Klik Disini - KM Ristek - Kementerian Riset dan Teknologi

t-(&o 

LAPORAN PENI:;LITIAN 

ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA KESEHAT AN 

DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN NO 36 

TAHU N 2009 

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN 

I No. Pendaftaran On-line: ............................................................................ ~ ................. ! 

Focus bidang prioritas: Teknologi kesehatan dan obat 

Kode produk target: 

Kode kegiatan : 

Peneliti Utama : Max Joseph Herman 

Peneliti : Rini Sasanti Handayani 

Selma Arsit Siahaan 

Sudibyo Supardi 

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DAN KEBIJAKAN 

KESEHATAN 

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN - KEMKES Rl 

Jl. Percetakan Negara No. 23 A Jakarta 10560 

2010

LAPORAN PENELITIAN 

ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA KESEHATAN 

DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN NO 36 

TAHUN 2009 


I No. Pendaftaran On-line : .. : ........................................................................................... ! 

Focus bidang prioritas: Teknologi kesehatan dan obat 

Kode produk target : 

Kode kegiatan : 

Peneliti Utama : Max Joseph Herman 

Peneliti : Rini Sasanti Handayani 

Selma Arsit Siahaan 

Sudibyo Supardi 

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DAN KEBIJAKAN 

KESEHATAN 

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN - KEMKES Rl 

Jl. Percetakan Negara No. 23 A Jakarta 10560 

2010

LEMBARPENGESAHAN 

-=- Pe el" ian : 

- - S S KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA KESEHATAN DALAM RANGKA 

I KETENTUAN UU KtStFIATAN NO 36 TAFIUN 2009 

target : 

' - : e;·a an : 

_: as :=e er ian : DIY, JaWa Barat, Jawa Timl.ir 

?e'"'.e.::an tahun ke I 

1 Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian 

I A. Lembaga Pelaksana Peneltian 

I Na;na Peneliti Utama 

I ~ama Lembaga/ lnstitusi 

II Ur Organisasi 

~~..a.....,at 

: e'JOn/ HP/ Faksimlie/ E-mail 

8 'lembaga lain yang terlibat 

~f~-a '

IDENTITAS PENGAJU (PENELITI UTAMA) PROPOSAL 


JUDUL PENELITIAN : 

ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA KESEHATAN DALAM 

RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN NO 36 

TAHUN 2009 

Peneliti Utama 

(nama lengkap dengan gelar) 

lnstitusi I unit kerja 

Drs. Max Joseph Herman, MKes, Apt 

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan 

Kebijakan Kesehatan 

Alamat Kantor I unit kerja Jl. Percetakan Negara No. 23A, Jakarta 

I 

Kode Pas : 10560 

I T elepon/faksimile/Email Telepon: 021 426 1088 

Faksimile 

0816713525 

Email: max jh@litbang.deQkes.go.id 

--- .. . . - .. ··- - 

Bidang penelitian 

Riset terapan 

Fokus Bidang Penelitian lima 

tahun terakhir 

• Analisis Situasi Pengelolaan Obat di Pelayan- 

an Kesehatan Kabupaten Administrasi 

Kepulauari Seribu 

Artikel yang pernah diterbitkan 

di majalah ilmiah 

1. Manajemen dan kebijakan farmasi 

2. Sumber daya Manusia Bidang Farmasi 

3. lnformasi dan komunikasi 

• Pengembangan lndikator Evaluasi Model 

Pelayanan Kefarmasian Prima di Apotek 

.. ---- -- - --- --- ---- - 

• Analisis Situasi Pengelolaan Obat Publik di 

Beberapa Kabupaten/Kota 

• Improving Access to Drugs 

• Gambaran lndikator Evaluasi Pengelolaan 

dan Pembiayaan Obat di 20 Puskesmas 

Sumatera Barat 

• Analisis Faktor Internal dan Eksternal yang 

Terkait dengan Model Pelayanan Prima di 

Apotek. 

iii

IDENTITAS PENELITI PROPOSAL 





TAHUN 2009 




Alamat Kantor I unit kerja 

DR Sudibyo Supardi, Apt 



JL Percetakan Negara NO. 23.A, Jakarta 

Kode Pos : 1 0560 

T elepon/ivacsimile/Email Telepon: 021 426 1088 

Faksimile 

081247385555 

Email ssuQardi@litbang.deQkes.go.id 


Fokus Bidang Penelitian lima 

ahun terakhir 

Penelitian 


1. Manajemen dan kebijakan farmasi 

2. Sumber daya Manusia Bidang ~.asi 

3. lnformasi, komunikasi dan pronmsj· 

• Ketua pelaksana Penelitian Pengaroo 

Penyuluhan Obat Terhadap Pengetahuan, 

Sikap dan Penggunaan Obat yang Rasional 

dalam Pengobatan Sendiri oleh lbu di Kota 

Bogor, 2000 

• Peneliti Survei Penatalaksanaan Kasus ISPA 

di Puskesmas dan Perilaku lbu Balita 

Terhadap ISPA di Daerah Rawan Kabupaten 

lndramayu, 2000 

• Peneliti Penelitian Penanggulangan Kasus 

Pneumonia Melalui Pendekatan Manajemen 

Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Kabupaten 

Banjarnegara, 2000 

• Ketua Pelaksana Analisis data Susenas 2001 ( 

• Ketua pelaksana Analisis lanjut SKRT 2001 

(Penggunaan obat yang sesuai dengan aturan 

dalam pengobatan sendiri keluhan demamsakit 

kepala, batuk, flu), 2002 

iv

IDENTIT AS PENELITI PROPOSAL 





TAHUN 2009 




Ora. Rini Sasanti Handayani, M.Kes, Apt. 



1 Alamat Kantor I unit kerja Jl. Percetakan Negara NO. 23.A, Jakarta 

KaGie Pas : 10560 

T eleponlvacsimileiEmail T elepon : 021 426 1088 

081318927928 

I 

Faksimile 

Email sasanti@litbang.depkes.go. id 



' Fokus Bidang Penelitian lima 1. Manajemen dan kebijakan farmasi 

·a un terakhir 2. Sumber daya Man usia Bidang Farmasi 

3. lnformasi dan komunikasi 

I !._ ... el yang pernah diterbitkan • lndikator Peresepan Obat pada Enam Apotek 

~ 

ajalah ilmiah di Kota Bandung, Surabaya dan Makassar 

- 

• Analisis Situasi Pengelolaan Obat di Pelayanan 

Kesehatan Kabupaten Administrasi 

Kepulauan Seribu 

• Pengembangan lndikator Evaluasi Model 

Peiayanan Kefarmaslan Prima dl Apotek 

• Analisis Situasi Pengelolaan Obat Publik di 

Beoerapa KaoupateniKota 

• Gambaran lndikator Evaluasi Pengelolaan 

dan Pembiayaan Obat di 20 Puskesmas 

Sumatera Barat 

• Analisis Biaya Pengobatan di Puskesmas di 

Indonesia 

• Analisis Faktor Internal dan Eksternal yang 

Terkait dengan Model Pelayanan Prima di 

Apotek 

• Akses Masyarakat terhadap Obat-obat 

Esential pada Unit Pelayanan Kesehatan di 

Indonesia 

v

IDENTITAS PENELITI PROPOSAL 





TAHUN 2009 


Ora. Selma AS. Siahaan, Apt, MHA 





Ala mat Kantor I unit kerja Jl. Percetakan Negara NO. 23.A, Jakarta 

Kode Pos ; 10560 

T eleponlfaksimileiEmail T elepon : 021 426 1088 

(021) 33164785, 081382754097 

Faksimile 

Email: selmasiahaan@vahoo.com 



Penelitian 

• Analisis Biaya, rasionalitas, dan uji Stabilitas 

puyer obat, antituberkulosis anak (2009) 

I 

I P blikasi 

I 

• Kajian Harga Obat yang Rasional untuk 

pelayanan Kesehatan Dasar (2006) 

• Study on Reproductive Health for Un- 

Marriage Women Aged 15-24 years in Papua 

and East Nusa Tenggara (2006) 

• Study Comparison between Hospital 

Pharmacy Administration in Indonesia and in 

Australia (1998) 

• National Medicines Prices Survey (2004) 

• Kebijakan harga obat di Indonesia dan 

perbandingannya dengan Negara-negara lain 

• Akses masyarakat terhadap obat essential 

1: pada pelayanan kesehatan dasar 

vi

RINGKASAN PENELITIAN 

ANALISIS KUALIFIKASJ APOTEKER SEBAGAI TENAGA KESEHATAN DALAM 

RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN NO 36 TAHUN 2009 

Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, setiap orang 

empunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang 

esehatan dan hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu 

dan terjangkau. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mempersyaratkan 

enaga kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan di Indonesia harus 

empunyai kualifikasi minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apoteker adalah 

salah satu tenaga kesehatan di bidang pelayanan kesehatan. Saat ini pemerintah 

.""'lenetapkan kualifikasi yang harus dimiliki apoteker dalam melakukan pekerjaan 

e armasian antara lain dalam pelayanan sediaan farmasi (Peraturan Pemerintah 

o 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). 

uk itu dilakukan penelitian potong lintang analisis kualifikasi apoteker dalam 

_-; a memenuhi ketentuan dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang 

=:a 

mengidentifikasi kualifikasi apoteker yang melakukan praktek 

asian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) rumah sakit, (b) puskesmas 

-a- J apotek dan menyusun pokok-pokok materi untuk pelatihan bersertifikasi 

__ :agai ku alifikasi tambahan bagi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian 

: :a: as tersebut. lnforman penelitian adalah apoteker pelayanan rawat jalan dan 

ap serta direktur penunjang medik 6 rumah sakit, apoteker dan kepala 2 

_: esmas perawatan, apoteker full time dan apoteker pendamping atau tenaga 

~ os kefarmasian 6 apotek, apoteker bag ian kurikulum/pengajaran 6 perguruan 

-;i farmasi, apoteker 3 BPD lkatan Apoteker Indonesia, apoteker 3 Dinas 

=se atan Provinsi dan 3 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Bandung, 

_ a arta dan Surabaya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan 

-:;servasi serta RTD untuk penyempurnaan hasil penelitian. Analisis data secara 

:=s ·ptif dan analisis kualitatif dengan metoda triangulasi. 

1

Hasil analisis menunjukkan bahwa praktek pelayanan kefarmasian di RS masih 

banyak kekurangannya terutama dalam hal pelaksanaan fungsi farmasi klinis dan 

patient safety selain adanya beban kerja yang tidak sebanding dengan jumlah 

apoteker yang ada di pelayanan. Dalam praktek kefarmasian di Puskesmas yang 

menonjol adalah kurangnya tenaga apoteker di Puskesmas sehingga di salah satu 

kota besarpun seluruh Puskesmas yang ada belum memiliki apoteker akibat belum 

adanya formasi untuk apoteker Puskesmas dan ini tentunya membawa dampak 

pada praktek kefarmasian Puskesmas. Khusus untuk apotek masalah utama 

erletak pada kehadiran dan komitmen serta profesionalisme apoteker sendiri di 

samping kurangnya pembinaan dan pengawasan untuk itu dari yang berwenang. 

Apoteker juga perlu meningkatkan fungsi konseling dan komunikasinya. 

2

PRAKATA 

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas terlaksananya penelitian 

Analisis Kualifikasi Apoteker Sebagai Tenaga Kesehatan Dalaril Rangka 

emenuhi Ketentuan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009" yang bertujuan untuk (1) 

mengidentifikasi kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di 

asilitas pelayanan kefarmasian rumah sakit, puskesmas dan apotek, (2) menyusun 

pokok;pokok materi untuk pelatihan bersertifikasi sebagai kualifikasi tambahan 

aagi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

e armasian rumah sakit, puskesmas dan apotek. 

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Kepala Badan 

;)e elitian dan Pengembangan Kesehatan yang memberikan persetujuan 

:-e elitian ; Kementerian Riset dan Teknologi sebagai penyandang dana; Drs . 

.... ~ad · omo, Apt. dan Ora. Chusun, Apt. sebagai narasumber; Rumah Sakit, 

- _: esmas, Apotek, Perguruan Tinggi Farmasi, BPD lkatan Apoteker Indonesia, 

_~as 

esehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kota di Bandung, Yogyakarta dan 

=--a aya untuk partisipasinya serta pihak lain yang telah membantu terlaksananya 

: _ e ian ini. 

Jakarta, 22 November 2010 

Peneliti 

3

DAFTARISI 

LEMBAR PENGESAHAN 

IDENTITAS PENGAJU PROPOSAL 

RINGKASAN PENELITIAN 

PRAKATA 

DAFTAR lSI 

DAFTAR TABEL 

DAFTAR LAMPIRAN 

Abstrak 

I. PENDAHULUAN 

a. Latar Belakang 

b. Perumusan masalah 

c. Fokus bidang penelitian 

d. Topik penelitian 

e. Pertanyaan penelitian 

TI NJAUAN PUSTAKA 

a. Peraturan perundang-undangan Tenaga Farmasi 

b. Perguruan Tinggi Farmasi 

c. lkatan Apoteker Indonesia 

. Rumah Sakit 

e. Puskesmas 

. Apotek 

g. Dinas Kesehatan Provinsi 

. Dinas Kesehatan Kota 

Ill. TUJUAN DAN MANFAAT 

. METODOLOGI 

a. Kerangka pikir 

b. Rancangan (design) riset 

c. Jenis penelitian 

d. T em pat dan waktu penelitian 

4 

Hal 

ii 

iii 

1 

3 

4 

6 

7 

9 

11 

11 

13 

14 

15 

15 

16 

16 

18 

25 

26 

29 

29 

30 

30 

31 

31 32 

31 32 

31 32 

31 32 

32

e. Sampel 

f. Cara dan instrumen pengumpulan data 

g. Bahan dan cara kerja 

h. Analisis data 

i. Definisi Operasional 

. HASIL DAN PEMBAHASAN 

1. HASIL 

A. Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian 

di fasilitas pelayanan kefarmasian Rumah Sakit 

B. Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian 

di fasilitas pelayanan kefarmasian Puskesmas 

C. Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian 

di fasilitas pelayanan kefarmasian Apotek 

D. Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian 

di fasilitas pelayanan kefarmasian Rumah Sakit, Puskesmas 

dan Apotek menurut PT Farmasi, IAI dan Dinkes 

L 

PE BAHASAN 

PULAN DAN SARAN 

SIMPULAN 

- C::.J.RAN 

PU STAKA 

Hal 

33 

32 33 

32 34 

34 36 

36 

36 38 

38 

46 

50 

62 

79 

84 

84 

85 

86 

88 

5

DAFTAR TABEL 

Tabel 1. Daftar Nama-nama Perguruan Tinggi Farmasi 

dan Akreditasinya, 2009 

Tabel 2. Kompetensi Lulusan Apoteker untuk Bekerja di Rumah 

Sakit, 2009 

Tabel 3. Kompetensi Lulusan Apoteker untuk Bekerja di Apotek, 

2009 

atriks 1. lnstansi yang dikunjungi di tiap propinsi 

Hal 

18 

22 

24 

33 

6

DAFTAR LAMPIRAN 

Hal 

Naskah Penjelasan T entang Penelitian 89 

2. Form Wawancara Apoteker rawat inap/rawat jalan Rumah Sa kit 

dan Pimpinan Rumah Sakit 91 

3. Form Wawancara Apoteker Puskesmas dan Kepala Puskesmas 104 

.::! Form Wawancara Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker 

Pendamping/Asisten Apoteker 114 

0 . Form Wawancara Perguruan Tinggi Farmasi 126 

Form Wawancara Badan Pengurus Daerah lkatan Apoteker 

Indonesia 130 

Form Wawancara Seksi Farmasi DinKes Provinsi dan Seksi 

Farmasi DinKes Kabupaten/Kota 133 

= Hasil wawancara mendalam dengan apoteker Rumah sakit 136 

- 

- asil wawancara mendalam dengan pimpinan Rumah sakit 163 

= 

asil observasi kegiatan praktek kefarmasian RS 1 172 




asil observasi kegiatan praktek kefar:masian RS 5 192 

= ~ a s il observasi kegiatan praktek kefarmasian RS 6 194 

- 

.::. 

- o.Jasil wawancara mendalam dengan apoteker Puskesmas 198 

asil wawancara mendalam dengan kepala Puskesmas 202 

: asil observasi kegiatan praktek kefarmasian Puskesmas 1 204 

- 

- asil observasi kegiatan praktek kefarmasian Puskesmas 2 207 

- 

asil wawancara mendalam dengan Apoteker Pengelola Apotek 210 

:-1asil wawancara mendalam dengan Apoteker Pendamping/AA 229 

..... asil observasi kegiatan praktek kefarmasian apotek 1 236 

-asil observasi kegiatan praktek kefarmasian apotek 2 239 

-- .... asil observasi kegiatan praktek kefarmasian apotek 3 242 

7

Hasil observasi kegiatan praktek kefarmasian apotek 4 

-6. Hasil observasi kegiatan praktek kefarmasian apotek 5 

- 7. Hasil observasi kegiatan praktek kefarmasian apotek 6 

Hasil wawancara mendalam dengan Perguruan Tinggi Farmasi 

Hasil wawancara mendalam dengan ketua Badan Pengurus 

Daerah IAI 

asil wawancara mendalam dengan Farmasi DinKes Provinsi 

asil wawancara mendalam dengan Farmasi DinKes Kota 

atriks Praktek Kefarmasian di Rumah Sakit 

atriks Praktek Kefarmasian di Puskesmas 

atriks Praktek Kefarmasian di Apotek 

Hal 

245 

249 

251 

254 

271 

279 

289 

294 

295 

296 

8

Abstrak 

Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, setiap orang 

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang 

kesehatan dan hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu 

dan terjangkau. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mensyaratkan tenaga 

kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan di Indonesia harus mempunyai 

kualifikasi minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apoteker adalah salah satu 

tenaga kesehatan di bidang pelayanan kesehatan. Saat ini pemerintah 

menetapkan kualifikasi yang harus dimiliki apoteker dalam melakukan pekerjaan 

kefarmasian antara lain dalam pelayanan sediaan farmasi (Peraturan Pemerintah 

No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). 

Untuk itu telah dilakukan penelitian potong lintang analisis kualifikasi apoteker 

dalam rangka memenuhi ketentuan dalarn UU No 36 tahun 2009 tentang 

Kesehatan yang bertujuan mengidentifikasi kualifikasi apoteker yang melakukan 

praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) rumah sakit, (b) 

puskesmas dan (c) apotek dan menyusun pokok-pokok materi untuk pelatihan 

bersertifikasi sebagai kualifikasi tambahan bagi apoteker yang melakukan praktek 

kefarmasian di fasilitas tersebut. lnforman penelitian adalah apoteker pelayanan 

rawat jalan dan rawat inap serta direktur penunjang medik 6 rumah sakit, 

apoteker/tenaga teknis kefarmasian dan kepala 2 puskesmas perawatan, apoteker 

full time dan apoteker pendamping/tenaga teknis kefarmasian 6 apotek, apoteker 

bagian kurikulum/pengajaran 6 perguruan tinggi farmasi, apoteker 3 IAI, apoteker 3 

Dinas Kesehatan Provinsi dan 3 Dinas Kesehatan Kota di Bandung, Yogyakarta 

dan Surabaya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi 

serta RTD. Analisis data secara deskriptif dan analisis kualitatif dengan metoda 

triangulasi. 

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa praktek pelayanan kefarmasian di 

RS masih banyak kekurangannya terutama dalam hal pelaksanaan fungsi farmasi 

klinis dan patient safety selain adanya beban kerja yang tidak sebanding dengan 

jumiah apoteker yang ada di peiayanan. Daiam praktek kefarmasian di Puskesmas 

yang menonjol adalah kurangnya tenaga apoteker di Puskesmas sehingga di salah 

satu kota besarpun seluruh Puskesmas yang ada belum memiliki apoteker akibat 

belum adanya formasi untuk apoteker Puskesmas dan ini tentunya membawa 

dampak pada praktek kefarmasian Puskesmas. Khusus untuk apotek masalah 

utama terletak pada kehadiran dan komitmen serta profesionalisme apoteker 

sendiri di samping kurangnya pembinaan dan pengawasan untuk itu dari yang 

berwenang. Apoteker juga perlu meningkatkan fungsi konseling dan 

omunikasinya. 

Kata kunci : apoteker, praktek kefarmasian, kompetensi 

9

Abstract 

According to Law Number 36 of 2009 on Health each member of community is 

entitled to optimized health access in line with the public need and to have access 

to safety, quality and affordability of health services. One of the important 

components of health services is the provider themselves, where pharmaceutical 

services is an integral part of healthcare services. Pharmacists required in various 

institutions must be adequate in terms of quantity, competency or distribution. In 

this respect, it is necessary to improve and develop Human Resources on Health in 

systematic and sustainable manner in line with the development of science and 

echnology and to improve pharmacy services through professionalism of 

pharmaceutical personnel as per applicable service standards (Government 

Regulation Number 51 of 2009 on Pharmacy Practice). 

Therefore, an analysis of pharmacist qualification in achieving the minimum 

standards was carried out in order to identify the qualification or competencies of 

pharmacists practicing in hospitals; PHCs and pharmacies as well as to determine 

hat training is necessary to fulfil the requirements settled by pharmacy service 

s andards. Data will be collected by interviewing pharmacists involved and 

observing practices. Descriptive qualitative analysis with triangulation method will 

be done. 

Results of the analysis show that pharmaceutical services in hospitals still lack 

of clinical pharmacy and patient safety function besides the imbalance between job 

burden and the number of pharmacist present for services. In PHCs it's even worse 

that not one pnarmacist at all PHCs in a oig city are there for services. The same 

thing is found in pharmacies where the absence of pharmacist, commitment and 

professionalism of the pharmacist himself besides weak control of the authorities 

worsened the situation. Pharmacists should also enhance their function in 

counseling and communication. 

Keywords: pharmacist, pharmacy practice, competency 

10

I. PENDAHULUAN 

1. Latar Belakang 

Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajad kesehatan yang 

setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat. Menurut Undang-Undang No 36 

tah un 2009 tentang Kesehatan (1) setiap orang mempunyai hak yang sama dalam 

emperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, hak dalam memperoleh 

elayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau serta hak untuk 

....,endapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan 

ertanggung jawab. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber 

~a a di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat. 

0 

e erintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, 

asi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara 

~e-aj a d 

kesehatan yang setinggi tingginya. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah 

: .... au alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya 

esehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh 

:::.....,erintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. fasilitas pelayanan 

e e atan dalam memberikan pelayanan kesehatan dilakukan oleh tenaga 

~se atan yang kompeten . 

..,... enaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang 

=._: a an serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di 

_ :a~g 

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk 

an upaya kesehatan (2). Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, 

ayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam 

a penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan harus memiliki 

asi minimum. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan 

::a ·anan kesehatan sesuai dengan bidang kualifikasi yang dimiliki. Dalam 

~e elenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin 

emerintah. f3embinaan dan pengawasan praktek profesi tenaga kesehatan 

: a an melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi dan pemberian lisensi (3). 

-~-ag a 

kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak 

11

oengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur 

operasional. Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan menjadi tanggung 

awab pemerintah dan pemerintah daerah (1 ). 

Salah satu jenis tenaga kesehatan adalah tenaga kefarmasian. Menurut 

Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (4) 

enaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang 

·erdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana 

"'armasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan 

poteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker 

calam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli 

adya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. 

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan 

armasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau 

~eny a l uran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan 

~form asi 

obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. 

-e aga kefarmasian melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

e•armasian seperti instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, apotek, klinik, toko 

::a , atau praktek bersama. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan 

a gsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan 

=armasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu 

e~ i upan pasien (4). Pelayanan Farma$i oleh Apoteker diselenggarakan 

:.:rdasarkan GPP atau Good Pharmaceutical Practice, suatu format pelayanan 

a g ditetapkan oleh WHO bersama FIP/Federasi Apoteker lnternasional (5). 

Perkembangan teknologi farmasi dan kedokteran dan perubahan gaya hidup 

~enyebabkan perubahan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian di 

u 

ah sakit, puskesmas dan apotek. Pelayanan kefarmasian saat ini dituntut lebih 

........ enekankan pada praktek pengobatan yang aman, mencegah terjadinya 

esalahan pengobatan untuk mengoptimalkan pemberian pelayanan pasien yang 

rasiona l, pelaporan efek samping dan pencegahannya, evaluasi dan monitoring 

engobatan, pemberian informasi klinis yang praktis, pelayanan ke rumah pasien. 

12

untutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan kefarmasian 

....,engharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented 

e paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (Asuhan 

efarmasian). 

Selama ini tenaga kefarmasian khususnya apoteker kurang dikenal masyarakat 

... as. Menurut hasil penelitian Pengembangan Model Pelayanan Prima di Apotek 

~e ama dari Aspek lnformasi Obat kepada Pasien Penyakit Kronik dan 

... eneratif tahun 2003 ada kesenjangan antara tugas apoteker pengelola apotek 

-e urut peraturan perundangan dengan kegiatan yang ada dan kebutuhan 

asi pengunjung apotek. Sedangkan Penelitian Model Pelayanan 

e armasian Prima di Apotek tahun 2005 menunjukkan bahwa praktek 

e~arm asian 

oleh apoteker seperti pemeriksaan resep, penandatanganan salinan 

-esep dan kehadiran apoteker selama ini sangat jarang dilakukan (6,7). 

Seperti halnya tenaga kesehatan yang lain, tenaga kefarmasian harus memiliki 

.... a · 1kasi minimum seperti yang diamanatkan UU No 36 tahun 2009 tentang 

= e atan dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009. 

Peru musan masalah 

1-4 oteker adalah tenaga kefarmasian yang bertanggung jawab melakukan 

:: e ·aan kefarmasian di berbagai pelayanan kefarmasian seperti instalasi farmasi 

---a'"' sakit, puskesmas, apotek, klinik, atau praktek bersama dimana pelayanan 

===- a au penyerahan obat resep dari dokter harus dilakukan oleh apoteker (4). 

=:::rbedaan jenis fasilitas pelayanan kefarmasian menyebabkan perbedaan 

·_.a 

asi tambahan yang harus dimiliki tenaga kefarmasian. Apoteker melakukan 

_-a e kefarmasian yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi 

::: ~ .. e er untuk meningkatkan kualitas hidup pasien sebagai bagian dari pelayanan 

.. =-se atan yang menjamin kebenaran proses farmakoterapi (pharmaceutical care). 

rut UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, UU No 44 tahun 2009 tentang 

ah Sakit dan PP No 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian yang terbit dalam 

hampir bersamaan, apoteker harus memiliki izin ke~a 

untuk melakukan 

: ... e~ aan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian dan harus diperpanjang 

13

setiap perioda waktu tertentu. Semua tindakan profesi apoteker memiliki liability 

yang dipertanggung jawabkan secara ilmu pengetahuan dan hukum. 

Sampai saat ini ada lebih dari 60 fakultas farmasi dengan berbagai akreditasi, 

A, 8, C dan yang belum terakreditasi (8). Di samping itu sarana, prasarana dan 

proses pendidikan profesi apoteker bervariasi sehingga kualitas atau kualifikasi 

kelulusannya berbeda-beda. Setiap jenis fasilitas pelayanan kefarmasian 

memerlukan kualifikasi tambahan yang berbeda, untuk itu diperlukan pendidikan 

dan pelatihan apoteker berkelanjutan yang lebih menjurus sebelum mendapatkan 

izin untuk praktek di fasilitas pelayanan kefarmasian tertentu. Penelitian Kesiapan 

Tenaga Kefarmasian Menghadapi Era Globalisasi di Bidang Pelayanan 

Kefarmasian tahun 2009 (9) menemukan bahwa standar pelayanan kefarmasian di 

berbagai sarana pelayanan (Rumah Sakit, Puskesmas dan Apotek) (10, 11 , 12) 

belum dapat terlaksana sepenuhnya antara lain karena keterbatasan kompetensi 

enaga kefarmasian dan bekal ilmu kefarmasian yang masih bersifat terlalu umum. 

Seperti yang diamanatkan dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, 

emerintah berkewajiban menetapkan kualifikasi minimum yang harus dimiliki. 

Oleh karena itu perguruan tinggi farmasi harus menghasilkan apoteker sesuai 

alifikasi minimum. Dalam melakukan peke~aan kefarmasian di berbagai fasilitas 

elayanan kesehatan perlu kualifikasi tambahan yang spesifik untuk masing 

:'lasing fasilitas pelayanan kesehatan. Sebagai dasar untuk menyusun modul 

-elatihan guna meningkatkan kompetensi atau mendapatkan kualifikasi tambahan 

• a g bersertifikasi sebagai syarat mendapatkan izin melakukan praktek 

e armasian di fasilitas pelayanan kefarmasian dilakukan Analisis Kualifikasi 

oteker sebagai Tenaga Kesehatan Dalam_ Rangka Memenuhi Ketentuan UU 

esehatan No.36 Tahun 2009. 

c. Fokus bidang penelitian 

Sumber daya man usia Kesehatan bidang tenaga kefarmasian apoteker. 

14

d. Topik penelitian 

Kualifikasi apoteker dalam rangka memenuhi ketentuan UU No 36 tahun 2009 

tentang Kesehatan. 

e. Pertanyaan penelitian 

Bagaimana kualifikasi apoteker yang . melakukan praktek kefarmasian di 

berbagai fasilitas pelayanan sediaan farmasi dalam memenuhi ketentuan UU No 

36 tahun 2009 tentang Kesehatan? Kualifikasi tambahan apa yang diperlukan di 

'lasing-masing fasilitas pelayanan kesehatan? 

15

II. TINJAUAN PUSTAKA 

2. Peraturan perundang-undangan tentang tenaga farmasi 

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang 

Kesehatan (1) antara lain disebutkan : 

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri 

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan danlatau 

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis 

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan 

(Pasa/1). 

(1)Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, 

pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka 

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. 

(2)Ketenfuan mengenai perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, 

pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan sebagai mana 

dimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Pemerintah (Pasa/21). 

(1) Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum. 

(2) Ketentuan mengenai kualifikasi minimum sebagai mana 

dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Menteri (Pasa/22). 

(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan 

~ layanan kesehatan. 

(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pe/ayanan kesehatan 

sebagai mana dimaksud pada ayat (1) di/akukan sesuai dengan bidang 

eah/ian yang dimiliki. 

'3) Oalam menyelenggarakan pe/ayanan kesehatan, tenaga 

··esehatan wajib memiliki izin dari pemerintah (Pasal 23). 

~ 1 T enaga kesehatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 23 

-;::; ~s memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna 

:Je ayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur 

Derasional. 

(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagai mana 

·maksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi. 

(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pe/ayanan kesehatan, 

s andar pelayanan dan standar prosedur operasional sebagai mana 

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri (Pasa/24). 

(1) Praktek kefarmasiaan yang meliputf pembuatan termasuk 

pengendalian mutu sediaan fannasi, pengamanan, pengadaan, 

penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat alas resep 

dokter, pelayanan in;onnasi obat serta pengembangan obat, bahan 

16

obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang 

mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan 

peraturan perundang-undangan. 

(2) Ketentuan mengenai pe/aksanaan praktek kefarmasian sebagai 

mana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah 

(pasa/108). 

Dalam Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang 

Pekerjaan Kefarmasian (4) antara lain disebutkan : 

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan (Pasa/1): 

• Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk 

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, 

penyimpanan dan pendisfribusi atau penyaluranan obc;~f, pengelo/aan 

obat, pe/ayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta 

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. 

• T enaga Kefarmasian adalah tenaga yang me/akukan 

pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis 

efarmasian. 

• Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah /ulus sebagai 

poteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. 

• Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu 

t. ooteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas 

Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Ana/is Farmasi, dan Tenaga 

'enengah !=armasi/Asisten Apoteker. 

• Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang 

.... q nakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu 

a ek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau 

-"B ek bersama. 

:Jalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas 

=e ayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker 

amping dan/ atau Tenaga Teknis kefarmasian (Pasa/20). 

:Jalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan 

e,&armasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan 

asian. 

e entuan /ebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian 

==-a~ai mana dimaksud pada ayat (1) menurut jenis Fasi/itas 

=-=a anan Kefarmasian ditetapkan oleh Menteri (Pasa/21). 

-a am melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagai mana 

::: s d dalam Pasal 20 harus menetapkan Standar Prosedur 

17

Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan 

diperbaharui secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu 

pengetahuan dan tekno/ogi di bidang farmasi dan ketentuan peraturan 

perundang-undangan (Pasa/23). 

Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki 

sertifikat kompetensi profesi. 

Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh 

sertifikat kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan 

registrasi. 

Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat 

diperpanjang untuk setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi profesi 

apabila Apoteker tetap akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian. 

ketentuan iebih ianjut mengenaf lata cara memperoieh sertfffkat 

kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara 

registrasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan 

Peraturan Menteri (Pasa/ 37) 

8 . Perguruan Tinggi Farmasi 

Daftar nama-nama perguruan tinggi farmasi beserta akreditasinya (8) dapat 

a pada tabel berikut : 

-abel 1. Daftar Nama-nama Perguruan Tinggi Farmasi dan Akreditasinya, 2009 

0 I AKREDITASI SAMPAI DENGAN 1 JANUARI2009 

= 

erakreditasi A 

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya 

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya 

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila; Jakarta 

Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Bandung 

Sekolah Farmasi lnstitut Teknologi, .Ban~ljng 

Oepartemen Farmasi FMIPA Universitas hidonesia, Jakarta 

Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang 

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar 

Fakultas Farmasi Universitas Widya Mandala, Surabaya 

Fakultas Farmasi Universitas Muhamadiyah, Surakarta 

~a ultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan 

~a u~tas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 

ltas Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta 

18

16 Fakultas Farmasi Universitas Tujuh Belas Agustus, Jakarta 

17 Fakultas Farmasi UHAMKA, Jakarta 

18 Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Islam lndonesia,Yogyakarta 

19 Jurusan Farmasi FMIPA lnstitut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta 

20 Sekolah Tinggi Farmasi (STIFAR), Yayasan Pharmasi, Semarang 

21 Sekolah Tinggi Farmasi Perintis, Padang 

22 Jurusan Farmasi FMIPA UNJANI, Bandung 

23 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung (STFB) 

24 Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 

Ill. Terakreditasi C 

25 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang 

26 Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI), Bandung 

27 Jurusan Farmasi FMIPA, Universitas Garut 

28 Jurusan Farmasi FMIPA, Universitas Pancasakti; Makassar 

29 Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia, Makassar 

30 Jurusan Farmasi FMIPA, Universitas Indonesia Timur, Makassar 

31 Sekolah Tinggi llmu Farmasi, Pelita Mas, Palu 

32 Fakultas Farmasi UMN AI-Wasliyah Medan 

33 Jurusan Farmasi FMIPA UTB, Bandarlampung 

34 PS Farmasi FKIK, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 

35 PS Farmasi UJ, Jember 

36 PS Farmasi Universitas Pakuan Bogor 

37 Fakultas Farmasi Universitas Cut Nyak Dien Medan 

IV. Belum Terakreditasi 

38 Sekolah Tinggi llmu Farmasi Riau 

39 PS Farmasi UKI Tomohon 

40 PS Farmasi UNSOED, Purwokerto 

41 PS Farmasi UMA, Pandeglang 

42 PS Farmasi STIKES Ngudi Waluyo, Semarang 

43 PS Farmasi UNISBA, Bandung 

44 PS Farmasi STIKES Bakti Tunas Husada, Tasikmalaya 

- 

45 PS Farmasi UNTAN, Pontianak 

46 PS Farmasi UNMUL, Banjarmasin 

47 PS Farmasi UNUD, Denpasar 

48 PS Farmasi UMM, Malang 

49 PS Farmasi lnstitut Sains dan Teknologi AI-Kamal, Jakarta 

50 PS Farmasi Universitas Islam Makassar 

51 PS Farmasi UIN Makassar 

52 PS Farmasi lnstitut llmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri 

19

53 PS Farmasi Universitas Kader Bangsa Palembang 

54 PS Farmasi Universitas AI-Ghifari, Bandung 

55 Sekolah Tinggi llmu Farmasi Kebangsaan Makassar 

56 Sekolah Tinggi Farmasi Taman Siswa Padang 

57 Sekolah Tinggi llmu Farmasi, Bhakti Pertiwi Palembang 

58 Sekolah Tinggi Farmasi Bogar 

59 Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon 

60 Sekolah Tinggi Farmasi Muhamadiyah, Tangerang 

Dalam lampiran Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi 

donesia Nom or : 13/APTFI/MA/201 0 tentang Standar Praktek Kerja Profesi 

poteker (13) antara lain disebutkan sebagai berikut: 

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit 

Kompetensi yang akan dicapai 

"' Mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan kefarmasian di rumah sakit 

berdasarkan IPTEK, standar praktek kefarmasian, per-UU yang berlaku, dan 

etika profesi farmasi. 

2 Mampu mempraktekkan asuhan Kefarmasian agar tercapai tujuan terapi bagi 

penderita di rumah sakit. 

3 Mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan 

J 

lain. 

Mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi dan a/at kesehatan 

serta pengembangan sumber daya man usia. 

5 Mampu menyusun rencana pengembangan praktek kefarmasian yang 

berorientasi pada layanan kefarmasian. 

6. Mampu mengelola sediaan steril dan sitotoksik 

Materi PKPA. 

..( Organisasi Rumah Sakit dan Farmasi Rumah Sakit : Klasifikasi RS, Struktur 

organisasi RS, Panitia Farmasi dan Terapi!Komisi Farmasi dan Terapi, Struktur 

Organisasi Farmasi RS, Standar Pelayanan FRS, Akreditasi RS 

2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RS : 1. Perencanaan dan seleksi : 

anggaran obat, sistem perencanaan, pemilihan supplier, 2. Pengadaan : - 

prioritas dan metode pengadaan, 3. Penyimpanan : tata-letak sistem 

pergudangan dan sistem penyimpanan, 4. Distribusi : sistem dan pengendalian 

distribusi 

3 Sistem pengendalian mutu (audit internal) pada lnstalasi Farmasi Rumah Sakit 

4. Model sistem pengendalian dan pelaksanaan pengenda/ian di /FRS 

5. Peran Fungsional Apoteket : 

a. Pelayanan informasi obat dan konseling 

Panitia Formularium dan Terapi 

TOM (Therapeutic Drug Monitoring), MESO, lnteraksi obat dan Patient safety 

(medication error) 

20

Penanganan obat-obat cytotoxic 

e. TPN (Total Parenteral Nutrition) dan iv-admixture 

: DUE (Drug Utility Evaluation) dan RDU (Rational Drug Use) 

Produksi dan kontrol kualitas 

Farmakoekonomi 

i. Pelayanan farmasi rawat inap dan rawatjalan 

Pengendalian infeksi (misalnya,infeksi nosokomial) 

Pelayanan farmasi klinik lainnya 

I 

CSSD (Pusat Sterilisasi Per/engkapan Medik=PSPM) : ruang lingkup CSSD 

dan jenis sterilisasi 

rn. Penanganan Limbah Rumah Sakit : penanganan llmbah cytotoxic dan limbah 

/FRS yang lain 

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek 

Kompetensi yang akan dicapai 

~ Mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan kefarmasian berdasarkan 

JPTEKS, standar praktek kefarmasian, per-UU yang berlaku, dan etika profesi 

farmasi di apotek. 

~ Mampu mempraktekkan asuhan Kefarmasian agar tercapai tujuan terapi bagi 

penderita di apotek 

~ Mampu berkomunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain . 

.s Mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi dan a/at 

kesehatan, keuangan, pengembangan sumber daya man usia dan bisnis. 

5 Mampu menyusun rencana pengembangan praktek kefarmasian yang 

berorientasi pada layanan kefarmasian. 

Materi PKPPA. 

Aspek Administrasi dan Perundang-undangan : aspek legal pendirian apotek 

dan praktek kefarmasian 

2. Studi ke/ayakan pendirian apotek 

3 Aspek pelayanan : alur, model, sistem kontrol pelayanan. 

4. Asuhan kefarmasian: KIE dan promosi kesehatan, swamedikasi dan pelayanan 

residensial. 

5. Aspek Manajerial yaitu perbekalan farmasi, pengelolaan obat dan sumber daya. 

6. Aspek Pekerjaan Kefarmasian 

• Obat resep : skrining (admistratif, farmasetik, dan klinis), peracikan, 

petiyiapan obat, dati etiketlaturati pakai, dati petiyerahati disertai itifoiriiasi 

obat. 

• Obat non resep: penggalian informasi, penyiapan OTR, OWA, penyerahan 

disertai informasi obat. 

• Pengarsipan dan dokumentasi (misalnya : resep, pencatatan PMR (Patient 

Medication Record), /aporan-laporan, dsb). 

• Monitoring penggunaan obat (PMR (Patient Medication Record) 

Aspek Bisnis, Permodalan, Ana/isis Keuangan, Perpajakan, Strategi 

pengembangan, Kewirausahaan. 

21

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas 

Kompetensi yang akan dicapai. 

1. Mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan kefannasian di Puskesmas 

berdasarkan IPTEK, standar praktek kefarmasian, per-UU yang berlaku, dan 

etika profesi fannasi. 

2. Mampu mempraktekkan asuhan Kefarmasian agar tercapai tujuan terapi bagi 

penderita di Puskesmas. 

3. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan pasien, masyarakat dan tenaga 

kesehatan lain. 

4. Mampu menyusun rencana penge/olaan perbekalan farmasi dan a/at kesehatan 

serta pengembangan sumber daya man usia. 

5. Mampu menyusun rencana pengembangan praktek kefarmasian yang 

berorientasi pada Jayanan kefannasian. 

Materi PKPPA 

1. Organisasi Puskesmas 

2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas 

3. Peran Fungsional Apoteker: 

1. Pelayanan informasi obat dan konseling 

2. Farmakoekonomi 

3. Pelayanan fannasi rawat jalan dan rawat inap 

4. Edukasi kepada masyarakat sekitar melalui penyu/uhan dan poster 

Kompetensi lulusan apoteker yang diharapkan sebagai berikut : 

Tabel 2. Kompetensi Lulusan Apoteker untuk Bekerja di Rumah Sakit, 2009 

NO FUNGSI/TUGAS KOMPETENSI KEMAMPUAN 

AKADEMIK 

1 Pengendalian Mampu melaksanakan fungsi - Peraturan 

kualitas obat dan pengendalian kualitas obat perundangperbekalan 

dan perbekalan kesehatan undangan/farmakope 

kesehatan lainnya lainnya sesuai dengan cara - F armasi analisis 

laboratarium yang baik (GLP) - GLP 

2 Penyimpanan Mampu melal

4 Farmasi Klinik Mampu melaksanakan fungsi -F armakoterapi 

(ward pharmacy) farmasi klinik yg akan -Toksikologi Klinik 

mencakup fungsi-2: partisipasi -Biofarmasi 

dalam pengambilan keput 1san -F armakokinetik 

pemberian obat pada 

klinis 

penderita, pemilihan obat yg -Patofisiologi 

tepat, pemberian dan 

-llmu komunikasi 

penyediaan obat, pemantauan -Psikologi 

efek obat, dan pendidikan 

penderita. 

5 Peiayanan Mampu meiaksanakan fungsl -F armakoterapl 

Konsultasi, Konsultasi, lnformasi dan -llmu komunikasi 

lnformasi dan Edukasi yang berkaitan -Psikologi 

edukasi terkait dengan pengunaan obat untuk 

penggunaan obat penderita dan keluarganya. 

tmtbJk penderita & 

keluarga 

6 Pusat lnnformasi Mampu memberikan -Manajemen 

I 

Obat pelayanan obat kepada informasi 

berbagai pihak yang -Sistem lnformasi 

membutuhkan 

-llmu Komunikasi 

7 Peranan dalam Mampu berpartisipasi dan -Jimu kefarmasian 

Penelitian berkontribusi dalam penelitian -Metodologi 

I 

yang dilakukan di rumah sakit, penelitian 

a.l.: uji klinik 

-Statistik 

8 Peranan dalam Mampu berperan dalam -Farmasi Klinik 

Komite Farmasi Komite farmasi dan terapi -llmu Komunikasi 

dan Terapi 

9 Partisipasi dalam Mampu berpartisipasi dalam -Toksikologi Klinik 

penanggulangan penanggulangan keracunan -Toksikologi Analitik 

keracunan 

10 Pengadaan obat Mampu melaksanakan fungsi -Peraturan 

dan perbekalan pengadaan obat dan perundangkesehatan 

lainnya perbekalan kesehatan lainnya undangan/farmakope 

melalui pembelian sesuai dengan ketentuan yang -Manajemen logistik 

dari luar atau berlaku, sarana yang dimiliki -F armako-ekonomi 

produksi sendiri dan sesuai dengan kebutuhan -Farmasetika 

rumah sakit. 

11 Peranan dalam Mampu berpartisipasi dalam -llmu Kefarmasian 

pendi dikan program pendidikan -llmu Komunikasi/ 

kesehatan 

Pedagogik 

23

Tabel3 

Kompetensi Lulusan Apoteker untuk Bekerja di Apotek, 2009 

NO FUNGSI KOMPETENSI 

... 

KEMAMPUAN 

AKADEMIK 

1 Pengelolaan Mampu melaksanakan - Peraturan perUU 

obatdan pengelolaan obat sesuai tentang obat 

Perbekalan ketentuan yang berlaku - Stabilitas Obat 

Kesehatan lain 

- Manajemen produk 

2 Pelayanan Obat Mampu memberikan pelayanan -Patologi/Patofisiologi 

dan perbekalan obat kepada/untuk penderita - F armakologi 

kesehatan secara profesional dengan - Antraksi Obat 

lainnya jaminan bahwa obat yang - Biofarmasi dan 

diberikan kepada penderita Farmakokinetika 

akan tepat, aman dan efektif. - Formulasi sediaan 

Termasuk didalamnya adalah obat 

pelayanan obat bebas dan pela - Cara/teknik 

yanan obat dengan resep dokter pencampuran obat 

yang obatnya dibuat di apotek - Cara/teknik pem 

buatan sediaan obat 

3 Pelayanan Mampu melaksanakan fungsi - llmu kefarmasian 

konsultasi, pelayanan konsultasi, informasi - Pengetahuan 

lnformasi dan dan edukasi yang berkaitan sumber data dan 

Edukasi dengan obat dan perbekalan informasi 

kesehatan ialnnya kepada -Kemampuan bahasa 

penderita, tenaga kesehatan - Komunikasi dan 

lain atau pihak yang 

psikologi 

membutuhkan 

4 Pencatatan dan Mampu melaksanakan Peraturan 

Pelapman pencatatan dan pelaporan perundang-undangan 

sesuai dengan peraturan 

perundangundangan 

yang berlaku. 

' 

5 Partisipasi Mampu berpartisipasi aktif llmu-ilmu 

Monitoring Obat dalam program monitoring kefarmasian 

keamanan penggunaan obat 

6 Partisipasi Mampu berpartisipasi secara - llmu kefarmasian 

Promosi aktif dalam program kesehatan - llmu komunikasi 

kesehatan di masyarakat lingkungannya, - Psikologi 

terutama yang berkaitan dengan 

obat. 

7 Fungis/tugas lain Mampu melaksanakan tugas -Manajemen 

(Pengelolaan dan fungsi lain sebagai kepegawaian 

Keuangan, SDM) pimpinan, seperti keuangan, ;;;Farmakoekonomi 

SDM 

-Manaj. Keuangan 

24

C. lkatan Apoteker Indonesia 

Standar Kompetensi Apoteker di Indonesia ditetapkan oleh Pimpinan Pusat 

SFI periode 2000-2004 dengan SK BPP ISFI Nomo~1008/BPP/SK016 tertanggal 

8 Oktober 2003, sebagai berikut : 

Kompetensi umum apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian harus 

77empunyai kemampuan sebagai berikut : 

Menguasai 1/mu Kefarmasian 

2. Menguasai Asuhan Kefarmasian 

3. Menguasai Regulasi Kefarmasian 

4. Menguasai Manajemen Praktek Kefarmasian 

5. Menguasai Akuntabilitas Praktek Kefarmasian 

6. Menguasai Komunikasi Kefarmasian 

Pendidikan dan Pelatihan Kefarmasian 

8. Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian 

Kompetensi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit 

sebagai berikut : 

Mampu malaksanakan pengadaan sediaan farmasi dan a/at kesehatan. 

2. Mampu melaksanakan distribusi sediaan farmasi dan a/at kesehatan (Good 

Distribution Practice) di rumah sakit. 

3. Mampu melaksanakan fungsi farmasi klinik bersama dokter untuk kepentingan 

pasien dalam penggunaan obat dan a/at kesehatan yang rasional. 

4. Mampu melaksanakan fungsi konsultasi, informasi, dan edukasi tentang obat 

yang digunakan oleh pasien dan masyarakat. 

5. Mampu memberikan pelayanan informasi tentang sediaan farmasi dan a/at 

kesehatan kepada yang membutuhkan. 

6. Mampu melaksanakan fungsi pengadaan sediaan farmasi dan a/at kesehatan 

sesuai kebutuhan rumah sakit. 

Mampu melaksanakan Good Inventory Practices dan Good Storage Practices. 

8. Mampu melaksanakan Good Laboratory Practices 

Kompetensi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek 

sebagaiberikut 

_ 

Mampu melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan a/at kesehatan sesuai 

peraturan yang berlaku. 

2. Mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian secara profesional kepada 

klienlpasien secara tepat, aman dan efektif. 

3. Mampu melaksanakan fungsi pelayanan konsultasi, informasi, dan edukasi 

tentang sediaan farmasi dan a/at kesehatan pada klienlpasien. 

4. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundangan 

yang berlaku. 

5. Mampu melakukan program monitoring tentang efektifitas dan keamanan 

sedlaan farmasl dan aiat kesehatan. 

25

- Mampu melaksanakan fungsi pimpinan di apotek baik dalam bidang 

kefarmasian maupun manajemen. 

- Mampu berpartisipasi aktif dalam program preventif dan promotif dalam bidang 

esehatan masyarakat. 

Rumah Sakit 

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang 

andar Pelayanan Rumah Sakit (14) disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah 

sa it adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah 

sa it yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, 

·ermasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan 

-asyarakat. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/IX/2004 

e'"' ang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sa kit (1 0) disebutkan fungsi 

:::o eker di rumah sakit sebagai berikut : 

mengelola Perbekalan Farmasi 

2. mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien 

mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang terkait dengan penggunaan 

obat 

..!. memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat 

:. memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga 

~ memberi konseling kepada pasien/keluarga 

- melakukan pencampuran obat suntik 

~ melakukan penyiapan nutrisi parenteral 

- melakukan penentuan kadar obat dalam darah 

~. melakukan pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan 

.-::>e ensi Apoteker Sebagai Pimpinan 

empunyai kemampuan untuk memimpin 

empunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan mengembangkan 

elayanan farmasi 

em punyai kemampuan untuk mengembangkan diri 

em punyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain 

= em punyai kemampuan melihat, menganalisa dan memecahkan masalah 

26

ompetensi apoteker sebagai Tenaga Fungsional 

1 . Mampu memberikan pelayanan kefarmasian 

2. Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian 

3. Mampu mengelola manajemen praktis farmasi 

4. Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian 

5. Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan 

6. Dapat mengoperasionalkan komputer 

7. Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi klinik. 

Setiap posisi yang tercantum dalam bagan organisasi harus dijabarkan 

secara jelas fungsi ruang lingkup, wewenang, tanggung jawab, hubungan 

koordinasi, fungsional, dan uraian tugas serta persyaratan/kualifikasi 

Berdasarkan UU No.44/09 tentang Rumah Sakit (15) entitas RS memasuki 

ayah hukum formal melalui adanya ketentuan hukum yang mengikat baik 

sebagai organisasi, entitas pelayanan kesehatan ataupun praktek apa saja yang 

ada di dalam sistem RS. UU ini melengkapi berbagai Undang Undang dan PP 

a nya yang diterbitkan hampir bersamaan yaitu PP 51/09 tentang Pekerjaan 

e armasian; UU 36/09 tentang Kesehatan dan UU No. 35/09 tentang Narkotika. 

~ mah Sakit adalah bentuk pelayanan kesehatan terintegrasi yang melibatkan 

a yak profesi, termasuk Apoteker. UU 36/09, PP 51/09 dan UU 44/09 adalah 

andasan hukum yang baru diterbitkan di bulan September dan Oktober 2009 yang 

~en empatkan status hukum farmasi dalam berbagai setting pelayanan kesehatan. 

lntervensi farmakoterapi merupakan bagian dominan di antara bentuk pilihan 

ervensi, khususnya medis. lntervensi kefarmasian bukan hanya menyiapkan 

- a sebagai barang (goods) melainkan satu rangkaiah-tindakan pfofesi berbasis 

u pengetahuan. Seluruh proses farmasi dalam pasal 108 dari UU 36/09 adalah 

=- ·stiwa "praktek kefarmasian" yang meliputi pembuatan, distribusi, penyimpanan, 

: _ ayanan, pengembangan dan yang terkait lainnya. Praktek kefarmasian 

erupakan bagian dari pelayanan kesehatan, sehingga seluruh proses 

e armasian harus memenuhi standard yang ditetapkan. 

27

Apoteker di rumah sakit menjalankan Praktek Profesi sebagaimana layaknya 

.... ~esi kesehatan lainnya seperti dokter dan perawat. Apoteker harus memiliki 

ompetensi" yang disyaratkan termasuk mempuny.ai Surat Tanda Registrasi dan 

sensi berpraktek profesi (STRA dan SIPA). Semua tindakan profesi apoteker 

-emiliki liability yang dipertanggung-jawabkan secara ilmu pengetahuan dan 

urn (pasal 58 UU 36/09). lmplikasi peraturan perundang ~ undangan bagi profesi 

a teker di Rumah Sakit (UU 36 dan PP 51) . memaksa apoteker untuk siap 

sebagai tenaga kesehatan dengan kewenangan penuh dalam berbagai proses 

fa 'lllasi. Apoteker bertanggung jawab langsung dalam proses penyembuhan 

:as·en, melalui kompetensi farmasinya dan liability profesinya. Apoteker berhak 

-emperoleh imbal jasa profesi sesuai dengan derajad kesulitan pelayanan farmasi 

:a keparahan pasien. 

Dalam masa mendatang peran apoteker Indonesia dalam pelayanan RS 

e galami kemajuan tidak terbatas dengan diterbitkannya UU 36/09, UU 44/09 

:a PP 51/09. Kompetensi tentang "ilmu pengetahuan pasien" menjadi 

~ _ damental baru dalam asuhan kefarmasian. Pengalaman bela jar pasien 

-e pakan paradigma baru dalam proses akuisisi apoteker sebagai profesi. 

Apoteker dituntut berperan dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya. 

3e "kut adalah delapan peran yang dapat dilaksanakan oleh apoteker dan dikenal 

:-bagai Tujuh Bintang Plus Apoteker (Seven Stars Pharmacists Plus) yang 

:..., atakan oleh FIP pada tahun 2000 (16), yaitu care giver, decision maker, 

- 77municator, leader, manager, life long Ieamer, teacher dan researcher. 

teker dapat memilih dan menentukan akan memainkan peran yang mana 

uai dengan bidangnya. 

E. Puskesmas 

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 

g bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu 

ayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu 

ecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka 

· ggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan 

28

eutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW). 

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasan dan Alat Kesehatan Nomor 

HK.OO.DJ.II.924 Tahun 2004 tentang Pembentuke!Q Tim Penyusun Pedoman 

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (17) disebutkan kompetensi apoteker 

sebagai berikut: 

1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang 

bermutu 

2. Mampu mengambil keputusan secara profesional 

3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan 

lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa 

lokal 

4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, 

sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru/terkini. 

F. Apotek 

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan 

efarmasian disebutkan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian 

·empat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dalam Keputusan Menteri 

esehatan Nomor 1027/Menkes/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan 

efarmasian di Apotek (11) dinyatakan fungsi apoteker sebagai berikut: 

1 . mengelola obat 

2. melayani resep pasien 

3. memberikan informasi Obat. 

4. memberikan konseling 

5. monitoring Penggunaan Obat. 

6. melakukan homecare 

Sedangkan kompetensi apoteker sebagai berikut 

1 . Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik. 

2. Mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan profesional. 

3. Mampu berkomunikasi dengan baik. 

4. Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidispliner. 

29

5. Mempunyai kemampuan dalam mengelola sumber daya secara efektif 

dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik, anggaran) dan informasi 

6. Selalu belajar sepanjang karier A 

7. Melakukan pembinaan 

G. Dinas Kesehatan Provinsi 

Dinas Kesehatan Provinsi adalah unsur pelaksana pemerintah provinsi yang 

ipimpin oleh seorang Kepala Dinas, berkedududkan di bawah dan bertanggung 

awab kepada Kepala Oaerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan 

11empunyai tugas menyelengggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Propinsi 

dan tugas Oekonsentrasi di bidang Kesehatan. Untuk melaksanakan tugas 

·e sebut, Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi : 

1. Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program dan kebijaksanaan 

teknis di bidang kesehatan. 

2. Menyelenggarakan pembinaan promosi kesehatan dan jaminan Pelayanan 

Kesehatan Masyarakat, pelayanan kesehatan dan rujukan, pencegahan 

pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan keluarga, 

farmasi dan makanan minuman serta tenaga kesehatan. 

3. Melaksanakan tugas4ugas yang terkait dengan kesehatan sesuai ketetapan 

Kepala Daerah. 

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah unsur pelaksana yang pada 

a ekatnya menyelenggarakan urusan pemerintahan Kabupaten/Kota baik yang 

wajib maupun pilihan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota 

~: a lui Sekretaris Kabupaten/Kota. Tugas pokok dinas kesehatan adalah 

..-: bantu dalam merumuskan kebijakan, melaksanakan koordinasi, perencanaan, 

_: - sanaan dan pengawasan kesehatan masyarakat dan tug as lain yang 

_ · an oleh Bupati/Walikota. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas 

=se atan mempunyai fungsi meliputi : 

30

1. Perumusan kebijakan teknis dalam penyusunan program pelayanan 

kesehatan 

2. Pelaksanaan pengendalian penyakit dan keseh.atan lingkungan 

3. Pelaksanaan pengembangan sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan 

kesehatan masyarakat. 

It TUJUAN DAN MANFAAT 

Tujuan umum : mengidentifil

ETODOLOGI 

erangka pikir 

UU 36 KES TH 2009 

PP 51TH 2009 

GOOD 

PHARMACY 

PRACTICE 

STANDAR PELAYANAN FARMASI Dl RS (10) 

STANDAR PELAYANAN FARMASI Dl APOTEK (11) 

PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN Dl 

PUSKESMAS (12) 

DINKES 

PROV /KAB/KOT 

RUMAH SAKIT 

PUSKESMAS 

APOTEK 

-~ PT. FARMASI 

~ 

. Rancangan (design) riset 

Potong lintang 

. Jenis penelitian 

Penelitian kualitatif/deskriptif 

. Tempat dan waktu penelitian 

Tempat: Jawa Barat, Dl Yogyakarta dan Jawa Timur 

aktu: Februari- November 2010 (10 bin) 

32

Matriks 1. lnstansi yang dikunjungi di tiap propinsi 

II No Kabupaten/kota PT IAI RS PKM APT DINKES DINKES 

~ 

PROV KOTA 

1 Bandung 2 1 2 0 2 1 1 

2 01 Yogyakarta 2 1 2 1 2 1 1 

3 Surabaya 2 1 2 1 2 1 1 

TOTAL 6 3 6 2 6 3 3 

e. Sampel 

lnforman penelitian adalah 6 orang apoteker bagian kurikulum/pengajaran 6 

- r-guruan tinggi farmasi, 10 orang apoteker pelayanan rawat jalan dan rawat inap 

_ '1a 4 orang direktur penunjang medik 6 rumah sakit, 6 orang ·apoteker full time 

4 

a 

5 orang apoteker pendamping/tenaga teknis kefarmasian 6 apotek, 3 orang 

- eker 3 BPD IAI, 3 orang apoteker 3 Dinas Kesehatan Provinsi dan 3 orang 

=--:J eker 3 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta 2 orang apoteker/tenaga teknis 

=.:armasian dan 2 orang kepala dari 2 puskesmas perawatan. Total informan 44 

--a g. Penentuan lokasi berdasarkan keberadaan PT Farmasi yang terakreditasi A 

::: ::..,. 8 di Pulau Jawa. Pemilihan informan dengan teknik purposif sampling. 

& 

Cara dan instrumen pengumpulan data 

ata dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi dengan 

-~ ggunakan daftar tilik di unit pelayanan kefarmasian rumah sakit, puskesmas 

~- apotek. Untuk menyempurnakan hasil penelitian dilakukan round table 

- ssion (RTD). Peserta RTD adalah perguruan tinggi farmasi, dinkes, Ditjen 

= •ar dan Alkes, IAI, apoteker di rumah sakit, puskesmas dan apotek sebanyak 13 

dan pertemuan/seminar dengan stake holder/pakar. 

men pengumpulan data : pedoman wawancara dan daftar tilik. 

33

an dan cara kerja 

- =e yusunan pedoman wawancara, pedoman observasi dan pembuatan TOR 

TO dan seminar/pertemuan dengan stake helder/pakar, uji coba pedoman 

-- :-e aikan pedoman. 

- :::>ersiapan meliputi surat menyurat, perijinan dan konfirmasi waktu penelitian. 

- :::>e aksanaan wawancara, observasi menggunakan daftar tilik dan RTD serta 

pulan data sekunder kurikulum PT dilakukan oleh peneliti dari Puslitbang 

dan Kebijakan Kesehatan Badan Litbangkes 

pitulasi variabel, informan dan teknik pengumpulan data 

lnformasi dibutuhkan lnforman Pengumpulan 

data 

Kemampuan dalam praktek - Dir. Medis I Wawancara 

kefarmasian di RS penunjang · mendalam, 

1 . Pengendalian mutu obat medis observasi & 

dan perbekalan - Apoteker data 

e:-annasian di kesehatan Pelayanan S sekunder 

:~s as 2. Penyimpanan obat dan -Bag. 

:-e a anan perbekalan kesehatan Kurikulum PT 

e:-armasian 3. Distribusi obat dan - Dinkes 

:; 

perbekalan kesehatan -IAI 

=-s esmas, 4. Pelaksanaan fungsi 

a:: e ) 

farmasi klinik 

5. Pelaksanaan patient 

safety 

6. Pelaksanaan KIE 

7. Pelayanan informasi 

obat 

8. Partisipasi dalam riset 

RS 

9. Peran dalam KFT 

10.partisipasi dalam 

penanggulangan 

keracunan 

11 . Pengadaan obat dan 

perbekalan kesehatan 

12.Partisipasi dalam 

program pendidikan 

Kemampuan dalam praktek - Ka. PKM Wawancara 

kefarmasian di Puskesmas - Apoteker mend a lam 

1. Pen endalian mutu obat PKM/ dan 

34

dan perbekalan tenaga teknis observasi 

kesehatan 

kefarmasian 

2. Penyimpanan obat dan - Dinkes 

perbekalan kesehatan Bag. 

3. Distribusi obat dan Kurikulum PT 

perbekalan kesehatan -IAI 

4. Pelaksanaan patient 

safety 

5. Pelaksanaan KIE 

6. Pelayanan informasi 

obat 

7. Partisipasi dalam 

penanggulangan 

keracunan 

8. Pengadaan obat publik 

dan perbekalan 

kesehatan 

9. Partisipasi dalam 

program pendidikan 

• 

Kemampuan dalam praktek - Apoteker Wawancara 

kefarmasian di Apotek pengelola mendalam 

1. Pengelolaan obat dan apotek dan 

perbekalan kesehatan -Tenaga teknis observasi 

2. Pelayanan obat kefarmasian 

3. Pelaksanaan KIE - Dinkes 

4. Pelaksanaan r/r -Bag. 

5. Peran monitoring Kurikulum PT 

keamanan penggunaan -IAI 

obat 

6. Peran dalam program 

kesehatan masyarakat 

7. Per~m sebagai pimpinan 

materi Kemampuan dalam praktek - Dir. Medis I Wawancara 

kefarmasian di RS, penunjang mE:mdalam 

Puskesmas dan apotek medis dan 

yang perlu dikembangkan/ - Apoteker observasi 

ditingkatkan -Bag. serta RTD 

Kurikulum PT 

-IAI 

= •eker yang - Ka. PKM 

-::a ukan 

::-a ek 

3S 

- Dinkes 

.. Tenaga 

teknis

~s il itas kefarmasian 

:Jelayanan 

- Subdit profesi 

efarmasian 

Farkomnik 

RS, 

- Pa8DM 

P skesmas, 

apotek) 

ata sekunder Karakteristik apoteker di Dinkes a tau Data SDM 

rumah sakit, puskesmas IAI, PT Farmasi 

dan apotek, kurikulum PT 

alisis data 

Sebagian besar hasil eksplorasi merupakan informasi lisan yang dikonfirmasi 

-- pihak lain dan/atau dilengkapi dengan data sekunder yang tersedia. Diskusi 

--a gan merupakan cek silang antar instrumen (peneliti) dan antar informan 

__ oonden). Analisis secara deskriptif dan kualitatif dengan metoda triangulasi 

-·... mendapatkan data valid dan reliable yang meliputi : triangulasi sumber yaitu 

::....cek sumber data dengan penggunaan kategori informan yang berbeda, 

gulasi metoda yaitu menggunakan beberapa metoda dalam pengumpulan data 

-e ggunakan metode wawancara mendalam kemudian di cek silang dengan 

_:_ervasildata sekunder) dan triangulasi data atau analisis (melakukan analisis 

:-sam a anggota peneliti lainnya kemudian minta umpan balik terhadap hasil dan 

--a sis yang dibuat). Salah satu langkah untuk standardisasi hasil kualitatif adalah 

:~gecekan . 

Sebagai sesama petugas kesehatan, cara yang paling tepat adalah 

-e~g anggap responden sebagai peserta/partisipan atau member dalam studi ini. 

:::e gecekan peserta dilakukan pada round table discussion. 

- Definisi operasional 

Kualifikasi apoteker adalah kemampuan, pengetahuan dan implementasinya 

dalam praktek kefarmasian seorang apoteker dalam rangka melakukan tugas 

dan tanggung jawab secara profesional di RS, Puskesmas dan Apotek. 

- Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah 

menguoapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. 

- Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam 

menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sa ~ ana 

36 

Farmasi, Ahli

adya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten 

poteker. 

otek adalah sarana pelayanan kefarmasiaq. tempat dilakukan praktek 

efarmasian oleh Apoteker 

mah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan 

:elayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan 

:elayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat 

s alasi farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas 

--e yelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh 

eg iatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian 

umah Sakit dengan sistem satu pintu. 

.... s esmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota 

= 

3 g bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu 

a ah kerja. 

- ~s esmas Perawatan adalah Puskesmas yang berdasarkan SK. Bupati atau 

a · ota menjalankan fungsi perawatan dan untuk menjalankan fungsinya 

:-e · an tambahan ruangan dan fasilitas rawat inap yang sekaligus merupakan 

_sa rujukan antara. 

37

HASIL DAN PEMBAHASAN 

1. HASIL 

Kualifikasi apoteker yang melakukan prakwk kefarmasian di fasilitas 

pelayanan kefarmasian Rumah Sakit 

ualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

efarmasian Rumah Sakit menurut hasil wawancara mendalam dengan 

a oteker 

/awancara dilakukan terhadap 10 orang apoteker dari 6 RS karen a 1 orang 

:·e er dari RS 5 dan 1 orang apoteker dari RS 6 tidak dapat diwawancarai 

.=-e a tidak diijinkan oleh kepala IFRS. 

== o us utama pelayanan kefarmasian adalah pelayanan obat dengan orientasi 

dan meliputi kegiatan perencanaan, pelayanan dan pengkajian resep, 

-seling serta informasi obat, monitoring efek samping obat, 

=-asiswa praktek yang kadang juga dilibatkan dalam konseling. 

bimbingan 

-s alasi Farmasi Rumah Sakit mengelola obat, bahan habis pakai dan bahan 

_ serta sudah ada SOP untuk tiap kegiatan meskipun ada yang hanya untuk 

--a· akreditasi, peran pengadaan (bulanan) dan pengelolaan sediaan farmasi 

- •ennasuk alat medis dan perencanaannya menggunakan komb_inasi metoda 

dan epidemiologi dengan memperhatikan anggaran, prioritas, 

~ arium , pola penyakit, data yang lalu dan sisa stok. Pengadaan melalui 1 

_ Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan atau indeks farmakoterapi 

n secara alfabetis, penyakit khusus dengan distribusi kombinasi sentralisasi'" 

:- alisasi atau resep individual harian karena keterbatasan jumlah perawat 

:-e geluaran obat dengan asas FIFO=FEFO serta monev triwulanan. 

=~ gendalian mutu pelayanan mempertimbangkan unsur input, proses, 

_.... gan dan standar pelayanan melalui peningkatan pelayanan farmasi yang 

alitas SDM, sarana dan prasarana yang ada, percepatan waktu tunggu (ada 

'"'engan resep elektronik), menerima kotak saran dan survai kepuasan 

=a. Masih ada RS yang program pengendalian mutu farmasinya menjadi satu 

_a .... 

RS melalui unit pengembangan RS dengan evaluasi 2 kali setahun. Ada 

38

== S yang melakukan evaluasi kepuasan dengan cara sampling 5 pasien per hari 

.:: ~awat jalan maupun rawat inap dan dievaluasi triwulanan bersama dengan 

a emen RS. 

FT mungkin dengan nama PFT dan terdiri atas dokter, farmasis dan perawat 

ertugas menetapkan formularium, meskipun ada RS yang tidak 

nakannya dan belum melakukan evaluasi kepatuhan atau terbatas hanya 

.amkesmas, dengan jumlah sesuai rencana tahunan dan bulanan melalui 

PBF dengan penunjukan rekanan, farmasis sebagai sekretaris 

= asama baik dengan ketua KFT dengan rapat rutin dan berada di bawah 

_ ~ 

a au pun komite medis. 

asi obat oleh apoteker sudah berjalan baik aktif maupun pasif melalui 

- eaflet, bulletin, label, konseling dan kadang seminar,. khususnya untuk 

dokter, penyakit kronis, geriatri dan pediatri, polifarmasi serta 

- • a g mau pulang meskipun ruangan khusus kadang belum tersedia dan 

-::a yang dilakukan oleh perawat. Dokumentasi kadang tidak ada terutama 

- -a at inap meskipun struktur PIO ada dalam IFRS, informasi tentang 

ontrai-indikasi, ESO, stroke, puasa biasanya disampaikan bersama 

::>a . Kendala sarana informasi dan tenaga, keilmuan dan pendidikan 

:~a isasi penggunaan obat umumnya sudah ada meskipun belum semua 

- a sanakan. Skrining resep dilakukan baik administratif, farmasetik dan 

-~- ipu n kadang oleh Asisten Apoteker atau bahkan hanya untuk 

-e..::c:o=:-1-a- resep saja dan belum memperhatikan rasionalitas. lrrasionalitas yang 

: .... pai antara lain polifarmasi, indikasi, cara pakai, kombinasi antibiotika. 

-::::-'1 

patient safety baru sebagian kecil yang sudah melakukan dan 

..=iZS!r-:":~- 

se elah akreditasi, tetapi ada juga yang masih dalam proses meskipun 

a lengkap dengan juknis dan protap, tetapi apoteker tidak termasuk. 

- .... dilakukan tentang medication error, pasien jatuh, mati listrik, resep 

: ::- pasien atau dosis dan dilaporkan ke pokja lalu ke komite patient safety 

39

Program farmasi klinis masih ada yang belum berjalan sebagaimana mestinya 

sedang diupayakan karena kendala kapasitas SOM dan beban pekerjaan 

entara kegiatan visite pasien belum dilaksanakan sejauh ini dan status obat 

--= Jm ada, meskipun dalam struktur sudah ada farmasi klinis dan apotekernya 

-e~j adi koordinator. 

F armasi Klinis yang sudah berjalan dan ada apoteker yang bertanggung jawab 

--·.ara lain melakukan informasi obat!PIO, konseling, visite mandiri untuk pasien 

_ ~1 a l, 

~=-cil), 

hati dan obat dengan indeks terapi sempit, ward phannacist (baru sebagian 

OUR, penanganan sitostatika, analisa TOM, MESO sudah sampai laporan 

_ BPOM. Manfaat dari farmasi klinis antara lain kepuasan pasien. Pasien pulang 

s.c:e/ah konseling, keamanan dan outcome terapi /ebih baik, masalah bisa dipantau 

~ diantisipasi serta rasionalisasi harga obat. Kepuasan pasien akan 

gkatkan jumlah pasien dan cakupan resep mungkin naik menjadi 100 % 

lebih karena ada salinan resep. 

egiatan farmasi klinis sudah didokumentasikan meskipun ada yang be/urn atau 

rang tertib dan dievaluasi setiap 3 bulan. Evaluasi meliputi efek samping obat, 

--!:t yang ada dievaluasi oleh PFT sebagai masukan untuk periode berikutnya. 

sa: pemberian ketoprofen ke pasien, timbul alergi, maka akan didiskusikan 

forum. Oi samping itu secara internal setiap 2 minggu dipresentasikan kasus 

dipelajari, juga kasus menarik dari sisi manajemen, dievaluasi dan mengacu 

?da jurnal terbaru. Kegiatan visite pasien sudah dilakukan oleh apoteker, misal 

e pasien stroke, ICU, jamkesmas. Kasus yang pernah dihadapi misal 

~~n erian klopidogrel. untuk pasien stroke dengan 4 dosis, ternyata menurut jurnal 

ct:Jaru 

belum ferbukti seperti halnya pemberian angkak untuk menaikkan 

_rrnosit pasien OHF; Pemberian simvastatin pada pasien kolesterol selama 1 

.,gu, kolesterol malah naik. Efek samping obat terutama pada pemakaian obat 

el(si seperti kasus melepuh pada pasien yang disuntik injeksi natrium bikarbonat 

:a r polifarmasi. 

Selain di IFRS dan KFT Apoteker, meskipun tidak seluruh RS, terlibat dalam 

·= · a~rti a Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan RS (PMPKRS), Tim Pengendalian 

40

__ i Nosokomial, Tim Penanggulangan AIDS, SARS, Flu burung, Demam 

_a~ah, 

dan Rehabilitasi Narkoba. Di samping itu apoteker juga terlibat dalam 

:-engadaan, tim penerimaan, Unit CSSD, meskipun ada juga apoteker Rumah 

ang tidak mempunyai peran lain. Ada juga Apoteker terlibat dalam tim 

_ e. tim trauma, tim akreditasi, tim mutu, tim patient safety, tim pengembangan, 

ut dalam semua tim. Tim ISO, tim MST dan Asupan gizi, bagian sistem 

- ;awasan internal (SPI). 

emampuan yang penting untuk bekerja di RS yaitu kemampuan komunikasi 

:ara profesional, hubungan antar profesi, manajemen finansial yaitu mulai 

-;anggaran sampai target yang akan dicapai, pengambil keputusan di lapangan, 

~ :...i pasien, Farmasi Klinis, sikap dan karakter yang sopan dan ulet, mempunyai 

yang baik, tuntutan untuk mengembangkan llmu pengetahuan. Pelatihan 

·""':> banyak di antaranya farmasi klinis, PIO, finansial dan program visite, 

_-=ampuran obat steril, patient safety, manajemen, komunikasi profesi, seminar 

=•genai Off Label drug dan seminar sistem farmasi satu pintu. Materi tersebut di 

~s dulu tidak pernah didapat waktu kuliah meskipun penting dan dibutuhkan, di 

a-:1ping pengenalan alat kesehatan, delivery care, manajerial dan birokrasi. 

- Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

efarmasian Rumah Sakit menurut hasil wawancara mendalam dengan 

direktur/wakil direktur Rumah Sakit 

Wawancara dilakukan terhadap direktur/wakil direktur penunjang medis dari 4 

:;:l ~m ah Sakit karen a kendala di lapangan direktur/wakil direktur penunjang medis 

S 4 dan 6 tidak bisa ditemui. 

Fokus utama pelayanan farmasi semula pelayani:m obat tetapi kemudian 

erkembang menjadi patient oriented dan klinisi tidak mampu memahami secara 

eseluruhan mengenai obat. Kecepatan pelayanan obat harus ditingkatkan supaya 

tebih baik dan tanpa kesalahan. Pasien juga banyak pertanyaan mengenai obat 

sehingga peran apoteker jadi lebih jauh, untuk PIO perlu pendekatan ke dokter, 

casien dan sosialisasi. 

41

sgiatan lnstalasi farmasi ada beberapa jenis/golongan meliputi gudang, 

-cr-.:-l""..,a, menyimpan dan kemudian didistribusikan. Apotek merupakan 

=-a 

_ 3 

langsung termasuk pelayanan resep. Pe,l,elyanan farmasi juga harus 

i OK, IGD dan ICCU, persediaan emergensi. SOP ada walaupun masih 

--=.--.::-..,_"

_a ang melaksanakan. Kemudian Ka bidang turut mengevaluasi juga baik dari 

euangan, logistik, administrasi data dan kewajaran. Ada kotak saran di area 

anan pasien untuk menyalurkan aspirasi. Surve~kepuasan pasien dilakukan 

- 6 bulan atau 1 tahun, pernah kerjasama dengan perguruan tinggi untuk menilai 

:r .... asan pasien yang meliputi berbagai aspek yaitu responsibilitas, tasilitas ruang 

;::;j , aspek kenyamanan, kerapian dan sikap petugas. 

;J RS ada Panitia Farmasi dan Terapi, anggota terdiri dari para stat medis yaitu 

-e yang mewakili spesialisasi dan Apoteker wakil dari lnstalasi Farmasi 

agai sekretaris serta tenaga kesehatan lain seperti perawat. Rapat rutin ada 

:a·a berkala. PFT mengembangkan tormularium dan merevisi secara berkala, 

: oun ada yang belum dan banyak obat branded. Pemilihan obat harus 

.. an secara obyektit terhadap etek terapi, keamanan dan harga obat. Pihak 

engadakan evaluasi dan menentukan pilihan obat yang ada di pasaran 

pertimbangan keselamatan pasien. Formularium digunakan oleh stat 

_ - dan menjadi tugas PFT melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di 

:~ gan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan 

- ~ntu k ditindaklanjuti dengan konfirmasi ke klinisi. Ada prosedur khusus untuk 

a diluar formularium. Koreksi dilakukan setelah beberapa saat. Setelah 

-=-·on=-,...,bangan farmasi klinis, resistensi berkurang. 

asi obat oleh apoteker dapat berupa menjawab pertanyaan dari pasien 

"' enaga profesional kesehatan. Konseling dilakukan terhadap pasien rawat 

pun rawat jalan. Pasien dengan prioritas untuk konseling yaitu pasien 

juk dokter kepada farmasis, pasien dengan penyakit kronis, pasien 

geriatri, pediatri, pasien yang mendapat resep polifarmasi, pasien yang 

... ang setelah dirawat. Sebaliknya di RS lain sudah ada informasi obat: 

efek samping, cara makan, dan cara kerja obat. Kendalanya pasien lama 

u. PIO belum efektif, untuk rawat jalan belum ada dan untuk rawat inap 

eberapa tempat. Jadi belum sinkron untuk farmasi khusus yg untuk 

informasi. Konseling ada meskipun kadang tanpa ruangan khusus 

e dala dana, fasilitas dan tenaga. 

43

alisasi penulisan resep meliputi polifarmasi, penggunaan antibiotika, 

:r::s=:::ase obat generik, kesesuaian dengan SPM dan standard pengobatan. 

::J.asfen rujukan sudah mendapat amoksisilin, mql

Apoteker terlibat dalam Tim lain yaitu Panitia Peningkatan Mutu Pelayanan 

esehatan RS (PMPKRS), Tim Pengendalian lnfeksi Nosokomial, Tim 

Penanggulangan AIDS, SARS, Flu burung, Demam berdarah, dan Rehabilitasi 

arkoba, meskipun ada juga yang tidak terlibat dalam tim lain. 

Kemampuan yang penting untuk bekerja di RS yaitu kemampuan manajerial di 

stalasi Farmasi, kompetensi dari sisi obat (farmasi klinis dan 

~armakoepidemiologi), kejujuran dan ketekunan, komunikasi, background 

owledge untuk pengetahuan farmasi, terutama mengenai pelayanan 

efarmasian. 

3. Kegiatan yang tidak dilakukan oleh apoteker yang melakukan praktek 

kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian Rumah Sakit menurut hasil 

observasi 

Berdasarkan hasil pengamatan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

efarmasian Rumah Sakit berbagai kegiatan yang tidak dilakukan antara lain : 

1. Dalam pengelolaan sediaan farmasi : dokumentasi monitoring dan evaluasi 

2. Dalam pelayanan obat : wawancara riwayat obat secara rutin dan 

terdokumentasi, dokumentasi survai kepuasan pasien 

3. Dalam sistem dispensing khusus (obat steril, sitostatika) dan visite 

dispensing khusus, visite secara rutin dan terdokumentasi 

4. Dalam monitoring dan evaluasi : pemantauan terapi obat dan MESO secara 

rutin, kajian penggunaan obat secara rutin dan terdokumentasi serta laporan 

evaluasi kepatuhan terhadap formularium dan pemantauan kadar obat 

dalam darah · 

5. Dalam konseling dan infomiasi obat : konseling pasien rawat inap maupun 

rawat jalan secara rutin, terjadual dan terdokumentasi, ruang khusus untuk 

konseling dan informasi obat serta dokumentasi dan laporan evaluasi 

konseling dan infromasi obat 

45

Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas 

pelayanan kefarmasian Puskesmas 

Berdasarkan temuan di lapangan ternyata di salah satu kota saat pengumpulan 

:ata belum ada satu Puskesmaspun yang memiliki pengelola obat seorang 

:moteker, sehingga sampel hanya diperoleh dari dua kota saja dengan 4 informan. 

• Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

kefarmasian Puskesmas menurut hasil wawancara mendalam dengan apoteker 

Pedoman dari Depkes Rl sudah baik dalam hal aturan dan penjelasan. SOP 

ouskesmas kota mengacu ke pedoman tersebut tapi disesuaikan dengan situasi 

okal, hanya belum disetujui oleh Dinkes. Mayoritas pedoman bisa dilaksanakan. 

Puskesmas lain berpendapat adanya UU no.36/2009 dan PP no. 51/2009 baik dan 

merupakan aturan baru, akan tetapi mengapa dibedakan surat ijin untuk SIK antara 

Apoteker di Apotek dan SIK STRA. 

Kompetensi apoteker di puskesmas merupakan perpaduan antara apotek 

dengan pelayanan pasien rawat jalan dan visite pasien rawat inap. Meskipun tidak 

didapat pada saat magang profesi, tetapi magang di apotek dan rumah sakit cukup 

11ewakili. llmu yang perlu ditambahkan adalah terkait prosedur birokrasi dan 

orosedur tetap karena ISO. Dengan adanya peraturan baru, Apoteker harus 

belajar, misalnya interaksi obat. Kadang·kadang dokter bertanya dan komunikasi 

dengan dokter harus baik. Caranya bisa dengan mengikuti pelatihan-pelatihan. 

Di puskesmas Apoteker mengelola obat, alkes habis pakai, lab, KID, narkotik, 

11etadon, gigi, dan alkes besar. Puskesmas hanya membuat perencanaan 

·ermasuk untuk pustu yang ada. Untuk barang yang besar evaluasi setahun sekali, 

- 

sedangkan yang habis pakai sebulan sekali. Permintaan barang ke GFK, khusus 

11etadon minta ke RS. Peran apoteker adalah penanggung jawab pengelola obat, 

nformasi obat, konsultasi obat dan visite pasien. Untuk pelayanan obat kepada 

oasien rawat jalan apoteker dibantu oleh 2 orang AA. 

Penyimpanan, ada gudang untuk 1 bulan. Pelayanan admnistrasi berupa LP 

_po dikerjakan oleh AA. Distribusi 1 bulan sekali ke Pustu & apotek puskesmas. 

46

~=eren canaan didasarkan pada pemakaian dan musim. Biasanya untuk pengajuan 

--:alah dua kali dari pemakaian. 

Dalam pengelolaan administrasi digunakan kartu stok dan pemakaian setiap 

: Jlan dilaporkan (stok awal dan akhir). Selain laporan obat ada juga laporan 

etadon (khusus ke RS), nama pasien dan dosisnya serta LJLS (layanan jarum 

__ ntik steril). LJLS berisi 3 jarum suntik steril, 3 swap alcohol dan 4 kondom yang 

: simpan dalam amplop2. Ada buku catatan mengenai pemakaian obat yang 

selanjutnya dimasukkan ke komputer sebagai catatan medik. Monitoring secara 

3:ok opname yang dilakukan sebulan sekali. 

Resep yang masuk diberi kode, disiapkan, diberi etiket dan langsung dikemas 

_nuk penyerahan obat beserta informasinya kepada pasien. lnformasi obat 

: lakukan oleh Apoteker. Petugas farmasi di Apotek hanya ada 2 orang, yaitu 

r-lain apoteker dan tamatan AA/SMA meskipun kadang-kadang ada mahasiswa 

:-aktek. 

Obat-obat yang sering diresepkan antara lain golongan antibiotika amoksisilin, 

~alg esik 

parasetamol, sedativa diazepam, antihipertensi kaptoril dan HCT, 

.=-tidiabetes glibenklamid dan metformin, serta antasida dan obat diare crosoft. 

-1oksisilin harus diberikan sebelum makan supaya mudah diabsorbsi dan efek 

3ampingnya diare atau kontraindikasi bila pasien alergi. 

: ·azepam sebagai penenang sehingga dapat tidur dan harus dijaga supaya tidak 

.::: ,er dosis. Kontraindikasi: pasien tidak boleh minum kopi. 

·=arasetamol tidak memiliki kontra indikasi, tapi kalau tidak cocok bisa merah 

-erah. Sejauh ini b~lum ada keluhan pasien 

Promosi dan edukasi dilaksanakan di posyandu dengan penyuluhan"' 

:-enyuluhan, misalnya batra. lnformasi obat dilakukan pleh apoteker terkait jadwal 

a"lg dibuat oleh program promosi kesehatan berupa komunikasi langsung di 

:eoan pasien rawat jalan sebelum pelayanan, di posyandu balita dan posyandu 

sia. 

Untuk pasien TB ada home care pemberian obat bagi pasien yang tidak bisa 

catang atau bila diperlukan untuk pasien hipertensi dan diabetes. Visite dilakukan 

47

erhadap pasien rawat inap, khususnya pasien bersalin, tetapi yang melakukan 

perawat dan bukan farmasis. 

Komunikasi dengan dokter, perawat dan bidan sering dilakukan terkait obat dan 

Jmumnya secara langsung. Komunikasi biasanya agak bermasalah dengan dokter 

::>aru yang idealis. Komunikasi dengan personel lainnya di puskesmas sering 

dilakukan. 

Yang menjadi hambatan adalah keterbatasan tenaga dalam pelayanan obat, 

·ermasuk untuk seorang lembur sampai jam 19.00 untuk membuat LP .. LPO dan 

::>enyuluhan obat serta keterbatasan ruangan untuk melakukan konsultasi obat 

L. Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

kefarmasian Puskesmas menurut hasil wawancara mendalam dengan kepala 

Puskesmas 

Pedoman peiayanan kefarmaslan di Puskesmas apablia bisa dliaksanakan 

aKan baik sekali, tetapi kenyataan di lapangan banyak kendala untuk 

oelaksanaannya, misal tenaga apoteker di PKM belum mempunyai jabatan 

·'Jngsional dan masih berstatus staf biasa, sehingga apa yang dilakukan tidak ada 

11balan yang sesuai dengan profesinya. Belum sepenuhnya pedoman 

dilaksanakan. Untuk puskesmas yang sudah ISO, maka semua tanggung jawab 

oidang farmasi dan prosedur tetapnya sudah ada. PP 51 tentang pekerjaan 

efarmasian sebenarnya mengangkat apoteker sesuai profesinya sehingga akan 

11endapat penghargaan yang sesuai dengan pekerjaan kefarmasian yang 

sesungguhnya tidak ringan juga. 

Kompetensi apoteker di puskesmas cukup baik, dapat. menjadi rujukan untuk 

·nformasi obat bagi tenaga kesehatan lain dan melakukan penyuluhan kepada 

masyarakat. Pengembangan untuk meningkatkan kualitas atau kompetensi sudah 

ilakukan melalui pelatihan-pelatihan, seminar ataupun dikirim ke acara yang 

diselenggarakan oleh Dinkes ataupun Perguruan Tinggi dan Organisasi Profesi. 

Apoteker memegang peranan dalam pengelolaan obat dan sediaan farmasi di 

apoteklkamar obat walaupun masih berstatus staf biasa, termasuk pencatatan dan 

48

:.a1aporan narkotika dan psikotropika. Pengelolaan obat terbatas yang berasal dari 

es Kota yang pengadaannya setiap 2 bulan dan bila terjadi kekurangan 

;: alada penggunaan obat adalah apoteker yang dibantu oleh AA. Protap untuk tiap 

eg iatan sudah ada berupa alur kerja masing~masing tahap kegiatan. Pelayanan 

--at resep dari jam 08.00-14.00 kemudian jam 15.00-19.00 dihitung lembur. 

Pemberdayaan masyarakat yang sudah dilakukan yaitu adanya Posyandu baik 

- syandu Balita maupun Posyandu Lansia, yang diadakan 1 bulan sekali dimana 

... - .. 11siasme dari masyarakat cukup tinggi. Secara rutin pada setiap kegiatan 

·= :>Syandu Puskesmas mengirim tenaga kesehatan ke Posyandu, baik itu dokter, 

:erawat ataupun tenaga yang menangani obat untuk bulan"'bulan tertentu. 

f embagian tugas dari tenaga Puskesmas digilir, jadi masing-masing tenaga akan 

-..endapat bag ian tugas. lnformasi obat dilakukan oleh apoteker terkait jadwal yang 

::>Uat oleh program promosi kesehatan berupa komunikasi langsung di depan 

:asien rawat jalan sebelum pelayanan, di posyandu balita dan posyandu lansia. 

Komunikasi dengan berbagai pihak cukup baik, karena ada pertemuan dengan 

.: ...,as secara berkala, untuk stat Puskesmas sendiri kita adakan pertemuan rutin 

_ga 1 bulan sekali untuk bisa saling membagi pengalaman maupun memecahkan 

rial-hal yang menjadi kendala untuk pelayanan kefarmasian di apotek. 

Hambatan : keterbatasan tenaga farmasi dan keterbatasan anggaran 

aengembangan, berobat gratis di puskesmas untuk KTP lokal. Hambatan 

:-engelolaan obat, . khususnya LP-LPO, adalah penggunaan komputer obat tidak 

:-sa langsung sebagai program pembuatan LP-LPO bulanan 

- Kegiatan yang tidak dilakukan oleh apoteker yang melakukan praktek 

kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian Puskesmas menurut hasil 

observasi 

Berdasarkan hasil pengamatan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

efarmasian Puskesmas berbagai kegiatan yang tidak dilakukan antara lain : 

:Jenggunaan sarung tangan/spatula, pemberian nomor urut resep, tanda khusus 

49

otropika tunggal, buku referensi, protap tertulis, informasi efek samping, kontra 

- -asi dan cara penyimpanan obat, pengarsipan psikotropika dan pemusnahan 

_.sao sesuai ketentuan. 

ualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas 

pelayanan kefarmasian Apotek 

ualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

efarmasian Apotek menurut hasil wawancara mendalam dengan apoteker 

:::>engelola apotek 

oteker berpendapat bahwa fokus utama pelayanan kefarmasian adalah 

~-= :ayanan berorientasi pasien, dengan menyediakan obat yang lengkap dan 

_ , .astikan obat yang diterima pasien benar, sehingga tujuan terapi tercapai serta 

--~cegah terjadinya DRP (drug related problem) dan menghasilkan penggunaan 

__ at yang rasional antara lain dengan konseling, bahkan ada juga apotek yang 

mulai program homecare. Adapun kegiatan 

utama apoteker adalah 

·-e,akukan pelayanan kefarmasian mulai dari perencanaan, pengadaan, 

::r-""vimpanan sampai distribusi dan pelayanan obat kepada pasien. 

poteker di apotek bertanggung jawab terhadap semua aspek meliputi 

_e ayanan, marketing, keuangan & administrasi, SDM & pendidikan, manajemen 

_gistik dan umum, inventory, order. Pada apotek dengan lebih dari satu apoteker 

-aKa ada pembagian tanggung jawab, ada yang bertanggung jawab terhadap 

:::; an

: stributor. Penyimpanan obat secara alfabetis, farmakologi dan dengan melihat 

_.-entuk sediaan. Pengeluaran obat secara FIFO dan FEFO. 

Salah satu apotek sudah memiliki program IAAS (Integrated Application Apotec 

3/stem), yaitu program yang dipakai untuk pengendalian stok obat, kadaluwarsa 

:cat. Pencatatan dilakukan menggunakan komputer dan manual dengan kartu stok 

_., ·k mutasi barang. Obat kadaluarsa kalau bisa diretur, kalau tidak bisa 

usnahkan. Setiap akhir bulan dicek kadaluarsanya, yang kadaluarsanya tinggal 

oulan disisihkan dan dicatat manual. Evaluasi apotek dilakukan dengan 

~rJg adakan stok opname per 3 bulan. 

=>elaporan Narkotika dan Psikotropika dilakukan oleh tenaga apoteker dan pada 

apa apotek dilakukan oleh asisten apoteker di bawah pemeriksaan dan 

_~g awasan dari Apoteker Pengelola Apotek. Laporan bulanan setelah diperiksa 

endapat persetujuan dari APA dikirim ke Dinkes dan tembusan ke Balai 

_._,. langsung maupun melalui email. 

Pada beberapa apotek yang tidak memiliki asisten apoteker, yang melakukan 

. anan obat bebas dan bebas terbatas sampai pada penggunaan obat adalah 

·eo

_ : e~ er 

tidak boleh mendiagnosis pasien. Obat yang banyak dicari dari OWA 

Antipiretik (parasetamol). Obat Saluran cerna (Simetidin), obat topikal, 

ogynon (obat KB), rifampicin dan ampisilin (antibiotik), Na diklofenak dan 

-- mefenamat (analgetik) serta obat cacing. 

tuk obat-obat yang memiliki interaksi obat maka disarankan minumnya tidak 

~ -am aan. lnformasi yang diberikan ke pasien meliputi aturan, cara pakai, durasi, 

kemungkinan efek samping serta saran dan perilaku yang harus dihindari. 

itu apoteker juga perlu memastikan apakah pasien sudah biasa 

=-ggunakan obat tersebut dan apakah cara penggunaannya benar. 

oteker pendamping maupun apoteker pengelola apotek dan asisten apoteker 

'"'awah pengawasan apoteker terlibat dalam pelayanan obat resep, mulai dari 

_sep masuk, skrining administrasi, farmasetik dan klinis sampai pelayanan obat 

=-oad a pasien. 

::~en yiapan 

obat oleh asisten apoteker, apoteker atau mahasiswa yang sedang 

--slakukan praktek lapangan. Dalam setiap lembar resep yang masuk, dilakukan 

__ .catatan alamat dan nomor telepon pasien. Untuk setiap tahap kegiatan yang 

: aKukan sudah ada prosedur tetapnya. Penilaian resep meliputi keaslian resep, 

_ .ur pasien. Secara klinis dicek apakah dosis sesuai umur pasien, apakah ada 

-~at yang antagonis. Perlunya mitra yaitu adanya 2 apoteker dengan maksud bisa 

saling mengisi, selain itu juga dibutuhkan literatur dan internet yang sangat 

-endukung untuk peningkatan mutu pelayanan pasien. Apoteker harus bisa 

--engikuti perkembangan, mencari referensi dan memahaminya secara klinis. 

alaupun masalah klinis belum terpecahkan, Apoteker seharusnya melakukan 

onsul dengan Pharmacy klinis. 

Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penilaiao resep adalah kelengkapan 

.,an keabsahan resep, melihat kesesuaian farmasetik dan terapetik, menilai 

a Sionalitas resep dengan melihat kesesuaian dosis dengan usia dan berat badan, 

oertimbangan kemungkinan interaksi kimia, fisik dan juga farmasi klinis yaitu 

apakah terjadi interaksi obat yang merugikan ataukah polifarmasi. Untuk resep 

ntuk menghindari penyalahgunaan. 

52

=asilitas yang diperlukan adalah akses sumber data yaitu literatur terkait obat, 

_ farmakoterapi, MIMS. Lebih jauh juga diperlukan software yang bisa 

dahkan untuk menganalisis obat secara klinis dan sarana komunikasi seperti 

n, internet serta ketersediaan ruang diskusi. 

oat yang banyak diresepkan dari golongan antibiotik yaitu derivat penisilin 

i amoksisilin dan ampisilin, siprofloksasin, sefadroksil, sefiksin. Dosis yang 

"Sa diresepkan adalah dosis 500 mg, sebanyak 3 kali sehari. Penggunaan 

_,iotika saat ini sudah bergeser dari amoksisilin ke siprofloksasin dan 

-adroksil. Antibiotika yang banyak diresepkan berspektrum luas dan 

clkasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram 

=-.=atif. Contoh resep antibiotika yang tidak rasional antijamur dan antibiotik lain, 

erian siprofloksasin pada anak di bawah 12 tahun, racikan mengandung 

niotika, interaksi ampisilin dengan makanan, duplikasi antidiare. lnteraksi obat 

_ .. butuhkan klarifikasi. Dokumentasi 6 bulan sekali termasuk masalah yang 

_ ,.pai dalam resep. 

ntihipertensi yang sering diresepkan yaitu Norvask 5 dan 10 mg, Tensivask, 

_':or. Obat lain yang juga banyak diresepkan adalah kaptopril 12,5-25mg, 

-edipin 10 mg, simvastatin 10 mg, asetosal (aspilet) 80 mg, furosemid 40 mg. 

::'Vask 10 mg, biasanya diresepkan untuk 30 hari. Kaptopril diminum satu jam 

~oel um 

makan, dalam keadaan perut kosong. Efek samping kaptopril batuk, 

:>eritahu jika tidak terlalu mengganggu pemakaian diteruskan, namun jika 

-engganggu hubungi dokter untuk mengganti obat dari jenis lainnya. 

==rmasalahan yang mempengaruhi hipertensi adalah minum obat lain selain yang 

: -esepkan, kepatuhan dan keteraturan minum obat. Hal tersebut memerlukan 

5-a!

• 

-~an an, 

-=~an ganan 

efek samping hipoglikemia dengan tanda keringat dingin, pusing. 

efek samping dengan minum larutan gula atau makan seperti 

--anya, jika tidak teratasi harus ke RS. 

tihiperkolesterol yang sering diresepkan adalah simvastatin 10 mg, 

-""'1~ brosil 

dosis 300 mg dan 600 mg. Lipitor, Hyperchol, kombinasi obat 

-~'"'ip ertensi dan kolesterol. Biasanya yang meresepkan dokter spesialis keluarga. 

-·~io( 

samping, minum obat lain di luar itu. Simvastatin diminum pada malam hari 

_::>elum tidur, perlu mengatur pola makan. 

Obat asam urat yang sering diresepkan adalah alopurinol 100 mg, 300 mg, 

ric 100 mg, 300 mg. Pasien mengeluh sudah minum obat alupurinol tapi tidak 

_._a efek, padahal obat tersebut minimal digunakan 2 minggu baru terasa efeknya . 

...... purinol secara umum digunakan sehari 1 x sebelum tidur, dan tidak ada 

:-:asalah interaksi. 

Obat anti TBC yang sering digunakan adalah rifampisin 450 mg (1X1), INH 300 

~ (1X1), etambutol 500 (1x3); INH, Vitamin 8, Rimactan. Keluhan pencernaan, 

- .Jal, tidak nyaman di perut, terasa terbakar. Ditanyakan informasi apa saja yang 

·~-a ah 

disampaikan dokter, diberitahu harus rutin diminum, jika tidak maka untuk 

:e'1yembuhan akan memerlukan dosis lebih tinggi dan waktu minum obat lebih 

a, dengan demikian konseling dapat meningkatkan kepatuhan minum obat. 

=·ek samping rifampisin berkeringat, urin berwarna merah, mual dan gangguan 

a"Tlbung. 

Pelayanan KIE di apotek dilakukan oleh apoteker, namun ada juga yang 

: 1akukan oleh AA. Beberapa apotek belum melayani KIE khususnya konseling 

secara aktif, masih berdasarkan permintaan pasien. Beberapa apotek yang sudah 

~l akukan KIE secara aktif umumnya adalah apotek pendidikan, bahkan sudah 

::lakukan pencatatan dalam Patient medication record (PMR) terutama untuk 

_asien dengan penyakit kronis. lnformasi obat dilakukan oleh asisten apoteker dan 

-nahasiswa berupa komunikasi langsung dan pembuatan leaflet atau booklet di 

:)awah bimbingan APA untuk penyuluhan masyarakat. Konsultasi dilakukan oleh 

.. 

54

:~eker 

ditempat konsultasi yang aman, nyaman serta tersedia apoteker yang 

-·.. iliki waktu dan dipercaya dengan jasa profesi gratis. 

·::rmasi yang diberikan meliputi cara dan aturan pakai, kontra indikasi, efek 

-"'1ping dan cara penanganan, obat-obat khusus diberi informasi tambahan serta 

- rmasi lainnya tergantung yang ditanyakan pasien baik secara langsung 

::lJpun melalui telepon atau sms. lnformasi yang diberikan juga tergantung hasil 

--ilaian pasien, penyakit dan jenis obat. Mengutamakan konseling tentang obat 

--gan peran lebih banyak pada simptom, jadi tidak menggantikan peran dokter 

-- ·k mendiagnosis. Menanyakan cara penggunaan selama ini oleh pasien 

~,:.rtama 

obat dalam DOWA, karena masyarakat masih banyak yang salah 

_ersepsi, kemudian rentang konsumsi obat, diberitahukan jam berapa pasien harus 

urn obat khususnya antibiotika. 

Sumber data yang biasa diakses untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan 

::·Jalah buku ISO, MIMS, informasi dari internet, majalah Ethical Digest, DOl, 

c ·osur dan software dari Depkes serta pustaka manual lainnya. 

Menurut sebagian besar responden, fasilitas yg dibutuhkan untuk melakukan 

E adalah ruang konsultasi yang nyaman dan privat, setelah itu dibutuhkan 

t ·osur2, tayangan2, visualisasi untuk penyuluhan langsung ke masyarakat ataupun 

- .. ormasi di apotek, jejaring dengan masyarakat dan fasilitas internet serta 

·~m bahan jumlah apoteker. 

Kontribusi pelayanan kefarmasian dalam pelayanan kesehatan sangat penting 

arena keberhasilan terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis, tetapi 

.eberhasilan dari penggunaan obat. Keberhasilan penggunaan obat merupakan 

ewenangan dari farmasis, karena apotekerlah yang mengetahui sediaan yang '" 

sesuai atau tidak sesuai, efek samping, interaksi, ORe dll. Kontribusi pelayanan 

efarmasian dalam pelayanan kesehatan meliputi terpenuhinya kebutuhan pasien 

akan obat, aturan pemakaian obat yi dosis dan cara pakai, indikasi, kontra indikasi 

an kemungkinan adanya efek samping obat, terutama pada swamedikasi. 

Preventif patuh dalam penggunaan antibiotik. Peningkatan status kesehatan 

secara umum terjadi jika tujuan pengobatan tercapai. 

55

- :ara umum, sebagian besar apotek sudah melakukan promosi dan edukasi 

emberdayaan masyarakat (swamedikasi). Cara yang dilakukan apotek 

-~- ada yang hanya untuk perorangan, seperti bagaimana cara menjaga 

- p. ~ -an dan berperilaku hid up sehat secara langsung oleh apoteker, tetapi ada 

::qg sudah melakukan swamedikasi berupa pengobatan sendiri pasien. 

=- ~.Da apotek, khususnya apotek pendidikan melakukan promosi swamedikasi 

- = ·a dengan mahasiswa program profesi, salah satu kegiatannya adalah 

-~~ -an kesehatan ke masyarakat. Penyuluhan masyarakat di luar apotek 

a sam a dengan ibu-ibu PKK, ada juga penyuluhan di apotek, saat jam pasien 

Untuk melakukan swamedikasi, apotek perlu mempersiapkan materi 

__ ... han yang menarik dan tidak membosankan. 

3:-oerapa apotek sudah melakukan pelayanan residensial (homecare) namun 

- ada apotek yang memiliki kendala dari sisi pasien yang merasa tidak 

uhkan . Sebagian lainnya sudah melakukan secara rutin dibantu oleh 

-siswa praktek profesi apoteker terutama untuk pasien dengan penyakit 

- s Pelayanan ditujukan untuk memastikan kepatuhan pasien, memeriksa 

1:s: pasien terakhir, kapan pasien terakhir kontrol ke dokter, menghitung jumlah 

elihat kondisi fisik obat, mengetahui masalah selama penggunaan obat, 

-a,yakan gejala efek samping. Homecare didokumentasikan dalam Patient 

~ ~ation record (PMR) atau buku saku pasien. Secara umum sistem homecare 

dikenal masyarakat. Kesiapan teknis untuk melaksanakan homecare masih 

- apoteker belum siap, dan perlu dipersiapkan biaya yang timbul. 

Sebagian besar resep yang masuk ke apotek sudah rasional, namun ada juga 

:::tg tidak rasional misalnya sediaan sustained release diminta untuk di buat puyer . 

-~"" .~ pu n polifarmasi terutama pad a pasien lansia dan _anak. Untuk menunjang 

=:Jiiakan obat rasional diperlukan pembatasan produk, meningkatkan peran 

::-. ..... reker terutama dalam hal komunikasi dengan dokter, koordinasi antara 101 dan 

Mengacu pada bukti, diharapkan PMR dapat menjadi bukti, sehingga dapat 

-;enjadi sarana diskusi dengan dokter. Selain itu diperlul

-enyangkut kerasionalan obat, selain itu memperbanyak sosialisasi kerasionalan 

_..,at baik lewat media televisi, koran ataupun seminar untuk masyarakat awam dan 

Jga untuk apoteker maupun dokter. 

Sebagian besar apoteker sudah mengetahui tentang Undang ~ Undang No. 

6/2009 dan seluruhnya sudah mengetahui mengenai PP No. 51/2009. Ada yang 

'"'erpendapat bahwa PP 51 merupakan angin segar bagi profesi apoteker, 

alaupun masih ada yang pro dan kontra. Dalam PP 51 apoteker diberi 

ewenangan yang sangat luas, secara garis besar PP 51/2009 merupakan payung 

ukum bagi apoteker untuk menjalankan pekerjaan sesuai profesinya. Ada juga 

. ang berpendapat bahwa infrastruktur di Indonesia belum mendukung untuk GPP 

:Jan perlu adanya perubahan kurikulum dengan penambahan praktek kerja profesi. 

=>elayanan kefarmasian yang baik adalah mendengarkan keluhan pasien, 

_,emberikan solusi kalau perlu berikan obat berikut informasi obat. Pelayanan 

efarmasian yang baik selalu mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien 

serta menyediakan obat-obat yang dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. 

-ambatan yang dihadapi dalam melakukan pengembangan/perbaikan apotek 

-enuju Good Pharmacy Practice adalah uji kompetensi, sertifikasi, keterbatasan 

._mlah tenaga apoteker. Kendala perbedaan persepsi regulasi, pelaku profesi, 

: .. ganisasi, pesimistis dan salah persepsi. Hambatan dari tenaga lain, perawat, 

::ofesi, walaupun hal itu tidak masalah, perlu dibenahi lebih dulu. Selain itu masih 

ada kendala yang menyangkut diri apoteker sendiri, masih perlu banyak tambahan 

'11U 

untuk mendukung pekerjaannya di bidang kefarmasian menuju GPP. 

ambatan dari masyarakat adalah pemahaman masyarakat terhadap peran 

apoteker masih kurang, sehingga perlu dikembangkan lagi. Selain itu juga ada 

endala akibat banyaknya jenis obat, perlu diatasi oleh kebijakan dari pemerintah. 

=>enggantian obat masih jadi kendala, dari pasien maupun dari dokter penulis 

.. esep. Sebaiknya data bioavailabilitas dan bioekivalensi dimunculkan sebagai 

evidence untuk dasar penggantian obat bagi apoteker. 

Materi/topik khusus yang perlu ditingkatkan oleh apofeker adalah memperdalam 

:armasi klinis untuk beberapa penyakit, terutama penyakit kronis. Melakukan PMR, 

57

-;~ade pengetahuan bagi apoteker. Apoteker juga perlu meningkatkan 

.ampuan berkomunikasi, pemahaman DRP dan pengenalan simptom. Apoteker 

_a perlu mempelajari llmu dasar, komunitas dan literatur yang valid dan hal-hal 

_ -·; menyangkut pribadi dan kepercayaan terhadap diri sendiri. 

omunikasi dengan sesama apoteker dilakukan secara langsung dan tidak 

;sung, bahkan sudah ada yang melakukan pertemuan rutin dengan sesama 

-~eker. 

Hal yang dikomunikasikan seputar farmasi, stok obat, penggunaan obat. 

- ·::-- ggapan umumnya baik dan mau menolong. Komunikasi dengan dokter 

- ~· ·kan secara langsung terutama untuk dokter praktek di apotek atau melalui 

. Hal yang dikomunikasikan biasanya mengenai konfirmasi obat, kejelasan 

-o, rasionalitas penulisan resep, penggantian obat dan dosisnya. Tanggapan 

dokter cukup baik, terutama dokter praktek di apotek, namun ada juga yang 

-ang baik. 

omunikasi dengan pasien intens dilakukan, baik secara langsung maupun 

- ·s·alui telepon. Hal yang dikomunikasikan umumnya obat-obat yang dibutuhkan, 

4 

-,ungan obat dan indikasinya. Komunikasi dengan nakes lain juga dilakukan 

salnya pada perawat, dan biasanya tanggapannya cukup baik. Untuk masalah 

...... •nikasi hampir tidak ada kendala yang sang at berarti. 

egiatan penunjang lain yang dilakukan apoteker di apotek antara lain 

- -gendalian keuangan, membuat laporan ke PT dan membimbing mahasiswa 

·- ""'"ek profesi bagi apotek pendidikan, perekrutan SDM, koordinasi kerja di 

- -·ek, dan memberikan pelatihan PMR dalam seminar-seminar yang 

selenggarakan IAI.. 

- 

_ Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

r

=5kerjaan kefarmasian meliputi hal-hal sebagai berikut, yaitu perencanaan dan 

;adaan, dilakukan dengan melihat barang apa saja yang terjual dan yang 

'iQ. Untuk pengelolaan stok obat sudah menggunakan sistem komputerisasi 

tetap menggunakan sistem manual. Proses penyimpanan dilakukan 

;,an melihat stabilitas tablet dan dipisahkan secara alfabetis. Pencatatan 

...l

Sementara bagi apoteker yang memiliki asisten apoteker, asisten apoteker juga 

-,elakukan pemeriksaan kerasionalan resep dalam hal jumlah, aturan pakai, dosis, 

teraksi, sampai dengan penyiapan dan penyerahan resep kepada pasien. 

Berdasarkan hasil wawancara dengan apoteker pendamping diketahui bahwa 

onseling ke pasien masih terbatas dan apoteker hanya memberikan saran, tidak 

enentukan obatnya. Untuk monitoring, apotek membuat medication record untuk 

~a sien langganan dan yang menggunakan obat jangka panjang. Sementara 

asisten apoteker mengatakan bahwa konseling dilakukan oleh apoteker, namun 

asih jarang dilakukan, hanya berdasarkan permintaan pasien dan tidak dilakukan 

: i ruang khusus. 

Yang melakukan KIE adalah apoteker pelayanan. KIE berupa informasi obat & 

saran kepada pasien mengenai misalnya analgetik hanya untuk sakit saja, dan 

~ " paya menjaga kesehatan. Untuk apotek yang memiliki asisten apoteker, KIE 

Jga dapat dilakukan oleh Asisten Apoteker 

Sumber informasi dari internet, majalah Ethical Digest. Menurut responden 

tasilitas yg dibutuhkan untuk melakukan KIE seharusnya kenyamanan ruangan 

: an tambahan jumlah apoteker. 

Promosi dan edukasi yang dilakukan hanya untuk perorangan seperti 

agaimana cara menjaga kebersihan dan perilaku hidup sehat, jangan hanya pakai 

salep untuk yang sakit kulit. Edukasi diberikan hanya secara sederhana oleh 

Apoteker secara langsung. Sementara asisten apoteker dari apotek lainnya 

'llengatakan promosi dan edukasi belum dilakukan secara aktif. Untuk harga ada 

disediakan pada bul.letin PIO dari PT. 

Yang melakukan pengelolaan keuangan dan SDM adalah divisi SDM dan divisi 

administrasi & keuangan yang berlatar belakang pendiqikan sarjana ekonomi. 

Apoteker sering berkomunikasi dengan dokter via telepon, biasanya mengenai 

onfirmasi obat. Tanggapan dokter baik, dan sejauh ini belum pernah mengalami 

esulitan. Asisten apoteker melakukan komunikasi dengan dokter untuk masalah 

resep yang tidak bisa dibaca dan dosis yang janggal dikdmunikasikan ke apoteker 

60

atau ke ternan sesama AA. Untuk masalah penggantian obat dan dosis 

dikomunikasikan ke dokter. 

Pelayanan kefarmasian yang baik adalah one stop pharmacist, maksudnya 

mulai dari pasien datang, mendengarkan keluhan, beri solusi kalau perlu berikan 

obat berserta informasinya, baru pasien keluar dari apotek. Sementara asisten 

apoteker mengatakan bahwa pelayanan kefarmasian yang baik adalah yang 

'Tlengutamakan kepentingan pasien. Menyediakan obat-obat yang dapat 

~ i p ertanggungjawabkan keasliannya. Resep harus dikerjakan dengan teliti untuk 

..,engutamakan keselamatan pasien. 

Apoteker pendamping belum pernah mendengar UU no. 36/2009, tapi sudah 

-endengar mengenai PP no. 51/2009 yang antara lain isinya tentang ijin-STRA, 

o-eo

ualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas 

pelayanan kefarmasian Rumah Sakit, Puskesmas dan Apotek menurut 

inkes, PT Farmasi dan IAI 

' ~ a l ifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

efarmasian Rumah Sakit, Puskesmas dan Apotek menurut hasil wawancara 

1endalam dengan apoteker Dinas Kesehatan Provinsi 

:Jelaksanaan praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan apotek saat ini sudah 

_ .omodasi dalam wadah tersendiri dengan nomenklatur dan mata anggaran 

- ::endiri dalam program farmasi komunitas dan klinik (Farkomnik). Program ini 

Gan dilaksanakan di RS dan puskesmas, untuk apotek sudah terwadahi pada 

~.:~.o i n aan yang dilakukan dinas kesehatan kab/kota. Perijinan dan pengawasan 

:-a dinkes kab/kota, dinkes prov hanya memfasilitasi dan bimbingan teknis pada 

=~--'g as kab/kota masih prioritas kedua meskipun sudah terlampir dalam program 

-=-; a tan 2010. Di provinsi lain sejak diberlakukan pedoman pekerjaan kefarmasian 

_ 

pusat untuk RS , PKM dan apotek sudah sesuai secara pemahaman dan 

_ =-a-

:ada pelayanan kesehatan, masih merupakan tenaga yang bersifat penunjang dan 

- enjadi prioritas terakhir untuk pengangkatan pegawai daerah. Dinkes mau 

-engarah kesana dimana Apotek hanya bisa buka hanya bila ada Apoteker. Saat 

· belum bisa sesuai karena masih ada Apotek yang buka dan apotekernya tidak 

:1empat. Di Puskesmas juga belum semua ada apotekernya, karena belum ada 

~rm asi 

apoteker untuk puskesmas. Baru 1 atau 2 puskesmas yang ada 

::Jotekernya, lain halnya dengan di RS ketenagaan apoteker sudah sesuai. 

Sosialisasi tentang PP 51/2009 ke apoteker di RS, Puskesmas dan Apotek 

- ·dah dilakukan melalui berbagai cara seperti pertemuan dalam materi kebijakan 

- ulai dari kegiatan pertemuan pad a tahun 2009 akhir dan tahun 2010 serta 

cerencanaan tahun 2011 maupun melalui IAI. Jika dilakukan monitoring dan 

~tal uasi 

selalu disampaikan kepada petugas dinkes kab/kota dan jika ke 

:Jskesmas juga diinformasikan kepada kepala puskesmas bahwa untuk pelayanan 

!f efarmasian di puskesmas sudah ada pedoman dan tenaganya yang bertanggung 

c:wab adalah seorang apoteker. 

Ada juga strategi mengundang pertemuan untuk pelayanan farmasi di 

: ..1skesmas untuk Kab/kota yang mempunyai apoteker di puskesmas, sehingga 

-enimbulkan dorongan untuk usulan tenaga apoteker bagi puskesmas di wilayah 

ablkota terse but pad a waktu mendatang. 

Kebijakan Dinkes diuraikan mengacu kepada standard pusat ke dalam 

1: ~ogram-program khusus yang sesuai seperti pembinaan, pemantauan dan 

=taluasi sejak tahun 2007 ~2008 melalui seksi farmasi sendiri. Saat ini kebijakan 

-· ·otek buka harus ada 2 Apoteker yaitu APA dan Apoteker pendamping 

sesungguhnya sudah ada sebelum PP no. 51/2Q09 _ k~luar. Saat ini PNS masih 

:sa menyambi di IKOT (lndustri kecil obat tradisional), dalam waktu mendatang 

__.a wacana tidak diperbolehkan lagi dan bahwa Apoteker yang PNS hanya bisa 

:eKerja di Apotek sebatas sebagai apoteker pendamping. Di samping itu salah 

satu provinsi mewajibkan adanya apoteker sebagai penanggung jawab teknis PBF 

ang baru berdiri, walaupun saat ini masih masa peralfhan, namun sudah mulai 

_,enguatkan peran apoteker. Kebijakan lain yang diambil adalah mengevaluasi 

63

=- Kota yang mempunyai jumlah apoteker di puskesmas yang relatif banyak untuk 

aaikan pilot project pelayanan farmasi di puskesmas sebagai model. Pilot project 

sKesmas th 2009 dari Depkes. Untuk kegiatan di provinsi ini masih tahap 

:~:ali sasi, 

belum dilaksanakan menunggu anggaran dekonsentrasi tahun ini jika 

-3sih ada, karena harus berjuang dengan program Jain. 

Sebagai acuan adalah indikator yang ditetapkan oleh depkes terkait dengan 

_e ayanan kefarmasian untuk 5 tahun ke depan yang diuraikan per tahun mulai 

-:.un 2009 s/d th 2015 masing-masing untuk RS, Puskesmas dan apotek secara 

:e'"tahap. lndikator inilah yang disosialisasikan pada dinkes kab/kota. Kegiatan dan 

_ rogram mengacu dari indikator tersebut, jadi sudah ada arah kemana pelayanan 

5farmasian akan diukur secara kuantitatif. 

Berkaitan dengan GPP saat ini masih menggiring fasilitas kesehatan untuk 

-embuat standard dan baru bisa melakukan pemetaan, setelah data yang terkini 

·: 1'\etahui dibuat program"'program per wilayah, di mana dalam satu wilayah ada 

-~s at-pusat pembelajaran. Misalnya jika ingin melihat prototipe puskesmas yang 

__.dah 

melakukan pelayanan kefarmasian oleh apoteker, daerah sekitarnya 

::a~a nglah ke puskesmas ybs. Rekomendasi ini didasarkan karena luasnya wilayah 

c~ovi nsi sehingga perlu dibuat kluster-kluster wilayah. 

Kerjasama dengan organisasi profesi yang ada dibutuhkan, yaitu IAI , Hisfarma, 

- ;sfarsi untuk kegiatan yang terkait dengan pendidikan berkelanjutan dan juga 

engambil narasumber dan kerjasama dengan pelayanan informasi obat di 

:.eberapa perguruan tinggi yang sudah terjalin dan akan dijalin dalam rangka 

;:)engembangan pelayanan kefarmasian khususnya di puskesmas perawatan. 

RS: Advokasi ke direktur RS sebagai key-person yang paling penting dan 

::>erpengaruh sebagai daya ungkit utama pintu pelayanan kefarmasian bisa 

jiJaksanakan. Karena berbagai kepentingan yang mengganjal pelayanan 

efarmasian di RS ini dilakukan secara berjenjang oleh dinkes dan kemkes. 

Untuk melakukan advokasi harus di formula secara nyata apa keuntungan 

secara finansial untuk RS jika pelayanan kefarmasian· dtlakukan secara optimal. 

Dalam praktek kefarmasian di RS mau tidak mau harus menambah ilmu farmasi 

64

s agar bisa patient oriented. Masyarakat tambah pintar dan sudah mengenal 

---:::eker dan butuh informasi obat yang baik. Tenaga kesehatan lain juga butuh 

_ ~a si 

obat yang baik dan benar. 

':; 1 'Skesmas: Advokasi, perlu bargaining power yang kuat dari pejabat dinkes 

ota untuk mengangkat tenaga apoteker dan sosialisasi pelayanan farmasi di 

esmas kepada kepala puskesmas tentang manfaat jika pelayanan 

=-=annasian dilakukan. Demikian pula untuk Puskesmas juga dibutuhkan farmasi 

· ·s, walaupun informasi obat hanya terbatas pada obat dasar (OOEN). Sekarang 

- ..,ersitas sudah mulai banyak membekali farmasi klinis di tingkat profesi, tapi 

- ·m pada tingkat S1. Walaupun Apoteker yang sudah lulus sudah dapat bekal 

farmasi klinis tapi tetap masih butuh tambahan ilmu farmasi klinis. 

Apotek: Peran IAI sangat penting, harus punya konsep yang jelas untuk 

-~n i n gkatkan 

kompetensi Apoteker, Dinkes Provinsi akan memfasilitasi dari sisi 

=::>ijakan melalui pertemuan yang mengundang lintas sektor atau stake holder 

_ ~ait. 

Dengan adanya berbagai universitas yang mempunyai fakultas maupun 

c -::>gram farmasi, ada berbagai ragam mutu apoteker yang dihasilkan dan untuk 

itmentnya provinsi sudah ketat antara lain melalui uji kompetensi, sedangkan 

_;antitasnya disini sudah banyak sekali dan mencukupi kebutuhan. Ada yang 

- "ll.'1ya program profesi, ada pula yang baru tumbuh dan belum ada program profesi 

- -oteker. Jika diukur kualitas dan kompetensinya sulit, namun ranah ini tidak 

-.:a,ya dinkes yang berperan. Jika melihat mahasiswa yang PKL di Dinkes, terlihat 

c..ar,wa kualitas d~n kompetensinya sangat beragam, perlu dipikirkan bagaimana 

• eseragaman mutunya dari berbagai stake holder terkait mulai APTFI, perguruan 

...-ggi, IAI dll. 

Mengenai kualitas pasti sudah berkualitas sudah punya sertifikasi pasti tentunya 

~ ... aah kompeten. Lulusan lama sudah sertifikasi. Setelah ikut PUKA, apakah 

s~a ah kompeten? Kalau kita terjun di pelayanan langsung pasti kita akan berusaha 

seJalu menambah pengetahuan. 

.. 

65

·~ek er yang bekerja di bag ian pengadaan sediaan farmasi, standar manual 

-rus mempunyai kemampuan apa? Apa punya sertifikat pengadaan barang, atau 

-·- -:va cek list yang dapat diukur.. Jika di instansi pemerintah harus lulus apa yang 

·-.e buktikan layak sebagai tim pengadaan sediaan farmasi. 

ntuk bekerja dalam produksi sediaan farmasi harus dipilah lagi secara detail 

a apoteker tersebut bekerja di : 

1. lndustri kosmetik 

... 

66

~.:..r er 

dustri Obat Tradisional 

dustri Obat dan Bahan obat 

at kesehatan dan PKRT 

:"'lpetensi masing ~ masing 

_ ~ i k an 

dapat diukur. Yang membuat kriteria adalah 

yang telah bekerja di industri tersebut, sehingga pelatihan atau 

berkelanjutan disesuaikan dengan standar manual masing-masing 

-g tersebut. 

:emikian juga yang bekerja di bagian distribusi, yang penting terinci dalam 

:-,an standar pelayan kefarmasian agar dapat dievaluasi secara berkala 

masih sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini. 

-engembangannya yang harus dilakukan melalui pelatihan peningkatan SDM, 

·-diklat. Perguruan Tinggi dan IAI ke duanya sudah sering mengadakan 

an . Kalau mengacu kepada UU no. 36/2009 dan PP no. 51/2009 berarti 

--a Dinkes, PT dan user harus duduk bersama untuk membahas apa saja yang 

-.~h kan agar Apoteker yang baru lulus bisa siap pakai dan memenuhi standard 

.._.... Sa at ini pertemuan semacam itu sudah ada tetapi masih jarang. 

-stem juga harus berubah, dari sisi pemerintah diubah. Bagaimana jika 

_:eker bekerja di apotek berarti lingkungan juga harus diperbaiki. Aturan lain 

ketenagaan farmasi juga harus ditata. Dokter-dokter daerah selalu 

nsing di tempat praktek sehingga apotek tidak bisa berkembang. Dinkes 

ota dan provinsi tidak punya nyali untuk menegakkan undang-undang praktek 

.:..:::okteran, jadi lingkungan dan sistem juga harus berubah. 

Semua stake holder harus bergerak sesuai dengan porsinya masing-masing. 

- · sisi IAI, perguruan tinggi, Dinkes prov, kab/kota, Hisfarsi, Hisfarma semuanya 

_a;us punya satu tujuan. 

Agar tenaga apoteker mempunyai kesiapan memenuhi ketentuan UU 

esehatan no. 36 tahun 2009 dan PP Pekerjaan Kefarmasian no 51 tahun 2009 

-:-aKa masih diperlukan : 

Pelatihan, dari RS jarang memfasilitasi untuk Diklaf-diklat tentang farmasi 

jadi perlu support dari pemerintah. 

.... 

67

h 

!ian dalam pelaporan misalnya obat generik, selain OKT/Narkotika. ARV 

~ crtuntut melaporkan langsung, padahal tugas farmasi dari perencanaan 

asi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

-:::...,asian Rumah Sakit, Puskesmas dan Apotek menurut hasil wawancara 

-:alam dengan apoteker Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 

.::::.·~eK 

pelayanan kefarmasian di RS sudah sesuai dengan PP no.51/2dd9 

=~aan standard pelayanan kefarmasian di RS dengan mulai adanya farmasi 

:::-c::>erti halnya di Puskesmas kota tertentu, meskipun ada juga daerah yang di 

?-S-,as sampai saat ini belum ada apoteker sebagai pengelola apoteklkamar 

~ntuk itu dari 30 UPT Puskesmas yang ada direncanakan pengelolaannya 

·= aKukan oleh 4 orang apoteker yang ada di Dinas Kesehatan Kota. Saat ini 

sa'laan praktek kefarmasian di Apotek masih sangat bervariasi, terutama 

""al pelayanan langsung ke pasien, ada apotek yang sudah menerapkan 

-am pelayanan kefarmasian, namun masih ada apotek yang belum melakukan 

~ ain disebabkan oleh sosialisasi yang kurang baik. Umumnya sudah ada 

2.i':an untuk pendirian apotek baru di kota harus memiliki minimal 2 orang 

er bahkan ada yang sudah didukung oleh perda yang berkaitan, a~an tetapi 

sedikit dan belum sesuai dengan harapan. Ditargetkan sosialisasi ke 

::--..er tentang PP no. 51/2009 tahun 2011 melalui seksi sarana kesehatan , 

~~r dengan IAI untuk apotek. Ada Dinkes kota yang melakukan pilot project di 

_tek untuk Pelayanan lnformasi Obat dan ada juga yang membuat formularium 

esmas, khususnya untuk dokter spesialis. 

iJ daerah yang belum memiliki kebijakan minimal dua orang apoteker di apotek 

_:lya terbatas saran yang kurang disetujui PSA. Akan tetapi memang pada 

_ ataannya Apoteker baik di Apotek dan Puskesmas kurang sekali interaksi 

_an pasien. Keadaan yang lebih baik dijumpai di RS meskipun hanya di 

... rapa RS Apoteker yang ditempatkan sesuai porsinya. 

.. 

68

_,akan yang telah diambil agar standar pelayanan kefarmasian dapat 

di antaranya penyediaan Ruang Konsultasi pasien yang 

--::u:uhkan informasi obat dan pengembangan pendidikan berkelanjutan, 

IW c " ~si 

tenaga farmasi dan perijinan apotek. Adanya Medication record akan 

......::r--~rb aiki dokumentasi terkait pekerjaan kefarmasian. Kebijakan yang 

:; .a~a h pada labelisasi Apotek juga dilaksanakan di kota tertentu untuk 

- ;;Katkan mutu pengelolaan apotek, menyangkut sarana, prasarana dan SDM. 

=\e-gembangan yang akan dilakukan untuk melaksanakan standard pelayanan 

-=>- ,_,...~... asian dalam rangka memenuhi ketentuan PP tentang pekerjaan 

.....-- ·asian antara lain penataran APA sehingga selalu ada di tempat waktu jam 

- apotek, registrasi dan perijinan misalnya waktu pindah tangan, dalam hal 

_,-=,olaan obat administrasi misalnya laporan narkotika dan psikotropika 

;:gunakan software bekerjasama dengan IAI serta perlu adanya komisi 

mpetensi apoteker harus di up-date khusus untuk bidangnya masing-masing, 

JKK ada sidak pada jam-jam praktek dokter (melalui absensi) dan untuk 

an kefarmasian perlu up-date berkala. 

antitas apoteker saat ini terjadi peningkatan yang cukup banyak, karena 

- _;aknya fakultas farmasi. Akan tetapi kenyataan kuantitas meningkat, tapi tidak 

:::>angi kualitas. Pengetahuan yang dirasakan kurang terutama mengenai 

akologi obat dan farmasi klinik yang masih harus diperdalam. Untuk 

e,..,ingkatkan kualitas Apoteker perlu efektifitas dalam pembelajaran, praktikum 

e--::ara berkelompok ternyata kurang efektif. Dulu satu kelompok terdiri dari 3 atau 

ang, sekarang satu kelompok bisa 12 orang, sehingga ada yang melihat saja 

tidak berpartisipasi. Dinkes kota lain berpendapat kuatitas apoteker yang 

~.asih 

kurang khususnya dalam hal kesadaran profesional sedangkan keilmuan 

~ .... ah cukup. Sebagian PT farmasi tidak jelas kualitas dan kompetensi lulusannya, 

::.c·lingga diperlukan uji kompetensi. Untuk tiap fasilitas kesehatan bergantung 

:.aaa fasilitas masing-masing, di RS perlu ada pelatihan-pelatihan ~ 

69 

...

:- Bmahan apoteker adalah kurangnya pendidikan berkelanjutan seperti halnya 

~ dan tanggung jawab moral yang bersangkutan. Seminar yang terkait 

.:..-;aan kefarmasian seharusnya diikuti oleh apoteker untuk meningkatkan 

=B:ahuannya. Kurangnya komunikasi dengan pasien dan sejawat apoteker lain 

n dengan dokter. Dengan adanya PP 51 th 2009 mudahan merupakan 

segar untuk apoteker, apalagi nantinya ada sertifikasi apoteker, itu artinya 

="'er harus memenuhi kaidah yang ditentukan. 

- 'K belum melakukan pengembangan yang secara khusus bertujuan untuk 

gkatkan kualitas atau kompetensi apoteker dalam praktek kefarmasian 

·..zai dengan PP tentang Pekerjaan Kefarmasian no 51/2009. Pengembangan 

: sudah dilakukan seperti pelatihan paliatif dan pembinaan berkelanjutan 

.:.ama di Puskesmas untuk melakukan tertib administrasi serta direncanakan 

-· 2011 bekerja sama dengan bagian PPSDM DKK mengundang apoteker 

-" meningkatkan pengetahuan. Menurut Dinkes lain dalam hal pengembangan 

_ ang berperan. Untuk farmasi klinis DKK belum karena kendala biaya dan 

-~em bangan 

untuk apoteker Puskesmas tentang pengelolaan obat dan 

-~awasannya oleh apoteker DKK di samping pembinaan informasi obat, obat 

: sional dan kosmetika. Untuk apotek saat pembinaan mengenai 

__ asangan/pemberian informasi obat. 

Saran agar siap memenuhi ketentuan UU no. 36/2009 dan PP no. 51/2009 

.... ama dalam hal kompetensi apoteker masih perlu banyak peningkatan 

e1getahuan maupun pelatihan yang sifatnya studi berkelanjutan, karena Apoteker 

s mereka baru pada tahap siap latih dan belum siap kerja. Apoteker sebaiknya 

ngetahui tugas dan fungsi apoteker yang sesungguhnya dan melakukan praktek ~ 

::,..::Jfesi kefarmasian dengan baik. Dinkes lain menyarankan untuk apoteker di 

-- )()tek supaya menerima ketentuan harus penuh waktu dan apabila tidak 

-emungkinkan supaya mengundurkan diri saja. 

_ Kualifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di. fasilitas pelayanan 

kefarmasian Rumah Sakit, Puskesmas dan Apotek menurut hasil wawancara 

mendalam dengan apoteker Perguruan Tinggi Farmasi 

.. 

70

_asarkan hasil wawancara dengan perguruan tinggi, situasi praktek 

m - !!!1 as •an di RS, Puskesmas dan Apotek pada saat ini berkaitan dengan PP no 

= tentang Pekerjaan Kefarmasian sangat bervariasi sekali dan saat ini 

r asa transisional, masih dibutuhkan waktu dan sosialisasi yang cukup 

~~ untuk mencapai standar tersebut. Untuk Rumah Sakit masih menghadapi 

arena secara professional yang masih leading adalah dokter tapi situasi 

- .::Tg semakin kritis terutama dengan adanya UU dan hukumnya dimana untuk 

• esalahan yang dimintakan pertanggung jawaban bukan hanya dokter tetapi 

~~ag a 

kesehatan lainnya. Jadi bukan masalah one man show. Harus ada 

e-,si DepKes untuk membantu. Untuk Apotek sudah mengarah seperti PP 51 

a tuntutan juga sudah berbeda. Kalau pasien tidak puas, maka secara alami 

-· akan kolaps. Praktek kefarmasian di RS, puskesmas dan apotek cukup 

engan catatan apoteker yang bekerja pada institusi-institusi tersebut harus 

engasah ilmunya dengan studi berkelanjutan, melalui seminar, banyak 

-~ca jurnal terbaru dan mengikuti perkembangan teknologi. 

......,petensi apoteker dalam melakukan praktek kefarmasian di apotek, RS dan 

_s.·:ssmas sejak perguruan tinggi sudah dikawal oleh APTFI. Namun, kompetensi 

--eo

emenuhi Kemampuan dan kompetensi sesuai standar pelayanan 

ea: __,as 'an yang dikeluarkan Depkes Rl maupun Good Pharmacy Practice maka 

'::1-eningkatkan Kernampuan farmasi kllinis untuk peningkatan pelayanan 

- "' ..::s an yang baik. Diperlukan juga komitmen diri yang diikuti dengan 

-=-

an isme obat, penatalaksanaan terapi, implementasi praktek penanganan 

... iovaskular, dari aspek pasien, patient care dan manajemen terapi. Program 

utnya praktek profesi secara benar termasuk mengenal sistem yang 

_rangkat dari identifikasi masalah bekerja sama dengan himpunan seminat. Calon 

eker di bidang pelayanan kefarmasian sudah dibekali dengan farmakoterapi, 

11ako ekonomi dan komunikasi, sosial farmasi juga dibutuhkan. Penjurusan di 

=:- dimulai tahun 2006 akan tetapi di tingkat profesi mereka disatukan kembali. 

- didikan profesi sebaiknya mengadop pendidikan kedokteran, kuliah hanya 

--bekalan saja dan kerja praktek yang harus diperbanyak (dalam hitungan jam). 

Dalam rangka pemenuhan ketentuan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 dan PP 

=ie!(erjaan Kefarmasian No. 51 tahun 2009, dimana Apoteker yang berpraktek di 

....,ah sakit maupun di apotek akan banyak bertatap muka dengan konsumen, 

--ingga Apoteker dituntut profesionalismenya dan kompetensi Apoteker dalam 

- farmakoterapi akan sangat diperlukan untuk profesinya baik di RS maupun 

,_ otek. Dalam hal ini penyesuaian kurikulum diperlukan untuk mengawal 

::e1aksanaan PP 51/2009. PP 51/2009 merupakan harapan untuk kemajuan profesi 

-=oteker, jika tidak dikawal sejak awal, salah satunya adalah dengan penyesuaian 

~rik ulum 

:,alankan. 

dan perubahan mindset lulusan apoteker, maka PP 51 akan sulit 

Kurikulum pendidikan farmasi selalu diperbaiki, namun tetap menyesuaikan 

:engan program IAI dan standar kompetensi yg sedang disiapkan. Program 

3:)oteker sangat diuntungkan dengan adanya penyusunan standar kompetensi. 

--enyesuaian kurikulum akan dilakukan setelah Juknis/permenkes tentang PP 

51/2009 keluar. Saat ini yang akan dikembangkan adalah spesialisasi apoteker, 

:1antaranya farmasi onkologi dan pediatrik. Kurikulum diharapkan melahirkan · 

ompetensi sebagai apoteker spesialisasi terkait dengan lisensi. Hal ini akan diatur 

:>ersama dengan asosiasi profesi. Pengembangan kompetensi juga akan dilakukan 

setelah ada standar kompetensi nasional yang akan ditetapkan IAI. Pada masa 

ansisional ini, pendidikan program apoteker membuat MOU dengan himpunan 

seminat sehingga calon apoteker diharapkan dapat berpraktek dengan benar di 

... 73

tek dan berhubungan langsung dengan masyarakat, termasuk melakukan 

_ .seling dan homecare dengan pendamping APA dari apotek tempat praktek. 

::::>U ini berusaha menciptakan preseptor kepada calon apoteker, untuk 

-encontoh cara berpikir dan melakukan praktek profesi yang ideal. 

Ada juga perguruan tinggi yang menyatakan penyesuaian kurikulum belum 

_utuhkan, tetapi perlu kerja sama dengan PT luar negeri dengan arah ke farmasi 

is antara lain juga dengan studi dosen ke LN untuk program klinis (S3). 

Hambatan dalam pengembangan kompetensi lebih banyak pada jumlah 

~'ldidik , 

karena rasio yang lebih kecil antara pendidik dan mahasiswa akan lebih 

allerikan akan berbeda di tiap-tiap PT. Oleh karena itu diperlukan uji kompetensi 

::Joteker se Indonesia untuk mendapatkan lisensi yang bertujuan melindungi 

--asyarakat. Uji kompetensi merupakan pengakuan dan kewenangan terhadapa 

::ooteker untuk melakukan praktek profesi sekaligus meningkatkan mutu lulusan 

aooteker 

Untuk meningkatkan kualitas apoteker agar dapat mengembangkan pelayanan 

efarmasian sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian maupun good 

harmacy practice dibutuhkan kompetensi dalam bidang klinis yang lebih aplikatif 

: an llmu non farmasi seperti humaniora, komunikasi persona~. ilmu perilaku, ilmu 

.-,arketing dan manajemen. Apoteker juga harus menyadari kebutuhannya, 

sehingga muncul kemampuan untuk mengimprove pengetahuan. Tuntutan yang 

oerkaitan dengan hal tersebut adalah kompetensi di bidang teknologi baik 

. ' 

omunikasi maupun teknologi informasi dengan internet, tersedianya sofware yang 

oerkaitan dengan obat. Tuntutan lain adalah studi berkelanjutan yang harus di 

.. 

74

an oleh apoteker melalui seminar, pelatihan, mengikuti jurnal jurnal terbaru 

erkaitan dengan obat, DIES dan bekerja sama dengan IAI. Apoteker harus 

enjadi center dalam praktek kefarmasian baik di Apotek, Puskesmas 

n Rumah sakit 

..~alifi kasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

.o.farmasian Rumah Sakit, Puskesmas dan Apotek menurut hasil wawancara 

-endalam dengan apoteker IAI 

antitas apoteker di Apotek cukup, di Puskesmas kurang/sangat kurang 

=:uali daerah tertentu sehingga harus didukung oleh pemerintah daerah dan 

asan tenaga kesehatan lainnya. Di salah satu kota belum ada satupun 

_:eKer yang melayani di puskesmas, mungkin daerah belum siap, salah satu 

--a::mya masalah penggajian. Hal ini mungkin bisa diatasi dengan tenaga PTT, 

~- apoteker yang baru lulus sebagai salah satu masa baktinya, sebagai 

asinya dalam apoteker pelayanan sesuai dengan PP no.51 . Secara kualitas, 

... :eker tidak diragukan, begitu juga dengan kuantitasnya sudah cukup. Apoteker 

-a-c akan kurang jika harus masuk ke puskesmas. Di Rumah Sakit sudah cukup 

_sJai persyaratan lama sebelum UU no. 36/2009 dan PP no. 51/2009. Sebagian 

-=sar apoteker yang ada (78%) praktek di Apotek. 

ualitas, kemampuan, kompetensi dari Apoteker lulusan baru tidak bisa sinkron 

_ .gan kebutuhan user, masih butuh masa transisi/penyesuaian. Apoteker adalah 

:::: :aga kesehatan tapi tidak siap kerja karena kurikulumnya tidak tepat/memadai. 

- PT bebannya terlalu berat, semua-semua dipelajari. Jika berdasarkan standar 

mpetensi, pengetahuan sudah memadai, . namun sikap dan perilaku masih · 

rang, terutama untuk apoteker yang masih bekerjasama dengan PSA. Beberapa 

a::>otek sudah punya SOP, tetapi perlu azas legalitas. SOP harus dibuat longgar 

agar tidak dipakai oleh POLRI atau LSM untuk menuntut apoteker dalam 

alpraktek. 

. ' 

Eksistensi apoteker hanya dapat terlihat oleh stakeholder, dari sisi organisasi, 

eksistensi apoteker sudah cukup baik, namun dari sisi masyarakat masih kurang 

75 

...

dari segi sikap dan perilaku. Keberadaan apoteker secara hukum sudah 

dari segi pemilik modal, pemerintah dan masyarakat. Keberadaan dari 

,_.-anghargaan/materil relatif sekitar 4 kali UMR bila kerja di dua tempat. 

--3:1 aan di tengah tenaga kesehatan lain sudah diakui dan dipertimbangkan, 

,·a di BKKBN dan lembaga lain. Eksistensi apoteker di pelayanan apotek 

idak diragukan, namun untuk apotek lain eksistensinya terutama hanya 

aootek yg dimiliki oleh apoteker, namun apotek seperti itu masih sangat 

l. k. 5%), sebagian besar apotek masih dimiliki PSA. Nanti setelah PP no.51 

akan, apoteker harus berperan penuh dan PSA hanya boleh menyertakan 

Namun hal ini masih tarik ulur. Untuk eksistensi apoteker sekarang 

-.,rung kebijakan pemerintah, adakah mekanisme reward and punishmentnya, 

~~teker tidak ada di tempat, Pemerintah harus memberikan law enforcement. 

i IAI tidak mempunyai kewenangan untuk mencabut izin apotek. Perlu 

_ .gan pemerintah sampai sejauh mana organisasi IAI diberdayakan oleh 

enntah. Jika sudah diberikan wewenang oleh pemerintah/dukungan jika 

--isasi profesi sebagai eksekutor, maka IAI tidak akan segan-segan. 

-:a rencana dan harapan peran Apoteker harus dijadikan strategis pad a waktu 

--atang yang dapat diwujudkan secara perlahan dengan mengubah dari dalam 

_ antara lain untuk menghadapi masalah self dispensing apoteker harus selalu 

_ ai apotek, membenahi sistem kompetensi, mewajibkan kehadiran Apoteker di 

_:ek, mengikuti Continuing education setahun 3 kali melalui pelatihan dan gratis. 

~ ~- · " di ng Apoteker: 2007: ada spanduk yang menyebutkan "pastikan anda bertemu 

Ada juga -IAI di kota yang perannya masih hanya sekedar 

dan melakukan pembinaan -kepada . apoteker serta 

--ginformasikan bahwa PP no.51 adalah landasan yuridis formil yang 

gangkat eksistensi apoteker dan harus dikembangkan. 

P-eran organisasi IAI yang lebih besar dalam pembinaan dan pengembangan 

_!esi farmasi dijumpai di salah satu provinsi antara lain : 

Melakukan berbagai pelatihan seperti pelatihan SPO (standard prosedur 

operasional), pelatihan komunikasi dalam asuhan kefarmasian yang berguna 

.. 

76

..... tuk melakukan patient assessment yang sudah mencakup seluruh provinsi. 

SPO adalah manifestasi dari GPP, IAI mengadop dari WHO. 

engkoordinir himpunan-himpunan seminat seperti HISFARSI (Himpunan 

eminat Farmasi Rumah Sakit), HISFARMA (Himpunan Seminat Farmasi 

omunitas), HISFARIN (Himpunan Seminat Farmasi lndustri) dan HISFARDIS 

--iimpunan Seminat Farmasi Distribusi). 

I mendorong apoteker untuk menerapkan SPO dalam pelaksanaan GPP di 

apotek. 

elakukan penyusunan standar kompetensi yang dilakukan untuk melakukan 

-Ji kompetensi dan menyusun kurikulum di perguruan tinggi farmasi. 

erancang sistem stratifikasi apoteker melalui program magang bagi apoteker 

:aru, mengumpulkan portofolio paling tidak selama 5 tahun untuk mengikuti 

PD (Continuing Profession Development) dan sistem kredit dengan penilaian 

1 enggunakan tools PMR (Patient Medication Record) yang akan dilakukan 

~ eh Komite Farmasi Nasional 

SOP sedang dikembangkan untuk ditetapkan oleh menteri kesehatan 

- J telah mengembangkan : 

--ISFARIN (himpunan farmasis industri) 

ISFARDIS (himpunan farmasis distribusi) akan dikembangkan karena adanya 

op 51/20m~ 

ISFARSI (himpunan farmasis rumah sakit) 

ISFARMA (himpunan farmasis masyarakat) 

impunan R & D industri tidak tercantum dalam PP 51/2009 

I sudah mengembangkan penerapan prosedur magang di apotek dengan 

--~ beri kesempatan yang seluas-luasnya pada calon apoteker untuk melakukan 

::'\tek profesi secara benar dengan pendampingan dari APA di apotek tersebut 

.-.,asuk melakukan homecare. Pengembangan kompetensi yang dilakukan IAI 

-ebut dengan pendidikan berkelanjutan, baru dilakukan dua kali, itupun dengan 

ah payah, masih ada yg berkeberatan dengan biaya, meskipun biayanya relatif 

aK terlalu mahal dan kualitas pendidikan yang diberikan luar biasa dengan 

.. 

77

;ajar farmasi klinis. Sebagai bekal PIO yg harus dikuasai oleh apoteker adalah 

asi klinik bukan manajerial dan apoteker tidak mendapatkan informasi obat 

_ dari pabrikan sehingga harus belajar sendiri, antara lain dengan workshop 

!=-=:kaitan dengan kompetensi yang perlu untuk dikembangkan dalam rangka 

--e'luhi ketentuan UU Kesehatan no 36/2009 dan PP Pekerjaan Kefarmasian 

= · '2009 berpulang pada diri apoteker masing-masing dengan melihat fungsi- 

- apoteker yang ada di PP no. 51, profesi harus mampu menilai diri sendiri, 

- ·a adalah dengan melakukan evaluasi diri. Kompetensi harus berhubungan 

::an pekerjaannya saat ini dan diwadahi dalam himpunan .. himpunan seminat, 

:!lnya untuk Hisfarsi (himpunan seminat farmasi rumah sakit) maka 

perlu dikembangkan adalah farmasi klinik dan manajemen 

asi. Pengembangan kompetensi ini menjadi perhatian dari setiap himpunan 

at yang ada di IAI. 

_ "ltuk meningkatkan kualitas dan kemampuan atau kompetensi apoteker dalam 

~ .a memenuhi ketentuan UU Kesehatan no 36/2009 dan PP Pekerjaan 

::.masian no 51/2009 dibutuhkan CPO (continuing professional development) 

- _ PPB (pendidikan profesi berkelanjutan), harapannya semua apoteker 

ou nyai kompetensi yang sesuai untuk melaksanakan praktek kefarmasian 

... ~a lain melalui sertifikasi berkala. Jabatan fungsional apoteker di rumah sakit, 

:~ek 

dan puskesmas pemerintah perlu dikembangkan. SOP dan SDM 

-"esuaikan diri dengan juknis PP 51/ 2009 kalau sudah ada. Pembuatan PMR 

~ -en t medical Record) di apotek dan IAI akan mengusulkan PMR sebagai 

:-ana penilaian untuk proses sertifikasi apoteker. Ada juga · pengurus IAI yang 

endapat perlu adanya perubahan kurikulum. Prakteknya jadi 10 bulan: 6 bulan 

~S dan 4 bulan di Apotek. Pemerintah harus konsisten dalam hal pelayanan 

asi harus dilakukan oleh Apoteker. 

.. 

78

PEMBAHASAN 

... alifikasi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

:farmasian Rumah Sakit 

:::~::am 

aspek pengelolaan/administrasi obat dan farmasi, apoteker sudah 

· i pengetahuan yang baik, tetapi dalam hal pengetahuan mengenai farmasi 

an drug safety masih harus banyak ditingkatkan . 

... alitas apoteker berhubungan erat dengan beban kerja apoteker di RS. Bila 

:: RS apoteker bekerja terlalu banyak dan tersita waktunya untuk mengurusi 

administrasi RS maka kemampuan si apoteker untuk pekerjaan pelayanan 

asian yang berhubungan dengan farmasi klinis dan drug safety kurang 

embang. Sebaiknya standar pelayanan kefarmasian RS yang dikeluarkan oleh 

nterian Kesehatan yang mensyaratkan 1 apoteker untuk 30 tempat tidur 

a1a diikuti. Pada kenyataannya hal seperti itu belum berjalan, jadi masalah 

,:.;::>atasan jumlah SDM apoteker masih menjadi masalah. Disamping itu 

apoteker di bidang farmasi klinis juga masih terbatas, mengingat 

farmasi klinis baru diberikan/diperkenalkan perguruan tinggi dalam 

..,rapa tahun terakhir, sehingga apoteker-apoteker lulusan lama belum 

-~u asai 

ilmu tersebut. Konsekuensinya apoteker masih perlu "continuing 

_::ation" yang mengacu kepada kebutuhan lapangan seperti farmasi klinis dan 

:::safety. 

-erdapat sedikit perbedaan ekspektasi antara manajemen RS dan apoteker. 

-ajemen RS berpendapat. yang utama adalah pelayanan obat ke pasien cepat 

- baik, apabila ini sudah berjal~m baik, baru menjalani program farmasi klinis dan 

Manajemen RS juga berharap apoteker memiliki pengetahuan manajemen 

S dan bukan hanya fokus kepada pekerjaan farmasi saja. Sementara itu apoteker 

diri masih fokus terhadap pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang 

arusnya termasuk pelayanan farmasi klinis dan tidak direpotkan .oleh urusan 

79 

....

3erdasarkan PP no. 51/2009, apoteker berkewajiban untuk menyerahkan obat 

ng kepada pasien. Ternyata di RS sekalipun hal ini masih belum berjalan 

....... =nuhnya. Hal ini mungkin terjadi karena masalah yang telah disebutkan di atas. 

·.el

!.....-;;.. ... iuhkan keahlian yang spesifik, dalam penelitian ini tidak dijumpai satupun 

praktek tersebut di RS . Perlu ada pembagian kompetensi pelayanan , 

..... ~ 21 asian antara RS kelas A, 8, C dan RS khusus. 

~::.eradaan apoteker pada unit CSSD juga masih perlu dikaji ulang. Di rumah 

;:ada umumnya unit CSSD merupakan unit yang terpisah dari lnstalasi 

..__ ::~:::: i . Kepala CSSD umumnya juga apoteker. Diatas disebutkan bahwa 

~ san aan PP no. 51 belum bisa berjalan sepenuhnya karena fokus pekerjaan 

~ :::>.r masih terbagi. Apakah tidak lebih baik, seluruh apoteker yang ada di RS 

::>ekerja pada unit farmasi, agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan baik. 

~ -·ara pelayanan farmasi belum baik dan jumlah serta kualitas apotekernya 

- ebih dari cukup mengapa harus terpecah mengurusi CSSD. 

=~:se s 

pengendalian mutu pelayanan farmasi pada umumnya belum berjalan 

:an sebagian masih melekat pada program RS. Umumnya survey kepuasan 

;gan RS termasuk di lnstalasi Farmasi mencakup: waktu tunggu , 

..::....,anan, keramahan dan kejelasan informasi. 

Aspek ketepatan pemberian 

esalahan racik atau aspek medication error masih sangat kurang. 

- ·reditasi RS juga mendukung berlangsungnya pelayanan farmasi RS yang 

:. i(an tetapi sayangnya konsep akreditasi sering hanya berjalan pad a waktu 

~ ...:::~ penilaian akreditasi, setelah lulus akreditasi maka pola lama yang kurang 

_-si alan lagi. 

a:ffikasi apoteke~ yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

=.~arm asian Puskesmas 

::~eke r yang melakukan praktek kefarmasian di Puskesma~ telah 

_ enggarakan pengelolaan obat dengan baik, pemberian informasi obat dan 

:asi obat serta melakukan visite tidak langsung melalui perawat untuk pasien 

ap. Ketiadaan apoteker di Puskesmas perlu segera diantisipasi dengan 

kan formasi pegawai. Promosi dan edukasi masyarakat dilakukan melalui 

du, sedangkan homecare yang telah dilakukan terbatas padc;t pasien tb dan 

. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas belum sepenuhnya 

sana antara lain karena kendala remunerasi sehubungan dengan jabatan, 

.. 

81

pengembangan, sarana konsultasi dan jumlah tenaga, komunikasi 

::JKter dan buku referensi. 

- asi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

- - ·asian Apotek 

;-s olaan obat, pelayanan resep dan informasi obat umumnya sudah 

~~- oleh apoteker, dibantu oleh asisten apoteker atau juga pemilik sarana 

s.aat apoteker tidak berada di apotek. Meskipun sudah ada juga APA yang 

an informasi obat kepada masyarakat melalui posyandu, pertemuan ibu; 

dan langsung di ruang tunggu saat pasien ramai. Keadaan ini tidak 

jauh dengan temuan dalam penelitian tentang model pelayanan 

....,.....,, :::sian prima di apotek tahun 2005 yang belum memenuhi standard yang 

6, 7). Dari hasil wawancara hal ini terutama terjadi karena kurangnya 

en dan profesionalisme apoteker selain aspek remunerasi dan lemahnya 

-aan serta pengawasan dari yang berwenang . 

.. ian pula konseling obat dengan menggunakan PMR (patient medication 

-------=- dan monitoring penggunaan obat sudah dilakukan oleh apoteker meskipun 

"""""--="""""' kepada pasien yang membutuhkan atau kepada pasien penyakit kronik 

ikenal APA. Keadaan ini menunjukkan suatu kemajuan dibandingkan 

ar'l keadaan monitoring penggunaan obat dalam penelitian pengembangan 

pelayanan prima di apotek tahun 2003. Homecare umumnya belum 

.... ,an oleh apoteker antara lain karena membutuhkan persetujuan pasien lebih 

- J agar tidak menimbulkan hal yang tidak disukai pasien. 

·=okok-pokok materi untuk pelatihan bersertifikasi sebagai kualifikasi tambahan 

agi apoteker yang melakukan praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan 

efarmasian : (a) rumah sakit, (b) puskesmas dan (c) apotek 

:>alam upaya peningkatan pelaksanaan fungsi farmasi klinik dari pqtient safety 

~ 

serta KIE dibutuhkan peningkatan farmakoterapi, farmasi klinis termasuk DRP, 

oatofisiologi dan komunikasi, sebaliknya apoteker juga tidak terlalu dibebani 

82 

...

-~,g an 

fungsi administratif dan kuantitasnya ditambah sesuai dengan beban 

=:1a kefarmasian di RS. 

,_ ~nteker yang melakukan praktek kefarmasian di Puskesmas merasakan perlu 

-agang di apotek untuk bisa melayani dengan baik pasien rawat jalan dan 

-agang di RS untuk melayani pasien rawat inap, pengenalan birokrasi, 

:'llunikasi dan pengetahuan interaksi obat. 

= a1am upaya peningkatan pengelolaan obat dan pemasaran obat di apotek 

~ -::>u tuhkan ilmu manajemen logistik khususnya obat, manajemen personalia, 

_,anajemen keuangan dan manajemen pemasaran, sedangkan ilmu 

:nnakologi/farmakoterapi membantu APA dalam pelayanan resep, pelayanan 

formasi obat dan konseling pasien di samping psikologi dan komunikasi. 

~ 

.. 

83

E5MPULAN 

PULAN DAN SARAN 

-,....., aspek pengelolaan/administrasi obat dan farmasi, apoteKer yang 

an praktek kefarmasian di RS sudah memiliki pengetahuan yang baik, 

:alam hal pengetahuan mengenai farmasi klinis dan patient safety masih 

anyak ditingkatkan. Apoteker khususnya lulusan lama masih perlu 

_, ng education" yang mengacu kepada kebutuhan lapangan seperti farmasi 

~an patient safety. 

~ .-a·n upaya peningkatan pelaksanaan fungsi farmasi klinik dan patient safety 

IE dibutuhkan peningkatan farmakoterapi, farmasi klinis termasuk DRP, 

-:s :ologi dan komunikasi, sebaliknya apoteker juga tidak terlalu dibebani 

::.a.., fu ngsi administratif dan kuantitasnya ditambah sesuai dengan beban kerja 

..c:r-::~ asi an di RS. 

eker yang melakukan praktek kefarmasian di Puskesmas telah 

e;enggarakan pengelolaan obat dengan baik, pemberian informasi obat dan 

asi obat serta melakukan visite tidak langsung melalui perawat untuk pasien 

· inap. Promosi dan edukasi masyarakat dilakukan melalui posyandu, 

.a'lgkan homecare yang telah dilakukan terbatas pada pasien tb dan diabetes. 

- ·oteker yang melakukan praktek kefarmasian di Puskesmas merasakan perlu 

-gang di apotek untuk bisa melayani dengan baik pasien rawat jalan dan 

-;ang di RS untuk melayani pasien rawat inap, pengenalan birokrasi, komunikasi 

-- nengetahuan interaksi obat. 

:=~en gelolaan obat dan pelayanan informasi obat dilakukan pada saat 

=-..,verahan obat resep kepada pasien umumnya sudah dilakukan oleh Apoteker di 

ek, pelayanan resep dan konseling obat hanya dilakukan oleh apoteker pada 

---at berada di apotek, serta monitoring penggunaan obat dan home care 

umnya belum dilakukan oleh apoteker. 

Pelatihan yang dibutuhkan untuk menunjang peran tersebut adalah ilmu 

;....anajemen obat, manajemen, personalia, manajemen keuangan, manajemen 

84 

... 

. ~

-saran, farmakologi/ farmakoterapi, perundang-undangan, ilmu resep, 

i dan komunikasi. 

3c'"dasarkan hal-hal tersebut diatas, maka sebaiknya minimal Kepala lnstalasi 

asi RS seharusnya S2 farmasi RS atau S2 farmasi klinis agar dapat 

a an kan program-program pelayanan farmasi RS dengan baik. 

:::iadaan apoteker di Puskesmas perlu segera diantisipasi dengan 

_entukan formasi pegawai dan promosi apoteker agar mendapat pengakuan 

-erbagai pihak. 

Fembinaan melalui penataran ataupun seminar/sosialisasi dan pengawasan 

-· ek kefarmasian khususnya di apotek komunitas perlu ditingkatkan, mungkin 

a sama dengan organisasi profesi. 

85

PUSTAKA 

::ang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 

es Rl, 2010, Permenkes No. 161/Menkes/Per/1/201 0 tentang Registrasi 

-=~a ga Kesehatan 

-":=:::>Kes Rl, 2009, Sistem Kesehatan Nasional 

==-aturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian 

-10, 1996, Good Pharmacy Practice in Community and Hospital Pharmacy 

3.e:tings 

3=:.santi, Rini, et al, 2003, Pengembangan Model Pelayanan Prima di Apotek 

-erutama dari Aspek lnformasi Obat kepada Pasien Penyakit Kronik dan 

:::::-eaeneratif, Badan Litbangkes, DepKes Rl 

'im, Abdul, et al, 2005, Laporan Penelitian Model Pelayanan Kefarmasian 

=.,""'a di Apotek, Badan Litbangkes, DepKes Rl 

-::p://aptfi.or.id/?p=15, 1 Maret 2009, Daftar Akreditasi Perguruan Tinggi 

=armasi Indonesia 

:::>asanti, Rini, et al, 2009, Laporan Penelitian Kesiapan Tenaga Kefarmasian 

. enghadapi Era Globalisasi di Bidang Pelayanan Kefarmasian , Badan 

_.tbangkes, DepKes Rl 

: :Jepkes Rl, 2007, Kepmenkes No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar 

:Jelayanan Farmasi di Rumah Sakit 

:Jepkes Rl , 2007, Kepmenkes No 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar 

::Jelayanan Kefarmasian di Apotek. 

~ DepKes Rl , 2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 

; Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia No. 

13/APTFI/MA/201 0 tentang Standar Praktek Kerja Profesi Apo!eker 

.! DepKes Rl, 1999, Kepmenkes No 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar 

Pelayanan Rumah Sakit 

5. Undang--Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 

-. FIP Statement of Policy on Good Education Practice. 2000 

86 

....

_-:Jsan Direktur Jenderal Bina Kefarrnasian dan Alat Kesehatan Nom or 

J3.DJ.I1.924 Tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Penyusun Pedoman 

-::-·a nan Kefarmasian di Puskesmas 

~ 

.. 

87 

...

. ~ 

.. 

vs

LAMPIRAN 1 

KEMENTERIAN KESEHA TAN RI 

BADAN PENHITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEI"'ATAN 

- ,:: SAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN 

• 

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN 

_ SIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA KESEHATAN DALAM 

- "GKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN NO 36 TAHUN 2009 

peneliti aari Pusat Pehelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan 

atan , Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan-Kemkes Rl sedang 

_ ,an penelitian yang bertujuan untuk: mengidentifikasi kualifikasi apoteker 

· tenaga kesehatan dalam rangka memenuhi ketentuan UU No 36 tahun 

·entang Kesehatan. Untuk mendapatkan data tersebut, kami akan melakukan 

- asi dan wawancata rnendalam aengan apoteker yang mewakili pengelola 

. instalasi farmasi RS, apoteklkamar obat Puskesmas, Dinas Kesehatan 

:Jinas Kesehatan Provinsi, perguruan tinggi farmasi, pengurus BPD IAI di 

_.,g, Surabaya, dan DIY. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan 

-pokok materi pelatihan bersertifikasi bagi apoteker sebagai kualifikasi 

a .... an untuk melakukan ptaktek kefarmasian di masing-masing fasilitas 

"3nan kesehatan sebelum mendapatkan Surat lzin Praktek Apoteker. 

=:=rlu oitegaskan bahwa keikutsertaan sejawat dalam penelitian ini betsifat 

=-ela, kami menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan. 

,,,at berhak menyatakan keberatan untuk ikut serta dalam wawancara dan 

i atau mencabut kembali keterangan yang sudah diberikan serta berhak 

gundurkan diri tanpa sangsi. Apabila sejawat bersedia ikut serta dalam 

eiitian ini, kami akan m~mbetikan pengganti waktu sejawat sebesat Rp. 

-: 800,-. 

_ anggung jawao dan ketua pelaksana penelitian ini adalan 

ama : Drs. Max Joseph Herman, Apt., Mkes 

amat : Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Litbangkes 

kemkes Ri 

Jl. Percetakan Negara no.23A, Jakarta Pusat 10560, telp. 4243314 

a sejawat bersedia ikut serta dalam penelitian ini, kami 111011on 

:=nandatangani formulir pernyataan persetujuan di bawah ini. 

' · 

sejawat 

85

PERNYATAAN PERSETUJUAN SEBAGAI PESERTA PENELITIAN 

_a penjelasan mengenai penelitian ini telah saya mengerti dan saya bersedia ~ · 

s.erta dalam penelitian ini. Dengan menanda tangani formulir ini berarti saya 

atakan setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini. 

Mengetahui 

·· ··· ····· ····· ···· ········ ······ 2010 

Saksi, 

Responaen penelitlan 

-.... ... ........ ............ .... . ) 

( ..... .. .. . . . .. .... ... .... . . . . . ... .... ) 

~ 

.. 

86 

..

LAMPIRAN 2 

~ 

RUMAH SAKIT 

... ENELITIAN ANALISiS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 

-EHATAN DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN 

NO 36 TAHUN 2009 

PEDOMAN 'vVAWANCARA MENDALAM 

APOTEKER FARMASI RUMAH SAKIT 

PUSLITBANG SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN 

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 

KEMENTERIAN KESEHATAN Rl 

~ 

2010 

.. 

87

PEDOMAN WAV.JANCARA MENDALAM 

='=-elum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri, 

=-Jelaskan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara. 

- ~su d/tujuan : mengetahui kualifikasi apoteker yang melakukan praktek 

asian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) apotek, (b) rumah sakit dan 

... skesmas 

·nta persetujuan/kesediaan responden menanda tangani informed consent. 

--··akan nama responden, pendidikan, jabatan, lama menjabat jabatan 

3'

umall saRit 

poteker 

responden 

yang mudah dihubungi 

elulusan 

bekerja di IFRS 

ktu dimulai wawancara 

. ............................... 

................................ 

................................... 

........................... ...... 

..................... ............ 

. ........................ ........ . 

. .............................. . 

4 

~ awancara mendal-am adalah sebagai berikut: 

_ .,urut bapak/ibu apakah fokus utama pelayanan kefarmasian dan apakah 

=-;; atan utama praktek kefarmasian oleh apoteker di RS? 

=-= aan farmasi apa saja yang dikelola oleh instalasi farmasi? Apakah ada 

- ;:::> nya? 

:a peran apoteker dalam pengadaan dan pengelolaan sediaan farmasi? 

-:;am hal apa saja? Tolong ceritakan proses perencanaan, pengadaan, 

-.-Jimpanan dan distribusi sediaan farmasi tsb ke unit-unit serta proses 

:'litoring dan evaluasi yang dilakukan! 

akan aaa cara-cara pengendalian mutu yang ailaksanakan oleh lnstalasi 

=::""nasi RS untuk pelayanan? Tolong ceritakan! Apakah di lokeUarea 

.e- ayar:ta!l pasien ada kotak saran_ atau pernahkah dilakukan survey kepuasan 

::s .en? Siapa yang mengevaluasi? Mohon dijelaskan! 

--a peran apoteker dalam KFT? Apakah kerja sama Apoteker dengan ketua 

:"":lisi dapat berjalan baik? Jelaskan! Apakah ada rapat rutin atau rapat khusus 

-3 am komisi ini yang membahas masalah-masalah yang terkait dengan 

-asalah pelayanan farmasi? Tolong dijelaskan! Apakah formularium RS 

- sJsun oleh komisi ini dan adakah evaluasi kepatuhan terhadap formularium? 

J 1aksanakan oleh siapa dan apa tindak lanjutnya? Apakah ada evaluasi/revisi 

s..=-cara berkala yang dilakukan terhadap formularium? Jelaskan! 

-.::Jakah informasi obat terhadap pasien sudah dilakukan secara khusus dan 

.: dokumentasikan? Bila ya, apakah ada unit konseling dengan ruangan khusus 

._ 1tuk itu? Tolong ceritakan informasi obat yang sering. diberikan dan 

:elaksananya! Bila belum, bagaimana metode informasi obat yang diberikan 

epada pasien? Apakah ada rencana untuk membuat unit khusus konseling? 

- :>a kendalanya? 

-.oakah ada mekanisrne penyaringan awal resep untuk rnelihat rasionalisasi 

:enulisan resep di RS ini? Mohon jelaskan mekanisme pelaksanaannya! 

enurut saudara apakah pengertian Rasionalisasi penggunaan obat? T along 

:erltakan raslonailsasl penggunaan obat yang pernah terjadl dl RS lnl atau 

:.ontoh-contoh rasionalisasi penggunaan obat! 

89 

..

.ai

RUMAI"t SAKIT 

PENELITIAN ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 

SEHATAN DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN 


PEDOMAN WAVvANCARA MENDALAM 

DIREKTURIVVADIR MEDIS/PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT 


BADAN PENEUTIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 

KEMENTERIAN KESEHAT AN Rl 

~ 

2010 

91

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM 

,elum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri, 

--jelaskan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara. 

sud/tujuan : mengetahui kualifikasi apoteker yang melakukan praktek 

=-.:annasian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) apotek, (b) rumah sakit dan 

wuskesmas 

-rninta persetujuan/kesediaan responden menanda tangani informed consent. 

~ 

-~-, yaRan nama tesponden, pendidiRan , jabatan, lama menjabat jabatan 

;al

mah sakit 

responder:'/atasan lgs Apt 

responden 


bekerja di RS 

aktu dimulai wawancara 

.• 

............................... 

. ................................. 

. 

. .................................. 

.................................. 

·································· 

wawancara mendalam adalah sebagai berikut: 

rut bapaklibu apakah fokus utama pelayanan kefarmasian dan apakah 

~; atan utama praktek kefarmasian oleh apoteker di RS? 

---=-: iaan farmasi apa saja yang dikelola oleh instalasi farmasi? Apakah ada 

- ,~ => nya? 

.::.:.a peran apoteker dalam pengadaan dan pengelolaan sediaan farmasi? 

-:'am hal apa saja? Tolong ceritakan proses perencanaan; pengadaan; 

--yimpanan dan distribusi sediaan farmasi tsb ke unit-unit serta proses 

itoring dan evaluasi yang dilakukan! 

-.:akah ada cara-cara pengenda!ian mutu yang dilaksanakan o!eh lnstalasi 

=:masi RS untuk pelayanan? Tolong ceritakan! Apakah di loket/area 

:-: ayariari pasieri ada kotak saran atau pernahkah dilakukari survey kepuasan 

: ~sl en? Siapa yang mengevaluasi? Mohon dijelaskan! 

-::a peran apoteker dalam KFT? Apakah kerja sama Apoteker dengan ketua 

• ~'lli si dapat berjalan baik? Jelaskan! Apakah ada rapat rutin atau rapat khusus 

::dam komisi ini yang membahas masalah-masalah yang terkait dengan 

-asaiah peiayanan farmasi? folong dljeiaskan! Apakah formularium RS 

_ ,susun olen komisi ini dan aaakah evaluasi kepatunan terhaaap formularium? 

: Jaksanakan oleh siapa dan apa tindak lanjutnya? Apakah ada evaluasi/revisi 

seca ra berkala yang dilakukan terhadap formularium? Jelaskan! 

-!lakah informasi obat terhadap pasien sudah dilakukan secara khusus dan 

:-dokumentasikan? Bila ya, apakah ada unit konseling dengan ruangan khusus 

- .tuk itu? Tolong cerltakan informasi obat yang serlng diberlkan dan 

:-€laksananya! Bila belum, bagaimana metode informasi obat yang diberikan 

epada pasien? Apakah ada rencana untuk membuat unit khusus konseling? 

pa kendalanya? · 

akah ada mekanisme penyaringan awal resep untuk melihat rasionalisasi 

enulisan resep di RS ini? Mohon jelaskan mekanisme pelaksanaannya! 

Tolong ceritakan rasionalisasi penggunaan obat yang pernah te~ad~ di RS ini 

atau contoh-contoh rasionalisasi penggunaan obat! 

. ' 

pakah di RS ini sudah ada program patient safety dan SOP/SK/Juknis 

oemberlakuannya? Jelaskan prosedur patient safety tersebut! Bila belum ada, 

93 

..

akan rencana untuK menerapRan program tersebut aan Rapan aRan 

_ : erapkan? Menurut saudara apa peran apoteker yang seharusnya dalam 

-·-~ ram tersebut? 

-.:~a kah RS ini sudah mempunyai program farmasi klinis? Siapa yang 

-~1anggung jawab dan apa saja kegiatan yang dikerjakan? Apakah kegiatan 

:--sebut didokumentasikan dan dievaiuasi? Apakah ada kegiatan visite pasien 

:a, apakah untuk semua ruangan? Mohon jelaskan pelaksanaan dan 

=-ei

PEDOMAN OBSERVASI RS 

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 

. .............................................................. 

Peneliti ............................................................. . 

Tanggal : ........................................................... :. 

aktu mulai pengamatan : ............................................... . 

• 

Pengelolaan Sediaan Farmasi 

elian dari sumber 

-·1eriksaan fisik obat, kemasan dan 

al kadaluarsa 

=-catatan jumlah obat masuk dan keluar 

-:a kartu stoklkomouter 

:---,catatan dan pemisahan obat rusak I 

:aluarsa 

==i1yimpanan ooat oeraasarkan abjaa, 

- s dan bentuk sediaan dalam wadah asli 

--rik 

==1yimpanan bahan obat dalam wadah 

harus dijaga dari kontaminasi dan 

--apat informasi yang jelas termasuk 

: '11or batch dan tanaaal kadaluarsa 

=snyimpanan obat berdasarkan asas FIFO 

=EFO 

n 

==nyimpanan psi 

etentUan 

==ncatatan, pengarsipan dan pelaporan 

-arkotika 

=encatatan, pengarsipan dan pelaporan 

:si 

=embendelan resep sesuai kelompoknya 

_ sertai tanggal, bulan dan tahun yang 

-:udah ditelusuri dan disimpan pada 

ditentukan secara teratur 

:Jemusnahan resep yang telah disimpan 

ebih dari tiga tahun menu rut tata cara 

:>emusnanan rese 

OP untuk pengelolaan sediaan farmasi : 

Gudang sediaan farmasi 

Distribusi ke unit-unit 

Dokblmentasi monitoring dan 

evaluasi 

95

. Sistem DistriiJUsi ollat 

YA I TIDAK KETERANGAN 

.; 

I. Pelayanan obat 

KEGIATAN YA TIDAK 

a.Wawancara Riwayat obat 

J ilakukan 

qutin 

erdokumentasi 

b. Pengkajian dan pelayanan resep 

:Jemerlksaan kelengkapan resep 

::::;emeriksaan keabsahan resep 

:Jemeriksaan kerasionalan resep 

-emeriksaan perhitungan untuk obat 

~acikan 

=>emetiksaan kesesuaian obat 

dengan Resep 

Pemeriksaan kesesuaian etiket . 

dengan Resep 

Penandatanganan salinan resep 

Penyerahan dan pemberian informasi 

Obat 

?elaksanaan protap pelayanan obat 

Pencatatan alamat I nomor telepon 

~ien 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 

. ' 

96

SIMPULAN DAN SARAN 

PULAN 

~ 

_a:am aspel< pengelolaan/aarninistrasi ooat aan farmasi, apotel

saran, farmakologi/ farmakoterapi, perundang-undangan, ilmu resep, 

_ 3gi dan komunikasi. 

• 

=-erdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka sebaiknya minimal Kepala lnstalasi 

- =........,asi RS seharusnya S2 farmasi RS atau S2 farmasi klinis agar dapat 

=-jalankan program-prpgram pelayanan farmasi RS d€mgan baik. 

etiadaan apoteker di Puskesmas perlu segera diantisipasi dengan 

_..-bentukan formasi pegawai dan promosi apoteker agar mendapat pengakuan 

:...; berbagai pihak. 

0 embinaan melalui penataran ataupun seminar/sosialisasi dan pengawasan 

:i .. ,lek kefarmasian khususnya di apotek komunitas perlu ditingkatkan, mungkin 

=-1a sama dengan organisasi profesi. 

~ 

85 

...

• J

LAMPIRAN 1 

KEMENTERIAN KESEHA TAN RI 

BADAN PENHITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEf"'ATAN 

- 'SAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN 

~ 

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN 

.,...dSIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA KESEHATAN DALAM 

,=·:.NGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN NO 36 TAHUN 2009 

-;;;;; peneliti aari Pusat Penelitian aan Pengemoangan Sistem aan KeoijaRan 

- -atan, Bad an Penelitian dan Pengembangan Kesehatan-Kemkes Rl sedang 

•••kan penelitian yang bertujuan untuk: mengidentifikasi kualifikasi apoteker 

--~., .,i tenaga kesehatan dalam rangka memenuhi ketentuan UU No 36 tahun 

entang Kesehatan. Untuk mendapatkan data tersebut, kami akan melakukan 

- asi aan wawancara menaalam aengan apoteRer yang mewakili pengelola 

::=i

-=1andaan khusus resep Narkotika I 

otrooika 

enaendalian mutu 

pengaduan/saran di area 

i 

_ .umentasi survey kepuasan 

s1en 

untuk tiap kegiatan pelayanan 

. Sistem Dispensing khusus (obat sediaan steril, sitostatika) dan Visite 

KEGIATAN 

:.Spensing khusus (sediaan steril, 

·srtostatil

~ u larium terakhir, frekuensi revisi 

-::co ran evaluasi kepatuhan 

1:r-ularium 

i. Pemantauan kadar obat dalam 

:J:ilrah 

~ aksanakan 

=--jokumentasi 

.3C ;::> untuk tiap kegiatan monitoring 

:a- evaluasi 

Konseling dan informasi obat 

. 

I 

~ 

KEGIATAN 

.a. Konselina pasien rawat inap 

: · akukan 

=_tin 

:-.iadvval 

:-·dokumentasi 

b. Konseling pasien rawat jalan 

: akukan 

- ... :in 

-ei adwal 

-e·dokumentasi 

.: . Pelayanan informasi obat 

:::-asaran pasien 

Sasaran ke paramedis 

3-asaran ke tenaga medis 

-emberian informasi indikasi I khasiat 1 

:oat 

=emberian informasi cara dan aturan 

:akai obat - 

::~e mberian informasi cara 

:,-enyimpanan obat 

::::>emberian informasi kemungkinan 

adanya efek samping ooat 

::~emberian informasi kemungkinan 

'lteraksi obat dengan makanan 

~u angan khusus informasi dan 

-

.. 

66 

... .. . . .. .. ............ .... ....... . 

................................... . Jewe6uad 

.. ................................ ; Ym~w~~Y~~ ~~~a 1

LAMPIRAN 3 

PUSKESMAS 

~ 

-ENELITIAN ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 

EHATAN DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN 


PEDOMAN WAVvANCARA MENDALAM 

APOTEKERPUSKESMAS 

PUSLITBANG SISTEM DAN KEBIJAKAN KESE~AT AN 

BADAN PENEUfiAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 


2010 

.. 

100 

. ~


melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri, 

=-ielaskan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara. 

::::•sud/tujuan: mengetahui kualifikasi apoteker yang melakukan praktek 

-':masian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) apotek, (b) rumah sakit dan 

skesmas 

--inta persetujuan/kesediaan responden menanda tangani informed consent. 

•akan nama responden, pendidikan, jabatan, lama menjabat jabatan 

'- ,hir. (semua percakapan selama wawancara dicatat atau direkam dalam 

- '"T€ recorder) 

= esai wawancara ucapkan terima kasih 

~ . 

~ 

101 

--

skesmas 

• •••••••••••••• 1111111 I II I II II II 

oteker PKM 

ang mudah dihubungi 

elu lusan 

erja di PKM 

dimulai wawancara 

. .................................. 

. ........ ......... ....... ... ....... . 

. .............. ... . ............... . 

. 

I 

11111111111111111111 I I IIIII I Ill 

wancara mendalam adalah sebagai berikut: 

- pendapat bapaklibu tentang pedoman pelayanan kefarmasian di 

asmas yang dil

mana pelayanan resiaensial (flame care) yang suaa11 ailaksanakan? 

=a:mana komunikasi yang terjadi dengan berbagai pihak yang terkait ~ 

:::,an an kefarmasian? (kepala puskesmas, asisten apoteker, perawat, bidan, 

maupun karyawan lain). Seberapa sering bapaklibu melakukan 

~ni kasi dengan mereka? 

E-:ah pelayanan obat di PKM sudah ditangani semua oleh tenaga profesi 

; sesuai yaitu Apoteker atau AA? Apakah ada tenaga lain seperti perawat 

; ditempatkan di apoteklkamar obat? 

TERIMA KASIH 

lesai wawancara : .............................. . 

al wawancara 

pewawancara 

.' 

······························· 

. ................................ 

. ................................ 

103 

...

PUSKESMAS 

_ •• ELITIAN ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 

IIESEHA TAN DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN 


PEDOMAN WAV.JANCARA MENDALAM 

KEPALA PUSKESMAS 

PUSUTBANG SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN 



2616 

104 

_. 

. ~


~ 

=-:Blum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan 

:-'""1lelaskan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara . 

.:.-:sud/tujuan : mengetahui kualifikasi apoteker yang melakukan praktek 

_.::armasian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) apotek, (b) rumah sakit dan 

:Juskesmas 

:-1inta persetujuan/kesediaan responden menanda tangani informed consent. 

- ·akan nama responden, pendidikan, jabatan, lama menjabat jabatan 

:::~hi r 

(semua percakapan selama wawancara dicatat atau direkam dalam 

- , ~ recottler) 

= Bsai wawancara ucapkan terima kasih 

diri,. 

105 

--

us Res mas . 

............................... 

. 

................................. 

epala PKM : ............................... .. 

yang mudah dihubungi : ................................ . 

ktu dimulai wawancara : .............................. . 

~ 


-:a penaapat oapal

PEDOMAN OBSERVASI APOTEKIKAMAR OBAT 01 PUSKESMAS 

Puskesmas .............................................................. 

....,."!It puskesmas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 

enanggungjawab ............................................................... 

...•••••••.•.••••••••...••...••....•••...........•.••........• 

~ 

al yang di observasi: 

KEGIATAN 

Pemeriksaan ke 

Pemeriksaan keabsahan resep khususnya 

nduna narkotika dan osikotrooika 

YA 

TIDAK 

LAK 

SANA 

~ 

107

- 

- 

-uniRasi, lflformasi aa.n Ectukasi pasien 

YA I TIDAK 4 

=emberian informasi obat saat penyerahan obat kepada pasien 

-elipYti: 

',Q 

I KEGIATAN I 

1 lndikasi/khasiat obat 

2 Waktu, lama dan cara penggunaan obat 

3 

Kemungkinan adanya efek samping yang 

timbul 

4 Kemungkinan interaksi obat dengan makanan 

5 Kontraindikasi obat 

6 Cara penyimpanan obat 

7 

Penyediaan informasi obat antara lain dalam 

bentuk spanduk, poster, brosur, leaflet 

8 Protap untuk KIE tertulis 

ngelolaan obat 

'tO KEGIATAN YA TIDAK 

1 

Perencanaan pengadaan sediaan farmasi 

memperhatikan pola penyakit, LPLPO 

2 

Permintaan obat ke lnsta!asi Farmasi 

Kab/Kota 

3 

Pemeriksaan fislk obat, kemasan dan tanggai 

kadaluwarsa 

4 

Pencatatan jumlah obat masuk dan keluar 

pada kartu stoklkomputer 

5 

Pencatatan dan pemisahan obat 

rusak/kadaluarsa 

Penyimpanan obat berdasarkan abjad, jenis 

6 dan bentuk sediaan dalam wadah asli dari 

' 

pabrik 

Penyimpanan bahan obat dalam wadah lain . 

7 

dijaga dari kontaminasi dan ada informasi 

jeias daiam wadah termasuk nomor batch 

dan tgl kadaluarsa 

Penyimpanan obat berdasarkan asas 

a 

FIFO/FEFO 

. 

~ 

9 Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan 

10 Penyimpanan psikotropika sesuai ketentuan 

108 

...

1 

~3 

4 

"5 

Pencatatan, pengarsipan dan pelaporan 

narkotika 


sikotropik 

Pembendelan resep sesuai kelompoknya 

disertai tanggal, bulan dan tahun serta 

disimpan pada tempat yang ditentukan 

secara teratur 

Pemusnahan resep yang telah disimpan lebih 

dari tiaa tahun menurut ketentuan 

Protao oenaelolaan obat tertulis 

4 

etenagaan 

0 KEGIATAN 

1 I Selalu siap, ramah dan sopan melayani 

asien 

2 I Menjalin team work yang solid dengan tugas 

pokok dan fungsi yang jelas untuk tiap 

karvawan 

3 I Memakai pakaian rapi atau seragam dan 

name taa selama di apotek Puskesmas 

4 I Ada asisten aooteker 

5 I Selalu meningkatkan/memperbaharui 

pengetahuan baik jalur formal maupun 

nonformal 

YA 

TIDAK 

~ 

109

LAMPIRAN 4 

~ 

APOTEK 

PENELITIAN ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 



PEOOMAN WA'vVANCARA MENDALAM 

APOTEKER PENGELOLA APOTEK 

PUSLITBANG SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEI'iAT AN 

BAD AN PENELifiAN DAN PENGEM8ANGAN KE5EHA fAN 

KEMENTERIAN KESE!iATAN Rl 

2010 

.. 

110 

. ~ 

. .


~ 

melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri, . 

:1jelaskan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara. 

a>

APA (full timer) 

p yang mudah dihubungi 

kelulusan 

bekerja sebagai APA 

aktu dimulai wawancara 

• ...................... ........ 

.................................. 

.................................. 

. .................................. 

.... ....................... .... 

. ............... ... .......... .. . 

. ············ .................. . 

· wawancara mendalam adalah sebagai berikut: 

=rJurut bapak/ibu apakah fokus utama pelayanan kefarmasian dan apakah 

=-:;iatan utama praktek kefarmasian olen apoteker di Apotek? 

= ::>iapa saja yang berperan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan 

:-="Dekalan kesehatan lainnya di apotek ini? · (perencanaan, pengadaan, 

:-='lyimpanan, pencatatan dan evaluasi, pengelolaan obat rusak dan daluarsa). 

-='askan! 

_ Siapakah yang melaksanakan pencatatan dan pelaporan, khususnya 

-a1n€Jan anti~iG>tika 

apa? Diindikasikan untuk infeksi apa? Apakah antibiotika tersebut 

mempunyai efek samping atau kontraindikasi? Berapa d.osis lazim yang 

sering diresepkan? Apakah ada interaksi antibiotika tersebut dengan obat 

lain atau makanan? 

Antlhlpertensl apa yang serlng dlresepkan? fermasuk goiongan 

antinipertensi apa? Apakan antihipertensi terseout mempunyai efek samping 

atau kontraindikasi? Bagaimana aturan pakai dan· dosis lazim yang sering 

~ 

diresepkan? Apakah ada interaksi antihipertensi tersebut dengan obat lain 

atau makanan? 

112

.;ntidiabetes apa yang sering diresepkan? Apakah antidiabetes tersebut 

empunyai efek samping atau kontraindikasi? Bagaimana aturan pakai dan 

josis lazim yang sering diresepkan? Apakah ada interaksi antidiabetes 

:ersebut dengan obat lain atau makanan? 

ntihiperkolesterol apa yang sering diresepkan? Apakah antihiperkolesterol · 

:ersebut mempunyai efek samping atau kontraindikasi? Bagaimana aturan 

nakai dan dosis lazim yang sering diresepkan? Apakah ada interaksi 

antihiperkolesterol tersebut dengan obat lain atau makanan? 

- Obat asam urat apa yang sering diresepkan? Apakah obat asam urat 

ersebut mempunyai efek samping atau kontraindikasi? Bagaimana aturan 

pakai dan dosis lazirn yang sering diresepkan? Apakan ada interaksi obat 

asam urat tersebut dengan obat lain atau makanan? 

- Anti TBC apa yang sering diresepkan? Apakah anti TBC tersebut 

mempunyai efek samping atau kontraindikasi? Bagaimana aturan pakai dan 

aosis lazim yang sering airesepKan? Apakan aaa interaksi anti TBC terseout 

dengan obat lain atau makanan? 

S apa yang melakukan pelayanan KIE baik kepada penderita maupun pihak 

a n? lnformasi apa saja yang diberikan? Sumber data apa saja yang biasa 

: akses untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan? Fasilitas apa saja 

-enurut bapaklibu yang dlbutuhkan untuk meiakukan konseiing kepada paslen 

:an fasilitas apa yang sudah dimiliki? 

en urut bapaklibu apakah kontribusi pelayanan kefarmasian dalam pelayanan 

esehatan? 

':-~akah promosi dan edukasi dalam pemberdayaan masyarakat sudah 

- 'akukan (swamedikasi)? Apa saja yang dipersiapkan untuk itu? Jelaskan! 

-;;akah pelayc:H1an residensial (home care) sudan dilaksanakan dan oleh 

_.apa? Bila ada apakah ada dokumentasi? 

- ;;akah menu rut bapaklibu resep yang masuk ke apotek sudah rasional? 

enurut bapaklibu apa yang djbutuhkan untuk menunjang kebijakan peresepan 

__ at yang rasional? 

-..;akah bapaklibu mengetahui tentang Undang-undang no 36/2009 tentang 

esehatan dan khususnya PP no 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian? 

slaskan. Apa hambatan/kendala yang dihadapi dalam melakukan 

.engembangan/perbaikan apotek menuju Good Pharmacy Practice? Materi dan 

ik khusus apa yang menurut bapaklibu masih perlu ditingkatkan bagi 

- "'teker di pelaynan kefarmasian? 

. .. 

113 

..

akah sering bapak/ibu melakukan komunikasi dengan sesama apoteker, 

:..jer praktek atau nakes lain, pasien? Hal apa saja yang sering 

:::>munikasikan dan biasanya secara langsung atau melalui telepon? ~ 

--=Jaimana tanggapan mereka? Apakah ada kendalanya dan bagaimana 

-e,gatasinya? Jelaskan! 

=!ain kegiatan yang telah disebutkan tadi, masih adakah kegiatan penunjang 

~ yang dilakukan apoteker di apotek ini (pengelolaan keuangan dan SDM)? 

::l lau ada sebutkan dan tolong dijelaskan. 

TERIMA KASIH 

selesai wawancara : ...................... Nama pewawancara . ...................... . 

I wawancara : ....................... Tanda tangan . ....................... . 

.. 

114

APOTEK 

~ 

ENELITIAN ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 




PQTEKER PENDAMPINGffENAGA TEKNIS KEFARMASIAN 01 APOTEK 




2010 

. ~ 

.. 

115



askan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara. 

: mengetahui kualifikasi apoteker yang melakukan praktek 

- -:z asian di fasilitas pelayanan kefarmasian: (a) apotek, (b) rumah sakit dan 

~ 

·a persetujuan/kesediaan responden menanda tangani informed consent. 

an nama responden, pendidikan, jabatan, lama menjabat jabatan 

r-. (semua percakapan selama wawancara dicatat atau direkam dalam 

~i wawancara ucapkan terima kasih 

- 

116

Tenaga Teknis Kefarmasian 

bekerja di apotek 


ktu dimulai wawancara 

. .................. ............ 

. ................... ............ 

.................................. 

. ................................. 

. .................................. 

. ............................... 


Siapa saja yang berperan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan 

=-nekalan kesehatan lainnya di apotek ini? (perencanaan, pengadaan, 

=~yim panan, pencatatan dan evaluasi, pengelolaan ooat rusak dan daluarsa). 

=·askan! 

_ Siapakah yang melaksa!lakan pencatatan dan pelaporan, khususnya 

=""'ot'otika dan psikotropika? Jelaskan! 

4 

-~ apa yang paling sering melakukan pelayanan obat bebas dan bebas terbatas 

a--,pai kepada penggunaan obat? Apakah bapaklibu mengetahui tentang 

.:::-'tar Obat Wajib Apotek? Obat saja yang banyak dicari konsumen? Apakah 

__ at tersebut mempunyai efek samping atau kontraindikasi? Apakah ada 

·eraksi obat tersebut dengan obat lain atau makanan? lnformasi apa saja 

.::'lg diberikan? 

~; 3.a a saja yang terlibat dalam pelayanan obat resep, mulai dari resep masuk 

::a"'1pai kepada penggunaan obat? Apakah sudah ada protap untuk tiap 

=-~ l atan yang dilakukan (skrining resep : administrasi, farmasetik dan klinis, 

- 3.up un penyiapan obat : peracikan, etiket dan kemasan, penyerahan, 

:-rmasi dan konseling, serta monitoring. 

- saek apa saja menu rut bapaklibu yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian 

-=sep dan untuk ltu fasHitas apa yang dlperiukan? 

S apa yang melakukan pelayanan KIE baik kepada penderita maupun pihak 

.a 1? lnformasi apa saja yang diberikan? Sumber data apa saja yang biasa 

: .akses untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan? Fasilitas apa saja 

-enurut bapaklibu yang dibutuhkan untuk melakukan konseling kepada pasien 

-an fasilitas apa yang sudah dimiliki? 

3agaimana promosi dan edukasi dalam pemberdayaan masyarakat yang sudah 

: akukan (swamedikasi) dan siapa yang terlibat langsung? 

Selain kegiatan yang telah disebutkan tadi, siapakah yang melakukan kegiatan 

:enunjang lain di lakukan apotek ini (pengelolaan keuangan dan SDM)? Kalau 

a:Ja sebutkan dan tolong dijelaskan. · 

. ' ~ 

-~akah sering bapaklibu melakukan komunikasi dengan apoteker, dokter 

::;raktek atau nakes lain, pasien? Hal apa saja yang sering dikomunikasikan dan 

117 

..

- "a secara langsung atau melalui telepon? Bagaimana tanggapan 

_ ,a? Apakah ada kesulitan dan bagaimana mengatasinya? Jelaskan! 

_ ut bapaklibu, bagaimana pelayanan kefarmasian yang baik? Apakah 

bu tahu tentang Undang-undang no 36/2009 tentang Kesehatan dan. 

ya PP no 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian? 

~ 

TERIMA KASIH 

esai wawancara : .............................. . 

................................ 

' 

. . . ........ ....... .. ............ . 

~ 

.. 

118

PEDOMAN OBSERVASI APOTEK 

.............................................................. 

~ 

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 

I yang di observasi: 

yanan obat 

YA I TIDAK 

PELAK 

SANA 

oemberian infromasi 

elp pasien 

~ ..... pasien penyakit kronis 

'lternet 

- Obat 

omunikasi, lnformasi dan Edukasi pasien 

KEGIATAN 

TIDAK I PELAK 

SANA 

119

gelolaan obat 

YA 

TIDAK 

PELAK 

SANA 


a kartu stok/komouter 


rusaklkadaluarsa 


dan bentuk sediaan dalam wadah asli 

Penyimpanan bahan obat dalam wadah lain 


yang jelas termasuk nomor batch dan tanggal 

kadaluarsa ---- - -- - 


FlfO/ft=t=O 

Penyimpanan narkotika tersendiri lemari 

khusus 

Penyimpanan psikotropika tersendiri lemari 

khusus 


narkotika 


ik 

120 

_.

;:)embendelan resep sesuai kelompoknya 

:.sertai tanggal, bulan dan tahun yang mudah 

:1elusuri dan disimpan pada tempat tertentu 


;:)emusnahan resep yang telah disimpan lebih 

_ari tiaa tahun menurut ketentuan 

artu stoklkomputer: no faktur-no batch-exp 

:ate 

3uku defekta 

3uku per UU 

:::ormat laooran 

elolaan obat tertulis 

~ 

enagaan 

KEGIATAN 

Selalu siap, ramah dan sopan melayani 

onsumen 

v1enjalin team work yang solid dengan tugas 


YA 

TIDAK I PELAK 

SANA 

121 

...

LAMPIRAN 5 

4 

FAKULTAS FARMASI 

NELITIAN ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 

1\;;.nATAN DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN 



PEMBANTU DEKAN 1/BAGIAN KURIKULUM 

FAKULTAS/JURUSAN FARMASI 


BADAN PENEUfiAN DAN PENGEMBANGAN KESEHAfAN 


2010 

122 

_. 

. ~


~ 

melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri •. 

.asKan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara. 

--.::>-":..

pond en 



................................ 

................................... 

. ............................... 

·awancara mendalam adalah sebagai berikut: 

bapaklibu, bagaimana situasi praktek kefarmasian di RS, Puskesmas 

otek pada saat ini berkaitan dengan PP no 51/2009 tentang Pekerjaan 

:"'Tlasian? Apakah sudah sesuai? Jelaskan! 

_ mana kompetensi apoteker saat ini dalam melakukan praktek 

asian di RS, Puskesmas, Apotek? Apakah mereka sudah mempunyai 

ampuan dan kompetensi sesuai standar pelayanan kefarmasian di RS 

_ . 200{ Puskesmas tahun 2006 dan Apotek tahun 2004 dalam rangka 

enuhi ketentuan UU tentang Kesehatan no. 36/2009 dan PP tentang 

_ eliaan Kefarmasian no 51/2009? 

oetensi apa saja yang diberikan kepada caJon apoteker di bidang 

a:anan kefarmasian agar mampu melakukan standar/pedoman pelayanan 

di RS, Puskesmas dan Apotek tsb maupun Good Pharmacy 

petensi apa saja yang akan dikembangkan dalam rangka memenuhi 

=~entu an UU tentang Kesehatan no. 36 tahun 2009 dan PP tentang Pekerjaan 

~=iarmasian no 51 tahun 2009? 

_:::: 'am hal apa saja para apoteker harus meningkatkan kualitas/kemampuan 

-.e:eka agar dapat mengembangkan pelayanan kefarmasian sesuai dengan 

:::'1dar/pedoman pelayanan kefarmasian maupun Good Pharmacy Practice? 

-.:akah diperlukan penyesuaian kurikulum atau tambahan materi tertentu agar 

~mat memenuhi PP no 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian? Jelaskan! 

akah ada hambatan/kendala dalam pengembangan kompetensi baik 

endidik maupun peserta didik dalam rangka memenuhi ketentuan peraturan 

:-erundangan yang berlaku? Jelaskan! 

enurut bapaklibu ilmu non farmasi apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan 

- ~aktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek? Jelaskan apa yang sudah 

~ ·• akan dikembangkan! 

. 

Apa yang bapaklibu sudah dan/atau akan laksanakan/r.encanakan dalam 

angka pendidikan berkelanjutan bagi para apoteker? Jelaskan! 

124

EKUNDER 

ohon foto kopi mata kuliah serta garis besar program pengajaran yang . 

~ 

·e ah dan akan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan atau 

• ::>mpetensi apoteker dalam praktek kefarmasian agar dapat memenuhi 

~ etentuan UU Kesehatan no 36/2009 dan PP Pekerjaan Kefarmasian no 

:1/2009? 

TERIMA KASIH 

lesai wawancara : .............................. . 

~al wawancara . . . ........................ .... . 

pewawancara 

~ 

125

LAMPIRAN 6 

IAI ~ 

...... ELITIAN ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 

TAN DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN 



PENGURUS IKATAN APOTEKER INDONESIA 


BAD AN PENEUiiAN DAN PENGEMBANGAN KEsEHAi AN 


2()1() 

126 

. ~ 

. .


_.urn melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri, 

-.elaskan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara. 

~u d/tujuan: mengetahui kualifikasi apoteker yang melakukan praktek 

::masian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) apotek, (b) rumah sakit dan 

:..1skesmas 

nta persetujuan/kesediaan responden menanda tangani informed consent. 

--:-! akan nama responden, pendidikan, jabatan, lama menjabat jabatan 

:::".nir. (semua percakapan selama wawancara dicatat atau direkam dalam 

-e recorder) 

ai wawancara ucapkan terima kasih 

~ 

~ 

127

esponden 



........................ ........... 

................................. 

. . ........... ........ ...... ...... . 

. ....... .... ... . . ... ....... .... . 


~ 

_a ~ ana kuantitas dan kualitas serta kemampuan atau kompetensi apoteker 

i dalam melakukan praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek? 

.an mereka sudah· mempunyai kemampuan atau kompetensi sesuai 

:ar/pedoman pelayanan kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek dalam 

;c-a memenuhi ketentuan UU Kesehatan no 36/2009 dan PP Pekerjaan 

=~ asian no 51/2009? 

-· ... t bapaklibu bagaimana eksistensi apoteker pada saat ini? Apakah 

~ dengan harapan dan yang diamanatkan dalam PP no 51/2009 tentang 

=~a an Kefarmasian? 

eran organisasi IAI dalam pembinaan dan pengembangan profesi 

asi? Jelaskan apa yang sudah dilaksanakan! 

_ a:an apa saja yang telah dan akan dilakukan dalam rangka pembinaan dan 

;embangan apoteker khususnya dalam rangka memenuhi ketentuan UU 

=-atan no 36/2009 dan PP Pekerjaan Kefarmasian no 51/2009? 

:-etensi apa saja yang dirasa perlu untuk dikembangkan dalam rangka 

-enuhi ketentuan UU Kesehatan no 36/2009 dan PP Pekerjaan 

-ilasian no 51/2009? 

~ saran bapaklibu untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan atau 

:€tensi apoteker dalam rangka memenuhi ketentuan UU Kesehatan no 

--g dan PP Pekerjaan Kefarmasian no 51/2009? 

foto kopi dokumentasi penataran/pelatihan apot,!3ker yang pernah 

enggarakan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi apoteker 

...... bidang pelayanan kefarmasian agar dapat memenuhi ketentuan UU 

='"',atan no 36/2009 dan PP Pekerjaan Kefarmasian no 51/2009? 

TERIMA KASIH 

. ~ 

esai wawancara : ....................... Nama pewawancara . . . . .................... . 

: ........................ Tanda tangan . . . . .... ...... ......... .. 

-128

LAMPIRAN 7 

DINKES PROV/KAB/KOTA 

~ 

ELITIAN ANALISIS KUALIFIKASI APOTEKER SEBAGAI TENAGA 

TAN DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN UU KESEHATAN 



BAGIAN FARMASI DINKES PROVINSI/KABUPATEN/KOTA 


BAD AN PE:NEUfiAN DAN PENGEM8ANGAN KESEHA fAN 


2010 

129 

. ~


~ 


askan secara ringkas maksud dan tujuan wawancara. 

-~ltuj uan : mengetahui kualifikasi apoteker yang melakukan praktek 

asian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) apotek, (b) rumah sakit dan 

.:.::i~esmas 

-~a persetujuan/kesediaan responden menanda tangani informed consent. 

aKan nama responden, pendidikan, jabatan, lama menjabat jabatan 

- ir. (semua percakapan selama wawancara dicatat atau direkam dalam 

~ --ecorder) 

_sai wawancara ucapkan terima kasih 

130

IOinas Kesehatan 

ponden 

ng mudah dihubungi 


. .......... .......... .. . . . ....... .. . 

................................. 

. ............ ..... .. . ... .. .. ..... . 


ana pelaksanaan praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek 

- saat ini? Apakah sudah sesuai harapan PP no 51/2009 tentang Pekerjaan 

-~a sian? Apakah sudah ada sosialisasi ke apoteker di RS, Puskesmas 

~:Jotek tentang PP no 51/2009 tsb? 

'aKan apa saja yang telah dan akan diambil agar standar pelayanan 

-ilasian dapat dilaksanakan? 

_.a,mana arah kebijakan yang akan diambil dalam rangka melaksanakan 

-::ar/pedoman pelayanan kefarmasian maupun dalam rangka memenuhi 

UU Kesehatan no 36/2009 dan PP Pekerjaan Kefarmasian no 

i 

--.gembangan dalam bidang apa saja yang akan dilakukan untuk 

aksanakan standar/pedoman pelayanan kefarmasian atau Good Pharmacy 

--:::tice dalam rangka memenuhi ketentuan PP tentang Pekerjaan 

.=:armasian no 51/2009? 

-;a pendapat/saran bapaklibu terhadap pelaksanaan praktek kefarmasian di 

- -.:; Puskesmas dan Apotek, terutama di bidang kompetensi apoteker? 

=.;-gaimana menurut bapaklibu tentang kuailtas, kuantltas maupun kompetensi 

:::oteker saat ini? Apakah sudah cukup memadai? 

: a1am hal apa saja yang masih menjadi kelemahan atau kekurangan apoteker 

:a 'am melakukan praktek kefarmasian sesuai dengan PP tentang Pekerjaan 

efarmasian no 51/2009? 

3agaimana pengembangan yang telah dan seharusnya dilakukan untuk 

~eni ngkatkan kualitas atau kompetensi apoteker dalam praktek kefarmasian 

s.esuai dengan PP tentang Pekerjaan Kefarmasian no 51/20-09? 

""'pa pendapat/saran bapaklibu agar tenaga apoteker mempunyai kesiapan 

1emenuhi ketentuan UU Kesehatan no. 36 tahun 2009 dan PP Pekerjaan 

'efarmasian no 51 tahun 2009? 

TERIMA KASIH 

selesai wawancara : ...................... Nama pewawancara . ............ ............ . 

ggal wawancara : ...................... Tanda tangan . ........................ . 

131 

• '

LAMPIRAN 8 

~L WAWANCARA MENDALAM DENGAN APOTEKER RUMAH SAKIT 

4 

~er 1 Rumall Salakai, bahan Baku. Pengadaan Alat Medis dilakukan oleh tim tersendiri. 

poteker dalam pengadaan sebagai tim teknis dan mempunyai sertifikat 

aan. Apoteker RS juga berperan dalam perencanaan obat, seleksi obat, 

an supplier, sampai pada penerimaan obat. 

=--.ses perencanaan sediaan farmasi berdasar metode konsumsi , metode 

._..,-..:......, iologi dan kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi, Selain itu 

engacu pada DOEN, catatan medik, anggaran tersedia, prioritas, siklus 

ao

='FO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). Pendistribusian 

farmasi untuk pelayanan individu baik pasien IGD, Rawat lnap dan Rawat 

:;:, stem distribusi sediaan tarmasi ke pasien dengan mempertimbangkan 

distribusi secara desentralisasi maupun sentralisasi, di samping 

_.......::.:-im bangkan etisiensi dan etektivitas sumber daya yang ada . 

.:::endalian mutu yang dilaksanakan di RS merupakan kegiatan yang harus 

atikan beberapa unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan ketarmasian 

..... sur input yaitu SDM, sarana dan prasarana, dana; unsur proses, stat dan 

~~~i 

lnstalasi tarmasi, lingkungan (kebijakan direksi) dan standar pelayanan. 

:ahap pengendalian mutu meliputi kualitas pelayanan ketarmasian, kualitas 

~an tarmasi yang sedang berjalan, peningkatan kualitas SDM, peningkatan 

~~.::. sarana dan prasarana pelayanan tarmasi yang sudah ada, penilaian ulang 

- pelayanan farmasi. Di area Pelayanan Pasien terdapat kotak saran, 

a pasien bisa menyalurkan aspirasinya ataupun membuat kritik terhadap 

_ el

di mana proses tetap berjalan terus, artinya sementara tormularium 

atnnasi obat oleh apoteker sudah dilakukan baik secara aktit maupun pasit 

a konsumen. lnformasi dapat berupa menjawab pertanyaan dari pasien 

un tenaga profesional kesehatan baik langsung, lewat telepon maupun 

_ .ikasi lain. Selain itu informasi mengan membuat leaflet, bulletin dan label 

ntormasi obat dilakukan oleh Apoteker. Konseling dilakukan terhadap pasien 

inap maupun rawat jalan. Beberapa kriteria pasien yang mendapat prioritas 

onseling antara lain pasien yang dirujuk dokter kepada farmasis, pasien 

penyakit kronis, pasien khusus, geriatri, pediatri., pasien yang mendapat 

polifarmasi, pasien yang akan pulang setelah dirawat. Unit konseling khusus 

::anakan ada, masih terhambat dengan fasilitas sarana dan prasarana (ruang 

_s konseling) 

="'anisme penyaringan resep meliputi seleksi persyaratan administrasi, dan 

-atan klinis. Pengkajian resep dilakukan terhadap resep pasien rawat jalan 

::s;vat inap. Pengkajian administrasi meliputi nama, umur, jenis kelamin , tgl 

ruangan, unit asal. Pengkajian farmasetis meliputi bentuk, dosis, jumlah 

etersediaan, aturan, cara dan teknis penggunaan. Sedangkan pengkajian 

meliputi ketepatan indikasi, dosis, waktu pengunaan, adanya alergi, interaksi, 

samping, kontra indikasi. Ketidakrasionalan obat sering terjadi, misal obat 

oertensi (kombinasi), kombinasi antibiotika, polifarmasi). 

::rogram patient safety belum sepenuhnya, masih dalam tahapan/proses. 

h ini baru sebatas skrining dan informasi kefarmasian yang dilakukan 

·.eker terhadap pasien. Rencana ada sehingga dokter berkaitan d,engan patient 

:y, menghindari ketagu-raguan penggunaan obat. 

. ~ 

134

-9ram farmasi klinis, belum berjalan sebagaimana mestinya. Kendala yaitu 

apasitas SDM, pengetahuan khusus farmasi Klinis sebenarnya sangat 

-~an, 

akan tetapi kenyataan kendala SDM yang expert dalam farmasi klinis, 

:::>ing itu pekerjaan secara administrasi yang cukup banyak meriambah 

poteker untuk menjalankan farmasi klinis tersebut. Kegiatan visite pasien 

j ilaksanakan sejauh ini. 

- :~ek er terlibat dalam Tim/Panitia lain yaitu Panitia Peningkatan Mutu 

an Kesehatan RS (PMPKRS), Tim Pengendalian lnfeksi Nosokomial, Tim 

- ·~g ulangan AIDS, SARS, Flu burung, Demam berdarah, dan Rehabilitasi 

~ 

ampuan yang penting untuk bekerjC! di RS yaitu kemampuan komunikasi 

profesional, hubungan antar profesi, juga kemampuan manajemen finansial 

11ulai penganggaran sampai target yang akan dicapai. Pelatihan cukup 

di antaranya farmasi klinis, PIO, finansial dan program visite. Materi yang 

_u,an di atas dulu tidak pernah didapat di kuliah, akan tetapi penting dan 

kan IFRS. 

1 

.-.,._ """ker 2 Rumah Sakit 1 

'=Ji

Tim penerimaan barang apoteker juga masuk atau paling tidak 

•en apoteker yg masuk. 

~ 

penyimpanan: pengadaan dilakukan minimal 1 bulan, karena tempat 

- ·nmpanan tidak memenuhi syarat. Koordinator gudang/logistik 

-=--:>ekalan farmasi adalah apoteker. 

: s~b usi: ke unit=unit pelayanan, bangsal2. Obat dengan resep ke unit 

--= ayanan induk. 

"'"'ev: Tiap 3 bulan melakukan evaluasi pelayanan: 

_ , .lah R/ berapa, Jumlah dana berapa, jumlah klaim berapa, 

:-emasalahan2 yang muncul, semuanya dilaporkan ke koordinator untuk 

:-:eruskan ke Ka. lnstalasi Farmasi. 

:::-cara pengendalian mutu yang dilakukan lnstalasi Farmasi: 

J'le day dose dispensing untuk 1 bangsal 

ecepatan waktu tunggu 1 tahun sekali 

~ urvey kepuasan pelanggan 1 tahun sekali 

da kotak saran depan apotek 

-asilnya semua direkap oleh Apoteker dan dilaporkan ke Direktur untuk 

·:Jrtindak lanjuti. 

::>enyerahan obat sudah 100% oleh Apoteker. Farmasi klinis yang sudah 

dilakukan adalah konseling, konsultasi obat, dan PIO. 

lnstalasi farmasi sering mendapatkan pertanyaan dari pelanggan baik lewat 

elepon, surat-surat ataupun secara langsung. 

Kegiatan lain melakukan evaluasi obat-obat yang ada di luar formularium 

dan mengkaji resep seperti interaksi obat dan DRP. 

=eran Apoteker dalam KFT sebagai sekretaris dan anggota. Kerja sama 

an komite medis baik. KFT ada di bawah Direktur dan tidak ada di bawah 

e Medis, ketuanya KFT adalah dokter spesialis. Rapat KFT secara rutin 

:aKan 2 bulan sekali, yang dibicarakan revisi formularium, ~tandard 

terapi, 

~ 

_ran bulanan, evaluasi kepatuhan terhadap formularium yg· sejauh ini sudah 

... 

136

95-97%. Tidak ada jadual untuk evaluasi formulairum, hanya 

.....__,. ...... ~n kebutuhan. 

~ 

:an konseling sudah jalan dan sudah ada ruangan khusus mulai tahun 

3 _dah ada dokumentasinya. PIO/konseling dilakukan dengan 2 cara:' Pas if: 

-anya, dan apoteker beri informasi. Aktif: Apoteker memberikan informasi 

"" "'al;hal yang berdasarkan respe penting, mis. Polifarmasi atau ada bentuk 

at yang khusus. ·lnformasi obat diberikan ke dokter, perawat dan tenaga 

lain. Misalnya: dokter menanyakan dosis, perawat menanyakan cara 

-~a n stabilitas. 

g resep mula2 dilihat dulu apakah resep telah memenuhi persyaratan 

.,..asi, kemudian kelengkapan resep, dan kerasionalan obat, mis: dosisnya 

seKali, setelah dilihat referensinya ternyata dianggap membahayakan jadi 

: '

an yang penting untuk bekerja di IFRS: Communication skill, tanggap & 

::>ada pasien. Selama di RS pernah mengikuti pelatihan farmasi klinis. 

~ 

-ang dulu tidak pernah dapat waktu kuliah: Communication Skill. 

tll*«er 1 Rumah Sakit 2 

_s utama Pelayanan Kefarmasian adalah Patient Care. Patient care sendiri 

=engelolaan perbekalan famrasyi sampai dengan penyerahan obat 

?elayanan kefarmasian: memastikan obat diterima pasien secara benar 

:an menghasilkan outcome yang diharapkan . 

=-; atan utama praktek kefarmasian di apotek adalah pelayanan kefarmasian 

3gar dapat maksimal hasilnya perlu dukungan pengelolaan farmasi yang 

=--.gelolaan barang di lnstalasi Farmasi sudah mengikuti kebijakan satu pintu 

--eliputi: obat, reagensia, film, susu, alkes habis pakai, des infektant untuk 

_ gan, bahan untuk sterilisasi seperti autoclave, biological, radical. Dan 

---ya ada SOP nya masing-masing 

-=an Apoteker dalam pengelolaan: mulai dari seleksi obat dalam formularium , 

:anaan, pengadaan, penyimpanan, logistik. Tugas apoteker: memastikan 

:as dan kualitas obat terjaga. 

site di pelayanan. Distribusi: obat yang sudah diseleksi dan 

n dikirim ke unit ybs, dikontrol suhunya, cara membawanya (mis. 

tika),dan mengedukasi assisten apoteker. 

oteker melakukan MONEV dengan cara menganalilsis Turn of Ratio, yaitu 

- _[8ran obat dalam 1 tahun dan hasilnya 3ox setahun, memantau suhu dengan 

r ke brosur, melihat apakah FIFO sudah jalan benar · atau tidak, sehingga 

-obat yang expired sangat kecil. 

S·stem purchasing: minimal ED nya 2 tahun kecuali untuk produk human dan 

--obat ini dikomunikasikan dengan dokter. Pengadaan umynviya untuk 2 s/d 

. - r~ 

138

;;endalian mutu: 

-spek barang secara ISO setiap 6 bulan dan akreditasi setiap 3 tahun~ 

3alai POM juga rajin memeriksa . 

.. spek pelayanan kefarmasian: Medication error, drug related problem. 

,,asalah ini dikomunikasikan dengan dokter dan perawat. Untuk 

-..enghindari medication eror di bicarakan melaluan pertemuan apoteker 

:engan tenaga farmasi dan melakukan presentasi. Untuk Drug related 

:'"oblem melakukan koordinasi dengan dokter, misalnya: yang lebih mahal 

~: :g anti dengan yang lebih murah. 

:: ~e otak Saran 

- ·ey Kepuasan Pelanggan dilakukan 1 -2 x setahun. Yang mengevaluasi 

stalasi Farmasi. Hasilnya di follow up, contohnya: 

asalah kecepatan pelayanan: Apoteker magang diminta membantu 

'""'elayanan setelah ditraining dulu 

da electronic prescribing dari poliklinik. Biasanya baca 1 resep butuh 2 

....,enit, dengan elektronik prescribing 1 resep butuh 1 menit, sehingga 

::>embacaan resep 139ias lebih cepat dan jelas. 35% dari dokter yg ada di 

qs mau nulis emal prescribing. Electronic Prescribing sudah mendapat 

omitmen dari direktur dan manajemen. Hasilnya ada kenaikan pelayanan 

ecepatan resep. 

-~· eker berperan sebagai sekretaris dalam Komite Farmasi dan Terapi dan 

Apoteker masuk dalam KFT. KFT ada dibawah Komite Medis, dan kerja 

Apoteker dengan ·komisi baik. Berdasarkan evidence based dan 

- . 

aceutical development apoteker berdiskusi dengan dokter untuk menyeleksi 

-ang akan masuk formularium dan untuk pengadaan. 

-.apat KFT setiap bulan 1 x untuk mengintegrasikan kepentingan agar jalan 

·si yang sama. 

=:'1Tlularium disusun oleh KFT. Evaluasi formularium dilakukan setahun sekali. 

nai kepatuhan terhadap formularium belum pernah dievaluasi, kalau dikiraepatuhan 

sekitar 80%. 

.. 

139 

. ~

- · evaluasi2 yang dilakukan oleh lnstalasi Farmasi menjadi masukan bagi 

esehatan RS. 

- sudah ada unitnya, perlengkapannya: internet, text book, dokumentasi dan 

-.:as1 berkala. 

_rrnasi obat yang sering diberikan: kepada perawat yang sering bertanya. 

seling lebih banyak kepada pasien, ada ruangan khusus. Konseling 

a diberikan bila ada: high alert drug seperti warfarin dll, butuh alat khusus, 

ob at~obat dengan index terapi khusus, polifarmasi. Ada juga konseling 

permintaan pasien. Konseling umumnya 10-30 menit dan dilakukan di 

dilakukan oleh AA yg well educated. Bila ada kasus 

ltasikan dengan apoteker, dan bila perlu apotekernya yg mendiskusikan 

dokternya.Untuk rasionalisasi obat, belum dilakukan pada tahap awal. 

klinis melakukan rasionalisasi obat pada waktu asessemnt pasient rawat 

aitu drugs therapy seperti mengenai dosis, efek samping. Ada care plan: 

...i dengan dokter untuk tindak lanjut sesuai hasil diskusi. Pasien yang 

-.s..'-essment adalah pasien yang memiliki criteria: dari bangsal strook, VIP, 

111asi. Farmasi klinis baru jalan 2-3 tahun 

rogram dan tim Patient safety RS, 3 orang apoteker masuk tim tsb. Sudah 

oed oman dari RS sendiri. Mulainya tahun 2006. Ada rapat berkala & membagi 

. ah, memantau kejadian paiten safety di area: medication eror, pasien jatuh, 

mati yang berdampak ke laboratorium, radiologi. Hal-hal tersebut harus 

ke pokja patient. safety, dan komite patient safety Nasional. Yang 

porkan ke , komite Nasional yang menimbulkan harm pad a pasien. Kalau 

·:ara rutin dalam RS, biasanya dalam 1 bulan pasti ada. Contqh Medication error. 

--escriber: dokter menulis resep khilaf. Dispensing: Pada saat filling resep 250 mg 

i dengan 500 mg. Administering: Obat diberikan ke pasien yang salah. 

--anscribing: Farmasi salah membaca obat. 

Untuk Farmasi Klinis sudah ada apoteker yang bertanggung jawab dan sudah 

~a lan. Kegiatannya: 

140 

. ~

lnformasi obat/PIO. Konseling, ward pharmacist, OUR, Penanganan 

Cytostatika, Analisa TOM: obat dengan drug therapy sempit, MESO: sudah 

~ 

sampai laporan ke POM Jkt. 

Untuk Ward pharmacist baru 5 ward yang di cover dari total 23 ward yang ada. 

ard stroke centre: 48 bed, VIP secara on call, dan bangsal kelas e untuk pasien 

:nkesmas. 

Manfaat dari farmasi klinis: Kepuasan pasien lebing tinggi. Pasien pulang di 

-~ seling, Safety, Outcome therapy lebih baik, Masalah bisa dipantau dan 

antisipasi, rasionalisasi harga obat. Karena pasien puas maka ada peningkatan 

_asien. Cakupan resep juga naik menjadi 100 % bahkan lebih karena ada copy 

:=sep. 

Apoteker terlibat dalam tim stroke; tim trauma; tim akreditasi; tim mutw; tim 

:8tient safety, tim pengembangan, atau ikut dalam semua tim. 

emampuan apoteker yang paling penting: sebagai decision maker di lapangan, 

:are terhadap pasien dan communication skill. Pelatihan yg dibutuhkan: farmasi 

inis, patient safety karena dapat membuat aware apoteker. Materi yg dulu tidak 

:Jidapat: manajemen farmasi dan delivery care kepada pasien. 

oteker 2 Rumah Sa kit 2 

Fokus utama pelayanan kefarmasian di RS adalah pelayanan kefarmasian 

..:€rorientasi pasien, memenuhi kebutuhan pasien. Kegiatan utama praktek 

efarmasian oleh apoteker di RS adalah pelayanan kefarmasian yang meliputi 

:>elayanan informasi obat, evaluasi penggunaan obat, monitoring obat khusus, 

onseling pasien yang nienggunakan alat khusus (inhaler, warfarin dsb), 

- .... ~ -· - ' ~ ... 

11emberikan bimbingan pad a. mahasiswa farmasl yang melakukan praktek kerja, 

11onitoring efek samping obat. Kendala dalam melakukan kegiatan adalah dari sisi 

"'armasi sendiri baik kualitas maupun kuantitas, continuing education belum 

'Tlemenuhi standard. 

Hampir semua sediaan farmasi dikelola oleh instaiasi farma~i. : kecuali 

untuk 

sterilitas di luar instalasi farmasi di bawah Pusat Central Steril, dimana sebagai 

etua seorang apoteker juga. Sementara alat medis oleh tim pembelian. Pada 

141

-· ap tahap kegiatan ada SOP ataupun instruksi ke~a . Peran apoteker dalam 

'"'gadaan dan pengelolaan sediaan farmasi sangat besar, perencanaan 

- -pertimbangkan beberapa hal antara lain persediaan tahun lalu, pola penyakit, 

. 

- .... formularium. Perencanaan/pengadaan dilakukan secara rutin mingguan, dilihat 

.... , komputer, item dan jumlah yang dibeli. Untuk obat insidentil beli di apotek 

_ ,anan, dalam jumlah kecil. Pembelian rutin dilakukan lewat PBF. Penyimpanan 

-·dasarkan bentuk sediaan, ada beberapa teknis yaitu berdasar bentuk sediaan, 

___ :-syaratan penyimpanan sediaan farmasi tertentu disimpan dalam lemari 

--=ndingin (vaksin, serum, injeksi ttt), di ruang ber AC dan terlindung dari cahaya. 

_ __..em penyimpanan di gudang dengan sistem FIFO (Fisrlln First Out) dan FEFO 

=·rst Expire First Out). Sistem distribusi sediaan farmasi ke pasien dengan 

-€mpertimbangkan metode distribusi secara desentralisasi maupun sentralisasi. 

=endistribusian per hari lewat satelit satelit yang ada IGD, rawat jalan, rawat lnap, 

-stalasi Bedah sentral, dan Farmasi pusat, maupun yang ada di kelas. Juga 

-empertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada. Inventory/ 

:·der dibatasi, karena link dengan komputer. Monitoring/evaluasi untuk satelit 3 

cJian sekali, stok yang hampir kadaluwarsa dikeluarkan 3 bulan sebelum ED. 

Survey kepuasan pasien baik rawat jalan maupun rawat inap dilakukan melalui 

esioner (Quality monitoring representative), cost analisis. 

Tidak ada Komisi Farmasi dan Terapi, yang ada adalah Panitia Farmasi dan 

~erapi 

yang anggotanya terdiri dari farmasis, dokter, perwakilan dari SMF, 

eperawatan. Revisi formularium setiap 2 tahun sekali, dievaluasi oleh Panitia 

~armasi dan Terapi, dengan evaluasi tentang efek samping, harga, dan kualitas. 

Evaluasi terhadap kepatuhan formularium bisa dilihat melalui program yang 

jipakai, bisa dilihat item obat yang diresepkan apakah sesuai formularium atau 

•idak, beserta dokter yang meresepkan. 

Pelayanan lnformasi obat (PIO) didokumentasikan dan bisa dilakukan baik 

secara langsung ataupun lewat telepon maupun sms, di antaranya pencampuran 

~ 

obat, indikasi, kontraindikasi dan efek samping obat. Konseling disediakan ruang 

khusus di rawat jalan, ada prosedur kerjanya. Konseling membutuhkan apoteker 

.. 142 

.

-ang qualified, bagaimana memberi usulan ke pasien tentang obat yang 

- ~u tuhkan . Konseling juga dilakukan untuk event tertentu misal melalui seminar 

tang stroke, ada konseling utuk pengobatan stroke, atau pada saat puasa, 

seling bagaimana aturan pakai obat pada orang yang berpuasa. 

Rasionalisasi resep, seharusnya dengan persepsi yang sama baik antar 

::::Joteker, dengan dasar farmasi klinis. Rasional dalam hal dosis, penggunaan 

-aupun item obat yang diresepkan. Untuk pasien yang di bangsal, skrining oleh 

'"'3rmasis yang di bangsal, termasuk dosis, interaksi. Saat ini yang melakukan 

~.-:. ri ning masih tenaga asisten apoteker, rencana ke depan oleh farmasis. 

~a sionalitas penggunaan obat termasuk indikasi obat yang sesuai, over 

::>sis/under dosis, hubungan dengan pasien, efek samping obat, interaksi obat. 

Program patient safety sudah dilakukan di RS dan melibatkan berbagai profesi. 

da SOP, per intalasi mempunyai karakter yang melekat. Misal labeling dengan 

omputerise, etiket yang melekat, misal ketoprofen sesudah makan, doksisiklin 

_ersama makanan, tetrasiklin dalam keadaan perut kosong, enzim bersama 

-,akanan. Drug safety meliputi Labeling, dilakukan di tiap satelit dengan obat gila 

Jisendirikan, obat dengan dosis berbeda ditempatkan berbeda, teknik memberi 

ama obat berbeda dan ditempatkan di tempat yang spesifik. 

Program farmasi klinis sudah dilaksanakan di antaranya efek samping obat, 

onseling dan evaluasi. Yang bertanggung jawab adalah Farmasi klinis, dengan 

·eknik programmer. Kegiatan didokumentasikan dan dievaluasi setiap 3 bulan. 

Evaluasi meliputi efek samping obat, data yang ada dievaluasi oleh PFT sebagai 

rnasukan untuk periode .berikutnya. Misal pemberian ke pasien ketoprofen, 

emudian timbul alergi, maka akan didiskusikan dalam forum. 

- ·· .. 

Di samping itu secara internal setiap 2 minggu dipresentasikan kasus kasus 

untuk dipelajari, juga kasus kasus menarik dari sisi manajemen, dievaluasi dan 

didukung dengan jurnal jurnal terbaru. Kegiatan visite pasien sudah dilakukan oleh 

apoteker, misal visite pasien stroke, ICU, jamkesmas. Kasus yang pernah dihadapi 

. • 

misal pemberian klopidogrel untuk pasien stroke dengan 4 dosis, ternyata menurut 

jurnal terbaru belum adekuat. Begitu juga pemberian angkak untuk menaikkan 

143

... ombosit pasien DHF belum adekuat; Pemberian simvastatin pada pasien 

~l esterol selama 1 minggu, kolesterol malah naik. _ 

~ 

Apoteker terlibat dalam Tim INOs (lnfeksi Nosokomial), Patient safety, Tim 

. 

::>troke, Tim HIV, Tim ISO. Apoteker terlibat dalan Central Steril, bahkan menjadi 

etua Pusat Steril, walaupun CSSD berada di luar instalasi farmasi. 

Kemampuan yang penting untuk bekerja di IFRS adalah knowledge yaitu 

- ·ntutan untuk mengembangkan llmu pengetahuan utamanya Farmasi Klinis, 

selain ilmu managemen. Attitude, termasuk karakter dari seorang apoteker yang 

sopan dan tahan banting dan mempunyai rohani yang baik. Pelatihan yang pernah 

Jiikuti adalah Clinical Pharmacy, Manajemen, Pelatihan komunikasi profesi. 

4 

poteker 1 Rumah Sakit 3 

Menurut bapaklibu apakah fokus utama pelayanan kefarmasian dan apakah 

kegiatan utama praktek kefarmasian oleh apoteker di RS? 

Menjamin ketersediaan obat yang beredar di RS sesuai kebutuhan konsumen 

. ang terdiri dari perawat, dokter dan pasien serta menjalankan pharmaceutical 

_are. 

egiatan utama praktek kefarmasian adalah memantapkan manajerial kemudian 

11enjalankan farmasi kliniknya. 

2. Sediaan farmasi apa saja yang dikelola oleh instalasi farmasi? Apakah ada 

SOP nya? Apa peran apoteker dalam pengadaan dan pengelolaan sediaan 

farmasi? Dalam hal apa saja? T olong ceritakan proses perencanaan, 

pengadaan, penyimpanan dan distribusi sediaan farmasi tsb ke unit=unit serta 

proses monitoring dan.evaluasi yang dilakukan! 

-- - 

Obat dan bahan habis pakai. SOP hanya garis besar dan dib-uat untuk 

akreditasi. Tidak ada protap terinci terutama protap untuk pelayanan kefarmasian. 

Perencanaan melalui usulan dokter dan perawat dan kemudian disurvey oleh 

farmasi, Farmasi mengajukan usulan obat ke bagian pengadaan. Pengadaaan 

dilakukan oleh penunjang medis, ada apoteker di bagian .Pinunjang medis. 

Penyimpanan dilakukan di gudang obat sentral kemudian didistribusikan ke unitunit 

pelayanan: Unit Rajal jamsostek dan maskin, IGD, Askes dan Unit rawat inap. 

144

=..awat inap distribusi melalui UDD. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan farmasi 

-rutama mengenai mutu dan ketersediaan obat. 

~ 

~ Apakah ada cara-cara pengendalian mutu yang dilaksanakan oleh lnstalasi 

Farmasi RS untuk pelayanan? Tolong ceritakan ! Apakah di loket/area 

pelayanan pasien ada kotak saran atau pernahkah dilakukan survey kepuasan 

pasien? Siapa yang mengevaluasi? Mohon dijelaskan! 

Khusus pelayanan farmasi belum ada. Pengendalian mutu dijadikan satu 

:-engan RS. Kotak saran dan survey kepuasan pasien juga dilakukan satu dengan 

-Jmah sakit. Evaluasi oleh direksi dan kepala IFRS. Terkadang pasien juga 

angsung komplain ke anggota DPR. 

- Apa peran apoteker dalam KFT? Apakah kerja sama Apoteker dengan ketua 

komisi dapat berjalan baik? Jelaskan! Apakah ada rapat rutin atau rapat khusus 

dalam komisi ini yang membahas masalah-masalah yang terkait dengan 

masalah pelayanan farmasi? Tolong dijelaskan! Apakah formularium RS 

disusun oleh komisi ini dan adakah evaluasi kepatuhan terhadap formularium? 

Dilaksanakan oleh siapa dan apa tindak lanjutnya? Apakah ada evaluasi/revisi 

secara berkala yang dilakukan terhadap formularium? Jelaskan! 

Kepala IFRS sebagai sekretaris KFT. Ada pertemuan berkala. Ada 

,...ormularium, namun sepertinya tidak digunakan, karena dokter dapat 

'Tlengusulkan obat apa saja, detailmen dapat langsung menemui dokter. Evaluasi 

stok obat oleh Farmasi, kemudian menghubungi dokter untuk meresepkan obat 

ang telah diminta. Saat ini sedang disusun revisi formularium RS baru, masih 

dalam tahap meminta usulan obat ke dokter-dokter. 

5. Apakah informasi obat terhadap pasien sudah dilakukan secara khusus dan 

didokumentasikan? Bila ya, apakah ada unit konseling dengan ruangan khusus 

untuk itu? Tolong ceritakan informasi obat yang sering diberikan dan 

pelaksananya! Bila belum, bagaimana metode informasi obat yang diberikan 

kepada pasien? Apakah ada rencana untuk membuat unit kbusus konseling? 

Apa kendalanya? • ~ 

145

da struktur PIO dalam IFRS, dokumentasi hanya jika menghubungi unit PIO, 

,";JUn banyak PIO yang tidak terdokumentasi, terutama PIO pada pasien rawat 

. lnformasi obat yang diberikan secara umum indikasi, efek samping dan 

""antung kondisi pasien. lnformasi obat diberikan bersamaan dengan pemberian 

.at di ruangan . 

.,."'dala : tidak ada ruangan khusus untuk pelayanan kefarmasian di rawat inap. 

Apakah ada mekanisme penyaringan awal resep untuk melihat rasionalisasi 

penulisan resep di RS ini? Mohon jelaskan mekanisme pelaksanaannya! 

Menurut saudara apakah pengertian Rasionalisasi penggunaan obat? Tolong 

ceritakan rasionalisasi penggunaan obat yang pernah terjadi di RS ini atau 

contoh-contoh rasionalisasi penggunaan obat! 

Mekanisme penyaringan awal resep dilakukan hanya melihat keabsahan resep, 

_elum sampai menilai rasionalisasi penulisan obat. Kecuali jika ada resep yang 

mposisinya aneh, maka dilakukan konfirmasi dengan penulis resep. 

=asionalisasi yi: tepat dosis, tepat pemakaian, terutama obat suntik (IV/IM/SC), 

,eoat indikasi. 

Kejadian yang berhubungan dengan rasionalisasi misalnya 

:€resepan obat tanpa indikasi. Penyuntikan Neurosanbe harus IM tapi disuntikkan 

secara IV melalui cairan infus atau diencerkan. 

- Apakah di RS ini sudah ada program patient safety dan SOP/SK!Juknis 

pemberlakuannya? Jelaskan prosedur patient safety tersebut! Bila belum ada, 

adakah rencana untuk menerapkan program tersebut dan kapan akan 

diterapkan? Menurut saudara apa peran apoteker yang seharusnya dalam 

program tersebut? Bisakah saudara memberikan contoh mengenai patient 

safety/drug safety yang pernah/belum terjadi di RS ini? ___ . . .. ~ .. 

idak ada. 

8. Apakah RS ini sudah mempunyai program farmasi klinis? Siapa yang 

bertanggung jawab dan apa saja kegiatan yang dikerjakan? Apakah kegiatan 

tersebut didokumentasikan dan dievaluasi? Berikan contoh kegiatan yang 

. . 

dikerjakan/harus dikerjakan! Apakah ada kegiatan visite F>asien dan apakah 

untuk semua ruangan? Mohon jelaskan pelaksanaan dan frekuensi serta tindak 

146

anjutnya! Apakah ada status obat? Jika ya, siapa yang mengisinya dan yang 

membacanya? Kasus farmasi klinis apa saja yang pernah dihadapi atau 

~ 

mungkin dihadapi? Bagaimana penyelesaiannya? 

Kegiatan Farmasi klinis UDD, PIO terhadap pasien dan nakes lainnya, MESO. 

~• g 

bertanggung jawab adalah petugas di ruangan, dokumentasi belum tertib. 

=-giatan yang dikerjakan meliputi konseling, MESO dan PIO. Kasus Farmasi klinis 

~'U S 

ama adanya efek samping obat terutama pada pemakaian obat injeksi seperti 

melepuh pada pasien yang disuntikkan injeksi natrium bikarbonat. Obat2 

~ ,g tidak diperlukan pasien terkadang diresepkan oleh dokter. Penyelesaian 

~u mnya konfirmasi kepada dokter, penghentian obat dan memberikan informasi 

.: pasien. 

Selain di IFRS dan KFT, apoteker terlibat dalam tim apa saja; misalnya: tim 

infeksi RS, Tim mutu, Tim Patient safety, Tim PKMRS, dll. Jika ya sebagai 

apa? Apakah apoteker juga terlibat dalam sterilisasi central dan penelitian2 RS 

(penelitian klinis, uji coba obat, dll)? 

Belum ada. 

: Kemampuan apa saja yang bapaklibu anggap penting untuk bekerja di IFRS? 

Selama bekerja di RS ybs pernah mengikuti pelatihan apa saja? Materi apa 

saja yang dulu tidak bapaklibu dapatkan di PT tetapi ternyata sangat 

dibutuhkan di IFRS? 

Kemampuan yang penting untuk bekerja di IFRS adalah ilmu komunikasi. 

=elatihan yang pernah dilakukan pelatihan pencampuran obat steril. Materi yang 

- - ak didapatkan di PT tetapi sang at dibutuhkan di I FRS adalah llmu komunikasi. 

.:an pengenalan alat kesehatan. 




Fokus utama pelayanan kefarmasian adalah pelayanan kepa~a 

. 

pasien yang 

jimulai dari menjamin kesediaan barang farmasi sampai barang tsb ke tangan 

:::>asien. 

_. 147



farmasi? Dalam hal apa saja? Tolong ceritakan proses perencanaan. ~ 

pengadaan, penyimpanan dan distribusi sediaan farmasi tsb ke unit-unit serta 

proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan! 

Obat dan bahan habis pakai. Tenaga apoteker 4 orang, apoteker 5 orang 

dengan formasi AA 

::>engadaaan dilakukan oleh penunjang medis. IFRS fokus pelayanan, kegiatannya 

'lleliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi dan pelayanan. Ada 

SOP 

oerencanaan sesuai kebutuhan, mengecek stok setiap hari. Permintaan diajukan 

dua kali satu minggu untuk kebutuhan 2 minggu. 

Pengadaan dilakukan oleh bagian penunjang medis. 

=>enyimpanan dilakukan di gudang obat sentral penanggung jawab Asisten 

poteker, kemudian didistribusikan ke unit-unit pelayanan. Penataan barang di 

~ udang sentral dilakukan sesuai farmakoterapi 

/l onitoring dan ecaluasi hanya terbatas ketersediaan dan waktu kadaluarsa barang 

saja. 

3. Apakah ada cara-cara pengendalian mutu yang dilaksanakan oleh lnstalasi 

Farmasi RS untuk pelayanan? Tolong ceritakan! Apakah di loket/area 



Belum ada bagian khl.lsus di IFRS untuk pengandalian mutu pelayanan. 

Pengendalian mutu dijadikan satu dengan pelayanan RS yang lainnya. Kotak 

saran ada di bag ian klinik pelayanan, survey kepuasan pasien _juga dilakukan satu 

dengan survey kepuasan pasien rumah sakit. Evaluasi oleh direksi dan kepala 

I FRS 

4. Apa peran apoteker dalam KFT? Apakah kerja sama Apoteker dengan ketua 

. . 


dalam komisi ini yang membahas masalah=masalah yang terkait dengan 

148



~ 

Dilaksanakan oleh siapa dan apa tindak lanjutnya? Apakah ada evaluasi/revisi 


Apoteker di KFT berperan sebagai sekretaris. Kerjasama berjalan dengan baik. 

Rapat KFT dilakukan bila diperlukan seperti untuk keperluan akreditasi dan 

oenyusunan formularium ·serta bila terdapat permasalahan dalam 

bidang 

oelayanan termasuk pelayanan farmasi. Revisi formularium dilakukan setiap tahun. 





kepada pasien? Apakah ada rencana untuk membuat unit khusus konseling? 

Apa kendalanya? 

lnformasi obat minimal aturan pakai dan informasi untuk obat-obat khusus 

seperti obat diabetes dan antibiotik serta penyakit khusus seperti TB diberikan 

Jntuk semua pasien, namun hal tersebut tidak didokumentasikan semua. Dalam 

struktur I FRS terdapat unit PIO. 

endala: Sarana dan tenaga, sarana informasi harus lengkap dan tenaga harus 

ompeten, seperti buku-buku teks, internet dan software. 

5. Apakah ada mekanisme penyaringan awal resep untuk melihat rasionalisasi 


Menurut saudara apakah pengertian Rasionalisasi penggunaan obat? Tolong 

ceritakan rasionalisasi penggunaan obat yang pernah terjadi di RS ini atau 

contoh-contoh rasionalisasi penggunaan obat! 

Mekanisme penyaringan awal resep dilakukan hanya melihat keabsahan resep, 

belum sampai menilai rasionalisasi penulisan obat. Kecuali jika ada resep yang 

omposisinya aneh, maka dilakukan konfirmasi dengan penulis resep. 

Rasionalisasi dilakukan sesuai indikasi dan memperhatikan kondisi pasien. 

Kejadian yang berhubungan dengan rasionalisasi penggunaan obat paling sering 

. ~ 

149

adalah kasus polifarmasi, contohnya pasien dengan yang mengalami gangguan 

fungsi hati namun menerima polifarmasi. 

~ 

7. Apakah di RS ini sudah ada program patient safety dan SOP/SK!Juknis 




program tersebut? Bisakah saudara memberikan contoh mengenai patient 

safety/drug safety yang pernah/belum terjadi di RS ini? 

Patient safety masih sebatas membuat protap pekerjaan pelayanan 

efarmasian yang tujuan akhirnya adalah menjamin keselamatan pasien. 



tersebut didokumentasikan dan dievaluasi? Berikan contoh kegiatan yang 

dikerjakan/harus dikerjakan! Apakah ada kegiatan visite pasien dan apakah 

untuk semua ruangan? Mohon jelaskan pelaksanaan dan frekuensi serta tindak 

lanjutnya! Apakah ada status obat? Jika ya, siapa yang mengisinya dan yang 

membacanya? Kasus farmasi klinis apa saja yang pernah dihadapi atau 

mungkin dihadapi? Bagaimana penyelesaiannya? 

Kegiatan Farmasi klinis masih diupayakan, salah satunya dengan menyiapkan 

SDM. Apoteker sudah mulai masuk ruang rawat dan melakukan visite di unit~unit 

rawat inap tertentu. Jadwal visite dilakukan saat penyerahan obat ke pasien. 

Dokumentasi masih sebatas dokumentasi penggunaan obat. Monitoring 

penggunaan obat dilakuk.an oleh masing-masing apoteker penanggung jawab 

ruangan, tindak lanjut dilakukan dengan melakukan konfirmasi ke klinisi .. 

9. Selain di IFRS dan KFT, apoteker terlibat dalam tim ap~ saja; misalnya: tim 

infeksi RS, Tim mutu, Tim Patient safety, Tim PKMRS, dll. Jika ya sebagai apa? 

Apakah apoteker juga terlibat dalam sterilisasi central dan penelitian2 RS 


Belum ada. 

~ 

150

0. Kemampuan apa saja yang bapaklibu anggap penting untuk bekerja di I FRS? 


~ 



Kemampuan yang penting untuk bekerja di IFRS adlah kemampuan 

omunikasi. 

;::>elatihan yang pernah diikuti yaitu pelatihan sediaan steril, seminar mengenai Off 

~abel drug, dan seminar sistem farmasi satu pintu. 

ateri yang tidak didapatkan di PT tetapi sangat dibutuhkan di IFRS adalah llmu 

omunikasi. 

Apoteker 1 Rumah Sa kit 4 



Melayani mulai dari peresepan, fokusnya adalah kerasionalan resep, melihat 

erasionalan dan kebijaksanaan dokter terutama masalah farmakoekonominya. 



farmasi? Dalam hal apa saja? Tolong ceritakan proses perencanaan, 



Seluruh sediaan farmasi, obat, bahan obat. Ada SOP nya. Peran apoteker 

dalam pengadaan dan pengelolaan farmasi adalah sebagai pengawas dan 

pelaksana. Proses per€mcanaan dilakukan berdasarkan historis, kondisi dan 

musim=musim tertentu. Pengadaan dengan melakukan pembelian langsung, 

:. 

penyimpanan dan distribusi oleh bagian farmasi. KFT yang memutuskan barangbarang 

farmasi yang harus disediakan. 


Farmasi RS untuk pelayanan? Tolong ceritakan! Ap~k,ah 

di lokeUarea 



151

Pengendalian mutu IFRS dilakukan menyeluruh dengan sistem pengendalian 

-utu RS. Pengendalian mutu dilakukan oleh unit khusus pengembangan RS dan 

~ 

-utu. Evaluasi dilakukan oleh bagian perencanaan dan pengembangan secara 

.. tin 1 tahun 2 kali. 

- Apa peran apoteker dalam KFT? Apakah kerja sama Apoteker dengan ketua 


dalam komisi ini yang · membahas masalah-masalah yang terkait dengan 



Dilaksanakan ol.eh siapa dan apa tindak lanjutnya? Apakah ada evaluasi/revisi 


Apoteker sebagai sekretaris KFT, kerjasama sangat baik, KFT melakukan rapat 

utin. Formularium sudah disusun, namun masih ada kemungkinan dokter untuk 

1 enambahkan obat=obat baru dengan persetujuan bagian pelayanan medis. 

::valuasi kepatuhan dilakuan oleh pihak manajemen berdasarkan laporan dari 

agian pengendalian Yanmed. 

: . Apakah informasi obat terhadap pasien sudah dilakukan secara khusus dan 






lnformasi obat terhadap semua pasien, sudah dilakukan oleh unit konseling. 

Kendala: keilmuan dan pendidikan berkeianjutan. 



Tolong ceritakan rasionalisasi penggunaan obat yang pernah terjadi di RS ini 

atau contoh=contoh rasionalisasi penggunaan obat! . 

~ 

Sudah ada penyaringan resep, terutama melihat rasionalisasi penulisan resep. 

Mekanisme penyaringannya resep dari klinisi dilihat kerasionalannya oleh farmasi 

152

Ji apotek, setelah dilihat ada resep yang tidak rasional dilaporkan oleh bagian 

... engendalian. Contoh kasus rasionalisasi penggunaan obat, misalnya ada pasien 

~ 

.ang berobat ke 3 klinik dalam sekali berobat, sehingga pasien tersebut mengalami 

~o lifarmasi. 

- Apakah di RS ini sudah ada program patient safety dan SOP/SK/Juknis 




program tersebut? 

Sudah dilakukan program patient safety sejak dapat akreditasi tahun 2008. 

::>rosedur patient safety dengan menerapan SOP yang jelas dan selalu melakukan 

onfirmasi jika ada ketidakjelasan, misalnya resep yang tidak jelas. 

B. Apakah RS ini sudah mempunyai program farmasi klinis? Siapa yang 


tersebut didokumentasikan dan dievaluasi? Apakah ada kegiatan visite pasien 

dan apakah untuk semua ruangan? Mohon jelaskan pelaksanaan dan 

frekuensin serta tindak lanjutnya! Apakah ada status obat? Jika ya, siapa yang 

mengisinya dan yang membacanya? Kasus farmasi klinis apa saja yang pernah 

dihadapi atau mungkin dihadapi? Bagaimana penyelesaiannya? 

Belum semua program farmasi klinis dijalankan, misalnya, distribusi obat 

'Tlelalui sistem one day dispensing, sedang dilakukan perencanaan untuk 

melakukan UDD. Visite pasien sudah dilakukan, tetapi belum semua ruangan. 

Dokumentasi pelayanan farmasi klinis belum dilakukan, kasus farmasi klinis yang 

erjadi pada umumnya adalah kasus polifarmasi 

9. Selain di IFRS dan KFT, apoteker terlibat dalam tim apa saja; misalnya: tim 

infeksi RS, Tim mutu, Tim Patient safety, Tim PKMRS, dll. 

Jika ya sebagai 



Sebagai anggota tim MST dan Asupan gizi. Belum ada sterilisasi sentral. 

. ~ 

153



~ 



Kemampuan manajerial dan fungsional penting untuk bekerja di IFRS, namun 

edua fungsi ini harus dipisahkan. Pelatihan yang pernah diikuti yaitu Pelatihan 

manajemen farmasi satu pintu. Materi yang penting namun tidak di dapatkan di PT 

aitu manajerial dan birokrasi. 

Apoteker 2 Rumah Sa kit 4 

Fokus utama pelayanan kefarmasian adalah pelayanan resep dokter 

2. Peran apoteker di RS dibedakan antara bagian pengadaan, bagian gudang/ 

distribusi, bagian pelayanan obat rawat jalan (400 pasien per hari), bagian 

pelayanan obat rawat inap (200 tempat tidur), lnformasi obat dan konsultasi 

pasien berjalan. Drug monitoring dan visite pasien rawat inap masih diuji coba 

pada satu ruangan. Pasien rawat inap menggunakan sistem ODD. Bagian 

gudang menggunakan sistem computer di tiap outlet. 

3. Survey kepuasan pasien dilakukan secara berkala mengingat RS swasta 

yang memprioritaskan kepuasan pasien untuk meningkatkan angka 

kunjungan RS 

4. Peran apoteker dalam KFT sebagai anggota. FRS dibuat dan dipatuhi oleh 

dokter dan direvisi setiap tahun dalam rapat. Ookter yang tidak mematuhi 

FRS umumnya adalah dokter tamu 

5. lnformasi obat dilakukan oleh bag ian rawat inap dan rawat jalan 

6. Penggunaan obat rasional dibahas oleh tim KFT 

7. Pasien safety dan Prosedur tetap sesuai dengan persyaratan pada akreditasi 

Depkes 

8. Program farmasi klinik belum jalan, 

9. Keterlibatan apoteker di RS adalah dalam bagia·n pengad~ar.i barang RS dan 

bagian sistem pengawasan internal (SPI) 

10. Kebutuhan tambahan ilmu adalah manajemen dan prosedur birokrasi 

154


= okus utama pelayanan kefarmasian : 

:::>elayanan obat terhadap pasien, tidak ada kesalahan pelayanan. 

:::>erkembangannya kearah klinis karena perlu pendekatan terhadap dokter dan 

"'asien itu sendiri. Tetap fokusnya pelayanan, tepat dan tidak salah. Kegiatan 

ama praktek kefarmasian oleh apoteker di RS: Pelayanan kepada pasien 

Sediaan farmasi yang dikelola 

ita baru yang standar pengobatan umum, radio terapi dll belum. Pelayanan obat 

-I IV yang dari bantuan yang sudah dilakukan dan TBC yang baru berjalan. 

eberadaan SOP sudah ada. 

0 eran apoteker dalam pengadaan dan pengelolaan sediaan farmasi: 

Pengadaan dan penyimpanan obat dilakukan oleh apoteker dibantu AA. 

RS ini sebetulnya mendapatkan alokasi dana obat APBD, tetapi DUK belum dapat 

'llemenuhi dananya, sehingga RS tidak mendapatkan dana. Jadi kami pengadaan 

obat sendiri sesuai kebutuhan. Mengikuti sistem ekonomi. Tidak membeli banyak, 

rnembeli seperlunya. Karena membeli seperlunya dibawah 5 juta, jadi pembelian 

angsungkecuali kalau di atas 5 juta, perlu proses tender. Karena keterbatasan 

dana dan sistem ekonomi kita tidak menyimpan barang dalam jumlah besar tanpa 

alasan yang jelas. Untuk pembelian dan pembayaran obat dari dana yang 

dikembalikan sebagai jasa kepada petugas farmasi. Dana ini yang dikelola untuk 

pembelian obat karena tidak punya modal. 

Proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi sediaan farmasi , 

proses monitoring dan evaluasi 

Perencanaan berjalan, pembelian dan pemesanan tetap · berjalan, pekerjaan 

pelayanan terhadap obat oleh apoteker berjalan 1 tahun terakhir, sebelumnya 

belum. 

Evaluasi sudah berjalan, tetapi mungkin belum sesuai harapan seperti pada 

umumnya . Mung kin kalau standarnya 1 0 kita baru 8. • ~· 

Pengendalian mutu 

155

_ .tuk efek samping. Standar tentang kontrol meliputi mutu, ketepatan obat, ketidak 

anya kesalahan, ketepatan pasien dan formularium. SPM belum sepenuhnya 

capai, SDM belum cukup, masih kurang. 

tak saran ada di rawat jalan, rawat inap, di apotek . Evaluasi kotak saran 

- salnya farmassi lama waktu tunggunya. Yang mengevaluasi bidang program dan 

._rencanaan. 

_ ~ rvei kepuasan pasien ; belum ada. 

=eran apoteker dalam KFT 

FT ada, implementasinya belum. Ada dokter, farmasis. Rapat rutin ada,ite medik 

_... a. Pertemuan pembahasan kasus/program anak juga ada, pertemuan untuk 

..,embahas kasus anak ada, berjalan walaupun belum bagus. 

FT ada dokter 3 orang, farmasis. Perbaharuan formularium ada rapat rutin untuk 

-evisi. Dokter diminta membuat, dokter membuat mengacu latar belakang 

s.ekolahnya, dia buat sesuai kondisi RS, dari situ kalau sudah disetujui oleh dokter 

-ang bersangkutan baru disosialisasikan. Dokter sebagai koordinatornya. 

evisi formularium belum terjadwal dengan baik, kalau sudah dianggap perlu 

: irevisi. Evaluasi ketepatan penggunaan formularium belum berjalan dengan baik. 

1formasi obat kepada pasien dan dokumentasinya 

Terdokumentasi, kalau dokter menulis R/ di MR. Pasien tanda tangan bahwa telah 

-nendapat informasi. 

onseling 

~ uangan konseling ada. lnformasi oleh petugas apotek, belum komunikatif kepada 

::>asien. Belum ada dialog. 

dealnya setiap pemberian obat ada penjelasan yang jelas sehingga betul·betul 

jimengerti, paling tidak secara tidak langsung bisa menjelaskan -yang seperlunya, 

11isalnya obat yang mana yang harus habis dsb. Masih harus diawasi. Oleh karena 

u kita ingin ada apoteker sebagai pengawas, sehingga AA benar nggak memberi 

nformasi kepada pasien. 

lnformasi yang harus ada minimal mana obat yang dihabiskan, bagaimana 

meminumnya, sebelum atau sesudah makan. 

. ~ 

~ 

156

ekanisme penyaringan awal resep untuk melihat rasionalisasi penulisan resep 

3elum sampai ke kerasionalan resep. 

-\pakah ada program pasient safety 

3elum. 

=>rogram farmasi klinis 

ita inginkan pelayanan masuk tim atau farmasis sudah 50 % masuk tim. Dalam 

··ap tim hendaknya ada apoteker yang jaga. Kalau mereka masuk tim selain selain 

Jalam manajerial untuk mengurangi tingkat kesalahan. Tapi belum berjalan. Kalau 

jipaksakan bisa tetapi mungkin sulit.Kalau visite belum, tertentu saja dengan 

j okter tertentu. ldealnya ada. 

eterlibatan apoteker dalam tim di RS 

FT. 

emampuan yang penting untuk bekerja IFRS 

= armasi klinis. 

Apoteker 1 Rumah Sakit 6 

Fokus utama pelayanan kefarmasian di RS adalah meningkatkan kualitas hidup 

11asyarakat sebagai outcome dengan asuhan kefarmasian oleh apoteker yang 

!)ertanggung jawab tentang obat. 

Adapun sediaan farmasi yang dikelola oleh IFRS sediaan padat (tablet dan 

apsul), sediaan cair (sirop, injeksi, infuse, obat tetes) dan semi solid, untuk itu 

SOP sedang dalam proses revisi. Perencanaan dilakukan berdasarkan morbiditas 

dan pola konsumsi sebell)mnya sedangkan pengadaan dan pemilihan pemilihan 

pemasok sesuai dengan standard pelayanan RS. Penyimpanan sediaan 

berdasarkan abjad dengan sistem FIFO untuk masing-m_asing jenis sediaan 

dengan pertimbangan suhu penyimpanan. Distribusi ke unit pelayanan dengan 

sistem semi-total floor stock dan resep individual. Untuk proses monitoring dan 

evaluasi dilakukan triwulanan dengan pemeriksaan ED obat dan al~es. 

. ' 

157

Pengendalian mutu belum berjalan, akan tetapi disediakan kotak saran dan 

evaluasi oleh tim khusus bila dirasa diperlukan. Survai kepuasan pasien pernah 

~ 

:ilakukan. 

RS tidak memiliki KFT 

lnformasi obat sudah dilakukan meskipun belum secara rutin, khususnya untuk 

-awat inap sudah didokumentasikan. Ruangan khusus konseling juga sudah 

·ersedia, informasi yang diberikan sederhana di loket pengambilan obat. 

Sebelum peracikan apoteker mengkaji resep yang masuk terlebih dahulu, bila 

3da ketidak-cocokan segera dihubungi dokter ybs untuk koreksi. Rasionalisasi 

:-enggunaan obat mengandung pengertian tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, 

·epat dosis, tepat rute pemberian obat dan bentuk sediaan serta tepat informasi. 

Program patient safety belum ada dan masih dalam proses, seharusnya 

3poteker berperan dalam pelayanan terpadu, dalam bidang farmasi klinis. 

Jemikian pula RS belum mempunyai program farmasi klinis dan semua masih 

:alam pengembangan ke arah farmasi klinis. Apoteker hanya terlibat dalam tim 

.. atient safety khusus mengenai obat dan tidak terlibat dalam tim lainnya di RS. 

Kemampuan yang penting untuk bekerja di RS antara lain manajemen dan 

::ibutuhkan pelatihan DRP, penanganan obat sitostatika serta komunikasi dengan 

:;asien. 

158

LAMPIRAN 9 

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN DIREKTURIWAKIL DIREKTUR 

RUMAH SAKIT 

irektur Penunjang Medis Rumah Sakit 1 

Fokus utama pelayan farmasi/ pekerjaan farmasi langsung di bawah Direktur. 

Vakil direktur memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan termasuk tenaga, material. 

egiatan lnstalasi farmasi ada beberapa jenis/golongan meliputi gudang, 

enerima, menyimpan dan kemudian didistribusikan. Apotek merupakan 

::~elayanan 

langsung termasuk pelayanan resep. Pelayanan farmasi juga harus 

·ersedia di OK, IGD dan ICCU, persediaan emergensi. SOP ada walupun masih 

emerlukan penyempurnaan di sana sini. Selain itu kegiatan farmasi di Apotek 

11erupakan pelayanan resep secara langsung. 

Sediaan farmasi dikelola oleh instalasi farmasi, hampir semua, kecuali untuk 

~terilitas. 

Untuk setiap tahap kegiatan ada SOP ataupun instruksi kerja. Sementara 

:Jengadaan alat medis oleh tim pembelian. Apoteker berperan dalam pengadaan 

an pengelolaan sediaan farmasi, meliputi perencanaan dengan pertimbangan 

:::>eberapa hal: persediaan tahun lalu, pola penyakit, dengan berdasar pada 

:ormularium. Perencanaan/pengadaan dilakukan secara rutin oleh apoteker 

sebagai sekretris dalam Tim Pengadaan. Pembelian rutin dilakukan lewat PBF. 

Penyimpanan berdasar bentuk sediaan. Sistem penyimpanan di gudang dengan 

sistem FIFO (Fisrt In First Out) dan FEFO (First Expire First Out). Sistem distribusi 

sediaan farmasi ke pasien d_engan mempertimbangkan metode distribusi secara 

desentralisasi maupun sentralisasi. Pendistribusian perhari lewat satelit=satelit 

yang ada I GO, rawat jalan, rawat I nap, lnstalasi Bedah . sentral, dengan 

mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada. 

Monitoring/evaluasi untuk satelit monitoring 3 bulan sekali, stok yang hampir 

kadaluwarsa dikeluarkan 3 bulan sebelum ED. Survey kepuasan pasi~n baik rawat 

jalan maupun rawat inap dilakukan, pernah dilakukan kerjasama deflg~m UGM. 

159

Pengendalian mutu, dilakukan dengan SOP dan sepakat bersama struktural, 

wakil direktur pelayanan dan lnstalasi farmasi dan berdasar SPM. Kemudian Ka 

oidang turut mengevaluasi juga baik dari sisi keuangan, logistik, administrasi data ~ 

dan kewajaran. Ada kotak saran di area pelayanan pasien untuk menyalurkan 

aspirasi. Survey kepuasan pasien dilakukan tiap tahun, pernah kerjasama dengan 

:::>erguruan tinggi untuk menilai kepuasan pasien yang meliputi berbagai aspek yaitu 

responsibilitas, fasilitas ruang tunggu, aspek kenyamanan, kerapian dan sikap 

oetugas. 

Di RS ada Panitia Farmasi dan Terapi, anggota terdiri dari para staf medis yaitu 

:fokter yang mewakili spesialisasi dan Apoteker wakil dari lnstalasi Farmasi, serta 

enaga kesehatan lain seperti perawat. Rapat rutin ada secara berkala. PFT 

mengembangkan formularium dan merevisi secara berkala, formularium terakhir di 

revisi tahun 2008. Pemilihan obat harus dilakukan secara obyektif terhadap efek 

•erapi, keamanan dan harga obat. Pihak PFT mengadakan evaluasi dan 

rnenentukan pilihan obat yang ada di pasaran dengan pertimbangan keselamatan 

oasien. Formularium digunakan oleh staf medis, dan menjadi tugas PFT 

11elakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di RSUD dengan mengkaji medical 

record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. 

lnformasi obat oleh apoteker dapat berupa menjawab pertanyaan dari pasien 

maupun tenaga profesional kesehatan baik langsung dokter spesialis. lnformasi 

obat dilakukan oleh Apoteker. Konseling dilakukan terhadap pasien rawat inap 

maupun rawat jalan. Pasien dengan prioritas untuk konseling yaitu pasien yang 

dirujuk dokter kepada farma~is, 

pasien dengan penyakit kronis, pasien khusus 

geriatri, pediatri, pasien yang mendapat resep polifarmasi, pasien yang akan 

pulang setelah dirawat. 

Rasionalisasi penulisan resep meliputi polifarmasi, penggunaan antibiotika, 

prosentase obat generik, apakah kebutuhan sesuai SPM dan standard 

pengobatan. Misal pasien rujukan sudah mendapat amoksisilin, maka di RS tidak 

' 

akan memberi amoksisilin lagi, tapi dengan obat yang lain. . ~ 

160

Program patient safety/near-miss, kejadian tidak diharapkan dicatat. Misal 

pasien A dan B obat tertukar, maka harus didokumentasikan dan dicari 

~ 

pemecahannya dengan menelusur pasien dan dibuat pelaporannya. SOP patient 

safety ada dan di bawah Komite Keselamatan Pasien rumah sakit yang terdiri dari 

im pengarah dan pokja-pokja di masing-masing instanlasi. Kepala lnstalasi KPRS, 

apoteker bertindak sebagai pengarah. Akar masalah di antaranya labeling bat 

harus benar. 

Program Farmasi klinis di RS sejauh ini belum berjalan sesuai harapan. 

Kendala selain keterbatasan tenaga, pengetahuan klinis, juga profesi apoteker 

oelum ada imbalan jasa sesuai profesinya. Lain dengan dokter, setiap jasa profesi 

yang dilakukan imbalan jasa profesi sudah ada. Kedepan pengembangan Farmasi 

linis amat penting, dan ada arah kesana. 

Apoteker terlibat dalam Tim lain yaitu Panitia Peningkatan Mutu Pelayanan 

Kesehatan RS (PMPKRS), Tim Pengendalian lnfeksi Nosokomial, Tim 

Penanggulangan AIDS, SARS, Flu burung, Demam berdarah, dan Rehabilitasi 

arkoba. 

Kemampuan yang penting untuk bekerja di RS yaitu kemampuan manajerial di 

lnstalasi Farmasi. 

Wakil Direktur Penunjang Medis Rumah Sakit 2 

Semula berpikir bahwa pelayanan kefarmasian hanya pelayanan obat tetapi 

Kemudian berkembang dan klinisi tidak mampu memahami secara keseluruhan 

mengenai obat. Pasien juga banyak pertanyaan macam-macam mengenai obat 

sehingga peran apoteker jadi lebih jauh. Walaupun kecepatan pelayanan obat 

harus dipertimbangkan supaya lebih baik, nantinya kepercayaan akan timbul. 

Yang dikelola instalasi farmasi: obat, peralatan, IBS, reagen2, lab, alat-alat 

medik, haemodialisa, radiologi. 

Untuk pengelolaan secara sistem cukup baik, hanya masih ada masalah 

' 

kecepatan, complain kesalahan obat, laporan suka telat, planning, pengadaan, dan 

penyimpanan sudah cukup baik. 

161

Secara pribadi, inginnya instalasi2 seperti farmasi, lab, RO, Gizi dikembangakan 

supaya mandiri dalam kinerjanya, sehingga tidak memerlukan Wadir. 

Kepercayaan harus diberikan sejauh itu. Sudah ada mekanisme sistem control 

Sistem pengendalian mutu secara manajemen sudah ada: ISO, akreditasi, 

balanced score card. Khusus farmasi: Apoteker2 sudah terlibat dalam sistem2 

ersebut. Farmasi punya kotak saran, tapi yang kelola humas. Humas mengadakan 

survey kepuasan pelanggan 6 bulan sekali, dan farmasi juga mengadakan sendiri. 

Wadir diberi laporan, wadir minta untuk cross check dan dikaji ulang apakah 

persepsinya sama. Mis: Customer bilang lama, pharmacist bilang tidak. 

Tim KFT melibatkan dokter, manajemen dan pharmacist. 

Apoteker (sebagai sekretaris) dirapatkan secara bergelombang 

Konsep dasar dari 

per SMF. 

Formularium ada. Evaluasi Formularium belum ada tapi ada trend dari waktu ke 

waktu lebih baik. Ada informasi slow moving. Ada prosedur khusus untuk obatobat 

diluar formularium . 

pengembangan farmasi klinis, resistensi berkurang. 

Koreksi dilakukan setelah beberapa saat. Setelah 

Sudah ada informasi obat: cara makan, dan cara kerja obat. Problem: pasien 

ama menunggu. PIO belum efektif. Untuk rawat jalan belu ada, untuk r,inap ada 

di beberapa tempat. Jadi belum sinkron untuk farmasi khusus yg untuk pelayanan 

·nformasi. 

Kerasionalan resep : seperti di pengembangan klinis, ada apoteker2 di 

bangsal2. Pernah ·ada kasus polifarmasi. 

Apoteker terlibat dalam program patient safety. Apoteker aktif melaporkan 

esalahan2 dan dicatat. Laporan dari farmasi paling banyaklsering. 

~ . . - - 

Untuk farmasi klinis, ada kegiatan visit pasien oleh apoteker. Tidak secara 

langsung dan belum terstruktur. Utamanya kalau ada kasus khusus. 

Apoteker banyak terlibat di tim4im RS 

Kompetensi dasi sisi obat, kejujuran dan ketekunan. 

~ 


1. Menurut bapaklibu apakah fokus utama pelayanan kefarmasian dan apakah 


162 

~

Fokus utama pelayanan kefarmasian adalah pasien (patient oriented). 


~ 


. 

farmasi? Dalam hal apa saja? Tolong ceritakan proses perencanaan, 



Sediaan farmasi obat, bahan obat, vaksin, reagen laboratorium (dalam scope 

penunjang). SOP masih dalam proses. Perencanaan, penyimpanan dan distribusi 

untuk obat dilakukan oleh farmasi. Profesionalitas farmasi tetap digunakan untuk 

pengelolaan obat terutama obat dan bahan obat. Proses perencanaan berbentuk 

usulan dari lnstalasi Farmasi, KFT konmed dan usulan dokter (klinisi/user) dan 

pola penyakit yang berubah. Pengadaan tergantung kebijakan, belum ada panitia 

pengadaan, namun sediaan farmasi dikelola oleh orang yang tepat, yaitu apoteker. 

Barang yang datang masuk ke dalam gudang sentral, kemudian masing=masing 

unit mengambil ke gudang sentral sesuai kebutuhan. Proses monitoring dan 

evaluasinya sudah terstruktur namun belum berjalan. 


Farmasi RS untuk pelayanan? Tolong ceritakan! Apakah di loket/area 



Ada kotak saran untuk seluruh RS, namun pasien juga bisa komplain langsung. 

4. Apa peran apoteker dalam KFT? Apakah kerja sama Apoteker dengan ketua 


dalam komisi ini yang membahas masalah-masalah yang terkait dengan 



Ditaksanakan oleh siapa dan apa tindak lanjutnya? Apakah ada evaluasi/revisi 

secara berkala yang dilakukan terhadap formutarium? Jelaskan! 

Apoteker sebagai sekretaris KFT, kerjasama sangat baik, KFT melakukan rapat 

rutin, untuk masalah=masalah pelayanan farmasi terutama yang menyangkut 

. ~ 

• 

163

complain pasien dan persediaan obat. Ada Formularium, namun formularium tidak 

dibatasi dan lebih banyak obat Branded. Evaluasi kepatuhan obat dilaksanakan 

oleh farmasi, jika tidak ada kepatuhan formularium melakukan konfirmasi ke klinisi . 

. 


didokumentasikan? Bila ya , apakah ada unit konseling dengan ruangan khusus 





lnformasi Obat dilakukan secara khusus dan didokumentasikan ke Dinas 

Kesehatan. Unit konseling ada, namun tidak ada ruangan khusus, ruangan 

onseling jadi satu dengan apotek. lnformasi obat yang diberikan meliputi lndikasi, 

dosis, efek samping, 

polifarmasi, sedikit informasi mengenai penyakitnya. 

Pelaksananya masih satu orang apoteker dan dibantu seorang asisten apoteker. 

Metode awal pelaksanaan aktif, namun saat ini pasif, pasien sudah mulai banyak 

yang meminta informasi. Ada rencana membuat unit khusus konseling, kendala 

mengenai dana, fasilitas dan tenaga yang kompeten. 



Tolong ceritakan rasionalisasi penggunaan obat yang pernah terjadi di RS ini 

atau contoh-contoh rasionalisasi penggunaan obat! 

Belum ada penyaringan resep yang secara khusus melihat rasionalisasi resep, 

arena diharapkan semua kli.nisi sudah rasional, namun masih ada yang tidak 

rasional terutama mengenai polifarmasi. Contoh kasus Rasionalisasi penggunaan 

obat yang pernah terjadi adalah pada kasus pasien diabetes dengan ganggren, 

dimana pasien tidak ditangani dengan pengobatan pada waktu yang tepat 

7. Apakah di RS ini sudah ada program patient safety dan SOP/SK/Juknis 

pemberlakuannya? Jelaskan prosedur patient safety tersebut! Bila. belum ada, 


. ~ 

164


program tersebut? 

Belum ada program patient safety di RS. Direncanakan 2 tahun lagi akan dibuat 

program tersebut 



tersebut didokumentasikan dan dievaluasi? Apakah ada kegiatan visite pasien 

dan apakah untuk semua ruangan? Mohon jelaskan pelaksanaan dan frekuensi 

serta tindak lanjutnya! Apakah ada status obat? Jika ya, siapa yang mengisinya 

dan yang membacanya? Kasus farmasi klinis apa saja yang pernah dihadapi 

atau mungkin dihadapi? Bagaimana penyelesaiannya? 

Program farmasi klinis sudah ada, meliputi PIO, UDD. Pelaksanaan dilakukan 

oleh unit khusus PIO yang terdiri dari 1 apoteker dan 1 asisten apoteker, untuk 

UDD dan visite pasien dan petugas pelayanan farmasi di ruang rawat. Kegiatan 

tersebut didokumentasikan. Visite pasien bersama dokter pernah dilakukan satu 

kali, namun visite mandiri selalu dilakukan oleh apoteker di ruang rawat. Status 

obat dibuat oleh apoteker diruangan dan dievaluasi secara intern oleh farmasis. 

Kasus farmasi klinis yang pernah terjadi adalah masalah pengobatan pada pasien 

diabetes, yang diberikan pengobatan namun tidak sesuai dengan kondisi pasien . 

9. Selain di IFRS dan KFT, apoteker terlibat dalam tim apa saja; misalnya: tim 

infeksi RS, Tim mutu, Tim Patient safety, Tim PKMRS, dll. Jika ya sebagai 



Belum ada tim4im lain 


Komunikasi, background knowledge untuk pengetahuan farmasi, terutama 

mengenai pelayanan kefarmasian. 


1. Fokus utama pelayanan kefarmasian 

Masih pada pelayanan obat seperi pelayanan obat yang tepat dan tidak salah 

l€i§

2. Sediaan farmasi yang dikelola RS 

Obat dan alkes, secara lebih rinci bisa ditanyakan apotekernya. SOP ada. 

Peran apoteker dalam pengadaan dan pengelolaan sediaan farmasi meliputi 

. 

pengadaan, penerimaan barang dan distribusi ke apotekltempat pelayanan 

obat. 

Proses perencanaan, pengadaan dan penyimpanan dan distribusi sediaan 

farmasi secara lebih rinci dapat ditanyakan kepada bagian farmasi. 

Proses monitoring belum ada, evaluasi baru dilakukan secara tidak resmi, 

persentasi belum. 

3. Pengendalian mutu 

Kotak saran ada di beberapa tempat, 166ias 166y kepuasan belum dilakukan 

4. Peran apoteker dalam KFT 

KFT belum berfungsi dengan baik. 

5. lnformasi obat 

Aturan pakai, cara pakai. 

6. Mekanisme penyaringan resep 

Mungkin bisa ditanyakan ke ibu Dinar. 

7. Program patient safety 

Belum ada 

8. Program farmasi klinis 

Sudah ada, untuk beberapa hal sudah dikakukan, ke depan baru kami mau 

bicarakan lebih lanjut. Paling tidak kursus ~ kursus dilakukan untuk menunjang yang 

sekarang sudah berjalan. Masih terkendala jumlah SDM apoteker. Sampai 2011 

tidak ada tambahan tenaga, sehingga perencanaan seperti yang sudah ada hanya 

terbatas. Sosialisasi sudah, tinggal mereka konsultasi bila ada kasus yang harus 

ditanyakan. Ada rencana penambahan tetapi realisasinya yang tidak ada. Misalnya 

kasus farmasi klinik seperti kasus penggunaan digitalis. SDM baru masih harus 

belajar, kalau belajar terus menerus mereka bisa paham, • tetapi untuk 

kemasyarakatan secara "custumer service" masih perlu pelatihan. Untuk bisa 

memberi konseling yang baik perlu pelatihan=pelatihan yang mengarah ke farmasi 

. ~ 

166

klinis. Secara resmi melalui pendidikan S2 misalnya, atau pelatihan-pelatihan 

secara bertingkat. Penyegaran- penyegaran yang dapat membantu paling tidak 

~ 

dalam hal komunikasi sehingga peran sebagai penunjang medik optimal. Saat ini 

belum ada 82 bidang farmasi/farmasi klinik. Dana sekolah, tahun ini farmasi 'tidak 

da yang dapat, yang dapat 5 orang dokter untuk spesialis, perawat. Pengawasan 

kinerja farmasis cukup bagus. Tinggal komunikasi, karena memang wajar kalau 

ada yang aktif ada yang tidak, karena setiap orang berbeda-beda , ada yang 

komunikatif/aktif ada yang pasif. ldealnya harus aktif. Komunikasi masih perlu 

ditingkatkan. Untuk latihan, sebagian ada yang AA ada yang bukan, maka AA perlu 

ada penyegaran- penyegaran ilmunya sehingga bisa untuk contoh bagi yang lain di 

lokasi pelayanan. Karena saya sendiri sebagai dokter, butuh mereka untuk 

mengingatkan atau kontrol. 

Kedepan harus ada penelitian-penelitian yang mendukung farmasi, gigi dll. 

Sekarang yang ada pemeriksaan misalnya pemeriksaan makanan, ruangan OKA, 

laundry. Penelitian kliniklobat belum ada. Kembali ke dokternya, kalau ada uji coba 

obat terhadap pasien tergantung dokternya, kalau dokternya tidak berkenan, 

arena ini bukan RS pendidikan. Kebijakan dari atas juga menentukan , dokternya 

juga, tetapi ada dokter yang menggunakan fasilitas disini untuk penelitian atau 

kerja sama dengan pihak lain. Seperti pemberian Fe pada bumil. 

Keterlibatan apoteker dalam bidang lain seperti pengadaan, penerimaan dan 

pengendalian mutu. 

~ 

167

LAMPIRAN 10 

I. Pengelolaan Sediaan Farmasi 

HASIL OBSERVASI RUMAH SAKIT 1 


Pembelian dari sumber resmi (PBF) 

Pemeriksaan fisik obat, kemasan dan 

tanggal kadaluarsa 

.,; 


pada kartu stok/komputer 

.,; 

Pencatatan dan pemisahan obat rusak I 

kadaluarsa 

.,; 

Penyimpanan obat berdasarkan abjad, 

jenis dan bentuk sediaan dalam wadah asli .,; 

dari pabrik 

I Penyi_mpanan bahan obat dalam wadah _ 

lain dijaga dari kontaminasi dan terdapat 

informasi yang jelas termasuk nomor batch 

dan tanggal kadaluarsa _ 

-- - 

Penyimpanan obat berdasarkan asas FIFO 

.,; 

I FEFO 

Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan 

Penyimpanan psikotropika sesuai 

ketentuan 

.,; 


narkotika 

.,; 


.,; 

psikotropika 


disertai tanggal, bulan dan tahun yang 

.,; 

mudah ditelusuri dan disinipan pada 

tempat yang ditentukan secara teratur 

Pemusnahan resep yang telah disimpan 

.,; 

lebih dari tiga tahun menurut ketentuan 

SOP untuk pengelolaan sediaan farmasi : 

- Gudang sediaan farmasi 

.,; 

- Distribusi ke unit-unit 

- Dokumentasi monitoring dan evaluasi 

...J 

...J 

KETERANGAN 

Di gudang pusat 

bdsrkan farmako 

terapi, di unit 

pelayanan 

bdsrkan abjad. 

- 

Tidak ada bahan 

obat 

.. 

. ~ 

. 

168

II. Sistem Distribusi obat 

KEGIATAN YA TIDAK KETERANGAN 

a.Sistem peresepan rawat inap 

Lembaran resep 

--J 

Kartu instruksi obat 

..J 

- 

b.Sistem distribusi rawat inap 

UDD (Unit Dosage Dispensing) 

" 

Banqsalbedan 

One Day Dispensing --J BanQsalbedah 

Floor stok 

..J 

Kombinasi 

..J 

c.Pengelolaan obat di IFRS 

Manual 

..J 

Komputerisasi I SIM 

--J 

Ill. Pelayanan obat 

·-. 


KETERANGAN 

(PELAKSANA) 


Dilakukan 

--J 

Rutin 

--J 

T erdokumentasi 

--J 


Pemeriksaan kelengkapan resep 

'-1 

Pemeriksaan keabsahan resep 

--J 

Pemeriksaan kerasionalan resep --J --J Belum sepenuhnya 

Komunikasi dengan dokter .~ 

Pemberian nomor urut pada resep 

--J 

Pengambilan obat menggunakan 

sarung tangan I alat I spatula 

..J 

Pemeriksaan perhitungan untuk obat 

Racikan 

--J 

Pemeriksaan kesesuaian obat 

dengan Resep 

..J 

Pemeriksaan kesesuaian etiket 

dengan Resep 

--J 

. 


--J 

Penyerahan dan informasi Obat --J --J 

Pelaksanaan protap pelayanan obat 

'-1 


pasien 

--J 

' 

. ' 

Penandaan khusus resep Narkotika I 

psikotroplka 

..J 

. 

: 

! 

I 

! 

169

c. Penaendalian mutu 

Kotak pengaduan/saran di area 

pelavanan 

Dokumentasi survey kepuasan 

asien 

SOP untuk tiap kegiatan pelayanan 

obat 

--./ 

--./ 

--./ 

Jadi satu dengan 

RS 

IV. Sistem Dispensing khusus (obat sediaan steril, sitostatika) dan Visite 

KEGIATAN 

Dispensing khusus (sediaan steril, 

sitostatika, TPN) 

Dilakukan 

Rutin 


Visite 

Dilakukan 

Rutin 


Visite mandiri /visite IFRS 

Visite tim 

SOP untuk tiap kegiatan dispensin 

V. Monitoring dan evaluasi 

KEGIATAN 

a.Pemantauan terapi obat 

Dilakukan 

Rutin 

Rekomendasi oleh apoteker bila 

terjadi DRP 


b. MESO 

Dilakukan 

Rutin 


c. Pengkajian penggunaan obat 

Melaksanakan 

Rutin 

Terdokumentasi 

Formularium terakhir, frekuensi revisi 

'-------~- 

170 

YA I TIDAK 

YA 

TIDAK 

~ 

'-1 

~ 

~ 

~ 

'-1 

...j 

--./ --./ 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 

KETERANGAN 

- 

. ~ 

hanya berdasarkan 

kebutuhan

Laporan evaluasi kepatuhan 

formularium 

-v 

d. Pemantauan kadar obat dalam ~ 

darah 

Melaksanakan -v . 


SOP untuk tiap kegiatan monitoring 

dan evaluasi 

VI. Konseling dan informasi obat 

I 

KEGIATAN 

YA 

TIDAK 

KETERANGAN 

a.Konseling pasien rawat inap 

Dilakukan -v 

Rutin -v 

Terjadwal -v 

Terdokumentasi -v 


Dilakukan -v 

Rutin -v 

Terjadwal -v 

Terdokumentasi -v 

- 

c. Pelayanan informasi obat 

Sasaran pasien -v 

Sasaran ke paramedis -v 

Sasaran ke tenaga medis -v 

Pemberian informasi indikasi I khasiat 

obat 

Pemberian informasi cara dan aturan 

pakai obat 

Pemberian informasi cara 

penyimpanan obat 

Pemberian informasi Kemungkinan 

adanya efek samping obat 

Pemberian informasi kemungkinan 

interaksi obat dengan makanan 

Ruangan khusus informasi dan 

konseling 

-v 

-v 

-v 

-v 

-v . 

-v 

. 

. ' 

I 

I 

171

UT 

.. 

• 

U!19SUO)j uep !SeWJOJU! 

!SenleAa ueJodel uep !Seluawn)jOQ 

!SeWJOJU! uep 

6U!19SUO)j Uele!69)j de!l )jnlUn dOS


LAMPIRAN 11 



Pembelian dari sumber resmi (PBF)_ ~ 



~ 



~ 


kadaluarsa 

-.J 


jenis dan bentuk sediaan dalam wadah asli -.J 

dari pabrik 

Penyimpanan bahan obat dalam wadah 

lain harus dijaga dari kontaminasi dan 

terdapat informasi yang jelas termasuk 

-.J 

nomor batch dan tanggal kadaluarsa 


-.J 

/FEFO 

Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan ...; 


ketentuan 

-.J 


narkotika 

-.J 


psikotropika 

-.J 



mudah ditelusuri dan disimpan pada 

-.J 




~ 


- Gudang sediaan farmasi ..J 

- Distribusi ke unit-unit -.J 

- Dokumentasi monitoring dan "'./ 

evaluasi 

KETERANGAN 

I 

I 

~ 

173

II. 

Sistem Distribusi obat 



Lembaran resep ~ . 

Kartu instruksi obat ~ 


UDD (Unit Dosage Dispensing) -../ 

One Day Dispensing ~ 

Floor stok ~ 

Kombinasi ~ 


Manual ~ Hanva sedikit 

- 

Komputerisasi I SIM ~ 




Dilakukan ~ 

Rutin ~ 

T erdokumentasi ~ 


Pemeriksaan kelengkapan resep ~ 

Pemeriksaan keabsahan resep ~ 

Pemeriksaan kerasionalan resep ~ 

Komunikasi dengan dokter ~ 

Pemberian nomor urut pada resep ~ 


sa rung tangan I alat I spatula 

~ 


Racikan 

~ 


~ 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 

dengan Resep - - 


dengan Resep 

~ 

Penandatanganan salinan resep ~ 

Penyerahan dan informasi Obat -~ 

Pelaksanaan protap pelayanan obat ~ 


pasien 

~ 

. 

. ' 


pslkotroplka 

~ 

- ----- 

174

c. Pengendalian mutu 

Kotak pengaduan/saran di area I 

~ 

pela~anan 

Dokumentasi survey kepuasan I 

~ 

pasien 

SOP untuk tiap kegiatan pelayanan I 

~ 

obat 





Dilakukan 

'-/ 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 

Rutin '-/ TPN belum 


'-/ 

Visite 

Dilakukan ~ 

Rutin 

'-/ 


'-/ 

Visite mandiri /visite !FRS 

'-/ 

Visite tim -v 

SOP untuk tiap kegiatan dispensing -v 




IJilakukan ~ 

Rutin 

'-/ 

Rekomendasi oleh apoteker bila I ' 

~ 

terjadi DRP 


'-/ 

b. MESO 

Dilakukan 

Rutin 

'-/ 

-v 

- 



Melaksanakan 

'-/ 

Rutin -v . 

Terdokumentasi -v . ~ 

Formularium terakhir, frekuensi revisi ~ Setiap tahun 

175


-v 

formularium 

d. Pemantauan kadar obat dalam 

darah 

Melaksanakan -v 

. 

T erdokumentasi -v 



--- 

-v 

VL Konseling dan informasi obat 



Dilakukan ~ 

Rutin ~ 

Terjadwal .y 

Terdokumentasi .y 


Dilakukan -v 

Rutin ~ Sesuai kebutuhan 

Terjadwal ~ 

T erdokumentasi .y 


Sasaran pasien .y 

Sasaran ke paramedis -! 

Sasaran ke tenaga medis ~ 


-v 

I obat 


-v 

pakai obat 


~ 



-! 

, adanya efek samping obat · 

I Pemberian informasi kemungkinan 

-v 


Ruangan khusus informasi dan - 

-v 

konseling 

SOP untuk tiap kegiatan konseling 

dan informasi 

Dokumentasi dan laporan evaluasi 

intormasi dan konseling 

-v 

. ' 

-! 

. 

I 

176

I 

KEGIATAN VA TIDAK KETERANGAN 

Pembelian dari sumber resmi (PBF) .y 

Pemeriksaan fisik Ql;)at; kemasan dan 


..J 



..J 


kadaluarsa 

..J 

Di gudang pusat 


bdsrkan farmako 

jenis dan bentuk sediaan dalam wadah asli ..J terapi, di unit 

dari pabrik 

pelayanan 

bdsrkan abjad. 


lain harus dijaga dari kontaminasi dan .y 




..J 

/FEFO 

Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan ..J 

! 


..J 

ketentuan 

I 


I 

..J 

narkotika 


..J 

psikotropika 


disertai tanggal, bulan dan tal)un yang 



Pemusnahan resep yang teiah dislmpan 

..J 



- Gudang sediaan farmasi .y 


..J 

- Dokumentasi monitoring dan ..J ' 

evaluasi 

. ' 

..J 

.

II. Sistem Distribusi obat 

KEGIATAN VA TIDAK 


Lembaran resep 



UDD (Unit Dosage Dispensing) .y 

One Da_y Dispensing .y 

Floor stok 

Kombinasi 


Manual 

Komputerisasi I SJM 

'-f 

'-f 

'-f 

'-f 

KETERANGAN 

Belum semua unit 

rawat inap 


KEGIATAN 

a.Wawancara Riwavat obat 

Oilakukan 

Rutin 

VA I TIDAK 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 

Pemeriksaan kerasionalan resep .y 

Komunil


psikotropika 

-1 

c. Pengendalian mutu 


pelayanan 

-1 

. 

Ookumentasi survey kepuasan 

Jadi satu dengan 

-1 

pasien 

RS 


obat 

-1 


i 

I KEGIATAN YA TIDAK 



Dilakukan --/ 

Rutin 


Visite 

Dilakukan ~ 

KETERANGAN 

(PELAKSAN~l 

Setiap pagi saat 

Rutin -1 UDD, tdk semua 

unit ranap 

T erdokumentasi -1 

Setiap hari, 

Visite mandiri /visite IFRS -1 dilanjutkan diskusi 

d_g_ dokter 

Baru dliakukan 1 

Visite tim -1 

kali 

. SOP untuk tiap kegiatan dispensing --/ Belum terinci 




- 

Dilakukan -1 Tidak berjalan baik 

Rutin -1 


terjadi DRP 

-1 Masih satu 

. 

kasus 


. ~ 

b. MESO 

-~ 

Dilakukan 

179

Rutin 



Melaksanakan --./ 

Rutin 


Formularium terakhir, frekuensi revisi --./ 


--./ 

formularium 


darah 

Melaksanakan --./ 




Setiap tahun, 

hanya form 

permintaan obat dr 

klinisi 

VI. Konseling dan informasi obat 

I 



Dilakukan ,; Belum semua unit 

Rutin --./ setiap hari 

Terjadwal --./ 

Setiap melakukan 

UDD 


b.Konselln aslen rawat 'alan 

Dilakukan 

Rutin 

Bila diminta 

Ter"adwal 


c. Pela anan informasi obat 

Sasaran asien 


Sasaran ke tena a medis 


--./ 

pbat 

- ---- 


--./ 

pakai obat 

- ------- 

. 

. 

~ 


pen impanan obat 

--./

.__ 

r Pemberian informasi kemungkinan 


I Pemberian informasi kemungkinan 


I Ruangan khusus informasi dan 

konseling 


I dan informasi 


informasi dan konseling 

I 

..J 

..J 

..J 

..J 

..J 

Masih ruangan 

terbuka di samping 

penyerahan obat 

. ' 

181

lAMPIRAN 13 




Pembelian dari sumber resmi (PBF) ~ 



~ 



~ 


kadaluarsa 

~ 


jenis dan bentuk sediaan dalam wadah asli ..J 

dari pabrik 


lain harus dijaga dari kontaminasi dan 


..J 



/ FEFO 

..J 

Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan -1 


ketentuan 

..J 


narkotika 

..J 


psikotropika 

..J 




..J 




~ 


. 

- 



- Dokumentasi monitoring dan 

evaluasi 

---- 

..J 

~ 

182

II. 


r 



Lembaran resep -..; 

Kartu instruksi obat -..; 


UDD (Unit Dosage Dispensing) 

One Day Dispensing 

Floor stok 

Kombinasi 

" 


Manual 

Ko_111_r~uterisasi l SIM _ 

-- 

" 


- 

L___ 

! KEGIATAN VA TIDAK 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 


Dilakukan 

Rutin 



" " i 

Pemerlksaan kelengkapan resep -..; 

Pemeriksaan keabsahan resep -..; 

Pemeriksaan kerasionalan resep 

Komunikasi dengan dokter 


" 


-.J 

sarunQ tanQan I alat I spatula 


Racikan 

-.J 


-.J 

-·-- 

denQan Resep 

- --- 


. 

denQan Resep 


Penyerahan dan informasi Obat 

" 

Pelaksanaan protap pelayanan obat -..; 


. 

-.J . ~ 

pasien 


psikotropika 

183 

"

I c. Pengendalian mutu 

Kotak pengaduan/saran di area ...; 

pelayanan 

I Ookumentasi survey kepuasan ...; 

1 pasien . 

1 

SOP untuk tiap kegiatan pelayanan ...; 

1 obat 

IV. 

Sistem Dispensing khusus (obat sediaan steril, sitostatika) dan 

Visite 




Dilakukan 

...J 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 

Rutin 


Visite 

Dilakukan ...J jarang 

Rutin 

...J 



Visite tim 

SOP untuk tiap kegiatan dispensing 

...J 

...J 

...J 

...J 

I 

v. Monitoring dan evaluasi 



Dilakukan 

...J 

Rutin 

...J 


terjadi DRP 

...; 

T erdokumentasi -../ 

b. MESO - 

Dilakukan 

_...J 

Rutin 

...J 


...J 


Melaksanakan -../ . ~ 

Rutin -../ 


...J 


184 

...J


formularium 

...; 


darah 

Melaksanakan ...; 

. 




--- - ---------- 

VI. 


• KEGIATAN YA TIDAK KETERANGAN 


Dilakukan ...; 

Rutin ...; 

Terjadwal ...; 

T erdokumentasi ...; 

b. Konseling pasien rawatjalan 

Dilakukan ...; 

Rutin ...; 

Terjadwal 

j 

I T erdokumentasi ...; 

c. Pelayanan informasi obat ...; 

Sasaran pasien ...; 

Sasaran ke paramedis ...; 

Sasaran ke tenaga medis ...; 


obat 

...; 


pakai obat 

...; 


_penyimpanan obat 

...; 



...; 

- 

Pemberian informasi kemungkinan ...; 

- 



konseling 

...; 



...; ' 

. ~ 


informasi dan kons~ling _ 

...; 

- 

185

LAMPIRAN 14 



KEGIATAN 

Pembelian dari sumber resmi (PBF) 


tanaaal kadaluarsa 




kadaluarsa 


jenis dan bentuk sediaan dalam wadah asli 

dari oabrik 


lain harus dijaga dari kontaminasi dan 1 ...; 


nomor batch dan tanaaal kadaluarsa 

Penyimpanan obat berdasarkan asas FIFO I ...; 

/FEFO 

VA I TIDAK I KETERANGAN 

...; 

...; 

...; 

...; 

kartu 

Penyimpanan psikotropika sesuai 1 ...; 

ketentuan 

Pencatatan, pengarsipan dan pelaporan I ...; 

narkotika 

f3embendelan resep sesuai kelompoknya 

disertai tanggal, bulan dan tahun yang 1 ...; 


temoat vana ditentukan secara teratur 

Pemusnahan resep yang telah disimpan -1 I ...; 

lebih dari tiga tahun menu rut ketentuan ___j~-~- ~-- __ 



Distribusi ke unit-unit 

Dokumentasi monitoring dan 

evaluasi 

...; 

..J 

..J 

..J 

186

II. 


a.Sistem 


VA I TIDAK 

KETERANGAN 

Individual 

Kombinasi 

c.Penaelolaan obat di IFRS 

Mam1al 

Komputerisasi I SIM 


KEGIATAN VA TIDAK 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 


Dilakukan 

-.J 

Rutin 

-.J 


-.J 


Pemeriksaan keieng_kapan resep 

-.J 

Pemeriksaan keabsahan resep 

'-/ 

Pemeriksaan kerasionalan resep 

-.J 

Komunikasi dengan dokter 

-.J 


-.J 


sa rung tangan I alat I spatula 

-.J 


Racikan 

-.J 


dengan Resep 

-.J 


dengan Resep 

-.J 

. 

-- - 


-.J 

Penyerahan dan informasi Obat 

-.J 

Pelaksanaan protap pelayanan obat 

-.J 


pasien 

-.J 

. 

. ' 


psikotropika 

-.J 

- -- 

187



elavanan 


asien 


obat 

..J 

..J 

..J 

IV. 


Visite 

KEGIATAN 


sitostatika, TPN 

Dilakukan 

Rutin 


Visite 

Dilakukan 

Rutin 



Visite tim 

YA I TIDAK 

KETERANGAN 

(PELAKSANA 

v. Monitoring dan evaluasi 

KEGIATAN 


Dilakukan 

Rutin 


terjadi DRP 


b. MESO 

Dilakukan 

Rutin 



Melaksanakan 

Rutin 



YA 

-v 

-v 

..J 

-v 

TIDAK 

" -v 

-v 

" j 

"-v -~ 

KETERANGAN 

. 

. 

-- 

188


--./ 

formularium 


darah 

Melaksanakan ~ 




. 

VI. 




Dilakukan --./ 

Rutin --./ 

Terjadwal ~ 

T erdokumentasi -~ 


Dilakukan ~ 

Rutin ~ 

Terjadwal ~ 



Sasaran pasien ,; 

Sasaran ke paramedis ~ 

Sasaran ke tenaga medis ~ 


Gbat 


pakai obat 








konseling 





--./ 

--./ 

--./ 

~ 

--./ 

~ 

--./ ' 

. ' 

--./ 

-- 

. 

189


Pembelian dari sumber resmi (PBF) ..; 

Pemeriksaan fisik gl:;)at, kemasan dan 

-..; 



-..; 


Pencatatan dan pemisahan obat rusak I -..; 

kadaluarsa 


jenis dan bentuk sediaan dalam wadah asli -..; 

dari pabrik 


lain harus dijaga dari kontaminasi dan -..; 

terdapat informasi yanQ jelas termasuk 


Penyimpanan obat berdasarkan asas FIFO -..; 

/ FEFO 

Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan ~ 


ketentuan 


narkotika 


psikotropika 



-..; 


tempat yang ditentukan secara. teratur 

Pemusnahan resep yang telah disimpan -..; 


SOP untuk pengelolaan sediaan farmasi : . 

- Gudang sediaan farmasi -..; 

- Distribusi ke unit-unit -..; 

I 

- Dokumentasi monitoring dan 

evaluasi 

~ 

-..; 

~ 

-..;

II. 

a.Sistem 


KEGIATAN YA I TIDAK KETERANGAN 

~ 


I KEGIATAN YA TIDAK 


Dilakukan ~ 

Rutin ~ 



Pemeriksaan kelengkapan resep ~ 

Pemeriksaan keabsahan resep ~ 

Pemeriksaan kerasionalan resep ~ 

Komunikasi dengan dokter ~ 

Pemberian nomor urut pada resep ~ 


1 sarung tangan I alat I spatula 

~ 


Racikan 

~ 


~ 

KETERANGAN 

(PELAKSANA) 

dengan Resep - 

. 


>I 

dengan Resep 

Penandatanganan salinan resep ~ 

Penyerahan dan informasi Obat ~ 

Pelaksanaan protap pelayanan obat ~ . 


. ~ 

pasien 

j Penanda~n khusus resep Narkotika I 

psikotro~ika ....... 

19.1. 

~ 

>I



elavanan 


pasien 


obat 

-./ 

-./ 

-./ 

IV. 


Visite 

KEGIATAN 


sitostatika, TPN 

Dilakukan 

Rutin 


Visite 

Dilakukan 

Rutin 



Visite tim 

YA I TIDAK 

KETERANGAN 

(PELAKSANA 

v. Monitoring aan evaiUasi 

KEGIATAN 


Dilakukan 

Rutin 

Rekomendasi oleh apoteker bila I -.; 

teriadi DRP 


b. MESO 

Dilakukan 

Rutin 


unaan obat 

-./ 

Rutin 



YA I TIDAK 

KETERANGAN 

192


formularium 


darah 

Melaksanakan 




~ 

·~ 

~ 

VI. 


I 

KEGIATAN 


1 Dilakukan 

1 

Rutin 

1 Terjadwal 

1 T erdokumentasi 

f b. Konseling pasien rawat jalan 

Dilakukan 

Rutin 

Terjadwal 

1 T erdokumentasi 


1 

Sasaran pasien 


Sasaran ke tenaga medis 

I Pemberian informasi indikasi I khasiat 

obat 

I Pemberian informasi cara dan aturan 

pakai obat 








konseling 


dan lnformasl 



YA 

~ 

" 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

TIDAK 

~ 

'-/ 

~ 

'-/ 

KETERANGAN 

·- - - 

. 

' 

. I 

I 

' 

.. 

193

LAMPIRAN 16 

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN APOTEKER PUSKESMAS 

Ptisledoman bisa dilaksanakan. 

UU no.36 dan PP 51 baik dengan adanya aturan baru. Kompetensi apoteker di 

::>uskesmas merupakan perpaduan antara apotek dengan pelayanan pasien rawat 

.alan dan visite pasien rawat inap. Meskipun tidak didapat pada saat magang 

profesi, tetapi magang di apotek dan rumah sakit cukup mewakili. llmu yang perlu 

::litambahkan adalah terkait prosedur birokrasi dan prosedur tetap karena ISO. 

Dengan adanya peraturan baru, Apoteker harus belajar, misalnya: interaksi 

::>bat. Kadang-kadang dokter bertanya dan komunikasi dengan dokter harus baik . 

..... aranya bisa dengan mengikuti pelatihan=pelatihan 

Peran apoteker adalah penanggung jawab pengelolaan obat, informasi obat, 

onsultasi obat dan visite pasien. Pelayanan obat kepada pasien rawat jalan 

apoteker dibantu 2 AA. Pelayanan admnistrasi berupa LP-LPO dikerjakan AA. 

Di puskesmas yang dikelola Apoteker obat, alkes habis pakai, lab, KID , narkotik, 

rnetadon, gigi, dan alkes besar. Puskesmas hanya membuat perencanaan 

·ermasuk buat pustu. Untuk barang yang besar-besar evaluasi setahun sekali, 

alau yang habis pakai sebulan sekali. Permintaan barang ke GFK, khusus 

metadon minta ke RSU. Untuk penyimpanan ada gudang kecil untuk 1 bulan. 

Oistribusi 1 bulan sekali ke pustu & apotek puskesmas. Petencanaan dasarnya 

pemakaian dan musim. Biasanya untuk pengajuan adalah dua kalinya dari 

pemakaian. 

Administrasi: ada kartu stok, setiap bulan di laporkan pemak'aian mengenai 

pemakaian. Stok awal dan akhir. Selain laporan obat ada laporan metadon, 

khusus ke RSU. Selain laporan pemakaian obat, nama pasien, dosis dan juga 

194 

. ~

JLS (layanan jarum suntik steril), isinya: jarum suntik steril 3, swap alcohol 3, 

ondom 4. 

Ada buku catatan mengenai pemakaian obat terus dimasukkan ke computer: nama 

oasien dan data-data. Record medic semuanya ada di komputer. Monitoring 

secara stok opname yang dilakukan sebulan sekali. 

Mula-mula resep masuk dikode, disiapkan, bikin etiket dan langsung dikemas. 

Panggil pasien, penyerahan -obat disertai informasi obat. lnformasi obat dilakukan 

:3leh Apoteker. Petugas farmasi di Apotek hanya ada 2 orang, yaitu : selain 

apoteker, AA/SMA. Kadang-kadang ada mahasiswa praktek. 

Obat-obat yang sering diresepkan dari golongan antibiotika: amoksisilin, 

analgesik: parasetamol, sedativa: diazepam, antikolesterol: kaptopril dan HCT, 

antidiabetes: glibenklamid dan metformin serta untuk antasida dan diare : crosoft. 

Amoksisilin harus diberikan sebelum makan, perut kosong supaya mudah 

diabsorbsi. Efek sampingnya diare, Kontraindikasi bila pasien alergi. 

Diazepam: supaya tenang, dapat tidur. Harus dijaga supaya tidak over dosis. 

Kontra indikasi: pasien tidak boleh minum kopi. 

Parasetamol: kontra indikasi tidak ada, tapi kalau tidak cocok bisa merah-merah. 

Sejauh ini belum ada keluhan pasien 

Promosi dan edukasi ada, dan dijalankan di posyandu dengan penyuluhanpenyuluhan, 

misalnya: batra. lnformasi obat dilakukan oleh apoteker terkait jadwal 

yang dibuat oleh program promosi kesehatan berupa komunikasi langsung di 

depan pasien rawat jalan sebelum pelayanan, di posyandu balita dan posyandu 

lansia. 

Untuk pasien TB ada home care pemberian obat bagi pasien yang tidak bisa 

datang, juga untuk pasien hipertensi dan diabetes. Yang melakukan perawat, 

bukan farmasis. Visite dilakukan, khususnya pasien bersalin. 

Komunikasi biasanya agak bermasalah dengan dokter-dokter baru yang idealis. 

Biasanya didatangi oleh Apoteker dan dijelaskan sehingga dapat berjalan baik. 

Komunikasi-komunikasi dengan dokter, perawat dan bidan puskesmas sering 

dilakukan. 

. ~ 

195

Tenaga farmasi terdiri dari AA dan seorang apoteker yang melayani cukup 

banyak resep per hari, termasuk Jembur sampai jam 7 malam dan Sabtu buka. 

Hambatan: keterbatasan tenaga dalam pelayanan obat, termasuk untuk 

. 

seorang Jembur sampai jam 19.00 dan membuat LP-LPO dan penyuluhan obat. 

eterbatasan ruangan untuk melakukan konsultasi obat 

uskesmas 2 

Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas ada bukunya dan sudah 

sesuai 

Kompetensi apoteker di puskesmas merupakan perpaduan antara apotek 

dengan pelayanan pasien rawat jalan dan visite pasien rawat inap. Meskipun 

tidak didapat pada saat magang profesi, tetapi magang di apotek dan rumah 

sakit cukup mewakili. llmu yang perlu ditambahkan adalah terkait prosedur 

birokrasi dan prosedur tetap karena ISO 

Peran apoteker adalah penanggung jawab pengelolaan obat, informasi obat, 

konsultasi obat dan visite pasien. Pelayanan obat kepada pasien rawat jalan 

apoteker dibantu 2 AA. 

Pelayanan admnistrasi berupa LP-LPO dikerjakan AA 

Prosedur tetap yang tersedia adalah 

• Buku kesalahan pemberian obat (dalam ruang obat) 

• Buku telusur kesalahan obat 

• Buku ketidak sesuaian pelayanan obat dan permintaan (diluar puskesmas) 

• Buku kepuasan pasien 

• Buku catatan suhu ruangan gudang obat 

• Buku catatan dokumen dari luar 

• Buku jumlah kunjungan pasien dan jumlah resep 

• Buku defecta 

• Buku obat rusak 

• Buku obat kadaluwarsa 

• Buku waktu tunggu pelayanan obat 

196 

~

• Buku komunikasi intern 

• Buku konsultasi dokter 

Obat yang banyak diresepkan diresepkan adalah antinyeri (parasetam?l), 

antibiotika (amoksisilin), antihipertensi (kaptoril, HCT), antidiabetes 

(glibenklamid, metformin), antasida dan diare (crosoft) 

lnformasi obat dilakukan oleh apoteker terkait jadwal yang dibuat oleh 

program promosi kesehatan berupa komunikasi langsung di depan pasien 

rawat jalan sebelum pelayanan, di posyandu balita dan posyandu lansia. 

Home care dilakukan bila diperlukan untuk pasien hipertensi dan diabetes. 

Visite dilakukan terhadap pasien rawat inap, khususnya pasien bersalin 

Komunikasi dengan dokter, perawat dan bidan sering dilakukan terkait obat 

·o. Tenaga farmasi terdiri dari 2 AA dan seorang apoteker yang melayani 100 

lembar resep perhari, termasuk lembur sampai jam 7 malam dan Sabtu buka 

Hambatan : keterbatasan tenaga dalam pelayanan obat, termasuk untuk 

~e orang lembur sampai jam 19.00 dan membuat LP-LPO dan penyuluhan obat. 

eterbatasan ruangan untuk melakukan konsultasi obat 

197

LAMPIRAN 17 

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN KEPALA PUSKESMAS 

Piisl

Komunikasi dengan berbagai pihak cukup baik, karena ada pertemuan dengan 

dinas secara berkala, untuk staf Puskesmas sendiri kita adakan pertemuan rutin ~ 

,uga 1 bulan sekali untuk bisa sating membagi pengalaman maupun memecahkan 

. 

al hal yang menjadi kendala untuk pelayanan kefarmasian di apotek. 

Puskesmas 2 

Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas ada bukunya, Karena 

::>uskesmas sudah ISO, maka semua tanggung jawab bidang farmasi dan prosedur 

·etapnya sudah ada 

Kompetensi apoteker di puskesmas cukup baik, dapat menjadi rujukan untuk 

formasi obat oleh tenaga kesehatan lain dan melakukan penyuluhan masyarakat 

Pengelolaan obat terbatas yang berasal dari Dinkes Kota yang pengadaan 

setiap 2 bulan. Apabila terjadi kekurangan dilakukan substitusi obat 

Pelayanan obat resep dari jam 08.00-14.00 kemudian jam 15.00-19.00 dihitung 

embur 

lnformasi obat dilakukan oleh apoteker terkait jadwal yang dibuat oleh program 

nromosi kesehatan berupa komunikasi langsung di depan pasien rawat jalan 

sebelum pelayanan , di posyandu balita dan posyandu lansia. 

Komunikasi dengan apoteker sering dilakukan terkait obat 

Hambatan : keterbatasan tenaga farmasi dan keterbatasan anggaran 

oengembangan, berobat gratis di puskesmas untuk KTP lokal. Hambatan 

oengelolaan obat, khususnya LP-LPO, adalah penggunaan komputer obat tidak 

oisa langsung sebagai program pembuatan LP"LPO bulanan 

~ 

199

j 

1. Pelayanan obat 

LAMPIRAN 18 

HASIL OBSERVASI PUSKESMAS 1 

NO KEGIATAN YA 

1 Pemeriksaan kelengkapan resep '-/ 

2 


yang mengandung narkotika dan psikotropika 

'-/ 

3 Pemeriksaan kesesuaian farmasetik '-/ 

4 Pertimbangan klinik '-} 

5 Komunikasi dengan dokter '-/ 

6 Pemberian nomor urut pada resep masuk 

7 

Pengambilan obat menggunakan sarung 

tangan/ alat/spatula 

.-.; 

8 Pemeriksaan perhitungan untuk obat racikan '-/ 

Pemeriksaan kesesuaian antara jumlah/jenis 

9 

obat dengan resep 

.-.; 

10 

Pemeriksaan kesesuaian antara penulisan 

etiket dengan resep 

.-.; 

11 

Penyerahan obat dan pemberian informasi 

obat 

.-.; 

12 Penandaan khusus pada resep narkotika '-/ 

13 

Penandaan khusus pada resep psikotropika 

tunggal 

Buku referensi; Pegoman Pengo9atan Dasar 

14 

di Puskesmas- Pedoman PIO- Pedoman 

Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan 

Kesehatan di Puskesmas 

15 Protap pelayanan obat tertulis 

- -- 

PELAK 

TIDAK 

SANA 

Apt/AA 

Apt/AA 

'-/ 

'-/ 

.-.; 

.-.; 

'-/ 

.-.; 

.-.; 

'-/ 

Apt/AA 

Apt/AA 

Apt 

Apt/AA 

Apt/AA 

Apt/AA 

Apt/AA 

Apt/AA 

Apt/AA 

3. Komunikasi, lnformasi ~an Edukasi pasien 

NO 

KEGIATAN 

YA TIDAK 

Pemberian informasi obat saat penyerahan kepada pasien-meliputi: 

1 lndikasi/khasiat obat .-.; 

2 Waktu, lama dan cara penggunaan obat .-.; 

3 

Kemungkinan adanya efek samping yang . .-.; 

tim9ul . 

4 Kemungkinan interaksi obat dengan makanan .-.; 

5 Kontraindikasi obat .-.; 

200

6 Cara penyimpanan obat ~ 


7 

~ 


8 Protap untuk KIE tertulis ~ 

4. Pengelolaan obat 

NO KEGIATAN YA TIDAK 


1 dengan memperhatikan pola penyakit, ~ 

LPLPO 

Permintaan obat ke lnstalasi Farmasi 

2 

Kab/Kota 

~ 

3 

Pemeriksaan fisik obat, kemasan dan tanggal 

kadaluwarsa 

~ 

4 



~ 

5 


rusak/kadaluarsa 

~ 

6 


dan bentuk sediaan dalam wadah asli pabrik 

~ 


7 


jelas termasuk nomor batch dan tgl 

~ 

kadaluarsa 

8 


FIFO/FEFO 

~ 

9 Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan ~ 

10 Penyimpanan psikotropika sesuai ketentuan ..J 


11 

narkotika 

~ 


12 

psikotropik - - 

~ 


13 



.y 


14 


dari tiga tahun menurut tata cara 

pemusnahan resep 

~ 

. 

15 Protap pengelolaan obat tertulis '-/ 

I 

201

5. Ketenagaan 


1 Selalu siap, ramah dan sopan melayani 

pasien 

...; 

2 Menjalin team work yang solid dengan tugas 

pokok dan fungsi yang jelas untuk tiap ...; 

karyawan 

3 Memakai pakaian rapi atau seragam dan Tanpa 

name tag selama di apotek Puskesmas ...; name 

tag 

4 Ada asisten apoteker ...; 

5 Selalu meningkatkan/memperbaharui 

pengetahuan baik jalur formal maupun ...; 

nonformal 

~ 

202


LAMPIRAN 19 

HASIL OBSERVASI PUSKESMAS 2 

NO KEGIATAN YA 

1 Pemeriksaan kelengkapan resep 

2 


yang mengandung narkotika dan psikotropika 

3 Pemeriksaan kesesuaian farmasetik 

4 Pertimbangan klinik 

5 Komunikasi dengan dokter 

6 Pemberian nomor urut pada resep masuk 

Pengambilan obat menggunakan sarung -..; 

7 

tangan/ alat/spatula 

-..; 

8 Pemeriksaan perhitungan untuk obat racikan 

Pemeriksaan kesesuaian antara jumlah/jenis -..; 

9 

obat dengan resep 

Pemeriksaan kesesuaian antara penulisan 

--j 

10 

etiket dengan resep 

Penyerahan obat dan pemberian informasi 

--j 

11 

obat 

--j 

12 Penandaan khusus pada resep narkotika 

Penandaan khusus pada resep psikotropika 

--j 

13 

tunggal 

Buku referensl: P~doman Pengobatan Dasar --j 

di Puskesmas- Pedoman PIO- Pedoman 

14 

Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan 

Kesehatan di Puskesmas 

--j 

15 Protap pelayanan obat tertulis 

--··----- ---- · ----- 

--j 

--j 

--j 

-..; 

--j 

--j 

TIDAK 

PELAK 

SANA 

~ 

203

6. Komunikasi, lnformasi dan Edukasi pasien 


Pemberian informasi obat saat penyerahan obat kepada pasien meliputi: . 

1 lndikasi/khasiat obat 

2 Waktu, lama dan cara penggunaan obat 

3 

Kemungkinan adanya efek samping yang 

timbul 

4 Kemungkinan interaksi obat dengan makanan 

5 KontrainaiKasi ooat 

6 Cara penyimpanan obat 

7 




r. Pengelolaan obat 

NO KEGIATAN YA TIDAK J 


..J 

1 dengan memperhatikan pola penyakit, 

LPLPO 

2 

Permintaan obat ke lnstalasi Farmasi 

..J 

Kab/Kota 

3 

Pemeriksaan fisik obat, kemasan dan tanggal ..J 

kadaluwarsa 

4 


'-J 

pada kartu stok!komputer 

5 

Pencatatan dan pemisahan obat - ..J 


6 

Penyimpanan obat berdasarkan abjad, jenis j 



'-J 


7 

jelas dalam wadah termasuk nomor batch 

-· dan tql kadaluarsa 

- ·-·- 


8 

'-J 

FIFO/FEFO 

. 

9 Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan 

..J 

----- 

204 

..J 

'-J 

..J 

..J 

..J 

..J 

'-J 

..J 

I

...j 

10 Penyimpanan psikotropika sesuai ketentuan 

Pencatatan, pengarsipan dan pelaporan ..; 

11 

narkotika 

. 

Pencatatan, pengarsipan dan pelaporan ...j 

12 

psikotropik 


...j 


13 



Pemusnahan resep yang teiah dlslmpan leblh ...j 

14 

dari tiga tahun menurut ketentuan 

15 Protap pengelolaan obat tertulis 

..; 

8. Ketenagaan 


1 Selalu siap; ramah dan sopan melayani ...j 

pasien 

2 Menjalin team work yang solid dengan tugas ...j 


karyawan 

3 Memakai pakaian rapi atau seragam dan ...j 

name tag selama di apotek Puskesmas 

4 Ada asisten apoteker ...j 

5 Selalu meningkatkan/memperbaharui ..; 


nonformal 

I 

~ 

205

Apotek 1 

LAMPIRAN 20 

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN APOTEKER PENGELOLA 

APOTEK 

Fokus utama pelayanan kefarmasian adalah pelayanan berorientasi pasien 

(patient oriented). Adapun kegiatan utama apoteker di apotek adalah melakukan 

pelayanan kefarmasian dengan motto "No Pharmacist No Service" dan slogan 

pelayanan "Service with a Hearf'. 

Semua tenaga adalah Apoteker berjumlah 4 orang, 1 orang sebagai pengelola 

Apotek dan 3 orang sebagai Apoteker pendamping. Apoteker di apotek 

bertanggung jawab terhadap semua aspek meliputi pelayanan, marketing, 

keuangan & administrasi, SDM & pendidikan, manajemen logistik dan umum, 

inventory, order. Tenaga Farmasi semua apoteker berjumlah 4 orang dengan 2 

shift, masing masing shift 2 orang. Semua apoteker mempunyai tanggung jawab 

yang sama terhadap pelayanan, dengan pelayanan sesuai standard. Masingmasing 

apoteker mempunyai tanggung jawab, ada yang bertanggung jawab 

terhadap marketing, keuangan dan administrasi, SDM dan pendidikan, logistik dan 

umum (bertanggung jawab terhadap obat yang kadaluwarsa dengan melakukan 

pemusnahan). Pekerjaan tambahan dilakukan di sela·sela pelayanan. Yang 

berperan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya 

termasuk perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pencatatan dan evaluasi, 

pengelolaan obat rusak .semua dilakukan oleh tenaga apoteker di bawah 

pengawasan dari Apoteker pengelola Apotek. Yang melakukan pencatatan dan 

pelaporan narkotika adalah Apoteker pendamping, selanjutnya dibuat laporan 

bulanan dengan software program, diperiksa dan mendapat persetujuan dari APA, 

kemudian dikirim ke Dinkes dan tembusan ke Balai POM melalui email. 

Apoteker pengelola apotek bekerja secara full-time, One stop Pharmacy 

service. Yang melakukan pelayanan obat bebas dan bebas terb~tas sampai pada 

penggunaan obat adalah apoteker dengan dibantu mahasiswa yang sedang 

-206 

.

erpraktek, karena apotek juga merupakan apotek pendidikan. Kalau Apotek ada 

apoteker, OWA dihilangkan saja. Obat bebas terbatas, harus diperhatikan dalam 

arti tidak menganggap sebagai obat terbatas. Daftar Obat daftar Obat Racik diluar 

OWA diserahkan. Obat yang 

banyak dicari dari OWA adalah Antipiretik 

(parasetamol, diklofenak). Obat Saluran cerna (Simetidin), Anti topical, obat TB. 

Obat TB awalnya pakai resep , dalam perjalanannya pasien membeli ke apotek 

secara langsung. lnformasi ·yang diberikan ke pasien meliputi aturan, cara pakai, 

dosis, kemungkinan efek samping. Apoteker yang paling penting adalah adanya 

komunikasi dengan pasien berkaitan dengan obat yang diberikan ke pasien. 

Yang terlibat dalam pelayanan obat resep, mulai dari resep masuk sampai 

kepada penggunaan obat adalah apoteker baik apoteker pendamping maupun 

apoteker pengelola apotek. Alur dari resep masuk: Resep masuk di asses, 

kemudian dilakukan entry, diparaf oleh Apoteker, disiapkan, diberi etiket dan 

kemudian diserahkan oleh Apoteker. Penyiapan obat oleh mahasiswa yang sedang 

malakukan praktek lapangan. Dalam setiap lembar rsep yang masuk, dilakukan 

pencatatan alamat dan telp pasien. Untuk setiap tahap kegiatan yang dilakukan 

sudah ada prosedur tetapnya (termasuk skrining resep : administrasi, farmasetik 

klinik, maupun penyiapan obat meliputi peracikan, etiket dan kemasan, 

penyerahan, informasi, konseling, serta monitoring). Penilaian resep meliputi 

keaslian resep, umur pasien. Secara klinis dicek apakah dosis sesuai umur pasien, 

apakah ada obat obat yang antagonis. Perlunya mitra yaitu adanya 2 apoteker 

dengan maksud bisa saling mengisi, selain itu juga dibutuhkan literatur dan internet 

yang sangat mendukung untuk peningkatan mutu pelayanan pasien. Apoteker 

harus bisa mengikuti literatur, mencari referensi dan rujukan untuk memahami 

nnya secara klinis. Kalupun masalah klinis belum terpecahkan, Apoteker 

seharusnya melakukan konsul dengan Pharmacy klinis (expert nya). 

Obat yang banyak diresepkan dari golongan antibiotika yaitu got penicillin 

meliputi Amoxicillin, Ampicillin, Ciprofloksasin, Cefadroksil, Cefiksin. Dosis yang 

biasa diresepkan adalah dosis 500 mg, sebanyak 3 kali sehari. Antibiotika yang 

banyak diresepkan berspektrum luas dan diindikasikan untuk infeksi yang 

. ~ 

. 

207

disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Contoh Resep Antibiotika 

yang tidak rasional Obat Antijamur dan Antibiotik lain. lnteraksi obat, dalam hal ini 

dibutuhkan klarifikasi. Untuk mendokumentasikan 6 bulan sekali yaitu bin Januari 

Pebruari, termasuk problem ataupun masalah masalah yang dijumpai dalam resep. 

Obat lain yang juga banyak diresepkan adalah Captopril 12,5-25mg, Nifedipin 

10 mg, Simvastatin 10 mg, Asetosal (aspilet) 80 mg, furosemid 40 mg, Norvask 10 

mg, biasanya diresepkan untuk 30 hari. 

Antidiabet: glibenclamid 5 mg, Metformin 500 mg, Amaryl. 

Permasalahan/hal yang mempengaruhi hipertensi adalah minum obat lain selain 

yang diresepkan, kepatuhan dan keteraturan minum obat pasien hipertensi. Hal 

tersebut memerlukan sekali informasi dari Apoteker. Pasien hipertensi merasa 

pusing, kemudian minum obat analgesik (sembuh sebentar), efek tukak lambung. 

Sering pula ditemui pasien mencampur dengan obat herbal. Yang pernah ditemui, 

pasien hipertensi minum jus mentimun tanpa takaran akibatnya tekanan darahnya 

drop. 

Simvastatin 1 0 mg. 

Gemfibrocyl dosis 300 mg dan 600 mg. Efek samping, minum obat lain di luar itu. 

Asam Urat 

Allopurinol 100 mg, 300 mg, pasien mengeluh sudah minum obat allupurinol tapi 

tidak ada efek, padahal obat tersebut minimal digunakan 2 minggu baru terasa 

efeknya. 

Efek asam urat 1 x 

Anti TBC: Rifampicin 450 mg (1X1), INH 300 mg (1X1), Ethambuthol 500 (1x3). 

Keluhan pencernaan, tidak nyaman di perut, terasa terbakar. 

KIE bagian dari proses. lnformasi tergantung yang diperoleh pasien melalui 

telepon, sms. Apoteker harus mempunyai kapasitas dalam pelayanan resep, 

sehingga sumber-sumber informasi obat seperti ISO, MIMS, HP, Ruang kerja, 

ruang rapat. Rapat untuk membangun kapasitas. 

~ 

Pelayanan kefarmasian menentukan dan mutlak yang paling mudah diakses 

Apoteker, misal pasien ke RS atau ke dokter, butuh obat, kontribusi apoteker 

208

anyak. Kontribusi dalam pelayanan kesehatan meliputi terpenuhinya kebutuhan 

pasien akan obat, aturan pemakaian obat yi dosis dan cara pakai, indikasi, kontra 

~ 

indikasi dan kemungkinan adanya efek samping obat. Preventif (sebetulnya di 

apotek) patuh dalam penggunaan antibiotik 

Kesalahan medis, sering terjadi dan hal tersebut bisa dilihat dari obat yang 

diresepkan oleh dokter. Di apotek Apoteker datang tiap hari, sehingga kesalahan 

medis bisa ditanggulangi oleh apoteker dengan menghubungi dokter penulis resep 

kembali ataupun menanyakan ke Apoteker lain yang expert dalam hal ini. Namun 

bagaimana dengan apotek di mana Apoteker tidak datang setiap hari, maka 

kesalahan medis akibat penulisan obat yang kurang tepat akan lolos begitu saja. 

Tentunya pasienlah yang merasakan dampaknya. Swamedikasi : hati hati jangan 

sampai cross dengan dokter. Obat bebas, Obat bebas terbatas, OWA, Dokter, 

Rujukan. Banyaknya swamedikasi diare akut, sebaiknya pasien ke dokter. 

Homecare, kendala tidak semua pasien merasa butuh untuk didatangi atau 

pasien tidak berkenan dengan homecare, Homecare dilakukan dengan hubungan 

telephon saja. Uji Coba homecare, secara sistem belum dikenal masyarakat. 

Kesiapan teknis susah, apoteker belum siap, kesiapan biaya yang timbul. Dari 

keluarga, kalau pasien panggil. Berkaitan dengan obat yang diresepkan, apoteker 

datang ke rumah pasien. 

'Rasional Resep dilakukan analisis kerasionalan. Secara umum sudah cukup 

baik. Polifarmasi terutama untuk pasien lansia, pasien anak, antibiotika, ponstan 

untuk umum. Kebijakan WHO, peresepan puyer, diskor dalam %. Ada warning 

peresepan skor sekian %. Polifarmasi dari profesi lain, Antibiotika dan antijamuredukasi 

pasien. Untuk menunjang kebijakan peresepan obat yang rasional adalah 

adanya aturan kebijakan yang jelas dari pemerintah men.yangkut kerasionalan 

obat, selain itu memperbanyak sosialisasi baik lewat media televisi, koran ataupun 

seminar untuk masyarakat awam berkaitan dengan kerasionalan obat. 

PP 51 merupakan angin segar bagi profesi apoteker, semua harus mau 

berubah. Pharmaceutical care. Peluang apotek kewenangan sangat luas, 

ditangkap, dimanfaatkan mengembalikan profesi farmasis ke Profesi. UU 

. ~ 

209

kesehatan, kewenangan obat, dokter dispensing. PNS pegang apotek, tidak boleh 

nyambi. Hambatan : Uji kompetensi, sertifikasi. Hambatan/kendala : Apotekernya 

sendiri back to basic; Kendala regulasi yang masih tidak sama persepsinya, pelaku 

profesi, organisasi, pesimistis dan salah persepsi; Hambatan dari tenaga lain, 

perawat, profesi, walaupun hal itu tidak masalah, perlu dibenahi lebih dulu. Materi, 

mengatasi Apoteker terhadap PSA. Bagaimana diberi materi pelatihan. 

Komunikasi, harus banyak belajar dan sering mencoba. Mempelajari llmu dasar, 

komunitas dan literatur yang valid. Hal~hal yang menyangkut pribadi dan 

kepercayaan terhadap diri sendiri. 

Komunikasi, semua dilakukan secara intens dengan pasien, komunikasi lewat 

telepon. Butuh Obat, lsinya. Dokter praktek, dokter sama kita, ketika ada masalah 

lebih enak perawat, seperti suntik KB, dibantu perawat alat kesehatan, MGT 

bedanya Tensimeter 

Pengendalian keuangan tanggung jawab APA, membuat laporan ke PT, semua di 

bawah Apoteker, Order, jatuh tempo, keuangan semua dalam kendali apoteker di 

apotek. Perekrutan SDM pun menjadi wewenang Apoteker, mulai dari seleksi awal 

sampai memperoleh tenaga yang sesuai kebutuhan. Setelah memperoleh tenaga 

yang sesuai baru diajukan kePT untuk tindak lanjut status kepegawaian. 

Apotek 2 

Peran apoteker Pengelola Apotek cukup dominan. Fokus utama pelayanan 

kefarmasian di apotek kami adalah mengutamakan pelayanan kepada pasien 

dengan menyediakan obat y~ng cukup lengkap, sehingga diharapkan apabila ada 

resep masuk, obat selalu terlayani dengan cepat sesuai kebutuhan pasien. 

Kegiatan utama praktek kefarmasian oleh Apoteker di Apotek adalah pengelolaan 

obat, mulai pelayanan ke pasien, selain itu banyak kegiatan mulai perencanaan, 

pengadaan obat, penyimpanan sampai distribusi obat menjadi kegiatan Apoteker. 

Semua kegiatan yang dilakukan di Apotek diawasi oleh Pimpinan Cabang dengan 

sistem kunjungan ke Apotek pada hari kerja. 

. ' 

Yang berperan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan 

lainnya di apotek ini termasuk perencanaan, 

.. 

pehgadaan, penyimpanan, pencatatan 

210 

.

dan evaluasi, pengelolaan dan obat kadaluwarsa adalah apoteker. Apotek ini 

menyediakan obat untuk karyawan/pensiunan perusahaan tertentu, yankes Mandiri 

dan Kantor Pos. Pengadaan obat dilakukan dengan mengacu pada standa ~isasi 

obat dari Yayasan. Pelayanan obat ke pasien disertai informasi dan pasien bisa 

melakukan konseling baik secara langsung maupun melalui telepon ataupun sms 

dan email. Tenaga yang menunjang kegiatan apotek terdiri dari 2 Apoteker dan 3 

orang asisten apoteker, pengawas dan reseptir yang berpendidikan SMA. Fast 

Perencanaan obat dilakukan setiap hari dengan mengacu pada kartu stok, jumlah 

item obat (stok) terencana. Untuk menghindari lost in time, maka untuk obat yang 

mahal (moving, slow moving) dengan cara just in time. Pengadaan obat melalui 

distributor maupoun sole distributor. Penyimpanan obat secara alphabetis, 

farmakologi dan dengan melihat bentuk sediaan. Pengeluaran obat secara FIFO 

dan FEFO. Yang melakukan pencatatan dan pelaporan khususnya Narkotika dan 

Psikotropika adalah asisten Apoteker, yang kemudian diperiksa kembali oleh 

apoteker, dibuat laporan dengan menggunakan software dan dikirim ke dinas 

kesehatan maupun balai Besar POM melalui Email. Stok opname dilakukan 3 

bulan sekali (yaitu akhir Maret, Juni, September dan Desember). Obat yang hampir 

kadaluwarsa 6 bulan sebelumnya sudah dipisahkan atau dikeluarkan dari 

penyimpanan. Cara menangani obat yang hampir kadaluwarsa adalah dengan di 

titip ke apotek lain, untuk mengurangi kerugian. IAAS : Integrated Application 

Apotec System merupakan program yang dipakai untuk pengendalian stok obat, 

ED obat. 

Yang melakukan pelayanan obat bebas dan bebas terbatas sampai pada 

penggunaan adalah asisten apoteker dengan pengawasan dari Apoteker secara 

langsung. Daftar Obat Wajib Apotek sebaiknya dikaji kembali. 

Yang terlibat dalam pelayanan obat resep, mulai dari resep masuk sampai pada 

penggunaan obat adalah Apoteker dibantu tenaga asisten apoteker. Resep masuk 

kemudian diskrining secara farmasetis dan klinis oleh asisten Apoteker, kemudian 

diperiksa apoteker apakah sesuai atau tidak. Tiap kegiatan yang dilakukan dari 

skrining resep secara administrasi, farmasetis dan klinis, maupun penyiapan obat 

. ~ 

211 

tiP

yang meliputi peracikan, etiket, kemasan, penyerahan, informasi dan konseling, 

serta monitoring mengikuti alur kerja yang sudah ditetapkan. Aspek yang perlu 

dipertimbangkan dalam penilaian resep adalah dari farmasi klinisnya yaitu apakah 

terjadi interaksi obat yang merugikan ataukah polifarmasi, fasilitas yang diperlukan 

adalah sumber yang bisa di akses yaitu buku literatur terkait obat, buku 

farmakoterapi. Selain itu juga diperlukan software yang bisa memudahkan untuk 

menganalisis obat secara klinis. Pemeriksaan etiket obat secara double 

crosscheck yaitu oleh Asisten Apoteker dan oleh Apoteker. Untuk setiap kegiatan 

yang dilakukan sudah ada Prosedur tetapnya atau alur kerja. 

Obat yang banyak diresepkan dari golongan berikut adalah : 

a. Antibiotika adalah amoksilin 500 mg, ciprofloksasin 500, cefadroksil 500 mg, 

cefalosporin 500 mg. Obat tersebut diindikasikan di antaranya amoksil 

untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri gram positif dan bakteri 

gram negatif, antibiotika ini tergolong antibiotika berspektrum luas. Sekarang 

cukup banyak dokter yang meresepkan sefadroksil. Begitu juga halnya 

dengan sefalosporin. Obat-obat tersebut cukup mahal harganya, akan tetapi 

karena banyak pasien yang biaya kesehatan termasuk obat ditanggung oleh 

perusahaan, maka walaupun mahal dibeli juga. 

b. Antihipertensi: Norvask 5 dan 10 mg, tensivask, lipitor. 

c. Antidiabetes kombinasi: kombinasi amaryl; glucopag, amaryl 

d. Antikolesterol : Lipitor, hiperkol, kombinasi obat antihipertensi dan kolesterol. 

Biasanya yang meresepkan Dokter specialis keluarga. 

e. Asam urat: Zilorik 100 mg, 300 mg 

f. TBC Rifampicin, INH, Vitamin b, Rimactan. 

Yang melakukan KIE baik kepada penderita maupun. pihak lain adalah 

Apoteker. 

Konseling dilakukan dari jam 8 pagi hingga jam 10 malam. lnformasi yang 

diberikan meliputi aturan pemakaian obat, cara pemakaian, • kontraindikasi, 

' 

kemungkinan efek samping. Sumber data bisa dari ISO, MIMS: DOl dll. Fasilitas 

yang diperlukan untuk melakukan konseling adalah ruangan untuk konsultasi. 

. 

212

Swamedikasi berupa pengobatan sendiri pasien, dengan memperbanyak 

informasi ke pasien, misal obat tetes mata, combifen dll. Homecare atau pelayanan 

~ 

residensial sudah dilakukan, sebulan sekali, dokumentasi berupa buku saku 

pasien. 

Apoteker yang bekerja penuh cukup banyak mendapati resep yang tidak 

rasional. Contoh dalam 1 resep sudah diresepkan Hiperkol, masih diberikan Lipitor. 

Padahal keduanya mempunyai indikasi yang sama yaitu sebagai obat kolesterol. 

Contoh lain adalah Biogesic dan Parasetamol diresepkan secara bersama, 

padahal keduanya termasuk golongan antipiretika. Vitamin juga cukup banyak 

ditemui ketidak-rasionalan, contohnya Doloneurobion diresepkan bersama dengan 

neurobion. 

Contoh Resep obat racikan : Amoksisilina diresepkan bersama sama Raofet 

dan Efeksol. Untuk menunjang kebijakan peresepan obat yang rasional adalah 

memperbanyak sosialisasi baik lewat media televisi, maupun sosialisasi lainnyan 

lewat koran atau media lainnya tentang kerasionalan obat ke masyarakat. 

Kemudian juga perlunya sosialisasi ke Apoteker maupun dokter. 

Tentang UU no. 36/2009 tentang Kesehatan dan PP 51/2009, tentunya sebagai 

apoteker harus tahu. Secara garis besar bahwa PP 51/2009 merupakan payung 

hukum bagi Apoteker untuk menjalankan pekerjaan sesuai profesinya. Bisa 

dikatakan bahwa PP 51/2009 merupakan penyegaran. Walaupu masih ada pro dan 

kontra di sana sini. Kendala yang dihadapi dalam melakukan perbaikan menuju 

GPP adalah menyangkut diri apoteker sendiri, masih perlu banyak tambahan ilmu 

untuk mendukung pekerjaannya di bidang kefarmasian menuju GPP. 

Komunikasi dengan apoteker sering dilakukan, bahkan kadang ada pertemuan 

dengan sesama apoteker, atau komunikasi lewat telepon dengan sesama 

apoteker. Hal yang dikomunikasikan ya seputar kefarmasian, kadang stok obat 

yang hampir kadaluwarsa bisa saling dititipkan di Apotek yang pemakaian obat 

tersebut cukup banyak. Tanggapan mereka baik dan pada umumnya mau 

. ~ 

menolong. 

213

Kegiatan lain yang menunjang seperti perekrutan SDM, apoteker ikut terlibat 

dalam penyeleksiannya, k:emudian apabila tenaga yang dibutuhkan sudah sesuai 

kualifikasinya, kita usulkan ke atasan dalam hal ini pihak PSA 

Apotek 3 

1. Menurut bapaklibu apakah fokus utama pelayanan kefarmasian dan apakah 

kegiatan utama praktek kefarmasian oleh apoteker di Apotek? 

Memastikan obat yang diterima pasien benar, sehingga tujuan terapi tercapai 

2. a. Siapa saja yang berperan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan 

perbekalan kesehatan lainnya di apotek ini? (perencanaan, pengadaan, 

penyimpanan, pencatatan dan evaluasi, pengelolaan obat rusak dan daluarsa). 

Jelaskan! 

b. Siapakah yang melaksanakan pencatatan dan pelaporan, khususnya 

narkotika dan psikotropika?.Jelaskan! 

a. Apoteker 

b. Apoteker 

3. Siapa yang melakukan pelayanan obat bebas dan bebas terbatas sampai 

kepada penggunaan obat? Apakah bapak/ibu mengetahui tentang Daftar Obat 

Wajib Apotek? Obat apa saja yang banyak dicari konsumen? Apakah obat 

tersebut mempunyai efek samping atau kontraindikasi? Apakah ada interaksi 

obat tersebut dengan obat lain atau makanan? lnformasi apa saja yang 

diberikan? 

Apoteker. Obat yang paling dicari konsumen analgesik misalnya asam mefenamat 

informasi yang diberikan adalah untuk memastikan apakah pasien sudah biasa 

menggunakan obat tersebut dan apakah cara penggunaannya b~nar. 

4. Siapa saja yang terlibat dalam pelayanan obat resep, mulai dari resep masuk 

sampai kepada penggunaan obat? Apakah sudah ada protap untuk tiap 

kegiatan yang dilakukan (skrining resep : administrasi, farmasetik dan klinis, 

maupun penyiapan obat : peracikan, etiket dan kemasa'n, ~ penyerahan, 

informasi dan konseling, serta monitoring. 

214

Aspek apa saja menurut bapaklibu yang perlu dipertimbangkan dalam 

penilaian resep dan untuk itu fasilitas apa yang diperlukan? 

Apoteker, sudah ada protap . Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam p~nilaian 

resep yaitu kelengkapan dan keabsahan resep, menilai rasionalitas resep dengan 

melihat dosis, apakah sesuai dengan usia dan berat badan, concern terhadap 

obat-obat yang kemungkinan memiliki interaksi kimia fisik. 

Fasilitas yang diperlukan adalah akses terhadap pustaka dan adanya ruang diskusi 

5. Obat - obat apa saja dari golongan obat berikut yang banyak diresepkan? 

a. Antibiotika apa yang sering diresepkan? Termasuk golongan antibiotika 


mempunyai efek samping atau kontra indikasi? Berapa dosis lazim yang 



Amoksisilin 

b. Antihipertensi apa yang sering diresepkan? Termasuk golongan 

antihipertensi apa? Apakah antihipertensi tersebut mempunyai efek samping 

atau kontraindikasi? Bagaimana aturan pakai dan dosis lazim yang sering 


atau makanan? 

Kaptopril, minum satu jam sebelum makan, dalam keadaan tidak ada makanan. 

Efek samping batuk, diberitahu jika tidak terlalu mengganggu pemakaian 

diteruskan, namun jika mengganggu hubungi dokter untuk mengganti obat dari 

jenis lainnya. 

c. Antidiabetes apa yang sering diresepkan? Apakah antidiabetes tersebut 

mempunyai efek samping atau kontra indikasi? Bagaimana aturan pakai 

dan dosis lazim yang sering diresepkan? Apakah ada interaksi antidiabetes 

tersebut dengan obat lain atau makanan? 

Glibenclamid, diminum setengah jam sebelum makan atau b~r~ama makanan, 

efek samping hipoglikemia, dengan ciri keringat dingin, pusing. Penanganan efek 

~215

samping dengan meminum larutan gula atau makan seperti biasanya, jika tidak 

teratasi harus ke RS . 

d. Antihiperkolesterol apa yang sering diresepkan? Apakah antihiperkol~sterol 

tersebut mempunyai efek samping atau kontra indikasi? Bagaimana aturan 

pakai dan dosis lazim yang sering diresepkan? 


Apakah ada interaksi 

Simvastatin, minum pada malam hari sebelum tidur, perlu mengatur pola makan. 

e. Obat asam urat apa yang sering diresepkan? Apakah obat asam urat 

tersebut mempunyai efek samping atau kontra indikasi? Bagaimana aturan 

pakai dan dosis lazim yang sering diresepkan? Apakah ada interaksi obat 


Allopurinol, aturan pakai dan dosis-7 umum, sehari 1 x sebelum tidur, tidak ada 

masalah interaksi 

f. Anti TBC apa yang sering diresepkan? Apakah anti TBC tersebut 

mempunyai efek samping atau kontra indikasi? Bagaimana aturan pakai 

dan dosis lazim yang sering diresepkan? Apakah ada interaksi anti TBC 


INH dan Rifampisin, ditanyakan apakah informasi apa saja yang sudah 

disampaikan dokter, diberitahu harus rutin diminum, jika tidak maka untuk 

penyembuhan akan memerlukan dosis lebih tinggi dan waktu minum obat lebih 

lama -7 konseling kepatuhan minum obat. Efek samping rifampisin keringat, urin 

merah 

6. Siapa yang melakukan pelayanan KIE baik kepada penderita maupun pihak 

lain? lnformasi apa saja yang diberikan? Sumber data apa saja yang biasa 

diakses untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan? Fasilitas apa saja 

menurut bapaklibu yang dibutuhkan untuk melakukan konseling kepada pasien 

dan fasilitas apa yang sudah dimiliki? 

KIE dilakukan oleh apoteker. lnformasi yang diberikan meliputi Cera pakai, efek 

samping dan cara penanganan, obat-obatan khusus diberi informasi tambahan 

Fasilitas yang sudah dimiliki pustaka (manual) 

.. 

216 

. ~

Fasilitas yang dibutuhkan adalah tempat konsultasi yang privat. 

7. Menurut bapaklibu apakah kontribusi pelayanan kefarmasian dalam pelayanan 

kesehatan? 

Peningkatan status kesehatan secara umum terjadi jika tujuan pengobatan tercapai 

8. Apakah promosi dan edukasi dalam pemberdayaan masyarakat sudah 

dilakukan (swamedikasi)? Apa saja yang dipersiapkan untuk itu? Jelaskan! 

Ya. Sudah dilakukan bersama dengan mahasiswa program profesi, salah satu 

kegiatannya adalah pelayanan kesehatan ke masyarakat. 

Penyuluhan masyarakat di luar apotek bekerja sama dengan ibu2 PKK, ada juga 

penyuluhan di apotek, sa at jam pasien ramai. 

Yang perlu dipersiapkan : materi penyuluhan yang menarik dan penyuluhan itu 

tidak mengganggu pasien, menarik dan tidak membosankan. 

9. Apakah pelayanan residensial (home care) sudah dilaksanakan dan oleh 

siapa? Bila ada apakah ada dokumentasi? 

Sudah dilakukan terutama pada pasien dengan penyakit kronis. Memastikan 

kepatuhan pasien, memeriksa kondisi pasien terakhir, memerikan kapan pasien 

terakhir kontrol ke dokter, menghitung jumlah obat, melihat kondisi fisik obat, 

menanyakan adanya masalah selama penggunaan obat, menanyakan kepada 

pasien apakah pernah mengalami gejala efek samping. Homecare 

d idokumentasikan. 

10.Apakah menurut bapaklibu resep yang masuk ke apotek sudah rasional? 

Menurut bapaklibu apa yang dibutuhkan untuk menunjang kebijakan peresepan 

obat yang rasional? 

Resep yang masuk tidak terlalu variatif dan sebagian besar sudah cukup baik. 

11 . Apakah bapaklibu mengetahui tentang Undang-undang no 36/2009 tentang 

Kesehatan dan khususnya PP no 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian? 

Jelaskan. Apa hambatan/kendala yang dihadapi dalam melakukan 

pengembangan/perbaikan apotek menuju Good Pharmacy Practice? Materi dan 

topik khusus apa yang menurut bapaklibu masih perlu ditingkatkan bagi 

apoteker di pelaynan kefarmasian? 

. ~ 

217

Apoteker perlu memperdalam farmasi klinis untuk beberapa penyakit, terutama 

penyakit kronis. Melakukan Patient Medical Record (PMR), up grade pengetahuan ~ 

bagi apoteker. 

12. Apakah sering bapaklibu melakukan komunikasi dengan sesama apoteker, 

dokter praktek atau nakes lain, pasien? Hal apa saja yang sering 

dikomunikasikan dan biasanya secara langsung atau melalui telepon? 

Bagaimana tanggapan mereka? Apakah ada kendalanya dan bagaimana 

mengatasinya? Jelaskan! 

Komunikasi cukup baik. Dengan dokter: kejelasan resep dan rasionalitas penulisan 

resep terutama dosis, penggantian obat, dengan sesama apoteker: terutama 

berkaitan dengan stok obat. 

13. Selain kegiatan yang telah disebutkan tadi, masih adakah kegiatan penunjang 

lain yang dilakukan apoteker di apotek ini (pengelolaan keuangan dan SDM)? 

Kalau ada sebutkan dan tolong dijelaskan. 

Membimbing mahasiswa praktek profesi, mengelola keuangan dan koordinasi kerja 

Apotek 4 

1. Menurut bapak/ibu apakah fokus utama pelayanan kefarmasian dan apakah 

kegiatan utama praktek kefarmasian oleh apoteker di Apotek? 

Fokus utama mencegah terjadinya DRP dan menghasilkan penggunaan obat yang 

rasional, tapi kemudian berkembang menjadi asuhan kefarmasian yaitu apa yang 

dilakukan oleh seorang apoteker untuk pasien. 

2. a. Siapa saja yang b!3rperan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan 

perbekalan kesehatan lainnya di apotek ini? (perencanaan, . pengadaan, 

penyimpanan,pencatatan dan evaluasi, pengelolaan obat ru~ak dan daluarsa). 

Jelaskan! 

b. Siapakah yang melaksanakan pencatatan dan pelaporan, khususnya 

narkotika dan psikotropika? Jelaskan! 

Apotek ini tidak memiliki Asisten apoteker atau tenaga tekriis ~ kefarmasian, 

sehingga semua praktek kefarmasian dilakukan oleh apoteker. Semua praktek 

kefarmasian adalah tanggung jawab apoteker, walaupun ada beberapa yang 

218

melakukan pendelegasian , namun dengan melihat jumlah pasien di apotek ini, 

maka praktek kefarmasian di apotek ini sudah cukup dilakukan oleh 3 orang 

apoteker. 

3. Siapa yang melakukan pelayanan obat bebas dan bebas terbatas sampai 

kepada penggunaan obat? Apakah bapaklibu mengetahui tentang Daftar Obat 

Wajib Apotek? Obat apa saja yang banyak dicari konsumen? Apakah obat 

tersebut mempunyai efek samping atau kontra indikasi? Apakah ada interaksi 

obat tersebut dengan obat lain atau makanan? lnformasi apa saja yang 

diberikan? 

Pelayanan obat bebas dan bebas terbatas dilakukan oleh apoteker. DOWA 

merupakan peluang yang bagus tetapi harus ditegaskan karena masih banyak 

OWA yang dijual bebas tanpa peran apoteker. Obat yang paling dicari adalah obat 

bebas terutama obat flu. 

4. Siapa saja yang terlibat dalam pelayanan obat resep, mulai dari resep masuk 

sampai kepada penggunaan obat? Apakah sudah ada protap untuk tiap 

kegiatan yang dilakukan (skrining resep : administrasi, farmasetik dan klinis, 

maupun penyiapan obat : peracikan, etiket dan kemasan, penyerahan, 

informasi dan konseling, serta monitoring. 

Aspek apa saja menurut bapaklibu yang perlu dipertimbangkan dalam 

penilaian resep dan untuk itu fasilitas apa yang diperlukan? 

Semua pelayanan obat resep dilakukan oleh apoteker. Sudah ada protap tertulis 

untuk hal tsb dengan mengacu pada SPO dari IAI, seperti protap pelayanan 

farmasi, sanitasi ruangan dan pembersihan mortar. 

Aspek yang perlu diperhatikan dalam penilaian resep yaitu kelengkapari dan 

keabsahan resep, kesesuaian farmasetik dan terapetiknya, untuk resep narkotik 

dan psikotropik dilakukan crosscek dengan pasien untuk menghindari 

penyalahgunaan. 

5. Obat ~ obat apa saja dari golongan obat berikut yang banyak dirasepkan? 

. ' 

a. Antibiotika apa yang sering diresepkan? Termasuk golongan antibiotika 


219

mempunyai efek samping atau kontra indikasi? Berapa dosis lazim yang 



Amoksisilin sekarang sudah bergeser ke ciprofloxacin 

b. Antihipertensi apa yang sering diresepkan? Termasuk golongan 

Kaptopril 

antihipertensi apa? Apakah antihipertensi tersebut mempunyai efek samping 

atau kontra indikasi? Bagaimana aturan pakai dan dosis lazim yang sering 


atau makanan? 

c. Antidiabetes apa yang sering diresepkan? Apakah antidiabetes tersebut 


dosis lazim yang sering diresepkan? Apakah ada interaksi antidiabetes 


Glibenclamid dan Metformin 

d. Antihiperkolesterol apa yang sering diresepkan? Apakah antihiperkolesterol 

Simvastatin 

tersebut mempunyai efek samping atau kontraindikasi? Bagaimana aturan 

pakai dan dosis lazim yang sering diresepkan? 


Apakah ada interaksi 

e. Obat asam urat apa yang sering diresepkan? Apakah obat asam urat 

Allopurinol 

tersebut mempunyai efek samping atau kontraindikasi? Bagaimana aturan 

pakai dan dosis lazim yang sering diresepkan? Apakah ada interaksi obat 


f. Anti TBC apa yang sering diresepkan? Apakah anti TBC tersebut 


dosis lazim yang sering diresepkan? Apakah ada interaksi anti·TBC tersebut 

. ' 

dengan obat lain atau makanan? 

INH, Rifampisin, Ethambutol 

220

6. Siapa yang melakukan pelayanan KIE baik kepada penderita maupun pihak 

lain? lnformasi apa saja yang diberikan? Sumber data apa saja yang biasa 

diakses untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan? Fasilitas apa saja 

menurut bapaklibu yang dibutuhkan untuk melakukan konseling kepada pasien 

dan fasilitas apa yang sudah dimiliki? 

KIE dilakukan oleh apoteker, informasi yang diberikan tergantung hasil patient 

assesment, penyakit dan jenis obat. Sumber data melalui literatur, software dari 

Depkes. 

Mengutamakan konseling tentang obat dengan peran lebih banyak pada simptoms 

(respond to symptom) jadi tidak menggantikan peran dokter untuk mendiagnosis. 

Menanyakan cara penggunaan yang selama ini digunakan pasien terutama obat 

dowa, karena masyarakat masih banyak yang salah persepsi, kemudian rentang 

konsumsi obat, diberitahukan jam berapa pasien harus minum obat. 

Fasilitas yang dibutuhkan, misalnya brosur2, tayangan2, visualisasi untuk 

penyuluhan langsung ke masyarakat ataupun informasi di apotek, jejaring dengan 

masyarakat dan fasilitas internet. Fasilitas yang sudah dimiliki adalah brosur2, 

software PIO dari Depkes, buku-buku, warnet di depan apotek 

7. Menurut bapaklibu apakah kontribusi pelayanan kefarmasian dalam pelayanan 

kesehatan? 

Sangat penting karena keberhasilan terapi tidak hanya ditentukan dari 

keberhasilan diagnosis, tetapi keberhasilan dari penggunaan obat, dan hal ini 

memiliki kontribusi yang sangat besar. Keberhasilan penggunaan obat merupakan 

kewenangan dari farmasis, karena apotekerlah yang mengetahui sediaan yang 

sesuai atau tidak sesuai, efek samping, interaksi dll. Tanpa peran apoteker · 

keberhasilan terapi kita pertanyakan. Karena masyarakat beranggapan jika sudah 

minum obat dan penyakitnya tidak sembuh, maka yang disalahkan adalah 

penyakitnya dan menganggap penyakitnya sudah sangat berat, padahal 

kesalahannya karena pasien salah menggunakan obat, misalnya kaptopril, 

masyarakat masih beranggapan minum obat setelah makan, termasuk kaptopril, 

sehingga terjadi kegagalan terapi hipertensi. 

. ~ 

liP 

221

8. Apakah promosi dan edukasi dalam pemberdayaan masyarakat sudah 

dilakukan (swamedikasi)? Apa saja yang dipersiapkan untuk itu? Jelaskan! 

Sudah dilakukan setiap tanggal 5 bekerjasama dengan PKK di wilayah sekitar 

. 

Apotek dengan menyertakan mahasiswa praktek profesi apoteker, menyiapkan 

brosur-brosur untuk dibagikan setelah penyuluhan. 

9. Apakah pelayanan residensial (homecare) sudah dilaksanakan dan oleh siapa? 

Bila ada apakah ada dokumentasi? 

Ya, sudah dilakukan oleh apoteker bersama mahasiswa praktek profesi Apoteker, 

terdokumentasi dalam PMR (Patient Medication Record) 

10.Apakah menurut bapaklibu resep yang masuk ke apotek sudah rasional? 

Menurut bapaklibu apa yang dibutuhkan untuk menunjang kebijakan peresepan 

obat yang rasional? 

Sebagian besar sudah rasional, namun ada juga yang tidak rasional misalnya 

sediaan sustained release di resepkan untuk di buat puyer, biasanya dikonfirm dulu 

ke dokternya. 

Untuk menunjang kebijakan obat rasinal diperlukan pembatasan produk, 

Meningkatkan peran apoteker terutama dalam hal komunikasi dengan dokter. 

Melakukan evidence based, diharapkan PMR dapat menjadi evidence based , 

sehingga dapat menjadi sarana diskusi dengan dokter. Selain itu diperlukan 

penegakan patient safety di apotek 

11.Apakah bapaklibu mengetahui tentang Undang-undang no 36/2009 tentang 

Kesehatan dan khususnya PP no 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian? 

Jelaskan. Apa hambatan/kendala yang dihadapi dalam melakukan 

pengembangan/perbaikan apotek menuju Good Pharmacy Practice? Materi dan 

topik khusus apa yang menurut bapaklibu masih perlu ditingkatkan bagi 

apoteker di pelayanan kefarmasian? 

Pemahaman masyarakat terhadap peran apoteker masih kurang, sehingga perlu 

dikembangkan lagi 

. ~ 

Kebijakan pemerintah untuk tidak terlalu banyak jenis obat. 

222

Penggantian obat masih jadi kendala, patient bisa mau dan dokternya "bengak 

benguk", sebaiknya data BABE dimunculkan sehingga dapat menjadi evidertce 

based untuk dasar penggantian obat bagi apoteker. 

. 

Materi/ topik khusus yang perlu ditingkatkan oleh apoteker adalah skill komunikasi, 

pemahaman Drug Related Problem dan pengenalan terhadap symptoms. 

12.Apakah sering bapaklibu melakukan komunikasi dengan sesama apoteker, 

dokter praktek atau nakes lain, pasien? Hal apa saja yang sering 

dikomunikasikan dan biasanya secara langsung atau melalui telepon? 

Bagaimana tanggapan mereka? Apakah ada kendalanya dan bagaimana 

mengatasinya? Jelaskan! 

Komunikasi dengan sesama apoteker terutama dalam hal penggunaan obat, 

kepada dokter dalam hal kerasionalan resep, tulisan tidak jelas, stok obat apotek 

dan penggantian obat, secara langsung maupun melalui telepon. Tanggapan, 

terutama dari dokter ada yang sangat baik, namun ada juga yang tidak baik. 

13. Selain kegiatan yang telah disebutkan tadi, masih adakah kegiatan penunjang 

lain yang dilakukan apoteker di apotek ini (pengelolaan keuangan dan SDM)? 

Kalau ada sebutkan dan tolong dijelaskan. 

Membimbing mahasiswa praktek program profesi, memberikan pelatihan mengenai 

PMR dalam seminar-seminar yang diselenggaran IAI. 

Apotek 5 

1. Fokus utama pelayanan kefarmasian 

Pelayanan sesuai standar, apoteker selalu ada di tempat. Ada SOP. 

Praktek yang baik ke depan seperti praktek dokter, jelas hak dan kewajibannya. · . 

Bagaimana dengan dokter apoteker ? , kita sudah melaksanakan itu, tapi hak dan 

kewajibannya bagaimana?. Saat ini hak dan kewajibannya hanya secara lege artis 

saja. Kalau di di pemerintah misalnya RS I apotek bila pekerjaan kefarmasian yang 

tidak dilaksanakan oleh apoteker, apoteker kena sanksi, tapi reward apoteker yang 

. ' 

melaksanakan praktek apa?, yang namanya praktek ya harus seperti dokter 

misalnya. Masalah kehadiran apoteker tidak hanya di Bandung saja. Kami ingin 

227

mensosialisasi program IAI, kalau bisa dalam sosialisasi kita juga membicarakan 

keberadaan apoteker di apoteklperan apoteker. Hanya sekarang kendalanya, 

~ 

kalau kita mengikuti pedoman/standar kebanyakan secara infrastruktur di 

Indonesia belum mendukung, mungkin perlu belajar dari study banding )AI. IAI 

study banding di Bangkok telah mengunjungi beberapa apotek. Disana obatobatan 

yang dapat diberikan oleh apoteker banyak sekali termasuk obat-obat life 

saving boleh diberikan dalam kondisi tertentu. Sedangkan di Indonesia berbeda. Di 

Indonesia hanya obat yang masuk DOWA. Sehingga kita kelihatannya banci. 

Akhirnya sudah ada 

UU Kesehatannya, ada PPnya, sudah ada standar, tetapi 

tidak ada sanksinya. Untuk menuju kesana sudah jelas, apotek merupakan tempat 

pelayanan, tempat praktek. Jadi praktek yang harus benar-benar praktek. Jadi ada 

3 hal yang harus dilakukan. Ya memang harus diubah dari pendidikannya, kami 

lulusan lama lebih pada sistem dispensary. Perubahan ke depan, paradigma harus 

sudah berubah. Kalau mereka hanya praktek sebulan, tujuan praktek mereka 

menganggap hanya merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian. Praktek 

ini kan tujuan sebenarnya untuk menerapkan ilmu sekolah ke profesi. 

Dibandingkan dengan pendidikan dokter, mereka S1 kedikteran untuk mendapat 

brevet dokter belajar 2 tahun. Kalau sekarang kita tidak mengejar, kita ketinggalan. 

Ada lulusan baru, mendengar dokter saja sudah mninder. Padahal dalam praktek 

dilapangan kita menjadi mitra dokter/komunikasi dengan dokter, kita menjadi 

mediator/perantara antara dokter dengan pasien. Yang kita alami walaupun banyak 

kendala, kita tetap berupaya berkomunikasi dengan dokter/melaksanakan standar. 

Kita berupaya kearah sana. Sehari-hari kendala terutama adalah dengan dokter. 

Dokter belum menganggap kita.Kita juga harus sosialisasi, dalam rangka 

melakukan pekerjaan kefarmasian. Kita harus GPP, sesuai standar dsb. Kita harus 

menjaga suhu ruangan, ED, kualitas obatnya. Dokter dominan diagnosa untuk 

menentukan obat. Kita membantu dokter. Tapi supaya outcome tercapai, 

bagaimana cara pakainya, cara simpan. Jadi membantu dokter. 

. ~ 

2. a. Pengelolaan sediaan farmasi 

... 

228

Penyimpanan, permintaaan barang/obat ke manajer area. Pekerjaan 

administrasi hanya 10 %, yang lain secara sentralitis. 

b. Pencatatan dan pelaporan 

Narkotika dan psikotropika. 

3. Pelayanan obat bebas dan bebas terbatas 

Sebatas obat DOWA. Perlu penambahan DOWA. 

Obat yang banyak dicari konsumen 

Obat bebas, flu , analgetik. Obat hipertansi. Kebetulan apotek kita bersama 

dengan klinik 24 jam, kita kerja sama dengan dokter karena kita harus mengikuti 

peraturan, konsul ke dokter boleh biaya ditanggung apotek karena masih satu 

atap. Ada juga pasien yang malas antri, antri lama kita berikan untuk 1 - 2 hari. 

Kalau ada gula puasa dulu untuk periksa laboratorium. 

Efek samping atau kontra indikasi 

Kadang-kadang efek samping pernah dari bentuk sediaan. Diagnosa betul, 

obatnya betul, pasien lansia obatnya lebih dari satu macam dibuat racikan dalam 

kapsui.Yang 3 macam kapsul, 1 tablet. Ternyata terjadi efek samping, setelah 

minum kembung , mual. Minum airpun mual. Ternyata ada obat yang dicampur 

dalam kapsul tersebut ada yang harus diminum sebelum makan dan ada yang 

harus sesudah makan. Kebetulan dia pernah ke apotek ini, sehingga waktu dia beli 

di apotek lain pasien merasa perlu komunikasi dengan apoteker.Promosi- promosi 

pabrik farmasi gencar, tetapi tidak pernah ke apoteker, langsung ke user. Dokter 

kan tahunya dari brosur, ternyata setelah browsing ternyata untuk kesehatan 

lambung, tetapi kesehatan lambung yang mana. Ternyata efek sampingnya setelah 

dicampur, padahal sediaan obatnya dicampur. 

lnteraksi obat 

Ada, tetapi sedikit. Tetapi kalau dokteer dari luar sulit misalnya dokter umum 

ada duplikasi untuk diare, prodiar, imodium ditulis, dicampur dalam satu kapsul, 

tetapi ada dokter memang memberi dosis berlebih karena beranggapan biar cepat 

. ' 

sembuh berarti kredibilitasnya dia. Solusi misalnya untuk resep anak, bila pasien 

tidak keberatan, antibiotik kita pisah dari vitamin dan decongestannya. 

229 

..,

Jnformasi yang diberikan 

Cara pakai,aturan pakai. lnformasi obat lain yang perlu diberikan : obat 

~ 

antibiotik. Sampai ada tambahan stiker mengingatkan pasien, bahwa obat harus 

diminum sampai habis, dim inurn terbagi rata. Mis sehari 3 X 1, maka supaya 

kadarnya tercapai, di informasikan obat diminum sampai habis, diminum setiap 8 

jam. Ada antibiotik yang availabilitasnya dipengaruhi oleh makanan, maka pasien 

di informasikan obat diminum sebelum I setelah makan. Maka farmasi advance 

atau patient nitice, tetapi disitu menulisnya advice, tetapi kontradiktif dengan 

dokter. Katanya melanggar kode etik kalau menulis di etiket tidak seperti pada 

resep. Tapi hal ini menjadi tidak informatif kalau kita mau GPP/ Standar. Kalau 

mau mencegah medication error. Jadi ada catatan untuk pasien. Kita anjurkan 

sebaiknya diminum karena ternyata ada pasien yang kembali ke dokter, dokter 

bilang kenapa mesti begitu, jadim pasiennya bingung nanti obatnya malah tidak 

diminum. Jadi ada kendala. Ada obat 

untuk pasien hamil, ada yang obat 

keamanan terhadap kehamilan tidak aman. Kalau dokteer yang praktek di apotek 

tidak masalah, kalau dokter dari luar yang sulit.Kalau kita tahu beresiko, nanti 

misalnya trimester pertama kita informasikan kalau obatnya ini nanti begini. Tapi 

kalau misalnya pasiennya tetap memilih obat yang dari dokter, saya tetep saya 

anjurkan. Paling tidak apoteker sudah menjelaskan. Masih banyak tantangan 

misalnya selestamin. Sirupnya sama dengan tablet. Ada dokter kulit kita ingatkan 

tentang dosisnya, dokternya bilang sebelum ini tidak ada masalah, tidak ada 

komplain. Ya tidak ada yang komplain karena apotekernya tidak berperan. Kalau 

dengan dokter lebih baik, efektif kalau browsing, ada jurnal, dokter lebih percaya. 

Karena mereka kan lebih product oriented, tetapi kadang-kadang kita kekurangan 

informasi untuk meng update itu. Jurnal harus bayar. 

Kendala karena memang profesi apoteker belum familier, kalau di telpon dari 1 0 

orang mungkin hanya 1 yang respon, malah kalau di telpon dari apotek mereka 

langsung bertanya salah obat ya. Jadi akhirnya kita coba rubah. ,Baru beberapa 

bulan yang lalu bagaimana caranya, kita buat kartu ada nama' apoteker, apotek, 

jam konsultasi . Jadi setelah diberi kartu alhamdullilah, akhirnya mereka butuh, dari 

230

pada monitoring mereka yang telpon menanyakan apotekernya, saya pikir dari segi 

biaya efikasinya lebih efektif. Belum lagi repotnya. Kendala tempat praktek ~ dan 

daftar obat yang terbatas. Kalau kita belajar UU, apotekerkan boleh menY,erahkan 

racun sekalipun. Sanksinya kita administrasi, sedangkan tidak ada pidana. 

Sedangkan kompetensi bagaimana kalau yang dapat diserahkan hanya DOWA 

saja. DOWA tidak pernah direvisi. DOEN pun tidak pernah direvisi. Padahal WHO 

sudah ada beberapa antibiotik yang sudah resisten seperti ampisilin.Menurut jurnal 

di luar negeri obat keras, bahkan obat life savingpun boleh diberikan, yang tidak 

boleh itukan narkotika, psikotropika sama harmon, yang lain boleh diberikan oleh 

apoteker. Kalau obat bebas dan bebas terbatas kan sedikit sekali. 

4. Pelayanan obat Rl 

Protap ada. Aspek penilaian dalam skrining Rl meliputi keabsahan resep, dosis. 

5. Obat yang banyak di Rl 

a. Antibiotika 

Ciprofloksasin. Kontra indikasi tidk boleh untuk anak kurang 12/15 tahun. Dapat 

menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang . Ada dokter yang menulis untuk 

anak dibawah umur tersebut. lnformasi I jurnal nggak ada. Kita informasikan ke 

pasien. Kalau pasien mau dengarkan kita ya alhamdullih.dok 

b. Antihipertensi 

Gal nya lupa. Ada beberapa efek samping pada penyakit kronik, tetapi mungkin 

karena cara pemakaiannya. Ada yang sebelum dan ada yang sesudah makan. 

Salah penggunaan. 

f. Anti TBC 

Konseling khusus diberikan, misalnya harus minum · teratur. Disini sampai 

sekian bulan. Kita beritahu no telp mana yang bisa di hublingi, jam berapa bisa 

dihubungi. Ad yang mau ada yang tidak. Tapi ada yang berobat ulang, ada yang 

tidak. Respon masih kurang. Edukasi yang memang harus ditingkatkan. Harusnya 

. . 

kalau serempak ya mungkin lebih efektif atau bermakna.a uharus · 

6. Pelayanan KIE 

~ 231

Kekurangan kami kalau mau bikin brosur perlu waktu, biaya. Biasanya kami 

kerja sama dengan perusahaan farmasi lain yang punya brosur atau dari depkes 

~ 

misalnya tentang cacing. Selama ini belum membuat sendiri, karena harus ada tim 

kreatifnya sendiri untuk membuat brosur. 

Konseling : ada 7 P, disini ada 4 P. Waktu penyerahan berlanjut. Kompetensi 

apoteker yang harus ditingkatkan. Ada sertifikasi kompetensi. Hanya yang belum 

jelas untuk perpanjangan sertifikasi kompetensi harus sekian SKP. Waktu 

continues education yang belum terstandarisasi. Kalau dokterkan dia ikut seminar 

dapat sekian SKP. Kalau kita kan nanti harus bayar sekian kan be rat buat 

apoteker. Kita dapat jurnal terbaru saja sudah senang. Dokter ikut seminar mereka 

kan gratis. Jadi ada kecemburuan sosial. Tapi peran kita juga belum eksis dimata 

masyarakat. Jadi perlu kesadaran apoteker itu sendiri dan harus dirubah mulai dari 

pendidikannya. Profesional feenya. Berdasarkan UU dan PP ada pekerjaan 

kefarmasian dan praktek kefarmasian. Dokter boleh menarik imbalan. Peraturan 

harus ditinjau kembali, kita boleh mengganti untuk obat obat yang BABEnya sama. 

Pabrik harus mencantumkan BABE . Mungkin ini sangat membantu, terutama 

untuk obat penyakit kronis, biaya kan sangat mempengaruhi. Kalau kita berhak 

mengganti ya kita langsung mengganti dengan BABE sama. 

7. Kontribusi pelayanan kefarmasian dalam pelayanan kesehatan 

Pelayanan obat. 

8. Promosi dan edukasi 

Swamedikasi karena peraturan sebatas DOA aja ya kita hanya untuk penyakit 

dengan gejala ringan. Karena untuk non prescription drugpun sebetulnay perlu 

informasi apoteker. Obat-obat bebas kadang-kadang ada peringatannya misalnya 

pembatasan penggunaan salap, obat luar, untuk anak. dibawah 12 tahun. 

Disitutertulis peringatannya. Tapi siapa yang peduli. Kadang-kadang nggak dibaca. 

Apoteker bias aktif menginformasikan. Kadang-kadang pada brosur tulisannya 

kecil. Disini perlu peran apoteker. Upaya pelayanan pengobatan sendiri dari 40 % 

yang dapat dilayani dari DOWA. • ~ 

9. Pelayanan residensial 

232

Kunjungan langsung oleh apoteker belum, karena monitor lewat telpon saja 

responnya masih rendah. Jadi kita buat kartu, kalau mereka membutuhkan mereka 

bias telp. Baru 50 %, secara lege artis. Kebijakan perlu diambil. Pendidikan, ada 

kuliah gabung supaya ego berkurang. Dari kuliah saja jauh dari dokter. 

10. Kerasionalan resep yang masuk ke apotek 

Contoh Resep yang tidak rasional yang pernah ditemui misalnya untuk lansia, 3 

macam obat dimasukkan dalam satu kapsul. Penggunaan anti diare lebih dari satu, 

dosis berlebih dsb. 

11. Pengetahuan tentang UU No.36/2009, PP 51/2009 

Sudah pernah mendapat sosialisasi. 

12. Komunikasi dengan sesama apoteker atau dokter 

Dengan sesama apoteker, Saya sudah lulus lebih 20 tahun. llmu mereka lebih 

up date dari saya, kemampuan komunikasi kalah mungkin dalam sekolah, praktek 

scientistnya lebih banyak bukan ke arah klinis, kalau dokterkan sudah belajar 

kasus penyakit, diagnosa, masing-masing bagian mereka harus banyak. Kalau 

farmasikan, kasus banyak dosage form, dokter mendiagnosa penyakit, kita indikasi 

DRPnya, farmasi klinisnya. Tetapi ternyata di RS farmasisnya lebih komplek, di 

apotek karena banyak rawat jalan jadi lebih banyak pengetahuan farmakologisnya 

dan komunikasi supaya pasien paham, membiasakan GPP/standar pelayanan, 

nama praktek berarti ya berinteraksi dengan berkomunikasi dan dokumentasi. 

Membuat PMR nya/pasient report. 

13. Kegiatan penunjang 

Pertemuan rutin dengan sesame apoteker KF, intern dengan AA diberi diklatdiklat 

intern, apoteker membahas kerja sama dengan dokter. Untuk yang buka 24 

jam, ad AA 1 dan non AA 1. Non AA bukan di pelayanan. Secara standar 

pelayanan harus terpisah. Hampir semua pekerjaan administrasi di sentralisasi, 10 

% perkerjaan administrasi, jadi apotek pelayanan. Kebutuhan kami dikelola 

manajer area. Data permintaan obat on line. Makanya namanya, jadi apotek 

pelayanan. • ~ 

- 

233

LAMPIRAN 21 

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN APOTEKER PENDAMPING/AA 

Apotek 1 ( apoteker) 

Struktur organisasi di Apotek ini adalah sbb: 

Divisi Pelayanan: yg bertanggung jawab Apoteker 

Divisi Logistik : yang bertanggung jawab Apoteker 

Divisi SDM 

Divisi Adm & Keuangan 

Untuk proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pencatatan dan evaluasi 

semua ada di bawah divisi Logistik 

Yang melakukan pelayanan obat bebas dan obat bebas terbatas adalah 

apoteker. Apoteker tahu mengenai Obat Wajib Apoteker. 

Pelayanan obat yang 

paling sering adalah: Mikcroginon (obat KB), rifampicin dan ampisilin (antibiotic), 

Na.diclofenak dan as.mefenamat (analgetik). 

Microgynon : tidak ada efek samping 

Rifampicin : dapat menimbulkan mual, dan gangguan lambung 

Ampisilin : diminum sebelum makan karena berinteraksi dengan makanan 

Na.diclofenak: dapat menimbulkan gangguan lambung, jadi diberikan setlah 

makan. 

Untuk obat-obat lain yg disebutkan diatas, belum tau interaksi obatnya. 

Untuk obat-obat yang memiliki interaksi obat maka disarankan minumnya tidak 

bersamaan. 

lnformasi yang diberikan kepada pasien: 

Cara penggunaan, 

Durasi, 

Saran & perilaku yang harus dihindari. 

Resep masuk di screening apoteker, dan dilihat kesesuaian administrasi 

farmasetis nya, mis.nya anak kecil kok diberi tablet, Keasliaf! (esep juga harus 

sering di cek karena sering ada resep palsu terutama untuk obat-obat psikotropika, 

disesuaikan antara obat dengan penyakitnya. Kejelasan obat, dan dircross check, 

.. 

234

serta diperiksa lagi dosisnya, dan kalkulasi harga: bila pasien setuju : bayar. 

Apoteker memberikan instruksi peracikan dan dikerjakan oleh reseptir. Setelah 

~ 

jadi diserahkan ke Apoteker dan Apoteker yang menyerahkan obat tersebut pada 

waktu penyerahan obat disertai informasi obat sesuai resep, dimintakan alamat 

dan telepon pasien. 

Konseling: dengan keterbatasan situasi belum ada yang khusus, kecuali ada 

permintaan khusus dari pasien baru dibawa ke ruang khusus. 

Konseling: Apoteker mendengarkan keluhan pasien dan menyarankan tapi tidak 

menentukan obatnya. 

Monitoring: ada medication record untuk pasien2 langganan dan yang pakai obat 

jangka panjang, ngobrol2 keadaan pasien dan apa yang dirasakan setelah minum 

obat. 

Yang melakukan KIE adalah apoteker pelayanan. KIE berupa informasi obat & 

saran kepada pasien mengenai misalnya: analgetik hanya untuk sakit saja, dan 

supaya menjaga kesehatan. 

Sumber informasi dari internet, majalah Ethical Digest. 

. 

Menurut responden 

fasilitas yg dibutuhkan untuk melakukan KIE seharusnya: Kenyamanan ruangan 

(saat ini sdh ada ruangan tetapi belum nyaman), dan tambahan jumlah apoteker. 

Promosi dan edukasi yang dilakukan hanya untuk perorangan, seperti: 

bagaimana cara menjaga kebersihan dan perilaku dan jangan hanya pakai salep 

untuk yang sakit kulit. Edukasi diberikan hanya secara sederhana oleh Apoteker 

langsung 

Yang melakukan pengelolaan keuangan dan SDM adalah divisi SDM dan divisi 

administrasi & keuangan. Mereka sarjana ekonomi 

Apoteker sering berkomunikasi dengan dokter via telepon, biasanya mengenai 

konfirmasi obat. Tanggapan dokter baik, dan sejauh ini belum pernah mengalami 

kesulitan. 

Pelayanan kefarmasian yang baik adalah: one stop pharmacist. Maksudnya 

mulai dari pasien datang, mendengarkan keluhan, kasih solusi kalau perlu berikan 

obat beserta informasi obat, baru pasien keluar dari apotek. 

. ~ 

235

Belum pernah mendengan UU no.36. Tapi sudah mendengar mengenai PP51, 

yang antara lain isinya: ijin-STRA, pekerjaan kefarmasian harus ditangani 

~ 

sepenuhnya oleh Apoteker, dan sarjana farmasi merupakan tenaga teknis 

kefarmasian. 

Apotek 2 

Yang berperan dalam pengelolaan sediaan farmasi adalah: Apoteker, Asisten 

Apoteker dan Reseptir 

Untuk perencanaan dan pengadaan, melihat barang apa saja yang terjual dan 

yang kosong. Kemudian diorderkan untuk 1 minggu. Untuk barang yang kurang 

laku, jumlah stok asal ada sekedarnya, atau beli mendadak dari apotek lain. 

Karena sudah sistem komputerisasai jadi mudah melihat barang-barang yang 

habis walaupun sistem manual masih dipakai juga dan masih melihat resep. 

Penyimpanan: Barang disimpan berdasarkan stabilitas tablet dan dipisahkan 

secara alfabetis, mis: antibiotic sendiri, generik sendiri, obat-obat yang harus 

disimpan di kulkas ditaruh di kulkas. Ada juga gudang kecil tapi tidak ada kulkas. 

Pencatatan secara computer dan manual dengan kartu stok untuk mutasi 

barang. Obat-obat kadaluarsa kalau bisa diretur, kalau tidak bisa ya dimusnahkan. 

Setiap akhir bulan di cek ED nya, yang ED nya minimum 6 bulan disendirikan dan 

dicatat manual. 

Evaluasi: dengan mengadakan stok opname per 3 bulan. 

Untuk laporan obat bius, apoteker pendamping yang catat dan lapor narkotika 

dan psikotropika. 

Apoteker dan AA melakukan pelayanan obat bebas dan obat bebas terbatas. 

Yang banyak dipakai adalah, jenis analgesic seperti as.mefenamat, parasetamol, 

antalgin dan obat KB Mycroginon. 

Efek samping obat KB pusing dan masuk angin, kalau as.mefenamat ke lambung, 

parasetamol kalau keseringan ke hepar. 

. 

Kontra indikasi: Mycroginon untuk pasien hipertensi dan ·untuk wanita hamil 

tidak boleh. Parasetamol tidak boleh untuk yang bermasalah penyakit livernya. 

236

Untuk obat yang lain ada interaksi obatnya, tetapi tidak hapal, kalau tidak hapal liat 

buku ISO dan MIMS. 

Apoteker atau AA yang menerima resep. Kemudian dilihat kerasionalan 

. 

resepnya, dalam ha l: jumlah, aturan pakai, dosis, ada interaksi atau tidak. 

Kemudian dihargai terus diinformasikan ke pasien. Setelah disiapkan, disediakan, 

dan dikasih etiket, lalu dicek lagi oleh Apoteker atau AA kemudian diserahkan ke 

pasien disertai dengan informasi. 

Fasilitas yang perlukan untuk informasi & konseling: buku-buku MIMS dan 

telepon . 

Untuk KIE dilakukan oleh apoteker dan AA. 

Konseling oleh apoteker tetapi 

jarang dilakukan. Konseling berdasarkan: permintaan pasien. Terkadang dilakukan 

di ruang kerja apoteker tetapi sering-seringnya sambil berdiri di counter. 

Promosi dan edukasi belum dilakukan secara aktif. Untuk harga ada disediakan 

pada bulletin PIO dari UGM. 

Untuk pengelolaan keuangan dan SDM dilakukan oleh Apoteker dan 

administrasi 

Komunikasi sering dilakukan . Untuk masalah resep yc:mg tidak bisa dibaca dan 

dosis yang janggal dikomunikasikan ke apoteker atau ke ternan sesama AA. Untuk 

masalah penggantian obat dan dosis dikomunikasikan ke dokter. 

Pelayanan kefarmasian yang baik adalah yang mengutamakan kepentingan 

pasien. Menyediakan obat-obat yang dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. 

Resep harus dikerjakan dengan teliti untuk mengutamakan keselamatan pasien. 

Sudah tahu mengenai· UU pasal 36 tentang kesehatan, ada peran apoteker 

dalam pelayanan kefarmasian dan PP 51 yang focus ke apotekernya. 

Apotek 3 

1. Fokus utama pelayanan kefarmasian meningkatkan rasa percaya diri 

apoteker untuk profesi 

2. Peran dalam praktek kefarmasian APA penanggung jawab, 2 apoteker 

pendamping full time dan 2 apoteker membantu bimbingan mahasiswa 

-237

3. DOWA kurang dipatuhi karena obat keras lain dapat diserahkan oleh apoteker 

kepada pasien setelah konsultasi. 

~ 

4. Prosedur tetap yang tersedia adalah protap penerimaan obat, protap 

pemesanan obat, protap pelayanan resep dan protap pelayanan cop"y resep 

(terlampir) 

5. Obat yang banyak diresepkan adalah antibiotika (siprofloksasin, amoksisilin), 

antihipertensi (captoril, nifedipin), antidiabetes (glibenklamid, metformin), 

antihiperkolesterol (simvastatin), asam urat (allopurinol) dan TBC Garang) 

6. lnformasi obat dilakukan oleh mahasiswa berupa komunikasi langsung dan 

pembuatan leaflet atau booklet dibawah bimbingan APA untuk penyuluhan 

masyarakat 

7. Konsultasi dilakukan oleh apoteker. Tempat konsultasi harus aman, nyaman 

serta tersedia apoteker yang memiliki waktu dan dipercaya. Jasa profesi 

gratis 

8. Swamedikasi. 

9. Homecare dilakukan oleh mahasiswa dengan bimbingan apoteker. Temuan 

homecare adalah penggunaan obat resep digabung dengan obat cina, jamu 

dan pengobatan sendiri 

10. Kerasionalan obat 

11. Kendala dalam pekerjaan kefarmasian 

12. Komunikasi dengan dokter 

Kegiatan lain adalah bimbingan mahasiswa profesi 

Apotek4 

1. Fokus utama pelayanan kefarmasian adalah tanggung jawab apoteker terkait 

dengan kerasionalan obat, dan DRP. 

2. Peran apoteker dalam pengelolaan obat dan pelayanan obat kepada pasien, 

AA hanya membantu, misalnya mengambil obat, menimbang, menggerus, 

mengemas dan membuat laporan. • ~ 

3. Obat DOWA perlu karena banyak obat keras yang pemberiannya kepada 

pasien harus diperhitungkan dengan baik sesuai dengan keadaan pasien, 

.. 

238

efek samping, tetapi perlu lebih longgar/ diperbanyak. Apoteker tidak boleh 

mendiagnosis pasien. 

4. Prosedur tetap yang tersedia adalah protap pelayanan obat, protap 

membersihkan mortir dan protap sanitasi ruangan 

5. Obat yang banyak diresepkan diresepkan adalah antibiotika (siprofloksasin, 

amoksisilin), antihipertensi (captoril, HCT}, antidiabetes (glibenklamid, 

metformin), antihiperkolesterol, asam urat dan TBC jarang. 

6. lnformasi obat dilakukan oleh mahasiswa berupa komunikasi langsung 

menggunakan lembar balik, leaflet atau presentasi dengan LCD dibawah 

bimbingan APA. lnformasi dilakukan ke posyandu lansia dan arisan ibu-ibu 

PKK kelurahan 

7. Konsultasi dilakukan oleh apoteker. Tempat konsultasi harus aman, nyaman 

serta tersedia apoteker yang memiliki waktu dan dipercaya. Jasa profesi 

gratis. PMR (patient medical record) digunakan untuk pasien yang 

berkonsultasi maupun dalam home care. Monitoring obat dengan telepon 

8. Swa medikasi bagian dari konsultasi/ informasi menggunakan PMR 

9. Home care dilakukan oleh mahasiswa dengan bimbingan apoteker. Pernah 

dilakukan pada pasien yang tidak dapat jalan, pembantunya diminta membeli 

obat keras. Juga pasien sakit beat tidak mau ke dokter. 

10. Kerasionalan obat resep cukup baik 

11. Kendala dalam pekerjaan kefarmasian adalah apoteker pendamping full time 

terkadang keluar karena menjadi APA, ruangan terbatas untuk konsultasi dan 

internet belum ada .. Rancu istilah antara pekerjaan kefarmasian dan praktek 

kefarmasian, antara pelayanan kefarmasian dan asuhan kefarmasian. 

Persepsi masyarakat terhadap apotek dan apoteker masih perlu ditingkatkan 

12. Komunikasi dengan dokter sudah dilakukan terkait penulisan resep 

13. Kegiatan lain adalah bimbingan mahasiswa profesi. Omset berasal dari resep 

20% dan penjualan bebas 80% cukup untuk member keuntungan PSA, 3 

apoteker, 1 administrasi, 2 AA dan 2 tenaga lain. 

. ~ 

239


LAMPIRAN 22 

HASIL OBSERVASI APOTEK 1 

YA I TIDAK 

PELAK 

SANA 

Apt 

Protap pemberian informasi ~ tidak ada 

Alamatltelp pasien 

Catatan pasien penyakit kronis 

Akses internet ~ tidak ada 

Daftar Obat 

Apt 

Apt 

Apt 


No KEGIATAN YA 

Pencatatan data pasien yang sering berkonsultasi, meliputi: 

1 Nama --./ 

2 Jenis kelamin --./ 

3 Umur --./ 

4 Ala mat dan nom or telepon --./ 

5 Pendidikan --./ 

6 Pekerjaan --./ 

7 Berat badan untuk pasien anak --./ 

8 Keluhan/gejala penyakit pasien --./ 

9 Penyakit yang pernah diderita sebelumnya --./ 

. 

TIDAK 

kdng 

PELAK 

SANA 

Apt 

A_pt 

Apt 

Apt 

Apt 

Apt 

Apt 

Apt 

Apt 

-240

Pemakaian obat sebelumnya untuk penyakit 

10 

" Kdng Apt 

tersebut 

Alergi dan efek samping obat yang pernah 

11 

" kdng Aptt 

dialami 

12 Nama dan jumlah obat yang diberikan ;/ · Apt 

Melakukan komunikasi dengan mitra kesehatan 

13 

" Kdng Apt 

lain 


Apt 

14 bentuk spanduk, poster, brosur, leaflet dan 

" progr 

majalah 

I 

15 Protap untuk KIE tertulis ;/ Apt 


PELAK 

No KEGIATAN YA TIDAK 

SANA 

1 Pembelian obat dari sumber resmi (PBF) 

Apt 

Pemeriksaan fisik obat, kemasan dan tanggal " 

2 

" 

Apt 

kadaluarsa 


3 

" 

Apt 



4 

" 

Apt 



5 

" 

Apt 



Apt 


6 

" 


kadaluarsa 


7 

" 

Apt 

FIFO/FEFO 


8 

.y Apt 

khusus 

Penyimpanan psikbtropika tersendiri lemari 

9 

.y Apt 

-· 

khusus 


10 

;/ 

Apt 

narkotika 

Pencatatan, pengarsipan dan pefaporan 

11 

.y Apt 

psikotropik 


Apt 

disertai tanggal, bulan dan tahun yang mudah 

12 

.y ' 

~ 

ditelusuri dan disimpan pada tempat tertentu 



13 

.y Apt 

dari tiga tahun menu rut ketentuan 

241 

I 

i 

•

Kartu stoklkomputer: no faktur-no batch-exp 

Apt 

date 

14 Buku defekta ...; Apt 

Buku per UU 

Apt 

Format laporan ' Apt 

I 

I 

15 Protap pengelolaan obat tertulis ...J Apt 

4. Ketenagaan 

No KEGIATAN YA TIDAK PELAK 

SANA 

1 Selalu siap, ramah dan sop an melayani 

Apt/AA 

...J 

konsumen 

2 Menjalin team work yang solid dengan tugas Apt/AA 


karyawan 

3 Memakai pakaian rapi atau seragam dan Tdk 

name tag selama di apotek ...J sepenuh 

nya 

4 Ada asisten apoteker './ Apt 

5 Ada apoteker lain jika APA berhalangan ...J Apt 


...; 

Apt 


~ 

.. 

242

------ 

LAMPIRAN 23 

'.J 

J 


~ 

1. Pelayanan obat . 


1 Pemeriksaan kelengkapan resep ..J 

2 

Pemeriksaan keabsahan Rl khususnya yg mengandung 

narkotika/OKT 

~ 

3 Pemberian nomor urut pada resep masuk ..J 

.! Pengambilan obat menggunakan sarung tangan/alat/spatula ..J 

5 Pemeriksaan kesesuaian antara jumlah/jenis obat dengan resep ..J 

3 Pemeriksaan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep ..J 

- Penandatanganan salinan resep ~ 

.. 

-' Penyerahan dan pemberian informasi obat ~ 

= 

Petaksanaan prosedur tetap pelayanan obat (HTKP) ~ 

•J Pencatatan alamat/nomor telepon pasien pad a resep 

..J 

. 1 Penandaan khusus pada resep narkotika/psikotropika tunggal ..J 

.2 Kotak saran/pengaduan ..J 

• 3 Mengantar obat ke rumah atas permintaan pasien 

..J 

1- .! Buku referensi: MIMS- ISO- Fl- Formularium- ION I ..J 

Protap pemberian informasi ~ tidak ada ~ 

Alamat/telp pasien ~ 

Catatan pasien penyakit kronis -Y 

Akses internet ~ tidak ada -Y 

Daftar Obat Wajib Apotek -Y 

r- - 

J Pelayanan obat bebas : pemberian informasi alternatif obat -Y 

•3 Protap pelayanan obat tertulis ..J 

PELAK 

SANA 

Perminta 

an pasien 



SANA 

Pencatatan data pasien yang sering berkonsultasi, meliputi~ 

1 Nama j 

2 Jenis kelamin ..J 

3 Umut ..J 

4 Alamat dan nomor telepon ..J 

. 

5 Pendidikan 

~ ..J 

6 Pekerjaan -Y 

7 Berat badan untuk pasien anak -Y 

8 Keluhan/gejala penyakit pasien -Y 

-243 

.

9 Penyakit yang pernah diderita sebelumnya -..J 


10 

-v 

~ 

terse but 

Alergi dan ef~k samping obat yang pernah 

11 

dialami 

-v . 

12 Nama dan jumlah obat yang diberikan -..J 


13 

lain 

-v 

14 


bentuk spanduk, poster, brosur, leaflet dan -v 

majalah 

15 Protap untuk KIE tertulis -..J 



1 Pembelian obat dari sumber resmi (PBF) 


2 

kadaluarsa 


3 



4 



5 




6 


kadaluarsa 


7 

FIFO/FEFO 


8 

khusus 


9 

khusus 


10 

narkotika 


11 

psikotropik 



12 



" 

-v 

" 

" 

-v 

-v 

-v 

" 

-v 

-v 

-v 

. ' 

PELAK 

SANA 

-244

13 



..J 


~ 

14 

date 

Buku defekta ..J 

. 

Buku per UU 

Format laporan 

15 Protap pengelolaah obat tertulis j 

I 

4. Ketenagaan 


SANA 

1 Selalu siap, ramah dan SQpan melayani 

konsumen 

..J 



..J 

karyawan 

3 Memakai pakaian rapi atau seragam dan 

name tag selama di apotek 

..J 

4 Ada asisten apoteker ~ 

5 Ada apoteker lain jika APA berhalangan ~ 



~ 

~ 

245


LAMPIRAN 24 


KEGIATAN 

YA I TIDAK 

PELAK 

SANA 


No KEGIATAN YA 

Pencatatan data pasien yang sering berkonsultasi, meliputi: 

1 Nama ...; 

2 Jenis kelamin '>/ 

3 Umur ...; 

4 Alamat dan nom or telepon j_ 

5 Pendidikan 

6 Pekerjaan 

7 Berat badan untuk pasien anak '>/ 

8 Keluhan/gejala penyakit pasien j_ 

246 

. 

. 

TIDAK 

j_ 

'>/ 

PELAK I 

SANA 

Apt

9 Penvakit vanQ pemah diderita sebelumnva --./ 


10 

--./ 

~ 

tersebut 


11 

--./ . 

dialami 

12 Nama dan jumlah obat yang diberikan --./ 

13 


--./ I 

lain 

I 


14 bentuk spanduk, poster, brosur, leaflet dan --./ 

majalah 

15 Protap untuk KIE tertulis --./ 



PELAK I 

SANA 

1 Pembelian obat dari sumber resmi (PBF) --./ Apt 

2 


kadaluarsa 

--./ 

3 



--./ 

4 



--./ 

5 



--./ 


6 



--./ 

kadaluarsa 

7 


FIFO/FEFO 

--./ 

8 


khusus 

--./ 

9 


khusus 

--./ 

10 


narkotika 

--./ 


11 

--./ 

psikotropik 

Pembendelan resep sesuai kelompoknya . ~ 


12 


--./ 


- 

247

13 




date 

14 Buku defekta -.J 

Buku per UU 


15 Protap pehgelolaan obat tei'tulis -.J 

4. Ketenagaan 

...J 

t 


SANA 

1 Selall.J siap, ramah dan sopan melayani 

konsumen 

-.J 



-.J 

karyawan 


-.J 


4 Ada asisten apoteker ,; 

5 Ada apoteker lain jika APA berhalangan ,j 

6 · Selalu meningkatkan/memperbaharui 


-.J 

_. 

248

LAMPIRAN 25 


~ 


. 

~l 

PELAK 


:: SANA 

. Pemeriksaan kelengkapan resep ..J Apt 

~ 

:.. 

Pemeriksaan keabsahan R/ khususnya yg mengandung 

narkotika/OKT 

..J 

j Pemberian nomor urut pada resep masuk ..J 

.! Pengambilan obat menggunakan sarung tangan/alatlspatula { 

:: 

- Pemeriksaan kesesuaian antara jumlah/jenis obat dengan resep ..J 

..... Pemeriksaan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep ..J 

- Penandatanganan salinan resep ..J 

::: Penyerahan dan pemberian informasi obat ..J 

- ... Pelaksariaari prosedur tetap pelayariari obat (HTKP) ..J 

•J Pencatatan alamatlnomor telepon pasien pada resep 

..J 

"1 Penandaan khusus pada resep narkotika/psikotropika tunggal ..J 

"2 Kotak saran/pengaduan ..J 

"3 Mengantar obat ke rumah atas permintaan pasien ..J 

• A 

.. Buku referensi: MIMS- ISO- Fl- Formularium- ION I ..J 

Protap pemberian infromasi 

..J 

Alamatltelp pasien ..J ..J 

Catatan pasien penyakit kronis 

Akses internet 

..J 

Daftar Obat Wajib Apotek 

..J 

·s Pelayanan obat bebas : pemberian informasi alternatif obat ..J 

.... 

I 

'J Protap pelayanan obat tertulis ..J 



SANA 

Pencatatan data pasien yang sering berkonsultasi, meli :>Uti: 

1 Nama ..J Apt 

2 Jenis kelamin ..J 

3 Umur j_ 

4 Alamat dan nomor telepon ..J 

5 Pendidikan ..J 

6 Pekerjaan ..J • 

7 Berat badan untuk pasien anak :.; 

8 Keluhan/gejala penyakit pasien ..J 

9 Penyakit yang pernah diderita sebelumnya ..J 

- 

249


10 

terse but 

..J 

~ 


11 ..J 

dialami 

. 

12 Nama dan jumlah obat yang diberikan ~ 


13 

lain 

..J 


14 bentuk spanduk, poster, brosur, leaflet dan ..J 

majalah 

15 Protap untuk KIE tertulis ..J I 



1 Pembelian obat dari sumber resmi (PBF) ..J 


2 

kadaluarsa 

..J 


3 


..J 


4 


..J 


Kelas 

5 

..J 


terapi 


6 



..J 

kadaluarsa 

7 


FIFO/FEFO 

..J 

8 


khusus 

..J 


9 

khusus 

- -· 

..J - 

~··-- 


narkotika 

..J 


..J 

psikotropik 


. 


..J ' 

ditelusuri dan disimpan pada tern pat tertentu 


10 

11 

12 

PELAK 

SANA 

... 

250


13 


-v 

Kartu stoklkomputer: no faktur -no batch-exp 

~ 

date 

14 Buku defekta -v 

. 

Buku per UU 


15 Protap pehgelolaan obat tertulis -v 

4. Ketenagaan 


SANA 


konsumen 

-v 


pokok dan fungsi yang jelas untuk tiap -v 

karyawan 



-v 

4 Ada asisten apoteker -v 

5 Ada apoteker lain jika APA berhalangan -v 



-v 

~ 

251

LAMPIRAN 26 



~ 

N 

PELAK 


0 SANA 

1 Pemeriksaan kelengkapan resep ~ Apt 

2 

Pemeriksaan keabsahan Rl khususnya yg mengandung 

~ 

Apt 

narkotika/OKT 

3 Pemberian nomor urut pada resep masuk ~ 

4 Pengambilan obat menggunakan sarung tangan/alatlspatula ~ 

5 Pemeriksaan kesesuaian antara jumlah/jenis obat dengan resep ~ Apt 

6 Pemeriksaan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep ~ Apt 

7 Penandatanganan salinan resep ~ Apt 

8 Penyerahan dan pemberian informasi obat ~ Apt 

9 Pelaksariaari prosedur tetap pelayariari obat (HTKP) .~. 

10 Pencatatan alamatlnomor telepon pasien pad a resep ~ 

i 1 Penandaan khusus pada resep narkotika/psikotropika tunggal ~ 

12 Kotak saran/pengaduan ..} 

i 3 Mengantar obat ke rumah atas permintaan pasien ~ 

i 4 Buku referensi: MIMS- ISO - Fl - Formularium - ION I ~ 

Protap pemberian infromasi ~ 

Alamatltelp pasien ~ 

Catatan pasien penyakit kronis ~ 

Akses internet ~ 

Daftar Obat Wajib Apotek ~ 

15 Pelayanan obat bebas : pemberian informasi alternatif obat ..} I Apt I 

~ 6 Protap pelayanan obat tertulis ..} 

I 

. 



SANA 

Pencatatan data pasiem yang sering berkonsultasi, meliputi: 

1 Nama ~ Apt 

2 Jenis kelamin ~ Agt 

3 Umur ~ Apt 

4 Alarnat dan nomor telepon ..} Apt 

5 Pendidikan ..} 

6 Pekerjaan · ~ 

7 Berat badan untuk pasien anak ~ 

8 Keluhan/gejala penyakit pasien ~ 

9 Penyakit yang pernah diderita sebelumnya ~ Apt 

.... 

252 

.

~--··- 


10 

...; 

terse but 


11 

...; 

Ar;>t 

dialami 

12 Nama dan jumlah obat yang diberikan ~ ' Apt 


13 

...; Apt 

lain 


14 bentuk spanduk, poster, brosur, leaflet dan ...; Apt 

majalah 

15 Protap untuk KIE tertulis ~ Apt 



1 Pembelian obat dari sumber resmi (PBF) ...; 


2 

kadaluarsa 

...; 

Pencatatan jumtah obat masuk dan keluar 

3 


...; 


4 


...; 


5 


...; 



6 


...; 

kadaluarsa 


7 

FIFO/FEFO 

...; 


8 

khusus 

...; 

9 


khusus 

...; 


10 

narkotika 

...; 


11 

psikotropik 

...; 

12 




...; 

. ~ 


--- 

PELAK 

SANA 

- -- . -- - - --- 

' 

. · 

253


13 


...; 

Kartu stok/komputer: no faktur-no batch-exp 

~ 

date 

14 Buku defekta ...; 

. 

Buku per UU 


15 Protap pengelolaah o5at tertUiis ..J Apt 

4. Ketenagaan 


SANA 


konsumen 

...; 



karyawan 


..J 


4 Ada asisten apoteker ,; 

5 Ada apoteker lain jika APA berhalangan ..J 



..J 

• 

~ 

254

LAMPIRAN 27 


~ 

1. Pelayanan obat . 

N 

PELAK 


0 SANA 

1 Pemeriksaan kelengkapan resep -1 

AA 

Pemeriksaan keabsahan R/ khususnya yg mengandung 

2 -1 dimonitor 

narkotika/OKT 

APA 

. - . - 

. . 

- 

. 

3 Pemberian nomor urut pada resep masuk -1 

4 Pengambilan obat menggunakan sarung tangan/alat/spatula j_ 

5 Pemeriksaan kesesuaian antara jumlah/jenis obat dengan resep -1 

5 Pemeriksaan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep -1 

7 Penandatanganan salinan resep .y 

8 Penyerahan dan pernoeriah informasi ooat .y AA 

9 Pelaksanaan prosedur tetap pelayanan obat (HTKP) .y AA 

~a Pencatatan alamat/nomor telepon pasien pada resep -1 Kasir/AA 

.1 Penandaan khusus pada resep narkotika/psikotropika tunggal -1 AA 

•2 Kotak saran/pengaduan -1 

.3 Mengantar obat ke rumah atas permintaan pasien J 

.4 Buku referensi: MIMS -ISO- Fl- Formularium -IONI .y 

Protap pemberian infromasi -1 

Alamat/telp pasien -1 

Catatan pasien penyakit kronis -1 

Akses internet -1 

Daftar Obat Wajib Apotek -1 

·s Pelayanan obat bebas : pemberian informasi alternatif obat .y 

·e Protap pelayanan obat tertulis .y 



SANA 

Pencatatan data pasien yang sering berkonsultasi, meli :)Uti: 

1 Nama -1 

2 Jenis kelamin .y 

3 Umur .y 

4 Alamat dan nomor telepon -1 

5 Pendidikan ' -1 

6 Pekerjaan .y 

7 Berat badan untuk pasien anak -1 

8 Keluhan/gejala penyakit pasien .y 

~ 

255 

.

9 Penyakit yang pernah diderita sebelumnya 


10 

terse but 


11 

dialami 

12 Nama dan jumlah obat yang diberikan 


13 

lain 


14 bentuk spanduk, poster, brosur, leaflet dan 

majalah 


~ 

~ 

~ 

~ 

~ . 

~ 

~ 

~ 


No 

1 

2 

3 

4 

5 

6 

7 

8 

9 

10 

11 

12 

KEGIATAN 

Pembelian obat dari sumber resmi (PBF) 


kadaluarsa 










kadaluarsa 


FIFO/FEFO 


khusus 


khusus 


narkotika 


psikotropik 





--- 

YA TIDAK 

PELAK 

SANA 

~ APA 

~ 

AA 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

~ 

. ~ 

----- 

AA 

.... 

256


13 

...; 


t 

Kartu stok/komputer: no faktur-no batch-exp ..j 

date 

Buku defekta ...; 

. 

14 

Buku per UU ...; 

Format laporan ...; 

15 Profap pehgelolaan obaf tertUiis ...; 

- 

4. Ketenagaan 

No KEGIATAN YA TIDAK PELAK 1 

SANA 

1 Selalu siap; ramah c;Jan sopan melayani 

konsumen 

...; 



karyawan 

3 Memakai pakaian rapi atau seragam dan Tidak 

name tag selama di apotek ...; name 

tag 

4 Ada asisten apoteker ...; 

5 Ada apoteker lain jika APA berhalangan ...; 



...; 

~ 

257

LAMPIRAN 28 

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN PERGURUAN TINGGI FARMASI 

PT FARMASI1 

PP no.51 merupakan perkembangan yang sangat bagus dan perlu disikapi 

dengan baik. Agak berbeda dengan dulu yang mestipun sudah mengarah kesana 

tapi kemudian ada aturan · baru yang melemahkan aturan dulu terse but. Sekarang 

makin transparan, Apoteker harus bijaksana, karena apoteker sekarang harus 

menghadapi masyarakat dan masyarakat sekarang sudah mengenal apoteker/ 

Untuk Rumah Sakit masih menghadapi kendala, karena secara professional yang 

masih leading adalah dokter tapi situasi sekarang semakin kritis terutama dengan 

adanya UU dan hukumnya dimana untuk suatu kesalahan yang dimintakan 

pertanggung jawaban bukan hanya dokter tetapi juga tenaga kesehatan lainnya. 

Jadi bukan masalah one man show. Harus ada intervensi DepKes untuk 

membantu. 

Untuk Apotek sudah mengarah seperti PP 51 karena tuntutan juga sudah berbeda. 

Kalau pasien tidak puas, maka secara alami apotek akan kolaps. 

Sudah ada APTFI, yaitu kompetensi untuk sarjana farmasi & apoteker. Masih 

banyak variasi terutama untuk yang sudah maju dan dapat akreditasi A 

Di fakultas ada Student Learning Centre dimana student dapat berlatilh untuk 

presentasi dan Tanya jawab. Alumni fakultas Farmasi sendiri harus terus menerus 

belajar dan bekerja sama dengan IAI melalui regular workshop dan seminarseminar. 

Kemampuan farmasi kllinis juga perlu ditingkatkan untuk peningkatan pelayanan 

kefarmasian yang baik. 

Kompetensi apoteker untuk Apotek, RS dan industry masing-masing berbeda, 

disesuaikan dengan perkembangan. 

S1 =ada sainstek farmasi bahan alam, industri dan komunitas .• ~ 

S1 farmasi komunitas sudah dikembangkan. Dari S1 sudah diarahkan. Semua 

pelajaran sampai semester 3 masih sama. Mulai dari semester 3 diarahkan apakah 

.. 

258

ingin sainstek, bahan alam, komunitas apakah klinis. Jumlahnya disesuaikan 

dengan quota. IP juga dilihat. Saat ini banyak yang ambil sainstek. 

Kalau dari DIKTI ada perubahan SKS, maka fakultas Farmasi juga ingin ~erubah 

lama waktu profesi. ldealnya profesi harus lebih lama, mis: 1.5 tahun. Saat ini 

profesi selama 1 tahun, dimana 1 semester untuk kuliah dan 1 semester untuk 

internship. Apotek, semua mahasiswa harus menjalani internship di apotek, 

disambung dengan internship sesuai yang sudah dipilih, yaitu: rumah sakit atau 

industri. 

Ket.: 

CBC: Competence based Curriculum, sudah dari awal dikenalkan. Mis: Pancasila 

tidak perlu 1 semester. 14 x pertemuan dipotong 4x untuk etika, dll. 

Kimia: paketnya 2 sks: Kimia 1 SKS dengan pratikum. 

Untuk penyesuaian kurikulum agar lebih pas dengan PP 51 sudah menjadi 

pemikiran. Pada tahun 2011 akan ada perubahan kurikulum yang akan disesuai 

dengan dengan perkembangan global agar siap untuk bersaing. 

Farmasi social telah berkembang sangat kuat, sehingga fakultas farmasi buat 

program magister: master farmasi manajemen & Sainstek. Dengan keterbatasan 

profesi, diharapkan program tersebut dapat membantu. 

Secara alami mahasiswa juga bertambah minatnya terhadap farmasi sosial. 

Tidak ada kendala, hanya harus diingatkan bahwa kita harus siap . Sekarang 

infromasi didapat dari internet. Mahasiswa data informasi dan data dari internet. 

Jangan sampai mahasiswanya lebih well informed dari dosennya. 

Saat ini model pendidikan disini tidak satu arah tetapi interaktif. Kendalanya, dosen 

harus bisa menstimulasi mahasiswa agar lebih aktif. 

Dari alumni fakultas Farmasi jangan low profile, harus selalu upgrade ilmu, 

harus bisa menjadi motivator. Penguji pada ujian profesi harus ada dari industry 

dan RS. Sering kali penguji tersebut minta data mahasiswa dan melakukan 

wawancara untuk kemudian langsung direkrut. 

. ' 

llmu komunitas diberikan pada tingkat profesi yang mengajar psikolog. 

.. 

259

Pendidikan berkelanjutan melalui seminar, DIES dan bekerja sama dengan IAI. 

IAI giat sekali, sehingga ikut terlibat dalam pendidikan IAI profesi, mis: dalam hal 

membantu mencarikan tempat magang. 

PT FARMASI2 

Fakultas farmasi Universitas ini merupakan Fakultas eksak pertama di 

universitas, diselenggarakan pada tanggal 15 Juni 1995 berdasar SK DIRJEND 

DIKTI No. 167/DIKTI/Kep/1995. Sedangkan program Profesi apoteker 

diselenggarakan berdasar Surat edaran dari Dirjend Dikti No. 3032/D/T/98 tanggal 

13 Oktober 1998. Akan tetapi Penyelenggaraan Pendidikan Pelatihan serta Penguji 

Profesi Apoteker/Farmasi Universitas dengan ISFI baru ditandatangi 10 Agustus 

2001. Naskah kerjasama ditandatangani oleh dekan Farmasi dan Ketua Badan 

Pimpinan Pusat ISFI, selanjutnya program ini bekerja sama dengan fakultas 

farmasi universitas lain. Sedangkan program profesi apoteker didirikan berdasar 

Surat Keputusan Rektor Universitas No. 017 tahun 2000 yang mulai berlaku 

tanggal 1 agustus 2000. 

Dari kacamata kami sebagai pendidik dan pengelola program Fak farmasi, saya 

melihat bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan ke mahasiswa berpedoman 

pada pedoman akademik yang ada di fakultas farmasi. Pada situasi di lapangan 

seperti praktek kefarmasian di Apotek, RS dan Puskesmas, menurut pendapat 

saya kalau mereka mau melaksanakan apa yang sudah mereka dapat di fakultas, 

tentunya di lapangan kerja akan cukup bagus. Di fakultas farmasi ini ada 2 

peminatan yaitu minat farmasi Rumah sakit dan Minat farmasi industri. Masing 

masing peminatan di dukung dengan mata kuliah yang sesuai peminatan, seperti 

peminatan farmasi rumah sakit mereka ada kuliah wajib di antaranya Pelayanan 

kefarmasian Klinis, compounding dan dispensing, teknik komunikasi, 

kewirausahaan dan lainnya, maupun mata kuliah pilihan seperti ekonomi farmasi, 

bioteknologi farmasi, Psikologi kesehatan, CPOB dan lainnya. Oleh karena itu saya 

melihat bahwa praktek kefarmasian di rumah sakit, puskesmas dan apotek cukup 

bagus dengan catatan apoteker yang bekerja pada institusi institusi tersebut harus 

terus mengasah ilmunya dengan study 

.. 

berkelanjutan, melalui seminar, banyak 

260 

. ~

membaca journal terbaru dan mengikuti perkembangan teknologi. 

Praktek 

kefarmasian di RS, Puskesmas boleh dikatakan sudah bagus dengan mengacu 

~ 

standar pelayanan yang ditetapkan depkes, untuk praktek kefarmasian di Apotek, 

untuk wilayah sini saya kira sudah cukup bagus, hal tersebut di dukung juga 

karena organisasi lkatan Apoteker Indonesia (IAI) wilayah cukup aktif 

memperjuangkan profesi apoteker. Hampir semua apotek di wilayah sini paling 

tidak ada 2 apoteker yang berpraktek di apotek. Sehingga konsumen bisa 

mendapatkan informasi seputar obat dengan menanyakan kepada apoteker yang 

berjaga. Tapi secara umum saya melihat bahwa banyak wilayah lain di Indonesia 

praktek kefarmasian di Apotek belum berjalan sesuai harapan. Hal ini disebabkan 

juga bahwa di samping Apoteker ada Pemilik sarana apotek (PSA) yang tidak 

semua PSA mau menyerahkan semua pengelolaan Apotek pada si apoteker. Dari 

pihak Apoteker sendiri saya melihat bahwa komitmen untuk berprofesi di Apotek 

masih kurang, sehingga masih banyak yang berpraktek di Apotek hanya sekedar 

nama, dengan kehadiran yang menurut saya sangat minimal. 

Kompetensi apoteker saat ini dalam melakukan praktek kefarmasian di apotek, 

RS dan Puskesmas saya rasa pihak pengelola pendidikan sudah memberikan 

bekal secara maksimal. Sehingga Apoteker seharusnya bisa mempraktekkan ilmu 

yang didapat ke lapangan kerja, dan tentunya continuing education harus tetap 

dilakukan sehingga bisa mengikuti perkembangan. Kemampuan dan kompetensi 

sesuai standar pelayanan kefarmasian maupun Good pharmacy practice, basic 

ilmunya tentunya Apoteker sudah mempunyai, tinggal mengasahnya sesuai aturan 

yang ada. 

Kompetensi yang diberikan kepada calon apoteker bidang pelayanan 

kefarmasian agar mampu melakukan standa.r/pedoman pelayanan kefarmasian di 

RS, Puskesmas dan Apotek yang telah ditetapkan depkes maupun Good 

Pharmacy Practice. Khususnya di fakultas farmasi universitas ini, karena ada 2 

peminatan yaitu peminatan Farmasi rumah sakit dan peminatan Farmasi lndustri. 

. ' 

Tentunya untuk peminatan farmasi Rumah sakit, mereka lebih banyak diberikan 

ilmu ilmu yang terkait dengan praktek kefarmasian di Rumah sakit maupun di 

-261

Apotek. Mereka dibekali ilmu yang bersifat wajib, seperti Kapita selekta 

farmakoterapi, Kefarmasian Klinis, Farmasi Rumah sakit, Teknik Komuni~asi, 

Perundang undangan, kewirausahaan maupun manajemen Farmasi Ko~unitas. 

Sedangkan yang bersifat pilihan, mahasiswa boleh memilih sesuai minatnya, ada 

yang bersifat pilihan umum seperti Ekonomi Farmasi, Bioteknologi farmasi, Terapi 

komplementer, maupun pilihan khusus Rumah sakit seperi Psikologi Kesehatan, 

CPOB, dan Herbal Medicine. Selain itu calon apoteker 

juga dibekali praktek 

lapangan baik di Apotek maupun Rumah sakit. Begitu juga peminatan Farmasi 

lndustri, calon apoteker dibekali ilmu yang berkaitan dengan praktek kefarmasian 

di lndustri. 

Dalam rangka pemenuhan ketentuan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 dan PP 

Pekerjaan Kefarmasian No. 51 tahun 2009, dimana Apoteker yang berpraktek di 

rumah sakit maupun di apotek akan banyak bertatap muka dengan konsumen, 

sehingga Apoteker dituntut profesionalismenya, dan menjadi tempat konsumen 

untuk bertanya yang berkaitan dengan obat. Sehingga kompetensi Apoteker dalam 

hal farmakoterapi akan sangat diperlukan untuk profesinya baik di RS maupun 

Apotek. 

Apoteker harus meningkatkan kualitas dan kemampuannya agar dapat 

mengembangkan pelayanan kefarmasian sesuai standart/pedoman pelayanan 

kefarmasian maupun Good Pharmacy Practice. Tuntutan yang berkaitan dengan 

hal tersebut adalah kompetensi di bidang teknologi baik komunikasi maupun 

teknologi informasi dengan internet, tersedianya sofware yang berkaitan dengan 

obat. Tuntutan lain adalah studi berkelanjutan yang harus dilakukan oleh apoteker, 

seperti seminar, pelatihan dan mengikuti journal journal terbaru yang berkaitan 

dengan obat. Apoteker harus siap menjadi center dalam praktek kefarmasian baik 

di Apotek, Puskesmas maupun Rumah sakit. 

PT Farmasi 3 

~ 

Situasi praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek pada saat ini 

berkaitan dengan PP no 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian sangat bervariasi 

sekali kalau kita lihat situasinya jadi kalau ada tempat yang SDM nya sudah 

.... 

262

concern terhadap standard dari pemerintah mereka lebih care. Ada yang sudah 

memenuhi PP ada yang belum, namun standar tersebut bukan tidak mungkin 

untuk dicapai, tapi saya rasa perlu waktu dan sosialisasi yang cukup intens!f. 

Kompetensi apoteker saat ini dalam melakukan praktek juga bervariasi, 

Apoteker lulusan lama sudah ada sebagian yang gelisah karena kompetensinya 

tidak pernah di upgrade sejak lulus dibandingkan lulusan apoteker baru, karena 

bekal yang didapatkannya pun berbeda pada saat kuliah. Untuk kemampuan 

masih sangat memungkinkan 

Mulai dari level S1 sudah mulai dikenalkan bagian-bagian dari pekerjaan 

kefarmasian, sudah mulai terbagi 2 peminatan yaitu farmasi industri dan klinis. 

Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan profesi apoteker dengan pembagian 

yang lebih semu, lebih kepada beban waktu praktek, secara konten masih general. 

Klinis lebih strong mulai dari farmasi klinis dan pelayanan informasi obat mulai dari 

mengumpulkan informasi, mamanfaatkan informasi dan mendiseminasikannya 

sudah dimulai sejak S1, ditambah dengan praktek, menangani gejala dan latihan 

berkomunikasi dengan pasien pada kasus-kasus yg terjadi di komunitas hingga 

memecahkan problem. 

S1 sudah ada farmasi klinis 1 dan 2, dimantapkan untuk program apoteker lebih 

banyak mengundang praktisi dilapangan. Program profesi apoteker hanya 3 bulan 

selebihnya praktek profesi, karena sebagian teori sudah dimantapkan di S1. 

lnstansi untuk praktek profesi meliputi industri (2 minggu atau 2 bulan), apotek (6 

mggu), RS (1 atau 2 bulan), Badan POM (1 bulan), Dinkes dan Puskesmas (1 

bulan). 

Kompetensi dalam bidang klinis yang lebih aplikatif 

Manyadari kebutuhan Apoteker sehingga muncul kemampuan untuk 

mengimprove pengetahuan 

Kurikulum pendidikan farmasi selalu di improve, namun tetap menyesuaikan 

dengan program IAI, standar kompetensi yg sedang disiapkan. Program apoteker 

sangat diuntung dengan adanya penyusunan standar kompetensi 

. ~ 

... 263

Hambatan lebih banyak pada jumlah pendidik, karena rasio yang lebih kecil 

antara pendidik dan mahasiswa akan lebih baik. Untuk pengetahuan, suda~h 

sarana untuk sharing pengetahuan melalui peer group. 

. 

Hambatan bagi peserta didik adalah waktu praktek, butuh praktek lebih lama, 

selain itu juga perlu meningkatkan kualitas diskusi dan bimbingan bagi mahasiswa 

profesi. 

Dari S1 sudah mulai dikenalkan dengan sosial farmasi, manajemen pada 

program S 1 dan Apoteker dengan praktek terjun langsung ke komunitas-komunitas 

masyarakat dan kewirausahaan pada program S1, ilmu komunikasi pada program 

apoteker, ilmu kesehatan masyarakat, leadership, akuntansi dan KIE pada 

program apoteker. 

Universitas departemen pendidikan berkelanjutan yang berada dibawah PIO 

sebagai wadah bagi apoteker untuk mengimprove pengetahuan. Bekerjasama 

dengan IAI dalam setiap pertemuan. 

ada 

PT Farmasi 4 

Situasi praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek pada saat ini dalam 

masa transisional, Perguruan tinggi meluluskan apoteker dan secara mutlak 

apoteker mempunyai hak praktek. Mindset yang harus diciptakan adalah apoteker 

praktek, nanti setelah bekerja harus ditata ulang kembali. 

Kompetensi apoteker dalam praktek kefarmasian di RS, apotek dan puskesmas 

mutlak diperlukan. Alasannya adalah banyak PTF dengan akreditasi berbeda akan 

menghasilkan lulusan yang bervariasi. Akreditasi oleh BAN PT hanya administratif, 

sehingga lulusan bervariasi. Kurikulum nasional APTFI hanya 40% dari SKS, 

60%nya bervariasi, juga nama mata kuliah dan SKS sama belum tentu kualitas 

sama tergantung kualitas dosen. 

Kompetensi yang diberikan bertujuan agar lulusan mampu melihat sistem, ada 

perundangannya, dan mampu melakukan pekerjaan kefarmasian, menerapkan 

sistem informasi, mengimplementasikan asuhan kefarmasian dan peduli pada 

. ~ 

... 

264

masyarakat serta mampu menyusun practice business plan. Kurikulum disusun 

bersama dengan organisasi profesi 

Program tahun 1 meninjau dari sisi mekanisme obat, penatalaksanaan terapi, 

. 

implementasi praktek penanganan kardiovaskular, dari aspek pasien, patient care 

dan manajemen terapi. Program berikutnya praktek profesi secara benar termasuk 

mengenal sistem yang berangkat dari identifikasi masalah bekerja sama dengan 

himpunan seminat. 

Penyesuaian kurikulum akan dilakukan setelah Juknis/permenkes tentang PP 

51/2009 keluar. Saat ini yang akan dikembangkan adalah spesialisasi apoteker, 

diantaranya farmasi onkologi dan pediatrik. Kurikulum diharapkan melahirkan 

kompetensi sebagai apoteker spesialisasi terkait dengan lisensi. Hal ini akan diatur 

bersama dengan asosiasi profesi. Pengembangan kompetensi juga akan dilakukan 

setelah ada standar kompetensi nasional yang akan ditetapkan IAI. 

mengembangkan Continuing Profesional Development Unit, masa transisional ini 

pendidikan program apoteker membuat MOU dengan himpunan seminat. Calon 

apoteker diharapkan dapat berpraktek dengan benar di apotek dan berhubungan 

langsung dengan masyarakat, termasuk melakukan konseling dan homecare 

dengan pendamping APA dari apotek tempat praktek. MOU ini berusaha 

menciptakan preseptor kepada calon apoteker, untuk mencontoh cara berpikir dan 

melakukan praktek profesi yang ideal. 

Apoteker harus komitmen diri yang diikuti dengan keyakinan seperti dokter dan 

perawat yang sejak kuliah sudah dibekali komitmen dan keyakinan untuk melayani 

masyarakat secara langsung sesuai dengan standar/pedoman pelayanan 

kefarmasian maupun Good Pharmacy Practice. 

Penyesuaian kurikulum diperlukan untuk mengawal pelaksanaan PP 51/2009. 

PP 51/2009 merupakan harapan untuk kemajuan profesi apoteker, jika tidak 

dikawal sejak awal, salah satunya adalah dengan penyesuaian kurikulum dan 

perubahan mindset lulusan apoteker, maka PP 51 akan sulit dijalankan. Kurikulum 

. ~ 

adalah seni mencapai kompetensi. 

PT 

265

Hambatan/kendala yang 

ada dalam pengembangan kompetensi adalah 

hambatan internal seperti komunikasi, kendala variasi mutu lulusan, karena ~ setiap 

PT akan menghasilkan lulusan yang berbeda, walaupun judul mata ~uliah dan 

jumlah SKS sama, namun isi dan kedalaman materi yang diberikan akan berbeda 

di tiap-tiap PT. Oleh karena itu diperlukan uji kompetensi apoteker se Indonesia 

untuk mendapatkan lisensi yang bertujuan melindungi masyarakat. Uji kompetensi 

merupakan pengakuan dan kewenangan terhadapa apoteker untuk melakukan 

praktek profesi sekaligus meningkatkan mutu lulusan apoteker 

llmu non farmasi yang dibutuhkan untuk melakukan praktek kefarmasian di RS, 

Puskesmas dan Apotek antara lain humaniora, komunikasi personal, ilmu perilaku, 

ilmu marketing dan manajemen. Yang sudah ada dalam kurikulum adalah ilmu 

komunikasi, ilmu marketing dan manajemen. Komunikasi meliputi komunikasi antar 

profesi dan keterampilan teknis. llmu marketing dan manajemen terutama 

diperlukan untuk mengambil keputusan. 

Dalam rangka pendidikan berkelanjutan dilaksanakan magang dan uji 

kompetensi setelah lulus pendidikan apoteker untuk meningkatkan jaminan mutu 

lulusan apoteker. Rencana pendidikan berkelanjutan akan dikembangkan 

bekerjasama dengan IAI. 

PT Farmasi 5 

1. Situasi praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek pada saat ini 

berkaitan dengan PP no 51/2009 tentang pekerjaan kefarmasian 

Kalau di RS kelihatan sudah mengarah kesana. Puskesmas belum, yang paling 

parah di sebagian apotek. Pendekatan IAI dengan pemaksaan sertifikasi, 

pemerintah dengan implementasi legislasi, sekolah dengan pengembangan SDM 

yang kompeten. 

2. Kompetensi apoteker saat ini dalam melakukan praktek kefarmasian di RS, 

Puskesmas dan apotek. Apakah sudah mempunyai , kemampuan dan 

kompetensi sesuai standar dalam rangka memenuhi ketentuan UU tentang 

kesehatan no 36/2009 dan pp 51 tentang pekerjaan kefarmasian? 

. ~ 

~ 

266

Di puskesmas belum banyak yang ada apotekernya. Di apotek sebagian 

apoteker masih belum. Perlu belajar bareng, membentuk kelompok-kelqmpok. 

Peningkatan kompetensi untuk apoteker lulusan lama lebih baik dalam bentuk 

kelompok studi akan tetapi yang menjadi masalah adalah kemauan dan kesadaran 

dari yang bersangkutan, sedangkan untuk apoteker baru sudah ada apotek-apotek 

pendidikan. 

3. Kompetensi yang diberikan calon apoteker di bidang pelayanan kefarmasian 

agar mampu melakukan standar pelayanan disini adalah program farmasi klinik 

dan komunikasi, sosial farmasi juga dibutuhkan. Di bidang farmasi klinik dan 

komunikasi ini diharapkan mempunyai keunggulan disana dalam memberikan 

pelayanan obat ke masyarakat. Di dalam prosesnya mendorong mahasiswa untuk 

magang sejak mereka menjalani pendidikan bukan kerja praktek, 

karena 

ketrampilan diperoleh dari pengalaman di lapangan. Dan sewaktu menjadi 

mahasiswa adalah kesempatan terbaik belajar dengan siapa saja. Kalau sudah jadi 

apoteker malu bertanya ke AA. Kalau mahasiswa bisa tanya ke siapa saja dengan 

harapan setelah selesai mereka mempunyai pengetahuan yang jauh lebih baik dari 

lulusan - lulusan lama. Magang tidak wajib, tapi diakomodir SKS nya, di sekolah 

farmasi diberi wadah, mata kuliah optional. Magang boleh dimana saja, di 

pemerintah boleh. 

Penjurusan sudah dimulai pada tahun ke 2, pindah jurusan boleh tapi dengan 

konsekuensi mengambrl SKS lagi, yang diakui berapa SKS, yang harus diambil 

berapa SKS. Misalnya pelajaran farmakognosi, untuk jurusan farmasi 

klinis/komunitas berbeda dengan jurusan Science. Jurusan farmasi klinis supaya 

mereka mempunyai kemampuan menggunakan sedangkan jurusan science 

kemampuan membuat, menganalisis dsb, bagaimana mengevaluasinya. Jurusan 

farmasi klinis juga tahu misalnya yang diinformasikan, tujuannya agar tidak ditipu 

ternan sendiri, tapi scientificnya tidak ditekankan, kalau nggak tahu bisa ditipu 

ternan sendiri. 

. ~ 

Dari yang menarik dari bakat ternyata kita dalam menjuruskan mereka 

berdasarkan talenmetik jadi ada delik meta fisika yang menekuni bakat, pandangan 

267

mereka tidak ada manusia jelek. Cuma bakatnya ada dimana. Kita telah 

melakukan penelitian dengan ambil model yang sukses di bidang klinik kita kasih 

formulir, mengembalikan semua dengan cepat. Bukan hanya mengembalikan, 

mengomentari, mengkritisi itu form jelek nggak cocok untuk pengajaran, punya 

saya lebih baik, saya diberi referensi itu. Tapi kalau dari model science, dikirimi 

form, sudah di telp tidak ada yang kembali, modelnya ignore. Mungkin empatinya 

kurang, jadi ketahuan kalau orang yang cocok masuk kesana orang dengan bekal 

empatinya tinggi, kalau yang ini time is money. Kalau saya mengerjakan ini 

perusahaan akan dapat apa. 

Jadi kita baca bakat mereka, kita tidak memaksa tapi kita rekomendasikan ini 

lho bakatmu. Pemisahan jurusan dilakukan pada tingkat pertama supaya mereka 

mengenal bakatnya sendiri, jangan sampai telat kalau mereka mau 

mengembangkan bakatnya. 

4. Kompetensi yang akan dikembangkan 

Kompetensi di apotek 

Kompetensi yang perlu ditingkatkan : Farmako ekonomi, farmako epidemiologi, 

komunikasi, farmakoterapi, sosial farmasi. 

5. Hal hal untuk meningkatkan kualitas agar dapat mengembangkan pelayanan 

kefarmasian 

Sesama apoteker membentuk kelompok, sesama apoteker belajar bareng di 

lapangan, masalahnya mau apa tidak. Apoteker yang sudah senior mau nggak 

mau menekuni apotek. 

Model yang bagus yang dilakukan apoteker suatu RS tertentu dengan membuat 

apotek koperasi. Bisa dijadikan kawah condrodimuko. Jadi mahasiswa dapat 

belajar banyak, kita harapkan seperti itu. 

Apoteker perlu belajar bareng, kalau yang baru-baru, mulai lulus pendidikan 

kalau mau menekuni jangan segan-segan belajar, kalau di lapangan jangan takut 

dengan pasien. Terus terang kalau pengetahuan hal itu ada di lapangan. Kalau kita 

nggak sering bergaul, nggak sering mengalami ya nggak terus bergaul atau 

. ~ 

.. 

268

mengalami ya nggak bisa. Dokter lebih enak sakit tertentu obat a,b,c dan 

sebagainya. Apoteker melayani berbagai macam obat. 

~ 

Di Semarang telah merintis. Perlu belajar bareng, jadi kalau di lapangan tidak 

takut dengan pasien. 

6. Penyesuaian kurikulum 

Penyesuaian kurikulum belum dibutuhkan, tetapi perlu kerja sama dengan PT 

luar negeri dengan arah ke farmasi klinis antara lain juga dengan studi dosen ke 

LN untuk program klinis (S3). Dalam hal ini kadang komersialisasi tempat kerja 

praktek mahasiswa yang menjadi kendala. Pemisahan jurusan di semester 3. 

7. Hambatan/kendala 

Masalahnya pada umumnya apoteker sudah mapan, suami kaya, yang laki-laki 

punya penghasilan lain yang tidak kalah menarik. Jadi punya apotek sendiri 

merupakan salah satu alternatif. Tapi ada yang punya banyak apotek, dari segi 

bisnis berhasil, tetapi dari segi profesi kefarmasian belum tentu. 

8. llmu non farmasi 

Terus terang ilmunya dari pengalaman. Tambahan materi untuk farmasi klinis 

adalah ilmu gaullkomunikasi dan pembelajaran aktif (praktek), pendidikan 

berkelanjutan untuk yang junior cepat. llmu manajemen sudah diberikan dan 

pengenalan IT sesungguhnya juga tidak dibutuhkan karena paparan yang begitu 

luas. 

9. Pendidikan berkelanjutan 

Di provinsi ini IAI punya sekretariat, punya produk banyak. Seminar sering 

dilakukan dengan tarif gaul, hanya untuk kumpul-kumpul, sudah menuju ke arah 

yang baik. Sekarang banyak seminar-seminar dengan tarif mahal. Sekarang tarif 

sertifikasi terlalu mahal. Saran saya kalau mau terjun di komunitas, ilmu 

dagangnya harus kuat, ilmu pengetahuan tentang obat juga kuat. Kalau angkatan 

lama nggak bisa baca resep. 

~ 

.... 

269

PT Farmasi 6 

1. Situasi praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek pada saat ~ ini 

berkaitan dengan PP no 51/2009 tentang pekerjaan kefarmasian 

Pada prinsipnya sudah. Di RS dan \ndustri sudah. Perlu pentahapan untuk 

melakukan standar pelayanan di unit-unit pelayanan. Pendidikan perlu orientasi 

pasar pada generik name, setelah di pelayanan di dunia sebenarnya perlu praktek. 

Masih minim. Masalah sebenarnya kendala kemampuan bagaimana memberikan 

"income". Kalau" income" cukup, tetapi sekarang kan "income" belum mencukupi. 

2. Kompetensi apoteker saat ini dalam melakukan praktek kefarmasian di RS, 

Puskesmas dan apotek 

Kompetensi sudah memadai. Apotekerkan sudah diberi bekal kompetensi untuk 

terjun langsung, kalau kemampuan manajerial setelah terjun 1 bulan sudah 

mampu. Kalau sekarang tinggal memasukkan wadah, maka sekarang lebih ke 

pelayanan. Dulu membuat macam-macam. 

Apakah sudah mempunyai kemampuan dan kompetensi sesuai standar dalam 

rangka memenuhi ketentuan UU tentang kesehatan no 36/2009 dan pp 51 tentang 

pekerjaan kefarmasian 

Sudah, kalau terjun ke lapangan, bidang manajerial praktek 1 bulan sudah mampu. 

Kompetensi apoteker juga tergantung pendidikan dimana, ditempat lain masih ada 

yang mengadakan program ekstension sabtu minggu. Disini reguler. Untuk 

penyelenggaraan program profesi/Apoteker harus ada persyaratannya. Pengawas 

pendidikan harus berjalan. Tapi masalah kebijakan/pengguna adalah 

kemenkes/kesehatan, maka harus ada koordinasi antara depkes dengan 

depdiknas. Yang melakukan pendidikan apoteker ada 23 PT di provinsi ini, yang 

ada program apoteker ada 4. Barangkali mungkin kemkes bisa memberi masukan 

juga karena sebagai pengguna supaya pendidikan benar-benar bisa 

menyelenggarakan, karena sekolah farmasi 4 tahun rasanya cepat sekali, 

. 

sekarang bahkan ada yang menyelenggarakan kurang dari 4 tatlun, bukan maksud 

menjelekkan sekolah lain. Maka harus diawasi karena kalau tidak dibina bisa 

merusak profesi. Kalau dibinakan mereka juga bisa menjadi baik. Sekolah 

270

akreditasi C, belum bisa menyelenggarakan apoteker. Karena mereka sudah AA, 

jadi dianggap pendidikan bisa dipercepat. 

Sebetulnya kemkes sudah mengatur, tahun 2010 harus 03 Farmasi, tetapi SMK 

. 

Farmasi bermunculan dimana-mana, hampir ada di semua kecamatan. Masingmasing 

apotek mulai kebingungan mencari AA susah, tapi lulusan SMK tidak 

memenuhi kriteria AA. 

3. Kompetensi yang diberikan calon apoteker di bidang pelayanan kefarmasian 

agar mampu melakukan standar pelayanan 

Sudah mengarah kesana (ke standar pelayanan kefarmasian). Kemarin ada 

RTD dengan Binfar Alkes untuk memasukkan mata kuliah farmakoterapi sama 

penggunaan obat yang rasional. 

4. Kompetensi yang akan dikembangkan 

Untuk kurikulum yang baru sudah sudah memasukkan farmakoterapi dan 

penggunaan obat rasional. Sudah sampai farmako ekonomi. Pendidikan 

apotekerkan cuma 1 tahun, jadi 5 tahun. Harus benar-benar menguasai. Tapi 

kemkes diharapkan turut membina dan mengawasi/mengamati. 

PT negeri terkemuka penjurusan masih setengah-setengah, jadi disini 

belum 

melakukan. Dari TA mereka untuk peminatan sudah diarahkan. Kita masih 

memegang prinsip kesana(lama) sebagai lembaga pendidikan yang masih muda 

belum terlalu lama, pada prinsipnya asal masih bisa eksis itu saja dulu. 

Lulusan ada di pelayanan, industri dan sebagainya. Kalau dulu industri itu seolah 

olah trade mark nya PT tertentu, alumni PT ini juga bisa eksis di industri. Kalau 

lulusan sini terus terang saja di pemerintahan, di Dep Hukum dan HAM ada, 

diseluruh latfial ada, Badan POM. Sudah masuk kemana-mana bahkan ada 

industri yang semua apotekernya alumni sini. 

Kompetensi yang perlu ditingkatkan. 

Sebetulnya kompetensi sudah cukup, hanya mungkin yang masih jadi ragu-ragu 

sekarang itu apa-apa pekerjaan berhubungan dengan imbalan. Sebetulnya hanya 

. ' 

masalah teknis saja. lmbalan memadai mereka akan menekuni profesi. Kadangkadang 

karena pemilikan apotek belum milik apoteker sendiri, kadang-kadang 

.. 

271

anyak pengusaha apotek ingin apoteker tidak usah datang saja. Kenyataan begitu 

inilah kendala tetapi kalau kemampuan kompetensi sudah memadai. Di daerah ini 

~ 

biasanya menetapkan pertama standar gaji 1 ,5 juta sama dengan di kota. Evaluasi 

terhadap aturan tentang standar gaji yang telah ditetapkan. Kalau nggaf< nurut, 

namanya manusia ada saja. Kadang-kadang kalau murid sudah menulis 

diperjanjian sekian, dibawah tangannya lain, mau apa?, kita ingin melindungi tapi 

mereka melanggar bahkan ketika diterapkan aturan harus ada apoteker 

pendamping, gaji apoteker dibagi dua ada yang bersedia. 

Sebetulnya karena apoteker itu kebanyakan ibu-ibu. lbu-ibu ini sudah mendapat 

penghasilan dari bapak-bapak jadi, ibu-ibu ini bekerja hanya sebagai hiburan saja. 

Tetapi yang mengherankan pertumbuhan apotek begitu banyaknya, setiap bulan 

tanda tangan rekomendasi rata-rata 40. Daerah sini masih mengatur jarak, yang 

lain tidak. Kita kebijakannya, kita buat rata dulu, kalau sudah merata baru kita kaji 

lagi, evaluasi lagi baru dibuka lagi lokasi untuk pendirian apotek. 

Penerapan apotek 2 apoteker sebenarnya bisa. Di kota tertentu begitu apotek 

berdiri, sudah disyaratkan 2 apoteker, ada apoteker pendamping. Tapi masih ada 

celah-celah gaji di bagi dua. 

5. Hal hal untuk meningkatkan kualitas agar dapat mengembangkan pelayanan 

kefarmasian 

Organisasi IAI sudah aktif, pembinaan ada, setiap pertemuanapoteker sesalu 

ada pertemuan ada SKP. IAI mengadakan pertemuan rutin, atau tidak nggak 

masalah, kalau bekerja harus mengembangkan diri. Jadi masalahnya biaya. Nara 

sumber bisa dari mana-mana. 

6. Penyesuaian kurikulum 

Kita mengharapkan semacam keseragaman pendidikan mohon menjadi 

perhatian. Sudah membuat standar, tapi pelaksanaan kadang-kadang bukan 

sesuai standar. 

Mengenai kurikulum mengikuti APTFI, yang pokok, tapi kalau kit~ menambah demi 

mendapat nilai lebih kita lakukan. 

• ' 

272

Kalau mengikuti asosiasi sudah memadai, tapi pada prakteknya bagaimana? 

Contohnya sangat bisa dibedakan antara lulusan Jawa dan luar Jawa sangat- 

~ 

sangat berbeda. Ku rikulum asosiasi sudah diikuti oke sudah, tapi kalau prakteknya 

tidak bagaimana?, Waktu menguji dari luar PT ini, misalnya spektro teori' diberi, 

praktek tidak karena keterbatasan alat-alat untuk praktek tidak tersedia, meskipun 

praktek itu wajib. Sekali lagi penguasa penguasa pendidikan supaya mengarahkan 

mereka untuk memenuhi standar profesi hendaknya dijalankan. 

IAI kemarin juga 

dibahas ada masalah-masalah untuk menunjang merekomendasikan kompetensi. 

Permasalahan sebetulnya penyelenggara pendidikan memang harus ada 

kemauan, misalnya spektro bisa beli yang murah, tidak perlu Zhimadsu, mesin 

tablet juga ada yang murah, tidak mahal ada yang 25 juta buatan taiwan, buatan 

dalam negeri juga ada. 

7. Hambatan/kendala 

• Pengajar yang kurang kompeten, sarana dan prasarana yang kurang 

• PT Farmasi kadang-kadang pengelola bukan orang farmasi jadi pola pikir ke 

arah itu tidak ada 

• Sarana, misalnya di Pandeglang ada PT Farmasi, dari kota 40 km , kampusnya 

dekat hutan. Mau kerja sama dengan PT ini tapi kelihatannya untuk mengikuti 

berat. Bisa dibayangkan, kalau disini cari dosen orang profesional dari pabrik 

ada, PT lain ada. Kalau kota kecil seperti itu, apoteker yang disana itu pada 

waktu lulus, lulusnya katut, setengah lulus atau lulusnya cum laude. 

Bayangkan, tapi direkrut jadi dosen. Tetep saja yang lebih baik di kota karena 

dosennya bisa dari berbagai PT negeri terkemuka dan masih. terjangkau. 

Bahkan saya dengar di Palembang dosennya dosen terbang dari Gina. Banyak 

yang mengajar juga dari Kemkes yang waktunya banyak di pemerintahan. 

Waktu tatap mukanya berapa kali? Maka kalau mau menerima apoteker dilihat 

juga ijazah S1nya. Yang dialami disini, kita untuk meningkatkan kemampuan 

mereka (lulusan PT lain) perlu waktu 1 tahun, selain pendidik,an apotekernya. 

~ 

Untuk melanjutkan apoteker disini harus mengikuti tes dulu. ' Kalau di PT negeri 

• mereka menuntut IPK 3, kalau disini 2,5, tapi kita uji. Oleh karena itu mungkin 

273

dari Litbang mungkin bekerja sama dengan memberi masukan kepada APTFI 

bagaimana dalam waktu pengawasan itu bisa bekerja sama dengan kemkes. 

~ 

Kalau nggak salah daerah tertentu ada farmasi klinisnya, dosen honorer nggak 

masalah yang penting komitmen mutu dosennya. Tatap mukanya berapa kali, 

lalu diberi hand out. T erus terang saja kita batasi. Kalau mau terima banyak 

banyak bisa saja, tapi konsekuensinya honor kita perhitungkan, kalau nggak 

datang ya ada sanksinya. Profresionalnya harus ada. 

8. llmu non farmasi 

Kalau kita memberi ilmu non farmasi terlalu banyak, nanti ilmu farmasinya tidak 

kebagian. Ujung-ujungnya tergantung kemampuan masing-masing orang. 

Meskipun ada materi kuliah komunikasi, kewirausahaan, manajemen, farmasi 

ekonomi sks 2-3 . 

9. Pendidikan berkelanjutan 

• Kerja sama dengan asosiasi PT 

• PNS sebagai APA apakah masih bisa dipertahankan 

Harapan kami 

Kami orang-orang pemerintahan kan pemegang kebijakan, orang farmasi mau 

tidak mau kan lingkungan kemkes. Oleh karena itu kalau kemkes ada apa-apa 

para pendidik dilibatkan. Koordinasi harus ada. Pola pemikiran kan harus begitu. 

Jadi apa-apa harus dilibatkan. 

274

LAMPIRAN 29 

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN IKATAN APOTEKER INDONESIA 

IAI Provinsi 1 

Kuantitas Apotek cukup, Puskesmas kurang/sangat kurang kecuali di daerah 

tertentu baik, Rumah Sakit: sudah cukup sesuai persyaratan lama sebelum UU 36 

dan PP51. Dari seluruh apoteker yang ada di provinsi ini 78%nya berada di 

Apotek. 

Setiap tahun lulusannya dari provinsi ini sekitar 800 Apoteker, dan 10% nya 

menetap disini dan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan daerah. 

Disini berusaha memaksa ternan-ternan yang tidak serius bekerja di Apotek 

supaya mengundurkan diri dengan cara tidak memberikan rekomendasi, sehingga 

dosen-dosen dan PNS pelan-pelan melepaskan apotek. Domain dan persepsi 

pemerintah mesti diluruskan. 

Apoteker lulusan baru tidak nyambung dengan kebutuhan user, masih butuh 

masa transisi/penyesuaian, harusnya tidak begitu. Apoteker adalah tenaga 

kesehatan tapi tidak siap kerja karena kurikulumnya tidak nyambung. Di PT 

bebannya terlalu berat, semua-semua dipelajari. Apoteker yang sudah kerja 

sebagian besar masih hanya mengurus managing drug supply, sangat jarang 

untuk farmasi klinis dan pharmaceutical care. Kalau Apoteker umumnya managing 

drug suppy maka tidak ada apa-apanya. Salut buat RS tertentu yang farmasinya 

klinisnya sudah dihargai setara dengan dokter ahlinya. 

Harus mengantisipasi sistem asuransinya, semua faskes ada jasanya. Apoteker 

dapat dari mana? Harapannya asuransi sudah mau bay~r jasa apoteker. 

Kompetensi klinis saat ini secara umum masih kacau. 

Bila apoteker hanya memenuhi segi manajemen saja yang hanya merupakan 

bagian kecil. Yang lebih penting adalah bagaimana obat itu dapat digunakan oleh 

man usia. 

. ~ 

275

Keberadaan apoteker secara hukum sudah diterima. Dari segi pemilik modal, 

pemerintah dan masyarakat disini sudah bisa menerima. Masyarakat disini sudah 

~ 

sering bertemu dengan apoteker. 

. 

Keberadaan dari seg i penghargaan/materil, contoh: UMR 700 ribu, Gaji apoteker di 

Apotek Rp.1.650.000,- 

Boleh kerja di 2 tempat, kalau di 2 tempat gajinya sebagai Apoteker pendamping 

Rp.1 .150.000,- per apotek, jadi totalnya sekitar 3 juta/bln. 

Keberadaan di tengah tenaga kesehatan lain: sudah diajak bicara, 

dipertimbangkan. Contohnya di BKKBN dan lembaga lain. 

Bisa magang selama 6 bulan di RS tapi harus lulus test, karena juga dibayar. 

Ada niat bahwa peran Apoteker harus dijadikan strategis kedepannya, dapat 

diwujudkan pelan-pelan dengan mengubah dari dalam dulu. Contoh: self 

dispensing, dokter sulit untuk didebat, jadi Apotek harus ada apotekernya selalu. 

Benahi sistem kompetensi, sudah ada sejak 2006 (bukan PUKA), mewajibkan 

kehadiran Apoteker di Apotek, Continuing education setahun 3 x melalui 

pelatihan2, dan gratis. 

Branding Apoteker: 2007: ada spanduk yang menyebutkan "pastikan anda 

bertemu dengan apoteker" . 

Upaya untuk mempromosikan apoteker: 

2007: Acara Radio, kerjasama radio dengan IAI mengenai masalah obat. 

Rating cukup baik, bisa sampai 12 orang yg bertanya tiap jamnya. 

Kerjasama dengan PT. Mereka butuh tempat praktek. Sayar 150 ribu/ 

orang. Tanggung jawab universitas untuk membina calon apoteker. 

Buat SOP dan sudah jadi. Keberadaan medication record menjadi wajib untuk 

pelaksanaan PP51. PBF disini harus ada Apotekernya, sudah ada 30% yang 

mengikuti. 

Fokus utama klinis dan Apoteker harus bertemu dengan pasien. 

Adanya perubahan kurikulum. Prakteknya jadi 10 bulan: 6 bulan di RS dan 4 

. ' 

bulan di Apotek. 

276

Pemerintah harus konsisten dalam hal: pelayanan farmasi harus dilakukan oleh 

Apoteker. 


Jika berdasarkan standar kompetensi, knowledge sudah memadai, namun 

sikap dan perilaku masih kurang, terutama untuk apoteker yang masih 

bekerjasama dengan PSA, attitude yang berkaitan dengan etik masih perlu 

ditingkatkan karena belum terpahami dengan baik oleh Apoteker. Beberapa apotek 

sudah punya, tetapi perlu azas legalitas. SOP harus dibuat longgar agar tidak 

dipakai oleh POLRI atau LSM untuk menuntuit apoteker dalam malpraktek. 

Standar kompetensi diambil dari farmasi singapura dan Australia karena lebih 

dekat dengan keadaan Indonesia. 

Eksistensi apoteker hanya dapat terlihat oleh stakeholder, dari sisi organisasi, 

eksistensi apoteker sudah cukup baik, namun dari sisi masyarakat masih kurang 

terutama dari segi sikap dan perilaku. 

Peran organisasi IAI dalam pembinaan dan pengembangan profesi farmasi 

antara lain : 

• Melakukan berbagai pelatihan seperti pelatihan SPO (standard prosedur 

operasional), pelatihan komunikasi dalam asuhan kefarmasian yang berguna 

untuk melakukan patient assessment yang sudah mencakup seluruh provinsi. 

SPO adalah manifestasi dari GPP, IAI mengadop dari WHO. 

• Mengkoordinir himpunan-himpunan seminat seperti HISFARSI (Himpunan 

Seminat Farmasi Rumah Sakit), HISFARMA (Himpunan Seminat Farmasi 

Komunitas), HISFARIN (Himpunan Seminat Farmasi lndustri) dan HISFARDIS 

(Himpunan Seminat Farmasi Distribusi). 

• IAI mendorong apoteker untuk menerapkan SPO dalam pelaksanaan GPP di 

apotek. 

• Melakukan penyusunan standar kompetensi yang dilakukan untuk melakukan 

. 

uji kompetensi dan menyusun kurikulum di perguruan tinggi farmasi. 

• Merancang sistem stratifikasi apoteker melalui program magang bagi apoteker 

baru, mengumpulkan portofolio paling tidak selama 5 tahun untuk mengikuti 

277

CPO (Continuing Profession Development) dan sistem kredit dengan penilaian 

menggunakan tools PMR (Patient Medication Record) yang akan dilakukan 

~ 

oleh Komite Farmasi Nasional 

• SOP sedang dikembangkan untuk ditetapkan oleh menteri kesehatan 

IAI telah mengembangkan : 

• HISFARIN (himpunan farmasis industri) 

• HISFAROIS (himpunan farmasis distribusi) akan dikembangkan karena adanya 

pp 51/2009 

• HISFARSI (himpunan farmasis rumah sakit) 

• HISFARMA (himpunan farmasis masyarakat) 

• Himpunan R & 0 industri tidak tercantum dalam PP 51/2009 

IAI sudah mengembangkan penerapan prosedur magang di apotek dengan 

memberi kesempatan yang seluas-luasnya pada eaton apoteker untuk melakukan 

praktek profesi seeara benar dengan pendampingan dari APA di apotek tersebut 

termasuk melakukan homecare, hal ini dimaksudkan sebagai preseptor bagi para 

eaton apoteker. 

Berkaitan dengan kompetensi yang perlu untuk dikembangkan dalam rangka 

memenuhi ketentuan UU Kesehatan no 36/2009 dan PP Pekerjaan Kefarmasian 

no 51/2009 berpulang pada diri apoteker masing-masing, profesi harus mampu 

menilai diri sendiri, earanya adalah dengan melakukan evaluasi diri. 

Kompetensi yang harus dikembangkan adalah yang berhubungan dengan 

pekerjaannya saat ini dan diwadahi dalam himpunan-himpunan seminat, 

eontohnya untuk Hisfarsi (himpunan seminat farmasi rumah sakit) maka 

kompetensi yang perlu dikembangkan adalah farmasi klinik dan manajemen 

farmasi. Pengembangan kompetensi ini menjadi perhatian dari setiap himpunan 

seminat yang ada di IAI. 

Untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan atau kompetensi apoteker dalam 

rangka memenuhi ketentuan UU Kesehatan no 36/2009 dan ' PP Pekerjaan 

Kefarmasian no 51/2009 dibutuhkan CPO (continuing professional development) 

atau PPB (pendidikan profesi berkelanjutan), harapannya semua apoteker 

.. 

278 

. ~

mempunyai kompetensi yang sesuai untuk melaksanakan praktek kefarmasian. 

Jabatan fungsional apoteker di rumah sakit, apotek dan puskesmas pemerintah 

perlu dikembangkan. SOP dan SDM menyesuaikan diri juknis PP 51/ 2~09 kalau 

sudah ada. Pembuatan PMR (patient medical Record) di apotek dan IAI akan 

mengusulkan PMR sebagai sarana penilaian untuk proses sertifikasi apoteker. 


PP 51 diterapkan bukan hanya kepada apoteker tetapi juga seluruh aparat 

kesehatan, ada peran dokter, ada peran bidan dan lainnya. IAI sudah mencoba 

melakukan sosialisasi dan mengkomunikasikan, namun yang datang belum semua 

apoteker, yang datang pun belum tentu care, ada yg hanya sekedar mengejar 

SKP, Jadi secara jujur saya menyatakan apakah apoteker sudah paham mengenai 

PP51, itu masih menjadi tanda Tanya. lnilah pentingnya organisasi, harus setiap 

saat ada pertemuan dan kegiatan dan tetap melaunching PP 51, IAI 

mengusahakan minimal semua apoteker memiliki bukunya, sehingga setiap saat 

bisa di baca, baik oleh apoteker di bag produksi, pelayanan, dan distribusi jadi 

paham fungsi dan tugasnya. Peran apoteker di PP 51 

sudah berkembang, 

perannya mulai dari produksi, distribusi dan pelayanan, bahkan sudah diperkuat di 

tingkat kelurahan melalui puskesmas. Tetapi lambat laun, mau tidak mau, apalagi 

nanti setelah ada kepmenkesnya, mau tidak mau apoteker akan paham. 

Peran apoteker di pelayanan, terutama di puskesmas masih harus didukung 

oleh pemerintah daerah dan keikhlasan tenaga kesehatan lainnya, Di kota 

belum ada satupun apoteker yang melayani di puskesmas, mungkin daerah belum 

siap, salah satunya masalah penggajian. 

ini 

Hal ini mungkin bisa diatasi dengan 

tenaga PTT, atau apoteker yang baru lulus sebagai salah satu masa baktinya, 

sebagai aplikasinya dalam apoteker pelayanan sesuai dengan PP 51. Secara 

kualitas, apoteker tidak diragukan, begitu juga dengan kuantitasnya, sangat cukup, 

1 tahun bisa meluluskan 1000 apoteker di kota. Apoteker tidak akan kurang jika 

. 

harus masuk ke puskesmas. • ~ 

Eksistensi apoteker di pelayanan, kalau untuk apotek seperti halnya apotek 

tertentu tidak diragukan, namun untuk apotek-apotek lain di swasta, eksistensinya 

279

terutama hanya pada apotek yg dimiliki oleh apoteker, namun apotek seperti itu 

masih sangat kurang. maksimal 5% itupun sudah terlalu banyak, sebagian besar 

apotek masih dimiliki PSA. Nanti setelah PP no.51 dilaksanakan PSA harus 

mundur kebelakang. bukan sebagai pemilik sarana, hanya sebagai pemilik modal, 

Apoteker ya ng menentukan apakah mau profit sharing atau persentase omset, 

PSA tidak boleh ada di apotek karena apotek tidak dimiliki oleh pemilik modal, 

apoteker yg benar2 memiliki apotek, namun apoteker masih boleh berhubungan 

dengan pemilik modal. Pem ilik modal hanya boleh menyertakan modal. Namun hal 

ini masih ta rik ulur. Untuk eksistensi apoteker sekarang tergantung kebijakan 

pemerintah, adakah mekanisme reward and punishmentnya, jika apoteker tidak 

ada di tempat,. Pemerintah harus memberikan law enforcement. Saat ini IAI tidak 

mempunyai kewenangan untuk mencabut izin apotek. Perlu dukungan pemerintah 

sampai sejauh mana organisasi IAI diberdayakan oleh pemerintah. Jlka sudah 

diberikan wewenang oleh pemerintah/dukungan jika organisasi profesi sebagi 

eksekusi, maka IAI tidak akan segan-segan. 

Peran IAI saat ini masih sekedar mensosialisasikan dan melakukan pembinaan 

kepada apotekernya serta menginformasikan bahwa PP 51 adalah landasan 

yuridis formil yang mengangkat eksistensi apoteker dan harus dikembangkan. 

Jangan seperti PP 25 yang akhirnya layu sebelum berkembang. Saat apotek 

adalah milik apoteker, sehingga seharusnya sebagai pintu masuk, karena rasa 

memiliki sudah ada, ijin sudah atas nama apoteker, sehingga peran apoteker harus 

all out di apotek, tidak hanya sekedar nama. 

Pengembangan kompetensi yang dilakukan IAI disebut dengan pendidikan 

berkelanjutan, baru dilakukan dua kali, itupun megap-megap masih ada yg 

berkeberatan dengan biaya, padahal biayanya hanya 300 ribu rupiah, IAI tidak 

mungkin membuat pelatihan dengan biaya yg terlalu murah. Padahal kualitas 

pendidikan yang diberikan luar biasa, orang-orang farmasi klinis. Materinya 

berdasarkan kasus, misalnya gastro. Sebagai bekal PIO yg harus dimiliki oleh 

apoteker. Apoteker harus menguasai klinik, bukan manajerial, untuk melakukan 

PIO apoteker harus mempunyai keberanian dan harus paham, paham penyakitnya 

. ~ 

280

dan paham mekanisme obat-obatnya. terutama obat-obat baru karena paoteker 

tidak pernah mendapatkan informasi obat baru dari pabrikan, yang diinformasikan 

~ 

hanya dokter. Apoteker harus belajar, caranya dengan melakukan workshop, yg 

dibatasi hanya 25 peserta. Yang melaksanakan adalah IAI Cabang, dokumennya 

ada di IAI Cabang. 

PUKA masih perlu , di PT setiap pelantikan apoteker, semua apoteker baru 

dibekali dengan pengenalan organisasi. Materinya padat, berupa UU, Etika, 

struktur lembaga organisasi, namun belum membicarakan kasus. 

Rencana pengembangan kedepan adalah memberdayakan apoteker di pelayanan, 

Jargonnya adalah pharmaceutical care, outcome nya harus kesejahteraan pasien 

untuk beraktivitas. Apoteker harus mampu mengaplikasikannya. IAI Jabar lebih 

meluas dan tidak focus, lebih mengembangkan ke pembangunan pedesaan seperti 

POD, memberi pemahaman langsung ke masyarakat pedesaaan, mengenal peran 

apoteker. IAI menyesuaikan dengan program daerah. Misalnya dengan BKKBN 

yang mempunyai program memasyarakatkan kondom, sasarannya untuk 

memperlambat pertumbuhan penduduk. Kondom lebih fleksibel , dibandingkan KB 

oral atau AKDR. Apoteker bisa berperan dengan memberikan pemahaman 

mengenai alat kontrasepsi kepada masyarakat desa. 

Kompetensi apoteker untuk melaksanakan PP 51, perlu dikembangkan dengan 

melihat fungsi-fungsi apoteker yang ada di PP 51 , misalnya di produksi, distribusi, 

apoteker harus paham mengapa apoteker diberikan peran di PBF, ada tugas 

khususnya, yaitru memantau, mengawasi distribusi obat-obatan, PBF harus logis, 

dan menilai kerasionalan pemesanan obat oleh apotek atau pun lembaga lainnya. 

Apoteker di PBF harus melihat kerasional pemesanan dengan melihat kapasitas 

pemesan, apakah apotek atau RS. Apoteker harus mempunyai moral selain juga di 

sumpah. Apoteker di pelayanan, misalnya WHO dengan seven star, di GPP ada 

profesionalitasnya, kompetensinya harus terus dikembangkan melalui pendidikan 

berkelanjutan, long life learning, apoteker harus selalu meng -up date ilmunya. 

Saran untuk meningkatkan kualitas apoteker yaitu harus ada sertifikasi, dengan 

melakukan tes, tes bukan segala-galanya dan bukan menjadi penalti, ada apotek 

. ~ 

281

• 

Z8Z 

·um.Jel g leW!S}jew ef:u!Se)j!_P.lJ9S uep apeJ6 dn 

!P npad un4el de!l8S 'apeJ5 dn !P snm4 e}jew 'ndwew }jep! sa I!Sel.J e}!!f '6ue5ew

LAMPIRAN 30 

~ 

HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN APOTEKER DINKES PROVINSI 

Provinsi 1 

Sejak diberlakukan pedoman dari pusat, bahwa harus melakukan pekerjaan 

kefarmasian: untuk apotek, RS, Dinkes, PKM sudah sesuai secara pemahaman. 

Dan pelaksanaannyanya disesuaikan dengan Standard Pelayanan Kefarmasian 

dari KemKes untuk Apotek, RS dan Puskesmas. 

Mengacu ke PP no.51 satu hal yang harus dimulai dimana Apoteker harus 

benar-benar melaksanakannya, maka harus dipersiapkan dulu. Dinkes mau 

mengarah kesana dimana Apotek hanya bisa buka hanya bila ada Apoteker. Saat 

ini belum bisa sesuai karena masih ada Apotek yang buka dan apotekernya tidak 

ditempat. 

Di Puskesmas juga belum semua ada apotekernya, karena belum ada formasi 

apoteker untuk puskesmas. 

Untuk RS ketenagaan apoteker sudah sesuai. 

Baru 1 atau 2 puskesmas yang ada apotekernya. 

Untuk sosialisasi ke fasilitas kesehatan mengenai PP 51 sudah baik, lewat 

pertemuan-pertemuan atau lewat IAI. Jadi harusnya Apoteker dan AA sudah tahu 

semuanya. 

Hanya mengacu kepada standard pusat, kebijakan diuraikan kedalam programprogram 

khusus yang sesui seperti: pembinaan, pemantauan, evaluasi: sudah 

mulai sejak 2007=2008. Yang mengeluarkan seksi farmasi sendiri. 

Masih menunggu dulu PP 51 mau kenama? Saat ini kebijakan Apotek buka 

harus ada 2 Apoteker: APA dan Apoteker pendamping. 

Kebijakan ini sudah 

dikeluarkan sebelum PP 51 keluar. Saat ini PNS masih bisa menyambi di IKOT 

(lndustri kecil obat tradisional), kedepannya sudah tidak bisa lagi. Kedepannnya 

ada wacana bahwa Apoteker yang PNS hanya bisa beke~a 

sebatas sebagai apoteker pendamping tidak bisa sebagai APA. ~ 

di Apotek hanya 

-283

GPP dari pusat belum mateng, jadi masih menunggu rampungnya GPP. Saat 

ini masih menggiring faskes untuk membuat standard dan baru bisa mela~ukan 

pemetaan. 

Praktek kefarmasian di RS: mau tidak mau harus menambah ilmu farmasi klinis 

agar bisa patient oriented . Masyarakat sudah tambah pintar, dan sudah mengehal 

Apoteker dan butuh informasi obat yang baik. Juga tenaga kesehatan yang lain 

butuh informasi obat yang baik dan benar. Untuk Puskesmas juga sama, butuh 

farmasi klinis, walaupun informasi obat hanya terbatas pada obat dasar (DOEN), 

sehingga masih butuh tambahan ilmu juga. Sekarang Universitas sudah mulai 

banyak memberikan farmasi klinis di tingkat profesi, tapi belum pada tingkat S1. 

Walaupun Apoteker yang sudah lulus sudah dapat bekal ilmu farmasi klinis tapi 

masih butuh tambahan ilmu farmasi klinis. 

Kualitas Apoteker tergantung dari lulusannya. Untuk rekruitmentnya propinsi 

sudah ketat. Kuantitas di provinsi ini banyak sekali menghasilkan apoteker baru. 

Untuk kebutuhan provinsi sendiri sudah cukup tapi untuk diluar tidak tahu. 

Kompetensi: Apoteker yang kerja di provinsi sudah semuanya lulus kompetensi, 

jadi sudah lulus uji kompetensi. 

Pengembangannya atau wadahnya melalui pelatihan peningkatan SDM : diklatdiklat 

dari APBD dan APBN, Perguruan Tinggi dan lAI ke duanya sudah sering 

mengadakan pelatihan. 

Kalau mau mengacu ke UU 36 dan PP 51 berarti antara Dinkes, PT, user harus 

duduk bareng untuk membahas yang dibutuhkan apa saja agar Apoteker yang 

baru lulus bisa siap pakai. Saat ini pertemuan tersebut sudah ada tetapi masih 

jarang. 

Provinsi 2 

Pelaksanaan praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan apotek saat ini sudah 

terakomodasi dalam wadah tersendiri, untuk di dinkes provinsi Jatim di akomodir 

dalam program tersendiri dengan nomenklatur dan mata anggaran tersendiri dalam 

• program farmasi komunitas dan klinik (Farkomnik). Program ini sudah 

284 

. ~

0 

dilaksanakan di RS dan puskesmas, untuk apotek belum digarap karena sudah 

terwadahi pada pembinaan yang dilakukan dinas kesehatan kab/kota. Perijipan 

dan pengawasan ada dinkes kab/kota, di dinkes prov hanya memfasilitasi dan 

. 

bimbingan teknis pada petugas kab/kota masih prioritas kedua (terlampir dalam 

program kegiatan 2010) 

Kesesuaian harapan PP 51/2009 tetang pekerjaan kefarmasian masih belum 

jalan. Dilapangan jika kita melakukan monitoring RS dan Pusksmas, apoteker 

belum mendapat tempat dan pengakuan bahwa apoteker telah memberikan 

kontribusi pada pelayanan kesehatan, tenaga apoteker masih merupakan tenaga 

yang bersifat penunjang, masih menjadi prioritas terakhir untuk pengangkatan 

pegawai daerah (terlampir : ketersediaan tenaga apoteker di 38 kab/kota) 

Sosialisasi tentang PP 51/2009 ke apoteker di RS, Puskesmas dan Apotek 

sudah dilakukan melalui berbagai cara seperti pertemuan yang terakomodir dalam 

materi kebijakan pertemuan mulai dari kegiatan pertemuan pada tahun 2009 akhir, 

tahun 2010 dan perencanaan tahun 2011. Jika dilakukan monitoring dan evaluasi 

selalu disampaikan kepada petugas dinkes kab/kota dan jika ke puskesmas juga 

diinformasikan kepada kepala puskesmas bahwa untuk pelayanan kefarmasian di 

puskesmas sudah ada pedoman dan tenaganya yang bertanggung jawab adalah 

seorang apoteker. 

Ada juga beberapa strategi yang kita lakukan yaitu mengundang pertemuan untuk 

pelayanan farmasi di puskesmas. Hanya Kab/kota yang mempunyai apoteker di 

puskesmas, sehingga tidak semua kab/kota yang diundang, ada beberapa yang 

komplain karena tidak diundang ternyata tahun depannya sudah mengusulkan 

tenaga apoteker untuk puskesmas di wilayah kab/kota tersebut. 

Sudah tertuang dalam program kegiatan th 2009, 2010 dan perencanaan tahun 

2011, salah satunya adalah dengan mewajibkan adanya apoteker sebagai 

penanggung jawab teknis kepada PBF yang baru berdiri, walaupun saat ini masih 

masa peralihan, namun sudah mulai menguatkan peran apoteker .• 

Selain itu juga mengevaluasi kab/kota yang mempunyai jumlah apoteker di 

puskesmas yang relatif banyak untuk ditunjuk sebagai pilot project pelayanan 

. ~ 

285

farmasi di puskesmas sebagai role model untuk daerah lain. Pilot project 

puskesmas th 2009 dari Depkes. Untuk kegiatan di Jatim kita masih sosialisasikan, 

belum dilaksanakan menunggu anggara~ekonsentrasi tahun ini jika masih ada, 

karena harus berjuang dengan program lain. 

Sebagai acuan kita adalah indikator yang ditetapkan oleh depkes terkait dengan 

pelayanan kefarmasian untuk 5 tahun ke depan yang di breakdown pertahun mulai 

~ . 

tahun 2009 s.d th 2015 masing-masing untuk RS, Puskesmas dan apotek secara 

bertahap. lndikator inilah yang kita sosialisasikan pada dinkes kab/kota untuk juga 

melaksanakan indikator tersebut. Kegiatan dan program mengacu dari indikator 

tersebut, jadi sudah ada arah kemana pelayanan kefarmasian akan diukur secara 

kuantitatif. 

Melakukan pemetaan dulu di skala provinsi, setelah data yang up date telah di 

ketahui dibuat program-program per wilayah, dimana dalamsatu wilayah ada 

pusat-pusat pembelajaran. Misalnya jika ingin melihat prototipe puskesmas yang 

sudah melakukan pelayanan kefarmasian oleh apoteker daerah bisa datang dan 

belajar dari puskesmas daerah lain. Rekomendasi ini didasarkan karena luas 

wilayah provinsi yang terdapat 38 Kab/Kota sehingga perlu dibuat cluster-cluster 

wilayah yaitu Surabaya dan sekitarnya, Malang dan sekitarnya, Probolinggo, 

Jember dan sebagainya. 

Melakukan kerjasama dengan organisasi profesi yang ada, yaitu IAI, Hisfarma, 

Hisfarsi untuk kegiatan yang terkait dengan pendidikan berkelanjutan dan juga 

mengambil nara sumber dan kerjasama dengan pelayanan informasi obat di 

beberapa perguruan tinggi yang sudah terjalin yaitu dengan PIOLK universitas 

tertentu dan yang belum juga akan ditindak lanjuti dalam rangka pengembangan 

pelayanan kefarmasian khususnya di puskesmas perawatan. 

RS: Advokasi ke direktur RS sebagai key person yang paling penting dan 

berpengaruh sebagai daya ungkit utama pintu pelayanan kefarmasian bisa 

dilaksanakan. Karena berbagai kepentingan yang mengganjal pelayanan 

kefarmasian di RS ini dilakukan secara berjenjang oleh dinkes dan depkes. Untuk 

286

melakukan advokasi harus di formula secara nyata apa keuntungan secra finansial 

untuk RS jika pelayanan kefarmasian dilakukan secara optimal. 

Puskesmas: Advokasi, perlu bargair1ftlg power yang kuat dari pejabat dinkes 

kab/kota untuk mengangkat tenaga apoteker dan sosialisasi pelayanan farmasi di 

puskesmas kepada kepala puskesmas tentng manfaat jika pelayanan kefarmasian 

dilakukan. 

Apotek: 'Peran IAI sangat penting, harus punya konsep yang jelas untuk 

meningkatkan kompetensi Apoteker, Dinkes Provinsi akan memfasilitasi dari sisi 

kebijakan melalui pertemuan yang mengundang lintas sektor atau stake holder 

terkait. 

Dengan adanya berbagai universitas yang mempunyai fakultas maupun 

program farmasi, ada berbagai ragam mutu apoteker yang dihasilkan. Di provinsi 

yang punya program profesi ada 3 PT. Sedangkan PT yang baru tumbuh belum 

ada program profesi Apoteker. Jika diukur kualitas dan kompetensinya sulit, namun 

ranah ini tidak hanya dinkes yang berperan. Jika melihat mahasiswa yang PKL di 

Dinkes, terlihat bahwa kualitas dan kompetensinya sangat beragam, perlu 

dipikirkan bagaimana keseragaman mutunya dari berbagai stake holder terkait 

mulai APTFI, perguruan tinggi, IAI dll. 

Pandangan dari segi apoteker: 

• Kurang percaya diri untuk bisa mandiri dalam melakukan praktek buka sendiri 

apotek, dengan alasan kurang modal pengetahuan. 

• Kurang modal dana untuk berusaha 

• Kurang bekal ilmu komunikasi dan manajemen untuk kewirausahaan 

Pandangan dari segi perguruan tinggi: 

• Kurikulum yang kurang memadai untuk praktek mandiri, ada yang sarana dan 

prasarana pendidikannya kurang 

• Pendidikan kewirausahaan untuk fakultas farmasi tidak optimal 

pembekalannya. Hanya pada ilmu teknis kefarmasian, pendidikan komuniasi 

juga kurang sehingga untuk berinterkasi dengan sejawat tenaga kesehatan 

yang lain kurang harmonis. 

287

• Untuk bekerja di sektor distribusi sesuai dengan pekerjaan pelayanan 

kefarmasian yang tercantum dalam PP 51, apoteker harus di bekali ilmu 

marketing, itu yang kurang, sehing~a apoteker di underestimate atau di 

remehkan oleh pemilik PBF. Oleh pemilik PBF Apoteker dianggap hanya 

menambah biaya PBF tanpa ada peran penting, hal ini bisa membuat PBF 

bangkrut • 

~ 

Seharusn'ya IAI, Depkes, Dinkes Prov/Kab/Kota dan perguruan tinggi 

menyusun standar kompetensi apoteker yang aplikatif. 

Apoteker yang bekerja di pengadaan sediaan farmasi, standar manual harus 

mempunyai kemampuan apa? Apa punya sertifikat pengadaan barang, atau 

punya cek list yang dapat diukur. Jika di instansi pemerintah harus lulus apa yang 

membuktikan layak sebagai tim pengadaan sediaan farmasi. 

Untuk bekerja dalam produksi sediaan farmasi harus dipilah lagi secara detail 

jika apoteker tersebut bekerja di : 

1. lndustri kosmetik 

2. lndustri Obat Tradisional 

3. lndustri Obat dan Bahan obat 

4. Alat kesehatan dan PKRT 

Kompetensi masing-masing dapat diukur. Yang membuat kriteria adalah 

apoteker yang telah bekerjadi industri tersebut, sehingga pelatihan atau pendidikan 

berkelanjutan disesuaikan dengan standar manual masing-masing bidang tersebut. 

Demikian juga yang bekerja di distribusi, yang penting terinci dalam pedoman 

standar pelayan kefarmasian agar dapat di evaluasi secra berkala apakah masih 

sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini. 

Harus dimulai dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi dan asosiasi 

perguruan tinggi karena untuk menyiapkan tidak bisa instan, tetapi melalui proses 

yang panjang dan berliku untuk dapat memenuhi standar mutu. 

Sistem juga harus berubah, dari sisi pemerintah diubah. Bagaimana jika 

apoteker bekerja di apotekl berarti lingkungan juga harus diperbaiki. Aturan lain di 

luar ketenagaan farmasi juga harus di tata. Dokter=dokter daerah selalu dispensing 

288

di tempat praktek sehingga apotek tidak bisa berkembang. Dinkes kab/kota dan 

provinsi tidak punya nyali untuk menegakkan undang-undang praktek kedokteran, 

Jadi lingkungan dan sistem juga harus b~ubah. 

Semua stake holder harus bergerak sesuai dengan porsinya masing-masing. 

Dari sisi IAI, perguruan tinggi, Dinkes pov, kab/kota, Hisfarsi, hisfarma semuanya 

harus punya satu tujuan. 

~ . 

Provinsi 3 

1. Bagaimana pelaksanaan praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan Apotek 

pada saat ini? Apakah sudah sesuai harapan PP no 51/2009 tentang Pekerjaan 

Kefarmasian? Apakah sudah ada sosialisasi ke apoteker di RS, Puskesmas 

dan Apotek tentang PP no 51/2009 tsb? 

Praktek kefarmasian di RS sudah mendekati, hampir semua sudah 

dilaksanakan. Semua RS sudah ada apoteker. Pharmaceutical care garis 

besarnyanya baru pengelolaan obat, sudah ada yang melaksanakan PIO, tetapi 

belum semua. Pilot project baru di 5 RS dari 26 RS yang ada. Puskesmas baru 4 

kab pilot project untuk di Puskesmas. Tahun 2011 akan menambah pilot project. 

Apotek kadang~kadang 

tidak tertangani. Di apotek informasi pasif kalau ditanya 

baru diberi. Sebetulnya kalau menurut standar pelayanan kefarmasian, diharuskan 

selain penyuluhan kepada masyarakat, konseling kefarmasian, home care juga 

harus tetapi belum berjalan. 

Rata"rata di kabupaten/kota yaang apoteknya banyak, dalam monev baru melihat 

laporan secara kuantitasnya, kualitasnya belum, kalau tidak lapor juga tidak ada 

tindakan. RS dan Puskesmas ada pembinaan dari Ditjen Binfar Alkes. Kemudian 

apotek rata-rata sebatas informasi penggunaan, belum mengarah ke yang lebih 

spesifik rata=rata setelah pemberian obat pasien pulang, tidak tanya4anya. 

Terlepas dari itu informasi bisa dari penyuluhan, banner, pamflet, brosur di apotek 

ada. Kadang-kadang pasien membaca sendiri brosur-brosur. Khusus langsung dari 

apoteker belum. Sosialisasi dari provinsi ke kab/kota. Kewenangannyakan 

berjenjang, Provinsi kewenangan hanya sampai ke tingkat kablkota. Nanti kab/kota 

289

informasi ke apotek-apotek terutama PSA karen a menyangkut PSA juga. Mestinya 

kab/kota koordinasi dengan IAI. 

2. Kebijakan apa saja yang telah da,-akan diambil agar standar pelayanan 

kefarmasian dapat dilaksanakan? 

Walaupun otonomi, tetap ada penjejangan kewenangan. Bimbingan oleh 

provinsi, yan~ .mengurusi langsung kab/kota. Provinsi lebih bersifat advokasi, 

fasilitasi. Pusat yang men§eluarkan kebijakan, standar-standar. Pemerintah aerah 

tidak mengeluarkan kebijakan sendiri, tetapi mendukung kebijakan pusat. Provinsi 

menfasilitasi, kab/kota yang melaksanakan untuk dapat diterapkan di RS, 

Puskesmas dan apotek. Kalau di RS sudah hampir bisa melaksanakan standar, di 

apotek untuk pelayanan ya, kalau apotek milik PSA yang bekerja sama dengan 

APA sepertinya belum 100 % dikelola sesuai standar,· kalau sesuai standar semua 

dikelola oleh APA dari administrasi pencatatan pelaporan sampai ke teknis. AA 

hanya membantu. Sedangkan yang milik PSA, PSA ikut mengelola walaupun tidak 

langsung, keluarga, suami, istri atau anaknya atau orang kepercayaannya. 

Apoteker yang PSA lebih bagus, tetapi ada juga yang milik apoteker ternyata 

cukup dikelola sendiri, ada faktor kejenuhan, dari beli barang, mengurus karyawan , 

mengurus omset, tax segala macam, sampai-sampai tidak dapat mengurus diri 

sendiri. Memang harus ada ari dalam hati. Selama ada apoteker boleh buka. 

Pembinaan kearah sana masih banyak kendala. Sosialisasi terus menerus ke 

apoteker, selama tidak ada apoteker tidak boleh melayanio, PNS sebagai APA, 

tidak bisa melayani, perlu apoteker pendamping, rata-rata PSA sepertinya 

keberatan karena dari segi penggajian, malah bilang begini ke apotekernya, kalau 

mau dibagi dua silakan. Kalau dibandingkan kota lain, kota Bandung jauh 

standarnya, minimal 1 ,5 juta tetapi nyatanya masih ada dibawah 1 juta atau 

standar. Seharusnya ada kesadaran dulu dari apotekernya kalau harus menjaga 

institusi semacam ada counciel kedokteran. Walaupun apotrker tidak perlu seperti 

dokter, tetapi bisa lebih fleksibel. Tidak boleh suka=suka sendiri. 

Apoteker terlalu banyak toleransi, tetapi walaupun demikian PSA tidak berani 

lagi jual obat tanpa resep. Dulu beberapa tahun kebelakang , ada aparat yang 

290

memanfaatkan, menyuruh membeli Unagen dsb, misalnya maksa min 2 tablet, bisa 

didatangni polisi dengan alasan melanggar UU Psikotropika. Sejak itu banyak yang 

tidak berani. Jadi memang perlu kerjtf sama antara organisasi profesi dan 

pemerintah. 

3. Bagaimana arah kebijakan yang akan diambil dalam rangka melaksanakan 

standar/pedoman pelayanan kefarmasian maupun dalam rangka memenuhi 

~ . 

ketentuar1 UU Kesehatan no 36/2009 dan PP Pekerjaan Kefarmasian no 

51/2009? 

Provinsi tidak membuat kebijakan, Provinsi menfasilitasi, kab/kota yang 

melaksanakan untuk dapat diterapkan di RS, Puskesmas dan apotek. 

4. Pengembangan dalam bidang apa saja yang akan dilakukan untuk 

melaksanakan standar/pedoman pelayanan kefarmasian atau Good Pharmacy 

Practice dalam rangka memenuhi ketentuan PP tentang Pekerjaan 

Kefarmasian no 51/2009? 

Saling bertemu, sating menambah wawasan karena perkembangan begitu 

cepat, karena kalau kita browsing di Internet banyak hal-hal baru yang perlu kita 

ketahui. 

5. Apa pendapatlsaran bapaklibu terhadap pelaksanaan praktek kefarmasian di 

RS, Puskesmas dan Apotek, terutama di bidang kompetensi apoteker? 

6. Bagaimana menurut bapaklibu tentang kualitas, kuantitas maupun kompetensi 

apoteker saat ini? Apakah sudah cukup memadai? 

Kualitas 

Pasti sudah berkualitas sudah punya sertifikasi pasti tentunya sudah kompeten. 

Lulusan lama sudah sertifikasi. Setelah ikut PUKA, apakah sudah kompeten?. 

Kalau kita terjun di pelayanan langsung pasti kita akan berusaha selalu menambah 

pengetahuan. 

Kuantitas 

Dari perguruan tinggi di Jabar, sekali pelantikan lumayan banyak. Dengan 

registrasi diharapkan dapat dimonitor keberadaan apoteker. Pendataan 

ketenagaan perlu diperbaiki. 

291

7. Dalam hal apa saja yang masih menjadi kelemahan atau kekurangan apoteker 

dalam melakukan praktek kefarmasian sesuai dengan PP tentang Pekerjaan 

Kefarmasian no 51 /2009? 

masih banyak apotek yang milik PSA, jadi APA kurang peduli. 

Perlu sosialisasi PSA. 

8. Bagaimana .pengembangan yang telah dan seharusnya dilakukan untuk 

• 

meningkafkan kualitas atau kompetensi apoteker dalam praktek kefarmasian 

sesuai dengan PP tentang Pekerjaan Kefarmasian no 51/2009? 

Harus ada kesadaran diri sendiri, harus pelayanan langsung seperti dokter. 

Mungkin kalau punya sendiri, tanggung jawabnya pasti berbeda. Syarat : harus 

terus-terusan diberi informasi, domotivasi terus menerus. Atau harus ada korelasi 

langsung dengan income apoteker dengan pelayanan "yang dilakukan. 

9. Apa pendapatlsaran bapaklibu agar tenaga apoteker mempunyai kesiapan 

memenuhi ketentuan UU Kesehatan no. 36 tahun 2009 dan PP Pekerjaan 

Kefarmasian no 51 tahun 2009? 

Perlu pelatihan, dari RS jarang memfasilitasi untuk Diklat-diklat tentang 

farmasi jadi perlu support dari pemerintah. 

Kemudahan dalam pelaporan misalnya obat generik, selain OKT/Narkotika .. 

ARV mereka dituntut melaporkan langsung, padahal tugas farmasi dari 

perencanaan sampai pelaporan. 

Sosialisasi program pemerintah. 

292

LAMPIRAN 31 

HASIL WAWANCARA MENDALAMJ>ENGAN APOTEKER DINKES 

KABUPATEN/KOTA 

Kota 1 

Praktek Kefe:~rmasian di RS, Puskesmas dan Apotek pada saat ini, mulai ada 

' 

peningkatan dengan mun'culnya PP 51 tahun 2009. Adanya Perda no. 2 tahun 

2008 tentang ljin Sarana dan Tenaga Kesehatan mewajibkan Apotek memiliki 

sekurangnya 2 apoteker. Hal tersebut juga didukung oleh Peraturan walikota no. 

13 tahun 2009 Tentang Petunjuk pelaksanaannya. Akan tetapi memang pada 

kenyataannya Apoteker baik di RS, Apotek dan Puskesmas kurang sekali interaksi 

dengan pasien. Kebijakan yang telah diambil agar standar pelayanan kefarmasian 

dapat dijalankan adalah Perda no. 2 tahun 2008 dan Perwal no. 13 tahun 2009 

tentang petunjuk pelaksanaannya. PP 51 

merupakan landasan hukum yang 

menguatkan Praktek kefarmasian bisa berjalan. Hanya beberapa RS Apoteker 

ditempatkan seuai porsinya. Di Apotek, sudah banyak perubahan yang terkait 

Apoteker dan Pekerjaaan kefarmasiannya. Diantaranya dalam pendiriannya 

Apoteker harus 2 orang minimal. 

Kebijakan yang telah diambil agar standar pelayanan kefarmasian dapat 

dilaksanakan diantaranya mengadopsi beberapa Kep Menkes, yaitu disediakannya 

Ruang Konsultasi pasien yang membutuhkan info lebih lanjut nmengenai obat 

yang digunakannya. Adanya Medication record akan memperbaiki dokumentasi 

terkait pekerjaan kefarmasian. Kebijakan Labelisasi Apotek sudah dilaksanakan di 

Apotek kota ini dengan begitu tingkat mutu pengelolaan apotek, menyangkut 

sarana, prasarana, SDM menjadi lebih baik. 

Arah kebijakan yang akan diambil dalam rangka melaksanakan 

standar/pedoman pelayanan kefarmasian maupun dalam rangka memenuhi 

ketentuan UU Kesehatan no. 36/2009 dan PP 51/2009 dibuat perda yang berisi 

tentang petunjuk pelaksanaan dari peraturan tersebut. 

293

Untuk melaksanakan standar/pedoman pelayanan kefarmasian atau GPP 

dalam rangka memenuhi ketentuan PP tentang pekerjaan kefarmasian, 

sebenarnya banyak sekali dan perlahan ~nuju kesana. Seperti perlunya komisi 

farmasi, registrasi teneaga kesehatan, di mana apoteker termasuk salah satu 

tenaga kesehatan. 

.. . 

Saran terhadap pelaksanaan praktek kefarmasian di RS, Puskesmas dan 

Apotek, terutafna dalam kompetensi apoteker. Masih perlu banyak peningkatan 

pengetahuan maupunpelatihan pelatihan yang sifatnya study berkelanjutan, karena 

Apoteker lulus mereka baru pada tahap siap latih, akan tetapi belum siap kerja. 

Kuantitas apoteker saat ini saya rasa terjadi peningkatan yang cukup banyak, 

karena di kota sendiri ada 5 perguruan tinggi yang mempunyai fakultas farmasi. 

Justru itu merupakan tantangan, karena kuantitas Apoteker harus diimbangi 

kualitas yang memadai. Akan tetapi kenyataan kuantitas meningkat, tapi tidak 

diimbangi kualitas. Untuk meningkatkan kualitas Apoteker perlu efektifitas dalam 

pembelajaran, praktikum secara kelompok pada kenyataan tidak efektif, kalau dulu 

satu kelompok berisi 3 atau 4 orang. Sekarang satu kelompok bisa 12 orang, 

sehingga ada yang kebagian melihat saja dan tidak kut mengerjakan praktek. Hal 

hal seperti itu bisa menurunkan kualitas dari apoteker sendiri. 

Kelemahan apoteker adalah kurangnya pendidikna berkelanjutan seperti halnya 

dokter. Seminar seminar yang terkait pekerjaan kefarmasian seharusnya diikuti 

oleh apoteker untuk meningkatkan pengetahuaannya. Kurangnya komunikasi 

dengan pasien dan sejawat apoteker lain maupun dengan dokter. Dengan adanya 

PP 51 th 2009 mudahan merupakan angin segar untuk apoteker, apalagi nantinya 

ada sertifikasi apoteker, itu artinya apoteker harus memenuhi kaidah kaidah yang 

ditentukan. 

Saran agar tenaga apoteker mempunyai kesiapan sesuai ketentuan adalah 

kembali menekuni pekerjaan kefarmasian, memperbanyak kegiatan berupa 

pelatihan terkait pekerjaan kefarmasian.sebaiknya apoteker paham ilmu meracik, 

meramu dsb. 

294

Berkaitan dengan Pemilik sarana Apotek, sebaiknya dalam melakukan 

pekerjaan kefrmasian tidak ada intervensi dari pihak lain, termasuk PSA. Akan 

tetapi pada kenyataanya intrvensi dari4f>SA lebih besar, dan bisnis oriented 

tujuannya, dan apotker pun seperti karyawan yang digaji. Seharusnya merupakan 

praktek profesi, dibutuhkan kemandirian tanpa intervensi PSA sehingga bisa 

dikatakan bisnis yang profesional. Dengan adanya PP 51 menguatkan apoteker 

• • 

bisa menggahti obat tanpa persetujuan dokter akan tetapi persetujuan pasien. 

Kota 2 

Saat ini pelaksanaan praktek ketarmasian ai Apotek masin sangat bervariasi, 

terutama dalam hal pelayanan langsung ke pasien, ada apotek yang sudah 

menerapkan seluruh praktek pelayanan kefarmasian, namun masih ada apotek 

yang belum melakukan pelayanan kefarmasiaan. Sementara di RS sudah mulai 

ada pelayanan Farmasi Klinik, begitu juga di Puskesmas, Dinkes kota sudah 

melakukan pilot project di 3 apotek untuk Pelayanan lnformasi Obat. 

Belum ada Kebijakan, masih terbatas menyarankan adanya apoteker 

pendamping, namun keputusannya masih di tangan PSA. 

DKK masih menunggu petunjuk teknis untuk mendukung penerapan PP no.51 

dan UU Kesehatan No. 36/2009 

Standar pelayanan kefarmasian belum tersosialisasi dengan baik, bentuk 

fisiknya tidak ada. Untuk Puskesmas, DKK sudah membuat formularium 

Puskesmas terutama untuk dokter spesialis. 

Menyediakan ruangan yang memadai untuk konseling, mengembangkan 

pendidikan berkelanjutan sehingga apoteker selalu ter up date dengan berita=berita 

kefarmasian terbaru. 

Kuantitas apoteker sudah banyak, namun kualitas dan kompetensi masih 50:50, 

belum memadai untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasiaan secara 

keseluruhan. Tanggung jawab beberapa apoteker masih kurang , sehingga profesi 

apoteker masih diremehkan, terutama karena aspek farmakologi obat yang masih 

kurang dibandingkan dokter. 

295

Pengetahuan, terutama pengetahuan mengenai farmakologi obat, Farmasi 

Klinik masih harus diperdalam. 

DKK belum melakukan pengembang~ yang secara khusus bertujuan untuk 

meningkatkan kualitas atau kompetensi apoteker dalam praktek kefarmasian 

sesuai dengan PP tentang Pekerjaan Kefarmasian no 51/2009. Pengembangan 

yang sudah .. dilakukan 

. 

seperti pelatihan paliatif dan pembinaan berkelanjutan 

terutama di Puskesmas untuk melakukan tertib administrasi. Direncanakan tahun 

2011 bekerja sama dengan bagian PPSDM DKK mengundang apoteker untuk 

meningkatkan pengetahuan. 

Apoteker sebaiknya mengetahui tugas dan fungsi apoteker yang sesungguhnya 

dan melakukan praktek profesi kefarmasian dengan baik. 

Kota 3 

Praktek pelayanan kefarmasian di RS sudah sesuai dengan PP no.51/2009 

juga dengan standard pelayanan kefarmasian di RS, tetapi di Puskesmas sampai 

saat ini belum ada apoteker sebagai pengelola apotek/kamar obat. Untuk itu dari 

30 UPT Puskesmas yang ada direncanakan pengelolaannya akan dilakukan oleh 4 

orang apoteker yang ada di Dinas Kesehatan Kota. Sudah ada kebijakan untuk 

pendirian apotek baru di dalam kota harus memiliki minimal 2 orang apoteker, akan 

tetapi masih sedikit dan belum sesuai dengan harapan. Ditargetkan sosialisasi ke 

apoteker tentang PP no. 51/2009 tahun 2011 melalui seksi sarana kesehatan, 

seminar dengan IAI untuk apotek. 

Kebijakan yang akan ditempuh untuk menjamin pelaksanaan standard 

pelayanan kefarmasi~m 

melalui SIPA pada tingkat DKK dan STRA pada tingkat 

pusat serta SIKAA 

Arah kebijakan untuk apotek baru harus ada 2 apoteker dan untuk Puskesmas 

sementara di bawah tanggung jawab apoteker DKK. 

Pengembangan yang akan dilakukan untuk melaksanaka s andard pelayanan 

kefarmasian antara lain penataran APA sehingga selalu ada di empat waktu jam 

buka apotek, perijinan misalnya waktu pindah tangan, da am al pengelolaan obat 

296

administrasi misalnya laporan narkotika dan psikotropika menggunakan software 

bekerjasam dengan IAI. 

Kompetensi apoteker harus di up-date ~usus untuk bidangnya masing-masing, 

dari DKK ada sidak pada jam-jam praktek dokter (melalui absensi) dan untuk 

asuhan kefarmasian perlu up-date berkala. 

Kualitas apoteker yang masih kurang khususnya dalam hal kesadaran 

• 

profesional sedangkan keilmuan sudah cukup. Sebagian PT farmasi tidak jelas 

kualitas dan kompetensi lulusannya, sehingga diperlukan uji kompetensi. Untuk 

tiap fasilitas kesehatan bergantung pada fasilitas ybs, di RS perlu ada pelatihanpelatihan. 

Yang masih kurang adalah tanggung jawab moral apoteker 

Dalam hal pengembangan IAI yang berperan. Untt.ik farmasi klinis DKK belum 

karena kendala biaya. Pengembangan untuk apoteker Puskesmas tentang 

pengelolaan obat dan pengawasannya oleh apoteker DKK di samping pembinaan 

informasiobat, obat tradisional dan kosmetika. Untuk apotek saat pembinaan 

mengenai pemasangan/pemberian informasi obat. 

Saran untuk apotekeker di apotek suapaya menerima ketentuan harus penuh 

waktu dan apabila tidak memungkinkan supaya mengundurkan diri saja. 

297

LAMPIRAN 32 

MATHIKS PRAKTEK KEFARMASIAN 01 RUMAH SAKIT 

lnforman Kualirukasi apoteker Materi Pengembangan 

Apoteker RS 

' 

Pimpinan RS 

Apoteker sudah melakukan pengelolaan sediaan Komunikasi antar profesi, manajemen 

farmasi dengan baik meskipun SOP ada yang finansial, farmasi klinis, patient safety, 

hanya untuk akreditasi. Kendali mutu sudah ada (psikologi,farmakoterapi) 

meskipun kadang tidak mandiri. Fungsi KFT 

sudah berjalan. PIO berjalan dengan kendala 

sarana,SDM,pendidlkan, kadang pasif. 

Rasiomalisasi obat dan 1patient safety baru 

sebagian kecil. Farmasi ltJiinis seperti 

PIO,kO>nseling,visite ada yang belum kendala 

kapasitas SDM dan dlokumentasi 

SOP perlu perbaikan, kendali mutu sebagian Manajerial, komunikasi, farmasi klinis, 

berjalan, konseling lkendala dana, fasilitas dan farmakoepidemiologi, 

SDM. Farmasi klinis belum sesuai harapan krn 

pengetahuan,SDM dan remunerasi 

Praktek kefarmasian oleh apoteker bervariasi Farmasi klinis, kornitmen diri, pembagian 

Bag Kurik!ulum 

PT antar rumah sakit terutama dalam hal farmasi peminatan Farmasi RS, farmakoterapi, 

klinis, sekarang masih dalam masa transisi humaniora, komunikasi personal, ilmu 

perilaku, manajemen 

BPD IAI Sesua:i dengan PP 51, kualitas baik, perlu Pelatihan asuhan kefarmasian, 

. penyesuaian sinkronisasi dengan kebutuhan user koordinasi mimpunan seminat, standard 

. kom~etensi, sertifikasi berkala , 

Apmteker l:Dinkes Apoteker sudlah melakukan praktek pelayanan Sosialisasi pembinaan dan pengawasan · 

Prov kefarmasian dengan baik, tetapi apoteker bel urn PP 51, kerja sama dengan organisasi : 

mendapat pengakuan profesi, farmasi kliniis I 

Apmteker O>inkes Apoteker sualah melakukan praktek pelayanan Farmakologi obat, farmasi lklinis I 

Kota kefarmasiari sesuai PP 51 i 

298

LAMPIRAN 33 

MATRIKS PRAKTEK KEFARMASIAN 0:1 PUSKESMAS 

Inform an Kuali~ikasi apoteker Materi Pengembangan 

~ 

~-- 

Apoteker iPKM Apoteker melakukarn pengelolaan obat dengan Birokrasi, interaksi obat, komunikasi 

baik, promosi dan edukasi lewat posyandu dan 

konsultasi, ada home care untuk pasien tbc, 

kendala SDM dan sarana 

KJepala PKM Pengelolaan obat berjalan baik dan sudah ada Melalui pelatihan atau seminar 

SOP, pemberdayaan masy lewat posyandu, 

komunikasi berbagai pihak baik, kendala SDM 

dan arnggaran 

Ba' Kuri~ulum Praktek kefarmasian oleh apote:ker bervariasi Farmasi klinis, komitrrren diri, humaniora, 

PT antar puskennas terutama dalam hal ifarmasi komumikasi personal, ilmu perilaku, dan 

klinis, sekarang masih dalam masa transisi manajemen 

BPD IAI Kuantitas apoteker kurang, kualitas baik standlard kompetensi, sertifikasi berkala 

Ap0teker D>inkes Prakte!k pelayanan kefarmasian suc!lah baik, tetapi Sosialisasi pembinaan dan pengawasan ! 

Prov apoteker belum mendapat pengakuan PP 51, pilot project untuk PKM yang 

punya apoteker, lkerja sam a dengan 

organisasi profesi, farmasi klinis 

Apteker Oinkes Praktek pelayanan kefarmasian sudah sesuai Farmakologi obat, farmasi klinis, 

Kota untuk PKM yang memiliki apoteker pelatihan paliatif 

~ 

299

LAMPIRAN 34 

MATRIKS PRAKTEK KEFARMASIAN 01 APOTEK 

lnforman Kualif:ikasi apoteker Materi Pengembangan 

APAApotek APA bertanggung jawab untuk semua aspek Farmasi klinis terutama penyakit kronis, 

meskipun pelaksana belum tentu APA termasuk PMR, komunikasi, DRP 

KIE , hambatan menuju GPP keterbatasan jml 

apoteker, beda persepsi regulasi, profesi lain dan 

intern diri apdteker · 

Pendamping/AA Pengelolaan dan pelayanan farmasi umumnya 

I sudah baik meskipun tidak semua 1dilakukan oleh 

I 

apoteker dan konseling terbatas 

Ba~ Kuri~ulum Praktek kefarmasian oleh apoteker bervariasi Farmasi klinis, komitmen diri, 

PT antar apotek terutama dalam hal farmakoterapi farmakoterapi, humaniora, komunikasi 

dan komuniKasi, sekarang masih dalam masa personal, ilmu perilaku, marketing dan 

transisi 

manajemen 

BPD IAI Kuantiil:as apoteker cukup, kualitas baik, sikap Program tatap, pembenahan sistem 

dan perilaku JDenting komJDetensi , pendidikan berkelanjutan, , 

perilaku, PMR, sertifikasi berkala 

Ap0teker [J)inkes Praktek pelayanan kefarmasian belum sesuai Minimal 2 apoteker di apotek, kerj,a sama 

Prov harapan PIP 51 dengan organisasi profesi, farmasi klinis, 

koml!Jnikasi, manajemen 

Ap0teker [J)inkes Praktek pelayanan kefarmasian bervariasi Pembinaan, registrasi dan perijinan APA, 

Kota .. Minimal 2 apoteker di apotek, PMR, 

. 

Farmakologi obat, farmasi lklinis 

300

Klik Disini - KM Ristek - Kementerian Riset dan Teknologi

Create successful ePaper yourself

Delete template?

Save as template?