10.11.2014 Views

Khazanah Juli 2013 - Arsip UGM - Universitas Gadjah Mada

Khazanah Juli 2013 - Arsip UGM - Universitas Gadjah Mada

Khazanah Juli 2013 - Arsip UGM - Universitas Gadjah Mada

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pemanfaatan Sistem Informasi Kearsipan Statis<br />

untuk Menunjang Pelayanan di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

Pendampingan dan Pengembangan Records Center Unit Kerja<br />

sebagai Upaya Pembinaan Kearsipan di Lingkungan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

Tata Kelola <strong>Arsip</strong> Keluarga: Sebuah Pengalaman Pribadi<br />

Volume<br />

6<br />

Nomor<br />

2<br />

Halaman<br />

1-60<br />

Yogyakarta<br />

<strong>Juli</strong> <strong>2013</strong><br />

A r s i p U n i v e r s i t a s G a d j a h M a d a<br />

Bulaksumur: Gedung L3 Lantai 3 (Komplek Perpustakaan <strong>UGM</strong>) Yogyakarta


ISSN: 1978-4880<br />

KHAZANAH<br />

ARSIP UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />

Volume 6, Nomor 2, <strong>Juli</strong> <strong>2013</strong><br />

Penanggung Jawab: Machmoed Effendhie;<br />

Pimpinan Umum: Eny Kusumindarti Wahyuningrum;<br />

Pimpinan Redaksi: Musliichah;<br />

Redaktur Pelaksana: Zaenudin dan Ully Isnaeni Effendi;<br />

Penyunting: Fitria Agustina;<br />

Sekretariat: Kurniatun dan Herman Setyawan;<br />

Desain Grafis: Eko Paris BY<br />

Pengelolaan <strong>Arsip</strong> dari Sekretaris Eksekutif <strong>UGM</strong>,<br />

22 Januari – 30 April <strong>2013</strong><br />

Akuisisi <strong>Arsip</strong> Direktorat SDM <strong>UGM</strong>,<br />

24 April <strong>2013</strong><br />

Diterbitkan Oleh:<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

Alamat Redaksi:<br />

Bulaksumur Gedung L3 Lantai 3<br />

(Komplek Perpustakaan <strong>UGM</strong>) Yogyakarta<br />

Telp. (0274) 6492151, 6492152; Fax. (0274) 582907<br />

Website: arsip.ugm.ac.id; e-mail: arsip@ugm.ac.id<br />

Program Oral History, wawancara dengan<br />

Mantan Rektor <strong>UGM</strong> Prof. Moch. Adnan,<br />

21 Mei <strong>2013</strong><br />

Rakor Kearsipan Kemdikbud<br />

di Hotel Sahid Raya Jakarta, 27 s.d. 29 Mei <strong>2013</strong><br />

Gambar Sampul Depan:<br />

Gedung Pusat <strong>UGM</strong> Tahun 1956<br />

KHAZANAH terbit tiga kali setahun (Maret, <strong>Juli</strong>, November) sebagai media<br />

sosialisasi dan pembahasan bidang kearsipan. Redaksi menerima kiriman naskah<br />

berupa kajian lapangan, studi pustaka, uji coba laboratorium, hasil seminar, dan<br />

resensi. Petunjuk penulisan naskah: naskah belum pernah dipublikasikan, ditulis<br />

dalam bahasa Indonesia, huruf Times New Roman 12, spasi 1,5, pada kertas kuarto<br />

A4 7-15 halaman. Sistematika penulisan mencerminkan adanya pendahuluan,<br />

kerangka teori, hasil dan analisis, kesimpulan dan saran, disertai dengan abstrak<br />

dan kata-kata kunci tulisan. Naskah berupa hardcopy dan softcopy dikirim ke<br />

alamat redaksi disertai dengan biodata penulis.<br />

Kunjungan SMK Nasional Baureno Bojonegoro,<br />

13 Juni <strong>2013</strong><br />

Kunjungan <strong>Arsip</strong>aris se-Jawa Timur,<br />

21 Juni <strong>2013</strong>


Vol. 6, No. 2, <strong>Juli</strong> <strong>2013</strong> ISSN 1978-4880<br />

DAFTAR ISI<br />

Dari Redaksi ................................................................................................ 2<br />

Pemanfaatan Sistem Informasi Kearsipan Statis<br />

untuk Menunjang Pelayanan di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> .............. 3<br />

Herman Setyawan<br />

Pendampingan dan Pengembangan Records Center Unit Kerja sebagai<br />

Upaya Pembinaan Kearsipan di Lingkungan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> .... 13<br />

Kurniatun<br />

Tata Kelola <strong>Arsip</strong> Keluarga: Sebuah Pengalaman Pribadi .......................... 22<br />

Mas Yanto Samadikun<br />

Mengenal Persatuan Wanita Keluarga <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

dari <strong>Khazanah</strong> <strong>Arsip</strong> (1951 – 1991) ........................................................... 35<br />

Fitria Agustina<br />

Pesawat Gelatik untuk <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> ...................................... 45<br />

Ully Isnaeni Effendi<br />

Resensi Buku: Kepemimpinan dalam Program Manajemen <strong>Arsip</strong> Dinamis<br />

dan <strong>Arsip</strong> Statis ........................................................................................... 52<br />

Machmoed Effendhie<br />

1


2<br />

DARI REDAKSI<br />

<strong>Khazanah</strong> edisi kali ini mengangkat lima tema yang beragam. Tulisan Herman<br />

Setyawan tentang “Pemanfaatan Sistem Informasi Kearsipan Statis untuk<br />

Menunjang Pelayanan di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>” merupakan rangkuman<br />

dari skripsi S-1 bidang administrasi. <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> berdasarkan UU No. 43 Tahun<br />

2009 tentang Kearsipan, bertanggung jawab terhadap pembinaan sistem kearsipan<br />

dan pengelolaan arsip statis di lingkungan <strong>UGM</strong>, yang tujuan akhirnya untuk<br />

layanan informasi kearsipan kepada publik dan internal. Untuk memberikan<br />

layanan prima kepada publik, selain telah dibuat jalan temu balik arsip (finding<br />

aids) manual, juga telah dikembangkan sistem temu balik arsip berbasis web yang<br />

kemudian diberi nama Sistem Informasi Kearsipan Statis (SiKS).<br />

Tulisan Kurniatun tentang pendampingan dan pengembangan records center<br />

di lingkungan <strong>UGM</strong> merupakan campuran antara pengalaman pribadi sebagai<br />

pendamping dan beberapa peraturan yang mengharuskan lembaga kearsipan<br />

perguruan tinggi melakukan pembinaan sistem kearsipan di lingkungan kerjanya.<br />

Terdapat minimal tiga landasan legal yang mengharuskan <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> melakukan<br />

pembinaan di unit-unit kerja di lingkungan <strong>UGM</strong>, yakni UU No. 43 Tahun 2009<br />

tentang Kearsipan, PP No. 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 43 Tahun<br />

2009 tentang Kearsipan, dan Perka ANRI No. 24 Tahun 2011 tentang Pedoman<br />

Penyelenggaraan Kearsipan di Lingkungan Perguruan Tinggi. Salah satu kegiatan<br />

pembinaan yang dilakukan <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> adalah kegiatan pendampingan dan<br />

pengembangan records center di unit kerja di lingkungan <strong>UGM</strong>.<br />

Tulisan Mas Yanto Samadikun tentang arsip keluarga telah mengingatkan<br />

kami pada salah seorang alumni Program Tugas Belajar D-3 Kearsipan FIB <strong>UGM</strong><br />

yang kini tinggal di Madura. Beliau menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan arsip<br />

tidak hanya untuk arsip keluarga tetapi juga untuk benda-benda (korporil) pribadi.<br />

Adapun prinsip-prinsip pengelolaan arsip yang dimaksud adalah mulai dari<br />

meregistrasi, mengklasifikasi, menyortir, memberkas, mengindeks, dll, sampai<br />

pemeliharaan, perawatan, pengamanan, dan penyusutan. Artikel ini menarik dan<br />

menginspirasi.<br />

Tulisan Fitria Agustina: “Mengenal Persatuan Wanita Keluarga <strong>UGM</strong> dari<br />

<strong>Khazanah</strong> <strong>Arsip</strong> (1951 – 1991) dan tulisan Ully Isnaeni Effendi: “Pesawat Gelatik<br />

untuk <strong>UGM</strong>” merupakan serpihan-serpihan sejarah <strong>UGM</strong> yang memang perlu<br />

dimunculkan dalam bentuk tulisan. Tujuannya agar, terutama para alumni,<br />

mengetahui bahwa <strong>UGM</strong> memiliki “kekayaan” memori kolektif.<br />

Dengan keterbatasan yang ada, semoga <strong>Khazanah</strong> edisi kali ini bermanfaat<br />

bagi pembaca. Sekurang-kurangnya dapat menginspirasi para praktisi, akademisi,<br />

dan pengambil keputusan di bidang kearsipan. Selamat membaca.<br />

Redaksi


PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI KEARSIPAN STATIS<br />

UNTUK MENUNJANG PELAYANAN<br />

DI ARSIP UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />

Herman Setyawan<br />

Abstract<br />

Archival institutions tasked to manage an archive, that has a value to history,<br />

has exhausted its retention, and made permanent. For recorded information on<br />

all activities of the organization, it serves as a central memory, decision-making<br />

tools, evidence of the existence of the organization and for the benefit of another<br />

organization. Problems arise when the institution has a collection of archival<br />

records in abundance. A wide range of agency activities resulted generated<br />

archive collection is very diverse. This causes the volume of records that are<br />

maintained very much. It difficult to find back of the shelf location manually, or<br />

with the list though, because the archives are kept very much. In addition to these<br />

problems, in general, have archival decades old, making it susceptible to physical<br />

damage. In case of physical touch to the archive continued in service activities<br />

and access, it is feared physical harm will occur archives.<br />

This study used a descriptive approach design, the research aims to collect an<br />

existing symptoms according to what the time of the study, and not to test the<br />

hypothesis. Data collection techniques used in this study is the observation,<br />

interviews, and documentation.<br />

Based on the results of this study concluded that <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> University<br />

Archive used subject pattern in the management of the archive. The end of archive<br />

management is entering data into the archive collection of archival information<br />

system. The information system contains a database file thoroughly, so that the<br />

rediscovery of the archive store locations can be done in seconds. It is very<br />

effective when compared to the rediscovery of the archive manually.<br />

Keywords: utilization, information systems, archives<br />

1<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Lembaga kearsipan perguruan<br />

tinggi bertugas untuk mengelola arsip<br />

statis, yaitu arsip yang mempunyai<br />

nilai guna kesejarahan, telah habis<br />

retensinya, dan berketerangan<br />

1<br />

<strong>Arsip</strong>aris <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />

dipermanenkan. Sebagai rekaman<br />

informasi dari seluruh aktifitas<br />

organisasi, arsip berfungsi sebagai<br />

pusat ingatan, alat bantu pengambilan<br />

keputusan, bukti eksistensi organisasi<br />

dan untuk kepentingan organisasi<br />

yang lain.<br />

3


Permasalahan muncul saat arsip<br />

yang dikelola adalah berkas-berkas<br />

yang rapuh fisiknya karena usia<br />

penciptaannya yang telah lama. <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> (<strong>Arsip</strong><br />

<strong>UGM</strong>) adalah lembaga kearsipan<br />

tingkat perguruan tinggi di<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> yang<br />

mempunyai tugas melakukan<br />

pengelolaan arsip statis. <strong>Arsip</strong> yang<br />

dikelola oleh <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> adalah<br />

koleksi arsip sejak tahun 1949 yang<br />

mayoritas fisik arsipnya telah rapuh.<br />

Pada proses pelayanan dan akses,<br />

baik pengguna maupun petugas arsip<br />

bersentuhan secara langsung dengan<br />

fisik arsip. Sentuhan langsung dengan<br />

fisik arsip secara terus menerus dapat<br />

menimbulkan kerusakan pada fisik<br />

arsip.<br />

Permasalahan lain adalah volume<br />

arsip yang disimpan oleh lembaga<br />

kearsipan pada umumnya berjumlah<br />

besar. Apabila volume arsip cukup<br />

banyak, maka penemuan kembali<br />

arsip dari lokasi simpannya tidak<br />

dapat mengandalkan daftar arsip<br />

manual. Penggunaan daftar arsip<br />

manual dalam pencarian arsip<br />

membutuhkan waktu yang lama. Oleh<br />

karena itu, diperlukan suatu<br />

pemanfaatan sistem informasi<br />

kearsipan statis untuk menunjang<br />

pelayanan, terutama untuk penemuan<br />

kembali arsip dan untuk<br />

menampilkan arsip dalam format<br />

digital.<br />

II. KAJIAN TEORI<br />

Abubakar Hadi (1996: 8)<br />

menyatakan bahwa “istilah arsip atau<br />

dalam Bahasa Belanda archief, dalam<br />

istilah Bahasa Inggris archive, berasal<br />

dari Bahasa Yunani yakni arche yang<br />

berarti permulaan. Kata tersebut<br />

berkembang menjadi ta archia yang<br />

berarti catatan”. Sedangkan Zulkifli<br />

Amsyah (2003: 3) dalam bukunya<br />

Manajemen Kearsipan menyatakan<br />

bahwa: arsip adalah setiap catatan<br />

( record atau warkat) yang tertulis,<br />

tercetak, atau ketikan, dalam bentuk<br />

huruf, angka atau gambar, yang<br />

mempunyai arti dan tujuan tertentu<br />

sebagai bahan komunikasi dan<br />

informasi, yang terekam pada kertas<br />

(kartu, formulir), kertas film (slide,<br />

film-strip, micro-film) , media<br />

komputer (pita tape, piringan,<br />

rekaman, disket), kertas photo copy,<br />

dan lain-lain. Sementara itu The<br />

Liang Gie (2000: 155) menyebutkan<br />

bahwa “arsip atau warkat adalah<br />

setiap catatan tertulis atau bergambar<br />

yang memuat keterangan mengenai<br />

sesuatu hal atau peristiwa yang dibuat<br />

orang untuk membuat ingatannya”.<br />

Selain pendapat tersebut masih<br />

banyak pendapat lain tentang<br />

pengertian arsip.<br />

Dalam rangka penemuan kembali<br />

arsip dari lokasi simpannya, <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

memanfaatkan Sistem Informasi<br />

Kearsipan Statis (SiKS). SiKS<br />

merupakan gabungan dari kata<br />

sistem, informasi, dan kearsipan<br />

statis.<br />

Menurut Togar M. Simatupang<br />

(1995: 7), “sistem adalah kumpulan<br />

4


obyek-obyek yang saling berinteraksi<br />

dan bekerjasama untuk mencapai<br />

tujuan tertentu dalam lingkungan<br />

yang kompleks”. Sedangkan menurut<br />

Moekijat (1991: 15), “suatu sistem<br />

adalah susunan yang teratur dari<br />

kegiatan-kegiatan yang saling<br />

berhubungan, yang melaksanakan<br />

dan mempermudah kegiatan-kegiatan<br />

utama organisasi”.<br />

Menurut Murdick (1997: 6),<br />

“informasi terdiri dari data yang telah<br />

diambil kembali, diolah, atau<br />

sebaliknya digunakan untuk tujuan<br />

informatif atau kesimpulan,<br />

argumentasi, atau sebagai dasar untuk<br />

peramalan atau pengambilan<br />

keputusan”. Sedangkan Zulkifli<br />

Amsyah (1997: 2) menyatakan bahwa<br />

“informasi merupakan data yang<br />

sudah diolah, dibentuk atau sudah<br />

dimanipulasi sesuai dengan<br />

keperluan tertentu dari organisasi”.<br />

Dari definisi di atas dapat<br />

disimpulkan bahwa informasi adalah<br />

data yang telah diolah yang<br />

digunakan untuk pengambilan<br />

keputusan.<br />

Agus Sugiarto dan Teguh<br />

Wahyono (2005: 12) menyatakan<br />

bahwa “arsip statis adalah arsip yang<br />

tidak dipergunakan secara langsung<br />

dalam kegiatan perkantoran seharihari”.<br />

Sementara itu Boedi Martono<br />

(1990: 25) meyatakan bahwa “arsip<br />

statis adalah arsip yang tidak<br />

digunakan secara langsung untuk<br />

perencanaan, penyelenggaraan<br />

kehidupan kebangsaan pada<br />

umumnya, maupun untuk<br />

penyelenggaraan sehari-hari<br />

administrasi negara”. Menurut<br />

Peraturan Menteri Pendidikan<br />

Nasional Nomor 37 Tahun 2006<br />

disebutkan bahwa arsip statis adalah<br />

arsip yang dihasilkan oleh pencipta<br />

arsip karena memiliki nilai guna<br />

kesejarahan, telah habis retensinya,<br />

dan berketerangan dipermanenkan<br />

yang telah diverifikasi baik secara<br />

langsung maupun tidak langsung oleh<br />

<strong>Arsip</strong> Nasional Republik Indonesia<br />

dan/ atau lembaga kearsipan.<br />

Dari rangkaian definisi di atas<br />

dapat disimpulkan bahwa tujuan<br />

sistem informasi kearsipan statis<br />

adalah menjamin keberadaan dan<br />

keselamatan arsip dengan<br />

menggunakan suatu aplikasi<br />

elektronik sebagai suatu alat yang<br />

berguna dalam menemukan kembali<br />

koleksi arsip statis baik berbentuk<br />

kertas, audiovisual, maupun arsip<br />

elektronik sebagai bahan<br />

pertanggungjawaban.<br />

III. METODE PENELITIAN<br />

A. Desain Penelitian<br />

Desain yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah deskriptif.<br />

Pendekatan deskriptif merupakan<br />

penelitian yang bertujuan untuk<br />

mengumpulkan suatu data yang ada<br />

menurut apa adanya, saat penelitian<br />

dilakukan serta tidak untuk menguji<br />

hipotesis. Penelitian deskriptif hanya<br />

memaparkan situasi atau peristiwa,<br />

tidak mencari atau tidak menjelaskan<br />

hubungan, dan tidak menguji<br />

hipotesis. Jadi pada penelitian ini<br />

5


menggambarkan keadaan nyata<br />

dengan apa adanya tentang suatu<br />

variabel, gejala atau keadaan. Tetapi<br />

peneliti tetap dituntut untuk<br />

memaknai data yang diperoleh,<br />

menarik kesimpulan dari hasil<br />

pemaknaan data tersebut.<br />

B. Teknik Pengumpulan Data<br />

Teknik pengumpulan data adalah<br />

cara-cara yang digunakan oleh<br />

peneliti untuk mengumpulkan data.<br />

Teknik pengumpulan data dalam<br />

penelitian ini menggunakan teknik<br />

sebagai berikut :<br />

1. Observasi<br />

Observasi ditujukan untuk<br />

memperoleh data melalui<br />

pengamatan langsung di<br />

lapangan. Observasi adalah<br />

aktifitas pengamatan fenomena<br />

yang dilakukan secara sistematis.<br />

Observasi/ pengamatan yang<br />

dilakukan oleh peneliti adalah<br />

observasi partisipasif yaitu terjun<br />

langsung dalam kegiatan<br />

pengelolaan dan pelayanan arsip<br />

statis.<br />

2. Wawancara<br />

Wawancara merupakan proses<br />

tanya jawab antara dua pihak atau<br />

lebih yang berhadapan langsung<br />

secara fisik. Wawancara ini<br />

diharapkan dapat melengkapi apa<br />

yang tidak diperoleh melalui<br />

observasi. Wawancara dilakukan<br />

peneliti dengan Kepala Bidang<br />

Layanan <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong><br />

<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>, staf layanan <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>, dan<br />

beberapa pengguna arsip baik<br />

dari civitas akademika<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

maupun dari masyarakat umum.<br />

Wawancara dilakukan dengan<br />

memberikan daftar pertanyaan.<br />

3. Dokumentasi<br />

Dokumentasi adalah teknik<br />

pengumpulan data dengan cara<br />

mengambil keterangan dokumen<br />

yang berkaitan dengan pokok<br />

permasalahan yang dimiliki.<br />

Dalam penelitian ini, teknik<br />

dokumentasi digunakan untuk<br />

mengumpulkan data yang<br />

berhubungan dengan sejarah<br />

profil <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />

<strong>Mada</strong>, struktur organisasi, visi<br />

misi lembaga dan rincian tugas<br />

organisasi.<br />

C. Keabsahan Data<br />

Teknik yang digunakan untuk<br />

memeriksa keabsahan data dalam<br />

penelitian ini adalah teknik<br />

triangulasi dengan sumber data yaitu<br />

dengan cara membandingkan dan<br />

memeriksa kembali derajat<br />

kepercayaan dari suatu informasi<br />

yang telah diperoleh atau melalui<br />

sumber yang berbeda.<br />

Triangulasi adalah teknik<br />

pemeriksaan keabsahan data yang<br />

memanfaatkan sesuatu yang lain di<br />

luar data itu untuk keperluan<br />

pengecekan atau sebagai pembanding<br />

terhadap data itu. Dalam hal ini<br />

peneliti melakukan cara pertama,<br />

6


membandingkan data hasil observasi<br />

dengan wawancara; kedua,<br />

membandingkan hasil wawancara<br />

antara informan yang satu dengan<br />

informan yang lain; dan ketiga,<br />

membandingkan hasil wawancara<br />

dengan dokumen-dokumen yang<br />

berkaitan. Data yang diperoleh akan<br />

dikategorikan valid apabila telah<br />

terjadi kesesuaian dengan informasi<br />

yang diperoleh.<br />

D. TeknikAnalisis Data<br />

Setelah data dikumpulkan, tahap<br />

berikutnya adalah mengolah dan<br />

menganalisis data. Analisis data<br />

dilakukan pada data yang diperoleh<br />

dari hasil wawancara, observasi, dan<br />

dokumentasi.<br />

Huberman dan Miles (1992: 23)<br />

dalam Idrus (2009: 148) menyatakan<br />

bahwa “analisis data pada penelitian<br />

kualitatif yang disebutnya sebagai<br />

model interaktif yang terdiri atas tiga<br />

hal utama, yaitu: (1) reduksi data; (2)<br />

penyajian data; dan (3) penarikan<br />

kesimpulan atau verifikasi”. Ketiga<br />

kegiatan tersebut saling terjalin pada<br />

saat sebelum, selama, dan sesudah<br />

pengumpulan data dalam bentuk<br />

sejajar, untuk membangun wawasan<br />

umum yang disebut analisis (Miles<br />

dan Huberman, 1992).<br />

Pengumpulan data merupakan<br />

tahap awal dalam proses analisis.<br />

Tidak hanya berupa kata-kata, data<br />

penelitian kualitatif lebih cenderung<br />

pada segala sesuatu yang diperoleh<br />

dari yang dilihat, didengar, dan<br />

diamati. Tahap reduksi data diartikan<br />

sebagai proses pemilihan, pemusatan<br />

perhatian pada penyederhanaan,<br />

pengabstrakan, dan transformasi data<br />

kasar yang muncul dari catatancatatan<br />

tertulis di lapangan. Reduksi<br />

berlangsung terus menerus selama<br />

penelitian. Penyajian data adalah<br />

sekumpulan informasi tersusun yang<br />

memberi kemungkinan adanya<br />

penarikan kesimpulan dan<br />

pengambilan tindakan. Verifikasi<br />

merupakan tahap akhir pengumpulan<br />

data. Beberapa cara yang dapat<br />

dilakukan dalam proses ini adalah<br />

dengan melakukan pencatatan untuk<br />

pola-pola dan tema yang sama,<br />

pengelompokan, dan pencarian<br />

kasus-kasus negatif (kasus khas,<br />

berbeda, mungkin pula menyimpang<br />

dari kebiasaan yang ada di<br />

masyarakat).<br />

Dalam menganalisis data,<br />

peneliti menggunakan metode non<br />

statistik yaitu analisis data deskriptif,<br />

artinya data yang diperoleh melalui<br />

penelitian dilaporkan apa adanya, lalu<br />

dianalisis secara deskriptif untuk<br />

memperoleh gambaran mengenai<br />

fakta yang ada. Hal ini dilakukan<br />

karena penelitian ini tidak<br />

dimaksudkan untuk mencari<br />

hubungan antara dua variabel atau<br />

lebih.<br />

IV. HASIL PENELITIAN DAN<br />

PEMBAHASAN<br />

A. Deskripsi Data Penelitian<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

memiliki koleksi arsip statis periode<br />

tahun 1949 – tahun 2010 sebanyak<br />

7


20471 nomor arsip tekstual, 12090<br />

nomor arsip foto, 428 nomor arsip<br />

kartografi, 1527 nomor arsip rekaman<br />

suara, dan ribuan koleksi arsip<br />

audiovisual. <strong>Arsip</strong> audiovisual belum<br />

diketahui jumlahnya secara pasti<br />

karena belum dikelola. <strong>Arsip</strong> tersebut<br />

didapatkan dari beberapa unit dari<br />

kantor pusat tata usaha, sedangkan<br />

arsip statis yang berasal dari fakultas<br />

belum diakuisisi. Penemuan kembali<br />

arsip dari tempat simpannya<br />

memerlukan daftar sebagai sarana<br />

penemuan kembali arsip.<br />

Daftar arsip yang disusun oleh<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

disebut sebagai Daftar <strong>Khazanah</strong><br />

<strong>Arsip</strong> (DKA). DKA arsip statis terdiri<br />

dari DKA arsip tekstual, DKA arsip<br />

kartografi, DKA arsip foto, dan DKA<br />

arsip rekaman suara. DKA berupa<br />

buku-buku yang berisi daftar arsip.<br />

Sejak tahun 2005, <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> telah<br />

menyusun enam buku DKA arsip<br />

tekstual, satu buku DKA kartografi,<br />

empat buku DKA arsip foto, dan satu<br />

buku DKA arsip rekaman suara. DKA<br />

terdiri atas puluhan hingga ratusan<br />

lembar daftar arsip. Oleh karena itu,<br />

penelusuran arsip dengan<br />

menggunakan DKA memerlukan<br />

waktu yang sangat lama.<br />

<strong>Arsip</strong> dikelompokkan dalam<br />

berbagai masalah dan sub masalah.<br />

Pengelompokan arsip didasarkan<br />

pada pola klasifikasi arsip yang<br />

disusun oleh <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong><br />

<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>. Pola Klasifikasi<br />

disusun untuk mengatasi keadaan<br />

tidak teraturnya arsip yang diserahkan<br />

ke <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />

Untuk mengatasi keadaan tersebut<br />

diperlukan recovery ulang dengan<br />

melakukan pendaftaran kembali<br />

dengan mendeskripsikan arsip.<br />

Pengelompokan arsip bertujuan<br />

untuk memisahkan arsip berdasarkan<br />

masalah. <strong>Arsip</strong> tekstual<br />

dikelompokkan dalam sembilan<br />

kelompok masalah utama. Masalah<br />

utama diuraikan dalam sub masalah<br />

dan sub-sub masalah.<br />

Pengelompokan arsip tersebut<br />

disusun dalam pola klasifikasi arsip<br />

tekstual. Sementara itu arsip<br />

kartografi dibagi menjadi dua<br />

masalah utama. <strong>Arsip</strong> foto dibagi<br />

menjadi sepuluh masalah utama, dan<br />

arsip rekaman suara dibagi menjadi<br />

tiga masalah utama. Pembagian<br />

masalah tersebut disesuaikan dengan<br />

tugas dan fungsi organisasi<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />

Selama proses penelitian, peneliti<br />

melakukan wawancara dengan<br />

beberapa orang pengguna arsip. Dari<br />

informasi pengguna arsip dapat<br />

disimpulkan bahwa pelayanan arsip<br />

dilakukan dengan baik. <strong>Arsip</strong> dapat<br />

ditemukan dengan cepat dan tepat<br />

dengan SiKS. Dalam penemuan<br />

kembali arsip, dibutuhkan waktu<br />

yang lebih lama untuk mengambil<br />

arsip dari lokasi simpan jika<br />

jumlahnya banyak.<br />

Saat mengakses arsip, pengguna<br />

bersentuhan langsung dengan arsip<br />

yang diminta. Hal ini dapat memicu<br />

kerusakan terutama arsip-arsip tua.<br />

8


Penggandaan arsip dilakukan oleh<br />

petugas penggandaan di lingkungan<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />

Pengguna arsip tidak diperbolehkan<br />

menyalin soft file arsip, namun berupa<br />

cetakan atau salinan hasil photo copy.<br />

B. Pembahasan<br />

1. Pengelolaan<strong>Arsip</strong> Statis<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

menggunakan sistem subyek<br />

(masalah) dalam mengelola arsip<br />

statis, baik arsip tekstual, arsip foto,<br />

arsip kartografi, maupun arsip<br />

rekaman suara. Pengelolaan arsip<br />

statis berbeda-beda menurut<br />

medianya. Berikut adalah prosedur<br />

pengelolaan arsip:<br />

a. Pengelolaan<strong>Arsip</strong> Tekstual<br />

Pengelolaan arsip tekstual di<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

dilakukan dengan tahapan<br />

akuisisi, pengolahan, perawatan<br />

dan pemeliharaan, dan akses dan<br />

layanan.<br />

b. Pengelolaan<strong>Arsip</strong> Kartografi<br />

Pengelolaan arsip kartografi di<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

dilakukan dengan tahapan seleksi<br />

dan deskripsi, pembuatan skema<br />

pengaturan arsip, manuver kartu,<br />

penomoran kartu deskripsi,<br />

manuver berkas, penomoran<br />

berkas, penataan dan<br />

penyimpanan arsip, pembuatan<br />

daftar arsip, entri data dalam<br />

SiKS, serta perawatan dan<br />

pemeliharaan.<br />

c. Pengelolaan<strong>Arsip</strong> Foto<br />

Tahap-tahap pengelolaan arsip<br />

foto adalah seleksi dan penilaian,<br />

pembuatan skema pengaturan<br />

arsip, deskripsi, penomoran,<br />

pengkodean, pembuatan daftar<br />

arsip, entri data ke dalam SiKS,<br />

dan perawatan dan pemeliharaan.<br />

d. Pengelolaan <strong>Arsip</strong> Rekaman<br />

Suara<br />

Pengelolaan arsip rekaman suara<br />

meliputi kegiatan seleksi dan<br />

identifikasi, pembuatan Indeks<br />

Interview Content,<br />

pengelompokan dan penomoran,<br />

penataan dan penyimpanan,<br />

pembuatan daftar arsip, entri data<br />

ke dalam SiKS, transkripsi, dan<br />

perawatan dan pemeliharaan.<br />

2. Pola Klasifikasi <strong>Arsip</strong> Statis di<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

Penggunaan pola klasifikasi<br />

disesuaikan dengan tugas dan fungsi<br />

organisasi di <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />

<strong>Mada</strong>. Pola tersebut disusun secara<br />

internal, hanya dapat digunakan oleh<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>. Pola<br />

klasifikasi tersebut digunakan dalam<br />

penomoran arsip statis. Penomoran<br />

arsip dengan cara seperti contoh di<br />

bawah ini dapat dipastikan tidak ada<br />

berkas dengan nomor yang sama.<br />

Contoh penomoran arsip adalah<br />

sebagai berikut:<br />

AS/OA.SK.00/1, kode tersebut<br />

dibaca sebagai berikut:<br />

AS : <strong>Arsip</strong> statis tekstual<br />

OA : Official Archives, sebagai<br />

masalah utama<br />

SK : Surat Keputusan (SK),<br />

9


sebagai sub masalah<br />

00 : Majelis Wali Amanat<br />

(MWA), sebagai sub-sub<br />

masalah<br />

1 : nomor berkas 1<br />

AG/GE.ET/1, kode tersebut dibaca<br />

sebagai berikut:<br />

AG : <strong>Arsip</strong> Gambar<br />

GE : Gambar Engineering,<br />

sebagai masalah utama<br />

ET : Engineering Telepon,<br />

sebagai sub masalah<br />

1 : nomor berkas 1<br />

AF/OA.OK/1949-1, kode tersebut<br />

dibaca sebagai berikut:<br />

AF : <strong>Arsip</strong> statis foto<br />

OA : Official Archives, sebagai<br />

masalah utama<br />

OK : Kerja sama, sebagai sub<br />

masalah<br />

1949 : Tahun pembuatan foto 1949<br />

1 : nomor berkas 1<br />

AK/OH.HT.00/1, kode tersebut<br />

dibaca sebagai berikut:<br />

AK : <strong>Arsip</strong> statis rekaman suara<br />

OH : Oral History Project<br />

Archives, sebagai masalah<br />

utama<br />

HT : History Tematik, sebagai sub<br />

masalah<br />

00 : Tema Budaya, sebagai subsub<br />

masalah<br />

1 : nomor berkas 1<br />

3. Cara Kerja dan Efektifitas SiKS<br />

SiKS yang digunakan oleh <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> mencakup<br />

beberapa aspek, yaitu perangkat keras<br />

(hardware), perangkat lunak<br />

(software), SDM (brainware), dan<br />

dukungan SiKS terhadap pelayanan<br />

arsip.<br />

Perangkat keras merupakan<br />

semua bagian fisik komputer, dan<br />

dibedakan dengan data yang berada di<br />

dalamnya atau yang beroperasi di<br />

dalamnya, dan dibedakan dengan<br />

perangkat lunak yang menyediakan<br />

instruksi untuk perangkat keras dalam<br />

menyelesaikan tugasnya. Perangakat<br />

keras pada umumnya terdiri dari<br />

Central Processing Unit (CPU),<br />

mother board, Random Acces<br />

Memory (RAM), Video Graphic Array<br />

(VGA), Hard Disk Drive (HDD),<br />

optical diskdrive, power supply unit,<br />

monitor, keyboard, mouse, dan lainlain.<br />

Pengelolaan SiKS di <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

menggunakan perangkat keras yang<br />

memadai untuk mengelola perangkat<br />

lunaknya. <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />

<strong>Mada</strong> menggunakan processor 2<br />

Gigabyte, RAM 1 Gigabyte, dan Hard<br />

Disk 200 Gigabyte. Gigabyte<br />

merupakan istilah dalam ukuran<br />

informasi digital dalam komputasi<br />

dan telekomunikasi.<br />

Perangkat lunak merupakan<br />

istilah umum untuk data yang<br />

diformat dan diolah secara digital,<br />

termasuk program komputer,<br />

10


dokumentasinya, dan berbagai<br />

informasi yang dibaca dan ditulis<br />

dengan komputer. Software komputer<br />

terdiri dari instruksi-instruksi ke<br />

dalam komputer. Instruksi tersebut<br />

menggunakan bahasa pemrograman.<br />

Bahasa pemrograman yang<br />

digunakan oleh <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong><br />

<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> adalah Personal Home<br />

Page (PHP) dengan database e<br />

Postre SQL.<br />

Perangakat manusia merupakan<br />

orang yang mengoperasikan<br />

komputer. Dalam mengelola SiKS,<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

mempunyai satu orang tenaga ahli<br />

dan dua orang tenaga teknis.<br />

Penggunaan SiKS dalam<br />

pencarian dan penemuan kembali<br />

arsip di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />

<strong>Mada</strong> sangat efektif. Para pengguna<br />

dapat mencari keberadaan koleksi<br />

arsip yang tersimpan dalam hitungan<br />

detik. Pengguna dapat mencari<br />

keberadaan arsip dengan<br />

memasukkan kata tangkap (indeks)<br />

arsip pada kolom pencarian arsip.<br />

Dengan demikian semua koleksi arsip<br />

yang dimiliki atau disimpan oleh<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> akan<br />

muncul pada halaman pencarian<br />

arsip.<br />

Penggunaan SiKS ini sangat<br />

efektif jika dibandingkan dengan<br />

penggunaan Daftar <strong>Khazanah</strong> <strong>Arsip</strong><br />

(DKA) manual. Jika menggunakan<br />

DKA manual, pengguna harus<br />

mencari arsip dalam ribuan lembar<br />

daftar arsip. Hal ini akan memakan<br />

waktu yang cukup lama. Pengguna<br />

maupun petugas akan merasa<br />

kelelahan dalam pencarian arsip<br />

secara manual. SiKS dapat digunakan<br />

oleh siapa saja dengan petunjuk yang<br />

telah tercantum dalam website <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />

V. KESIMPULAN DAN SARAN<br />

A. Kesimpulan<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> melakukan<br />

pengelolaan arsip statis berdasarkan<br />

pada pembedaan masalah.<br />

Kompleksitas masalah di <strong>UGM</strong><br />

menuntut<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> untuk membuat<br />

pola klasifikasi arsip berdasarkan<br />

masalah. Kebijakan tersebut diambil<br />

dengan pertimbangan pengguna arsip<br />

pada umumnya mengakses arsip<br />

menurut masalahnya. Jarang ditemui<br />

pengguna arsip mengakses nomor<br />

arsip, alfabet arsip, asal arsip, maupun<br />

waktu penciptaan arsip.<br />

Sistem Informasi Kearsipan<br />

Statis (SiKS) adalah sebuah sistem<br />

yang digunakan oleh <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />

dalam pencarian arsip dari lokasi<br />

simpannya. Cara kerja SiKS sangat<br />

mudah sehingga memudahkan bagi<br />

pengguna arsip maupun petugas<br />

kearsipan untuk mencari koleksi arsip<br />

yang dibutuhkan. Pengguna arsip<br />

dapat melakukan pencarian arsip dari<br />

segala tempat. Selain itu, pencarian<br />

arsip pada SiKS memunculkan lokasi<br />

simpan arsip, sehingga memudahklan<br />

petugas arsip untuk mencari<br />

keberadaan arsip.<br />

11


B. Saran<br />

Pengguna maupun petugas arsip<br />

di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

menggunakan arsip asli sebagai<br />

bahan penelitian dan kegiatan lain.<br />

Setelah arsip ditemukan dengan<br />

SiKS, baik pengguna maupun<br />

petugas arsip akan bersentuhan<br />

langsung dengan arsip asli yang<br />

disimpan oleh <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong>. Hal ini<br />

dapat memicu kerusakan arsip,<br />

bahkan kehilangan. Oleh karena itu,<br />

penulis menyarankan agar semua<br />

koleksi arsip dapat dialihmediakan<br />

dalam format digital sehingga arsip<br />

asli tetap berada di lokasi simpannya.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Abubakar, Hadi, Pola Kearsipan<br />

Modern Sistem Kartu Kendali.<br />

Jakarta: Djambatan, 1996.<br />

Amsyah, Zulkifli, Manajemen<br />

Kearsipan, Jakarta: Gramedia<br />

Pustaka Utama, 2003.<br />

_______. Manajemen Informasi,<br />

Jakarta: Gramedia Pustaka<br />

Utama, 1997.<br />

Gie, The Liang, Administrasi<br />

Perkantoran Modern.<br />

Yogyakarta: Liberty, 2000.<br />

Idrus, Muhammad, Metode<br />

Penelitian Ilmu Sosial:<br />

Pendekatan Kualitatif dan<br />

Kuantitaif. Yogyakarta:<br />

Erlangga, 2009.<br />

Martono, Boedi, Sistem Kearsipan<br />

Praktis. Penyusutan dan<br />

Pemeliharaan <strong>Arsip</strong>. Jakarta:<br />

Pustaka Sinar Harapan, 1990.<br />

Miles, M.B. dan A.M. Huberman.<br />

Analisis Data Kualitatif.<br />

Penerjemah Tjejep Rohidi.<br />

Jakarta: UI Press, 1992.<br />

Moekijat, Pengantar Sistem<br />

Informasi Manajemen.<br />

Bandung: Rosda Karya, 1991.<br />

Murdick, Robert G, Sistem Informasi<br />

untuk Manajemen Modern. (Alih<br />

bahasa: Djamil). Jakarta: Gelora<br />

Aksara Pratama, 1997.<br />

Peraturan Menteri Pendidikan<br />

Nasional Nomor 37 Tahun 2006<br />

tentang Tata Kearsipan di<br />

Lingkungan Depdiknas.<br />

Simatupang, Togar M, Teori Sistem<br />

Suatu Perspektif Teknik Industri.<br />

Yogyakarta:Andi Offset, 1995.<br />

Sugiarto, Agus, Wahyono, Teguh.<br />

Manajemen Kearsipan Modern<br />

dari Konvensional ke Basis<br />

Komputer. Yogyakarta: Gava<br />

Media, 2005.<br />

12


PENDAMPINGAN DAN PENGEMBANGAN RECORDS CENTER<br />

UNIT KERJA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN KEARSIPAN<br />

DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />

Kurniatun<br />

Abstract<br />

One of the presentation of information to the public is the presentation of<br />

archives. Archives must be managed properly in order to be used. If the provincial<br />

and district / city governments have entered the village archive program (AMD),<br />

University Archives of <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> University (<strong>UGM</strong>) has a mentoring activity<br />

records center. This activity aims to improve the management of archives at <strong>UGM</strong>.<br />

Constraints encountered in this activity is due to the human factor, infrastructure<br />

and diverse archival system. Good records management in a university is very<br />

important because the college archives is one very valuable asset to the State of<br />

Indonesia.<br />

Keywords:Archives, mentoring, records center, archivists, records managers.<br />

1<br />

A. Pendahuluan<br />

Saat ini lembaga/ badan publik<br />

dituntut dapat menyajikan informasi<br />

secara terbuka kepada publik/<br />

masyarakat. Keterbukaan informasi<br />

publik mempunyai makna yang luas<br />

karena semua pengelolaan badanbadan<br />

publik harus dipertanggungjawabkan<br />

kepada masyarakat. Hal ini<br />

sesuai dengan UUD 1945 dan<br />

Undang-Undang No. 14 Tahun 2008<br />

tentang Keterbukaan Informasi<br />

Publik. UUD 1945 pasal 28F yang<br />

menyebutkan bahwa setiap orang<br />

berhak untuk berkomunikasi dan<br />

memperoleh informasi untuk<br />

mengembangkan pribadi dan<br />

lingkungan sosialnya, serta berhak<br />

untuk mencari, memperoleh,<br />

memiliki dan menyimpan informasi<br />

dengan menggunakan segala jenis<br />

saluran yang tersedia.<br />

Definisi informasi menurut UU<br />

No. 14 Tahun 2008 tentang<br />

Keterbukaan Informasi Publik adalah<br />

keterangan, pernyataan, gagasan dan<br />

tanda-tanda yang mengandung nilai,<br />

makna dan pesan, baik data, fakta<br />

maupun penjelasannya yang dapat<br />

dilihat, didengar dan dibaca yang<br />

disajikan dalam berbagai kemasan<br />

dan format sesuai dengan<br />

perkembangan teknologi informasi<br />

dan komunikasi secara elektronik<br />

ataupun non elektronik. Sedangkan<br />

Informasi publik adalah informasi<br />

1<br />

<strong>Arsip</strong>aris <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />

13


yang dihasilkan, disimpan, dikelola,<br />

dikirim, dan/ atau diterima oleh suatu<br />

badan publik yang berkaitan dengan<br />

penyelenggara dan penyelenggaraan<br />

negara dan/ atau penyelenggaraan<br />

badan publik lainnya yang sesuai<br />

dengan undang-undang ini serta<br />

informasi lain yang berkaitan dengan<br />

kepentingan publik.<br />

Salah satu bentuk penyajian<br />

informasi publik adalah dengan<br />

penyajian arsip. Keberadaan arsip<br />

sangat penting sesuai dengan yang<br />

dikemukakan oleh Mantan Kepala<br />

<strong>Arsip</strong> Nasional, Djoko Utomo, yaitu:<br />

“Dalam penyelenggaraan<br />

pemerintahan yang amanah, peran<br />

arsip sangat sentral. Sebab, arsip itu<br />

merupakan tulang punggung<br />

manajemen termasuk<br />

penyelenggaraan pemerintahan<br />

yang amanah. Tidak ada satu<br />

kegiatan pun yang tidak memerlukan<br />

arsip dan yang tidak menghasilkan<br />

arsip.” (http://www.suaramerdeka.<br />

com).<br />

Dari pernyataan Djoko Utomo<br />

tersebut, dapat diketahui pentingnya<br />

arsip bagi penyelenggaraan<br />

pemerintahan. Oleh karena itu,<br />

kesadaran pemerintah terhadap arti<br />

penting arsip semakin meningkat. Hal<br />

ini dapat dilihat dari gebrakan<br />

pemerintah dengan mencanangkan<br />

program “<strong>Arsip</strong> Masuk Desa<br />

(AMD)”.<br />

Pencanangan AMD dilakukan<br />

oleh Presiden Susilo Bambang<br />

Yudhoyono di Gedung ANRI Jakarta,<br />

pada tanggal 31 Agustus 2009.<br />

Program AMD merupakan sistem<br />

informasi pengelolaan arsip pedesaan<br />

yang merupakan struktur<br />

pemerintahan paling bawah. Program<br />

AMD merupakan babak baru<br />

penertiban pengelolaan arsip<br />

pemerintahan di tingkat pedesaan,<br />

seperti pertanahan, kelahiran, dan<br />

data kependudukan.<br />

Sejalan dengan program AMD<br />

pada pemerintah propinsi dan<br />

pemerintah kabupaten/ kota, <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> (<strong>UGM</strong>)<br />

juga mempunyai kegiatan serupa<br />

untuk meningkatkan pengelolaan<br />

arsip di lingkungan <strong>UGM</strong>. Kegiatan<br />

tersebut adalah Pendampingan dan<br />

Pengembangan Records Center unit<br />

kerja di lingkungan <strong>UGM</strong>.<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> telah melakukan<br />

kegiatan pendampingan kearsipan ke<br />

records center unit kerja di<br />

lingkungan <strong>UGM</strong>. Kegiatan ini sudah<br />

dilaksanakan sejak tahun 2010 dan<br />

sampai saat ini masih berjalan.<br />

Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa<br />

arsiparis <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> di bawah<br />

koordinator Kepala Bidang Database<br />

yang bertanggung jawab kepada<br />

Kepala<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong>.<br />

B. Pembahasan<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> merupakan unit<br />

pelaksana yang bertugas melakukan<br />

pembinaan kearsipan di lingkungan<br />

<strong>UGM</strong>. Hal ini disebutkan dalam<br />

Undang-Undang No. 43 Tahun 2009,<br />

14


Pasal 8 ayat (4) Pembinaan kearsipan<br />

perguruan tinggi dilaksanakan oleh<br />

lembaga kearsipan perguruan tinggi<br />

terhadap satuan kerja dan civitas<br />

akademika di lingkungan perguruan<br />

tinggi.<br />

Selanjutnya, untuk mewujudkan<br />

penyelenggaraan kearsipan<br />

perguruan tinggi yang komprehensif<br />

dan terpadu, <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> perlu<br />

membangun dan melaksanakan suatu<br />

sistem kearsipan. Sistem kearsipan<br />

yang diterapkan dalam suatu<br />

lingkungan perguruan tinggi ini<br />

diharapkan dapat berfungsi untuk<br />

menjamin ketersediaan arsip. Selain<br />

itu, sistem kearsipan yang digunakan<br />

sebagai acuan dalam<br />

penyelenggaraan kearsipan oleh<br />

lembaga kearsipan di lingkungan<br />

perguruan tinggi harus didukung oleh<br />

sumber daya manusia, prasarana dan<br />

sarana, serta sumber daya lain sesuai<br />

dengan ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan yang berlaku.<br />

Dalam Undang-Undang No. 43<br />

Tahun 2009 Pasal 27, disebutkan:<br />

(1) <strong>Arsip</strong> perguruan tinggi<br />

adalah lembaga kearsipan<br />

perguruan tinggi.<br />

(2) Perguruan tinggi negeri<br />

wajib membentuk arsip<br />

perguruan tinggi.<br />

(3) Pembentukan arsip<br />

perguruan tinggi<br />

dilaksanakan sesuai dengan<br />

ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan.<br />

(4) <strong>Arsip</strong> perguruan tinggi<br />

sebagaimana dimaksud pada<br />

ayat (1) wajib melaksanakan<br />

pengelolaan arsip statis yang<br />

diterima dari:<br />

a. satuan kerja di<br />

lingkungan perguruan<br />

tinggi; dan<br />

b. civitas akademika di<br />

lingkungan perguruan<br />

tinggi.<br />

Selanjutnya dalam Pasal 28<br />

Undang-Undang itu menyebutkan:<br />

Selain kewajiban sebagaimana<br />

dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4),<br />

arsip perguruan tinggi memiliki tugas<br />

melaksanakan:<br />

a. pengelolaan arsip inaktif yang<br />

memiliki retensi sekurangkurangnya<br />

10 (sepuluh) tahun<br />

yang berasal dari satuan kerja dan<br />

civitas akademika di lingkungan<br />

perguruan tinggi; dan<br />

b. pembinaan kearsipan di<br />

lingkungan perguruan tinggi<br />

yang bersangkutan.<br />

Dengan demikian, dapat<br />

diketahui bahwa lembaga arsip<br />

perguruan tinggi selain berkewajiban<br />

melaksanakan pengelolaan arsip<br />

statis juga berkewajiban mengelola<br />

arsip inaktif serta melakukan<br />

pembinaan kearsipan di lingkungan<br />

perguruan tinggi.<br />

Kemudian Pasal 36,<br />

menyebutkan:<br />

(1) Lembaga kearsipan menggiatkan<br />

sosialisasi kearsipan<br />

sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 7 huruf h dalam<br />

15


mewujudkan masyarakat sadar<br />

arsip.<br />

(2) Sosialisasi kearsipan<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat<br />

(1) dilakukan melalui<br />

pendidikan, pelatihan,<br />

bimbingan, dan penyuluhan serta<br />

melalui penggunaan berbagai<br />

sarana media komunikasi dan<br />

informasi.<br />

(3) Sosialisasi kearsipan<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat<br />

(1) ditujukan pada lembaga<br />

negara, pemerintahan daerah,<br />

lembaga pendidikan, perusahaan,<br />

organisasi politik, organisasi<br />

kemasyarakatan, dan<br />

perseorangan.<br />

(4) Lembaga kearsipan menyediakan<br />

layanan informasi arsip,<br />

konsultasi, dan bimbingan bagi<br />

pengelolaan arsip masyarakat.<br />

Dari pasal tersebut dapat<br />

diketahui bahwa dalam pembinaan<br />

kearsipan perguruan tinggi tercakup<br />

juga kegiatan akuisisi, pengolahan<br />

arsip statis, dan preservasi arsip.<br />

Untuk dapat melaksanakan<br />

Undang-Undang No. 43 Tahun 2009<br />

perlu memperhatikan Peraturan<br />

Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2012<br />

tentang Pelaksanaan Undang-Undang<br />

Nomor 43 Tahun 2009 tentang<br />

Kearsipan.<br />

Dalam Pasal 11 ayat (4),<br />

disebutkan:<br />

“Lembaga kearsipan perguruan<br />

tinggi bertanggung jawab<br />

melakukan pembinaan kearsipan<br />

terhadap satuan kerja pada rektorat,<br />

fakultas, civitas akademika dan/ atau<br />

unit kerja dengan sebutan lain di<br />

lingkungan perguruan tinggi.”<br />

Pembinaan kearsipan di<br />

lingkungan perguruan tinggi juga<br />

diatur dalam Peraturan Kepala <strong>Arsip</strong><br />

Nasional Republik Indonesia Nomor<br />

22 Tahun 2012 tentang Desain<br />

Pembinaan Kearsipan pada<br />

Pemerintahan Daerah. Pasal 4 ayat 3<br />

peraturan tersebut menyebutkan:<br />

“Pembinaan Kearsipan terhadap<br />

satuan kerja pada rektorat, fakultas,<br />

civitas akademika, dan/atau unit<br />

kerja dengan sebutan lain di<br />

lingkungan perguruan tinggi<br />

merupakan tanggung jawab<br />

Lembaga kearsipan perguruan<br />

tinggi.”<br />

Dari ketiga produk hukum di atas<br />

dapat diketahui bahwa ketiganya<br />

mengamanatkan perguruan tinggi<br />

untuk melaksanakan pembinaan<br />

kearsipan. Salah satu kegiatan<br />

pembinaan kearsipan yang dilakukan<br />

oleh <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> adalah dengan<br />

kegiatan pendampingan dan<br />

pengembangan records center di unit<br />

kerja di lingkungan <strong>UGM</strong>. Kegiatan<br />

ini dilaksanakan oleh arsiparis <strong>Arsip</strong><br />

<strong>UGM</strong>. <strong>Arsip</strong>aris <strong>UGM</strong> bertugas<br />

mendampingi arsiparis/ petugas<br />

pengelola arsip di unit kerja agar<br />

kegiatan pengelolaan arsip dapat<br />

berjalan dengan baik.<br />

Berdasarkan Undang-Undang<br />

No. 43 Tahun 2009. Pasal 1 Undang-<br />

16


Undang No. 43 Tahun 2009, definisi<br />

arsiparis adalah seseorang yang<br />

memiliki kompetensi di bidang<br />

kearsipan yang diperoleh melalui<br />

pendidikan formal dan/atau<br />

pendidikan dan pelatihan kearsipan<br />

serta mempunyai fungsi, tugas, dan<br />

tanggung jawab melaksanakan<br />

kegiatan kearsipan. Adapun jumlah<br />

arsiparis di lingkungan <strong>UGM</strong>, seperti<br />

yang terlibat dalam tabel berikut ini:<br />

Tabel Rekap Jumlah <strong>Arsip</strong>aris di Lingkungan <strong>UGM</strong><br />

No Unit Kerja Pendidikan Jumlah <strong>Arsip</strong>aris<br />

1 Fakultas Biologi SMA 1<br />

2 Fakultas Farmasi SMA 2<br />

D3 Kearsipan 1<br />

3 Fakultas Kedokteran SMEA 1<br />

4 Fakultas MIPA Sarjana Muda ASMI 1<br />

5 Fakultas Pertanian Sarjana 1<br />

Sarjana Muda 1<br />

6 Fakultas Peternakan SMA 1<br />

Sarjana 1<br />

7 Fakultas Psikologi SMA 1<br />

8 LPPM SMA 1<br />

9 <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> Sarjana 4<br />

D3 Kearsipan 3<br />

STM 1<br />

Jumlah 20<br />

Sumber: Daftar Kepangkatan dan Jabatan <strong>Arsip</strong>aris di Lingkungan <strong>UGM</strong>, Per 1 Maret 2012.<br />

Dari tabel di atas dapat diketahui<br />

bahwa unit kerja di lingkungan <strong>UGM</strong><br />

yang memiliki arsiparis baru 9<br />

(sembilan) unit kerja, itupun<br />

termasuk <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong>, sedangkan<br />

jumlah arsiparis <strong>UGM</strong> baru 20 orang.<br />

Dengan demikian dapat diketahui<br />

bahwa jumlah arsiparis di lingkungan<br />

<strong>UGM</strong> masih kurang. Hal ini tentu<br />

berpengaruh terhadap pengelolaan<br />

arsip di unit kerja, apalagi bagi unit<br />

kerja yang belum mempunyai<br />

arsiparis. Dengan demikian kegiatan<br />

pendampingan dan pengembangan<br />

records center di unit kerja di<br />

lingkungan <strong>UGM</strong> yang dilakukan<br />

oleh<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> memang diperlukan,<br />

baik bagi unit kerja yang sudah<br />

mempunyai arsiparis maupun yang<br />

belum mempunyai arsiparis dan unit<br />

kerja yang sedang mempersiapkan<br />

mendirikan records center unit kerja.<br />

Sebagai contoh kegiatan<br />

pendampingan dan pengembangan<br />

records center di unit kerja di<br />

lingkungan <strong>UGM</strong> yang dilaksanakan<br />

pada tahun 2011, kegiatan ini<br />

dilaksanakan di Fakultas Biologi,<br />

Fakultas Geografi, Fakultas<br />

17


Kedokteran Gigi, Fakultas<br />

Peternakan, dan Fakultas Psikologi.<br />

Pelaksanaan kegiatan ini dimulai<br />

Bulan Januari – Desember 2011.<br />

<strong>Arsip</strong>aris pendamping berkunjung ke<br />

unit kerja satu kali dalam seminggu.<br />

Pendampingan biasanya dilakukan<br />

pada hari Jumat atau sewaktu-waktu<br />

bila unit kerja tersebut membutuhkan,<br />

untuk memecahkan permasalahan<br />

pengelolaan arsip.<br />

Kegiatan pendampingan dan<br />

pengembangan records center ini<br />

telah dilaksanakan sebelum adanya<br />

Peraturan Pemerintah Nomor 12<br />

Tahun 2012. Kegiatan ini meliputi:<br />

1. Pendampingan dan<br />

pengembangan unit kerja yang<br />

sudah memiliki records center<br />

maupun yang akan mendirikan<br />

records center.<br />

2. Pendampingan prosedur dan<br />

tatacara pembentukan records<br />

center dan desain tata ruang<br />

3. Pendampingan terhadap<br />

kegiatan-kegiatan yang harus<br />

dilakukan di records center,<br />

seperti memilah dan<br />

mengidentifikasi arsip,<br />

mendiskripsi dan menyusun<br />

skema arsip, melakukan manuver<br />

dan penataan fisik arsip,<br />

menyusun daftar pertelaan arsip<br />

(DPA), melakukan penilaian dan<br />

penyusutan arsip, menyusun DPA<br />

Serah, menyusun DPA Musnah<br />

dan pendampingan dalam<br />

menyusun BeritaAcara Serah dan<br />

Musnah.<br />

Tabel di bawah ini<br />

menggambarkan kegiatan<br />

Pendampingan dan Pengembangan<br />

records center yang telah dilakukan<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> pada beberapa unit kerja<br />

di lingkungan <strong>UGM</strong>.<br />

Tabel Unit Kerja Pendampingan dan Pengembangan Records Center<br />

No Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun <strong>2013</strong><br />

1. F. Biologi F. Biologi F. Biologi<br />

2. F. Geografi F. Geografi F. Geografi<br />

3. F. KG F. KG F. KG<br />

4. F. Peternakan F. Peternakan F. Peternakan<br />

5. F. Psikologi F. Psikologi F. Psikologi<br />

6. F. Kedokteran Hewan F.Kedokteran Hewan<br />

7. F. Teknik F. Teknik<br />

8. F. Pertanian F. Pertanian<br />

9. Satuan Keamanan dan<br />

Ketertiban Kampus<br />

Ketertiban Kampus<br />

10. Senat Akademik Senat Akademik<br />

11. F. Kehutanan<br />

12. Direktorat SDM<br />

Data per Mei <strong>2013</strong><br />

Satuan Keamanan dan<br />

18


Dengan kegiatan ini diharapkan<br />

unit kerja mampu menjamin<br />

keselamatan bahan<br />

pertanggungjawaban nasional<br />

tentang perencanaan, pelaksanaan<br />

dan penyelenggaraan kehidupan<br />

kebangsaan serta untuk menyediakan<br />

bahan pertanggungjawaban bagi<br />

kegiatan pemerintah, sesuai dengan<br />

yang diamanahkan dalam pasal 3<br />

Undang-Undang Nomor 43 Tahun<br />

2009. Dengan uraian yang lebih<br />

sederhana, setiap unit kerja mampu<br />

menjalankan suatu sistem kearsipan<br />

yang baik. Sistem kearsipan<br />

dikatakan baik, apabila:<br />

1. Mudah dilaksanakan<br />

Sistem kearsipan harus mudah<br />

dilaksanakan, sehingga tidak<br />

menimbulkan kesulitan, dalam<br />

penyimpanan, pengambilan dan<br />

pengembalian arsip-arsip.<br />

2. Mudah dimengerti<br />

Sistem kearsipan harus mudah<br />

dimengerti sehingga tidak<br />

menimbulkan banyak kesalahan<br />

dalam pelaksanaannya. Dengan<br />

kata lain, sistem kearsipan harus<br />

sederhana dan sesuai dengan<br />

jenis dan lingkup kegiatan<br />

organisasi.<br />

3. Murah/ ekonomis<br />

Sistem kearsipan memerlukan<br />

dana/ biaya, pemakaian tenaga,<br />

dan peralatan/ perlengakapan<br />

arsip sesedikit mungkin.<br />

4. Tidak memakan tempat<br />

Tempat penyimpanan arsip tidak<br />

terlalu banyak membutuhkan<br />

tempat.<br />

5. Fleksibel atau luwes<br />

Fleksibel atau luwes berarti<br />

sistem filing yang dipergunakan<br />

dapat diterapkan di setiap satuan<br />

organisasi dan dapat mengikuti<br />

perkembangan organisasi.<br />

6. Menyimpan arsip dengan baik<br />

sehingga mampu melakukan<br />

pemeliharaan untuk mencegah<br />

kerusakan yang disebabkan oleh<br />

binatang, serangga, rayap dan<br />

kelembaban udara.<br />

Untuk dapat mencapai tujuan<br />

tersebut tidaklah mudah. Para<br />

arsiparis <strong>UGM</strong> yang bertugas<br />

melaksanakan pendampingan dan<br />

pengembangan records center harus<br />

mampu bekerja keras dan bekerja<br />

sama dengan arsiparis/ pengelola<br />

arsip di unit kerja. Selain itu, ada<br />

banyak kendala yang dihadapi di<br />

lapangan, antara lain:<br />

1. Sumber Daya Manusia (SDM)<br />

Permasalahan dari sisi SDM<br />

adalah berkaitan dengan<br />

kuantitas dan kualitas. Jumlah<br />

SDM bidang kearsipan belum<br />

memenuhi kebutuhan sehingga<br />

arsip yang tercipta tidak<br />

sebanding dengan jumlah SDM<br />

yang ada. Selain itu, banyak<br />

pandangan yang mengganggap<br />

bidang kearsipan tidak penting<br />

sehingga menghambat<br />

perkembangan bidang kearsipan.<br />

2. Sarana dan Prasarana<br />

Keterbatasan sarana dan<br />

prasarana kearsipan yang sesuai<br />

dengan standar menimbulkan<br />

19


kesulitan tersendiri dalam<br />

pengelolaan arsip. Keterbatasan<br />

sarana dan prasarana kearsipan<br />

yang belum sesuai dengan<br />

standar yang telah ditentukan<br />

biasanya terkait dengan masalah<br />

anggaran untuk bidang kearsipan<br />

yang masih minim.<br />

3. Sistem<br />

Sistem kearsipan yang digunakan<br />

oleh unit kerja di lingkungan<br />

<strong>UGM</strong> beragam dan belum semua<br />

unit kerja mempunyai records<br />

center.<br />

Adapun cara mengatasi<br />

permasalahan tersebut yang bisa<br />

dilakukan melalui kegiatan<br />

pendampingan antara lain:<br />

1. Sumber Daya Manusia (SDM)<br />

Memberikan motivasi dan<br />

menyamakan persepsi bahwa<br />

bidang kearsipan merupakan<br />

bidang yang penting kepada<br />

arsiparis/ pengelola arsip agar<br />

kinerja arsiparis dan pengelola<br />

arsip bisa meningkat dan lebih<br />

baik.<br />

2. Sarana dan Prasarana<br />

Dalam kegiatan pendampingan<br />

records center biasanya <strong>Arsip</strong><br />

<strong>Universitas</strong> memberikan bantuan<br />

boks arsip dan folder dalam<br />

jumlah tertentu kepada records<br />

center tersebut untuk<br />

mengenalkan dan memberi<br />

contoh sebagai sarana<br />

penyimpanan arsip inaktif ke<br />

dalam boks arsip, terutama bagi<br />

unit kerja/ records center yang<br />

belum mempunyai boks arsip.<br />

Selain itu, dalam kegiatan<br />

pendampingan ini juga<br />

memberikan masukan-masukan<br />

agar memanfaatkan sarana dan<br />

prasarana yang ada secara<br />

optimal.<br />

3. Sistem<br />

Menyarankan pembenahan<br />

sistem kearsipan agar sesuai<br />

dengan ketentuan yang berlaku<br />

dan sesuai dengan kondisi unit<br />

kerja. Selain itu juga dengan<br />

memberikan masukan agar ada<br />

pembagian tugas yang jelas<br />

antara records center/ unit<br />

kearsipan dengan unit pengolah<br />

dengan penunjukan petugas<br />

sebagai penanggung jawab<br />

masing masing unit tersebut.<br />

C. Penutup<br />

Kegiatan pendampingan dan<br />

pengembangan records center<br />

merupakan kegiatan pembinaan<br />

kearsipan di lingkungan <strong>Universitas</strong><br />

<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> sesuai dengan amanah<br />

Undang-Undang Nomor 43 Tahun<br />

2009. Dengan kegiatan ini diharapkan<br />

dapat meningkatkan pengelolaan<br />

arsip di unit – unit kerja di lingkungan<br />

<strong>UGM</strong>, sehingga arsip dapat terkelola<br />

dengan baik. Pengelolaan arsip yang<br />

baik di suatu perguruan tinggi sangat<br />

penting karena arsip perguruan tinggi<br />

merupakan salah satu aset yang<br />

sangat berharga bagi Negara<br />

Indonesia.<br />

20


DAFTAR PUSTAKA<br />

Ancok, Djamaluddin, dalam Makalah<br />

Warsito Utomo, Seminar<br />

Nasional Kearsipan, Himadika<br />

<strong>UGM</strong>, Fakultas Sastra <strong>UGM</strong>, 13<br />

Desember 1997, 1995.<br />

Gie, The Liang, Administrasi<br />

Perkantoran Modern.<br />

Yogyakarta: Liberty, 2002<br />

Keputusan Gubernur DIY Nomor 56<br />

Tahun 2000 tentang Penanganan<br />

<strong>Arsip</strong> Dinamis Inaktif Tidak<br />

Teratur di Lingkungan<br />

Pemerintah Propinsi DIY.<br />

Martono, Boedi, Penataan Berkas<br />

dalam Manajemen Kearsipan,<br />

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,<br />

1994.<br />

Peraturan Pemerintah Republik<br />

Indonesia No. 61 Tahun 2010<br />

tentang Pelaksanaan UU No 14<br />

Tahun 2008 tentang Keterbukaan<br />

Informasi Publik.<br />

Peraturan Pemerintah Republik<br />

Indonesia No. 28 Tahun 2012<br />

tentang Pelaksanaan Undang-<br />

Undang No. 43 Tahun 2009<br />

tentang Kearsipan.<br />

Suhardi, Hadi, Daryan, Yayan,<br />

Terminologi Kearsipan<br />

Indonesia, Jakarta: PT. Sigma<br />

Cipta Utama, 1998.<br />

Wursanto, Ig, Kearsipan 2,<br />

Yogyakarta: Kanisius, 1991.<br />

Undang-Undang No. 14 Tahun 2008<br />

tentang Keterbukaan Informasi<br />

Publik<br />

Undang-Undang Republik Indonesia<br />

No. 43 Tahun 2009 tentang<br />

Kearsipan.<br />

Internet:<br />

“Presiden Canangkan <strong>Arsip</strong> Masuk<br />

Desa”, http://edukasi.<br />

kompas.com/ read/ 2009/ 08/31/<br />

14105690/ Presiden. Canangkan.<br />

<strong>Arsip</strong>.Masuk.Desa, 5 Juni <strong>2013</strong>.<br />

Pembinaan Kearsipan Pemerintah<br />

Provinsi Daerah Istimewa<br />

Yogyakarta oleh Anna Nunuk<br />

Nuryani, Dra.<br />

http://www.bpadjogja.info/file/<br />

4e8b8622b11650380def737f68f<br />

edee1.pdf, 5 Juni <strong>2013</strong>.<br />

“Masih Banyak Instansi yang Belum<br />

Tahu Peranan <strong>Arsip</strong>”<br />

http://www.suaramerdeka.com/<br />

harian/0507/18/pan02.htm, 5<br />

Juni <strong>2013</strong>.<br />

21


TATA KELOLA ARSIP KELUARGA<br />

Sebuah pengalaman Pribadi<br />

Mas Yanto Samadikun<br />

Abstract<br />

The family is the smallest unit of a society. In every family activity is always<br />

associated with the archive. Many families who do not have the awareness of<br />

archives, so that its presence is negligible. The most classic is the cause of lack of<br />

understanding of the importance of archives. Awareness of the importance of<br />

archives is often too late when the archive was lost or damaged.<br />

Most people think there are only filing in the office, but when examined as a<br />

personal and family also produced records.<br />

Simple shapes that can be applied to existing files in the archive is to keep the<br />

family in a way that is good and right so that the archive is not easily lost and<br />

easily found.<br />

1<br />

A. Pendahuluan<br />

Sikap umum masyarakat<br />

Indonesia terhadap arsip sejauh ini<br />

belum menunjukkan penghargaan<br />

yang memadai. Situasi ini berbeda<br />

sekali dengan negara-negara yang<br />

sudah maju. Di negara maju<br />

kehilangan arsip menjadi masalah<br />

besar. Sebaliknya hilangnya arsip di<br />

Indonesia masih dianggap peristiwa<br />

biasa saja. Banyak perilaku<br />

masyarakat yang memberi kontribusi<br />

merendahkan arsip di Indonesia.<br />

Seseorang yang dipindahtugaskan ke<br />

bagian arsip sering diartikan orang<br />

tersebut “ dibuang”. Selain itu banyak<br />

orang mengatakan tempat<br />

penyimpanan arsip sering disebut<br />

gudang.<br />

Bukti lain rendahnya perhatian<br />

masyarakat Indonesia terhadap arsip<br />

adalah terekam dalam Jejak Pendapat<br />

Harian Umum Kompas tanggal 9-10<br />

Juni 2004 terhadap 990 pemilik<br />

telpon di 34 kota besar. Dari hasil<br />

Jejak Pendapat tersebut<br />

memperlihatkan hanya 35,4 %<br />

responden yang menyatakan<br />

mempunyai kebiasaan membuat atau<br />

menyimpan arsip pribadi atau<br />

keluarga. Meskipun demikian, 71,9<br />

persen menyatakan betapa<br />

pentingnya membuat atau<br />

menyimpan arsip pribadi dan<br />

keluarga. Ini berarti, anggapan bahwa<br />

arsip itu penting tidak diiringi dengan<br />

tindakan membuat atau menyimpan<br />

arsip pribadi atau keluarga.<br />

Dari hasil pengamatan yang saya<br />

lakukan orang yang terbiasa membuat<br />

1<br />

<strong>Arsip</strong>aris ANRI yang diperbantukan di KPK<br />

22


atau menyimpan arsip keluarga belum<br />

menjamin orang tersebut mengelola<br />

arsip dengan benar. Kenyataan di<br />

lapangan penyimpanan arsip yang<br />

dilakukan hanya terbatas pada aspek<br />

penempatan arsip pada sarana<br />

penyimpanan belum mencerminkan<br />

kegiatan arsip yang menyeluruh. Titik<br />

berat dari kearsipan adalah pada segi<br />

penemuan kembali bukan pada<br />

penyimpanannya. Informasi yang<br />

tertulis disimpan untuk kemungkinan<br />

dipergunakan pada waktu yang akan<br />

datang. Penyimpanan arsip<br />

merupakan salah satu unsur kegiatan<br />

dalam pengelolaan arsip. Adapun<br />

maksud dari mengelola arsip adalah<br />

suatu rangkaian kegiatan mulai dari<br />

penciptaan arsip, penggunaan dan<br />

pemeliharaan hingga penyusutan<br />

arsip.<br />

Dalam daur hidup arsip, salah<br />

satu kegiatan penting dalam<br />

penciptaan arsip adalah manajemen<br />

korespondensi/ persuratan (tata cara<br />

pembuatan surat atau dokumen) dan<br />

manajeman pelaporan. Salah satu<br />

bagian kegiatan penggunaan dan<br />

pemeliharaan yaitu pencatatan surat<br />

atau dokumen, klasifikasi arsip,<br />

pemberkasan arsip, dan perawatan<br />

arsip. Pada tahap penyusutan kegiatan<br />

penting yaitu penetapan usia simpan<br />

arsip dan pemusnahan arsip.<br />

Untuk mendukung pelaksanaan<br />

pengelolaan arsip di rumah, idealnya<br />

dibuat pedoman klasifikasi arsip,<br />

indeks arsip, jadwal retensi arsip, dan<br />

sistem klasifikasi keamanan dan<br />

akses arsip. Kesadaran untuk<br />

mengelola arsip di rumah akan<br />

menghasilkan kebiasaan positif<br />

anggota keluarga untuk hidup<br />

disiplin, bersih, dan teliti sehingga<br />

arsip dapat berperan penting untuk<br />

mendukung aktivitas keluarga,<br />

masyarakat dan kantor. <strong>Arsip</strong><br />

keluarga menjadi bukti atas peran<br />

serta sebuah keluarga di tengah<br />

masyarakat sesuai dengan kontribusi<br />

yang diberikan oleh anggota keluarga.<br />

B. Pembahasan<br />

1. Pengertian dan Ruang Lingkup<br />

<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

<strong>Arsip</strong> keluarga adalah rekaman<br />

kegiatan atau peristiwa dalam<br />

berbagai bentuk dan media yang<br />

dibuat dan diterima oleh anggota<br />

keluarga dalam mendukung aktivitas<br />

keluarga. <strong>Arsip</strong> keluarga terbentuk<br />

dari hasil kumpulan berkas anggota<br />

keluarga mulai dari bapak, Ibu, anak,<br />

dan sebagainya. Adapun yang<br />

menjadi batasan arsip keluarga yaitu<br />

arsip tersebut tercipta sebagai hasil<br />

proses kegiatan anggota keluarga. Hal<br />

yang sering menjadi pertanyaan<br />

antara lain ada sebagian arsip yang<br />

tersimpan di dua tempat pencipta<br />

berbeda, misal: Surat Keputusan<br />

Pengangkatan sebagai PNS. Data<br />

dimaksud ada di beberapa tempat,<br />

mulai dari instansi tempat bekerja,<br />

BKN, Ditjen Perbendaharaan<br />

(Kemenkeu). Surat Keputusan<br />

memiliki bobot asli (derajat tertinggi)<br />

sedangkan lainnya bisa berupa<br />

salinan atau pertinggal. Surat<br />

keputusan yang berada di luar<br />

23


personal tersebut dibutuhkan untuk<br />

melaksanakan fungsi dari kegiatan<br />

unit kerja.<br />

Hal lain terlihat dalam transaksi<br />

keuangan di pusat perbelanjaan.<br />

Pembeli mendapat struk pembelian,<br />

sedangkan perusahaan mempunyai<br />

data tembusan berupa kertas atau data<br />

elektronik terhadap transaksi<br />

dimaksud. Dua contoh di atas<br />

menunjukkan bahwa kedua pihak<br />

menyimpan arsip, namun derajat<br />

tertinggi adalah arsip yang kita miliki.<br />

Untuk pembuktian arsip asli paling<br />

kuat secara hukum. Penting untuk<br />

dipahami bahwa arsip yang tercipta di<br />

luar keluarga seperti arsip di kantor<br />

harus disimpan di kantor karena tidak<br />

ada kaitannya dengan anggota<br />

keluarga di rumah. Contoh konkrit<br />

laporan kegiatan sebuah perusahaan<br />

harus disimpan di kantor yang<br />

bersangkutan.<br />

2. Perbedaan <strong>Arsip</strong> dengan<br />

Perpustakaan<br />

Banyak orang menganggap arsip<br />

dan perpustakaan merupakan dua<br />

kegiatan yang serupa. Dapat dilihat<br />

arsip dan perpustakaan memiliki<br />

persamaan dalam hal menyimpan dan<br />

menemukan kembali. <strong>Arsip</strong> tercipta<br />

karena adanya tugas dan fungsi<br />

organisasi atau pribadi. Setiap<br />

organisasi memiliki kegiatan pokok<br />

yang berbeda sehingga dokumen<br />

yang tercipta akan memiliki<br />

perbedaan dan keunikan. Untuk<br />

mengelola arsip yang berbeda harus<br />

dikelompokkan dalam klasifikasi<br />

arsip yang berbeda.<br />

Paling mudah mengenali<br />

perbedaan arsip dan perpustakaan<br />

dari bentuk formatnya. Koleksi<br />

perpustakaan berupa karya dari<br />

kelompok atau individu buku, koran,<br />

majalah, tabloid, jurnal, karya tulis,<br />

skripsi, tesis dan sebagainya.<br />

Sedangkan khasanah arsip semua hal<br />

yang merupakan hasil dari proses<br />

kegiatan administrasi organisasi<br />

dalam bentuk asli. <strong>Arsip</strong> bisa berupa<br />

surat, kuitansi, laporan kegiatan,<br />

berkas personil dan sebagainya.<br />

Ada hal lain yang menjadi<br />

wilayah “abu-abu” atau<br />

diperdebatkan. Misalnya: sarana<br />

penyimpanan arsip dan perpustakaan<br />

sering berupa media yang sama,<br />

misal: foto, video. Contoh berikutnya<br />

bisa dilihat dari buku kas, buku<br />

ekspedisi, buku peminjaman. Sering<br />

menganggapnya sebagai koleksi<br />

perpustakaan karena nama buku<br />

diasumsikan adalah bahan pustaka.<br />

Ketiga contoh tersebut merupakan<br />

arsip karena ada proses rekaman<br />

informasi yang dibuat dan diterima.<br />

Perbedaan arsip dan<br />

perpustakaan membuat kita harus<br />

mengelolanya dengan cara yang<br />

berbeda pula. Berikut ini adalah tabel<br />

yang menggambarkan beberapa<br />

perbedaan antara arsip dan<br />

perpustakaan.<br />

24


PERBEDAAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN<br />

ASPEK ARSIP PERPUSTAKAAN<br />

Obyek<br />

Perhatian<br />

Karakteristik<br />

<strong>Arsip</strong> mengurus catatan atau<br />

rekaman kegiatan sebuah organisasi<br />

Tidak dibuat massal atau<br />

digandakan (hanya satu yang asli)<br />

Perpustakaan mengurus karya yang<br />

diciptakan untuk publikasi<br />

Dibuat dalam jumlah banyak<br />

Proses<br />

Penciptaan<br />

Fungsi<br />

Metode<br />

Hasil samping proses administrasi<br />

Diciptakan untuk merekam,<br />

mengorganisasikan dan<br />

memelihara kegiatan organisasi<br />

dan dapat dipertanggungjawabkan<br />

<strong>Arsip</strong> bekerja berdasarkan prinsip<br />

pengaitan setiap rekaman dengan<br />

fungsi dan proses kerja di semua<br />

hierarki organisasi<br />

Hasil karya kelompok atau individu<br />

Digunakan untuk mendukung<br />

pengalihan kebudayaan dan<br />

melanjutkannya melalui kegiatan/<br />

gerakan yang mendukung<br />

kegiatan menulis, membaca,<br />

dan pendidikan<br />

Perpustakaan bekerja berdasarkan<br />

prinsip klasifikasi pengetahuan<br />

manusia yang mengikuti dinamika<br />

produksi dan konsumsi pengetahuan<br />

oleh masyarakat<br />

Pengguna Organisasi penciptanya terbatas Organisasi pemiliknya atau<br />

masyarakat umum terbuka<br />

Pengelolaan<br />

Cara<br />

Mendapatkan<br />

Dengan klasifikasi, indeks, daftar,<br />

penyimpanan, dan temu balik<br />

(menyesuaikan fungsi organisasi)<br />

Diciptakan dan diterima sebagai<br />

hasil dari kegiatan<br />

Dengan katalog, klasifikasi (sistem<br />

baku atau standar)<br />

Perolehannya sebagian besar dari<br />

pembelian, dan sisanya dari<br />

pemberian<br />

Profesi <strong>Arsip</strong>aris Pustakawan<br />

Perilaku<br />

Petugas arsip merupakan orang<br />

orang profesional dalam aspek<br />

manajemen perkantoran, surat<br />

menyurat, hukum, dan sejarah<br />

organisasi<br />

Petugas perpustakaan pada dasarnya<br />

budayawan dan cendekiawan yang<br />

memiliki pengetahuan yang memadai<br />

tentang pengetahuan itu sendiri.<br />

25


3. Mengapa <strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

dibutuhkan?<br />

<strong>Arsip</strong> keluarga merupakan bukti<br />

keberadaan kita sebagai individu<br />

sekaligus makhluk sosial yang<br />

memiliki hak hidup, hak mendapat<br />

pekerjaan, hak berkumpul dan<br />

bermasyarakat, hak mendapat<br />

pendidikan, hak mendapat hunian<br />

atau tempat tinggal yang layak dan<br />

sebagainya. Oleh karena itu, arsip<br />

perlu disimpan dengan baik, tertib,<br />

rapi, dan benar, agar jika nanti<br />

diperlukan dapat segera ditemukan<br />

dan tidak hilang.<br />

4. Manfaat<strong>Arsip</strong> Bagi Keluarga<br />

Tanpa disadari arsip memiliki<br />

banyak peranan untuk keluarga di<br />

antaranya:<br />

a. Sebagai identitas keluarga<br />

Arti sebuah identitas sangat<br />

strategis yaitu bukti keberadaaan<br />

atau eksistensi keluarga.<br />

Legitimasi keluarga diakui oleh<br />

negara dengan penerbitan akte<br />

kelahiran, KTP, dan KK.<br />

b. Mempersatukan keluarga<br />

<strong>Arsip</strong> silsilah keluarga berisi<br />

informasi nama dan hubungan<br />

kekeluargaan di dalamnya.<br />

Melalui informasi tersebut kita<br />

dapat mengetahui siapa saja<br />

anggota keluarga di dalamnya<br />

sehingga kita dapat berhubungan.<br />

Hubungan baik antar anggota<br />

keluarga akan mempersatukan<br />

keluarga tersebut sehingga<br />

diharapkan dapat menghasilkan<br />

manfaat untuk kesejahteraan<br />

keluarga.<br />

c. Sebagai catatan keluarga<br />

<strong>Arsip</strong> yang disimpan merupakan<br />

sumber data yang dapat dijadikan<br />

rujukan pencarian informasi<br />

apabila diperlukan, seperti<br />

misalnya: catatan harian.<br />

d. Sebagai dasar dalam pemenuhan<br />

hak dan kewajiban keluarga<br />

Dengan menyimpan arsip<br />

keluarga secara rapi dan rutin,<br />

ketika ada masalah yang<br />

membutuhkan pembuktian arsip<br />

kita tidak perlu khawatir lagi.<br />

Misalnya: surat tanah yang asli<br />

merupakan bukti kekuatan<br />

hukum atas kepemilikan tanah.<br />

Hal ini akan sangat membantu<br />

jika kita tersandung masalah<br />

sengketa tanah. Jika kita tidak<br />

memiliki surat tanah asli akan<br />

menyebabkan kekalahan di<br />

pengadilan dan akan kehilangan<br />

aset penting.<br />

e. Sebagai sumber membuat<br />

rencana keluarga<br />

Dalam membuat perencanaan<br />

diperlukan adanya informasi<br />

tentang rencana yang akan<br />

dilaksanakan, apa yang telah<br />

dikerjakan, apa yang belum<br />

dilaksanakan. Informasi tersebut<br />

bisa didapat dari catatan yang kita<br />

buat. Sebaiknya setiap aktivitas<br />

penting keluarga selalu dicatat.<br />

f. Sebagai sumber pengambilan<br />

keputusan keluarga<br />

Untuk pengambilan keputusan,<br />

arsip diolah baik secara manual<br />

maupun komputer menjadi suatu<br />

informasi yang dipakai dasar<br />

26


dalam pengambilan keputusan.<br />

g. Sebagai pengawasan aktivitas<br />

keluarga<br />

Bukti belanja sampai kuitansi<br />

dapat menjadi media evaluasi<br />

atas manajemen finansial yang<br />

dijalankan keluarga. Jika dirasa<br />

besar pasak daripada tiang, kita<br />

dapat melihat ulang, belanja apa<br />

saja yang menyebabkan itu.<br />

h. Sebagai aset penting keluarga<br />

<strong>Arsip</strong> mencatat bukti<br />

kepemilikian aset keluarga,<br />

seperti: deposito bank, kendaraan<br />

bermotor, tanah dan bangunan,<br />

serta investasi lainnya.<br />

i. Sebagai menentukan masa depan<br />

keluarga<br />

<strong>Arsip</strong> keluarga mempengaruhi<br />

kesuksesan dalam karier,<br />

sekolah, bisnis, kegiatan sosial<br />

masyarakat. Misalnya ijazah,<br />

sertifikat, dan penghargaan<br />

digunakan untuk mencari kerja<br />

dan kenaikan pangkat.<br />

j. Sebagai sumber pendidikan<br />

keluarga<br />

Upaya mengelola arsip secara<br />

kontinu merupakan sarana yang<br />

sangat baik untuk melatih<br />

anggota keluarga disiplin, bersih,<br />

rapi, konsisten dan jujur.<br />

k. Sebagai bukti peranan keluarga<br />

Melalui arsip dapat dilihat<br />

keberhasilan dan kegagalan<br />

anggota keluarga. Dengan<br />

mengetahui kelemahan yang<br />

dimiliki diharapkan ada program<br />

untuk memperbaiki keluarga.<br />

l. Sebagai kebanggaan keluarga<br />

<strong>Arsip</strong> ini berkaitan dengan<br />

penghargaan atau tanda jasa yang<br />

diberikan kepada anggota<br />

keluarga.<br />

m. Menyelamatkan keluarga dari<br />

bahaya<br />

Dengan mengetahui riwayat<br />

kesehatan keluarga, diharapkan<br />

ada upaya untuk mengobatinya<br />

sehingga tidak merugikan diri<br />

sendiri maupun orang lain.<br />

5. Bentuk<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

Pada umumnya arsip keluarga<br />

berupa kertas, namun bisa juga<br />

berupa foto, video, kaset, data<br />

elektronik. Seiring dengan<br />

perkembangan zaman bentuk arsip<br />

telah berkembang menjadi berbagai<br />

bentuk (seperti: sms, e-mail, bbm,<br />

facebook, twitter).<br />

6. Jenis-Jenis <strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

Berdasarkan Subyek<br />

Manfaat yang dapat diperoleh<br />

dengan inventarisasi jenis arsip<br />

adalah mengetahui arsip apa saja yang<br />

tergolong arsip keluarga. Selain itu<br />

dapat diketahui tingkatan arsip<br />

sehingga dapat dilakukan tindakan<br />

untuk pengaturan arsip tersebut.<br />

Klasifikasi merupakan usaha untuk<br />

mengelompokkan arsip menurut<br />

urusan atau masalah secara logis,<br />

kronologis dan sistematis<br />

berdasarkan fungsi dan kegiatan<br />

keluarga. Berikut hasil<br />

pengelompokkan terhadap jenis arsip<br />

keluarga yang penulis lakukan:<br />

27


No Klasifikasi Jenis<br />

Tingkatan<br />

<strong>Arsip</strong><br />

1 Hukum Prosedur Tetap Keluarga Vital<br />

Perjanjian Kerjasama<br />

Vital<br />

Hak Atas Kekayaan Intelektual<br />

Vital<br />

Kasus Hukum<br />

Penting<br />

Klasifikasi <strong>Arsip</strong><br />

Penting<br />

Klasifikasi Kliping<br />

Penting<br />

Jadwal Retensi <strong>Arsip</strong><br />

Penting<br />

Klasifikasi Keamanan dan Akses <strong>Arsip</strong><br />

Penting<br />

2 Humas Hubungan dengan pihak lain Penting<br />

Kunjungan antar keluarga<br />

Ucapan (Selamat, Terima Kasih, Bela Sungkawa,<br />

Permohonan Maaf)<br />

Penting<br />

Biasa<br />

Undangan (Pernikahan, Khitanan, Ulang Tahun,<br />

Biasa<br />

Tasyakuran dll)<br />

3 Kearsipan Daftar <strong>Arsip</strong> Penting<br />

Daftar Bahan Pustaka<br />

Penting<br />

Daftar Kliping<br />

Penting<br />

Daftar Foto<br />

Penting<br />

Daftar VCD/DVD<br />

Penting<br />

Daftar Kaset<br />

Penting<br />

Daftar Harta Kekayaan<br />

Penting<br />

Daftar Inventaris Peralatan<br />

Penting<br />

Daftar Nomor Telpon<br />

Penting<br />

Daftar Benda Seni<br />

Penting<br />

Daftar Perhiasan<br />

Penting<br />

Daftar Koleksi Binatang<br />

Penting<br />

Daftar Koleksi Tanaman<br />

Penting<br />

Daftar Perlengkapan Dapur<br />

Penting<br />

Daftar Perlengkapan Makan<br />

Penting<br />

Daftar Perlengkapan Mandi<br />

Penting<br />

Daftar Perlengkapan Kamar Tidur<br />

Penting<br />

Daftar Mainan<br />

Penting<br />

Buku Peminjaman<br />

Penting<br />

Log Kontrol Brankas<br />

Penting<br />

4 Kependudukan Data Keluarga Penting<br />

Kartu Keluarga/KK<br />

Penting<br />

Nomor Induk Keluarga/NIK<br />

Penting<br />

5 Keuangan Rencana Anggaran Keluarga Penting<br />

Buku Kas Keluarga (Pemasukan-Pengeluaran)<br />

Penting<br />

Bukti Pembayaran Kewajiban (ZIS, Listrik, Air, Telpon, Penting<br />

Internet, Koran/Majalah, Iuran Keanggotaan)<br />

Bukti Transaksi Pembelian<br />

Penting<br />

Perjanjian Jual Beli<br />

Vital<br />

Perjanjian Pinjaman<br />

Vital<br />

Tanda Bukti Angsuran<br />

Vital<br />

Laporan Keuangan Keluarga<br />

Penting<br />

28


No Klasifikasi Jenis<br />

Tingkatan<br />

<strong>Arsip</strong><br />

6 Perencanaan Visi dan Misi Keluarga Penting<br />

Rencana Jangka Pendek dan Panjang<br />

Penting<br />

Pembagian Tugas Keluarga<br />

Penting<br />

Jadwal Belajar<br />

Penting<br />

Laporan Kegiatan<br />

Penting<br />

7 Perlengkapan Gambar Arsitekur Rumah Vital<br />

Sertifikat Hak Milik Tanah<br />

Vital<br />

Sertifikat Hak Guna Bangunan<br />

Vital<br />

Sertifikat Wakaf<br />

Vital<br />

Ijin Mendirikan Bagunan/IMB<br />

Vital<br />

Pajak Bumi dan Bagunan/PBB<br />

Penting<br />

Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor/BPKB<br />

Penting<br />

Surat Tanda Nomor Kendaraan/STNK<br />

Penting<br />

Surat Berharga Investasi<br />

Vital<br />

Surat Saham<br />

Vital<br />

8 Pribadi Silsilah Vital<br />

Buku Nikah<br />

Vital<br />

Surat Keterangan Kelahiran<br />

Penting<br />

Akte Kelahiran<br />

Vital<br />

Kartu Tanda Penduduk /KTP<br />

Penting<br />

Surat Wasiat<br />

Vital<br />

Surat Kematian<br />

Penting<br />

Curriculum Vitae/Riwayat Hidup<br />

Biasa<br />

Kartu Pelajar<br />

Biasa<br />

Kartu Mahasiswa<br />

Biasa<br />

ID Card Pegawai<br />

Biasa<br />

Surat Ijin Mengemudi/SIM<br />

Penting<br />

Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP<br />

Penting<br />

Buku Paspor<br />

Penting<br />

Rapor PAUD, TK, SD atau setingkat, SMP atau<br />

Vital<br />

setingkat, SMP atau setingkat<br />

Ijazah SD atau setingkat, SMP atau setingkat, SMA atau Vital<br />

setingkat, D1-D4, S1, S2, S3.<br />

Surat Tanda Tamat Belajar PAUD s.d SMA atau<br />

Vital<br />

setingkat<br />

Transkip Nilai S1 s.d S3<br />

Vital<br />

Sertifikat Kompetensi<br />

Vital<br />

Sertifikat Diklat atau kursus<br />

Penting<br />

SK Pengangkatan Pegawai<br />

Vital<br />

SK Pengangkatan Jabatan<br />

Penting<br />

Riwayat Jabatan<br />

Biasa<br />

SK Mutasi<br />

Penting<br />

SK Penilaian<br />

Penting<br />

SK Kenaikan Pangkat<br />

Penting<br />

SK Penghasilan<br />

Penting<br />

SK Kenaikan Penghasilan<br />

Penting<br />

SK Pemberhentian<br />

Vital<br />

Riwayat Kesehatan<br />

Vital<br />

29


No Klasifikasi Jenis<br />

Polis Asuransi Kesehatan<br />

Kartu Pasien<br />

Polis Asuransi Jiwa<br />

Tunjangan Hari Tua<br />

Penghargaan<br />

Gelar Kehormatan<br />

Slip Gaji<br />

Buku Tabungan<br />

Kartu Anjungan Tunai Mandiri/ATM<br />

Kartu Kredit<br />

Kartu Belanja<br />

Pajak Pribadi<br />

Tingkatan<br />

<strong>Arsip</strong><br />

Vital<br />

Biasa<br />

Vital<br />

Vital<br />

Penting<br />

Penting<br />

Penting<br />

Biasa<br />

Biasa<br />

Biasa<br />

Biasa<br />

Penting<br />

7. Penyimpanan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

Bentuk konkret dari penerapan<br />

arsip di rumah adalah dengan<br />

menyediakan tempat khusus untuk<br />

penyimpanan arsip atau dokumen.<br />

Belum banyak keluarga yang<br />

memiliki ruang khusus penyimpanan<br />

arsip. Biasanya arsip tersebut<br />

tercampur dengan buku atau bahkan<br />

disimpan di lemari pakaian.<br />

Saat ini sudah banyak ditemui<br />

keluarga yang membangun<br />

Perpustakaan Keluarga, biasanya<br />

tokoh-tokoh hebat atau akademisi,<br />

tetapi sayang belum banyak pihak<br />

yang memiliki ruang dan sarana untuk<br />

penyimpanan arsip. Sudah saatnya<br />

kita melengkapi rumah dengan pusat<br />

arsip yang ruangan berdampingan<br />

dengan ruang penyimpanan buku atau<br />

bahan pustaka.<br />

Kemudahan teknologi dan<br />

persaingan bisnis sebenarnya sangat<br />

memudahkan kita untuk membeli<br />

peralatan penyimpanan arsip dengan<br />

harga bersaing. Selama ini image<br />

masyarakat investasi yang sangat<br />

penting adalah investasi uang.<br />

Dengan mempertimbangkan peranan<br />

arsip kiranya perlu dipertimbangkan<br />

untuk investasi ruang arsip dan<br />

membeli peralatan dan perlengkapan<br />

arsip.<br />

Peralatan dan perlengkapan<br />

untuk penataan dan penyimpanan<br />

arsip diarahkan bisa mengikuti<br />

standar pengelolaan arsip yang baik,<br />

seperti: filing cabinet, guide, dan<br />

folder. Sarana perlengkapan untuk<br />

arsip dapat berupa map yang<br />

digunakan berbentuk document<br />

keeper dari bahan seperti yang<br />

digunakan pada sampul buku agenda.<br />

Di dalamnya dapat memuat arsiparsip<br />

anggota keluarga dan jenis-jenis<br />

lain dalam klasifikasi arsip di atas.<br />

Untuk arsip vital menyimpannya di<br />

brankas sedangkan untuk arsip<br />

berkategori penting dan biasa<br />

disimpan di lemari yang berpisah.<br />

<strong>Arsip</strong> keluarga harus rapi dan<br />

terjaga dari segala bentuk ancaman<br />

seperti pencurian dan kebakaran dan<br />

sebagainya. <strong>Arsip</strong> keluarga<br />

30


memerlukan pengelolaan yang baik<br />

melalui penataan berkas arsip secara<br />

sistematis dengan berpedoman pada<br />

klasifikasi arsip yang disusun secara<br />

baik, benar, rapi, dan selalu<br />

terpelihara, sehingga apabila<br />

dibutuhkan informasi dapat diperoleh<br />

dengan cepat, tepat, dan lengkap<br />

ditemukan.<br />

8. Langkah-Langkah<br />

Penyimpanan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

a. Registrasi arsip<br />

<strong>Arsip</strong> yang tercipta harus segera<br />

dicatat dalam daftar arsip.<br />

Contoh daftar arsip<br />

No. Uraian Tahun Jumlah Tingkat<br />

Perkembangan<br />

Kondisi<br />

Fisik<br />

Lokasi<br />

Simpan<br />

b. Pemeriksaan<br />

Sebelum sebuah dokumen<br />

disimpan secara tetap maka kita<br />

harus memastikan apakah<br />

dokumen tersebut telah selesai<br />

diproses atau belum.<br />

c. Mengklasifikasi arsip<br />

Kumpulkan arsip menjadi satu<br />

menurut klasifikasi subyek di<br />

atas. Khusus untuk arsip pribadi<br />

disusun menurut keanggotaan<br />

dalam keluarga.<br />

d. Memberi tanda<br />

Memberikan tanda garis atau<br />

lingkaran dengan warna yang<br />

mencolok pada kata tangkap yang<br />

sudah ditentukan pada langkah<br />

pekerjaan klasifikasi dan<br />

mengindeks.<br />

e. Menyortir<br />

Menyortir adalah<br />

pengelompokkan dokumen untuk<br />

persiapan ke langkah<br />

penyimpanan. Pisahkan arsiparsip<br />

lain yang tidak memiliki<br />

hubungan dengan aktivitas<br />

keluarga, misalnya: arsip milik<br />

kantor atau RT yang dibawa<br />

pulang.<br />

f. Pemberkasan<br />

Menempatkan dokumen sesuai<br />

dengan sistem penyimpanan dan<br />

peralatan yang digunakan.<br />

Hindari terjadinya kesalahan,<br />

karena akan menyebabkan<br />

kegiatan sia-sia. Ada 4 sistem<br />

standar yang sering dipilih salah<br />

satu sebagai sistem penyimpanan<br />

yaitu sistem abjad, geografis,<br />

subjek, dan numerik. Untuk arsip<br />

pribadi di rumah menggunakan<br />

nama orang (sistem abjad)<br />

sedangkan arsip lainnya disusun<br />

dengan subjek yang terkandung<br />

dalam arsip.<br />

Sarana yang digunakan untuk<br />

penyimpanan arsip bisa berupa<br />

document keeper (cocok untuk<br />

arsip pribadi), folder (cocok<br />

untuk menyimpan arsip penting),<br />

31


guide (berfungsi sebagai tanda<br />

untuk membimbing dan melihat<br />

cepat tempat-tempat yang<br />

diinginkan di file), sekat<br />

digunakan untuk pemisah arsip<br />

yang satu dengan yang lainnya.<br />

Untuk arsip vital disarankan<br />

menggunakan brankas (anti api).<br />

Sedangkan untuk arsip penting<br />

dan biasa bisa menggunakan<br />

filing cabinet atau lemari arsip.<br />

g. Lever arch Files<br />

Sistem ini memungkinkan<br />

informasi-informasi diletakkan<br />

dengan mudah di rak. Dasar<br />

pengkodean dengan warna juga<br />

diterapkan. Murah untuk<br />

menjalankannya dan<br />

pengulangannya memenuhi segi<br />

estetika<br />

h. Jangan menunda penyimpanan<br />

arsip. Setelah arsip baru masuk<br />

maka segeralah untuk<br />

mengelolanya.<br />

i. Disiplin mengembalikan arsip<br />

pada tempatnya<br />

<strong>Arsip</strong> yang telah digunakan<br />

dikembalikan ke tempat semula<br />

agar tidak cepat rusak dan hilang.<br />

j. Peminjaman arsip<br />

Selalu mencatat arsip yang<br />

dipinjam baik sewaktu<br />

meminjam maupun setelah<br />

mengembalikan.<br />

k. Pemeliharaan, Perawatan, dan<br />

Pengamanan<strong>Arsip</strong><br />

Fungsi yang penting tetapi sering<br />

diabaikan dalam penataan arsip<br />

adalah menjamin kelestarian<br />

informasi yang dikandung dalam<br />

arsip adalah pemeliharaan dan<br />

perawatan arsip. Pemeliharan<br />

arsip adalah upaya untuk<br />

melindungi arsip dari kerusakan<br />

melalui cara pencegahan dan<br />

perbaikan arsip. Sedangkan<br />

pengamanan arsip mengandung<br />

makna melidungi arsip dari<br />

kehilangan fisik, kebocoran<br />

informasi, serta kerusakan arsip.<br />

2. Langkah-langkah Pemeliharan<br />

dan Perawatan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

a. Mengatur suhu tempat<br />

penyimpanan arsip. Untuk<br />

arsip kertas kelembaban<br />

udara sekitar 50-60 % dan<br />

0<br />

temperatur sekitar 60-75 F<br />

0<br />

atau 22-25 C.<br />

b. Ruangan selalu bersih dari<br />

debu, kertas bekas, putung<br />

rokok, maupun sisa<br />

makanan.<br />

c. <strong>Arsip</strong> dikopi sesuai<br />

kebutuhan. Tidak sering<br />

menggunakan arsip asli<br />

untuk difotokopi. Buatlah<br />

scan atau fotokopi yang baik.<br />

Dari scan atau copy yang<br />

baik bisa digandakan. <strong>Arsip</strong><br />

yang sering difotokopi akan<br />

menyebabkan arsip mudah<br />

rusak.<br />

d. <strong>Arsip</strong> dialihmediakan,<br />

seperti di-scane.<br />

<strong>Arsip</strong> jangan dilipat, dicoret,<br />

dan di-press<br />

karena dapat<br />

menyebabkan kerusakan<br />

serat kertas dan arsip<br />

dianggap tidak otentik lagi.<br />

32


3. Pengamanan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

a. <strong>Arsip</strong> disimpan di tempat<br />

yang bebas dari bencana<br />

terutama kebakaran.<br />

b. Setiap masuk dan keluarnya<br />

arsip harus tercatat dalam<br />

buku peminjaman arsip.<br />

c. Diberlakukan larangan bagi<br />

semua orang selain anggota<br />

keluarga mengambil arsip di<br />

tempatnya.<br />

d. Akses ke ruang arsip<br />

diberikan kepada orang yang<br />

berkepentingan.<br />

e. <strong>Arsip</strong> vital sebaiknya<br />

dipisahkan penyimpanannya<br />

dengan arsip penting atau<br />

biasa.<br />

f. Pemantauan ruang<br />

penyimpanan arsip dengan<br />

menggunakan kamera<br />

tersembunyi (CCTV).<br />

4. Penyusutan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />

Menurut UU Nomor 43 Tahun<br />

2009 Pasal 49 menyebutkan<br />

penyusutan arsip meliputi<br />

pemindahan arsip inaktif dari unit<br />

pengolah ke unit kearsipan,<br />

pemusnahan arsip yang telah habis<br />

retensi dan tidak memiliki nilai guna<br />

dilaksanakan sesuai dengan<br />

ketentuan perundangan-undangan<br />

dan penyerahan arsip statis oleh<br />

pencipta arsip kepada lembaga<br />

kearsipan.<br />

Dalam penerapan penyusutan<br />

pada arsip keluarga hal yang tidak<br />

dilakukan di rumah adalah<br />

pemindahan arsip ke unit kearsipan.<br />

Mengapa demikian? Jenis arsip yang<br />

tercipta di rumah dalam jumlah<br />

sedikit dan perannya lebih terbatas<br />

untuk lingkup keluarga. Pemusnahan<br />

arsip dapat dilakukan hanya untuk<br />

arsip yang bernilai biasa atau sudah<br />

habis masa berlakunya, seperti: KTP,<br />

KK, dan sebagainya. <strong>Arsip</strong> kategori<br />

pribadi dapat dimusnahkan setelah<br />

yang bersangkutan wafat, kecuali<br />

bahwa anggota keluarga kita<br />

merupakan tokoh nasional,<br />

dimungkinkan diakuisisi arsipnya<br />

kepadaANRI.<br />

C. Penutup<br />

<strong>Arsip</strong> keluarga mempunyai nilai<br />

strategis untuk kemajuan keluarga<br />

dan bangsa, karena semua hal berawal<br />

dari keluarga. Sikap skeptis<br />

masyarakat terhadap arsip karena<br />

arsip dianggap tidak memberikan<br />

kontribusi untuk kemajuan anggota<br />

keluarga. Sebagai praktisi kearsipan<br />

diharapkan dapat memberikan contoh<br />

bagi anggota keluarganya. <strong>Arsip</strong>aris<br />

dapat menjadi trigger untuk<br />

memberdayakan bidang kearsipan<br />

kepada anggota keluarga. Program<br />

kearsipan yang dicanangkan oleh<br />

ANRI akan terasa efektif apabila<br />

diterapkan di rumah. <strong>Arsip</strong> keluarga<br />

dapat berperan mendukung aktivitas<br />

keluarga dan dalam penerapannya<br />

harus dikelola secara serius dan<br />

konsisten dan dalam pengelolaannya<br />

haruslah menyesuaikan dengan arsip<br />

di kantor.<br />

Dalam UU Nomor 43 Tahun 2009<br />

tentang Kearsipan pada Pasal 71 ayat<br />

33


2 disebutkan peran serta masyarakat<br />

dapat diwujudkan dalam ruang<br />

lingkup pengelolaan, penyelamatan,<br />

penggunaan arsip, dan penyediaan<br />

sumber daya pendukung, serta<br />

penyelenggaraan pendidikan dan<br />

pelatihan kearsipan. Kebiasaan rapi<br />

dan disiplin dalam mengelola arsip<br />

keluarga, mampu memberikan<br />

konstribusi dalam mengelola arsip<br />

yang lebih luas lagi yaitu dalam<br />

mengelola arsip-arsip pemerintahan,<br />

perusahaan, organisasi massa dan<br />

organisasi politik, dengan kualitas<br />

yang lebih baik sehingga diharapkan<br />

akan memajukan dunia kearsipan di<br />

Indonesia.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

<strong>Arsip</strong> Media Kearsipan Nasional<br />

Edisi 59 Khusus September-<br />

Desember 2012 hal.10-12,<br />

Jakarta:ANRI, 2012.<br />

<strong>Arsip</strong> Media Kearsipan Nasional<br />

Edisi 49 hal.12-15, Jakarta:<br />

ANRI, 2008.<br />

Keputusan Kepala ANRI Nomor 31<br />

Tahun 2012 tentang Klasifikasi<br />

<strong>Arsip</strong> di Lingkungan <strong>Arsip</strong><br />

Nasional<br />

Oliver, Lissanne, Organize (Panduan<br />

Praktis Menata dan Mengatur<br />

Aneka Barang) . Jakarta: Hikmah,<br />

2007.<br />

Sugiarto, Agus, Wahyono, Teguh,<br />

Manajemen Kearsipan Modern<br />

(Dari Konvensional ke<br />

Basis Komputer). Yogyakarta:<br />

Gava Media, 2005.<br />

Undang-Undang RI No. 43 Tahun<br />

2009 tentang Kearsipan.<br />

Internet:<br />

Harian Kompas Sabtu 19 Juni 2004<br />

Jajak Pedapat Kompas<br />

Mengarsip Dokumen Pribadi<br />

http://archivistprofessional.blogs<br />

pot.com/2009/07/peran-arsipdalam-mencegahkepunahan.html<br />

(Diakses 10 Juni<br />

<strong>2013</strong>)<br />

h t t p : / / g e r a k a n<br />

arsip.files.wordpress.com/<br />

2012/07/p2.jpg (Diakses 16 Juni<br />

<strong>2013</strong>)<br />

http://www.familyarchives.com/page<br />

s/get-started-creating-yourfamily-archive.html<br />

(Diakses 11<br />

Juni <strong>2013</strong>)<br />

34


MENGENAL PERSATUAN WANITA KELUARGA<br />

UNIVERITAS GADJAH MADA MELALUI KHAZANAH ARSIP<br />

(1951 – 1991)<br />

Fitria Agustina 1<br />

Salah satu organisasi wanita yang<br />

berdiri pada awal perkembangan<br />

Univeritas <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> adalah<br />

Persatuan Wanita Keluarga <strong>UGM</strong><br />

(PWK-<strong>UGM</strong>). Beberapa khasanah<br />

arsip bersisi tentang PWK-<strong>UGM</strong> ini<br />

yaitu berupa surat, keputusan rektor,<br />

dan Lembaran Berkala “IBU”. Dari<br />

arsip-arsip yang tersimpan di <strong>Arsip</strong><br />

<strong>UGM</strong> inilah kita dapat mengenal<br />

PWK-<strong>UGM</strong>.<br />

PWK-<strong>UGM</strong> berdiri pada tanggal<br />

30 Januari 1951 yang diprakarsai oleh<br />

sekelompok ibu istri Dosen <strong>UGM</strong>,<br />

antara lain: Ibu Sardjito, Ibu A. Sigit,<br />

Ibu Soedomo, Ibu Hardjono, Ibu<br />

Moh. Salim, Ibu Harjono, Ibu<br />

Wreksodiningrat, Ibu Djojodigoeno,<br />

dan Ibu Notosoesanto. Tujuan dari<br />

PWK-<strong>UGM</strong> sangat sederhana sesuai<br />

dengan Anggaran Dasar (AD) dan<br />

Anggaran Rumah Tangga (ART)<br />

yaitu:<br />

1. Mempererat hubungan antara<br />

para wanita Keluarga <strong>UGM</strong><br />

2. Memberikan bantuan bila perlu,<br />

kepada perkembangan <strong>UGM</strong> di<br />

luar pengajaran<br />

Keanggotaan PWK-<strong>UGM</strong><br />

Pada awalnya, anggotanya hanya<br />

terdiri dari istri dosen. Seiring dengan<br />

1<br />

<strong>Arsip</strong>aris <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />

perkembangan organisasi ini,<br />

keanggotaanya bertambah, meliputi<br />

istri Dewan Penyantun, Dewan<br />

Penyantun Wanita, dosen wanita, istri<br />

alumni, alumni wanita, istri pegawai,<br />

pegawai wanita, istri mahasiswa, dan<br />

mahasiswa puteri. Mengenai istri<br />

mahasiswa, hal ini dikarenakan pada<br />

tahun lima puluhan banyak<br />

mahasiswa yang telah beristri. Para<br />

mahasiswa tersebut adalah bapakbapak<br />

putus sekolah karena berjuang<br />

dalam perang kemerdekaan.<br />

Keanggotaan PWK-<strong>UGM</strong><br />

semakin meluas hingga masyarakat di<br />

luar <strong>UGM</strong>. Masyarakat yang<br />

bersimpati terhadap <strong>UGM</strong> akhirnya<br />

tertarik terhadap PWK-<strong>UGM</strong>. PWK-<br />

<strong>UGM</strong> akhirnya menerima anggota<br />

luar biasa, yaitu masyarakat di luar<br />

<strong>UGM</strong>. Bedanya, anggota luar biasa<br />

ini tidak dapat menjadi pengurus,<br />

kecuali sangat dibutuhkan. Menurut<br />

informasi, Prof. Dr. Notonagoro<br />

sangat menganjurkan adanya anggota<br />

luar biasa ini, karena menurut<br />

pendapat beliau, <strong>UGM</strong> tidak hanya<br />

milik orang-orang <strong>UGM</strong> saja, tetapi<br />

juga milik dan kebanggaan<br />

masyarakatYogyakarta.<br />

Susunan Organisasi<br />

Awalnya, pengurus inti<br />

organisasi PWK-<strong>UGM</strong> terdiri dari<br />

35


Ketua I, Wakil Ketua, Penulis I,<br />

Penulis II, Bendahara I, dan<br />

Bendahara II. Kemudian pada tahun<br />

1959, yaitu setelah PWK-<strong>UGM</strong><br />

berusia satu windu, organisasi ini<br />

mempunyai bagian-bagian yaitu:<br />

1. Bagian Ekonomi danArisan<br />

Tujuan bagian ini adalah:<br />

a. Mengadakan kontak dan<br />

menambah rasa<br />

kekeluargaan di kalangan<br />

para anggota<br />

b. Sekedar memperbaiki<br />

ekonomi anggota<br />

Bagian tersebut bekerja<br />

secara kooperatif, sehingga<br />

memerlukan banyak tenaga<br />

dan tanggung jawab dari<br />

pengurus, khususnya<br />

pertanggungjawaban<br />

mengenai uang dan barangbarang<br />

dari para anggota<br />

2. Bagian Pelajaran dan<br />

Demonstrasi<br />

Bagian ini antara lain: masakmemasak,<br />

berbagai pekerjaan<br />

tangan, mengatur bunga, potongmemotong<br />

pakaian, Bahasa<br />

Indonesia dan Conversasi Bahasa<br />

Inggris, membatik, tari Jawa, dll.<br />

Tujuan diselenggarakan beberapa<br />

pelajaran yaitu:<br />

a. Mempererat hubungan anggota<br />

satu dengan anggota lainnya<br />

b. Menambah pengetahuan umum<br />

3. Bagian Perpustakaan<br />

PWK-<strong>UGM</strong> pada waktu itu<br />

mempunyai perpustakaan yang<br />

sangat sederhana. Koleksinya<br />

36


hanya terdiri dari buku-buku dan<br />

majalah yang diterima dari <strong>UGM</strong>,<br />

Japendi, DPR, Kotapraja,<br />

Gunung Agung, Hoge<br />

Commissariaat der Nederl. Afd.<br />

Voorlichting, The Britissh<br />

Council di Bandung, dan dari<br />

perseorangan.<br />

4. Bagian Ashrama Mahasiswa dan<br />

yang mengadakan contact<br />

dengan mahasiswa.<br />

Bagian tersebut bekerja ikut serta<br />

dengan bagian Urusan Ashrama<br />

Mahasiswa. Bagian Ashrama<br />

mahasiswa diketuai oleh Ibu<br />

Djojodiguno. Salah satu tujuan<br />

PWK-<strong>UGM</strong> adalah menjalankan<br />

pekerjaan sosial yaitu dengan<br />

memperhatikan nasib mahasiswa<br />

mengenai pemondokannnya.<br />

Bagian Ashrama Mahasiswa<br />

mulai bekerja pada tahun<br />

pertama, Mei 1951. Pada tahun<br />

itu, Ibu Djojodiguno, Ibu Sigit,<br />

dan Ibu Sardjito menerima besluit<br />

dari Bapak Presiden <strong>UGM</strong> untuk<br />

menjadi anggota dari panitia<br />

Pengawas Ashrama Mahasiswa<br />

<strong>UGM</strong> diYogyakarta, yang saat itu<br />

sudah berdiri satu tahun. Saat itu<br />

PWK-<strong>UGM</strong> mendapat kekuatan<br />

penuh dari Panitia Pengawas<br />

Ashrama Mahasiswa <strong>UGM</strong>.<br />

Pada tahun 1951, mahasiswa<br />

mengalami kesulitan mendapatkan<br />

rumah yang dapat dijadikan sebagai<br />

asrama karena jumlah mahasiswa<br />

<strong>UGM</strong> semakin bertambah. Kemudian<br />

pada Desember 1951 telah berhasil<br />

menyelenggarakan 24 buah asrama<br />

tipe B bagi 265 mahasiswa. Pada saat<br />

<strong>UGM</strong> telah 9 tahun berdiri, <strong>UGM</strong><br />

telah mempunyai:<br />

a. 10 buah asrama tipeA<br />

Ini adalah asrama yang semuanya<br />

dibiayai oleh <strong>UGM</strong>. Penghuni<br />

hanya diwajibkan membayar<br />

uang makan.<br />

b. 56 buah asrama tipe B<br />

Ini adalah rumah keluarga, yang<br />

dititipi beberapa mahasiswa oleh<br />

<strong>UGM</strong><br />

c. 136 buah asrama tipe C<br />

Asrama tipe ini diselenggarakan<br />

oleh penghuni sendiri dan<br />

mendapat pinjaman alat-alat dari<br />

<strong>UGM</strong>. Asrama ini ditempati oleh<br />

2481 orang mahasiswa.<br />

Beberapa tahun kemudian,<br />

pembangunan dua asrama besar<br />

selesai dikerjakan yaitu:<br />

a. Asrama Dharma Putra di Baciro<br />

Gedung Asrama Dharma Putra<br />

bertingkat tiga, mempunyai<br />

ruang makan yang luas sekali<br />

yang dapat ditempati oleh 600<br />

mahasiswa. Asrama tersebut<br />

sudah berisi alat-alat lengkap.<br />

b. Asrama Ratnaningsih di Sagan<br />

Asrama puteri ini berkapasitas 90<br />

orang.<br />

5. Bagian Sosial ke Dalam<br />

Mula-mula bagian ini didirikan<br />

hanya untuk memperhatikan keadaan<br />

dan kejadian di kalangan para anggota<br />

saja, baik dalam kebahagiaan maupun<br />

dalam kesusahan. Lambat laun<br />

perhatian mengenai kesusahan juga<br />

ditujukan kepada para mahasiswa.<br />

Misalnya, pada tahun kedua<br />

37


anyaknya mahasiswa sakit yang<br />

didatangi ada 32 orang, tahun ketiga<br />

59 orang, tahun keempat 102 orang,<br />

tahun kelima 150 orang, dan tahun<br />

ketujuh 120 orang.<br />

6. Bagian Sosial ke Luar<br />

Bagian ini bertugas<br />

menyelenggarakan pameran dan<br />

bazar, undian, ataupun hanya dengan<br />

mengumpulkan uang dari para<br />

anggota untuk disumbangkan ke luar.<br />

7. Bagian Majalah Ibu<br />

Majalah ibu mulai diterbitkan<br />

pada tanggal 18 Desember 1957.<br />

Tujuan dari penerbitan majalah<br />

Ibu adalah:<br />

a. Menambah adanya kontak lahir<br />

dan batin<br />

b. Mengadakan kesempatan lain<br />

bagi para anggota dan umum<br />

(tidak hanya demonstrasi dan<br />

ceramah saja) untuk menambah<br />

pengetahuan dengan saling<br />

menerima dan memberi.<br />

Alasan majalah tersebut<br />

dinamakan “IBU” karena mengingat<br />

sifat-sifat suci dan luhur dari seorang<br />

ibu. Seorang ibu meskipun tidak<br />

mampu selalu ingin memberikan<br />

segala sesuatu kepada anaknya, selalu<br />

berkorban untuk anaknya, dan tidak<br />

mengharapkan balasan. Maka sifatsifat<br />

suci ibu ini akan dijadikan<br />

simbol dari perkerjaan, tersimpan,<br />

tercantum dalam majalah “IBU”.<br />

Gambar pada sampul depan majalah<br />

berupa bunga melati yang berwarna<br />

gelap menuju warna terang. Sama<br />

halnya habis gelap terbitlah terang.<br />

Pada tahun 1974 susunan<br />

pengurus dikembangkan lebih<br />

lengkap. Salah satu yang baru dari<br />

kepengurusan ini adalah dibentuknya<br />

komisaris-komisaris. Susunan<br />

pengurus tersebut adalah sebagai<br />

berikut:<br />

1. Ketua<br />

2. Penulis<br />

3. Bendahara<br />

4. Bagian Ekonomi<br />

5. Bagian Sosial<br />

6. Bagian Sumbangan<br />

7. Bagian Inventaris<br />

8. BagianArisan<br />

9. Bagian Kematian<br />

10. Hubungan Keluar<br />

11. Komisaris-komisaris<br />

a. Selatan<br />

b. Loji Kecil<br />

c. Bintaran<br />

d. Kotabaru<br />

e. Jl. Sala<br />

f. Baciro<br />

g. Jl. Cikditiro<br />

h. Terban<br />

i. Sagan<br />

j. Sekip<br />

k. Bulaksumur<br />

l. Karangwuni<br />

m. Tegalkemuning<br />

Kegiatan<br />

Program-program PWK-<strong>UGM</strong><br />

sangat sederhana, tetapi sangat<br />

bernilai. Hal ini sesuai dengan yang<br />

disampaikan Sri Sultan<br />

Hamengkubuwono IX, sebagai Ketua<br />

Dewan Kehormatan Dewan<br />

Penyantun <strong>UGM</strong>, pada Peringatan<br />

satu windu PWK-<strong>UGM</strong>. Beliau<br />

menyatakan:<br />

“Kami yang selalu dapat mengikuti<br />

38


dari dekat pertumbuhan dan<br />

perkembangan <strong>UGM</strong> menyatakan<br />

penghargaan kami kepada Persatuan<br />

Wanita Keluarga <strong>UGM</strong>, yang selama<br />

ini telah banyak menyumbangkan<br />

jasa-jasanya, yang walaupun tidak<br />

secara langsung namun besar<br />

manfaatnya bagi pertumbuhan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>”.<br />

PWK-<strong>UGM</strong> melaksanakan<br />

kegiatan rutin yang dilakukan oleh<br />

masing-masing bagian, selain itu juga<br />

telah melakukan beberapa kegiatan<br />

untuk memperingati ulang tahun<br />

organisasi, sesuai dengan arsip<br />

“Peringatan Tri Windu”. Kegiatan<br />

yang dilaksanakan adalah<br />

mengadakan pameran boneka<br />

internasional pada ulang tahun ke-<br />

VIII yang dikunjungi oleh kurang<br />

lebih 20.000 orang pada tanggal 17 –<br />

20 Desember 1958.<br />

Pada tanggal 14 Februari 1959,<br />

sebagai penutup peringatan Windon I,<br />

PWK-<strong>UGM</strong> menyelenggarakan<br />

pertunjukkan “Tari-tarian<br />

Internasional” yang dilakukan oleh<br />

para dosen luar negeri beserta<br />

istrinya. Dari pendapatan kegiatankegiatan<br />

tersebut disumbangkan<br />

kepada badan-badan sosial.<br />

PWK-<strong>UGM</strong> sudah banyak<br />

memberikan bantuan berupa uang<br />

yaitu:<br />

a. Tahun 1952 kepada: Corps<br />

Invaliden Yogyakarta, korban<br />

kebakaran k. Bunder Jakarta via<br />

Bapak Walikota Yogyakarta,<br />

penderita kelaparan di Gunung<br />

Kidul, dan penderitaYayasan Seri<br />

Dherma.<br />

b. Tahun 1953 kepada: Panitia<br />

bencana alam, panitia peringatan<br />

Hari Kartini, Blinden Institut Dr.<br />

Yap, YayasanAnak-anak Cacat di<br />

Solo, dan Yayasan Kesejahteraan<br />

Keluarga diYogyakarta.<br />

c. Tahun 1954 kepada: para korban<br />

Merapi, Gedung Persatuan<br />

Wanita, dan Yayasan Anak-anak<br />

Cacat di Solo.<br />

d. Tahun 1955 kepada panitia<br />

pameran 4 hari di Indonesia dan<br />

luar negeri.<br />

e. Tahun 1956 kepada: para HO di<br />

Gunung Kidul dan korban banjir<br />

Banyuwangi.<br />

f. Tahun 1957 kepada: korban teror<br />

Cikini Raya Jakarta, korban<br />

banjir, dan PMI Fundraising.<br />

g. Tahun 1958 kepada: YPAT Solo<br />

dan Jakarta, RumahYatim Wiloso<br />

Projo Kotapraja, Balai Orang<br />

Buta dari Dr Yap, dan PMI<br />

Fundraising.<br />

Bantuan keluar tidak hanya<br />

berupa uang tapi juga berupa tenaga<br />

pada tahun 1952 - 1958 telah<br />

39


membantu Panitia Pekan Kanakkanak,<br />

Panitia Peringatan Hari<br />

Kartini, Panitia Peringatan 17<br />

Agustus, Kementerian Kesehatan<br />

Bagian Kesehatan Ibu dan Anak,<br />

POWY, Panitia Pergerakan Wanita ¼<br />

abad, PMI Yogyakarta dalam dapur<br />

bencana alam, kepada PMI Yogya<br />

dalam peringatan ulang tahunnya<br />

1954 – 1958, Panitia 200 tahun kota<br />

Yogyakarta, Yayasan Hari Ibu, muridmurid<br />

dari kader kursusnya, dan<br />

Dewan Mahasiswa Bagian Sosial<br />

<strong>UGM</strong>.<br />

Kemudian pada Laporan Ketua<br />

Panitia HUT ke-40 PWK-<strong>UGM</strong> tahun<br />

1991, disampaikan bahwa peringatan<br />

HUT PWK-<strong>UGM</strong> ke-40 telah diisi<br />

dengan serangkaian kegiatan yaitu:<br />

1. Kegiatan sosial berupa<br />

pengiriman sumbangan air bersih<br />

untuk pendudukan Kabupaten<br />

Gunung Kidul.<br />

2. Lomba Peragaan Busana Malam<br />

dengan bahan produksi dalam<br />

negeri, memperebutkan piala dari<br />

Rektor <strong>UGM</strong>.<br />

3. Pertunjukan gamelan oleh ibuibu<br />

anggota PWK-<strong>UGM</strong> untuk<br />

mengiringi fragmen tari Jawa.<br />

Kegiatan PWK-<strong>UGM</strong> yang<br />

berupa pertemuan diadakan<br />

dipelbagai tempat berganti-ganti. Hal<br />

ini dikarenakan PWK-<strong>UGM</strong> belum<br />

mempunyai gedung pertemuan.<br />

Beberapa foto menunjukkan bahwa<br />

pertemuan pernah diadakan di Pura<br />

Pakualaman, di kediaman Pangeran<br />

Hadinegara, di kediaman GKR Dewi,<br />

di ruang-ruang fakultas, dan di rumah<br />

ibu-ibu lainnya.<br />

Kegiatan ke dalam dilakukan<br />

dengan meningkatkan pengetahuan<br />

dan perkembangan kepribadian<br />

anggota dengan perlombaan, wisata<br />

sosial, ceramah para pakar tentang<br />

topik yang sangat bervariasi.<br />

Beberapa contoh antara lain<br />

“Penyakit Jantung”, “Kegunaan Sinar<br />

Matahari bagi Umat Manusia”, dan<br />

“ The other man/ woman”. PWK-<br />

<strong>UGM</strong> telah membantu “Crash<br />

Program” Pemerintah dengan<br />

mengadakan lomba masak “non<br />

beras”, untuk murid-murid SMP/<br />

SLTA. Untuk menyambut “Tahun<br />

Internasional bagi Para Usia Lanjut”<br />

telah diselenggarakan “Sarasehan<br />

Usia Lanjut” bagi para ibu di atas 70<br />

tahun. Selain itu telah didirikan<br />

“Cafetaria” di Gedung Pusat<br />

Bulaksumur, yang harga makanannya<br />

terjangkau bagi kantong mahasiswa.<br />

Sebagai alat komunikasi, juga telah<br />

diterbitkan “Majalah IBU”.<br />

Untuk memperluas cakrawala<br />

dan menjalin hubungan dengan<br />

wanita di luar <strong>UGM</strong>, sejak tahun<br />

1952, PWK-<strong>UGM</strong> bergabung dengan<br />

Permusyawaratan Organisasiorganisasi<br />

Wanita Yogyakarta<br />

(POWY) dan mulai saat itu menjadi<br />

anggota Konggres Wanita Indonesia<br />

(KWI) Jakarta. Selain itu, PWK-<br />

<strong>UGM</strong> juga bergabung dengan BKOW<br />

(Badan Kerjasama Organisasi<br />

Wanita) DIY, GOW (Gabungan<br />

40


Organisasi Wanita) Yogyakarta.<br />

Beberapa kegiatan yang dilakukan<br />

PWK-<strong>UGM</strong> di luar <strong>UGM</strong> yaitu:<br />

1. Mengetuai Ladies Program pada<br />

FAO Working Party on Coconut,<br />

kemudian pada Konperensi<br />

Menteri Kebudayaan se-Asia.<br />

2. Menyelenggarakan Pagelaran<br />

Pakaian Wanita sejak Kartini<br />

hingga sekarang di BKOW.<br />

3. Ikut Seminar on the Status of<br />

Women and Family Planning.<br />

4. Menjadi Ketua Badan Kerjasama<br />

PantiAsuhan se-DIY.<br />

5. Ikut serta dalam “First Assembly<br />

of Asean Confederation of<br />

Women Organisations”.<br />

6. Mengikuti “Training on Program<br />

Desaign and Evaluation for<br />

Woman Leaders” , kerjasama<br />

KOWANI – USAID – ASIA<br />

Foundation.<br />

Pasang-surut<br />

Dalam sambutan Ketua Dewan<br />

Penyantun <strong>UGM</strong>, Prof. Dr. H.<br />

Johannes, pada buku Peringatan Tri<br />

Windu, disebutkan bahwa selama tiga<br />

windu PWK-<strong>UGM</strong> telah mengalami<br />

pasang-surut kehidupan suatu<br />

organisasi. PWK-<strong>UGM</strong> telah<br />

mengenal masa kegiatannya<br />

meningkat dan mengenal pula masa<br />

usahanya menurun. Ada masa PWK-<br />

<strong>UGM</strong> hidup jaya tetapi ada masa<br />

pelita hidupnya suram dan terancam<br />

padam. Ada masa PWK-<strong>UGM</strong><br />

sanggup menerbitkan majalah dan<br />

ada masa tidak dapat menerbitkan.<br />

Ada masa PWK-<strong>UGM</strong> dianggap<br />

setaraf badan-badan lain <strong>Universitas</strong><br />

seperti Dewan Pegawai dan Dewan<br />

Mahasiswa dan diundang hadir dalam<br />

upacara-upacara <strong>Universitas</strong>, tetapi<br />

ada pula masa PWK-<strong>UGM</strong> dianggap<br />

organisasi luaran yang tidak<br />

seharusnya diundang menghadiri<br />

peringatan-peringatan universitas.<br />

Dalam Majalah IBU Tahun II<br />

tanggal 18 Mei 1959 Nomor 6,<br />

Redaksi menjelaskan tentang<br />

permasalahan dalam penerbitan<br />

majalah pada kolom Bisikan Ibu yang<br />

isinya sebagai berikut.<br />

“Mulai nomer ini Madjalah Ibu<br />

datang pada Saudara2 pembatja<br />

dengan kertas jang tidak sebaik<br />

nomer2 jang lalu. Meskipun<br />

demikian redaksi dan tata usaha<br />

merasa sangat bersyukur, bahwa<br />

Madjalah Ibu masih tetap<br />

mengundjungi sidang pembatjanya,<br />

mengingat kesulitan2 jang tidak<br />

dapat dihindari lagi untuk mendapat<br />

kertas atau bahan-bahan lain.<br />

Sjukurlah bahwa penggunakan<br />

kertas tersebut hanja bersifat<br />

sementara dengan harapan semoga<br />

lekas mendapat kertas H.V.S. lagi”.<br />

Dalam Laporan Ibu Sardjito pada<br />

Peringatan Tri Windu PWK-<strong>UGM</strong><br />

disebutkan bahwa Pimpinan <strong>UGM</strong><br />

dengan resmi telah memasukkan<br />

PWK-<strong>UGM</strong> dalam lingkungan<br />

Keluarga Besar <strong>UGM</strong>. Pengakuan<br />

eksistensi organisasi ini dapat dibaca<br />

dalam Surat Keputusan Rektor <strong>UGM</strong><br />

No. 8 Tahun 1963 tanggal 29 Mei<br />

1963 tentang Perincian Pedoman<br />

Kerja <strong>UGM</strong>. Hal itu disebutkan dalam<br />

Lampiran tentang Kesedjahteraan<br />

Mahasiswa, Materiil poin ke-2 yaitu:<br />

“Memikirkan/ mengusahakan<br />

adanja perumahan dan asrama2 jang<br />

41


42<br />

lajak bagi mahasiswa, misalnja<br />

dengan mengadakan biro konsultasi<br />

pemondokan. Asrama2 jang<br />

langsung di bawah penilikan<br />

universitas/ diselenggarakan oleh<br />

universitas dianggap sebagai<br />

aparatur <strong>Universitas</strong> dan harus ikut<br />

serta meresapkan kepada para<br />

mahasiswa dalam segala usaha<br />

pelaksanaan tri dharma universitas”.<br />

Pada tahun 1976 dibentuklah<br />

Ikatan Dharma Wanita (Idhata) di<br />

lingkungan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />

<strong>Mada</strong>. Hal ini sesuai dengan Intruksi<br />

Rektor <strong>UGM</strong> tanggal 12 Maret 1976<br />

nomor 18.10/27/III/76, perihal<br />

pembentukan Ikatan Dharma Wanita<br />

(Idhata) di lingkungan <strong>Universitas</strong><br />

<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>. Untuk menghilangkan<br />

keragu-raguan pada berbagai<br />

organisasi kewanitaan di lingkungan<br />

<strong>UGM</strong>, Rektor <strong>UGM</strong> memberikan<br />

penjelasan sebagaimana dalam surat<br />

nomor 0.10/31/III/76 mengenai<br />

Pembentukan Idhata yang ditujukan<br />

kepada Ketua PWK-<strong>UGM</strong>, yaitu:<br />

1. Dengan dibentuknya Ikatan<br />

Dharma Wanita (Idhata) di<br />

lingkungan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />

<strong>Mada</strong> tidak berarti bahwa<br />

organisasi-organisasi kewanitaan<br />

bebas di lingkungan <strong>Universitas</strong><br />

<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> harus dihapuskan<br />

ataupun dilebur ke dalam Idhata.<br />

Organisasi-organisasi tersebut<br />

dapat terus melanjutkan<br />

kegiatannya seperti sedia kala<br />

sesuai dengan tujuan idiil yang<br />

tercantum dalam Anggaran Dasar<br />

dan Anggaran Rumah Tangga<br />

masing-masing.<br />

2. Mengenai duduknya wakil dari<br />

Persatuan Wanita Keluarga<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> dalam<br />

Dharma Wanita (Organisasi istri<br />

Korpri) Daerah Daerah Istimewa<br />

Yogyakarta akan ditentukan<br />

kemudian sesudah Pengurus<br />

Idhata Komisariat <strong>UGM</strong><br />

terbentuk. Untuk menghindari<br />

kekosongan hendaknya wakil<br />

Persatuan Wanita Keluarga<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> yang<br />

duduk dalam Dharma Wanita<br />

tersebut dapat melanjutkan<br />

tugasnya sampai ada ketentuan<br />

lebih lanjut.<br />

3. Dalam rangka kegiatan<br />

kewanitaan di lingkungan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> untuk<br />

masa yang akan datang, saya<br />

harapkan hendaknya dapat dijalin<br />

kerja sama yang baik antara<br />

Idhata dan organisasi-organisasi<br />

kewanitaan bebas di lingkungan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

terutama untuk kegiatan-kegiatan<br />

yang dapat dilaksanakan<br />

bersama-sama.<br />

Kemudian dalam Editorial<br />

Majalah IBU Nomor 8/9 Tahun I<br />

<strong>Juli</strong>/Agustus 1976 yang berjudul<br />

“Sekali Lagi Hak Hidup PWK-<strong>UGM</strong>”<br />

diantaranya disampaikan sebagai<br />

berikut:<br />

“Suka atau tidak suka PWK-<strong>UGM</strong><br />

adalah bagian yang tak terpisahkan<br />

dari <strong>UGM</strong>. Itu adalah realitas sejarah<br />

dan fakta yang tidak dapat<br />

dipungkiri oleh siapapun. Dan kalau<br />

<strong>UGM</strong> lahir dari kancah perjuangan<br />

revolusi kemerdekaan Indonesia,


maka berdasarkan logika, maka<br />

demikian pulalah halnya dengan<br />

PWK-<strong>UGM</strong>.<br />

Dan berdasarkan logika pula, kalau<br />

kita hendak meniadakan PWK-<br />

<strong>UGM</strong>, sama halnya dengan hendak<br />

mengingkari <strong>UGM</strong>, yang<br />

melahirkan PWK-<strong>UGM</strong>.<br />

Tiap orang dapat saja tidak<br />

menyukai PWK-<strong>UGM</strong> atas dasar<br />

pelbagai alasan. Itu adalah hak dan<br />

kebebasannya. Tetapi ia tidak dapat<br />

menutup mata tentang realitas<br />

seperti yang diutarakan di atas. Dan<br />

ia tidak berhak untuk meniadakan<br />

PWK-<strong>UGM</strong> yang lahir dari <strong>UGM</strong>,<br />

lahir dari kancah perjuangan<br />

revolusi bangsa Indonesia dengan<br />

cita-cita untuk mengabdi<br />

masyarakat, bangsa, negara dan<br />

aspirasi revolusi nasional kita secara<br />

rationil, sebagai anggauta keluarga<br />

besar <strong>UGM</strong>, kita berkewajiban pula<br />

membina, menyuburkan kehidupan<br />

PWK-<strong>UGM</strong>, memberikan umpan<br />

balik yang bermanfaat bagi<br />

pengembangan PWK-<strong>UGM</strong>,<br />

sehingga PWK-<strong>UGM</strong> dapat lebih<br />

efektif berfungsi, berperan dan<br />

bertanggung jawab atas segala<br />

tugas-tugas sosialnya membantu<br />

<strong>UGM</strong> dalam menegakkan terus citacita<br />

perjuangan revolusi bangsa<br />

Indonesia, mengabdi kepada bangsa<br />

dan negara Republik Indonesia”.<br />

Dalam riwayat singkat PWK-<br />

<strong>UGM</strong>, Ny. Iman Soetiknjo selaku<br />

Ketua PWK-<strong>UGM</strong>, dalam rangka 40<br />

tahun PWK-<strong>UGM</strong>, menyampaikan:<br />

“Semua kegiatan berjalan mulus dan<br />

lancar, sampai pada 8 Maret tahun<br />

1984. Sebagai halilintar di cuaca<br />

terang, dengan alasan yang sampai<br />

saat inipun tidak kami mengerti,<br />

PWK-<strong>UGM</strong> diharuskan ganti nama.<br />

Pengurus mengadakan pleno 2 kali,<br />

dengan dihadiri para penasehat,<br />

untuk membicarakan hal yang gawat<br />

dan pelik itu. Semua sepakat<br />

memilih nama PATMA, singkatan<br />

dari Patih Majapahit, jadi masih ada<br />

43


hubungannya dengan GADJAH<br />

MADA.<br />

Berkaitan dengan itu, terima kasih<br />

kepada KOWANI sungguh tidak<br />

terhingga, sebab walaupun PWK-<br />

<strong>UGM</strong> sudah berganti nama menjadi<br />

PATMA, kami tetap diakui sebagai<br />

organisasi anggota dengan segala<br />

hak dan kewajibannya.<br />

Pengurus dan anggota kami sendiri<br />

percaya, bahkan yakin bahwa<br />

keadaan yang suram dan<br />

menggelisahkan ini yaitu tidak boleh<br />

memakai nama yang 33 tahun<br />

lamanya kami sandang dengan<br />

penuh kecintaan dan kebanggaan,<br />

suatu saat pasti berakhir.<br />

Tuhan Maha Besar! Sebagai hadiah<br />

Ulang Tahun yang ke-36, turunlah<br />

Surat Rektor, No<br />

<strong>UGM</strong>/745/TL/02/08. Dengan ini<br />

PATMA kembali kepada namanya<br />

semula, yaitu Persatuan Wanita<br />

Keluarga <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />

Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.<br />

Koesnadi Hardjasoemantri, S.H.<br />

Setelah itu PWK-<strong>UGM</strong> lebih<br />

bergairah, lebih bersemangat<br />

menatap masa depan. Secara teratur<br />

dikirim peserta-peserta pada Munas,<br />

Muker, dan pelatihan-pelatihan yang<br />

diadakan oleh KOWANI di Jakarta<br />

dan kegiatan-kegiatan lainnya di<br />

BKOW dan GOW. Kami turut serta<br />

dalam proyek KOWANI,<br />

menyantuni anak-anak yatim piatu<br />

di Timor-Timur/ bidang sosial lebihlebih<br />

kami tekuni. Ini sepanjang<br />

dana mengizinkan, meliputi para<br />

wreda, yatim piatu dan mereka yang<br />

terkena musibah. Lewat PMI, harian<br />

Kedaulatan Rakyat dan kadangkadang<br />

secara langsung PWK-<strong>UGM</strong><br />

menunjukkan kepeduliannya akan<br />

penderitaan sesama rakyat”.<br />

Sumber:<br />

1. Madjalah Ibu No. 6 Tahun II<br />

tanggal 18 Mei 1959.<br />

2. Surat Keputusan Rektor <strong>UGM</strong><br />

No. 8 Tahun 1963 tanggal 29 Mei<br />

1963 tentang Perincian Pedoman<br />

Kerja <strong>UGM</strong>.<br />

3. Surat Rektor <strong>UGM</strong> Nomor<br />

0.10/31/III/76 mengenai<br />

Pembentukan Idhata yang<br />

ditujukan kepada Ketua PWK-<br />

<strong>UGM</strong>.<br />

4. Pedoman Kerja <strong>UGM</strong> Peringatan<br />

Tri Windu Persatuan Wanita<br />

Keluarga <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />

<strong>Mada</strong> 1951-1974.<br />

5. Majalah Ibu Nomor 8/9 Tahun I<br />

<strong>Juli</strong>/Agustus 1976.<br />

6. Lembaran Berkala Ibu dalam<br />

Rangka 40 Tahun Persatuan<br />

Wanita Keluarga <strong>Universitas</strong><br />

<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> Tahun 1991.<br />

44


PESAWAT GELATIK UNTUK UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />

Ully Isnaeni Effendi 1<br />

Penerima pesawat<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> dan 4<br />

universitas lainnya yaitu Institut<br />

Teknologi Bandung (ITB),<br />

<strong>Universitas</strong> Cendrawasih (Irian Jaya),<br />

<strong>Universitas</strong> Syah Kuala (Banda<br />

Aceh), dan <strong>Universitas</strong> Mulawarman<br />

(Samarinda) menerima pesawat<br />

Gelatik buatan PT Nurtanio Bandung<br />

jenis PZL 104. Hal tersebut sesuai<br />

dengan Keputusan Direktur Jenderal<br />

Pendidikan Tinggi Departemen<br />

Pendidikan dan Kebudayaan RI No.<br />

011/DJ/Kep/1980 tentang<br />

Penyerahan Pesawat Terbang Gelatik<br />

PZL 104 Kepada Pimpinan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> dan Institut<br />

Teknologi Bandung tertanggal 5<br />

Februari 1980. SK tersebut<br />

menyebutkan bahwa pertama,<br />

menyerahkan pesawat terbang<br />

Gelatik PZL 104 kepada: a) Pimpinan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> b)<br />

Pimpinan Institut Teknologi Bandung<br />

masing-masing sebuah pesawat<br />

terbang. Kemudian yang kedua<br />

adalah kepada masing-masing<br />

Pimpinan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />

dan Institut Teknologi Bandung,<br />

Suara Karya, 15 Oktober 1979<br />

1<br />

<strong>Arsip</strong>aris <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />

45


ditugaskan untuk memanfaatkan<br />

pesawat terbang tersebut sesuai<br />

dengan tujuan pemanfaatannya.<br />

Ketiga, biaya pemeliharaan dan<br />

pengoperasian pesawat tersebut<br />

dibebankan pada anggaran rutin<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> dan Institut<br />

Teknologi Bandung.<br />

Pemberian pesawat Gelatik<br />

tersebut sesuai dengan pembicaraan<br />

terperinci antara Dirjen Pendidikan<br />

Tinggi Departemen P dan K dan para<br />

rektor dalam Rapat Antar Rektor<br />

<strong>Universitas</strong>/ Institut seluruh<br />

Indonesia pada bulan Desember<br />

1978. Pembicaraan tersebut<br />

menyangkut masalah penggunaan,<br />

fasilitas, termasuk hal-hal lain yang<br />

bersangkutan dengan pemberian<br />

pesawat Gelatik tersebut (Siaran Pers<br />

oleh Bagian Hubungan Masyarakat<br />

<strong>UGM</strong> Nomor 29/HM/X/79/BB<br />

tertanggal 26 Oktober 1979). Alasan<br />

dipilihnya kelima universitas<br />

penerima pesawat gelatik ini menurut<br />

Dirjen Perguruan Tinggi Prof. Dr.<br />

Dody Tisnaamidjaja adalah<br />

berdasarkan kemampuan masingmasing<br />

dalam menggunakan dan<br />

memelihara pesawat tersebut, dan<br />

akan dimanfaatkan untuk pendidikan<br />

dan kegiatan para mahasiswa dan<br />

dosen.<br />

Penyerahan pesawat Gelatik PZL<br />

104 dilangsungkan di Lapangan<br />

Udara Hussein Sastranegara oleh<br />

Menteri Riset dan Teknologi Prof. Dr.<br />

Ir. BJ Habibie atas nama pemerintah,<br />

lewat Dirjen Perguruan Tinggi Prof.<br />

Dr. Dody Tisnaamidjaja pada tanggal<br />

13 Oktober 1979. Penyerahan<br />

dilakukan dengan disaksikan oleh<br />

sejumlah kecil undangan dalam<br />

upacara yang singkat dan sederhana.<br />

Menurut Menteri Riset dan Teknologi<br />

Prof. Dr. Ir. BJ Habibie, penyerahan<br />

kelima pesawat Gelatik dari PT<br />

Nurtanio kepada pemerintah adalah<br />

sebagai penggembalian sebagian<br />

modal pemerintah yang ditanamkan<br />

Berita Nasional, 16 Oktober 1979<br />

46


pada PT Nurtanio. Menurut Habibie,<br />

bantuan kapal terbang dalam hal ini<br />

adalah Pesawat Gelatik PZL 104<br />

merupakan yang pertamakalinya<br />

diserahkan oleh pemerintah kepada<br />

universitas di Indonesia.<br />

Menurut Prof. Dr. Ir. BJ Habibie<br />

diharapkan dengan penghadiahan<br />

sebuah pesawat kepada lima<br />

universitas itu akan lebih<br />

meningkatkan kegairahan angkasa<br />

(air mindedness) di kalangan<br />

perguruan tinggi, dengan demikian<br />

akan memperbesar aktivitas<br />

perguruan-perguruan tinggi itu<br />

sendiri. Disamping memberikan<br />

dorongan lebih besar kepada para<br />

sarjana untuk terjun ke dalam dunia<br />

industri pesawat terbang yang<br />

memang sangat kita butuhkan.<br />

Ditambahkan pula bahwa bantuan<br />

pemerintah ini diharapkan bukan<br />

sebagai barang mewah tetapi<br />

didasarkan kepada kebutuhan yang<br />

sewajarnya untuk pembangunan.<br />

Pengangkutan pesawat Gelatik ke<br />

luar Jawa dibantu olaeh TNIAU.<br />

PT Nurtanio<br />

Tahun 1961 PT Nurtanio (dahulu<br />

LAPIP lalu menjadi LIPNUR) sudah<br />

mulai membuat pesawat jenis PZL-<br />

104 Gelatik sejak ditandatangani<br />

kontrak pembuatan pesawat terbang<br />

antara LAPIP (Lembaga Persiapan<br />

Industri Penerbangan) atas nama<br />

Pemerintah Indonesia dengan<br />

Pemerintah Polandia yang diwakili<br />

oleh maskapai CEKOP. Kontrak<br />

kerjasama pembangunan meliputi<br />

pembangunan pabrik, pendidikan<br />

karyawan dan produksi dibawah<br />

lisensi terhadap pesawat jenis PZL-<br />

104 Wilga yang di Indonesia<br />

kemudian menjadi pesawat PZL-104<br />

Gelatik. Pesawat ini merupakan<br />

pesawat ringan bermesin tunggal,<br />

serba metal dengan konstruksi “semi<br />

monocoque” yakni suatu jenis<br />

konstruksi pesawat dimana “kulit”<br />

bagian tengah pesawat bertugas.<br />

Pesawat ini mempunyai kemampuan<br />

untuk terbang landas dan mendarat di<br />

lapangan yang sempit (short take off<br />

dan landing) . Pesawat jenis ini dapat<br />

mengangkut sampai empat<br />

penumpang termasuk pilot. PT<br />

Nurtanio sudah memproduksi<br />

pesawat jenis ini sebanyak 40 buah<br />

dan tahun 1979 sudah tidak<br />

memproduksinya lagi. Selain<br />

memproduksi pesawat jenis gelatik<br />

ini, PT Nurtanio juga membuat<br />

sebuah pesawat Casa dan heli BO.<br />

Pemanfaatan<br />

Sebagai kelanjutan dari<br />

pemberian pesawat Gelatik tersebut,<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> telah<br />

merencanakan untuk memanfaatkan<br />

pesawat Gelatik PZL-140 sebagai<br />

sarana berbagai macam kegiatan<br />

seperti sarana untuk meningkatkan<br />

Olah Raga Terjun Payung mahasiswa<br />

<strong>UGM</strong>, ikut menggiatkan Aero Sport<br />

di Yogyakarta dan untuk kegiatankegiatan<br />

pengabdian masyarakat<br />

yang memerlukan pesawat jenis<br />

47


Gelatik ini. Bahkan ditambahkan pula<br />

oleh drh. Busono, M.Sc., pesawat<br />

Gelatik tersebut akan dimanfaatkan<br />

untuk latihan menyemprot hama<br />

wereng oleh mahasiswa pertanian<br />

(dimungkinkan mengajarkan dosen<br />

Fakultas Pertanian cara<br />

mengudarakan pesawat tersebut).<br />

<strong>UGM</strong> telah mempunyai seorang<br />

pilot yaitu Drs. Herqutanto<br />

Sosronegoro, Dosen yang juga<br />

mantan Dekan Fakultas Sosial Politik<br />

<strong>UGM</strong>, yang memiliki brevet Pesawat<br />

Layang (Yogya 1954) dari Yugoslavia<br />

(1957) yang mungkin dapat mengajar<br />

dosen dan mahasiswa menjadi pilot.<br />

Pada tahun 1957, Drs. Herqutanto<br />

Sosronegoro adalah orang Indonesia<br />

pertama yang menerima brevet;<br />

Silver C' karena memenuhi tiga<br />

kecakapan, yaitu:<br />

1. Lima jam terbang terus-menerus<br />

tanpa mesin.<br />

2. Membumbung tinggi 1000 meter<br />

di atas ketinggian setelah dilepas.<br />

3. Mampu membuat 'cross country'<br />

sejauh 50 km.<br />

Menurut Drs. Herqutanto<br />

Sosronegoro yang pernah diajak<br />

membicarakan kemungkinan<br />

pengelolaan pesawat tersebut,<br />

setidak-tidaknya pesawat tersebut<br />

dapat dimanfaatkan untuk<br />

memperkuat FASI (Federasi Aero<br />

Sport Indonesia)Yogyakarta.<br />

Bagi Institut Teknologi Bandung<br />

menurut Artikto Kendroadji, Ketua I<br />

Aerokreasi ITB, akan digunakan<br />

untuk kegiatan kedirgantaraan<br />

melalui perkumpulan olahraga<br />

“Aerokreasi” karena selama ini<br />

menggunakan pesawat pinjaman. Di<br />

samping itu akan digunakan untuk<br />

pengabdian teknologi kepada<br />

masyarakat luas, aplikasi dan riset<br />

teknologi udara untuk pemukiman,<br />

teknologi pertanian, pengendalian<br />

ekosistem, dan kegiatan lainnya<br />

48


sesuai dengan Tri Darma Perguruan<br />

Tinggi.<br />

Untuk <strong>Universitas</strong> Cendrawasih,<br />

menurut Dirjen Perguruan Tinggi,<br />

pesawat terbang ini merupakan hal<br />

yang urgent mengingat universitas<br />

tersebut berada di daerah yang belum<br />

memiliki fasilitas jalan angkutan<br />

darat secukupnya. Juga karena<br />

mempunyai laboratorium diatas<br />

gunung yang sulit ditempuh oleh<br />

kendaraan darat (mobil).<br />

Ditambahkan pula bahwa universitas<br />

ini mempunyai kampus yang berada<br />

jauh di pedalaman. Pemanfaatan<br />

pesawat gelatik bagi <strong>Universitas</strong><br />

Mulawarman dan <strong>Universitas</strong> Syah<br />

Kuala adalah untuk sarana<br />

transportasi.<br />

Kerjasama dengan Lanuma Adi<br />

Sucipto<br />

Telah dibicarakan dengan<br />

Komandan Lanuma Adi Sucipto<br />

Yogyakarta, Kolonel Penerbang<br />

Sugiantoro, pada akhir tahun 1978<br />

mengenai segi-segi teknis masalah<br />

pesawat Gelatik tersebut. Lanuma<br />

Adi Sucipto akan membantu<br />

menyediakan:<br />

1. Hanggar untuk penyimpanan<br />

pesawat.<br />

2. Fasilitas perawatan.<br />

3. Pelatih, dsb.<br />

Bantuan dari Lanuma Adi<br />

Sucipto tersebut telah mendapat<br />

perhatian dan dukungan sepenuhnya<br />

dari KSAU Marsekal Ashadi<br />

Cahyadi. Ditambahkan pula dalam<br />

hal penerimaan pesawat, <strong>UGM</strong> telah<br />

mengambil langkah-langkah yang<br />

diperlukan bersama dengan Lanuma<br />

Adi Sucipto.<br />

Pedoman dan Petunjuk<br />

Dalam buku Pedoman Penerbang<br />

Pesawat Gelatik PZL-140 Oleh R.<br />

Setyo Pramono dijelaskan bahwa<br />

49


konstruksi dari pesawat jenis ini<br />

adalah konstruksi fuselage yaitu semi<br />

monocoque serba metal. Sayap hanya<br />

mempunyai satu tulangan tunggal<br />

(single-spar) dengan terque-box dan<br />

lapisan lempengan metal beralur.<br />

Tangki minyak terletak di dalam<br />

torque-box. Kemudian sepanjang<br />

sayap dilengkapi slat, flaperons, dan<br />

flaps di sletted. Jenis fuel atau bahan<br />

bakar yang dipakai adalah aviation<br />

petrol dengan nomor oktan minimum<br />

80. Berat atau weight dari pesawat<br />

tidak melebihi 1230 kg. Pesawat ini<br />

bisa mengangkut sampai empat orang<br />

penumpang termasuk pilot. Salah satu<br />

kelebihannya adalah mempunyai<br />

kemampuan terbang landas dan<br />

mendarat di lapangan yang sempit<br />

(short take off & landing S-STOL) .<br />

Dalam Pedoman Penerbang<br />

Pesawat Gelatik PZL-140, terdapat<br />

petunjuk (preflight check)<br />

penerbangan dalam pertanian dan<br />

terjun payung. Rincian petunjuk<br />

tersebut adalah sebagai berikut:<br />

1. Pertanian<br />

Ada beberapa perlengkapan<br />

untuk penerbangan agrikultural,<br />

yaitu:<br />

a. Terdapat sebuah tabung<br />

laminate untuk menampung<br />

bahan-bahan kimia dengan<br />

kapasitas 500 liter yang<br />

mempunyai sebuah tutup<br />

pada bagian atasnya dan<br />

dilengkapi dengan sebuah<br />

alat pengukur di bagian<br />

depan kontainer tersebut.<br />

Tabung tersebut terletak di<br />

dalam kabin di belakang<br />

kursi penerbang. Dan bagian<br />

bawah dari tabung ini<br />

mempunyai suatu lekuk<br />

(throat) yang dilengkapi<br />

dengan flange untuk<br />

mengencangkan emergencyrelease-valve<br />

dan drainvalve.<br />

b. Selain itu terdapat pompa<br />

elektris (electrical pump<br />

assembly) , pipa penyemprot<br />

(spray boom assembly) .<br />

c. Unit-unit atomizer mikronair<br />

AAU-3000 sebanyak 4 biji<br />

dipasang pada tiap-tiap unit<br />

sayap 2 biji.<br />

d. Variable Restrictor Unit<br />

(VRU) sebanyak 4 biji<br />

dipasang pada tiap-tiap unit<br />

atomizer. VRU ini<br />

merupakan alat untuk<br />

mengatur aliran bahan kimia<br />

dengan memutar thimble<br />

sesuai dengan kebutuhan<br />

operator.<br />

e. Cut-off Valve untuk<br />

menghentikan aliran zat<br />

kimia menuju spray-boom,<br />

Struts (tonggak) dan bracket<br />

untuk membawa spray boom.<br />

f. Brake handle, pump switsch,<br />

emergency release handle,<br />

pressure gauge (alat ini<br />

digunakan untuk mengukur<br />

tekanan zat kimia yang<br />

dipakai pada sistim tersebut),<br />

am-meter, shut off valve 4 biji<br />

(alat untuk menghentikan<br />

aliran zat kimia bila<br />

50


diperlukan pada saat atau<br />

selama spraying<br />

(penyemprotan), dan master<br />

cylinder sctuater assembly.<br />

2. Terjun Payung (parachuting)<br />

a. Untuk keperluan terjun<br />

payung, pesawat ini harus<br />

dilengkapi dengan sebuah<br />

injakan parasut dan sebuah<br />

hitch untuk parachutecords,<br />

dan kursi depan<br />

sebelah kanan diputar<br />

sehingga menghadap ke<br />

belakang.<br />

b. Pintu sebelah kanan harus<br />

dilepas dan sebagai gantinya<br />

dipasang sabuk pengaman<br />

dan bar-bar khusus.<br />

c. Jumlah maksimum penerjun<br />

adalah 3 orang.<br />

d. Parachute jump dilakukan<br />

bila pesawat tengah terbang<br />

lurus dengan kecepatan 100-<br />

150 km/jam.<br />

Sumber:<br />

1. Keputusan Direktur Jenderal<br />

Pendidikan Tinggi Departemen<br />

Pendidikan dan Kebudayaan RI<br />

No.011/DJ/Kep/1980 tentang<br />

Penyerahan Pesawat Terbang<br />

Gelatik PZL-104 Kepada<br />

Pimpinan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />

<strong>Mada</strong> dan Institut Teknologi<br />

Bandung.<br />

2. Kliping Media Tahun 1979.<br />

3. Surat Nomor PPI/199/X/79<br />

tentang Penjelasan Mengenai<br />

Sumbangan Pesawat Gelatik Dari<br />

PT Nurtanio tanggal 20 Oktober<br />

1979.<br />

4. Siaran Pers oleh Bagian<br />

Hubungan Masyarakat <strong>UGM</strong><br />

Nomor 29/HM/X/79/BB tanggal<br />

26 Oktober 1979.<br />

5. Pedoman Penerbang Pesawat<br />

Gelatik PZL-140 oleh R. Setyo<br />

Pramono.<br />

51


RESENSI BUKU<br />

KEPEMIMPINAN DALAM PROGRAM MANAJEMEN ARSIP<br />

DINAMIS DAN ARSIP STATIS<br />

Machmoed Effendhie 1<br />

Judul<br />

Editor<br />

Penerbit<br />

Kota<br />

Tahun<br />

ISBN<br />

Halaman<br />

: Leading and Managing Archives and Records<br />

Programs: Strategy for Success<br />

: Bruce W. Dearstyne<br />

: Neal-Schuman Publishers<br />

: New York<br />

: 2008<br />

: 978-1-55570-615-9<br />

: 347 halaman termasuk indeks<br />

Dalam suatu seminar atau<br />

workshop kearsipan, sering kali<br />

dikeluhkan tentang rendahnya<br />

apresiasi pimpinan yang dituding<br />

sebagai salah satu penyebab tidak<br />

berkembangnya pengelolaan arsip di<br />

suatu instansi (di Indonesia). Belum<br />

lagi masalah “anggaran yang minim”<br />

untuk penyelanggaraan kearsipan<br />

yang dituduh sebagai penyebab lain<br />

rendahnya kualitas arsiparis dan<br />

runtuhnya idealisme para calon<br />

arsiparis (di Indonesia), sehingga<br />

penyelenggaraan kearsipan di banyak<br />

instansi terkesan seadanya. Buku ini,<br />

yang diedit Bruce W. Dearstyne,<br />

seorang associate profesor dari<br />

University of Maryland, minimal<br />

dapat dijadikan sebagai bahan<br />

pelajaran bagi kita, bahwa di negaranegara<br />

lain, dan lebih spesifik lagi di<br />

instansi lain di Amerika dan Inggris<br />

1<br />

Kepala <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />

52


pernah menghadapi persoalanpersoalan<br />

tersebut dan kemudian<br />

dapat terlewati dan dapat diatasi.<br />

Buku ini terdiri dari 15 bab. Bab<br />

pertama dan dua bab terakhir ditulis<br />

sendiri oleh Bruce W. Dearstyne. Dua<br />

belas bab lainnya ditulis oleh para<br />

profesional berpengalaman dari<br />

Inggris dan Amerika, termasuk<br />

diantaranya Edie Hedlin, mantan<br />

Direktur Smithsonian Institution<br />

Archives, Phillip Mooney, Direktur<br />

Departemen <strong>Arsip</strong> Perusahaan Coca-<br />

Cola, dan Mark Greene, Direktur<br />

American Heritage Center di<br />

University of Wyoming. Para penulis<br />

menuangkan pengalaman pribadi<br />

mereka sebagai penanggung jawab<br />

program pengelolaan arsip dinamis<br />

dan arsip statis, baik di bidang<br />

industri, perguruan tinggi,<br />

pemerintahan, lembaga-lembaga<br />

swasta, perusahaan, dan jasa<br />

keuangan. Sekalipun tidak semuanya<br />

merupakan cerita sukses tetapi<br />

mereka telah memberikan kontribusi<br />

untuk keberhasilan pengembangan<br />

dan kelangsungan hidup<br />

berkelanjutan dari program<br />

pengelolaan arsip dinamis dan arsip<br />

statis yang pernah mereka<br />

selenggarakan. Para penulis<br />

menawarkan nasihat, saran,<br />

pengamatan, dan ide-ide untuk<br />

mengembangkan dan memelihara<br />

program yang sukses dan<br />

berkelanjutan dalam perubahan<br />

lingkungan cepat di mana sumber<br />

daya arsip dinamis dan statis sangat<br />

dibutuhkan. Masing-masing, dengan<br />

cara mereka sendiri, membahas dan<br />

mendefinisikan peran seorang<br />

pemimpin dan kebutuhan untuk<br />

kepemimpinan di semua tingkat.<br />

Program pengelolaan arsip<br />

dinamis (records) dan arsip statis<br />

(archives) akan mendapatkan<br />

keuntungan dari integrasi prinsipprinsip<br />

dan praktek manajemen<br />

kepemimpinan dan program<br />

pengelolaan arsip dinamis (records)<br />

dan arsip statis (archives) jelas perlu<br />

mengembangkan dan menerapkan<br />

keterampilan kepemimpinan untuk<br />

berhasil dalam pekerjaan mereka,<br />

(hal. 292).<br />

Bab 1, “Setting the Stage:<br />

Challenges and Opportunities in<br />

Leading Archives and Records<br />

Programs,” yang ditulis oleh sang<br />

editor merupakan semacam<br />

pengantar yang menyediakan konteks<br />

untuk esai dalam bab-bab berikutnya<br />

dengan membahas beberapa isu,<br />

tantangan, dan peluang yang dihadapi<br />

oleh para pemimpin dan manajer<br />

program manajemen arsip dinamis<br />

dan arsip statis.<br />

Dalam Bab 2, “The Records<br />

Management Leader,” Eugenia K.<br />

Brumm yang telah mengabdi selama<br />

20 tahun sebagai Records Manager,<br />

mengkaji peran dan pentingnya<br />

kepemimpinan dalam mencapai<br />

kesuksesan program manajemen<br />

arsip dinamis. Dia menggambarkan<br />

adanya keterkaitan erat antara<br />

peningkatan keterampilan<br />

pengelolaan arsip (dinamis) dengan<br />

kepemimpinan. Kepemimpinan<br />

53


mendorong transformasi yang<br />

disengaja yang diarahkan untuk<br />

mencapai tujuan. Oleh karena itu,<br />

semua orang di setiap titik karir<br />

mereka memiliki potensi untuk<br />

menjadi agen perubahan. Selain itu,<br />

Eugenia K. Brumm, mencatat bahwa<br />

menjadi pemimpin di setiap tingkatan<br />

apapun, adalah seperti sedang berada<br />

dalam sebuah proses yang sedang<br />

berlangsung, proses menuju tujuan<br />

yang tidak pernah berakhir. Untuk<br />

mencapai tujuan yang telah<br />

ditetapkan, seorang pemimpin harus<br />

mempunyai visi evolusioner dan<br />

dapat menerima setiap perubahan dan<br />

pengalaman baru "(33).<br />

Dalam Bab 3, “Records<br />

Management Standards: What They<br />

Are and Why They Are Important,”<br />

Diane K. Carlisle mempelajari<br />

bermacam-macam standar yang<br />

diterapkan dalam pengelolaan arsip<br />

dinamis. Pemilihan standar dalam<br />

pengelolaan arsip dinamis harus<br />

selektif dan disesuaikan dengan<br />

lingkungan organisasi. Banyak<br />

standar yang baik yang pernah<br />

dipraktikan dalam pengelolaan arsip<br />

dan manajemen informasi, seperti<br />

American National Standards<br />

Institute (ANSI), atau standar yang<br />

dikeluarkan oleh Organisasi<br />

Internasional, atau standar yang<br />

dikeluarkan oleh asosiasi<br />

profesional.<br />

Dalam Bab 4, “Leading a<br />

Successful Records Management<br />

Program, ” Carol EB Choksy<br />

membahas pengalaman, wawasan,<br />

dan observasi pada keunggulan dalam<br />

program manajemen arsip. Dia<br />

menjelaskan dan menganalisa<br />

persyaratan keterampilan minimal<br />

yang dibutuhkan oleh manajer yang<br />

sukses dalam mengelola arsip<br />

dinamis, termasuk keterampilan<br />

dalam komunikasi, ketrampilan<br />

membangun relasi, ketrampilan<br />

pengembangan strategi dan eksekusi,<br />

ketrampilan pengembangan<br />

karyawan dan kepemimpinan,<br />

ketrampilan manajemen proyek, dan<br />

ketrampilan negosiasi di lingkungan<br />

industri maupun organisasi.<br />

Dalam Bab 5, “From Cultural<br />

Luxury to 'The Way We Do Things. . .<br />

?': The Influence of Leadership in<br />

Archives and Records<br />

Management,” Peter Emmerson yang<br />

berpengalaman sebagai kepala<br />

Barclays Bank's Records Services<br />

Operation dan sebagai konsultan,<br />

membahas bagaimana pentingnya<br />

kepemimpinan seorang manajer arsip<br />

(Records Manager) bagi manajemen<br />

arsip perbankan. Model pengelolaan<br />

arsip dinamis harus bersifat responsif,<br />

dan selaras dengan, keadaan yang<br />

berubah dan tujuan strategis dari<br />

bisnis yang lebih luas.<br />

Dalam Bab 6, “Competing for<br />

Relevance: Archives in a<br />

Multiprogram Organization,” James<br />

E. Fogerty mengungkapkan<br />

pengalamannya dalam mengelola<br />

arsip statis dan program sejarah lisan<br />

yang berperan penting dalam<br />

mendukung tujuan organisasi. Pada<br />

saat yang sama, organisasi harus<br />

54


mampu mengidentifikasi dan<br />

memenuhi harapan konstituen<br />

eksternal (layanan publik). Dia<br />

menjelaskan strategi dan peluang<br />

untuk memperkuat program dan<br />

meningkatkan profil perusahaan<br />

dengan pengembangan kedua<br />

program itu, yakni program arsip<br />

statis dan program sejarah lisan.<br />

Dalam Bab 7, “Trying to Lead<br />

from Good to Great and Some<br />

Reflections on Leadership at All<br />

Levels,” Mark A. Greene President<br />

of the Society of American Archivists<br />

dan Director of the American<br />

Heritage Center at the University of<br />

Wyoming, berbagi pengalaman<br />

tentang hubungan kepemimpinan<br />

dengan pengembangan organisasi.<br />

Dia berfokus pada tiga komponen<br />

penting dari kepemimpinan:<br />

“mendefinisikan, menyebarkan, dan<br />

menerapkan visi, mendefinisikan dan<br />

mengelola perubahan, dan membuat<br />

keputusan”. “... Kepemimpinan dapat<br />

dan harus ada di semua tingkat<br />

organisasi” (137). Dalam tulisannya<br />

ini juga dibahas bagaimana ia<br />

memimpin tim untuk mengubah<br />

American Heritage Center yang<br />

semula tidak berfungsi dan hanya<br />

semacam gudang penyimpanan arsip<br />

menjadi institusi kearsipan bergengsi<br />

dengan layanan informasi kearsipan<br />

yang prima. Ternyata pengalaman dia<br />

menangani arsip perguruan tinggi<br />

menjadi bekal dia ketika diminta<br />

untuk menangani American Heritage<br />

Center di University of Wyoming.<br />

Dalam Bab 8, “Meeting<br />

Leadership Challenges: Lessons<br />

from Experience,” Edie Hedlin,<br />

mantan Director of the Smithsonian<br />

Institution Archives, berbagi<br />

pengalaman selama dia menekuni<br />

karier di dunia kearsipan. Kata kunci<br />

yang dia tawarkan adalah ketika anda<br />

diserahi memimpin program<br />

pengelolaan arsip maka program<br />

tersebut harus dapat mendukung<br />

tujuan dari organisasi induk. Selain<br />

itu, anda harus selalu mendefinisikan<br />

dan terus-menerus mengartikulasikan<br />

misi Anda, mencari dan bekerja sama<br />

dengan institusi sejenis,<br />

mengembangkan rencana program<br />

dan memberikan prioritas pada<br />

kegiatan, berfokus pada produktivitas<br />

staf, dan mengevaluasi gaya<br />

kepemimpinan/ manajemenAnda.<br />

Dalam Bab 9, “Stranger in a<br />

Strange Land: The Archivist and the<br />

Corporation,” Philip F. Mooney,<br />

Director of the Archives Department<br />

of the Coca-Cola Company<br />

membahas peluang dan tantangan<br />

yang dihadapi oleh arsiparis<br />

perusahaan. Dia meneliti mengapa<br />

perusahaan-perusahaan mulai<br />

mengembangkan program<br />

pengelolaan arsip perusahaan,<br />

mengapa program arsip perusahaan<br />

ada yang tidak berhasil, bagaimana<br />

“menjual” sejarah manajemen<br />

perusahaan, bagaimana<br />

mengintegrasikan arsip ke dalam<br />

rencana bisnis, bagaimana<br />

memasarkan arsip, mengapa<br />

membentuk hubungan dengan unit<br />

operasi lain itu penting, bagaimana<br />

55


cara menilai arsip perusahaan, dan<br />

bagaimana peran kepemimpinan<br />

dalam program pengelolaan arsip.<br />

Philip F. Mooney, menguraikan<br />

prinsip-prinsip pengelolaan arsip<br />

perusahaan dan menyarankan bahwa<br />

arsip tidak harus dikaitkan dengan<br />

fungsi tunggal, tapi melayani<br />

“portofolio luas dari pengguna,”<br />

dengan layanan yang terus<br />

dikembangkan (202). Pemimpin atau<br />

yang diserahi tanggung jawab<br />

mengelola arsip perusahaan harus<br />

mampu membangun strategi<br />

pengelolaan arsip yang dapat terus<br />

menerus mendukung tujuan<br />

perusahaan yang lebih besar, karena<br />

“pengelolaan, pengendalian, dan<br />

perlindungan arsip yang tepat dapat<br />

mencegah hilangnya arsip<br />

perusahaan yang merupakan memori<br />

perusahaan, sekalipun perusahaan<br />

tersebut dimerger, diambil alih atau<br />

ada perampingan organisasi (203).”<br />

Dalam Bab 10, “Managing<br />

Change at the Vermont State<br />

Archives: A Continuing Issue, ”<br />

Gregory Sanford dan Tanya Marshall<br />

meneliti evolusi dari Vermont State<br />

Archives selama seperempat abad<br />

terakhir. Mereka menggambarkan<br />

pendekatan strategis yang telah<br />

membantu dalam pengembangan<br />

Vermont State Archives “dari kantor<br />

kecil dan usang menjadi lembaga<br />

kearsipan modern” termasuk<br />

membuat arsip berbasis teknologi<br />

informasi yang berguna untuk<br />

pengambil keputusan, memperluas<br />

otoritas hukum, dan<br />

mengintegrasikan manajemen arsip<br />

dinamis dan manajemen arsip statis.<br />

<strong>Arsip</strong>aris dan manajer arsip dinamis<br />

harus mengintegrasikan<br />

“pengetahuan khusus kearsipan,<br />

memori institusional, dan<br />

penanganan akses serta pelestarian<br />

arsip menjadi lembaga layanan<br />

informasi arsip yang siap melayani<br />

publik” (226). Gregory Sanford dan<br />

Tanya Marshall menyarankan bahwa<br />

para pemimpin harus memahami<br />

budaya organisasi sebelum<br />

melakukan perubahan itu, menjalin<br />

hubungan dengan pencipta arsip dan<br />

pengguna, dan menciptakan visi dan<br />

misi untuk mempromosikan<br />

program-program mereka.<br />

Dalam Bab 11, “Appraising,<br />

Transferring, Preserving, and<br />

Making Available Born-Digital<br />

Records from Central Government<br />

Departments (Seamless Flow),”<br />

Kelvin Smith menggambarkan<br />

Program Seamless Flow dari <strong>Arsip</strong><br />

Nasional Inggris, sebuah sistem<br />

berbasis internet untuk layanan arsip<br />

digital. Program ini dikembangkan<br />

dalam sembilan tahapan yang<br />

masing-masing tahapan dibahas<br />

secara rinci karena merupakan pusat<br />

Program Seamless Flow dan<br />

menyajikan beberapa tantangan<br />

manajemen yang paling kompleks.<br />

Dalam Bab 12, “Leading from<br />

the Middle: Building a University<br />

Archives,” Leon Stout merefleksikan<br />

pengalaman kepemimpinan dan<br />

menggambarkan karyanya sebagai<br />

<strong>Arsip</strong>aris <strong>Universitas</strong> di Penn State<br />

56


University. Dia memberikan<br />

wawasan tentang kepemimpinan di<br />

tingkat menengah, di mana<br />

kepemimpinan tingkat menengah<br />

(atau penanggung jawab institusi<br />

arsip universitas) berfungsi sebagai<br />

manajer program, dan juga harus siap<br />

melayani eksekutif yang lebih tinggi<br />

dalam hierarki kepemimpinan<br />

lembaga perguruan tinggi. Selain itu,<br />

sebagai pemimpin tingkat menengah,<br />

atau sebagai penanggung jawab arsip<br />

universitas, dituntut untuk dapat<br />

melestarikan memori kolektif<br />

universitas (arsip statis), memberikan<br />

layanan informasi kearsipan di<br />

lingkungan universitas dan publik<br />

serta mampu membangun strategi<br />

pengembangan program arsip<br />

dinamis universitas.<br />

Dalam Bab 13, “ The State<br />

Archives, Education, and Politics in<br />

New York,” Christine Ward meneliti<br />

pendekatan strategis New York State<br />

Archives untuk mendukung misi<br />

organisasi induknya, Departemen<br />

Pendidikan Negara, dan tujuan<br />

pemerintah negara bagian. Dia<br />

menjelaskan kerja kepemimpinan<br />

yang terlibat dalam memperluas<br />

program, berkampanye untuk sumber<br />

daya program, dan menyesuaikan<br />

program arsip terhadap perubahan<br />

prioritas kelembagaan.<br />

Bab 14, “Leading Archives and<br />

Records Programs: Perspectives and<br />

Insights,” menempatkan esai dalam<br />

buku ini ke dalam perspektif dengan<br />

mempertimbangkan interpretasi<br />

kepemimpinan yang telah<br />

dikemukakan para penulis dan<br />

dengan memeriksa bagaimana<br />

wawasan itu berlaku untuk program<br />

arsip dinamis, arsip statis, dan<br />

informasi terkait. Bab 15, “Leading<br />

Archives and Records Programs:<br />

Issues and Sources, ” menyarankan<br />

topik-topik untuk penelitian lebih<br />

lanjut, serta sumber-sumber yang<br />

dapat digunakan untuk menjelajahi<br />

dan menggali lebih dalam mengenai<br />

masalah yang diangkat oleh para<br />

penulis. Bab 14 dan 15 yang ditulis<br />

oleh editor buku ini, intinya sebagai<br />

penutup buku ini dan membuka opsi<br />

untuk penelitian kearsipan lebih<br />

lanjut.<br />

Bab-bab dalam buku ini ditulis<br />

oleh para profesional dan<br />

berpengalaman dengan perspektif<br />

mereka sendiri, singkatnya, buku ini<br />

menawarkan akumulasi pengalaman<br />

dan kebijaksanaan yang dapat<br />

dipertimbangkan dan diterapkan oleh<br />

orang lain. Para penulis tidak hanya<br />

menceritakan pengalaman mereka,<br />

tetapi juga merenungkan mengapa hal<br />

itu terjadi, apa yang mereka pelajari<br />

dalam proses, dan bagaimana<br />

perkembangan dalam program<br />

mereka terkait dengan<br />

kecenderungan yang lebih luas di<br />

lapangan. Di setiap bab diungkapkan<br />

faktor kepemimpinan dan kerja keras<br />

untuk mencapai keberhasilan<br />

program yang berkelanjutan, untuk<br />

membangun dan memelihara sebuah<br />

program, untuk menghadapi<br />

tantangan, dan untuk menjaga<br />

57


program agar tetap responsif terhadap<br />

perubahan-perubahan yang terjadi.<br />

Selain itu, para penulis juga<br />

mengungkapkan pentingnya<br />

mengembangkan keterampilan dan<br />

menerapkan pendekatan<br />

kepemimpinan yang sesuai dengan<br />

program individu dan lingkungan<br />

organisasi, serta responsif terhadap<br />

tantangan zaman. Yang lebih penting<br />

lagi adalah, buku ini dapat digunakan<br />

sebagai pengantar penelitian lanjutan<br />

baik bagi mahasiswa kearsipan<br />

maupun peneliti arsip. Bagi para<br />

profesional yang telah bekerja di<br />

lapangan selama beberapa tahun,<br />

buku ini menawarkan saran praktis,<br />

ide-ide kreatif dan inspiratif untuk<br />

menerapkan prinsip-prinsip dan<br />

praktek kepemimpinan dalam<br />

pengembangan program manajemen<br />

arsip dinamis (records management)<br />

maupun manajemen arsip statis<br />

(archives management) .<br />

58


BERITA<br />

Kunjungan ke<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />

1. Sekolah Menengah Kejuruan<br />

(SMK) Nasional Baureno<br />

Bojonegoro pada tanggal 13 Juni<br />

<strong>2013</strong>, sebanyak 50 siswa, 15 guru<br />

dipimpin kepala sekolahnya,<br />

Abd. Rohman, S.Pd.<br />

2. <strong>Arsip</strong>aris se-Jawa Timur pada<br />

tanggal 21 Juni <strong>2013</strong>, dengan<br />

peserta sekitar 87 orang terdiri<br />

dari: arsiparis propinsi, arsiparis<br />

kabupaten/ kota, dan arsiparis<br />

perguruan tinggi. Kunjungan<br />

tersebut difasilitasi oleh Badan<br />

Perpustakaan dan Kearsipan<br />

Propinsi Jawa Timur.<br />

Rakor dan Sosialisasi Kearsipan<br />

1. Rapat Koordinasi Kearsipan dan<br />

Dokumentasi diselenggarakan<br />

oleh Pusat Informasi dan Humas<br />

Sekjen Kemdikbud pada tanggal<br />

27 – 29 Mei <strong>2013</strong> di Hotel Sahid<br />

Raya Jakarta. <strong>UGM</strong> mengirim<br />

Kepala <strong>Arsip</strong>, Drs. Machmoed<br />

Effendhie, M.Hum. mewakili<br />

Wakil Rektor II, dan Zaenudin,<br />

A.Md., mewakili pejabat<br />

fungsional arsiparis.<br />

2. Sosialisasi Revisi Peraturan<br />

Menteri PAN No.<br />

PER/3/M.PAN/3/2009 tentang<br />

Jabatan Fungsional <strong>Arsip</strong>aris dan<br />

Angka Kreditnya telah<br />

dilaksanakan oleh ANRI pada<br />

tanggal 18 – 19 Juni <strong>2013</strong> di Hotel<br />

Amoz Cozy Jakarta. Hadir dalam<br />

acara tersebut Kepala Bidang<br />

Database <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong>, Dra. Eny<br />

Kusumindarti W.<br />

Pendampingan Unit Kerja<br />

1. Kegiatan pendampingan<br />

penataan dan penyusutan arsip di<br />

Fakultas MIPA <strong>UGM</strong>,<br />

dilaksanakan mulai Februari<br />

<strong>2013</strong>.<br />

2. Kegiatan pendampingan<br />

penataan dan penyusutan arsip di<br />

Direktorat Sumber Daya Manusia<br />

<strong>UGM</strong>, dilaksanakan mulai<br />

tanggal 25 Maret – 28 Juni <strong>2013</strong>.<br />

3. Kegiatan pendampingan<br />

penyusutan dan pemusnahan<br />

arsip di Kantor Pusat Fakultas<br />

Teknik (KPTU), dilaksanakan<br />

mulai Mei <strong>2013</strong>.<br />

Akuisisi<strong>Arsip</strong><br />

Periode Maret – Juni <strong>2013</strong><br />

1. Direktorat SDM<br />

Akuisisi arsip Direktorat SDM<br />

dilakukan pada tanggal 24 April<br />

<strong>2013</strong>. <strong>Arsip</strong> yang diakuisisi<br />

berupa arsip kepegawaian yaitu<br />

Buku Data Pegawai 36 jilid, Buku<br />

Induk Pegawai 86 jilid, klapper<br />

15 jilid dan personal file guru<br />

besar/ tokoh nasional 12 berkas,<br />

disertai dengan Daftar<strong>Arsip</strong>nya.<br />

2. Studio 111<br />

Perusahaan yang beralamat di Jl.<br />

Menur 2 No. 18 Perum<br />

Condongcatur Yogyakarta ini<br />

bergerak dalam bidang editing<br />

audiovisual. Perusahaan ini<br />

menyerahkan arsip kaset video<br />

VHS sebanyak 122 buah.<br />

Penyerahan arsip tersebut<br />

dilakukan oleh Beny Wahyada,<br />

SE. kepada Kepala Bidang<br />

59


Database <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> pada<br />

pertengahan Mei <strong>2013</strong>. <strong>Arsip</strong><br />

tersebut berisi tentang Wisuda<br />

<strong>UGM</strong>.<br />

3. Direktorat Kemahasiswaan<br />

<strong>UGM</strong><br />

Direktorat Kemahasiswaan<br />

<strong>UGM</strong> menyerahkan 11 (sebelas)<br />

karung arsip tentang berkas<br />

beasiswa pada tanggal 10 Mei<br />

<strong>2013</strong>. Penyerahan dilakukan oleh<br />

Sdr. Lugiyanti.<br />

4. Oral History<br />

Melalui program oral history,<br />

<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> berhasil menambah<br />

khasanah arsip berupa rekaman<br />

wawancara. Adapun tokoh yang<br />

telah di wawancarai adalah:<br />

a. Drs. Pariatra Westra, S.E.,<br />

S.H. mantan Direktur BPA<br />

<strong>UGM</strong>, pada tanggal 5 Maret<br />

<strong>2013</strong>.<br />

b. Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA.<br />

mantan Rektor <strong>UGM</strong>, pada<br />

tanggal 2April <strong>2013</strong>.<br />

Pada kesempatan yang sama,<br />

Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA.<br />

juga memberikan 1 CD yang<br />

berjudul “Sang Reformis.”<br />

c. Prof. Dr. Ir. Mohammad<br />

Adnan, M.Sc. mantan Rektor<br />

<strong>UGM</strong>, pada tanggal 21 Mei<br />

<strong>2013</strong>.<br />

Pengelolaan<strong>Arsip</strong><br />

Pengelolaan arsip dari Sekretaris<br />

Eksekutif dilaksanakan pada tanggal<br />

22 Januari – 30 April <strong>2013</strong>. Volume<br />

arsip lebih kurang 20 meter linier<br />

antara lain tentang SK Rektor,<br />

Laporan Audit Keuangan, Laporan<br />

Tahunan Unit Kerja, Korespondensi,<br />

Notulen Rapat Pimpinan dan Naskah<br />

Akademik Pendirian Jurusan/ Prodi,<br />

dengan rentang waktu 2003-2012.<br />

Pengelolaan arsip berdasarkan pola<br />

klasifikasi Keputusan Sekjen<br />

Depdiknas Nomor:<br />

41268/A.A1/KP/2008.<br />

60

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!