You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
TESTIMONI AYAH ANGKAT MENTERI SUSI<br />
MENGAPA<br />
AMIEN<br />
DITEROR<br />
HOROR<br />
TKI<br />
HONG KONG<br />
EDISI 154 | 10 - 16 NOVEMBER 2014
DAFTAR ISI<br />
EDISI 154 10 - 16 NOVEMBER 2014<br />
FOKUS<br />
HOROR<br />
HALLOWEEN TKI<br />
HONG KONG<br />
BANKIR INGGRIS, RURIK JUTTING, MEMBUNUH<br />
DUA PEREMPUAN INDONESIA SECARA BRUTAL<br />
DI HONG KONG. PECANDU KOKAIN YANG<br />
MENYUKAI WANITA INDONESIA INI DIDUGA<br />
MEMBUNUH UNTUK MELAMPIASKAN STRES<br />
GARA-GARA KEHILANGAN PEKERJAAN.<br />
NASIONAL<br />
KRIMINAL<br />
n LETUSAN SENJATA DI PANDEAN<br />
n EMPAT OPSI KOALISI PRABOWO<br />
INTERNASIONAL<br />
n KETIKA AKSI ‘SUGALI’ TERHENTI<br />
HUKUM<br />
n JRENG... AKHIR AUMAN TRIOMACAN<br />
EKONOMI<br />
n PANAS DI KOTA SUCI<br />
n JIKA ORANG KAYA AFRIKA BERPESTA<br />
n DUH... NURUL IZZAH<br />
INTERVIEW<br />
n IBU SAYA PERNAH JADI TKI<br />
KOLOM<br />
n MEGA-SBY KUNCI KEBUNTUAN DPR<br />
SELINGAN<br />
n KARENA MENTERI DIWAJIBKAN BLUSUKAN<br />
n PROYEK JALAN TOL MASIH MACET<br />
n TAK SEMUA URUSAN LAHAN RIBET<br />
n ADEM AYEM MESKI DIDATANGI JALAN TOL<br />
n PETRAL ADA UNTUK APA<br />
BISNIS<br />
n BLUE BIRD PUN ‘NARIK’ DI BURSA<br />
SPORT<br />
n DAN BIG GEORGE TERSUNGKUR<br />
LENSA<br />
n KESAKSIAN EMPAT ZAMAN<br />
SENI HIBURAN<br />
n PELESIR RASA DI JFW 2015<br />
PEOPLE<br />
n KIPAS DAN INTRIK SOSIALITA<br />
FILM<br />
n INDROYONO SOESILO | OLIVIA JENSEN | TOM CRUISE<br />
GAYA HIDUP<br />
n MARI JELAJAHI GALAKSI NOLAN<br />
n FILM PEKAN INI<br />
n AGENDA<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Edi Wahyono<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n TATO DI TUBUH KAUM HAWA<br />
n BERENANG DI SISI HIU<br />
n KECENYA BAR GAYA RETRO<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />
Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />
Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />
Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />
Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />
Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />
Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
LENSA<br />
PELESIR RASA<br />
DI JFW 2015<br />
TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />
Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 bukan sekadar menyuguhkan model cantik dengan adibusana terbaik. Ia juga menjadi tempat bagi<br />
siapa saja untuk beradu imajinasi dan berdialog soal fashion. Juga soal industri dan tren yang berdampak luas hingga luar negeri.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
LENSA<br />
Baju rancangan desainer Kleting Titis Wigati pada JFW 2015 di Jakarta, Minggu (2/11). JFW digelar pada 1-7 November 2014 dan diikuti<br />
puluhan desainer dalam dan luar negeri. (Beawiharta/REUTERS)
LENSA<br />
Baju muslim karya (dari kiri ke kanan) Norma Hauri, Etu, dan Dian Pelangi pada JFW 2015. Tren busana muslim banyak menyasar negara<br />
dengan populasi muslim yang dominan. (Beawiharta/REUTERS)
LENSA<br />
Kreasi perancang Indonesia, Leonnie, pada gelaran JFW 2015. (Darren Whiteside/REUTERS)
LENSA<br />
Baju rancangan Ivan Gunawan yang banyak mendapat sambutan positif disuguhkan pada JFW 2015, Rabu (5/11). (Darren Whiteside/<br />
REUTERS)
LENSA<br />
Model membawakan baju rancangan Mannequins (kiri atas) pada JFW 2015 di Senayan City, Jakarta. (Ulet Ifansasti/GETTY IMAGES) | Rok-rok cantik<br />
karya Toton. (Ulet Ifansasti/GETTY IMAGES) | Merah menyala rancangan Itang Yunasz. (Beawiharta/REUTERS)
LENSA<br />
‘Kerudung’ putih rancangan FBudi pada Jakarta Fashion Week 2015 di Senayan City (1/11). (Ulet Ifansasti/GETTY IMAGES)
NASIONAL<br />
LETUSAN<br />
SENJATA DI<br />
PANDEAN<br />
KEDIAMAN MANTAN<br />
KETUA MPR AMIEN<br />
RAIS DITEROR ORANG<br />
TAK DIKENAL. MOBIL<br />
TOYOTA HARRIER<br />
MILIKNYA DITEMBAK<br />
MENGGUNAKAN SENJATA<br />
RAKITAN. INI TEROR<br />
KETIGA.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Bekas Ketua MPR Amien<br />
Rais saat diwawancarai<br />
wartawan di rumahnya<br />
pascapenembakan, Kamis<br />
(6/11).<br />
REGINA SAFRI/ANTARA FOTO<br />
HARI masih gelap. Waktu baru<br />
menunjukkan pukul 02.00 WIB ketika<br />
Ismail, 35 tahun, penjaga kediaman<br />
Amien Rais, samar-samar<br />
mendengar suara sepeda motor jenis matic.<br />
Kendaraan roda dua itu terdengar seperti<br />
mondar-mandir, ke arah selatan lalu ke utara,<br />
di depan rumah Amien di Jalan Pandean Sari,<br />
Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman,<br />
Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis, 6<br />
November lalu.<br />
Ismail tak menyangka bunyi letusan itu ternyata<br />
suara pistol yang ditembakkan ke arah<br />
rumah juragannya. Saat kejadian, ia memang<br />
tidak keluar dari rumah untuk menengok siapa<br />
yang bolak-balik menunggang sepeda motor<br />
tersebut. Ismail hanya melihat ada sebuah<br />
sepeda motor yang melintas di saat kejadian,<br />
tapi tidak tahu berapa penumpangnya.<br />
“Terdengar bunyi dor satu kali,” kata Ismail<br />
saat ditemui di kediaman Ketua Majelis Pertimbangan<br />
Partai Amanat Nasional itu, Kamis<br />
siang pekan lalu.<br />
Penembakan baru disadari pagi harinya<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Polisi melakukan olah data<br />
TKP di rumah Amien Rais.<br />
BAGUS KURNIAWAN/DETIKCOM<br />
pukul 05.00 WIB. Saat itu, sopir Amien, Harmanto,<br />
56 tahun, hendak memanaskan mobil<br />
Toyota Harrier milik bosnya. Ia kaget melihat<br />
ada lubang pada kaca dan sebuah proyektil<br />
peluru di dalam mobil jenis SUV berwarna<br />
hitam yang diparkir di teras rumah tersebut.<br />
Peluru mengenai kaca belakang mobil, tembus<br />
hingga ke kaca kanan belakang. Ismail<br />
melaporkan hal ini kepada Amien, dan kemudian<br />
melapor ke polisi.<br />
Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta<br />
bergerak cepat. Beberapa jam setelah kejadian,<br />
petugas melakukan olah data tempat<br />
kejadian perkara dan meminta keterangan<br />
sejumlah saksi. Meski pelaku masih misterius,<br />
diduga kuat ia menggunakan senjata api rakitan<br />
dan menembak dari jarak sembilan meter.<br />
“Dari hasil analisis, pelaku penembakan<br />
ber asal dari arah barat laut. Berdasarkan titik<br />
pene muan selongsong peluru, posisi penembak<br />
(berada) pada ketinggian 205 sentimeter,”<br />
kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah<br />
Yogyakarta, Ajun Komisaris Besar Anny Pudjiastuti.<br />
Artinya, pelaku memanjat pagar rumah saat<br />
menembak. Selain itu, pelaku diduga menem<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Hal ini<br />
mendukung (bukti)<br />
bahwa selongsong<br />
ditembakkan dari<br />
senjata api rakitan<br />
atau tidak standar.<br />
Anny Pudjiastuti<br />
bak dari sudut 35 derajat. Peluru yang digunakan<br />
adalah standar pabrikan dengan kaliber<br />
223 atau sinonim dengan 5,56 x 45 milimeter.<br />
Adapun barang bukti yang ditemukan adalah<br />
satu lubang tembakan pada badan mobil<br />
bagian belakang sebelah kanan dengan ketinggian<br />
124 sentimeter dari tanah. Lubang<br />
tem bakan berukuran 12 x 7 milimeter. Serpihan<br />
jaket peluru dan inti anak peluru ditemukan<br />
di bagian dalam jok mobil dan bodi mobil<br />
bagian dalam. Sedangkan selongsong peluru<br />
dengan headstamp PMC 223 REM<br />
ditemukan di jalan depan rumah,<br />
yang berjarak 130 sentimeter dari<br />
pagar.<br />
Pada serpihan jaket peluru tidak<br />
ditemukan adanya alur, galangan,<br />
ataupun dataran. Pada selongsong<br />
peluru terdapat mark atau patahan.<br />
“Hal ini mendukung (bukti) bahwa<br />
selongsong ditembakkan dari senjata<br />
api rakitan atau tidak standar,” ujar Anny.<br />
Amien Rais pada saat kejadian sedang tidur<br />
di dalam rumah tersebut. Ia mengaku tak takut.<br />
Sebab, ini sudah ketiga kalinya rumahnya<br />
diteror. Teror pertama terjadi pada saat era<br />
Reformasi 1997/1998. Saat itu Amien, yang<br />
dikenal sebagai tokoh Reformasi, mendapati<br />
kaca rumahnya di lantai dasar dilempar batu<br />
oleh orang tak dikenal.<br />
“Yang kedua dihantam batu juga. Tapi<br />
(giliran) di lantai dua,” tutur Ketua Majelis<br />
Permusyawaratan Rakyat periode 1999-2004<br />
ini. Tapi teror ketiga ini diakui Amien berbeda<br />
dari sebelumnya, karena menggunakan senjata<br />
api.<br />
Putra sulung Amien Rais, Hanafi Rais,<br />
meng aku mendapat kabar penembakan itu<br />
dari sang penjaga rumah ayahnya pada Kamis<br />
pagi pukul 05.30 WIB. Seperti sang ayah,<br />
Hanafi, yang kini menjabat anggota Dewan<br />
Perwakilan Rakyat dari Fraksi PAN, mengaku<br />
tidak takut setelah kediaman sang ayah di Yogyakarta<br />
diteror. Hanafi menganggap si peneror<br />
hanya ingin mencari publisitas belaka.<br />
“Tujuan teror itu ada dua. Pertama, membuat<br />
takut. Itu sudah gagal. Kedua, untuk<br />
publisitas, itu dia berhasil,” ucapnya di ge<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Aksi "meruwat" Amien Rais<br />
BAGUS KURNIAWAN/DETIKCOM<br />
dung DPR, Kamis, 6 November lalu. “Kalau<br />
pakai batu atau poster, ini iseng. Ini sudah<br />
pakai senjata api, jadi tidak main-main. Sudah<br />
masuk wilayah hukum,” kata pria yang menjabat<br />
Wakil Ketua Komisi I DPR ini.<br />
Hanafi tak mau menduga-duga motif penembakan<br />
ini, apakah terkait politik atau<br />
tidak. Ia berharap kejadian ini tidak terulang<br />
kepada keluarganya maupun tokoh lain.<br />
Selain diteror menggunakan batu dan belakangan<br />
dengan peluru, kediaman Amien Rais<br />
di Pandean Sari beberapa kali mendapatkan<br />
“serangan” dalam bentuk lain. Seperti pada<br />
16 Oktober lalu, sejumlah orang mendatangi<br />
rumah Amien untuk melakukan aksi kultural<br />
“Ngruwat Amien Rais”.<br />
Aksi ruwatan itu dilakukan oleh sekitar 10<br />
pria dan wanita yang mengenakan pakaian<br />
adat Jawa. Mereka menggelar aksi teatrikal di<br />
depan pagar rumah Amien Rais serta membawa<br />
perlengkapan sesajen dan dua ekor<br />
ayam jantan.<br />
Koordinator aksi, Agus, memimpin aksi<br />
sembari melakukan orasi. Menurut dia, aksi<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Hanafi Rais<br />
BAGUS KURNIAWAN/DETIKCOM<br />
ruwatan budaya ini untuk meng ingatkan agar<br />
Amien Rais menjadi negarawan sejati. “Amien<br />
Rais sudah tidak mendengar suara rakyat. Ia<br />
telah menjadi aktor di balik kegaduhan politik<br />
di negeri ini,” ujar Agus saat itu. Namun, saat<br />
ruwatan itu digelar, sang pemilik kebetulan<br />
tidak ada di rumah. Yang ada hanya petugas<br />
satpam. Pintu pagar pun tertutup rapat.<br />
Selain diruwat, rumah Amien pernah dikirimi<br />
sesajen. Soal ini, putri Amien, Hanum Salsabiela,<br />
yang mengungkapnya. Menurut dia, setidaknya<br />
tiga kali sesajen ditemukan di dalam rumah ayahnya.<br />
Namun keluarga tak mau melaporkan hal itu.<br />
“Sesajen yang disembunyikan di rumah<br />
Amien Rais sudah tiga kali. Namun keluarga<br />
AR tidak pernah melaporkan ke polisi demi<br />
kepentingan nasional. Inilah sesajen tersebut,”<br />
tulis Hanum di akun Facebook-nya.<br />
Sesajen itu tampak ditaruh di atas sebuah<br />
alas. Banyak abu dan serpihan arang di sekelilingnya.<br />
Namun, di antara teror-teror yang dialami<br />
Amien, kasus penembakan inilah yang paling<br />
mengkhawatirkan. Itu sebabnya, sejumlah tokoh<br />
politik di Indonesia berharap polisi bekerja<br />
serius mengungkap pelakunya. n<br />
JAFFRY PRABU PRAKOSO, EDZAN RAHARJO (YOGYAKARTA) | DEDEN<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
EMPAT<br />
OPSI<br />
KOALISI PRABOWO<br />
KOALISI MERAH PUTIH MENYODORKAN<br />
EMPAT TAWARAN KEPADA KUBU KOALISI<br />
INDONESIA HEBAT. BELUM SEMUA FRAKSI<br />
KIH SETUJU. PERPECAHAN DPR BAKAL<br />
BERLANJUT.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
SEJUMLAH politikus duduk meriung<br />
di sebuah ruang pertemuan di Hotel<br />
Dharmawangsa, Kebayoran Baru,<br />
Jakarta Selatan, Senin malam pekan<br />
lalu. Dari kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH),<br />
ada mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan<br />
Rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia<br />
Perjuangan, Pramono Anung, dan Ketua Fraksi<br />
PDI Perjuangan DPR Olly Dondokambey.<br />
Dari kubu Koalisi Merah Putih (KMP), hadir<br />
Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta<br />
Rajasa serta Sekretaris Jenderal Partai Golkar<br />
Idrus Marham. Hatta didampingi beberapa<br />
politikus partainya. Sedangkan Idrus ditemani<br />
Ketua Fraksi Golkar DPR Ade Komarudin dan<br />
anggota fraksi Ahmadi Noor Supit.<br />
Persamuhan itu merupakan yang kesekian<br />
kalinya terjadi di antara dua kubu yang kini<br />
terbelah di DPR. Seperti sebelumnya, lobi-lobi<br />
antara KIH dan KMP kembali digelar di hotel.<br />
Para politikus Koalisi<br />
Indonesia Hebat menggelar<br />
konferensi pers sebelum<br />
menggelar sidang paripurna<br />
DPR tandingan, Kamis<br />
(30/10).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Ade Komarudin<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB itu<br />
belum berakhir hingga tengah malam.<br />
Saat itu Hatta, Idrus, dan sejumlah<br />
politikus pamit. Pembicaraan<br />
dilanjutkan Ade dan Ahmadi dengan<br />
Pramono dan Olly hingga dini hari.<br />
Menurut Ade, pertemuan dilakukan<br />
untuk mencari solusi atas perpecahan<br />
yang kini terjadi di Dewan.<br />
Kubu KIH—digawangi Fraksi<br />
PDI Perjuangan, Fraksi Partai<br />
Nasional Demokrat, Fraksi<br />
Partai Kebangkitan Bangsa,<br />
Fraksi Hanura, dan Fraksi Partai<br />
Persatuan Pembangunan—<br />
sejak Rabu, 29 Oktober lalu,<br />
membentuk DPR tandingan dan<br />
melayangkan mosi tidak percaya<br />
kepada pimpinan DPR yang<br />
semuanya berasal dari KMP.<br />
KIH menganggap pimpinan<br />
DPR tidak membuka ruang<br />
musyawarah untuk menentukan<br />
pimpinan alat kelengkapan Dewan,<br />
seperti komisi dan badan. Koalisi ini menggelar<br />
rapat-rapat sendiri, bahkan membentuk<br />
alat kelengkapan Dewan di luar yang sudah<br />
dibentuk kubu KMP. Sementara ini, KMP<br />
menyapu bersih pimpinan komisi dan badanbadan<br />
di DPR. Alhasil, parlemen kini terbelah.<br />
Perpecahan itu, menurut Ade,<br />
memprihatinkan. Jika tak segera diselesaikan,<br />
pihaknya khawatir DPR tidak bisa bekerja<br />
maksimal. “Ternyata enggak bisa kan, merasa<br />
bisa mengurus pemerintah sendiri, DPR<br />
sendiri. Jadi jangan sombong,” kata Ade tanpa<br />
memerinci siapa yang ia sebut sombong, saat<br />
ditemui Selasa, 4 November lalu.<br />
Karena itu, KMP membuka diri dan<br />
menawarkan empat opsi kepada KIH. Tawaran<br />
pertama, koalisi pendukung Prabowo Subianto<br />
itu setuju Undang-Undang tentang Majelis<br />
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan<br />
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan DPRD<br />
(UU MD3) diamendemen. Revisi UU MD3 yang<br />
dilakukan setelah pemilihan umum legislatif<br />
lalu menghasilkan aturan, pemilihan pimpinan<br />
DPR dan alat kelengkapan Dewan dilakukan<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Pimpinan DPR tandingan<br />
dengan ketua Ida Fauziah<br />
dari PKB (tengah) dan<br />
empat wakil ketua (kirikanan):<br />
Supriyadi (NasDem),<br />
Effendi Simbolon (PDIP),<br />
Dossy Iskandar (Hanura),<br />
dan Saifullah Tamliha<br />
(PPP).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
dengan sistem paket.<br />
Kedua, KMP menawarkan posisi pimpinan<br />
Komisi XI (keuangan dan perbankan) serta<br />
empat alat kelengkapan, yakni Badan Anggaran,<br />
Badan Legislasi, Badan Urusan Rumah Tangga,<br />
dan Badan Kerja Sama Antarparlemen. Satu<br />
komisi dan empat badan yang sengaja belum<br />
disahkan itu, menurut Ade, membuka peluang<br />
masuknya unsur pimpinan dari fraksi-fraksi<br />
KIH.<br />
Tawaran ketiga adalah menambah jumlah<br />
pimpinan komisi, dari satu ketua dan tiga wakil,<br />
menjadi satu ketua dengan empat wakil. Dengan<br />
penambahan satu kursi pimpinan ini, otomatis<br />
unsur KIH bisa masuk di jajaran pimpinan di<br />
semua komisi dan badan. Jadi permintaan<br />
KIH agar mendapat kursi 16 pimpinan di alat<br />
kelengkapan bisa terakomodasi.<br />
Adapun yang keempat adalah kemungkinan<br />
adanya pemekaran komisi. Namun, untuk solusi<br />
ini, ujar Ade, belum matang meskipun sudah<br />
diwacanakan sejak DPR periode yang lalu.<br />
Ade yakin empat opsi yang ditawarkan itu<br />
akan segera mengatasi masalah di DPR. “Paling<br />
cepat seminggu, paling lambat dua minggu,<br />
DPR kembali bersatu,” ujarnya.<br />
Dimintai konfirmasi secara terpisah, baik<br />
Pramono maupun Olly mengakui pertemuan<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Ketua Fraksi PDI Perjuangan<br />
DPR Olly Dondokambey<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Dharmawangsa. Menurut Olly, pertemuan itu<br />
sedikit melegakan karena mulai ada titik temu.<br />
“Musyawarah mufakat itu terjadi jika duduk<br />
dalam satu meja,” tuturnya Selasa pekan lalu.<br />
Mantan pimpinan Badan Anggaran DPR<br />
ini mengatakan perpecahan di Dewan bukan<br />
semata lantaran tidak diakomodasinya usulan<br />
KIH tentang pimpinan alat kelengkapan Dewan.<br />
Tapi lebih karena mereka menilai pimpinan<br />
Dewan yang semuanya berasal dari KMP<br />
telah menutup jalan musyawarah. “Jadi<br />
bukan karena soal jatah pimpinan komisi<br />
atau AKD (alat kelengkapan Dewan),”<br />
ucap Olly.<br />
Senada, politikus Fraksi PPP, Saifullah<br />
Tamliha, menganggap tawaran kubu KMP<br />
merupakan niat baik agar Dewan tak<br />
hanya dikuasai satu kelompok. Kendati<br />
begitu, Saifullah mengakui fraksinya<br />
belum menanggapi tawaran KMP<br />
karena hal itu belum dibahas<br />
secara internal.<br />
“Yang penting ada<br />
musyawarah mufakat, bukan<br />
voting untuk memutuskan segala sesuatu<br />
terkait DPR,” katanya.<br />
Namun seorang politikus di kubu KIH<br />
mengatakan tak semua fraksi partai di koalisi<br />
ini menerima tawaran KMP. Apalagi tawaran<br />
itu dianggap penuh “jebakan batman”. Misalnya<br />
tentang amendemen UU MD3 dan revisi Tata<br />
Tertib DPR, yang memerlukan Badan Legislasi<br />
untuk membahasnya. Jika ingin melakukan<br />
revisi, tentu KIH harus “kembali” dulu ke DPR<br />
yang kini didominasi KMP.<br />
Sejumlah pimpinan fraksi di KIH juga<br />
mempertanyakan tawaran penambahan<br />
kursi pimpinan alat kelengkapan. Sebab,<br />
penambahan itu bukan karena asas kebutuhan,<br />
melainkan hanya agar bisa menampung unsur<br />
KIH.<br />
“Seolah tambahan pimpinan ini karena<br />
permintaan KIH,” ujar politikus yang enggan<br />
disebut namanya itu.<br />
Karena masih ditentang sebagian anggota di<br />
lingkup internal KIH, sumber ini memperkirakan<br />
perselisihan kedua kubu bakal berlanjut hingga<br />
tiga bulan mendatang. Jika perpecahan ingin<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
NASIONAL<br />
Sebastian Salang<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
selesai, menurut dia, sebaiknya pimpinan<br />
komisi dan badan dikocok ulang.<br />
“Jadi jangan pede (percaya diri) kalau respons<br />
juru runding dianggap mewakili aspirasi fraksi<br />
di KIH,” tuturnya.<br />
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai<br />
Gerindra Ahmad Muzani menilai tawaran<br />
koalisinya itu paling logis. Hal<br />
yang tidak mungkin adalah<br />
jika harus mengocok ulang<br />
atau menganulir pimpinan<br />
komisi dan alat kelengkapan<br />
Dewan yang sudah<br />
disahkan.<br />
“Karena, selain sudah<br />
disahkan, akan<br />
mengubah<br />
segalanya,” ucap Muzani di gedung DPR.<br />
Koordinator Forum Masyarakat Pemantau<br />
Parlemen Indonesia Sebastian Salang menilai<br />
solusi untuk mengatasi masalah di DPR<br />
memang tak akan memuaskan kedua belah<br />
pihak. Sebab, ada yang menang lebih dan yang<br />
tak menang.<br />
Ia mencontohkan, DPR periode yang lalu pun<br />
tak ada yang menang mutlak atau sebaliknya.<br />
Karena menggunakan asas proporsional, DPR<br />
bisa menjalankan peran dan tugasnya dengan<br />
baik. Begitu juga pemerintahan Presiden Susilo<br />
Bambang Yudhoyono saat itu.<br />
“Jadi, kalau berseberangan dengan<br />
pemerintah, jangan kemudian dianggap<br />
sebagai ancaman. Begitu sebaliknya,” katanya.<br />
Dia menambahkan PDI Perjuangan dengan<br />
Partai Demokrat pernah bisa duduk bersama<br />
di DPR.<br />
Menurut Salang, perpecahan di DPR<br />
berpotensi terus berlanjut jika para elite partai<br />
melakukan pembiaran. “Untuk menyelesaikan,<br />
butuh sikap kenegarawanan dari dua kelompok,”<br />
ucapnya. n KUSTIAH, JAFFRY PRABU PRAKOSO | DIM<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 10 3 - 16 - 9 NOVEMBER 2014
HUKUM<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
JRENG...<br />
AKHIR AUMAN TRIOMACAN<br />
SETELAH EDI SYAHPUTRA, POLISI MENANGKAP RADEN NUH DAN HARRY KOESHARDJANTO<br />
TERKAIT KASUS DUGAAN PEMERASAN. PENGELOLA AKUN TWITTER TRIOMACAN2000 ITU<br />
DIJERAT UU ITE DAN TPPU.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
HUKUM<br />
Akun Triomacan2000<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
SUDAH lebih dari sepekan, akun<br />
Twitter Triomacan2000 (@TM-<br />
2000Back) tak lagi berkicau. Kicauan<br />
akun yang diduga dikelola<br />
oleh Raden Nuh dan kawan-kawannya itu<br />
terakhir kalinya pada Kamis, 30 Oktober<br />
lalu. Itu pun cuma “Eng ing eeeng... jreeeeng<br />
jreeeeng !!”<br />
Raden Nuh ditangkap aparat Subdirektorat<br />
Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal<br />
Khusus (Reskrimsus) Kepolisian Daerah<br />
Metro Jaya pada Minggu dini hari, 2 November<br />
lalu. Ia ditangkap di sebuah rumah indekos<br />
di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Saat<br />
itu Raden tengah bersama seorang wanita,<br />
yang juga dimintai keterangan sebagai saksi.<br />
Seorang perwira Direktorat Reskrimsus<br />
Polda Metro Jaya mengatakan, sebelum ditangkap<br />
di Tebet, Raden dibuntuti sejak dari<br />
Kemang, Jakarta Selatan. Lokasi penangkapan<br />
tak jauh dari kantor media online milik<br />
Edi Syahputra (ES), yang disebut polisi sebagai<br />
salah satu admin Triomacan2000.<br />
“Edi ini kakaknya Raden. Mereka kakakadik,”<br />
kata perwira itu.<br />
Penangkapan Raden menyusul Edi, yang<br />
ditangkap pada Senin dua pekan lalu (baca<br />
“Fitnahlah Daku Kau Ditangkap”, majalah<br />
detik edisi 153). Keduanya diduga terkait dengan<br />
kasus pemerasan melalui media sosial<br />
Twitter, yakni akun @TrioMacan2000 (sebelum<br />
berubah menjadi @TM2000Back).<br />
Polisi juga mencokok Harry Koeshardjanto<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
HUKUM<br />
Tiga tersangka kasus<br />
pemerasan petinggi Telkom<br />
saat rilis kasus itu di Markas<br />
Polda Metro Jaya, Senin<br />
(3/11). Raden Nuh (kiri) dan<br />
Edi Syahputra (tengah).<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
pada Jumat, 31 Oktober lalu. Ketiganya diduga<br />
berkaitan dalam perkara pemerasan itu.<br />
Mereka, yang kini ditahan, terancam dijerat<br />
pasal berlapis. Selain pidana pemerasan terhadap<br />
petinggi PT Telekomunikasi Indonesia<br />
(Telkom), mereka dijerat Undang-Undang Informasi<br />
dan Transaksi Elektronik (ITE) serta<br />
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian<br />
Uang (TPPU).<br />
“Kami kenakan Pasal 27 UU ITE. Untuk pidananya<br />
dikenakan Pasal 368 KUHP (tentang<br />
pemerasan) serta TPPU,” ujar Kepala Subdit<br />
Cyber Crime Direktorat Reskrimsus Polda<br />
Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hilarius<br />
Duha, Senin pekan lalu.<br />
Pasal 27 UU ITE mengatur soal penyebaran<br />
informasi elektronik yang bermuatan penghinaan<br />
atau pencemaran nama baik serta pemerasan.<br />
Ancaman pidana pasal ini adalah hukuman<br />
penjara paling lama enam tahun dan/<br />
atau denda maksimal Rp 1 miliar. Sedang kan<br />
TPPU digunakan karena ada aliran dana di<br />
rekening Raden dan kawan-kawannya yang<br />
dicurigai sebagai hasil pemerasan.<br />
“Aliran dananya sedang kami telusuri,” tutur<br />
Hilarius.<br />
Di Twitter, kelompok Raden Nuh diduga<br />
secara bergantian menggunakan akun tanpa<br />
nama (anonim), seperti @TrioMacan2000, @<br />
TM2000Back, @DenJaka, dan @berantas3.<br />
Lewat akun-akun tersebut, mereka “mengaum”,<br />
menebar informasi yang belum tentu<br />
sahih kebenarannya, seperti kasus-kasus<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
HUKUM<br />
Dari orang itu Raden Nuh<br />
dan kawan-kawannya<br />
mendapat informasi untuk<br />
disebar lewat Twitter.<br />
korupsi.<br />
Seorang sumber majalah detik menyebut<br />
kelompok ini mendapat suplai data dan informasi<br />
dari seseorang—sebut saja Mr X—yang<br />
diduga orang dekat seorang pejabat di masa<br />
pemerintahan terdahulu.<br />
“Dia (Mr X) seorang staf menteri.<br />
Dari orang itu Raden Nuh dan<br />
kawan-kawannya mendapat<br />
informasi untuk disebar lewat<br />
Twitter,” ucap sumber<br />
yang pernah terlibat dalam<br />
investigasi sebuah perusahaan<br />
pelat merah untuk<br />
menelisik pemilik akun @<br />
TrioMacan2000 itu.<br />
Hilarius mengaku masih<br />
mengusut ke arah situ. “Ini<br />
yang masih kami dalami dan<br />
akan dikembangkan terus,” katanya.<br />
Yang jelas, pihaknya sudah menerima<br />
sedikitnya tiga laporan sejak 2013 terkait kicauan<br />
akun Twitter tersebut. Mereka yang<br />
melaporkan admin TrioMacan2000 mulai<br />
pribadi hingga perusahaan, yang gerah terhadap<br />
tudingan-tudingan yang dicuitkan akun<br />
itu.<br />
Bahkan Pelaksana Tugas Gubernur DKI<br />
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama belakangan<br />
mengaku sempat dimintai sesuatu oleh<br />
kelompok pengelola akun @TrioMacan2000.<br />
Namun permintaan yang disampaikan saat<br />
pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2012<br />
itu tidak ia gubris. “Aku sih bilang saja, aku<br />
mah demen dikampanyehitamkan,” ujar pria<br />
yang akrab disapa Ahok itu.<br />
Tapi aksi kelompok Raden akhirnya terhenti<br />
setelah polisi menindaklanjuti laporan<br />
petinggi Telkom. Dua petinggi perusahaan<br />
pelat merah itu adalah AP dan Abdul Satar.<br />
Laporan itu disertai sejumlah bukti tindak<br />
pemerasan.<br />
“Ada bukti percakapan via BlackBerry Messenger<br />
yang dikirim tersangka Raden kepada<br />
Abdul Satar. Minta sekian-sekiannya juga<br />
ada,” tutur Hilarius.<br />
Bukti transaksi penyerahan uang kepada<br />
para tersangka melalui rekening tersangka<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
HUKUM<br />
Polisi menggeledah kantor<br />
admin Triomacan2000 di<br />
Tebet, Senin (3/11).<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
Harry Koeshardjanto juga dikantongi polisi.<br />
Selain ditransfer via rekening, ada uang tunai<br />
yang diserahkan langsung kepada Harry dan<br />
Raden.<br />
Dari uang sebesar Rp 358 juta yang diduga<br />
diminta Raden dan kawan-kawan ke Abdul<br />
Satar, sebanyak Rp 5 juta dan Rp 3 juta lewat<br />
transfer bank. Sedangkan uang Rp 50<br />
juta diserahkan oleh A, sopir pribadi Satar,<br />
kepada tersangka Harry pada Agustus 2014<br />
di sebuah kafe di Tebet. Sedangkan Rp 300<br />
juta diserahkan Satar kepada Raden.<br />
Uang tersebut diberikan dengan harapan<br />
agar kicauan di Twitter yang dianggap meresahkan<br />
itu dihapus. Tapi janji tinggal janji.<br />
Sampai Oktober 2014, kicauan itu masih<br />
bertengger. Abdul Satar pun berang dan melaporkan<br />
Raden Nuh kepada polisi.<br />
Namun tuduhan itu dibantah Djunaidi, pengacara<br />
Raden Nuh dan Edi Syahputra. Menurut<br />
dia, yang terjadi adalah pembayaran Abdul<br />
Satar kepada Raden Nuh sebesar Rp 325<br />
juta untuk gaji dan kegiatan operasional PT<br />
Asatunews. Di perusahaan media online itu,<br />
kata Djunaidi, Abdul Satar adalah pendiri dan<br />
pemegang saham. Sedangkan Raden, selain<br />
pemegang saham, juga pelaksana.<br />
“Jadi itu penyerahan legal yang dikriminalisasi,<br />
seolah-olah ada suatu pemerasan,” ucapnya<br />
ketika dihubungi Kamis, 6 November lalu.<br />
Menurut Djunaidi, belakangan mungkin<br />
ada konflik di antara para pendiri media<br />
online itu. Persoalan itu pun berujung pada<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
HUKUM<br />
Kepala Subdit Cyber Crime<br />
Direktorat Reskrimsus Polda<br />
Metro Jaya AKBP Hilarius<br />
Duha<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
tidak adanya lagi uang yang mengucur ke<br />
Asatunews.<br />
“Raden Nuh menagih ke Abdul Satar.<br />
Soalnya, gara-gara tidak ada pembayaran<br />
kegiatan operasional, kantor jadi tersendat,<br />
karyawan banyak yang berhenti karena (kantor)<br />
enggak mampu bayar gaji,” katanya.<br />
Kasus dugaan pemerasan via Twitter seperti<br />
Triomacan2000, menurut pengamat<br />
media sosial Nukman Luthfie, memang kerap<br />
terjadi. Saat ini masih banyak akun yang melakukan<br />
modus serupa.<br />
“Mereka ternak akun lain dengan modus<br />
sama. Kelompok mereka tidak hanya punya<br />
akun cadangan satu, tapi banyak,” ujar Nukman.<br />
Dengan modus itu, admin masih punya<br />
kesempatan jika akun utamanya bermasalah<br />
atau terjerat kasus hukum. Akun bermasalah<br />
akan dibekukan sendiri sehingga terkesan<br />
menghilang, padahal tidak. Lalu akun lain<br />
akan mencuit informasi yang sama.<br />
“Caranya begitu. Ada kesempatan memeras,<br />
dia memeras. Yang jelek-jelek di-tweet,<br />
meskipun belum tentu benar. Kalau (korban)<br />
yang keder, pasti akan kasih duit,” tuturnya.<br />
Nukman pun berharap akun-akun semacam<br />
itu dijerat pidana. Dan para korban yang<br />
merasa tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan<br />
melaporkannya kepada polisi. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI, MEI AMELIA | DEDEN G.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KRIMINAL<br />
KETIKA AKSI ‘SUGALI’<br />
TERHENTI<br />
BERUSAHA KABUR, PELAKU PERAMPOKAN BANK CIMB NIAGA<br />
CIRACAS DIDOR POLISI. DITANGKAP SETELAH BERBULAN-<br />
BULAN JADI BURON. BERSAMA KOMPLOTANNYA, IA<br />
MENGGUNAKAN SENJATA RAKITAN SAAT BERAKSI.<br />
ILUSTRASI: ZAKI ALFARABI<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KRIMINAL<br />
BH, tersangka pelaku<br />
perampokan CIMB Niaga<br />
Ciracas<br />
DOK. POLSEK CIRACAS<br />
Lihat Sugali menari<br />
Di lokasi WTS kelas teri<br />
Asyik lembur sampai pagi<br />
Usai garong hambur uang peduli setan<br />
Di di du di du da di du<br />
Ramai gunjing tentang dirimu<br />
Yang tak juga hinggap rasa jemu<br />
Suram hari depanmu<br />
Rasa waswas mata beringas<br />
Menunggu datang peluru yang panas<br />
Di waktu hari nahas<br />
PENGGALAN lirik lagu Sugali karya<br />
Iwan Fals di atas agaknya mirip kisah<br />
hidup pria berinisial BH, pelaku perampokan<br />
kantor Layanan Mikro Laju<br />
Bank CIMB Niaga, Ciracas, Jakarta Timur, yang<br />
tewas ditembak polisi Senin dini hari, 3 November<br />
lalu. Sebelum menjarah uang di kantor itu,<br />
pada 19 Agustus 2014 BH dan komplotannya<br />
menjadi buron polisi dalam kasus pencurian<br />
kendaraan bermotor. Residivis itu baru bisa ditangkap<br />
pada akhir Oktober lalu.<br />
Saat diminta menunjukkan persembunyian<br />
komplotannya di kawasan Jalan Baru, Kampung<br />
Rambutan, Jakarta Timur, BH berusaha<br />
kabur. Saat itulah timah panas polisi mengakhiri<br />
hidupnya. Kegemaran BH pun mirip kisah Sugali.<br />
Hasil kejahatan ia pakai untuk hura-hura dan<br />
main perempuan. Gaya hidup pria 32 tahun itu<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KRIMINAL<br />
Kantor Mikro Laju CIMB Niaga<br />
Ciracas kini kosong. Setelah<br />
perampokan Agustus lalu,<br />
kantor itu dipindah ke tempat<br />
lain.<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
juga ditelusuri polisi sebelum akhirnya ditangkap<br />
di kampung halamannya di Lampung.<br />
“Penyidikan kami sudah sangat dalam, bahkan<br />
gaya hidup sampai kebiasaannya main<br />
wanita di kafe remang-remang sudah kami<br />
pegang semua,” kata Kepala Unit Reserse Kriminal<br />
Kepolisian Sektor Ciracas Ajun Komisaris<br />
Jupriono, Senin pekan lalu.<br />
Setelah ditangkap aparat Kepolisian Resor<br />
Kota Bandar Lampung pada Jumat, 31 Oktober<br />
lalu, esok harinya BH dijemput dan dibawa ke<br />
Jakarta oleh tim Buru Sergap Polres Jakarta<br />
Timur dan Polsek Ciracas. Dari hasil pengembangan<br />
kasus, polisi mendapatkan inisial tiga<br />
pelaku lain perampokan Bank CIMB Niaga Ciracas,<br />
yakni I, A, dan Ac. Ketiga tersangka itu<br />
kini masih diburu.<br />
BH sempat dipertemukan dengan para korban<br />
dan saksi perampokan tersebut. Setelah dipastikan<br />
sebagai pelaku, pada Minggu malam,<br />
2 November lalu, BH dibawa oleh empat anggota<br />
tim Buru Sergap menuju rumah kontrakan<br />
tersangka I di kawasan Kampung Rambutan.<br />
Namun, begitu sampai di kontrakan tersebut<br />
sekitar pukul 02.00 WIB, BH berusaha kabur<br />
melalui jendela. Polisi sempat dua kali mengeluarkan<br />
tembakan peringatan.<br />
“Dua kali (tembakan peringatan) tak diindahkan,<br />
terpaksa ditembak pada paha kirinya.<br />
Masih lari, BH akhirnya ditembak lagi, kena<br />
punggung. Dia tewas saat dibawa ke rumah<br />
sakit,” ujar Kepala Polsek Ciracas Komisaris Djitu<br />
Martono saat ditemui Selasa, 4 November<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KRIMINAL<br />
Masih lari, BH<br />
akhirnya ditembak<br />
lagi, kena punggung.<br />
Dia tewas saat dibawa<br />
ke rumah sakit.<br />
Kepala Polsek Ciracas<br />
Komisaris Djitu Martono<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
lalu.<br />
Penangkapan BH, menurut Jupriono, berawal<br />
dari penggerebekan sebuah rumah<br />
kontrakan yang dijadikan markas komplotan<br />
pencuri kendaraan bermotor di kawasan Kampung<br />
Rambutan pada Januari 2014. Komplotan<br />
ini melakukan pencurian di Pasar Rebo,<br />
Ciracas, dan Kramat Jati―ketiganya di wilayah<br />
Jakarta Timur—serta Bekasi, Jawa Barat. Saat<br />
digerebek, rumah kontrakan itu kosong tapi di<br />
dalamnya ditemukan empat senjata api rakitan<br />
dan kunci leter T.<br />
Dari keterangan pemilik kontrakan, penyewa<br />
bernama HY, yang ditangkap pada Juni 2014<br />
dalam sebuah razia di Bekasi. Dari mulut HY diketahui,<br />
empat pistol itu, satu miliknya, satu milik<br />
BH, dan dua lagi milik TR, yang kini masih dikejar.<br />
“Dari hasil pengembangan kasus kepemilikan<br />
senjata api ini, dibuat DPO (daftar pencarian<br />
orang) atas BH, yang disebar hingga ke kota<br />
kelahirannya di Lampung,” tutur Jupriono.<br />
Dari pengembangan kasus, terungkap bahwa<br />
BH bersama tiga rekannya, yakni I, A, dan<br />
Ac, ternyata juga merampok kantor Mikro Laju<br />
CIMB Niaga Ciracas pada Agustus lalu. Saat itu<br />
komplotan BH menggarong uang Rp 31 juta.<br />
Setelah ditangkap di Lampung, BH mengaku<br />
sebagai pelaku perampokan CIMB Niaga di<br />
Ciracas tersebut.<br />
Desember tahun lalu, ia berupaya merampok<br />
Bank BTPN Pasar Rebo, tapi gagal karena<br />
kepergok polisi dan terjadi aksi saling tembak.<br />
Komplotan BH juga pernah merampok sebuah<br />
stasiun pengisian bahan bakar umum di Bekasi<br />
Timur, mencuri sepeda motor, serta melakukan<br />
perampokan di sejumlah tempat di Jakarta<br />
Selatan dan Serpong, Tangerang.<br />
Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal<br />
Polres Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar<br />
Ade Rahmat Idnal, komplotan BH merupakan<br />
spesialis perampokan bank, kantor pos, dan<br />
bengkel sepeda motor. Dalam menjalankan<br />
aksinya, mereka menggunakan senjata api<br />
rakitan. Komplotan ini beranggotakan enam<br />
orang, empat tertangkap, tiga di antaranya<br />
mati ditembak polisi.<br />
“Senjatanya mereka pakai bergantian buat<br />
melakukan tindak pidana,” ucap Ade saat di-<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KRIMINAL<br />
Kantor Mikro Laju CIMB Niaga<br />
Ciracas di Jalan Raya Ciracas,<br />
Jakarta Timur<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
hubungi terpisah Selasa pekan lalu.<br />
Senjata api rakitan ini didapat dari seseorang<br />
yang saat ini juga tengah diburu tim Buru Sergap<br />
Polres Jakarta Timur. Polisi masih mendalami<br />
kepemilikan dan jaringan peredaran senjata<br />
api ilegal ini. Sementara itu, HY hanya berperan<br />
sebagai penyimpan senjata api di rumah kontrakannya.<br />
Tapi ia tak pernah ikut dalam tindak<br />
kejahatan.<br />
“Kalau setiap kelompok ini mau beraksi, senjata<br />
itu diambil dari dia. Jadi dia cuma disuruh<br />
ngamanin (senjata api) dan ditaruh di plastik,”<br />
kata Ade.<br />
Bukan hanya di kalangan penjahat, tindak<br />
kekerasan menggunakan senjata api juga sering<br />
kali dilakukan berbagai kalangan masyarakat.<br />
Menurut kriminolog dari Universitas Indonesia,<br />
Thomas Sunaryo, meski aturan kepemilikan<br />
senjata api bagi warga sipil cukup ketat,<br />
tak sulit untuk mendapatkannya.<br />
Jika ingin mendapatkannya secara resmi,<br />
kata dia, terkadang ada oknum petugas yang<br />
bisa membantu pengurusan. Belum lagi dari<br />
jalur tak resmi, senjata api ilegal bisa diperoleh<br />
dari selundupan atau pasar gelap.<br />
“Karena dari segi perdagangan, (bisnis senjata)<br />
itu menarik,” ujarnya.<br />
Karena itu, Thomas menuturkan, dalam<br />
memberantas peredaran senjata api ilegal, kepolisian<br />
tidak bisa melakukannya sendiri. Polisi<br />
butuh bantuan dari pihak lain. “Termasuk bantuan<br />
masyarakat,” ucapnya. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI, EDWARD F. KUSUMA | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KOLOM<br />
MEGA-SBY<br />
KUNCI<br />
KEBUNTUAN DPR<br />
SEPANJANG MEGAWATI TAK MAU BERTEMU<br />
DENGAN SBY, PERTARUNGAN POLITIK DI DPR<br />
AKAN TERUS TERJADI.<br />
OLEH: DJAYADI HANAN<br />
BIODATA<br />
Nama: Djayadi Hanan<br />
Tempat/Tanggal Lahir:<br />
Palembang, 29 Januari 1972<br />
FENOMENA “DPR terbelah” sebenarnya bukan hal baru. Pada 2004, DPR<br />
sempat terbelah menjadi Koalisi Kebangsaan dan Koalisi Kerakyatan. Kala<br />
itu, kursi pimpinan DPR disapu bersih oleh Koalisi Kebangsaan, yang dimotori<br />
Golkar dan PDI Perjuangan. Koalisi Kerakyatan, yang berada di pihak<br />
Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, tak mendapat apa-apa.<br />
Bedanya dengan sekarang, ketika hendak membentuk alat kelengkapan Dewan<br />
(AKD), terutama pemilihan pimpinannya, Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi<br />
Indonesia Hebat (KIH) tak kunjung mampu memperoleh kesepakatan. Pada 2004,<br />
Koalisi Kebangsaan dan Koalisi Kerakyatan dapat segera menyepakati sistem<br />
proporsional dalam pengisian pimpinan AKD.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KOLOM<br />
Pendidikan:<br />
● S-1 Administrasi Publik<br />
dari Universitas Sriwijaya,<br />
1995<br />
● S-2 Ilmu Politik dari<br />
Universitas Gadjah<br />
Mada, 1999<br />
● S-2 Hubungan Internasional<br />
dari Universitas<br />
Ohio, Amerika, 2003<br />
● S-3 Ilmu Politik dari<br />
Universitas Ohio,<br />
Amerika, 2012<br />
Pekerjaan:<br />
● Dosen di Universitas<br />
Paramadina,<br />
1999-sekarang<br />
● Peneliti di Universitas<br />
Paramadina,<br />
2006-sekarang<br />
● Direktur Penelitian,<br />
Universitas Paramadina,<br />
2006-2007<br />
Banyak pihak yang menghubungkan terbelahnya DPR ini dengan UU MD3, yang<br />
mengatur pemilihan pimpinan di DPR dan AKD dengan prinsip suara terbanyak<br />
melalui sistem paket. Ada juga yang menyatakan fenomena ini merupakan kelanjutan<br />
dari pertarungan dalam pemi lihan presiden. Menurut saya, kedua alasan itu<br />
bukanlah penyebab utama. Sebab, UU MD3 pada 2004 (dulu bernama Susduk atau<br />
Susunan dan Kedudukan) mengatur mekanisme yang sama dengan yang sekarang<br />
dalam soal pemilihan pimpinan DPR dan AKD. Namun DPR tetap mampu memperoleh<br />
kesepakatan dan tidak terbelah.<br />
Soal pertarungan Jokowi versus Prabowo telah selesai dengan bertemunya kedua<br />
tokoh tersebut. Bahkan Prabowo hadir dalam pelantikan Jokowi. Jadi, seharusnya<br />
sudah terbuka jalan komunikasi yang lapang. Yang menjadi soal adalah, kali ini<br />
mekanisme atau institusi informal DPR, terutama mekanisme lobi dan konsultasi,<br />
gagal memfasilitasi kebuntuan komunikasi politik di DPR.<br />
Mekanisme Formal dan Informal<br />
Lembaga politik seperti DPR biasanya memiliki mekanisme formal dan informal<br />
dalam menjalankan proses kelembagaannya. Mekanisme formal DPR, yang tersurat<br />
dalam UU MD3 dan Tata Tertib DPR, tidak dapat memfasilitasi kepentingan dan<br />
kebutuhan KMP dan KIH. Karena merasa aspirasinya belum terserap, KIH berupaya<br />
menghalangi proses AKD melalui mekanisme formal dengan cara tidak mengajukan<br />
nama-nama calon anggota AKD, terutama komisi. KMP menangkalnya melalui<br />
mekanisme formal dengan mengajak kubu Suryadharma Ali dari PPP untuk bergabung<br />
sehingga melengkapi syarat formal pengambilan keputusan. Hasilnya, DPR<br />
terbelah. Jadi, mekanisme formal ini tidak dapat memfasilitasi kebuntuan komunikasi<br />
politik kedua kubu.<br />
Pimpinan DPR dan pimpinan fraksi kemudian melakukan mekanisme informal,<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KOLOM<br />
●<br />
●<br />
Dosen di Universitas<br />
Ohio, Amerika, 2010-2011<br />
Direktur Eksekutif Saiful<br />
Mujani Research and<br />
Consulting (SMRC), 2014<br />
Karya:<br />
● Menakar Presidensialisme<br />
Multipartai, Mizan<br />
2014<br />
● Islamic Students Movements<br />
under the Shadow<br />
of the State: 1980-1997,<br />
UII Press 2006<br />
● Toward a More Effective<br />
Indonesian House<br />
of Representative, NDI<br />
Indonesia-UNDP, Juni<br />
2005<br />
baik lobi maupun konsultasi. Lobi dilakukan melalui pertemuan informal wakilwakil<br />
dari masing-masing fraksi. Konsultasi juga dilakukan me lalui pertemuan<br />
para pim pinan tidak hanya di fraksi, tapi juga melibatkan pimpinan partai politik.<br />
Mekanisme lobi dan konsultasi ini sudah dilakukan beberapa kali, tentu dengan<br />
waktu dan proses yang informal. Namun, seperti kita semua ketahui, mekanisme<br />
pemecah kebuntuan ini pun tak berhasil.<br />
PDIP, Demokrat, dan Golkar<br />
Yang menarik, forum konsultasi belum pernah digelar antarpimpinan puncak<br />
partai politik. Prinsip kerja lobi dan konsultasi adalah “mengurangi jumlah dan<br />
mempertinggi level” peserta di dalamnya. Dalam lobi, bila wakil-wakil dari berbagai<br />
kubu sudah hadir dan<br />
kesepakatan belum didapat,<br />
lobi bisa dilanjutkan dengan<br />
memperkecil jumlah<br />
wakil sampai<br />
akhirnya hanya<br />
ada satu wakil<br />
dari setiap kubu.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KOLOM<br />
Dalam konsultasi, bila pertemuan tak membuahkan hasil, peserta konsultasi berikutnya<br />
dinaikkan levelnya sampai akhirnya pimpinan puncak dari masing-masing<br />
kubu bertemu. Bila ini juga tak membuahkan hasil, barulah kita harus melibatkan<br />
pimpinan paling puncak, yakni kepala negara.<br />
Karena lobi dan konsultasi DPR untuk menentukan proses pembentukan dan<br />
pemilihan pimpinan AKD tak kunjung berbuah, sudah seharusnyalah konsultasi<br />
antarpimpinan puncak partai politik dilakukan. Masalah nya, mungkin justru di sini<br />
sumber masalahnya: para pimpinan puncak partai tak bisa bertemu.<br />
Masalah paling penting dalam relasi antarpimpinan puncak partai politik dalam<br />
konteks ini adalah hubungan Megawati dan SBY. Dalam konstelasi politik DPR saat<br />
ini, SBY (Partai Demokrat) adalah “swinger”. Ke mana SBY berlabuh, ke sanalah<br />
bandul kemenangan politik akan mengikut. Sepanjang Megawati tak mau bertemu<br />
de ngan SBY, pertemuan pimpinan puncak partai tak akan terjadi. Pertarungan<br />
politik di DPR akan terus diwarnai oleh pertarungan kepentingan level kedua, seperti<br />
keperluan partai kecil di KMP untuk memperoleh lebih banyak posisi penting<br />
dalam pimpinan AKD.<br />
Masalah lain adalah keperluan SBY untuk mengamankan Perpu Pilkada Langsung,<br />
yang secara politik mau tak mau diasosiasikan dengan dirinya. Dalam kondisi<br />
keter belahan KMP dan KIH, secara taktis akan lebih menguntungkan bagi SBY<br />
untuk bersama KMP mengamankan suara dukungan terhadap diterimanya perpu<br />
tersebut oleh DPR. SBY menyadari bahwa, dengan berada di KMP, meskipun tak<br />
mungkin seratus persen, sejumlah elemen di KMP pasti bisa diajak bekerja sama<br />
mendukung Perpu Pilkada Langsung.<br />
Masalah lain, Golkar (baca: kubu Aburizal Bakrie) memerlukan soliditas KMP.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KOLOM<br />
Sebagai ketua umum yang dianggap gagal oleh banyak pihak dalam membawa kemenangan<br />
Golkar dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan presi den, soliditas<br />
KMP diperlukan ARB untuk menunjukkan bahwa Golkar, di bawah kepemimpinannya,<br />
memainkan peranan sangat penting dalam percaturan politik nasional. Soliditas<br />
KMP selanjutnya dapat menjadi alat politik ARB untuk menunjukkan bahwa<br />
Golkar, di bawah kepemim pinannya, akan lebih berperan. Keinginan ARB kembali<br />
menjadi ketua umum jadi beralasan.<br />
Belajar dari pengalaman 10 tahun pemerintahan SBY, proses lobi dan konsultasi<br />
politik sangat sering dilakukan. Hal-hal gaduh, seperti soal kebijakan mengenai<br />
BBM, kasus Century, kasus mafia pajak, dalam skala tertentu berhasil difasilitasi<br />
penyelesaiannya melalui mekanisme informal tersebut. Kunci dalam lobi dan konsultasi<br />
adalah akomodasi dari “yang lebih kuat/berkuasa” dan orientasi konsensus<br />
dari masing-masing kubu. Terlepas dari sisi positif dan negatifnya, kedua sikap<br />
dan orientasi inilah yang harus ditunjukkan para pimpinan partai dan politikus kita<br />
umumnya saat ini agar kisruh DPR segera berakhir. n<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 10 - 16 10 NOVEMBER - 16 NOVEMBER 2014 2014
FOKUS<br />
HOROR HALLOWEEN<br />
TKI HONG KONG<br />
BANKIR INGGRIS, RURIK JUTTING, MEMBUNUH DUA PEREMPUAN INDONESIA SECARA<br />
BRUTAL DI HONG KONG. PECANDU KOKAIN YANG MENYUKAI WANITA INDONESIA INI DIDUGA<br />
MEMBUNUH UNTUK MELAMPIASKAN STRES GARA-GARA KEHILANGAN PEKERJAAN.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
JESSE Lorena Ruri melenggang<br />
dengan riang. Malam itu, ia siap<br />
berpesta di New Makati Bar & Disco<br />
di Lockhart Road, Hong Kong. “Saya<br />
mau seneng-seneng, mau ke pesta Halloween,”<br />
kata Jesse kepada dua kawannya di luar sebuah<br />
bar di Distrik Wan Chai.<br />
Jesse adalah nama samaran Seneng<br />
Mujiarsih. Nama Jesse dipakai Seneng untuk<br />
memudahkannya berbaur dengan perempuan<br />
pekerja distrik lampu merah Wan Chai, yang<br />
mayoritas berasal dari Filipina.<br />
Di Wan Chai, Jesse adalah seorang disc jockey.<br />
Sebaliknya dengan nama Seneng, ia adalah<br />
pekerja rumah tangga asal Muna, Sulawesi<br />
Tenggara, yang overstay karena tidak lagi punya<br />
visa kerja.<br />
Sekitar pukul sembilan malam, Jesse bertolak<br />
ke New Makati. Klub malam dengan musik<br />
mengentak yang memekakkan telinga itu buka<br />
hingga pukul lima pagi, tapi perempuan 29<br />
tahun itu tak di sana sampai dini hari.<br />
Seorang pekerja seks asal Filipina, Lynn,<br />
mengatakan salah satu kawannya sempat<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Kami meyakini<br />
korban meninggal<br />
setelah ditikam di<br />
leher.<br />
Seneng Mujiarsih<br />
DOK. PRIBADI/FACEBOOK<br />
melihat Jesse di depan New Makati bersama<br />
seorang pria bule. Pria itu sering ke Wan Chai<br />
dan biasa disapa Ricky, Rick, atau Ru.<br />
Lynn mengatakan kepada Daily Mail bahwa<br />
Jesse dan Ricky terlihat seperti bertengkar<br />
dan lelaki itu mencengkeram leher Jesse. Tapi,<br />
setelah itu, keduanya menghilang.<br />
Ternyata Jesse pergi ke J Residence di<br />
Johnston Road, hanya beberapa blok dari New<br />
Makati. Kamera CCTV J Residence merekam<br />
kedatangan Jesse pada Jumat, 31 Oktober 2014,<br />
menjelang tengah malam dan perempuan<br />
itu naik ke lantai 31 apartemen Rurik George<br />
Caton Jutting.<br />
Pergi kencan dengan bule menjadi salah<br />
satu kebanggaan para pekerja perempuan asal<br />
Indonesia di Hong Kong. Tapi Jutting, yang<br />
dikenal royal di bar-bar Wan Chai, ternyata<br />
bukan ingin mengajak Jesse berkencan. Pria 29<br />
tahun itu juga tidak berniat mempersuntingnya<br />
seperti yang diidam-idamkan sebagian pekerja<br />
Indonesia.<br />
Jutting justru mengubah malam Halloween<br />
itu menjadi horor paling seram di Hong Kong.<br />
Pria Inggris itu menyerang Jesse dengan pisau<br />
dapur. Jesse tentu saja berusaha melawan.<br />
Tapi perlawanannya hanya membuat lecetlecet<br />
kecil pada badan lelaki yang tinggi dan<br />
besarnya hampir dua kali dari Jesse itu.<br />
Jutting menikam berkali-kali bokong Jesse.<br />
Perempuan itu akhirnya tidak berdaya setelah<br />
lehernya jadi sasaran amukan Jutting.<br />
Tapi hanya Jutting yang tahu rentetan<br />
kejadian dari tengah malam hingga pukul<br />
03.42 waktu setempat, 1 November 2014, itu.<br />
Pada jam itu, bankir di Bank of America Merrill<br />
Lynch tersebut meminta polisi datang.<br />
Saat polisi datang, Jutting meracau sehingga<br />
sulit diajak bicara. Polisi kemudian menemukan<br />
tubuh perempuan terluka parah tergeletak<br />
tanpa baju di ruang tengah apartemen. “Kami<br />
meyakini korban meninggal setelah ditikam<br />
di leher,” kata Asisten Komandan Distrik Wan<br />
Chai, Wan Siu-hung.<br />
Apartemen Jutting tidak terlalu luas. Ketika<br />
polisi tiba, kondisinya berantakan dengan<br />
cipratan darah di mana-mana. Petugas forensik<br />
perlu waktu tiga jam buat memeriksa tempat<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Rurik Jutting (kanan) saat<br />
dihadapkan ke pengadilan Hong<br />
Kong, Senin (3/11).<br />
REUTERS<br />
kejadian dan mengumpulkan semua barang<br />
bukti.<br />
Petugas forensik menemukan alat bantu seks<br />
dan kokain. Seorang mantan penegak hukum<br />
Hong Kong yang biasa bertemu dengan Jutting<br />
di bar Wan Chai memberi kesaksian, bankir itu<br />
memang kecanduan kokain dan sabu.<br />
Setiap akhir pekan, Jutting muncul di bar<br />
dengan tingkah laku tak ubahnya zombie.<br />
“Jutting datang Sabtu dan Minggu dalam<br />
keadaan linglung, bukti bahwa dia memakai<br />
kokain,” ujarnya. “Dia jadi agresif dan sering<br />
ribut dengan pelanggan lain.”<br />
Orang-orang yang mengenal Jutting<br />
menceritakan, dia kerap menggelar pesta seks<br />
bertabur narkoba dengan banyak perempuan<br />
sekaligus. Konon, dalam keadaan teler itu,<br />
kadang Jutting mengasari perempuan yang ia<br />
tiduri.<br />
Kelar di ruangan dalam, petugas forensik<br />
bergerak ke balkon. Di sini, petugas menemukan<br />
koper hitam yang dari dalamnya terjulur kaki<br />
manusia.<br />
Di dalam koper ada jasad perempuan Asia<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Jasad Sumarti<br />
Ningsih<br />
ditemukan<br />
membusuk<br />
dalam koper.<br />
Diduga sudah<br />
tewas selama<br />
seminggu.<br />
Sumiarti saat bersantai di<br />
Hong Kong.<br />
DOK. PRIBADI/FACEBOOK<br />
Tenggara yang sudah membusuk dengan luka<br />
parah pada leher. Tubuhnya tertekuk jadi dua,<br />
tangan dan kakinya terikat, dengan badan<br />
bagian atas terbungkus handuk.<br />
Diperkirakan, perempuan dalam koper ini<br />
sudah meninggal sekitar seminggu. Selama<br />
beberapa hari, penghuni J Residence memang<br />
mengeluhkan bau busuk.<br />
●●●<br />
Berbekal sekitar 2.000 foto korban yang<br />
ditemukan pada telepon seluler Jutting,<br />
kepolisian Hong Kong turun ke bar-bar di Wan<br />
Chai. Mereka menengarai korban Jutting adalah<br />
pekerja seks di daerah yang banyak didatangi<br />
perempuan Asia Tenggara itu.<br />
Polisi awalnya menduga Jesse berasal dari<br />
Filipina. “Polisi menunjukkan foto kedua<br />
perempuan itu dan bertanya apakah kami<br />
kenal, tapi tak ada yang tahu,” kata Maria,<br />
pekerja di Wan Chai asal Filipina.<br />
Korban kedua sebenarnya sudah diketahui<br />
identitasnya, yakni Sumarti Ningsih. Namun,<br />
karena wajah jenazah sudah sulit dikenali,<br />
polisi mencari kerabat atau teman yang bisa<br />
memastikan jenazah perempuan 23 tahun itu<br />
memang Marti—panggilan akrabnya.<br />
Polisi menyebar foto-foto korban, yang<br />
akhirnya sampai ke kalangan tenaga kerja<br />
Indonesia. Kabar pembunuhan itu pun sampai<br />
pada Jumiati, sepupu Marti. Jumiati langsung<br />
bergegas ke tempat kos Marti.<br />
Sesampainya di sana, ternyata tempat kos<br />
itu kosong dan berantakan bak tidak tersentuh<br />
berhari-hari. Maka lemaslah Jumiati. Ia lantas<br />
mengumpulkan dokumen-dokumen Marti<br />
atau yang di Wan Chai dikenal dengan nama<br />
Aliz dan segera melapor ke polisi.<br />
Marti terakhir kali mengontak orang-orang<br />
dekatnya di Hong Kong pada Minggu, 26<br />
Oktober. Kamera pengawas J Residence<br />
merekam perempuan asal Cilacap, Jawa<br />
Tengah, itu masuk apartemen Jutting pada<br />
Senin malam, 27 Oktober 2014, dan diyakini<br />
oleh polisi dibunuh saat itu juga.<br />
Jutting pada malam itu sempat ke bar Old<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Polisi mengambil sampel darah<br />
dari keluarga Sumarti Ningsih di<br />
Cilacap, Jawa Tengah.<br />
ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />
China Hand di Wan Chai dan memesan bir<br />
Inggris. “Dia datang dengan wajah kusut,” kata<br />
seorang pegawai bar kepada Telegraph. “Saya<br />
bertanya apakah dia baik-baik saja, dan dia<br />
menjawab tidak apa-apa.”<br />
Pada Senin, 3 November 2014, Jumiati<br />
mendatangi kamar mayat Victoria Public<br />
Mortuary di Sai Wan. Benar, perempuan di<br />
koper itu Marti. “Ini yayuk (kakak) saya, ini<br />
keluarga saya,” kata Jumiati.<br />
Teman-teman dekat Jesse juga segera<br />
melapor ke Konsulat Jenderal RI. Sumber<br />
majalah detik yang mengikuti pelaporan itu<br />
menceritakan, mereka menyerahkan paspor<br />
Jesse pada Minggu, 2 November 2014. “KJRI<br />
baru berani mengumumkan pada 4 November,”<br />
ujarnya.<br />
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael<br />
Tene, mengatakan saat ini pihaknya berfokus<br />
pada usaha pemulangan jenazah kedua korban.<br />
“Sampai hari ini, Konjen RI di Hong Kong dalam<br />
proses memenuhi ketentuan pengembalian<br />
jenazah,” ujarnya.<br />
Demi keperluan pemulangan itu, Polri<br />
sudah mengumpulkan sampel DNA keluarga<br />
Marti dan Seneng. Anggota tim Kedokteran<br />
dan Kesehatan Polda Jawa Tengah, Ajun<br />
Komisaris Besar Hastry, mengatakan sudah<br />
mengumpulkan sampel darah, sidik jari pada<br />
ijazah Marti, juga informasi soal ciri fisik khusus,<br />
seperti banyak bintik hitam di bawah dagu<br />
perempuan tersebut.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Suasana kawasan hiburan<br />
malam di Distrik Wan Chai,<br />
Hong Kong. Seneng Mujiarsih<br />
dan Sumarti Ningsih diduga<br />
bekerja di daerah ini.<br />
AFP<br />
Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor<br />
Muna Barat Ajun Komisaris Besar Sempana<br />
Sitepu mengatakan anak buahnya sudah<br />
mengambil sampel darah dan air liur dari<br />
keluarga Seneng.<br />
●●●<br />
Rurik Jutting terlihat tenang ketika menjalani<br />
sidang pendahuluan kasus pembunuhan<br />
ganda pada Senin, 3 November 2014. Dia<br />
menyatakan paham saat ditanya hakim soal<br />
kasus pembunuhan dua perempuan Indonesia<br />
yang disangkakan kepadanya.<br />
Kasus ini langsung jadi gunjingan di kalangan<br />
pekerja Wan Chai dan kaum ekspatriat di Hong<br />
Kong. Pembunuhan, apalagi yang brutal seperti<br />
yang dituduhkan kepada Jutting, amat jarang<br />
terjadi di Hong Kong.<br />
Pada paruh pertama tahun ini, cuma<br />
ada 14 kasus pembunuhan di Hong Kong.<br />
Pembunuhan oleh ekspatriat lebih jarang lagi.<br />
Pembunuhan oleh orang asing di Hong Kong<br />
terakhir kali terjadi pada 2 November 2003.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Kantor Bank of America Merrill<br />
Lynch di London tempat Rurik<br />
Jutting bekerja. Bank ini<br />
menyatakan Jutting sudah tak<br />
bekerja buat mereka ketika<br />
pembunuhan terjadi.<br />
AFP<br />
Saat itu Nancy Kissel membius suaminya,<br />
bankir Merrill Lynch Asia, Robert Kissel, lalu<br />
memukulnya menggunakan patung hingga<br />
tewas.<br />
Lantas mengapa Jutting sampai membunuh?<br />
Polisi menduga pembunuhan itu berkaitan<br />
dengan perilaku aneh Jutting dalam sepekan<br />
terakhir.<br />
Ia tidak masuk kantor sejak Senin, 27 Oktober<br />
2014. Bank of America Merrill Lynch dalam<br />
pernyataan resminya menyebutkan Jutting<br />
sudah tidak lagi bekerja di perusahaannya, tapi<br />
tidak menjelaskan apakah ia mengundurkan<br />
diri atau dipecat.<br />
Pada hari dia diduga membunuh Marti, Jutting<br />
menuliskan status di Facebook yang banyak<br />
diartikan sebagai pesan bunuh diri. “Terjun<br />
dari tepian, beban pun hilang, perjalanan baru<br />
dimulai,” tulisnya. “Takut dan cemas, tapi juga<br />
senang. Yang sulit cuma langkah pertamanya<br />
saja.”<br />
Polisi menduga Jutting stres karena izinnya<br />
sebagai pialang yang disponsori oleh Bank of<br />
America Corp habis pada Senin, 27 Oktober<br />
2014. Lisensi sekuritas Jutting dengan Otoritas<br />
Moneter Hong Kong juga berakhir pada<br />
tanggal yang sama.<br />
Kedua izin wajib itu tak diperpanjang oleh<br />
otoritas setempat. Penegak hukum masih<br />
menelusuri kemungkinan Jutting sebagai<br />
pialang nakal sehingga izinnya dicabut.<br />
Kepastian motif pembunuhan baru ketahuan<br />
dalam persidangan yang dimulai Senin, 10<br />
November 2014. Pengacara Jutting, Martyn<br />
Richmond, mengatakan, sejak ditangkap hingga<br />
sidang pendahuluan, kliennya diinterogasi<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Sumiarti saat bersantai di Hong<br />
Kong.<br />
DOK. PRIBADI/FACEBOOK<br />
secara maraton. Jutting juga menjalani reka<br />
ulang pembunuhan pada Jumat, 7 November<br />
2014.<br />
Hingga kini, kepolisian Hong Kong belum<br />
menjelaskan alasan Seneng dan Marti<br />
yang dipilih jadi korban dari sekian banyak<br />
perempuan di Wan Chai. Jutting mungkin<br />
pertama kali bertemu dengan Seneng di bar<br />
Queen Victoria. Bar itu langganan Jutting,<br />
sementara Seneng sering terlihat di sana dan<br />
mungkin jadi disc jockey di sana.<br />
Namun seorang kenalan Jutting mengatakan<br />
kepada Telegraph, “Jutting lebih suka perempuan<br />
Indonesia. Semakin liar perempuannya,<br />
semakin dia suka.” ■ IRWAN NUGROHO, ISFARI HIKMAT,<br />
BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHINTAMI, BERBAGAI SUMBER | OKTA WIGUNA<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
SUKA DAN DERITA TKI<br />
SEKITAR setengah dari<br />
total pekerja rumah tangga<br />
asing di Hong Kong berasal<br />
dari Indonesia. Hong Kong<br />
memang relatif ramah buat<br />
tenaga kerja Indonesia karena<br />
mereka bekerja layaknya<br />
karyawan.<br />
Ada ketentuan kerja delapan<br />
jam sehari dan mendapat<br />
libur sehari. Jika pekerja<br />
tak mengambil libur, majikan<br />
harus membayar uang lembur.<br />
Namun kasus pembunuhan<br />
Seneng Mujiasih, 29 tahun,<br />
dan Sumarti Ningsih, 23<br />
tahun, menguak kenya taan<br />
bahwa Hong Kong tak selalu<br />
jadi surga buat TKI. Belitan<br />
utang biaya rekrutmen,<br />
perlakuan buruk majikan<br />
dan perusahaan rekrutmen,<br />
hingga kasus overstay membuat<br />
pemerintah Indonesia<br />
dan Hong Kong disorot oleh<br />
International Labour Organization.<br />
TENAGA KERJA INDONESIA<br />
3.965.000 orang<br />
di 142 negara<br />
187.000<br />
orang<br />
TKI DI HONG KONG<br />
165.000<br />
PEKERJA RUMAH TANGGA<br />
(Total PRT di Hong Kong: 320.000)<br />
JENIS KELAMIN:<br />
USIA:<br />
99,9% 21-35<br />
perempuan<br />
0,01%<br />
laki-laki<br />
tahun<br />
GAJI:<br />
TUNJANGAN MAKAN:<br />
HK$ 4.010 HK$ 920<br />
( RP 6,3 juta )<br />
( RP 1,4 juta )<br />
MASALAH TKI DI HONG KONG<br />
1. Terbelit utang biaya rekrutmen<br />
hingga Rp 30 juta, dicicil 6-7<br />
kali.<br />
5. Disita paspor oleh majikan<br />
atau perusahaan penyalur<br />
9. Mengalami kekerasan fisik<br />
dan seksual<br />
2. Visa bermasalah (bekerja<br />
dengan visa turis)<br />
6. Tak digaji atau penundaan<br />
pembayaran upah<br />
10. Diperas dan disekap oleh<br />
perusahaan penyalur tenaga<br />
kerja<br />
3. Kontrak kerja tidak sesuai janji<br />
awal<br />
4. Tertipu soal kondisi dan jenis<br />
pekerjaan<br />
7. Dikurung oleh majikan<br />
8. Bekerja lebih lama dari<br />
ketentuan jam kerja dan tanpa<br />
hari libur<br />
374<br />
Kasus keimigrasian TKI<br />
di Hong Kong pada 2013,<br />
mayoritas karena overstay<br />
OKTA WIGUNA | SUMBER: KJRI HONG KONG, BANK INDONESIA, BNP2TKI, ILO | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
JAGAL TKI<br />
DARI<br />
LONDON<br />
KAYA RAYA DAN LULUSAN<br />
UNIVERSITAS TERKEMUKA. JADI<br />
ANEH SETELAH TUNANGANNYA<br />
BERSELINGKUH. PUNYA HOBI<br />
PESTA SEKS, LALU MEMBUNUH<br />
DUA TKW. MERASA TIDAK GILA.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Rurik Jutting berfoto bersama<br />
mantan pacarnya, Ariane<br />
Guarin.<br />
DAILY/REUTERS<br />
SARAH Butt masih shock. Ia tidak<br />
percaya pria yang pernah menjadi<br />
tunangannya, Rurik Jutting, membunuh<br />
dua perempuan tenaga kerja<br />
Indonesia di Hong Kong secara brutal.<br />
Kini pria bernama lengkap Rurik George<br />
Caton Jutting itu meringkuk di penjara Hong<br />
Kong setelah membunuh Seneng Mujiarsih<br />
alias Jesse Lorena dan Sumarti Ningsih alias<br />
Aliz. Dua TKI yang bekerja sebagai disc jockey<br />
itu dibunuh dan dimutilasi secara sadis.<br />
“Jutting tidak pernah bertingkah aneh selama<br />
ini,” ujar Sarah kepada temannya.<br />
Sarah berkenalan dengan Jutting pada 2010,<br />
saat bekerja di Barclays Capital, London. Pasangan<br />
ini berpisah setelah Sarah ketahuan<br />
mencium seorang pria di sebuah bar di New<br />
York.<br />
“Saat itu Sarah hanya gadis 24 tahun yang<br />
ingin sedikit bersenang-senang di New York.<br />
Ia tidak menikah atau bertunangan. Ciuman<br />
itu dianggapnya tidak serius, tapi Jutting<br />
menganggapnya terlalu serius,” teman Sarah<br />
mengisahkan.<br />
Jutting memutus pertunangannya dengan<br />
Sarah pada 2012. Sejak saat itu, ia tidak pernah<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Jutting (kedua dari kiri) saat<br />
berlibur bersama mantan<br />
kekasihnya asal Filipina, Yani<br />
(ketiga dari kiri). Jutting gemar<br />
memamerkan foto ia tengah<br />
dikelilingi banyak perempuan<br />
Asia.<br />
DAILY MAIL<br />
lagi mau berbicara de ngan perempuan yang<br />
bekerja di Goldman Sachs tersebut. Ia juga<br />
tidak pernah berkomunikasi lewat media sosial.<br />
Jutting pun berubah drastis. Ia berhubungan<br />
dengan gadis yang berbeda-beda. Dari temannya,<br />
Sarah mendapat kabar mantan tunangannya<br />
itu sering gonti-ganti pacar.<br />
Bukan hanya Sarah, para lulusan Winchester<br />
College, Surrey, Inggris, juga tidak percaya Jutting<br />
bisa melakukan pembunuhan brutal. Ia tercatat<br />
sebagai murid dengan prestasi menonjol,<br />
atletis, dan populer di kelompoknya.<br />
Teman-temannya menganggap Jutting sebagai<br />
seorang remaja SMA yang “terlalu sempurna”.<br />
“Jadi saya tahu Rurik menonjol saat di<br />
sekolah. Agak mengganggu. Dia cukup aneh,”<br />
kicau Thomas MacThomas melalui akun Twitter-nya.<br />
Belakangan, milis angkatan Thomas banyak<br />
berbicara mengenai Jutting. Thomas dan temantemannya<br />
terperanjat mengetahui pembunuhan<br />
yang menggemparkan tersebut.<br />
Rekan seangkatan yang berkali-kali duduk<br />
sekelas dengannya menyebutkan Jutting lebih<br />
sering tampil sebagai panut an bagi temantemannya.<br />
Masa lalunya jauh dari sejarah sadisme.<br />
Jutting merupakan anak pertama dari dua<br />
bersaudara. Ayahnya, Graham, adalah seorang<br />
insinyur, sementara ibunya, Helen, seorang<br />
guru. Helen bekerja sebagai pengajar kelas<br />
khusus anak balita di sebuah sekolah pendidikan<br />
anak usia dini di Surrey.<br />
Keluarga ini pun tergolong mapan. Setelah<br />
Jutting lulus dari Winchester College, Graham<br />
dan Helen membeli rumah bergaya Victoria di<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Pengunjung meninggalkan<br />
gedung Bank of America<br />
Merrill Lynch Financial Centre<br />
di London, Inggris. Jutting<br />
bekerja sebagai bankir dan<br />
pialang di bank ini.<br />
CHRIS RATCLIFFE/BLOOMBERG VIA GETTY<br />
IMAGES<br />
Cobham yang dibangun pada 1861. Rumah ini<br />
merupakan salah satu bangunan heritage yang<br />
mengilhami ilustrator dongeng anak, Ernest<br />
Shepard, untuk melukis sampul buku Wind in<br />
the Willows. Harga rumah ini dipatok mencapai<br />
1,1 juta pound sterling atau sekitar Rp 21,15<br />
miliar.<br />
Jutting juga tercatat memiliki prestasi gemilang<br />
selama menempuh pendidikan. Lepas dari<br />
Winchester College, ia sanggup menempuh<br />
pendidikan di Peterhouse College, Cambridge<br />
University, pada sekitar 2000.<br />
Semasa kuliah, ia aktif dalam organisasi<br />
Cambridge University History Society (CLIO).<br />
Organisasi ini merupakan klub yang kerap<br />
mengadakan diskusi dan acara sosialita. Jutting<br />
tercatat pernah duduk sebagai Sekretaris CLIO.<br />
Pascakuliah, karier Jutting di sektor perbankan<br />
moncer. Awalnya, ia menimba pengalaman<br />
perbankan di Barclays, yang berkantor<br />
di Canary Wharf, London, Inggris. Di sinilah ia<br />
bertemu dengan Sarah. Namun pekerjaan ini<br />
hanya ia tekuni dua tahun.<br />
Pada 2010, ia melanjutkan pekerjaan ke Bank<br />
of America Merrill Lynch di Inggris di bagian<br />
penjualan pasar modal.<br />
Selama bekerja, Jutting tercatat sebagai pria<br />
dengan kehidupan glamor. Ia sering menikmati<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Petugas forensik<br />
mengevakuasi jasad korban<br />
pembunuhan dari apartemen<br />
Rurik Jutting di Hong Kong.<br />
Polisi menemukan apartemen<br />
Jutting berantakan dan penuh<br />
cipratan darah.<br />
AFP<br />
liburan di klub ski salju untuk kalangan elite di<br />
Courchevel, Pegunungan Alpen, Swiss. Di London,<br />
ia tercatat pernah bersantai di klub pribadi<br />
Shoreditch.<br />
Soal asmara, Jutting tidak kalah glamornya.<br />
Putus dari Sarah, ia mengencani salah seorang<br />
model majalah pria dewasa keturunan Jamaika<br />
di Inggris, Sonya Dyer. Model kulit hitam ini<br />
muncul dalam video majalah pria dewasa, CandyMag<br />
UK, pada 2010.<br />
Ia dikenal dengan nama Sonya “Milkshake”<br />
karena mengguyur tubuhnya dengan susu ketika<br />
beraksi di depan kamera. Namun penyebab<br />
keduanya putus hubungan tidak diketahui.<br />
Kehidupan glamor Jutting terus berlanjut ketika<br />
ia dipindahkan ke Hong Kong pada 2013.<br />
Ia dikenal sebagai lelaki yang kerap menggelar<br />
pesta bersama gadis-gadis Asia. Jutting beberapa<br />
kali mengajak teman-teman perempuan<br />
Asia-nya makan malam di restoran mewah.<br />
Pesta Jutting ini terjejak dalam akun Facebooknya.<br />
Bukan hanya itu, flat milik Jutting dikenal sebagai<br />
domisili ekspatriat di Wan Chai. Kamar<br />
itu memiliki harga sewa sela ngit, yakni 2.000<br />
pound sterling per bulan.<br />
Namun nasib tak berpihak. Baru menjejak<br />
selama setahun, Jutting menemui kartu mati<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Seorang perempuan memotret<br />
bangunan J Residence di<br />
Johnston Road, Hong Kong.<br />
Apartemen Jutting di lantai 31<br />
jadi lokasi pembunuhan dua<br />
perempuan asal Indonesia.<br />
LAM YIK FEI/GETTY IMAGES<br />
kariernya. Pemerintah mencabut izin lisensi<br />
praktek perbankan milik Jutting.<br />
Namun juru bicara Bank of America Merrill<br />
Lynch Hong Kong, Paul Conlan, menyebutkan<br />
Jutting masih terdata sebagai pegawai perusahaannya<br />
ketika menghadapi persidangan awal<br />
kasus pembunuhan dua TKI di Hong Kong.<br />
Sayang, Paul tak mau memberikan keterangan<br />
lebih lanjut mengenai status pekerjaan Jutting.<br />
Pascaprahara karier inilah Jutting melakukan<br />
aksi brutal terhadap Seneng dan Sumarti.<br />
Pihak berwenang menduga dua TKI Indonesia<br />
hanya sebagian korbannya. Telepon seluler<br />
yang dikantongi penyidik menyimpan 2.000<br />
foto seksi dan adegan sadisme.<br />
Beragam spekulasi pun menyeruak. Media<br />
menjuluki Jutting sebagai “American Psycho”.<br />
Pasalnya, aksi Rurik tersebut mirip dengan adegan<br />
film thriller yang diproduksi Hollywood.<br />
Spekulasi penyakit psikologis ini makin ramai<br />
karena, pada saat-saat terakhir sebelum melakukan<br />
pembunuhan, signature dalam surat<br />
elektronik (e-mail) Jutting menyebutkan dirinya<br />
adalah psikopat.<br />
“Saya keluar dari kantor. Untuk waktu tak<br />
terbatas. Untuk pertanyaan yang mendesak,<br />
atau memang ada pertanyaan, silakan menghubungi<br />
seseorang yang bukan psikopat gila,”<br />
tulisnya.<br />
Namun, ketika diperiksa polisi, Jutting secara<br />
terus terang mengakui perbuatannya. “Yes, I kill<br />
them,” kata Jutting.<br />
Tapi ia menegaskan dirinya tidak gila. Ia hanya<br />
ingin segala proses hukum segera selesai<br />
dan ia siap menjalani hukumannya. ■<br />
ARYO BHAWONO | DAILYMAIL | THETELEGRAPH | IBTIMES |<br />
HUFFINGTONPOST<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
KISAH TRAGIS<br />
DJ ALIZ<br />
CUMA LULUS SD. MERANTAU KE JAKARTA, BANGKA<br />
BELITUNG, HINGGA HONG KONG SEJAK ABG. BERMULA<br />
DARI MENJADI PRT, LALU MENJADI DJ. PERNAH AKAN<br />
DIPERKOSA MAJIKAN SEBELUM AKHIRNYA DIBUNUH<br />
SECARA SADIS.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Sumarti Ningsih bersama<br />
teman-temannya di Hong<br />
Kong.<br />
FACEBOOK<br />
dibunuh orang kok saya<br />
tidak punya firasat apa-apa,”<br />
ujar Suratmi, sedih. Mata perempuan<br />
49 tahun itu terus “ANAK<br />
berkaca-kaca saat memandangi foto putrinya,<br />
Sumarti Ningsih, di layar handphone. Foto selfie<br />
itu diambil ketika anaknya mudik saat Lebaran,<br />
Agustus 2014.<br />
Ratmi jadi ingat mimpinya belum lama ini.<br />
Anaknya yang kadang dipanggilnya dengan<br />
nama Marti atau kadang Ning itu tiba-tiba<br />
saja mengatakan akan pulang dari Hong Kong.<br />
Sang ayah, Ahmad Kaliman, pun heran. “Bapaknya<br />
bilang, ‘Kerja baru sebentar kok sudah<br />
pulang?’ Tapi saya pikir itu cuma mimpi saja,<br />
tak ada firasat lain,” cerita Ratmi saat ditemui<br />
majalah detik di rumahnya, Desa Gandrungmangu,<br />
Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap,<br />
Jawa Tengah.<br />
Sebulan lalu, Marti menelepon Ratmi. Ia<br />
menanyakan kabar orang tuanya, juga anak semata<br />
wayangnya yang baru berumur 5 tahun.<br />
Bocah laki-laki itu diasuh kakek-neneknya selama<br />
Marti merantau di negeri orang.<br />
Marti juga bercerita visa kunjungannya di<br />
Hong Kong akan habis, sehingga ia harus secepatnya<br />
pulang ke Indonesia. Ia hanya mendapatkan<br />
visa kunjungan ke Hong Kong selama<br />
satu bulan, 4 Oktober hingga 3 November<br />
2014. Ia pun sudah memesan tiket pesawat<br />
Cathay Pacific untuk Senin, 3 November itu.<br />
Sungguh tidak dinyana, bukan senyum dan<br />
pelukan hangat sang anak yang tiba di hadapan<br />
Ratmi. Di hari yang ditunggu itu, justru polisi<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Rurik George Caton Jutting,<br />
mantan karyawan Bank of<br />
America Corp, meninggalkan<br />
pengadilan dengan dakwaan<br />
pembunuhan dua wanita di<br />
sebuah apartemen di Hong<br />
Kong, Senin (3/11).<br />
LAM YIK FEI/BLOOMBERG VIA GETTY<br />
IMAGES<br />
yang datang, mengabarkan putrinya di Hong<br />
Kong dianiaya orang.<br />
Tidak berapa lama, Jumiati, sepupu yang<br />
juga menjadi buruh migran Indonesia di Hong<br />
Kong, menelepon. “Marti sudah tewas, Wak.<br />
Kondisinya pun tidak layak lagi,” ujar Jumiati.<br />
Ratmi pun terguncang mendengar kabar itu.<br />
Ini kabar yang sungguh memukulnya. “Saya<br />
tak terima anak saya disakiti seperti itu sampai<br />
meninggal,” kata Suratmi.<br />
Sang ayah pun meminta agar pelaku pembunuhan,<br />
Rurik George Caton Jutting, bankir<br />
asal Inggris, dihukum mati. Ahmad meminta<br />
agar jenazah Sumarti<br />
dipulangkan ke Indonesia.<br />
“Bilang, kalau<br />
(pelaku) tidak dihukum<br />
mati, Bapak tidak<br />
ikhlas,” kata Ahmad.<br />
●●●<br />
Marti merupakan<br />
anak ketiga dari<br />
empat bersaudara<br />
pasangan Ahmad Kaliman dan Suratmi. Anak<br />
pertama adalah Suyani, 32 tahun, lalu Suyitno<br />
(25), dan si bungsu Rokhmat (15). Marti lahir<br />
pada April 1991 saat Ahmad masih bertransmigrasi<br />
di Kalimantan.<br />
Menjadi transmigran tidak banyak membawa<br />
keberuntung an pada keluarga Ahmad.<br />
Kehidup annya tetap sulit sehingga ketiga<br />
anaknya, Suyani, Suyitno, dan Marti, hanya<br />
mampu tamat sekolah dasar.<br />
Ahmad mengenang, di masa kecilnya, Marti<br />
termasuk anak yang ceria, cerdas, dan penuh<br />
semangat dalam belajar. Sa yang, kondisi keluarga<br />
yang tidak berkecukupan membuatnya<br />
bernasib sama dengan kakak-kakaknya, hanya<br />
tamat SD.<br />
Di kampung Marti memang banyak anak<br />
yang hanya tamat SD. Mereka, dengan bekal<br />
pendidikan minim, kemudian memilih merantau<br />
meninggalkan kampung yang tidak ba nyak<br />
memberikan pilihan pekerjaan. Di kampung<br />
itu, ada seorang agen perusahaan jasa tenaga<br />
kerja Indonesia (PJTKI) bernama Sudiono, yang<br />
sering berkeliling membujuk warga agar mau<br />
bekerja di luar negeri.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Ahmad Kaliman dan Suratmi<br />
menunjukkan ijazah sekolah<br />
dasar Sumarti Ningsih,<br />
putrinya yang menjadi korban<br />
pembunuhan sadis di Hong<br />
Kong.<br />
ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />
Salah satu yang ikut Sudiono adalah Suyani.<br />
Kakak sulung Marti itu sudah 7 tahun ini hilang<br />
tidak tentu rimbanya. “Dulu Yani pergi dibawa<br />
Sudiono. Sekarang Sudiono kalau ditanya di<br />
mana Yani, jawabnya tak pernah jelas,” kata<br />
Ratmi mengeluh.<br />
Suyitno, kakak kedua Marti, juga pergi merantau.<br />
Ia menjadi buruh migran di Brunei.<br />
Melihat kedua kakaknya dan teman-temannya<br />
pergi merantau, Marti pun ingin menjajal hal<br />
yang sama. Saat umurnya masih 16 tahun,<br />
Marti pamit me rantau ke Jakarta seorang diri.<br />
Ia melamar sebagai pembantu rumah tangga.<br />
Sempat ditolak karena masih di bawah umur,<br />
Marti akhirnya mendapatkan pekerjaan. Menjadi<br />
PRT di Jakarta, ia mendapat gaji sekitar Rp<br />
1 juta. Tapi Marti merasa uang itu terlalu kecil<br />
bila ia masih harus mengirim uang untuk keluarganya.<br />
Ia juga merasa pekerjaannya terlalu<br />
berat.<br />
“Kerja jadi babu kok sampai jam sepuluh<br />
malam. Saya bilang, ‘Ya sudah, jangan kerja<br />
dulu. Saya di sawah kan masih bisa makan,’”<br />
kata Ahmad.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Sepeda motor yang dibeli<br />
Sumarti Ningsih untuk adiknya<br />
yang masih sekolah.<br />
ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />
Tapi Marti tidak mau pulang kampung.<br />
Melalui sebuah yayasan di Jatinegara, ia kemudian<br />
pindah kerja ke Bangka Belitung. Di sini,<br />
ia menjadi pengasuh bayi bagi seorang polisi<br />
dengan gaji Rp 1,5 juta. Sebulan setelah pindah<br />
ke Bangka Belitung, Marti baru memberi tahu<br />
bapaknya lewat telepon.<br />
“Saya dikasih (duit) kalau (dia) gajian, (sebesar)<br />
Rp 500 ribu, untuk dia satu juta. Itu kadang<br />
dipotong yayasan,” kata Ahmad.<br />
Saat bekerja di Bangka itulah Marti bertemu<br />
dengan Subadar. Keduanya terlibat hubungan<br />
cinta. Marti hamil dan minta dinikahi. Ternyata<br />
Subadar sudah beristri. Marti merasa dibohongi.<br />
Tanpa restu istri pertama, akhirnya Subadar<br />
menikahi Marti secara siri. Setelah menikah,<br />
Marti meminta Subadar tinggal dengan istri<br />
pertamanya. Saat Marti akan melahirkan, Subadar<br />
datang dengan membawa uang Rp 900<br />
ribu. Namun ia hanya menginap satu malam<br />
dan kemudian pergi. Itu merupakan satu-satunya<br />
kunjung an yang dilakukan Subadar. Sampai<br />
anaknya berumur 5 tahun, ia tidak pernah<br />
menengoknya lagi.<br />
Setelah 40 hari melahirkan, Marti memutuskan<br />
kembali bekerja di Bangka. Ia tidak bisa<br />
berlama-lama menganggur karena anaknya<br />
butuh susu dan makan. Ternyata, di Bangka,<br />
Subadar terus mendekatinya. Marti pun memutuskan<br />
merantau ke tempat yang lebih jauh<br />
lagi. Kebetulan dua sepupunya, Jumiati dan Susani,<br />
bekerja di Hong Kong.<br />
“Kepada Marti, mereka bilang, ‘Kamu kerja<br />
di Indonesia kan gajinya enggak bisa lebih. Untuk<br />
makan saja sulit, yuk ke Hong Kong,’” kisah<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Sumarti Ningsih sedang beraksi<br />
sebagai DJ di salah satu pub di<br />
kawasan Wan Chai.<br />
FACEBOOK<br />
Ratmi.<br />
Maka, sekitar April 2011, Marti berangkat ke<br />
Hong Kong. Ia memakai agen PT Arafah Bintang<br />
Perkasa. Perusahaan ini dikenal sebagai<br />
PJTKI yang nakal dan kerap bermasalah. Tahun<br />
2010, perusahaan penampung ini digerebek.<br />
Ratusan TKI dibebaskan.<br />
Menurut Direktur Migrant Care Anis Hidayah,<br />
PT Arafah adalah PJTKI yang abai terhadap<br />
pengawasan TKI di luar nege ri. Perusahaan<br />
ini hanya mengejar potongan yang disalurkan<br />
para TKI saja. “Apakah (TKI) mau disiksa, mau<br />
diapa-apakan, PT itu tak peduli,” kata Anis kepada<br />
majalah detik.<br />
Marti pun bernasib malang karena memakai<br />
PT Arafah. Gajinya per bulan, sebesar Rp 4,5<br />
juta, harus dipotong selama 7 bulan untuk<br />
melunasi biaya pemberangkatannya ke Hong<br />
Kong.<br />
Oleh majikan pertama, Marti tidak digaji<br />
selama satu bulan. Ia pun melapor KBRI dan<br />
kemudian dipindah majikan. Apesnya, majikan<br />
kedua pun malah lebih jahat dari majikan<br />
pertama. “Ia ngeluh majikannya maunya memperkosa<br />
terus,” cerita sang ayah.<br />
Karena tidak tahan, baru empat bulan Marti<br />
lari dari maji kannya tanpa paspor. Ia menyeberang<br />
ke Makau dan bekerja di sebuah<br />
restoran dengan gaji Rp 6,5 juta. Petualangan<br />
di Hong Kong ini dijalani Marti selama dua<br />
tahun delapan bulan. Ia pulang pada 2013.<br />
Tidak betah berlama-lama di rumah, Marti<br />
ke Jakarta pada Mei 2013. Kali ini ia ke Ibu<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Sumarti Ningsih<br />
FACEBOOK<br />
Kota bukan untuk bekerja, melainkan kursus<br />
menjadi disc jockey (DJ) selama lima bulan.<br />
Lalu, ia melanjutkan ke Yogyakarta selama<br />
satu bulan. Namun, setelah bisa, ia bingung<br />
karena Cilacap hanya kota kecil yang tidak<br />
banyak memiliki tempat hiburan malam. Karena<br />
itu, ia memutuskan kembali ke Hong<br />
Kong.<br />
Trauma dengan PJTKI, Marti pergi de ngan<br />
visa kunjungan pada Juli 2013. Dengan bekal<br />
sertifikat kursus DJ, Marti menjajal karier sebagai<br />
DJ. Di akun Facebook-nya, Marti, yang<br />
memakai nama Ningsih Aliz Arnovan, beberapa<br />
kali mengunggah foto ia tengah beraksi di<br />
depan papan musik.<br />
Salah satu foto diberi tulisan “my new job”.<br />
Pada foto lainnya, ia memberi penjelasan DJAliz.<br />
Aliz itulah nama beken Marti di Hong Kong.<br />
Ia tampaknya menikmati pekerjaan barunya.<br />
Kepada seorang teman yang berkomentar di<br />
lamannya, Marti me-reply dengan jawaban<br />
“fun job”.<br />
Di akun Facebook-nya itu, ia juga memasang<br />
foto bersama sang pacar yang juga seorang DJ.<br />
Pria itu berasal dari Yogyakarta.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Rumah sederhana keluarga<br />
Sumarti Ningsih di Desa<br />
Gandrungmangu, Kecamatan<br />
Gandrungmangu, Cilacap.<br />
ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />
Marti berada di Hong Kong nyaris setahun<br />
dan baru pulang saat Lebaran 2014. Setelah<br />
itu, ia kembali mendapatkan visa kunjungan ke<br />
Hong Kong pada 4 Oktober 2014, yang berlaku<br />
selama satu bulan.<br />
Selama bolak-balik ke Hong Kong, ia kerap<br />
mengirimkan uang. Uang itu berada di rekening<br />
pribadi yang dipegang orang tuanya. Jumlahnya<br />
besar. Menurut data yang diperoleh<br />
majalah detik, misalnya, sepanjang Oktober<br />
tahun ini, Marti tiga kali mengirim uang yang,<br />
jika ditotal, bisa berjumlah sekitar Rp 45 juta.<br />
Berdasarkan buku tabungan, saldo tabungan<br />
Marti pada Juli 2014 sebesar Rp 116 juta.<br />
Ahmad mengaku, dari uang anaknya itu, ia<br />
dapat merenovasi rumah dan membeli perabotan-perabotan,<br />
seperti televisi. Marti<br />
juga membelikan handphone dan sepeda<br />
motor untuk adiknya.<br />
“Dulu, kalau sekolah jalan kaki (memakan<br />
waktu) setengah jam, dengan motor bisa 15<br />
menit. Tapi ini motor patungan dengan Mas<br />
Suyitno,” Rokhmat mengisahkan.<br />
Sampai kematian anaknya, Ratmi tidak tahu<br />
apa sebe tulnya pekerjaan Marti. Ia percaya<br />
Marti bekerja di restoran seperti pengakuannya<br />
selama ini, bukan pekerja seks seperti<br />
yang ramai diberitakan. Ratmi pun tidak terlalu<br />
mempedulikan apa pekerjaan anaknya. Yang<br />
terpen ting, kini ia membesarkan cucunya yang<br />
ditinggal mati sang ibu. “Saya kenang yang<br />
bagus-bagus saja,” ujar Ratmi, pilu. ■<br />
ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN | IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 10 - - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
PETAKA<br />
JESSE LORENA<br />
KELUARGA MEMBANTAH KABAR BAHWA<br />
SENENG MUJIARSIH ALIAS JESSE LORENA<br />
BEKERJA SEBAGAI PEKERJA SEKS DI<br />
WAN CHAI. YANG MEREKA TAHU, SENENG<br />
BEKERJA DI RESTORAN.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Seneng Mujiarsih sedang<br />
pelesir di Hong Kong.<br />
FACEBOOK<br />
DUKA menyergap keluarga Mujiarjo<br />
tiba-tiba. Sudah berhari-hari sang<br />
istri, Jumineng, berkali-kali jatuh<br />
pingsan. Semua gara-gara kabar paling<br />
menyedihkan yang menimpa putri mereka,<br />
Seneng Mujiarsih.<br />
Adalah Ilo Rahayu yang membawa kabar<br />
tragis itu lewat telepon pada Senin, 3 November<br />
2014. Hari masih pagi, pukul 09.00, tapi<br />
teman sepermainan Seneng yang juga bekerja<br />
di Hong Kong itu memberi kejutan paling sulit<br />
dipercaya Mujiarjo: Seneng tewas dibunuh<br />
orang.<br />
Pendengaran Mujiarjo sudah berkurang, ia<br />
khawatir salah dengar apa yang diucapkan Ilo.<br />
Ia lantas meminta kakak Seneng, Sriwantoro,<br />
menelepon rekan putrinya yang lain yang juga<br />
di Hong Kong, Jami. Bukannya dibantah, kabar<br />
itu dibenarkan Jami.<br />
“Langsung saya kabari orang tua. Setelah itu,<br />
Ibu langsung jatuh pingsan,” ujar Sriwantoro<br />
kepada majalah detik.<br />
Seneng merupakan anak kedua pasangan<br />
Mujiarjo dan Jumineng. Sriwantoro, 30 tahun,<br />
sudah menikah dan punya dua anak.<br />
Mujiarjo berasal dari Yogyakarta dan menjadi<br />
transmigran di Desa Sidomakmur, Muna<br />
Barat, Sulawesi Tenggara, sejak 1983. Mujiarjo,<br />
dibantu Sriwantoro, menjadi petani cokelat,<br />
jambu mede, dan kelapa.<br />
Namun hasil pertaniannya ternyata tidak<br />
mampu mengerek ekonomi keluarga. “Hanya<br />
bertani di kebun. Kadang setahun pun enggak<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Seneng beraksi sebagai disc<br />
jockey.<br />
FACEBOOK<br />
berbuah,” cerita Suripto, paman Seneng, kepada<br />
majalah detik.<br />
Ekonomi keluarga itu morat-marit. Seneng pun<br />
hanya bisa menyelesaikan pendidikan sampai<br />
SMA. Ia menjalani pendidikannya di sekitar Pulau<br />
Muna, dari SD Marundu, SMP I Timur Kepulauan<br />
(Tikep), dan terakhir SMA 1 Tikep.<br />
Tidak aneh, begitu lulus SMA, Seneng<br />
bertekad merantau. Orang tuanya pun tidak<br />
berkeberatan dengan keputusan tersebut. “Di<br />
kampung, untuk makan sehari-hari saja tidak<br />
mencukupi. Akhirnya anaknya ada yang mau<br />
jadi TKI, ya terus diizinkan,” ujar Suripto.<br />
Kebetulan Buhairi sering datang ke Desa Sidomakmur.<br />
Pria yang 15 tahun tinggal di Muna<br />
itu sering menawari para wanita bekerja ke luar<br />
negeri. Mereka yang tergoda lantas diantar pria<br />
beristri dua itu ke Banyuwangi, Jawa Timur.<br />
Seneng, yang sudah bulat ingin merantau,<br />
setuju ikut Buhairi ke Banyuwangi. Saat itu tahun<br />
2007. Bersama Seneng, ada empat wanita<br />
lainnya yang ikut Buhairi. Beberapa waktu kemudian,<br />
setelah Seneng ikut Buhairi ke Banyuwangi,<br />
keluarga mendapat kabar dia sudah<br />
berada di Hong Kong.<br />
“Kalau dari Muna dulu hanya pakai surat<br />
jalan menuju ke Jawa. Setelah itu, kita tak<br />
tahu mengurus surat-suratnya ke Hong Kong<br />
bagaimana,” kata Suripto.<br />
Keluarga juga tidak begitu tahu detail apa<br />
pekerjaan Seneng dan di mana ia tinggal di<br />
Hong Kong. Yang mereka ingat, Seneng berangkat<br />
pertama kali pada 2007 untuk bekerja<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Foto Seneng di paspor pertama<br />
pada 2007 (kiri) dan paspor<br />
kedua pada 2010.<br />
FACEBOOK<br />
sebagai pembantu rumah tangga. Lantas, pada<br />
2009, Seneng pulang kampung. Tidak lama di<br />
rumah, Seneng berangkat lagi ke Hong Kong<br />
untuk bekerja di restoran.<br />
Suripto menyebutkan Seneng berangkat<br />
melalui perusahaan jasa tenaga kerja Indotak<br />
pada 2007. Tapi data paspor milik Seneng menyebutkan<br />
visa Hong Kong baru tertempel<br />
pada 14 Februari 2008 dan ia bekerja untuk<br />
majikan bernama Lau Meikwan. Paspor tersebut<br />
dikeluarkan oleh kantor Imigrasi Jakarta<br />
Barat pada 17 Juli 2007.<br />
Pada 10 Mei 2010, ia memperbarui paspor<br />
melalui Konsulat Jenderal RI di Hong Kong.<br />
Paspor pembaruan ini hanya ditempel pada<br />
paspor lama dan memiliki masa berlaku tiga<br />
tahun. Seneng bekerja melalui PJTKI Tritama<br />
Bina Karya.<br />
Namun visa ini diperbarui dengan stempel<br />
tanggal 5 Februari 2011. Seneng tercatat bekerja<br />
untuk majikan bernama Fong Mu Yi.<br />
Sumber majalah detik menyebutkan kejanggalan<br />
dokumen Seneng tersebut. Masa<br />
berlaku visa biasanya dua tahun. Artinya, visa<br />
terakhir Seneng berakhir pada 5 Februari 2013<br />
alias ia harus segera meninggalkan Hong Kong<br />
tahun lalu.<br />
Selain itu, masa berlaku paspornya seharusnya<br />
habis pada tahun yang sama. Rata-rata<br />
paspor harus diperbarui setelah tiga tahun.<br />
Bila tidak memiliki paspor dan visa baru,<br />
Seneng sama saja telah lebih dari setahun tinggal<br />
secara ilegal alias overstay di Hong Kong.<br />
Dan biasanya para PRT yang overstay memilih<br />
mencari kerja ke Wan Chai, yang dikenal sebagai<br />
kawasan lampu merah alias tempat mang<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
kal pekerja seks.<br />
Pada Mei 2013, tidak lama setelah habis masa<br />
berlaku paspor dan visanya, Seneng menuliskan<br />
status di Facebook-nya “I love u mom, tonight<br />
I really could cry because remember huge<br />
and warm beside you”.<br />
Ia juga suka mengunggah lagu-lagu religius<br />
yang dinyanyikan Maher Zain. Misalnya ia mengunggah<br />
lagu Insha Allah Ada Jalan. Di posting<br />
itu, Seneng, yang di akun Facebook berganti<br />
nama menjadi Jesse Lorena, menulis “OMG I<br />
can cry cos I hear this songs ….Insha Allah”.<br />
Lantas, pada 11 Mei 2013, ia berbagi lagu Thank<br />
You Allah, masih milik Maher Zain. Dalam sharing<br />
itu, Jesse menuliskan “Allahu Akbar, I Love U<br />
Allah”.<br />
Akhirnya, pada 17 Juli 2013, ia mengunggah<br />
foto saat beraksi sebagai DJ. Dia terlihat cantik<br />
Seneng bersama teman<br />
kencannya seorang bule di<br />
Ozone Bar Ritz-Carlton, Hong<br />
Kong.<br />
FACEBOOK<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Seneng Mujiarsih bersama<br />
teman-temannya menghabiskan<br />
waktu di New Makati Bar, Hong<br />
Kong.<br />
FACEBOOK<br />
dengan gaun ketat hitam kembang-kembang.<br />
Selanjutnya posting Seneng alias Jesse lebih<br />
banyak foto gembira bersama teman-temannya<br />
dan pose seksi bersama bule.<br />
Salah seorang TKI yang mengenal Seneng<br />
mengaku berkali-kali bertemu dengannya di<br />
Wan Chai. Biasanya TKI hanya mampir ke distrik<br />
itu untuk menikmati dangdut. “Tapi, jika<br />
menetap di sana, biasanya mereka terlibat<br />
bisnis prostitusi. Tapi saya tidak tahu apakah ia<br />
seperti itu. Saya kalau ketemu hanya say hello,”<br />
kata TKI yang tidak mau disebut namanya itu.<br />
Namun masalah overstay dan pekerjaan di<br />
Wan Chai tidak pernah sampai ke keluarga<br />
Seneng. Selama ini Seneng rutin menyisihkan<br />
rezekinya untuk dikirim ke keluarga di kampung.<br />
Biasanya tiap bulan ia mengirim uang<br />
sekitar Rp 5 juta. Kiriman itu kini telah berwujud<br />
rumah sederhana dengan ukuran 63 meter<br />
persegi.<br />
Terakhir Seneng mengirim uang Rp 20 juta<br />
untuk membeli ranjang pada Kamis, 30 Oktober<br />
2014. “Selama ini kan pada tidur di lantai<br />
semua. Adik telepon minta Ibu membeli ranjang,”<br />
kata Sriwantoro.<br />
Keluarga pun tidak tahu Seneng kerja sebagai<br />
disc jockey di Wan Chai. Keluarga pun<br />
membantah kabar bahwa Seneng bekerja sebagai<br />
pekerja seks di sana. “Enggak tahu kalau<br />
se perti itu. Kami tahunya ia kerja di restoran,”<br />
kata Sriwantoro.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Seneng sedang makan siang<br />
bersama teman-temannya di<br />
Hong Kong.<br />
FACEBOOK<br />
Pada Rabu, 5 November 2014, keluarga<br />
Seneng bertandang ke Markas Polres Muna<br />
Barat. Tim Disaster Victim Identification Kepolisian<br />
Daerah Sulawesi Tenggara minta sampel<br />
DNA mereka untuk dicocokkan dengan DNA<br />
Jesse, yang diberitakan sebagai pekerja seks<br />
yang dibunuh di Hong Kong.<br />
Mereka, Mujiarjo, Jumineng, Sriwantoro,<br />
dan Suripto, datang dengan kepala tertunduk.<br />
Seneng merupakan tulang punggung keluarga<br />
selama ini. Tidak heran bila kabar kematiannya<br />
yang begitu tragis membuat keluarganya sangat<br />
terpukul.<br />
“Bapaknya sudah tua, kini dalam keadaan<br />
sakit. Ibunya dalam kondisi tidak sehat. Penglihatannya<br />
pun rabun,” ujar Ajun Komisaris Besar<br />
Sempana Sitepu, Kepala Polres Muna Barat. ■<br />
BAHTIAR RIFAI, IRWAN NUGROHO | ARYO BHAWONO<br />
MAJALAH DETIK 10 - - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
BERBURU BULE<br />
DI WAN CHAI<br />
SAKING BANYAKNYA PEREMPUAN INDONESIA, BAR-BAR DI WAN<br />
CHAI SAMPAI MEMUTAR LAGU SAKITNYA TUH DI SINI DAN CINTA<br />
SATU MALAM. RATA-RATA BERHARAP BERTEMU DENGAN PRIA<br />
BULE KAYA BUAT DIJADIKAN SUAMI.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Artis dangdut Cita Citata yang<br />
mempopulerkan lagu Sakitnya<br />
Tuh di Sini yang sering diputar<br />
di bar Distrik Wan Chai.<br />
DOK.<br />
ENTAKAN house music dari bar-bar<br />
di sepanjang Lockhart Road, Hong<br />
Kong, mengiringi gerak para perempuan<br />
berbaju minim yang badannya<br />
disirami lampu warna-warni.<br />
“Hey handsome!” atau “Let’s party!”, begitu<br />
ajakan mereka menggoda pria-pria yang melintas.<br />
Tapi jangan heran jika lirik lagu yang terdengar<br />
di bar Hong Kong itu lagu Sakitnya Tuh<br />
di Sini, yang ditembangkan Cita Citata. “Jangan<br />
salah, Pak, lagu Sakitnya Tuh di Sini juga lagi tenar,<br />
bisa request di bar mana pun,” kata Silvie<br />
Sabillah, tenaga kerja Indonesia asal Jawa Barat.<br />
Bar-bar di Distrik Wan Chai memang jadi<br />
salah satu tempat tujuan melepas penat para<br />
buruh migran Indonesia. Jatah libur setiap<br />
Ahad dimanfaatkan buat kongko dan berjoget<br />
menikmati lagu dangdut di Wan Chai.<br />
Silvie mengatakan Wan Chai jadi pilihan karena<br />
tempat karaoke biasanya sudah habis dipesan<br />
penduduk lokal. “Daripada joget di pinggir<br />
jalan, mendingan masuk ke bar, jogetan, bisa<br />
ngilangin stres,” ujarnya.<br />
Lagu dangdut memang kerap diputar buat<br />
melayani para perempuan Indonesia ini. Kadang<br />
disc jockey juga dari Indonesia. Seneng Mujiarsih<br />
alias Jesse Lorena Ruri dan Sumarti Ningsih<br />
alias Aliz, yang jadi korban pembunuhan Rurik<br />
Jutting di Hong Kong, kerap memasang foto di<br />
Facebook sedang jadi DJ di bar Wan Chai.<br />
Sejak 1950-an, Distrik Wan Chai memang<br />
dikenal sebagai kawasan lampu merah alias<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Para ekspatriat di kawasan<br />
hiburan malam Wan Chai.<br />
Mereka jadi incaran pekerja<br />
migran yang mencari kekasih<br />
berkantong tebal.<br />
AFP<br />
tempat mangkal pekerja seks. Namun distrik ini<br />
perlahan berubah dengan munculnya kawasan<br />
bisnis dan apartemen mewah yang membidik<br />
kaum ekspatriat yang bekerja di sana. Restoran<br />
kelas atas pun bermunculan.<br />
Perubahan itu jadi berkah bagi bar remangremang<br />
Lockhart Road lantaran para pelanggan<br />
berkantong tebal berdatangan. Jutting,<br />
yang kini ditahan di penjara Hong Kong, juga<br />
disebut-sebut sering buang uang hingga puluhan<br />
juta rupiah di bar-bar Wan Chai.<br />
Hong Kong tidak melegalkan prostitusi terorganisasi,<br />
tapi menjajakan seks secara pribadi<br />
dibolehkan. Karena itu, para muncikari mengelola<br />
pekerja seks secara diam-diam dan<br />
menyamarkan mereka jadi “teman” para hidung<br />
belang di bar.<br />
Para wanita penghibur ini mendapat komisi<br />
jika ada yang membelikan mereka minuman,<br />
yang harganya memang dibanderol selangit.<br />
Para perempuan ini ada yang bekerja dengan<br />
kontrak enam bulan dan didatangkan oleh<br />
agen-agen muncikari dari Asia Tenggara hingga<br />
Eropa Timur.<br />
Mereka boleh melanjutkan “kencan” di luar.<br />
Bayaran kepada muncikari disamarkan dalam<br />
bentuk denda karena meninggalkan tempat<br />
kerja.<br />
Tapi para ekspatriat yang sudah lama menetap<br />
di Hong Kong justru menghindari para pekerja<br />
seks ini. “Ekspatriat yang berpeng alaman tidur<br />
di Jumat malam dan Sabtu malam,” kata<br />
Rob, yang menulis di salah satu situs kencan<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Direktur Migrant Care<br />
Anis Hidayah<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
Asia Tenggara. “Simpan tenaga buat Minggu<br />
malam.”<br />
Saat itu, kata Rob, banyak peluang mencari<br />
teman kencan yang murah meriah, bahkan<br />
gratis. Minggu malam di Wan Chai memang<br />
mendadak riuh karena kedatangan pekerja rumah<br />
tangga.<br />
Khusus perempuan Indonesia, kata Rob,<br />
sore hari biasanya mereka berkumpul di<br />
bar New Makati dan Neptune III. Menjelang<br />
malam, mereka pindah ke Forest<br />
Music Bar.<br />
“Tempat ini penuh perempuan Indonesia,”<br />
kata Rob. “Ada satu musik yang<br />
kalau diputar mereka akan menggila.”<br />
Yang dimaksud Rob adalah lagu dangdut<br />
remix: Cinta Satu Malam.<br />
Menurut Rob, tidak sulit membedakan<br />
antara pekerja seks dan pekerja rumah<br />
tangga. Menjelang pukul sembilan,<br />
pekerja rumah tangga bakal<br />
balik kanan, pulang ke rumah<br />
majikan.<br />
Lee, seorang aktivis Yayasan<br />
Zi Teng, yang melakukan kerja sosial di Wan<br />
Chai, mengatakan rata-rata perempuan di Wan<br />
Chai punya tujuan sama. Baik pekerja rumah<br />
tangga maupun pekerja seks sebenarnya mencari<br />
kekasih bule buat menjamin hidup dan<br />
berharap dinikahi.<br />
Tapi mereka yang tidak pulang pada pukul<br />
sembilan seperti kata Rob itu tidak serta-merta<br />
bisa dibilang pekerja seks. Banyak dari mereka<br />
yang merupakan TKI overstay, yakni yang visa<br />
kerjanya hangus tapi ogah pulang ke Indonesia.<br />
TKI berstatus overstay tidak bisa mencari kerja<br />
secara resmi. Masuk Wan Chai jadi pilihan.<br />
“Mereka sendiri yang memilih dan enggak ada<br />
jalan lain untuk sesuap nasi, ya mau gimana<br />
lagi,” kata Silvie, yang mengenal banyak TKI<br />
overstay.<br />
Direktur Migrant Care Anis Hidayah mengatakan<br />
banyak TKI yang memutus kontrak kerja<br />
karena tidak kuat dengan kondisi kerja. Saat putus<br />
kontrak itu, otomatis visa kerjanya hangus.<br />
Pilihannya adalah pulang atau tetap bekerja di<br />
Hong Kong secara ilegal.Hal itu terjadi, kata<br />
Anis, karena banyak perusahaan penyalur tidak<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
mempedulikan pekerja yang mereka pasok ke<br />
Hong Kong. “Yang penting, tujuh bulan potongan<br />
gaji, setelah itu selesai,” ujar Anis. “Apakah<br />
(TKI) mau disiksa, mau diapa-apakan, PT itu<br />
tidak peduli.”<br />
Ada juga yang jadi berstatus ilegal itu karena<br />
ogah memperpanjang masa kontrak. Anis menceritakan,<br />
banyak TKI yang mengeluh, perpanjangan<br />
kontrak yang harus lewat perusahaan<br />
penyalur biayanya sangat merugikan mereka.<br />
“Sehingga banyak dari kawan mereka yang<br />
memilih menjadi overstayer,” kata Anis. “Mereka<br />
menjadi rentan terkena masalah di luar karena<br />
tidak bisa bekerja secara resmi.”<br />
TKI overstay mesti mencari akal buat membiayai<br />
kebutuhan hidup sehari-hari di Hong<br />
Kong. Ada yang bekerja serabutan, ada juga<br />
yang mencari jalan pintas memburu pria bule<br />
Sumarti Ningsih (kiri) dan<br />
Seneng Mujiarsih belajar<br />
menjadi DJ buat mencari<br />
nafkah di Wan Chai.<br />
FACEBOOK<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FOKUS<br />
Penampungan TKI ilegal di Tebet,<br />
Jakarta. Kenakalan perusahaan<br />
penyalur turut mendorong TKI<br />
terjerumus ke tempat hiburan<br />
malam di Hong Kong.<br />
AGUNG/DETIKCOM<br />
yang bisa menjamin hidup mereka.<br />
Tapi berhasil mendapatkan pria Kaukasia sebagai<br />
kekasih pun bukan berarti masalah bakal<br />
selesai. Silvie Sabillah melihat banyak rekannya<br />
sesama TKI yang langsung berhenti kerja<br />
begitu mendapat kekasih bule. “Pas putus, kan<br />
mereka bingung sendiri,” ujarnya.<br />
Silvie, yang berpacaran dengan pilot blasteran<br />
Inggris-Spanyol dan segera menikah,<br />
tidak mau berhenti jadi pekerja rumah tangga.<br />
“Pacar saya pernah menanyakan kenapa tidak<br />
berhenti,” kata Silvie. “Saya bilang, ‘I like to spend<br />
my own money.’”<br />
Ketua Badan Nasional Penempatan dan<br />
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Gatot<br />
Mansyur Abdullah mengatakan perpanjangan<br />
masa kontrak sudah bukan lagi<br />
jadi masalah karena Mahkamah Konstitusi<br />
memutuskan tidak perlu pulang lagi untuk<br />
memperpanjang kontrak. “Ini lagi diurus supaya<br />
lebih sederhana, ya PJTKI seharusnya<br />
tidak boleh mungut lagi,” ujarnya.<br />
Sementara itu, soal kasus TKI yang masuk<br />
Wan Chai, seperti Seneng Mujiarsih dan Sumarti<br />
Ningsih, Gatot meyakini hal itu akibat<br />
salah pergaulan. “Itu memang banyak yang<br />
begitu, berjudi, foya-foya kerjaannya, salah<br />
bergaul,” kata Gatot. ■<br />
ARYO BHAWONO, IBAD DURROHMAN | AFP | RAPPLER | OKTA WIGUNA<br />
MAJALAH DETIK 10 - - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
MENTERI KETENAGAKERJAAN HANIF DHAKIRI:<br />
IBU SAYA PERNAH<br />
JADI TKI<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
S<br />
ebagai<br />
“SEMUA CERITA IBU SELAMA DI SAUDI MENJADI BEKAL SAYA UNTUK MEMAKSIMALKAN<br />
PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN KEPADA TKI.”<br />
aktivis pergerakan di masa-masa<br />
pengujung era Orde Baru, namanya boleh<br />
jadi kalah populer dibandingkan Wiji Thukul,<br />
Andi Arief, atau Nezar Patria. Tapi kala itu<br />
Hanif Dhakiri sebetulnya berada dalam<br />
satu visi dengan mereka. Selain itu, lelaki<br />
kelahiran Salatiga, 6 Juni 1972, ini punya<br />
komitmen tersendiri dalam membenahi dunia<br />
ketenagakerjaan. Maklum, ibunya pernah<br />
bekerja di Arab Saudi selama enam tahun.<br />
“Sewaktu saya masih SMP, Ibu bekerja di<br />
Saudi. Jadi tahu bagaimana suka-dukanya para<br />
tenaga kerja kita di luar negeri,” kata Hanif<br />
saat bersilaturahmi ke kantor redaksi Detik.<br />
com, Selasa malam, 4 November lalu. Ia juga<br />
mengaku punya bekal lain sebagai Menteri<br />
Ketenagakerjaan karena pernah menjadi staf<br />
khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi<br />
Erman Suparno, 2005-2009.<br />
Karena itu, meski baru seminggu memangku<br />
jabatan Menteri Ketenagakerjaan Hanif sudah<br />
memiliki beberapa konsep untuk membenahi<br />
dunia ketenagakerjaan. Sebut saja soal<br />
moratorium pengiriman tenaga kerja ke Arab<br />
Saudi dan pembenahan TKI di Malaysia. Sayang,<br />
karena masih harus mendapat persetujuan<br />
Presiden Joko Widodo, ia tak bersedia ideidenya<br />
itu dipublikasikan. Berikut ini pemaparan<br />
secara garis besar visi dan komitmennya dalam<br />
membenahi masalah TKI.<br />
Kami dengar Ibunda pernah bekerja di<br />
Arab Saudi. Bagaimana rasanya kemudian<br />
Anda dipercaya menjadi Menteri Ketenagakerjaan?<br />
Ini mungkin suratan takdir saya dipercaya<br />
menjadi Menteri Ketenagakerjaan. Saya anak<br />
seorang TKI. Ibu saya pernah bekerja selama<br />
enam tahun di Jeddah dan Riyadh. Dua tahun<br />
pertama beliau pulang kampung, terus<br />
berangkat lagi ke Saudi. Itu saat saya kelas II<br />
SMP. Karena itu, saya merasa punya keterika-<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
berusaha merefleksikan diri agar bisa menjadi<br />
orang yang sukses menjalankan amanah dari<br />
Presiden itu.<br />
Video<br />
tan dengan TKI.<br />
Di satu sisi kita bersyukur diberi kepercayaan<br />
dan dianggap punya kemampuan menempati<br />
posisi itu. Tapi, di sisi lain, kita prihatin karena<br />
ini adalah amanah. Memegang amanah bukan<br />
hal yang mudah. Karena itu, saya terus<br />
Ada cerita dari Ibu semasa bekerja di<br />
Saudi?<br />
Banyak. Bagaimana TKI di penampungan,<br />
bagaimana TKI di sana. Tentu semua cerita<br />
itu menjadi bekal saya juga bagaimana memaksimalkan<br />
pelayanan dan perlindungan<br />
kepada TKI. Tapi, di luar itu, saya juga pernah<br />
menjadi staf khusus Menteri Tenaga<br />
Kerja Erman Suparno (2005-2009). Jadi klop<br />
sudah.<br />
Terkait persoalan TKI, hasil audit BPK<br />
pada Juni lalu menyebutkan pangkal<br />
masalah ada dalam negeri….<br />
Betul memang, saya juga mendapat laporan<br />
dari staf-staf di Kementerian bahwa ada<br />
rekomendasi dari UKP4 (Unit Kerja Presiden<br />
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan)<br />
dan KPK bahwa perlu ada penataan<br />
sistem ketenagakerjaan di beberapa<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
unit. Ada di bandara terkait kepulangan TKI,<br />
ada juga soal tenaga kerja asing, dan lainlain.<br />
Saya kira memang banyak persoalan yang<br />
ada di dalam negeri terkait dengan rekrutmen<br />
tenaga kerja, pelatihan, cek kesehatan, hingga<br />
penempatan. Ini semua harus menjadi prioritas<br />
penataan. Ibaratnya, ini hulunya. Kalau<br />
tidak ditata dulu, walaupun di negara lain sistemnya<br />
sudah baik, kalau di sini belum, terlalu<br />
berisiko bagi kita untuk melakukan penempatan<br />
tenaga kerja.<br />
Jika kondisi di dalam belum cukup baik,<br />
moratorium pengiriman TKI ke Arab Saudi masih<br />
diberlakukan.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Pembenahan yang paling mendesak?<br />
Secara umum, kami akan mencoba<br />
mengefektifkan dan mengefisienkan kinerja.<br />
Penghematan-penghematan terus kami<br />
dorong, anggaran yang ada terus kami pelototin<br />
agar bisa diefisienkan. Termasuk di dalam<br />
efisiensi dan akuntabilitas itu kami dorong juga<br />
agar seluruh sistem pelayanan yang diberikan<br />
Kementerian Ketenagakerjaan bisa di-onlinekan.<br />
Jadi kami pakai semacam e-governance<br />
gitu. Tata kelola berdasarkan sistem elektronik<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
Hanif Dhakiri melompati pagar<br />
saat melakukan inspeksi<br />
mendadak di perusahaan<br />
pengerah tenaga kerja<br />
Indonesia swasta, Elkari<br />
Makmur Sentosa, Jalan Asem<br />
Baris Raya, Gang Z, Tebet,<br />
Jakarta Selatan, Rabu, 5<br />
November lalu.<br />
DOK HUMAS KEMENAKER<br />
agar antarunit bisa terkoneksi. Lalu Kementerian<br />
dengan stakeholder terkait, ada BNP2TKI<br />
(Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan<br />
Tenaga Kerja Indonesia), ada BNSP (Badan<br />
Nasional Sertifikasi Profesi). Kementerian Hukum,<br />
dalam hal ini Imigrasi, Kementerian Luar<br />
Negeri, dan dinas di daerah bisa terkoneksi. Ini<br />
bayangan saya agar pelayanan bisa lebih maksimal.<br />
Terkait manajemen di dalam negeri, apakah<br />
tidak sebaiknya keterlibatan swasta<br />
dikurangi?<br />
Sebenarnya tidak ada masalah dengan<br />
adanya keberadaan swasta, karena posisi<br />
pemerintah itu sebagai regulator. Kalau ikut<br />
menjadi pelaksana, itu kan kayak “jeruk makan<br />
jeruk”. Cuma, masalahnya, sistem pengelolaan<br />
ini yang menurut saya harus terusmenerus<br />
di-upgrade dan diperbaiki sehingga<br />
memungkinkan ditingkatkannya kualitas<br />
pelayanan yang diberikan kepada TKI, mulai<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
Imin sudah dilakukan audit administratif,<br />
audit fasilitas lembaga pengerah tenaga<br />
kerja itu. Saya tinggal perdalam. Cak Imin<br />
ibaratnya sudah babat alas gitulah. Tinggal<br />
saya perdalam dengan audit kompetensi,<br />
kapasitas, dan audit kinerja dari<br />
PPTKIS itu. Sehingga, kita bisa mendapatkan<br />
sejumlah PPTKIS yang benar-benar<br />
berkualitas dan mempunyai komitmen<br />
memberikan pelayanan terbaik sekaligus<br />
memberikan perlindungan terbaik bersama-sama<br />
pemerintah ketika tenaga kerja<br />
sudah berada di luar negeri.<br />
Berdialog dengan para calon<br />
tenaga kerja yang ditampung<br />
di kantor perusahaan pengerah<br />
tenaga kerja Elkari Makmur<br />
Sentosa.<br />
DOK HUMAS KEMENAKER<br />
dari proses rekrutmen awal, kemudian ada<br />
pelatihan, psikotes, medical check-up. Ini<br />
yang harus dibenahi semua.<br />
Selama ini, misalnya, ada PPTKIS yang<br />
menangani semua itu. Mulai mengurusi<br />
rekrutmen, tes kesehatan, dan lainnya.<br />
Jadi numpuk semua di situ. Itu yang mau<br />
kita benahi melalui audit. Pada masa Cak<br />
Sejumlah perusahaan jasa pengerah<br />
tenaga kerja ditengarai milik tokoh-tokoh<br />
yang dekat dengan partai politik. Akibatnya,<br />
pemerintah kesulitan mengaudit<br />
mereka….<br />
Kalau parpol saya tidak tahu. Yang saya tahu,<br />
problemnya memang complicated di sana. Jadi<br />
interest-nya macam-macam. Mungkin ada interest<br />
politik dan lain-lain yang kemudian berkelindan<br />
dengan sistem yang kurang terbuka.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
Hanif Dakhiri tengah<br />
memperhatikan kerajinan karya<br />
penyandang disabilitas dalam<br />
sebuah pameran di Surakarta, 1<br />
November lalu.<br />
DOK HUMAS KEMENAKER<br />
Makanya saya berharap, jika seluruh proses<br />
itu di-online-kan, akan lebih bagus. Dibuat<br />
transparan dan terbuka mulai proses rekrutmen,<br />
sehingga semua orang bisa mengawasi<br />
proses rekrutmen TKI bagaimana, proses<br />
pelatihannya seperti apa.<br />
Selama ini koordinasi dengan Kementerian<br />
Luar Negeri soal perlindungan<br />
TKI di luar negeri bagaimana, karena<br />
tidak semua perwakilan di luar negeri<br />
memiliki atase yang mengurusi masalah<br />
TKI?<br />
Menurut ketentuan, seluruh warga negara<br />
Indonesia di luar negeri menjadi tanggung<br />
jawab Kementerian Luar Negeri. Cuma, TKI<br />
ini, kalau istilah hukumnya, ya semacam lex<br />
specialis. Dia seharusnya memiliki kekhususan<br />
yang penanganannya itu harus khusus, dalam<br />
hal ini Kementerian Ketenagakerjaan. Karena<br />
itu, saya ingin mendorong agar atase ketenagakerjaan<br />
kita yang ada di luar negeri ini statusnya—saya<br />
tidak tahu bahasa formalnya<br />
apa—menjadi semacam diplomat juga, jadi<br />
punya kewenangan yang cukup kuat untuk<br />
berkoordinasi dengan pihak luar.<br />
Jadi bukan semata-mata staf teknis yang,<br />
kalau ada TKI mengeluh, hanya mencatat<br />
tapi tidak bisa melakukan tindakan apaapa.<br />
Jadi penguatan status dari atase ini<br />
saya kira menjadi penting agar persoalanpersoalan<br />
TKI di luar negeri bisa ditangani<br />
dengan baik.<br />
Terkait moratorium pengiriman TKI<br />
ke Arab Saudi dan Malaysia, bagaimana<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
perkembangannya?<br />
Saya memang mendengar kabar bahwa di<br />
luar negeri ini keadaannya sudah jauh lebih<br />
baik. Di Saudi, misalnya, MOU (nota kesepahaman)<br />
yang dilakukan Cak Imin (Menteri<br />
Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar, 2009-2014)<br />
dengan pemerintah Arab Saudi hasilnya bagus.<br />
Tapi soal moratorium, kita tidak hanya<br />
melihat kondisi di luar, tapi bergantung pada<br />
kondisi di dalam negeri kita. Buat saya, jika<br />
kondisi di dalam belum cukup baik, misalnya<br />
untuk memberangkatkan, ya biar saja moratorium<br />
masih berlaku dulu. Di sini kita tata dan<br />
bereskan dulu.<br />
Atase ketenagakerjaan di luar negeri<br />
harus punya kewenangan berkoordinasi<br />
dengan pihak luar.<br />
DETIKNEWS<br />
Targetnya berapa tahun?<br />
Saya masih mendesain itu, termasuk nanti<br />
time frame-nya seperti apa. Tetapi gagasan<br />
besarnya sudah ada, mulai dari penghematan<br />
anggaran, penyederhanaan pelayanan<br />
publiknya, penataan sistem TKI, dan revitalisasi<br />
audit. Termasuk audit PPTKIS (Pelaksana<br />
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta),<br />
mana yang bisa mengirim, harus diperbaiki<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERVIEW<br />
Sejumlah aktivis buruh migran<br />
membawa poster Save Satinah<br />
ketika mengikuti aksi simpatik<br />
dan doa bersama Selamatkan<br />
Satinah di kawasan Bundaran<br />
Hotel Indonesia, 1 April lalu.<br />
M AGUNG RAJASA/ANTARA FOTO<br />
atau harus disetop.<br />
Bagaimana Anda melindungi kesiapan<br />
tenaga kerja Indonesia menghadapi pasar<br />
bebas ASEAN pada Januari 2015?<br />
Ini memang tantangan buat kita terkait<br />
dengan kompetensi. Sebab, berarti tenaga<br />
kerja kita harus memiliki daya saing yang kuat<br />
ketika harus berhadapan dengan tenaga kerja<br />
dari luar. Ini dari segi kompetensi. Terkait itu,<br />
tugas kami pemerintah secara keseluruhan<br />
dan secara khusus adalah menggenjot program-program<br />
pelatihan yang ditujukan pada<br />
tenaga kerja kita.<br />
Diperlukan juga upaya mempercepat sertifikasi<br />
profesi untuk memastikan kompetensi<br />
yang dimiliki tenaga kerja kita sesuai dengan<br />
standar, sehingga bisa bersaing dengan tenaga<br />
kerja dari luar negeri. Di luar itu mungkin<br />
harus ada sistem yang memungkinkan kita<br />
memastikan adanya perlindungan terhadap<br />
tenaga kerja kita sendiri. Saya sudah punya<br />
gagasan untuk itu dan sedang dikoordinasikan<br />
dengan pihak terkait. Agar jangan sampai<br />
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015<br />
menjadi bencana bagi tenaga kerja Indonesia<br />
hanya karena kalah bersaing dengan tenaga<br />
kerja asing yang semakin hari semakin banyak<br />
jumlahnya. ■ PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
BIODATA<br />
NAMA: M. Hanif Dhakiri<br />
TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Salatiga, Jawa<br />
Tengah, 6 Juni 1972<br />
KARIER:<br />
• Anggota Dewan Perwakilan Rakyat<br />
periode 2009-2014 dari Fraksi Partai<br />
Kebangkitan Bangsa<br />
• Sekretaris Jenderal PKB hasil muktamar<br />
di Surabaya, 2014<br />
• Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional<br />
Gerakan Pemuda PKB, 2011-2013<br />
PENDIDIKAN:<br />
• S-2 di Universitas Indonesia<br />
• S-2 Universitas Nasional Jurusan Ilmu<br />
Politik<br />
KARYA:<br />
• Album musik The Drizzle: Traces of a<br />
Broken Heart<br />
• Buku:<br />
1. Menggagas Fiqh Perburuhan, 1999<br />
2. Paulo Freire, Islam dan Pembebasan,<br />
2000<br />
3. Post-tradisionalisme Islam, 2000<br />
4. Politik Melayani Basis, 2001<br />
5. Menjadi Politisi Manajer, 2001<br />
6. Kiai Kampung dan Demokrasi Lokal,<br />
2007<br />
7. Mengapa Memilih PKB, 2008<br />
8. 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, 2011<br />
9. NU: Jimat NKRI, Jimat Indonesia<br />
10. Pedoman Berpolitik Warga NU, 2013<br />
ORGANISASI:<br />
• Jaringan Studi Transformasi dan Solidaritas<br />
Mahasiswa Salatiga<br />
• Solidaritas Mahasiswa Salatiga<br />
• Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia<br />
• Ketua Komisariat IAIN Salatiga (1991-<br />
1992)<br />
• Ketua Pimpinan Cabang PMII Salatiga<br />
(1994-1995)<br />
• Anggota Pleno Koordinator Cabang<br />
PMII Jawa Tengah (1995-1996)<br />
• Ketua Lembaga Studi dan Advokasi Buruh<br />
Pengurus Besar PMII (1997-2000)<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
GAYA HIDUP<br />
FOTO-FOTO: THINKSTOCK<br />
THINKSTOCK<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
GAYA HIDUP<br />
DULU TATO IDENTIK DENGAN KESAN SANGAR DAN MENGERIKAN. TAPI, DI TUBUH<br />
PEREMPUAN, TATO JUSTRU BISA MENAMBAH KESEKSIAN. HMM….<br />
ARUM KINANTI/ DETIKHOT<br />
DARI rumah, Venny sudah<br />
memantapkan hati. Dia<br />
ingin membuat tato<br />
bintang di tengkuknya.<br />
Tapi, begitu sampai di studio tato,<br />
mahasiswa sebuah universitas swasta<br />
di Jakarta itu ragu-ragu.<br />
Selain takut sakit karena dirajah jarum<br />
tato, Venny mengkhawatirkan pendapat<br />
orang. Maklum, di Indonesia, stigma<br />
orang bertato masih buruk.<br />
Namun temannya, yang lebih dulu<br />
bertato, mencoba meyakinkan Venny.<br />
“Jadi temanku bilang, orang baik atau<br />
tidak itu enggak ditentukan punya tato<br />
atau enggak,” katanya.<br />
Jadilah satu tato bergambar bintang<br />
kecil menghiasi tengkuk Venny. Awalnya<br />
Venny enggan menunjukkan tatonya<br />
di depan umum. Dia menutupinya<br />
dengan rambut.<br />
Tapi lama-lama Venny “go public” juga.<br />
Apalagi, menurut Venny, saat ini sudah banyak<br />
perempuan bertato dan punya reputasi bagus.<br />
“Jadi fine-fine aja-lah,” ujar Venny sambil<br />
menunjukkan tato bintangnya.<br />
Boleh dibilang, tren tato pada perempuan<br />
cukup meningkat dalam beberapa tahun<br />
terakhir ini. Jumlah perempuan yang datang<br />
ke studio tato jauh lebih banyak.<br />
Bucks Buck Tattoo Studio di Kemang, Jakarta<br />
Selatan, mengaku punya semakin banyak<br />
klien perempuan. “Banyak juga, sekitar 15<br />
orang dalam sebulan,” ujar sang pemilik, Ricky<br />
Stefanus.<br />
Seniman tato yang akrab disapa Panky itu<br />
mengatakan perempuan yang datang untuk<br />
menato tubuhnya berasal dari beragam<br />
kalangan. Mulai artis, mahasiswi, hingga ibuibu<br />
muda.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
GAYA HIDUP<br />
ARUM KINANTI/ DETIKHOT<br />
Sejumlah artis, seperti Nikita Mirzani,<br />
Chantal Della Concetta, Yasmine Wildblood,<br />
dan Widi “Vierratale”, menjadi pelanggan<br />
Panky.<br />
Widi bahkan mengaku ketagihan setelah<br />
lengan kirinya ditato motif mikrofon dan<br />
mahkota. Pelantun lagu Perih itu lalu<br />
menambahkan tulisan “faith” pada lengan kiri.<br />
Tato, ujarnya, bukanlah sekadar hiasan<br />
tubuh. Menurut dia, tato bisa dijadikan simbol<br />
ekspresi atas kesukaan pada hal-hal tertentu.<br />
“Kalau tato aku yang (tulisan) ‘faith’ itu<br />
artinya keyakinan atau kepercayaan. King<br />
(gambar mahkota) lebih declare aku raja,<br />
lebih berkuasa dari cowok lain. Dari dulu aku<br />
memang suka sama (logo) king,” katanya.<br />
Banyak perempuan yang datang hanya<br />
untuk mengantarkan teman atau pasangannya<br />
akhirnya membuat tato juga. “Ada yang pulang<br />
kerja mampir lihat-lihat, ujung-ujungnya ditato<br />
juga,” ujar Panky.<br />
Panky menjelaskan, kehadiran kaum Hawa<br />
dalam dunia tato dengan jumlah yang cukup<br />
signifikan seolah menegaskan bahwa tato<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
GAYA HIDUP<br />
THINKSTOCK<br />
bukan hanya milik pria.<br />
Alih-alih kesan seram, wanita saat ini<br />
melihat tato dari sisi artistik. “Saya sih<br />
melihat tren tato wanita penggunaannya<br />
lebih ke arah fashion ya, sudah jadi lifestyle<br />
gitu,” ujar pria pemilik tato di sekujur lengan<br />
ini.<br />
Di Amerika Serikat, para perempuan<br />
lebih dulu menggemari tato. Jajak pendapat<br />
Lightspeed yang diadakan pada 2012<br />
menyebutkan, 89 persen orang yang memiliki<br />
tato tidak peduli pada pendapat orang lain.<br />
Menurut jajak pendapat itu, 40 persen<br />
perempuan sering kali membuat tato bersama<br />
teman atau orang yang mereka cintai. Para<br />
perempuan menjadikan pengalaman ditato<br />
menjadi lebih serius.<br />
Selain urusan gaya, banyak perempuan<br />
menggunakan tato untuk menutupi<br />
kekurangan pada tubuhnya. Misalnya<br />
menutupi bekas luka yang mencolok.<br />
“Daripada mengeluarkan biaya yang lebih<br />
besar untuk operasi, banyak yang memilih<br />
menutup lukanya dengan tato. Jadi bisa mengcover-lah,”<br />
ujar Panky.<br />
Dia mengatakan banyak perempuan merasa<br />
kesakitan saat ditato. Tapi tidak sedikit juga<br />
klien wanita yang justru lebih kuat dan berani<br />
dalam menentukan titik lokasi tato.<br />
Spot paling banyak disukai perempuan<br />
adalah leher, punggung, lower back, dan<br />
lengan. Tapi ada juga yang meminta ditato di<br />
bagian ekstrem.<br />
Misalnya di bagian payudara atau organ<br />
intim perempuan. “Saya kadang sampai<br />
geleng-geleng kepala karena mereka berani<br />
banget,” ujar Panky tersipu.<br />
Bagi perempuan pemula yang ingin<br />
membuat tato, Panky menyarankan memilih<br />
motif-motif sederhana dan berkesan feminin.<br />
Gambar kecil, seperti lettering, quote,<br />
bintang, kupu-kupu, dan bunga, menjadi motif<br />
tato paling populer dan diminati perempuan.<br />
“Penempatannya juga harus cermat supaya<br />
bagus,” ujar Panky. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
WISATA<br />
Berenang<br />
DI SISI HIU<br />
JUMLAHNYA BANYAK DAN BESAR-BESAR.<br />
BERANIKAH ANDA BERENANG BERSAMA<br />
PARA PREDATOR ITU?<br />
FOTO-FOTO: DETIKTRAVEL<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
WISATA<br />
CERDAS, cepat, dan pastinya<br />
berbahaya. Begitulah kiranya<br />
gambaran hiu pemangsa<br />
manusia di film besutan<br />
Steven Spielberg, Jaws. Hiu memang<br />
salah satu penghuni laut yang sering<br />
dijadikan “tokoh” antagonis dalam film.<br />
Dalam dunia nyata, stigma hiu<br />
sebagai hewan laut paling menakutkan<br />
karena keganasannya yang melegenda<br />
itu tak juga sirna. Jangankan dekatdekat,<br />
melihat dari jauh saja mungkin<br />
sudah bikin merinding.<br />
Jadi, jika suatu hari ada tantangan<br />
untuk berenang bersama para predator<br />
itu, mungkin nyali banyak orang akan<br />
ciut. Apa menariknya, coba, selain<br />
hanya membahayakan diri?<br />
Tapi, jika Anda punya jiwa petualang<br />
dan penantang, silakan datang ke<br />
Pulau Menjangan Besar, salah satu<br />
pulau di Kepulauan Karimunjawa. Di<br />
sana, para wisatawan bisa mengikuti<br />
uji adrenalin dengan “wisata hiu”.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
WISATA<br />
Destinasi wisata tak biasa ini dirintis<br />
oleh warga setempat sejak 30 tahun lalu.<br />
Awalnya, mereka hanya membeli sepasang<br />
hiu untuk dikembangbiakkan. Rupanya<br />
usaha itu berhasil.<br />
Seekor hiu bisa melahirkan dua sampai<br />
tiga ekor anak per kelahirannya. Lama-lama<br />
jumlah hiu di Pulau Menjangan Besar terus<br />
bertambah.<br />
Warga pun memutuskan membuat dua<br />
kolam besar berukuran 30 x 10 meter<br />
persegi. Kolam itu sebenarnya masih<br />
wilayah laut, hanya dibatasi dengan batubatuan.<br />
Saat ini, kolam pertama berisi lebih dari<br />
10 hiu sirip hitam (black tip) dan sirip putih<br />
(white tip). Hiu jenis ini lebih menyukai<br />
habitat di perairan dangkal berpasir.<br />
Sebagian dari jenis ini bahkan lebih suka<br />
tinggal di perairan payau dan sungai air<br />
tawar. Sedangkan kolam kedua mengarah<br />
ke laut lepas. Di dalamnya terdapat hiu putih<br />
dan ikan barakuda yang tergolong ganas.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
WISATA<br />
Ukuran paling besarnya bisa mencapai berat<br />
50 kilogram. Kolam ini benar-benar tertutup<br />
untuk wisatawan.<br />
Wisatawan hanya boleh berenang dengan<br />
hiu sirip hitam dan putih saja. Kedua jenis<br />
hiu ini tergolong tak terlalu ganas, apalagi<br />
mereka dipelihara sejak kecil. Meski begitu,<br />
yang namanya hiu tetap saja menyeramkan,<br />
bukan?<br />
Meski petugas telah menjelaskan bahwa hiu<br />
itu tak akan melukai para wisatawan karena<br />
telah diberi cukup makan, masih banyak<br />
traveler yang ketakutan saat mencemplungkan<br />
kaki ke dalam kolam. Rasanya? Jangan ditanya,<br />
pastinya sangat menegangkan dan membuat<br />
jantung seakan mau copot. Beberapa orang<br />
terlihat mengernyitkan mata saat hiu-hiu ini<br />
mendekat dan mengitari para wisatawan.<br />
Namun mereka lebih sering menghindari<br />
manusia. Jika Anda ingin terus dekat dengan<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
WISATA<br />
hiu ini, mintalah petugas kolam melempar<br />
ikan kecil untuk memancing ikan-ikan hiu<br />
agar mendekat. Dan bersiaplah didatangi<br />
hiu. Untuk memastikan keselamatan Anda,<br />
gunakanlah jaket pelampung, terutama bagi<br />
yang tidak bisa berenang. Sebelum masuk ke<br />
kolam, pastikan tidak ada luka di tubuh Anda.<br />
Sebab, hiu sangat sensitif pada bau darah dan<br />
mudah membuatnya menjadi agresif.<br />
Selama di dalam kolam, Anda diperkenankan<br />
mengelus dan menyentuh kepala hiu ini<br />
dengan hati-hati, tapi jangan sekali-kali<br />
menyentuh siripnya, ya.<br />
Selain itu, wisatawan tidak diperkenankan<br />
membuat gerakan tiba-tiba yang dapat<br />
mengagetkan sang hiu. Hiu akan dengan<br />
mudah menjadi agresif jika stres. Selain<br />
berenang bersama hiu, ada sejumlah daya tarik<br />
wisata alam lain yang dapat dijelajahi. Salah<br />
satunya adalah menyusuri hutan mangrove<br />
atau bakau. Jalur track dari papan kayu menuju<br />
jantung hutan dengan jarak 3 kilometer dapat<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
WISATA<br />
Jakarta<br />
Semarang<br />
Karimunjawa<br />
Jepara<br />
dilalui dengan berjalan kaki. Sambil menikmati<br />
pepohonan bakau dengan tinggi rata-rata<br />
lebih dari 5 meter membuat traveler dapat<br />
merasakan sensasi berbeda. Wisatawan dapat<br />
mengamati kekayaan pohon mangrove yang<br />
tumbuh alami di lahan seluas 10,5 hektare.<br />
How to Get There<br />
Kepulauan Karimunjawa merupakan<br />
kumpulan 27 pulau kecil yang berada di Laut<br />
Jawa. Lokasinya sekitar 83 kilometer arah<br />
utara dari Kota Jepara.<br />
Dari 27 pulau, hanya ada lima pulau yang<br />
berpenghuni, yakni Pulau Karimunjawa,<br />
Kemujan, Parang, Nyamuk, dan Genting.<br />
Meski begitu, tak sulit mencapainya. Hanya,<br />
tak ada pesawat komersial yang bisa mencapai<br />
lokasi ini.<br />
Anda bisa menumpang pesawat sampai ke<br />
Kota Semarang. Dari Kota Lumpia, wisatawan<br />
bisa melanjutkan perjalanan ke Kabupaten<br />
Jepara, Jawa Tengah. Nah, dari kota kecil ini,<br />
ada dua jalur alternatif yang bisa dipilih.<br />
Ada KMP Muria dari Pelabuhan Kartini di<br />
Jepara atau kapal cepat Karimunjawa dari<br />
Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Tiket<br />
kapal cepat sedikit lebih mahal, tapi lebih<br />
cepat sampai. Pulau Menjangan Besar berjarak<br />
sekitar 10 menit di selatan Pulau Karimunjawa.<br />
n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 10 16 NOVEMBER 2014<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KULINER<br />
KECENYA BAR<br />
GAYA RETRO<br />
MUNGKIN ANDA BELUM<br />
PERNAH BERKUNJUNG KE<br />
EROPA, APALAGI KE PASAR<br />
TRADISIONALNYA. TAPI TEMPAT<br />
YANG SATU INI SIAP MEMBAWA<br />
ANDA KE SANA. COBA SAJA.<br />
FOTO-FOTO: RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KULINER<br />
STRAWBERRY<br />
MASCARPONE<br />
PASAR tidak selalu identik dengan<br />
kotor dan bau amis. Tempat ini justru<br />
mempresentasikan pasar dari sudut<br />
pandang yang berbeda. Bersih dan<br />
tentu saja nyaman.<br />
Maklum saja, ini bukan pasar sungguhan.<br />
Tempat ini seja tinya adalah restoran penyedia<br />
aneka makanan dan minuman enak. Namanya<br />
saja “Market Bar”.<br />
Restoran yang saya kunjungi pekan lalu ini<br />
berada di salah satu pojokan Mal Kota Kasablanka,<br />
Jakarta Selatan. Dari luar, “pasar” ini<br />
terlihat lumayan kecil. Tapi, begitu masuk, saya<br />
lupa soal itu.<br />
Interior gaya retro warehouse, bergaya khas<br />
pasar di Eropa, benar-benar membikin hati saya<br />
takjub. Benar-benar apik dan enak dipandang.<br />
Terdapat display buah, minuman, dan makanan<br />
kalengan di rak kayu di hampir seluruh<br />
ruangan. Belum puas melihat-lihat, seorang<br />
pelayan perempuan sudah menghampiri saya.<br />
Dia mempersilakan saya memilih tempat<br />
duduk yang diinginkan. Ada dua area terpisah<br />
pintu kaca. Di dalam ruangan ada kursi kayu,<br />
meja bar, dan sofa empuk nan nyaman.<br />
Area terbuka, outdoor terrace, disediakan bagi<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KULINER<br />
tamu yang ingin melihat-lihat suasana sekitar<br />
mal. Dekorasinya minim, tapi tetap nyaman<br />
untuk bersantap maupun mengobrol.<br />
Berhubung saya datang saat matahari sedang<br />
berada tepat di atas ubun-ubun, saya memutuskan<br />
duduk di dalam. Salah satu sofa empuk<br />
di depan area bar. Benar-benar spot sempurna.<br />
Dari buku menu yang saya baca, makanan<br />
di Market Bar cukup beragam. Mulai menu<br />
Western, Asia, hingga Indonesia. Ada pula<br />
bermacam-macam minuman, seperti kopi, teh,<br />
mocktail, dan cocktail.<br />
Market Breakfast dan Tortilla Pizza menjadi<br />
dua hidangan utama saya dan teman saya.<br />
Masing-masing hidangan ini dibanderol dengan<br />
harga Rp 55 ribu.<br />
Untuk minuman, saya memesan Cold Green<br />
Tea Latte (Rp 35 ribu) dan Ginger Pear (Rp 40<br />
ribu) untuk teman saya. Saya menambahkan<br />
Strawberry Mascarpone (Rp 40 ribu) di daftar<br />
pesanan.<br />
Dua puluh menit berlalu, tak satu pun pesanan<br />
saya tiba di meja. Sekelompok ibu-ibu dan<br />
bapak-bapak ekspatriat yang datang belakangan<br />
justru mendapatkan minumannya lebih<br />
dulu.<br />
Saya sudah hampir memprotes kepada salah<br />
satu pelayan yang hilir-mudik. Namun sang pelayan<br />
buru-buru mengantarkan dua minuman<br />
pesanan saya bersamaan. Ya, sudahlah.<br />
Seperti pada umumnya, Cold Green Tea<br />
Latte tampak menggoda dengan warna hijaupastelnya<br />
yang khas. Di atas gelas terdapat<br />
busa berwarna putih bertabur bubuk teh hijau<br />
asal Jepang.<br />
Saya tidak perlu merasa kecewa dengan<br />
rasanya. Harum matcha yang khas dipadukan<br />
dengan susu lembut dan manis. Menyegarkan.<br />
Cukup membuat saya lupa dengan “keterlambatan”<br />
tadi.<br />
Tampilan Ginger Pear berwarna agak kecokelatan<br />
di bagian tengah dan dasarnya, sedangkan<br />
di atasnya bening seperti air. Minuman<br />
ini dilengkapi garnis potongan buah apel dan<br />
lemon.<br />
Saya tidak mencicipi Ginger Pear, tapi teman<br />
saya menyukainya. “Siang-siang gini emang<br />
cocoknya minum yang asam-manis-segar,” ujar<br />
teman saya.<br />
Sambil menikmati minuman, rupanya kedua<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KULINER<br />
MARKET<br />
BREAKFAST<br />
COLD GREEN<br />
TEA LATTE<br />
hidangan utama juga telah tersedia. Keduanya<br />
tampak sangat menggiurkan. Market Breakfast<br />
tampil dengan porsi agak jumbo.<br />
Telur orak-arik, baked beans, sosis bockwurst,<br />
sliced Turkey bacon, tomat panggang, dan beberapa<br />
roti garing tumpah ruah di atas piring<br />
panjang.<br />
Saya pun mencoba mencicipi satu per satu<br />
dari masing-masing komponen. Telurnya cukup<br />
lembut, sementara saus pada baked beans mirip<br />
saus bolognese.<br />
Sosis bockwurst tampil maksimal dibanding<br />
komponen yang lain. Dagingnya lembut sekaligus<br />
juicy. Sayang, sliced Turkey bacon digoreng<br />
terlalu lama sehingga terasa kering.<br />
Saya tergoda mencicipi Tortilla Pizza. Hidangan<br />
yang satu ini terbilang unik. Sementara<br />
umumnya piza menggunakan adonan roti<br />
panggang, Market Bar menggantinya dengan<br />
tortilla.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
KULINER<br />
TORTILLA<br />
PIZZA<br />
GINGER<br />
PEAR<br />
Sedangkan topping-nya dilengkapi kacang<br />
merah, jamur, dan potongan sosis yang bersembunyi<br />
di balik keju mozzarella dan telur<br />
mata sapi.<br />
Pinggiran piring dilengkapi campuran paprika<br />
merah, hijau, dan kuning yang dicincang<br />
kasar. Kulit tortilla garing saat dikunyah, sementara<br />
perpaduan topping menghasilkan cita rasa<br />
gurih khas keju dan telur.<br />
Hidangan penutup berupa Strawberry Mascarpone,<br />
merupakan sajian khas Italia yang didominasi<br />
dengan buah stro beri segar dengan<br />
campuran sup manis kental beraroma vanila.<br />
Penyajiannya dilengkapi satu scoop es krim<br />
vanila dan biskuit yang dihancurkan di dasar<br />
gelasnya. Satu sendok penuh Mascarpone<br />
mampir ke dalam mulut dan hap.... Rasanya<br />
beneran bikin nagih! n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
KARENA MENTERI<br />
DIWAJIBKAN BLUSUKAN<br />
BERKACA PADA PENGALAMAN SENDIRI SAAT MEMBEBASKAN TANAH,<br />
PRESIDEN MEMINTA MENTERI PEKERJAAN UMUM BLUSUKAN JIKA ADA<br />
MASALAH PROYEK JALAN TOL.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Joko Widodo saat masih<br />
menjadi Gubernur Jakarta<br />
memantau pembangunan jalan<br />
akses ke Pelabuhan Tanjung<br />
Priok, Jakarta Utara. Setelah<br />
menjadi presiden, Joko Widodo<br />
meminta bawahannya rajin<br />
turun ke lapangan jika ada<br />
masalah.<br />
ZABUR KARURU/ANTARA<br />
SAAT masih menjadi Gubernur Jakarta,<br />
empat kali Joko Widodo bertemu<br />
dan makan bersama warga sekitar<br />
Petukangan Selatan. Target bekas<br />
Wali Kota Solo itu satu: membereskan pembebasan<br />
lahan jalan tol yang terkatung-katung.<br />
Saat itu pemerintah kesulitan membangun<br />
ruas terakhir jalan tol lingkar luar Jakarta.<br />
Masalah tersendat di Petukangan Selatan<br />
karena sebagian warga menolak harga dari<br />
pemerintah, yang dipandang terlalu murah.<br />
Padahal jalan tol ini pen ting karena kendaraan<br />
dari arah Bekasi atau Bogor memiliki akses jalan<br />
tol Merak tanpa perlu lewat tol dalam kota.<br />
Truk dari kawasan industri Gunung Putri atau<br />
Cikarang bisa ke Tangerang tanpa perlu ter-<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Beliau menceritakan JORR<br />
W2 pernah terbengkalai.<br />
Setelah beliau jadi Gubernur<br />
DKI, dengan empat kali<br />
pertemuan (masalah) selesai.<br />
perangkap macet di ruas tol Cawang-Tanjung<br />
Priok.<br />
Resep Joko Widodo rupanya cukup jitu.<br />
Pembebasan lahan yang bertahun-tahun gagal<br />
bisa kelar gara-gara pertemuan-pertemuan itu.<br />
Warga akhirnya rela. Resep ini kemudian ditularkan<br />
Joko Widodo, setelah menjadi presiden,<br />
kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan<br />
Rakyat Mochamad Basuki Hadimuljono.<br />
“Beliau (Presiden Jokowi) menceritakan JORR<br />
W2 pernah terbengkalai. Setelah beliau jadi<br />
Gubernur DKI, dengan empat kali pertemuan<br />
(masalah) selesai,” kata Basuki menceritakan<br />
arahan kepala negara. “Jadi memang harus turun<br />
lapangan.”<br />
Modal blusukan ini bakal menjadi salah satu<br />
senjata utama Basuki membereskan sejumlah<br />
masalah pembebasan lahan dan pembangunan<br />
jalan tol yang tidak kelar-kelar. Sejumlah<br />
ruas tol Trans-Jawa, misalnya, saat ini masih<br />
menghadapi persoalan pembebasan lahan.<br />
Persoalan lainnya adalah kemampuan keuangan<br />
pemegang konsesi.<br />
Apalagi penyelesaian proyek tol Trans-Jawa<br />
maupun Trans-Sumatera kini juga menjadi<br />
salah satu program kerja pembangunan infrastruktur.<br />
Joko Widodo pernah menjanjikan<br />
akan menambah jalan baru hingga 2.000 kilometer<br />
selama masa pemerintahannya. “Jadi,<br />
semua pembangunan jalan tol yang sudah<br />
masuk program pemerintah menjadi prioritas,”<br />
tutur Basuki.<br />
Basuki pun bergerak dengan mengecek<br />
proses pembangunan salah satu ruas tol Trans-<br />
Jawa, yaitu Cikampek-Palimanan sepanjang<br />
115 kilometer. Ruas tol ini menjadi andalan di<br />
proyek tol Trans-Jawa karena pembebasan<br />
tanahnya rampung 100 persen dan sekarang<br />
dalam tahap pembangunan.<br />
Jika tidak ada ganjalan, ruas tol tersebut akan<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Sebuah truk melintas di dekat<br />
ujung jalan tol Gempol, Jawa<br />
Timur. Ruas tol Gempol-<br />
Pandaan sedang dalam proses<br />
penggarapan.<br />
ADHITYA HENDRA/ANTARA<br />
rampung dan siap beroperasi pada Juni 2015.<br />
Basuki berjanji untuk menga wal langsung target<br />
operasional ruas tol yang konsesinya dipegang<br />
PT Lintas Marga Sedaya, anak usaha<br />
PT Saratoga Investama Sedaya.<br />
Sasaran berikutnya adalah ruas tol Pemalang-<br />
Batang sepanjang 39,2 kilometer dan Batang-<br />
Semarang sepanjang 75 kilometer. Konsesi<br />
ruas tol Pemalang-Batang dipegang oleh PT<br />
Pemalang-Batang Toll Road, anak usaha Grup<br />
Bakrie. Sedangkan konsesi ruas tol Batang-<br />
Semarang dipegang PT Marga Setiapuritama.<br />
Menurut Basuki, pembebasan tanah pada<br />
kedua ruas tol ini mandek lantaran investor<br />
pemegang konsesi kesulitan anggaran untuk<br />
membiayai pembebasan tanah. Akibatnya,<br />
awak Tim Pembebasan Tanah, yang dibentuk<br />
pemerintah, terpaksa menganggur dahulu.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Dari seluruh ruas tol Trans-Jawa, bagian<br />
Semarang-Batang dan Batang-Pemalang ini<br />
memang paling memprihatinkan. Di tempat<br />
lain, setidaknya sudah ada pembebasan lahan<br />
yang signifikan, sudah mulai pengerjaan fisik,<br />
bahkan sudah beroperasi. Tapi, di dua ruas ini,<br />
pembangunan jalan tol seperti tidak bergerak<br />
sama sekali.<br />
Kalau nanti setelah<br />
(lahan) saya bebaskan tapi<br />
investornya belum juga bisa<br />
bangun, akan saya putus<br />
konsesinya. Nanti diganti<br />
yang lain.<br />
Basuki mengatakan, untuk membereskan,<br />
pemerintah akan turun tangan membiayai dan<br />
membebaskan tanah. Dananya bersumber dari<br />
APBN 2015. Setelah 75 persen tanah bisa dibebaskan,<br />
pemerintah akan meminta investor pemegang<br />
konsesi segera membangun jalan tol.<br />
Tapi, apabila tidak sanggup membangun jalan<br />
tol, pemerintah akan mencabut konsesi.<br />
“Kalau nanti setelah (lahan) saya bebaskan tapi<br />
investornya belum juga bisa bangun, akan saya<br />
putus konsesinya. Nanti diganti yang lain,”<br />
kata pejabat karier di Kementerian Pekerjaan<br />
Umum ini.<br />
Sebelum era Joko Widodo, tidak berarti<br />
pemerintah berpangku tangan jika ada proyek<br />
tol yang mangkrak atau sulit dibangun karena<br />
berbagai sebab. Sejumlah cara dilakukan<br />
pemerintah.<br />
Jika tingkat lalu lintas terlalu rendah dan<br />
modal dinilai sulit kembali, pemerintah ikut<br />
membantu pengerjaan. “Kalau la yak ekonomi<br />
dan finansial, diserahkan sepenuhnya ke swasta.<br />
Tapi, kalau finansialnya marginal, perlu ada<br />
dukungan peme rintah,” ujar Sudiro Roi Santoso,<br />
Kepala Bidang Investasi Badan Pengatur<br />
Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum.<br />
Misalnya pada ruas Solo-Kertosono. Dari<br />
176 kilometer yang direncanakan, pemerintah<br />
mengerjakan 69 kilometer. Di ruas ini, pemerintah<br />
tidak menggunakan dana APBN untuk<br />
membangun, melainkan mendapat pinjaman<br />
dari peme rintah Tiongkok sebesar US$ 360<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Menteri Pekerjaan Umum<br />
dan Perumahan Rakyat<br />
Basuki Hadimuljono (tengah)<br />
saat turun ke lapangan<br />
memantau pembangunan<br />
jalan tol Cikampek-<br />
Palimanan.<br />
DOK HUMAS PU<br />
juta (Rp 4,3 triliun).<br />
Cara lain adalah melakukan penunjukan<br />
alias tanpa tender. Ini yang terjadi di tol Trans-<br />
Sumatera. Ada empat ruas tol Trans-Sumatera<br />
yang dikebut pemerintah dan dua di antaranya,<br />
Palembang-Simpang Indralaya dan Medan-<br />
Binjai, dikerjakan paling awal. Untuk proyek<br />
ini, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono<br />
tidak menggelar tender, me lainkan menunjuk<br />
langsung BUMN konstruksi PT Hutama Karya.<br />
Kepala Subdirektorat Pengadaan Tanah Kementerian<br />
Pekerjaan Umum Achmad Herry<br />
Marzuki mengatakan penugasan kepada Hutama<br />
Karya merupakan bentuk dukungan<br />
peme rintah karena tingkat kelayakan jalan tol<br />
ini rendah. “Jadi tidak layak secara finansial,<br />
makanya dibantu pemerintah,” kata Herry. n<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
PROYEK JALAN<br />
TOL MASIH<br />
MACET<br />
Solo-Ngawi-Kertosono<br />
Panjang: 177 km<br />
Biaya: Rp 8,8 triliun<br />
Konsesi: PT Solo Ngawi Jaya ( PT Thiess Contractors Indonesia)<br />
kondisi: Konstruksi baru beberapa persen saja.<br />
6<br />
Cikampek-<br />
Palimanan<br />
Panjang: 116,7 km<br />
Biaya: Rp 12,6 triliun<br />
Konsesi: PT Lintas<br />
Marga Sedaya<br />
Kondisi: Diperkirakan<br />
selesai pertengahan<br />
2015.<br />
1<br />
Batang-Semarang<br />
Panjang: 75 km<br />
Biaya: Rp 7,2 triliun<br />
Konsesi: PT Marga Setiapuritama<br />
Kondisi: Belum ada perkembangan<br />
berarti, pemerintah akan mengambil<br />
alih proses pembebasan lahan.<br />
PEMALANG<br />
BATANG<br />
4<br />
JALAN tol Trans-<br />
Jawa sudah digagas<br />
dua dekade silam, tapi<br />
sampai sekarang belum juga<br />
tersambung. Jalan ini baru<br />
selesai untuk ruas Merak-Jakarta-<br />
Cikampek, Palimanan-Pejagan,<br />
Semarang-Bawen, dan sedikit<br />
ruas di Jawa Timur.<br />
Surabaya-<br />
Mojokerto<br />
Panjang: 36 km<br />
Biaya: Rp 3,4 triliun<br />
Konsesi: PT Marga<br />
Nujyasumo Agung<br />
Kondisi: Pembebasan<br />
lahan masih<br />
bermasalah.<br />
Ditargetkan akhir<br />
tahun ini semua lahan<br />
sudah dibereskan.<br />
CIKAMPEK<br />
PALIMANAN<br />
PEJAGAN<br />
SEMARANG<br />
8<br />
SURABAYA<br />
NGAWI<br />
MOJOKERTO<br />
SOLO<br />
2<br />
7<br />
KERTOSONO<br />
Pejagan-<br />
Pemalang<br />
Panjang: 57 km<br />
Biaya: Rp 5,5 triliun<br />
Konsesi: PT Pejagan<br />
Pemalang Toll Road<br />
Kondisi: Konstruksi<br />
dimulai Juli lalu.<br />
3<br />
5<br />
Kertosono-Mojokerto<br />
Panjang: 40 km<br />
Biaya: Rp 3,5 triliun<br />
Konsesi: PT Marga Harijaya Infrastruktur<br />
Kondisi: 1 seksi sudah diresmikan bulan lalu, 3 seksi<br />
lainnya masih bermasalah pembebasan lahannya.<br />
Pemalang-<br />
Batang<br />
Panjang: 39 km<br />
Biaya: Rp 4 triliun<br />
Konsesi: PT Pemalang<br />
Batang Toll Road<br />
Kondisi: Belum ada<br />
perkembangan berarti,<br />
pemerintah akan<br />
mengambil alih proses<br />
pembebasan lahan.<br />
Semarang-Solo<br />
Panjang: 72,6 km<br />
Biaya: Rp 8,1 triliun<br />
Konsesi: PT Trans Marga Jateng<br />
Kondisi: Sekitar separuh, yakni Semarang-Bawen, sudah<br />
beroperasi. Sisanya sedang pembebasan lahan.<br />
NASKAH: NUR KHOIRI<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
TAK SEMUA URUSAN<br />
LAHAN RIBET<br />
SEJUMLAH RUAS DIBANGUN DENGAN MODEL SWAKARSA. URUSAN<br />
PEMBEBASAN LAHAN MENJADI TANGGUNG JAWAB PEMRAKARSA.<br />
FOTO:RACHMAN HARIYANTO/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Pekerja merapikan taman<br />
di pusat kota Bumi Serpong<br />
Damai, Tangerang Selatan.<br />
Pengembang kota mandiri<br />
ini memprakarsai jalan tol<br />
Serpong-Balaraja.<br />
YUDHI MAHATMA/ANTARA<br />
PERUMAHAN Bumi Serpong<br />
Damai merupakan nama yang<br />
sangat terkenal. Perumahan<br />
yang menyebut diri sebagai<br />
“BSD City” ini begitu diminati<br />
sehingga satu cluster kadang terjual hanya<br />
dalam satu hari, dan pembeli mesti diundi<br />
karena peminatnya lebih banyak daripada<br />
rumah yang tersedia.<br />
Seperti namanya, lokasi kompleks perumahan<br />
yang laris manis itu berada di Serpong. Fase<br />
pertama, di ujung jalan tol Ulujami-Serpong,<br />
sudah selesai. Saat ini mereka sudah mulai<br />
menggarap fase kedua proyek ini dengan lokasi<br />
di kiri-kanan Sungai Cisadane. Tahap akhirnya,<br />
fase ketiga, bakal dibangun cukup jauh dari<br />
Cisadane.<br />
Dalam salah satu keterbukaan ke Bursa Efek,<br />
Bumi Serpong Damai juga menyatakan proyek<br />
fase ketiga bakal dilintasi jalan tol Serpong-<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Model proyek tol prakarsa<br />
seperti ruas Balaraja-<br />
Serpong ini pembebasan<br />
lahannya sama sekali tidak<br />
memusingkan pemerintah.<br />
Balaraja sepanjang sekitar 30 kilometer.<br />
“Sepuluh kilometer di antaranya ada di BSD<br />
City,” ungkap keterbukaan ini membanggakan<br />
infrastruktur yang akan masuk.<br />
Ruas tol Serpong-Balaraja semula tidak<br />
ada dalam program pemerintah. Pemerintah<br />
masih berkonsentrasi pada jalan tol Trans-<br />
Jawa atau JORR 2 dan seterusnya. Tapi Bumi<br />
Serpong Damai—pengembang perumahan<br />
elite itu—agaknya paham bahwa akses<br />
tol menjadi salah satu kunci keberhasilan<br />
jualan rumah mahal. Mereka pun akhirnya<br />
memprakarsai proyek tol ini.<br />
Model proyek tol prakarsa seperti ruas<br />
Balaraja-Serpong ini pembebasan lahannya<br />
sama sekali tidak memusingkan pemerintah.<br />
“Mereka bebasin tanahnya sendiri,” kata Sudiro<br />
Roi Santoso, Kepala Bidang Investasi Badan<br />
Pengatur Jalan Tol.<br />
Sejumlah ruas tol memang dibangun<br />
dengan sistem prakarsa ini. Pemerintah<br />
belum memasukkannya dalam program, tapi<br />
pemerintah daerah—atau perusahaan seperti<br />
Bumi Serpong Damai—memprakarsainya.<br />
Pemerintah mengizinkan sistem prakarsa ini.<br />
Syaratnya hanya satu: “Tidak ada permintaan<br />
dukungan apa pun dari pemerintah,” kata<br />
Sudiro.<br />
Selain ruas tol Serpong-Balaraja, model<br />
prakarsa dipakai pada enam ruas tol yang akan<br />
dibangun dalam Kota Jakarta. Di enam ruas tol<br />
dalam kota, pemrakarsanya adalah Pemerintah<br />
Provinsi DKI Jakarta. Proyek lain adalah jalan<br />
tol atas laut Bali, yang diprakarsai Pemerintah<br />
Kabupaten Badung, Pemerintah Provinsi Bali,<br />
serta konsorsium BUMN.<br />
Dalam sistem ini, pemrakarsa akan<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Sejumlah pengendara sepeda<br />
motor antre di gerbang tol<br />
Ngurah Rai, Bali. Proyek<br />
jalan tol ini dibangun dengan<br />
pola prakarsa sehingga<br />
pemerintah tidak pusing<br />
memikirkan pembebasan<br />
lahan.<br />
PRASETYO UTOMO/ANTARA<br />
membebaskan lahan yang bakal digunakan<br />
sebagai jalan tol. Setelah dibebaskan, lahan<br />
diserahkan kepada pemerintah dan tender<br />
pemegang konsesi jalan tol pun bisa digelar.<br />
Saat ini proses pembebasan lahan tinggal<br />
sedikit yang belum beres. Sedangkan seksi<br />
I—Serpong-Legok—sudah hampir 100 persen.<br />
Pemerintah pun sudah mulai melakukan<br />
tender dan sudah sampai tahap prakualifikasi.<br />
“Kami mau lanjut lelang, cuma kami masih<br />
menunggu proses serah-terima lahannya dari<br />
swasta,” kata Sudiro. “Kami masih menunggu<br />
itu, sedikit lagi (selesai).”<br />
Meski lahannya sudah diserahkan kepada<br />
pemerintah dan dilakukan tender, pemrakarsa,<br />
yang susah payah mencari lahan, tidak<br />
dilupakan begitu saja. Mereka mendapat<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
sejumlah kemudahan agar lebih gampang<br />
memenangi tender.<br />
Kemudahan itu, pertama adalah rights to<br />
match. Jika dalam tender Bumi Serpong Damai<br />
kalah, ia bisa menang jika kemudian menaikkan<br />
tawaran senilai dengan perusahaan pemenang.<br />
Selain itu, sebagai pemrakarsa, Bumi Serpong<br />
Damai akan mendapat tambahan nilai saat<br />
evaluasi tender. “Misalnya membuat studi<br />
kelayakan, sudah membuat amdal, ada nilai<br />
tambahnya,” kata Sudiro.<br />
Dan jika pemrakarsa enggan memegang<br />
konsesi dan tidak mau ikut tender, produk<br />
yang sudah dikerjakan akan dibeli pemenang<br />
lelang. “Misalkan studi kelayakannya,”<br />
katanya. n<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON | NUR KHOIRI<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
ADEM AYEM MESKI<br />
DIDATANGI<br />
JALAN TOL<br />
HARGA TANAH DI SEKITAR BEKASI UTARA TIDAK<br />
BANYAK BERUBAH MESKI DILEWATI JALAN TOL<br />
CILINCING-CIBITUNG.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Proyek pembangunan<br />
jalan tol Cikampek-<br />
Palimanan di Cikamurang,<br />
Indramayu, Jawa Barat,<br />
beberapa waktu lalu.<br />
Biasanya kehadiran jalan<br />
tol mengangkat harga<br />
tanah di sekitarnya.<br />
DEDHEZ ANGGARA/ANTARA FOTO<br />
EMPAT rumah sangat sederhana<br />
berukuran 22 meter persegi di lahan<br />
60 meter persegi itu sudah kosong.<br />
Dindingnya sudah mengelupas di<br />
sana-sini. Atap sepenuhnya hilang. Tumbuhan<br />
liar dan alang-alang mulai menyentuh tembok<br />
yang kusam.<br />
Empat rumah di Griya Pratama, Desa Sumber<br />
Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, itu memang<br />
sudah tak lagi dihuni. Proyek jalan tol Cilincing-<br />
Cibitung sudah menggusur mereka. “(Mereka)<br />
sudah mendapat ganti rugi dari pemerintah<br />
setahun lalu,” kata penyelia pemasaran PT Argamas<br />
Griya Pratama, Abdullah Anwar.<br />
Meski proyek jalan itu bakal menghubungkan<br />
pusat industri di sekitar Bekasi-Cikarang-Cikampek<br />
langsung ke Pelabuhan Tanjung Priok<br />
sekaligus membuka kawasan yang semula “jauh<br />
dari mana-mana”, ternyata harga tanah di sana<br />
tetap adem ayem, tidak mendadak melonjak.<br />
Kepala Desa Sumber Jaya, Matam, mengatakan<br />
tidak ada lonjakan harga tanah di desanya<br />
meski bakal dilintasi jalan tol. Nilai jual obyek<br />
pajak, harga tanah di sekitar lintas jalan tol yang<br />
membelah desanya, tak lebih dari Rp 300 ribu.<br />
Di lapangan, menurut dia, harga tanah sekitar<br />
jalur tol itu Rp 400-500 ribu per meter persegi.<br />
Menurut Ali Tranghanda dari Indonesia Property<br />
Watch, jalur tol Cilincing-Cibitung memang<br />
tidak memancing pertumbuhan seper ti<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Rumah di kawasan<br />
Tambun, Bekasi, yang<br />
sudah dibebaskan untuk<br />
lahan jalan tol Cilincing-<br />
Cibitung.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM)<br />
kawasan Serpong atau Cinere, yang harga<br />
tanah nya melonjak setelah ada akses jalan tol.<br />
Memang akan ada kenaikan harga tanah di sana,<br />
ujar Ali, tapi tidak terlalu signifikan kenaikannya<br />
dan tidak drastis. “Exit toll di sana dibuka bukan<br />
untuk memudahkan pemilik kendaraan pribadi,<br />
tapi memudahkan pelaku industri memindahkan<br />
barangnya ke Tanjung Priok,” ucapnya.<br />
Walaupun wilayah yang akan dilalui relatif<br />
belum terbuka secara komersial, antara lain<br />
wilayah Cibitung, Tambun Selatan, Tambun<br />
Utara, Babelan, Cilincing, hingga Marunda,<br />
perkembangan wilayahnya bukan untuk komersial<br />
dan perumahan mewah. “Untuk perumahan<br />
menengah ke bawah cukup bagus, tapi<br />
tidak untuk menengah ke atas,” ucapnya.<br />
Ali juga tak pernah mendengar ada pengembang<br />
besar yang melakukan penghimpunan<br />
dan pembebasan lahan di sepanjang jalur tol<br />
Cilincing-Cibitung itu.<br />
Pendapat tak jauh berbeda dilontarkan<br />
oleh Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan<br />
dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi)<br />
Eddy Ganefo. Ia mengatakan, kalaupun ada<br />
pengembang besar yang ingin menggarap lahan<br />
itu, mereka bakal kesulitan karena wilayah<br />
yang dilintasi jalan tol Cilincing-Cibitung sudah<br />
cukup padat. “Untuk rumah tapak menengah<br />
ke atas kayaknya tak lagi dapat dikembangkan<br />
di sana,” ucapnya.<br />
Karena itu, ia menyarankan kepada sejumlah<br />
koleganya di Apersi agar membidik pengembangan<br />
rumah vertikal kelas menengah-bawah<br />
di sepanjang jalur tol itu. “Harga tanahnya sudah<br />
cukup tinggi, sulit untuk mengembangkan<br />
rumah tapak dalam jumlah besar,” ucapnya.<br />
Eddy mengungkapkan, sepengetahuannya,<br />
hanya pengembang pemerintah, seperti PT<br />
Perumnas, yang masih berani membangun<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Pameran rumah<br />
sederhana di Jakarta<br />
Convention Center<br />
beberapa waktu lalu.<br />
Harga lahan di sekitar ruas<br />
tol Cilincing-Cibitung relatif<br />
tidak banyak melonjak.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
rumah tapak di kawasan perbatasan Cilincing<br />
dan Babelan.<br />
Pemilik lahan yang “diuntungkan” bisa jadi<br />
hanya mereka yang terkena gusur jalan tol,<br />
bukan warga yang rumahnya hanya “dekat”<br />
dengan jalan tol.<br />
Ade Priatna, warga Desa Wanasari, yang<br />
bersebelahan dengan Griya Pratama, misalnya,<br />
mengatakan tanahnya digusur dengan harga<br />
Rp 850 ribu per meter persegi dan bangunan<br />
Rp 2 juta per meter persegi. “Padahal (rumah<br />
saya) di dalam gang,” ucap pemilik rumah seluas<br />
82 meter persegi yang digusur tahun lalu<br />
itu.<br />
Dia mengatakan, jika rumah di pinggir jalan,<br />
harganya lebih tinggi lagi. Ia mendengar tanah<br />
di pinggir jalan raya Cibitung diganti Rp 1,4 juta<br />
per meter persegi dan bangunan Rp 3 juta per<br />
meter persegi.<br />
Warga mulai tahu bakal ada jalan tol sekitar<br />
lima tahun silam. Anwar, misalnya, mengatakan<br />
perusahaannya, Argamas Griya Pratama,<br />
mulai mengetahui bakal ada proyek jalan tol<br />
saat mereka mendaftarkan site plan perumahan<br />
mereka. “Tapi, dari gambar yang kami tahu<br />
dulu, jalan tol ini tidak menyambar perumahan<br />
kami, makanya kami lanjut membangun,”<br />
ucapnya.<br />
Karena itu memang daerah yang cukup jauh,<br />
mereka menjual rumah sangat sederhana. Tapi<br />
sekarang, setelah ramai, mereka mulai menjual<br />
rumah menengah, berukuran 45 meter persegi<br />
dengan tanah 120 meter persegi. Harganya<br />
juga sudah di atas Rp 350 juta. “Kami sekarang<br />
menjual rumah untuk kalangan menengah<br />
ke atas saja, tapi dalam jumlah yang sangat<br />
sedikit,” ucapnya. n BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
PETRAL ADA<br />
UNTUK APA<br />
PEMERINTAH MENGIMPOR<br />
MINYAK LANGSUNG DARI<br />
ANGOLA. BAGAIMANA NASIB<br />
PETRAL?<br />
FOTO: THINKSTOCK<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Waki Presiden Angola<br />
Manuel Domingos Vicente<br />
saat melakukan kunjungan<br />
kehormatan kepada<br />
Presiden Joko Widodo.<br />
CAHYO BRURI/SETPRES<br />
KEHADIRAN Wakil Presiden<br />
Angola Manuel Domingos<br />
Vicente pada awal bulan<br />
ini memang tidak menarik<br />
perhatian banyak orang. Berasal<br />
dari Angola, negara Afrika yang lebih akrab<br />
dengan berita peperangan, Pak Wapres semula<br />
dipandang sebagai sekadar tamu negara, yang<br />
berbasa-basi datang karena belum sebulan<br />
Indonesia memiliki presiden baru. Tapi ternyata<br />
tidak.<br />
Dalam pertemuan dengan Wakil Presiden<br />
Jusuf Kalla, Vicente menandatangani nota<br />
kesepahaman (MOU) yang kemudian menjadi<br />
perhatian seluruh Indonesia: Indonesia akan<br />
membeli minyak langsung dari Angola. Ya.<br />
Membeli minyak dari Angola, negara yang<br />
produksi minyaknya 1,8 juta barel per hari atau<br />
sekitar dua kali lipat Indonesia.<br />
“Angola dulu negara yang bergolak, sekarang<br />
jadi terkaya di Afrika karena ada migas dan<br />
mineral lainnya,” kata Wakil Presiden Jusuf<br />
Kalla seusai penandatanganan MOU. Seperti<br />
dikutip Detikcom, Pertamina diminta langsung<br />
membeli ke Pertamina-nya Angola, Sonangol.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Pelaksana Tugas Direktur<br />
Utama PT Pertamina<br />
Muhamad Husen<br />
WAHYU PUTRO A/ANTARA<br />
Pertamina malah<br />
akan menugasi Petral<br />
mengeksekusi pembelian<br />
minyak dari Angola.<br />
Biasanya Pertamina membeli minyak untuk<br />
kebutuhan Indonesia lewat anak usahanya,<br />
Petral, yang berkantor di Singapura. Petral<br />
akan mencari penjual bahan bakar minyak<br />
yang dibutuhkan dan kemudian membelikan<br />
bagi Pertamina.<br />
Sempat muncul spekulasi bahwa langkah<br />
membeli langsung ke Angola ini akan<br />
menghilangkan peran Petral. Ada pula yang<br />
mengaitkan dengan isu bahwa pemerintah<br />
baru akan keras terhadap mafia migas, sehingga<br />
pembelian minyak dilakukan langsung kepada<br />
negara produsen.<br />
Tapi Pertamina rupanya tidak memandang<br />
langkah membeli langsung dari Angola ini<br />
akan mematikan Petral. Alih-alih fungsinya<br />
berhenti, Pertamina malah akan menugasi<br />
Petral mengeksekusi pembelian minyak dari<br />
Angola.<br />
Pertamina memang tidak ingin Petral diutakatik<br />
perannya sebagai tukang beli minyak.<br />
“Kalau dia (Petral) impor minyak untuk<br />
Pertamina, ya biarkan saja,” kata Pelaksana<br />
Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian<br />
Energi dan Sumber Daya Mineral Naryanto<br />
Wagimin. “Sepanjang itu transparan.”<br />
Peran Petral mulai kuat setelah Indonesia<br />
tak lagi mengalami swasembada minyak pada<br />
awal 2000-an. Awalnya, pada 1998 Pertamina<br />
mencaplok perusahaan jual-beli minyak dari<br />
Hong Kong, Perta Oil Marketing Ltd. Tiga<br />
tahun kemudian, Pertamina mengubah nama<br />
menjadi Petral Pertamina Energy Trading Ltd,<br />
disingkat Petral.<br />
Pertamina memberi tugas Petral mencari<br />
bahan bakar minyak—baik masih mentah<br />
maupun sudah berbentuk bensin atau solar<br />
yang siap dikonsumsi kendaraan. Fungsi<br />
sebagai lembaga jual-beli inilah yang membuat<br />
Pertamina mempertahankannya. “Petral<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Wakil Presiden Indonesia<br />
Jusuf Kalla<br />
DETIKCOM<br />
Wakil Presiden Angola<br />
Manuel Domingos Vicente<br />
GETTY IMAGE<br />
tetap harus ada, memangnya siapa yang mau<br />
dagang?” ujar Pelaksana Tugas Direktur Utama<br />
PT Pertamina Muhamad Husen.<br />
Ia juga menyatakan, meski yang membeli<br />
Petral, secara prinsip tetap saja Pertamina yang<br />
membeli. “Kalau Pertamina tidak menyuruh<br />
Petral, memang siapa yang menyuruh?”<br />
katanya. “Dia itu bukan makelar, dia anak usaha<br />
Pertamina yang melakukan pembelian, bukan<br />
makelar.”<br />
Tak urung langkah Pertamina tetap<br />
mempertahankan Petral—meski bisa membeli<br />
langsung seperti ke Angola, tanpa lewat pasar—<br />
dikritik oleh ahli perminyakan yang sekarang<br />
masuk Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai<br />
Nasional Demokrat, Kurtubi. Ia memandang<br />
penggunaan anak usaha seperti Petral akan<br />
membuat pembelian tidak efisien. “Dengan<br />
Petral tidak efisien karena dia trader. Sekalipun<br />
dia anak usaha Pertamina, dia trader,” katanya.<br />
Ia mengatakan Pertamina sebagai sebuah<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Kilang minyak Balongan milik<br />
Pertamina<br />
ANTARA<br />
perusahaan bisa membeli minyak langsung<br />
kepada produsen tanpa lewat anak usaha<br />
yang berfungsi sebagai perusahaan jual-beli.<br />
Jika produsen menolak menjual minyak ke<br />
Pertamina, yang merupakan perusahaan<br />
negara, pemerintah Indonesia bisa melapor ke<br />
Organisasi Perdagangan Dunia.<br />
Hanya, ia mengakui, lewat Petral, ada<br />
bumper jika terjadi kasus hukum dengan trader<br />
minyak. Jika terjadi persoalan hukum, hal itu<br />
sama sekali tidak menggoyang Pertamina. Hal<br />
ini berbeda dengan jika Pertamina membeli<br />
langsung sendiri minyaknya.<br />
Saat ini Pertamina sudah membuat gugus<br />
tugas untuk membahas transaksi pembelian<br />
minyak dengan pihak Sonangol. Satgas ini<br />
akan bekerja dalam kurun waktu maksimal<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
EKONOMI<br />
PROYEK TOL<br />
Kantor pusat perusahaan<br />
minyak Sonangol di ibu kota<br />
Angola, Luanda.<br />
PUSPA PERWITASARI/ ANTARA<br />
hingga Desember 2014. “Untuk tahap awal<br />
impor minyak mentah, keinginan kami pada<br />
awal tahun depan pengiriman first cargo mulai<br />
berjalan,” ujar Muhamad Husen.<br />
Gugus tugas ini tidak hanya membahas<br />
pembelian minyak, tapi juga rencana mereka<br />
membangun kilang minyak di Indonesia serta<br />
rencana membuat perusahaan patungan untuk<br />
menggarap proyek eksplorasi di luar negeri.<br />
Menurut Husen, kerja sama dengan Sonangol<br />
sangat potensial karena produksinya mencapai<br />
1,8 juta barel per hari atau dua kali produksi<br />
minyak Indonesia.<br />
Setelah perang saudara yang membelit<br />
negara itu selesai pada sekitar 2002, Angola<br />
terus memompa cadangan minyak bumi.<br />
Energi ini mendorong pertumbuhan ekonomi,<br />
sehingga meningkat rata-rata dalam 10 tahun<br />
alias tertinggi di dunia. Tak aneh jika negara dari<br />
Benua Hitam itu tak hanya bisa menjual minyak,<br />
tapi juga bisa menyiapkan puluhan triliun<br />
rupiah untuk membuat kilang di Indonesia. n<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON, BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
BISNIS<br />
BLUE BIRD PUN<br />
‘NARIK’ DI<br />
PERUSAHAAN TAKSI TERBESAR, BLUE<br />
BIRD, SUKSES MELEPAS SAHAM KE BURSA.<br />
PERCAYA DIRI MESKI BURSA TERANCAM<br />
GONJANG-GANJING.<br />
BURSA<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
BISNIS<br />
Para eksekutif Blue<br />
Bird, termasuk Presiden<br />
Direktur Purnomo Prawiro<br />
Djokosuntono (kedua<br />
dari kiri), saat melakukan<br />
paparan publik menjelang<br />
penjualan saham.<br />
DOK BLUE BIRD<br />
ADA yang sedikit berbeda pada kaca<br />
belakang taksi Blue Bird beberapa<br />
bulan belakangan. Biasanya kaca<br />
belakang taksi ini polos, tapi kali<br />
ini ada tulisan “Blue Bird Go Public” dengan<br />
warna dasar biru. Mereka memang membanggakan<br />
diri karena akhirnya mereka masuk ke<br />
bursa dan cukup sukses.<br />
Dari harga awal Rp 6.500, saham Blue Bird<br />
ramai dipe rebutkan investor dan pada hari<br />
pertama sudah ditutup pada harga Rp 7.450<br />
per lembar. Padahal mereka melepas saham<br />
pada pekan lalu, saat bursa rentan gonjangganjing<br />
karena Amerika Serikat menghentikan<br />
program stimulus ekonomi. Penghentian<br />
stimulus ini membuat suku bunga di Amerika<br />
naik dan investor mungkin menarik dana dari<br />
Indonesia dan membuat harga saham terpukul.<br />
Robert Rerimasie, Direktur Keuangan Blue<br />
Bird, mengatakan mereka mengincar investor<br />
jangka panjang yang tidak terlalu terpengaruh<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
BISNIS<br />
Kantor Blue Bird di kawasan<br />
Mampang, Jakarta<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
naik-turun harga saham harian. “Kami mengutamakan<br />
investor long term, jadi yang tidak<br />
terlalu terpengaruh oleh gejolak-gejolak yang<br />
ada,” katanya.<br />
Investor jangka panjang diincar mungkin karena<br />
sejarah mereka juga cukup panjang. Awal<br />
taksi ini dimulai hampir setengah abad silam,<br />
pada 1965, oleh Mutiara Fatimah Djokosoetono<br />
dan tiga anaknya yang semuanya dokter,<br />
yakni dr Chandra Suharto, dr Mintarsih<br />
A. latief, dan dr Purnomo Prawiro. Awalnya,<br />
pada 1965, Mutiara dan dua anaknya, Chandra<br />
dan Purnomo, mendirikan perusahaan<br />
Chandra Taxi. Saat itu, tentu saja, taksi belum<br />
menggunakan argo.<br />
Beberapa tahun kemudian, pada awal 1970-<br />
an, tiga anak Mutiara Fatimah membentuk<br />
CV Lestiani. Nah, CV ini—bersama Mutiara<br />
Fatimah sendiri serta Surjo Wibowo—mendirikan<br />
PT Sewindu Taxi, yang kemudian berganti<br />
nama menjadi PT Blue Bird Taxi. Bisnis<br />
ini terus bergerak maju dan pada 1990-an sudah<br />
dipandang sebagai taksi dengan la yanan<br />
yang bagus.<br />
Meski Mutiara Fatimah meninggal pada<br />
2000, Blue Bird terus moncer. Tahun lalu,<br />
misalnya, mereka meraih pemasuk an sampai<br />
Rp 3,9 triliun. Lonjakan laba komprehensif<br />
mereka sangat mengesankan. Pada 2009,<br />
laba mereka masih Rp 7,3 miliar, tahun berikutnya<br />
naik menjadi Rp 41 miliar, Rp 59 miliar,<br />
Rp 118 miliar, dan tahun lalu sudah berkali-kali<br />
lipat menjadi Rp 713 miliar.<br />
Padahal mereka mengambil strategi tarif<br />
batas atas—tarif termahal taksi yang diizinkan<br />
pemerintah. Pesaing terdekatnya, yakni<br />
taksi Express, mengambil tarif batas bawah.<br />
Pemilihan tarif ini, menurut Ketua DPD Or-<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
BISNIS<br />
Taksi Blue Bird mulai melayani<br />
pembayaran dengan kartu<br />
kredit atau debit.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
ganda Jakarta Safruan Sinungan, tidak begitu<br />
memancing perbedaan segmen konsumen.<br />
“Sebab, saat ini konsumen bisa memilih taksi<br />
sesuai dengan kebutuhan masing-masing,”<br />
katanya.<br />
Saat ini posisi mereka sebagai perusahaan<br />
taksi juga sangat kokoh. De ngan armada lebih<br />
dari 21 ribu unit, Blue Bird adalah perusahaan<br />
taksi reguler terbesar di Indonesia. Perusahaan<br />
pesaing terdekatnya pun hanya mengoperasikan<br />
9.800 unit. Sedangkan untuk taksi<br />
eksekutif, mereka mengoperasikan 1.252 mobil,<br />
yang sebagian besar, 947 buah, bermerek<br />
Mercedes-Benz.<br />
Meski memiliki beberapa anak usaha, bisnis<br />
taksi re gulernya memang menjadi andalan<br />
pemasukan. Sekitar 80 persen pemasukan<br />
perusahaan ini datang dari para sopir taksi<br />
reguler. Sisanya dari taksi eksekutif, bus, mobil<br />
sewaan, dan perusahaan karoseri bus.<br />
Meski bukan sumber pemasukan utama,<br />
bisnis lain ini juga diperhatikan. “Kami juga<br />
akan mengembangkan nontaksi karena sektor<br />
transportasi masih menjadi prioritas utama,”<br />
kata Direktur Blue Bird Sigit Prawiro Djokosoetono.<br />
Untuk membeli kendaraan baru, Blue Bird<br />
juga memanfaatkan kredit perbankan. Nilai<br />
utang mereka cukup besar. Menurut catatan<br />
prospektus, pada akhir tahun lalu utang<br />
mereka mencapai Rp 2,4 triliun. Penjualan<br />
saham perdana pekan lalu itu, yang perolehan<br />
kotornya mencapai Rp 2,4 triliun, di antaranya<br />
akan digunakan untuk mencari modal<br />
buat mengurangi utang ini. Lainnya digunakan<br />
untuk menambah taksi—mereka masih<br />
memiliki izin sekitar 7.500 taksi yang belum<br />
digunakan—dan membeli lahan untuk pul.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
BISNIS<br />
Pesaing terdekat Blue<br />
Bird adalah taksi Express.<br />
Berbeda dengan Blue Bird,<br />
Express mengandalkan tarif<br />
yang lebih murah.<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Mereka terus memperbesar armada karena<br />
melihat peluang yang masih terbuka lebar.<br />
Salah satu peluang ini karena jumlah taksi di<br />
Jakarta masih terhitung rendah dibanding di<br />
kota besar di negara lain. Di Singapura dan<br />
Hong Kong, dua kota dengan sistem angkutan<br />
umum kelas wahid, misalnya, memiliki rasio<br />
taksi 5,3 dan 2,5 unit per 1.000 penduduk.<br />
Bangkok, dengan sistem angkutan umum<br />
yang kurang bagus dan baru beberapa tahun<br />
mengoperasikan kereta bawah tanah dan<br />
kereta layang, mencapai 10,2 unit per 1.000<br />
penduduk. Sedangkan Jakarta dan sekitarnya,<br />
menurut lembaga riset Euromonitor, yang dikutip<br />
prospektus Blue Bird, menyebut hanya<br />
memiliki 1,4 taksi per 1.000 penduduk.<br />
Penetrasi rendah ini juga diakui taksi Express,<br />
yang meng operasikan 10.500 unit—<br />
9.500 di antaranya di Jakarta dan sekitarnya.<br />
“Di Indonesia itu penetrasi taksi masih rendah,<br />
jadi masih ada kue yang cukup bagi kita<br />
semua,” kata David Santoso, Direktur Keuangan<br />
Express Transindo Utama. “Jadi room to<br />
grow (ruang tumbuh) masih tinggi.”<br />
Bahkan kehadiran MRT—yang proyeknya<br />
sedang dikerjakan dari Lebak Bulus<br />
hingga sekitar Bundaran Hotel Indonesia—diperkirakan<br />
tidak akan banyak mempengaruhi<br />
bisnis taksi. Hal ini berdasarkan<br />
pengalaman operator taksi di Bangkok saat<br />
kereta layang dan kereta bawah tanah mulai<br />
beroperasi di kota dengan tingkat kemacetan<br />
legendaris itu.<br />
Yang justru menjadi ancaman adalah jika<br />
Blue Bird tidak mampu menjaga kualitas pelayanan<br />
para pengemudinya. Selama seperempat<br />
abad terakhir, banyak perusahaan taksi<br />
yang muncul dan kemudian hilang. Biasanya,<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
BISNIS<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
kematian perusahaan taksi ini dimulai dengan<br />
keluhan penumpang karena merasa “diputarputar”<br />
sehingga mesti membayar argo yang<br />
lebih mahal dari seharusnya.<br />
Karena sopir nakal ini menjadi salah satu ancaman<br />
bisnis taksi, secara khusus dalam prospektusnya,<br />
Blue Bird menyebut bahwa salah<br />
satu risiko terbesar mereka adalah saat tidak<br />
mampu merekrut, melatih, dan mempertahankan<br />
pengemudi yang memenuhi standar<br />
perusahaan. Ini, menurut prospektus, “Karena<br />
salah satu kunci kekuatan perseroan adalah<br />
kemampuan menyediakan layanan terbaik<br />
bagi para pelanggan taksi.”<br />
Jika pengemudi di bawah standar, reputasi<br />
dan merek bakal terganggu. “Permintaan layanan<br />
taksi perseroan dapat terpengaruh,” ungkap<br />
prospektus itu.<br />
Hal-hal ini agaknya bisa diterima para investor.<br />
Kepala Riset Woori Korindo Securities<br />
Reza Priyambada mengatakan, selama kondisi<br />
fundamental perusahaan terjaga, se perti dana<br />
hasil IPO digunakan menambah unit, mereka<br />
akan bisa menangkal gejolak jangka pendek.<br />
“Langkah ini dibutuhkan karena manajemen<br />
Blue Bird mengincar investor jangka panjang,”<br />
katanya.<br />
Hal yang sama diungkap Jeff Tan, Associate<br />
Director Investment Division Sinarmas Asset<br />
Management. “Kalau secara fundamental<br />
emitennya bagus, tidak ada masalah dengan<br />
gejolak di pasar, harganya juga akan naik,” tutur<br />
Jeff. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
KESAKSIAN<br />
EMPAT<br />
ZAMAN<br />
Hidup dalam empat “zaman” dilakoni Solihin G.P. dengan bekerja dan berkarya. Tak<br />
mengherankan bila pada usianya yang 89 tahun, ia masih energetik. Semua indranya masih<br />
normal. Ingatannya pun masih tajam. Seperti memutar alat perekam, ia bertutur soal<br />
pengalamannya 16 tahun mendampingi Soeharto, perseteruannya dengan Gubernur DKI Jakarta<br />
Ali Sadikin, hingga hubungannya dengan Susi Pudjiastuti dan Tomy Winata.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
MEMOAR<br />
DARI MERAPI<br />
KE BINA GRAHA<br />
SEMULA SOEHARTO DISEBUTNYA PRESIDEN TERBAIK DI DUNIA. TAPI, SETELAH 16 TAHUN<br />
MENDAMPINGINYA DI BINA GRAHA, SOLIHIN G.P. TAK LAGI MENYUKAI SOEHARTO. APA YANG<br />
MEMBUATNYA KECEWA?<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Mendampingi Presiden<br />
Soeharto saat menghadiri<br />
dies natalis IPB.<br />
DOK. PRIBADI/<br />
REPRO: RENGGA SANCAYA/<br />
DETIKCOM<br />
SELEPAS menjadi Gubernur Jawa<br />
Barat (1970-1975), saya lebih banyak<br />
menghabiskan waktu di kampung.<br />
Bertani. Tapi kemudian datang kabar<br />
dari keluarga di Bandung, ada surat dari Presiden<br />
Soeharto. Ketika saya pulang ke Bandung,<br />
diketahui saya diminta menjadi Sekretaris<br />
Pengendalian Operasional Pembangunan<br />
(Sesdalopbang), menggantikan Bardosono. Dia<br />
sebetulnya belum lama jadi Sesdalopbang, tapi<br />
sudah terlibat sebuah kasus.<br />
Rupanya di rumah sudah menunggu<br />
Leonardus Benjamin Moerdani. Kala itu dia<br />
menjabat Asisten Intelijen Hankam. Benny<br />
menyarankan saya agar menolak jabatan itu.<br />
Alasannya, keadaan di Bina Graha sangat rumit<br />
dan tidak mungkin saya kuasai. Saya betulbetul<br />
tersinggung oleh ucapannya.<br />
”Karena kamu menyarankan begitu, maka<br />
saya terima.”<br />
Perkenalan dengan Soeharto tidak<br />
berlangsung di medan tempur, tapi di lokasi<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
BAGI SAYA, AWALNYA SOEHARTO<br />
MERUPAKAN PRESIDEN TERBAIK<br />
DI DUNIA, TERUTAMA SAAT IA<br />
MEMPERJUANGKAN INDONESIA<br />
MENJADI NEGARA SWASEMBADA<br />
BERAS.<br />
bencana alam. Pada Januari 1969, Gunung<br />
Merapi meletus. Saya menjabat Gubernur<br />
Akademi Militer di Magelang saat peristiwa<br />
terjadi, dan terlibat mengerahkan para taruna<br />
akademi dan truk untuk membantu warga<br />
mengungsi. Suatu hari Soeharto datang<br />
meninjau lokasi pengungsian dan bertemu<br />
dengan saya. Ia menyapa,<br />
”Solihin ya?”<br />
Dari perjumpaan itu, dia<br />
menyarankan agar saya mau<br />
menerima (permintaan)<br />
menjadi Gubernur Jawa Barat<br />
kalau Dewan Perwakilan<br />
Rakyat Daerah memilih. Saya<br />
tidak boleh menolak karena<br />
masih aktif di ABRI. Padahal saya sebetulnya<br />
lebih suka pensiun.<br />
Bagi saya, awalnya Soeharto merupakan<br />
presiden terbaik di dunia, terutama saat ia<br />
memperjuangkan Indonesia menjadi negara<br />
swasembada beras. Beliau detail sekali kalau<br />
urusan teknis penanaman, pemeliharaan, dan<br />
panen padi. Pokoknya dia lebih tahu daripada<br />
penyuluh pertanian.<br />
Sebagai pribadi, Soeharto itu sederhana,<br />
biasa makan apa saja dan siap tidur di mana<br />
saja. Saat kemalaman di Sukabumi, misalnya,<br />
dia tidak menolak saat ditawari tidur di restoran<br />
Ikan Mas. Begitu juga saat ke pedalaman<br />
Banten, Pak Harto tak keberatan tidur di rumah<br />
warga yang tak punya kamar mandi. Cuma, dia<br />
sempat tanya, “Lihin, besok kita nongkrong<br />
di mana?” Maksudnya buang air besarnya di<br />
mana. “Ya, kita sama-sama ke sungai saja, Pak,”<br />
jawab saya.<br />
Jadi pagi-pagi Soeharto sudah<br />
menyelempangkan handuk di pundak. Begitu<br />
juga saya. Kami turun ke sungai untuk BAB,<br />
juga mandi. Presiden mana di Indonesia<br />
kayak gitu. Hebatlah.... Setiap kali sidak, yang<br />
mendampingi biasanya cuma Sekretaris Militer<br />
Tjokropranolo, ajudan, dan dua prajurit Polisi<br />
Militer. Mobilnya pakai Toyota Hi-Ace.<br />
●●●<br />
Sebagai Sesdalopbang, tugas utama saya<br />
adalah memelopori pembangunan di daerah-<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Tap Untuk<br />
Melihat Video<br />
daerah yang kedodoran. Saya mengumpulkan<br />
data daerah mana saja yang kedodoran di<br />
bidang pangan, penanggulangan penyakit<br />
menular, pendidikan, macam-macam. Saya bisa<br />
meminta bantuan para direktur jenderal dari<br />
departemen terkait. Biasanya saya bertemu<br />
dengan Presiden pagi dan sore hari.<br />
Saya pernah dikirim ke Timor Timur untuk<br />
mengecek operasi militer. Dari pengamatan dan<br />
temuan di lapangan, kondisinya menyedihkan<br />
dan memalukan bagi saya sebagai orang<br />
yang pernah menjadi tentara. Kenapa? Karena<br />
oknum-oknum pimpinan ABRI di sana bukan<br />
perang, tapi berdagang kopi. Tapi laporan saya<br />
oleh Soeharto didiamkan saja. Mungkin karena<br />
ia juga terbiasa mengumpulkan duit. Sewaktu<br />
menjadi Panglima Kodam IV/Diponegoro, kan<br />
dia sudah menjalin bisnis dengan Liem Sioe<br />
Liong atau Om Liem.<br />
Selain kasus di Timor Timur itu, saya<br />
mulai tidak sreg dengan sikap Soeharto<br />
yang membiarkan anak-anaknya berbisnis.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Solihin bersama salah satu suku<br />
di pedalaman Papua.<br />
DOK. PRIBADI<br />
REPRO: RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
Boleh saya katakan, sesungguhnya arsitek<br />
bisnis anak-anak itu, ya, Soeharto sendiri.<br />
Anak-anaknya cuma pelaksana. Waktu Tutut<br />
(Siti Hardijanti Rukmana) membuat jalan<br />
tol, ia panggil Menteri Keuangan. Soeharto<br />
memerintahkan agar memberikan kredit<br />
tambahan kalau ada kekurangan pendanaan<br />
proyek. Lalu anaknya yang lain, seperti Sigit<br />
dan Bambang, diarahkan untuk berbisnis di<br />
bidang ini-itu.<br />
Saya bukan “yes man”. Soeharto juga tahu saya<br />
sudah tidak suka pada beberapa kebijakannya.<br />
Ya, sudah, saya say goodbye. Saya terlalu sayang<br />
pada bangsa ini. Jadi, kalau siapa pun yang<br />
merugikan, saya tanggapi sebagai lawan. Total<br />
saya menjadi Sesdalopbang selama 16 tahun.<br />
Sejak berhenti sebagai Sesdalopbang, saya<br />
tidak pernah bertemu lagi dengan Soeharto.<br />
Sewaktu dia sakit sampai meninggal pun tidak<br />
lagi ketemu. ■ PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Biodata<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
Nama:<br />
Solihin Gautama Poerwanegara<br />
Lahir: Tasikmalaya, 21 Juli 1926<br />
Orang tua: Abdulgani Poerwanegara<br />
dan Siti Ningrum<br />
Istri: Maryam Harmain, lahir di<br />
Tasikmalaya, 20 Agustus 1929<br />
Anak:<br />
1. Jessy Jasmini<br />
2. Jani Elita Haryani<br />
3. Satrija Kamal<br />
4. Moh. Lutfi Adimulya<br />
Pendidikan:<br />
- Europeesche Lagere School (ELS)<br />
- Meer Uitgebreid Lager Onderwijs<br />
(MULO)<br />
- Sekolah Menengah Pertama<br />
- Sekolah Menengah Tinggi<br />
- Sekolah Staf Komandan Angkatan<br />
Darat, 1954<br />
- US Army Infantry School, 1957<br />
- Sekolah Staf dan Komando TNI AD,<br />
1969<br />
Pangkat terakhir:<br />
Letnan Jenderal, 1978<br />
Karier:<br />
- Guru SSKAD, 1954-1956, Bandung<br />
- Panglima Kodam XIV Hasanuddin,<br />
1965-1968, Makassar<br />
- Gubernur Akabri Umum dan Darat,<br />
1968-1970, Magelang<br />
- Gubernur Jabar, 1970-1975<br />
- Sekretaris Pengendalian Operasional<br />
Pembangunan, 1977-1992<br />
- Anggota DPA, 1992-1997<br />
- Anggota MPR, 1998<br />
Tanda Jasa:<br />
- Bintang Jasa Tingkat II<br />
- Bintang Dharma<br />
- Bintang Gerilya<br />
- Bintang Ekapaksi Kelas IV<br />
- Medali Sewindu Angkatan Perang<br />
- Satyalancana Perang Kemerdekaan I<br />
- Satyalancana Perang Kemerdekaan II<br />
- Bintang Kongo<br />
- Heung In (Korea Selatan)<br />
- Satyalancana Kesetiaan XXIV Tahun<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014<br />
MAJALAH DETIK 10 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
GUBERNUR<br />
BAJINGAN<br />
MELAWAN<br />
BANG ALI<br />
“BANG ALI, ITU STRATEGI YANG KERDIL.<br />
SAYA KIRA BANG ALI PENGATUR STRATEGI<br />
ULUNG YANG BESAR.”<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Solihin G.P.<br />
DOK. PRIBADI/REPRO :<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
SEBELUM dikenal<br />
punya hobi<br />
mengoleksi mobilmobil<br />
antik, saya<br />
suka sekali berburu. Kijang<br />
adalah satu sasaran favorit<br />
saya. Tapi, pada suatu hari,<br />
saya sebagai Gubernur Jawa<br />
Barat mendapat laporan bahwa<br />
kawasan perkebunan kakao di<br />
Subang diserang hama bajing.<br />
Wah, daripada harus membayar<br />
orang untuk membasminya,<br />
lebih baik saya buat saja lomba<br />
berburu bajing. Ternyata<br />
peminatnya cukup banyak,<br />
puluhan orang dari Jakarta<br />
dan Bandung, termasuk saya.<br />
Penentuan juara tentu saja siapa<br />
yang paling banyak menembak<br />
si bajing. Eh, ternyata, setelah<br />
dihitung, bajing yang berhasil<br />
saya tembak mencapai 20<br />
ekor. Itulah yang terbanyak,<br />
alias juaranya. Sejak itu saya dijuluki Gubernur<br />
Bajingan, ha-ha-ha….<br />
Tapi, di luar soal julukan itu, kasus yang sempat<br />
mendapat perhatian publik, baik masyarakat<br />
Jakarta maupun Jawa Barat, adalah perseteruan<br />
saya dengan Bang Ali. Meskipun di dunia militer<br />
sama-sama bintang tiga, sebagai gubernur dia<br />
lebih dulu. Lebih seniorlah. Karena itu, setelah<br />
dua minggu dilantik sebagai orang nomor<br />
satu di Jawa Barat pada 1970, saya berinisiatif<br />
bersilaturahmi kepadanya. Selain tetangga<br />
secara geografis, Bang Ali putra keturunan<br />
Sunda. Dia kelahiran Sumedang, sedangkan<br />
saya dari Tasikmalaya.<br />
Karena rencana pertemuan sifatnya informal,<br />
basa-basi, sambil membayangkan diselingi<br />
makan siang, saya ke Jakarta hanya berdua<br />
dengan sopir. Eh, begitu memasuki wilayah<br />
perbatasan Jawa Barat-Jakarta, saya terkejut<br />
melihat sambutan yang luar biasa. Di sana<br />
sudah ada iring-iringan sepeda motor voorijder.<br />
Terus terang, rasa waspada sebagai prajurit<br />
tiba-tiba bangkit. Hati saya berkata, ”Pasti bang<br />
Ali ada maksudnya nih. Hati-hati aing (saya).”<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Solihin G.P. dalam mobil dinas<br />
saat melakukan kunjungan<br />
kerja di daerah Jawa Barat.<br />
DOK. PRIBADI/REPRO :<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
Saya kembali terkejut karena di ruang<br />
operasional gubernur telah berkumpul para<br />
staf, pimpinan DPRD, dan sesepuh masyarakat<br />
Betawi. Setelah berbasa-basi, Bang Ali<br />
menurunkan tirai dan menampilkan sebuah<br />
peta. Di sana tergambar sebagian dari Bekasi<br />
sudah masuk Jakarta. Begitu juga dengan<br />
sebagian Tangerang dan Bogor. Ia lantas<br />
berkata, “Saya ditugasi rakyat saya untuk<br />
memenuhi kebutuhan pengembangan Jakarta.<br />
Karena itu, daerah-daerah ini harus masuk<br />
wilayah Jakarta. Pembangunannya akan lebih<br />
cepat jika dilaksanakan oleh DKI. Toh, Jawa<br />
Barat tidak bisa membangun.”<br />
Waduh, antara kaget, marah, dan terhina<br />
campur aduk dalam batin saya. “Ini orang<br />
kurang ajar bener,” saya membatin. Tapi saya<br />
biarkan dia terus bicara. ”Mang Ihin, mumpung<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Ia sparring partner<br />
yang menyenangkan<br />
buat saya. Banyak<br />
persamaan dengan<br />
saya, sampaisampai<br />
selera<br />
melihat orang cantik<br />
pun sama. Cuma, dia<br />
lebih tampan dari<br />
saya.<br />
-Ali Sadikin-<br />
Gubernur Jawa Barat putra Sunda dan saya<br />
Gubernur DKI putra Sunda, mari kita selesaikan<br />
masalah ini.”<br />
Dia juga menantang saya berdiri berdua di<br />
perbatasan saat malam Minggu untuk melihat<br />
berapa mobil dari Jawa Barat<br />
yang masuk Jakarta. Sebaliknya,<br />
berapa mobil dari Jakarta yang ke<br />
Jawa Barat.<br />
Wah, ini sudah keterlaluan.<br />
Saya tak bisa terus diam. Dengan<br />
lantang saya berkata, “Bang Ali,<br />
itu strategi yang kerdil. Saya<br />
kira Bang Ali pengatur strategi<br />
ulung yang besar. Kalau Jakarta<br />
dikembangkan seperti itu, secara<br />
strategis tidak akan membawa<br />
perkembangan yang luar biasa.”<br />
Saya juga bilang, kalau Bang Ali<br />
mau, satukan saja Jakarta dengan<br />
Jawa Barat. Akan saya serahkan.<br />
biar ibu kotanya di Jakarta dan Bang Ali menjadi<br />
gubernurnya. Kalau sepotong-sepotong seperti<br />
itu, no way. Kalau dikatakan Jawa Barat tak<br />
bisa membangun, Bang Ali harus lihat, “Siapa<br />
dulu sekarang gubernurnya,” ujar saya seraya<br />
bangkit meninggalkan ruangan. Pertemuan<br />
yang seharusnya diakhiri dengan makan siang<br />
itu akhirnya bubar lebih cepat. Hanya sekitar<br />
setengah jam.<br />
Sampai di Bandung, saya segera kumpulkan<br />
staf. Saya instruksikan, pembangunan wilayah<br />
perbatasan dengan Jakarta harus diprioritaskan<br />
dengan bersandar pada kekuatan alam.<br />
Supaya investor masuk, saya minta pajak<br />
direndahkan. Kebetulan saya berteman<br />
dengan Hadi Manansang, pimpinan Oriental<br />
Circus Indonesia, yang didirikan pada 1967.<br />
Saya tanya apa yang bisa diperbuat untuk Jawa<br />
Barat. Rupanya dia punya ide membangun<br />
Taman Safari di Cisarua, Bogor, tapi sulit<br />
mendapatkan izin lahan. Kami juga menggenjot<br />
pembangunan di kawasan Cisadane dengan<br />
mengundang para investor untuk membangun<br />
pabrik-pabrik tekstil. Juga ada pendirian pabrik<br />
semen di Cibinong. Untuk pariwisata, kami<br />
berikan kredit kecil untuk pendirian home stay.<br />
Beberapa tahun kemudian, saya telepon<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Bersama Mashudi,<br />
Gubernur Jawa Barat yang<br />
digantikannya.<br />
DOK. PRIBADI/REPRO :<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
Bang Ali. Saya bilang, ”Bang Ali, ayo kita berdiri<br />
di perbatasan malam minggu sekarang. Berapa<br />
banyak mobil yang menuju Jawa Barat. Orang<br />
Jakarta pasti bosan atuh dansa-dansi terus di<br />
diskotek.”<br />
lll<br />
Dalam biografi Ali Sadikin Membenahi Jakarta<br />
Menjadi Kota yang Manusiawi karya Ramadhan<br />
K.H., Bang Ali mengakui perseteruan dan<br />
persaingannya dengan Solihin. Ia memuji sikap<br />
Solihin yang terbuka, tegas, jujur, dan berani<br />
mengambil risiko. Maklum, keduanya samasama<br />
lahir di bulan Juli. “Ia sparring partner yang<br />
menyenangkan buat saya. Banyak persamaan<br />
dengan saya, sampai-sampai selera melihat<br />
orang cantik pun sama. Cuma, dia lebih tampan<br />
dari saya,” ujar Bang Ali. n PASTI LIBERTI MAPPAPA |<br />
SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
AYAH ANGKAT<br />
SUSI-TOMY<br />
SEBAGAI PENGUSAHA<br />
PERIKANAN, TOMY WINATA<br />
MENDUKUNG VISI MARITIM<br />
JOKOWI. JUGA SIAP<br />
MENYUKSESKAN KERJA<br />
MENTERI SUSI.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Mendampingi Susi Pudjiastuti di<br />
Istana Negara<br />
DOK. TRANS MEDIA<br />
K<br />
etika Susi Pudjiastuti menggandeng<br />
Solihin G.P. saat pelantikan dirinya<br />
sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan<br />
oleh Presiden Joko Widodo di<br />
Istana Negara, Jakarta, 27 Oktober lalu, banyak<br />
pihak maklum. Sebab, Solihin diketahui sebagai<br />
sesepuh Jawa Barat yang punya kepedulian<br />
terhadap kaum petani dan nelayan. Mantan<br />
Gubernur Jawa Barat itu juga mengenal Susi<br />
sejak remaja dan sudah menganggap Susi sebagai<br />
anak asuhnya.<br />
Tidak demikian halnya ketika Solihin datang<br />
bersama pengusaha nasional Tomy Winata ke<br />
kediaman Susi di Pa ngandaran, Jawa Barat,<br />
Sabtu, 1 November lalu. Banyak pihak bertanya-tanya,<br />
ada apa gerangan. Tak aneh bila berbagai<br />
komentar sinis dan prasangka tak elok<br />
berkembang secara liar.<br />
lll<br />
Kedua orang itu anak asuh saya. Keduanya<br />
punya banyak kesamaan. Susi dan Tomy ada-<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Menemani Susi menemui<br />
para nelayan di Pangandaran,<br />
Sabtu (1/10).<br />
DOK<br />
lah pengusaha sukses yang merangkak dari<br />
bawah, nol. Keduanya punya bisnis di sektor kelautan<br />
dan perikanan serta transportasi udara.<br />
Susi dan Tomy juga sama-sama cuma berbekal<br />
ijazah SMP. Cuma, kalau Tomy kiprahnya sering<br />
diliputi kontroversi, Susi menjadi kontroversi<br />
pas baru jadi menteri. Itu juga cuma karena dia<br />
merokok dan bertato.<br />
Saya kenal Susi sejak dia masih remaja, sewaktu<br />
saya masih Gubernur Jawa Barat. Saya<br />
mengikuti sepak terjangnya mulai dia jadi tukang<br />
panggul ikan. Keliling ke sana-kemari. Sedangkan<br />
Tomy Winata baru saya kenal pas saya<br />
jadi Sesdalopbang, yang kantornya di samping<br />
Pak Harto di Bina Graha. Kala itu, entah<br />
bagaimana mulanya, Tomy datang menemui<br />
saya di kantor. Cuma ngobrol ngalor-ngidul.<br />
Dia banyak cerita soal macam-macam operasi<br />
ABRI yang pernah diikutinya. Di Kalimantan<br />
dan daerah lainnya. Tomy juga hafal dan<br />
kenal kapten-kapten yang memimpin operasi.<br />
“Wah, siapa ini anak muda kok mau ikut berjuang<br />
dengan ABRI. Ya, dari situlah akhirnya<br />
saya kenal dia,” saya membatin.<br />
Ketika akhir pekan, dia suka datang ke rumah<br />
bawa anak nya. Sekali waktu, pas jalan-jalan,<br />
anaknya duduk di depan di pangkuan saya. Eh,<br />
malah saya diompolin sampai kuyup, ha-haha….<br />
Tomy termasuk pengusaha muda yang ulet<br />
dan mau maju. Dia merintisnya dari nol, mulai<br />
dari ngecat mobil di rumah nya. Lama-lama,<br />
karena dia tekun, usahanya berkembang, lalu<br />
menjadi kontraktor di lingkungan Angkatan<br />
Darat. Saya selalu senang kalau ada orang<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Kunjungan delegasi Cina ke PT<br />
Maritim Timur Jaya<br />
DOK. PT MTJ<br />
mampu melakukan loncatan<br />
jauh dalam prestasinya.<br />
Tapi, begitu sudah menjadi<br />
pengusaha besar, dalam sebuah<br />
pertemuan, saya sampaikan<br />
sebuah peribahasa,<br />
sejinak-jinak anak harimau,<br />
bila sudah besar tetap berbahaya.<br />
Bisa diterkam tengkuk<br />
kita. Karena itu, sebaiknya diserahkan<br />
ke kebun binatang.<br />
Lalu saya bilang kepada<br />
Tomy, “Sekarang, karena kamu<br />
sudah menjadi pengusaha besar, sebaiknya<br />
hubungan dibatasi dengan tegas. You go your<br />
way, I go my way.” Jadi, ketika dia tambah gede,<br />
gede, gede… sampai saya dengar ada yang menyebutnya<br />
mafia ini-itu aduh... macam-macam.<br />
Saya sudah tidak ada lagi hubungan dengan<br />
dia.<br />
Saya baru dihubungi lagi pas musim kampanye<br />
presiden kemarin. Dia bilang akan ikut<br />
menyukseskan Jokowi-Jusuf Kalla menjadi<br />
presiden. Apalagi dalam salah satu debat diketahui<br />
Jokowi punya komitmen untuk berfokus<br />
membangun dunia maritim di Tanah Air. Dia<br />
bilang, “Presiden Jokowi benar, laut kita harus<br />
dikuasai penuh. Saya mendukung tekad itu dan<br />
akan ikut menyukseskan Ibu Susi,” kata Solihin<br />
menirukan pernyataan Tomy.<br />
lll<br />
Dari sejumlah pemberitaan media, Tomy<br />
Winata diketahui memiliki bisnis perikanan di<br />
daerah Tual, Maluku Tenggara. Nilai investasinya<br />
mencapai US$ 60 juta. Lewat bendera PT<br />
Maritim Timur Jaya, sejak 2005 ia membangun<br />
berbagai fasilitas pengolahan ikan berkapasitas<br />
100 ton per hari dan tiga ruang penyimpanan<br />
ikan beku berkapasitas 300 ton, 500 ton, dan<br />
900 ton. Juga memiliki pabrik es berkapasitas<br />
produksi 200 ton. Lantas, benarkah dia<br />
menemui Susi pada Sabtu, 1 November lalu,<br />
di Pangandaran sekadar untuk meng ucapkan<br />
selamat sebagai sahabat lama?<br />
Lewat pernyataan tertulis yang diterima detikfinance,<br />
1 November lalu Tomy menjelaskan<br />
dirinya dan Susi merupakan sahabat lama.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Pabrik PT Maritim Timur Jaya<br />
milik Tomy Winata di Tual,<br />
Maluku Tenggara<br />
DOK. PT MTJ<br />
Keduanya pernah sama-sama menjadi relawan<br />
terdepan dalam membantu para korban bencana<br />
tsunami di Aceh pada akhir Desember<br />
2004. Susi mengerahkan maskapai Susi Air<br />
dan Tomy mengerahkan maskapai Tranwisata<br />
Artha Graha Peduli untuk mengangkut bahan<br />
makanan, obat-obatan, dan personel bantuan.<br />
“Kami yang sama-sama sangat peduli program<br />
kemandirian NKRI dalam kelautan dan<br />
pelestarian pantai, karang laut, dan pelestarian<br />
biota laut, seperti yang kami lakukan di cagar<br />
alam laut Tambling Wildlife Nature Conservation,”<br />
kata Tomy.<br />
Ia berharap pertemuan itu tidak ditafsirkan<br />
lebih dari sila turahmi antarsahabat dan antarkeluarga.<br />
“Sesama anak asuh Bapak Solihin<br />
G.P.,” ujarnya.<br />
lll<br />
Tentang pertemuan Tomy dengan Susi, Solihin<br />
punya kesaksian sendiri.<br />
Tomy bilang ke saya kalau punya bisnis perikanan<br />
di Tual. Investasinya puluhan juta dolar AS.<br />
Tapi belakangan pasokan ikan dari para nelayan<br />
setempat tersendat karena mereka tak punya<br />
kapal tangkap yang cukup. Agar bisnis tetap berjalan,<br />
dia lalu beli ikan dari kapal-kapal asing. Nah,<br />
ini dia akui jelas keliru.<br />
Karena itu, dia merasa perlu menemui Susi untuk<br />
menyampaikan persoalan yang dihadapinya.<br />
Kasarnya, mungkin dia mau bertobat dan akan<br />
menjalankan investasinya sesuai dengan peraturan<br />
perundangan Indonesia. Saya sih tidak ikut<br />
bicara, tidak punya hak. Terserah Susi saja. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
NO FOREST,<br />
NO WATER,<br />
NO FUTURE<br />
KOMPOS BISA MENGHEMAT BENIH<br />
DENGAN HASIL PANEN BERLIPAT<br />
KETIMBANG PUPUK KIMIA.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Solihin G.P. dalam busana<br />
adat Sunda.<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
SELEPAS menjadi Gubernur Jawa Barat pada 1975, saya<br />
memilih tinggal di desa. Bertani. Bergaul dengan para petani,<br />
menyimak keluh kesah mereka, sekaligus berbagi ilmu dan<br />
pengalaman tentang teknik bertani yang mumpuni. Bagi saya,<br />
menjaga dan merawat lingkungan sekitar adalah sebuah keharusan.<br />
Semua tanaman bunga beraneka warna di halaman rumah ini, juga<br />
tanaman sayuran, seperti kangkung, seledri, tomat, cabai rawit, daun<br />
selada, dan lainnya, itu ditanam dengan menggunakan pupuk kompos<br />
yang dibuat sendiri. Tanpa pupuk kimia, karena itu sama dengan racun.<br />
Tanah seharusnya jangan diracun, perut kita juga diisi makanan beracun.<br />
Tanpa zat kimia, investasi sebetulnya lebih murah.<br />
Kemandekan produksi pertanian di desa itu terjadi akibat rakyat dibiarkan<br />
menggunakan pupuk kimia selama lebih dari 30 tahun. Akibatnya, tanah<br />
menjadi gersang dan produksi menjadi stagnan. Andaikan semua potensi<br />
desa dipakai, misalnya dengan mengganti pupuk kimia dengan kompos,<br />
tanah dan hasil pertanian lebih berkualitas, produksi pun meningkat. Saya<br />
dan kawan-kawan yang tergabung dalam Dewan Pemerhati Kehutanan<br />
dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) sudah melatih banyak kelompok<br />
tani di pelosok-pelosok Jawa Barat untuk menanam padi dengan kompos.<br />
Petani, yang awalnya menggunakan benih sebanyak 30 kilogram pada<br />
musim tanam, kini bisa menghemat hanya dengan benih tiga kilogram.<br />
Hasil panen yang dulu menghasilkan gabah kering pungut 4-5 ton per<br />
hektare, kini menjadi 9 ton per hektare.<br />
Konsep ini juga sudah berkali-kali saya sampaikan ke para pemangku<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
menerapkan program itu, tapi, sampai sepuluh<br />
tahun tugasnya selesai, tak ada itu dilaksanakan.<br />
Sepertinya di Kementerian Pertanian itu terlalu<br />
banyak kepentingan yang bermain. Mereka<br />
lebih suka impor beras dan buah-buahan<br />
karena bisa memungut keuntungan dengan<br />
mudah. Tapi mereka tak peduli soal pelestarian<br />
lingkungan dan kesehatan.<br />
lll<br />
Bersama seniman Tisna<br />
Sanjaya berunjuk rasa menolak<br />
komersialisasi kawasan hutan<br />
kota Babakan Siliwangi, Mei<br />
2013.<br />
DOK PRIBADI / REPRO: RENGGA<br />
SANCAYA/DETIKCOM<br />
kepentingan di pemerintahan negeri ini. Pada<br />
2004, saya berharap banyak pada SBY (Susilo<br />
Bambang Yudhoyono) bakal memimpin<br />
perubahan. Saya presentasi tentang bertani dan<br />
berkebun secara organik di Cikeas, mengajak<br />
dia menanam padi organik di Sukabumi. Begitu<br />
juga saat panen, dia hadir dan menghitung<br />
sendiri hasilnya. Pada 2007, dia pernah datang<br />
ke DPKLTS, berdiskusi soal organik ini.<br />
Dia melihat hasil organik yang memang<br />
lebih baik. Menteri Pertanian ditugaskan untuk<br />
Sewaktu masih menjadi gubernur, saya<br />
memprakarsai Gerakan Gandrung Tatangkalan<br />
(Rakgantang) atau gerakan cinta tanaman. Lewat<br />
gerakan ini, saya mengajarkan kepada anak-anak<br />
sekolah untuk membuat benih tanaman hutan<br />
yang baik. Bagaimana memanfaatkan lebahlebah<br />
untuk mendapatkan madu dari hutan,<br />
bagaimana memanfaatkan hidup dari hutan<br />
tanpa merusak hutannya. Saya melakukan<br />
gerakan itu tanpa mengeluarkan duit sepeser<br />
pun. Karena, pada dasarnya masyarakat kita<br />
mau belajar dan cepat belajar bila diberi contoh<br />
dengan benar. Sekarang tidak ada kegiatan<br />
seperti itu. Semua program harus ada duit,<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Tanpa air, sama dengan tak ada masa depan,<br />
tak akan ada kehidupan yang baik.<br />
lll<br />
Menyerahkan bibit dan<br />
biji pohon aren kepada<br />
perwakilan warga Desa<br />
Sukajaya, Cigalontang,<br />
Tasikmalaya, 2011.<br />
DOK PRIBADI / REPRO: RENGGA<br />
SANCAYA/DETIKCOM<br />
duit, dan duit.<br />
Padahal menjaga, merawat, dan melestarikan<br />
hutan itu seharusnya menjadi prioritas<br />
pembangunan. Saya meyakini, jika hutan rusak,<br />
air habis, rakyat akan sengsara. Karena tujuan<br />
utama pembangunan adalah kesejahteraan<br />
rakyat, maka melestarikan hutan adalah<br />
prasyarat mutlak. No forest, no water, no future.<br />
Tanpa hutan, tak akan ada sumber air bersih.<br />
Setelah tidak menjadi gubernur, saya 16<br />
tahun berkeliling ke pelosok negeri ini dari<br />
Sabang hingga Merauke. Saya ditugaskan oleh<br />
Presiden Soeharto menjadi Sesdalopbang,<br />
yang ruang kerjanya berdampingan dengan<br />
dia di Bina Graha. Tugas saya itu memantau,<br />
mendapatkan second opinion, dan menawarkan<br />
terobosan bila program pembangunan di<br />
daerah tidak berjalan sebagaimana mestinya.<br />
Saya memantau daerah yang kekurangan<br />
pangan, rawan penyakit, dan sebagainya.<br />
Untuk daerah-daerah minus, seperti di<br />
Lombok (Nusa Tenggara Barat) dan Indramayu<br />
(Jawa Barat), yang curah hujannya amat sedikit,<br />
saya terapkan sistem pertanian Gogo Rancah.<br />
Sistem dan teknik ini juga dipakai di Timor<br />
Timur. Saya kirim langsung para petani dari<br />
Indramayu ke sana untuk memberi contoh.<br />
Sistem ini diprakarsai Ir. Ayat, pegawai<br />
Departemen Pertanian di Indramayu. Tapi<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SELINGAN<br />
Bersama calon Wali Kota<br />
Bandung, Ridwan Kamil,<br />
setelah berdialog soal<br />
pembangunan lingkungan<br />
Bandung, April 2013.<br />
DOK. PRIBADI<br />
ide-ide dia itu tak terlalu digubris oleh<br />
departemennya. Padahal dia orang pintar,<br />
lulusan dari Prancis. Ya sudah, saya manfaatkan<br />
pengetahuannya soal Gogo Rancah ini. Masa<br />
tanam padinya dimulai menjelang musim hujan<br />
datang, jadi, begitu ada air hujan, tanaman bisa<br />
tumbuh. Ini model sawah tadah hujan.<br />
Membangun desa itu juga penting karena,<br />
jika desa kuat, negara akan kuat. Sebab, lebih<br />
dari 70 persen penduduk Indonesia berada<br />
di desa-desa. Begitu pentingnya desa, pada<br />
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)<br />
I ditegaskan prioritas pembangunan adalah<br />
pedesaan. Tapi kesalahan terbesar terjadi<br />
setelah banyak uang berputar di kota dan<br />
orang-orang pintar merantau ke kota. Ini<br />
terjadi sekitar 1970-an ketika harga minyak<br />
dunia sedang tinggi. Dalam buaian kekayaan,<br />
pemimpin di Indonesia lupa pada niat awal<br />
menyejahterakan rakyat. Saat itu pula potensi<br />
desa terabaikan. Penduduk desa eksodus ke<br />
kota dan menjadi beban. n PASTI LIBERTI MAPPAPA |<br />
SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SPORT<br />
DAN BIG GEORGE<br />
TERSUNGKUR<br />
“BAGAIMANA MUNGKIN FOREMAN BISA<br />
MENGALAHKANMU? ALLAH ADA DI SISIMU.”<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SPORT<br />
Tak ada satu pun<br />
Viet Cong yang<br />
memanggilku<br />
Negro.<br />
bo mai ye,” Muhammad<br />
Ali berteriak di depan<br />
kerumunan penggemarnya<br />
“AKO<br />
di Kinshasa, Zaire, 40 tahun<br />
lalu. “Aku akan membunuh dia,” kata Ali,<br />
dalam dialek Lingalla, ditujukan kepada calon<br />
lawannya di atas ring tinju, George Foreman.<br />
Ali, seperti biasa, bermulut tajam, setajam<br />
sengatan jab-nya. Umurnya kala itu sebenarnya<br />
tak lagi terbilang muda. Dia sudah 32 tahun dan<br />
sempat tiga tahun gantung sarung tinju. Ali tak<br />
bisa naik ring gara-gara lisensi tinjunya dicabut<br />
dan gelarnya sebagai juara dunia tinju kelas<br />
berat dicopot setelah dia menolak ikut<br />
berperang di Vietnam. “Tak ada satu<br />
pun Viet Cong yang memanggilku<br />
Negro,” Ali berdalih, dus tak ada<br />
alasan bagi dia memerangi mereka.<br />
Tiga tahun tak naik ring, tak<br />
sedikit yang menduga kemampuan<br />
bertinju Ali sudah luntur. Ali tak lagi<br />
menari-nari di atas kanvas bak kupukupu,<br />
menyengat seperti lebah. Dia dua<br />
kali kalah dari lawan bebuyutannya, Joe<br />
Frazier dan Ken Norton. Ali, menurut mereka,<br />
jauh lebih jago “berorasi” ketimbang adu pukul.<br />
“Orang-orang berdoa sebelum laga supaya<br />
Ali tak mati di atas kanvas,” kata Bill Caplan,<br />
juru bicara bagi kubu Foreman. “Tak ada yang<br />
berpikir Ali bakal memenangi pertarungan,<br />
demikian pula Foreman.”<br />
George Foreman tujuh tahun lebih muda<br />
dari Ali. Sama seperti Ali, dia juara kelas berat<br />
di Olimpiade. Pukulannya sangat dahsyat.<br />
Sebagian besar lawannya dipaksa tersuruk<br />
mencium kanvas jauh sebelum ronde terakhir.<br />
Sebelum melawan Ali, rekornya masih sangat<br />
mulus: 40 kali bertarung tak terkalahkan,<br />
termasuk menganvaskan TKO Joe Frazier dan<br />
Ken Norton, dua petinju yang mengalahkan Ali.<br />
Di atas kertas, Ali diramal bakal bernasib<br />
sama dengan Frazier dan Norton. Don King,<br />
sang promotor, pun menjagokan Foreman.<br />
“Aku tahu kamu mengunggulkan dia.... Aku<br />
akan tunjukkan kepadamu betapa hebatnya<br />
aku,” kata si mulut besar Ali kepada King.<br />
●●●<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SPORT<br />
Muhammad Ali di Zaire,<br />
Oktober 1973.<br />
KANSAS<br />
“Rumble in the Jungle” (Kegaduhan di<br />
Tengah Hutan). Demikian tajuk pertarungan<br />
Muhammad Ali melawan George Foreman<br />
pada 30 Oktober 1974, di Kinshasa, Ibu Kota<br />
Zaire—kini Republik Demokratik Kongo, negara<br />
di tengah Benua Afrika. Seperti tajuknya yang<br />
agak lebay, pemilihan tempat baku pukul dua<br />
petinju kelas berat terbaik tersebut juga agak<br />
tak lazim.<br />
Don King, sang promotor, kala itu baru mulai<br />
meniti karier di dunia tinju. Dia tak punya cukup<br />
uang untuk membayar Ali maupun Foreman—<br />
keduanya dijanjikan bayaran masing-masing<br />
US$ 5 juta. Angka yang sangat besar saat<br />
itu. Lewat seorang perantara, Fred Weymer,<br />
Don King dan mitranya, Henry A. Schwartz,<br />
diperkenalkan dengan Joseph Mobutu Sese<br />
Seko, penguasa Zaire.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SPORT<br />
George Besar<br />
akan kehabisan<br />
‘bensin’ dan di<br />
atas sana tak ada<br />
‘stasiun bensin’.<br />
Diktator negara miskin di Afrika itu<br />
punya ambisi gila-gilaan. Dia berniat<br />
menyelenggarakan satu “pesta” yang bakal<br />
membuat nama Zaire kondang ke seluruh dunia,<br />
mengalahkan negara tetangga Uganda dan Idi<br />
Amin, penguasa Uganda, yang jadi pesaingnya.<br />
Presiden Mobutu bersedia menyumbangkan<br />
duit US$ 9,8 juta untuk membuat “kegaduhan<br />
di hutan” Zaire.<br />
Beberapa hari setelah bertemu dengan<br />
utusan Presiden Mobutu di Paris, Prancis,<br />
Schwartz terbang ke Kinshasa untuk<br />
mempersiapkan Rumble in the Jungle.<br />
Begitu mendarat di ibu kota Zaire,<br />
seketika dia langsung lemas. “Negeri<br />
ini seperti lubang jamban,” kata<br />
Schwartz. Jalan menuju Stadion 20<br />
Mei, tempat Rumble bakal dihelat,<br />
sangat berdebu dengan lubang di<br />
sekujur jalan. Kondisi stadion itu juga<br />
sangat mengerikan.<br />
“Tak ada lapangan parkir. Bangkubangkunya<br />
sudah lapuk dan di sejumlah<br />
tempat bertumpuk kotoran manusia,” kata<br />
Schwartz. “Begitu aku masuk ke stadion itu,<br />
aku merasa telah membuat kesalahan sangat<br />
besar.... Bahkan di atas ring tinju tak ada<br />
atapnya.” Belum lagi soal koneksi satelit untuk<br />
siaran televisi ke seluruh dunia.<br />
Tapi Schwartz terlalu memandang enteng<br />
Joseph Mobutu, penguasa absolut di Zaire.<br />
“Reaksi mereka tak pernah aku bayangkan.<br />
Pejabat pemerintah Zaire meminta aku<br />
menyebutkan apa saja yang perlu mereka<br />
bangun,” kata Schwartz. Dengan penuh<br />
keyakinan, Presiden Mobutu menjamin semua<br />
kebutuhan “Kegaduhan di Tengah Hutan” bakal<br />
tersedia tepat pada waktunya.<br />
Bak dongeng Bandung Bondowoso<br />
membangun seribu can di dalam semalam,<br />
pemerintah Zaire membangun landas pacu<br />
untuk tempat mendarat pesawat berbadan<br />
besar, membabat rumput dan membangun<br />
lapangan parkir, memasang seribu sambungan<br />
telepon dan menyambungkannya dengan<br />
satelit, serta membangun empat jalur jalan aspal<br />
nan mulus ke pusat kota. Semua dikerjakan<br />
hanya dalam enam bulan.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SPORT<br />
George Foreman di Zaire,<br />
Oktober 1973.<br />
CNN<br />
Di sepanjang jalan di Kinshasa, Presiden<br />
Mobutu membentangkan poster-poster besar<br />
bertulisan “Black power is sought everywhere in<br />
the world, but it is realized here in Zaire”. “Satu<br />
perubahan yang menakjubkan.... Presiden<br />
Mobutu mengerjakan apa yang dia janjikan,”<br />
kata Schwartz.<br />
●●●<br />
Rumble in the Jungle diselenggarakan di<br />
tempat tak biasa, dengan cara luar biasa, pada<br />
waktu yang juga di luar kebiasaan. Selama tiga<br />
hari penuh, sebulan sebelum pertarungan,<br />
sejumlah penyanyi kondang kulit hitam dari<br />
Amerika, seperti James Brown, Celia Cruz,<br />
Miriam Makeba, dan BB King, menghibur warga<br />
Kota Kinshasa.<br />
Ali dan Foreman sudah jauh-jauh hari tinggal<br />
di Kinshasa untuk membiasakan diri dengan<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SPORT<br />
Muhammad Ali memukul jatuh<br />
George Foreman.<br />
VOANEWS<br />
udara panas di kota itu. Sadar bahwa kekuatan<br />
pukulan dan kecepatannya tak lagi bisa<br />
mengimbangi Foreman yang jauh lebih muda,<br />
Ali memutar otak mencari taktik dan strategi.<br />
Gene Kilroy, mantan manajer Ali, menuturkan<br />
menonton semua rekaman pertarungan<br />
Foreman. Saat menyaksikan baku pukul<br />
antara Foreman dan Joe Frazier—Foreman<br />
menjatuhkan Frazier enam kali—Ali berseru,<br />
“Putar lagi... lihat saat dia kembali ke sudut, tak<br />
ada stamina.... Tunggu hingga dia mendengar<br />
ronde ketiga, keempat, dan kelima.... George<br />
Besar akan kehabisan ‘bensin’ dan di atas sana<br />
tak ada ‘stasiun bensin’.”<br />
Bermodal persiapan itulah, walaupun semua<br />
orang ragu dia bakal bisa turun dari ring tinju<br />
dengan selamat, Ali tetap yakin akan merebut<br />
kembali sabuk juara dunia tinju kelas berat.<br />
Semangat Ali bertambah besar setelah dia<br />
menerima telepon dari Elijah Muhammad,<br />
pemimpin Nation of Islam, mentornya dalam<br />
soal agama. “Bagaimana mungkin Foreman<br />
bisa mengalahkanmu? Allah ada di sisimu,” kata<br />
Elijah membesarkan hati Ali.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SPORT<br />
Muhammad Ali di Zaire, Oktober<br />
1973.<br />
GUARDIAN<br />
Pada 30 Oktober menjelang subuh—<br />
pemilihan waktu yang tak lazim ini kabarnya<br />
untuk menghindari hujan—lonceng tanda<br />
dimulainya Rumble in the Jungle berdentang.<br />
Ali membiarkan Foreman menghamburkan<br />
pukulan. “Aku terus memukul, memukulnya<br />
sekeras mungkin, dan dia terus merangkul dan<br />
merangkul. Aku hujani dia dengan pukulan<br />
yang bakal membuat sebagian besar orang<br />
bakal langsung tertidur,” Foreman mengenang<br />
pertarungan 40 tahun lalu. Tapi Ali tetap tegak<br />
bertahan.<br />
Dengan taktik bersandar di tali ring, rope a<br />
dope, dan melindungi wajahnya rapat-rapat, Ali<br />
menguras “bensin” George Foreman. “Apakah<br />
cuma itu yang kamu punya, George?” Ali<br />
berbisik di telinga Foreman, memancing emosi<br />
lawannya. George Foreman, yang kelewat percaya<br />
diri dengan ke saktian pukulannya, apa lagi<br />
dia menjatuhkan dua petinju yang mengalahkan<br />
Ali, terus menghamburkan pukulan.<br />
Gaya bertinjunya yang boros energi itu jadi<br />
bencana bagi Foreman. Seperti diperkirakan Ali,<br />
mulai ronde kelima, kekuatan pukulan Foreman<br />
mulai melemah. Ali mulai menyengat balik<br />
dengan jab cepat. Hingga akhirnya, pada ronde<br />
kedelapan, kombinasi pukulan Ali membuat<br />
Foreman tersungkur ke kanvas.<br />
“Itu merupakan peristiwa paling memalukan<br />
dalam hidupku.... Aku tak percaya aku kehilangan<br />
gelar juara dunia,” kata Foreman. ■<br />
SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | USA TODAY | SHORTLIST<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
PANAS<br />
DI KOTA SUCI<br />
“KOTA INI MESTINYA ADALAH KOTA SUCI. TAPI, SETIAP TAHUN, DI BAWAH<br />
PENDUDUKAN ISRAEL, KAMI TERUS KEHILANGAN TANAH.”<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Pengelola membersihkan<br />
karpet di Masjid Al-Aqsa<br />
setelah terjadi bentrokan<br />
antara pemuda Palestina dan<br />
polisi Israel, Rabu (5/11).<br />
AMMAR AWAD/REUTERS<br />
DI Shuafat semuanya bermula....<br />
Walaupun hatinya mungkin panas,<br />
kepala Mahmoud Abu Khedr tetap<br />
adem. Dia imam salah satu masjid<br />
di Shuafat, distrik muslim di Yerusalem Timur,<br />
Palestina. Dia juga pemimpin klan Abu Khedr.<br />
Pada awal Juli lalu, seorang anggota klannya,<br />
Mohammed Abu Khedr, 16 tahun, ditemukan<br />
tewas dalam kondisi sangat mengenaskan.<br />
Sekujur tubuhnya terdapat luka bakar dan<br />
ada lubang tembakan di dadanya. “Penyebab<br />
kematiannya adalah luka bakar,” kata<br />
Mohammed al-Awewy, Jaksa Agung Palestina.<br />
Suatu pagi, Khedr berniat pergi ke masjid<br />
untuk bersantap sahur. Saat menunggu<br />
seorang teman di luar rumah, dua pemuda<br />
Israel meringkus dan menyeretnya ke dalam<br />
mobil. Tiga pemuda Israel menjadi tersangka<br />
pelaku pembunuhan Khedr. Diduga,<br />
pembunuhan itu merupakan pembalasan atas<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
KITA TAK BISA HIDUP<br />
SEPERTI INI.... SETIAP HARI,<br />
ANGGOTA KELUARGA KITA<br />
ADA YANG DIBUNUH ISRAEL.”<br />
penculikan dan pembunuhan Gilad Shaar, Eyal<br />
Yifrach, dan Naftali Fraenkel.<br />
Beberapa pekan sebelumnya, tiga pelajar<br />
Seminari Yahudi di Tepi Barat hilang diculik saat<br />
hendak pulang ke rumah mereka. Pemerintah<br />
Israel menerjunkan lebih dari 2.000 prajurit<br />
gabungan militer dan polisi<br />
Israel, mengepung Tepi Barat,<br />
wilayah Palestina. Prajurit<br />
Pasukan Pertahanan Israel<br />
menggeledah dari rumah ke<br />
rumah. Hampir tiga pekan<br />
mencari tanpa hasil, jenazah<br />
Gilad, Eyal, dan Naftali<br />
ditemukan di Wadi Tellem,<br />
sekitar 3 kilometer dari Kota<br />
Hebron. Pemerintah Israel<br />
menuding Hamas-lah pelaku<br />
penculikan dan pembunuhan tersebut.<br />
Walaupun salah satu anggota keluarganya<br />
dianiaya dan dibunuh, Mahmoud tetap<br />
berkepala dingin. Dalam khotbahnya, dia selalu<br />
mengkritik kebijakan pemerintah Israel, tapi dia<br />
tak pernah menganjurkan untuk membalasnya<br />
dengan kekerasan. “Balas dendam tak ada<br />
manfaatnya. Tindakan itu hanya menambah<br />
kebencian dan menambah panjang rantai<br />
balas dendam dan pertumpahan darah,” kata<br />
Thawra Abu Khedr, keponakan Mahmoud.<br />
Namun khotbah Mahmoud dan sikap<br />
keluarganya tak bisa mendinginkan hati<br />
warga Palestina yang murka. “Oh... Brigade<br />
Qassam, balas, balas.... Lakukan lagi dan<br />
bebaskan para tahanan,” teriak kerumunan<br />
massa di Shuafat. Mereka berduka sekaligus<br />
murka. Mereka meminta sayap militer<br />
Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, di Jalur<br />
Gaza, membalas kematian Mohammed Abu<br />
Khedr. Tak terelakkan lagi, kerumunan massa<br />
di Shuafat yang sedang panas itu berujung<br />
bentrok dengan polisi Israel.<br />
Mereka menghujani polisi Israel dengan<br />
batu. “Kita tak bisa hidup seperti ini.... Setiap<br />
hari, anggota keluarga kita ada yang dibunuh<br />
Israel,” kata seorang pemuda Palestina. Dari<br />
Shuafat, amarah warga Palestina merembet<br />
ke wilayah muslim lain di Yerusalem Timur.<br />
Tiga stasiun kereta listrik hangus diamuk<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Pemuda Palestina<br />
berlindung di balik<br />
pintu saat bentrok<br />
dengan polisi Israel<br />
di Yerusalem, Kamis<br />
(6/11).<br />
AMMAR AWAD/REUTERS<br />
massa yang kalap.<br />
“Israel mesti belajar dari sejarah,” kata Said<br />
Abu Khedr, paman Mohammed. Dia menunjuk<br />
satu persimpangan di Distrik Shuafat, lokasi<br />
tempat keponakannya terakhir terlihat. Di<br />
titik itulah, kata warga Shuafat, gerakan<br />
perlawanan Intifadah pertama pada 1987<br />
dipantik. Kini, dari Shuafat, gerakan Intifadah<br />
ketiga bakal lahir.<br />
“Jika kalian amati, pemuda-pemuda Palestina<br />
yang ikut dalam gerakan itu rata-rata pernah<br />
dipermalukan, dihina, bahkan dipukuli oleh<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
PALING TIDAK, KAMI<br />
MEMBUAT MEREKA<br />
FRUSTRASI.”<br />
prajurit Israel,” kata Ali Mohammed Jiddah,<br />
aktivis senior Palestina. Balon frustrasi dan<br />
kemarahan itu terus menggelembung dan<br />
akhirnya pecah. Sejak Juli lalu, hampir setiap<br />
hari terjadi bentrokan antara warga Palestina<br />
melawan polisi dan prajurit Israel.<br />
●●●<br />
Setelah Gaza “dingin”, kini giliran<br />
Yerusalem yang “panas”. Pekan lalu,<br />
Ibrahim Askari, anggota Hamas di<br />
Yerusalem, sengaja menabrakkan<br />
mobilnya ke kerumunan orang yang<br />
tengah menunggu kereta listrik di<br />
Sheikh Jarrah. Seorang polisi, Jadan Assad,<br />
tewas dan 13 orang lainnya terluka. Ibrahim<br />
tewas ditembak polisi Israel.<br />
Dua pekan lalu, polisi Israel menembak mati<br />
Moataz Hijazi, warga Palestina. Hijazi inilah<br />
yang diduga pelaku penembakan terhadap<br />
Yehuda Glick, rabi sayap kanan dari Amerika<br />
Serikat. Seminggu sebelumnya, Abdul Rahman<br />
al-Shaludi menabrakkan mobilnya ke stasiun<br />
kereta listrik dan menewaskan seorang bayi<br />
Israel dan warga Ekuador.<br />
“Biarkan mereka menahan kita, biarkan<br />
mereka menembaki kita, tak ada masalah,”<br />
Hamada Abu Omar, 21 tahun, pemuda dari<br />
Yerusalem Timur itu, menantang polisi Israel.<br />
Kafiyeh melingkar di leher dan kepalanya, simbol<br />
Intifadah. “Paling tidak, kami membuat mereka<br />
frustrasi, memperlambat dan menunjukkan<br />
bahwa kami tak pernah menyerah.” Setelah<br />
berulang kali serangan dengan mobil itu, di<br />
Internet mulai bermunculan kartun dengan<br />
tema “Intifadah mobil”.<br />
Sayid Samir, pemilik toko suvenir di<br />
Yerusalem, mengatakan suasana kali ini lebih<br />
gawat ketimbang pada 2000, saat Intifadah<br />
kedua baru lahir. “Sekarang lebih menakutkan,<br />
lebih buruk lagi,” kata Samir. Warga Palestina di<br />
Yerusalem Timur yang semakin terpojok dengan<br />
pendudukan Israel dan perluasan permukiman<br />
Yahudi, ditambah kondisi ekonomi yang buruk,<br />
sudah lama menyimpan kesumat.<br />
“Kami hidup dalam kegilaan. Kota ini<br />
mestinya adalah kota suci. Tapi, setiap tahun,<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Seorang laki-laki Israel<br />
di Yerusalem duduk<br />
terkulai di jalan setelah<br />
warga Palestina<br />
menabrakkan mobilnya<br />
ke sekerumunan<br />
pejalan kaki, Rabu<br />
(5/11).<br />
REUTERS<br />
di bawah pendudukan Israel, kami terus<br />
kehilangan tanah dan terus dihina,” Ibrahim<br />
Hijazi, ayah Moataz Hijazi, menumpahkan<br />
frustrasi. Tensi di Yerusalem semakin tinggi saat<br />
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu<br />
menutup kompleks Masjid Al-Aqsa bagi warga<br />
muslim yang hendak beribadah. Dia berdalih<br />
penutupan itu untuk meredam bentrokan.<br />
Bukan cuma warga Palestina yang murka,<br />
tapi juga pemerintah Yordania. Pekan lalu,<br />
pemerintah Yordania menarik duta besarnya<br />
untuk Israel sebagai protes atas serangan<br />
polisi Israel ke kompleks masjid suci bagi umat<br />
muslim itu. Yordania merupakan pelindung<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Kelompok sayap kanan<br />
Israel menuntut hak<br />
berdoa di kompleks Bait<br />
Suci, Yerusalem, Kamis<br />
(6/11).<br />
RONEN ZVULUN/REUTERS<br />
kompleks Masjid Al-Aqsa berdasarkan traktat<br />
perdamaian antara Israel-Yordania pada 1994.<br />
“Apa yang terjadi tak bisa diterima.... Polisi<br />
Israel masuk masjid dengan mengenakan<br />
sepatu, bahkan hampir mendekati altar,”<br />
kata Azzam Khabib, Direktur Waqaf, otoritas<br />
pengelola kompleks Masjid Al-Aqsa.<br />
Sehari setelah Yordania menarik duta<br />
besarnya, Perdana Menteri Netanyahu<br />
menelepon Raja Abdullah. Dia menjamin<br />
pemerintah Israel tak akan mengubah status<br />
quo atas kompleks Bait Suci dan Masjid Al-<br />
Aqsa. Walaupun terus didesak kelompok sayap<br />
kanan Yahudi untuk membuka akses Bait Suci,<br />
dia berjanji kompleks itu masih tertutup bagi<br />
warga Yahudi yang hendak beribadah. ■<br />
SAPTO PRADITYO | HAARETZ | WASHINGTON POST | REUTERS | BBC |<br />
GUARDIAN | JP<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
JIKA ORANG<br />
KAYA AFRIKA<br />
BERPESTA<br />
“SEMBILAN PULUH PERSEN PELANGGAN KAMI<br />
BISA MENGHABISKAN SETENGAH MILIAR<br />
RUPIAH SETIAP KALI DATANG TANPA BANYAK<br />
PIKIR.”<br />
FOTO: JAPANTIMES<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Aliko Dangote<br />
OMOJUWO<br />
SUATU hari beberapa pekan lalu,<br />
seorang laki-laki dengan santai<br />
melenggang masuk sebuah toko<br />
kecil di Jalan Kimathi, Nairobi,<br />
Kenya. Pelayan toko yang tengah merapikan<br />
koleksi jas dan jaket buru-buru menyambut.<br />
Laki-laki itu mengatakan tengah mencari jas<br />
yang cocok dan pas di badannya. Sang pelayan<br />
mengajaknya ke ruang kecil di lantai dasar dan<br />
menunjukkan koleksi jas mereka. “Ini Hugo<br />
Boss, Pak,” kata sang pelayan, dengan antusias.<br />
“Hugo Boss asli... Anda bisa memilikinya hanya<br />
dengan 300 ribu shilling.” Dalam rupiah, harga<br />
jas Hugo itu sekitar Rp 41 juta.<br />
Tapi laki-laki itu malah mengerutkan dahi dan<br />
menggeleng-gelengkan kepala. Bukan jas itu<br />
yang dia mau. Bukan karena harganya kelewat<br />
mahal. Dia malah merasa agak terhina. Lakilaki<br />
itu terdiam, kemudian merogoh ke balik<br />
jaketnya. Dia menunjukkan merek apa yang<br />
biasa dia kenakan: Brioni.<br />
Wajah sang pelayan memerah. Dia<br />
telah salah menaksir kemampuan kantong<br />
pengunjung tokonya. “Oh, maaf, Pak,” kata<br />
dia, malu. Dia mengajak laki-laki itu ke bagian<br />
lain toko tersebut. Dia segera memamerkan<br />
koleksi jas dan jaket Brioni, merek eksklusif dari<br />
Italia. Tak pikir lama, laki-laki itu menunjuk jas<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
yang dia mau. Jas Brioni yang dia inginkan itu<br />
harganya “hanya” 790 ribu shilling atau Rp 107<br />
juta. Dengan enteng dia merogoh dompetnya,<br />
menggesek kartu, dan segera berlalu, seolaholah<br />
habis membeli baju seharga ratusan ribu<br />
rupiah.<br />
Kenya bukan negara kaya, bahkan tergolong<br />
negara miskin. Hampir separuh penduduknya<br />
hidup dalam kemiskinan absolut. Namun ada<br />
ORANG-ORANG MINUM SAMPANYE SEPERTI<br />
MINUM AIR.”<br />
segelintir penduduknya yang hidup berlimpah<br />
harta.<br />
“Aku suka gaya rambut yang cantik, tak<br />
peduli berapa ongkosnya selama hasilnya<br />
bagus,” kata Saumu Mbuvi, putri Mike Sonko,<br />
anggota parlemen Kenya. Ditemani ibu dan<br />
saudara perempuannya, hampir setiap bulan<br />
dia menghamburkan duit untuk memburu<br />
busana karya desainer kondang. “Biasanya<br />
kami ke Paris, New York, London, atau Dubai.<br />
Aku suka Gucci dan Chanel, tapi juga Mr Price<br />
dan Ngara. Mengapa tidak?”<br />
Cerita dari Kenya, Nigeria, Tanzania, Kongo,<br />
Kamerun, Ghana, Gabon, atau Angola bukan<br />
semata kisah kemiskinan yang mengenaskan,<br />
perang antarsuku berlarat-larat, dan wabah<br />
Ebola, tapi juga cerita keluarga-keluarga kaya<br />
raya yang tak mengedipkan sebelah mata<br />
untuk membayar satu potong jas seharga Rp<br />
100 juta.<br />
Di Indonesia, nama Isabel dos Santos, 41<br />
tahun, barangkali tak ada artinya sama sekali.<br />
Dia adalah salah satu perempuan paling tajir<br />
di Benua Afrika. Majalah Forbes menaksir<br />
nilai kekayaan putri Presiden Angola Jose<br />
Eduardo dos Santos itu menembus US$ 3,5<br />
miliar atau sekitar Rp 43 triliun. Saat menikah<br />
dengan Sindika Dokolo setahun lalu, kabarnya<br />
dia menghabiskan duit hampir Rp 50 miliar<br />
untuk menggelar resepsi. Seluruh makanan<br />
yang disajikan dalam acara itu diterbangkan<br />
langsung dari Prancis.<br />
Majalah Forbes menghitung, ada 27 orang di<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Gaya orang kaya<br />
Nigeria<br />
NIGERIACURIOSITY<br />
Benua Afrika yang memiliki kekayaan lebih dari<br />
US$ 1 miliar atau Rp 12 triliun. Aliko Dangote,<br />
triliuner penguasa industri semen dan gula dari<br />
Nigeria, berada di pucuk daftar orang paling<br />
tajir di Afrika. Nilai kekayaannya US$ 20,8 miliar<br />
atau Rp 253 triliun.<br />
●●●<br />
Di mana pun, tingkah laku orang-orang<br />
berduit hampir tak ada beda. Tak di Inggris, tak di<br />
Korea Selatan, Arab Saudi, atau Indonesia, juga<br />
di Nigeria, mereka gila-gilaan mengumpulkan<br />
duit, tapi juga doyan membelanjakannya.<br />
Bukan London, bukan New York, Berlin,<br />
atau Amsterdam, kota yang penghuninya<br />
keranjingan minum sampanye sama besarnya<br />
dengan warga Kota Paris adalah Lagos,<br />
bekas ibu kota Nigeria. “Orang-orang minum<br />
sampanye seperti minum air,” Richard Vedelago,<br />
pengusaha kaya dari Nigeria, menggambarkan<br />
hobi orang-orang tajir di negaranya.<br />
Menurut data Euromonitor, pada 2012<br />
Nigeria menghabiskan hampir US$ 60 juta atau<br />
Rp 720 miliar hanya untuk membeli sampanye.<br />
Perusahaan riset itu meramal, orang-orang<br />
kaya baru di negara kaya minyak itu bakal<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
membelanjakan lebih dari Rp 1,2 triliun untuk<br />
sampanye pada 2017. Pemilik kafe Vanessa<br />
di Victoria Island, kawasan elite di Lagos,<br />
menuturkan, dalam satu malam rombongan<br />
orang-orang kaya itu bisa memesan puluhan<br />
botol sampanye sekaligus. Ratusan juta rupiah<br />
melayang hanya untuk satu pesta kecil.<br />
Bukan cuma doyan menyesap sampanye,<br />
orang-orang kaya Nigeria juga “haus” cognac.<br />
Tokini Peterside, manajer pemasaran Moet<br />
Hennessy di Nigeria, mengatakan negara itu<br />
FERRARI DI GARASIKU TAK SAMPAI<br />
MENEMPUH 800 KILOMETER DALAM TIGA<br />
TAHUN.”<br />
merupakan pasar cognac Hennessy terbesar<br />
di Afrika dan Timur Tengah. “Bahkan termasuk<br />
sepuluh besar di dunia,” kata Tokini.<br />
Kini Nigeria, negara dengan perekonomian<br />
terbesar di Afrika, dan negara-negara Afrika<br />
yang mesin ekonominya tengah panaspanasnya,<br />
menjadi incaran perusahaanperusahaan<br />
barang-barang mewah. Tahun lalu<br />
Porsche membuka ruang pamer pertama di<br />
Kota Lagos. Porsche Cayenne jadi salah satu<br />
model favorit para pengusaha tajir Nigeria.<br />
Setelah Lagos, Porsche juga berniat melebarkan<br />
sayap ke Luanda, ibu kota Angola.<br />
Rolex, Louis Vuitton, dan sebagainya tak<br />
mau ketinggalan memburu duit orang-orang<br />
tajir baru Afrika. “Sembilan puluh persen<br />
pelanggan kami bisa menghabiskan setengah<br />
miliar rupiah setiap kali datang tanpa banyak<br />
pikir,” kata Jean Miguel Darde, Direktur Zino’s,<br />
butik barang-barang mewah di Kota Abidjan,<br />
Pantai Gading.<br />
Mobil-mobil supermewah, seperti Bentley,<br />
Ferrari, Porsche, dan Mercedes-Benz, bukan<br />
hal langka lagi di Lagos atau Abuja, ibu kota<br />
Nigeria. “Pasarnya sangat besar di negeri<br />
ini. Contohnya aku, punya Bentley, Porsche,<br />
dan Ferrari. Jadi aku tak ada masalah untuk<br />
membeli model yang lebih baru,” kata seorang<br />
pengusaha dari Abuja. “Tapi orang-orang kaya<br />
semakin jarang bepergian lewat jalan raya.<br />
Mereka memilih lewat udara. Ferrari di garasiku<br />
tak sampai menempuh 800 kilometer dalam<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Showroom Porsche<br />
di Nigeria<br />
GUARDIAN.<br />
tiga tahun.”<br />
Tak cuma di dalam negeri mereka menebar<br />
uang, di kota-kota besar, seperti London,<br />
Paris, dan Dubai, mereka juga royal merogoh<br />
dompet. Di Inggris, keluarga-keluarga kaya<br />
Nigeria merupakan salah satu pelanggan yang<br />
membelanjakan duit paling besar. Rata-rata<br />
mereka membelanjakan 628 pound sterling<br />
atau sekitar Rp 12 juta setiap kali nyangkut di<br />
satu toko. Jumlah uang yang dibelanjakan warga<br />
Nigeria ini enam kali lebih besar daripada ratarata<br />
orang Inggris. Setiap tahun ada sekitar 150<br />
ribu warga Nigeria yang berkunjung ke Inggris.<br />
Sementara beberapa tahun lalu orang-orang<br />
kaya dari Rusia dan Eropa Timur paling getol<br />
memburu properti mewah di London, kini<br />
posisi mereka mulai digeser juragan-juragan<br />
berkantong tebal dari Afrika. Menurut data<br />
perusahaan riset Beauchamp Estates, orangorang<br />
kaya Afrika membelanjakan 600 juta<br />
pound sterling, sekitar Rp 12 triliun, untuk<br />
memborong properti kelas atas di Kota London<br />
dalam tiga tahun terakhir.<br />
Rata-rata mereka mengincar rumah atau<br />
apartemen yang harganya berkisar 15-25 juta<br />
pound sterling atau Rp 290-485 miliar. “Abad<br />
ini akan menjadi abadnya Afrika,” kata Gary<br />
Hersham, Direktur Beauchamp Estates. n SAPTO<br />
PRADITYO | GUARDIAN | STANDARD | REUTERS | BBC | FT | DAILYNATION<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
DUH...<br />
NURUL IZZAH<br />
“AKU MASIH BISA MERASAKAN ATMOSFERNYA<br />
SAAT ITU.... SAAT ANWAR TIBA, SEMUA<br />
ORANG MENITIKKAN AIR MATA BAHAGIA.”<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Keluarga Nurul<br />
Izzah dan ayahnya,<br />
Anwar Ibrahim<br />
AL-JAZEERA<br />
SUNGGUH tak gampang jadi putri<br />
Anwar Ibrahim. Sejak lahir, Nurul<br />
Izzah, kini 34 tahun, sudah berkubang<br />
dalam ”lumpur” politik.<br />
Ketika Nurul lahir, Anwar masih seorang<br />
aktivis muda radikal di Malaysia yang sedang<br />
meniti karier politik. Pada awal 1970-an, Anwar<br />
turut mendirikan Angkatan Belia Islam Malaysia.<br />
Dia sempat hampir dua tahun mendekam di<br />
penjara Kamunting tanpa melewati pengadilan<br />
gara-gara memimpin demonstrasi memprotes<br />
kemiskinan di daerah pedesaan.<br />
Karier politik Anwar terbang tinggi setelah<br />
bergabung dengan partai pemerintah,<br />
Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu<br />
(UMNO), pada 1982. Sejak saat itu, Anwar<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
BAGAIMANA MUNGKIN AKU<br />
HANYA DUDUK BERPANGKU<br />
TANGAN.”<br />
berganti-ganti posisi dalam kabinet Perdana<br />
Menteri Mahathir Mohamad. Anwar jarang<br />
ada untuk putri sulungnya itu. Waktunya habis<br />
tersita untuk memikirkan tugas pemerintah.<br />
Nurul tumbuh bersama ibunya, Wan Azizah<br />
Wan Ismail, dan kelima adiknya. “Dia anak<br />
yang sangat aktif dan ceria,” Wan Ismail Wan<br />
Mahmood, kakeknya, mengenang Nurul Izzah<br />
kecil. Sejak kecil, Nurul menjadi “pemimpin” bagi<br />
adik-adiknya. Sebagai kakak sulung, dia sangat<br />
serius bersekolah. “Dia<br />
ingin menunjukkan<br />
yang terbaik bagi adikadiknya,”<br />
kata Rusli<br />
Ibrahim, pamannya.<br />
Walaupun jarang<br />
ada di rumah, Anwar<br />
selalu berusaha<br />
meluangkan waktu<br />
untuk makan siang bersama keluarganya.<br />
“Biasanya, dua atau tiga kali seminggu dia<br />
pulang untuk makan siang,” kata Nurul Izzah.<br />
Satu hal yang tak ada dalam “menu” makan<br />
siang keluarga Anwar: politik. Anwar tak pernah<br />
membicarakan urusan pekerjaannya di rumah.<br />
Nurul juga menetapkan satu aturan. Dia tak<br />
pernah bertanya soal urusan politik Malaysia<br />
kepada ayahnya.<br />
Pada suatu hari, hidup Nurul Izzah dan<br />
keluarganya jungkir balik. Kala itu Anwar Ibrahim<br />
menjabat Wakil Perdana Menteri merangkap<br />
Menteri Keuangan. Dia hanya tinggal selangkah<br />
lagi menjadi orang nomor satu di negeri jiran<br />
tersebut. Jalan Anwar menuju ke posisi puncak<br />
di Putrajaya mestinya semulus jalan tol. Tanpa<br />
hambatan.<br />
Hari itu, 2 September 1998, Nurul Izzah<br />
tengah belajar untuk ujian matematika di<br />
kampusnya, Universiti Tenaga Nasional. Sekitar<br />
pukul 19.30, seorang temannya menelepon.<br />
“Aku ikut prihatin,” kata sang teman. Nurul<br />
Izzah kebingungan. Ada apa? “Apakah<br />
kamu belum dengar? Perdana Menteri telah<br />
memecat ayahmu,” temannya mengabarkan.<br />
Konon, Anwar sering berselisih paham dengan<br />
Mahathir.<br />
Kontan Nurul Izzah berurai air mata.<br />
Menjelang tengah malam, Nurul baru bisa<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Nurul Izzah<br />
GREENLEFT<br />
tersambung lewat telepon dengan ayahnya.<br />
“Izzah, kamu harus berani. Ayah akan<br />
melawan. Selesaikan ujianmu dan tak usah<br />
mengkhawatirkan ayahmu,” Anwar Ibrahim<br />
menenangkan putrinya.<br />
Dari orang nomor dua di Malaysia, Anwar<br />
Ibrahim berubah jadi pesakitan. Bukan cuma<br />
dilorot paksa dari jabatannya, Anwar juga<br />
“dinista” dengan tuduhan korupsi dan sodomi.<br />
Di Malaysia, sodomi merupakan hal terlarang.<br />
Anwar Ibrahim jadi musuh pemerintah dan<br />
pengadilan menjebloskannya ke penjara. Total,<br />
dia harus mendekam di penjara selama 15 tahun<br />
karena dianggap terbukti korupsi dan sodomi.<br />
Seperti janjinya kepada putri sulungnya, hingga<br />
hari ini lima belas tahun kemudian, dengan<br />
pelbagai cara Anwar terus melawan tuduhan<br />
yang dialamatkan kepadanya. Demikian pula<br />
istrinya, Wan Azizah, dan si sulung, Nurul Izzah.<br />
Rumah mereka di Bukit Damansara jadi markas<br />
perlawanan menentang pemerintah Malaysia.<br />
Dari seorang anak sekolah yang hanya tahu<br />
mengurus kuliah, Nurul Izzah menjadi aktivis,<br />
menjadi orator, berjuang membela ayahnya.<br />
“Aku harus membersihkan nama ayahku<br />
dan mengembalikan kehormatan keluarga.<br />
Bagaimana mungkin aku hanya duduk<br />
berpangku tangan,” kata Nurul Izzah.<br />
●●●<br />
Perhelatan pada Mei 2003 jadi drama<br />
mengharukan dalam satu babak hidup keluarga<br />
Anwar Ibrahim. Pada bulan itu, Nurul Izzah, 23<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
KAMI BERDUA MALU-<br />
MALU BILA MATA<br />
BERTENTANG MATA.”<br />
tahun, menikah dengan Raja Ahmad Shahrir<br />
Iskandar Raja Salim, 26 tahun, kerabat jauh<br />
Sultan Johor.<br />
Namun acara itu terasa kurang lengkap tanpa<br />
kehadiran Anwar, ayah mempelai perempuan.<br />
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia itu<br />
mendekam di balik jeruji penjara Sungai Buloh,<br />
Selangor, setelah pengadilan memutusnya<br />
bersalah dalam kasus korupsi dan sodomi.<br />
“Aku masih ingat ditugasi menemui Pak<br />
Lah guna meminta izin supaya Anwar<br />
bisa menghadiri pernikahan Izzah,”<br />
Zulkifli Noordin, mantan anggota<br />
tim pengacara Anwar, mengenang<br />
peristiwa mengharukan kala itu. “Itu<br />
masa-masa yang sulit bagi kami.... Kami<br />
naik-turun tangga Kementerian Dalam Negeri,<br />
Departemen Agama, dan bolak-balik ke penjara<br />
Sungai Buloh.”<br />
Namun Pak Lah—Menteri Dalam Negeri<br />
Malaysia saat itu, Abdullah Ahmad Badawi—<br />
menolak memberikan izin bagi Anwar untuk<br />
menghadiri resepsi putri sulungnya. Pak Lah<br />
hanya memberikan waktu dua jam bagi Anwar<br />
untuk hadir pada acara akad nikah. Dua jam<br />
yang sangat berharga.<br />
“Aku masih bisa merasakan atmosfernya saat<br />
itu....Saat Anwar tiba, semua orang menitikkan<br />
air mata bahagia,” kata Zulkifli. Walaupun<br />
Anwar tak bisa hadir, resepsi pernikahan Nurul<br />
Izzah yang dihadiri ribuan orang itu sangat<br />
meriah.”<br />
“Yang sama sekali tidak kami duga ialah<br />
kehadiran wakil daerah dan kampung yang<br />
tiba dengan membawa masakan, seperti<br />
ayam goreng dan rendang daging, kerana<br />
bimbangkan lauk di rumah untuk kenduri<br />
tidak mencukupi,” kata Wan Azizah, sang ibu<br />
mempelai perempuan.<br />
Tak jelas benar bagaimana hubungan Izzah<br />
dan Raja Shahrir bertaut. Berulang kali Izzah<br />
menuturkan tak punya teman laki-laki. Menurut<br />
Izzah, dia pertama kali bertemu dengan Shahrir<br />
di London pada 1999 saat dia berpidato soal<br />
nasib ayahnya. “Perlukah saya bagi tahu Anda<br />
mengenai dia? Kami berdua malu-malu bila<br />
mata bertentang mata.... Selebihnya sudah<br />
menjadi sejarah,” Izzah berkelit.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Jemaat Pendeta<br />
T.B. Joshua<br />
TBJOSHUAFANCLUB<br />
Pernikahan Nurul Izzah<br />
dan Raja Shahrir pada<br />
2003<br />
TRANUNGKITE<br />
Lebih dari sepuluh tahun berumah tangga,<br />
pasangan Nurul Izzah dan Raja Shahrir<br />
dikaruniai dua orang anak: Raja Nur Safiyah,<br />
7 tahun, dan Raja Harith, 5 tahun. Mengikuti<br />
jejak ayahnya, Nurul Izzah menjadi aktivis dan<br />
berkubang di dunia politik. Menurut Izzah, dia<br />
tak mungkin kembali lagi ke dunia nonpolitik.<br />
Sudah dua periode dia menjadi anggota Dewan<br />
Rakyat Malaysia dari daerah pemilihan Lembah<br />
Pantai, Kuala Lumpur, sekaligus Wakil Presiden<br />
Partai Keadilan Rakyat. Pemimpin partai oposisi<br />
ini adalah ibunya sendiri, Wan Azizah.<br />
Badai di keluarga besar Izzah belum berlalu.<br />
Ayahnya masih berjuang untuk lepas dari<br />
kasus sodomi. Sekarang badai lain menerpa<br />
keluarga Izzah sendiri. Entah karena apa, pada<br />
Januari lalu Izzah mengajukan gugatan cerai<br />
dari suaminya di Pengadilan Rendah Syariah.<br />
Mengutip dokumen gugatan, menurut Hakim<br />
Ab Malik Awang, masalah dalam keluarga Izzah<br />
sudah lama terpendam, yakni sejak 2005.<br />
Masalah itu rupanya tak juga tuntas kendati<br />
mereka telah memiliki dua anak. Sejak 17 April<br />
lalu, Izzah dan dua anaknya tinggal berpisah dari<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INTERNASIONAL<br />
Pernikahan Nurul Izzah<br />
dan Raja Shahrir pada<br />
2003<br />
TRANUNGKITE<br />
Raja Shahrir. Upaya rujuk yang diperantarai oleh<br />
pengadilan syariah pada Juni lalu tak membawa<br />
hasil. Izzah tetap minta berpisah dari suaminya<br />
dan menuntut hak asuh dua anak mereka.<br />
Sidang lanjutan gugatan cerai Izzah pekan lalu<br />
belum juga menuntaskan urusan rumah tangga<br />
mereka. Izzah ngotot bercerai, suaminya menolak<br />
menceraikannya. “Saya tak bersedia menceraikan<br />
istri saya karena saya masih menyayangi dia dan<br />
anak kami,” Raja Shahrir beralasan.<br />
Entah ke mana bahtera rumah tangga Nurul<br />
Izzah-Raja Shahrir bakal berlabuh. Zulkifli<br />
Noordin hanya bisa memberi nasihat. “Ingatlah<br />
betapa sulitnya dulu kami memperjuangkan<br />
pernikahan kalian.... Pernikahan kalian<br />
terlaksana dengan air mata banyak orang,”<br />
Zulkifli mengingatkan. ■ SAPTO PRADITYO | MALAYSIAINSIDER<br />
| MALAYMAIL | THESTAR | ASIAWEEK | MALAYSIAKINI<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
INDROYONO SOESILO<br />
GALAU<br />
EBOLA<br />
OLIVIA JENSEN<br />
JADI<br />
DESAINER<br />
TOM CRUISE<br />
BAHAYA<br />
LAGI<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
PEOPLE<br />
INDROYONO SOESILO<br />
GALAU EBOLA<br />
SE PANJANG<br />
pertengahan Oktober<br />
lalu, Indro yono Soesilo<br />
mengalami kegalauan<br />
tingkat tinggi. Semua<br />
gara-gara virus Ebola<br />
yang mewabah di beberapa negara.<br />
Sebagai Direktur Sumber Daya Perikanan<br />
dan Akuakultur FAO (Badan Pangan<br />
dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa),<br />
ia diminta Direktur Jenderal<br />
FAO Dr Graciano da Silva mengunjungi<br />
salah satu negara di Afrika Barat.<br />
“Waduh, saya bener-bener cemas. Galau<br />
tingkat tinggi, lo. Di sana kan lagi terkena<br />
wabah virus Ebola. Gimana coba?”<br />
ujar Indroyono di sela rehat wawancara<br />
sejumlah media, 29 Oktober lalu.<br />
Sebagai pejabat PBB pemegang paspor<br />
merah, pakar pengindraan jauh ini terikat<br />
sumpah untuk tidak mengelak dari tugas.<br />
Beruntung, pihak Istana memintanya<br />
segera meninggalkan Roma, Italia, menuju<br />
Jakarta.<br />
Rupanya, Presiden Joko Widodo<br />
memberi nya tugas baru sebagai Menteri<br />
Koordinator Bidang Maritim. Sebuah<br />
jabatan yang tak kalah bergengsi dan bebas<br />
dari ancaman Ebola yang mematikan.<br />
“Ya, saya mensyukuri dan siap memberikan<br />
yang terbaik bagi bangsa ini,”<br />
katanya. Selamat bertugas, Pak! n<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO : GRANDYOS ZAFNA MANASE MESAH/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
PEOPLE<br />
OLIVIA JENSEN<br />
JADI DESAINER<br />
OLIVIA Jensen sudah<br />
lama tertarik pada<br />
dunia fashion design.<br />
Namun aktris berdarah<br />
Jerman ini belum<br />
percaya diri untuk<br />
menampilkan karyanya di depan umum.<br />
Namun kini perempuan kelahiran<br />
Denmark, 11 April 1993, ini mulai<br />
unjuk gigi. Olivia baru saja mengawali<br />
langkah perdananya sebagai desainer<br />
di ajang Jakarta Fashion Week 2015.<br />
Olivia menampilkan sembilan koleksi<br />
bertema Satu Bumi, Langit Bumi.<br />
Beberapa selebritas papan atas, seperti<br />
Andien dan Acha Septriasa, menjadi<br />
model rancangan istri Arief Purnama<br />
ini.<br />
“Passion yang sudah lama saya suka<br />
dan ingin saya explore dan tunjukkan,<br />
tapi saya belum belum percaya diri,”<br />
ujar Olivia, yang baru satu tahun<br />
menekuni dunia fashion.<br />
Namun, setelah mendapatkan<br />
inspirasi dan pembelajaran, Olivia<br />
akhirnya mulai berani. “Ini dijadikan<br />
semacam patokan dan first launching<br />
brand saya, ‘Olivia Jensen’,” ujarnya<br />
berseri-seri. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO : DETIKHOT<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
PEOPLE<br />
TOM CRUISE<br />
BAHAYA LAGI<br />
UMURNYA memang sudah<br />
menginjak 52 tahun.<br />
Tapi Tom Cruise agaknya<br />
justru makin senang<br />
pada adegan-adegan<br />
berbahaya dalam film<br />
yang diperankannya.<br />
Setelah memanjat gedung tertinggi di<br />
dunia, Burj Khalifa, di film Mission: Impossible—Ghost<br />
Protocol, kini mantan suami<br />
Katie Holmes ini kembali melakukan adegan<br />
menegangkan.<br />
Lagi-lagi adegan ini merupakan salah<br />
satu adegan di film Mission: Impossible.<br />
Di film kelima itu, Cruise terlihat sedang<br />
bergelantungan di dekat pintu pesawat<br />
Airbus A-400 yang sedang berada di ketinggian<br />
5.000 kaki.<br />
Cruise, yang tetap terlihat perlente<br />
dengan setelan jas, hanya mengandalkan<br />
tali pengaman untuk menahan beban tubuhnya.<br />
Ayah Suri Cruise ini sama sekali<br />
tak memakai stuntman.<br />
“Orang sering berkata tidak. Namun,<br />
sebagai seorang aktor, kita harus mau<br />
memberikan semuanya secara fisik dan<br />
karakter kepada tokoh yang kita perankan,”<br />
ujar Cruise.<br />
Cruise juga tak perlu berlatih lama-lama untuk<br />
melakukan aksi ini. Pemeran Ethan Hunt<br />
ini hanya beberapa kali latihan di darat sebelum<br />
akhirnya pesawat meninggalkan landasan.<br />
Good job, Cruise! n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO : KEN ISHII/GETTY IMAGES<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
Kipas<br />
dan<br />
Intrik<br />
Sosialita<br />
FOTO: TPSU<br />
KIRANA DISEGANI NYONYA-NYONYA<br />
DI LINGKUNGANNYA KARENA MAMPU<br />
MENJAUHKAN RUMAH TANGGANYA DARI<br />
SKANDAL. DAN KETIKA SKANDAL AKHIRNYA<br />
MENGHAMPIRI, DIA PUN GAMANG.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
L<br />
EBENTAR lagi, Kirana<br />
(Amanda Purnamasari),<br />
nyonya terpandang istri<br />
Tuan Singgih (Stephanie<br />
C. Frandie), berulang<br />
tahun. Rumah sudah<br />
dihias. Dua pembantu<br />
di rumah itu, Nyoman (Vania Margonoharto)<br />
dan Roni (Jelice Sutjandi), sejak pagi hilirmudik<br />
membersihkan rumah dan menyiapkan<br />
keperluan majikan mereka. Beberapa hari<br />
lalu, Nyoman dan Roni sudah menyebarkan<br />
undangan kepada kawan-kawan Sang Nyonya,<br />
sesama sosialita di Menteng.<br />
Pesta tinggal beberapa jam lagi. Tuan Singgih<br />
memanggil Nyoman, menyerahkan undangan<br />
untuk diberikan kepada Nyonya Surya (Sionita<br />
M. Simbolon), perempuan yang tak mungkin<br />
diundang istrinya. Dengan sejuta tanda tanya,<br />
Nyoman berangkat.<br />
Tuan Singgih tak tahu, tadi Kirana menemukan<br />
buku hariannya yang selama ini dirahasiakan.<br />
Buku itu dipenuhi catatan pengeluaran untuk<br />
Nyonya Surya. Walau penuh pertanyaan ada<br />
hubungan apa suaminya dan Nyonya Surya,<br />
Kirana menahan diri untuk tidak langsung<br />
melabrak Tuan Singgih.<br />
Maka, ketika Tuan Singgih akhirnya memberi<br />
tahu dia baru saja mengirimkan undangan<br />
pesta kepada Nyonya Surya, Kirana naik pitam.<br />
Selama ini Kirana disegani rekan-rekannya<br />
karena selalu menjaga kehormatan keluarga,<br />
yang termasuk setia kepada suami. Kirana tak<br />
akan membiarkan orang bermoral skandal<br />
menginjakkan kaki di rumahnya.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
Nama Nyonya Surya dikenal lewat kasakkusuk<br />
para nyonya sebagai perempuan<br />
paruh baya yang hidup sendiri tapi kerap<br />
tertangkap basah sedang bersama pria beristri.<br />
Namun belum ada satu orang pun mampu<br />
membuktikan kebenaran kasak-kusuk itu.<br />
Nyonya-nyonya tajir itu bahkan tak tahu suami<br />
mereka ada yang sepekan dua kali ke rumah<br />
Nyonya Surya, ada yang tiga kali.<br />
Tibalah hari besar itu. Walau Tuan dan Nyonya<br />
Singgih baru saja bertengkar, di depan temanteman,<br />
mereka harus tampak mesra. Tak lupa<br />
Tuan Singgih menghadiahkan sebuah kipas<br />
berukirkan nama istrinya. Nyonya Surya hadir<br />
ketika pesta hampir usai, dan kemunculannya<br />
membuat pesta gempar.<br />
Di tengah meruncingnya hubungan Kirana<br />
dengan suami akibat masuknya Nyonya Surya<br />
dalam hubungan mereka, Tuan Hermanto (Frida<br />
Tumakaka) makin gencar mendekati Kirana.<br />
Dia mengajak Kirana berangkat bersamanya<br />
ke Singapura keesokan hari, dan menjanjikan<br />
sebuah hidup yang nyaman di sana. Kirana<br />
bimbang antara mempertahankan rumah<br />
tangganya dan mengikuti rayuan maut Tuan<br />
Hermanto.<br />
Cerita ini adalah adaptasi naskah drama<br />
empat babak Lady Windermere’s Fan karya<br />
Oscar Wilde yang disadur sastrawati cum<br />
akademisi Boen Sri Oemarjati. Oleh Teater<br />
Dua, cerita bertajuk Kipas Tanda Mata itu dipilih<br />
untuk menandai pementasan perdana mereka,<br />
31 Oktober dan 2 November 2014 di Gedung<br />
Kesenian Jakarta. Efriadi bertindak sebagai<br />
sutradara.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
TEATER MUSIK<br />
Teater Dua berisi alumni SMA Santa Ursula<br />
Jakarta yang saat masih bersekolah aktif di<br />
kegiatan Teater Putri Santa Ursula (TPSU). Itu<br />
sebabnya, seluruh pemainnya perempuan,<br />
termasuk yang memerankan karakter lakilaki.<br />
Mereka berjalan tegak layaknya laki-laki,<br />
suara dibariton-baritonkan, rambut dipotong<br />
maskulin, dan dada “diratakan”. Tak aneh jika<br />
ada penonton yang terkecoh dalam urusan ini.<br />
Ide besar mengumpulkan alumni TPSU<br />
dalam sebuah pentas baru tercetus pada<br />
September 2013. Ide ini ditindaklanjuti dengan<br />
mulai mencari cerita, reading, dan berlatih dari<br />
pukul 8 malam hingga nyaris tengah malam.<br />
Nama “Teater Dua” akhirnya dipilih karena<br />
mengandung makna inilah kesempatan kedua<br />
mereka berteater sejak SMA selain alamat SMA<br />
Santa Ursula di Jalan Pos Nomor 2, Jakarta.<br />
Anggota inti Teater Dua berjumlah 14 pemain<br />
dan 10 kru dengan rentang usia 18 sampai 38<br />
tahun.<br />
Apresiasi patut diberikan kepada para<br />
perempuan muda ini yang membuat debut tak<br />
tanggung-tang gung, mengambil cerita penulis<br />
besar kelahiran Irlan dia, Oscar Wilde (1854-1900),<br />
dan mementaskannya di gedung pertunjukan<br />
berkelas di Jakarta. Karakter Nyoman dan Roni,<br />
yang selain sebagai pembantu, juga jadi pembawa<br />
cerita, dimainkan dengan sangat bagus oleh Vania<br />
dan Jelice, dan berhasil sebagai penyegar di antara<br />
rumitnya masalah nyonya-nyonya kaya itu.<br />
Walau demikian, perlu juga disematkan<br />
catatan untuk lebih memperhatikan ritme cerita<br />
dan dialognya. Pementasan ini terasa dragging,<br />
berlama-lama, beberapa dialognya terlalu<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
panjang, dan keseleo lidah yang mengganggu<br />
karena sering terjadi.<br />
Cerita ditutup dengan Kirana memberikan<br />
kipasnya kepada Nyonya Surya sebagai tanda<br />
mata. Nyonya Surya ternyata ibu kandung<br />
Kirana, yang dulu meninggalkan suami dan<br />
anaknya yang masih bayi demi pria lain.<br />
Keputusan bodoh itu membuatnya jadi piala<br />
bergilir dari satu laki-laki ke laki-laki berikut.<br />
Maka, menuruti nasihat sang ibu, agar nasib<br />
tidak berulang, Kirana tak mengindahkan<br />
rayuan Tuan Hermanto dan kembali bersetia<br />
kepada suami.<br />
Kipas sakral, hadiah ulang tahun suaminya,<br />
itu pernah Kirana lemparkan kepada<br />
perempuan lain yang dianggap telah<br />
mengganggu kehidupan rumah tangganya.<br />
Ketika kasih sayang tumbuh, seketika itu juga<br />
kipas menemukan tempat yang lebih tepat,<br />
yakni di genggaman ibunya. Benda kecil saksi<br />
kecemburuan, kewibawaan, harga diri, intrik,<br />
dan sisi gelap kehidupan sosialita. ■ SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK 10 -- 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
MARI JELAJAHI<br />
GALAKSI NOLAN<br />
SEORANG MANTAN PILOT NASA DIREKRUT LAGI UNTUK MISI<br />
YANG LEBIH BESAR. DIA HARUS MENCARI PLANET DI GALAKSI<br />
LAIN YANG BISA DIJADIKAN TEMPAT BAGI KOLONI MANUSIA.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul: Interstellar<br />
Genre: Adventure | Sci-Fi<br />
Sutradara: Christopher Nolan<br />
Skenario: Jonathan Nolan,<br />
Christopher Nolan<br />
Produksi: Relativity Media<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Pemain: Matthew<br />
McConaughey, Anne<br />
Hathaway, Jessica<br />
Chastain<br />
Durasi:<br />
2 jam 49 menit<br />
TANAH tak lagi dapat ditanami<br />
kecuali oleh jagung dan okra. Ladang<br />
okra yang sedikit dan sekarat itu<br />
pun sudah jadi ladang okra terakhir.<br />
Tunas okra sudah menolak tumbuh akibat<br />
hawar yang mewabah di seluruh dunia. Badai<br />
pasir menyebabkan erosi permukaan tanah<br />
dan perlahan-lahan merusak tanah.<br />
Populasi manusia pun menyusut tajam,<br />
menuju kepunahan. Generasi anak-anak<br />
tampaknya jadi generasi terakhir yang bertahan.<br />
Petani tak lagi punya pilihan selain bertani<br />
jagung, seperti yang dilakukan Cooper<br />
(Matthew McConaughey). Setelah istrinya<br />
meninggal, dia hidup bersama dua anaknya,<br />
Tom (Timothée Chalamet) dan Murph<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER MAJALAH - 9 MARET DETIK 2013 2014<br />
10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
(Mackenzie Foy), serta ayahnya (John Lithgow)<br />
di tengah ladang jagung. Mengurus ladang,<br />
membersihkan tumpukan debu di teras rumah,<br />
mengantar-jemput anak-anak sekolah adalah<br />
kegiatan sehari-hari Cooper.<br />
Dalam perjalanan pulang setelah menjemput<br />
anak-anak dari sekolah, sebuah drone melesat<br />
rendah di atas mobil. Segera dia tancap gas<br />
mengikuti arah drone, menciptakan kepulan<br />
debu di belakang. Mobil membelok tajam<br />
keluar dari jalan, menerabas ladang jagung.<br />
Setir dia serahkan ke Tom. Cooper membuka<br />
laptop, dan meminta Murph mengarahkan<br />
antena ke drone. Drone dari India yang sudah<br />
terbang selama 10 tahun itu akhirnya ada dalam<br />
kendali mereka, berhasil didaratkan, dipereteli<br />
mesinnya, dan dibawa pulang untuk dipelajari.<br />
Ya, Cooper bukan sekadar petani.<br />
Cooper adalah mantan pilot pesawat ruang<br />
angkasa NASA. Kini NASA merekrutnya lagi<br />
untuk penerbangan antargalaksi, melanjutkan<br />
tugas ilmuwan sebelumnya mencari planet<br />
lain di galaksi lain yang memungkinkan jadi<br />
koloni manusia. “Galaksi lain? Saya ini tidak<br />
pernah keluar dari stratosfer.” Kepala NASA, Dr<br />
Brand (Michael Caine), segera menjawab, “Ya,<br />
ilmuwan di sini malah tidak pernah keluar dari<br />
ruang simulator.”<br />
Menurut Dr Brand, di dekat Saturnus, ilmu wan<br />
menemukan gejala-gejala yang bisa jadi satusatunya<br />
harapan manusia melewati “lubang<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Film epik garapan<br />
Christopher Nolan ini<br />
mendasarkan ceritanya<br />
pada sci-fi metafisika yang<br />
orisinal meski satu-dua<br />
adegan mereferensi ke<br />
film lain.<br />
cacing” untuk menembus galaksi lain. Lubang<br />
cacing ibarat simpang banyak sekaligus<br />
jalan tembus yang menyingkat jarak<br />
perjalanan antarplanet.<br />
Dengan berat hati Cooper<br />
menerima tugas itu walau artinya dia<br />
harus berpisah dari anak-anak selama<br />
entah berapa lama. Dia menitipkan<br />
Murph, yang punya minat besar pada<br />
astronomi, kepada Dr Brand.<br />
Pesawat luar angkasa yang<br />
dia kendalikan menuju Saturnus<br />
bernama Endurance. Di dalamnya<br />
ada ilmuwan planet Amelia Brand<br />
(Anne Hathaway) yang juga putri Dr<br />
Brand, astrofisikawan Romilly (David Gyasi),<br />
dan kopilot Doyle (Wes Bentley). Di situ<br />
juga ada sepasang robot ramah berbentuk<br />
monolit, CASE dan TARS (boneka hidrolik<br />
yang dioperasikan aktor dan badut Bill Irwin).<br />
Jika ada yang mengeluhkan langkanya<br />
naskah asli dalam pasar film saat ini, yang<br />
didominasi film-film adaptasi, remake, dan<br />
sekuel, silakan bergembira dengan dirilisnya<br />
Interstellar. Film epik garapan Christopher<br />
Nolan ini mendasarkan ceritanya pada sci-fi<br />
metafisika yang orisinal meski satu-dua adegan<br />
mereferensi ke film lain.<br />
Misal adegan kebut-kebutan mobil di<br />
ladang jagung merupakan klimaks North by<br />
Northwest (1959). Plotnya, tentang sekelompok<br />
astronaut yang dikirim ke luar angkasa untuk<br />
menyelidiki anomali misterius, secara eksplisit<br />
mengingatkan kita pada 2001: A Space Odyssey<br />
(1968). Lalu, penggunaan efek khusus untuk<br />
mengkomunikasikan pergeseran persepsi<br />
secara radikal ada di The Matrix (1999).<br />
Walau demikian, Interstellar meninju<br />
dengan caranya sendiri dan belum ditemukan<br />
bandingannya. Membuat cerita tentang keluarga<br />
petani yang terentang selama satu abad dan<br />
melibatkan luar angkasa juga ide brilian. Begitupun<br />
cerita filosofis serius tentang kematian manusia<br />
dan konsep waktu.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Walau Interstellar bukan film terbaik Nolan,<br />
ada banyak kualitas yang jadi kekuatan film<br />
ini, yakni visualnya mengagumkan, adegan<br />
action skala besarnya dibuat dengan gerakan<br />
semulus balet, dan para pemain (khususnya<br />
pria) menyuguhkan penampilan kuat dan<br />
mengesankan. McConaughey jadi pahlawan<br />
eksistensial yang gagah, yang memikul tugas<br />
kemanusiaan demi menyelamatkan generasi<br />
anak-cucunya dari kepunahan.<br />
Jessica Chastain terasa overqualified<br />
memerankan Murph dewasa, sebaliknya, Anne<br />
Hathaway tetap sulit lepas dari citra princessnya.<br />
Ada kesan karakter yang Hathaway<br />
mainkan menyimpan kisah cinta pedih di masa<br />
lalu tapi hingga film berakhir tak juga tergali.<br />
Jangan dilupakan, ada bintang yang namanya<br />
tak muncul pada kredit film, yakni Endurance,<br />
pesawat luar angkasa yang rumit, yang membawa<br />
para penjelajahnya ke galaksi-galaksi baru.<br />
Nolan dan desainer produksi Nathan Crowley<br />
butuh waktu berbulan-bulan membuat desain<br />
awal Endurance, berdasarkan pesawat luar<br />
angkasa yang ada sekarang. Desain awal ini<br />
kemudian disempurnakan tim Interstellar,<br />
termasuk oleh astronaut Marsha Ivins, yang<br />
memberi masukan detail pada beberapa aspek,<br />
seperti sistem pendaratan pesawat di stasiun<br />
luar angkasa.<br />
Selain itu, Nolan membangun seluruh<br />
bagian interior modul cincin dan tampilan<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
mengesankan benda langit. Planet-planet yang<br />
tampak berserakan di layar itu ada juga di set.<br />
Beda dengan efek green-screen yang biasanya<br />
planet-planet itu ditambahkan belakangan.<br />
Jadi, ketika adegan pemain berada di dalam<br />
pesawat luar angkasa, artinya mereka memang<br />
sedang di dalam pesawat.<br />
Ada banyak lagi genre yang cocok<br />
disematkan ke Interstellar selain adventure<br />
dan sci-fi, atau malah genre baru yang lahir<br />
dari pertanyaan-pertanyaan di film ini, seperti<br />
apa itu hukum semesta dan hubungannya<br />
dengan kemanusiaan? Mengapa pula harus<br />
diungkapkan? Satu lagi, rasa visual dan<br />
spasialnya membangkitkan lagi kegembiraan<br />
yang lama bersembunyi, dulu pernah menarinari<br />
di mimpi kanak-kanak. ■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK 22 10 - - 28 16 SEPTEMBER NOVEMBER 2014
FILM PEKAN INI<br />
JENIS FILM: ACTION | PRODUSER: BASIL IWANYK, EVA<br />
LONGORIA, DAVID LEITCH | PRODUKSI: ENTERTAINMENT<br />
ONE | SUTRADARA: CHAD STAHELSKI | DURASI: 96 MENIT<br />
OHN Wick (Keanu Reeves) terpaksa kembali<br />
ke dunia lamanya saat anjing pemberian<br />
mendiang istrinya dibunuh dan mobil<br />
kesayangannya, Ford Mustang, dicuri. Saat<br />
berusaha membalas dendam, sebagian penjahat takut karena<br />
baru mengetahui siapa sebenarnya John Wick.<br />
Namun belakangan John Wick harus menyelamatkan<br />
dirinya sendiri karena ia berhadapan dengan seorang bos<br />
besar dunia kejahatan yang menginginkannya mati.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FILM PEKAN INI<br />
JENIS FILM: HOROR | PRODUSER: MICHAEL BAY, ANDREW FORM,<br />
JASON BLUM, BRIAN GOLDNER, BENNETT SCHNEIR, BRADLEY<br />
FULLER | PRODUKSI: UNIVERSAL PICTURES | SUTRADARA: STILES<br />
WHITE | DURASI: 89 MENIT<br />
EKELOMPOK sahabat menggunakan<br />
papan Ouija untuk berkomunikasi dengan<br />
sahabat mereka yang baru saja meninggal.<br />
Tindakan ini justru menyebabkan hidup<br />
mereka dalam bahaya ketika sosok yang tidak diinginkan<br />
hadir di tengah-tengah mereka.<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
FILM PEKAN INI<br />
ASCALEDAKAN<br />
bom di pasar London,<br />
penyelidikan langsung<br />
berjalan dan polisi<br />
berhasil menangkap pelakunya. Namun<br />
Inggris dalam kondisi siaga dan tetap<br />
waspada dengan teror lanjutan.<br />
Dua pengacara andal, Martin Rose<br />
(Eric Bana) dan Claudia (Rebecca Hall),<br />
kini menjadi tim pembela. Keduanya,<br />
yang memiliki hubungan asmara di<br />
masa lalu, ternyata masuk dalam sebuah<br />
konspirasi yang melibatkan dinas rahasia<br />
Inggris. Kini Martin dan Claudia mencoba<br />
mengungkap apa yang terjadi. Reputasi<br />
dan nyawa mereka kini menjadi taruhan.<br />
JENIS FILM: DRAMA, CRIME, MYSTERY |<br />
PRODUSER: TIM BEVAN, CHRIS CLARK,<br />
ERIC FELLNER | PRODUKSI: FOCUS<br />
FEATURES | SUTRADARA: JOHN CROWLEY<br />
| DURASI: 96 MENIT<br />
MAJALAH DETIK 104 -- 16 10 NOVEMBER 2013<br />
2014
AGENDA<br />
TEATER KOMA REPUBLIK CANGIK<br />
Karya dan Sutradara: N. Riantiarno, 13-22 NOVEMBER<br />
2014, SENIN S.D. SABTU PUKUL 20.00 WIB | MINGGU<br />
PUKUL 14.00 WIB<br />
PIDATO KEBUDAYAAN<br />
ARUS BALIK KEBUDAYAAN: SEJARAH<br />
SEBAGAI KRITIK<br />
Oleh: Hilmar Farid, Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki,<br />
SENIN, 10 NOVEMBER 2014, PUKUL 19.30 WIB, Gratis dan<br />
terbuka untuk umum<br />
JAKARTA DEKADE 2014<br />
Koes Ploes, Sheila Madjid, Fariz R.M., Ermy Kullit, Daniel<br />
Sahuleka, 2D (Dian Pramana Poetra, Deddy Dhukun)<br />
14 NOVEMBER 2014, PUKUL 20.00 WIB, Balai Sarbini,<br />
Jakarta Selatan, Promotor: Mahanalive<br />
PEMUTARAN PERDANA FILM<br />
SENYAP (THE LOOK OF SILENCE)<br />
Graha Bhakti Budaya, SENIN, 10 NOVEMBER 2014, PUKUL<br />
16.00 WIB, Gratis dan terbuka untuk umum<br />
PEKCANG & MARITA<br />
Oleh Teater Yuka<br />
Karya: Radhar Panca Dahana<br />
Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, SELASA, 11<br />
NOVEMBER 2014, PUKUL 20.00 WIB, HTM: Rp 150.000 |<br />
Rp 100.000 | Rp 50.000<br />
APRESIASI RUANG TERBUKA<br />
DI AMBANG MAUT (Empiri) | Karya Laksmi Noto Kusumo,<br />
SIAPA AKU | Karya Laksmi Noto Kusumo | Produksi<br />
Teater Survivor Ca, Plaza/Halaman Teater Kecil, Taman<br />
Ismail Marzuki, JUMAT, 14 NOVEMBER 2014, PUKUL 20.00<br />
WIB,Gratis dan terbuka untuk umum<br />
REMBUK BUDAYA: TUBUH, TARI & TRADISI<br />
Pembicara: Elly D. Luthan & Heli Minarti, Moderator: Aidil<br />
Usman, Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, JUMAT, 14<br />
NOVEMBER 2014, PUKUL 15.00 WIB, Gratis dan terbuka<br />
untuk umum<br />
PARADE DRAMA MUSIKAL 2014<br />
SEJABOTABEK<br />
Memperebutkan Piala Bergilir PKJ-Taman Ismail Marzuki,<br />
Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, SELASA-JUMAT, 11-<br />
14 NOVEMBER 2014, PUKUL: 09.00-17.00 WIB<br />
HTM: Rp 30.000<br />
PENTAS TEATER:<br />
A MIDSUMMER NIGHT DREAMS<br />
Karya: William Shakespeare, Penerjemah/sutradara: I.<br />
Yudhi Soenarto, Produksi: Teater Sastra UI, Graha Bhakti<br />
Budaya, Taman Ismail Marzuki, JUMAT-SABTU, 14-15 NO-<br />
VEMBER 2014, PUKUL 19.30 WIB, MINGGU: 16 NOVEMBER<br />
2014 (PUKUL 14.30 WIB),HTM: Rp 150.000 | Rp 100.00 |<br />
Rp 50.000<br />
FILM FESTIVAL: D.A.M.N (DUTCH<br />
ADRENALINE MOVIE NIGHTS)<br />
14-15 NOVEMBER 2014, Erasmus Huis Jakarta<br />
SCIENCE FILM FESTIVAL<br />
13-28 NOVEMBER 2014<br />
KRAMAT RAYA<br />
Komedi Betawi produksi ke-113, Sutradara & Cerita: Syaiful<br />
Amri, Plaza/Halaman Parkir, Taman Ismail Marzuki,<br />
SABTU, 15 NOVEMBER 2014, PUKUL 20.00 WIB, Gratis<br />
dan terbuka untuk umum<br />
TEATER TARI KARTINI<br />
Oleh Ayu Dyah Pasha, SABTU, 15 NOVEMBER 2014,<br />
PUKUL 15.00 WIB, Galeri Indonesia Kaya<br />
COMEDY DANCE<br />
Oleh Didik Nini Thowok, MINGGU, 16 NOVEMBER 2014,<br />
PUKUL 15.00 WIB, Galeri Indonesia Kaya<br />
MAJALAH DETIK 10 - 16 NOVEMBER 2014
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik