KRITIK FEYERABEND ATAS DETERMINISME ILMU PENGETAHUAN
KRITIK FEYERABEND ATAS DETERMINISME ILMU PENGETAHUAN
KRITIK FEYERABEND ATAS DETERMINISME ILMU PENGETAHUAN
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>KRITIK</strong> <strong>FEYERABEND</strong> <strong>ATAS</strong> <strong>DETERMINISME</strong><br />
<strong>ILMU</strong> <strong>PENGETAHUAN</strong><br />
bvaltll t adtt<br />
Abstrak<br />
. .IlmJ pergerahuan muder )dng berzngkJr dan k
I.'<br />
SFiril F.dli<br />
mgbiryit keduanF dan mengembalilan ilmu Fngetahusn kearah ymg l€bih<br />
mmusiasl ihu p€Dgetahuan hanyalah satu di antara b€rmacan j€ds Fngetahuan<br />
dalam rneriih Lcbcnaran. Tidak ada d€terminisme universrl. Denge demikian, sistem<br />
p€oitirer ya[g bcrlaku adalah apa saja bolch dan membia*a! scgala sesuatu<br />
berfe$bargbialscalmi mmgkin.<br />
Krta fuoci : Ana*ime €pistemologis dan rnetodologis, keb€basa4 r€lativisme<br />
A. L.trrB€lrtugMsdrh<br />
Filsafat b€rmula dari kekaguman terhadap sesuatu yang sederhana,<br />
@a giliranya manpu melabirkao ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.<br />
Ke*agma iul ditaodai &ngan keinginao malusia m€ojawab rahasia seputar<br />
al.m, Dadusia datr Tuh@. Batryat pertanyaan meodalam meryhantui s€peni:<br />
'Ker4a<br />
ahr benda di jagad raya ini?"; "Apa ),ang dimaksud dengan<br />
p€ngetahuan?"; 'Apa yatrg d4at dibedkan oleb kesetiaan?". Apabila diperas<br />
haya medj.di satu pertatryaatr n€n€trh*aq yakni,'Apakah kebenaran itu?'<br />
Permasalahannya adalah menjawab pertanyaan itu tidak mudah karena<br />
terdapat perbedaan pandangan dan latar belakang manusia yang<br />
nenjawabnya dengan perkataan lain, jika ada oraDg meop€rtanyakao apa itu<br />
k€bcraraD, naka pertanyaan sebaliknya akan menyusul, kebenaran dari sudut<br />
poodog yaog nana?'<br />
Saopoi selar-ag oasih muDcul klaim kebenaran illlu pengetahuan<br />
teftadq s€gala hal, kla;rn itu juga t€rdapat di antara bidang-bidang ilmu<br />
pengetahuao yang befteda-beda akibat adaDya klasifikasi, misalnya ilmu-ilmu<br />
positif seperti: kimia, fisika dan ilmu k€ala$an saja yaDg sanggup<br />
n€mecabka mesleh IImu pqqgetahratr menyaoakan seluruh rcalitas<br />
fug'" t.t yaDg dapat dimengerti s€cara ilmiah sai4 sehingga itnu-ilmu<br />
hmaniord seperti: sosiologi, psikologi, babkatr ilrnu filsafat dipaksakan<br />
'<br />
A, Epkrenobgi Datar, (Iakxtat CenE€ for SEategic and I emational Snrdieq<br />
198 - h-4147<br />
hml Stldi AgMo .h, Maqtualat, I'olM. 1, Notut 2 De,smbq 2007
Kriti* I'.tex'bend Atas D.tentutisne I'tu Perg.rohuar<br />
meDgikuti metode-metode yang berlaku pada ilmu alam agar tetap disebut<br />
ilmiah.<br />
Kebenaran dalam konteks masa kini masuk pada pemahaman<br />
kontemporer. Pada tataran hermeneutik, rasionalitas berfokus pada<br />
kemasukakalan (red.ronar5le) yang menjadititik temu antara keyakinan bahwa<br />
rasionalitas berhubungan erat pada bahasa, kultur, praktek dan keyakinan<br />
bahwa argumentasi dan dialog henneneutik itu menuntut suatu rasionalitas<br />
komunikatifuniversal, tidak terkecuali kebenaran ilmiah. Padahal, kebenaran<br />
ilmiah yang dimotori positivisme mulai ditinggalkan. Kelebihan ilmu positif<br />
hanya terletak pada bobot kepastiannya, itu pun karena sistem pengukumnnya<br />
yang memang serba dipastikan dan keterbukaannya terhadap kritik. Adapun<br />
pengukuran dan keterbukaan itu tidak sepenuhnya berdasarkan kenyataan<br />
empiris.': Manusia terjebak pada relativisme dogmatis karena pemihakan<br />
seiring dengan berkembangnya positivisme yang membentuk detenninisme<br />
secara sektoral.<br />
Adalah Feyerabend (1924-1994) salah seorang tokoh filsafat ilmu<br />
pengetahuan baru selain Karl Popper, Thornas Kuhr1, dan Imre Lakatos, yang<br />
mendobrak sudutpandang ilmu pengetahuan melalui penclaahan sejarah ilnru<br />
dan peranannya dalam upaya mendapatkan serta mengkonstruksikan wajah<br />
rlmu pengetahuan dan aktivitas ilmiah yang rerJadisesungguhnya.'<br />
Menurut Feyerabend, alangkah baiknya para ihnuwan kctika<br />
melakukan penelitian membebaskan diri dari metode-metode yang ada,<br />
meskipun terbuka kemungkinan menggunakan metode-metode itu, tidak ada<br />
metode tunggal karena setiap omng berhak menerapkan teori, sistem, dan<br />
pemrkiran sesuai kecenderungan masing-masing.<br />
Sugihano. Bambang, Por mo.lernisnte, (Yog!^kan^: Kanisius, 200 ' ), h. I I 2.<br />
verhaak. (.. dan lmdm. R llaDo'ro. F'lrutat Il,nu rp,B.tahuan. {Jdkand CrJmedrd.<br />
1989),h.l6l.<br />
'Feyerabend,PaulK.,Klllinglime,(ChlcagotU^ivemiryofChicagoPress,<br />
l995),h. 179-<br />
180<br />
Junlo I Studi Asono dan Masrav*at, Volurte 4. NoDpr 2 Desetnber 20A7
SyanilFadli<br />
Berdasarkan uraian di depan, penelitian ini ditujukan untuk<br />
mengetahui perkembangan serta pengenbangan detenninisme ilmu<br />
pengetahuan dengan sudut pandang rclativismc-dogmatisme dan pandangan<br />
Feyerabend mengenai sejarah ilmu pengetahuan dan meta-metodologi yang<br />
ditawarkannya. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat menarnbah<br />
infonnasi tentang satu aspek perkembangan filsafat di zaman koDtempord dan<br />
sebagai khazanah intelektual, terutama dibidang filsafat.<br />
B, LandasanTeori<br />
Sepanjang sejarah ilmu pengetahuan telah dirumuskan berbagai<br />
pandangan yang bersifat rasionalistik, empiristik, dan pragmatis. Dewasa ini<br />
ilmu pengetahuan dan teknologiyang dihasilkannya masih mengalami proses<br />
panjang, penuh pertarungan antara mitos dan logos. Logos yang aklirnya<br />
menjadi mitos padamasanya kelak akan menj adi dasarlogos berikuhya.<br />
Sekarang orang menganggap dunia Barat merupakan sentral ilmu<br />
pengetahuanr kendati dalam sejarah ilnu pengetahuan terbukti ada<br />
sumbangsih dari belahan dunia lain sepertiMesir, Cina, dan India. Tidakbolch<br />
dilupakar pula kehadiran para filsuf lslam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu<br />
Sina, ImamAl-Ghazali, dan Ibnu Rusyd yang mcnyebarkan fi lsafatAristoteles<br />
ke benua Eropa melalui Spanyol dan mewariskannya kepada kaum Patristik<br />
dan Skolastik.'<br />
Perkernbangan ilmu pengetahuan sebelum abad ke-20 berjalan<br />
Iamban. Ilmu pengetahuan hanya berkutat pada teoi induksi dan deduksi.<br />
llmuwan yang muncul sekedfi menolak atau mendukung teori sebelumnya<br />
dengan menambahi fakta yang ada. Menurut The Liang Gie,o apabila pada<br />
Wibisono, Koento, "llmu Pengetahuan Sebuah Skersa Umum Mengenai Kelahiran dan<br />
p€rkembangannya sebagai Pengantar untuk Menahami Filsafat llmu" dalam Tim Doseo<br />
Filsafa! Illmu Fakultas Filsaf^rUGM, Filsafat Ilnu Sebagai Dasar pengenbangan lthu<br />
Pengetahuan, (rJaten tntan Padwara, t997), h. l-10<br />
Aie,TheLiang, Pengantar Filrafat llmu, (Yosyakan^: Liberti, 2000), h. I I - I s<br />
)6 JunalSt"diAsann lun M$yankt. Voluhe 4 Nonor 2 Desedbq 2007
Kritil; t:qcnbeMl,4lat Dc1.t,inie c,tu I'enpetahra4<br />
ZamanYunani Kuno ilmu pengctahuan tidak dibedakandengan filsafat, halitu<br />
karena keduanya merupakan pengetahuan yang didapat dari rasio manusia,<br />
sedalgkan pada zaman modem muncul kebutuhan untuk nemisahkan secara<br />
jelas kelompok ilmu pengetahuan nodem dari fiisafat: Filsafat bercorak<br />
spekulatif, sedangkan ilmu pengetahuan modem menerapkan lnctode empiris,<br />
eksDenmental- dan induktif.<br />
ltulah sebabnya nengapa keberhasilan ilmu pengetahuan yang<br />
diterapkan dalam teknologi diklaim scbagai satu-satunya pengetahuan yang<br />
benar secara objektif terhadap realitas. Cambaran semacam ini memunculkan<br />
pandangan baru dan dapat menggoncangkan pandangan lama, temasuk<br />
kosmologi dan metafisika yang oleh Sudarminta bersumber pada agamaagama,T<br />
oleh Feyerabend disebut tradisi, yang bagi masyarakat Barat<br />
dipandang rendah dan tidak masuk akal.3<br />
Landasan teori dalam penelitian ini menggunakan aspek metodologis,<br />
kelahiran, sejarah, dan perkembangan ilmu pengetahuan.<br />
C. Metode Penelitian<br />
Penelitian ini bersifat literer, sumbet data sepenuhnya disandarkan<br />
pada riset pelpustakaan, dalam hal ini, secara langsung menelaah tulisan<br />
Feyerabend dan tulisan lain yang mempunyai relevansi dengan masalah<br />
pokok penelitian.<br />
l. Materi Penelitian<br />
Sumber penelitian ini diambil dari literature berupa karya karya<br />
Feyerabend sepefti: Against method, Ptoblems of Empiricism, Realisn<br />
Rationalism and Sciehtilic Method, Science in a Free Society, Three Dialogues<br />
oh Knorrledge. darL Killing nme sefia literatur yang membicarakar<br />
determinisme. Sumber sekunder berasal dari buku, ensiklopedi, dan jumal<br />
yang dapat menunjang penelir ian lersebur<br />
'Sudarminta,J.,"sainsdanMasalahKetuhanan"dalamr's,trJt1rVol.l,No.l,h.35<br />
'<br />
Feyerabend,Paul K.,Science in o Free Society,(London: NLB, 1978), h. 27-28<br />
Jmkal StudiAgahd dM Masyarukat. yoluie I, Nohor 2 Desenber 2007 59
SyririlFadli<br />
2. JalanPenelitian<br />
Pelaksanaan penelitian ini terbagi tiga tahap: l) pengumpulan data,<br />
pada tahap ini data priner dan sekutder didapatkan lewat pengumpulan di<br />
berbagai perpustakaan ; b) pengolahan data, data yang sudah terkumpul<br />
tersebut kemudian diklasifikasi menjadi tcma filsal'at ilmu yang akan menjadi<br />
objek kajian, kilikFeyerabend atas determinisme ilmu pergetahuon sobagai<br />
objek material dan sebagai objek forrnalnya adalah filsai'at ilmu; c) pcDyajian<br />
basil penelitian, tahap ini berupa pcmaparan hasil penelitian secara lengkap.<br />
3, Analisis Hasil Penelitian<br />
Penelitian ini menggunakan hermencutika-eklektis dengan anasir<br />
pokok deskripsi, kesinarnbungan historis, komparasi refleksi, dan sintesis.<br />
Pemakaian yang acak ini dilakukan mengingat dua pembahasan yang<br />
tampaknya berbeda satu sama lain, pertama karcna penelitian ini menaparkan<br />
detenninisme ilmu pengetahuan dan kedua karena me[getcngahkai pcrnikiran<br />
seseorang dalanr menyoroti yang pertama tadi.<br />
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan<br />
l. Latar Belakang lntelektual Feyerabend<br />
Feyerabend dilahirkan pada tahun 1924 dad keluarga kelas mcnengah<br />
di Wina,Austria danmeoinggal pada tahun 1994 di Zurich, Swiss. Pada usia 6<br />
tahun Feyerabcnd rnasuk sekolah dasar l-eyerabend di mata gurunya tennasuk<br />
anak bandel dan sakit-sakitan. Kesehatan Feyerabend membaik begitu mulai<br />
suka membaca, terutama tentang keajaiban dunia dan komik-komik misteri.<br />
Kebiasaan itu terbawa samp4i dewasa. Ada di antara komik-kon,ik itu yang<br />
menceritakan hubungan seekor lalat dan seorang pembaca: sang lalat selalu<br />
mengganggu dengan dengungan ke mana saja orang itu pergi. Feyerabend<br />
menjadi semacam lalat pengganggu bagi orang banyak dan itu dilakukannya<br />
ketika ia menulis,4gal n Method. Sayaserang mengejuikan or a ng. "<br />
60 JumalStudi Acaua dd, M$tatuka!, volune 4, Nanot 2 Desertbat 2007
KritiA i'c\.,nheu.l Akls Detcthlt"ishle lhnt Pe,eetuhrtn<br />
Memasuki sckolah menengah! Feyerabend belajar bahasa Latin,<br />
bahasa Pcrancis, bahasa Inggris, dan serri. Di sini Fcycrabend mengenal<br />
filsafat untuk kali pertama. Pada tahun tAhun 1946 Feyerabend kuliah di<br />
InslilLtt fir Osterrrcichische GeschichtsJbrs.ru,?9, Universitas Wina, Austria.<br />
Pada tahun 1948, Feyerabcnd bcrlcmu KarL Popper. Pefteinuan terscbut<br />
menambah keyakinannya terhadap rursionalilas. Pada tahun 1950, Feyerabend<br />
bcrkeinginan mengikuti kuliah Ludwig Wittgenstein di Cambridge, tetapi<br />
lnalang, Ludwig Wittgenstein meninggal scbclum l'eyerabend tiba di Inggris,<br />
sebagai gantinya, Karl Popper dipilih mcnjadi supervisomya, padatahun 1955,<br />
Feyerabenddiangkatmenjadi dosen di Universitas Bistol, Inggris. Padatahun<br />
1958 ia diangkat menjadi gum besar di Universitas California, Berkeley,<br />
Amerika Serikat. Setahun kemudian ia rcsmi menjadi warga negara Amerika<br />
:tenKat<br />
Kejadian pentilg yang berdampak pada sikap pandang Feyerabend<br />
ketika ia bergab'lng dengan Universitas Califomia dan memsakan benturan<br />
budaya Barat (baca: Amerika Serikat). Ia mendukung revolusi mahasiswa<br />
menunfut persamaan dan perbaikan., serta sikap protes terhadap sistem<br />
pendidikan diAmerika Serikatyangkaku (Kekakuanitudirasakan Feyerabcnd<br />
yang diharuskan memberi kuliah kepada 300-1200 mahasiswa sccara<br />
bcrsamaan dalam satu ruangan), itu dibuktikan Feyerabend dengan<br />
memberikan nilai 'A' kepada selurull mahasiswa yang berasal dari beragam<br />
etnis: Kulit Putih, KulitHitam. dan Indian.<br />
Feyerabend sepanjang hidupnya pernah menjadi guru besar dengan<br />
posisi terhomrat di empat universitas terkenal yang berbeda dalam waktu<br />
bersamaan. Feyerabend pernah memberi kuliah diAustria, Jerman, Selandia<br />
Baru, dan Amerika Sedkat dalam berbagai bidang studi seperti: sejarah ihnu<br />
pengetahuan, teologi, dan filsafat. Ia pemah bcrternu dan berdialog dengan<br />
para filsuf seperti: Wittgenstein, Karl Poppct Imrc Lakatos, Thomas Kuhn,<br />
"' 1br4 h.86dan 100<br />
" Ibid.h.'122,t21<br />
JwndlStudi Asanaduh Mastatukat, l'oluhe 4, Naror 2 Desetnber 2007 6t
Svai.ilFadli<br />
Heidegger, dan Richard Rofty. Di luar filsafat, ia bcrsilDpati kepada tokoh<br />
masyarakat dan kelornpok tertindas, seperti: Malcom X: pemimpin muslim<br />
kulit hitam yang memperjuangkan persamaan di Amerika Serikat; rakyat<br />
Vietnam yang menderita akibat perang; dankaumhomosex.<br />
Beberapa hari menjelang kematiannya, ja masih bersikeras<br />
m€neruskan otobiografinya. Pada tanggal ll Februari 1994 ia meninggal<br />
seperti diakui Grazia dalam catatan tambahan otobiograli Feyerabend-setelah<br />
mengalami koma beberapa hari.'' dengan meninggalkan bcberapa karya<br />
pentmg.<br />
Against method, karya fenomenal Feyerabend yang diterbitkan<br />
pertamakalipadatahun l9T0mengupasteoridanobservasitidakdapatberd<br />
sendiri tanpa rangkaian pembentuknya berupa mitos, hikayat, pengalaman,<br />
dan sebagainya; Scien ce in a Free Societ), dtterbitkan pada tahun 1978, sebagai<br />
argumentasitambahanterhad^p Against metlrodyang diterbitkan lebih dahulu;<br />
Pada tahun 1981, terbit Realisme Rationalism and Scientijc Method dan<br />
Problems of Elnpiricism. Kedua karya ini sebenamya kurnpulan paper yang<br />
disatukan dalam Prilosophical papers volume I dan 2; Farewell to Reason<br />
diterbitkan pada tahun 1987, menjelaskan ielativisme merupakan solusi<br />
terhadap problem keyakinan yang menjadi konflik dan solusi terhadap konflik<br />
kehidupan.<br />
Pada tahun 1991, terbit Three Dialogues on Knowledge,<br />
membicarakan epistemologi dan pandangan Feyerabend mengenai subjek,<br />
temasuk pemberontakannya terhadap pandangan Karl Popper; Conquest of<br />
Abudance mergenai abstraksi, stabilitas, dan objektivitas dalam matematika<br />
dan fisika; Killing Tine diselesaikan Feyerabend beberapa hari sebelum<br />
meninggal, diterbitkan pada tahun 1995. Meskipun otobiografi, ini dapat<br />
mengungkapkan pandangan, kejujuran, kecerian, dan alasan Feyenbend<br />
menulis buku yang menjadi perhatian orang.<br />
'<br />
1rid, h. t8l<br />
62 Junal Studi .Asa thu dan Masvtukal, yolume I, Nonor 2 DTenhtr 2007
Kt itik l:e\cMbeid Akts Detetrtirisrte Ilhu P!reetahua,<br />
2. PengertianDeterminisme<br />
Secara etimologi, detenninisme adalah gab]lngan kata detenlline dan<br />
ism, determine diambil dari bahasa Latin, determinare, yang berarti<br />
"menenfukan batas", atau "membatasi".' Angeles dalam Dictionary of<br />
Philosophy memberikan tiga arti, yakni: l) pandangan yang mcnyatakan<br />
semua kejadian mempunyai sebab; 2) suatu kondisi (syarat) tertentu akan<br />
diikuti kejadian tertentu pula, misalnya,jika X maka hasilnyaY; 3) pandangan<br />
yang menyatakan segala sesuatu dijagad raya ini diatur oleh hukum alam''.<br />
Secara terminologi determinisme diartikan dengan anggapan scmua<br />
pe stiwa di alam semesta ini disebabkan peristiwa peristiwa yang<br />
mendahuluinya sebelum peristiwa yang sesungguhnya datang.<br />
Ramsperger dalam Co I liel s Encyc lopedia menyebutkan:<br />
Doktrin filosofis dan ilmupengetahuan yang menjelaskan bahwa tidak<br />
satupun terjadi di alam ini tanpa hukum-hukum alam. Doktrin ini<br />
terkadang dinyatakan menjadi prinsip kejelasan sendiri dan dalam<br />
bahasa Latin diungkapka4 ex nihilonihilft ldari ketidak-adaan tidak<br />
menjadi apa-apal."<br />
Secara garis besar deteminisme adalah doktrin yang menyatakan<br />
semua peristiwa ditentukan oleh hukum alam yang menguasai perilaku fisik.<br />
Setiap tindakan disebabkan oleh keabadian dan faktor-faktor yang<br />
mengkondisikan terjadinya suatu pe stiwa sehingga tidak ada kebebasan<br />
kehendak dan manusia tidak perlu bertanggungjawab atas peristiwa tersebut.<br />
Sehubungan dengan itu, ilmu pengetahuanjugaberkembang dan tercusun atas<br />
dasar prinsip-prinsip hukum alam; prinsip bahwa setiap peristiwa mempunyai<br />
''<br />
Bagus, Lorens, Kafl&r Filsalr, (Jakana: Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 159<br />
''<br />
Angeles, Peter Adam, Dictionary al Philosophy, (New York: Barnes and Noble Books,<br />
1981). h.60-61<br />
''<br />
Ramsperger, Alben G., 1971, "Deteminism", dal^m Collier's Ensyclopedia, (Ctowell<br />
Collier Educational Corporation, l97l ) , h- I 58<br />
Jurnat Stu.lt ACuno dar MaslataIat. uotude 4. \odot 2 Devqb, r )a0- 63
SyatllFadli<br />
penyebab. Lebihjauh lagi, pandangan semua pcrisriwa rerjadidalan pola_pola<br />
yang tersusun rapi dan dapat dirumuskan sebagai sebab-musabab.<br />
Berdasarkan hukum itu pula. maka sctiap pcristiwa dapat diprcdiksi secara<br />
akurat.<br />
3. Kesalahan-kesalahan Utama dalam M€mandang Ilmu pengetatruan<br />
Berangkat dari pandangan para filsuf Yunani yang mencoba<br />
membebaskan masyarakatnya daripcngaruh mitologi, ilmu pcngetahu an terus<br />
berkembang hingga sekarang rnelalui sejarab panjalg dan berbagai macam<br />
rrntangan yang kernudian membentuk kriteria tersendiri untuk<br />
membedakannyadenganpengetahuan keseharian. Kebenaran hasil penelitian<br />
ilmu. pengetahuan ini berangkat dari konsep-konsep sebuah struktur<br />
pemtKlran.<br />
Menurut Frcderick Sontag pembentukan konsep berhubungan dcngan<br />
empat konponeni l) kenyalaan Q"aliy): 2) teofi (theoD,),3) kara-k;ta<br />
(r,ords); 4) pemikiran (thought)'". Kenyataan hanya akan menjadi misterijika<br />
tidak dikomunikasikan. Teori merupakan tingkat pemahaman mcnginai<br />
sesuatu yang sudah teruji dan dipakai scbagai pangkal bagi pemahaman yang<br />
lain. Kata-kata merupakan gambaran gagasan yang diverbalisasikan.<br />
Pemikiran merupakan produk akal manusia yang diekspresikan ke dalam<br />
bahasa. Semua komponen itu membentuk pengertian pada diri manusia<br />
sebagai basis utama ilmupengetahuan.<br />
Ini berarti dalam kebenaran ilmiah terdapat tiE srfat dasat. petlama,<br />
berdasarkan struktur yang rasional-logis. Kebenaran ilmiah dicapai<br />
berdasarkan kesimpulan yang logis dan rasional dari proposisi atau prenispremis<br />
tenenru. Proposisi ini dapat berupa rcori arau hulum ilmiah yang sudah<br />
terbukti benar dan diterima sebagai benar atau sepanjang ia dapat<br />
mengungkapkan fakta tertentu. Proposisi ini diambil sebagai kesimpulan baik<br />
" Sontag, Frederick, The Elenent afPhilosaph),, (New york: Charles Scribnerh, 1984), h.<br />
t4l<br />
Juual Studi Asana ddh MTrutukat, Valvte I, Nonor 2 De\ekbet 2007
KritiI r.re&bend,4tds Deterntuyne thn, PulackrhMn<br />
melalui induksi maupun deduksi. Kerlaa, empiris, kebenaran ilmiah tidak<br />
muncul begitu saja tanpa prosedur yang baku yang harus dilaluinya. Ia perlu<br />
diuji dengan kenyataan yang ada. Ini bukan berarti tidak ada spekulasi dalam<br />
ilmu pengetahuan: pada tingkattertentu spekulasi tersebut dapatdipersepsikan<br />
sebagaisesuatu yangrcal. i(eliga, kebcnaran ilmiah secara pragmatis mencoba<br />
menggabungkan kedua hal di atas; jika sebuah pemyataan dianggap benar<br />
secara logis dan empiris, maka suatu pemyataan itu juga harus bermanfaat<br />
dalam kehidupan manusia."<br />
Ilmu pengetahuan seperti digambarkan di depan itu ditentang keras<br />
oleh Feyerabend dengan penolakannya tgrhadap kesatuan metode. Terlebih<br />
lagi ilmu pengetahuan modem telah melakukan pengkebirian epistemoligis<br />
karena tidak mengakui sudut pandang bidang-bidang lain terhadap alam.<br />
Akibatnya, ilmu pengetahuan tidak berbeda dengan ideologi yang pada<br />
akhimya terpuruk menjadi semacam agama dogmatis sebagaimana terjadi<br />
pada Marxisme; bagi mereka yang tidak setuju dengan aliran ini akan<br />
diganyang habis-habisan.<br />
4. Kesalahan-kesalahan Utama dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan<br />
Penemuan ilmu pengetahuan sering tidak tedadi melalui metode yang<br />
ketat, tetapi dapatjugamelalui ilham, kebetulan, dan imajinasi. KetikaNewton<br />
beristirahat di kebun melihat apel yang 'kebetulan'jatuh<br />
menimpa kepalanya<br />
mengilhami dan melahirkan hukum gravitasi Newton. Kenyataan<br />
menunjukkan, bahwa ilmu pengetahuan dalam sejarah perkembangannya<br />
diperkaya metode-metode yang tidak ilmiah berdasarkan hasil keativitas<br />
ilmuwan yang melanggar aturan metodologinya karena mengadopsi gagasangagasan<br />
keatifyang berasal dari pengaruh di luar ilmu pengetahuan, agama,<br />
mitologi, kekonyolan, dan igauan orang gila, seperti misalnya, konsep<br />
heliosentrisme yang dianggap orang kebanyakan berasal dari Copemicus,<br />
''<br />
Keraf A. Sonny, dan D|a,Mitu^e\ llmu Pensetaraar, (Yogyakarta: Kanisius, 2OOl), h.<br />
75 76<br />
hrnalStu.tt Agmd don Vasyaraka!. totunc 4 vohot 2 Desenb{ )nA' 65
SyanilFadli<br />
padahal gagasan tenebut dirintis Plrilolaos, pengikut Pythagoras. Seperti<br />
diketahui, aliran Pytagorean berpendapat pusat alam semesta adalah api yang<br />
disamakan dengan matahari. Akan tctapi, disebabkan oleh ketidakcennatan<br />
Philolaos saja sehingga konsep helioscntrisme tersingkirkan dan tergantikan<br />
oleh kelenrusan Ptolemaeus dengan konscp geosentrisme."<br />
Feyerabend berpendapat ilmu pengetahuan berbicara tentang hakikat<br />
benda, perekayasaan, dan metafisika. Feyerabend mengakui pada awalnya<br />
ilmu pengetahuar "berhutang budi" pada antagonismemasa lalu yang terdapat<br />
pada pemikir Yunani, tetapi dalam perkembangannya, ilmu pengctahuan<br />
meninggalkan hal-hal metallsis dan doktrin-doktrin teologis.''<br />
Plato membagi dua dunia: dunia ide dan dunia nyata. Pada masa<br />
modem Descartes berpandangan bahwa manusia itu mempunyaijiwa dan raga<br />
yang saling mempengaruhi. Ini berarti Descades secara tegas memisahkan<br />
antarasubjek danobjek roh dan materi, fakta dan nilai.<br />
Berbeda dengan pemikir Yunani dan pascapencerahan yang<br />
memisahkan altam dua duniayang akhimya memunculkan i]nupengetahuan.<br />
Feyerabend membedakan, tetapi tidak memisahkan antara manusia dan dunia.<br />
Ibarat laut dan pantai: laut memang bukan pantai, tetapi laut tidak dapat<br />
terpisahkan dari pantai. Kehadiran ilmu pengetahuan bukan keramat yang<br />
harus dipuji setinggi langit, ilmu pengetahuan tidak lebih dari sekedd fakta<br />
biasa sebagai hasil kerj a penalaran manusia sejakdahulu hingga sekarang yang<br />
dirumuskan secara umum, kemudian diaplikasikan dalaln aktivitas keseharian<br />
dengan suaru leori yang harus dipertanggung;awabkan secara ilmiah.?'<br />
tni berarti aktivitas ilmu pengetahuan pada dasarnya bukan tertancap<br />
begitu saja sebagaimana anggapan pengikut rasionalisme dafl empiris]rle,<br />
melarnkan aktivitas kehidupan itu sendiri.<br />
Feyerabend Paul K.,.4aaiurrn (London: Verso, I 979), h. 30+305<br />
Fcyeraben4 Paul K., rRedtisn<br />
"rro4<br />
Rationalisn and Stientttc Method Philosophical Papers<br />
volune t , (C^mbndse: Cambridse Un iversity Pr€ss, I 987), h. 4<br />
Feyerab€nd-, lgaDst..., h. I 6<br />
66 Jutaal StL L Ag,ar dra Moltorola' rot'ne a N.4or<br />
' DLt,ubet 244'
Kril i k lrere ft beh.l A h s D ete m i n i snr e lln u P e nseta h ua n<br />
Contoh menarik adalah perkembangan pandangan Copernicus yang<br />
diteruskan Galileo. Pandangan Galileo saat itu merupakan hal baru yang<br />
dibangun berdasarkan evidensi yang menghubungl@n teo -teori dengan camcara<br />
baru sehingga menimbulkan semacam ideologi yang cukup memadai<br />
untuk mempersiapkan argumerrtasi yang berdiri sendiri kapan saja diperlukan.<br />
Orang sekarang boleh saja berpendapat Galileo dalamjalur yang benar berkat<br />
usaha dan ketabahannya di tengah-tengah otoritas Aristotelian yang<br />
mendukung astonomi Ptolemaeus yang diterima di Eropa sejak abad ke-12<br />
dan otoritas institusi agama yang menyandarkan keyakinan berdasarkan teksteks<br />
Kitab Suci yang meyebutkanbumi sebagai pusat alam semesta.<br />
5. Kesalahan-KesalahandalamMetodologi<br />
Pengetahuan yang dilabeli ilmu pengetahuan menunjukkan koherensi<br />
tertentu yang membentuk suatu keseluruhan. Pengikut positivisme<br />
berpandangan bahwa interpretasi teori-teori ilmiah adalah suatu fungsi baik<br />
dari pengalaman maupun dari bahasa observasi. Ada empat pokok: a) istilah<br />
teoritis secaxa eksplisitdapatdiuraikan berdasarkan istilah-istilah observasi; b)<br />
istilah teoritis secara luas dapat direduksi menjadi istilah observasi; c) istilah<br />
teoritis secara sengaja dapat direduksi menjadi istilah observasi; d) istilah<br />
teoritis secara implisit diuraikan dengan perlolongan sistem interpretasi yang<br />
mengandung pemyataan probabilitas.''<br />
Begitu juga perantara berupa alat banh seperti mikroskop, teleskop,<br />
dar fotografi melgakibatkan objek kajia.n yang sesungguhnya seolah-olah<br />
hanya dapat diinterpretasikan oleh mereka yang melakukan obsewasi.<br />
S ebatang pensil yang dimasukkan ke dalam segelas air kelihatan bengkok atau<br />
patah-patah. Tidak jelas apakah air yang mernbengkokkan pensil itu ataukah<br />
mata telanjang yang tidak dapat melihat rcalitas yang sesungguhnya karena<br />
pada kenl ataannya pensil lersebut retap lurus.::<br />
reyeraDeno.,r(earsm ... n. /i<br />
" Feyerabend, Paul K., Ii ree Dialosues otl Kn,rwledle, (Oxford: Blackwell Publisher l 996),<br />
h.6<br />
Jurnal rtudiAgaha dan U4rtuIat t/alunp l. \ohor 2 Dercnbet 200-
Syanil Fadli<br />
Mengetahui para dewa anda membutuhkan manusia, sebaiknya<br />
memang demikian. Galaksi-galaksi tidak lnenghilang kerika telcskop<br />
rnenghilang. Para dewa tidak menghilang kctika manusia kehilangan<br />
kemampuan berhubungan dengan mercka."<br />
Ilmu pengetahuan mengambil langkah maju ketika gagasan<br />
Aristotelian yang tahan uji dalam pengalaman sehari-hari selama berabadabad<br />
tergantikan oleh empirisme secara tidak kentara yang diikuti teori-teori<br />
yang datang kemudian, br-rkan melalui observasi, tetapi pen)'usunan kembali<br />
melalui penyesuaia[ dengan asunsi-asumsi teoritis. Teori dan observasi<br />
mempunyai kedudukan yang sama sebagaimana halnya ilham, kebetulan, dan<br />
imajinasi.<br />
6, Ilmu Pengetahuan sebagai Berhala<br />
Masyarakat sekarang memandang ilmu pcngetahuan tidak berbeda<br />
dengan masyarakatAbad Pertengahan dalam memandang agama: Pada Abad<br />
Pertengahan orang memandang agama sebagai jalan kebenaran, sekarang<br />
orang tunduk pada ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya jalan dalam<br />
memecabkan persoalan hidup.<br />
Tanpa sadar ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang disakalkan.<br />
Mengapa demikian? Karena terdapat kepercayaan bahwa memegang teguh<br />
tradisi akan mendatangkan selamat atau sebaliknya, melanggar tradisi akan<br />
mendapat kutukan- Penalaran yang dibangun sebagai kritik atas mitos-mitos<br />
itu berganti menjadi mitos-mitos baru, ilusi-ilusi baru, tuhan-tuhan baru dalam<br />
benhk ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkannya. Manusiamodem<br />
diperbudakoleh hasil keativitasnya sendiri. Tragisnya, itu berlangsung dalam<br />
pengawasan negar:I.<br />
Ketika seorang Amerika sekarang ini dapat memilih agama yang dia<br />
sukai, dia tetap tidak diperbolehkan untuk meminta anak-anaknya belajarsihir<br />
ketimbang ilmu pengetahuan di sekolah. Ada pemisahan antara negara dan<br />
" Feyerabend., RealtrD ..., h. 108<br />
68 Jurral &di Asana dan MosyatukaL l/ottme 4, Nanol 2 Des.nbet 2007
Kritit Felznbend Atas Detenntubnte I th! pen.retahtar<br />
gerga; tidak adapemisahan antaranegaradan ilmupengetahuan...<br />
_<br />
Kehadiran negara yang diwakili pemerintah setempat dan diam_diam<br />
disetujui oleh masyarakat, temtama para pendidik darr orang tua siswa,<br />
mengindikasikan memang terdapat intervensi kepentingan terbntu di luar<br />
ilmu pengetahuan. Feyerabend menggolongkan hal semacam rnt sebagai<br />
kejahatan yang terorgamsasi (the organized crime).25<br />
Ilmu pengetahuan tidak sesulit dan sesempuma yang diperkirakan<br />
orang. Bidang-bidang ilmu pengetahuan sek,rallg seperti fisika dan<br />
matematika modem kelihatan sulit hanya karena orang kebanyakan<br />
mempercayai kesulitan telsebut. Stereotip, Fisika, matemateka, dan Bahasa<br />
Inggris adalah sulit menyebakal siswa takut mengikuti bidang studi tersebut.<br />
Kesulitan dipe.parah oleh guru atau dosen yang mengajar secara kurang<br />
bijaksana, krrrang variasi, terlalu cepat menyampaikan nratei,,,kiltef' di<br />
sebagamya karena mempunyai instnrksi stardar yang sarat materi sehingga<br />
menjadi momokbagi siswa.<br />
7. IlmuPengetahuan sebagaiKonsekuensiKebebasanManusia<br />
. .<br />
Manusia adalah makhluk yang paling bebas karena mereka dapat<br />
melakukan apa saja sepanjang itu masih terikat dengan hukum_hukum<br />
uDiversal. Seseorang ridak pemah lnrnta unuk dilahirkin, terapi ia dapar<br />
menenrukcn bagaimana menja lan i kehidupan inr.<br />
Permasalahan muncul ketika alam begifu menentukan manusia<br />
sehingga kreativitas manusia menjadi terabaikan. Ini tampak pada<br />
perkembangan ilmu pengerahuan humaniora yang menggunakan model ilmu<br />
pengetahuan alam. Manusia diasumsikan dengan benda alam sepefii batu,<br />
pohon, dar binatang. Tindak tanduk manusia dipetakan melalui hukum alam<br />
yang deteministik.<br />
" Feyerab€nd.,,lgdtul..., h. 229<br />
" Feyerabend.,Science....h.<br />
21 1-212<br />
Jurnal Studi Agana dah Mas),atukat, Vatutue<br />
L Nohol 2 D^ehb.r 2007 69
Syairit Fadli<br />
Feyerabend menyetujui pandangan John Stuart Mill yang<br />
berkeinginan meningkatkan kebebasan individu menuju kehidupan yang<br />
penuh dan produktif." Bennrk kebebasan ini tercermin dari masyarakat yang<br />
tidak,mau terjebak pada pola pemikiran, sudut pandang, atau tradisi tertentu<br />
saJa.-<br />
Terlepas dari persepsi Barat berkenaan dengan tradisi di luar mereka,<br />
pada hakikatnya "ilmu-ilmu" yang lain mempunyd tujuan sama, yakni, demi<br />
kebaikan (baca: kesehatan) umat manusia. Ilmu pengetahuan yang<br />
dikembangkan Barat modem pada k€nyataannya tidak selalu berhasil dalam<br />
menangani problem yang timbul. Jika memang ilmu pengetahuan Barat-<br />
Modern itu diakui keberadaannya sebagai satu-satunya yang membentuk<br />
rasionalitas, maka bukan berarti orang harus menerima superioritas ilmu<br />
pengetahuan atas bidang yang lain.<br />
Menurut Feyerabend," setiap tradisi mempunyai kiteria tersendiri.<br />
Tradisi tidak membicarakan penoalan baik atau buruk, tetapi persoalan<br />
objektifdari masing-masing tradisi. Hal-hal teftentu dikatakan baik atau buruk<br />
karena dinilai oleh pihak luar, sepefii yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan<br />
Barat modem yang menganggap rendah bidang lain yang berasal dari Timur:<br />
pengobatan modem dianggap lebih baik daripada pengobatan tradisional<br />
seperti tusukj arum yang lMim dilakukan masyarakat Cina.<br />
Tradisi yang berlaku dalam masyarakat ilmiah sama halnya dengan<br />
yang terjadi pada masyarakat keselurlhan. Problem muncul sehubungan<br />
dengan penjelasan ilmu pengetahuan yang belum memadai. Para ilmuwan<br />
sering keliru dan menghilangkan fenomena penting sehingga menjadi tidak<br />
layak. Mereka hanya melakukan kegiatan rutin dan prosedural monoton di<br />
dalam laboratorium. Feyerabend memberikan contoh dalam fisika sekarang<br />
yang memisahkan metafisika." Metafisika jika ditelusuri dari sejarahnya<br />
'"<br />
Feyembend.,/adnrl..., h. 20<br />
reyeraDeno., J.r€r.?..., n w<br />
" Ibid.,h.27,28<br />
70 Jurnal StudiAEana danMasrarakat, valune I, Nonat2 Desenbet 2007
Krni1 F!refttl)end Atds Deletatinj\ne nat Pengetahuah<br />
termasuk dalam bidang fisika sebagaimana pernah dilaL-ukan oleh Andronikos<br />
dari Rhodos ketika ia mengklasifikasikan karya-karya Aristoteles.'<br />
Kekeliruan sedemikian terjadi karena mctode-metode tidak dapat saling<br />
dibandingkan secara setara dengan standar sam (inconmensurability)<br />
sebagai keterganrungan observasi pada teori.<br />
Bertitik tolak dari konsep ini, mirip dengan I(a Popper, Feycrabend<br />
menolak metode induksi sebab mengeneralisasikan keberagaman prosedur<br />
yang mungkin. Akan tetapi, berbeda dengan Karl Poppet Feyerabend<br />
meradikalkan pendapat Karl Popper dgngan mengatakan tidak ada fakta yang<br />
netral. Fakta tidakbe$icara dengan sendirinya, tetapi diinterpretasikan dalam<br />
kerangka konseptual tefientu. Menurut Feyerabend, hasil generalisasi tidak<br />
menjamin benar, babkan dalam tingkat tinggi probabilitas sekalipun dapat<br />
dibantah. Begitu pula prinsip falsifikasi yang diajukan Karl Popper masih<br />
belum menyelesaikan masalah.<br />
Feyerabend menanyakan adakah batasan dalam mencari bukti bahwa<br />
memang terdapat angsa berwama hitam, bagaimana dengan generasi<br />
mendatang jika suatu saat menemukan angsa tersebut. Feyerabend<br />
memberikan sanggahan yang aneh untuk menggugurkan falsifikasi Karl<br />
Popper Feyerabend tidak mencontohkan semua angsa itu putih, tetapi dengan<br />
pemyataan 'semua gagak hitam'. Apabila ada yang rnemberikan kepadanya<br />
seekor gagakberwamahitam maka belumjelas apakah peryataan itu saiah atau<br />
benar: jika ada yang memberikan seekor gagak yang berwama putih maka<br />
pemyataan itu salah. PersoalaDnya, menumt Feyerabend, bagaimana jika ada<br />
orang yang mewamai satu saja gagakyang hitam itu dengan wamaputih.''<br />
Feyerabend., lgrirsr..., h. l9<br />
Strathem, Paul, 90 Menit Bercana Arittol€/€r, Terj., Frans Kowa,<br />
2001),h. t43<br />
Feyerabcnd, Paul K, Problens of Enpiricism Philosophicdl<br />
(Cambridge r Cambridge University Press, 1 98 1 ), h. 200<br />
(Jakarta : Erlangga,<br />
Jwnal StudiAgama da, M6ya,akat. lalune 4, NaNn 2 Desenber 2007 1t
Syatrilladli<br />
Dengan demikian, tampak dalam prilsip Feyerabend, apa pun<br />
mempunyai kedudukan saura, meski tcrdapat perbcdaan dalarn bcrbagai hal,<br />
apakah itu cara pandang. metode, atau filsafat. Inilah yang kemudian menjadi<br />
trade nerk Feyeftbend- Prinsip dimaksud adalah utqthing goes atau<br />
'apa saia<br />
boleh'.<br />
Akan tetapi, Feyerabend tidak rnenjadikan anlthitlg goes scbagai<br />
pengganti metode-metodc ya[g sudah ada karena pada prinsipnya apa saja<br />
boleh:<br />
Anything goes bukan satu-satunya dan hanya prinsip metodoLogi baru<br />
yang direkomendasikan oleh saya. Ia salah satu cara memperlakukan<br />
standar-standar universal dan keinginan memahami sejarah dalam<br />
terma mercka yang dapat menggambarkan catatan kebiasaan dan<br />
penelitian saya."<br />
Segala sesuatu masih relatif. Ini bukan berarti pcndapat omng atau<br />
alirantertentu itu salahdan yanglain benar. Inteketual takut karena relativisme<br />
mengancam peranan mereka dalam masyarakat scbagaimana mereka pemah<br />
mengamcaln keberadaan tcolog pada masa Renaissance. Kebebasan<br />
merupakan produk tujuan, motil dan pilihan. Manusia, bukatr sebongkah batu<br />
atau sebentuk mekanisme mngsangan-tanggapan pasif, tetapi diri yang<br />
melahirkan berbagai k€mungkilan baru dalam mengambil keputusan dengan<br />
segala konsekuensinya-<br />
8. Anarkisme sebagai Kritik llmu Pengetahuan<br />
Kekakuan ilmuwan yang hanya menggunakan metodc tunggal dalam<br />
penelitian menurut Feyerabend temasuk penyakit. Gagasar ilmuwan harus<br />
melakukan penelitian berdasarkan huku[r yang mapan sangat tidak realistik<br />
dan membahayakan: tidak realistik karena menyederhanakan talenta manusia;<br />
" Feyerabend., Sci?rce ..., h. 40<br />
'72<br />
Jtrnal Studi Aqa,na dunMaslarakdL Volunel. Nonot 2 Desehber 20A7
Kritik Feletub.n.l Atas Deterninbne llmu Pengetahudn<br />
membahayakan karena pemberlakuan hukum tersebut cenderung<br />
meningkatkan kualifikasi profesional manusia dengan mengorbankan<br />
kemanusian."<br />
Feyerabendmenawarkanjalankeluardengana[arkismeteodtis:<br />
Sejarah ilmu pengetahuan, bagaimaoa pun, tidak hanya terdiri dari<br />
fakta dan kesimpula.n-kesimpula:r yang ditarik dari fakta tersebut,<br />
tetapi juga mengandung gagasan-gagasan, interpretasi-interpretasi<br />
terhadap fakta, problem-problem yang timbul sebagai akibat<br />
intelpretasi yang bertentangan satu sama Iain, kekeliruan-kekeliruaa."<br />
Ilmu pengetahuan hanyalah satu di antara sekian kebenaran yang<br />
mempunyd kerangka konsep dan prosedur sendirisendiri. Permasalahan<br />
muncul sebagai akibat rasa ingin tahu dan teoritis yang berangkat dari<br />
sangkaan belaka. Gagasan Plato misalnya, memunculkan petanyaan<br />
bagaimana orang membuktikan kebenaran pendapat Plato tentang alam ide itu<br />
jika belum jelas pendapat Plato tersebut berdasarkan keyakinan atau<br />
penalaran. Olang juga tidak tahu apakah gagasan Plato ituhanyapemikirannya<br />
tentang alam atau alam memang sepeti itu adanya.<br />
Feyenbend mengajukan dialog dalam mengatasi perbedaan sehingga<br />
tedadi saling pengertian. Feyerabend mengimpikan dialog berlangsung antar<br />
sesama manusia yang berbeda latar belakaag secara terbuka, sehingga mereka<br />
memberi, menerima, atau paling tidak mau mendengarkan pendapat orang<br />
Ilmuwan perlu menengok keluar dari komunitasnya sebagaimana<br />
nenek moyang manusia ketika dahulu mendongkakkan leher dan kemudian<br />
mampu berdiri tegak bersamaan tingkat evolusi yang mereka alami. Mereka<br />
Chalme]i4.F., Apa hu Jang Dinamakrn llnu'|, Terj., Redaksi, (Jakada: Hasta Mitm,<br />
1983),h. 143<br />
Feyerabend.,,4gdt6l .-., h. 1 9<br />
Feyerabend., l"r'"e ..., h. I 64- 165<br />
Jumal Studi Agana dat Masratukzt, I/olune 4, Nonor 2 Desehbel 20a7
yang mau menengok kcLuar dan melebarkan pandangnn akan melihat<br />
cakrawala lebih luas untuk mcncrnukan konscpsi baru yang lcbih variatifdan<br />
keatif, jika perlu mengambil saja sistem yang datang dari luar ilmu<br />
pengetahuan seperti agama. mitologi, bahkan yang dari orang gila sekalipun.'<br />
Banyak yang harus dibcnahi scbclurn seseorang rnenyandang gelar ilmuwan<br />
sejati: moral, profesionalismc. dan niat baik saja bclunr cukup jika belum<br />
bertindak konkrit.<br />
E. Kesimpulan<br />
Berdasarkan paparan di depan dapat ditarik kesimpuLan sebagai<br />
berikut.<br />
l. Detenninistne ilmu pengetahuan mengandung arti bahwa ilmu<br />
pengetahuan ditentukan oleh kebiasaan tempat ilI1ru pengetahuan itu lahir,<br />
tumbuh, dan berkembang. Kendati berbeda zaman, tctapi tcrdapat pola<br />
yang sama. yakni. antagonisme antara dua pihak yang berbeda pandangan<br />
melihat alam semesta. sehingga ilmu pengetahuan yang berlaku disusun<br />
berdasarkan interpretasi dan intervensi kepentingan scpihak dan tanpa<br />
tanggungjawao.<br />
2. Feyerabend tidak menolak metode yang berlaku daLam ilmu pengetahuan,<br />
ia hanya tidak setuju jika metode itu dianggap scbagai satu-satunya<br />
kebeDaran sedemikan rupa sehingga ilmu pengctahuan memandang<br />
rendah bidang lain. Feyerabend menrasuki lingkaran kornpleks, kcndati<br />
berlawanan, tetapi saling membutuhkan: Feyerabcnd mengkitik habishabisan<br />
metode, sistem, atau sudut pandang tenentu sebagai pembelaan<br />
terhadap kebebasan individu dan rnasyarakat di satu sisi, dan<br />
mempersilahkan metode, aliran, atau sudut pandang apa saja<br />
berkembangbiak di lain sisi.<br />
3. Feyerabend berusaha membebaskan ilmu pengetahuan dan pengetahuan<br />
yang didasari atas tradisi-tradisi dari himpitan yang menimpa keduanya<br />
'"<br />
Feyembend.,,.ladi,r/ ..., h. 68<br />
74 Jutuol Studi Agana dan M$tarokat. ,blume 4. Nonot 2 D$enber 2007
Kritik Feyrabatul Atas Ddehninisrn. Ihnu Persetahua"<br />
dan memumikan ilmu pengetahuan ke arah yang lebih manusiawi. Kritik<br />
Feyerabend atas determinisme ilmu pengetahuan mengindikasikan, bahwa<br />
ilmu pengetahuan beserta filsafat yang mendasarinya tidak pemah berasa<br />
puas dan tidak membiarkan segala sesuatu diartikan<br />
'final'begitu<br />
saja.<br />
DAFTARPUSTAKA<br />
Angeles, Peter Adam, 1981, Dictionary of Philosophy, Bames and Noble<br />
Books,NewYork.<br />
B agus, Lorens, 2000, ,(a mus FilsaJbt, Cra1ltedia Pustaka Utama, Jakafia<br />
Chalmers, A.F., 1983, Apa ltu yang Dinamakan llmu?, Terj., Redaksi Hasta<br />
Mitra, Jakarta.<br />
Feyerabend, Paul K., 19'18, Science ilr a Free Sociery- NLB, London.<br />
_. 1919, A gainst Method . Verso,London.<br />
1981, Problens of Enpiricism Philosophical Papers Volume 2,<br />
Cambridge University Press, Carnbridge.<br />
_, 1984,<br />
'Consolations<br />
for the Specialist", dalam C/lllc ism and the<br />
Grow t h of Know led ge, Ed., Imre Lakatos, Canbridge University Press,<br />
Cambridge. HIm. 197-230.<br />
_, 1987, Realism Rationalisu and Scienttfc Method Philosophical<br />
Papers Volume 1 ,Cambridge University Press, Cambridge.<br />
,1995, Killing Time,Universiry ofChicago Press, Chicago.<br />
, 1996, Three Dialogues on Kna\'ledge, Biackwell Publisher,<br />
Oxford.<br />
Gie, The Liang,2000, Pengantar Filsafatllmu, Liberti, Yogyakarta.<br />
Planatka, 198'1 , Epistemologi Dasar, Cente for Stmtegic and Intemational<br />
Studies, Jakarta.<br />
Ramsperger, Albert G., 1971, "Deteminism", d^l^m Collier s Ensyclopedia,<br />
Crowell Collier Educational Corpolation, tp.<br />
Sontag, Frederick, l984,The Element ofPhilosoply, Charles Scribner's, New<br />
York.<br />
Ju al Studi Agaha dan M8tarukat, yolune 4, Nonor 2 Desember 2007
Syanil Fadli<br />
Strathem, Paul, 2001, 90 Menit Bersama Aristoteles, Terj., Frans Kowa,<br />
Erlangga, Jakarta.<br />
Sudarmi[ta, J., 2002, "Sains dan Masalah Ketuhanan", dalam Disbursus,Yol.<br />
1,No. l. Hlm.35-46.<br />
Sugiharto, Bambang, 2001, Posmodelhistne. Kanisius, Yogyakarta.<br />
Verhaak, C., dan lmam, R. Haryono, 1989, Filsafat llmu Petgetahuan.<br />
Gramedia, Jakarta.<br />
Wibisono, Koento 1997, "Ihnu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai<br />
Kelahiran dan Perkembangannya sebagai Pengantar untuk Memahami<br />
Filsafatllmu" dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas FilsafatUGM,<br />
Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Il uPengetahuan.Intdn<br />
Pariwara, Klaten. Hlm. 1- 10.<br />
JunalStutli Agana daa M6)dtuAdt. volune 4. Nonor ) Desenbe. )001