Pinda Hutajulu,dr - USU Library - Universitas Sumatera Utara
Pinda Hutajulu,dr - USU Library - Universitas Sumatera Utara
Pinda Hutajulu,dr - USU Library - Universitas Sumatera Utara
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
PEMBERIAN VALETAMAT BROMIDA<br />
DIBANDINGKAN HYOSCINE N BUTIL BROMIDA<br />
UNTUK MENGURANGI NYERI PERSALINAN<br />
PINDA HUTAJULU<br />
Bagian Obstetri Dan Ginekologi<br />
Fakultas Kedokteran <strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong><br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
A. Latar Belakang.<br />
Salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya persalinan adalah nyeri persalinan,<br />
dimana dengan meningkatnya perasaan nyeri, ibu-ibu selalu meminta agar<br />
persalinannya di percepat dan ingin diberikan obat penghilang rasa sakit dan<br />
sebahagian lagi ingin agar dilakukan operasi. Sebahagian penolong persalinan<br />
beranggapan bahwa rasa nyeri timbul karena ketakutan menghadapi persalinan,<br />
sehingga telah banyak usaha dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri dan rasa<br />
takutnya.<br />
Menghilangkan rasa nyeri selama berlangsungnya proses persalinan merupakan<br />
suatu topik yang menarik sejak adanya peradaban manusia. Nyeri selama<br />
melahirkan sudah merupakan suatu ko<strong>dr</strong>at bagi kaum wanita. 1<br />
Behan, Dick Read dan Velvoski 2,3 . menyatakan bahwa rasa nyeri bukan<br />
merupakan bagian dari proses persalinan sendiri, tetapi merupakan hasil pengaruh<br />
sosial, budaya, dan faktor emosi. Kontraksi uterus pada saat persalinan<br />
menimbulkan nyeri akibat terjadinya hipoksia / anoksia dari otot-otot uterus,<br />
peregangan serviks, penekanan pada ganglia saraf plexus fraken hauser yang<br />
berdekatan dengan serviks dan vagina, penekanan pada tuba, ovarium dan<br />
peritoneum, peregangan pada ligamentum penyanggah uterus serta distensi otototot<br />
dasar panggul serta perineum. Nyeri yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi<br />
ibu berupa kelelahan, rasa takut dan rasa khawatir dan kekurangan cairan yang<br />
akhirnya dapat mempengaruhi proses persalinan dan mempunyai efek yang kurang<br />
baik terhadap janin.<br />
Dengan makin bertambahnya baik volume maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri<br />
yang dirasakan akan semakin tambah hebat. Pada saat terjadi fase relaksasi maka<br />
nyeri tidak terlewati sehingga penderita dapat beristirahat sejenak. Sebanyak 7 – 14<br />
% masyarakat maju bersalin tanpa rasa nyeri, tetapi sebahagian besar (90 %)<br />
persalinan disertai rasa nyeri. 4<br />
Ryding 5 1993 pada penelitiannya terhadap 33 wanita yang ingin bersalin dengan<br />
seksio sesaria mendapatkan bahwa 95 % (28 pasien) dari wanita tersebut<br />
memberikan alasan karena pengalaman nyeri persalinan sebelumnya, sisanya<br />
dengan alasan takut ruptur pada kemaluan. Setelah mendapatkan konseling dan<br />
psikoterapi akhirnya 46% (14 pasien) memilih persalinan dengan pervaginam.<br />
Beberapa metode pengurangan nyeri persalinan yang pernah dilaporkan antara lain.<br />
1,4,6,7,8….<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 1
1. Psikoprofilaksis / Hipnosis : dengan cara ini hanya sejumlah kecil yang<br />
mengalami efek analgesia yang sebenarnya selama persalinan dan persiapan<br />
memerlukan banyak waktu bagi ahli kebidanan maupun para medis.<br />
2. Akupunktur : masih dipakai pada kalangan terbatas, karena anggapan<br />
persalinan adalah proses fisiologis yang tidak memerlukan analgesia, di Cina cara<br />
ini hanya di pakai untuk bedah besar.<br />
3. Transcutaneus Nerve Stimulation : walaupun efektif dalam mengurangi nyeri<br />
persalinan, namun beberapa peneliti mengatakan hasilnya tidak berbeda dari<br />
plasebo, dan tekniknya juga tidak sesuai untuk mengurangi nyeri persalinan.<br />
4. Obat analgetika sistematik : efek sampingnya dapat mendepresi organ-organ<br />
vital baik pada ibu maupun bayi, disamping efek mual dan muntah.<br />
5. Analgetika inhalasi : cara ini memerlukan pengetahuan mekanisme anestesi,<br />
pengelolaan jalan nafas yang bebas, maupun prinsip resusitasi.<br />
6. Analgesia regional : cara ini memerlukan keterampilan tertentu untuk<br />
mengerjakannya disamping dapat menyebabkan paralsis otot dasar panggul<br />
yang dapat menyebabkan gangguan rotasi kepala bayi.<br />
Anti spasmodik telah banyak dicoba di Jerman dua sampai tiga dekade yang lalu<br />
sejak diteliti untuk pertama kalinya oleh von Kreis pada tahun 1923. Cara ini<br />
kemudian banyak teliiti oleh Sarwono 1982. Semua penelitian dilakukan pada<br />
persalinan normal dengan hasil yang baik 9 . Obat-obat yang telah dipergunakan<br />
adalah obat-obat yang telah dipergunakan adalah obat-obat yang mempunyai<br />
khasiat anticholinergik (parasimpatolitik) dengan khasiat anti spasmodik mirip<br />
atropin dan spasmolitik langsung terhadap otot polos yang mirip papaverin, yaitu:<br />
q Campuran atropin dan papaverin : Sffosin R, Troparin R, Spasmalgin R.<br />
q Valetamat Bromida ( Epidosin R, Murel R ) yang mempunyai khasiat<br />
anticholinergik / parasimpatolitik dan khasiat muskulotropik mirip papaverin 9 .<br />
Anti spasmodik dengan khasiat parasimpatolitik dan khasiat spasmolitik langsung<br />
terhadap otot polos serviks diharapkan dapat memutuskan mata rantai takut –<br />
spasme – nyeri – dengan menghilangkan spasme yang akan mengurangi rasa nyeri<br />
dan takut. Meier, Schmidt, dan Walter dikutip dari 9 mengamati bahwa pemberian<br />
Valetamat Bromida mengurangi perasaan sakit ibu selama persalinan.<br />
CP Recto 10 , et. al. (1997) di Manila pada penelitiannya terhadap 152 wanita<br />
inpartu, aterm memberikan injeksi Hyoscine N Butil Bromida (76 kasus) dan Placebo<br />
(76 kasus) untuk mengurangi nyeri persalinan Hyoscine N Butil Bromida juga<br />
memperpendek masa kala I dan total waktu persalinan.<br />
Valetamat Bromida dan Hyoscine N Butil Bromida merupakan obat yang sering<br />
digunakan di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Pirngadi Medan dan RSUP H.<br />
Adam Malik Medan untuk mempercepat proses persalinan dan mengurangi spasme<br />
pada serviks saat persalinan, namun belum ada penelitian untuk menguji efektifitas<br />
dan efek samping terhadap obat ini.<br />
B. Perumusan Masalah<br />
q Nyeri persalinan masih merupakan hal yang ditakuti oleh ibu-ibu yang akan<br />
bersalin dan dapat menghambat proses persalinan.<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 2
q<br />
q<br />
Masih dijumpai seksio sesaria atas permintaan ibu karena tidak tahan akan nyeri<br />
persalinan.<br />
Perlu mendapat jenis obat analgetika yang dapat mengurangi nyeri persalinan di<br />
laboratorium Obstetri dan Ginekologi FK <strong>USU</strong>.<br />
C. Kerangka Pemikiran<br />
Ibu primigravida dalam<br />
Proses persalinan<br />
- anamnese<br />
- Pemeriksaan fisik<br />
- Pemeriksaan Obstetri<br />
Sampel<br />
Pengurangan<br />
nyeri persalinan<br />
Kelompok<br />
Valetamat<br />
Kelompok<br />
Hyoscine<br />
Efek samping<br />
Efek samping<br />
Keluhan nyeri<br />
Keluhan nyeri<br />
Menit 10,30,60,120 manit 10,30,60,120<br />
D. Tujuan Penelitian<br />
1. Tujuan Umum<br />
Menilai efektifitas dan keamanan pemberian Valetamat Bromida dibandingkan<br />
Hyoscine N Butil Bromida untuk mengurangi nyeri persalinan.<br />
2.Tujuan Khusus<br />
q Meneliti efektifitas pemberian Valetamat Bromida dibandingkan Hyoscine Bromida<br />
untuk mengurangi nyeri persalinan.<br />
q Meneliti pengaruh pemberian Valetamat Bromida dibandingkan Hyoscine Bromida<br />
pada tekanan darah , nadi ibu, denyut jantung janin dan APGAR skore janin.<br />
q Meneliti pengaruh pemberian Valetamat Bromida dibandingkan Hyoscine Bromida<br />
terhadap jumlah perdarahan kala IV dan lama persalinan.<br />
q Meneliti efek samping pemberian Valetamat Bromida dibandingkan Hyoscine<br />
Bromida pada ibu.<br />
E. Hipotesis<br />
Ada perbedaan efektifitas pemberian injeksi Valetamat Bromida dibandingkan<br />
dengan pemberian injeksi Hyoscine N Butil Bromida untuk menghilangkan nyeri<br />
persalinan.<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 3
F. Manfaat Penelitian<br />
Apabila pengaruh pemberian Valetamat Bromida atau Hyoscine N Butil Bromida<br />
dapat mengurangi nyeri persalinan, maka pola pengobatan nyeri persalinan seperti<br />
ini dapat digunakan sebagai salah satu pilihan. Melalui penelitian ini dapat dikaji<br />
efek samping dan komplikasi yang muncul selama pemberian injeksi Valetamat<br />
Bromida dan Hyoscine N Butil Bromida.<br />
BAB II<br />
TINJAUAN KEPUSTAKAAN<br />
A. Definisi nyeri<br />
Medea dikutip dari 12 dalam cerita Euripides berkata dia lebih baik berdiri tiga kali di garis<br />
depan peperangan dibandingkan satu kali melahirkan.<br />
Batasan atau definisi nyeri yang diusulkan oleh “The International Association for the<br />
Study of Pain” (1979) adalah sebagai berikut : Sakit adalah suatu pengalaman<br />
perasaan dan emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan<br />
sebenarnya ataupun yang potensial dari pada jaringan. Rasa nyeri selalu subjektif<br />
sifatnya. Setiap insan mempelajari penerapan dari kata tersebut melalui pengalaman<br />
sebelumnya dalam kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa nyeri adalah perasaan<br />
tubuh atau bagian dari tubuh manusia, ia senantiasa tidak menyenangkan dan<br />
dikutip dari 12,13<br />
keberadaannya ialah untuk suatu pengalaman alam rasa<br />
Menurut pembagiannya, rasa nyeri ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu<br />
1. Nyeri akut<br />
Nyeri akut adalah rasa nyeri yang timbul bila terjadi kerusakan jaringan tubuh.<br />
Nyeri ini akan hilang setelah penyembuhan luka seperti semula. Nyeri akut<br />
mudah dikenal karena selalu diikuti oleh aktifitas saraf otonom yaitu berupa :<br />
takikardi, pucat, hipertensi, keringat dingin, dan mi<strong>dr</strong>iasis. Gejala ini sama<br />
seperti orang yang sedang mengalami ketakutan.<br />
Nyeri akut paling baik diobati dengan mengetahui serta menghilangkan<br />
penyebabnya. Secara simtomatis, nyeri dapat dihilangkan dengan pemberian<br />
obat analgesik, baik dari golongan narkotik ataupun dari golongan non narkotik.<br />
2. Nyeri Kronik<br />
Nyeri kronik adalah nyeri yang menetap walaupun kerusakan jaringan sudah<br />
sembuh, atau nyeri yang menetap yang sukar diterangkan penyebab. Secara<br />
simtomatis, nyeri dapat dihilangkan dengan pemberian obat analgesik, baik dari<br />
golongan narkotik ataupun dari golongan non narkotik.<br />
Biasanya tidak disertai dengan tanda-tanda aktifitas saraf atonom dan biasanya<br />
dikuti dengan perobahan jiwa dan tingkah laku, bahkan tidak jarang disertai<br />
dengan gejala kecemasan, ketakutan, putus asa, gangguan tidur, gangguan<br />
nafsu makan, dan libido berkurang sehingga sering menyebabkan berat badan<br />
menurun. Oleh sebab itu pengelolaan nyeri kronik bukan saja harus berdasarkan<br />
pada pemeriksaan fisik guna mengetahui ada tidaknya kerusakan jaringan yang<br />
merupakan penyebab rasa nyeri, tapi beberapa faktor lain berupa gangguan jiwa,<br />
latar belakang sosial dan ekonomi perlu perhatian besar. 12<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 4
CLINICAL PAIN (PRI) PAIN<br />
LABOUR PAIN PAIN SYNDROMES SCORES AFTER ACCIDENTS<br />
50<br />
.CAUSAL GIA<br />
40 AMPUTATION OF DIGIT<br />
PRIMIPARAS<br />
(NO TRAINING)<br />
PRIMIPARAS<br />
(PREPARED SHILDBIRTH TRAINING) 30 ‹‹<br />
MULTIPARAS<br />
(TRAINED SND UNTRANED)<br />
CHORONIK BACK PAIN<br />
CANCER PAIN<br />
(NON-TERMINAL)<br />
PHANTOM LIMB PAIN<br />
POST-HERPETIC ‹‹ BRUISE<br />
NEURALGIA 20 . FRACTURE<br />
CUT<br />
TOOTHACHE<br />
LACERATION<br />
ARTHRITIS<br />
SPRAIN<br />
10<br />
Gambar 1. Derajat rasa nyeri pada berbagai keadaan.<br />
0<br />
Dikutip dari 13<br />
B. Anatomi persarafan dan jalur rasa nyeri sewaktu melahirkan<br />
Rasa nyeri merupakan dilema besar bagi dokter maupun penderita. Tetapi tidak<br />
semua rasa nyeri ini dapat dihilangkan dengan mudah. Rasa nyeri memang bersifat<br />
ambivalen; disatu pihak ia merupakan alat pelindung tubuh kita, dan dilain pihak ia<br />
merupakan siksaan besar bagi penderita. 13<br />
Nyeri selalu bersifat subjektif. Reaksi objektif dari nyeri bisa merupakan meringis,<br />
takikardi dan hipertensi. Reaksi tersebut dipakai sebagai parameter nyeri, namun<br />
demikian gejala ini umumnya tidak tampak pada rasa nyeri yang kronik. Selain itu<br />
tidak ada suatu pemeriksaan yang dapat dipakai sebagai test nyeri. Oleh karena itu<br />
setiap keluhan nyeri seorang penderita harus diterima sebagai suatu pernyataan<br />
yang objektif. 13,14<br />
Nyeri pada persalinan ada dua macam yaitu : nyeri rahim – mulut rahim dan nyeri<br />
perineal. Nyeri rahim – mulut rahim adalah perasaan subjektif, terdapat pada kala I<br />
persalinan. Sejalan dengan meningkatnya kontraksi rahim yang menyebabkan<br />
teregangnya bagian bawah rahim terjadinya pembukaan mulut bawah rahim dan<br />
iskemia otot rahim secara progresif, sehingga meningkat pula rasa nyeri. 4,6,15.16.17<br />
Nyeri paling hebat dirasakan pada fase akhir persalinan ketika pembukaan mulut<br />
rahim dan kekuatan kontraksi rahim mencapai maksimal,. Nyeri parineal terdapat<br />
pada kala II persalinan dan saat melahirkan, sebagai akibat meregangnya jaringan<br />
vagina, vulva dan perineum.<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 5
Rangsang nyeri persalinan disalurkan melalui dua jalur utama. Serabut saraf<br />
sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim memasuki<br />
sumsum tulang belakang melalui saraf torakal 10 –11–12. Karena itu nyeri rahim<br />
terutama dirasakan pada dermatom torokal 10, 11 dan 12. Nyeri perineal disalurkan<br />
melalui persarafan sensorik nervus pudendus yang memasuki susunan saraf pusat<br />
melalui syaraf sakral 2, 3 dan 4. Karena itu nyeri perineal dirasakan pada dermatom<br />
sakral 2,3 dan 4. Rangsang nyeri pada persalinan ini juga mempengaruhi susunan<br />
saraf otonom, sistim kardiovaskular, pernafasan dan otot rangka. 1,6,15,16,17,18<br />
Gambar 2. Pernafasan dan jalur rasa nyeri selama persalinan.<br />
Dikutip dari 19<br />
Rasa nyeri pada alat-alat tubuh didaerah pelvis, terutama pada daerah traktus<br />
genitalia interna disalurkan melalui susunan saraf simpatik menyebabkan kontraksi<br />
dan vasokonstriksi. Sebaliknya saraf parasimpatik mencegah kontraksi dan<br />
menyebabkan vasodilatasi. Oleh karena itu efeknya terhadap uterus yaitu bahwa<br />
simpatik menjaga tonus uterus, sedangkan saraf parasimpatik mencegah kontraksi<br />
uterus, jadi menghambat tonus uterus. Pengaruh dari kedua jenis persarafan ini<br />
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang intermitten. Rangkaian susunan saraf<br />
simpatik daerah pelvik terdiri dari tiga rangkaian, yaitu rantai sakralis, pleksus<br />
haemorhoidalis superior, dan pleksus hipogastrika superior.<br />
C. Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi rasa nyeri pada persalinan<br />
Intensitas nyeri yang dirasakan bergantung pada beberapa faktor seperti :<br />
Intensitas dan lamanya kontraksi rahim, besarnya pembukaan mulut rahim,<br />
regangan jalan lahir bagian bawah, umur, paritas, besarnya janin, dan dan keadaan<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 6
umum pasien. Pasien yang bersalin pertama kali pada usia tua umumnya mengalami<br />
persalinan yang lebih lama dan lebih nyeri dibandingkan dengan pasien muda.<br />
Intensitas kontraksi rahim pada persalinan yang pertama cenderung lebih tinggi<br />
pada awal persalinan. Juga pada kemacetan persalinan akibat janin yang besar atau<br />
jalan lahir yang sempit pasien mengalami rasa nyeri yang lebih hebat dari pada<br />
persalinan normal. Kelelahan dan kurang tidur berpengaruh juga terhadap toleransi<br />
pasien dalam menghadapi rasa nyeri 16,20 Ranta 21 dalam penelitiannya terhadap 70<br />
wanita para 2-5 dan 70 wanita grandemultipara, mendapatkan bahwa nyeri<br />
persalinan pada awal kala I lebih berat pada primigravida dibandingkan pada kala II,<br />
nyeri persalinan lebih berat pada grandemultigravida.<br />
D.Faktor psikologi yang mempengaruhi rasa nyeri pada persalinan<br />
Reaksi pasien terhadap rasa nyeri pada persalinan berbeda-beda. Hal ini antara lain<br />
tergantung dari sikap dan keadaan mental pasien, kebiasaan dan budaya.<br />
Mengalihkan perhatian seperti mendengar musik, bercakap-cakap sering digunakan<br />
untuk mengurangi reaksi terhadap rasa nyeri 16 . Keletihan, kekhawatiran, dan<br />
ketakutan akan rasa nyeri dapat meningkatkan rasa nyeri yang dialami seorang ibu<br />
selama persalinan sehingga menjadi tak tertahankan. 17<br />
Peristiwa berat ringannya rasa nyeri yang dialami seorang ibu dibanding ibu yang<br />
lain atau oleh seorang ibu dari satu persalinan di banding persalinan berikutnya<br />
berbeda-beda. Jika seorang ibu mudah mengeluh rasa nyeri akan sulit dilakukan dan<br />
pasien akan semakin merasa nyeri tak tertahankan. Lingkaran rasa nyeri tersebut<br />
akan sulit diputuskan karena reaksi stress yang kuat dan berkelanjutan sehingga<br />
akhirnya akan berdampak negatif terhadap ibu dan janinnya. Terapi obat-obatan<br />
penghilang stress (anxiolitic) seperti diazepam atau golongan benzodiazepin<br />
menyebabkan kelemahan otot pada bayi baru lahir. 17 Felman et al 22 . Pada<br />
penelitiannya tentang pengalaman ibu melahirkan, menemukan bahwa lebih dari 12<br />
% ibu-ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa melahirkan adalah<br />
pengalaman yang sangat tidak menyenangkan dalam hidupnya.<br />
C. Pengaruh nyeri persalinan pada ibu dan anak<br />
Nyeri dan ketakutan menimbulkan stress. Stress berakibat meningkatnya sekresi<br />
a<strong>dr</strong>enalin. Salah satu efek a<strong>dr</strong>enalin adalah kontraksi pembuluh darah sehingga<br />
suplai oksigen dan janin menurun. Penurunan aliran darah juga menyebabkan<br />
melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan. Tidak<br />
hanya sekresi a<strong>dr</strong>enalin yang meningkat tetapi sekresi ACTH juga meningkat,<br />
menyebabkan peningkatan kadar kortisol serum dan gula darah.<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 7
Painful feasome<br />
STRESS<br />
Increase a<strong>dr</strong>enaline secretion<br />
VASOCONSTRICTION<br />
decrease uterine contraction<br />
Disorder of uterine circulation<br />
prolonged delivey time<br />
foetal hypoxis<br />
dikutip dari 18<br />
Gambar 3. Pengaruh yang terjadi karena nyeri kontraksi.<br />
Semua efek tersebut diatas berpotensi membahayakan ibu dan janinnya, khususnya<br />
ibu dan janin dengan resiko tinggi. Karena alasan tersebut diatas, penanggulangan<br />
nyeri persalinan bukan hanya untuk kenikmatan saja tetapi menjadi kebutuhan<br />
yang mendasar untuk memutuskan lingkaran nyeri dan segala akibat yang<br />
ditimbulkannya. Hiperventilasi dapat dicegah, alkalosis respiratorik dapat dihindari,<br />
kejadian asidosis metabolik dapat diturunkan dan akhirnya melahirkan akan<br />
dikutip dari 16<br />
merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan<br />
F.Lama rasa nyeri pada persalinan<br />
Nyeri dirasakan selama kala pembukaan dan makin hebat dalam kala pengeluaran.<br />
10 -<br />
8 -<br />
Pembukaan mulut<br />
rahim<br />
6 -<br />
4 -<br />
2 -<br />
cm<br />
2 h 4 h 6 h 8 h 10 h 12 h<br />
Gambar 4. Kala pembukaan pada primi dan multi gravida menurut Friedman. dikutip<br />
dari2,20<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 8
Pada wanita yang baru pertama sekali bersalin, kala pembukaan berlangsung kirakira<br />
13 jam dan kala peneluaran kira-kira 1 ½ jam. Pada wanita yang pernah<br />
melahirkan maka kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7 jam dan<br />
kala pengeluaran sekitar ½ jam. 16<br />
G.Pengukuran Intentitas rasa nyeri pada persalinan<br />
Rasa nyeri pada persalinan merupakan hal yang lazim terjadi. Penjelasan yang<br />
akurat mengenai hal ini, baik secara nuerologik maupun secara fisiologik persalinan<br />
sudah banyak ditulis orang. Cara-cara mengatasi rasa nyeri secara farmakologik<br />
telah berkembang sejak satu abad yang lalu.<br />
Pengukuran secara kuantitatif rasa nyeri pada persalinan mulai dikembangkan untuk<br />
memperoleh penanganan yang tepat. Untuk mengukur intentitas rasa nyeri ini<br />
biasanya digunakan :<br />
1. Alat Dolorimeter dari Hardy-Wolff-Goodell<br />
Bekerja dengan memproduksi rangsangan panas pada kulit yang diukur selama 3<br />
detik. Intensitas rangsangan memberikan rasa hangat dan dapat dicatat pada alat<br />
Dolorimeter sebagai ambang rasa sakit (threshold). Jika kita meningkatkan<br />
rangsangan sebanyak dua kali lipat, akan mengakibatkan rasa nyeri yang hebat<br />
(ceiling pain), dan pada alat Dolorometer akan tercatat sebesar 10,5 Dols. Tingkat<br />
panas ini sebanding dengan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat luka bakar tingkat<br />
tiga.<br />
Intnsitas panas yang diberikan mulai dari nilai ambang nyeri hingga terjadi rasa<br />
nyeri yang hebat ( ceiling pain ) yaitu pada sekitar 10,5 Dols, diberi satuan dalam<br />
milikalori. Selama persalinan, pengukuran intensitas rasa nyeri ini dilakukan selama<br />
kontraksi uterus berlangsung atau segera sesudah selesai kontrksi. Hasil yang<br />
diperoleh dalam satuan milikalori disesuaikan pada skala alat dolorimeter, sehingga<br />
intensitas rasa sakit dalam satuan dols dapat diperoleh.<br />
2. Gaston Johansson pain O Meter dan Gaston Johansson pain O meter<br />
visual analog scale<br />
Dapat mengukur kualitas dan intensitas nyeri pada kala I, II, dan III. Gaston,<br />
Hudson, Sittner (1998) pada penelitiannya menggunakan Gaston Johansson pain O<br />
meter pada 33 persalinan, selama tiga fase dari persalinan (pembukaan 2-4, 5-7, 8-<br />
10). Mereka menemukan bahwa intesitas nyeri paling tinggi berada pada fase III<br />
(pembukaan 8-10) dan pada saat partus. Alat ini dapat dioperasikan oleh bidan<br />
dengan pelatihan yang minimal 44 .<br />
3. Visual Analog Scale<br />
Suatu skala penilaian dengan melihat kondisi pasien dan dibagi dalam beberapa<br />
tingkatan skor nilai dari yang paling berat hingga yang paling ringan dan sebaliknya<br />
Waluyo dikutip dari 17 di Jakarta menggunakan Skala Analog<br />
Visual untuk menilai efektifitasnya pemberian Tramadol dan Fenilbutazon untuk<br />
mengurangi nyeri persalinan.<br />
4. Skala Penilaian Verbal<br />
Suatu penilaian subjektif dengan memberikan skor pada nyeri yang dirasakan para<br />
pasien . Wibowo di semarang 3 dan Waluyo di Jakarta 17 menggunakan Skala<br />
Penilaian Verbal untuk menilai derajat nyeri persalinan.<br />
Niven 45 Pada penelitiannya terhadap 33 wanita primipara yang melahirkan 3-4 tahun<br />
sebelumnya dengan menggunakan Mc Gill Pain Questionaire mendapatkan bahwa<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 9
para responden dapat mengingat dan mengatakan konteks dari nyeri persalinan<br />
tersebut tetapi tak dapat menceritakan kualitas nyerinya.<br />
H. Metode untuk mengurangi nyeri persalinan.<br />
Nyeri persalinan dapat mempengaruhi sikap psikologis ibu, proses persalinan dan<br />
keadaan bayi baru lahir. Karenanya penggunaan analgetika yang adekuat selama<br />
persalinan merupakan bagian yang penting dalam obstetri modern sehingga, akan<br />
berakhir dengan sempurna dan kesejahteraan bayi dapat terjamin.<br />
Perkembangan penanggulangan nyeri persalinan berjalan sangat lambat antara lain<br />
karena belum ditemukan obat dan cara pemberian yang tepat dan aman, dan juga<br />
karena mendapat tantangan yang lama sekali terutama dari kalangan agama.<br />
Tantangan ini begitu hebat sehingga pada tahun 1956, Paus Paulus XII<br />
mengeluarkan pernyataan, gereja tidak menentang terhadap pencegahan nyeri pada<br />
persalinan. 23<br />
Nyeri pada persalinan dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, antar lain<br />
persiapan persiapan psikologis, narkotika, sedativa atau analgetika regional seperti<br />
blok paraservikal, sub arakhnoid dan epidural. Semua cara idealnya harus memenuhi<br />
syarat. 4,12,16,19<br />
1. Aman bagi ibu dan anak.<br />
2. Analgetika yang baik selama periode nyeri pada proses persalinan.<br />
3. Tidak mempengaruhi sistim pernafasan, jantung dan pembuluh darah.<br />
4. Tidak mempengaruhi perjalanan persalinan.<br />
5. Tidak mempengaruhi bayi selama dalam rahim dan setelah lahir.<br />
6. Tanpa efek samping yang berbahaya.<br />
7. Kemungkinan berhasil sangat besar.<br />
Untuk mengurangi nyeri persalinan dapat dilakukan tindakan pemberian analgetika<br />
dan sedativa untuk mengurangi rasa nyeri dan rasa takut yang dapat menghambat<br />
pembukaan serviks, misalnya kombinasi Pethidin dan Prometazine. Pethidin<br />
disamping merupakan obat opiat juga merupakan obat yang sukar didapat dan<br />
mempunyai potensi untuk di salah gunakan. 14<br />
Berbagai cara yang dipakai untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri persalinan<br />
dapat dibagi sebagai berikut 3,4,14,18,25,26<br />
1.Cara non farmakologik<br />
1.a. Psikologik: Disini ibu sudah dipersiapkan secara mental pada setiap kunjungan<br />
pemeriksaan hamil atau pada kelas persiapan dan biasanya juga dihadiri bersama<br />
suami. Cara psikoprofilaktik ini bila dapat berlangsung dengan baik merupakan cara<br />
yang ideal. Selama tiga dekade terakhir makin banyak minat untuk menerapkan cara<br />
penanggulangan nyeri pada persalinan tanpa memakai obat-obatan.<br />
Pada beberapa kebudayaan yang berbeda seperti di pedalaman Mexico, dimulainya<br />
kontraksi yang teratur pada ibu bersalin ditandai dengan mulainya pesta. Ibu yang<br />
melahirkan dirumah dikelilingi oleh tari-tarian, nyanyian, minum-minum dia ntara<br />
teman dan sahabat. Tak seorang pun yang menyuruh ibu tersebut untuk berbaring,<br />
dan terlentang. Apapun yang dilakukannya dan yang dilakukan orang lain biasanya<br />
bayi akan lahir. Hal ini menjadi pertentangan diantara para ahli di negara barat. Ahli<br />
kebidanan mulai belajar dari pengalaman bahwa apa yang dirasakan baik oleh ibu<br />
tersebut adalah baik. Jika ibu tersebut ingin berjalan-jalan, berdiri, duduk, atau<br />
jongkok hal itu akan menolongnya dan mengurangi rasa nyeri. 11<br />
Pada penelitian terhadap 700 wanita di inggris hampir semua menginginkan<br />
pemakaian obat analgesia yng minimal walaupun mereka akan mendapatkan nyeri<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 10
yang cukup atau sangat kuat. Untuk mencegah pemakaian obat mereka mengikuti<br />
kelas pendidikan dan sosial serta latihan pernafasan dan relaksasi dan mereka lebih<br />
puas dibandingkan dengan yang memakai obat-obatan. Alasan yang dikemukakan<br />
adalah ketidakpuasaan akan persalinan sebelumnya, dan emosi yang buruk post<br />
partum 27<br />
Madi 28 pada penelitiannya terhadap 109 wanita bersalin yang dibagi dalam<br />
kelompok dua kelompok, dimana kelompok pertama ibu bersalin didampingi oleh<br />
seorang anggota keluarga. Dan kelompok kedua tanpa didampingi anggota<br />
keluarga. Hasilnya diperoleh bahwa pada kelompok kelola (di dampingi keluarga)<br />
dijumpai 91% persalinan spontan disbanding 71 % pada kelompok kontrol.<br />
Kelompok kelola membutuhkan 13 % oksitosin sedang pada kelompok kontrol 30<br />
%. Secara statistik berbeda bermakna.<br />
1.b. Hipnosis : Sangat efektif untuk jumlah kecil, tapi membutuhkan waktu lama.<br />
1.c. Fisioterapi : salah satu tujuan fisioterapi, misalnya senam hamil adalah untuk<br />
mengurangi ketegangan fisik dan mental. Dengan cara mengatur pernafasan ,<br />
latihan relaksasi, sehingga masuknya oksigen dalam tubuh dapat dijamin. Pada<br />
latihan ini dapat dicegah hiperventilasi dan hipoventilasi, kelelahan, keletihan, dan<br />
demam.<br />
Austin Phylis 29 (1989) di Italia meneliti pengaruh latihan pada wanita hamil. Wanita<br />
yang selama hamil melakukan latihan dengan bersepeda akan mempunayai level<br />
toleransi terhadap sakit yang lebih tinggi, dengan kesimpulan kondisi fisik yang baik<br />
selama kehamilan mengurangi sensasi nyeri selama persalinan, dan menghasilkan<br />
level stress yang lebih rendah.<br />
Artal 30 1992 mengatakan bahwa wanita yang aktif secara fisik, akan dapat<br />
mentolerir rasa nyeri lebih baik disbanding yang tidak aktif, dan juga mendapatkan<br />
pertambahan berat badan yang lebih sedikit, bayi yang lebih kecil disbanding<br />
kontrol.<br />
1.d. Transcutaneus nerve stimulation : disini dipakai aliran listrik yang kecil<br />
arusnya, sangat efektif terutama pada fase laten. Umumnya hasil tidak memuaskan<br />
seperti pada akupunktur. 31<br />
1.e. Akupuntur : Sampai saat ini peranannya masa kecil dalam penanggulangan<br />
nyeri pada persalinan, karena hasilnya sangat bervariasi dan kurang dapat<br />
diharapkan.<br />
1.f. Elektroanalgesia : Disini dipakai arus listrik yang lemah sekali dengan<br />
elektroda yang ditempelkan di frontal dan mastoid.<br />
Ranta 52 dalam penelitiannya terhadap 1091 persalinan pada wanita Finlandia<br />
mendapatkan bahwa 90 % dari wanita tersebut pada pemeriksaan antenatal<br />
menginginkan diberikannya analgetik untuk nyeri persalinannya.<br />
Mengurangi nyeri pada persalinan sangat dinginkan oleh ibu bersalin, namun<br />
menjadi perdebatan antara kepentingan ibu dan pengaruh pada bayi.. 33<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 11
Gambar 5.Skema penanggulangan nyeri persalinan.<br />
Dikutip dari 32<br />
Skibted 34 meneliti 125 wanita yang bersalin di Pusat Bersalin Alternatif yang dijaga<br />
oleh bidan dan asisten bidan dibandingkan dengan 170 wanita yang bersalin di<br />
Ruang Kebidanan yang dijaga oleh Dokter kebidanan mendapatkan bahwa wanita<br />
yang bersalin di Ruang Kebidangan mendapatkan 4 kali lebih banyak pemakaian<br />
Pethidin dibandingkan yang bersalin di ruang bersalin alternatif.<br />
2.Cara farmakologik.<br />
Umumnya pemakaian obat-obat digunakan pada awal fase aktif kala I yaitu<br />
pembukaan mulut rahim telah mencapai 3 cm.<br />
Obat sedativa, bila diperlukan dapat dipakai pada fase laten. Berguna untuk<br />
menghilangkan kegelisahan, sebagai tambahan pada analgesia psikologik.<br />
Edi dan Anatio dalam penelitianya di RSUP Dr. Kariadi, Semarang mendapatkan<br />
perbedaan yang bermakna antara Valetamat Bromida dan Timonium Metilsulfat guna<br />
mengurangi nyeri persalinan di banding dengan Plasebo. Dari 17 kasus yang<br />
diberikan injeksi Valetamat Bromida didapat nyeri persalinan menghilang (tidak nyeri<br />
lagi) pada 13 kasus (76 %). 3<br />
2.a. Tranquilizer.<br />
Mengurangi kegelisahan / takut, sebagai penenang dan mengurangi nausea dan<br />
muntah. Dapat digabung dengan 50 mg Pethidin setelah fase aktif .<br />
2.b. Short acting barbiturat.<br />
Masih dipakai di beberapa tempat, misalnya pentobarbital 100 mg secara oral untuk<br />
sedasi dan hipnotik. Pada kebanyakan rumah sakit saat ini tidak dipakai lagi untuk<br />
hipnotikum karena dalam darah ibu dan anak dapat bertahan lama.<br />
2.c.Anxiolitik<br />
Dosis 10 mg intra muskuler atau 5 mg intra vena menyebabkan amnesia dan<br />
mengurangi kegelisahan. Juga meningkatkan ambang toksisitas sistemik obat<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 12
analgetika lokal. Namun pemakaian pada dosis lebih dari 10 mg atau dosis kecil IV<br />
secara berulang dapat mempengaruhi bayi yang dilahirkan.<br />
2.d. Narkotika, hipnotika<br />
Diberikan secara sistemik merupakan obat yang paling sering dipakai untuk<br />
mengurangi nyeri persalinan. Namun pemakaiannya baru boleh diberikan setelah<br />
fase aktif persalinan, karena bila diberikan terlalu dini, obat golongan narkotika ini<br />
dapat memperpanjang fase laten secara bermakna. Kekecualian dari hal tersebut<br />
diatas yakni bila dijumpai kasus dengan keluhan nyeri yang hebat pada fase laten.<br />
Terutama primigravida pemberian narkotika bermanfaat mengurangi nyeri dan<br />
kegelisahan yang dapat memperpanjang proses kemajuan persalinan.<br />
2.e. Analgesia regional.<br />
Banyak dilakukan karena di anggap dapat menimbulkan efek analgesia yang<br />
sempurna tanpa mengurangi kesadaran dan kerja sama dari penderita.<br />
2.f. Analgesia / anestesia secara inhalasi<br />
Bila mana sedatif dan narkotik tidak efektif lagi untuk menanggulangi nyeri yang<br />
bertambah berat selama persalinan dan tidak adanya personil medis yang dapat<br />
melakukan analgesia regional, maka pilihan lain untuk analgesia dapat diberikan<br />
secara inhalasi dengan anastetika inhalasi. Dengan pengertian pemberian dengan<br />
konsentrasi di bawah dosis untuk anastesia, sehingga pasien tetap sadar namun<br />
efek analgesia tercapai.<br />
Setiap cara untuk menanggulangi nyeri persalinan mempunyai indikasi, indikasi<br />
kontra dan keterbatasan. Tujuan utama adalah untuk mengurangi atau menghilakan<br />
nyeri pada ibu selama persalinan dengan efek samping yang minimal pada ibu<br />
maupun pada bayi yang dilahirkan.<br />
Wirawan 35 dalam penelitiannya dengan metode Quasi Eksperimental terhadap 20<br />
ibu yang bersalin 1-2 tahun sebelumnya dengan anestesi dan 20 ibu bersalin biasa,<br />
mendapatkan bahwa jika menyangkut hal pengasuhan anak, ibu yang bersalin<br />
dengan anestasi kurang bersikap positif disbanding yang melahirkan biasa, namun<br />
untuk sikap terhadap persalinan tersebut dan persalinan yang akan datang tidak ada<br />
perbedaan. Perbedaan tersebut bukanlah karena pengaruh anestasi namun karena<br />
kepribadian ibu dengan anestasi yang memang relatif lebih dependen (kurang<br />
mantap menghadapi kelahiran).<br />
Bustan dan Bantuk 6 dalam penelitiannya mendapatkan bahwa nyeri yang timbul<br />
pada persalinan dengan <strong>dr</strong>ips oksitosin lebih hebat bila dibandingkan dengan<br />
persalinan spontan setelah memasuki jam ketiga penilaian, dan mengajurkan agar<br />
setiap persalinan terutama persalinan dengan <strong>dr</strong>ips oksitosin dapat diantisipasi<br />
dengan obat-obat penekan rasa nyeri untuk menghindarkan nyeri hebat yang dapat<br />
mengganggu perjalanan persalinan.<br />
Waluyo dan Wiknjosastro 17 di RSCM, Jakarta dalam penelitiannya mendapatkan<br />
Tramadol lebih efektif sebagai obat untuk menggulangi nyeri persalinan dibanding<br />
dengan Fenilbutazon.<br />
Supriadi 9 di RSHS Bandung dalam penelitiannya mendapatkan bahwa Valetamat<br />
Bromida yang mempunyai khasiat antikholinergik / parasimpatolitik dan khasiat<br />
muskulotropik dapat mempercepat pembukaan serviks tanpa mengganggu kontraksi<br />
uterus.<br />
Anti spasmodik dengan khasiat parasimpatolitik dan spasmolitik langsung terhadap<br />
otot polos serviks diharapkan dapat memutuskan mata rantai “takut – spasme –<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 13
nyeri – takut “ dengan menghilangkan spasme yang akan mengurangi rasa nyeri<br />
dan takut. 2,9<br />
Untuk mengurangi nyeri persalinan dapat dilakukan tindakan pemberian analgetika<br />
dan sedativa untuk mengurangi rasa nyeri dan rasa takut yang dapat menghambat<br />
pembukaan serviks, misalnya kombinasi Pethidin dan Prometazin. Pethidin disamping<br />
harganya yang cukup mahal juga merupakan obat yang sukar didapat dan<br />
mempunyai resiko untuk disalah gunakan. 36<br />
l.Penggunaan anti spasmodik untuk mengurangi nyeri persalinan 6,9,37<br />
Obat-obat antikholinergik, dengan atropin sebagai prototipenya, mempunyai khasiat<br />
antispasmodik melalui penghambatan parasimpatis. Disamping itu obat ini<br />
mempunyai khasiat kardiovaskuler, susunan syaraf pusat dan pengurangan sekresi<br />
kelenjar, yang dalam pemakaian di bidang Obstetri merupakan khasiat yang tidak<br />
diinginkan. Untuk mendapatkan khasiat yang lebih spesifik dilakukan pembuatan<br />
obat sintetik dan semi sintetik yang kemudian digolongkan kepada quarterniery<br />
ammonium compound. Keduanya khasiat anticholinergik dan spasmolitik mirip<br />
papaverin.<br />
Dibandingkan dengan golongan tertiery amonium compound, golongan quarterniery<br />
ammonium compound mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut : 6,37<br />
q Mempunyai khasiat anticholinergik yang kuat dan khasiat spasmolitik<br />
nonspesifik mirip atropin yang lebih lemah, sehingga tidak menggganggu<br />
kontraksi rahim.<br />
q Mempunyai khasiat yang lebih lama.<br />
q Sukar menembus sawar otak sehingga khasiat sentralnya sangat sedikit.<br />
Anti spasmodik dengan khasiat parasimpatolitik dan khasiat spasmolitik langsung<br />
terhadap otot polos serviks, diharapkan dapat memutuskan mata rantai takut –<br />
spasme – nyeri – takut dengan menghilangkan spasme yang akan mengurangi rasa<br />
nyeri dan takut. Diduga bahwa analgetika – sedativa mengurangi perasaan takut dan<br />
rasa nyeri, sehingga secara tidak langsung mengurangi spasma melalui penurunan<br />
perangsangan parasimpatis.<br />
Beck dan Steinnmann dikutip dari 9 mengemukakan bahwa pemberian antispasmodik<br />
tidak ada gunanya apabila serviks belum terbuka dan / atau kontrakasi rahim tidak<br />
memadai. Manfaat pemberian antispasmodik baru tampak bila telah terjadi<br />
pembukaan serviks 2 – 3 cm dan khasiat yang optimal terjadi pada pembukaan<br />
serviks 4 – 8 cm.<br />
J. Penggunaan Valetamat Bromida untuk mengurangi nyeri persalinan. 9<br />
Valetamat Bromida dengan khasiat parasimpatolitik yang kuat, secara langsung<br />
menghilangkan rangsangan parasimpatis disamping khasiat spasmolitik langsung<br />
terhadap otot polos. Meier, Schmit dan Walter mengamati bahwa pemberian<br />
Valetamat Bromida mengurangi perasaan sakit ibu selama persalinan. Karena<br />
pengaruh Valetamat Bromida terutama pada serviks, maka manfaatnya baru tampak<br />
apabila telah terdapat perubahan dalam substansi dasar dan perombakan serta<br />
penguraian kolagen sehingga serviks lebih menonjol. Syarat lain yang perlu dipenuhi<br />
pada pemberian Valetamat Bromida adalah kontraksi rahim yang memadai, karena<br />
setelah perubahan aktif pada kolagen dan substansi dasar, otot serviks dalam<br />
proses persalinan berperan pasif.<br />
J.1. Farmakologi Valetamat Bromida<br />
Valetamat Bromida merupakan obat anticholinergik golongan quarterniery<br />
ammonium compound dengan rumus kimia phenyl-methyl valerian Beta<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 14
Diethyllamino-athyl ester Bromethylate, mempunyai berat molekul 384. 6,37 sebagai<br />
obat golongan quarterniery ammonium compound, Valetamat Bromida mempunyai<br />
khasiat anticholinergik kuat dan khasiat spasmolitik kurang kuat yang setara dengan<br />
papaverin.<br />
CH 3<br />
H 5 C 2 - N - CH 2 – CH 2 – O – C- CH<br />
C 2 H 5 O CH CH 2 H 5<br />
Gambar 6. Rumus Kimia Valetamat Bromida<br />
CH 3<br />
dikutip dari 43<br />
J.2.Farmakokinetika Valetamat Bromida<br />
Menurut Pathak, khasiat maksimal timbul setelah 10 menit pemberian intramuskuler.<br />
Detoksifikasi obat ini jauh lebih cepat dari atropin. Efek samping dari fungsi<br />
parasimpatolitiknya pada dosis terapi sangat kecil. Khasiat obat terhadap susunan<br />
saraf pusat dan terhadap anak ditentukan oleh kemampuan obat melewati sawar<br />
otak dan plasenta 9 .<br />
Valetama t Bromida yang bersifat basa kuat, dan dengan kelarutan yang lemah<br />
dalam lemak tidak dapat melewati sawar plasenta maupun otak. Dosis lazim<br />
Valetamat Bromida adalah 10 – 20 mg, 3 – 4 kali sehari secara per-oral<br />
intramuskuler maupun intravena. 6,9,37<br />
Para peneliti mempergunakan Valetamat Bromida secara intra muskuler pada<br />
pembukaan 2 – 3 cm atau lebih dengan dosis 8 mg 3-5 kali dengan selang waktu ½<br />
- 1 jam, ternyata tidak menemukan efek samping yang berarti.<br />
Beberapa penulis telah melakukan penelitian tentang pemberian antispasmodik,<br />
Valetamat Bromida dengan hasil yang baik. 9<br />
Beck, Meier dan Walter dikutip dari 9 menemukan bahwa penggunaan Valetamat<br />
Bromida secara suppositoria mempercepat persalinan sebanyak 18-30 %, Sarwono<br />
dan Srivastava sebanyak 27-50 %.<br />
Wibowo 3 (1996) di Semarang mendapatkan 13 dari 17 persalinan primigravida<br />
yang diberikan Valetamat Bromida nyeri persalinannya menghilang (tidak nyeri lagi)<br />
dan persalinan berlangsung lebih cepat.<br />
Pemkaian antispasmodik tidak mengganggu kontraksi rahim baik kala I,II,III,<br />
maupun kala IV dan juga tidak menyebabkan perdarahan pasca persalinan. 6,9,37<br />
K. Penggunaan Hyoscine N Butil Bromida untuk mengurangi nyeri<br />
persalinan.<br />
Recto et al 38 (1997) di Manila pada penilitiannya terhadap 152 wanita inpartu,<br />
aterm memberikan injeksi Hyoscine N Butil Bromida 10 mg tiap 4jam (76 kasus) dan<br />
Placebo (76 kasus) untuk mengurangi nyeri persalinan dan mendapatkan, disamping<br />
mengurangi nyeri persalinan Hyoscine N Butil Bromida juga memperpendek masa<br />
kala I dan total waktu persalinan.<br />
Garrett dan Draper 39 di Inggris, pada penelitiannya dengan memberikan injeksi<br />
Hyoscine N Butil Bromida 10 mg untuk mengurangi nyeri persalinan mendapatkan 5<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 15
kasus dari 14 kasus yang nyeri persalinannya tidak dirasakan lagi dan ibu menjadi<br />
tenang (36%).<br />
Akerman dan Schirmacher 40,41 pada beberapa penelitiannya mendapatkan bahwa<br />
Hyoscine N Butil Bromida di samping mempercepat proses persalinan dan<br />
mengurangi nyeri persalinan juga bermanfaat untuk menolong kelahiran kepala anak<br />
pada presentasi bokong, mengeluarkan plasenta secara manual pada retensio<br />
plasenta, dimana serviks sudah mulai menutup. Juga pada induksi persalinan dengan<br />
dilatasi serviks yang tertutup dan kaku.<br />
K.1. Farmakologi Hyoscine N Butil Bromida<br />
Hyoscine N Butil Bromida (Scopolammonium N Butil Bromida) adalah turunan<br />
ammonium kwarterner dari Scopolamine (L.Hyoscine). Merupakan kristal putih padat<br />
dengan titik didih 136 – 139 o C, larut dalam air hingga 212 mg/cc. 42<br />
R<br />
H 3 C<br />
N<br />
H<br />
H<br />
O O H 3 C<br />
C C -<br />
O CH 2 OH n- H 9 C 4 -<br />
Gambar 7 : Rumus Kimia Hyoscine N Butil Bromida<br />
K.2. Farmakokinetika Hyoscine N Butil Bromida<br />
Hyoscine N Butil Bromida mempunyai tempat kerja khusus pada ganglion para<br />
simpatis di dinding viscera. Karena ituHyoscine N Butil Bromida mempunyai efek anti<br />
spasmodik spesifik pada otot polos traktus gastrointestinalis, traktus biliaris, traktus<br />
urinarius, traktus genitalis. 37,42 Hyoscine N Butil Bromida ddikontraindikasikan pada<br />
penyakit : Glaukoma, Hypertropi Prostat, Stenosis GIT, Takikarda, Megakolon, dan<br />
Porfiria. 42<br />
Bila Hyoscine N Butil Bromida diberikan dalam dosis lazim, tidak dijumpai efek<br />
samping yang khas dari golongan atropin pada kelenjer ludah atau sekresi keringat.<br />
Denyut nadi mungkin sedikit meningkat kalau Hyoscine N Butil Bromida diberikan<br />
secara intra vena. Pemberian secara injeksi terutama dalam dosis tinggi, kadangkadang<br />
dapat menyebabkan gangguan akomodasi mata untuk sementara, yang akan<br />
hilang dengan spontan. 37,42<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 16
BAB III<br />
M E T O D O L O G I<br />
A. Disain Penelitian<br />
Penelitian dilakukan dalam bentuk uji klinis acak terkontrol, yang bersifat<br />
komparatif, analitik dan prospektif.<br />
B. Tempat dan Waktu Penelitian<br />
Penelitian dilakukan di bagian Obstetri dan Ginekologi FK <strong>USU</strong> / RSU Dr. Pirngadi<br />
Medan / RSUP H. Adam Malik Medan. Lama penelitian 6 bulan.<br />
C. Populasi Penelitian<br />
Populasi terjangkau penelitian ini adalah ibu-ibu dengan primigravida dalam keadaan<br />
inpartu di RS Dr. Pirngadi dan RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria<br />
penelitian pada periode penelitian.<br />
D. Cara Pemilihan dan Besar Sampel 46<br />
Sampel adalah bagian populasi yang diteliti. Cara pemilihan sampel dengan<br />
menggunakan tehnik randomisasi : Randomisasi blok. Penunjukan peserta untuk<br />
dimasukkan dalam kelompok dilakukan dalam kertas yang dimasukkan dalam<br />
amplop tertutup, yang dibuka oleh pelaksana penelitian pada saat peserta datang.<br />
Besar sampel<br />
Besar sampel untuk membandingkan dua proporsi yang independent, dimana<br />
proporsi hal yang dibandingkan ialah masing-masing sebesar p1 dan p2. Pada<br />
penelitian ini dimana digunakan dua kelompok sampel (n1 dan n2), untuk mencari<br />
jumlah sampel yang diperlukan diasumsikan bahwa jumlah untuk masing-masing<br />
kelompok sama ( n1 = n2 = n ). Jumlah sampel yang ditentukan dalam penelitian ini<br />
dihitung dengan memakai rumus : 47<br />
P1<br />
(100 − P1)<br />
+ P2<br />
(100 − P2)<br />
( P1<br />
− P2)<br />
n =<br />
X ( α , β )<br />
2<br />
f<br />
dimana :<br />
n = besar sampel<br />
p1 = efektifitas pengobatan sukses pada kelompok I dengan Valetamat Bromida<br />
(76 %)<br />
p2 = efektifitaas pengobatan sukses pada kelompok II dengan Hyoscine N Butil<br />
Bromida (36 %) 39<br />
f = fungsi dari α dan β (dilihat tabel I) 47 = 10,5<br />
α = kesalahan tipe I (error tipe I) = 0,05<br />
Power of the test ( 1 - β ) = 90 %<br />
β = kesalahan tipe II (Error tipe II ) = ( 1 – 0,9 ) = 0,1<br />
Tabel I. Daftar nilai fungsi (α, β) dipakai dalam rumus menentukan besar sampel<br />
dikutip dari 47<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 17
α<br />
(error<br />
tipe I )<br />
b (tipe II error)<br />
0,05 0,1 0,2 0,5<br />
0,1 10,8 8,6 6,2 2,7<br />
0,05 13,0 10,5 7,9 3,8<br />
0,02 15,8 13,0 10,0 5,4<br />
0,01 17,8 14,9 11,7 6,6<br />
Perhitungan :<br />
Dari penelitian yang dilakukan Wibowo pada penatalaksanaan nyeri persalinan<br />
dengan Valetamat Bromida diperoleh 13 persalinan dari 17 persalinan yang<br />
menghilang nyerinya (76 %) 3 .<br />
Penelitian Garret dengan Hyoscine N Butil Bromida untuk mengurangi nyeri<br />
persalinan diperoleh 5 persalinan dari 14 kasus yang menghilangkan nyerinya ( 36 %<br />
) 39<br />
Maka ;<br />
76(100−76)<br />
+ 36(100−36)<br />
(76 − 36)<br />
n =<br />
10, 5<br />
4128<br />
= X 10,5<br />
1600<br />
= 27,09<br />
2<br />
X<br />
Dengan perkiraan <strong>dr</strong>op out 10 % dari kasus maka, besar sampel untuk tiap-tiap<br />
kelompok diambil 30 kasus.<br />
E. Kriteria penerimaan dan penolakan sampel<br />
Sampel yang diikut sertakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai<br />
berikut<br />
1. Primigravida berusia 20 – 30 tahun<br />
2. Kehamilan cukup bulan ( aterm)<br />
3. Janin hidup, tunggal, presentasi belakang kepala.<br />
4. Inpartu kala I fase aktif (pembukaan 3 – 5 cm) dengan selaput ketuban utuh.<br />
5. Kehamilan dan persalinan tanpa penyulit dan komplikasi.<br />
6. Merasakan nyeri.<br />
7. Tidak kontra indikasi pemberian obat.<br />
8. Bersedia mengikuti penelitian secara sukarela.<br />
Kriteria penolakan sampel :<br />
1. Riwayat nyeri pinggang yang lama.<br />
2. Riwayat penyalahgunaan obat, seperti morphin / alkophol.<br />
3. Terdapat disproporsi kepala panggul.<br />
4. Kehamilan dengan komplikasi misalnya preeklampsia, diabetes mellitus, infeksi<br />
intra uterin.<br />
5. Terdapat kontra indikasi terhadap obat yang diberikan.<br />
F. Bahan dan Alat yang diperlukan<br />
Bahan – bahan yang diperlukan dalam penelitian adalah injeksi Valetamat Bromida<br />
dengan nama paten Epidosin yang diproduksi oleh Solvay dalam ampul kemasan 8<br />
mg / cc yang diproduksi oleh Boehringer. Nomor batch setiap obat dicatat dalam log<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 18
ook. Alat-alat yang digunakan antara lain disposible syringe 3 cc merk Terumo,<br />
sarung tangan,<br />
gelas ukur plastik, daptone, tensimeter, haemometer sahli, jam tangan , gunting tali<br />
pusat, klem tali pusat, catheter metal dan lain-lain.<br />
G. Definisi Operasional<br />
q Primigravida adalah suatu kehamilan yang pertama kali.<br />
q Fase aktif persalinan adalah proses persalinan yang ditandai dengan<br />
pembukaan serviks 3 cm dan frekuensi kontraksi rahim paling sedikit 3 – 4<br />
kali dalam 10 menit selama paling sedikit 20 detik setiap kontraksi disertai<br />
dengan adanya progesivitas pembukaan serviks.<br />
q Pengurangan nyeri persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu yang dalam<br />
proses persalinan baik secara medik maupun terapi psikis untuk mengurangi<br />
nyeri persalinannya.<br />
q Nilai derajat pengurangan rasa nyeri secara subjektif dari skala 0 (tidak ada<br />
perubahan / tak ada efek obat ) hingga skala 3 (nyeri hilang / tidak terasa<br />
nyeri ).<br />
q Nilai derajat rasa nyeri secara objektif dari skala 4 ( pasien mengeluh sangat<br />
kesakitan dan sangat gelisah ) hingga skala 1 ( pasien tidak mengeluh<br />
kesakitan dan tenang ).<br />
q Efektifitas (daya guna) yaitu kemampuan Valetamat Bromida maupun<br />
Hyoscine N Butil Bromida untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan<br />
nyeri pada persalinan.<br />
Kriteria efektifitas : Efektif bila dijumpai pengurangan nyeri persalinan<br />
(subjektif skala 1-3) dan pasien menjadi tenang (Objektif skala 1-2)<br />
q Gawat janin adalah suatu keadaan terganggunya kesejahteraan janin yang<br />
disebabkan oleh hipoksia dan ditandai denagan frekuensi dasar denyut<br />
jantung janin diatas 160x / menit atau bawah 120 x / menit atau dijumpai<br />
irregularitas denyut jantung janin.<br />
q Kondisi ibu baik adalah keadaan umum ibu dari status presens yang baik,<br />
tidak dijumpai penyakit paru , asma, jantung, glaucoma, porfiria, megakolon.<br />
q Kondisi janin baik adalah kondisi kesejahteraan janin yang baik ditandai<br />
dengan frekuensi dasar denyut jantung janin yang normal 120 – 160 x /<br />
menit dan tidak dijumpai irregularitas denyut jantung janin.<br />
q Kontra indikasi pemberian Valetamat Bromida : glaukoma, porfiria,<br />
megakolon.<br />
q Kontra indikasi pemberian Hyoacine N Butil Bromida : glaukoma, porfiria,<br />
begakolon.<br />
q Efek samping/efek non terapi yaitu efek yang timbul akibat pemberian obat,<br />
yang tidak diinginkan muncul pada penelitian.<br />
q Luaran janin ditentukan dari skor APGAR<br />
q Asfiksia ringan – sedang bila skor Apgar 4- 6<br />
q Asfiksia berat bila skor Apgar dibawah 4<br />
q Lama persalinan adalah lama waktu proses persalinan yang di hitung selama<br />
dalam pengawasan yaitu sejak pasien mendapat obat untuk mengurangi yeri<br />
persalinan sampai anak lahir.<br />
q Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih / sama dengan 500cc pada<br />
kala IV.<br />
H. Cara Kerja<br />
Kepada setiap ibu yang telah memasuki proses persalinan di RS Dr. Pirngadi dan<br />
RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan anamnese, diperiksa dan diseleksi<br />
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Terhadap kasus yang memenuhi<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 19
persyaratan dijelaskan mengenai penelitian ini dan dimintakan persetujuannya untuk<br />
mengikuti penelitian dengan menandatangi Informed Consept. Sebelum dilakukan<br />
penyuntikan dilakukan pengosongan kandung kemih dengan keteter dan<br />
pengosongan rektum dengan klisma. Dan dilakukan penilaian rasa nyeri secara<br />
objektif.<br />
Obat diberikan pada kala satu fase aktif (pembukaan 3 – 5 cm ) secara<br />
intramuskuler segera setelah pemeriksaan pembukaan serviks. Lalu peneliti<br />
menanyakan ( setelah kontraksi rahim ) rasa nyeri yang dirasakan ( subjektif) dan<br />
memperhatikan kondisi ibu pada saat ko ntraksi rahim (objektif) setelah 10,30,60<br />
menit, lalu diberikan injeksi ulangan intra muskuler dan penilaian rasa nyeri<br />
dilakukan lagi pada menit ke 120 dengan menggunakan :<br />
Skala Penilaian Verbal :<br />
Subjektif<br />
0 = tanpa perubahan (masih nyeri)<br />
1 = tidak cukup (nyeri berkurang)<br />
2 = cukup (masih sedikit nyeri, dapat ditoleransi)<br />
3 = nyeri hilang (tidak merasa nyeri)<br />
dan dengan menggunakan Skala Visual Analog :<br />
Objektif<br />
1 = Tidak mengeluh sakit dan tenang<br />
2 = Mengeluh sakit tapi tenang<br />
3 = Mengeluh sakit dan gelisah<br />
4 = Sangat kesakitan dan sangat gelisah<br />
I. Variabel yang dinilai<br />
Keluhan dan sikap ibu yang timbul karena nyeri persalinan dicatat sebelum dan<br />
setelah pemberian obat. Tekanan darah dan nadi ibu diperiksa sebelum pemberian<br />
obat dan 10,30,60,120 menit sesudahnya. Dilakukan monitoring denyut jantung<br />
janin sebelum dan 10,30,60, dan 120 menit sesudah dilakukan injeksi obat.<br />
Kemajuan persalinan diikuti sesuai dengan partograph WHO. Nilai Apgar 1, 5 dan 10<br />
menit setelah persalinan oleh Dokter Kebidanan / Dokter Anak.<br />
Variabel Bebas: Pemberian Valetamat Bromida dan Hyoscine N Butil Bromida<br />
Variabel Kontrol : usia ibu, usia kehamilan, pendidikan, berat badan, tinggi badan,<br />
kadar hemoglobin, pembukaan serviks sebelum pemberian obat, dan berat badan<br />
bayi lahir.<br />
Variabel Terikat : Tekanan darah ibu, nadi ibu, kualitas nyeri persalinan 10, 30,<br />
60, 120 menit setelah pemberian obat, denyut jantung janin, jumlah kasus yang<br />
memerlukan augmentasi persalinan, lama persalinan, cara persalinan, perdarahan<br />
kala IV, luaran bayi, efek samping yang timbul, penerimaan ibu terhadap tindakan<br />
pengurangan nyeri persalinan.<br />
J.Pengolahan data dan analisa statistik<br />
Data penelitian yang diperoleh dicatat dalam formulir khusus, dilakukan pendataan<br />
serta pengolahan secara elektronik dengan komputer. Data parametrik dianalisa<br />
dengan Z test daa data non parametrik dianalisa dengan Chi square test dan Fisher<br />
exact dengan menggunakan program komputer SPSS versi 6.0.<br />
K. Etika Penelitian<br />
Usulan proposal penelitian harus terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian Obstetri<br />
dan Ginekologi FK <strong>USU</strong>, RSU Dr. Pirngadi Medan / RSUP H. Adam Malik Medan.<br />
Semua tulisan mengenai tujuan dan cara penelitian. Penelitian dijalankan setelah<br />
mendapat persetujuan sukarela dari masing-masing peserta, dengan<br />
menandatangani surat pernyataan persetujuan. Setiap peserta berhak mengetahui<br />
hasil pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan terhadapnya. Karena alasan<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 20
tertentu setiap saat penderita boleh manarik diri sebagai peserta penilitian. Setiap<br />
keluhan peserta yang terjadi akibat pemeriksaan atau pengobatan akan dicatat dan<br />
segera di atasi. Penelitian dihentikan apabila timbul gejala-gejala yang mengancam<br />
kesehatan penderita.<br />
BAB IV<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan RSUP H. Adam Malik Medan.<br />
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria penilitian sebanyak 60 kasus primigravida<br />
diperoleh selama penelitian antara Mei 1999 sampai November 1999. Kemudian<br />
dilakukan randomisasi blok dan dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan<br />
pengurangan nyeri persalinan memakai Injeksi Valetamat Bromida (selanjutnya<br />
disebut sebagai kelompok Valetamat) dan kelompok Hyoscine N Butil Bromida<br />
(Selanjutnya disebut sebagai kelompok Hyoscine)<br />
A. HASIL PENELITIAN<br />
1. Karakteristik Kasus Penelitian<br />
Tabel II. Sebaran karakteristik kasus pada kelompok Valetamat dan kelompok<br />
Hyoscine.<br />
VARIABEL<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat Hyoscine<br />
Mean – SD Mean – SD<br />
UJI<br />
STATISTIK<br />
(Z TEST)<br />
Usia ibu (Tahun) 25,9 ± 2,83 26,28 ± 2,84 P > 0,05<br />
Usia kehamilan (mgg) 39,6 ± 0,61 39,53 ± 0,66 P > 0,05<br />
Tinggi badan (kg) 156,5 ± 4,14 154,03 ± 4,16 P . 0,05<br />
Berat badan 60,7 ± 4,46 59,53 ± 4,55 P > 0,05<br />
Hemoglobin (gr %) 10,67 ± 0,65 10,34 ± 0,77 P > 0,05<br />
Dari tabel II terlihat karekteristik kasus berupa usia ibu pada kelompok Valetamat<br />
dengan usia rata-rata 25,9 ± 2,83 tahun sedangkan kelompok Hyoscine dengan usia<br />
rata-rata 26,28 ± 2,84 tahun. Setelah dilakukan pengujian statistik dengan Z test<br />
ternyata tidak didapatkan adanya perbedaan bermakna diantara kedua kelompok<br />
(p>0,05).<br />
Usia kehamilan rata-rata pada kelompok Valetamat 39,6 ± 0,61 minggu dan pada<br />
kelompok Hyoscine 39,53 ± 0,61 minggu. Setelah diuji secara statistik dengan Z test<br />
ternyata tidak berbeda bermakna (p>0,05).<br />
Tinggi badan rata-rata kelompok Valetamat 156,5 ± 4,14 cm dan kelompok<br />
Hyoscine 154,03 ± 4,16 cm. Setelah diuji statistik dengan Z test ternyata tidak<br />
berbeda bermakna (p0,05).<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 21
Kadar Hemoglobin rata-rata pada kelompok Valetamat 10,67 ± 0,65 gr % sedangkan<br />
pada kelompok Hyoscine 10,34 ± 0,77 gr %. Setelah di uji statistik dengan Z test<br />
ternyata tidak didapatkan perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok<br />
(p>0,05).<br />
2. Pendidikan Ibu<br />
Tabel III. Sebaran berdasarkan pendidikan ibu pada kelompok Valetamat dan<br />
Hyoscine<br />
PENDIDIKAN<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat<br />
Hyoscine<br />
Jumlah % Jumlah %<br />
SD 6 20 2 6,7<br />
SLTP 2 6,6 4 13,3<br />
SLTA 18 60 20 66,7<br />
PT 4 13,3 4 13,3<br />
Total 30 100 30 100<br />
Chi Sguare Test X2 = 2,772 DF=3 p= 0,4281<br />
Dari tabel III terlihat secara umum tingkat pendidikan adalah baik dimana 18 kasus<br />
(60 %) dari kelompok Valetamat dan 20 kasus (66,7 %) dari kelompok Hyoscine<br />
memiliki tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Atas. Sedangkan persentase terkecil 2<br />
kasus (6,6%) berpendidikan SMP pada kelompok Valetamat dan 2 kasus (6,6 %)<br />
berpendidikan SD pada kelompok Hyoscine.<br />
Tingkat pendidikan ibu pada kelompok Valetamat tidak berbeda bermakna (p>0,05)<br />
dengan kelompok Hyoscine.<br />
3. Pembukaan serviks pada awal Penelitian<br />
Tabel IV. Sebaran berdasarkan pembukaan serviks pada awal penelitian pada<br />
kelompok Valetamat dan kelompok Hyoscine.<br />
PEMBUKAAN<br />
KELOMPOK<br />
SERVIKS ( CM) Valetamat<br />
Hyoscine<br />
Jumlah % Jumlah %<br />
3 11 36,7 12 40<br />
4 10 33,3 12 40<br />
5 9 30 6 20<br />
Total 30 100 30 100<br />
Mean 3,93 3,81<br />
SD 0,83 0,78<br />
Z test = 0,5771 Z tabel = 1,960 p> 0,05<br />
Dari tabel IV. Terlihat, tampak distribusi prmbukaan serviks pada awal penelitian<br />
terbanyak adalah 3-4 cm (70 % pada kelompok Valetamat dan 80 % pada kelompok<br />
Hyoscine). Pembukaan serviks rata-rata adalah 3,93 ± 0,78 cm pada kelompok<br />
Hyoscine. Secara statistik tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada kedua<br />
kelompok (p>0,05)<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 22
4. Berat Badan Bayi Lahir.<br />
Tabel V. Sebaran berdasarkan berat badan lahir bayi (BBLB) pada kelompok<br />
Valetamat dan kelompok Hyoscine.<br />
BERAT<br />
KELOMPOK<br />
BADAN BAYI Valetamat<br />
Hyoscine<br />
(GR) Jumlah % Jumlah %<br />
2500-2999<br />
3000-3499<br />
3500-3999<br />
7<br />
20<br />
3<br />
23,3<br />
66,6<br />
10<br />
12<br />
14<br />
4<br />
40<br />
46,67<br />
13,33<br />
Total 30 100 30 100<br />
Mean<br />
SD<br />
3107<br />
279<br />
3075<br />
311<br />
Z test = 1,2454 Z tabel = 1,960 p>0,05<br />
Dari tabel V terlihat Berat Badan Lahir bayi rata-rata pada kelompok Valetamat 3107<br />
± 279 gr dan kelompok Hyoscine 3075 ± 311 gr. Distribusi BBl bayi terbanyak untuk<br />
kelompok Valetamat adalah 3000 – 3499 gr sebanyak 66,6% dan pada kelompok<br />
Hyoscine Bromida pada 3000-3499 gr sebanyak 46,8%. Setelah diuji statistik<br />
dengan z test ternyata kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p>0,05).<br />
5. Lama Persalinan<br />
Tabel VI. Sebaran berdasarkan lama persalinan pada kelompok Valetamat dan<br />
kelompok Hyoscine.<br />
LAMA<br />
KELOMPOK<br />
PERSALINAN Valetamat<br />
Hyoscine<br />
(MENIT) Jumlah % Jumlah %<br />
< 100 5 20 1 3,44<br />
100-
Dari tabel VI, terlihat lama persalinan terbanyak adalah 100 – 200 menit sebanyak<br />
12 kasus (40 %) pada kelompok Valetamat dan 200 – 300 menit sebanyak 12 kasus<br />
(40 %) pada kelompok Hyoscine. Pada kelompok Valetamat Bromida lama persalinan<br />
terpendek adalah 55 menit dan waktu terpanjang 630 menit, dengan waktu rata-rata<br />
254,33 ± 160,77 menit pada kelompok Hyoscine Bromida, lama persalinan terpendek<br />
adalah 45 menit dan<br />
Waktu terpanjang 720 menit, dengan waktu rata-rata 268,14 ± 151,63 menit.<br />
Setelah di uji secara statistik dengan z test ternyata tidak di dapatkan perbedaan<br />
yang bermakna (p > 0,05).<br />
6. Cara Persalinan<br />
Tabel VII. Sebaran berdasarkan cara persalinan pada kelompok Valetamat dan<br />
kelompok Hyoscine.<br />
CARA PERSALINAN<br />
1. Partus spotan<br />
2. Tindakan –EV<br />
-SC<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat<br />
Hyoscine<br />
Jumlah % Jumlah %<br />
27 90 23 76,6<br />
4 10 6 20<br />
0 0 1 3,33<br />
T o t a l 30 100 30 100<br />
Fisher Exact test<br />
p=0,1096<br />
Dari tabel VII, terlihat bahwa sebagian besar (Kelompok Valtemat 933,33 % dan<br />
kelompok Hyoscine 76,6 %) partus pervaginam tanpa bantuan alat, dan sebagian<br />
kecil (6,66 % kelompok Valtemat dan 20 % kelompok Hyoscine) partus dengan cara<br />
Ekstraksi vakum dan 1 kasus pada kelompok Hyoscine dengan operasi seksio sesaria<br />
atas indikasi gawat janin. Cara persalinan yang terjadi pada kedua kelompok secara<br />
statistik diuji dengan Fisher Exact test ternyata tidak tampak perbedaan yang<br />
bermakna diantara kedua kelompok (p> 0,05).<br />
7. Nilai APGAR.<br />
Tabel VIII. Sebaran berdasarkan nilai Apgar 1 dan 5 menit pertama pada kelompok<br />
Valetamat dan kelompok Hyoscine.<br />
APGAR<br />
4 – 6<br />
7 -10<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat<br />
Hyoscine<br />
1 Menit 5 Menit 1 Menit 5 Menit<br />
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %<br />
5 16,67 2 6,67 2 6,67 0 0<br />
25 83,33 28 93,33 28 93,33 30 100<br />
Total 30 100 30 100 30 100 30 100<br />
Fisher Exact Test 1 menit pertama p = 0,1605<br />
Fisher Exact Test 5 menit pertama p = 0,2457<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 24
Dari tabel VII, tampak pada 1 menit pertama dijumpai bayi dengan asfiksia ringan<br />
(nilai Apgar 4 – 6) pada kelompok Valetamat 5 kasus (16,67%) dan pada kelompok<br />
Hyoscine 1 kasus (6,67 %). Namun setelah 5 menit pertama, tampak nilai Apgar<br />
telah >7 pada kelompok Hyoscine sedangkan pada kelompok Valetamat masih<br />
dijumpai 2 kasus (6,67 %) dengan asfiksia ringan. Kedua kelompok diuji secara<br />
statistik dan ternyata tidak berbeda bermakna (p> 0,05) pada menit pertama dan 5<br />
menit sesudahnya.<br />
8. Jumlah Perdarahan Kala IV.<br />
Tabel IX. Sebaran berdasarkan jumlah perdarahan kala IV pada kelompok<br />
Valetamat dan kelompok Hyoscine<br />
VOLUME DARAH (ML)<br />
< 100<br />
100 – 199<br />
200 – 299<br />
300 – 399<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat<br />
Hyoscine<br />
Jumlah % Jumlah %<br />
13 43,3 14 46,67<br />
16 53,3 12 43,33<br />
0<br />
0 3 10<br />
1 3,33 0 0<br />
T o t a l 30 100 29 100<br />
Mean<br />
SD<br />
179,50<br />
57,12<br />
184,50<br />
67,08<br />
Z test = 0,3108 Z tabel = 1,960 p>0,05<br />
Dari tabel IX, tampak bahwa sebagian besar (95 % kelompok VB dan (90%<br />
kelompok HB ) jumlah perdarahan kala IV berkisar antara 100 – 299 ml.<br />
Jumlah rata-rata perdarahan kala IV pada kelompok VB adalah (79,5 ± 57,12) ml<br />
dan kelompok HB ( 184,5 ± 67,08 ) ml dan pada kedua kelompok tidak dijumpai<br />
perdarahan paska persalinan. Setelah diuji secara statistik dengan z test ternyata<br />
tidak didapatkan perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok. (p > 0,05).<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 25
9. Tekanan Darah Ibu<br />
Tabel X. Perbandingan tekanan darah ibu pada kelompok Valetamat Bromida dan<br />
kelompok Hyoscine Bromida.<br />
TEKANAN<br />
DARAH<br />
Sebelum<br />
Injeksi<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat<br />
Hyoscine<br />
Mean ± Mean – SD<br />
SD<br />
S 117,8 ± S 118,43 ±<br />
9,97<br />
9,72<br />
D 76,66 ± D 76,87 ±<br />
6,06<br />
6,34<br />
UJI (Z<br />
TEST)<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
10 menit<br />
Injeksi<br />
S 118,16 ±<br />
9,69<br />
D 77,33 ±<br />
6,12<br />
S 117,65 ±<br />
8,75<br />
D 76,40 ±<br />
6,40<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
30 menit<br />
Injeksi<br />
S 119 ±<br />
8,84<br />
D 77,24 ±<br />
5,51<br />
S 119,22 ±<br />
7,51<br />
D 76,40 ±<br />
5,76<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
60 menit<br />
Injeksi<br />
S 120,1 ±<br />
8,35<br />
D 76,89 ±<br />
5,93<br />
S 119,51 ±<br />
8,41<br />
D 76,61 ±<br />
5,73<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
120 menit<br />
Injeksi<br />
S 118,40 ±<br />
6,28<br />
D 75,90 ±<br />
5,3<br />
S 118,33 ±<br />
8,03<br />
D 75,19 ±<br />
5,45<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
Dari Tabel X tersebut diatas terlihat tekanan darah sistol pada kelompok Valetamat<br />
sebelum injeksi 117,80 ± 9,97 mm Hg dan diastole 76,66 ± 6,06 mm Hg sedangkan<br />
pada kelompok Hyoscine tekanan darah sistol 118,43 ± 9,72 mm Hg dan Diastol<br />
76,87 ± 6,34 mm Hg. Setelah dilakukan pengujian secara statistik ternyata tidak<br />
didapat perbedaan yang bermakna (> 0,05). Demikian juga setelah 10,30,60, dan<br />
120 menit setelah pemberian obat dan dibandingkan diantara kedua kelompok tidak<br />
dijumpai perbedaan yang bermakna ( p > 0,05).<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 26
10. Nadi Ibu<br />
Tabel XI. Perbandingan nadi ibu pada kelompok Velatamat dan Hyoscine<br />
NADI IBU<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat Hyoscine<br />
Mean – SD Mean – SD<br />
Sebelum Injeksi 83,73 ± 6,86 82,47 ±<br />
5,86<br />
Injeksi 10 menit 86,10 ± 10,01 83,13 ±<br />
5,75<br />
Injeksi 30 menit 88,27 ± 10,32 85,20 ±<br />
5,27<br />
Injeksi 60 menit 88,96 ± 11,92 85,79 ±<br />
5,71<br />
Injeksi 120 menit 87,59 ± 9,47 85,11 ±<br />
4,85<br />
UJI STATISTIK Z<br />
TEST<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
P > 0,05<br />
Dari Tabel XI. Diatas terlihat nadi ibu pada kelompok Valetamat sebelum injeksi nadi<br />
83,73 ± 6,86 x / menit, sedangkan pada kelompok Hyoscine 82,47 ± 5,86 x / menit.<br />
Setelah diuji secara statistik ternyata tidak dijumpai perbedaan yang bermakna (p ><br />
0,05). Dan 10, 30, 60 dan 120 menit setelah injeksi terlihat peningkatan denyut nadi<br />
pada kedua kelompok namun setelah diuji secara statistik tidak dijumpai perbedaan<br />
yang bermakna diantara kedua kelompok (p > 0,05).<br />
11. Keberhasilan Pengurangan Nyeri Persalinan.<br />
Tabel XII. Sebaran nyeri persalinan (Subjektif ) pada kelompok Valetamat dan<br />
kelompok Hyoscine.<br />
SKALA<br />
KELOMPOK<br />
NYERI Valetamat Hyoscine (n / %)<br />
10<br />
mnt<br />
30<br />
mnt<br />
60<br />
mnt<br />
120<br />
mnt<br />
10<br />
mnt<br />
30<br />
mnt<br />
60<br />
mnt<br />
120<br />
mnt<br />
0 6 5 2 1 13 3 0 0<br />
(20<br />
)<br />
(17<br />
)<br />
(7) (4) (44<br />
)<br />
(10<br />
)<br />
1 21<br />
(70<br />
)<br />
15<br />
(50<br />
)<br />
6<br />
(21<br />
)<br />
3<br />
(13<br />
)<br />
16<br />
(53<br />
)<br />
20<br />
(67<br />
)<br />
8<br />
(28<br />
)<br />
6<br />
(22<br />
)<br />
2 3<br />
(10<br />
)<br />
10<br />
(33)<br />
19<br />
(65<br />
)<br />
17<br />
(74<br />
)<br />
1<br />
(3)<br />
7<br />
(23<br />
)<br />
18<br />
(62<br />
)<br />
21<br />
(78<br />
)<br />
3 0 0 2 2 0 0 3 0<br />
(7) (9)<br />
(10)<br />
Jumlah 30 30 29 23 30 30 29 27<br />
Dari tabel XII. Terlihat perbedaan nyeri persalinan diantara kelompok Valetamat dan<br />
kelompok Hyoscine dimana pada 10 menit pertama pada kelompok Valetamat<br />
dijumpai 21 kasus (70 %) yang nyeri persalinannya berkurang hingga skala 1 dan 3<br />
kasus (10 %) pada skala 2. Sedangkan pada kelompok Hyoscine dijumpai 16 kasus<br />
(53 %) pada skala 1 dan 1 kasus (3 %) pada skala 2. Pada 30 menit berikutnya<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 27
pada kelompok Valetamat dijumpai 15 kasus (50 %) pada skala 1 dan 10 kasus (33<br />
%) pada skala 2 sedang pada kelompok Hyoscine dijumpai 20 kasus (67 %) pada<br />
skala 1 dan 7 kasus (23 %) pada skala 2. Pada menit ke 60 dan 120 dijumpai<br />
perbedaan pada kedua kelompok yang bervariasi namun terlihat 4 kasus (16 %)<br />
pada kelompok Valetamat yang mencapai skala 3 (nyeri hilang ) dan 3 kasus (10 %)<br />
pada kelompok Hyosnice.<br />
Tabel XIII. Perbandingan nyeri persalinan (Subjektif) pada kelompok<br />
Valetamat dan kelompok Hyoscine.<br />
NYERI<br />
Menetap<br />
(Skala 0)<br />
Berkurang<br />
(skala 1-3)<br />
10<br />
mnt<br />
6<br />
24<br />
Valetamat<br />
30 60<br />
mnt mnt<br />
5 2<br />
25<br />
27<br />
KELOMPOK<br />
120<br />
mnt<br />
1<br />
22<br />
10<br />
mnt<br />
13<br />
17<br />
Hyoscines<br />
30 60<br />
mnt mnt<br />
3 0<br />
27<br />
29<br />
120<br />
mnt<br />
0<br />
Jumlah 30 30 29 23 30 30 29 27<br />
Fisher exact test<br />
10 menit injeksi p = 0,0347<br />
30 menit injeksi p = 0,2260<br />
60 menit injeksi p = 0,2372<br />
120 menit injeksi p = 0,4600<br />
Dari tabel XIII. Terlihat pada kelompok Valetamat dan kelompok Hyoscine terlihat<br />
adanya pengurangan nyeri persalinan 10 menit setelah injeksi (24 kasus pada<br />
kelompok valetamat dan 17 kasus pada kelompok Hyoscine) dan setelah diuji secara<br />
statistik dengan Fisher exact test menunjukkan pengurangan nyeri persalinan pada<br />
kelompok Valetamat lebih baik (efektif) dan berbeda bermakna dibanding kelompok<br />
Hyoscine (p < 0,05).<br />
Pada menit 30, 60, dan 120 setelah injeksi terlihat perbedaan pengurangan nyeri<br />
persalinan secara klinis namun setelah diuji secara statistik dengan Fisher exact test<br />
ternyata dijumpai perbedaan yang bermakna (p > 0,05)<br />
27<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 28
Tabel XIV. Sebaran nyeri persalinan (Objektif) pada kelompok Valetamat dan<br />
kelompok Hyoscine.<br />
SKALA<br />
NYERI<br />
Seb<br />
Inj.<br />
4 11<br />
(37)<br />
3 19<br />
(63)<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat (n / %) Hyoscine (n / %)<br />
10 30 60 120 Seb 10 30 60 120<br />
mnt mnt mnt mnt Inj. mnt mnt mnt mnt<br />
2 0 0 0 11 4 1 0) 0<br />
(7)<br />
(37 (13 (3)<br />
16<br />
(53<br />
)<br />
2 0 12<br />
(40<br />
)<br />
12<br />
(40<br />
)<br />
14<br />
(47<br />
)<br />
1 0 0 4<br />
(13<br />
)<br />
3<br />
(10<br />
)<br />
18<br />
(62<br />
)<br />
8<br />
(28<br />
)<br />
1<br />
(4)<br />
18<br />
(78<br />
)<br />
4<br />
(18<br />
)<br />
) )<br />
19 15<br />
(63 (50<br />
) )<br />
0 11<br />
(37<br />
)<br />
9<br />
(30<br />
)<br />
18<br />
(60<br />
)<br />
0 0 2<br />
(7)<br />
3<br />
(10<br />
)<br />
22<br />
(76<br />
)<br />
4<br />
(14<br />
)<br />
Jumlah 30 30 30 29 23 30 30 30 29 27<br />
3<br />
(11)<br />
21<br />
(78)<br />
3<br />
(11)<br />
Dari tabel XIV terlihat perbedaan pengurangan nyeri persalinan pada kelompok<br />
Valetamat dan kelompok Hyoscine yang bervariasi namun pada menit ke 30, 60, dan<br />
120 terlihat perbedaan yang ternyata secara klinis dimana pada kelompok Valetamat<br />
dijumpai 4 kasus (13 %) 8 kasus (28%) dan 4 kasus (18%) yang mencapai skala 1 (<br />
pasien tidak kesakitan dan tenang) sedang pada kelompok Hyoscine dijumpai 2<br />
kasus (7%), 4 kasus (14%) dan 3 kasus (11%) yang mencapai skala 1.<br />
Tabel XV. Perbandingan nyeri persalinan (Obektif) pada kelompok<br />
Valetamat dan kelompok Hyoscine.<br />
NYERI<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat<br />
Hyoscine<br />
Seb 10 30 60 120 Seb 10 30 60 120<br />
Inj mnt mnt mnt mnt Inj. mnt mnt mnt mnt<br />
Gelisah<br />
(3-4)<br />
30 18 12 3 1 30 19 10 3 3<br />
Tenang<br />
(1-2)<br />
0 12 18 26 22 0 11 20 26 24<br />
Jumlah 30 30 30 29 23 30 30 30 29 27<br />
Fisher exact test<br />
Sebelum injeksi p = 1<br />
10 menit injeksi p = 0,2020<br />
30 menit injeksi p = 0,1835<br />
60 menit injeksi p = 0,3298<br />
120 menit injeksi p = 0,2921<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 29
Dari tabel XV. Pada kelompok Valetamat terlihat sebelum pemberian obat kedua<br />
kelompok berada pada skala nyeri yang sama dan secara statistik tidak berbeda<br />
bermakna (p> 0,05). Pada 10, 30, 60, dan 120 setelah pemberian obat terdapat<br />
perbedaan pengurangan nyeri pada kedua kelompok namun setelah diuji secara<br />
statistik dengan Fisher exact test tidak dijumpai perbedaan yang bermakna diantara<br />
kedua kelompok. (p> 0,05).<br />
12. Denyut Jantung Janin<br />
Tabel XVI. Perbandingan Denyut Jantung Janin pada kelompok Valetamat dan<br />
Hyoscine.<br />
DENYUT JANTUNG KELOMPOK<br />
UJI<br />
JANIN Valetamat Hyoscine STATISTIK (Z<br />
Mean ± Mean ± SD TEST)<br />
SD<br />
Sebelun Injeksi 143,2 ± 142,53 ± 5,80 P > 0,05<br />
8,39<br />
10 menit Injeksi 143,50± 143,40 ± 4,93 P > 0,05<br />
8,10<br />
30 menit Injeksi 144,36± 143,76 ± 5,24 P > 0,05<br />
7,88<br />
60 menit Injeksi 147,07± 144,21 ± 5,43 P > 0,05<br />
10,04<br />
120 menit Injeksi 148,14±<br />
10,07<br />
144,59 ± 6,83 P > 0,05<br />
Dari tabel XVI. Terlihat pada kelompok Valetamat peningkatan dari denyut Jantung<br />
Janin (DJJ) pada menit 10 dari 143,20 ± 8,39 x/menit menjadi 143,50 ± 8,10 x/menit<br />
dan pada 30 menit berikutnya 144,36 ± 7,88 x/menit.<br />
Pada menit ke 60 menjadi 147,07 ± 10,04 x/menit dan pada ke 120 menjadi 148,14<br />
– 10,07 x/menit. Pada kelompok Hyoscine dijumpai peningkatan DJJ dari 142,53 ±<br />
5,80 menjadi 143,40 ± 4,93 setelah 10 menit pemberian obat dan pada menit ke 60<br />
meningkat lagi menjadi 144,21 ±5,43 x/menit. Setelah diuji secara statistik dengan Z<br />
test ternyata diantara kedua kelompok tidak didapatkan perbedaan yang bermakna<br />
baik pada menit ke 10, 30, 60, dan 120. (p > 0,05).<br />
13. Efek Samping.<br />
Tabel XVII. Sebaran efek samping yang timbul pada kelompok Valetamat dan<br />
Hyoscine.<br />
EFEK<br />
SAMPING<br />
Tanpa efek<br />
samping<br />
Efek samping<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat<br />
Hyoscine<br />
Jumlah % Jumlah %<br />
23 77 23 77<br />
-mengantuk 2 7 4 13<br />
-debar-debar 1 3 1 3<br />
-lain-lain 4 13 2 7<br />
Jumlah 30 100 30 100<br />
Fisher Exact Test p = 4,1852<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 30
Pada menit ke 60 menjadi 147,07 ± 10,04 x/menit dan pada menit ke 120 menjadi<br />
148, 14 ± 10,07 x/menit. Pada kelompok Hyoscine dijumpai peningkatan DJJ dari<br />
142,53 ± 5,80 menjadi 143,40 ± 4,93 setelah 10 menit pemberian obat dan pada<br />
menit ke 60 meningkat menjadi 144,21 ± 5,43 x/menit. Setelah diuji secara statistik<br />
dengan Z test ternyata diantara kedua kelompok tidak didapatkan perbedaan yang<br />
bermakna baik pada menit ke 10, 30, 60, dan 120. (p> 0,05).<br />
14. Augmentasi pesalinan<br />
Tabel XVIII. Sebaran kasus yang dilakukan augmentasi persalinan setelah<br />
penilaian nyeri pada kelompok Valetamat dan Hyoscine.<br />
Fisher Exact Test<br />
KASUS<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat<br />
Hyoscine<br />
Jumlah % Jumlah %<br />
Tanpa augmentasi 28 93,3 26 86,7<br />
Dengan augmentasi 2 6,7 4 13,3<br />
Jumlah 30 100 30 100<br />
Dari tabel XVIII, terlihat pada kelompok Valetamat terdapat 28 kasus (93,3 %) yang<br />
persalinannya tanpa di augmentasi dan 2 kasus (6,7 %) yang diaugmentasi dengan<br />
tetesan oksitisin sedang pada kelompok Hyoscine terdapat 26 kasus ( 86,7 %) yang<br />
persalinannya tanpa diaugmentasi dan 4 kasus ( 13,3 %) uang diaugmentasi.<br />
Setelah dilakukan uji statistik dengan Fiher exact test ternyata kedua kelompok tidak<br />
berbeda bermakna ( p > 0,05).<br />
15. Penerimaan Ibu.<br />
Tabel XIX. Penerimaan ibu terhadap cara pengurangan nyeri persalinan pada<br />
kelompok Valetamat dan Hyoscine.<br />
PENERIMAAN IBU<br />
Menyenangkan<br />
Tak menyenangkan<br />
KELOMPOK<br />
Valetamat Hyoscine<br />
Jumlah % Jumlah %<br />
26 87 24 80<br />
4 13 6 20<br />
Jumlah 30 100 30 100<br />
Fisher Exact Test p = 0, 1630<br />
Dari tabel XIX. diatas, terlihat bahwa pemberian Valetamat Bromida dan Hyoscine<br />
Bromida dapat diterima 87 % pada kelompok Valetamat Bromida dan 80 % pada<br />
kelompok Hyoscine Bromida. Dilakukan uji statistik dengan Fisher Exact Test<br />
ternyata kedua kelompok tidak berbeda makna (p > 0,05) dan dapat diterima<br />
sebagai cara pengurangan nyeri persalinan.<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 31
B.PEMBAHASAN<br />
Karakteristik penelitian berupa usia ibu, usia kehamilan, pendidikan, tinggi badan,<br />
berat badan, Hemoglobin sebelum persalinan pada kedua kelompok penelitian secara<br />
statistik tidak berbeda bermakna sehingga dapat dibandingkan. Seperti diketahui<br />
bahwa nyeri persalinan pada primigravida lebih hebat dibandingkan pada<br />
multigravida 6 . Hapidou 48 pada penelitiannya mendapatkan bahwa ambang rasa<br />
nyeri pada multipara lebih tinggi disbanding nullipara. Pada penelitian ini hanya<br />
diambil kasus yang nullipara, sehingga tidak didapatkan banyak variabel sehingga<br />
bias dalam penelitian lebih kecil.<br />
Pada kelompok Valetamat dan kelompok Hyoscine dijumpai perbedaan lamanya<br />
persalinan rata-rata 254,33 menit ± 160,77 menit pada kelompok Valetamat dan<br />
268,14 ± 151,63164 menit pada kelompok Hyoscine, namun secara statistik tidak<br />
dijumpai perbedaan yang bermakna. Lama persalinan pada kedua kelompok<br />
dibandingkan persalinan pada primigravida pada umumnya jauh lebih singkat.<br />
Dengan demikian mempersingkat lama nyeri yang dirasakan oleh ibu tersebut.<br />
Bustan 6 pada penelitiannya mendapatkan lama persalinan tanpa oksitosin 508<br />
menit sedangkan dengan oksitosin 537 menit. Wibowo 3 mendapatkan lama<br />
persalinan 474 menit dengan epidosin dan 780 menit dengan plasebo. Leuxner dan<br />
Richter 49,50 pada penelitiannya terhadap 80 primipara mendapatkan kala I pada<br />
primipara dipersingkat 2-3 jam pada pemberian Hyoscine Bromida. Beck et al dikutip<br />
dari 6 . menemukan bahwa penggunaan valetamat bromida secara suppositoria<br />
mempercepat persalinan sebanyak 18-30 %, sedangkan Meier, Sarwono dan<br />
Srivastava dengan pemberian Valetamat Bromida intramuskuler mendapatkan hasil<br />
yang lebih baik, yaitu percepatan persalinan sebanyak 27-50 %.<br />
Cara persalinan pada kelompok Valetamat dijumpai 27 kasus (90%) berakhir dengan<br />
persalinan spontan dan 3 kasus (10 %) dengan Ekstraksi Vakum dan pada kelompok<br />
Hyosnice 23 kasus (77 %) berakhir dengan persalinan spontan dan 6 kasus (20 %)<br />
secara ekstraksi vakum dan 1 kasus (3 %) dengan seksio sesaria.Tindakan seksio<br />
sesaria dilakukan atas indikasi fetal distress Setelah diuji secara statistik ternyata<br />
tidak berbeda bermakna (p> 0,05). Wibowo 3 pada penggunaan Valetamat Bromida<br />
mendapatkan seluruh persalinan (100 %) berlangsung spontan sedangkan<br />
kelompok Timonium metil sulfat dijumpai 2 kasus (12 %) ekstraksi vakum dan 2<br />
kasus (12 %) seksio sesaria dan kelompok plasebo dijumpai 3 kasus (18 %)<br />
ekstraksi vakum, 2 kasus (12 %) ekstraksi forcep dan 2 kasus (12 %) seksio<br />
sesaria. Waluyo 17 mendapatkan cara persalinan antara kelomok tramadol dan<br />
plasebo tidak bermakna. Bustan 6 mendapatkan 3 kasus (10 %) dengan tindakan<br />
pada persalinan tanpa oksitosin dan 4 kasus (19 %) pada kelompok dengan<br />
oksitosin. Garret 39 mendapatkan dari 14 kasus yang diteliti semuanya (100 %) lahir<br />
dengan persalinan spontan.<br />
Ditnjau dari segi berat badan bayi yang lahir pada kedua kelompok penelitian ini<br />
tidak terlihat adanya perbedaan yang bermakna. Data ini perlu dibandingkan untuk<br />
menghindari bias pengaruh berat badan bayi lahir terhadap nyeri persalinan yang<br />
terjadi. Adanya bayi yang besar dapat menimbulkan nyeri yang lebih hebat dan<br />
persalinan yang lebih lama.<br />
Luaran persalinan bayi dijumpai 5 kasus (16,67 %) asfiksia ringan pada kelompok<br />
Valetamat dan 2 kasus (6,67 %) pada kelompok Hyoscine dan setelah 5 menit<br />
penilaiannya APGAR masih dijumpai 2 kasus (6,67 %) yang mengalami asfiksia<br />
ringan pada kelompok Valetamat namun setelah diuji secara statistik tidak dijumpai<br />
perbedaan yang bermakna (p > 0.05).<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 32
Gandamiharja 9 mendapatkan 10 % asfiksia ringan pada kelompok Valetamat 1<br />
menit pertama dan pada 5 menit berikutnya tidak ada asfiksia.<br />
Perdarahan pada kala IV pada kelompok Valetamat 179 ± 57 cc dan 184 ± 67 cc<br />
pada kelompok Hyoscine dan secara statistik kedua kelompok penelitian ini juga<br />
tidak berbeda bermakna, namun terlihat perdarahan lebih sedikit. Beberapa penulis<br />
melaporkan tidak terdapat perdarahan post partum pada pemakaian Valetamat<br />
Bromida 9 .<br />
Gandamiharja 9 mendapatkan 79 % perdarahan kurang dari 250 cc pada kelompok<br />
persalinan dengan oksitosin dan 74 % perdarahan kurang dari 250 cc pada kelompok<br />
Oksitosin dan Valetamat Bromida. Garret 39 mendapatkan 1 kasus (7 %) perdarahan<br />
post partum dari 14 kasus yang diteliti dengan menggunakan Hyoscine Bromida.<br />
Leuxner 49 malah menggunakan Hyoscine Bromida untuk memudahkan masuknya<br />
tangan ke kavum uteri untuk melepaskan plasenta pada kasus perdarahan post<br />
partum karena retensio plasenta.<br />
Pada penelitian ini walaupun didapatkan kenaikan tekanan darah minimal namun<br />
secara statistik tidak berbeda bermakna pada kelompok Valetamat maupun<br />
kelompok Hyoscine.<br />
Wibowo 3 tidak mendapatkan adanya kenaikan tekanan darah yang bermakna pada<br />
kelompok Valetamat dibandingkan Timonium Metil Sulfat dan Plasebo pada<br />
penelitiannya.<br />
Denyut nadi ibu terlihat meningkat rata-rata 3 –5 x/m pada kelompok Valetamat dan<br />
1-4 x/m pada kelompok Hyoscine, yang memang merupakan efek samping obatobat<br />
anti spasmodik namun setelah diuji secara statistik ternyata tidak berbeda<br />
bermakna antara kelompok Valetamat dan kelompok Hyoscine. (p > 0,05). Ghaisas 9<br />
menemukan kenaikan denyut nadi ibu 20-40 kali /menit pada 24 kasus, sedangkan<br />
Sarwono 9 menemukan 42,3 % kejadian takhikardi pada pemakaian Valetamat<br />
Bromida dibandingkan dengan 0 % pada kasus tanpa pemberian Valetamat Bromida.<br />
Kurvila 51 pada penelitiannya terhadap 60 wanita primigravida dan 60 multigravida<br />
yang diberikan injeksi Valetamat Bromida intramuskuler dibandingkan dengan injeksi<br />
normal saline pada wanita dengan jumlah yang sama, mendapatkan bahwa dijumpai<br />
kenaikan denyut nadi yang bermakna pada wanita yang diberikan Valetamt Bromida.<br />
Garret 39 Pada penelitiannya tidak menemukan kenaikan denyut jantung pada ibu<br />
yang diberikan Hyoscine N Butil Bromida.<br />
Pada penelitian ini terlihat nyeri persalinan (Subjektif) telah dapat dikurangi pada 10<br />
menit setelah pemberian obot dan terlihat kelompok Valetamat secara klinis<br />
(perbedaan relatif ) lebih baik disbanding kelompok Hyoscine dan setelah diuji secara<br />
statistik dijumpai perbedaan yang bermakna (p < 0,05 ). Pada menit ke 60 dan 120<br />
dimana sebahagian besar nyeri telah dapat ditolerasi dan malah ada yang nyeri<br />
menghilang (tidak nyeri lagi). Namun setelah diuji secara statistik kedua kelompok<br />
tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05).<br />
Pada penilaian secara objektif terlihat pada 10 menit pertama sebahagian kasus<br />
telah berkurang nyeri persalinannya namun masih kelihatan gelisah (skala 3). Pada<br />
menit ke 30 dan lebih nyata lagi pada menit ke 60 dan 120 sebahagian besar<br />
persalinan telah dapat dikurangi nyerinya malah sebahagian kecil ada yang kelihatan<br />
tidak merasa nyeri dan kelihatan tenang (skala 1 ). Secara klinis terlihat bahwa<br />
kelompok valetamat lebih efektif secara klinis dalam mengurangi nyeri persalinan<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 33
namun setelah diuji secara statistik tidak dijumpai perbedaan yang bermakna (p ><br />
0,05 ).<br />
Wibowo 3 mendapatkan 13 kasus (76 %) yang menghilang nyeri persalinan dan 3<br />
kasus (18 %) nyeri dapat ditolerir dari 17 kasus yang ditelitinya. Garret 39<br />
mendapatkan 6 kasus dari 14 kasus yang menghilang nyeri persalinannya.<br />
Denyut jantung janin pada kedua kelompok terlihat meningkat pada 10, 30, 60, dan<br />
120 menit setelah pemberian obat dengan kenaikan 4-5 x/menit, namun setelah<br />
diuji secara statistik ternyata tidak dijumapi perbedaan yang bermakna diantara<br />
kedua kelompok (p > 0,05). Wibowo 3 mendapatkan tidak dijumpai perbedaan yang<br />
bermakna denyut jantung janin pada pemberian Valetamat Bromida sebelum dan 1<br />
jam sesudah pemberian obat.<br />
Dalam penelitian ini dijumpai efek samping yang minimal dan memang merupakan<br />
efek dari pada obat golongan spasmolitik yaitu mengantuk 2 kasus (7%) pada<br />
kelompok Valetamat dan 4 kasus (14 %) pada kelompok Hyoscine dan berdebardebar<br />
1 kasus (3 %) pada kelompok Valetamat dan kelompok Hyoscine. Wibowo 3<br />
mendapatkan efek samping yaitu kelelahan pada 6 % kasus pemberian Valetamat<br />
Bromida. Gandamiharja 9<br />
Pada pemberian Valetamat Bromida mendapatkan efek samping yaitu mulut kering<br />
18 % dan palpitasi 9 %.<br />
Pada penelitian ini dijumpai 2 kasus (6,7 %) pada kelompok Valetamat dan 4 kasus<br />
(13 %) pada kelompok Hyoscine yang persalinannya dilanjutkan dengan augmentasi<br />
dengan Oksitosin karena telah menyentuh garis aksi pada Partograph namun tidak<br />
dijumpai perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok .<br />
Pengurangan nyeri persalinan dengan Valetamat Bromida maupun Hyoscine Bromida<br />
sama menyenangkan, disamping nyeri persalinan dapat berkurang persalinan juga<br />
berlangsung lebih cepat. Pada kelompok Valetamat 26 kasus (87 %) dan 24 kasus<br />
(80%) pada kelompok Hyoscine dapat menerima dengan baik perlakuan yang<br />
diberikan untuk mengurangi nyeri persalinan.<br />
Ranta 52 dalam penelitiannya terhadap 1091 persalinan pada wanita Finlandia<br />
mendapatkan bahwa 90 % dari wanita tersebut pada pemeriksaan antenatal<br />
menginginkan diberikannya analgetik untuk nyeri persalinannya, dan diruang<br />
bersalin 80 % dari wanita tersebut merasakan nyeri yang sangat dan tidak dapat<br />
ditoleransi dan 50 % dari wanita tersebut mendapatkan skor nyeri 8-10 yang<br />
menggambarkan kurangnya efektifitas obat penghilang nyeri persalinan. 51 % dari<br />
wanita tersebut mengeluh kurangnya kekuatan obat penghilang nyeri terutama pada<br />
saat melahirkan dan hal ini terutama pada wanita multigravida.<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 34
BAB V<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
A.KESIMPULAN<br />
1. Penggunaan Valetamat Bromida untuk mengurangi nyeri persalinan ternyata<br />
lebih efektif disbanding Hyoscine N Butil Bromida secara klinis dan khusus pada<br />
menit 10 setelah pemberian obat dijumpai perbedaan yang bermakna secara<br />
statistik.<br />
2. Penggunaan Valetamat Bromida dan Hyoscine N Butil Bromida disamping<br />
mengurangi nyeri persalinan juga mempersingkat lama persalinan dengan<br />
demikian mempersingkat rasa nyeri yang dirasakan ibu bersalin. Secara statistik<br />
kedua kelompok tidak berbeda bermakna namun secara klinis Valetamat lebih<br />
baik dalam mempersingkat waktu persalinan.<br />
3. Penggunaan Valetamat Bromida dan Hyoscine Bromida tergolong aman dengan<br />
efek samping minimal, kejadian asfiksia ringan minimal dan tidak dijumpai<br />
kejadian perdarahan paska persalinan dan secara statistik tidak dijumpai<br />
diantara kedua kelompok.<br />
4. Penggunaan Valetamat bromida dan Hyoscine bromida untuk mengurangi nyeri<br />
persalinan cukup menyenangkan untuk sebagian besar respoden.<br />
B.SARAN<br />
1. Sebaiknya dianjurkan Valetamat bormida dan Hyoscine bromida dapat dipakai<br />
secara rutin untuk mengurangi nyeri persalinan.<br />
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan sampel yang lebih besar dan ditingkatkan<br />
menjadi bahan untuk mempercepat proses persalinan.<br />
K E P U S T A K A A N<br />
1. Latief, SA. Experience of Obstetric Analgesia Service. Majalah kedokteran<br />
Indonesia, Vol. 43, No. 11, November 1993 : 625 – 630.<br />
2. Sunatrio. Analgesia dan anesthesia dalam kebidanan. Dalam : Wiknjosastro H.,<br />
Saifuddin AB., Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan ed III., Jakarta : Yayasan<br />
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1991 : 202 – 209.<br />
3. Wibowo, EP Binarso A. Pemberian Valethemate Bromida dibandingkan Timonium<br />
Metil Sulfat untuk mengurangi nyeri persalinan, MOGI, Vol.21, no 3, Juli 1997 ,<br />
hal 147 – 152.s<br />
4. Oxorn, DC. Obstetric Analgesia and Anesthesia, in Oxorn-Foote Human Labor &<br />
Birth 5 th ed, Appleton-Century-Crofts, 1986 ; 437 – 467.<br />
5. Ryding. Investigation of 33 woman who demanded a csarian section for personal<br />
reason, Acta-Obstet-Gynecol-Scan, 1993 May ; 72 (4), 280-5.<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 35
6. Bustan WEN, hadijanto B. Perbandingan nyeri persalinan kala I pada persalinan<br />
spontan dan persalinan dengan <strong>dr</strong>ip oksitosin. Majalah Obstetri dan Ginekologi<br />
Indonesia, Vol. 21, No .2, April 1997 : 75-79<br />
7. Chamberlain, GVP. Normal Labour : The Relief of pain in Labour ; Obstetric By<br />
Ten Teachers, 16 th -ed Great Britain : The Bath Press, Avon, 1995 : 187 – 194.<br />
8. Sulistio, K, Sembalangi, H, Wulung, RL. Penganggulangan nyeri persalinan,<br />
dalam Simposium Penanggulangan nyeri persalinan, FK UI 1986 : 33 – 39.<br />
9. Gandamihardja, S. Perbandingan hasil pengolahn inertia uteri hipotonis dengan<br />
oxytocin <strong>dr</strong>ip Valetamat Bromida di RS Dr. Hasan Sadikin (tesis), bandung : Lab<br />
/ UPF Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD / RS Dr. Hasan Sadikin, 1987.<br />
10. Recto, CP. TV Co and Clemente. The effect of Hyosnice bormida on the first stage<br />
of labor, 15 th FIGO World Congres on Obstetric and Gynecology Abstract Book,<br />
Copenhagen 1997 : 45.<br />
11. Wall PD. Childbirth,pain without illness. Defeating Pain. Plenum Press. 1991.69-<br />
90.<br />
12. Jaffar N, Efektivitas sunitkan bupivakain epidural menghilangkan nyeri persalinan<br />
pada primi gravida, di RS Pirngadi Medan, Tesis – 1989.<br />
13. Mekzack R., Labour pain as a model of acut pain. in Pain; 53 : 1993 : 117 – 120.<br />
14. Rustam RP. Penanggulangan nyeri pada persalinan. Refeat. Bagian Obstetri dan<br />
Ginekologi FK-<strong>USU</strong>. September, 1999.<br />
15. Darwis, D., Pengaruh persalinan tanpa nyeri terhadap bati, dalam Simposium<br />
penanggulangan nyeri pada persalinan, FK UI, 1986 : 103 – 105<br />
16. Handaya, Fisiologi Nyeri Persalinan, dalam Seminar Penanggulangan Nyeri pada<br />
persalinan, FKUI – Jakarta, 1986 ; 79 – 83.<br />
17. Waluyo, A., Wiknjosastro, GH., : Perbandingan efektivitas atas Tramadol dengan<br />
Fenibutazon untuk penaggulangan nyeri persalinan(laporan Pendahuluan) ;<br />
majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Vol. 20, Suplemen 1, July 1996 : 55<br />
– 56.<br />
18. Cunningham, FG., Mc Donald, PC., NF Williams Obstetri 18 th -ed. Connecticut :<br />
Prentice Hall International Inc, 1989 : 327 – 340<br />
19. Josoprawiro, pengaruh epidural terhadap persalinan dan keadaan janin, dalam<br />
Simposium Penanggulangan nyeri pada persalinan, FK UI 1986 :<br />
20. Bach TC. Anestesi dan Analgesia dalam kebidanan. Refeat. bagian Obstetri dan<br />
Ginekologi FK-<strong>USU</strong>. Medan, 1983 5-6.<br />
21. Ranta R, jouppla P. The intensity of labor pain in grand multiparas. Acta-Obstet-<br />
Gynecol-Scand. March, 1995; 75; 250-254.<br />
22. Felman et al. Relifing birth. Maternal responses to viewing of their second stage<br />
of labor.Image J. Nurs. 1992: 24; 27-31.<br />
23. Iskandar, Sembalangi., Muhardi. Perkembangan persalinan tanpa nyeri di<br />
Jakarta. Dalam Simposium Penanggulangan nyeri pada persalinan, FK UI 1986:<br />
127-129.<br />
24. Iskandar, Sembalangi., Analgesik epidural pada pesalinan dalam Simposium<br />
Penanggulangannyeri pada persalinan, FK UI 1986 : 85 – 88<br />
25. Lowe NK. Thepain and discomfort of labor and birth. Abstract. J-Obstet-Gynecol-<br />
Neonatal-Nurs jan 1996. 25; 82-92.<br />
26. Booij LHDJ. The Development of painless Labour in Europe. Dalam Simposium<br />
Penanggulangan nyeri pada pada persalinan, FK UI 1986 : 117-125.<br />
27. Childbirth Org. Expectations and Experiences of pain in Labour. Birth. June, 1993.<br />
20 (2); 65-74.<br />
28. madi BC, Sandall J, Bennet R, Mac Leod C. effect of famale relative Support in<br />
Labor. Birth March 1999;26: 4-8.<br />
29. Phylis, A..Exercise during pregnancy / paintolerance during labor, Sciene Health<br />
Abstract, from Am. J. Obgyn, Maret 1989 : 707 – 712<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 36
30. Artal. Exercise and Pregnancy. Clinical Sport Med. April, 1992; 11: 363-367.<br />
31. Ploeg JM, Vervest HAM, Liem AL, Schagen JH. Tras Cutaneus Nerve Stimulations<br />
duringthe first stage of labor. Pain March 1996,3142; 75-78.<br />
32. Iskandar, Sembalangi, Wulung. Penanggulangan nyeri persalinan. Dalam<br />
penanggulangan nyeri pada persalinan. FK-UI. Jakarta, 1986. 85-88.<br />
33. Spencer RT, Nichols LW,LIPkin GB. Drug theraoy in Maternal care. In: Clinical<br />
Pharmacology and Nursing Management. 2 nd ed. Lippincot, Philadelphia 1983;<br />
1008-1009<br />
34. Skibted L, lange AP. The need for pain relief in uncomplicated deliveriesin an<br />
Alternative Birth Center to an Obstetrics deliveri Ward. Pain, June 1991.<br />
01934;183-186.<br />
35. Wirawan S, hariasari AS. Efek kelahiran dengan anestesi terhadap Sikap ibu<br />
kepada anak. Dalam Simposium Penanggulangan nyeri pada persalinan, FK UI<br />
1986 :99-102.<br />
36. Marsh, GN. Pain in Labour in Modern Obstetric in General Practise, Ovford<br />
University Press, 1987 ; 293 –295.<br />
37. darmansyah, I. Anti kolinergik dalam Farmakologi dan Terapi, ed. 2, bagian<br />
Farmakologi FK-UI, 1980 : 25 – 30.<br />
38. Schats R. Deleterious Effect of Parturition Pain. dalam Simposium<br />
Penanggulangan nyeri pada persalinan, FK UI 1986 : 3-6.<br />
39. Garret, AS.,Draper,VS. Hyoscine Butylbromida in Labor , The Practioner, May<br />
1963;Vol. 190;653-656.<br />
40. Akarmen R Some Observation on the treatmen of smoot muscle spasm of the<br />
femal genital organs. Wien. Med Wachr.1960: 110,2,42-43.<br />
41. Schirmacher. The effect of the ganglion blocking agent Buscopan on the first<br />
stage of labor. Deutsches Medizinisches Journal. August 1952: 3 ; 15/16 ;336-<br />
338.<br />
42. Boehringer Ingelheim, Buscopan Ampul, Monograph, PT Schering Indonesia,<br />
Jakarta<br />
43. Ebel S. Parasimpatatolik. Obat Sintetik. Terjemahan :Mathilda dan Samhudi.<br />
Gajahmada University Press. 1992. 312-320.<br />
44. Sittner B, Hudson DB, Grosman CC, Gaston JF. Adolescents perceptions during<br />
labor. Abstract. Clin Nurs Res feb 1998,7: 82-93.<br />
45. Niven CA, Brodie EE. Memory for labor pain. Pain,June 1995. 2924; 387-392.<br />
46. Sarumpaet SM. Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam:<br />
Simanjuntak, Tanjung MT , Sahil MF,eds. Metodologi Penelitian Kedokteran, Bag.<br />
Obstet dan Ginekologi FK <strong>USU</strong>/RSPM Medan , 1998; 886-112.<br />
47. Sihite E. Perbandingan luaran persalinan aktif dan konservatif dengan partograf<br />
pada primigravida. Tesis. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK.<strong>USU</strong> Univ. <strong>Sumatera</strong><br />
<strong>Utara</strong>. Medan, 1997.<br />
48. Hapidou EG. Responsiveeness to laboratory pain in woman as afunctuion of age.<br />
Pain . 1992, Feb;48: 177-181.<br />
49. Leuxner E, Thomas J. Some Clinical experiences with spasmolitic Buscopan in<br />
Obstetrica. Abstract.Munch.med. Wschr.94.1952: 564.<br />
50. Richter L. Clinical Experiences with the sapsmolitic Buscopan in Obstetrics.<br />
Abstract. Arztl.Wachr. 8, 1203. 1953.<br />
51. Kuruvila S,Jasper P, Pedicayil A. A Randomized Control Trial of valethame<br />
bromida in Acceleration of labor. Int J Gynecol Obstet. June 1992;38 : 93-96.<br />
52. Ranta P, spalding M, kangassarela T.Maternal Expectations and experiences<br />
of labor pain-options. Acta anesthesiology Scand. Jan, 1995:39; 60-66.<br />
©2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 37