26.10.2014 Views

potensi kab blora.pdf - Biro Humas

potensi kab blora.pdf - Biro Humas

potensi kab blora.pdf - Biro Humas

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DATA POTENSI UNGGULAN DAERAH<br />

KABUPATEN BLORA<br />

MUSTIKA (Maju, Unggul, Sehat, Tertib, Indah Kontinyu, Aman)<br />

No Produk Uraian Foto<br />

1<br />

UMKM :<br />

Handicraft/ Mebelair<br />

Jenis produk handicraft dan mebelair yang menjadi<br />

unggulan Kabupaten Blora diantaranya Kayu Gempol Jati,<br />

mebel/furniture kayu jati, mebelair dari bongkaran<br />

bangunan dan barang kerajinan kayu dengan pusat<br />

produksi di Kecamatan Jepon. Produk Handicraft dan<br />

mebelair Kabupaten Blora terkenal karena berasal dari<br />

bahan baku kayu jati yag berkualitas bagus, kuat dan<br />

tahan lama. Selain itu produk yang dihasilkan juga<br />

memiliki keunikan, khususnya hand-made furniture.<br />

Produk industri Handicraft dan mebel memiliki peluang<br />

pasar yang sangat cukup besar, baik di luar negeri<br />

maupun di dalam negeri.<br />

UPAYA PENGEMBANGAN<br />

1. Penyediaan mesin/peralatan industri sesuai dengan<br />

standart industri nasional<br />

2. Pengembangan desain produk Handicraft dan<br />

mebelair khas Blora<br />

3. Fasilitasi hak milik kekayaan Intelektual (HAKI) desain<br />

produk khas Blora<br />

4. Peningkatan mutu produk dalam hal desain dan<br />

finishing produk<br />

5. Peninjauan perda yang kontra Produktif terhadap<br />

industri handicraft dan mebelair.<br />

6. Peningkatan pemasaran produk melalui pameran dan<br />

misi dagang<br />

7. Peningkatan iklim usaha melalui penyederhanaan<br />

prosedur perolehan kredit dan pinjaman lunak<br />

dengan suku bunga rendah<br />

8. Peningkatan kemudahan perijinan pengadaan bahan<br />

baku industri handicraft dan mebelair<br />

9. Penguatan kelembagaan melalui pengembangan<br />

cluster Handicraft dan mebelair.<br />

2<br />

Pertanian :<br />

A. JAGUNG<br />

Jagung merupakan komoditas yang produksinya sangat<br />

besar di Kabupaten Blora, mencapai sebesar 329.536 ton<br />

pada tahun 2009 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar<br />

10,10% dalam kurun waktu tahun 2005-2009. Peluang<br />

pengembangan jagung di <strong>kab</strong>upaten Blora sangat besar,<br />

mengingat permintaan pasar komoditas Jagung, baik<br />

untuk kebutuhan dalam negeri maupun permintaan dari<br />

pasar dunia.<br />

UPAYA PENGEMBANGAN<br />

1. Peningkatan intensifikasi produksi Jagung melalui<br />

penggunaan bibit unggul, seperti jagung hibrida dan<br />

kompositnya.<br />

2. Peningkatan diseminasi teknologi budidaya dan<br />

teknologi pasca panen<br />

3. Perbaikan penanganan pasca panen melalui<br />

pengembangan usaha-usaha pengeringan jagung<br />

4. Pengembangan industri pengolahan berbahan baku<br />

jagung, seperti marning, emping jagung dan pop corn


5. Peningkatan pemasaran dan distribusi jagung melalui<br />

pengembangan kerjasama dalam penjualan jagung ke<br />

pabrik-pabrik, seperti pabrik tepung maizena, pabrik<br />

tepung jagung dan pabrik pakan ternak.<br />

B. CABE MERAH<br />

KERITING<br />

Produksi Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum, L) di<br />

Kabupaten Blora mencapai 22.121 kuintal ( 2009).<br />

Permintaan cabe merah sangat tinggi dan terus<br />

meningkat dengan harga jual yang cenderung naik,<br />

sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan.<br />

UPAYA PENGEMBANGAN<br />

1. Identifikasi kawasan khusus untuk pengem-bangan<br />

tanaman cabe merah keriting<br />

2. Pengaturan jadwal tanam dengan memperhati-kan<br />

musim dan informasi harga pasar<br />

3. Pengutan kelompok dalam hal agroteknologi<br />

budidaya dan penanganan pasca panen<br />

4. Fasilitasi permodalan dan penyediaan bibit, pupuk<br />

dan obat-obatan bagi petani<br />

5. Mengembangkan kemitraan usaha yang saling<br />

menguntungkan antara petani cabe merah keriting<br />

dengan perusahaan<br />

6. Penanganan pasca panen melalui pengembangan<br />

teknologi tepat guna, terutama teknologi pengeringan<br />

C. JAMBU METE<br />

Jambu mete di Kabupaten Blora tersebar di Kecamatan<br />

Jepon, Bogorejo, Kradenan, Blora dan Tunjungan dengan<br />

jumlah produksi sebanyak 387 ton pada tahun 2009.<br />

Jambu Mete Kabupaten Blora terutama bijinya selama<br />

ini dikenal memiliki rasa yang manis, dan sangat disukai<br />

sebagai makanan ringan. pengembangan jambu mete<br />

memiliki peluang yang sangat besar dengan nilai yang<br />

tinggi apabila diolah menjadi produk-produk tertentu<br />

yang memiliki nilai tinggi.<br />

3.<br />

Peternakan :<br />

SAPI POTONG<br />

UPAYA PENGEMBANGAN<br />

1. Peningkatan rehabilitasi untuk meningkatkan<br />

produktivitas kebun yang ada.<br />

2. Pengembangan pembibitan tanaman mete melalui<br />

teknik penyambungan<br />

3. Pengembangan industri pengolahna produk sekunder<br />

dari jambu mete, yaitu buah semua diolah menjadi<br />

sirup, jeli, anggur, asinan, makanan ternak dan pupuk<br />

organik sedangkan gelondong (biji) jambu mete<br />

dijadikan makanan ringan jambu mete<br />

4. Peningkatan pelatihan bagi petani mengenai teknik<br />

budidaya, penanganan pasca panen, penggunaan<br />

teknologi tepat guna dan pemasaran<br />

5. Pengembangan teknologi tepat guna pasca panen<br />

6. Pengembangan kerjasama antar pelaku agri-bisnis<br />

jambu mete<br />

Sapi potong diternakkan di seluruh <strong>kab</strong>upaten Blora,<br />

baik secara komunal maupun perseorangan dengan<br />

jumlah populasi mencapai 217.995 ekor pada tahun<br />

2009. Kabupaten Blora juga telah ditetapkan sebagai<br />

salah satu kawasan sentra produksi sapi potong di Jawa<br />

Tengah. Peluang pengembangan usaha ternak sapi<br />

potong di Kabupaten Blora masih sangat besar<br />

mengingat permintaan produk sapi potong dan daging<br />

yang terus meningkat.


UPAYA PENGEMBANGAN<br />

1. Pengembangan usaha pembibitan ternak sapi menjadi<br />

sapi bakalan dan usaha penggemukan sapi melalui<br />

penggunaan Inseminasi Buatan (IB).<br />

2. Penguatan kerjasama antar daerah dalam pemasokan<br />

sapi bakalan bagi <strong>kab</strong>upaten lain, misalnya Kabupaten<br />

Boyolali, Magelang dan Wonosobo.<br />

3. Peningkatan ketrampilan peternak dalam manajemen<br />

usaha peternakan<br />

4. Pengembangan kerjasama dengan usaha pemotongan<br />

hewan dalam hal penyediaan daging sapi<br />

5. Pengembangan usaha-usaha pembuatan pakon<br />

konsentrasi skala kecil dan menengah<br />

6. Pengembangan usaha penyediaan pakan hijauan<br />

ternak seperti rumput gajah<br />

7. Pembangunan rumah pemotongna hewan (RPH) tipe<br />

B untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam dan<br />

luar daerah<br />

8. Pengembangan pabrik daging beku dengan<br />

mengundang investor<br />

4 A. ROKOK KRETEK<br />

Kabupaten Blora termasuk produsen rokok kretek yang<br />

dipasarkan sebagian besar ke luar daerah yaitu ke Kediri.<br />

Potensi rokok Kretek ini didukung oleh produksi<br />

tembakau sebanyak 171 ton pada tahun 2009 bahkan<br />

pada tahun 2008 mencapai 4.508 ton.<br />

Permintaan dari perusahaan rokok besar terhadap rokok<br />

kretek dari Kabupaten Blora juga masih sangat besar.<br />

UPAYA PENGEMBANGAN<br />

1. Pengembangan bahan baku rokok berupa tembakau<br />

berkadar nikotin rendah<br />

2. Pengembangan perusahaan rokok lokal yang telah<br />

ada sehingga menjadi lebih besar danmampu<br />

menyerap tenaga kerja banyak<br />

3. Pengembangan pabrik rokok skala menengah dengan<br />

mendirikan perusahaan rokok baru<br />

4. Pengembangan produk rokok khas Blora untuk<br />

mempromosikan daerah<br />

5. Pengembangan cabang pabrik rokok kretek yang<br />

telah ada untuk bisa masuk dikecamatan lain di<br />

Kabupaten Blora<br />

B. MAKANAN<br />

RINGAN<br />

Jenis makanan ringan yang paling banyak antara lain egg<br />

roll, ceriping ketela, ceriping pisang, keripik tempe,<br />

kerupuk terung, sermier dan kue kering. Volume produksi<br />

dan jumlah usaha makanna ringan cukup banyak. Sentra<br />

produksi egg roll terdapat di kecamatan Cepu, ceriping<br />

ketela di kecamatan Todanan, keripik tempe dikecamatan<br />

Blora, dan sermier di kecamatan Ngawen. Peluang<br />

pengemabngan usaha kecil makanan ringan cukup<br />

terbuka. Permintaan akan makanan ringan seperti egg<br />

roll, ceriping ketela dan ceriping pisang serta keripik<br />

tempe cukup besar.<br />

UPAYA PENGEMBANGAN<br />

1. Peningkatan omzet usaha melalui peningkatan<br />

produktivitas tenaga kerja dan pemberian bantuan<br />

permodalan<br />

2. Perluasan jaringan pemasaran produk melalui<br />

promosi dan pameran


3. Peningkatan pembinaan dan pelatihan bagi pelaku<br />

industri makanan ringan<br />

4. Peningkatan kualitas produk melalui pemberian<br />

bantuan teknologi produksi tegat guna kepada<br />

industri skala kecil dan rumah tangga.<br />

Sate Blora<br />

Sate Blora sangat terkenal dan masuk MURI. Sate yang<br />

dilengkapi dengan sambal kacang dan kuah opor yang<br />

gurih menjadikan sate Blora berbeda dengan Kabupaten<br />

Lain. Selain Sate Blora makanan khas lainnya adalah soto<br />

klethuk yaitu soto kuah yang dilengkapi dengan klethuk<br />

(makanan ringan yang terbuat dari gemblong). Serta<br />

lontong tahu.<br />

5<br />

OBYEK<br />

LOCO TOUR<br />

WISATA<br />

Obyek wisata Wana Wisata Tour di KABUPATEN Blora<br />

merupakan obyek wisata hutan dan wisata kereta api<br />

kuno pengangkut kayu hutan (lori). Obyek wisata ini<br />

terletak di wilayah kecamatan Cepu. Kekuatan obyek<br />

wisata ini merupakan obyek wisata alam dan kereta api<br />

yang langka sehingga memiliki daya tarik wisata yang<br />

tinggi. Peluang pengembangan wisata Loco Tour masih<br />

sangat terbuka terutama jika dikembangkan menjadi<br />

paket wisata jarak dekat dengan harga yang murah.<br />

UPAYA PENGEMBANGAN<br />

1. Pengembangan locomotif bermesin diesel<br />

2. Pengembnagan kemudahan akses pemanfaatan loco<br />

tour<br />

3. Penyediaan paket-paket perjalanan wisata locotour<br />

untuk keluarga, anak sekolah dengna tarif yang<br />

terjangkau<br />

4. Peningkatan paket wisata jarak jauh bekerja sam<br />

adengna komunitas pecinta kereta api, biro<br />

perjalanan wisata atau agen perjalanan wisata<br />

5. Peningkatan promosi melalui website dan penguatan<br />

jaringan komunitas pecinta kereta api luar negeri<br />

JATI DHENOK<br />

Sejarah Jati Dhenok terkait dengan sejarah di Kedung<br />

Putri dimana pohon Jati tersebut konon diinjak oleh<br />

Jonggrang Payungan ketika ingin melihat kecantikan putri<br />

Citro Wardani dari negoro Purwo carito, karena pohon<br />

jati diinjak tidak kuat menahan beban akhirnya bagian<br />

bawah pohon tersebut tertekan dan membesar sehingga<br />

disebut JATI DHENOK.<br />

GAMBARAN JATI DHENOK<br />

Gambaran Pohon Jati tertua di dunia yang berumur 350<br />

tahun memiliki diameter 840cm dan tinggi pohon 36<br />

meter. Bahkan sempat tercataat dalam rekor MURI salah<br />

satu pohon Jati sejenis yang tumbuh di Blora terjual<br />

dengan harga 1Milyar. Lokasi Jati Dhenok di tengah hutan<br />

petak 62RPH Temetes, BKPH Temanjang, KPH<br />

Randublatung dan berada di wilayah kecamatan<br />

Banjarejo.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!