MEDIA JAYA 01 2013.pdf
Media jaya 1
Media jaya 1
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>2<br />
1
2 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>2 3
pengantar redaksi<br />
surat pembaca<br />
PELINDUNG:<br />
Gubernur Provinsi DKI Jakarta<br />
Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta<br />
PEMBINA<br />
Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta<br />
Asisten Pemerintahan Sekda<br />
Provinsi DKI Jakarta<br />
KETUA PENGARAH/PEMIMPIN REDA-<br />
KSI/PENANGGUNG JAWAB<br />
Kepala Dinas Kominfomas<br />
Provinsi DKI Jakarta<br />
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI<br />
Kabid Informasi Publik<br />
KETUA PELAKSANA<br />
Dra. Nurani<br />
REDAKTUR PELAKSANA<br />
Rinta A. Imron, S.Sos<br />
Dhini Gilang Prasasti, S.Sos<br />
REDAKTUR KHUSUS/PROFESIONAL<br />
Iswati Soekarto<br />
Norman<br />
SEKRETARIS REDAKSI<br />
Dra Evi Yulianti<br />
ANGGOTA REDAKSI<br />
Ani Christiyani, S.Sos<br />
Tulus Adatama, S.Sos<br />
Raides Aryanto<br />
REPORTER<br />
Nor Raihan<br />
Risky Catur Wulan<br />
Aliefien<br />
FOTOGRAFER<br />
Nurahadi Widjaja<br />
Sudaryanto<br />
DESAIN GRAFIS<br />
Rachmat Triturianto<br />
KEUANGAN<br />
Zaeniah Budiarti<br />
SEKRETARIAT<br />
Belinda Roza<br />
Rodjali<br />
Abdullah<br />
Ari Wibowo<br />
ALAMAT REDAKSI/DISTRIBUSI<br />
Jalan Medan Merdeka Selatan 8-9 Jakarta<br />
1<strong>01</strong>10, TELEPON (021) 382.2047, 382.2262,<br />
Fax 345.4486,<br />
Mail: media_jaya@yahoo.co.id<br />
PENCETAK :<br />
CV. Rhema Makmur<br />
(Isi di luar tanggung jawab percetakan)<br />
Jakarta Baru,<br />
Jakarta Kita<br />
Tekad Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur<br />
Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur Basuki T Purnama (Ahok) untuk memberikan<br />
pelayanan optimal bagi warga ibukota bukan isapan jempol semata.<br />
Setidaknya, hal ini tercermin dalam slogan/motto “Jakarta Baru, Jakarta Kita” yang<br />
diusung keduanya. Sedikitnya, kalimat tersebut menggambarkan makna kerakyatan dan keber<br />
samaan sekaligus mengandung semangat untuk mengubah serta menata Jakarta yang lebih<br />
manusiawi (humanis), memiliki masa depan yang lebih baik (futuris), memiliki kekhasan<br />
(branding) dengan tetap menjaga keragaman yang tumbuh dan berkembang di Jakarta<br />
(pluralis).<br />
Dalam konteks tersebut, kebersamaan dan partisipasi warga Jakarta menjadi kata kunci<br />
yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Tujuannya? Untuk menjalankan program pembangunan<br />
demi mewujudkan Kota Jakarta menjadi kota yang memanusiakan penghuni sekaligus mampu<br />
menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia. Kebersamaan dan partisipasi warga<br />
dalam bentuk yang paling sederhana, seperti disampaikan Gubernur Jokowi pada peringatan<br />
Hari Ulang Tahun Kota Jakarta ke-486 pada 22 Juni lalu, akan memberikan nilai positif bagi<br />
Kota Jakarta. Warga Jakarta harus menjadi warga yang beradab dan menjadi contoh bagi<br />
daerah-daerah lain di Indonesia.<br />
Di sisi lain, aparatur menjadi motor penggerak pembangunan demi mewujudkan motto<br />
“Jakarta Baru Jakarta Kita” menjadi sebuah capaian riil berbagai program pembangunan dalam<br />
bentuk yang nyata, baik mencakup peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan<br />
ma syarakat melalui keberadaan Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP),<br />
perumahan rakyat dan penataan kampung, penataan pedagang kaki lima, pengembangan<br />
Ruang Terbuka Hijau (RTH), pengembangan sistem angkutan umum massal, pengendalian<br />
banjir, pengembangan budaya, dan pengembangan pelayanan publik.<br />
Maka, tiada pilihan lain, baik warga, aparatur pemerintah serta komponen stakeholder<br />
lainnya di luar kedua komponen tersebut memiliki kewajiban untuk bersama-sama menyingsingkan<br />
lengan baju demi terwujudnya Jakarta Baru: Jakarta Kita yang lebih manusiawi. Dan,<br />
kita pasti bisa!<br />
Redaksi menerima kiriman surat pembaca tentang kritik, saran dan masukan<br />
berkenaan kota Jakarta.<br />
Untuk semua kiriman dapat disampaikan ke Redaksi Majalah Media Jaya<br />
d/a Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Setda Provinsi DKI Jakarta,<br />
Jl Jalan Medan Merdeka Selatan 8-9 Jakarta 1<strong>01</strong>10,<br />
TELEPON (021) 382.2047, 382.2262, Fax 3822846, atau melalui<br />
email: mediajaya.humasdki@gmail.com.<br />
Eksekusi Motor di Trotoar<br />
Redaksi Yth.<br />
Perkataan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang selalu saya ingat dalam “memandang” suatu<br />
masalah adalah berusaha secepatnya melakukan tindakan. Sejak kampanye pun kata-kata beliau yang<br />
selalu saya ingat adalah, “Cepat lakukan ! Eksekusi!” Dan terbukti, sudah beberapa masalah di Jakarta ini<br />
mulai ditangani.<br />
Misalnya, untuk mengembalikan fungsi Waduk Pluit, beberapa penghuni liar mulai direlokasi. Begitu<br />
pun pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di trotoar dan badan-badan jalan, seperti di Pasar tanah<br />
Abang, Pasar Minggu, dan Jatinegara, sehinggga jalan di sana lebih lancar.<br />
Namun yang belum dieksekusi sampai surat pembaca ini saya tulis adalah keberadaan trotoar<br />
yang belum bersih dari lalu-lalang sepeda motor. Hampir di semua ruas jalan ketika terjadi kemacetan,<br />
sepeda motor menyerobot lewat trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Di jalan di belakang Kantor<br />
Gubernur, yakni di jalan Kebon Sirih, pada jam-jam sibuk dan terjadi kemacetan maka trotoar di kanan dan<br />
kiri jalan tersebut dipenuhi lalu-lalang motor. Pejalan kaki jadi tersisih<br />
Saya mohon kepada Pak Gubernur, agar segera melakukan kebijakan nyata, menertibkan trotoar<br />
demi kenyamanan para pejalan kaki. ***<br />
Salsabila,<br />
Klender, Jakarta Timur<br />
Tiket Masuk PRJ & Tarif Parkir<br />
4 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>2 5<br />
Redaksi yth.<br />
Pelaksanaan Pekan Raya Jakarta (PRJ) di Kemayoran yang sudah berlangsung selama ini dalam<br />
rangka Hari Jadi Kota Jakarta memang ramai dikunjungi masyarakat. Namun, sebagai warga Jakarta,<br />
saya agak keberatan masalah tiket masuk, dua puluh lima ribu rupiah per orang dan tiga puluh ribu rupiah<br />
pada Sabtu dan Minggu, itu relatif mahal. Belum lagi tarip parkir yang juga lebih mahal dibanding tempat<br />
lain.<br />
Belakangan saya sering mendengar isu bahwa PRJ ada kemungkinan dipindahkan ke kawasan<br />
Monas. Harapan saya, kalau warga yang datang harus membayar, tiket masuk itu jangan terlalu mahal.<br />
Saya kira lima ribu rupiah sampai sepuluh ribu rupiah, cukuplah, sekadar untuk biaya kebersihan.<br />
Yang juga tak kalah penting terkait perkembangan jumlah kendaraan yang terus meningkat di Jakarta<br />
ini, tentu masalah parkir harus dipikirkan secara matang, serta dampak lainnya yang harus diantisipasi<br />
yakni kemacetan. Selain itu masalah kebersihan dan “keamanan Taman Monas sendiri” yang perlu<br />
terjaga.<br />
Kalau PRJ di Monas, kesan pasar malam bagi rakyat lebih terasa, sementara di Kemayoran, orientasi<br />
bisnisnya lebih kental.<br />
Budi Santoso<br />
Tanah Abang, Jakarta Pusat
daftar isi<br />
14<br />
08<br />
aplikasi kedokteran komunitas dukung kjs<br />
Keberhasilan pembangunan yang membawa<br />
kemakmuran masyarakat, ternyata juga memunculkan<br />
masalah gangguan kesehatan baru, seperti<br />
bertumpuknya sampah dan limbah, kepadatan<br />
penduduk yang mengesankan kumuh, perubahan<br />
“gayahidup”. Selanjutnya terjadi pergeseran pola<br />
nutrisi harian, serta masalah-masalah sosial lain.<br />
laporan utama<br />
08<br />
10<br />
12<br />
program kjs jalan terus<br />
Sempat terganggu dengan rencana mundurnya 16<br />
rumah sakit dari program KJS dan rencana interpelasi<br />
dari anggota DPRD DKI Jakarta, kini program<br />
KJS terus berjalan. Ibarat kata pepatah, “anjing<br />
menggonggong, kafilah tetap berlalu”.<br />
kartu jakarta Sehat<br />
tak ada kartu kjs, ktp tetap bisa<br />
pemerintahan<br />
36 pelantikan pejabat raih rekor muri<br />
Baru pertama kalinya berlangsung pelantikan pejabat<br />
dalam jumlah terbanyak, tidak hanya di DKI Jakarta, tapi se-<br />
Indonesia. Pelantikan massal 415 pejabat eselon III dan IV<br />
di lingkunagan Pemprov DKI Jakarta ini akhirnya mendapat<br />
penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).<br />
Penghargaan tersebut diberikan secara langsung oleh Ketua<br />
Yayasan MURI, Jaya Suprana kepada Gubernur DKI Jakarta,<br />
Joko Widodo, di Balaikota DKI Jakarta, akhir Mei lalu.<br />
38<br />
premi lasari camat dengan nilai<br />
tertinggi, pasar rebo terapkan layanan<br />
online<br />
38<br />
pariwisata dan BUDAYA<br />
58<br />
58<br />
60<br />
‘ariah’,<br />
ekspresi kehormatan wanita betawi<br />
budaya melestarikan betawi<br />
melalui busana<br />
hut jakarta<br />
16 pemotongan tumpeng raksasa setinggi<br />
4,86 meter<br />
16<br />
14<br />
transportasi<br />
mrt jakarta dimulai tahun ini<br />
30<br />
pendidikan<br />
64<br />
68<br />
jakarta tempo dulu<br />
dari tarumanegara hingga<br />
pangeran jayakarta<br />
history musik betawi dalam jakarta baru<br />
68<br />
41 hasil un 2<strong>01</strong>3 cukup membanggakan<br />
50<br />
18<br />
21<br />
ppkd 2<strong>01</strong>3 di silang monas membludak<br />
Pameran Produksi Kreatif Daerah (PPKD) 2<strong>01</strong>3 yang<br />
berlangsung 14-16 Juni lalu di silang Monas mendapat<br />
sambutan positif dari masyarakat Jakarta dan sekitarnya.<br />
Kehadiran PPKD tersebut seolah oase di padang tandus<br />
yang memberikan jawaban atas kerinduan ajang pameran<br />
tanpa pungutan biaya.<br />
jakarta night festival 2<strong>01</strong>3<br />
pekerjaan umum<br />
32<br />
34<br />
normalisasi waduk pluit mulai<br />
menampakan hasil<br />
penghuni bantaran waduk pluit<br />
menunggu kepastian dipindahkan<br />
30<br />
32<br />
41<br />
44<br />
46<br />
48<br />
dki juara umuM osn sd 2<strong>01</strong>3<br />
osn smp/mts dki jakarta raih juara 2<br />
drs h taufik yudhi mulyanto,<br />
seluruh kursi sma/smk sudah terisi<br />
72<br />
opini<br />
intermezo, “pesona” kemarahan<br />
54<br />
24<br />
memggugah kepedulian warga lewat<br />
flona<br />
24<br />
lingkungan<br />
27 dprd mengapresiasi langkah eksekutif<br />
6 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>2 7<br />
56<br />
masalah sampah masih akut<br />
pemprov dki siapkan perda dan kampanye<br />
budaya bersih<br />
56
liputan utama<br />
Program KJS<br />
Jalan Terus<br />
Sempat terganggu<br />
dengan rencana<br />
mundurnya 16 rumah<br />
sakit dari program KJS<br />
dan rencana interpelasi<br />
dari anggota DPRD DKI<br />
Jakarta, kini program<br />
KJS terus berjalan. Ibarat<br />
kata pepatah, “anjing<br />
menggonggong, kafilah<br />
tetap berlalu”.<br />
Kartu Jakarta Sehat (KJS)<br />
merupakan salah satu program<br />
unggulan Pemerintah Provinsi<br />
DKI Jakarta yang digagas oleh<br />
Gubernur Jokowi. Sejak<br />
pertama kali diluncurkan<br />
pada 10 Nopember 2<strong>01</strong>2,<br />
KJS menargetkan sebanyak<br />
4,7 juta warga DKI Jakarta<br />
yang masuk dalam kategori<br />
miskin dan rentan miskin. Dari<br />
jumlah tersebut, sebanyak 1,2<br />
juta jiwa peserta Jamkesmas dan<br />
sisanya 3,5 juta jiwa merupakan<br />
penduduk DKI lainnya. Untuk<br />
program ini telah disiapkan dana<br />
dalam APBD DKI 2<strong>01</strong>3 sejumlah Rp<br />
1,2 triliun.<br />
Dengan program KJS ini<br />
diharapkan seluruh warga<br />
ber-KTP DKI<br />
bisa<br />
mendapat<br />
layanan kesehatan gratis<br />
di Puskesmas dan rujukan rawat inap<br />
di kelas III rumah sakit yang menjalin<br />
kerja sama dengan KJS. Karena itu<br />
tidak hanya warga miskin dan tak<br />
mampu saja yang dijaring, tapi juga<br />
warga yang tergolong mampu dan<br />
berpenghasilan baik namun tak<br />
mampu membiayai pengobatan dalam<br />
jumlah besar. Contohnya warga yang<br />
memiliki gaji Rp 3 juta - Rp 4 juta<br />
sebenarnya tergolong mampu, namun<br />
ketika dihadapkan pada persoalan<br />
penyakit jantung dan harus operasi<br />
tentu membutuhkan biaya besar. Untuk<br />
itu dia bisa menggunakan KJS.<br />
Sampai kini (Mei 2<strong>01</strong>3) warga<br />
DKI Jakarta yang terjaring KJS<br />
sebanyak 2,3 juta. Dari jumlah tersebut<br />
sekitar 1,7 warga telah menerima kartu<br />
KJS. Sisanya akan diberikan secara<br />
bertahap. Meski belum menerima kartu<br />
KJS, namun warga DKI Jakarta tetap<br />
dapat dilayani sebagai peserta KJS di<br />
setiap Puskesmas dan rumah sakit yang<br />
ada di DKI Jakarta. Untuk itu, kepada<br />
warga yang belum memiliki kartu<br />
KJS dapat mendaftarkan diri sebagai<br />
peserta KJS dengan melampirkan kartu<br />
keluarga dan KTP di Puskesmas sesuai<br />
wilayah domisili masing-masing.<br />
Kerjasama PT Askes<br />
Untuk semakin meningkatkan<br />
kualitas pelayanan kesehatan melalui<br />
program KJS, pada 1 April 2<strong>01</strong>3<br />
lalu, KJS menjalin kerjasama dengan<br />
PT. Askes. Dalam hal ini, PT Askes<br />
diberikan kewenangan untuk mengelola<br />
pelaksanaan jaminan kesehatan di<br />
puskesmas dan rumah sakit yang<br />
melayani program jaminan kesehatan<br />
daerah (Jamkesda) DKI yang umum<br />
disebut Kartu Jakarta Sehat (KJS).<br />
Terkait dengan kerjasama ini, Wagub<br />
Basuki Tjahaja Purnama mengatakan,<br />
dengan adanya kerjasama dengan PT<br />
Askes ini, maka rumah sakit, baik<br />
pemerintah maupun swasta yang<br />
menjalin kerjasama dengan KJS telah<br />
siap melaksanakan program KJS.<br />
“Segera setelah ditandatangani<br />
kerjasama, PT Askes langsung<br />
mengambil alih. Selain itu rumah sakit<br />
pemerintah dan swasta juga telah siap,”<br />
ujarnya di Balaikota beberapa waktu<br />
lalu.<br />
Dikatakan Basuki, sasaran KJS<br />
adalah masyarakat miskin, rentan<br />
miskin, dan semua masyarakat DKI<br />
yang mau menggunakan puskesmas<br />
dan fasilitas rawat inap kelas III. Kerja<br />
sama ini merupakan tindak lanjut dari<br />
nota kesepahaman yang dilakukan pada<br />
bulan sebelumnya. Dalam perjanjian<br />
itu disebutkan, PT Askes diamanahkan<br />
sebagai pengelola dana jaminan<br />
kesehatan masyarakat DKI. Untuk<br />
tahap awal PT Askes bergandengan<br />
dengan Program Jamkesda yang<br />
dikelola oleh Dinas Kesehatan DKI<br />
Jakarta, sebelum sepenuhnya dikelola<br />
oleh PT Askes.<br />
Dengan pengelolaan KJS<br />
berada di PT Askes, maka KJS tetap<br />
menggunakan program Indonesia<br />
Case Based Groups (Ina-CBGs) yang<br />
telah digunakan untuk Jamkesmas.<br />
Data kepesertaan dan biaya pelayanan<br />
kesehatannya terekam di program itu<br />
dan dapat diakses secara langsung di<br />
puskesmas dan rumah sakit rujukan.<br />
Dengan sistem baru ini, seluruh biaya<br />
pengobatan pasien akan langsung<br />
masuk ke program Ina-CBGs dan<br />
langsung bisa diakses oleh pemerintah,<br />
puskesmas, dan rumah sakit. Dengan<br />
demikian, pembayaran klaim<br />
pengobatan oleh Dinas Kesehatan DKI<br />
kepada rumah sakit bisa lebih cepat.<br />
Dalam kerjasama ini, PT Askes<br />
diberikan tugas untuk mangatur<br />
kepesertaan, jaminan, utilisasi,<br />
pengendalian, penanganan keluhan<br />
peserta, pemberlakuan tarif dan sistem<br />
pembayaran, serta verifikasi klaim.<br />
Terhadap tugas yang diberikan ini,<br />
PT Askes akan mendapatkan biaya<br />
operasional. Fasilitas kesehatan yang<br />
dapat digunakan peserta adalah 341<br />
puskesmas meliputi 44 puskesmas<br />
kecamatan dan 297 puskesmas<br />
kelurahan, 132 rumah sakit terdiri RS<br />
pemerintah, RS pusat dan RS swasta.<br />
NR<br />
8 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 9
liputan utama<br />
Kartu Jakarta Sehat<br />
(KJS)<br />
Apa itu KJS:<br />
• KJS adalah kepanjangan dari Kartu Jakarta<br />
Sehat<br />
• Suatu program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan<br />
yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI<br />
Jakarta melalui UP Jamkesda Dinas Kesehatan<br />
Provinsi DKI Jakarta kepada masyarakat dalam<br />
bentuk bantuan pengobatan<br />
Tujuan :<br />
Memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan<br />
bagi penduduk Provinsi DKI Jakarta bagi keluarga<br />
miskin dan kurang mampu dengan sistem rujukan<br />
berjenjang<br />
Sasaran Program :<br />
Semua penduduk DKI Jakarta yang mempunyai KTP/<br />
Kartu Keluarga DKI Jakarta yang belum memiliki<br />
jaminan kesehatan, diluar program Askes, atau<br />
asuransi kesehatan lainnya<br />
Manfaat KJS :<br />
1. Rawat Jalan diseluruh Puskesmas Kecamatan/<br />
Kelurahan di Provinsi DKI Jakarta<br />
2. Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) di Pemberi<br />
Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat II, (RSUD,<br />
RS vertikal dan RS Swasta yang bekerja sama<br />
dengan UP Jamkesda) wajib dengan rujukan dari<br />
Puskesmas<br />
3. RawatInap (RI) di Puskesmas dan Rumah Sakit<br />
yang bekerjasama dengan UP Jamkesda di kelas<br />
III<br />
Persyaratan yang harus dibawa saat<br />
mendaftar di Puskesmas Kecamatan:<br />
Pemohon dapat menunjukkan KTP dan Kartu<br />
Keluarga Provinsi DKI Jakarta di seluruhPuskesmas<br />
Kecamatan di wilayah yang sama dengan yang<br />
tertera pada identitas pemohon<br />
Persyaratan yang harus dibawa saat berobat<br />
di Puskesmas:<br />
1. Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Gakin/Kartu<br />
Jamkesda<br />
2. Bagi yang belum memiliki KJS, dapat<br />
menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga Provinsi<br />
DKI Jakarta<br />
Persyaratan Pasien berobat gratis di Rumah<br />
Sakit :<br />
1. Wajib membawa surat rujukan dari Puskesmas<br />
2. Kartu Jakarta Sehat/ Kartu Jamkesda/ Kartu<br />
Gakin<br />
3. Bagi yang tidak memiliki Kartu Jakarta Sehat<br />
cukup menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga<br />
Provinsi DKI Jakarta<br />
ALUR PELAYANAN KESEHATAN<br />
WARGA BER-KTP DKI JAKARTA<br />
UNIT GAWAT DARURAT RS<br />
• Hanya untuk menerima kasus-kasus Emergency<br />
• Untuk Penentuan Rawat Inap Pasien UGD<br />
dirawat ditentukan oleh Dokter yang merawat<br />
• Pasien UGD tidak perlu rawat inap tetap dilayani<br />
(Life Saving) kemudian diarahkan kembali ke<br />
Puskesmas jika obat habis<br />
DAFTAR RUMAH SAKIT<br />
DI PROVINSI DKI JAKARTA<br />
YANG KERJASAMA<br />
JAKARTA PUSAT<br />
Rumah Sakit Umum<br />
1. RS Cipto Mangunkusumo<br />
2. RSAL Mintoharjo<br />
3. RSPAD Gatot Soebroto<br />
4. RS Moh Ridwan Meureksa<br />
5. RSUD Tarakan<br />
6. RS Pertamina Jaya<br />
7. RS Kramat 128<br />
8. RS Moh Husni Thamrin<br />
9. RS Sint Carolus<br />
10. RS PGI Cikini<br />
11. RS Islam Jakarta<br />
12. RS Husada<br />
13. RS Menteng Mitra Afia<br />
Rumah Sakit Khusus<br />
1. RSB Budi Kemuliaan<br />
2. RS Jakarta Eye Center<br />
3. PMI<br />
4. Klinik Hemo dialisa Tidore<br />
JAKARTA UTARA<br />
Rumah Sakit Umum<br />
1. RSUD Koja<br />
2. RS Pelabuhan Jakarta<br />
3. RS Atmajaya<br />
4. RS Satyanegara<br />
5. RS Sukmul Sisma Medika<br />
6. RS Islam Jakarta Utara<br />
7. RS Pluit<br />
8. RS Pantai Indah Kapuk<br />
9. RS Port Medical Center<br />
10. RS Gading Pluit<br />
11. RS Royal Progress<br />
12. RS Puri Medika<br />
RumahSakitKhusus<br />
1. RSPI Prof Sulianti Saroso<br />
2. RSIA Hermina Podomoro<br />
3. RS Mulyasari<br />
4. AGD DKI<br />
5. Klinik Hemodialisa Lions<br />
JAKARTA BARAT<br />
Rumah Sakit Umum<br />
1. RS Pelni<br />
2. RS Puri Mandiri Kedoya<br />
3. RS Sumber Waras<br />
4. RS Bhakti Mulia<br />
5. RS Patria IKKT<br />
6. RS Manuella<br />
7. RS Medika Permata Hijau<br />
8. RSUD Cengkareng<br />
9. RSKB Cinta Kasih Tzu Chi<br />
Rumah Sakit Khusus<br />
1. RSJ Jakarta<br />
2. RS Kanker Dharmais<br />
3. RSAB Harapan Kita<br />
4. RS Jantung Harapan Kita<br />
5. RSIA Hermina Daan Mogot<br />
JAKARTA SELATAN<br />
Rumah Sakit Umum<br />
1. RS Fatmawati<br />
2. RS Marinir Cilandak<br />
3. RS Pusat Pertamina<br />
4. RS TriaDipa<br />
5. RS Jakarta<br />
6. RS Agung<br />
7. RS Setia Mitra<br />
8. RS Zahirah<br />
9. RS DrSuyoto<br />
10. RS Bhayangkara Selapa Polri<br />
Rumah Sakit Khusus<br />
1. RSIA Budi Jaya<br />
2. Jakarta Medical Centre II<br />
3. Klinik Hemodialisa Cipta Husada<br />
4. Jakarta Kidney Center<br />
JAKARTA TIMUR<br />
Rumah Sakit Umum<br />
1. RS Persahabatan<br />
2. RS Kesdam Jaya Cijantung<br />
3. RS PolriSukanto<br />
4. RS Pusdikkes<br />
5. RSPAU Antariksa<br />
6. RSUD PasarRebo<br />
7. RSUD Budi Asih<br />
8. RS Haji Jakarta<br />
9. RS HarapanBunda<br />
10. RS UKI Cawang<br />
11. RS Harum<br />
12. RS Islam Jakarta Timur<br />
13. RS Harapan Jayakarta<br />
14. RS Kartika Pulo Mas<br />
15. RS Mediros<br />
16. RS Yadika<br />
17. RS Rawamangun<br />
18. RS Admira<br />
19. RS Premier Jatinegara<br />
Rumah Sakit Khusus<br />
1. RSJ Bunga Rampai<br />
2. RSKO Cibubur<br />
3. RS Duren Sawit<br />
4. Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia<br />
5. Bina Waluya Cardiac Center<br />
6. RSIA Hermina Jatinegara<br />
7. RSIA Bunda Aliyah<br />
8. RSIA Resti Mulya<br />
LUAR JAKARTA<br />
1. RSU Tangerang<br />
2. RSJ Bogor<br />
3. RS KustaSitanalaTangerang<br />
NR<br />
(SumberDinkes DKI Jakarta).<br />
10 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
11
liputan utama<br />
Tak Ada Kartu KJS,<br />
KTP Tetap Bisa<br />
Tidak banyak masyarakat DKI Jakarta yang berobat<br />
ke Puskesmas menggunakan kartu KJS. Namun<br />
mereka tetap dilayani dengan baik sebagaimana<br />
pemegang kartu KJS. Syaratnya Cuma satu, mereka<br />
harus menunjukkan KTP DKI Jakarta saat berobat ke<br />
Puskesmas.<br />
Suatu pagi di Puskesmas<br />
Kecamatan Senen, di Jl. Kramat<br />
VII/31 Jakarta Pusat terdapat antrean<br />
di tempat duduk pasien yang hendak<br />
berobat.Jumlahnya ada belasan<br />
pengunjung. Namun semakin siang<br />
semakin bertambah hingga mencapai<br />
puluhan orang. Sebelum jarum jam<br />
menunjukkan angka 12, antrean<br />
mulai berkurang dan hanya tinggal<br />
beberapa orang ketika jarum jam mulai<br />
menunjukkan angka 13.00.<br />
Salah seorang warga Kelurahan<br />
Kramat yang turut dalam antrian,<br />
Puji Rahayu (37) mengatakan, dirinya<br />
datang ke Puskesmas pukul 09.30 dan<br />
satu jam kemudian sudah mendapat<br />
pelayanan. Selain cepat, juga tidak<br />
terlalu ribet karena cukup menujukkan<br />
KTP DKI Jakarta dan langsung<br />
mendapat pelayanan gratis.<br />
“Saya belum dapat kartu KJS, jadi<br />
kalau ke Puskesmas cukup membawa<br />
KTP saja dan langsung dilayani secara<br />
gratis,” ujarnya saat ditanya tentang<br />
kartu KJS.<br />
Sama seperti Puji Rahayu,<br />
beberapa pengunjung lain yang ditemui<br />
juga tidak ada yang membawa kartu<br />
KJS. Meski tidak membawa kartu<br />
KJS, namun mereka tetap merasa puas<br />
terhadap palayanan gratis Puskesmas<br />
Senen. Karena itu, mereka tidak pernah<br />
berpikir apakah nantinya dapat kartu<br />
KJS atau tidak. Karena tanpa kartu<br />
KJS, mereka sudah mendapat pelayanan<br />
kesehatan gratis hanya dengan<br />
menunjukkan KTP saja.<br />
Masih Sedikit<br />
Dibenarkan oleh Kepala<br />
Tata Usaha Puskesmas Senen, Nur<br />
Rahmawati, bahwa masyarakat<br />
Kecamatan Senen yang menerima kartu<br />
KJS jumlahnya masih sedikit. Karena<br />
itu belum tentu dalam satu hari ada<br />
masyarakat yang datang berobat ke<br />
Puskesmas membawa kartu KJS.Pada<br />
umumnya mereka masih menggunakan<br />
KTP.<br />
“Dari rata-rata kunjungan pasien<br />
perhari sekitar 20 orang, terkadang ada<br />
satu atau dua orang yang membawa<br />
kartu KJS. Tapi itupun jarang dan tidak<br />
mesti tiap hari,” ujarnya saat ditemui di<br />
kantornya.<br />
Menurut Nur Rahmawati, dengan<br />
kartu KJS atau tanpa kartu KJS, seluruh<br />
pasien yang datang ke Puskesmas Senen<br />
tetap dilayani secara gratis. Tentu<br />
saja bila mereka bias menunjukkan<br />
KTP DKI Jakarta.Tanpa KTP DKI<br />
Jakarta mereka dianggap penduduk<br />
luar DKI Jakarta dan oleh karenanya<br />
mereka dikenakan biaya. Namun<br />
demikian setiap penduduk DKI Jakarta<br />
yang berobat ke Puskesmas langsung<br />
didata dan masuk kedalam data base<br />
untuk mendapatkan kartu KJS pada<br />
kesempatan berikutnya.<br />
Data terakhir pertanggal 21 Juni<br />
2<strong>01</strong>3, Puskesmas Kecamatan Senen<br />
yang meliputi 6 kelurahan mendapat<br />
target peserta 56.914. Kelurahan Senen<br />
10.431 peserta, Kelurahan Kenari<br />
3.135 peserta, Kelurahan Kramat<br />
17,040 peserta, Kelurahan Paseban<br />
7.942 peserta, Kelurahan Bungur 7.516<br />
peserta dan Kelurahan Kwitang 10.850<br />
peserta.<br />
Dari total 56.914 peserta yang<br />
berada di wilayah Puskesmas Senen,<br />
ternyata baru 461 KJS yang dibagikan<br />
kepada warga. Untuk Kelurahan Senen<br />
telah dibagikan 116 kartu, Kelurahan<br />
Kenari 220 kartu, Kelurahan Bungur<br />
95 kartu dan Kelurahan Kwitang 30<br />
kartu. Sementara itu, dua kelurahan,<br />
yakni Kelurahan Kramat dan kelurahan<br />
Paseban belum ada satupun kartu<br />
KJS yang dibagikan kepada warga.<br />
Permasalahannya, selain banyaknya<br />
kartu yang salah alamat, juga banyak<br />
terdapat kesalahan data.<br />
“Masih banyak kartu KJS yang<br />
kami simpan dan belum kami bagikan,<br />
karena data tidak sesuai dan salah<br />
alamat,” ujarnya lagi.<br />
Dikatakan Nur Rahmawati,<br />
berbeda dengan kartu KJS tahap<br />
pertama, kartu KJS tahap kedua sudah<br />
dilengkapi dengan barcode yang berisi<br />
data-data pemegang kartu. Puskesmas<br />
Senen sendiri sudah memiliki<br />
alatpembaca barcode (chip data)<br />
tersebut. Namun untuk sementara alat<br />
tersebut belum bisa difungsikan karena<br />
kartu KJS barcode belum dibagikan<br />
kepada warga.<br />
Terkait dengan meningkatnya<br />
jumlah pasien KJS yang berobat<br />
kerumah sakit, Nur Rahmawati<br />
mengatakan saat ini sudah bisa<br />
diatasi karena adanya sistem online<br />
antar rumah sakit dan Puskesmas.<br />
Dengan sistem online ini, maka dapat<br />
diminimalisir menumpuknya pasien<br />
pada tempat tertentu. Umumnya<br />
mereka memang langsung kerumah<br />
sakit tanpa terlebih dulu ke Puskesmas.<br />
Padahal kalau ke Puskesmas terlebih<br />
dulu sebenarnya bisa segea diatasi,<br />
karena saat ini Puskesmas di DKI<br />
Jakarta memiliki fasilitas dan sarana<br />
yang lengkap layaknya rumah sakit. NR<br />
Sosialisasi<br />
KJS Terus<br />
Digalakkan<br />
Sosialisasi memegang<br />
peranan penting dalam<br />
proses implementasi<br />
program dan kebijakan<br />
Pemprov DKI Jakarta.<br />
Program KJS salah satunya.<br />
Kartu Jakarta Sehat (KJS) menjadi<br />
salah satu program utama dan unggulan<br />
Pemprov DKI Jakarta, khususnya di<br />
bidang kesehatan. Ketika program KJS<br />
mulai diberlakukan akhir tahun lalu,<br />
pengamat kebijakan publik Andrinof<br />
Chaniago pernah mengingatkan<br />
soal pentingnya peran sosialisasi dan<br />
komunikasi program KJS. “Sosialisasi dan<br />
komunikasi perlu digalakkan lagi oleh<br />
Dinas Kesehatan agar prosedur KJS benarbenar<br />
dipahami warga dan sampai ke<br />
level bawah. Selanjutnya komunikasi dan<br />
sosialisasi juga masih perlu ditingkatkan<br />
di level badan layanan, seperti puskesmas<br />
dan RSUD,” kata Andrinof.<br />
Ia menambahkan, sebagai program<br />
yang terhitung baru, tidak hanya warga<br />
yang perlu mendapatkan pemahaman<br />
yang jelas tentang KJS. Para petugas<br />
medis dan perangkat terkait harus benarbenar<br />
memahami prosedur yang hendak<br />
dilaksanakan dan mengerti roh dari<br />
program tersebut.<br />
Sebar Poster<br />
Harus diakui, pemberlakuan sistem<br />
KJS membawa dampak yang cukup<br />
signifikan bagi sistem pelayanan kesehatan<br />
di Provinsi DKI Jakarta. Di sisi unit/badan<br />
layanan kesehatan, program KJS sedikit<br />
banyak memerlukan adaptasi di kalangan<br />
tenaga medis dan sistem administrasi<br />
kesehatan yang berlaku sebelumnya.<br />
Pada saat bersamaan, animo warga untuk<br />
memperoleh pelayanan gratis dari program<br />
tersebut terus meningkat. Akibatnya, tak<br />
jarang ditemukan sejumlah kasus yang<br />
mengisahkan beragam tantangan dalam<br />
pelaksanaan KJS. Melonjaknya jumlah<br />
pasien, perselisihan akibat ketidakpahaman<br />
prosedur antara petugas medis dan pasien,<br />
penolakan pasien KJS oleh rumah sakit,<br />
hingga persoalan administrasi merupakan<br />
sejumlah tantangan yang masih dihadapi<br />
dalam pelaksaanaan jaminan kesehatan<br />
dengan sistem KJS.<br />
Berkaca dari kenyataan di lapangan,<br />
Pemprov DKI Jakarta terus mengevaluasi<br />
dan memperbaikinya serta bertindak tegas<br />
kepada rumah sakit-rumah sakit yang telah<br />
bekerjasama yang menolak memberikan<br />
pelayanan kepada pasien KJS sebagaimana<br />
mestinya.<br />
Dinas Kesehatan selaku leading<br />
sector dari program KJS terus melakukan<br />
berbagai terobosan dalam rangka<br />
peningkatan layanan KJS. Salah satunya<br />
dengan menggalakkan proses sosialisasi<br />
dan komunikasi program KJS kepada<br />
warga dan perangkat kesehatan terkait.<br />
Dengan menggandeng Dinas Komunikasi,<br />
Informatika, dan Kehumasan, Dinas<br />
Kesehatan menerbitkan poster yang berisi<br />
informasi pengajuan KJS bagi warga.<br />
Poster yang berisi mekanisme<br />
pengajuan, serta manfaat penggunaan<br />
KJS tersebut disebarkan di puskesmaspuskesmas.<br />
Melalui sosialisasi ini,<br />
diharapkan masyarakat akan memahami<br />
mekanisme penggunaan KJS serta<br />
prosedur untuk mendapatkan kartu<br />
tersebut.MJ<br />
12 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 13
opini<br />
Aplikasi Kedokteran<br />
Komunitas Dukung KJS<br />
Dr. AryawanWichaksana, MKK*)<br />
Keberhasilan pembangunan yang membawa<br />
kemakmuran masyarakat, ternyata juga<br />
memunculkan masalah gangguan kesehatan<br />
baru, seperti bertumpuknya sampah dan limbah,<br />
kepadatan penduduk yang mengesankan kumuh,<br />
perubahan “gaya hidup”. Selanjutnya terjadi<br />
pergeseran pola nutrisi harian, serta masalahmasalah<br />
sosial lain.<br />
Teknik kedokteran canggih<br />
bukanlah jawaban untuk penyakit<br />
yang timbul tersebut, terutama bagi<br />
masyarakat kebanyakan. Disinilah<br />
letak peran ilmu kesehatan komunitas<br />
atau kesehatan masyarakat, seperti<br />
melakukan penyuluhan aktif ketengahtengah<br />
masyarakat, dengan memberi<br />
informasi atau pengetahuan praktis<br />
pencegahan gangguan kesehatan.<br />
Misalnya mencuci seluruh bahan<br />
yang akan dimasak, mencuci tangan<br />
sebelum memasak dan sebelum<br />
makan, menyusui selama 2 tahun bagi<br />
bayi, imunisasi, sanitasi lingkungan,<br />
termasuk penyediaan air bersih yang<br />
memadai, aktif kegiatan posyandu, dan<br />
lain-lain.<br />
Seluruh kegiatan diatas akan<br />
menumbuhkan partisipasi penuh<br />
masyarakat, dan memberi hasil yang<br />
nyata, serta memerlukan anggaran<br />
relative lebih murah. Kedokteran<br />
komunitas memberikan porsi lebih<br />
besar kepada kegiatan promosi<br />
kesehatan dan pencegahan penyakit di<br />
masyarakat.<br />
Konsep “Sehat”, menurut<br />
kenyataan praktisnya, telah bergeser,<br />
bahwa “sehat” bukan hanya ketiadaan<br />
penyakit, tapi berkaitan dengan kualitas<br />
hidup. Kesehatan telah menjadi “alat<br />
ukur produktivitas”, karena kesehatan<br />
merupakan bagian integral dari proses<br />
pembangunan, maka seluruh sector<br />
social masyarakat mempengaruhi<br />
tingkat kesehatan suatu masyarakat,<br />
atau kesehatan suatu Negara.<br />
Bagi Daerah Khusus<br />
IbukotaJakarta dengan program<br />
“Kartu Jakarta Sehat” nya, dirasakan<br />
penting dan mendesak bahwa kegiatan<br />
kedokteran komunitas diberikan<br />
semangat “Jakarta Baru”, sehingga<br />
lebih digiatkan ketengah-tengah<br />
masyarakat, yang merupakan tugas kita<br />
bersama, khususnya bagi jajaran tenaga<br />
kesehatan.<br />
Peran Nutrisi.<br />
Pencegahan penyakit dapat<br />
dilakukan dengan berbagai cara<br />
pendekatan, diantaranya melalui<br />
pengetahuan nutrisi. Fakta ilmiah,<br />
melalui rangkaian penelitian<br />
epidemiologi, telah membuktikan,<br />
bahwa nutrisi yang baik berperan<br />
sangat penting dalam meningkatkan<br />
ketahanan kesehatan, utamanya untuk<br />
pencegahan penyakit, sejak usia janin<br />
sampai usia tua. Hanya saja bukti-bukti<br />
ilmiah ini ditulis didalam makalah<br />
atau jurnal akademik, dan tidak<br />
akan dapat dibaca oleh masyarakat<br />
kebanyakan. Akibatnya hasil ini tidak<br />
diketahui masyarakat, sehingga tidak di<br />
aplikasikan dalam kehidupan seharihari.<br />
Disinilah peran aktif jajaran<br />
kesehatan untuk mensosialisasikan<br />
hasil penelitian yang berguna tersebut<br />
kedalam kehidupan masyarakat Jakarta.<br />
Nutrisi atau gizi, adalah substansi<br />
organik, yang dibutuhkan organisme<br />
untuk fungsi normal pertumbuhan<br />
dan pemeliharaan kesehatan system<br />
tubuh. Angka kebutuhan nutrisi dasar,<br />
dikenal dengan istilah “Recommended<br />
Daily Allowance (RDA)” ternyata<br />
belum mencukupi guna menjaga<br />
fungsi optimal tubuh di dalam<br />
membantu penyembuhan penyakit,<br />
yang disebabkan oleh “stress oksidatif”.<br />
Akibatnya, banyak radikal bebas yang<br />
beredar didalam tubuh.<br />
Makanan yang beredar sekarang,<br />
dapat dikatakan sedikit sekali<br />
mengandung gizi, karena banyaknya<br />
penggunaan pestisida ketika proses<br />
penanaman. Buah-buah impor yang<br />
memakan waktu lebih dari satu<br />
bulan dalam proses distribusinya,<br />
akan menurunkan kandungan gizi<br />
didalamnya. Makanan cepat saji,<br />
banyak mengandung garam dan<br />
penyedap (MSG), bahan pengawet,<br />
agar tahan lama, tampak menarik<br />
dan renyah. Kesemuanya ini akan<br />
menghasilkan radikal bebas. Untuk<br />
menangkal stresoksidatif, telah disusun<br />
suatu formula gizi optimal, yang<br />
dikenal dengan sebutan “Optimal Daily<br />
Allowance (ODA).<br />
Di Indonesia, ODA telah<br />
diterjemahkan dengan istilah “Gizi<br />
Seimbang”, sesuai dengan Undang-<br />
Undang Kesehatan Nomer 36 Tahun<br />
2009 didalam program perbaikan gizi.<br />
Prinsip gizi seimbang divisualisasikan<br />
berupa piramida, yang kemudian<br />
disesuaikan dengan budaya dan pola<br />
makan Negara setempat. Di Indonesia<br />
(Yayasan Institut Danone<br />
Indonesia (DII) bersama tabloid<br />
Nikita) mengadaptasi piramida tersebut<br />
kedalam bentuk “Tumpeng dengan<br />
nampannya”, yang untuk selanjutnya<br />
disebut sebagai“Tumpeng Gizi<br />
Seimbang”(TGS).<br />
Tumpeng Gizi Seimbang terdiri<br />
atas potongan-potongan, yang dialasi<br />
oleh air putih. Luas potongan tumpeng<br />
gizi seimbang menunjukkan porsi<br />
makanan yang harus dikonsumsi setiap<br />
orang perhari. Air putih merupakan<br />
bagian terbesar serta esensial bagi<br />
kehidupan sehat dan aktif. Rata-rata<br />
keperluan air putih sehari, sedikitnya 2<br />
liter (8 gelas) perhari.<br />
* Potongan TGS dari bawah<br />
adalah sumber makanan pokok, berupa<br />
Karbohidrat, dianjurkan dikonsumsi<br />
3-8 porsi sehari.<br />
* Potongan TGS kedua dari<br />
bawah, adalah golongan sayur dan<br />
buah(vitamin dan mineral). Keduanya<br />
terbagi dalam luas potongan berbeda,<br />
untuk menekankan pentingnya peran<br />
dan porsi setiap golongan. Ukuran<br />
sayur lebih besar, anjurannya porsi<br />
sayur 3-5, danbuah 2-3 porsi.<br />
* Potongan TGS ke 3, adalah<br />
golongan protein, yaitu daging, telur,<br />
ikan, susu dan produk susu, seperti<br />
mentega, keju, yoghurt, dipotongan<br />
kanan, sedangkan potongan kiri, adalah<br />
kacang-kacangan dan hasil olahannya,<br />
seperti tahu, tempe, oncom.<br />
* Potongan TGS dipuncak dan<br />
kecil, adalah minyak, gula, garam, yang<br />
dianjurkan dikonsumsi seperlunya.<br />
Nampan merupakan pola hidup<br />
sehat dan aktif, dengan berolah raga,<br />
menjaga kebersihan dan pantau berat<br />
badan. TGS disesuaikan dengan ibu<br />
hamil dan menyusui, bayi dan balita,<br />
remaja, dewasa dan usia lanjut.<br />
Saran.<br />
1TGS, dimasa pertumbuhan akan<br />
bermakna bagi perkembanganf<br />
ungsi kognitif, dan selanjutnya akan<br />
menurunkan berbagai risiko berbagai<br />
penyakit.<br />
2Sekolah menjadi tempat<br />
memperkenalkan TGS,<br />
dan memastikan bahwa, siswa<br />
mendapat asupan nutrisi yang tepat,<br />
tempat mempelajari ilmu gizi dan<br />
mempraktekkan perilaku makanan<br />
yang sehat bagi dirinya.<br />
3Fungsi penyuluhan kesehatan<br />
masyarakat, kembali menjadi<br />
prioritas utama didalam mendukung<br />
dan menguatkan KJS, (sebagai filter),<br />
di dalam membangun Kesehatan<br />
Masyarakat Jakarta Baru. ***<br />
*) Penulis adalah dokter di Pusat<br />
Pelayanan Kesehatan Pegawai Pemprov<br />
DKI Jakarta.<br />
14 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 15
hut dki<br />
Pemotongan Tumpeng Raksasa<br />
Setinggi 4,86 Meter<br />
Sebelum menghadiri<br />
Jakarta Night Festival 2<strong>01</strong>3,<br />
terlebih dulu Gubernur DKI<br />
Jakarta Jokowi dan Wagub<br />
Basuki Tjahaya Purnama<br />
melakukan pemotongan<br />
tumpeng raksasa di Jl Medan<br />
Merdeka Selatan atau di<br />
depan Balaikota Jakarta.<br />
Pemotongan tumpeng<br />
dimulai pukul 19.30. Namun<br />
Jokowi telah hadir pukul<br />
18.30 untuk beramah-tamah<br />
dengan para sesepuh<br />
dan para duta besar serta<br />
undangan lainnya.<br />
Untuk memotong tumpeng<br />
raksasa ini, Jokowi yang<br />
malam itu mengenakan<br />
baju tradisional Betawi<br />
warna hitam dengan<br />
penutup kepala kain<br />
batik warna merah muda<br />
Jokowi dua kali.<br />
Dua potong tumpeng kemudian<br />
dibawa turun untuk diserahkan kepada<br />
dua orang tokoh yang sangat berjasa<br />
pada kemajuan Jakarta, yakni istri<br />
mantan Gubernur DKI Jakarta, Henk<br />
Ngantung (Evelyn Misesa Ngantung)<br />
dan mantan Wagub DKI Jakarta Edi<br />
M. Nalapraya. Jokowi kemudian<br />
mengucapkan terima kasih kepada<br />
para sesepuh, para duta besar dan para<br />
warga.<br />
“Saya dan wakil gubernur<br />
mengucapkan terima kasih yang sebesar<br />
besarnya atas kehadiran dalam HUT<br />
486 Jakarta. Mari kita bersama-sama<br />
merayakan dengan masyarakat agar<br />
kedekatan antara pemimpin dan rakyat<br />
terjalin,” ujar Jokowi.<br />
Bersamaan dengan itu,<br />
rombongan perwakilan dari kelurahan<br />
dan camat dari lima wilayah DKI<br />
Jakarta yang mengiringi gubernur<br />
Tepat pukul 19.15, Gubenur<br />
Jokowi dan Riana Jokowi dengan<br />
didamping Wagub Basuki Tjahaja<br />
Purnama dan Veronika Tan, serta para<br />
duta besar bergerak menuju pintu<br />
depan pendopo Balaikota dan langsung<br />
disambut tarian gunungan. Jokowi<br />
berhenti sejenak di tangga pendopo<br />
untuk menyaksikan tari gunungan.<br />
Dengan dikawal para penari gunungan<br />
dan diikuti rombongan, Jokowi<br />
berjalan menuju tumpeng raksasa yang<br />
berada di Jl.Medan Merdeka Selatan<br />
di depan Balaikota. Turut mengiringi<br />
Jokowi di barisan belakang adalah<br />
perwakilan dari kelurahan dan camat<br />
dari lima wilayah DKI Jakarta dengan<br />
tumpeng kecil yang berjumlah 486<br />
tumpeng. Tumpeng-tumpeng kecil<br />
ini yang dibagikan kepada masyarakat<br />
atau pengunjung yang hadir saat<br />
pemotongan tumpeng raksasa.<br />
Tumpeng raksasa dengan tinggi<br />
4,86 meter dan garis tengah 4,86 meter,<br />
sebelumnya telah diarak dari halaman<br />
pendopo Balaikota menuju Jl. Medan<br />
Merdeka Selatan. Proses arak-arakan<br />
dari pendopo Balaikota dimulai pukul<br />
17.30 dengan dipikul oleh puluhan<br />
petugas. Namun setibanya di pintu<br />
gerbang Balaikota ternyata tumpeng<br />
raksasa terlalu lebar, sehingga harus<br />
berhenti sejenak untuk dilakukan<br />
pemotongan sebagian. Usai maghrib<br />
arakan-arakan tumpeng dimulai lagi<br />
dan akhirnya bisa keluar dari pintu<br />
gerbang Balaikota, lalu menuju Jl.<br />
Medan Merdeka Selatan.<br />
Tumpeng merupakan suatu<br />
simbol yang sarat akan makna.<br />
Tumpeng juga memiliki makna<br />
penting dalam sebuah acara perayaan.<br />
Gunungan nasi di tengah yang<br />
dikelilingi oleh lauk pauk dan sayur<br />
mayur ini melambangkan adanya<br />
kebersamaan dan kerukunan. Selain<br />
itu tumpeng juga merepresentasikan<br />
kesatuan tak terpisahkan antara<br />
hubungan manusia dengan Tuhan dan<br />
hubungan manusia dengan manusia.<br />
Diharapkan dengan tumpeng ini<br />
hubungan antara pemerintah Provinsi<br />
DKI Jakarta dalam melayani warganya<br />
akan semakin baik di masa-masa yang<br />
akan datang. Dengan tumpeng raksasa<br />
setinggi 4,86 meter dengan garis tengah<br />
juga 4,86 meter dan ditambah sebanyak<br />
486 tumpeng ukuran kecil lainnya<br />
melambangkan bahwa Jakarta kini telah<br />
berusia ke 486.<br />
Naik Tangga<br />
Di tengah kerumuman warga dan<br />
sorotan kamera, Jokowi dan rombongan<br />
tiba di dekat tumpeng raksasa. Sebelum<br />
dimulai pemotongan, sejenak dialunkan<br />
pembacaan doa bersama. Setelah itu<br />
pemotongan tumpeng segera dimulai.<br />
harus menaiki tangga yang terdiri<br />
sekitar 12 anak tangga untuk menuju<br />
ke puncak. Tiba di puncak tumpeng,<br />
Jokowi sejenak menyapa warga dengan<br />
menebar senyum dan melambaikan<br />
tangan. Saat tumpeng dipotong segera<br />
sorak sorai warga mengiringinya.<br />
Pemotongan tumpeng dilakukan<br />
segera membagikan sebanyak 486<br />
tumpeng kecil kepada warga yang<br />
hadir. Pembagian tumpeng ini langsung<br />
disambut warga dengan suka cita.<br />
Ada sebagian warga yang langsung<br />
memakannya ditempat, namun ada<br />
sebagian lagi yang membawanya pulang<br />
ke rumah masing-masing. NR<br />
16 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 17
hut dki<br />
PPKD 2<strong>01</strong>3 di Silang Monas Membludak<br />
Pemprov : PPKD Berikutnya Perlu Kajian Lagi<br />
Pameran Produksi Kreatif<br />
Daerah (PPKD) 2<strong>01</strong>3<br />
yang berlangsung 14-16<br />
Juni lalu di silang Monas<br />
mendapat sambutan<br />
positif dari masyarakat<br />
Jakarta dan sekitarnya.<br />
Kehadiran PPKD tersebut<br />
seolah oase di padang<br />
tandus yang memberikan<br />
jawaban atas kerinduan<br />
ajang pameran tanpa<br />
pungutan biaya.<br />
Kegiatan PPKD 2<strong>01</strong>3 ini<br />
merupakan rangkaian dalam acara Hari<br />
Ulang Tahun Kota DKI Jakarta ke-<br />
486 dan menjadi ajang memamerkan<br />
bermacam-macam produk kreatif dari<br />
seluruh wilayah DKI Jakarta.<br />
PPKD dan Monas merupakan<br />
magnet dengan daya tarik luar biasa<br />
sehingga selama tiga hari itu Monas<br />
selalu dibanjiri pengunjung. Meski<br />
stan yang ada di PPKD tidak sebanyak<br />
pameran lainnya namun ada nilai<br />
tambah tersendiri ketika PPKD hadir<br />
di Monas.<br />
Murah dan meriah, kedua<br />
hal itu menjadi alasan kuat<br />
mengapa masyarakat berduyunduyun<br />
menyambangi PPKD yang<br />
diselenggarakan di jantungnya kota<br />
Jakarta ini. Barang-barang dipamerkan<br />
sekaligus dijual ini juga terjangkau<br />
untuk ukuran kantong masyarakat<br />
bahkan bagi golongan ekonomi lemah<br />
sekalipun.<br />
Jika tidak ingin merogoh kocek<br />
lebih dalam maka aksesoris seperti bros,<br />
jepitan bahkan kipas bisa menjadi buah<br />
tangan PPKD 2<strong>01</strong>3 ini. Stan kerajinan<br />
tangan tampak mendominasi materi<br />
barang-barang yang dipajang. Tas batik,<br />
blouse terpanjang di beberapa stan.<br />
Namun tidak semua harus dibeli<br />
produknya. Stan kosmetik misalnya,<br />
selain memajang rempah-rempah dan<br />
hasil olahan rempah, juga mendemo<br />
bagaimana merawat wajah dan menjaga<br />
kecantikan wajah. Demikian juga ada<br />
stan yang memajang hasil daur ulang<br />
dari sampah botol plastik dan botol<br />
kaleng.<br />
Stan aneka panganan juga<br />
tersedia bagi pengunjung yang ingin<br />
memborong makanan dan minuman.<br />
Selain pameran, PPKD 2<strong>01</strong>3 ini<br />
disemarakkan dengan pelatihan<br />
singkat untuk pengusaha kecil dalam<br />
menghadapi perdagangan bebas.<br />
Kegiatan PPKD 2<strong>01</strong>3 juga<br />
menampilkan berbagai hiburan, seperti<br />
akrobat jalanan, marawis, parade<br />
none jamu, lompat tali beregu dan<br />
sejumlah kuis berhadiah. Kemudian,<br />
ada penampilan khusus Teater Betawi<br />
yang menyuguhkan kebudayaan dan<br />
kesenian khas Betawi, antara lain<br />
pencak silat, tari, wayang, dan lenong.<br />
Seluruh acara, baik pertunjukan<br />
maupun pameran, terbuka untuk<br />
seluruh pengunjung dan mereka bisa<br />
menikmati hiburan gratis.<br />
Lepaskan Penyelenggaraan<br />
pada EO<br />
Untuk ketiga kalinya, Pemerintah<br />
Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta<br />
menggelar Pekan Produk Kreatif<br />
Daerah (PPKD). Adalah Dinas<br />
Perindustrian dan Energi DKI<br />
Jakarta yang punya hajat menggelar<br />
PPKD ini. Menurut Kepala Dinas<br />
Perindustrian dan Energi, Andi Baso,<br />
penyelenggaraan PPKD merupakan<br />
upaya Pemerintah DKI untuk memberi<br />
tempat bagi 126 peserta pameran dari<br />
universitas, SMK, dinas-dinas provinsi<br />
DKI Jakarta, serta kelompok usaha<br />
kecil.<br />
Pelaku usaha kecil yang bisa<br />
masuk diutamakan yang memiliki<br />
produk keunikan dan kekhasan Betawi.<br />
“Intinya kami ingin acara ini bisa<br />
menjadi tempat masyarakat bergembira<br />
ria, dan dapat hiburan gratis, “katanya.<br />
Andi menegaskan, kegiatan<br />
PPKD 2<strong>01</strong>3 yang digelar di Monas<br />
tersebut juga dapat menjadi embrio<br />
bagi penyelenggaraan Pekan Raya<br />
Jakarta (PRJ) yang baru. Sebab itu,<br />
dia berharap pelaksanaan PPKD<br />
tahun depan dapat dilepas dari tangan<br />
Pemprov<br />
DKI dengan<br />
menyerahkannya kepada event<br />
organizer atau event management sebagai<br />
pelaksananya. Pemprov DKI hanya<br />
berfungsi sebagai fasilitator saja.<br />
“Meskipun wacana pemindahan<br />
PRJ ke Monas masih berupa rumor,<br />
PPKD ini bisa menjadi embrio bagi<br />
PRJ baru karena wacana tersebut sudah<br />
menjadi perhatian khusus para pelaku<br />
bisnis, khususnya pengusaha mikro dan<br />
kecil, serta calon peserta PPKD 2<strong>01</strong>3,”<br />
ujarnya.<br />
Selain itu PPKD 2<strong>01</strong>3 memang<br />
dirancang sebagai sarana promosi dan<br />
kegiatan untuk mendorong terciptanya<br />
18 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 19
hut dki<br />
Jakarta Night Festival 2<strong>01</strong>3<br />
berbagai karya kreatif di Kota Jakarta<br />
sesuai dengan keunggulan sumber daya<br />
manusia (SDM) dengan kreativitasnya,<br />
serta budaya yang dimiliki masingmasing<br />
wilayah.<br />
Percontohan Pesta Rakyat?<br />
Tidak seperti tahun sebelumnya<br />
Pameran Produktif Kreatif Daerah<br />
(PPKD) 2<strong>01</strong>3 dilakasanakan di<br />
Silang Monas. Gubernur DKI Joko<br />
Widodo adalah sosok yang berperan<br />
berpindahnya penyelenggaraan<br />
PPKD dari Balai Kartini ke Silang<br />
Monas. Joko Widodo lebih memilih<br />
Monas sebagai lokasi PPKD karena<br />
dianggap paling pas dalam mengususng<br />
keberhasilan produktivitas yang dimiliki<br />
DKI dan layak diketahui masyarakat<br />
luas.<br />
Gubernur menyebut kepindahan<br />
PPKD ke Monas semacam uji<br />
coba. Namun untuk melaksanakan<br />
kepindahan PRJ itu memerlukan<br />
kajian. Sedikitnya akan butuh dua<br />
atau tiga bulan. “Kalau memang ada<br />
yang perlu diubah nanti Pergub akan<br />
direvisi“ kata Jokowi yang berjanji akan<br />
mengkaji Peraturan Gubernur yang<br />
menyebut PRJ harus diselenggarakan di<br />
Kemayoran.<br />
Namun Joko Widodo juga belum<br />
bisa memastikan 2<strong>01</strong>4 apakah akan<br />
menggelar pesta rakyat di Monas.<br />
Melalui PPKD, akan dihitung<br />
kelebihan dan kekurangan jika PRJ<br />
dikembalikan ke tempat asalnya,<br />
Gambir. Perhitungan dan kalkulasi<br />
pemindahan PRJ meliputi parkir dan<br />
ide penghapusan tiket masuk area<br />
pameran.<br />
Hasil akhir baru bisa diketahui<br />
tiga bulan sesudah PPKD selesai<br />
digelar. Namun Joko Widodo menepis<br />
anggapan jika PRJ dipindahkan ke<br />
Monas akan merusak dan mengurangi<br />
ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan<br />
tersebut. Menurutnya pameran akan<br />
digelar di kawasan kon-block (papingblock),<br />
tidak merambah ke area<br />
penghijauan.<br />
Sementara Wakil Gubernur DKI<br />
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, usai<br />
PPKD 2<strong>01</strong>3 digelar mengatakan,<br />
banyak hal yang menjadi kekurangan.<br />
Karena itu, tahun depan, pelaksanaan<br />
PPKD 2<strong>01</strong>4 tidak akan lagi ditangani<br />
Dinas Perindustrian dan Energi<br />
DKI Jakarta. Sebab selama di bawah<br />
koordinasi dinas tersebut, transaksi jual<br />
beli yang terjadi tidak pernah tinggi.<br />
Selain itu Basuki juga menilai<br />
pelaksanaan PPKD tidak menarik<br />
perhatian pihak swasta. Sehingga<br />
tidak pernah memiliki nilai jual<br />
untuk ditangani oleh swasta. Melihat<br />
itu, Pemprov DKI akan memikirkan<br />
langkah strategis guna memadukan<br />
semua potensi yang ada untuk<br />
menjadikan PPKD memiliki nilai jual<br />
tinggi.<br />
Basuki menyebut, penanganan<br />
PPKD oleh panitia HUT DKI juga<br />
salah satu penyebab swasta kurang<br />
berminat mengambil bagian dari<br />
PPKD. Karena itu Basuki berharap<br />
pelaksanaan PPKD ke depan<br />
harus terpadu. Dan yang menjadi<br />
penilaian negatif PPKD 2<strong>01</strong>3<br />
ternyata menyisakan sampah yang<br />
cukup banyak di kawasan Monas.<br />
Menurutnya, sampah, kemacetan,<br />
pedagang kaki lima (PKL), dan tidak<br />
ada pendingin ruangan akan menjadi<br />
bahan evaluasi oleh Pemprov DKI<br />
Jakarta.<br />
“Siapa yang akan<br />
menyelenggarakan PPKD ke depan<br />
belum bisa ditentukan. Karena kita<br />
belum evaluasi secara keseluruhan.<br />
Mulai dari kemacetan yang<br />
ditimbulkan, sampah, PKL yang masuk<br />
tidak ada tanda pengenal, hingga lokasi<br />
yang panas karena tidak ada pendingin<br />
ruangan. Ya namanya juga mencoba<br />
kan,” ujarnya. ALF<br />
Sembilan Panggung Hiburan Dipadati Penonton<br />
Jakarta Night Festival berlangsung aman dan<br />
sukses.Kemeriahan juga mewarnai acara yang<br />
digelar mulai pukul 20.00 hingga 23.00 pada Sabtu<br />
(22/6) lalu.Ribuan warga memadati Jl. Thamrin, Jl<br />
Sudirman dan lapangan Monas untuk menyambut<br />
pesta rakyat dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT)<br />
Jakarta yang ke-486.<br />
Sabtu Sore (22/6) Area Monas<br />
mulai didatangi pengunjung. Tua muda<br />
dan anak-anak turut hadir di sana<br />
untuk menyaksikan pesta rakyat dalam<br />
rangka HUT Jakarta yang ke-486. Tak<br />
hanya warga Ibukota Jakarta, warga<br />
dari kota tetangga, seperti Depok,<br />
Bekasi, Tangerang dan Bogor juga turut<br />
memeriahkannya.<br />
Menjelang maghrib kepadatan<br />
pengunjung di area Monas mulai<br />
mengalir. Pelan-pelan segera bergerak<br />
ke Jl. Thamrin dan Jl. Sudirman. Usai<br />
maghrib atau tepatnya pukul 19.00,<br />
ketika dilakukan penutupan kedua<br />
jalan tersebut, konsentrasi warga mulai<br />
beralih kesana. Dan semakin malam<br />
semakin padat, lebih-lebih ketika<br />
panggung hiburan yang berada disisi<br />
kiri dan kanan Jl. Thamrin memulai<br />
aksinya pada pukul 20.00.Warga yang<br />
hadir menyambutnya dengan sangat<br />
antusias.<br />
Panggung Hiburan<br />
Jakarta Night Festival atau<br />
disebut juga malam muda-mudi<br />
diselenggarakan oleh Pemprov DKI<br />
Jakarta dalam rangka menyambut<br />
HUT Jakarta yang ke 486. Jakarta<br />
Night Festival juga<br />
merupakan salah satu<br />
kegiatan dari beberapa<br />
rangkaian kegiatan yang<br />
digelar Pemprov DKI<br />
Jakarta selama satu bulan<br />
penuh di bulan Juni 2<strong>01</strong>3.<br />
Menurut Ketua<br />
Panitia Harian, Sylviana<br />
Murni, untuk mendukung<br />
HUT Jakarta ke-486 setidaknya ada<br />
35 kegiatan yang berlangsung selama<br />
satu bulan penuh. Beberapa kegiatan<br />
yang turut meramaikan HUT Jakarta<br />
ke-486 antara lain; Pekan Raya Jakarta<br />
(PRJ), Festival Bahari, PameranFlona,<br />
Graet Sale, Jakarta 10K, Jakarta Night<br />
Festival, Festival Pesisir, Festival Palang<br />
Pintu dan Gelar Budaya, Jakarta<br />
International Folklore an Jakarnaval.<br />
Untuk Jakarta Night Festival atau<br />
malam<br />
muda mudi,<br />
kata Silviana Murni, konsep<br />
20 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 21
acaranya<br />
mirip perayaan malam<br />
tahun baru 2<strong>01</strong>3 lalu. Kedua jalan<br />
protokol, Jl. Sudirman dan Jl. Thamrin<br />
ditutup pada pukul 19.00 hingga<br />
pukul 23.00 dari kendaraan bermotor.<br />
Selanjutnya kedua ruas jalan tersebut<br />
digunakan oleh warga dalam pesta<br />
rakyat Jakarta Night Festival.<br />
Sementara itu menurut Gubernur<br />
Jokowi, Jakarta Night Festival memang<br />
memiliki kemiripan dengan kegiatan<br />
malam muda-mudi yang digelar di<br />
era Ali Sadikin. Sama seperti era<br />
Ali Sadikin, Jokowi juga berinisiatif<br />
merangkul pemuda pemudi Jakarta<br />
untuk bersenang-senang dalam<br />
kegiatan Jakarta Night Festival.<br />
“Konsepnya mirip dengan<br />
perayaan malam tahun baru 2<strong>01</strong>3 lalu.<br />
Pesta akan dilangsungkan di sepanjang<br />
Sudirman danThamrin,” kata Jokowi di<br />
Balaikota DKI Jakarta.<br />
Jakarta Night Festival dimulai<br />
pukul<br />
20.00. Acara<br />
pokok berupa panggung hiburan<br />
yang terkonsentrasi di beberapa titik<br />
yang semuanya dipadati penonton.<br />
Panggung-panggung tersebut didirikan<br />
di lapangan Monas, Jl. Thamrin, Jl.<br />
Sudirman dan Bunderan HI. Untuk<br />
panggung hiburan tersedia 8 panggung<br />
besar dan 1 panggung utama di<br />
lapangan Monas.Selain itu tersedia<br />
juga puluhan panggung kecil yang<br />
tersebar di sepanjang Jl. Thamrin dan<br />
Jl. Sudirman.<br />
Panggung utama yang berada<br />
di lapangan Monas dipersembahkan<br />
olehTranscop. Di panggung ini<br />
tampil group Band Kotak, Bondan<br />
Fade2Black, Opera Van Java, Soimah,<br />
Omas dan lainnya. Selanjutnya<br />
berturut-turut dari sisi timur Jl.<br />
Thamrin berdiri panggung besar, antara<br />
lain; Panggung pertama disponsori<br />
oleh PD Pasar Jaya yang menampilkan<br />
Jamrud dan Steven Coconut Trees.<br />
Panggung berikutnya di dekat Sarinah<br />
atau depan Jl. Sunda persembahan<br />
JakTV yang menampilkan Ronald dan<br />
Tike Ekstravaganza. Lalu panggung<br />
persembahan PT MRT Jakarta yang<br />
menampilkan musik blues.<br />
Sementara itu di bunderan HI<br />
terdapat dua panggung yang berlokasi<br />
di dekat Hotel Mandarin persembahan<br />
PT Pembangunan Jaya Ancol yang<br />
dimeriahkan dengan acara music<br />
dangdut. Kemudian panggung dekat<br />
Jalan Kebon Kacang persembahan<br />
Bank DKI yang dimeriahkan oleh<br />
Campursari dan Rock N’ Roll.<br />
Disisibarat Jl. Thamrin, antara lain;<br />
panggung yang berlokasi di lapangan<br />
sebelah EX Plaza persembahan PT<br />
Jakarta Propertindo yang dimeriahkan<br />
musik jazz. Lalu panggung<br />
persembahan PT Pembangunan Jaya<br />
dengan musik disko.Dan terakhir<br />
di depan Bank Indonesia, panggung<br />
persembahan PD Pembangunan<br />
Sarana Jaya yang menampilkan music<br />
keroncong tugu.<br />
Jokowi di Tengah Warga<br />
Sekitar pukul 21.30, warga yang<br />
hadir di lapangan Monas dan tengah<br />
menyaksikan panggung utama<br />
tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran<br />
Jokowi dan Basuki. Warga pun berebut<br />
bersalaman dengan mereka berdua.<br />
Tidak lama kemudian, di tengah<br />
kerumunan warga yang berdesakdesakan,<br />
gubernur dan wagub itu<br />
bergerak menuju ke Bunderan HI<br />
melewati Jl. Thamrin. Di sepanjang<br />
jalan yang dileweti, Jokowi dan Basuki<br />
mendapat sambutan yang luar biasa.<br />
Dari Monas ke Bundaran HI, Jokowi<br />
dan Basuki berjalan kaki dengan<br />
diiringi warga.<br />
Saat melewati panggung hiburan,<br />
Jokowi dan Basuki sempat berhenti<br />
sejenak untuk menyapa warga. Selain<br />
tetap menyalami warga, Jokowi<br />
dan Basuki juga sempat berdesakdesakan<br />
dengan warga yang kebetulan<br />
memadati di area depan panggung<br />
hiburan. Namun berkat kesigapan<br />
petugas, Jokowi dan Basuki berhasil<br />
melewati beberapa panggung dan tiba<br />
di Bundaran HI.<br />
Di Bundaran HI, Jokowi dan<br />
Basuki sejenak menyapa warga.<br />
Tak lama setelah itu, keduanya<br />
langsung meninggalkan lokasi dengan<br />
menggunakan mobil yang telah<br />
disediakan oleh petugas.NR<br />
22 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 23
hut dki<br />
Menggugah Kepedulian<br />
Warga Lewat Flona<br />
Pameran flora dan<br />
fauna (Flona) di Taman<br />
Lapangan Banteng,<br />
Jakarta Pusat sudah<br />
berlangsung sejak 1984<br />
yang biasanya selama<br />
sebulan.<br />
Pameran yang tahun ini<br />
dimulai 7 Juni hingga<br />
8 Juli selain untuk<br />
memperingati HUT<br />
Kota Jakarta ke 486,<br />
juga HUT Proklamasi<br />
Kemerdekaan RI ke-68.<br />
Sasaran diharapkan adalah<br />
meningkatkan pengetahuan, wawasan,<br />
dan kewirausahaan, serta menggugah<br />
kepedulian masyarakat terhadap<br />
lingkungan. Melalui Flona Pemprov<br />
DKI Jakarta juga memberikan ruang<br />
gerak dan fasilitasa, sarana dan<br />
prasarana, serta penyuluhan. Acara<br />
ini juga dapat dijadikan sebagai<br />
ajang pertemuan antara para petani,<br />
penghobi, dan pengusaha di bidang<br />
pertamanan dan lingkungan.<br />
Pameran tahun ini bertema<br />
“Kampung Hijau”dengan harapan<br />
masyarakat Jakarta memiliki kedekatan<br />
secara tradisional dengan lingkungan<br />
alam dan menjadi bagian hidup mereka<br />
sehari-hari.<br />
Peserta pameran mencapai 277<br />
stand, termasuk dari lima wilayah<br />
Pemerintah Kota Administrasi dan satu<br />
Kabupaten, Kepulauan Seribu. Dari<br />
luar DKI adalah Pemerintah Kabupaten<br />
Garut, Jawa Barat, serta Dharma<br />
Wanita Persatuan dan Ikatan Alumni<br />
Pelatihan Pertamanan. Dari 277 stand<br />
tersebut, melibatkan pengusaha, petani,<br />
koperasi, Assosiasi, hobbiest, nursery,<br />
dan LSM yang begerak di bidang<br />
tanaman, pertamanan, satwa dan<br />
lingkungan.<br />
Gubernur Provinsi DKI Jakarta,<br />
Joko Widodo (Jokowi) yang ketika<br />
membuka pameran melepas 486 ekor<br />
burung pipit. Gubernur menyatakan<br />
apresiasinya atas partisipasi semua yng<br />
terlibat dalam acara yang dinilainya<br />
mempunyai prospek yang baik untuk<br />
pelestarian lingkungan hidup dan<br />
mewujudkan Kota Jakarta yang indah.<br />
Selama pameran masyarakat atau<br />
pengunjung bisa mendapatkan antara<br />
lain penyuluhan dan peragaan ikhwa<br />
pertamanan, sosialisasi lobang biopori,<br />
teknik budidaya tanaman hias dan<br />
produktif, cara membuat kompos,<br />
demo memasak serba buah dan sayur<br />
dan lain-lain.<br />
Kepala Dinas Pertamanan dan<br />
Pemakaman Prtovinsi DKI Jakarta,<br />
Ir R Widyo Dwiyono Budi D MSi<br />
mengemukakan, lewat pameran Flona<br />
2<strong>01</strong>3 tersebut diharapkan dapat<br />
mencapai tujuannya, dalam rangka<br />
membina dan membimbing warga<br />
Jakarta untuk lebih mencintai alam dan<br />
lingkungan, demi terwujudnya program<br />
pembangunan Ruang Terbuka Hijau<br />
(RTH) yang memadai di Jakarta.<br />
Sejarah Pameran Flona<br />
Dinas Pertamanan lahir saat<br />
Bang Ali (H Ali Sadikin) menjabat<br />
Gubernur Provinsi DKI Jakarta.<br />
Setelah beberapa kali berganti struktur,<br />
sejak 2008 Organisasi dan Jasa Kerja<br />
Dinas Pertamanan dan Pemakaman<br />
DKI Jakarta disempurnakan melalui<br />
Peraturan Daerah (Perda) Nomor<br />
10 Tahun 2008 mempunyai tugas<br />
semakin besar seiring berkembangnya<br />
permasalahan lingkungan dan masalah<br />
perkotaan.<br />
“Karenanya Dinas Pertamanan<br />
dan Pemakaman berusaha lebih<br />
mengoptimalkan fungsi Ruang<br />
Terbuka Hijau (RTH) demi terjaganya<br />
lingkungan dan kehidupan warga kota,”<br />
tutur Widyo Dwiyono.<br />
Pameran Taman diselenggarakan<br />
Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta<br />
pertama kali pada 1971 di Taman<br />
Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta<br />
Selatan, berkenaan pembukaan Taman<br />
Langsat sebagai Taman Kota. Taman<br />
ini sebagai taman percontohan kering<br />
dan penghijauan. Dilanjutkan Pameran<br />
Akbar Internasional melalui Pameran<br />
Anggrek di Taman Ria Senayan pada<br />
1977, saat ASEAN baru beranggotakan<br />
lima Negara, Indonesia, Malaysia,<br />
Thailand, Filipina dan Singapura.<br />
Pengunjung ternyata melimpah<br />
mendatangi pameran itu.<br />
Banyak varietas baru anggrek<br />
tampil sebagai juara dalam suatu<br />
kompetisi yang berlangsung selama<br />
pameran. Antara lain anggrek hitam<br />
dari Irian, dan bunga anggrek lainnya.<br />
Tahun 1979, diselenggarakan<br />
Festival Bunga di Hotel Hilton<br />
(Sekarang Hotel Sultan), Senayan.<br />
Selanjutnya, tahun 1980-1981-1982<br />
diselenggarakan di Balai Sidang<br />
Senayan. Seiring meningkatnya<br />
kesukaan masyarakat terhadap bunga<br />
dan tanaman lain, maka bermunculan<br />
berbagai asosiasi bunga. Antara lain<br />
Aspeni, Aspringta, Perhorti, PPT dan<br />
lain-lain. Tahun 1983, diselenggarakan<br />
Festival Bunga di Taman Monas di sisi<br />
timur Taman Monas Barat menghadap<br />
ke Tugu Monas yang menampilkan<br />
penataan tanaman berbunga dengan<br />
pola artistik dalam skala besar..<br />
Tahun 1984<br />
festival bunga<br />
absen, lalu Dinas<br />
Petamanan DKI<br />
Jakarta menggelar<br />
pameran sendiri<br />
dengan nama Pekan<br />
Seni Flora, Fauna, dan<br />
Lingkungan (PSFFL)<br />
yang akhirnya menjadi<br />
cikal bakal Pameran Flona<br />
Jakarta yang secara rutin<br />
selama 14 hari di Taman<br />
Monas Utara kecuali<br />
tahun 1998 dan 1999.<br />
Pameran tersebut dalam<br />
rangka memeriahkan HUT Dinas<br />
Pertamanan pada tanggal 3 Agustus<br />
setiap tahunnya.<br />
Setelah Terminal Bus Lapangan<br />
Banteng dipindah ke Pulogadung pada<br />
1984, uapaya melakukan pameran lebih<br />
serius lagi. Areal yang pernah menjadi<br />
pusat hiruk pikuknya transporatsi Kota<br />
Jakarta itu ditata kembali menjadi<br />
Taman Lapangan Banteng. Pada 1986,<br />
diselenggarakan Sunday Flower Market<br />
di Taman Lapangan Banteng yang<br />
berlangsung setiap minggu dengan<br />
penjualan bunga potong dan tanaman<br />
hias. Tetapi tidak berlangsung lama,<br />
karena Taman Lapangan Banteng<br />
sedang direnovasi.<br />
Favorit Masyarakat<br />
Pameran Flona selanjutnya<br />
berlangsung selama sebulan mulai awal<br />
Juni hingga usai perayaan HUT Kota<br />
Jakarta. Belakangan pameran Flona<br />
terus diminati masyarakat hingga kini.<br />
Pameran yang berlangsung selama<br />
sebulan, dari 7 Juni sampai 8 Juli 2<strong>01</strong>3<br />
itu selalu dipadati pengunjung dari<br />
Jabodetabek. Stand reptil yang menjual<br />
berbagai jenis reptil dan unggas paling<br />
banyak menarik perhatian pengunjung<br />
terutama anak-anak.<br />
Seekor kura-kura jenis Pardalis<br />
sebesar kepalan tangan harganya<br />
mencapai Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5<br />
juta. Bahkan ada yang mencapai Rp 5<br />
juta. Savanah Monitor, sejenis biawak<br />
harganya Rp 4,5 juta sampai Rp 6 juta.<br />
Demikian juga jenis binatang melata,<br />
seperti ular dan iguana, harganya ada<br />
yang mencapai Rp 10 juta.<br />
24 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 25
hut dki<br />
Selain<br />
stand reptil, unggas, dan<br />
tanaman hias, pengunjung juga dapat<br />
memanfaatkan stand-stand pengobatan<br />
tradisional. Mereka yang kelelahan,<br />
terserang sesak nafas atau keseleo,<br />
mendatangi SinShe Auw Ting Yu, cucu<br />
SinShe Aue Ken yang menyediakan<br />
obat arak gosok Cap Siolo<br />
“Saya sudah dua kali ikut ambil<br />
bagian dalam Pameran Flona ini.<br />
Karena, lewat pameran ini, ternyata<br />
menjadi media promosi yang efektif<br />
untuk pengobatan tradisional Cina dan<br />
herbal. Yang datang kemari kebanyakan<br />
mereka yang mengalami luka dalam<br />
(nafas sakit), ingin melancarkan<br />
sirkulasi darah, mengendorkan uraturat<br />
syaraf, rematik, encok, masuk<br />
angin, sakit pinggang, persendian dan<br />
mereka yang menginginkan badan<br />
sehat (Cia Pou),” tutur SinShe Auw<br />
Ting Yu.<br />
Warga Jl Mangga Besar Jakarta<br />
Barat itu juga menilai, pameran Flona<br />
tahun 2<strong>01</strong>3 pengunjungnya jauh lebih<br />
banyak<br />
dibanding tahuntahun<br />
yang lalu. Karena masyarakat<br />
memperoleh banyak pilihan. Dari yang<br />
tradisional maupun modern.<br />
Ungkapan senada diutarakan Pak<br />
Surani, perajin barang-barang bekas,<br />
khususnya daur ulang dari stereofoam.<br />
Di sela-sela kegiatan pameran Flona<br />
itu, Pak Surani juga membuka praktek<br />
daur ulang styreofoam gratis kepada<br />
pengunjung. Atas kerja kerasnya<br />
itu, ia pernah memperoleh piagam<br />
penghargaan dari Kementerian<br />
Lingkungan Hidup, Presiden Soeharto<br />
dan Presiden Soesilo Bambang<br />
Yudhoyono.<br />
“Stereofoam bekas itu dapat kita<br />
olah menjadi berbagai jenis kerajinan<br />
tangan bernilai bisnis. Kami juga<br />
membuka kesempatan kepada warga<br />
Jakarta yang ingin belajar mendaur<br />
ulang stereofoam di markas saya di<br />
Cakung, Jakarta Timur,” tuturnya.<br />
Banyak Perubahan<br />
Aktivis lingkungan, Ully Sigar<br />
Rusady, berpendapat, pameran<br />
Flona 2<strong>01</strong>3 yang mengambil tema<br />
Kampung Hijau perlu memperoleh<br />
dukungan semua pihak, mengingat<br />
kondisi lingkungan Kota Jakarta<br />
dewasa ini telah banyak mengalami<br />
perubahan. Sama dengan perubahan<br />
kota-kota besar yang gencar melakukan<br />
pembangunan.<br />
“Yang terpenting sekarang,<br />
semua lapisan masyarakat harus<br />
lebih peduli pada lingkungan dan<br />
mendukung program penghijauan<br />
dan ikut mengatasi lingkungan secara<br />
bersama-sama. Termasuk menciptakan<br />
lingkungan hijau Ibu Kota, Jakarta,”<br />
ujarnya.<br />
Pameran Flona 2<strong>01</strong>3 yang<br />
juga bertepatan dengan peringatan<br />
Hari Lingkungan Hidup Sedunia,<br />
masyarakat diimbau agar lebih sadar<br />
bencana. Karena masalah lingkungan<br />
hidup sekarang sudah identik dengan<br />
bencana. Kita harus mau mempelajari<br />
bencana saat ini dan mengantisipasi<br />
kerusakan alam secara dini. Semua<br />
lapisan masyarakat sama-sama punya<br />
tanggung jawab untuk melestarikan<br />
alam. Bukan hanya pemerintah yang<br />
bertanggung jawab.<br />
Seperti layaknya kota besar<br />
di dunia yang sedang berkembang,<br />
demikian pula kondisi lingkungan<br />
di DKI Jakarta. Tentu ada kerusakan<br />
di mana ada pembangunan. Namun<br />
kita dapat melihat, di mana warga<br />
Jakarta kini beramai-ramai melakukan<br />
perubahan.<br />
“Di bawah kepemimpinan<br />
Gubernur Jokowi kita berharap<br />
lingkungan Jakarta akan lebih baik.<br />
Karena, apa yang dikatakan Jokowi<br />
disertai dengan tindakan nyata, yakni<br />
menata Kota Jakarta menjadi kota yang<br />
lebih baik.“<br />
Jadi, kata musisi ini, masyarakat<br />
harus lebih peduli pada lingkungan.<br />
Untuk menanggulangi panas bumi,<br />
atau pemanasan global, perlu<br />
diperbanyak menanam pohon dan<br />
memperbanyak ruang terbuka hijau.<br />
Minimal di lingkungan tempat tinggal<br />
masing-masing.RCW<br />
Suara Kebon Siraih<br />
DPRD Mengapresiasi<br />
Langkah Eksekutif<br />
Ada yang berubah pada rapat paripurna istimewa DPRD<br />
DKI Jakarta tahun ini. Rapat paripurna istimewa HUT Kota<br />
Jakarta tahun lalu Dewan lebih menyoroti kinerja Pemprov<br />
DKI Jakarta selama kurun waktu lima tahun terakhir.<br />
Namun rapat paripurna istimewa dalam rangka peringatan<br />
HUT Kota Jakarta ke-486 ini, Dewan memberikan<br />
gambaran beberapa hal menyangkut penyelenggaraan<br />
pemerintahan dan situasi riil warga Jakarta saat ini.<br />
Anggaran Pendapatan dan<br />
Belanja Daerah (APBD) tahun 2<strong>01</strong>3<br />
yang mencapai Rp 49,97 triliun,<br />
dinilai mengalami peningkatan 20,8<br />
persen dari Perubahan APBD Tahun<br />
2<strong>01</strong>2 yang hanya Rp 41,35 triliun.<br />
Dibandingkan APBD 2<strong>01</strong>2 sebesar<br />
Rp 36,02 triliun dan APBD Tahun<br />
Anggaran 2<strong>01</strong>3 sebesar Rp 49,97<br />
triliun, total peningkatan sebesar Rp<br />
72,08 triliun.<br />
Estimasi total APBD pada<br />
tahun 2<strong>01</strong>7 sebagaimana tercantum<br />
dalam Rencana Pembangunan Jangka<br />
Menengah Daerah (RPJMD) 2<strong>01</strong>3-<br />
2<strong>01</strong>7 adalah sebesar Rp 120,38 triliun,<br />
berarti peningkatannya mencapai<br />
140,87 persen dari APBD tahun<br />
2<strong>01</strong>3. Peningkatan APBD Tahun<br />
2<strong>01</strong>3 tersebut termasuk fantastik. Dari<br />
penjelasan gubernur yang disampaikan<br />
kepada dewan, peningkatan anggaran<br />
itu didasarkan pada asumsi dari rencana<br />
kenaikan penerimaan daerah yang<br />
berasal dari Pendapatan Asli Daerah<br />
(PAD) berupa Retribusi Daerah dan<br />
Pajak Daerah sebesar Rp 26,67 triliun,<br />
Dana Perimbangan sebesar Rp 9,27<br />
triliun dan lain-lain pendapatan daerah<br />
yang sah sebesar Rp 5,60 triliun.<br />
“Penerimaan Pembiayaan Daerah<br />
sebesar Rp 5,2 triliun, antara lain<br />
berasal dari Hibah MRT sebesar<br />
Rp 3,79 triliun. Sedangkan untuk<br />
peningkatan penerimaan daerah masih<br />
didominasi oleh sektor pajak, terutama<br />
pajak kendaraan bermotor,” papar<br />
Ketua DPRD DKI Jakarta, Ferial<br />
Sofyan.<br />
Ia menambahkan, salah satu<br />
faktor penting untuk peningkatan<br />
penerimaan daerah adalah terlaksananya<br />
online system untuk pajak parkir off<br />
street, restoran, hiburan, reklame dan<br />
sebagainya. Termasuk pendataan<br />
yang tepat untuk wajib pajak, serta<br />
pajak bumi dan bangunan (PBB).<br />
Tanpa melupakan berbagai indikator<br />
pendukung seperti pertumbuhan<br />
ekonomi DKI Jakarta yang<br />
diproyeksikan akan tumbuh 6,8 sampai<br />
7,0 persen tahun 2<strong>01</strong>3 ini. Sedangkan<br />
angka inflasi diperkirakan berada pada<br />
kisaran 5,0 sampai 6,0 persen serta nilai<br />
tukar rupiah terhadap dollar Amerika<br />
sebesar Rp 9.300.<br />
“Yang juga perlu dipikirkan, untuk<br />
menggali lebih banyak sumber-sumber<br />
pendapatan dari sektor lain yang tidak<br />
membebani rakyat, “ ujarnya. Sebab,<br />
lanjut Ferial Sofyan, peningkatan<br />
anggaran setiap tahun di satu pihak<br />
merupakan dukungan mutlak yang<br />
diperlukan untuk membangun Jakata<br />
Baru-Jakarta Kita. Di sisi lain, semangat<br />
dan determinasi yang ditampilkan<br />
oleh Eksekutif diharapkan mampu<br />
mengangkat harkat dan martabat<br />
semua lapisan warga Jakarta. Terutama<br />
masyarakat yang berada di bawah garis<br />
kemiskinan dapat hilang dari wilayah<br />
Jakarta.<br />
Ferial Sofyan menegaskan, Dewan<br />
sangat mengapresiasi program rencana<br />
pembangunan jangka menengah<br />
daerah (RPJMD) yang dicanangkan<br />
Pemprov DKI Jakarta tahun 2<strong>01</strong>3-<br />
2<strong>01</strong>7. Khususnya pengembangan sistem<br />
transportasi, mass rapid transit (MRT),<br />
penggunaan Light Rapid Transit<br />
(LRT), pengembangan koridor busway,<br />
penambahan armada busway, penataan<br />
trayek dan peremajaan armada bus<br />
sedang.<br />
“Karena Jakarta merupakan etalase<br />
Indonesia, diharapkan kualitas sarana<br />
dan prasarana transportasi pun harus<br />
berkualitas dengan standar optimal.<br />
Setingkat dengan kota-kota besar dunia,<br />
maju dan modern,” tambahnya.<br />
Penanganan Banjir dan Rob<br />
Secara khusus, dewan<br />
mengapresiasi langkah eksekutif<br />
melakukan percepatan normalisasi<br />
26 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 27
Waduk Pluit yang mengalami<br />
pendangkalan luar biasa karena<br />
adanya pemukiman liar serta tidak<br />
terpeliharanya lingkungan secara<br />
optimal. Demikian pula penguatan<br />
tanggul dalam konteks pembangunan<br />
Jakarta Coastal Defence Strategy<br />
(JCDS) yang lebih popular dengan<br />
sebutan Giant Sea Wall (tanggul<br />
raksasa), pembuatan sumur resapan,<br />
pembangunan terowongan multi<br />
fungsi bawah tanah (multi purpose<br />
deep tunnel) serta pengerukan dan<br />
normalisasi sungai dan saluran. Antara<br />
lain untuk Kali Cideng, Jakarta Pusat.<br />
Demikian pula peningkatan<br />
kualitas lingkungan perumahan dan<br />
pemukiman kota melalui pembangunan<br />
rumah susun sewa terpadu dengan<br />
fasilitas pasar, kesehatan dan olahraga.<br />
Peningkatan kualitas dan kuantitas<br />
ruang terbuka hijau (RTH) dengan<br />
melakukan penambahan RTH melalui<br />
pembelian lahan dan kontribusi<br />
pengembang, penggalangan peran<br />
swasta dan masyarakat dalam<br />
penyediaan dan pemeliharaan RTH<br />
publik melalui penghijauan lingkungan.<br />
“Termasuk upaya mengurangi<br />
ketimpangan ekonomi dan perluasan<br />
kesempatan kerja yang dilakukan<br />
melalui penyediaan ruang bagi ekonomi<br />
informal / pedagang kaki lima (PKL)<br />
pada kawasan perkantoran dan<br />
perdagangan, dengan membangun mall<br />
khusus bagi PKL dan memperbaiki<br />
pasar-pasar tradisional,” tuturnya.<br />
Pembangunan budaya multikultur,<br />
dengan pengembangan<br />
karakter kota berciri khas Betawi<br />
yang dikedepankan Pemprof<br />
DKI juga mendapat apresiasi<br />
dewan. Pembangunan budaya bisa<br />
direalisasikan dengan menyelenggarkan<br />
event bertaraf internasional,<br />
pengembangan pusat budaya Betawi,<br />
revitalisasi Kota Tua dan pembangunan<br />
Masjid Raya Jakarta.<br />
Sedangkan untuk peningkatan<br />
pelayanan publik, dilakukan melalui<br />
pengembangan pelayanan pajak<br />
online, pelayanan prima di kelurahan<br />
dan kecamatan, pengembangan<br />
layanan perijinan secara online serta<br />
penyelenggaraan pelayanan terpadu satu<br />
pintu (PTSP).<br />
Yang tak kalah pentingnya,<br />
menurut Ferial adalah peningkatan<br />
kualitas pendidikan melalui wajib<br />
belajar 12 tahun dengan penerapan<br />
Kartu Jakarta Pintar (KJP), dan<br />
peningkatan kompetensi guru.<br />
Demikian pula peningkatan kualitas<br />
kesehatan masyarakat dengan<br />
memberlakukan Kartu Jakarta Sehat<br />
(KJS), mengembangkan Puskesmas<br />
Rawat Inap, penambahan kapasitas<br />
tempat tidur kelas III pada Rumah<br />
Sakit Umum Daerah (RSUD) serta<br />
optimalisasi pelayanan kesehatan<br />
masyarakat untuk warga Jakarta.<br />
Sangat mendesak<br />
Ferial Sofyan juga<br />
menggarisbawahi, dari sembilan<br />
program unggulan yang dicanangkan<br />
eksekutif tersebut, bidang infrastruktur<br />
memiliki nilai investasi cukup besar.<br />
Terutama biaya pembangunan MRT,<br />
tahap pertama sebesar Rp 15,6<br />
triliun sepanjang 15,7 kilometer dari<br />
Lebak Bulus sampai bundaran Hotel<br />
Indonesia (HI) yang direncanakan<br />
selesai tahun 2<strong>01</strong>7. Tahap berikutnya,<br />
dari Bundaran HI sampai Kampung<br />
Bandan sepanjang 8,1 kilometer dan<br />
Koridor Timur-Barat sepanjang 63,20<br />
kilometer.<br />
“Meski pembangunan–<br />
pembanguan tersebut merupakan<br />
program strategis dan berjangka<br />
panjang, dewan menyepakatinya.<br />
Karena pembangunan tersebut<br />
merupakan kebutuhan yang sangat<br />
mendesak bagi warga Jakarta. Dewan<br />
juga sepakat, agar seluruh kegiatan<br />
pembangunan dilaksanakan dengan<br />
sistem dan payung hukum yang jelas<br />
mulai dari pendanaan dan undangundang.<br />
Baik dari Pemerintah Pusat<br />
maupun Pemerintah Daerah serta<br />
aturan-aturan lainnya,” imbuhnya.<br />
Dengan sistem dan payung<br />
hukum yang jelas, katanya, seluruh<br />
kegiatan pembangunan akan dapat<br />
menjaga dan memenuhi komitmen<br />
pemerintah daerah kepada warganya.<br />
Demikian pula dengan pembangunan<br />
JCDS atau Tanggul Raksasa di pantai<br />
utara Jakarta. Apalagi pembangunan<br />
infrastruktur modern itu mengadopsi<br />
dari model pembangunan yang terdapat<br />
di beberapa negara yang rencananya<br />
akan dilengkapi Pelabuhan Laut Dalam,<br />
jalan tol, stasiun pompa, pemukiman<br />
dan sarana pendukung lainnya. “<br />
Ini merupakan proyek prestisius dan<br />
pekerjaan yang maha berat, “ Ferial<br />
Sofyan menandaskan..<br />
Selain akan mengubah tampak<br />
muka wajah Jakarta, juga akan<br />
memancing warga luar Jakarta untuk<br />
turut merasakan derap pembangunan<br />
yang secara gegap gempita dilaksanakan<br />
oleh Pemprov DKI Jakarta saat ini.<br />
Karenanya, urbanisasi penduduk<br />
harus lebih dapat dikendalikan terkait<br />
semakin majunya pembangunan<br />
Jakarta.<br />
Bicara tentang kemacetan lalu<br />
lintas, penyebabnya adalah tingginya<br />
pertumbuhan kendaraan bermotor,<br />
infrastruktur jalan sudah tidak<br />
seimbang dan tingginya curah hujan<br />
yang mengguyur Kota Jakarta menjadi<br />
salah satu sumber kemacetan lalu<br />
lintas. Berdasarkan sumber dari Badan<br />
Meteorologi, Krimatologi dan Geofisika<br />
(BMKG), rata-rata curah hujan yang<br />
mengguyur Jakarta mencapai 2,5 juta<br />
meter kubik setiap jamnya pada Januari<br />
2<strong>01</strong>3 lalu.<br />
Perlu penanganan serius<br />
Dewan juga mengemukakan,<br />
masih banyak masalah yang perlu<br />
ditangani Pemprov DKI Jakarta secara<br />
serius. Mungkin diperlukan langkahlangkah<br />
revolusioner dan sistematis<br />
dalam penerapan nomor ganjil genap<br />
yang hingga kini masih menghadapi<br />
kendala. Melakukan pembatasan<br />
beroperasinya kendaraan pribadi masuk<br />
ke Jakarta pada, momen-momen<br />
tertentu, penghapusan areal-areal parkir<br />
kendaran pribadi pada seluruh jalan<br />
di Jakarta dan menjadikan salah satu<br />
pilihan alternatif dalam mengelola<br />
perparkiran di Ibu Kota.<br />
“Pertanyananya, apakah efektif<br />
jika Pemprov DKI Jakarta menyusun<br />
konsep sistem informasi parkir yang<br />
dapat diketahui oleh seluruh pengguna<br />
kendaraan di Jakarta, seperti konsep<br />
yang telah diterapkan oleh negaranegara<br />
lain.“ katanya.<br />
Di samping hal-hal tersebut di<br />
atas, dewan juga mencatat beberapa hal<br />
yang perlu penanganan serius. Antara<br />
lain rencana melaksanakan penyodetan<br />
Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur<br />
(KBT) sepanjang 2,1 kilometer<br />
sebagai upaya mengurangi beban Kali<br />
Ciliwung. Normalisasi Kali Ciliwung<br />
dari pintu air Manggarai sampai<br />
Jembatan TB Simatupang, Jakarta<br />
Selatan serta revitalisasi drainase yang<br />
menjadi tanggung jawab Pemerrntah<br />
Pusat melalui Kementerian Pekerjaan<br />
Umum.<br />
Demikian pula rencana yang<br />
mengharuskan semua pengelola<br />
gedung di wilayah DKI Jakarta untuk<br />
membuat sumur resapan dalam yang<br />
dapat dimanfaatkan untuk menampung<br />
debit air. Termasuk penanganan sampah<br />
dengan pembangunan integrated<br />
treatment facility (ITF), di Sunter yang<br />
hingga kini belum terealisasi dan belum<br />
ada kepastian pelaksanaan kegiatannya.<br />
Karena itu, perlu diambil langkahlangkah<br />
terpadu, mengingat jumlah<br />
sampah di Jakarta mencapai 6.500<br />
meter kubik per hari.<br />
Ketergantungan pada TPST<br />
Bantar Gebang, dinilai bukan solusi<br />
permanen. Sebab, pengelolaan sampah<br />
di DKI Jakarta memang harus menjadi<br />
tanggung jawab warga DKI. Meskipun<br />
TPST Bantar Gebang memperoleh<br />
plakat Adipura untuk Kategori Tempat<br />
Pemrosesan Akhir (TPA) terbaik, tidak<br />
harus menjadikan Bantar Gebang<br />
sebagai ladang sampah. Dari gambaran<br />
dan proyeksi-proyeksi dewan di atas<br />
dan beradsarkan pada program-program<br />
pembangunan sampai 2<strong>01</strong>7.<br />
“Maka tema Jakarta Baru, Jakarta<br />
Kita sebagai tema ulang tahun Kota<br />
Jakarta ke-486 tahun 2<strong>01</strong>3, merupakan<br />
upaya positif yang dilakukan<br />
Pemprov DKI Jakarta,“ Ferial Sofyan<br />
menegaskan. RCW<br />
28 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 29
transportasi<br />
MRT Jakarta<br />
Dimulai Tahun Ini<br />
Setelah penantian panjang, akhirnya dimulai<br />
pembangunan Mass Rapid Transit (MRT).<br />
Pembangunan megaproyek ini sebagai upaya<br />
pemerintah untuk menyediakan sarana transportasi<br />
massal yang memadai di Jakarta.<br />
Hal ini dinyatakan oleh Gubernur<br />
Provinsi DKI Jakarta, Joko Widodo<br />
pada Mei lalu saat mencanangkan<br />
megaproyek tersebut di Bundaran Hotel<br />
Indonesia, Jakarta Pusat.<br />
“Setelah ditunggu dan<br />
direncanakan selama 24 tahun,<br />
pada sore hari ini saya nyatakan<br />
pembangunan MRT Jakarta dimulai,”<br />
ujar Jokowi, sapaan akrab Gubernur<br />
DKI ini.<br />
Dengan diumumkannya<br />
pemenang lelang tiga paket pertama<br />
dari enam paket pengerjaan MRT,<br />
proyek tersebut dinyatakan segera<br />
dimulai. Tiga paket pertama ini<br />
dikerjakan oleh konsorsium Shimizu-<br />
Obayashi-Jaya Konstruksi-Wijaya Karya<br />
Joint Venture untuk mengerjakan<br />
dua paket, dan Sumitomo Mitsui<br />
Construction Corporation-Hutama<br />
Karya mengerjakan satu paket. Seluruh<br />
proyek paket pertama ini mencakup<br />
jalur layang Lebak Bulus-Bundaran<br />
Senayan dan konstruksi bawah tanah<br />
Bundaran Senayan-Bundaran HI.<br />
Proyek MRT Jakarta Tahap I<br />
sepanjang 15,7 km ini terdiri dari 13<br />
stasiun. Sebanyak 7 stasiun didesain<br />
melayang atau di atas permukaan tanah<br />
(elevated) sepanjang 9,8 km dan 6<br />
stasiun di bawah tanah sepanjang 5,9<br />
km. Jarak antarstasiun dalam rentang<br />
0,4 km hingga 2 km.<br />
“Ada 7 stasiun di atas, dan 6 di<br />
bawah tanah. Konstruksi dimulai dari<br />
bagian yang tersulit yakni konstruksi<br />
bawah tanah,” kata Dono Bustami,<br />
Direktur PT.MRT Jakarta.<br />
Dia juga mengatakan, tahap kedua<br />
proyek MRT mulai dari Bundaran HI<br />
hingga Kampung Bandan sedang dalam<br />
tahap studi. Setelah Tahap I, nantinya<br />
akan disusul oleh MRT tahap II yang<br />
akan dibangun dari Bundaran HI<br />
hingga Kampung Bandan sepanjang 8,3<br />
km dengan jumlah stasiun sebanyak 7<br />
stasiun di bawah tanah dari Bundaran<br />
HI ke Kota, dan satu stasiun di<br />
Kampung Bandan.<br />
Pengerjaan konstruksi fisik proyek<br />
diperkirakan akan dimulai sebelum<br />
akhir tahun ini, karena saat ini masih<br />
terdapat administrasi yang harus<br />
diselesaikan.<br />
“Saat ini fokus kami akan<br />
menyelesaikan tahap pertama dulu.<br />
Sebelum akhir tahun kami akan<br />
memulai MRT yang tahap pertama.<br />
Tahap kedua masih dilakukan<br />
studinya,” terang Dono.<br />
Pembangunan MRT ini<br />
menggunakan dana pinjaman dari<br />
Japan International Cooperation<br />
Agency (JICA) sebesar 125 miliar<br />
yen atau sekitar Rp 12,516 triliun<br />
dengan tenor pengembalian pinjaman<br />
berjangka waktu 40 tahun dan beban<br />
pengembalian pinjaman tersebut dibagi<br />
dua, yaitu 49 persen pemerintah pusat<br />
dan 51 persen Pemerintah Provinsi DKI<br />
Jakarta.<br />
Teknologi KRL<br />
MRT Jakarta memang akan<br />
berbeda dengan MRT di Negara lain<br />
seperti Eropa dll, karena teknologi yang<br />
digunakan untuk MRT Jakarta kurang<br />
lebih sama dengan teknologi yang<br />
digunakan kereta rel listrik (KRL) yang<br />
dioperasikan PT Kereta Api Indonesia<br />
(KAI). Mulai dari lebar rel hingga<br />
kereta yang digunakan sama persis dan<br />
setara dengan KRL Jabodetabek.<br />
Wakil Gubernur DKI Jakarta,<br />
Basuki T Purnama menjelaskan, MRT<br />
Jakarta adalah angkutan perkotaan<br />
sehingga tidak membutuhkan<br />
kecepatan seperti kereta jarak jauh.<br />
“Kenapa kita menggunakan<br />
teknologi yang sama dengan KRL,<br />
karena MRT di Jakarta tidak perlu<br />
mengebut. Kita tidak perlu kereta<br />
super cepat seperti yang ada di Jepang,”<br />
ungkapnya.<br />
Karena teknologi yang digunakan<br />
sama dengan KRL, Pemprov DKI<br />
Jakarta akan bekerja sama dengan PT<br />
KAI untuk meminjam depo kereta api<br />
di Stasiun Manggarai, Tanah Abang,<br />
dan Kampung Bandan.<br />
“Karena sama dengan KRL milik<br />
PT KAI, kita berencana meminjam<br />
depo dan bengkel milik PT.KAI. Kita<br />
tidak sanggup kalau membangun depo<br />
sendiri. Kita mau membangun MRT<br />
semurah mungkin. Siapa tahu, bisa<br />
kita integrasikan menjadi intermoda<br />
transportasi,” tuturnya.<br />
Harapan Baru<br />
Bagi warga Jakarta, kehadiran<br />
MRT menjadi sebuah harapan besar<br />
akan kenyamanan transportasi massal<br />
di Jakarta yang selama ini mereka<br />
idam-idamkan. Dengan MRT ini<br />
para penumpang bisa dengan mudah<br />
memperkirakan waktu tempuh karena<br />
tidak perlu lagi lama menunggu dan<br />
terjebak kemacetan.<br />
Sementara itu, untuk memberikan<br />
gambaran mengenai MRT ini, PT.<br />
MRT Jakarta telah melakukan public<br />
expose di arena Pekan Raya Jakarta<br />
selama tiga tahun berturut-turut.<br />
Kegiatan ini untuk memberikan<br />
pengenalan kepada warga akan seperti<br />
apa MRT Jakarta nantinya. Dalam<br />
ajang tersebut warga dapat bertanya<br />
untuk mengetahui seluk beluk<br />
mengenai MRT Jakarta. Tak heran<br />
jika stand MRT di arena PRJ pada 7<br />
Juni-7 Juli lalu ramai dikunjungi warga<br />
yang penasaran dan ingin mencoba<br />
menaikinya.<br />
Kehadiran MRT tentu akan<br />
menjadi salah satu solusi dalam<br />
mengurai kemacetan Jakarta.<br />
Diharapkan pengguna kendaraan<br />
pribadi akan beralih ke MRT. Dengan<br />
MRT waktu tempuh tak lagi lama<br />
karena macet. Selain MRT, Pemerintah<br />
Provinsi DKI Jakarta juga sedang<br />
memproses untuk pembangunan<br />
monorail. Disamping itu, kebijakankebijakan<br />
lainnya seperti Electronic<br />
Road Pricing (ERP), pajak parkir yang<br />
tinggi, serta kebijakan ganjil-genap akan<br />
secara bertahap diterapkan. ANN<br />
30 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 31
pekerjaan umum<br />
Normalisasi Waduk Pluit<br />
Mulai Menampakkan Hasil<br />
Program normalisasi Waduk Pluit yang digagas<br />
Jokowi mulai menampakkan hasil. Sisi barat dan<br />
sebagian sisi selatan waduk sudah rata dan mulai<br />
manampakkan wujud aslinya. Tapi tugas berat<br />
mananti sisi timur dan utara waduk yang kini masih<br />
dipadati penghuni liar.<br />
sebelum<br />
Jarum jam menunjukkan angka<br />
satu, ketika para pekerja di Waduk<br />
Pluit, Jakarta Utara mulai bangkit.<br />
Mereka berjalan menuju ke tempat<br />
kerjanya masing-masing. Ada yang<br />
menuju ke mobil pengeruk lumpur,<br />
sebagian ke tempat pengecoran<br />
jalan dan sebagian lagi ke tempat<br />
pengurukan tanah dan pengerasan<br />
jalan. Sesekali aparat melintas dan<br />
sebagian berjaga di posnya.<br />
Terik matahari yang tepat di atas<br />
kepala tak dihiraukan. Mereka yang<br />
bertugas mengeruk lumpur mulai<br />
mengangkat endapan lumpur yang<br />
bercampur sampah ke pinggir waduk.<br />
Mereka yang bertugas meratakan tanah<br />
untuk jalan inspeksi mulai mengukur<br />
dan menguruknya dengan bebatuan<br />
untuk pengerasan. Sementara itu<br />
mereka yang bertugas mengecor jalan<br />
inspeksi mulai meratakan semen<br />
cor yang dituang dari mobil molen<br />
pengangkut semen cor.<br />
Inilah pemandangan keseharaian<br />
Waduk Pluit hari-hari belakangan<br />
ini. Tapi ini hanya terjadi di sisi barat<br />
dan sebagian sisi selatan waduk.<br />
Sedangkan sisi timur dan sisi utara<br />
serta sebagain sisi selatan masih tetap<br />
seperti semula yang dipenuhi rumahrumah<br />
liar penduduk. Sisi barat dapat<br />
dinormalisasi karena semua penghuni<br />
yang menempati areal tersebut rela<br />
digusur dan dipindahkan ke rumah<br />
susun.<br />
Menurut catatan Kepala<br />
Koordinator Pelaksanaan Normalisasi<br />
Waduk Pluit, Heryanto, setidaknya<br />
ada 900 lebih rumah liar yang digusur<br />
dari sisi barat waduk dengan luas sekitar<br />
10 hektar. Saat ini lahan tersebut<br />
sudah rata dengan tanah. Sejauh mata<br />
memandang yang tampak hanyalah<br />
dari utara ke selatan. Hamparan tanah<br />
terbuka itu kini mulai dibangun jalan<br />
inspeksi yang mengelilingi waduk.<br />
Jalan inspeksi itu, kata Heryanto,<br />
selain berfungsi untuk memudahkan<br />
para pekerja yang tengah bekerja<br />
menormalisasi waduk, juga untuk<br />
menghindari agar warga tidak<br />
kembali membangun pemukiman<br />
liar di bantaran Waduk Pluit.<br />
Karena dengan adanya jalan inspeksi<br />
ini dipastikan warga akan sulit<br />
membangun rumahnya kembali karena<br />
adanya lalu lalang kendaraan di sana.<br />
Selain itu, bisa menjadi pengurai<br />
kemacetan dan juga jalan alternatif<br />
bagi pengguna jalan lainnya di sekitar<br />
Pluit dan Penjaringan, Jakarta Utara.<br />
Untuk mendukung jalan tersebut,<br />
juga dipasang lampu penerang jalan<br />
yang berada di sisi timur jalan. Jalan<br />
inspeksi dengan lebar 10 meter kini<br />
sudah terbangun sekitar 2 kilometer<br />
yang memanjang dari sisi selatan<br />
mengelilingi waduk menuju utara di<br />
bagian barat waduk.<br />
“Selebihnya tentunya akan<br />
dimanfaatkan untuk penghijauan di<br />
sekitar bantaran waduk,” ujarnya.<br />
Waduk Pluit memiliki luas<br />
sekitar 80 hektar, sekitar 20 hektar<br />
menjadi hunian penduduk yang berada<br />
di bantaran waduk. Sesuai program<br />
normalisasi Waduk Pluit, direncanakan<br />
seluruh hunian tersebut dapat<br />
dikosongkan seluruhnya. Kini sudah<br />
berhasil dikosongkan sekitar 10 hektar<br />
yang berada di sisi barat. Sedangkan 10<br />
hektar lagi yang berada di sisi timur dan<br />
utara belum tersentuh. Direncanakan<br />
pada tahun-tahun mendatang seluruh<br />
kawasan Waduk Pluit terbebas dari<br />
hunian liar.<br />
Program Unggulan<br />
Normalisasi Waduk Pluit<br />
merupakan salah satu bagian dari 20<br />
unggulan program Pemprov DKI<br />
Jakarta. Normalisasi Waduk Pluit<br />
masuk dalam program penataan<br />
pembangunan situ, waduk, dan<br />
tanggul pengaman pantai. Termasuk di<br />
dalamnya juga pembangunan embung,<br />
pembebasan lahan dan pembangunan<br />
waduk, serta pembangunan tanggul<br />
pengaman di pantai utara Jakarta.<br />
Menurut Gubernur Jokowi, untuk<br />
program normalisasi Waduk Pluit<br />
direncanakan anggaran Rp 1 trilliun.<br />
Anggaran sebesar itu diperoleh dari<br />
Anggaran Pendapatan dan Belanja<br />
Daerah (APBD) DKI Jakarta 2<strong>01</strong>3.<br />
Selain digunakan untuk pengerukan<br />
waduk yang mengalami pendangkalan,<br />
anggaran tersebut juga untuk<br />
pengadaan sheet pile dan penambahan<br />
fasilitas pendukung lainnya.<br />
Sebagai bagian dari sekitar 40 situ<br />
atau waduk yang ada di DKI Jakarta,<br />
Waduk Pluit termasuk waduk terbesar<br />
di Jakarta Utara, bahkan di wilayah<br />
DKI Jakarta. Waduk Pluit berlokasi di<br />
Jl. Pluit Selatan Raya atau di Kelurahan<br />
Penjaringan, Kecamatan Penjaringan<br />
Jakarta Utara. Sebagaimana fungsi<br />
waduk yang ada di DKI Jakarta, Waduk<br />
Pluit berfungsi sebagai tangkapan<br />
air guna mengendalikan limpahan air<br />
hujan dan kiriman banjir dari wilayah<br />
hulu. Selain itu, juga berfungsi untuk<br />
penyediaan air bersih. Karena berlokasi<br />
di wilayah Penjaringan Jakarta Utara,<br />
maka Waduk Pluit berfungsi untuk<br />
mengendalikan banjir di wilayah Pluit,<br />
Penjaringan, Muara Baru, Pejagalan dan<br />
sekitarnya.<br />
Upaya menormalisasi Waduk<br />
Pluit dilakukan Pemprov DKI Jakarta,<br />
selain sebagai salah satu cara untuk<br />
meminimalisir banjir di ibu kota, juga<br />
untuk mengembalikan fungsi waduk<br />
sebagai tempat penampungan air. Banjir<br />
besar yang melanda ibukota Januari<br />
lalu menjadi alasan Gubernur Jokowi<br />
untuk menormalisasi Waduk Pluit ini.<br />
Karena waktu itu Waduk Pluit tidak<br />
mampu menampung banyaknya debit<br />
air yang masuk ke waduk, baik yang<br />
berasal dari hujan maupun limpahan<br />
dari hulu.<br />
Keterbatasan daya tampung waduk<br />
karena selain adanya pendangkalan,<br />
juga adanya faktor hunian liar yang<br />
memenuhi bantaran waduk. Waduk<br />
yang dirancang memiliki kedalaman<br />
10 meter lebih itu kini hanya tersisa<br />
kedalamam 2-3 meter saja. Selain<br />
dangkal, waduk juga ditumbuhi<br />
tanaman liar seperti eceng gondok<br />
serta tumpukan sampah dari warga<br />
penghuni bantaran waduk yang<br />
menutup hampir 75 persen permukaan<br />
waduk.<br />
Karena itu tidak mengherankan<br />
bila banjir yang terjadi awal 2<strong>01</strong>3<br />
lalu menenggalamkan kawasan yang<br />
tergolong elite tersebut. Setidaknya tiga<br />
blok perumahan mewah berikut ribuan<br />
warga yang berada di sekitar waduk ikut<br />
terendam. Bahkan, banjir di kawasan<br />
itu termasuk yang paling parah, selain<br />
kawasan langganan banjir lainnya,<br />
seperti di Kampung Melayu, Jakarta<br />
Timur. NR<br />
hamparan tanah yang memanjang<br />
32 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 33<br />
sesudah
pekerjaan umum<br />
Penghuni Bantaran Waduk Pluit<br />
Menunggu Kepastian Dipindah<br />
Hari-hari belakangan ini, Asmui, 41 tahun, serasa<br />
dihantui sedikit kekhawatiran. Simpang siur berita<br />
yang didengarnya membuatnya bingung. Betapa<br />
tidak, belum lama ia mendengar tempat tinggalnya<br />
akan segera digusur, namun belakang berubah lagi<br />
tak jadi, alias mundur. Ketidakpastian inilah yang<br />
justru membuat kesehariannya kurang tenang.<br />
“Saya ingin tahu kepastiannya<br />
kapan, jadi saya ada persiapan untuk<br />
pindah. Kalau tidak pasti begini kan<br />
jadi repot,” ujar pria asal Pemalang,<br />
Jawa Tengah yang menghuni rumah liar<br />
di bantaran Waduk Pluit di sisi timur<br />
ini.<br />
Asmui adalah satu dari ribuan<br />
penghuni liar yang menempati<br />
bantaran Waduk Pluit di bagian sisi<br />
timur dan berada di RT 16/RW17<br />
Kelurahan Penjaringan, Kecamatan<br />
Penjaringan, Jakarta Utara. Selama<br />
kurang lebih 5 tahun menempati<br />
areal tersebut, ayah dari satu orang<br />
putera ini merasa aman dan nyaman.<br />
Selama itu tidak pernah terdengar bakal<br />
digusur. Kalaupun ada selentingan<br />
biasanya hanya candaan saja. Tapi<br />
belakangan ini memang tampak beda.<br />
Apalagi para penghuni yang berada<br />
di sisi barat waduk sudah tergusur<br />
semua. Ini menjadi bukti bahwa berita<br />
penggusuran itu memang nyata adanya.<br />
“Saya dengar memang akan<br />
digusur semua, tapi entah kapan yang<br />
di sini,” tandasnya.<br />
Tapi bagi pria yang sehari-hari<br />
berkerja sebagai penjual kacang rebus<br />
keliling ini mengaku tak masalah.<br />
Apakah jadi digusur atau tidak,<br />
sekarang atau nanti baginya sama<br />
saja. Hanya saja dia berharap, kalau<br />
memang jadi digusur, setidaknya ada<br />
pemberitahuan tentang waktu dan<br />
tanggalnya secara pasti. Karena dengan<br />
begitu ia punya persiapan pindah untuk<br />
mencari tempat yang baru.<br />
Diakui Asmui, tempat tinggal<br />
yang kini ia tempati berdua bersama<br />
istrinya ini bukanlah miliknya,<br />
melainkan mengontrak bulanan. Tiap<br />
bulan ia bayar Rp 200 ribu. Semula<br />
pada tahun pertama hanya Rp 100<br />
ribu, tapi lama-lama naik menjadi Rp<br />
200 ribu. Dengan uang Rp 200 ribu<br />
tiap bulan ini, Asmui mendapatkan<br />
sepetak kamar berukuran 3 x 4 meter<br />
ditambah listrik dan air gratis. Kamar<br />
terbuat dari papan dengan atap seng<br />
dan empat tiang penyangga kayu ini<br />
berdiri kokoh di atas Waduk Pluit.<br />
“Kalau rumah panggung seperti<br />
ini umumnya dikontrakkan dan<br />
lokasinya paling belakang menjorok ke<br />
waduk, sedangkan pemiliknya ada di<br />
darat dengan tempat tinggal permanen.<br />
Rata-rata mereka memiliki 2 hingga 4<br />
kamar kontrakan,” ujarnya lagi.<br />
Menurut Asmui, dirinya siap<br />
pindah kapan saja. Namun yang cukup<br />
dirasakan agak mengganggu adalah<br />
kemana harus pindah nantinya. Sebab<br />
tidak mungkin ia mendapatkan rumah<br />
susun sebagai penggantinya, karena<br />
dirinya masih memegang KTP daerah.<br />
Kalaupun pindah kontrakan di tempat<br />
lain tentu cukup mahal dan tempatnya<br />
mungkin tidak di dekat sini. Padahal<br />
istrinya bekerja di pabrik pengolahan<br />
udang di Muara Baru yang cukup dekat<br />
dengan tempat tinggalnya sekarang.<br />
Rumah Susun<br />
Hal yang hampir sama juga<br />
dirasakan oleh Masnah, 44 tahun yang<br />
tinggal tak jauh dari tempat tinggal<br />
Asmui. Ibu dari dua orang anak ini<br />
juga merasa was-was dengan rencana<br />
penggusuran tempat tinggalnya.<br />
Apalagi ia sering berada di rumah<br />
sendiri bersama kedua anaknya. Karena<br />
suaminya bekerja sebagai buruh kapal<br />
nelayan yang berlayar selama dua<br />
hingga tiga bulan lamanya.<br />
Bedanya, Masnah tidak<br />
mengontrak, melainkan memiliki<br />
rumah permanen dengan luas sekitar<br />
60 meter persegi. Rumah tembok<br />
yang ditempatinya itu ia bangun<br />
sendiri sembilan tahun lalu, sedangkan<br />
tanahnya ia beli dari tetangga<br />
sebelahnya. Untungnya perempuan<br />
asal Tangerang ini sudah memiliki<br />
KTP DKI Jakarta bersama suaminya.<br />
Sehingga bila digusur nanti punya<br />
kesempatan mendapatkan rumah susun<br />
sebagai pengganti.<br />
“Meski memiliki KTP DKI<br />
Jakarta, kami tetap khawatir. Karena<br />
jumlah rumah rusun terbatas. Apalagi<br />
yang sudah tergusur banyak yang tidak<br />
kebagian rumah susun,” ujarnya.<br />
Namun demikian, kini ia<br />
mengaku agak sedikit lega, karena ia<br />
mendengar kalau penggusuran urung<br />
dilaksanakan karena menunggu<br />
tersedianya rumah susun terlebih dulu.<br />
Ini merupakan permintaan warga dan<br />
juga merupakan kesepakatan bersama<br />
diantara mereka. Masnah sendiri juga<br />
menyatakan siap menolak digusur bila<br />
tidak ada pengganti rumah susun.<br />
“Saya siap dipindah ke rumah<br />
susun, tapi kalau bisa gratis dan tidak<br />
usah membayar cicilan bulanan,”<br />
pintanya.<br />
Warga yang sekarang masih<br />
menghuni kawasan waduk Pluit pun<br />
menyatakan rela pindah asal direlokasi<br />
ke rusun yang biaya sewanya tidak<br />
mahal, seperti rusun lainnya yang<br />
disediakan oleh Pemprov DKI jakarta.<br />
Sementara itu Kepala Dinas<br />
Perumahan dan Gedung Pemda DKI<br />
Jakarta, Yonathan Pasodung tampak<br />
sangat berhati-hati dalam memberikan<br />
pelayanan kepada masyarakat yang<br />
ingin tinggal di rusun. Dalam suatu<br />
wawancara, Pasodung berjanji akan<br />
melaksanakan perintah Gubernur Joko<br />
Widodo dan Wagub Basuki Tjahaja<br />
Purnama untuk langsung melayani<br />
permohonan warga yang ingin tinggal<br />
di rusun dengan pengurusan suratsurat<br />
, seperti KTP, dan lainnya sebagai<br />
kelengkapan administrasi. Ketika<br />
banyak warga yang menyatakan<br />
minatnya untuk tinggal di rusun<br />
Marunda beberapa waktu lalu,<br />
Pasodung pun menghimbau agar<br />
warga terlebih dulu melengkapi berkas<br />
persyaratan penempatan rusun sebelum<br />
datang ke Kantor Dinas Perumahan.NR<br />
34 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 35
pemerintahan<br />
Pelantikan Pejabat Raih<br />
Rekor MURI<br />
Baru pertama kalinya<br />
berlangsung pelantikan<br />
pejabat dalam jumlah<br />
terbanyak, tidak hanya di DKI<br />
Jakarta, tapi se-Indonesia.<br />
Pelantikan massal 415<br />
pejabat eselon III dan IV di<br />
lingkungan Pemprov DKI<br />
Jakarta ini akhirnya mendapat<br />
penghargaan dari Museum<br />
Rekor Indonesia (MURI).<br />
Penghargaan tersebut<br />
diberikan secara langsung<br />
oleh Ketua Yayasan MURI,<br />
Jaya Suprana kepada<br />
Gubernur DKI Jakarta, Joko<br />
Widodo, di Balaikota DKI<br />
Jakarta, akhir Mei lalu.<br />
Pejabat yang dilantik itu terdiri<br />
dari 78 orang eselon III dan 337 orang<br />
eselon IV. Mereka yang dilantik<br />
sebagai camat dari luar pejabat definitif<br />
sebanyak 17 orang. Sedangkan lurah<br />
dari luar pejabat definitif sebanyak 76<br />
orang.<br />
Usai upacara pelantikan, Jokowi<br />
menyalami pejabat yang baru dilantik<br />
itu sambil mengucapkan selamat satu<br />
per satu lurah kepada camat dan lurah.<br />
Dan tak lupa memberikan pesan agar<br />
menjalankan tugas dengan baik serta<br />
menjaga amanah dan tanggung jawab<br />
sebagai pejabat publik.<br />
Jaya Suprana yang juga dikenal<br />
sebagai budayawan dalam sambutannya<br />
menyampaikan rasa bangganya<br />
atas upaya reformasi birokrasi yang<br />
dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko<br />
Widodo (Jokowi).<br />
“Saya tidak pernah mendukung<br />
Anda jadi gubernur, karena ingin<br />
Anda lebih dari sekadar jadi gubernur.<br />
Dengan penuh rasa bangga kami<br />
memberikan rekor ini,” kata Jaya<br />
Suprana, di sela-sela pelantikan pejabat<br />
eselon III dan IV di halaman Balaikota<br />
DKI Jakarta.<br />
Saat memberikan penghargaan<br />
tersebut Jaya berseloroh, bahwa<br />
penghargaan ini sebenarnya tidak<br />
diberikan kepada Jokowi melainkan<br />
kepada pejabat yang dilantik. “Yang<br />
memecahkan bukan Pak Jokowi tapi<br />
lurah dan camat serta pejabat eselon<br />
III dan IV yang dilantik, karena tanpa<br />
Anda rekor ini tidak akan ada,” ujarnya.<br />
Sebelumnya, kata Jaya, pelantikan<br />
ini diusulkan mendapatkan rekor<br />
nusantara namun ditolak. Sebab rekor<br />
ini dianggap lebih pantas mendapatkan<br />
rekor dunia. “Karena belum pernah<br />
terjadi di nusantara dan dunia, secara<br />
serentak camat dan lurah dilantik.<br />
Baru di Jakarta ini. Jadi saat rekor<br />
ini diajukan untuk tingkat nasional<br />
terpaksa kami menolak karena rekor<br />
ini bukan nasional, tapi dunia,” Jaya<br />
menegaskan.<br />
Acara pelantikan tersebut dihadiri<br />
oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat<br />
Daerah (SKPD) setingkat kepala<br />
dinas, wali kota, serta anggota DPRD<br />
DKI Jakarta. Tak hanya pejabat,<br />
acara pelantikan itu juga hadiri oleh<br />
masyarakat.<br />
Percepatan Karier<br />
Kenaikan jenjang karier melalui<br />
uji kompetensi atau lelang jabatan,<br />
khususnya untuk lurah dan camat<br />
di tahap awal ini, disambut baik<br />
oleh banyak kalangan, khususnya<br />
di kalangan PNS di Pemprov DKI.<br />
Pertimbangan kompetensi atau<br />
kemampuan yang lebih dikedepankan,<br />
dinilai merupakan lompatan atau<br />
percepatan. Sebelumnya untuk naik<br />
jabatan harus melalui waktu cukup<br />
panjang. Ada pula yang bilang, mesti<br />
ngantre dulu.<br />
Di bawah kepemimpinan Jokowi<br />
ini, menurut Asisten Perekonomian<br />
Sekretaris Kota (Sekko) Jakarta Barat,<br />
Isnawa Adji, kepada berita jakarta.<br />
com, siapapun bisa asal punya prestasi<br />
dan kemampuan. “Siapa pun yang<br />
punya prestasi dan kemampuan bisa<br />
menunjukkan kemampuannya di<br />
wilayah untuk menduduki jabatan yang<br />
lebih tinggi, ” kata Isnawa.<br />
Jika menurut peraturan yang ada,<br />
dari jabatan camat menjadi Asisten<br />
Sekko dibutuhkan waktu kurang lebih<br />
5 tahun. Namun dengan adanya sistem<br />
baru ini dirinya bisa langsung menjabat<br />
sebagai Asisten Sekko meski menjabat<br />
Camat Tambora baru 2,5 tahun.<br />
Hendra Hidayat, Kepala Suku<br />
Dinas Pendidikan Menengah Jakarta<br />
Timur juga menilai, dengan adanya<br />
lelang jabatan ini bisa memberikan<br />
kesempatan yang sama kepada para<br />
PNS untuk menduduki jabatan<br />
tertentu. “Ini fair. Setiap orang<br />
memiliki kesempatan yang sama untuk<br />
menduduki jabatan tertentu. Tes yang<br />
dilakukan juga komprehensif,” kata<br />
Hendra yang sebelumnya menjabat<br />
sebagai Camat Kebonjeruk.<br />
Camat Senen, Lola Lovita pun<br />
mengatakan hal senada. Dengan<br />
dilakukan seleksi terbuka ini, menurut<br />
Lola, kompetensi PNS dapat terlihat,<br />
sehingga bisa dimaksimalkan pada<br />
posisi yang tepat. Terlebih menurut<br />
Lola, sebagai Kepala Puskesmas<br />
Grogolpetamburan, dirinya tidak akan<br />
bisa menjadi camat jika tidak ada seleksi<br />
seperti ini. “Kalau tidak ada seleksi saya<br />
belum tentu jadi camat,” kata Lola<br />
menandaskan.IS<br />
36 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 37
pemerintahan<br />
Premi Lasari Camat dengan Nilai Tertinggi<br />
Pasar Rebo Terapkan Pelayanan Online<br />
Pemprov DKI Jakarta<br />
mengelompokkan tujuh<br />
kandidat camat dan 71<br />
lurah baru yang lulus<br />
dengan nilai sangat<br />
memuaskan. Menurut<br />
Kombes Polisi Untung<br />
Laksono, selaku ketua<br />
tim penilai dari Mabes<br />
Polri, ketujuh camat dan<br />
71 lurah tersebut dapat<br />
dikatakan memperoleh<br />
nilai outstanding atau<br />
melebihi syarat untuk<br />
menjadi camat dan lurah.<br />
Peraih nilai tertinggi pada kategori<br />
masing-masing adalah Camat Pasar<br />
Rebo, Jakarta Timur, Premi Lasari<br />
dengan nilai 276,49, mengungguli<br />
nilai 43 camat lainnya. Sedangkan<br />
Lurah Gambir, Jakarta Pusat unggul<br />
atas 256 lurah dengan nilai 245.<br />
Keduanya unggul dalam ujian yang<br />
mencakup tes psikologi, presentasi<br />
tentang topik jabatan camat dan lurah,<br />
LGD (leaderless group discussion),<br />
serta wawancara tentang kemampuan<br />
manajerial.<br />
Seleksi tersebut, katat Untung<br />
Laksono, dilakukan secara “buta”.<br />
Artinya, tim penilai tidak membedakan<br />
kandidat berdasarkan jabatan mereka.<br />
Apakah mereka sedang menjabat<br />
camat dan lurah atau tidak. Tetapi,<br />
tidak dianggap pegawai negeri yang<br />
tak cakap. Kepala Badan Kepegawaian<br />
Daerah Provinsi DKI Jakarta, I Made<br />
Karmayoga mengatakan, seleksi<br />
difokuskan untuk mencari camat dan<br />
lurah. Karenanya, bisa saja mereka<br />
cocok di posisi lain yang setara.<br />
Dari 980 nama peserta lelang<br />
jabatan lurah dan camat hanya 498<br />
nama yang lolos dari uji kecakapan<br />
manajerial. Hasil itu menurtut<br />
Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Joko<br />
Widodo, cukup lumayan dan tidak<br />
terlalu jelek. Nilainya cukup bervariasi.<br />
“ Ada yang sangat baik, baik, dan<br />
cukup,” kata gubernur.<br />
Selanjutnya, bagi mereka<br />
yang sudah dinyatakan lolos, lalu<br />
menghadapi sidang yang dilakukan<br />
Badan Pertimbangan Jabatan dan<br />
Kepangkatan. Mereka diseleksi oleh<br />
tim yang terdiri dari wali kota, bupati,<br />
sekretaris daerah, asisten sekretaris<br />
daerah, gubernur dan wakil gubernur.<br />
Jika lolos sidang, kandidat lalu<br />
menjalani uji terakhir, yakni uji publik.<br />
Setiap area, bisa ada dua atau tiga<br />
kandidat.<br />
Dalam uji terakhir itu,<br />
masyarakat bisa memberi masukan<br />
tentang rekam jejak setiap kandidat<br />
atau pun mengungkap kasus yang<br />
pernah menimpa kandidat-kandidat<br />
tersebut. Masukan dapat disampaikan<br />
melalui e-mail, situs BKD, maupun<br />
SMS ke nomor yang telah disediakan<br />
pemerintah DKI Jakarta.<br />
Camat Pasar Rebo, Premi Lasari<br />
yang memperoleh nilai tertinggi merasa<br />
kaget dan mengaku masih banyak<br />
peserta yang nilainya lebih baik dari dia.<br />
Tahun lalu, ibu dari tiga orang putra<br />
kelahiran Jakarta yang rendah hati<br />
itu juga memperoleh predikat sebagai<br />
Camat Teladan. Keberhasilan itu<br />
menurutnya adalah keberhasilan warga<br />
Kecamatan Pasar Rebo yang memiliki<br />
kepedulian besar dalam membangun<br />
wilayahnya.,<br />
Menurut Premi Lasari, sikap<br />
gotong royong dan disiplin tinggi<br />
masyarakat menjadi kunci keberhasilan<br />
dalam membangun dan menata<br />
wilayah Pasar Rebo yang mermiliki<br />
luas 1.297,70 hektar terdiri dari 5<br />
kelurahan, 53 RW, dan 524 RT. Jumlah<br />
penduduk 207.673 jiwa, 107.377<br />
orang laki-laki dan 100.107 orang<br />
perempuan.<br />
Dari data yang diperoleh<br />
disebutkan, masih ada RW kumuh<br />
ringan di wilayah Kecamatan Pasar<br />
Rebo, khususnya di RW 04 Kelurahan<br />
Pekayon. Masalah krusial yang<br />
dihadapi, karena menjadi perbatasan<br />
antara wilayah Jakarta Timur dan<br />
Jakarta Selatan serta Jl Raya Bogor<br />
adalah tawuran pelajar. Tetapi tidak<br />
terlalu parah seperti wilayah Jakarta<br />
lainnya, karena wilayah Kecamatan<br />
Pasar Rebo terdapat 19 komplek<br />
tentara. Jika terjadi tawuran antarpelajar<br />
dapat segera diatasi.<br />
“Tawuran antarpelajar dapat segera<br />
dibubarkan berkat adanya koordinasi<br />
antar Kapolsek, Danramil, Satpol PP,<br />
Tramtib dan Muspika Kecamatan, “<br />
katanya<br />
Untuk memberikan pelayanan<br />
dan menampung aspirasi masyarakat,<br />
pihaknya menyediakan website www.<br />
kecamatanpasarrebo.com. Dengan<br />
demikian, masyarakat dapat mengakses<br />
berbagai program kerja kecamatan<br />
serta berbagai informasi kewilayahan<br />
dan kegiatan nyata Kecamatan Pasar<br />
Rebo, termasuk transparansi pengadaan<br />
barang dan pelayanan masyarakat.<br />
Premi Lasari rupanya menerapkan<br />
aksi blusukan ke setiap RT/RW sejak<br />
sebelum Ir Joko Widodo (Jokowi)<br />
menjabat Gubernur Provinsi DKI<br />
Jakarta untuk menyerap aspirasi<br />
masyarakat. Gaya blusukan yang<br />
dilakukan Premi itulah yang<br />
mengantarkannya terpilih sebagai<br />
Camat Teladan DKI Jakarta 2<strong>01</strong>2.<br />
Bahkan, ia pun selalu hadir dalam<br />
peremajaan RT/RW .<br />
Dua minggu sekali, ia menggelar<br />
rapat koordinasi (rakor) di kecamatan<br />
untuk membahas berbagai program<br />
kerja yang dicanangkan pemerintah<br />
DKI Jakarta, Wali Kota, dan kecamatan<br />
serta laporan dari kelurahan-kelurahan.<br />
Terutama wilayah-wilayah yang<br />
sering terserang banjir seperti wilayah<br />
Kelurahan Pasar Rebo, yang dilalui tiga<br />
sungai, yakni Kalibaru, Kali Ciliwung<br />
dan Kali Cipinang. Yang paling<br />
potensial mengakibatkan banjir adalah<br />
Kali Cijantung dan Kali Cipinang yang<br />
sering melanda warga kelurahan Kalisari<br />
dan kelurahan Pekayon.<br />
Percontohan On-line<br />
Atas prestasinya tersebut,<br />
Kecamatan Pasar Rebo ditunjuk<br />
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo<br />
(Jokowi) dan Wakil Gubernur, Basuki<br />
Tjahaya Purnama (Ahok) sebagai<br />
kecamatan percontohan pelayanan<br />
perizinan secara online.<br />
“Ini upaya memberi kemudahan<br />
pelayanan kepada masyarakat. Mereka<br />
tak usah datang ke kecamatan atau<br />
ke kantor walikota untuk mengurus<br />
berbagai perizinan. Mereka cukup<br />
membuka website di rumah, lalu<br />
persyaratan perizinan itu diketik,<br />
tinggal mengakses pelayanan<br />
perizinannya. Kini, sedang dalam proses<br />
pengoperasiannya,” ujarnya.<br />
Tak jauh berbeda dengan wilayah<br />
lainnya, permasalahan pelik yang<br />
dihadapi adalah penanganan sampah.<br />
Ini terjadi karena terbatasnya lahan<br />
pembuangan sampah sementara<br />
(LPS). Ia mencontohkan, di wilayah<br />
Kelurahan Gedong masih sering<br />
terjadi penumpukan sampah yang<br />
mengganggu warganya. Walau pihaknya<br />
sudah berusaha menangani sampah<br />
itu secara maksimal, tetapi akibat<br />
terbatasnya lahan penampungan<br />
sampah (LPS) , masyarakat membuang<br />
sampah pada sudut-sudut jalan.<br />
Baru-baru ini, kata Premi,<br />
Pemprov DKI Jakarta, Dinas<br />
Kebersihan dan Kopassus menjalin<br />
kerjasama dalam pengadaaan LPS di<br />
Kompleks Kopassus serta membuat<br />
bank-bank sampah percontohan di<br />
beberapa kelurahan. Di Kelurahan<br />
Cijantung misalnya, ada pengolahan<br />
sampah dengan system 3 R. Yang<br />
sedang digalakkan adalah, minimal<br />
ada satu RW setiap kelurahan yang<br />
memiliki Bank Sampah.<br />
Selama ini, yang sering menjadi<br />
sasaran pembuangan sampah adalah<br />
sepanjang bantaran Kali Baru atau<br />
sepanjang Jl. Raya Bogor dan pinggir<br />
Kali Ciliwung. Beberapa LPS sepanjang<br />
bantaran Kali Ciliwung, terutama<br />
perbatasan antara wilayah Jakarta<br />
Selatan dan Jakarta Timur, sudah<br />
ditutup. Langkah selanjutnya adalah<br />
membangun depo sampah yang lebih<br />
besar di komplek tentara di kelurahan<br />
Gedong, Yon 021 sebagai upaya<br />
mengurangi pembuangan sampah-<br />
mereka yang tidak lolos seleksi juga<br />
38 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 39
pendidikan<br />
Hasil UN 2<strong>01</strong>3<br />
Cukup Membanggakan<br />
sampah liar.<br />
Surasno, petugas penanganan<br />
sampah Kecamatan Pasar Rebo<br />
mengemukakan, volume sampah<br />
per hari mencapai 1<strong>01</strong>,3 ton dengan<br />
14 armada. Setiap armada dapat<br />
mengangkut sampah dua kali per hari<br />
ke Bantargebang, atau 28 rit. Itu berarti<br />
hanya sekitar 80 persen sampah yang<br />
dapat terangkut.<br />
“Guna memberikan<br />
pelayanan kepada masyarakat, kami<br />
mengoperasikan 15 gerobak motor.<br />
Untuk sampah di sekitar fly over<br />
Cijantung dan GOR Ciracas adalah<br />
tanggung jawab Kecamatan Ciracas.<br />
Bukan tanggung jawab Kecamatan<br />
Pasar Rebo,” tuturnya.<br />
Perhatian serius<br />
Yang menjadi perhatian serius<br />
lainnya adalah penanganan penyakit<br />
demam bedarah dengue (DBD).<br />
Terutama pada saat-saat perubahan<br />
musim (musim pancaroba) seperti<br />
sekarang ini. Untuk wilayah Kota<br />
Administrasi Jakarta Timur, Kecamatan<br />
Pasar Rebo masuk kategori daerah<br />
kuning. Ini artinya volume penderita<br />
DBD masih butuh perhatian serius.<br />
40 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
Antara lain melakukan PSN secara<br />
intensif setiap Jumat dan mengaktifkan<br />
juru pemantau jentik (Jumantik).<br />
“Untuk komplek-komplek<br />
tentara, kami koordinasi dengan<br />
para komandan Komplek. Sehingga,<br />
pelaksanaan jumantik dan PSN<br />
memperoleh dukungan sepenuhnya,”<br />
ujarnya.<br />
Alumnus Sekolah Tinggi<br />
Pemerintah Dalam Negri (STPDN)<br />
1997 ini meniti karirnya sebagai<br />
Sekretaris Lurah Condet Balekambang,<br />
lalu menjabat Lurah Makasar, Sekretaris<br />
Kecamatan Matraman dan Camat Pasar<br />
Rebo sejak 2,5 tahun lalu. Sejak tahun<br />
lalu, ia sudah menerapkan pelayanan<br />
terpadu kepada masyarakat melalui<br />
enam loket. Jika semula masyarakat<br />
agak bingung untuk mengurus berbagai<br />
keperluan, kini semua loket pelayanan<br />
itu berada di lantai dasar kantor<br />
kecamatan yang berlokasi di Jl Raya<br />
Bogor.<br />
Waktu itu, ia berinisiatif,<br />
bagaimana masyarakat yang ingin<br />
mengurus perizinan usaha, membayar<br />
pajak, kependudukan, ketenagakerjaan,<br />
izin domisili dan sebagainya dengan<br />
mudah dan tak perlu mencari dari<br />
lantai satu sampai lantai tiga dan<br />
sebagainya. Akhirnya, semua seksi<br />
pelayanan masyarakat ditempatkan<br />
menjadi satu untuk memberikan<br />
pelayanan kepada masyarakat sejak<br />
2<strong>01</strong>2 lalu.<br />
Kini gubernur memberikan<br />
kepercayaan kepada Kecamatan Pasar<br />
Rebo agar lebih mempermudah<br />
pelayanan kepada masyarakat melalui<br />
media online. Kecamatan ini memiliki<br />
motto sederhana namun mudah<br />
diterapkan, yakni Pas Aturannya, Rapih<br />
ruangannya, Ramah pelayanannya, dan<br />
berharap Banyak prestasinya.<br />
Obsesinya, jika hari ini lebih baik<br />
dari hari kemarin, kita menjadi orang<br />
yang beruntung. Jika hari ini sama<br />
dengan hari kemarin, berarti kita harus<br />
bekerja lebih keras. Jika hari ini lebih<br />
jelek dari hari kemarin, termasuk orang<br />
yang celaka.<br />
Karena saya ingin menjadi<br />
orang yang beruntung, saya berusaha<br />
memberikan pelayanan yang terbaik<br />
kepada masyarakat, dan membuat Pasar<br />
Rebo lebih baik dari sebelumnya.” kata<br />
Premi Lasari. RCW<br />
Ujian Nasional 2<strong>01</strong>3 yang diwarnai beberapa<br />
kendala, diantaranya lembar jawaban yang tipis<br />
dan dikhawatirkan gampang robek, tak mengurangi<br />
perolehan hasil, khususnya bagi pelajar DKI<br />
Jakarta. Banyak nama pelajar dari DKI Jakarta yang<br />
memperoleh nilai gemilang.<br />
Sebut saja Sarah Alya Firnadya<br />
yang biasa sibuk dengan kegiatan<br />
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)<br />
Sekolah Menengah Atas Negeri<br />
(SMAN) 8 Jakarta. Ia meninggalkan<br />
kegiatan ekstra kurikuler setelah naik ke<br />
kelas XII. Ia menantang dirinya sendiri<br />
untuk meraih nilai terbaik dalam<br />
Ujian Nasional (UN) 2<strong>01</strong>3. Targetnya<br />
meraih nilai 100 untuk pelajaran<br />
matematika dan Ilmu Pengetahuan<br />
Alam (IPA). Untuk itu jauh-jauh hari ia<br />
mempersiapkannya atau fokus belajar.<br />
Remaja kelahiran 17 April 1996<br />
itu bersekolah mulai pukul 06.30<br />
WIB hingga pukul 15.15 WIB. Soal<br />
pendalaman materi di sekolah, ia<br />
banyak berlatih mengerjakan soal-soal<br />
yang diberikan guru. Kalau ada yang<br />
tidak dimengerti, Sarah mendiskusikan<br />
soal-soal itu bersama teman-temannya.<br />
Selepas belajar di sekolah, ia kembali<br />
mengikuti bimbingan belajar hingga<br />
pukul 20.00 WIB. Biasanya, sampai<br />
rumah sudah tinggal istirahat.<br />
Kerja kerasnya mempersiapkan<br />
UN berhasil manis. Sarah bukan<br />
sekedar mendapatkan nilai bagus, ia<br />
juga berhasil menempati ranking 10<br />
nasional dengan nilai rata-rata 9,73.<br />
Putri sulung dari empat bersaudara<br />
itu mengaku terkejut saat namanya<br />
tercantum dalam10 siswa peraih nilai<br />
UN tertinggi nasional. Atas prestasinya<br />
itu, Sarah langsung diterima untuk<br />
melanjutkan studi di Jurusan Teknik<br />
Material dan Metalurgi Universitas<br />
Indonesia (UI) sesuai dengan citacitanya.<br />
Awalnya, Sarah belum<br />
memutuskan mau kuliah di jurusan<br />
apa. Setelah berdiskusi dengan ayahnya,<br />
Sarah mantap memilih Jurusan Teknik<br />
Material dan Metalurgi sebagai bidang<br />
studinya. Ayah Sarah, Profesor Nandy<br />
Setiadi Djaya Putra, merupakan guru<br />
besar di Departemen Teknik Mesin<br />
Fakultas Teknik UI. Sarah memilih<br />
jurusan itu karena belum banyak orang<br />
Indonesia yang menekuni bidang<br />
tersebut. Dia juga melihat prospek<br />
lulusan jurusan itu lebih bagus. Alasan<br />
lainnya, nanti ia bisa masuk ke industri<br />
otomotif untuk buat pesawat dan kereta<br />
api seperti BJ Habibie.<br />
BJ Habibie, mantan Presiden<br />
RI ke-3 itu merupakan insinyur<br />
yang mengembangkan teori terkait<br />
termodinamika, konstruksi, dan<br />
aeroidinamika yang dikenal sebagai<br />
Faktor Habibie, Theori Habibie,<br />
dan Metode Habibie. Habibie pula<br />
yang merancang pesawat terbang, di<br />
antaranya, N250.<br />
Seperti halnya Habibie yang<br />
lulusan Universitas Aachen di Jerman,<br />
Sarah sebenarnya berniat melanjutkan<br />
sekolah di negeri itu. Ia bahkan<br />
sudah menjatuhkan pilihannya, yaitu<br />
Universitas Duisburg-Essen Jerman.<br />
Alasannya, Jerman mempunyai<br />
kualitas di bidang pendidikan<br />
terbaik di dunia. Khususnya untuk<br />
bidang teknik. Remaja yang pernah<br />
mengikuti akselerasi saat SMP ini harus<br />
mengurungkan niatnya. Karena belum<br />
mampu memenuhi standar ujian bahasa<br />
Jerman, salah satu syarat kuliah di sana.<br />
Namun ia tidak mengubur<br />
mimpinya itu, melainkan hanya<br />
ditunda saja untuk studi ke Jerman.<br />
Setelah lulus dari UI, ia berencana<br />
melanjutkan S-2 di Jerman. Citacitanya<br />
tak berhenti di situ. Ia<br />
menargetkan meraih gelar profesor<br />
sebelum berusia 39 tahun, mengikuti<br />
jejak ayahnya yang meraih gelar<br />
profesor teknik pada usia tersebut.<br />
Tiga Terbaik<br />
Gubernur Provinsi DKI Jakarta,<br />
Joko Widodo yang akrab dipanggil<br />
Jokowi juga merasa bangga dengan<br />
prestasi yang diraih para siswa SMA/<br />
SMK/MA DKI Jakarta dalam ajang<br />
ujian nasional tahun ini. Tak terkecuali<br />
Kepala Dinas Pendidikan, H Taufik<br />
Yudhi Mulyanto. Sebab, dari 10 SMA/<br />
MA dengan rata-rata Nilai Ujian<br />
Nasional murni tertinggi, DKI Jakarta<br />
menempatkan tiga SMA. SMA Negeri<br />
8 di urutan 10 bagi peserta nomor 417<br />
dengan kelulusan 100 persen dengan<br />
reta-rata nilai 8,74 dan dua SMA<br />
swasta. Masing-masing, SMA Kristen<br />
I BPK Penabur, peserta nomor 295<br />
dengan kelulusan 100 persen dengan<br />
Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
41
ata-rata nilai 8,88 pada urutan ke- 3<br />
dan SMA Santa Ursula, peserta nomor<br />
205 dengan kelulusan 100 persen, ratarata<br />
nilai 8,87 pada urutan ke-4.<br />
Urutan pertama diduduki SMA<br />
Negeri 4 Denpasar Bali dan urutan<br />
kedua Madrasah Aliyah (MA) Negeri<br />
Insan Cendekia, Banten. Urutan ke-5<br />
SMA Negeri 1 Denpesar, Bali, Ke-6<br />
SMA Negeri 3 Lamongan, Jawa Timur,<br />
urutan ke-7 SMA Negeri 1 Babat, Jawa<br />
Timur, urutan ke-8 SMA Nergeri 10<br />
Fajar Harapan Aceh serta urutan ke-9<br />
SMA Negeri I Kembangbatu, Jawa<br />
Timur.<br />
Selain itu tiga SMA dari Jakarta<br />
sebagai sekolah dengan nilai UN murni<br />
dan nilai raport terbaik dari tujuh SMA<br />
di seluruh Indonseia. Masing-masing<br />
SMA Negeri 68 DKI Jakarta dengan<br />
nilai UN 8,23 dan nilai raport 8,09,<br />
SMA Kristen 3 BPK Penabur dengan<br />
nilai UN 8,35 dan nilai raport 8,06<br />
serta SMA Karunia DKI Jakarta dengan<br />
nilai UN murni 8,02 dan nilai raport<br />
7,23. Sedangkan SMA Kristen I BPK<br />
Penabur Kota Bandung, Jawa Barat<br />
dengan rata-rata nilai UN murni 8,55<br />
dan nilai raport 8,44. Disusul SMA<br />
Katolik Aloysius I Kota Bandung, 7,84<br />
dan 7,61, MA Darul Arqam Waenetat<br />
Maluku, 7,31 dan<br />
7,10 serta SMA<br />
Negeri I Singaraja,<br />
Bali dengan nilai<br />
UN murni 7,72<br />
dan nilai raport<br />
7,56.<br />
DKI berjaya<br />
Ringkasan hasil<br />
akhir UN SMA/MA 2<strong>01</strong>3, tercatat dari<br />
1.581.286 siswa peserta UN, sebanyak<br />
1.573.036 yang lulus (99,48 persen)<br />
dan 8.250 sisa atau 0,52 persen yang<br />
tidak lulus. Sedangkan tingkat Sekolah<br />
Menengah Kejuruan (SMK) tercatat<br />
1.106.140 peserta ujian nasional,<br />
1.105.539 siswa yang lulus atau 99,72<br />
persen, yang tidak lulus sebanyak 6<strong>01</strong><br />
siswa (0,05 persen).<br />
Untuk tingkat Sekolah Menengah<br />
Pertama (SMP), DKI Jakarta<br />
menempati urutan pertama dari 10<br />
provinsi dengan nilai rata-rata ujian<br />
nasional murni tertinggi dengan nilai<br />
7,5. Disusul Sumatera Utara (7,1),<br />
Sumatera Selatan (6,75), Papua Barat<br />
(6,67), Jawa Timur (6,61) Kalimantan<br />
Tengah (6,55), Bali (6,45), Nusa<br />
Tenggara Barat (6,44), Kalimantan<br />
Selatan (6,42),dan Daerah Istimewa<br />
Yogyakarta<br />
(6,39).<br />
Sedangkan 10 murid dengan nilai<br />
rerata UN murni tertinggi ranking<br />
pertama diraih Stella Angelina dari<br />
SMP Karunia, DKI Jakarta dengan<br />
nilai 9,9, dan Petra Julian Abigail dari<br />
SMNP Tarakanitas 4 DKI Jkaarta<br />
dengan nilai 9,9. Urutan ketiga Anak<br />
Agung Ayu Vira Sonia dari SMP<br />
Negeri I Denpasar, Bali (9,9), Jessica<br />
Jane dari SMP Kristen I BPK Penabur,<br />
Jakarta ( 9,89), Shofiya Qurrotu<br />
AS’yunin dari Madrasah Tsanawiyah<br />
I Malang, Jawa Timur (9,85), Cahaya<br />
Carkla Bangsawan dari SMPN 2<br />
Bandar Lampung, Lampung ( 9,85),<br />
Kirana Widiani Lestari dari SMPN<br />
85 DKI Jakarta (9,84),, Setiati Nur<br />
Chasanah, SMPN IMagelang, Jawa<br />
Tengah (9,84),, Maratus Solichah,<br />
SMPN 2 Sleman, DI Yogyakarta (9,84)<br />
DAN Farrell Gerard Adeovinson Rey,<br />
SMP Masehi Temanggung, Jawa<br />
Tengah (9,84).<br />
Selain unggul di nilai rata-rata<br />
UN murni tertinggi dan nilai ratarata<br />
UN murni tertinggi di kalangan<br />
siswa SMP, DKI Jakarta juga unggul<br />
di 10 sekolah dengan nilai ratarata<br />
UN murni tertinggi (lulus 100<br />
persen). Nilai tertinggi diraih SMPN<br />
I Magelang, Jawa Tengah dengan nilai<br />
9,14. Diikuti SMPN 115 Jakarta, DKI<br />
Jakarta dengan nilai 9,11, Labschool<br />
Kebayoran, DKI Jakarta dengan nilai<br />
9,08 SMPN I Lamongan, Jatim (9,06),<br />
SMPN Tanjungbumi, Jatim (9,05),<br />
SMPN I Denpasar Bali (9,05), SMP<br />
Kanisius, DKI Jakarta (9,03), SMP K<br />
Penabur DKI Jakarta (9,<strong>01</strong>), SMPN 49<br />
Jakarta, DKI Jakarta (8,98), dan SMPB<br />
I Surabaya, Jatim (8,97).<br />
Peserta ujian nasional SMP tahun<br />
2<strong>01</strong>3, tercatat sebanyak 3.667.241<br />
siswa, dari 48.893 sekolah di seluruh<br />
Indonesia, sebanyak 16.616 siswa SMP<br />
sederajat yang gagal ujian.<br />
Menurut Mendikbud<br />
Muhammad Nuh, hasil ujian tahun<br />
ini mengalami penurunan 1,37 poin<br />
dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan<br />
analisis Kemendikbud, penurunan<br />
nilai rata-rata UN murni disebabkan<br />
komposisi butir soal aktegori sukar yang<br />
ditambah. Jika tahun lalu hanya ada 10<br />
persen soal kategori sukar, untuk UN<br />
tahun ini, komposisi butir soal ketegori<br />
sukar diperbanyak menjadi 20 persen<br />
dari seluruh jumlah butir soal di setiap<br />
mata ujian.<br />
Di DKI Jakarta, dari 131.363<br />
murid peserta UN, hanya ada satu<br />
orang yang dinyatakan tidak lulus<br />
(0,00 persen) alias lulus 100 persen.<br />
Di Banten, dari 165.672 siswa, ada<br />
tujuh siswa yang tidak lulus (0,00<br />
persen). Jawa Timur, dari 540.003<br />
murid, tercatat 417 siswa yang tidak<br />
lulus (0,08 persen). Posisi Jatim kalah<br />
dengan DI Yogyakarta. Dari 47.305<br />
siswa, hanya 31 yang tidak lulus ujian<br />
(0,07 persen). Jatim juga kalah dengan<br />
Jawa Barat. Dari 658.773 siswa peserta<br />
UN, ada 149 siswa yang tidak lulus<br />
(0,02 persen).<br />
Generasi Cerdas<br />
Hasil ujian nasional 2<strong>01</strong>3, selain<br />
berhasil mengangkat harkat dan<br />
martabat sekolah masuk ranking<br />
10 besar, juga berhasil menelorkan<br />
generasi cerdas. Contohnya, SMAN<br />
4 Denpasar, Bali, siswanya, Ni Kadek<br />
Vani Avriani berhasil meraih nilai<br />
tertinggi, dengan nilai 59,20 atau<br />
rerata nilai tiap pelajaran di atas<br />
sembilan. Selain Vani, di sekolah yang<br />
sama masih ada empat siswa lainnya<br />
yang mendapat nilai tinggi. Dua di<br />
antaranya, Made Hyang Wikananda<br />
dan Luh Puti Lindayani. Keduanya<br />
memperoleh nilai UN 58,55.<br />
“DKI Jakarta punya Sarah<br />
Alya Firnadya dari SMAN 8 yang<br />
mempunyai nilai UN 9,73. Di<br />
Serpong, siswi dari Madrasah Aliyah<br />
Negeri (MAN) Insan Cendekia, Nadia<br />
Anindita Vandari memperoleh nilai<br />
rata-rata UN murni 9,75. Prestasi<br />
gemilang para pelajar di Tanah Air tak<br />
sebatas di tingkat UN sebagai bagian<br />
dari standardisasi kelulusan. Cukup<br />
banyak deretan nama pelajar maupun<br />
mahasiswa yang pernah mengharumkan<br />
nama bangsa melalui berbagai ajang<br />
dalam dunia ilmu dan pengetahuan.<br />
Kondisi ini menunjukkan betapa<br />
cerdasnya anak bangsa kita yang<br />
mampu menghasilkan karya terbaiknya<br />
di mata dunia. Cukup banyak karya<br />
penelitian aplikatif diakui sebagai karya<br />
yang mencerahkan dan bermanfaat bagi<br />
umat manusia,” tutur Taufik Yudhi.<br />
Mendikbud Mohammad Nuh<br />
menggarisbawahi, keberhasilan bukan<br />
segalanya. Masih banyak catatan<br />
mengenai perkembangan dunia<br />
pendidikan. Misalnya, masih banyaknya<br />
sekolah dengan tingkat ketidaklulusan<br />
yang cukup tinggi, sekolah rusak,<br />
rendahnya angka partisipasi sekolah di<br />
beberapa daerah, hingga kehebohan<br />
soal telatnya distribusi soal UN. Tak<br />
Cuma itu. Apresiasi bagi para guru yang<br />
disesuaikan dengan APBD tiap daerah,<br />
sertifikasi guru, hingga pemerataan<br />
guru di daerah harus menjadi perhatian<br />
serius bangsa ini.<br />
Masalah lain yang muncul adalah<br />
tersendatnya hasil penelitian dan<br />
karya dunia pendidikan di berbagai<br />
sektor. Karena itu, semangat mengirim<br />
ilmu pengetahuan dan teknologi<br />
(iptek) kepada berbagai sektor mutlak<br />
dilakukan agar hasilnya dapat dirasakan<br />
langsung oleh masyarakat. (RCW)<br />
42 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 43
pendidikan<br />
DKI Juara Umum<br />
OSN SD 2<strong>01</strong>3<br />
Meraih 5 emas dan 1 perunggu, DKI Jakarta<br />
menjadi juara umum Olimpiade Sains Nasional<br />
(OSN) SD/MI 2<strong>01</strong>3 di Bandung Jawa Barat. Disusul<br />
Jawa Tengah dengan 3 emas, 1 perak dan 1<br />
perunggu. Lalu Sumatera Barat dengan 1 emas.<br />
OSN SD/MI diikuti 198 siswa dari 33 provinsi di<br />
seluruh Indonesia.<br />
OSN adalah ajang kompetisi<br />
dalam bidang sains bagi para siswa<br />
pada jenjang SD, SMP, dan SMA di<br />
Indonesia. Siswa yang mengikuti OSN<br />
adalah siswa yang telah lolos seleksi<br />
tingkat kabupaten dan provinsi. OSN<br />
diadakan setiap tahun di kota yang<br />
berbeda-beda. Kegiatan ini merupakan<br />
salah satu bagian dari rangkaian seleksi<br />
untuk mendapatkan siswa-siswi terbaik<br />
dari seluruh Indonesia yang akan<br />
dibimbing lebih lanjut oleh tim bidang<br />
kompetisi masing-masing dan akan<br />
diikutsertakan pada olimpiade tingkat<br />
internasional.<br />
Secara umum OSN SD/MI<br />
bertujuan untuk meningkatkan mutu<br />
pendidikan Matematika dan IPA di<br />
SD/MI secara komprehensif melalui<br />
penumbuhkembangan budaya belajar,<br />
kreativitas dan motivasi meraih prestasi<br />
terbaik dengan kompetisi yang sehat<br />
serta menjunjung nilai-nilai sportivitas.<br />
Sementara secara khusus, ada dua<br />
tujuan yang hendak dicapai. Pertama,<br />
menyediakan wahana bagi siswa SD/<br />
MI untuk mengembangkan bakat<br />
dan minat di bidang Matematika dan<br />
IPA sehingga dapat berkreasi serta<br />
melakukan sesuai kemampuannya.<br />
Kedua, untuk memotivasi siswa SD/MI<br />
agar selalu meningkatkan kemampuan<br />
intelektual, emosional, dan spiritual<br />
berdasarkan norma-norma yang sehat<br />
sehingga dapat memacu kemampuan<br />
berpikir nalar.<br />
OSN tingkat SD/MI berlangsung<br />
pada 6 – 10 Juni 2<strong>01</strong>3 di Bandung Jawa<br />
Barat. OSN dimulai dan dibuka secara<br />
resmi pada Kamis (6/6), oleh Wakil<br />
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan<br />
bidang Pendidikan, Prof. Musliar<br />
Kasim, M.S. Acara pembukaan digelar<br />
di Hotel Grand Pasundan, Bandung<br />
ini dihadiri oleh Direktur Pembinaan<br />
Sekolah Dasar Direktorat Jenderal<br />
Pendidikan Dasar Prof. Ibrahim<br />
Bafadal, M.Pd, Sekretaris Ditjen Dikdas<br />
Dr. Thamrin Kasman, Kepala Dinas<br />
Pendidikan Provinsi Jawa Barat Prof.<br />
Wahyudin Zarkasyi, CPA, para guru<br />
pendamping dan peserta OSN 2<strong>01</strong>3.<br />
Peserta OSN adalah peserta didik<br />
SD/MI, baik negeri maupun swasta<br />
yang pada bulan Mei 2<strong>01</strong>3, duduk di<br />
kelas IV atau V dan memiliki nilai ratarata<br />
rapor untuk bidang Matematika<br />
dan IPA minimal 7,5 sejak kelas III.<br />
Selain itu, peserta juga merupakan<br />
siswa-siswi terbaik hasil seleksi tingkat<br />
kabupaten/kotamadya dan tingkat<br />
provinsi. OSN mengusung dua bidang<br />
lomba, yakni matematika dan Ilmu<br />
Pengetahuan alam (IPA). Tema yang<br />
diangkat tahun ini adalah “Cerdas,<br />
Terampil, Kreatif Dan Kompetitif<br />
untuk Meraih Prestasi Terbaik”.<br />
DKI Jakarta Mengirim Enam<br />
Siswa<br />
Sebagaimana provinsi lainnya,<br />
Provinsi DKI Jakarta juga turut<br />
ambil bagian dalam OSN SD/MI ini.<br />
Sebelum sampai ke tingkat nasional,<br />
terlebih dulu diadakan seleksi di tingkat<br />
provinsi yang dimulai dari tingkat<br />
kecamatan. Dari tingkat kecamatan<br />
diseleksi lagi di tingkat kabupaten/<br />
kotamadya. Hasil dari seleksi<br />
antarkabupaten/ kotamadya inilah yang<br />
kemudian menghasilkan para siswa<br />
yang siap dikirim ke tingkat nasional.<br />
Proses seleksi di tingkat Provinsi DKI<br />
Jakarta berlangsung sejak Mei 2<strong>01</strong>3.<br />
Dari proses seleksi tingkat provinsi<br />
ini, akhirnya terpilih 6 orang siswa yang<br />
berhak mewakili DKI Jakarta dalam<br />
ajang OSN SD/MI 2<strong>01</strong>3. Ke 6 siswa<br />
tersebut terbagi dalam dua kelompok,<br />
masing-masing 3 siswa untuk bidang<br />
IPA dan 3 siswa lagi untuk bidang<br />
Matematika. Untuk bidang IPA,<br />
masing-masing diwakili oleh; Made<br />
Ayu Utami Antaran (SDS Santo<br />
Yakobus Jakarta Utara), Raja Dishafnya<br />
Achadi (SDN Gunung 05 Pagi Jakarta<br />
Selatan) dan Joan Nadian (SDS Calvin<br />
Kemayoran, Jakarta Pusat). Untuk<br />
bidang Matematika diwakili oleh: Alvin<br />
Putera Budiman (SDS Ar-Rahman<br />
Motik Setiabudi, Jakarta Selatan),<br />
Hendrikus Hansen Witarsa (SDS BPK<br />
Penabur 6 Jakarta Pusat) dan Radian<br />
(SDK Penabur 11 Kebun Jeruk Jakarta<br />
Barat).<br />
Ke enam siswa dari Provinsi DKI<br />
Jakarta ini kemudian bergabung dengan<br />
siswa provinsi lainnya yang berjumlah<br />
198 siswa untuk bersaing menjadi yang<br />
terbaik. Persaingan dimulai pada hari<br />
kedua pelaksanaan OSN lewat ujian<br />
tertulis. Ujian tertulis berlangsung<br />
dua kali. Ujian tulis pertama dimulai<br />
pukul 07.30. dan berlangsung selama<br />
90 menit. Setelah istirahat selama 30<br />
menit, dilanjutkan ujian tertulis kedua<br />
yang berlangsung hingga pukul 11.00.<br />
Para siswa masing-masing mengerjakan<br />
30 soal pilihan ganda dan 20 soal isian<br />
Selain berkompetisi untuk meraih<br />
yang terbaik melalui ujian tulis, peserta<br />
OSN SD/MI ini juga diajak berwisata<br />
edukasi ke beberapa titik wisata di<br />
wilayah Jawa Barat. Lokasi wisata<br />
tuajuan, antara lain; Saung Angklung<br />
Mang Ujo, dan Kawah Putih. Di sela-<br />
sela lomba, para peserta juga mendapat<br />
pendidikan karakter untuk membentuk<br />
kepribadian mereka.<br />
Setelah melalui proses penjurian<br />
yang melibatkan sekitar 30 orang<br />
juri, akhirnya diperoleh hasil sebagai<br />
berikut; juara umum diraih oleh DKI<br />
Jakarta dengan 5 medali emas dan 1<br />
medali perunggu; juara 2 diraih Jawa<br />
Tengah dengan 3 emas, 1 perak, 1<br />
perunggu; dan juara 3 diraih Sumatera<br />
Barat dengan 1 emas.<br />
Dari 5 medali emas yang diraih<br />
Tim OSN SD/MI DKI Jakarta<br />
tersebut berasal dari bidang Matematika<br />
sebanyak 3 emas dan bidang IPA 2<br />
emas. 3 emas bidang matematika<br />
masing-masing dipersembahkan<br />
oleh: Alvin Putera Budiman (SDS Ar<br />
Rahman Motik Setiabudi), Hendrikus<br />
Hansen Witarsa (SDS BPK Penabur<br />
6), Radian (SDK Penabur 11 Kebon<br />
Jeruk). Selain itu, Hendrikus Theory.<br />
Untuk bidang IPA masing-masing<br />
dipersembahkan oleh Raja Dishafnya<br />
Achadi (SDN Gunung 5 Pagi) dan<br />
Joan Nadia (SDS Calvin Kemayoran).<br />
Sedangkan medali perunggu diraih oleh<br />
Made Ayu Utami Intaran ( SDS Santo<br />
Yakobus) untuk bidang IPA. Khusus<br />
untuk Raja Dishafnya Achadi, selain<br />
mendapatkan medali emas bidang IPA ,<br />
juga meraih trophy untuk kategori The<br />
Best overall.<br />
Pencapaian DKI Jakarta pada<br />
OSN SD/MI 2<strong>01</strong>3 ini tergolong bagus<br />
dan meningkat karena dapat merebut<br />
kembali juara umum. Pada tahun<br />
sebelumnya (2<strong>01</strong>2), juara umum diraih<br />
oleh Tim OSN SD/MI Jawa Tengah,<br />
sedangkan DKI Jakarta berada di<br />
urutan 2.<br />
NR/ sumber Biro Dikmental<br />
44 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 45
pendidikan<br />
OSN SMP/MTs<br />
DKI Jakarta Raih Juara 2<br />
Olimpiade Sains<br />
Nasional (OSN) SMP/<br />
MTs 2<strong>01</strong>3, DKI Jakarta<br />
menempati urutan ke<br />
2. Juara umum diraih<br />
Jawa Tengah, sedangkan<br />
juara 3 direbut Jawa<br />
Timur. OSN SMP/MTs<br />
berlangsung di Batam,<br />
Riau pada 15-21 Mei<br />
2<strong>01</strong>3.<br />
OSN SMP/MTs 2<strong>01</strong>3 hadir<br />
terlebih dulu dan berlangsung di<br />
Batam, Kepulauan Riau. Disusul<br />
kemudian OSN SD/MI pada 7 – 10<br />
Juni 2<strong>01</strong>3 di Bandung, Jawa Barat.<br />
Dan OSN SMA/MA direncanakan<br />
berlangsung pada awal September 2<strong>01</strong>3<br />
juga di Bandung.<br />
Olimpiade Sains Nasional tingkat<br />
SMP terdiri dari 4 (empat) bidang<br />
keilmuan yaitu: bidang Matematika,<br />
bidang Fisika, bidang Biologi dan<br />
bidang IPS. Hal ini sesuai dengan<br />
rencana program peningkatan mutu<br />
pendidikan sekaligus dalam rangka<br />
menyiapkan siswa-siswa berpotensi di<br />
bidang sains, untuk selanjutnya dibina<br />
agar dapat ikut serta dalam olimpiade<br />
tingkat internasional. Khusus bagi<br />
siswa yang meraih medali bidang IPA<br />
(Biologi, Fisika) diberi kesempatan<br />
untuk menjadi calon peserta IJSO,<br />
sedangkan peraih medali bidang<br />
Matematika menjadi calon peserta<br />
Olimpiade Matematika Internasional.<br />
Persyaratan untuk menjadi<br />
peserta OSN SMP antara lain:<br />
Berkewarganegaraan Indonesia; Peserta<br />
adalah siswa SMP kelas VII atau VIII<br />
pada saat mengikuti lomba, baik di<br />
tingkat Sekolah, Kabupaten/Kota,<br />
Propinsi, maupun Nasional yang<br />
dibuktikan dengan Surat Keterangan<br />
Kepala Sekolah; Nilai Raport peserta<br />
lomba serendah-rendahnya 7,5 (tujuh<br />
koma lima) untuk bidang yang akan<br />
diikuti dalam lomba.<br />
Provinsi DKI Jakarta juga turut<br />
serta dalam OSN tingkat SMP ini.<br />
Provinsi DKI Jakarta melaksanakan<br />
kegiatan seleksi dimulai tingkat<br />
kabupaten atau kotamadya yang<br />
berlangsung 9 Maret 2<strong>01</strong>3. Kemudian<br />
berlanjut tingkat provinsi yang<br />
berlangsung 13 April 2<strong>01</strong>3. Dari seleksi<br />
tingkat provinsi akhirnya di peroleh<br />
45 siswa yang berhak mewakili Provinsi<br />
DKI Jakarta ke OSN SMP tingkat<br />
nasional di Batam.<br />
Peringkat Dua<br />
Hasil OSN SMP/MTs 2<strong>01</strong>3<br />
menempatkan Jawa Tengah kembali<br />
meraih juara umum Olimpiade<br />
Sains Nasional (OSN) tingkat SMP<br />
2<strong>01</strong>3. Dalam klasemen akhir yang<br />
disampaikan oleh panitia di Batam,<br />
Jawa Tengah mengumpulkan 31<br />
medali dengan rincian sebagai berikut:<br />
5 medali emas, 13 perak dan 13<br />
perunggu. Medali emas Jawa Tengah<br />
dipersembahkan oleh Timothy Jordan P<br />
dan Cantika Zenedine Yuswindia dalam<br />
mata pelajaran Biologi. Lalu Chrysan<br />
Angela Piarso pada mata pelajaran<br />
Fisika, Edwin Aldrian Santoso dan<br />
Eliora Violain Buyamin dalam bidang<br />
studi Matematika.<br />
Sementara itu di posisi kedua<br />
ditempati oleh DKI Jakarta yang<br />
berhasil mengumpulkan 23 medali,<br />
dengan rincian; 5 emas, 7 perak, dan<br />
11 perunggu. Medali emas DKI Jakarta<br />
dipersembahkan oleh Ugiadam Farhan<br />
Firmansyah dalam bidang studi Biologi,<br />
James Yusuf mata pelajaran Fisika.<br />
Ruben Salomon Partono bidang studi<br />
Matematika, serta Talia Salsabila dan<br />
Cristian Evan Chandar bidang studi<br />
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).<br />
Posisi ketiga ditempati Tim OSN<br />
Jawa Timur dengan mengumpulkan<br />
3 emas, 7 Perak dan 11 Perunggu.<br />
Posisi empat ditempati Tim OSN<br />
Jawa Barat dengan 3 emas, 3 perak,<br />
dan 8 perunggu. Disusul kemudian<br />
posisi lima Tim OSN Provinsi Banten<br />
yang meraih 1 emas, 3 perak, dan<br />
1 perunggu. Posisi enam ditempati<br />
Provinsi Yogyakarta dengan 1 emas 2<br />
perak dan 1 perunggu.<br />
Dibanding tahun lalu (OSN SMP/<br />
MTs. 2<strong>01</strong>2), pencapaian DKI Jakarta<br />
tergolong meningkat, baik dari sisi<br />
capaian posisi maupun jumlah medali.<br />
Jika pada OSN 2<strong>01</strong>2 lalu DKI Jakarta<br />
berada di urutan tiga di bawah Jawa<br />
Tengah di urutan pertama dan Jawa<br />
Timur di urutan dua, maka pada tahun<br />
2<strong>01</strong>3 ini Tim OSN DKI Jakarta naik di<br />
urutan dua, sekaligus menggeser posisi<br />
Jawa Timur.<br />
Selain itu dari sisi perolehan<br />
medali juga meningkat. Pada OSN<br />
2<strong>01</strong>2, Tim OSN DKI Jakarta<br />
mengumpulkan 16 medali dengan<br />
rincian 5 emas, 3 perak dan 8<br />
perunggu. Namun pada OSN 2<strong>01</strong>3<br />
ini berhasil mengumpulkan 23 medali,<br />
dengan rincian; 5 emas, 7 perak,<br />
dan 11 perunggu. NR/ Sumber: Biro<br />
Dikmental.<br />
Adapun para peraih medali<br />
tersebut adalah sebagai berikut :<br />
1. Bidang Biologi<br />
No. Nama Sekolah Medali<br />
1. Ugiadam Farhan Firmansyah SMP 12 Emas<br />
2. R. Hilman Haryo Teguh D. SMP Labschool Kebayoran Perak<br />
3. Wilson Wongso Soengkono SMPK 8 Penabur Perak<br />
4. Vincent Augusta Primayudha SMPK 2 Penabur Perunggu<br />
5. Jessica SMP Calvin Perunggu<br />
6. Imam Adli SMPN 85 Perunggu<br />
2. Bidang Matematika<br />
No. Nama Sekolah Medali<br />
1. Ruben Solomon Partono SMPK 4 Penabur Emas<br />
2. Anthony Willian Brian SMP Mahatma Gandhi Perak<br />
3. Eurike Sukarto SMPK IPEKA Pluit Perak<br />
4. Hans Mahardika Susanta SMP Saint Peter Perunggu<br />
5. Sherina Wijaya SMPK Tirtamarta BPK Penabur Perunggu<br />
6. OliviaPricillia SMPK 8 Penabur Internasional Perunggu<br />
7. Kezia Sulami SMPK IPEKA Sunter Perunggu<br />
3. Bidang Fisika<br />
No. Nama Sekolah Medali<br />
1. James Yusuf SMPK 8 BPK Penabur Internasional Emas<br />
2. Fahmi Naufal Rizki SMPN 216 Perak<br />
3. Garry Windiarto M. Dunda SMPIT AL Azhar 19 Perunggu<br />
4. Patrick Bryan Nugraha SMPK IPEKA Internasional Perunggu<br />
4. Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)<br />
No. Nama Sekolah Medali<br />
1. Thalia Salsabila SMPN 115 Emas<br />
2. Christian Evan Chandra SMPK 4 BPK Penabur Emas<br />
3. Gandhi Mardiansyah SMPN 117 Perak<br />
4. Lovina Aisya Malika Putri SMPI Al Azhar 19 Perak<br />
5. Dominique Vallerie SMPK 5 Penabur Perunggu<br />
6. Ahmda Fauzan Ramadhona SMPI Al Azhar 22 Perunggu<br />
46 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 47
pendidikan<br />
Drs H Taufik Yudhi Mulyanto :<br />
Seluruh Kursi SMA/SMK Sudah Terisi<br />
Presiden Susilo Bambang<br />
Yudhoyono memberikan perhatiuan<br />
khusus terhadap program wajib<br />
belajar 12 tahun. Di sela-sela kongres<br />
Persatuan Guru Republik Indonesia<br />
(PGRI) di Jakarta 3 Juli 2<strong>01</strong>3 lalu,<br />
presiden berpesan agar program<br />
tersebut berjalan efektif. Sehingga,<br />
program wajib belajar 12 tahun dapat<br />
mempercepat peningkatan angka<br />
partisipasi kasar (APK) pendidikan<br />
menengah atas (SMA/sederajat).<br />
Saat ini, APK pendidikan<br />
menengah (dikmen) masih sekitar 78,7<br />
persen. Artinya, ada 21,3 persen atau<br />
sekitar 4 juta anak usia SMA (16-<br />
18) yang tidak bersekolah. Presiden<br />
menambahkan, tanpa program wajib<br />
belajar 12 tahun, peningkatan APK<br />
dikmen di angka ideal 97 persen baru<br />
bisa terwujud pada 2040. Sebaliknya,<br />
program wajib belajar berjalan efektif,<br />
peningkatan APK dikmen 97 persen<br />
dapat terwujud pada 2020. Lalu, apa<br />
yang terjadi di tahun ajaran baru 2<strong>01</strong>3-<br />
2<strong>01</strong>4 ?<br />
Pendaftaran peserta didik baru<br />
(PPDB) melalui jalur lokal (sistem<br />
zonasi) sudah berakhir. Namun,<br />
sebagian warga masih mengincar<br />
sekolah unggulan walau berada di luar<br />
zona setempat. Dampaknya, masih<br />
ada kuota yang belum terpenuhi<br />
di sejumlah sekolah. Di lain pihak,<br />
kompetisi di sekolah unggulan semakin<br />
ketat karena diperebutkan pendaftar<br />
lokal dan luar zona.<br />
Faktor lain yang memicu adanya<br />
kursi kosong menurut Kepala Dinas<br />
Pendidikan DKI Jakarta, DR H Taufik<br />
Yudhi Mulyanto, adalah perpindahan<br />
penduduk , sehingga kuota sekolah<br />
yang disediakan tidak terpakai semua.<br />
Ini terjadi di sejumlah permukiman<br />
yang banyak ditinggalkan warga karena<br />
perkembangan kota.<br />
Taufik Yudhi menegaskan, hingga<br />
tulisan ini dibuat (10/7) tinggal<br />
menyisakan 17.724 kursi kosong<br />
untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah<br />
Menengah Pertama (SMP). Hampir<br />
semua kursi di Sekolah Menengah<br />
Atas (SMA) dan Sekolah Menengah<br />
Kejuruan (SMK) sudah penuh. Tinggal<br />
SMK 61 yang masih menerima siswa<br />
baru. Itu pun berlokasi di Pulau<br />
Tidung, Kepulauan Seribu.<br />
Memang ada sekolah yang<br />
dibanjiri siswa pendaftar, tapi ada pula<br />
yang sepi peminat. Penyebabnya adalah<br />
penerapan sistem zonasi. Sistem ini<br />
menyaratkan sekolah menerima 45<br />
persen melalui jalur umum, 5 persen<br />
siswa berprestasi, dan 5 persen siswa<br />
dari luar Jakarta. Karena masih banyak<br />
bangku yang kosong, Dinas Pendidikan<br />
DKI Jakarta membuka lagi pendaftaran<br />
siswa baru pada 8-10 Juli 2<strong>01</strong>3.<br />
“Kami harap para siswa dan<br />
orang tua lebih cermat memilih agar<br />
mendapatkan sekolah yang sesuai<br />
dengan nilai anaknya,” tutur Taufik<br />
Yudhi.<br />
Sosialisasi Ditambah<br />
Menanggapi banyaknya laporan ke<br />
posko yang dilakukan orang tua siswa<br />
berkenaan dengan tidak diterimanya<br />
anak-anak mereka di sekolah-sekolah<br />
tujuan dan banyak pula yang terpental<br />
gara-gara sistem zonasi, menurut Taufik<br />
Yudhi, penerimaan siswa baru yang<br />
berlangsung setahun sekali, membuat<br />
banyak orang tua kurang paham.<br />
Sebenarnya, sosialisasi sudah dilakukan<br />
sejak Januari 2<strong>01</strong>3, melalui kepala<br />
sekolah serta petugas di kelurahan dan<br />
di kecamatan. Tapi baru intensif setelah<br />
usaiu ujian nasional.<br />
“Nah, waktu sosialisasi itu yang<br />
perlu ditambah. Demikian pula<br />
menanggapi keluhan orang tua yang<br />
anaknya tak bisa mengikuti seleksi<br />
lokal karena tidak ada verifikasi saat<br />
pengumuman penerimaan umum tahap<br />
pertama. Kemungkinan besar itu adalah<br />
siswa yang ingin memotong jalur dan<br />
tidak mengikuti seleksi tingkat provinsi.<br />
Kalau sejak awal mereka mendaftar,<br />
pasti data mereka sudah terekam di<br />
database kami. Karena itu, Wakil<br />
Gubernurt, Basuki Tjahaya Purnama<br />
(Ahok) meminta sistem penerimaan<br />
siswa baru dibuka kembali,” paparnya.<br />
Lalu, bagaimana dengan 1.904<br />
pendaftar yang mengubah domisili agar<br />
anak mereka bisa mendaftar di sekolah<br />
dengan zona tertentu, menurutnya,<br />
ini merupakan celah untuk mengakali<br />
persyaratan sistem zonasi. Siswa<br />
pendatang yang mengubah domisili<br />
membuat persaingan di zona semakin<br />
ketat dan pada akhirnya mengurangi<br />
jatah kursi siswa di sekitar sekolah.<br />
“Namun, kalau secara<br />
kependudukan sudah sah dan diterima<br />
oleh lurah dan camat setempat,<br />
kami tak dapat menolak. Karena itu,<br />
mungkin tahun depan akan dibuat<br />
ketentuan batas waktu berdomisili.<br />
Misalnya sang pendaftar sudah tinggal<br />
di tempat itu selama satu tahun<br />
terakhir,” ujarnya.<br />
Sekolah yang masih menyisakan<br />
kuota kursi untuk jalur lokal antara<br />
lain SMP Negeri 11 dan SMP Negeri<br />
19. Kedua sekolah yang terletak di<br />
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan<br />
itu menyisakan 174 kursi kosong<br />
yang diharapkan dapat terisi setelah<br />
pendaftaran tahap II secara online<br />
yang dibuka kembali pada 6 hingga<br />
9 Juli 2<strong>01</strong>3 untuk jalur umum dan<br />
lintas wilayah. Khusus untuk siswa<br />
DKI Jakarta dibuktikan dengan KTP<br />
orangtua siswa atau kartu keluarga.<br />
Jumlah bangku kosong di setiap<br />
sekolah, diumumkan pada 5 Juli<br />
lalu. Bagi siswa yang ingin mendaftar<br />
langsung di sekolah, bisa datang pada<br />
8-10 Juli 2<strong>01</strong>3. Tahun lalu, jumlah<br />
kursi kosong mencapai 14.000 bangku.<br />
Jumlah itu diharapkan berkurang tahun<br />
ini dengan penerapan sistem zonasi<br />
sekolah. Sampai tulisan ini dibuat<br />
Dinas Pendidikan DKI Jakarta masih<br />
mengakomodasi orangtua siswa yang<br />
mengajukan keluhan. Terutama untuk<br />
siswa yang mendaftar dengan kartu<br />
keluarga (KK) baru dan siswa yang<br />
diterima, tetapi lupa lapor diri.<br />
Taufik Yudhi sangat<br />
menyayangkan orang tua siswa yang<br />
membuatkan KK baru bagi anaknya<br />
demi dapat bersekolah di zona lain<br />
yang bukan tempat tinggalnya.<br />
Karena, perubahan identitas itu dapat<br />
mengganggu tujuan sistem zonasi<br />
sekolah. Misalnya, dalam kartu keluarga<br />
baru, si anak beralamat di Setiabudi<br />
agar bisa bersekolah di Setiabusi.<br />
Tetapi, pada kenyataannya, si anak<br />
bertempat tinggal dengan orangtuanya<br />
di Jagakarsa. Ini tidak adil bagi siswa<br />
yang bertempat tinggal di Setiabudi.<br />
Demikian pula yang terjadi di wilayah<br />
lainnya.<br />
Belum Merata<br />
Pihak Dinas Pendidikan<br />
DKI Jakarta memang tidak dapat<br />
berbuat apa-apa, karena basis data<br />
yang digunakan adalah data Dinas<br />
Kependudukan dan Catatan Sipil.<br />
H Ichwan Zayadi, anggota Komisi<br />
48 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 49
E DPRD DKI Jakarta mengatakan,<br />
sistem penerimaan peserta didik baru<br />
belum sempurna<br />
“Saat ini masih ada penumpukan<br />
minat siswa ke sekolah tertentu. Ini<br />
menandakan kualitas sekolah di DKI<br />
Jakarta belum merata. Tugas Dinas<br />
Pendidikan DKI Jakarta adalah<br />
meratakan kualitas sekolah,” tutur<br />
wakil rakyat dari Fraksi Partai Persatuan<br />
Pembangunan itu.<br />
Retno Listyarti dari Forum<br />
Musyawarah Guru Jakarta mengatakan,<br />
pengawasan dan sosialisasi perlu<br />
ditingkatkan untuk mengantisipasi cara<br />
tak wajar itu. Di sisi lain, penerimaan<br />
siswa dengan sistem zonasi disambut<br />
beragam oleh orangtua dan pengelola<br />
sekolah. Wakil Kepala Sekolah<br />
Menengah Pertama Negeri (SMPN)<br />
277, Ponidin dan Suryani, orang tua<br />
siswa asal Koja Jakarta Utara menilai,<br />
sistem zonasi membuka peluang lebih<br />
besar bagi anak-anak untuk masuk ke<br />
sekolah favorit di wilayahnya.<br />
Menurut Ponidin, ada sekitar 45<br />
persen kuota yang dapat dimanfaatkan<br />
calon peserta didik dari zona yang<br />
sama. Sebelumnya, kursi diperebutkan<br />
pendaftar dari mana pun. Di SMPN<br />
277 ada 100 kursi dari daya tampung<br />
216 kursi untuk jalur local.<br />
“Di Jakarta Selatan, cukup banyak<br />
sekolah negeri favorit yang diincar calon<br />
siswa dari seluruh Jakarta dan kotakota<br />
di sekitarnya. Demikian halnya di<br />
wilayah Jakarta Timur. Sistem zonasi<br />
yang diterapkan tahun ini membuat<br />
orangtua murid dan calon siswa baru<br />
kelimpungan karena geraknya terbatas,”<br />
tutur Ichwan Zayadi.<br />
Muhammad Arsyad (47) warga<br />
Depok, Jwa Barat yang ditemui di<br />
Bulungan, Jakarta Selatan, mengaku<br />
resah dengan adanya kebijakan zonasi<br />
tersebut. Ia mengaku, empat orang<br />
anaknya sejak SD sudah disekolahkan<br />
di Jakarta Selatan. Sekarang ia khawatir<br />
anaknya tidak dapat masuk SMA bagus<br />
di Jakarta.<br />
Ungkapan senada diutarakan<br />
Ali Mursyid (42) dari Pondok Ungu,<br />
Bekasi yang baru tiga tahun pindah<br />
dari Jakarta. Tiga orang anaknya, dari<br />
TK sampai SMA bersekolah di Jakarta.<br />
Kini, anak sulungnya sudah tamat dari<br />
sebuah SMK favorit di Jakarta Timur.<br />
Sedangkan anaknya nomor dua, baru<br />
lulus SMP dan bermaksud meneruskan<br />
di sekolah kejuruan. Sementara, dia<br />
sekarang menjadi penduduk Bekasi dan<br />
kartu keluarganya pun Bekasi.<br />
“Dengan adanya perubahan sistem<br />
zonasi, hingga sekarang kedua anak<br />
saya belum mendapatkan sekolahan.<br />
Baik yang mau masuk sekolah kejuruan<br />
maupun si bungsu yang akan masuk<br />
SMP. Sedangkan untuk dapat masuk<br />
SMPN dan Sekolah Kejuruan, nilai<br />
rata-rata raportnya minimal 7,8 lebih.<br />
Terus terang, orangtua siapa yang tidak<br />
stress mikirin sekolah anak-anaknya,”<br />
ujarnya.<br />
Tak Tertampung<br />
Program wajib belajar 12 tahun<br />
yang diwajibkan lulusan SMP masauk<br />
SMA/SMK terancam tidak efektif.<br />
Sebab, daya tampung untuk siswa baru<br />
di SMA/SMK tidak sebanding dengan<br />
jumlah lulusan SMP. Setiap tahun<br />
ada ratusan ribu siswa lulusan SMP<br />
yang tidak tertampung di SMA karena<br />
keterbatasan infrastruktur.<br />
Direktur Jendral Penddiikan<br />
Menengah (Dirjen Dikmen)<br />
Kementerian Pendidikan dan<br />
Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid<br />
Muhammad menuturkan, penyediaan<br />
bangunan sekolah di jenjang SMA/<br />
SMK sederajat merupakan pekerjaan<br />
rumah (PR) besar Kemendikbud.<br />
Tahun ini, Kemendikbud memiliki<br />
agenda membangun ruang kelas baru<br />
(RKB) dan pendirian unit sekolah<br />
baru (USB). Namun, program tersebut<br />
dirasa tidak cukup efektif untuk<br />
mengakomodasi melubernya jumlah<br />
luliusan SMP.<br />
Jumlah lulusan SMP setiap<br />
tahunnya mencapai 3,5 juta siswa,<br />
sedangkan daya tampung siswa<br />
baru di SMA/SMK hanya 21,8 juta<br />
siswa. Berarti, sekitar 700 ribu siswa<br />
lulusan SMP tak tertampung di SMA.<br />
Karenanya, pembangunan ruang kelas<br />
baru (RKB) dan unit sekolah baru<br />
(USB), akan dijadikan solusi untuk<br />
mengatasi membludaknya siswa<br />
lulusan SMP yang tak tertampung<br />
di SMA/SMK. Solusi lainnya adalah<br />
membangun gedung SMA di setiap<br />
kecamatan serta memperbanyak<br />
SMA yang menjalankan program<br />
pembelajaran dua gelombang<br />
“Program RKB dan USB<br />
membutuhkan waktu lama. Sedangkan<br />
tahun ajaran baru dimulai paling<br />
lambat sebulan lagi,” tutur Hamid<br />
Muhammad.<br />
Hamid menyatakan, setiap<br />
tahun ada sekitar 3,5 juta siswa yang<br />
lulus SMP di seluruh Indonesia. Di<br />
sisi lain, daya tampung siswa baru di<br />
SMA sekitar 2,8 juta. Idealnya, ketika<br />
program wajib belajar 12 tahun itu<br />
bergulir, sudah tidak ada alasan siswa<br />
putus sekolah ketika lulus dari SMP<br />
dan melanjutkan ke SMA.<br />
“Kenyataannya, tidak semua<br />
lulusan SMP bisa langsung masuk<br />
SMA/SMK. Kondisi infrastruktur<br />
menjadi faktor penghambatnya,” tutur<br />
Dwi Rio Sambodo dari Komisi E<br />
DPRD DKI Jakarta.<br />
Ia menambahkan, sambil<br />
menunggu program pengadaan RKB<br />
dan USB berjalan, Ke 3 mendikbud<br />
seyoyamua meminta daerah-daerah<br />
dengan rasio siswa baru SMA dengan<br />
ruang kelas yang tinggi untuk<br />
memperbanyak pengoperasian sekolah<br />
dengan dua gelombang pembelajaran.<br />
Namun konsekuensinya, suasana<br />
pembelajaran menjadi tidak ideal.<br />
RCW<br />
Kampung Tematik Kedepankan Potensi Lokal<br />
Bisa Jadi Destinasi Wisata<br />
Jakarta kian mengukuhkan<br />
dirinya sebagai kota<br />
megapolitan. Ini tidak<br />
hanya dilihat dari<br />
banyaknya gedung<br />
pencakar langit serta<br />
infrastruktur penunjang<br />
lainnya. Jakarta sebagai<br />
pusat hiburan juga tak<br />
terbantahkan. Kini Jakarta<br />
pun sebagai surgawi<br />
penggemar belanja<br />
dengan bertebarannya<br />
pusat-pusat perbelanjaan.<br />
Namun di sisi lain, di setiap<br />
sudut dan pelosok Jakarta masih<br />
adai bangunan kumuh yang tidak<br />
layak huni. Di kawasan kumuh<br />
ini juga rentan berbagai gangguan<br />
seperti kebanjiran, kebakaran hingga<br />
penggusuran. Mereka acap disebut<br />
warga pinggiran dengan kondisi miskin<br />
dan di bawah garis kemiskinan.<br />
Gubernur DKI Jakarta Joko<br />
Widodo tidak hanya akan membenahi<br />
perkampungan kumuh. Lebih dari<br />
itu Pemprov akan membuat sebanyak<br />
100 kampung tematik di Jakarta.<br />
“Pembangunan kota yang dimulai<br />
dari penataan kampung itu bukan<br />
cuma kampung deret. Setiap kampung<br />
itu punya tema sendiri-sendiri. Ada<br />
kekuatan lokalnya,” ujar Jokowi<br />
menyebut alasan diadakannya kampung<br />
tematik.<br />
Jokowi mencontohkan Rawajati,<br />
lebih tepat dibangun sebagai kampung<br />
herbal. Ada pula kampung protein di<br />
Tegal Parang karena banyak produsen<br />
tempe dan tahu. Kampung Rawajati<br />
itu idealnya semua dibangun total,<br />
ada ruang terbuka hijau yang baik,<br />
ada pusat kampungnya, drainasenya<br />
dibangun. Dan yang menjadi prioritas<br />
adalah pembangunan rumahnya.<br />
Perhatian Serius<br />
Sumber Dinas Perumahan<br />
DKI Jakarta menyebutkan, jumlah<br />
penduduk tahun 2<strong>01</strong>1 adalah 9.607.<br />
787 jiwa dengan kepadatan penduduk<br />
13. 157, 63 jiwa/km2. Dari jumlah<br />
tersebut, penduduk miskin di Jakarta<br />
pada Maret 2<strong>01</strong>2 berjumlah 363.200<br />
jiwa (3,69%) .<br />
Dari sekitar 665 km2 luas DKI<br />
Jakarta, 49,47% di adalah wilayah<br />
perumahan dan permukiman. Dari<br />
luas itu 5,4% termasuk permukiman<br />
kumuh. Data Pemerintah DKI Jakarta<br />
tahun 2<strong>01</strong>1 juga menyebutkan, masih<br />
terdapat 392 rukun warga (RW)<br />
kumuh di Jakarta. Ini belum termasuk<br />
64 kampung miskin yang menempati<br />
lahan-lahan di bantaran sungai, kolong<br />
tol, dll. (hasil pemetaan Urban Poor<br />
Consortium (UPC) selama 2008-<br />
2<strong>01</strong>0).<br />
Meski jumlah perkampungan<br />
kumuh tidak mencapai 20% dari luas<br />
Jakarta namun keberadaan masyarakat<br />
miskin di kampung-kampung kumuh<br />
tersebut mendapat perhatian serius<br />
dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.<br />
Jenis kampung lain yang akan<br />
diwujudkan gubernur adalah Manggarai<br />
yang menurutnya pas jadi kampung<br />
panggung. Dia juga memperhatikan<br />
kampung di sekitar stasiun di Duri<br />
yang sangat kumuh yang mirip<br />
dengan Manggarai yang juga dekat<br />
dengan stasiun. Begitu pula kampung<br />
shopping di Poncol, kampung ikan<br />
di penjaringan, kampung kampus di<br />
Tomang. Lantas kampung backpacker<br />
di Kebon Sirih, dan kampung tekstil di<br />
Kebon Kacang.<br />
50 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
51
Upaya membenahi bangunan<br />
tak layak huni di permukiman kumuh<br />
menjadi prioritas kepempimpinan<br />
Jokowi dan jajarannya. Kampung<br />
tematik pun dirancang sebagai upaya<br />
pemanusiaan warga Jakarta untuk dapat<br />
hidup dengan lingkungan yang layak<br />
dihuni.<br />
Kampung panggung, kampung<br />
kampus, kampung shopping, super<br />
kampung, kampung SCBD, kampung<br />
platform, dan kampung vertical<br />
housing adalah rencana penamaan<br />
lainnya dalam upaya penataan<br />
kampung. Ini disesuaikan dengan<br />
potensi kampung tersebut.<br />
Kampung Nelayan<br />
Sebagai langkah awal<br />
merealisasikan kampung tematik akan<br />
memulai menata Muara Angke, Jakarta<br />
Utara. Tematik yang akan dibangun<br />
dalam Rusun Muara Angke ini adalah<br />
Rumah Susun (Rusun) Nelayan.<br />
Konsepnya, rusun akan dibangun satu<br />
tower dengan unit rumah di bawah 100<br />
unit.<br />
Rusun Nelayan khusus dirancang<br />
untuk nelayan. Nanti dalam rusun<br />
itu dibuatkan aqua fever yang dapat<br />
digunakan untuk budi daya ikan. Selain<br />
Upaya Penataan Permukiman Kumuh DKI Jakarta<br />
Sejak tahun 1969 Pemerintah<br />
DKI berupaya menata kampungkam<br />
pung kumuh yang bertebaran di<br />
lima wilayah Jakarta. Salah sa tunya<br />
dengan program yang di ke nal dengan<br />
pendekatan “solu tif” untuk mengatasi<br />
keadaan peru mahan kampung miskin.<br />
Saat itu, pemerintah memiliki 3 (tiga)<br />
pilihan, yaitu:<br />
- Menggusur kampung dan mem bangun<br />
rumah susun<br />
- Membangun perumahan baru di<br />
pinggir kota<br />
- Memperbaiki kampung, mem buat<br />
gang dan jamban umum, memasukan<br />
air PAM dan mem perbaiki<br />
cara pembuangan sampah.<br />
Pilihan ketiga, yang dikenal sebagai<br />
Program Perbaikan Kampung<br />
atau MHT dipilih oleh Pemda DKI<br />
Jakarta sebagai upaya penataan kampung<br />
kumuh. Pembaruan kota melalui pendekatan<br />
menggusur kampung dan membangun rumah<br />
susun dikesampingkan karena menurut<br />
Pemda DKI Jakarta, saat itu, berdiam di<br />
rumah susun masih asing bagi kebiasaan<br />
orang Indonesia. Program MHT dilaksanakan<br />
saat itu dengan alokasi anggaran Rp 10<br />
juta dengan penduduk Jakarta berjumlah<br />
4,5 juta. Pilihan merehabilitasi kampung diambil<br />
karena dianggap paling efektif tanpa<br />
merusak jaringan tradisional masyarakat.<br />
Proyek perbaikan Kampung atau lebih<br />
dikenal dengan MHT telah dilaksanakan sejak<br />
tahun 1969 kemudian dievaluasi pada tahun<br />
1993. Catatan evaluasi adalah kurangnya<br />
peran masyarakat dalam pemeliharaan hasil<br />
proyek. Selanjutnya, pelaksaan program<br />
di rubah menjadi Tribina (Bina Sosial, Bina<br />
Ekonomi, dan Bina Fisik Lingkungan).<br />
Sejak 2006, program MHT disempurnakan<br />
menjadi Program Perbaikan Kampung Terpa<br />
du/MHT Plus. Penguatan program dilakukan<br />
melalui pembentukan kelompok<br />
swadaya masyarakat, pendampingan dan<br />
penguatan kelompok, peningkatan peran<br />
serta masyarakat dan pemandirian LSM.<br />
Hasil dari pendampingan dan penguatan<br />
ke lompok masyarakat adalah Community<br />
Action Plan (CAP) yang didasarkan pada<br />
kebutuhan masyarakat.<br />
Di bawah kepemimpinan Jokowi,<br />
pe nanganan 100 RW kumuh di Jakarta<br />
dilakukan melalui program MHT Plus berda<br />
sarkan Pergub No. 190 tahun 2009<br />
tentang Pelaksanaan Perbaikan Lingkungan<br />
Permukiman (MHT PLus) dan Kepgub Prov<br />
DKI Jakarta no 1907 tahun 2009 tentang<br />
pembentukan Pokja Perbaikan Lingkungan<br />
Permukiman (MHT Plus).<br />
itu, akan dibangun pasar tradisional<br />
dan Puskesmas. Keberadaan Rusun<br />
Nelayan sebagai kampung tematik bisa<br />
juga dijadikan sebagai destinasi wisata<br />
Untuk tahun 2<strong>01</strong>3, Program MHT Plus<br />
akan dimulai dengan penataan 30 RW kumuh<br />
dengan menggandeng perusahaaan dalam<br />
bentuk Corporate Social Responsibility. Telah<br />
ada komitmen dari tujuh (7) perusahaan<br />
yang bersedia melaksanakan program yaitu<br />
PT. Jasindo, PT. Don Media Indonesia, PT.<br />
Bank DKI, PT. Pembangunan Jaya Ancol,<br />
PT. Jakarta Propertindo, PD. Pembangunan<br />
Sarana Jaya dan PT Jakarta Industrial Estate<br />
Pulogadung (JIEP) dan ada 3 perusahaan<br />
lain yang bersedia yaitu PT. Astra Internationa<br />
Tbk, PT. Jakarta Tourisindo, dan PD Pasar<br />
Jaya.<br />
Untuk program MHT Plus tahun ini,<br />
program penataaan kampung akan meliputi:<br />
- Perbaikan rumah tidak layak (lantai,<br />
dinding, kusen, plafon dan atap)<br />
- Pembuatan sumur resapan<br />
- Pembuatan Septic tank/ IPAL Komunal<br />
- Penghijauan<br />
- Perbaikan MCK<br />
- Pembangunan ruang interaksi sosial<br />
bagi wisatawan domestik maupun<br />
mancanegara.<br />
Untuk desain kampung tematik<br />
nelayan seluas 2,1 hektar di Muara<br />
- Pengadaan alat pendukung<br />
posyandu<br />
- Pengadaan alat peraga PAUD<br />
- Pembangunan Pos RW<br />
Terkait pemilihan lokasi dalam<br />
Kegiatan kemitraan CSR di program<br />
MHT Plus, me kanisme penetapan lokasi<br />
MHT Plus ditentukan dengan syaratsyarat<br />
sebagai berikut :<br />
- Berada di RW kumuh di setiap kota/<br />
kabupaten Administrasi sesuai<br />
dengan Data Evaluasi RW Kumuh<br />
yang di keluarkan oleh BPS Provinsi<br />
DKI Jakarta<br />
- Penetapan RW Kumuh dilakukan<br />
oleh masing-masing Walikota dan<br />
Bupati<br />
- Usulan lokasi pelaksanaan CSR<br />
dalam MHT Plus akan ditetapkan<br />
oleh Dinas Prumahan dan Gedung<br />
Pemerintah Prov DKI Jakarta. (*)<br />
Angke, Jakarta Utara, ini telah<br />
rampung. Direktur Shau Architecture<br />
and Urbanism, Daliana Suryawinata,<br />
konsultan kampung nelayan Muara<br />
Angke menyebut hingga kini masih<br />
melakukan upaya-upaya mewujudkan<br />
kampung nelayan ini dengan<br />
berbagai langkah, termasuk mengatasi<br />
pemindahan warga maupun anggaran<br />
pembangunannya.<br />
Meski tidak mulus, namun<br />
Deliana tetap berupaya melaksanakan<br />
seperti arahan Gubernur DKI Jakarta.<br />
Dia menyebut salah satu kendalanya<br />
adalah masalah tanah untuk relokasi<br />
dan warga yang enggan pindah<br />
sebelum ada tempat penampungan.<br />
Selain itu warga yang sehari-harinya<br />
berusaha dalam pengolahan ikan<br />
berharap ada lahan untuk relokasi<br />
usaha.<br />
Fadil Halimi, perwakilan warga<br />
Kampung Baru Muara Angke di Pluit,<br />
Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara<br />
menyebutkan, baru sekitar 160 lebih<br />
keluarga dari 830 keluarga yang tinggal<br />
di Kampung Baru pindah ke rumah<br />
susun (rusun). Mereka yang belum<br />
pindah menunggu tempat relokasi<br />
sebelum meninggalkan kawasan<br />
pelabuhan.<br />
Menurut Fadil, warga berharap<br />
tak digusur sebelum mendapat tempat<br />
tinggal baru. Beberapa warga bahkan<br />
menyatakan rela menunggu hingga<br />
rusun selesai dibangun 1-2 tahun.<br />
Sementara Kepala Seksi Keamanan<br />
dan Ketertiban Unit Pengelola<br />
Pelabuhan Perikanan dan Pendaratan<br />
Ikan Muara Angke, Iwan Sudarmawan<br />
menyebutkan, sekitar 5,7 hektare<br />
dari total 71,7 hektare kawasan<br />
pelabuhan dihuni oleh warga. Mereka<br />
mendirikan hunian nonpermanen dan<br />
semipermanen mulai dari ukuran 15<br />
meter persegi dengan jumlah penghuni<br />
yang ditaksir mencapai lebih dari 2.500<br />
keluarga. ALF<br />
52 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 53
Intermezo<br />
Pesona Kemarahan<br />
Oleh ; Iswati Soekarto<br />
Orang bijak sering mengatakan,<br />
kondisi tertentu bisa jadi “diam itu<br />
Pemprov DKI berusaha transparan,<br />
kalau ingin melihat diri orang yang<br />
emas”.<br />
mencegah mark up, berhati-hati<br />
sebenarnya, lihatlah ketika dia<br />
Sebagai pejabat yang pasti disorot<br />
mengelola uang rakyat, mengedepankan<br />
sedang marah. Memang bermacam-<br />
publik, dan utamanya oleh media,<br />
efisiensi, mengutamakan pelayanan dan<br />
macam sikap manusia ketika sedang<br />
kendali diri sangatlah penting, apalagi<br />
kepentingan masyarakat.<br />
marah. Ada yang mukanya begitu<br />
ketika sedang marah. Tak perlu bereaksi<br />
Masih dalam “bingkai soal<br />
menyeramkan. Berwajah api, terlihat<br />
secara fisik sampai menampar atau<br />
kemarahan”, beberapa waktu lalu,<br />
bengisnya, serta lemah kekuatannya<br />
memukul. Itu kekerasan namanya. Juga<br />
Gubernur Jokowi juga sempat akan<br />
dalam mengendalikan diri.<br />
tak perlu melontarkan kata-kata buruk.<br />
dimakzulkan oleh DPRD DKI,<br />
Perilakunya bisa liar, membanting<br />
Ini juga kekerasan karena bisa membuat<br />
karena kisruh Kartu Jakarta Sehat.<br />
barang apapun yang ada di sekitarnya,<br />
luka hati.<br />
Beberapa rumah sakit mengancam<br />
berteriak, dan mengumpat dengan<br />
Kemarahan bisa diwujudkan<br />
mengundurkan diri dan tidak akan<br />
kata-kata tak sopan. Namun, ada pula<br />
orang marah yang hanya terlihat dari<br />
perubahan mimiknya, tapi ia diam, dan<br />
tak satu kata pun terucapkan. Seolah<br />
dia bergulat dengan dirinya sendiri<br />
dalam menahan emosi dan melawan<br />
angkara nafsu.<br />
Keduanya cukup ektrem, yang<br />
pertama hingga hilang kendali, yang<br />
kedua, sulit dipahami karena diam<br />
seribu bahasa. Bagi pejabat publik<br />
keduanya tak elok. Ingat anggota<br />
Dewan yang adu jotos ketika adu<br />
argumentasi di Gedung DPR RI.<br />
Mereka seolah ingin menunjukkan<br />
kekuatannya terhadap lawan, tapi<br />
justru yang terlihat adalah kelemahan<br />
pribadinya karena tak sanggup<br />
mengendalikan diri. Jika terlalu diam,<br />
aparat bawahan maupun masyarakat<br />
tidak akan paham apa sebenanya yang<br />
menjadikannya marah. Walau, dalam<br />
dalam argumentasi-argumentasi sesuai<br />
kontek permasalahan yang sedang<br />
dibicarakan/dibahas ( secara keilmuan) ,<br />
dan tidak menghantam sifat pribadi.<br />
Dalam pemerintahan Jokowi<br />
–Ahok yang belum genap setahun,<br />
ada suatu dampak dari aksi/reaksi<br />
kemarahan namun membuat kita<br />
tercengang, dan bahkan itu menjadi<br />
pesona tersendiri. Ingat ketika wakil<br />
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja<br />
Purnama (Ahok), tampak marah<br />
dalam suatu acara dengan pejabat di<br />
lingkungan Dinas PU DKI. Peristiwa<br />
itu jadi heboh karena diunggah ke<br />
Youtube.<br />
Tapi anehnya, kemarahan pak<br />
Wagub itu jadi tontonan menarik ,<br />
bukan karena marahnya, tapi karena<br />
ucapan-ucapannya. Seribu kepala<br />
bisa menafsirkan kesan yang berbeda,<br />
tapi benang merahnya sama. Betapa<br />
menerima pasien pemegang KJS.<br />
Tapi Jokowi tenang-tenang saja.<br />
“Ya, kalau dipanggil ya kita jelaskan,<br />
malah senang kita bisa menjelaskan. “<br />
katanya kepada pers terkait gertakan<br />
Kebon Sirih dengan hak interpelasinya<br />
itu. Lantas apa pula reaksinya<br />
terhadap belasan rumah sakit yang<br />
hendak mengundurkan diri? Inilah<br />
cuplikannya:<br />
“Santai aja, nanti (mereka) urusurus<br />
izin gantian. Ha,...ha.., begitu,<br />
enggak usah pikir terlalu rumit,” kata<br />
Jokowi.<br />
Ketika ditanya apa maksud<br />
pernyataan gantian tersebut, Jokowi<br />
menjawab, kesehatan merupakan hak<br />
rakyat. Namun, kata dia, hak tersebut<br />
malah diganggu.<br />
“Kan ganggu-ganggu itu namanya.<br />
Mbok ngomonglah dengan kita. Diajak<br />
bicara tiap menit saja kita siap 24 jam,<br />
kita buka kok. Itu kan namanya tidak<br />
punya rasa sosial kemanusiaan. Wong<br />
dalam perang saja musuh sakit harus<br />
disembuhkan kok. Ini rakyat sendiri<br />
ditinggal. Yang benar saja,” kata Jokowi.<br />
Ada nada marah dalam tutur<br />
katanya, namun kian terlihat betapa<br />
segala jawaban memanifestasikan<br />
misi yang diembannya, Lalu, dari<br />
aksi marah dan reaksi bernada marah<br />
itu, kita makin paham, seperti<br />
apa kepemimpinan Jokowi- Ahok<br />
ini, dan sejauh mana kinasih-nya<br />
memperjuangkan kehidupan warga.<br />
Belum lama ini juga ada<br />
kemarahan Ahok terhadap aparat<br />
bawahannya. Sebabnya, terjadi keluhan<br />
warga yang merasa dipersulit ketika<br />
mengurus surat-surat untuk bisa<br />
menghuni Rusun Marunda. Mereka<br />
harus bolak-balik datang ke Kantor<br />
Dinas Perumahan.<br />
Kepala Dinas Perumahan<br />
Yonatan Pasodung kepada<br />
wartawan mengatakan, bukan<br />
maksudnya mempersulit, tapi demi<br />
tertibnya administrasi warga harus<br />
melengkapinya.<br />
Wagub Basuki merasa kesal karena<br />
rumitnya birokrasi Dinas Perumahan<br />
itu. “Tadi pagi saya baru marah-marah<br />
dan kesal. Bayangkan saja, surat<br />
perjanjian tinggal di rumah susun<br />
(rusun) mesti bolak-balik ke kantor<br />
Dinas Perumahan. Apa salahnya sih<br />
orang Dinas Perumahan yang bawa ke<br />
warga rusun?” kata Basuki<br />
Inilah yang patut dicatat, katakata<br />
Apa salahnya orang Dinas<br />
Perumahan yang bawa ke warga rusun?<br />
(secara implisit yang dikehendaki<br />
Wagub adalah sikap mau melayani,<br />
bahkan membawa surat itu ke warga<br />
rusun (agar warga tidak bolak-balik) ke<br />
kantor Dinas Perumahan.<br />
Basuki pun menegaskan,<br />
seharusnya pelayanan bagi warga yang<br />
tidak mampu merupakan prioritas.<br />
Selain itu, ia menilai semestinya<br />
Dinas Perumahan DKI yang harus<br />
selalu bersiaga di Rusun Marunda<br />
agar memudahkan masyarakat untuk<br />
mendapatkan pelayanan.<br />
Nah, kemarahan-kemarahan<br />
pejabat semacam itu, malah membuat<br />
simpati warga. Banyak orang<br />
malah memberi aplous terhadap<br />
kemarahan pejabat yang justru dalam<br />
kemarahannya itu menunjukkan<br />
konsistensinya akan makna<br />
“Pelayanan”. Inilah salah satu pesona<br />
tersendiri tentang Jakarta Baru.***<br />
54 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 55
Masalah Sampah Masih Akut<br />
Pemprov DKI Siapkan Perda<br />
dan Kampanye Budaya Bersih<br />
Sampah, merupakan salah satu<br />
masalah akut Kota Jakarta.<br />
Belum adanya kesadaran<br />
masyarakat untuk membuang<br />
sampah pada tempat yang<br />
disediakan dan keengganan<br />
mengelola sampahnya sendiri<br />
menjadikan sampah banyak<br />
berserak di jalan, sungai, dan<br />
mengotori keindahan kota.<br />
Setiap hari sebanyak 6.254 ton<br />
sampah diangkut dari Jakarta ke tempat<br />
pembuangan sampah akhir (TPSA).<br />
Sampah itu berasal dari sampah<br />
rumah tangga sebesar 53 persen, dan<br />
47 persen sisanya sampah gedung<br />
perkantoran, rumah sakit, toko-toko ,<br />
dan lainnya.<br />
Baru-baru ini Pemerintah Provinsi<br />
DKI Jakarta menyusun peraturan<br />
daerah (perda) mengenai pengelolaan<br />
sampah yang telah disahkan oleh<br />
DPRD Provinsi DKI Jakarta. Aturan<br />
ini menggantikan Perda Nomor 5<br />
Tahun 1988 tentang Kebersihan<br />
Lingkungan dalam Wilayah DKI<br />
Jakarta serta merupakan turunan dari<br />
Undang-Undang No.18 Tahun 2008<br />
tentang Pengelolaan Sampah dan<br />
Peraturan Pemerintah No.81 tentang<br />
pengelolaan sampah rumah tangga dan<br />
sampah sejenis sampah rumah tangga<br />
serta Permendagri No.33 Tahun 2<strong>01</strong>0<br />
tentang pedoman Pengelolaan Sampah.<br />
Perda baru ini mengatur<br />
pengelolaan sampah di DKI Jakarta<br />
secara komprehensif dari sumber<br />
sampah (hulu) hingga tempat<br />
pembuangan sampah akhir atau<br />
TPSA (hilir). Hal-hal yang diatur<br />
antara lain tugas dan tanggung jawab<br />
pemerintahan; hak, kewajiban, dan<br />
tanggung jawab masyarakat; hak,<br />
kewajiban, dan tanggung jawab<br />
produsen; insentif dan disinsentif;<br />
perizinan; penyelenggaraan pengelolaan<br />
sampah; teknologi tepat guna dan<br />
ramah lingkungan; kerja sama dan<br />
kemitraan; serta pengawasan dan<br />
pengendalian; larangan; dan sanksi.<br />
“Substansi perda ini tidak hanya<br />
mengatur sanksi. Karena untuk sanksi<br />
juga sudah diatur dalam Perda Nomor<br />
8 Tahun 2007 tentang Ketertiban<br />
Umum,” kata Kepala Dinas Kebersihan<br />
DKI Jakarta, Unu Nurdin.<br />
Saat ini perda tersebut sedang<br />
dalam proses untuk ditetapkan dan<br />
dimasukkan dalam lembaran daerah<br />
dan selanjutnya dinyatakan mulai<br />
berlaku.<br />
Empat Strategi<br />
Selain membuat peraturan<br />
daerah yang mengatur tentang<br />
pengelolaan sampah, berbagai upaya<br />
penanggulangan sampah sudah dan<br />
terus dilakukan oleh Pemerintah<br />
Provinsi DKI Jakarta antara lain melalui<br />
empat strategi berikut:<br />
• Bank sampah<br />
Bank sampah dibuat di tiap<br />
kelurahan, dimaksudkan agar sampah<br />
yang berasal dari rumah tangga<br />
bisa diolah kembali dan bermanfaat<br />
bagi warga. Sehingga sampah yang<br />
diangkut ke TPSA adalah sampah<br />
residu. Dalam sistem ini sampah yang<br />
diserahkan warga ke bank sampah akan<br />
dikelompokkan berdasarkan jenisnya,<br />
lalu sampah yang tak bisa didaur ulang<br />
akan dibawa ke TPSA.<br />
• Pengelolaan sampah terpadu<br />
Pemprov DKI Jakarta tengah<br />
mengupayakan pengelolaan sampah<br />
terpadu atau Intermediate Treatment<br />
Facilities (ITF). Pengolahan sampah<br />
di ITF ini tergolong sederhana<br />
namun dapat mengurangi biaya<br />
pengangkutan sampah dan juga<br />
sekaligus menambah umur TPSA.<br />
Di ITF dilakukan pemilahan sampah<br />
organik dan non-organik, sampah<br />
organik dicacah kemudian dimasukkan<br />
ke kompartemen hidrolisis. Kemudian<br />
sampah yang tercacah disemprot<br />
dengan air lindi yang diputarkan dari<br />
anaerobic digester secara kontinyu<br />
supaya air lindi yang ada di dalam<br />
sampah bisa terpancing keluar dengan<br />
maksimal.<br />
ITF ini nantinya akan dibangun di<br />
4 titik yakni Sunter, Cakung-Cilincing,<br />
Marunda, dan Duri Kosambi.<br />
Untuk saat ini, dimulai dari ITF<br />
Sunter yang diharapkan akan selesai<br />
pembangunannya pada akhir tahun ini.<br />
Pada tahun berikutnya akan dilanjutkan<br />
pembangunan ITF di wilayah lainnya.<br />
Keberadaan ITF di tiap wilayah Kota<br />
Administrasi diharapkan akan mampu<br />
menyelesaikan masalah sampah di DKI.<br />
• Pengerukan kali<br />
Sampah di Jakarta tak hanya di<br />
darat saja tapi juga banyak sampah yang<br />
dibuang ke sungai dan menyebabkan<br />
pendangkalan serta menjadi salah<br />
satu penyebab banjir di Ibu Kota.<br />
Sebab, pada saat hujan turun, sungai<br />
tak mampu menampung volume air<br />
sehingga meluap.<br />
Untuk mengatasinya, Pemprov<br />
DKI Jakarta melakukan pengerukan<br />
sungai dan pemasangan sheet pile<br />
pada waduk maupun sungai untuk<br />
penguatan agar tidak mudah jebol.<br />
• Galakkan kampanye budaya<br />
bersih<br />
Salah satu penyebab banjir Jakarta<br />
adalah sungai-sungai yang ada di Jakarta<br />
tak mampu menampung volume<br />
air karena mengalami pendangkalan<br />
akibat sampah. Karenanya, langkah<br />
yang dilakukan Pemprov DKI untuk<br />
mengatasi hal ini, selain melakukan<br />
pengerukan kali, juga berupaya<br />
meningkatkan kesadaran warga<br />
Jakarta agar tidak membuang sampah<br />
sembarangan, terlebih ke sungai.<br />
Gerakan untuk membudayakan<br />
kebersihan ini sudah mulai dilakukan<br />
oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko<br />
Widodo semenjak beberapa waktu lalu.<br />
“Saya sampaikan kampanye<br />
budaya bersih harus digerakkan di<br />
manapun. Kalau tidak, kita akan<br />
begini terus,” ucapnya saat meninjau<br />
pelaksanaan kerja bakti di bilangan<br />
Jakarta Utara.<br />
“Saya ajak masyarakat agar jangan<br />
buang sampah di kali, drainase, selokan,<br />
dan kerja bakti membersihkan sampah<br />
dan sedimen minimal dua minggu<br />
sekali. Kalau tidak, air akan meluap,”<br />
lanjutnya.<br />
Kampanye tersebut nantinya akan<br />
direalisasikan dalam bentuk spanduk<br />
maupun baliho yang dikeluarkan secara<br />
serempak. Selain itu, Pemprov DKI<br />
juga akan bekerja sama dengan grup<br />
musik Slank untuk ikut berkampanye.<br />
Melalui kampanye budaya bersih<br />
dan kerja bakti untuk membersihkan<br />
kali serta saluran air secara terusmenerus<br />
akan membangun kesadaran<br />
warga terhadap pentingnya kebersihan,<br />
dan menghilangkan kebiasaan<br />
membuang sampah ke sungai.<br />
“Kita harus kerjakan bersama.<br />
Proses membudayakan buang sampah<br />
pada tempatnya memang perlu waktu.<br />
Harus terus menerus. Sampai kita<br />
sadar,” pungkasnya. ANN<br />
56 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 57
wisata & budaya<br />
‘Ariah’, Ekspresi Kehormatan Wanita<br />
Betawi<br />
Hari Ulang Tahun ke-<br />
486 Kota Jakarta tahun<br />
ini tidak hanya dijejali<br />
kegiatan yang bermisikan<br />
meningkatkan potensi<br />
ekonomi. Budaya Betawi<br />
pun mendapat perhatian<br />
prima untuk dilestarikan<br />
dan dikembangkan.<br />
Salah satu perhatian Pemprov<br />
DKI Jakarta adalah ikut menyokong<br />
pergelaran drama musikal kolosal<br />
bertajuk ‘Ariah’ di silang Monas<br />
dari tanggal 28 hingga 30 Juni<br />
lalu. Gubernur DKI Jakarta Joko<br />
Widodo (Jokowi) bahkan rela duduk<br />
ndeprok atau lesehan bersama warga<br />
menyaksikan pertujukan ‘Ariah’ karya<br />
Atilah Soeryadjaya.<br />
Layaknya si empunya hajat, saat<br />
hari pertama pertunjukan ‘Ariah’ ,<br />
Jokowi yang mengenakan pakaian<br />
sadaria berbaju koko menyambut tamutamunya<br />
malam itu. Pejabat pemerintah<br />
hingga politisi hadir menyaksikan<br />
pergelaran ini, mereka yang tampak<br />
saat malam pembukaan, Jumat (28/6)<br />
adalah Ketua Umum PDIP Megawati<br />
Soekarno Putri beserta putrinya, Puan<br />
Maharani.<br />
Usai mengantarkan Menteri<br />
Perumahan Rakyat Djan Faridz duduk<br />
di deretan kursi khusus, perhatian<br />
Jokowi beralih ke suasana kerumunan<br />
penonton yang berdiri di depan<br />
pintu masuk. Area penonton yang<br />
tiket masuknya berbayar Rp2000<br />
terlihat kosong, maka Jokowi spontan<br />
menyuruh masuk masyarakat yang<br />
berada di luar area tanpa harus beli<br />
tiket. Sebaliknya gubernur sendiri<br />
yang membayari warga untuk nonton<br />
pertunjukan ‘Ariah’ tersebut.<br />
Tak hanya menyuruh masuk,<br />
Jokowi juga duduk lesehan bergabung<br />
bersama warga menyaksikan ‘Ariah’.<br />
Kesempatan itu tak dilewatkan<br />
warga untuk mengambil gambar dan<br />
bersalaman dengan orang nomor satu di<br />
DKI Jakarta ini.<br />
Lesehan dan nonton bareng warga<br />
memang bukan hal baru bagi Jokowi.<br />
Namun menyuguhkan tarian kolosal<br />
di ruang terbuka seperti Monas bisa<br />
dibilang sesuatu yang jarang terjadi.<br />
Apalagi pertunjukan berbayar seperti<br />
pertunjukan ‘Ariah’.<br />
Spektakuler<br />
‘Ariah’ merupakan drama musikal<br />
kolosal bercerita tentang seorang wanita<br />
Betawi yang berjuang mempertahankan<br />
martabat dan kehormatannya. Ariah<br />
adalah tokoh pemberani dalam<br />
melawan kekejaman para centeng<br />
dan tuan tanah yang kerap menculik<br />
dan memperkosa gadis. Dirinya juga<br />
berani mendobrak pemahaman yang<br />
berkembang pada masanya, bahwa<br />
wanita harus berdiam diri dalam rumah<br />
dan hanya boleh keluar untuk pergi<br />
mengaji. Baginya, gadis-gadis pun perlu<br />
belajar pencak silat untuk membentengi<br />
diri dari ancaman bahaya.<br />
Sejumlah tokoh yang terlibat<br />
dalam pertunjukan ini antara lain<br />
Atilah Soeryadjaya (sutradara dan<br />
penulis naskah), Jay Subiakto (penata<br />
artistik), dan Erwin Gutawa (penata<br />
musik).<br />
Suguhan ini ditampilkan dalam<br />
sebuah panggung dengan luas 72 x 48<br />
meter dan tinggi 10 meter. Dengan<br />
persiapan kurang dari enam bulan,<br />
Jay Subiakto penata artistik ‘Ariah’ ini<br />
bukan hanya membuat panggung besar,<br />
tapi juga mendesainnya dengan unik.<br />
Panggung dibagi dalam tiga tingkat<br />
yang miring ke samping.<br />
Sudut kemiringannya cukup<br />
tajam yakni 15 derajat, 25 derajat dan<br />
35 derajat di masing masing tingkat.<br />
Sudut-sudut tersebut dibuat bukan<br />
tanpa makna. Menurut Jay, bila ditarik<br />
dengan garis imajiner, sudut-sudut itu<br />
akan betemu dengan lokasi bersejarah<br />
Kota Jakarta. Misalnya, garis lurus<br />
akan bertemu pada titik lokasi Menara<br />
Syahbandar yang merupakan titik nol<br />
kilometer Jakarta pada era VOC. Kini,<br />
titik nol kilometer Jakarta berada di<br />
Monas.<br />
Desain ini selain terinspirasi oleh<br />
naskah pertunjukan, juga terilhami<br />
konsep bangunan Monas dan tata<br />
kota Jakarta yang dirancang Presiden<br />
Soekarno. Menurut Jay, Bung Karno<br />
membuat tata kota Jakarta sempurna<br />
dengan adanya Monas.<br />
Tidak hanya itu, untuk<br />
memasukkan kesan nyata dan modern,<br />
Jay memberikan efek melalui proyektor.<br />
Teknologi yang dipakai yakni video<br />
mapping. Dengan teknologi ini,<br />
panggung akan dipenuhi beragam objek<br />
yang dikeluarkan proyektor.<br />
Dalam mengerjakan semua<br />
itu Jay ingin berpesan bahwa tradisi<br />
itu bisa ditarik ke masa kekinian,<br />
dengan catatan tidak boleh merusak<br />
pakem-pakem tradisinya. Dengan<br />
begitu, diharapkan anak-anak muda<br />
lebih tertarik mengembangkan seni<br />
tradisional yang dipadukan unsur<br />
modern di dalamnya. Pengalaman<br />
Jay membuktikan, seni semacam itu<br />
akan lebih mudah menembus pasar<br />
internasional jika ada akar budaya<br />
dalam setiap kreasi yang diciptakan.<br />
Perhelatan tersebut juga<br />
diharapkan dapat memberikan<br />
dorongan kepada masyarakat Jakarta<br />
untuk mengenal dan berdekatan<br />
lebih erat dengan simbol-simbol kota,<br />
khususnya Monas. Karena Monas<br />
menjadi dekat dengan masyarakat dan<br />
menjadi penanda kota.<br />
Jay juga berharap pertunjukan<br />
‘Ariah’ semakin mendorong<br />
perkembangan industri seni<br />
pertunjukan di Indonesia khususnya<br />
desain panggung. Dengan pertunjukan<br />
ini Jay ingin menunjukkan banyak<br />
profesi baru yang bisa menghidupi<br />
banyak orang.<br />
Dengan panggung yang<br />
menyerupai cawan Monas dengan 3<br />
level ketinggian, mulai 3 meter, 7 meter<br />
hingga 10 meter tersebut membuat para<br />
penarinya harus berlatih ekstra keras<br />
untuk menari di atas bidang panggung<br />
yang dibuat miring hingga 15 derajat.<br />
Sebanyak 200 penari profesional<br />
dan 120 musisi orkestra meramaikan<br />
pertunjukan yang diadaptasi dari cerita<br />
rakyat Betawi berlatar tahun 1869 itu.<br />
Tak hanya dari segi artistik, ide cerita<br />
dan konsep pertunjukan juga dibuat<br />
unik. Ariah, tokoh utama dalam kisah<br />
itu diharapkan mampu membangkitkan<br />
semangat warga Jakarta untuk<br />
mempertahankan martabat Kota<br />
Jakarta.<br />
Beberapa selebritas seperti<br />
Irfan Hakim, Indra Bekti dan<br />
Sahrul Gunawan pun hadir dengan<br />
memberikan apresiasi. “Keren banget.<br />
kita bangga jadi orang Jakarta yang<br />
sudah difasilitasi pertunjukan seperti<br />
ini,” ujar Irfan Hakim.<br />
Tiket “Ariah” Bervariasi<br />
Harga tiket masuk pergelaran<br />
‘Ariah’ berdurasi 80 menit ini dijual<br />
mulai Rp 275.000 hingga Rp 1,5 juta,<br />
sementara untuk pasar rakyat atau<br />
penonton festival hanya dikenakan Rp<br />
2000. Rincian HTM adalah Rp 1,5<br />
juta untuk VVIP, dan VIP Rp 900.000.<br />
Sementara kelas 1 Rp 500.000 dan<br />
kelas 2 Rp275.000.<br />
Meski demikan panitia juga<br />
menyediakan tiket gratis untuk 6.500<br />
penonton yang disebarkan melalui RT/<br />
RW, serta ada juga yang gratis untuk<br />
masyarakat semua namun lewat dua<br />
layar yang disiapkan, sehingga siapa saja<br />
bisa menonton pentas tersebut. Layar<br />
diletakan di sisi utara di sebelah kanan<br />
dan kiri panggung Ariah. ALF<br />
58 Media Jaya • • Nomor <strong>01</strong> <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
59<br />
Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3
wisata & budaya<br />
Budaya<br />
Melestarikan Betawi<br />
Melalui Busana<br />
Di ulang tahun Kota<br />
Jakarta yang ke 486 ini,<br />
ada suatu penguatan<br />
dari upaya pelestarian<br />
budaya Betawi,<br />
khususnya busananya.<br />
Baju koko yang menjadi<br />
pakaian sehari-hari<br />
kaum pria Betawi, serta<br />
kebaya encim untuk<br />
kaum perempuannya,<br />
sejak Januari 2<strong>01</strong>3 telah<br />
menjadi salah satu<br />
seragam karyawan di<br />
lingkungan Pemprov DKI<br />
Jakarta.<br />
Kebijakan yang dilakukan<br />
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo<br />
ini disambut gembira para karyawan.<br />
Ada keunikan yang beda. Suatu busana<br />
etnis menjadi uniform bagi institusi<br />
besar, di kota besar pula, Metropolitan<br />
Jakarta. Putra Betawi sendiri tentu lebih<br />
senang menyambutnya. Lebih-lebih<br />
Emma Amalia, salah seorang tokoh<br />
Betawi dari Pusat Kebudayaan Betawi,<br />
menyatakan apresiasinya atas prakarsa<br />
yang sudah direalisasikan gubernur<br />
yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.<br />
“Sebagai orang Betawi saya<br />
bangga. Ini upaya pelestarian terhadap<br />
budaya Betawi, “ kata Emma Amalia<br />
kepada Media Jaya.<br />
Perancang busana Betawi ini<br />
sebelumnya pernah diminta gubernur<br />
untuk menampilkan desain-desain<br />
busana Betawi dan itu telah digelar<br />
dalam suatu acara di Balai Kota.<br />
Perkembangan busana<br />
Betawi terus menggeliat mengikuti<br />
perkembangan mode, meski<br />
ada semacam pakem yang tetap<br />
dipertahankan, dan biasanya yang<br />
diperuntukkan dalam kegiatan resmi<br />
atau upacara-upacara terkait tradisi<br />
Betawi. Sementara para perancang<br />
mode yang selalu ingin berinofasi<br />
dari busana-busana daerah, tak henti<br />
membuat kreasi, tak terkecuali yang<br />
berpijak atau mengambil inspirasi dari<br />
busana Betawi.<br />
Dalam suatu peragaan busana<br />
pada Indonesia Fashion Week beberapa<br />
waktu lalu di Jakarta Convention<br />
Center, beberapa desainer menampilkan<br />
rancangan .yang diilhami garis potong<br />
busana Betawi, khususnya untuk<br />
pakaian perempuan (encim). Ciri<br />
umum adalah seperti kebaya tanpa<br />
kutubaru, dan meruncing di bagian<br />
bawah. Pada pinggiran kain umumnya<br />
berhias benang sulam, mulai dari krah/<br />
leher, bagian depan hingga seluruh<br />
bagian bawah, serta pergelangan tangan.<br />
Perancang yang berkreasi dengan<br />
inspirasi busana Betawi di antaranya<br />
Vielga Wennida yang sering mendesain<br />
busana-busana kebaya, diantaranya<br />
kebaya Betawi. Namun kali ini Vielga<br />
mengeksplorasi kebaya Betawi untuk<br />
dipadupadankan dengan rock, sacdress,<br />
dan tentu dengan kain juga. Lengkap<br />
pula dengan kain yang bermotif pucuk<br />
rebung di bagian depannya.<br />
Jika dipadu dengan, rock<br />
menjadikan busana yang masih tampak<br />
ciri kebetawiannya itu bisa disukai<br />
anak-anak muda yang suka gaya atau<br />
mereka yang berselera muda. Apalagi<br />
panjang lengan tidak harus sampai<br />
pergelangan, sebagaimana umumnya<br />
busana encim. Vielga menyuguhkannya<br />
beberapa model, dari lengan pendek,<br />
sedang, hingga berlengan panjang..<br />
Emma Amalia yang pernah<br />
mendapat penghargaan sebagai pelestari<br />
budaya Betawi menjelaskan mengenai<br />
busana kebaya encim yang konon ada<br />
pengaruh budaya Cina. Menurutnya,<br />
busana Betawi untuk perempuan adalah<br />
setelan kain dengan kebaya berlengan<br />
panjang sebagaimana sering kita lihat,<br />
atau seperti baju kurung. Hanya bagian<br />
depannya meruncing, Etnis Cina yang<br />
sudah lama tinggal di Betawi ketika<br />
itu, kalau mengenakan busana Betawi<br />
lengannya dibuat pendek, sampai siku<br />
atau ngatung. “Jadi busana Betawi itu<br />
(untuk perempuan) bukan pengaruh<br />
dari Cina, itu asli Betawi. Pengaruh<br />
Cina-nya ya, yang lengen pendek itu,“<br />
papar Emma Amalia.<br />
Tentang kain yang bermotif<br />
pucuk rebung yang menjadi ciri khas<br />
kain kebaya Betawi, kata Amalia,<br />
kain tersebut utamanya harus dipakai<br />
pada upacara tradisi, seperti saat<br />
pernikahan. “Itu memang simbol tapi<br />
ada maknanya, Maknanya sebagai tolak<br />
bala,“ ucap Emma<br />
Untuk busana pria betawi ada<br />
beberapa model, salah satunya yang<br />
dipakai sebagai busana seragam pegawai<br />
Pemprov DKI Jakarta adalah baju<br />
koko yang dipadukan dengan celana.<br />
Sementara dalam tradisi Betawi baju<br />
koko umumnya dipadukan dengan<br />
sarung.<br />
Dalam perkembangannya baju<br />
koko juga dikreasi dengan sulam,<br />
diantaranya pada bagian krah/ leher<br />
hingga bagian tepian kancing, Juga<br />
pada saku, atau disulam khusus dengan<br />
variasi tertentu di bagian depan/dada<br />
untuk memperindah tampilan.<br />
Berbusana koko bagi pria,<br />
dan mengenakan kebaya encim bagi<br />
perempuan pada hari-hari tertentu,<br />
hal ini tidak hanya ikut melestarikan<br />
warisan budaya dan tradisi Betawi.<br />
Namun, dengan berbusana yang<br />
berbeda dari keseharian Anda,<br />
ternyata menghadirkan aura yang beda<br />
pula. Apalagi busana Betawi dalam<br />
pilihan desain-desain yang inovatif,<br />
akan membuat penampilan Anda<br />
lebih fashionable. Dan khusus bagi<br />
perempuan ketika mengenakan busana<br />
Betawi, biasanya terlihat lebih ceria.<br />
Karena pilihan pada warna-warna cerah<br />
dan mencolok, lebih mendekatkan<br />
pada wajah kultur yang sebenarnya. ***<br />
Pandu Satyabrata<br />
60 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 61
wisata & budaya<br />
Ini Gelaran Pesta Rakyat<br />
Lewat rangkaian acara yang dikemas dalam konsep<br />
pesta rakyat, Pemprov DKI Jakarta mengajak<br />
seluruh masyarakat untuk turut aktif menjaga dan<br />
memajukan ibukota.<br />
Masih belum lekang dari ingatan,<br />
cerita tentang gemerlap dan kemeriahan<br />
perayaan HUT ke-486 kota Jakarta,<br />
Juni lalu. Selama satu bulan, masyarakat<br />
ibukota dimanjakan oleh kehadiran<br />
berbagai acara yang diharapkan mampu<br />
menjadi oase diantara kepenatan<br />
akibat rutinitas hidup sehari-sehari.<br />
‘Ambience’ ulang tahun kian terasa<br />
dengan keberadaan berbagai atribut<br />
ulang tahun serta pernak-pernik khas<br />
Betawi yang meramaikan sudut-sudut<br />
Kota Jakarta.<br />
Mengusung konsep ‘pesta rakyat’,<br />
di HUT ke-486 ini, Pemprov DKI<br />
Jakarta menyajikan perayaan yang<br />
terbilang unik dan berbeda dari<br />
perayaan-perayaan sebelumnya. Selain<br />
pemilihan lokasi acara yang sebagian<br />
besar dilakukan di ruang terbuka<br />
publik, Pemprov DKI Jakarta juga<br />
menempatkan masyarakat sebagai<br />
pelaku aktif dalam berbagai rangkaian<br />
acara.<br />
Pesta Rakyat<br />
Sejak awal, Gubernur DKI Jakarta<br />
Joko Widodo (Jokowi) menekankan<br />
pentingnya keterlibatan masyarakat<br />
dalam setiap acara yang digelar<br />
Pemprov DKI Jakarta. “Ulang tahun<br />
Jakarta harus memberikan kegembiraan<br />
kepada segenap masyarakat Jakarta agar<br />
mereka juga bisa menikmati. Tidak<br />
boleh eksklusif di gedung-gedung<br />
mewah,” kata Jokowi.<br />
Gambaran pelibatan aktif<br />
masyarakat antara lain dapat dilihat<br />
dari jumlah warga yang hadir dan<br />
berpartisipasi dalam berbagai acara,<br />
Jakarta Night Festival (JNF) dan<br />
Jakarnaval misalnya. Pada pelaksanaan<br />
kedua event akbar tersebut, beberapa<br />
ruas jalan protokol di Jakarta seolah<br />
‘disulap’ menjadi lautan manusia.<br />
Hal ini dibenarkan Kepala Dinas<br />
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi<br />
DKI Jakarta, Arie Budiman. “Sesuai<br />
tema ‘Jakarta Baru Jakarta Kita’, pada<br />
perayaan kali ini Pemprov DKI Jakarta<br />
membuka akses seluas-luasnya bagi<br />
publik. Dengan begitu kami berharap<br />
tercipta interaksi dua arah antara<br />
masyarakat dengan pemerintahnya,”<br />
katanya.<br />
Ia mencontohkan proses<br />
bagaimana publik dilibatkan secara<br />
aktif dalam pawai budaya bertajuk<br />
Jakarnaval 2<strong>01</strong>3. “Contohnya<br />
Jakarnaval. Kami telah mempersiapkan<br />
ini jauh-jauh hari (4-5 bulan<br />
sebelumnya, red). Para peserta yang<br />
sebagian besar siswa, lembaga kesenian,<br />
serta tamu perwakilan dari berbagai<br />
daerah juga mengikuti workshop dan<br />
berinteraksi secara aktif dengan kami,<br />
baik menyangkut tari-tarian, kostum,<br />
dan sebagainya,” tandasnya.<br />
Monas Primadona<br />
Tentunya, perayaan yang<br />
dilakukan dalam rangka menyambut<br />
hari jadi Kota Jakarta, berbagai<br />
acara yang diselenggarakan turut<br />
menyisipkan pesan-pesan pelestarian<br />
budaya Betawi sebagai budaya lokal<br />
di Jakarta. Berbagai ikon kebudayaan<br />
Betawi, mulai dari makanan hingga<br />
kesenian khas Betawi pun muncul<br />
dalam berbagai acara.<br />
Selain itu, sebagaimana<br />
diungkapkan Arie Budiman,<br />
perayaan HUT kali ini juga ingin<br />
kembali mendekatkan Monas kepada<br />
masyarakat. “Monas bukan hanya ikon<br />
Jakarta tetapi juga ikon nasional, kita<br />
harus bangga. Pak Gubernur ingin<br />
mengajak masyarakat untuk sama-sama<br />
merasa dekat dan mencintai ikon yang<br />
kita miliki ini,” jelas Arie.<br />
Salah satu caranya, lanjut dia,<br />
adalah dengan menyelenggarakan<br />
pusat berbagai acara dan kegiatan<br />
perayaan HUT ke-486 di Monas. Tak<br />
hanya puncak perayaan Jakarta Night<br />
Festival (JNF), tetapi juga banyak<br />
acara lainnya seperti Pemilihan Abang<br />
None jakarta 2<strong>01</strong>3, pementasan<br />
drama musikal ARIAH, pameran<br />
Monorail, dan sebagainya. “Hampir<br />
semua acara terpusat di Monas, karena<br />
Monas memiliki makna penting bagi<br />
pembangunan kota Jakarta,” tegas Arie.<br />
Untuk pementasan drama<br />
musikal ARIAH misalnya, Monas<br />
mendadak disulap menjadi sebuah<br />
venue pementasan yang tak kalah<br />
megah dengan pementasan di gedunggedung<br />
kesenian. Mengambil konsep<br />
pementasan outdoor, Jay Subiyakto<br />
sang penata artistik bahkan mengaku<br />
sengaja menyiapkan panggung megah<br />
dengan tiga ketinggian berbeda<br />
(masing-masing 3, 7 , dan 10 meter,<br />
red) yang berlatarbelakang tugu<br />
Monas. Selama pementasan, lighting<br />
yang sengaja ditembakkan ke Monas<br />
membuat tugu setinggi 132 meter (433<br />
kaki) semakin kokoh sekaligus anggun.<br />
“Monas adalah penanda keberadaan<br />
yang berdasarkan keseimbangan (lingga<br />
dan yoni), keselarasan, dan keteguhan<br />
bangsa,” ungkap Jay.<br />
Sayangnya, ide tersebut belum<br />
diiringi oleh kesadaran masyarakat<br />
terhadap pentingnya menjaga<br />
kebersihan di Monas. Hampir setiap<br />
usai acara-acara yang dilaksanakan di<br />
sana, sampah plastik, botol bekas air<br />
mineral, makanan, dan sebagainya,<br />
mewarnai sudut-sudut taman Monas.<br />
Tentu hal ini sangat disayangkan.<br />
Apalagi Pemprov DKI Jakarta tengah<br />
melakukan sosialisasi kepada warga<br />
untuk tidak membuang sampah<br />
sembarangan. “Ini salah satu hal yang<br />
menjadi catatan dan akan dievaluasi<br />
lebih lanjut,” ujar Arie Budiman.<br />
Makna Implisit<br />
Pada akhirnya, setiap acara yang<br />
dipersembahkan Pemprov DKI Jakarta<br />
dalam rangka memeriahkan HUT<br />
ke-486 Jakarta mengandung makna<br />
implisit yang ingin disampaikan<br />
kepada masyarakat. Makna tersebut,<br />
sebagaimana dituturkan Arie yakni<br />
ajakan untuk sama-sama membangun<br />
kota Jakarta menjadi kota yang lebih<br />
baik. “Kami berharap setelah ini<br />
masyarakat dan pemerintah dapat<br />
berjalan dan bekerja bersama-sama<br />
dalam menjaga dan memajukan Kota<br />
Jakarta,” tuturnya.<br />
Apalagi, imbuh Arie, sebagai kota<br />
dengan penduduk yang multikultural,<br />
Jakarta seharusnya memiliki identitas<br />
yang kuat sebagai miniatur Indonesia.<br />
“Keberagaman tersebut seharusnya<br />
mampu menjadi potensi dan<br />
dieksplorasi sebagai keunggulan Jakarta<br />
dibanding daerah-daerah lainnya,<br />
bukan malah sebaliknya,” tandasnya.<br />
Apa yang diungkapkan Arie<br />
sesuai dengan pesan Gubernur Jokowi<br />
setiap menghadiri rangkaian acara<br />
HUT. Mantan walikota Surakarta<br />
ini berpesan agar masyarakat dan<br />
Pemprov DKI Jakarta dapat bersamasama<br />
mewujudkan Jakarta yang<br />
lebih baik dan lebih maju. Caranya?<br />
Dengan menjaga lingkungan masingmasing,<br />
baik dari segi kebersihan,<br />
kehijauan, maupun<br />
keamanannya.<br />
Jokowi juga<br />
berpesan agar<br />
masyarakat Jakarta<br />
terus menjaga<br />
kebersamaan.<br />
Hal ini<br />
dilakukan untuk<br />
menghindari<br />
terjadinya gesekan<br />
atau pertikaian<br />
antar-warga,<br />
sehingga Jakarta<br />
terus maju dan<br />
bergerak sebagai<br />
kota metropolitan<br />
yang dinamis.<br />
“Kita harus<br />
menjaga<br />
kebersamaan,<br />
jangan<br />
sampai antar<br />
kampung<br />
ribut. Jakarta harus bisa<br />
menjadi contoh bagi daerah-daerah lain<br />
di seluruh Indonesia,” katanya. (MJ)<br />
62 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 63
wisata & budaya<br />
Jakarta Tempo Dulu<br />
Dari Tarumanegara hingga<br />
Pangeran Jayakarta<br />
Kota Jakarta tempo dulu pernah menjadi wilayah<br />
kekuasaan tiga kerajaan besar di Jawa Barat.<br />
Kerajaan Hindu Tarumanagara, Kerajaan Pajajaran,<br />
dan Kesultanan Banten. Berdasarkan catatan<br />
sejarah, jauh sebelum itu sudah ada manusia<br />
zaman prasejarah yang tinggal di kawasan yang kini<br />
bernama Jakarta.<br />
Data arkeologis berupa kampak<br />
batu, alat-alat rumah tangga dari batu,<br />
dan sebagainya yang ditemukan di<br />
sejumlah tempat memperkuat fakta<br />
tersebut. Antara lain di kawasan Pasar<br />
Minggu, Condet, Pasa Rebo, Jatinegara,<br />
Karet, Kebon Sirih, Kebon Nanas,<br />
Kebon Pala, Rawa Belong, Rawa Lele<br />
dan sebagainya. Hasil temuan itu<br />
sekaligus menunjukkan bahwa sekitar<br />
1.500 Sebelum Masehi, terbukti telah<br />
ada kebudayaan manusia di kawasan<br />
Jakarta.<br />
Pada abad ke-5 Masehi, berdiri<br />
Kerajaan Tarumanagara di bawah<br />
pemerintahan raja Purnawarman.<br />
Wilayah kekuasannya meliputi wilayah<br />
Bekasi, Jakarta, Bogor, Banten dan<br />
Citarum. Diperkuat lagi dengan tujuh<br />
prasasti yang ditemukan di Bogor,<br />
Banten dan Jakarta. Prasasti Ciaruteun,<br />
Jambu, Kebon Kopi, PasirAwi, Muara<br />
Cianten, Lebak dan Prasasti Tugu.<br />
Prasasti Tugu ditemukan pada<br />
1878 di Kampung Batu Tumbuh, Desa<br />
Tugu, Kelurahan Semper, Kecamatan<br />
Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti Tugu,<br />
merupakan prasasti terpanjang dan<br />
terpenting, karena banyak memberi<br />
keterangan dan petunjuk tentang<br />
kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa,<br />
yakni Tarumanagara dibandingkan<br />
dengan enam prasasti lainnya yang<br />
pada 1961 prasasti-prasasti tersebut<br />
dipindahkan ke Museum Pusat<br />
(Museum Gajah) di Jl. Medan Merdeka<br />
Barat No.12, Jakarta Pusat.<br />
Keterangan mengenai kerajaan<br />
Tarumanagara, diperkuat pula oleh<br />
catatan Fa-Hsien, seorang musafir<br />
Cina yang terdampar di Ye-p’oti dalam<br />
perjalanan pulang dari India sekitar 414<br />
Masehi. Menurut para pakar sejarah,<br />
Ye-p’oti tiada lain adalah Jawadwipa<br />
atau Pulau Jawa. Dalam bukunya Tsu<br />
Kyu Ki, Fa Hsien yang singgah sekitar<br />
5 bulan di Ye-p’oti mencatat bahwa<br />
mereka ditemui banyak brahmana.<br />
Namun, hingga abad ke-14 Masehi,<br />
tak terdapat catatan lagi mengenai<br />
perkembangan Kerajaan Tarumanagara.<br />
Pelabuhan Utama Pajajaran<br />
Pada abad ke-14 Masehi, muncul<br />
kerajaan baru di Jawa Barat, Pajajaran<br />
yang berpusat di Pakuan, Bogor.<br />
Rajanya bernama Sri Baduga Maharaja.<br />
Raja-raja yang memerintah Pajajaran<br />
sejak 1357 hingga keruntuhannya<br />
pada 1579 antara lain Prabu Maharaja<br />
(1350-1357), Rahiyang Bumo<br />
Suro (1357-1363), Prabu Niskala<br />
Wastukencana (1363-1467), Rahiyang<br />
Dewa Niskala (2467-1374) , Sri<br />
Bduga Maharaja (1474-1513), Prabu<br />
Surawisesa (1513-1527), Prabu Ratu<br />
Dewata (1527-1535), Sang Ratu Saksi<br />
(1535-1543), Prabu Ratu Carita (1543-<br />
1559), Nu Siya Mulya atau Prabu Sedca<br />
(1559-1579).<br />
Menurut prasasti Batu Tulis<br />
yang ditemukan pada 15 Juni 1690,<br />
dijelaskan bahwa pelabuhan Pajajaran<br />
bernama Sunda Kalapa, terletak di<br />
muara Sungai Ciliwung. Keterangan<br />
wajah Sunda Kalapa ini diperkuat<br />
pula keterangan seorang pelaut<br />
Belanda, Jan Huygen van Linchoten,<br />
yang menemukan rahasia-rahasia<br />
perdagangan dan navigasi bangsa<br />
Portugis. Dalam karyanya Itinerario<br />
yang terbit pada 1556, ternyata<br />
berhasil menggemparkan Eropa, karena<br />
mengungkapkan informasi-informasi<br />
rahasia yang sangat berharga itu antara<br />
lain ditulisnya; ‘Pelabuhan utama di<br />
pulau ini (Djawa) adalah Sunda Calapa.<br />
Di tempat ini didapati sangat banjak<br />
lada jang bermutu lebih tinggi daripada<br />
lada India atau Malabar. Djuga terdapat<br />
banjak kemenjan, benicin, atau bonien<br />
(bunga pala), kamper dan permata<br />
intan. Tempat ini dapat disinggahi tanpa<br />
menemui kesulitan. Orang Portugis telah<br />
sampai djuga ke sini. Dan orang Djawa<br />
berbondong-bondong datang sendiri<br />
sampai ke Malaka untuk mendjual<br />
barang-barang dagangannja.’<br />
Laporannya lebih banyak<br />
mengungkap mengenai Banten<br />
daripada Sunda Kalapa. Namun<br />
keterangan yang sedikit ini dapat<br />
memberikan penjelasan berharga<br />
tentang letak pelabuhan utama Kerajaan<br />
Pajajaran di muara Sungai Ciliwung<br />
tersebut. Dan para pengunjung Belanda<br />
paling awal menulis tentang Sunda<br />
Kalapa. Antara lain sebagai berikut ; “<br />
Kota ini dibangun seperti<br />
kebanjakan kota-kota di<br />
Pulau Djawa. Rumahrumahnja<br />
terbuat dari<br />
kaju dan anjaman bambu.<br />
Konstruksinja buruk dan<br />
sangat kotor. Kelihatannja<br />
seperti desa sadja. Sebuah<br />
sungai indah berair djernih<br />
dan bersih mengalir di<br />
tengah kota. Airnja segar dan<br />
menjenangkan. Tanahnja<br />
rendah namun indah dan selalu<br />
terbajang-bajang dalam pikiran kita.<br />
Radja dapat mempersendjatai 4.000<br />
orang dari penduduk kota. Istananja<br />
indah dibangun dengan pagar bamboo<br />
runtjing dan mempunjai lebih dari satu<br />
gerbang masuk. Empat atau lima buah<br />
kapal radja tampak berlabuh dengan<br />
tutup di atasnja. Konstruksi kapal<br />
menjerupai kapal Djawa, jaitu tempat<br />
untuk para pengajuhnja terletak di<br />
bagian bawah dan di bagian atas untuk<br />
pradjurit-pradjurit. Radja hanja mampu<br />
mendjual 300 kantong lada setahun,<br />
tetapi bertmaksud meningkatkan<br />
djumlah ini.”<br />
Diperoleh keterangan bahwa<br />
Sunda Kalapa terletak di sepanjang<br />
satu hingga dua kilometer di atas lahan<br />
sempit<br />
yang dibersihkan di kedua<br />
tepian muara Sungai Ciliwung,<br />
dekat teluk yang terlindung oleh<br />
sejumlah pulau. Sungai Ciliwung<br />
memungkinkan sepuluh buah kapal<br />
dagang masa itu dengan kapasitas<br />
sampai 10 ton dapat masuk dan<br />
berlabuh dengan aman. Kapal dagang<br />
dengan kapasitas 500 ton hingga 1.000<br />
ton ke atas harus berlabuh di depan<br />
pantai.<br />
Dikatakan pula bahwa air Sungai<br />
Ciliwung saat itu mengalir bebas,<br />
tidak berlumpur, tenang dan belum<br />
tercemar. Para kapten kapal singgah<br />
untuk mengambil air segar yang<br />
cukup baik, mengisi botol dan gucigucinya.<br />
Sedangkan pedagang pribumi<br />
64 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 65
menyediakan bagi mereka, ikan segar<br />
dan ikan asin yang cukup. Pepohonan<br />
kelapa dan ladang tebu serta sawah<br />
rakyat dekat pelabuhan cukup<br />
menjamin persediaan bahan pangan,<br />
disamping arak yang juga melimpah.<br />
Dari keterangan di atas dapat<br />
disimpulkan bahwa kawasan tepian<br />
Muara Sungai Ciliwung, termasuk<br />
yang kini disebut Kali Besar, sudah<br />
merupakan daerah hunian dan<br />
pemukiman penduduk sekaligus<br />
kawasan perdagangan yang ramai.<br />
Rumah-rumah mereka terbuat dari<br />
bambu, gedek dan beratap rumbia.<br />
Kawasan seputar Sunda Kalapa masih<br />
merupakan daerah rawa yang dipenuhi<br />
hutan belukar. Berbagai binatang liar<br />
dan buas masih menghuni kawasan<br />
hutan tersebut, seperti buaya, ular<br />
sanca, badak, harimau, banteng dan<br />
lain-lain.<br />
Keterangan itu diperkuat pula<br />
oleh berita-berita orang Portugis,<br />
terutama catatan Tome Pires, yang<br />
mengabarkan bahwa Kerajaan Pajajaran<br />
memiliki sejumlah kota perlabuhan.<br />
Antara lain Bantam ( Banten Girang),<br />
Tangaram (Tangerang), Chemano<br />
(Cimanuk),Pondam (Pontang yang<br />
terletak di sungai Cipontang, ujung<br />
timur Teluk Banten), Cheguide<br />
(diperkirakan Cigede atau Cikandi)<br />
serta Calapa atau Sunda Kalapa,<br />
yang merupakan pelabuhan penting<br />
Pajajaran.<br />
Seorang Portugis<br />
lainnya, Baros, memberikan<br />
gambaran tentang jumlah<br />
penduduk Pajajaran saat<br />
itu, 100.000 jiwa. Baros<br />
memperkirakan jumlah<br />
penduduk yang bermukim<br />
di setiap Pelabuhan<br />
Pajajaran berkisar sekitar<br />
10.000 jiwa. Demikian<br />
halnya dengan Sunda<br />
Kalapa, diperkirakan<br />
berpenduduk 10.000 jiwa.<br />
Sementara berita-berita orang<br />
Portugis pun mencatat bahwa Sunda<br />
Kalapa (Cumda Calapa, menurut orang<br />
Portugis), menghasilkan 1.000 bahan<br />
lada, di samping beras, asam, emas,<br />
sayur-sayuran, sapi, babi, kambing,<br />
serta berbagai jenis buah-buahan.<br />
Pada 1511, Malaka diduduki<br />
Portugis di bawah pimpinan Alfonso<br />
D’Albuquerque. Dua tahun kemudian,<br />
pada 1513, Pangeran Sabrang Lor atau<br />
Pati Unus dari Kesultanan Demak<br />
mencoba menggempur Malaka untuk<br />
mengusir Portugis, namun gagal.<br />
Gubernur Jendral Portugis di Malaka,<br />
D’Alquerque bahkan pada 1522<br />
mengutus Henrique Leme untuk<br />
mengadakan hubungan persahabatan<br />
dengan Sang Hyang yang bertahta di<br />
Pajajaran. Sang Hyang ini, lalu dikenal<br />
sebagai Prabu Surawisesa. Pada 21<br />
Agusdtus 1522, dibuatlah perjanjian<br />
yang antara lain berupa izin bagi<br />
Portugis untuk mendirikan benteng di<br />
Pelabuhan Sunda Kalapa.<br />
Perjanjian ini ditandai dengan<br />
penanaman “ Padrao” (baca: padrong),<br />
di atas tanah yang akan dibuat benteng.<br />
Batu peringatan Padrao ini berhasil<br />
ditemukan kembali pada 1918, saat<br />
diadakan penggalian untuk mendirikan<br />
gudang di bilangan Jl Cengkeh, Jakarta<br />
Kota sekarang. Kini Padrao tersebut<br />
terpajang di depan Ruang Sejarah<br />
Museum Pusat Jl Medan Merdeka<br />
Barat No.12 Jakarta Pusat.<br />
Wajah Bandar Jayakarta<br />
Kesultanan Demak yang pada<br />
1513 gagal menyerang Portugis<br />
di Malaka, melihat perjanjian<br />
persahabatan antara Portugis dan<br />
Pajajaran ini sebagai ancaman. Maka<br />
Sultan Trenggono yang memerintah<br />
Demak (1521-1546) pada 1527<br />
mengirim pasukan di bawah pimpinan<br />
Fatahillah atau Falatehan untuk<br />
menyerang Portugis di Sunda Kalapa.<br />
Pada 22 Juni 1527, armada Portugis<br />
berhasil dikalahkan Fatahillah. Lalu<br />
mengganti nama Sunda Kalapa dengan<br />
nama Jayakarta, yang artinya Kota<br />
Kejayaan atau Kota Kemenangan.<br />
Tanggal 22 Juni itu pula yang<br />
kemudian menjadi tanggal Hari jadi<br />
Kota Jakarta yang kini telah berusia 486<br />
tahun.<br />
Fatahillah, senopati dari Demak<br />
itu kemudian diangkat menjadi<br />
Bupati Jayakarta. Secara hierarkhis,<br />
Bupati Jayakarta bertanggung jawab<br />
kepada Syarif Hidayatullah atau Sunan<br />
Gunungjati, wali yang berkedudukan<br />
di Cirebon. Setelah Sunan Gunung Jati<br />
wafat pada 1568, putranya, Maulana<br />
Hasanuddin menjadi Sultan di<br />
Banten dan Jayakarta menjadi wilayah<br />
Kesultanan Banten.<br />
Ternyata, Fatahillah tidak lama<br />
menjabat Bupati Jayakarta, lalu<br />
menyerahkan kekuasannya kepada<br />
Tubagus Angke, menantu Sultan<br />
Hasanuddin yang memerintah di<br />
Jayakarta (1564-1596). Tubagus Angke<br />
kemudian menyerahkan kekuasaanya<br />
kepada putranya, Pangeran Jayakarta<br />
Wijayakrama yang juga dikenal dengan<br />
nama Pangeran Jayawikarta yang<br />
memerintah pada 1656 hingga 1619.<br />
Walau status Jayakarta hanya kabupaten<br />
dari Kesultanan Banten, dalam<br />
pelaksanaan pemerintahannya seharihari,<br />
Jayakarta lebih tampak sebagai<br />
sebuah wilayah otonom.<br />
Hal ini dapat dilihat pada<br />
kewenangan Pangeran Jayakarta dalam<br />
melakukan perjanjian, baik dengan<br />
pihak Belanda maupun Inggris.<br />
Sementara, di mata pihak Belanda<br />
maupun Inggris, Pangeran Jayakarta<br />
yang berstatus bupati disebut “Regent”<br />
atau “Koning van Jayakarta “ atau “<br />
King of Jacattra”. Sebuah status yang<br />
disamakan kedudukannya sebagai<br />
seorang raja dan ia memiliki sejumlah<br />
pejabat, seperti patih, syahbandar, dan<br />
lain-lainnya.<br />
Pada masa pemerintahan Pangeran<br />
Jayakarta, pihak Serikat Dagang<br />
Bel;anda (VOC) dan Inggris berhasil<br />
membuat perjanjian dengannya.<br />
Mereka bahkan diizinkan untuk<br />
mendirikan gudang atau loji-loji di<br />
Jayakarta. Kemudahan yang diberikan<br />
Pangeran Jayakarta tersebut, ternyata<br />
belakangan menjadi bumerang<br />
langsung buat Jayakarta.<br />
Untuk mengetahui letak dan<br />
bagaimana tampang wajah Kota<br />
Jayakarta, J.W. Ijzerman menjelaskan,<br />
pada 1917, Ijzerman telah membuat<br />
sebuah rekonstruksi peta Jayakarta,<br />
berdasarkan bahan-bahan keterangan<br />
yang terdapat dalam sumber-sumber<br />
Portugis dan VOC. Peta Kota Jayakarta<br />
ini merupakan hasil rekonstruksi<br />
perkiraan keadaan pada 1619.<br />
Menurut Ijzerman, Kota Jayakarta<br />
terbentang antara dua anak sungai<br />
di utara mengalir Ciliwung dan<br />
dilingkungi pagar terbuat dari bambu.<br />
Belakangan baru sebagian pagar diganti<br />
dengan tembok untuk menghadapi<br />
kemungkinan serangan Inggris dan<br />
Belanda. Kompleks pusat kota terletak<br />
di tepi barat Ciliwung. Di pusat kota<br />
ini terdapat antara lain “ Dalem” atau<br />
“Keraton” Pangeran Jayakarta.<br />
Di depan keraton, terbentang<br />
alun-alun ke utara. Di sebelah barat<br />
alun-alun berdiri sebuah masjid. Di<br />
sebelah utara alun-alun terdapat sebuah<br />
pasar, yang berada di luar komplek<br />
pusat kota. Seputar pasar<br />
dan komplek keraton,<br />
terdapat perumahan<br />
rakyat. Di sebelah utara<br />
pasar, masih di tepi barat<br />
Ciliwung, berdiri loji dan<br />
benteng Inggris. Paling<br />
utara terdapat Paep Jan’s<br />
Batterij atau Pabean.<br />
Dalam peta Batavia tahun<br />
1619, terlihat bahwa di<br />
sebelah barat Keraton<br />
Jayakarta terdapat<br />
kuburan pribumi.<br />
Di tepi sebelah<br />
timur muara Sungai<br />
Ciliwung, terdapat<br />
wilayah Kyai Arya, patih<br />
Pangeran Jayakarta. Di<br />
sebelah utara, berdiri<br />
rumah seorang Cina<br />
yang disebut Watting’s<br />
Huis. Diperkirakan di<br />
sekitar tempat ini terdapat<br />
perumahan bangsawan Jayakarta<br />
lainnya serta pemukiman warga Cina.<br />
Paling utara, tepat di sebelah tepian<br />
timur Ciliwung, berdiri loji Belanda,<br />
Mauritius dan Nassau.<br />
Disebut juga dalam peta tersebut<br />
bahwa di sebelah timur pemukiman<br />
Kyai Arya, terbentang areal perburuan<br />
bagi bangsawan Jayakarta. Dengan<br />
demikian, baik di sebelah timur<br />
maupun barat Sungai Ciliwung (kini<br />
Kali Besar), terdapat perumahan<br />
penduduk Jayakarta. Menurut laporan<br />
orang Belanda yang pertama kali<br />
datang pada 13-16 Nopember 1596,<br />
diperkirakan jumlah penduduk Bandar<br />
Jayakarta sekitar 3.000 keluarga.<br />
Pada 1619 disebutkan bahwa jumlah<br />
penduduk Kota Jayakarta terutama<br />
laki-laki serkitar 7.000 orang.<br />
Pada masa pemerintahannya,<br />
Pangeran Jayakarta membuka luas<br />
pintu perdagangan bagi berbagai<br />
bangsa. Dari negeri Keling, Bombay,<br />
Cina, Belanda, Inggris, Gujarat,<br />
Abesina, Persia, Arab serta bangsabangsa<br />
kawasan Asia Tenggara.<br />
Dari kawasan Nusantara yang ikut<br />
meramaikan Bandar Jayakarta antara<br />
lain dari Aceh, Tidore, Ternate,<br />
Hitu,Kepulauan Maluku, Tuban,<br />
Demak, Cirebon, Banten dan<br />
sebagainya. Selain berdagang beras,<br />
ikan, sayur-sayuran dan buah-buahan,<br />
banyak diperdagangkan pula tuak yang<br />
dijual dalam tempayan-tempayan besar.<br />
Peta Ijzeman juga menjelaskan,<br />
paseban dari Pangeran Jayakarta<br />
terletak antara Kali Besar Barat dan Jl<br />
Roa Malaka sekarang. Setelah VOC<br />
menghancurkan Jayakarta, di atas<br />
bekas paseban Jayakarta itu dibangun<br />
loji Inggris. Namun loji itu terbakar<br />
saat pasukan Sultan Agung menyerang<br />
Batavia pada 1628, Lokasi itu lalu<br />
dibangun gereja Portugis Dalkam<br />
yang juga telah lenyap pada akhir abad<br />
ke-18, Di lokasi itu kini telah penuh<br />
dengan gedung perkantoran. SK/<br />
berbagai sumber<br />
66 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 67
wisata & budaya<br />
Histori Musik Betawi dalam<br />
Jakarta Baru<br />
Riza Manfaluthi<br />
gamelan ajeng<br />
kroncong tugu<br />
Tahun ini, Kota Jakarta berusia 486<br />
tahun. Sudah tidak muda, hampir<br />
mencapai 5 abad. Kota Jakarta<br />
berdiri 22 Juni 1527. Perjalanan panjang<br />
sudah ditempuh, yang tentunya sudah<br />
tertempa oleh lamanya waktu dan kelok<br />
liku pengalaman yang sudah teruji sejarah.<br />
Kini Jakarta tegak berdiri sebagai kota<br />
paling gagah, modern, dan mungkin paling<br />
dewasa. Sehingga, kita sebagai warga Jakarta<br />
bisa berkata lantang bahwa kita paling<br />
terbuka, dan siap menerima perbedaan.<br />
Perwujudan semua itu, Jakarta menjadi kota<br />
yang heterogen, multietnis, multikultur,<br />
multibahasa, multikepercayaan, dan lainlain.<br />
Sesuai letaknya di bandar yang<br />
strategis antara pelbagai pulau di Nusantara,<br />
dan dalam hubungan dengan negara<br />
lain, memungkinkan Kota Jakarta cepat<br />
berkembang. Jakarta menjadi muara dari<br />
mengalirnya pendatang baru dari pelbagai<br />
kota di Nusantara dan dunia.<br />
Etnik Betawi diduga sebagai<br />
penduduk yang paling awal mendiami<br />
kawasan Jakarta sejak abad ke-2. Dalam<br />
buku Penelusuran Sejarah Jawa Barat (Dinas<br />
Kebudayaan Jawa Barat, 1984) disebutkan<br />
sebuah kerajaan bernama Salakanagara yang<br />
didirikan oleh Aki Tirem berdiri di tepi<br />
Sungai Warakas, Jakarta Utara. Aki Tirem<br />
mengangkat menantunya Dewawarman<br />
menjadi raja.<br />
Seorang pelawat Tiongkok bernama<br />
Fa Shien pada abad ke-5 mencatat kegiatan<br />
komunitas masyarakat yang mendiami<br />
daerah aliran sungai Ciliwung. Merekalah<br />
yang kemudian dikenal sebagai manusia<br />
Proto Melayu Betawi.<br />
Jakarta kemudian dihuni oleh orang<br />
Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu, dan<br />
dari daerah lain seperti Cina, Belanda,<br />
Arab, dan Portugis. Mereka membawa adat<br />
istiadat serta tradisi budaya yang melebur<br />
gambang kromong<br />
sebagai identitas budaya dan kesenian yang<br />
lain lagi dengan bahasa Melayu dan Portugis<br />
sebagai komunikasi antar penduduk. Ini<br />
menjadikan Jakarta sebagai melting pot<br />
kebudayaan dan kesenian dari berbagai<br />
penjuru dunia dan nusantara. Pendatang<br />
atau penghuni baru ini kemudian saling<br />
memengaruhi, melebur dan menjadi<br />
identitas baru masyarakat Betawi atau orang<br />
Betawi. Pengaruh atau hasil leburan tradisi<br />
dan kultur itu bisa muncul dalam bentuk<br />
seni musik. Juga dalam seni lainnya yang tak<br />
mungkin terhendarkan, baik dari budaya<br />
Eropa, Cina, Arab, Melayu, Sunda dan<br />
lain-lain.<br />
Beberap pengaruh pada msusik etnis<br />
ini antara lain<br />
1. Gambang Kromong<br />
Nama gambang kromong diambil<br />
dari alat musik gambang dan kromong.<br />
Merupakan perpaduan unsur pribumi dan<br />
Cina. Unsur pribumi seperti gong, kempul,<br />
gendang, gong enam, kecrek, dan ningnong.<br />
Unsur Cina seperti tehyan, kongahyan, dan<br />
sukong. Pada awalnya memang merupakan<br />
musik Cina peranakan, namun pada awal<br />
abad ke-20 mulai diciptakan lagu dalam<br />
bahasa Betawi.<br />
2. Gambang Rancag<br />
Gambang rancag disebut sebagai<br />
pertunjukan musik sekaligus teater bahkan<br />
sastra. Cerita yang dibawakan berupa<br />
pantun berkait dengan iringan musik<br />
gambang. Pergelaran gambang rancag terdiri<br />
dari tiga bagian, yaitu bagian pembukaan,<br />
lagu hiburan, dan rancag. Setiap pemain<br />
tidak hanya harus pintar menyanyi tetapi<br />
juga harus pintar berpantun serta hafal jalan<br />
cerita yang dibawakan.<br />
3. Gamelan Ajeng<br />
Merupakan musik folklor Betawi<br />
yang mendapat pengaruh dari musik<br />
Sunda. Alat musik gamelan ajeng terdiri<br />
dari kromong sepuluh pencin, terompet,<br />
gendang, dua saron, bende, cemes, kecrek,<br />
kadang juga dilengkapi dua gong laki dan<br />
gong perempuan. Biasanya digunakan<br />
untuk memeriahkan hajatan khitanan dan<br />
perkawinan.<br />
4. Gamelan Topeng<br />
Gamelan topeng digunakan untuk<br />
mengiringi topeng Betawi, merupakan<br />
penyederhanaan dari gamelan lengkap<br />
terdiri dari: rebab, sepasang gendang besar<br />
dan kecil, ancang kenong berpencong tiga,<br />
kecrek, kempul yang digantung, dan sebuah<br />
gong tahang atau gong angkong. Gamelan<br />
topeng bisa dibawa berkeliling terutama<br />
pada saat perayaan tahun baru masehi atau<br />
imlek.<br />
5. Keroncong Tugu<br />
Keroncong tugu dahulu disebut<br />
Cafrinho Tugu. Orang keturunan Portugis<br />
(Mestizo) telah memainkan musik ini<br />
dari tahun 1661. Pengaruh Portugis dapat<br />
diketahui dari jenis irama lagunya seperti<br />
Moresko, Frounga, Kafrinyo, dan Nina<br />
Bobo. Keroncong Tugu berirama lebih cepat<br />
daripada keroncong pada umumnya. Irama<br />
yang lebih cepat disebabkan alat musik<br />
ukulele sementara keroncong Solo dan<br />
Yogya berirama lebih lambat. Keroncong<br />
tugu dimainkan oleh 3 sampai 4 orang pada<br />
awalnya dengan hanya tiga buah gitar, tapi<br />
berkembang dengan penambahan suling,<br />
biola, rebana, mandolin, cello, kempul dan<br />
triangle.<br />
6. Tanjidor<br />
Musik tanjidor diduga berasal dari<br />
bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada<br />
abad ke-14 sampai 16. Ahli musik dari<br />
Belanda bernama Ernst Heinz mengatakan<br />
tanjidor asalnya dari musik yang dimainkan<br />
oleh para budak pada masa kolonial. Alat<br />
musik yang digunakan: klarinet, piston,<br />
trombon, tenor, bas, terompet, bas, drum,<br />
tambur, simbal, dan lain-lain.<br />
7. Orkes Samrah<br />
Samrah telah berkembang di Jakarta<br />
sejak abad ke-17 asal dari Melayu. Kata<br />
samrah berasal dari kata samarokh ayang<br />
yang artinya berkumpul atau pesta.<br />
Dalam kesenian Betawi, samrah menjadi<br />
orkes samrah dan tonil samrah, serta tari<br />
samrah. Orkes samrah adalah ansabel<br />
musik Betawi. Instrumen musiknya antara<br />
lain harmonium, biola, gitar, string bas,<br />
tambourin, marakas, banyo, dan bas betot.<br />
8. Rebana<br />
Rebana merupakan kesenian yang<br />
cukup populer di Jakarta yang berasal<br />
dari bahasa Arab Robbana (Tuhan kami),<br />
sebutan ini muncul karena musik ini sering<br />
muncul mengiringi lagu bernafaskan Islam.<br />
Berdasarkan jenis alat, sumber syairnya,<br />
wilayah penyebarannya dan latar belakang<br />
sosial pendukungnya, Rebana Betawi terdiri<br />
beberapa nama dengan bentuk ukuran<br />
dan fungsi masing-masing yang digunakan<br />
dalam suatu kegiatan seni/tradisi maupun<br />
keagamaan, antara lain meliputi:<br />
a. Rebana Biang<br />
b. Rebana Ketimpring<br />
c. Rebana Ngarak<br />
d. Rebana Maulid<br />
e. Rebana Hadroh<br />
f. Rebana Dor<br />
g. Rebana Kasidah<br />
h. Rebana Maukhid<br />
i. Rebana Burdah<br />
9. Orkes Gambus<br />
Dahulu dikenal dengan irama padang<br />
pasir, pada tahun 1940-an. Tanpa gambus<br />
pada pesta perkawinan atau khitanan terasa<br />
kurang meriah. Peralatan musik gambus<br />
bervariasi tetapi yang baku terdiri dari<br />
gambus, biola, dumbuk, suling, organ,<br />
atau akordion, dan marawis. Awalnya<br />
oerkes gambus dibawakan dengan lagu<br />
syair berbahasa Arab, untuk mengiringi<br />
tarian Japin biasanya ditarikan oleh laki-laki<br />
berpasangan.<br />
10. Sampyong<br />
Sebagai orkes tanpa laras, sampyong<br />
merupakan musik rakyat Betawi pinggiran<br />
yang sederhana daripada musik Betawi<br />
lainnya. Diambil dari nama salah satu alat<br />
musik, yaitu sampyong semacam kordofan<br />
bambu berdawai dua utas.<br />
11. Marawis<br />
Marawis adalah salah satu jenis ‘band<br />
tepok’ dengan perkusi sebagai alat musik<br />
utama. Ada tiga jenis pertama perkusi<br />
rebana, kadang tertutup dan papan tepok.<br />
Pelbagai seni Betawi tersebut hingga<br />
kini masih ada, meski diantara seni-seni<br />
itu perkembangannya tidak seperti yang<br />
diharapkan. Ibarat pepatah, hidup segan<br />
mati tak hendak. Namun para pemerhati,<br />
pecinta, utamanya tokoh Betawi tentu<br />
terus berupaya melestarikannya, dan<br />
mengembangkannya dalam nafas Jakarta<br />
Baru yang ingin menguatkan identitas<br />
Betawi di Buminya sendiri.<br />
Dirgahayu Kota Jakarta. ***<br />
tanjidor<br />
Orkes Samrah<br />
Orkes gambus<br />
marawis<br />
68 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
69
galeri foto<br />
Kawasan Waduk Pluit<br />
Dihijaukan<br />
KAWASAN Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta<br />
Utara, yang sebelumnya ditempati pemukiman liar,<br />
kini telah bersih dan tertib. Gubernur DKI Jakarta, Joko<br />
Widodo ytelah melakukan pencanangan penanaman<br />
pohon di sisi barat Waduk Pluit guna mencegah<br />
hadirnya kembali bangunan liar,.<br />
Di lahan seluas 6 hektar yang diserahkan oleh PT<br />
Jakarta Propertindo (Jakpro) kepada Pemprov DKI juga<br />
akan dibangun taman kota. “Kita cepat-cepatan setelah<br />
dibersikan, sekarang kita mulai tanam. Jadi Pluit akan<br />
jadi seperti ini, ada waduk, hijau-hijauan dan jogging<br />
track,” ujar Jokowi, di sela-sela acara tersebut, Selasa<br />
(20/6).<br />
Adanya taman kota, kata Jokowi, masyarakat<br />
juga yang akan diuntungkan. Karena selain ditanam<br />
pepohonan, di kawasan taman itu nantinya akan<br />
dibangun sejumlah fasilitas seperti, jogging track,<br />
amphiteather, tempat duduk, dan dermaga. Perencanaan<br />
terhadap lahan seluas 6 hektar tersebut sudah komplit.<br />
Selain memiliki fungsi resapan, juga merupakan taman<br />
kota yang memiliki fungsi sarana interaksi sosial warga.<br />
Pohon-pohon yang ditanam antara lain mahoni,<br />
ketapang, trembesi, dadap, anggur laut, pandan laut,<br />
maja, johar, anyang-anyang, mindi serta biola cantik.<br />
Pembangunan taman ditargetkan selesai awal tahun<br />
2<strong>01</strong>4. ***<br />
Bus Kota Dilengkapi WiFi<br />
Upaya menyediakan sarana angkutan umum<br />
yang aman dan nyaman terus dilakukan Pemprov<br />
DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T<br />
Purnama berkeinginan, semua angkutan umum yang<br />
beroperasi di ibu kota akan terkoneksi internet nirkabel<br />
alias WiFi.<br />
“Kami ingin memperbaiki bus di Jakarta serta<br />
dilengkapi fasilitas WiFi, sehingga warga bisa sambil<br />
bekerja,“ ujar Basuki, di Balaikota, beberapa waktu lalu.<br />
Ditambahkan, kenyamanan angkutan umum di ibu kota<br />
perlu ditingkatkan agar menarik minat warga untuk<br />
beralih menggunakan angkutan umum.<br />
Dikatakan, pihaknya saat ini tengah berupaya<br />
membujuk Perum Peroesahaan Pengangkoetan Djakarta<br />
(PPD) untuk menempatkan armada yang terintegrasi<br />
dengan bus Transjakarta.<br />
Alhasil, warga dipastikan beralih dari penggunaan<br />
kendaraan bermotor pribadi ke angkutan umum sehingga<br />
kepadatan kendaraan di jalan akan berkurang. “Bus<br />
terintegrasi setiap tiga menit, warga pasti beralih naik bus.<br />
Sedangkan sepeda motor miliknya bisa parkir di lokasi an<br />
terdekat,” harap Basuki.<br />
Pemprov telah menganggarkan penambahan bus<br />
sebanyak 600 armada pada tahun 2<strong>01</strong>3. Direncanakan<br />
bus Transjakarta bisa beroperasi selama 24 jam. ***<br />
Gelar Festival Seni Tradisi<br />
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)<br />
DKI Jakarta menggelar Enjoy Jakarta International<br />
Folklore Festival atau Festival Seni Tradisi pada akhir<br />
Juni lalu selama 3 hari. Festival ini dimaksudkan untuk<br />
melestarikan, mengembangkan, dan menghidupkan<br />
kembali seni tradisi (folklore) kepada generasi muda<br />
Penyelenggaraan festival berlangsung di tiga tempat,<br />
yakni di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia<br />
Indah pada Rabu, 26 Juni. Kemudian di Mall Taman<br />
Anggrek pada Jumat, 28 Jun, serta puncak acara di<br />
panggung utama dan panggung budaya Pasar Gambir,<br />
Pekan Raya Jakarta, JIExpo, pada 27-28 Juni.<br />
Eenam negara yaitu Mesir, Taiwan, Jepang,<br />
Singapura, Malaysia, dan Vietnam ambil bagian dalam<br />
festival yang digelar dalam rangka peringatan HUT<br />
ke-486 Kota Jakarta ini. Perwakilan dari negara-negara<br />
tersebut menampilkan kesenian khas masing-masing.<br />
Sedangkan, Jakarta sebagai tuan rumah menampilkan<br />
seni tradisi Betawi dan nusantara.<br />
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan<br />
DKI Jakarta Arie Budiman, dalam siaran persnya<br />
mengharapkan penyelenggaraan Enjoy Jakarta<br />
International Folklore Festival yang pertama ini dapat<br />
dijadikan upaya untuk terus mengembangkan seni tradisi<br />
dan menjadikan Jakarta sebagai Kota Budaya sehingga<br />
dapat menarik turis mancanegara datang ke Jakarta. ***<br />
GUBERNUR DKI<br />
PENANAMAN POHON<br />
DALAM RANGKA<br />
PENGHIJAUAN<br />
KAWASAN WADUK<br />
PLUIT JAKARTA<br />
UTARA<br />
WAGUB DKI<br />
BASUKI T PURNAMA<br />
MERESMIKAN<br />
PEMBANGUNAN<br />
RUSUNAWA<br />
TAHAP II DI PULAU<br />
GEBANG JAKARTA<br />
TIMUR<br />
70 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
70 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 71