26.10.2014 Views

Laporan Akhir - KM Ristek

Laporan Akhir - KM Ristek

Laporan Akhir - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

-. <br />

<strong>Laporan</strong> <strong>Akhir</strong><br />

PENGKAJIAN SISnU PENYEDIAAN (>90%) KEBUTUHAN <br />

BENIH UNGGUL BERMUTU (PADI, JAGUNG, KEDELAI) <br />

YANG LE8lH MURAH (>20%) ~CARA BERKELANJUTAN <br />

UNTUK MENDUKUNG PROGRNII STRATEGIS <br />

PENINGKATAN PRODUKSI PADI (>10%), JAGUNG (20%) <br />

DAN KEDELAI (20%) <br />

DI WlLAYAH SUMATERA UTARA <br />

PROGRAM INSENTIF RlSET TERAPAN<br />

Fokus BIdang Prtorttaa : Ketahanan pangan<br />

Kode Produk Target : 1.01<br />

Kode Keglatan : 1.01.02<br />

PeneIHI Utama<br />

: Dr. DIdIt HM'lOWD<br />

8ALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PI!RTANIAH SUMATERA UTARA <br />

BAI.AI BESAIt PENGKAJIM DAN PENGEIIBANGAN lBOIOLOGI PERTAHIAN <br />

BAOAN PENE1JTIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />

JL JQld. Besar A.H. NasuUon No. 1 B Medan 20143 SlITI8IenII UIara <br />

TeIp.061 7870110. Fax.. 081788102D. email: klinikbptpsu@yahoo~ co.id <br />

2010


... <br />

<strong>Laporan</strong> <strong>Akhir</strong><br />

PENGKAJIAN SISTIM PENYEDIAAN (>90%) KEBUTUHAN <br />

BENIH UNGGUL BERMUTU (PADI, JAGUNG, KEDELAI) <br />

YANG LEBIH MURAH (>20%) SECARA BERKELANJUTAN <br />

UNTUK MENDUKUNG PROGRAM STRATEGIS <br />

PENINGKATAN PRODUKSI PADI (>10%), JAGUNG (20%) <br />

DAN KE'[)ELAI (20%) <br />

DI WILA Y AH SUMATERA UTARA <br />

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN <br />

Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan<br />

Kode Produk Target 1.01<br />

Kode Kegiatan 1.01.02<br />

Peneliti Utama<br />

: Dr. Didik Harnowo<br />

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA UTARA <br />

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOlOGI PERTANIAN <br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />

JI. Jend. Besar A.H. Nasution No.1 B Medan 20143 Sumatera Utara <br />

Telp. 061 7870710, Fax. 061 7861020, email: klinlkbptpsu@yahoo co Id <br />

2010


-,. <br />

Lembar Pengesahan<br />

Judul Penelitian : Pengkajian sistim penyediaan (>90%) kebutuhan benih unggul bermutu<br />

(padi, jagung, kedelai) yang lebih murah (>20%) secara berkelanjutan<br />

untuk mendukung program strategis peningkatan produksi padi (>10%),<br />

jagung (20%) dan Kedelai (20%) di wilayah Sumatera Utara<br />

Fokus Bidang Priorit~pengUSUI wajib melingkari satu bidang yang sesuai)<br />

1 Ketahanan Pangan<br />

. Sumber energi baru dan terbarukan<br />

3. Teknologi dan manajemen transportasi<br />

4. Teknologi informasi dan komunikasi<br />

5. Teknologi pertahanan dan keamanan<br />

6. Teknologi kesehatan dan obat<br />

Kode Produk Target : 1.01<br />

Kode Kegiatan : 1.01.02<br />

Lokasi Penelitian : Provinsi Sumatera Utara<br />

Denelitian Tahun Ke : 1 (satu)<br />

Keterangan Lembaga PelaksanalPengelola Penelitian<br />

A. Lembaga Pelaksana Penelitian <br />

\lama Koordinator/Peneliti Utama Dr. Didik Harnowo <br />

\lama Lembagallnstitusi <br />

Balai Besar Pengkajian Dan<br />

Pengembangan Teknologi Pertanian<br />

(BBP2TP)<br />

Unit Organisasi<br />

BPTP Sumatera Utara <br />

Alamat <br />

JI. Jend. Besar A.H. Nasution No 1 B <br />

Medan 20143 <br />

Telephon/HP/Faksimile/E-maii (061) 7861781,7870710, Fax. 061 7861020<br />

8. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) <br />

Nama Pimpfnan <br />

Nama Lembaga<br />

-<br />

-<br />

AJamat<br />

-<br />

Telephon/Faksimile/E-mail -<br />

Jangka Waktu Keglatan<br />

: 1 Tahun<br />

Biaya Tahun - 1 : Rp. 150.000.000<br />

Biaya Tahun - 2 : Rp. -<br />

Total Biaya : Rp. -<br />

Kegiatan JBarullanjutan)<br />

: Baru<br />

No Uraian Jumlah (Rp.)<br />

1. Gaji dan Upah 30.360.000<br />

2. Bahan Habis Pakai 3.090.000<br />

3. Perjalanan (Tidak untuk ~rjalanan luar negeri) 112.550.000<br />

4. Lain - Lain 4.000.000<br />

Jumlah biaya tahun yang diusulkan 150.000.000<br />

Kepala Lembagalln itusi <br />

BBP2TP . ' <br />

, - 1"''= .<br />

~ ." ",,'<br />

Dr. Ir. Muhrizal~aiwarir : M c;,Sc u"<br />

.--NIP. 19600329 11~~03 " ~ ,:~Q'Od ' I<br />

• t', ~


••<br />

DAFTAR 151 <br />

LEMBAR IDENTlFIKASI DAN PENGESAHAN<br />

PRAKATA<br />

DAFTARISI<br />

DAFTAR TABEL<br />

DAFTAR GAMBAR<br />

I. PENDAHULUAN<br />

1.1. Latar Belakang<br />

1.2. Perumusan Masa/ah<br />

II. T1N1AUAN PUSTAKA<br />

III. TUJUAN DAN MANFAA T<br />

IV. METODOLOGI<br />

4.1. Tahapan Kegiatan<br />

4.2. Rancangan (Design) Riset<br />

V. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

VI. KESIMPULAN DAN SARAN<br />

6.1. Kesimpulan<br />

6.2. Saran<br />

VII. DAFTAR PUSTAKA<br />

Halaman<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

4<br />

5<br />

5<br />

6<br />

7<br />

8<br />

9<br />

9<br />

9<br />

11<br />

25<br />

25<br />

26<br />

26<br />

3


••<br />

,<br />

DAFlAR lABEL<br />

No. Uraian Tabel Halaman<br />

1. Luas tanam dan kebutuhan benih padi gogo di Kab 11 <br />

Asahan Sumatera Utara, 2009 <br />

2. Tabel 2. Luas tanam dan kebutuhan benih padi sawah per 12 <br />

Kabl Kota di Sumatera Utara ,.2009 <br />

3. Luas tanam dan kebutuhan benih pad; lahan kering (gogo) 14 <br />

di Sumatera Utara, 2009 <br />

4. Ketersediaan benih padi bersertifikat Per Kab/Kota di 15 <br />

Propinsi Sumatera UtaraTahun 2009 <br />

5. Jumlah organisasi penghasil benih padi dan persentase 17 <br />

prod per kab/kota Sumut <br />

6. Luas tanam dan kebutuhan benih jagung di Sumatera 19 <br />

Utara, 2009 <br />

7. Ketersediaan benih jagung bersertifikat Per Kab/Kota di 20 <br />

Propinsi Sumut Tahun 2009 <br />

8. Jumlah organisasi penghasil benih jagung dan persentase 21 <br />

prod per kab/kota Sumut <br />

9. Luas tanam dan kebutuhan benih kedelai di Sumatera 22 <br />

Utara, 2009 <br />

10. Ketersediaan benih kedele bersertifikat Per Kab/Kota di 23<br />

Propinsi Sumut Tahun 2009<br />

11. Jumlah organisasi penghasil benih kedele dan persentase 24<br />

prod per kab/kota Sumut<br />

DAFlAR GAMBAR<br />

No. Uraian Tabel Halaman<br />

1. Pola pengelolaan produkdi benih ES yang disarankan 16<br />

2. Contoh Pola pengelolaan produkdi benih ES yang 16 <br />

disarankan <br />

4


-..<br />

I. PENDAHULUAN <br />

1.1. Latar Belakang<br />

Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam<br />

peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul terhadap<br />

peningkatan produksi padi nasional antara lain tercerrnin dari pencapaian swasembada beras<br />

pada tahun 1984. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul padi, antara<br />

lain berdaya hasil tinggi, tahan terhadar.> hama dan penyakit utama, dan umur genjah sehingga<br />

sesuai dikembangkan dalam pola tanam tertentu, dan rasa nasi enak dengan kadar protein<br />

relatif tinggi.<br />

Keberhasilan diseminasi teknologi varietas unggul ditentukan antara lain oleh<br />

kemampuan industri benih untuk memasok benih hingga ke petani. Oleh karena itu, sistem<br />

perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing dan berkelanjutan) sangat<br />

diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan produksi benih dan mutu produk pertanian.<br />

Perbanyakan benih padi dan tanaman pangan pada umumnya dimulai dari penyediaan<br />

benih penjenis (BS) oleh balai penelitian komoditas, sebagai sumber bagi perbanyakan benih<br />

dasar (BO), benih pokok (BP), dan benih sebar (BR). Kesinambungan alur perbanyakan benih<br />

tersebut sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan<br />

kebutuhan produsen/penangkar benih dan menentukan proses produksi benih sebar.<br />

Kelancaran alur perbanyakan benih juga sangat menentukan kecepatan penyebaran varietas<br />

unggul baru (VUB) kepada petani (Badan Litbang Pertanian, 2007).<br />

Walaupun pemerintah telah memprogramkan peningkatan produksi kedelai, baik melalui<br />

intensifikasi maupun ekstensifikasi, dan petani sudah siap untuk berusahatani kedelai<br />

(Oepartemen Pertanian RI, 2008), permasalahan muncul terkait dengan penyediaan benih<br />

kedelai bermutu yang memenuhi 'enam syarat tepat' (tepat varietas, jumlah, lokasi, mutu, waktu<br />

dan harga) bagi petani yang belum tertangani secara optimal. Oengan demikian, upaya<br />

membangun dan mengembangkan sistem penyediaan benih kedelai berrnutu bagi petani<br />

merupakan hal yang harus segera dilaksanakan. Hal ini mengingat ketersediaan benih bermutu<br />

yang cukup merupakan komponen teknologi utama dalam usahatani. Petani yang menggunakan<br />

benih keelelai berrnutu masih di bawah 15 %. Benih berrnutu dari varietas unggul spesik lokasi<br />

juga merupakan komponcn teknologi yang paling cepat diadopsi oleh petani (Anonim, 2007;<br />

Subandi, 2008).<br />

Produktivitas jagung rata-rata di Sumatera Utara pada tahun 2009 adalah 4,57 t1ha lebih<br />

tinggi dari produktivitas jagung nasional sebesar 4,16 t1ha (BPS, 2009). Potensi hasil jagung<br />

varietas komposit sebenamya dapat mencapai 7 - 8 tlha. Rendahnya produktivitas in; karena<br />

hanya 7 % petani yang menggunakan benih berrnutu. Oi sisi lain telah banyak varietas unggul<br />

yang dilepas, baik jenis komposit maupun hibrida. Jagung komposit yang dilepas semuanya<br />

5


-. <br />

" berasal dari Badan Litbang Pertanian, dengan potensi hasil 7,0-8,0 Vha. Sedangkan jagung<br />

hibrida yang dilepas, baik oleh 8adan Litbang Pertanian maupun swasta, memiliki potensi hasil<br />

yang lebih tinggi 9,0-14,0 t'ha.<br />

Di tingkat petani keberhasilan upaya peningkatan produksi jagung sangat dipengaruhi oleh<br />

ketersediaan benih berkualitas dari varietas unggul spesifik Iokasi. Oleh karena itu program<br />

pengembangan produksi benih sumber dan sistem perbenihannya perlu dikaji secara lebih<br />

mendalam, yang selanjutnya model hasil kajian ini dapat diterapkan di tingkat petani.<br />

1.2. Perumusan Masalah<br />

Kemajuan pertanian di seluruh dunia tidak dapat dipisahkan dari penggunaan varietasvarietas<br />

unggul yang berasal dari program pemuliaan dan industri benih yang bermutu.<br />

Tersedianya varietas unggul tidak akan bermanfaat tanpa didukung oleh industri benih yang<br />

efisien dalam menghasilkan benih bermutu secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat lokasi<br />

secara berkesinambungan (Adiningrat, 2004). Oleh karena itu, penggunaan benih unggul dan<br />

bermutu merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan produktivitas, mutu produk dan<br />

keunggulan-keunggulan lainnya. Di sisi lain, benih bermutu padi, jagung, dan kedelai belurn<br />

tersedia dalam jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau oleh petani. Oleh sebab itu perlu<br />

dilakukan penelitian terapan tentang sistim penyediaan (> 90%) kebutuhan benih unggul<br />

bermutu (padi, jagung, kedelai) yang /ebih murah (>20%) secara berkelanjutan untuk<br />

mendukung program strategis peningkatan produksi padi (>10%), jagung (20%) dan kedelai<br />

(20%) di wi/ayah Sumatera Utara.<br />

6


II. TINJAUAN PUSTAKA <br />

Penggunaan benih bermutu bisa meningkatkan produktivitas usahatani dan di tingkat<br />

nasional dapat meningkatkan produksi pangan secara agregat. Adalah tugas pemerintah untuk<br />

mendorong petani menggunakan benih berkualitas. Upaya ini ditempuh dengan perbaikan<br />

sistem perbenihan formal agar industri benih lebih maju. Pengusaha besar dapat beke~asama<br />

dengan penangkar benih untuk menghasilkan benih dalam jumJah besar. Akan tetapi bukan<br />

hanya jumlah besar yang diperlukan, telapi ketepatan waktu ketersediaan benih dengan saat<br />

tanam yang berbeda pad a setiap lokasi Kabupaten yang ada di Sumatera Utara.<br />

Dalam upaya penyokongan peningkatan produksi, pemerintah juga telah pernah membuat<br />

prgram subsidi benih jagung pada tahun 2005 - 2007 (Mayrowani, 2008). Setelah dievaluasi<br />

Kartiyasa (2007) melihat adanya kelemahan program terse but yaitu adanya kemungkinan besar<br />

diselewengkannya subsidi tersebut sehingga dia mengusulkan perlunya sebuah komitmen<br />

dalam mengamankan proses subsidi benih jagung bermutu.<br />

Keberadaan penangkar benih sebagai kelembagaan benih yang melayani komunitas<br />

petani sekitarnya selain dapat menyediakan benih secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat<br />

kualitas, juga dapat menyediakan benih yang relatif murah yang dapat terjangkau oleh petani.<br />

Perkiraan kebutuhan benih tanaman pangan antara lain dapat didekati dengan menghitung luas<br />

tanam, proporsi penggunaan benih hibrida dan komposit, dan penyebaran penggunaan varietas<br />

(8ahtiar et.a!., 2008).<br />

5istem Pengadaan dan Distribusi Benih<br />

Dalam sistem pengadaan dan distribusi, mutu benih dapat ditentukan oleh beberapa<br />

faktor yaitu: 1) sistem produksi, 2) pengolahan hasil, serta 3) penyimpanan hasil dan<br />

penanganan hasil selama distribusi benih. Dibanding dengan sistem perbenihan padi yang<br />

diperbanyak dan disebarkan dengan sistem sertifikasi secara ketat, beberapa komotitas<br />

pertanian lainnya seperti jagung dan kedelai perbenihannya masih relatit tertinggaJ (Rahman, et.<br />

al. . 2004).<br />

Walaupun sistem perbenihan padi relatif lebih maju, namun secara keseJuruhan petani<br />

Dadi yang menggunakan benih berlabel sekitar 30 -40 % sisanya merupakan benih produksi<br />

sendiri (PSE, 2000). Pengolahan dan penyimapanan benih dikaJangan petani relatit sama<br />

dengan cara untuk konsumsi sehingga kualitas masih diragukan. Peranan perusahaan pembina<br />

dalam menentukan kualitas benih unggul berlabel sangat besar. Pengawasan dan pembinaan<br />

terhadap perusahaan ini perlu dilakukan untuk tetap mendapatkan jaminan mutu benih yang<br />

akan digunakan petani kelak. Disisi lain jalinan arus benih antar lapang dan musim (Jabalsim)<br />

asih terbatas untuk palawija khususnya untuk kedelai.<br />

7


-<br />

. <br />

.. <br />

Alur produksi benih dimulai dengan galur yang telah dilepas menjadi varietas unggul<br />

baru, secara otomatis menjadi benih penjenis (Breeder seed). Benih tersebut kemudian<br />

diperbanyak dengan sistem sertifikasi yang menghasilkan benih dasar (Foundation seed =FS)<br />

atau benih pokok, dan seterusnya benih tersebut diperbanyak untuk menghasilkan benih sebar<br />

(Extesion seeed = ES). Benih sebar inilah yang digunakan petani untuk produksi konsumsi.<br />

Dalam pengawasan mutu, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) merupakan<br />

lembaga pemerintah yang diberi mandat pengawasan benih yang beredar di pasaran. Kinerja<br />

BPSB baik dan aspek kualitas, intensitas maupun jangkauan dan kapasitas pelayanannya<br />

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelembagaan perbenihan secara<br />

keseluruhan.<br />

III. TUJUAN DAN MANFAAT<br />

Tujuan<br />

1. Mengidentifikasi volume kebutuhan dan eksisting penyediaan benih bermutu (padi,<br />

jagung dan kede/ai) di tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi,<br />

2. Mengidentifikasi jumlah dan sebaran penangkar benih (padi, jagung dan kedelai) di<br />

tingkat kabupaten dan provinsi,<br />

3. Menyediakan sistim informasi perbenihan (padi, jagung dan kedelai) di wilayah Sumatera<br />

Utara,<br />

4. Membangun satu unit pengelolaan benih kelas FS (padi, jagung dan kedelai) di Kebun<br />

Percobaan BPTP Sumatera Utara dengan kapasitas produksi @ 1 ton benih .<br />

Manfaat<br />

Sebagai bahan informasi untuk tahapan dalam proses penyediaan varietas unggul<br />

yang didukung o/eh industri benih yang efisien dalam menghasilkan benih bennutu secara tepat<br />

jumlah, tepat waktu, dan tepat tempat secara berkesinambungan. Jumlah penyediaan ini<br />

dengan target penyediaan (> 90%) kebutuhan benih unggul bermutu (padi, jagung, kedelai)<br />

yang \ebih murah (>20%) secara berkelanjutan untuk mendukung program strategis peningkatan<br />

produksi padi (>10%), jagung (20%) dan kedelai (20%) di wilayah Sumatera Utara.<br />

8


-. <br />

IV.<br />

METODOLOGI <br />

4.1. Tahapan Kegiatan :<br />

a. Untuk mendapatkan tujuan 1 dilakukan :<br />

Mengumpulkan data sekunder tentang luas tanam, produksi dan produktivitas, musim<br />

tanam, varietas dari masing-masing komoditas padi, jagung dan kedelai di masing- masing<br />

kabupaten (data 2 tahun terakhir). Selain itu dikumpulkan data persentase penggunaan<br />

benih bermutu dari ketiga komoditas padi, jagung dan kedela; pada tiap musim tanam di tiap<br />

Kabupaten di Sumatera Utara, serta data sumber benih bermutu yang digunakan o/eh petani<br />

saat (baik dari dalam dan luar Sumatera Utara). Juga data Potensi dan Skala produksi<br />

lembaga produsen benih yang ada saat ini seperti : BBI dan BBU, PT. Sang Hyang Seri, PT.<br />

Pertani, serta Petani Penangkar Benih yang ada saat ini dan kontinuitas produksinya.<br />

Pengumpulan data dilakukan baik secara langsung (data primer, melalui wawancara)<br />

maupun tidak langsung (data sekunder). Bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data<br />

tersebut, akan dievaluasi keoptimalan kinerja lembaga produsen benih tersebut.<br />

b. Data yang terkumpul pada point a. selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan informasi<br />

tentang kebutuhan benih per musim tanam, per kabupaten yang ada di Sumatera Utara.<br />

c. Untuk menyediakan Unit Sistem Informasi Perbenihan (padi, jagung, dan kedelai) maka<br />

informasi tentang keberadaan benih sumber (kelas benih, jumlah, tempat, dan varietasnya)<br />

disampaikan kepada calon pengguna benihlpemerintah/pengambil pebijakan melalui media<br />

tertentu secara berkala. Hal ini dilakukan agar benih sumber yang tersedia di produsen<br />

diketahui konsumen dan agar kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Informasi tersebut<br />

diharapkan dapatlmampu dijangkau oleh konsumen benih mulai tingkat desa hingga<br />

kabupaten.<br />

d. Untuk mewujudkan satu unit pengelolaan benih kelas FS (padi, jagung, dan kedelai) di<br />

Kebun Percobaan BPTP Sumut akan dilakukan upaya perbaikan fisik (misalnya perbaikan<br />

lantai jemur untuk proses pengeringan benih, perbaikan ruang simpan benih yang memenuhi<br />

syarat), penguatan SDM yang menangani benih melalui pelatihan, maupun perbaikan<br />

manajemen pengelolaan benih sumber (FS) di Kebun Percobaan Pasar Miring, BPTP<br />

Sumut.<br />

4.2. Rancangan (Design) Riset<br />

Lokasi dan Waktu Kajian<br />

Kajian ini akan dilaksanakan di sentra produksi tanaman padi, jagung dan kedelai di<br />

Provinsi Sumatera Utara pada bulan Maret sampai Desember 2010.<br />

9


-.. <br />

'" Analisis Data<br />

Data yang dikumpulkan ditabulasi, diolah menggunakan excel! dan disajikan secara<br />

deskriptif, untuk mendapatkan informasi tentang:<br />

1. Kebutuhan bellih sumber maupun benih sebar (padi, jagung, dan kedelai), baik di tingkat<br />

propinsi maupun mabupaten.<br />

2. Jumlah dan sebaran penangkar benih yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan benih<br />

bermutu (padi, jagung dan kedelai) > 90% di setiap kabupaten.<br />

3. Hal-hal yang perfu dimuatldisampaikan dalam SIM Perbenihan .<br />

10


~<br />


-.. <br />

~<br />

Tabel2. Luas tanam dan kebutuhan benih pad; sawah per Kab/ Kota di Sumatera Utara ,2009.<br />

Luas Tanam (ha),2009 Kebutuhan benih padi sawah (kg)<br />

No Kabupaten/ Jan- Mei- Sept.- Jan.- Mei-<br />

K 0 t a April Agust. Des. Des Jan-April Agust. Sept.-Des. Jan.-Des.<br />

1 Deli Serdang 4.052 34.676 39.403 78.131 162.080 1.387.040 1.576.120 3.125.240<br />

2 Langkat 15.935 26.574 35.353 77.862 637.400 1.062.960 1.414.120 3.114.480<br />

3<br />

Labuhan<br />

Batu 904 2.922 71.082<br />

.<br />

74.908 36.160 116.880 2.843.280 2.996.320<br />

4 Simalungun 21 .557 25.881 25.575 73.013 862.280 1.035.240 1.023.000 2.920.520<br />

Serdang<br />

5 BedaQai 5.605 32.955 33.038 71 .598 224.200 1.318.200 1.321.520 2.863.920<br />

Mandailing<br />

6 Natal 15.205 14.079 7.988 37.272 608.200 583.160 319.520 1.490.880<br />

Tapanuli<br />

7 Selatan 11 .152 7.223 17.973 36.348 446.080 288.920 718.920 1.453.920<br />

8 Batu Bara 13.861 5.301 12.022 31 .184 554.440 212.040 480.880 1.247.360<br />

Tapanuli<br />

9 Tengah 7.194 11.455 11 .541 30.190 287.760 458.200 461 .&40 1.207.600<br />

Tapanuli<br />

10 Utara 4.782 2.002 14.743 21 .527 191.280 80.080 589.720 861.080<br />

11 N i as 3.971 7.292 10.217 21.480 158.840 291.680 408.680 859.200<br />

Toba<br />

12 Samosir 7.591 2.538 9.328 19.457 303.640 101.520 373.120 778.280<br />

13 Asahan 5.212 5.336 8.618 19166 208.480 213.440 344.720 766.640<br />

14 Paras 7.617 4.641 5.835 18.093 304.680 185.640 233.400 723.720<br />

H.<br />

15 Hasundutan 5.865 3.402 8.815 18.082 234.600 136.080 352.600 723.280<br />

16 Paluta 7.520 3.346 6.183 17 .049 300.800 133.840 247.320 681.960<br />

:7 Nias SeJalan 9.031 2.794 4.338 16.163 361.240 111.760 173.520 646.520<br />

l8 oair I 4.601 4.156 7.054 15.811 184.040 166.240 282.160 632.440<br />

:9 Tanah Karo 4.399 5.924 5.292 15.615 175.960 236.960 211 .680 624.600<br />

Pd.<br />

20 Sidempuan 2.501 2.498 3.143 8.142 100.040 99.920 125.720 325.680<br />

21 Samosir 2.490 1.423 2.267 6.180 99.600 56.920 90.680 247.200<br />

U Binial 617 1.779 2.120 4.516 24.680 71.160 84.800 180.640<br />

2J Medan 606 1.113 2.302 4.021 24.240 44.520 92.080 160.840<br />

Pematang<br />

2'1 Siantar 850 1.405 1.443 3698 34.000 58.200 57.720 147.920<br />

15<br />

Pakpak<br />

Bharat - 288 2.057 2.345 - 11 .520 62.280 93.800<br />

26 Tebing Tinggi - 573 664 1.237 - 22.920 26.560 49.480<br />

Tanjung<br />

. U Balai 94 203 261 558 3.760 8.120 10.440 22.320<br />

I Jumlah 163.212 211 .779 348.655 723 .646 6.528.480 8A71.160 13.946.200 28.945.8Ml<br />

12


... <br />

Rata-rata nasional produktivitas padi di tingkat petani masih di bawah tingkat potensi hasil<br />

yang sesungguhnya, yang berarti masih terbuka peluang cukup besar untuk meningkatkan<br />

produktivitas di tingkat petani. Da/am kondisi ketersediaan pupuk anorganik (terutama N, P dan<br />

K) yang sering tidak menentu di tingkat petani, gerakan atau program penyediaan benih<br />

bermutu bagi petani sangat diperlukan. Hat tersebut juga didasarkan atas fakta bahwa<br />

penggunaan benih bermutu (bersertifik?t) oleh petani belum optimal (baru sekitar 50%). Selain<br />

itu, benih merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi oleh petani. Implementasi program<br />

tersebut misalnya diterapkannya BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul) pada SL-PTI.<br />

Luas penanaman padi lahan kering (padi gogo) di Sumatera Utara mencapai sepertiga<br />

luas lahan sawahnya, atau kira-kira 250 ribu ha (Tabet 3). Akan tetapi, kalau lahan ini<br />

dioptimalkan produksinya yaitu dengan menggunakan teknologi benih bermutu, peningkatan<br />

produksi padi akan nyata di Sumatera Utara. Jika dengan menggunakan benih bermutu dapat<br />

meningkatkan 1 ton saja per ha, maka sumbangan pertambahan produksi mencapai 250 ton<br />

per tahun.<br />

13


••<br />

.. <br />

Tabel 3. Luas tanam dan kebutuhan benih padi lahan kering (gogo) di Sumatera Utara, 2009.<br />

Luas tanam Padi Lahan<br />

No. Kabupatenl kerlng (ha) Total Kebutuhan benih padi lahan kenn II (kg)<br />

Jan- Mei- Sept.- Jan.- Mei- Sept.-<br />

Kota April Agust. Des. Des. Jan-April Agust. Des. Jan.-Des.<br />

1 Medan - - - - - - - -<br />

2 Langkat 59 178 239 476 3.540 10.680 14.340 28.560<br />

3 Deli Serdang 17 267 596 880 1.020 16.020 35.760 52.800<br />

4 Simalungun 419 5.142 9.721 15.282 25.140 308.520 583.260 916.920<br />

5 Tanah Karo - 3.472 5.669 9.141 - 208.320 340.140 548.460<br />

6 Asahan - 464 157 621 - 27.840 9.420 37.260<br />

7 Labuhan Batu - 185 532 717 - 11.100 31.920 43.020<br />

8 Tapanuli Utara 909 731 444 2.084 54.540 43.860 26.640 125.040<br />

9 Tapanuli Tenqah 140 1.451 1.540 3.131 8.400 87.060 92.400 187.860<br />

10 Tapanuli Selatan 428 840 583 1.851 25.680 50AOO 34.980 111.060<br />

11 N i a s - 33 36 69 - 1.980 2.160 4.140<br />

12 D a i rl 1.329 4.462 4.829 10.620 79.740 267.720 289.740 637.200<br />

13 Tebing Tinggi - - - - - - - -<br />

14 Tanjung Balai - - - - - - - -<br />

15 Binjal - - - - - - - -<br />

16 Pematang Siantar - - - - - - - -<br />

17 Toba Samosir 110 93 134 337 6.600 5.580 8.040 20.220<br />

18 Mandailing Natal 396 110 154 660 23.760 6.600 9.240 39.600<br />

19 Pd. Sidempuan - - - - . - - -<br />

20 H. Hasundutan 276 695 208 1.179 16.560 41.700 12.480 70.740<br />

21 Samosir 6 - 5 11 360 - 300 660<br />

22 Serdang 6edagai 21 183 73 277 1.260 10.980 4.380 16.620<br />

23 Pakpak Bharat - 129 1.439 1.568 . 7.740 86.340 94.080<br />

24 Nias Selatan - - 15 15 - - 900 900<br />

25 Batu Bara - - - - - - - -<br />

26 Palas 91 155 512 758 5.460 9.300 30.720 45.480<br />

27 Paluta 232 235 653 1.120 13.920 14.100 39.180 67.200<br />

Jumlah 4.433 18.825 27.539 50.797 265.980 1.129.500 1.652.340 3.047.820<br />

~ angan: *) Asumsi kebutuhan bemh padl gogo per hektar adalah 60 kg<br />

14


- .. <br />

2. Ketersedian Benih Padi Bermutu di Sumatera Utara<br />

Benih bermutu yang dimaksud disini adalah benih yang sudah terjamin mutunya untuk<br />

diperdagangkan, ditandai dengan sertifikasi dari instansi yang berwenang. Ketersediaan benih<br />

padi bersertifikat di setiap kabupatenlkota di Sumatera Utara disajikan pad a Tabel4.<br />

Tabel 4 Ketersediaan benih padi bersertifikat Per Kab/Kota di Propinsi Sumatera UtaraTahun 2009<br />

Juml,!h Kumulatif Benih padi bersertifikat (kg)<br />

No.<br />

Kabupatenl<br />

K ota Jan-April Mei-Agust Sept·Des.<br />

1. Serdang Bedagai 6.349.930 8.856.546 869.835<br />

I 2. Batu Bara 2.341 .285 3.649.068 1.676.640<br />

3. Tapanuli Selatan 767.400 1.183.400 485.000<br />

4. Asahan 717.115 739.210 0<br />

5. Langkat 558.065 685.565 0<br />

6. Deli Serdang 410.395 478.096 5.900<br />

7. Simalungun 165.000 201 .000 3.B70<br />

8. Mandailing Natal 82.780 192.000 53.100<br />

9. T apanuli T engah 176.000 150.000 75.000.00<br />

10. Tapanuli Utara 120.300 123.000 2.700<br />

11. Tanah Karo 20.000 35.000 35.000<br />

12. Binial 26 .100 26.100 0<br />

13 Pd. Sidempuan 0 21 .765 12.965<br />

14. D air I 0 14.000 71 .900<br />

15. Me dan 1.000 1.000 0<br />

16. Labuhan Batu 0 0 0<br />

17. Tebing Tinggi 0 0 0<br />

18. Tanjung Balai 0 0 0<br />

Jumlah 11.735.370 16.355.749 3.291.910<br />

Sumber : BPSB Sumatera Utara, 2009 - 2010 ( setelah diolah)<br />

Ket : Jumlah Benih padi bersertifikat yang tersedia untuk lahan kering kira-kira<br />

1 - 2 % dari jumlah total data di atas<br />

Ada lima belas dari 27 Kabupateni Kota lokasi penghasil benih padi di Sumatera Utara<br />

(TabeI4). Jika dilihat sebarannya, sentra produksi benih padi terbesar di Sumatera Utara adalah<br />

Kabupaten Serdang Bedagei dengan jum/ah kira-kira 50 % dari total produksi, diikuti kabupaten<br />

Batubara dan Tapanuli Selatan. Dengan asumsi benih yang tersedia tergunakan seratus persen<br />

untuk pertanaman, maka ketersediaan benih bermutu masih kurang kira-kira separuhnya. Jika<br />

15


.. <br />

ingin meningkatkan ketersediaan benih menjadi >90 %, maka kekurangan benih padi bermutu<br />

di Sumatera Utara berkisar >40 % lagi.<br />

Dari informasi BPSB dan juga penangkar benih, jumlah benih bermutu yang tersedia di<br />

petani di Sumatera Utara sebenamya lebih banyak 5 -<br />

8 % dari angkaldata yang tertulis pada<br />

Tabel 4. Hal ini cukup rasional karena yang akan menggunakan benih tersebut adalah<br />

kelompok penangkar mereka sendiri. Mereka<br />

hanya melaporkan pada petugas pad a saat<br />

pertanaman tetapi tidak melakukan pelabelan. dengan alasan akan menambah biaya.<br />

sedangkan mereka tidak melakukan penjualan.<br />

Benih bermutu yang dimaksud adalah pertanaman yang benih sumbemya adalah benih<br />

pokok (SS) kemudian dijadikan benih sebar (ES), sebagaimana alur produksi benih bersertfikat<br />

(Gambar 1) Gambar 2 adalah contoh bagaimana pola pengelolaan produksi benih ES yang<br />

disarankan. Benih pokok yang digunakan mereka bersertifikat. Perusahaan swasta yang telibat<br />

dalam industri benih mendapat pasokan dari petani lokal juga, dengan melihat asal-usul benih.<br />

Keterlibatan petani menjadi penangkar benih akan lebih besar jika benih sumber mudah<br />

diperoleh di Sumatera Utara. Jumlah penangkar benih di Sumatera Utara disajikan pada Tabel<br />

5.<br />

PP.t;:mi<br />

Pptnni<br />

Dari 66 Padi diproduksi<br />

menjadi FS di<br />

Kebun/Balai Benih<br />

Diproduksi oleh penangkar<br />

di kabupaten dengan<br />

pembinaan Dinas/6PTP<br />

untuk dijadikan ES<br />

Gambar 1. Pola pengelolaan produkdi benih ES yang disarankan<br />

Contoh'<br />

2 kg BS<br />

(0/05 hal<br />

~<br />

Oiperoleh 150<br />

kg FS (asumsi<br />

Dapat<br />

SS =11,25 ton<br />

produktlvitas ditanam pada ditanam pada<br />

Benih 3 tlha) areal 3,75 ha 281,25 ha<br />

~<br />

843,75<br />

ton ES<br />

Gambar 2. Contoh Pola pengelolaan produkdi benih ES yang disarankan<br />

16


Apabila setiap kabupaten/kota harus swasembada benih maka:<br />

1. Penangkaran benih dilakukan 6-8 bulan sebelumnya; sehingga untuk memenuhi<br />

kebutuhan benih pada periode tanam September - Desember, benih per/u<br />

disiapkan/diproduksi pada Januari - April. Untuk keperluan Mei - Agustus, benih perlu<br />

disiapkan/diproduksi September - Desember. Untuk keperluan Januari - April, benih<br />

perlu disiapkan/diproduksi September - Desember.<br />

2. Beberapa kecamatan tidak bisa untuk memproduksi benih pad a bulan September -<br />

Desember (Sei Kepayang, Simpang Empat, Air Satu, Suntu Pane, Setia Janji, Tinggi<br />

Raja, Pulo Bandring dan Air Joman). Demikian juga beberapa kecamatan pada Mei -<br />

Agustus juga tidak bisa untuk memproduksi benih dan luas areal tanamnya sangat<br />

kurang.<br />

3. Untuk efisiensi pengelolaan benih pada penangkaran benih ES, maka disarankan<br />

produksi benih dilaksanakan tersentralisir pada kecamatan - kecamatan tertentu. Untuk<br />

produksi benih SS (sebagai sumber benih untuk ditangkarkan menjadi ES) juga<br />

dilaksanakan dengan cara yang serupa.<br />

Tabel 5. Jumlah organisasi penghasil benih padi dan persentase prod per kab/kota Sumut<br />

Poktan Senih SSI IKbn Percob PT/CV/UD *)<br />

No_ jlh orga­ % prod jlh orga­ % prod ~h orga­ % prod<br />

Kab/kota nisasi benih nisasi benih nisasi benih<br />

1_ Medan 1 100 0 0 0 0<br />

2_ Langkat 17 85 1 0 2 15<br />

3_ Deli Serdang 11 37 2 40 3 23<br />

4 _ Simalungun 3 100 1 0 0 0<br />

5_ Tanah Karo 6 100 0 0 0 0<br />

6. Asahan 28 51 0 0 1 49<br />

7. Labuhan Batu 4 0 0 0 1 0<br />

8_ Tapanuli Utara 6 100 0 0 0 0<br />

9. Tapanuli Tengah 4 100 0 0 0 0<br />

10_ Tapanuli Selatan 3 1 0 0 1 99<br />

11. D air I 3 100 0 0 0 0<br />

12_ Tebing Tinggi 4 100 0 0 0 0<br />

13. Binjal 0 0 1 100 0 0<br />

14. Mandailing Natal 13 73 1 27 0 0<br />

15. Pd _Sidempuan 5 100 0 0 0 0<br />

16_ SerdanQ BedaQai 29 27 0 0 4 73<br />

17. Pakpak Bharat<br />

18_ Batu Bara 16 19 0 0 1 71<br />

19_ Humbanghas 3 0 1 0 0 0<br />

Jumlah 156 8 13<br />

..<br />

Ket: 8BI= Balal Benlh Induk; PT, CV, UD = Usaha swasta, mlhk pnbadl atau usaha bersama<br />

Poktan= Kelompok tani<br />

17


-..<br />

Dari Tabel 5 di atas terlihat jumlah poktan atau petani yang menjadi penangkar benih ada<br />

156 orang. Sedangkan swasta hanya ada 4, akan tetapi karena 2 perusahaan swasta PT pertain<br />

dan PT SHS membuka cabang pada kabupaten lainnya, jumlah kabupaten yang perusahaan<br />

swastanya terlibat menjadi 13. Jika pada satu kabupaten terdapat perusahaan yang jumlahnya<br />

lebih dari 2, maka sisanya dari 2 tersebut dikeloJa oleh swasta lokal kabupaten yang<br />

bersangkutan. Tetapi jika hanya ada satu atau 2 jumlsh PT yang yang tertulis di data tersebut<br />

maka yang mengkelo/a benih di kabupaten tersebut ada/ah PT Pertani atau PT SHS (Sang<br />

Hyang Seri). Instansi pemerintah yang langsung memproduksi benih, yaitu BBI Murni di<br />

Tanjung Morawa, Deli Serdang, SBP di Madina, Marihat Simalungun, dan Dinas Pertanian<br />

Binjai dan BBJ di Tanjung Selamat (Langkat). Terdapat satu Kebun Percobaan Pasarmiring,<br />

yang berada di bawah Organisasi Badan Litbang Pertanian, atau BPTP Sumatera Utara,<br />

menghasilkan benih jenis baru, untuk mempercepat diseminasi teknologi benih.<br />

18


••<br />

~<br />

3. Luas Tanam dan Kebutuhan 8enih Jagung di Sumatera Utara<br />

Luas tanam dan kebutuhan benih jagung di Sumatera Utara disajikan pada Tabel 6,<br />

sedangkan ketersediaan benih jagung bersertifikat per kabupaten/kota disajikan pada Tabel 7.<br />

Tabel6. Luas tanam dan kebutuhan benih jagung di Sumatera Utara, 2009<br />

NO.<br />

KABUPATEN<br />

Jan -<br />

Apr<br />

Luas tanamJha)<br />

Mei-<br />

Agust<br />

Sep ­<br />

Des Jumlah Jan - Apr<br />

Kebutuhan benih (kg)*)<br />

Mei -<br />

Aqust Sep - Des Jumlah<br />

1. Medan 115 136 127 663 2.875 3.400 3.175 16.575<br />

2. Langkat 6.693 7.448 9.129 41 .211 167.325 186.200 228.225 1.030.275<br />

3. Deli Serdang 10.322 6.715 9.292 45.471 258.050 167.875 232.300 1.136.775<br />

4. Simalungun 20.742 21.661 24.639 117.281 518.550 541.525 615.975 2.932.025<br />

5. Tanah Karo 34.825 24.444 27.677 139.176 870.625 611.100 691.925 3.479.400<br />

6. Asahan 1.895 3.075 1.654 12.423 47.375 76.875 41.350 310.575<br />

7. Labuhan Batu 678 600 637 3.175 16.950 15.000 15.925 79.375<br />

8.<br />

Tapanuli<br />

Utara 1.380 752 1.522 6.378 34.500 18.800 38.050 159.450<br />

9.<br />

Tapanuli<br />

Tengah 92 683 494 2.493 2.300 17.075 12.350 62.325<br />

10.<br />

Tapanuli<br />

Selatan 361 656 612 3.002 9.025 16.400 15.300 75.050<br />

11. Nias 72 124 22 374 1.800 3.100 550 9.350<br />

12. D air I 6.877 14.360 10.049 56.819 171.925 359.000 251.225 1.420.475<br />

13. Tebing TInggi 10 14 16 71 250 350 400 1.775<br />

14. Tanjung Balai 4 5 16 46 100 125 400 1.150<br />

15. Binjal 433 372 347 1.947 10.825 9.300 8.675 48.675<br />

Pematang<br />

16. Siantar 120 306 198 1.128 3.000 7.650 4.950 28.200<br />

17. T oba Samosir 2.701 2.539 3.371 15.106 67.525 63.475 84.275 377.650<br />

Mandailing<br />

18. Natal 174 313 203 1.222 4.350 7.825 5.075 30.550<br />

19.<br />

Pd.<br />

Sidempuan 65 34 83 305 1.625 850 2.075 7.625<br />

20.<br />

H.<br />

Hasundutan 127 177 108 713 3.175 4.425 2.700 17.825<br />

21 . Samosir 381 264 137 1.264 9.525 7.100 3.425 32.100<br />

Serdang<br />

22. Bedagai 1.593 2.987 2.787 13.776 39.825 74.675 69.675 344.400<br />

23.<br />

Pakpak<br />

Bharat - 66 1.943 4.018 - 1.650 48.575 100.450<br />

24. Nias Selatan 70 90 78 406 1.750 2.250 1.950 10.150<br />

25. Batu Bara 642 1.406 413 4.379 16.050 35.150 10.325 109.475<br />

26. Palas 606 876 659 3.800 15.150 21.900 16.475 95.000<br />

27 . Paluta 519 276 320 1.832 12.975 6.900 8.000 45.800<br />

Jumlah 91.497 90.399 96.533 478.499 2.287.425 2.259.975 2.413.325 11.962.475<br />

Keterangan: *) Asumsi kebutuhan bemh ]agung per hektar adalah 25 kg<br />

19


-. <br />

Tabel 7. Ketersediaan benih jagung bersertifikat Per Kab/Kota di Propinsi Sumut Tahun 2009<br />

No.<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Jumlah Kumulatlf Benih jagung bersertifikat (kg<br />

Kabupatenl<br />

Ko t a Jan-April Mei-Agust. Sept.-Des.<br />

Langkat<br />

13.290 19.440 0<br />

Deli Serdang<br />

3.800 3.800 6<br />

Simalungun<br />

50.947 18.925 4<br />

Asahan<br />

32.250 67.272 1,80<br />

Tapanuli Utara<br />

oair I<br />

33.900 33.900 0<br />

- - 72<br />

Jumlah 134.187 143.337 83<br />

Sumber : BPSB Sumatera Utara, 2009 - 2010 ( setelah diolah)<br />

Untuk komoditas jagung, pemerintah juga mentargetkan swasembada berkelanjutan.<br />

Dalam sepuluh tahun terakhir penggunaan benih jagung berkualitas masih sekitar 7 persen .<br />

Benih yang digunakan umumnya benih hibrida dengan berbagai merek dagang. Ada enam<br />

Kabupaten/Kota lokasi penghasil benih jagung di Sumatera Utara. Jika dilihat sebarannya,<br />

sentra produksi benih padi terbesar di Sumatera Utara adalah Kabupaten Asahan dengan<br />

jumlah kira-kira 36 % dari total produksi, diikuti kabupaten Simalungun dan Tapanuli Utara.<br />

Benih bersertifikat yang tersedia 1.20 %. Dengan asumsi benih yang tersedia tergunakan<br />

seratus persen untuk pertanaman, maka ketersediaan benih bermutu masih kira-kira kurang dari<br />

seperempatnya. Jika ingin meningkatkan ketersediaan benih menjadi >90 %, maka kekurangan<br />

benih jagung bermutu di Sumatera Utara berkisar > 80 % lagi.<br />

20


-. <br />

Tabel 8. Jumlah organisasi penghasil benih jagung dan persentase prod per kab/kota Sumut<br />

Poktan 8enih BBI IKbn Percob PT/CV/UD *)<br />

jlh orga­ % prod jlh orga­<br />

% prod jlh orga­ % prod<br />

No. Kab/kota nisasi benih nisasi benih nisasi benih<br />

1. Langkat<br />

0 0 1 100 0 0<br />

2. Deli Serdang<br />

0 0 0 0 1 100<br />

3. Simalungun<br />

0 0 0 0 1 100<br />

4. Asahan<br />

0 . 0 0 0 1 100<br />

Tapanuli<br />

0 0 0 1 100<br />

5. Utara<br />

0<br />

Ket: SBI= Balai Bemh Induk; PT, ()J, UD = Usaha swasta, milik pribadi atau usaha bersama<br />

Poktan= Kelompok tani<br />

Terlihat dari Tabel 8 di atas, produsen benih jagung adalah Swasta dan Balai Benih milik<br />

Pemerintah. Belum ada petani penangkar atau poktan yang berusaha di perbenihan jagung. Hal<br />

ini bukan berarti petani tidak mau. Permasalahannya adalah, jika menghasilkan benih jagung<br />

hibrida harus mempunyai tetua khusus, karena sifar jagung yang berumah dua. Hal ini masih<br />

su/it dilaksanakan. Untuk mengatasi hal in; petan; dapat diarahkan untuk menghasilkan benih<br />

jagung komposit, yang tetuanya dapat didatangkan dan lembaga penelitian komoditas. Hal ini<br />

perlu didorong untuk menghasilkan benih jagung dalam jumlah yang lebih banyak lagi dan harga<br />

yang relative murah, karena akan diarahkan diproduksi di sentra produksi jagung yang ada di<br />

Sumatera Utara.<br />

Luas tanam dan kebutuhan benih kedelai di Sumatera Utara tahun 2009 disajikan pad a<br />

Tabel9, sedangkan ketersediaan benih kedelai bersertifikat disajikan pada Tabel 10, dan jumlah<br />

organisasi penghasil benih kedelai serta persentase produksinya disajikan pada Tabel 11.<br />

Pemerintah mentargetkan swasembada kedelai pada tahun 2014.<br />

21


-.<br />

~<br />

Tabel9. Luas tanam dan kebutuhan benih kedelai di Sumatera Utara, 2009.<br />

No. KabupatenJ Luas tanam (ha) Kebutuhan benih (kg 1*)<br />

Jan- Mel- Sept.- Jan- Mei- Sept.­<br />

K 0 t a April Agust. Des. Jumlah April Agust. Des. Jumlah<br />

1. Me d an 5 3 - 11 200 120 - 440<br />

2. Lan~kat 3.039 126 536 3.701 121.560 5.040 21 .440 148.040<br />

3. Deli Serdang 2.743 58 153 3.175 109.720 2.320 6.120 127.000<br />

4. Simalungun 461 11 . 29 550 18.440 440 1.160 22.000<br />

5. Tanah Karo - - - - - - - -<br />

6. Asahan 39 327 - 700 1.560 13.080 - 28.000<br />

7. Labuhan Batu 41 48 15 187 1.640 1.920 600 7.480<br />

8. Tapanuli Utara - - - - - - - -<br />

Tapanuli<br />

9. Tengah 51 144 14 387 2.040 5.760 560 15.480<br />

Tapanuli<br />

10. Selatan 161 111 111 658 6.440 4.440 4.440 26.320<br />

11 . Nias 1 - - 1 40 - - 40<br />

12. o a irf - 5 - 10 - 200 - 400<br />

13. Tebing TInggi - - - - - - - -<br />

14. Tanjung Balai - - 2 ... - - 80 160<br />

15. Binjal 251 102 73 618 10.040 4.080 2.920 24.720<br />

16.<br />

Pematang<br />

Siantar - - - - - - - -<br />

17. Toba Samosir - - - - - - -<br />

Mandailing<br />

18. Natal 388 353 298 1.700 15.520 14.120 11 .920 68.000<br />

19. Pd. Sidempuan 23 24 14 99 920 960 560 3.960<br />

20. H. Hasundutan 1 2 1 7 40 60 40 280<br />

21. Samosir 7 8 1 28 280 320 40 1.120<br />

Serdang<br />

22. Bedagai 2.201 19 4 2 .247 88.040 760 160 69.880<br />

23. Pakpak Bharat - - - - - - - -<br />

24. Nias Selatan - - - - - - - -<br />

25. Batu Bara 408 322 6 1.082 16.320 12.880 320 43.280<br />

26. Palas 50 184 42 514 2.000 7.360 1.680 20.560<br />

27. Paluta 151 64 72 450 6.040 2.560 2.880 16.000<br />

Jumlah 10.021 1.911 1.373 16.129 400.840 76.440 54.920 645.160<br />

Keterangan: *) Asumsi kebutuhan bemh kedelal per hektar adalah 40 kg<br />

22


-. <br />

Dari ketiga komoditas tersebut, komoditas kedelai nampaknya yang paling sedikit<br />

ditangani karena menyangkut beberapa permasalahan, yakni:<br />

1. Impor kedelai dan masafah tarif impor kedelai,<br />

2. harga kedelai lokal yang kurang rnenarik sehingga kurang menggairahkan petani untuk<br />

menanam kedelai,<br />

3. penyediaan benih bermutu berkaitan dengan sifat benih kedelai yang mudah rusak dan<br />

penangkarannya,<br />

4. Ketersediaan lahan untuk perluasan areal tanam,<br />

5. Tenaga kerja dan permodalan petani.<br />

Tabel 10. Ketersediaan benih kedele bersertifikat per Kabupaten/Kota <br />

d' I P roplnsl . . S umu t T a h un 2009<br />

Jumlah Benih kedele bersertifikat (kg)<br />

No.<br />

Kabupatenl<br />

K 0 t a Jan-April Mei-Agust. Sept.-Des.<br />

1. Deli Serdang 1.160 40.455 1.920<br />

2. Simalungun 50.947 18.925 0<br />

3. Asahan 12.720 79.992 0<br />

4. LangkatJbinje 97.840 109.590 31.100<br />

5. Madina 6.500 6.500 35000<br />

6. Tap Utara 33.900 -<br />

Jumlah 168.008 289.362 68.020<br />

Sumber: BPSB Sumatera Utara, 2009 - 2010 ( setelah diolah)<br />

Ada enam Kabupaten/Kota lokasi penghasil benih kedele di Sumatera Utara. Jika dilihat<br />

sebarannya, sentra produksi benih kedele terbesar di Sumatera Utara adalah Kabupaten<br />

Langkat dengan jumlah kira-kira 38 % dan total produksi, diikuti kabupaten Asahan dan<br />

Simalungun. Benih berseriifikat yang tersedia dibanding luas tanamnya ada 41 %. Dengan<br />

asumsi benih yang tersedia tergunakan seratus persen untuk pertanaman, maka ketersediaan<br />

benih bermutu masih kira-kira hampir separuhnya. Jika ingin meningkatkan ketersediaan benih<br />

menjadi >90 %, maka kekurangan benih jagung bermutu di Sumatera Utara berkisar > 40 %<br />

lagi.<br />

Ketersediaan benih kedele yang tinggi ini dipasok terbanyak oleh PT SHS . Hal ini<br />

dimungkinkan karena mereka menanam berdasarkan permintaan oleh lembaga tertentu. Untuk<br />

23


-..<br />

menghindarkan kerugian di pemasaran sistem penjualan dengan cara pesan dengan harga<br />

yang jelas memang terbaik. PT SHS sendiri memberdayakan petani penangkar. Mereka<br />

mengadakan perjanjian dengan petani atau poktan dan menyediakan benih sumber. Hasil<br />

panen mereka beli dan mereka yang mengkontak lembaga berwenang untuk melakukan proses<br />

sertifikasi benihnya.<br />

. <br />

Tabel 11. Jumlah organisasi penghasil benih kedele dan persentase produksi <br />

per k a b/k oat Sumu. t<br />

Poktan Benih BBl/Kbn Percob PTlCV/UD *)<br />

jlh orga­ % prod jlh orga­ % prod jlh orga­ % prod<br />

No. Kab/kota nisasi benih nisasi benih nisasi benih<br />

1. Deli Serdang 0 0 1 100 0<br />

2. Simalungun 0 a a a a<br />

3. Asahan 2 100 0 0 0<br />

4. Langkatlbinje 3 8 3 10 1<br />

5. Madina 3 50 1 50 0<br />

6. Tap Utara 0 0 1 100 0<br />

jumlah 8 6 1<br />

Ket: BB1= Balai Benih 1nduk; PT, 01, UD = Usaha swasta, milik pribadi atau usaha bersama <br />

Poktan= Kelompok tani <br />

0<br />

0<br />

0<br />

82<br />

0<br />

0<br />

Data pada Tabel 8 di atas produsen benih kedele, adalah Kelompok tani atau petani<br />

perseorangan, Swasta dan Balai Benih milik Pemerintah. Pad a kenyataannya di lapangan yang<br />

melakukan produksi benih kedele adalah petani dan instansi pemerintah. Pihak swasa yang<br />

melibatkan hanya 1 yaitu PT SHS yang melakukan kerjasama dengan petani setempat.<br />

4. FGD<br />

Beberapa hasH dari FGD yang dilakukan terhadap petani kelompok tani penangkar benih<br />

di Sumatera Utara adalah sebagai berikut :<br />

• Petani berkeinginan untuk menggunakan benih bermutu karena mereka sudah<br />

memahami manfaat penggunaan benih bermutu (berlabel),<br />

• Petani mengharapkan harga benih bennutu terjangkau (sesuai dengan daya be)i) petani,<br />

• Langkat dan Simalungun mengharapkan adanya pergantian varietas dari Ciherang ke<br />

Inpari atau yang lain (missal: Mekongga),<br />

• Perlu ketersediaan benih sumber pada saat diperlukan (terutama SS, untuk dijadikan<br />

ES), dan informasi di mana benih sumber tersebut dapat diperoleh,<br />

• Perlu adanya pembinaan terhadap para penangkar secara rutin dari kabupaten/propinsi,<br />

24


-.<br />

-0<br />

• Petani/penangkar perlu bantuan mengenai pasar. Hal ini terkait dengan misalnya<br />

pengadaan benih BLBU untuk SL-PTT yang dilakukan oleh PT SHS dan PT Pertani,<br />

• Perlu bantuan sosialisasi bagi petanilmasyarakat yang selama inj belum menggunakan<br />

benih bermutu untuk secara sadar menggunakan benih bennutu. Hal terse but akan<br />

menciptakan pasar potencial bagi benih bermutu yang diproduksi oleh para penangkar di<br />

daerah.<br />

5. Model Penangkaran Benih Berbasis komunitas<br />

Menurut Hamowo dan Subandi (2008) penangkaran benih berbasis komunitas memiliki<br />

prospek cukup baik untuk dikembangkan di sentra-sentra produksi comoditas. Untuk komoditas<br />

padi, model tersebut sudah cukup berkembang di masyarakat penangkar. Sebaliknya, untuk<br />

komoditas kedelai dan jagung, model penangkaran benih berbasis komunitas belum dapat<br />

berjalan seperti yang diharapkan. Untuk mendukung usaha penangkaran benih berbasis<br />

komunitas, diperlukan kerjasama kemitraan antara kelompok tani atau Gabungan Kelompok<br />

Tani (Gapoktan) dengan penangkar benih skala menengah/besar.<br />

Penangkar benih skala menengah/besar tersebut diharapkan hadala BUMN yang<br />

bergerak pada industri benih, seperti PT. Sang Hyang seri dan PT. Pertani. BUMN tersebut<br />

dapat berfungsi sebagai pemasok saprodi, benih sumber dan mungkin pennodalan bagi<br />

petani/kelompok tani penangkar benih. Dengan perjanjian yang jelas mengenai harga calon<br />

benih, biaya saprodi dan lain-lain maka BUMN akan menanmpung calon benih yang sudah<br />

diproduksi oleh komunitas petani penangkar benih. Proses sertifikasi sebaiknya dilakukan oleh<br />

BUMN . Apabila model ini dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada sentra-sentra produksi<br />

benih di daerah-daerah (paling tidak di setiap kabupaten), maka hal ini diharapkan akan dapat<br />

menekan harga benih bersertifikat, terutama akibat berkurangnya biaya transportasi, kaerna<br />

diproduksi di wilayah sendiri.<br />

VI. KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Kesimpulan<br />

• Penangkaran benih dilakukan 6-8 bulan sebelumnya; sehingga untuk memenuhi kebutuhan<br />

benih pada periode tanam September - Desember, benih perlu disiapkan/diproduksi pada<br />

Januari - April. Untuk keperluan Mei - Agustus, benih perlu disiapkanJdiproduksi pada<br />

September - Desember. Untuk keperluan Januari - April, benih perlu disiapkanJdiproduksi<br />

pada bulan September - Desember.<br />

• Untuk menyediakan benih > 90%, Sumatera Utara membutuhkan peningkatan produksi<br />

benih padi sebesar > 40%, benih jagung > 80%, dan benih kedele > 40%.


••<br />

• Walaupun petani dan poktan sudah banyak dilibatkan pada produksi benih, akan tetapi<br />

mereka belum mampu memproduksi benih padi dan kedele secara berkelanjutan, karena<br />

kesulitan benih sumber. Sedangkan<br />

dilibatkan untuk memproduksi benih jagung komposit.<br />

untuk memproduksi benih jagung petani dapat<br />

• Kebun Percobaan dan instansi Pemerintah yang ada di Sumatera Utara dapat ditingkatkan<br />

fungsinya untuk penghasil benih sumber bagi poktan yang mau memperoleh benih sumber.<br />

• ModeJ penangkaran benih berbasis komunitas diharapkan dapat menekan harga benih<br />

.<br />

bersetifikat karena diproduksi di wilayah sendiri.<br />

Saran<br />

• PetaniJpenangkar perlu adanya bantuan mengenai pasar. Hal ini terkait dengan misalnya<br />

pengadaan benih BLBU untuk SL-PTI yang dilakukan oleh PT SHS dan PT Pertani.<br />

• Perlu bantuan sosialisasi bagi petanilmasyarakat yang selama ini belum menggunakan<br />

benih bennutu untuk secara sadar menggunakan benih bennutu. Hal tersebut merupakan<br />

pasar potencial bagi benih bennutu yang diproduksi oleh para penangkar di daerah.<br />

• Agar setiap daerah (kabupatenlkota) memprogramkan swasemdada benih. Hal tersebut<br />

dapat dicapai dengan pembinaan penangkar dalam rangka menumbuhkembangkan model<br />

penangkaran benih berbasis comunitas.<br />

VII. DAFTAR PUSTAKA<br />

Adiningrat, E. 2004. Menggerakkan dan membangun industri perbenihan di Indonesia. Prosiding<br />

Lokakarya Perhimpunan IImu Pemuliaan Indonesia VII. Peripi dan Balitkabi. Malang.<br />

HaI.10-13.<br />

Anonimous, 2007. Teknologi Ungguran Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan<br />

Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian.<br />

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi. Badan Litbang<br />

Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.<br />

Bahtiar, S. Pakki, dan Zubachtirodin. 2008. Sistem Perbenihan Jagung. Da/am Jagung : Teknik<br />

Produksi dan pengembangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hal. 177 ­<br />

191 .<br />

BPS. 2009. Sumatera Utara dalam Angka 2009. BPS. Medan.<br />

Departemen Pertanian, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman<br />

Terpadu (SL_PTT) Kedelai<br />

Harnowo, D. Dan Subandi. 2008. Prospek dan kendala Pengembangan Penangkaran Benih<br />

Kedelai Berbasis Komunitas. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan : Inovasi Teknologi<br />

Tanaman Pangan (Buku 3). Puslitbang Tanaman Pang an Bogor. Hal. 619-634.<br />

26


-., <br />

Kartiyasa, Ketut. 2007. Usulan Kebijakan Pola Pemberian dan Pendistribusian Benih bermutu.<br />

Analisis Kebijakan pertanian 6 (4) : 304 - 319<br />

Mayrowani, H. 2008. Evaluasi Kebijakan Subsidi Benih jagung. Kasus Kabupaten Jonepono,<br />

Sulawesi Selatan. Analisis Kebijakan Pertanian 8(3) : 256 -271 .<br />

Rahman, B. , I.W. Rusastra.dan ketut Kariyasa. 2004. Sistem Pemasaran Benih dan Pupuk dan<br />

Pembiayaan Usahatani. PSE Bogor : 204 - 228.<br />

Suyamto, Rudi Suhendi, Marwoto, Subandi, J.Rachman Hidayat, 2007. Pedoman Produksi<br />

Benih Sumber Kedelai. Badan Litbang Pertanian.


LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN,<br />

KEI~Y AAN INTELEKTUAL DAN HASIL PENGELOLAANNYA<br />

(<strong>Laporan</strong> Ringkas Hasil Litbang sesuai PP No. 20 TH. 2005)<br />

Identitas Lembaga Penelitian dan Pengembangan<br />

Nama Lembaga Penelitian dan<br />

Pengembangan<br />

Pimpinan<br />

Alamat<br />

Identitas Kegiatan<br />

Judul<br />

Abstraksi<br />

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN<br />

(BPTP) SUMA TERA UT ARA<br />

Dr. Didik Harnowo, MS<br />

JI. Jend . Besar A.H. Nasution No. I-B<br />

Medan - Sumatera Utara, 20143<br />

(Telp. 061-7861020 dan 061-7870710)<br />

PENGKAJIAN SISTEM PENYEDIAAN (>90%) KEBUTUHAN BENIH UNGGUL<br />

BERMUTU (PADI , JAGUNG , KEDELAI) YANG LEBIH MURAH (>20%)<br />

SECARA BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM STRATEGIS<br />

PENINGKATAN PRODUKSI PADI (>10%) , JAGUNG (20%), DAN KEDELAI<br />

_(20%) 01 WILAYAH SUMATERA UTARA<br />

Salah satu masalah dalam peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai<br />

adalah masih rendahnya penggunaan benih bermutu dari varietas unggul<br />

baru. Selain itu belum berkembangnya penangkaran benih (terutama<br />

untuk kedelai dan jagung). Kesulitan mendapatkan benih sumber untuk<br />

ditangkarkan menjadi benih kelas ES merupakan salah satu penyebab<br />

penangkaran benih kurang diminati masyarakat/petani. Manfaat dari<br />

penelitian ini adalah sebagai informasi untuk pengembangan varietas<br />

unggul baru serta penyediaan benihnya (benih bermutu) yang didukung<br />

oleh industri benih yang efisien dalam menghasilkan benih bermutu yang<br />

memenuhi syarat 'enam tepat' . Tahapan kegiatan adalah pengumpulan<br />

data sekunder maupun primer di beberapa sentra produksi komoditas padi,<br />

jagung, dan kedelai, serta dari Dinas Pertanian Propinsi tentang luas<br />

tanam, keberadaan penangkar benih dan jumlah benih yang dapat<br />

disediakan di masing-masing kabupaten/kota. Data yang terkumpul<br />

dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan benih per<br />

musim tanam, per kabupaten di Sumatera Utara. Untuk penyediaan satu<br />

unit pengelolaan benih kelas FS (padi, jagung, kedelai) dilakukan dengan<br />

perbaikan gudang penyimpanan benih di Kebun Percobaan Pasar Miring).<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumatera Utara masih kekurangan<br />

benih bermutu 40-50% untuk padi, 75-80% untuk jagung, dan 50-60%.<br />

Penangkaran benih berbasis komunitas belum berkembang di Sumatera<br />

Utara, khususnya untuk kedelai dan jagung. Model penangkaran benih<br />

berbasis komunitas diyakini merupakan alternative bagi upaya penyediaan<br />

benih varietas unggul bermutu yang memenuhi syarat 'enam t~at ' .<br />

Tim Peneliti Dr. Didik Harnowo, MS. (Koordinator)<br />

Ir. Sortha Simatupang, MS. (Anggota-Pemuliaan)<br />

Ir. Akmal, MSi (Anggota-Agronomi)<br />

Ir. Evawati Sri Ulina, MSc. (Anggota-Entomologi)<br />

Ir. Timbul Marbun, MS. (Anggota-Tanah)<br />

Waktu April- Nopember 2010<br />

Pelakasanaan<br />

Publikasi<br />

I. Perbaiikan Sistem Penyediaan Benih Bermutu VUB padi di Sumatera


~--- --- - -<br />

Utara (Rencana Publikasi Tahun 2011) di Jurnal Ilmiah JPPTP Balai<br />

Besar Pengkaj ian, Bogor.<br />

2. Keragaan Sistem Penangkaran Benih Kedelai di Sumatera Utara<br />

(Rencana Publikasi Tahun 2011) di Jumal Ilmiah JPPTP Balai Besar<br />

Pengk


DAFTAR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAY ASA<br />

TAHUN 2010<br />

Lembaga: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara<br />

No Judul Peneliti Utama<br />

Total Dana Bentuk Luaran yang Status Luaran<br />

JRp. )<br />

Dibasilkan *)<br />

**) <br />

I Pengkajian Pemetaan Potensi Sapi Beranak Kembar, Sistem Dr. Tatang M 200.000.000,- Publikasi<br />

Selesai<br />

Reproduksi (jarak beranak :::;12 bulan), dan Teknologi Ibrahim, M.Rur <br />

Pakan Berbahan Lokal untuk PBBH > 0,4 kg pada Pedet Sc <br />

Pra Sapih di Sumatera Utara <br />

2 Uji Multilokasi Galur Harapan Lokal Padi (Potensi<br />

If. Helmi, MSi 200.000.000,­ Publikasi<br />

Selesai<br />

Produksi >6 ton GKP/ha), Jagung (Potensi Produksi >7<br />

ton/ha), Kedelai (Potensi Produksi >4 ton/ha) yang Sesuai<br />

Preferensi Petani di Sumatera Utara <br />

3 Pengkajian Sistem Penyediaan (>90%) Kebutuhan Benih Dr. Didik 150.000.000,- Publikasi<br />

Selesai<br />

Unggul Bermutu (Padi, Jagung, Kedelai) yang lebih murah Harnowo, MS <br />

(>20%) secara Berkelanjutan untuk Mendukung Program <br />

Strategis Peningkatan Produksi Padi (> I 0%), Jagung (20%), <br />

dan Kedelai (20%) di Wilayah Sumatera Utara <br />

4 Modifikasi Prototipe Aisin Pengkelasan Kapasitas > 1000 Ir. Besman 150.000.000,- Prototipe Dalam Proses<br />

kg! jam dan Aplikasi Edible Coating Perpanjangan Umur Napitupulu,<br />

Pengajuan<br />

Simpan> 2 Bulan pada Buah Jeruk Siam Madu di Sumatera MSc <br />

Utara <br />

5 Penerapan Model Subsidi Langsung (Pupuk) Untuk Ir. Khadijah El 150.000.000,- Publikasi<br />

Selesai<br />

Meningkatkan Efektivitas dan Efesiensi Pupuk > 25% dari Ramija, MP <br />

J50ndisi Eksisting di Sumatera Utara <br />

-- - -<br />

I<br />

Catatan:<br />

*) Bentuk luaran yang dihasilkan dapat berupa publikasi/prosedurl prototipolKl/dll<br />

**) Bentuk luaran sampai saat ini: selesai/dalam proses pengajuan/dll

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!