You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
J. Tek. Reaktor. Nukl.<br />
Vol. 9 No. 2 Juni 2007, Hal. 96-106<br />
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
ANALISIS UNSUR-UNSUR TOKSIK DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH<br />
WAJAH DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON<br />
Th. Rina M 1 , Sunarko 2<br />
1. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir(PTBIN)- BATAN<br />
2. Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG)<br />
Kawasan Puspiptek Serpong 15314, Tangerang<br />
ABSTRAK<br />
ANALISIS UNSUR-UNSUR TOKSIK DALAM SAMPEL KOSMETIK KRIM PEMUTIH<br />
WAJAH DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN). Telah dilakukan<br />
analisis unsur-unsur toksik yang tidak diijinkan keberadaanya di dalam kosmetik krim pemutih<br />
wajah dengan teknik analisis aktivasi neutron. Sampel rim pemutih secara acak diperoleh dari<br />
pasaran. Cuplikan diiradiasi pada fluks neutron termal 10 13 n.cm -2 .det -1 di fasilitas iradiasi sistem<br />
rabbit reaktor RSG-GAS Serpong. Pencacahan cuplikan pasca iradiasi dilakukan dengan detektor<br />
resolusi tinggi HPGe yang digabungkan dengan penganalisis puncak multi saluran. Analisis data<br />
dilakukan dengan perangkat lunak GENIE 2000. Secara kualitatif dapat ditentukan 19 jenis unsur<br />
yang terdapat dalam sampel. Unsur tersebut meliputi As, Br, Ce, Co, Cr, Cs, Eu, Fe,Hg, K, La,<br />
Na, Rb, Sb, Se, Sc, Rb, Th, W, dan Zn. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan adanya unsur toksik<br />
Hg, As, Cr dan Sb dengan konsentrasi 25,2– 65,1; 1,0 - 6,3; 30,5 - 89,1 dan 2,9 – 5,3 μg/g<br />
secara berurutan dan unsur-unsur ini tidak diijinkan ada didalam produk krim pemutih. Selain itu<br />
dideteksi pula unsur Br, Fe, Zn, Sc, dan Co dengan konsentrasi 13,1 – 36,4; 65,6 – 159,3; 0,79 –<br />
77,1; 0,5 – 19,5 dan 6,8 – 31,7 μg/g di dalam cuplikan kosmetik pemutih wajah.<br />
Kata kunci: krim pemutih wajah, AAN, unsur toksik<br />
ABSTRACT<br />
ANALYSIS OF TOXICAL ELEMENTS IN THE WHITENING CREAM COSMETIC SAMPLES<br />
USING NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS (NAA). Neutron activation analysis has been done<br />
to analyze of toxical elementals that is not allowed in the whitening cream cosmetic. These<br />
samples have been randomly selected from the cosmetic market. The samples were irradiated at<br />
thermal neutron flux of 10 13 n.cm -2 s -1 in the irradiation facility of rabbit system in the RSG-GAS<br />
reactor Serpong. Counting of irradiated samples have been done by a high resolution HPGe<br />
detector couple to multichanal analyzer. Data have been analyzed by GENIE 2000. The sample<br />
have been qualitatively determined up to 19 elements. These elements are : As, Br, Ce, Co, Cr, Cs,<br />
Eu, Fe,Hg, K, La, Na, Rb, Sb, Se, Sc, Rb, Th, W, and Zn. The result of quantitative analysis<br />
showed that the toxical elements present in the samples are Hg, As, Cr and Sb with the following<br />
concentration ranges, in μg/g, 25.2– 65.1 , 1.0 – 6.3 , 30.5 - 89.1 and 2.9 – 5.3; respectively<br />
and these element not allowed in the whitening cream cosmetic. Besides that, the others elements<br />
have been detected in the samples are Br, Fe, Zn, Sc and Co, with concentration ranges, 13.1 –<br />
36.4 , 65.6 – 159.3 , 0.79 – 77.1 , 0.5 – 19.5 , and 6.8 – 31.7 μg/g, respectively, in the sample<br />
whitening cream cosmetic.<br />
Key words : whitening cream, NAA, toxic elements<br />
PENDAHULUAN<br />
Produk pemutih wajah ramai diperbincangkan, bukan hanya produknya yang<br />
membanjiri pasaran, tetapi juga karena dampak dari pemakaian produk tersebut. Konsumen<br />
harus berhati-hati dalam memilih kosmetik pemutih wajah, karena tidak semua produk<br />
pemutih wajah yang beredar dimasyarakat aman untuk dikonsumsi. Penelitian yang<br />
dilakukan YPKKI (Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia) pada bulan<br />
96
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
Analisis Unsur-Unsur Toksin Dalam Krim ......<br />
(Th. Rina, M., Sunarko)<br />
April tahun 2002 terhadap 27 produk pemutih wajah dan anti kerut yang beredar di pasaran,<br />
ternyata kebanyakan dari produk tersebut masih dalam kategori obat. Hasil penelitian yang<br />
dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dari 20 merk yang dijadikan<br />
sampel yang diteliti menunjukkan ada lima merk kosmetik pemutih wajah yang telah<br />
terdaftar tetapi masih mengandung merkuri, meskipun kadarnya kecil. [1]<br />
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Departemen Kesehatan Jakarta<br />
sudah beberapa kali mengeluarkan peringatan tentang berbagai jenis produk kosmetik yang<br />
beredar di pasaran dan mengandung bahan-bahan berbahaya seperti merkuri dan jingga K1,<br />
Rhodamin, hidroquinon >2%, dan produk tidak terdaftar. [2] Untuk itu maka perlu<br />
diwaspadai produk-produk kosmetika yang beredar di pasaran, terutama yang belum<br />
terdaftar atau memiliki label tidak jelas, walaupun produk yang terdaftar juga tidak<br />
menjamin bebas dari efek bila cara pemakaiannya salah.<br />
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI (BALITBANG<br />
DEPKES RI) telah melakukan penelitian kandungan merkuri dalam rambut pemakai krim<br />
pemutih kulit dan diperoleh kadar merkuri dengan jumlah relatif tinggi. Penggunaan<br />
merkuri pada produk krim pemutih wajah dapat membahayakan kesehatan penggunanya.<br />
Karena logam ini dapat terakumulasi pada organ tubuh dan dapat memicu timbulnya<br />
kanker. Mengingat bahaya logam toksik dalam tubuh maka perlu dilakukan penelitian<br />
logam toksik dalam krim pemutih wajah. Krim yang banyak beredar dipasaran dijual<br />
dengan harga terjangkau oleh masyarakat luas dan memberikan efek memutihkan yang<br />
cepat. Tetapi krim tersebut biasanya tidak mencantumkan kandungan bahan kimia,<br />
penandaan, peringatan, efek samping, tanggal kedaluwarsa.<br />
Berdasarkan alasan tersebut maka telah dilakukan penelitian pada beberapa produk<br />
kosmetik krim pemutih wajah yang ada di pasaran tetapi belum terdaftar di BPOM.<br />
Tujuannya adalah untuk mengetahui jenis unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bahan<br />
tersebut, terutama lunsur-unsur yang bersifat toksik yang membahayakan kesehatan<br />
konsumen. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis aktivasi neutron (AAN),<br />
yang memiliki akurasi dan sensitifitas yang tinggi untuk analisis unsur kelumit.<br />
TEORI<br />
Kosmetika dan Persyaratannya<br />
Kosmetika merupakan produk yang dihasilkan oleh industri kosmetik dan dipasarkan<br />
secara langsung kepada konsumen. Kosmetika berguna untuk memperbaiki kesehatan,<br />
kebersihan dan penampilan fisik manusia dan melindungi bagian tubuh dari kerusakan yang<br />
disebabkan oleh lingkungan.<br />
Kosmetik termasuk sediaan farmasi maka pembuatannya harus mengikuti<br />
persyaratan, keamanan, dan pemanfaataan sesuai Undang-Undang Kesehatan serta Peraturan<br />
Pelaksanaannya (Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998) [3] . Kosmetik tidak boleh<br />
mempengaruhi fisiologi tubuh dan hanya bekerja di lapisan epidermis kulit. Berdasarkan<br />
keputusan kepala BPOM tentang kosmetika, dipersyaratkan bahwa kosmetika yang<br />
diproduksi dan diedarkan harus menggunakan bahan yang memenuhi standar dan<br />
persyaratan mutu, diproduksi menggunakan cara yang betul serta terdaftar dan mendapat ijin<br />
edar dari BPOM [4] .<br />
Krim pemutih bisa digolongkan sebagai kosmetik dan obat, tergantung jenis dan<br />
kadar zat berkhasiatnya. Kosmetik pemutih boleh dijual bebas sedangkan obat pemutih<br />
harus dengan resep dan di bawah pengawasan dokter. Perbedaannya berdasarkan tingkat<br />
keamanan penggunaan zat berkhasiatnya. Seperti kadar zat pemutih hidroquinon untuk<br />
97
J. Tek. Reaktor. Nukl.<br />
Vol. 9 No. 2 Juni 2007, Hal. 96-106<br />
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
kosmetik selama ini hanya diperbolehkan dua persen, dan pemerintah bersama-sama<br />
negara-negara ASEAN telah mengambil kesepakatan bahwa mulai tahun 2008, di dalam<br />
konsmetik tidak boleh mengandung hidroquinon.<br />
Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan<br />
khasiat bisa memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit. Tujuan penggunaannya dalam<br />
jangka waktu lama agar dapat menghilangkan atau mengurangi hiperpigmentasi pada kulit.<br />
Tetapi penggunaan yang terus menerus justru akan menimbulkan pigmentasi dengan efek<br />
permanen.<br />
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 359/Men.Kes/Per/IX/1983<br />
yang dikeluarkan tanggal 19 September 1983, telah menetapkan daftar bahan yang tidak<br />
diijinkan digunakan dalam kosmetika [5] , meliputi: antimon dan senyawanya; arsen dan<br />
senyawanya; barium dan garamnya, kecuali barium sulfat; berilium dan senyawanya;<br />
bitionol; fosfor; hidroquinon monobenzileter; hormon; kadmium dan senyawanya;<br />
kloroform; krom dan senyawanya, kecuali zat warna hijau K4 dan hijau K5; perak dan<br />
senyawanya; raksa dan senyawanya, kecuali fenilraksa nitrat dan tiomersal yang digunakan<br />
sebagai pengawet dalam preparat tatarias mata; salisilanilida terhalogenkan; selenium dan<br />
senyawanya, kecuali selenium disulfida dalam sampo tidak lebih dari 2 %; stronsium dan<br />
senyawanya; timbal dan senyawanya, kecuali timbal asetat dalam preparat rambut tidak lebih<br />
dari 2 %; torium dan senyawanya; vinil klorida; zirkonium dan senyawanya.<br />
Melalui Keputusan Ka. BPOM RI No. HK.00.05.4.1745 tanggal 5 Mei 2003, juga<br />
telah dikeluarkan daftar zat warna yang diizinkan digunakan dalam kosmetik. Dalam daftar<br />
ini tercantum zat warna yang boleh digunakan dan yang dilarang penggunaannya dalam<br />
produk kosmetik.<br />
Efek Merkuri Terhadap Kesehatan<br />
Dalam kosmetika merkuri biasanya berbentuk senyawa, misal Ammomated Mercury<br />
Chloride (NH2HgCl). Merkuri digunakan untuk memutihkan, menghilangkan flek-flek<br />
hitam, menghaluskan serta membuat wajah lebih bercahaya. Dalam hal ini proses<br />
pemutihan akan terjadi secara bertahap dan warna kulit menjadi lebih muda dari sebelumnya.<br />
Pada kulit wajah, merkuri bersifat korosif dan merangsang alergi. Merkuri ini melalui kulit<br />
diabsorbsi masuk ke aliran darah dan diedarkan ke organ tubuh lainnya. Akibatnya, merkuri<br />
akan terakumulasi dalam ginjal, sehingga dalam jumlah yang banyak akan merusak organ<br />
tersebut.<br />
Penggunaan yang terus menerus juga akan mengakibatkan sindrom intoksikasi secara<br />
luas meliputi ulserasi rahang, lidah dan langit-langit, gigi tanggal, gusi bengkak, gangguan<br />
ginjal, gangguan sistem syaraf, gangguan kulit, gangguan darah dan gastrointestinal bagi<br />
pemakainya.<br />
Akumulasi merkuri dalam tubuh akan menyebabkanan terjadinya degenerasi sel-sel<br />
saraf di otak kecil yang menguasai koordinasi saraf dan degenerasi sarung selaput saraf, yang<br />
akhirnya bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Serangan juga terjadi pada bagian<br />
otak yang mengatur penglihatan berupa berkurangnya luas wilayah pandang.<br />
Gejala keracunan merkuri ditandai dengan gangguan sistem saraf, seperti tremor,<br />
insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan, gerakan tangan abnormal (ataxia), gangguan<br />
emosi [5] . Merkuri dapat berada dalam berbagai senyawa dan bila bergabung dengan khlor,<br />
belerang atau oksigen merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan<br />
garam. Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik.<br />
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat<br />
sensitif pada semua bentuk merkuri. Metil merkuri dan uaplogam merkuri lebih berbahaya<br />
98
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
Analisis Unsur-Unsur Toksin Dalam Krim ......<br />
(Th. Rina, M., Sunarko)<br />
dari bentuk-bentuk merkuri yang lain. Pemaparan kadar merkuri yang tinggi, baik yang<br />
berbentuk logam, garam, maupun logam merkuri dapat merusak secara permanen otak,<br />
ginjal, maupun janin. Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor,<br />
pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam<br />
waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru,<br />
muntah-muntah, peningkatan tekanan darah, denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi<br />
mata [6] .<br />
Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri pada umumnya bersifat permanen.<br />
Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik yang berbeda seperti<br />
daya racunnya, distribusi, akumulasi, dan waktu retensi (penyimpanan) di dalam tubuh.<br />
Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup akan beracun terhadap tubuh. Merkuri dapat<br />
berpengaruh terhadap tubuh, karena dapat menghambat kerja enzim dan menyebabkan<br />
kerusakan sel. Sifat-sifat membran dari dinding sel akan rusak karena pengikatan dengan<br />
merkuri, sehingga aktivitas sel dapat terganggu. Transformasi biologi dapat terjadi pada<br />
lingkungan atau di dalam tubuh, dimana komponen merkuri diubah menjadi bentuk lain.<br />
Prinsip Dasar Metode AAN<br />
Aktivasi adalah proses eksitasi dari nuklida stabil menjadi radionuklida. Proses<br />
tersebut dapat terjadi bila nuklida dalam cuplikan ditembak dengan neutron thermal dalam<br />
reaktor nuklir. Radionuklida yang terbentuk dapat memancarkan sinar β dan juga sinar-γ<br />
yang memiliki energi spesifik dan mencirikan nuklida pemancarnya. Aktivitas sinar-γ yang<br />
dihasilkan akan sebanding dengan jumlah radionuklida yang terbentuk.<br />
Hubungan antara laju cacahan sinar gamma terukur (R) dari peluruhan isotop tertentu<br />
di dalam cuplikan dengan jumlah (n) isotop stabil, mengikuti persamaan berikut [7] :<br />
− λt<br />
i − λt<br />
d<br />
R = εI<br />
γ nϕσ<br />
( 1 − e ) e<br />
(1)<br />
dengan:<br />
R = laju cacah sinar gamma terukur (cacah per detik)<br />
A = aktivitas absolut isotop A+1 Z dalam cuplikan<br />
ε = efisiensi absolut detektor<br />
Iγ = kelimpahan sinar gamma absolut<br />
n = jumlah atom isotop A Z dalam cuplikan<br />
φ = fluks neutron (neutron cm -2 detik -1 )<br />
σ = tampang lintang tangkapan neutron (cm 2 ) isotop A Z<br />
λ = konstanta peluruhan isotop (detikt -1 ) A+1 Z<br />
ti = waktu iradiasi (detikt)<br />
td = waktu peluruhan (detik)<br />
Jika fluks neutron φ, tampang lintang tangkapan neutron σ, efisiensi detektor ε, dan<br />
kelimpahan sinar gamma absulut Iγ diketahui, jumlah atom n isotop A Z dalam sampel dapat<br />
dihitung secara langsung.<br />
Untuk meningkatkan nilai aktivitas dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :<br />
memperpanjang waktu iradiasi, menambah densitas fluks netron, dan menambah berat<br />
cuplikan. Pada penambahan berat cuplikan, keseragaman fluks netron, faktor perisai diri<br />
pada waktu iradiasi dan kondisi kapsul iradiasi harus diperhatikan. Penambahan rapat fluks<br />
akan memerlukan fasilitas iradiasi yang sesuai. Jumlah radionuklida yang terbentuk<br />
bergantung pada kelimpahan isotop alamiahnya, serta sebanding pula dengan masa unsur<br />
yang ada di dalam target tersebut. Dengan melakukan pengukuran terhadap energi sinar-γ<br />
yang terbentuk maka dapat ditetapkan unsur yang terkandung di dalam cuplikan. Setiap<br />
99
J. Tek. Reaktor. Nukl.<br />
Vol. 9 No. 2 Juni 2007, Hal. 96-106<br />
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
aktivitas energi-γ ini sebanding dengan massa unsur di dalam cuplikan, maka bila dilakukan<br />
pengukuran terhadap setiap aktivitas sinar-γ jumlah unsur tersebut dapat ditetapkan. Pada<br />
Gambar 1 ditunjukkan spektrum sinar-γ dari sampel kosmetik krim pemutih yang diiradiasi<br />
selama 1 jam dan diluruhkan selama 1 minggu dan dicacah selama 1 jam dengan detektor<br />
HPGe.<br />
Berikut ditunjukkan contoh spektrum sinar gamma hasil pencacahan sampel<br />
kosmetik<br />
Count<br />
Gambar 1. Contoh spektrum sinar-γ dari sampel kosmetik krim pemutih.<br />
Metode AAN dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis<br />
kuantitatif dapat dilakukan dengan metode multi komparatif maupun dengan metode yang<br />
berbasis pada komparator tunggal, dengan memanfaatkan tetapan k0. Pada metode multi<br />
komparatif cuplikan dipersiapkan bersamaan dengan unsur standar pembanding, serta<br />
iradiasi dan pencacahan dilakukan pada kondisi yang sama antara cuplikan dan standar.<br />
Sehingga konsentrasi unsur dalam sampel (ρ) dapat diperoleh dengan membandingkan luas<br />
puncak netto dari sampel dan standar dengan mengikuti persamaan berikut [8] :<br />
⎛ A ⎞<br />
⎜<br />
ρ = t mDCw<br />
⎟<br />
⎝ ⎠sampel<br />
(2)<br />
.<br />
⎛ A ⎞<br />
⎜<br />
⎟<br />
⎝ t mDCw<br />
⎠<br />
s tan dard<br />
dengan:<br />
ρ = konsentrasi unsur (g.g -1 )<br />
100<br />
t<br />
e λ −<br />
d<br />
D = faktor peluruhan,<br />
A = luas puncak neto cacah per detik<br />
−λt<br />
m<br />
C = ( 1−<br />
e )<br />
w = masa (gram)<br />
tm= waktu pengukuran atau pencacahan (detik)<br />
t d = waktu peluruhan (detik)
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
TATA KERJA<br />
Persiapan Sampel<br />
a. Cuplikan<br />
Analisis Unsur-Unsur Toksin Dalam Krim ......<br />
(Th. Rina, M., Sunarko)<br />
Sejumlah sampel krim pemutih dengan merek berbeda yang beredar di pasaran<br />
tetapi produk tersebut tidak terdaftar pada Dirjen POM, dicuplik dan ditimbang antara 75 –<br />
150 mg, dimasukkan dalam vial polietilen yang telah dibersihkan melalui perendaman dalam<br />
larutan HNO3 1:1 semalaman, yang dilanjutkan dengan pencucian menggunakan aquabidest<br />
dan acetone. Kemudian cuplikan dikeringkan pada suhu kamar di dalam desikator.<br />
b. Unsur Standar<br />
Larutan standar yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Variasi konsentrasi<br />
larutan standar yang disiapkan disesuaikan dengan perkiraan konsentrasi masing-masing<br />
unsur dalam sampel. Berdasarkan perkiraan tersebut dibuat volume tertentu campuran<br />
larutan standar dengan komposisi seperti yang dapat dilihat di kolom 4 pada Tabel 1.<br />
Sejumlah tertentu larutan standar disiapkan ke dalam vial yang kemudian dikeringkan pada<br />
suhu kamar dalam desikator. Berat masing-masing unsur dalam standar pembanding yang<br />
digunakan untuk analisis kuantitatif dapat dilihat di kolom 6 pada Tabel 1.<br />
Tabel 1. Standar tetes untuk analisis kuantitatif cuplikan krim pemutih wajah<br />
Unsur Konsentrasi stok<br />
standar [µg/mL]<br />
Perkiraan<br />
konsentrasi.<br />
yang dibuat<br />
[µg/g]<br />
Volume<br />
larutan stok<br />
yang<br />
diteteskan<br />
Berat<br />
unsur<br />
dalam 100<br />
µl [µg]<br />
Berat<br />
unsur<br />
dalam<br />
target [µg]<br />
Zn 1000 10 1 10 10<br />
Cr 1000 5 0,5 5 5<br />
Co 1000 2 0,2 2 2<br />
Sc 1000 2 0,2 2 2<br />
Ta 1000 2 0,2 2 2<br />
Sb 1000 2 0,5 5 5<br />
As 1000 10 1 10 10<br />
Fe 1000 10 1 10 10<br />
Hg 1000 20 2 20 20<br />
Br 1000 2 0,2 2 2<br />
Volume campuran standar dibuat: 10ml<br />
Volume dipindahkan ke vial polietilen : 100 µl<br />
Iradiasi Sampel<br />
Vial berisi cuplikan dan standar pembanding disusun dalam layer yang sama<br />
dibungkus dengan aluminium foil kemudian dimasukkan kedalam kapsul iradiasi jenis<br />
polietilen atau aluminium, tergantung lama waktu iradiasi. Iradiasi dilakukan dalam sistem<br />
rabbit reaktor RSG-GAS. Rentang waktu iradiasi tergantung target radionuklida yang akan<br />
dianalisis. Untuk analisis unsur dengan waktu paro sedang sampel diiradiasi selama 15<br />
menit, dan untuk umur paro panjang selama 2 jam.<br />
101
J. Tek. Reaktor. Nukl.<br />
Vol. 9 No. 2 Juni 2007, Hal. 96-106<br />
Pencacahan Sampel<br />
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
Pencacahan untuk analisis unsur dengan waktu paro sedang diperlukan pendinginan<br />
terlebih dahulu terhadap sampel pasca iradiasi selama 1 – 2 hari dengan waktu pencacahan<br />
15- 30 menit, sedangkan untuk analisis unsur dengan waktu paro panjang, pendinginan<br />
selama 1 minggu dengan waktu pencacahan 1 jam. Langkah ini bertujuan untuk<br />
meluruhkan radionuklida waktu paruh pendek seperti Na-24, Mn-56 dan medium seperti Br-<br />
82 dan As-76 yang dapat menggangu pada saat pencacahan, yaitu memberi sumbangan<br />
Coumpton yang cukup tinggi. Pencacahan dilakukan dengan spektrometer sinar gamma<br />
yang menggunakan detektor kemurnian tinggi HPGe. Kalibrasi energi dilakukan dengan<br />
sumber standar (source) Co-60, Ba-133 dan Cs-137, sedangankan kalibrasi efisiensi dari<br />
detektor tidak diperlukan, karena pada penelitian ini digunakan metode komparatif. Analisis<br />
kualitatif dilakukan berdasarkan energi sinar gamma yang dipancarkan oleh setiap<br />
radionuklida, sedangkan kuantitatif berdasarkan perbandingan intensitas sinar gamma yang<br />
terukur antara cuplikan dan standard. Konsentrasi unsur dalam cuplikan dapat diperoleh<br />
dengan menggunakan persamaan 2, dimana masa sampel diketahui dari penimbangan,<br />
unsur standar pembanding dari Tabel 1, luas puncak neto pada energi tertentu nuklida<br />
dalam cuplikan dan standar dari data hasil pencacahan, waktu pengukuran adalah lama<br />
pencacahan, dan waktu peluruhan adalah lama pendinginan sampel dari berakhirnya proses<br />
iradiasi hingga sampel mulai dicacah.<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Data konsentrasi dan volume standar tetes yang digunakan sebagai pembanding<br />
dalam perhitungan kuantitatif ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan konsentrasi unsur<br />
standar yang telah diketahui dan luas puncak neto radionuklida hasil pencacahan, maka dapat<br />
digunakan sebagai pembanding dalam menentukan konsentrasi unsur dalam sampel yang<br />
dianalisis.<br />
Pada Tabel 2 diperlihatkan karakteristik nuklir unsur-unsur radionuklida yang<br />
digunakan sebagai acuan dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif dengan teknik analisis<br />
aktivasi neutron. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa setiap unsur adalah unik,<br />
memiliki karakteristik yang khas untuk energi gamma yang dipancarkan.<br />
Tabel 2. Data karakteristik nuklir unsur-unsur radionuklida acuan.<br />
Isotop Waktu Paruh Energi (keV) Kelimpahan Model Produksi<br />
Br-82 35,3 jam 554,35 70,76 Br-81(n,γ)<br />
619,11 43,44<br />
698,37 28,49<br />
776,52 83,54<br />
827,83 24,03<br />
1044,08 27,23<br />
1317,47 26,48<br />
1474,88 16,32<br />
Hg-203 46,61 hari 279,20 81,46 Hg-202 (n,γ)<br />
Cr-51 27,7 hari 320,08 10,08 Cr-50 (n,γ)<br />
As-76 26,32 jam 559,10 44,60 As-75 (n,γ)<br />
563,23 1,20<br />
657,05 6,17<br />
1212,92 1,44<br />
102
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
Analisis Unsur-Unsur Toksin Dalam Krim ......<br />
(Th. Rina, M., Sunarko)<br />
1216,08 3,42<br />
1228,52 1,22<br />
Sb-124 60,2 hari 602,73 97,80 Sb-123 (n,γ)<br />
645,86 7,38<br />
722,79 10,76<br />
1368,16 2,62<br />
1690,98 47,34<br />
2090,94 5,58<br />
Zn-65 243,9 hari 1115,55 50,70 Zn-64 (n,γ)<br />
Fe-59 44,5 hari 142,65 1,02<br />
Fe-58 (n,γ)<br />
192,35 3,08<br />
1099,25 56,50<br />
1291,60 43,20<br />
Sc-46 83,81 hari 889,28 99,98 Sc-45(n,γ);Ti-<br />
1120,55 99,99 46(n,p)<br />
Co-60 5,27 tahun 1173,24 99,90 C0-59 (n,γ)<br />
1332,50 99,98<br />
Hasil analisis kualitatif multiunsur cuplikan krim pemutih wajah dengan perangkat<br />
lunak GENIE 2000 ditampilkan pada Tabel 3. Unsur-unsur yang terdeteksi dalam ke-enam<br />
jenis cuplikan hampir sama yaitu As, Br, Ce, Co, Cr, Cs, Eu, Fe,Hg, K, La, Na, Rb, Sb, Se,<br />
Sc, Rb, Th, W, dan Zn. Pada analisis kuantitatif tidak semua unsur tersebut dapat ditentukan<br />
kuantitasnya, hanya unsur yang dipersiapkan standar pembandingnya yang dapat ditentukan<br />
kuantitasnya.<br />
Tabel 3. Data kualitatif multiunsur dalam cuplikan krim pemutih wajah<br />
Cuplikan Unsur<br />
K1 As, Br, Ce, Co, Cr, Cs, Eu, Fe, Hg, K, La, Na, Rb, Sb, Sc, Se, Th, W, Zn<br />
K2 As, Br, Ce, Co, Cr, Cs, Eu, Fe, Hg, K, La, Na, Rb, Sb, Sc, Se, W, Zn<br />
K3 As, Br, Ce, Co, Cr, Eu, Fe, Hg, K, La, Na, Rb, Sb, Sc, Th, W, Zn<br />
K4 As, Br, Ce, Co, Cr, Cs, Fe, Hg, K, Na, Sb, Sc, Zn<br />
K5 Br, Ce, Co, Cr, Cs, Fe, Hg, K, La, Na, Sb, Sc, Se, Th, W, Zn<br />
K6 As, Br, Co, Cr, Cs, Fe, Hg, K, La, Na, Rb, Sc, Th, Zn<br />
Hasil analisis kuantitatif cuplikan krim pemutih wajah diberikan pada Tabel 4. Dari<br />
tabel ini dapat diketahui bahwa, dari keenam cuplikan krim pemutih wajah dengan merek<br />
yang berlainan diidentifikasi unsur Br, Hg, Cr, As, Sb, Zn, Sc, Fe, dan Co dengan<br />
konsentrasi yang bervariasi. Berdasarkan Peraturan Men.Kes RI<br />
No.359/Men.Kes/Per/IX/1983, unsur Sb dan senyawanya; As dan senyawanya; Cr dan<br />
senyawanya kecuali zat warna hijau K4 dan hijau K5; serta Hg dan senyawanya tidak<br />
boleh atau tidak diijinkan digunakan dalam kosmetika. Tetapi unsur-unsur tersebut ternyata<br />
terkandung di dalam produk krim pemutih wajah yang diamati.<br />
103
J. Tek. Reaktor. Nukl.<br />
Vol. 9 No. 2 Juni 2007, Hal. 96-106<br />
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
Tabel 4. Data kandungan logam dalam cuplikan krim pemutih wajah<br />
Unsur dan<br />
Cuplikan<br />
satuan K.1 K.2 K.3 K.4 K.5 K.6<br />
Br(μg/g) 36,4 ± 2,9 23,4 ± 1,6 19,4 ± 4,4 29,7 ± 6,1 13,1 ±0,8 17,9 ± 3,6<br />
Hg(μg/g ) 39,4 ± 3,1 65,1 ± 2,8 25,2 ±12,8 35,8±27,5 30,4 ±22,8 40,6±24,8<br />
Cr(μg/g) 30,5 ± 2,0 35,5 ± 1,4 32,9 ± 3,7 86,3 ± 6,0 88,7 ± 5,5 89,1 ± 6,4<br />
As(μg/g) 6,3 ± 0,4 5,8 ± 0,5 4,5 ± 0,6 1,4 ± 0,2 - 1,0 ± 0,2<br />
Sb(μg/g) 5,3 ± 0,4 3,2 ± 0,2 3,9 ± 0,8 2,9 ± 0,5 4,3 ± 0,4 -<br />
Zn(μg/g) 23,3±1,2 10,9 ±0,4 77,1 ± 3,8 29,9± 0,8 39,9 ± 1,1 0,79 ±0,02<br />
Sc(μg/g) 1,5 ± 0,1 0,5 ± 0,02 1,8 ± 0,2 17,6 ± 1,3 19,5 ± 0,7 3,4 ± 0,3<br />
Fe(μg/g ) 159,3±5,8 111,3 ± 3,9 147,6 ± 9,9 65,6 ± 2,7 87,3 ± 3,9 114,1 ±4,2<br />
Co(μg/g) 8,9 ± 0,7 6,8 ± 0,4 9,6 ± 1,6 23,7 ± 2,5 22,9 ± 2,4 31,7 ± 2,6<br />
Unsur antimoni (Sb) terkandung dalam cuplikan K.1 s/d K.5 dengan konsentrasi<br />
berkisar antara 2,9 μg/g (ppm) – 5,3 μg/g, sedangkan pada cuplikan K.6 tidak terdeteksi<br />
adanya Sb. Berdasarkan Peraturan Men.Kes RI di dalam produk kosmetika yang beredar<br />
tidak diperbolehkan adanya Sb. Unsur Sb dan senyawanya bersifat toksik. Sb (III) lebih<br />
beracun dari pada Sb (V). Secara klinik, racun antimon hampir mirip dengan arsen. Dalam<br />
dosis rendah antimoni menyebabkan sakit kepala dan depresi, sedangkan dalam dosis tinggi<br />
dapat mematikan. Antimoni ini biasanya digunakan untuk terapi penyakit-penyakit yang<br />
muncul di daerah tropis, dan unsur ini biasanya ada didalam organ tubuh kurang dari 1,0<br />
μg/g dengan konsentrasi terbesar ada dalam paru-paru, limfa dan rambut. Di alam antimon<br />
ditemukan dalam bentuk stibnite (Sb2S3) dan sudah lama digunakan dalam kosmetik oleh<br />
bangsa mesir kuno.<br />
Unsur As terkandung dalam ke-5 cuplikan dengan kisaran konsentrasi antara 1,0<br />
μg/g - 6,3 μg/g, kecuali pada cuplikan K.5 tidak terdeteksi adanya As. Unsur ini termasuk<br />
unsur toksik dan tidak diijinkan oleh DepKes di dalam produk kosmetika [4] . Unsur As<br />
sengaja ditambahkan dalam produk krim pemutih wajah karena unsur ini dapat memutihkan<br />
kulit.<br />
Unsur Cr terkandung dalam ke-6 cuplikan dengan kisaran konsentrasi yang cukup<br />
tinggi antara 30,5 μg/g - 89,1 μg/g. Unsur ini juga termasuk unsur toksik, yang tidak<br />
diijinkan ada dalam produk kosmetik berdasarkan Peraturan Men.Kes RI<br />
No.359/Men.Kes/Per/IX/198. Adanya unsur ini dalam kosmetik dapat menyebabkan<br />
keluhan alergi terhadap kulit konsumen.<br />
Unsur Hg terkandung dalam ke-6 cuplikan dengan konsentrasi antara 25,2 μg/g –<br />
65,1 μg/g dan kandungan tertinggi terdapat pada cuplikan K.2. Logam Hg menurut DepKes<br />
tidak diijinkan ada dalam produk krim pemutih wajah [4] . Penambahan merkuri kedalam<br />
krim pemutih ini disebabkan karena khasiat merkuri yang mempunyai potensi dapat<br />
memutihkan kulit. Merkuri termasuk logam berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun<br />
dapat bersifat racun. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai<br />
hal, mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik<br />
hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan<br />
kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka<br />
pendek dalam dosis tinggi juga menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paruparu<br />
serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) pada manusia. [2]<br />
Meskipun hanya dioleskan ke permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam<br />
104
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
Analisis Unsur-Unsur Toksin Dalam Krim ......<br />
(Th. Rina, M., Sunarko)<br />
darah, masuk sistem saraf tubuh, sehingga menimbulkan keracunan kulit, serta gangguan<br />
sistem saraf, seperti tremor, insomnia, kepikunan, autis, gangguan penglihatan, gerakan<br />
tangan abnormal (ataxia), dan gangguan emosi. [5] Sehingga keberadaan logam ini dalam<br />
krim pemutih perlu diwaspadai, terutama apabila kadarnya cukup tinggi. Mengingat efek<br />
jangka panjang yang dapat mengganggu kesehatan pemakainya.<br />
Unsur Zn terkandung dalam ke-6 cuplikan dengan konsentrasi antara 0,79 μg/g -<br />
77,1 μg/g. Zn dalam bentuk oksida digunakan dalam industri kosmetik, dan merupakan<br />
bahan yang menghalangi atau memantulkan sinar dan memiliki indeks reaktif tinggi serta<br />
daya tahan yang tinggi terhadap cahaya panas dan bahan kimia. Unsur ini tidak termasuk<br />
dalam daftar bahan yang tidak boleh ada dalam kosmetik menurut DepKes, dan merupakan<br />
unsur yang tidak bersifat toksik. Zn adalah unsur esensial yang dibutuhkan oleh tubuh, dan<br />
mempunyai peranan yang penting pada perkembangan dan kesehatan tubuh. Biasanya<br />
kebutuhan tubuh akan Zn dipenuhi melalui makanan dan minuman. Walaupun demikian<br />
masukan Zn yang berlebihan (> 100 mg/hari) berbahaya karena dapat mengakibatkan<br />
gangguan metabolisme, dan apabila kekurangan salah satunya akan menyebabkan lesi kulit.<br />
Unsur Fe terdapat dalam cuplikan juga dalam konsentrasi yang cukup tinggi yaitu<br />
antara 65,6 μg/g - 159,3 μg/g. Unsur ini tidak termasuk dalam daftar bahan yang tidak<br />
boleh ada dalam kosmetik. Besi oksida umumnya digunakan sebagai pewarna (zat warna)<br />
dalam produk kosmetik, feri oksida hidrat FeO(OH) untuk pewarna kuning, feri oksida<br />
Fe2O3 untuk pewarna merah dan fero feri oksida Fe3O4 (Fe2O3/ FeO) untuk pewarna<br />
hitam. [9] Campuran antara ke-tiga senyawa ini dalam perbandingan yang bervariasi<br />
digunakan sebagai pewarna kulit.<br />
Unsur Co dengan rentang konsentrasi dalam cuplikan antara 6,8 μg/g – 31,7 μg/g.<br />
Keberadaan unsur ini dalam produk kosmetik dapat menjadi penyebab terjadinya alergi pada<br />
kulit apabila kontak dengan bahan tersebut. Walaupun unsur ini tidak termasuk dalam daftar<br />
yang dilarang, namun konsentrasi Co tidak boleh > 5 ppm dan sebaiknya < 1 ppm. [10]<br />
Sedangkan konsentrasi Sc dalam sampel antara 0,5 μg/g – 19,5 μg/g, unsur ini tidak<br />
tercantum di dalam daftar bahan yang tidak diijinkan ada dalam kosmetik oleh DepKes.<br />
Untuk meyakinkan keakuratan hasil analisis unsur yang telah dilakukan, maka<br />
diperlukan kontrol kualitas. Digunakan NIST SRM 1547 sebagai internal kontrol. Hasil<br />
analisis bahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Dari tabel ini dapat diketahui seberapa<br />
jauh hasil analisis yang diperoleh bila dibandingkan dengan nilai sertifikat, melalui nilai<br />
akurasi yang diperoleh dengan membandingkan nilai hasil analisis terhadap nilai sertifika.<br />
Ternyata akurasi hasil analisis untuk tiap unsur bervariasi nilainya antara 1,4 – 16,1 %.<br />
Tabel 4. Analisis cuplikan NIST SRM 1547 sebagai kontrol metode AAN<br />
Unsur Hasil Analisis (μg/g ) Nilai Sertifikat (μg/g ) Akurasi (% penyimpangan)<br />
Br 10,1 ± 0,7 11 8,1<br />
Co 0,08 ± 0,01 0.07 14,3<br />
Fe 215 ± 19 218 ± 14 1,4<br />
Cr 1,02 ± 0,2 1 2,0<br />
Zn 18,5 ± 1,7 17,9 ± 0,4 3,4<br />
Sc 0,035 ± 0,01 0,04 12,5<br />
Hg 0,026 ± 0.008 0,031 ± 0,007 16,1<br />
105
J. Tek. Reaktor. Nukl.<br />
Vol. 9 No. 2 Juni 2007, Hal. 96-106<br />
KESIMPULAN<br />
ISSN 1411–240X<br />
Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007<br />
Telah dilakukan analisis terhadap kandungan unsur toksik dalam sampel krim<br />
pemutih wajah dengan metode AAN. Dari hasil analisis kualitatif diketahui bahwa cuplikan<br />
krim pemutih wajah mengandung unsur-unsur As, Br, Ce, Co, Cr, Cs, Eu, Fe,Hg, K, La,<br />
Na, Rb, Sb, Se, Sc, Rb, Th, W, dan Zn. Analisis kuantitatif memberikan hasil bahwa<br />
sampel mengandung unsur toksik Hg, As, Cr dan Sb dengan kisaran konsentrasi dalam ppm<br />
(μg/g): 25,2– 65,1 ; 1,0 - 6,3; 30,5 - 89,1; 2,9 – 5,3. Berdasarkan Peraturan Men.Kes RI<br />
No.359/Men.Kes/Per/IX/198 seharusnya unsur-unsur tersebut tidak diijinkan ada didalam<br />
produk krim pemutih. Sampel yang diamati termasuk produk ilegal (tidak terdaftar),<br />
sehingga pelabelan tidak jelas. Untuk itu perlu sikap kehati-hatian dalam memilih produk<br />
pemutih wajah mengingat unsur toksik yang terkandung dapat mengganggu kesehatan<br />
konsumen.<br />
UCAPAN TERIMAKASIH<br />
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Iman Kuntoro, selaku Kepala<br />
Pusat Reaktor Serbaguna yang telah memberikan kesempatan untuk penelitian ini. Kepada<br />
Susi Noviyanti S mahasiswa Farmasi UNTAG dan semua pihak yang telah membantu<br />
dalam kelancaran penulisan ini.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
1. INDARTI dkk, Analisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan<br />
pembelian produk kosmetika pemutih wajah, images.soemarno.multiply.com/.../<br />
2. BPOM, “ Public warning tentang Kosmetika yang Mengandung Bahan Berbahaya dan<br />
zat warna yang dilarang” No: KH.00.01.3352, tanggal. 7 Sept. 2006,<br />
http://www.pom.go.id.<br />
3. PP, Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, PP RI No. 72 th1998,<br />
http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/04/12/prn,20040412-01, id.html, 12<br />
April 2004<br />
4. PERMENKES RI No. 359/Men.Kes/Per/IX/1983, tanggal 19 September 1983.,”Daftar<br />
Bahan Yang tidak diijinkan digunakan dalam Kosmetika”, http://www.pom.go.id<br />
5. MIA CITRA D., Hati-hati pakai pemutih, http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/health news,<br />
11 Maret 2007<br />
6. DARMONO, “Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup”, Cetakan Pertama, UI<br />
Press, Jakarta 1995.<br />
7. IAEA, Practical aspects of operating a neutron activation analysis laboratory, IAEA-<br />
Tecdoc-564, Viene, 1990.<br />
8. PETER BODE, “Instrumental and organizational aspects of a neutron activation analysis<br />
laboratory”, Interfacultair Reactor Institut, Techniche Universiteit Delft, 10 december<br />
1996.<br />
9. CATALYSTS & CHEMICALS IND.CO.,LTD, Iron oxides in cosmetics,<br />
http://www.chemistryquestion.com/English/Questions/ChemistryInDailyLife/16c_iron_o<br />
xides_cosmetics.html<br />
10. D.A. BASKETTER, G. BRIATICO VANGOSA, et al, “Nickel, Cobalt and Chromium in<br />
consumer product: a role in allergic contact dermatitis ?”, Blackwell Synergy,<br />
http://www.blackwell synergy.com/doi/abs/10.11.11/j 1600-0536.1993.tb 03318.x<br />
106