Edisi 14 Tahun II - Bappeda Aceh - Pemerintah Aceh
Edisi 14 Tahun II - Bappeda Aceh - Pemerintah Aceh
Edisi 14 Tahun II - Bappeda Aceh - Pemerintah Aceh
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Edisi</strong> <strong>14</strong><br />
04<br />
10<br />
16<br />
<strong>Tahun</strong> <strong>II</strong><br />
JUNI 2011<br />
Misi Mewujudkan<br />
<strong>Aceh</strong> Mandiri<br />
Kejayaan <strong>Aceh</strong> bersama minyak<br />
dan gas (migas) adalah cerita masa lalu.<br />
Dalam empat tahun terakhir, produksi migas<br />
<strong>Aceh</strong> menurun drastis. Tapi, tak perlu<br />
gundah, <strong>Aceh</strong> masih punya sektor lain<br />
yang bisa dikembangkan untuk mewujudkan<br />
kesejahteraan dan kemandirian.<br />
Dan ini sudah dibuktikan oleh sebagian<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> Bahas<br />
Finalisasi RKPA 2012<br />
RKPa 2012 akan difinalkan dalam<br />
bentuk Pergub, kemudian dilanjutkan<br />
dengan KUA-PPAS dan akan diserahkan<br />
ke DPRA awal Juli 2011. Seluruh SKPA<br />
diminta benar-benar serius mengikuti<br />
proses penyusunan RKPA karena memuat<br />
langkah-langkah yang akan dilaksanakan<br />
pada tahun 2012. Penyiapan dokumen<br />
perencanaan adalah titik awal yang sangat<br />
penting dalam menentukan langkah<br />
pembangunan ke depan.<br />
Fahrizal Dillah dan<br />
Goal Kenangan<br />
SejaK berusia 8 tahun, Fahrizal Dillah<br />
sudah rutin latihan sepak bola. Sejak<br />
tahun 2009, pria yang akrab disapa Dek<br />
Jal ini bergabung dengan tim kesayangan<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong>, Persiraja. Bersama Persiraja<br />
dia mencetak goal kenangan penentu<br />
Persiraja mendapat tiket promosi ke<br />
Liga Super Indonesia, saat melawan Mitra<br />
Kukar di Stadion Manahan Solo, Mei 2011.<br />
Pelabuhan<br />
Sabang<br />
Pelabuhan<br />
Meulaboh<br />
Pelabuhan<br />
Sinabang<br />
Pelabuhan<br />
Malahayati<br />
Pelabuhan<br />
Krueng Geukueh<br />
Pelabuhan<br />
Kuala Idi<br />
Mewujudkan<br />
aceh Mandiri<br />
Pelabuhan<br />
Kuala Langsa
2<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />
Anggaran yang dikucurkan dalam<br />
proses pembangunan pada dasarnya<br />
merupakan sebuah investasi jangka<br />
panjang dengan tujuan kesejahteraan<br />
masyarakat. Cerminan tersebut tertuang<br />
dalam APBN, APBD (APBA/APBK) untuk<br />
dialokasikan dalam berbagai keperluan<br />
berupa pengeluaran setiap tahunnya. Dalam<br />
praktiknya, anggaran tak terlepas dari sejumlah<br />
kepentingan yang harus diakomodasi,<br />
sekaligus menjadi mediasi berbagai<br />
kebutuhan masyarakat. Berbagai kebutuhan<br />
atau kepentingan itu seringkali memiliki<br />
bobot prioritas yang relatif sama, sehingga<br />
diperlukan pilihan-pilihan untuk menentukan<br />
mana yang akan didanai terlebih dahulu<br />
(skala prioritas).<br />
Tidak heran, dengan berbagai alasan<br />
dan pertimbangan pada akhirnya berbagai<br />
pihak dan kelompok kepentingan berjibaku<br />
untuk berebut memberi pengaruh dalam<br />
menentukan alokasi anggaran. Keterlambatan<br />
pengesahan anggaran <strong>Aceh</strong> sejak tahun<br />
2008 sampai 2011 menjadi pembicaraan<br />
hangat di mata publik. Mendagri Gamawan<br />
Fauzi dalam pengarahannya pada acara<br />
Musrenbangnas 2011 (28/042011) di Jakarta,<br />
menyebut <strong>Aceh</strong> sebagai daerah khusus dan<br />
perlu bimbingan khusus. Bimbingan khusus<br />
dimaksud adalah bagaimana mempercepat<br />
pengesahan anggaran pada tahun mendatang.<br />
Keterlambatan itu disinyalir karena<br />
adanya indikasi yang sarat dengan intrik<br />
kepentingan dalam penentuan alokasi anggaran<br />
oleh sebagian oknum yang punya<br />
kepentingan.<br />
Idealnya, anggaran merupakan sumberdaya<br />
dalam suatu pemerintahan dengan memiliki<br />
fungsi distributif, yaitu: memperhatikan<br />
rasa keadilan dan kepatutan. Sebagai<br />
fungsi alokasi sumberdaya, anggaran harus<br />
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja,<br />
mengatasi kesenjangan serta meningkatkan<br />
efektivitas dan efisiensi perekonomian.<br />
Dari perspektif kebutuhan warga negara,<br />
daftar prioritas masyarakat tidak lain adalah<br />
pemenuhan hak-hak dasar masyarakat seperti<br />
pendidikan yang layak, pelayanan keseha-<br />
Oleh: Aswar Liam<br />
Salam Redaksi<br />
Letak geografis <strong>Aceh</strong> dapat dilihat dari dua perspektif;<br />
perspektif NKRI dan perspektif dunia. Dari perspektif NKRI posisi<br />
<strong>Aceh</strong> digambarkan sebagai daerah ujung Barat Indonesia, sebagai<br />
destinasi akhir. Posisi ini kerap dianggap tidak menguntungkan<br />
dalam pengembangan <strong>Aceh</strong>. Sementara dari perspektif dunia,<br />
letak geografis <strong>Aceh</strong> sangat menguntungkan dan berada di tengahtengah<br />
arus transportasi dunia, apalagi sebelah tanah <strong>Aceh</strong><br />
menghadap Selat Malaka yang selama ribuan tahun telah menjadi<br />
jalur transportasi internasional. Hanya saja, potensi geografis ini<br />
selama puluhan tahun tak tergarap.<br />
Menggarap potensi <strong>Aceh</strong> membutuhkan perencanaan terpadu<br />
dan matang. Untuk itulah, RPJP dan RTRW dibutuhkan, yang<br />
saat ini sedang memasuki tahap akhir menuju perampungan.<br />
Mengingat RPJP dan RTRW ini mengatur berbagai skenario dan visi<br />
pembangunan <strong>Aceh</strong> sesuai zona masing-masing yang akan diraih<br />
dalam jangka waktu panjang, maka keberadaannya sangat penting<br />
dan menjadi fondasi utama dalam menuju <strong>Aceh</strong> mandiri.<br />
Selanjutnya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong>, <strong>Pemerintah</strong> Kabupaten/Kota<br />
harus mengacu dengan seksama pada RPJP dan RTRW ini agar<br />
cita-cita menuju <strong>Aceh</strong> makmur dan mandiri dapat diraih dengan<br />
lebih mudah dan terukur. Meski RPJP dan RTRW masih dalam<br />
Redaksi<br />
Politik Anggaran<br />
tan, ketahanan pangan, penciptaan lapangan<br />
kerja dan jaminan sosial.<br />
Untuk memenuhi kebutuhan ideal<br />
dalam rangka meraih kemakmuran dan kesejahteraan<br />
masyarakat diperlukan sebuah<br />
perencanaan dan penggunaan anggaran yang<br />
terukur, efektif, efisien, transparan, akuntabel<br />
dan berkeadilan. Secara normatif, menyangkut<br />
perencanaan pembangunan dan<br />
penganggaran, sesungguhnya telah tertuang<br />
dalam beberapa regulasi. Sebut saja, musyawarah<br />
perencanaan pembangunan (Musrenbang),<br />
yang mensyaratkan pendekatan partisipasi,<br />
telah diatur melalui UU No 25/2004<br />
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan<br />
Nasional dan UU No 32/2004 tentang<br />
<strong>Pemerintah</strong>an daerah.<br />
Dalam UU No 25/2004, sistem pembangunan<br />
nasional mencakup lima pendekatan<br />
dalam seluruh rangkaian perencanaan yaitu:<br />
politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah<br />
(top-down) dan bawah-atas (bottom-up). Pendekatan<br />
politik didasarkan pada penjabaran<br />
program-program pembangunan yang ditawarkan<br />
oleh presiden/kepala daerah terpilih<br />
pada saat kampanye. Teknokratik dilaksanakan<br />
dengan metoda dan kerangka berpikir<br />
ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja secara<br />
fungsional. Pendekatan partisipatif dilaksanakan<br />
dengan semua pihak yang berkepentingan<br />
(stakeholder) terhadap pembangunan,<br />
dengan tujuan untuk mendapatkan aspirasi<br />
dan rasa memiliki. Top-down dan bottom-up<br />
dalam perencanaan dilaksanakan menurut<br />
jenjang pemerintahan yang hasilnya diselaraskan<br />
melalui musyawarah baik tingkat nasional,<br />
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan<br />
dan desa.<br />
Berdasarkan pendekatan rangkaian tersebut<br />
di atas, maka ditetapkan sebuah perencanaan<br />
pembangunan dalam bentuk RKP,<br />
RKPD/RKPA atau RKPK yang diwujudkan<br />
dengan sebuah dokumen perencanaan dalam<br />
bentuk Peraturan <strong>Pemerintah</strong>, Peraturan Gubernur<br />
atau Peraturan Bupati/Walikota. Dokumen<br />
perencanan RKP, RKPD/RKPA atau<br />
RKPK ini kemudian oleh Tim Anggaran<br />
<strong>Pemerintah</strong> atau di <strong>Aceh</strong> disebut TAPA (Tim<br />
Anggaran <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong>) yang diketuai<br />
oleh Sekda <strong>Aceh</strong>, <strong>Bappeda</strong>, Asisten <strong>II</strong> dan <strong>II</strong>I<br />
sebagai wakil ketua, DPKKA sekretaris dan<br />
Biro Hukmas, Biro Adminisnitrasi Pembangunan<br />
serta Biro Ekonomi sebagai anggota<br />
menyusun PPAS (Penetapan Plafon Anggaran<br />
Sementara). PPAS ini kemudian diajukan ke<br />
DPRA untuk dibahas secara bersama-sama<br />
dan menjadi kesepakatan bersama atau yang<br />
disebut dengan NOTA KESEPAKATAN.<br />
PPAS ini kemudian dikembalikan ke <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Aceh</strong> untuk disusun menjadi RKA<br />
(Rencana Kerja Anggaran).<br />
RKA diproses dan di bahas oleh Tim<br />
TAPA yang dikoordinasikan oleh <strong>Bappeda</strong><br />
selaku wakil ketua TAPA. Setelah proses<br />
pembahasan RKA di tingkat Tim TAPA selesai,<br />
kemudian diajukan kembali ke DPRA<br />
untuk dibahas bersama dengan Badan Anggaran<br />
(Banggar) agar ditetapkan menjadi<br />
DPA dalam bentuk Qanun. RKA yang dibahas<br />
di tingkat TAPA dan Banggar tentu tidak<br />
boleh lepas dari dokumen PPAS yang telah<br />
ditetapkan, kecuali ada perubahan kebijakan<br />
pemerintah, perubahan pendapatan,<br />
kejadian hal-hal luar biasa, ada hal-hal yang<br />
bersifat penting dan mendadak.<br />
Dukungan Politik<br />
Dukungan politik pada hakikatnya<br />
berbicara tentang posisi dan fungsi DPR,<br />
DPRD/DPRA/DPRK itu sendiri dalam<br />
penyeleggaraan pemerintahan, pembangunan<br />
dan pelayanan kemasyarakatan.<br />
DPRD Provinsi memiliki kedudukan sebagai<br />
unsur penyelenggara pemerintahan<br />
daerah, artinya DPRD bersama-sama dengan<br />
pemerintah menyelenggarakan pemerintahan,<br />
pembangunan dan pelayanan<br />
kemasyarakatan dalam ranah pembuatan<br />
peraturan daerah (legislasi), pembahasan<br />
dan penetapan APBD Provinsi (budgetting),<br />
serta pengawasan pelaksanaan<br />
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan<br />
kemasyarakatan. Oleh karena itu,<br />
DPRD Provinsi merupakan mitra kerja<br />
pemerintah daerah.<br />
Fungsi legislasi DPRD Provinsi dilaksanakan<br />
melalui pembuatan Perda/Qanun<br />
Menuju aceh Mandiri<br />
pembahasan dan belum difinalkan, tapi pembangunan harus tetap<br />
berjalan dengan mengacu pada RPJM dan rancangan RPJP yang<br />
telah ada. Dalam rancangan RPJP, meskipun <strong>Aceh</strong> adalah bagian<br />
utuh dari NKRI, tetapi <strong>Aceh</strong> sama sekali tidak dapat melepaskan<br />
diri dari kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat dunia,<br />
terutama di regional Asia Tenggara dan Asia Selatan. Oleh<br />
karenanya, <strong>Aceh</strong> harus dapat memaksimalkan letak geografis itu<br />
dari dua sudut sekaligus.<br />
Dalam kaca mata Indonesia, <strong>Aceh</strong> dapat melakukan<br />
pembangunan secara terpadu dan saling menguntungkan bersama<br />
provinsi-provinsi lain di Sumatera. Wacana dan aksi dalam aspek<br />
ini sudah disepakati oleh delapan provinsi di Sumatera dengan<br />
membentuk forum koordinasi gubernur se-wilayah Sumatera<br />
(Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu,<br />
Riau, Bangka Belitung dan <strong>Aceh</strong>).<br />
Dalam pertemuan di Banda <strong>Aceh</strong> beberapa waktu lalu,<br />
forum ini telah merumuskan kesepakatan bidang infrastruktur,<br />
perhubungan dan pengembangan wilayah dalam rangka<br />
pembangunan infrastruktur se-Sumatera, sekaligus menjadi<br />
pendukung percepatan pembangunan koridor ekonomi wilayah<br />
Sumatera. Disana dibahas berbagai persoalan pembangunan<br />
Dewan Pengarah Gubernur <strong>Aceh</strong>, Wakil Gubernur <strong>Aceh</strong>, Sekretaris Daerah, Asisten I, <strong>II</strong> dan <strong>II</strong>I Setda <strong>Aceh</strong> | Penanggung Jawab Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong> | Wakil Penanggung Jawab Sekretaris <strong>Bappeda</strong><br />
<strong>Aceh</strong> | Pemimpin umum Kasubbag. Umum <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong> | Pemimpin Redaksi Aswar Liam, Redaktur Pelaksana Fauzi Umar | Dewan Redaksi Hasrati, Ridwan, Emma, |Sekretaris Redaksi Farid Khalikul Reza,<br />
Ahmad Rozi | Bendahara Zulliani | Konsultan Hasan Basri M. Nur | Editor Zamnur Usman | Reporter Heri Hamzah, D Zamzami | Lay out & editor foto Irvan | Ilustrasi kartun dan grafis Jalaluddin Ismail |<br />
Fotografer Suvie Hendra | IT Candra | Staf Logistik dan Layanan Umum Bulqaini Ilyas, Rizki Ratih Emelia, Sarini.<br />
OPINI<br />
antarprovinsi di Sumatera yang saling menguntungkan, baik untuk<br />
kawasan domestik maupun regional.<br />
Selain potensi sumber daya alam yang melimpah, wilayah<br />
Sumatera juga menempati posisi yang sangat strategis bila dilihat<br />
dari Policy Economic ASEAN, yang merupakan jalur transportasi<br />
dunia, baik laut dan udara. Untuk itu, dibutuhkan terobosan besar<br />
dan upaya bersama dalam rangka percepatan pembangunan di<br />
wilayah Sumatera. Maka, para gubernur se-Sumatera bersepakat<br />
membagi tugas dan pendanaan bersama dalam percepatan<br />
pembangunan sesuai letaknya masing-masing. Selain membangun<br />
jembatan Selat Sunda, sarana dan prasarana pelayaran dan<br />
penerbangan, rencana pembangunan highway dari <strong>Aceh</strong> hingga<br />
Lampung termasuk salah satu prioritas yang disepakati untuk<br />
dibangun.<br />
Untuk mempermudah pelaksanaan pembangunan sesuai visi<br />
gubernur, RPJP dan RTRW, dukungan regulasi dan penganggaran<br />
dari semua intansi, termasuk lembaga legislatif, sangat diperlukan.<br />
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, mulai masyarakat<br />
pedesaan hingga pejabat tinggi di pemerintah pusat, maka cita-cita<br />
mewujudkan kesejahteraan rakyat akan mudah diraih. Semoga!<br />
n ir iskandar msc<br />
Alamat Redaksi <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong> Jl.Tgk. H. Muhammad Daud Beureueh No. 26 Banda <strong>Aceh</strong> Telp. (0651) 2<strong>14</strong>40 Fax. (0651) 33654 | Web: bappeda.acehprov.go.id email: tabangunaceh@yahoo.com, tabangunaceh@gmail.com<br />
Redaksi menerima kiriman berita kegiatan pembangunan <strong>Aceh</strong> dan opini dari masyarakat luas. Tulisan diketik dengan spasi ganda dan disertai identitas dan foto penulis, dapat pula dikirim melalui pos atau e-mail<br />
Cover: Ilustrasi masa depan <strong>Aceh</strong><br />
inisiatif yang dibahas bersama–sama dengan<br />
pemerintah dan dengan persetujuan pemerintah<br />
ditetapkan menjadi perda/qanun dan<br />
bersama sama dengan pemerintah membahas<br />
RANPERDA/RANQANUN yang diajukan<br />
pemerintah dan dengan persetujuan<br />
DPRD atau DPRA ditetapkan menjadi PER-<br />
DA atau QANUN.<br />
Fungsi anggaran DPRD berupa menaikkan<br />
atau menurunkan APBD Provinsi dalam<br />
pembahasan bersama dengan pemerintah<br />
(TAPA) dalam rapat Banggar DPRD. Berbicara<br />
tentang anggaran pada dasarnya berbicara<br />
tentang program, sebaliknya berbicara<br />
tentang program juga berbicara tentang anggaran.<br />
Dalam kaitan ini, seorang anggota<br />
DPRA harus sungguh-sungguh memahami<br />
kebijakan pembangunan daerah (RPJMA,<br />
RKPA) dan kebijakan umum APBA (KUA-<br />
PPAS). Dengan pemahaman berbagai kebijakan<br />
pembangunan daerah, DPRA dapat<br />
memaknai kemitraan yang produktif dan<br />
berdaya guna bagi kesejahteraan masyarakat<br />
<strong>Aceh</strong>.<br />
DPRA dan DPRK melaksanakan pengawasan<br />
pelaksanaan pemeritahan, pembangunan<br />
dan pelayanan kemasyarakatan sejak<br />
awal perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.<br />
Pengawasan yang produktif dilakukan dengan<br />
tidak sekedar menunjuk kekurangan,<br />
kelemahan pada pemerintah, tetapi pengawasan<br />
itu didasarkan pada indikator-indikator<br />
kebijakan program yang telah disepakati<br />
bersama sesuai regulasi dan dokumen perencanaan<br />
dan saran-saran solutif.<br />
Dukungan politik melalui fungsi legislasi,<br />
budgeting dan controlling sangatlah<br />
penting dalam proses pembangunan. Keberhasilan<br />
pembangunan diawali dengan perencanaan<br />
yang baik. Berhasilnya suatu perencanaan<br />
sangat tergantung pada politik yang<br />
mendukungnya. Pertanyaannya adalah sudahkah<br />
perencanaan yang kita susun selama<br />
ini mendapat dukungan politik yang kuat<br />
dan menjadi barometer dalam kebijakan<br />
penetapan anggaran? Walhu a’lam bissawab.<br />
n Penulis adalah pegawai <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>
CERMIN<br />
Tafakkur Oleh: Ir. Faizal Adriansyah, M.Si<br />
haTi-haTi<br />
Ubay bin Ka’ab pernah ditanya<br />
oleh Umar bin Khatab, bagaimana<br />
perilaku orang yang bertaqwa ? Ubay<br />
lalu menjawab bahwa orang yang<br />
bertaqwa adalah orang yang berbuat<br />
dan bekerja dengan hati-hati.<br />
Hati-hati jangan sampai apa yang<br />
dilakukannya melanggar hukum Allah<br />
dengan menghalalkan apa yang<br />
telah diharamkan Allah. Hati-hati jangan<br />
sampai apa yang dikerjakannya<br />
merugikan orang lain misalnya dengan<br />
mengambil hak orang, mendzalimi orang lain, demikian<br />
juga termasuk merusak alam dan lingkungan. Hati-hati jangan<br />
sampai apa yang diperbuatnya merugikan diri sendiri,<br />
dengan menganiaya dirinya seperti bekerja tak mengenal<br />
waktu sehingga jatuh sakit.<br />
Hati-hati bukan berarti selalu ragu atau lambat dalam<br />
bekerja, tapi hati-hati adalah bekerja dengan penuh ketelitian,<br />
perhitungan dan pertanggung jawaban. Hati-hati yang harus<br />
dilakukan oleh orang yang bertaqwa harus meliputi tiga hal diatas<br />
yaitu terhadap Allah, masyarakat/lingkungan dan dirinya<br />
sendiri. Ketika seseorang hanya mementingkan keselamatan<br />
diri sendiri tidak peduli apakah hukum Allah dilanggar, orang<br />
lain terdzalimi, lingkungan rusak dan tercemar. maka orang<br />
yang demikian belumah termasuk orang bertaqwa.<br />
Ajaran Islam adalah ajaran yang membangun keseimbangan<br />
hidup, dunia dan akhirat. Apa yang kita kerjakan<br />
hari ini di dunia memiliki konsekuensi kelak di akhirat.<br />
Itulah sebabnya kita perlu hati-hati agar tidak merugi di<br />
akhirat. Demikian juga di dunia kalau kita tidak hati-hati<br />
kita akan terjerumus kepada tindakan melawan hukum.<br />
Sesungguhnya Allah telah membimbing kita, ketika kita<br />
baru bangun tidur pada dinihari, Allah telah membimbing<br />
hamba-Nya melalui komunikasi shalat Shubuh. Ada energi<br />
ruhaniah yang diberikan Allah untuk bekal kita beraktifitas.<br />
Demikian tengah hari ketika telah lelah dalam bekerja, Allah<br />
mengundang kita untuk berdialog melalui shalat Dzuhur<br />
dan seterusnya shalat Asar, Maghrib dan Isya adalah sarana<br />
kita untuk memperoleh bimbingan dan hidayah Allah agar<br />
dalam bekerja dan beraktifitas selalu berada dalam jalan<br />
yang benar sebagaimana ungkapan kita dalam shalat “Ihdinashiratal<br />
mustaqim”. Oleh karena itu hentikanlah aktivitas<br />
duniawi sesaat ketika Allah memanggil melalui alunan<br />
Adzan, boleh jadi dengan kita melaksanakan shalat, Allah<br />
mengingatkan kita untuk bekerja dengan HATI-HATI agar<br />
selamat dan bahagia dunia wal akhirat.<br />
www.acehimage.com<br />
Berita pemboikotan ekspor sapi<br />
oleh <strong>Pemerintah</strong> Australia ke Indonesia<br />
seakan telah mengguncang negara ini.<br />
Ancaman boikot itu terpicu informasi<br />
penyiksaan sapi sebelum disembelih di<br />
salah satu kota di Indonesia. <strong>Pemerintah</strong><br />
Australia tampak sangat peduli pada<br />
nasib hewan, tak rela kirimannya disiksa<br />
menjelang ajal.<br />
Persoalan ini harus menjadi renungan<br />
agar kita tidak merasa gembira di atas<br />
penderitaan makhluk lain. Di sisi lain, kita<br />
tampak sangat lemah memenuhi kebutuhan<br />
sendiri. Alam kita mungkin menangis<br />
mendengar kabar buruk ini di tengah<br />
gemah ripahnya tanah Indonesia dengan<br />
alam yang luas, subur, beriklim tropis.<br />
Harga daging di <strong>Aceh</strong> dan Medan<br />
diperkirakan akan terus meroket menyusul<br />
pemboikotan ekspor sapi asal<br />
Australia. Ini dapat berakibat semakin<br />
memburuknya kondisi gizi manusia Indonesia<br />
yang saat ini rata-rata memang<br />
belum membaik.<br />
Pemboikotan ekspor sapi oleh Australia<br />
sebenarnya tak perlu terlalu diresahkan<br />
andai saja pemerintah mempunyai<br />
program jitu di bidang peternakan.<br />
Kondisi alam yang subur dan luas seharusnya<br />
menjadikan Indonesia sebagai<br />
eksportir ternak sapi dan komoditas lain,<br />
bukan malah mengimpor, apalagi dari<br />
Australia yang “baru” beberapa tahun<br />
lalu dihuni manusia Inggris. Kita harus<br />
merasa malu jika terus-menerus tergantung<br />
pada pihak lain, sampai-sampai sapi<br />
pun harus dari luar.<br />
Ke depan kita berharap pemerintah<br />
memfokuskan program dalam bidang<br />
pertanian, perikanan dan peternakan<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 3<br />
Sapi aceh Vs australia<br />
hingga surplus dan harganya akan bersaing.<br />
Bukan seperti sekarang ini, harga<br />
sapi lokal yang hidup berkeliaran di jalanan<br />
dan tak terurus tapi harganya selangit.<br />
Kita pasti sanggup jika serius melakukannya,<br />
dan <strong>Pemerintah</strong> tidak mengcopy<br />
untuk dipastekan program tahunan.<br />
Khairunnas<br />
Alumnus SPMA Saree, mengelola<br />
pertanian di Saree
4<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />
Gubernur Irwandi Yusuf sadar betul<br />
bahwa misi itu bukanlah sesuatu yang<br />
mudah untuk dilaksanakan. Pasalnya,<br />
ketika dia dilantik pada Februari 2007 lalu,<br />
perekonomian <strong>Aceh</strong> sedang morat-marit, terpapar<br />
konflik dan dihumbalang tsunami.<br />
Kondisi semakin miris ketika sejumlah<br />
sumur minyak (cluster) di <strong>Aceh</strong> Utara yang<br />
selama ini menjadi andalan pemasukan<br />
<strong>Aceh</strong>, ditutup karena telah “kering”. Singkatnya,<br />
<strong>Aceh</strong> sudah masuk ke tahap akhir<br />
dari era kejayaan minyak dan gas.<br />
Karena itulah, berbagai upaya terus dilakukan<br />
oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> untuk merekonstruksi<br />
perekonomian rakyatnya. Karpet<br />
merah untuk para calon investor pun dihamparkan.<br />
Ada pula yang dijemput hingga ke<br />
negerinya.<br />
Tak cukup itu, di <strong>Aceh</strong> Gubernur Irwandi<br />
bersama jajarannya juga terus menggelar<br />
berbagai event dan pameran untuk menarik<br />
calon investor, sekaligus memperkenalkan<br />
produk-produk hasil kerajinan yang selama<br />
ini nyaris terlupakan.<br />
Lahan-lahan pertanian dan areal tambak<br />
yang sempat telantar selama konflik, direhab<br />
kembali. Modal usaha pun dikucurkan<br />
untuk membangkitkan sektor andalan itu.<br />
“Kejayaan <strong>Aceh</strong> bersama migas (minyak<br />
dan gas) adalah cerita lalu. Dalam empat tahun<br />
terakhir, produksi minyak dan gas <strong>Aceh</strong><br />
menurun drastis. <strong>Aceh</strong> masih punya sektor<br />
lain yang bisa dikembangkan. Dan ini sudah<br />
dibuktikan oleh sebagian masyarakat <strong>Aceh</strong>,”<br />
ujar Gubernur Irwandi Yusuf, saat membuka<br />
pameran kerajinan rakyat “<strong>Aceh</strong> Fair 2011”<br />
di Blangpadang, awal Mei lalu. (Baca: Usai<br />
Migas Terbitlah UKM)<br />
Hal lain yang juga tidak luput dari<br />
perhatian Gubernur Irwandi Yusuf adalah,<br />
ketergantungan ekonomi <strong>Aceh</strong> dengan Sumatera<br />
Utara. Seperti diungkap Gubernur<br />
Irwandi dalam pidatonya pada acara Forum<br />
Ilmiah Ekonomi Pembangunan – Himadipa,<br />
Senin, 23 Mei 2011 lalu.<br />
“Kita tidak menampik bahwa ekonomi<br />
<strong>Aceh</strong> masih sangat bergantung kepada Sumatera<br />
Utara. Infrastruktur yang belum<br />
lengkap, investasi yang minim, ketersediaan<br />
bahan-bahan yang sangat terbatas, membuat<br />
ketergantungan itu masih berlanjut sampai<br />
sekarang,” ujarnya.<br />
Bahkan, kata Irwandi, untuk beras saja,<br />
masih banyak dijumpai beras Sumatera Utara<br />
di pasar-pasar tradisional <strong>Aceh</strong>. Padahal<br />
produk beras petani <strong>Aceh</strong> dalam tiga tahun<br />
terakhir ini mengalami surplus. Rata-rata<br />
tiap tahun produksi beras <strong>Aceh</strong> mencapai<br />
1,5 juta ton, sementara kebutuhan beras bagi<br />
penduduk <strong>Aceh</strong> sekitar 800 ribu ton.<br />
Belum lagi kebutuhan telur yang mencapai<br />
500 ribu butir per hari. Sebagian besar<br />
juga didatangkan dari Sumatera Utara.<br />
bahan-bahan lain juga demikian. “Tidak<br />
heran jika ada analisis yang mengatakan,<br />
dari Rp 70 triliun dana yang digelontorkan<br />
untuk kegiatan rehab rekon di <strong>Aceh</strong>, sekitar<br />
60 persen di antaranya mengalir ke Sumatera<br />
Utara. hal ini wajar, sebab sebagian besar kebutuhan<br />
material rehab rekon itu didatangkan<br />
dari Sumatera Utara,” ungkap Gubernur.<br />
Dari kacamata ekspor juga demikian.<br />
<strong>Aceh</strong> dikenal sebagai salah satu daerah penghasil<br />
kopi, minyak nilam, cacao, pinang dan<br />
cpo yang cukup besar di Indonesia. Tapi sebagian<br />
besar dari produk itu tidak tercatat<br />
di data produksi <strong>Aceh</strong>, karena dibawa ke<br />
Sumatera Utara.<br />
“Dari sumut kemudian produk itu dipasarkan<br />
ke mancanegara, dan masuk dalam<br />
database sebagai produk yang berasal dari<br />
Sumatera Utara. untuk penentuan harga<br />
produk itupun, semuanya sangat bergantung<br />
kepada pasar yang ditentukan di Sumatera<br />
Utara,” imbuhnya.<br />
Kebutuhan listrik juga demikian. Dari<br />
total kebutuhan listrik di <strong>Aceh</strong> saat beban<br />
puncak yang mencapai 298 mega watt (mw),<br />
sebanyak 111 mw di antaranya (sekitar 51<br />
persen) masih dipasok dari pembangkit di<br />
provinsi tetangga, terutama untuk kawasan<br />
pantai timur mulai dari <strong>Aceh</strong> Tamiang hingga<br />
Kota Banda <strong>Aceh</strong>. Fakta-fakta ini yang<br />
LAPORAN UTAMA<br />
Misi Mewujudkan <strong>Aceh</strong> Mandiri<br />
Pameran Industri Rakyat<br />
“<strong>Aceh</strong> Fair” yang digelar<br />
di Blangpadang, Banda<br />
<strong>Aceh</strong>, Mei 2011 lalu,<br />
adalah satu dari sejumlah<br />
terobosan yang dilakukan<br />
oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong>,<br />
untuk membangkitkan<br />
kembali perekonomian<br />
rakyatnya.<br />
usai Migas Terbitlah ukM<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> terus memberi perhatian<br />
serius terhadap pengembangan<br />
usaha kecil milik rakyatnya. Salah<br />
satu bentuk perhatian yang diberikan adalah<br />
dengan menggelar pameran untuk memamerkan<br />
produk-produk yang dihasilkan<br />
pengrajin agar dikenal luas oleh para pelaku<br />
pasar dan investor.<br />
Hal itu diutarakan Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi<br />
Yusuf pada acara pembukaan kegiatan<br />
pameran industri rakyat, <strong>Aceh</strong> Fair, di<br />
Blangpadang, Banda <strong>Aceh</strong>, awal Mei lalu.<br />
Dalam kesempatan itu, Gubernur Irwandi<br />
Yusuf juga meminta masyarakat tidak<br />
lagi mengandalkan sumber daya minyak<br />
dan gas sebagai modal pembangunan <strong>Aceh</strong><br />
ke depan. Masyarakat, bersama pemerintah,<br />
harus berpikir menciptakan produk-produk<br />
kreatif sebagai pengganti.<br />
“Kejayaan <strong>Aceh</strong> bersama migas adalah<br />
cerita lalu. Dalam empat tahun terakhir,<br />
produksi minyak dan gas <strong>Aceh</strong> menurun<br />
drastis. <strong>Aceh</strong> masih punya sektor lain yang<br />
bisa dikembangkan. Dan ini sudah dibuktikan<br />
oleh sebagian masyarakat <strong>Aceh</strong>,” kata<br />
Gubernur Irwandi<br />
Produksi di ladang-ladang minyak <strong>Aceh</strong><br />
mengalami penurunan hingga 20 persen<br />
dalam kurun waktu empat tahun terakhir.<br />
Bahkan, tambah Irwandi, sumbangan migas<br />
terhadap produk domestik regional bruto<br />
<strong>Aceh</strong>, yang dulu mencapai 40 persen, kini<br />
hanya tinggal 12 persen.<br />
Menurut Irwandi, produk industri kecil<br />
<strong>Aceh</strong> memiliki potensi besar untuk berkembang.<br />
“Semangat menggairahkan sektor nonmigas<br />
ini diam-diam mulai tumbuh. Sayang,<br />
tak banyak yang mengetahui sejumlah barang<br />
produk lokal <strong>Aceh</strong>, mulai diekspor ke<br />
luar negeri. Bahkan ada produk-produk yang<br />
digunakan untuk kepentingan militer,” kata<br />
Irwandi.<br />
Ia berharap semangat wirausaha<br />
masyarakat tumbuh dan berkembang. “Saya<br />
juga berharap, seluruh pelajar dan mahasiswa<br />
<strong>Aceh</strong> tidak lagi berorientasi kepada<br />
pekerjaan. Namun harus bisa membuat lapangan<br />
pekerjaan seusai menamatkan pendidikan.<br />
Hal ini akan mendorong pertumbuhan<br />
ekonomi <strong>Aceh</strong> ke depan,” katanya.<br />
Senada dengan Gubernur, Kepala Dinas<br />
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan<br />
UKM <strong>Aceh</strong>, Cipta Hunai, mengatakan, pameran<br />
industri rakyat, <strong>Aceh</strong> Fair, yang digelar<br />
di Blangpadang, Mei 2011 lalu, adalah salah<br />
satu wujud perhatian <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> terhadap<br />
pengembangan usaha kecil milik rakyat.<br />
“Pameran dan ekspo ini bertujuan agar<br />
produk-produk yang dihasilkan oleh pengrajin<br />
dari daerah bisa dikenal dan dilihat<br />
langsung oleh masyarakat luas terutama<br />
pelaku pasar dan investor, sehingga mereka<br />
bisa menciptakan jaringan sendiri,” jelas Cipta<br />
Hunai. yayan zamzami<br />
FOTO: acehfair.acehprov.go.id<br />
Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf mencoba kupiah riman (peci) hasil kerajinan industri rumah tangga <strong>Aceh</strong>, di arena pameran hasil kerajnian rakyat “<strong>Aceh</strong><br />
Fair 2011” di Blangpadang, Banda <strong>Aceh</strong>, Mei 2011.<br />
kemudian melahirkan anggapan bahwa<br />
seakan-akan ibukota <strong>Aceh</strong> secara ekonomis<br />
adalah Medan, bukan Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
Berdasarkan hal itu, Gubernur Irwandi<br />
Yusuf dan jajarannya kemudian menganalis<br />
hingga menemukan beberapa fakta yang<br />
membuat ketergantungan itu terus berlanjut<br />
sampai sekarang. Di antaranya adalah, tidak<br />
adanya basic ekonomi yang kuat di <strong>Aceh</strong>,<br />
realisasi investasi yang masih minim, infrastruktur<br />
yang belum memadai dan gerbang<br />
ekspor yang masih terbatas, serta budaya<br />
yang menganggap produk luar lebih bagus.<br />
“Ini hal yang sangat memilukan, sebab<br />
masih ada anggapan di kalangan masyarakat<br />
kita, produk luar lebih berkualitas dibanding<br />
produk lokal. Kita tidak sadar bahwa beras<br />
sumut yang masuk ke <strong>Aceh</strong> sesungguhnya<br />
berasal dari produk gabah <strong>Aceh</strong> yang dipasarkan<br />
ke Sumut. Lalu di daerah tetangga<br />
itu beras diolah dan di-packing, kemudian<br />
dipasarkan lagi ke daerah kita. Fenomena<br />
itu bukan hanya terjadi pada beras, tapi juga<br />
pada produk lainnya,” ujarnya.<br />
“Inilah yang melahirkan anggapan seolah-olah<br />
sumut adalah pasar potensial berbagai<br />
hal. Investor lebih berani membuka usaha<br />
di daerah itu, dengan menjadikan <strong>Aceh</strong><br />
hanya sebagai sasaran pasar produsi mereka,”<br />
imbuhnya.<br />
Berdasarkan permasalahan di atas, Gubernur<br />
Irwandi Yusuf bersama jajarannya<br />
kemudian melakukan beberapa program<br />
terkait dengan upaya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> menjadikan<br />
ekonomi <strong>Aceh</strong> lebih mandiri di<br />
masa mendatang. (Baca: Upaya Melepaskan<br />
Diri dari Sumut). zamnur usman<br />
FOTO: AHMAD ARISKA<br />
Berbagai potensi <strong>Aceh</strong> dipamerkan untuk menggaet investasi dalam ramka mewujudkan <strong>Aceh</strong> mandiri
LAPORAN UTAMA<br />
Semangat menjadikan produk <strong>Aceh</strong> sebagai<br />
tuan rumah di daerah sendiri sudah<br />
dicanangkan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> sejak<br />
tiga tahun lalu. Secara perlahan-lahan <strong>Aceh</strong><br />
harus berupaya bisa memenuhi kebutuhannya<br />
sendiri, tanpa bergantung lebih banyak<br />
kepada Sumut.<br />
Caranya, bagaimana agar produk-produk<br />
itu tersedia di <strong>Aceh</strong>. Bahan baku yang dihasilkan<br />
di <strong>Aceh</strong> juga bisa diolah di daerah<br />
ini. Komoditi ekspor <strong>Aceh</strong> seharusnya bisa<br />
diekspor melalui pelabuhan laut yang ada di<br />
daerah ini. Paling tidak <strong>Aceh</strong> bisa mengolah<br />
potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga<br />
hasil bumi <strong>Aceh</strong> berniai lebih tinggi dan<br />
memberi keuntungan lebih besar kepada<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />
Untuk mengkaji peluang itu, bisa<br />
dengan melakukan beberapa hal, misalnya,<br />
kita melihat terlebih dahulu potensi<br />
apa yang menjadi kekayaan <strong>Aceh</strong><br />
saat ini.<br />
Menurut data statistik, potensi<br />
yang dimiliki <strong>Aceh</strong> saat ini bukanlah<br />
dari sektor minyak dan gas, melainkan<br />
dari pertanian, perkebunan, peternakan,<br />
kelautan, dan perikanan. Keempat sektor<br />
ini merupakan andalan untuk memandirikan<br />
provinsi ini dari ketergantungan terhadap<br />
minyak dan gas alam serta <strong>Pemerintah</strong><br />
Pusat.<br />
Alhamdulillah, kita sudah berhasil memasukkan<br />
keempat potensi itu ke dalam<br />
master plan <strong>Aceh</strong> sekaligus mewujudkan<br />
program percepatan pembangunan perekonomian<br />
Indonesia menuju negara maju di<br />
2025.<br />
Untuk menggarap empat sektor itu, kita<br />
membutuhkan dukungan dana dari <strong>Pemerintah</strong><br />
Pusat, apalagi <strong>Aceh</strong> belum punya industri<br />
pengolahan (processing) untuk mengolah<br />
bahan baku menjadi barang setengah jadi.<br />
Dengan disetujuinya <strong>Aceh</strong> sebagai salah<br />
satu lumbung pangan nasional, maka masing-masing<br />
sektor akan mendapat anggaran<br />
sampai Rp 1 triliun tiap tahun.<br />
Jika ini berhasil, tahun 2013 <strong>Aceh</strong> akan<br />
menjadi daerah yang mandiri, tidak lagi tergantung<br />
sama luar, khususnya Medan.<br />
Kerja sama antara <strong>Aceh</strong> dan Sumut lebih<br />
bersifat kerja sama saling menguntungkan,<br />
karena ada produk Sumut yang digunakan<br />
<strong>Aceh</strong> dan ada produk <strong>Aceh</strong> yang dimanfaatkan<br />
Sumut. Tidak seperti selama ini, di<br />
mana produk sumut lebih mendominasi.<br />
Dengan masuknya <strong>Aceh</strong> dalam master<br />
plan percepatan dan perluasan pembangunan<br />
ekonomi indonesia (MP3EI), maka akan<br />
lebih mudah menghilangkan kemiskinan<br />
dan pengangguran, menambah lapangan<br />
kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,<br />
dan nilai tambah lainnya.<br />
Apalagi dalam konsep tersebut seluruh<br />
pembangunan sektor-sektor yang ditetapkan<br />
itu harus dijadikan business not as usual, bukan<br />
bisnis biasa. Jadi Aaceh akan menjadi<br />
kawasan bisnis dan industri agro (darat maupun<br />
laut), yang implikasinya mempercepat<br />
kemajuan Indonesia dan <strong>Aceh</strong> sendiri.<br />
Selama ini <strong>Aceh</strong> memang mau tidak<br />
mau selalu harus berkiblat ke Sumatera Utara<br />
karena konsep pembangunan Sumbagut<br />
yang dibuat pusat. Konsep itu sebenarnya<br />
tidak terlalu buruk asal dibuat seimbang.<br />
Tapi faktanya, ketika ada program besar<br />
nasional, <strong>Aceh</strong> selalu tidak mendapat bagian.<br />
Fokus perhatian banyak diarahkan ke<br />
sumut ketimbang <strong>Aceh</strong>. Makanya, dengan<br />
adanya UUPA, penggunaan dana tersebut<br />
sudah jelas karena disesuikan dengan aturan<br />
yang ada dalam uupa tersebut.<br />
Dengan adanya master plan pembangunan<br />
nasional yang ditetapkan pusat, antinya<br />
<strong>Aceh</strong> akan mendapatkan program/proyek<br />
besar, apalagi membangun <strong>Aceh</strong> berarti pula<br />
membangun kepala Indonesia dan sangat<br />
simbolik bagi kepentingan nasional juga, selain<br />
dapat menumbuhkam ekonomi secara<br />
cepat.<br />
Listrik<br />
Dukungan pusat tentu tidak hanya<br />
satu-satunya yang kita andalkan untuk melepaskan<br />
diri dari ketergantungan terhadap<br />
Sumut. Sektor lain juga banyak yang harus<br />
diperjuangkan secara simultan, termasuk<br />
masalah listrik. Sehingga pasokan listrik<br />
<strong>Aceh</strong> tidak lagi didatangkan dari Sumut.<br />
Masalah listrik ini juga erat kaitannya<br />
dengan minat investor masuk ke <strong>Aceh</strong>. Banyak<br />
investor mengalami kendala untuk memulai<br />
usahanya karena kurang tersedianya<br />
energi listrik untuk operasi mesin-mesin<br />
mereka.<br />
Langkah melepaskan<br />
diri dari listrik<br />
Sumut ini kita<br />
harapkan<br />
akan<br />
terealisasi<br />
mulai 2013<br />
setelah sejumlahpembangunan<br />
pusat energi<br />
listrik <strong>Aceh</strong> akan selesai.<br />
Saat ini pusat energi istrik<br />
yang tengah dibangun, di<br />
antaranya di Nagan Raya, Sabang,<br />
dan dua turbin yang<br />
ada di <strong>Aceh</strong> Utara eks PT<br />
Arun.<br />
<strong>Aceh</strong> juga akan<br />
mengembangkan<br />
energi geotermal<br />
di Seulawah<br />
yang<br />
memiliki potensi<br />
energi<br />
listrik sebesar<br />
60 MW. Kita<br />
perkirakan,<br />
mulai 2015<br />
ketersediaan energi<br />
listrik untuk <strong>Aceh</strong> akan<br />
oversupply, sehingga tidak<br />
ada hambatan bagi siapapun<br />
yang ingin membutuhkan energi listrik<br />
lebih besar, termasuk untuk kalangan<br />
dunia usaha.<br />
Sarana pelabuhan ekspor<br />
Dari lima pelabuhan ekspor yang akan<br />
kita kembangkan, salah satu yang sudah siap<br />
untuk dimulai adalah pelabuhan Kreueng<br />
Geukueh yang diharapkan menjadi sentra<br />
untuk ekspor komoditi pertanian dari <strong>Aceh</strong><br />
Utara, <strong>Aceh</strong> Timur, <strong>Aceh</strong> bagian tengah, Bireuen,<br />
dan Pidie.<br />
Seharusnya upaya menjadikan Kreueng<br />
Geukueh sebagai pelabuhan ekspor sudah<br />
dimulai pada Mei ini. Tapi karena kendala<br />
tenaga kerja dan biaya operasional, terpaksa<br />
harus dikaji ulang lagi.<br />
Rencananya Kreung Geukueh akan<br />
dijadikan sebagai gerbang ekspor untuk<br />
produk <strong>Aceh</strong>, antara lain cacao, kopi, pinang,<br />
cpo, dan hasil pertanian lainnya. <strong>Pemerintah</strong><br />
Pusat sudah memberikan dukungan untuk<br />
perluasan fungsi Kreueng Geukueh, terbukti<br />
dengan teralokasinya dana Rp 1,3 triliun<br />
dari APBN 2011 untuk pembangunan dan<br />
perluasan pelabuhan di <strong>Aceh</strong> Utara itu.<br />
Khusus untuk pelabuhan perikanan,<br />
akan difokuskan di pelabuhan Kuala Idi,<br />
<strong>Aceh</strong> Timur. Pembangunan pelabuhan<br />
Idi menggunakan dana APBA dan sudah<br />
mendekati rampung pada tahun ini. Dengan<br />
demikian perikanan <strong>Aceh</strong> yang diekspor keluar<br />
negeri tidak lagi melalui Belawan, tapi<br />
sudah bisa diekspor melalui pelabuhan Kuala<br />
Idi, <strong>Aceh</strong> Timur.<br />
Di samping perluasan dua pelabuhan itu,<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> juga akan mengembangkan<br />
fungsi tiga pelabuhan lainnya, yaitu pelabuhan<br />
Malahayati, <strong>Aceh</strong> Besar, pelabuhan<br />
Sabang dan pelabuhan Kuala Langsa. Yang<br />
terakhir ini akan dijadikan sebagai gerbang<br />
pengiriman minyak cpo <strong>Aceh</strong> keluar negeri.<br />
Sementara di bagian pantai barat, fokus<br />
perhatian akan diberikan kepada pembangunan<br />
dan perluasan pelabuhan Meulaboh.<br />
Mengundang investor<br />
Sudah pasti, langkah yang terus dilakukan<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> adalah mengundang<br />
sebanyaknya investor<br />
untuk<br />
membuka<br />
usaha di daerah ini. Sejauh ini langkah<br />
tersebut memang belum memuaskan, karena<br />
banyaknya hambatan soal infrastruktur.<br />
Tapi sejalan dengan pembangunan infrastruktur,<br />
kita berharap investor akan<br />
banyak yang masuk ke <strong>Aceh</strong> untuk mengembangkan<br />
produk-produk yang dibutuhkan<br />
masyarakat, misalnya mendirikan produk<br />
minyak goreng yang akan dikembangkan di<br />
Subulussalam dan <strong>Aceh</strong> Timur.<br />
Industri perikanan yang akan dikembangkan<br />
di <strong>Aceh</strong> Timur dan <strong>Aceh</strong> Besar, serta<br />
mendirikan pabrik pengolahan beras yang<br />
akan dikembangkan di <strong>Aceh</strong> Besar.<br />
Upaya untuk menggiring investor masuk<br />
ke <strong>Aceh</strong> dilakukan dengan berbagai cara, termasuk<br />
memberi kemudahan bagi mereka<br />
untuk mengurus perizinan. Sejak 2007, proses<br />
pengurusan izin investasi <strong>Aceh</strong> telah dipermudah<br />
dengan berlakunya sistem perizinan<br />
satu pintu.<br />
Pembentukan task force<br />
Guna mendorong bangkitnya ekonomi<br />
<strong>Aceh</strong>, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> telah membentuk<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 5<br />
upaya Melepaskan diri dari Sumut<br />
sebuah tim yang dinamakan “Task Force Percepatan<br />
Pembangunan <strong>Aceh</strong>”. Tugasnya untuk<br />
mengembangkan potensi serta menuntaskan<br />
masalah-maslaah yang selama ini menghambat<br />
pembangunan <strong>Aceh</strong>.<br />
Tim ini juga bertugas untuk menuntaskan<br />
masalah pembangunan daerah terisolir,<br />
mengusulkan pembangunan jalan di daerah<br />
yang selama ini sulit tersentuh, serta menuntaskan<br />
masalah infrastruktur yang selama<br />
ini menghambat.<br />
Pembangunan sarana transportasi menjadi<br />
salah satu fokus kerja tim ini. Antara<br />
lain, pemerintah propinsi merencanakan<br />
pembangunan sarana prasarana transportasi<br />
darat untuk memudahkan hubungan<br />
antar wilayah tengah dan barat-selatan, serta<br />
menghubungkan wilayah tertinggal dengan<br />
wilayah lebih maju.<br />
Untuk tahap awal tim Task Force <strong>Aceh</strong>,<br />
akan melakukan pembebasan lahan serta<br />
perencanaan yang diharapkan tuntas pada<br />
2013 mendatang, dengan anggaran mencapai<br />
Rp 19 triliun yang berasal dari Anggaran<br />
Pendapatan Belanja Negara (APBN).<br />
Tujuan pembangunan jalan lintas tengah<br />
<strong>Aceh</strong> ini untuk menciptakan infrastruktur<br />
transportasi bagi area pedalaman.<br />
Sehingga dapat membangkitkan<br />
perkembangan ekonomi<br />
bagi seluruh wilayah<br />
pedalaman sepanjang pusat<br />
koridor dan akses yang lebih<br />
baik ke wilayah pantai<br />
timur dan selatan <strong>Aceh</strong>.<br />
Saat ini, <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Aceh</strong> telah siap merumuskan<br />
kebijakan, strategi,<br />
program serta rencana aksi<br />
dalam rangka percepatan<br />
pembangunan infrastruktur<br />
<strong>Aceh</strong> dalam RPJM telah<br />
dicanangkan dari 2005 hingga 2025<br />
mendatang.<br />
Selain dari itu, menyangkut<br />
dengan pembangunan highway<br />
<strong>Aceh</strong>, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> merencanakan<br />
pembangunan jalan raya bebas<br />
hambatan (highway) sepanjang 391,5<br />
km, mulai dari Banda <strong>Aceh</strong> hingga<br />
perbatasan Sumatera Utara (Sumut).<br />
Bahkan, saat ini tim task<br />
force sedang melakukan pembebasan,<br />
identifikasi dan inventarisasi<br />
terhadap sejumlah lahan yang<br />
akan terkena jalur pembangunan<br />
highway tersebut.<br />
Jalan highway ini dipandang<br />
sangat perlu di <strong>Aceh</strong>,<br />
khususnya untuk mendongkrak<br />
pertumbuhan dan perekonomian<br />
provinsi ini. Pembangunan<br />
highway tersebut, akan diupayakan<br />
meminimalisir penggunaan<br />
wilayah pemukiman masyarakat mulai<br />
dari Banda <strong>Aceh</strong> hingga wilayah yang berbatasan<br />
dengan Sumatera Utara. Beberapa<br />
calon investor dari sejumlah negara sudah<br />
tertarik untuk menangani pembangunan ini,<br />
seperti dari Jerman, Belanda, dan Korea Selatan.<br />
Demikian beberapa program terkait<br />
dengan upaya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> menjadikan<br />
ekonomi <strong>Aceh</strong> lebih mendiri di masa mendatang.<br />
Ini masih bersifat intinya saja, karena<br />
secara detil ada tertuang dalam RPJP<br />
<strong>Aceh</strong> hingga tahun 2025.<br />
Jika rancangan itu berjalan, Insya Allah,<br />
ekonomi <strong>Aceh</strong> dan Sumut akan saling bersinergi.<br />
Dalam beberapa hal <strong>Aceh</strong> masih bergantung<br />
kepada Sumut, tapi dalam beberapa<br />
hal lain, sumut bergantung kepada <strong>Aceh</strong>. Di<br />
masa depan, kita yakin, kedua daerah ini<br />
akan saling bekerja sama secara seimbang.<br />
(Disarikan dari pidato Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi<br />
Yusuf pada acara acara Forum Ilmiah<br />
Ekonomi Pembangunan – Himadipa,<br />
Senin, 23 Mei 2011 lalu)
6<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />
Pimpinan DPR <strong>Aceh</strong> meminta Gubernur<br />
<strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf menindak tegas<br />
Kepala Satuan Kerja <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong><br />
(SKPA) yang mengabaikan teguran, terkait<br />
lambannya pelaksanaan proyek pembangunan<br />
yang dibiayai oleh APBA 2011. Tindakan<br />
ini dipandang perlu agar rakyat dapat<br />
segera merasakan manfaat dari pengesahan<br />
APBA 2011.<br />
“Rakyat sudah sangat menunggu action<br />
di lapangan. Soalnya, jika proyek<br />
sudah mulai berjalan, maka secara<br />
otomatis roda perekonomian<br />
masyarakat akan berputar. Selain<br />
itu, rakyat sudah bisa<br />
menikmati hasil pembangunan<br />
dari APBA 2011,” ungkap<br />
Wakil Ketua <strong>II</strong> Bidang<br />
Pembangunan Infrastruktur<br />
DPRA, Drs H Sulaiman<br />
Abda, kepada Tabangun<br />
<strong>Aceh</strong>, di Banda <strong>Aceh</strong>, Selasa<br />
(<strong>14</strong>/06/2011).<br />
Pernyataan itu diutarakan Sulaiman<br />
Abda ketika dimintai tanggapannya terhadap<br />
surat teguran Gubernur Irwandi Yusuf<br />
kepada para kepala SKPA untuk mempercepat<br />
pelaksanaan proyek APBA 2011. “Kita<br />
akui anggaran terlambat disahkan. Tapi<br />
jangan ditambah lagi dengan ketidakbecusan<br />
SKPA dalam bekerja, karena akan membuat<br />
kondisi semakin runyam,” lanjut Sulaiman.<br />
Kekhawatiran Pimpinan Dewan <strong>Aceh</strong><br />
ini bukan lah tanpa alasan. Pasalnya, kata<br />
Sulaiman Abda, berdasarkan data yang<br />
diperoleh pihaknya, hingga posisi tanggal <strong>14</strong><br />
Juni 2011 atau dua bulan setelah APBA 2011<br />
disahkan April lalu, realisasi serapan anggaran<br />
untuk bidang fisik baru 11,2 persen.<br />
“Ini kan masih sangat kecil. Sedangkan masa<br />
kerja tinggal lima bulan lagi. Makanya harus<br />
segera dipacu, soalnya ketika memasuki bulan<br />
Oktober dan seterusnya, pasti akan banyak<br />
kendala karena sudah memasuki musim<br />
hujan. Kita tidak ingin pengalaman tahun<br />
2009-2010 terulang kembali,” ujarnya<br />
Apalagi, kata Sulaiman Abda, jumlah<br />
paket proyek APBA dari 28 SKPA, yang<br />
LAPORAN UTAMA<br />
Gubernur Minta SKPA Percepat Kegiatan APBA 2011<br />
“Setelah satu minggu ditegur, SKPA<br />
yang bekinerja lamban dan belum juga<br />
melaksanakan penandatangan kontrak dan<br />
kegiatan lapangan proyek APBA nya belum<br />
kelihatan, Kepala SKPA nya akan kita cekal<br />
dan tidak boleh melakukan perjalanan<br />
dinas ke luar <strong>Aceh</strong>,”<br />
-- Irwandi yusuf --<br />
Gubernur <strong>Aceh</strong><br />
Tekad Gubernur <strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf<br />
untuk memberikan yang terbaik kepada<br />
rakyatnya tidak bisa ditawar-tawar.<br />
Sanksi berat sudah menanti bagi aparatur<br />
yang dinilai lamban dan bermain-main<br />
dengan amanah rakyat. Sebaliknya, jajaran<br />
yang berkinerja baik, akan mendapat reward<br />
(penghargaan) atas kinerjanya.<br />
Bukti keseriusan Gubernur Irwandi untuk<br />
mempersembahkan yang terbaik bagi<br />
rakyatnya, bisa terlihat dalam suratnya yang<br />
dilayangkan kepada seluruh Satuan Kerja<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> (SKPA), tanggal 6 Juli 2011<br />
lalu.<br />
Sebagian isi surat itu menegur (memperingatkan<br />
para kepala SKPA) untuk segera<br />
melaksanakan dan mempercepat pelaksanaan<br />
kegiatan proyek APBA 2011, yang masa<br />
kerjanya tinggal enam bulan lagi.<br />
Para kepala dinas yang dimintai tanggapannya<br />
terhadap surat teguran dari Gubernur<br />
<strong>Aceh</strong> Irwandi Yusuf berjanji akan<br />
bekerja keras segera mewujudkan harapan<br />
dan keinginan Gubernur untuk mewujudkan<br />
kesejahteraan kepada rakyatnya. Mereka<br />
juga mengatakan sudah mulai melaksanakan<br />
kegiatan proyek ABPA 2011 dan akan bekerja<br />
maksimal agar semua proyek itu bisa selesai<br />
dalam sisa waktu enam bulan ini.<br />
Berikut tanggapan beberapa kepala dinas<br />
yang berhasil ditemui Seumangat, dalam beberapa<br />
hari ini.<br />
Muhyan Yunan<br />
Kepala Dinas<br />
BMCK<br />
Proyek yang<br />
dikontrakkan sudah<br />
ada, tapi belum<br />
banyak. Selain<br />
itu, pada waktu<br />
TP2K melakukan<br />
pendataan, banyak<br />
pejabat pelaksana<br />
teknis kegiatan (PPTK) proyek APBA 2011<br />
yang belum melaporkan kegiatan tahapan<br />
pelaksanaan APBA kepada Kuasa Pengguna<br />
Anggaran (KPA) nya masing-masing.<br />
Sehingga, seolah-lah pelaksanaan proyek<br />
APBA di jajaran Dinas BMCK <strong>Aceh</strong> belum<br />
satupun yang dikontrakkan kepada rekanan,<br />
kata Muhyan Yunan.<br />
Bakhtiar Ishak<br />
Kadis Pendidikan<br />
<strong>Aceh</strong><br />
Jika dilihat<br />
dari jumlah unit<br />
paket proyeknya,<br />
memang benar<br />
Dinas Pendidikan<br />
yang paling banyak<br />
jumlah proyeknya.<br />
Tapi proyek itu<br />
tersebar di 23 kabupaten/kota dan yang<br />
menjadi pelaksana lapangannya adalah<br />
Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Seperti<br />
pelaksanaan pembangunan pagar sekolah,<br />
tambah ruang belajar, laboratorium, pengadaan<br />
alat peraga, pembangunan musalla,<br />
“Surat teguran itu kita kirim kan, karena<br />
dari hasil evaluasi Tim Percepatan Pengendalian<br />
Kegiatan (P2K) APBA 2011 yang diketuai<br />
dr Taqwallah, ditemukan masih banyak<br />
SKPA yang belum melaksanakan penandatangan<br />
kontrak kerja proyek APBA 2011 kepada<br />
rekanan pemenang tender,” ujar kepada<br />
Tabangun <strong>Aceh</strong>, Minggu (12/06/2011).<br />
Gubernur memberikan contoh hasil evaluasi<br />
di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya<br />
(BMCK) <strong>Aceh</strong>. Hingga surat teguran itu<br />
dikeluarkan tanggal 6 Juli lalu, belum satu<br />
pun paket proyek APBA 2011 nya dikontrakkan<br />
kepada rekanan.<br />
Dari 635 paket proyek tahap I yang telah<br />
dilelang kolektif pada tanggal 4 Maret 2011<br />
lalu, belum ada satu pun yang sudah ditandatangani<br />
kontrak proyek kepada rekanan.<br />
Sementara untuk pelelangan tahap <strong>II</strong> (sekitar<br />
WC, penimbunan lapangan upacara sekolah,<br />
jalan sekolah, serta lainnya.<br />
Nilai anggarannya juga ratusan juta, tapi<br />
karena jumlah paket proyeknya banyak,<br />
membuat Dinas Pendidikan jadi pusat perhatian<br />
banyak rekanan.<br />
Sementara paket proyek yang besar, antara<br />
lain penyaluran bantuan dana pendidikan<br />
bagi anak yatim piatu korban konflik, beasiswa<br />
S1.S2, S3, penyaluran dana kesejahteraan<br />
guru dan honor guru bantu dan ngaji.<br />
Jadi, jika pada akhir Juni sampai Agustus<br />
2011nanti, dana keempat program kegiatan<br />
itu telah disalurkan, maka daya serap<br />
anggaran Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong> langsung<br />
melambung hingga mencapai 80 persen.<br />
Karena, untuk keempat program itu,<br />
pagu anggarannya mencapai Rp 400 miliar<br />
lebih. Karenanya kami optimis, pada Agustus<br />
nanti, target itu bisa tercapai.<br />
Muhammad<br />
Yani<br />
Kadis Kesehatan<br />
<strong>Aceh</strong><br />
Anggaran kesehatan<br />
yang terdapat<br />
pada Dinas Pendidikan,<br />
pada umumnya<br />
untuk pelaksanaan<br />
program Jaminan<br />
Kesehatan <strong>Aceh</strong><br />
(JKA). Daya serap anggarannya, sangat ditentukan<br />
oleh kecepatan usulan amparahan<br />
klaim dari RSUD, puskesmas, optikal, dan<br />
apotek. Pagu anggarannya memang cukup<br />
besar, yakni mencapai Rp 400 miliar, bulan<br />
ini bisa terserap sekitar 30 - 50 persen.<br />
M Ali Basyah<br />
Kepala BPM<br />
Daya serap anggaran APBA 2011 BPM<br />
(Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa)<br />
bisa meningkat drastis, setelah penyaluran<br />
dana Bantuan Keuangan Pemakmu Gampong<br />
(BKPG).<br />
Saat ini, desa sedang melengkapi administrasi<br />
pencairan dana BKPG nya dan setelah<br />
semua persyaratannya lengkap, dananya<br />
akan kita salurkan sebesar Rp 50 juta/gampong.(hh)<br />
339 paket lagi), dokumen lelangnya juga belum<br />
dibagikan kepada rekanan.<br />
Kondisi hampir serupa juga terjadi<br />
di Dinas Pendidikan <strong>Aceh</strong>. Jumlah paket<br />
proyeknya pada lelang kolektif tahap I yang<br />
belum dikontrak kerjakan kepada rekanan<br />
masih mencapai 971 paket. Sedangkan pada<br />
lelang tahap <strong>II</strong> ada sekitar 192 paket lagi<br />
yang dokumennya belum dibagikan kepada<br />
rekanan.<br />
Akibatnya, daya serap anggaran APBA<br />
2011 sampai Juni 2011 lalu, terutama untuk pos<br />
pengeluaran belanja langsung (fisik) masingmasing<br />
SKPA pada umumnya masih berada di<br />
bawah 10 persen. Sedangkan untuk anggaran<br />
belanja tidak langsung, khususnya untuk pos<br />
belanja rutin pegawai (gaji dan TPK), realisasi<br />
fisiknya telah mencapai 50 persen.<br />
Kenyataan inilah yang membuat Gubernur<br />
Irwandi Yusuf perlu menerbitkan<br />
surat teguran. Tujuannya, agar semua paket<br />
proyek APBA 2011 yang telah dilelang kolektif<br />
dikontrakkerjakan kepada rekanan pemenang<br />
tendernya. Setelah itu, rekanan akan<br />
menyikapinya dengan penarikan uang muka<br />
sebesar 20 persen untuk segera melaksanakan<br />
kegiatan fisik proyek yang telah dimenangkannya.<br />
Penarikan uang muka kerja, kata Irwandi<br />
akan membantu peningkatan daya serap<br />
anggaran APBA dari pos belanja langsung.<br />
Karena, kalau daya serap anggaran dari pos<br />
belanja langsung masih rendah, membawa<br />
dampak yang kurang baik terhadap peredaran<br />
uang di <strong>Aceh</strong>.<br />
“Ekonomi masyarakat akan berjalan<br />
lamban dan target untuk merealisasikan anggaran<br />
APBA 2011 senilai Rp 7,9 triliun mencapai<br />
di atas 90 persen, bisa tidak tercapai,”<br />
ujarnya.<br />
Keadaan ini, kata Gubernur, tidak boleh<br />
berlangsung lama, karena bisa menurunkan<br />
kepercayaan rakyat kepada <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
Rakyat akan kecewa karena banyak program<br />
kegiatan APBA 2011 yang telah diusul dan<br />
sangat mendesak kehadirannya, tidak bisa<br />
mereka nikmati tepat waktu. Karenanya,<br />
Gubernur memerintahkan agar SKPA harus<br />
mampu bekerja maksimal dalam sisa waktu<br />
yang tinggal 6 bulan lagi ini.<br />
Dampak buruk lain, ungkap Irwandi,<br />
<strong>Pemerintah</strong> Pusat akan menilai <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Aceh</strong> selalu bekerja lamban. Sebelum kedua<br />
masalah besar itu menjadi stempel yang<br />
sesungguhnya, pada akhir tahun nanti, sejak<br />
dini perlu dimonitoring dan diealuasi.<br />
“Setelah satu minggu ditegur, SKPA<br />
yang bekinerja lamban dan belum juga<br />
melaksanakan penandatangan kontrak dan<br />
kegiatan lapangan proyek APBA nya belum<br />
kelihatan, Kepala SKPA nya akan kita cekal<br />
dan tidak boleh melakukan perjalanan dinas<br />
ke luar <strong>Aceh</strong>,” tuntas Gubernur Irwandi<br />
Yusuf. hh<br />
Para Kadis Janji akan Kerja Keras Dewan Minta Gubernur<br />
Lebih Tegas<br />
diumumkan<br />
pada 4 Maret<br />
lalu sangat<br />
banyak,<br />
mencapai<br />
3.242 paketdengan<br />
nilai<br />
ang-<br />
garan Rp 2,17 triliun. Paket tersebut dibagi<br />
dalam empat bidang pekerjaan, yaitu konstruksi,<br />
pengadaan barang, jasa konsultan,<br />
dan jasa lainnya. Dari keempat jenis<br />
pekerjaan itu, paket paling banyak terdapat<br />
pekerjaan konstruksi yang mencapai 2.000-an<br />
paket, pengadaan barang sekitar 600-an paket,<br />
konsultasi 200-an paket, dan jasa lainnya<br />
sekitar 20-an paket.<br />
Pimpinan DPRA ini berharap, paling<br />
lambat dalam bulan Juni ini, semua proyek<br />
sudah selesai ditender dan telah diumukan<br />
pemenangnya. Sehingga, pada pertengahan<br />
Juli nanti semua proyek itu sudah bisa dikerjakan<br />
dan uang muka kerja telah dicairkan.<br />
“Dengan demikian, ekonomi masyarakat<br />
akan menggeliat karena perputaran uang<br />
dari proyek-proyek itu. Karenanya, jika<br />
memang ada kendala (dalam proses tender),<br />
kita minta kepada Saudara Gubernur dan<br />
para kepala SKPA agar terbuka saja kepada<br />
publik. Katakan saja secara jujur apa kendalanya,<br />
sehingga publik bisa tahu dan bersama-sama<br />
mencari solusi,” demikian Wakil<br />
Ketua <strong>II</strong> DPRA, Sulaiman Abda. zu
LAPORAN UTAMA<br />
Sebagai sebuah program pemerintah,<br />
PNPM-MP dan Bantuan Keuangan<br />
Pemakmue Gampong (BKPG) awalnya<br />
juga hanya dianggap sebagai sebuah angin<br />
surga untuk masyarakat desa. Gampong<br />
tetaplah sebuah gampong, yang hanya dikunjungi<br />
saat menjelang pesta demokrasi<br />
pemilihan umum, selebihnya gampong<br />
berkembang sendiri dengan berbagai alur<br />
pikir warganya.<br />
Melihat tata desa tampak seperti tata<br />
letak di sebuah kompleks perumahan modern,<br />
mungkin hanya mimpi bagi masyarakat<br />
gampong atau desa. Pasalnya gampong<br />
tak memiliki dana untuk membangun infrastruktur<br />
yang menunjang kehidupan<br />
masyarakat.<br />
Tapi, dengan kerja keras semua stakeholder,<br />
sungguh mengejutkan, ternyata program<br />
BKPG terealisir dengan baik, bahkan<br />
terus mencapai target seperti yang diharapkan,<br />
yakni kesejahteraan dan kemandirian<br />
masyarakat di gampong (desa).<br />
Program Bantuan Keuangan Pemakmue<br />
Gampong (BKPG) yang digagas <strong>Pemerintah</strong><br />
Provinsi <strong>Aceh</strong> bertujuan untuk memperkuat<br />
perencanaan pembangunan <strong>Aceh</strong> berbasis<br />
masyarakat bawah (gampong/desa) di masa<br />
mendatang.<br />
Melalui program ini penguatan perencanaan<br />
pembangunan <strong>Aceh</strong> di masa mendatang<br />
betul-betul melibatkan masyarakat<br />
pedesaan.<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> melalui Badan Pemberdayaan<br />
Masyarakat (BPM) <strong>Aceh</strong>, memberi<br />
penghargaan kepada gampong (desa),<br />
fasilitator kecamatan, fasilitator teknik dan<br />
asisten fasilitator kecamatan terbaik dalam<br />
mengelola program Bantuan Keuangan Peumakmue<br />
Gampong (BKPG) se-<strong>Aceh</strong>.<br />
Pemberian penghargaan ini dilakukan<br />
pada tanggal 11 Juni 2011 bertepatan dengan<br />
pelaksanaan Hari Bhakti Gotong Royong di<br />
<strong>Aceh</strong>, yang dipusatkan di Takengon, Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
“Pemberian penghargaan ini sebagai<br />
wujud apresiasi terhadap semua yang sudah<br />
melaksanakan program BKPG sehingga<br />
program ini merupakan program yang<br />
dinilai bisa meningkatkan perekonomian<br />
masyarakat kecil di pedesaan,” jelas Kepala<br />
BPM <strong>Aceh</strong> M Ali Basyah MM.<br />
Program BKPG adalah program pembangunan<br />
gampong yang berbasiskan<br />
masyarakat yang terintegrasi dengan Program<br />
Pasional Pemberdayaan Masyarakat<br />
(PNPM) Mandiri Perdesaan.<br />
Terpilih sebagai gampong terbaik yang<br />
menjalankan program BKPG ini adalah<br />
Gampong Ujong Drien Kecamatan Meureubo,<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat.<br />
Kepala BPM <strong>Aceh</strong> M Ali Basyah menuturkan,<br />
penilaian desa/gampong terbaik<br />
pelaksana program BKPG 2010 ini untuk<br />
memberikan penghargaan kepada desa-desa<br />
yang telah bekerja dengan baik dalam mengelola<br />
dana BKPG yang telah diterimanya<br />
dari <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> tahun 2010 sebesar Rp<br />
75 juta/desa.<br />
“Untuk lebih memotivasi masyarakat<br />
desa lainnya agar berbuat yang terbaik, dilakukan<br />
penilaian dan sekaligus sebagai<br />
evaluasi dan monitoring BPM <strong>Aceh</strong> dalam<br />
pelaksanaan program BKPG berbasis gampong,”<br />
ujarnya.<br />
Untuk tahun 2010, ada enam desa yang<br />
terpilih sebagai pelaksana terbaik program<br />
BKPG 2010, yaitu terbaik I diraih Gampong<br />
Ujong, Drien Kecamatan Meurebo, <strong>Aceh</strong><br />
Barat, terbaik <strong>II</strong>, Gampong Lhoh, Kecamatan<br />
Pulo <strong>Aceh</strong>, <strong>Aceh</strong> Besar, terbaik <strong>II</strong>I, Gampong<br />
Kalla Bintang, Kecamatan Bintang,<br />
<strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 7<br />
kredit Perbankan Tumbuh 22,51 Persen<br />
“…Permintaan kredit untuk kebutuhan<br />
konsumsi, seperti beli kenderaan bermotor,<br />
rehab rumah, beli rumah, dan lainnya masih<br />
tetap tinggi di <strong>Aceh</strong>.”<br />
Hasan masih terus memberi penjelasan<br />
kepada beberapa pengunjung<br />
ekspo, di Taman Sari, Banda <strong>Aceh</strong>,<br />
awal Juni lalu. Yang dijelaskan Hasan adalah<br />
sebuah hasil rekayasa. Eits, jangan berpikir<br />
negatif dulu, rekayasa di sini maksudnya<br />
adalah sebuah hasil karya yang diciptakan<br />
oleh Hasan, yang memberi manfaat bagi<br />
masyarakat.<br />
Rekayasa Hasan adalah sebuah mesin<br />
pengolah garam. Hasan berhasil menciptakan<br />
mesin pengolah garam, dari garam kampung<br />
menjadi garam kristal dan garam cair<br />
(viscos) beryodium.<br />
Yang tak kalah mengejukan adalah,<br />
Hasan berhasil menciptakan mesin pengolah<br />
air laut menjadi garam kristal dan garam<br />
cair beryodium kelas tinggi. Mesin itu juga<br />
menghasilkan air mineral siap minum yang<br />
diolah dari air laut hasil sisa olahan garam.<br />
“Mesin-mesin ini adalah hasil dari ‘dendam’<br />
saya, bahwa saya sangat berhasrat untuk<br />
menciptakan sesuatu yang bisa memberi<br />
manfaat bagi orang lain, dan punya ambisi<br />
untuk menembus pasar bebas internasional”<br />
ujar laki-laki yang memiliki nama lengkap<br />
Hasanuddin ini.<br />
Mungkin tak banyak yang tahu, kalau<br />
Hasan memiliki pabrik pengolahan garam<br />
modern di kawasan Kajhu, Kecamatan Baitussalam,<br />
<strong>Aceh</strong> Besar.<br />
Lulusan Fakultas Teknik Kimia Universitas<br />
Syiah Kuala ini, sejak awal tertarik untuk<br />
jadi wirausawan dengan berbagai hasil<br />
ciptaannya, daripada harus menjadi pegawai<br />
negeri sipil. Tak heran jika mesin rekayasa<br />
garam viscos ini berhasil meraih predikat<br />
pertama pada lomba Teknologi Tepat Guna<br />
(TTG) Tingkat Nasional Ke-X<strong>II</strong>, di Jogja<br />
Expo Centre (JEC) Yogyakarta, 22-26 September<br />
2010. Dalam ajang itu, mesin rekayasa<br />
Hasan berhasil menyingkirkan peserta dari<br />
Jawa Timur dan Yogyakarta.<br />
Usai menamatkan pendidikannya di<br />
Fakultas Teknik jurusan Teknik Kimia, Uni-<br />
-- MaHDI MUHaMMaD --<br />
Pimpinan BI Banda <strong>Aceh</strong><br />
versitas Syiah Kuala, Hasanuddin sempat<br />
bekerja di pabrik produksi garam beryodium<br />
di Kota Lhokseumawe. Namun akhirnya<br />
Hasan memutuskan untuk mundur dan<br />
bertekad ingin berusaha sendiri.<br />
“Saya berpikir jika punya usaha sendiri<br />
tentunya akan lebih bisa memberi peluang<br />
kerja bagi masyarakat luas, apalagi saya<br />
memiliki pengetahuan untuk menghasilkan<br />
karya sendiri, kenapa tidak dimanfaatkan<br />
saja?” pikirnya saat itu.<br />
Akhirnya Hasan pun memulai usahanya<br />
dari nol, tapi apa lacur, humbalang tsunami<br />
membuyarkan semua impiannya saat itu.<br />
Pascatsunami, Hasan tidak tinggal diam, ia<br />
kembali memulai usahanya yang sempat hancur<br />
saat tsunami dan kembali memulai dari<br />
nol. “Alhamdulillah saya bangkit dan memulai<br />
semua dari nol dengan usaha sendiri tanpa ada<br />
bantuan dari pihak mana pun,” ujar Hasan.<br />
Sedikit demi sedikit Hasan merakit dan<br />
mengerjakan mesin olah garam yang menjadi<br />
impiannya. Alhasil, kini seperangkat mesin<br />
sudah berdiri tegak dan siap dioperasikan.<br />
“Kini usaha saya adalah mengolah garam<br />
kampung biasa menjadi garam kristal<br />
halus dan garam cair bertodium dengan<br />
tingkat kontaminasi jauh dibawah ambang<br />
batas, kami belum meulai pengolahan garam<br />
dan air mineral siap minum langsung<br />
dari bahan air laut, karena perlu biaya ang<br />
sangat besar,” ujar Hasan.<br />
Diakui Hasan, kini dirinya masih belum<br />
mampu memenuhi permintaan pasar garam<br />
kristal dan cair beryodium, karena keterbatasan<br />
dana untuk produksi.<br />
“Permintaan pasar mencapai satu juta<br />
ton perhari, namun saya baru sanggup<br />
mensupplai 500 kilogram perhari, hal ini<br />
dikarenakan kami kekurangan modal untuk<br />
produksi, dan mulai sulitnya mencari bahan<br />
baku garam kampung,” sebutnya.<br />
Kesulitan modal<br />
Sulitnya mencari tambahan modal untuk<br />
produksi membuat Hasan belum mampu<br />
memenuhi permintaan pasar. Padahal saat<br />
ini garam Kristal dan garam cari viscos beryodium<br />
milik Hasan sudah mendapat pasar<br />
di Sumatera, Jakarta, bahkan Malaysia.<br />
“Sulit berhubungan dengan pihak perbankan.<br />
Perbankan lebih suka memberi<br />
kreditan kepada pegawai negeri, yang kemudian<br />
uangnya digunakan untuk konsumsi,<br />
bukan memberi kredit pada usaha produksi.<br />
Mungkin sudah semua bank saya datangi,<br />
dan mereka memberi alasan yang sama,<br />
mereka menilai pabrik kami belum berproduksi,<br />
padahal saya sudah punya pasar<br />
dan mensuplai hasil produksi ke pasar-pasar<br />
itu, melalui agen yang sudah bekerja sama<br />
dengan pabrik kami,” jelasnya.<br />
Masalah sulitnya mendapatkan modal,<br />
bukan hanya dikeluhkan Hasanuddin seorang.<br />
Diana, seorang pengusaha kue kering<br />
tradisional <strong>Aceh</strong>, yang berlokasi di Desa<br />
Lampisang, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar pun menuturkan<br />
hal yang sama.<br />
“Saat ini kami memang membutuhkan<br />
Sedangkan harapan I, Gampong Sambay,<br />
Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Simeulue,<br />
harapan <strong>II</strong> Gampong Balee Ulim, Kecamatan<br />
Pidie Jaya, dan terbaik harapan <strong>II</strong>I,<br />
Gampong Bukit Pepanyi, Kecamatan Wih<br />
Pesam, Kabupaten Bener Meriah.<br />
Disebutkan, untuk juara pertama diberi<br />
hadiah Rp 10 juta, juara <strong>II</strong> Rp 9 juta, juara<br />
<strong>II</strong>I Rp 8 juta. Sedangkan untuk harapan I Rp<br />
6 juta, harapan <strong>II</strong> Rp 5 juta dan harapan <strong>II</strong>I<br />
Rp 4 juta.<br />
Selain diberi hadiah uang, keenam desa<br />
yang meraih terbaik itu juga diberikan masing-masing<br />
satu unit komputer.<br />
Sedangkan untuk Fasilitator Kecamatan<br />
terbaik adalah Idawati (33) dari Kecamatan<br />
Samudera, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara. Fasilitator<br />
Teknik terbaik adalah Jefri Andres (35),<br />
dari Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Tamiang.<br />
Untuk asisten fasilitator kecamatan terbaik<br />
diraih oleh Linda Winarni (32) dari<br />
Kecamatan Teunom, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Jaya.<br />
“Kesemua kandidat ini diseleksi dengan<br />
ketat berdasarkan kinerja mereka di setiap<br />
gampong dan kemudian juga mengikuti seleksi<br />
di propinsi, dan hasilnya tiga nama ini<br />
yang terbaik,” ujar Ali Basyah.<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> meluncurkan program<br />
BKPG ini untuk pembangunan menumbuhkan<br />
perekonomian masyarakat dari akar<br />
rumput. Untuk tahun 2010, pemerintah sudah<br />
mengucurkan dana sebesar Rp 318,9 miliar<br />
untuk 6378 gampong di <strong>Aceh</strong>, dan sebesar<br />
30 persen dana ini terserap untuk program<br />
simpan pinjam kelompok perempuan (SPP).<br />
yyz<br />
Rekayasa Hasan Terpasung Rupiah<br />
Hasanuddin berdiri di depan mesih pengolah garam cair.<br />
modal tambahan, untuk memperlebar kios<br />
yang ada, sehingga bisa menambah produksi<br />
untuk dijual. Namun memang agak susah, beberapa<br />
bank memang ada yang menawarkan,<br />
namun urusannya agak sedikit berbelit dan<br />
sulit bagi kami, jadi ya sama saja,” jelasnya.<br />
Kios Diana sendiri kini menyediakan<br />
beragam kue kering tradisional <strong>Aceh</strong> dengan<br />
kualitas terjamin, seperti dodol aceh,<br />
bada reuteuk, lapis mangga, semprit, bahkan<br />
bhoi. “Semua produk ini kami hasilkan<br />
sendiri, meski harga bahan baku agak mahal<br />
di pasaran, kita tetap menjual produksinya<br />
dengan harga standar,” tutur Diana.<br />
Tidak mengehrankan, jika hampir semua<br />
pengusaha mikro di <strong>Aceh</strong> mengeluhkan<br />
minimnya pelayanan perbankan untuk<br />
pengembangan usaha mereka. Pendapat<br />
bahwa perbankan hanya berminat pada<br />
pegawai negeri sipil, tidaklah berlebihan.<br />
Dan kondisi ini pula yang menyebabkan usaha<br />
mikro di <strong>Aceh</strong> ibarat “kambing berjalan<br />
diatas batu.” yayan zamzami<br />
FOTO: SUvIE
8<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />
Hasanudin salah satu pengusaha Kecil yang<br />
berhasil menciptakan Pabrik pengolahan garam<br />
modern dengan pengolah air laut menjadi garam<br />
kristal dan garam cair (Viscos) beryodium tinggi, yang<br />
terletak di Kajhu <strong>Aceh</strong> Besar.<br />
seiring dengan meningkatnya<br />
pertumbuhan kegiatan konstruksi, peluang<br />
dan lapangan usaha industri bahan<br />
bangunan semakin terbuka. Produk bata<br />
beton untuk lantai atau lebih dikenal sebagai<br />
“Paving block” merupakan salah satu usaha<br />
bahan bangunan yang mudah dan cepat<br />
dalam proses pembuatannya, U.D Merah<br />
Aulia salah satu Pengusaha Kecil yang<br />
bergerak dibidang usaha Pavling Block,<br />
Batako, Cincin Sumur dan Batu Karawang<br />
yang berada di Kajhu <strong>Aceh</strong> Besar.
Budidaya Jamur Merang Lee Merang, salah satu<br />
usaha dari pak Syarwan. media tanam jamur tersebut<br />
berupa kompos yang dibuat dari bahan baku jerami<br />
padi dan sawit, untuk menghasilkan jamur dibutuhkan<br />
waktu selama 2 minggu. Panen bisa dilakukan setelah<br />
jamur mencapai ukuran yang dikehendaki konsumen.<br />
Mauli Ibu rumah tangga yang<br />
menekuni usaha minuman<br />
kesehatan Soya Maest, yang<br />
terletak di desa Siem Kecamatan<br />
Darussalam <strong>Aceh</strong> Besar.<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 9<br />
FOTO-FOTO: SUvIE
10<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />
Alasan Perlunya RTRW<br />
Selain memerlukan Rencana Pembangunan<br />
Jangka Panjang (RPJP), pembangunan<br />
suatu kawasan juga membutuhkan<br />
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).<br />
Dengan dua fondasi ini, maka pembangunan<br />
dapat dijalankan dengan terencana, mudah<br />
dalam mencapai target dan tidak membahayakan<br />
bagi lingkungan. RPJP dan juga<br />
RTRW <strong>Aceh</strong> yang saat ini pembahasannya<br />
sudah memasuki tahap akhir harus mengacu<br />
pada perundang-undangan yang ada<br />
serta dapat memproyeksikan pembangunan<br />
sesuai keunggulan masing-masing daerah.<br />
Dengan mempertimbangkan karakter<br />
wilayah <strong>Aceh</strong> menurut kekhasan, potensi,<br />
permasalahan, harapan ke depan, maka dirumuskan<br />
tujuan penataan ruang <strong>Aceh</strong> adalah:<br />
“mewujudkan tata ruang wilayah <strong>Aceh</strong> yang<br />
islami dan maju, produktif, adil dan merata,<br />
serta berkelanjutan”.<br />
Islami: penataan ruang berdasarkan pada<br />
pandangan hidup masyarakat <strong>Aceh</strong> yang<br />
berlandaskan syari’at Islam yang melahirkan<br />
budaya Islam yang kuat.<br />
Maju: penataan ruang akan ikut mewujudkan<br />
kesejahteraan rakyat yang terus meningkat.<br />
Produktif: penataan ruang mewujudkan<br />
pemanfaatan segenap sumber daya yang<br />
mencakup sumber daya manusia, sumber<br />
daya alam, dan sumber daya buatan, sehingga<br />
mempunyai manfaat ekonomi dan sosial.<br />
Adil dan merata: penataan ruang mewujudkan<br />
manfaat ekonomi dan sosial secara<br />
adil dan merata kepada masyarakat.<br />
Kepentingan<br />
ekonomi<br />
Koridor Banda aceh – Lhokseumawe<br />
– Langsa – Kuala Simpang, yang<br />
terletak di pesisir timur <strong>Aceh</strong> dengan sumbunya<br />
Jalan Lintas Timur Sumatera, yang<br />
menghubungkan PKNp Banda <strong>Aceh</strong> – PKN<br />
Lhokseumawe – PKW Langsa – PKL Kuala<br />
Simpang-Karang Baru. Koridor ini merupakan<br />
bagian dari koridor Banda <strong>Aceh</strong> – Medan,<br />
yang merupakan salah satu kawasan<br />
yang menonjol perkembangannya di Pulau<br />
Sumatera. Selain sumbu Jalan Arteri Primer<br />
/ Jalan Lintas Timur Sumatera, koridor ini<br />
akan didukung juga oleh rencana pengembangan<br />
Jalan Bebas Hambatan (highway)<br />
dan revitalisasi jalur kereta api Banda <strong>Aceh</strong><br />
– batas Sumatera Utara.<br />
Koridor Banda aceh - Meulaboh<br />
- Subulussalam, yang terletak memanjang<br />
di pesisir barat <strong>Aceh</strong> dengan sumbunya<br />
Jalan Jalan Lintas Barat Sumatera,<br />
yang menghubungkan PKNp Banda <strong>Aceh</strong><br />
– PKW Meulaboh – PKWp Subulussalam,<br />
dan didukung pula oleh rencana pengembangan<br />
jalur kereta api lintas barat Sumatera.<br />
Wilayah ini memiliki sektor unggulan<br />
berupa kegiatan ekonomi berbasis sumber<br />
daya alam di daratan dan perairan laut<br />
yang dapat menggerakkan pertumbuhan<br />
ekonomi (perkebunan, pertanian, perikanan,<br />
pariwisata, dan pertambangan).<br />
Kepentingan<br />
sosial budaya<br />
Kawasan Cagar Budaya Peninggalan<br />
Kesultanan aceh di Banda aceh<br />
dan aceh Besar. Kriteria KSA ini adalah<br />
pelestarian peninggalan budaya <strong>Aceh</strong> dan<br />
nasional.<br />
Kawasan Cagar Budaya Peninggalan<br />
Kerajaan Samudera Pasai di aceh<br />
Utara. Kriteria KSA ini adalah pelestarian<br />
peninggalan budaya <strong>Aceh</strong> dan nasional. Peninggalan<br />
budaya dimaksud berupa bangunan<br />
dan/atau situs peninggalan Kerajaan<br />
Samudera Pasai, termasuk Monumen Samudera<br />
Pasai yang dibangun kemudian, yang<br />
terletak di <strong>Aceh</strong> Utara.<br />
Kawasan Pemakaman Massal Korban<br />
Tsunami dan Museum Bencana<br />
Tsunami 2004 di Banda aceh. Kriteria<br />
KSA ini adalah memiliki nilai sejarah yang<br />
berkaitan dengan bencana alam yang hebat<br />
yang terjadi tahun 2004 di <strong>Aceh</strong> dan<br />
Nias.<br />
Pendayagunaan SDA<br />
Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan.<br />
Kriteria KSA DAS Peusangan ini<br />
adalah memiliki sumber daya air yang da-<br />
Berkelanjutan: penaatan ruang diselenggarakan<br />
dengan memadukan aspek lingkungan<br />
hidup, sosial, dan ekonomi, untuk<br />
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta<br />
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,<br />
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi<br />
masa depan.<br />
Kebijakan dan strategi penataan ruang<br />
wilayah <strong>Aceh</strong> meliputi pengembangan struktur<br />
ruang wilayah <strong>Aceh</strong> dan pengembangan<br />
pola ruang wilayah <strong>Aceh</strong>, meliputi:<br />
1. peningkatan fungsi-fungsi pelayanan<br />
pada pusat-pusat kegiatan dalam wilayah<br />
<strong>Aceh</strong> sesuai dengan hierarki dan fungsi<br />
yang ditetapkan;<br />
2. peningkatan akses pelayanan pusat-pusat<br />
dalam wilayah <strong>Aceh</strong> yang merata dan<br />
berhierarki;<br />
3. peningkatan akses dari dan ke luar<br />
wilayah <strong>Aceh</strong>, baik dalam lingkup nasional<br />
maupun lingkup internasional;<br />
4. peningkatan kualitas pelayanan dan<br />
jangkauan pelayanan jaringan prasarana<br />
transportasi, energi, telekomunikasi,<br />
sumber daya air yang merata di seluruh<br />
wilayah <strong>Aceh</strong>.<br />
Kebijakan pengembangan pola ruang<br />
wilayah <strong>Aceh</strong> akan meliputi kebijakan<br />
pengembangan kawasan lindung dan kebijakan<br />
pengembangan kawasan budidaya.<br />
Kebijakan pengembangan kawasan lindung<br />
meliputi:<br />
• peningkatan kualitas kawasan lindung<br />
yang telah menurun fungsi perlindungannya<br />
dan penjagaan kualitas kawasan lind-<br />
pat didayagunakan untuk mendukung perkembangan<br />
wilayah yang pesat di pesisir<br />
timur <strong>Aceh</strong>. DAS Peusangan ini merupakan<br />
daerah aliran sungai lintas kabupaten<br />
yang terkena dengan wilayah kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Tengah, Bener Meriah, Bireun, dan<br />
sedikit di <strong>Aceh</strong> Utara, Pidie, Pidie Jaya dan<br />
Nagan Raya.<br />
Kepentingan<br />
lingkungan hidup<br />
Kawasan Ekosistem Ulu Masen. Kawasan<br />
Ekosistem Ulu Masen ini menyambung<br />
dengan Kawasan Ekosistem Leuser,<br />
yang dominan terletak di bagian wilayah<br />
pegunungan tengah, dengan luas sekitar<br />
750.000 Ha. Kawasan Ekosistem Ulu Masen<br />
ini mencakup fungsi yang bervariasi<br />
yaitu kawasan lindung (cagar alam, hutan<br />
lindung) dan kawasan budidaya (hutan<br />
produksi, dan APL/Areal Penggunaan Lainnya),<br />
dan terletak atau berkenaan dengan<br />
wilayah 6 kabupaten, yaitu: <strong>Aceh</strong> Besar,<br />
Pidie, Pidie Jaya, <strong>Aceh</strong> Jaya, <strong>Aceh</strong> Barat,<br />
dan <strong>Aceh</strong> Tengah. Kriteria KSA ini adalah<br />
perlindungan ekosistem, keanekaragaman<br />
hayati (biodiversity) dan wilayah hulu<br />
(upstream) tata air.<br />
Kawasan Gunung Seulawah. Kawasan<br />
ini mencakup dari Gunung Seulawah hingga<br />
ke kaki gunungnya, yang terletak di Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Besar dan Kabupaten Pidie.<br />
Kriteria KSA Kawasan Gunung Seulawah<br />
ini adalah perlindungan ekosistem, sebagai<br />
gunung berapi (volkanik) yang solitair.<br />
Keunikan Gunung Seulawah (Agam) adalah<br />
adanya potensi panas bumi dan air panas,<br />
hulu (upstream) dari sejumlah sungai, dan<br />
potensi pengembangan pertanian dan pariwisata.<br />
Kawasan Hutan Lindung Pesisir (Hutan<br />
Bakau) Pesisir Timur. KSA ini terletak<br />
di pesisir Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tamiang, Kota<br />
Langsa, dan Kabupaten <strong>Aceh</strong> Timur. Kriteria<br />
KSA ini adalah perlindungan ekosistem<br />
hutan bakau.<br />
Kawasan Hutan Lindung Pesisir (Hutan<br />
Bakau) Pesisir Barat. KSA ini terletak di<br />
Gosong Telaga di pesisir Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />
Singkil. Kriteria KSA ini adalah perlindungan<br />
ekosistem hutan bakau.<br />
Kawasan TWA/TWAL Pulau Weh Sabang.<br />
KSA ini mencakup Taman Wisata<br />
Alam dan Taman Wisata Alam Laut Pulau<br />
Weh. Kriteria KSA ini adalah perlindungan<br />
ekosistem darat dan laut yang terintegrasi.<br />
Kawasan TWA/TWAL Kepulauan Banyak<br />
<strong>Aceh</strong> Singkil. KSA ini mencakup Taman Wisata<br />
Alam dan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan<br />
Banyak di Kabupaten <strong>Aceh</strong> Singkil.<br />
Kriteria KSA ini adalah perlindungan ekosistem<br />
darat dan laut yang terintegrasi.<br />
ahmad rozi/aswar liam<br />
ung yang ada;<br />
• pemeliharaan dan perwujudan kelestarian<br />
lingkungan hidup;<br />
• pencegahan dampak negatif kegiatan manusia<br />
yang dapat menimbulkan kerusakan<br />
M<br />
usibah gempa disusul tsunami yang<br />
melanda Jepang Maret 2011 mendorong<br />
delegasi dari JICA Jepang untuk<br />
menyerap pengalaman <strong>Aceh</strong> dalam menangani<br />
krisis pascabencana tsunami yang pernah<br />
melanda <strong>Aceh</strong> tahun 2004 lalu. Setelah berdiskusi<br />
dengan Gubernur <strong>Aceh</strong>, Irwandi Yusuf,<br />
pada Kamis (19/05/2011), team JICA yang<br />
dipimpin Deputy Director General Southeast<br />
Asia (Mr Itsu Adachi), JICA Head Quarters,<br />
Tokyo, Mr. Yosuke Okita (representative JICA<br />
Indonesia), Mr Tokunaga (JICA Expert) dan<br />
Rika Novida (program officer JICA Indonesia),<br />
secara khusus mengadakan pertemuan<br />
dengan unsur pimpinan <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Jumat<br />
(20/05/2011). Pertemuan dengan <strong>Bappeda</strong><br />
adalah untuk mendapatkan gambaran lebih<br />
detail tentang proses rehabilitasi dan rekonstruksi<br />
serta kelanjutannya.<br />
Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir. Iskandar, M.Sc<br />
mempresentasikan tentang progress rehabilitasi<br />
dan rekonstruksi <strong>Aceh</strong> pascabencana tsunami<br />
2004 lalu. Dalam presentasinya, Iskandar<br />
menyampaikan bahwa BRR sebagai badan nasional<br />
yang mengkoordinir lebih dari 700 lembaga<br />
nasional maupun internasional, termasuk<br />
dari pihak Jepang seperti JICA, JBIC, JICS dan<br />
lainnya. Sebelum terbentuknya BRR, <strong>Bappeda</strong><br />
<strong>Aceh</strong> telah bekerja dengan Bappenas untuk<br />
memformulasikan sebuah documen (Blue<br />
Print) rehabilitasi dan rekonstruksi <strong>Aceh</strong>–Nias.<br />
Menurut Iskandar, BRR yang dibentuk<br />
pada bulan April 2005 merupakan lembaga<br />
yang sangat dinamis dengan terjadinya beberapa<br />
kali perubahan struktur organisasi untuk<br />
menyesuaikan kebutuhan masyarakat di<br />
lapangan. BRR yang berakhir tugasnya pada<br />
bulan April 2009, kemudian dilanjutkan oleh<br />
lembaga Ad-hock yang dipimpin oleh Gubernur<br />
<strong>Aceh</strong> yang diberi nama Badan Kesinambungan<br />
Rekonstruksi <strong>Aceh</strong> (BKRA) untuk melanjutkan<br />
tugas BRR yang belum selesai 100%<br />
di akhir masa tugasnya. “Sebesar 6% pekerjaan<br />
rekonstruksi yang belum selesai oleh BRR<br />
dilanjutkan pengerjaannya oleh BKRA dan<br />
pemerintah <strong>Aceh</strong> dan diharapkan selesai pada<br />
tahun 2012,” ujar Iskandar.<br />
LAPORAN KHUSUS<br />
lingkungan hidup.<br />
Berdasarkan sudut kepentingan pengembangannya,<br />
penetapan Kawasan Strategis<br />
<strong>Aceh</strong> (KSA) tersebut dapat diuraikan sebagai<br />
berikut ini. awl/ar<br />
TABEL V.3.1<br />
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS ACEH (KSA)<br />
Sudut Kepentingan KSA &<br />
KSA Yang Ditetapkan<br />
A. Pertumbuhan ekonomi:<br />
Kriteria KSA Arahan Penanganan KSA<br />
1. Koridor Banda <strong>Aceh</strong> - Lhokseuma- - Memiliki sektor unggulan yang dapat mendorong - Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ekonomi<br />
we - Langsa - Kuala Simpang pertumbuhan ekonomi wilayah <strong>Aceh</strong>. yang mendorong pertumbuhan ekonomi <strong>Aceh</strong>.<br />
- Pertumbuhan ekonomi yang pesat selayaknya - Mengembangkan dan meningkatkan prasarana<br />
dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja ka- dan sarana pendukung pusat-pusat kegiatan ekowasan.<br />
nomi.<br />
- Mengendalikan pemanfaatan ruang dan alih fungsi<br />
ruang yang dapat menurunkan kualitas lingkungan<br />
dan layanan transportasi wilayah.<br />
2. Koridor Banda <strong>Aceh</strong> - Meulaboh- - Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerak- - Mengembangkan kegiatan dan pusat-pusat kegi-<br />
Subulussalam kan pertumbuhan ekonomi. atan agroindustri, agromarine, dan wisata alam<br />
- Untuk mempercepat pertumbuhan kawasan ter- (bahari).<br />
B. Sosial budaya:<br />
tinggal. - Keterkaitan dan keterpaduan prasarana wilayah:<br />
transportasi, energi, dan telekomunikasi.<br />
- Pengendalian kelestarian lingkungan di daratan<br />
dan perairan laut di sekitarnya.<br />
3. Kawasan Cagar Budaya: Peninggal- - Pelestarian peninggalan budaya <strong>Aceh</strong> dan nasi- - Pelestarian cagar budaya.<br />
an Kesultanan <strong>Aceh</strong> di Banda <strong>Aceh</strong><br />
dan <strong>Aceh</strong> Besar.<br />
onal. - Sebagai objek wisata budaya dan religi.<br />
4. Kawasan Cagar Budaya: Peninggal- - Pelestarian peninggalan budaya <strong>Aceh</strong> dan nasi- - Pelestarian cagar budaya.<br />
an Kerajaan Samudera Pasai di<br />
<strong>Aceh</strong> Utara.<br />
onal. - Sebagai objek wisata budaya dan religi.<br />
5. Kawasan Pemakaman Massal Kor- - Memiliki nilai sejarah. - Pelestarian kawasan dengan fungsi khusus.<br />
ban Tsunami dan Museum Bencana<br />
Tsunami 2004 di Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
- Sebagai objek wisata budaya.<br />
C. Pendayagunaan sumber daya<br />
alam dan/atau teknologi tinggi:<br />
6. DAS Peusangan - Memiliki sumber daya air yang bersifat lintas ka- - Pemanfaatan sumber daya air untuk energi, irigasi<br />
bupaten, yang dapat didayagunakan untuk men- dan air bersih.<br />
dukung perkembangan wilayah yang pesat di - Konservasi sumber daya air DAS Peusangan, unpesisir<br />
timur <strong>Aceh</strong>. tuk menjaga kuantitas dan kualitas air.<br />
D. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan:<br />
7. Kawasan Ekosistem Ulu Masen - Perlindungan ekosistem, perlindungan keaneka- - Konservasi alam sebagai suatu ekosistem dengan<br />
ragaman hayati, dan perlindungan wilayah hulu keanekaragaman hayati, dan memberikan perlintata<br />
air. dungan terhadap kawasan bawahannya.<br />
- Pembatasan dan pengendalian pembangunan.<br />
8. Kawasan Gunung Seulawah - Perlindungan ekosistem, sebagai gunung berapi - Konservasi alam sebagai suatu ekosistem gunung<br />
(volkanik) yang solitair. berapi (volkanik).<br />
- Pemanfaatan panas bumi Gunung Seulawah.<br />
- Pengendalian kegiatan budidaya di lereng dan kaki<br />
Gunung Seulawah.<br />
9. Kawasan Hutan Lindung Pesisir - Perlindungan ekosistem hutan bakau. - Rehabilitasi dan revitalisasi hutan bakau.<br />
(Hutan Bakau) Pesisir Timur <strong>Aceh</strong> - Pengendalian kegiatan budidaya perikanan dan<br />
(<strong>Aceh</strong> Tamiang, Langsa, <strong>Aceh</strong> Timur) permukiman di sekitar kawasan hutan bakau.<br />
10. Kawasan Hutan Lindung Pesisir - Perlindungan ekosistem hutan bakau. - Rehabilitasi dan revitalisasi hutan bakau.<br />
(Hutan Bakau) Pesisir Barat <strong>Aceh</strong> - Pengendalian kegiatan budidaya perikanan dan<br />
(Gosong Telaga <strong>Aceh</strong> Singkil) permukiman di sekitar kawasan hutan bakau.<br />
11. Kawasan TWA/TWAL Pulau Weh - Perlindungan ekosistem darat dan laut yang ter- - Menjaga kualitas kawasan dengan keanekaragam-<br />
Sabang integrasi. an fauna dan flora.<br />
- Pengendalian pemanfaatan sebagai objek wisata<br />
alam.<br />
12. Kawasan TWA/TWAL Kepulauan - Perlindungan ekosistem darat dan laut yang ter- - Menjaga kualitas kawasan dengan keanekaragam-<br />
Banyak <strong>Aceh</strong> Singkil.<br />
Sumber: Hasil Kajian/Analisis.<br />
integrasi. an fauna dan flora.<br />
- Pengendalian pemanfaatan sebagai objek wisata<br />
alam.<br />
Delegasi Jepang Belajar dari Proses RR <strong>Aceh</strong><br />
Lebih lanjut Iskandar menyampaikan<br />
bahwa proses rehabilitasi dan rekonstruksi<br />
<strong>Aceh</strong> dan Nias akan menjadi pelajaran kepada<br />
proses yang sedang dilaksanakan di<br />
Jepang pascabencana gempa bumi dan tsunami<br />
pada 11 Maret 2011 lalu.<br />
Mr. Adachi menyampaikan rasa terima<br />
kasih kepada <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> yang telah berbuat<br />
dan bersimpati kepada korban bencana<br />
di Jepang. “Jepang sekarang sedang dalam<br />
masa emergency dan akan memasuki masa<br />
rehabilitasi rekonstruksi seperti yang dialami<br />
pemerintah Indonesia terutama pemerintah<br />
<strong>Aceh</strong> pascatsunami 2004 lalu,” kata Adachi.<br />
Pada kesempatan itu Mr. Adachi juga<br />
menjelaskan secara singkat gambaran kondisi<br />
beberapa daerah yang terkena bencana<br />
tsunami 11 Maret lalu. “Bencana tsunami<br />
yang terjadi di sebagian besar kawasan Miyagi<br />
Prefecture dan Iwate Prefecture itu mempunyai<br />
ketinggian gelombang 10–15 meter.<br />
<strong>Pemerintah</strong> Jepang telah melakukan recovery<br />
sarana transportasi utama seperti jalur<br />
kereta api cepat (Shinkansen) dan jalan raya<br />
(Highway) dalam minggu pertama setelah<br />
bencana,” urai Adachi.<br />
Kesulitan yang dihadapi pemerintah<br />
Jepang saat ini adalah kenyataan bahwa di<br />
daerah bencana tersebut umumnya penduduknya<br />
lebih banyak dalam kategori umur<br />
di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan dua faktor,<br />
yaitu penurunan angka kelahiran dan<br />
juga karena generasi muda telah pindah ke<br />
wilayah perkotaan untuk mencari kerja seperti<br />
daerah metropolitan Tokyo dan Osaka.<br />
Masalah lainnya yang dihadapi pemerintah<br />
Jepang adalah dalam proses relokasi penduduk,<br />
umumnya masyarakat di sana masih<br />
ingin tetap tinggal di tempat semula, belum<br />
lagi dengan masalah harga tanah di Jepang<br />
yang masih tinggi sehingga mempersulit<br />
proses ganti tanah. Pada kesempatan itu<br />
juga Mr. Adachi mengharapkan bahwa pelajaran<br />
yang berharga dari dua bencana <strong>Aceh</strong><br />
dan Jepang ini dapat dibagikan kepada negara<br />
lainnya di kawasan yang rawan bencana<br />
gempa bumi dan tsunami. ma
LAPORAN KHUSUS<br />
Dalam rangka percepatan<br />
pembangunan, seluruh<br />
SKPA dalam jajaran<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> mengadakan<br />
pertemuan untuk membahas<br />
dan finalisasi Rencana Kerja<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> (RKPA) 2012.<br />
Pertemuan yang difasilitasi oleh<br />
<strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong> itu berlangsung<br />
di Aula Prof A Madjid Ibrahim,<br />
Rabu (1/6/2011) dihadiri seluruh<br />
kepala SKPA dan kepala <strong>Bappeda</strong><br />
kabupaten/kota se-<strong>Aceh</strong>.<br />
Sekretaris Daerah <strong>Aceh</strong> yang diwakili<br />
asisten <strong>II</strong>, Ir Said Mustafa, dalam sambutannya<br />
mengatakan, penyusunan RKPA tahun<br />
2012 telah disusun sebelum pelaksanaan<br />
Musrenbang Provinsi pada April 2011 dan<br />
saat ini telah menghasilkan draft final. “Beberapa<br />
program dan kegiatan yang sudah<br />
ada draft final itu perlu sinkronisasi bersama<br />
antara <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> dengan <strong>Pemerintah</strong><br />
Kabupaten/Kota sehingga kegiatan dapat dilaksanakan<br />
sesuai harapan bersama. Dengan<br />
demikian, RKPA bukanlah program sepihak<br />
dari gubernur, melainkan program bersama<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> yang di dalamnya termasuk<br />
program kabupaten/kota,” ujar Said<br />
Mustafa.<br />
Ditambahkannya, seluruh kegiatan prioritas<br />
yang menitik beratkan pada JKA,<br />
BKPG, beasiswa anak yatim dan beasiswa<br />
S1/S2/S3 bagi mahasiswa <strong>Aceh</strong> yang berprestasi<br />
merupakan kegiatan wajib yang<br />
harus dilanjutkan dan dituntaskan. Untuk<br />
<strong>Tahun</strong> 2012 adalah tahun<br />
terakhir pelaksanaan<br />
RPJMA (2007-<br />
2012) yang dititikberatkan<br />
pada penuntasan pelaksanaan<br />
pembangunan. Dengan<br />
tuntasnya pembangunan<br />
jangka menengah ini, pertumbuhan<br />
ekonomi <strong>Aceh</strong><br />
diharapkan mencapai 6 sampai<br />
6,5 %. Untuk mencapai<br />
pertumbuhan ekonomi itu,<br />
maka prioritas dan sasaran<br />
pembangunan tahun 2012<br />
seperti yang tertuang dalam<br />
dalam Rencana Kerja <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Aceh</strong> (RKPA) tahun<br />
2012 diarahkan kepada keberlanjutan tujuh<br />
prioritas pembangunan. Demikian dikatakan<br />
Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir Iskandar,<br />
kepada Tabangun <strong>Aceh</strong> beberapa hari lalu.<br />
Menurut Iskandar, ketujuh prioritas<br />
pembangunan itu adalah pemberdayaan<br />
ekonomi masyarakat dan perluasan kesempatan<br />
kerja; pembangunan dan pemeliharaan<br />
infrastruktur pendukung investasi; pembangunan<br />
pendidikan bermutu dan merata;<br />
peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas;<br />
pembangunan agama, sosial dan budaya;<br />
penguatan pemerintahan, politik dan<br />
hukum; serta penanganan dan pengurangan<br />
resiko bencana.<br />
“Dalam rangka mendukung terlaksananya<br />
7 prioritas pembangunan <strong>Aceh</strong> maka<br />
sasaran dan prioritas pembangunan 2012<br />
dititikberatkan pada pemberdayaan ekonomi<br />
masyarakat, perluasan kesempatan kerja<br />
dan penanggulangan kemiskinan. Target<br />
pertumbuhan tersebut diharapkan sekaligus<br />
dapat menurunkan tingkat kemiskinan dan<br />
pengangguran melalui pelaksanaan kegiatan<br />
pemberdayaan ekonomi, terbukanya lapangan<br />
kerja dan kemudahan usaha bagi masy-<br />
itu, tambah Said, alokasi anggaran<br />
untuk kegiatan-kegiatan yang<br />
sangat berpihak pada rakyat itu<br />
harus dipenuhi.<br />
Lebih lanjut Said Mustafa<br />
menyampaikan bahwa RKPA<br />
tahun 2012 akan ditindaklanjuti<br />
melalui kebijakan Umum Anggaran<br />
dan Prioritas Plafon Anggaran<br />
Sementara (KUA-PPAS) dan menjadi<br />
pedoman dalam penyusunan<br />
RAPBA 2012. Penyusunan program<br />
pemerintah harus mengikuti<br />
pedoman dan tahapan sesuai Peraturan<br />
Menteri Dalam Negeri No 54/2010 sehingga<br />
terencana dengan baik dan legalitasnya dapat<br />
dipertanggungjawabkan.<br />
Dalam Permendagri No 54/2010 disebutkan<br />
bahwa bahwa penyusunan rencana<br />
pembangunan daerah disusun berdasarkan<br />
beberapa tahapan, meliputi: persiapan penyusunan;<br />
penyusunan rancangan awal;<br />
penyusunan rancangan; pelaksanaan musrenbang;<br />
penyusunan rancangan akhir; serta<br />
penetapan dokumen perencanaan disusun<br />
melalui pendekatan teknokratis, partisipatif,<br />
politis, dan top down dan bottom up.<br />
Dalam penyusunan RKPA 2012 memuat<br />
rancangan kerangka ekonomi daerah, program<br />
prioritas pembangunan daerah, rencana<br />
kerja pendanaan serta prakiraan maju<br />
yang disusun berdasarkan perubahan RP-<br />
JMA 2007-2012 dan RPJMN 2010-20<strong>14</strong> dengan<br />
mengacu pada tujuh prioritas pemerintah<br />
<strong>Aceh</strong> yaitu: penguatan pemerintahan;<br />
arakat terutama masyarakat<br />
miskin,” ujar mantan Ketua<br />
Harian BKRA itu.<br />
Dia menjabarkan, tingkat<br />
pengangguran terbuka<br />
(TPT) yang terjadi di <strong>Aceh</strong><br />
pada tahun 2012 diharapkan<br />
dapat ditekan menjadi<br />
7,5 persen, jumlah penduduk<br />
miskin diharapkan<br />
mampu direduksi lebih<br />
rendah dari tahun 2011<br />
atau menjadi sekitar 17-18<br />
persen, dan sebaran penduduk<br />
miskin dalam proporsi<br />
yang seimbang antara perkotaan<br />
dan pedesaan. Selain<br />
itu, tingkat inflasi selama tahun 2012<br />
diperkirakan berkisar 4-5 persen, yang dihitung<br />
dari dua kota yaitu Banda <strong>Aceh</strong> dan<br />
Lhokseumawe.<br />
Untuk itu, sambung Iskandar, produksi<br />
dan produktivitas pertanian tanaman pangan,<br />
perkebunan, perikanan dan peternakan<br />
melalui upaya optimalisasi, modernisasi,<br />
diversifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi,<br />
dalam rangka peningkatan produksi dan<br />
ekspor daerah, serta pendapatan petani, harus<br />
ditingkatkan. “Sektor-sektor inilah yang<br />
member sumbangan besar dalam pertumbuhan<br />
ekonomi rakyat di <strong>Aceh</strong>. Karenanya<br />
peningkatan produksi tanaman pangan,<br />
perikanan, peternakan serta komoditas unggulan<br />
menjadi perhatian utama dalam pembangunan<br />
2012 ,” sambung dia.<br />
Selanjutnya, perlu dibina dan dibangun<br />
sentra-sentra produksi berbasis agro industri<br />
dalam rangka peningkatan nilai tambah<br />
daerah dengan komoditi utama padi, kelapa<br />
sawit, kopi, kakao, nilam, pala, dan perikanan.<br />
Kemampuan tenaga penyuluh, petani dan<br />
penguatan kelembagaan melalui pelatihan penyuluh<br />
juga menjadi prioritas. awl<br />
politik dan hukum; pemberdayaan ekonomi<br />
masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan<br />
penanggulangan kemiskinan; pembangunan<br />
dan pemeliharaan infrastruktur pendukung<br />
investasi; pembangunan pendidikan yang<br />
bermutu dan merata; peningkatan pelayanan<br />
kesehatan berkualitas; pembangunan<br />
agama, sosial dan budaya; serta penanganan<br />
dan pengurangan resiko bencana.<br />
Sementara Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir Iskandar<br />
M.Sc, menyampaikan bahwa RKPA<br />
tahun 2012 akan difinalkan dengan segera<br />
dalam bentuk Peraturan Gubernur (Pergub),<br />
kemudian dilanjutkan dengan KUA-PPAS<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 11<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> Bahas Finalisasi RKPA 2012<br />
n JKA, BKPG dan Beasiswa masuk prioritas<br />
SAID MUSTAFA<br />
Pertumbuhan ekonomi aceh<br />
ditargetkan 6,5 % pada 2012<br />
ISKANDAR<br />
S<br />
ebagai sebuah program pemerintah,<br />
PNPM-MP dan Bantuan Keuangan<br />
Pemakmue Gampong (BKPG) awalnya<br />
juga hanya dianggap sebagai sebuah angin<br />
surga untuk masyarakat desa. Gampong<br />
tetaplah sebuah gampong, yang hanya dikunjungi<br />
saat menjelang pesta demokrasi pemilihan<br />
umum, selebihnya gampong berkembang<br />
sendiri dengan berbagai alur pikir warganya.<br />
Melihat tata desa tampak seperti tata letak<br />
di sebuah kompleks perumahan modern,<br />
mungkin hanya mimpi bagi masyarakat gampong<br />
atau desa. Pasalnya gampong tak memiliki<br />
dana untuk membangun infrastruktur<br />
yang menunjang kehidupan masyarakat.<br />
Tapi, dengan kerja keras semua stakeholder,<br />
sungguh mengejutkan, ternyata program<br />
BKPG terealisir dengan baik, bahkan<br />
terus mencapai target seperti yang diharapkan,<br />
yakni kesejahteraan dan kemandirian<br />
masyarakat di gampong (desa).<br />
Program Bantuan Keuangan Pemakmue<br />
Gampong (BKPG) yang digagas <strong>Pemerintah</strong><br />
Provinsi <strong>Aceh</strong> bertujuan untuk memperkuat<br />
perencanaan pembangunan <strong>Aceh</strong> berbasis<br />
masyarakat bawah (gampong/desa) di masa<br />
mendatang.<br />
Melalui program ini penguatan perencanaan<br />
pembangunan <strong>Aceh</strong> di masa mendatang<br />
betul-betul melibatkan masyarakat pedesaan.<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> melalui Badan Pemberdayaan<br />
Masyarakat (BPM) <strong>Aceh</strong>, memberi<br />
penghargaan kepada gampong (desa), fasilitator<br />
kecamatan, fasilitator teknik dan asisten<br />
fasilitator kecamatan terbaik dalam mengelola<br />
program Bantuan Keuangan Peumakmue<br />
Gampong (BKPG) se-<strong>Aceh</strong>.<br />
Pemberian penghargaan ini dilakukan<br />
pada tanggal 11 Juni 2011 bertepatan dengan<br />
pelaksanaan Hari Bhakti Gotong Royong<br />
di <strong>Aceh</strong>, yang dipusatkan di Takengon, Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
“Pemberian penghargaan ini sebagai wujud<br />
apresiasi terhadap semua yang sudah<br />
melaksanakan program BKPG sehingga program<br />
ini merupakan program yang dinilai bisa<br />
meningkatkan perekonomian masyarakat kecil<br />
di pedesaan,” jelas Kepala BPM <strong>Aceh</strong> M Ali<br />
Basyah MM.<br />
Program BKPG adalah program pembangunan<br />
gampong yang berbasiskan masyarakat<br />
yang terintegrasi dengan Program Pasional<br />
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri<br />
Perdesaan.<br />
Terpilih sebagai gampong terbaik yang<br />
menjalankan program BKPG ini adalah Gam-<br />
dan akan diserahkan ke DPRA paling lambat<br />
awal Juli 2011. Iskandar berharap agar<br />
seluruh SKPA benar-benar serius mengikuti<br />
proses penyusunan RKPA karena memuat<br />
langkah-langkah yang akan dilaksanakan<br />
pada tahun 2012 mendatang.<br />
“Tahapan-tahapan penyusunan dokumen<br />
perencanaan ini harus dipatuhi dengan seksama<br />
dan tepat waktu agar skenario percepatan<br />
pembangunan <strong>Aceh</strong> dapat dilalui sesuai<br />
rencana. Penyiapan dokumen perencanaan<br />
ini adalah titik awal yang sangat penting<br />
dalam menentukan langkah pembangunan<br />
ke depan,” ujar Iskandar. awl<br />
Rapat Kordinasi Finalisasi RKPA Rabu (01/06/2011) di Aula Lantai 4 <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Mewujudkan Kemandirian<br />
Gampong dengan BKPG<br />
FOTO: CANDRA<br />
pong Ujong Drien Kecamatan Meureubo, Kabupaten<br />
<strong>Aceh</strong> Barat.<br />
Kepala BPM <strong>Aceh</strong> M Ali Basyah menuturkan,<br />
penilaian desa/gampong terbaik pelaksana<br />
program BKPG 2010 ini untuk memberikan<br />
penghargaan kepada desa-desa yang telah<br />
bekerja dengan baik dalam mengelola dana<br />
BKPG yang telah diterimanya dari <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Aceh</strong> tahun 2010 sebesar Rp 75 juta/desa.<br />
“Untuk lebih memotivasi masyarakat desa<br />
lainnya agar berbuat yang terbaik, dilakukan<br />
penilaian dan sekaligus sebagai evaluasi dan<br />
monitoring BPM <strong>Aceh</strong> dalam pelaksanaan program<br />
BKPG berbasis gampong,” ujarnya.<br />
Untuk tahun 2010, ada enam desa yang<br />
terpilih sebagai pelaksana terbaik program<br />
BKPG 2010, yaitu terbaik I diraih Gampong<br />
Ujong, Drien Kecamatan Meurebo, <strong>Aceh</strong> Barat,<br />
terbaik <strong>II</strong>, Gampong Lhoh, Kecamatan Pulo<br />
<strong>Aceh</strong>, <strong>Aceh</strong> Besar, terbaik <strong>II</strong>I, Gampong Kalla<br />
Bintang, Kecamatan Bintang, <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Sedangkan harapan I, Gampong Sambay,<br />
Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Simeulue,<br />
harapan <strong>II</strong> Gampong Balee Ulim, Kecamatan<br />
Pidie Jaya, dan terbaik harapan <strong>II</strong>I, Gampong<br />
Bukit Pepanyi, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten<br />
Bener Meriah.<br />
Disebutkan, untuk juara pertama diberi<br />
hadiah Rp 10 juta, juara <strong>II</strong> Rp 9 juta, juara<br />
<strong>II</strong>I Rp 8 juta. Sedangkan untuk harapan I Rp<br />
6 juta, harapan <strong>II</strong> Rp 5 juta dan harapan <strong>II</strong>I<br />
Rp 4 juta.<br />
Selain diberi hadiah uang, keenam desa<br />
yang meraih terbaik itu juga diberikan masing-masing<br />
satu unit komputer.<br />
Sedangkan untuk Fasilitator Kecamatan<br />
terbaik adalah Idawati (33) dari Kecamatan<br />
Samudera, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara. Fasilitator<br />
Teknik terbaik adalah Jefri Andres (35), dari<br />
Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />
Tamiang.<br />
Untuk asisten fasilitator kecamatan terbaik<br />
diraih oleh Linda Winarni (32) dari Kecamatan<br />
Teunom, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Jaya. “Kesemua kandidat<br />
ini diseleksi dengan ketat berdasarkan kinerja<br />
mereka di setiap gampong dan kemudian<br />
juga mengikuti seleksi di propinsi, dan hasilnya<br />
tiga nama ini yang terbaik,” ujar Ali Basyah.<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> meluncurkan program<br />
BKPG ini untuk pembangunan menumbuhkan<br />
perekonomian masyarakat dari akar rumput.<br />
Untuk tahun 2010, pemerintah sudah mengucurkan<br />
dana sebesar Rp 318,9 miliar untuk<br />
6378 gampong di <strong>Aceh</strong>, dan sebesar 30 persen<br />
dana ini terserap untuk program simpan pinjam<br />
kelompok perempuan (SPP). yayan zamzami
12<br />
Untuk mengembalikan kejayaan Kawasan<br />
Sabang, Badan Pengusahaan<br />
Kawasan Sabang (BPKS) terus melakukan<br />
pembenahan, diantaranya menjadikan<br />
organisasi itu beroreintasi dan berbasis<br />
kinerja (performance). Hal itu disampaikan<br />
Kepala BPKS, Ir. Ruslan Abdul Gani, Dipl.<br />
Eng, pada pertemuan dan rapat kerja dalam<br />
rangka Penyusunan dan Penyelesaian Standar<br />
Operasional Prosedur (SOP) BPKS bersama<br />
seluruh pimpinan dan karyawan BPKS di<br />
Sabang, Kamis (09/06/2011).<br />
Ruslan Abdul Gani yang belum setahun<br />
dilantik menjadi Kepala BPKS itu mengharapkan<br />
agar karyawan BPKS bekerja<br />
keras dan berinovasi serta memberikan pelayanan<br />
prima guna mewujudkan harapan<br />
masyarakat untuk mengembalikan kejayaan<br />
Sabang sebagai pelabuhan utama dan terkemuka<br />
seperti yang telah direncanakan dalam<br />
master plan dan bussines plan. “Langkah<br />
awal yang ditempuh melalui pembenahan<br />
manajemen dan menjadikan BPKS sebagai<br />
organisasi berbasis kinerja. Kami akan memasang<br />
beberapa monitor display elektonik<br />
untuk memantau penyerapan anggaran<br />
BPKS sebagaimana yang pernah dibuat BRR<br />
NAD-Nias dan telah diadopsi <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Aceh</strong> saat ini,” ujar Ruslan yang juga mantan<br />
Kepala Regional I BRR NAD-Nias.<br />
BPKS diberi tugas untuk mengelola,<br />
mengembangkan dan melaksanakan pembangunan<br />
Kawasan Sabang sesuai Undangundang<br />
No.37/2000 dengan rentang waktu<br />
pengelolaan selama 70 tahun. Karena itu<br />
menurut Ruslan, SOP sangat penting dan<br />
mendesak untuk diterapkan di BPKS sebagai<br />
acuan dan pedoman kerja bersama seperti<br />
organisasi-organisasi besar lainnya yang<br />
berorientasi profit dan berbasis kinerja telah<br />
menunjukkan eksistensi dan mampu bertahan<br />
di era globalisasi. Dia meminta seluruh<br />
deputi dan karyawan BPKS dapat menyelesaikan<br />
SOP dengan baik dan terus dilakukan<br />
perbaikan-perbaikan menuju penyempurnaan<br />
dimasa mendatang. fzu<br />
Kota Sabang terus berbenah<br />
diri menjadi kota<br />
tujuan wisata pilihan.<br />
Berbagai upaya promosi dilakukan<br />
untuk penyebaran informasi<br />
dengan memanfaatkan jaringan<br />
internet, facebook dan fasilitas<br />
jaringan sosial lainnya. Selain<br />
melakukan promosi rutin, Pemko<br />
Sabang juga menawarkan berbagai<br />
program dalam menggaet<br />
wisatawan, baik lokal maupun<br />
mancanegara.<br />
Menghadapi musim liburan sekolah<br />
tahun ajaran 2010/2011, Dinas Pariwisata<br />
dan Kebudayaan Kota Sabang bersama<br />
BPKS dan instansi terkait lain menawarkan<br />
paket “Ayo Berlibur Lagi ke kota Sabang.”<br />
Program ini bertujuan untuk meningkatkan<br />
kunjungan wisatawan baik wisatawan<br />
lokal, nasional dan manca negara<br />
yang berkunjung ke Sabang. Demikian<br />
disampaikan M.Ali Taufik, Kepala bidang<br />
Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwisata<br />
dan Kebudayaan Kota Sabang ketika menerima<br />
Tabangun <strong>Aceh</strong> di ruang kerjanya,<br />
Selasa (07/06/11).<br />
Taufik menargetkan lebih dari 3.000<br />
wisatawan dapat berkunjung dan menikmati<br />
keindahan panorama Pulau Weh seperti<br />
Tugu Kilometer Nol Indonesia, Sabang Bay,<br />
Sumur Tiga, Pantai Gapang dan Iboih, Pulau<br />
Rubiah, Sarang Batu Caves, Bunker Jepang,<br />
Danau Aneuk Laot serta aneka atraksi budaya<br />
dan pagelaran seni selama musim liburan<br />
ini.<br />
Selain itu, pihaknya juga menggelar<br />
parade band di pinggir pantai yang akan<br />
dipentaskan oleh kelompok band asal Kota<br />
Sabang, juga memberi kesempatan kepada<br />
group band dari luar kota Sabang yang in-<br />
SERBA SERBI<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />
AIU-HoA Seleksi Calon<br />
Penerima Beasiswa<br />
Albukhary International University<br />
(AIU) Malaysia bekerjasama dengan<br />
House of <strong>Aceh</strong> (HoA) telah melakulahan<br />
dunia.<br />
Pelajar AIU akan mendapatkan beasiswa<br />
penuh dari Yayasan Albukhary serta uang<br />
Juli 2011. Acara ini dilaksanakan atas kerjasama<br />
“Badan Investasi dan Promosi <strong>Aceh</strong>,<br />
BPKS Sabang, <strong>Pemerintah</strong> Kota Sabang dan<br />
da <strong>Aceh</strong> Year 2011 dengan jaringan yang dimiliki<br />
di sejumlah negara. Wakil Wali Kota<br />
Banda <strong>Aceh</strong> juga menggagas agar sejumlah<br />
kan seleksi bagi calon penerima beasiswa saku sebesar RM 350 (Rp 1.000.000,-) setiap Komunitas Masyarakat <strong>Aceh</strong> Denmark dan benda-benda bersejarah <strong>Aceh</strong> masa lalu yang<br />
2011 asal <strong>Aceh</strong>. Seleksi berlangsung Minggu bulan. Hingga saat ini lebih dari 500 pelajar Eropa yang tergabung dalam World <strong>Aceh</strong>- kini disimpan di sejumlah negara seperti di<br />
(<strong>14</strong>/6/2011) di Lembaga Phi-Beta dan lobby yang menuntut ilmu di Albukhary Internanese Association (WAA)”, ungkap T. Indra. Museum Broenbork Belanda dan beberapa<br />
Hotel Oasis Banda <strong>Aceh</strong>. Materi ujian tes sional University yang berasal dari 30 negara Wakil Wali Kota Banda <strong>Aceh</strong> Illiza negara lain dapat disimpan kembali di <strong>Aceh</strong>.<br />
masuk berupa tes bahasa Inggris pengganti dan umumnya berasal dari pelajar kurang Sa’aduddin menyambut baik dan menghara- Ke depan perlu dipikirkan untuk dibangun<br />
sertifikat TOEFL atau IELTS Internasional mampu dari Asia Timur, Afrika dan Eropa. pkan HoA dapat membantu mempromosi- Museum Manuskrip <strong>Aceh</strong> untuk pembelaja-<br />
yang menjadi pra-syarat untuk mendapat-<br />
Diterima Wakil Wali Kota kan dan mendukung pelaksanaan Visit Banran bagi generasi akan datang. fzu<br />
kan beasiswa.<br />
Sementara itu, menjelang keberangkatan<br />
Pelaksanaan ujian ini dihadiri Wakil ke Denmark untuk membantu mempromo-<br />
Albukhary Internasional University (AIU), sikan potensi <strong>Aceh</strong>, pengurus House of <strong>Aceh</strong><br />
Encik Hasbullah Atan, dan Dr. Muhammad (HoA) diterima Wakil Wali Kota Banda<br />
Subhan dari House of <strong>Aceh</strong> Internasional <strong>Aceh</strong> Illiza Sa’aduddin bersama Kepala Dinas<br />
(HoA). Encik Hasbullah menyampaikan Pariwisata dan Kebudayaan Banda <strong>Aceh</strong> di<br />
apresiasi dan rasa haru atas tingginya animo ruang kerjanya di Senin (06/06/2011). Teuku<br />
anak-anak <strong>Aceh</strong> untuk mendapatkan bea- Indra dari HoA menyampaikan sejumlah<br />
siswa dari AIU.<br />
program untuk mendukung pelaksanaan<br />
Albukhary Internasional University mer- Visit Banda <strong>Aceh</strong> Year 2011 dan Visit <strong>Aceh</strong><br />
upakan universitas baru di Malaysia yang 2013, termasuk kemungkinan pelaksan-<br />
dikelola Yayasan Albukhary dan diketuai aan “Sewindu Bencana Dunia” untuk men-<br />
Tan Sri Syed Mukhtar Albukhary, salah satu genang dan menggalang kembali solidaritas<br />
warga negara Malaysia terkaya. Albukhary masyarakat dunia untuk membangun <strong>Aceh</strong>.<br />
Internasional University memberikan bea- Pada pertemuan tersebut juga disampaisiswa<br />
bagi pelajar kurang mampu dan mekan rencana pelaksanaan “Pekan Budaya dan<br />
miliki prestasi cemerlang dari berbagai be- Investasi <strong>Aceh</strong>” di Denmark tanggal 9 - 22<br />
BPKS Menuju Organisasi<br />
Berbasis Kinerja<br />
FOTO: FAUZI UMAR<br />
Kepala Bidang Pelabuhan BPKS Sabang Agus Salim bersama Dr. Muhammad Subhan meninjau<br />
terminal CT3 dalam tahapan proses pengerjaan di dampingi Kontraktor Pelaksana PT. Nindya Karya<br />
FOTO: FAUZI UMAR<br />
Wakil Wali Kota Banda <strong>Aceh</strong> Illiza Sa’aduddin Jamal didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan<br />
Kebudayaan Banda <strong>Aceh</strong> T. Reza menerima Tim House of <strong>Aceh</strong> International yang dipimpin T.Indra<br />
ayo Berlibur Lagi ke Sabang<br />
Muhammad Ali Taufik<br />
gin tampil dan menunjukkan kebolehannya<br />
kepada pengunjung<br />
selama liburan tahun ini.<br />
Taufik menambahkan,<br />
pihaknya bersama instansi<br />
terkait terus mendorong dan<br />
menjadikan Kota Sabang sebagai<br />
salah satu pilihan berwisata.<br />
“Even-even besar skala lokal,<br />
nasional maupun internasional<br />
akan dilaksanakan di kota Sabang<br />
seperti Sabang Regata Internasional<br />
dalam waktu dekat ini,”<br />
katanya.<br />
Berkaitan dengan peluncuran program<br />
“Ayo Berlibur Lagi Ke Sabang”, Pemko Sabang<br />
telah bekerjasama dengan pihak perhotelan<br />
dan jasa penyebarangan untuk memberikan<br />
tarif khusus dengan harga murah bagi pelajar<br />
dan mahasiswa selama masa liburan sekolah<br />
hingga tiga pekan ke depan. “Syaratnya<br />
cukup menunjukkan kartu mahasiswa atau<br />
kartu pelajar. Untuk rombongan sekolah<br />
cukup menunjukkan Surat Keterangan atau<br />
Izin Kepala Sekolah bersangkutan”, ungkap<br />
Taufik.<br />
Selain menggencarkan promosi kepada<br />
masyarakat lokal dan nasional, Pemko<br />
Sabang juga mengkampanyekan potensi<br />
Pulau Weh ke mancanegara. Dikatakan<br />
Taufik, dalam waktu dekat pihaknya bersama<br />
BPKS, Badan Investasi dan Promosi<br />
<strong>Aceh</strong> dan House of <strong>Aceh</strong> International<br />
bekerjasama dengan World <strong>Aceh</strong>nese Association<br />
(WAA) akan melaksanakan Pekan<br />
Budaya dan Investasi <strong>Aceh</strong> di kota Aalborg<br />
dan Arhus Denmark pada tanggal 8-22 Juli<br />
2011. Pihaknya akan mempromosikan dan<br />
menampilkan sejumlah potensi dan objek<br />
wisata yang layak dikunjungi di kota yang<br />
dijuluki “The Golden Island” itu. fzu
HABA BAPPEDA<br />
Dinas Perhubungan dari delapan<br />
provinsi di Sumatera meliputi Lampung,<br />
Sumatera Selatan, Sumatera<br />
Utara, Jambi, Bengkulu, Riau, Bangka Belitung<br />
dan <strong>Aceh</strong> mengadakan pertemuan untuk<br />
merumuskan kesepakatan bidang infrastruktur,<br />
perhubungan dan pengembangan<br />
wilayah dalam rangka pembangunan infrastruktur<br />
se-Sumatera, sekaligus menjadi pen-<br />
Komitmen <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> untuk<br />
mewujudkan kesejahteraan<br />
masyarakat bawah semakin nyata.<br />
Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong<br />
(BKPG) yang merupakan salah satu dari tiga<br />
program pro rakyat (dua lainnya adalah JKA<br />
dan bantuan beasiswa) tetap dipertahankan<br />
dalam <strong>Tahun</strong> Anggran 2011. Ketiga program<br />
pro ini bersentuhan langsung dengan<br />
kepentingan rakyat dan sudah dirasakan<br />
manfaatnya.<br />
Ketiga program tersebut mendapat<br />
pujian dari Presiden RI Susilo Bambang<br />
Yudhoyono dalam kunjungannya ke <strong>Aceh</strong><br />
tahun lalu. Presiden menganggap Gubernur<br />
<strong>Aceh</strong> mampu menerjemahkan program<br />
<strong>Pemerintah</strong> Pusat seperti Jamkesmas dan<br />
PKPM Mandiri. Karenanya, siapapun yang<br />
menjadi gubernur <strong>Aceh</strong> nantinya, programprogram<br />
pro rakyat yang diperkenalkan<br />
Irwandi sejak tahun 2009 ini harus tetap<br />
dipertahankan.<br />
Fakta nyata di lapangan bahwa<br />
masyarakat merasakan manfaat pembangunan<br />
dan dapat langsung memetik buahnya<br />
melalui BKPG. Infrastruktur dasar pedesaan<br />
dukung percepatan pembangunan koridor<br />
ekonomi wilayah Sumatera.<br />
Dalam pertemuan yang berlangsung di<br />
Hotel Grand Nanggroe, Selasa (24/5/2011),<br />
itu dibahas berbagai persoalan pembangunan<br />
antarprovinsi di seluruh Sumatera yang<br />
saling menguntungkan, baik untuk kawasan<br />
domestik maupun regional. Wilayah Sumatera<br />
merupakan salah satu kawasan strategis<br />
seperti jalan, jembatan, irigasi, sanitasi dan<br />
lain-lain mampu dibangun sendiri oleh<br />
rakyat melalui BKPG. Ini adalah porsi pembangunan<br />
yang diberikan kepada rakyat,<br />
sehingga jangan menimbulkan kesan rakyat<br />
mengemis dalam pengurusannya. Di sisi<br />
lain, masyarakat harus transparan, jujur dan<br />
bertanggungjawab terhadap dana itu sehingga<br />
tidak menimbulkan rasa saling curiga<br />
antarpenduduk.<br />
Anggaran BKPG 2011 mencapai Rp 299,3<br />
miliar, diperuntukkan bagi 5.986 desa di seluruh<br />
<strong>Aceh</strong>. Ini adalah angka fantastis yang diharapkan<br />
mampu menekan angka kemiskinan<br />
di lapisan bawah. BKPG 2011 telah disalurkan<br />
Gubernur melalui peringatan Hari<br />
Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat di<br />
Desa Merah Mege, Alu Lintang, <strong>Aceh</strong> Tengah,<br />
Selasa (<strong>14</strong>/6). Penyaluran melalui momentum<br />
hari gotong royong menunjukkan<br />
bahwa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan<br />
dalam menggerakkan pembangunan.<br />
Ketulusan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Aceh</strong> dalam memberdayakan<br />
masyarakat melalui kucuran<br />
dana pembangunan gampong yang melimpah<br />
harus dibarengi kejujuran, ketulusan<br />
dan tanggung jawab tokoh-tokoh masyarakat<br />
dalam pengelolaannya. Jika terdapat indikasi<br />
keanehan apalagi penyimpangan seperti<br />
membengkaknya oder kacamata di dua optik<br />
di <strong>Aceh</strong> Timur harus dapat diantisipasi<br />
sejak awal dan diberikan sanksi tegas kepada<br />
pelakunya, agar dana rakyat ini tidak digrogoti<br />
oleh tikus-tikus berdasi yang bermain<br />
di balik layar. Pembiaran terhadap penyimpangan<br />
dapat menimbulkan citra tidak baik<br />
pada <strong>Aceh</strong> yang pada gilirannya menghambat<br />
kucuran dana dari luar, termasuk dari<br />
<strong>Pemerintah</strong> Pusat.<br />
n Tarmizi A Hamid<br />
Pemerhati sosial budaya dan kolektor<br />
naskah kuno <strong>Aceh</strong>, email: tarmiziahamid@<br />
yahoo.com<br />
yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi<br />
regional di kawasan Asia Tenggara. Selain<br />
potensi sumber daya alam yang melimpah,<br />
wilayah Sumatera juga menempati posisi<br />
yang sangat strategis bila dilihat dari Policy<br />
Economic ASEAN, yang merupakan jalur<br />
transportasi dunia baik laut dan udara.<br />
Namun berbagai potensi tersebut masih<br />
dirasakan belum optimal dalam pengelolaan<br />
dan pemanfaatannya. Keterbatasan infrastruktur<br />
merupakan salah satu kendala<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 13<br />
Forum Gubernur se-Sumatera<br />
Bahas Pengembangan Terpadu<br />
FOTO: DOK. BAPPEDA ACEH<br />
Perwakilan dari dinas perhubungan se-sumatra melakukan pertemuan untuk koordinasi pembangunan<br />
bersama berbagai proyek penyokong ekonomi Sumatra, di Hotel Grand Nanggroe (24/5/2011).<br />
POJOK<br />
• Pembangunan jembatan Selat Sunda<br />
(dikoordinir Provinsi Lampung),<br />
• Pembangunan Railway Sumatera, yaitu<br />
dari Banda <strong>Aceh</strong> (<strong>Aceh</strong>)-Sibolga (Sumut)<br />
dan kemudian dari Sumut sampai<br />
ke Lampung (dikoordinir Provinsi Sumatera<br />
Selatan),<br />
• Pembangunan Sumatera Highway dari<br />
<strong>Aceh</strong> hingga ke Lampung (dikoordinir<br />
Provinsi Sumatera Utara),<br />
• Percepatan pelaksanaan Sumatera<br />
Shipping Line (dikoordinir Provinsi<br />
Jambi),<br />
• Peningkatan jalan Feeder Road Sumatera<br />
(dikoordinir Provinsi Bengkulu),<br />
• Percepatan pelaksanaan Sumatera Airline<br />
(dikoordinir Provinsi Riau),<br />
• Percepatan pembangunan pelabuhan<br />
samudera (dikoordinir Provinsi Bangka<br />
Belitung).<br />
yang berakibat pada terhambatnya aktivitas<br />
perekonomian antarpulau bahkan dengan<br />
negara tetangga, dan ini sangat dirasakan<br />
masyarakat banyak.<br />
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu terobosan<br />
besar dan upaya bersama dalam rangka<br />
percepatan pembangunan di wilayah Sumatera.<br />
Kepala <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir. Iskandar,<br />
M.Sc, yang dipercaya sebagai koordinator<br />
itu mengatakan, forum koordinasi gubernur<br />
se-wilayah Sumatera merupakan terobosan<br />
dan upaya bersama dalam rangka percepatan<br />
pembangunan di wilayah Sumatera melalui<br />
upaya perbaikan kondisi infrastruktur<br />
dan sistem perhubungan yang handal dan<br />
terintegrasi dibarengi dengan upaya peningkatan<br />
sumberdaya manusia melalui konsep<br />
center of excelence.<br />
Menyikapi visi besar milik bersama<br />
provinsi di Sumatera, maka disapakati beberapa<br />
terobosan yang akan ditempuh melalui<br />
tujuh program/kegiatan (lihat box).<br />
Dengan demikian, kata Kepala <strong>Bappeda</strong><br />
<strong>Aceh</strong>, pembangunan infrastruktur tersebut<br />
memiliki peran positif terhadap pertumbuhan<br />
ekonomi. Untuk jangka pendek menciptakan<br />
lapangan kerja sektor konstruksi,<br />
sementara jangka menengah dan panjang<br />
akan mendukung efisiensi dan produktifitas<br />
sektor-sektor terkait. akar<br />
Memetik Buah Pembangunan melalui BkPG<br />
Oleh Tarmizi a Hamid<br />
FOTO: YAYAN ZAMZAMI<br />
Geuchik Desa Turam Kecamatan Darul Kamal, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar., Abdullah Ismail memperhatikan<br />
saluran air yang selesai dibangun dengan dana BKPG. Dengan adanya saluran air ini, warga tak lagi<br />
mengalami air genangan dan banjir.<br />
PeManFaaTan dana BkPG<br />
jenIS KeGIaTan aLOKaSI Dana VOLUMe PeRSenTaSe<br />
Jalan Desa 220.592.740.000 1.867.704 meter 28,0 %<br />
Jembatan 24.268.613.000 669 unit 3,1 %<br />
Air Bersih 29.057.358.000 2,886 unit 3,7 %<br />
Irigasi <strong>14</strong>7.508.800.000 903,41 meter 18,7 %<br />
Pasar Desa 1.370.870.000 21 unit 0,2 %<br />
MCK 28.275.671.000 9<strong>14</strong> unit 3,6 %<br />
Listrik Desa 1.236.307.000 345 unit 0,2 %<br />
Tambatan Perahu 1.129.044.000 16 unit 0,1 %<br />
Bangunan Pelengkap 61.868.002.000 679 unit 7,9 %<br />
Sarana Pendidikan 56.331.318.000 587 unit 7,2 %<br />
SPP 195.835.359.000 6,367 kelompok 24,9 %<br />
Sarana Kesehatan 20.075.918.000 336 unit 2,5 %
aPa kaTa Mereka<br />
<strong>14</strong> Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />
Reportase<br />
Perekonomian <strong>Aceh</strong> Saat Ini<br />
Harusnya<br />
dengan potensi<br />
sumber<br />
daya alam<br />
yang ada,<br />
masyarakat<br />
bisa lebih baik<br />
kondisi perekonomiannya.<br />
Semua<br />
produksi bahan<br />
baku mulai<br />
dari pertanian,perkebunan<br />
hingga<br />
p e r t a m -<br />
bangan belum<br />
memberi hasil<br />
yang bisa dirasakan oleh rakyat. <strong>Aceh</strong> punya<br />
banyak produksi yang kesemuanya dijual keluar<br />
<strong>Aceh</strong> tapi hasil penjualan tersebut tidak<br />
bisa dinikmati masyarakat, karena semua<br />
memakai fasilitas milik orang lain.<br />
Misalnya kegiatan ekspor, semua produsksi<br />
<strong>Aceh</strong> yang diekspor harus menggunakan<br />
pelabuhan ekspor Sumatera Utara, padahal<br />
kita juga punya pelabuhan bahkan semua<br />
sudah mencukupi syaratnya. Tapi semua ini<br />
tidak bisa dikelola oleh para pengusaha karena<br />
mereka memiliki keterbatasan bahan dan<br />
kekurangan modal usaha.<br />
Apa salahnya jika pihak perbankan memberi<br />
kepercayaan dan kesempatan kepada<br />
pengusaha untuk bisa mengembangkan<br />
ekonomi di <strong>Aceh</strong>. Jika kelapa sawit diolah<br />
menjadi minyak goreng dan semua dilakukan<br />
di <strong>Aceh</strong>, tentu masyarakat tidak akan membeli<br />
minyak goreng dengan harga mahal.<br />
Lapangan kerja pun terbuka luas di <strong>Aceh</strong>.<br />
Hal-hal ini masih menjadi wacana dalam<br />
program pembangunan di <strong>Aceh</strong>, belum diimplementasikan.<br />
<strong>Pemerintah</strong> sudah saatnya<br />
Pesona kopi luwak (civet coffee) yang mulai masyhur di<br />
<strong>Aceh</strong> sejak beberapa bulan terakhir, memantik naluri<br />
bisnis Muhammad Nur (35) untuk mencoba tantangan<br />
sekaligus peluang baru. Tanpa perlu menunggu lama, bisnis<br />
“Rumoh <strong>Aceh</strong>” yang dijalankan M Nur sejak setahun belakangan,<br />
ikut merambah dunia kopi yang masuk jajaran<br />
minuman bercita rasa tinggi ini.<br />
Meski terbilang cukup cepat, namun keterlibatan M Nur<br />
dalam bisnis kopi luwak ini tetap melalui pertimbangan matang.<br />
Pasalnya, selama ini M Nur sudah cukup akrab dengan<br />
bisnis kopi mewah yang harganya bisa mencapai Rp 1,750<br />
juta per kilogram ini.<br />
Dilahirkan dalam keluarga petani kopi di Simpang<br />
Teritit, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, tanggal 21 April<br />
1975, M Nur sudah bergelut dengan dunia kopi sejak masih<br />
kanak-kanak. “Dulu saya sering membantu ayah untuk<br />
memetik kopi di kebun kami, sehingga alhamdulillah saya<br />
sudah sangat kenal dengan segala jenis kopi,” ujar M Nur<br />
saat ditemui Tabangun <strong>Aceh</strong>, di warung “Rumoh <strong>Aceh</strong>” miliknya,<br />
di bilangan Perumnas Lingke, Banda <strong>Aceh</strong>, Jumat<br />
(04/06/2011) lalu.<br />
Keterlibatan M Nur dalam bisnis kopi sudah dimulai<br />
semenjak ia remaja. Saat itu, buah hati Haji Abdullah Mahmud<br />
(63) dan Hj Nurjannah ini, membantu usaha keluarganya,<br />
yakni dua pabrik kopi dengan merek dagang Jeumpa,<br />
di Simpang Teritit, Kabupaten Bener Meriah, serta pabrik<br />
kopi ABS di Gelelungi, <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Bisnis kopi terus digelutinya saat dia melanjutkan pendidikan<br />
tinggi di Medan, Sumatera Utara. Kala itu, M Nur<br />
membuka usaha ekspor impor kopi Gayo dengan bendera<br />
CV Ingin Jaya. Perusahaan ini memasok kopi untuk Holland<br />
Kopi Group, sebuah perusahaan yang bermarkas di Belanda,<br />
dengan tujuan pemasaran ke beberapa negara, termasuk<br />
Amerika Serikat, Kanada, dan lain-lain.<br />
Saat konflik bersenjata yang memorakporandakan perekonomian<br />
<strong>Aceh</strong> mereda, setelah dihantam tsunami hebat<br />
akhir 2004 lalu, M Nur pun memutuskan untuk pulang ke<br />
kampong halamannya.<br />
Namun, karena situasi perkebunan di Bener Meriah belum<br />
sepenuhnya pulih, ia pun memutuskan untuk mencoba<br />
peruntungan di Banda <strong>Aceh</strong>. Di sinilah, pemuda yang memiliki<br />
lima saudara ini, mencoba peruntungan baru, terjun<br />
menjadi kontraktor proyek pengeboran dan pengadaan air<br />
bersih pada beberapa NGO yang beraktivitas di <strong>Aceh</strong>, seperti<br />
IOM, Cardi, dan lain-lain.<br />
Setelah dua tahun bergelut di dunia pengadaan dan<br />
memperhatikan pengembangan infrastruktur<br />
perekonomian di <strong>Aceh</strong>.<br />
H. Basri Hasyem<br />
(Ketua Asosiasi Pengusaha<br />
Export-Import <strong>Aceh</strong>)<br />
Kalau ditanyabagaimana<br />
kondisi<br />
perekonomian<br />
di <strong>Aceh</strong> saat<br />
ini, saya tidak<br />
tahu harus bicarabagaimana.<br />
Kalau dikaitkandengan<br />
pekerjaan<br />
saya sebagai<br />
pengusaha<br />
warung kopi<br />
alias yang<br />
berjualan di<br />
warung kopi,<br />
penghasilan sehari-hari sangat pas-pasan<br />
bahkan kurang. Terkadang saya tidak mampu<br />
memenuhi pengadaan barang-barang di<br />
warung, karena harga barang yang melambung<br />
tinggi. Saat ini modal saya sangat terbatas,<br />
mau pinjam modal ke bank, sangat<br />
susah persyaratannya. Daripada harus pusing<br />
memikirkan syarat, lebih baik jalan saja.<br />
<strong>Pemerintah</strong> kami harap bisa membantu mengontrol<br />
harga barang, sehingga tidak terlalu<br />
melambung tinggi, karena ini akan membuat<br />
susah pedagang kecil.<br />
Munawar<br />
(Pengusaha Warung Kopi)<br />
Kondisi ekonomi saat ini memang terasa<br />
lebih baik dari sebelumnya. Hal ini jika meli-<br />
SOSOK<br />
hat dari sisi<br />
keamanan.<br />
Kalau dulu<br />
s e m a s a<br />
masih konflik,<br />
kita tidak<br />
bisa berusaha<br />
apapun,<br />
karena takut.<br />
Meksi di<br />
pasar bahan<br />
baku harganya<br />
naik,<br />
kami tidak<br />
bisa menjual<br />
hasil produksi<br />
dengan harga<br />
yang tinggi,<br />
karena akan memberatkan bagi pelanggan.<br />
Nah, kalau sudah begini, maka pedagang<br />
atau pengusaha kecil seperti kami harus<br />
berusaha sedemikian rupa untuk mensiasati<br />
hasil-hasil produksi kami sehingga tidak<br />
mengalami kerugian.<br />
Saat ini untuk usaha penjualan dan<br />
produksi kue kering tradisional <strong>Aceh</strong> sudah<br />
mengalami kemajuan, karena banyaknya<br />
orang-orang yang datang ke <strong>Aceh</strong>, khususnya<br />
Kota Banda <strong>Aceh</strong> dan <strong>Aceh</strong> Besar. Mereka<br />
berjalan-jalan menikmati panorama alam,<br />
dan kemudian singgah membeli kue di sentra<br />
kue kering di Lampisang.<br />
<strong>Pemerintah</strong>, ya kami berharap bisa<br />
memberi bantuan bagi para pengusaha kecil,<br />
sehingga mereka lebih bisa berkembang<br />
dan lebih maju. Misalnya terus menggalakkan<br />
program-program pemerintah yang bisa<br />
mendatangkan banyak tamu ke <strong>Aceh</strong>. Kalau<br />
banyak tamu yang datang, banyak pula kue<br />
dagangan yang terjual.<br />
Diana<br />
(penjual kue kering tradisional <strong>Aceh</strong>)<br />
Obsesi Menduniakan Produk Nanggroe<br />
jasa, dan berakhirnya kontrak dengan beberapa NGO itu,<br />
jiwa bisnis M Nur kembali menggeliat. Ia pun memutuskan<br />
membuka usaha air minum kemasan dengan mereka<br />
“Airo.” Usaha yang berkantor sekaligus pabrik penyulingan<br />
air minum ini berada di Jalan Laksamana Malahayati, Km<br />
8,9 Cot Paya <strong>Aceh</strong> Besar. “Alhamdulillah usaha ini masih<br />
terus bertahan hingga sekarang,” ujarnya.<br />
Di sela-sela itu, jiwa bisnis M Nur terus saja mencari peluang.<br />
Hingga akhirnya pada Maret 2010, suami dari Indri<br />
Maisari (29) yang dikarunai dua anak, Talita Syakirah (7)<br />
dan Raihan Karuna (10) ini, memutuskan membuka usaha<br />
warung kopi dan rumah makan dengan nama “Rumoh<br />
<strong>Aceh</strong> Kupi.”<br />
Agar bisa terus bersaing di tengah kian menjamurnya<br />
warung kopi yang menawarkan cita rasa khas “Ulee Kareng”,<br />
M Nur membeli satu rumah adat <strong>Aceh</strong> (rumoh <strong>Aceh</strong>) yang<br />
diboyong khusus dari daerah pedalaman Kabupaten Pidie.<br />
Rumah yang semula sudah hampir lapuk itu kemudian disulapnya<br />
menjadi lebih artistik, dengan penataan yang memberi<br />
nilai berbeda dari warung kopi pada umumnya.<br />
Di warung itu, M Nur menyediakan satu gerai khusus<br />
untuk minuman berbahan kopi, dengan nama “Gampong<br />
Gayo”. Selain menawarkan kopi luwak yang harganya selangit,<br />
satu sloki Rp 15 ribu dan cangkir mencapai Rp 50 ribu,<br />
Gampong Gayo di Rumoh <strong>Aceh</strong> yang beralamat di Jalan Rawasakti<br />
5 nomor 122B ini, juga menyediakan kopi robusta,<br />
segala macam juice, serta makanan khas <strong>Aceh</strong> lainnya.<br />
Suasana <strong>Aceh</strong> yang religius semakin kental terasa ketika<br />
Anda datang pada setiap Jumat malam. Karena di Seuramoe<br />
Inong (serambi tengah) Rumoh <strong>Aceh</strong> ini, M Nur bersama<br />
teman-temannya menggelar pengajian rutin dengan menghadirkan<br />
pemateri dari kalangan santri dayah serta lulusan<br />
universitas terkemuka di Timur Tengah.<br />
Selain membantu menciptakan lapangan kerja bagi<br />
saudara-saudaranya yang belum beruntung, M Nur mengaku<br />
akan menyisihkan sebagian keuntungan untuk pemberdayaan<br />
masyarakat miskin melalui pundi amal zakat.<br />
“Saya sudah wacanakan masalah ini dengan teman-teman<br />
agar bersama=sama menyisihkan sebagian rezeki kita untuk<br />
memberdayakan masyarakat miskin yang memiliki potensi<br />
untuk bangkit,” ujar dia.<br />
Warung Rumoh <strong>Aceh</strong> itu, hanyalah awal dari obsesi besar<br />
M Nur untuk menghasilkan produk nanggroe yang bisa<br />
merambah pasar dunia. Saat ini, usahanya sedang dalam<br />
proses pendaftaran di Depkumham, Depkes RI, BPOM,<br />
serta permohonan sertifikasi halal dari MPU <strong>Aceh</strong>. Selain<br />
<strong>Pemerintah</strong> daerah harus bisa proaktif<br />
dan jeli dalam melihat usaha-usaha rakyat,<br />
sehingga mereka bisa memberi support<br />
(dukungan) terhadap usaha-usaha kecil itu.<br />
Support di sini, selain fisik berupa modal<br />
usaha, juga dukungan nonfisik, misalnya<br />
memberi penambahan kemampuan dan pendidikan<br />
terkait usaha yang dilakukan rakyat,<br />
dengan berbagai pelatihan.<br />
Selanjutnya pemerintah diharap juga<br />
bisa membantu memperlancar akses usaha<br />
kecil kepada pihak perbankan, karena saat<br />
ini para pengusaha mikro ini sangat susah<br />
mengakses bantuan dan infromasi dari<br />
perbankan. Jika pun ada akses, maka para<br />
pengusaha akan terhambat dengan berbagai<br />
persyaratan yang ada.<br />
Harusnya perbankan bisa lebih antusias<br />
memberikan kredit modal bagi pengusaha<br />
yang nantinya akan memutar modal usaha<br />
tersebut, bukan pada pegawai negeri, yang<br />
kemudian banyak menghabiskan uangnya<br />
untuk hal-hal yang konsumtif.<br />
Hasanuddin<br />
(Produsen<br />
Garam Beryodium)<br />
itu, usaha “Rumoh <strong>Aceh</strong>” milik M Nur juga sudah bisa<br />
diakses melalui situs dunia maya dengan alamat www.rumohaceh.com.<br />
Sekilas, usaha M Nur memang terkesan mulus. Padahal<br />
seperti halnya pengusaha lain, M Nur juga mengalami pasang<br />
surut dalam menjalankan usahanya. Apalagi usianya<br />
masih tergolong cukup muda. Namun, semuanya dilalui<br />
oleh M Nur dengan semangat dan kegigihan sambil menatap<br />
kondisi pasar internasional. Sebuah kerja keras yang patut<br />
dicontoh oleh anak muda <strong>Aceh</strong> lainnya. bulqaini ilyas<br />
FOTO: ZULFAN MONIKA<br />
Muhammad Nur, sedang melakukan proses roasting (penggongsengan)<br />
kopi luwak dengan mesin buatan Jerman di tempat usahanya.
<strong>Edisi</strong> <strong>14</strong><br />
Nama : ................................................................<br />
Alamat Rumah : ................................................................<br />
Sekolah / Alamat : ................................................................<br />
Kelas : ................................................................<br />
Mendatar :<br />
1.Pemimpin kerajaan 3.Jenis tanah untuk membuat batu bata 5.Panggilan Kepala Desa di <strong>Aceh</strong> 9.Kota<br />
di Belanda 12.Ibukota <strong>Aceh</strong> Selatan 15.Yang ada di dalam 17.Bagian dari kereta api 21.Pedalaman<br />
24/36.Mantan Gubernur <strong>Aceh</strong> 27.Tidak bicara dan tidak bergerak 29.Dikte 31.Jenis tumbuhan yang<br />
berbuah dalam tanah 33.Keinginan 38.Jalan bebas hambatan 39.Waktu saat terbit matahari 40.Tidak<br />
palsu 42.Sisa pembakaran 43.Menuju ke bawah 44.Mengingat sesuatu yang telah berlalu 47.Sampan<br />
49.Penyakit sesak nafas 51.Padi, beras (Bhs. Inggris) 52.Tempat petani bekerja 54.Binatang sejenis<br />
kadal raksasa 57.Nama lain buah cokelat 60.Jiwa 61.Tua sekali 62.Tumbuhan pewarnai kuku 63.Jahe<br />
64.Kederaan perang.<br />
Menurun :<br />
1.Salah satu cabang olah raga air 2.Selalu tampak muda 3.Kumpulan air yang sangat luas 4.Hewan<br />
peliharaan 5.Koperasi Unit Desa (singkat) 6.Ibu (Bhs. Arab) 7.Benak, kalbu 8............. 10.Tim<br />
penyelamat 11.Lari (Bhs. Inggris) 13.Umur (Bhs. Inggris) <strong>14</strong>.Usaha Kesehatan Sekolah (singkat)<br />
16.Jumpa, temu 18.Cara hewan menetaskan telur 19.Akhlak, pekerti 20.Permainan 21.Palang Merah<br />
Indonesia 22.Negara di Timur Tengah 23.Orde Baru 25.Hewan dengan tanduk bercabang 26.Kabar<br />
(Bhs. <strong>Aceh</strong>) 28.Kamu (Bhs. Arab) 30.Berasa ingin muntah 31.Kepada, buat 32.Satelit bumi 34.Tinggi<br />
renda nada 35.Gelar bangsawan <strong>Aceh</strong> 36.Salah satu warna 37.Tidak sekarang 39.Pekan Olahraga<br />
Nasional (singkat) 41.Pendapat, gagasan 45.Membaca huruf demi huruf 46.Nama burung 47.Minggu<br />
48.Nama Nabi 50.Kata tanya 51.Gembira 52.Tulang daun kelapa/nyiur 53.Tindakan, gerakan<br />
55.Tertampung, terisi 56.Organ tubuh untuk berpikir 57.Akhiran 58.Buah untuk sayuran 59.Berdo’a<br />
(Bhs. Latin)<br />
jaWaBan TTS eDISI 13 :<br />
Mendatar:<br />
1.Air, 3.Buih, 4.Alis, 6.Lumpur, 8,Udang, 11.Lapang, <strong>14</strong>,Pasti, 15.Tamat, 16,Kita, 18,Agama, 19,Alim,<br />
21,Yaman,23,Hutan, 25,Gula, 27,Inti, 30,Basah, 32,Nim, 33.Lada, 34.Alur, 36.Nya, 37.Kapal, 38.Petang,<br />
41.Balita, 43.Asuh, 45.Tebu, 46.Pintar, 48,Langsa, 51.sukma, 54.Bakti, 55.Renta, 56.Anta, 57.Panda,<br />
58.Mual, 59.Itu, 60.NTB, 62.Tangan, 63.Tiang, 64.Lintah.<br />
Menurun:<br />
1.Ahad, 2,.Rain, 3.Beras, 5.Salam, 6.Lauk, 7.Pepaya, 8.Ujian, 9.Andalas, 10.Getah, 12.Petani, 13.Gram,<br />
17.Ibu, 20.IRT, 22.Mula, 24.Temu, 25.Genap, 26.Limit, 28.Nanti, 29.Irama, 30.Bakau, 31.Halte, 33.Lon,<br />
35.Ria, 39.Garuk, 41.Bulan, 42.Tas, 44.Hiu, 45.TIM, 46.Pelaut, 47.Tebang, 49.Nyaman, 50.Adalah, 51.Siput,<br />
52.Kan, 53.Arang, 59.In, 61.BL.<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011 15<br />
nama-nama pemenang TTS Tabloid Tabangun aceh edisi 13<br />
1.Raihanatu Fajriati Putri, Kelas v, SDN 8 Sabang, 2.Latifanni Yulanar, Kelas Iv-A, SD IT Al-Azhar Bnada <strong>Aceh</strong>, 3.Shefa Venalosa Rambe, Kelas vI-B, MIN Beureunuen, Pidie,<br />
4.Syarifatul Syifa, kelas <strong>II</strong>I, MIN I Banda <strong>Aceh</strong>, 5.Syarifah Zakiya, Kelas <strong>II</strong>I-a, SDN I Baktiya, <strong>Aceh</strong> Utara, 6.Ridha Maulida, Kelas Iv-b ,MIN Blang Pidie, Abdya.<br />
TTS ini diperuntukkan bagi siswa-siswi SD/MI. Kirimkan jawaban ke alamat redaksi, d/a <strong>Bappeda</strong> <strong>Aceh</strong>, Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda <strong>Aceh</strong>, dengan menyertai potongan TTS dan menulis identitas diri (Nama, TTL, Alamat<br />
Sekolah). Di sudut kiri amplop ditulis TTS Anak. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing (redaksi)<br />
BRI (Bank Rakyat Indonesia) menyediakan bingkisan untuk masing-masing pemenang:<br />
Gambar mewarnai di atas diperuntukkan bagi siswa-siswi TK/SD/MI. Warnailah, lebih baik menggunakan PaSTeL/KRayOn. Gunting (boleh difoto copy) dan kirimkan ke alamat redaksi d/a <strong>Bappeda</strong><br />
<strong>Aceh</strong> Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda <strong>Aceh</strong>, dengan mengisi identitas diri. Di sudut kiri amplop ditulis “MEWARNAI”. BRI (Bank Rakyat Indonesia) menyediakan 6 bingkisan sekolah kepada 6 karya<br />
terbaik. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing.<br />
Nama Siswa : ................................................................<br />
Nama Sekolah : ................................................................<br />
<strong>Edisi</strong> <strong>14</strong><br />
nama-nama pemenang Mewarnai Tabloid Tabangun aceh edisi 13<br />
1.Melia Ula Safira, Kelas <strong>II</strong>I-c, SDN 3 Percontohan, Matang Glumpang Dua, Bireuen, 2.Kamal Kurnia, kelas <strong>II</strong>-A, SD IT Al-Azhar Banda <strong>Aceh</strong>, 3.Nurdiana, kls <strong>II</strong>I-c, SDN Lampeunuerut, 4.Syafa Nabila Maulidya,<br />
Kelas v, SD IT Al-Fityan, Desa Reuloh, Kec. Ingin jaya, <strong>Aceh</strong> Besar, 5.Mifthaya Insyra Dasmara, kls B-3, TK Bayangkari Polres, <strong>Aceh</strong> Selatan, 6.Muna Shadiqa, Kelas 0, TK Yayasan Aslami, Jurong Peujeura, Pagar<br />
Air, Kec. Ingin Jaya, <strong>Aceh</strong> besar<br />
Rubrik Kreatifitas Anak terselenggara<br />
atas dukungan dan kerjasama dengan<br />
Kepada pemenang Rubrik Anak juga diberikan<br />
voucher makan gratis di Khalifah Resto Cafe.<br />
Alamat Sekolah : ................................................................<br />
Kelas : ................................................................
16<br />
Tabloid TabaNGUN aCEH - <strong>Edisi</strong> <strong>14</strong> | JUNi 2011<br />
Fahrizal Dillah<br />
Dia terlahir dari keluarga biasa.<br />
Rumahnya di lorong kecil dalam<br />
komplek keluarga di Gampong<br />
Blang Cut, Kecamatan Baiturrahman, Banda<br />
<strong>Aceh</strong>, terlihat sederhana. Orang tuanya<br />
berprofesi sebagai nelayan. Tidak ada kesan<br />
glamour dan wah dalam keluarganya meski<br />
salah seorang penghuni rumah itu telah berhasil<br />
mempersembahkan prestasi yang tak<br />
terlupakan bagi masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />
Begitulah kesan yang ditangkap Tabangun<br />
<strong>Aceh</strong> saat bertandang ke rumah salah<br />
seorang striker Persiraja, Fahrizal Dillah (21).<br />
Ditemui di ruang tamu rumahnya dan didampingi<br />
oleh ayah dan ibunya, Senin petang<br />
(6/11/2011), pemuda yang akrab disapa<br />
Dek Jal ini bercerita panjang lebar tentang<br />
sepak bola dan sejarah hidupnya.<br />
Keluarga Fahrizal terlihat sangat mencintai<br />
sepak bola. Kedua orang tuanya sejak<br />
dini telah mempersiapkan putranya itu untuk<br />
menjadi pemain sepak bola ternama di<br />
<strong>Aceh</strong>. Kecintaan terhadap sepak bola tercermin<br />
dari nuansa rumah yang dipenuhi klipping<br />
foto-foto dunia sepak bola, terutama<br />
Persiraja. Keluarga ini sangat yakin bahwa<br />
sepak bola dapat membantu mengangkat<br />
jati diri bangsa.<br />
“Fahrizal sudah saya masukin klup<br />
bola sejak usianya masih 8 tahun. Sejak<br />
dia masih kecil, saya melihat putra saya<br />
yang satu ini memiliki bakat dan postur<br />
kakinya sangat cocok untuk bermain<br />
bola. Saya selalu membina dan memberi<br />
semangat kepadanya sejak dia memulai<br />
berlatih di Klub Bantimoh. Karena saat<br />
itu Fahrizal masih kecil, maka saya selalu<br />
menyisihkan waktu untuk antar jemput,”<br />
kenang ayahnya diangguk sang ibu dalam<br />
raut wajah bahagia.<br />
Harapan orang tuanya ini perlahan<br />
namun pasti berhasil diwujudkan sang<br />
anak. Fahrizal kecil pun tumbuh menjadi<br />
pemain andalan dalam beberapa klub<br />
sepak bola di <strong>Aceh</strong>. Dambaan orang tuanya<br />
semakin mendekati nyata tatkala<br />
Fakhrizal diterima untuk memperkuat tim<br />
Persiraja, tim kebanggaan dan pemersatu<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />
Sejak tahun 2009 Fahrizal remaja mulai<br />
merumput bersama timnya dalam Divisi<br />
Skuad Persiraja yang berlaga di Divisi Utama Liga<br />
Indonesia musim 2009-2010.<br />
Utama Liga Indonesia. Kota demi kota<br />
dia kunjungi untuk menguji keterampilan<br />
mengolah bola di hadapan publik tanah air<br />
hingga akhirnya Persiraja mendapat tiket<br />
Liga Super Indonesia (LSI) yang merupakan<br />
ajang kompetisi terelit di tanah air.<br />
“Target saya dalam bermain bersama<br />
Persiraja adalah mencetak 10 goal selama<br />
kompetisi, dan alhamdulillah saya berhasil<br />
mencatat 11 goal yang melebihi target,” ujar<br />
pemuda garang tapi tampan kelahiran 16<br />
April 1990 ini.<br />
Dari 11 goal itu, satu di antaranya<br />
adalah goal bersejarah yang mengantarkan<br />
Persiraja meraih tiket LSI musim 2011-2012.<br />
Saat itu, Fahrizal bersama rekan-rekan satu<br />
tim menciptakan sejarah untuk seluruh masyarakat<br />
<strong>Aceh</strong>. Lewat goal semata wayang<br />
lewat sunduran kepala Fahrizal di menit<br />
ke-30 saat melawan Mitra Kukar telah mengantarkan<br />
Persiraja meraih tiket LSI.<br />
Pertandangan semi final Divisi<br />
Utama ini berlangsung di stadion<br />
Manahan Solo, Minggu<br />
(22/5/2011). Fahrizal pun<br />
dielu-elukan sebagai pahlawan<br />
pengantar Persiraja ke<br />
liga elit Indonesia.<br />
“Goal yang disundul<br />
Fahrizal ke gawang<br />
Mitra Kukar ini tentu<br />
sulit terlupakan dalam<br />
catatan sepak bola <strong>Aceh</strong>,”<br />
Tutur Marzaini, yang<br />
mendampingi Tabangun<br />
<strong>Aceh</strong> ke rumah Fahrizal.<br />
Marzaini juga dan<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong> yang<br />
lain berharap agar<br />
rekrutmen pemain<br />
memprioritaskan<br />
mencari bakat dari<br />
kalangan <strong>Aceh</strong><br />
sendiri. “Jika rekrutmennya<br />
benar dan<br />
fair, saya yakin banyak bibit<br />
lokal semacam Fahrizal<br />
yang akan memperoleh<br />
kesempatan,” tambah<br />
pegawai PU Pengairan<br />
itu. bulqaini ilyas.<br />
club-club yang pernah<br />
dia bela sampai sekarang<br />
• BSA tahun 1998.<br />
• Klup Bantimoh tahun 2000.<br />
• PPLP.<br />
• PON.<br />
• PSSB Bireuen, putaran ke dua 2008.<br />
• Karya Darma Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
• Persiraja 2009-2011.