.<br />

Nah, kembali Bapak Pimpinan, kalau kita akan mengatur hal ini menyangkut organisasi<br />

ASN didalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini, ada poin yang sudah, saya dan kami sudahsetuju bahwa ini<br />

organisasi yang profesi, jadi nanti yang melakukan pembinaan profesi bagi ASN. Tentunya nanti<br />

akan, konsekuensinya memang harus dirubah total secara keseluruhan karena konsekuensi<br />

sebagai pembina profesi berarti kan ada tugas-fungsi menyangkut masalah sertifikasi dan segala<br />

macam. Ini Kompleksitas yang harus kita hadapi.<br />

Nah, tentunya ini harus, kita harus mengkaji secara mendalam konsekuensi-konsekuensi<br />

yang akan timbul apabila kita memang sepakat didalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini menjadi organisasi<br />

yang melaksanakan fungsi pembinaan profesi, sementara profesi di kalangan Pegawai ASN nanti<br />

itu akan bermacam-macam didalam tugas pe<strong>kerja</strong>annya. Ini juga suatu hal yang perlu kita pikirkan<br />

lebih mendalam, untuk itu mohon kepada pimpinan usul kami khusus yang masalah ini kami<br />

jajaran peme<strong>ri</strong>ntah, khususnya kami di kepengurusan Dewan Nasional Korp<strong>ri</strong> akan kita bahas lebih<br />

tajam lagi, mohon waktu, khusus yang menyangkut organisasi Korps Aparatur Sipil Negara.<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak.<br />

F-PPP (DRS.H.AKHMAD MUQOWAM):<br />

Te<strong>ri</strong>ma kasih Pak Ketua.<br />

Jadi akhirnya menjadi mena<strong>ri</strong>k, Pak Tasdik berbicara mengenai Korp<strong>ri</strong> ini agar apa Pak?<br />

Positioning da<strong>ri</strong> organisasi ini kedepan tidak menyalahi apapun, ya. Kalau penjelasan Pak<br />

Sekreta<strong>ri</strong>s Menpan seperti itu, ketika Menkeu tidak melakukan pengucuran dana itu melanggar, dia<br />

melanggar <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong>. Jadi wajib itu, wajib di..Mente<strong>ri</strong> Keuangan itu kenapa tidak melakukan<br />

Undang-<strong>undang</strong> 43 dan berbagai peraturan atas pembiayaan da<strong>ri</strong> Korp<strong>ri</strong> seluruh Indonesia itu.<br />

Saya kira ya, kalau berani Menkeu...karena secara moral, memang kita sedang menanyakan<br />

posisi Korp<strong>ri</strong>, tapi secara <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> dia sudah kuat, sah, ya sudah sah itu, karena itu Pak<br />

Markus, wajib <strong>undang</strong> itu Menkeu ke Komisi II untuk dipukulin disitu. Nah,kenapa baru sekarang ini<br />

ngomong, kan begitu kan?<br />

KETUA RAPAT:<br />

Baik, saudara sekalian, saya kira cukup ya?<br />

F-PPP (DRS.H.AKHMAD MUQOWAM):<br />

Enggak, enggak, oleh karena itu begini Pak, ini kan sebentar pak, sekali pukul, nah oleh<br />

karena itu Pak, warning da<strong>ri</strong> Pak Tasdik tadi dan juga da<strong>ri</strong> Pak Wamen, saya kira itu sangat bagus<br />

apabila baik da<strong>ri</strong> sisi positioning didalam aturan per<strong>undang</strong>an, sampai pada implikasi dan<br />

implementasi kemudian ha<strong>ri</strong>, tidak kemudian begitu di yudisial review itu rontok dengan sendi<strong>ri</strong>nya.<br />

Ini saya sayang pak dengan Korp<strong>ri</strong>, kecuali kalau Bapak putus saya sama dengan Bapak tidak<br />

sayang sama Korp<strong>ri</strong>. Itu saja. Sekian pak, te<strong>ri</strong>ma kasih.<br />

42


KETUA RAPAT:<br />

Ya, Allah, keji sekali tuduhan pada di<strong>ri</strong> saya. Begini, begini, yang kita bahas sekarang ini<br />

adalah jelas bahwa organisasi yang dimaksud dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini berbeda dengan Korp<strong>ri</strong>,<br />

itu. Ini yang pasti, organisasi yang dibahas dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini tidak sama dengan Korp<strong>ri</strong>.<br />

Yang kedua, kita sepakat juga bahwa letaknya didalam satu bab ini terlalu besar, seperti Bapak<br />

mengusulkan tadi. Nanti kita pindahkan, ini kita renungkan. Yang ketiga ada persoalan lain,<br />

bagaimana nasib Korp<strong>ri</strong>, itu hal yang lain lagi,Pak. Yang kita bicarakan itu hal lain lagi, tapi bukan<br />

dalam kaitan ini, tapi dalam hal ini, jadi kita bedakan,Pak, karena Pembina Korp<strong>ri</strong> itu adalah<br />

Presiden, Pak. Ya, Pak Tasdik? Ketua Ha<strong>ri</strong>annya ketika itu saya Ketua Ha<strong>ri</strong>annya ini. Ketua Ha<strong>ri</strong>an<br />

Pembina Korp<strong>ri</strong> itu saya. 5 tahun itu jadi. Oke, itu adalah hal lain, tapi jelas dalam organisasi yang<br />

dimaksud dalam <strong>undang</strong>-<strong>undang</strong> ini beda dengan Korp<strong>ri</strong>. Kita sudah sependapat itu. Isinya sudah<br />

sama seperti yang dikatakan Pak Gama<strong>ri</strong> tadi, cuma nanti letaknya kita letakkan didepan.<br />

Baik, ini kita renungkan malam ini. Besok kita putuskan. Korp<strong>ri</strong> untuk kita garap secara<br />

sendi<strong>ri</strong>. Te<strong>ri</strong>ma kasih. Kita renungkan dua hal tadi. Besok kita bicara lagi, kita kembali besok jam 9<br />

pagi. Te<strong>ri</strong>ma kasih. Selamat istirahat. Saya skors. Alhamdulillahirabbil’alam<strong>ii</strong>n.<br />

(RAPAT DITUTUP PUKUL 23.15 WIB)<br />

43<br />

Jakarta, 16 Februa<strong>ri</strong> 2012<br />

a.n. Ketua Rapat<br />

Sekreta<strong>ri</strong>s<br />

ARINI WIJAYANTI, SH.,MH.<br />

19710518 199803 2 010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!