08.11.2014 Views

VXLio5

VXLio5

VXLio5

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TESTIMONI AYAH ANGKAT MENTERI SUSI<br />

MENGAPA<br />

AMIEN<br />

DITEROR<br />

HOROR<br />

TKI<br />

HONG KONG<br />

EDISI 154 | 10 - 16 NOVEMBER 2014


DAFTAR ISI<br />

EDISI 154 10 - 16 NOVEMBER 2014<br />

FOKUS<br />

HOROR<br />

HALLOWEEN TKI<br />

HONG KONG<br />

BANKIR INGGRIS, RURIK JUTTING, MEMBUNUH<br />

DUA PEREMPUAN INDONESIA SECARA BRUTAL<br />

DI HONG KONG. PECANDU KOKAIN YANG<br />

MENYUKAI WANITA INDONESIA INI DIDUGA<br />

MEMBUNUH UNTUK MELAMPIASKAN STRES<br />

GARA-GARA KEHILANGAN PEKERJAAN.<br />

NASIONAL<br />

KRIMINAL<br />

n LETUSAN SENJATA DI PANDEAN<br />

n EMPAT OPSI KOALISI PRABOWO<br />

INTERNASIONAL<br />

n KETIKA AKSI ‘SUGALI’ TERHENTI<br />

HUKUM<br />

n JRENG... AKHIR AUMAN TRIOMACAN<br />

EKONOMI<br />

n PANAS DI KOTA SUCI<br />

n JIKA ORANG KAYA AFRIKA BERPESTA<br />

n DUH... NURUL IZZAH<br />

INTERVIEW<br />

n IBU SAYA PERNAH JADI TKI<br />

KOLOM<br />

n MEGA-SBY KUNCI KEBUNTUAN DPR<br />

SELINGAN<br />

n KARENA MENTERI DIWAJIBKAN BLUSUKAN<br />

n PROYEK JALAN TOL MASIH MACET<br />

n TAK SEMUA URUSAN LAHAN RIBET<br />

n ADEM AYEM MESKI DIDATANGI JALAN TOL<br />

n PETRAL ADA UNTUK APA<br />

BISNIS<br />

n BLUE BIRD PUN ‘NARIK’ DI BURSA<br />

SPORT<br />

n DAN BIG GEORGE TERSUNGKUR<br />

LENSA<br />

n KESAKSIAN EMPAT ZAMAN<br />

SENI HIBURAN<br />

n PELESIR RASA DI JFW 2015<br />

PEOPLE<br />

n KIPAS DAN INTRIK SOSIALITA<br />

FILM<br />

n INDROYONO SOESILO | OLIVIA JENSEN | TOM CRUISE<br />

GAYA HIDUP<br />

n MARI JELAJAHI GALAKSI NOLAN<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Edi Wahyono<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n TATO DI TUBUH KAUM HAWA<br />

n BERENANG DI SISI HIU<br />

n KECENYA BAR GAYA RETRO<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />

Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />

Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />

Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />

Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

PELESIR RASA<br />

DI JFW 2015<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 bukan sekadar menyuguhkan model cantik dengan adibusana terbaik. Ia juga menjadi tempat bagi<br />

siapa saja untuk beradu imajinasi dan berdialog soal fashion. Juga soal industri dan tren yang berdampak luas hingga luar negeri.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


LENSA<br />

Baju rancangan desainer Kleting Titis Wigati pada JFW 2015 di Jakarta, Minggu (2/11). JFW digelar pada 1-7 November 2014 dan diikuti<br />

puluhan desainer dalam dan luar negeri. (Beawiharta/REUTERS)


LENSA<br />

Baju muslim karya (dari kiri ke kanan) Norma Hauri, Etu, dan Dian Pelangi pada JFW 2015. Tren busana muslim banyak menyasar negara<br />

dengan populasi muslim yang dominan. (Beawiharta/REUTERS)


LENSA<br />

Kreasi perancang Indonesia, Leonnie, pada gelaran JFW 2015. (Darren Whiteside/REUTERS)


LENSA<br />

Baju rancangan Ivan Gunawan yang banyak mendapat sambutan positif disuguhkan pada JFW 2015, Rabu (5/11). (Darren Whiteside/<br />

REUTERS)


LENSA<br />

Model membawakan baju rancangan Mannequins (kiri atas) pada JFW 2015 di Senayan City, Jakarta. (Ulet Ifansasti/GETTY IMAGES) | Rok-rok cantik<br />

karya Toton. (Ulet Ifansasti/GETTY IMAGES) | Merah menyala rancangan Itang Yunasz. (Beawiharta/REUTERS)


LENSA<br />

‘Kerudung’ putih rancangan FBudi pada Jakarta Fashion Week 2015 di Senayan City (1/11). (Ulet Ifansasti/GETTY IMAGES)


NASIONAL<br />

LETUSAN<br />

SENJATA DI<br />

PANDEAN<br />

KEDIAMAN MANTAN<br />

KETUA MPR AMIEN<br />

RAIS DITEROR ORANG<br />

TAK DIKENAL. MOBIL<br />

TOYOTA HARRIER<br />

MILIKNYA DITEMBAK<br />

MENGGUNAKAN SENJATA<br />

RAKITAN. INI TEROR<br />

KETIGA.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Bekas Ketua MPR Amien<br />

Rais saat diwawancarai<br />

wartawan di rumahnya<br />

pascapenembakan, Kamis<br />

(6/11).<br />

REGINA SAFRI/ANTARA FOTO<br />

HARI masih gelap. Waktu baru<br />

menunjukkan pukul 02.00 WIB ketika<br />

Ismail, 35 tahun, penjaga kediaman<br />

Amien Rais, samar-samar<br />

mendengar suara sepeda motor jenis matic.<br />

Kendaraan roda dua itu terdengar seperti<br />

mondar-mandir, ke arah selatan lalu ke utara,<br />

di depan rumah Amien di Jalan Pandean Sari,<br />

Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman,<br />

Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis, 6<br />

November lalu.<br />

Ismail tak menyangka bunyi letusan itu ternyata<br />

suara pistol yang ditembakkan ke arah<br />

rumah juragannya. Saat kejadian, ia memang<br />

tidak keluar dari rumah untuk menengok siapa<br />

yang bolak-balik menunggang sepeda motor<br />

tersebut. Ismail hanya melihat ada sebuah<br />

sepeda motor yang melintas di saat kejadian,<br />

tapi tidak tahu berapa penumpangnya.<br />

“Terdengar bunyi dor satu kali,” kata Ismail<br />

saat ditemui di kediaman Ketua Majelis Pertimbangan<br />

Partai Amanat Nasional itu, Kamis<br />

siang pekan lalu.<br />

Penembakan baru disadari pagi harinya<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Polisi melakukan olah data<br />

TKP di rumah Amien Rais.<br />

BAGUS KURNIAWAN/DETIKCOM<br />

pukul 05.00 WIB. Saat itu, sopir Amien, Harmanto,<br />

56 tahun, hendak memanaskan mobil<br />

Toyota Harrier milik bosnya. Ia kaget melihat<br />

ada lubang pada kaca dan sebuah proyektil<br />

peluru di dalam mobil jenis SUV berwarna<br />

hitam yang diparkir di teras rumah tersebut.<br />

Peluru mengenai kaca belakang mobil, tembus<br />

hingga ke kaca kanan belakang. Ismail<br />

melaporkan hal ini kepada Amien, dan kemudian<br />

melapor ke polisi.<br />

Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta<br />

bergerak cepat. Beberapa jam setelah kejadian,<br />

petugas melakukan olah data tempat<br />

kejadian perkara dan meminta keterangan<br />

sejumlah saksi. Meski pelaku masih misterius,<br />

diduga kuat ia menggunakan senjata api rakitan<br />

dan menembak dari jarak sembilan meter.<br />

“Dari hasil analisis, pelaku penembakan<br />

ber asal dari arah barat laut. Berdasarkan titik<br />

pene muan selongsong peluru, posisi penembak<br />

(berada) pada ketinggian 205 sentimeter,”<br />

kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah<br />

Yogyakarta, Ajun Komisaris Besar Anny Pudjiastuti.<br />

Artinya, pelaku memanjat pagar rumah saat<br />

menembak. Selain itu, pelaku diduga menem­<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Hal ini<br />

mendukung (bukti)<br />

bahwa selongsong<br />

ditembakkan dari<br />

senjata api rakitan<br />

atau tidak standar.<br />

Anny Pudjiastuti<br />

bak dari sudut 35 derajat. Peluru yang digunakan<br />

adalah standar pabrikan dengan kaliber<br />

223 atau sinonim dengan 5,56 x 45 milimeter.<br />

Adapun barang bukti yang ditemukan adalah<br />

satu lubang tembakan pada badan mobil<br />

bagian belakang sebelah kanan dengan ketinggian<br />

124 sentimeter dari tanah. Lubang<br />

tem bakan berukuran 12 x 7 milimeter. Serpihan<br />

jaket peluru dan inti anak peluru ditemukan<br />

di bagian dalam jok mobil dan bodi mobil<br />

bagian dalam. Sedangkan selongsong peluru<br />

dengan headstamp PMC 223 REM<br />

ditemukan di jalan depan rumah,<br />

yang berjarak 130 sentimeter dari<br />

pagar.<br />

Pada serpihan jaket peluru tidak<br />

ditemukan adanya alur, galangan,<br />

ataupun dataran. Pada selongsong<br />

peluru terdapat mark atau patahan.<br />

“Hal ini mendukung (bukti) bahwa<br />

selongsong ditembakkan dari senjata<br />

api rakitan atau tidak standar,” ujar Anny.<br />

Amien Rais pada saat kejadian sedang tidur<br />

di dalam rumah tersebut. Ia mengaku tak takut.<br />

Sebab, ini sudah ketiga kalinya rumahnya<br />

diteror. Teror pertama terjadi pada saat era<br />

Reformasi 1997/1998. Saat itu Amien, yang<br />

dikenal sebagai tokoh Reformasi, mendapati<br />

kaca rumahnya di lantai dasar dilempar batu<br />

oleh orang tak dikenal.<br />

“Yang kedua dihantam batu juga. Tapi<br />

(giliran) di lantai dua,” tutur Ketua Majelis<br />

Permusyawaratan Rakyat periode 1999-2004<br />

ini. Tapi teror ketiga ini diakui Amien berbeda<br />

dari sebelumnya, karena menggunakan senjata<br />

api.<br />

Putra sulung Amien Rais, Hanafi Rais,<br />

meng aku mendapat kabar penembakan itu<br />

dari sang penjaga rumah ayahnya pada Kamis<br />

pagi pukul 05.30 WIB. Seperti sang ayah,<br />

Hanafi, yang kini menjabat anggota Dewan<br />

Perwakilan Rakyat dari Fraksi PAN, mengaku<br />

tidak takut setelah kediaman sang ayah di Yogyakarta<br />

diteror. Hanafi menganggap si peneror<br />

hanya ingin mencari publisitas belaka.<br />

“Tujuan teror itu ada dua. Pertama, membuat<br />

takut. Itu sudah gagal. Kedua, untuk<br />

publisitas, itu dia berhasil,” ucapnya di ge­<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Aksi "meruwat" Amien Rais<br />

BAGUS KURNIAWAN/DETIKCOM<br />

dung DPR, Kamis, 6 November lalu. “Kalau<br />

pakai batu atau poster, ini iseng. Ini sudah<br />

pakai senjata api, jadi tidak main-main. Sudah<br />

masuk wilayah hukum,” kata pria yang menjabat<br />

Wakil Ketua Komisi I DPR ini.<br />

Hanafi tak mau menduga-duga motif penembakan<br />

ini, apakah terkait politik atau<br />

tidak. Ia berharap kejadian ini tidak terulang<br />

kepada keluarganya maupun tokoh lain.<br />

Selain diteror menggunakan batu dan belakangan<br />

dengan peluru, kediaman Amien Rais<br />

di Pandean Sari beberapa kali mendapatkan<br />

“serangan” dalam bentuk lain. Seperti pada<br />

16 Oktober lalu, sejumlah orang mendatangi<br />

rumah Amien untuk melakukan aksi kultural<br />

“Ngruwat Amien Rais”.<br />

Aksi ruwatan itu dilakukan oleh sekitar 10<br />

pria dan wanita yang mengenakan pakaian<br />

adat Jawa. Mereka menggelar aksi teatrikal di<br />

depan pagar rumah Amien Rais serta membawa<br />

perlengkapan sesajen dan dua ekor<br />

ayam jantan.<br />

Koordinator aksi, Agus, memimpin aksi<br />

sembari melakukan orasi. Menurut dia, aksi<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Hanafi Rais<br />

BAGUS KURNIAWAN/DETIKCOM<br />

ruwatan budaya ini untuk meng ingatkan agar<br />

Amien Rais menjadi negarawan sejati. “Amien<br />

Rais sudah tidak mendengar suara rakyat. Ia<br />

telah menjadi aktor di balik kegaduhan politik<br />

di negeri ini,” ujar Agus saat itu. Namun, saat<br />

ruwatan itu digelar, sang pemilik kebetulan<br />

tidak ada di rumah. Yang ada hanya petugas<br />

satpam. Pintu pagar pun tertutup rapat.<br />

Selain diruwat, rumah Amien pernah dikirimi<br />

sesajen. Soal ini, putri Amien, Hanum Salsabiela,<br />

yang mengungkapnya. Menurut dia, setidaknya<br />

tiga kali sesajen ditemukan di dalam rumah ayahnya.<br />

Namun keluarga tak mau melaporkan hal itu.<br />

“Sesajen yang disembunyikan di rumah<br />

Amien Rais sudah tiga kali. Namun keluarga<br />

AR tidak pernah melaporkan ke polisi demi<br />

kepentingan nasional. Inilah sesajen tersebut,”<br />

tulis Hanum di akun Facebook-nya.<br />

Sesajen itu tampak ditaruh di atas sebuah<br />

alas. Banyak abu dan serpihan arang di sekelilingnya.<br />

Namun, di antara teror-teror yang dialami<br />

Amien, kasus penembakan inilah yang paling<br />

mengkhawatirkan. Itu sebabnya, sejumlah tokoh<br />

politik di Indonesia berharap polisi bekerja<br />

serius mengungkap pelakunya. n<br />

JAFFRY PRABU PRAKOSO, EDZAN RAHARJO (YOGYAKARTA) | DEDEN<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

EMPAT<br />

OPSI<br />

KOALISI PRABOWO<br />

KOALISI MERAH PUTIH MENYODORKAN<br />

EMPAT TAWARAN KEPADA KUBU KOALISI<br />

INDONESIA HEBAT. BELUM SEMUA FRAKSI<br />

KIH SETUJU. PERPECAHAN DPR BAKAL<br />

BERLANJUT.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

SEJUMLAH politikus duduk meriung<br />

di sebuah ruang pertemuan di Hotel<br />

Dharmawangsa, Kebayoran Baru,<br />

Jakarta Selatan, Senin malam pekan<br />

lalu. Dari kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH),<br />

ada mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan<br />

Rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia<br />

Perjuangan, Pramono Anung, dan Ketua Fraksi<br />

PDI Perjuangan DPR Olly Dondokambey.<br />

Dari kubu Koalisi Merah Putih (KMP), hadir<br />

Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta<br />

Rajasa serta Sekretaris Jenderal Partai Golkar<br />

Idrus Marham. Hatta didampingi beberapa<br />

politikus partainya. Sedangkan Idrus ditemani<br />

Ketua Fraksi Golkar DPR Ade Komarudin dan<br />

anggota fraksi Ahmadi Noor Supit.<br />

Persamuhan itu merupakan yang kesekian<br />

kalinya terjadi di antara dua kubu yang kini<br />

terbelah di DPR. Seperti sebelumnya, lobi-lobi<br />

antara KIH dan KMP kembali digelar di hotel.<br />

Para politikus Koalisi<br />

Indonesia Hebat menggelar<br />

konferensi pers sebelum<br />

menggelar sidang paripurna<br />

DPR tandingan, Kamis<br />

(30/10).<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Ade Komarudin<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB itu<br />

belum berakhir hingga tengah malam.<br />

Saat itu Hatta, Idrus, dan sejumlah<br />

politikus pamit. Pembicaraan<br />

dilanjutkan Ade dan Ahmadi dengan<br />

Pramono dan Olly hingga dini hari.<br />

Menurut Ade, pertemuan dilakukan<br />

untuk mencari solusi atas perpecahan<br />

yang kini terjadi di Dewan.<br />

Kubu KIH—digawangi Fraksi<br />

PDI Perjuangan, Fraksi Partai<br />

Nasional Demokrat, Fraksi<br />

Partai Kebangkitan Bangsa,<br />

Fraksi Hanura, dan Fraksi Partai<br />

Persatuan Pembangunan—<br />

sejak Rabu, 29 Oktober lalu,<br />

membentuk DPR tandingan dan<br />

melayangkan mosi tidak percaya<br />

kepada pimpinan DPR yang<br />

semuanya berasal dari KMP.<br />

KIH menganggap pimpinan<br />

DPR tidak membuka ruang<br />

musyawarah untuk menentukan<br />

pimpinan alat kelengkapan Dewan,<br />

seperti komisi dan badan. Koalisi ini menggelar<br />

rapat-rapat sendiri, bahkan membentuk<br />

alat kelengkapan Dewan di luar yang sudah<br />

dibentuk kubu KMP. Sementara ini, KMP<br />

menyapu bersih pimpinan komisi dan badanbadan<br />

di DPR. Alhasil, parlemen kini terbelah.<br />

Perpecahan itu, menurut Ade,<br />

memprihatinkan. Jika tak segera diselesaikan,<br />

pihaknya khawatir DPR tidak bisa bekerja<br />

maksimal. “Ternyata enggak bisa kan, merasa<br />

bisa mengurus pemerintah sendiri, DPR<br />

sendiri. Jadi jangan sombong,” kata Ade tanpa<br />

memerinci siapa yang ia sebut sombong, saat<br />

ditemui Selasa, 4 November lalu.<br />

Karena itu, KMP membuka diri dan<br />

menawarkan empat opsi kepada KIH. Tawaran<br />

pertama, koalisi pendukung Prabowo Subianto<br />

itu setuju Undang-Undang tentang Majelis<br />

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan<br />

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan DPRD<br />

(UU MD3) diamendemen. Revisi UU MD3 yang<br />

dilakukan setelah pemilihan umum legislatif<br />

lalu menghasilkan aturan, pemilihan pimpinan<br />

DPR dan alat kelengkapan Dewan dilakukan<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Pimpinan DPR tandingan<br />

dengan ketua Ida Fauziah<br />

dari PKB (tengah) dan<br />

empat wakil ketua (kirikanan):<br />

Supriyadi (NasDem),<br />

Effendi Simbolon (PDIP),<br />

Dossy Iskandar (Hanura),<br />

dan Saifullah Tamliha<br />

(PPP).<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

dengan sistem paket.<br />

Kedua, KMP menawarkan posisi pimpinan<br />

Komisi XI (keuangan dan perbankan) serta<br />

empat alat kelengkapan, yakni Badan Anggaran,<br />

Badan Legislasi, Badan Urusan Rumah Tangga,<br />

dan Badan Kerja Sama Antarparlemen. Satu<br />

komisi dan empat badan yang sengaja belum<br />

disahkan itu, menurut Ade, membuka peluang<br />

masuknya unsur pimpinan dari fraksi-fraksi<br />

KIH.<br />

Tawaran ketiga adalah menambah jumlah<br />

pimpinan komisi, dari satu ketua dan tiga wakil,<br />

menjadi satu ketua dengan empat wakil. Dengan<br />

penambahan satu kursi pimpinan ini, otomatis<br />

unsur KIH bisa masuk di jajaran pimpinan di<br />

semua komisi dan badan. Jadi permintaan<br />

KIH agar mendapat kursi 16 pimpinan di alat<br />

kelengkapan bisa terakomodasi.<br />

Adapun yang keempat adalah kemungkinan<br />

adanya pemekaran komisi. Namun, untuk solusi<br />

ini, ujar Ade, belum matang meskipun sudah<br />

diwacanakan sejak DPR periode yang lalu.<br />

Ade yakin empat opsi yang ditawarkan itu<br />

akan segera mengatasi masalah di DPR. “Paling<br />

cepat seminggu, paling lambat dua minggu,<br />

DPR kembali bersatu,” ujarnya.<br />

Dimintai konfirmasi secara terpisah, baik<br />

Pramono maupun Olly mengakui pertemuan<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Ketua Fraksi PDI Perjuangan<br />

DPR Olly Dondokambey<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

Dharmawangsa. Menurut Olly, pertemuan itu<br />

sedikit melegakan karena mulai ada titik temu.<br />

“Musyawarah mufakat itu terjadi jika duduk<br />

dalam satu meja,” tuturnya Selasa pekan lalu.<br />

Mantan pimpinan Badan Anggaran DPR<br />

ini mengatakan perpecahan di Dewan bukan<br />

semata lantaran tidak diakomodasinya usulan<br />

KIH tentang pimpinan alat kelengkapan Dewan.<br />

Tapi lebih karena mereka menilai pimpinan<br />

Dewan yang semuanya berasal dari KMP<br />

telah menutup jalan musyawarah. “Jadi<br />

bukan karena soal jatah pimpinan komisi<br />

atau AKD (alat kelengkapan Dewan),”<br />

ucap Olly.<br />

Senada, politikus Fraksi PPP, Saifullah<br />

Tamliha, menganggap tawaran kubu KMP<br />

merupakan niat baik agar Dewan tak<br />

hanya dikuasai satu kelompok. Kendati<br />

begitu, Saifullah mengakui fraksinya<br />

belum menanggapi tawaran KMP<br />

karena hal itu belum dibahas<br />

secara internal.<br />

“Yang penting ada<br />

musyawarah mufakat, bukan<br />

voting untuk memutuskan segala sesuatu<br />

terkait DPR,” katanya.<br />

Namun seorang politikus di kubu KIH<br />

mengatakan tak semua fraksi partai di koalisi<br />

ini menerima tawaran KMP. Apalagi tawaran<br />

itu dianggap penuh “jebakan batman”. Misalnya<br />

tentang amendemen UU MD3 dan revisi Tata<br />

Tertib DPR, yang memerlukan Badan Legislasi<br />

untuk membahasnya. Jika ingin melakukan<br />

revisi, tentu KIH harus “kembali” dulu ke DPR<br />

yang kini didominasi KMP.<br />

Sejumlah pimpinan fraksi di KIH juga<br />

mempertanyakan tawaran penambahan<br />

kursi pimpinan alat kelengkapan. Sebab,<br />

penambahan itu bukan karena asas kebutuhan,<br />

melainkan hanya agar bisa menampung unsur<br />

KIH.<br />

“Seolah tambahan pimpinan ini karena<br />

permintaan KIH,” ujar politikus yang enggan<br />

disebut namanya itu.<br />

Karena masih ditentang sebagian anggota di<br />

lingkup internal KIH, sumber ini memperkirakan<br />

perselisihan kedua kubu bakal berlanjut hingga<br />

tiga bulan mendatang. Jika perpecahan ingin<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


NASIONAL<br />

Sebastian Salang<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

selesai, menurut dia, sebaiknya pimpinan<br />

komisi dan badan dikocok ulang.<br />

“Jadi jangan pede (percaya diri) kalau respons<br />

juru runding dianggap mewakili aspirasi fraksi<br />

di KIH,” tuturnya.<br />

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai<br />

Gerindra Ahmad Muzani menilai tawaran<br />

koalisinya itu paling logis. Hal<br />

yang tidak mungkin adalah<br />

jika harus mengocok ulang<br />

atau menganulir pimpinan<br />

komisi dan alat kelengkapan<br />

Dewan yang sudah<br />

disahkan.<br />

“Karena, selain sudah<br />

disahkan, akan<br />

mengubah<br />

segalanya,” ucap Muzani di gedung DPR.<br />

Koordinator Forum Masyarakat Pemantau<br />

Parlemen Indonesia Sebastian Salang menilai<br />

solusi untuk mengatasi masalah di DPR<br />

memang tak akan memuaskan kedua belah<br />

pihak. Sebab, ada yang menang lebih dan yang<br />

tak menang.<br />

Ia mencontohkan, DPR periode yang lalu pun<br />

tak ada yang menang mutlak atau sebaliknya.<br />

Karena menggunakan asas proporsional, DPR<br />

bisa menjalankan peran dan tugasnya dengan<br />

baik. Begitu juga pemerintahan Presiden Susilo<br />

Bambang Yudhoyono saat itu.<br />

“Jadi, kalau berseberangan dengan<br />

pemerintah, jangan kemudian dianggap<br />

sebagai ancaman. Begitu sebaliknya,” katanya.<br />

Dia menambahkan PDI Perjuangan dengan<br />

Partai Demokrat pernah bisa duduk bersama<br />

di DPR.<br />

Menurut Salang, perpecahan di DPR<br />

berpotensi terus berlanjut jika para elite partai<br />

melakukan pembiaran. “Untuk menyelesaikan,<br />

butuh sikap kenegarawanan dari dua kelompok,”<br />

ucapnya. n KUSTIAH, JAFFRY PRABU PRAKOSO | DIM<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 10 3 - 16 - 9 NOVEMBER 2014


HUKUM<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

JRENG...<br />

AKHIR AUMAN TRIOMACAN<br />

SETELAH EDI SYAHPUTRA, POLISI MENANGKAP RADEN NUH DAN HARRY KOESHARDJANTO<br />

TERKAIT KASUS DUGAAN PEMERASAN. PENGELOLA AKUN TWITTER TRIOMACAN2000 ITU<br />

DIJERAT UU ITE DAN TPPU.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


HUKUM<br />

Akun Triomacan2000<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

SUDAH lebih dari sepekan, akun<br />

Twitter Triomacan2000 (@TM-<br />

2000Back) tak lagi berkicau. Kicauan<br />

akun yang diduga dikelola<br />

oleh Raden Nuh dan kawan-kawannya itu<br />

terakhir kalinya pada Kamis, 30 Oktober<br />

lalu. Itu pun cuma “Eng ing eeeng... jreeeeng<br />

jreeeeng !!”<br />

Raden Nuh ditangkap aparat Subdirektorat<br />

Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal<br />

Khusus (Reskrimsus) Kepolisian Daerah<br />

Metro Jaya pada Minggu dini hari, 2 November<br />

lalu. Ia ditangkap di sebuah rumah indekos<br />

di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Saat<br />

itu Raden tengah bersama seorang wanita,<br />

yang juga dimintai keterangan sebagai saksi.<br />

Seorang perwira Direktorat Reskrimsus<br />

Polda Metro Jaya mengatakan, sebelum ditangkap<br />

di Tebet, Raden dibuntuti sejak dari<br />

Kemang, Jakarta Selatan. Lokasi penangkapan<br />

tak jauh dari kantor media online milik<br />

Edi Syahputra (ES), yang disebut polisi sebagai<br />

salah satu admin Triomacan2000.<br />

“Edi ini kakaknya Raden. Mereka kakakadik,”<br />

kata perwira itu.<br />

Penangkapan Raden menyusul Edi, yang<br />

ditangkap pada Senin dua pekan lalu (baca<br />

“Fitnahlah Daku Kau Ditangkap”, majalah<br />

detik edisi 153). Keduanya diduga terkait dengan<br />

kasus pemerasan melalui media sosial<br />

Twitter, yakni akun @TrioMacan2000 (sebelum<br />

berubah menjadi @TM2000Back).<br />

Polisi juga mencokok Harry Koeshardjanto<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


HUKUM<br />

Tiga tersangka kasus<br />

pemerasan petinggi Telkom<br />

saat rilis kasus itu di Markas<br />

Polda Metro Jaya, Senin<br />

(3/11). Raden Nuh (kiri) dan<br />

Edi Syahputra (tengah).<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

pada Jumat, 31 Oktober lalu. Ketiganya diduga<br />

berkaitan dalam perkara pemerasan itu.<br />

Mereka, yang kini ditahan, terancam dijerat<br />

pasal berlapis. Selain pidana pemerasan terhadap<br />

petinggi PT Telekomunikasi Indonesia<br />

(Telkom), mereka dijerat Undang-Undang Informasi<br />

dan Transaksi Elektronik (ITE) serta<br />

Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian<br />

Uang (TPPU).<br />

“Kami kenakan Pasal 27 UU ITE. Untuk pidananya<br />

dikenakan Pasal 368 KUHP (tentang<br />

pemerasan) serta TPPU,” ujar Kepala Subdit<br />

Cyber Crime Direktorat Reskrimsus Polda<br />

Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hilarius<br />

Duha, Senin pekan lalu.<br />

Pasal 27 UU ITE mengatur soal penyebaran<br />

informasi elektronik yang bermuatan penghinaan<br />

atau pencemaran nama baik serta pemerasan.<br />

Ancaman pidana pasal ini adalah hukuman<br />

penjara paling lama enam tahun dan/<br />

atau denda maksimal Rp 1 miliar. Sedang kan<br />

TPPU digunakan karena ada aliran dana di<br />

rekening Raden dan kawan-kawannya yang<br />

dicurigai sebagai hasil pemerasan.<br />

“Aliran dananya sedang kami telusuri,” tutur<br />

Hilarius.<br />

Di Twitter, kelompok Raden Nuh diduga<br />

secara bergantian menggunakan akun tanpa<br />

nama (anonim), seperti @TrioMacan2000, @<br />

TM2000Back, @DenJaka, dan @berantas3.<br />

Lewat akun-akun tersebut, mereka “mengaum”,<br />

menebar informasi yang belum tentu<br />

sahih kebenarannya, seperti kasus-kasus<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


HUKUM<br />

Dari orang itu Raden Nuh<br />

dan kawan-kawannya<br />

mendapat informasi untuk<br />

disebar lewat Twitter.<br />

korupsi.<br />

Seorang sumber majalah detik menyebut<br />

kelompok ini mendapat suplai data dan informasi<br />

dari seseorang—sebut saja Mr X—yang<br />

diduga orang dekat seorang pejabat di masa<br />

pemerintahan terdahulu.<br />

“Dia (Mr X) seorang staf menteri.<br />

Dari orang itu Raden Nuh dan<br />

kawan-kawannya mendapat<br />

informasi untuk disebar lewat<br />

Twitter,” ucap sumber<br />

yang pernah terlibat dalam<br />

investigasi sebuah perusahaan<br />

pelat merah untuk<br />

menelisik pemilik akun @<br />

TrioMacan2000 itu.<br />

Hilarius mengaku masih<br />

mengusut ke arah situ. “Ini<br />

yang masih kami dalami dan<br />

akan dikembangkan terus,” katanya.<br />

Yang jelas, pihaknya sudah menerima<br />

sedikitnya tiga laporan sejak 2013 terkait kicauan<br />

akun Twitter tersebut. Mereka yang<br />

melaporkan admin TrioMacan2000 mulai<br />

pribadi hingga perusahaan, yang gerah terhadap<br />

tudingan-tudingan yang dicuitkan akun<br />

itu.<br />

Bahkan Pelaksana Tugas Gubernur DKI<br />

Jakarta Basuki Tjahaja Purnama belakangan<br />

mengaku sempat dimintai sesuatu oleh<br />

kelompok pengelola akun @TrioMacan2000.<br />

Namun permintaan yang disampaikan saat<br />

pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2012<br />

itu tidak ia gubris. “Aku sih bilang saja, aku<br />

mah demen dikampanyehitamkan,” ujar pria<br />

yang akrab disapa Ahok itu.<br />

Tapi aksi kelompok Raden akhirnya terhenti<br />

setelah polisi menindaklanjuti laporan<br />

petinggi Telkom. Dua petinggi perusahaan<br />

pelat merah itu adalah AP dan Abdul Satar.<br />

Laporan itu disertai sejumlah bukti tindak<br />

pemerasan.<br />

“Ada bukti percakapan via BlackBerry Messenger<br />

yang dikirim tersangka Raden kepada<br />

Abdul Satar. Minta sekian-sekiannya juga<br />

ada,” tutur Hilarius.<br />

Bukti transaksi penyerahan uang kepada<br />

para tersangka melalui rekening tersangka<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


HUKUM<br />

Polisi menggeledah kantor<br />

admin Triomacan2000 di<br />

Tebet, Senin (3/11).<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

Harry Koeshardjanto juga dikantongi polisi.<br />

Selain ditransfer via rekening, ada uang tunai<br />

yang diserahkan langsung kepada Harry dan<br />

Raden.<br />

Dari uang sebesar Rp 358 juta yang diduga<br />

diminta Raden dan kawan-kawan ke Abdul<br />

Satar, sebanyak Rp 5 juta dan Rp 3 juta lewat<br />

transfer bank. Sedangkan uang Rp 50<br />

juta diserahkan oleh A, sopir pribadi Satar,<br />

kepada tersangka Harry pada Agustus 2014<br />

di sebuah kafe di Tebet. Sedangkan Rp 300<br />

juta diserahkan Satar kepada Raden.<br />

Uang tersebut diberikan dengan harapan<br />

agar kicauan di Twitter yang dianggap meresahkan<br />

itu dihapus. Tapi janji tinggal janji.<br />

Sampai Oktober 2014, kicauan itu masih<br />

bertengger. Abdul Satar pun berang dan melaporkan<br />

Raden Nuh kepada polisi.<br />

Namun tuduhan itu dibantah Djunaidi, pengacara<br />

Raden Nuh dan Edi Syahputra. Menurut<br />

dia, yang terjadi adalah pembayaran Abdul<br />

Satar kepada Raden Nuh sebesar Rp 325<br />

juta untuk gaji dan kegiatan operasional PT<br />

Asatunews. Di perusahaan media online itu,<br />

kata Djunaidi, Abdul Satar adalah pendiri dan<br />

pemegang saham. Sedangkan Raden, selain<br />

pemegang saham, juga pelaksana.<br />

“Jadi itu penyerahan legal yang dikriminalisasi,<br />

seolah-olah ada suatu pemerasan,” ucapnya<br />

ketika dihubungi Kamis, 6 November lalu.<br />

Menurut Djunaidi, belakangan mungkin<br />

ada konflik di antara para pendiri media<br />

online itu. Persoalan itu pun berujung pada<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


HUKUM<br />

Kepala Subdit Cyber Crime<br />

Direktorat Reskrimsus Polda<br />

Metro Jaya AKBP Hilarius<br />

Duha<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

tidak adanya lagi uang yang mengucur ke<br />

Asatunews.<br />

“Raden Nuh menagih ke Abdul Satar.<br />

Soalnya, gara-gara tidak ada pembayaran<br />

kegiatan operasional, kantor jadi tersendat,<br />

karyawan banyak yang berhenti karena (kantor)<br />

enggak mampu bayar gaji,” katanya.<br />

Kasus dugaan pemerasan via Twitter seperti<br />

Triomacan2000, menurut pengamat<br />

media sosial Nukman Luthfie, memang kerap<br />

terjadi. Saat ini masih banyak akun yang melakukan<br />

modus serupa.<br />

“Mereka ternak akun lain dengan modus<br />

sama. Kelompok mereka tidak hanya punya<br />

akun cadangan satu, tapi banyak,” ujar Nukman.<br />

Dengan modus itu, admin masih punya<br />

kesempatan jika akun utamanya bermasalah<br />

atau terjerat kasus hukum. Akun bermasalah<br />

akan dibekukan sendiri sehingga terkesan<br />

menghilang, padahal tidak. Lalu akun lain<br />

akan mencuit informasi yang sama.<br />

“Caranya begitu. Ada kesempatan memeras,<br />

dia memeras. Yang jelek-jelek di-tweet,<br />

meskipun belum tentu benar. Kalau (korban)<br />

yang keder, pasti akan kasih duit,” tuturnya.<br />

Nukman pun berharap akun-akun semacam<br />

itu dijerat pidana. Dan para korban yang<br />

merasa tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan<br />

melaporkannya kepada polisi. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI, MEI AMELIA | DEDEN G.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KRIMINAL<br />

KETIKA AKSI ‘SUGALI’<br />

TERHENTI<br />

BERUSAHA KABUR, PELAKU PERAMPOKAN BANK CIMB NIAGA<br />

CIRACAS DIDOR POLISI. DITANGKAP SETELAH BERBULAN-<br />

BULAN JADI BURON. BERSAMA KOMPLOTANNYA, IA<br />

MENGGUNAKAN SENJATA RAKITAN SAAT BERAKSI.<br />

ILUSTRASI: ZAKI ALFARABI<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KRIMINAL<br />

BH, tersangka pelaku<br />

perampokan CIMB Niaga<br />

Ciracas<br />

DOK. POLSEK CIRACAS<br />

Lihat Sugali menari<br />

Di lokasi WTS kelas teri<br />

Asyik lembur sampai pagi<br />

Usai garong hambur uang peduli setan<br />

Di di du di du da di du<br />

Ramai gunjing tentang dirimu<br />

Yang tak juga hinggap rasa jemu<br />

Suram hari depanmu<br />

Rasa waswas mata beringas<br />

Menunggu datang peluru yang panas<br />

Di waktu hari nahas<br />

PENGGALAN lirik lagu Sugali karya<br />

Iwan Fals di atas agaknya mirip kisah<br />

hidup pria berinisial BH, pelaku perampokan<br />

kantor Layanan Mikro Laju<br />

Bank CIMB Niaga, Ciracas, Jakarta Timur, yang<br />

tewas ditembak polisi Senin dini hari, 3 November<br />

lalu. Sebelum menjarah uang di kantor itu,<br />

pada 19 Agustus 2014 BH dan komplotannya<br />

menjadi buron polisi dalam kasus pencurian<br />

kendaraan bermotor. Residivis itu baru bisa ditangkap<br />

pada akhir Oktober lalu.<br />

Saat diminta menunjukkan persembunyian<br />

komplotannya di kawasan Jalan Baru, Kampung<br />

Rambutan, Jakarta Timur, BH berusaha<br />

kabur. Saat itulah timah panas polisi mengakhiri<br />

hidupnya. Kegemaran BH pun mirip kisah Sugali.<br />

Hasil kejahatan ia pakai untuk hura-hura dan<br />

main perempuan. Gaya hidup pria 32 tahun itu<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KRIMINAL<br />

Kantor Mikro Laju CIMB Niaga<br />

Ciracas kini kosong. Setelah<br />

perampokan Agustus lalu,<br />

kantor itu dipindah ke tempat<br />

lain.<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

juga ditelusuri polisi sebelum akhirnya ditangkap<br />

di kampung halamannya di Lampung.<br />

“Penyidikan kami sudah sangat dalam, bahkan<br />

gaya hidup sampai kebiasaannya main<br />

wanita di kafe remang-remang sudah kami<br />

pegang semua,” kata Kepala Unit Reserse Kriminal<br />

Kepolisian Sektor Ciracas Ajun Komisaris<br />

Jupriono, Senin pekan lalu.<br />

Setelah ditangkap aparat Kepolisian Resor<br />

Kota Bandar Lampung pada Jumat, 31 Oktober<br />

lalu, esok harinya BH dijemput dan dibawa ke<br />

Jakarta oleh tim Buru Sergap Polres Jakarta<br />

Timur dan Polsek Ciracas. Dari hasil pengembangan<br />

kasus, polisi mendapatkan inisial tiga<br />

pelaku lain perampokan Bank CIMB Niaga Ciracas,<br />

yakni I, A, dan Ac. Ketiga tersangka itu<br />

kini masih diburu.<br />

BH sempat dipertemukan dengan para korban<br />

dan saksi perampokan tersebut. Setelah dipastikan<br />

sebagai pelaku, pada Minggu malam,<br />

2 November lalu, BH dibawa oleh empat anggota<br />

tim Buru Sergap menuju rumah kontrakan<br />

tersangka I di kawasan Kampung Rambutan.<br />

Namun, begitu sampai di kontrakan tersebut<br />

sekitar pukul 02.00 WIB, BH berusaha kabur<br />

melalui jendela. Polisi sempat dua kali mengeluarkan<br />

tembakan peringatan.<br />

“Dua kali (tembakan peringatan) tak diindahkan,<br />

terpaksa ditembak pada paha kirinya.<br />

Masih lari, BH akhirnya ditembak lagi, kena<br />

punggung. Dia tewas saat dibawa ke rumah<br />

sakit,” ujar Kepala Polsek Ciracas Komisaris Djitu<br />

Martono saat ditemui Selasa, 4 November<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KRIMINAL<br />

Masih lari, BH<br />

akhirnya ditembak<br />

lagi, kena punggung.<br />

Dia tewas saat dibawa<br />

ke rumah sakit.<br />

Kepala Polsek Ciracas<br />

Komisaris Djitu Martono<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

lalu.<br />

Penangkapan BH, menurut Jupriono, berawal<br />

dari penggerebekan sebuah rumah<br />

kontrakan yang dijadikan markas komplotan<br />

pencuri kendaraan bermotor di kawasan Kampung<br />

Rambutan pada Januari 2014. Komplotan<br />

ini melakukan pencurian di Pasar Rebo,<br />

Ciracas, dan Kramat Jati―ketiganya di wilayah<br />

Jakarta Timur—serta Bekasi, Jawa Barat. Saat<br />

digerebek, rumah kontrakan itu kosong tapi di<br />

dalamnya ditemukan empat senjata api rakitan<br />

dan kunci leter T.<br />

Dari keterangan pemilik kontrakan, penyewa<br />

bernama HY, yang ditangkap pada Juni 2014<br />

dalam sebuah razia di Bekasi. Dari mulut HY diketahui,<br />

empat pistol itu, satu miliknya, satu milik<br />

BH, dan dua lagi milik TR, yang kini masih dikejar.<br />

“Dari hasil pengembangan kasus kepemilikan<br />

senjata api ini, dibuat DPO (daftar pencarian<br />

orang) atas BH, yang disebar hingga ke kota<br />

kelahirannya di Lampung,” tutur Jupriono.<br />

Dari pengembangan kasus, terungkap bahwa<br />

BH bersama tiga rekannya, yakni I, A, dan<br />

Ac, ternyata juga merampok kantor Mikro Laju<br />

CIMB Niaga Ciracas pada Agustus lalu. Saat itu<br />

komplotan BH menggarong uang Rp 31 juta.<br />

Setelah ditangkap di Lampung, BH mengaku<br />

sebagai pelaku perampokan CIMB Niaga di<br />

Ciracas tersebut.<br />

Desember tahun lalu, ia berupaya merampok<br />

Bank BTPN Pasar Rebo, tapi gagal karena<br />

kepergok polisi dan terjadi aksi saling tembak.<br />

Komplotan BH juga pernah merampok sebuah<br />

stasiun pengisian bahan bakar umum di Bekasi<br />

Timur, mencuri sepeda motor, serta melakukan<br />

perampokan di sejumlah tempat di Jakarta<br />

Selatan dan Serpong, Tangerang.<br />

Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal<br />

Polres Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar<br />

Ade Rahmat Idnal, komplotan BH merupakan<br />

spesialis perampokan bank, kantor pos, dan<br />

bengkel sepeda motor. Dalam menjalankan<br />

aksinya, mereka menggunakan senjata api<br />

rakitan. Komplotan ini beranggotakan enam<br />

orang, empat tertangkap, tiga di antaranya<br />

mati ditembak polisi.<br />

“Senjatanya mereka pakai bergantian buat<br />

melakukan tindak pidana,” ucap Ade saat di-<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KRIMINAL<br />

Kantor Mikro Laju CIMB Niaga<br />

Ciracas di Jalan Raya Ciracas,<br />

Jakarta Timur<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

hubungi terpisah Selasa pekan lalu.<br />

Senjata api rakitan ini didapat dari seseorang<br />

yang saat ini juga tengah diburu tim Buru Sergap<br />

Polres Jakarta Timur. Polisi masih mendalami<br />

kepemilikan dan jaringan peredaran senjata<br />

api ilegal ini. Sementara itu, HY hanya berperan<br />

sebagai penyimpan senjata api di rumah kontrakannya.<br />

Tapi ia tak pernah ikut dalam tindak<br />

kejahatan.<br />

“Kalau setiap kelompok ini mau beraksi, senjata<br />

itu diambil dari dia. Jadi dia cuma disuruh<br />

ngamanin (senjata api) dan ditaruh di plastik,”<br />

kata Ade.<br />

Bukan hanya di kalangan penjahat, tindak<br />

kekerasan menggunakan senjata api juga sering<br />

kali dilakukan berbagai kalangan masyarakat.<br />

Menurut kriminolog dari Universitas Indonesia,<br />

Thomas Sunaryo, meski aturan kepemilikan<br />

senjata api bagi warga sipil cukup ketat,<br />

tak sulit untuk mendapatkannya.<br />

Jika ingin mendapatkannya secara resmi,<br />

kata dia, terkadang ada oknum petugas yang<br />

bisa membantu pengurusan. Belum lagi dari<br />

jalur tak resmi, senjata api ilegal bisa diperoleh<br />

dari selundupan atau pasar gelap.<br />

“Karena dari segi perdagangan, (bisnis senjata)<br />

itu menarik,” ujarnya.<br />

Karena itu, Thomas menuturkan, dalam<br />

memberantas peredaran senjata api ilegal, kepolisian<br />

tidak bisa melakukannya sendiri. Polisi<br />

butuh bantuan dari pihak lain. “Termasuk bantuan<br />

masyarakat,” ucapnya. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI, EDWARD F. KUSUMA | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KOLOM<br />

MEGA-SBY<br />

KUNCI<br />

KEBUNTUAN DPR<br />

SEPANJANG MEGAWATI TAK MAU BERTEMU<br />

DENGAN SBY, PERTARUNGAN POLITIK DI DPR<br />

AKAN TERUS TERJADI.<br />

OLEH: DJAYADI HANAN<br />

BIODATA<br />

Nama: Djayadi Hanan<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Palembang, 29 Januari 1972<br />

FENOMENA “DPR terbelah” sebenarnya bukan hal baru. Pada 2004, DPR<br />

sempat terbelah menjadi Koalisi Kebangsaan dan Koalisi Kerakyatan. Kala<br />

itu, kursi pimpinan DPR disapu bersih oleh Koalisi Kebangsaan, yang dimotori<br />

Golkar dan PDI Perjuangan. Koalisi Kerakyatan, yang berada di pihak<br />

Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, tak mendapat apa-apa.<br />

Bedanya dengan sekarang, ketika hendak membentuk alat kelengkapan Dewan<br />

(AKD), terutama pemilihan pimpinannya, Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi<br />

Indonesia Hebat (KIH) tak kunjung mampu memperoleh kesepakatan. Pada 2004,<br />

Koalisi Kebangsaan dan Koalisi Kerakyatan dapat segera menyepakati sistem<br />

proporsional dalam pengisian pimpinan AKD.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KOLOM<br />

Pendidikan:<br />

● S-1 Administrasi Publik<br />

dari Universitas Sriwijaya,<br />

1995<br />

● S-2 Ilmu Politik dari<br />

Universitas Gadjah<br />

Mada, 1999<br />

● S-2 Hubungan Internasional<br />

dari Universitas<br />

Ohio, Amerika, 2003<br />

● S-3 Ilmu Politik dari<br />

Universitas Ohio,<br />

Amerika, 2012<br />

Pekerjaan:<br />

● Dosen di Universitas<br />

Paramadina,<br />

1999-sekarang<br />

● Peneliti di Universitas<br />

Paramadina,<br />

2006-sekarang<br />

● Direktur Penelitian,<br />

Universitas Paramadina,<br />

2006-2007<br />

Banyak pihak yang menghubungkan terbelahnya DPR ini dengan UU MD3, yang<br />

mengatur pemilihan pimpinan di DPR dan AKD dengan prinsip suara terbanyak<br />

melalui sistem paket. Ada juga yang menyatakan fenomena ini merupakan kelanjutan<br />

dari pertarungan dalam pemi lihan presiden. Menurut saya, kedua alasan itu<br />

bukanlah penyebab utama. Sebab, UU MD3 pada 2004 (dulu bernama Susduk atau<br />

Susunan dan Kedudukan) mengatur mekanisme yang sama dengan yang sekarang<br />

dalam soal pemilihan pimpinan DPR dan AKD. Namun DPR tetap mampu memperoleh<br />

kesepakatan dan tidak terbelah.<br />

Soal pertarungan Jokowi versus Prabowo telah selesai dengan bertemunya kedua<br />

tokoh tersebut. Bahkan Prabowo hadir dalam pelantikan Jokowi. Jadi, seharusnya<br />

sudah terbuka jalan komunikasi yang lapang. Yang menjadi soal adalah, kali ini<br />

mekanisme atau institusi informal DPR, terutama mekanisme lobi dan konsultasi,<br />

gagal memfasilitasi kebuntuan komunikasi politik di DPR.<br />

Mekanisme Formal dan Informal<br />

Lembaga politik seperti DPR biasanya memiliki mekanisme formal dan informal<br />

dalam menjalankan proses kelembagaannya. Mekanisme formal DPR, yang tersurat<br />

dalam UU MD3 dan Tata Tertib DPR, tidak dapat memfasilitasi kepentingan dan<br />

kebutuhan KMP dan KIH. Karena merasa aspirasinya belum terserap, KIH berupaya<br />

menghalangi proses AKD melalui mekanisme formal dengan cara tidak mengajukan<br />

nama-nama calon anggota AKD, terutama komisi. KMP menangkalnya melalui<br />

mekanisme formal dengan mengajak kubu Suryadharma Ali dari PPP untuk bergabung<br />

sehingga melengkapi syarat formal pengambilan keputusan. Hasilnya, DPR<br />

terbelah. Jadi, mekanisme formal ini tidak dapat memfasilitasi kebuntuan komunikasi<br />

politik kedua kubu.<br />

Pimpinan DPR dan pimpinan fraksi kemudian melakukan mekanisme informal,<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KOLOM<br />

●<br />

●<br />

Dosen di Universitas<br />

Ohio, Amerika, 2010-2011<br />

Direktur Eksekutif Saiful<br />

Mujani Research and<br />

Consulting (SMRC), 2014<br />

Karya:<br />

● Menakar Presidensialisme<br />

Multipartai, Mizan<br />

2014<br />

● Islamic Students Movements<br />

under the Shadow<br />

of the State: 1980-1997,<br />

UII Press 2006<br />

● Toward a More Effective<br />

Indonesian House<br />

of Representative, NDI<br />

Indonesia-UNDP, Juni<br />

2005<br />

baik lobi maupun konsultasi. Lobi dilakukan melalui pertemuan informal wakilwakil<br />

dari masing-masing fraksi. Konsultasi juga dilakukan me lalui pertemuan<br />

para pim pinan tidak hanya di fraksi, tapi juga melibatkan pimpinan partai politik.<br />

Mekanisme lobi dan konsultasi ini sudah dilakukan beberapa kali, tentu dengan<br />

waktu dan proses yang informal. Namun, seperti kita semua ketahui, mekanisme<br />

pemecah kebuntuan ini pun tak berhasil.<br />

PDIP, Demokrat, dan Golkar<br />

Yang menarik, forum konsultasi belum pernah digelar antarpimpinan puncak<br />

partai politik. Prinsip kerja lobi dan konsultasi adalah “mengurangi jumlah dan<br />

mempertinggi level” peserta di dalamnya. Dalam lobi, bila wakil-wakil dari berbagai<br />

kubu sudah hadir dan<br />

kesepakatan belum didapat,<br />

lobi bisa dilanjutkan dengan<br />

memperkecil jumlah<br />

wakil sampai<br />

akhirnya hanya<br />

ada satu wakil<br />

dari setiap kubu.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KOLOM<br />

Dalam konsultasi, bila pertemuan tak membuahkan hasil, peserta konsultasi berikutnya<br />

dinaikkan levelnya sampai akhirnya pimpinan puncak dari masing-masing<br />

kubu bertemu. Bila ini juga tak membuahkan hasil, barulah kita harus melibatkan<br />

pimpinan paling puncak, yakni kepala negara.<br />

Karena lobi dan konsultasi DPR untuk menentukan proses pembentukan dan<br />

pemilihan pimpinan AKD tak kunjung berbuah, sudah seharusnyalah konsultasi<br />

antarpimpinan puncak partai politik dilakukan. Masalah nya, mungkin justru di sini<br />

sumber masalahnya: para pimpinan puncak partai tak bisa bertemu.<br />

Masalah paling penting dalam relasi antarpimpinan puncak partai politik dalam<br />

konteks ini adalah hubungan Megawati dan SBY. Dalam konstelasi politik DPR saat<br />

ini, SBY (Partai Demokrat) adalah “swinger”. Ke mana SBY berlabuh, ke sanalah<br />

bandul kemenangan politik akan mengikut. Sepanjang Megawati tak mau bertemu<br />

de ngan SBY, pertemuan pimpinan puncak partai tak akan terjadi. Pertarungan<br />

politik di DPR akan terus diwarnai oleh pertarungan kepentingan level kedua, seperti<br />

keperluan partai kecil di KMP untuk memperoleh lebih banyak posisi penting<br />

dalam pimpinan AKD.<br />

Masalah lain adalah keperluan SBY untuk mengamankan Perpu Pilkada Langsung,<br />

yang secara politik mau tak mau diasosiasikan dengan dirinya. Dalam kondisi<br />

keter belahan KMP dan KIH, secara taktis akan lebih menguntungkan bagi SBY<br />

untuk bersama KMP mengamankan suara dukungan terhadap diterimanya perpu<br />

tersebut oleh DPR. SBY menyadari bahwa, dengan berada di KMP, meskipun tak<br />

mungkin seratus persen, sejumlah elemen di KMP pasti bisa diajak bekerja sama<br />

mendukung Perpu Pilkada Langsung.<br />

Masalah lain, Golkar (baca: kubu Aburizal Bakrie) memerlukan soliditas KMP.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KOLOM<br />

Sebagai ketua umum yang dianggap gagal oleh banyak pihak dalam membawa kemenangan<br />

Golkar dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan presi den, soliditas<br />

KMP diperlukan ARB untuk menunjukkan bahwa Golkar, di bawah kepemimpinannya,<br />

memainkan peranan sangat penting dalam percaturan politik nasional. Soliditas<br />

KMP selanjutnya dapat menjadi alat politik ARB untuk menunjukkan bahwa<br />

Golkar, di bawah kepemim pinannya, akan lebih berperan. Keinginan ARB kembali<br />

menjadi ketua umum jadi beralasan.<br />

Belajar dari pengalaman 10 tahun pemerintahan SBY, proses lobi dan konsultasi<br />

politik sangat sering dilakukan. Hal-hal gaduh, seperti soal kebijakan mengenai<br />

BBM, kasus Century, kasus mafia pajak, dalam skala tertentu berhasil difasilitasi<br />

penyelesaiannya melalui mekanisme informal tersebut. Kunci dalam lobi dan konsultasi<br />

adalah akomodasi dari “yang lebih kuat/berkuasa” dan orientasi konsensus<br />

dari masing-masing kubu. Terlepas dari sisi positif dan negatifnya, kedua sikap<br />

dan orientasi inilah yang harus ditunjukkan para pimpinan partai dan politikus kita<br />

umumnya saat ini agar kisruh DPR segera berakhir. n<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 10 - 16 10 NOVEMBER - 16 NOVEMBER 2014 2014


FOKUS<br />

HOROR HALLOWEEN<br />

TKI HONG KONG<br />

BANKIR INGGRIS, RURIK JUTTING, MEMBUNUH DUA PEREMPUAN INDONESIA SECARA<br />

BRUTAL DI HONG KONG. PECANDU KOKAIN YANG MENYUKAI WANITA INDONESIA INI DIDUGA<br />

MEMBUNUH UNTUK MELAMPIASKAN STRES GARA-GARA KEHILANGAN PEKERJAAN.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

JESSE Lorena Ruri melenggang<br />

dengan riang. Malam itu, ia siap<br />

berpesta di New Makati Bar & Disco<br />

di Lockhart Road, Hong Kong. “Saya<br />

mau seneng-seneng, mau ke pesta Halloween,”<br />

kata Jesse kepada dua kawannya di luar sebuah<br />

bar di Distrik Wan Chai.<br />

Jesse adalah nama samaran Seneng<br />

Mujiarsih. Nama Jesse dipakai Seneng untuk<br />

memudahkannya berbaur dengan perempuan<br />

pekerja distrik lampu merah Wan Chai, yang<br />

mayoritas berasal dari Filipina.<br />

Di Wan Chai, Jesse adalah seorang disc jockey.<br />

Sebaliknya dengan nama Seneng, ia adalah<br />

pekerja rumah tangga asal Muna, Sulawesi<br />

Tenggara, yang overstay karena tidak lagi punya<br />

visa kerja.<br />

Sekitar pukul sembilan malam, Jesse bertolak<br />

ke New Makati. Klub malam dengan musik<br />

mengentak yang memekakkan telinga itu buka<br />

hingga pukul lima pagi, tapi perempuan 29<br />

tahun itu tak di sana sampai dini hari.<br />

Seorang pekerja seks asal Filipina, Lynn,<br />

mengatakan salah satu kawannya sempat<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Kami meyakini<br />

korban meninggal<br />

setelah ditikam di<br />

leher.<br />

Seneng Mujiarsih<br />

DOK. PRIBADI/FACEBOOK<br />

melihat Jesse di depan New Makati bersama<br />

seorang pria bule. Pria itu sering ke Wan Chai<br />

dan biasa disapa Ricky, Rick, atau Ru.<br />

Lynn mengatakan kepada Daily Mail bahwa<br />

Jesse dan Ricky terlihat seperti bertengkar<br />

dan lelaki itu mencengkeram leher Jesse. Tapi,<br />

setelah itu, keduanya menghilang.<br />

Ternyata Jesse pergi ke J Residence di<br />

Johnston Road, hanya beberapa blok dari New<br />

Makati. Kamera CCTV J Residence merekam<br />

kedatangan Jesse pada Jumat, 31 Oktober 2014,<br />

menjelang tengah malam dan perempuan<br />

itu naik ke lantai 31 apartemen Rurik George<br />

Caton Jutting.<br />

Pergi kencan dengan bule menjadi salah<br />

satu kebanggaan para pekerja perempuan asal<br />

Indonesia di Hong Kong. Tapi Jutting, yang<br />

dikenal royal di bar-bar Wan Chai, ternyata<br />

bukan ingin mengajak Jesse berkencan. Pria 29<br />

tahun itu juga tidak berniat mempersuntingnya<br />

seperti yang diidam-idamkan sebagian pekerja<br />

Indonesia.<br />

Jutting justru mengubah malam Halloween<br />

itu menjadi horor paling seram di Hong Kong.<br />

Pria Inggris itu menyerang Jesse dengan pisau<br />

dapur. Jesse tentu saja berusaha melawan.<br />

Tapi perlawanannya hanya membuat lecetlecet<br />

kecil pada badan lelaki yang tinggi dan<br />

besarnya hampir dua kali dari Jesse itu.<br />

Jutting menikam berkali-kali bokong Jesse.<br />

Perempuan itu akhirnya tidak berdaya setelah<br />

lehernya jadi sasaran amukan Jutting.<br />

Tapi hanya Jutting yang tahu rentetan<br />

kejadian dari tengah malam hingga pukul<br />

03.42 waktu setempat, 1 November 2014, itu.<br />

Pada jam itu, bankir di Bank of America Merrill<br />

Lynch tersebut meminta polisi datang.<br />

Saat polisi datang, Jutting meracau sehingga<br />

sulit diajak bicara. Polisi kemudian menemukan<br />

tubuh perempuan terluka parah tergeletak<br />

tanpa baju di ruang tengah apartemen. “Kami<br />

meyakini korban meninggal setelah ditikam<br />

di leher,” kata Asisten Komandan Distrik Wan<br />

Chai, Wan Siu-hung.<br />

Apartemen Jutting tidak terlalu luas. Ketika<br />

polisi tiba, kondisinya berantakan dengan<br />

cipratan darah di mana-mana. Petugas forensik<br />

perlu waktu tiga jam buat memeriksa tempat<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Rurik Jutting (kanan) saat<br />

dihadapkan ke pengadilan Hong<br />

Kong, Senin (3/11).<br />

REUTERS<br />

kejadian dan mengumpulkan semua barang<br />

bukti.<br />

Petugas forensik menemukan alat bantu seks<br />

dan kokain. Seorang mantan penegak hukum<br />

Hong Kong yang biasa bertemu dengan Jutting<br />

di bar Wan Chai memberi kesaksian, bankir itu<br />

memang kecanduan kokain dan sabu.<br />

Setiap akhir pekan, Jutting muncul di bar<br />

dengan tingkah laku tak ubahnya zombie.<br />

“Jutting datang Sabtu dan Minggu dalam<br />

keadaan linglung, bukti bahwa dia memakai<br />

kokain,” ujarnya. “Dia jadi agresif dan sering<br />

ribut dengan pelanggan lain.”<br />

Orang-orang yang mengenal Jutting<br />

menceritakan, dia kerap menggelar pesta seks<br />

bertabur narkoba dengan banyak perempuan<br />

sekaligus. Konon, dalam keadaan teler itu,<br />

kadang Jutting mengasari perempuan yang ia<br />

tiduri.<br />

Kelar di ruangan dalam, petugas forensik<br />

bergerak ke balkon. Di sini, petugas menemukan<br />

koper hitam yang dari dalamnya terjulur kaki<br />

manusia.<br />

Di dalam koper ada jasad perempuan Asia<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Jasad Sumarti<br />

Ningsih<br />

ditemukan<br />

membusuk<br />

dalam koper.<br />

Diduga sudah<br />

tewas selama<br />

seminggu.<br />

Sumiarti saat bersantai di<br />

Hong Kong.<br />

DOK. PRIBADI/FACEBOOK<br />

Tenggara yang sudah membusuk dengan luka<br />

parah pada leher. Tubuhnya tertekuk jadi dua,<br />

tangan dan kakinya terikat, dengan badan<br />

bagian atas terbungkus handuk.<br />

Diperkirakan, perempuan dalam koper ini<br />

sudah meninggal sekitar seminggu. Selama<br />

beberapa hari, penghuni J Residence memang<br />

mengeluhkan bau busuk.<br />

●●●<br />

Berbekal sekitar 2.000 foto korban yang<br />

ditemukan pada telepon seluler Jutting,<br />

kepolisian Hong Kong turun ke bar-bar di Wan<br />

Chai. Mereka menengarai korban Jutting adalah<br />

pekerja seks di daerah yang banyak didatangi<br />

perempuan Asia Tenggara itu.<br />

Polisi awalnya menduga Jesse berasal dari<br />

Filipina. “Polisi menunjukkan foto kedua<br />

perempuan itu dan bertanya apakah kami<br />

kenal, tapi tak ada yang tahu,” kata Maria,<br />

pekerja di Wan Chai asal Filipina.<br />

Korban kedua sebenarnya sudah diketahui<br />

identitasnya, yakni Sumarti Ningsih. Namun,<br />

karena wajah jenazah sudah sulit dikenali,<br />

polisi mencari kerabat atau teman yang bisa<br />

memastikan jenazah perempuan 23 tahun itu<br />

memang Marti—panggilan akrabnya.<br />

Polisi menyebar foto-foto korban, yang<br />

akhirnya sampai ke kalangan tenaga kerja<br />

Indonesia. Kabar pembunuhan itu pun sampai<br />

pada Jumiati, sepupu Marti. Jumiati langsung<br />

bergegas ke tempat kos Marti.<br />

Sesampainya di sana, ternyata tempat kos<br />

itu kosong dan berantakan bak tidak tersentuh<br />

berhari-hari. Maka lemaslah Jumiati. Ia lantas<br />

mengumpulkan dokumen-dokumen Marti<br />

atau yang di Wan Chai dikenal dengan nama<br />

Aliz dan segera melapor ke polisi.<br />

Marti terakhir kali mengontak orang-orang<br />

dekatnya di Hong Kong pada Minggu, 26<br />

Oktober. Kamera pengawas J Residence<br />

merekam perempuan asal Cilacap, Jawa<br />

Tengah, itu masuk apartemen Jutting pada<br />

Senin malam, 27 Oktober 2014, dan diyakini<br />

oleh polisi dibunuh saat itu juga.<br />

Jutting pada malam itu sempat ke bar Old<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Polisi mengambil sampel darah<br />

dari keluarga Sumarti Ningsih di<br />

Cilacap, Jawa Tengah.<br />

ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />

China Hand di Wan Chai dan memesan bir<br />

Inggris. “Dia datang dengan wajah kusut,” kata<br />

seorang pegawai bar kepada Telegraph. “Saya<br />

bertanya apakah dia baik-baik saja, dan dia<br />

menjawab tidak apa-apa.”<br />

Pada Senin, 3 November 2014, Jumiati<br />

mendatangi kamar mayat Victoria Public<br />

Mortuary di Sai Wan. Benar, perempuan di<br />

koper itu Marti. “Ini yayuk (kakak) saya, ini<br />

keluarga saya,” kata Jumiati.<br />

Teman-teman dekat Jesse juga segera<br />

melapor ke Konsulat Jenderal RI. Sumber<br />

majalah detik yang mengikuti pelaporan itu<br />

menceritakan, mereka menyerahkan paspor<br />

Jesse pada Minggu, 2 November 2014. “KJRI<br />

baru berani mengumumkan pada 4 November,”<br />

ujarnya.<br />

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael<br />

Tene, mengatakan saat ini pihaknya berfokus<br />

pada usaha pemulangan jenazah kedua korban.<br />

“Sampai hari ini, Konjen RI di Hong Kong dalam<br />

proses memenuhi ketentuan pengembalian<br />

jenazah,” ujarnya.<br />

Demi keperluan pemulangan itu, Polri<br />

sudah mengumpulkan sampel DNA keluarga<br />

Marti dan Seneng. Anggota tim Kedokteran<br />

dan Kesehatan Polda Jawa Tengah, Ajun<br />

Komisaris Besar Hastry, mengatakan sudah<br />

mengumpulkan sampel darah, sidik jari pada<br />

ijazah Marti, juga informasi soal ciri fisik khusus,<br />

seperti banyak bintik hitam di bawah dagu<br />

perempuan tersebut.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Suasana kawasan hiburan<br />

malam di Distrik Wan Chai,<br />

Hong Kong. Seneng Mujiarsih<br />

dan Sumarti Ningsih diduga<br />

bekerja di daerah ini.<br />

AFP<br />

Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor<br />

Muna Barat Ajun Komisaris Besar Sempana<br />

Sitepu mengatakan anak buahnya sudah<br />

mengambil sampel darah dan air liur dari<br />

keluarga Seneng.<br />

●●●<br />

Rurik Jutting terlihat tenang ketika menjalani<br />

sidang pendahuluan kasus pembunuhan<br />

ganda pada Senin, 3 November 2014. Dia<br />

menyatakan paham saat ditanya hakim soal<br />

kasus pembunuhan dua perempuan Indonesia<br />

yang disangkakan kepadanya.<br />

Kasus ini langsung jadi gunjingan di kalangan<br />

pekerja Wan Chai dan kaum ekspatriat di Hong<br />

Kong. Pembunuhan, apalagi yang brutal seperti<br />

yang dituduhkan kepada Jutting, amat jarang<br />

terjadi di Hong Kong.<br />

Pada paruh pertama tahun ini, cuma<br />

ada 14 kasus pembunuhan di Hong Kong.<br />

Pembunuhan oleh ekspatriat lebih jarang lagi.<br />

Pembunuhan oleh orang asing di Hong Kong<br />

terakhir kali terjadi pada 2 November 2003.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Kantor Bank of America Merrill<br />

Lynch di London tempat Rurik<br />

Jutting bekerja. Bank ini<br />

menyatakan Jutting sudah tak<br />

bekerja buat mereka ketika<br />

pembunuhan terjadi.<br />

AFP<br />

Saat itu Nancy Kissel membius suaminya,<br />

bankir Merrill Lynch Asia, Robert Kissel, lalu<br />

memukulnya menggunakan patung hingga<br />

tewas.<br />

Lantas mengapa Jutting sampai membunuh?<br />

Polisi menduga pembunuhan itu berkaitan<br />

dengan perilaku aneh Jutting dalam sepekan<br />

terakhir.<br />

Ia tidak masuk kantor sejak Senin, 27 Oktober<br />

2014. Bank of America Merrill Lynch dalam<br />

pernyataan resminya menyebutkan Jutting<br />

sudah tidak lagi bekerja di perusahaannya, tapi<br />

tidak menjelaskan apakah ia mengundurkan<br />

diri atau dipecat.<br />

Pada hari dia diduga membunuh Marti, Jutting<br />

menuliskan status di Facebook yang banyak<br />

diartikan sebagai pesan bunuh diri. “Terjun<br />

dari tepian, beban pun hilang, perjalanan baru<br />

dimulai,” tulisnya. “Takut dan cemas, tapi juga<br />

senang. Yang sulit cuma langkah pertamanya<br />

saja.”<br />

Polisi menduga Jutting stres karena izinnya<br />

sebagai pialang yang disponsori oleh Bank of<br />

America Corp habis pada Senin, 27 Oktober<br />

2014. Lisensi sekuritas Jutting dengan Otoritas<br />

Moneter Hong Kong juga berakhir pada<br />

tanggal yang sama.<br />

Kedua izin wajib itu tak diperpanjang oleh<br />

otoritas setempat. Penegak hukum masih<br />

menelusuri kemungkinan Jutting sebagai<br />

pialang nakal sehingga izinnya dicabut.<br />

Kepastian motif pembunuhan baru ketahuan<br />

dalam persidangan yang dimulai Senin, 10<br />

November 2014. Pengacara Jutting, Martyn<br />

Richmond, mengatakan, sejak ditangkap hingga<br />

sidang pendahuluan, kliennya diinterogasi<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Sumiarti saat bersantai di Hong<br />

Kong.<br />

DOK. PRIBADI/FACEBOOK<br />

secara maraton. Jutting juga menjalani reka<br />

ulang pembunuhan pada Jumat, 7 November<br />

2014.<br />

Hingga kini, kepolisian Hong Kong belum<br />

menjelaskan alasan Seneng dan Marti<br />

yang dipilih jadi korban dari sekian banyak<br />

perempuan di Wan Chai. Jutting mungkin<br />

pertama kali bertemu dengan Seneng di bar<br />

Queen Victoria. Bar itu langganan Jutting,<br />

sementara Seneng sering terlihat di sana dan<br />

mungkin jadi disc jockey di sana.<br />

Namun seorang kenalan Jutting mengatakan<br />

kepada Telegraph, “Jutting lebih suka perempuan<br />

Indonesia. Semakin liar perempuannya,<br />

semakin dia suka.” ■ IRWAN NUGROHO, ISFARI HIKMAT,<br />

BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHINTAMI, BERBAGAI SUMBER | OKTA WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

SUKA DAN DERITA TKI<br />

SEKITAR setengah dari<br />

total pekerja rumah tangga<br />

asing di Hong Kong berasal<br />

dari Indonesia. Hong Kong<br />

memang relatif ramah buat<br />

tenaga kerja Indonesia karena<br />

mereka bekerja layaknya<br />

karyawan.<br />

Ada ketentuan kerja delapan<br />

jam sehari dan mendapat<br />

libur sehari. Jika pekerja<br />

tak mengambil libur, majikan<br />

harus membayar uang lembur.<br />

Namun kasus pembunuhan<br />

Seneng Mujiasih, 29 tahun,<br />

dan Sumarti Ningsih, 23<br />

tahun, menguak kenya taan<br />

bahwa Hong Kong tak selalu<br />

jadi surga buat TKI. Belitan<br />

utang biaya rekrutmen,<br />

perlakuan buruk majikan<br />

dan perusahaan rekrutmen,<br />

hingga kasus overstay membuat<br />

pemerintah Indonesia<br />

dan Hong Kong disorot oleh<br />

International Labour Organization.<br />

TENAGA KERJA INDONESIA<br />

3.965.000 orang<br />

di 142 negara<br />

187.000<br />

orang<br />

TKI DI HONG KONG<br />

165.000<br />

PEKERJA RUMAH TANGGA<br />

(Total PRT di Hong Kong: 320.000)<br />

JENIS KELAMIN:<br />

USIA:<br />

99,9% 21-35<br />

perempuan<br />

0,01%<br />

laki-laki<br />

tahun<br />

GAJI:<br />

TUNJANGAN MAKAN:<br />

HK$ 4.010 HK$ 920<br />

( RP 6,3 juta )<br />

( RP 1,4 juta )<br />

MASALAH TKI DI HONG KONG<br />

1. Terbelit utang biaya rekrutmen<br />

hingga Rp 30 juta, dicicil 6-7<br />

kali.<br />

5. Disita paspor oleh majikan<br />

atau perusahaan penyalur<br />

9. Mengalami kekerasan fisik<br />

dan seksual<br />

2. Visa bermasalah (bekerja<br />

dengan visa turis)<br />

6. Tak digaji atau penundaan<br />

pembayaran upah<br />

10. Diperas dan disekap oleh<br />

perusahaan penyalur tenaga<br />

kerja<br />

3. Kontrak kerja tidak sesuai janji<br />

awal<br />

4. Tertipu soal kondisi dan jenis<br />

pekerjaan<br />

7. Dikurung oleh majikan<br />

8. Bekerja lebih lama dari<br />

ketentuan jam kerja dan tanpa<br />

hari libur<br />

374<br />

Kasus keimigrasian TKI<br />

di Hong Kong pada 2013,<br />

mayoritas karena overstay<br />

OKTA WIGUNA | SUMBER: KJRI HONG KONG, BANK INDONESIA, BNP2TKI, ILO | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

JAGAL TKI<br />

DARI<br />

LONDON<br />

KAYA RAYA DAN LULUSAN<br />

UNIVERSITAS TERKEMUKA. JADI<br />

ANEH SETELAH TUNANGANNYA<br />

BERSELINGKUH. PUNYA HOBI<br />

PESTA SEKS, LALU MEMBUNUH<br />

DUA TKW. MERASA TIDAK GILA.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Rurik Jutting berfoto bersama<br />

mantan pacarnya, Ariane<br />

Guarin.<br />

DAILY/REUTERS<br />

SARAH Butt masih shock. Ia tidak<br />

percaya pria yang pernah menjadi<br />

tunangannya, Rurik Jutting, membunuh<br />

dua perempuan tenaga kerja<br />

Indonesia di Hong Kong secara brutal.<br />

Kini pria bernama lengkap Rurik George<br />

Caton Jutting itu meringkuk di penjara Hong<br />

Kong setelah membunuh Seneng Mujiarsih<br />

alias Jesse Lorena dan Sumarti Ningsih alias<br />

Aliz. Dua TKI yang bekerja sebagai disc jockey<br />

itu dibunuh dan dimutilasi secara sadis.<br />

“Jutting tidak pernah bertingkah aneh selama<br />

ini,” ujar Sarah kepada temannya.<br />

Sarah berkenalan dengan Jutting pada 2010,<br />

saat bekerja di Barclays Capital, London. Pasangan<br />

ini berpisah setelah Sarah ketahuan<br />

mencium seorang pria di sebuah bar di New<br />

York.<br />

“Saat itu Sarah hanya gadis 24 tahun yang<br />

ingin sedikit bersenang-senang di New York.<br />

Ia tidak menikah atau bertunangan. Ciuman<br />

itu dianggapnya tidak serius, tapi Jutting<br />

menganggapnya terlalu serius,” teman Sarah<br />

mengisahkan.<br />

Jutting memutus pertunangannya dengan<br />

Sarah pada 2012. Sejak saat itu, ia tidak pernah<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Jutting (kedua dari kiri) saat<br />

berlibur bersama mantan<br />

kekasihnya asal Filipina, Yani<br />

(ketiga dari kiri). Jutting gemar<br />

memamerkan foto ia tengah<br />

dikelilingi banyak perempuan<br />

Asia.<br />

DAILY MAIL<br />

lagi mau berbicara de ngan perempuan yang<br />

bekerja di Goldman Sachs tersebut. Ia juga<br />

tidak pernah berkomunikasi lewat media sosial.<br />

Jutting pun berubah drastis. Ia berhubungan<br />

dengan gadis yang berbeda-beda. Dari temannya,<br />

Sarah mendapat kabar mantan tunangannya<br />

itu sering gonti-ganti pacar.<br />

Bukan hanya Sarah, para lulusan Winchester<br />

College, Surrey, Inggris, juga tidak percaya Jutting<br />

bisa melakukan pembunuhan brutal. Ia tercatat<br />

sebagai murid dengan prestasi menonjol,<br />

atletis, dan populer di kelompoknya.<br />

Teman-temannya menganggap Jutting sebagai<br />

seorang remaja SMA yang “terlalu sempurna”.<br />

“Jadi saya tahu Rurik menonjol saat di<br />

sekolah. Agak mengganggu. Dia cukup aneh,”<br />

kicau Thomas MacThomas melalui akun Twitter-nya.<br />

Belakangan, milis angkatan Thomas banyak<br />

berbicara mengenai Jutting. Thomas dan temantemannya<br />

terperanjat mengetahui pembunuhan<br />

yang menggemparkan tersebut.<br />

Rekan seangkatan yang berkali-kali duduk<br />

sekelas dengannya menyebutkan Jutting lebih<br />

sering tampil sebagai panut an bagi temantemannya.<br />

Masa lalunya jauh dari sejarah sadisme.<br />

Jutting merupakan anak pertama dari dua<br />

bersaudara. Ayahnya, Graham, adalah seorang<br />

insinyur, sementara ibunya, Helen, seorang<br />

guru. Helen bekerja sebagai pengajar kelas<br />

khusus anak balita di sebuah sekolah pendidikan<br />

anak usia dini di Surrey.<br />

Keluarga ini pun tergolong mapan. Setelah<br />

Jutting lulus dari Winchester College, Graham<br />

dan Helen membeli rumah bergaya Victoria di<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Pengunjung meninggalkan<br />

gedung Bank of America<br />

Merrill Lynch Financial Centre<br />

di London, Inggris. Jutting<br />

bekerja sebagai bankir dan<br />

pialang di bank ini.<br />

CHRIS RATCLIFFE/BLOOMBERG VIA GETTY<br />

IMAGES<br />

Cobham yang dibangun pada 1861. Rumah ini<br />

merupakan salah satu bangunan heritage yang<br />

mengilhami ilustrator dongeng anak, Ernest<br />

Shepard, untuk melukis sampul buku Wind in<br />

the Willows. Harga rumah ini dipatok mencapai<br />

1,1 juta pound sterling atau sekitar Rp 21,15<br />

miliar.<br />

Jutting juga tercatat memiliki prestasi gemilang<br />

selama menempuh pendidikan. Lepas dari<br />

Winchester College, ia sanggup menempuh<br />

pendidikan di Peterhouse College, Cambridge<br />

University, pada sekitar 2000.<br />

Semasa kuliah, ia aktif dalam organisasi<br />

Cambridge University History Society (CLIO).<br />

Organisasi ini merupakan klub yang kerap<br />

mengadakan diskusi dan acara sosialita. Jutting<br />

tercatat pernah duduk sebagai Sekretaris CLIO.<br />

Pascakuliah, karier Jutting di sektor perbankan<br />

moncer. Awalnya, ia menimba pengalaman<br />

perbankan di Barclays, yang berkantor<br />

di Canary Wharf, London, Inggris. Di sinilah ia<br />

bertemu dengan Sarah. Namun pekerjaan ini<br />

hanya ia tekuni dua tahun.<br />

Pada 2010, ia melanjutkan pekerjaan ke Bank<br />

of America Merrill Lynch di Inggris di bagian<br />

penjualan pasar modal.<br />

Selama bekerja, Jutting tercatat sebagai pria<br />

dengan kehidupan glamor. Ia sering menikmati<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Petugas forensik<br />

mengevakuasi jasad korban<br />

pembunuhan dari apartemen<br />

Rurik Jutting di Hong Kong.<br />

Polisi menemukan apartemen<br />

Jutting berantakan dan penuh<br />

cipratan darah.<br />

AFP<br />

liburan di klub ski salju untuk kalangan elite di<br />

Courchevel, Pegunungan Alpen, Swiss. Di London,<br />

ia tercatat pernah bersantai di klub pribadi<br />

Shoreditch.<br />

Soal asmara, Jutting tidak kalah glamornya.<br />

Putus dari Sarah, ia mengencani salah seorang<br />

model majalah pria dewasa keturunan Jamaika<br />

di Inggris, Sonya Dyer. Model kulit hitam ini<br />

muncul dalam video majalah pria dewasa, CandyMag<br />

UK, pada 2010.<br />

Ia dikenal dengan nama Sonya “Milkshake”<br />

karena mengguyur tubuhnya dengan susu ketika<br />

beraksi di depan kamera. Namun penyebab<br />

keduanya putus hubungan tidak diketahui.<br />

Kehidupan glamor Jutting terus berlanjut ketika<br />

ia dipindahkan ke Hong Kong pada 2013.<br />

Ia dikenal sebagai lelaki yang kerap menggelar<br />

pesta bersama gadis-gadis Asia. Jutting beberapa<br />

kali mengajak teman-teman perempuan<br />

Asia-nya makan malam di restoran mewah.<br />

Pesta Jutting ini terjejak dalam akun Facebooknya.<br />

Bukan hanya itu, flat milik Jutting dikenal sebagai<br />

domisili ekspatriat di Wan Chai. Kamar<br />

itu memiliki harga sewa sela ngit, yakni 2.000<br />

pound sterling per bulan.<br />

Namun nasib tak berpihak. Baru menjejak<br />

selama setahun, Jutting menemui kartu mati<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Seorang perempuan memotret<br />

bangunan J Residence di<br />

Johnston Road, Hong Kong.<br />

Apartemen Jutting di lantai 31<br />

jadi lokasi pembunuhan dua<br />

perempuan asal Indonesia.<br />

LAM YIK FEI/GETTY IMAGES<br />

kariernya. Pemerintah mencabut izin lisensi<br />

praktek perbankan milik Jutting.<br />

Namun juru bicara Bank of America Merrill<br />

Lynch Hong Kong, Paul Conlan, menyebutkan<br />

Jutting masih terdata sebagai pegawai perusahaannya<br />

ketika menghadapi persidangan awal<br />

kasus pembunuhan dua TKI di Hong Kong.<br />

Sayang, Paul tak mau memberikan keterangan<br />

lebih lanjut mengenai status pekerjaan Jutting.<br />

Pascaprahara karier inilah Jutting melakukan<br />

aksi brutal terhadap Seneng dan Sumarti.<br />

Pihak berwenang menduga dua TKI Indonesia<br />

hanya sebagian korbannya. Telepon seluler<br />

yang dikantongi penyidik menyimpan 2.000<br />

foto seksi dan adegan sadisme.<br />

Beragam spekulasi pun menyeruak. Media<br />

menjuluki Jutting sebagai “American Psycho”.<br />

Pasalnya, aksi Rurik tersebut mirip dengan adegan<br />

film thriller yang diproduksi Hollywood.<br />

Spekulasi penyakit psikologis ini makin ramai<br />

karena, pada saat-saat terakhir sebelum melakukan<br />

pembunuhan, signature dalam surat<br />

elektronik (e-mail) Jutting menyebutkan dirinya<br />

adalah psikopat.<br />

“Saya keluar dari kantor. Untuk waktu tak<br />

terbatas. Untuk pertanyaan yang mendesak,<br />

atau memang ada pertanyaan, silakan menghubungi<br />

seseorang yang bukan psikopat gila,”<br />

tulisnya.<br />

Namun, ketika diperiksa polisi, Jutting secara<br />

terus terang mengakui perbuatannya. “Yes, I kill<br />

them,” kata Jutting.<br />

Tapi ia menegaskan dirinya tidak gila. Ia hanya<br />

ingin segala proses hukum segera selesai<br />

dan ia siap menjalani hukumannya. ■<br />

ARYO BHAWONO | DAILYMAIL | THETELEGRAPH | IBTIMES |<br />

HUFFINGTONPOST<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

KISAH TRAGIS<br />

DJ ALIZ<br />

CUMA LULUS SD. MERANTAU KE JAKARTA, BANGKA<br />

BELITUNG, HINGGA HONG KONG SEJAK ABG. BERMULA<br />

DARI MENJADI PRT, LALU MENJADI DJ. PERNAH AKAN<br />

DIPERKOSA MAJIKAN SEBELUM AKHIRNYA DIBUNUH<br />

SECARA SADIS.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Sumarti Ningsih bersama<br />

teman-temannya di Hong<br />

Kong.<br />

FACEBOOK<br />

dibunuh orang kok saya<br />

tidak punya firasat apa-apa,”<br />

ujar Suratmi, sedih. Mata perempuan<br />

49 tahun itu terus “ANAK<br />

berkaca-kaca saat memandangi foto putrinya,<br />

Sumarti Ningsih, di layar handphone. Foto selfie<br />

itu diambil ketika anaknya mudik saat Lebaran,<br />

Agustus 2014.<br />

Ratmi jadi ingat mimpinya belum lama ini.<br />

Anaknya yang kadang dipanggilnya dengan<br />

nama Marti atau kadang Ning itu tiba-tiba<br />

saja mengatakan akan pulang dari Hong Kong.<br />

Sang ayah, Ahmad Kaliman, pun heran. “Bapaknya<br />

bilang, ‘Kerja baru sebentar kok sudah<br />

pulang?’ Tapi saya pikir itu cuma mimpi saja,<br />

tak ada firasat lain,” cerita Ratmi saat ditemui<br />

majalah detik di rumahnya, Desa Gandrungmangu,<br />

Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap,<br />

Jawa Tengah.<br />

Sebulan lalu, Marti menelepon Ratmi. Ia<br />

menanyakan kabar orang tuanya, juga anak semata<br />

wayangnya yang baru berumur 5 tahun.<br />

Bocah laki-laki itu diasuh kakek-neneknya selama<br />

Marti merantau di negeri orang.<br />

Marti juga bercerita visa kunjungannya di<br />

Hong Kong akan habis, sehingga ia harus secepatnya<br />

pulang ke Indonesia. Ia hanya mendapatkan<br />

visa kunjungan ke Hong Kong selama<br />

satu bulan, 4 Oktober hingga 3 November<br />

2014. Ia pun sudah memesan tiket pesawat<br />

Cathay Pacific untuk Senin, 3 November itu.<br />

Sungguh tidak dinyana, bukan senyum dan<br />

pelukan hangat sang anak yang tiba di hadapan<br />

Ratmi. Di hari yang ditunggu itu, justru polisi<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Rurik George Caton Jutting,<br />

mantan karyawan Bank of<br />

America Corp, meninggalkan<br />

pengadilan dengan dakwaan<br />

pembunuhan dua wanita di<br />

sebuah apartemen di Hong<br />

Kong, Senin (3/11).<br />

LAM YIK FEI/BLOOMBERG VIA GETTY<br />

IMAGES<br />

yang datang, mengabarkan putrinya di Hong<br />

Kong dianiaya orang.<br />

Tidak berapa lama, Jumiati, sepupu yang<br />

juga menjadi buruh migran Indonesia di Hong<br />

Kong, menelepon. “Marti sudah tewas, Wak.<br />

Kondisinya pun tidak layak lagi,” ujar Jumiati.<br />

Ratmi pun terguncang mendengar kabar itu.<br />

Ini kabar yang sungguh memukulnya. “Saya<br />

tak terima anak saya disakiti seperti itu sampai<br />

meninggal,” kata Suratmi.<br />

Sang ayah pun meminta agar pelaku pembunuhan,<br />

Rurik George Caton Jutting, bankir<br />

asal Inggris, dihukum mati. Ahmad meminta<br />

agar jenazah Sumarti<br />

dipulangkan ke Indonesia.<br />

“Bilang, kalau<br />

(pelaku) tidak dihukum<br />

mati, Bapak tidak<br />

ikhlas,” kata Ahmad.<br />

●●●<br />

Marti merupakan<br />

anak ketiga dari<br />

empat bersaudara<br />

pasangan Ahmad Kaliman dan Suratmi. Anak<br />

pertama adalah Suyani, 32 tahun, lalu Suyitno<br />

(25), dan si bungsu Rokhmat (15). Marti lahir<br />

pada April 1991 saat Ahmad masih bertransmigrasi<br />

di Kalimantan.<br />

Menjadi transmigran tidak banyak membawa<br />

keberuntung an pada keluarga Ahmad.<br />

Kehidup annya tetap sulit sehingga ketiga<br />

anaknya, Suyani, Suyitno, dan Marti, hanya<br />

mampu tamat sekolah dasar.<br />

Ahmad mengenang, di masa kecilnya, Marti<br />

termasuk anak yang ceria, cerdas, dan penuh<br />

semangat dalam belajar. Sa yang, kondisi keluarga<br />

yang tidak berkecukupan membuatnya<br />

bernasib sama dengan kakak-kakaknya, hanya<br />

tamat SD.<br />

Di kampung Marti memang banyak anak<br />

yang hanya tamat SD. Mereka, dengan bekal<br />

pendidikan minim, kemudian memilih merantau<br />

meninggalkan kampung yang tidak ba nyak<br />

memberikan pilihan pekerjaan. Di kampung<br />

itu, ada seorang agen perusahaan jasa tenaga<br />

kerja Indonesia (PJTKI) bernama Sudiono, yang<br />

sering berkeliling membujuk warga agar mau<br />

bekerja di luar negeri.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Ahmad Kaliman dan Suratmi<br />

menunjukkan ijazah sekolah<br />

dasar Sumarti Ningsih,<br />

putrinya yang menjadi korban<br />

pembunuhan sadis di Hong<br />

Kong.<br />

ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />

Salah satu yang ikut Sudiono adalah Suyani.<br />

Kakak sulung Marti itu sudah 7 tahun ini hilang<br />

tidak tentu rimbanya. “Dulu Yani pergi dibawa<br />

Sudiono. Sekarang Sudiono kalau ditanya di<br />

mana Yani, jawabnya tak pernah jelas,” kata<br />

Ratmi mengeluh.<br />

Suyitno, kakak kedua Marti, juga pergi merantau.<br />

Ia menjadi buruh migran di Brunei.<br />

Melihat kedua kakaknya dan teman-temannya<br />

pergi merantau, Marti pun ingin menjajal hal<br />

yang sama. Saat umurnya masih 16 tahun,<br />

Marti pamit me rantau ke Jakarta seorang diri.<br />

Ia melamar sebagai pembantu rumah tangga.<br />

Sempat ditolak karena masih di bawah umur,<br />

Marti akhirnya mendapatkan pekerjaan. Menjadi<br />

PRT di Jakarta, ia mendapat gaji sekitar Rp<br />

1 juta. Tapi Marti merasa uang itu terlalu kecil<br />

bila ia masih harus mengirim uang untuk keluarganya.<br />

Ia juga merasa pekerjaannya terlalu<br />

berat.<br />

“Kerja jadi babu kok sampai jam sepuluh<br />

malam. Saya bilang, ‘Ya sudah, jangan kerja<br />

dulu. Saya di sawah kan masih bisa makan,’”<br />

kata Ahmad.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Sepeda motor yang dibeli<br />

Sumarti Ningsih untuk adiknya<br />

yang masih sekolah.<br />

ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />

Tapi Marti tidak mau pulang kampung.<br />

Melalui sebuah yayasan di Jatinegara, ia kemudian<br />

pindah kerja ke Bangka Belitung. Di sini,<br />

ia menjadi pengasuh bayi bagi seorang polisi<br />

dengan gaji Rp 1,5 juta. Sebulan setelah pindah<br />

ke Bangka Belitung, Marti baru memberi tahu<br />

bapaknya lewat telepon.<br />

“Saya dikasih (duit) kalau (dia) gajian, (sebesar)<br />

Rp 500 ribu, untuk dia satu juta. Itu kadang<br />

dipotong yayasan,” kata Ahmad.<br />

Saat bekerja di Bangka itulah Marti bertemu<br />

dengan Subadar. Keduanya terlibat hubungan<br />

cinta. Marti hamil dan minta dinikahi. Ternyata<br />

Subadar sudah beristri. Marti merasa dibohongi.<br />

Tanpa restu istri pertama, akhirnya Subadar<br />

menikahi Marti secara siri. Setelah menikah,<br />

Marti meminta Subadar tinggal dengan istri<br />

pertamanya. Saat Marti akan melahirkan, Subadar<br />

datang dengan membawa uang Rp 900<br />

ribu. Namun ia hanya menginap satu malam<br />

dan kemudian pergi. Itu merupakan satu-satunya<br />

kunjung an yang dilakukan Subadar. Sampai<br />

anaknya berumur 5 tahun, ia tidak pernah<br />

menengoknya lagi.<br />

Setelah 40 hari melahirkan, Marti memutuskan<br />

kembali bekerja di Bangka. Ia tidak bisa<br />

berlama-lama menganggur karena anaknya<br />

butuh susu dan makan. Ternyata, di Bangka,<br />

Subadar terus mendekatinya. Marti pun memutuskan<br />

merantau ke tempat yang lebih jauh<br />

lagi. Kebetulan dua sepupunya, Jumiati dan Susani,<br />

bekerja di Hong Kong.<br />

“Kepada Marti, mereka bilang, ‘Kamu kerja<br />

di Indonesia kan gajinya enggak bisa lebih. Untuk<br />

makan saja sulit, yuk ke Hong Kong,’” kisah<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Sumarti Ningsih sedang beraksi<br />

sebagai DJ di salah satu pub di<br />

kawasan Wan Chai.<br />

FACEBOOK<br />

Ratmi.<br />

Maka, sekitar April 2011, Marti berangkat ke<br />

Hong Kong. Ia memakai agen PT Arafah Bintang<br />

Perkasa. Perusahaan ini dikenal sebagai<br />

PJTKI yang nakal dan kerap bermasalah. Tahun<br />

2010, perusahaan penampung ini digerebek.<br />

Ratusan TKI dibebaskan.<br />

Menurut Direktur Migrant Care Anis Hidayah,<br />

PT Arafah adalah PJTKI yang abai terhadap<br />

pengawasan TKI di luar nege ri. Perusahaan<br />

ini hanya mengejar potongan yang disalurkan<br />

para TKI saja. “Apakah (TKI) mau disiksa, mau<br />

diapa-apakan, PT itu tak peduli,” kata Anis kepada<br />

majalah detik.<br />

Marti pun bernasib malang karena memakai<br />

PT Arafah. Gajinya per bulan, sebesar Rp 4,5<br />

juta, harus dipotong selama 7 bulan untuk<br />

melunasi biaya pemberangkatannya ke Hong<br />

Kong.<br />

Oleh majikan pertama, Marti tidak digaji<br />

selama satu bulan. Ia pun melapor KBRI dan<br />

kemudian dipindah majikan. Apesnya, majikan<br />

kedua pun malah lebih jahat dari majikan<br />

pertama. “Ia ngeluh majikannya maunya memperkosa<br />

terus,” cerita sang ayah.<br />

Karena tidak tahan, baru empat bulan Marti<br />

lari dari maji kannya tanpa paspor. Ia menyeberang<br />

ke Makau dan bekerja di sebuah<br />

restoran dengan gaji Rp 6,5 juta. Petualangan<br />

di Hong Kong ini dijalani Marti selama dua<br />

tahun delapan bulan. Ia pulang pada 2013.<br />

Tidak betah berlama-lama di rumah, Marti<br />

ke Jakarta pada Mei 2013. Kali ini ia ke Ibu<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Sumarti Ningsih<br />

FACEBOOK<br />

Kota bukan untuk bekerja, melainkan kursus<br />

menjadi disc jockey (DJ) selama lima bulan.<br />

Lalu, ia melanjutkan ke Yogyakarta selama<br />

satu bulan. Namun, setelah bisa, ia bingung<br />

karena Cilacap hanya kota kecil yang tidak<br />

banyak memiliki tempat hiburan malam. Karena<br />

itu, ia memutuskan kembali ke Hong<br />

Kong.<br />

Trauma dengan PJTKI, Marti pergi de ngan<br />

visa kunjungan pada Juli 2013. Dengan bekal<br />

sertifikat kursus DJ, Marti menjajal karier sebagai<br />

DJ. Di akun Facebook-nya, Marti, yang<br />

memakai nama Ningsih Aliz Arnovan, beberapa<br />

kali mengunggah foto ia tengah beraksi di<br />

depan papan musik.<br />

Salah satu foto diberi tulisan “my new job”.<br />

Pada foto lainnya, ia memberi penjelasan DJAliz.<br />

Aliz itulah nama beken Marti di Hong Kong.<br />

Ia tampaknya menikmati pekerjaan barunya.<br />

Kepada seorang teman yang berkomentar di<br />

lamannya, Marti me-reply dengan jawaban<br />

“fun job”.<br />

Di akun Facebook-nya itu, ia juga memasang<br />

foto bersama sang pacar yang juga seorang DJ.<br />

Pria itu berasal dari Yogyakarta.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Rumah sederhana keluarga<br />

Sumarti Ningsih di Desa<br />

Gandrungmangu, Kecamatan<br />

Gandrungmangu, Cilacap.<br />

ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />

Marti berada di Hong Kong nyaris setahun<br />

dan baru pulang saat Lebaran 2014. Setelah<br />

itu, ia kembali mendapatkan visa kunjungan ke<br />

Hong Kong pada 4 Oktober 2014, yang berlaku<br />

selama satu bulan.<br />

Selama bolak-balik ke Hong Kong, ia kerap<br />

mengirimkan uang. Uang itu berada di rekening<br />

pribadi yang dipegang orang tuanya. Jumlahnya<br />

besar. Menurut data yang diperoleh<br />

majalah detik, misalnya, sepanjang Oktober<br />

tahun ini, Marti tiga kali mengirim uang yang,<br />

jika ditotal, bisa berjumlah sekitar Rp 45 juta.<br />

Berdasarkan buku tabungan, saldo tabungan<br />

Marti pada Juli 2014 sebesar Rp 116 juta.<br />

Ahmad mengaku, dari uang anaknya itu, ia<br />

dapat merenovasi rumah dan membeli perabotan-perabotan,<br />

seperti televisi. Marti<br />

juga membelikan handphone dan sepeda<br />

motor untuk adiknya.<br />

“Dulu, kalau sekolah jalan kaki (memakan<br />

waktu) setengah jam, dengan motor bisa 15<br />

menit. Tapi ini motor patungan dengan Mas<br />

Suyitno,” Rokhmat mengisahkan.<br />

Sampai kematian anaknya, Ratmi tidak tahu<br />

apa sebe tulnya pekerjaan Marti. Ia percaya<br />

Marti bekerja di restoran seperti pengakuannya<br />

selama ini, bukan pekerja seks seperti<br />

yang ramai diberitakan. Ratmi pun tidak terlalu<br />

mempedulikan apa pekerjaan anaknya. Yang<br />

terpen ting, kini ia membesarkan cucunya yang<br />

ditinggal mati sang ibu. “Saya kenang yang<br />

bagus-bagus saja,” ujar Ratmi, pilu. ■<br />

ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN | IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 10 - - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

PETAKA<br />

JESSE LORENA<br />

KELUARGA MEMBANTAH KABAR BAHWA<br />

SENENG MUJIARSIH ALIAS JESSE LORENA<br />

BEKERJA SEBAGAI PEKERJA SEKS DI<br />

WAN CHAI. YANG MEREKA TAHU, SENENG<br />

BEKERJA DI RESTORAN.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Seneng Mujiarsih sedang<br />

pelesir di Hong Kong.<br />

FACEBOOK<br />

DUKA menyergap keluarga Mujiarjo<br />

tiba-tiba. Sudah berhari-hari sang<br />

istri, Jumineng, berkali-kali jatuh<br />

pingsan. Semua gara-gara kabar paling<br />

menyedihkan yang menimpa putri mereka,<br />

Seneng Mujiarsih.<br />

Adalah Ilo Rahayu yang membawa kabar<br />

tragis itu lewat telepon pada Senin, 3 November<br />

2014. Hari masih pagi, pukul 09.00, tapi<br />

teman sepermainan Seneng yang juga bekerja<br />

di Hong Kong itu memberi kejutan paling sulit<br />

dipercaya Mujiarjo: Seneng tewas dibunuh<br />

orang.<br />

Pendengaran Mujiarjo sudah berkurang, ia<br />

khawatir salah dengar apa yang diucapkan Ilo.<br />

Ia lantas meminta kakak Seneng, Sriwantoro,<br />

menelepon rekan putrinya yang lain yang juga<br />

di Hong Kong, Jami. Bukannya dibantah, kabar<br />

itu dibenarkan Jami.<br />

“Langsung saya kabari orang tua. Setelah itu,<br />

Ibu langsung jatuh pingsan,” ujar Sriwantoro<br />

kepada majalah detik.<br />

Seneng merupakan anak kedua pasangan<br />

Mujiarjo dan Jumineng. Sriwantoro, 30 tahun,<br />

sudah menikah dan punya dua anak.<br />

Mujiarjo berasal dari Yogyakarta dan menjadi<br />

transmigran di Desa Sidomakmur, Muna<br />

Barat, Sulawesi Tenggara, sejak 1983. Mujiarjo,<br />

dibantu Sriwantoro, menjadi petani cokelat,<br />

jambu mede, dan kelapa.<br />

Namun hasil pertaniannya ternyata tidak<br />

mampu mengerek ekonomi keluarga. “Hanya<br />

bertani di kebun. Kadang setahun pun enggak<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Seneng beraksi sebagai disc<br />

jockey.<br />

FACEBOOK<br />

berbuah,” cerita Suripto, paman Seneng, kepada<br />

majalah detik.<br />

Ekonomi keluarga itu morat-marit. Seneng pun<br />

hanya bisa menyelesaikan pendidikan sampai<br />

SMA. Ia menjalani pendidikannya di sekitar Pulau<br />

Muna, dari SD Marundu, SMP I Timur Kepulauan<br />

(Tikep), dan terakhir SMA 1 Tikep.<br />

Tidak aneh, begitu lulus SMA, Seneng<br />

bertekad merantau. Orang tuanya pun tidak<br />

berkeberatan dengan keputusan tersebut. “Di<br />

kampung, untuk makan sehari-hari saja tidak<br />

mencukupi. Akhirnya anaknya ada yang mau<br />

jadi TKI, ya terus diizinkan,” ujar Suripto.<br />

Kebetulan Buhairi sering datang ke Desa Sidomakmur.<br />

Pria yang 15 tahun tinggal di Muna<br />

itu sering menawari para wanita bekerja ke luar<br />

negeri. Mereka yang tergoda lantas diantar pria<br />

beristri dua itu ke Banyuwangi, Jawa Timur.<br />

Seneng, yang sudah bulat ingin merantau,<br />

setuju ikut Buhairi ke Banyuwangi. Saat itu tahun<br />

2007. Bersama Seneng, ada empat wanita<br />

lainnya yang ikut Buhairi. Beberapa waktu kemudian,<br />

setelah Seneng ikut Buhairi ke Banyuwangi,<br />

keluarga mendapat kabar dia sudah<br />

berada di Hong Kong.<br />

“Kalau dari Muna dulu hanya pakai surat<br />

jalan menuju ke Jawa. Setelah itu, kita tak<br />

tahu mengurus surat-suratnya ke Hong Kong<br />

bagaimana,” kata Suripto.<br />

Keluarga juga tidak begitu tahu detail apa<br />

pekerjaan Seneng dan di mana ia tinggal di<br />

Hong Kong. Yang mereka ingat, Seneng berangkat<br />

pertama kali pada 2007 untuk bekerja<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Foto Seneng di paspor pertama<br />

pada 2007 (kiri) dan paspor<br />

kedua pada 2010.<br />

FACEBOOK<br />

sebagai pembantu rumah tangga. Lantas, pada<br />

2009, Seneng pulang kampung. Tidak lama di<br />

rumah, Seneng berangkat lagi ke Hong Kong<br />

untuk bekerja di restoran.<br />

Suripto menyebutkan Seneng berangkat<br />

melalui perusahaan jasa tenaga kerja Indotak<br />

pada 2007. Tapi data paspor milik Seneng menyebutkan<br />

visa Hong Kong baru tertempel<br />

pada 14 Februari 2008 dan ia bekerja untuk<br />

majikan bernama Lau Meikwan. Paspor tersebut<br />

dikeluarkan oleh kantor Imigrasi Jakarta<br />

Barat pada 17 Juli 2007.<br />

Pada 10 Mei 2010, ia memperbarui paspor<br />

melalui Konsulat Jenderal RI di Hong Kong.<br />

Paspor pembaruan ini hanya ditempel pada<br />

paspor lama dan memiliki masa berlaku tiga<br />

tahun. Seneng bekerja melalui PJTKI Tritama<br />

Bina Karya.<br />

Namun visa ini diperbarui dengan stempel<br />

tanggal 5 Februari 2011. Seneng tercatat bekerja<br />

untuk majikan bernama Fong Mu Yi.<br />

Sumber majalah detik menyebutkan kejanggalan<br />

dokumen Seneng tersebut. Masa<br />

berlaku visa biasanya dua tahun. Artinya, visa<br />

terakhir Seneng berakhir pada 5 Februari 2013<br />

alias ia harus segera meninggalkan Hong Kong<br />

tahun lalu.<br />

Selain itu, masa berlaku paspornya seharusnya<br />

habis pada tahun yang sama. Rata-rata<br />

paspor harus diperbarui setelah tiga tahun.<br />

Bila tidak memiliki paspor dan visa baru,<br />

Seneng sama saja telah lebih dari setahun tinggal<br />

secara ilegal alias overstay di Hong Kong.<br />

Dan biasanya para PRT yang overstay memilih<br />

mencari kerja ke Wan Chai, yang dikenal sebagai<br />

kawasan lampu merah alias tempat mang­<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

kal pekerja seks.<br />

Pada Mei 2013, tidak lama setelah habis masa<br />

berlaku paspor dan visanya, Seneng menuliskan<br />

status di Facebook-nya “I love u mom, tonight<br />

I really could cry because remember huge<br />

and warm beside you”.<br />

Ia juga suka mengunggah lagu-lagu religius<br />

yang dinyanyikan Maher Zain. Misalnya ia mengunggah<br />

lagu Insha Allah Ada Jalan. Di posting<br />

itu, Seneng, yang di akun Facebook berganti<br />

nama menjadi Jesse Lorena, menulis “OMG I<br />

can cry cos I hear this songs ….Insha Allah”.<br />

Lantas, pada 11 Mei 2013, ia berbagi lagu Thank<br />

You Allah, masih milik Maher Zain. Dalam sharing<br />

itu, Jesse menuliskan “Allahu Akbar, I Love U<br />

Allah”.<br />

Akhirnya, pada 17 Juli 2013, ia mengunggah<br />

foto saat beraksi sebagai DJ. Dia terlihat cantik<br />

Seneng bersama teman<br />

kencannya seorang bule di<br />

Ozone Bar Ritz-Carlton, Hong<br />

Kong.<br />

FACEBOOK<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Seneng Mujiarsih bersama<br />

teman-temannya menghabiskan<br />

waktu di New Makati Bar, Hong<br />

Kong.<br />

FACEBOOK<br />

dengan gaun ketat hitam kembang-kembang.<br />

Selanjutnya posting Seneng alias Jesse lebih<br />

banyak foto gembira bersama teman-temannya<br />

dan pose seksi bersama bule.<br />

Salah seorang TKI yang mengenal Seneng<br />

mengaku berkali-kali bertemu dengannya di<br />

Wan Chai. Biasanya TKI hanya mampir ke distrik<br />

itu untuk menikmati dangdut. “Tapi, jika<br />

menetap di sana, biasanya mereka terlibat<br />

bisnis prostitusi. Tapi saya tidak tahu apakah ia<br />

seperti itu. Saya kalau ketemu hanya say hello,”<br />

kata TKI yang tidak mau disebut namanya itu.<br />

Namun masalah overstay dan pekerjaan di<br />

Wan Chai tidak pernah sampai ke keluarga<br />

Seneng. Selama ini Seneng rutin menyisihkan<br />

rezekinya untuk dikirim ke keluarga di kampung.<br />

Biasanya tiap bulan ia mengirim uang<br />

sekitar Rp 5 juta. Kiriman itu kini telah berwujud<br />

rumah sederhana dengan ukuran 63 meter<br />

persegi.<br />

Terakhir Seneng mengirim uang Rp 20 juta<br />

untuk membeli ranjang pada Kamis, 30 Oktober<br />

2014. “Selama ini kan pada tidur di lantai<br />

semua. Adik telepon minta Ibu membeli ranjang,”<br />

kata Sriwantoro.<br />

Keluarga pun tidak tahu Seneng kerja sebagai<br />

disc jockey di Wan Chai. Keluarga pun<br />

membantah kabar bahwa Seneng bekerja sebagai<br />

pekerja seks di sana. “Enggak tahu kalau<br />

se perti itu. Kami tahunya ia kerja di restoran,”<br />

kata Sriwantoro.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Seneng sedang makan siang<br />

bersama teman-temannya di<br />

Hong Kong.<br />

FACEBOOK<br />

Pada Rabu, 5 November 2014, keluarga<br />

Seneng bertandang ke Markas Polres Muna<br />

Barat. Tim Disaster Victim Identification Kepolisian<br />

Daerah Sulawesi Tenggara minta sampel<br />

DNA mereka untuk dicocokkan dengan DNA<br />

Jesse, yang diberitakan sebagai pekerja seks<br />

yang dibunuh di Hong Kong.<br />

Mereka, Mujiarjo, Jumineng, Sriwantoro,<br />

dan Suripto, datang dengan kepala tertunduk.<br />

Seneng merupakan tulang punggung keluarga<br />

selama ini. Tidak heran bila kabar kematiannya<br />

yang begitu tragis membuat keluarganya sangat<br />

terpukul.<br />

“Bapaknya sudah tua, kini dalam keadaan<br />

sakit. Ibunya dalam kondisi tidak sehat. Penglihatannya<br />

pun rabun,” ujar Ajun Komisaris Besar<br />

Sempana Sitepu, Kepala Polres Muna Barat. ■<br />

BAHTIAR RIFAI, IRWAN NUGROHO | ARYO BHAWONO<br />

MAJALAH DETIK 10 - - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

BERBURU BULE<br />

DI WAN CHAI<br />

SAKING BANYAKNYA PEREMPUAN INDONESIA, BAR-BAR DI WAN<br />

CHAI SAMPAI MEMUTAR LAGU SAKITNYA TUH DI SINI DAN CINTA<br />

SATU MALAM. RATA-RATA BERHARAP BERTEMU DENGAN PRIA<br />

BULE KAYA BUAT DIJADIKAN SUAMI.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Artis dangdut Cita Citata yang<br />

mempopulerkan lagu Sakitnya<br />

Tuh di Sini yang sering diputar<br />

di bar Distrik Wan Chai.<br />

DOK.<br />

ENTAKAN house music dari bar-bar<br />

di sepanjang Lockhart Road, Hong<br />

Kong, mengiringi gerak para perempuan<br />

berbaju minim yang badannya<br />

disirami lampu warna-warni.<br />

“Hey handsome!” atau “Let’s party!”, begitu<br />

ajakan mereka menggoda pria-pria yang melintas.<br />

Tapi jangan heran jika lirik lagu yang terdengar<br />

di bar Hong Kong itu lagu Sakitnya Tuh<br />

di Sini, yang ditembangkan Cita Citata. “Jangan<br />

salah, Pak, lagu Sakitnya Tuh di Sini juga lagi tenar,<br />

bisa request di bar mana pun,” kata Silvie<br />

Sabillah, tenaga kerja Indonesia asal Jawa Barat.<br />

Bar-bar di Distrik Wan Chai memang jadi<br />

salah satu tempat tujuan melepas penat para<br />

buruh migran Indonesia. Jatah libur setiap<br />

Ahad dimanfaatkan buat kongko dan berjoget<br />

menikmati lagu dangdut di Wan Chai.<br />

Silvie mengatakan Wan Chai jadi pilihan karena<br />

tempat karaoke biasanya sudah habis dipesan<br />

penduduk lokal. “Daripada joget di pinggir<br />

jalan, mendingan masuk ke bar, jogetan, bisa<br />

ngilangin stres,” ujarnya.<br />

Lagu dangdut memang kerap diputar buat<br />

melayani para perempuan Indonesia ini. Kadang<br />

disc jockey juga dari Indonesia. Seneng Mujiarsih<br />

alias Jesse Lorena Ruri dan Sumarti Ningsih<br />

alias Aliz, yang jadi korban pembunuhan Rurik<br />

Jutting di Hong Kong, kerap memasang foto di<br />

Facebook sedang jadi DJ di bar Wan Chai.<br />

Sejak 1950-an, Distrik Wan Chai memang<br />

dikenal sebagai kawasan lampu merah alias<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Para ekspatriat di kawasan<br />

hiburan malam Wan Chai.<br />

Mereka jadi incaran pekerja<br />

migran yang mencari kekasih<br />

berkantong tebal.<br />

AFP<br />

tempat mangkal pekerja seks. Namun distrik ini<br />

perlahan berubah dengan munculnya kawasan<br />

bisnis dan apartemen mewah yang membidik<br />

kaum ekspatriat yang bekerja di sana. Restoran<br />

kelas atas pun bermunculan.<br />

Perubahan itu jadi berkah bagi bar remangremang<br />

Lockhart Road lantaran para pelanggan<br />

berkantong tebal berdatangan. Jutting,<br />

yang kini ditahan di penjara Hong Kong, juga<br />

disebut-sebut sering buang uang hingga puluhan<br />

juta rupiah di bar-bar Wan Chai.<br />

Hong Kong tidak melegalkan prostitusi terorganisasi,<br />

tapi menjajakan seks secara pribadi<br />

dibolehkan. Karena itu, para muncikari mengelola<br />

pekerja seks secara diam-diam dan<br />

menyamarkan mereka jadi “teman” para hidung<br />

belang di bar.<br />

Para wanita penghibur ini mendapat komisi<br />

jika ada yang membelikan mereka minuman,<br />

yang harganya memang dibanderol selangit.<br />

Para perempuan ini ada yang bekerja dengan<br />

kontrak enam bulan dan didatangkan oleh<br />

agen-agen muncikari dari Asia Tenggara hingga<br />

Eropa Timur.<br />

Mereka boleh melanjutkan “kencan” di luar.<br />

Bayaran kepada muncikari disamarkan dalam<br />

bentuk denda karena meninggalkan tempat<br />

kerja.<br />

Tapi para ekspatriat yang sudah lama menetap<br />

di Hong Kong justru menghindari para pekerja<br />

seks ini. “Ekspatriat yang berpeng alaman tidur<br />

di Jumat malam dan Sabtu malam,” kata<br />

Rob, yang menulis di salah satu situs kencan<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Direktur Migrant Care<br />

Anis Hidayah<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

Asia Tenggara. “Simpan tenaga buat Minggu<br />

malam.”<br />

Saat itu, kata Rob, banyak peluang mencari<br />

teman kencan yang murah meriah, bahkan<br />

gratis. Minggu malam di Wan Chai memang<br />

mendadak riuh karena kedatangan pekerja rumah<br />

tangga.<br />

Khusus perempuan Indonesia, kata Rob,<br />

sore hari biasanya mereka berkumpul di<br />

bar New Makati dan Neptune III. Menjelang<br />

malam, mereka pindah ke Forest<br />

Music Bar.<br />

“Tempat ini penuh perempuan Indonesia,”<br />

kata Rob. “Ada satu musik yang<br />

kalau diputar mereka akan menggila.”<br />

Yang dimaksud Rob adalah lagu dangdut<br />

remix: Cinta Satu Malam.<br />

Menurut Rob, tidak sulit membedakan<br />

antara pekerja seks dan pekerja rumah<br />

tangga. Menjelang pukul sembilan,<br />

pekerja rumah tangga bakal<br />

balik kanan, pulang ke rumah<br />

majikan.<br />

Lee, seorang aktivis Yayasan<br />

Zi Teng, yang melakukan kerja sosial di Wan<br />

Chai, mengatakan rata-rata perempuan di Wan<br />

Chai punya tujuan sama. Baik pekerja rumah<br />

tangga maupun pekerja seks sebenarnya mencari<br />

kekasih bule buat menjamin hidup dan<br />

berharap dinikahi.<br />

Tapi mereka yang tidak pulang pada pukul<br />

sembilan seperti kata Rob itu tidak serta-merta<br />

bisa dibilang pekerja seks. Banyak dari mereka<br />

yang merupakan TKI overstay, yakni yang visa<br />

kerjanya hangus tapi ogah pulang ke Indonesia.<br />

TKI berstatus overstay tidak bisa mencari kerja<br />

secara resmi. Masuk Wan Chai jadi pilihan.<br />

“Mereka sendiri yang memilih dan enggak ada<br />

jalan lain untuk sesuap nasi, ya mau gimana<br />

lagi,” kata Silvie, yang mengenal banyak TKI<br />

overstay.<br />

Direktur Migrant Care Anis Hidayah mengatakan<br />

banyak TKI yang memutus kontrak kerja<br />

karena tidak kuat dengan kondisi kerja. Saat putus<br />

kontrak itu, otomatis visa kerjanya hangus.<br />

Pilihannya adalah pulang atau tetap bekerja di<br />

Hong Kong secara ilegal.Hal itu terjadi, kata<br />

Anis, karena banyak perusahaan penyalur tidak<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

mempedulikan pekerja yang mereka pasok ke<br />

Hong Kong. “Yang penting, tujuh bulan potongan<br />

gaji, setelah itu selesai,” ujar Anis. “Apakah<br />

(TKI) mau disiksa, mau diapa-apakan, PT itu<br />

tidak peduli.”<br />

Ada juga yang jadi berstatus ilegal itu karena<br />

ogah memperpanjang masa kontrak. Anis menceritakan,<br />

banyak TKI yang mengeluh, perpanjangan<br />

kontrak yang harus lewat perusahaan<br />

penyalur biayanya sangat merugikan mereka.<br />

“Sehingga banyak dari kawan mereka yang<br />

memilih menjadi overstayer,” kata Anis. “Mereka<br />

menjadi rentan terkena masalah di luar karena<br />

tidak bisa bekerja secara resmi.”<br />

TKI overstay mesti mencari akal buat membiayai<br />

kebutuhan hidup sehari-hari di Hong<br />

Kong. Ada yang bekerja serabutan, ada juga<br />

yang mencari jalan pintas memburu pria bule<br />

Sumarti Ningsih (kiri) dan<br />

Seneng Mujiarsih belajar<br />

menjadi DJ buat mencari<br />

nafkah di Wan Chai.<br />

FACEBOOK<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FOKUS<br />

Penampungan TKI ilegal di Tebet,<br />

Jakarta. Kenakalan perusahaan<br />

penyalur turut mendorong TKI<br />

terjerumus ke tempat hiburan<br />

malam di Hong Kong.<br />

AGUNG/DETIKCOM<br />

yang bisa menjamin hidup mereka.<br />

Tapi berhasil mendapatkan pria Kaukasia sebagai<br />

kekasih pun bukan berarti masalah bakal<br />

selesai. Silvie Sabillah melihat banyak rekannya<br />

sesama TKI yang langsung berhenti kerja<br />

begitu mendapat kekasih bule. “Pas putus, kan<br />

mereka bingung sendiri,” ujarnya.<br />

Silvie, yang berpacaran dengan pilot blasteran<br />

Inggris-Spanyol dan segera menikah,<br />

tidak mau berhenti jadi pekerja rumah tangga.<br />

“Pacar saya pernah menanyakan kenapa tidak<br />

berhenti,” kata Silvie. “Saya bilang, ‘I like to spend<br />

my own money.’”<br />

Ketua Badan Nasional Penempatan dan<br />

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Gatot<br />

Mansyur Abdullah mengatakan perpanjangan<br />

masa kontrak sudah bukan lagi<br />

jadi masalah karena Mahkamah Konstitusi<br />

memutuskan tidak perlu pulang lagi untuk<br />

memperpanjang kontrak. “Ini lagi diurus supaya<br />

lebih sederhana, ya PJTKI seharusnya<br />

tidak boleh mungut lagi,” ujarnya.<br />

Sementara itu, soal kasus TKI yang masuk<br />

Wan Chai, seperti Seneng Mujiarsih dan Sumarti<br />

Ningsih, Gatot meyakini hal itu akibat<br />

salah pergaulan. “Itu memang banyak yang<br />

begitu, berjudi, foya-foya kerjaannya, salah<br />

bergaul,” kata Gatot. ■<br />

ARYO BHAWONO, IBAD DURROHMAN | AFP | RAPPLER | OKTA WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 10 - - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

MENTERI KETENAGAKERJAAN HANIF DHAKIRI:<br />

IBU SAYA PERNAH<br />

JADI TKI<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

S<br />

ebagai<br />

“SEMUA CERITA IBU SELAMA DI SAUDI MENJADI BEKAL SAYA UNTUK MEMAKSIMALKAN<br />

PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN KEPADA TKI.”<br />

aktivis pergerakan di masa-masa<br />

pengujung era Orde Baru, namanya boleh<br />

jadi kalah populer dibandingkan Wiji Thukul,<br />

Andi Arief, atau Nezar Patria. Tapi kala itu<br />

Hanif Dhakiri sebetulnya berada dalam<br />

satu visi dengan mereka. Selain itu, lelaki<br />

kelahiran Salatiga, 6 Juni 1972, ini punya<br />

komitmen tersendiri dalam membenahi dunia<br />

ketenagakerjaan. Maklum, ibunya pernah<br />

bekerja di Arab Saudi selama enam tahun.<br />

“Sewaktu saya masih SMP, Ibu bekerja di<br />

Saudi. Jadi tahu bagaimana suka-dukanya para<br />

tenaga kerja kita di luar negeri,” kata Hanif<br />

saat bersilaturahmi ke kantor redaksi Detik.<br />

com, Selasa malam, 4 November lalu. Ia juga<br />

mengaku punya bekal lain sebagai Menteri<br />

Ketenagakerjaan karena pernah menjadi staf<br />

khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi<br />

Erman Suparno, 2005-2009.<br />

Karena itu, meski baru seminggu memangku<br />

jabatan Menteri Ketenagakerjaan Hanif sudah<br />

memiliki beberapa konsep untuk membenahi<br />

dunia ketenagakerjaan. Sebut saja soal<br />

moratorium pengiriman tenaga kerja ke Arab<br />

Saudi dan pembenahan TKI di Malaysia. Sayang,<br />

karena masih harus mendapat persetujuan<br />

Presiden Joko Widodo, ia tak bersedia ideidenya<br />

itu dipublikasikan. Berikut ini pemaparan<br />

secara garis besar visi dan komitmennya dalam<br />

membenahi masalah TKI.<br />

Kami dengar Ibunda pernah bekerja di<br />

Arab Saudi. Bagaimana rasanya kemudian<br />

Anda dipercaya menjadi Menteri Ketenagakerjaan?<br />

Ini mungkin suratan takdir saya dipercaya<br />

menjadi Menteri Ketenagakerjaan. Saya anak<br />

seorang TKI. Ibu saya pernah bekerja selama<br />

enam tahun di Jeddah dan Riyadh. Dua tahun<br />

pertama beliau pulang kampung, terus<br />

berangkat lagi ke Saudi. Itu saat saya kelas II<br />

SMP. Karena itu, saya merasa punya keterika-<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

berusaha merefleksikan diri agar bisa menjadi<br />

orang yang sukses menjalankan amanah dari<br />

Presiden itu.<br />

Video<br />

tan dengan TKI.<br />

Di satu sisi kita bersyukur diberi kepercayaan<br />

dan dianggap punya kemampuan menempati<br />

posisi itu. Tapi, di sisi lain, kita prihatin karena<br />

ini adalah amanah. Memegang amanah bukan<br />

hal yang mudah. Karena itu, saya terus<br />

Ada cerita dari Ibu semasa bekerja di<br />

Saudi?<br />

Banyak. Bagaimana TKI di penampungan,<br />

bagaimana TKI di sana. Tentu semua cerita<br />

itu menjadi bekal saya juga bagaimana memaksimalkan<br />

pelayanan dan perlindungan<br />

kepada TKI. Tapi, di luar itu, saya juga pernah<br />

menjadi staf khusus Menteri Tenaga<br />

Kerja Erman Suparno (2005-2009). Jadi klop<br />

sudah.<br />

Terkait persoalan TKI, hasil audit BPK<br />

pada Juni lalu menyebutkan pangkal<br />

masalah ada dalam negeri….<br />

Betul memang, saya juga mendapat laporan<br />

dari staf-staf di Kementerian bahwa ada<br />

rekomendasi dari UKP4 (Unit Kerja Presiden<br />

Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan)<br />

dan KPK bahwa perlu ada penataan<br />

sistem ketenagakerjaan di beberapa<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

unit. Ada di bandara terkait kepulangan TKI,<br />

ada juga soal tenaga kerja asing, dan lainlain.<br />

Saya kira memang banyak persoalan yang<br />

ada di dalam negeri terkait dengan rekrutmen<br />

tenaga kerja, pelatihan, cek kesehatan, hingga<br />

penempatan. Ini semua harus menjadi prioritas<br />

penataan. Ibaratnya, ini hulunya. Kalau<br />

tidak ditata dulu, walaupun di negara lain sistemnya<br />

sudah baik, kalau di sini belum, terlalu<br />

berisiko bagi kita untuk melakukan penempatan<br />

tenaga kerja.<br />

Jika kondisi di dalam belum cukup baik,<br />

moratorium pengiriman TKI ke Arab Saudi masih<br />

diberlakukan.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Pembenahan yang paling mendesak?<br />

Secara umum, kami akan mencoba<br />

mengefektifkan dan mengefisienkan kinerja.<br />

Penghematan-penghematan terus kami<br />

dorong, anggaran yang ada terus kami pelototin<br />

agar bisa diefisienkan. Termasuk di dalam<br />

efisiensi dan akuntabilitas itu kami dorong juga<br />

agar seluruh sistem pelayanan yang diberikan<br />

Kementerian Ketenagakerjaan bisa di-onlinekan.<br />

Jadi kami pakai semacam e-governance<br />

gitu. Tata kelola berdasarkan sistem elektronik<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

Hanif Dhakiri melompati pagar<br />

saat melakukan inspeksi<br />

mendadak di perusahaan<br />

pengerah tenaga kerja<br />

Indonesia swasta, Elkari<br />

Makmur Sentosa, Jalan Asem<br />

Baris Raya, Gang Z, Tebet,<br />

Jakarta Selatan, Rabu, 5<br />

November lalu.<br />

DOK HUMAS KEMENAKER<br />

agar antarunit bisa terkoneksi. Lalu Kementerian<br />

dengan stakeholder terkait, ada BNP2TKI<br />

(Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan<br />

Tenaga Kerja Indonesia), ada BNSP (Badan<br />

Nasional Sertifikasi Profesi). Kementerian Hukum,<br />

dalam hal ini Imigrasi, Kementerian Luar<br />

Negeri, dan dinas di daerah bisa terkoneksi. Ini<br />

bayangan saya agar pelayanan bisa lebih maksimal.<br />

Terkait manajemen di dalam negeri, apakah<br />

tidak sebaiknya keterlibatan swasta<br />

dikurangi?<br />

Sebenarnya tidak ada masalah dengan<br />

adanya keberadaan swasta, karena posisi<br />

pemerintah itu sebagai regulator. Kalau ikut<br />

menjadi pelaksana, itu kan kayak “jeruk makan<br />

jeruk”. Cuma, masalahnya, sistem pengelolaan<br />

ini yang menurut saya harus terusmenerus<br />

di-upgrade dan diperbaiki sehingga<br />

memungkinkan ditingkatkannya kualitas<br />

pelayanan yang diberikan kepada TKI, mulai<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

Imin sudah dilakukan audit administratif,<br />

audit fasilitas lembaga pengerah tenaga<br />

kerja itu. Saya tinggal perdalam. Cak Imin<br />

ibaratnya sudah babat alas gitulah. Tinggal<br />

saya perdalam dengan audit kompetensi,<br />

kapasitas, dan audit kinerja dari<br />

PPTKIS itu. Sehingga, kita bisa mendapatkan<br />

sejumlah PPTKIS yang benar-benar<br />

berkualitas dan mempunyai komitmen<br />

memberikan pelayanan terbaik sekaligus<br />

memberikan perlindungan terbaik bersama-sama<br />

pemerintah ketika tenaga kerja<br />

sudah berada di luar negeri.<br />

Berdialog dengan para calon<br />

tenaga kerja yang ditampung<br />

di kantor perusahaan pengerah<br />

tenaga kerja Elkari Makmur<br />

Sentosa.<br />

DOK HUMAS KEMENAKER<br />

dari proses rekrutmen awal, kemudian ada<br />

pelatihan, psikotes, medical check-up. Ini<br />

yang harus dibenahi semua.<br />

Selama ini, misalnya, ada PPTKIS yang<br />

menangani semua itu. Mulai mengurusi<br />

rekrutmen, tes kesehatan, dan lainnya.<br />

Jadi numpuk semua di situ. Itu yang mau<br />

kita benahi melalui audit. Pada masa Cak<br />

Sejumlah perusahaan jasa pengerah<br />

tenaga kerja ditengarai milik tokoh-tokoh<br />

yang dekat dengan partai politik. Akibatnya,<br />

pemerintah kesulitan mengaudit<br />

mereka….<br />

Kalau parpol saya tidak tahu. Yang saya tahu,<br />

problemnya memang complicated di sana. Jadi<br />

interest-nya macam-macam. Mungkin ada interest<br />

politik dan lain-lain yang kemudian berkelindan<br />

dengan sistem yang kurang terbuka.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

Hanif Dakhiri tengah<br />

memperhatikan kerajinan karya<br />

penyandang disabilitas dalam<br />

sebuah pameran di Surakarta, 1<br />

November lalu.<br />

DOK HUMAS KEMENAKER<br />

Makanya saya berharap, jika seluruh proses<br />

itu di-online-kan, akan lebih bagus. Dibuat<br />

transparan dan terbuka mulai proses rekrutmen,<br />

sehingga semua orang bisa mengawasi<br />

proses rekrutmen TKI bagaimana, proses<br />

pelatihannya seperti apa.<br />

Selama ini koordinasi dengan Kementerian<br />

Luar Negeri soal perlindungan<br />

TKI di luar negeri bagaimana, karena<br />

tidak semua perwakilan di luar negeri<br />

memiliki atase yang mengurusi masalah<br />

TKI?<br />

Menurut ketentuan, seluruh warga negara<br />

Indonesia di luar negeri menjadi tanggung<br />

jawab Kementerian Luar Negeri. Cuma, TKI<br />

ini, kalau istilah hukumnya, ya semacam lex<br />

specialis. Dia seharusnya memiliki kekhususan<br />

yang penanganannya itu harus khusus, dalam<br />

hal ini Kementerian Ketenagakerjaan. Karena<br />

itu, saya ingin mendorong agar atase ketenagakerjaan<br />

kita yang ada di luar negeri ini statusnya—saya<br />

tidak tahu bahasa formalnya<br />

apa—menjadi semacam diplomat juga, jadi<br />

punya kewenangan yang cukup kuat untuk<br />

berkoordinasi dengan pihak luar.<br />

Jadi bukan semata-mata staf teknis yang,<br />

kalau ada TKI mengeluh, hanya mencatat<br />

tapi tidak bisa melakukan tindakan apaapa.<br />

Jadi penguatan status dari atase ini<br />

saya kira menjadi penting agar persoalanpersoalan<br />

TKI di luar negeri bisa ditangani<br />

dengan baik.<br />

Terkait moratorium pengiriman TKI<br />

ke Arab Saudi dan Malaysia, bagaimana<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

perkembangannya?<br />

Saya memang mendengar kabar bahwa di<br />

luar negeri ini keadaannya sudah jauh lebih<br />

baik. Di Saudi, misalnya, MOU (nota kesepahaman)<br />

yang dilakukan Cak Imin (Menteri<br />

Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar, 2009-2014)<br />

dengan pemerintah Arab Saudi hasilnya bagus.<br />

Tapi soal moratorium, kita tidak hanya<br />

melihat kondisi di luar, tapi bergantung pada<br />

kondisi di dalam negeri kita. Buat saya, jika<br />

kondisi di dalam belum cukup baik, misalnya<br />

untuk memberangkatkan, ya biar saja moratorium<br />

masih berlaku dulu. Di sini kita tata dan<br />

bereskan dulu.<br />

Atase ketenagakerjaan di luar negeri<br />

harus punya kewenangan berkoordinasi<br />

dengan pihak luar.<br />

DETIKNEWS<br />

Targetnya berapa tahun?<br />

Saya masih mendesain itu, termasuk nanti<br />

time frame-nya seperti apa. Tetapi gagasan<br />

besarnya sudah ada, mulai dari penghematan<br />

anggaran, penyederhanaan pelayanan<br />

publiknya, penataan sistem TKI, dan revitalisasi<br />

audit. Termasuk audit PPTKIS (Pelaksana<br />

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta),<br />

mana yang bisa mengirim, harus diperbaiki<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERVIEW<br />

Sejumlah aktivis buruh migran<br />

membawa poster Save Satinah<br />

ketika mengikuti aksi simpatik<br />

dan doa bersama Selamatkan<br />

Satinah di kawasan Bundaran<br />

Hotel Indonesia, 1 April lalu.<br />

M AGUNG RAJASA/ANTARA FOTO<br />

atau harus disetop.<br />

Bagaimana Anda melindungi kesiapan<br />

tenaga kerja Indonesia menghadapi pasar<br />

bebas ASEAN pada Januari 2015?<br />

Ini memang tantangan buat kita terkait<br />

dengan kompetensi. Sebab, berarti tenaga<br />

kerja kita harus memiliki daya saing yang kuat<br />

ketika harus berhadapan dengan tenaga kerja<br />

dari luar. Ini dari segi kompetensi. Terkait itu,<br />

tugas kami pemerintah secara keseluruhan<br />

dan secara khusus adalah menggenjot program-program<br />

pelatihan yang ditujukan pada<br />

tenaga kerja kita.<br />

Diperlukan juga upaya mempercepat sertifikasi<br />

profesi untuk memastikan kompetensi<br />

yang dimiliki tenaga kerja kita sesuai dengan<br />

standar, sehingga bisa bersaing dengan tenaga<br />

kerja dari luar negeri. Di luar itu mungkin<br />

harus ada sistem yang memungkinkan kita<br />

memastikan adanya perlindungan terhadap<br />

tenaga kerja kita sendiri. Saya sudah punya<br />

gagasan untuk itu dan sedang dikoordinasikan<br />

dengan pihak terkait. Agar jangan sampai<br />

MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015<br />

menjadi bencana bagi tenaga kerja Indonesia<br />

hanya karena kalah bersaing dengan tenaga<br />

kerja asing yang semakin hari semakin banyak<br />

jumlahnya. ■ PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


BIODATA<br />

NAMA: M. Hanif Dhakiri<br />

TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Salatiga, Jawa<br />

Tengah, 6 Juni 1972<br />

KARIER:<br />

• Anggota Dewan Perwakilan Rakyat<br />

periode 2009-2014 dari Fraksi Partai<br />

Kebangkitan Bangsa<br />

• Sekretaris Jenderal PKB hasil muktamar<br />

di Surabaya, 2014<br />

• Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional<br />

Gerakan Pemuda PKB, 2011-2013<br />

PENDIDIKAN:<br />

• S-2 di Universitas Indonesia<br />

• S-2 Universitas Nasional Jurusan Ilmu<br />

Politik<br />

KARYA:<br />

• Album musik The Drizzle: Traces of a<br />

Broken Heart<br />

• Buku:<br />

1. Menggagas Fiqh Perburuhan, 1999<br />

2. Paulo Freire, Islam dan Pembebasan,<br />

2000<br />

3. Post-tradisionalisme Islam, 2000<br />

4. Politik Melayani Basis, 2001<br />

5. Menjadi Politisi Manajer, 2001<br />

6. Kiai Kampung dan Demokrasi Lokal,<br />

2007<br />

7. Mengapa Memilih PKB, 2008<br />

8. 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, 2011<br />

9. NU: Jimat NKRI, Jimat Indonesia<br />

10. Pedoman Berpolitik Warga NU, 2013<br />

ORGANISASI:<br />

• Jaringan Studi Transformasi dan Solidaritas<br />

Mahasiswa Salatiga<br />

• Solidaritas Mahasiswa Salatiga<br />

• Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia<br />

• Ketua Komisariat IAIN Salatiga (1991-<br />

1992)<br />

• Ketua Pimpinan Cabang PMII Salatiga<br />

(1994-1995)<br />

• Anggota Pleno Koordinator Cabang<br />

PMII Jawa Tengah (1995-1996)<br />

• Ketua Lembaga Studi dan Advokasi Buruh<br />

Pengurus Besar PMII (1997-2000)<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


GAYA HIDUP<br />

FOTO-FOTO: THINKSTOCK<br />

THINKSTOCK<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


GAYA HIDUP<br />

DULU TATO IDENTIK DENGAN KESAN SANGAR DAN MENGERIKAN. TAPI, DI TUBUH<br />

PEREMPUAN, TATO JUSTRU BISA MENAMBAH KESEKSIAN. HMM….<br />

ARUM KINANTI/ DETIKHOT<br />

DARI rumah, Venny sudah<br />

memantapkan hati. Dia<br />

ingin membuat tato<br />

bintang di tengkuknya.<br />

Tapi, begitu sampai di studio tato,<br />

mahasiswa sebuah universitas swasta<br />

di Jakarta itu ragu-ragu.<br />

Selain takut sakit karena dirajah jarum<br />

tato, Venny mengkhawatirkan pendapat<br />

orang. Maklum, di Indonesia, stigma<br />

orang bertato masih buruk.<br />

Namun temannya, yang lebih dulu<br />

bertato, mencoba meyakinkan Venny.<br />

“Jadi temanku bilang, orang baik atau<br />

tidak itu enggak ditentukan punya tato<br />

atau enggak,” katanya.<br />

Jadilah satu tato bergambar bintang<br />

kecil menghiasi tengkuk Venny. Awalnya<br />

Venny enggan menunjukkan tatonya<br />

di depan umum. Dia menutupinya<br />

dengan rambut.<br />

Tapi lama-lama Venny “go public” juga.<br />

Apalagi, menurut Venny, saat ini sudah banyak<br />

perempuan bertato dan punya reputasi bagus.<br />

“Jadi fine-fine aja-lah,” ujar Venny sambil<br />

menunjukkan tato bintangnya.<br />

Boleh dibilang, tren tato pada perempuan<br />

cukup meningkat dalam beberapa tahun<br />

terakhir ini. Jumlah perempuan yang datang<br />

ke studio tato jauh lebih banyak.<br />

Bucks Buck Tattoo Studio di Kemang, Jakarta<br />

Selatan, mengaku punya semakin banyak<br />

klien perempuan. “Banyak juga, sekitar 15<br />

orang dalam sebulan,” ujar sang pemilik, Ricky<br />

Stefanus.<br />

Seniman tato yang akrab disapa Panky itu<br />

mengatakan perempuan yang datang untuk<br />

menato tubuhnya berasal dari beragam<br />

kalangan. Mulai artis, mahasiswi, hingga ibuibu<br />

muda.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


GAYA HIDUP<br />

ARUM KINANTI/ DETIKHOT<br />

Sejumlah artis, seperti Nikita Mirzani,<br />

Chantal Della Concetta, Yasmine Wildblood,<br />

dan Widi “Vierratale”, menjadi pelanggan<br />

Panky.<br />

Widi bahkan mengaku ketagihan setelah<br />

lengan kirinya ditato motif mikrofon dan<br />

mahkota. Pelantun lagu Perih itu lalu<br />

menambahkan tulisan “faith” pada lengan kiri.<br />

Tato, ujarnya, bukanlah sekadar hiasan<br />

tubuh. Menurut dia, tato bisa dijadikan simbol<br />

ekspresi atas kesukaan pada hal-hal tertentu.<br />

“Kalau tato aku yang (tulisan) ‘faith’ itu<br />

artinya keyakinan atau kepercayaan. King<br />

(gambar mahkota) lebih declare aku raja,<br />

lebih berkuasa dari cowok lain. Dari dulu aku<br />

memang suka sama (logo) king,” katanya.<br />

Banyak perempuan yang datang hanya<br />

untuk mengantarkan teman atau pasangannya<br />

akhirnya membuat tato juga. “Ada yang pulang<br />

kerja mampir lihat-lihat, ujung-ujungnya ditato<br />

juga,” ujar Panky.<br />

Panky menjelaskan, kehadiran kaum Hawa<br />

dalam dunia tato dengan jumlah yang cukup<br />

signifikan seolah menegaskan bahwa tato<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


GAYA HIDUP<br />

THINKSTOCK<br />

bukan hanya milik pria.<br />

Alih-alih kesan seram, wanita saat ini<br />

melihat tato dari sisi artistik. “Saya sih<br />

melihat tren tato wanita penggunaannya<br />

lebih ke arah fashion ya, sudah jadi lifestyle<br />

gitu,” ujar pria pemilik tato di sekujur lengan<br />

ini.<br />

Di Amerika Serikat, para perempuan<br />

lebih dulu menggemari tato. Jajak pendapat<br />

Lightspeed yang diadakan pada 2012<br />

menyebutkan, 89 persen orang yang memiliki<br />

tato tidak peduli pada pendapat orang lain.<br />

Menurut jajak pendapat itu, 40 persen<br />

perempuan sering kali membuat tato bersama<br />

teman atau orang yang mereka cintai. Para<br />

perempuan menjadikan pengalaman ditato<br />

menjadi lebih serius.<br />

Selain urusan gaya, banyak perempuan<br />

menggunakan tato untuk menutupi<br />

kekurangan pada tubuhnya. Misalnya<br />

menutupi bekas luka yang mencolok.<br />

“Daripada mengeluarkan biaya yang lebih<br />

besar untuk operasi, banyak yang memilih<br />

menutup lukanya dengan tato. Jadi bisa mengcover-lah,”<br />

ujar Panky.<br />

Dia mengatakan banyak perempuan merasa<br />

kesakitan saat ditato. Tapi tidak sedikit juga<br />

klien wanita yang justru lebih kuat dan berani<br />

dalam menentukan titik lokasi tato.<br />

Spot paling banyak disukai perempuan<br />

adalah leher, punggung, lower back, dan<br />

lengan. Tapi ada juga yang meminta ditato di<br />

bagian ekstrem.<br />

Misalnya di bagian payudara atau organ<br />

intim perempuan. “Saya kadang sampai<br />

geleng-geleng kepala karena mereka berani<br />

banget,” ujar Panky tersipu.<br />

Bagi perempuan pemula yang ingin<br />

membuat tato, Panky menyarankan memilih<br />

motif-motif sederhana dan berkesan feminin.<br />

Gambar kecil, seperti lettering, quote,<br />

bintang, kupu-kupu, dan bunga, menjadi motif<br />

tato paling populer dan diminati perempuan.<br />

“Penempatannya juga harus cermat supaya<br />

bagus,” ujar Panky. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


WISATA<br />

Berenang<br />

DI SISI HIU<br />

JUMLAHNYA BANYAK DAN BESAR-BESAR.<br />

BERANIKAH ANDA BERENANG BERSAMA<br />

PARA PREDATOR ITU?<br />

FOTO-FOTO: DETIKTRAVEL<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


WISATA<br />

CERDAS, cepat, dan pastinya<br />

berbahaya. Begitulah kiranya<br />

gambaran hiu pemangsa<br />

manusia di film besutan<br />

Steven Spielberg, Jaws. Hiu memang<br />

salah satu penghuni laut yang sering<br />

dijadikan “tokoh” antagonis dalam film.<br />

Dalam dunia nyata, stigma hiu<br />

sebagai hewan laut paling menakutkan<br />

karena keganasannya yang melegenda<br />

itu tak juga sirna. Jangankan dekatdekat,<br />

melihat dari jauh saja mungkin<br />

sudah bikin merinding.<br />

Jadi, jika suatu hari ada tantangan<br />

untuk berenang bersama para predator<br />

itu, mungkin nyali banyak orang akan<br />

ciut. Apa menariknya, coba, selain<br />

hanya membahayakan diri?<br />

Tapi, jika Anda punya jiwa petualang<br />

dan penantang, silakan datang ke<br />

Pulau Menjangan Besar, salah satu<br />

pulau di Kepulauan Karimunjawa. Di<br />

sana, para wisatawan bisa mengikuti<br />

uji adrenalin dengan “wisata hiu”.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


WISATA<br />

Destinasi wisata tak biasa ini dirintis<br />

oleh warga setempat sejak 30 tahun lalu.<br />

Awalnya, mereka hanya membeli sepasang<br />

hiu untuk dikembangbiakkan. Rupanya<br />

usaha itu berhasil.<br />

Seekor hiu bisa melahirkan dua sampai<br />

tiga ekor anak per kelahirannya. Lama-lama<br />

jumlah hiu di Pulau Menjangan Besar terus<br />

bertambah.<br />

Warga pun memutuskan membuat dua<br />

kolam besar berukuran 30 x 10 meter<br />

persegi. Kolam itu sebenarnya masih<br />

wilayah laut, hanya dibatasi dengan batubatuan.<br />

Saat ini, kolam pertama berisi lebih dari<br />

10 hiu sirip hitam (black tip) dan sirip putih<br />

(white tip). Hiu jenis ini lebih menyukai<br />

habitat di perairan dangkal berpasir.<br />

Sebagian dari jenis ini bahkan lebih suka<br />

tinggal di perairan payau dan sungai air<br />

tawar.
Sedangkan kolam kedua mengarah<br />

ke laut lepas. Di dalamnya terdapat hiu putih<br />

dan ikan barakuda yang tergolong ganas.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


WISATA<br />

Ukuran paling besarnya bisa mencapai berat<br />

50 kilogram. Kolam ini benar-benar tertutup<br />

untuk wisatawan.<br />

Wisatawan hanya boleh berenang dengan<br />

hiu sirip hitam dan putih saja. Kedua jenis<br />

hiu ini tergolong tak terlalu ganas, apalagi<br />

mereka dipelihara sejak kecil. Meski begitu,<br />

yang namanya hiu tetap saja menyeramkan,<br />

bukan?<br />

Meski petugas telah menjelaskan bahwa hiu<br />

itu tak akan melukai para wisatawan karena<br />

telah diberi cukup makan, masih banyak<br />

traveler yang ketakutan saat mencemplungkan<br />

kaki ke dalam kolam.
Rasanya? Jangan ditanya,<br />

pastinya sangat menegangkan dan membuat<br />

jantung seakan mau copot. Beberapa orang<br />

terlihat mengernyitkan mata saat hiu-hiu ini<br />

mendekat dan mengitari para wisatawan.<br />

Namun mereka lebih sering menghindari<br />

manusia. Jika Anda ingin terus dekat dengan<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


WISATA<br />

hiu ini, mintalah petugas kolam melempar<br />

ikan kecil untuk memancing ikan-ikan hiu<br />

agar mendekat. Dan bersiaplah didatangi<br />

hiu.
Untuk memastikan keselamatan Anda,<br />

gunakanlah jaket pelampung,
terutama bagi<br />

yang tidak bisa berenang. Sebelum masuk ke<br />

kolam, pastikan tidak ada luka di tubuh Anda.<br />

Sebab, hiu sangat sensitif pada bau darah dan<br />

mudah membuatnya menjadi agresif.<br />

Selama di dalam kolam, Anda diperkenankan<br />

mengelus dan menyentuh kepala hiu ini<br />

dengan hati-hati, tapi jangan sekali-kali<br />

menyentuh siripnya, ya.<br />

Selain itu, wisatawan tidak diperkenankan<br />

membuat gerakan
tiba-tiba yang dapat<br />

mengagetkan sang hiu. Hiu akan dengan<br />

mudah menjadi agresif jika stres.
Selain<br />

berenang bersama hiu, ada sejumlah daya tarik<br />

wisata alam lain yang dapat dijelajahi. Salah<br />

satunya adalah menyusuri hutan mangrove<br />

atau bakau. Jalur track dari papan kayu menuju<br />

jantung hutan dengan jarak 3 kilometer dapat<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


WISATA<br />

Jakarta<br />

Semarang<br />

Karimunjawa<br />

Jepara<br />

dilalui dengan berjalan kaki.
Sambil menikmati<br />

pepohonan bakau dengan tinggi rata-rata<br />

lebih dari 5 meter membuat traveler dapat<br />

merasakan sensasi berbeda. Wisatawan dapat<br />

mengamati kekayaan pohon mangrove yang<br />

tumbuh alami di lahan seluas 10,5 hektare.<br />

How to Get There<br />

Kepulauan Karimunjawa merupakan<br />

kumpulan 27 pulau kecil yang berada di Laut<br />

Jawa. Lokasinya sekitar 83 kilometer arah<br />

utara dari Kota Jepara.<br />

Dari 27 pulau, hanya ada lima pulau yang<br />

berpenghuni, yakni Pulau Karimunjawa,<br />

Kemujan, Parang, Nyamuk, dan Genting.<br />

Meski begitu, tak sulit mencapainya. Hanya,<br />

tak ada pesawat komersial yang bisa mencapai<br />

lokasi ini.<br />

Anda bisa menumpang pesawat sampai ke<br />

Kota Semarang. Dari Kota Lumpia, wisatawan<br />

bisa melanjutkan perjalanan ke Kabupaten<br />

Jepara, Jawa Tengah. Nah, dari kota kecil ini,<br />

ada dua jalur alternatif yang bisa dipilih.<br />

Ada KMP Muria dari Pelabuhan Kartini di<br />

Jepara atau kapal cepat Karimunjawa dari<br />

Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Tiket<br />

kapal cepat sedikit lebih mahal, tapi lebih<br />

cepat sampai. Pulau Menjangan Besar berjarak<br />

sekitar 10 menit di selatan Pulau Karimunjawa.<br />

n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 10 16 NOVEMBER 2014<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KULINER<br />

KECENYA BAR<br />

GAYA RETRO<br />

MUNGKIN ANDA BELUM<br />

PERNAH BERKUNJUNG KE<br />

EROPA, APALAGI KE PASAR<br />

TRADISIONALNYA. TAPI TEMPAT<br />

YANG SATU INI SIAP MEMBAWA<br />

ANDA KE SANA. COBA SAJA.<br />

FOTO-FOTO: RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KULINER<br />

STRAWBERRY<br />

MASCARPONE<br />

PASAR tidak selalu identik dengan<br />

kotor dan bau amis. Tempat ini justru<br />

mempresentasikan pasar dari sudut<br />

pandang yang berbeda. Bersih dan<br />

tentu saja nyaman.<br />

Maklum saja, ini bukan pasar sungguhan.<br />

Tempat ini seja tinya adalah restoran penyedia<br />

aneka makanan dan minuman enak. Namanya<br />

saja “Market Bar”.<br />

Restoran yang saya kunjungi pekan lalu ini<br />

berada di salah satu pojokan Mal Kota Kasablanka,<br />

Jakarta Selatan. Dari luar, “pasar” ini<br />

terlihat lumayan kecil. Tapi, begitu masuk, saya<br />

lupa soal itu.<br />

Interior gaya retro warehouse, bergaya khas<br />

pasar di Eropa, benar-benar membikin hati saya<br />

takjub. Benar-benar apik dan enak dipandang.<br />

Terdapat display buah, minuman, dan makanan<br />

kalengan di rak kayu di hampir seluruh<br />

ruangan. Belum puas melihat-lihat, seorang<br />

pelayan perempuan sudah menghampiri saya.<br />

Dia mempersilakan saya memilih tempat<br />

duduk yang diinginkan. Ada dua area terpisah<br />

pintu kaca. Di dalam ruangan ada kursi kayu,<br />

meja bar, dan sofa empuk nan nyaman.<br />

Area terbuka, outdoor terrace, disediakan bagi<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KULINER<br />

tamu yang ingin melihat-lihat suasana sekitar<br />

mal. Dekorasinya minim, tapi tetap nyaman<br />

untuk bersantap maupun mengobrol.<br />

Berhubung saya datang saat matahari sedang<br />

berada tepat di atas ubun-ubun, saya memutuskan<br />

duduk di dalam. Salah satu sofa empuk<br />

di depan area bar. Benar-benar spot sempurna.<br />

Dari buku menu yang saya baca, makanan<br />

di Market Bar cukup beragam. Mulai menu<br />

Western, Asia, hingga Indonesia. Ada pula<br />

bermacam-macam minuman, seperti kopi, teh,<br />

mocktail, dan cocktail.<br />

Market Breakfast dan Tortilla Pizza menjadi<br />

dua hidangan utama saya dan teman saya.<br />

Masing-masing hidangan ini dibanderol dengan<br />

harga Rp 55 ribu.<br />

Untuk minuman, saya memesan Cold Green<br />

Tea Latte (Rp 35 ribu) dan Ginger Pear (Rp 40<br />

ribu) untuk teman saya. Saya menambahkan<br />

Strawberry Mascarpone (Rp 40 ribu) di daftar<br />

pesanan.<br />

Dua puluh menit berlalu, tak satu pun pesanan<br />

saya tiba di meja. Sekelompok ibu-ibu dan<br />

bapak-bapak ekspatriat yang datang belakangan<br />

justru mendapatkan minumannya lebih<br />

dulu.<br />

Saya sudah hampir memprotes kepada salah<br />

satu pelayan yang hilir-mudik. Namun sang pelayan<br />

buru-buru mengantarkan dua minuman<br />

pesanan saya bersamaan. Ya, sudahlah.<br />

Seperti pada umumnya, Cold Green Tea<br />

Latte tampak menggoda dengan warna hijaupastelnya<br />

yang khas. Di atas gelas terdapat<br />

busa berwarna putih bertabur bubuk teh hijau<br />

asal Jepang.<br />

Saya tidak perlu merasa kecewa dengan<br />

rasanya. Harum matcha yang khas dipadukan<br />

dengan susu lembut dan manis. Menyegarkan.<br />

Cukup membuat saya lupa dengan “keterlambatan”<br />

tadi.<br />

Tampilan Ginger Pear berwarna agak kecokelatan<br />

di bagian tengah dan dasarnya, sedangkan<br />

di atasnya bening seperti air. Minuman<br />

ini dilengkapi garnis potongan buah apel dan<br />

lemon.<br />

Saya tidak mencicipi Ginger Pear, tapi teman<br />

saya menyukainya. “Siang-siang gini emang<br />

cocoknya minum yang asam-manis-segar,” ujar<br />

teman saya.<br />

Sambil menikmati minuman, rupanya kedua<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KULINER<br />

MARKET<br />

BREAKFAST<br />

COLD GREEN<br />

TEA LATTE<br />

hidangan utama juga telah tersedia. Keduanya<br />

tampak sangat menggiurkan. Market Breakfast<br />

tampil dengan porsi agak jumbo.<br />

Telur orak-arik, baked beans, sosis bockwurst,<br />

sliced Turkey bacon, tomat panggang, dan beberapa<br />

roti garing tumpah ruah di atas piring<br />

panjang.<br />

Saya pun mencoba mencicipi satu per satu<br />

dari masing-masing komponen. Telurnya cukup<br />

lembut, sementara saus pada baked beans mirip<br />

saus bolognese.<br />

Sosis bockwurst tampil maksimal dibanding<br />

komponen yang lain. Dagingnya lembut sekaligus<br />

juicy. Sayang, sliced Turkey bacon digoreng<br />

terlalu lama sehingga terasa kering.<br />

Saya tergoda mencicipi Tortilla Pizza. Hidangan<br />

yang satu ini terbilang unik. Sementara<br />

umumnya piza menggunakan adonan roti<br />

panggang, Market Bar menggantinya dengan<br />

tortilla.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


KULINER<br />

TORTILLA<br />

PIZZA<br />

GINGER<br />

PEAR<br />

Sedangkan topping-nya dilengkapi kacang<br />

merah, jamur, dan potongan sosis yang bersembunyi<br />

di balik keju mozzarella dan telur<br />

mata sapi.<br />

Pinggiran piring dilengkapi campuran paprika<br />

merah, hijau, dan kuning yang dicincang<br />

kasar. Kulit tortilla garing saat dikunyah, sementara<br />

perpaduan topping menghasilkan cita rasa<br />

gurih khas keju dan telur.<br />

Hidangan penutup berupa Strawberry Mascarpone,<br />

merupakan sajian khas Italia yang didominasi<br />

dengan buah stro beri segar dengan<br />

campuran sup manis kental beraroma vanila.<br />

Penyajiannya dilengkapi satu scoop es krim<br />

vanila dan biskuit yang dihancurkan di dasar<br />

gelasnya. Satu sendok penuh Mascarpone<br />

mampir ke dalam mulut dan hap.... Rasanya<br />

beneran bikin nagih! n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

KARENA MENTERI<br />

DIWAJIBKAN BLUSUKAN<br />

BERKACA PADA PENGALAMAN SENDIRI SAAT MEMBEBASKAN TANAH,<br />

PRESIDEN MEMINTA MENTERI PEKERJAAN UMUM BLUSUKAN JIKA ADA<br />

MASALAH PROYEK JALAN TOL.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Joko Widodo saat masih<br />

menjadi Gubernur Jakarta<br />

memantau pembangunan jalan<br />

akses ke Pelabuhan Tanjung<br />

Priok, Jakarta Utara. Setelah<br />

menjadi presiden, Joko Widodo<br />

meminta bawahannya rajin<br />

turun ke lapangan jika ada<br />

masalah.<br />

ZABUR KARURU/ANTARA<br />

SAAT masih menjadi Gubernur Jakarta,<br />

empat kali Joko Widodo bertemu<br />

dan makan bersama warga sekitar<br />

Petukangan Selatan. Target bekas<br />

Wali Kota Solo itu satu: membereskan pembebasan<br />

lahan jalan tol yang terkatung-katung.<br />

Saat itu pemerintah kesulitan membangun<br />

ruas terakhir jalan tol lingkar luar Jakarta.<br />

Masalah tersendat di Petukangan Selatan<br />

karena sebagian warga menolak harga dari<br />

pemerintah, yang dipandang terlalu murah.<br />

Padahal jalan tol ini pen ting karena kendaraan<br />

dari arah Bekasi atau Bogor memiliki akses jalan<br />

tol Merak tanpa perlu lewat tol dalam kota.<br />

Truk dari kawasan industri Gunung Putri atau<br />

Cikarang bisa ke Tangerang tanpa perlu ter-<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Beliau menceritakan JORR<br />

W2 pernah terbengkalai.<br />

Setelah beliau jadi Gubernur<br />

DKI, dengan empat kali<br />

pertemuan (masalah) selesai.<br />

perangkap macet di ruas tol Cawang-Tanjung<br />

Priok.<br />

Resep Joko Widodo rupanya cukup jitu.<br />

Pembebasan lahan yang bertahun-tahun gagal<br />

bisa kelar gara-gara pertemuan-pertemuan itu.<br />

Warga akhirnya rela. Resep ini kemudian ditularkan<br />

Joko Widodo, setelah menjadi presiden,<br />

kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan<br />

Rakyat Mochamad Basuki Hadimuljono.<br />

“Beliau (Presiden Jokowi) menceritakan JORR<br />

W2 pernah terbengkalai. Setelah beliau jadi<br />

Gubernur DKI, dengan empat kali pertemuan<br />

(masalah) selesai,” kata Basuki menceritakan<br />

arahan kepala negara. “Jadi memang harus turun<br />

lapangan.”<br />

Modal blusukan ini bakal menjadi salah satu<br />

senjata utama Basuki membereskan sejumlah<br />

masalah pembebasan lahan dan pembangunan<br />

jalan tol yang tidak kelar-kelar. Sejumlah<br />

ruas tol Trans-Jawa, misalnya, saat ini masih<br />

menghadapi persoalan pembebasan lahan.<br />

Persoalan lainnya adalah kemampuan keuangan<br />

pemegang konsesi.<br />

Apalagi penyelesaian proyek tol Trans-Jawa<br />

maupun Trans-Sumatera kini juga menjadi<br />

salah satu program kerja pembangunan infrastruktur.<br />

Joko Widodo pernah menjanjikan<br />

akan menambah jalan baru hingga 2.000 kilometer<br />

selama masa pemerintahannya. “Jadi,<br />

semua pembangunan jalan tol yang sudah<br />

masuk program pemerintah menjadi prioritas,”<br />

tutur Basuki.<br />

Basuki pun bergerak dengan mengecek<br />

proses pembangunan salah satu ruas tol Trans-<br />

Jawa, yaitu Cikampek-Palimanan sepanjang<br />

115 kilometer. Ruas tol ini menjadi andalan di<br />

proyek tol Trans-Jawa karena pembebasan<br />

tanahnya rampung 100 persen dan sekarang<br />

dalam tahap pembangunan.<br />

Jika tidak ada ganjalan, ruas tol tersebut akan<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Sebuah truk melintas di dekat<br />

ujung jalan tol Gempol, Jawa<br />

Timur. Ruas tol Gempol-<br />

Pandaan sedang dalam proses<br />

penggarapan.<br />

ADHITYA HENDRA/ANTARA<br />

rampung dan siap beroperasi pada Juni 2015.<br />

Basuki berjanji untuk menga wal langsung target<br />

operasional ruas tol yang konsesinya dipegang<br />

PT Lintas Marga Sedaya, anak usaha<br />

PT Saratoga Investama Sedaya.<br />

Sasaran berikutnya adalah ruas tol Pemalang-<br />

Batang sepanjang 39,2 kilometer dan Batang-<br />

Semarang sepanjang 75 kilometer. Konsesi<br />

ruas tol Pemalang-Batang dipegang oleh PT<br />

Pemalang-Batang Toll Road, anak usaha Grup<br />

Bakrie. Sedangkan konsesi ruas tol Batang-<br />

Semarang dipegang PT Marga Setiapuritama.<br />

Menurut Basuki, pembebasan tanah pada<br />

kedua ruas tol ini mandek lantaran investor<br />

pemegang konsesi kesulitan anggaran untuk<br />

membiayai pembebasan tanah. Akibatnya,<br />

awak Tim Pembebasan Tanah, yang dibentuk<br />

pemerintah, terpaksa menganggur dahulu.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Dari seluruh ruas tol Trans-Jawa, bagian<br />

Semarang-Batang dan Batang-Pemalang ini<br />

memang paling memprihatinkan. Di tempat<br />

lain, setidaknya sudah ada pembebasan lahan<br />

yang signifikan, sudah mulai pengerjaan fisik,<br />

bahkan sudah beroperasi. Tapi, di dua ruas ini,<br />

pembangunan jalan tol seperti tidak bergerak<br />

sama sekali.<br />

Kalau nanti setelah<br />

(lahan) saya bebaskan tapi<br />

investornya belum juga bisa<br />

bangun, akan saya putus<br />

konsesinya. Nanti diganti<br />

yang lain.<br />

Basuki mengatakan, untuk membereskan,<br />

pemerintah akan turun tangan membiayai dan<br />

membebaskan tanah. Dananya bersumber dari<br />

APBN 2015. Setelah 75 persen tanah bisa dibebaskan,<br />

pemerintah akan meminta investor pemegang<br />

konsesi segera membangun jalan tol.<br />

Tapi, apabila tidak sanggup membangun jalan<br />

tol, pemerintah akan mencabut konsesi.<br />

“Kalau nanti setelah (lahan) saya bebaskan tapi<br />

investornya belum juga bisa bangun, akan saya<br />

putus konsesinya. Nanti diganti yang lain,”<br />

kata pejabat karier di Kementerian Pekerjaan<br />

Umum ini.<br />

Sebelum era Joko Widodo, tidak berarti<br />

pemerintah berpangku tangan jika ada proyek<br />

tol yang mangkrak atau sulit dibangun karena<br />

berbagai sebab. Sejumlah cara dilakukan<br />

pemerintah.<br />

Jika tingkat lalu lintas terlalu rendah dan<br />

modal dinilai sulit kembali, pemerintah ikut<br />

membantu pengerjaan. “Kalau la yak ekonomi<br />

dan finansial, diserahkan sepenuhnya ke swasta.<br />

Tapi, kalau finansialnya marginal, perlu ada<br />

dukungan peme rintah,” ujar Sudiro Roi Santoso,<br />

Kepala Bidang Investasi Badan Pengatur<br />

Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum.<br />

Misalnya pada ruas Solo-Kertosono. Dari<br />

176 kilometer yang direncanakan, pemerintah<br />

mengerjakan 69 kilometer. Di ruas ini, pemerintah<br />

tidak menggunakan dana APBN untuk<br />

membangun, melainkan mendapat pinjaman<br />

dari peme rintah Tiongkok sebesar US$ 360<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Menteri Pekerjaan Umum<br />

dan Perumahan Rakyat<br />

Basuki Hadimuljono (tengah)<br />

saat turun ke lapangan<br />

memantau pembangunan<br />

jalan tol Cikampek-<br />

Palimanan.<br />

DOK HUMAS PU<br />

juta (Rp 4,3 triliun).<br />

Cara lain adalah melakukan penunjukan<br />

alias tanpa tender. Ini yang terjadi di tol Trans-<br />

Sumatera. Ada empat ruas tol Trans-Sumatera<br />

yang dikebut pemerintah dan dua di antaranya,<br />

Palembang-Simpang Indralaya dan Medan-<br />

Binjai, dikerjakan paling awal. Untuk proyek<br />

ini, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono<br />

tidak menggelar tender, me lainkan menunjuk<br />

langsung BUMN konstruksi PT Hutama Karya.<br />

Kepala Subdirektorat Pengadaan Tanah Kementerian<br />

Pekerjaan Umum Achmad Herry<br />

Marzuki mengatakan penugasan kepada Hutama<br />

Karya merupakan bentuk dukungan<br />

peme rintah karena tingkat kelayakan jalan tol<br />

ini rendah. “Jadi tidak layak secara finansial,<br />

makanya dibantu pemerintah,” kata Herry. n<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

PROYEK JALAN<br />

TOL MASIH<br />

MACET<br />

Solo-Ngawi-Kertosono<br />

Panjang: 177 km<br />

Biaya: Rp 8,8 triliun<br />

Konsesi: PT Solo Ngawi Jaya ( PT Thiess Contractors Indonesia)<br />

kondisi: Konstruksi baru beberapa persen saja.<br />

6<br />

Cikampek-<br />

Palimanan<br />

Panjang: 116,7 km<br />

Biaya: Rp 12,6 triliun<br />

Konsesi: PT Lintas<br />

Marga Sedaya<br />

Kondisi: Diperkirakan<br />

selesai pertengahan<br />

2015.<br />

1<br />

Batang-Semarang<br />

Panjang: 75 km<br />

Biaya: Rp 7,2 triliun<br />

Konsesi: PT Marga Setiapuritama<br />

Kondisi: Belum ada perkembangan<br />

berarti, pemerintah akan mengambil<br />

alih proses pembebasan lahan.<br />

PEMALANG<br />

BATANG<br />

4<br />

JALAN tol Trans-<br />

Jawa sudah digagas<br />

dua dekade silam, tapi<br />

sampai sekarang belum juga<br />

tersambung. Jalan ini baru<br />

selesai untuk ruas Merak-Jakarta-<br />

Cikampek, Palimanan-Pejagan,<br />

Semarang-Bawen, dan sedikit<br />

ruas di Jawa Timur.<br />

Surabaya-<br />

Mojokerto<br />

Panjang: 36 km<br />

Biaya: Rp 3,4 triliun<br />

Konsesi: PT Marga<br />

Nujyasumo Agung<br />

Kondisi: Pembebasan<br />

lahan masih<br />

bermasalah.<br />

Ditargetkan akhir<br />

tahun ini semua lahan<br />

sudah dibereskan.<br />

CIKAMPEK<br />

PALIMANAN<br />

PEJAGAN<br />

SEMARANG<br />

8<br />

SURABAYA<br />

NGAWI<br />

MOJOKERTO<br />

SOLO<br />

2<br />

7<br />

KERTOSONO<br />

Pejagan-<br />

Pemalang<br />

Panjang: 57 km<br />

Biaya: Rp 5,5 triliun<br />

Konsesi: PT Pejagan<br />

Pemalang Toll Road<br />

Kondisi: Konstruksi<br />

dimulai Juli lalu.<br />

3<br />

5<br />

Kertosono-Mojokerto<br />

Panjang: 40 km<br />

Biaya: Rp 3,5 triliun<br />

Konsesi: PT Marga Harijaya Infrastruktur<br />

Kondisi: 1 seksi sudah diresmikan bulan lalu, 3 seksi<br />

lainnya masih bermasalah pembebasan lahannya.<br />

Pemalang-<br />

Batang<br />

Panjang: 39 km<br />

Biaya: Rp 4 triliun<br />

Konsesi: PT Pemalang<br />

Batang Toll Road<br />

Kondisi: Belum ada<br />

perkembangan berarti,<br />

pemerintah akan<br />

mengambil alih proses<br />

pembebasan lahan.<br />

Semarang-Solo<br />

Panjang: 72,6 km<br />

Biaya: Rp 8,1 triliun<br />

Konsesi: PT Trans Marga Jateng<br />

Kondisi: Sekitar separuh, yakni Semarang-Bawen, sudah<br />

beroperasi. Sisanya sedang pembebasan lahan.<br />

NASKAH: NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

TAK SEMUA URUSAN<br />

LAHAN RIBET<br />

SEJUMLAH RUAS DIBANGUN DENGAN MODEL SWAKARSA. URUSAN<br />

PEMBEBASAN LAHAN MENJADI TANGGUNG JAWAB PEMRAKARSA.<br />

FOTO:RACHMAN HARIYANTO/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Pekerja merapikan taman<br />

di pusat kota Bumi Serpong<br />

Damai, Tangerang Selatan.<br />

Pengembang kota mandiri<br />

ini memprakarsai jalan tol<br />

Serpong-Balaraja.<br />

YUDHI MAHATMA/ANTARA<br />

PERUMAHAN Bumi Serpong<br />

Damai merupakan nama yang<br />

sangat terkenal. Perumahan<br />

yang menyebut diri sebagai<br />

“BSD City” ini begitu diminati<br />

sehingga satu cluster kadang terjual hanya<br />

dalam satu hari, dan pembeli mesti diundi<br />

karena peminatnya lebih banyak daripada<br />

rumah yang tersedia.<br />

Seperti namanya, lokasi kompleks perumahan<br />

yang laris manis itu berada di Serpong. Fase<br />

pertama, di ujung jalan tol Ulujami-Serpong,<br />

sudah selesai. Saat ini mereka sudah mulai<br />

menggarap fase kedua proyek ini dengan lokasi<br />

di kiri-kanan Sungai Cisadane. Tahap akhirnya,<br />

fase ketiga, bakal dibangun cukup jauh dari<br />

Cisadane.<br />

Dalam salah satu keterbukaan ke Bursa Efek,<br />

Bumi Serpong Damai juga menyatakan proyek<br />

fase ketiga bakal dilintasi jalan tol Serpong-<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Model proyek tol prakarsa<br />

seperti ruas Balaraja-<br />

Serpong ini pembebasan<br />

lahannya sama sekali tidak<br />

memusingkan pemerintah.<br />

Balaraja sepanjang sekitar 30 kilometer.<br />

“Sepuluh kilometer di antaranya ada di BSD<br />

City,” ungkap keterbukaan ini membanggakan<br />

infrastruktur yang akan masuk.<br />

Ruas tol Serpong-Balaraja semula tidak<br />

ada dalam program pemerintah. Pemerintah<br />

masih berkonsentrasi pada jalan tol Trans-<br />

Jawa atau JORR 2 dan seterusnya. Tapi Bumi<br />

Serpong Damai—pengembang perumahan<br />

elite itu—agaknya paham bahwa akses<br />

tol menjadi salah satu kunci keberhasilan<br />

jualan rumah mahal. Mereka pun akhirnya<br />

memprakarsai proyek tol ini.<br />

Model proyek tol prakarsa seperti ruas<br />

Balaraja-Serpong ini pembebasan lahannya<br />

sama sekali tidak memusingkan pemerintah.<br />

“Mereka bebasin tanahnya sendiri,” kata Sudiro<br />

Roi Santoso, Kepala Bidang Investasi Badan<br />

Pengatur Jalan Tol.<br />

Sejumlah ruas tol memang dibangun<br />

dengan sistem prakarsa ini. Pemerintah<br />

belum memasukkannya dalam program, tapi<br />

pemerintah daerah—atau perusahaan seperti<br />

Bumi Serpong Damai—memprakarsainya.<br />

Pemerintah mengizinkan sistem prakarsa ini.<br />

Syaratnya hanya satu: “Tidak ada permintaan<br />

dukungan apa pun dari pemerintah,” kata<br />

Sudiro.<br />

Selain ruas tol Serpong-Balaraja, model<br />

prakarsa dipakai pada enam ruas tol yang akan<br />

dibangun dalam Kota Jakarta. Di enam ruas tol<br />

dalam kota, pemrakarsanya adalah Pemerintah<br />

Provinsi DKI Jakarta. Proyek lain adalah jalan<br />

tol atas laut Bali, yang diprakarsai Pemerintah<br />

Kabupaten Badung, Pemerintah Provinsi Bali,<br />

serta konsorsium BUMN.<br />

Dalam sistem ini, pemrakarsa akan<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Sejumlah pengendara sepeda<br />

motor antre di gerbang tol<br />

Ngurah Rai, Bali. Proyek<br />

jalan tol ini dibangun dengan<br />

pola prakarsa sehingga<br />

pemerintah tidak pusing<br />

memikirkan pembebasan<br />

lahan.<br />

PRASETYO UTOMO/ANTARA<br />

membebaskan lahan yang bakal digunakan<br />

sebagai jalan tol. Setelah dibebaskan, lahan<br />

diserahkan kepada pemerintah dan tender<br />

pemegang konsesi jalan tol pun bisa digelar.<br />

Saat ini proses pembebasan lahan tinggal<br />

sedikit yang belum beres. Sedangkan seksi<br />

I—Serpong-Legok—sudah hampir 100 persen.<br />

Pemerintah pun sudah mulai melakukan<br />

tender dan sudah sampai tahap prakualifikasi.<br />

“Kami mau lanjut lelang, cuma kami masih<br />

menunggu proses serah-terima lahannya dari<br />

swasta,” kata Sudiro. “Kami masih menunggu<br />

itu, sedikit lagi (selesai).”<br />

Meski lahannya sudah diserahkan kepada<br />

pemerintah dan dilakukan tender, pemrakarsa,<br />

yang susah payah mencari lahan, tidak<br />

dilupakan begitu saja. Mereka mendapat<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

sejumlah kemudahan agar lebih gampang<br />

memenangi tender.<br />

Kemudahan itu, pertama adalah rights to<br />

match. Jika dalam tender Bumi Serpong Damai<br />

kalah, ia bisa menang jika kemudian menaikkan<br />

tawaran senilai dengan perusahaan pemenang.<br />

Selain itu, sebagai pemrakarsa, Bumi Serpong<br />

Damai akan mendapat tambahan nilai saat<br />

evaluasi tender. “Misalnya membuat studi<br />

kelayakan, sudah membuat amdal, ada nilai<br />

tambahnya,” kata Sudiro.<br />

Dan jika pemrakarsa enggan memegang<br />

konsesi dan tidak mau ikut tender, produk<br />

yang sudah dikerjakan akan dibeli pemenang<br />

lelang. “Misalkan studi kelayakannya,”<br />

katanya. n<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON | NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

ADEM AYEM MESKI<br />

DIDATANGI<br />

JALAN TOL<br />

HARGA TANAH DI SEKITAR BEKASI UTARA TIDAK<br />

BANYAK BERUBAH MESKI DILEWATI JALAN TOL<br />

CILINCING-CIBITUNG.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Proyek pembangunan<br />

jalan tol Cikampek-<br />

Palimanan di Cikamurang,<br />

Indramayu, Jawa Barat,<br />

beberapa waktu lalu.<br />

Biasanya kehadiran jalan<br />

tol mengangkat harga<br />

tanah di sekitarnya.<br />

DEDHEZ ANGGARA/ANTARA FOTO<br />

EMPAT rumah sangat sederhana<br />

berukuran 22 meter persegi di lahan<br />

60 meter persegi itu sudah kosong.<br />

Dindingnya sudah mengelupas di<br />

sana-sini. Atap sepenuhnya hilang. Tumbuhan<br />

liar dan alang-alang mulai menyentuh tembok<br />

yang kusam.<br />

Empat rumah di Griya Pratama, Desa Sumber<br />

Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, itu memang<br />

sudah tak lagi dihuni. Proyek jalan tol Cilincing-<br />

Cibitung sudah menggusur mereka. “(Mereka)<br />

sudah mendapat ganti rugi dari pemerintah<br />

setahun lalu,” kata penyelia pemasaran PT Argamas<br />

Griya Pratama, Abdullah Anwar.<br />

Meski proyek jalan itu bakal menghubungkan<br />

pusat industri di sekitar Bekasi-Cikarang-Cikampek<br />

langsung ke Pelabuhan Tanjung Priok<br />

sekaligus membuka kawasan yang semula “jauh<br />

dari mana-mana”, ternyata harga tanah di sana<br />

tetap adem ayem, tidak mendadak melonjak.<br />

Kepala Desa Sumber Jaya, Matam, mengatakan<br />

tidak ada lonjakan harga tanah di desanya<br />

meski bakal dilintasi jalan tol. Nilai jual obyek<br />

pajak, harga tanah di sekitar lintas jalan tol yang<br />

membelah desanya, tak lebih dari Rp 300 ribu.<br />

Di lapangan, menurut dia, harga tanah sekitar<br />

jalur tol itu Rp 400-500 ribu per meter persegi.<br />

Menurut Ali Tranghanda dari Indonesia Property<br />

Watch, jalur tol Cilincing-Cibitung memang<br />

tidak memancing pertumbuhan seper ti<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Rumah di kawasan<br />

Tambun, Bekasi, yang<br />

sudah dibebaskan untuk<br />

lahan jalan tol Cilincing-<br />

Cibitung.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM)<br />

kawasan Serpong atau Cinere, yang harga<br />

tanah nya melonjak setelah ada akses jalan tol.<br />

Memang akan ada kenaikan harga tanah di sana,<br />

ujar Ali, tapi tidak terlalu signifikan kenaikannya<br />

dan tidak drastis. “Exit toll di sana dibuka bukan<br />

untuk memudahkan pemilik kendaraan pribadi,<br />

tapi memudahkan pelaku industri memindahkan<br />

barangnya ke Tanjung Priok,” ucapnya.<br />

Walaupun wilayah yang akan dilalui relatif<br />

belum terbuka secara komersial, antara lain<br />

wilayah Cibitung, Tambun Selatan, Tambun<br />

Utara, Babelan, Cilincing, hingga Marunda,<br />

perkembangan wilayahnya bukan untuk komersial<br />

dan perumahan mewah. “Untuk perumahan<br />

menengah ke bawah cukup bagus, tapi<br />

tidak untuk menengah ke atas,” ucapnya.<br />

Ali juga tak pernah mendengar ada pengembang<br />

besar yang melakukan penghimpunan<br />

dan pembebasan lahan di sepanjang jalur tol<br />

Cilincing-Cibitung itu.<br />

Pendapat tak jauh berbeda dilontarkan<br />

oleh Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan<br />

dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi)<br />

Eddy Ganefo. Ia mengatakan, kalaupun ada<br />

pengembang besar yang ingin menggarap lahan<br />

itu, mereka bakal kesulitan karena wilayah<br />

yang dilintasi jalan tol Cilincing-Cibitung sudah<br />

cukup padat. “Untuk rumah tapak menengah<br />

ke atas kayaknya tak lagi dapat dikembangkan<br />

di sana,” ucapnya.<br />

Karena itu, ia menyarankan kepada sejumlah<br />

koleganya di Apersi agar membidik pengembangan<br />

rumah vertikal kelas menengah-bawah<br />

di sepanjang jalur tol itu. “Harga tanahnya sudah<br />

cukup tinggi, sulit untuk mengembangkan<br />

rumah tapak dalam jumlah besar,” ucapnya.<br />

Eddy mengungkapkan, sepengetahuannya,<br />

hanya pengembang pemerintah, seperti PT<br />

Perumnas, yang masih berani membangun<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Pameran rumah<br />

sederhana di Jakarta<br />

Convention Center<br />

beberapa waktu lalu.<br />

Harga lahan di sekitar ruas<br />

tol Cilincing-Cibitung relatif<br />

tidak banyak melonjak.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

rumah tapak di kawasan perbatasan Cilincing<br />

dan Babelan.<br />

Pemilik lahan yang “diuntungkan” bisa jadi<br />

hanya mereka yang terkena gusur jalan tol,<br />

bukan warga yang rumahnya hanya “dekat”<br />

dengan jalan tol.<br />

Ade Priatna, warga Desa Wanasari, yang<br />

bersebelahan dengan Griya Pratama, misalnya,<br />

mengatakan tanahnya digusur dengan harga<br />

Rp 850 ribu per meter persegi dan bangunan<br />

Rp 2 juta per meter persegi. “Padahal (rumah<br />

saya) di dalam gang,” ucap pemilik rumah seluas<br />

82 meter persegi yang digusur tahun lalu<br />

itu.<br />

Dia mengatakan, jika rumah di pinggir jalan,<br />

harganya lebih tinggi lagi. Ia mendengar tanah<br />

di pinggir jalan raya Cibitung diganti Rp 1,4 juta<br />

per meter persegi dan bangunan Rp 3 juta per<br />

meter persegi.<br />

Warga mulai tahu bakal ada jalan tol sekitar<br />

lima tahun silam. Anwar, misalnya, mengatakan<br />

perusahaannya, Argamas Griya Pratama,<br />

mulai mengetahui bakal ada proyek jalan tol<br />

saat mereka mendaftarkan site plan perumahan<br />

mereka. “Tapi, dari gambar yang kami tahu<br />

dulu, jalan tol ini tidak menyambar perumahan<br />

kami, makanya kami lanjut membangun,”<br />

ucapnya.<br />

Karena itu memang daerah yang cukup jauh,<br />

mereka menjual rumah sangat sederhana. Tapi<br />

sekarang, setelah ramai, mereka mulai menjual<br />

rumah menengah, berukuran 45 meter persegi<br />

dengan tanah 120 meter persegi. Harganya<br />

juga sudah di atas Rp 350 juta. “Kami sekarang<br />

menjual rumah untuk kalangan menengah<br />

ke atas saja, tapi dalam jumlah yang sangat<br />

sedikit,” ucapnya. n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

PETRAL ADA<br />

UNTUK APA<br />

PEMERINTAH MENGIMPOR<br />

MINYAK LANGSUNG DARI<br />

ANGOLA. BAGAIMANA NASIB<br />

PETRAL?<br />

FOTO: THINKSTOCK<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Waki Presiden Angola<br />

Manuel Domingos Vicente<br />

saat melakukan kunjungan<br />

kehormatan kepada<br />

Presiden Joko Widodo.<br />

CAHYO BRURI/SETPRES<br />

KEHADIRAN Wakil Presiden<br />

Angola Manuel Domingos<br />

Vicente pada awal bulan<br />

ini memang tidak menarik<br />

perhatian banyak orang. Berasal<br />

dari Angola, negara Afrika yang lebih akrab<br />

dengan berita peperangan, Pak Wapres semula<br />

dipandang sebagai sekadar tamu negara, yang<br />

berbasa-basi datang karena belum sebulan<br />

Indonesia memiliki presiden baru. Tapi ternyata<br />

tidak.<br />

Dalam pertemuan dengan Wakil Presiden<br />

Jusuf Kalla, Vicente menandatangani nota<br />

kesepahaman (MOU) yang kemudian menjadi<br />

perhatian seluruh Indonesia: Indonesia akan<br />

membeli minyak langsung dari Angola. Ya.<br />

Membeli minyak dari Angola, negara yang<br />

produksi minyaknya 1,8 juta barel per hari atau<br />

sekitar dua kali lipat Indonesia.<br />

“Angola dulu negara yang bergolak, sekarang<br />

jadi terkaya di Afrika karena ada migas dan<br />

mineral lainnya,” kata Wakil Presiden Jusuf<br />

Kalla seusai penandatanganan MOU. Seperti<br />

dikutip Detikcom, Pertamina diminta langsung<br />

membeli ke Pertamina-nya Angola, Sonangol.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Pelaksana Tugas Direktur<br />

Utama PT Pertamina<br />

Muhamad Husen<br />

WAHYU PUTRO A/ANTARA<br />

Pertamina malah<br />

akan menugasi Petral<br />

mengeksekusi pembelian<br />

minyak dari Angola.<br />

Biasanya Pertamina membeli minyak untuk<br />

kebutuhan Indonesia lewat anak usahanya,<br />

Petral, yang berkantor di Singapura. Petral<br />

akan mencari penjual bahan bakar minyak<br />

yang dibutuhkan dan kemudian membelikan<br />

bagi Pertamina.<br />

Sempat muncul spekulasi bahwa langkah<br />

membeli langsung ke Angola ini akan<br />

menghilangkan peran Petral. Ada pula yang<br />

mengaitkan dengan isu bahwa pemerintah<br />

baru akan keras terhadap mafia migas, sehingga<br />

pembelian minyak dilakukan langsung kepada<br />

negara produsen.<br />

Tapi Pertamina rupanya tidak memandang<br />

langkah membeli langsung dari Angola ini<br />

akan mematikan Petral. Alih-alih fungsinya<br />

berhenti, Pertamina malah akan menugasi<br />

Petral mengeksekusi pembelian minyak dari<br />

Angola.<br />

Pertamina memang tidak ingin Petral diutakatik<br />

perannya sebagai tukang beli minyak.<br />

“Kalau dia (Petral) impor minyak untuk<br />

Pertamina, ya biarkan saja,” kata Pelaksana<br />

Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian<br />

Energi dan Sumber Daya Mineral Naryanto<br />

Wagimin. “Sepanjang itu transparan.”<br />

Peran Petral mulai kuat setelah Indonesia<br />

tak lagi mengalami swasembada minyak pada<br />

awal 2000-an. Awalnya, pada 1998 Pertamina<br />

mencaplok perusahaan jual-beli minyak dari<br />

Hong Kong, Perta Oil Marketing Ltd. Tiga<br />

tahun kemudian, Pertamina mengubah nama<br />

menjadi Petral Pertamina Energy Trading Ltd,<br />

disingkat Petral.<br />

Pertamina memberi tugas Petral mencari<br />

bahan bakar minyak—baik masih mentah<br />

maupun sudah berbentuk bensin atau solar<br />

yang siap dikonsumsi kendaraan. Fungsi<br />

sebagai lembaga jual-beli inilah yang membuat<br />

Pertamina mempertahankannya. “Petral<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Wakil Presiden Indonesia<br />

Jusuf Kalla<br />

DETIKCOM<br />

Wakil Presiden Angola<br />

Manuel Domingos Vicente<br />

GETTY IMAGE<br />

tetap harus ada, memangnya siapa yang mau<br />

dagang?” ujar Pelaksana Tugas Direktur Utama<br />

PT Pertamina Muhamad Husen.<br />

Ia juga menyatakan, meski yang membeli<br />

Petral, secara prinsip tetap saja Pertamina yang<br />

membeli. “Kalau Pertamina tidak menyuruh<br />

Petral, memang siapa yang menyuruh?”<br />

katanya. “Dia itu bukan makelar, dia anak usaha<br />

Pertamina yang melakukan pembelian, bukan<br />

makelar.”<br />

Tak urung langkah Pertamina tetap<br />

mempertahankan Petral—meski bisa membeli<br />

langsung seperti ke Angola, tanpa lewat pasar—<br />

dikritik oleh ahli perminyakan yang sekarang<br />

masuk Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai<br />

Nasional Demokrat, Kurtubi. Ia memandang<br />

penggunaan anak usaha seperti Petral akan<br />

membuat pembelian tidak efisien. “Dengan<br />

Petral tidak efisien karena dia trader. Sekalipun<br />

dia anak usaha Pertamina, dia trader,” katanya.<br />

Ia mengatakan Pertamina sebagai sebuah<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Kilang minyak Balongan milik<br />

Pertamina<br />

ANTARA<br />

perusahaan bisa membeli minyak langsung<br />

kepada produsen tanpa lewat anak usaha<br />

yang berfungsi sebagai perusahaan jual-beli.<br />

Jika produsen menolak menjual minyak ke<br />

Pertamina, yang merupakan perusahaan<br />

negara, pemerintah Indonesia bisa melapor ke<br />

Organisasi Perdagangan Dunia.<br />

Hanya, ia mengakui, lewat Petral, ada<br />

bumper jika terjadi kasus hukum dengan trader<br />

minyak. Jika terjadi persoalan hukum, hal itu<br />

sama sekali tidak menggoyang Pertamina. Hal<br />

ini berbeda dengan jika Pertamina membeli<br />

langsung sendiri minyaknya.<br />

Saat ini Pertamina sudah membuat gugus<br />

tugas untuk membahas transaksi pembelian<br />

minyak dengan pihak Sonangol. Satgas ini<br />

akan bekerja dalam kurun waktu maksimal<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


EKONOMI<br />

PROYEK TOL<br />

Kantor pusat perusahaan<br />

minyak Sonangol di ibu kota<br />

Angola, Luanda.<br />

PUSPA PERWITASARI/ ANTARA<br />

hingga Desember 2014. “Untuk tahap awal<br />

impor minyak mentah, keinginan kami pada<br />

awal tahun depan pengiriman first cargo mulai<br />

berjalan,” ujar Muhamad Husen.<br />

Gugus tugas ini tidak hanya membahas<br />

pembelian minyak, tapi juga rencana mereka<br />

membangun kilang minyak di Indonesia serta<br />

rencana membuat perusahaan patungan untuk<br />

menggarap proyek eksplorasi di luar negeri.<br />

Menurut Husen, kerja sama dengan Sonangol<br />

sangat potensial karena produksinya mencapai<br />

1,8 juta barel per hari atau dua kali produksi<br />

minyak Indonesia.<br />

Setelah perang saudara yang membelit<br />

negara itu selesai pada sekitar 2002, Angola<br />

terus memompa cadangan minyak bumi.<br />

Energi ini mendorong pertumbuhan ekonomi,<br />

sehingga meningkat rata-rata dalam 10 tahun<br />

alias tertinggi di dunia. Tak aneh jika negara dari<br />

Benua Hitam itu tak hanya bisa menjual minyak,<br />

tapi juga bisa menyiapkan puluhan triliun<br />

rupiah untuk membuat kilang di Indonesia. n<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON, BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


BISNIS<br />

BLUE BIRD PUN<br />

‘NARIK’ DI<br />

PERUSAHAAN TAKSI TERBESAR, BLUE<br />

BIRD, SUKSES MELEPAS SAHAM KE BURSA.<br />

PERCAYA DIRI MESKI BURSA TERANCAM<br />

GONJANG-GANJING.<br />

BURSA<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


BISNIS<br />

Para eksekutif Blue<br />

Bird, termasuk Presiden<br />

Direktur Purnomo Prawiro<br />

Djokosuntono (kedua<br />

dari kiri), saat melakukan<br />

paparan publik menjelang<br />

penjualan saham.<br />

DOK BLUE BIRD<br />

ADA yang sedikit berbeda pada kaca<br />

belakang taksi Blue Bird beberapa<br />

bulan belakangan. Biasanya kaca<br />

belakang taksi ini polos, tapi kali<br />

ini ada tulisan “Blue Bird Go Public” dengan<br />

warna dasar biru. Mereka memang membanggakan<br />

diri karena akhirnya mereka masuk ke<br />

bursa dan cukup sukses.<br />

Dari harga awal Rp 6.500, saham Blue Bird<br />

ramai dipe rebutkan investor dan pada hari<br />

pertama sudah ditutup pada harga Rp 7.450<br />

per lembar. Padahal mereka melepas saham<br />

pada pekan lalu, saat bursa rentan gonjangganjing<br />

karena Amerika Serikat menghentikan<br />

program stimulus ekonomi. Penghentian<br />

stimulus ini membuat suku bunga di Amerika<br />

naik dan investor mungkin menarik dana dari<br />

Indonesia dan membuat harga saham terpukul.<br />

Robert Rerimasie, Direktur Keuangan Blue<br />

Bird, mengatakan mereka mengincar investor<br />

jangka panjang yang tidak terlalu terpengaruh<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


BISNIS<br />

Kantor Blue Bird di kawasan<br />

Mampang, Jakarta<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

naik-turun harga saham harian. “Kami mengutamakan<br />

investor long term, jadi yang tidak<br />

terlalu terpengaruh oleh gejolak-gejolak yang<br />

ada,” katanya.<br />

Investor jangka panjang diincar mungkin karena<br />

sejarah mereka juga cukup panjang. Awal<br />

taksi ini dimulai hampir setengah abad silam,<br />

pada 1965, oleh Mutiara Fatimah Djokosoetono<br />

dan tiga anaknya yang semuanya dokter,<br />

yakni dr Chandra Suharto, dr Mintarsih<br />

A. latief, dan dr Purnomo Prawiro. Awalnya,<br />

pada 1965, Mutiara dan dua anaknya, Chandra<br />

dan Purnomo, mendirikan perusahaan<br />

Chandra Taxi. Saat itu, tentu saja, taksi belum<br />

menggunakan argo.<br />

Beberapa tahun kemudian, pada awal 1970-<br />

an, tiga anak Mutiara Fatimah membentuk<br />

CV Lestiani. Nah, CV ini—bersama Mutiara<br />

Fatimah sendiri serta Surjo Wibowo—mendirikan<br />

PT Sewindu Taxi, yang kemudian berganti<br />

nama menjadi PT Blue Bird Taxi. Bisnis<br />

ini terus bergerak maju dan pada 1990-an sudah<br />

dipandang sebagai taksi dengan la yanan<br />

yang bagus.<br />

Meski Mutiara Fatimah meninggal pada<br />

2000, Blue Bird terus moncer. Tahun lalu,<br />

misalnya, mereka meraih pemasuk an sampai<br />

Rp 3,9 triliun. Lonjakan laba komprehensif<br />

mereka sangat mengesankan. Pada 2009,<br />

laba mereka masih Rp 7,3 miliar, tahun berikutnya<br />

naik menjadi Rp 41 miliar, Rp 59 miliar,<br />

Rp 118 miliar, dan tahun lalu sudah berkali-kali<br />

lipat menjadi Rp 713 miliar.<br />

Padahal mereka mengambil strategi tarif<br />

batas atas—tarif termahal taksi yang diizinkan<br />

pemerintah. Pesaing terdekatnya, yakni<br />

taksi Express, mengambil tarif batas bawah.<br />

Pemilihan tarif ini, menurut Ketua DPD Or-<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


BISNIS<br />

Taksi Blue Bird mulai melayani<br />

pembayaran dengan kartu<br />

kredit atau debit.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

ganda Jakarta Safruan Sinungan, tidak begitu<br />

memancing perbedaan segmen konsumen.<br />

“Sebab, saat ini konsumen bisa memilih taksi<br />

sesuai dengan kebutuhan masing-masing,”<br />

katanya.<br />

Saat ini posisi mereka sebagai perusahaan<br />

taksi juga sangat kokoh. De ngan armada lebih<br />

dari 21 ribu unit, Blue Bird adalah perusahaan<br />

taksi reguler terbesar di Indonesia. Perusahaan<br />

pesaing terdekatnya pun hanya mengoperasikan<br />

9.800 unit. Sedangkan untuk taksi<br />

eksekutif, mereka mengoperasikan 1.252 mobil,<br />

yang sebagian besar, 947 buah, bermerek<br />

Mercedes-Benz.<br />

Meski memiliki beberapa anak usaha, bisnis<br />

taksi re gulernya memang menjadi andalan<br />

pemasukan. Sekitar 80 persen pemasukan<br />

perusahaan ini datang dari para sopir taksi<br />

reguler. Sisanya dari taksi eksekutif, bus, mobil<br />

sewaan, dan perusahaan karoseri bus.<br />

Meski bukan sumber pemasukan utama,<br />

bisnis lain ini juga diperhatikan. “Kami juga<br />

akan mengembangkan nontaksi karena sektor<br />

transportasi masih menjadi prioritas utama,”<br />

kata Direktur Blue Bird Sigit Prawiro Djokosoetono.<br />

Untuk membeli kendaraan baru, Blue Bird<br />

juga memanfaatkan kredit perbankan. Nilai<br />

utang mereka cukup besar. Menurut catatan<br />

prospektus, pada akhir tahun lalu utang<br />

mereka mencapai Rp 2,4 triliun. Penjualan<br />

saham perdana pekan lalu itu, yang perolehan<br />

kotornya mencapai Rp 2,4 triliun, di antaranya<br />

akan digunakan untuk mencari modal<br />

buat mengurangi utang ini. Lainnya digunakan<br />

untuk menambah taksi—mereka masih<br />

memiliki izin sekitar 7.500 taksi yang belum<br />

digunakan—dan membeli lahan untuk pul.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


BISNIS<br />

Pesaing terdekat Blue<br />

Bird adalah taksi Express.<br />

Berbeda dengan Blue Bird,<br />

Express mengandalkan tarif<br />

yang lebih murah.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Mereka terus memperbesar armada karena<br />

melihat peluang yang masih terbuka lebar.<br />

Salah satu peluang ini karena jumlah taksi di<br />

Jakarta masih terhitung rendah dibanding di<br />

kota besar di negara lain. Di Singapura dan<br />

Hong Kong, dua kota dengan sistem angkutan<br />

umum kelas wahid, misalnya, memiliki rasio<br />

taksi 5,3 dan 2,5 unit per 1.000 penduduk.<br />

Bangkok, dengan sistem angkutan umum<br />

yang kurang bagus dan baru beberapa tahun<br />

mengoperasikan kereta bawah tanah dan<br />

kereta layang, mencapai 10,2 unit per 1.000<br />

penduduk. Sedangkan Jakarta dan sekitarnya,<br />

menurut lembaga riset Euromonitor, yang dikutip<br />

prospektus Blue Bird, menyebut hanya<br />

memiliki 1,4 taksi per 1.000 penduduk.<br />

Penetrasi rendah ini juga diakui taksi Express,<br />

yang meng operasikan 10.500 unit—<br />

9.500 di antaranya di Jakarta dan sekitarnya.<br />

“Di Indonesia itu penetrasi taksi masih rendah,<br />

jadi masih ada kue yang cukup bagi kita<br />

semua,” kata David Santoso, Direktur Keuangan<br />

Express Transindo Utama. “Jadi room to<br />

grow (ruang tumbuh) masih tinggi.”<br />

Bahkan kehadiran MRT—yang proyeknya<br />

sedang dikerjakan dari Lebak Bulus<br />

hingga sekitar Bundaran Hotel Indonesia—diperkirakan<br />

tidak akan banyak mempengaruhi<br />

bisnis taksi. Hal ini berdasarkan<br />

pengalaman operator taksi di Bangkok saat<br />

kereta layang dan kereta bawah tanah mulai<br />

beroperasi di kota dengan tingkat kemacetan<br />

legendaris itu.<br />

Yang justru menjadi ancaman adalah jika<br />

Blue Bird tidak mampu menjaga kualitas pelayanan<br />

para pengemudinya. Selama seperempat<br />

abad terakhir, banyak perusahaan taksi<br />

yang muncul dan kemudian hilang. Biasanya,<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


BISNIS<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

kematian perusahaan taksi ini dimulai dengan<br />

keluhan penumpang karena merasa “diputarputar”<br />

sehingga mesti membayar argo yang<br />

lebih mahal dari seharusnya.<br />

Karena sopir nakal ini menjadi salah satu ancaman<br />

bisnis taksi, secara khusus dalam prospektusnya,<br />

Blue Bird menyebut bahwa salah<br />

satu risiko terbesar mereka adalah saat tidak<br />

mampu merekrut, melatih, dan mempertahankan<br />

pengemudi yang memenuhi standar<br />

perusahaan. Ini, menurut prospektus, “Karena<br />

salah satu kunci kekuatan perseroan adalah<br />

kemampuan menyediakan layanan terbaik<br />

bagi para pelanggan taksi.”<br />

Jika pengemudi di bawah standar, reputasi<br />

dan merek bakal terganggu. “Permintaan layanan<br />

taksi perseroan dapat terpengaruh,” ungkap<br />

prospektus itu.<br />

Hal-hal ini agaknya bisa diterima para investor.<br />

Kepala Riset Woori Korindo Securities<br />

Reza Priyambada mengatakan, selama kondisi<br />

fundamental perusahaan terjaga, se perti dana<br />

hasil IPO digunakan menambah unit, mereka<br />

akan bisa menangkal gejolak jangka pendek.<br />

“Langkah ini dibutuhkan karena manajemen<br />

Blue Bird mengincar investor jangka panjang,”<br />

katanya.<br />

Hal yang sama diungkap Jeff Tan, Associate<br />

Director Investment Division Sinarmas Asset<br />

Management. “Kalau secara fundamental<br />

emitennya bagus, tidak ada masalah dengan<br />

gejolak di pasar, harganya juga akan naik,” tutur<br />

Jeff. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

KESAKSIAN<br />

EMPAT<br />

ZAMAN<br />

Hidup dalam empat “zaman” dilakoni Solihin G.P. dengan bekerja dan berkarya. Tak<br />

mengherankan bila pada usianya yang 89 tahun, ia masih energetik. Semua indranya masih<br />

normal. Ingatannya pun masih tajam. Seperti memutar alat perekam, ia bertutur soal<br />

pengalamannya 16 tahun mendampingi Soeharto, perseteruannya dengan Gubernur DKI Jakarta<br />

Ali Sadikin, hingga hubungannya dengan Susi Pudjiastuti dan Tomy Winata.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

MEMOAR<br />

DARI MERAPI<br />

KE BINA GRAHA<br />

SEMULA SOEHARTO DISEBUTNYA PRESIDEN TERBAIK DI DUNIA. TAPI, SETELAH 16 TAHUN<br />

MENDAMPINGINYA DI BINA GRAHA, SOLIHIN G.P. TAK LAGI MENYUKAI SOEHARTO. APA YANG<br />

MEMBUATNYA KECEWA?<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Mendampingi Presiden<br />

Soeharto saat menghadiri<br />

dies natalis IPB.<br />

DOK. PRIBADI/<br />

REPRO: RENGGA SANCAYA/<br />

DETIKCOM<br />

SELEPAS menjadi Gubernur Jawa<br />

Barat (1970-1975), saya lebih banyak<br />

menghabiskan waktu di kampung.<br />

Bertani. Tapi kemudian datang kabar<br />

dari keluarga di Bandung, ada surat dari Presiden<br />

Soeharto. Ketika saya pulang ke Bandung,<br />

diketahui saya diminta menjadi Sekretaris<br />

Pengendalian Operasional Pembangunan<br />

(Sesdalopbang), menggantikan Bardosono. Dia<br />

sebetulnya belum lama jadi Sesdalopbang, tapi<br />

sudah terlibat sebuah kasus.<br />

Rupanya di rumah sudah menunggu<br />

Leonardus Benjamin Moerdani. Kala itu dia<br />

menjabat Asisten Intelijen Hankam. Benny<br />

menyarankan saya agar menolak jabatan itu.<br />

Alasannya, keadaan di Bina Graha sangat rumit<br />

dan tidak mungkin saya kuasai. Saya betulbetul<br />

tersinggung oleh ucapannya.<br />

”Karena kamu menyarankan begitu, maka<br />

saya terima.”<br />

Perkenalan dengan Soeharto tidak<br />

berlangsung di medan tempur, tapi di lokasi<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

BAGI SAYA, AWALNYA SOEHARTO<br />

MERUPAKAN PRESIDEN TERBAIK<br />

DI DUNIA, TERUTAMA SAAT IA<br />

MEMPERJUANGKAN INDONESIA<br />

MENJADI NEGARA SWASEMBADA<br />

BERAS.<br />

bencana alam. Pada Januari 1969, Gunung<br />

Merapi meletus. Saya menjabat Gubernur<br />

Akademi Militer di Magelang saat peristiwa<br />

terjadi, dan terlibat mengerahkan para taruna<br />

akademi dan truk untuk membantu warga<br />

mengungsi. Suatu hari Soeharto datang<br />

meninjau lokasi pengungsian dan bertemu<br />

dengan saya. Ia menyapa,<br />

”Solihin ya?”<br />

Dari perjumpaan itu, dia<br />

menyarankan agar saya mau<br />

menerima (permintaan)<br />

menjadi Gubernur Jawa Barat<br />

kalau Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Daerah memilih. Saya<br />

tidak boleh menolak karena<br />

masih aktif di ABRI. Padahal saya sebetulnya<br />

lebih suka pensiun.<br />

Bagi saya, awalnya Soeharto merupakan<br />

presiden terbaik di dunia, terutama saat ia<br />

memperjuangkan Indonesia menjadi negara<br />

swasembada beras. Beliau detail sekali kalau<br />

urusan teknis penanaman, pemeliharaan, dan<br />

panen padi. Pokoknya dia lebih tahu daripada<br />

penyuluh pertanian.<br />

Sebagai pribadi, Soeharto itu sederhana,<br />

biasa makan apa saja dan siap tidur di mana<br />

saja. Saat kemalaman di Sukabumi, misalnya,<br />

dia tidak menolak saat ditawari tidur di restoran<br />

Ikan Mas. Begitu juga saat ke pedalaman<br />

Banten, Pak Harto tak keberatan tidur di rumah<br />

warga yang tak punya kamar mandi. Cuma, dia<br />

sempat tanya, “Lihin, besok kita nongkrong<br />

di mana?” Maksudnya buang air besarnya di<br />

mana. “Ya, kita sama-sama ke sungai saja, Pak,”<br />

jawab saya.<br />

Jadi pagi-pagi Soeharto sudah<br />

menyelempangkan handuk di pundak. Begitu<br />

juga saya. Kami turun ke sungai untuk BAB,<br />

juga mandi. Presiden mana di Indonesia<br />

kayak gitu. Hebatlah.... Setiap kali sidak, yang<br />

mendampingi biasanya cuma Sekretaris Militer<br />

Tjokropranolo, ajudan, dan dua prajurit Polisi<br />

Militer. Mobilnya pakai Toyota Hi-Ace.<br />

●●●<br />

Sebagai Sesdalopbang, tugas utama saya<br />

adalah memelopori pembangunan di daerah-<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Tap Untuk<br />

Melihat Video<br />

daerah yang kedodoran. Saya mengumpulkan<br />

data daerah mana saja yang kedodoran di<br />

bidang pangan, penanggulangan penyakit<br />

menular, pendidikan, macam-macam. Saya bisa<br />

meminta bantuan para direktur jenderal dari<br />

departemen terkait. Biasanya saya bertemu<br />

dengan Presiden pagi dan sore hari.<br />

Saya pernah dikirim ke Timor Timur untuk<br />

mengecek operasi militer. Dari pengamatan dan<br />

temuan di lapangan, kondisinya menyedihkan<br />

dan memalukan bagi saya sebagai orang<br />

yang pernah menjadi tentara. Kenapa? Karena<br />

oknum-oknum pimpinan ABRI di sana bukan<br />

perang, tapi berdagang kopi. Tapi laporan saya<br />

oleh Soeharto didiamkan saja. Mungkin karena<br />

ia juga terbiasa mengumpulkan duit. Sewaktu<br />

menjadi Panglima Kodam IV/Diponegoro, kan<br />

dia sudah menjalin bisnis dengan Liem Sioe<br />

Liong atau Om Liem.<br />

Selain kasus di Timor Timur itu, saya<br />

mulai tidak sreg dengan sikap Soeharto<br />

yang membiarkan anak-anaknya berbisnis.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Solihin bersama salah satu suku<br />

di pedalaman Papua.<br />

DOK. PRIBADI<br />

REPRO: RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

Boleh saya katakan, sesungguhnya arsitek<br />

bisnis anak-anak itu, ya, Soeharto sendiri.<br />

Anak-anaknya cuma pelaksana. Waktu Tutut<br />

(Siti Hardijanti Rukmana) membuat jalan<br />

tol, ia panggil Menteri Keuangan. Soeharto<br />

memerintahkan agar memberikan kredit<br />

tambahan kalau ada kekurangan pendanaan<br />

proyek. Lalu anaknya yang lain, seperti Sigit<br />

dan Bambang, diarahkan untuk berbisnis di<br />

bidang ini-itu.<br />

Saya bukan “yes man”. Soeharto juga tahu saya<br />

sudah tidak suka pada beberapa kebijakannya.<br />

Ya, sudah, saya say goodbye. Saya terlalu sayang<br />

pada bangsa ini. Jadi, kalau siapa pun yang<br />

merugikan, saya tanggapi sebagai lawan. Total<br />

saya menjadi Sesdalopbang selama 16 tahun.<br />

Sejak berhenti sebagai Sesdalopbang, saya<br />

tidak pernah bertemu lagi dengan Soeharto.<br />

Sewaktu dia sakit sampai meninggal pun tidak<br />

lagi ketemu. ■ PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Biodata<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

Nama:<br />

Solihin Gautama Poerwanegara<br />

Lahir: Tasikmalaya, 21 Juli 1926<br />

Orang tua: Abdulgani Poerwanegara<br />

dan Siti Ningrum<br />

Istri: Maryam Harmain, lahir di<br />

Tasikmalaya, 20 Agustus 1929<br />

Anak:<br />

1. Jessy Jasmini<br />

2. Jani Elita Haryani<br />

3. Satrija Kamal<br />

4. Moh. Lutfi Adimulya<br />

Pendidikan:<br />

- Europeesche Lagere School (ELS)<br />

- Meer Uitgebreid Lager Onderwijs<br />

(MULO)<br />

- Sekolah Menengah Pertama<br />

- Sekolah Menengah Tinggi<br />

- Sekolah Staf Komandan Angkatan<br />

Darat, 1954<br />

- US Army Infantry School, 1957<br />

- Sekolah Staf dan Komando TNI AD,<br />

1969<br />

Pangkat terakhir:<br />

Letnan Jenderal, 1978<br />

Karier:<br />

- Guru SSKAD, 1954-1956, Bandung<br />

- Panglima Kodam XIV Hasanuddin,<br />

1965-1968, Makassar<br />

- Gubernur Akabri Umum dan Darat,<br />

1968-1970, Magelang<br />

- Gubernur Jabar, 1970-1975<br />

- Sekretaris Pengendalian Operasional<br />

Pembangunan, 1977-1992<br />

- Anggota DPA, 1992-1997<br />

- Anggota MPR, 1998<br />

Tanda Jasa:<br />

- Bintang Jasa Tingkat II<br />

- Bintang Dharma<br />

- Bintang Gerilya<br />

- Bintang Ekapaksi Kelas IV<br />

- Medali Sewindu Angkatan Perang<br />

- Satyalancana Perang Kemerdekaan I<br />

- Satyalancana Perang Kemerdekaan II<br />

- Bintang Kongo<br />

- Heung In (Korea Selatan)<br />

- Satyalancana Kesetiaan XXIV Tahun<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014<br />

MAJALAH DETIK 10 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

GUBERNUR<br />

BAJINGAN<br />

MELAWAN<br />

BANG ALI<br />

“BANG ALI, ITU STRATEGI YANG KERDIL.<br />

SAYA KIRA BANG ALI PENGATUR STRATEGI<br />

ULUNG YANG BESAR.”<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Solihin G.P.<br />

DOK. PRIBADI/REPRO :<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

SEBELUM dikenal<br />

punya hobi<br />

mengoleksi mobilmobil<br />

antik, saya<br />

suka sekali berburu. Kijang<br />

adalah satu sasaran favorit<br />

saya. Tapi, pada suatu hari,<br />

saya sebagai Gubernur Jawa<br />

Barat mendapat laporan bahwa<br />

kawasan perkebunan kakao di<br />

Subang diserang hama bajing.<br />

Wah, daripada harus membayar<br />

orang untuk membasminya,<br />

lebih baik saya buat saja lomba<br />

berburu bajing. Ternyata<br />

peminatnya cukup banyak,<br />

puluhan orang dari Jakarta<br />

dan Bandung, termasuk saya.<br />

Penentuan juara tentu saja siapa<br />

yang paling banyak menembak<br />

si bajing. Eh, ternyata, setelah<br />

dihitung, bajing yang berhasil<br />

saya tembak mencapai 20<br />

ekor. Itulah yang terbanyak,<br />

alias juaranya. Sejak itu saya dijuluki Gubernur<br />

Bajingan, ha-ha-ha….<br />

Tapi, di luar soal julukan itu, kasus yang sempat<br />

mendapat perhatian publik, baik masyarakat<br />

Jakarta maupun Jawa Barat, adalah perseteruan<br />

saya dengan Bang Ali. Meskipun di dunia militer<br />

sama-sama bintang tiga, sebagai gubernur dia<br />

lebih dulu. Lebih seniorlah. Karena itu, setelah<br />

dua minggu dilantik sebagai orang nomor<br />

satu di Jawa Barat pada 1970, saya berinisiatif<br />

bersilaturahmi kepadanya. Selain tetangga<br />

secara geografis, Bang Ali putra keturunan<br />

Sunda. Dia kelahiran Sumedang, sedangkan<br />

saya dari Tasikmalaya.<br />

Karena rencana pertemuan sifatnya informal,<br />

basa-basi, sambil membayangkan diselingi<br />

makan siang, saya ke Jakarta hanya berdua<br />

dengan sopir. Eh, begitu memasuki wilayah<br />

perbatasan Jawa Barat-Jakarta, saya terkejut<br />

melihat sambutan yang luar biasa. Di sana<br />

sudah ada iring-iringan sepeda motor voorijder.<br />

Terus terang, rasa waspada sebagai prajurit<br />

tiba-tiba bangkit. Hati saya berkata, ”Pasti bang<br />

Ali ada maksudnya nih. Hati-hati aing (saya).”<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Solihin G.P. dalam mobil dinas<br />

saat melakukan kunjungan<br />

kerja di daerah Jawa Barat.<br />

DOK. PRIBADI/REPRO :<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

Saya kembali terkejut karena di ruang<br />

operasional gubernur telah berkumpul para<br />

staf, pimpinan DPRD, dan sesepuh masyarakat<br />

Betawi. Setelah berbasa-basi, Bang Ali<br />

menurunkan tirai dan menampilkan sebuah<br />

peta. Di sana tergambar sebagian dari Bekasi<br />

sudah masuk Jakarta. Begitu juga dengan<br />

sebagian Tangerang dan Bogor. Ia lantas<br />

berkata, “Saya ditugasi rakyat saya untuk<br />

memenuhi kebutuhan pengembangan Jakarta.<br />

Karena itu, daerah-daerah ini harus masuk<br />

wilayah Jakarta. Pembangunannya akan lebih<br />

cepat jika dilaksanakan oleh DKI. Toh, Jawa<br />

Barat tidak bisa membangun.”<br />

Waduh, antara kaget, marah, dan terhina<br />

campur aduk dalam batin saya. “Ini orang<br />

kurang ajar bener,” saya membatin. Tapi saya<br />

biarkan dia terus bicara. ”Mang Ihin, mumpung<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Ia sparring partner<br />

yang menyenangkan<br />

buat saya. Banyak<br />

persamaan dengan<br />

saya, sampaisampai<br />

selera<br />

melihat orang cantik<br />

pun sama. Cuma, dia<br />

lebih tampan dari<br />

saya.<br />

-Ali Sadikin-<br />

Gubernur Jawa Barat putra Sunda dan saya<br />

Gubernur DKI putra Sunda, mari kita selesaikan<br />

masalah ini.”<br />

Dia juga menantang saya berdiri berdua di<br />

perbatasan saat malam Minggu untuk melihat<br />

berapa mobil dari Jawa Barat<br />

yang masuk Jakarta. Sebaliknya,<br />

berapa mobil dari Jakarta yang ke<br />

Jawa Barat.<br />

Wah, ini sudah keterlaluan.<br />

Saya tak bisa terus diam. Dengan<br />

lantang saya berkata, “Bang Ali,<br />

itu strategi yang kerdil. Saya<br />

kira Bang Ali pengatur strategi<br />

ulung yang besar. Kalau Jakarta<br />

dikembangkan seperti itu, secara<br />

strategis tidak akan membawa<br />

perkembangan yang luar biasa.”<br />

Saya juga bilang, kalau Bang Ali<br />

mau, satukan saja Jakarta dengan<br />

Jawa Barat. Akan saya serahkan.<br />

biar ibu kotanya di Jakarta dan Bang Ali menjadi<br />

gubernurnya. Kalau sepotong-sepotong seperti<br />

itu, no way. Kalau dikatakan Jawa Barat tak<br />

bisa membangun, Bang Ali harus lihat, “Siapa<br />

dulu sekarang gubernurnya,” ujar saya seraya<br />

bangkit meninggalkan ruangan. Pertemuan<br />

yang seharusnya diakhiri dengan makan siang<br />

itu akhirnya bubar lebih cepat. Hanya sekitar<br />

setengah jam.<br />

Sampai di Bandung, saya segera kumpulkan<br />

staf. Saya instruksikan, pembangunan wilayah<br />

perbatasan dengan Jakarta harus diprioritaskan<br />

dengan bersandar pada kekuatan alam.<br />

Supaya investor masuk, saya minta pajak<br />

direndahkan. Kebetulan saya berteman<br />

dengan Hadi Manansang, pimpinan Oriental<br />

Circus Indonesia, yang didirikan pada 1967.<br />

Saya tanya apa yang bisa diperbuat untuk Jawa<br />

Barat. Rupanya dia punya ide membangun<br />

Taman Safari di Cisarua, Bogor, tapi sulit<br />

mendapatkan izin lahan. Kami juga menggenjot<br />

pembangunan di kawasan Cisadane dengan<br />

mengundang para investor untuk membangun<br />

pabrik-pabrik tekstil. Juga ada pendirian pabrik<br />

semen di Cibinong. Untuk pariwisata, kami<br />

berikan kredit kecil untuk pendirian home stay.<br />

Beberapa tahun kemudian, saya telepon<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Bersama Mashudi,<br />

Gubernur Jawa Barat yang<br />

digantikannya.<br />

DOK. PRIBADI/REPRO :<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

Bang Ali. Saya bilang, ”Bang Ali, ayo kita berdiri<br />

di perbatasan malam minggu sekarang. Berapa<br />

banyak mobil yang menuju Jawa Barat. Orang<br />

Jakarta pasti bosan atuh dansa-dansi terus di<br />

diskotek.”<br />

lll<br />

Dalam biografi Ali Sadikin Membenahi Jakarta<br />

Menjadi Kota yang Manusiawi karya Ramadhan<br />

K.H., Bang Ali mengakui perseteruan dan<br />

persaingannya dengan Solihin. Ia memuji sikap<br />

Solihin yang terbuka, tegas, jujur, dan berani<br />

mengambil risiko. Maklum, keduanya samasama<br />

lahir di bulan Juli. “Ia sparring partner yang<br />

menyenangkan buat saya. Banyak persamaan<br />

dengan saya, sampai-sampai selera melihat<br />

orang cantik pun sama. Cuma, dia lebih tampan<br />

dari saya,” ujar Bang Ali. n PASTI LIBERTI MAPPAPA |<br />

SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

AYAH ANGKAT<br />

SUSI-TOMY<br />

SEBAGAI PENGUSAHA<br />

PERIKANAN, TOMY WINATA<br />

MENDUKUNG VISI MARITIM<br />

JOKOWI. JUGA SIAP<br />

MENYUKSESKAN KERJA<br />

MENTERI SUSI.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Mendampingi Susi Pudjiastuti di<br />

Istana Negara<br />

DOK. TRANS MEDIA<br />

K<br />

etika Susi Pudjiastuti menggandeng<br />

Solihin G.P. saat pelantikan dirinya<br />

sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan<br />

oleh Presiden Joko Widodo di<br />

Istana Negara, Jakarta, 27 Oktober lalu, banyak<br />

pihak maklum. Sebab, Solihin diketahui sebagai<br />

sesepuh Jawa Barat yang punya kepedulian<br />

terhadap kaum petani dan nelayan. Mantan<br />

Gubernur Jawa Barat itu juga mengenal Susi<br />

sejak remaja dan sudah menganggap Susi sebagai<br />

anak asuhnya.<br />

Tidak demikian halnya ketika Solihin datang<br />

bersama pengusaha nasional Tomy Winata ke<br />

kediaman Susi di Pa ngandaran, Jawa Barat,<br />

Sabtu, 1 November lalu. Banyak pihak bertanya-tanya,<br />

ada apa gerangan. Tak aneh bila berbagai<br />

komentar sinis dan prasangka tak elok<br />

berkembang secara liar.<br />

lll<br />

Kedua orang itu anak asuh saya. Keduanya<br />

punya banyak kesamaan. Susi dan Tomy ada-<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Menemani Susi menemui<br />

para nelayan di Pangandaran,<br />

Sabtu (1/10).<br />

DOK<br />

lah pengusaha sukses yang merangkak dari<br />

bawah, nol. Keduanya punya bisnis di sektor kelautan<br />

dan perikanan serta transportasi udara.<br />

Susi dan Tomy juga sama-sama cuma berbekal<br />

ijazah SMP. Cuma, kalau Tomy kiprahnya sering<br />

diliputi kontroversi, Susi menjadi kontroversi<br />

pas baru jadi menteri. Itu juga cuma karena dia<br />

merokok dan bertato.<br />

Saya kenal Susi sejak dia masih remaja, sewaktu<br />

saya masih Gubernur Jawa Barat. Saya<br />

mengikuti sepak terjangnya mulai dia jadi tukang<br />

panggul ikan. Keliling ke sana-kemari. Sedangkan<br />

Tomy Winata baru saya kenal pas saya<br />

jadi Sesdalopbang, yang kantornya di samping<br />

Pak Harto di Bina Graha. Kala itu, entah<br />

bagaimana mulanya, Tomy datang menemui<br />

saya di kantor. Cuma ngobrol ngalor-ngidul.<br />

Dia banyak cerita soal macam-macam operasi<br />

ABRI yang pernah diikutinya. Di Kalimantan<br />

dan daerah lainnya. Tomy juga hafal dan<br />

kenal kapten-kapten yang memimpin operasi.<br />

“Wah, siapa ini anak muda kok mau ikut berjuang<br />

dengan ABRI. Ya, dari situlah akhirnya<br />

saya kenal dia,” saya membatin.<br />

Ketika akhir pekan, dia suka datang ke rumah<br />

bawa anak nya. Sekali waktu, pas jalan-jalan,<br />

anaknya duduk di depan di pangkuan saya. Eh,<br />

malah saya diompolin sampai kuyup, ha-haha….<br />

Tomy termasuk pengusaha muda yang ulet<br />

dan mau maju. Dia merintisnya dari nol, mulai<br />

dari ngecat mobil di rumah nya. Lama-lama,<br />

karena dia tekun, usahanya berkembang, lalu<br />

menjadi kontraktor di lingkungan Angkatan<br />

Darat. Saya selalu senang kalau ada orang<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Kunjungan delegasi Cina ke PT<br />

Maritim Timur Jaya<br />

DOK. PT MTJ<br />

mampu melakukan loncatan<br />

jauh dalam prestasinya.<br />

Tapi, begitu sudah menjadi<br />

pengusaha besar, dalam sebuah<br />

pertemuan, saya sampaikan<br />

sebuah peribahasa,<br />

sejinak-jinak anak harimau,<br />

bila sudah besar tetap berbahaya.<br />

Bisa diterkam tengkuk<br />

kita. Karena itu, sebaiknya diserahkan<br />

ke kebun binatang.<br />

Lalu saya bilang kepada<br />

Tomy, “Sekarang, karena kamu<br />

sudah menjadi pengusaha besar, sebaiknya<br />

hubungan dibatasi dengan tegas. You go your<br />

way, I go my way.” Jadi, ketika dia tambah gede,<br />

gede, gede… sampai saya dengar ada yang menyebutnya<br />

mafia ini-itu aduh... macam-macam.<br />

Saya sudah tidak ada lagi hubungan dengan<br />

dia.<br />

Saya baru dihubungi lagi pas musim kampanye<br />

presiden kemarin. Dia bilang akan ikut<br />

menyukseskan Jokowi-Jusuf Kalla menjadi<br />

presiden. Apalagi dalam salah satu debat diketahui<br />

Jokowi punya komitmen untuk berfokus<br />

membangun dunia maritim di Tanah Air. Dia<br />

bilang, “Presiden Jokowi benar, laut kita harus<br />

dikuasai penuh. Saya mendukung tekad itu dan<br />

akan ikut menyukseskan Ibu Susi,” kata Solihin<br />

menirukan pernyataan Tomy.<br />

lll<br />

Dari sejumlah pemberitaan media, Tomy<br />

Winata diketahui memiliki bisnis perikanan di<br />

daerah Tual, Maluku Tenggara. Nilai investasinya<br />

mencapai US$ 60 juta. Lewat bendera PT<br />

Maritim Timur Jaya, sejak 2005 ia membangun<br />

berbagai fasilitas pengolahan ikan berkapasitas<br />

100 ton per hari dan tiga ruang penyimpanan<br />

ikan beku berkapasitas 300 ton, 500 ton, dan<br />

900 ton. Juga memiliki pabrik es berkapasitas<br />

produksi 200 ton. Lantas, benarkah dia<br />

menemui Susi pada Sabtu, 1 November lalu,<br />

di Pangandaran sekadar untuk meng ucapkan<br />

selamat sebagai sahabat lama?<br />

Lewat pernyataan tertulis yang diterima detikfinance,<br />

1 November lalu Tomy menjelaskan<br />

dirinya dan Susi merupakan sahabat lama.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Pabrik PT Maritim Timur Jaya<br />

milik Tomy Winata di Tual,<br />

Maluku Tenggara<br />

DOK. PT MTJ<br />

Keduanya pernah sama-sama menjadi relawan<br />

terdepan dalam membantu para korban bencana<br />

tsunami di Aceh pada akhir Desember<br />

2004. Susi mengerahkan maskapai Susi Air<br />

dan Tomy mengerahkan maskapai Tranwisata<br />

Artha Graha Peduli untuk mengangkut bahan<br />

makanan, obat-obatan, dan personel bantuan.<br />

“Kami yang sama-sama sangat peduli program<br />

kemandirian NKRI dalam kelautan dan<br />

pelestarian pantai, karang laut, dan pelestarian<br />

biota laut, seperti yang kami lakukan di cagar<br />

alam laut Tambling Wildlife Nature Conservation,”<br />

kata Tomy.<br />

Ia berharap pertemuan itu tidak ditafsirkan<br />

lebih dari sila turahmi antarsahabat dan antarkeluarga.<br />

“Sesama anak asuh Bapak Solihin<br />

G.P.,” ujarnya.<br />

lll<br />

Tentang pertemuan Tomy dengan Susi, Solihin<br />

punya kesaksian sendiri.<br />

Tomy bilang ke saya kalau punya bisnis perikanan<br />

di Tual. Investasinya puluhan juta dolar AS.<br />

Tapi belakangan pasokan ikan dari para nelayan<br />

setempat tersendat karena mereka tak punya<br />

kapal tangkap yang cukup. Agar bisnis tetap berjalan,<br />

dia lalu beli ikan dari kapal-kapal asing. Nah,<br />

ini dia akui jelas keliru.<br />

Karena itu, dia merasa perlu menemui Susi untuk<br />

menyampaikan persoalan yang dihadapinya.<br />

Kasarnya, mungkin dia mau bertobat dan akan<br />

menjalankan investasinya sesuai dengan peraturan<br />

perundangan Indonesia. Saya sih tidak ikut<br />

bicara, tidak punya hak. Terserah Susi saja. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

NO FOREST,<br />

NO WATER,<br />

NO FUTURE<br />

KOMPOS BISA MENGHEMAT BENIH<br />

DENGAN HASIL PANEN BERLIPAT<br />

KETIMBANG PUPUK KIMIA.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Solihin G.P. dalam busana<br />

adat Sunda.<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

SELEPAS menjadi Gubernur Jawa Barat pada 1975, saya<br />

memilih tinggal di desa. Bertani. Bergaul dengan para petani,<br />

menyimak keluh kesah mereka, sekaligus berbagi ilmu dan<br />

pengalaman tentang teknik bertani yang mumpuni. Bagi saya,<br />

menjaga dan merawat lingkungan sekitar adalah sebuah keharusan.<br />

Semua tanaman bunga beraneka warna di halaman rumah ini, juga<br />

tanaman sayuran, seperti kangkung, seledri, tomat, cabai rawit, daun<br />

selada, dan lainnya, itu ditanam dengan menggunakan pupuk kompos<br />

yang dibuat sendiri. Tanpa pupuk kimia, karena itu sama dengan racun.<br />

Tanah seharusnya jangan diracun, perut kita juga diisi makanan beracun.<br />

Tanpa zat kimia, investasi sebetulnya lebih murah.<br />

Kemandekan produksi pertanian di desa itu terjadi akibat rakyat dibiarkan<br />

menggunakan pupuk kimia selama lebih dari 30 tahun. Akibatnya, tanah<br />

menjadi gersang dan produksi menjadi stagnan. Andaikan semua potensi<br />

desa dipakai, misalnya dengan mengganti pupuk kimia dengan kompos,<br />

tanah dan hasil pertanian lebih berkualitas, produksi pun meningkat.
Saya<br />

dan kawan-kawan yang tergabung dalam Dewan Pemerhati Kehutanan<br />

dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) sudah melatih banyak kelompok<br />

tani di pelosok-pelosok Jawa Barat untuk menanam padi dengan kompos.<br />

Petani, yang awalnya menggunakan benih sebanyak 30 kilogram pada<br />

musim tanam, kini bisa menghemat hanya dengan benih tiga kilogram.<br />

Hasil panen yang dulu menghasilkan gabah kering pungut 4-5 ton per<br />

hektare, kini menjadi 9 ton per hektare.<br />

Konsep ini juga sudah berkali-kali saya sampaikan ke para pemangku<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

menerapkan program itu, tapi, sampai sepuluh<br />

tahun tugasnya selesai, tak ada itu dilaksanakan.<br />

Sepertinya di Kementerian Pertanian itu terlalu<br />

banyak kepentingan yang bermain. Mereka<br />

lebih suka impor beras dan buah-buahan<br />

karena bisa memungut keuntungan dengan<br />

mudah. Tapi mereka tak peduli soal pelestarian<br />

lingkungan dan kesehatan.<br />

lll<br />

Bersama seniman Tisna<br />

Sanjaya berunjuk rasa menolak<br />

komersialisasi kawasan hutan<br />

kota Babakan Siliwangi, Mei<br />

2013.<br />

DOK PRIBADI / REPRO: RENGGA<br />

SANCAYA/DETIKCOM<br />

kepentingan di pemerintahan negeri ini. Pada<br />

2004, saya berharap banyak pada SBY (Susilo<br />

Bambang Yudhoyono) bakal memimpin<br />

perubahan. Saya presentasi tentang bertani dan<br />

berkebun secara organik di Cikeas, mengajak<br />

dia menanam padi organik di Sukabumi. Begitu<br />

juga saat panen, dia hadir dan menghitung<br />

sendiri hasilnya. Pada 2007, dia pernah datang<br />

ke DPKLTS, berdiskusi soal organik ini.<br />

Dia melihat hasil organik yang memang<br />

lebih baik. Menteri Pertanian ditugaskan untuk<br />

Sewaktu masih menjadi gubernur, saya<br />

memprakarsai Gerakan Gandrung Tatangkalan<br />

(Rakgantang) atau gerakan cinta tanaman. Lewat<br />

gerakan ini, saya mengajarkan kepada anak-anak<br />

sekolah untuk membuat benih tanaman hutan<br />

yang baik. Bagaimana memanfaatkan lebahlebah<br />

untuk mendapatkan madu dari hutan,<br />

bagaimana memanfaatkan hidup dari hutan<br />

tanpa merusak hutannya. Saya melakukan<br />

gerakan itu tanpa mengeluarkan duit sepeser<br />

pun. Karena, pada dasarnya masyarakat kita<br />

mau belajar dan cepat belajar bila diberi contoh<br />

dengan benar. Sekarang tidak ada kegiatan<br />

seperti itu. Semua program harus ada duit,<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Tanpa air, sama dengan tak ada masa depan,<br />

tak akan ada kehidupan yang baik.<br />

lll<br />

Menyerahkan bibit dan<br />

biji pohon aren kepada<br />

perwakilan warga Desa<br />

Sukajaya, Cigalontang,<br />

Tasikmalaya, 2011.<br />

DOK PRIBADI / REPRO: RENGGA<br />

SANCAYA/DETIKCOM<br />

duit, dan duit.<br />

Padahal menjaga, merawat, dan melestarikan<br />

hutan itu seharusnya menjadi prioritas<br />

pembangunan. Saya meyakini, jika hutan rusak,<br />

air habis, rakyat akan sengsara. Karena tujuan<br />

utama pembangunan adalah kesejahteraan<br />

rakyat, maka melestarikan hutan adalah<br />

prasyarat mutlak. No forest, no water, no future.<br />

Tanpa hutan, tak akan ada sumber air bersih.<br />

Setelah tidak menjadi gubernur, saya 16<br />

tahun berkeliling ke pelosok negeri ini dari<br />

Sabang hingga Merauke. Saya ditugaskan oleh<br />

Presiden Soeharto menjadi Sesdalopbang,<br />

yang ruang kerjanya berdampingan dengan<br />

dia di Bina Graha. Tugas saya itu memantau,<br />

mendapatkan second opinion, dan menawarkan<br />

terobosan bila program pembangunan di<br />

daerah tidak berjalan sebagaimana mestinya.<br />

Saya memantau daerah yang kekurangan<br />

pangan, rawan penyakit, dan sebagainya.<br />

Untuk daerah-daerah minus, seperti di<br />

Lombok (Nusa Tenggara Barat) dan Indramayu<br />

(Jawa Barat), yang curah hujannya amat sedikit,<br />

saya terapkan sistem pertanian Gogo Rancah.<br />

Sistem dan teknik ini juga dipakai di Timor<br />

Timur. Saya kirim langsung para petani dari<br />

Indramayu ke sana untuk memberi contoh.<br />

Sistem ini diprakarsai Ir. Ayat, pegawai<br />

Departemen Pertanian di Indramayu. Tapi<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SELINGAN<br />

Bersama calon Wali Kota<br />

Bandung, Ridwan Kamil,<br />

setelah berdialog soal<br />

pembangunan lingkungan<br />

Bandung, April 2013.<br />

DOK. PRIBADI<br />

ide-ide dia itu tak terlalu digubris oleh<br />

departemennya. Padahal dia orang pintar,<br />

lulusan dari Prancis. Ya sudah, saya manfaatkan<br />

pengetahuannya soal Gogo Rancah ini. Masa<br />

tanam padinya dimulai menjelang musim hujan<br />

datang, jadi, begitu ada air hujan, tanaman bisa<br />

tumbuh. Ini model sawah tadah hujan.<br />

Membangun desa itu juga penting karena,<br />

jika desa kuat, negara akan kuat. Sebab, lebih<br />

dari 70 persen penduduk Indonesia berada<br />

di desa-desa. Begitu pentingnya desa, pada<br />

Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)<br />

I ditegaskan prioritas pembangunan adalah<br />

pedesaan. Tapi kesalahan terbesar terjadi<br />

setelah banyak uang berputar di kota dan<br />

orang-orang pintar merantau ke kota. Ini<br />

terjadi sekitar 1970-an ketika harga minyak<br />

dunia sedang tinggi.
Dalam buaian kekayaan,<br />

pemimpin di Indonesia lupa pada niat awal<br />

menyejahterakan rakyat. Saat itu pula potensi<br />

desa terabaikan. Penduduk desa eksodus ke<br />

kota dan menjadi beban. n PASTI LIBERTI MAPPAPA |<br />

SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SPORT<br />

DAN BIG GEORGE<br />

TERSUNGKUR<br />

“BAGAIMANA MUNGKIN FOREMAN BISA<br />

MENGALAHKANMU? ALLAH ADA DI SISIMU.”<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SPORT<br />

Tak ada satu pun<br />

Viet Cong yang<br />

memanggilku<br />

Negro.<br />

bo mai ye,” Muhammad<br />

Ali berteriak di depan<br />

kerumunan penggemarnya<br />

“AKO<br />

di Kinshasa, Zaire, 40 tahun<br />

lalu. “Aku akan membunuh dia,” kata Ali,<br />

dalam dialek Lingalla, ditujukan kepada calon<br />

lawannya di atas ring tinju, George Foreman.<br />

Ali, seperti biasa, bermulut tajam, setajam<br />

sengatan jab-nya. Umurnya kala itu sebenarnya<br />

tak lagi terbilang muda. Dia sudah 32 tahun dan<br />

sempat tiga tahun gantung sarung tinju. Ali tak<br />

bisa naik ring gara-gara lisensi tinjunya dicabut<br />

dan gelarnya sebagai juara dunia tinju kelas<br />

berat dicopot setelah dia menolak ikut<br />

berperang di Vietnam. “Tak ada satu<br />

pun Viet Cong yang memanggilku<br />

Negro,” Ali berdalih, dus tak ada<br />

alasan bagi dia memerangi mereka.<br />

Tiga tahun tak naik ring, tak<br />

sedikit yang menduga kemampuan<br />

bertinju Ali sudah luntur. Ali tak lagi<br />

menari-nari di atas kanvas bak kupukupu,<br />

menyengat seperti lebah. Dia dua<br />

kali kalah dari lawan bebuyutannya, Joe<br />

Frazier dan Ken Norton. Ali, menurut mereka,<br />

jauh lebih jago “berorasi” ketimbang adu pukul.<br />

“Orang-orang berdoa sebelum laga supaya<br />

Ali tak mati di atas kanvas,” kata Bill Caplan,<br />

juru bicara bagi kubu Foreman. “Tak ada yang<br />

berpikir Ali bakal memenangi pertarungan,<br />

demikian pula Foreman.”<br />

George Foreman tujuh tahun lebih muda<br />

dari Ali. Sama seperti Ali, dia juara kelas berat<br />

di Olimpiade. Pukulannya sangat dahsyat.<br />

Sebagian besar lawannya dipaksa tersuruk<br />

mencium kanvas jauh sebelum ronde terakhir.<br />

Sebelum melawan Ali, rekornya masih sangat<br />

mulus: 40 kali bertarung tak terkalahkan,<br />

termasuk menganvaskan TKO Joe Frazier dan<br />

Ken Norton, dua petinju yang mengalahkan Ali.<br />

Di atas kertas, Ali diramal bakal bernasib<br />

sama dengan Frazier dan Norton. Don King,<br />

sang promotor, pun menjagokan Foreman.<br />

“Aku tahu kamu mengunggulkan dia.... Aku<br />

akan tunjukkan kepadamu betapa hebatnya<br />

aku,” kata si mulut besar Ali kepada King.<br />

●●●<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SPORT<br />

Muhammad Ali di Zaire,<br />

Oktober 1973.<br />

KANSAS<br />

“Rumble in the Jungle” (Kegaduhan di<br />

Tengah Hutan). Demikian tajuk pertarungan<br />

Muhammad Ali melawan George Foreman<br />

pada 30 Oktober 1974, di Kinshasa, Ibu Kota<br />

Zaire—kini Republik Demokratik Kongo, negara<br />

di tengah Benua Afrika. Seperti tajuknya yang<br />

agak lebay, pemilihan tempat baku pukul dua<br />

petinju kelas berat terbaik tersebut juga agak<br />

tak lazim.<br />

Don King, sang promotor, kala itu baru mulai<br />

meniti karier di dunia tinju. Dia tak punya cukup<br />

uang untuk membayar Ali maupun Foreman—<br />

keduanya dijanjikan bayaran masing-masing<br />

US$ 5 juta. Angka yang sangat besar saat<br />

itu. Lewat seorang perantara, Fred Weymer,<br />

Don King dan mitranya, Henry A. Schwartz,<br />

diperkenalkan dengan Joseph Mobutu Sese<br />

Seko, penguasa Zaire.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SPORT<br />

George Besar<br />

akan kehabisan<br />

‘bensin’ dan di<br />

atas sana tak ada<br />

‘stasiun bensin’.<br />

Diktator negara miskin di Afrika itu<br />

punya ambisi gila-gilaan. Dia berniat<br />

menyelenggarakan satu “pesta” yang bakal<br />

membuat nama Zaire kondang ke seluruh dunia,<br />

mengalahkan negara tetangga Uganda dan Idi<br />

Amin, penguasa Uganda, yang jadi pesaingnya.<br />

Presiden Mobutu bersedia menyumbangkan<br />

duit US$ 9,8 juta untuk membuat “kegaduhan<br />

di hutan” Zaire.<br />

Beberapa hari setelah bertemu dengan<br />

utusan Presiden Mobutu di Paris, Prancis,<br />

Schwartz terbang ke Kinshasa untuk<br />

mempersiapkan Rumble in the Jungle.<br />

Begitu mendarat di ibu kota Zaire,<br />

seketika dia langsung lemas. “Negeri<br />

ini seperti lubang jamban,” kata<br />

Schwartz. Jalan menuju Stadion 20<br />

Mei, tempat Rumble bakal dihelat,<br />

sangat berdebu dengan lubang di<br />

sekujur jalan. Kondisi stadion itu juga<br />

sangat mengerikan.<br />

“Tak ada lapangan parkir. Bangkubangkunya<br />

sudah lapuk dan di sejumlah<br />

tempat bertumpuk kotoran manusia,” kata<br />

Schwartz. “Begitu aku masuk ke stadion itu,<br />

aku merasa telah membuat kesalahan sangat<br />

besar.... Bahkan di atas ring tinju tak ada<br />

atapnya.” Belum lagi soal koneksi satelit untuk<br />

siaran televisi ke seluruh dunia.<br />

Tapi Schwartz terlalu memandang enteng<br />

Joseph Mobutu, penguasa absolut di Zaire.<br />

“Reaksi mereka tak pernah aku bayangkan.<br />

Pejabat pemerintah Zaire meminta aku<br />

menyebutkan apa saja yang perlu mereka<br />

bangun,” kata Schwartz. Dengan penuh<br />

keyakinan, Presiden Mobutu menjamin semua<br />

kebutuhan “Kegaduhan di Tengah Hutan” bakal<br />

tersedia tepat pada waktunya.<br />

Bak dongeng Bandung Bondowoso<br />

membangun seribu can di dalam semalam,<br />

pemerintah Zaire membangun landas pacu<br />

untuk tempat mendarat pesawat berbadan<br />

besar, membabat rumput dan membangun<br />

lapangan parkir, memasang seribu sambungan<br />

telepon dan menyambungkannya dengan<br />

satelit, serta membangun empat jalur jalan aspal<br />

nan mulus ke pusat kota. Semua dikerjakan<br />

hanya dalam enam bulan.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SPORT<br />

George Foreman di Zaire,<br />

Oktober 1973.<br />

CNN<br />

Di sepanjang jalan di Kinshasa, Presiden<br />

Mobutu membentangkan poster-poster besar<br />

bertulisan “Black power is sought everywhere in<br />

the world, but it is realized here in Zaire”. “Satu<br />

perubahan yang menakjubkan.... Presiden<br />

Mobutu mengerjakan apa yang dia janjikan,”<br />

kata Schwartz.<br />

●●●<br />

Rumble in the Jungle diselenggarakan di<br />

tempat tak biasa, dengan cara luar biasa, pada<br />

waktu yang juga di luar kebiasaan. Selama tiga<br />

hari penuh, sebulan sebelum pertarungan,<br />

sejumlah penyanyi kondang kulit hitam dari<br />

Amerika, seperti James Brown, Celia Cruz,<br />

Miriam Makeba, dan BB King, menghibur warga<br />

Kota Kinshasa.<br />

Ali dan Foreman sudah jauh-jauh hari tinggal<br />

di Kinshasa untuk membiasakan diri dengan<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SPORT<br />

Muhammad Ali memukul jatuh<br />

George Foreman.<br />

VOANEWS<br />

udara panas di kota itu. Sadar bahwa kekuatan<br />

pukulan dan kecepatannya tak lagi bisa<br />

mengimbangi Foreman yang jauh lebih muda,<br />

Ali memutar otak mencari taktik dan strategi.<br />

Gene Kilroy, mantan manajer Ali, menuturkan<br />

menonton semua rekaman pertarungan<br />

Foreman. Saat menyaksikan baku pukul<br />

antara Foreman dan Joe Frazier—Foreman<br />

menjatuhkan Frazier enam kali—Ali berseru,<br />

“Putar lagi... lihat saat dia kembali ke sudut, tak<br />

ada stamina.... Tunggu hingga dia mendengar<br />

ronde ketiga, keempat, dan kelima.... George<br />

Besar akan kehabisan ‘bensin’ dan di atas sana<br />

tak ada ‘stasiun bensin’.”<br />

Bermodal persiapan itulah, walaupun semua<br />

orang ragu dia bakal bisa turun dari ring tinju<br />

dengan selamat, Ali tetap yakin akan merebut<br />

kembali sabuk juara dunia tinju kelas berat.<br />

Semangat Ali bertambah besar setelah dia<br />

menerima telepon dari Elijah Muhammad,<br />

pemimpin Nation of Islam, mentornya dalam<br />

soal agama. “Bagaimana mungkin Foreman<br />

bisa mengalahkanmu? Allah ada di sisimu,” kata<br />

Elijah membesarkan hati Ali.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SPORT<br />

Muhammad Ali di Zaire, Oktober<br />

1973.<br />

GUARDIAN<br />

Pada 30 Oktober menjelang subuh—<br />

pemilihan waktu yang tak lazim ini kabarnya<br />

untuk menghindari hujan—lonceng tanda<br />

dimulainya Rumble in the Jungle berdentang.<br />

Ali membiarkan Foreman menghamburkan<br />

pukulan. “Aku terus memukul, memukulnya<br />

sekeras mungkin, dan dia terus merangkul dan<br />

merangkul. Aku hujani dia dengan pukulan<br />

yang bakal membuat sebagian besar orang<br />

bakal langsung tertidur,” Foreman mengenang<br />

pertarungan 40 tahun lalu. Tapi Ali tetap tegak<br />

bertahan.<br />

Dengan taktik bersandar di tali ring, rope a<br />

dope, dan melindungi wajahnya rapat-rapat, Ali<br />

menguras “bensin” George Foreman. “Apakah<br />

cuma itu yang kamu punya, George?” Ali<br />

berbisik di telinga Foreman, memancing emosi<br />

lawannya. George Foreman, yang kelewat percaya<br />

diri dengan ke saktian pukulannya, apa lagi<br />

dia menjatuhkan dua petinju yang mengalahkan<br />

Ali, terus menghamburkan pukulan.<br />

Gaya bertinjunya yang boros energi itu jadi<br />

bencana bagi Foreman. Seperti diperkirakan Ali,<br />

mulai ronde kelima, kekuatan pukulan Foreman<br />

mulai melemah. Ali mulai menyengat balik<br />

dengan jab cepat. Hingga akhirnya, pada ronde<br />

kedelapan, kombinasi pukulan Ali membuat<br />

Foreman tersungkur ke kanvas.<br />

“Itu merupakan peristiwa paling memalukan<br />

dalam hidupku.... Aku tak percaya aku kehilangan<br />

gelar juara dunia,” kata Foreman. ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | USA TODAY | SHORTLIST<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

PANAS<br />

DI KOTA SUCI<br />

“KOTA INI MESTINYA ADALAH KOTA SUCI. TAPI, SETIAP TAHUN, DI BAWAH<br />

PENDUDUKAN ISRAEL, KAMI TERUS KEHILANGAN TANAH.”<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Pengelola membersihkan<br />

karpet di Masjid Al-Aqsa<br />

setelah terjadi bentrokan<br />

antara pemuda Palestina dan<br />

polisi Israel, Rabu (5/11).<br />

AMMAR AWAD/REUTERS<br />

DI Shuafat semuanya bermula....<br />

Walaupun hatinya mungkin panas,<br />

kepala Mahmoud Abu Khedr tetap<br />

adem. Dia imam salah satu masjid<br />

di Shuafat, distrik muslim di Yerusalem Timur,<br />

Palestina. Dia juga pemimpin klan Abu Khedr.<br />

Pada awal Juli lalu, seorang anggota klannya,<br />

Mohammed Abu Khedr, 16 tahun, ditemukan<br />

tewas dalam kondisi sangat mengenaskan.<br />

Sekujur tubuhnya terdapat luka bakar dan<br />

ada lubang tembakan di dadanya. “Penyebab<br />

kematiannya adalah luka bakar,” kata<br />

Mohammed al-Awewy, Jaksa Agung Palestina.<br />

Suatu pagi, Khedr berniat pergi ke masjid<br />

untuk bersantap sahur. Saat menunggu<br />

seorang teman di luar rumah, dua pemuda<br />

Israel meringkus dan menyeretnya ke dalam<br />

mobil. Tiga pemuda Israel menjadi tersangka<br />

pelaku pembunuhan Khedr. Diduga,<br />

pembunuhan itu merupakan pembalasan atas<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

KITA TAK BISA HIDUP<br />

SEPERTI INI.... SETIAP HARI,<br />

ANGGOTA KELUARGA KITA<br />

ADA YANG DIBUNUH ISRAEL.”<br />

penculikan dan pembunuhan Gilad Shaar, Eyal<br />

Yifrach, dan Naftali Fraenkel.<br />

Beberapa pekan sebelumnya, tiga pelajar<br />

Seminari Yahudi di Tepi Barat hilang diculik saat<br />

hendak pulang ke rumah mereka. Pemerintah<br />

Israel menerjunkan lebih dari 2.000 prajurit<br />

gabungan militer dan polisi<br />

Israel, mengepung Tepi Barat,<br />

wilayah Palestina. Prajurit<br />

Pasukan Pertahanan Israel<br />

menggeledah dari rumah ke<br />

rumah. Hampir tiga pekan<br />

mencari tanpa hasil, jenazah<br />

Gilad, Eyal, dan Naftali<br />

ditemukan di Wadi Tellem,<br />

sekitar 3 kilometer dari Kota<br />

Hebron. Pemerintah Israel<br />

menuding Hamas-lah pelaku<br />

penculikan dan pembunuhan tersebut.<br />

Walaupun salah satu anggota keluarganya<br />

dianiaya dan dibunuh, Mahmoud tetap<br />

berkepala dingin. Dalam khotbahnya, dia selalu<br />

mengkritik kebijakan pemerintah Israel, tapi dia<br />

tak pernah menganjurkan untuk membalasnya<br />

dengan kekerasan. “Balas dendam tak ada<br />

manfaatnya. Tindakan itu hanya menambah<br />

kebencian dan menambah panjang rantai<br />

balas dendam dan pertumpahan darah,” kata<br />

Thawra Abu Khedr, keponakan Mahmoud.<br />

Namun khotbah Mahmoud dan sikap<br />

keluarganya tak bisa mendinginkan hati<br />

warga Palestina yang murka. “Oh... Brigade<br />

Qassam, balas, balas.... Lakukan lagi dan<br />

bebaskan para tahanan,” teriak kerumunan<br />

massa di Shuafat. Mereka berduka sekaligus<br />

murka. Mereka meminta sayap militer<br />

Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, di Jalur<br />

Gaza, membalas kematian Mohammed Abu<br />

Khedr. Tak terelakkan lagi, kerumunan massa<br />

di Shuafat yang sedang panas itu berujung<br />

bentrok dengan polisi Israel.<br />

Mereka menghujani polisi Israel dengan<br />

batu. “Kita tak bisa hidup seperti ini.... Setiap<br />

hari, anggota keluarga kita ada yang dibunuh<br />

Israel,” kata seorang pemuda Palestina. Dari<br />

Shuafat, amarah warga Palestina merembet<br />

ke wilayah muslim lain di Yerusalem Timur.<br />

Tiga stasiun kereta listrik hangus diamuk<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Pemuda Palestina<br />

berlindung di balik<br />

pintu saat bentrok<br />

dengan polisi Israel<br />

di Yerusalem, Kamis<br />

(6/11).<br />

AMMAR AWAD/REUTERS<br />

massa yang kalap.<br />

“Israel mesti belajar dari sejarah,” kata Said<br />

Abu Khedr, paman Mohammed. Dia menunjuk<br />

satu persimpangan di Distrik Shuafat, lokasi<br />

tempat keponakannya terakhir terlihat. Di<br />

titik itulah, kata warga Shuafat, gerakan<br />

perlawanan Intifadah pertama pada 1987<br />

dipantik. Kini, dari Shuafat, gerakan Intifadah<br />

ketiga bakal lahir.<br />

“Jika kalian amati, pemuda-pemuda Palestina<br />

yang ikut dalam gerakan itu rata-rata pernah<br />

dipermalukan, dihina, bahkan dipukuli oleh<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

PALING TIDAK, KAMI<br />

MEMBUAT MEREKA<br />

FRUSTRASI.”<br />

prajurit Israel,” kata Ali Mohammed Jiddah,<br />

aktivis senior Palestina. Balon frustrasi dan<br />

kemarahan itu terus menggelembung dan<br />

akhirnya pecah. Sejak Juli lalu, hampir setiap<br />

hari terjadi bentrokan antara warga Palestina<br />

melawan polisi dan prajurit Israel.<br />

●●●<br />

Setelah Gaza “dingin”, kini giliran<br />

Yerusalem yang “panas”. Pekan lalu,<br />

Ibrahim Askari, anggota Hamas di<br />

Yerusalem, sengaja menabrakkan<br />

mobilnya ke kerumunan orang yang<br />

tengah menunggu kereta listrik di<br />

Sheikh Jarrah. Seorang polisi, Jadan Assad,<br />

tewas dan 13 orang lainnya terluka. Ibrahim<br />

tewas ditembak polisi Israel.<br />

Dua pekan lalu, polisi Israel menembak mati<br />

Moataz Hijazi, warga Palestina. Hijazi inilah<br />

yang diduga pelaku penembakan terhadap<br />

Yehuda Glick, rabi sayap kanan dari Amerika<br />

Serikat. Seminggu sebelumnya, Abdul Rahman<br />

al-Shaludi menabrakkan mobilnya ke stasiun<br />

kereta listrik dan menewaskan seorang bayi<br />

Israel dan warga Ekuador.<br />

“Biarkan mereka menahan kita, biarkan<br />

mereka menembaki kita, tak ada masalah,”<br />

Hamada Abu Omar, 21 tahun, pemuda dari<br />

Yerusalem Timur itu, menantang polisi Israel.<br />

Kafiyeh melingkar di leher dan kepalanya, simbol<br />

Intifadah. “Paling tidak, kami membuat mereka<br />

frustrasi, memperlambat dan menunjukkan<br />

bahwa kami tak pernah menyerah.” Setelah<br />

berulang kali serangan dengan mobil itu, di<br />

Internet mulai bermunculan kartun dengan<br />

tema “Intifadah mobil”.<br />

Sayid Samir, pemilik toko suvenir di<br />

Yerusalem, mengatakan suasana kali ini lebih<br />

gawat ketimbang pada 2000, saat Intifadah<br />

kedua baru lahir. “Sekarang lebih menakutkan,<br />

lebih buruk lagi,” kata Samir. Warga Palestina di<br />

Yerusalem Timur yang semakin terpojok dengan<br />

pendudukan Israel dan perluasan permukiman<br />

Yahudi, ditambah kondisi ekonomi yang buruk,<br />

sudah lama menyimpan kesumat.<br />

“Kami hidup dalam kegilaan. Kota ini<br />

mestinya adalah kota suci. Tapi, setiap tahun,<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Seorang laki-laki Israel<br />

di Yerusalem duduk<br />

terkulai di jalan setelah<br />

warga Palestina<br />

menabrakkan mobilnya<br />

ke sekerumunan<br />

pejalan kaki, Rabu<br />

(5/11).<br />

REUTERS<br />

di bawah pendudukan Israel, kami terus<br />

kehilangan tanah dan terus dihina,” Ibrahim<br />

Hijazi, ayah Moataz Hijazi, menumpahkan<br />

frustrasi. Tensi di Yerusalem semakin tinggi saat<br />

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu<br />

menutup kompleks Masjid Al-Aqsa bagi warga<br />

muslim yang hendak beribadah. Dia berdalih<br />

penutupan itu untuk meredam bentrokan.<br />

Bukan cuma warga Palestina yang murka,<br />

tapi juga pemerintah Yordania. Pekan lalu,<br />

pemerintah Yordania menarik duta besarnya<br />

untuk Israel sebagai protes atas serangan<br />

polisi Israel ke kompleks masjid suci bagi umat<br />

muslim itu. Yordania merupakan pelindung<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Kelompok sayap kanan<br />

Israel menuntut hak<br />

berdoa di kompleks Bait<br />

Suci, Yerusalem, Kamis<br />

(6/11).<br />

RONEN ZVULUN/REUTERS<br />

kompleks Masjid Al-Aqsa berdasarkan traktat<br />

perdamaian antara Israel-Yordania pada 1994.<br />

“Apa yang terjadi tak bisa diterima.... Polisi<br />

Israel masuk masjid dengan mengenakan<br />

sepatu, bahkan hampir mendekati altar,”<br />

kata Azzam Khabib, Direktur Waqaf, otoritas<br />

pengelola kompleks Masjid Al-Aqsa.<br />

Sehari setelah Yordania menarik duta<br />

besarnya, Perdana Menteri Netanyahu<br />

menelepon Raja Abdullah. Dia menjamin<br />

pemerintah Israel tak akan mengubah status<br />

quo atas kompleks Bait Suci dan Masjid Al-<br />

Aqsa. Walaupun terus didesak kelompok sayap<br />

kanan Yahudi untuk membuka akses Bait Suci,<br />

dia berjanji kompleks itu masih tertutup bagi<br />

warga Yahudi yang hendak beribadah. ■<br />

SAPTO PRADITYO | HAARETZ | WASHINGTON POST | REUTERS | BBC |<br />

GUARDIAN | JP<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

JIKA ORANG<br />

KAYA AFRIKA<br />

BERPESTA<br />

“SEMBILAN PULUH PERSEN PELANGGAN KAMI<br />

BISA MENGHABISKAN SETENGAH MILIAR<br />

RUPIAH SETIAP KALI DATANG TANPA BANYAK<br />

PIKIR.”<br />

FOTO: JAPANTIMES<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Aliko Dangote<br />

OMOJUWO<br />

SUATU hari beberapa pekan lalu,<br />

seorang laki-laki dengan santai<br />

melenggang masuk sebuah toko<br />

kecil di Jalan Kimathi, Nairobi,<br />

Kenya. Pelayan toko yang tengah merapikan<br />

koleksi jas dan jaket buru-buru menyambut.<br />

Laki-laki itu mengatakan tengah mencari jas<br />

yang cocok dan pas di badannya. Sang pelayan<br />

mengajaknya ke ruang kecil di lantai dasar dan<br />

menunjukkan koleksi jas mereka. “Ini Hugo<br />

Boss, Pak,” kata sang pelayan, dengan antusias.<br />

“Hugo Boss asli... Anda bisa memilikinya hanya<br />

dengan 300 ribu shilling.” Dalam rupiah, harga<br />

jas Hugo itu sekitar Rp 41 juta.<br />

Tapi laki-laki itu malah mengerutkan dahi dan<br />

menggeleng-gelengkan kepala. Bukan jas itu<br />

yang dia mau. Bukan karena harganya kelewat<br />

mahal. Dia malah merasa agak terhina. Lakilaki<br />

itu terdiam, kemudian merogoh ke balik<br />

jaketnya. Dia menunjukkan merek apa yang<br />

biasa dia kenakan: Brioni.<br />

Wajah sang pelayan memerah. Dia<br />

telah salah menaksir kemampuan kantong<br />

pengunjung tokonya. “Oh, maaf, Pak,” kata<br />

dia, malu. Dia mengajak laki-laki itu ke bagian<br />

lain toko tersebut. Dia segera memamerkan<br />

koleksi jas dan jaket Brioni, merek eksklusif dari<br />

Italia. Tak pikir lama, laki-laki itu menunjuk jas<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

yang dia mau. Jas Brioni yang dia inginkan itu<br />

harganya “hanya” 790 ribu shilling atau Rp 107<br />

juta. Dengan enteng dia merogoh dompetnya,<br />

menggesek kartu, dan segera berlalu, seolaholah<br />

habis membeli baju seharga ratusan ribu<br />

rupiah.<br />

Kenya bukan negara kaya, bahkan tergolong<br />

negara miskin. Hampir separuh penduduknya<br />

hidup dalam kemiskinan absolut. Namun ada<br />

ORANG-ORANG MINUM SAMPANYE SEPERTI<br />

MINUM AIR.”<br />

segelintir penduduknya yang hidup berlimpah<br />

harta.<br />

“Aku suka gaya rambut yang cantik, tak<br />

peduli berapa ongkosnya selama hasilnya<br />

bagus,” kata Saumu Mbuvi, putri Mike Sonko,<br />

anggota parlemen Kenya. Ditemani ibu dan<br />

saudara perempuannya, hampir setiap bulan<br />

dia menghamburkan duit untuk memburu<br />

busana karya desainer kondang. “Biasanya<br />

kami ke Paris, New York, London, atau Dubai.<br />

Aku suka Gucci dan Chanel, tapi juga Mr Price<br />

dan Ngara. Mengapa tidak?”<br />

Cerita dari Kenya, Nigeria, Tanzania, Kongo,<br />

Kamerun, Ghana, Gabon, atau Angola bukan<br />

semata kisah kemiskinan yang mengenaskan,<br />

perang antarsuku berlarat-larat, dan wabah<br />

Ebola, tapi juga cerita keluarga-keluarga kaya<br />

raya yang tak mengedipkan sebelah mata<br />

untuk membayar satu potong jas seharga Rp<br />

100 juta.<br />

Di Indonesia, nama Isabel dos Santos, 41<br />

tahun, barangkali tak ada artinya sama sekali.<br />

Dia adalah salah satu perempuan paling tajir<br />

di Benua Afrika. Majalah Forbes menaksir<br />

nilai kekayaan putri Presiden Angola Jose<br />

Eduardo dos Santos itu menembus US$ 3,5<br />

miliar atau sekitar Rp 43 triliun. Saat menikah<br />

dengan Sindika Dokolo setahun lalu, kabarnya<br />

dia menghabiskan duit hampir Rp 50 miliar<br />

untuk menggelar resepsi. Seluruh makanan<br />

yang disajikan dalam acara itu diterbangkan<br />

langsung dari Prancis.<br />

Majalah Forbes menghitung, ada 27 orang di<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Gaya orang kaya<br />

Nigeria<br />

NIGERIACURIOSITY<br />

Benua Afrika yang memiliki kekayaan lebih dari<br />

US$ 1 miliar atau Rp 12 triliun. Aliko Dangote,<br />

triliuner penguasa industri semen dan gula dari<br />

Nigeria, berada di pucuk daftar orang paling<br />

tajir di Afrika. Nilai kekayaannya US$ 20,8 miliar<br />

atau Rp 253 triliun.<br />

●●●<br />

Di mana pun, tingkah laku orang-orang<br />

berduit hampir tak ada beda. Tak di Inggris, tak di<br />

Korea Selatan, Arab Saudi, atau Indonesia, juga<br />

di Nigeria, mereka gila-gilaan mengumpulkan<br />

duit, tapi juga doyan membelanjakannya.<br />

Bukan London, bukan New York, Berlin,<br />

atau Amsterdam, kota yang penghuninya<br />

keranjingan minum sampanye sama besarnya<br />

dengan warga Kota Paris adalah Lagos,<br />

bekas ibu kota Nigeria. “Orang-orang minum<br />

sampanye seperti minum air,” Richard Vedelago,<br />

pengusaha kaya dari Nigeria, menggambarkan<br />

hobi orang-orang tajir di negaranya.<br />

Menurut data Euromonitor, pada 2012<br />

Nigeria menghabiskan hampir US$ 60 juta atau<br />

Rp 720 miliar hanya untuk membeli sampanye.<br />

Perusahaan riset itu meramal, orang-orang<br />

kaya baru di negara kaya minyak itu bakal<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

membelanjakan lebih dari Rp 1,2 triliun untuk<br />

sampanye pada 2017. Pemilik kafe Vanessa<br />

di Victoria Island, kawasan elite di Lagos,<br />

menuturkan, dalam satu malam rombongan<br />

orang-orang kaya itu bisa memesan puluhan<br />

botol sampanye sekaligus. Ratusan juta rupiah<br />

melayang hanya untuk satu pesta kecil.<br />

Bukan cuma doyan menyesap sampanye,<br />

orang-orang kaya Nigeria juga “haus” cognac.<br />

Tokini Peterside, manajer pemasaran Moet<br />

Hennessy di Nigeria, mengatakan negara itu<br />

FERRARI DI GARASIKU TAK SAMPAI<br />

MENEMPUH 800 KILOMETER DALAM TIGA<br />

TAHUN.”<br />

merupakan pasar cognac Hennessy terbesar<br />

di Afrika dan Timur Tengah. “Bahkan termasuk<br />

sepuluh besar di dunia,” kata Tokini.<br />

Kini Nigeria, negara dengan perekonomian<br />

terbesar di Afrika, dan negara-negara Afrika<br />

yang mesin ekonominya tengah panaspanasnya,<br />

menjadi incaran perusahaanperusahaan<br />

barang-barang mewah. Tahun lalu<br />

Porsche membuka ruang pamer pertama di<br />

Kota Lagos. Porsche Cayenne jadi salah satu<br />

model favorit para pengusaha tajir Nigeria.<br />

Setelah Lagos, Porsche juga berniat melebarkan<br />

sayap ke Luanda, ibu kota Angola.<br />

Rolex, Louis Vuitton, dan sebagainya tak<br />

mau ketinggalan memburu duit orang-orang<br />

tajir baru Afrika. “Sembilan puluh persen<br />

pelanggan kami bisa menghabiskan setengah<br />

miliar rupiah setiap kali datang tanpa banyak<br />

pikir,” kata Jean Miguel Darde, Direktur Zino’s,<br />

butik barang-barang mewah di Kota Abidjan,<br />

Pantai Gading.<br />

Mobil-mobil supermewah, seperti Bentley,<br />

Ferrari, Porsche, dan Mercedes-Benz, bukan<br />

hal langka lagi di Lagos atau Abuja, ibu kota<br />

Nigeria. “Pasarnya sangat besar di negeri<br />

ini. Contohnya aku, punya Bentley, Porsche,<br />

dan Ferrari. Jadi aku tak ada masalah untuk<br />

membeli model yang lebih baru,” kata seorang<br />

pengusaha dari Abuja. “Tapi orang-orang kaya<br />

semakin jarang bepergian lewat jalan raya.<br />

Mereka memilih lewat udara. Ferrari di garasiku<br />

tak sampai menempuh 800 kilometer dalam<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Showroom Porsche<br />

di Nigeria<br />

GUARDIAN.<br />

tiga tahun.”<br />

Tak cuma di dalam negeri mereka menebar<br />

uang, di kota-kota besar, seperti London,<br />

Paris, dan Dubai, mereka juga royal merogoh<br />

dompet. Di Inggris, keluarga-keluarga kaya<br />

Nigeria merupakan salah satu pelanggan yang<br />

membelanjakan duit paling besar. Rata-rata<br />

mereka membelanjakan 628 pound sterling<br />

atau sekitar Rp 12 juta setiap kali nyangkut di<br />

satu toko. Jumlah uang yang dibelanjakan warga<br />

Nigeria ini enam kali lebih besar daripada ratarata<br />

orang Inggris. Setiap tahun ada sekitar 150<br />

ribu warga Nigeria yang berkunjung ke Inggris.<br />

Sementara beberapa tahun lalu orang-orang<br />

kaya dari Rusia dan Eropa Timur paling getol<br />

memburu properti mewah di London, kini<br />

posisi mereka mulai digeser juragan-juragan<br />

berkantong tebal dari Afrika. Menurut data<br />

perusahaan riset Beauchamp Estates, orangorang<br />

kaya Afrika membelanjakan 600 juta<br />

pound sterling, sekitar Rp 12 triliun, untuk<br />

memborong properti kelas atas di Kota London<br />

dalam tiga tahun terakhir.<br />

Rata-rata mereka mengincar rumah atau<br />

apartemen yang harganya berkisar 15-25 juta<br />

pound sterling atau Rp 290-485 miliar. “Abad<br />

ini akan menjadi abadnya Afrika,” kata Gary<br />

Hersham, Direktur Beauchamp Estates. n SAPTO<br />

PRADITYO | GUARDIAN | STANDARD | REUTERS | BBC | FT | DAILYNATION<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

DUH...<br />

NURUL IZZAH<br />

“AKU MASIH BISA MERASAKAN ATMOSFERNYA<br />

SAAT ITU.... SAAT ANWAR TIBA, SEMUA<br />

ORANG MENITIKKAN AIR MATA BAHAGIA.”<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Keluarga Nurul<br />

Izzah dan ayahnya,<br />

Anwar Ibrahim<br />

AL-JAZEERA<br />

SUNGGUH tak gampang jadi putri<br />

Anwar Ibrahim. Sejak lahir, Nurul<br />

Izzah, kini 34 tahun, sudah berkubang<br />

dalam ”lumpur” politik.<br />

Ketika Nurul lahir, Anwar masih seorang<br />

aktivis muda radikal di Malaysia yang sedang<br />

meniti karier politik. Pada awal 1970-an, Anwar<br />

turut mendirikan Angkatan Belia Islam Malaysia.<br />

Dia sempat hampir dua tahun mendekam di<br />

penjara Kamunting tanpa melewati pengadilan<br />

gara-gara memimpin demonstrasi memprotes<br />

kemiskinan di daerah pedesaan.<br />

Karier politik Anwar terbang tinggi setelah<br />

bergabung dengan partai pemerintah,<br />

Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu<br />

(UMNO), pada 1982. Sejak saat itu, Anwar<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

BAGAIMANA MUNGKIN AKU<br />

HANYA DUDUK BERPANGKU<br />

TANGAN.”<br />

berganti-ganti posisi dalam kabinet Perdana<br />

Menteri Mahathir Mohamad. Anwar jarang<br />

ada untuk putri sulungnya itu. Waktunya habis<br />

tersita untuk memikirkan tugas pemerintah.<br />

Nurul tumbuh bersama ibunya, Wan Azizah<br />

Wan Ismail, dan kelima adiknya. “Dia anak<br />

yang sangat aktif dan ceria,” Wan Ismail Wan<br />

Mahmood, kakeknya, mengenang Nurul Izzah<br />

kecil. Sejak kecil, Nurul menjadi “pemimpin” bagi<br />

adik-adiknya. Sebagai kakak sulung, dia sangat<br />

serius bersekolah. “Dia<br />

ingin menunjukkan<br />

yang terbaik bagi adikadiknya,”<br />

kata Rusli<br />

Ibrahim, pamannya.<br />

Walaupun jarang<br />

ada di rumah, Anwar<br />

selalu berusaha<br />

meluangkan waktu<br />

untuk makan siang bersama keluarganya.<br />

“Biasanya, dua atau tiga kali seminggu dia<br />

pulang untuk makan siang,” kata Nurul Izzah.<br />

Satu hal yang tak ada dalam “menu” makan<br />

siang keluarga Anwar: politik. Anwar tak pernah<br />

membicarakan urusan pekerjaannya di rumah.<br />

Nurul juga menetapkan satu aturan. Dia tak<br />

pernah bertanya soal urusan politik Malaysia<br />

kepada ayahnya.<br />

Pada suatu hari, hidup Nurul Izzah dan<br />

keluarganya jungkir balik. Kala itu Anwar Ibrahim<br />

menjabat Wakil Perdana Menteri merangkap<br />

Menteri Keuangan. Dia hanya tinggal selangkah<br />

lagi menjadi orang nomor satu di negeri jiran<br />

tersebut. Jalan Anwar menuju ke posisi puncak<br />

di Putrajaya mestinya semulus jalan tol. Tanpa<br />

hambatan.<br />

Hari itu, 2 September 1998, Nurul Izzah<br />

tengah belajar untuk ujian matematika di<br />

kampusnya, Universiti Tenaga Nasional. Sekitar<br />

pukul 19.30, seorang temannya menelepon.<br />

“Aku ikut prihatin,” kata sang teman. Nurul<br />

Izzah kebingungan. Ada apa? “Apakah<br />

kamu belum dengar? Perdana Menteri telah<br />

memecat ayahmu,” temannya mengabarkan.<br />

Konon, Anwar sering berselisih paham dengan<br />

Mahathir.<br />

Kontan Nurul Izzah berurai air mata.<br />

Menjelang tengah malam, Nurul baru bisa<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Nurul Izzah<br />

GREENLEFT<br />

tersambung lewat telepon dengan ayahnya.<br />

“Izzah, kamu harus berani. Ayah akan<br />

melawan. Selesaikan ujianmu dan tak usah<br />

mengkhawatirkan ayahmu,” Anwar Ibrahim<br />

menenangkan putrinya.<br />

Dari orang nomor dua di Malaysia, Anwar<br />

Ibrahim berubah jadi pesakitan. Bukan cuma<br />

dilorot paksa dari jabatannya, Anwar juga<br />

“dinista” dengan tuduhan korupsi dan sodomi.<br />

Di Malaysia, sodomi merupakan hal terlarang.<br />

Anwar Ibrahim jadi musuh pemerintah dan<br />

pengadilan menjebloskannya ke penjara. Total,<br />

dia harus mendekam di penjara selama 15 tahun<br />

karena dianggap terbukti korupsi dan sodomi.<br />

Seperti janjinya kepada putri sulungnya, hingga<br />

hari ini lima belas tahun kemudian, dengan<br />

pelbagai cara Anwar terus melawan tuduhan<br />

yang dialamatkan kepadanya. Demikian pula<br />

istrinya, Wan Azizah, dan si sulung, Nurul Izzah.<br />

Rumah mereka di Bukit Damansara jadi markas<br />

perlawanan menentang pemerintah Malaysia.<br />

Dari seorang anak sekolah yang hanya tahu<br />

mengurus kuliah, Nurul Izzah menjadi aktivis,<br />

menjadi orator, berjuang membela ayahnya.<br />

“Aku harus membersihkan nama ayahku<br />

dan mengembalikan kehormatan keluarga.<br />

Bagaimana mungkin aku hanya duduk<br />

berpangku tangan,” kata Nurul Izzah.<br />

●●●<br />

Perhelatan pada Mei 2003 jadi drama<br />

mengharukan dalam satu babak hidup keluarga<br />

Anwar Ibrahim. Pada bulan itu, Nurul Izzah, 23<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

KAMI BERDUA MALU-<br />

MALU BILA MATA<br />

BERTENTANG MATA.”<br />

tahun, menikah dengan Raja Ahmad Shahrir<br />

Iskandar Raja Salim, 26 tahun, kerabat jauh<br />

Sultan Johor.<br />

Namun acara itu terasa kurang lengkap tanpa<br />

kehadiran Anwar, ayah mempelai perempuan.<br />

Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia itu<br />

mendekam di balik jeruji penjara Sungai Buloh,<br />

Selangor, setelah pengadilan memutusnya<br />

bersalah dalam kasus korupsi dan sodomi.<br />

“Aku masih ingat ditugasi menemui Pak<br />

Lah guna meminta izin supaya Anwar<br />

bisa menghadiri pernikahan Izzah,”<br />

Zulkifli Noordin, mantan anggota<br />

tim pengacara Anwar, mengenang<br />

peristiwa mengharukan kala itu. “Itu<br />

masa-masa yang sulit bagi kami.... Kami<br />

naik-turun tangga Kementerian Dalam Negeri,<br />

Departemen Agama, dan bolak-balik ke penjara<br />

Sungai Buloh.”<br />

Namun Pak Lah—Menteri Dalam Negeri<br />

Malaysia saat itu, Abdullah Ahmad Badawi—<br />

menolak memberikan izin bagi Anwar untuk<br />

menghadiri resepsi putri sulungnya. Pak Lah<br />

hanya memberikan waktu dua jam bagi Anwar<br />

untuk hadir pada acara akad nikah. Dua jam<br />

yang sangat berharga.<br />

“Aku masih bisa merasakan atmosfernya saat<br />

itu....Saat Anwar tiba, semua orang menitikkan<br />

air mata bahagia,” kata Zulkifli. Walaupun<br />

Anwar tak bisa hadir, resepsi pernikahan Nurul<br />

Izzah yang dihadiri ribuan orang itu sangat<br />

meriah.”<br />

“Yang sama sekali tidak kami duga ialah<br />

kehadiran wakil daerah dan kampung yang<br />

tiba dengan membawa masakan, seperti<br />

ayam goreng dan rendang daging, kerana<br />

bimbangkan lauk di rumah untuk kenduri<br />

tidak mencukupi,” kata Wan Azizah, sang ibu<br />

mempelai perempuan.<br />

Tak jelas benar bagaimana hubungan Izzah<br />

dan Raja Shahrir bertaut. Berulang kali Izzah<br />

menuturkan tak punya teman laki-laki. Menurut<br />

Izzah, dia pertama kali bertemu dengan Shahrir<br />

di London pada 1999 saat dia berpidato soal<br />

nasib ayahnya. “Perlukah saya bagi tahu Anda<br />

mengenai dia? Kami berdua malu-malu bila<br />

mata bertentang mata.... Selebihnya sudah<br />

menjadi sejarah,” Izzah berkelit.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Jemaat Pendeta<br />

T.B. Joshua<br />

TBJOSHUAFANCLUB<br />

Pernikahan Nurul Izzah<br />

dan Raja Shahrir pada<br />

2003<br />

TRANUNGKITE<br />

Lebih dari sepuluh tahun berumah tangga,<br />

pasangan Nurul Izzah dan Raja Shahrir<br />

dikaruniai dua orang anak: Raja Nur Safiyah,<br />

7 tahun, dan Raja Harith, 5 tahun. Mengikuti<br />

jejak ayahnya, Nurul Izzah menjadi aktivis dan<br />

berkubang di dunia politik. Menurut Izzah, dia<br />

tak mungkin kembali lagi ke dunia nonpolitik.<br />

Sudah dua periode dia menjadi anggota Dewan<br />

Rakyat Malaysia dari daerah pemilihan Lembah<br />

Pantai, Kuala Lumpur, sekaligus Wakil Presiden<br />

Partai Keadilan Rakyat. Pemimpin partai oposisi<br />

ini adalah ibunya sendiri, Wan Azizah.<br />

Badai di keluarga besar Izzah belum berlalu.<br />

Ayahnya masih berjuang untuk lepas dari<br />

kasus sodomi. Sekarang badai lain menerpa<br />

keluarga Izzah sendiri. Entah karena apa, pada<br />

Januari lalu Izzah mengajukan gugatan cerai<br />

dari suaminya di Pengadilan Rendah Syariah.<br />

Mengutip dokumen gugatan, menurut Hakim<br />

Ab Malik Awang, masalah dalam keluarga Izzah<br />

sudah lama terpendam, yakni sejak 2005.<br />

Masalah itu rupanya tak juga tuntas kendati<br />

mereka telah memiliki dua anak. Sejak 17 April<br />

lalu, Izzah dan dua anaknya tinggal berpisah dari<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INTERNASIONAL<br />

Pernikahan Nurul Izzah<br />

dan Raja Shahrir pada<br />

2003<br />

TRANUNGKITE<br />

Raja Shahrir. Upaya rujuk yang diperantarai oleh<br />

pengadilan syariah pada Juni lalu tak membawa<br />

hasil. Izzah tetap minta berpisah dari suaminya<br />

dan menuntut hak asuh dua anak mereka.<br />

Sidang lanjutan gugatan cerai Izzah pekan lalu<br />

belum juga menuntaskan urusan rumah tangga<br />

mereka. Izzah ngotot bercerai, suaminya menolak<br />

menceraikannya. “Saya tak bersedia menceraikan<br />

istri saya karena saya masih menyayangi dia dan<br />

anak kami,” Raja Shahrir beralasan.<br />

Entah ke mana bahtera rumah tangga Nurul<br />

Izzah-Raja Shahrir bakal berlabuh. Zulkifli<br />

Noordin hanya bisa memberi nasihat. “Ingatlah<br />

betapa sulitnya dulu kami memperjuangkan<br />

pernikahan kalian.... Pernikahan kalian<br />

terlaksana dengan air mata banyak orang,”<br />

Zulkifli mengingatkan. ■ SAPTO PRADITYO | MALAYSIAINSIDER<br />

| MALAYMAIL | THESTAR | ASIAWEEK | MALAYSIAKINI<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


INDROYONO SOESILO<br />

GALAU<br />

EBOLA<br />

OLIVIA JENSEN<br />

JADI<br />

DESAINER<br />

TOM CRUISE<br />

BAHAYA<br />

LAGI<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


PEOPLE<br />

INDROYONO SOESILO<br />

GALAU EBOLA<br />

SE PANJANG<br />

pertengahan Oktober<br />

lalu, Indro yono Soesilo<br />

mengalami kegalauan<br />

tingkat tinggi. Semua<br />

gara-gara virus Ebola<br />

yang mewabah di beberapa negara.<br />

Sebagai Direktur Sumber Daya Perikanan<br />

dan Akuakultur FAO (Badan Pangan<br />

dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa),<br />

ia diminta Direktur Jenderal<br />

FAO Dr Graciano da Silva mengunjungi<br />

salah satu negara di Afrika Barat.<br />

“Waduh, saya bener-bener cemas. Galau<br />

tingkat tinggi, lo. Di sana kan lagi terkena<br />

wabah virus Ebola. Gimana coba?”<br />

ujar Indroyono di sela rehat wawancara<br />

sejumlah media, 29 Oktober lalu.<br />

Sebagai pejabat PBB pemegang paspor<br />

merah, pakar pengindraan jauh ini terikat<br />

sumpah untuk tidak mengelak dari tugas.<br />

Beruntung, pihak Istana memintanya<br />

segera meninggalkan Roma, Italia, menuju<br />

Jakarta.<br />

Rupanya, Presiden Joko Widodo<br />

memberi nya tugas baru sebagai Menteri<br />

Koordinator Bidang Maritim. Sebuah<br />

jabatan yang tak kalah bergengsi dan bebas<br />

dari ancaman Ebola yang mematikan.<br />

“Ya, saya mensyukuri dan siap memberikan<br />

yang terbaik bagi bangsa ini,”<br />

katanya. Selamat bertugas, Pak! n<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO : GRANDYOS ZAFNA MANASE MESAH/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


PEOPLE<br />

OLIVIA JENSEN<br />

JADI DESAINER<br />

OLIVIA Jensen sudah<br />

lama tertarik pada<br />

dunia fashion design.<br />

Namun aktris berdarah<br />

Jerman ini belum<br />

percaya diri untuk<br />

menampilkan karyanya di depan umum.<br />

Namun kini perempuan kelahiran<br />

Denmark, 11 April 1993, ini mulai<br />

unjuk gigi. Olivia baru saja mengawali<br />

langkah perdananya sebagai desainer<br />

di ajang Jakarta Fashion Week 2015.<br />

Olivia menampilkan sembilan koleksi<br />

bertema Satu Bumi, Langit Bumi.<br />

Beberapa selebritas papan atas, seperti<br />

Andien dan Acha Septriasa, menjadi<br />

model rancangan istri Arief Purnama<br />

ini.<br />

“Passion yang sudah lama saya suka<br />

dan ingin saya explore dan tunjukkan,<br />

tapi saya belum belum percaya diri,”<br />

ujar Olivia, yang baru satu tahun<br />

menekuni dunia fashion.<br />

Namun, setelah mendapatkan<br />

inspirasi dan pembelajaran, Olivia<br />

akhirnya mulai berani. “Ini dijadikan<br />

semacam patokan dan first launching<br />

brand saya, ‘Olivia Jensen’,” ujarnya<br />

berseri-seri. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO : DETIKHOT<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


PEOPLE<br />

TOM CRUISE<br />

BAHAYA LAGI<br />

UMURNYA memang sudah<br />

menginjak 52 tahun.<br />

Tapi Tom Cruise agaknya<br />

justru makin senang<br />

pada adegan-adegan<br />

berbahaya dalam film<br />

yang diperankannya.<br />

Setelah memanjat gedung tertinggi di<br />

dunia, Burj Khalifa, di film Mission: Impossible—Ghost<br />

Protocol, kini mantan suami<br />

Katie Holmes ini kembali melakukan adegan<br />

menegangkan.<br />

Lagi-lagi adegan ini merupakan salah<br />

satu adegan di film Mission: Impossible.<br />

Di film kelima itu, Cruise terlihat sedang<br />

bergelantungan di dekat pintu pesawat<br />

Airbus A-400 yang sedang berada di ketinggian<br />

5.000 kaki.<br />

Cruise, yang tetap terlihat perlente<br />

dengan setelan jas, hanya mengandalkan<br />

tali pengaman untuk menahan beban tubuhnya.<br />

Ayah Suri Cruise ini sama sekali<br />

tak memakai stuntman.<br />

“Orang sering berkata tidak. Namun,<br />

sebagai seorang aktor, kita harus mau<br />

memberikan semuanya secara fisik dan<br />

karakter kepada tokoh yang kita perankan,”<br />

ujar Cruise.<br />

Cruise juga tak perlu berlatih lama-lama untuk<br />

melakukan aksi ini. Pemeran Ethan Hunt<br />

ini hanya beberapa kali latihan di darat sebelum<br />

akhirnya pesawat meninggalkan landasan.<br />

Good job, Cruise! n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO : KEN ISHII/GETTY IMAGES<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

Kipas<br />

dan<br />

Intrik<br />

Sosialita<br />

FOTO: TPSU<br />

KIRANA DISEGANI NYONYA-NYONYA<br />

DI LINGKUNGANNYA KARENA MAMPU<br />

MENJAUHKAN RUMAH TANGGANYA DARI<br />

SKANDAL. DAN KETIKA SKANDAL AKHIRNYA<br />

MENGHAMPIRI, DIA PUN GAMANG.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

L<br />

EBENTAR lagi, Kirana<br />

(Amanda Purnamasari),<br />

nyonya terpandang istri<br />

Tuan Singgih (Stephanie<br />

C. Frandie), berulang<br />

tahun. Rumah sudah<br />

dihias. Dua pembantu<br />

di rumah itu, Nyoman (Vania Margonoharto)<br />

dan Roni (Jelice Sutjandi), sejak pagi hilirmudik<br />

membersihkan rumah dan menyiapkan<br />

keperluan majikan mereka. Beberapa hari<br />

lalu, Nyoman dan Roni sudah menyebarkan<br />

undangan kepada kawan-kawan Sang Nyonya,<br />

sesama sosialita di Menteng.<br />

Pesta tinggal beberapa jam lagi. Tuan Singgih<br />

memanggil Nyoman, menyerahkan undangan<br />

untuk diberikan kepada Nyonya Surya (Sionita<br />

M. Simbolon), perempuan yang tak mungkin<br />

diundang istrinya. Dengan sejuta tanda tanya,<br />

Nyoman berangkat.<br />

Tuan Singgih tak tahu, tadi Kirana menemukan<br />

buku hariannya yang selama ini dirahasiakan.<br />

Buku itu dipenuhi catatan pengeluaran untuk<br />

Nyonya Surya. Walau penuh pertanyaan ada<br />

hubungan apa suaminya dan Nyonya Surya,<br />

Kirana menahan diri untuk tidak langsung<br />

melabrak Tuan Singgih.<br />

Maka, ketika Tuan Singgih akhirnya memberi<br />

tahu dia baru saja mengirimkan undangan<br />

pesta kepada Nyonya Surya, Kirana naik pitam.<br />

Selama ini Kirana disegani rekan-rekannya<br />

karena selalu menjaga kehormatan keluarga,<br />

yang termasuk setia kepada suami. Kirana tak<br />

akan membiarkan orang bermoral skandal<br />

menginjakkan kaki di rumahnya.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

Nama Nyonya Surya dikenal lewat kasakkusuk<br />

para nyonya sebagai perempuan<br />

paruh baya yang hidup sendiri tapi kerap<br />

tertangkap basah sedang bersama pria beristri.<br />

Namun belum ada satu orang pun mampu<br />

membuktikan kebenaran kasak-kusuk itu.<br />

Nyonya-nyonya tajir itu bahkan tak tahu suami<br />

mereka ada yang sepekan dua kali ke rumah<br />

Nyonya Surya, ada yang tiga kali.<br />

Tibalah hari besar itu. Walau Tuan dan Nyonya<br />

Singgih baru saja bertengkar, di depan temanteman,<br />

mereka harus tampak mesra. Tak lupa<br />

Tuan Singgih menghadiahkan sebuah kipas<br />

berukirkan nama istrinya. Nyonya Surya hadir<br />

ketika pesta hampir usai, dan kemunculannya<br />

membuat pesta gempar.<br />

Di tengah meruncingnya hubungan Kirana<br />

dengan suami akibat masuknya Nyonya Surya<br />

dalam hubungan mereka, Tuan Hermanto (Frida<br />

Tumakaka) makin gencar mendekati Kirana.<br />

Dia mengajak Kirana berangkat bersamanya<br />

ke Singapura keesokan hari, dan menjanjikan<br />

sebuah hidup yang nyaman di sana. Kirana<br />

bimbang antara mempertahankan rumah<br />

tangganya dan mengikuti rayuan maut Tuan<br />

Hermanto.<br />

Cerita ini adalah adaptasi naskah drama<br />

empat babak Lady Windermere’s Fan karya<br />

Oscar Wilde yang disadur sastrawati cum<br />

akademisi Boen Sri Oemarjati. Oleh Teater<br />

Dua, cerita bertajuk Kipas Tanda Mata itu dipilih<br />

untuk menandai pementasan perdana mereka,<br />

31 Oktober dan 2 November 2014 di Gedung<br />

Kesenian Jakarta. Efriadi bertindak sebagai<br />

sutradara.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

TEATER MUSIK<br />

Teater Dua berisi alumni SMA Santa Ursula<br />

Jakarta yang saat masih bersekolah aktif di<br />

kegiatan Teater Putri Santa Ursula (TPSU). Itu<br />

sebabnya, seluruh pemainnya perempuan,<br />

termasuk yang memerankan karakter lakilaki.<br />

Mereka berjalan tegak layaknya laki-laki,<br />

suara dibariton-baritonkan, rambut dipotong<br />

maskulin, dan dada “diratakan”. Tak aneh jika<br />

ada penonton yang terkecoh dalam urusan ini.<br />

Ide besar mengumpulkan alumni TPSU<br />

dalam sebuah pentas baru tercetus pada<br />

September 2013. Ide ini ditindaklanjuti dengan<br />

mulai mencari cerita, reading, dan berlatih dari<br />

pukul 8 malam hingga nyaris tengah malam.<br />

Nama “Teater Dua” akhirnya dipilih karena<br />

mengandung makna inilah kesempatan kedua<br />

mereka berteater sejak SMA selain alamat SMA<br />

Santa Ursula di Jalan Pos Nomor 2, Jakarta.<br />

Anggota inti Teater Dua berjumlah 14 pemain<br />

dan 10 kru dengan rentang usia 18 sampai 38<br />

tahun.<br />

Apresiasi patut diberikan kepada para<br />

perempuan muda ini yang membuat debut tak<br />

tanggung-tang gung, mengambil cerita penulis<br />

besar kelahiran Irlan dia, Oscar Wilde (1854-1900),<br />

dan mementaskannya di gedung pertunjukan<br />

berkelas di Jakarta. Karakter Nyoman dan Roni,<br />

yang selain sebagai pembantu, juga jadi pembawa<br />

cerita, dimainkan dengan sangat bagus oleh Vania<br />

dan Jelice, dan berhasil sebagai penyegar di antara<br />

rumitnya masalah nyonya-nyonya kaya itu.<br />

Walau demikian, perlu juga disematkan<br />

catatan untuk lebih memperhatikan ritme cerita<br />

dan dialognya. Pementasan ini terasa dragging,<br />

berlama-lama, beberapa dialognya terlalu<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

panjang, dan keseleo lidah yang mengganggu<br />

karena sering terjadi.<br />

Cerita ditutup dengan Kirana memberikan<br />

kipasnya kepada Nyonya Surya sebagai tanda<br />

mata. Nyonya Surya ternyata ibu kandung<br />

Kirana, yang dulu meninggalkan suami dan<br />

anaknya yang masih bayi demi pria lain.<br />

Keputusan bodoh itu membuatnya jadi piala<br />

bergilir dari satu laki-laki ke laki-laki berikut.<br />

Maka, menuruti nasihat sang ibu, agar nasib<br />

tidak berulang, Kirana tak mengindahkan<br />

rayuan Tuan Hermanto dan kembali bersetia<br />

kepada suami.<br />

Kipas sakral, hadiah ulang tahun suaminya,<br />

itu pernah Kirana lemparkan kepada<br />

perempuan lain yang dianggap telah<br />

mengganggu kehidupan rumah tangganya.<br />

Ketika kasih sayang tumbuh, seketika itu juga<br />

kipas menemukan tempat yang lebih tepat,<br />

yakni di genggaman ibunya. Benda kecil saksi<br />

kecemburuan, kewibawaan, harga diri, intrik,<br />

dan sisi gelap kehidupan sosialita. ■ SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK 10 -- 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

MARI JELAJAHI<br />

GALAKSI NOLAN<br />

SEORANG MANTAN PILOT NASA DIREKRUT LAGI UNTUK MISI<br />

YANG LEBIH BESAR. DIA HARUS MENCARI PLANET DI GALAKSI<br />

LAIN YANG BISA DIJADIKAN TEMPAT BAGI KOLONI MANUSIA.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul: Interstellar<br />

Genre: Adventure | Sci-Fi<br />

Sutradara: Christopher Nolan<br />

Skenario: Jonathan Nolan,<br />

Christopher Nolan<br />

Produksi: Relativity Media<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Pemain: Matthew<br />

McConaughey, Anne<br />

Hathaway, Jessica<br />

Chastain<br />

Durasi:<br />

2 jam 49 menit<br />

TANAH tak lagi dapat ditanami<br />

kecuali oleh jagung dan okra. Ladang<br />

okra yang sedikit dan sekarat itu<br />

pun sudah jadi ladang okra terakhir.<br />

Tunas okra sudah menolak tumbuh akibat<br />

hawar yang mewabah di seluruh dunia. Badai<br />

pasir menyebabkan erosi permukaan tanah<br />

dan perlahan-lahan merusak tanah.<br />

Populasi manusia pun menyusut tajam,<br />

menuju kepunahan. Generasi anak-anak<br />

tampaknya jadi generasi terakhir yang bertahan.<br />

Petani tak lagi punya pilihan selain bertani<br />

jagung, seperti yang dilakukan Cooper<br />

(Matthew McConaughey). Setelah istrinya<br />

meninggal, dia hidup bersama dua anaknya,<br />

Tom (Timothée Chalamet) dan Murph<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER MAJALAH - 9 MARET DETIK 2013 2014<br />

10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

(Mackenzie Foy), serta ayahnya (John Lithgow)<br />

di tengah ladang jagung. Mengurus ladang,<br />

membersihkan tumpukan debu di teras rumah,<br />

mengantar-jemput anak-anak sekolah adalah<br />

kegiatan sehari-hari Cooper.<br />

Dalam perjalanan pulang setelah menjemput<br />

anak-anak dari sekolah, sebuah drone melesat<br />

rendah di atas mobil. Segera dia tancap gas<br />

mengikuti arah drone, menciptakan kepulan<br />

debu di belakang. Mobil membelok tajam<br />

keluar dari jalan, menerabas ladang jagung.<br />

Setir dia serahkan ke Tom. Cooper membuka<br />

laptop, dan meminta Murph mengarahkan<br />

antena ke drone. Drone dari India yang sudah<br />

terbang selama 10 tahun itu akhirnya ada dalam<br />

kendali mereka, berhasil didaratkan, dipereteli<br />

mesinnya, dan dibawa pulang untuk dipelajari.<br />

Ya, Cooper bukan sekadar petani.<br />

Cooper adalah mantan pilot pesawat ruang<br />

angkasa NASA. Kini NASA merekrutnya lagi<br />

untuk penerbangan antargalaksi, melanjutkan<br />

tugas ilmuwan sebelumnya mencari planet<br />

lain di galaksi lain yang memungkinkan jadi<br />

koloni manusia. “Galaksi lain? Saya ini tidak<br />

pernah keluar dari stratosfer.” Kepala NASA, Dr<br />

Brand (Michael Caine), segera menjawab, “Ya,<br />

ilmuwan di sini malah tidak pernah keluar dari<br />

ruang simulator.”<br />

Menurut Dr Brand, di dekat Saturnus, ilmu wan<br />

menemukan gejala-gejala yang bisa jadi satusatunya<br />

harapan manusia melewati “lubang<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Film epik garapan<br />

Christopher Nolan ini<br />

mendasarkan ceritanya<br />

pada sci-fi metafisika yang<br />

orisinal meski satu-dua<br />

adegan mereferensi ke<br />

film lain.<br />

cacing” untuk menembus galaksi lain. Lubang<br />

cacing ibarat simpang banyak sekaligus<br />

jalan tembus yang menyingkat jarak<br />

perjalanan antarplanet.<br />

Dengan berat hati Cooper<br />

menerima tugas itu walau artinya dia<br />

harus berpisah dari anak-anak selama<br />

entah berapa lama. Dia menitipkan<br />

Murph, yang punya minat besar pada<br />

astronomi, kepada Dr Brand.<br />

Pesawat luar angkasa yang<br />

dia kendalikan menuju Saturnus<br />

bernama Endurance. Di dalamnya<br />

ada ilmuwan planet Amelia Brand<br />

(Anne Hathaway) yang juga putri Dr<br />

Brand, astrofisikawan Romilly (David Gyasi),<br />

dan kopilot Doyle (Wes Bentley). Di situ<br />

juga ada sepasang robot ramah berbentuk<br />

monolit, CASE dan TARS (boneka hidrolik<br />

yang dioperasikan aktor dan badut Bill Irwin).<br />

Jika ada yang mengeluhkan langkanya<br />

naskah asli dalam pasar film saat ini, yang<br />

didominasi film-film adaptasi, remake, dan<br />

sekuel, silakan bergembira dengan dirilisnya<br />

Interstellar. Film epik garapan Christopher<br />

Nolan ini mendasarkan ceritanya pada sci-fi<br />

metafisika yang orisinal meski satu-dua adegan<br />

mereferensi ke film lain.<br />

Misal adegan kebut-kebutan mobil di<br />

ladang jagung merupakan klimaks North by<br />

Northwest (1959). Plotnya, tentang sekelompok<br />

astronaut yang dikirim ke luar angkasa untuk<br />

menyelidiki anomali misterius, secara eksplisit<br />

mengingatkan kita pada 2001: A Space Odyssey<br />

(1968). Lalu, penggunaan efek khusus untuk<br />

mengkomunikasikan pergeseran persepsi<br />

secara radikal ada di The Matrix (1999).<br />

Walau demikian, Interstellar meninju<br />

dengan caranya sendiri dan belum ditemukan<br />

bandingannya. Membuat cerita tentang keluarga<br />

petani yang terentang selama satu abad dan<br />

melibatkan luar angkasa juga ide brilian. Begitupun<br />

cerita filosofis serius tentang kematian manusia<br />

dan konsep waktu.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Walau Interstellar bukan film terbaik Nolan,<br />

ada banyak kualitas yang jadi kekuatan film<br />

ini, yakni visualnya mengagumkan, adegan<br />

action skala besarnya dibuat dengan gerakan<br />

semulus balet, dan para pemain (khususnya<br />

pria) menyuguhkan penampilan kuat dan<br />

mengesankan. McConaughey jadi pahlawan<br />

eksistensial yang gagah, yang memikul tugas<br />

kemanusiaan demi menyelamatkan generasi<br />

anak-cucunya dari kepunahan.<br />

Jessica Chastain terasa overqualified<br />

memerankan Murph dewasa, sebaliknya, Anne<br />

Hathaway tetap sulit lepas dari citra princessnya.<br />

Ada kesan karakter yang Hathaway<br />

mainkan menyimpan kisah cinta pedih di masa<br />

lalu tapi hingga film berakhir tak juga tergali.<br />

Jangan dilupakan, ada bintang yang namanya<br />

tak muncul pada kredit film, yakni Endurance,<br />

pesawat luar angkasa yang rumit, yang membawa<br />

para penjelajahnya ke galaksi-galaksi baru.<br />

Nolan dan desainer produksi Nathan Crowley<br />

butuh waktu berbulan-bulan membuat desain<br />

awal Endurance, berdasarkan pesawat luar<br />

angkasa yang ada sekarang. Desain awal ini<br />

kemudian disempurnakan tim Interstellar,<br />

termasuk oleh astronaut Marsha Ivins, yang<br />

memberi masukan detail pada beberapa aspek,<br />

seperti sistem pendaratan pesawat di stasiun<br />

luar angkasa.<br />

Selain itu, Nolan membangun seluruh<br />

bagian interior modul cincin dan tampilan<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

mengesankan benda langit. Planet-planet yang<br />

tampak berserakan di layar itu ada juga di set.<br />

Beda dengan efek green-screen yang biasanya<br />

planet-planet itu ditambahkan belakangan.<br />

Jadi, ketika adegan pemain berada di dalam<br />

pesawat luar angkasa, artinya mereka memang<br />

sedang di dalam pesawat.<br />

Ada banyak lagi genre yang cocok<br />

disematkan ke Interstellar selain adventure<br />

dan sci-fi, atau malah genre baru yang lahir<br />

dari pertanyaan-pertanyaan di film ini, seperti<br />

apa itu hukum semesta dan hubungannya<br />

dengan kemanusiaan? Mengapa pula harus<br />

diungkapkan? Satu lagi, rasa visual dan<br />

spasialnya membangkitkan lagi kegembiraan<br />

yang lama bersembunyi, dulu pernah menarinari<br />

di mimpi kanak-kanak. ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK 22 10 - - 28 16 SEPTEMBER NOVEMBER 2014


FILM PEKAN INI<br />

JENIS FILM: ACTION | PRODUSER: BASIL IWANYK, EVA<br />

LONGORIA, DAVID LEITCH | PRODUKSI: ENTERTAINMENT<br />

ONE | SUTRADARA: CHAD STAHELSKI | DURASI: 96 MENIT<br />

OHN Wick (Keanu Reeves) terpaksa kembali<br />

ke dunia lamanya saat anjing pemberian<br />

mendiang istrinya dibunuh dan mobil<br />

kesayangannya, Ford Mustang, dicuri. Saat<br />

berusaha membalas dendam, sebagian penjahat takut karena<br />

baru mengetahui siapa sebenarnya John Wick.<br />

Namun belakangan John Wick harus menyelamatkan<br />

dirinya sendiri karena ia berhadapan dengan seorang bos<br />

besar dunia kejahatan yang menginginkannya mati.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FILM PEKAN INI<br />

JENIS FILM: HOROR | PRODUSER: MICHAEL BAY, ANDREW FORM,<br />

JASON BLUM, BRIAN GOLDNER, BENNETT SCHNEIR, BRADLEY<br />

FULLER | PRODUKSI: UNIVERSAL PICTURES | SUTRADARA: STILES<br />

WHITE | DURASI: 89 MENIT<br />

EKELOMPOK sahabat menggunakan<br />

papan Ouija untuk berkomunikasi dengan<br />

sahabat mereka yang baru saja meninggal.<br />

Tindakan ini justru menyebabkan hidup<br />

mereka dalam bahaya ketika sosok yang tidak diinginkan<br />

hadir di tengah-tengah mereka.<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


FILM PEKAN INI<br />

ASCALEDAKAN<br />

bom di pasar London,<br />

penyelidikan langsung<br />

berjalan dan polisi<br />

berhasil menangkap pelakunya. Namun<br />

Inggris dalam kondisi siaga dan tetap<br />

waspada dengan teror lanjutan.<br />

Dua pengacara andal, Martin Rose<br />

(Eric Bana) dan Claudia (Rebecca Hall),<br />

kini menjadi tim pembela. Keduanya,<br />

yang memiliki hubungan asmara di<br />

masa lalu, ternyata masuk dalam sebuah<br />

konspirasi yang melibatkan dinas rahasia<br />

Inggris. Kini Martin dan Claudia mencoba<br />

mengungkap apa yang terjadi. Reputasi<br />

dan nyawa mereka kini menjadi taruhan.<br />

JENIS FILM: DRAMA, CRIME, MYSTERY |<br />

PRODUSER: TIM BEVAN, CHRIS CLARK,<br />

ERIC FELLNER | PRODUKSI: FOCUS<br />

FEATURES | SUTRADARA: JOHN CROWLEY<br />

| DURASI: 96 MENIT<br />

MAJALAH DETIK 104 -- 16 10 NOVEMBER 2013<br />

2014


AGENDA<br />

TEATER KOMA REPUBLIK CANGIK<br />

Karya dan Sutradara: N. Riantiarno, 13-22 NOVEMBER<br />

2014, SENIN S.D. SABTU PUKUL 20.00 WIB | MINGGU<br />

PUKUL 14.00 WIB<br />

PIDATO KEBUDAYAAN<br />

ARUS BALIK KEBUDAYAAN: SEJARAH<br />

SEBAGAI KRITIK<br />

Oleh: Hilmar Farid, Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki,<br />

SENIN, 10 NOVEMBER 2014, PUKUL 19.30 WIB, Gratis dan<br />

terbuka untuk umum<br />

JAKARTA DEKADE 2014<br />

Koes Ploes, Sheila Madjid, Fariz R.M., Ermy Kullit, Daniel<br />

Sahuleka, 2D (Dian Pramana Poetra, Deddy Dhukun)<br />

14 NOVEMBER 2014, PUKUL 20.00 WIB, Balai Sarbini,<br />

Jakarta Selatan, Promotor: Mahanalive<br />

PEMUTARAN PERDANA FILM<br />

SENYAP (THE LOOK OF SILENCE)<br />

Graha Bhakti Budaya, SENIN, 10 NOVEMBER 2014, PUKUL<br />

16.00 WIB, Gratis dan terbuka untuk umum<br />

PEKCANG & MARITA<br />

Oleh Teater Yuka<br />

Karya: Radhar Panca Dahana<br />

Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, SELASA, 11<br />

NOVEMBER 2014, PUKUL 20.00 WIB, HTM: Rp 150.000 |<br />

Rp 100.000 | Rp 50.000<br />

APRESIASI RUANG TERBUKA<br />

DI AMBANG MAUT (Empiri) | Karya Laksmi Noto Kusumo,<br />

SIAPA AKU | Karya Laksmi Noto Kusumo | Produksi<br />

Teater Survivor Ca, Plaza/Halaman Teater Kecil, Taman<br />

Ismail Marzuki, JUMAT, 14 NOVEMBER 2014, PUKUL 20.00<br />

WIB,Gratis dan terbuka untuk umum<br />

REMBUK BUDAYA: TUBUH, TARI & TRADISI<br />

Pembicara: Elly D. Luthan & Heli Minarti, Moderator: Aidil<br />

Usman, Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, JUMAT, 14<br />

NOVEMBER 2014, PUKUL 15.00 WIB, Gratis dan terbuka<br />

untuk umum<br />

PARADE DRAMA MUSIKAL 2014<br />

SEJABOTABEK<br />

Memperebutkan Piala Bergilir PKJ-Taman Ismail Marzuki,<br />

Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, SELASA-JUMAT, 11-<br />

14 NOVEMBER 2014, PUKUL: 09.00-17.00 WIB<br />

HTM: Rp 30.000<br />

PENTAS TEATER:<br />

A MIDSUMMER NIGHT DREAMS<br />

Karya: William Shakespeare, Penerjemah/sutradara: I.<br />

Yudhi Soenarto, Produksi: Teater Sastra UI, Graha Bhakti<br />

Budaya, Taman Ismail Marzuki, JUMAT-SABTU, 14-15 NO-<br />

VEMBER 2014, PUKUL 19.30 WIB, MINGGU: 16 NOVEMBER<br />

2014 (PUKUL 14.30 WIB),HTM: Rp 150.000 | Rp 100.00 |<br />

Rp 50.000<br />

FILM FESTIVAL: D.A.M.N (DUTCH<br />

ADRENALINE MOVIE NIGHTS)<br />

14-15 NOVEMBER 2014, Erasmus Huis Jakarta<br />

SCIENCE FILM FESTIVAL<br />

13-28 NOVEMBER 2014<br />

KRAMAT RAYA<br />

Komedi Betawi produksi ke-113, Sutradara & Cerita: Syaiful<br />

Amri, Plaza/Halaman Parkir, Taman Ismail Marzuki,<br />

SABTU, 15 NOVEMBER 2014, PUKUL 20.00 WIB, Gratis<br />

dan terbuka untuk umum<br />

TEATER TARI KARTINI<br />

Oleh Ayu Dyah Pasha, SABTU, 15 NOVEMBER 2014,<br />

PUKUL 15.00 WIB, Galeri Indonesia Kaya<br />

COMEDY DANCE<br />

Oleh Didik Nini Thowok, MINGGU, 16 NOVEMBER 2014,<br />

PUKUL 15.00 WIB, Galeri Indonesia Kaya<br />

MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!