24.10.2012 Views

Edisi 14 Tahun II - Bappeda Aceh - Pemerintah Aceh

Edisi 14 Tahun II - Bappeda Aceh - Pemerintah Aceh

Edisi 14 Tahun II - Bappeda Aceh - Pemerintah Aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Edisi</strong> <strong>14</strong><br />

04<br />

10<br />

16<br />

<strong>Tahun</strong> <strong>II</strong><br />

JUNI 2011<br />

Misi Mewujudkan<br />

<strong>Aceh</strong> Mandiri<br />

Kejayaan <strong>Aceh</strong> bersama minyak<br />

dan gas (migas) adalah cerita masa lalu.<br />

Dalam empat tahun terakhir, produksi migas<br />

<strong>Aceh</strong> menurun drastis. Tapi, tak perlu<br />

gundah, <strong>Aceh</strong> masih punya sektor lain<br />

yang bisa dikembangkan untuk mewujudkan<br />

kesejahteraan dan kemandirian.<br />

Dan ini sudah dibuktikan oleh sebagian<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> Bahas<br />

Finalisasi RKPA 2012<br />

RKPa 2012 akan difinalkan dalam<br />

bentuk Pergub, kemudian dilanjutkan<br />

dengan KUA-PPAS dan akan diserahkan<br />

ke DPRA awal Juli 2011. Seluruh SKPA<br />

diminta benar-benar serius mengikuti<br />

proses penyusunan RKPA karena memuat<br />

langkah-langkah yang akan dilaksanakan<br />

pada tahun 2012. Penyiapan dokumen<br />

perencanaan adalah titik awal yang sangat<br />

penting dalam menentukan langkah<br />

pembangunan ke depan.<br />

Fahrizal Dillah dan<br />

Goal Kenangan<br />

SejaK berusia 8 tahun, Fahrizal Dillah<br />

sudah rutin latihan sepak bola. Sejak<br />

tahun 2009, pria yang akrab disapa Dek<br />

Jal ini bergabung dengan tim kesayangan<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong>, Persiraja. Bersama Persiraja<br />

dia mencetak goal kenangan penentu<br />

Persiraja mendapat tiket promosi ke<br />

Liga Super Indonesia, saat melawan Mitra<br />

Kukar di Stadion Manahan Solo, Mei 2011.<br />

Pelabuhan<br />

Sabang<br />

Pelabuhan<br />

Meulaboh<br />

Pelabuhan<br />

Sinabang<br />

Pelabuhan<br />

Malahayati<br />

Pelabuhan<br />

Krueng Geukueh<br />

Pelabuhan<br />

Kuala Idi<br />

Mewujudkan<br />

aceh Mandiri<br />

Pelabuhan<br />

Kuala Langsa


2<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />

Anggaran yang dikucurkan dalam<br />

proses pembangunan pada dasarnya<br />

merupakan sebuah investasi jangka<br />

panjang dengan tujuan kesejahteraan<br />

masyarakat. Cerminan tersebut tertuang<br />

dalam APBN, APBD (APBA/APBK) untuk<br />

dialokasikan dalam berbagai keperluan<br />

berupa pengeluaran setiap tahunnya. Dalam<br />

praktiknya, anggaran tak terlepas dari sejumlah<br />

kepentingan yang harus diakomodasi,<br />

sekaligus menjadi mediasi berbagai<br />

kebutuhan masyarakat. Berbagai kebutuhan<br />

atau kepentingan itu seringkali memiliki<br />

bobot prioritas yang relatif sama, sehingga<br />

diperlukan pilihan-pilihan untuk menentukan<br />

mana yang akan didanai terlebih dahulu<br />

(skala prioritas).<br />

Tidak heran, dengan berbagai alasan<br />

dan pertimbangan pada akhirnya berbagai<br />

pihak dan kelompok kepentingan berjibaku<br />

untuk berebut memberi pengaruh dalam<br />

menentukan alokasi anggaran. Keterlambatan<br />

pengesahan anggaran <strong>Aceh</strong> sejak tahun<br />

2008 sampai 2011 menjadi pembicaraan<br />

hangat di mata publik. Mendagri Gamawan<br />

Fauzi dalam pengarahannya pada acara<br />

Musrenbangnas 2011 (28/042011) di Jakarta,<br />

menyebut <strong>Aceh</strong> sebagai daerah khusus dan<br />

perlu bimbingan khusus. Bimbingan khusus<br />

dimaksud adalah bagaimana mempercepat<br />

pengesahan anggaran pada tahun mendatang.<br />

Keterlambatan itu disinyalir karena<br />

adanya indikasi yang sarat dengan intrik<br />

kepentingan dalam penentuan alokasi anggaran<br />

oleh sebagian oknum yang punya<br />

kepentingan.<br />

Idealnya, anggaran merupakan sumberdaya<br />

dalam suatu pemerintahan dengan memiliki<br />

fungsi distributif, yaitu: memperhatikan<br />

rasa keadilan dan kepatutan. Sebagai<br />

fungsi alokasi sumberdaya, anggaran harus<br />

diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja,<br />

mengatasi kesenjangan serta meningkatkan<br />

efektivitas dan efisiensi perekonomian.<br />

Dari perspektif kebutuhan warga negara,<br />

daftar prioritas masyarakat tidak lain adalah<br />

pemenuhan hak-hak dasar masyarakat seperti<br />

pendidikan yang layak, pelayanan keseha-<br />

Oleh: Aswar Liam<br />

Salam Redaksi<br />

Letak geografis <strong>Aceh</strong> dapat dilihat dari dua perspektif;<br />

perspektif NKRI dan perspektif dunia. Dari perspektif NKRI posisi<br />

<strong>Aceh</strong> digambarkan sebagai daerah ujung Barat Indonesia, sebagai<br />

destinasi akhir. Posisi ini kerap dianggap tidak menguntungkan<br />

dalam pengembangan <strong>Aceh</strong>. Sementara dari perspektif dunia,<br />

letak geografis <strong>Aceh</strong> sangat menguntungkan dan berada di tengahtengah<br />

arus transportasi dunia, apalagi sebelah tanah <strong>Aceh</strong><br />

menghadap Selat Malaka yang selama ribuan tahun telah menjadi<br />

jalur transportasi internasional. Hanya saja, potensi geografis ini<br />

selama puluhan tahun tak tergarap.<br />

Menggarap potensi <strong>Aceh</strong> membutuhkan perencanaan terpadu<br />

dan matang. Untuk itulah, RPJP dan RTRW dibutuhkan, yang<br />

saat ini sedang memasuki tahap akhir menuju perampungan.<br />

Mengingat RPJP dan RTRW ini mengatur berbagai skenario dan visi<br />

pembangunan <strong>Aceh</strong> sesuai zona masing-masing yang akan diraih<br />

dalam jangka waktu panjang, maka keberadaannya sangat penting<br />

dan menjadi fondasi utama dalam menuju <strong>Aceh</strong> mandiri.<br />

Selanjutnya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong>, <strong>Pemerintah</strong> Kabupaten/Kota<br />

harus mengacu dengan seksama pada RPJP dan RTRW ini agar<br />

cita-cita menuju <strong>Aceh</strong> makmur dan mandiri dapat diraih dengan<br />

lebih mudah dan terukur. Meski RPJP dan RTRW masih dalam<br />

Redaksi<br />

Politik Anggaran<br />

tan, ketahanan pangan, penciptaan lapangan<br />

kerja dan jaminan sosial.<br />

Untuk memenuhi kebutuhan ideal<br />

dalam rangka meraih kemakmuran dan kesejahteraan<br />

masyarakat diperlukan sebuah<br />

perencanaan dan penggunaan anggaran yang<br />

terukur, efektif, efisien, transparan, akuntabel<br />

dan berkeadilan. Secara normatif, menyangkut<br />

perencanaan pembangunan dan<br />

penganggaran, sesungguhnya telah tertuang<br />

dalam beberapa regulasi. Sebut saja, musyawarah<br />

perencanaan pembangunan (Musrenbang),<br />

yang mensyaratkan pendekatan partisipasi,<br />

telah diatur melalui UU No 25/2004<br />

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan<br />

Nasional dan UU No 32/2004 tentang<br />

<strong>Pemerintah</strong>an daerah.<br />

Dalam UU No 25/2004, sistem pembangunan<br />

nasional mencakup lima pendekatan<br />

dalam seluruh rangkaian perencanaan yaitu:<br />

politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah<br />

(top-down) dan bawah-atas (bottom-up). Pendekatan<br />

politik didasarkan pada penjabaran<br />

program-program pembangunan yang ditawarkan<br />

oleh presiden/kepala daerah terpilih<br />

pada saat kampanye. Teknokratik dilaksanakan<br />

dengan metoda dan kerangka berpikir<br />

ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja secara<br />

fungsional. Pendekatan partisipatif dilaksanakan<br />

dengan semua pihak yang berkepentingan<br />

(stakeholder) terhadap pembangunan,<br />

dengan tujuan untuk mendapatkan aspirasi<br />

dan rasa memiliki. Top-down dan bottom-up<br />

dalam perencanaan dilaksanakan menurut<br />

jenjang pemerintahan yang hasilnya diselaraskan<br />

melalui musyawarah baik tingkat nasional,<br />

provinsi, kabupaten/kota, kecamatan<br />

dan desa.<br />

Berdasarkan pendekatan rangkaian tersebut<br />

di atas, maka ditetapkan sebuah perencanaan<br />

pembangunan dalam bentuk RKP,<br />

RKPD/RKPA atau RKPK yang diwujudkan<br />

dengan sebuah dokumen perencanaan dalam<br />

bentuk Peraturan <strong>Pemerintah</strong>, Peraturan Gubernur<br />

atau Peraturan Bupati/Walikota. Dokumen<br />

perencanan RKP, RKPD/RKPA atau<br />

RKPK ini kemudian oleh Tim Anggaran<br />

<strong>Pemerintah</strong> atau di <strong>Aceh</strong> disebut TAPA (Tim<br />

Anggaran <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong>) yang diketuai<br />

oleh Sekda <strong>Aceh</strong>, <strong>Bappeda</strong>, Asisten <strong>II</strong> dan <strong>II</strong>I<br />

sebagai wakil ketua, DPKKA sekretaris dan<br />

Biro Hukmas, Biro Adminisnitrasi Pembangunan<br />

serta Biro Ekonomi sebagai anggota<br />

menyusun PPAS (Penetapan Plafon Anggaran<br />

Sementara). PPAS ini kemudian diajukan ke<br />

DPRA untuk dibahas secara bersama-sama<br />

dan menjadi kesepakatan bersama atau yang<br />

disebut dengan NOTA KESEPAKATAN.<br />

PPAS ini kemudian dikembalikan ke <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Aceh</strong> untuk disusun menjadi RKA<br />

(Rencana Kerja Anggaran).<br />

RKA diproses dan di bahas oleh Tim<br />

TAPA yang dikoordinasikan oleh <strong>Bappeda</strong><br />

selaku wakil ketua TAPA. Setelah proses<br />

pembahasan RKA di tingkat Tim TAPA selesai,<br />

kemudian diajukan kembali ke DPRA<br />

untuk dibahas bersama dengan Badan Anggaran<br />

(Banggar) agar ditetapkan menjadi<br />

DPA dalam bentuk Qanun. RKA yang dibahas<br />

di tingkat TAPA dan Banggar tentu tidak<br />

boleh lepas dari dokumen PPAS yang telah<br />

ditetapkan, kecuali ada perubahan kebijakan<br />

pemerintah, perubahan pendapatan,<br />

kejadian hal-hal luar biasa, ada hal-hal yang<br />

bersifat penting dan mendadak.<br />

Dukungan Politik<br />

Dukungan politik pada hakikatnya<br />

berbicara tentang posisi dan fungsi DPR,<br />

DPRD/DPRA/DPRK itu sendiri dalam<br />

penyeleggaraan pemerintahan, pembangunan<br />

dan pelayanan kemasyarakatan.<br />

DPRD Provinsi memiliki kedudukan sebagai<br />

unsur penyelenggara pemerintahan<br />

daerah, artinya DPRD bersama-sama dengan<br />

pemerintah menyelenggarakan pemerintahan,<br />

pembangunan dan pelayanan<br />

kemasyarakatan dalam ranah pembuatan<br />

peraturan daerah (legislasi), pembahasan<br />

dan penetapan APBD Provinsi (budgetting),<br />

serta pengawasan pelaksanaan<br />

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan<br />

kemasyarakatan. Oleh karena itu,<br />

DPRD Provinsi merupakan mitra kerja<br />

pemerintah daerah.<br />

Fungsi legislasi DPRD Provinsi dilaksanakan<br />

melalui pembuatan Perda/Qanun<br />

Menuju aceh Mandiri<br />

pembahasan dan belum difinalkan, tapi pembangunan harus tetap<br />

berjalan dengan mengacu pada RPJM dan rancangan RPJP yang<br />

telah ada. Dalam rancangan RPJP, meskipun <strong>Aceh</strong> adalah bagian<br />

utuh dari NKRI, tetapi <strong>Aceh</strong> sama sekali tidak dapat melepaskan<br />

diri dari kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat dunia,<br />

terutama di regional Asia Tenggara dan Asia Selatan. Oleh<br />

karenanya, <strong>Aceh</strong> harus dapat memaksimalkan letak geografis itu<br />

dari dua sudut sekaligus.<br />

Dalam kaca mata Indonesia, <strong>Aceh</strong> dapat melakukan<br />

pembangunan secara terpadu dan saling menguntungkan bersama<br />

provinsi-provinsi lain di Sumatera. Wacana dan aksi dalam aspek<br />

ini sudah disepakati oleh delapan provinsi di Sumatera dengan<br />

membentuk forum koordinasi gubernur se-wilayah Sumatera<br />

(Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu,<br />

Riau, Bangka Belitung dan <strong>Aceh</strong>).<br />

Dalam pertemuan di Banda <strong>Aceh</strong> beberapa waktu lalu,<br />

forum ini telah merumuskan kesepakatan bidang infrastruktur,<br />

perhubungan dan pengembangan wilayah dalam rangka<br />

pembangunan infrastruktur se-Sumatera, sekaligus menjadi<br />

pendukung percepatan pembangunan koridor ekonomi wilayah<br />

Sumatera. Disana dibahas berbagai persoalan pembangunan<br />

Dewan Pengarah Gubernur <strong>Aceh</strong>, Wakil Gubernur <strong>Aceh</strong>, Sekretaris Daerah, Asisten I, <strong>II</strong> dan <strong>II</strong>I Setda <strong>Aceh</strong> | Penanggung Jawab Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong> | Wakil Penanggung Jawab Sekretaris <strong>Bappeda</strong><br />

<strong>Aceh</strong> | Pemimpin umum Kasubbag. Umum <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong> | Pemimpin Redaksi Aswar Liam, Redaktur Pelaksana Fauzi Umar | Dewan Redaksi Hasrati, Ridwan, Emma, |Sekretaris Redaksi Farid Khalikul Reza,<br />

Ahmad Rozi | Bendahara Zulliani | Konsultan Hasan Basri M. Nur | Editor Zamnur Usman | Reporter Heri Hamzah, D Zamzami | Lay out & editor foto Irvan | Ilustrasi kartun dan grafis Jalaluddin Ismail |<br />

Fotografer Suvie Hendra | IT Candra | Staf Logistik dan Layanan Umum Bulqaini Ilyas, Rizki Ratih Emelia, Sarini.<br />

OPINI<br />

antarprovinsi di Sumatera yang saling menguntungkan, baik untuk<br />

kawasan domestik maupun regional.<br />

Selain potensi sumber daya alam yang melimpah, wilayah<br />

Sumatera juga menempati posisi yang sangat strategis bila dilihat<br />

dari Policy Economic ASEAN, yang merupakan jalur transportasi<br />

dunia, baik laut dan udara. Untuk itu, dibutuhkan terobosan besar<br />

dan upaya bersama dalam rangka percepatan pembangunan di<br />

wilayah Sumatera. Maka, para gubernur se-Sumatera bersepakat<br />

membagi tugas dan pendanaan bersama dalam percepatan<br />

pembangunan sesuai letaknya masing-masing. Selain membangun<br />

jembatan Selat Sunda, sarana dan prasarana pelayaran dan<br />

penerbangan, rencana pembangunan highway dari <strong>Aceh</strong> hingga<br />

Lampung termasuk salah satu prioritas yang disepakati untuk<br />

dibangun.<br />

Untuk mempermudah pelaksanaan pembangunan sesuai visi<br />

gubernur, RPJP dan RTRW, dukungan regulasi dan penganggaran<br />

dari semua intansi, termasuk lembaga legislatif, sangat diperlukan.<br />

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, mulai masyarakat<br />

pedesaan hingga pejabat tinggi di pemerintah pusat, maka cita-cita<br />

mewujudkan kesejahteraan rakyat akan mudah diraih. Semoga!<br />

n ir iskandar msc<br />

Alamat Redaksi <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong> Jl.Tgk. H. Muhammad Daud Beureueh No. 26 Banda <strong>Aceh</strong> Telp. (0651) 2<strong>14</strong>40 Fax. (0651) 33654 | Web: bappeda.acehprov.go.id email: tabangunaceh@yahoo.com, tabangunaceh@gmail.com<br />

Redaksi menerima kiriman berita kegiatan pembangunan <strong>Aceh</strong> dan opini dari masyarakat luas. Tulisan diketik dengan spasi ganda dan disertai identitas dan foto penulis, dapat pula dikirim melalui pos atau e-mail<br />

Cover: Ilustrasi masa depan <strong>Aceh</strong><br />

inisiatif yang dibahas bersama–sama dengan<br />

pemerintah dan dengan persetujuan pemerintah<br />

ditetapkan menjadi perda/qanun dan<br />

bersama sama dengan pemerintah membahas<br />

RANPERDA/RANQANUN yang diajukan<br />

pemerintah dan dengan persetujuan<br />

DPRD atau DPRA ditetapkan menjadi PER-<br />

DA atau QANUN.<br />

Fungsi anggaran DPRD berupa menaikkan<br />

atau menurunkan APBD Provinsi dalam<br />

pembahasan bersama dengan pemerintah<br />

(TAPA) dalam rapat Banggar DPRD. Berbicara<br />

tentang anggaran pada dasarnya berbicara<br />

tentang program, sebaliknya berbicara<br />

tentang program juga berbicara tentang anggaran.<br />

Dalam kaitan ini, seorang anggota<br />

DPRA harus sungguh-sungguh memahami<br />

kebijakan pembangunan daerah (RPJMA,<br />

RKPA) dan kebijakan umum APBA (KUA-<br />

PPAS). Dengan pemahaman berbagai kebijakan<br />

pembangunan daerah, DPRA dapat<br />

memaknai kemitraan yang produktif dan<br />

berdaya guna bagi kesejahteraan masyarakat<br />

<strong>Aceh</strong>.<br />

DPRA dan DPRK melaksanakan pengawasan<br />

pelaksanaan pemeritahan, pembangunan<br />

dan pelayanan kemasyarakatan sejak<br />

awal perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.<br />

Pengawasan yang produktif dilakukan dengan<br />

tidak sekedar menunjuk kekurangan,<br />

kelemahan pada pemerintah, tetapi pengawasan<br />

itu didasarkan pada indikator-indikator<br />

kebijakan program yang telah disepakati<br />

bersama sesuai regulasi dan dokumen perencanaan<br />

dan saran-saran solutif.<br />

Dukungan politik melalui fungsi legislasi,<br />

budgeting dan controlling sangatlah<br />

penting dalam proses pembangunan. Keberhasilan<br />

pembangunan diawali dengan perencanaan<br />

yang baik. Berhasilnya suatu perencanaan<br />

sangat tergantung pada politik yang<br />

mendukungnya. Pertanyaannya adalah sudahkah<br />

perencanaan yang kita susun selama<br />

ini mendapat dukungan politik yang kuat<br />

dan menjadi barometer dalam kebijakan<br />

penetapan anggaran? Walhu a’lam bissawab.<br />

n Penulis adalah pegawai <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>


CERMIN<br />

Tafakkur Oleh: Ir. Faizal Adriansyah, M.Si<br />

haTi-haTi<br />

Ubay bin Ka’ab pernah ditanya<br />

oleh Umar bin Khatab, bagaimana<br />

perilaku orang yang bertaqwa ? Ubay<br />

lalu menjawab bahwa orang yang<br />

bertaqwa adalah orang yang berbuat<br />

dan bekerja dengan hati-hati.<br />

Hati-hati jangan sampai apa yang<br />

dilakukannya melanggar hukum Allah<br />

dengan menghalalkan apa yang<br />

telah diharamkan Allah. Hati-hati jangan<br />

sampai apa yang dikerjakannya<br />

merugikan orang lain misalnya dengan<br />

mengambil hak orang, mendzalimi orang lain, demikian<br />

juga termasuk merusak alam dan lingkungan. Hati-hati jangan<br />

sampai apa yang diperbuatnya merugikan diri sendiri,<br />

dengan menganiaya dirinya seperti bekerja tak mengenal<br />

waktu sehingga jatuh sakit.<br />

Hati-hati bukan berarti selalu ragu atau lambat dalam<br />

bekerja, tapi hati-hati adalah bekerja dengan penuh ketelitian,<br />

perhitungan dan pertanggung jawaban. Hati-hati yang harus<br />

dilakukan oleh orang yang bertaqwa harus meliputi tiga hal diatas<br />

yaitu terhadap Allah, masyarakat/lingkungan dan dirinya<br />

sendiri. Ketika seseorang hanya mementingkan keselamatan<br />

diri sendiri tidak peduli apakah hukum Allah dilanggar, orang<br />

lain terdzalimi, lingkungan rusak dan tercemar. maka orang<br />

yang demikian belumah termasuk orang bertaqwa.<br />

Ajaran Islam adalah ajaran yang membangun keseimbangan<br />

hidup, dunia dan akhirat. Apa yang kita kerjakan<br />

hari ini di dunia memiliki konsekuensi kelak di akhirat.<br />

Itulah sebabnya kita perlu hati-hati agar tidak merugi di<br />

akhirat. Demikian juga di dunia kalau kita tidak hati-hati<br />

kita akan terjerumus kepada tindakan melawan hukum.<br />

Sesungguhnya Allah telah membimbing kita, ketika kita<br />

baru bangun tidur pada dinihari, Allah telah membimbing<br />

hamba-Nya melalui komunikasi shalat Shubuh. Ada energi<br />

ruhaniah yang diberikan Allah untuk bekal kita beraktifitas.<br />

Demikian tengah hari ketika telah lelah dalam bekerja, Allah<br />

mengundang kita untuk berdialog melalui shalat Dzuhur<br />

dan seterusnya shalat Asar, Maghrib dan Isya adalah sarana<br />

kita untuk memperoleh bimbingan dan hidayah Allah agar<br />

dalam bekerja dan beraktifitas selalu berada dalam jalan<br />

yang benar sebagaimana ungkapan kita dalam shalat “Ihdinashiratal<br />

mustaqim”. Oleh karena itu hentikanlah aktivitas<br />

duniawi sesaat ketika Allah memanggil melalui alunan<br />

Adzan, boleh jadi dengan kita melaksanakan shalat, Allah<br />

mengingatkan kita untuk bekerja dengan HATI-HATI agar<br />

selamat dan bahagia dunia wal akhirat.<br />

www.acehimage.com<br />

Berita pemboikotan ekspor sapi<br />

oleh <strong>Pemerintah</strong> Australia ke Indonesia<br />

seakan telah mengguncang negara ini.<br />

Ancaman boikot itu terpicu informasi<br />

penyiksaan sapi sebelum disembelih di<br />

salah satu kota di Indonesia. <strong>Pemerintah</strong><br />

Australia tampak sangat peduli pada<br />

nasib hewan, tak rela kirimannya disiksa<br />

menjelang ajal.<br />

Persoalan ini harus menjadi renungan<br />

agar kita tidak merasa gembira di atas<br />

penderitaan makhluk lain. Di sisi lain, kita<br />

tampak sangat lemah memenuhi kebutuhan<br />

sendiri. Alam kita mungkin menangis<br />

mendengar kabar buruk ini di tengah<br />

gemah ripahnya tanah Indonesia dengan<br />

alam yang luas, subur, beriklim tropis.<br />

Harga daging di <strong>Aceh</strong> dan Medan<br />

diperkirakan akan terus meroket menyusul<br />

pemboikotan ekspor sapi asal<br />

Australia. Ini dapat berakibat semakin<br />

memburuknya kondisi gizi manusia Indonesia<br />

yang saat ini rata-rata memang<br />

belum membaik.<br />

Pemboikotan ekspor sapi oleh Australia<br />

sebenarnya tak perlu terlalu diresahkan<br />

andai saja pemerintah mempunyai<br />

program jitu di bidang peternakan.<br />

Kondisi alam yang subur dan luas seharusnya<br />

menjadikan Indonesia sebagai<br />

eksportir ternak sapi dan komoditas lain,<br />

bukan malah mengimpor, apalagi dari<br />

Australia yang “baru” beberapa tahun<br />

lalu dihuni manusia Inggris. Kita harus<br />

merasa malu jika terus-menerus tergantung<br />

pada pihak lain, sampai-sampai sapi<br />

pun harus dari luar.<br />

Ke depan kita berharap pemerintah<br />

memfokuskan program dalam bidang<br />

pertanian, perikanan dan peternakan<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 3<br />

Sapi aceh Vs australia<br />

hingga surplus dan harganya akan bersaing.<br />

Bukan seperti sekarang ini, harga<br />

sapi lokal yang hidup berkeliaran di jalanan<br />

dan tak terurus tapi harganya selangit.<br />

Kita pasti sanggup jika serius melakukannya,<br />

dan <strong>Pemerintah</strong> tidak mengcopy<br />

untuk dipastekan program tahunan.<br />

Khairunnas<br />

Alumnus SPMA Saree, mengelola<br />

pertanian di Saree


4<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />

Gubernur Irwandi Yusuf sadar betul<br />

bahwa misi itu bukanlah sesuatu yang<br />

mudah untuk dilaksanakan. Pasalnya,<br />

ketika dia dilantik pada Februari 2007 lalu,<br />

perekonomian <strong>Aceh</strong> sedang morat-marit, terpapar<br />

konflik dan dihumbalang tsunami.<br />

Kondisi semakin miris ketika sejumlah<br />

sumur minyak (cluster) di <strong>Aceh</strong> Utara yang<br />

selama ini menjadi andalan pemasukan<br />

<strong>Aceh</strong>, ditutup karena telah “kering”. Singkatnya,<br />

<strong>Aceh</strong> sudah masuk ke tahap akhir<br />

dari era kejayaan minyak dan gas.<br />

Karena itulah, berbagai upaya terus dilakukan<br />

oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> untuk merekonstruksi<br />

perekonomian rakyatnya. Karpet<br />

merah untuk para calon investor pun dihamparkan.<br />

Ada pula yang dijemput hingga ke<br />

negerinya.<br />

Tak cukup itu, di <strong>Aceh</strong> Gubernur Irwandi<br />

bersama jajarannya juga terus menggelar<br />

berbagai event dan pameran untuk menarik<br />

calon investor, sekaligus memperkenalkan<br />

produk-produk hasil kerajinan yang selama<br />

ini nyaris terlupakan.<br />

Lahan-lahan pertanian dan areal tambak<br />

yang sempat telantar selama konflik, direhab<br />

kembali. Modal usaha pun dikucurkan<br />

untuk membangkitkan sektor andalan itu.<br />

“Kejayaan <strong>Aceh</strong> bersama migas (minyak<br />

dan gas) adalah cerita lalu. Dalam empat tahun<br />

terakhir, produksi minyak dan gas <strong>Aceh</strong><br />

menurun drastis. <strong>Aceh</strong> masih punya sektor<br />

lain yang bisa dikembangkan. Dan ini sudah<br />

dibuktikan oleh sebagian masyarakat <strong>Aceh</strong>,”<br />

ujar Gubernur Irwandi Yusuf, saat membuka<br />

pameran kerajinan rakyat “<strong>Aceh</strong> Fair 2011”<br />

di Blangpadang, awal Mei lalu. (Baca: Usai<br />

Migas Terbitlah UKM)<br />

Hal lain yang juga tidak luput dari<br />

perhatian Gubernur Irwandi Yusuf adalah,<br />

ketergantungan ekonomi <strong>Aceh</strong> dengan Sumatera<br />

Utara. Seperti diungkap Gubernur<br />

Irwandi dalam pidatonya pada acara Forum<br />

Ilmiah Ekonomi Pembangunan – Himadipa,<br />

Senin, 23 Mei 2011 lalu.<br />

“Kita tidak menampik bahwa ekonomi<br />

<strong>Aceh</strong> masih sangat bergantung kepada Sumatera<br />

Utara. Infrastruktur yang belum<br />

lengkap, investasi yang minim, ketersediaan<br />

bahan-bahan yang sangat terbatas, membuat<br />

ketergantungan itu masih berlanjut sampai<br />

sekarang,” ujarnya.<br />

Bahkan, kata Irwandi, untuk beras saja,<br />

masih banyak dijumpai beras Sumatera Utara<br />

di pasar-pasar tradisional <strong>Aceh</strong>. Padahal<br />

produk beras petani <strong>Aceh</strong> dalam tiga tahun<br />

terakhir ini mengalami surplus. Rata-rata<br />

tiap tahun produksi beras <strong>Aceh</strong> mencapai<br />

1,5 juta ton, sementara kebutuhan beras bagi<br />

penduduk <strong>Aceh</strong> sekitar 800 ribu ton.<br />

Belum lagi kebutuhan telur yang mencapai<br />

500 ribu butir per hari. Sebagian besar<br />

juga didatangkan dari Sumatera Utara.<br />

bahan-bahan lain juga demikian. “Tidak<br />

heran jika ada analisis yang mengatakan,<br />

dari Rp 70 triliun dana yang digelontorkan<br />

untuk kegiatan rehab rekon di <strong>Aceh</strong>, sekitar<br />

60 persen di antaranya mengalir ke Sumatera<br />

Utara. hal ini wajar, sebab sebagian besar kebutuhan<br />

material rehab rekon itu didatangkan<br />

dari Sumatera Utara,” ungkap Gubernur.<br />

Dari kacamata ekspor juga demikian.<br />

<strong>Aceh</strong> dikenal sebagai salah satu daerah penghasil<br />

kopi, minyak nilam, cacao, pinang dan<br />

cpo yang cukup besar di Indonesia. Tapi sebagian<br />

besar dari produk itu tidak tercatat<br />

di data produksi <strong>Aceh</strong>, karena dibawa ke<br />

Sumatera Utara.<br />

“Dari sumut kemudian produk itu dipasarkan<br />

ke mancanegara, dan masuk dalam<br />

database sebagai produk yang berasal dari<br />

Sumatera Utara. untuk penentuan harga<br />

produk itupun, semuanya sangat bergantung<br />

kepada pasar yang ditentukan di Sumatera<br />

Utara,” imbuhnya.<br />

Kebutuhan listrik juga demikian. Dari<br />

total kebutuhan listrik di <strong>Aceh</strong> saat beban<br />

puncak yang mencapai 298 mega watt (mw),<br />

sebanyak 111 mw di antaranya (sekitar 51<br />

persen) masih dipasok dari pembangkit di<br />

provinsi tetangga, terutama untuk kawasan<br />

pantai timur mulai dari <strong>Aceh</strong> Tamiang hingga<br />

Kota Banda <strong>Aceh</strong>. Fakta-fakta ini yang<br />

LAPORAN UTAMA<br />

Misi Mewujudkan <strong>Aceh</strong> Mandiri<br />

Pameran Industri Rakyat<br />

“<strong>Aceh</strong> Fair” yang digelar<br />

di Blangpadang, Banda<br />

<strong>Aceh</strong>, Mei 2011 lalu,<br />

adalah satu dari sejumlah<br />

terobosan yang dilakukan<br />

oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong>,<br />

untuk membangkitkan<br />

kembali perekonomian<br />

rakyatnya.<br />

usai Migas Terbitlah ukM<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> terus memberi perhatian<br />

serius terhadap pengembangan<br />

usaha kecil milik rakyatnya. Salah<br />

satu bentuk perhatian yang diberikan adalah<br />

dengan menggelar pameran untuk memamerkan<br />

produk-produk yang dihasilkan<br />

pengrajin agar dikenal luas oleh para pelaku<br />

pasar dan investor.<br />

Hal itu diutarakan Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi<br />

Yusuf pada acara pembukaan kegiatan<br />

pameran industri rakyat, <strong>Aceh</strong> Fair, di<br />

Blangpadang, Banda <strong>Aceh</strong>, awal Mei lalu.<br />

Dalam kesempatan itu, Gubernur Irwandi<br />

Yusuf juga meminta masyarakat tidak<br />

lagi mengandalkan sumber daya minyak<br />

dan gas sebagai modal pembangunan <strong>Aceh</strong><br />

ke depan. Masyarakat, bersama pemerintah,<br />

harus berpikir menciptakan produk-produk<br />

kreatif sebagai pengganti.<br />

“Kejayaan <strong>Aceh</strong> bersama migas adalah<br />

cerita lalu. Dalam empat tahun terakhir,<br />

produksi minyak dan gas <strong>Aceh</strong> menurun<br />

drastis. <strong>Aceh</strong> masih punya sektor lain yang<br />

bisa dikembangkan. Dan ini sudah dibuktikan<br />

oleh sebagian masyarakat <strong>Aceh</strong>,” kata<br />

Gubernur Irwandi<br />

Produksi di ladang-ladang minyak <strong>Aceh</strong><br />

mengalami penurunan hingga 20 persen<br />

dalam kurun waktu empat tahun terakhir.<br />

Bahkan, tambah Irwandi, sumbangan migas<br />

terhadap produk domestik regional bruto<br />

<strong>Aceh</strong>, yang dulu mencapai 40 persen, kini<br />

hanya tinggal 12 persen.<br />

Menurut Irwandi, produk industri kecil<br />

<strong>Aceh</strong> memiliki potensi besar untuk berkembang.<br />

“Semangat menggairahkan sektor nonmigas<br />

ini diam-diam mulai tumbuh. Sayang,<br />

tak banyak yang mengetahui sejumlah barang<br />

produk lokal <strong>Aceh</strong>, mulai diekspor ke<br />

luar negeri. Bahkan ada produk-produk yang<br />

digunakan untuk kepentingan militer,” kata<br />

Irwandi.<br />

Ia berharap semangat wirausaha<br />

masyarakat tumbuh dan berkembang. “Saya<br />

juga berharap, seluruh pelajar dan mahasiswa<br />

<strong>Aceh</strong> tidak lagi berorientasi kepada<br />

pekerjaan. Namun harus bisa membuat lapangan<br />

pekerjaan seusai menamatkan pendidikan.<br />

Hal ini akan mendorong pertumbuhan<br />

ekonomi <strong>Aceh</strong> ke depan,” katanya.<br />

Senada dengan Gubernur, Kepala Dinas<br />

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan<br />

UKM <strong>Aceh</strong>, Cipta Hunai, mengatakan, pameran<br />

industri rakyat, <strong>Aceh</strong> Fair, yang digelar<br />

di Blangpadang, Mei 2011 lalu, adalah salah<br />

satu wujud perhatian <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> terhadap<br />

pengembangan usaha kecil milik rakyat.<br />

“Pameran dan ekspo ini bertujuan agar<br />

produk-produk yang dihasilkan oleh pengrajin<br />

dari daerah bisa dikenal dan dilihat<br />

langsung oleh masyarakat luas terutama<br />

pelaku pasar dan investor, sehingga mereka<br />

bisa menciptakan jaringan sendiri,” jelas Cipta<br />

Hunai. yayan zamzami<br />

FOTO: acehfair.acehprov.go.id<br />

Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf mencoba kupiah riman (peci) hasil kerajinan industri rumah tangga <strong>Aceh</strong>, di arena pameran hasil kerajnian rakyat “<strong>Aceh</strong><br />

Fair 2011” di Blangpadang, Banda <strong>Aceh</strong>, Mei 2011.<br />

kemudian melahirkan anggapan bahwa<br />

seakan-akan ibukota <strong>Aceh</strong> secara ekonomis<br />

adalah Medan, bukan Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Berdasarkan hal itu, Gubernur Irwandi<br />

Yusuf dan jajarannya kemudian menganalis<br />

hingga menemukan beberapa fakta yang<br />

membuat ketergantungan itu terus berlanjut<br />

sampai sekarang. Di antaranya adalah, tidak<br />

adanya basic ekonomi yang kuat di <strong>Aceh</strong>,<br />

realisasi investasi yang masih minim, infrastruktur<br />

yang belum memadai dan gerbang<br />

ekspor yang masih terbatas, serta budaya<br />

yang menganggap produk luar lebih bagus.<br />

“Ini hal yang sangat memilukan, sebab<br />

masih ada anggapan di kalangan masyarakat<br />

kita, produk luar lebih berkualitas dibanding<br />

produk lokal. Kita tidak sadar bahwa beras<br />

sumut yang masuk ke <strong>Aceh</strong> sesungguhnya<br />

berasal dari produk gabah <strong>Aceh</strong> yang dipasarkan<br />

ke Sumut. Lalu di daerah tetangga<br />

itu beras diolah dan di-packing, kemudian<br />

dipasarkan lagi ke daerah kita. Fenomena<br />

itu bukan hanya terjadi pada beras, tapi juga<br />

pada produk lainnya,” ujarnya.<br />

“Inilah yang melahirkan anggapan seolah-olah<br />

sumut adalah pasar potensial berbagai<br />

hal. Investor lebih berani membuka usaha<br />

di daerah itu, dengan menjadikan <strong>Aceh</strong><br />

hanya sebagai sasaran pasar produsi mereka,”<br />

imbuhnya.<br />

Berdasarkan permasalahan di atas, Gubernur<br />

Irwandi Yusuf bersama jajarannya<br />

kemudian melakukan beberapa program<br />

terkait dengan upaya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> menjadikan<br />

ekonomi <strong>Aceh</strong> lebih mandiri di<br />

masa mendatang. (Baca: Upaya Melepaskan<br />

Diri dari Sumut). zamnur usman<br />

FOTO: AHMAD ARISKA<br />

Berbagai potensi <strong>Aceh</strong> dipamerkan untuk menggaet investasi dalam ramka mewujudkan <strong>Aceh</strong> mandiri


LAPORAN UTAMA<br />

Semangat menjadikan produk <strong>Aceh</strong> sebagai<br />

tuan rumah di daerah sendiri sudah<br />

dicanangkan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> sejak<br />

tiga tahun lalu. Secara perlahan-lahan <strong>Aceh</strong><br />

harus berupaya bisa memenuhi kebutuhannya<br />

sendiri, tanpa bergantung lebih banyak<br />

kepada Sumut.<br />

Caranya, bagaimana agar produk-produk<br />

itu tersedia di <strong>Aceh</strong>. Bahan baku yang dihasilkan<br />

di <strong>Aceh</strong> juga bisa diolah di daerah<br />

ini. Komoditi ekspor <strong>Aceh</strong> seharusnya bisa<br />

diekspor melalui pelabuhan laut yang ada di<br />

daerah ini. Paling tidak <strong>Aceh</strong> bisa mengolah<br />

potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga<br />

hasil bumi <strong>Aceh</strong> berniai lebih tinggi dan<br />

memberi keuntungan lebih besar kepada<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />

Untuk mengkaji peluang itu, bisa<br />

dengan melakukan beberapa hal, misalnya,<br />

kita melihat terlebih dahulu potensi<br />

apa yang menjadi kekayaan <strong>Aceh</strong><br />

saat ini.<br />

Menurut data statistik, potensi<br />

yang dimiliki <strong>Aceh</strong> saat ini bukanlah<br />

dari sektor minyak dan gas, melainkan<br />

dari pertanian, perkebunan, peternakan,<br />

kelautan, dan perikanan. Keempat sektor<br />

ini merupakan andalan untuk memandirikan<br />

provinsi ini dari ketergantungan terhadap<br />

minyak dan gas alam serta <strong>Pemerintah</strong><br />

Pusat.<br />

Alhamdulillah, kita sudah berhasil memasukkan<br />

keempat potensi itu ke dalam<br />

master plan <strong>Aceh</strong> sekaligus mewujudkan<br />

program percepatan pembangunan perekonomian<br />

Indonesia menuju negara maju di<br />

2025.<br />

Untuk menggarap empat sektor itu, kita<br />

membutuhkan dukungan dana dari <strong>Pemerintah</strong><br />

Pusat, apalagi <strong>Aceh</strong> belum punya industri<br />

pengolahan (processing) untuk mengolah<br />

bahan baku menjadi barang setengah jadi.<br />

Dengan disetujuinya <strong>Aceh</strong> sebagai salah<br />

satu lumbung pangan nasional, maka masing-masing<br />

sektor akan mendapat anggaran<br />

sampai Rp 1 triliun tiap tahun.<br />

Jika ini berhasil, tahun 2013 <strong>Aceh</strong> akan<br />

menjadi daerah yang mandiri, tidak lagi tergantung<br />

sama luar, khususnya Medan.<br />

Kerja sama antara <strong>Aceh</strong> dan Sumut lebih<br />

bersifat kerja sama saling menguntungkan,<br />

karena ada produk Sumut yang digunakan<br />

<strong>Aceh</strong> dan ada produk <strong>Aceh</strong> yang dimanfaatkan<br />

Sumut. Tidak seperti selama ini, di<br />

mana produk sumut lebih mendominasi.<br />

Dengan masuknya <strong>Aceh</strong> dalam master<br />

plan percepatan dan perluasan pembangunan<br />

ekonomi indonesia (MP3EI), maka akan<br />

lebih mudah menghilangkan kemiskinan<br />

dan pengangguran, menambah lapangan<br />

kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,<br />

dan nilai tambah lainnya.<br />

Apalagi dalam konsep tersebut seluruh<br />

pembangunan sektor-sektor yang ditetapkan<br />

itu harus dijadikan business not as usual, bukan<br />

bisnis biasa. Jadi Aaceh akan menjadi<br />

kawasan bisnis dan industri agro (darat maupun<br />

laut), yang implikasinya mempercepat<br />

kemajuan Indonesia dan <strong>Aceh</strong> sendiri.<br />

Selama ini <strong>Aceh</strong> memang mau tidak<br />

mau selalu harus berkiblat ke Sumatera Utara<br />

karena konsep pembangunan Sumbagut<br />

yang dibuat pusat. Konsep itu sebenarnya<br />

tidak terlalu buruk asal dibuat seimbang.<br />

Tapi faktanya, ketika ada program besar<br />

nasional, <strong>Aceh</strong> selalu tidak mendapat bagian.<br />

Fokus perhatian banyak diarahkan ke<br />

sumut ketimbang <strong>Aceh</strong>. Makanya, dengan<br />

adanya UUPA, penggunaan dana tersebut<br />

sudah jelas karena disesuikan dengan aturan<br />

yang ada dalam uupa tersebut.<br />

Dengan adanya master plan pembangunan<br />

nasional yang ditetapkan pusat, antinya<br />

<strong>Aceh</strong> akan mendapatkan program/proyek<br />

besar, apalagi membangun <strong>Aceh</strong> berarti pula<br />

membangun kepala Indonesia dan sangat<br />

simbolik bagi kepentingan nasional juga, selain<br />

dapat menumbuhkam ekonomi secara<br />

cepat.<br />

Listrik<br />

Dukungan pusat tentu tidak hanya<br />

satu-satunya yang kita andalkan untuk melepaskan<br />

diri dari ketergantungan terhadap<br />

Sumut. Sektor lain juga banyak yang harus<br />

diperjuangkan secara simultan, termasuk<br />

masalah listrik. Sehingga pasokan listrik<br />

<strong>Aceh</strong> tidak lagi didatangkan dari Sumut.<br />

Masalah listrik ini juga erat kaitannya<br />

dengan minat investor masuk ke <strong>Aceh</strong>. Banyak<br />

investor mengalami kendala untuk memulai<br />

usahanya karena kurang tersedianya<br />

energi listrik untuk operasi mesin-mesin<br />

mereka.<br />

Langkah melepaskan<br />

diri dari listrik<br />

Sumut ini kita<br />

harapkan<br />

akan<br />

terealisasi<br />

mulai 2013<br />

setelah sejumlahpembangunan<br />

pusat energi<br />

listrik <strong>Aceh</strong> akan selesai.<br />

Saat ini pusat energi istrik<br />

yang tengah dibangun, di<br />

antaranya di Nagan Raya, Sabang,<br />

dan dua turbin yang<br />

ada di <strong>Aceh</strong> Utara eks PT<br />

Arun.<br />

<strong>Aceh</strong> juga akan<br />

mengembangkan<br />

energi geotermal<br />

di Seulawah<br />

yang<br />

memiliki potensi<br />

energi<br />

listrik sebesar<br />

60 MW. Kita<br />

perkirakan,<br />

mulai 2015<br />

ketersediaan energi<br />

listrik untuk <strong>Aceh</strong> akan<br />

oversupply, sehingga tidak<br />

ada hambatan bagi siapapun<br />

yang ingin membutuhkan energi listrik<br />

lebih besar, termasuk untuk kalangan<br />

dunia usaha.<br />

Sarana pelabuhan ekspor<br />

Dari lima pelabuhan ekspor yang akan<br />

kita kembangkan, salah satu yang sudah siap<br />

untuk dimulai adalah pelabuhan Kreueng<br />

Geukueh yang diharapkan menjadi sentra<br />

untuk ekspor komoditi pertanian dari <strong>Aceh</strong><br />

Utara, <strong>Aceh</strong> Timur, <strong>Aceh</strong> bagian tengah, Bireuen,<br />

dan Pidie.<br />

Seharusnya upaya menjadikan Kreueng<br />

Geukueh sebagai pelabuhan ekspor sudah<br />

dimulai pada Mei ini. Tapi karena kendala<br />

tenaga kerja dan biaya operasional, terpaksa<br />

harus dikaji ulang lagi.<br />

Rencananya Kreung Geukueh akan<br />

dijadikan sebagai gerbang ekspor untuk<br />

produk <strong>Aceh</strong>, antara lain cacao, kopi, pinang,<br />

cpo, dan hasil pertanian lainnya. <strong>Pemerintah</strong><br />

Pusat sudah memberikan dukungan untuk<br />

perluasan fungsi Kreueng Geukueh, terbukti<br />

dengan teralokasinya dana Rp 1,3 triliun<br />

dari APBN 2011 untuk pembangunan dan<br />

perluasan pelabuhan di <strong>Aceh</strong> Utara itu.<br />

Khusus untuk pelabuhan perikanan,<br />

akan difokuskan di pelabuhan Kuala Idi,<br />

<strong>Aceh</strong> Timur. Pembangunan pelabuhan<br />

Idi menggunakan dana APBA dan sudah<br />

mendekati rampung pada tahun ini. Dengan<br />

demikian perikanan <strong>Aceh</strong> yang diekspor keluar<br />

negeri tidak lagi melalui Belawan, tapi<br />

sudah bisa diekspor melalui pelabuhan Kuala<br />

Idi, <strong>Aceh</strong> Timur.<br />

Di samping perluasan dua pelabuhan itu,<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> juga akan mengembangkan<br />

fungsi tiga pelabuhan lainnya, yaitu pelabuhan<br />

Malahayati, <strong>Aceh</strong> Besar, pelabuhan<br />

Sabang dan pelabuhan Kuala Langsa. Yang<br />

terakhir ini akan dijadikan sebagai gerbang<br />

pengiriman minyak cpo <strong>Aceh</strong> keluar negeri.<br />

Sementara di bagian pantai barat, fokus<br />

perhatian akan diberikan kepada pembangunan<br />

dan perluasan pelabuhan Meulaboh.<br />

Mengundang investor<br />

Sudah pasti, langkah yang terus dilakukan<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> adalah mengundang<br />

sebanyaknya investor<br />

untuk<br />

membuka<br />

usaha di daerah ini. Sejauh ini langkah<br />

tersebut memang belum memuaskan, karena<br />

banyaknya hambatan soal infrastruktur.<br />

Tapi sejalan dengan pembangunan infrastruktur,<br />

kita berharap investor akan<br />

banyak yang masuk ke <strong>Aceh</strong> untuk mengembangkan<br />

produk-produk yang dibutuhkan<br />

masyarakat, misalnya mendirikan produk<br />

minyak goreng yang akan dikembangkan di<br />

Subulussalam dan <strong>Aceh</strong> Timur.<br />

Industri perikanan yang akan dikembangkan<br />

di <strong>Aceh</strong> Timur dan <strong>Aceh</strong> Besar, serta<br />

mendirikan pabrik pengolahan beras yang<br />

akan dikembangkan di <strong>Aceh</strong> Besar.<br />

Upaya untuk menggiring investor masuk<br />

ke <strong>Aceh</strong> dilakukan dengan berbagai cara, termasuk<br />

memberi kemudahan bagi mereka<br />

untuk mengurus perizinan. Sejak 2007, proses<br />

pengurusan izin investasi <strong>Aceh</strong> telah dipermudah<br />

dengan berlakunya sistem perizinan<br />

satu pintu.<br />

Pembentukan task force<br />

Guna mendorong bangkitnya ekonomi<br />

<strong>Aceh</strong>, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> telah membentuk<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 5<br />

upaya Melepaskan diri dari Sumut<br />

sebuah tim yang dinamakan “Task Force Percepatan<br />

Pembangunan <strong>Aceh</strong>”. Tugasnya untuk<br />

mengembangkan potensi serta menuntaskan<br />

masalah-maslaah yang selama ini menghambat<br />

pembangunan <strong>Aceh</strong>.<br />

Tim ini juga bertugas untuk menuntaskan<br />

masalah pembangunan daerah terisolir,<br />

mengusulkan pembangunan jalan di daerah<br />

yang selama ini sulit tersentuh, serta menuntaskan<br />

masalah infrastruktur yang selama<br />

ini menghambat.<br />

Pembangunan sarana transportasi menjadi<br />

salah satu fokus kerja tim ini. Antara<br />

lain, pemerintah propinsi merencanakan<br />

pembangunan sarana prasarana transportasi<br />

darat untuk memudahkan hubungan<br />

antar wilayah tengah dan barat-selatan, serta<br />

menghubungkan wilayah tertinggal dengan<br />

wilayah lebih maju.<br />

Untuk tahap awal tim Task Force <strong>Aceh</strong>,<br />

akan melakukan pembebasan lahan serta<br />

perencanaan yang diharapkan tuntas pada<br />

2013 mendatang, dengan anggaran mencapai<br />

Rp 19 triliun yang berasal dari Anggaran<br />

Pendapatan Belanja Negara (APBN).<br />

Tujuan pembangunan jalan lintas tengah<br />

<strong>Aceh</strong> ini untuk menciptakan infrastruktur<br />

transportasi bagi area pedalaman.<br />

Sehingga dapat membangkitkan<br />

perkembangan ekonomi<br />

bagi seluruh wilayah<br />

pedalaman sepanjang pusat<br />

koridor dan akses yang lebih<br />

baik ke wilayah pantai<br />

timur dan selatan <strong>Aceh</strong>.<br />

Saat ini, <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Aceh</strong> telah siap merumuskan<br />

kebijakan, strategi,<br />

program serta rencana aksi<br />

dalam rangka percepatan<br />

pembangunan infrastruktur<br />

<strong>Aceh</strong> dalam RPJM telah<br />

dicanangkan dari 2005 hingga 2025<br />

mendatang.<br />

Selain dari itu, menyangkut<br />

dengan pembangunan highway<br />

<strong>Aceh</strong>, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> merencanakan<br />

pembangunan jalan raya bebas<br />

hambatan (highway) sepanjang 391,5<br />

km, mulai dari Banda <strong>Aceh</strong> hingga<br />

perbatasan Sumatera Utara (Sumut).<br />

Bahkan, saat ini tim task<br />

force sedang melakukan pembebasan,<br />

identifikasi dan inventarisasi<br />

terhadap sejumlah lahan yang<br />

akan terkena jalur pembangunan<br />

highway tersebut.<br />

Jalan highway ini dipandang<br />

sangat perlu di <strong>Aceh</strong>,<br />

khususnya untuk mendongkrak<br />

pertumbuhan dan perekonomian<br />

provinsi ini. Pembangunan<br />

highway tersebut, akan diupayakan<br />

meminimalisir penggunaan<br />

wilayah pemukiman masyarakat mulai<br />

dari Banda <strong>Aceh</strong> hingga wilayah yang berbatasan<br />

dengan Sumatera Utara. Beberapa<br />

calon investor dari sejumlah negara sudah<br />

tertarik untuk menangani pembangunan ini,<br />

seperti dari Jerman, Belanda, dan Korea Selatan.<br />

Demikian beberapa program terkait<br />

dengan upaya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> menjadikan<br />

ekonomi <strong>Aceh</strong> lebih mendiri di masa mendatang.<br />

Ini masih bersifat intinya saja, karena<br />

secara detil ada tertuang dalam RPJP<br />

<strong>Aceh</strong> hingga tahun 2025.<br />

Jika rancangan itu berjalan, Insya Allah,<br />

ekonomi <strong>Aceh</strong> dan Sumut akan saling bersinergi.<br />

Dalam beberapa hal <strong>Aceh</strong> masih bergantung<br />

kepada Sumut, tapi dalam beberapa<br />

hal lain, sumut bergantung kepada <strong>Aceh</strong>. Di<br />

masa depan, kita yakin, kedua daerah ini<br />

akan saling bekerja sama secara seimbang.<br />

(Disarikan dari pidato Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi<br />

Yusuf pada acara acara Forum Ilmiah<br />

Ekonomi Pembangunan – Himadipa,<br />

Senin, 23 Mei 2011 lalu)


6<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />

Pimpinan DPR <strong>Aceh</strong> meminta Gubernur<br />

<strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf menindak tegas<br />

Kepala Satuan Kerja <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong><br />

(SKPA) yang mengabaikan teguran, terkait<br />

lambannya pelaksanaan proyek pembangunan<br />

yang dibiayai oleh APBA 2011. Tindakan<br />

ini dipandang perlu agar rakyat dapat<br />

segera merasakan manfaat dari pengesahan<br />

APBA 2011.<br />

“Rakyat sudah sangat menunggu action<br />

di lapangan. Soalnya, jika proyek<br />

sudah mulai berjalan, maka secara<br />

otomatis roda perekonomian<br />

masyarakat akan berputar. Selain<br />

itu, rakyat sudah bisa<br />

menikmati hasil pembangunan<br />

dari APBA 2011,” ungkap<br />

Wakil Ketua <strong>II</strong> Bidang<br />

Pembangunan Infrastruktur<br />

DPRA, Drs H Sulaiman<br />

Abda, kepada Tabangun<br />

<strong>Aceh</strong>, di Banda <strong>Aceh</strong>, Selasa<br />

(<strong>14</strong>/06/2011).<br />

Pernyataan itu diutarakan Sulaiman<br />

Abda ketika dimintai tanggapannya terhadap<br />

surat teguran Gubernur Irwandi Yusuf<br />

kepada para kepala SKPA untuk mempercepat<br />

pelaksanaan proyek APBA 2011. “Kita<br />

akui anggaran terlambat disahkan. Tapi<br />

jangan ditambah lagi dengan ketidakbecusan<br />

SKPA dalam bekerja, karena akan membuat<br />

kondisi semakin runyam,” lanjut Sulaiman.<br />

Kekhawatiran Pimpinan Dewan <strong>Aceh</strong><br />

ini bukan lah tanpa alasan. Pasalnya, kata<br />

Sulaiman Abda, berdasarkan data yang<br />

diperoleh pihaknya, hingga posisi tanggal <strong>14</strong><br />

Juni 2011 atau dua bulan setelah APBA 2011<br />

disahkan April lalu, realisasi serapan anggaran<br />

untuk bidang fisik baru 11,2 persen.<br />

“Ini kan masih sangat kecil. Sedangkan masa<br />

kerja tinggal lima bulan lagi. Makanya harus<br />

segera dipacu, soalnya ketika memasuki bulan<br />

Oktober dan seterusnya, pasti akan banyak<br />

kendala karena sudah memasuki musim<br />

hujan. Kita tidak ingin pengalaman tahun<br />

2009-2010 terulang kembali,” ujarnya<br />

Apalagi, kata Sulaiman Abda, jumlah<br />

paket proyek APBA dari 28 SKPA, yang<br />

LAPORAN UTAMA<br />

Gubernur Minta SKPA Percepat Kegiatan APBA 2011<br />

“Setelah satu minggu ditegur, SKPA<br />

yang bekinerja lamban dan belum juga<br />

melaksanakan penandatangan kontrak dan<br />

kegiatan lapangan proyek APBA nya belum<br />

kelihatan, Kepala SKPA nya akan kita cekal<br />

dan tidak boleh melakukan perjalanan<br />

dinas ke luar <strong>Aceh</strong>,”<br />

-- Irwandi yusuf --<br />

Gubernur <strong>Aceh</strong><br />

Tekad Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf<br />

untuk memberikan yang terbaik kepada<br />

rakyatnya tidak bisa ditawar-tawar.<br />

Sanksi berat sudah menanti bagi aparatur<br />

yang dinilai lamban dan bermain-main<br />

dengan amanah rakyat. Sebaliknya, jajaran<br />

yang berkinerja baik, akan mendapat reward<br />

(penghargaan) atas kinerjanya.<br />

Bukti keseriusan Gubernur Irwandi untuk<br />

mempersembahkan yang terbaik bagi<br />

rakyatnya, bisa terlihat dalam suratnya yang<br />

dilayangkan kepada seluruh Satuan Kerja<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> (SKPA), tanggal 6 Juli 2011<br />

lalu.<br />

Sebagian isi surat itu menegur (memperingatkan<br />

para kepala SKPA) untuk segera<br />

melaksanakan dan mempercepat pelaksanaan<br />

kegiatan proyek APBA 2011, yang masa<br />

kerjanya tinggal enam bulan lagi.<br />

Para kepala dinas yang dimintai tanggapannya<br />

terhadap surat teguran dari Gubernur<br />

<strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf berjanji akan<br />

bekerja keras segera mewujudkan harapan<br />

dan keinginan Gubernur untuk mewujudkan<br />

kesejahteraan kepada rakyatnya. Mereka<br />

juga mengatakan sudah mulai melaksanakan<br />

kegiatan proyek ABPA 2011 dan akan bekerja<br />

maksimal agar semua proyek itu bisa selesai<br />

dalam sisa waktu enam bulan ini.<br />

Berikut tanggapan beberapa kepala dinas<br />

yang berhasil ditemui Seumangat, dalam beberapa<br />

hari ini.<br />

Muhyan Yunan<br />

Kepala Dinas<br />

BMCK<br />

Proyek yang<br />

dikontrakkan sudah<br />

ada, tapi belum<br />

banyak. Selain<br />

itu, pada waktu<br />

TP2K melakukan<br />

pendataan, banyak<br />

pejabat pelaksana<br />

teknis kegiatan (PPTK) proyek APBA 2011<br />

yang belum melaporkan kegiatan tahapan<br />

pelaksanaan APBA kepada Kuasa Pengguna<br />

Anggaran (KPA) nya masing-masing.<br />

Sehingga, seolah-lah pelaksanaan proyek<br />

APBA di jajaran Dinas BMCK <strong>Aceh</strong> belum<br />

satupun yang dikontrakkan kepada rekanan,<br />

kata Muhyan Yunan.<br />

Bakhtiar Ishak<br />

Kadis Pendidikan<br />

<strong>Aceh</strong><br />

Jika dilihat<br />

dari jumlah unit<br />

paket proyeknya,<br />

memang benar<br />

Dinas Pendidikan<br />

yang paling banyak<br />

jumlah proyeknya.<br />

Tapi proyek itu<br />

tersebar di 23 kabupaten/kota dan yang<br />

menjadi pelaksana lapangannya adalah<br />

Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Seperti<br />

pelaksanaan pembangunan pagar sekolah,<br />

tambah ruang belajar, laboratorium, pengadaan<br />

alat peraga, pembangunan musalla,<br />

“Surat teguran itu kita kirim kan, karena<br />

dari hasil evaluasi Tim Percepatan Pengendalian<br />

Kegiatan (P2K) APBA 2011 yang diketuai<br />

dr Taqwallah, ditemukan masih banyak<br />

SKPA yang belum melaksanakan penandatangan<br />

kontrak kerja proyek APBA 2011 kepada<br />

rekanan pemenang tender,” ujar kepada<br />

Tabangun <strong>Aceh</strong>, Minggu (12/06/2011).<br />

Gubernur memberikan contoh hasil evaluasi<br />

di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya<br />

(BMCK) <strong>Aceh</strong>. Hingga surat teguran itu<br />

dikeluarkan tanggal 6 Juli lalu, belum satu<br />

pun paket proyek APBA 2011 nya dikontrakkan<br />

kepada rekanan.<br />

Dari 635 paket proyek tahap I yang telah<br />

dilelang kolektif pada tanggal 4 Maret 2011<br />

lalu, belum ada satu pun yang sudah ditandatangani<br />

kontrak proyek kepada rekanan.<br />

Sementara untuk pelelangan tahap <strong>II</strong> (sekitar<br />

WC, penimbunan lapangan upacara sekolah,<br />

jalan sekolah, serta lainnya.<br />

Nilai anggarannya juga ratusan juta, tapi<br />

karena jumlah paket proyeknya banyak,<br />

membuat Dinas Pendidikan jadi pusat perhatian<br />

banyak rekanan.<br />

Sementara paket proyek yang besar, antara<br />

lain penyaluran bantuan dana pendidikan<br />

bagi anak yatim piatu korban konflik, beasiswa<br />

S1.S2, S3, penyaluran dana kesejahteraan<br />

guru dan honor guru bantu dan ngaji.<br />

Jadi, jika pada akhir Juni sampai Agustus<br />

2011nanti, dana keempat program kegiatan<br />

itu telah disalurkan, maka daya serap<br />

anggaran Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong> langsung<br />

melambung hingga mencapai 80 persen.<br />

Karena, untuk keempat program itu,<br />

pagu anggarannya mencapai Rp 400 miliar<br />

lebih. Karenanya kami optimis, pada Agustus<br />

nanti, target itu bisa tercapai.<br />

Muhammad<br />

Yani<br />

Kadis Kesehatan<br />

<strong>Aceh</strong><br />

Anggaran kesehatan<br />

yang terdapat<br />

pada Dinas Pendidikan,<br />

pada umumnya<br />

untuk pelaksanaan<br />

program Jaminan<br />

Kesehatan <strong>Aceh</strong><br />

(JKA). Daya serap anggarannya, sangat ditentukan<br />

oleh kecepatan usulan amparahan<br />

klaim dari RSUD, puskesmas, optikal, dan<br />

apotek. Pagu anggarannya memang cukup<br />

besar, yakni mencapai Rp 400 miliar, bulan<br />

ini bisa terserap sekitar 30 - 50 persen.<br />

M Ali Basyah<br />

Kepala BPM<br />

Daya serap anggaran APBA 2011 BPM<br />

(Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa)<br />

bisa meningkat drastis, setelah penyaluran<br />

dana Bantuan Keuangan Pemakmu Gampong<br />

(BKPG).<br />

Saat ini, desa sedang melengkapi administrasi<br />

pencairan dana BKPG nya dan setelah<br />

semua persyaratannya lengkap, dananya<br />

akan kita salurkan sebesar Rp 50 juta/gampong.(hh)<br />

339 paket lagi), dokumen lelangnya juga belum<br />

dibagikan kepada rekanan.<br />

Kondisi hampir serupa juga terjadi<br />

di Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong>. Jumlah paket<br />

proyeknya pada lelang kolektif tahap I yang<br />

belum dikontrak kerjakan kepada rekanan<br />

masih mencapai 971 paket. Sedangkan pada<br />

lelang tahap <strong>II</strong> ada sekitar 192 paket lagi<br />

yang dokumennya belum dibagikan kepada<br />

rekanan.<br />

Akibatnya, daya serap anggaran APBA<br />

2011 sampai Juni 2011 lalu, terutama untuk pos<br />

pengeluaran belanja langsung (fisik) masingmasing<br />

SKPA pada umumnya masih berada di<br />

bawah 10 persen. Sedangkan untuk anggaran<br />

belanja tidak langsung, khususnya untuk pos<br />

belanja rutin pegawai (gaji dan TPK), realisasi<br />

fisiknya telah mencapai 50 persen.<br />

Kenyataan inilah yang membuat Gubernur<br />

Irwandi Yusuf perlu menerbitkan<br />

surat teguran. Tujuannya, agar semua paket<br />

proyek APBA 2011 yang telah dilelang kolektif<br />

dikontrakkerjakan kepada rekanan pemenang<br />

tendernya. Setelah itu, rekanan akan<br />

menyikapinya dengan penarikan uang muka<br />

sebesar 20 persen untuk segera melaksanakan<br />

kegiatan fisik proyek yang telah dimenangkannya.<br />

Penarikan uang muka kerja, kata Irwandi<br />

akan membantu peningkatan daya serap<br />

anggaran APBA dari pos belanja langsung.<br />

Karena, kalau daya serap anggaran dari pos<br />

belanja langsung masih rendah, membawa<br />

dampak yang kurang baik terhadap peredaran<br />

uang di <strong>Aceh</strong>.<br />

“Ekonomi masyarakat akan berjalan<br />

lamban dan target untuk merealisasikan anggaran<br />

APBA 2011 senilai Rp 7,9 triliun mencapai<br />

di atas 90 persen, bisa tidak tercapai,”<br />

ujarnya.<br />

Keadaan ini, kata Gubernur, tidak boleh<br />

berlangsung lama, karena bisa menurunkan<br />

kepercayaan rakyat kepada <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />

Rakyat akan kecewa karena banyak program<br />

kegiatan APBA 2011 yang telah diusul dan<br />

sangat mendesak kehadirannya, tidak bisa<br />

mereka nikmati tepat waktu. Karenanya,<br />

Gubernur memerintahkan agar SKPA harus<br />

mampu bekerja maksimal dalam sisa waktu<br />

yang tinggal 6 bulan lagi ini.<br />

Dampak buruk lain, ungkap Irwandi,<br />

<strong>Pemerintah</strong> Pusat akan menilai <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Aceh</strong> selalu bekerja lamban. Sebelum kedua<br />

masalah besar itu menjadi stempel yang<br />

sesungguhnya, pada akhir tahun nanti, sejak<br />

dini perlu dimonitoring dan diealuasi.<br />

“Setelah satu minggu ditegur, SKPA<br />

yang bekinerja lamban dan belum juga<br />

melaksanakan penandatangan kontrak dan<br />

kegiatan lapangan proyek APBA nya belum<br />

kelihatan, Kepala SKPA nya akan kita cekal<br />

dan tidak boleh melakukan perjalanan dinas<br />

ke luar <strong>Aceh</strong>,” tuntas Gubernur Irwandi<br />

Yusuf. hh<br />

Para Kadis Janji akan Kerja Keras Dewan Minta Gubernur<br />

Lebih Tegas<br />

diumumkan<br />

pada 4 Maret<br />

lalu sangat<br />

banyak,<br />

mencapai<br />

3.242 paketdengan<br />

nilai<br />

ang-<br />

garan Rp 2,17 triliun. Paket tersebut dibagi<br />

dalam empat bidang pekerjaan, yaitu konstruksi,<br />

pengadaan barang, jasa konsultan,<br />

dan jasa lainnya. Dari keempat jenis<br />

pekerjaan itu, paket paling banyak terdapat<br />

pekerjaan konstruksi yang mencapai 2.000-an<br />

paket, pengadaan barang sekitar 600-an paket,<br />

konsultasi 200-an paket, dan jasa lainnya<br />

sekitar 20-an paket.<br />

Pimpinan DPRA ini berharap, paling<br />

lambat dalam bulan Juni ini, semua proyek<br />

sudah selesai ditender dan telah diumukan<br />

pemenangnya. Sehingga, pada pertengahan<br />

Juli nanti semua proyek itu sudah bisa dikerjakan<br />

dan uang muka kerja telah dicairkan.<br />

“Dengan demikian, ekonomi masyarakat<br />

akan menggeliat karena perputaran uang<br />

dari proyek-proyek itu. Karenanya, jika<br />

memang ada kendala (dalam proses tender),<br />

kita minta kepada Saudara Gubernur dan<br />

para kepala SKPA agar terbuka saja kepada<br />

publik. Katakan saja secara jujur apa kendalanya,<br />

sehingga publik bisa tahu dan bersama-sama<br />

mencari solusi,” demikian Wakil<br />

Ketua <strong>II</strong> DPRA, Sulaiman Abda. zu


LAPORAN UTAMA<br />

Sebagai sebuah program pemerintah,<br />

PNPM-MP dan Bantuan Keuangan<br />

Pemakmue Gampong (BKPG) awalnya<br />

juga hanya dianggap sebagai sebuah angin<br />

surga untuk masyarakat desa. Gampong<br />

tetaplah sebuah gampong, yang hanya dikunjungi<br />

saat menjelang pesta demokrasi<br />

pemilihan umum, selebihnya gampong<br />

berkembang sendiri dengan berbagai alur<br />

pikir warganya.<br />

Melihat tata desa tampak seperti tata<br />

letak di sebuah kompleks perumahan modern,<br />

mungkin hanya mimpi bagi masyarakat<br />

gampong atau desa. Pasalnya gampong<br />

tak memiliki dana untuk membangun infrastruktur<br />

yang menunjang kehidupan<br />

masyarakat.<br />

Tapi, dengan kerja keras semua stakeholder,<br />

sungguh mengejutkan, ternyata program<br />

BKPG terealisir dengan baik, bahkan<br />

terus mencapai target seperti yang diharapkan,<br />

yakni kesejahteraan dan kemandirian<br />

masyarakat di gampong (desa).<br />

Program Bantuan Keuangan Pemakmue<br />

Gampong (BKPG) yang digagas <strong>Pemerintah</strong><br />

Provinsi <strong>Aceh</strong> bertujuan untuk memperkuat<br />

perencanaan pembangunan <strong>Aceh</strong> berbasis<br />

masyarakat bawah (gampong/desa) di masa<br />

mendatang.<br />

Melalui program ini penguatan perencanaan<br />

pembangunan <strong>Aceh</strong> di masa mendatang<br />

betul-betul melibatkan masyarakat<br />

pedesaan.<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> melalui Badan Pemberdayaan<br />

Masyarakat (BPM) <strong>Aceh</strong>, memberi<br />

penghargaan kepada gampong (desa),<br />

fasilitator kecamatan, fasilitator teknik dan<br />

asisten fasilitator kecamatan terbaik dalam<br />

mengelola program Bantuan Keuangan Peumakmue<br />

Gampong (BKPG) se-<strong>Aceh</strong>.<br />

Pemberian penghargaan ini dilakukan<br />

pada tanggal 11 Juni 2011 bertepatan dengan<br />

pelaksanaan Hari Bhakti Gotong Royong di<br />

<strong>Aceh</strong>, yang dipusatkan di Takengon, Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Tengah.<br />

“Pemberian penghargaan ini sebagai<br />

wujud apresiasi terhadap semua yang sudah<br />

melaksanakan program BKPG sehingga<br />

program ini merupakan program yang<br />

dinilai bisa meningkatkan perekonomian<br />

masyarakat kecil di pedesaan,” jelas Kepala<br />

BPM <strong>Aceh</strong> M Ali Basyah MM.<br />

Program BKPG adalah program pembangunan<br />

gampong yang berbasiskan<br />

masyarakat yang terintegrasi dengan Program<br />

Pasional Pemberdayaan Masyarakat<br />

(PNPM) Mandiri Perdesaan.<br />

Terpilih sebagai gampong terbaik yang<br />

menjalankan program BKPG ini adalah<br />

Gampong Ujong Drien Kecamatan Meureubo,<br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat.<br />

Kepala BPM <strong>Aceh</strong> M Ali Basyah menuturkan,<br />

penilaian desa/gampong terbaik<br />

pelaksana program BKPG 2010 ini untuk<br />

memberikan penghargaan kepada desa-desa<br />

yang telah bekerja dengan baik dalam mengelola<br />

dana BKPG yang telah diterimanya<br />

dari <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> tahun 2010 sebesar Rp<br />

75 juta/desa.<br />

“Untuk lebih memotivasi masyarakat<br />

desa lainnya agar berbuat yang terbaik, dilakukan<br />

penilaian dan sekaligus sebagai<br />

evaluasi dan monitoring BPM <strong>Aceh</strong> dalam<br />

pelaksanaan program BKPG berbasis gampong,”<br />

ujarnya.<br />

Untuk tahun 2010, ada enam desa yang<br />

terpilih sebagai pelaksana terbaik program<br />

BKPG 2010, yaitu terbaik I diraih Gampong<br />

Ujong, Drien Kecamatan Meurebo, <strong>Aceh</strong><br />

Barat, terbaik <strong>II</strong>, Gampong Lhoh, Kecamatan<br />

Pulo <strong>Aceh</strong>, <strong>Aceh</strong> Besar, terbaik <strong>II</strong>I, Gampong<br />

Kalla Bintang, Kecamatan Bintang,<br />

<strong>Aceh</strong> Tengah.<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 7<br />

kredit Perbankan Tumbuh 22,51 Persen<br />

“…Permintaan kredit untuk kebutuhan<br />

konsumsi, seperti beli kenderaan bermotor,<br />

rehab rumah, beli rumah, dan lainnya masih<br />

tetap tinggi di <strong>Aceh</strong>.”<br />

Hasan masih terus memberi penjelasan<br />

kepada beberapa pengunjung<br />

ekspo, di Taman Sari, Banda <strong>Aceh</strong>,<br />

awal Juni lalu. Yang dijelaskan Hasan adalah<br />

sebuah hasil rekayasa. Eits, jangan berpikir<br />

negatif dulu, rekayasa di sini maksudnya<br />

adalah sebuah hasil karya yang diciptakan<br />

oleh Hasan, yang memberi manfaat bagi<br />

masyarakat.<br />

Rekayasa Hasan adalah sebuah mesin<br />

pengolah garam. Hasan berhasil menciptakan<br />

mesin pengolah garam, dari garam kampung<br />

menjadi garam kristal dan garam cair<br />

(viscos) beryodium.<br />

Yang tak kalah mengejukan adalah,<br />

Hasan berhasil menciptakan mesin pengolah<br />

air laut menjadi garam kristal dan garam<br />

cair beryodium kelas tinggi. Mesin itu juga<br />

menghasilkan air mineral siap minum yang<br />

diolah dari air laut hasil sisa olahan garam.<br />

“Mesin-mesin ini adalah hasil dari ‘dendam’<br />

saya, bahwa saya sangat berhasrat untuk<br />

menciptakan sesuatu yang bisa memberi<br />

manfaat bagi orang lain, dan punya ambisi<br />

untuk menembus pasar bebas internasional”<br />

ujar laki-laki yang memiliki nama lengkap<br />

Hasanuddin ini.<br />

Mungkin tak banyak yang tahu, kalau<br />

Hasan memiliki pabrik pengolahan garam<br />

modern di kawasan Kajhu, Kecamatan Baitussalam,<br />

<strong>Aceh</strong> Besar.<br />

Lulusan Fakultas Teknik Kimia Universitas<br />

Syiah Kuala ini, sejak awal tertarik untuk<br />

jadi wirausawan dengan berbagai hasil<br />

ciptaannya, daripada harus menjadi pegawai<br />

negeri sipil. Tak heran jika mesin rekayasa<br />

garam viscos ini berhasil meraih predikat<br />

pertama pada lomba Teknologi Tepat Guna<br />

(TTG) Tingkat Nasional Ke-X<strong>II</strong>, di Jogja<br />

Expo Centre (JEC) Yogyakarta, 22-26 September<br />

2010. Dalam ajang itu, mesin rekayasa<br />

Hasan berhasil menyingkirkan peserta dari<br />

Jawa Timur dan Yogyakarta.<br />

Usai menamatkan pendidikannya di<br />

Fakultas Teknik jurusan Teknik Kimia, Uni-<br />

-- MaHDI MUHaMMaD --<br />

Pimpinan BI Banda <strong>Aceh</strong><br />

versitas Syiah Kuala, Hasanuddin sempat<br />

bekerja di pabrik produksi garam beryodium<br />

di Kota Lhokseumawe. Namun akhirnya<br />

Hasan memutuskan untuk mundur dan<br />

bertekad ingin berusaha sendiri.<br />

“Saya berpikir jika punya usaha sendiri<br />

tentunya akan lebih bisa memberi peluang<br />

kerja bagi masyarakat luas, apalagi saya<br />

memiliki pengetahuan untuk menghasilkan<br />

karya sendiri, kenapa tidak dimanfaatkan<br />

saja?” pikirnya saat itu.<br />

Akhirnya Hasan pun memulai usahanya<br />

dari nol, tapi apa lacur, humbalang tsunami<br />

membuyarkan semua impiannya saat itu.<br />

Pascatsunami, Hasan tidak tinggal diam, ia<br />

kembali memulai usahanya yang sempat hancur<br />

saat tsunami dan kembali memulai dari<br />

nol. “Alhamdulillah saya bangkit dan memulai<br />

semua dari nol dengan usaha sendiri tanpa ada<br />

bantuan dari pihak mana pun,” ujar Hasan.<br />

Sedikit demi sedikit Hasan merakit dan<br />

mengerjakan mesin olah garam yang menjadi<br />

impiannya. Alhasil, kini seperangkat mesin<br />

sudah berdiri tegak dan siap dioperasikan.<br />

“Kini usaha saya adalah mengolah garam<br />

kampung biasa menjadi garam kristal<br />

halus dan garam cair bertodium dengan<br />

tingkat kontaminasi jauh dibawah ambang<br />

batas, kami belum meulai pengolahan garam<br />

dan air mineral siap minum langsung<br />

dari bahan air laut, karena perlu biaya ang<br />

sangat besar,” ujar Hasan.<br />

Diakui Hasan, kini dirinya masih belum<br />

mampu memenuhi permintaan pasar garam<br />

kristal dan cair beryodium, karena keterbatasan<br />

dana untuk produksi.<br />

“Permintaan pasar mencapai satu juta<br />

ton perhari, namun saya baru sanggup<br />

mensupplai 500 kilogram perhari, hal ini<br />

dikarenakan kami kekurangan modal untuk<br />

produksi, dan mulai sulitnya mencari bahan<br />

baku garam kampung,” sebutnya.<br />

Kesulitan modal<br />

Sulitnya mencari tambahan modal untuk<br />

produksi membuat Hasan belum mampu<br />

memenuhi permintaan pasar. Padahal saat<br />

ini garam Kristal dan garam cari viscos beryodium<br />

milik Hasan sudah mendapat pasar<br />

di Sumatera, Jakarta, bahkan Malaysia.<br />

“Sulit berhubungan dengan pihak perbankan.<br />

Perbankan lebih suka memberi<br />

kreditan kepada pegawai negeri, yang kemudian<br />

uangnya digunakan untuk konsumsi,<br />

bukan memberi kredit pada usaha produksi.<br />

Mungkin sudah semua bank saya datangi,<br />

dan mereka memberi alasan yang sama,<br />

mereka menilai pabrik kami belum berproduksi,<br />

padahal saya sudah punya pasar<br />

dan mensuplai hasil produksi ke pasar-pasar<br />

itu, melalui agen yang sudah bekerja sama<br />

dengan pabrik kami,” jelasnya.<br />

Masalah sulitnya mendapatkan modal,<br />

bukan hanya dikeluhkan Hasanuddin seorang.<br />

Diana, seorang pengusaha kue kering<br />

tradisional <strong>Aceh</strong>, yang berlokasi di Desa<br />

Lampisang, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar pun menuturkan<br />

hal yang sama.<br />

“Saat ini kami memang membutuhkan<br />

Sedangkan harapan I, Gampong Sambay,<br />

Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Simeulue,<br />

harapan <strong>II</strong> Gampong Balee Ulim, Kecamatan<br />

Pidie Jaya, dan terbaik harapan <strong>II</strong>I,<br />

Gampong Bukit Pepanyi, Kecamatan Wih<br />

Pesam, Kabupaten Bener Meriah.<br />

Disebutkan, untuk juara pertama diberi<br />

hadiah Rp 10 juta, juara <strong>II</strong> Rp 9 juta, juara<br />

<strong>II</strong>I Rp 8 juta. Sedangkan untuk harapan I Rp<br />

6 juta, harapan <strong>II</strong> Rp 5 juta dan harapan <strong>II</strong>I<br />

Rp 4 juta.<br />

Selain diberi hadiah uang, keenam desa<br />

yang meraih terbaik itu juga diberikan masing-masing<br />

satu unit komputer.<br />

Sedangkan untuk Fasilitator Kecamatan<br />

terbaik adalah Idawati (33) dari Kecamatan<br />

Samudera, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara. Fasilitator<br />

Teknik terbaik adalah Jefri Andres (35),<br />

dari Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Tamiang.<br />

Untuk asisten fasilitator kecamatan terbaik<br />

diraih oleh Linda Winarni (32) dari<br />

Kecamatan Teunom, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Jaya.<br />

“Kesemua kandidat ini diseleksi dengan<br />

ketat berdasarkan kinerja mereka di setiap<br />

gampong dan kemudian juga mengikuti seleksi<br />

di propinsi, dan hasilnya tiga nama ini<br />

yang terbaik,” ujar Ali Basyah.<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> meluncurkan program<br />

BKPG ini untuk pembangunan menumbuhkan<br />

perekonomian masyarakat dari akar<br />

rumput. Untuk tahun 2010, pemerintah sudah<br />

mengucurkan dana sebesar Rp 318,9 miliar<br />

untuk 6378 gampong di <strong>Aceh</strong>, dan sebesar<br />

30 persen dana ini terserap untuk program<br />

simpan pinjam kelompok perempuan (SPP).<br />

yyz<br />

Rekayasa Hasan Terpasung Rupiah<br />

Hasanuddin berdiri di depan mesih pengolah garam cair.<br />

modal tambahan, untuk memperlebar kios<br />

yang ada, sehingga bisa menambah produksi<br />

untuk dijual. Namun memang agak susah, beberapa<br />

bank memang ada yang menawarkan,<br />

namun urusannya agak sedikit berbelit dan<br />

sulit bagi kami, jadi ya sama saja,” jelasnya.<br />

Kios Diana sendiri kini menyediakan<br />

beragam kue kering tradisional <strong>Aceh</strong> dengan<br />

kualitas terjamin, seperti dodol aceh,<br />

bada reuteuk, lapis mangga, semprit, bahkan<br />

bhoi. “Semua produk ini kami hasilkan<br />

sendiri, meski harga bahan baku agak mahal<br />

di pasaran, kita tetap menjual produksinya<br />

dengan harga standar,” tutur Diana.<br />

Tidak mengehrankan, jika hampir semua<br />

pengusaha mikro di <strong>Aceh</strong> mengeluhkan<br />

minimnya pelayanan perbankan untuk<br />

pengembangan usaha mereka. Pendapat<br />

bahwa perbankan hanya berminat pada<br />

pegawai negeri sipil, tidaklah berlebihan.<br />

Dan kondisi ini pula yang menyebabkan usaha<br />

mikro di <strong>Aceh</strong> ibarat “kambing berjalan<br />

diatas batu.” yayan zamzami<br />

FOTO: SUvIE


8<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />

Hasanudin salah satu pengusaha Kecil yang<br />

berhasil menciptakan Pabrik pengolahan garam<br />

modern dengan pengolah air laut menjadi garam<br />

kristal dan garam cair (Viscos) beryodium tinggi, yang<br />

terletak di Kajhu <strong>Aceh</strong> Besar.<br />

seiring dengan meningkatnya<br />

pertumbuhan kegiatan konstruksi, peluang<br />

dan lapangan usaha industri bahan<br />

bangunan semakin terbuka. Produk bata<br />

beton untuk lantai atau lebih dikenal sebagai<br />

“Paving block” merupakan salah satu usaha<br />

bahan bangunan yang mudah dan cepat<br />

dalam proses pembuatannya, U.D Merah<br />

Aulia salah satu Pengusaha Kecil yang<br />

bergerak dibidang usaha Pavling Block,<br />

Batako, Cincin Sumur dan Batu Karawang<br />

yang berada di Kajhu <strong>Aceh</strong> Besar.


Budidaya Jamur Merang Lee Merang, salah satu<br />

usaha dari pak Syarwan. media tanam jamur tersebut<br />

berupa kompos yang dibuat dari bahan baku jerami<br />

padi dan sawit, untuk menghasilkan jamur dibutuhkan<br />

waktu selama 2 minggu. Panen bisa dilakukan setelah<br />

jamur mencapai ukuran yang dikehendaki konsumen.<br />

Mauli Ibu rumah tangga yang<br />

menekuni usaha minuman<br />

kesehatan Soya Maest, yang<br />

terletak di desa Siem Kecamatan<br />

Darussalam <strong>Aceh</strong> Besar.<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 9<br />

FOTO-FOTO: SUvIE


10<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />

Alasan Perlunya RTRW<br />

Selain memerlukan Rencana Pembangunan<br />

Jangka Panjang (RPJP), pembangunan<br />

suatu kawasan juga membutuhkan<br />

Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).<br />

Dengan dua fondasi ini, maka pembangunan<br />

dapat dijalankan dengan terencana, mudah<br />

dalam mencapai target dan tidak membahayakan<br />

bagi lingkungan. RPJP dan juga<br />

RTRW <strong>Aceh</strong> yang saat ini pembahasannya<br />

sudah memasuki tahap akhir harus mengacu<br />

pada perundang-undangan yang ada<br />

serta dapat memproyeksikan pembangunan<br />

sesuai keunggulan masing-masing daerah.<br />

Dengan mempertimbangkan karakter<br />

wilayah <strong>Aceh</strong> menurut kekhasan, potensi,<br />

permasalahan, harapan ke depan, maka dirumuskan<br />

tujuan penataan ruang <strong>Aceh</strong> adalah:<br />

“mewujudkan tata ruang wilayah <strong>Aceh</strong> yang<br />

islami dan maju, produktif, adil dan merata,<br />

serta berkelanjutan”.<br />

Islami: penataan ruang berdasarkan pada<br />

pandangan hidup masyarakat <strong>Aceh</strong> yang<br />

berlandaskan syari’at Islam yang melahirkan<br />

budaya Islam yang kuat.<br />

Maju: penataan ruang akan ikut mewujudkan<br />

kesejahteraan rakyat yang terus meningkat.<br />

Produktif: penataan ruang mewujudkan<br />

pemanfaatan segenap sumber daya yang<br />

mencakup sumber daya manusia, sumber<br />

daya alam, dan sumber daya buatan, sehingga<br />

mempunyai manfaat ekonomi dan sosial.<br />

Adil dan merata: penataan ruang mewujudkan<br />

manfaat ekonomi dan sosial secara<br />

adil dan merata kepada masyarakat.<br />

Kepentingan<br />

ekonomi<br />

Koridor Banda aceh – Lhokseumawe<br />

– Langsa – Kuala Simpang, yang<br />

terletak di pesisir timur <strong>Aceh</strong> dengan sumbunya<br />

Jalan Lintas Timur Sumatera, yang<br />

menghubungkan PKNp Banda <strong>Aceh</strong> – PKN<br />

Lhokseumawe – PKW Langsa – PKL Kuala<br />

Simpang-Karang Baru. Koridor ini merupakan<br />

bagian dari koridor Banda <strong>Aceh</strong> – Medan,<br />

yang merupakan salah satu kawasan<br />

yang menonjol perkembangannya di Pulau<br />

Sumatera. Selain sumbu Jalan Arteri Primer<br />

/ Jalan Lintas Timur Sumatera, koridor ini<br />

akan didukung juga oleh rencana pengembangan<br />

Jalan Bebas Hambatan (highway)<br />

dan revitalisasi jalur kereta api Banda <strong>Aceh</strong><br />

– batas Sumatera Utara.<br />

Koridor Banda aceh - Meulaboh<br />

- Subulussalam, yang terletak memanjang<br />

di pesisir barat <strong>Aceh</strong> dengan sumbunya<br />

Jalan Jalan Lintas Barat Sumatera,<br />

yang menghubungkan PKNp Banda <strong>Aceh</strong><br />

– PKW Meulaboh – PKWp Subulussalam,<br />

dan didukung pula oleh rencana pengembangan<br />

jalur kereta api lintas barat Sumatera.<br />

Wilayah ini memiliki sektor unggulan<br />

berupa kegiatan ekonomi berbasis sumber<br />

daya alam di daratan dan perairan laut<br />

yang dapat menggerakkan pertumbuhan<br />

ekonomi (perkebunan, pertanian, perikanan,<br />

pariwisata, dan pertambangan).<br />

Kepentingan<br />

sosial budaya<br />

Kawasan Cagar Budaya Peninggalan<br />

Kesultanan aceh di Banda aceh<br />

dan aceh Besar. Kriteria KSA ini adalah<br />

pelestarian peninggalan budaya <strong>Aceh</strong> dan<br />

nasional.<br />

Kawasan Cagar Budaya Peninggalan<br />

Kerajaan Samudera Pasai di aceh<br />

Utara. Kriteria KSA ini adalah pelestarian<br />

peninggalan budaya <strong>Aceh</strong> dan nasional. Peninggalan<br />

budaya dimaksud berupa bangunan<br />

dan/atau situs peninggalan Kerajaan<br />

Samudera Pasai, termasuk Monumen Samudera<br />

Pasai yang dibangun kemudian, yang<br />

terletak di <strong>Aceh</strong> Utara.<br />

Kawasan Pemakaman Massal Korban<br />

Tsunami dan Museum Bencana<br />

Tsunami 2004 di Banda aceh. Kriteria<br />

KSA ini adalah memiliki nilai sejarah yang<br />

berkaitan dengan bencana alam yang hebat<br />

yang terjadi tahun 2004 di <strong>Aceh</strong> dan<br />

Nias.<br />

Pendayagunaan SDA<br />

Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan.<br />

Kriteria KSA DAS Peusangan ini<br />

adalah memiliki sumber daya air yang da-<br />

Berkelanjutan: penaatan ruang diselenggarakan<br />

dengan memadukan aspek lingkungan<br />

hidup, sosial, dan ekonomi, untuk<br />

menjamin keutuhan lingkungan hidup serta<br />

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,<br />

dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi<br />

masa depan.<br />

Kebijakan dan strategi penataan ruang<br />

wilayah <strong>Aceh</strong> meliputi pengembangan struktur<br />

ruang wilayah <strong>Aceh</strong> dan pengembangan<br />

pola ruang wilayah <strong>Aceh</strong>, meliputi:<br />

1. peningkatan fungsi-fungsi pelayanan<br />

pada pusat-pusat kegiatan dalam wilayah<br />

<strong>Aceh</strong> sesuai dengan hierarki dan fungsi<br />

yang ditetapkan;<br />

2. peningkatan akses pelayanan pusat-pusat<br />

dalam wilayah <strong>Aceh</strong> yang merata dan<br />

berhierarki;<br />

3. peningkatan akses dari dan ke luar<br />

wilayah <strong>Aceh</strong>, baik dalam lingkup nasional<br />

maupun lingkup internasional;<br />

4. peningkatan kualitas pelayanan dan<br />

jangkauan pelayanan jaringan prasarana<br />

transportasi, energi, telekomunikasi,<br />

sumber daya air yang merata di seluruh<br />

wilayah <strong>Aceh</strong>.<br />

Kebijakan pengembangan pola ruang<br />

wilayah <strong>Aceh</strong> akan meliputi kebijakan<br />

pengembangan kawasan lindung dan kebijakan<br />

pengembangan kawasan budidaya.<br />

Kebijakan pengembangan kawasan lindung<br />

meliputi:<br />

• peningkatan kualitas kawasan lindung<br />

yang telah menurun fungsi perlindungannya<br />

dan penjagaan kualitas kawasan lind-<br />

pat didayagunakan untuk mendukung perkembangan<br />

wilayah yang pesat di pesisir<br />

timur <strong>Aceh</strong>. DAS Peusangan ini merupakan<br />

daerah aliran sungai lintas kabupaten<br />

yang terkena dengan wilayah kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Tengah, Bener Meriah, Bireun, dan<br />

sedikit di <strong>Aceh</strong> Utara, Pidie, Pidie Jaya dan<br />

Nagan Raya.<br />

Kepentingan<br />

lingkungan hidup<br />

Kawasan Ekosistem Ulu Masen. Kawasan<br />

Ekosistem Ulu Masen ini menyambung<br />

dengan Kawasan Ekosistem Leuser,<br />

yang dominan terletak di bagian wilayah<br />

pegunungan tengah, dengan luas sekitar<br />

750.000 Ha. Kawasan Ekosistem Ulu Masen<br />

ini mencakup fungsi yang bervariasi<br />

yaitu kawasan lindung (cagar alam, hutan<br />

lindung) dan kawasan budidaya (hutan<br />

produksi, dan APL/Areal Penggunaan Lainnya),<br />

dan terletak atau berkenaan dengan<br />

wilayah 6 kabupaten, yaitu: <strong>Aceh</strong> Besar,<br />

Pidie, Pidie Jaya, <strong>Aceh</strong> Jaya, <strong>Aceh</strong> Barat,<br />

dan <strong>Aceh</strong> Tengah. Kriteria KSA ini adalah<br />

perlindungan ekosistem, keanekaragaman<br />

hayati (biodiversity) dan wilayah hulu<br />

(upstream) tata air.<br />

Kawasan Gunung Seulawah. Kawasan<br />

ini mencakup dari Gunung Seulawah hingga<br />

ke kaki gunungnya, yang terletak di Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Besar dan Kabupaten Pidie.<br />

Kriteria KSA Kawasan Gunung Seulawah<br />

ini adalah perlindungan ekosistem, sebagai<br />

gunung berapi (volkanik) yang solitair.<br />

Keunikan Gunung Seulawah (Agam) adalah<br />

adanya potensi panas bumi dan air panas,<br />

hulu (upstream) dari sejumlah sungai, dan<br />

potensi pengembangan pertanian dan pariwisata.<br />

Kawasan Hutan Lindung Pesisir (Hutan<br />

Bakau) Pesisir Timur. KSA ini terletak<br />

di pesisir Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tamiang, Kota<br />

Langsa, dan Kabupaten <strong>Aceh</strong> Timur. Kriteria<br />

KSA ini adalah perlindungan ekosistem<br />

hutan bakau.<br />

Kawasan Hutan Lindung Pesisir (Hutan<br />

Bakau) Pesisir Barat. KSA ini terletak di<br />

Gosong Telaga di pesisir Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />

Singkil. Kriteria KSA ini adalah perlindungan<br />

ekosistem hutan bakau.<br />

Kawasan TWA/TWAL Pulau Weh Sabang.<br />

KSA ini mencakup Taman Wisata<br />

Alam dan Taman Wisata Alam Laut Pulau<br />

Weh. Kriteria KSA ini adalah perlindungan<br />

ekosistem darat dan laut yang terintegrasi.<br />

Kawasan TWA/TWAL Kepulauan Banyak<br />

<strong>Aceh</strong> Singkil. KSA ini mencakup Taman Wisata<br />

Alam dan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan<br />

Banyak di Kabupaten <strong>Aceh</strong> Singkil.<br />

Kriteria KSA ini adalah perlindungan ekosistem<br />

darat dan laut yang terintegrasi.<br />

ahmad rozi/aswar liam<br />

ung yang ada;<br />

• pemeliharaan dan perwujudan kelestarian<br />

lingkungan hidup;<br />

• pencegahan dampak negatif kegiatan manusia<br />

yang dapat menimbulkan kerusakan<br />

M<br />

usibah gempa disusul tsunami yang<br />

melanda Jepang Maret 2011 mendorong<br />

delegasi dari JICA Jepang untuk<br />

menyerap pengalaman <strong>Aceh</strong> dalam menangani<br />

krisis pascabencana tsunami yang pernah<br />

melanda <strong>Aceh</strong> tahun 2004 lalu. Setelah berdiskusi<br />

dengan Gubernur <strong>Aceh</strong>, Irwandi Yusuf,<br />

pada Kamis (19/05/2011), team JICA yang<br />

dipimpin Deputy Director General Southeast<br />

Asia (Mr Itsu Adachi), JICA Head Quarters,<br />

Tokyo, Mr. Yosuke Okita (representative JICA<br />

Indonesia), Mr Tokunaga (JICA Expert) dan<br />

Rika Novida (program officer JICA Indonesia),<br />

secara khusus mengadakan pertemuan<br />

dengan unsur pimpinan <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Jumat<br />

(20/05/2011). Pertemuan dengan <strong>Bappeda</strong><br />

adalah untuk mendapatkan gambaran lebih<br />

detail tentang proses rehabilitasi dan rekonstruksi<br />

serta kelanjutannya.<br />

Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir. Iskandar, M.Sc<br />

mempresentasikan tentang progress rehabilitasi<br />

dan rekonstruksi <strong>Aceh</strong> pascabencana tsunami<br />

2004 lalu. Dalam presentasinya, Iskandar<br />

menyampaikan bahwa BRR sebagai badan nasional<br />

yang mengkoordinir lebih dari 700 lembaga<br />

nasional maupun internasional, termasuk<br />

dari pihak Jepang seperti JICA, JBIC, JICS dan<br />

lainnya. Sebelum terbentuknya BRR, <strong>Bappeda</strong><br />

<strong>Aceh</strong> telah bekerja dengan Bappenas untuk<br />

memformulasikan sebuah documen (Blue<br />

Print) rehabilitasi dan rekonstruksi <strong>Aceh</strong>–Nias.<br />

Menurut Iskandar, BRR yang dibentuk<br />

pada bulan April 2005 merupakan lembaga<br />

yang sangat dinamis dengan terjadinya beberapa<br />

kali perubahan struktur organisasi untuk<br />

menyesuaikan kebutuhan masyarakat di<br />

lapangan. BRR yang berakhir tugasnya pada<br />

bulan April 2009, kemudian dilanjutkan oleh<br />

lembaga Ad-hock yang dipimpin oleh Gubernur<br />

<strong>Aceh</strong> yang diberi nama Badan Kesinambungan<br />

Rekonstruksi <strong>Aceh</strong> (BKRA) untuk melanjutkan<br />

tugas BRR yang belum selesai 100%<br />

di akhir masa tugasnya. “Sebesar 6% pekerjaan<br />

rekonstruksi yang belum selesai oleh BRR<br />

dilanjutkan pengerjaannya oleh BKRA dan<br />

pemerintah <strong>Aceh</strong> dan diharapkan selesai pada<br />

tahun 2012,” ujar Iskandar.<br />

LAPORAN KHUSUS<br />

lingkungan hidup.<br />

Berdasarkan sudut kepentingan pengembangannya,<br />

penetapan Kawasan Strategis<br />

<strong>Aceh</strong> (KSA) tersebut dapat diuraikan sebagai<br />

berikut ini. awl/ar<br />

TABEL V.3.1<br />

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS ACEH (KSA)<br />

Sudut Kepentingan KSA &<br />

KSA Yang Ditetapkan<br />

A. Pertumbuhan ekonomi:<br />

Kriteria KSA Arahan Penanganan KSA<br />

1. Koridor Banda <strong>Aceh</strong> - Lhokseuma- - Memiliki sektor unggulan yang dapat mendorong - Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ekonomi<br />

we - Langsa - Kuala Simpang pertumbuhan ekonomi wilayah <strong>Aceh</strong>. yang mendorong pertumbuhan ekonomi <strong>Aceh</strong>.<br />

- Pertumbuhan ekonomi yang pesat selayaknya - Mengembangkan dan meningkatkan prasarana<br />

dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja ka- dan sarana pendukung pusat-pusat kegiatan ekowasan.<br />

nomi.<br />

- Mengendalikan pemanfaatan ruang dan alih fungsi<br />

ruang yang dapat menurunkan kualitas lingkungan<br />

dan layanan transportasi wilayah.<br />

2. Koridor Banda <strong>Aceh</strong> - Meulaboh- - Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerak- - Mengembangkan kegiatan dan pusat-pusat kegi-<br />

Subulussalam kan pertumbuhan ekonomi. atan agroindustri, agromarine, dan wisata alam<br />

- Untuk mempercepat pertumbuhan kawasan ter- (bahari).<br />

B. Sosial budaya:<br />

tinggal. - Keterkaitan dan keterpaduan prasarana wilayah:<br />

transportasi, energi, dan telekomunikasi.<br />

- Pengendalian kelestarian lingkungan di daratan<br />

dan perairan laut di sekitarnya.<br />

3. Kawasan Cagar Budaya: Peninggal- - Pelestarian peninggalan budaya <strong>Aceh</strong> dan nasi- - Pelestarian cagar budaya.<br />

an Kesultanan <strong>Aceh</strong> di Banda <strong>Aceh</strong><br />

dan <strong>Aceh</strong> Besar.<br />

onal. - Sebagai objek wisata budaya dan religi.<br />

4. Kawasan Cagar Budaya: Peninggal- - Pelestarian peninggalan budaya <strong>Aceh</strong> dan nasi- - Pelestarian cagar budaya.<br />

an Kerajaan Samudera Pasai di<br />

<strong>Aceh</strong> Utara.<br />

onal. - Sebagai objek wisata budaya dan religi.<br />

5. Kawasan Pemakaman Massal Kor- - Memiliki nilai sejarah. - Pelestarian kawasan dengan fungsi khusus.<br />

ban Tsunami dan Museum Bencana<br />

Tsunami 2004 di Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

- Sebagai objek wisata budaya.<br />

C. Pendayagunaan sumber daya<br />

alam dan/atau teknologi tinggi:<br />

6. DAS Peusangan - Memiliki sumber daya air yang bersifat lintas ka- - Pemanfaatan sumber daya air untuk energi, irigasi<br />

bupaten, yang dapat didayagunakan untuk men- dan air bersih.<br />

dukung perkembangan wilayah yang pesat di - Konservasi sumber daya air DAS Peusangan, unpesisir<br />

timur <strong>Aceh</strong>. tuk menjaga kuantitas dan kualitas air.<br />

D. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan:<br />

7. Kawasan Ekosistem Ulu Masen - Perlindungan ekosistem, perlindungan keaneka- - Konservasi alam sebagai suatu ekosistem dengan<br />

ragaman hayati, dan perlindungan wilayah hulu keanekaragaman hayati, dan memberikan perlintata<br />

air. dungan terhadap kawasan bawahannya.<br />

- Pembatasan dan pengendalian pembangunan.<br />

8. Kawasan Gunung Seulawah - Perlindungan ekosistem, sebagai gunung berapi - Konservasi alam sebagai suatu ekosistem gunung<br />

(volkanik) yang solitair. berapi (volkanik).<br />

- Pemanfaatan panas bumi Gunung Seulawah.<br />

- Pengendalian kegiatan budidaya di lereng dan kaki<br />

Gunung Seulawah.<br />

9. Kawasan Hutan Lindung Pesisir - Perlindungan ekosistem hutan bakau. - Rehabilitasi dan revitalisasi hutan bakau.<br />

(Hutan Bakau) Pesisir Timur <strong>Aceh</strong> - Pengendalian kegiatan budidaya perikanan dan<br />

(<strong>Aceh</strong> Tamiang, Langsa, <strong>Aceh</strong> Timur) permukiman di sekitar kawasan hutan bakau.<br />

10. Kawasan Hutan Lindung Pesisir - Perlindungan ekosistem hutan bakau. - Rehabilitasi dan revitalisasi hutan bakau.<br />

(Hutan Bakau) Pesisir Barat <strong>Aceh</strong> - Pengendalian kegiatan budidaya perikanan dan<br />

(Gosong Telaga <strong>Aceh</strong> Singkil) permukiman di sekitar kawasan hutan bakau.<br />

11. Kawasan TWA/TWAL Pulau Weh - Perlindungan ekosistem darat dan laut yang ter- - Menjaga kualitas kawasan dengan keanekaragam-<br />

Sabang integrasi. an fauna dan flora.<br />

- Pengendalian pemanfaatan sebagai objek wisata<br />

alam.<br />

12. Kawasan TWA/TWAL Kepulauan - Perlindungan ekosistem darat dan laut yang ter- - Menjaga kualitas kawasan dengan keanekaragam-<br />

Banyak <strong>Aceh</strong> Singkil.<br />

Sumber: Hasil Kajian/Analisis.<br />

integrasi. an fauna dan flora.<br />

- Pengendalian pemanfaatan sebagai objek wisata<br />

alam.<br />

Delegasi Jepang Belajar dari Proses RR <strong>Aceh</strong><br />

Lebih lanjut Iskandar menyampaikan<br />

bahwa proses rehabilitasi dan rekonstruksi<br />

<strong>Aceh</strong> dan Nias akan menjadi pelajaran kepada<br />

proses yang sedang dilaksanakan di<br />

Jepang pascabencana gempa bumi dan tsunami<br />

pada 11 Maret 2011 lalu.<br />

Mr. Adachi menyampaikan rasa terima<br />

kasih kepada <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> yang telah berbuat<br />

dan bersimpati kepada korban bencana<br />

di Jepang. “Jepang sekarang sedang dalam<br />

masa emergency dan akan memasuki masa<br />

rehabilitasi rekonstruksi seperti yang dialami<br />

pemerintah Indonesia terutama pemerintah<br />

<strong>Aceh</strong> pascatsunami 2004 lalu,” kata Adachi.<br />

Pada kesempatan itu Mr. Adachi juga<br />

menjelaskan secara singkat gambaran kondisi<br />

beberapa daerah yang terkena bencana<br />

tsunami 11 Maret lalu. “Bencana tsunami<br />

yang terjadi di sebagian besar kawasan Miyagi<br />

Prefecture dan Iwate Prefecture itu mempunyai<br />

ketinggian gelombang 10–15 meter.<br />

<strong>Pemerintah</strong> Jepang telah melakukan recovery<br />

sarana transportasi utama seperti jalur<br />

kereta api cepat (Shinkansen) dan jalan raya<br />

(Highway) dalam minggu pertama setelah<br />

bencana,” urai Adachi.<br />

Kesulitan yang dihadapi pemerintah<br />

Jepang saat ini adalah kenyataan bahwa di<br />

daerah bencana tersebut umumnya penduduknya<br />

lebih banyak dalam kategori umur<br />

di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan dua faktor,<br />

yaitu penurunan angka kelahiran dan<br />

juga karena generasi muda telah pindah ke<br />

wilayah perkotaan untuk mencari kerja seperti<br />

daerah metropolitan Tokyo dan Osaka.<br />

Masalah lainnya yang dihadapi pemerintah<br />

Jepang adalah dalam proses relokasi penduduk,<br />

umumnya masyarakat di sana masih<br />

ingin tetap tinggal di tempat semula, belum<br />

lagi dengan masalah harga tanah di Jepang<br />

yang masih tinggi sehingga mempersulit<br />

proses ganti tanah. Pada kesempatan itu<br />

juga Mr. Adachi mengharapkan bahwa pelajaran<br />

yang berharga dari dua bencana <strong>Aceh</strong><br />

dan Jepang ini dapat dibagikan kepada negara<br />

lainnya di kawasan yang rawan bencana<br />

gempa bumi dan tsunami. ma


LAPORAN KHUSUS<br />

Dalam rangka percepatan<br />

pembangunan, seluruh<br />

SKPA dalam jajaran<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> mengadakan<br />

pertemuan untuk membahas<br />

dan finalisasi Rencana Kerja<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> (RKPA) 2012.<br />

Pertemuan yang difasilitasi oleh<br />

<strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong> itu berlangsung<br />

di Aula Prof A Madjid Ibrahim,<br />

Rabu (1/6/2011) dihadiri seluruh<br />

kepala SKPA dan kepala <strong>Bappeda</strong><br />

kabupaten/kota se-<strong>Aceh</strong>.<br />

Sekretaris Daerah <strong>Aceh</strong> yang diwakili<br />

asisten <strong>II</strong>, Ir Said Mustafa, dalam sambutannya<br />

mengatakan, penyusunan RKPA tahun<br />

2012 telah disusun sebelum pelaksanaan<br />

Musrenbang Provinsi pada April 2011 dan<br />

saat ini telah menghasilkan draft final. “Beberapa<br />

program dan kegiatan yang sudah<br />

ada draft final itu perlu sinkronisasi bersama<br />

antara <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> dengan <strong>Pemerintah</strong><br />

Kabupaten/Kota sehingga kegiatan dapat dilaksanakan<br />

sesuai harapan bersama. Dengan<br />

demikian, RKPA bukanlah program sepihak<br />

dari gubernur, melainkan program bersama<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> yang di dalamnya termasuk<br />

program kabupaten/kota,” ujar Said<br />

Mustafa.<br />

Ditambahkannya, seluruh kegiatan prioritas<br />

yang menitik beratkan pada JKA,<br />

BKPG, beasiswa anak yatim dan beasiswa<br />

S1/S2/S3 bagi mahasiswa <strong>Aceh</strong> yang berprestasi<br />

merupakan kegiatan wajib yang<br />

harus dilanjutkan dan dituntaskan. Untuk<br />

<strong>Tahun</strong> 2012 adalah tahun<br />

terakhir pelaksanaan<br />

RPJMA (2007-<br />

2012) yang dititikberatkan<br />

pada penuntasan pelaksanaan<br />

pembangunan. Dengan<br />

tuntasnya pembangunan<br />

jangka menengah ini, pertumbuhan<br />

ekonomi <strong>Aceh</strong><br />

diharapkan mencapai 6 sampai<br />

6,5 %. Untuk mencapai<br />

pertumbuhan ekonomi itu,<br />

maka prioritas dan sasaran<br />

pembangunan tahun 2012<br />

seperti yang tertuang dalam<br />

dalam Rencana Kerja <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Aceh</strong> (RKPA) tahun<br />

2012 diarahkan kepada keberlanjutan tujuh<br />

prioritas pembangunan. Demikian dikatakan<br />

Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir Iskandar,<br />

kepada Tabangun <strong>Aceh</strong> beberapa hari lalu.<br />

Menurut Iskandar, ketujuh prioritas<br />

pembangunan itu adalah pemberdayaan<br />

ekonomi masyarakat dan perluasan kesempatan<br />

kerja; pembangunan dan pemeliharaan<br />

infrastruktur pendukung investasi; pembangunan<br />

pendidikan bermutu dan merata;<br />

peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas;<br />

pembangunan agama, sosial dan budaya;<br />

penguatan pemerintahan, politik dan<br />

hukum; serta penanganan dan pengurangan<br />

resiko bencana.<br />

“Dalam rangka mendukung terlaksananya<br />

7 prioritas pembangunan <strong>Aceh</strong> maka<br />

sasaran dan prioritas pembangunan 2012<br />

dititikberatkan pada pemberdayaan ekonomi<br />

masyarakat, perluasan kesempatan kerja<br />

dan penanggulangan kemiskinan. Target<br />

pertumbuhan tersebut diharapkan sekaligus<br />

dapat menurunkan tingkat kemiskinan dan<br />

pengangguran melalui pelaksanaan kegiatan<br />

pemberdayaan ekonomi, terbukanya lapangan<br />

kerja dan kemudahan usaha bagi masy-<br />

itu, tambah Said, alokasi anggaran<br />

untuk kegiatan-kegiatan yang<br />

sangat berpihak pada rakyat itu<br />

harus dipenuhi.<br />

Lebih lanjut Said Mustafa<br />

menyampaikan bahwa RKPA<br />

tahun 2012 akan ditindaklanjuti<br />

melalui kebijakan Umum Anggaran<br />

dan Prioritas Plafon Anggaran<br />

Sementara (KUA-PPAS) dan menjadi<br />

pedoman dalam penyusunan<br />

RAPBA 2012. Penyusunan program<br />

pemerintah harus mengikuti<br />

pedoman dan tahapan sesuai Peraturan<br />

Menteri Dalam Negeri No 54/2010 sehingga<br />

terencana dengan baik dan legalitasnya dapat<br />

dipertanggungjawabkan.<br />

Dalam Permendagri No 54/2010 disebutkan<br />

bahwa bahwa penyusunan rencana<br />

pembangunan daerah disusun berdasarkan<br />

beberapa tahapan, meliputi: persiapan penyusunan;<br />

penyusunan rancangan awal;<br />

penyusunan rancangan; pelaksanaan musrenbang;<br />

penyusunan rancangan akhir; serta<br />

penetapan dokumen perencanaan disusun<br />

melalui pendekatan teknokratis, partisipatif,<br />

politis, dan top down dan bottom up.<br />

Dalam penyusunan RKPA 2012 memuat<br />

rancangan kerangka ekonomi daerah, program<br />

prioritas pembangunan daerah, rencana<br />

kerja pendanaan serta prakiraan maju<br />

yang disusun berdasarkan perubahan RP-<br />

JMA 2007-2012 dan RPJMN 2010-20<strong>14</strong> dengan<br />

mengacu pada tujuh prioritas pemerintah<br />

<strong>Aceh</strong> yaitu: penguatan pemerintahan;<br />

arakat terutama masyarakat<br />

miskin,” ujar mantan Ketua<br />

Harian BKRA itu.<br />

Dia menjabarkan, tingkat<br />

pengangguran terbuka<br />

(TPT) yang terjadi di <strong>Aceh</strong><br />

pada tahun 2012 diharapkan<br />

dapat ditekan menjadi<br />

7,5 persen, jumlah penduduk<br />

miskin diharapkan<br />

mampu direduksi lebih<br />

rendah dari tahun 2011<br />

atau menjadi sekitar 17-18<br />

persen, dan sebaran penduduk<br />

miskin dalam proporsi<br />

yang seimbang antara perkotaan<br />

dan pedesaan. Selain<br />

itu, tingkat inflasi selama tahun 2012<br />

diperkirakan berkisar 4-5 persen, yang dihitung<br />

dari dua kota yaitu Banda <strong>Aceh</strong> dan<br />

Lhokseumawe.<br />

Untuk itu, sambung Iskandar, produksi<br />

dan produktivitas pertanian tanaman pangan,<br />

perkebunan, perikanan dan peternakan<br />

melalui upaya optimalisasi, modernisasi,<br />

diversifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi,<br />

dalam rangka peningkatan produksi dan<br />

ekspor daerah, serta pendapatan petani, harus<br />

ditingkatkan. “Sektor-sektor inilah yang<br />

member sumbangan besar dalam pertumbuhan<br />

ekonomi rakyat di <strong>Aceh</strong>. Karenanya<br />

peningkatan produksi tanaman pangan,<br />

perikanan, peternakan serta komoditas unggulan<br />

menjadi perhatian utama dalam pembangunan<br />

2012 ,” sambung dia.<br />

Selanjutnya, perlu dibina dan dibangun<br />

sentra-sentra produksi berbasis agro industri<br />

dalam rangka peningkatan nilai tambah<br />

daerah dengan komoditi utama padi, kelapa<br />

sawit, kopi, kakao, nilam, pala, dan perikanan.<br />

Kemampuan tenaga penyuluh, petani dan<br />

penguatan kelembagaan melalui pelatihan penyuluh<br />

juga menjadi prioritas. awl<br />

politik dan hukum; pemberdayaan ekonomi<br />

masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan<br />

penanggulangan kemiskinan; pembangunan<br />

dan pemeliharaan infrastruktur pendukung<br />

investasi; pembangunan pendidikan yang<br />

bermutu dan merata; peningkatan pelayanan<br />

kesehatan berkualitas; pembangunan<br />

agama, sosial dan budaya; serta penanganan<br />

dan pengurangan resiko bencana.<br />

Sementara Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir Iskandar<br />

M.Sc, menyampaikan bahwa RKPA<br />

tahun 2012 akan difinalkan dengan segera<br />

dalam bentuk Peraturan Gubernur (Pergub),<br />

kemudian dilanjutkan dengan KUA-PPAS<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 11<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> Bahas Finalisasi RKPA 2012<br />

n JKA, BKPG dan Beasiswa masuk prioritas<br />

SAID MUSTAFA<br />

Pertumbuhan ekonomi aceh<br />

ditargetkan 6,5 % pada 2012<br />

ISKANDAR<br />

S<br />

ebagai sebuah program pemerintah,<br />

PNPM-MP dan Bantuan Keuangan<br />

Pemakmue Gampong (BKPG) awalnya<br />

juga hanya dianggap sebagai sebuah angin<br />

surga untuk masyarakat desa. Gampong<br />

tetaplah sebuah gampong, yang hanya dikunjungi<br />

saat menjelang pesta demokrasi pemilihan<br />

umum, selebihnya gampong berkembang<br />

sendiri dengan berbagai alur pikir warganya.<br />

Melihat tata desa tampak seperti tata letak<br />

di sebuah kompleks perumahan modern,<br />

mungkin hanya mimpi bagi masyarakat gampong<br />

atau desa. Pasalnya gampong tak memiliki<br />

dana untuk membangun infrastruktur<br />

yang menunjang kehidupan masyarakat.<br />

Tapi, dengan kerja keras semua stakeholder,<br />

sungguh mengejutkan, ternyata program<br />

BKPG terealisir dengan baik, bahkan<br />

terus mencapai target seperti yang diharapkan,<br />

yakni kesejahteraan dan kemandirian<br />

masyarakat di gampong (desa).<br />

Program Bantuan Keuangan Pemakmue<br />

Gampong (BKPG) yang digagas <strong>Pemerintah</strong><br />

Provinsi <strong>Aceh</strong> bertujuan untuk memperkuat<br />

perencanaan pembangunan <strong>Aceh</strong> berbasis<br />

masyarakat bawah (gampong/desa) di masa<br />

mendatang.<br />

Melalui program ini penguatan perencanaan<br />

pembangunan <strong>Aceh</strong> di masa mendatang<br />

betul-betul melibatkan masyarakat pedesaan.<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> melalui Badan Pemberdayaan<br />

Masyarakat (BPM) <strong>Aceh</strong>, memberi<br />

penghargaan kepada gampong (desa), fasilitator<br />

kecamatan, fasilitator teknik dan asisten<br />

fasilitator kecamatan terbaik dalam mengelola<br />

program Bantuan Keuangan Peumakmue<br />

Gampong (BKPG) se-<strong>Aceh</strong>.<br />

Pemberian penghargaan ini dilakukan<br />

pada tanggal 11 Juni 2011 bertepatan dengan<br />

pelaksanaan Hari Bhakti Gotong Royong<br />

di <strong>Aceh</strong>, yang dipusatkan di Takengon, Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Tengah.<br />

“Pemberian penghargaan ini sebagai wujud<br />

apresiasi terhadap semua yang sudah<br />

melaksanakan program BKPG sehingga program<br />

ini merupakan program yang dinilai bisa<br />

meningkatkan perekonomian masyarakat kecil<br />

di pedesaan,” jelas Kepala BPM <strong>Aceh</strong> M Ali<br />

Basyah MM.<br />

Program BKPG adalah program pembangunan<br />

gampong yang berbasiskan masyarakat<br />

yang terintegrasi dengan Program Pasional<br />

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri<br />

Perdesaan.<br />

Terpilih sebagai gampong terbaik yang<br />

menjalankan program BKPG ini adalah Gam-<br />

dan akan diserahkan ke DPRA paling lambat<br />

awal Juli 2011. Iskandar berharap agar<br />

seluruh SKPA benar-benar serius mengikuti<br />

proses penyusunan RKPA karena memuat<br />

langkah-langkah yang akan dilaksanakan<br />

pada tahun 2012 mendatang.<br />

“Tahapan-tahapan penyusunan dokumen<br />

perencanaan ini harus dipatuhi dengan seksama<br />

dan tepat waktu agar skenario percepatan<br />

pembangunan <strong>Aceh</strong> dapat dilalui sesuai<br />

rencana. Penyiapan dokumen perencanaan<br />

ini adalah titik awal yang sangat penting<br />

dalam menentukan langkah pembangunan<br />

ke depan,” ujar Iskandar. awl<br />

Rapat Kordinasi Finalisasi RKPA Rabu (01/06/2011) di Aula Lantai 4 <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong><br />

Mewujudkan Kemandirian<br />

Gampong dengan BKPG<br />

FOTO: CANDRA<br />

pong Ujong Drien Kecamatan Meureubo, Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Barat.<br />

Kepala BPM <strong>Aceh</strong> M Ali Basyah menuturkan,<br />

penilaian desa/gampong terbaik pelaksana<br />

program BKPG 2010 ini untuk memberikan<br />

penghargaan kepada desa-desa yang telah<br />

bekerja dengan baik dalam mengelola dana<br />

BKPG yang telah diterimanya dari <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Aceh</strong> tahun 2010 sebesar Rp 75 juta/desa.<br />

“Untuk lebih memotivasi masyarakat desa<br />

lainnya agar berbuat yang terbaik, dilakukan<br />

penilaian dan sekaligus sebagai evaluasi dan<br />

monitoring BPM <strong>Aceh</strong> dalam pelaksanaan program<br />

BKPG berbasis gampong,” ujarnya.<br />

Untuk tahun 2010, ada enam desa yang<br />

terpilih sebagai pelaksana terbaik program<br />

BKPG 2010, yaitu terbaik I diraih Gampong<br />

Ujong, Drien Kecamatan Meurebo, <strong>Aceh</strong> Barat,<br />

terbaik <strong>II</strong>, Gampong Lhoh, Kecamatan Pulo<br />

<strong>Aceh</strong>, <strong>Aceh</strong> Besar, terbaik <strong>II</strong>I, Gampong Kalla<br />

Bintang, Kecamatan Bintang, <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />

Sedangkan harapan I, Gampong Sambay,<br />

Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Simeulue,<br />

harapan <strong>II</strong> Gampong Balee Ulim, Kecamatan<br />

Pidie Jaya, dan terbaik harapan <strong>II</strong>I, Gampong<br />

Bukit Pepanyi, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten<br />

Bener Meriah.<br />

Disebutkan, untuk juara pertama diberi<br />

hadiah Rp 10 juta, juara <strong>II</strong> Rp 9 juta, juara<br />

<strong>II</strong>I Rp 8 juta. Sedangkan untuk harapan I Rp<br />

6 juta, harapan <strong>II</strong> Rp 5 juta dan harapan <strong>II</strong>I<br />

Rp 4 juta.<br />

Selain diberi hadiah uang, keenam desa<br />

yang meraih terbaik itu juga diberikan masing-masing<br />

satu unit komputer.<br />

Sedangkan untuk Fasilitator Kecamatan<br />

terbaik adalah Idawati (33) dari Kecamatan<br />

Samudera, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara. Fasilitator<br />

Teknik terbaik adalah Jefri Andres (35), dari<br />

Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />

Tamiang.<br />

Untuk asisten fasilitator kecamatan terbaik<br />

diraih oleh Linda Winarni (32) dari Kecamatan<br />

Teunom, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Jaya. “Kesemua kandidat<br />

ini diseleksi dengan ketat berdasarkan kinerja<br />

mereka di setiap gampong dan kemudian<br />

juga mengikuti seleksi di propinsi, dan hasilnya<br />

tiga nama ini yang terbaik,” ujar Ali Basyah.<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> meluncurkan program<br />

BKPG ini untuk pembangunan menumbuhkan<br />

perekonomian masyarakat dari akar rumput.<br />

Untuk tahun 2010, pemerintah sudah mengucurkan<br />

dana sebesar Rp 318,9 miliar untuk<br />

6378 gampong di <strong>Aceh</strong>, dan sebesar 30 persen<br />

dana ini terserap untuk program simpan pinjam<br />

kelompok perempuan (SPP). yayan zamzami


12<br />

Untuk mengembalikan kejayaan Kawasan<br />

Sabang, Badan Pengusahaan<br />

Kawasan Sabang (BPKS) terus melakukan<br />

pembenahan, diantaranya menjadikan<br />

organisasi itu beroreintasi dan berbasis<br />

kinerja (performance). Hal itu disampaikan<br />

Kepala BPKS, Ir. Ruslan Abdul Gani, Dipl.<br />

Eng, pada pertemuan dan rapat kerja dalam<br />

rangka Penyusunan dan Penyelesaian Standar<br />

Operasional Prosedur (SOP) BPKS bersama<br />

seluruh pimpinan dan karyawan BPKS di<br />

Sabang, Kamis (09/06/2011).<br />

Ruslan Abdul Gani yang belum setahun<br />

dilantik menjadi Kepala BPKS itu mengharapkan<br />

agar karyawan BPKS bekerja<br />

keras dan berinovasi serta memberikan pelayanan<br />

prima guna mewujudkan harapan<br />

masyarakat untuk mengembalikan kejayaan<br />

Sabang sebagai pelabuhan utama dan terkemuka<br />

seperti yang telah direncanakan dalam<br />

master plan dan bussines plan. “Langkah<br />

awal yang ditempuh melalui pembenahan<br />

manajemen dan menjadikan BPKS sebagai<br />

organisasi berbasis kinerja. Kami akan memasang<br />

beberapa monitor display elektonik<br />

untuk memantau penyerapan anggaran<br />

BPKS sebagaimana yang pernah dibuat BRR<br />

NAD-Nias dan telah diadopsi <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Aceh</strong> saat ini,” ujar Ruslan yang juga mantan<br />

Kepala Regional I BRR NAD-Nias.<br />

BPKS diberi tugas untuk mengelola,<br />

mengembangkan dan melaksanakan pembangunan<br />

Kawasan Sabang sesuai Undangundang<br />

No.37/2000 dengan rentang waktu<br />

pengelolaan selama 70 tahun. Karena itu<br />

menurut Ruslan, SOP sangat penting dan<br />

mendesak untuk diterapkan di BPKS sebagai<br />

acuan dan pedoman kerja bersama seperti<br />

organisasi-organisasi besar lainnya yang<br />

berorientasi profit dan berbasis kinerja telah<br />

menunjukkan eksistensi dan mampu bertahan<br />

di era globalisasi. Dia meminta seluruh<br />

deputi dan karyawan BPKS dapat menyelesaikan<br />

SOP dengan baik dan terus dilakukan<br />

perbaikan-perbaikan menuju penyempurnaan<br />

dimasa mendatang. fzu<br />

Kota Sabang terus berbenah<br />

diri menjadi kota<br />

tujuan wisata pilihan.<br />

Berbagai upaya promosi dilakukan<br />

untuk penyebaran informasi<br />

dengan memanfaatkan jaringan<br />

internet, facebook dan fasilitas<br />

jaringan sosial lainnya. Selain<br />

melakukan promosi rutin, Pemko<br />

Sabang juga menawarkan berbagai<br />

program dalam menggaet<br />

wisatawan, baik lokal maupun<br />

mancanegara.<br />

Menghadapi musim liburan sekolah<br />

tahun ajaran 2010/2011, Dinas Pariwisata<br />

dan Kebudayaan Kota Sabang bersama<br />

BPKS dan instansi terkait lain menawarkan<br />

paket “Ayo Berlibur Lagi ke kota Sabang.”<br />

Program ini bertujuan untuk meningkatkan<br />

kunjungan wisatawan baik wisatawan<br />

lokal, nasional dan manca negara<br />

yang berkunjung ke Sabang. Demikian<br />

disampaikan M.Ali Taufik, Kepala bidang<br />

Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwisata<br />

dan Kebudayaan Kota Sabang ketika menerima<br />

Tabangun <strong>Aceh</strong> di ruang kerjanya,<br />

Selasa (07/06/11).<br />

Taufik menargetkan lebih dari 3.000<br />

wisatawan dapat berkunjung dan menikmati<br />

keindahan panorama Pulau Weh seperti<br />

Tugu Kilometer Nol Indonesia, Sabang Bay,<br />

Sumur Tiga, Pantai Gapang dan Iboih, Pulau<br />

Rubiah, Sarang Batu Caves, Bunker Jepang,<br />

Danau Aneuk Laot serta aneka atraksi budaya<br />

dan pagelaran seni selama musim liburan<br />

ini.<br />

Selain itu, pihaknya juga menggelar<br />

parade band di pinggir pantai yang akan<br />

dipentaskan oleh kelompok band asal Kota<br />

Sabang, juga memberi kesempatan kepada<br />

group band dari luar kota Sabang yang in-<br />

SERBA SERBI<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />

AIU-HoA Seleksi Calon<br />

Penerima Beasiswa<br />

Albukhary International University<br />

(AIU) Malaysia bekerjasama dengan<br />

House of <strong>Aceh</strong> (HoA) telah melakulahan<br />

dunia.<br />

Pelajar AIU akan mendapatkan beasiswa<br />

penuh dari Yayasan Albukhary serta uang<br />

Juli 2011. Acara ini dilaksanakan atas kerjasama<br />

“Badan Investasi dan Promosi <strong>Aceh</strong>,<br />

BPKS Sabang, <strong>Pemerintah</strong> Kota Sabang dan<br />

da <strong>Aceh</strong> Year 2011 dengan jaringan yang dimiliki<br />

di sejumlah negara. Wakil Wali Kota<br />

Banda <strong>Aceh</strong> juga menggagas agar sejumlah<br />

kan seleksi bagi calon penerima beasiswa saku sebesar RM 350 (Rp 1.000.000,-) setiap Komunitas Masyarakat <strong>Aceh</strong> Denmark dan benda-benda bersejarah <strong>Aceh</strong> masa lalu yang<br />

2011 asal <strong>Aceh</strong>. Seleksi berlangsung Minggu bulan. Hingga saat ini lebih dari 500 pelajar Eropa yang tergabung dalam World <strong>Aceh</strong>- kini disimpan di sejumlah negara seperti di<br />

(<strong>14</strong>/6/2011) di Lembaga Phi-Beta dan lobby yang menuntut ilmu di Albukhary Internanese Association (WAA)”, ungkap T. Indra. Museum Broenbork Belanda dan beberapa<br />

Hotel Oasis Banda <strong>Aceh</strong>. Materi ujian tes sional University yang berasal dari 30 negara Wakil Wali Kota Banda <strong>Aceh</strong> Illiza negara lain dapat disimpan kembali di <strong>Aceh</strong>.<br />

masuk berupa tes bahasa Inggris pengganti dan umumnya berasal dari pelajar kurang Sa’aduddin menyambut baik dan menghara- Ke depan perlu dipikirkan untuk dibangun<br />

sertifikat TOEFL atau IELTS Internasional mampu dari Asia Timur, Afrika dan Eropa. pkan HoA dapat membantu mempromosi- Museum Manuskrip <strong>Aceh</strong> untuk pembelaja-<br />

yang menjadi pra-syarat untuk mendapat-<br />

Diterima Wakil Wali Kota kan dan mendukung pelaksanaan Visit Banran bagi generasi akan datang. fzu<br />

kan beasiswa.<br />

Sementara itu, menjelang keberangkatan<br />

Pelaksanaan ujian ini dihadiri Wakil ke Denmark untuk membantu mempromo-<br />

Albukhary Internasional University (AIU), sikan potensi <strong>Aceh</strong>, pengurus House of <strong>Aceh</strong><br />

Encik Hasbullah Atan, dan Dr. Muhammad (HoA) diterima Wakil Wali Kota Banda<br />

Subhan dari House of <strong>Aceh</strong> Internasional <strong>Aceh</strong> Illiza Sa’aduddin bersama Kepala Dinas<br />

(HoA). Encik Hasbullah menyampaikan Pariwisata dan Kebudayaan Banda <strong>Aceh</strong> di<br />

apresiasi dan rasa haru atas tingginya animo ruang kerjanya di Senin (06/06/2011). Teuku<br />

anak-anak <strong>Aceh</strong> untuk mendapatkan bea- Indra dari HoA menyampaikan sejumlah<br />

siswa dari AIU.<br />

program untuk mendukung pelaksanaan<br />

Albukhary Internasional University mer- Visit Banda <strong>Aceh</strong> Year 2011 dan Visit <strong>Aceh</strong><br />

upakan universitas baru di Malaysia yang 2013, termasuk kemungkinan pelaksan-<br />

dikelola Yayasan Albukhary dan diketuai aan “Sewindu Bencana Dunia” untuk men-<br />

Tan Sri Syed Mukhtar Albukhary, salah satu genang dan menggalang kembali solidaritas<br />

warga negara Malaysia terkaya. Albukhary masyarakat dunia untuk membangun <strong>Aceh</strong>.<br />

Internasional University memberikan bea- Pada pertemuan tersebut juga disampaisiswa<br />

bagi pelajar kurang mampu dan mekan rencana pelaksanaan “Pekan Budaya dan<br />

miliki prestasi cemerlang dari berbagai be- Investasi <strong>Aceh</strong>” di Denmark tanggal 9 - 22<br />

BPKS Menuju Organisasi<br />

Berbasis Kinerja<br />

FOTO: FAUZI UMAR<br />

Kepala Bidang Pelabuhan BPKS Sabang Agus Salim bersama Dr. Muhammad Subhan meninjau<br />

terminal CT3 dalam tahapan proses pengerjaan di dampingi Kontraktor Pelaksana PT. Nindya Karya<br />

FOTO: FAUZI UMAR<br />

Wakil Wali Kota Banda <strong>Aceh</strong> Illiza Sa’aduddin Jamal didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan<br />

Kebudayaan Banda <strong>Aceh</strong> T. Reza menerima Tim House of <strong>Aceh</strong> International yang dipimpin T.Indra<br />

ayo Berlibur Lagi ke Sabang<br />

Muhammad Ali Taufik<br />

gin tampil dan menunjukkan kebolehannya<br />

kepada pengunjung<br />

selama liburan tahun ini.<br />

Taufik menambahkan,<br />

pihaknya bersama instansi<br />

terkait terus mendorong dan<br />

menjadikan Kota Sabang sebagai<br />

salah satu pilihan berwisata.<br />

“Even-even besar skala lokal,<br />

nasional maupun internasional<br />

akan dilaksanakan di kota Sabang<br />

seperti Sabang Regata Internasional<br />

dalam waktu dekat ini,”<br />

katanya.<br />

Berkaitan dengan peluncuran program<br />

“Ayo Berlibur Lagi Ke Sabang”, Pemko Sabang<br />

telah bekerjasama dengan pihak perhotelan<br />

dan jasa penyebarangan untuk memberikan<br />

tarif khusus dengan harga murah bagi pelajar<br />

dan mahasiswa selama masa liburan sekolah<br />

hingga tiga pekan ke depan. “Syaratnya<br />

cukup menunjukkan kartu mahasiswa atau<br />

kartu pelajar. Untuk rombongan sekolah<br />

cukup menunjukkan Surat Keterangan atau<br />

Izin Kepala Sekolah bersangkutan”, ungkap<br />

Taufik.<br />

Selain menggencarkan promosi kepada<br />

masyarakat lokal dan nasional, Pemko<br />

Sabang juga mengkampanyekan potensi<br />

Pulau Weh ke mancanegara. Dikatakan<br />

Taufik, dalam waktu dekat pihaknya bersama<br />

BPKS, Badan Investasi dan Promosi<br />

<strong>Aceh</strong> dan House of <strong>Aceh</strong> International<br />

bekerjasama dengan World <strong>Aceh</strong>nese Association<br />

(WAA) akan melaksanakan Pekan<br />

Budaya dan Investasi <strong>Aceh</strong> di kota Aalborg<br />

dan Arhus Denmark pada tanggal 8-22 Juli<br />

2011. Pihaknya akan mempromosikan dan<br />

menampilkan sejumlah potensi dan objek<br />

wisata yang layak dikunjungi di kota yang<br />

dijuluki “The Golden Island” itu. fzu


HABA BAPPEDA<br />

Dinas Perhubungan dari delapan<br />

provinsi di Sumatera meliputi Lampung,<br />

Sumatera Selatan, Sumatera<br />

Utara, Jambi, Bengkulu, Riau, Bangka Belitung<br />

dan <strong>Aceh</strong> mengadakan pertemuan untuk<br />

merumuskan kesepakatan bidang infrastruktur,<br />

perhubungan dan pengembangan<br />

wilayah dalam rangka pembangunan infrastruktur<br />

se-Sumatera, sekaligus menjadi pen-<br />

Komitmen <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> untuk<br />

mewujudkan kesejahteraan<br />

masyarakat bawah semakin nyata.<br />

Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong<br />

(BKPG) yang merupakan salah satu dari tiga<br />

program pro rakyat (dua lainnya adalah JKA<br />

dan bantuan beasiswa) tetap dipertahankan<br />

dalam <strong>Tahun</strong> Anggran 2011. Ketiga program<br />

pro ini bersentuhan langsung dengan<br />

kepentingan rakyat dan sudah dirasakan<br />

manfaatnya.<br />

Ketiga program tersebut mendapat<br />

pujian dari Presiden RI Susilo Bambang<br />

Yudhoyono dalam kunjungannya ke <strong>Aceh</strong><br />

tahun lalu. Presiden menganggap Gubernur<br />

<strong>Aceh</strong> mampu menerjemahkan program<br />

<strong>Pemerintah</strong> Pusat seperti Jamkesmas dan<br />

PKPM Mandiri. Karenanya, siapapun yang<br />

menjadi gubernur <strong>Aceh</strong> nantinya, programprogram<br />

pro rakyat yang diperkenalkan<br />

Irwandi sejak tahun 2009 ini harus tetap<br />

dipertahankan.<br />

Fakta nyata di lapangan bahwa<br />

masyarakat merasakan manfaat pembangunan<br />

dan dapat langsung memetik buahnya<br />

melalui BKPG. Infrastruktur dasar pedesaan<br />

dukung percepatan pembangunan koridor<br />

ekonomi wilayah Sumatera.<br />

Dalam pertemuan yang berlangsung di<br />

Hotel Grand Nanggroe, Selasa (24/5/2011),<br />

itu dibahas berbagai persoalan pembangunan<br />

antarprovinsi di seluruh Sumatera yang<br />

saling menguntungkan, baik untuk kawasan<br />

domestik maupun regional. Wilayah Sumatera<br />

merupakan salah satu kawasan strategis<br />

seperti jalan, jembatan, irigasi, sanitasi dan<br />

lain-lain mampu dibangun sendiri oleh<br />

rakyat melalui BKPG. Ini adalah porsi pembangunan<br />

yang diberikan kepada rakyat,<br />

sehingga jangan menimbulkan kesan rakyat<br />

mengemis dalam pengurusannya. Di sisi<br />

lain, masyarakat harus transparan, jujur dan<br />

bertanggungjawab terhadap dana itu sehingga<br />

tidak menimbulkan rasa saling curiga<br />

antarpenduduk.<br />

Anggaran BKPG 2011 mencapai Rp 299,3<br />

miliar, diperuntukkan bagi 5.986 desa di seluruh<br />

<strong>Aceh</strong>. Ini adalah angka fantastis yang diharapkan<br />

mampu menekan angka kemiskinan<br />

di lapisan bawah. BKPG 2011 telah disalurkan<br />

Gubernur melalui peringatan Hari<br />

Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat di<br />

Desa Merah Mege, Alu Lintang, <strong>Aceh</strong> Tengah,<br />

Selasa (<strong>14</strong>/6). Penyaluran melalui momentum<br />

hari gotong royong menunjukkan<br />

bahwa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan<br />

dalam menggerakkan pembangunan.<br />

Ketulusan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> dalam memberdayakan<br />

masyarakat melalui kucuran<br />

dana pembangunan gampong yang melimpah<br />

harus dibarengi kejujuran, ketulusan<br />

dan tanggung jawab tokoh-tokoh masyarakat<br />

dalam pengelolaannya. Jika terdapat indikasi<br />

keanehan apalagi penyimpangan seperti<br />

membengkaknya oder kacamata di dua optik<br />

di <strong>Aceh</strong> Timur harus dapat diantisipasi<br />

sejak awal dan diberikan sanksi tegas kepada<br />

pelakunya, agar dana rakyat ini tidak digrogoti<br />

oleh tikus-tikus berdasi yang bermain<br />

di balik layar. Pembiaran terhadap penyimpangan<br />

dapat menimbulkan citra tidak baik<br />

pada <strong>Aceh</strong> yang pada gilirannya menghambat<br />

kucuran dana dari luar, termasuk dari<br />

<strong>Pemerintah</strong> Pusat.<br />

n Tarmizi A Hamid<br />

Pemerhati sosial budaya dan kolektor<br />

naskah kuno <strong>Aceh</strong>, email: tarmiziahamid@<br />

yahoo.com<br />

yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi<br />

regional di kawasan Asia Tenggara. Selain<br />

potensi sumber daya alam yang melimpah,<br />

wilayah Sumatera juga menempati posisi<br />

yang sangat strategis bila dilihat dari Policy<br />

Economic ASEAN, yang merupakan jalur<br />

transportasi dunia baik laut dan udara.<br />

Namun berbagai potensi tersebut masih<br />

dirasakan belum optimal dalam pengelolaan<br />

dan pemanfaatannya. Keterbatasan infrastruktur<br />

merupakan salah satu kendala<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 13<br />

Forum Gubernur se-Sumatera<br />

Bahas Pengembangan Terpadu<br />

FOTO: DOK. BAPPEDA ACEH<br />

Perwakilan dari dinas perhubungan se-sumatra melakukan pertemuan untuk koordinasi pembangunan<br />

bersama berbagai proyek penyokong ekonomi Sumatra, di Hotel Grand Nanggroe (24/5/2011).<br />

POJOK<br />

• Pembangunan jembatan Selat Sunda<br />

(dikoordinir Provinsi Lampung),<br />

• Pembangunan Railway Sumatera, yaitu<br />

dari Banda <strong>Aceh</strong> (<strong>Aceh</strong>)-Sibolga (Sumut)<br />

dan kemudian dari Sumut sampai<br />

ke Lampung (dikoordinir Provinsi Sumatera<br />

Selatan),<br />

• Pembangunan Sumatera Highway dari<br />

<strong>Aceh</strong> hingga ke Lampung (dikoordinir<br />

Provinsi Sumatera Utara),<br />

• Percepatan pelaksanaan Sumatera<br />

Shipping Line (dikoordinir Provinsi<br />

Jambi),<br />

• Peningkatan jalan Feeder Road Sumatera<br />

(dikoordinir Provinsi Bengkulu),<br />

• Percepatan pelaksanaan Sumatera Airline<br />

(dikoordinir Provinsi Riau),<br />

• Percepatan pembangunan pelabuhan<br />

samudera (dikoordinir Provinsi Bangka<br />

Belitung).<br />

yang berakibat pada terhambatnya aktivitas<br />

perekonomian antarpulau bahkan dengan<br />

negara tetangga, dan ini sangat dirasakan<br />

masyarakat banyak.<br />

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu terobosan<br />

besar dan upaya bersama dalam rangka<br />

percepatan pembangunan di wilayah Sumatera.<br />

Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir. Iskandar,<br />

M.Sc, yang dipercaya sebagai koordinator<br />

itu mengatakan, forum koordinasi gubernur<br />

se-wilayah Sumatera merupakan terobosan<br />

dan upaya bersama dalam rangka percepatan<br />

pembangunan di wilayah Sumatera melalui<br />

upaya perbaikan kondisi infrastruktur<br />

dan sistem perhubungan yang handal dan<br />

terintegrasi dibarengi dengan upaya peningkatan<br />

sumberdaya manusia melalui konsep<br />

center of excelence.<br />

Menyikapi visi besar milik bersama<br />

provinsi di Sumatera, maka disapakati beberapa<br />

terobosan yang akan ditempuh melalui<br />

tujuh program/kegiatan (lihat box).<br />

Dengan demikian, kata Kepala <strong>Bappeda</strong><br />

<strong>Aceh</strong>, pembangunan infrastruktur tersebut<br />

memiliki peran positif terhadap pertumbuhan<br />

ekonomi. Untuk jangka pendek menciptakan<br />

lapangan kerja sektor konstruksi,<br />

sementara jangka menengah dan panjang<br />

akan mendukung efisiensi dan produktifitas<br />

sektor-sektor terkait. akar<br />

Memetik Buah Pembangunan melalui BkPG<br />

Oleh Tarmizi a Hamid<br />

FOTO: YAYAN ZAMZAMI<br />

Geuchik Desa Turam Kecamatan Darul Kamal, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar., Abdullah Ismail memperhatikan<br />

saluran air yang selesai dibangun dengan dana BKPG. Dengan adanya saluran air ini, warga tak lagi<br />

mengalami air genangan dan banjir.<br />

PeManFaaTan dana BkPG<br />

jenIS KeGIaTan aLOKaSI Dana VOLUMe PeRSenTaSe<br />

Jalan Desa 220.592.740.000 1.867.704 meter 28,0 %<br />

Jembatan 24.268.613.000 669 unit 3,1 %<br />

Air Bersih 29.057.358.000 2,886 unit 3,7 %<br />

Irigasi <strong>14</strong>7.508.800.000 903,41 meter 18,7 %<br />

Pasar Desa 1.370.870.000 21 unit 0,2 %<br />

MCK 28.275.671.000 9<strong>14</strong> unit 3,6 %<br />

Listrik Desa 1.236.307.000 345 unit 0,2 %<br />

Tambatan Perahu 1.129.044.000 16 unit 0,1 %<br />

Bangunan Pelengkap 61.868.002.000 679 unit 7,9 %<br />

Sarana Pendidikan 56.331.318.000 587 unit 7,2 %<br />

SPP 195.835.359.000 6,367 kelompok 24,9 %<br />

Sarana Kesehatan 20.075.918.000 336 unit 2,5 %


aPa kaTa Mereka<br />

<strong>14</strong> Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />

Reportase<br />

Perekonomian <strong>Aceh</strong> Saat Ini<br />

Harusnya<br />

dengan potensi<br />

sumber<br />

daya alam<br />

yang ada,<br />

masyarakat<br />

bisa lebih baik<br />

kondisi perekonomiannya.<br />

Semua<br />

produksi bahan<br />

baku mulai<br />

dari pertanian,perkebunan<br />

hingga<br />

p e r t a m -<br />

bangan belum<br />

memberi hasil<br />

yang bisa dirasakan oleh rakyat. <strong>Aceh</strong> punya<br />

banyak produksi yang kesemuanya dijual keluar<br />

<strong>Aceh</strong> tapi hasil penjualan tersebut tidak<br />

bisa dinikmati masyarakat, karena semua<br />

memakai fasilitas milik orang lain.<br />

Misalnya kegiatan ekspor, semua produsksi<br />

<strong>Aceh</strong> yang diekspor harus menggunakan<br />

pelabuhan ekspor Sumatera Utara, padahal<br />

kita juga punya pelabuhan bahkan semua<br />

sudah mencukupi syaratnya. Tapi semua ini<br />

tidak bisa dikelola oleh para pengusaha karena<br />

mereka memiliki keterbatasan bahan dan<br />

kekurangan modal usaha.<br />

Apa salahnya jika pihak perbankan memberi<br />

kepercayaan dan kesempatan kepada<br />

pengusaha untuk bisa mengembangkan<br />

ekonomi di <strong>Aceh</strong>. Jika kelapa sawit diolah<br />

menjadi minyak goreng dan semua dilakukan<br />

di <strong>Aceh</strong>, tentu masyarakat tidak akan membeli<br />

minyak goreng dengan harga mahal.<br />

Lapangan kerja pun terbuka luas di <strong>Aceh</strong>.<br />

Hal-hal ini masih menjadi wacana dalam<br />

program pembangunan di <strong>Aceh</strong>, belum diimplementasikan.<br />

<strong>Pemerintah</strong> sudah saatnya<br />

Pesona kopi luwak (civet coffee) yang mulai masyhur di<br />

<strong>Aceh</strong> sejak beberapa bulan terakhir, memantik naluri<br />

bisnis Muhammad Nur (35) untuk mencoba tantangan<br />

sekaligus peluang baru. Tanpa perlu menunggu lama, bisnis<br />

“Rumoh <strong>Aceh</strong>” yang dijalankan M Nur sejak setahun belakangan,<br />

ikut merambah dunia kopi yang masuk jajaran<br />

minuman bercita rasa tinggi ini.<br />

Meski terbilang cukup cepat, namun keterlibatan M Nur<br />

dalam bisnis kopi luwak ini tetap melalui pertimbangan matang.<br />

Pasalnya, selama ini M Nur sudah cukup akrab dengan<br />

bisnis kopi mewah yang harganya bisa mencapai Rp 1,750<br />

juta per kilogram ini.<br />

Dilahirkan dalam keluarga petani kopi di Simpang<br />

Teritit, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, tanggal 21 April<br />

1975, M Nur sudah bergelut dengan dunia kopi sejak masih<br />

kanak-kanak. “Dulu saya sering membantu ayah untuk<br />

memetik kopi di kebun kami, sehingga alhamdulillah saya<br />

sudah sangat kenal dengan segala jenis kopi,” ujar M Nur<br />

saat ditemui Tabangun <strong>Aceh</strong>, di warung “Rumoh <strong>Aceh</strong>” miliknya,<br />

di bilangan Perumnas Lingke, Banda <strong>Aceh</strong>, Jumat<br />

(04/06/2011) lalu.<br />

Keterlibatan M Nur dalam bisnis kopi sudah dimulai<br />

semenjak ia remaja. Saat itu, buah hati Haji Abdullah Mahmud<br />

(63) dan Hj Nurjannah ini, membantu usaha keluarganya,<br />

yakni dua pabrik kopi dengan merek dagang Jeumpa,<br />

di Simpang Teritit, Kabupaten Bener Meriah, serta pabrik<br />

kopi ABS di Gelelungi, <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />

Bisnis kopi terus digelutinya saat dia melanjutkan pendidikan<br />

tinggi di Medan, Sumatera Utara. Kala itu, M Nur<br />

membuka usaha ekspor impor kopi Gayo dengan bendera<br />

CV Ingin Jaya. Perusahaan ini memasok kopi untuk Holland<br />

Kopi Group, sebuah perusahaan yang bermarkas di Belanda,<br />

dengan tujuan pemasaran ke beberapa negara, termasuk<br />

Amerika Serikat, Kanada, dan lain-lain.<br />

Saat konflik bersenjata yang memorakporandakan perekonomian<br />

<strong>Aceh</strong> mereda, setelah dihantam tsunami hebat<br />

akhir 2004 lalu, M Nur pun memutuskan untuk pulang ke<br />

kampong halamannya.<br />

Namun, karena situasi perkebunan di Bener Meriah belum<br />

sepenuhnya pulih, ia pun memutuskan untuk mencoba<br />

peruntungan di Banda <strong>Aceh</strong>. Di sinilah, pemuda yang memiliki<br />

lima saudara ini, mencoba peruntungan baru, terjun<br />

menjadi kontraktor proyek pengeboran dan pengadaan air<br />

bersih pada beberapa NGO yang beraktivitas di <strong>Aceh</strong>, seperti<br />

IOM, Cardi, dan lain-lain.<br />

Setelah dua tahun bergelut di dunia pengadaan dan<br />

memperhatikan pengembangan infrastruktur<br />

perekonomian di <strong>Aceh</strong>.<br />

H. Basri Hasyem<br />

(Ketua Asosiasi Pengusaha<br />

Export-Import <strong>Aceh</strong>)<br />

Kalau ditanyabagaimana<br />

kondisi<br />

perekonomian<br />

di <strong>Aceh</strong> saat<br />

ini, saya tidak<br />

tahu harus bicarabagaimana.<br />

Kalau dikaitkandengan<br />

pekerjaan<br />

saya sebagai<br />

pengusaha<br />

warung kopi<br />

alias yang<br />

berjualan di<br />

warung kopi,<br />

penghasilan sehari-hari sangat pas-pasan<br />

bahkan kurang. Terkadang saya tidak mampu<br />

memenuhi pengadaan barang-barang di<br />

warung, karena harga barang yang melambung<br />

tinggi. Saat ini modal saya sangat terbatas,<br />

mau pinjam modal ke bank, sangat<br />

susah persyaratannya. Daripada harus pusing<br />

memikirkan syarat, lebih baik jalan saja.<br />

<strong>Pemerintah</strong> kami harap bisa membantu mengontrol<br />

harga barang, sehingga tidak terlalu<br />

melambung tinggi, karena ini akan membuat<br />

susah pedagang kecil.<br />

Munawar<br />

(Pengusaha Warung Kopi)<br />

Kondisi ekonomi saat ini memang terasa<br />

lebih baik dari sebelumnya. Hal ini jika meli-<br />

SOSOK<br />

hat dari sisi<br />

keamanan.<br />

Kalau dulu<br />

s e m a s a<br />

masih konflik,<br />

kita tidak<br />

bisa berusaha<br />

apapun,<br />

karena takut.<br />

Meksi di<br />

pasar bahan<br />

baku harganya<br />

naik,<br />

kami tidak<br />

bisa menjual<br />

hasil produksi<br />

dengan harga<br />

yang tinggi,<br />

karena akan memberatkan bagi pelanggan.<br />

Nah, kalau sudah begini, maka pedagang<br />

atau pengusaha kecil seperti kami harus<br />

berusaha sedemikian rupa untuk mensiasati<br />

hasil-hasil produksi kami sehingga tidak<br />

mengalami kerugian.<br />

Saat ini untuk usaha penjualan dan<br />

produksi kue kering tradisional <strong>Aceh</strong> sudah<br />

mengalami kemajuan, karena banyaknya<br />

orang-orang yang datang ke <strong>Aceh</strong>, khususnya<br />

Kota Banda <strong>Aceh</strong> dan <strong>Aceh</strong> Besar. Mereka<br />

berjalan-jalan menikmati panorama alam,<br />

dan kemudian singgah membeli kue di sentra<br />

kue kering di Lampisang.<br />

<strong>Pemerintah</strong>, ya kami berharap bisa<br />

memberi bantuan bagi para pengusaha kecil,<br />

sehingga mereka lebih bisa berkembang<br />

dan lebih maju. Misalnya terus menggalakkan<br />

program-program pemerintah yang bisa<br />

mendatangkan banyak tamu ke <strong>Aceh</strong>. Kalau<br />

banyak tamu yang datang, banyak pula kue<br />

dagangan yang terjual.<br />

Diana<br />

(penjual kue kering tradisional <strong>Aceh</strong>)<br />

Obsesi Menduniakan Produk Nanggroe<br />

jasa, dan berakhirnya kontrak dengan beberapa NGO itu,<br />

jiwa bisnis M Nur kembali menggeliat. Ia pun memutuskan<br />

membuka usaha air minum kemasan dengan mereka<br />

“Airo.” Usaha yang berkantor sekaligus pabrik penyulingan<br />

air minum ini berada di Jalan Laksamana Malahayati, Km<br />

8,9 Cot Paya <strong>Aceh</strong> Besar. “Alhamdulillah usaha ini masih<br />

terus bertahan hingga sekarang,” ujarnya.<br />

Di sela-sela itu, jiwa bisnis M Nur terus saja mencari peluang.<br />

Hingga akhirnya pada Maret 2010, suami dari Indri<br />

Maisari (29) yang dikarunai dua anak, Talita Syakirah (7)<br />

dan Raihan Karuna (10) ini, memutuskan membuka usaha<br />

warung kopi dan rumah makan dengan nama “Rumoh<br />

<strong>Aceh</strong> Kupi.”<br />

Agar bisa terus bersaing di tengah kian menjamurnya<br />

warung kopi yang menawarkan cita rasa khas “Ulee Kareng”,<br />

M Nur membeli satu rumah adat <strong>Aceh</strong> (rumoh <strong>Aceh</strong>) yang<br />

diboyong khusus dari daerah pedalaman Kabupaten Pidie.<br />

Rumah yang semula sudah hampir lapuk itu kemudian disulapnya<br />

menjadi lebih artistik, dengan penataan yang memberi<br />

nilai berbeda dari warung kopi pada umumnya.<br />

Di warung itu, M Nur menyediakan satu gerai khusus<br />

untuk minuman berbahan kopi, dengan nama “Gampong<br />

Gayo”. Selain menawarkan kopi luwak yang harganya selangit,<br />

satu sloki Rp 15 ribu dan cangkir mencapai Rp 50 ribu,<br />

Gampong Gayo di Rumoh <strong>Aceh</strong> yang beralamat di Jalan Rawasakti<br />

5 nomor 122B ini, juga menyediakan kopi robusta,<br />

segala macam juice, serta makanan khas <strong>Aceh</strong> lainnya.<br />

Suasana <strong>Aceh</strong> yang religius semakin kental terasa ketika<br />

Anda datang pada setiap Jumat malam. Karena di Seuramoe<br />

Inong (serambi tengah) Rumoh <strong>Aceh</strong> ini, M Nur bersama<br />

teman-temannya menggelar pengajian rutin dengan menghadirkan<br />

pemateri dari kalangan santri dayah serta lulusan<br />

universitas terkemuka di Timur Tengah.<br />

Selain membantu menciptakan lapangan kerja bagi<br />

saudara-saudaranya yang belum beruntung, M Nur mengaku<br />

akan menyisihkan sebagian keuntungan untuk pemberdayaan<br />

masyarakat miskin melalui pundi amal zakat.<br />

“Saya sudah wacanakan masalah ini dengan teman-teman<br />

agar bersama=sama menyisihkan sebagian rezeki kita untuk<br />

memberdayakan masyarakat miskin yang memiliki potensi<br />

untuk bangkit,” ujar dia.<br />

Warung Rumoh <strong>Aceh</strong> itu, hanyalah awal dari obsesi besar<br />

M Nur untuk menghasilkan produk nanggroe yang bisa<br />

merambah pasar dunia. Saat ini, usahanya sedang dalam<br />

proses pendaftaran di Depkumham, Depkes RI, BPOM,<br />

serta permohonan sertifikasi halal dari MPU <strong>Aceh</strong>. Selain<br />

<strong>Pemerintah</strong> daerah harus bisa proaktif<br />

dan jeli dalam melihat usaha-usaha rakyat,<br />

sehingga mereka bisa memberi support<br />

(dukungan) terhadap usaha-usaha kecil itu.<br />

Support di sini, selain fisik berupa modal<br />

usaha, juga dukungan nonfisik, misalnya<br />

memberi penambahan kemampuan dan pendidikan<br />

terkait usaha yang dilakukan rakyat,<br />

dengan berbagai pelatihan.<br />

Selanjutnya pemerintah diharap juga<br />

bisa membantu memperlancar akses usaha<br />

kecil kepada pihak perbankan, karena saat<br />

ini para pengusaha mikro ini sangat susah<br />

mengakses bantuan dan infromasi dari<br />

perbankan. Jika pun ada akses, maka para<br />

pengusaha akan terhambat dengan berbagai<br />

persyaratan yang ada.<br />

Harusnya perbankan bisa lebih antusias<br />

memberikan kredit modal bagi pengusaha<br />

yang nantinya akan memutar modal usaha<br />

tersebut, bukan pada pegawai negeri, yang<br />

kemudian banyak menghabiskan uangnya<br />

untuk hal-hal yang konsumtif.<br />

Hasanuddin<br />

(Produsen<br />

Garam Beryodium)<br />

itu, usaha “Rumoh <strong>Aceh</strong>” milik M Nur juga sudah bisa<br />

diakses melalui situs dunia maya dengan alamat www.rumohaceh.com.<br />

Sekilas, usaha M Nur memang terkesan mulus. Padahal<br />

seperti halnya pengusaha lain, M Nur juga mengalami pasang<br />

surut dalam menjalankan usahanya. Apalagi usianya<br />

masih tergolong cukup muda. Namun, semuanya dilalui<br />

oleh M Nur dengan semangat dan kegigihan sambil menatap<br />

kondisi pasar internasional. Sebuah kerja keras yang patut<br />

dicontoh oleh anak muda <strong>Aceh</strong> lainnya. bulqaini ilyas<br />

FOTO: ZULFAN MONIKA<br />

Muhammad Nur, sedang melakukan proses roasting (penggongsengan)<br />

kopi luwak dengan mesin buatan Jerman di tempat usahanya.


<strong>Edisi</strong> <strong>14</strong><br />

Nama : ................................................................<br />

Alamat Rumah : ................................................................<br />

Sekolah / Alamat : ................................................................<br />

Kelas : ................................................................<br />

Mendatar :<br />

1.Pemimpin kerajaan 3.Jenis tanah untuk membuat batu bata 5.Panggilan Kepala Desa di <strong>Aceh</strong> 9.Kota<br />

di Belanda 12.Ibukota <strong>Aceh</strong> Selatan 15.Yang ada di dalam 17.Bagian dari kereta api 21.Pedalaman<br />

24/36.Mantan Gubernur <strong>Aceh</strong> 27.Tidak bicara dan tidak bergerak 29.Dikte 31.Jenis tumbuhan yang<br />

berbuah dalam tanah 33.Keinginan 38.Jalan bebas hambatan 39.Waktu saat terbit matahari 40.Tidak<br />

palsu 42.Sisa pembakaran 43.Menuju ke bawah 44.Mengingat sesuatu yang telah berlalu 47.Sampan<br />

49.Penyakit sesak nafas 51.Padi, beras (Bhs. Inggris) 52.Tempat petani bekerja 54.Binatang sejenis<br />

kadal raksasa 57.Nama lain buah cokelat 60.Jiwa 61.Tua sekali 62.Tumbuhan pewarnai kuku 63.Jahe<br />

64.Kederaan perang.<br />

Menurun :<br />

1.Salah satu cabang olah raga air 2.Selalu tampak muda 3.Kumpulan air yang sangat luas 4.Hewan<br />

peliharaan 5.Koperasi Unit Desa (singkat) 6.Ibu (Bhs. Arab) 7.Benak, kalbu 8............. 10.Tim<br />

penyelamat 11.Lari (Bhs. Inggris) 13.Umur (Bhs. Inggris) <strong>14</strong>.Usaha Kesehatan Sekolah (singkat)<br />

16.Jumpa, temu 18.Cara hewan menetaskan telur 19.Akhlak, pekerti 20.Permainan 21.Palang Merah<br />

Indonesia 22.Negara di Timur Tengah 23.Orde Baru 25.Hewan dengan tanduk bercabang 26.Kabar<br />

(Bhs. <strong>Aceh</strong>) 28.Kamu (Bhs. Arab) 30.Berasa ingin muntah 31.Kepada, buat 32.Satelit bumi 34.Tinggi<br />

renda nada 35.Gelar bangsawan <strong>Aceh</strong> 36.Salah satu warna 37.Tidak sekarang 39.Pekan Olahraga<br />

Nasional (singkat) 41.Pendapat, gagasan 45.Membaca huruf demi huruf 46.Nama burung 47.Minggu<br />

48.Nama Nabi 50.Kata tanya 51.Gembira 52.Tulang daun kelapa/nyiur 53.Tindakan, gerakan<br />

55.Tertampung, terisi 56.Organ tubuh untuk berpikir 57.Akhiran 58.Buah untuk sayuran 59.Berdo’a<br />

(Bhs. Latin)<br />

jaWaBan TTS eDISI 13 :<br />

Mendatar:<br />

1.Air, 3.Buih, 4.Alis, 6.Lumpur, 8,Udang, 11.Lapang, <strong>14</strong>,Pasti, 15.Tamat, 16,Kita, 18,Agama, 19,Alim,<br />

21,Yaman,23,Hutan, 25,Gula, 27,Inti, 30,Basah, 32,Nim, 33.Lada, 34.Alur, 36.Nya, 37.Kapal, 38.Petang,<br />

41.Balita, 43.Asuh, 45.Tebu, 46.Pintar, 48,Langsa, 51.sukma, 54.Bakti, 55.Renta, 56.Anta, 57.Panda,<br />

58.Mual, 59.Itu, 60.NTB, 62.Tangan, 63.Tiang, 64.Lintah.<br />

Menurun:<br />

1.Ahad, 2,.Rain, 3.Beras, 5.Salam, 6.Lauk, 7.Pepaya, 8.Ujian, 9.Andalas, 10.Getah, 12.Petani, 13.Gram,<br />

17.Ibu, 20.IRT, 22.Mula, 24.Temu, 25.Genap, 26.Limit, 28.Nanti, 29.Irama, 30.Bakau, 31.Halte, 33.Lon,<br />

35.Ria, 39.Garuk, 41.Bulan, 42.Tas, 44.Hiu, 45.TIM, 46.Pelaut, 47.Tebang, 49.Nyaman, 50.Adalah, 51.Siput,<br />

52.Kan, 53.Arang, 59.In, 61.BL.<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 15<br />

nama-nama pemenang TTS Tabloid Tabangun aceh edisi 13<br />

1.Raihanatu Fajriati Putri, Kelas v, SDN 8 Sabang, 2.Latifanni Yulanar, Kelas Iv-A, SD IT Al-Azhar Bnada <strong>Aceh</strong>, 3.Shefa Venalosa Rambe, Kelas vI-B, MIN Beureunuen, Pidie,<br />

4.Syarifatul Syifa, kelas <strong>II</strong>I, MIN I Banda <strong>Aceh</strong>, 5.Syarifah Zakiya, Kelas <strong>II</strong>I-a, SDN I Baktiya, <strong>Aceh</strong> Utara, 6.Ridha Maulida, Kelas Iv-b ,MIN Blang Pidie, Abdya.<br />

TTS ini diperuntukkan bagi siswa-siswi SD/MI. Kirimkan jawaban ke alamat redaksi, d/a <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda <strong>Aceh</strong>, dengan menyertai potongan TTS dan menulis identitas diri (Nama, TTL, Alamat<br />

Sekolah). Di sudut kiri amplop ditulis TTS Anak. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing (redaksi)<br />

BRI (Bank Rakyat Indonesia) menyediakan bingkisan untuk masing-masing pemenang:<br />

Gambar mewarnai di atas diperuntukkan bagi siswa-siswi TK/SD/MI. Warnailah, lebih baik menggunakan PaSTeL/KRayOn. Gunting (boleh difoto copy) dan kirimkan ke alamat redaksi d/a <strong>Bappeda</strong><br />

<strong>Aceh</strong> Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda <strong>Aceh</strong>, dengan mengisi identitas diri. Di sudut kiri amplop ditulis “MEWARNAI”. BRI (Bank Rakyat Indonesia) menyediakan 6 bingkisan sekolah kepada 6 karya<br />

terbaik. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing.<br />

Nama Siswa : ................................................................<br />

Nama Sekolah : ................................................................<br />

<strong>Edisi</strong> <strong>14</strong><br />

nama-nama pemenang Mewarnai Tabloid Tabangun aceh edisi 13<br />

1.Melia Ula Safira, Kelas <strong>II</strong>I-c, SDN 3 Percontohan, Matang Glumpang Dua, Bireuen, 2.Kamal Kurnia, kelas <strong>II</strong>-A, SD IT Al-Azhar Banda <strong>Aceh</strong>, 3.Nurdiana, kls <strong>II</strong>I-c, SDN Lampeunuerut, 4.Syafa Nabila Maulidya,<br />

Kelas v, SD IT Al-Fityan, Desa Reuloh, Kec. Ingin jaya, <strong>Aceh</strong> Besar, 5.Mifthaya Insyra Dasmara, kls B-3, TK Bayangkari Polres, <strong>Aceh</strong> Selatan, 6.Muna Shadiqa, Kelas 0, TK Yayasan Aslami, Jurong Peujeura, Pagar<br />

Air, Kec. Ingin Jaya, <strong>Aceh</strong> besar<br />

Rubrik Kreatifitas Anak terselenggara<br />

atas dukungan dan kerjasama dengan<br />

Kepada pemenang Rubrik Anak juga diberikan<br />

voucher makan gratis di Khalifah Resto Cafe.<br />

Alamat Sekolah : ................................................................<br />

Kelas : ................................................................


16<br />

Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />

Fahrizal Dillah<br />

Dia terlahir dari keluarga biasa.<br />

Rumahnya di lorong kecil dalam<br />

komplek keluarga di Gampong<br />

Blang Cut, Kecamatan Baiturrahman, Banda<br />

<strong>Aceh</strong>, terlihat sederhana. Orang tuanya<br />

berprofesi sebagai nelayan. Tidak ada kesan<br />

glamour dan wah dalam keluarganya meski<br />

salah seorang penghuni rumah itu telah berhasil<br />

mempersembahkan prestasi yang tak<br />

terlupakan bagi masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />

Begitulah kesan yang ditangkap Tabangun<br />

<strong>Aceh</strong> saat bertandang ke rumah salah<br />

seorang striker Persiraja, Fahrizal Dillah (21).<br />

Ditemui di ruang tamu rumahnya dan didampingi<br />

oleh ayah dan ibunya, Senin petang<br />

(6/11/2011), pemuda yang akrab disapa<br />

Dek Jal ini bercerita panjang lebar tentang<br />

sepak bola dan sejarah hidupnya.<br />

Keluarga Fahrizal terlihat sangat mencintai<br />

sepak bola. Kedua orang tuanya sejak<br />

dini telah mempersiapkan putranya itu untuk<br />

menjadi pemain sepak bola ternama di<br />

<strong>Aceh</strong>. Kecintaan terhadap sepak bola tercermin<br />

dari nuansa rumah yang dipenuhi klipping<br />

foto-foto dunia sepak bola, terutama<br />

Persiraja. Keluarga ini sangat yakin bahwa<br />

sepak bola dapat membantu mengangkat<br />

jati diri bangsa.<br />

“Fahrizal sudah saya masukin klup<br />

bola sejak usianya masih 8 tahun. Sejak<br />

dia masih kecil, saya melihat putra saya<br />

yang satu ini memiliki bakat dan postur<br />

kakinya sangat cocok untuk bermain<br />

bola. Saya selalu membina dan memberi<br />

semangat kepadanya sejak dia memulai<br />

berlatih di Klub Bantimoh. Karena saat<br />

itu Fahrizal masih kecil, maka saya selalu<br />

menyisihkan waktu untuk antar jemput,”<br />

kenang ayahnya diangguk sang ibu dalam<br />

raut wajah bahagia.<br />

Harapan orang tuanya ini perlahan<br />

namun pasti berhasil diwujudkan sang<br />

anak. Fahrizal kecil pun tumbuh menjadi<br />

pemain andalan dalam beberapa klub<br />

sepak bola di <strong>Aceh</strong>. Dambaan orang tuanya<br />

semakin mendekati nyata tatkala<br />

Fakhrizal diterima untuk memperkuat tim<br />

Persiraja, tim kebanggaan dan pemersatu<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />

Sejak tahun 2009 Fahrizal remaja mulai<br />

merumput bersama timnya dalam Divisi<br />

Skuad Persiraja yang berlaga di Divisi Utama Liga<br />

Indonesia musim 2009-2010.<br />

Utama Liga Indonesia. Kota demi kota<br />

dia kunjungi untuk menguji keterampilan<br />

mengolah bola di hadapan publik tanah air<br />

hingga akhirnya Persiraja mendapat tiket<br />

Liga Super Indonesia (LSI) yang merupakan<br />

ajang kompetisi terelit di tanah air.<br />

“Target saya dalam bermain bersama<br />

Persiraja adalah mencetak 10 goal selama<br />

kompetisi, dan alhamdulillah saya berhasil<br />

mencatat 11 goal yang melebihi target,” ujar<br />

pemuda garang tapi tampan kelahiran 16<br />

April 1990 ini.<br />

Dari 11 goal itu, satu di antaranya<br />

adalah goal bersejarah yang mengantarkan<br />

Persiraja meraih tiket LSI musim 2011-2012.<br />

Saat itu, Fahrizal bersama rekan-rekan satu<br />

tim menciptakan sejarah untuk seluruh masyarakat<br />

<strong>Aceh</strong>. Lewat goal semata wayang<br />

lewat sunduran kepala Fahrizal di menit<br />

ke-30 saat melawan Mitra Kukar telah mengantarkan<br />

Persiraja meraih tiket LSI.<br />

Pertandangan semi final Divisi<br />

Utama ini berlangsung di stadion<br />

Manahan Solo, Minggu<br />

(22/5/2011). Fahrizal pun<br />

dielu-elukan sebagai pahlawan<br />

pengantar Persiraja ke<br />

liga elit Indonesia.<br />

“Goal yang disundul<br />

Fahrizal ke gawang<br />

Mitra Kukar ini tentu<br />

sulit terlupakan dalam<br />

catatan sepak bola <strong>Aceh</strong>,”<br />

Tutur Marzaini, yang<br />

mendampingi Tabangun<br />

<strong>Aceh</strong> ke rumah Fahrizal.<br />

Marzaini juga dan<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong> yang<br />

lain berharap agar<br />

rekrutmen pemain<br />

memprioritaskan<br />

mencari bakat dari<br />

kalangan <strong>Aceh</strong><br />

sendiri. “Jika rekrutmennya<br />

benar dan<br />

fair, saya yakin banyak bibit<br />

lokal semacam Fahrizal<br />

yang akan memperoleh<br />

kesempatan,” tambah<br />

pegawai PU Pengairan<br />

itu. bulqaini ilyas.<br />

club-club yang pernah<br />

dia bela sampai sekarang<br />

• BSA tahun 1998.<br />

• Klup Bantimoh tahun 2000.<br />

• PPLP.<br />

• PON.<br />

• PSSB Bireuen, putaran ke dua 2008.<br />

• Karya Darma Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

• Persiraja 2009-2011.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!