04.11.2014 Views

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kebijakan</strong> <strong>Desentralisasi</strong> <strong>Fiskal</strong><br />

Bab V<br />

Dalam rangka mendukung peningkatan kinerja daerah, mulai tahun 2010 kepada daerah<br />

diberikan Dana Insentif Daerah (DID), yang pada dasarnya merupakan penghargaan kepada<br />

daerah yang berprestasi dari segi pengelolaan keuangan dan perekonomian daerah. Dana<br />

tersebut dialokasikan berdasarkan capaian output dan outcome pembangunan daerah.<br />

Selanjutnya, untuk memperkuat pendanaan daerah dan sekaligus memacu percepatan<br />

pembangunan ekonomi daerah, maka daerah juga diberikan kesempatan untuk melakukan<br />

pinjaman daerah. Pelaksanaan pinjaman daerah harus dilakukan dengan hati-hati (prudent),<br />

mengingat bahwa penerimaan pinjaman harus dikembalikan dananya dan mengandung<br />

konsekuensi biaya, seperti bunga. Oleh karena itu, kebijakan pinjaman yang ada sampai<br />

saat ini dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan fiskal dengan mengatur batasan<br />

pinjaman, sumber pinjaman, jenis dan jangka waktu pinjaman, penggunaan pinjaman,<br />

persyaratan pinjaman, prosedur pinjaman daerah, dan pelaporan pinjaman beserta sanksinya.<br />

Dalam pelaksanaannya, pinjaman daerah harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh<br />

Pemerintah, seperti pemerintah daerah dilarang memberikan jaminan atas pinjaman pihak<br />

lain, pendapatan daerah tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman daerah kecuali untuk proyek<br />

yang dibiayai dari obligasi daerah, pemerintah daerah tidak dapat melakukan pinjaman<br />

langsung ke luar negeri, jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang<br />

akan ditarik tidak melebihi 75 persen dari jumlah penerimaan umum APBD tahun<br />

sebelumnya, Debt Service Coverage Ratio paling sedikit 2,5 (dua koma lima), dan tidak<br />

melampaui batas maksimal defisit APBD masing-masing daerah yang dapat dibiayai dari<br />

pinjaman daerah.<br />

Dalam periode ini, hibah kepada daerah mengalami perkembangan yang signifikan, terutama<br />

setelah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 168 Tahun 2008 tentang<br />

Hibah Daerah dan PMK Nomor 169 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyaluran Hibah Kepada<br />

Pemerintah Daerah. <strong>Kebijakan</strong> hibah kepada daerah sampai saat ini diarahkan pada<br />

peningkatan transparansi dan akuntabilitas dana hibah yang diterima oleh daerah dari<br />

Pemerintah, terutama yang bersumber dari penerusan hibah dari luar negeri.<br />

Di samping dukungan kebijakan dan pendanaan dalam bentuk dana desentralisasi, dalam<br />

upaya peningkatan sinergitas antara pusat dan daerah, Pemerintah juga mengalokasikan<br />

dana untuk membiayai program dan kegiatan yang menjadi kewenangan Pemerintah di<br />

daerah melalui Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas Pembantuan, dan dana untuk<br />

melaksanakan program dan kegiatan instansi vertikal di daerah. Dana dekonsentrasi adalah<br />

dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah<br />

yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan<br />

dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.<br />

Sementara itu, Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang<br />

dilaksanakan oleh daerah dan desa, yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran<br />

dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.<br />

Pendanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan<br />

kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan yang tersedia bagi penyelenggaraan<br />

dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7<br />

Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, proses perencanaan dan<br />

penganggaran dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan terhadap program dan kegiatan<br />

yang akan didekonsentrasikan/ditugaskan disusun dengan memperhatikan kemampuan<br />

keuangan negara, keseimbangan pendanaan di daerah, dan kebutuhan pembangunan di<br />

daerah. Ketiga parameter penyusunan perencanaan dan penganggaran itu mengandung<br />

Nota Keuangan dan RAPBN 2011<br />

V-5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!