10.08.2013 Views

respon tanaman karet di pembibitan terhadap pemberian pupuk ...

respon tanaman karet di pembibitan terhadap pemberian pupuk ...

respon tanaman karet di pembibitan terhadap pemberian pupuk ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP<br />

PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK<br />

Nurjaya<br />

Balai Penellitian Tanah<br />

RINGKASAN<br />

Karet merupakan komo<strong>di</strong>ti ekspor yang mampu memberikan kontribusi <strong>di</strong><br />

dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Selain <strong>pupuk</strong> makro <strong>pemberian</strong><br />

<strong>pupuk</strong> mikro pada <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> juga sangat penting <strong>terhadap</strong> pertumbuhan dan<br />

hasil <strong>tanaman</strong>. Penelitina <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> mikro majemuk <strong>terhadap</strong> <strong>tanaman</strong><br />

<strong>karet</strong> <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> <strong>di</strong>laksanakan <strong>di</strong> Instalasi Sindangbarang, Balai Penelitian<br />

Tanah, Bogor. Rancangan percobaan yang <strong>di</strong>gunakan adalah Rancangan Acak<br />

Kelompok (Randomize Complete Block Design). Penelitian pengujian <strong>pupuk</strong><br />

Mikro Majemuk ter<strong>di</strong>ri atas delapan perlakuan dengan tujuh ulangan. Perlakuan<br />

ter<strong>di</strong>ri atas: kontrol lengkap, <strong>pupuk</strong> NPK standar, <strong>pupuk</strong> Mikro Majemuk dengan<br />

dosis 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3 g/pohon. Sebagai <strong>pupuk</strong> dasar <strong>di</strong>berikan urea 4,89<br />

g/pohon, SP-36 6,35 g/pohon, KCl 1,60 g/pohon dan Kieserite 2,2 g/pohon.<br />

Pemupukan urea, SP36, KCl dan Kieserite <strong>di</strong>berikan setiap dua bulan sekali<br />

dengan dosis yang sama; sedangkan <strong>pupuk</strong> Mikro Majemuk <strong>di</strong>berikan dua kali<br />

sampai umur 6 bulan. Parameter yang <strong>di</strong>ukur yaitu: tinggi <strong>tanaman</strong>, <strong>di</strong>ameter<br />

batang, bobot <strong>tanaman</strong> dan akar serta nilai RAE. Hasil pengujian menunjukkan<br />

bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Mikro Majemuk dosis 2 gram/pohon yang<br />

<strong>di</strong>kombinasikan dengan <strong>pupuk</strong> NPK standar dapat meningkatkan tinggi <strong>tanaman</strong><br />

dan <strong>di</strong>ameter batang, bobot basah dan kering <strong>tanaman</strong>, serta bobot basah dan<br />

kering akar <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar. Pemberian<br />

<strong>pupuk</strong> Mikro Majemuk <strong>di</strong>capai pada dosis optimum 1,5 gram/pohon.<br />

PENDAHULUAN<br />

Karet merupakan komo<strong>di</strong>ti ekspor yang mampu memberikan kontribusi <strong>di</strong><br />

dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20<br />

tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada<br />

tahun 1985 menja<strong>di</strong> 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada<br />

tahun2004. (Balai Penelitian Sembawa, 2005). Diantaranya 85% merupakan<br />

perkebunan <strong>karet</strong> milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8%<br />

perkebunan besar milik swasta. Produksi <strong>karet</strong> secara nasional pada tahun 2005<br />

mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa <strong>di</strong>tingkatkan lagi<br />

dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan<br />

kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan <strong>karet</strong> (Chairil Anwar, 2008).<br />

195


196<br />

Nurjaya<br />

Sejumlah lokasi <strong>di</strong> Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk<br />

per<strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong>, sebagian besar berada <strong>di</strong> wilayah Sumatera dan Kalimantan.<br />

Luas areal perkebunan <strong>karet</strong> tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha<br />

yang tersebar <strong>di</strong> seluruh wilayah Indonesia. Umumnya tanah yang terse<strong>di</strong>a<br />

merupakan tanah marginal yang <strong>di</strong>dominasi oleh Ultisols dan Oxisols yang<br />

penyebarannya cukup luas. Penyebaran Ultisols <strong>di</strong> Indonesia antara lain terdapat<br />

<strong>di</strong> Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya meliputi areal 47,5 juta ha<br />

atau 24,9 % dari seluruh luas daratan Indonesia (Mulja<strong>di</strong> dan Soepraptohardjo,<br />

1975). Ciri khas tanah Ultisols adalah nilai pH tanah rendah, persentase<br />

kejenuhan basa rendah dan kandungan aluminium tertukar tinggi (Buol et al.,<br />

1980; Koch et al., 1992).<br />

Masalah yang <strong>di</strong>hadapi dalam pengembangan <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> pada tanah<br />

ini ialah pH dan kandungan bahan organik rendah, miskin hara kalium (K),<br />

kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) serta mempunyai daya fiksasi P tinggi kahat<br />

unsur hara mikro. Selain pemupukan unsur hara makro seperti N, P, dan K untuk<br />

mengatasi kendala tersebut pemupukan hara mikro seperti Mn, Cu, Zn dan B<br />

akan menentukan keberhasilan pengembangan <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> selanjutnya pada<br />

tanah ini. Sehingga untuk mengatasi kendala kesuburan tanah pada tanah ini<br />

maka pemeliharaan agar bibit <strong>karet</strong> pertumbuhannya sehat memegang peranan<br />

penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas <strong>tanaman</strong><br />

<strong>di</strong>kemu<strong>di</strong>an hari. Faktor kesehatan <strong>tanaman</strong> pada fase <strong>pembibitan</strong> sangat<br />

<strong>di</strong>tentukan oleh tingkat pemeliharaan bibit setelah fase okulasi sampai siap<br />

<strong>di</strong>ndahkan ke lapang <strong>di</strong>antaranya melalui pemupukan yang tepat sesuai dengan<br />

kebutuhan <strong>tanaman</strong>.<br />

Tujuan penelitian yaitu mengetahu pengaruh <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> mikro<br />

majemuk <strong>terhadap</strong> pertumbuhan dan menentukan dosis optimum <strong>terhadap</strong><br />

pertumbuhan <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong>.<br />

METODOLOGI PENELITIAN<br />

Penelitian <strong>di</strong>laksanakan pada tanah Inceptisols <strong>di</strong> Instalasi Sindang Barang<br />

Bogor, yang <strong>di</strong>mulai pada bulan Mei 2008 hingga Januari 2009. Rancangan<br />

percobaan yang <strong>di</strong>gunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomize<br />

Complete Block Design). Penelitian pengujian <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk ter<strong>di</strong>ri<br />

atas delapan perlakuan dengan tujuh ulangan. Sebagai <strong>tanaman</strong> in<strong>di</strong>kator, <strong>di</strong><br />

<strong>tanaman</strong> bibit <strong>karet</strong> klon PB-260 umur empat bulan. Perlakuan ter<strong>di</strong>ri atas: kontrol


Respon Tanaman Karet <strong>di</strong> Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk<br />

lengkap, <strong>pupuk</strong> NPK standar, <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dengan dosis 0,5; 1;<br />

1,5; 2; 2,5; dan 3 g/pohon. Sebagai <strong>pupuk</strong> dasar <strong>di</strong>berikan urea 4,89 g/pohon,<br />

SP-36 6,35 g/pohon, KCl 1,60 g/pohon dan Kieserite 2,2 g/pohon (Nasution dan<br />

A<strong>di</strong>wiganda, 1990). Pemupukan urea, SP-36, KCl dan Kieserite <strong>di</strong>berikan setiap<br />

dua bulan sekali dengan dosis yang sama; sedangkan <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro<br />

majemuk <strong>di</strong>berikan dua kali sampai umur enam bulan. Susunan perlakuan dan<br />

dosis <strong>pupuk</strong> secara lengkap <strong>di</strong>sajikan pada Tabel 1.<br />

Tabel 1. Perlakuan takaran <strong>pupuk</strong> uji efektivitas <strong>pupuk</strong> mikro majemuk Pupuk<br />

mikro majemuk untuk <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> pada tanah<br />

Inceptisols Bogor<br />

No. Perlakuan<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

Kontrol<br />

NPK standar<br />

NPK+ppk mikro majemuk (0,5)<br />

NPK+ ppk mikro majemuk (1)<br />

NPK+ ppk mikro majemuk (1,5)<br />

NPK+ ppk mikro majemuk (2)<br />

NPK+ ppk mikro majemuk (2,5)<br />

NPK+ ppk mikro majemuk (3)<br />

Dosis <strong>pupuk</strong><br />

Urea SP-36 KCl<br />

Ppk mikro<br />

Kieserite<br />

majemuk<br />

………………. g/pohon ……………….<br />

0<br />

4,89<br />

4,89<br />

4,89<br />

4,89<br />

4,89<br />

4,89<br />

4,89<br />

0<br />

6,35<br />

6,35<br />

6,35<br />

6,35<br />

6,35<br />

6,35<br />

6,35<br />

0<br />

1,60<br />

1,60<br />

1,60<br />

1,60<br />

1,60<br />

1,60<br />

1,60<br />

0<br />

2,22<br />

2,22<br />

2,22<br />

2,22<br />

2,22<br />

2,22<br />

2,22<br />

Sebagai me<strong>di</strong>a pertumbuhan bibit <strong>karet</strong> <strong>di</strong>gunakan tanah Inceptisols Bogor<br />

yang <strong>di</strong>ambil pada lapisan top soil sampai subsoil dari kedalaman 0-40 cm.<br />

Setiap pot <strong>di</strong>isi 20 kg tanah yang telah <strong>di</strong>kering anginkan dan lolos ayakan 2<br />

mm.Tata letak perlakuan percobaan <strong>di</strong>susun dengan jarak antara pot perlakuan<br />

90 cm x 90 cm.<br />

Pupuk dasar urea, SP-36, KCl dan Kieserite <strong>di</strong>berikan sebagai <strong>pupuk</strong><br />

dasar, sedangkan <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk sebagai <strong>pupuk</strong> yang <strong>di</strong>uji<br />

<strong>pemberian</strong>nya <strong>di</strong>sesuaikan dengan lamanya waktu pengujian. Pupuk dasar<br />

<strong>di</strong>berikan setiap dua bulan sekali <strong>di</strong>mulai pada saat <strong>tanaman</strong>. Untuk masa<br />

pengujian selama enam bulan, <strong>pupuk</strong> <strong>pupuk</strong> mikro majemuk <strong>di</strong>berikan dua kali,<br />

pertama saat tanam (pemindahan bibit ke polibag besar) dan pada umur tiga<br />

bulan setelah tanam. Pupuk dasar dan <strong>pupuk</strong> mikro majemuk <strong>di</strong>berikan dengan<br />

0<br />

0<br />

0,5<br />

1<br />

1,5<br />

2<br />

2,5<br />

3<br />

197


198<br />

Nurjaya<br />

cara <strong>di</strong>tugal <strong>di</strong>samping <strong>tanaman</strong> dengan jarak 3 cm dari pangkal batang dengan<br />

kedalaman + 5 cm.<br />

Pengamatan pertumbuhan <strong>tanaman</strong> setiap bulan sekali selama 6 bulan.<br />

Parameter pertumbuhan <strong>tanaman</strong> yang <strong>di</strong>amati ter<strong>di</strong>ri atas : (1) tinggi <strong>tanaman</strong>.<br />

(2) <strong>di</strong>ameter batang, dan (3) bobot basah dan kering bagian atas <strong>tanaman</strong>.<br />

Sebelum penelitian, sifat kimia tanah yang <strong>di</strong>analisis ter<strong>di</strong>ri atas: tekstur 3 fraksi,<br />

pH ekstrak H2O dan KCl; C dan N-organik; P dan K total (ekstrak HCl 25%), Pterse<strong>di</strong>a<br />

Bray1; nilai tukar kation Ca, Mg, K dan Na ekstrak NH4-Ac 1N pH7;<br />

kejenuhan bassa (KB) dan kapasitas tukar kation (KTK). Setelah penelitia<br />

<strong>di</strong>analisis yaitu kadar N-organik, P-terse<strong>di</strong>a terekstrak Bray 1, K-dd terekstrak<br />

NH4OAc. 1N pH 7. Untuk mengetahui serapan hara <strong>di</strong>lakukan analisis jaringan<br />

<strong>tanaman</strong> ter<strong>di</strong>ri atas: N, P dan K-total tanamam.<br />

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data <strong>di</strong>analisis dengan analisis<br />

si<strong>di</strong>k ragam (ANOVA) dan <strong>di</strong>ikuti dengan uji lanjutan menggunakan Duncan<br />

Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% untuk melihat perbedaan antar<br />

perlakuan. Untuk mengetahui efektivitas <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk <strong>di</strong>analisis<br />

dengan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) (Machay et al., 1984) dengan<br />

rumus sebagai berikut: RAE = (Bobot <strong>tanaman</strong> dari perlakuan <strong>pupuk</strong> yang <strong>di</strong>ujikontrol)/(Bobot<br />

<strong>tanaman</strong> dari perlakuan <strong>pupuk</strong> standar -kontrol) x 100%<br />

HASIL DAN PEMBAHSAN<br />

Hasil analisis <strong>pupuk</strong> <strong>pupuk</strong> mikro majemuk<br />

Pupuk Pupuk mikro majemuk merupakan <strong>pupuk</strong> mikro yang mengandung<br />

0,016% Mn; 0,01% Cu; 0,034% Zn; 0,25% B; dan 0,002% Co sedangkan unsur<br />

hara mikro Mo tidak terdeteksi dengan kadar air 1,87%. Adapun kandungan<br />

logam berat Pb, Cd dan Hg masing-masing 11,4; 0,2 dan 0,18 ppm sedangkan<br />

kandungan logam berat As tidak terdeteksi.


Respon Tanaman Karet <strong>di</strong> Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk<br />

Tabel 2. Hasil analisis sifat kimia <strong>pupuk</strong> mikro majemuk<br />

Jenis analisis Kadar<br />

ppm<br />

Mn 160<br />

Cu 100<br />

Zn 340<br />

B 2.500<br />

Mo td<br />

Co 200<br />

Kadar air 1,87 *<br />

Pb 11,4<br />

Cd 0,2<br />

As td<br />

Hg 0,18<br />

Keterangan : * = %<br />

Tekstur dan sifat kimia tanah Inceptisols<br />

Data tekstur dan sifat kimia tanah Inceptisols sebelum pengujian<br />

<strong>di</strong>sajikan pada Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan tanah Inceptisols bertekstur<br />

liat; pH tanah terekstrak H2O tergolong masam, pH terekstrak KCl 4,4. Kadar Corganik,<br />

N-total dan C/N rasio tergolong rendah. Kadar P dan terekstrak HCl 25%<br />

tergolong rendah, kadar P terse<strong>di</strong>a (terekstrak Bray 1) tergolong sangat rendah.<br />

Nilai tukar kation Ca-dd, K-dd dan Na-dd tergolong rendah, sedangkan Mg-dd<br />

tergolong sedang. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong rendah dengan<br />

kejenuhan basa (KB) tergolong tinggi.<br />

Berdasarkan data hasil analisis laboratorium, tanah Inceptisols yang<br />

<strong>di</strong>gunakan sebagai me<strong>di</strong>a <strong>tanaman</strong> mempunyai permasalahan tingkat kesuburan<br />

yang rendah yaitu pH tanah masam, kandungan C-organik dan N-total rendah<br />

serta Ca- dan K-dapat <strong>di</strong>tukar tanah tergolong rendah.<br />

Kapasitas tukar kation tanah selain berasal dari bahan organik juga dari<br />

mineral liat. Tanah dengan KTK dan kandungan bahan organik yang rendah<br />

berpengaruh <strong>terhadap</strong> daya sangga kation dalam tanah. Tanah dengan kadar<br />

bahan organik dan KTK rendah menyebabkan tingkat efisiensi pemupukan<br />

menja<strong>di</strong> rendah karena unsur hara kation dalam tanah mudah tercuci dari<br />

komplek pertukaran. Tingkat efisiensi pemupukan yang rendah menyebabkan<br />

produktivitas <strong>tanaman</strong> menja<strong>di</strong> tidak optimal.<br />

199


200<br />

Nurjaya<br />

Upaya yang <strong>di</strong>perlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu melalui<br />

<strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> urea, kalium, <strong>pupuk</strong> fosfat yang optimal sesuai dengan status<br />

hara tanah dan kebutuhan <strong>tanaman</strong> serta <strong>pemberian</strong> bahan organik. Selain itu,<br />

untuk meningkatkan pertumbuhan dan kualitas hasil <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> hara mikro<br />

sangat <strong>di</strong>perlukan.<br />

Tabel 3. Hasil analisis tanah sebelum penelitian <strong>di</strong>laksanakan<br />

Jenis penetapan Hasil penetapan<br />

Tekstur<br />

Pasir (%)<br />

Debu (%)<br />

Liat (%)<br />

pH<br />

H2O<br />

KCl<br />

Bahan organik<br />

C (%)<br />

N (%)<br />

C/N<br />

Ekstrak HCl 25%<br />

P2O5 (HCl 25%) mg 100g -1<br />

K2O (HCl 25%) mg 100g -1<br />

P- Bray 1 (mg kg -1 P)<br />

Kation dapat <strong>di</strong>tukar<br />

Ca (cmol (+)kg -1<br />

Mg (cmol (+)kg -1<br />

K (cmol (+)kg -1<br />

Na (cmol (+)kg -1<br />

KTK (cmol (+)kg -1 )<br />

KB (%)<br />

Tinggi <strong>tanaman</strong><br />

Pertumbuhan <strong>tanaman</strong><br />

Berliat halus<br />

20<br />

26<br />

54<br />

5,3<br />

4,4<br />

1,14<br />

0,15<br />

8<br />

124<br />

15<br />

6,6<br />

5,71<br />

1,94<br />

0,07<br />

0,20<br />

13,87<br />

57<br />

Data hasil pengamatan tinggi <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> umur 1 sampai dengan 6<br />

bulan setelah <strong>tanaman</strong> (BST) <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> sebagai <strong>respon</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>pemberian</strong><br />

<strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk <strong>di</strong>sajikan pada Tabel 4. Hasil uji statistik


Respon Tanaman Karet <strong>di</strong> Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk<br />

menunjukkan bahwa, pada umur 1 BST <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK <strong>di</strong>kombinasikan<br />

dengan Ppk mikro majemuk tidak berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan<br />

<strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK saja dan kontrol. Namun secara kuantitatif pertumbuhan<br />

<strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> cenderung meningkat sejalan dengan penambahan dosis <strong>pupuk</strong><br />

mikro majemuk (Gambar 1).<br />

Tabel 4. Data tinggi <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> sebagai <strong>respon</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>pupuk</strong> mikro<br />

majemuk umur 1 sampai dengan 6 BST <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> pada tanah<br />

Inceptisols Bogor<br />

No Perlakuan<br />

1. Kontrol<br />

2. NPK standar<br />

3. NPK+ppk mikro<br />

majemuk (0,5)<br />

4. NPK+ppk mikro<br />

majemuk (1)<br />

5. NPK+ppk mikro<br />

majemuk (1,5)<br />

6. NPK+ppk mikro<br />

majemuk (2)<br />

7. NPK+ppk mikro<br />

majemuk (2,5)<br />

8. NPK+ppk mikro<br />

majemuk (3)<br />

Tinggi <strong>tanaman</strong><br />

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST<br />

…………………………….. cm ……………………………..<br />

100.16 a 101.59 d 103.49 b 101,15 d 113,25 c 114,80 b<br />

100.54 a 101.63 d 105.85 ab 104,58 d 129,93 b 132,07 a<br />

100.98 a 101.85 cd 106.73 ab 111,34 c 132,95 ab 133,77 a<br />

102.14 a<br />

102.20 a<br />

102.21 a<br />

102.39 a<br />

102.19 a<br />

102.34 bcd106.38<br />

ab 112,78 bc 136,13 ab 138,70 a<br />

102.70 abc106.93<br />

ab 114,30 bc 138,07 ab 143,23 a<br />

103.26 ab 108.74 a<br />

103.64 a<br />

103.61 a<br />

107.26 ab 124,80 a<br />

107.36 ab 122,04 a<br />

Keterangan : BST = bulan setelah <strong>tanaman</strong> (ke polibag besar)<br />

118,51 ab 144,30 a<br />

145,18 a<br />

136,65 ab 140,40 a<br />

136,62 ab 138,20 a<br />

Pada umur 2 BST hasil uji statistis menunjukan bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong><br />

NPK <strong>di</strong>kombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan<br />

dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar dan kontrol, kecuali pada <strong>pemberian</strong><br />

<strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 0,5-1 g/pohon tidak berbeda nyata<br />

<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK saja dan kontrol. Pertumbuhan<br />

<strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> tertinggi 103,64 cm <strong>di</strong>capai pada <strong>pemberian</strong> 2,5 g/pohon.<br />

201


202<br />

Bobot kering <strong>tanaman</strong> (g/pohon)<br />

140<br />

120<br />

100<br />

80<br />

60<br />

40<br />

20<br />

0<br />

Nurjaya<br />

y = -20,286x 2 + 69,286x + 55<br />

R 2 = 0,8812<br />

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3<br />

Pemberian <strong>pupuk</strong> Deka Mikro (g/pohon)<br />

Gambar 1. Kurva hubungan antara dosis <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong><br />

mikro majemuk <strong>terhadap</strong> bobot kering <strong>tanaman</strong><br />

pada tanah Inceptisols Bogor<br />

Pada umur 3 BST hasil uji statistik menunjukan bahwa, secara umum<br />

<strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK <strong>di</strong>kombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk tidak<br />

berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar dan kontrol<br />

kecuali pada <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> mikro majemuk dosis 2 g/pohon, secara nyata<br />

meningkatkan tinggi <strong>tanaman</strong> <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK<br />

standar dan kontrol. Namun demikian secara kuantitatif pertumbuhan <strong>tanaman</strong><br />

cenderung meningkat sejalan dengan penambahan <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk<br />

sampai dosis 2 g/pohon yaitu 108,74 cm. Namun selanjutnya pertumbuhan<br />

<strong>tanaman</strong> cenderung menurun sejalan dengan penambahan <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro<br />

majemuk <strong>di</strong> atas dosis 2 g/pohon (Gambar 1).<br />

Pada umur 4 BST, hasil uji statistik menunjukkan bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong><br />

NPK <strong>di</strong>kombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan<br />

dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar dan kontrol <strong>terhadap</strong> tinggi <strong>tanaman</strong>.<br />

Sedangkan antara perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan kontrol<br />

tidak berbeda nyata. Pertumbuhan tertinggi mencapai 124,80 cm pada <strong>pemberian</strong><br />

2,5 g/pohon.


Diameter batang<br />

Respon Tanaman Karet <strong>di</strong> Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk<br />

Data <strong>di</strong>ameter batang <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> umur 1 sampai dengan 6 BST pada<br />

fase <strong>pembibitan</strong> sebagai <strong>respon</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro<br />

majemuk <strong>di</strong>sajikan pada Tabel 5.<br />

Tabel 5. Data <strong>di</strong>ameter batang sebagai <strong>respon</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro<br />

majemuk umur 1 sampai dengan 6 BST <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> pada tanah<br />

Inceptisols Bogor<br />

No. Perlakuan<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

Kontrol<br />

NPK standar<br />

NPK+ppk mikro<br />

majemuk (0,5)<br />

NPK+ppk mikro<br />

majemuk (1)<br />

NPK+ppk mikro<br />

majemuk (1,5)<br />

NPK+ppk mikro<br />

majemuk (2)<br />

NPK+ppk mikro<br />

majemuk (2,5)<br />

NPK+ppk mikro<br />

majemuk (3)<br />

Diameter batang<br />

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST<br />

………………………….. cm …………………………….<br />

7.77 a<br />

7.64 a<br />

7.74 a<br />

7.78 a<br />

7.74 a<br />

8.00 a<br />

7.88 a<br />

7.64 a<br />

7.69 a<br />

7.98 a<br />

8.16 a<br />

8.24 a<br />

8.18 a<br />

8.28 a<br />

8.21 a<br />

7.95 a<br />

8.14 a<br />

8.56 a<br />

8.61 a<br />

8.60 a<br />

8.83 a<br />

8.86 a<br />

8.45 a<br />

8.35 a<br />

9,36 b<br />

10,24 ab<br />

10,34 ab<br />

10,48 ab<br />

11,08 a<br />

11,72 a<br />

11,32 a<br />

11,14 a<br />

10,22 b 11,03 b<br />

12,00 ab 12,70 ab<br />

12,27 a 13,40 ab<br />

12,73 a<br />

12,82 a<br />

13,16 a<br />

12,74 a<br />

12,65 a<br />

13,42 ab<br />

13,62 a<br />

14,22 a<br />

13,17 ab<br />

13,28 ab<br />

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK<br />

<strong>di</strong>kombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk tidak berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan<br />

dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar dan kontrol <strong>terhadap</strong> <strong>di</strong>ameter batang.<br />

Kecuali pada umur 4 BST <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 0,5-1<br />

g/pohon tidak berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan kontrol. Sedangkan pada<br />

umur 6 BST <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk secara umum tidak berbeda<br />

nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan kontrol kecuali <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro<br />

majemuk dosis 1,5-2 g/pohon berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngakn dengan kontrol.<br />

203


204<br />

Nurjaya<br />

Namun demikian secara kuantitatif <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk<br />

sampai dosis 2 g/pohon berpengaruh positif meningkatkan <strong>di</strong>ameter batang.<br />

Pertumbuhan <strong>di</strong>ameter batang bibit <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> umur 1 sampai dengan 6 BST<br />

terus bertambah sejalan dengan peningkatan dosis <strong>pupuk</strong> yang <strong>di</strong>berikan.<br />

Pertumbuhan <strong>di</strong>ameter batang terbesar pada umur 1-6 BST masing-masing<br />

8,00cm; 8,28 cm; 8,86 cm; 11,72 cm; 13,16 cm; dan 14,22 cm yang <strong>di</strong>capai pada<br />

<strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon..<br />

Bobot <strong>tanaman</strong><br />

Data bobot basah dan kering <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> umur 6 BST pada fase<br />

<strong>pembibitan</strong> sebagai <strong>respon</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk<br />

<strong>di</strong>sajikan pada Tabel 6. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong><br />

Pupuk mikro majemuk berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah dan kering<br />

<strong>tanaman</strong> <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK stndar dan kontrol, kecuali<br />

<strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk pada dosis 0,5; 1 dan 3 g/pohon tidak<br />

berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar. Sedangkan<br />

<strong>terhadap</strong> bobot kering, <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 0,5 dan 3<br />

g/pohon tidak berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar.<br />

Pemberian <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon menghasilkan bobot<br />

basah dan kering teringgi masing-masing 289,0 dan 127,6 g/pohon, akan tetapi<br />

<strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk >2 g/pohon terja<strong>di</strong> penurunan bobot<br />

basah dan kering yang cukup tajam terutama pada dosis 3 g/pohon masingmasing<br />

menja<strong>di</strong> 218,7 dan 77,5 g/pohon (Tabel 6).<br />

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro<br />

majemuk berpengaruh positif meningkatkan bobot kering <strong>tanaman</strong>. Pemberian<br />

<strong>pupuk</strong> mikro majemuk dosis 1,75 g/pohon merupakan dosis maksimum dalam<br />

meningkatkan bobot kering <strong>tanaman</strong>, akan tetapi peningkatan dosis selanjutnya<br />

<strong>di</strong> atas 2 g/pohon terja<strong>di</strong> penurunan bobot kering. Berdasarkan persamaan<br />

regresi Y= -20,286X 2 + 69,286X + 55, dosis optimum <strong>pupuk</strong> P-alam Kelinci<br />

adalah 85% dari dosis maksimum 1,75 g/pohon yaitu sebesar 1,49 g/pohon ≈ 1.5<br />

g/pohon.


Respon Tanaman Karet <strong>di</strong> Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk<br />

Tabel 6. Data bobot <strong>tanaman</strong> basah dan kering sebagai <strong>respon</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>pupuk</strong><br />

Pupuk mikro majemuk umur 6 BST <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> pada tanah Inceptisols<br />

Bogor<br />

No. Perlakuan<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

Kontrol<br />

NPK-standar<br />

NPK+Pupuk mikro majemuk (0,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (1)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (1,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (2)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (2,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (3)<br />

Bobot akar<br />

Bobot <strong>tanaman</strong><br />

Basah Kering<br />

…………. g/pohon ………….<br />

139,3 e<br />

177,3 de<br />

189,3 d<br />

200,7 cd<br />

274,3 ab<br />

289,0 a<br />

242,3 bc<br />

218,7 cd<br />

46, 0 e<br />

59,1 de<br />

70,8 cde<br />

97,8 b<br />

124,4 a<br />

127,6 a<br />

95,4 bc<br />

77,5 bcd<br />

Data bobot basah dan bobot kering akar <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> umur 6 BST<br />

sebagai <strong>respon</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk <strong>di</strong>sajika pada<br />

Tabel 7.<br />

Tabel 7. Data bobot akar basah dan kering sebagai <strong>respon</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>pupuk</strong><br />

Pupuk mikro majemuk umur 6 BST <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> pada tanah Inceptisols<br />

Bogor<br />

No Perlakuan<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

Kontrol<br />

NPK standar<br />

NPK+Pupuk mikro majemuk (0,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (1)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (1,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (2)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (2,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (3)<br />

Bobot akar<br />

Basah Kering<br />

……………. g/pohon …………….<br />

75,5 d<br />

82,5 d<br />

102,7 cd<br />

142,6 ab<br />

150,3 a<br />

155,8 a<br />

146,7 ab<br />

115,1 bc<br />

23,4 b<br />

24,5 b<br />

27,5 b<br />

39,8 a<br />

42,2 a<br />

47,4 a<br />

42,7 a<br />

28,9 b<br />

205


206<br />

Nurjaya<br />

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK<br />

<strong>di</strong>kombinasikan dengan Pupuk mikro majemuk secara umum berbeda nyata<br />

<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK standar dan kontrol <strong>terhadap</strong> bobot<br />

basah akar, kecuali pada <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 0,5<br />

g/pohon tidak berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK standar dan<br />

kontrol. Bobot basah akar tertinggi <strong>di</strong>peroleh pada <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro<br />

majemuk dosis 2 g/pohon yaitu 155,8 g/pohon, kemu<strong>di</strong>an bobot basah akar<br />

menurun menja<strong>di</strong> 146,7 dan terendah 115,1 g/pohon masing-masing pada<br />

<strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 2,5 dan 3 g/pohon.<br />

Demikian pula <strong>terhadap</strong> bobot kering akar, hasil uji statistik menunjukkan<br />

bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk berbeda nyata <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan<br />

dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar dan kontrol. Kecuali pada <strong>pemberian</strong><br />

<strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 0,5 dan 3 g/pohon tidak berbeda nyata<br />

<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK saja dan kontrol. Bobot kering akar<br />

tertinggi mencapai 47,4 g/pohon pada dosis 2 g/pohon dan peningkatan dosis<br />

<strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk selajutnya bobot kering akar secara kuantitatif terus<br />

menurun menja<strong>di</strong> 28,9 g/pohon pada dosis 3 g/pohon.<br />

Nilai relative agronomic effectiveness (RAE)<br />

Untuk menilai efektivitas <strong>pupuk</strong> yang <strong>di</strong>uji <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan <strong>pupuk</strong><br />

standar (NPK), <strong>di</strong>hitung dengan menggunakan metode RAE (Relative Agronomic<br />

Effectiveness). Nilai RAE <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk pada <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> <strong>di</strong><br />

tanah Inceptisols <strong>di</strong>sajikan pada Tabel 8.<br />

Tabel 8. Nilai RAE <strong>pupuk</strong> <strong>pupuk</strong> mikro majemuk <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong><br />

pada Inceptisols<br />

No. Perlakuan Nilai RAE<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

Kontrol<br />

NPK standar<br />

NPK+Pupuk mikro majemuk (0,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (1)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (1,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (2)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (2,5)<br />

NPK+ Pupuk mikro majemuk (3)<br />

%<br />

0<br />

100<br />

104<br />

128<br />

281<br />

312<br />

215<br />

166


Respon Tanaman Karet <strong>di</strong> Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk<br />

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai RAE <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk<br />

berkisar dari 100-312%. Pemberian <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk dosis 2 g/pohon<br />

menghasilkan nilai RAE tertinggi mencapai 312%, akan tetapi <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong><br />

Pupuk mikro majemuk yang <strong>di</strong>tingkatkan terus dosisnya masing-masing menja<strong>di</strong><br />

2,5 dan 3 g/pohon nilai RAE menurun masing-masing menja<strong>di</strong> 215 dan 166%.<br />

Secara agronomis <strong>di</strong>tunjukkan bahwa <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> Pupuk mikro majemuk<br />

meningkatkan efektivitas <strong>pupuk</strong> NPK dalam meningkatkan bobot <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong><br />

pada fase <strong>pembibitan</strong> <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK saja.<br />

KESIMPULAN<br />

Hasil penenelitian <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> mikro majemuk <strong>terhadap</strong> pertumbuhan<br />

<strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong> umur 6 bulan setalah tanama (BST) <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> pada tanah<br />

Inceptisols Bogor dapat <strong>di</strong>simpulkan sebagai berikut :<br />

1. Pemberian <strong>pupuk</strong> NPK <strong>di</strong>kombinasikan dengan <strong>pupuk</strong> mikro majemuk dosis 2<br />

g/pohon dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, <strong>di</strong>ameter batang <strong>tanaman</strong><br />

<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar dan kontrol.<br />

2. Secara agronomis <strong>pemberian</strong> <strong>pupuk</strong> NPK <strong>di</strong>kombinasikan dengan <strong>pupuk</strong><br />

mikro majemuk dosis 2 g/pohon efektif meningkatkan bobot <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong><br />

umur 6 BST <strong>di</strong> <strong>pembibitan</strong> pada Inceptisols Bogor, <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan<br />

perlakuan <strong>pupuk</strong> NPK standar dengan nilai RAE 312 %.<br />

3. Pemberian <strong>pupuk</strong> NPK <strong>di</strong>kombinasikan dengan <strong>pupuk</strong> mikro majemuk pada<br />

Inceptisols Bogor dapat meningkatkan pertumbuhan bobot <strong>tanaman</strong> <strong>karet</strong><br />

pada fase <strong>pembibitan</strong> dengan dosis optimum 1.5 g/pohon.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Balai Penelitian Sembawa, 2005. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat<br />

Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Palembang.<br />

Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and<br />

Classification. The IOWA State Uniersity Press, Ames.<br />

Chairil Anwar. 2001. Manejemen dan Teknologi Bu<strong>di</strong>daya Karet. Pusat Penelitian<br />

Karet, Medan (http://www. bi.go.id/sipuk/lm/ind/<strong>karet</strong>).<br />

Koch, C.B., M..D. Bentzon, E.W. Larsen, and O.K. Borggard. 1992. Clay<br />

mineralogy of Two Ultisols from Central Kalimantan, Indonesia. Soil Sci.<br />

Soc. Amer. 154:158-168.<br />

207


208<br />

Nurjaya<br />

Machay, A.D., J.K. Syers, and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction<br />

procedures to asses the agronomic effectiveness of phosphate rock<br />

materials. New Zealand Journal of Agriculture Research. 27:219-230.<br />

Mulja<strong>di</strong>, D. dan Soepraptohardjo. 1975. Masalah Data dan Penyebaran Tanah-<br />

Tanah Kritis <strong>di</strong> Indonesia. Simposium Pencegahan dan Pemulihan Tanah-<br />

Tanah Kritis dalam rangka Pengembangan Wilayah. Jakarta, 27-29<br />

Desember 1975.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!