Khazanah Juli 2013 - Arsip UGM - Universitas Gadjah Mada
Khazanah Juli 2013 - Arsip UGM - Universitas Gadjah Mada
Khazanah Juli 2013 - Arsip UGM - Universitas Gadjah Mada
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pemanfaatan Sistem Informasi Kearsipan Statis<br />
untuk Menunjang Pelayanan di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
Pendampingan dan Pengembangan Records Center Unit Kerja<br />
sebagai Upaya Pembinaan Kearsipan di Lingkungan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
Tata Kelola <strong>Arsip</strong> Keluarga: Sebuah Pengalaman Pribadi<br />
Volume<br />
6<br />
Nomor<br />
2<br />
Halaman<br />
1-60<br />
Yogyakarta<br />
<strong>Juli</strong> <strong>2013</strong><br />
A r s i p U n i v e r s i t a s G a d j a h M a d a<br />
Bulaksumur: Gedung L3 Lantai 3 (Komplek Perpustakaan <strong>UGM</strong>) Yogyakarta
ISSN: 1978-4880<br />
KHAZANAH<br />
ARSIP UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />
Volume 6, Nomor 2, <strong>Juli</strong> <strong>2013</strong><br />
Penanggung Jawab: Machmoed Effendhie;<br />
Pimpinan Umum: Eny Kusumindarti Wahyuningrum;<br />
Pimpinan Redaksi: Musliichah;<br />
Redaktur Pelaksana: Zaenudin dan Ully Isnaeni Effendi;<br />
Penyunting: Fitria Agustina;<br />
Sekretariat: Kurniatun dan Herman Setyawan;<br />
Desain Grafis: Eko Paris BY<br />
Pengelolaan <strong>Arsip</strong> dari Sekretaris Eksekutif <strong>UGM</strong>,<br />
22 Januari – 30 April <strong>2013</strong><br />
Akuisisi <strong>Arsip</strong> Direktorat SDM <strong>UGM</strong>,<br />
24 April <strong>2013</strong><br />
Diterbitkan Oleh:<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
Alamat Redaksi:<br />
Bulaksumur Gedung L3 Lantai 3<br />
(Komplek Perpustakaan <strong>UGM</strong>) Yogyakarta<br />
Telp. (0274) 6492151, 6492152; Fax. (0274) 582907<br />
Website: arsip.ugm.ac.id; e-mail: arsip@ugm.ac.id<br />
Program Oral History, wawancara dengan<br />
Mantan Rektor <strong>UGM</strong> Prof. Moch. Adnan,<br />
21 Mei <strong>2013</strong><br />
Rakor Kearsipan Kemdikbud<br />
di Hotel Sahid Raya Jakarta, 27 s.d. 29 Mei <strong>2013</strong><br />
Gambar Sampul Depan:<br />
Gedung Pusat <strong>UGM</strong> Tahun 1956<br />
KHAZANAH terbit tiga kali setahun (Maret, <strong>Juli</strong>, November) sebagai media<br />
sosialisasi dan pembahasan bidang kearsipan. Redaksi menerima kiriman naskah<br />
berupa kajian lapangan, studi pustaka, uji coba laboratorium, hasil seminar, dan<br />
resensi. Petunjuk penulisan naskah: naskah belum pernah dipublikasikan, ditulis<br />
dalam bahasa Indonesia, huruf Times New Roman 12, spasi 1,5, pada kertas kuarto<br />
A4 7-15 halaman. Sistematika penulisan mencerminkan adanya pendahuluan,<br />
kerangka teori, hasil dan analisis, kesimpulan dan saran, disertai dengan abstrak<br />
dan kata-kata kunci tulisan. Naskah berupa hardcopy dan softcopy dikirim ke<br />
alamat redaksi disertai dengan biodata penulis.<br />
Kunjungan SMK Nasional Baureno Bojonegoro,<br />
13 Juni <strong>2013</strong><br />
Kunjungan <strong>Arsip</strong>aris se-Jawa Timur,<br />
21 Juni <strong>2013</strong>
Vol. 6, No. 2, <strong>Juli</strong> <strong>2013</strong> ISSN 1978-4880<br />
DAFTAR ISI<br />
Dari Redaksi ................................................................................................ 2<br />
Pemanfaatan Sistem Informasi Kearsipan Statis<br />
untuk Menunjang Pelayanan di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> .............. 3<br />
Herman Setyawan<br />
Pendampingan dan Pengembangan Records Center Unit Kerja sebagai<br />
Upaya Pembinaan Kearsipan di Lingkungan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> .... 13<br />
Kurniatun<br />
Tata Kelola <strong>Arsip</strong> Keluarga: Sebuah Pengalaman Pribadi .......................... 22<br />
Mas Yanto Samadikun<br />
Mengenal Persatuan Wanita Keluarga <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
dari <strong>Khazanah</strong> <strong>Arsip</strong> (1951 – 1991) ........................................................... 35<br />
Fitria Agustina<br />
Pesawat Gelatik untuk <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> ...................................... 45<br />
Ully Isnaeni Effendi<br />
Resensi Buku: Kepemimpinan dalam Program Manajemen <strong>Arsip</strong> Dinamis<br />
dan <strong>Arsip</strong> Statis ........................................................................................... 52<br />
Machmoed Effendhie<br />
1
2<br />
DARI REDAKSI<br />
<strong>Khazanah</strong> edisi kali ini mengangkat lima tema yang beragam. Tulisan Herman<br />
Setyawan tentang “Pemanfaatan Sistem Informasi Kearsipan Statis untuk<br />
Menunjang Pelayanan di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>” merupakan rangkuman<br />
dari skripsi S-1 bidang administrasi. <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> berdasarkan UU No. 43 Tahun<br />
2009 tentang Kearsipan, bertanggung jawab terhadap pembinaan sistem kearsipan<br />
dan pengelolaan arsip statis di lingkungan <strong>UGM</strong>, yang tujuan akhirnya untuk<br />
layanan informasi kearsipan kepada publik dan internal. Untuk memberikan<br />
layanan prima kepada publik, selain telah dibuat jalan temu balik arsip (finding<br />
aids) manual, juga telah dikembangkan sistem temu balik arsip berbasis web yang<br />
kemudian diberi nama Sistem Informasi Kearsipan Statis (SiKS).<br />
Tulisan Kurniatun tentang pendampingan dan pengembangan records center<br />
di lingkungan <strong>UGM</strong> merupakan campuran antara pengalaman pribadi sebagai<br />
pendamping dan beberapa peraturan yang mengharuskan lembaga kearsipan<br />
perguruan tinggi melakukan pembinaan sistem kearsipan di lingkungan kerjanya.<br />
Terdapat minimal tiga landasan legal yang mengharuskan <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> melakukan<br />
pembinaan di unit-unit kerja di lingkungan <strong>UGM</strong>, yakni UU No. 43 Tahun 2009<br />
tentang Kearsipan, PP No. 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 43 Tahun<br />
2009 tentang Kearsipan, dan Perka ANRI No. 24 Tahun 2011 tentang Pedoman<br />
Penyelenggaraan Kearsipan di Lingkungan Perguruan Tinggi. Salah satu kegiatan<br />
pembinaan yang dilakukan <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> adalah kegiatan pendampingan dan<br />
pengembangan records center di unit kerja di lingkungan <strong>UGM</strong>.<br />
Tulisan Mas Yanto Samadikun tentang arsip keluarga telah mengingatkan<br />
kami pada salah seorang alumni Program Tugas Belajar D-3 Kearsipan FIB <strong>UGM</strong><br />
yang kini tinggal di Madura. Beliau menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan arsip<br />
tidak hanya untuk arsip keluarga tetapi juga untuk benda-benda (korporil) pribadi.<br />
Adapun prinsip-prinsip pengelolaan arsip yang dimaksud adalah mulai dari<br />
meregistrasi, mengklasifikasi, menyortir, memberkas, mengindeks, dll, sampai<br />
pemeliharaan, perawatan, pengamanan, dan penyusutan. Artikel ini menarik dan<br />
menginspirasi.<br />
Tulisan Fitria Agustina: “Mengenal Persatuan Wanita Keluarga <strong>UGM</strong> dari<br />
<strong>Khazanah</strong> <strong>Arsip</strong> (1951 – 1991) dan tulisan Ully Isnaeni Effendi: “Pesawat Gelatik<br />
untuk <strong>UGM</strong>” merupakan serpihan-serpihan sejarah <strong>UGM</strong> yang memang perlu<br />
dimunculkan dalam bentuk tulisan. Tujuannya agar, terutama para alumni,<br />
mengetahui bahwa <strong>UGM</strong> memiliki “kekayaan” memori kolektif.<br />
Dengan keterbatasan yang ada, semoga <strong>Khazanah</strong> edisi kali ini bermanfaat<br />
bagi pembaca. Sekurang-kurangnya dapat menginspirasi para praktisi, akademisi,<br />
dan pengambil keputusan di bidang kearsipan. Selamat membaca.<br />
Redaksi
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI KEARSIPAN STATIS<br />
UNTUK MENUNJANG PELAYANAN<br />
DI ARSIP UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />
Herman Setyawan<br />
Abstract<br />
Archival institutions tasked to manage an archive, that has a value to history,<br />
has exhausted its retention, and made permanent. For recorded information on<br />
all activities of the organization, it serves as a central memory, decision-making<br />
tools, evidence of the existence of the organization and for the benefit of another<br />
organization. Problems arise when the institution has a collection of archival<br />
records in abundance. A wide range of agency activities resulted generated<br />
archive collection is very diverse. This causes the volume of records that are<br />
maintained very much. It difficult to find back of the shelf location manually, or<br />
with the list though, because the archives are kept very much. In addition to these<br />
problems, in general, have archival decades old, making it susceptible to physical<br />
damage. In case of physical touch to the archive continued in service activities<br />
and access, it is feared physical harm will occur archives.<br />
This study used a descriptive approach design, the research aims to collect an<br />
existing symptoms according to what the time of the study, and not to test the<br />
hypothesis. Data collection techniques used in this study is the observation,<br />
interviews, and documentation.<br />
Based on the results of this study concluded that <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> University<br />
Archive used subject pattern in the management of the archive. The end of archive<br />
management is entering data into the archive collection of archival information<br />
system. The information system contains a database file thoroughly, so that the<br />
rediscovery of the archive store locations can be done in seconds. It is very<br />
effective when compared to the rediscovery of the archive manually.<br />
Keywords: utilization, information systems, archives<br />
1<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Lembaga kearsipan perguruan<br />
tinggi bertugas untuk mengelola arsip<br />
statis, yaitu arsip yang mempunyai<br />
nilai guna kesejarahan, telah habis<br />
retensinya, dan berketerangan<br />
1<br />
<strong>Arsip</strong>aris <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />
dipermanenkan. Sebagai rekaman<br />
informasi dari seluruh aktifitas<br />
organisasi, arsip berfungsi sebagai<br />
pusat ingatan, alat bantu pengambilan<br />
keputusan, bukti eksistensi organisasi<br />
dan untuk kepentingan organisasi<br />
yang lain.<br />
3
Permasalahan muncul saat arsip<br />
yang dikelola adalah berkas-berkas<br />
yang rapuh fisiknya karena usia<br />
penciptaannya yang telah lama. <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> (<strong>Arsip</strong><br />
<strong>UGM</strong>) adalah lembaga kearsipan<br />
tingkat perguruan tinggi di<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> yang<br />
mempunyai tugas melakukan<br />
pengelolaan arsip statis. <strong>Arsip</strong> yang<br />
dikelola oleh <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> adalah<br />
koleksi arsip sejak tahun 1949 yang<br />
mayoritas fisik arsipnya telah rapuh.<br />
Pada proses pelayanan dan akses,<br />
baik pengguna maupun petugas arsip<br />
bersentuhan secara langsung dengan<br />
fisik arsip. Sentuhan langsung dengan<br />
fisik arsip secara terus menerus dapat<br />
menimbulkan kerusakan pada fisik<br />
arsip.<br />
Permasalahan lain adalah volume<br />
arsip yang disimpan oleh lembaga<br />
kearsipan pada umumnya berjumlah<br />
besar. Apabila volume arsip cukup<br />
banyak, maka penemuan kembali<br />
arsip dari lokasi simpannya tidak<br />
dapat mengandalkan daftar arsip<br />
manual. Penggunaan daftar arsip<br />
manual dalam pencarian arsip<br />
membutuhkan waktu yang lama. Oleh<br />
karena itu, diperlukan suatu<br />
pemanfaatan sistem informasi<br />
kearsipan statis untuk menunjang<br />
pelayanan, terutama untuk penemuan<br />
kembali arsip dan untuk<br />
menampilkan arsip dalam format<br />
digital.<br />
II. KAJIAN TEORI<br />
Abubakar Hadi (1996: 8)<br />
menyatakan bahwa “istilah arsip atau<br />
dalam Bahasa Belanda archief, dalam<br />
istilah Bahasa Inggris archive, berasal<br />
dari Bahasa Yunani yakni arche yang<br />
berarti permulaan. Kata tersebut<br />
berkembang menjadi ta archia yang<br />
berarti catatan”. Sedangkan Zulkifli<br />
Amsyah (2003: 3) dalam bukunya<br />
Manajemen Kearsipan menyatakan<br />
bahwa: arsip adalah setiap catatan<br />
( record atau warkat) yang tertulis,<br />
tercetak, atau ketikan, dalam bentuk<br />
huruf, angka atau gambar, yang<br />
mempunyai arti dan tujuan tertentu<br />
sebagai bahan komunikasi dan<br />
informasi, yang terekam pada kertas<br />
(kartu, formulir), kertas film (slide,<br />
film-strip, micro-film) , media<br />
komputer (pita tape, piringan,<br />
rekaman, disket), kertas photo copy,<br />
dan lain-lain. Sementara itu The<br />
Liang Gie (2000: 155) menyebutkan<br />
bahwa “arsip atau warkat adalah<br />
setiap catatan tertulis atau bergambar<br />
yang memuat keterangan mengenai<br />
sesuatu hal atau peristiwa yang dibuat<br />
orang untuk membuat ingatannya”.<br />
Selain pendapat tersebut masih<br />
banyak pendapat lain tentang<br />
pengertian arsip.<br />
Dalam rangka penemuan kembali<br />
arsip dari lokasi simpannya, <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
memanfaatkan Sistem Informasi<br />
Kearsipan Statis (SiKS). SiKS<br />
merupakan gabungan dari kata<br />
sistem, informasi, dan kearsipan<br />
statis.<br />
Menurut Togar M. Simatupang<br />
(1995: 7), “sistem adalah kumpulan<br />
4
obyek-obyek yang saling berinteraksi<br />
dan bekerjasama untuk mencapai<br />
tujuan tertentu dalam lingkungan<br />
yang kompleks”. Sedangkan menurut<br />
Moekijat (1991: 15), “suatu sistem<br />
adalah susunan yang teratur dari<br />
kegiatan-kegiatan yang saling<br />
berhubungan, yang melaksanakan<br />
dan mempermudah kegiatan-kegiatan<br />
utama organisasi”.<br />
Menurut Murdick (1997: 6),<br />
“informasi terdiri dari data yang telah<br />
diambil kembali, diolah, atau<br />
sebaliknya digunakan untuk tujuan<br />
informatif atau kesimpulan,<br />
argumentasi, atau sebagai dasar untuk<br />
peramalan atau pengambilan<br />
keputusan”. Sedangkan Zulkifli<br />
Amsyah (1997: 2) menyatakan bahwa<br />
“informasi merupakan data yang<br />
sudah diolah, dibentuk atau sudah<br />
dimanipulasi sesuai dengan<br />
keperluan tertentu dari organisasi”.<br />
Dari definisi di atas dapat<br />
disimpulkan bahwa informasi adalah<br />
data yang telah diolah yang<br />
digunakan untuk pengambilan<br />
keputusan.<br />
Agus Sugiarto dan Teguh<br />
Wahyono (2005: 12) menyatakan<br />
bahwa “arsip statis adalah arsip yang<br />
tidak dipergunakan secara langsung<br />
dalam kegiatan perkantoran seharihari”.<br />
Sementara itu Boedi Martono<br />
(1990: 25) meyatakan bahwa “arsip<br />
statis adalah arsip yang tidak<br />
digunakan secara langsung untuk<br />
perencanaan, penyelenggaraan<br />
kehidupan kebangsaan pada<br />
umumnya, maupun untuk<br />
penyelenggaraan sehari-hari<br />
administrasi negara”. Menurut<br />
Peraturan Menteri Pendidikan<br />
Nasional Nomor 37 Tahun 2006<br />
disebutkan bahwa arsip statis adalah<br />
arsip yang dihasilkan oleh pencipta<br />
arsip karena memiliki nilai guna<br />
kesejarahan, telah habis retensinya,<br />
dan berketerangan dipermanenkan<br />
yang telah diverifikasi baik secara<br />
langsung maupun tidak langsung oleh<br />
<strong>Arsip</strong> Nasional Republik Indonesia<br />
dan/ atau lembaga kearsipan.<br />
Dari rangkaian definisi di atas<br />
dapat disimpulkan bahwa tujuan<br />
sistem informasi kearsipan statis<br />
adalah menjamin keberadaan dan<br />
keselamatan arsip dengan<br />
menggunakan suatu aplikasi<br />
elektronik sebagai suatu alat yang<br />
berguna dalam menemukan kembali<br />
koleksi arsip statis baik berbentuk<br />
kertas, audiovisual, maupun arsip<br />
elektronik sebagai bahan<br />
pertanggungjawaban.<br />
III. METODE PENELITIAN<br />
A. Desain Penelitian<br />
Desain yang digunakan dalam<br />
penelitian ini adalah deskriptif.<br />
Pendekatan deskriptif merupakan<br />
penelitian yang bertujuan untuk<br />
mengumpulkan suatu data yang ada<br />
menurut apa adanya, saat penelitian<br />
dilakukan serta tidak untuk menguji<br />
hipotesis. Penelitian deskriptif hanya<br />
memaparkan situasi atau peristiwa,<br />
tidak mencari atau tidak menjelaskan<br />
hubungan, dan tidak menguji<br />
hipotesis. Jadi pada penelitian ini<br />
5
menggambarkan keadaan nyata<br />
dengan apa adanya tentang suatu<br />
variabel, gejala atau keadaan. Tetapi<br />
peneliti tetap dituntut untuk<br />
memaknai data yang diperoleh,<br />
menarik kesimpulan dari hasil<br />
pemaknaan data tersebut.<br />
B. Teknik Pengumpulan Data<br />
Teknik pengumpulan data adalah<br />
cara-cara yang digunakan oleh<br />
peneliti untuk mengumpulkan data.<br />
Teknik pengumpulan data dalam<br />
penelitian ini menggunakan teknik<br />
sebagai berikut :<br />
1. Observasi<br />
Observasi ditujukan untuk<br />
memperoleh data melalui<br />
pengamatan langsung di<br />
lapangan. Observasi adalah<br />
aktifitas pengamatan fenomena<br />
yang dilakukan secara sistematis.<br />
Observasi/ pengamatan yang<br />
dilakukan oleh peneliti adalah<br />
observasi partisipasif yaitu terjun<br />
langsung dalam kegiatan<br />
pengelolaan dan pelayanan arsip<br />
statis.<br />
2. Wawancara<br />
Wawancara merupakan proses<br />
tanya jawab antara dua pihak atau<br />
lebih yang berhadapan langsung<br />
secara fisik. Wawancara ini<br />
diharapkan dapat melengkapi apa<br />
yang tidak diperoleh melalui<br />
observasi. Wawancara dilakukan<br />
peneliti dengan Kepala Bidang<br />
Layanan <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>, staf layanan <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>, dan<br />
beberapa pengguna arsip baik<br />
dari civitas akademika<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
maupun dari masyarakat umum.<br />
Wawancara dilakukan dengan<br />
memberikan daftar pertanyaan.<br />
3. Dokumentasi<br />
Dokumentasi adalah teknik<br />
pengumpulan data dengan cara<br />
mengambil keterangan dokumen<br />
yang berkaitan dengan pokok<br />
permasalahan yang dimiliki.<br />
Dalam penelitian ini, teknik<br />
dokumentasi digunakan untuk<br />
mengumpulkan data yang<br />
berhubungan dengan sejarah<br />
profil <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />
<strong>Mada</strong>, struktur organisasi, visi<br />
misi lembaga dan rincian tugas<br />
organisasi.<br />
C. Keabsahan Data<br />
Teknik yang digunakan untuk<br />
memeriksa keabsahan data dalam<br />
penelitian ini adalah teknik<br />
triangulasi dengan sumber data yaitu<br />
dengan cara membandingkan dan<br />
memeriksa kembali derajat<br />
kepercayaan dari suatu informasi<br />
yang telah diperoleh atau melalui<br />
sumber yang berbeda.<br />
Triangulasi adalah teknik<br />
pemeriksaan keabsahan data yang<br />
memanfaatkan sesuatu yang lain di<br />
luar data itu untuk keperluan<br />
pengecekan atau sebagai pembanding<br />
terhadap data itu. Dalam hal ini<br />
peneliti melakukan cara pertama,<br />
6
membandingkan data hasil observasi<br />
dengan wawancara; kedua,<br />
membandingkan hasil wawancara<br />
antara informan yang satu dengan<br />
informan yang lain; dan ketiga,<br />
membandingkan hasil wawancara<br />
dengan dokumen-dokumen yang<br />
berkaitan. Data yang diperoleh akan<br />
dikategorikan valid apabila telah<br />
terjadi kesesuaian dengan informasi<br />
yang diperoleh.<br />
D. TeknikAnalisis Data<br />
Setelah data dikumpulkan, tahap<br />
berikutnya adalah mengolah dan<br />
menganalisis data. Analisis data<br />
dilakukan pada data yang diperoleh<br />
dari hasil wawancara, observasi, dan<br />
dokumentasi.<br />
Huberman dan Miles (1992: 23)<br />
dalam Idrus (2009: 148) menyatakan<br />
bahwa “analisis data pada penelitian<br />
kualitatif yang disebutnya sebagai<br />
model interaktif yang terdiri atas tiga<br />
hal utama, yaitu: (1) reduksi data; (2)<br />
penyajian data; dan (3) penarikan<br />
kesimpulan atau verifikasi”. Ketiga<br />
kegiatan tersebut saling terjalin pada<br />
saat sebelum, selama, dan sesudah<br />
pengumpulan data dalam bentuk<br />
sejajar, untuk membangun wawasan<br />
umum yang disebut analisis (Miles<br />
dan Huberman, 1992).<br />
Pengumpulan data merupakan<br />
tahap awal dalam proses analisis.<br />
Tidak hanya berupa kata-kata, data<br />
penelitian kualitatif lebih cenderung<br />
pada segala sesuatu yang diperoleh<br />
dari yang dilihat, didengar, dan<br />
diamati. Tahap reduksi data diartikan<br />
sebagai proses pemilihan, pemusatan<br />
perhatian pada penyederhanaan,<br />
pengabstrakan, dan transformasi data<br />
kasar yang muncul dari catatancatatan<br />
tertulis di lapangan. Reduksi<br />
berlangsung terus menerus selama<br />
penelitian. Penyajian data adalah<br />
sekumpulan informasi tersusun yang<br />
memberi kemungkinan adanya<br />
penarikan kesimpulan dan<br />
pengambilan tindakan. Verifikasi<br />
merupakan tahap akhir pengumpulan<br />
data. Beberapa cara yang dapat<br />
dilakukan dalam proses ini adalah<br />
dengan melakukan pencatatan untuk<br />
pola-pola dan tema yang sama,<br />
pengelompokan, dan pencarian<br />
kasus-kasus negatif (kasus khas,<br />
berbeda, mungkin pula menyimpang<br />
dari kebiasaan yang ada di<br />
masyarakat).<br />
Dalam menganalisis data,<br />
peneliti menggunakan metode non<br />
statistik yaitu analisis data deskriptif,<br />
artinya data yang diperoleh melalui<br />
penelitian dilaporkan apa adanya, lalu<br />
dianalisis secara deskriptif untuk<br />
memperoleh gambaran mengenai<br />
fakta yang ada. Hal ini dilakukan<br />
karena penelitian ini tidak<br />
dimaksudkan untuk mencari<br />
hubungan antara dua variabel atau<br />
lebih.<br />
IV. HASIL PENELITIAN DAN<br />
PEMBAHASAN<br />
A. Deskripsi Data Penelitian<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
memiliki koleksi arsip statis periode<br />
tahun 1949 – tahun 2010 sebanyak<br />
7
20471 nomor arsip tekstual, 12090<br />
nomor arsip foto, 428 nomor arsip<br />
kartografi, 1527 nomor arsip rekaman<br />
suara, dan ribuan koleksi arsip<br />
audiovisual. <strong>Arsip</strong> audiovisual belum<br />
diketahui jumlahnya secara pasti<br />
karena belum dikelola. <strong>Arsip</strong> tersebut<br />
didapatkan dari beberapa unit dari<br />
kantor pusat tata usaha, sedangkan<br />
arsip statis yang berasal dari fakultas<br />
belum diakuisisi. Penemuan kembali<br />
arsip dari tempat simpannya<br />
memerlukan daftar sebagai sarana<br />
penemuan kembali arsip.<br />
Daftar arsip yang disusun oleh<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
disebut sebagai Daftar <strong>Khazanah</strong><br />
<strong>Arsip</strong> (DKA). DKA arsip statis terdiri<br />
dari DKA arsip tekstual, DKA arsip<br />
kartografi, DKA arsip foto, dan DKA<br />
arsip rekaman suara. DKA berupa<br />
buku-buku yang berisi daftar arsip.<br />
Sejak tahun 2005, <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> telah<br />
menyusun enam buku DKA arsip<br />
tekstual, satu buku DKA kartografi,<br />
empat buku DKA arsip foto, dan satu<br />
buku DKA arsip rekaman suara. DKA<br />
terdiri atas puluhan hingga ratusan<br />
lembar daftar arsip. Oleh karena itu,<br />
penelusuran arsip dengan<br />
menggunakan DKA memerlukan<br />
waktu yang sangat lama.<br />
<strong>Arsip</strong> dikelompokkan dalam<br />
berbagai masalah dan sub masalah.<br />
Pengelompokan arsip didasarkan<br />
pada pola klasifikasi arsip yang<br />
disusun oleh <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>. Pola Klasifikasi<br />
disusun untuk mengatasi keadaan<br />
tidak teraturnya arsip yang diserahkan<br />
ke <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />
Untuk mengatasi keadaan tersebut<br />
diperlukan recovery ulang dengan<br />
melakukan pendaftaran kembali<br />
dengan mendeskripsikan arsip.<br />
Pengelompokan arsip bertujuan<br />
untuk memisahkan arsip berdasarkan<br />
masalah. <strong>Arsip</strong> tekstual<br />
dikelompokkan dalam sembilan<br />
kelompok masalah utama. Masalah<br />
utama diuraikan dalam sub masalah<br />
dan sub-sub masalah.<br />
Pengelompokan arsip tersebut<br />
disusun dalam pola klasifikasi arsip<br />
tekstual. Sementara itu arsip<br />
kartografi dibagi menjadi dua<br />
masalah utama. <strong>Arsip</strong> foto dibagi<br />
menjadi sepuluh masalah utama, dan<br />
arsip rekaman suara dibagi menjadi<br />
tiga masalah utama. Pembagian<br />
masalah tersebut disesuaikan dengan<br />
tugas dan fungsi organisasi<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />
Selama proses penelitian, peneliti<br />
melakukan wawancara dengan<br />
beberapa orang pengguna arsip. Dari<br />
informasi pengguna arsip dapat<br />
disimpulkan bahwa pelayanan arsip<br />
dilakukan dengan baik. <strong>Arsip</strong> dapat<br />
ditemukan dengan cepat dan tepat<br />
dengan SiKS. Dalam penemuan<br />
kembali arsip, dibutuhkan waktu<br />
yang lebih lama untuk mengambil<br />
arsip dari lokasi simpan jika<br />
jumlahnya banyak.<br />
Saat mengakses arsip, pengguna<br />
bersentuhan langsung dengan arsip<br />
yang diminta. Hal ini dapat memicu<br />
kerusakan terutama arsip-arsip tua.<br />
8
Penggandaan arsip dilakukan oleh<br />
petugas penggandaan di lingkungan<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />
Pengguna arsip tidak diperbolehkan<br />
menyalin soft file arsip, namun berupa<br />
cetakan atau salinan hasil photo copy.<br />
B. Pembahasan<br />
1. Pengelolaan<strong>Arsip</strong> Statis<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
menggunakan sistem subyek<br />
(masalah) dalam mengelola arsip<br />
statis, baik arsip tekstual, arsip foto,<br />
arsip kartografi, maupun arsip<br />
rekaman suara. Pengelolaan arsip<br />
statis berbeda-beda menurut<br />
medianya. Berikut adalah prosedur<br />
pengelolaan arsip:<br />
a. Pengelolaan<strong>Arsip</strong> Tekstual<br />
Pengelolaan arsip tekstual di<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
dilakukan dengan tahapan<br />
akuisisi, pengolahan, perawatan<br />
dan pemeliharaan, dan akses dan<br />
layanan.<br />
b. Pengelolaan<strong>Arsip</strong> Kartografi<br />
Pengelolaan arsip kartografi di<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
dilakukan dengan tahapan seleksi<br />
dan deskripsi, pembuatan skema<br />
pengaturan arsip, manuver kartu,<br />
penomoran kartu deskripsi,<br />
manuver berkas, penomoran<br />
berkas, penataan dan<br />
penyimpanan arsip, pembuatan<br />
daftar arsip, entri data dalam<br />
SiKS, serta perawatan dan<br />
pemeliharaan.<br />
c. Pengelolaan<strong>Arsip</strong> Foto<br />
Tahap-tahap pengelolaan arsip<br />
foto adalah seleksi dan penilaian,<br />
pembuatan skema pengaturan<br />
arsip, deskripsi, penomoran,<br />
pengkodean, pembuatan daftar<br />
arsip, entri data ke dalam SiKS,<br />
dan perawatan dan pemeliharaan.<br />
d. Pengelolaan <strong>Arsip</strong> Rekaman<br />
Suara<br />
Pengelolaan arsip rekaman suara<br />
meliputi kegiatan seleksi dan<br />
identifikasi, pembuatan Indeks<br />
Interview Content,<br />
pengelompokan dan penomoran,<br />
penataan dan penyimpanan,<br />
pembuatan daftar arsip, entri data<br />
ke dalam SiKS, transkripsi, dan<br />
perawatan dan pemeliharaan.<br />
2. Pola Klasifikasi <strong>Arsip</strong> Statis di<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
Penggunaan pola klasifikasi<br />
disesuaikan dengan tugas dan fungsi<br />
organisasi di <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />
<strong>Mada</strong>. Pola tersebut disusun secara<br />
internal, hanya dapat digunakan oleh<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>. Pola<br />
klasifikasi tersebut digunakan dalam<br />
penomoran arsip statis. Penomoran<br />
arsip dengan cara seperti contoh di<br />
bawah ini dapat dipastikan tidak ada<br />
berkas dengan nomor yang sama.<br />
Contoh penomoran arsip adalah<br />
sebagai berikut:<br />
AS/OA.SK.00/1, kode tersebut<br />
dibaca sebagai berikut:<br />
AS : <strong>Arsip</strong> statis tekstual<br />
OA : Official Archives, sebagai<br />
masalah utama<br />
SK : Surat Keputusan (SK),<br />
9
sebagai sub masalah<br />
00 : Majelis Wali Amanat<br />
(MWA), sebagai sub-sub<br />
masalah<br />
1 : nomor berkas 1<br />
AG/GE.ET/1, kode tersebut dibaca<br />
sebagai berikut:<br />
AG : <strong>Arsip</strong> Gambar<br />
GE : Gambar Engineering,<br />
sebagai masalah utama<br />
ET : Engineering Telepon,<br />
sebagai sub masalah<br />
1 : nomor berkas 1<br />
AF/OA.OK/1949-1, kode tersebut<br />
dibaca sebagai berikut:<br />
AF : <strong>Arsip</strong> statis foto<br />
OA : Official Archives, sebagai<br />
masalah utama<br />
OK : Kerja sama, sebagai sub<br />
masalah<br />
1949 : Tahun pembuatan foto 1949<br />
1 : nomor berkas 1<br />
AK/OH.HT.00/1, kode tersebut<br />
dibaca sebagai berikut:<br />
AK : <strong>Arsip</strong> statis rekaman suara<br />
OH : Oral History Project<br />
Archives, sebagai masalah<br />
utama<br />
HT : History Tematik, sebagai sub<br />
masalah<br />
00 : Tema Budaya, sebagai subsub<br />
masalah<br />
1 : nomor berkas 1<br />
3. Cara Kerja dan Efektifitas SiKS<br />
SiKS yang digunakan oleh <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> mencakup<br />
beberapa aspek, yaitu perangkat keras<br />
(hardware), perangkat lunak<br />
(software), SDM (brainware), dan<br />
dukungan SiKS terhadap pelayanan<br />
arsip.<br />
Perangkat keras merupakan<br />
semua bagian fisik komputer, dan<br />
dibedakan dengan data yang berada di<br />
dalamnya atau yang beroperasi di<br />
dalamnya, dan dibedakan dengan<br />
perangkat lunak yang menyediakan<br />
instruksi untuk perangkat keras dalam<br />
menyelesaikan tugasnya. Perangakat<br />
keras pada umumnya terdiri dari<br />
Central Processing Unit (CPU),<br />
mother board, Random Acces<br />
Memory (RAM), Video Graphic Array<br />
(VGA), Hard Disk Drive (HDD),<br />
optical diskdrive, power supply unit,<br />
monitor, keyboard, mouse, dan lainlain.<br />
Pengelolaan SiKS di <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
menggunakan perangkat keras yang<br />
memadai untuk mengelola perangkat<br />
lunaknya. <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />
<strong>Mada</strong> menggunakan processor 2<br />
Gigabyte, RAM 1 Gigabyte, dan Hard<br />
Disk 200 Gigabyte. Gigabyte<br />
merupakan istilah dalam ukuran<br />
informasi digital dalam komputasi<br />
dan telekomunikasi.<br />
Perangkat lunak merupakan<br />
istilah umum untuk data yang<br />
diformat dan diolah secara digital,<br />
termasuk program komputer,<br />
10
dokumentasinya, dan berbagai<br />
informasi yang dibaca dan ditulis<br />
dengan komputer. Software komputer<br />
terdiri dari instruksi-instruksi ke<br />
dalam komputer. Instruksi tersebut<br />
menggunakan bahasa pemrograman.<br />
Bahasa pemrograman yang<br />
digunakan oleh <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> adalah Personal Home<br />
Page (PHP) dengan database e<br />
Postre SQL.<br />
Perangakat manusia merupakan<br />
orang yang mengoperasikan<br />
komputer. Dalam mengelola SiKS,<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
mempunyai satu orang tenaga ahli<br />
dan dua orang tenaga teknis.<br />
Penggunaan SiKS dalam<br />
pencarian dan penemuan kembali<br />
arsip di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />
<strong>Mada</strong> sangat efektif. Para pengguna<br />
dapat mencari keberadaan koleksi<br />
arsip yang tersimpan dalam hitungan<br />
detik. Pengguna dapat mencari<br />
keberadaan arsip dengan<br />
memasukkan kata tangkap (indeks)<br />
arsip pada kolom pencarian arsip.<br />
Dengan demikian semua koleksi arsip<br />
yang dimiliki atau disimpan oleh<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> akan<br />
muncul pada halaman pencarian<br />
arsip.<br />
Penggunaan SiKS ini sangat<br />
efektif jika dibandingkan dengan<br />
penggunaan Daftar <strong>Khazanah</strong> <strong>Arsip</strong><br />
(DKA) manual. Jika menggunakan<br />
DKA manual, pengguna harus<br />
mencari arsip dalam ribuan lembar<br />
daftar arsip. Hal ini akan memakan<br />
waktu yang cukup lama. Pengguna<br />
maupun petugas akan merasa<br />
kelelahan dalam pencarian arsip<br />
secara manual. SiKS dapat digunakan<br />
oleh siapa saja dengan petunjuk yang<br />
telah tercantum dalam website <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />
V. KESIMPULAN DAN SARAN<br />
A. Kesimpulan<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> melakukan<br />
pengelolaan arsip statis berdasarkan<br />
pada pembedaan masalah.<br />
Kompleksitas masalah di <strong>UGM</strong><br />
menuntut<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> untuk membuat<br />
pola klasifikasi arsip berdasarkan<br />
masalah. Kebijakan tersebut diambil<br />
dengan pertimbangan pengguna arsip<br />
pada umumnya mengakses arsip<br />
menurut masalahnya. Jarang ditemui<br />
pengguna arsip mengakses nomor<br />
arsip, alfabet arsip, asal arsip, maupun<br />
waktu penciptaan arsip.<br />
Sistem Informasi Kearsipan<br />
Statis (SiKS) adalah sebuah sistem<br />
yang digunakan oleh <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />
dalam pencarian arsip dari lokasi<br />
simpannya. Cara kerja SiKS sangat<br />
mudah sehingga memudahkan bagi<br />
pengguna arsip maupun petugas<br />
kearsipan untuk mencari koleksi arsip<br />
yang dibutuhkan. Pengguna arsip<br />
dapat melakukan pencarian arsip dari<br />
segala tempat. Selain itu, pencarian<br />
arsip pada SiKS memunculkan lokasi<br />
simpan arsip, sehingga memudahklan<br />
petugas arsip untuk mencari<br />
keberadaan arsip.<br />
11
B. Saran<br />
Pengguna maupun petugas arsip<br />
di <strong>Arsip</strong> <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
menggunakan arsip asli sebagai<br />
bahan penelitian dan kegiatan lain.<br />
Setelah arsip ditemukan dengan<br />
SiKS, baik pengguna maupun<br />
petugas arsip akan bersentuhan<br />
langsung dengan arsip asli yang<br />
disimpan oleh <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong>. Hal ini<br />
dapat memicu kerusakan arsip,<br />
bahkan kehilangan. Oleh karena itu,<br />
penulis menyarankan agar semua<br />
koleksi arsip dapat dialihmediakan<br />
dalam format digital sehingga arsip<br />
asli tetap berada di lokasi simpannya.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Abubakar, Hadi, Pola Kearsipan<br />
Modern Sistem Kartu Kendali.<br />
Jakarta: Djambatan, 1996.<br />
Amsyah, Zulkifli, Manajemen<br />
Kearsipan, Jakarta: Gramedia<br />
Pustaka Utama, 2003.<br />
_______. Manajemen Informasi,<br />
Jakarta: Gramedia Pustaka<br />
Utama, 1997.<br />
Gie, The Liang, Administrasi<br />
Perkantoran Modern.<br />
Yogyakarta: Liberty, 2000.<br />
Idrus, Muhammad, Metode<br />
Penelitian Ilmu Sosial:<br />
Pendekatan Kualitatif dan<br />
Kuantitaif. Yogyakarta:<br />
Erlangga, 2009.<br />
Martono, Boedi, Sistem Kearsipan<br />
Praktis. Penyusutan dan<br />
Pemeliharaan <strong>Arsip</strong>. Jakarta:<br />
Pustaka Sinar Harapan, 1990.<br />
Miles, M.B. dan A.M. Huberman.<br />
Analisis Data Kualitatif.<br />
Penerjemah Tjejep Rohidi.<br />
Jakarta: UI Press, 1992.<br />
Moekijat, Pengantar Sistem<br />
Informasi Manajemen.<br />
Bandung: Rosda Karya, 1991.<br />
Murdick, Robert G, Sistem Informasi<br />
untuk Manajemen Modern. (Alih<br />
bahasa: Djamil). Jakarta: Gelora<br />
Aksara Pratama, 1997.<br />
Peraturan Menteri Pendidikan<br />
Nasional Nomor 37 Tahun 2006<br />
tentang Tata Kearsipan di<br />
Lingkungan Depdiknas.<br />
Simatupang, Togar M, Teori Sistem<br />
Suatu Perspektif Teknik Industri.<br />
Yogyakarta:Andi Offset, 1995.<br />
Sugiarto, Agus, Wahyono, Teguh.<br />
Manajemen Kearsipan Modern<br />
dari Konvensional ke Basis<br />
Komputer. Yogyakarta: Gava<br />
Media, 2005.<br />
12
PENDAMPINGAN DAN PENGEMBANGAN RECORDS CENTER<br />
UNIT KERJA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN KEARSIPAN<br />
DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />
Kurniatun<br />
Abstract<br />
One of the presentation of information to the public is the presentation of<br />
archives. Archives must be managed properly in order to be used. If the provincial<br />
and district / city governments have entered the village archive program (AMD),<br />
University Archives of <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> University (<strong>UGM</strong>) has a mentoring activity<br />
records center. This activity aims to improve the management of archives at <strong>UGM</strong>.<br />
Constraints encountered in this activity is due to the human factor, infrastructure<br />
and diverse archival system. Good records management in a university is very<br />
important because the college archives is one very valuable asset to the State of<br />
Indonesia.<br />
Keywords:Archives, mentoring, records center, archivists, records managers.<br />
1<br />
A. Pendahuluan<br />
Saat ini lembaga/ badan publik<br />
dituntut dapat menyajikan informasi<br />
secara terbuka kepada publik/<br />
masyarakat. Keterbukaan informasi<br />
publik mempunyai makna yang luas<br />
karena semua pengelolaan badanbadan<br />
publik harus dipertanggungjawabkan<br />
kepada masyarakat. Hal ini<br />
sesuai dengan UUD 1945 dan<br />
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008<br />
tentang Keterbukaan Informasi<br />
Publik. UUD 1945 pasal 28F yang<br />
menyebutkan bahwa setiap orang<br />
berhak untuk berkomunikasi dan<br />
memperoleh informasi untuk<br />
mengembangkan pribadi dan<br />
lingkungan sosialnya, serta berhak<br />
untuk mencari, memperoleh,<br />
memiliki dan menyimpan informasi<br />
dengan menggunakan segala jenis<br />
saluran yang tersedia.<br />
Definisi informasi menurut UU<br />
No. 14 Tahun 2008 tentang<br />
Keterbukaan Informasi Publik adalah<br />
keterangan, pernyataan, gagasan dan<br />
tanda-tanda yang mengandung nilai,<br />
makna dan pesan, baik data, fakta<br />
maupun penjelasannya yang dapat<br />
dilihat, didengar dan dibaca yang<br />
disajikan dalam berbagai kemasan<br />
dan format sesuai dengan<br />
perkembangan teknologi informasi<br />
dan komunikasi secara elektronik<br />
ataupun non elektronik. Sedangkan<br />
Informasi publik adalah informasi<br />
1<br />
<strong>Arsip</strong>aris <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />
13
yang dihasilkan, disimpan, dikelola,<br />
dikirim, dan/ atau diterima oleh suatu<br />
badan publik yang berkaitan dengan<br />
penyelenggara dan penyelenggaraan<br />
negara dan/ atau penyelenggaraan<br />
badan publik lainnya yang sesuai<br />
dengan undang-undang ini serta<br />
informasi lain yang berkaitan dengan<br />
kepentingan publik.<br />
Salah satu bentuk penyajian<br />
informasi publik adalah dengan<br />
penyajian arsip. Keberadaan arsip<br />
sangat penting sesuai dengan yang<br />
dikemukakan oleh Mantan Kepala<br />
<strong>Arsip</strong> Nasional, Djoko Utomo, yaitu:<br />
“Dalam penyelenggaraan<br />
pemerintahan yang amanah, peran<br />
arsip sangat sentral. Sebab, arsip itu<br />
merupakan tulang punggung<br />
manajemen termasuk<br />
penyelenggaraan pemerintahan<br />
yang amanah. Tidak ada satu<br />
kegiatan pun yang tidak memerlukan<br />
arsip dan yang tidak menghasilkan<br />
arsip.” (http://www.suaramerdeka.<br />
com).<br />
Dari pernyataan Djoko Utomo<br />
tersebut, dapat diketahui pentingnya<br />
arsip bagi penyelenggaraan<br />
pemerintahan. Oleh karena itu,<br />
kesadaran pemerintah terhadap arti<br />
penting arsip semakin meningkat. Hal<br />
ini dapat dilihat dari gebrakan<br />
pemerintah dengan mencanangkan<br />
program “<strong>Arsip</strong> Masuk Desa<br />
(AMD)”.<br />
Pencanangan AMD dilakukan<br />
oleh Presiden Susilo Bambang<br />
Yudhoyono di Gedung ANRI Jakarta,<br />
pada tanggal 31 Agustus 2009.<br />
Program AMD merupakan sistem<br />
informasi pengelolaan arsip pedesaan<br />
yang merupakan struktur<br />
pemerintahan paling bawah. Program<br />
AMD merupakan babak baru<br />
penertiban pengelolaan arsip<br />
pemerintahan di tingkat pedesaan,<br />
seperti pertanahan, kelahiran, dan<br />
data kependudukan.<br />
Sejalan dengan program AMD<br />
pada pemerintah propinsi dan<br />
pemerintah kabupaten/ kota, <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> (<strong>UGM</strong>)<br />
juga mempunyai kegiatan serupa<br />
untuk meningkatkan pengelolaan<br />
arsip di lingkungan <strong>UGM</strong>. Kegiatan<br />
tersebut adalah Pendampingan dan<br />
Pengembangan Records Center unit<br />
kerja di lingkungan <strong>UGM</strong>.<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> telah melakukan<br />
kegiatan pendampingan kearsipan ke<br />
records center unit kerja di<br />
lingkungan <strong>UGM</strong>. Kegiatan ini sudah<br />
dilaksanakan sejak tahun 2010 dan<br />
sampai saat ini masih berjalan.<br />
Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa<br />
arsiparis <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> di bawah<br />
koordinator Kepala Bidang Database<br />
yang bertanggung jawab kepada<br />
Kepala<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong>.<br />
B. Pembahasan<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> merupakan unit<br />
pelaksana yang bertugas melakukan<br />
pembinaan kearsipan di lingkungan<br />
<strong>UGM</strong>. Hal ini disebutkan dalam<br />
Undang-Undang No. 43 Tahun 2009,<br />
14
Pasal 8 ayat (4) Pembinaan kearsipan<br />
perguruan tinggi dilaksanakan oleh<br />
lembaga kearsipan perguruan tinggi<br />
terhadap satuan kerja dan civitas<br />
akademika di lingkungan perguruan<br />
tinggi.<br />
Selanjutnya, untuk mewujudkan<br />
penyelenggaraan kearsipan<br />
perguruan tinggi yang komprehensif<br />
dan terpadu, <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> perlu<br />
membangun dan melaksanakan suatu<br />
sistem kearsipan. Sistem kearsipan<br />
yang diterapkan dalam suatu<br />
lingkungan perguruan tinggi ini<br />
diharapkan dapat berfungsi untuk<br />
menjamin ketersediaan arsip. Selain<br />
itu, sistem kearsipan yang digunakan<br />
sebagai acuan dalam<br />
penyelenggaraan kearsipan oleh<br />
lembaga kearsipan di lingkungan<br />
perguruan tinggi harus didukung oleh<br />
sumber daya manusia, prasarana dan<br />
sarana, serta sumber daya lain sesuai<br />
dengan ketentuan peraturan<br />
perundang-undangan yang berlaku.<br />
Dalam Undang-Undang No. 43<br />
Tahun 2009 Pasal 27, disebutkan:<br />
(1) <strong>Arsip</strong> perguruan tinggi<br />
adalah lembaga kearsipan<br />
perguruan tinggi.<br />
(2) Perguruan tinggi negeri<br />
wajib membentuk arsip<br />
perguruan tinggi.<br />
(3) Pembentukan arsip<br />
perguruan tinggi<br />
dilaksanakan sesuai dengan<br />
ketentuan peraturan<br />
perundang-undangan.<br />
(4) <strong>Arsip</strong> perguruan tinggi<br />
sebagaimana dimaksud pada<br />
ayat (1) wajib melaksanakan<br />
pengelolaan arsip statis yang<br />
diterima dari:<br />
a. satuan kerja di<br />
lingkungan perguruan<br />
tinggi; dan<br />
b. civitas akademika di<br />
lingkungan perguruan<br />
tinggi.<br />
Selanjutnya dalam Pasal 28<br />
Undang-Undang itu menyebutkan:<br />
Selain kewajiban sebagaimana<br />
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4),<br />
arsip perguruan tinggi memiliki tugas<br />
melaksanakan:<br />
a. pengelolaan arsip inaktif yang<br />
memiliki retensi sekurangkurangnya<br />
10 (sepuluh) tahun<br />
yang berasal dari satuan kerja dan<br />
civitas akademika di lingkungan<br />
perguruan tinggi; dan<br />
b. pembinaan kearsipan di<br />
lingkungan perguruan tinggi<br />
yang bersangkutan.<br />
Dengan demikian, dapat<br />
diketahui bahwa lembaga arsip<br />
perguruan tinggi selain berkewajiban<br />
melaksanakan pengelolaan arsip<br />
statis juga berkewajiban mengelola<br />
arsip inaktif serta melakukan<br />
pembinaan kearsipan di lingkungan<br />
perguruan tinggi.<br />
Kemudian Pasal 36,<br />
menyebutkan:<br />
(1) Lembaga kearsipan menggiatkan<br />
sosialisasi kearsipan<br />
sebagaimana dimaksud dalam<br />
Pasal 7 huruf h dalam<br />
15
mewujudkan masyarakat sadar<br />
arsip.<br />
(2) Sosialisasi kearsipan<br />
sebagaimana dimaksud pada ayat<br />
(1) dilakukan melalui<br />
pendidikan, pelatihan,<br />
bimbingan, dan penyuluhan serta<br />
melalui penggunaan berbagai<br />
sarana media komunikasi dan<br />
informasi.<br />
(3) Sosialisasi kearsipan<br />
sebagaimana dimaksud pada ayat<br />
(1) ditujukan pada lembaga<br />
negara, pemerintahan daerah,<br />
lembaga pendidikan, perusahaan,<br />
organisasi politik, organisasi<br />
kemasyarakatan, dan<br />
perseorangan.<br />
(4) Lembaga kearsipan menyediakan<br />
layanan informasi arsip,<br />
konsultasi, dan bimbingan bagi<br />
pengelolaan arsip masyarakat.<br />
Dari pasal tersebut dapat<br />
diketahui bahwa dalam pembinaan<br />
kearsipan perguruan tinggi tercakup<br />
juga kegiatan akuisisi, pengolahan<br />
arsip statis, dan preservasi arsip.<br />
Untuk dapat melaksanakan<br />
Undang-Undang No. 43 Tahun 2009<br />
perlu memperhatikan Peraturan<br />
Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2012<br />
tentang Pelaksanaan Undang-Undang<br />
Nomor 43 Tahun 2009 tentang<br />
Kearsipan.<br />
Dalam Pasal 11 ayat (4),<br />
disebutkan:<br />
“Lembaga kearsipan perguruan<br />
tinggi bertanggung jawab<br />
melakukan pembinaan kearsipan<br />
terhadap satuan kerja pada rektorat,<br />
fakultas, civitas akademika dan/ atau<br />
unit kerja dengan sebutan lain di<br />
lingkungan perguruan tinggi.”<br />
Pembinaan kearsipan di<br />
lingkungan perguruan tinggi juga<br />
diatur dalam Peraturan Kepala <strong>Arsip</strong><br />
Nasional Republik Indonesia Nomor<br />
22 Tahun 2012 tentang Desain<br />
Pembinaan Kearsipan pada<br />
Pemerintahan Daerah. Pasal 4 ayat 3<br />
peraturan tersebut menyebutkan:<br />
“Pembinaan Kearsipan terhadap<br />
satuan kerja pada rektorat, fakultas,<br />
civitas akademika, dan/atau unit<br />
kerja dengan sebutan lain di<br />
lingkungan perguruan tinggi<br />
merupakan tanggung jawab<br />
Lembaga kearsipan perguruan<br />
tinggi.”<br />
Dari ketiga produk hukum di atas<br />
dapat diketahui bahwa ketiganya<br />
mengamanatkan perguruan tinggi<br />
untuk melaksanakan pembinaan<br />
kearsipan. Salah satu kegiatan<br />
pembinaan kearsipan yang dilakukan<br />
oleh <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> adalah dengan<br />
kegiatan pendampingan dan<br />
pengembangan records center di unit<br />
kerja di lingkungan <strong>UGM</strong>. Kegiatan<br />
ini dilaksanakan oleh arsiparis <strong>Arsip</strong><br />
<strong>UGM</strong>. <strong>Arsip</strong>aris <strong>UGM</strong> bertugas<br />
mendampingi arsiparis/ petugas<br />
pengelola arsip di unit kerja agar<br />
kegiatan pengelolaan arsip dapat<br />
berjalan dengan baik.<br />
Berdasarkan Undang-Undang<br />
No. 43 Tahun 2009. Pasal 1 Undang-<br />
16
Undang No. 43 Tahun 2009, definisi<br />
arsiparis adalah seseorang yang<br />
memiliki kompetensi di bidang<br />
kearsipan yang diperoleh melalui<br />
pendidikan formal dan/atau<br />
pendidikan dan pelatihan kearsipan<br />
serta mempunyai fungsi, tugas, dan<br />
tanggung jawab melaksanakan<br />
kegiatan kearsipan. Adapun jumlah<br />
arsiparis di lingkungan <strong>UGM</strong>, seperti<br />
yang terlibat dalam tabel berikut ini:<br />
Tabel Rekap Jumlah <strong>Arsip</strong>aris di Lingkungan <strong>UGM</strong><br />
No Unit Kerja Pendidikan Jumlah <strong>Arsip</strong>aris<br />
1 Fakultas Biologi SMA 1<br />
2 Fakultas Farmasi SMA 2<br />
D3 Kearsipan 1<br />
3 Fakultas Kedokteran SMEA 1<br />
4 Fakultas MIPA Sarjana Muda ASMI 1<br />
5 Fakultas Pertanian Sarjana 1<br />
Sarjana Muda 1<br />
6 Fakultas Peternakan SMA 1<br />
Sarjana 1<br />
7 Fakultas Psikologi SMA 1<br />
8 LPPM SMA 1<br />
9 <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> Sarjana 4<br />
D3 Kearsipan 3<br />
STM 1<br />
Jumlah 20<br />
Sumber: Daftar Kepangkatan dan Jabatan <strong>Arsip</strong>aris di Lingkungan <strong>UGM</strong>, Per 1 Maret 2012.<br />
Dari tabel di atas dapat diketahui<br />
bahwa unit kerja di lingkungan <strong>UGM</strong><br />
yang memiliki arsiparis baru 9<br />
(sembilan) unit kerja, itupun<br />
termasuk <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong>, sedangkan<br />
jumlah arsiparis <strong>UGM</strong> baru 20 orang.<br />
Dengan demikian dapat diketahui<br />
bahwa jumlah arsiparis di lingkungan<br />
<strong>UGM</strong> masih kurang. Hal ini tentu<br />
berpengaruh terhadap pengelolaan<br />
arsip di unit kerja, apalagi bagi unit<br />
kerja yang belum mempunyai<br />
arsiparis. Dengan demikian kegiatan<br />
pendampingan dan pengembangan<br />
records center di unit kerja di<br />
lingkungan <strong>UGM</strong> yang dilakukan<br />
oleh<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> memang diperlukan,<br />
baik bagi unit kerja yang sudah<br />
mempunyai arsiparis maupun yang<br />
belum mempunyai arsiparis dan unit<br />
kerja yang sedang mempersiapkan<br />
mendirikan records center unit kerja.<br />
Sebagai contoh kegiatan<br />
pendampingan dan pengembangan<br />
records center di unit kerja di<br />
lingkungan <strong>UGM</strong> yang dilaksanakan<br />
pada tahun 2011, kegiatan ini<br />
dilaksanakan di Fakultas Biologi,<br />
Fakultas Geografi, Fakultas<br />
17
Kedokteran Gigi, Fakultas<br />
Peternakan, dan Fakultas Psikologi.<br />
Pelaksanaan kegiatan ini dimulai<br />
Bulan Januari – Desember 2011.<br />
<strong>Arsip</strong>aris pendamping berkunjung ke<br />
unit kerja satu kali dalam seminggu.<br />
Pendampingan biasanya dilakukan<br />
pada hari Jumat atau sewaktu-waktu<br />
bila unit kerja tersebut membutuhkan,<br />
untuk memecahkan permasalahan<br />
pengelolaan arsip.<br />
Kegiatan pendampingan dan<br />
pengembangan records center ini<br />
telah dilaksanakan sebelum adanya<br />
Peraturan Pemerintah Nomor 12<br />
Tahun 2012. Kegiatan ini meliputi:<br />
1. Pendampingan dan<br />
pengembangan unit kerja yang<br />
sudah memiliki records center<br />
maupun yang akan mendirikan<br />
records center.<br />
2. Pendampingan prosedur dan<br />
tatacara pembentukan records<br />
center dan desain tata ruang<br />
3. Pendampingan terhadap<br />
kegiatan-kegiatan yang harus<br />
dilakukan di records center,<br />
seperti memilah dan<br />
mengidentifikasi arsip,<br />
mendiskripsi dan menyusun<br />
skema arsip, melakukan manuver<br />
dan penataan fisik arsip,<br />
menyusun daftar pertelaan arsip<br />
(DPA), melakukan penilaian dan<br />
penyusutan arsip, menyusun DPA<br />
Serah, menyusun DPA Musnah<br />
dan pendampingan dalam<br />
menyusun BeritaAcara Serah dan<br />
Musnah.<br />
Tabel di bawah ini<br />
menggambarkan kegiatan<br />
Pendampingan dan Pengembangan<br />
records center yang telah dilakukan<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> pada beberapa unit kerja<br />
di lingkungan <strong>UGM</strong>.<br />
Tabel Unit Kerja Pendampingan dan Pengembangan Records Center<br />
No Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun <strong>2013</strong><br />
1. F. Biologi F. Biologi F. Biologi<br />
2. F. Geografi F. Geografi F. Geografi<br />
3. F. KG F. KG F. KG<br />
4. F. Peternakan F. Peternakan F. Peternakan<br />
5. F. Psikologi F. Psikologi F. Psikologi<br />
6. F. Kedokteran Hewan F.Kedokteran Hewan<br />
7. F. Teknik F. Teknik<br />
8. F. Pertanian F. Pertanian<br />
9. Satuan Keamanan dan<br />
Ketertiban Kampus<br />
Ketertiban Kampus<br />
10. Senat Akademik Senat Akademik<br />
11. F. Kehutanan<br />
12. Direktorat SDM<br />
Data per Mei <strong>2013</strong><br />
Satuan Keamanan dan<br />
18
Dengan kegiatan ini diharapkan<br />
unit kerja mampu menjamin<br />
keselamatan bahan<br />
pertanggungjawaban nasional<br />
tentang perencanaan, pelaksanaan<br />
dan penyelenggaraan kehidupan<br />
kebangsaan serta untuk menyediakan<br />
bahan pertanggungjawaban bagi<br />
kegiatan pemerintah, sesuai dengan<br />
yang diamanahkan dalam pasal 3<br />
Undang-Undang Nomor 43 Tahun<br />
2009. Dengan uraian yang lebih<br />
sederhana, setiap unit kerja mampu<br />
menjalankan suatu sistem kearsipan<br />
yang baik. Sistem kearsipan<br />
dikatakan baik, apabila:<br />
1. Mudah dilaksanakan<br />
Sistem kearsipan harus mudah<br />
dilaksanakan, sehingga tidak<br />
menimbulkan kesulitan, dalam<br />
penyimpanan, pengambilan dan<br />
pengembalian arsip-arsip.<br />
2. Mudah dimengerti<br />
Sistem kearsipan harus mudah<br />
dimengerti sehingga tidak<br />
menimbulkan banyak kesalahan<br />
dalam pelaksanaannya. Dengan<br />
kata lain, sistem kearsipan harus<br />
sederhana dan sesuai dengan<br />
jenis dan lingkup kegiatan<br />
organisasi.<br />
3. Murah/ ekonomis<br />
Sistem kearsipan memerlukan<br />
dana/ biaya, pemakaian tenaga,<br />
dan peralatan/ perlengakapan<br />
arsip sesedikit mungkin.<br />
4. Tidak memakan tempat<br />
Tempat penyimpanan arsip tidak<br />
terlalu banyak membutuhkan<br />
tempat.<br />
5. Fleksibel atau luwes<br />
Fleksibel atau luwes berarti<br />
sistem filing yang dipergunakan<br />
dapat diterapkan di setiap satuan<br />
organisasi dan dapat mengikuti<br />
perkembangan organisasi.<br />
6. Menyimpan arsip dengan baik<br />
sehingga mampu melakukan<br />
pemeliharaan untuk mencegah<br />
kerusakan yang disebabkan oleh<br />
binatang, serangga, rayap dan<br />
kelembaban udara.<br />
Untuk dapat mencapai tujuan<br />
tersebut tidaklah mudah. Para<br />
arsiparis <strong>UGM</strong> yang bertugas<br />
melaksanakan pendampingan dan<br />
pengembangan records center harus<br />
mampu bekerja keras dan bekerja<br />
sama dengan arsiparis/ pengelola<br />
arsip di unit kerja. Selain itu, ada<br />
banyak kendala yang dihadapi di<br />
lapangan, antara lain:<br />
1. Sumber Daya Manusia (SDM)<br />
Permasalahan dari sisi SDM<br />
adalah berkaitan dengan<br />
kuantitas dan kualitas. Jumlah<br />
SDM bidang kearsipan belum<br />
memenuhi kebutuhan sehingga<br />
arsip yang tercipta tidak<br />
sebanding dengan jumlah SDM<br />
yang ada. Selain itu, banyak<br />
pandangan yang mengganggap<br />
bidang kearsipan tidak penting<br />
sehingga menghambat<br />
perkembangan bidang kearsipan.<br />
2. Sarana dan Prasarana<br />
Keterbatasan sarana dan<br />
prasarana kearsipan yang sesuai<br />
dengan standar menimbulkan<br />
19
kesulitan tersendiri dalam<br />
pengelolaan arsip. Keterbatasan<br />
sarana dan prasarana kearsipan<br />
yang belum sesuai dengan<br />
standar yang telah ditentukan<br />
biasanya terkait dengan masalah<br />
anggaran untuk bidang kearsipan<br />
yang masih minim.<br />
3. Sistem<br />
Sistem kearsipan yang digunakan<br />
oleh unit kerja di lingkungan<br />
<strong>UGM</strong> beragam dan belum semua<br />
unit kerja mempunyai records<br />
center.<br />
Adapun cara mengatasi<br />
permasalahan tersebut yang bisa<br />
dilakukan melalui kegiatan<br />
pendampingan antara lain:<br />
1. Sumber Daya Manusia (SDM)<br />
Memberikan motivasi dan<br />
menyamakan persepsi bahwa<br />
bidang kearsipan merupakan<br />
bidang yang penting kepada<br />
arsiparis/ pengelola arsip agar<br />
kinerja arsiparis dan pengelola<br />
arsip bisa meningkat dan lebih<br />
baik.<br />
2. Sarana dan Prasarana<br />
Dalam kegiatan pendampingan<br />
records center biasanya <strong>Arsip</strong><br />
<strong>Universitas</strong> memberikan bantuan<br />
boks arsip dan folder dalam<br />
jumlah tertentu kepada records<br />
center tersebut untuk<br />
mengenalkan dan memberi<br />
contoh sebagai sarana<br />
penyimpanan arsip inaktif ke<br />
dalam boks arsip, terutama bagi<br />
unit kerja/ records center yang<br />
belum mempunyai boks arsip.<br />
Selain itu, dalam kegiatan<br />
pendampingan ini juga<br />
memberikan masukan-masukan<br />
agar memanfaatkan sarana dan<br />
prasarana yang ada secara<br />
optimal.<br />
3. Sistem<br />
Menyarankan pembenahan<br />
sistem kearsipan agar sesuai<br />
dengan ketentuan yang berlaku<br />
dan sesuai dengan kondisi unit<br />
kerja. Selain itu juga dengan<br />
memberikan masukan agar ada<br />
pembagian tugas yang jelas<br />
antara records center/ unit<br />
kearsipan dengan unit pengolah<br />
dengan penunjukan petugas<br />
sebagai penanggung jawab<br />
masing masing unit tersebut.<br />
C. Penutup<br />
Kegiatan pendampingan dan<br />
pengembangan records center<br />
merupakan kegiatan pembinaan<br />
kearsipan di lingkungan <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> sesuai dengan amanah<br />
Undang-Undang Nomor 43 Tahun<br />
2009. Dengan kegiatan ini diharapkan<br />
dapat meningkatkan pengelolaan<br />
arsip di unit – unit kerja di lingkungan<br />
<strong>UGM</strong>, sehingga arsip dapat terkelola<br />
dengan baik. Pengelolaan arsip yang<br />
baik di suatu perguruan tinggi sangat<br />
penting karena arsip perguruan tinggi<br />
merupakan salah satu aset yang<br />
sangat berharga bagi Negara<br />
Indonesia.<br />
20
DAFTAR PUSTAKA<br />
Ancok, Djamaluddin, dalam Makalah<br />
Warsito Utomo, Seminar<br />
Nasional Kearsipan, Himadika<br />
<strong>UGM</strong>, Fakultas Sastra <strong>UGM</strong>, 13<br />
Desember 1997, 1995.<br />
Gie, The Liang, Administrasi<br />
Perkantoran Modern.<br />
Yogyakarta: Liberty, 2002<br />
Keputusan Gubernur DIY Nomor 56<br />
Tahun 2000 tentang Penanganan<br />
<strong>Arsip</strong> Dinamis Inaktif Tidak<br />
Teratur di Lingkungan<br />
Pemerintah Propinsi DIY.<br />
Martono, Boedi, Penataan Berkas<br />
dalam Manajemen Kearsipan,<br />
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,<br />
1994.<br />
Peraturan Pemerintah Republik<br />
Indonesia No. 61 Tahun 2010<br />
tentang Pelaksanaan UU No 14<br />
Tahun 2008 tentang Keterbukaan<br />
Informasi Publik.<br />
Peraturan Pemerintah Republik<br />
Indonesia No. 28 Tahun 2012<br />
tentang Pelaksanaan Undang-<br />
Undang No. 43 Tahun 2009<br />
tentang Kearsipan.<br />
Suhardi, Hadi, Daryan, Yayan,<br />
Terminologi Kearsipan<br />
Indonesia, Jakarta: PT. Sigma<br />
Cipta Utama, 1998.<br />
Wursanto, Ig, Kearsipan 2,<br />
Yogyakarta: Kanisius, 1991.<br />
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008<br />
tentang Keterbukaan Informasi<br />
Publik<br />
Undang-Undang Republik Indonesia<br />
No. 43 Tahun 2009 tentang<br />
Kearsipan.<br />
Internet:<br />
“Presiden Canangkan <strong>Arsip</strong> Masuk<br />
Desa”, http://edukasi.<br />
kompas.com/ read/ 2009/ 08/31/<br />
14105690/ Presiden. Canangkan.<br />
<strong>Arsip</strong>.Masuk.Desa, 5 Juni <strong>2013</strong>.<br />
Pembinaan Kearsipan Pemerintah<br />
Provinsi Daerah Istimewa<br />
Yogyakarta oleh Anna Nunuk<br />
Nuryani, Dra.<br />
http://www.bpadjogja.info/file/<br />
4e8b8622b11650380def737f68f<br />
edee1.pdf, 5 Juni <strong>2013</strong>.<br />
“Masih Banyak Instansi yang Belum<br />
Tahu Peranan <strong>Arsip</strong>”<br />
http://www.suaramerdeka.com/<br />
harian/0507/18/pan02.htm, 5<br />
Juni <strong>2013</strong>.<br />
21
TATA KELOLA ARSIP KELUARGA<br />
Sebuah pengalaman Pribadi<br />
Mas Yanto Samadikun<br />
Abstract<br />
The family is the smallest unit of a society. In every family activity is always<br />
associated with the archive. Many families who do not have the awareness of<br />
archives, so that its presence is negligible. The most classic is the cause of lack of<br />
understanding of the importance of archives. Awareness of the importance of<br />
archives is often too late when the archive was lost or damaged.<br />
Most people think there are only filing in the office, but when examined as a<br />
personal and family also produced records.<br />
Simple shapes that can be applied to existing files in the archive is to keep the<br />
family in a way that is good and right so that the archive is not easily lost and<br />
easily found.<br />
1<br />
A. Pendahuluan<br />
Sikap umum masyarakat<br />
Indonesia terhadap arsip sejauh ini<br />
belum menunjukkan penghargaan<br />
yang memadai. Situasi ini berbeda<br />
sekali dengan negara-negara yang<br />
sudah maju. Di negara maju<br />
kehilangan arsip menjadi masalah<br />
besar. Sebaliknya hilangnya arsip di<br />
Indonesia masih dianggap peristiwa<br />
biasa saja. Banyak perilaku<br />
masyarakat yang memberi kontribusi<br />
merendahkan arsip di Indonesia.<br />
Seseorang yang dipindahtugaskan ke<br />
bagian arsip sering diartikan orang<br />
tersebut “ dibuang”. Selain itu banyak<br />
orang mengatakan tempat<br />
penyimpanan arsip sering disebut<br />
gudang.<br />
Bukti lain rendahnya perhatian<br />
masyarakat Indonesia terhadap arsip<br />
adalah terekam dalam Jejak Pendapat<br />
Harian Umum Kompas tanggal 9-10<br />
Juni 2004 terhadap 990 pemilik<br />
telpon di 34 kota besar. Dari hasil<br />
Jejak Pendapat tersebut<br />
memperlihatkan hanya 35,4 %<br />
responden yang menyatakan<br />
mempunyai kebiasaan membuat atau<br />
menyimpan arsip pribadi atau<br />
keluarga. Meskipun demikian, 71,9<br />
persen menyatakan betapa<br />
pentingnya membuat atau<br />
menyimpan arsip pribadi dan<br />
keluarga. Ini berarti, anggapan bahwa<br />
arsip itu penting tidak diiringi dengan<br />
tindakan membuat atau menyimpan<br />
arsip pribadi atau keluarga.<br />
Dari hasil pengamatan yang saya<br />
lakukan orang yang terbiasa membuat<br />
1<br />
<strong>Arsip</strong>aris ANRI yang diperbantukan di KPK<br />
22
atau menyimpan arsip keluarga belum<br />
menjamin orang tersebut mengelola<br />
arsip dengan benar. Kenyataan di<br />
lapangan penyimpanan arsip yang<br />
dilakukan hanya terbatas pada aspek<br />
penempatan arsip pada sarana<br />
penyimpanan belum mencerminkan<br />
kegiatan arsip yang menyeluruh. Titik<br />
berat dari kearsipan adalah pada segi<br />
penemuan kembali bukan pada<br />
penyimpanannya. Informasi yang<br />
tertulis disimpan untuk kemungkinan<br />
dipergunakan pada waktu yang akan<br />
datang. Penyimpanan arsip<br />
merupakan salah satu unsur kegiatan<br />
dalam pengelolaan arsip. Adapun<br />
maksud dari mengelola arsip adalah<br />
suatu rangkaian kegiatan mulai dari<br />
penciptaan arsip, penggunaan dan<br />
pemeliharaan hingga penyusutan<br />
arsip.<br />
Dalam daur hidup arsip, salah<br />
satu kegiatan penting dalam<br />
penciptaan arsip adalah manajemen<br />
korespondensi/ persuratan (tata cara<br />
pembuatan surat atau dokumen) dan<br />
manajeman pelaporan. Salah satu<br />
bagian kegiatan penggunaan dan<br />
pemeliharaan yaitu pencatatan surat<br />
atau dokumen, klasifikasi arsip,<br />
pemberkasan arsip, dan perawatan<br />
arsip. Pada tahap penyusutan kegiatan<br />
penting yaitu penetapan usia simpan<br />
arsip dan pemusnahan arsip.<br />
Untuk mendukung pelaksanaan<br />
pengelolaan arsip di rumah, idealnya<br />
dibuat pedoman klasifikasi arsip,<br />
indeks arsip, jadwal retensi arsip, dan<br />
sistem klasifikasi keamanan dan<br />
akses arsip. Kesadaran untuk<br />
mengelola arsip di rumah akan<br />
menghasilkan kebiasaan positif<br />
anggota keluarga untuk hidup<br />
disiplin, bersih, dan teliti sehingga<br />
arsip dapat berperan penting untuk<br />
mendukung aktivitas keluarga,<br />
masyarakat dan kantor. <strong>Arsip</strong><br />
keluarga menjadi bukti atas peran<br />
serta sebuah keluarga di tengah<br />
masyarakat sesuai dengan kontribusi<br />
yang diberikan oleh anggota keluarga.<br />
B. Pembahasan<br />
1. Pengertian dan Ruang Lingkup<br />
<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
<strong>Arsip</strong> keluarga adalah rekaman<br />
kegiatan atau peristiwa dalam<br />
berbagai bentuk dan media yang<br />
dibuat dan diterima oleh anggota<br />
keluarga dalam mendukung aktivitas<br />
keluarga. <strong>Arsip</strong> keluarga terbentuk<br />
dari hasil kumpulan berkas anggota<br />
keluarga mulai dari bapak, Ibu, anak,<br />
dan sebagainya. Adapun yang<br />
menjadi batasan arsip keluarga yaitu<br />
arsip tersebut tercipta sebagai hasil<br />
proses kegiatan anggota keluarga. Hal<br />
yang sering menjadi pertanyaan<br />
antara lain ada sebagian arsip yang<br />
tersimpan di dua tempat pencipta<br />
berbeda, misal: Surat Keputusan<br />
Pengangkatan sebagai PNS. Data<br />
dimaksud ada di beberapa tempat,<br />
mulai dari instansi tempat bekerja,<br />
BKN, Ditjen Perbendaharaan<br />
(Kemenkeu). Surat Keputusan<br />
memiliki bobot asli (derajat tertinggi)<br />
sedangkan lainnya bisa berupa<br />
salinan atau pertinggal. Surat<br />
keputusan yang berada di luar<br />
23
personal tersebut dibutuhkan untuk<br />
melaksanakan fungsi dari kegiatan<br />
unit kerja.<br />
Hal lain terlihat dalam transaksi<br />
keuangan di pusat perbelanjaan.<br />
Pembeli mendapat struk pembelian,<br />
sedangkan perusahaan mempunyai<br />
data tembusan berupa kertas atau data<br />
elektronik terhadap transaksi<br />
dimaksud. Dua contoh di atas<br />
menunjukkan bahwa kedua pihak<br />
menyimpan arsip, namun derajat<br />
tertinggi adalah arsip yang kita miliki.<br />
Untuk pembuktian arsip asli paling<br />
kuat secara hukum. Penting untuk<br />
dipahami bahwa arsip yang tercipta di<br />
luar keluarga seperti arsip di kantor<br />
harus disimpan di kantor karena tidak<br />
ada kaitannya dengan anggota<br />
keluarga di rumah. Contoh konkrit<br />
laporan kegiatan sebuah perusahaan<br />
harus disimpan di kantor yang<br />
bersangkutan.<br />
2. Perbedaan <strong>Arsip</strong> dengan<br />
Perpustakaan<br />
Banyak orang menganggap arsip<br />
dan perpustakaan merupakan dua<br />
kegiatan yang serupa. Dapat dilihat<br />
arsip dan perpustakaan memiliki<br />
persamaan dalam hal menyimpan dan<br />
menemukan kembali. <strong>Arsip</strong> tercipta<br />
karena adanya tugas dan fungsi<br />
organisasi atau pribadi. Setiap<br />
organisasi memiliki kegiatan pokok<br />
yang berbeda sehingga dokumen<br />
yang tercipta akan memiliki<br />
perbedaan dan keunikan. Untuk<br />
mengelola arsip yang berbeda harus<br />
dikelompokkan dalam klasifikasi<br />
arsip yang berbeda.<br />
Paling mudah mengenali<br />
perbedaan arsip dan perpustakaan<br />
dari bentuk formatnya. Koleksi<br />
perpustakaan berupa karya dari<br />
kelompok atau individu buku, koran,<br />
majalah, tabloid, jurnal, karya tulis,<br />
skripsi, tesis dan sebagainya.<br />
Sedangkan khasanah arsip semua hal<br />
yang merupakan hasil dari proses<br />
kegiatan administrasi organisasi<br />
dalam bentuk asli. <strong>Arsip</strong> bisa berupa<br />
surat, kuitansi, laporan kegiatan,<br />
berkas personil dan sebagainya.<br />
Ada hal lain yang menjadi<br />
wilayah “abu-abu” atau<br />
diperdebatkan. Misalnya: sarana<br />
penyimpanan arsip dan perpustakaan<br />
sering berupa media yang sama,<br />
misal: foto, video. Contoh berikutnya<br />
bisa dilihat dari buku kas, buku<br />
ekspedisi, buku peminjaman. Sering<br />
menganggapnya sebagai koleksi<br />
perpustakaan karena nama buku<br />
diasumsikan adalah bahan pustaka.<br />
Ketiga contoh tersebut merupakan<br />
arsip karena ada proses rekaman<br />
informasi yang dibuat dan diterima.<br />
Perbedaan arsip dan<br />
perpustakaan membuat kita harus<br />
mengelolanya dengan cara yang<br />
berbeda pula. Berikut ini adalah tabel<br />
yang menggambarkan beberapa<br />
perbedaan antara arsip dan<br />
perpustakaan.<br />
24
PERBEDAAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN<br />
ASPEK ARSIP PERPUSTAKAAN<br />
Obyek<br />
Perhatian<br />
Karakteristik<br />
<strong>Arsip</strong> mengurus catatan atau<br />
rekaman kegiatan sebuah organisasi<br />
Tidak dibuat massal atau<br />
digandakan (hanya satu yang asli)<br />
Perpustakaan mengurus karya yang<br />
diciptakan untuk publikasi<br />
Dibuat dalam jumlah banyak<br />
Proses<br />
Penciptaan<br />
Fungsi<br />
Metode<br />
Hasil samping proses administrasi<br />
Diciptakan untuk merekam,<br />
mengorganisasikan dan<br />
memelihara kegiatan organisasi<br />
dan dapat dipertanggungjawabkan<br />
<strong>Arsip</strong> bekerja berdasarkan prinsip<br />
pengaitan setiap rekaman dengan<br />
fungsi dan proses kerja di semua<br />
hierarki organisasi<br />
Hasil karya kelompok atau individu<br />
Digunakan untuk mendukung<br />
pengalihan kebudayaan dan<br />
melanjutkannya melalui kegiatan/<br />
gerakan yang mendukung<br />
kegiatan menulis, membaca,<br />
dan pendidikan<br />
Perpustakaan bekerja berdasarkan<br />
prinsip klasifikasi pengetahuan<br />
manusia yang mengikuti dinamika<br />
produksi dan konsumsi pengetahuan<br />
oleh masyarakat<br />
Pengguna Organisasi penciptanya terbatas Organisasi pemiliknya atau<br />
masyarakat umum terbuka<br />
Pengelolaan<br />
Cara<br />
Mendapatkan<br />
Dengan klasifikasi, indeks, daftar,<br />
penyimpanan, dan temu balik<br />
(menyesuaikan fungsi organisasi)<br />
Diciptakan dan diterima sebagai<br />
hasil dari kegiatan<br />
Dengan katalog, klasifikasi (sistem<br />
baku atau standar)<br />
Perolehannya sebagian besar dari<br />
pembelian, dan sisanya dari<br />
pemberian<br />
Profesi <strong>Arsip</strong>aris Pustakawan<br />
Perilaku<br />
Petugas arsip merupakan orang<br />
orang profesional dalam aspek<br />
manajemen perkantoran, surat<br />
menyurat, hukum, dan sejarah<br />
organisasi<br />
Petugas perpustakaan pada dasarnya<br />
budayawan dan cendekiawan yang<br />
memiliki pengetahuan yang memadai<br />
tentang pengetahuan itu sendiri.<br />
25
3. Mengapa <strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
dibutuhkan?<br />
<strong>Arsip</strong> keluarga merupakan bukti<br />
keberadaan kita sebagai individu<br />
sekaligus makhluk sosial yang<br />
memiliki hak hidup, hak mendapat<br />
pekerjaan, hak berkumpul dan<br />
bermasyarakat, hak mendapat<br />
pendidikan, hak mendapat hunian<br />
atau tempat tinggal yang layak dan<br />
sebagainya. Oleh karena itu, arsip<br />
perlu disimpan dengan baik, tertib,<br />
rapi, dan benar, agar jika nanti<br />
diperlukan dapat segera ditemukan<br />
dan tidak hilang.<br />
4. Manfaat<strong>Arsip</strong> Bagi Keluarga<br />
Tanpa disadari arsip memiliki<br />
banyak peranan untuk keluarga di<br />
antaranya:<br />
a. Sebagai identitas keluarga<br />
Arti sebuah identitas sangat<br />
strategis yaitu bukti keberadaaan<br />
atau eksistensi keluarga.<br />
Legitimasi keluarga diakui oleh<br />
negara dengan penerbitan akte<br />
kelahiran, KTP, dan KK.<br />
b. Mempersatukan keluarga<br />
<strong>Arsip</strong> silsilah keluarga berisi<br />
informasi nama dan hubungan<br />
kekeluargaan di dalamnya.<br />
Melalui informasi tersebut kita<br />
dapat mengetahui siapa saja<br />
anggota keluarga di dalamnya<br />
sehingga kita dapat berhubungan.<br />
Hubungan baik antar anggota<br />
keluarga akan mempersatukan<br />
keluarga tersebut sehingga<br />
diharapkan dapat menghasilkan<br />
manfaat untuk kesejahteraan<br />
keluarga.<br />
c. Sebagai catatan keluarga<br />
<strong>Arsip</strong> yang disimpan merupakan<br />
sumber data yang dapat dijadikan<br />
rujukan pencarian informasi<br />
apabila diperlukan, seperti<br />
misalnya: catatan harian.<br />
d. Sebagai dasar dalam pemenuhan<br />
hak dan kewajiban keluarga<br />
Dengan menyimpan arsip<br />
keluarga secara rapi dan rutin,<br />
ketika ada masalah yang<br />
membutuhkan pembuktian arsip<br />
kita tidak perlu khawatir lagi.<br />
Misalnya: surat tanah yang asli<br />
merupakan bukti kekuatan<br />
hukum atas kepemilikan tanah.<br />
Hal ini akan sangat membantu<br />
jika kita tersandung masalah<br />
sengketa tanah. Jika kita tidak<br />
memiliki surat tanah asli akan<br />
menyebabkan kekalahan di<br />
pengadilan dan akan kehilangan<br />
aset penting.<br />
e. Sebagai sumber membuat<br />
rencana keluarga<br />
Dalam membuat perencanaan<br />
diperlukan adanya informasi<br />
tentang rencana yang akan<br />
dilaksanakan, apa yang telah<br />
dikerjakan, apa yang belum<br />
dilaksanakan. Informasi tersebut<br />
bisa didapat dari catatan yang kita<br />
buat. Sebaiknya setiap aktivitas<br />
penting keluarga selalu dicatat.<br />
f. Sebagai sumber pengambilan<br />
keputusan keluarga<br />
Untuk pengambilan keputusan,<br />
arsip diolah baik secara manual<br />
maupun komputer menjadi suatu<br />
informasi yang dipakai dasar<br />
26
dalam pengambilan keputusan.<br />
g. Sebagai pengawasan aktivitas<br />
keluarga<br />
Bukti belanja sampai kuitansi<br />
dapat menjadi media evaluasi<br />
atas manajemen finansial yang<br />
dijalankan keluarga. Jika dirasa<br />
besar pasak daripada tiang, kita<br />
dapat melihat ulang, belanja apa<br />
saja yang menyebabkan itu.<br />
h. Sebagai aset penting keluarga<br />
<strong>Arsip</strong> mencatat bukti<br />
kepemilikian aset keluarga,<br />
seperti: deposito bank, kendaraan<br />
bermotor, tanah dan bangunan,<br />
serta investasi lainnya.<br />
i. Sebagai menentukan masa depan<br />
keluarga<br />
<strong>Arsip</strong> keluarga mempengaruhi<br />
kesuksesan dalam karier,<br />
sekolah, bisnis, kegiatan sosial<br />
masyarakat. Misalnya ijazah,<br />
sertifikat, dan penghargaan<br />
digunakan untuk mencari kerja<br />
dan kenaikan pangkat.<br />
j. Sebagai sumber pendidikan<br />
keluarga<br />
Upaya mengelola arsip secara<br />
kontinu merupakan sarana yang<br />
sangat baik untuk melatih<br />
anggota keluarga disiplin, bersih,<br />
rapi, konsisten dan jujur.<br />
k. Sebagai bukti peranan keluarga<br />
Melalui arsip dapat dilihat<br />
keberhasilan dan kegagalan<br />
anggota keluarga. Dengan<br />
mengetahui kelemahan yang<br />
dimiliki diharapkan ada program<br />
untuk memperbaiki keluarga.<br />
l. Sebagai kebanggaan keluarga<br />
<strong>Arsip</strong> ini berkaitan dengan<br />
penghargaan atau tanda jasa yang<br />
diberikan kepada anggota<br />
keluarga.<br />
m. Menyelamatkan keluarga dari<br />
bahaya<br />
Dengan mengetahui riwayat<br />
kesehatan keluarga, diharapkan<br />
ada upaya untuk mengobatinya<br />
sehingga tidak merugikan diri<br />
sendiri maupun orang lain.<br />
5. Bentuk<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
Pada umumnya arsip keluarga<br />
berupa kertas, namun bisa juga<br />
berupa foto, video, kaset, data<br />
elektronik. Seiring dengan<br />
perkembangan zaman bentuk arsip<br />
telah berkembang menjadi berbagai<br />
bentuk (seperti: sms, e-mail, bbm,<br />
facebook, twitter).<br />
6. Jenis-Jenis <strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
Berdasarkan Subyek<br />
Manfaat yang dapat diperoleh<br />
dengan inventarisasi jenis arsip<br />
adalah mengetahui arsip apa saja yang<br />
tergolong arsip keluarga. Selain itu<br />
dapat diketahui tingkatan arsip<br />
sehingga dapat dilakukan tindakan<br />
untuk pengaturan arsip tersebut.<br />
Klasifikasi merupakan usaha untuk<br />
mengelompokkan arsip menurut<br />
urusan atau masalah secara logis,<br />
kronologis dan sistematis<br />
berdasarkan fungsi dan kegiatan<br />
keluarga. Berikut hasil<br />
pengelompokkan terhadap jenis arsip<br />
keluarga yang penulis lakukan:<br />
27
No Klasifikasi Jenis<br />
Tingkatan<br />
<strong>Arsip</strong><br />
1 Hukum Prosedur Tetap Keluarga Vital<br />
Perjanjian Kerjasama<br />
Vital<br />
Hak Atas Kekayaan Intelektual<br />
Vital<br />
Kasus Hukum<br />
Penting<br />
Klasifikasi <strong>Arsip</strong><br />
Penting<br />
Klasifikasi Kliping<br />
Penting<br />
Jadwal Retensi <strong>Arsip</strong><br />
Penting<br />
Klasifikasi Keamanan dan Akses <strong>Arsip</strong><br />
Penting<br />
2 Humas Hubungan dengan pihak lain Penting<br />
Kunjungan antar keluarga<br />
Ucapan (Selamat, Terima Kasih, Bela Sungkawa,<br />
Permohonan Maaf)<br />
Penting<br />
Biasa<br />
Undangan (Pernikahan, Khitanan, Ulang Tahun,<br />
Biasa<br />
Tasyakuran dll)<br />
3 Kearsipan Daftar <strong>Arsip</strong> Penting<br />
Daftar Bahan Pustaka<br />
Penting<br />
Daftar Kliping<br />
Penting<br />
Daftar Foto<br />
Penting<br />
Daftar VCD/DVD<br />
Penting<br />
Daftar Kaset<br />
Penting<br />
Daftar Harta Kekayaan<br />
Penting<br />
Daftar Inventaris Peralatan<br />
Penting<br />
Daftar Nomor Telpon<br />
Penting<br />
Daftar Benda Seni<br />
Penting<br />
Daftar Perhiasan<br />
Penting<br />
Daftar Koleksi Binatang<br />
Penting<br />
Daftar Koleksi Tanaman<br />
Penting<br />
Daftar Perlengkapan Dapur<br />
Penting<br />
Daftar Perlengkapan Makan<br />
Penting<br />
Daftar Perlengkapan Mandi<br />
Penting<br />
Daftar Perlengkapan Kamar Tidur<br />
Penting<br />
Daftar Mainan<br />
Penting<br />
Buku Peminjaman<br />
Penting<br />
Log Kontrol Brankas<br />
Penting<br />
4 Kependudukan Data Keluarga Penting<br />
Kartu Keluarga/KK<br />
Penting<br />
Nomor Induk Keluarga/NIK<br />
Penting<br />
5 Keuangan Rencana Anggaran Keluarga Penting<br />
Buku Kas Keluarga (Pemasukan-Pengeluaran)<br />
Penting<br />
Bukti Pembayaran Kewajiban (ZIS, Listrik, Air, Telpon, Penting<br />
Internet, Koran/Majalah, Iuran Keanggotaan)<br />
Bukti Transaksi Pembelian<br />
Penting<br />
Perjanjian Jual Beli<br />
Vital<br />
Perjanjian Pinjaman<br />
Vital<br />
Tanda Bukti Angsuran<br />
Vital<br />
Laporan Keuangan Keluarga<br />
Penting<br />
28
No Klasifikasi Jenis<br />
Tingkatan<br />
<strong>Arsip</strong><br />
6 Perencanaan Visi dan Misi Keluarga Penting<br />
Rencana Jangka Pendek dan Panjang<br />
Penting<br />
Pembagian Tugas Keluarga<br />
Penting<br />
Jadwal Belajar<br />
Penting<br />
Laporan Kegiatan<br />
Penting<br />
7 Perlengkapan Gambar Arsitekur Rumah Vital<br />
Sertifikat Hak Milik Tanah<br />
Vital<br />
Sertifikat Hak Guna Bangunan<br />
Vital<br />
Sertifikat Wakaf<br />
Vital<br />
Ijin Mendirikan Bagunan/IMB<br />
Vital<br />
Pajak Bumi dan Bagunan/PBB<br />
Penting<br />
Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor/BPKB<br />
Penting<br />
Surat Tanda Nomor Kendaraan/STNK<br />
Penting<br />
Surat Berharga Investasi<br />
Vital<br />
Surat Saham<br />
Vital<br />
8 Pribadi Silsilah Vital<br />
Buku Nikah<br />
Vital<br />
Surat Keterangan Kelahiran<br />
Penting<br />
Akte Kelahiran<br />
Vital<br />
Kartu Tanda Penduduk /KTP<br />
Penting<br />
Surat Wasiat<br />
Vital<br />
Surat Kematian<br />
Penting<br />
Curriculum Vitae/Riwayat Hidup<br />
Biasa<br />
Kartu Pelajar<br />
Biasa<br />
Kartu Mahasiswa<br />
Biasa<br />
ID Card Pegawai<br />
Biasa<br />
Surat Ijin Mengemudi/SIM<br />
Penting<br />
Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP<br />
Penting<br />
Buku Paspor<br />
Penting<br />
Rapor PAUD, TK, SD atau setingkat, SMP atau<br />
Vital<br />
setingkat, SMP atau setingkat<br />
Ijazah SD atau setingkat, SMP atau setingkat, SMA atau Vital<br />
setingkat, D1-D4, S1, S2, S3.<br />
Surat Tanda Tamat Belajar PAUD s.d SMA atau<br />
Vital<br />
setingkat<br />
Transkip Nilai S1 s.d S3<br />
Vital<br />
Sertifikat Kompetensi<br />
Vital<br />
Sertifikat Diklat atau kursus<br />
Penting<br />
SK Pengangkatan Pegawai<br />
Vital<br />
SK Pengangkatan Jabatan<br />
Penting<br />
Riwayat Jabatan<br />
Biasa<br />
SK Mutasi<br />
Penting<br />
SK Penilaian<br />
Penting<br />
SK Kenaikan Pangkat<br />
Penting<br />
SK Penghasilan<br />
Penting<br />
SK Kenaikan Penghasilan<br />
Penting<br />
SK Pemberhentian<br />
Vital<br />
Riwayat Kesehatan<br />
Vital<br />
29
No Klasifikasi Jenis<br />
Polis Asuransi Kesehatan<br />
Kartu Pasien<br />
Polis Asuransi Jiwa<br />
Tunjangan Hari Tua<br />
Penghargaan<br />
Gelar Kehormatan<br />
Slip Gaji<br />
Buku Tabungan<br />
Kartu Anjungan Tunai Mandiri/ATM<br />
Kartu Kredit<br />
Kartu Belanja<br />
Pajak Pribadi<br />
Tingkatan<br />
<strong>Arsip</strong><br />
Vital<br />
Biasa<br />
Vital<br />
Vital<br />
Penting<br />
Penting<br />
Penting<br />
Biasa<br />
Biasa<br />
Biasa<br />
Biasa<br />
Penting<br />
7. Penyimpanan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
Bentuk konkret dari penerapan<br />
arsip di rumah adalah dengan<br />
menyediakan tempat khusus untuk<br />
penyimpanan arsip atau dokumen.<br />
Belum banyak keluarga yang<br />
memiliki ruang khusus penyimpanan<br />
arsip. Biasanya arsip tersebut<br />
tercampur dengan buku atau bahkan<br />
disimpan di lemari pakaian.<br />
Saat ini sudah banyak ditemui<br />
keluarga yang membangun<br />
Perpustakaan Keluarga, biasanya<br />
tokoh-tokoh hebat atau akademisi,<br />
tetapi sayang belum banyak pihak<br />
yang memiliki ruang dan sarana untuk<br />
penyimpanan arsip. Sudah saatnya<br />
kita melengkapi rumah dengan pusat<br />
arsip yang ruangan berdampingan<br />
dengan ruang penyimpanan buku atau<br />
bahan pustaka.<br />
Kemudahan teknologi dan<br />
persaingan bisnis sebenarnya sangat<br />
memudahkan kita untuk membeli<br />
peralatan penyimpanan arsip dengan<br />
harga bersaing. Selama ini image<br />
masyarakat investasi yang sangat<br />
penting adalah investasi uang.<br />
Dengan mempertimbangkan peranan<br />
arsip kiranya perlu dipertimbangkan<br />
untuk investasi ruang arsip dan<br />
membeli peralatan dan perlengkapan<br />
arsip.<br />
Peralatan dan perlengkapan<br />
untuk penataan dan penyimpanan<br />
arsip diarahkan bisa mengikuti<br />
standar pengelolaan arsip yang baik,<br />
seperti: filing cabinet, guide, dan<br />
folder. Sarana perlengkapan untuk<br />
arsip dapat berupa map yang<br />
digunakan berbentuk document<br />
keeper dari bahan seperti yang<br />
digunakan pada sampul buku agenda.<br />
Di dalamnya dapat memuat arsiparsip<br />
anggota keluarga dan jenis-jenis<br />
lain dalam klasifikasi arsip di atas.<br />
Untuk arsip vital menyimpannya di<br />
brankas sedangkan untuk arsip<br />
berkategori penting dan biasa<br />
disimpan di lemari yang berpisah.<br />
<strong>Arsip</strong> keluarga harus rapi dan<br />
terjaga dari segala bentuk ancaman<br />
seperti pencurian dan kebakaran dan<br />
sebagainya. <strong>Arsip</strong> keluarga<br />
30
memerlukan pengelolaan yang baik<br />
melalui penataan berkas arsip secara<br />
sistematis dengan berpedoman pada<br />
klasifikasi arsip yang disusun secara<br />
baik, benar, rapi, dan selalu<br />
terpelihara, sehingga apabila<br />
dibutuhkan informasi dapat diperoleh<br />
dengan cepat, tepat, dan lengkap<br />
ditemukan.<br />
8. Langkah-Langkah<br />
Penyimpanan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
a. Registrasi arsip<br />
<strong>Arsip</strong> yang tercipta harus segera<br />
dicatat dalam daftar arsip.<br />
Contoh daftar arsip<br />
No. Uraian Tahun Jumlah Tingkat<br />
Perkembangan<br />
Kondisi<br />
Fisik<br />
Lokasi<br />
Simpan<br />
b. Pemeriksaan<br />
Sebelum sebuah dokumen<br />
disimpan secara tetap maka kita<br />
harus memastikan apakah<br />
dokumen tersebut telah selesai<br />
diproses atau belum.<br />
c. Mengklasifikasi arsip<br />
Kumpulkan arsip menjadi satu<br />
menurut klasifikasi subyek di<br />
atas. Khusus untuk arsip pribadi<br />
disusun menurut keanggotaan<br />
dalam keluarga.<br />
d. Memberi tanda<br />
Memberikan tanda garis atau<br />
lingkaran dengan warna yang<br />
mencolok pada kata tangkap yang<br />
sudah ditentukan pada langkah<br />
pekerjaan klasifikasi dan<br />
mengindeks.<br />
e. Menyortir<br />
Menyortir adalah<br />
pengelompokkan dokumen untuk<br />
persiapan ke langkah<br />
penyimpanan. Pisahkan arsiparsip<br />
lain yang tidak memiliki<br />
hubungan dengan aktivitas<br />
keluarga, misalnya: arsip milik<br />
kantor atau RT yang dibawa<br />
pulang.<br />
f. Pemberkasan<br />
Menempatkan dokumen sesuai<br />
dengan sistem penyimpanan dan<br />
peralatan yang digunakan.<br />
Hindari terjadinya kesalahan,<br />
karena akan menyebabkan<br />
kegiatan sia-sia. Ada 4 sistem<br />
standar yang sering dipilih salah<br />
satu sebagai sistem penyimpanan<br />
yaitu sistem abjad, geografis,<br />
subjek, dan numerik. Untuk arsip<br />
pribadi di rumah menggunakan<br />
nama orang (sistem abjad)<br />
sedangkan arsip lainnya disusun<br />
dengan subjek yang terkandung<br />
dalam arsip.<br />
Sarana yang digunakan untuk<br />
penyimpanan arsip bisa berupa<br />
document keeper (cocok untuk<br />
arsip pribadi), folder (cocok<br />
untuk menyimpan arsip penting),<br />
31
guide (berfungsi sebagai tanda<br />
untuk membimbing dan melihat<br />
cepat tempat-tempat yang<br />
diinginkan di file), sekat<br />
digunakan untuk pemisah arsip<br />
yang satu dengan yang lainnya.<br />
Untuk arsip vital disarankan<br />
menggunakan brankas (anti api).<br />
Sedangkan untuk arsip penting<br />
dan biasa bisa menggunakan<br />
filing cabinet atau lemari arsip.<br />
g. Lever arch Files<br />
Sistem ini memungkinkan<br />
informasi-informasi diletakkan<br />
dengan mudah di rak. Dasar<br />
pengkodean dengan warna juga<br />
diterapkan. Murah untuk<br />
menjalankannya dan<br />
pengulangannya memenuhi segi<br />
estetika<br />
h. Jangan menunda penyimpanan<br />
arsip. Setelah arsip baru masuk<br />
maka segeralah untuk<br />
mengelolanya.<br />
i. Disiplin mengembalikan arsip<br />
pada tempatnya<br />
<strong>Arsip</strong> yang telah digunakan<br />
dikembalikan ke tempat semula<br />
agar tidak cepat rusak dan hilang.<br />
j. Peminjaman arsip<br />
Selalu mencatat arsip yang<br />
dipinjam baik sewaktu<br />
meminjam maupun setelah<br />
mengembalikan.<br />
k. Pemeliharaan, Perawatan, dan<br />
Pengamanan<strong>Arsip</strong><br />
Fungsi yang penting tetapi sering<br />
diabaikan dalam penataan arsip<br />
adalah menjamin kelestarian<br />
informasi yang dikandung dalam<br />
arsip adalah pemeliharaan dan<br />
perawatan arsip. Pemeliharan<br />
arsip adalah upaya untuk<br />
melindungi arsip dari kerusakan<br />
melalui cara pencegahan dan<br />
perbaikan arsip. Sedangkan<br />
pengamanan arsip mengandung<br />
makna melidungi arsip dari<br />
kehilangan fisik, kebocoran<br />
informasi, serta kerusakan arsip.<br />
2. Langkah-langkah Pemeliharan<br />
dan Perawatan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
a. Mengatur suhu tempat<br />
penyimpanan arsip. Untuk<br />
arsip kertas kelembaban<br />
udara sekitar 50-60 % dan<br />
0<br />
temperatur sekitar 60-75 F<br />
0<br />
atau 22-25 C.<br />
b. Ruangan selalu bersih dari<br />
debu, kertas bekas, putung<br />
rokok, maupun sisa<br />
makanan.<br />
c. <strong>Arsip</strong> dikopi sesuai<br />
kebutuhan. Tidak sering<br />
menggunakan arsip asli<br />
untuk difotokopi. Buatlah<br />
scan atau fotokopi yang baik.<br />
Dari scan atau copy yang<br />
baik bisa digandakan. <strong>Arsip</strong><br />
yang sering difotokopi akan<br />
menyebabkan arsip mudah<br />
rusak.<br />
d. <strong>Arsip</strong> dialihmediakan,<br />
seperti di-scane.<br />
<strong>Arsip</strong> jangan dilipat, dicoret,<br />
dan di-press<br />
karena dapat<br />
menyebabkan kerusakan<br />
serat kertas dan arsip<br />
dianggap tidak otentik lagi.<br />
32
3. Pengamanan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
a. <strong>Arsip</strong> disimpan di tempat<br />
yang bebas dari bencana<br />
terutama kebakaran.<br />
b. Setiap masuk dan keluarnya<br />
arsip harus tercatat dalam<br />
buku peminjaman arsip.<br />
c. Diberlakukan larangan bagi<br />
semua orang selain anggota<br />
keluarga mengambil arsip di<br />
tempatnya.<br />
d. Akses ke ruang arsip<br />
diberikan kepada orang yang<br />
berkepentingan.<br />
e. <strong>Arsip</strong> vital sebaiknya<br />
dipisahkan penyimpanannya<br />
dengan arsip penting atau<br />
biasa.<br />
f. Pemantauan ruang<br />
penyimpanan arsip dengan<br />
menggunakan kamera<br />
tersembunyi (CCTV).<br />
4. Penyusutan<strong>Arsip</strong> Keluarga<br />
Menurut UU Nomor 43 Tahun<br />
2009 Pasal 49 menyebutkan<br />
penyusutan arsip meliputi<br />
pemindahan arsip inaktif dari unit<br />
pengolah ke unit kearsipan,<br />
pemusnahan arsip yang telah habis<br />
retensi dan tidak memiliki nilai guna<br />
dilaksanakan sesuai dengan<br />
ketentuan perundangan-undangan<br />
dan penyerahan arsip statis oleh<br />
pencipta arsip kepada lembaga<br />
kearsipan.<br />
Dalam penerapan penyusutan<br />
pada arsip keluarga hal yang tidak<br />
dilakukan di rumah adalah<br />
pemindahan arsip ke unit kearsipan.<br />
Mengapa demikian? Jenis arsip yang<br />
tercipta di rumah dalam jumlah<br />
sedikit dan perannya lebih terbatas<br />
untuk lingkup keluarga. Pemusnahan<br />
arsip dapat dilakukan hanya untuk<br />
arsip yang bernilai biasa atau sudah<br />
habis masa berlakunya, seperti: KTP,<br />
KK, dan sebagainya. <strong>Arsip</strong> kategori<br />
pribadi dapat dimusnahkan setelah<br />
yang bersangkutan wafat, kecuali<br />
bahwa anggota keluarga kita<br />
merupakan tokoh nasional,<br />
dimungkinkan diakuisisi arsipnya<br />
kepadaANRI.<br />
C. Penutup<br />
<strong>Arsip</strong> keluarga mempunyai nilai<br />
strategis untuk kemajuan keluarga<br />
dan bangsa, karena semua hal berawal<br />
dari keluarga. Sikap skeptis<br />
masyarakat terhadap arsip karena<br />
arsip dianggap tidak memberikan<br />
kontribusi untuk kemajuan anggota<br />
keluarga. Sebagai praktisi kearsipan<br />
diharapkan dapat memberikan contoh<br />
bagi anggota keluarganya. <strong>Arsip</strong>aris<br />
dapat menjadi trigger untuk<br />
memberdayakan bidang kearsipan<br />
kepada anggota keluarga. Program<br />
kearsipan yang dicanangkan oleh<br />
ANRI akan terasa efektif apabila<br />
diterapkan di rumah. <strong>Arsip</strong> keluarga<br />
dapat berperan mendukung aktivitas<br />
keluarga dan dalam penerapannya<br />
harus dikelola secara serius dan<br />
konsisten dan dalam pengelolaannya<br />
haruslah menyesuaikan dengan arsip<br />
di kantor.<br />
Dalam UU Nomor 43 Tahun 2009<br />
tentang Kearsipan pada Pasal 71 ayat<br />
33
2 disebutkan peran serta masyarakat<br />
dapat diwujudkan dalam ruang<br />
lingkup pengelolaan, penyelamatan,<br />
penggunaan arsip, dan penyediaan<br />
sumber daya pendukung, serta<br />
penyelenggaraan pendidikan dan<br />
pelatihan kearsipan. Kebiasaan rapi<br />
dan disiplin dalam mengelola arsip<br />
keluarga, mampu memberikan<br />
konstribusi dalam mengelola arsip<br />
yang lebih luas lagi yaitu dalam<br />
mengelola arsip-arsip pemerintahan,<br />
perusahaan, organisasi massa dan<br />
organisasi politik, dengan kualitas<br />
yang lebih baik sehingga diharapkan<br />
akan memajukan dunia kearsipan di<br />
Indonesia.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<strong>Arsip</strong> Media Kearsipan Nasional<br />
Edisi 59 Khusus September-<br />
Desember 2012 hal.10-12,<br />
Jakarta:ANRI, 2012.<br />
<strong>Arsip</strong> Media Kearsipan Nasional<br />
Edisi 49 hal.12-15, Jakarta:<br />
ANRI, 2008.<br />
Keputusan Kepala ANRI Nomor 31<br />
Tahun 2012 tentang Klasifikasi<br />
<strong>Arsip</strong> di Lingkungan <strong>Arsip</strong><br />
Nasional<br />
Oliver, Lissanne, Organize (Panduan<br />
Praktis Menata dan Mengatur<br />
Aneka Barang) . Jakarta: Hikmah,<br />
2007.<br />
Sugiarto, Agus, Wahyono, Teguh,<br />
Manajemen Kearsipan Modern<br />
(Dari Konvensional ke<br />
Basis Komputer). Yogyakarta:<br />
Gava Media, 2005.<br />
Undang-Undang RI No. 43 Tahun<br />
2009 tentang Kearsipan.<br />
Internet:<br />
Harian Kompas Sabtu 19 Juni 2004<br />
Jajak Pedapat Kompas<br />
Mengarsip Dokumen Pribadi<br />
http://archivistprofessional.blogs<br />
pot.com/2009/07/peran-arsipdalam-mencegahkepunahan.html<br />
(Diakses 10 Juni<br />
<strong>2013</strong>)<br />
h t t p : / / g e r a k a n<br />
arsip.files.wordpress.com/<br />
2012/07/p2.jpg (Diakses 16 Juni<br />
<strong>2013</strong>)<br />
http://www.familyarchives.com/page<br />
s/get-started-creating-yourfamily-archive.html<br />
(Diakses 11<br />
Juni <strong>2013</strong>)<br />
34
MENGENAL PERSATUAN WANITA KELUARGA<br />
UNIVERITAS GADJAH MADA MELALUI KHAZANAH ARSIP<br />
(1951 – 1991)<br />
Fitria Agustina 1<br />
Salah satu organisasi wanita yang<br />
berdiri pada awal perkembangan<br />
Univeritas <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> adalah<br />
Persatuan Wanita Keluarga <strong>UGM</strong><br />
(PWK-<strong>UGM</strong>). Beberapa khasanah<br />
arsip bersisi tentang PWK-<strong>UGM</strong> ini<br />
yaitu berupa surat, keputusan rektor,<br />
dan Lembaran Berkala “IBU”. Dari<br />
arsip-arsip yang tersimpan di <strong>Arsip</strong><br />
<strong>UGM</strong> inilah kita dapat mengenal<br />
PWK-<strong>UGM</strong>.<br />
PWK-<strong>UGM</strong> berdiri pada tanggal<br />
30 Januari 1951 yang diprakarsai oleh<br />
sekelompok ibu istri Dosen <strong>UGM</strong>,<br />
antara lain: Ibu Sardjito, Ibu A. Sigit,<br />
Ibu Soedomo, Ibu Hardjono, Ibu<br />
Moh. Salim, Ibu Harjono, Ibu<br />
Wreksodiningrat, Ibu Djojodigoeno,<br />
dan Ibu Notosoesanto. Tujuan dari<br />
PWK-<strong>UGM</strong> sangat sederhana sesuai<br />
dengan Anggaran Dasar (AD) dan<br />
Anggaran Rumah Tangga (ART)<br />
yaitu:<br />
1. Mempererat hubungan antara<br />
para wanita Keluarga <strong>UGM</strong><br />
2. Memberikan bantuan bila perlu,<br />
kepada perkembangan <strong>UGM</strong> di<br />
luar pengajaran<br />
Keanggotaan PWK-<strong>UGM</strong><br />
Pada awalnya, anggotanya hanya<br />
terdiri dari istri dosen. Seiring dengan<br />
1<br />
<strong>Arsip</strong>aris <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />
perkembangan organisasi ini,<br />
keanggotaanya bertambah, meliputi<br />
istri Dewan Penyantun, Dewan<br />
Penyantun Wanita, dosen wanita, istri<br />
alumni, alumni wanita, istri pegawai,<br />
pegawai wanita, istri mahasiswa, dan<br />
mahasiswa puteri. Mengenai istri<br />
mahasiswa, hal ini dikarenakan pada<br />
tahun lima puluhan banyak<br />
mahasiswa yang telah beristri. Para<br />
mahasiswa tersebut adalah bapakbapak<br />
putus sekolah karena berjuang<br />
dalam perang kemerdekaan.<br />
Keanggotaan PWK-<strong>UGM</strong><br />
semakin meluas hingga masyarakat di<br />
luar <strong>UGM</strong>. Masyarakat yang<br />
bersimpati terhadap <strong>UGM</strong> akhirnya<br />
tertarik terhadap PWK-<strong>UGM</strong>. PWK-<br />
<strong>UGM</strong> akhirnya menerima anggota<br />
luar biasa, yaitu masyarakat di luar<br />
<strong>UGM</strong>. Bedanya, anggota luar biasa<br />
ini tidak dapat menjadi pengurus,<br />
kecuali sangat dibutuhkan. Menurut<br />
informasi, Prof. Dr. Notonagoro<br />
sangat menganjurkan adanya anggota<br />
luar biasa ini, karena menurut<br />
pendapat beliau, <strong>UGM</strong> tidak hanya<br />
milik orang-orang <strong>UGM</strong> saja, tetapi<br />
juga milik dan kebanggaan<br />
masyarakatYogyakarta.<br />
Susunan Organisasi<br />
Awalnya, pengurus inti<br />
organisasi PWK-<strong>UGM</strong> terdiri dari<br />
35
Ketua I, Wakil Ketua, Penulis I,<br />
Penulis II, Bendahara I, dan<br />
Bendahara II. Kemudian pada tahun<br />
1959, yaitu setelah PWK-<strong>UGM</strong><br />
berusia satu windu, organisasi ini<br />
mempunyai bagian-bagian yaitu:<br />
1. Bagian Ekonomi danArisan<br />
Tujuan bagian ini adalah:<br />
a. Mengadakan kontak dan<br />
menambah rasa<br />
kekeluargaan di kalangan<br />
para anggota<br />
b. Sekedar memperbaiki<br />
ekonomi anggota<br />
Bagian tersebut bekerja<br />
secara kooperatif, sehingga<br />
memerlukan banyak tenaga<br />
dan tanggung jawab dari<br />
pengurus, khususnya<br />
pertanggungjawaban<br />
mengenai uang dan barangbarang<br />
dari para anggota<br />
2. Bagian Pelajaran dan<br />
Demonstrasi<br />
Bagian ini antara lain: masakmemasak,<br />
berbagai pekerjaan<br />
tangan, mengatur bunga, potongmemotong<br />
pakaian, Bahasa<br />
Indonesia dan Conversasi Bahasa<br />
Inggris, membatik, tari Jawa, dll.<br />
Tujuan diselenggarakan beberapa<br />
pelajaran yaitu:<br />
a. Mempererat hubungan anggota<br />
satu dengan anggota lainnya<br />
b. Menambah pengetahuan umum<br />
3. Bagian Perpustakaan<br />
PWK-<strong>UGM</strong> pada waktu itu<br />
mempunyai perpustakaan yang<br />
sangat sederhana. Koleksinya<br />
36
hanya terdiri dari buku-buku dan<br />
majalah yang diterima dari <strong>UGM</strong>,<br />
Japendi, DPR, Kotapraja,<br />
Gunung Agung, Hoge<br />
Commissariaat der Nederl. Afd.<br />
Voorlichting, The Britissh<br />
Council di Bandung, dan dari<br />
perseorangan.<br />
4. Bagian Ashrama Mahasiswa dan<br />
yang mengadakan contact<br />
dengan mahasiswa.<br />
Bagian tersebut bekerja ikut serta<br />
dengan bagian Urusan Ashrama<br />
Mahasiswa. Bagian Ashrama<br />
mahasiswa diketuai oleh Ibu<br />
Djojodiguno. Salah satu tujuan<br />
PWK-<strong>UGM</strong> adalah menjalankan<br />
pekerjaan sosial yaitu dengan<br />
memperhatikan nasib mahasiswa<br />
mengenai pemondokannnya.<br />
Bagian Ashrama Mahasiswa<br />
mulai bekerja pada tahun<br />
pertama, Mei 1951. Pada tahun<br />
itu, Ibu Djojodiguno, Ibu Sigit,<br />
dan Ibu Sardjito menerima besluit<br />
dari Bapak Presiden <strong>UGM</strong> untuk<br />
menjadi anggota dari panitia<br />
Pengawas Ashrama Mahasiswa<br />
<strong>UGM</strong> diYogyakarta, yang saat itu<br />
sudah berdiri satu tahun. Saat itu<br />
PWK-<strong>UGM</strong> mendapat kekuatan<br />
penuh dari Panitia Pengawas<br />
Ashrama Mahasiswa <strong>UGM</strong>.<br />
Pada tahun 1951, mahasiswa<br />
mengalami kesulitan mendapatkan<br />
rumah yang dapat dijadikan sebagai<br />
asrama karena jumlah mahasiswa<br />
<strong>UGM</strong> semakin bertambah. Kemudian<br />
pada Desember 1951 telah berhasil<br />
menyelenggarakan 24 buah asrama<br />
tipe B bagi 265 mahasiswa. Pada saat<br />
<strong>UGM</strong> telah 9 tahun berdiri, <strong>UGM</strong><br />
telah mempunyai:<br />
a. 10 buah asrama tipeA<br />
Ini adalah asrama yang semuanya<br />
dibiayai oleh <strong>UGM</strong>. Penghuni<br />
hanya diwajibkan membayar<br />
uang makan.<br />
b. 56 buah asrama tipe B<br />
Ini adalah rumah keluarga, yang<br />
dititipi beberapa mahasiswa oleh<br />
<strong>UGM</strong><br />
c. 136 buah asrama tipe C<br />
Asrama tipe ini diselenggarakan<br />
oleh penghuni sendiri dan<br />
mendapat pinjaman alat-alat dari<br />
<strong>UGM</strong>. Asrama ini ditempati oleh<br />
2481 orang mahasiswa.<br />
Beberapa tahun kemudian,<br />
pembangunan dua asrama besar<br />
selesai dikerjakan yaitu:<br />
a. Asrama Dharma Putra di Baciro<br />
Gedung Asrama Dharma Putra<br />
bertingkat tiga, mempunyai<br />
ruang makan yang luas sekali<br />
yang dapat ditempati oleh 600<br />
mahasiswa. Asrama tersebut<br />
sudah berisi alat-alat lengkap.<br />
b. Asrama Ratnaningsih di Sagan<br />
Asrama puteri ini berkapasitas 90<br />
orang.<br />
5. Bagian Sosial ke Dalam<br />
Mula-mula bagian ini didirikan<br />
hanya untuk memperhatikan keadaan<br />
dan kejadian di kalangan para anggota<br />
saja, baik dalam kebahagiaan maupun<br />
dalam kesusahan. Lambat laun<br />
perhatian mengenai kesusahan juga<br />
ditujukan kepada para mahasiswa.<br />
Misalnya, pada tahun kedua<br />
37
anyaknya mahasiswa sakit yang<br />
didatangi ada 32 orang, tahun ketiga<br />
59 orang, tahun keempat 102 orang,<br />
tahun kelima 150 orang, dan tahun<br />
ketujuh 120 orang.<br />
6. Bagian Sosial ke Luar<br />
Bagian ini bertugas<br />
menyelenggarakan pameran dan<br />
bazar, undian, ataupun hanya dengan<br />
mengumpulkan uang dari para<br />
anggota untuk disumbangkan ke luar.<br />
7. Bagian Majalah Ibu<br />
Majalah ibu mulai diterbitkan<br />
pada tanggal 18 Desember 1957.<br />
Tujuan dari penerbitan majalah<br />
Ibu adalah:<br />
a. Menambah adanya kontak lahir<br />
dan batin<br />
b. Mengadakan kesempatan lain<br />
bagi para anggota dan umum<br />
(tidak hanya demonstrasi dan<br />
ceramah saja) untuk menambah<br />
pengetahuan dengan saling<br />
menerima dan memberi.<br />
Alasan majalah tersebut<br />
dinamakan “IBU” karena mengingat<br />
sifat-sifat suci dan luhur dari seorang<br />
ibu. Seorang ibu meskipun tidak<br />
mampu selalu ingin memberikan<br />
segala sesuatu kepada anaknya, selalu<br />
berkorban untuk anaknya, dan tidak<br />
mengharapkan balasan. Maka sifatsifat<br />
suci ibu ini akan dijadikan<br />
simbol dari perkerjaan, tersimpan,<br />
tercantum dalam majalah “IBU”.<br />
Gambar pada sampul depan majalah<br />
berupa bunga melati yang berwarna<br />
gelap menuju warna terang. Sama<br />
halnya habis gelap terbitlah terang.<br />
Pada tahun 1974 susunan<br />
pengurus dikembangkan lebih<br />
lengkap. Salah satu yang baru dari<br />
kepengurusan ini adalah dibentuknya<br />
komisaris-komisaris. Susunan<br />
pengurus tersebut adalah sebagai<br />
berikut:<br />
1. Ketua<br />
2. Penulis<br />
3. Bendahara<br />
4. Bagian Ekonomi<br />
5. Bagian Sosial<br />
6. Bagian Sumbangan<br />
7. Bagian Inventaris<br />
8. BagianArisan<br />
9. Bagian Kematian<br />
10. Hubungan Keluar<br />
11. Komisaris-komisaris<br />
a. Selatan<br />
b. Loji Kecil<br />
c. Bintaran<br />
d. Kotabaru<br />
e. Jl. Sala<br />
f. Baciro<br />
g. Jl. Cikditiro<br />
h. Terban<br />
i. Sagan<br />
j. Sekip<br />
k. Bulaksumur<br />
l. Karangwuni<br />
m. Tegalkemuning<br />
Kegiatan<br />
Program-program PWK-<strong>UGM</strong><br />
sangat sederhana, tetapi sangat<br />
bernilai. Hal ini sesuai dengan yang<br />
disampaikan Sri Sultan<br />
Hamengkubuwono IX, sebagai Ketua<br />
Dewan Kehormatan Dewan<br />
Penyantun <strong>UGM</strong>, pada Peringatan<br />
satu windu PWK-<strong>UGM</strong>. Beliau<br />
menyatakan:<br />
“Kami yang selalu dapat mengikuti<br />
38
dari dekat pertumbuhan dan<br />
perkembangan <strong>UGM</strong> menyatakan<br />
penghargaan kami kepada Persatuan<br />
Wanita Keluarga <strong>UGM</strong>, yang selama<br />
ini telah banyak menyumbangkan<br />
jasa-jasanya, yang walaupun tidak<br />
secara langsung namun besar<br />
manfaatnya bagi pertumbuhan<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>”.<br />
PWK-<strong>UGM</strong> melaksanakan<br />
kegiatan rutin yang dilakukan oleh<br />
masing-masing bagian, selain itu juga<br />
telah melakukan beberapa kegiatan<br />
untuk memperingati ulang tahun<br />
organisasi, sesuai dengan arsip<br />
“Peringatan Tri Windu”. Kegiatan<br />
yang dilaksanakan adalah<br />
mengadakan pameran boneka<br />
internasional pada ulang tahun ke-<br />
VIII yang dikunjungi oleh kurang<br />
lebih 20.000 orang pada tanggal 17 –<br />
20 Desember 1958.<br />
Pada tanggal 14 Februari 1959,<br />
sebagai penutup peringatan Windon I,<br />
PWK-<strong>UGM</strong> menyelenggarakan<br />
pertunjukkan “Tari-tarian<br />
Internasional” yang dilakukan oleh<br />
para dosen luar negeri beserta<br />
istrinya. Dari pendapatan kegiatankegiatan<br />
tersebut disumbangkan<br />
kepada badan-badan sosial.<br />
PWK-<strong>UGM</strong> sudah banyak<br />
memberikan bantuan berupa uang<br />
yaitu:<br />
a. Tahun 1952 kepada: Corps<br />
Invaliden Yogyakarta, korban<br />
kebakaran k. Bunder Jakarta via<br />
Bapak Walikota Yogyakarta,<br />
penderita kelaparan di Gunung<br />
Kidul, dan penderitaYayasan Seri<br />
Dherma.<br />
b. Tahun 1953 kepada: Panitia<br />
bencana alam, panitia peringatan<br />
Hari Kartini, Blinden Institut Dr.<br />
Yap, YayasanAnak-anak Cacat di<br />
Solo, dan Yayasan Kesejahteraan<br />
Keluarga diYogyakarta.<br />
c. Tahun 1954 kepada: para korban<br />
Merapi, Gedung Persatuan<br />
Wanita, dan Yayasan Anak-anak<br />
Cacat di Solo.<br />
d. Tahun 1955 kepada panitia<br />
pameran 4 hari di Indonesia dan<br />
luar negeri.<br />
e. Tahun 1956 kepada: para HO di<br />
Gunung Kidul dan korban banjir<br />
Banyuwangi.<br />
f. Tahun 1957 kepada: korban teror<br />
Cikini Raya Jakarta, korban<br />
banjir, dan PMI Fundraising.<br />
g. Tahun 1958 kepada: YPAT Solo<br />
dan Jakarta, RumahYatim Wiloso<br />
Projo Kotapraja, Balai Orang<br />
Buta dari Dr Yap, dan PMI<br />
Fundraising.<br />
Bantuan keluar tidak hanya<br />
berupa uang tapi juga berupa tenaga<br />
pada tahun 1952 - 1958 telah<br />
39
membantu Panitia Pekan Kanakkanak,<br />
Panitia Peringatan Hari<br />
Kartini, Panitia Peringatan 17<br />
Agustus, Kementerian Kesehatan<br />
Bagian Kesehatan Ibu dan Anak,<br />
POWY, Panitia Pergerakan Wanita ¼<br />
abad, PMI Yogyakarta dalam dapur<br />
bencana alam, kepada PMI Yogya<br />
dalam peringatan ulang tahunnya<br />
1954 – 1958, Panitia 200 tahun kota<br />
Yogyakarta, Yayasan Hari Ibu, muridmurid<br />
dari kader kursusnya, dan<br />
Dewan Mahasiswa Bagian Sosial<br />
<strong>UGM</strong>.<br />
Kemudian pada Laporan Ketua<br />
Panitia HUT ke-40 PWK-<strong>UGM</strong> tahun<br />
1991, disampaikan bahwa peringatan<br />
HUT PWK-<strong>UGM</strong> ke-40 telah diisi<br />
dengan serangkaian kegiatan yaitu:<br />
1. Kegiatan sosial berupa<br />
pengiriman sumbangan air bersih<br />
untuk pendudukan Kabupaten<br />
Gunung Kidul.<br />
2. Lomba Peragaan Busana Malam<br />
dengan bahan produksi dalam<br />
negeri, memperebutkan piala dari<br />
Rektor <strong>UGM</strong>.<br />
3. Pertunjukan gamelan oleh ibuibu<br />
anggota PWK-<strong>UGM</strong> untuk<br />
mengiringi fragmen tari Jawa.<br />
Kegiatan PWK-<strong>UGM</strong> yang<br />
berupa pertemuan diadakan<br />
dipelbagai tempat berganti-ganti. Hal<br />
ini dikarenakan PWK-<strong>UGM</strong> belum<br />
mempunyai gedung pertemuan.<br />
Beberapa foto menunjukkan bahwa<br />
pertemuan pernah diadakan di Pura<br />
Pakualaman, di kediaman Pangeran<br />
Hadinegara, di kediaman GKR Dewi,<br />
di ruang-ruang fakultas, dan di rumah<br />
ibu-ibu lainnya.<br />
Kegiatan ke dalam dilakukan<br />
dengan meningkatkan pengetahuan<br />
dan perkembangan kepribadian<br />
anggota dengan perlombaan, wisata<br />
sosial, ceramah para pakar tentang<br />
topik yang sangat bervariasi.<br />
Beberapa contoh antara lain<br />
“Penyakit Jantung”, “Kegunaan Sinar<br />
Matahari bagi Umat Manusia”, dan<br />
“ The other man/ woman”. PWK-<br />
<strong>UGM</strong> telah membantu “Crash<br />
Program” Pemerintah dengan<br />
mengadakan lomba masak “non<br />
beras”, untuk murid-murid SMP/<br />
SLTA. Untuk menyambut “Tahun<br />
Internasional bagi Para Usia Lanjut”<br />
telah diselenggarakan “Sarasehan<br />
Usia Lanjut” bagi para ibu di atas 70<br />
tahun. Selain itu telah didirikan<br />
“Cafetaria” di Gedung Pusat<br />
Bulaksumur, yang harga makanannya<br />
terjangkau bagi kantong mahasiswa.<br />
Sebagai alat komunikasi, juga telah<br />
diterbitkan “Majalah IBU”.<br />
Untuk memperluas cakrawala<br />
dan menjalin hubungan dengan<br />
wanita di luar <strong>UGM</strong>, sejak tahun<br />
1952, PWK-<strong>UGM</strong> bergabung dengan<br />
Permusyawaratan Organisasiorganisasi<br />
Wanita Yogyakarta<br />
(POWY) dan mulai saat itu menjadi<br />
anggota Konggres Wanita Indonesia<br />
(KWI) Jakarta. Selain itu, PWK-<br />
<strong>UGM</strong> juga bergabung dengan BKOW<br />
(Badan Kerjasama Organisasi<br />
Wanita) DIY, GOW (Gabungan<br />
40
Organisasi Wanita) Yogyakarta.<br />
Beberapa kegiatan yang dilakukan<br />
PWK-<strong>UGM</strong> di luar <strong>UGM</strong> yaitu:<br />
1. Mengetuai Ladies Program pada<br />
FAO Working Party on Coconut,<br />
kemudian pada Konperensi<br />
Menteri Kebudayaan se-Asia.<br />
2. Menyelenggarakan Pagelaran<br />
Pakaian Wanita sejak Kartini<br />
hingga sekarang di BKOW.<br />
3. Ikut Seminar on the Status of<br />
Women and Family Planning.<br />
4. Menjadi Ketua Badan Kerjasama<br />
PantiAsuhan se-DIY.<br />
5. Ikut serta dalam “First Assembly<br />
of Asean Confederation of<br />
Women Organisations”.<br />
6. Mengikuti “Training on Program<br />
Desaign and Evaluation for<br />
Woman Leaders” , kerjasama<br />
KOWANI – USAID – ASIA<br />
Foundation.<br />
Pasang-surut<br />
Dalam sambutan Ketua Dewan<br />
Penyantun <strong>UGM</strong>, Prof. Dr. H.<br />
Johannes, pada buku Peringatan Tri<br />
Windu, disebutkan bahwa selama tiga<br />
windu PWK-<strong>UGM</strong> telah mengalami<br />
pasang-surut kehidupan suatu<br />
organisasi. PWK-<strong>UGM</strong> telah<br />
mengenal masa kegiatannya<br />
meningkat dan mengenal pula masa<br />
usahanya menurun. Ada masa PWK-<br />
<strong>UGM</strong> hidup jaya tetapi ada masa<br />
pelita hidupnya suram dan terancam<br />
padam. Ada masa PWK-<strong>UGM</strong><br />
sanggup menerbitkan majalah dan<br />
ada masa tidak dapat menerbitkan.<br />
Ada masa PWK-<strong>UGM</strong> dianggap<br />
setaraf badan-badan lain <strong>Universitas</strong><br />
seperti Dewan Pegawai dan Dewan<br />
Mahasiswa dan diundang hadir dalam<br />
upacara-upacara <strong>Universitas</strong>, tetapi<br />
ada pula masa PWK-<strong>UGM</strong> dianggap<br />
organisasi luaran yang tidak<br />
seharusnya diundang menghadiri<br />
peringatan-peringatan universitas.<br />
Dalam Majalah IBU Tahun II<br />
tanggal 18 Mei 1959 Nomor 6,<br />
Redaksi menjelaskan tentang<br />
permasalahan dalam penerbitan<br />
majalah pada kolom Bisikan Ibu yang<br />
isinya sebagai berikut.<br />
“Mulai nomer ini Madjalah Ibu<br />
datang pada Saudara2 pembatja<br />
dengan kertas jang tidak sebaik<br />
nomer2 jang lalu. Meskipun<br />
demikian redaksi dan tata usaha<br />
merasa sangat bersyukur, bahwa<br />
Madjalah Ibu masih tetap<br />
mengundjungi sidang pembatjanya,<br />
mengingat kesulitan2 jang tidak<br />
dapat dihindari lagi untuk mendapat<br />
kertas atau bahan-bahan lain.<br />
Sjukurlah bahwa penggunakan<br />
kertas tersebut hanja bersifat<br />
sementara dengan harapan semoga<br />
lekas mendapat kertas H.V.S. lagi”.<br />
Dalam Laporan Ibu Sardjito pada<br />
Peringatan Tri Windu PWK-<strong>UGM</strong><br />
disebutkan bahwa Pimpinan <strong>UGM</strong><br />
dengan resmi telah memasukkan<br />
PWK-<strong>UGM</strong> dalam lingkungan<br />
Keluarga Besar <strong>UGM</strong>. Pengakuan<br />
eksistensi organisasi ini dapat dibaca<br />
dalam Surat Keputusan Rektor <strong>UGM</strong><br />
No. 8 Tahun 1963 tanggal 29 Mei<br />
1963 tentang Perincian Pedoman<br />
Kerja <strong>UGM</strong>. Hal itu disebutkan dalam<br />
Lampiran tentang Kesedjahteraan<br />
Mahasiswa, Materiil poin ke-2 yaitu:<br />
“Memikirkan/ mengusahakan<br />
adanja perumahan dan asrama2 jang<br />
41
42<br />
lajak bagi mahasiswa, misalnja<br />
dengan mengadakan biro konsultasi<br />
pemondokan. Asrama2 jang<br />
langsung di bawah penilikan<br />
universitas/ diselenggarakan oleh<br />
universitas dianggap sebagai<br />
aparatur <strong>Universitas</strong> dan harus ikut<br />
serta meresapkan kepada para<br />
mahasiswa dalam segala usaha<br />
pelaksanaan tri dharma universitas”.<br />
Pada tahun 1976 dibentuklah<br />
Ikatan Dharma Wanita (Idhata) di<br />
lingkungan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />
<strong>Mada</strong>. Hal ini sesuai dengan Intruksi<br />
Rektor <strong>UGM</strong> tanggal 12 Maret 1976<br />
nomor 18.10/27/III/76, perihal<br />
pembentukan Ikatan Dharma Wanita<br />
(Idhata) di lingkungan <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>. Untuk menghilangkan<br />
keragu-raguan pada berbagai<br />
organisasi kewanitaan di lingkungan<br />
<strong>UGM</strong>, Rektor <strong>UGM</strong> memberikan<br />
penjelasan sebagaimana dalam surat<br />
nomor 0.10/31/III/76 mengenai<br />
Pembentukan Idhata yang ditujukan<br />
kepada Ketua PWK-<strong>UGM</strong>, yaitu:<br />
1. Dengan dibentuknya Ikatan<br />
Dharma Wanita (Idhata) di<br />
lingkungan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />
<strong>Mada</strong> tidak berarti bahwa<br />
organisasi-organisasi kewanitaan<br />
bebas di lingkungan <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> harus dihapuskan<br />
ataupun dilebur ke dalam Idhata.<br />
Organisasi-organisasi tersebut<br />
dapat terus melanjutkan<br />
kegiatannya seperti sedia kala<br />
sesuai dengan tujuan idiil yang<br />
tercantum dalam Anggaran Dasar<br />
dan Anggaran Rumah Tangga<br />
masing-masing.<br />
2. Mengenai duduknya wakil dari<br />
Persatuan Wanita Keluarga<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> dalam<br />
Dharma Wanita (Organisasi istri<br />
Korpri) Daerah Daerah Istimewa<br />
Yogyakarta akan ditentukan<br />
kemudian sesudah Pengurus<br />
Idhata Komisariat <strong>UGM</strong><br />
terbentuk. Untuk menghindari<br />
kekosongan hendaknya wakil<br />
Persatuan Wanita Keluarga<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> yang<br />
duduk dalam Dharma Wanita<br />
tersebut dapat melanjutkan<br />
tugasnya sampai ada ketentuan<br />
lebih lanjut.<br />
3. Dalam rangka kegiatan<br />
kewanitaan di lingkungan<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> untuk<br />
masa yang akan datang, saya<br />
harapkan hendaknya dapat dijalin<br />
kerja sama yang baik antara<br />
Idhata dan organisasi-organisasi<br />
kewanitaan bebas di lingkungan<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
terutama untuk kegiatan-kegiatan<br />
yang dapat dilaksanakan<br />
bersama-sama.<br />
Kemudian dalam Editorial<br />
Majalah IBU Nomor 8/9 Tahun I<br />
<strong>Juli</strong>/Agustus 1976 yang berjudul<br />
“Sekali Lagi Hak Hidup PWK-<strong>UGM</strong>”<br />
diantaranya disampaikan sebagai<br />
berikut:<br />
“Suka atau tidak suka PWK-<strong>UGM</strong><br />
adalah bagian yang tak terpisahkan<br />
dari <strong>UGM</strong>. Itu adalah realitas sejarah<br />
dan fakta yang tidak dapat<br />
dipungkiri oleh siapapun. Dan kalau<br />
<strong>UGM</strong> lahir dari kancah perjuangan<br />
revolusi kemerdekaan Indonesia,
maka berdasarkan logika, maka<br />
demikian pulalah halnya dengan<br />
PWK-<strong>UGM</strong>.<br />
Dan berdasarkan logika pula, kalau<br />
kita hendak meniadakan PWK-<br />
<strong>UGM</strong>, sama halnya dengan hendak<br />
mengingkari <strong>UGM</strong>, yang<br />
melahirkan PWK-<strong>UGM</strong>.<br />
Tiap orang dapat saja tidak<br />
menyukai PWK-<strong>UGM</strong> atas dasar<br />
pelbagai alasan. Itu adalah hak dan<br />
kebebasannya. Tetapi ia tidak dapat<br />
menutup mata tentang realitas<br />
seperti yang diutarakan di atas. Dan<br />
ia tidak berhak untuk meniadakan<br />
PWK-<strong>UGM</strong> yang lahir dari <strong>UGM</strong>,<br />
lahir dari kancah perjuangan<br />
revolusi bangsa Indonesia dengan<br />
cita-cita untuk mengabdi<br />
masyarakat, bangsa, negara dan<br />
aspirasi revolusi nasional kita secara<br />
rationil, sebagai anggauta keluarga<br />
besar <strong>UGM</strong>, kita berkewajiban pula<br />
membina, menyuburkan kehidupan<br />
PWK-<strong>UGM</strong>, memberikan umpan<br />
balik yang bermanfaat bagi<br />
pengembangan PWK-<strong>UGM</strong>,<br />
sehingga PWK-<strong>UGM</strong> dapat lebih<br />
efektif berfungsi, berperan dan<br />
bertanggung jawab atas segala<br />
tugas-tugas sosialnya membantu<br />
<strong>UGM</strong> dalam menegakkan terus citacita<br />
perjuangan revolusi bangsa<br />
Indonesia, mengabdi kepada bangsa<br />
dan negara Republik Indonesia”.<br />
Dalam riwayat singkat PWK-<br />
<strong>UGM</strong>, Ny. Iman Soetiknjo selaku<br />
Ketua PWK-<strong>UGM</strong>, dalam rangka 40<br />
tahun PWK-<strong>UGM</strong>, menyampaikan:<br />
“Semua kegiatan berjalan mulus dan<br />
lancar, sampai pada 8 Maret tahun<br />
1984. Sebagai halilintar di cuaca<br />
terang, dengan alasan yang sampai<br />
saat inipun tidak kami mengerti,<br />
PWK-<strong>UGM</strong> diharuskan ganti nama.<br />
Pengurus mengadakan pleno 2 kali,<br />
dengan dihadiri para penasehat,<br />
untuk membicarakan hal yang gawat<br />
dan pelik itu. Semua sepakat<br />
memilih nama PATMA, singkatan<br />
dari Patih Majapahit, jadi masih ada<br />
43
hubungannya dengan GADJAH<br />
MADA.<br />
Berkaitan dengan itu, terima kasih<br />
kepada KOWANI sungguh tidak<br />
terhingga, sebab walaupun PWK-<br />
<strong>UGM</strong> sudah berganti nama menjadi<br />
PATMA, kami tetap diakui sebagai<br />
organisasi anggota dengan segala<br />
hak dan kewajibannya.<br />
Pengurus dan anggota kami sendiri<br />
percaya, bahkan yakin bahwa<br />
keadaan yang suram dan<br />
menggelisahkan ini yaitu tidak boleh<br />
memakai nama yang 33 tahun<br />
lamanya kami sandang dengan<br />
penuh kecintaan dan kebanggaan,<br />
suatu saat pasti berakhir.<br />
Tuhan Maha Besar! Sebagai hadiah<br />
Ulang Tahun yang ke-36, turunlah<br />
Surat Rektor, No<br />
<strong>UGM</strong>/745/TL/02/08. Dengan ini<br />
PATMA kembali kepada namanya<br />
semula, yaitu Persatuan Wanita<br />
Keluarga <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong>.<br />
Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.<br />
Koesnadi Hardjasoemantri, S.H.<br />
Setelah itu PWK-<strong>UGM</strong> lebih<br />
bergairah, lebih bersemangat<br />
menatap masa depan. Secara teratur<br />
dikirim peserta-peserta pada Munas,<br />
Muker, dan pelatihan-pelatihan yang<br />
diadakan oleh KOWANI di Jakarta<br />
dan kegiatan-kegiatan lainnya di<br />
BKOW dan GOW. Kami turut serta<br />
dalam proyek KOWANI,<br />
menyantuni anak-anak yatim piatu<br />
di Timor-Timur/ bidang sosial lebihlebih<br />
kami tekuni. Ini sepanjang<br />
dana mengizinkan, meliputi para<br />
wreda, yatim piatu dan mereka yang<br />
terkena musibah. Lewat PMI, harian<br />
Kedaulatan Rakyat dan kadangkadang<br />
secara langsung PWK-<strong>UGM</strong><br />
menunjukkan kepeduliannya akan<br />
penderitaan sesama rakyat”.<br />
Sumber:<br />
1. Madjalah Ibu No. 6 Tahun II<br />
tanggal 18 Mei 1959.<br />
2. Surat Keputusan Rektor <strong>UGM</strong><br />
No. 8 Tahun 1963 tanggal 29 Mei<br />
1963 tentang Perincian Pedoman<br />
Kerja <strong>UGM</strong>.<br />
3. Surat Rektor <strong>UGM</strong> Nomor<br />
0.10/31/III/76 mengenai<br />
Pembentukan Idhata yang<br />
ditujukan kepada Ketua PWK-<br />
<strong>UGM</strong>.<br />
4. Pedoman Kerja <strong>UGM</strong> Peringatan<br />
Tri Windu Persatuan Wanita<br />
Keluarga <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />
<strong>Mada</strong> 1951-1974.<br />
5. Majalah Ibu Nomor 8/9 Tahun I<br />
<strong>Juli</strong>/Agustus 1976.<br />
6. Lembaran Berkala Ibu dalam<br />
Rangka 40 Tahun Persatuan<br />
Wanita Keluarga <strong>Universitas</strong><br />
<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> Tahun 1991.<br />
44
PESAWAT GELATIK UNTUK UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />
Ully Isnaeni Effendi 1<br />
Penerima pesawat<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> dan 4<br />
universitas lainnya yaitu Institut<br />
Teknologi Bandung (ITB),<br />
<strong>Universitas</strong> Cendrawasih (Irian Jaya),<br />
<strong>Universitas</strong> Syah Kuala (Banda<br />
Aceh), dan <strong>Universitas</strong> Mulawarman<br />
(Samarinda) menerima pesawat<br />
Gelatik buatan PT Nurtanio Bandung<br />
jenis PZL 104. Hal tersebut sesuai<br />
dengan Keputusan Direktur Jenderal<br />
Pendidikan Tinggi Departemen<br />
Pendidikan dan Kebudayaan RI No.<br />
011/DJ/Kep/1980 tentang<br />
Penyerahan Pesawat Terbang Gelatik<br />
PZL 104 Kepada Pimpinan<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> dan Institut<br />
Teknologi Bandung tertanggal 5<br />
Februari 1980. SK tersebut<br />
menyebutkan bahwa pertama,<br />
menyerahkan pesawat terbang<br />
Gelatik PZL 104 kepada: a) Pimpinan<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> b)<br />
Pimpinan Institut Teknologi Bandung<br />
masing-masing sebuah pesawat<br />
terbang. Kemudian yang kedua<br />
adalah kepada masing-masing<br />
Pimpinan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
dan Institut Teknologi Bandung,<br />
Suara Karya, 15 Oktober 1979<br />
1<br />
<strong>Arsip</strong>aris <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />
45
ditugaskan untuk memanfaatkan<br />
pesawat terbang tersebut sesuai<br />
dengan tujuan pemanfaatannya.<br />
Ketiga, biaya pemeliharaan dan<br />
pengoperasian pesawat tersebut<br />
dibebankan pada anggaran rutin<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> dan Institut<br />
Teknologi Bandung.<br />
Pemberian pesawat Gelatik<br />
tersebut sesuai dengan pembicaraan<br />
terperinci antara Dirjen Pendidikan<br />
Tinggi Departemen P dan K dan para<br />
rektor dalam Rapat Antar Rektor<br />
<strong>Universitas</strong>/ Institut seluruh<br />
Indonesia pada bulan Desember<br />
1978. Pembicaraan tersebut<br />
menyangkut masalah penggunaan,<br />
fasilitas, termasuk hal-hal lain yang<br />
bersangkutan dengan pemberian<br />
pesawat Gelatik tersebut (Siaran Pers<br />
oleh Bagian Hubungan Masyarakat<br />
<strong>UGM</strong> Nomor 29/HM/X/79/BB<br />
tertanggal 26 Oktober 1979). Alasan<br />
dipilihnya kelima universitas<br />
penerima pesawat gelatik ini menurut<br />
Dirjen Perguruan Tinggi Prof. Dr.<br />
Dody Tisnaamidjaja adalah<br />
berdasarkan kemampuan masingmasing<br />
dalam menggunakan dan<br />
memelihara pesawat tersebut, dan<br />
akan dimanfaatkan untuk pendidikan<br />
dan kegiatan para mahasiswa dan<br />
dosen.<br />
Penyerahan pesawat Gelatik PZL<br />
104 dilangsungkan di Lapangan<br />
Udara Hussein Sastranegara oleh<br />
Menteri Riset dan Teknologi Prof. Dr.<br />
Ir. BJ Habibie atas nama pemerintah,<br />
lewat Dirjen Perguruan Tinggi Prof.<br />
Dr. Dody Tisnaamidjaja pada tanggal<br />
13 Oktober 1979. Penyerahan<br />
dilakukan dengan disaksikan oleh<br />
sejumlah kecil undangan dalam<br />
upacara yang singkat dan sederhana.<br />
Menurut Menteri Riset dan Teknologi<br />
Prof. Dr. Ir. BJ Habibie, penyerahan<br />
kelima pesawat Gelatik dari PT<br />
Nurtanio kepada pemerintah adalah<br />
sebagai penggembalian sebagian<br />
modal pemerintah yang ditanamkan<br />
Berita Nasional, 16 Oktober 1979<br />
46
pada PT Nurtanio. Menurut Habibie,<br />
bantuan kapal terbang dalam hal ini<br />
adalah Pesawat Gelatik PZL 104<br />
merupakan yang pertamakalinya<br />
diserahkan oleh pemerintah kepada<br />
universitas di Indonesia.<br />
Menurut Prof. Dr. Ir. BJ Habibie<br />
diharapkan dengan penghadiahan<br />
sebuah pesawat kepada lima<br />
universitas itu akan lebih<br />
meningkatkan kegairahan angkasa<br />
(air mindedness) di kalangan<br />
perguruan tinggi, dengan demikian<br />
akan memperbesar aktivitas<br />
perguruan-perguruan tinggi itu<br />
sendiri. Disamping memberikan<br />
dorongan lebih besar kepada para<br />
sarjana untuk terjun ke dalam dunia<br />
industri pesawat terbang yang<br />
memang sangat kita butuhkan.<br />
Ditambahkan pula bahwa bantuan<br />
pemerintah ini diharapkan bukan<br />
sebagai barang mewah tetapi<br />
didasarkan kepada kebutuhan yang<br />
sewajarnya untuk pembangunan.<br />
Pengangkutan pesawat Gelatik ke<br />
luar Jawa dibantu olaeh TNIAU.<br />
PT Nurtanio<br />
Tahun 1961 PT Nurtanio (dahulu<br />
LAPIP lalu menjadi LIPNUR) sudah<br />
mulai membuat pesawat jenis PZL-<br />
104 Gelatik sejak ditandatangani<br />
kontrak pembuatan pesawat terbang<br />
antara LAPIP (Lembaga Persiapan<br />
Industri Penerbangan) atas nama<br />
Pemerintah Indonesia dengan<br />
Pemerintah Polandia yang diwakili<br />
oleh maskapai CEKOP. Kontrak<br />
kerjasama pembangunan meliputi<br />
pembangunan pabrik, pendidikan<br />
karyawan dan produksi dibawah<br />
lisensi terhadap pesawat jenis PZL-<br />
104 Wilga yang di Indonesia<br />
kemudian menjadi pesawat PZL-104<br />
Gelatik. Pesawat ini merupakan<br />
pesawat ringan bermesin tunggal,<br />
serba metal dengan konstruksi “semi<br />
monocoque” yakni suatu jenis<br />
konstruksi pesawat dimana “kulit”<br />
bagian tengah pesawat bertugas.<br />
Pesawat ini mempunyai kemampuan<br />
untuk terbang landas dan mendarat di<br />
lapangan yang sempit (short take off<br />
dan landing) . Pesawat jenis ini dapat<br />
mengangkut sampai empat<br />
penumpang termasuk pilot. PT<br />
Nurtanio sudah memproduksi<br />
pesawat jenis ini sebanyak 40 buah<br />
dan tahun 1979 sudah tidak<br />
memproduksinya lagi. Selain<br />
memproduksi pesawat jenis gelatik<br />
ini, PT Nurtanio juga membuat<br />
sebuah pesawat Casa dan heli BO.<br />
Pemanfaatan<br />
Sebagai kelanjutan dari<br />
pemberian pesawat Gelatik tersebut,<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong> telah<br />
merencanakan untuk memanfaatkan<br />
pesawat Gelatik PZL-140 sebagai<br />
sarana berbagai macam kegiatan<br />
seperti sarana untuk meningkatkan<br />
Olah Raga Terjun Payung mahasiswa<br />
<strong>UGM</strong>, ikut menggiatkan Aero Sport<br />
di Yogyakarta dan untuk kegiatankegiatan<br />
pengabdian masyarakat<br />
yang memerlukan pesawat jenis<br />
47
Gelatik ini. Bahkan ditambahkan pula<br />
oleh drh. Busono, M.Sc., pesawat<br />
Gelatik tersebut akan dimanfaatkan<br />
untuk latihan menyemprot hama<br />
wereng oleh mahasiswa pertanian<br />
(dimungkinkan mengajarkan dosen<br />
Fakultas Pertanian cara<br />
mengudarakan pesawat tersebut).<br />
<strong>UGM</strong> telah mempunyai seorang<br />
pilot yaitu Drs. Herqutanto<br />
Sosronegoro, Dosen yang juga<br />
mantan Dekan Fakultas Sosial Politik<br />
<strong>UGM</strong>, yang memiliki brevet Pesawat<br />
Layang (Yogya 1954) dari Yugoslavia<br />
(1957) yang mungkin dapat mengajar<br />
dosen dan mahasiswa menjadi pilot.<br />
Pada tahun 1957, Drs. Herqutanto<br />
Sosronegoro adalah orang Indonesia<br />
pertama yang menerima brevet;<br />
Silver C' karena memenuhi tiga<br />
kecakapan, yaitu:<br />
1. Lima jam terbang terus-menerus<br />
tanpa mesin.<br />
2. Membumbung tinggi 1000 meter<br />
di atas ketinggian setelah dilepas.<br />
3. Mampu membuat 'cross country'<br />
sejauh 50 km.<br />
Menurut Drs. Herqutanto<br />
Sosronegoro yang pernah diajak<br />
membicarakan kemungkinan<br />
pengelolaan pesawat tersebut,<br />
setidak-tidaknya pesawat tersebut<br />
dapat dimanfaatkan untuk<br />
memperkuat FASI (Federasi Aero<br />
Sport Indonesia)Yogyakarta.<br />
Bagi Institut Teknologi Bandung<br />
menurut Artikto Kendroadji, Ketua I<br />
Aerokreasi ITB, akan digunakan<br />
untuk kegiatan kedirgantaraan<br />
melalui perkumpulan olahraga<br />
“Aerokreasi” karena selama ini<br />
menggunakan pesawat pinjaman. Di<br />
samping itu akan digunakan untuk<br />
pengabdian teknologi kepada<br />
masyarakat luas, aplikasi dan riset<br />
teknologi udara untuk pemukiman,<br />
teknologi pertanian, pengendalian<br />
ekosistem, dan kegiatan lainnya<br />
48
sesuai dengan Tri Darma Perguruan<br />
Tinggi.<br />
Untuk <strong>Universitas</strong> Cendrawasih,<br />
menurut Dirjen Perguruan Tinggi,<br />
pesawat terbang ini merupakan hal<br />
yang urgent mengingat universitas<br />
tersebut berada di daerah yang belum<br />
memiliki fasilitas jalan angkutan<br />
darat secukupnya. Juga karena<br />
mempunyai laboratorium diatas<br />
gunung yang sulit ditempuh oleh<br />
kendaraan darat (mobil).<br />
Ditambahkan pula bahwa universitas<br />
ini mempunyai kampus yang berada<br />
jauh di pedalaman. Pemanfaatan<br />
pesawat gelatik bagi <strong>Universitas</strong><br />
Mulawarman dan <strong>Universitas</strong> Syah<br />
Kuala adalah untuk sarana<br />
transportasi.<br />
Kerjasama dengan Lanuma Adi<br />
Sucipto<br />
Telah dibicarakan dengan<br />
Komandan Lanuma Adi Sucipto<br />
Yogyakarta, Kolonel Penerbang<br />
Sugiantoro, pada akhir tahun 1978<br />
mengenai segi-segi teknis masalah<br />
pesawat Gelatik tersebut. Lanuma<br />
Adi Sucipto akan membantu<br />
menyediakan:<br />
1. Hanggar untuk penyimpanan<br />
pesawat.<br />
2. Fasilitas perawatan.<br />
3. Pelatih, dsb.<br />
Bantuan dari Lanuma Adi<br />
Sucipto tersebut telah mendapat<br />
perhatian dan dukungan sepenuhnya<br />
dari KSAU Marsekal Ashadi<br />
Cahyadi. Ditambahkan pula dalam<br />
hal penerimaan pesawat, <strong>UGM</strong> telah<br />
mengambil langkah-langkah yang<br />
diperlukan bersama dengan Lanuma<br />
Adi Sucipto.<br />
Pedoman dan Petunjuk<br />
Dalam buku Pedoman Penerbang<br />
Pesawat Gelatik PZL-140 Oleh R.<br />
Setyo Pramono dijelaskan bahwa<br />
49
konstruksi dari pesawat jenis ini<br />
adalah konstruksi fuselage yaitu semi<br />
monocoque serba metal. Sayap hanya<br />
mempunyai satu tulangan tunggal<br />
(single-spar) dengan terque-box dan<br />
lapisan lempengan metal beralur.<br />
Tangki minyak terletak di dalam<br />
torque-box. Kemudian sepanjang<br />
sayap dilengkapi slat, flaperons, dan<br />
flaps di sletted. Jenis fuel atau bahan<br />
bakar yang dipakai adalah aviation<br />
petrol dengan nomor oktan minimum<br />
80. Berat atau weight dari pesawat<br />
tidak melebihi 1230 kg. Pesawat ini<br />
bisa mengangkut sampai empat orang<br />
penumpang termasuk pilot. Salah satu<br />
kelebihannya adalah mempunyai<br />
kemampuan terbang landas dan<br />
mendarat di lapangan yang sempit<br />
(short take off & landing S-STOL) .<br />
Dalam Pedoman Penerbang<br />
Pesawat Gelatik PZL-140, terdapat<br />
petunjuk (preflight check)<br />
penerbangan dalam pertanian dan<br />
terjun payung. Rincian petunjuk<br />
tersebut adalah sebagai berikut:<br />
1. Pertanian<br />
Ada beberapa perlengkapan<br />
untuk penerbangan agrikultural,<br />
yaitu:<br />
a. Terdapat sebuah tabung<br />
laminate untuk menampung<br />
bahan-bahan kimia dengan<br />
kapasitas 500 liter yang<br />
mempunyai sebuah tutup<br />
pada bagian atasnya dan<br />
dilengkapi dengan sebuah<br />
alat pengukur di bagian<br />
depan kontainer tersebut.<br />
Tabung tersebut terletak di<br />
dalam kabin di belakang<br />
kursi penerbang. Dan bagian<br />
bawah dari tabung ini<br />
mempunyai suatu lekuk<br />
(throat) yang dilengkapi<br />
dengan flange untuk<br />
mengencangkan emergencyrelease-valve<br />
dan drainvalve.<br />
b. Selain itu terdapat pompa<br />
elektris (electrical pump<br />
assembly) , pipa penyemprot<br />
(spray boom assembly) .<br />
c. Unit-unit atomizer mikronair<br />
AAU-3000 sebanyak 4 biji<br />
dipasang pada tiap-tiap unit<br />
sayap 2 biji.<br />
d. Variable Restrictor Unit<br />
(VRU) sebanyak 4 biji<br />
dipasang pada tiap-tiap unit<br />
atomizer. VRU ini<br />
merupakan alat untuk<br />
mengatur aliran bahan kimia<br />
dengan memutar thimble<br />
sesuai dengan kebutuhan<br />
operator.<br />
e. Cut-off Valve untuk<br />
menghentikan aliran zat<br />
kimia menuju spray-boom,<br />
Struts (tonggak) dan bracket<br />
untuk membawa spray boom.<br />
f. Brake handle, pump switsch,<br />
emergency release handle,<br />
pressure gauge (alat ini<br />
digunakan untuk mengukur<br />
tekanan zat kimia yang<br />
dipakai pada sistim tersebut),<br />
am-meter, shut off valve 4 biji<br />
(alat untuk menghentikan<br />
aliran zat kimia bila<br />
50
diperlukan pada saat atau<br />
selama spraying<br />
(penyemprotan), dan master<br />
cylinder sctuater assembly.<br />
2. Terjun Payung (parachuting)<br />
a. Untuk keperluan terjun<br />
payung, pesawat ini harus<br />
dilengkapi dengan sebuah<br />
injakan parasut dan sebuah<br />
hitch untuk parachutecords,<br />
dan kursi depan<br />
sebelah kanan diputar<br />
sehingga menghadap ke<br />
belakang.<br />
b. Pintu sebelah kanan harus<br />
dilepas dan sebagai gantinya<br />
dipasang sabuk pengaman<br />
dan bar-bar khusus.<br />
c. Jumlah maksimum penerjun<br />
adalah 3 orang.<br />
d. Parachute jump dilakukan<br />
bila pesawat tengah terbang<br />
lurus dengan kecepatan 100-<br />
150 km/jam.<br />
Sumber:<br />
1. Keputusan Direktur Jenderal<br />
Pendidikan Tinggi Departemen<br />
Pendidikan dan Kebudayaan RI<br />
No.011/DJ/Kep/1980 tentang<br />
Penyerahan Pesawat Terbang<br />
Gelatik PZL-104 Kepada<br />
Pimpinan <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong><br />
<strong>Mada</strong> dan Institut Teknologi<br />
Bandung.<br />
2. Kliping Media Tahun 1979.<br />
3. Surat Nomor PPI/199/X/79<br />
tentang Penjelasan Mengenai<br />
Sumbangan Pesawat Gelatik Dari<br />
PT Nurtanio tanggal 20 Oktober<br />
1979.<br />
4. Siaran Pers oleh Bagian<br />
Hubungan Masyarakat <strong>UGM</strong><br />
Nomor 29/HM/X/79/BB tanggal<br />
26 Oktober 1979.<br />
5. Pedoman Penerbang Pesawat<br />
Gelatik PZL-140 oleh R. Setyo<br />
Pramono.<br />
51
RESENSI BUKU<br />
KEPEMIMPINAN DALAM PROGRAM MANAJEMEN ARSIP<br />
DINAMIS DAN ARSIP STATIS<br />
Machmoed Effendhie 1<br />
Judul<br />
Editor<br />
Penerbit<br />
Kota<br />
Tahun<br />
ISBN<br />
Halaman<br />
: Leading and Managing Archives and Records<br />
Programs: Strategy for Success<br />
: Bruce W. Dearstyne<br />
: Neal-Schuman Publishers<br />
: New York<br />
: 2008<br />
: 978-1-55570-615-9<br />
: 347 halaman termasuk indeks<br />
Dalam suatu seminar atau<br />
workshop kearsipan, sering kali<br />
dikeluhkan tentang rendahnya<br />
apresiasi pimpinan yang dituding<br />
sebagai salah satu penyebab tidak<br />
berkembangnya pengelolaan arsip di<br />
suatu instansi (di Indonesia). Belum<br />
lagi masalah “anggaran yang minim”<br />
untuk penyelanggaraan kearsipan<br />
yang dituduh sebagai penyebab lain<br />
rendahnya kualitas arsiparis dan<br />
runtuhnya idealisme para calon<br />
arsiparis (di Indonesia), sehingga<br />
penyelenggaraan kearsipan di banyak<br />
instansi terkesan seadanya. Buku ini,<br />
yang diedit Bruce W. Dearstyne,<br />
seorang associate profesor dari<br />
University of Maryland, minimal<br />
dapat dijadikan sebagai bahan<br />
pelajaran bagi kita, bahwa di negaranegara<br />
lain, dan lebih spesifik lagi di<br />
instansi lain di Amerika dan Inggris<br />
1<br />
Kepala <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />
52
pernah menghadapi persoalanpersoalan<br />
tersebut dan kemudian<br />
dapat terlewati dan dapat diatasi.<br />
Buku ini terdiri dari 15 bab. Bab<br />
pertama dan dua bab terakhir ditulis<br />
sendiri oleh Bruce W. Dearstyne. Dua<br />
belas bab lainnya ditulis oleh para<br />
profesional berpengalaman dari<br />
Inggris dan Amerika, termasuk<br />
diantaranya Edie Hedlin, mantan<br />
Direktur Smithsonian Institution<br />
Archives, Phillip Mooney, Direktur<br />
Departemen <strong>Arsip</strong> Perusahaan Coca-<br />
Cola, dan Mark Greene, Direktur<br />
American Heritage Center di<br />
University of Wyoming. Para penulis<br />
menuangkan pengalaman pribadi<br />
mereka sebagai penanggung jawab<br />
program pengelolaan arsip dinamis<br />
dan arsip statis, baik di bidang<br />
industri, perguruan tinggi,<br />
pemerintahan, lembaga-lembaga<br />
swasta, perusahaan, dan jasa<br />
keuangan. Sekalipun tidak semuanya<br />
merupakan cerita sukses tetapi<br />
mereka telah memberikan kontribusi<br />
untuk keberhasilan pengembangan<br />
dan kelangsungan hidup<br />
berkelanjutan dari program<br />
pengelolaan arsip dinamis dan arsip<br />
statis yang pernah mereka<br />
selenggarakan. Para penulis<br />
menawarkan nasihat, saran,<br />
pengamatan, dan ide-ide untuk<br />
mengembangkan dan memelihara<br />
program yang sukses dan<br />
berkelanjutan dalam perubahan<br />
lingkungan cepat di mana sumber<br />
daya arsip dinamis dan statis sangat<br />
dibutuhkan. Masing-masing, dengan<br />
cara mereka sendiri, membahas dan<br />
mendefinisikan peran seorang<br />
pemimpin dan kebutuhan untuk<br />
kepemimpinan di semua tingkat.<br />
Program pengelolaan arsip<br />
dinamis (records) dan arsip statis<br />
(archives) akan mendapatkan<br />
keuntungan dari integrasi prinsipprinsip<br />
dan praktek manajemen<br />
kepemimpinan dan program<br />
pengelolaan arsip dinamis (records)<br />
dan arsip statis (archives) jelas perlu<br />
mengembangkan dan menerapkan<br />
keterampilan kepemimpinan untuk<br />
berhasil dalam pekerjaan mereka,<br />
(hal. 292).<br />
Bab 1, “Setting the Stage:<br />
Challenges and Opportunities in<br />
Leading Archives and Records<br />
Programs,” yang ditulis oleh sang<br />
editor merupakan semacam<br />
pengantar yang menyediakan konteks<br />
untuk esai dalam bab-bab berikutnya<br />
dengan membahas beberapa isu,<br />
tantangan, dan peluang yang dihadapi<br />
oleh para pemimpin dan manajer<br />
program manajemen arsip dinamis<br />
dan arsip statis.<br />
Dalam Bab 2, “The Records<br />
Management Leader,” Eugenia K.<br />
Brumm yang telah mengabdi selama<br />
20 tahun sebagai Records Manager,<br />
mengkaji peran dan pentingnya<br />
kepemimpinan dalam mencapai<br />
kesuksesan program manajemen<br />
arsip dinamis. Dia menggambarkan<br />
adanya keterkaitan erat antara<br />
peningkatan keterampilan<br />
pengelolaan arsip (dinamis) dengan<br />
kepemimpinan. Kepemimpinan<br />
53
mendorong transformasi yang<br />
disengaja yang diarahkan untuk<br />
mencapai tujuan. Oleh karena itu,<br />
semua orang di setiap titik karir<br />
mereka memiliki potensi untuk<br />
menjadi agen perubahan. Selain itu,<br />
Eugenia K. Brumm, mencatat bahwa<br />
menjadi pemimpin di setiap tingkatan<br />
apapun, adalah seperti sedang berada<br />
dalam sebuah proses yang sedang<br />
berlangsung, proses menuju tujuan<br />
yang tidak pernah berakhir. Untuk<br />
mencapai tujuan yang telah<br />
ditetapkan, seorang pemimpin harus<br />
mempunyai visi evolusioner dan<br />
dapat menerima setiap perubahan dan<br />
pengalaman baru "(33).<br />
Dalam Bab 3, “Records<br />
Management Standards: What They<br />
Are and Why They Are Important,”<br />
Diane K. Carlisle mempelajari<br />
bermacam-macam standar yang<br />
diterapkan dalam pengelolaan arsip<br />
dinamis. Pemilihan standar dalam<br />
pengelolaan arsip dinamis harus<br />
selektif dan disesuaikan dengan<br />
lingkungan organisasi. Banyak<br />
standar yang baik yang pernah<br />
dipraktikan dalam pengelolaan arsip<br />
dan manajemen informasi, seperti<br />
American National Standards<br />
Institute (ANSI), atau standar yang<br />
dikeluarkan oleh Organisasi<br />
Internasional, atau standar yang<br />
dikeluarkan oleh asosiasi<br />
profesional.<br />
Dalam Bab 4, “Leading a<br />
Successful Records Management<br />
Program, ” Carol EB Choksy<br />
membahas pengalaman, wawasan,<br />
dan observasi pada keunggulan dalam<br />
program manajemen arsip. Dia<br />
menjelaskan dan menganalisa<br />
persyaratan keterampilan minimal<br />
yang dibutuhkan oleh manajer yang<br />
sukses dalam mengelola arsip<br />
dinamis, termasuk keterampilan<br />
dalam komunikasi, ketrampilan<br />
membangun relasi, ketrampilan<br />
pengembangan strategi dan eksekusi,<br />
ketrampilan pengembangan<br />
karyawan dan kepemimpinan,<br />
ketrampilan manajemen proyek, dan<br />
ketrampilan negosiasi di lingkungan<br />
industri maupun organisasi.<br />
Dalam Bab 5, “From Cultural<br />
Luxury to 'The Way We Do Things. . .<br />
?': The Influence of Leadership in<br />
Archives and Records<br />
Management,” Peter Emmerson yang<br />
berpengalaman sebagai kepala<br />
Barclays Bank's Records Services<br />
Operation dan sebagai konsultan,<br />
membahas bagaimana pentingnya<br />
kepemimpinan seorang manajer arsip<br />
(Records Manager) bagi manajemen<br />
arsip perbankan. Model pengelolaan<br />
arsip dinamis harus bersifat responsif,<br />
dan selaras dengan, keadaan yang<br />
berubah dan tujuan strategis dari<br />
bisnis yang lebih luas.<br />
Dalam Bab 6, “Competing for<br />
Relevance: Archives in a<br />
Multiprogram Organization,” James<br />
E. Fogerty mengungkapkan<br />
pengalamannya dalam mengelola<br />
arsip statis dan program sejarah lisan<br />
yang berperan penting dalam<br />
mendukung tujuan organisasi. Pada<br />
saat yang sama, organisasi harus<br />
54
mampu mengidentifikasi dan<br />
memenuhi harapan konstituen<br />
eksternal (layanan publik). Dia<br />
menjelaskan strategi dan peluang<br />
untuk memperkuat program dan<br />
meningkatkan profil perusahaan<br />
dengan pengembangan kedua<br />
program itu, yakni program arsip<br />
statis dan program sejarah lisan.<br />
Dalam Bab 7, “Trying to Lead<br />
from Good to Great and Some<br />
Reflections on Leadership at All<br />
Levels,” Mark A. Greene President<br />
of the Society of American Archivists<br />
dan Director of the American<br />
Heritage Center at the University of<br />
Wyoming, berbagi pengalaman<br />
tentang hubungan kepemimpinan<br />
dengan pengembangan organisasi.<br />
Dia berfokus pada tiga komponen<br />
penting dari kepemimpinan:<br />
“mendefinisikan, menyebarkan, dan<br />
menerapkan visi, mendefinisikan dan<br />
mengelola perubahan, dan membuat<br />
keputusan”. “... Kepemimpinan dapat<br />
dan harus ada di semua tingkat<br />
organisasi” (137). Dalam tulisannya<br />
ini juga dibahas bagaimana ia<br />
memimpin tim untuk mengubah<br />
American Heritage Center yang<br />
semula tidak berfungsi dan hanya<br />
semacam gudang penyimpanan arsip<br />
menjadi institusi kearsipan bergengsi<br />
dengan layanan informasi kearsipan<br />
yang prima. Ternyata pengalaman dia<br />
menangani arsip perguruan tinggi<br />
menjadi bekal dia ketika diminta<br />
untuk menangani American Heritage<br />
Center di University of Wyoming.<br />
Dalam Bab 8, “Meeting<br />
Leadership Challenges: Lessons<br />
from Experience,” Edie Hedlin,<br />
mantan Director of the Smithsonian<br />
Institution Archives, berbagi<br />
pengalaman selama dia menekuni<br />
karier di dunia kearsipan. Kata kunci<br />
yang dia tawarkan adalah ketika anda<br />
diserahi memimpin program<br />
pengelolaan arsip maka program<br />
tersebut harus dapat mendukung<br />
tujuan dari organisasi induk. Selain<br />
itu, anda harus selalu mendefinisikan<br />
dan terus-menerus mengartikulasikan<br />
misi Anda, mencari dan bekerja sama<br />
dengan institusi sejenis,<br />
mengembangkan rencana program<br />
dan memberikan prioritas pada<br />
kegiatan, berfokus pada produktivitas<br />
staf, dan mengevaluasi gaya<br />
kepemimpinan/ manajemenAnda.<br />
Dalam Bab 9, “Stranger in a<br />
Strange Land: The Archivist and the<br />
Corporation,” Philip F. Mooney,<br />
Director of the Archives Department<br />
of the Coca-Cola Company<br />
membahas peluang dan tantangan<br />
yang dihadapi oleh arsiparis<br />
perusahaan. Dia meneliti mengapa<br />
perusahaan-perusahaan mulai<br />
mengembangkan program<br />
pengelolaan arsip perusahaan,<br />
mengapa program arsip perusahaan<br />
ada yang tidak berhasil, bagaimana<br />
“menjual” sejarah manajemen<br />
perusahaan, bagaimana<br />
mengintegrasikan arsip ke dalam<br />
rencana bisnis, bagaimana<br />
memasarkan arsip, mengapa<br />
membentuk hubungan dengan unit<br />
operasi lain itu penting, bagaimana<br />
55
cara menilai arsip perusahaan, dan<br />
bagaimana peran kepemimpinan<br />
dalam program pengelolaan arsip.<br />
Philip F. Mooney, menguraikan<br />
prinsip-prinsip pengelolaan arsip<br />
perusahaan dan menyarankan bahwa<br />
arsip tidak harus dikaitkan dengan<br />
fungsi tunggal, tapi melayani<br />
“portofolio luas dari pengguna,”<br />
dengan layanan yang terus<br />
dikembangkan (202). Pemimpin atau<br />
yang diserahi tanggung jawab<br />
mengelola arsip perusahaan harus<br />
mampu membangun strategi<br />
pengelolaan arsip yang dapat terus<br />
menerus mendukung tujuan<br />
perusahaan yang lebih besar, karena<br />
“pengelolaan, pengendalian, dan<br />
perlindungan arsip yang tepat dapat<br />
mencegah hilangnya arsip<br />
perusahaan yang merupakan memori<br />
perusahaan, sekalipun perusahaan<br />
tersebut dimerger, diambil alih atau<br />
ada perampingan organisasi (203).”<br />
Dalam Bab 10, “Managing<br />
Change at the Vermont State<br />
Archives: A Continuing Issue, ”<br />
Gregory Sanford dan Tanya Marshall<br />
meneliti evolusi dari Vermont State<br />
Archives selama seperempat abad<br />
terakhir. Mereka menggambarkan<br />
pendekatan strategis yang telah<br />
membantu dalam pengembangan<br />
Vermont State Archives “dari kantor<br />
kecil dan usang menjadi lembaga<br />
kearsipan modern” termasuk<br />
membuat arsip berbasis teknologi<br />
informasi yang berguna untuk<br />
pengambil keputusan, memperluas<br />
otoritas hukum, dan<br />
mengintegrasikan manajemen arsip<br />
dinamis dan manajemen arsip statis.<br />
<strong>Arsip</strong>aris dan manajer arsip dinamis<br />
harus mengintegrasikan<br />
“pengetahuan khusus kearsipan,<br />
memori institusional, dan<br />
penanganan akses serta pelestarian<br />
arsip menjadi lembaga layanan<br />
informasi arsip yang siap melayani<br />
publik” (226). Gregory Sanford dan<br />
Tanya Marshall menyarankan bahwa<br />
para pemimpin harus memahami<br />
budaya organisasi sebelum<br />
melakukan perubahan itu, menjalin<br />
hubungan dengan pencipta arsip dan<br />
pengguna, dan menciptakan visi dan<br />
misi untuk mempromosikan<br />
program-program mereka.<br />
Dalam Bab 11, “Appraising,<br />
Transferring, Preserving, and<br />
Making Available Born-Digital<br />
Records from Central Government<br />
Departments (Seamless Flow),”<br />
Kelvin Smith menggambarkan<br />
Program Seamless Flow dari <strong>Arsip</strong><br />
Nasional Inggris, sebuah sistem<br />
berbasis internet untuk layanan arsip<br />
digital. Program ini dikembangkan<br />
dalam sembilan tahapan yang<br />
masing-masing tahapan dibahas<br />
secara rinci karena merupakan pusat<br />
Program Seamless Flow dan<br />
menyajikan beberapa tantangan<br />
manajemen yang paling kompleks.<br />
Dalam Bab 12, “Leading from<br />
the Middle: Building a University<br />
Archives,” Leon Stout merefleksikan<br />
pengalaman kepemimpinan dan<br />
menggambarkan karyanya sebagai<br />
<strong>Arsip</strong>aris <strong>Universitas</strong> di Penn State<br />
56
University. Dia memberikan<br />
wawasan tentang kepemimpinan di<br />
tingkat menengah, di mana<br />
kepemimpinan tingkat menengah<br />
(atau penanggung jawab institusi<br />
arsip universitas) berfungsi sebagai<br />
manajer program, dan juga harus siap<br />
melayani eksekutif yang lebih tinggi<br />
dalam hierarki kepemimpinan<br />
lembaga perguruan tinggi. Selain itu,<br />
sebagai pemimpin tingkat menengah,<br />
atau sebagai penanggung jawab arsip<br />
universitas, dituntut untuk dapat<br />
melestarikan memori kolektif<br />
universitas (arsip statis), memberikan<br />
layanan informasi kearsipan di<br />
lingkungan universitas dan publik<br />
serta mampu membangun strategi<br />
pengembangan program arsip<br />
dinamis universitas.<br />
Dalam Bab 13, “ The State<br />
Archives, Education, and Politics in<br />
New York,” Christine Ward meneliti<br />
pendekatan strategis New York State<br />
Archives untuk mendukung misi<br />
organisasi induknya, Departemen<br />
Pendidikan Negara, dan tujuan<br />
pemerintah negara bagian. Dia<br />
menjelaskan kerja kepemimpinan<br />
yang terlibat dalam memperluas<br />
program, berkampanye untuk sumber<br />
daya program, dan menyesuaikan<br />
program arsip terhadap perubahan<br />
prioritas kelembagaan.<br />
Bab 14, “Leading Archives and<br />
Records Programs: Perspectives and<br />
Insights,” menempatkan esai dalam<br />
buku ini ke dalam perspektif dengan<br />
mempertimbangkan interpretasi<br />
kepemimpinan yang telah<br />
dikemukakan para penulis dan<br />
dengan memeriksa bagaimana<br />
wawasan itu berlaku untuk program<br />
arsip dinamis, arsip statis, dan<br />
informasi terkait. Bab 15, “Leading<br />
Archives and Records Programs:<br />
Issues and Sources, ” menyarankan<br />
topik-topik untuk penelitian lebih<br />
lanjut, serta sumber-sumber yang<br />
dapat digunakan untuk menjelajahi<br />
dan menggali lebih dalam mengenai<br />
masalah yang diangkat oleh para<br />
penulis. Bab 14 dan 15 yang ditulis<br />
oleh editor buku ini, intinya sebagai<br />
penutup buku ini dan membuka opsi<br />
untuk penelitian kearsipan lebih<br />
lanjut.<br />
Bab-bab dalam buku ini ditulis<br />
oleh para profesional dan<br />
berpengalaman dengan perspektif<br />
mereka sendiri, singkatnya, buku ini<br />
menawarkan akumulasi pengalaman<br />
dan kebijaksanaan yang dapat<br />
dipertimbangkan dan diterapkan oleh<br />
orang lain. Para penulis tidak hanya<br />
menceritakan pengalaman mereka,<br />
tetapi juga merenungkan mengapa hal<br />
itu terjadi, apa yang mereka pelajari<br />
dalam proses, dan bagaimana<br />
perkembangan dalam program<br />
mereka terkait dengan<br />
kecenderungan yang lebih luas di<br />
lapangan. Di setiap bab diungkapkan<br />
faktor kepemimpinan dan kerja keras<br />
untuk mencapai keberhasilan<br />
program yang berkelanjutan, untuk<br />
membangun dan memelihara sebuah<br />
program, untuk menghadapi<br />
tantangan, dan untuk menjaga<br />
57
program agar tetap responsif terhadap<br />
perubahan-perubahan yang terjadi.<br />
Selain itu, para penulis juga<br />
mengungkapkan pentingnya<br />
mengembangkan keterampilan dan<br />
menerapkan pendekatan<br />
kepemimpinan yang sesuai dengan<br />
program individu dan lingkungan<br />
organisasi, serta responsif terhadap<br />
tantangan zaman. Yang lebih penting<br />
lagi adalah, buku ini dapat digunakan<br />
sebagai pengantar penelitian lanjutan<br />
baik bagi mahasiswa kearsipan<br />
maupun peneliti arsip. Bagi para<br />
profesional yang telah bekerja di<br />
lapangan selama beberapa tahun,<br />
buku ini menawarkan saran praktis,<br />
ide-ide kreatif dan inspiratif untuk<br />
menerapkan prinsip-prinsip dan<br />
praktek kepemimpinan dalam<br />
pengembangan program manajemen<br />
arsip dinamis (records management)<br />
maupun manajemen arsip statis<br />
(archives management) .<br />
58
BERITA<br />
Kunjungan ke<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong><br />
1. Sekolah Menengah Kejuruan<br />
(SMK) Nasional Baureno<br />
Bojonegoro pada tanggal 13 Juni<br />
<strong>2013</strong>, sebanyak 50 siswa, 15 guru<br />
dipimpin kepala sekolahnya,<br />
Abd. Rohman, S.Pd.<br />
2. <strong>Arsip</strong>aris se-Jawa Timur pada<br />
tanggal 21 Juni <strong>2013</strong>, dengan<br />
peserta sekitar 87 orang terdiri<br />
dari: arsiparis propinsi, arsiparis<br />
kabupaten/ kota, dan arsiparis<br />
perguruan tinggi. Kunjungan<br />
tersebut difasilitasi oleh Badan<br />
Perpustakaan dan Kearsipan<br />
Propinsi Jawa Timur.<br />
Rakor dan Sosialisasi Kearsipan<br />
1. Rapat Koordinasi Kearsipan dan<br />
Dokumentasi diselenggarakan<br />
oleh Pusat Informasi dan Humas<br />
Sekjen Kemdikbud pada tanggal<br />
27 – 29 Mei <strong>2013</strong> di Hotel Sahid<br />
Raya Jakarta. <strong>UGM</strong> mengirim<br />
Kepala <strong>Arsip</strong>, Drs. Machmoed<br />
Effendhie, M.Hum. mewakili<br />
Wakil Rektor II, dan Zaenudin,<br />
A.Md., mewakili pejabat<br />
fungsional arsiparis.<br />
2. Sosialisasi Revisi Peraturan<br />
Menteri PAN No.<br />
PER/3/M.PAN/3/2009 tentang<br />
Jabatan Fungsional <strong>Arsip</strong>aris dan<br />
Angka Kreditnya telah<br />
dilaksanakan oleh ANRI pada<br />
tanggal 18 – 19 Juni <strong>2013</strong> di Hotel<br />
Amoz Cozy Jakarta. Hadir dalam<br />
acara tersebut Kepala Bidang<br />
Database <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong>, Dra. Eny<br />
Kusumindarti W.<br />
Pendampingan Unit Kerja<br />
1. Kegiatan pendampingan<br />
penataan dan penyusutan arsip di<br />
Fakultas MIPA <strong>UGM</strong>,<br />
dilaksanakan mulai Februari<br />
<strong>2013</strong>.<br />
2. Kegiatan pendampingan<br />
penataan dan penyusutan arsip di<br />
Direktorat Sumber Daya Manusia<br />
<strong>UGM</strong>, dilaksanakan mulai<br />
tanggal 25 Maret – 28 Juni <strong>2013</strong>.<br />
3. Kegiatan pendampingan<br />
penyusutan dan pemusnahan<br />
arsip di Kantor Pusat Fakultas<br />
Teknik (KPTU), dilaksanakan<br />
mulai Mei <strong>2013</strong>.<br />
Akuisisi<strong>Arsip</strong><br />
Periode Maret – Juni <strong>2013</strong><br />
1. Direktorat SDM<br />
Akuisisi arsip Direktorat SDM<br />
dilakukan pada tanggal 24 April<br />
<strong>2013</strong>. <strong>Arsip</strong> yang diakuisisi<br />
berupa arsip kepegawaian yaitu<br />
Buku Data Pegawai 36 jilid, Buku<br />
Induk Pegawai 86 jilid, klapper<br />
15 jilid dan personal file guru<br />
besar/ tokoh nasional 12 berkas,<br />
disertai dengan Daftar<strong>Arsip</strong>nya.<br />
2. Studio 111<br />
Perusahaan yang beralamat di Jl.<br />
Menur 2 No. 18 Perum<br />
Condongcatur Yogyakarta ini<br />
bergerak dalam bidang editing<br />
audiovisual. Perusahaan ini<br />
menyerahkan arsip kaset video<br />
VHS sebanyak 122 buah.<br />
Penyerahan arsip tersebut<br />
dilakukan oleh Beny Wahyada,<br />
SE. kepada Kepala Bidang<br />
59
Database <strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> pada<br />
pertengahan Mei <strong>2013</strong>. <strong>Arsip</strong><br />
tersebut berisi tentang Wisuda<br />
<strong>UGM</strong>.<br />
3. Direktorat Kemahasiswaan<br />
<strong>UGM</strong><br />
Direktorat Kemahasiswaan<br />
<strong>UGM</strong> menyerahkan 11 (sebelas)<br />
karung arsip tentang berkas<br />
beasiswa pada tanggal 10 Mei<br />
<strong>2013</strong>. Penyerahan dilakukan oleh<br />
Sdr. Lugiyanti.<br />
4. Oral History<br />
Melalui program oral history,<br />
<strong>Arsip</strong> <strong>UGM</strong> berhasil menambah<br />
khasanah arsip berupa rekaman<br />
wawancara. Adapun tokoh yang<br />
telah di wawancarai adalah:<br />
a. Drs. Pariatra Westra, S.E.,<br />
S.H. mantan Direktur BPA<br />
<strong>UGM</strong>, pada tanggal 5 Maret<br />
<strong>2013</strong>.<br />
b. Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA.<br />
mantan Rektor <strong>UGM</strong>, pada<br />
tanggal 2April <strong>2013</strong>.<br />
Pada kesempatan yang sama,<br />
Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA.<br />
juga memberikan 1 CD yang<br />
berjudul “Sang Reformis.”<br />
c. Prof. Dr. Ir. Mohammad<br />
Adnan, M.Sc. mantan Rektor<br />
<strong>UGM</strong>, pada tanggal 21 Mei<br />
<strong>2013</strong>.<br />
Pengelolaan<strong>Arsip</strong><br />
Pengelolaan arsip dari Sekretaris<br />
Eksekutif dilaksanakan pada tanggal<br />
22 Januari – 30 April <strong>2013</strong>. Volume<br />
arsip lebih kurang 20 meter linier<br />
antara lain tentang SK Rektor,<br />
Laporan Audit Keuangan, Laporan<br />
Tahunan Unit Kerja, Korespondensi,<br />
Notulen Rapat Pimpinan dan Naskah<br />
Akademik Pendirian Jurusan/ Prodi,<br />
dengan rentang waktu 2003-2012.<br />
Pengelolaan arsip berdasarkan pola<br />
klasifikasi Keputusan Sekjen<br />
Depdiknas Nomor:<br />
41268/A.A1/KP/2008.<br />
60