02.07.2013 Views

IPS (Ratna)

IPS (Ratna)

IPS (Ratna)

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX<br />

Perkumpulan-perkumpulan pelajar dan mahasiswa<br />

menyebarkan ide-ide nasionalisme, sosialisme,<br />

semangat anti fasisme dan imperialisme.<br />

Perkumpulan pelajar-mahasiswa ini digerakkan<br />

antara lain oleh Syafrudin Prawiranegara, Mohammad<br />

Natsir dan sebagainya.<br />

b. b. Bentuk-bentuk Bentuk-bentuk perjuangan perjuangan melawan melawan Jepang<br />

Jepang<br />

Bagaimana kelompok pemuda itu mengadakan<br />

perlawanan terhadap Jepang? Mereka mengadakan<br />

perjuangan atau perlawanan melalui lembaga resmi<br />

pemerintahan, melalui gerakan bawah tanah,<br />

dan melalui tindakan kekerasan serta pemberontakan.<br />

1. Perjuangan melalui kerja sama (koperasi)<br />

Pemerintah Jepang menindak tegas setiap gerakan<br />

yang mencoba menentangnya. Penindasan<br />

dan pemerasan sumber daya alam serta manusia<br />

benar-benar dimanfaatkan oleh Jepang. Hal itu menimbulkan<br />

penderitaan rakyat baik secara lahir<br />

maupun batin. Menghadapi keadaan ini, para nasionalis<br />

mencari jalan keluar untuk mengatasinya.<br />

Karena gerakan yang non-kooperatif tidak mendapat<br />

tempat, para pejuang melakukan gerakan kooperatif<br />

yang dapat diterima oleh Jepang. Tujuan<br />

utama perjuangan mereka adalah mencapai Indonesia<br />

merdeka.<br />

Kerja sama kooperatif dengan pemerintah Jepang<br />

hanyalah suatu siasat atau taktik belaka. Dengan<br />

cara ini, para pejuang dapat duduk dalam<br />

lembaga-lembaga pemerintah. Dengan demikian,<br />

mereka dapat memperjuangkan atau membela nasib<br />

rakyat. Di samping itu, para pejuang dapat memanfaatkan<br />

organisasi dan lembaga-lembaga yang<br />

didirikan pemerintah Jepang untuk perjuangan kaum<br />

nasionalis.<br />

Lembaga-lembaga resmi ini, beberapa di antaranya<br />

mempunyai peranan yang positif. Lembagalembaga<br />

resmi itu menjadi jalan dan sarana untuk<br />

menyalurkan ide-ide nasional. Lembaga-lembaga<br />

resmi itu di antaranya adalah Gerakan Tiga A, Putera,<br />

Jawa Hokokai, MIAI, Peta, Heiho, Seinendan, Keibodan,<br />

Fujinkai, dan Barisan Pelopor.<br />

Sebagai contoh perjuangan mereka, kita akan<br />

melihat apa yang dilakukan empat serangkai dalam<br />

organisasi Putera dan Barisan Pelopor.<br />

Untuk menjalankan tugasnya sebagai pemimpin<br />

Putera, empat serangkai harus seringkali berpidato<br />

atau berhubungan dengan massa rakyat.<br />

Empat serangkai diberi kesempatan berpropaganda.<br />

Dengan demikian, mereka mampu mengumpulkan<br />

massa dalam jumlah besar. Bukan propaganda<br />

yang mendukung perjuangan Jepang, melainkan<br />

kaderisasi politik nasional Indonesia yang disampaikan<br />

empat serangkai.<br />

32<br />

2. Perjuangan melalui non-koperasi<br />

Pada zaman perjuangan kemerdekaan, tidak<br />

sedikit pemimpin pergerakan nasional yang menolak<br />

bekerja sama dengan pemerintah pendudukan<br />

Jepang. Mereka melakukan kegiatan perjuangan<br />

secara rahasia di luar kerangka pemerintahan. Gerakan<br />

mereka tidak menjurus ke perlawanan bersenjata.<br />

Akan tetapi, gerakan mereka lebih bertujuan<br />

untuk menggalang solidaritas dan memperteguh<br />

cita-cita perjuangan.<br />

Para tokoh pemimpin pergerakan kebangsaan<br />

yang berjuang melalui gerakan non-koperasi<br />

antara lain Sutan Syahrir, Achmad Subarjo, Adam<br />

Malik, Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, dan Amir<br />

Syarifudin. Sutan Syarir termasuk golongan<br />

sosialis kanan yang sejak awal menentang imperialisme<br />

Jepang. Amir Syarifuddin adalah tokoh<br />

sosialis kiri yang juga memusuhi Jepang karena<br />

alasan ideologi. Sementara itu, Adam Malik,<br />

Chaerul Saleh, Wikana, dan Achmad Subarjo berasal<br />

dari Pemuda Menteng. Disebut “Pemuda Menteng”<br />

karena mereka bermarkas di Jalan Menteng<br />

No. 31, Jakarta. Mereka semua memilih bentuk perlawanan<br />

non-koperasi karena yakin bahwa kemerdekaan<br />

Indonesia hanya bisa diraih melalui bentuk<br />

perlawanan ini (G. Moedjanto, M.A., Indonesia Abad<br />

Ke-20, Jilid 1, 1998: 76-80).<br />

Berikut ini kegiatan gerakan bawah tanah yang<br />

dilakukan Sutan Syahrir dan kawan-kawan.<br />

Melakukan kontak rahasia antarkelompok pergerakan<br />

agar semangat kebangsaan tetap bergelora.<br />

Mengadakan persiapan yang perlu bagi penyambutan<br />

kemerdekaan.<br />

Memantau keadaan perang di luar negeri agar<br />

dapat menentukan saat yang tepat untuk merdeka.<br />

Pemantauan keadaan ini dilakukan dengan<br />

mendengarkan radio Sekutu. Informasi<br />

itu kemudian disebarluaskan di antara anggota<br />

pergerakan, serta melakukan diskusi.<br />

Di kemudian hari dari kelompok gerakan nonkoperasi<br />

ini lahir tokoh-tokoh yang berperan besar<br />

dalam mempercepat proses proklamasi kemerdekaan<br />

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.<br />

c. c. Perjuangan Perjuangan melalui melalui pemberontakan<br />

pemberontakan<br />

Perjuangan muncul sebagai reaksi terhadap<br />

kesewenang-wenangan Jepang. Salah satu bentuk<br />

kesewenang-wenangan Jepang terhadap bangsa<br />

Indonesia adalah orang-orang dipaksa untuk<br />

membungkukkan badan menghormati matahari<br />

terbit (syaikirei). Hal ini sangat menyinggung perasaan<br />

umat Islam di Indonesia. Selain itu, penindasan<br />

Jepang diwujudkan dengan kerja paksa (romusha)<br />

dan berbagai kewajiban lainnya.<br />

Black 32

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!