27.11.2013 Views

MEDIA JAYA 01 2013.pdf

Media jaya 1

Media jaya 1

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>2<br />

1


2 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>2 3


pengantar redaksi<br />

surat pembaca<br />

PELINDUNG:<br />

Gubernur Provinsi DKI Jakarta<br />

Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta<br />

PEMBINA<br />

Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta<br />

Asisten Pemerintahan Sekda<br />

Provinsi DKI Jakarta<br />

KETUA PENGARAH/PEMIMPIN REDA-<br />

KSI/PENANGGUNG JAWAB<br />

Kepala Dinas Kominfomas<br />

Provinsi DKI Jakarta<br />

WAKIL PEMIMPIN REDAKSI<br />

Kabid Informasi Publik<br />

KETUA PELAKSANA<br />

Dra. Nurani<br />

REDAKTUR PELAKSANA<br />

Rinta A. Imron, S.Sos<br />

Dhini Gilang Prasasti, S.Sos<br />

REDAKTUR KHUSUS/PROFESIONAL<br />

Iswati Soekarto<br />

Norman<br />

SEKRETARIS REDAKSI<br />

Dra Evi Yulianti<br />

ANGGOTA REDAKSI<br />

Ani Christiyani, S.Sos<br />

Tulus Adatama, S.Sos<br />

Raides Aryanto<br />

REPORTER<br />

Nor Raihan<br />

Risky Catur Wulan<br />

Aliefien<br />

FOTOGRAFER<br />

Nurahadi Widjaja<br />

Sudaryanto<br />

DESAIN GRAFIS<br />

Rachmat Triturianto<br />

KEUANGAN<br />

Zaeniah Budiarti<br />

SEKRETARIAT<br />

Belinda Roza<br />

Rodjali<br />

Abdullah<br />

Ari Wibowo<br />

ALAMAT REDAKSI/DISTRIBUSI<br />

Jalan Medan Merdeka Selatan 8-9 Jakarta<br />

1<strong>01</strong>10, TELEPON (021) 382.2047, 382.2262,<br />

Fax 345.4486,<br />

Mail: media_jaya@yahoo.co.id<br />

PENCETAK :<br />

CV. Rhema Makmur<br />

(Isi di luar tanggung jawab percetakan)<br />

Jakarta Baru,<br />

Jakarta Kita<br />

Tekad Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur<br />

Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur Basuki T Purnama (Ahok) untuk memberikan<br />

pelayanan optimal bagi warga ibukota bukan isapan jempol semata.<br />

Setidaknya, hal ini tercermin dalam slogan/motto “Jakarta Baru, Jakarta Kita” yang<br />

diusung keduanya. Sedikitnya, kalimat tersebut menggambarkan makna kerakyatan dan keber<br />

samaan sekaligus mengandung semangat untuk mengubah serta menata Jakarta yang lebih<br />

manusiawi (humanis), memiliki masa depan yang lebih baik (futuris), memiliki kekhasan<br />

(branding) dengan tetap menjaga keragaman yang tumbuh dan berkembang di Jakarta<br />

(pluralis).<br />

Dalam konteks tersebut, kebersamaan dan partisipasi warga Jakarta menjadi kata kunci<br />

yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Tujuannya? Untuk menjalankan program pembangunan<br />

demi mewujudkan Kota Jakarta menjadi kota yang memanusiakan penghuni sekaligus mampu<br />

menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia. Kebersamaan dan partisipasi warga<br />

dalam bentuk yang paling sederhana, seperti disampaikan Gubernur Jokowi pada peringatan<br />

Hari Ulang Tahun Kota Jakarta ke-486 pada 22 Juni lalu, akan memberikan nilai positif bagi<br />

Kota Jakarta. Warga Jakarta harus menjadi warga yang beradab dan menjadi contoh bagi<br />

daerah-daerah lain di Indonesia.<br />

Di sisi lain, aparatur menjadi motor penggerak pembangunan demi mewujudkan motto<br />

“Jakarta Baru Jakarta Kita” menjadi sebuah capaian riil berbagai program pembangunan dalam<br />

bentuk yang nyata, baik mencakup peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan<br />

ma syarakat melalui keberadaan Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP),<br />

perumahan rakyat dan penataan kampung, penataan pedagang kaki lima, pengembangan<br />

Ruang Terbuka Hijau (RTH), pengembangan sistem angkutan umum massal, pengendalian<br />

banjir, pengembangan budaya, dan pengembangan pelayanan publik.<br />

Maka, tiada pilihan lain, baik warga, aparatur pemerintah serta komponen stakeholder<br />

lainnya di luar kedua komponen tersebut memiliki kewajiban untuk bersama-sama menyingsingkan<br />

lengan baju demi terwujudnya Jakarta Baru: Jakarta Kita yang lebih manusiawi. Dan,<br />

kita pasti bisa!<br />

Redaksi menerima kiriman surat pembaca tentang kritik, saran dan masukan<br />

berkenaan kota Jakarta.<br />

Untuk semua kiriman dapat disampaikan ke Redaksi Majalah Media Jaya<br />

d/a Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Setda Provinsi DKI Jakarta,<br />

Jl Jalan Medan Merdeka Selatan 8-9 Jakarta 1<strong>01</strong>10,<br />

TELEPON (021) 382.2047, 382.2262, Fax 3822846, atau melalui<br />

email: mediajaya.humasdki@gmail.com.<br />

Eksekusi Motor di Trotoar<br />

Redaksi Yth.<br />

Perkataan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang selalu saya ingat dalam “memandang” suatu<br />

masalah adalah berusaha secepatnya melakukan tindakan. Sejak kampanye pun kata-kata beliau yang<br />

selalu saya ingat adalah, “Cepat lakukan ! Eksekusi!” Dan terbukti, sudah beberapa masalah di Jakarta ini<br />

mulai ditangani.<br />

Misalnya, untuk mengembalikan fungsi Waduk Pluit, beberapa penghuni liar mulai direlokasi. Begitu<br />

pun pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di trotoar dan badan-badan jalan, seperti di Pasar tanah<br />

Abang, Pasar Minggu, dan Jatinegara, sehinggga jalan di sana lebih lancar.<br />

Namun yang belum dieksekusi sampai surat pembaca ini saya tulis adalah keberadaan trotoar<br />

yang belum bersih dari lalu-lalang sepeda motor. Hampir di semua ruas jalan ketika terjadi kemacetan,<br />

sepeda motor menyerobot lewat trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Di jalan di belakang Kantor<br />

Gubernur, yakni di jalan Kebon Sirih, pada jam-jam sibuk dan terjadi kemacetan maka trotoar di kanan dan<br />

kiri jalan tersebut dipenuhi lalu-lalang motor. Pejalan kaki jadi tersisih<br />

Saya mohon kepada Pak Gubernur, agar segera melakukan kebijakan nyata, menertibkan trotoar<br />

demi kenyamanan para pejalan kaki. ***<br />

Salsabila,<br />

Klender, Jakarta Timur<br />

Tiket Masuk PRJ & Tarif Parkir<br />

4 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>2 5<br />

Redaksi yth.<br />

Pelaksanaan Pekan Raya Jakarta (PRJ) di Kemayoran yang sudah berlangsung selama ini dalam<br />

rangka Hari Jadi Kota Jakarta memang ramai dikunjungi masyarakat. Namun, sebagai warga Jakarta,<br />

saya agak keberatan masalah tiket masuk, dua puluh lima ribu rupiah per orang dan tiga puluh ribu rupiah<br />

pada Sabtu dan Minggu, itu relatif mahal. Belum lagi tarip parkir yang juga lebih mahal dibanding tempat<br />

lain.<br />

Belakangan saya sering mendengar isu bahwa PRJ ada kemungkinan dipindahkan ke kawasan<br />

Monas. Harapan saya, kalau warga yang datang harus membayar, tiket masuk itu jangan terlalu mahal.<br />

Saya kira lima ribu rupiah sampai sepuluh ribu rupiah, cukuplah, sekadar untuk biaya kebersihan.<br />

Yang juga tak kalah penting terkait perkembangan jumlah kendaraan yang terus meningkat di Jakarta<br />

ini, tentu masalah parkir harus dipikirkan secara matang, serta dampak lainnya yang harus diantisipasi<br />

yakni kemacetan. Selain itu masalah kebersihan dan “keamanan Taman Monas sendiri” yang perlu<br />

terjaga.<br />

Kalau PRJ di Monas, kesan pasar malam bagi rakyat lebih terasa, sementara di Kemayoran, orientasi<br />

bisnisnya lebih kental.<br />

Budi Santoso<br />

Tanah Abang, Jakarta Pusat


daftar isi<br />

14<br />

08<br />

aplikasi kedokteran komunitas dukung kjs<br />

Keberhasilan pembangunan yang membawa<br />

kemakmuran masyarakat, ternyata juga memunculkan<br />

masalah gangguan kesehatan baru, seperti<br />

bertumpuknya sampah dan limbah, kepadatan<br />

penduduk yang mengesankan kumuh, perubahan<br />

“gayahidup”. Selanjutnya terjadi pergeseran pola<br />

nutrisi harian, serta masalah-masalah sosial lain.<br />

laporan utama<br />

08<br />

10<br />

12<br />

program kjs jalan terus<br />

Sempat terganggu dengan rencana mundurnya 16<br />

rumah sakit dari program KJS dan rencana interpelasi<br />

dari anggota DPRD DKI Jakarta, kini program<br />

KJS terus berjalan. Ibarat kata pepatah, “anjing<br />

menggonggong, kafilah tetap berlalu”.<br />

kartu jakarta Sehat<br />

tak ada kartu kjs, ktp tetap bisa<br />

pemerintahan<br />

36 pelantikan pejabat raih rekor muri<br />

Baru pertama kalinya berlangsung pelantikan pejabat<br />

dalam jumlah terbanyak, tidak hanya di DKI Jakarta, tapi se-<br />

Indonesia. Pelantikan massal 415 pejabat eselon III dan IV<br />

di lingkunagan Pemprov DKI Jakarta ini akhirnya mendapat<br />

penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).<br />

Penghargaan tersebut diberikan secara langsung oleh Ketua<br />

Yayasan MURI, Jaya Suprana kepada Gubernur DKI Jakarta,<br />

Joko Widodo, di Balaikota DKI Jakarta, akhir Mei lalu.<br />

38<br />

premi lasari camat dengan nilai<br />

tertinggi, pasar rebo terapkan layanan<br />

online<br />

38<br />

pariwisata dan BUDAYA<br />

58<br />

58<br />

60<br />

‘ariah’,<br />

ekspresi kehormatan wanita betawi<br />

budaya melestarikan betawi<br />

melalui busana<br />

hut jakarta<br />

16 pemotongan tumpeng raksasa setinggi<br />

4,86 meter<br />

16<br />

14<br />

transportasi<br />

mrt jakarta dimulai tahun ini<br />

30<br />

pendidikan<br />

64<br />

68<br />

jakarta tempo dulu<br />

dari tarumanegara hingga<br />

pangeran jayakarta<br />

history musik betawi dalam jakarta baru<br />

68<br />

41 hasil un 2<strong>01</strong>3 cukup membanggakan<br />

50<br />

18<br />

21<br />

ppkd 2<strong>01</strong>3 di silang monas membludak<br />

Pameran Produksi Kreatif Daerah (PPKD) 2<strong>01</strong>3 yang<br />

berlangsung 14-16 Juni lalu di silang Monas mendapat<br />

sambutan positif dari masyarakat Jakarta dan sekitarnya.<br />

Kehadiran PPKD tersebut seolah oase di padang tandus<br />

yang memberikan jawaban atas kerinduan ajang pameran<br />

tanpa pungutan biaya.<br />

jakarta night festival 2<strong>01</strong>3<br />

pekerjaan umum<br />

32<br />

34<br />

normalisasi waduk pluit mulai<br />

menampakan hasil<br />

penghuni bantaran waduk pluit<br />

menunggu kepastian dipindahkan<br />

30<br />

32<br />

41<br />

44<br />

46<br />

48<br />

dki juara umuM osn sd 2<strong>01</strong>3<br />

osn smp/mts dki jakarta raih juara 2<br />

drs h taufik yudhi mulyanto,<br />

seluruh kursi sma/smk sudah terisi<br />

72<br />

opini<br />

intermezo, “pesona” kemarahan<br />

54<br />

24<br />

memggugah kepedulian warga lewat<br />

flona<br />

24<br />

lingkungan<br />

27 dprd mengapresiasi langkah eksekutif<br />

6 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>2 7<br />

56<br />

masalah sampah masih akut<br />

pemprov dki siapkan perda dan kampanye<br />

budaya bersih<br />

56


liputan utama<br />

Program KJS<br />

Jalan Terus<br />

Sempat terganggu<br />

dengan rencana<br />

mundurnya 16 rumah<br />

sakit dari program KJS<br />

dan rencana interpelasi<br />

dari anggota DPRD DKI<br />

Jakarta, kini program<br />

KJS terus berjalan. Ibarat<br />

kata pepatah, “anjing<br />

menggonggong, kafilah<br />

tetap berlalu”.<br />

Kartu Jakarta Sehat (KJS)<br />

merupakan salah satu program<br />

unggulan Pemerintah Provinsi<br />

DKI Jakarta yang digagas oleh<br />

Gubernur Jokowi. Sejak<br />

pertama kali diluncurkan<br />

pada 10 Nopember 2<strong>01</strong>2,<br />

KJS menargetkan sebanyak<br />

4,7 juta warga DKI Jakarta<br />

yang masuk dalam kategori<br />

miskin dan rentan miskin. Dari<br />

jumlah tersebut, sebanyak 1,2<br />

juta jiwa peserta Jamkesmas dan<br />

sisanya 3,5 juta jiwa merupakan<br />

penduduk DKI lainnya. Untuk<br />

program ini telah disiapkan dana<br />

dalam APBD DKI 2<strong>01</strong>3 sejumlah Rp<br />

1,2 triliun.<br />

Dengan program KJS ini<br />

diharapkan seluruh warga<br />

ber-KTP DKI<br />

bisa<br />

mendapat<br />

layanan kesehatan gratis<br />

di Puskesmas dan rujukan rawat inap<br />

di kelas III rumah sakit yang menjalin<br />

kerja sama dengan KJS. Karena itu<br />

tidak hanya warga miskin dan tak<br />

mampu saja yang dijaring, tapi juga<br />

warga yang tergolong mampu dan<br />

berpenghasilan baik namun tak<br />

mampu membiayai pengobatan dalam<br />

jumlah besar. Contohnya warga yang<br />

memiliki gaji Rp 3 juta - Rp 4 juta<br />

sebenarnya tergolong mampu, namun<br />

ketika dihadapkan pada persoalan<br />

penyakit jantung dan harus operasi<br />

tentu membutuhkan biaya besar. Untuk<br />

itu dia bisa menggunakan KJS.<br />

Sampai kini (Mei 2<strong>01</strong>3) warga<br />

DKI Jakarta yang terjaring KJS<br />

sebanyak 2,3 juta. Dari jumlah tersebut<br />

sekitar 1,7 warga telah menerima kartu<br />

KJS. Sisanya akan diberikan secara<br />

bertahap. Meski belum menerima kartu<br />

KJS, namun warga DKI Jakarta tetap<br />

dapat dilayani sebagai peserta KJS di<br />

setiap Puskesmas dan rumah sakit yang<br />

ada di DKI Jakarta. Untuk itu, kepada<br />

warga yang belum memiliki kartu<br />

KJS dapat mendaftarkan diri sebagai<br />

peserta KJS dengan melampirkan kartu<br />

keluarga dan KTP di Puskesmas sesuai<br />

wilayah domisili masing-masing.<br />

Kerjasama PT Askes<br />

Untuk semakin meningkatkan<br />

kualitas pelayanan kesehatan melalui<br />

program KJS, pada 1 April 2<strong>01</strong>3<br />

lalu, KJS menjalin kerjasama dengan<br />

PT. Askes. Dalam hal ini, PT Askes<br />

diberikan kewenangan untuk mengelola<br />

pelaksanaan jaminan kesehatan di<br />

puskesmas dan rumah sakit yang<br />

melayani program jaminan kesehatan<br />

daerah (Jamkesda) DKI yang umum<br />

disebut Kartu Jakarta Sehat (KJS).<br />

Terkait dengan kerjasama ini, Wagub<br />

Basuki Tjahaja Purnama mengatakan,<br />

dengan adanya kerjasama dengan PT<br />

Askes ini, maka rumah sakit, baik<br />

pemerintah maupun swasta yang<br />

menjalin kerjasama dengan KJS telah<br />

siap melaksanakan program KJS.<br />

“Segera setelah ditandatangani<br />

kerjasama, PT Askes langsung<br />

mengambil alih. Selain itu rumah sakit<br />

pemerintah dan swasta juga telah siap,”<br />

ujarnya di Balaikota beberapa waktu<br />

lalu.<br />

Dikatakan Basuki, sasaran KJS<br />

adalah masyarakat miskin, rentan<br />

miskin, dan semua masyarakat DKI<br />

yang mau menggunakan puskesmas<br />

dan fasilitas rawat inap kelas III. Kerja<br />

sama ini merupakan tindak lanjut dari<br />

nota kesepahaman yang dilakukan pada<br />

bulan sebelumnya. Dalam perjanjian<br />

itu disebutkan, PT Askes diamanahkan<br />

sebagai pengelola dana jaminan<br />

kesehatan masyarakat DKI. Untuk<br />

tahap awal PT Askes bergandengan<br />

dengan Program Jamkesda yang<br />

dikelola oleh Dinas Kesehatan DKI<br />

Jakarta, sebelum sepenuhnya dikelola<br />

oleh PT Askes.<br />

Dengan pengelolaan KJS<br />

berada di PT Askes, maka KJS tetap<br />

menggunakan program Indonesia<br />

Case Based Groups (Ina-CBGs) yang<br />

telah digunakan untuk Jamkesmas.<br />

Data kepesertaan dan biaya pelayanan<br />

kesehatannya terekam di program itu<br />

dan dapat diakses secara langsung di<br />

puskesmas dan rumah sakit rujukan.<br />

Dengan sistem baru ini, seluruh biaya<br />

pengobatan pasien akan langsung<br />

masuk ke program Ina-CBGs dan<br />

langsung bisa diakses oleh pemerintah,<br />

puskesmas, dan rumah sakit. Dengan<br />

demikian, pembayaran klaim<br />

pengobatan oleh Dinas Kesehatan DKI<br />

kepada rumah sakit bisa lebih cepat.<br />

Dalam kerjasama ini, PT Askes<br />

diberikan tugas untuk mangatur<br />

kepesertaan, jaminan, utilisasi,<br />

pengendalian, penanganan keluhan<br />

peserta, pemberlakuan tarif dan sistem<br />

pembayaran, serta verifikasi klaim.<br />

Terhadap tugas yang diberikan ini,<br />

PT Askes akan mendapatkan biaya<br />

operasional. Fasilitas kesehatan yang<br />

dapat digunakan peserta adalah 341<br />

puskesmas meliputi 44 puskesmas<br />

kecamatan dan 297 puskesmas<br />

kelurahan, 132 rumah sakit terdiri RS<br />

pemerintah, RS pusat dan RS swasta.<br />

NR<br />

8 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 9


liputan utama<br />

Kartu Jakarta Sehat<br />

(KJS)<br />

Apa itu KJS:<br />

• KJS adalah kepanjangan dari Kartu Jakarta<br />

Sehat<br />

• Suatu program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan<br />

yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI<br />

Jakarta melalui UP Jamkesda Dinas Kesehatan<br />

Provinsi DKI Jakarta kepada masyarakat dalam<br />

bentuk bantuan pengobatan<br />

Tujuan :<br />

Memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan<br />

bagi penduduk Provinsi DKI Jakarta bagi keluarga<br />

miskin dan kurang mampu dengan sistem rujukan<br />

berjenjang<br />

Sasaran Program :<br />

Semua penduduk DKI Jakarta yang mempunyai KTP/<br />

Kartu Keluarga DKI Jakarta yang belum memiliki<br />

jaminan kesehatan, diluar program Askes, atau<br />

asuransi kesehatan lainnya<br />

Manfaat KJS :<br />

1. Rawat Jalan diseluruh Puskesmas Kecamatan/<br />

Kelurahan di Provinsi DKI Jakarta<br />

2. Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) di Pemberi<br />

Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat II, (RSUD,<br />

RS vertikal dan RS Swasta yang bekerja sama<br />

dengan UP Jamkesda) wajib dengan rujukan dari<br />

Puskesmas<br />

3. RawatInap (RI) di Puskesmas dan Rumah Sakit<br />

yang bekerjasama dengan UP Jamkesda di kelas<br />

III<br />

Persyaratan yang harus dibawa saat<br />

mendaftar di Puskesmas Kecamatan:<br />

Pemohon dapat menunjukkan KTP dan Kartu<br />

Keluarga Provinsi DKI Jakarta di seluruhPuskesmas<br />

Kecamatan di wilayah yang sama dengan yang<br />

tertera pada identitas pemohon<br />

Persyaratan yang harus dibawa saat berobat<br />

di Puskesmas:<br />

1. Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Gakin/Kartu<br />

Jamkesda<br />

2. Bagi yang belum memiliki KJS, dapat<br />

menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga Provinsi<br />

DKI Jakarta<br />

Persyaratan Pasien berobat gratis di Rumah<br />

Sakit :<br />

1. Wajib membawa surat rujukan dari Puskesmas<br />

2. Kartu Jakarta Sehat/ Kartu Jamkesda/ Kartu<br />

Gakin<br />

3. Bagi yang tidak memiliki Kartu Jakarta Sehat<br />

cukup menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga<br />

Provinsi DKI Jakarta<br />

ALUR PELAYANAN KESEHATAN<br />

WARGA BER-KTP DKI JAKARTA<br />

UNIT GAWAT DARURAT RS<br />

• Hanya untuk menerima kasus-kasus Emergency<br />

• Untuk Penentuan Rawat Inap Pasien UGD<br />

dirawat ditentukan oleh Dokter yang merawat<br />

• Pasien UGD tidak perlu rawat inap tetap dilayani<br />

(Life Saving) kemudian diarahkan kembali ke<br />

Puskesmas jika obat habis<br />

DAFTAR RUMAH SAKIT<br />

DI PROVINSI DKI JAKARTA<br />

YANG KERJASAMA<br />

JAKARTA PUSAT<br />

Rumah Sakit Umum<br />

1. RS Cipto Mangunkusumo<br />

2. RSAL Mintoharjo<br />

3. RSPAD Gatot Soebroto<br />

4. RS Moh Ridwan Meureksa<br />

5. RSUD Tarakan<br />

6. RS Pertamina Jaya<br />

7. RS Kramat 128<br />

8. RS Moh Husni Thamrin<br />

9. RS Sint Carolus<br />

10. RS PGI Cikini<br />

11. RS Islam Jakarta<br />

12. RS Husada<br />

13. RS Menteng Mitra Afia<br />

Rumah Sakit Khusus<br />

1. RSB Budi Kemuliaan<br />

2. RS Jakarta Eye Center<br />

3. PMI<br />

4. Klinik Hemo dialisa Tidore<br />

JAKARTA UTARA<br />

Rumah Sakit Umum<br />

1. RSUD Koja<br />

2. RS Pelabuhan Jakarta<br />

3. RS Atmajaya<br />

4. RS Satyanegara<br />

5. RS Sukmul Sisma Medika<br />

6. RS Islam Jakarta Utara<br />

7. RS Pluit<br />

8. RS Pantai Indah Kapuk<br />

9. RS Port Medical Center<br />

10. RS Gading Pluit<br />

11. RS Royal Progress<br />

12. RS Puri Medika<br />

RumahSakitKhusus<br />

1. RSPI Prof Sulianti Saroso<br />

2. RSIA Hermina Podomoro<br />

3. RS Mulyasari<br />

4. AGD DKI<br />

5. Klinik Hemodialisa Lions<br />

JAKARTA BARAT<br />

Rumah Sakit Umum<br />

1. RS Pelni<br />

2. RS Puri Mandiri Kedoya<br />

3. RS Sumber Waras<br />

4. RS Bhakti Mulia<br />

5. RS Patria IKKT<br />

6. RS Manuella<br />

7. RS Medika Permata Hijau<br />

8. RSUD Cengkareng<br />

9. RSKB Cinta Kasih Tzu Chi<br />

Rumah Sakit Khusus<br />

1. RSJ Jakarta<br />

2. RS Kanker Dharmais<br />

3. RSAB Harapan Kita<br />

4. RS Jantung Harapan Kita<br />

5. RSIA Hermina Daan Mogot<br />

JAKARTA SELATAN<br />

Rumah Sakit Umum<br />

1. RS Fatmawati<br />

2. RS Marinir Cilandak<br />

3. RS Pusat Pertamina<br />

4. RS TriaDipa<br />

5. RS Jakarta<br />

6. RS Agung<br />

7. RS Setia Mitra<br />

8. RS Zahirah<br />

9. RS DrSuyoto<br />

10. RS Bhayangkara Selapa Polri<br />

Rumah Sakit Khusus<br />

1. RSIA Budi Jaya<br />

2. Jakarta Medical Centre II<br />

3. Klinik Hemodialisa Cipta Husada<br />

4. Jakarta Kidney Center<br />

JAKARTA TIMUR<br />

Rumah Sakit Umum<br />

1. RS Persahabatan<br />

2. RS Kesdam Jaya Cijantung<br />

3. RS PolriSukanto<br />

4. RS Pusdikkes<br />

5. RSPAU Antariksa<br />

6. RSUD PasarRebo<br />

7. RSUD Budi Asih<br />

8. RS Haji Jakarta<br />

9. RS HarapanBunda<br />

10. RS UKI Cawang<br />

11. RS Harum<br />

12. RS Islam Jakarta Timur<br />

13. RS Harapan Jayakarta<br />

14. RS Kartika Pulo Mas<br />

15. RS Mediros<br />

16. RS Yadika<br />

17. RS Rawamangun<br />

18. RS Admira<br />

19. RS Premier Jatinegara<br />

Rumah Sakit Khusus<br />

1. RSJ Bunga Rampai<br />

2. RSKO Cibubur<br />

3. RS Duren Sawit<br />

4. Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia<br />

5. Bina Waluya Cardiac Center<br />

6. RSIA Hermina Jatinegara<br />

7. RSIA Bunda Aliyah<br />

8. RSIA Resti Mulya<br />

LUAR JAKARTA<br />

1. RSU Tangerang<br />

2. RSJ Bogor<br />

3. RS KustaSitanalaTangerang<br />

NR<br />

(SumberDinkes DKI Jakarta).<br />

10 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />

11


liputan utama<br />

Tak Ada Kartu KJS,<br />

KTP Tetap Bisa<br />

Tidak banyak masyarakat DKI Jakarta yang berobat<br />

ke Puskesmas menggunakan kartu KJS. Namun<br />

mereka tetap dilayani dengan baik sebagaimana<br />

pemegang kartu KJS. Syaratnya Cuma satu, mereka<br />

harus menunjukkan KTP DKI Jakarta saat berobat ke<br />

Puskesmas.<br />

Suatu pagi di Puskesmas<br />

Kecamatan Senen, di Jl. Kramat<br />

VII/31 Jakarta Pusat terdapat antrean<br />

di tempat duduk pasien yang hendak<br />

berobat.Jumlahnya ada belasan<br />

pengunjung. Namun semakin siang<br />

semakin bertambah hingga mencapai<br />

puluhan orang. Sebelum jarum jam<br />

menunjukkan angka 12, antrean<br />

mulai berkurang dan hanya tinggal<br />

beberapa orang ketika jarum jam mulai<br />

menunjukkan angka 13.00.<br />

Salah seorang warga Kelurahan<br />

Kramat yang turut dalam antrian,<br />

Puji Rahayu (37) mengatakan, dirinya<br />

datang ke Puskesmas pukul 09.30 dan<br />

satu jam kemudian sudah mendapat<br />

pelayanan. Selain cepat, juga tidak<br />

terlalu ribet karena cukup menujukkan<br />

KTP DKI Jakarta dan langsung<br />

mendapat pelayanan gratis.<br />

“Saya belum dapat kartu KJS, jadi<br />

kalau ke Puskesmas cukup membawa<br />

KTP saja dan langsung dilayani secara<br />

gratis,” ujarnya saat ditanya tentang<br />

kartu KJS.<br />

Sama seperti Puji Rahayu,<br />

beberapa pengunjung lain yang ditemui<br />

juga tidak ada yang membawa kartu<br />

KJS. Meski tidak membawa kartu<br />

KJS, namun mereka tetap merasa puas<br />

terhadap palayanan gratis Puskesmas<br />

Senen. Karena itu, mereka tidak pernah<br />

berpikir apakah nantinya dapat kartu<br />

KJS atau tidak. Karena tanpa kartu<br />

KJS, mereka sudah mendapat pelayanan<br />

kesehatan gratis hanya dengan<br />

menunjukkan KTP saja.<br />

Masih Sedikit<br />

Dibenarkan oleh Kepala<br />

Tata Usaha Puskesmas Senen, Nur<br />

Rahmawati, bahwa masyarakat<br />

Kecamatan Senen yang menerima kartu<br />

KJS jumlahnya masih sedikit. Karena<br />

itu belum tentu dalam satu hari ada<br />

masyarakat yang datang berobat ke<br />

Puskesmas membawa kartu KJS.Pada<br />

umumnya mereka masih menggunakan<br />

KTP.<br />

“Dari rata-rata kunjungan pasien<br />

perhari sekitar 20 orang, terkadang ada<br />

satu atau dua orang yang membawa<br />

kartu KJS. Tapi itupun jarang dan tidak<br />

mesti tiap hari,” ujarnya saat ditemui di<br />

kantornya.<br />

Menurut Nur Rahmawati, dengan<br />

kartu KJS atau tanpa kartu KJS, seluruh<br />

pasien yang datang ke Puskesmas Senen<br />

tetap dilayani secara gratis. Tentu<br />

saja bila mereka bias menunjukkan<br />

KTP DKI Jakarta.Tanpa KTP DKI<br />

Jakarta mereka dianggap penduduk<br />

luar DKI Jakarta dan oleh karenanya<br />

mereka dikenakan biaya. Namun<br />

demikian setiap penduduk DKI Jakarta<br />

yang berobat ke Puskesmas langsung<br />

didata dan masuk kedalam data base<br />

untuk mendapatkan kartu KJS pada<br />

kesempatan berikutnya.<br />

Data terakhir pertanggal 21 Juni<br />

2<strong>01</strong>3, Puskesmas Kecamatan Senen<br />

yang meliputi 6 kelurahan mendapat<br />

target peserta 56.914. Kelurahan Senen<br />

10.431 peserta, Kelurahan Kenari<br />

3.135 peserta, Kelurahan Kramat<br />

17,040 peserta, Kelurahan Paseban<br />

7.942 peserta, Kelurahan Bungur 7.516<br />

peserta dan Kelurahan Kwitang 10.850<br />

peserta.<br />

Dari total 56.914 peserta yang<br />

berada di wilayah Puskesmas Senen,<br />

ternyata baru 461 KJS yang dibagikan<br />

kepada warga. Untuk Kelurahan Senen<br />

telah dibagikan 116 kartu, Kelurahan<br />

Kenari 220 kartu, Kelurahan Bungur<br />

95 kartu dan Kelurahan Kwitang 30<br />

kartu. Sementara itu, dua kelurahan,<br />

yakni Kelurahan Kramat dan kelurahan<br />

Paseban belum ada satupun kartu<br />

KJS yang dibagikan kepada warga.<br />

Permasalahannya, selain banyaknya<br />

kartu yang salah alamat, juga banyak<br />

terdapat kesalahan data.<br />

“Masih banyak kartu KJS yang<br />

kami simpan dan belum kami bagikan,<br />

karena data tidak sesuai dan salah<br />

alamat,” ujarnya lagi.<br />

Dikatakan Nur Rahmawati,<br />

berbeda dengan kartu KJS tahap<br />

pertama, kartu KJS tahap kedua sudah<br />

dilengkapi dengan barcode yang berisi<br />

data-data pemegang kartu. Puskesmas<br />

Senen sendiri sudah memiliki<br />

alatpembaca barcode (chip data)<br />

tersebut. Namun untuk sementara alat<br />

tersebut belum bisa difungsikan karena<br />

kartu KJS barcode belum dibagikan<br />

kepada warga.<br />

Terkait dengan meningkatnya<br />

jumlah pasien KJS yang berobat<br />

kerumah sakit, Nur Rahmawati<br />

mengatakan saat ini sudah bisa<br />

diatasi karena adanya sistem online<br />

antar rumah sakit dan Puskesmas.<br />

Dengan sistem online ini, maka dapat<br />

diminimalisir menumpuknya pasien<br />

pada tempat tertentu. Umumnya<br />

mereka memang langsung kerumah<br />

sakit tanpa terlebih dulu ke Puskesmas.<br />

Padahal kalau ke Puskesmas terlebih<br />

dulu sebenarnya bisa segea diatasi,<br />

karena saat ini Puskesmas di DKI<br />

Jakarta memiliki fasilitas dan sarana<br />

yang lengkap layaknya rumah sakit. NR<br />

Sosialisasi<br />

KJS Terus<br />

Digalakkan<br />

Sosialisasi memegang<br />

peranan penting dalam<br />

proses implementasi<br />

program dan kebijakan<br />

Pemprov DKI Jakarta.<br />

Program KJS salah satunya.<br />

Kartu Jakarta Sehat (KJS) menjadi<br />

salah satu program utama dan unggulan<br />

Pemprov DKI Jakarta, khususnya di<br />

bidang kesehatan. Ketika program KJS<br />

mulai diberlakukan akhir tahun lalu,<br />

pengamat kebijakan publik Andrinof<br />

Chaniago pernah mengingatkan<br />

soal pentingnya peran sosialisasi dan<br />

komunikasi program KJS. “Sosialisasi dan<br />

komunikasi perlu digalakkan lagi oleh<br />

Dinas Kesehatan agar prosedur KJS benarbenar<br />

dipahami warga dan sampai ke<br />

level bawah. Selanjutnya komunikasi dan<br />

sosialisasi juga masih perlu ditingkatkan<br />

di level badan layanan, seperti puskesmas<br />

dan RSUD,” kata Andrinof.<br />

Ia menambahkan, sebagai program<br />

yang terhitung baru, tidak hanya warga<br />

yang perlu mendapatkan pemahaman<br />

yang jelas tentang KJS. Para petugas<br />

medis dan perangkat terkait harus benarbenar<br />

memahami prosedur yang hendak<br />

dilaksanakan dan mengerti roh dari<br />

program tersebut.<br />

Sebar Poster<br />

Harus diakui, pemberlakuan sistem<br />

KJS membawa dampak yang cukup<br />

signifikan bagi sistem pelayanan kesehatan<br />

di Provinsi DKI Jakarta. Di sisi unit/badan<br />

layanan kesehatan, program KJS sedikit<br />

banyak memerlukan adaptasi di kalangan<br />

tenaga medis dan sistem administrasi<br />

kesehatan yang berlaku sebelumnya.<br />

Pada saat bersamaan, animo warga untuk<br />

memperoleh pelayanan gratis dari program<br />

tersebut terus meningkat. Akibatnya, tak<br />

jarang ditemukan sejumlah kasus yang<br />

mengisahkan beragam tantangan dalam<br />

pelaksanaan KJS. Melonjaknya jumlah<br />

pasien, perselisihan akibat ketidakpahaman<br />

prosedur antara petugas medis dan pasien,<br />

penolakan pasien KJS oleh rumah sakit,<br />

hingga persoalan administrasi merupakan<br />

sejumlah tantangan yang masih dihadapi<br />

dalam pelaksaanaan jaminan kesehatan<br />

dengan sistem KJS.<br />

Berkaca dari kenyataan di lapangan,<br />

Pemprov DKI Jakarta terus mengevaluasi<br />

dan memperbaikinya serta bertindak tegas<br />

kepada rumah sakit-rumah sakit yang telah<br />

bekerjasama yang menolak memberikan<br />

pelayanan kepada pasien KJS sebagaimana<br />

mestinya.<br />

Dinas Kesehatan selaku leading<br />

sector dari program KJS terus melakukan<br />

berbagai terobosan dalam rangka<br />

peningkatan layanan KJS. Salah satunya<br />

dengan menggalakkan proses sosialisasi<br />

dan komunikasi program KJS kepada<br />

warga dan perangkat kesehatan terkait.<br />

Dengan menggandeng Dinas Komunikasi,<br />

Informatika, dan Kehumasan, Dinas<br />

Kesehatan menerbitkan poster yang berisi<br />

informasi pengajuan KJS bagi warga.<br />

Poster yang berisi mekanisme<br />

pengajuan, serta manfaat penggunaan<br />

KJS tersebut disebarkan di puskesmaspuskesmas.<br />

Melalui sosialisasi ini,<br />

diharapkan masyarakat akan memahami<br />

mekanisme penggunaan KJS serta<br />

prosedur untuk mendapatkan kartu<br />

tersebut.MJ<br />

12 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 13


opini<br />

Aplikasi Kedokteran<br />

Komunitas Dukung KJS<br />

Dr. AryawanWichaksana, MKK*)<br />

Keberhasilan pembangunan yang membawa<br />

kemakmuran masyarakat, ternyata juga<br />

memunculkan masalah gangguan kesehatan<br />

baru, seperti bertumpuknya sampah dan limbah,<br />

kepadatan penduduk yang mengesankan kumuh,<br />

perubahan “gaya hidup”. Selanjutnya terjadi<br />

pergeseran pola nutrisi harian, serta masalahmasalah<br />

sosial lain.<br />

Teknik kedokteran canggih<br />

bukanlah jawaban untuk penyakit<br />

yang timbul tersebut, terutama bagi<br />

masyarakat kebanyakan. Disinilah<br />

letak peran ilmu kesehatan komunitas<br />

atau kesehatan masyarakat, seperti<br />

melakukan penyuluhan aktif ketengahtengah<br />

masyarakat, dengan memberi<br />

informasi atau pengetahuan praktis<br />

pencegahan gangguan kesehatan.<br />

Misalnya mencuci seluruh bahan<br />

yang akan dimasak, mencuci tangan<br />

sebelum memasak dan sebelum<br />

makan, menyusui selama 2 tahun bagi<br />

bayi, imunisasi, sanitasi lingkungan,<br />

termasuk penyediaan air bersih yang<br />

memadai, aktif kegiatan posyandu, dan<br />

lain-lain.<br />

Seluruh kegiatan diatas akan<br />

menumbuhkan partisipasi penuh<br />

masyarakat, dan memberi hasil yang<br />

nyata, serta memerlukan anggaran<br />

relative lebih murah. Kedokteran<br />

komunitas memberikan porsi lebih<br />

besar kepada kegiatan promosi<br />

kesehatan dan pencegahan penyakit di<br />

masyarakat.<br />

Konsep “Sehat”, menurut<br />

kenyataan praktisnya, telah bergeser,<br />

bahwa “sehat” bukan hanya ketiadaan<br />

penyakit, tapi berkaitan dengan kualitas<br />

hidup. Kesehatan telah menjadi “alat<br />

ukur produktivitas”, karena kesehatan<br />

merupakan bagian integral dari proses<br />

pembangunan, maka seluruh sector<br />

social masyarakat mempengaruhi<br />

tingkat kesehatan suatu masyarakat,<br />

atau kesehatan suatu Negara.<br />

Bagi Daerah Khusus<br />

IbukotaJakarta dengan program<br />

“Kartu Jakarta Sehat” nya, dirasakan<br />

penting dan mendesak bahwa kegiatan<br />

kedokteran komunitas diberikan<br />

semangat “Jakarta Baru”, sehingga<br />

lebih digiatkan ketengah-tengah<br />

masyarakat, yang merupakan tugas kita<br />

bersama, khususnya bagi jajaran tenaga<br />

kesehatan.<br />

Peran Nutrisi.<br />

Pencegahan penyakit dapat<br />

dilakukan dengan berbagai cara<br />

pendekatan, diantaranya melalui<br />

pengetahuan nutrisi. Fakta ilmiah,<br />

melalui rangkaian penelitian<br />

epidemiologi, telah membuktikan,<br />

bahwa nutrisi yang baik berperan<br />

sangat penting dalam meningkatkan<br />

ketahanan kesehatan, utamanya untuk<br />

pencegahan penyakit, sejak usia janin<br />

sampai usia tua. Hanya saja bukti-bukti<br />

ilmiah ini ditulis didalam makalah<br />

atau jurnal akademik, dan tidak<br />

akan dapat dibaca oleh masyarakat<br />

kebanyakan. Akibatnya hasil ini tidak<br />

diketahui masyarakat, sehingga tidak di<br />

aplikasikan dalam kehidupan seharihari.<br />

Disinilah peran aktif jajaran<br />

kesehatan untuk mensosialisasikan<br />

hasil penelitian yang berguna tersebut<br />

kedalam kehidupan masyarakat Jakarta.<br />

Nutrisi atau gizi, adalah substansi<br />

organik, yang dibutuhkan organisme<br />

untuk fungsi normal pertumbuhan<br />

dan pemeliharaan kesehatan system<br />

tubuh. Angka kebutuhan nutrisi dasar,<br />

dikenal dengan istilah “Recommended<br />

Daily Allowance (RDA)” ternyata<br />

belum mencukupi guna menjaga<br />

fungsi optimal tubuh di dalam<br />

membantu penyembuhan penyakit,<br />

yang disebabkan oleh “stress oksidatif”.<br />

Akibatnya, banyak radikal bebas yang<br />

beredar didalam tubuh.<br />

Makanan yang beredar sekarang,<br />

dapat dikatakan sedikit sekali<br />

mengandung gizi, karena banyaknya<br />

penggunaan pestisida ketika proses<br />

penanaman. Buah-buah impor yang<br />

memakan waktu lebih dari satu<br />

bulan dalam proses distribusinya,<br />

akan menurunkan kandungan gizi<br />

didalamnya. Makanan cepat saji,<br />

banyak mengandung garam dan<br />

penyedap (MSG), bahan pengawet,<br />

agar tahan lama, tampak menarik<br />

dan renyah. Kesemuanya ini akan<br />

menghasilkan radikal bebas. Untuk<br />

menangkal stresoksidatif, telah disusun<br />

suatu formula gizi optimal, yang<br />

dikenal dengan sebutan “Optimal Daily<br />

Allowance (ODA).<br />

Di Indonesia, ODA telah<br />

diterjemahkan dengan istilah “Gizi<br />

Seimbang”, sesuai dengan Undang-<br />

Undang Kesehatan Nomer 36 Tahun<br />

2009 didalam program perbaikan gizi.<br />

Prinsip gizi seimbang divisualisasikan<br />

berupa piramida, yang kemudian<br />

disesuaikan dengan budaya dan pola<br />

makan Negara setempat. Di Indonesia<br />

(Yayasan Institut Danone<br />

Indonesia (DII) bersama tabloid<br />

Nikita) mengadaptasi piramida tersebut<br />

kedalam bentuk “Tumpeng dengan<br />

nampannya”, yang untuk selanjutnya<br />

disebut sebagai“Tumpeng Gizi<br />

Seimbang”(TGS).<br />

Tumpeng Gizi Seimbang terdiri<br />

atas potongan-potongan, yang dialasi<br />

oleh air putih. Luas potongan tumpeng<br />

gizi seimbang menunjukkan porsi<br />

makanan yang harus dikonsumsi setiap<br />

orang perhari. Air putih merupakan<br />

bagian terbesar serta esensial bagi<br />

kehidupan sehat dan aktif. Rata-rata<br />

keperluan air putih sehari, sedikitnya 2<br />

liter (8 gelas) perhari.<br />

* Potongan TGS dari bawah<br />

adalah sumber makanan pokok, berupa<br />

Karbohidrat, dianjurkan dikonsumsi<br />

3-8 porsi sehari.<br />

* Potongan TGS kedua dari<br />

bawah, adalah golongan sayur dan<br />

buah(vitamin dan mineral). Keduanya<br />

terbagi dalam luas potongan berbeda,<br />

untuk menekankan pentingnya peran<br />

dan porsi setiap golongan. Ukuran<br />

sayur lebih besar, anjurannya porsi<br />

sayur 3-5, danbuah 2-3 porsi.<br />

* Potongan TGS ke 3, adalah<br />

golongan protein, yaitu daging, telur,<br />

ikan, susu dan produk susu, seperti<br />

mentega, keju, yoghurt, dipotongan<br />

kanan, sedangkan potongan kiri, adalah<br />

kacang-kacangan dan hasil olahannya,<br />

seperti tahu, tempe, oncom.<br />

* Potongan TGS dipuncak dan<br />

kecil, adalah minyak, gula, garam, yang<br />

dianjurkan dikonsumsi seperlunya.<br />

Nampan merupakan pola hidup<br />

sehat dan aktif, dengan berolah raga,<br />

menjaga kebersihan dan pantau berat<br />

badan. TGS disesuaikan dengan ibu<br />

hamil dan menyusui, bayi dan balita,<br />

remaja, dewasa dan usia lanjut.<br />

Saran.<br />

1TGS, dimasa pertumbuhan akan<br />

bermakna bagi perkembanganf<br />

ungsi kognitif, dan selanjutnya akan<br />

menurunkan berbagai risiko berbagai<br />

penyakit.<br />

2Sekolah menjadi tempat<br />

memperkenalkan TGS,<br />

dan memastikan bahwa, siswa<br />

mendapat asupan nutrisi yang tepat,<br />

tempat mempelajari ilmu gizi dan<br />

mempraktekkan perilaku makanan<br />

yang sehat bagi dirinya.<br />

3Fungsi penyuluhan kesehatan<br />

masyarakat, kembali menjadi<br />

prioritas utama didalam mendukung<br />

dan menguatkan KJS, (sebagai filter),<br />

di dalam membangun Kesehatan<br />

Masyarakat Jakarta Baru. ***<br />

*) Penulis adalah dokter di Pusat<br />

Pelayanan Kesehatan Pegawai Pemprov<br />

DKI Jakarta.<br />

14 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 15


hut dki<br />

Pemotongan Tumpeng Raksasa<br />

Setinggi 4,86 Meter<br />

Sebelum menghadiri<br />

Jakarta Night Festival 2<strong>01</strong>3,<br />

terlebih dulu Gubernur DKI<br />

Jakarta Jokowi dan Wagub<br />

Basuki Tjahaya Purnama<br />

melakukan pemotongan<br />

tumpeng raksasa di Jl Medan<br />

Merdeka Selatan atau di<br />

depan Balaikota Jakarta.<br />

Pemotongan tumpeng<br />

dimulai pukul 19.30. Namun<br />

Jokowi telah hadir pukul<br />

18.30 untuk beramah-tamah<br />

dengan para sesepuh<br />

dan para duta besar serta<br />

undangan lainnya.<br />

Untuk memotong tumpeng<br />

raksasa ini, Jokowi yang<br />

malam itu mengenakan<br />

baju tradisional Betawi<br />

warna hitam dengan<br />

penutup kepala kain<br />

batik warna merah muda<br />

Jokowi dua kali.<br />

Dua potong tumpeng kemudian<br />

dibawa turun untuk diserahkan kepada<br />

dua orang tokoh yang sangat berjasa<br />

pada kemajuan Jakarta, yakni istri<br />

mantan Gubernur DKI Jakarta, Henk<br />

Ngantung (Evelyn Misesa Ngantung)<br />

dan mantan Wagub DKI Jakarta Edi<br />

M. Nalapraya. Jokowi kemudian<br />

mengucapkan terima kasih kepada<br />

para sesepuh, para duta besar dan para<br />

warga.<br />

“Saya dan wakil gubernur<br />

mengucapkan terima kasih yang sebesar<br />

besarnya atas kehadiran dalam HUT<br />

486 Jakarta. Mari kita bersama-sama<br />

merayakan dengan masyarakat agar<br />

kedekatan antara pemimpin dan rakyat<br />

terjalin,” ujar Jokowi.<br />

Bersamaan dengan itu,<br />

rombongan perwakilan dari kelurahan<br />

dan camat dari lima wilayah DKI<br />

Jakarta yang mengiringi gubernur<br />

Tepat pukul 19.15, Gubenur<br />

Jokowi dan Riana Jokowi dengan<br />

didamping Wagub Basuki Tjahaja<br />

Purnama dan Veronika Tan, serta para<br />

duta besar bergerak menuju pintu<br />

depan pendopo Balaikota dan langsung<br />

disambut tarian gunungan. Jokowi<br />

berhenti sejenak di tangga pendopo<br />

untuk menyaksikan tari gunungan.<br />

Dengan dikawal para penari gunungan<br />

dan diikuti rombongan, Jokowi<br />

berjalan menuju tumpeng raksasa yang<br />

berada di Jl.Medan Merdeka Selatan<br />

di depan Balaikota. Turut mengiringi<br />

Jokowi di barisan belakang adalah<br />

perwakilan dari kelurahan dan camat<br />

dari lima wilayah DKI Jakarta dengan<br />

tumpeng kecil yang berjumlah 486<br />

tumpeng. Tumpeng-tumpeng kecil<br />

ini yang dibagikan kepada masyarakat<br />

atau pengunjung yang hadir saat<br />

pemotongan tumpeng raksasa.<br />

Tumpeng raksasa dengan tinggi<br />

4,86 meter dan garis tengah 4,86 meter,<br />

sebelumnya telah diarak dari halaman<br />

pendopo Balaikota menuju Jl. Medan<br />

Merdeka Selatan. Proses arak-arakan<br />

dari pendopo Balaikota dimulai pukul<br />

17.30 dengan dipikul oleh puluhan<br />

petugas. Namun setibanya di pintu<br />

gerbang Balaikota ternyata tumpeng<br />

raksasa terlalu lebar, sehingga harus<br />

berhenti sejenak untuk dilakukan<br />

pemotongan sebagian. Usai maghrib<br />

arakan-arakan tumpeng dimulai lagi<br />

dan akhirnya bisa keluar dari pintu<br />

gerbang Balaikota, lalu menuju Jl.<br />

Medan Merdeka Selatan.<br />

Tumpeng merupakan suatu<br />

simbol yang sarat akan makna.<br />

Tumpeng juga memiliki makna<br />

penting dalam sebuah acara perayaan.<br />

Gunungan nasi di tengah yang<br />

dikelilingi oleh lauk pauk dan sayur<br />

mayur ini melambangkan adanya<br />

kebersamaan dan kerukunan. Selain<br />

itu tumpeng juga merepresentasikan<br />

kesatuan tak terpisahkan antara<br />

hubungan manusia dengan Tuhan dan<br />

hubungan manusia dengan manusia.<br />

Diharapkan dengan tumpeng ini<br />

hubungan antara pemerintah Provinsi<br />

DKI Jakarta dalam melayani warganya<br />

akan semakin baik di masa-masa yang<br />

akan datang. Dengan tumpeng raksasa<br />

setinggi 4,86 meter dengan garis tengah<br />

juga 4,86 meter dan ditambah sebanyak<br />

486 tumpeng ukuran kecil lainnya<br />

melambangkan bahwa Jakarta kini telah<br />

berusia ke 486.<br />

Naik Tangga<br />

Di tengah kerumuman warga dan<br />

sorotan kamera, Jokowi dan rombongan<br />

tiba di dekat tumpeng raksasa. Sebelum<br />

dimulai pemotongan, sejenak dialunkan<br />

pembacaan doa bersama. Setelah itu<br />

pemotongan tumpeng segera dimulai.<br />

harus menaiki tangga yang terdiri<br />

sekitar 12 anak tangga untuk menuju<br />

ke puncak. Tiba di puncak tumpeng,<br />

Jokowi sejenak menyapa warga dengan<br />

menebar senyum dan melambaikan<br />

tangan. Saat tumpeng dipotong segera<br />

sorak sorai warga mengiringinya.<br />

Pemotongan tumpeng dilakukan<br />

segera membagikan sebanyak 486<br />

tumpeng kecil kepada warga yang<br />

hadir. Pembagian tumpeng ini langsung<br />

disambut warga dengan suka cita.<br />

Ada sebagian warga yang langsung<br />

memakannya ditempat, namun ada<br />

sebagian lagi yang membawanya pulang<br />

ke rumah masing-masing. NR<br />

16 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 17


hut dki<br />

PPKD 2<strong>01</strong>3 di Silang Monas Membludak<br />

Pemprov : PPKD Berikutnya Perlu Kajian Lagi<br />

Pameran Produksi Kreatif<br />

Daerah (PPKD) 2<strong>01</strong>3<br />

yang berlangsung 14-16<br />

Juni lalu di silang Monas<br />

mendapat sambutan<br />

positif dari masyarakat<br />

Jakarta dan sekitarnya.<br />

Kehadiran PPKD tersebut<br />

seolah oase di padang<br />

tandus yang memberikan<br />

jawaban atas kerinduan<br />

ajang pameran tanpa<br />

pungutan biaya.<br />

Kegiatan PPKD 2<strong>01</strong>3 ini<br />

merupakan rangkaian dalam acara Hari<br />

Ulang Tahun Kota DKI Jakarta ke-<br />

486 dan menjadi ajang memamerkan<br />

bermacam-macam produk kreatif dari<br />

seluruh wilayah DKI Jakarta.<br />

PPKD dan Monas merupakan<br />

magnet dengan daya tarik luar biasa<br />

sehingga selama tiga hari itu Monas<br />

selalu dibanjiri pengunjung. Meski<br />

stan yang ada di PPKD tidak sebanyak<br />

pameran lainnya namun ada nilai<br />

tambah tersendiri ketika PPKD hadir<br />

di Monas.<br />

Murah dan meriah, kedua<br />

hal itu menjadi alasan kuat<br />

mengapa masyarakat berduyunduyun<br />

menyambangi PPKD yang<br />

diselenggarakan di jantungnya kota<br />

Jakarta ini. Barang-barang dipamerkan<br />

sekaligus dijual ini juga terjangkau<br />

untuk ukuran kantong masyarakat<br />

bahkan bagi golongan ekonomi lemah<br />

sekalipun.<br />

Jika tidak ingin merogoh kocek<br />

lebih dalam maka aksesoris seperti bros,<br />

jepitan bahkan kipas bisa menjadi buah<br />

tangan PPKD 2<strong>01</strong>3 ini. Stan kerajinan<br />

tangan tampak mendominasi materi<br />

barang-barang yang dipajang. Tas batik,<br />

blouse terpanjang di beberapa stan.<br />

Namun tidak semua harus dibeli<br />

produknya. Stan kosmetik misalnya,<br />

selain memajang rempah-rempah dan<br />

hasil olahan rempah, juga mendemo<br />

bagaimana merawat wajah dan menjaga<br />

kecantikan wajah. Demikian juga ada<br />

stan yang memajang hasil daur ulang<br />

dari sampah botol plastik dan botol<br />

kaleng.<br />

Stan aneka panganan juga<br />

tersedia bagi pengunjung yang ingin<br />

memborong makanan dan minuman.<br />

Selain pameran, PPKD 2<strong>01</strong>3 ini<br />

disemarakkan dengan pelatihan<br />

singkat untuk pengusaha kecil dalam<br />

menghadapi perdagangan bebas.<br />

Kegiatan PPKD 2<strong>01</strong>3 juga<br />

menampilkan berbagai hiburan, seperti<br />

akrobat jalanan, marawis, parade<br />

none jamu, lompat tali beregu dan<br />

sejumlah kuis berhadiah. Kemudian,<br />

ada penampilan khusus Teater Betawi<br />

yang menyuguhkan kebudayaan dan<br />

kesenian khas Betawi, antara lain<br />

pencak silat, tari, wayang, dan lenong.<br />

Seluruh acara, baik pertunjukan<br />

maupun pameran, terbuka untuk<br />

seluruh pengunjung dan mereka bisa<br />

menikmati hiburan gratis.<br />

Lepaskan Penyelenggaraan<br />

pada EO<br />

Untuk ketiga kalinya, Pemerintah<br />

Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta<br />

menggelar Pekan Produk Kreatif<br />

Daerah (PPKD). Adalah Dinas<br />

Perindustrian dan Energi DKI<br />

Jakarta yang punya hajat menggelar<br />

PPKD ini. Menurut Kepala Dinas<br />

Perindustrian dan Energi, Andi Baso,<br />

penyelenggaraan PPKD merupakan<br />

upaya Pemerintah DKI untuk memberi<br />

tempat bagi 126 peserta pameran dari<br />

universitas, SMK, dinas-dinas provinsi<br />

DKI Jakarta, serta kelompok usaha<br />

kecil.<br />

Pelaku usaha kecil yang bisa<br />

masuk diutamakan yang memiliki<br />

produk keunikan dan kekhasan Betawi.<br />

“Intinya kami ingin acara ini bisa<br />

menjadi tempat masyarakat bergembira<br />

ria, dan dapat hiburan gratis, “katanya.<br />

Andi menegaskan, kegiatan<br />

PPKD 2<strong>01</strong>3 yang digelar di Monas<br />

tersebut juga dapat menjadi embrio<br />

bagi penyelenggaraan Pekan Raya<br />

Jakarta (PRJ) yang baru. Sebab itu,<br />

dia berharap pelaksanaan PPKD<br />

tahun depan dapat dilepas dari tangan<br />

Pemprov<br />

DKI dengan<br />

menyerahkannya kepada event<br />

organizer atau event management sebagai<br />

pelaksananya. Pemprov DKI hanya<br />

berfungsi sebagai fasilitator saja.<br />

“Meskipun wacana pemindahan<br />

PRJ ke Monas masih berupa rumor,<br />

PPKD ini bisa menjadi embrio bagi<br />

PRJ baru karena wacana tersebut sudah<br />

menjadi perhatian khusus para pelaku<br />

bisnis, khususnya pengusaha mikro dan<br />

kecil, serta calon peserta PPKD 2<strong>01</strong>3,”<br />

ujarnya.<br />

Selain itu PPKD 2<strong>01</strong>3 memang<br />

dirancang sebagai sarana promosi dan<br />

kegiatan untuk mendorong terciptanya<br />

18 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 19


hut dki<br />

Jakarta Night Festival 2<strong>01</strong>3<br />

berbagai karya kreatif di Kota Jakarta<br />

sesuai dengan keunggulan sumber daya<br />

manusia (SDM) dengan kreativitasnya,<br />

serta budaya yang dimiliki masingmasing<br />

wilayah.<br />

Percontohan Pesta Rakyat?<br />

Tidak seperti tahun sebelumnya<br />

Pameran Produktif Kreatif Daerah<br />

(PPKD) 2<strong>01</strong>3 dilakasanakan di<br />

Silang Monas. Gubernur DKI Joko<br />

Widodo adalah sosok yang berperan<br />

berpindahnya penyelenggaraan<br />

PPKD dari Balai Kartini ke Silang<br />

Monas. Joko Widodo lebih memilih<br />

Monas sebagai lokasi PPKD karena<br />

dianggap paling pas dalam mengususng<br />

keberhasilan produktivitas yang dimiliki<br />

DKI dan layak diketahui masyarakat<br />

luas.<br />

Gubernur menyebut kepindahan<br />

PPKD ke Monas semacam uji<br />

coba. Namun untuk melaksanakan<br />

kepindahan PRJ itu memerlukan<br />

kajian. Sedikitnya akan butuh dua<br />

atau tiga bulan. “Kalau memang ada<br />

yang perlu diubah nanti Pergub akan<br />

direvisi“ kata Jokowi yang berjanji akan<br />

mengkaji Peraturan Gubernur yang<br />

menyebut PRJ harus diselenggarakan di<br />

Kemayoran.<br />

Namun Joko Widodo juga belum<br />

bisa memastikan 2<strong>01</strong>4 apakah akan<br />

menggelar pesta rakyat di Monas.<br />

Melalui PPKD, akan dihitung<br />

kelebihan dan kekurangan jika PRJ<br />

dikembalikan ke tempat asalnya,<br />

Gambir. Perhitungan dan kalkulasi<br />

pemindahan PRJ meliputi parkir dan<br />

ide penghapusan tiket masuk area<br />

pameran.<br />

Hasil akhir baru bisa diketahui<br />

tiga bulan sesudah PPKD selesai<br />

digelar. Namun Joko Widodo menepis<br />

anggapan jika PRJ dipindahkan ke<br />

Monas akan merusak dan mengurangi<br />

ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan<br />

tersebut. Menurutnya pameran akan<br />

digelar di kawasan kon-block (papingblock),<br />

tidak merambah ke area<br />

penghijauan.<br />

Sementara Wakil Gubernur DKI<br />

Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, usai<br />

PPKD 2<strong>01</strong>3 digelar mengatakan,<br />

banyak hal yang menjadi kekurangan.<br />

Karena itu, tahun depan, pelaksanaan<br />

PPKD 2<strong>01</strong>4 tidak akan lagi ditangani<br />

Dinas Perindustrian dan Energi<br />

DKI Jakarta. Sebab selama di bawah<br />

koordinasi dinas tersebut, transaksi jual<br />

beli yang terjadi tidak pernah tinggi.<br />

Selain itu Basuki juga menilai<br />

pelaksanaan PPKD tidak menarik<br />

perhatian pihak swasta. Sehingga<br />

tidak pernah memiliki nilai jual<br />

untuk ditangani oleh swasta. Melihat<br />

itu, Pemprov DKI akan memikirkan<br />

langkah strategis guna memadukan<br />

semua potensi yang ada untuk<br />

menjadikan PPKD memiliki nilai jual<br />

tinggi.<br />

Basuki menyebut, penanganan<br />

PPKD oleh panitia HUT DKI juga<br />

salah satu penyebab swasta kurang<br />

berminat mengambil bagian dari<br />

PPKD. Karena itu Basuki berharap<br />

pelaksanaan PPKD ke depan<br />

harus terpadu. Dan yang menjadi<br />

penilaian negatif PPKD 2<strong>01</strong>3<br />

ternyata menyisakan sampah yang<br />

cukup banyak di kawasan Monas.<br />

Menurutnya, sampah, kemacetan,<br />

pedagang kaki lima (PKL), dan tidak<br />

ada pendingin ruangan akan menjadi<br />

bahan evaluasi oleh Pemprov DKI<br />

Jakarta.<br />

“Siapa yang akan<br />

menyelenggarakan PPKD ke depan<br />

belum bisa ditentukan. Karena kita<br />

belum evaluasi secara keseluruhan.<br />

Mulai dari kemacetan yang<br />

ditimbulkan, sampah, PKL yang masuk<br />

tidak ada tanda pengenal, hingga lokasi<br />

yang panas karena tidak ada pendingin<br />

ruangan. Ya namanya juga mencoba<br />

kan,” ujarnya. ALF<br />

Sembilan Panggung Hiburan Dipadati Penonton<br />

Jakarta Night Festival berlangsung aman dan<br />

sukses.Kemeriahan juga mewarnai acara yang<br />

digelar mulai pukul 20.00 hingga 23.00 pada Sabtu<br />

(22/6) lalu.Ribuan warga memadati Jl. Thamrin, Jl<br />

Sudirman dan lapangan Monas untuk menyambut<br />

pesta rakyat dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT)<br />

Jakarta yang ke-486.<br />

Sabtu Sore (22/6) Area Monas<br />

mulai didatangi pengunjung. Tua muda<br />

dan anak-anak turut hadir di sana<br />

untuk menyaksikan pesta rakyat dalam<br />

rangka HUT Jakarta yang ke-486. Tak<br />

hanya warga Ibukota Jakarta, warga<br />

dari kota tetangga, seperti Depok,<br />

Bekasi, Tangerang dan Bogor juga turut<br />

memeriahkannya.<br />

Menjelang maghrib kepadatan<br />

pengunjung di area Monas mulai<br />

mengalir. Pelan-pelan segera bergerak<br />

ke Jl. Thamrin dan Jl. Sudirman. Usai<br />

maghrib atau tepatnya pukul 19.00,<br />

ketika dilakukan penutupan kedua<br />

jalan tersebut, konsentrasi warga mulai<br />

beralih kesana. Dan semakin malam<br />

semakin padat, lebih-lebih ketika<br />

panggung hiburan yang berada disisi<br />

kiri dan kanan Jl. Thamrin memulai<br />

aksinya pada pukul 20.00.Warga yang<br />

hadir menyambutnya dengan sangat<br />

antusias.<br />

Panggung Hiburan<br />

Jakarta Night Festival atau<br />

disebut juga malam muda-mudi<br />

diselenggarakan oleh Pemprov DKI<br />

Jakarta dalam rangka menyambut<br />

HUT Jakarta yang ke 486. Jakarta<br />

Night Festival juga<br />

merupakan salah satu<br />

kegiatan dari beberapa<br />

rangkaian kegiatan yang<br />

digelar Pemprov DKI<br />

Jakarta selama satu bulan<br />

penuh di bulan Juni 2<strong>01</strong>3.<br />

Menurut Ketua<br />

Panitia Harian, Sylviana<br />

Murni, untuk mendukung<br />

HUT Jakarta ke-486 setidaknya ada<br />

35 kegiatan yang berlangsung selama<br />

satu bulan penuh. Beberapa kegiatan<br />

yang turut meramaikan HUT Jakarta<br />

ke-486 antara lain; Pekan Raya Jakarta<br />

(PRJ), Festival Bahari, PameranFlona,<br />

Graet Sale, Jakarta 10K, Jakarta Night<br />

Festival, Festival Pesisir, Festival Palang<br />

Pintu dan Gelar Budaya, Jakarta<br />

International Folklore an Jakarnaval.<br />

Untuk Jakarta Night Festival atau<br />

malam<br />

muda mudi,<br />

kata Silviana Murni, konsep<br />

20 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 21


acaranya<br />

mirip perayaan malam<br />

tahun baru 2<strong>01</strong>3 lalu. Kedua jalan<br />

protokol, Jl. Sudirman dan Jl. Thamrin<br />

ditutup pada pukul 19.00 hingga<br />

pukul 23.00 dari kendaraan bermotor.<br />

Selanjutnya kedua ruas jalan tersebut<br />

digunakan oleh warga dalam pesta<br />

rakyat Jakarta Night Festival.<br />

Sementara itu menurut Gubernur<br />

Jokowi, Jakarta Night Festival memang<br />

memiliki kemiripan dengan kegiatan<br />

malam muda-mudi yang digelar di<br />

era Ali Sadikin. Sama seperti era<br />

Ali Sadikin, Jokowi juga berinisiatif<br />

merangkul pemuda pemudi Jakarta<br />

untuk bersenang-senang dalam<br />

kegiatan Jakarta Night Festival.<br />

“Konsepnya mirip dengan<br />

perayaan malam tahun baru 2<strong>01</strong>3 lalu.<br />

Pesta akan dilangsungkan di sepanjang<br />

Sudirman danThamrin,” kata Jokowi di<br />

Balaikota DKI Jakarta.<br />

Jakarta Night Festival dimulai<br />

pukul<br />

20.00. Acara<br />

pokok berupa panggung hiburan<br />

yang terkonsentrasi di beberapa titik<br />

yang semuanya dipadati penonton.<br />

Panggung-panggung tersebut didirikan<br />

di lapangan Monas, Jl. Thamrin, Jl.<br />

Sudirman dan Bunderan HI. Untuk<br />

panggung hiburan tersedia 8 panggung<br />

besar dan 1 panggung utama di<br />

lapangan Monas.Selain itu tersedia<br />

juga puluhan panggung kecil yang<br />

tersebar di sepanjang Jl. Thamrin dan<br />

Jl. Sudirman.<br />

Panggung utama yang berada<br />

di lapangan Monas dipersembahkan<br />

olehTranscop. Di panggung ini<br />

tampil group Band Kotak, Bondan<br />

Fade2Black, Opera Van Java, Soimah,<br />

Omas dan lainnya. Selanjutnya<br />

berturut-turut dari sisi timur Jl.<br />

Thamrin berdiri panggung besar, antara<br />

lain; Panggung pertama disponsori<br />

oleh PD Pasar Jaya yang menampilkan<br />

Jamrud dan Steven Coconut Trees.<br />

Panggung berikutnya di dekat Sarinah<br />

atau depan Jl. Sunda persembahan<br />

JakTV yang menampilkan Ronald dan<br />

Tike Ekstravaganza. Lalu panggung<br />

persembahan PT MRT Jakarta yang<br />

menampilkan musik blues.<br />

Sementara itu di bunderan HI<br />

terdapat dua panggung yang berlokasi<br />

di dekat Hotel Mandarin persembahan<br />

PT Pembangunan Jaya Ancol yang<br />

dimeriahkan dengan acara music<br />

dangdut. Kemudian panggung dekat<br />

Jalan Kebon Kacang persembahan<br />

Bank DKI yang dimeriahkan oleh<br />

Campursari dan Rock N’ Roll.<br />

Disisibarat Jl. Thamrin, antara lain;<br />

panggung yang berlokasi di lapangan<br />

sebelah EX Plaza persembahan PT<br />

Jakarta Propertindo yang dimeriahkan<br />

musik jazz. Lalu panggung<br />

persembahan PT Pembangunan Jaya<br />

dengan musik disko.Dan terakhir<br />

di depan Bank Indonesia, panggung<br />

persembahan PD Pembangunan<br />

Sarana Jaya yang menampilkan music<br />

keroncong tugu.<br />

Jokowi di Tengah Warga<br />

Sekitar pukul 21.30, warga yang<br />

hadir di lapangan Monas dan tengah<br />

menyaksikan panggung utama<br />

tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran<br />

Jokowi dan Basuki. Warga pun berebut<br />

bersalaman dengan mereka berdua.<br />

Tidak lama kemudian, di tengah<br />

kerumunan warga yang berdesakdesakan,<br />

gubernur dan wagub itu<br />

bergerak menuju ke Bunderan HI<br />

melewati Jl. Thamrin. Di sepanjang<br />

jalan yang dileweti, Jokowi dan Basuki<br />

mendapat sambutan yang luar biasa.<br />

Dari Monas ke Bundaran HI, Jokowi<br />

dan Basuki berjalan kaki dengan<br />

diiringi warga.<br />

Saat melewati panggung hiburan,<br />

Jokowi dan Basuki sempat berhenti<br />

sejenak untuk menyapa warga. Selain<br />

tetap menyalami warga, Jokowi<br />

dan Basuki juga sempat berdesakdesakan<br />

dengan warga yang kebetulan<br />

memadati di area depan panggung<br />

hiburan. Namun berkat kesigapan<br />

petugas, Jokowi dan Basuki berhasil<br />

melewati beberapa panggung dan tiba<br />

di Bundaran HI.<br />

Di Bundaran HI, Jokowi dan<br />

Basuki sejenak menyapa warga.<br />

Tak lama setelah itu, keduanya<br />

langsung meninggalkan lokasi dengan<br />

menggunakan mobil yang telah<br />

disediakan oleh petugas.NR<br />

22 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 23


hut dki<br />

Menggugah Kepedulian<br />

Warga Lewat Flona<br />

Pameran flora dan<br />

fauna (Flona) di Taman<br />

Lapangan Banteng,<br />

Jakarta Pusat sudah<br />

berlangsung sejak 1984<br />

yang biasanya selama<br />

sebulan.<br />

Pameran yang tahun ini<br />

dimulai 7 Juni hingga<br />

8 Juli selain untuk<br />

memperingati HUT<br />

Kota Jakarta ke 486,<br />

juga HUT Proklamasi<br />

Kemerdekaan RI ke-68.<br />

Sasaran diharapkan adalah<br />

meningkatkan pengetahuan, wawasan,<br />

dan kewirausahaan, serta menggugah<br />

kepedulian masyarakat terhadap<br />

lingkungan. Melalui Flona Pemprov<br />

DKI Jakarta juga memberikan ruang<br />

gerak dan fasilitasa, sarana dan<br />

prasarana, serta penyuluhan. Acara<br />

ini juga dapat dijadikan sebagai<br />

ajang pertemuan antara para petani,<br />

penghobi, dan pengusaha di bidang<br />

pertamanan dan lingkungan.<br />

Pameran tahun ini bertema<br />

“Kampung Hijau”dengan harapan<br />

masyarakat Jakarta memiliki kedekatan<br />

secara tradisional dengan lingkungan<br />

alam dan menjadi bagian hidup mereka<br />

sehari-hari.<br />

Peserta pameran mencapai 277<br />

stand, termasuk dari lima wilayah<br />

Pemerintah Kota Administrasi dan satu<br />

Kabupaten, Kepulauan Seribu. Dari<br />

luar DKI adalah Pemerintah Kabupaten<br />

Garut, Jawa Barat, serta Dharma<br />

Wanita Persatuan dan Ikatan Alumni<br />

Pelatihan Pertamanan. Dari 277 stand<br />

tersebut, melibatkan pengusaha, petani,<br />

koperasi, Assosiasi, hobbiest, nursery,<br />

dan LSM yang begerak di bidang<br />

tanaman, pertamanan, satwa dan<br />

lingkungan.<br />

Gubernur Provinsi DKI Jakarta,<br />

Joko Widodo (Jokowi) yang ketika<br />

membuka pameran melepas 486 ekor<br />

burung pipit. Gubernur menyatakan<br />

apresiasinya atas partisipasi semua yng<br />

terlibat dalam acara yang dinilainya<br />

mempunyai prospek yang baik untuk<br />

pelestarian lingkungan hidup dan<br />

mewujudkan Kota Jakarta yang indah.<br />

Selama pameran masyarakat atau<br />

pengunjung bisa mendapatkan antara<br />

lain penyuluhan dan peragaan ikhwa<br />

pertamanan, sosialisasi lobang biopori,<br />

teknik budidaya tanaman hias dan<br />

produktif, cara membuat kompos,<br />

demo memasak serba buah dan sayur<br />

dan lain-lain.<br />

Kepala Dinas Pertamanan dan<br />

Pemakaman Prtovinsi DKI Jakarta,<br />

Ir R Widyo Dwiyono Budi D MSi<br />

mengemukakan, lewat pameran Flona<br />

2<strong>01</strong>3 tersebut diharapkan dapat<br />

mencapai tujuannya, dalam rangka<br />

membina dan membimbing warga<br />

Jakarta untuk lebih mencintai alam dan<br />

lingkungan, demi terwujudnya program<br />

pembangunan Ruang Terbuka Hijau<br />

(RTH) yang memadai di Jakarta.<br />

Sejarah Pameran Flona<br />

Dinas Pertamanan lahir saat<br />

Bang Ali (H Ali Sadikin) menjabat<br />

Gubernur Provinsi DKI Jakarta.<br />

Setelah beberapa kali berganti struktur,<br />

sejak 2008 Organisasi dan Jasa Kerja<br />

Dinas Pertamanan dan Pemakaman<br />

DKI Jakarta disempurnakan melalui<br />

Peraturan Daerah (Perda) Nomor<br />

10 Tahun 2008 mempunyai tugas<br />

semakin besar seiring berkembangnya<br />

permasalahan lingkungan dan masalah<br />

perkotaan.<br />

“Karenanya Dinas Pertamanan<br />

dan Pemakaman berusaha lebih<br />

mengoptimalkan fungsi Ruang<br />

Terbuka Hijau (RTH) demi terjaganya<br />

lingkungan dan kehidupan warga kota,”<br />

tutur Widyo Dwiyono.<br />

Pameran Taman diselenggarakan<br />

Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta<br />

pertama kali pada 1971 di Taman<br />

Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta<br />

Selatan, berkenaan pembukaan Taman<br />

Langsat sebagai Taman Kota. Taman<br />

ini sebagai taman percontohan kering<br />

dan penghijauan. Dilanjutkan Pameran<br />

Akbar Internasional melalui Pameran<br />

Anggrek di Taman Ria Senayan pada<br />

1977, saat ASEAN baru beranggotakan<br />

lima Negara, Indonesia, Malaysia,<br />

Thailand, Filipina dan Singapura.<br />

Pengunjung ternyata melimpah<br />

mendatangi pameran itu.<br />

Banyak varietas baru anggrek<br />

tampil sebagai juara dalam suatu<br />

kompetisi yang berlangsung selama<br />

pameran. Antara lain anggrek hitam<br />

dari Irian, dan bunga anggrek lainnya.<br />

Tahun 1979, diselenggarakan<br />

Festival Bunga di Hotel Hilton<br />

(Sekarang Hotel Sultan), Senayan.<br />

Selanjutnya, tahun 1980-1981-1982<br />

diselenggarakan di Balai Sidang<br />

Senayan. Seiring meningkatnya<br />

kesukaan masyarakat terhadap bunga<br />

dan tanaman lain, maka bermunculan<br />

berbagai asosiasi bunga. Antara lain<br />

Aspeni, Aspringta, Perhorti, PPT dan<br />

lain-lain. Tahun 1983, diselenggarakan<br />

Festival Bunga di Taman Monas di sisi<br />

timur Taman Monas Barat menghadap<br />

ke Tugu Monas yang menampilkan<br />

penataan tanaman berbunga dengan<br />

pola artistik dalam skala besar..<br />

Tahun 1984<br />

festival bunga<br />

absen, lalu Dinas<br />

Petamanan DKI<br />

Jakarta menggelar<br />

pameran sendiri<br />

dengan nama Pekan<br />

Seni Flora, Fauna, dan<br />

Lingkungan (PSFFL)<br />

yang akhirnya menjadi<br />

cikal bakal Pameran Flona<br />

Jakarta yang secara rutin<br />

selama 14 hari di Taman<br />

Monas Utara kecuali<br />

tahun 1998 dan 1999.<br />

Pameran tersebut dalam<br />

rangka memeriahkan HUT Dinas<br />

Pertamanan pada tanggal 3 Agustus<br />

setiap tahunnya.<br />

Setelah Terminal Bus Lapangan<br />

Banteng dipindah ke Pulogadung pada<br />

1984, uapaya melakukan pameran lebih<br />

serius lagi. Areal yang pernah menjadi<br />

pusat hiruk pikuknya transporatsi Kota<br />

Jakarta itu ditata kembali menjadi<br />

Taman Lapangan Banteng. Pada 1986,<br />

diselenggarakan Sunday Flower Market<br />

di Taman Lapangan Banteng yang<br />

berlangsung setiap minggu dengan<br />

penjualan bunga potong dan tanaman<br />

hias. Tetapi tidak berlangsung lama,<br />

karena Taman Lapangan Banteng<br />

sedang direnovasi.<br />

Favorit Masyarakat<br />

Pameran Flona selanjutnya<br />

berlangsung selama sebulan mulai awal<br />

Juni hingga usai perayaan HUT Kota<br />

Jakarta. Belakangan pameran Flona<br />

terus diminati masyarakat hingga kini.<br />

Pameran yang berlangsung selama<br />

sebulan, dari 7 Juni sampai 8 Juli 2<strong>01</strong>3<br />

itu selalu dipadati pengunjung dari<br />

Jabodetabek. Stand reptil yang menjual<br />

berbagai jenis reptil dan unggas paling<br />

banyak menarik perhatian pengunjung<br />

terutama anak-anak.<br />

Seekor kura-kura jenis Pardalis<br />

sebesar kepalan tangan harganya<br />

mencapai Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5<br />

juta. Bahkan ada yang mencapai Rp 5<br />

juta. Savanah Monitor, sejenis biawak<br />

harganya Rp 4,5 juta sampai Rp 6 juta.<br />

Demikian juga jenis binatang melata,<br />

seperti ular dan iguana, harganya ada<br />

yang mencapai Rp 10 juta.<br />

24 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 25


hut dki<br />

Selain<br />

stand reptil, unggas, dan<br />

tanaman hias, pengunjung juga dapat<br />

memanfaatkan stand-stand pengobatan<br />

tradisional. Mereka yang kelelahan,<br />

terserang sesak nafas atau keseleo,<br />

mendatangi SinShe Auw Ting Yu, cucu<br />

SinShe Aue Ken yang menyediakan<br />

obat arak gosok Cap Siolo<br />

“Saya sudah dua kali ikut ambil<br />

bagian dalam Pameran Flona ini.<br />

Karena, lewat pameran ini, ternyata<br />

menjadi media promosi yang efektif<br />

untuk pengobatan tradisional Cina dan<br />

herbal. Yang datang kemari kebanyakan<br />

mereka yang mengalami luka dalam<br />

(nafas sakit), ingin melancarkan<br />

sirkulasi darah, mengendorkan uraturat<br />

syaraf, rematik, encok, masuk<br />

angin, sakit pinggang, persendian dan<br />

mereka yang menginginkan badan<br />

sehat (Cia Pou),” tutur SinShe Auw<br />

Ting Yu.<br />

Warga Jl Mangga Besar Jakarta<br />

Barat itu juga menilai, pameran Flona<br />

tahun 2<strong>01</strong>3 pengunjungnya jauh lebih<br />

banyak<br />

dibanding tahuntahun<br />

yang lalu. Karena masyarakat<br />

memperoleh banyak pilihan. Dari yang<br />

tradisional maupun modern.<br />

Ungkapan senada diutarakan Pak<br />

Surani, perajin barang-barang bekas,<br />

khususnya daur ulang dari stereofoam.<br />

Di sela-sela kegiatan pameran Flona<br />

itu, Pak Surani juga membuka praktek<br />

daur ulang styreofoam gratis kepada<br />

pengunjung. Atas kerja kerasnya<br />

itu, ia pernah memperoleh piagam<br />

penghargaan dari Kementerian<br />

Lingkungan Hidup, Presiden Soeharto<br />

dan Presiden Soesilo Bambang<br />

Yudhoyono.<br />

“Stereofoam bekas itu dapat kita<br />

olah menjadi berbagai jenis kerajinan<br />

tangan bernilai bisnis. Kami juga<br />

membuka kesempatan kepada warga<br />

Jakarta yang ingin belajar mendaur<br />

ulang stereofoam di markas saya di<br />

Cakung, Jakarta Timur,” tuturnya.<br />

Banyak Perubahan<br />

Aktivis lingkungan, Ully Sigar<br />

Rusady, berpendapat, pameran<br />

Flona 2<strong>01</strong>3 yang mengambil tema<br />

Kampung Hijau perlu memperoleh<br />

dukungan semua pihak, mengingat<br />

kondisi lingkungan Kota Jakarta<br />

dewasa ini telah banyak mengalami<br />

perubahan. Sama dengan perubahan<br />

kota-kota besar yang gencar melakukan<br />

pembangunan.<br />

“Yang terpenting sekarang,<br />

semua lapisan masyarakat harus<br />

lebih peduli pada lingkungan dan<br />

mendukung program penghijauan<br />

dan ikut mengatasi lingkungan secara<br />

bersama-sama. Termasuk menciptakan<br />

lingkungan hijau Ibu Kota, Jakarta,”<br />

ujarnya.<br />

Pameran Flona 2<strong>01</strong>3 yang<br />

juga bertepatan dengan peringatan<br />

Hari Lingkungan Hidup Sedunia,<br />

masyarakat diimbau agar lebih sadar<br />

bencana. Karena masalah lingkungan<br />

hidup sekarang sudah identik dengan<br />

bencana. Kita harus mau mempelajari<br />

bencana saat ini dan mengantisipasi<br />

kerusakan alam secara dini. Semua<br />

lapisan masyarakat sama-sama punya<br />

tanggung jawab untuk melestarikan<br />

alam. Bukan hanya pemerintah yang<br />

bertanggung jawab.<br />

Seperti layaknya kota besar<br />

di dunia yang sedang berkembang,<br />

demikian pula kondisi lingkungan<br />

di DKI Jakarta. Tentu ada kerusakan<br />

di mana ada pembangunan. Namun<br />

kita dapat melihat, di mana warga<br />

Jakarta kini beramai-ramai melakukan<br />

perubahan.<br />

“Di bawah kepemimpinan<br />

Gubernur Jokowi kita berharap<br />

lingkungan Jakarta akan lebih baik.<br />

Karena, apa yang dikatakan Jokowi<br />

disertai dengan tindakan nyata, yakni<br />

menata Kota Jakarta menjadi kota yang<br />

lebih baik.“<br />

Jadi, kata musisi ini, masyarakat<br />

harus lebih peduli pada lingkungan.<br />

Untuk menanggulangi panas bumi,<br />

atau pemanasan global, perlu<br />

diperbanyak menanam pohon dan<br />

memperbanyak ruang terbuka hijau.<br />

Minimal di lingkungan tempat tinggal<br />

masing-masing.RCW<br />

Suara Kebon Siraih<br />

DPRD Mengapresiasi<br />

Langkah Eksekutif<br />

Ada yang berubah pada rapat paripurna istimewa DPRD<br />

DKI Jakarta tahun ini. Rapat paripurna istimewa HUT Kota<br />

Jakarta tahun lalu Dewan lebih menyoroti kinerja Pemprov<br />

DKI Jakarta selama kurun waktu lima tahun terakhir.<br />

Namun rapat paripurna istimewa dalam rangka peringatan<br />

HUT Kota Jakarta ke-486 ini, Dewan memberikan<br />

gambaran beberapa hal menyangkut penyelenggaraan<br />

pemerintahan dan situasi riil warga Jakarta saat ini.<br />

Anggaran Pendapatan dan<br />

Belanja Daerah (APBD) tahun 2<strong>01</strong>3<br />

yang mencapai Rp 49,97 triliun,<br />

dinilai mengalami peningkatan 20,8<br />

persen dari Perubahan APBD Tahun<br />

2<strong>01</strong>2 yang hanya Rp 41,35 triliun.<br />

Dibandingkan APBD 2<strong>01</strong>2 sebesar<br />

Rp 36,02 triliun dan APBD Tahun<br />

Anggaran 2<strong>01</strong>3 sebesar Rp 49,97<br />

triliun, total peningkatan sebesar Rp<br />

72,08 triliun.<br />

Estimasi total APBD pada<br />

tahun 2<strong>01</strong>7 sebagaimana tercantum<br />

dalam Rencana Pembangunan Jangka<br />

Menengah Daerah (RPJMD) 2<strong>01</strong>3-<br />

2<strong>01</strong>7 adalah sebesar Rp 120,38 triliun,<br />

berarti peningkatannya mencapai<br />

140,87 persen dari APBD tahun<br />

2<strong>01</strong>3. Peningkatan APBD Tahun<br />

2<strong>01</strong>3 tersebut termasuk fantastik. Dari<br />

penjelasan gubernur yang disampaikan<br />

kepada dewan, peningkatan anggaran<br />

itu didasarkan pada asumsi dari rencana<br />

kenaikan penerimaan daerah yang<br />

berasal dari Pendapatan Asli Daerah<br />

(PAD) berupa Retribusi Daerah dan<br />

Pajak Daerah sebesar Rp 26,67 triliun,<br />

Dana Perimbangan sebesar Rp 9,27<br />

triliun dan lain-lain pendapatan daerah<br />

yang sah sebesar Rp 5,60 triliun.<br />

“Penerimaan Pembiayaan Daerah<br />

sebesar Rp 5,2 triliun, antara lain<br />

berasal dari Hibah MRT sebesar<br />

Rp 3,79 triliun. Sedangkan untuk<br />

peningkatan penerimaan daerah masih<br />

didominasi oleh sektor pajak, terutama<br />

pajak kendaraan bermotor,” papar<br />

Ketua DPRD DKI Jakarta, Ferial<br />

Sofyan.<br />

Ia menambahkan, salah satu<br />

faktor penting untuk peningkatan<br />

penerimaan daerah adalah terlaksananya<br />

online system untuk pajak parkir off<br />

street, restoran, hiburan, reklame dan<br />

sebagainya. Termasuk pendataan<br />

yang tepat untuk wajib pajak, serta<br />

pajak bumi dan bangunan (PBB).<br />

Tanpa melupakan berbagai indikator<br />

pendukung seperti pertumbuhan<br />

ekonomi DKI Jakarta yang<br />

diproyeksikan akan tumbuh 6,8 sampai<br />

7,0 persen tahun 2<strong>01</strong>3 ini. Sedangkan<br />

angka inflasi diperkirakan berada pada<br />

kisaran 5,0 sampai 6,0 persen serta nilai<br />

tukar rupiah terhadap dollar Amerika<br />

sebesar Rp 9.300.<br />

“Yang juga perlu dipikirkan, untuk<br />

menggali lebih banyak sumber-sumber<br />

pendapatan dari sektor lain yang tidak<br />

membebani rakyat, “ ujarnya. Sebab,<br />

lanjut Ferial Sofyan, peningkatan<br />

anggaran setiap tahun di satu pihak<br />

merupakan dukungan mutlak yang<br />

diperlukan untuk membangun Jakata<br />

Baru-Jakarta Kita. Di sisi lain, semangat<br />

dan determinasi yang ditampilkan<br />

oleh Eksekutif diharapkan mampu<br />

mengangkat harkat dan martabat<br />

semua lapisan warga Jakarta. Terutama<br />

masyarakat yang berada di bawah garis<br />

kemiskinan dapat hilang dari wilayah<br />

Jakarta.<br />

Ferial Sofyan menegaskan, Dewan<br />

sangat mengapresiasi program rencana<br />

pembangunan jangka menengah<br />

daerah (RPJMD) yang dicanangkan<br />

Pemprov DKI Jakarta tahun 2<strong>01</strong>3-<br />

2<strong>01</strong>7. Khususnya pengembangan sistem<br />

transportasi, mass rapid transit (MRT),<br />

penggunaan Light Rapid Transit<br />

(LRT), pengembangan koridor busway,<br />

penambahan armada busway, penataan<br />

trayek dan peremajaan armada bus<br />

sedang.<br />

“Karena Jakarta merupakan etalase<br />

Indonesia, diharapkan kualitas sarana<br />

dan prasarana transportasi pun harus<br />

berkualitas dengan standar optimal.<br />

Setingkat dengan kota-kota besar dunia,<br />

maju dan modern,” tambahnya.<br />

Penanganan Banjir dan Rob<br />

Secara khusus, dewan<br />

mengapresiasi langkah eksekutif<br />

melakukan percepatan normalisasi<br />

26 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 27


Waduk Pluit yang mengalami<br />

pendangkalan luar biasa karena<br />

adanya pemukiman liar serta tidak<br />

terpeliharanya lingkungan secara<br />

optimal. Demikian pula penguatan<br />

tanggul dalam konteks pembangunan<br />

Jakarta Coastal Defence Strategy<br />

(JCDS) yang lebih popular dengan<br />

sebutan Giant Sea Wall (tanggul<br />

raksasa), pembuatan sumur resapan,<br />

pembangunan terowongan multi<br />

fungsi bawah tanah (multi purpose<br />

deep tunnel) serta pengerukan dan<br />

normalisasi sungai dan saluran. Antara<br />

lain untuk Kali Cideng, Jakarta Pusat.<br />

Demikian pula peningkatan<br />

kualitas lingkungan perumahan dan<br />

pemukiman kota melalui pembangunan<br />

rumah susun sewa terpadu dengan<br />

fasilitas pasar, kesehatan dan olahraga.<br />

Peningkatan kualitas dan kuantitas<br />

ruang terbuka hijau (RTH) dengan<br />

melakukan penambahan RTH melalui<br />

pembelian lahan dan kontribusi<br />

pengembang, penggalangan peran<br />

swasta dan masyarakat dalam<br />

penyediaan dan pemeliharaan RTH<br />

publik melalui penghijauan lingkungan.<br />

“Termasuk upaya mengurangi<br />

ketimpangan ekonomi dan perluasan<br />

kesempatan kerja yang dilakukan<br />

melalui penyediaan ruang bagi ekonomi<br />

informal / pedagang kaki lima (PKL)<br />

pada kawasan perkantoran dan<br />

perdagangan, dengan membangun mall<br />

khusus bagi PKL dan memperbaiki<br />

pasar-pasar tradisional,” tuturnya.<br />

Pembangunan budaya multikultur,<br />

dengan pengembangan<br />

karakter kota berciri khas Betawi<br />

yang dikedepankan Pemprof<br />

DKI juga mendapat apresiasi<br />

dewan. Pembangunan budaya bisa<br />

direalisasikan dengan menyelenggarkan<br />

event bertaraf internasional,<br />

pengembangan pusat budaya Betawi,<br />

revitalisasi Kota Tua dan pembangunan<br />

Masjid Raya Jakarta.<br />

Sedangkan untuk peningkatan<br />

pelayanan publik, dilakukan melalui<br />

pengembangan pelayanan pajak<br />

online, pelayanan prima di kelurahan<br />

dan kecamatan, pengembangan<br />

layanan perijinan secara online serta<br />

penyelenggaraan pelayanan terpadu satu<br />

pintu (PTSP).<br />

Yang tak kalah pentingnya,<br />

menurut Ferial adalah peningkatan<br />

kualitas pendidikan melalui wajib<br />

belajar 12 tahun dengan penerapan<br />

Kartu Jakarta Pintar (KJP), dan<br />

peningkatan kompetensi guru.<br />

Demikian pula peningkatan kualitas<br />

kesehatan masyarakat dengan<br />

memberlakukan Kartu Jakarta Sehat<br />

(KJS), mengembangkan Puskesmas<br />

Rawat Inap, penambahan kapasitas<br />

tempat tidur kelas III pada Rumah<br />

Sakit Umum Daerah (RSUD) serta<br />

optimalisasi pelayanan kesehatan<br />

masyarakat untuk warga Jakarta.<br />

Sangat mendesak<br />

Ferial Sofyan juga<br />

menggarisbawahi, dari sembilan<br />

program unggulan yang dicanangkan<br />

eksekutif tersebut, bidang infrastruktur<br />

memiliki nilai investasi cukup besar.<br />

Terutama biaya pembangunan MRT,<br />

tahap pertama sebesar Rp 15,6<br />

triliun sepanjang 15,7 kilometer dari<br />

Lebak Bulus sampai bundaran Hotel<br />

Indonesia (HI) yang direncanakan<br />

selesai tahun 2<strong>01</strong>7. Tahap berikutnya,<br />

dari Bundaran HI sampai Kampung<br />

Bandan sepanjang 8,1 kilometer dan<br />

Koridor Timur-Barat sepanjang 63,20<br />

kilometer.<br />

“Meski pembangunan–<br />

pembanguan tersebut merupakan<br />

program strategis dan berjangka<br />

panjang, dewan menyepakatinya.<br />

Karena pembangunan tersebut<br />

merupakan kebutuhan yang sangat<br />

mendesak bagi warga Jakarta. Dewan<br />

juga sepakat, agar seluruh kegiatan<br />

pembangunan dilaksanakan dengan<br />

sistem dan payung hukum yang jelas<br />

mulai dari pendanaan dan undangundang.<br />

Baik dari Pemerintah Pusat<br />

maupun Pemerintah Daerah serta<br />

aturan-aturan lainnya,” imbuhnya.<br />

Dengan sistem dan payung<br />

hukum yang jelas, katanya, seluruh<br />

kegiatan pembangunan akan dapat<br />

menjaga dan memenuhi komitmen<br />

pemerintah daerah kepada warganya.<br />

Demikian pula dengan pembangunan<br />

JCDS atau Tanggul Raksasa di pantai<br />

utara Jakarta. Apalagi pembangunan<br />

infrastruktur modern itu mengadopsi<br />

dari model pembangunan yang terdapat<br />

di beberapa negara yang rencananya<br />

akan dilengkapi Pelabuhan Laut Dalam,<br />

jalan tol, stasiun pompa, pemukiman<br />

dan sarana pendukung lainnya. “<br />

Ini merupakan proyek prestisius dan<br />

pekerjaan yang maha berat, “ Ferial<br />

Sofyan menandaskan..<br />

Selain akan mengubah tampak<br />

muka wajah Jakarta, juga akan<br />

memancing warga luar Jakarta untuk<br />

turut merasakan derap pembangunan<br />

yang secara gegap gempita dilaksanakan<br />

oleh Pemprov DKI Jakarta saat ini.<br />

Karenanya, urbanisasi penduduk<br />

harus lebih dapat dikendalikan terkait<br />

semakin majunya pembangunan<br />

Jakarta.<br />

Bicara tentang kemacetan lalu<br />

lintas, penyebabnya adalah tingginya<br />

pertumbuhan kendaraan bermotor,<br />

infrastruktur jalan sudah tidak<br />

seimbang dan tingginya curah hujan<br />

yang mengguyur Kota Jakarta menjadi<br />

salah satu sumber kemacetan lalu<br />

lintas. Berdasarkan sumber dari Badan<br />

Meteorologi, Krimatologi dan Geofisika<br />

(BMKG), rata-rata curah hujan yang<br />

mengguyur Jakarta mencapai 2,5 juta<br />

meter kubik setiap jamnya pada Januari<br />

2<strong>01</strong>3 lalu.<br />

Perlu penanganan serius<br />

Dewan juga mengemukakan,<br />

masih banyak masalah yang perlu<br />

ditangani Pemprov DKI Jakarta secara<br />

serius. Mungkin diperlukan langkahlangkah<br />

revolusioner dan sistematis<br />

dalam penerapan nomor ganjil genap<br />

yang hingga kini masih menghadapi<br />

kendala. Melakukan pembatasan<br />

beroperasinya kendaraan pribadi masuk<br />

ke Jakarta pada, momen-momen<br />

tertentu, penghapusan areal-areal parkir<br />

kendaran pribadi pada seluruh jalan<br />

di Jakarta dan menjadikan salah satu<br />

pilihan alternatif dalam mengelola<br />

perparkiran di Ibu Kota.<br />

“Pertanyananya, apakah efektif<br />

jika Pemprov DKI Jakarta menyusun<br />

konsep sistem informasi parkir yang<br />

dapat diketahui oleh seluruh pengguna<br />

kendaraan di Jakarta, seperti konsep<br />

yang telah diterapkan oleh negaranegara<br />

lain.“ katanya.<br />

Di samping hal-hal tersebut di<br />

atas, dewan juga mencatat beberapa hal<br />

yang perlu penanganan serius. Antara<br />

lain rencana melaksanakan penyodetan<br />

Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur<br />

(KBT) sepanjang 2,1 kilometer<br />

sebagai upaya mengurangi beban Kali<br />

Ciliwung. Normalisasi Kali Ciliwung<br />

dari pintu air Manggarai sampai<br />

Jembatan TB Simatupang, Jakarta<br />

Selatan serta revitalisasi drainase yang<br />

menjadi tanggung jawab Pemerrntah<br />

Pusat melalui Kementerian Pekerjaan<br />

Umum.<br />

Demikian pula rencana yang<br />

mengharuskan semua pengelola<br />

gedung di wilayah DKI Jakarta untuk<br />

membuat sumur resapan dalam yang<br />

dapat dimanfaatkan untuk menampung<br />

debit air. Termasuk penanganan sampah<br />

dengan pembangunan integrated<br />

treatment facility (ITF), di Sunter yang<br />

hingga kini belum terealisasi dan belum<br />

ada kepastian pelaksanaan kegiatannya.<br />

Karena itu, perlu diambil langkahlangkah<br />

terpadu, mengingat jumlah<br />

sampah di Jakarta mencapai 6.500<br />

meter kubik per hari.<br />

Ketergantungan pada TPST<br />

Bantar Gebang, dinilai bukan solusi<br />

permanen. Sebab, pengelolaan sampah<br />

di DKI Jakarta memang harus menjadi<br />

tanggung jawab warga DKI. Meskipun<br />

TPST Bantar Gebang memperoleh<br />

plakat Adipura untuk Kategori Tempat<br />

Pemrosesan Akhir (TPA) terbaik, tidak<br />

harus menjadikan Bantar Gebang<br />

sebagai ladang sampah. Dari gambaran<br />

dan proyeksi-proyeksi dewan di atas<br />

dan beradsarkan pada program-program<br />

pembangunan sampai 2<strong>01</strong>7.<br />

“Maka tema Jakarta Baru, Jakarta<br />

Kita sebagai tema ulang tahun Kota<br />

Jakarta ke-486 tahun 2<strong>01</strong>3, merupakan<br />

upaya positif yang dilakukan<br />

Pemprov DKI Jakarta,“ Ferial Sofyan<br />

menegaskan. RCW<br />

28 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 29


transportasi<br />

MRT Jakarta<br />

Dimulai Tahun Ini<br />

Setelah penantian panjang, akhirnya dimulai<br />

pembangunan Mass Rapid Transit (MRT).<br />

Pembangunan megaproyek ini sebagai upaya<br />

pemerintah untuk menyediakan sarana transportasi<br />

massal yang memadai di Jakarta.<br />

Hal ini dinyatakan oleh Gubernur<br />

Provinsi DKI Jakarta, Joko Widodo<br />

pada Mei lalu saat mencanangkan<br />

megaproyek tersebut di Bundaran Hotel<br />

Indonesia, Jakarta Pusat.<br />

“Setelah ditunggu dan<br />

direncanakan selama 24 tahun,<br />

pada sore hari ini saya nyatakan<br />

pembangunan MRT Jakarta dimulai,”<br />

ujar Jokowi, sapaan akrab Gubernur<br />

DKI ini.<br />

Dengan diumumkannya<br />

pemenang lelang tiga paket pertama<br />

dari enam paket pengerjaan MRT,<br />

proyek tersebut dinyatakan segera<br />

dimulai. Tiga paket pertama ini<br />

dikerjakan oleh konsorsium Shimizu-<br />

Obayashi-Jaya Konstruksi-Wijaya Karya<br />

Joint Venture untuk mengerjakan<br />

dua paket, dan Sumitomo Mitsui<br />

Construction Corporation-Hutama<br />

Karya mengerjakan satu paket. Seluruh<br />

proyek paket pertama ini mencakup<br />

jalur layang Lebak Bulus-Bundaran<br />

Senayan dan konstruksi bawah tanah<br />

Bundaran Senayan-Bundaran HI.<br />

Proyek MRT Jakarta Tahap I<br />

sepanjang 15,7 km ini terdiri dari 13<br />

stasiun. Sebanyak 7 stasiun didesain<br />

melayang atau di atas permukaan tanah<br />

(elevated) sepanjang 9,8 km dan 6<br />

stasiun di bawah tanah sepanjang 5,9<br />

km. Jarak antarstasiun dalam rentang<br />

0,4 km hingga 2 km.<br />

“Ada 7 stasiun di atas, dan 6 di<br />

bawah tanah. Konstruksi dimulai dari<br />

bagian yang tersulit yakni konstruksi<br />

bawah tanah,” kata Dono Bustami,<br />

Direktur PT.MRT Jakarta.<br />

Dia juga mengatakan, tahap kedua<br />

proyek MRT mulai dari Bundaran HI<br />

hingga Kampung Bandan sedang dalam<br />

tahap studi. Setelah Tahap I, nantinya<br />

akan disusul oleh MRT tahap II yang<br />

akan dibangun dari Bundaran HI<br />

hingga Kampung Bandan sepanjang 8,3<br />

km dengan jumlah stasiun sebanyak 7<br />

stasiun di bawah tanah dari Bundaran<br />

HI ke Kota, dan satu stasiun di<br />

Kampung Bandan.<br />

Pengerjaan konstruksi fisik proyek<br />

diperkirakan akan dimulai sebelum<br />

akhir tahun ini, karena saat ini masih<br />

terdapat administrasi yang harus<br />

diselesaikan.<br />

“Saat ini fokus kami akan<br />

menyelesaikan tahap pertama dulu.<br />

Sebelum akhir tahun kami akan<br />

memulai MRT yang tahap pertama.<br />

Tahap kedua masih dilakukan<br />

studinya,” terang Dono.<br />

Pembangunan MRT ini<br />

menggunakan dana pinjaman dari<br />

Japan International Cooperation<br />

Agency (JICA) sebesar 125 miliar<br />

yen atau sekitar Rp 12,516 triliun<br />

dengan tenor pengembalian pinjaman<br />

berjangka waktu 40 tahun dan beban<br />

pengembalian pinjaman tersebut dibagi<br />

dua, yaitu 49 persen pemerintah pusat<br />

dan 51 persen Pemerintah Provinsi DKI<br />

Jakarta.<br />

Teknologi KRL<br />

MRT Jakarta memang akan<br />

berbeda dengan MRT di Negara lain<br />

seperti Eropa dll, karena teknologi yang<br />

digunakan untuk MRT Jakarta kurang<br />

lebih sama dengan teknologi yang<br />

digunakan kereta rel listrik (KRL) yang<br />

dioperasikan PT Kereta Api Indonesia<br />

(KAI). Mulai dari lebar rel hingga<br />

kereta yang digunakan sama persis dan<br />

setara dengan KRL Jabodetabek.<br />

Wakil Gubernur DKI Jakarta,<br />

Basuki T Purnama menjelaskan, MRT<br />

Jakarta adalah angkutan perkotaan<br />

sehingga tidak membutuhkan<br />

kecepatan seperti kereta jarak jauh.<br />

“Kenapa kita menggunakan<br />

teknologi yang sama dengan KRL,<br />

karena MRT di Jakarta tidak perlu<br />

mengebut. Kita tidak perlu kereta<br />

super cepat seperti yang ada di Jepang,”<br />

ungkapnya.<br />

Karena teknologi yang digunakan<br />

sama dengan KRL, Pemprov DKI<br />

Jakarta akan bekerja sama dengan PT<br />

KAI untuk meminjam depo kereta api<br />

di Stasiun Manggarai, Tanah Abang,<br />

dan Kampung Bandan.<br />

“Karena sama dengan KRL milik<br />

PT KAI, kita berencana meminjam<br />

depo dan bengkel milik PT.KAI. Kita<br />

tidak sanggup kalau membangun depo<br />

sendiri. Kita mau membangun MRT<br />

semurah mungkin. Siapa tahu, bisa<br />

kita integrasikan menjadi intermoda<br />

transportasi,” tuturnya.<br />

Harapan Baru<br />

Bagi warga Jakarta, kehadiran<br />

MRT menjadi sebuah harapan besar<br />

akan kenyamanan transportasi massal<br />

di Jakarta yang selama ini mereka<br />

idam-idamkan. Dengan MRT ini<br />

para penumpang bisa dengan mudah<br />

memperkirakan waktu tempuh karena<br />

tidak perlu lagi lama menunggu dan<br />

terjebak kemacetan.<br />

Sementara itu, untuk memberikan<br />

gambaran mengenai MRT ini, PT.<br />

MRT Jakarta telah melakukan public<br />

expose di arena Pekan Raya Jakarta<br />

selama tiga tahun berturut-turut.<br />

Kegiatan ini untuk memberikan<br />

pengenalan kepada warga akan seperti<br />

apa MRT Jakarta nantinya. Dalam<br />

ajang tersebut warga dapat bertanya<br />

untuk mengetahui seluk beluk<br />

mengenai MRT Jakarta. Tak heran<br />

jika stand MRT di arena PRJ pada 7<br />

Juni-7 Juli lalu ramai dikunjungi warga<br />

yang penasaran dan ingin mencoba<br />

menaikinya.<br />

Kehadiran MRT tentu akan<br />

menjadi salah satu solusi dalam<br />

mengurai kemacetan Jakarta.<br />

Diharapkan pengguna kendaraan<br />

pribadi akan beralih ke MRT. Dengan<br />

MRT waktu tempuh tak lagi lama<br />

karena macet. Selain MRT, Pemerintah<br />

Provinsi DKI Jakarta juga sedang<br />

memproses untuk pembangunan<br />

monorail. Disamping itu, kebijakankebijakan<br />

lainnya seperti Electronic<br />

Road Pricing (ERP), pajak parkir yang<br />

tinggi, serta kebijakan ganjil-genap akan<br />

secara bertahap diterapkan. ANN<br />

30 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 31


pekerjaan umum<br />

Normalisasi Waduk Pluit<br />

Mulai Menampakkan Hasil<br />

Program normalisasi Waduk Pluit yang digagas<br />

Jokowi mulai menampakkan hasil. Sisi barat dan<br />

sebagian sisi selatan waduk sudah rata dan mulai<br />

manampakkan wujud aslinya. Tapi tugas berat<br />

mananti sisi timur dan utara waduk yang kini masih<br />

dipadati penghuni liar.<br />

sebelum<br />

Jarum jam menunjukkan angka<br />

satu, ketika para pekerja di Waduk<br />

Pluit, Jakarta Utara mulai bangkit.<br />

Mereka berjalan menuju ke tempat<br />

kerjanya masing-masing. Ada yang<br />

menuju ke mobil pengeruk lumpur,<br />

sebagian ke tempat pengecoran<br />

jalan dan sebagian lagi ke tempat<br />

pengurukan tanah dan pengerasan<br />

jalan. Sesekali aparat melintas dan<br />

sebagian berjaga di posnya.<br />

Terik matahari yang tepat di atas<br />

kepala tak dihiraukan. Mereka yang<br />

bertugas mengeruk lumpur mulai<br />

mengangkat endapan lumpur yang<br />

bercampur sampah ke pinggir waduk.<br />

Mereka yang bertugas meratakan tanah<br />

untuk jalan inspeksi mulai mengukur<br />

dan menguruknya dengan bebatuan<br />

untuk pengerasan. Sementara itu<br />

mereka yang bertugas mengecor jalan<br />

inspeksi mulai meratakan semen<br />

cor yang dituang dari mobil molen<br />

pengangkut semen cor.<br />

Inilah pemandangan keseharaian<br />

Waduk Pluit hari-hari belakangan<br />

ini. Tapi ini hanya terjadi di sisi barat<br />

dan sebagian sisi selatan waduk.<br />

Sedangkan sisi timur dan sisi utara<br />

serta sebagain sisi selatan masih tetap<br />

seperti semula yang dipenuhi rumahrumah<br />

liar penduduk. Sisi barat dapat<br />

dinormalisasi karena semua penghuni<br />

yang menempati areal tersebut rela<br />

digusur dan dipindahkan ke rumah<br />

susun.<br />

Menurut catatan Kepala<br />

Koordinator Pelaksanaan Normalisasi<br />

Waduk Pluit, Heryanto, setidaknya<br />

ada 900 lebih rumah liar yang digusur<br />

dari sisi barat waduk dengan luas sekitar<br />

10 hektar. Saat ini lahan tersebut<br />

sudah rata dengan tanah. Sejauh mata<br />

memandang yang tampak hanyalah<br />

dari utara ke selatan. Hamparan tanah<br />

terbuka itu kini mulai dibangun jalan<br />

inspeksi yang mengelilingi waduk.<br />

Jalan inspeksi itu, kata Heryanto,<br />

selain berfungsi untuk memudahkan<br />

para pekerja yang tengah bekerja<br />

menormalisasi waduk, juga untuk<br />

menghindari agar warga tidak<br />

kembali membangun pemukiman<br />

liar di bantaran Waduk Pluit.<br />

Karena dengan adanya jalan inspeksi<br />

ini dipastikan warga akan sulit<br />

membangun rumahnya kembali karena<br />

adanya lalu lalang kendaraan di sana.<br />

Selain itu, bisa menjadi pengurai<br />

kemacetan dan juga jalan alternatif<br />

bagi pengguna jalan lainnya di sekitar<br />

Pluit dan Penjaringan, Jakarta Utara.<br />

Untuk mendukung jalan tersebut,<br />

juga dipasang lampu penerang jalan<br />

yang berada di sisi timur jalan. Jalan<br />

inspeksi dengan lebar 10 meter kini<br />

sudah terbangun sekitar 2 kilometer<br />

yang memanjang dari sisi selatan<br />

mengelilingi waduk menuju utara di<br />

bagian barat waduk.<br />

“Selebihnya tentunya akan<br />

dimanfaatkan untuk penghijauan di<br />

sekitar bantaran waduk,” ujarnya.<br />

Waduk Pluit memiliki luas<br />

sekitar 80 hektar, sekitar 20 hektar<br />

menjadi hunian penduduk yang berada<br />

di bantaran waduk. Sesuai program<br />

normalisasi Waduk Pluit, direncanakan<br />

seluruh hunian tersebut dapat<br />

dikosongkan seluruhnya. Kini sudah<br />

berhasil dikosongkan sekitar 10 hektar<br />

yang berada di sisi barat. Sedangkan 10<br />

hektar lagi yang berada di sisi timur dan<br />

utara belum tersentuh. Direncanakan<br />

pada tahun-tahun mendatang seluruh<br />

kawasan Waduk Pluit terbebas dari<br />

hunian liar.<br />

Program Unggulan<br />

Normalisasi Waduk Pluit<br />

merupakan salah satu bagian dari 20<br />

unggulan program Pemprov DKI<br />

Jakarta. Normalisasi Waduk Pluit<br />

masuk dalam program penataan<br />

pembangunan situ, waduk, dan<br />

tanggul pengaman pantai. Termasuk di<br />

dalamnya juga pembangunan embung,<br />

pembebasan lahan dan pembangunan<br />

waduk, serta pembangunan tanggul<br />

pengaman di pantai utara Jakarta.<br />

Menurut Gubernur Jokowi, untuk<br />

program normalisasi Waduk Pluit<br />

direncanakan anggaran Rp 1 trilliun.<br />

Anggaran sebesar itu diperoleh dari<br />

Anggaran Pendapatan dan Belanja<br />

Daerah (APBD) DKI Jakarta 2<strong>01</strong>3.<br />

Selain digunakan untuk pengerukan<br />

waduk yang mengalami pendangkalan,<br />

anggaran tersebut juga untuk<br />

pengadaan sheet pile dan penambahan<br />

fasilitas pendukung lainnya.<br />

Sebagai bagian dari sekitar 40 situ<br />

atau waduk yang ada di DKI Jakarta,<br />

Waduk Pluit termasuk waduk terbesar<br />

di Jakarta Utara, bahkan di wilayah<br />

DKI Jakarta. Waduk Pluit berlokasi di<br />

Jl. Pluit Selatan Raya atau di Kelurahan<br />

Penjaringan, Kecamatan Penjaringan<br />

Jakarta Utara. Sebagaimana fungsi<br />

waduk yang ada di DKI Jakarta, Waduk<br />

Pluit berfungsi sebagai tangkapan<br />

air guna mengendalikan limpahan air<br />

hujan dan kiriman banjir dari wilayah<br />

hulu. Selain itu, juga berfungsi untuk<br />

penyediaan air bersih. Karena berlokasi<br />

di wilayah Penjaringan Jakarta Utara,<br />

maka Waduk Pluit berfungsi untuk<br />

mengendalikan banjir di wilayah Pluit,<br />

Penjaringan, Muara Baru, Pejagalan dan<br />

sekitarnya.<br />

Upaya menormalisasi Waduk<br />

Pluit dilakukan Pemprov DKI Jakarta,<br />

selain sebagai salah satu cara untuk<br />

meminimalisir banjir di ibu kota, juga<br />

untuk mengembalikan fungsi waduk<br />

sebagai tempat penampungan air. Banjir<br />

besar yang melanda ibukota Januari<br />

lalu menjadi alasan Gubernur Jokowi<br />

untuk menormalisasi Waduk Pluit ini.<br />

Karena waktu itu Waduk Pluit tidak<br />

mampu menampung banyaknya debit<br />

air yang masuk ke waduk, baik yang<br />

berasal dari hujan maupun limpahan<br />

dari hulu.<br />

Keterbatasan daya tampung waduk<br />

karena selain adanya pendangkalan,<br />

juga adanya faktor hunian liar yang<br />

memenuhi bantaran waduk. Waduk<br />

yang dirancang memiliki kedalaman<br />

10 meter lebih itu kini hanya tersisa<br />

kedalamam 2-3 meter saja. Selain<br />

dangkal, waduk juga ditumbuhi<br />

tanaman liar seperti eceng gondok<br />

serta tumpukan sampah dari warga<br />

penghuni bantaran waduk yang<br />

menutup hampir 75 persen permukaan<br />

waduk.<br />

Karena itu tidak mengherankan<br />

bila banjir yang terjadi awal 2<strong>01</strong>3<br />

lalu menenggalamkan kawasan yang<br />

tergolong elite tersebut. Setidaknya tiga<br />

blok perumahan mewah berikut ribuan<br />

warga yang berada di sekitar waduk ikut<br />

terendam. Bahkan, banjir di kawasan<br />

itu termasuk yang paling parah, selain<br />

kawasan langganan banjir lainnya,<br />

seperti di Kampung Melayu, Jakarta<br />

Timur. NR<br />

hamparan tanah yang memanjang<br />

32 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 33<br />

sesudah


pekerjaan umum<br />

Penghuni Bantaran Waduk Pluit<br />

Menunggu Kepastian Dipindah<br />

Hari-hari belakangan ini, Asmui, 41 tahun, serasa<br />

dihantui sedikit kekhawatiran. Simpang siur berita<br />

yang didengarnya membuatnya bingung. Betapa<br />

tidak, belum lama ia mendengar tempat tinggalnya<br />

akan segera digusur, namun belakang berubah lagi<br />

tak jadi, alias mundur. Ketidakpastian inilah yang<br />

justru membuat kesehariannya kurang tenang.<br />

“Saya ingin tahu kepastiannya<br />

kapan, jadi saya ada persiapan untuk<br />

pindah. Kalau tidak pasti begini kan<br />

jadi repot,” ujar pria asal Pemalang,<br />

Jawa Tengah yang menghuni rumah liar<br />

di bantaran Waduk Pluit di sisi timur<br />

ini.<br />

Asmui adalah satu dari ribuan<br />

penghuni liar yang menempati<br />

bantaran Waduk Pluit di bagian sisi<br />

timur dan berada di RT 16/RW17<br />

Kelurahan Penjaringan, Kecamatan<br />

Penjaringan, Jakarta Utara. Selama<br />

kurang lebih 5 tahun menempati<br />

areal tersebut, ayah dari satu orang<br />

putera ini merasa aman dan nyaman.<br />

Selama itu tidak pernah terdengar bakal<br />

digusur. Kalaupun ada selentingan<br />

biasanya hanya candaan saja. Tapi<br />

belakangan ini memang tampak beda.<br />

Apalagi para penghuni yang berada<br />

di sisi barat waduk sudah tergusur<br />

semua. Ini menjadi bukti bahwa berita<br />

penggusuran itu memang nyata adanya.<br />

“Saya dengar memang akan<br />

digusur semua, tapi entah kapan yang<br />

di sini,” tandasnya.<br />

Tapi bagi pria yang sehari-hari<br />

berkerja sebagai penjual kacang rebus<br />

keliling ini mengaku tak masalah.<br />

Apakah jadi digusur atau tidak,<br />

sekarang atau nanti baginya sama<br />

saja. Hanya saja dia berharap, kalau<br />

memang jadi digusur, setidaknya ada<br />

pemberitahuan tentang waktu dan<br />

tanggalnya secara pasti. Karena dengan<br />

begitu ia punya persiapan pindah untuk<br />

mencari tempat yang baru.<br />

Diakui Asmui, tempat tinggal<br />

yang kini ia tempati berdua bersama<br />

istrinya ini bukanlah miliknya,<br />

melainkan mengontrak bulanan. Tiap<br />

bulan ia bayar Rp 200 ribu. Semula<br />

pada tahun pertama hanya Rp 100<br />

ribu, tapi lama-lama naik menjadi Rp<br />

200 ribu. Dengan uang Rp 200 ribu<br />

tiap bulan ini, Asmui mendapatkan<br />

sepetak kamar berukuran 3 x 4 meter<br />

ditambah listrik dan air gratis. Kamar<br />

terbuat dari papan dengan atap seng<br />

dan empat tiang penyangga kayu ini<br />

berdiri kokoh di atas Waduk Pluit.<br />

“Kalau rumah panggung seperti<br />

ini umumnya dikontrakkan dan<br />

lokasinya paling belakang menjorok ke<br />

waduk, sedangkan pemiliknya ada di<br />

darat dengan tempat tinggal permanen.<br />

Rata-rata mereka memiliki 2 hingga 4<br />

kamar kontrakan,” ujarnya lagi.<br />

Menurut Asmui, dirinya siap<br />

pindah kapan saja. Namun yang cukup<br />

dirasakan agak mengganggu adalah<br />

kemana harus pindah nantinya. Sebab<br />

tidak mungkin ia mendapatkan rumah<br />

susun sebagai penggantinya, karena<br />

dirinya masih memegang KTP daerah.<br />

Kalaupun pindah kontrakan di tempat<br />

lain tentu cukup mahal dan tempatnya<br />

mungkin tidak di dekat sini. Padahal<br />

istrinya bekerja di pabrik pengolahan<br />

udang di Muara Baru yang cukup dekat<br />

dengan tempat tinggalnya sekarang.<br />

Rumah Susun<br />

Hal yang hampir sama juga<br />

dirasakan oleh Masnah, 44 tahun yang<br />

tinggal tak jauh dari tempat tinggal<br />

Asmui. Ibu dari dua orang anak ini<br />

juga merasa was-was dengan rencana<br />

penggusuran tempat tinggalnya.<br />

Apalagi ia sering berada di rumah<br />

sendiri bersama kedua anaknya. Karena<br />

suaminya bekerja sebagai buruh kapal<br />

nelayan yang berlayar selama dua<br />

hingga tiga bulan lamanya.<br />

Bedanya, Masnah tidak<br />

mengontrak, melainkan memiliki<br />

rumah permanen dengan luas sekitar<br />

60 meter persegi. Rumah tembok<br />

yang ditempatinya itu ia bangun<br />

sendiri sembilan tahun lalu, sedangkan<br />

tanahnya ia beli dari tetangga<br />

sebelahnya. Untungnya perempuan<br />

asal Tangerang ini sudah memiliki<br />

KTP DKI Jakarta bersama suaminya.<br />

Sehingga bila digusur nanti punya<br />

kesempatan mendapatkan rumah susun<br />

sebagai pengganti.<br />

“Meski memiliki KTP DKI<br />

Jakarta, kami tetap khawatir. Karena<br />

jumlah rumah rusun terbatas. Apalagi<br />

yang sudah tergusur banyak yang tidak<br />

kebagian rumah susun,” ujarnya.<br />

Namun demikian, kini ia<br />

mengaku agak sedikit lega, karena ia<br />

mendengar kalau penggusuran urung<br />

dilaksanakan karena menunggu<br />

tersedianya rumah susun terlebih dulu.<br />

Ini merupakan permintaan warga dan<br />

juga merupakan kesepakatan bersama<br />

diantara mereka. Masnah sendiri juga<br />

menyatakan siap menolak digusur bila<br />

tidak ada pengganti rumah susun.<br />

“Saya siap dipindah ke rumah<br />

susun, tapi kalau bisa gratis dan tidak<br />

usah membayar cicilan bulanan,”<br />

pintanya.<br />

Warga yang sekarang masih<br />

menghuni kawasan waduk Pluit pun<br />

menyatakan rela pindah asal direlokasi<br />

ke rusun yang biaya sewanya tidak<br />

mahal, seperti rusun lainnya yang<br />

disediakan oleh Pemprov DKI jakarta.<br />

Sementara itu Kepala Dinas<br />

Perumahan dan Gedung Pemda DKI<br />

Jakarta, Yonathan Pasodung tampak<br />

sangat berhati-hati dalam memberikan<br />

pelayanan kepada masyarakat yang<br />

ingin tinggal di rusun. Dalam suatu<br />

wawancara, Pasodung berjanji akan<br />

melaksanakan perintah Gubernur Joko<br />

Widodo dan Wagub Basuki Tjahaja<br />

Purnama untuk langsung melayani<br />

permohonan warga yang ingin tinggal<br />

di rusun dengan pengurusan suratsurat<br />

, seperti KTP, dan lainnya sebagai<br />

kelengkapan administrasi. Ketika<br />

banyak warga yang menyatakan<br />

minatnya untuk tinggal di rusun<br />

Marunda beberapa waktu lalu,<br />

Pasodung pun menghimbau agar<br />

warga terlebih dulu melengkapi berkas<br />

persyaratan penempatan rusun sebelum<br />

datang ke Kantor Dinas Perumahan.NR<br />

34 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 35


pemerintahan<br />

Pelantikan Pejabat Raih<br />

Rekor MURI<br />

Baru pertama kalinya<br />

berlangsung pelantikan<br />

pejabat dalam jumlah<br />

terbanyak, tidak hanya di DKI<br />

Jakarta, tapi se-Indonesia.<br />

Pelantikan massal 415<br />

pejabat eselon III dan IV di<br />

lingkungan Pemprov DKI<br />

Jakarta ini akhirnya mendapat<br />

penghargaan dari Museum<br />

Rekor Indonesia (MURI).<br />

Penghargaan tersebut<br />

diberikan secara langsung<br />

oleh Ketua Yayasan MURI,<br />

Jaya Suprana kepada<br />

Gubernur DKI Jakarta, Joko<br />

Widodo, di Balaikota DKI<br />

Jakarta, akhir Mei lalu.<br />

Pejabat yang dilantik itu terdiri<br />

dari 78 orang eselon III dan 337 orang<br />

eselon IV. Mereka yang dilantik<br />

sebagai camat dari luar pejabat definitif<br />

sebanyak 17 orang. Sedangkan lurah<br />

dari luar pejabat definitif sebanyak 76<br />

orang.<br />

Usai upacara pelantikan, Jokowi<br />

menyalami pejabat yang baru dilantik<br />

itu sambil mengucapkan selamat satu<br />

per satu lurah kepada camat dan lurah.<br />

Dan tak lupa memberikan pesan agar<br />

menjalankan tugas dengan baik serta<br />

menjaga amanah dan tanggung jawab<br />

sebagai pejabat publik.<br />

Jaya Suprana yang juga dikenal<br />

sebagai budayawan dalam sambutannya<br />

menyampaikan rasa bangganya<br />

atas upaya reformasi birokrasi yang<br />

dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko<br />

Widodo (Jokowi).<br />

“Saya tidak pernah mendukung<br />

Anda jadi gubernur, karena ingin<br />

Anda lebih dari sekadar jadi gubernur.<br />

Dengan penuh rasa bangga kami<br />

memberikan rekor ini,” kata Jaya<br />

Suprana, di sela-sela pelantikan pejabat<br />

eselon III dan IV di halaman Balaikota<br />

DKI Jakarta.<br />

Saat memberikan penghargaan<br />

tersebut Jaya berseloroh, bahwa<br />

penghargaan ini sebenarnya tidak<br />

diberikan kepada Jokowi melainkan<br />

kepada pejabat yang dilantik. “Yang<br />

memecahkan bukan Pak Jokowi tapi<br />

lurah dan camat serta pejabat eselon<br />

III dan IV yang dilantik, karena tanpa<br />

Anda rekor ini tidak akan ada,” ujarnya.<br />

Sebelumnya, kata Jaya, pelantikan<br />

ini diusulkan mendapatkan rekor<br />

nusantara namun ditolak. Sebab rekor<br />

ini dianggap lebih pantas mendapatkan<br />

rekor dunia. “Karena belum pernah<br />

terjadi di nusantara dan dunia, secara<br />

serentak camat dan lurah dilantik.<br />

Baru di Jakarta ini. Jadi saat rekor<br />

ini diajukan untuk tingkat nasional<br />

terpaksa kami menolak karena rekor<br />

ini bukan nasional, tapi dunia,” Jaya<br />

menegaskan.<br />

Acara pelantikan tersebut dihadiri<br />

oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat<br />

Daerah (SKPD) setingkat kepala<br />

dinas, wali kota, serta anggota DPRD<br />

DKI Jakarta. Tak hanya pejabat,<br />

acara pelantikan itu juga hadiri oleh<br />

masyarakat.<br />

Percepatan Karier<br />

Kenaikan jenjang karier melalui<br />

uji kompetensi atau lelang jabatan,<br />

khususnya untuk lurah dan camat<br />

di tahap awal ini, disambut baik<br />

oleh banyak kalangan, khususnya<br />

di kalangan PNS di Pemprov DKI.<br />

Pertimbangan kompetensi atau<br />

kemampuan yang lebih dikedepankan,<br />

dinilai merupakan lompatan atau<br />

percepatan. Sebelumnya untuk naik<br />

jabatan harus melalui waktu cukup<br />

panjang. Ada pula yang bilang, mesti<br />

ngantre dulu.<br />

Di bawah kepemimpinan Jokowi<br />

ini, menurut Asisten Perekonomian<br />

Sekretaris Kota (Sekko) Jakarta Barat,<br />

Isnawa Adji, kepada berita jakarta.<br />

com, siapapun bisa asal punya prestasi<br />

dan kemampuan. “Siapa pun yang<br />

punya prestasi dan kemampuan bisa<br />

menunjukkan kemampuannya di<br />

wilayah untuk menduduki jabatan yang<br />

lebih tinggi, ” kata Isnawa.<br />

Jika menurut peraturan yang ada,<br />

dari jabatan camat menjadi Asisten<br />

Sekko dibutuhkan waktu kurang lebih<br />

5 tahun. Namun dengan adanya sistem<br />

baru ini dirinya bisa langsung menjabat<br />

sebagai Asisten Sekko meski menjabat<br />

Camat Tambora baru 2,5 tahun.<br />

Hendra Hidayat, Kepala Suku<br />

Dinas Pendidikan Menengah Jakarta<br />

Timur juga menilai, dengan adanya<br />

lelang jabatan ini bisa memberikan<br />

kesempatan yang sama kepada para<br />

PNS untuk menduduki jabatan<br />

tertentu. “Ini fair. Setiap orang<br />

memiliki kesempatan yang sama untuk<br />

menduduki jabatan tertentu. Tes yang<br />

dilakukan juga komprehensif,” kata<br />

Hendra yang sebelumnya menjabat<br />

sebagai Camat Kebonjeruk.<br />

Camat Senen, Lola Lovita pun<br />

mengatakan hal senada. Dengan<br />

dilakukan seleksi terbuka ini, menurut<br />

Lola, kompetensi PNS dapat terlihat,<br />

sehingga bisa dimaksimalkan pada<br />

posisi yang tepat. Terlebih menurut<br />

Lola, sebagai Kepala Puskesmas<br />

Grogolpetamburan, dirinya tidak akan<br />

bisa menjadi camat jika tidak ada seleksi<br />

seperti ini. “Kalau tidak ada seleksi saya<br />

belum tentu jadi camat,” kata Lola<br />

menandaskan.IS<br />

36 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 37


pemerintahan<br />

Premi Lasari Camat dengan Nilai Tertinggi<br />

Pasar Rebo Terapkan Pelayanan Online<br />

Pemprov DKI Jakarta<br />

mengelompokkan tujuh<br />

kandidat camat dan 71<br />

lurah baru yang lulus<br />

dengan nilai sangat<br />

memuaskan. Menurut<br />

Kombes Polisi Untung<br />

Laksono, selaku ketua<br />

tim penilai dari Mabes<br />

Polri, ketujuh camat dan<br />

71 lurah tersebut dapat<br />

dikatakan memperoleh<br />

nilai outstanding atau<br />

melebihi syarat untuk<br />

menjadi camat dan lurah.<br />

Peraih nilai tertinggi pada kategori<br />

masing-masing adalah Camat Pasar<br />

Rebo, Jakarta Timur, Premi Lasari<br />

dengan nilai 276,49, mengungguli<br />

nilai 43 camat lainnya. Sedangkan<br />

Lurah Gambir, Jakarta Pusat unggul<br />

atas 256 lurah dengan nilai 245.<br />

Keduanya unggul dalam ujian yang<br />

mencakup tes psikologi, presentasi<br />

tentang topik jabatan camat dan lurah,<br />

LGD (leaderless group discussion),<br />

serta wawancara tentang kemampuan<br />

manajerial.<br />

Seleksi tersebut, katat Untung<br />

Laksono, dilakukan secara “buta”.<br />

Artinya, tim penilai tidak membedakan<br />

kandidat berdasarkan jabatan mereka.<br />

Apakah mereka sedang menjabat<br />

camat dan lurah atau tidak. Tetapi,<br />

tidak dianggap pegawai negeri yang<br />

tak cakap. Kepala Badan Kepegawaian<br />

Daerah Provinsi DKI Jakarta, I Made<br />

Karmayoga mengatakan, seleksi<br />

difokuskan untuk mencari camat dan<br />

lurah. Karenanya, bisa saja mereka<br />

cocok di posisi lain yang setara.<br />

Dari 980 nama peserta lelang<br />

jabatan lurah dan camat hanya 498<br />

nama yang lolos dari uji kecakapan<br />

manajerial. Hasil itu menurtut<br />

Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Joko<br />

Widodo, cukup lumayan dan tidak<br />

terlalu jelek. Nilainya cukup bervariasi.<br />

“ Ada yang sangat baik, baik, dan<br />

cukup,” kata gubernur.<br />

Selanjutnya, bagi mereka<br />

yang sudah dinyatakan lolos, lalu<br />

menghadapi sidang yang dilakukan<br />

Badan Pertimbangan Jabatan dan<br />

Kepangkatan. Mereka diseleksi oleh<br />

tim yang terdiri dari wali kota, bupati,<br />

sekretaris daerah, asisten sekretaris<br />

daerah, gubernur dan wakil gubernur.<br />

Jika lolos sidang, kandidat lalu<br />

menjalani uji terakhir, yakni uji publik.<br />

Setiap area, bisa ada dua atau tiga<br />

kandidat.<br />

Dalam uji terakhir itu,<br />

masyarakat bisa memberi masukan<br />

tentang rekam jejak setiap kandidat<br />

atau pun mengungkap kasus yang<br />

pernah menimpa kandidat-kandidat<br />

tersebut. Masukan dapat disampaikan<br />

melalui e-mail, situs BKD, maupun<br />

SMS ke nomor yang telah disediakan<br />

pemerintah DKI Jakarta.<br />

Camat Pasar Rebo, Premi Lasari<br />

yang memperoleh nilai tertinggi merasa<br />

kaget dan mengaku masih banyak<br />

peserta yang nilainya lebih baik dari dia.<br />

Tahun lalu, ibu dari tiga orang putra<br />

kelahiran Jakarta yang rendah hati<br />

itu juga memperoleh predikat sebagai<br />

Camat Teladan. Keberhasilan itu<br />

menurutnya adalah keberhasilan warga<br />

Kecamatan Pasar Rebo yang memiliki<br />

kepedulian besar dalam membangun<br />

wilayahnya.,<br />

Menurut Premi Lasari, sikap<br />

gotong royong dan disiplin tinggi<br />

masyarakat menjadi kunci keberhasilan<br />

dalam membangun dan menata<br />

wilayah Pasar Rebo yang mermiliki<br />

luas 1.297,70 hektar terdiri dari 5<br />

kelurahan, 53 RW, dan 524 RT. Jumlah<br />

penduduk 207.673 jiwa, 107.377<br />

orang laki-laki dan 100.107 orang<br />

perempuan.<br />

Dari data yang diperoleh<br />

disebutkan, masih ada RW kumuh<br />

ringan di wilayah Kecamatan Pasar<br />

Rebo, khususnya di RW 04 Kelurahan<br />

Pekayon. Masalah krusial yang<br />

dihadapi, karena menjadi perbatasan<br />

antara wilayah Jakarta Timur dan<br />

Jakarta Selatan serta Jl Raya Bogor<br />

adalah tawuran pelajar. Tetapi tidak<br />

terlalu parah seperti wilayah Jakarta<br />

lainnya, karena wilayah Kecamatan<br />

Pasar Rebo terdapat 19 komplek<br />

tentara. Jika terjadi tawuran antarpelajar<br />

dapat segera diatasi.<br />

“Tawuran antarpelajar dapat segera<br />

dibubarkan berkat adanya koordinasi<br />

antar Kapolsek, Danramil, Satpol PP,<br />

Tramtib dan Muspika Kecamatan, “<br />

katanya<br />

Untuk memberikan pelayanan<br />

dan menampung aspirasi masyarakat,<br />

pihaknya menyediakan website www.<br />

kecamatanpasarrebo.com. Dengan<br />

demikian, masyarakat dapat mengakses<br />

berbagai program kerja kecamatan<br />

serta berbagai informasi kewilayahan<br />

dan kegiatan nyata Kecamatan Pasar<br />

Rebo, termasuk transparansi pengadaan<br />

barang dan pelayanan masyarakat.<br />

Premi Lasari rupanya menerapkan<br />

aksi blusukan ke setiap RT/RW sejak<br />

sebelum Ir Joko Widodo (Jokowi)<br />

menjabat Gubernur Provinsi DKI<br />

Jakarta untuk menyerap aspirasi<br />

masyarakat. Gaya blusukan yang<br />

dilakukan Premi itulah yang<br />

mengantarkannya terpilih sebagai<br />

Camat Teladan DKI Jakarta 2<strong>01</strong>2.<br />

Bahkan, ia pun selalu hadir dalam<br />

peremajaan RT/RW .<br />

Dua minggu sekali, ia menggelar<br />

rapat koordinasi (rakor) di kecamatan<br />

untuk membahas berbagai program<br />

kerja yang dicanangkan pemerintah<br />

DKI Jakarta, Wali Kota, dan kecamatan<br />

serta laporan dari kelurahan-kelurahan.<br />

Terutama wilayah-wilayah yang<br />

sering terserang banjir seperti wilayah<br />

Kelurahan Pasar Rebo, yang dilalui tiga<br />

sungai, yakni Kalibaru, Kali Ciliwung<br />

dan Kali Cipinang. Yang paling<br />

potensial mengakibatkan banjir adalah<br />

Kali Cijantung dan Kali Cipinang yang<br />

sering melanda warga kelurahan Kalisari<br />

dan kelurahan Pekayon.<br />

Percontohan On-line<br />

Atas prestasinya tersebut,<br />

Kecamatan Pasar Rebo ditunjuk<br />

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo<br />

(Jokowi) dan Wakil Gubernur, Basuki<br />

Tjahaya Purnama (Ahok) sebagai<br />

kecamatan percontohan pelayanan<br />

perizinan secara online.<br />

“Ini upaya memberi kemudahan<br />

pelayanan kepada masyarakat. Mereka<br />

tak usah datang ke kecamatan atau<br />

ke kantor walikota untuk mengurus<br />

berbagai perizinan. Mereka cukup<br />

membuka website di rumah, lalu<br />

persyaratan perizinan itu diketik,<br />

tinggal mengakses pelayanan<br />

perizinannya. Kini, sedang dalam proses<br />

pengoperasiannya,” ujarnya.<br />

Tak jauh berbeda dengan wilayah<br />

lainnya, permasalahan pelik yang<br />

dihadapi adalah penanganan sampah.<br />

Ini terjadi karena terbatasnya lahan<br />

pembuangan sampah sementara<br />

(LPS). Ia mencontohkan, di wilayah<br />

Kelurahan Gedong masih sering<br />

terjadi penumpukan sampah yang<br />

mengganggu warganya. Walau pihaknya<br />

sudah berusaha menangani sampah<br />

itu secara maksimal, tetapi akibat<br />

terbatasnya lahan penampungan<br />

sampah (LPS) , masyarakat membuang<br />

sampah pada sudut-sudut jalan.<br />

Baru-baru ini, kata Premi,<br />

Pemprov DKI Jakarta, Dinas<br />

Kebersihan dan Kopassus menjalin<br />

kerjasama dalam pengadaaan LPS di<br />

Kompleks Kopassus serta membuat<br />

bank-bank sampah percontohan di<br />

beberapa kelurahan. Di Kelurahan<br />

Cijantung misalnya, ada pengolahan<br />

sampah dengan system 3 R. Yang<br />

sedang digalakkan adalah, minimal<br />

ada satu RW setiap kelurahan yang<br />

memiliki Bank Sampah.<br />

Selama ini, yang sering menjadi<br />

sasaran pembuangan sampah adalah<br />

sepanjang bantaran Kali Baru atau<br />

sepanjang Jl. Raya Bogor dan pinggir<br />

Kali Ciliwung. Beberapa LPS sepanjang<br />

bantaran Kali Ciliwung, terutama<br />

perbatasan antara wilayah Jakarta<br />

Selatan dan Jakarta Timur, sudah<br />

ditutup. Langkah selanjutnya adalah<br />

membangun depo sampah yang lebih<br />

besar di komplek tentara di kelurahan<br />

Gedong, Yon 021 sebagai upaya<br />

mengurangi pembuangan sampah-<br />

mereka yang tidak lolos seleksi juga<br />

38 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 39


pendidikan<br />

Hasil UN 2<strong>01</strong>3<br />

Cukup Membanggakan<br />

sampah liar.<br />

Surasno, petugas penanganan<br />

sampah Kecamatan Pasar Rebo<br />

mengemukakan, volume sampah<br />

per hari mencapai 1<strong>01</strong>,3 ton dengan<br />

14 armada. Setiap armada dapat<br />

mengangkut sampah dua kali per hari<br />

ke Bantargebang, atau 28 rit. Itu berarti<br />

hanya sekitar 80 persen sampah yang<br />

dapat terangkut.<br />

“Guna memberikan<br />

pelayanan kepada masyarakat, kami<br />

mengoperasikan 15 gerobak motor.<br />

Untuk sampah di sekitar fly over<br />

Cijantung dan GOR Ciracas adalah<br />

tanggung jawab Kecamatan Ciracas.<br />

Bukan tanggung jawab Kecamatan<br />

Pasar Rebo,” tuturnya.<br />

Perhatian serius<br />

Yang menjadi perhatian serius<br />

lainnya adalah penanganan penyakit<br />

demam bedarah dengue (DBD).<br />

Terutama pada saat-saat perubahan<br />

musim (musim pancaroba) seperti<br />

sekarang ini. Untuk wilayah Kota<br />

Administrasi Jakarta Timur, Kecamatan<br />

Pasar Rebo masuk kategori daerah<br />

kuning. Ini artinya volume penderita<br />

DBD masih butuh perhatian serius.<br />

40 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />

Antara lain melakukan PSN secara<br />

intensif setiap Jumat dan mengaktifkan<br />

juru pemantau jentik (Jumantik).<br />

“Untuk komplek-komplek<br />

tentara, kami koordinasi dengan<br />

para komandan Komplek. Sehingga,<br />

pelaksanaan jumantik dan PSN<br />

memperoleh dukungan sepenuhnya,”<br />

ujarnya.<br />

Alumnus Sekolah Tinggi<br />

Pemerintah Dalam Negri (STPDN)<br />

1997 ini meniti karirnya sebagai<br />

Sekretaris Lurah Condet Balekambang,<br />

lalu menjabat Lurah Makasar, Sekretaris<br />

Kecamatan Matraman dan Camat Pasar<br />

Rebo sejak 2,5 tahun lalu. Sejak tahun<br />

lalu, ia sudah menerapkan pelayanan<br />

terpadu kepada masyarakat melalui<br />

enam loket. Jika semula masyarakat<br />

agak bingung untuk mengurus berbagai<br />

keperluan, kini semua loket pelayanan<br />

itu berada di lantai dasar kantor<br />

kecamatan yang berlokasi di Jl Raya<br />

Bogor.<br />

Waktu itu, ia berinisiatif,<br />

bagaimana masyarakat yang ingin<br />

mengurus perizinan usaha, membayar<br />

pajak, kependudukan, ketenagakerjaan,<br />

izin domisili dan sebagainya dengan<br />

mudah dan tak perlu mencari dari<br />

lantai satu sampai lantai tiga dan<br />

sebagainya. Akhirnya, semua seksi<br />

pelayanan masyarakat ditempatkan<br />

menjadi satu untuk memberikan<br />

pelayanan kepada masyarakat sejak<br />

2<strong>01</strong>2 lalu.<br />

Kini gubernur memberikan<br />

kepercayaan kepada Kecamatan Pasar<br />

Rebo agar lebih mempermudah<br />

pelayanan kepada masyarakat melalui<br />

media online. Kecamatan ini memiliki<br />

motto sederhana namun mudah<br />

diterapkan, yakni Pas Aturannya, Rapih<br />

ruangannya, Ramah pelayanannya, dan<br />

berharap Banyak prestasinya.<br />

Obsesinya, jika hari ini lebih baik<br />

dari hari kemarin, kita menjadi orang<br />

yang beruntung. Jika hari ini sama<br />

dengan hari kemarin, berarti kita harus<br />

bekerja lebih keras. Jika hari ini lebih<br />

jelek dari hari kemarin, termasuk orang<br />

yang celaka.<br />

Karena saya ingin menjadi<br />

orang yang beruntung, saya berusaha<br />

memberikan pelayanan yang terbaik<br />

kepada masyarakat, dan membuat Pasar<br />

Rebo lebih baik dari sebelumnya.” kata<br />

Premi Lasari. RCW<br />

Ujian Nasional 2<strong>01</strong>3 yang diwarnai beberapa<br />

kendala, diantaranya lembar jawaban yang tipis<br />

dan dikhawatirkan gampang robek, tak mengurangi<br />

perolehan hasil, khususnya bagi pelajar DKI<br />

Jakarta. Banyak nama pelajar dari DKI Jakarta yang<br />

memperoleh nilai gemilang.<br />

Sebut saja Sarah Alya Firnadya<br />

yang biasa sibuk dengan kegiatan<br />

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)<br />

Sekolah Menengah Atas Negeri<br />

(SMAN) 8 Jakarta. Ia meninggalkan<br />

kegiatan ekstra kurikuler setelah naik ke<br />

kelas XII. Ia menantang dirinya sendiri<br />

untuk meraih nilai terbaik dalam<br />

Ujian Nasional (UN) 2<strong>01</strong>3. Targetnya<br />

meraih nilai 100 untuk pelajaran<br />

matematika dan Ilmu Pengetahuan<br />

Alam (IPA). Untuk itu jauh-jauh hari ia<br />

mempersiapkannya atau fokus belajar.<br />

Remaja kelahiran 17 April 1996<br />

itu bersekolah mulai pukul 06.30<br />

WIB hingga pukul 15.15 WIB. Soal<br />

pendalaman materi di sekolah, ia<br />

banyak berlatih mengerjakan soal-soal<br />

yang diberikan guru. Kalau ada yang<br />

tidak dimengerti, Sarah mendiskusikan<br />

soal-soal itu bersama teman-temannya.<br />

Selepas belajar di sekolah, ia kembali<br />

mengikuti bimbingan belajar hingga<br />

pukul 20.00 WIB. Biasanya, sampai<br />

rumah sudah tinggal istirahat.<br />

Kerja kerasnya mempersiapkan<br />

UN berhasil manis. Sarah bukan<br />

sekedar mendapatkan nilai bagus, ia<br />

juga berhasil menempati ranking 10<br />

nasional dengan nilai rata-rata 9,73.<br />

Putri sulung dari empat bersaudara<br />

itu mengaku terkejut saat namanya<br />

tercantum dalam10 siswa peraih nilai<br />

UN tertinggi nasional. Atas prestasinya<br />

itu, Sarah langsung diterima untuk<br />

melanjutkan studi di Jurusan Teknik<br />

Material dan Metalurgi Universitas<br />

Indonesia (UI) sesuai dengan citacitanya.<br />

Awalnya, Sarah belum<br />

memutuskan mau kuliah di jurusan<br />

apa. Setelah berdiskusi dengan ayahnya,<br />

Sarah mantap memilih Jurusan Teknik<br />

Material dan Metalurgi sebagai bidang<br />

studinya. Ayah Sarah, Profesor Nandy<br />

Setiadi Djaya Putra, merupakan guru<br />

besar di Departemen Teknik Mesin<br />

Fakultas Teknik UI. Sarah memilih<br />

jurusan itu karena belum banyak orang<br />

Indonesia yang menekuni bidang<br />

tersebut. Dia juga melihat prospek<br />

lulusan jurusan itu lebih bagus. Alasan<br />

lainnya, nanti ia bisa masuk ke industri<br />

otomotif untuk buat pesawat dan kereta<br />

api seperti BJ Habibie.<br />

BJ Habibie, mantan Presiden<br />

RI ke-3 itu merupakan insinyur<br />

yang mengembangkan teori terkait<br />

termodinamika, konstruksi, dan<br />

aeroidinamika yang dikenal sebagai<br />

Faktor Habibie, Theori Habibie,<br />

dan Metode Habibie. Habibie pula<br />

yang merancang pesawat terbang, di<br />

antaranya, N250.<br />

Seperti halnya Habibie yang<br />

lulusan Universitas Aachen di Jerman,<br />

Sarah sebenarnya berniat melanjutkan<br />

sekolah di negeri itu. Ia bahkan<br />

sudah menjatuhkan pilihannya, yaitu<br />

Universitas Duisburg-Essen Jerman.<br />

Alasannya, Jerman mempunyai<br />

kualitas di bidang pendidikan<br />

terbaik di dunia. Khususnya untuk<br />

bidang teknik. Remaja yang pernah<br />

mengikuti akselerasi saat SMP ini harus<br />

mengurungkan niatnya. Karena belum<br />

mampu memenuhi standar ujian bahasa<br />

Jerman, salah satu syarat kuliah di sana.<br />

Namun ia tidak mengubur<br />

mimpinya itu, melainkan hanya<br />

ditunda saja untuk studi ke Jerman.<br />

Setelah lulus dari UI, ia berencana<br />

melanjutkan S-2 di Jerman. Citacitanya<br />

tak berhenti di situ. Ia<br />

menargetkan meraih gelar profesor<br />

sebelum berusia 39 tahun, mengikuti<br />

jejak ayahnya yang meraih gelar<br />

profesor teknik pada usia tersebut.<br />

Tiga Terbaik<br />

Gubernur Provinsi DKI Jakarta,<br />

Joko Widodo yang akrab dipanggil<br />

Jokowi juga merasa bangga dengan<br />

prestasi yang diraih para siswa SMA/<br />

SMK/MA DKI Jakarta dalam ajang<br />

ujian nasional tahun ini. Tak terkecuali<br />

Kepala Dinas Pendidikan, H Taufik<br />

Yudhi Mulyanto. Sebab, dari 10 SMA/<br />

MA dengan rata-rata Nilai Ujian<br />

Nasional murni tertinggi, DKI Jakarta<br />

menempatkan tiga SMA. SMA Negeri<br />

8 di urutan 10 bagi peserta nomor 417<br />

dengan kelulusan 100 persen dengan<br />

reta-rata nilai 8,74 dan dua SMA<br />

swasta. Masing-masing, SMA Kristen<br />

I BPK Penabur, peserta nomor 295<br />

dengan kelulusan 100 persen dengan<br />

Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />

41


ata-rata nilai 8,88 pada urutan ke- 3<br />

dan SMA Santa Ursula, peserta nomor<br />

205 dengan kelulusan 100 persen, ratarata<br />

nilai 8,87 pada urutan ke-4.<br />

Urutan pertama diduduki SMA<br />

Negeri 4 Denpasar Bali dan urutan<br />

kedua Madrasah Aliyah (MA) Negeri<br />

Insan Cendekia, Banten. Urutan ke-5<br />

SMA Negeri 1 Denpesar, Bali, Ke-6<br />

SMA Negeri 3 Lamongan, Jawa Timur,<br />

urutan ke-7 SMA Negeri 1 Babat, Jawa<br />

Timur, urutan ke-8 SMA Nergeri 10<br />

Fajar Harapan Aceh serta urutan ke-9<br />

SMA Negeri I Kembangbatu, Jawa<br />

Timur.<br />

Selain itu tiga SMA dari Jakarta<br />

sebagai sekolah dengan nilai UN murni<br />

dan nilai raport terbaik dari tujuh SMA<br />

di seluruh Indonseia. Masing-masing<br />

SMA Negeri 68 DKI Jakarta dengan<br />

nilai UN 8,23 dan nilai raport 8,09,<br />

SMA Kristen 3 BPK Penabur dengan<br />

nilai UN 8,35 dan nilai raport 8,06<br />

serta SMA Karunia DKI Jakarta dengan<br />

nilai UN murni 8,02 dan nilai raport<br />

7,23. Sedangkan SMA Kristen I BPK<br />

Penabur Kota Bandung, Jawa Barat<br />

dengan rata-rata nilai UN murni 8,55<br />

dan nilai raport 8,44. Disusul SMA<br />

Katolik Aloysius I Kota Bandung, 7,84<br />

dan 7,61, MA Darul Arqam Waenetat<br />

Maluku, 7,31 dan<br />

7,10 serta SMA<br />

Negeri I Singaraja,<br />

Bali dengan nilai<br />

UN murni 7,72<br />

dan nilai raport<br />

7,56.<br />

DKI berjaya<br />

Ringkasan hasil<br />

akhir UN SMA/MA 2<strong>01</strong>3, tercatat dari<br />

1.581.286 siswa peserta UN, sebanyak<br />

1.573.036 yang lulus (99,48 persen)<br />

dan 8.250 sisa atau 0,52 persen yang<br />

tidak lulus. Sedangkan tingkat Sekolah<br />

Menengah Kejuruan (SMK) tercatat<br />

1.106.140 peserta ujian nasional,<br />

1.105.539 siswa yang lulus atau 99,72<br />

persen, yang tidak lulus sebanyak 6<strong>01</strong><br />

siswa (0,05 persen).<br />

Untuk tingkat Sekolah Menengah<br />

Pertama (SMP), DKI Jakarta<br />

menempati urutan pertama dari 10<br />

provinsi dengan nilai rata-rata ujian<br />

nasional murni tertinggi dengan nilai<br />

7,5. Disusul Sumatera Utara (7,1),<br />

Sumatera Selatan (6,75), Papua Barat<br />

(6,67), Jawa Timur (6,61) Kalimantan<br />

Tengah (6,55), Bali (6,45), Nusa<br />

Tenggara Barat (6,44), Kalimantan<br />

Selatan (6,42),dan Daerah Istimewa<br />

Yogyakarta<br />

(6,39).<br />

Sedangkan 10 murid dengan nilai<br />

rerata UN murni tertinggi ranking<br />

pertama diraih Stella Angelina dari<br />

SMP Karunia, DKI Jakarta dengan<br />

nilai 9,9, dan Petra Julian Abigail dari<br />

SMNP Tarakanitas 4 DKI Jkaarta<br />

dengan nilai 9,9. Urutan ketiga Anak<br />

Agung Ayu Vira Sonia dari SMP<br />

Negeri I Denpasar, Bali (9,9), Jessica<br />

Jane dari SMP Kristen I BPK Penabur,<br />

Jakarta ( 9,89), Shofiya Qurrotu<br />

AS’yunin dari Madrasah Tsanawiyah<br />

I Malang, Jawa Timur (9,85), Cahaya<br />

Carkla Bangsawan dari SMPN 2<br />

Bandar Lampung, Lampung ( 9,85),<br />

Kirana Widiani Lestari dari SMPN<br />

85 DKI Jakarta (9,84),, Setiati Nur<br />

Chasanah, SMPN IMagelang, Jawa<br />

Tengah (9,84),, Maratus Solichah,<br />

SMPN 2 Sleman, DI Yogyakarta (9,84)<br />

DAN Farrell Gerard Adeovinson Rey,<br />

SMP Masehi Temanggung, Jawa<br />

Tengah (9,84).<br />

Selain unggul di nilai rata-rata<br />

UN murni tertinggi dan nilai ratarata<br />

UN murni tertinggi di kalangan<br />

siswa SMP, DKI Jakarta juga unggul<br />

di 10 sekolah dengan nilai ratarata<br />

UN murni tertinggi (lulus 100<br />

persen). Nilai tertinggi diraih SMPN<br />

I Magelang, Jawa Tengah dengan nilai<br />

9,14. Diikuti SMPN 115 Jakarta, DKI<br />

Jakarta dengan nilai 9,11, Labschool<br />

Kebayoran, DKI Jakarta dengan nilai<br />

9,08 SMPN I Lamongan, Jatim (9,06),<br />

SMPN Tanjungbumi, Jatim (9,05),<br />

SMPN I Denpasar Bali (9,05), SMP<br />

Kanisius, DKI Jakarta (9,03), SMP K<br />

Penabur DKI Jakarta (9,<strong>01</strong>), SMPN 49<br />

Jakarta, DKI Jakarta (8,98), dan SMPB<br />

I Surabaya, Jatim (8,97).<br />

Peserta ujian nasional SMP tahun<br />

2<strong>01</strong>3, tercatat sebanyak 3.667.241<br />

siswa, dari 48.893 sekolah di seluruh<br />

Indonesia, sebanyak 16.616 siswa SMP<br />

sederajat yang gagal ujian.<br />

Menurut Mendikbud<br />

Muhammad Nuh, hasil ujian tahun<br />

ini mengalami penurunan 1,37 poin<br />

dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan<br />

analisis Kemendikbud, penurunan<br />

nilai rata-rata UN murni disebabkan<br />

komposisi butir soal aktegori sukar yang<br />

ditambah. Jika tahun lalu hanya ada 10<br />

persen soal kategori sukar, untuk UN<br />

tahun ini, komposisi butir soal ketegori<br />

sukar diperbanyak menjadi 20 persen<br />

dari seluruh jumlah butir soal di setiap<br />

mata ujian.<br />

Di DKI Jakarta, dari 131.363<br />

murid peserta UN, hanya ada satu<br />

orang yang dinyatakan tidak lulus<br />

(0,00 persen) alias lulus 100 persen.<br />

Di Banten, dari 165.672 siswa, ada<br />

tujuh siswa yang tidak lulus (0,00<br />

persen). Jawa Timur, dari 540.003<br />

murid, tercatat 417 siswa yang tidak<br />

lulus (0,08 persen). Posisi Jatim kalah<br />

dengan DI Yogyakarta. Dari 47.305<br />

siswa, hanya 31 yang tidak lulus ujian<br />

(0,07 persen). Jatim juga kalah dengan<br />

Jawa Barat. Dari 658.773 siswa peserta<br />

UN, ada 149 siswa yang tidak lulus<br />

(0,02 persen).<br />

Generasi Cerdas<br />

Hasil ujian nasional 2<strong>01</strong>3, selain<br />

berhasil mengangkat harkat dan<br />

martabat sekolah masuk ranking<br />

10 besar, juga berhasil menelorkan<br />

generasi cerdas. Contohnya, SMAN<br />

4 Denpasar, Bali, siswanya, Ni Kadek<br />

Vani Avriani berhasil meraih nilai<br />

tertinggi, dengan nilai 59,20 atau<br />

rerata nilai tiap pelajaran di atas<br />

sembilan. Selain Vani, di sekolah yang<br />

sama masih ada empat siswa lainnya<br />

yang mendapat nilai tinggi. Dua di<br />

antaranya, Made Hyang Wikananda<br />

dan Luh Puti Lindayani. Keduanya<br />

memperoleh nilai UN 58,55.<br />

“DKI Jakarta punya Sarah<br />

Alya Firnadya dari SMAN 8 yang<br />

mempunyai nilai UN 9,73. Di<br />

Serpong, siswi dari Madrasah Aliyah<br />

Negeri (MAN) Insan Cendekia, Nadia<br />

Anindita Vandari memperoleh nilai<br />

rata-rata UN murni 9,75. Prestasi<br />

gemilang para pelajar di Tanah Air tak<br />

sebatas di tingkat UN sebagai bagian<br />

dari standardisasi kelulusan. Cukup<br />

banyak deretan nama pelajar maupun<br />

mahasiswa yang pernah mengharumkan<br />

nama bangsa melalui berbagai ajang<br />

dalam dunia ilmu dan pengetahuan.<br />

Kondisi ini menunjukkan betapa<br />

cerdasnya anak bangsa kita yang<br />

mampu menghasilkan karya terbaiknya<br />

di mata dunia. Cukup banyak karya<br />

penelitian aplikatif diakui sebagai karya<br />

yang mencerahkan dan bermanfaat bagi<br />

umat manusia,” tutur Taufik Yudhi.<br />

Mendikbud Mohammad Nuh<br />

menggarisbawahi, keberhasilan bukan<br />

segalanya. Masih banyak catatan<br />

mengenai perkembangan dunia<br />

pendidikan. Misalnya, masih banyaknya<br />

sekolah dengan tingkat ketidaklulusan<br />

yang cukup tinggi, sekolah rusak,<br />

rendahnya angka partisipasi sekolah di<br />

beberapa daerah, hingga kehebohan<br />

soal telatnya distribusi soal UN. Tak<br />

Cuma itu. Apresiasi bagi para guru yang<br />

disesuaikan dengan APBD tiap daerah,<br />

sertifikasi guru, hingga pemerataan<br />

guru di daerah harus menjadi perhatian<br />

serius bangsa ini.<br />

Masalah lain yang muncul adalah<br />

tersendatnya hasil penelitian dan<br />

karya dunia pendidikan di berbagai<br />

sektor. Karena itu, semangat mengirim<br />

ilmu pengetahuan dan teknologi<br />

(iptek) kepada berbagai sektor mutlak<br />

dilakukan agar hasilnya dapat dirasakan<br />

langsung oleh masyarakat. (RCW)<br />

42 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 43


pendidikan<br />

DKI Juara Umum<br />

OSN SD 2<strong>01</strong>3<br />

Meraih 5 emas dan 1 perunggu, DKI Jakarta<br />

menjadi juara umum Olimpiade Sains Nasional<br />

(OSN) SD/MI 2<strong>01</strong>3 di Bandung Jawa Barat. Disusul<br />

Jawa Tengah dengan 3 emas, 1 perak dan 1<br />

perunggu. Lalu Sumatera Barat dengan 1 emas.<br />

OSN SD/MI diikuti 198 siswa dari 33 provinsi di<br />

seluruh Indonesia.<br />

OSN adalah ajang kompetisi<br />

dalam bidang sains bagi para siswa<br />

pada jenjang SD, SMP, dan SMA di<br />

Indonesia. Siswa yang mengikuti OSN<br />

adalah siswa yang telah lolos seleksi<br />

tingkat kabupaten dan provinsi. OSN<br />

diadakan setiap tahun di kota yang<br />

berbeda-beda. Kegiatan ini merupakan<br />

salah satu bagian dari rangkaian seleksi<br />

untuk mendapatkan siswa-siswi terbaik<br />

dari seluruh Indonesia yang akan<br />

dibimbing lebih lanjut oleh tim bidang<br />

kompetisi masing-masing dan akan<br />

diikutsertakan pada olimpiade tingkat<br />

internasional.<br />

Secara umum OSN SD/MI<br />

bertujuan untuk meningkatkan mutu<br />

pendidikan Matematika dan IPA di<br />

SD/MI secara komprehensif melalui<br />

penumbuhkembangan budaya belajar,<br />

kreativitas dan motivasi meraih prestasi<br />

terbaik dengan kompetisi yang sehat<br />

serta menjunjung nilai-nilai sportivitas.<br />

Sementara secara khusus, ada dua<br />

tujuan yang hendak dicapai. Pertama,<br />

menyediakan wahana bagi siswa SD/<br />

MI untuk mengembangkan bakat<br />

dan minat di bidang Matematika dan<br />

IPA sehingga dapat berkreasi serta<br />

melakukan sesuai kemampuannya.<br />

Kedua, untuk memotivasi siswa SD/MI<br />

agar selalu meningkatkan kemampuan<br />

intelektual, emosional, dan spiritual<br />

berdasarkan norma-norma yang sehat<br />

sehingga dapat memacu kemampuan<br />

berpikir nalar.<br />

OSN tingkat SD/MI berlangsung<br />

pada 6 – 10 Juni 2<strong>01</strong>3 di Bandung Jawa<br />

Barat. OSN dimulai dan dibuka secara<br />

resmi pada Kamis (6/6), oleh Wakil<br />

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan<br />

bidang Pendidikan, Prof. Musliar<br />

Kasim, M.S. Acara pembukaan digelar<br />

di Hotel Grand Pasundan, Bandung<br />

ini dihadiri oleh Direktur Pembinaan<br />

Sekolah Dasar Direktorat Jenderal<br />

Pendidikan Dasar Prof. Ibrahim<br />

Bafadal, M.Pd, Sekretaris Ditjen Dikdas<br />

Dr. Thamrin Kasman, Kepala Dinas<br />

Pendidikan Provinsi Jawa Barat Prof.<br />

Wahyudin Zarkasyi, CPA, para guru<br />

pendamping dan peserta OSN 2<strong>01</strong>3.<br />

Peserta OSN adalah peserta didik<br />

SD/MI, baik negeri maupun swasta<br />

yang pada bulan Mei 2<strong>01</strong>3, duduk di<br />

kelas IV atau V dan memiliki nilai ratarata<br />

rapor untuk bidang Matematika<br />

dan IPA minimal 7,5 sejak kelas III.<br />

Selain itu, peserta juga merupakan<br />

siswa-siswi terbaik hasil seleksi tingkat<br />

kabupaten/kotamadya dan tingkat<br />

provinsi. OSN mengusung dua bidang<br />

lomba, yakni matematika dan Ilmu<br />

Pengetahuan alam (IPA). Tema yang<br />

diangkat tahun ini adalah “Cerdas,<br />

Terampil, Kreatif Dan Kompetitif<br />

untuk Meraih Prestasi Terbaik”.<br />

DKI Jakarta Mengirim Enam<br />

Siswa<br />

Sebagaimana provinsi lainnya,<br />

Provinsi DKI Jakarta juga turut<br />

ambil bagian dalam OSN SD/MI ini.<br />

Sebelum sampai ke tingkat nasional,<br />

terlebih dulu diadakan seleksi di tingkat<br />

provinsi yang dimulai dari tingkat<br />

kecamatan. Dari tingkat kecamatan<br />

diseleksi lagi di tingkat kabupaten/<br />

kotamadya. Hasil dari seleksi<br />

antarkabupaten/ kotamadya inilah yang<br />

kemudian menghasilkan para siswa<br />

yang siap dikirim ke tingkat nasional.<br />

Proses seleksi di tingkat Provinsi DKI<br />

Jakarta berlangsung sejak Mei 2<strong>01</strong>3.<br />

Dari proses seleksi tingkat provinsi<br />

ini, akhirnya terpilih 6 orang siswa yang<br />

berhak mewakili DKI Jakarta dalam<br />

ajang OSN SD/MI 2<strong>01</strong>3. Ke 6 siswa<br />

tersebut terbagi dalam dua kelompok,<br />

masing-masing 3 siswa untuk bidang<br />

IPA dan 3 siswa lagi untuk bidang<br />

Matematika. Untuk bidang IPA,<br />

masing-masing diwakili oleh; Made<br />

Ayu Utami Antaran (SDS Santo<br />

Yakobus Jakarta Utara), Raja Dishafnya<br />

Achadi (SDN Gunung 05 Pagi Jakarta<br />

Selatan) dan Joan Nadian (SDS Calvin<br />

Kemayoran, Jakarta Pusat). Untuk<br />

bidang Matematika diwakili oleh: Alvin<br />

Putera Budiman (SDS Ar-Rahman<br />

Motik Setiabudi, Jakarta Selatan),<br />

Hendrikus Hansen Witarsa (SDS BPK<br />

Penabur 6 Jakarta Pusat) dan Radian<br />

(SDK Penabur 11 Kebun Jeruk Jakarta<br />

Barat).<br />

Ke enam siswa dari Provinsi DKI<br />

Jakarta ini kemudian bergabung dengan<br />

siswa provinsi lainnya yang berjumlah<br />

198 siswa untuk bersaing menjadi yang<br />

terbaik. Persaingan dimulai pada hari<br />

kedua pelaksanaan OSN lewat ujian<br />

tertulis. Ujian tertulis berlangsung<br />

dua kali. Ujian tulis pertama dimulai<br />

pukul 07.30. dan berlangsung selama<br />

90 menit. Setelah istirahat selama 30<br />

menit, dilanjutkan ujian tertulis kedua<br />

yang berlangsung hingga pukul 11.00.<br />

Para siswa masing-masing mengerjakan<br />

30 soal pilihan ganda dan 20 soal isian<br />

Selain berkompetisi untuk meraih<br />

yang terbaik melalui ujian tulis, peserta<br />

OSN SD/MI ini juga diajak berwisata<br />

edukasi ke beberapa titik wisata di<br />

wilayah Jawa Barat. Lokasi wisata<br />

tuajuan, antara lain; Saung Angklung<br />

Mang Ujo, dan Kawah Putih. Di sela-<br />

sela lomba, para peserta juga mendapat<br />

pendidikan karakter untuk membentuk<br />

kepribadian mereka.<br />

Setelah melalui proses penjurian<br />

yang melibatkan sekitar 30 orang<br />

juri, akhirnya diperoleh hasil sebagai<br />

berikut; juara umum diraih oleh DKI<br />

Jakarta dengan 5 medali emas dan 1<br />

medali perunggu; juara 2 diraih Jawa<br />

Tengah dengan 3 emas, 1 perak, 1<br />

perunggu; dan juara 3 diraih Sumatera<br />

Barat dengan 1 emas.<br />

Dari 5 medali emas yang diraih<br />

Tim OSN SD/MI DKI Jakarta<br />

tersebut berasal dari bidang Matematika<br />

sebanyak 3 emas dan bidang IPA 2<br />

emas. 3 emas bidang matematika<br />

masing-masing dipersembahkan<br />

oleh: Alvin Putera Budiman (SDS Ar<br />

Rahman Motik Setiabudi), Hendrikus<br />

Hansen Witarsa (SDS BPK Penabur<br />

6), Radian (SDK Penabur 11 Kebon<br />

Jeruk). Selain itu, Hendrikus Theory.<br />

Untuk bidang IPA masing-masing<br />

dipersembahkan oleh Raja Dishafnya<br />

Achadi (SDN Gunung 5 Pagi) dan<br />

Joan Nadia (SDS Calvin Kemayoran).<br />

Sedangkan medali perunggu diraih oleh<br />

Made Ayu Utami Intaran ( SDS Santo<br />

Yakobus) untuk bidang IPA. Khusus<br />

untuk Raja Dishafnya Achadi, selain<br />

mendapatkan medali emas bidang IPA ,<br />

juga meraih trophy untuk kategori The<br />

Best overall.<br />

Pencapaian DKI Jakarta pada<br />

OSN SD/MI 2<strong>01</strong>3 ini tergolong bagus<br />

dan meningkat karena dapat merebut<br />

kembali juara umum. Pada tahun<br />

sebelumnya (2<strong>01</strong>2), juara umum diraih<br />

oleh Tim OSN SD/MI Jawa Tengah,<br />

sedangkan DKI Jakarta berada di<br />

urutan 2.<br />

NR/ sumber Biro Dikmental<br />

44 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 45


pendidikan<br />

OSN SMP/MTs<br />

DKI Jakarta Raih Juara 2<br />

Olimpiade Sains<br />

Nasional (OSN) SMP/<br />

MTs 2<strong>01</strong>3, DKI Jakarta<br />

menempati urutan ke<br />

2. Juara umum diraih<br />

Jawa Tengah, sedangkan<br />

juara 3 direbut Jawa<br />

Timur. OSN SMP/MTs<br />

berlangsung di Batam,<br />

Riau pada 15-21 Mei<br />

2<strong>01</strong>3.<br />

OSN SMP/MTs 2<strong>01</strong>3 hadir<br />

terlebih dulu dan berlangsung di<br />

Batam, Kepulauan Riau. Disusul<br />

kemudian OSN SD/MI pada 7 – 10<br />

Juni 2<strong>01</strong>3 di Bandung, Jawa Barat.<br />

Dan OSN SMA/MA direncanakan<br />

berlangsung pada awal September 2<strong>01</strong>3<br />

juga di Bandung.<br />

Olimpiade Sains Nasional tingkat<br />

SMP terdiri dari 4 (empat) bidang<br />

keilmuan yaitu: bidang Matematika,<br />

bidang Fisika, bidang Biologi dan<br />

bidang IPS. Hal ini sesuai dengan<br />

rencana program peningkatan mutu<br />

pendidikan sekaligus dalam rangka<br />

menyiapkan siswa-siswa berpotensi di<br />

bidang sains, untuk selanjutnya dibina<br />

agar dapat ikut serta dalam olimpiade<br />

tingkat internasional. Khusus bagi<br />

siswa yang meraih medali bidang IPA<br />

(Biologi, Fisika) diberi kesempatan<br />

untuk menjadi calon peserta IJSO,<br />

sedangkan peraih medali bidang<br />

Matematika menjadi calon peserta<br />

Olimpiade Matematika Internasional.<br />

Persyaratan untuk menjadi<br />

peserta OSN SMP antara lain:<br />

Berkewarganegaraan Indonesia; Peserta<br />

adalah siswa SMP kelas VII atau VIII<br />

pada saat mengikuti lomba, baik di<br />

tingkat Sekolah, Kabupaten/Kota,<br />

Propinsi, maupun Nasional yang<br />

dibuktikan dengan Surat Keterangan<br />

Kepala Sekolah; Nilai Raport peserta<br />

lomba serendah-rendahnya 7,5 (tujuh<br />

koma lima) untuk bidang yang akan<br />

diikuti dalam lomba.<br />

Provinsi DKI Jakarta juga turut<br />

serta dalam OSN tingkat SMP ini.<br />

Provinsi DKI Jakarta melaksanakan<br />

kegiatan seleksi dimulai tingkat<br />

kabupaten atau kotamadya yang<br />

berlangsung 9 Maret 2<strong>01</strong>3. Kemudian<br />

berlanjut tingkat provinsi yang<br />

berlangsung 13 April 2<strong>01</strong>3. Dari seleksi<br />

tingkat provinsi akhirnya di peroleh<br />

45 siswa yang berhak mewakili Provinsi<br />

DKI Jakarta ke OSN SMP tingkat<br />

nasional di Batam.<br />

Peringkat Dua<br />

Hasil OSN SMP/MTs 2<strong>01</strong>3<br />

menempatkan Jawa Tengah kembali<br />

meraih juara umum Olimpiade<br />

Sains Nasional (OSN) tingkat SMP<br />

2<strong>01</strong>3. Dalam klasemen akhir yang<br />

disampaikan oleh panitia di Batam,<br />

Jawa Tengah mengumpulkan 31<br />

medali dengan rincian sebagai berikut:<br />

5 medali emas, 13 perak dan 13<br />

perunggu. Medali emas Jawa Tengah<br />

dipersembahkan oleh Timothy Jordan P<br />

dan Cantika Zenedine Yuswindia dalam<br />

mata pelajaran Biologi. Lalu Chrysan<br />

Angela Piarso pada mata pelajaran<br />

Fisika, Edwin Aldrian Santoso dan<br />

Eliora Violain Buyamin dalam bidang<br />

studi Matematika.<br />

Sementara itu di posisi kedua<br />

ditempati oleh DKI Jakarta yang<br />

berhasil mengumpulkan 23 medali,<br />

dengan rincian; 5 emas, 7 perak, dan<br />

11 perunggu. Medali emas DKI Jakarta<br />

dipersembahkan oleh Ugiadam Farhan<br />

Firmansyah dalam bidang studi Biologi,<br />

James Yusuf mata pelajaran Fisika.<br />

Ruben Salomon Partono bidang studi<br />

Matematika, serta Talia Salsabila dan<br />

Cristian Evan Chandar bidang studi<br />

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).<br />

Posisi ketiga ditempati Tim OSN<br />

Jawa Timur dengan mengumpulkan<br />

3 emas, 7 Perak dan 11 Perunggu.<br />

Posisi empat ditempati Tim OSN<br />

Jawa Barat dengan 3 emas, 3 perak,<br />

dan 8 perunggu. Disusul kemudian<br />

posisi lima Tim OSN Provinsi Banten<br />

yang meraih 1 emas, 3 perak, dan<br />

1 perunggu. Posisi enam ditempati<br />

Provinsi Yogyakarta dengan 1 emas 2<br />

perak dan 1 perunggu.<br />

Dibanding tahun lalu (OSN SMP/<br />

MTs. 2<strong>01</strong>2), pencapaian DKI Jakarta<br />

tergolong meningkat, baik dari sisi<br />

capaian posisi maupun jumlah medali.<br />

Jika pada OSN 2<strong>01</strong>2 lalu DKI Jakarta<br />

berada di urutan tiga di bawah Jawa<br />

Tengah di urutan pertama dan Jawa<br />

Timur di urutan dua, maka pada tahun<br />

2<strong>01</strong>3 ini Tim OSN DKI Jakarta naik di<br />

urutan dua, sekaligus menggeser posisi<br />

Jawa Timur.<br />

Selain itu dari sisi perolehan<br />

medali juga meningkat. Pada OSN<br />

2<strong>01</strong>2, Tim OSN DKI Jakarta<br />

mengumpulkan 16 medali dengan<br />

rincian 5 emas, 3 perak dan 8<br />

perunggu. Namun pada OSN 2<strong>01</strong>3<br />

ini berhasil mengumpulkan 23 medali,<br />

dengan rincian; 5 emas, 7 perak,<br />

dan 11 perunggu. NR/ Sumber: Biro<br />

Dikmental.<br />

Adapun para peraih medali<br />

tersebut adalah sebagai berikut :<br />

1. Bidang Biologi<br />

No. Nama Sekolah Medali<br />

1. Ugiadam Farhan Firmansyah SMP 12 Emas<br />

2. R. Hilman Haryo Teguh D. SMP Labschool Kebayoran Perak<br />

3. Wilson Wongso Soengkono SMPK 8 Penabur Perak<br />

4. Vincent Augusta Primayudha SMPK 2 Penabur Perunggu<br />

5. Jessica SMP Calvin Perunggu<br />

6. Imam Adli SMPN 85 Perunggu<br />

2. Bidang Matematika<br />

No. Nama Sekolah Medali<br />

1. Ruben Solomon Partono SMPK 4 Penabur Emas<br />

2. Anthony Willian Brian SMP Mahatma Gandhi Perak<br />

3. Eurike Sukarto SMPK IPEKA Pluit Perak<br />

4. Hans Mahardika Susanta SMP Saint Peter Perunggu<br />

5. Sherina Wijaya SMPK Tirtamarta BPK Penabur Perunggu<br />

6. OliviaPricillia SMPK 8 Penabur Internasional Perunggu<br />

7. Kezia Sulami SMPK IPEKA Sunter Perunggu<br />

3. Bidang Fisika<br />

No. Nama Sekolah Medali<br />

1. James Yusuf SMPK 8 BPK Penabur Internasional Emas<br />

2. Fahmi Naufal Rizki SMPN 216 Perak<br />

3. Garry Windiarto M. Dunda SMPIT AL Azhar 19 Perunggu<br />

4. Patrick Bryan Nugraha SMPK IPEKA Internasional Perunggu<br />

4. Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)<br />

No. Nama Sekolah Medali<br />

1. Thalia Salsabila SMPN 115 Emas<br />

2. Christian Evan Chandra SMPK 4 BPK Penabur Emas<br />

3. Gandhi Mardiansyah SMPN 117 Perak<br />

4. Lovina Aisya Malika Putri SMPI Al Azhar 19 Perak<br />

5. Dominique Vallerie SMPK 5 Penabur Perunggu<br />

6. Ahmda Fauzan Ramadhona SMPI Al Azhar 22 Perunggu<br />

46 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 47


pendidikan<br />

Drs H Taufik Yudhi Mulyanto :<br />

Seluruh Kursi SMA/SMK Sudah Terisi<br />

Presiden Susilo Bambang<br />

Yudhoyono memberikan perhatiuan<br />

khusus terhadap program wajib<br />

belajar 12 tahun. Di sela-sela kongres<br />

Persatuan Guru Republik Indonesia<br />

(PGRI) di Jakarta 3 Juli 2<strong>01</strong>3 lalu,<br />

presiden berpesan agar program<br />

tersebut berjalan efektif. Sehingga,<br />

program wajib belajar 12 tahun dapat<br />

mempercepat peningkatan angka<br />

partisipasi kasar (APK) pendidikan<br />

menengah atas (SMA/sederajat).<br />

Saat ini, APK pendidikan<br />

menengah (dikmen) masih sekitar 78,7<br />

persen. Artinya, ada 21,3 persen atau<br />

sekitar 4 juta anak usia SMA (16-<br />

18) yang tidak bersekolah. Presiden<br />

menambahkan, tanpa program wajib<br />

belajar 12 tahun, peningkatan APK<br />

dikmen di angka ideal 97 persen baru<br />

bisa terwujud pada 2040. Sebaliknya,<br />

program wajib belajar berjalan efektif,<br />

peningkatan APK dikmen 97 persen<br />

dapat terwujud pada 2020. Lalu, apa<br />

yang terjadi di tahun ajaran baru 2<strong>01</strong>3-<br />

2<strong>01</strong>4 ?<br />

Pendaftaran peserta didik baru<br />

(PPDB) melalui jalur lokal (sistem<br />

zonasi) sudah berakhir. Namun,<br />

sebagian warga masih mengincar<br />

sekolah unggulan walau berada di luar<br />

zona setempat. Dampaknya, masih<br />

ada kuota yang belum terpenuhi<br />

di sejumlah sekolah. Di lain pihak,<br />

kompetisi di sekolah unggulan semakin<br />

ketat karena diperebutkan pendaftar<br />

lokal dan luar zona.<br />

Faktor lain yang memicu adanya<br />

kursi kosong menurut Kepala Dinas<br />

Pendidikan DKI Jakarta, DR H Taufik<br />

Yudhi Mulyanto, adalah perpindahan<br />

penduduk , sehingga kuota sekolah<br />

yang disediakan tidak terpakai semua.<br />

Ini terjadi di sejumlah permukiman<br />

yang banyak ditinggalkan warga karena<br />

perkembangan kota.<br />

Taufik Yudhi menegaskan, hingga<br />

tulisan ini dibuat (10/7) tinggal<br />

menyisakan 17.724 kursi kosong<br />

untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah<br />

Menengah Pertama (SMP). Hampir<br />

semua kursi di Sekolah Menengah<br />

Atas (SMA) dan Sekolah Menengah<br />

Kejuruan (SMK) sudah penuh. Tinggal<br />

SMK 61 yang masih menerima siswa<br />

baru. Itu pun berlokasi di Pulau<br />

Tidung, Kepulauan Seribu.<br />

Memang ada sekolah yang<br />

dibanjiri siswa pendaftar, tapi ada pula<br />

yang sepi peminat. Penyebabnya adalah<br />

penerapan sistem zonasi. Sistem ini<br />

menyaratkan sekolah menerima 45<br />

persen melalui jalur umum, 5 persen<br />

siswa berprestasi, dan 5 persen siswa<br />

dari luar Jakarta. Karena masih banyak<br />

bangku yang kosong, Dinas Pendidikan<br />

DKI Jakarta membuka lagi pendaftaran<br />

siswa baru pada 8-10 Juli 2<strong>01</strong>3.<br />

“Kami harap para siswa dan<br />

orang tua lebih cermat memilih agar<br />

mendapatkan sekolah yang sesuai<br />

dengan nilai anaknya,” tutur Taufik<br />

Yudhi.<br />

Sosialisasi Ditambah<br />

Menanggapi banyaknya laporan ke<br />

posko yang dilakukan orang tua siswa<br />

berkenaan dengan tidak diterimanya<br />

anak-anak mereka di sekolah-sekolah<br />

tujuan dan banyak pula yang terpental<br />

gara-gara sistem zonasi, menurut Taufik<br />

Yudhi, penerimaan siswa baru yang<br />

berlangsung setahun sekali, membuat<br />

banyak orang tua kurang paham.<br />

Sebenarnya, sosialisasi sudah dilakukan<br />

sejak Januari 2<strong>01</strong>3, melalui kepala<br />

sekolah serta petugas di kelurahan dan<br />

di kecamatan. Tapi baru intensif setelah<br />

usaiu ujian nasional.<br />

“Nah, waktu sosialisasi itu yang<br />

perlu ditambah. Demikian pula<br />

menanggapi keluhan orang tua yang<br />

anaknya tak bisa mengikuti seleksi<br />

lokal karena tidak ada verifikasi saat<br />

pengumuman penerimaan umum tahap<br />

pertama. Kemungkinan besar itu adalah<br />

siswa yang ingin memotong jalur dan<br />

tidak mengikuti seleksi tingkat provinsi.<br />

Kalau sejak awal mereka mendaftar,<br />

pasti data mereka sudah terekam di<br />

database kami. Karena itu, Wakil<br />

Gubernurt, Basuki Tjahaya Purnama<br />

(Ahok) meminta sistem penerimaan<br />

siswa baru dibuka kembali,” paparnya.<br />

Lalu, bagaimana dengan 1.904<br />

pendaftar yang mengubah domisili agar<br />

anak mereka bisa mendaftar di sekolah<br />

dengan zona tertentu, menurutnya,<br />

ini merupakan celah untuk mengakali<br />

persyaratan sistem zonasi. Siswa<br />

pendatang yang mengubah domisili<br />

membuat persaingan di zona semakin<br />

ketat dan pada akhirnya mengurangi<br />

jatah kursi siswa di sekitar sekolah.<br />

“Namun, kalau secara<br />

kependudukan sudah sah dan diterima<br />

oleh lurah dan camat setempat,<br />

kami tak dapat menolak. Karena itu,<br />

mungkin tahun depan akan dibuat<br />

ketentuan batas waktu berdomisili.<br />

Misalnya sang pendaftar sudah tinggal<br />

di tempat itu selama satu tahun<br />

terakhir,” ujarnya.<br />

Sekolah yang masih menyisakan<br />

kuota kursi untuk jalur lokal antara<br />

lain SMP Negeri 11 dan SMP Negeri<br />

19. Kedua sekolah yang terletak di<br />

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan<br />

itu menyisakan 174 kursi kosong<br />

yang diharapkan dapat terisi setelah<br />

pendaftaran tahap II secara online<br />

yang dibuka kembali pada 6 hingga<br />

9 Juli 2<strong>01</strong>3 untuk jalur umum dan<br />

lintas wilayah. Khusus untuk siswa<br />

DKI Jakarta dibuktikan dengan KTP<br />

orangtua siswa atau kartu keluarga.<br />

Jumlah bangku kosong di setiap<br />

sekolah, diumumkan pada 5 Juli<br />

lalu. Bagi siswa yang ingin mendaftar<br />

langsung di sekolah, bisa datang pada<br />

8-10 Juli 2<strong>01</strong>3. Tahun lalu, jumlah<br />

kursi kosong mencapai 14.000 bangku.<br />

Jumlah itu diharapkan berkurang tahun<br />

ini dengan penerapan sistem zonasi<br />

sekolah. Sampai tulisan ini dibuat<br />

Dinas Pendidikan DKI Jakarta masih<br />

mengakomodasi orangtua siswa yang<br />

mengajukan keluhan. Terutama untuk<br />

siswa yang mendaftar dengan kartu<br />

keluarga (KK) baru dan siswa yang<br />

diterima, tetapi lupa lapor diri.<br />

Taufik Yudhi sangat<br />

menyayangkan orang tua siswa yang<br />

membuatkan KK baru bagi anaknya<br />

demi dapat bersekolah di zona lain<br />

yang bukan tempat tinggalnya.<br />

Karena, perubahan identitas itu dapat<br />

mengganggu tujuan sistem zonasi<br />

sekolah. Misalnya, dalam kartu keluarga<br />

baru, si anak beralamat di Setiabudi<br />

agar bisa bersekolah di Setiabusi.<br />

Tetapi, pada kenyataannya, si anak<br />

bertempat tinggal dengan orangtuanya<br />

di Jagakarsa. Ini tidak adil bagi siswa<br />

yang bertempat tinggal di Setiabudi.<br />

Demikian pula yang terjadi di wilayah<br />

lainnya.<br />

Belum Merata<br />

Pihak Dinas Pendidikan<br />

DKI Jakarta memang tidak dapat<br />

berbuat apa-apa, karena basis data<br />

yang digunakan adalah data Dinas<br />

Kependudukan dan Catatan Sipil.<br />

H Ichwan Zayadi, anggota Komisi<br />

48 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 49


E DPRD DKI Jakarta mengatakan,<br />

sistem penerimaan peserta didik baru<br />

belum sempurna<br />

“Saat ini masih ada penumpukan<br />

minat siswa ke sekolah tertentu. Ini<br />

menandakan kualitas sekolah di DKI<br />

Jakarta belum merata. Tugas Dinas<br />

Pendidikan DKI Jakarta adalah<br />

meratakan kualitas sekolah,” tutur<br />

wakil rakyat dari Fraksi Partai Persatuan<br />

Pembangunan itu.<br />

Retno Listyarti dari Forum<br />

Musyawarah Guru Jakarta mengatakan,<br />

pengawasan dan sosialisasi perlu<br />

ditingkatkan untuk mengantisipasi cara<br />

tak wajar itu. Di sisi lain, penerimaan<br />

siswa dengan sistem zonasi disambut<br />

beragam oleh orangtua dan pengelola<br />

sekolah. Wakil Kepala Sekolah<br />

Menengah Pertama Negeri (SMPN)<br />

277, Ponidin dan Suryani, orang tua<br />

siswa asal Koja Jakarta Utara menilai,<br />

sistem zonasi membuka peluang lebih<br />

besar bagi anak-anak untuk masuk ke<br />

sekolah favorit di wilayahnya.<br />

Menurut Ponidin, ada sekitar 45<br />

persen kuota yang dapat dimanfaatkan<br />

calon peserta didik dari zona yang<br />

sama. Sebelumnya, kursi diperebutkan<br />

pendaftar dari mana pun. Di SMPN<br />

277 ada 100 kursi dari daya tampung<br />

216 kursi untuk jalur local.<br />

“Di Jakarta Selatan, cukup banyak<br />

sekolah negeri favorit yang diincar calon<br />

siswa dari seluruh Jakarta dan kotakota<br />

di sekitarnya. Demikian halnya di<br />

wilayah Jakarta Timur. Sistem zonasi<br />

yang diterapkan tahun ini membuat<br />

orangtua murid dan calon siswa baru<br />

kelimpungan karena geraknya terbatas,”<br />

tutur Ichwan Zayadi.<br />

Muhammad Arsyad (47) warga<br />

Depok, Jwa Barat yang ditemui di<br />

Bulungan, Jakarta Selatan, mengaku<br />

resah dengan adanya kebijakan zonasi<br />

tersebut. Ia mengaku, empat orang<br />

anaknya sejak SD sudah disekolahkan<br />

di Jakarta Selatan. Sekarang ia khawatir<br />

anaknya tidak dapat masuk SMA bagus<br />

di Jakarta.<br />

Ungkapan senada diutarakan<br />

Ali Mursyid (42) dari Pondok Ungu,<br />

Bekasi yang baru tiga tahun pindah<br />

dari Jakarta. Tiga orang anaknya, dari<br />

TK sampai SMA bersekolah di Jakarta.<br />

Kini, anak sulungnya sudah tamat dari<br />

sebuah SMK favorit di Jakarta Timur.<br />

Sedangkan anaknya nomor dua, baru<br />

lulus SMP dan bermaksud meneruskan<br />

di sekolah kejuruan. Sementara, dia<br />

sekarang menjadi penduduk Bekasi dan<br />

kartu keluarganya pun Bekasi.<br />

“Dengan adanya perubahan sistem<br />

zonasi, hingga sekarang kedua anak<br />

saya belum mendapatkan sekolahan.<br />

Baik yang mau masuk sekolah kejuruan<br />

maupun si bungsu yang akan masuk<br />

SMP. Sedangkan untuk dapat masuk<br />

SMPN dan Sekolah Kejuruan, nilai<br />

rata-rata raportnya minimal 7,8 lebih.<br />

Terus terang, orangtua siapa yang tidak<br />

stress mikirin sekolah anak-anaknya,”<br />

ujarnya.<br />

Tak Tertampung<br />

Program wajib belajar 12 tahun<br />

yang diwajibkan lulusan SMP masauk<br />

SMA/SMK terancam tidak efektif.<br />

Sebab, daya tampung untuk siswa baru<br />

di SMA/SMK tidak sebanding dengan<br />

jumlah lulusan SMP. Setiap tahun<br />

ada ratusan ribu siswa lulusan SMP<br />

yang tidak tertampung di SMA karena<br />

keterbatasan infrastruktur.<br />

Direktur Jendral Penddiikan<br />

Menengah (Dirjen Dikmen)<br />

Kementerian Pendidikan dan<br />

Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid<br />

Muhammad menuturkan, penyediaan<br />

bangunan sekolah di jenjang SMA/<br />

SMK sederajat merupakan pekerjaan<br />

rumah (PR) besar Kemendikbud.<br />

Tahun ini, Kemendikbud memiliki<br />

agenda membangun ruang kelas baru<br />

(RKB) dan pendirian unit sekolah<br />

baru (USB). Namun, program tersebut<br />

dirasa tidak cukup efektif untuk<br />

mengakomodasi melubernya jumlah<br />

luliusan SMP.<br />

Jumlah lulusan SMP setiap<br />

tahunnya mencapai 3,5 juta siswa,<br />

sedangkan daya tampung siswa<br />

baru di SMA/SMK hanya 21,8 juta<br />

siswa. Berarti, sekitar 700 ribu siswa<br />

lulusan SMP tak tertampung di SMA.<br />

Karenanya, pembangunan ruang kelas<br />

baru (RKB) dan unit sekolah baru<br />

(USB), akan dijadikan solusi untuk<br />

mengatasi membludaknya siswa<br />

lulusan SMP yang tak tertampung<br />

di SMA/SMK. Solusi lainnya adalah<br />

membangun gedung SMA di setiap<br />

kecamatan serta memperbanyak<br />

SMA yang menjalankan program<br />

pembelajaran dua gelombang<br />

“Program RKB dan USB<br />

membutuhkan waktu lama. Sedangkan<br />

tahun ajaran baru dimulai paling<br />

lambat sebulan lagi,” tutur Hamid<br />

Muhammad.<br />

Hamid menyatakan, setiap<br />

tahun ada sekitar 3,5 juta siswa yang<br />

lulus SMP di seluruh Indonesia. Di<br />

sisi lain, daya tampung siswa baru di<br />

SMA sekitar 2,8 juta. Idealnya, ketika<br />

program wajib belajar 12 tahun itu<br />

bergulir, sudah tidak ada alasan siswa<br />

putus sekolah ketika lulus dari SMP<br />

dan melanjutkan ke SMA.<br />

“Kenyataannya, tidak semua<br />

lulusan SMP bisa langsung masuk<br />

SMA/SMK. Kondisi infrastruktur<br />

menjadi faktor penghambatnya,” tutur<br />

Dwi Rio Sambodo dari Komisi E<br />

DPRD DKI Jakarta.<br />

Ia menambahkan, sambil<br />

menunggu program pengadaan RKB<br />

dan USB berjalan, Ke 3 mendikbud<br />

seyoyamua meminta daerah-daerah<br />

dengan rasio siswa baru SMA dengan<br />

ruang kelas yang tinggi untuk<br />

memperbanyak pengoperasian sekolah<br />

dengan dua gelombang pembelajaran.<br />

Namun konsekuensinya, suasana<br />

pembelajaran menjadi tidak ideal.<br />

RCW<br />

Kampung Tematik Kedepankan Potensi Lokal<br />

Bisa Jadi Destinasi Wisata<br />

Jakarta kian mengukuhkan<br />

dirinya sebagai kota<br />

megapolitan. Ini tidak<br />

hanya dilihat dari<br />

banyaknya gedung<br />

pencakar langit serta<br />

infrastruktur penunjang<br />

lainnya. Jakarta sebagai<br />

pusat hiburan juga tak<br />

terbantahkan. Kini Jakarta<br />

pun sebagai surgawi<br />

penggemar belanja<br />

dengan bertebarannya<br />

pusat-pusat perbelanjaan.<br />

Namun di sisi lain, di setiap<br />

sudut dan pelosok Jakarta masih<br />

adai bangunan kumuh yang tidak<br />

layak huni. Di kawasan kumuh<br />

ini juga rentan berbagai gangguan<br />

seperti kebanjiran, kebakaran hingga<br />

penggusuran. Mereka acap disebut<br />

warga pinggiran dengan kondisi miskin<br />

dan di bawah garis kemiskinan.<br />

Gubernur DKI Jakarta Joko<br />

Widodo tidak hanya akan membenahi<br />

perkampungan kumuh. Lebih dari<br />

itu Pemprov akan membuat sebanyak<br />

100 kampung tematik di Jakarta.<br />

“Pembangunan kota yang dimulai<br />

dari penataan kampung itu bukan<br />

cuma kampung deret. Setiap kampung<br />

itu punya tema sendiri-sendiri. Ada<br />

kekuatan lokalnya,” ujar Jokowi<br />

menyebut alasan diadakannya kampung<br />

tematik.<br />

Jokowi mencontohkan Rawajati,<br />

lebih tepat dibangun sebagai kampung<br />

herbal. Ada pula kampung protein di<br />

Tegal Parang karena banyak produsen<br />

tempe dan tahu. Kampung Rawajati<br />

itu idealnya semua dibangun total,<br />

ada ruang terbuka hijau yang baik,<br />

ada pusat kampungnya, drainasenya<br />

dibangun. Dan yang menjadi prioritas<br />

adalah pembangunan rumahnya.<br />

Perhatian Serius<br />

Sumber Dinas Perumahan<br />

DKI Jakarta menyebutkan, jumlah<br />

penduduk tahun 2<strong>01</strong>1 adalah 9.607.<br />

787 jiwa dengan kepadatan penduduk<br />

13. 157, 63 jiwa/km2. Dari jumlah<br />

tersebut, penduduk miskin di Jakarta<br />

pada Maret 2<strong>01</strong>2 berjumlah 363.200<br />

jiwa (3,69%) .<br />

Dari sekitar 665 km2 luas DKI<br />

Jakarta, 49,47% di adalah wilayah<br />

perumahan dan permukiman. Dari<br />

luas itu 5,4% termasuk permukiman<br />

kumuh. Data Pemerintah DKI Jakarta<br />

tahun 2<strong>01</strong>1 juga menyebutkan, masih<br />

terdapat 392 rukun warga (RW)<br />

kumuh di Jakarta. Ini belum termasuk<br />

64 kampung miskin yang menempati<br />

lahan-lahan di bantaran sungai, kolong<br />

tol, dll. (hasil pemetaan Urban Poor<br />

Consortium (UPC) selama 2008-<br />

2<strong>01</strong>0).<br />

Meski jumlah perkampungan<br />

kumuh tidak mencapai 20% dari luas<br />

Jakarta namun keberadaan masyarakat<br />

miskin di kampung-kampung kumuh<br />

tersebut mendapat perhatian serius<br />

dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.<br />

Jenis kampung lain yang akan<br />

diwujudkan gubernur adalah Manggarai<br />

yang menurutnya pas jadi kampung<br />

panggung. Dia juga memperhatikan<br />

kampung di sekitar stasiun di Duri<br />

yang sangat kumuh yang mirip<br />

dengan Manggarai yang juga dekat<br />

dengan stasiun. Begitu pula kampung<br />

shopping di Poncol, kampung ikan<br />

di penjaringan, kampung kampus di<br />

Tomang. Lantas kampung backpacker<br />

di Kebon Sirih, dan kampung tekstil di<br />

Kebon Kacang.<br />

50 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />

Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />

51


Upaya membenahi bangunan<br />

tak layak huni di permukiman kumuh<br />

menjadi prioritas kepempimpinan<br />

Jokowi dan jajarannya. Kampung<br />

tematik pun dirancang sebagai upaya<br />

pemanusiaan warga Jakarta untuk dapat<br />

hidup dengan lingkungan yang layak<br />

dihuni.<br />

Kampung panggung, kampung<br />

kampus, kampung shopping, super<br />

kampung, kampung SCBD, kampung<br />

platform, dan kampung vertical<br />

housing adalah rencana penamaan<br />

lainnya dalam upaya penataan<br />

kampung. Ini disesuaikan dengan<br />

potensi kampung tersebut.<br />

Kampung Nelayan<br />

Sebagai langkah awal<br />

merealisasikan kampung tematik akan<br />

memulai menata Muara Angke, Jakarta<br />

Utara. Tematik yang akan dibangun<br />

dalam Rusun Muara Angke ini adalah<br />

Rumah Susun (Rusun) Nelayan.<br />

Konsepnya, rusun akan dibangun satu<br />

tower dengan unit rumah di bawah 100<br />

unit.<br />

Rusun Nelayan khusus dirancang<br />

untuk nelayan. Nanti dalam rusun<br />

itu dibuatkan aqua fever yang dapat<br />

digunakan untuk budi daya ikan. Selain<br />

Upaya Penataan Permukiman Kumuh DKI Jakarta<br />

Sejak tahun 1969 Pemerintah<br />

DKI berupaya menata kampungkam<br />

pung kumuh yang bertebaran di<br />

lima wilayah Jakarta. Salah sa tunya<br />

dengan program yang di ke nal dengan<br />

pendekatan “solu tif” untuk mengatasi<br />

keadaan peru mahan kampung miskin.<br />

Saat itu, pemerintah memiliki 3 (tiga)<br />

pilihan, yaitu:<br />

- Menggusur kampung dan mem bangun<br />

rumah susun<br />

- Membangun perumahan baru di<br />

pinggir kota<br />

- Memperbaiki kampung, mem buat<br />

gang dan jamban umum, memasukan<br />

air PAM dan mem perbaiki<br />

cara pembuangan sampah.<br />

Pilihan ketiga, yang dikenal sebagai<br />

Program Perbaikan Kampung<br />

atau MHT dipilih oleh Pemda DKI<br />

Jakarta sebagai upaya penataan kampung<br />

kumuh. Pembaruan kota melalui pendekatan<br />

menggusur kampung dan membangun rumah<br />

susun dikesampingkan karena menurut<br />

Pemda DKI Jakarta, saat itu, berdiam di<br />

rumah susun masih asing bagi kebiasaan<br />

orang Indonesia. Program MHT dilaksanakan<br />

saat itu dengan alokasi anggaran Rp 10<br />

juta dengan penduduk Jakarta berjumlah<br />

4,5 juta. Pilihan merehabilitasi kampung diambil<br />

karena dianggap paling efektif tanpa<br />

merusak jaringan tradisional masyarakat.<br />

Proyek perbaikan Kampung atau lebih<br />

dikenal dengan MHT telah dilaksanakan sejak<br />

tahun 1969 kemudian dievaluasi pada tahun<br />

1993. Catatan evaluasi adalah kurangnya<br />

peran masyarakat dalam pemeliharaan hasil<br />

proyek. Selanjutnya, pelaksaan program<br />

di rubah menjadi Tribina (Bina Sosial, Bina<br />

Ekonomi, dan Bina Fisik Lingkungan).<br />

Sejak 2006, program MHT disempurnakan<br />

menjadi Program Perbaikan Kampung Terpa<br />

du/MHT Plus. Penguatan program dilakukan<br />

melalui pembentukan kelompok<br />

swadaya masyarakat, pendampingan dan<br />

penguatan kelompok, peningkatan peran<br />

serta masyarakat dan pemandirian LSM.<br />

Hasil dari pendampingan dan penguatan<br />

ke lompok masyarakat adalah Community<br />

Action Plan (CAP) yang didasarkan pada<br />

kebutuhan masyarakat.<br />

Di bawah kepemimpinan Jokowi,<br />

pe nanganan 100 RW kumuh di Jakarta<br />

dilakukan melalui program MHT Plus berda<br />

sarkan Pergub No. 190 tahun 2009<br />

tentang Pelaksanaan Perbaikan Lingkungan<br />

Permukiman (MHT PLus) dan Kepgub Prov<br />

DKI Jakarta no 1907 tahun 2009 tentang<br />

pembentukan Pokja Perbaikan Lingkungan<br />

Permukiman (MHT Plus).<br />

itu, akan dibangun pasar tradisional<br />

dan Puskesmas. Keberadaan Rusun<br />

Nelayan sebagai kampung tematik bisa<br />

juga dijadikan sebagai destinasi wisata<br />

Untuk tahun 2<strong>01</strong>3, Program MHT Plus<br />

akan dimulai dengan penataan 30 RW kumuh<br />

dengan menggandeng perusahaaan dalam<br />

bentuk Corporate Social Responsibility. Telah<br />

ada komitmen dari tujuh (7) perusahaan<br />

yang bersedia melaksanakan program yaitu<br />

PT. Jasindo, PT. Don Media Indonesia, PT.<br />

Bank DKI, PT. Pembangunan Jaya Ancol,<br />

PT. Jakarta Propertindo, PD. Pembangunan<br />

Sarana Jaya dan PT Jakarta Industrial Estate<br />

Pulogadung (JIEP) dan ada 3 perusahaan<br />

lain yang bersedia yaitu PT. Astra Internationa<br />

Tbk, PT. Jakarta Tourisindo, dan PD Pasar<br />

Jaya.<br />

Untuk program MHT Plus tahun ini,<br />

program penataaan kampung akan meliputi:<br />

- Perbaikan rumah tidak layak (lantai,<br />

dinding, kusen, plafon dan atap)<br />

- Pembuatan sumur resapan<br />

- Pembuatan Septic tank/ IPAL Komunal<br />

- Penghijauan<br />

- Perbaikan MCK<br />

- Pembangunan ruang interaksi sosial<br />

bagi wisatawan domestik maupun<br />

mancanegara.<br />

Untuk desain kampung tematik<br />

nelayan seluas 2,1 hektar di Muara<br />

- Pengadaan alat pendukung<br />

posyandu<br />

- Pengadaan alat peraga PAUD<br />

- Pembangunan Pos RW<br />

Terkait pemilihan lokasi dalam<br />

Kegiatan kemitraan CSR di program<br />

MHT Plus, me kanisme penetapan lokasi<br />

MHT Plus ditentukan dengan syaratsyarat<br />

sebagai berikut :<br />

- Berada di RW kumuh di setiap kota/<br />

kabupaten Administrasi sesuai<br />

dengan Data Evaluasi RW Kumuh<br />

yang di keluarkan oleh BPS Provinsi<br />

DKI Jakarta<br />

- Penetapan RW Kumuh dilakukan<br />

oleh masing-masing Walikota dan<br />

Bupati<br />

- Usulan lokasi pelaksanaan CSR<br />

dalam MHT Plus akan ditetapkan<br />

oleh Dinas Prumahan dan Gedung<br />

Pemerintah Prov DKI Jakarta. (*)<br />

Angke, Jakarta Utara, ini telah<br />

rampung. Direktur Shau Architecture<br />

and Urbanism, Daliana Suryawinata,<br />

konsultan kampung nelayan Muara<br />

Angke menyebut hingga kini masih<br />

melakukan upaya-upaya mewujudkan<br />

kampung nelayan ini dengan<br />

berbagai langkah, termasuk mengatasi<br />

pemindahan warga maupun anggaran<br />

pembangunannya.<br />

Meski tidak mulus, namun<br />

Deliana tetap berupaya melaksanakan<br />

seperti arahan Gubernur DKI Jakarta.<br />

Dia menyebut salah satu kendalanya<br />

adalah masalah tanah untuk relokasi<br />

dan warga yang enggan pindah<br />

sebelum ada tempat penampungan.<br />

Selain itu warga yang sehari-harinya<br />

berusaha dalam pengolahan ikan<br />

berharap ada lahan untuk relokasi<br />

usaha.<br />

Fadil Halimi, perwakilan warga<br />

Kampung Baru Muara Angke di Pluit,<br />

Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara<br />

menyebutkan, baru sekitar 160 lebih<br />

keluarga dari 830 keluarga yang tinggal<br />

di Kampung Baru pindah ke rumah<br />

susun (rusun). Mereka yang belum<br />

pindah menunggu tempat relokasi<br />

sebelum meninggalkan kawasan<br />

pelabuhan.<br />

Menurut Fadil, warga berharap<br />

tak digusur sebelum mendapat tempat<br />

tinggal baru. Beberapa warga bahkan<br />

menyatakan rela menunggu hingga<br />

rusun selesai dibangun 1-2 tahun.<br />

Sementara Kepala Seksi Keamanan<br />

dan Ketertiban Unit Pengelola<br />

Pelabuhan Perikanan dan Pendaratan<br />

Ikan Muara Angke, Iwan Sudarmawan<br />

menyebutkan, sekitar 5,7 hektare<br />

dari total 71,7 hektare kawasan<br />

pelabuhan dihuni oleh warga. Mereka<br />

mendirikan hunian nonpermanen dan<br />

semipermanen mulai dari ukuran 15<br />

meter persegi dengan jumlah penghuni<br />

yang ditaksir mencapai lebih dari 2.500<br />

keluarga. ALF<br />

52 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 53


Intermezo<br />

Pesona Kemarahan<br />

Oleh ; Iswati Soekarto<br />

Orang bijak sering mengatakan,<br />

kondisi tertentu bisa jadi “diam itu<br />

Pemprov DKI berusaha transparan,<br />

kalau ingin melihat diri orang yang<br />

emas”.<br />

mencegah mark up, berhati-hati<br />

sebenarnya, lihatlah ketika dia<br />

Sebagai pejabat yang pasti disorot<br />

mengelola uang rakyat, mengedepankan<br />

sedang marah. Memang bermacam-<br />

publik, dan utamanya oleh media,<br />

efisiensi, mengutamakan pelayanan dan<br />

macam sikap manusia ketika sedang<br />

kendali diri sangatlah penting, apalagi<br />

kepentingan masyarakat.<br />

marah. Ada yang mukanya begitu<br />

ketika sedang marah. Tak perlu bereaksi<br />

Masih dalam “bingkai soal<br />

menyeramkan. Berwajah api, terlihat<br />

secara fisik sampai menampar atau<br />

kemarahan”, beberapa waktu lalu,<br />

bengisnya, serta lemah kekuatannya<br />

memukul. Itu kekerasan namanya. Juga<br />

Gubernur Jokowi juga sempat akan<br />

dalam mengendalikan diri.<br />

tak perlu melontarkan kata-kata buruk.<br />

dimakzulkan oleh DPRD DKI,<br />

Perilakunya bisa liar, membanting<br />

Ini juga kekerasan karena bisa membuat<br />

karena kisruh Kartu Jakarta Sehat.<br />

barang apapun yang ada di sekitarnya,<br />

luka hati.<br />

Beberapa rumah sakit mengancam<br />

berteriak, dan mengumpat dengan<br />

Kemarahan bisa diwujudkan<br />

mengundurkan diri dan tidak akan<br />

kata-kata tak sopan. Namun, ada pula<br />

orang marah yang hanya terlihat dari<br />

perubahan mimiknya, tapi ia diam, dan<br />

tak satu kata pun terucapkan. Seolah<br />

dia bergulat dengan dirinya sendiri<br />

dalam menahan emosi dan melawan<br />

angkara nafsu.<br />

Keduanya cukup ektrem, yang<br />

pertama hingga hilang kendali, yang<br />

kedua, sulit dipahami karena diam<br />

seribu bahasa. Bagi pejabat publik<br />

keduanya tak elok. Ingat anggota<br />

Dewan yang adu jotos ketika adu<br />

argumentasi di Gedung DPR RI.<br />

Mereka seolah ingin menunjukkan<br />

kekuatannya terhadap lawan, tapi<br />

justru yang terlihat adalah kelemahan<br />

pribadinya karena tak sanggup<br />

mengendalikan diri. Jika terlalu diam,<br />

aparat bawahan maupun masyarakat<br />

tidak akan paham apa sebenanya yang<br />

menjadikannya marah. Walau, dalam<br />

dalam argumentasi-argumentasi sesuai<br />

kontek permasalahan yang sedang<br />

dibicarakan/dibahas ( secara keilmuan) ,<br />

dan tidak menghantam sifat pribadi.<br />

Dalam pemerintahan Jokowi<br />

–Ahok yang belum genap setahun,<br />

ada suatu dampak dari aksi/reaksi<br />

kemarahan namun membuat kita<br />

tercengang, dan bahkan itu menjadi<br />

pesona tersendiri. Ingat ketika wakil<br />

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja<br />

Purnama (Ahok), tampak marah<br />

dalam suatu acara dengan pejabat di<br />

lingkungan Dinas PU DKI. Peristiwa<br />

itu jadi heboh karena diunggah ke<br />

Youtube.<br />

Tapi anehnya, kemarahan pak<br />

Wagub itu jadi tontonan menarik ,<br />

bukan karena marahnya, tapi karena<br />

ucapan-ucapannya. Seribu kepala<br />

bisa menafsirkan kesan yang berbeda,<br />

tapi benang merahnya sama. Betapa<br />

menerima pasien pemegang KJS.<br />

Tapi Jokowi tenang-tenang saja.<br />

“Ya, kalau dipanggil ya kita jelaskan,<br />

malah senang kita bisa menjelaskan. “<br />

katanya kepada pers terkait gertakan<br />

Kebon Sirih dengan hak interpelasinya<br />

itu. Lantas apa pula reaksinya<br />

terhadap belasan rumah sakit yang<br />

hendak mengundurkan diri? Inilah<br />

cuplikannya:<br />

“Santai aja, nanti (mereka) urusurus<br />

izin gantian. Ha,...ha.., begitu,<br />

enggak usah pikir terlalu rumit,” kata<br />

Jokowi.<br />

Ketika ditanya apa maksud<br />

pernyataan gantian tersebut, Jokowi<br />

menjawab, kesehatan merupakan hak<br />

rakyat. Namun, kata dia, hak tersebut<br />

malah diganggu.<br />

“Kan ganggu-ganggu itu namanya.<br />

Mbok ngomonglah dengan kita. Diajak<br />

bicara tiap menit saja kita siap 24 jam,<br />

kita buka kok. Itu kan namanya tidak<br />

punya rasa sosial kemanusiaan. Wong<br />

dalam perang saja musuh sakit harus<br />

disembuhkan kok. Ini rakyat sendiri<br />

ditinggal. Yang benar saja,” kata Jokowi.<br />

Ada nada marah dalam tutur<br />

katanya, namun kian terlihat betapa<br />

segala jawaban memanifestasikan<br />

misi yang diembannya, Lalu, dari<br />

aksi marah dan reaksi bernada marah<br />

itu, kita makin paham, seperti<br />

apa kepemimpinan Jokowi- Ahok<br />

ini, dan sejauh mana kinasih-nya<br />

memperjuangkan kehidupan warga.<br />

Belum lama ini juga ada<br />

kemarahan Ahok terhadap aparat<br />

bawahannya. Sebabnya, terjadi keluhan<br />

warga yang merasa dipersulit ketika<br />

mengurus surat-surat untuk bisa<br />

menghuni Rusun Marunda. Mereka<br />

harus bolak-balik datang ke Kantor<br />

Dinas Perumahan.<br />

Kepala Dinas Perumahan<br />

Yonatan Pasodung kepada<br />

wartawan mengatakan, bukan<br />

maksudnya mempersulit, tapi demi<br />

tertibnya administrasi warga harus<br />

melengkapinya.<br />

Wagub Basuki merasa kesal karena<br />

rumitnya birokrasi Dinas Perumahan<br />

itu. “Tadi pagi saya baru marah-marah<br />

dan kesal. Bayangkan saja, surat<br />

perjanjian tinggal di rumah susun<br />

(rusun) mesti bolak-balik ke kantor<br />

Dinas Perumahan. Apa salahnya sih<br />

orang Dinas Perumahan yang bawa ke<br />

warga rusun?” kata Basuki<br />

Inilah yang patut dicatat, katakata<br />

Apa salahnya orang Dinas<br />

Perumahan yang bawa ke warga rusun?<br />

(secara implisit yang dikehendaki<br />

Wagub adalah sikap mau melayani,<br />

bahkan membawa surat itu ke warga<br />

rusun (agar warga tidak bolak-balik) ke<br />

kantor Dinas Perumahan.<br />

Basuki pun menegaskan,<br />

seharusnya pelayanan bagi warga yang<br />

tidak mampu merupakan prioritas.<br />

Selain itu, ia menilai semestinya<br />

Dinas Perumahan DKI yang harus<br />

selalu bersiaga di Rusun Marunda<br />

agar memudahkan masyarakat untuk<br />

mendapatkan pelayanan.<br />

Nah, kemarahan-kemarahan<br />

pejabat semacam itu, malah membuat<br />

simpati warga. Banyak orang<br />

malah memberi aplous terhadap<br />

kemarahan pejabat yang justru dalam<br />

kemarahannya itu menunjukkan<br />

konsistensinya akan makna<br />

“Pelayanan”. Inilah salah satu pesona<br />

tersendiri tentang Jakarta Baru.***<br />

54 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 55


Masalah Sampah Masih Akut<br />

Pemprov DKI Siapkan Perda<br />

dan Kampanye Budaya Bersih<br />

Sampah, merupakan salah satu<br />

masalah akut Kota Jakarta.<br />

Belum adanya kesadaran<br />

masyarakat untuk membuang<br />

sampah pada tempat yang<br />

disediakan dan keengganan<br />

mengelola sampahnya sendiri<br />

menjadikan sampah banyak<br />

berserak di jalan, sungai, dan<br />

mengotori keindahan kota.<br />

Setiap hari sebanyak 6.254 ton<br />

sampah diangkut dari Jakarta ke tempat<br />

pembuangan sampah akhir (TPSA).<br />

Sampah itu berasal dari sampah<br />

rumah tangga sebesar 53 persen, dan<br />

47 persen sisanya sampah gedung<br />

perkantoran, rumah sakit, toko-toko ,<br />

dan lainnya.<br />

Baru-baru ini Pemerintah Provinsi<br />

DKI Jakarta menyusun peraturan<br />

daerah (perda) mengenai pengelolaan<br />

sampah yang telah disahkan oleh<br />

DPRD Provinsi DKI Jakarta. Aturan<br />

ini menggantikan Perda Nomor 5<br />

Tahun 1988 tentang Kebersihan<br />

Lingkungan dalam Wilayah DKI<br />

Jakarta serta merupakan turunan dari<br />

Undang-Undang No.18 Tahun 2008<br />

tentang Pengelolaan Sampah dan<br />

Peraturan Pemerintah No.81 tentang<br />

pengelolaan sampah rumah tangga dan<br />

sampah sejenis sampah rumah tangga<br />

serta Permendagri No.33 Tahun 2<strong>01</strong>0<br />

tentang pedoman Pengelolaan Sampah.<br />

Perda baru ini mengatur<br />

pengelolaan sampah di DKI Jakarta<br />

secara komprehensif dari sumber<br />

sampah (hulu) hingga tempat<br />

pembuangan sampah akhir atau<br />

TPSA (hilir). Hal-hal yang diatur<br />

antara lain tugas dan tanggung jawab<br />

pemerintahan; hak, kewajiban, dan<br />

tanggung jawab masyarakat; hak,<br />

kewajiban, dan tanggung jawab<br />

produsen; insentif dan disinsentif;<br />

perizinan; penyelenggaraan pengelolaan<br />

sampah; teknologi tepat guna dan<br />

ramah lingkungan; kerja sama dan<br />

kemitraan; serta pengawasan dan<br />

pengendalian; larangan; dan sanksi.<br />

“Substansi perda ini tidak hanya<br />

mengatur sanksi. Karena untuk sanksi<br />

juga sudah diatur dalam Perda Nomor<br />

8 Tahun 2007 tentang Ketertiban<br />

Umum,” kata Kepala Dinas Kebersihan<br />

DKI Jakarta, Unu Nurdin.<br />

Saat ini perda tersebut sedang<br />

dalam proses untuk ditetapkan dan<br />

dimasukkan dalam lembaran daerah<br />

dan selanjutnya dinyatakan mulai<br />

berlaku.<br />

Empat Strategi<br />

Selain membuat peraturan<br />

daerah yang mengatur tentang<br />

pengelolaan sampah, berbagai upaya<br />

penanggulangan sampah sudah dan<br />

terus dilakukan oleh Pemerintah<br />

Provinsi DKI Jakarta antara lain melalui<br />

empat strategi berikut:<br />

• Bank sampah<br />

Bank sampah dibuat di tiap<br />

kelurahan, dimaksudkan agar sampah<br />

yang berasal dari rumah tangga<br />

bisa diolah kembali dan bermanfaat<br />

bagi warga. Sehingga sampah yang<br />

diangkut ke TPSA adalah sampah<br />

residu. Dalam sistem ini sampah yang<br />

diserahkan warga ke bank sampah akan<br />

dikelompokkan berdasarkan jenisnya,<br />

lalu sampah yang tak bisa didaur ulang<br />

akan dibawa ke TPSA.<br />

• Pengelolaan sampah terpadu<br />

Pemprov DKI Jakarta tengah<br />

mengupayakan pengelolaan sampah<br />

terpadu atau Intermediate Treatment<br />

Facilities (ITF). Pengolahan sampah<br />

di ITF ini tergolong sederhana<br />

namun dapat mengurangi biaya<br />

pengangkutan sampah dan juga<br />

sekaligus menambah umur TPSA.<br />

Di ITF dilakukan pemilahan sampah<br />

organik dan non-organik, sampah<br />

organik dicacah kemudian dimasukkan<br />

ke kompartemen hidrolisis. Kemudian<br />

sampah yang tercacah disemprot<br />

dengan air lindi yang diputarkan dari<br />

anaerobic digester secara kontinyu<br />

supaya air lindi yang ada di dalam<br />

sampah bisa terpancing keluar dengan<br />

maksimal.<br />

ITF ini nantinya akan dibangun di<br />

4 titik yakni Sunter, Cakung-Cilincing,<br />

Marunda, dan Duri Kosambi.<br />

Untuk saat ini, dimulai dari ITF<br />

Sunter yang diharapkan akan selesai<br />

pembangunannya pada akhir tahun ini.<br />

Pada tahun berikutnya akan dilanjutkan<br />

pembangunan ITF di wilayah lainnya.<br />

Keberadaan ITF di tiap wilayah Kota<br />

Administrasi diharapkan akan mampu<br />

menyelesaikan masalah sampah di DKI.<br />

• Pengerukan kali<br />

Sampah di Jakarta tak hanya di<br />

darat saja tapi juga banyak sampah yang<br />

dibuang ke sungai dan menyebabkan<br />

pendangkalan serta menjadi salah<br />

satu penyebab banjir di Ibu Kota.<br />

Sebab, pada saat hujan turun, sungai<br />

tak mampu menampung volume air<br />

sehingga meluap.<br />

Untuk mengatasinya, Pemprov<br />

DKI Jakarta melakukan pengerukan<br />

sungai dan pemasangan sheet pile<br />

pada waduk maupun sungai untuk<br />

penguatan agar tidak mudah jebol.<br />

• Galakkan kampanye budaya<br />

bersih<br />

Salah satu penyebab banjir Jakarta<br />

adalah sungai-sungai yang ada di Jakarta<br />

tak mampu menampung volume<br />

air karena mengalami pendangkalan<br />

akibat sampah. Karenanya, langkah<br />

yang dilakukan Pemprov DKI untuk<br />

mengatasi hal ini, selain melakukan<br />

pengerukan kali, juga berupaya<br />

meningkatkan kesadaran warga<br />

Jakarta agar tidak membuang sampah<br />

sembarangan, terlebih ke sungai.<br />

Gerakan untuk membudayakan<br />

kebersihan ini sudah mulai dilakukan<br />

oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko<br />

Widodo semenjak beberapa waktu lalu.<br />

“Saya sampaikan kampanye<br />

budaya bersih harus digerakkan di<br />

manapun. Kalau tidak, kita akan<br />

begini terus,” ucapnya saat meninjau<br />

pelaksanaan kerja bakti di bilangan<br />

Jakarta Utara.<br />

“Saya ajak masyarakat agar jangan<br />

buang sampah di kali, drainase, selokan,<br />

dan kerja bakti membersihkan sampah<br />

dan sedimen minimal dua minggu<br />

sekali. Kalau tidak, air akan meluap,”<br />

lanjutnya.<br />

Kampanye tersebut nantinya akan<br />

direalisasikan dalam bentuk spanduk<br />

maupun baliho yang dikeluarkan secara<br />

serempak. Selain itu, Pemprov DKI<br />

juga akan bekerja sama dengan grup<br />

musik Slank untuk ikut berkampanye.<br />

Melalui kampanye budaya bersih<br />

dan kerja bakti untuk membersihkan<br />

kali serta saluran air secara terusmenerus<br />

akan membangun kesadaran<br />

warga terhadap pentingnya kebersihan,<br />

dan menghilangkan kebiasaan<br />

membuang sampah ke sungai.<br />

“Kita harus kerjakan bersama.<br />

Proses membudayakan buang sampah<br />

pada tempatnya memang perlu waktu.<br />

Harus terus menerus. Sampai kita<br />

sadar,” pungkasnya. ANN<br />

56 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 57


wisata & budaya<br />

‘Ariah’, Ekspresi Kehormatan Wanita<br />

Betawi<br />

Hari Ulang Tahun ke-<br />

486 Kota Jakarta tahun<br />

ini tidak hanya dijejali<br />

kegiatan yang bermisikan<br />

meningkatkan potensi<br />

ekonomi. Budaya Betawi<br />

pun mendapat perhatian<br />

prima untuk dilestarikan<br />

dan dikembangkan.<br />

Salah satu perhatian Pemprov<br />

DKI Jakarta adalah ikut menyokong<br />

pergelaran drama musikal kolosal<br />

bertajuk ‘Ariah’ di silang Monas<br />

dari tanggal 28 hingga 30 Juni<br />

lalu. Gubernur DKI Jakarta Joko<br />

Widodo (Jokowi) bahkan rela duduk<br />

ndeprok atau lesehan bersama warga<br />

menyaksikan pertujukan ‘Ariah’ karya<br />

Atilah Soeryadjaya.<br />

Layaknya si empunya hajat, saat<br />

hari pertama pertunjukan ‘Ariah’ ,<br />

Jokowi yang mengenakan pakaian<br />

sadaria berbaju koko menyambut tamutamunya<br />

malam itu. Pejabat pemerintah<br />

hingga politisi hadir menyaksikan<br />

pergelaran ini, mereka yang tampak<br />

saat malam pembukaan, Jumat (28/6)<br />

adalah Ketua Umum PDIP Megawati<br />

Soekarno Putri beserta putrinya, Puan<br />

Maharani.<br />

Usai mengantarkan Menteri<br />

Perumahan Rakyat Djan Faridz duduk<br />

di deretan kursi khusus, perhatian<br />

Jokowi beralih ke suasana kerumunan<br />

penonton yang berdiri di depan<br />

pintu masuk. Area penonton yang<br />

tiket masuknya berbayar Rp2000<br />

terlihat kosong, maka Jokowi spontan<br />

menyuruh masuk masyarakat yang<br />

berada di luar area tanpa harus beli<br />

tiket. Sebaliknya gubernur sendiri<br />

yang membayari warga untuk nonton<br />

pertunjukan ‘Ariah’ tersebut.<br />

Tak hanya menyuruh masuk,<br />

Jokowi juga duduk lesehan bergabung<br />

bersama warga menyaksikan ‘Ariah’.<br />

Kesempatan itu tak dilewatkan<br />

warga untuk mengambil gambar dan<br />

bersalaman dengan orang nomor satu di<br />

DKI Jakarta ini.<br />

Lesehan dan nonton bareng warga<br />

memang bukan hal baru bagi Jokowi.<br />

Namun menyuguhkan tarian kolosal<br />

di ruang terbuka seperti Monas bisa<br />

dibilang sesuatu yang jarang terjadi.<br />

Apalagi pertunjukan berbayar seperti<br />

pertunjukan ‘Ariah’.<br />

Spektakuler<br />

‘Ariah’ merupakan drama musikal<br />

kolosal bercerita tentang seorang wanita<br />

Betawi yang berjuang mempertahankan<br />

martabat dan kehormatannya. Ariah<br />

adalah tokoh pemberani dalam<br />

melawan kekejaman para centeng<br />

dan tuan tanah yang kerap menculik<br />

dan memperkosa gadis. Dirinya juga<br />

berani mendobrak pemahaman yang<br />

berkembang pada masanya, bahwa<br />

wanita harus berdiam diri dalam rumah<br />

dan hanya boleh keluar untuk pergi<br />

mengaji. Baginya, gadis-gadis pun perlu<br />

belajar pencak silat untuk membentengi<br />

diri dari ancaman bahaya.<br />

Sejumlah tokoh yang terlibat<br />

dalam pertunjukan ini antara lain<br />

Atilah Soeryadjaya (sutradara dan<br />

penulis naskah), Jay Subiakto (penata<br />

artistik), dan Erwin Gutawa (penata<br />

musik).<br />

Suguhan ini ditampilkan dalam<br />

sebuah panggung dengan luas 72 x 48<br />

meter dan tinggi 10 meter. Dengan<br />

persiapan kurang dari enam bulan,<br />

Jay Subiakto penata artistik ‘Ariah’ ini<br />

bukan hanya membuat panggung besar,<br />

tapi juga mendesainnya dengan unik.<br />

Panggung dibagi dalam tiga tingkat<br />

yang miring ke samping.<br />

Sudut kemiringannya cukup<br />

tajam yakni 15 derajat, 25 derajat dan<br />

35 derajat di masing masing tingkat.<br />

Sudut-sudut tersebut dibuat bukan<br />

tanpa makna. Menurut Jay, bila ditarik<br />

dengan garis imajiner, sudut-sudut itu<br />

akan betemu dengan lokasi bersejarah<br />

Kota Jakarta. Misalnya, garis lurus<br />

akan bertemu pada titik lokasi Menara<br />

Syahbandar yang merupakan titik nol<br />

kilometer Jakarta pada era VOC. Kini,<br />

titik nol kilometer Jakarta berada di<br />

Monas.<br />

Desain ini selain terinspirasi oleh<br />

naskah pertunjukan, juga terilhami<br />

konsep bangunan Monas dan tata<br />

kota Jakarta yang dirancang Presiden<br />

Soekarno. Menurut Jay, Bung Karno<br />

membuat tata kota Jakarta sempurna<br />

dengan adanya Monas.<br />

Tidak hanya itu, untuk<br />

memasukkan kesan nyata dan modern,<br />

Jay memberikan efek melalui proyektor.<br />

Teknologi yang dipakai yakni video<br />

mapping. Dengan teknologi ini,<br />

panggung akan dipenuhi beragam objek<br />

yang dikeluarkan proyektor.<br />

Dalam mengerjakan semua<br />

itu Jay ingin berpesan bahwa tradisi<br />

itu bisa ditarik ke masa kekinian,<br />

dengan catatan tidak boleh merusak<br />

pakem-pakem tradisinya. Dengan<br />

begitu, diharapkan anak-anak muda<br />

lebih tertarik mengembangkan seni<br />

tradisional yang dipadukan unsur<br />

modern di dalamnya. Pengalaman<br />

Jay membuktikan, seni semacam itu<br />

akan lebih mudah menembus pasar<br />

internasional jika ada akar budaya<br />

dalam setiap kreasi yang diciptakan.<br />

Perhelatan tersebut juga<br />

diharapkan dapat memberikan<br />

dorongan kepada masyarakat Jakarta<br />

untuk mengenal dan berdekatan<br />

lebih erat dengan simbol-simbol kota,<br />

khususnya Monas. Karena Monas<br />

menjadi dekat dengan masyarakat dan<br />

menjadi penanda kota.<br />

Jay juga berharap pertunjukan<br />

‘Ariah’ semakin mendorong<br />

perkembangan industri seni<br />

pertunjukan di Indonesia khususnya<br />

desain panggung. Dengan pertunjukan<br />

ini Jay ingin menunjukkan banyak<br />

profesi baru yang bisa menghidupi<br />

banyak orang.<br />

Dengan panggung yang<br />

menyerupai cawan Monas dengan 3<br />

level ketinggian, mulai 3 meter, 7 meter<br />

hingga 10 meter tersebut membuat para<br />

penarinya harus berlatih ekstra keras<br />

untuk menari di atas bidang panggung<br />

yang dibuat miring hingga 15 derajat.<br />

Sebanyak 200 penari profesional<br />

dan 120 musisi orkestra meramaikan<br />

pertunjukan yang diadaptasi dari cerita<br />

rakyat Betawi berlatar tahun 1869 itu.<br />

Tak hanya dari segi artistik, ide cerita<br />

dan konsep pertunjukan juga dibuat<br />

unik. Ariah, tokoh utama dalam kisah<br />

itu diharapkan mampu membangkitkan<br />

semangat warga Jakarta untuk<br />

mempertahankan martabat Kota<br />

Jakarta.<br />

Beberapa selebritas seperti<br />

Irfan Hakim, Indra Bekti dan<br />

Sahrul Gunawan pun hadir dengan<br />

memberikan apresiasi. “Keren banget.<br />

kita bangga jadi orang Jakarta yang<br />

sudah difasilitasi pertunjukan seperti<br />

ini,” ujar Irfan Hakim.<br />

Tiket “Ariah” Bervariasi<br />

Harga tiket masuk pergelaran<br />

‘Ariah’ berdurasi 80 menit ini dijual<br />

mulai Rp 275.000 hingga Rp 1,5 juta,<br />

sementara untuk pasar rakyat atau<br />

penonton festival hanya dikenakan Rp<br />

2000. Rincian HTM adalah Rp 1,5<br />

juta untuk VVIP, dan VIP Rp 900.000.<br />

Sementara kelas 1 Rp 500.000 dan<br />

kelas 2 Rp275.000.<br />

Meski demikan panitia juga<br />

menyediakan tiket gratis untuk 6.500<br />

penonton yang disebarkan melalui RT/<br />

RW, serta ada juga yang gratis untuk<br />

masyarakat semua namun lewat dua<br />

layar yang disiapkan, sehingga siapa saja<br />

bisa menonton pentas tersebut. Layar<br />

diletakan di sisi utara di sebelah kanan<br />

dan kiri panggung Ariah. ALF<br />

58 Media Jaya • • Nomor <strong>01</strong> <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />

59<br />

Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3


wisata & budaya<br />

Budaya<br />

Melestarikan Betawi<br />

Melalui Busana<br />

Di ulang tahun Kota<br />

Jakarta yang ke 486 ini,<br />

ada suatu penguatan<br />

dari upaya pelestarian<br />

budaya Betawi,<br />

khususnya busananya.<br />

Baju koko yang menjadi<br />

pakaian sehari-hari<br />

kaum pria Betawi, serta<br />

kebaya encim untuk<br />

kaum perempuannya,<br />

sejak Januari 2<strong>01</strong>3 telah<br />

menjadi salah satu<br />

seragam karyawan di<br />

lingkungan Pemprov DKI<br />

Jakarta.<br />

Kebijakan yang dilakukan<br />

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo<br />

ini disambut gembira para karyawan.<br />

Ada keunikan yang beda. Suatu busana<br />

etnis menjadi uniform bagi institusi<br />

besar, di kota besar pula, Metropolitan<br />

Jakarta. Putra Betawi sendiri tentu lebih<br />

senang menyambutnya. Lebih-lebih<br />

Emma Amalia, salah seorang tokoh<br />

Betawi dari Pusat Kebudayaan Betawi,<br />

menyatakan apresiasinya atas prakarsa<br />

yang sudah direalisasikan gubernur<br />

yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.<br />

“Sebagai orang Betawi saya<br />

bangga. Ini upaya pelestarian terhadap<br />

budaya Betawi, “ kata Emma Amalia<br />

kepada Media Jaya.<br />

Perancang busana Betawi ini<br />

sebelumnya pernah diminta gubernur<br />

untuk menampilkan desain-desain<br />

busana Betawi dan itu telah digelar<br />

dalam suatu acara di Balai Kota.<br />

Perkembangan busana<br />

Betawi terus menggeliat mengikuti<br />

perkembangan mode, meski<br />

ada semacam pakem yang tetap<br />

dipertahankan, dan biasanya yang<br />

diperuntukkan dalam kegiatan resmi<br />

atau upacara-upacara terkait tradisi<br />

Betawi. Sementara para perancang<br />

mode yang selalu ingin berinofasi<br />

dari busana-busana daerah, tak henti<br />

membuat kreasi, tak terkecuali yang<br />

berpijak atau mengambil inspirasi dari<br />

busana Betawi.<br />

Dalam suatu peragaan busana<br />

pada Indonesia Fashion Week beberapa<br />

waktu lalu di Jakarta Convention<br />

Center, beberapa desainer menampilkan<br />

rancangan .yang diilhami garis potong<br />

busana Betawi, khususnya untuk<br />

pakaian perempuan (encim). Ciri<br />

umum adalah seperti kebaya tanpa<br />

kutubaru, dan meruncing di bagian<br />

bawah. Pada pinggiran kain umumnya<br />

berhias benang sulam, mulai dari krah/<br />

leher, bagian depan hingga seluruh<br />

bagian bawah, serta pergelangan tangan.<br />

Perancang yang berkreasi dengan<br />

inspirasi busana Betawi di antaranya<br />

Vielga Wennida yang sering mendesain<br />

busana-busana kebaya, diantaranya<br />

kebaya Betawi. Namun kali ini Vielga<br />

mengeksplorasi kebaya Betawi untuk<br />

dipadupadankan dengan rock, sacdress,<br />

dan tentu dengan kain juga. Lengkap<br />

pula dengan kain yang bermotif pucuk<br />

rebung di bagian depannya.<br />

Jika dipadu dengan, rock<br />

menjadikan busana yang masih tampak<br />

ciri kebetawiannya itu bisa disukai<br />

anak-anak muda yang suka gaya atau<br />

mereka yang berselera muda. Apalagi<br />

panjang lengan tidak harus sampai<br />

pergelangan, sebagaimana umumnya<br />

busana encim. Vielga menyuguhkannya<br />

beberapa model, dari lengan pendek,<br />

sedang, hingga berlengan panjang..<br />

Emma Amalia yang pernah<br />

mendapat penghargaan sebagai pelestari<br />

budaya Betawi menjelaskan mengenai<br />

busana kebaya encim yang konon ada<br />

pengaruh budaya Cina. Menurutnya,<br />

busana Betawi untuk perempuan adalah<br />

setelan kain dengan kebaya berlengan<br />

panjang sebagaimana sering kita lihat,<br />

atau seperti baju kurung. Hanya bagian<br />

depannya meruncing, Etnis Cina yang<br />

sudah lama tinggal di Betawi ketika<br />

itu, kalau mengenakan busana Betawi<br />

lengannya dibuat pendek, sampai siku<br />

atau ngatung. “Jadi busana Betawi itu<br />

(untuk perempuan) bukan pengaruh<br />

dari Cina, itu asli Betawi. Pengaruh<br />

Cina-nya ya, yang lengen pendek itu,“<br />

papar Emma Amalia.<br />

Tentang kain yang bermotif<br />

pucuk rebung yang menjadi ciri khas<br />

kain kebaya Betawi, kata Amalia,<br />

kain tersebut utamanya harus dipakai<br />

pada upacara tradisi, seperti saat<br />

pernikahan. “Itu memang simbol tapi<br />

ada maknanya, Maknanya sebagai tolak<br />

bala,“ ucap Emma<br />

Untuk busana pria betawi ada<br />

beberapa model, salah satunya yang<br />

dipakai sebagai busana seragam pegawai<br />

Pemprov DKI Jakarta adalah baju<br />

koko yang dipadukan dengan celana.<br />

Sementara dalam tradisi Betawi baju<br />

koko umumnya dipadukan dengan<br />

sarung.<br />

Dalam perkembangannya baju<br />

koko juga dikreasi dengan sulam,<br />

diantaranya pada bagian krah/ leher<br />

hingga bagian tepian kancing, Juga<br />

pada saku, atau disulam khusus dengan<br />

variasi tertentu di bagian depan/dada<br />

untuk memperindah tampilan.<br />

Berbusana koko bagi pria,<br />

dan mengenakan kebaya encim bagi<br />

perempuan pada hari-hari tertentu,<br />

hal ini tidak hanya ikut melestarikan<br />

warisan budaya dan tradisi Betawi.<br />

Namun, dengan berbusana yang<br />

berbeda dari keseharian Anda,<br />

ternyata menghadirkan aura yang beda<br />

pula. Apalagi busana Betawi dalam<br />

pilihan desain-desain yang inovatif,<br />

akan membuat penampilan Anda<br />

lebih fashionable. Dan khusus bagi<br />

perempuan ketika mengenakan busana<br />

Betawi, biasanya terlihat lebih ceria.<br />

Karena pilihan pada warna-warna cerah<br />

dan mencolok, lebih mendekatkan<br />

pada wajah kultur yang sebenarnya. ***<br />

Pandu Satyabrata<br />

60 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 61


wisata & budaya<br />

Ini Gelaran Pesta Rakyat<br />

Lewat rangkaian acara yang dikemas dalam konsep<br />

pesta rakyat, Pemprov DKI Jakarta mengajak<br />

seluruh masyarakat untuk turut aktif menjaga dan<br />

memajukan ibukota.<br />

Masih belum lekang dari ingatan,<br />

cerita tentang gemerlap dan kemeriahan<br />

perayaan HUT ke-486 kota Jakarta,<br />

Juni lalu. Selama satu bulan, masyarakat<br />

ibukota dimanjakan oleh kehadiran<br />

berbagai acara yang diharapkan mampu<br />

menjadi oase diantara kepenatan<br />

akibat rutinitas hidup sehari-sehari.<br />

‘Ambience’ ulang tahun kian terasa<br />

dengan keberadaan berbagai atribut<br />

ulang tahun serta pernak-pernik khas<br />

Betawi yang meramaikan sudut-sudut<br />

Kota Jakarta.<br />

Mengusung konsep ‘pesta rakyat’,<br />

di HUT ke-486 ini, Pemprov DKI<br />

Jakarta menyajikan perayaan yang<br />

terbilang unik dan berbeda dari<br />

perayaan-perayaan sebelumnya. Selain<br />

pemilihan lokasi acara yang sebagian<br />

besar dilakukan di ruang terbuka<br />

publik, Pemprov DKI Jakarta juga<br />

menempatkan masyarakat sebagai<br />

pelaku aktif dalam berbagai rangkaian<br />

acara.<br />

Pesta Rakyat<br />

Sejak awal, Gubernur DKI Jakarta<br />

Joko Widodo (Jokowi) menekankan<br />

pentingnya keterlibatan masyarakat<br />

dalam setiap acara yang digelar<br />

Pemprov DKI Jakarta. “Ulang tahun<br />

Jakarta harus memberikan kegembiraan<br />

kepada segenap masyarakat Jakarta agar<br />

mereka juga bisa menikmati. Tidak<br />

boleh eksklusif di gedung-gedung<br />

mewah,” kata Jokowi.<br />

Gambaran pelibatan aktif<br />

masyarakat antara lain dapat dilihat<br />

dari jumlah warga yang hadir dan<br />

berpartisipasi dalam berbagai acara,<br />

Jakarta Night Festival (JNF) dan<br />

Jakarnaval misalnya. Pada pelaksanaan<br />

kedua event akbar tersebut, beberapa<br />

ruas jalan protokol di Jakarta seolah<br />

‘disulap’ menjadi lautan manusia.<br />

Hal ini dibenarkan Kepala Dinas<br />

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi<br />

DKI Jakarta, Arie Budiman. “Sesuai<br />

tema ‘Jakarta Baru Jakarta Kita’, pada<br />

perayaan kali ini Pemprov DKI Jakarta<br />

membuka akses seluas-luasnya bagi<br />

publik. Dengan begitu kami berharap<br />

tercipta interaksi dua arah antara<br />

masyarakat dengan pemerintahnya,”<br />

katanya.<br />

Ia mencontohkan proses<br />

bagaimana publik dilibatkan secara<br />

aktif dalam pawai budaya bertajuk<br />

Jakarnaval 2<strong>01</strong>3. “Contohnya<br />

Jakarnaval. Kami telah mempersiapkan<br />

ini jauh-jauh hari (4-5 bulan<br />

sebelumnya, red). Para peserta yang<br />

sebagian besar siswa, lembaga kesenian,<br />

serta tamu perwakilan dari berbagai<br />

daerah juga mengikuti workshop dan<br />

berinteraksi secara aktif dengan kami,<br />

baik menyangkut tari-tarian, kostum,<br />

dan sebagainya,” tandasnya.<br />

Monas Primadona<br />

Tentunya, perayaan yang<br />

dilakukan dalam rangka menyambut<br />

hari jadi Kota Jakarta, berbagai<br />

acara yang diselenggarakan turut<br />

menyisipkan pesan-pesan pelestarian<br />

budaya Betawi sebagai budaya lokal<br />

di Jakarta. Berbagai ikon kebudayaan<br />

Betawi, mulai dari makanan hingga<br />

kesenian khas Betawi pun muncul<br />

dalam berbagai acara.<br />

Selain itu, sebagaimana<br />

diungkapkan Arie Budiman,<br />

perayaan HUT kali ini juga ingin<br />

kembali mendekatkan Monas kepada<br />

masyarakat. “Monas bukan hanya ikon<br />

Jakarta tetapi juga ikon nasional, kita<br />

harus bangga. Pak Gubernur ingin<br />

mengajak masyarakat untuk sama-sama<br />

merasa dekat dan mencintai ikon yang<br />

kita miliki ini,” jelas Arie.<br />

Salah satu caranya, lanjut dia,<br />

adalah dengan menyelenggarakan<br />

pusat berbagai acara dan kegiatan<br />

perayaan HUT ke-486 di Monas. Tak<br />

hanya puncak perayaan Jakarta Night<br />

Festival (JNF), tetapi juga banyak<br />

acara lainnya seperti Pemilihan Abang<br />

None jakarta 2<strong>01</strong>3, pementasan<br />

drama musikal ARIAH, pameran<br />

Monorail, dan sebagainya. “Hampir<br />

semua acara terpusat di Monas, karena<br />

Monas memiliki makna penting bagi<br />

pembangunan kota Jakarta,” tegas Arie.<br />

Untuk pementasan drama<br />

musikal ARIAH misalnya, Monas<br />

mendadak disulap menjadi sebuah<br />

venue pementasan yang tak kalah<br />

megah dengan pementasan di gedunggedung<br />

kesenian. Mengambil konsep<br />

pementasan outdoor, Jay Subiyakto<br />

sang penata artistik bahkan mengaku<br />

sengaja menyiapkan panggung megah<br />

dengan tiga ketinggian berbeda<br />

(masing-masing 3, 7 , dan 10 meter,<br />

red) yang berlatarbelakang tugu<br />

Monas. Selama pementasan, lighting<br />

yang sengaja ditembakkan ke Monas<br />

membuat tugu setinggi 132 meter (433<br />

kaki) semakin kokoh sekaligus anggun.<br />

“Monas adalah penanda keberadaan<br />

yang berdasarkan keseimbangan (lingga<br />

dan yoni), keselarasan, dan keteguhan<br />

bangsa,” ungkap Jay.<br />

Sayangnya, ide tersebut belum<br />

diiringi oleh kesadaran masyarakat<br />

terhadap pentingnya menjaga<br />

kebersihan di Monas. Hampir setiap<br />

usai acara-acara yang dilaksanakan di<br />

sana, sampah plastik, botol bekas air<br />

mineral, makanan, dan sebagainya,<br />

mewarnai sudut-sudut taman Monas.<br />

Tentu hal ini sangat disayangkan.<br />

Apalagi Pemprov DKI Jakarta tengah<br />

melakukan sosialisasi kepada warga<br />

untuk tidak membuang sampah<br />

sembarangan. “Ini salah satu hal yang<br />

menjadi catatan dan akan dievaluasi<br />

lebih lanjut,” ujar Arie Budiman.<br />

Makna Implisit<br />

Pada akhirnya, setiap acara yang<br />

dipersembahkan Pemprov DKI Jakarta<br />

dalam rangka memeriahkan HUT<br />

ke-486 Jakarta mengandung makna<br />

implisit yang ingin disampaikan<br />

kepada masyarakat. Makna tersebut,<br />

sebagaimana dituturkan Arie yakni<br />

ajakan untuk sama-sama membangun<br />

kota Jakarta menjadi kota yang lebih<br />

baik. “Kami berharap setelah ini<br />

masyarakat dan pemerintah dapat<br />

berjalan dan bekerja bersama-sama<br />

dalam menjaga dan memajukan Kota<br />

Jakarta,” tuturnya.<br />

Apalagi, imbuh Arie, sebagai kota<br />

dengan penduduk yang multikultural,<br />

Jakarta seharusnya memiliki identitas<br />

yang kuat sebagai miniatur Indonesia.<br />

“Keberagaman tersebut seharusnya<br />

mampu menjadi potensi dan<br />

dieksplorasi sebagai keunggulan Jakarta<br />

dibanding daerah-daerah lainnya,<br />

bukan malah sebaliknya,” tandasnya.<br />

Apa yang diungkapkan Arie<br />

sesuai dengan pesan Gubernur Jokowi<br />

setiap menghadiri rangkaian acara<br />

HUT. Mantan walikota Surakarta<br />

ini berpesan agar masyarakat dan<br />

Pemprov DKI Jakarta dapat bersamasama<br />

mewujudkan Jakarta yang<br />

lebih baik dan lebih maju. Caranya?<br />

Dengan menjaga lingkungan masingmasing,<br />

baik dari segi kebersihan,<br />

kehijauan, maupun<br />

keamanannya.<br />

Jokowi juga<br />

berpesan agar<br />

masyarakat Jakarta<br />

terus menjaga<br />

kebersamaan.<br />

Hal ini<br />

dilakukan untuk<br />

menghindari<br />

terjadinya gesekan<br />

atau pertikaian<br />

antar-warga,<br />

sehingga Jakarta<br />

terus maju dan<br />

bergerak sebagai<br />

kota metropolitan<br />

yang dinamis.<br />

“Kita harus<br />

menjaga<br />

kebersamaan,<br />

jangan<br />

sampai antar<br />

kampung<br />

ribut. Jakarta harus bisa<br />

menjadi contoh bagi daerah-daerah lain<br />

di seluruh Indonesia,” katanya. (MJ)<br />

62 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 63


wisata & budaya<br />

Jakarta Tempo Dulu<br />

Dari Tarumanegara hingga<br />

Pangeran Jayakarta<br />

Kota Jakarta tempo dulu pernah menjadi wilayah<br />

kekuasaan tiga kerajaan besar di Jawa Barat.<br />

Kerajaan Hindu Tarumanagara, Kerajaan Pajajaran,<br />

dan Kesultanan Banten. Berdasarkan catatan<br />

sejarah, jauh sebelum itu sudah ada manusia<br />

zaman prasejarah yang tinggal di kawasan yang kini<br />

bernama Jakarta.<br />

Data arkeologis berupa kampak<br />

batu, alat-alat rumah tangga dari batu,<br />

dan sebagainya yang ditemukan di<br />

sejumlah tempat memperkuat fakta<br />

tersebut. Antara lain di kawasan Pasar<br />

Minggu, Condet, Pasa Rebo, Jatinegara,<br />

Karet, Kebon Sirih, Kebon Nanas,<br />

Kebon Pala, Rawa Belong, Rawa Lele<br />

dan sebagainya. Hasil temuan itu<br />

sekaligus menunjukkan bahwa sekitar<br />

1.500 Sebelum Masehi, terbukti telah<br />

ada kebudayaan manusia di kawasan<br />

Jakarta.<br />

Pada abad ke-5 Masehi, berdiri<br />

Kerajaan Tarumanagara di bawah<br />

pemerintahan raja Purnawarman.<br />

Wilayah kekuasannya meliputi wilayah<br />

Bekasi, Jakarta, Bogor, Banten dan<br />

Citarum. Diperkuat lagi dengan tujuh<br />

prasasti yang ditemukan di Bogor,<br />

Banten dan Jakarta. Prasasti Ciaruteun,<br />

Jambu, Kebon Kopi, PasirAwi, Muara<br />

Cianten, Lebak dan Prasasti Tugu.<br />

Prasasti Tugu ditemukan pada<br />

1878 di Kampung Batu Tumbuh, Desa<br />

Tugu, Kelurahan Semper, Kecamatan<br />

Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti Tugu,<br />

merupakan prasasti terpanjang dan<br />

terpenting, karena banyak memberi<br />

keterangan dan petunjuk tentang<br />

kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa,<br />

yakni Tarumanagara dibandingkan<br />

dengan enam prasasti lainnya yang<br />

pada 1961 prasasti-prasasti tersebut<br />

dipindahkan ke Museum Pusat<br />

(Museum Gajah) di Jl. Medan Merdeka<br />

Barat No.12, Jakarta Pusat.<br />

Keterangan mengenai kerajaan<br />

Tarumanagara, diperkuat pula oleh<br />

catatan Fa-Hsien, seorang musafir<br />

Cina yang terdampar di Ye-p’oti dalam<br />

perjalanan pulang dari India sekitar 414<br />

Masehi. Menurut para pakar sejarah,<br />

Ye-p’oti tiada lain adalah Jawadwipa<br />

atau Pulau Jawa. Dalam bukunya Tsu<br />

Kyu Ki, Fa Hsien yang singgah sekitar<br />

5 bulan di Ye-p’oti mencatat bahwa<br />

mereka ditemui banyak brahmana.<br />

Namun, hingga abad ke-14 Masehi,<br />

tak terdapat catatan lagi mengenai<br />

perkembangan Kerajaan Tarumanagara.<br />

Pelabuhan Utama Pajajaran<br />

Pada abad ke-14 Masehi, muncul<br />

kerajaan baru di Jawa Barat, Pajajaran<br />

yang berpusat di Pakuan, Bogor.<br />

Rajanya bernama Sri Baduga Maharaja.<br />

Raja-raja yang memerintah Pajajaran<br />

sejak 1357 hingga keruntuhannya<br />

pada 1579 antara lain Prabu Maharaja<br />

(1350-1357), Rahiyang Bumo<br />

Suro (1357-1363), Prabu Niskala<br />

Wastukencana (1363-1467), Rahiyang<br />

Dewa Niskala (2467-1374) , Sri<br />

Bduga Maharaja (1474-1513), Prabu<br />

Surawisesa (1513-1527), Prabu Ratu<br />

Dewata (1527-1535), Sang Ratu Saksi<br />

(1535-1543), Prabu Ratu Carita (1543-<br />

1559), Nu Siya Mulya atau Prabu Sedca<br />

(1559-1579).<br />

Menurut prasasti Batu Tulis<br />

yang ditemukan pada 15 Juni 1690,<br />

dijelaskan bahwa pelabuhan Pajajaran<br />

bernama Sunda Kalapa, terletak di<br />

muara Sungai Ciliwung. Keterangan<br />

wajah Sunda Kalapa ini diperkuat<br />

pula keterangan seorang pelaut<br />

Belanda, Jan Huygen van Linchoten,<br />

yang menemukan rahasia-rahasia<br />

perdagangan dan navigasi bangsa<br />

Portugis. Dalam karyanya Itinerario<br />

yang terbit pada 1556, ternyata<br />

berhasil menggemparkan Eropa, karena<br />

mengungkapkan informasi-informasi<br />

rahasia yang sangat berharga itu antara<br />

lain ditulisnya; ‘Pelabuhan utama di<br />

pulau ini (Djawa) adalah Sunda Calapa.<br />

Di tempat ini didapati sangat banjak<br />

lada jang bermutu lebih tinggi daripada<br />

lada India atau Malabar. Djuga terdapat<br />

banjak kemenjan, benicin, atau bonien<br />

(bunga pala), kamper dan permata<br />

intan. Tempat ini dapat disinggahi tanpa<br />

menemui kesulitan. Orang Portugis telah<br />

sampai djuga ke sini. Dan orang Djawa<br />

berbondong-bondong datang sendiri<br />

sampai ke Malaka untuk mendjual<br />

barang-barang dagangannja.’<br />

Laporannya lebih banyak<br />

mengungkap mengenai Banten<br />

daripada Sunda Kalapa. Namun<br />

keterangan yang sedikit ini dapat<br />

memberikan penjelasan berharga<br />

tentang letak pelabuhan utama Kerajaan<br />

Pajajaran di muara Sungai Ciliwung<br />

tersebut. Dan para pengunjung Belanda<br />

paling awal menulis tentang Sunda<br />

Kalapa. Antara lain sebagai berikut ; “<br />

Kota ini dibangun seperti<br />

kebanjakan kota-kota di<br />

Pulau Djawa. Rumahrumahnja<br />

terbuat dari<br />

kaju dan anjaman bambu.<br />

Konstruksinja buruk dan<br />

sangat kotor. Kelihatannja<br />

seperti desa sadja. Sebuah<br />

sungai indah berair djernih<br />

dan bersih mengalir di<br />

tengah kota. Airnja segar dan<br />

menjenangkan. Tanahnja<br />

rendah namun indah dan selalu<br />

terbajang-bajang dalam pikiran kita.<br />

Radja dapat mempersendjatai 4.000<br />

orang dari penduduk kota. Istananja<br />

indah dibangun dengan pagar bamboo<br />

runtjing dan mempunjai lebih dari satu<br />

gerbang masuk. Empat atau lima buah<br />

kapal radja tampak berlabuh dengan<br />

tutup di atasnja. Konstruksi kapal<br />

menjerupai kapal Djawa, jaitu tempat<br />

untuk para pengajuhnja terletak di<br />

bagian bawah dan di bagian atas untuk<br />

pradjurit-pradjurit. Radja hanja mampu<br />

mendjual 300 kantong lada setahun,<br />

tetapi bertmaksud meningkatkan<br />

djumlah ini.”<br />

Diperoleh keterangan bahwa<br />

Sunda Kalapa terletak di sepanjang<br />

satu hingga dua kilometer di atas lahan<br />

sempit<br />

yang dibersihkan di kedua<br />

tepian muara Sungai Ciliwung,<br />

dekat teluk yang terlindung oleh<br />

sejumlah pulau. Sungai Ciliwung<br />

memungkinkan sepuluh buah kapal<br />

dagang masa itu dengan kapasitas<br />

sampai 10 ton dapat masuk dan<br />

berlabuh dengan aman. Kapal dagang<br />

dengan kapasitas 500 ton hingga 1.000<br />

ton ke atas harus berlabuh di depan<br />

pantai.<br />

Dikatakan pula bahwa air Sungai<br />

Ciliwung saat itu mengalir bebas,<br />

tidak berlumpur, tenang dan belum<br />

tercemar. Para kapten kapal singgah<br />

untuk mengambil air segar yang<br />

cukup baik, mengisi botol dan gucigucinya.<br />

Sedangkan pedagang pribumi<br />

64 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 65


menyediakan bagi mereka, ikan segar<br />

dan ikan asin yang cukup. Pepohonan<br />

kelapa dan ladang tebu serta sawah<br />

rakyat dekat pelabuhan cukup<br />

menjamin persediaan bahan pangan,<br />

disamping arak yang juga melimpah.<br />

Dari keterangan di atas dapat<br />

disimpulkan bahwa kawasan tepian<br />

Muara Sungai Ciliwung, termasuk<br />

yang kini disebut Kali Besar, sudah<br />

merupakan daerah hunian dan<br />

pemukiman penduduk sekaligus<br />

kawasan perdagangan yang ramai.<br />

Rumah-rumah mereka terbuat dari<br />

bambu, gedek dan beratap rumbia.<br />

Kawasan seputar Sunda Kalapa masih<br />

merupakan daerah rawa yang dipenuhi<br />

hutan belukar. Berbagai binatang liar<br />

dan buas masih menghuni kawasan<br />

hutan tersebut, seperti buaya, ular<br />

sanca, badak, harimau, banteng dan<br />

lain-lain.<br />

Keterangan itu diperkuat pula<br />

oleh berita-berita orang Portugis,<br />

terutama catatan Tome Pires, yang<br />

mengabarkan bahwa Kerajaan Pajajaran<br />

memiliki sejumlah kota perlabuhan.<br />

Antara lain Bantam ( Banten Girang),<br />

Tangaram (Tangerang), Chemano<br />

(Cimanuk),Pondam (Pontang yang<br />

terletak di sungai Cipontang, ujung<br />

timur Teluk Banten), Cheguide<br />

(diperkirakan Cigede atau Cikandi)<br />

serta Calapa atau Sunda Kalapa,<br />

yang merupakan pelabuhan penting<br />

Pajajaran.<br />

Seorang Portugis<br />

lainnya, Baros, memberikan<br />

gambaran tentang jumlah<br />

penduduk Pajajaran saat<br />

itu, 100.000 jiwa. Baros<br />

memperkirakan jumlah<br />

penduduk yang bermukim<br />

di setiap Pelabuhan<br />

Pajajaran berkisar sekitar<br />

10.000 jiwa. Demikian<br />

halnya dengan Sunda<br />

Kalapa, diperkirakan<br />

berpenduduk 10.000 jiwa.<br />

Sementara berita-berita orang<br />

Portugis pun mencatat bahwa Sunda<br />

Kalapa (Cumda Calapa, menurut orang<br />

Portugis), menghasilkan 1.000 bahan<br />

lada, di samping beras, asam, emas,<br />

sayur-sayuran, sapi, babi, kambing,<br />

serta berbagai jenis buah-buahan.<br />

Pada 1511, Malaka diduduki<br />

Portugis di bawah pimpinan Alfonso<br />

D’Albuquerque. Dua tahun kemudian,<br />

pada 1513, Pangeran Sabrang Lor atau<br />

Pati Unus dari Kesultanan Demak<br />

mencoba menggempur Malaka untuk<br />

mengusir Portugis, namun gagal.<br />

Gubernur Jendral Portugis di Malaka,<br />

D’Alquerque bahkan pada 1522<br />

mengutus Henrique Leme untuk<br />

mengadakan hubungan persahabatan<br />

dengan Sang Hyang yang bertahta di<br />

Pajajaran. Sang Hyang ini, lalu dikenal<br />

sebagai Prabu Surawisesa. Pada 21<br />

Agusdtus 1522, dibuatlah perjanjian<br />

yang antara lain berupa izin bagi<br />

Portugis untuk mendirikan benteng di<br />

Pelabuhan Sunda Kalapa.<br />

Perjanjian ini ditandai dengan<br />

penanaman “ Padrao” (baca: padrong),<br />

di atas tanah yang akan dibuat benteng.<br />

Batu peringatan Padrao ini berhasil<br />

ditemukan kembali pada 1918, saat<br />

diadakan penggalian untuk mendirikan<br />

gudang di bilangan Jl Cengkeh, Jakarta<br />

Kota sekarang. Kini Padrao tersebut<br />

terpajang di depan Ruang Sejarah<br />

Museum Pusat Jl Medan Merdeka<br />

Barat No.12 Jakarta Pusat.<br />

Wajah Bandar Jayakarta<br />

Kesultanan Demak yang pada<br />

1513 gagal menyerang Portugis<br />

di Malaka, melihat perjanjian<br />

persahabatan antara Portugis dan<br />

Pajajaran ini sebagai ancaman. Maka<br />

Sultan Trenggono yang memerintah<br />

Demak (1521-1546) pada 1527<br />

mengirim pasukan di bawah pimpinan<br />

Fatahillah atau Falatehan untuk<br />

menyerang Portugis di Sunda Kalapa.<br />

Pada 22 Juni 1527, armada Portugis<br />

berhasil dikalahkan Fatahillah. Lalu<br />

mengganti nama Sunda Kalapa dengan<br />

nama Jayakarta, yang artinya Kota<br />

Kejayaan atau Kota Kemenangan.<br />

Tanggal 22 Juni itu pula yang<br />

kemudian menjadi tanggal Hari jadi<br />

Kota Jakarta yang kini telah berusia 486<br />

tahun.<br />

Fatahillah, senopati dari Demak<br />

itu kemudian diangkat menjadi<br />

Bupati Jayakarta. Secara hierarkhis,<br />

Bupati Jayakarta bertanggung jawab<br />

kepada Syarif Hidayatullah atau Sunan<br />

Gunungjati, wali yang berkedudukan<br />

di Cirebon. Setelah Sunan Gunung Jati<br />

wafat pada 1568, putranya, Maulana<br />

Hasanuddin menjadi Sultan di<br />

Banten dan Jayakarta menjadi wilayah<br />

Kesultanan Banten.<br />

Ternyata, Fatahillah tidak lama<br />

menjabat Bupati Jayakarta, lalu<br />

menyerahkan kekuasannya kepada<br />

Tubagus Angke, menantu Sultan<br />

Hasanuddin yang memerintah di<br />

Jayakarta (1564-1596). Tubagus Angke<br />

kemudian menyerahkan kekuasaanya<br />

kepada putranya, Pangeran Jayakarta<br />

Wijayakrama yang juga dikenal dengan<br />

nama Pangeran Jayawikarta yang<br />

memerintah pada 1656 hingga 1619.<br />

Walau status Jayakarta hanya kabupaten<br />

dari Kesultanan Banten, dalam<br />

pelaksanaan pemerintahannya seharihari,<br />

Jayakarta lebih tampak sebagai<br />

sebuah wilayah otonom.<br />

Hal ini dapat dilihat pada<br />

kewenangan Pangeran Jayakarta dalam<br />

melakukan perjanjian, baik dengan<br />

pihak Belanda maupun Inggris.<br />

Sementara, di mata pihak Belanda<br />

maupun Inggris, Pangeran Jayakarta<br />

yang berstatus bupati disebut “Regent”<br />

atau “Koning van Jayakarta “ atau “<br />

King of Jacattra”. Sebuah status yang<br />

disamakan kedudukannya sebagai<br />

seorang raja dan ia memiliki sejumlah<br />

pejabat, seperti patih, syahbandar, dan<br />

lain-lainnya.<br />

Pada masa pemerintahan Pangeran<br />

Jayakarta, pihak Serikat Dagang<br />

Bel;anda (VOC) dan Inggris berhasil<br />

membuat perjanjian dengannya.<br />

Mereka bahkan diizinkan untuk<br />

mendirikan gudang atau loji-loji di<br />

Jayakarta. Kemudahan yang diberikan<br />

Pangeran Jayakarta tersebut, ternyata<br />

belakangan menjadi bumerang<br />

langsung buat Jayakarta.<br />

Untuk mengetahui letak dan<br />

bagaimana tampang wajah Kota<br />

Jayakarta, J.W. Ijzerman menjelaskan,<br />

pada 1917, Ijzerman telah membuat<br />

sebuah rekonstruksi peta Jayakarta,<br />

berdasarkan bahan-bahan keterangan<br />

yang terdapat dalam sumber-sumber<br />

Portugis dan VOC. Peta Kota Jayakarta<br />

ini merupakan hasil rekonstruksi<br />

perkiraan keadaan pada 1619.<br />

Menurut Ijzerman, Kota Jayakarta<br />

terbentang antara dua anak sungai<br />

di utara mengalir Ciliwung dan<br />

dilingkungi pagar terbuat dari bambu.<br />

Belakangan baru sebagian pagar diganti<br />

dengan tembok untuk menghadapi<br />

kemungkinan serangan Inggris dan<br />

Belanda. Kompleks pusat kota terletak<br />

di tepi barat Ciliwung. Di pusat kota<br />

ini terdapat antara lain “ Dalem” atau<br />

“Keraton” Pangeran Jayakarta.<br />

Di depan keraton, terbentang<br />

alun-alun ke utara. Di sebelah barat<br />

alun-alun berdiri sebuah masjid. Di<br />

sebelah utara alun-alun terdapat sebuah<br />

pasar, yang berada di luar komplek<br />

pusat kota. Seputar pasar<br />

dan komplek keraton,<br />

terdapat perumahan<br />

rakyat. Di sebelah utara<br />

pasar, masih di tepi barat<br />

Ciliwung, berdiri loji dan<br />

benteng Inggris. Paling<br />

utara terdapat Paep Jan’s<br />

Batterij atau Pabean.<br />

Dalam peta Batavia tahun<br />

1619, terlihat bahwa di<br />

sebelah barat Keraton<br />

Jayakarta terdapat<br />

kuburan pribumi.<br />

Di tepi sebelah<br />

timur muara Sungai<br />

Ciliwung, terdapat<br />

wilayah Kyai Arya, patih<br />

Pangeran Jayakarta. Di<br />

sebelah utara, berdiri<br />

rumah seorang Cina<br />

yang disebut Watting’s<br />

Huis. Diperkirakan di<br />

sekitar tempat ini terdapat<br />

perumahan bangsawan Jayakarta<br />

lainnya serta pemukiman warga Cina.<br />

Paling utara, tepat di sebelah tepian<br />

timur Ciliwung, berdiri loji Belanda,<br />

Mauritius dan Nassau.<br />

Disebut juga dalam peta tersebut<br />

bahwa di sebelah timur pemukiman<br />

Kyai Arya, terbentang areal perburuan<br />

bagi bangsawan Jayakarta. Dengan<br />

demikian, baik di sebelah timur<br />

maupun barat Sungai Ciliwung (kini<br />

Kali Besar), terdapat perumahan<br />

penduduk Jayakarta. Menurut laporan<br />

orang Belanda yang pertama kali<br />

datang pada 13-16 Nopember 1596,<br />

diperkirakan jumlah penduduk Bandar<br />

Jayakarta sekitar 3.000 keluarga.<br />

Pada 1619 disebutkan bahwa jumlah<br />

penduduk Kota Jayakarta terutama<br />

laki-laki serkitar 7.000 orang.<br />

Pada masa pemerintahannya,<br />

Pangeran Jayakarta membuka luas<br />

pintu perdagangan bagi berbagai<br />

bangsa. Dari negeri Keling, Bombay,<br />

Cina, Belanda, Inggris, Gujarat,<br />

Abesina, Persia, Arab serta bangsabangsa<br />

kawasan Asia Tenggara.<br />

Dari kawasan Nusantara yang ikut<br />

meramaikan Bandar Jayakarta antara<br />

lain dari Aceh, Tidore, Ternate,<br />

Hitu,Kepulauan Maluku, Tuban,<br />

Demak, Cirebon, Banten dan<br />

sebagainya. Selain berdagang beras,<br />

ikan, sayur-sayuran dan buah-buahan,<br />

banyak diperdagangkan pula tuak yang<br />

dijual dalam tempayan-tempayan besar.<br />

Peta Ijzeman juga menjelaskan,<br />

paseban dari Pangeran Jayakarta<br />

terletak antara Kali Besar Barat dan Jl<br />

Roa Malaka sekarang. Setelah VOC<br />

menghancurkan Jayakarta, di atas<br />

bekas paseban Jayakarta itu dibangun<br />

loji Inggris. Namun loji itu terbakar<br />

saat pasukan Sultan Agung menyerang<br />

Batavia pada 1628, Lokasi itu lalu<br />

dibangun gereja Portugis Dalkam<br />

yang juga telah lenyap pada akhir abad<br />

ke-18, Di lokasi itu kini telah penuh<br />

dengan gedung perkantoran. SK/<br />

berbagai sumber<br />

66 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 67


wisata & budaya<br />

Histori Musik Betawi dalam<br />

Jakarta Baru<br />

Riza Manfaluthi<br />

gamelan ajeng<br />

kroncong tugu<br />

Tahun ini, Kota Jakarta berusia 486<br />

tahun. Sudah tidak muda, hampir<br />

mencapai 5 abad. Kota Jakarta<br />

berdiri 22 Juni 1527. Perjalanan panjang<br />

sudah ditempuh, yang tentunya sudah<br />

tertempa oleh lamanya waktu dan kelok<br />

liku pengalaman yang sudah teruji sejarah.<br />

Kini Jakarta tegak berdiri sebagai kota<br />

paling gagah, modern, dan mungkin paling<br />

dewasa. Sehingga, kita sebagai warga Jakarta<br />

bisa berkata lantang bahwa kita paling<br />

terbuka, dan siap menerima perbedaan.<br />

Perwujudan semua itu, Jakarta menjadi kota<br />

yang heterogen, multietnis, multikultur,<br />

multibahasa, multikepercayaan, dan lainlain.<br />

Sesuai letaknya di bandar yang<br />

strategis antara pelbagai pulau di Nusantara,<br />

dan dalam hubungan dengan negara<br />

lain, memungkinkan Kota Jakarta cepat<br />

berkembang. Jakarta menjadi muara dari<br />

mengalirnya pendatang baru dari pelbagai<br />

kota di Nusantara dan dunia.<br />

Etnik Betawi diduga sebagai<br />

penduduk yang paling awal mendiami<br />

kawasan Jakarta sejak abad ke-2. Dalam<br />

buku Penelusuran Sejarah Jawa Barat (Dinas<br />

Kebudayaan Jawa Barat, 1984) disebutkan<br />

sebuah kerajaan bernama Salakanagara yang<br />

didirikan oleh Aki Tirem berdiri di tepi<br />

Sungai Warakas, Jakarta Utara. Aki Tirem<br />

mengangkat menantunya Dewawarman<br />

menjadi raja.<br />

Seorang pelawat Tiongkok bernama<br />

Fa Shien pada abad ke-5 mencatat kegiatan<br />

komunitas masyarakat yang mendiami<br />

daerah aliran sungai Ciliwung. Merekalah<br />

yang kemudian dikenal sebagai manusia<br />

Proto Melayu Betawi.<br />

Jakarta kemudian dihuni oleh orang<br />

Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu, dan<br />

dari daerah lain seperti Cina, Belanda,<br />

Arab, dan Portugis. Mereka membawa adat<br />

istiadat serta tradisi budaya yang melebur<br />

gambang kromong<br />

sebagai identitas budaya dan kesenian yang<br />

lain lagi dengan bahasa Melayu dan Portugis<br />

sebagai komunikasi antar penduduk. Ini<br />

menjadikan Jakarta sebagai melting pot<br />

kebudayaan dan kesenian dari berbagai<br />

penjuru dunia dan nusantara. Pendatang<br />

atau penghuni baru ini kemudian saling<br />

memengaruhi, melebur dan menjadi<br />

identitas baru masyarakat Betawi atau orang<br />

Betawi. Pengaruh atau hasil leburan tradisi<br />

dan kultur itu bisa muncul dalam bentuk<br />

seni musik. Juga dalam seni lainnya yang tak<br />

mungkin terhendarkan, baik dari budaya<br />

Eropa, Cina, Arab, Melayu, Sunda dan<br />

lain-lain.<br />

Beberap pengaruh pada msusik etnis<br />

ini antara lain<br />

1. Gambang Kromong<br />

Nama gambang kromong diambil<br />

dari alat musik gambang dan kromong.<br />

Merupakan perpaduan unsur pribumi dan<br />

Cina. Unsur pribumi seperti gong, kempul,<br />

gendang, gong enam, kecrek, dan ningnong.<br />

Unsur Cina seperti tehyan, kongahyan, dan<br />

sukong. Pada awalnya memang merupakan<br />

musik Cina peranakan, namun pada awal<br />

abad ke-20 mulai diciptakan lagu dalam<br />

bahasa Betawi.<br />

2. Gambang Rancag<br />

Gambang rancag disebut sebagai<br />

pertunjukan musik sekaligus teater bahkan<br />

sastra. Cerita yang dibawakan berupa<br />

pantun berkait dengan iringan musik<br />

gambang. Pergelaran gambang rancag terdiri<br />

dari tiga bagian, yaitu bagian pembukaan,<br />

lagu hiburan, dan rancag. Setiap pemain<br />

tidak hanya harus pintar menyanyi tetapi<br />

juga harus pintar berpantun serta hafal jalan<br />

cerita yang dibawakan.<br />

3. Gamelan Ajeng<br />

Merupakan musik folklor Betawi<br />

yang mendapat pengaruh dari musik<br />

Sunda. Alat musik gamelan ajeng terdiri<br />

dari kromong sepuluh pencin, terompet,<br />

gendang, dua saron, bende, cemes, kecrek,<br />

kadang juga dilengkapi dua gong laki dan<br />

gong perempuan. Biasanya digunakan<br />

untuk memeriahkan hajatan khitanan dan<br />

perkawinan.<br />

4. Gamelan Topeng<br />

Gamelan topeng digunakan untuk<br />

mengiringi topeng Betawi, merupakan<br />

penyederhanaan dari gamelan lengkap<br />

terdiri dari: rebab, sepasang gendang besar<br />

dan kecil, ancang kenong berpencong tiga,<br />

kecrek, kempul yang digantung, dan sebuah<br />

gong tahang atau gong angkong. Gamelan<br />

topeng bisa dibawa berkeliling terutama<br />

pada saat perayaan tahun baru masehi atau<br />

imlek.<br />

5. Keroncong Tugu<br />

Keroncong tugu dahulu disebut<br />

Cafrinho Tugu. Orang keturunan Portugis<br />

(Mestizo) telah memainkan musik ini<br />

dari tahun 1661. Pengaruh Portugis dapat<br />

diketahui dari jenis irama lagunya seperti<br />

Moresko, Frounga, Kafrinyo, dan Nina<br />

Bobo. Keroncong Tugu berirama lebih cepat<br />

daripada keroncong pada umumnya. Irama<br />

yang lebih cepat disebabkan alat musik<br />

ukulele sementara keroncong Solo dan<br />

Yogya berirama lebih lambat. Keroncong<br />

tugu dimainkan oleh 3 sampai 4 orang pada<br />

awalnya dengan hanya tiga buah gitar, tapi<br />

berkembang dengan penambahan suling,<br />

biola, rebana, mandolin, cello, kempul dan<br />

triangle.<br />

6. Tanjidor<br />

Musik tanjidor diduga berasal dari<br />

bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada<br />

abad ke-14 sampai 16. Ahli musik dari<br />

Belanda bernama Ernst Heinz mengatakan<br />

tanjidor asalnya dari musik yang dimainkan<br />

oleh para budak pada masa kolonial. Alat<br />

musik yang digunakan: klarinet, piston,<br />

trombon, tenor, bas, terompet, bas, drum,<br />

tambur, simbal, dan lain-lain.<br />

7. Orkes Samrah<br />

Samrah telah berkembang di Jakarta<br />

sejak abad ke-17 asal dari Melayu. Kata<br />

samrah berasal dari kata samarokh ayang<br />

yang artinya berkumpul atau pesta.<br />

Dalam kesenian Betawi, samrah menjadi<br />

orkes samrah dan tonil samrah, serta tari<br />

samrah. Orkes samrah adalah ansabel<br />

musik Betawi. Instrumen musiknya antara<br />

lain harmonium, biola, gitar, string bas,<br />

tambourin, marakas, banyo, dan bas betot.<br />

8. Rebana<br />

Rebana merupakan kesenian yang<br />

cukup populer di Jakarta yang berasal<br />

dari bahasa Arab Robbana (Tuhan kami),<br />

sebutan ini muncul karena musik ini sering<br />

muncul mengiringi lagu bernafaskan Islam.<br />

Berdasarkan jenis alat, sumber syairnya,<br />

wilayah penyebarannya dan latar belakang<br />

sosial pendukungnya, Rebana Betawi terdiri<br />

beberapa nama dengan bentuk ukuran<br />

dan fungsi masing-masing yang digunakan<br />

dalam suatu kegiatan seni/tradisi maupun<br />

keagamaan, antara lain meliputi:<br />

a. Rebana Biang<br />

b. Rebana Ketimpring<br />

c. Rebana Ngarak<br />

d. Rebana Maulid<br />

e. Rebana Hadroh<br />

f. Rebana Dor<br />

g. Rebana Kasidah<br />

h. Rebana Maukhid<br />

i. Rebana Burdah<br />

9. Orkes Gambus<br />

Dahulu dikenal dengan irama padang<br />

pasir, pada tahun 1940-an. Tanpa gambus<br />

pada pesta perkawinan atau khitanan terasa<br />

kurang meriah. Peralatan musik gambus<br />

bervariasi tetapi yang baku terdiri dari<br />

gambus, biola, dumbuk, suling, organ,<br />

atau akordion, dan marawis. Awalnya<br />

oerkes gambus dibawakan dengan lagu<br />

syair berbahasa Arab, untuk mengiringi<br />

tarian Japin biasanya ditarikan oleh laki-laki<br />

berpasangan.<br />

10. Sampyong<br />

Sebagai orkes tanpa laras, sampyong<br />

merupakan musik rakyat Betawi pinggiran<br />

yang sederhana daripada musik Betawi<br />

lainnya. Diambil dari nama salah satu alat<br />

musik, yaitu sampyong semacam kordofan<br />

bambu berdawai dua utas.<br />

11. Marawis<br />

Marawis adalah salah satu jenis ‘band<br />

tepok’ dengan perkusi sebagai alat musik<br />

utama. Ada tiga jenis pertama perkusi<br />

rebana, kadang tertutup dan papan tepok.<br />

Pelbagai seni Betawi tersebut hingga<br />

kini masih ada, meski diantara seni-seni<br />

itu perkembangannya tidak seperti yang<br />

diharapkan. Ibarat pepatah, hidup segan<br />

mati tak hendak. Namun para pemerhati,<br />

pecinta, utamanya tokoh Betawi tentu<br />

terus berupaya melestarikannya, dan<br />

mengembangkannya dalam nafas Jakarta<br />

Baru yang ingin menguatkan identitas<br />

Betawi di Buminya sendiri.<br />

Dirgahayu Kota Jakarta. ***<br />

tanjidor<br />

Orkes Samrah<br />

Orkes gambus<br />

marawis<br />

68 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />

69


galeri foto<br />

Kawasan Waduk Pluit<br />

Dihijaukan<br />

KAWASAN Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta<br />

Utara, yang sebelumnya ditempati pemukiman liar,<br />

kini telah bersih dan tertib. Gubernur DKI Jakarta, Joko<br />

Widodo ytelah melakukan pencanangan penanaman<br />

pohon di sisi barat Waduk Pluit guna mencegah<br />

hadirnya kembali bangunan liar,.<br />

Di lahan seluas 6 hektar yang diserahkan oleh PT<br />

Jakarta Propertindo (Jakpro) kepada Pemprov DKI juga<br />

akan dibangun taman kota. “Kita cepat-cepatan setelah<br />

dibersikan, sekarang kita mulai tanam. Jadi Pluit akan<br />

jadi seperti ini, ada waduk, hijau-hijauan dan jogging<br />

track,” ujar Jokowi, di sela-sela acara tersebut, Selasa<br />

(20/6).<br />

Adanya taman kota, kata Jokowi, masyarakat<br />

juga yang akan diuntungkan. Karena selain ditanam<br />

pepohonan, di kawasan taman itu nantinya akan<br />

dibangun sejumlah fasilitas seperti, jogging track,<br />

amphiteather, tempat duduk, dan dermaga. Perencanaan<br />

terhadap lahan seluas 6 hektar tersebut sudah komplit.<br />

Selain memiliki fungsi resapan, juga merupakan taman<br />

kota yang memiliki fungsi sarana interaksi sosial warga.<br />

Pohon-pohon yang ditanam antara lain mahoni,<br />

ketapang, trembesi, dadap, anggur laut, pandan laut,<br />

maja, johar, anyang-anyang, mindi serta biola cantik.<br />

Pembangunan taman ditargetkan selesai awal tahun<br />

2<strong>01</strong>4. ***<br />

Bus Kota Dilengkapi WiFi<br />

Upaya menyediakan sarana angkutan umum<br />

yang aman dan nyaman terus dilakukan Pemprov<br />

DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T<br />

Purnama berkeinginan, semua angkutan umum yang<br />

beroperasi di ibu kota akan terkoneksi internet nirkabel<br />

alias WiFi.<br />

“Kami ingin memperbaiki bus di Jakarta serta<br />

dilengkapi fasilitas WiFi, sehingga warga bisa sambil<br />

bekerja,“ ujar Basuki, di Balaikota, beberapa waktu lalu.<br />

Ditambahkan, kenyamanan angkutan umum di ibu kota<br />

perlu ditingkatkan agar menarik minat warga untuk<br />

beralih menggunakan angkutan umum.<br />

Dikatakan, pihaknya saat ini tengah berupaya<br />

membujuk Perum Peroesahaan Pengangkoetan Djakarta<br />

(PPD) untuk menempatkan armada yang terintegrasi<br />

dengan bus Transjakarta.<br />

Alhasil, warga dipastikan beralih dari penggunaan<br />

kendaraan bermotor pribadi ke angkutan umum sehingga<br />

kepadatan kendaraan di jalan akan berkurang. “Bus<br />

terintegrasi setiap tiga menit, warga pasti beralih naik bus.<br />

Sedangkan sepeda motor miliknya bisa parkir di lokasi an<br />

terdekat,” harap Basuki.<br />

Pemprov telah menganggarkan penambahan bus<br />

sebanyak 600 armada pada tahun 2<strong>01</strong>3. Direncanakan<br />

bus Transjakarta bisa beroperasi selama 24 jam. ***<br />

Gelar Festival Seni Tradisi<br />

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)<br />

DKI Jakarta menggelar Enjoy Jakarta International<br />

Folklore Festival atau Festival Seni Tradisi pada akhir<br />

Juni lalu selama 3 hari. Festival ini dimaksudkan untuk<br />

melestarikan, mengembangkan, dan menghidupkan<br />

kembali seni tradisi (folklore) kepada generasi muda<br />

Penyelenggaraan festival berlangsung di tiga tempat,<br />

yakni di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia<br />

Indah pada Rabu, 26 Juni. Kemudian di Mall Taman<br />

Anggrek pada Jumat, 28 Jun, serta puncak acara di<br />

panggung utama dan panggung budaya Pasar Gambir,<br />

Pekan Raya Jakarta, JIExpo, pada 27-28 Juni.<br />

Eenam negara yaitu Mesir, Taiwan, Jepang,<br />

Singapura, Malaysia, dan Vietnam ambil bagian dalam<br />

festival yang digelar dalam rangka peringatan HUT<br />

ke-486 Kota Jakarta ini. Perwakilan dari negara-negara<br />

tersebut menampilkan kesenian khas masing-masing.<br />

Sedangkan, Jakarta sebagai tuan rumah menampilkan<br />

seni tradisi Betawi dan nusantara.<br />

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan<br />

DKI Jakarta Arie Budiman, dalam siaran persnya<br />

mengharapkan penyelenggaraan Enjoy Jakarta<br />

International Folklore Festival yang pertama ini dapat<br />

dijadikan upaya untuk terus mengembangkan seni tradisi<br />

dan menjadikan Jakarta sebagai Kota Budaya sehingga<br />

dapat menarik turis mancanegara datang ke Jakarta. ***<br />

GUBERNUR DKI<br />

PENANAMAN POHON<br />

DALAM RANGKA<br />

PENGHIJAUAN<br />

KAWASAN WADUK<br />

PLUIT JAKARTA<br />

UTARA<br />

WAGUB DKI<br />

BASUKI T PURNAMA<br />

MERESMIKAN<br />

PEMBANGUNAN<br />

RUSUNAWA<br />

TAHAP II DI PULAU<br />

GEBANG JAKARTA<br />

TIMUR<br />

70 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />

70 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 71

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!