Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
TERBAKAR OBOR RAKYAT<br />
ROMARIO varia<br />
TUHAN<br />
SEPAK<br />
BOLA<br />
kompromi<br />
debat capres<br />
EDISI <strong>134</strong> | 23 - 29 JUNI 2014
DAFTAR ISI<br />
Edisi <strong>134</strong> 23 - 29 juni 2014<br />
Fokus<br />
Debat tanpa Sengat<br />
Tim sukses memanfaatkan<br />
undang-undang buat<br />
mencegah moderator<br />
mencecar kandidat mereka.<br />
Demi menyelamatkan citra<br />
calon presiden dan wakil<br />
presiden di mata pemilih.<br />
Nasional<br />
kriminal<br />
n Menjerat Obor Rakyat<br />
n Rumah sesudah lengser keprabon<br />
internasional<br />
n awas, sindikat penjual gadis<br />
hukum<br />
n setelah karminah menagih jatah<br />
ekonomi<br />
n perkawinan paksa demi bagdad<br />
n menyembuhkan luka rohingya<br />
interview<br />
n lukman hakim saifuddin<br />
kolom<br />
n obor rakyat pengkhianat sejarah<br />
sisi lain capres<br />
n saat prabowo dukung jokowi<br />
sport<br />
n Menanti Obral Bank Mutiara<br />
n 7 peminat mutiara<br />
n mengincar pasar raksasa<br />
n baru potensi rugi atau sudah bocor<br />
bisnis<br />
n mati dua kali<br />
buku<br />
n ambisi jadi presiden, subversif<br />
lensa<br />
n pesta-pora penggila bola<br />
n singa di lapangan, harimau di panggung<br />
n socrates, che guevara, dan sepak bola<br />
people<br />
Seni hiburan<br />
n kembara pemuda dalam bayangan<br />
n lilo | leonardo dicaprio | fatin shidqia<br />
gaya hidup<br />
n seterang bintang berpendar<br />
n film pekan ini<br />
n agenda<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n Jurus bebas lilitan kartu kredit<br />
n menjajal gondola ‘primitif’ di pantai timang<br />
n makan dan makan lagi!<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal,<br />
Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai Bahasa:<br />
Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo<br />
Product Management: Sena Achari, Sofyan Hakim Creative Designer: Mahmud Yunus, Kiagus Aulianshah,<br />
Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Edi Wahyono,<br />
Fuad Hasim, Luthfy Syahban.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
lensa<br />
Pesta-Pora Penggila Bola<br />
Tap untuk melihat foto UKURAN BESAR<br />
Foto-foto: Getty Images dan Reuters<br />
Perhelatan akbar empat tahunan bagi para penggila bola telah dimulai. Brasil kembali menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia 2014.<br />
Inilah potret euforia para penggila bola dari berbagai penjuru dunia.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
lensa<br />
Wanita cantik asal Kolombia berpose, menari, dan menjadi penyemangat bagi tim nasionalnya.
lensa<br />
Suporter dari Australia tak mau kalah memberikan dukungan kepada timnas negaranya.
Suporter dari Cile berjoget mendukung timnas negaranya dalam Piala Dunia 2014 di Brasil.
lensa<br />
Ekspresi pendukung timnas Spanyol.
lensa<br />
Pendukung timnas Inggris.
lensa<br />
Pendukung anak-anak dari Inggris dan Jepang.
nasional<br />
Menjerat<br />
Obor<br />
Rakyat<br />
Polisi mulai menggelar pemeriksaan<br />
terhadap pengelola tabloid Obor Rakyat,<br />
yang dibagikan ke pesantren-pesantren.<br />
Dianggap menebar fitnah dan kebencian.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat<br />
Setiyardi Budiono bakal dipanggil<br />
paksa oleh Markas Besar Kepolisian RI<br />
jika kembali tak memenuhi panggilan<br />
kedua. Ia mangkir saat dipanggil untuk diperiksa<br />
sebagai terlapor pada Kamis, 19 Juni lalu.<br />
“(Setiyardi) akan dipanggil lagi dengan panggilan<br />
kedua hari Senin (pekan ini),” kata Kepala<br />
Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal<br />
Ronny F. Sompie.<br />
Asisten Velix Wanggai, Staf Khusus Presiden<br />
Bidang Pembangunan dan Otonomi Daerah,<br />
itu harus berurusan dengan polisi setelah dilaporkan<br />
oleh tim kuasa hukum Joko Widodo-<br />
Jusuf Kalla, Senin, 16 Juni lalu. Setiyardi bersama<br />
Darmawan Sepriyossa diduga membuat tabloid<br />
yang dianggap sebagai kampanye hitam bagi<br />
pasangan calon presiden dan calon wakil presiden<br />
tersebut. Keduanya dilaporkan ke polisi<br />
atas dugaan pelanggaran pidana pencemaran<br />
Anggota Bawaslu, Nelson<br />
Simanjuntak (kanan)<br />
dan Nasrullah (tengah),<br />
menunjukkan tabloid<br />
Obor Rakyat, yang diduga<br />
melanggar aturan kampanye<br />
pilpres, Rabu (4/6).<br />
Yudhi Mahatma/antaRA FOTO<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Ari Saputra/detikcom<br />
Kami tidak ingin<br />
penyebaran kebencian<br />
ini terus berlanjut.<br />
Kami minta polisi<br />
menindak tegas orang<br />
selain SB dan DS.<br />
Taufik Basari<br />
nama baik dan fitnah.<br />
Tim hukum Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-<br />
JK), yang diwakili Taufik Basari, Alexander Lay,<br />
dan Teguh Samudra, juga mendesak polisi<br />
mengusut siapa saja di balik pembuatan dan<br />
penyebaran tabloid itu. Mereka menganggap<br />
konten yang ditulis Obor bukan semata-mata<br />
pelanggaran pemilu.<br />
“Kami tidak ingin penyebaran kebencian<br />
ini terus berlanjut. Kami minta<br />
polisi menindak tegas orang selain<br />
SB dan DS. Karena (Obor Rakyat)<br />
disebar di titik-titik tertentu dan<br />
sangat terorganisasi,” ujar Taufik<br />
di kantor pemenangan Jokowi-<br />
JK, kawasan Gondangdia, Jakarta<br />
Pusat.<br />
Mereka juga meminta polisi<br />
mengklarifikasi hal ini kepada Istana<br />
terkait posisi Setiyardi sebagai asisten<br />
staf khusus presiden. Sebelum ke polisi,<br />
tiga pekan lalu tim Jokowi-JK melaporkan penyebaran<br />
tabloid ini ke Badan Pengawas Pemilu.<br />
Obor Rakyat membuat berang kubu capres<br />
Jokowi karena berisi kumpulan berbagai isu<br />
miring soal mantan Wali Kota Solo itu, yang<br />
sebelumnya banyak beredar di media sosial.<br />
Target pembacanya pun spesifik, yakni kalangan<br />
pesantren. Tabloid yang sudah terbit tiga<br />
edisi ini dibagikan secara gratis dan dikirim lewat<br />
pos ke berbagai pondok pesantren di Jawa,<br />
Sumatera, hingga Kalimantan.<br />
Edisi pertama tabloid setebal 16 halaman<br />
ini mengambil judul “Capres Boneka”, dengan<br />
gambar depan Jokowi mencium tangan Ketua<br />
Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan<br />
Megawati Soekarnoputri. Isinya antara lain<br />
soal isu bahwa dia capres yang dikendalikan<br />
Megawati. Persoalan Jokowi meninggalkan<br />
Jakarta sebelum menunaikan masa jabatannya<br />
juga disinggung di tabloid ini, selain tudingan<br />
bahwa Jokowi keturunan Cina dan dibekingi<br />
pengusaha Tionghoa.<br />
Siapa pengelola Obor terkuak jelas setelah<br />
Darmawan Sepriyossa mengaku diajak Setiyardi—kawan<br />
lamanya saat bekerja di sebuah<br />
media nasional—untuk membuat tabloid ini.<br />
Pengakuan itu ditulis Darmawan di akun Facebook-nya<br />
dan diunggah di portal Inilah.com,<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Santri melihat tabloid Obor<br />
Rakyat di Ponpes Darul<br />
Ulum Rejoso Peterongan,<br />
Jombang, Jawa Timur,<br />
Selasa (3/6).<br />
Syaiful aRif/antaRA FOTO<br />
tempatnya bekerja sebagai penulis.<br />
Adapun nama Darmawan disebut Gun Gun<br />
Heryanto, yang tulisan kolomnya dimuat di<br />
Obor Rakyat. Pada 25 April lalu, Gun Gun dikontak<br />
Darmawan untuk menulis analisisnya<br />
tentang PDIP dalam mengikuti pemilihan presiden.<br />
Darmawan saat itu mengatakan hendak<br />
membuat tabloid baru. Namun Gun Gun tak<br />
menyangka tulisannya itu dimuat di tabloid<br />
Obor Rakyat.<br />
Nama Darmawan tak tercantum dalam susunan<br />
redaksi Obor Rakyat. Namun Setiyardi<br />
Budiono tertulis sebagai pemimpin. Sedangkan<br />
kantor redaksinya tertulis di Jalan Pisangan<br />
Timur Raya IX, Jakarta Timur. Tapi, ketika didatangi,<br />
kantor itu tidak ditemukan. Nomor teleponnya<br />
juga tidak bisa dihubungi. Paket tabloid<br />
Obor, yang disebar ke pesantren-pesantren,<br />
dikirim dari berbagai tempat, seperti Cilincing<br />
atau Tanjung Priok, Jakarta Utara.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Ketua Panwaslu Kabupaten<br />
Kediri, Jawa Timur,<br />
Mujiharjito, menunjukkan<br />
tabloid Obor Rakyat di<br />
kantornya, Jumat (13/6).<br />
Rudi Mulya/antaRA FOTO<br />
Dalam menyikapi laporan terkait Obor Rakyat,<br />
Kepala Polri Jenderal Sutarman mengatakan<br />
pihaknya lebih dulu meminta berbagai pendapat<br />
ahli dan Dewan Pers. “De wan Pers bilang<br />
bahwa itu (Obor Rakyat) bukan produk pers,”<br />
tuturnya, Kamis, 19 Juni lalu. Polisi, jaksa, dan<br />
Bawaslu akan menilai laporan tersebut apakah<br />
terkait pelanggaran administrasi pemilu, kode<br />
etik, atau pidana. “Administrasi ke KPU (Komisi<br />
Pemilihan Umum), kode etik ke DKPP (Dewan<br />
Kehormatan Penyelenggara Pemilu), dan kalau<br />
pidana kembali ke polisi,” ucap Sutarman.<br />
Dewan Pers telah melakukan investigasi<br />
lapangan terhadap Obor Rakyat. Hasilnya, tabloid<br />
itu dianggap tidak masuk ranah Undang-<br />
Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan kode<br />
etik jurnalistik. Bukan merupakan produk jurnalistik<br />
karena tak berbadan hukum, serta alamat<br />
redaksi yang dicantumkan diduga bodong.<br />
“Karena Dewan Pers menganggap tabloid tersebut<br />
bukan produk jurnalistik, kami tak turut<br />
menangani kasus itu,” kata Ketua Dewan Pers<br />
Bagir Manan.<br />
Menurut bekas Ketua Mahkamah Agung itu,<br />
pemimpin redaksi dan penyelenggara tabloid<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Dok. Pribadi<br />
Sebagai<br />
jurnalis, saya<br />
mempertaruhkan<br />
reputasi saya.<br />
Kami tim redaksi<br />
menganggap ini<br />
fakta.<br />
Setiyardi<br />
bisa dijerat dengan undang-undang lain, yakni<br />
KUHP terkait fitnah atau UU Percetakan. Itu<br />
kalau Bawaslu menganggap laporan tim kuasa<br />
hukum Jokowi-JK telah kedaluwarsa dan tidak<br />
bisa dijerat pelanggaran pemilu.<br />
Velix Wanggai mengakui Setiyardi adalah<br />
stafnya di bagian pembangunan perkotaan<br />
dan pedesaan, serta koordinator wilayah<br />
Sumatera. Meski begitu, ia membantah<br />
Istana ikut campur dalam penerbitan<br />
Obor Rakyat. “Istana tidak pernah<br />
mengeluarkan arahan atau instruksi<br />
kepada Setiyardi dalam<br />
penerbitan tabloid Obor Rakyat,”<br />
ujarnya Rabu, 18 Juni lalu.<br />
Setiyardi juga menolak kiprahnya<br />
di Obor Rakyat dikaitkan dengan<br />
tempat kerjanya. Saat menghadiri sebuah<br />
diskusi di Jakarta, Sabtu, 13 Juni lalu,<br />
ia mengaku izin cuti untuk menerbitkan<br />
Obor. “Saya tidak bercerita kepada Pak Velix.<br />
Intinya, saya cuti dan melakukan aktivitas yang<br />
tidak ingin dikaitkan dengan kantor saya,” tuturnya.<br />
Ia mengklaim Obor Rakyat adalah karya jurnalistik<br />
yang dilindungi UU Pers. Setiyardi pun<br />
membantah tabloid itu merupakan kampanye<br />
hitam, karena berisi fakta. “Sebagai jurnalis,<br />
saya mempertaruhkan reputasi saya. Kami tim<br />
redaksi menganggap ini fakta,” ucapnya. Judul<br />
“Capres Boneka” pada tabloid itu diakuinya<br />
sebagai kesimpulan tim redaksi.<br />
Sedangkan biaya penerbitannya berasal dari<br />
koceknya sendiri. Setiyardi mengaku punya kemampuan<br />
untuk itu. “Saya memiliki bisnis, dan<br />
(duduk sebagai) komisaris di PTPN XIII. Intinya,<br />
ini adalah murni full dari rezeki yang saya terima.”<br />
Untuk setiap edisi Obor Rakyat, ia mencetak 100<br />
ribu eksemplar.<br />
Belum diketahui apakah Setiyardi akan<br />
memenuhi panggilan polisi yang kedua. Berulang<br />
kali dihubungi, telepon selulernya tak diangkat.<br />
Ia juga tidak membalas pesan singkat.<br />
Adapun Darmawan sempat menjanjikan untuk<br />
menerima wawancara majalah detik. “Saya<br />
tidak masuk kantor, Dik. Dua hari kemarin puter-puter<br />
Jabar dan masuk angin. Paling besok,<br />
bagaimana?” kata dia via pesan singkat, Senin,<br />
16 Juni lalu. Namun setelah itu, ia tak merespons<br />
panggilan maupun SMS. ■ DEDEN gunaWAN,<br />
kustiah, Pasti liberti | dimas<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Habis Obor<br />
Terbitlah<br />
Transkrip<br />
Setelah dibuat repot oleh tabloid Obor Rakyat,<br />
kubu pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla kembali<br />
diserang lewat isu transkrip rekaman pembicaraan<br />
antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia<br />
Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Jaksa<br />
Agung Basrief Arief.<br />
Adalah Ketua Progres 98 Faizal Assegaf yang<br />
menggelontorkan isu tersebut. Faizal mengaku<br />
memiliki transkrip percakapan antara Megawati<br />
dan Basrief, yang diduga dari "utusan"<br />
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi<br />
Bambang Widjojanto.<br />
Percakapan dua orang yang dikatakan melalui<br />
telepon itu, disebut dalam transkrip adalah antara<br />
“Megawati” dan “Basrief Arief”. Isinya, orang yang<br />
ditulis sebagai “Megawati” meminta supaya kasus<br />
pembelian bus Transjakarta yang bermasalah tak<br />
dikait-kaitkan dengan calon presiden Joko Widodo.<br />
Kertas transkrip itu dibawa dan dilaporkan<br />
Faizal ke Kejaksaan Agung pada Rabu, 18 Juni<br />
lalu. Menurut dia, pembicaraan antara Megawati<br />
dan Basrief terjadi pada 3 Mei 2014 pukul<br />
23.09 WIB, dengan durasi 3 menit 12 detik.<br />
Tapi, anehnya, saat didesak wartawan, Faizal<br />
tidak mampu menunjukkan rekaman yang dimaksud.<br />
Dia hanya menunjukkan kertas transkrip.<br />
Faizal mengaku rekaman itu hanya sempat<br />
diperdengarkan saja kepadanya oleh sumber<br />
yang disebutnya dari KPK.<br />
Satu per satu orang yang disebut dalam isu ini<br />
membantahnya. Bambang Widjojanto menjamin,<br />
dalam penyadapan yang dilakukan KPK, tidak ada<br />
informasi yang jatuh ke pihak lain. Sebab, komisi<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Faizal Assegaf saat datang<br />
ke Kejaksaan Agung, Rabu<br />
(18/6).<br />
Rina atriana /detikcom<br />
Tap/klik untuk berkomentar<br />
antirasuah itu menganut asas sistem Law Full<br />
Intercept.<br />
“Sehingga, dapat dipastikan tidak akan<br />
ada informasi hasil intercept yang bisa keluar<br />
pada pihak yang tidak punya kaitan dengan<br />
pihak yang menangani kasus,” kata Bambang<br />
di gedung KPK, Rabu, 18 Juni lalu.<br />
Jaksa Agung Basrief Arief mengatakan<br />
transkrip pembicaraannya dengan Megawati<br />
tidak benar dan merupakan fitnah kepada<br />
dirinya. Ia pun melaporkan masalah ini ke<br />
Mabes Polri. Basrief mengatakan sudah ada<br />
tiga isu yang memojokkan dirinya. Pertama,<br />
pada 14 Mei 2014, ketika beredar surat palsu<br />
Gubernur DKI Joko Widodo yang meminta<br />
penundaan pemeriksaan kasus Transjakarta.<br />
Kedua, instruksi Basrief agar tidak memeriksa<br />
Jokowi. Ketiga, soal transkrip pembicaraan dirinya<br />
dengan Megawati.<br />
“Pertama dan kedua saya sudah serahkan ke<br />
Kapolri, yang ketiga hari ini saya sampaikan. Laporan<br />
pengaduan saya kepada Kapolri nomor<br />
B108/A/L/06 2014,” ujarnya. “Saya harap ini<br />
bisa diusut sesuai ketentuan yang berlaku.”<br />
Selain menyertakan laporan Faizal, Basrief<br />
melampirkan pemberitaan sebuah media<br />
online yang mengangkat isu transkrip rekaman<br />
pembicaraan ini. Tak hanya Basrief, Bambang<br />
Widjojanto, menurut juru bicara KPK Johan<br />
Budi, juga mempertimbangkan untuk mengambil<br />
langkah hukum.<br />
Anggota Tim Sukses Joko Widodo-Jusuf<br />
Kalla, Trimedya Panjaitan, menilai transkrip<br />
itu janggal. Apalagi jika dikait-kaitkan adanya<br />
intervensi Megawati terhadap Jaksa Agung.<br />
“Bu Mega bukan tipikal seperti itu. Belum lagi,<br />
dialog Jaksa Agung terkesan seperti jaksa baru,<br />
yang siap menjadi tameng. Itu bukan tipikal<br />
Pak Basrief,” tutur Trimedya. Merasa difitnah<br />
melalui isu ini, tim Joko Widodo juga akan melakukan<br />
tindakan hukum.<br />
Namun, meski sudah dibantah, anggota Tim<br />
Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa,<br />
Fadli Zon, meminta isu transkrip pembicaraan<br />
itu diusut. “Kalau transkrip itu benar, berarti<br />
ada intervensi politik terhadap hukum, sehingga<br />
harus diusut,” ucapnya. ■ DEDEN gunaWAN, faJAR<br />
Pratama, dhani iraWAN | dimas<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Kolom<br />
Obor Rakyat,<br />
Pengkhianat<br />
Sejarah<br />
Obor Rakyat tak lebih dari semacam “stensilan porno” yang<br />
dicetak massal dengan niatan jelek pada seseorang.<br />
Oleh: Ignatius Haryanto<br />
Biodata<br />
Nama: Ignatius Haryanto<br />
Tempat/Tanggal Lahir:<br />
Bandung, 23 Maret 1969<br />
Pendidikan:<br />
● Jurusan Komunikasi Massa, Fisip<br />
Universitas Indonesia, 1994<br />
Pernah dalam suatu massa, dalam sejarah pers di Indonesia, kata<br />
“obor” menjadi sesuatu yang demikian bertuah. Bersama dengan<br />
kata-kata lain, seperti “suluh”, “cahaya”, “sinar”, dan sejenisnya,<br />
yang menjadi nama-nama surat kabar pergerakan dalam dua-tiga<br />
dasawarsa awal abad 20 di kepulauan Nusantara ini.<br />
Nama-nama koran pergerakan pada zaman itu, misalnya, adalah Suluh Keadilan,<br />
Sinar Hindia, Obor Keadilan, dan lain-lain. Semua surat kabar tersebut<br />
terinspirasi dengan idiom “terang” yang dihasilkan oleh berita atau informasi<br />
yang dihasilkan surat kabar kala itu untuk membuka mata atas kehidupan<br />
susah dan sengsara di bawah pemerintahan kolonial. Bukan kebetulan jika,<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Kolom<br />
● Kursus Filsafat di Sekolah Tinggi<br />
Filsafat Driyarkara, 1991-1997<br />
● Program Kajian Asia Tenggara,<br />
National University of Singapore,<br />
1998-2000<br />
● Magister dari Sekolah Tinggi<br />
Filsafat Driyarkara, 2012<br />
Pengalaman Kerja:<br />
● Reporter di Majalah Forum Keadilan,<br />
1994-1997<br />
● Staf Redaksi Majalah D & R, 1997-<br />
1998<br />
● Staf Redaksi Majalah Tempo, 2001-<br />
2003<br />
● Direktur Eksekutif Lembaga Studi<br />
Pers dan Pembangunan, 2007 s.d.<br />
sekarang<br />
● Direktur Program Mochtar Lubis<br />
Award, 2007<br />
● Anggota Ombudsman Harian<br />
Kompas, 2008 s.d. sekarang<br />
● Dosen Jurnalistik di Universitas<br />
Multimedia Nusantara, Gading<br />
Serpong, Tangerang, 2007 s.d.<br />
sekarang<br />
pada masa yang lebih awal, Kartini, seorang tokoh perempuan di Jepara,<br />
menuliskan kumpulan suratnya dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.<br />
Keterpukauan pada revolusi cetak dipadu dengan semangat nasionalisme<br />
memunculkan para tokoh pergerakan yang, dengan sengaja, memilih media<br />
cetak sebagai bagian dari alat perjuangan mereka. Tak kurang puluhan jurnalis<br />
kala itu pernah keluar-masuk penjara di Hindia Belanda akibat tuduhan<br />
mengganggu ketertiban hingga menghina pimpinan negara kolonial.<br />
Kita, yang hidup di zaman sekarang, akan melihat tindakan itu sebagai<br />
bentuk heroisme, di mana kesadaran nasional dimungkinkan dengan adanya<br />
surat kabar, setelah sebelumnya para pendirinya menikmati pendidikan yang<br />
menyadarkan mereka akan buruknya hidup dalam bayang-bayang kolonialisme.<br />
Nantinya, setelah idiom cahaya atau terang tadi menjadi umum, namanama<br />
koran pergerakan muncul dengan nama-nama “bergerak”, yang menandakan<br />
aksi perlawanan terbuka yang dilakukan oleh para intelektual dan<br />
kaum buruh di berbagai wilayah di Jawa. Itulah masa di mana para tokoh<br />
pergerakan nasional, seperti Sukarno dan Hatta, sempat ditahan Belanda,<br />
namun pergerakan seperti yang dilakukan oleh Marco Kartodikromo terus<br />
berlangsung. Marco adalah murid langsung dari bapak pers bumiputra Indonesia:<br />
Tirto Adhi Soerjo.<br />
•••<br />
Belum lama ini, kita terentak ketika mendengar kemunculan tabloid yang<br />
beredar terbatas dengan nama Obor Rakyat (OBRA). Sejumlah berita menyebut<br />
tabloid ini didistribusikan secara misterius di sejumlah pesantren<br />
dan isinya membuat heboh. Isi tabloid ini utamanya banyak mencerca sosok<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Kolom<br />
Karya:<br />
● 1995, Pembredelan Pers di<br />
Indonesia: Kasus Koran Indonesia<br />
Raya, Lembaga Studi Pers dan<br />
Pembangunan<br />
● 1999, Kejahatan Negara: Telaah<br />
tentang Delik Keamanan Negara,<br />
Lembaga Studi dan Advokasi<br />
Masyarakat (ELSAM)<br />
● 2002, Penghisapan Rezim HAKI:<br />
Tinjauan Ekonomi Politik Hak<br />
Atas Kekayaan Intelektual, Debt<br />
Watch<br />
● Wartawan Lokal, Wartawan<br />
Handal, AJI<br />
● 2005, Apa itu Kebebasan Informasi?,<br />
LSPP dan UNESCO<br />
● 2006, Aku Selebriti Maka Aku<br />
Penting, Yogyakarta: Bentang<br />
Pustaka<br />
● 2006, The New York Times:<br />
Menulis Berita Tanpa Takut<br />
atau Memihak, Yayasan Obor<br />
Indonesia<br />
Joko Widodo (Jokowi), kandidat presiden yang hendak maju pada pemilihan<br />
presiden 9 Juli mendatang. Aneka tulisan dalam tabloid ini menyoroti Jokowi<br />
yang dianggap capres boneka, Jokowi sebagai tukang bohong, para caleg<br />
beragama Kristen di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan lain-lain.<br />
Rasanya, tak perlu lagi disebut apa saja kebohongan yang telah disebutkan<br />
OBRA tersebut. Minggu lalu, perlahan-lahan kita mengetahui siapa yang jadi<br />
pengelola tabloid ini, yaitu Darmawan Sepriyossa dan Setiyardi Budiono. Pengelola<br />
OBRA berkukuh bahwa media terbitannya adalah produk jurnalistik.<br />
Pengelola OBRA ini mungkin sudah lama lupa atau tidak pernah membaca<br />
UU Pers Nomor 40/199 yang, pada Pasal 5, menyebutkan: “Pers nasional<br />
berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma<br />
agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak<br />
bersalah”. Pasal 6 UU yang sama juga menyebutkan: “Pers nasional melaksanakan<br />
peranannya sebagai berikut:<br />
a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;<br />
b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi<br />
hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebinekaan;<br />
c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,<br />
akurat, dan benar;<br />
d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang<br />
berkaitan dengan kepentingan umum;<br />
e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.”<br />
Tanpa harus membuang waktu untuk debat panjang, tak ada satu pun dari<br />
prinsip yang dikutip di atas tercermin dalam isi OBRA. Karena itu, OBRA<br />
sama sekali bukanlah produk jurnalistik, bahkan cenderung menjadi produk<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Kolom<br />
● 2009, Menuju Jurnalisme<br />
Berkualitas: Kumpulan Karya<br />
Finalis dan Pemenang Mochtar<br />
Lubis Award 2008 (editor, LSPP<br />
& KPG)<br />
antijurnalistik. Apa maksudnya? Jika kerja jurnalistik mengharuskan adanya<br />
etika yang menaungi pekerjaan tersebut, OBRA sama sekali tak mengindahkan<br />
hal itu. OBRA lebih tepat disebut sebagai proyek politik dengan<br />
menggunakan media untuk suatu niatan jahat.<br />
Niatan jahat dari OBRA terlihat dengan sangat jelas: mengapa ia hanya<br />
beredar dalam tempat-tempat yang terbatas, didrop, bahkan di beberapa<br />
tempat ada orang yang diberi uang untuk mengedarkan tabloid tersebut? Jika<br />
OBRA adalah produk jurnalistik, mengapa ia perlu menyembunyikan nama<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Kolom<br />
pengelolanya? Mengapa pula ia menyembunyikan alamat redaksinya? Jika ia<br />
tidak berniat jahat, mengapa ia harus menyembunyikan semua identitasnya?<br />
Jika kita bedah pada isi tulisannya–maaf, kata “berita” terlalu megah untuk<br />
disematkan pada isi tabloid ini–maka prinsip jurnalistik dasar soal akurasi,<br />
cover both side, keseimbangan, semua dilecehkan dan cenderung tak diperhatikan.<br />
Hal ini dilakukan di semua edisi OBRA. Lalu, apa maksud dari tabloid<br />
semacam ini, dan kemudian mengaku dirinya sebagai produk jurnalistik?<br />
OBRA tak pantas dianggap produk jurnalistik dan penggunaan nama Obor<br />
Rakyat untuk penerbitan ini juga mengkhianati semangat perjuangan para<br />
nasionalis yang antikolonial dan menjadikan surat kabar sebagai alat perjuangannya<br />
pada awal abad 20. OBRA tak lebih dari proyek politik murahan<br />
yang tak lebih dari surat kaleng atau malah semacam “stensilan porno” yang<br />
dicetak massal dengan niatan jelek pada seseorang.<br />
Sudah sepantasnya Dewan Pers menyebutnya bukan merupakan bagian<br />
dari pers, dan, untuk itu, pengelolanya tak bisa berlindung di balik UU Pers<br />
yang terhormat itu, dan silakan UU Pidana dipergunakan kepada pengelolanya.<br />
Kasus OBRA ini menunjukkan pada kita bahwa inilah batas dari ruang kebebasan<br />
berekspresi yang kemudian muncul menjadi suatu pameran kebencian<br />
pada pihak lain, ajakan memusuhi, membenci, bahkan menghancurkan<br />
pihak lain. Artinya, OBRA pun tak bisa berlindung di balik dalih kebebasan<br />
berekspresi, karena ekspresi yang dihasilkannya tak lebih dari suatu kebencian<br />
yang dibalut dengan cara yang tidak canggih pula. Mudah-mudahan ada<br />
yang betul-betul berani menghentikan produksi dan peredaran OBRA ini. n<br />
Majalah Majalah detik detik 23 - 2923 juni - 29 2014 juni 2014
nasional<br />
Rumah Sesudah<br />
Lengser Keprabon<br />
Yudhoyono mengeluarkan aturan baru soal pengadaan rumah bagi mantan<br />
presiden dan mantan wakil presiden. Tidak ada lagi batasan harga Rp 20 miliar.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Jusuf Kalla<br />
Lamhot Aritonang/detikfoto<br />
Dari empat rumah bernomor 10-<br />
A, 10-B, 10-C, dan 10-D di Jalan<br />
Brawijaya IV, Jakarta Selatan, hanya<br />
satu yang tampak terawat karena<br />
berpenghuni. Tiga lainnya kumuh tak terurus.<br />
Cat temboknya mengelupas di sana-sini. Atap<br />
serta lantainya kotor dan rusak. Sedangkan halaman<br />
rumah seluas sekitar 200 meter persegi<br />
itu sebagian ditumbuhi rumput liar.<br />
Pemandangan di Kompleks Perum Percetakan<br />
Uang RI (Peruri) itu kontras dengan mayoritas<br />
bangunan di kawasan elite tersebut, yang<br />
berdesain modern dan megah. Apalagi jumlah<br />
penghuni perumahan itu terus menyusut. Dari<br />
32 rumah, kata seorang petugas keamanan,<br />
Markeso, hanya delapan yang terisi, sisanya dibiarkan<br />
kosong. Biasanya penghuni<br />
angkat<br />
kaki setelah<br />
pensiun<br />
atau naik jabatan. “Jadi enggak aneh kalau<br />
enggak terurus,” kata pria berusia 55 tahun itu,<br />
Senin, 16 Juni lalu.<br />
Keempat rumah tua itu berada tepat di<br />
belakang kediaman pribadi Jusuf Kalla, yang<br />
menghadap ke Jalan Brawijaya Raya. Wacana<br />
menghibahkan rumah-rumah tersebut kepada<br />
JK―panggilan akrab Jusuf Kalla--yang pada<br />
2009 lengser dari jabatan wakil presiden, muncul<br />
sejak empat tahun lalu.<br />
Undang-undang mengatur setiap mantan<br />
presiden dan bekas wakil presiden berhak<br />
mendapatkan rumah sebagai penghargaan negara<br />
atas jasa-jasa mereka. Namun hingga kini<br />
rencana pemberian rumah kepada JK itu tak<br />
kunjung direalisasi, sampai 3 Juni lalu Presiden<br />
Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan<br />
Presiden Nomor 52 Tahun 2014 tentang<br />
Pengadaan dan Standar Rumah bagi Mantan<br />
Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden.<br />
Aturan itu dikeluarkan sebagai pengganti<br />
Perpres Nomor 88 Tahun 2007, yang menggantikan<br />
Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun<br />
2004. Perbedaan paling mencolok antara perpres<br />
baru dan lama adalah mengenai batas-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Menteri Keuangan<br />
M. Chatib Basri<br />
rachman/detikfoto<br />
an anggaran yang dialokasikan negara untuk<br />
pengadaan rumah itu.<br />
Perpres 88, Pasal 2 ayat (1), mengatur anggaran<br />
pengadaan rumah bagi mantan presiden dan<br />
mantan wapres dipatok Rp 20 miliar, meskipun<br />
pada ayat (4) disebutkan nilai itu bisa disesuaikan<br />
berdasarkan tingkat inflasi dan kelayakan<br />
rumah. Batasan anggaran ini ditiadakan pada<br />
Perpres Nomor 52.<br />
Alasannya, menurut Menteri Keuangan Chatib<br />
Basri, angka Rp 20 miliar itu mengacu pada<br />
harga properti 2004. Aturan mesti diganti<br />
setiap tahun jika nilai rumah dipatok<br />
angka tertentu. Sebab, kenaikan<br />
harga properti bisa mencapai 30<br />
persen per tahunnya. “Ini menjadi<br />
tidak efisien,” ujar Chatib, Jumat,<br />
13 Juni lalu.<br />
Aturan baru itulah yang<br />
disebut Sekretaris Kabinet<br />
Dipo Alam dibuat untuk<br />
membela kepentingan<br />
mantan<br />
wapres Jusuf<br />
Kalla. Menurut<br />
Dipo, calon wakil presiden yang berpasangan<br />
dengan Joko Widodo itu menginginkan<br />
rumah di dekat kediaman pribadinya. Tapi<br />
harga rumah tersebut terus melambung. “Nah,<br />
sekarang dibikin (perpres) yang fleksibel,” tutur<br />
Dipo beberapa waktu lalu.<br />
Pernyataan Dipo tak urung membuat Kalla<br />
gerah. Ia mengaku tak pernah meminta dibelikan<br />
rumah. Menteri-Sekretaris Negara Sudi<br />
Silalahi justru yang menyambangi kediamannya<br />
dan menawarinya rumah setelah JK tak<br />
lagi menjabat, pada Januari 2010. JK awalnya<br />
menolak karena ia merasa sudah punya tempat<br />
tinggal.<br />
Namun, dengan argumen Sudi, JK akhirnya<br />
luluh dan memilih deretan rumah tua di<br />
belakang rumahnya saat ini. Selain memang<br />
JK tinggal di kawasan tersebut, rumah yang<br />
ditunjuk JK adalah bangunan tak berpenghuni<br />
dan tidak terurus. “Rumah itu milik Peruri yang<br />
orang-orangnya pindah ke Karawang,” ucap JK<br />
melalui pesan pendek kepada majalah detik,<br />
Rabu, 18 Juni lalu.<br />
Kalla tak pernah menanyakan soal hadiah<br />
negara itu kendati sudah empat tahun berlalu.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Sekretaris Kabinet<br />
Dipo Alam<br />
Widodo S. /antarafoto<br />
Tapi, menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia<br />
ini, pernyataan Dipo Alam mengesankan<br />
bahwa dialah yang minta rumah tersebut.<br />
“Padahal Sesneg (Sudi Silalahi) bilang, ‘Kami<br />
melanggar undang-undang kalau (mantan<br />
presiden/wakil presiden) tidak dikasih.’ Nanti<br />
presiden berikutnya bahaya kalau saya tidak<br />
mau,” katanya. “Saya tidak pernah bicara satu<br />
kata pun tentang itu.”<br />
Entah apa yang membuat rencana itu mangkrak<br />
bertahun-tahun. Pada pertengahan 2010<br />
atau beberapa bulan setelah JK “menunjuk”<br />
rumah tua di Kompleks Peruri, wacana itu<br />
memunculkan polemik. Bukan soal harganya<br />
yang tinggi, melainkan belum adanya instruksi<br />
yang ditunggu Peruri dari Kementerian Badan<br />
Usaha Milik Negara. Memang ada surat dari<br />
kementerian itu, tapi isinya tak secara gamblang<br />
memerintahkan Peruri menjual<br />
asetnya tersebut kepada pemerintah.<br />
Sebaliknya, menurut Direktur Peruri<br />
saat itu, Junino Jahja, surat tersebut<br />
malah meminta perusahaan<br />
percetakan uang tersebut mengajukan<br />
permohonan pelepasan<br />
aset. Nah, hal itulah yang membuat Peruri<br />
menolak melepas asetnya di Jalan Brawijaya IV.<br />
“Kami untuk kepentingan apa (melepas aset)?<br />
Ini bisa jadi bahaya, bisa jadi masalah di kemudian<br />
hari,” ujarnya pada 21 Juni 2010. Menurut<br />
mantan Deputi Wakil Ketua Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi itu, masalah tersebut selesai jika<br />
Kementerian BUMN memberikan instruksi.<br />
Pada hari yang sama, Sekretaris Menteri<br />
BUMN—saat itu—Said Didu mengatakan<br />
penjualan aset Peruri tidak menabrak aturan<br />
apa pun. Sebab, yang akan membelinya adalah<br />
pemerintah. “Di mana masalahnya?” tuturnya.<br />
Pemerintah juga melakukan hal yang sama<br />
untuk mantan presiden Megawati Soekarnoputri.<br />
Rumah yang kini ditempati Megawati di<br />
Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, juga<br />
dibeli dari Bank Mandiri dan Pertamina. “Dulu<br />
(rumah itu) juga dibeli dan mekanismenya<br />
sama,” ucap Said.<br />
Belum jelas apakah keluarnya Perpres Nomor<br />
52 Tahun 2014 bakal menyudahi masalah.<br />
Saat dihubungi terpisah, Direktur Utama Peruri<br />
Prasetio mengaku belum mendapat informasi<br />
terbaru soal rencana pemerintah membeli aset<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Kediaman Megawati<br />
Soekarnoputri di Jalan Teuku<br />
Umar, Menteng, Jakarta<br />
Pusat.<br />
detikcom<br />
perusahaan tersebut, baik dari Sekretariat Negara<br />
maupun Kementerian Keuangan. Kendati<br />
begitu, Prasetio menyatakan akan tetap mengikuti<br />
mekanisme penjualan aset sesuai dengan<br />
aturan. “Baik kebijakan maupun persetujuan<br />
atas proses penjualannya harus taat asas korporasi<br />
dan prinsip-prinsip BUMN,” ucapnya.<br />
Sementara itu, Dipo Alam mengatakan tahun<br />
ini belum ada anggaran untuk pengadaan<br />
rumah bagi mantan presiden dan wapres, termasuk<br />
untuk Yudhoyono dan wakilnya, Boediono,<br />
yang mengakhiri jabatan pada Oktober<br />
mendatang. Padahal perpres itu mengatur, rumah<br />
bagi mantan presiden atau wapres harus<br />
tersedia sebelum ia berhenti dari jabatannya.<br />
Mengenai hal ini, juru bicara wapres Yopie<br />
Hidayat mengatakan Boediono belum berpikir<br />
soal rumah yang ingin ditempatinya setelah<br />
tak lagi menjabat. “Masih cukup waktu,” katanya.<br />
Adapun juru bicara presiden Julian Aldrin<br />
Pasha menampik anggapan bahwa aturan baru<br />
itu dibuat demi kepentingan Yudhoyono, yang<br />
empat bulan lagi akan lengser keprabon. n<br />
Kustiah, M. Rizal | Dimas<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
nasional<br />
Poin-poin dalam Perpres Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengadaan dan<br />
sTandar Rumah bagi Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden.<br />
*Tentang Kelayakan Rumah<br />
Pasal 2 ayat (1)<br />
-Berada di wilayah Republik Indonesia;<br />
-Lokasi yang mudah dijangkau dengan jaringan jalan<br />
yang memadai;<br />
-Memiliki bentuk, luas, dimensi, desain, dan tata letak<br />
ruang yang dapat mendukung keperluan dan aktivitas<br />
mantan presiden atau mantan wakil presiden dan keluarganya;<br />
-Tidak menyulitkan penanganan keamanan dan keselamatan<br />
mantan presiden dan/atau wapres beserta keluarga.<br />
Pasal 2 ayat (2)<br />
Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri<br />
Keuangan.<br />
*Pelaksanaan Pengadaan<br />
Pasal 3 ayat (1)<br />
-Dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara, berpedoman<br />
pada ketentuan peraturan perundang-undangan.<br />
-Rumah bagi mantan presiden dan/atau mantan wapres<br />
harus tersedia sebelum presiden dan/atau wapres tersebut<br />
berhenti dari jabatannya.<br />
*Anggaran<br />
Pasal 4 ayat (1)<br />
Dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />
c.q. Bagian Anggaran Kementerian Sekretariat Negara<br />
paling lambat pada satu tahun anggaran sebelum presiden<br />
dan/atau wapres tersebut berhenti dari jabatannya.<br />
Sumber: PP Nomor 52/2014<br />
Majalah detik 23 7 - 13 - 29 april juni 2014
interview<br />
Lukman Hakim Saifuddin:<br />
Saya Bukan<br />
Menyelamatkan<br />
Suryadharma<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
S<br />
Di sisa waktu yang sempit, ia bertekad membenahi manajemen haji. Lebih<br />
luwes berbicara soal pluralitas dan toleransi antarumat beragama.<br />
ejak awal terbentuknya Kabinet Indonesia<br />
Bersatu, Lukman Hakim Saifuddin mengaku<br />
ditawari menjadi menteri. Tapi justru baru di<br />
masa bakti yang tersisa empat bulan ini ia bersedia<br />
dilantik menjadi Menteri Agama. Lukman<br />
menggantikan koleganya di Partai Persatuan<br />
Pembangunan, Suryadharma Ali, yang mengundurkan<br />
diri karena ditetapkan sebagai tersangka<br />
kasus korupsi. Jabatan Menteri Agama<br />
menjadi istimewa bagi pria kelahiran Jakarta,<br />
25 November 1962, ini. Sebab, ayahnya, KH<br />
Saifuddin Zuhri, menempati pos yang sama<br />
pada 1962-1967.<br />
“Saya kayak mimpi saja ketika tiba-tiba<br />
harus menjadi Menteri Agama. Saya merasa<br />
ada panggilan tersendiri,” kata Lukman kepada<br />
majalah detik di kantor Kementerian Agama,<br />
18 Juni lalu.<br />
Lukman memaparkan beberapa persoalan<br />
yang dibahasnya bersama Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi soal perbaikan manajemen penyelenggaraan<br />
haji. Wawasan alumnus Pondok<br />
Pesantren Modern Gontor ini soal isu pluralitas<br />
dan toleransi antarumat beragama juga terasa<br />
lebih luwes. Dia, misalnya, tak serta-merta<br />
menyalahkan kehadiran kaum Ahmadiyah.<br />
Apalagi hendak memaksa mereka kembali<br />
bersyahadat seperti banyak didengungkan<br />
sebelumnya. Seperti apa persisnya pandangan<br />
Lukman soal perbaikan manajemen haji dan<br />
toleransi? Simak petikan perbincangannya<br />
berikut ini.<br />
Sehari setelah dilantik, Anda mendatangi<br />
Komisi Pemberantasan Korupsi. Ada apa?<br />
Penyelenggaraan haji ini menjadi fokus kami<br />
dalam empat bulan ke depan, sehingga saya<br />
sangat berkepentingan mendatangi KPK untuk<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
KPK. Ada sejumlah masalah yang perlu mendapatkan<br />
kesamaan cara pandang, sehingga<br />
tidak akan menimbulkan masalah di kemudian<br />
hari.<br />
Video<br />
mengetahui apa saja hasil-hasil pemantauan<br />
lembaga itu, sekaligus apa saja rekomendasirekomendasinya.<br />
Pada saat yang sama, saya<br />
juga menyampaikan hasil temuan dan masukan-masukan<br />
dari kalangan internal kepada<br />
Apa persoalan krusial dalam penyelenggaraan<br />
haji yang berpotensi menimbulkan<br />
masalah hukum?<br />
Misalnya soal sisa kuota (jemaah) pemberangkatan.<br />
Ini selalu menjadi masalah karena,<br />
faktanya, sisa kuota itu sesuatu yang tidak bisa<br />
dihindarkan. Hal itu bisa terjadi karena ada jemaah<br />
haji yang telah ditetapkan untuk berangkat<br />
pada tahun tertentu, namun, karena satu<br />
dan lain hal, berhalangan. Misalnya meninggal,<br />
sakit, atau salah satu pasangannya, istri atau<br />
suami, tak bisa berangkat secara bersamaan<br />
pada saat itu, sehingga mereka membatalkan<br />
diri. Akhirnya terjadilah kekosongan.<br />
Lantas, siapa yang mengisi kekosongan itu?<br />
Ya, tentu, sesuai dengan sistem urut kacang,<br />
mereka yang berada pada urutan teratas dalam<br />
daftar tunggu. Masalahnya, ternyata tidak<br />
semua orang yang masuk dalam urutan atas<br />
itu semua siap. Ada berbagai alasan, karena<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
kesiapan mental, dana, kesehatan, dan sebagainya.<br />
Akhirnya, terjadilah sisa kuota.<br />
Ini yang kemudian dinilai menjadi potensi<br />
penyimpangan?<br />
Ya. Karena keterbatasan waktu dan berdasarkan<br />
peng alaman menteri-menteri<br />
terdahulu, itu digunakan untuk memenuhi<br />
permintaan berbagai kalangan. Mulai instansi<br />
pemerintah, lembaga negara, ormas<br />
keagamaan, tokoh-tokoh masyarakat, termasuk<br />
dari teman-teman kalangan pers. Semua<br />
merasa perlu diprioritaskan. La, apa enggak<br />
bikin pusing itu? Karena asas manfaat,<br />
mengingat sewa pemondokan, transportasi,<br />
dan lainnya sudah dibayar, maka digunakan<br />
untuk itu. Tapi mereka bayar ongkos sendiri,<br />
bukan dari dana haji. Cuma tidak ikut antre<br />
saja. Inilah yang dinilai tidak adil.<br />
Secara legal-formal, pemanfaatan sisa<br />
kuota itu diizinkan?<br />
Dalam hal ini tidak ada aturan yang tegas.<br />
Dalam ketentuan, harus dikembalikan pada<br />
daerah yang mendapat kuota tersebut untuk<br />
Rachman Haryanto/detikcom<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Jadi, pemanfaatan sisa kuota itu memang<br />
tidak ada landasan hukumnya?<br />
Tidak ada aturan yang secara eksplisit<br />
memperbolehkan seperti itu. Tapi ini merupakan<br />
kebijakan yang ditempuh oleh peme-<br />
interview<br />
digunakan secara maksimal dengan diberikan<br />
kepada urutan berikutnya, berdasarkan urut<br />
kacang. Hanya, dalam kenyataannya, pemanfaatan<br />
itu tidak bisa dilakukan secara maksimal<br />
karena berbagai alasan tadi. Itulah antara lain<br />
yang saya konsultasikan kepada KPK, sehingga,<br />
ke depan, kalau di kemudian hari ada masalah,<br />
saya tidak dipermasalahkan.<br />
Menurut Anda sendiri, sebaiknya bagaimana?<br />
Ya, kalau saya mau mencari safe, demi keselamatan<br />
saya, ya sisa kuota berapa pun adanya itu<br />
dikembalikan saja. Tetapi, yang saya minta, jangan<br />
sampai nanti (oleh KPK) saya justru dianggap<br />
inefisiensi. Tidak bisa menyerap secara maksimal,<br />
padahal tempat pemondokan, transportasi, dan<br />
konsumsi di Mekah dan Madinah itu sudah disewa,<br />
dibayar. La, kalau kemudian tidak terisi, itu<br />
kan inefisiensi. Masalah lagi, kan?<br />
Sehari setelah dilantik menjadi Menteri Agama, Lukman<br />
menyambangi gedung KPK, 10 Juni.<br />
lamhot aritonang/detikcom<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
Hotel Ahmed al-Hamid<br />
di Jeddah, yang akan<br />
digunakan jemaah haji<br />
Indonesia tahun ini.<br />
Kemenag go Id<br />
rintah, yang di kemudian hari dipermasalahkan<br />
KPK.<br />
Apa solusi alternatif yang dihasilkan<br />
bersama KPK?<br />
Belum ada solusi yang benar-benar mujarab.<br />
Soal sewa pemondokan, transportasi,<br />
dan konsumsi tak bisa direnegosiasi bila<br />
ada sisa kuota?<br />
Persoalannya, masalah ini kan bukan G<br />
to G, tetapi dengan pihak pemilik atau broker-broker.<br />
Tetapi broker itu kan berlisensi,<br />
kredibel. Dan yang menjadi masalah kan<br />
dalam sewa itu satu paket. Misalnya kita<br />
sewa satu kompleks pemondokan yang<br />
isinya 25 bangunan. Nah, ketika yang kita<br />
butuhkan ternyata hanya 20 bangunan,<br />
yang 5 bangunan itu juga harus dibayar.<br />
Tidak bisa tidak. Ini yang kemudian dinilai<br />
merugikan negara.<br />
Ini yang sedang kami cari persamaan persepsi<br />
(dengan KPK). Karena, di lapangan, kenyataannya,<br />
tentu ada deviasi-deviasi, tinggal<br />
berapa besar deviasi itu bisa ditoleransi.<br />
Bukan berarti kita membenarkan penyelewengan<br />
atau penyalahgunaan wewenang...<br />
bukan, bukan itu.<br />
Selain teknis penyelenggaraan haji yang<br />
berpotensi diselewengkan, bagaimana<br />
soal pengelolaan dana?<br />
Kami saat ini tengah mendorong lahirnya<br />
undang-undang yang memungkinkan<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
berdirinya lembaga independen semacam<br />
BLU (Badan Layanan Umum), yang khusus<br />
mengelola dana haji. Mereka yang duduk di<br />
dalam lembaga itu tidak harus pegawai negeri<br />
sipil atau dari lingkungan kementerian<br />
ini saja. Mereka bisa berasal dari luar atau<br />
bahkan kalangan swasta. Syaratnya berintegritas,<br />
berkualitas, dan profesional. Jadi,<br />
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji<br />
tak lagi mengelola dana. Kami juga minta<br />
agar ada verifikasi yang intensif terhadap<br />
kondisi pemondokan di Mekah. Jangan sampai<br />
ada yang berusia tua. Begitu juga sarana<br />
transportasi, seperti bus dan katering.<br />
Beberapa kalangan menduga kedatangan<br />
Anda ke KPK sebagai bagian dari upaya<br />
menyelamatkan SDA?<br />
Ha-ha-ha..., sama sekali tidak benar. Bagaimana<br />
mau menyelamatkan Pak SDA? Kita<br />
hormati saja proses hukum. KPK tidak bisa<br />
diintervensi, apalagi yang mengintervensi<br />
saya.<br />
Kemenag go Id<br />
Anda merasa ada distorsi kepercayaan<br />
masyarakat terhadap kementerian ini?<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
Oh, iya, iya, saya menyadari betul hal itu.<br />
Beberapa kasus yang terjadi belakangan<br />
memang menjadikan tingkat kepercayaan<br />
publik terhadap Kementerian Agama berada<br />
pada titik yang cukup rendah. Bahkan mungkin<br />
terendah dalam sejarah kementerian ini.<br />
Karena itulah menjadi tanggung jawab saya<br />
untuk mengembalikan kepercayaan itu. Karena<br />
itu, penyelenggaraan ibadah haji tahun<br />
ini menjadi pertaruhan bagi kami, apakah<br />
bisa memenuhi harapan masyarakat atau,<br />
kalau tidak bisa, masyarakat bisa mengerti<br />
apa duduk masalahnya.<br />
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi ucapan selamat kepada Lukman<br />
Hakim Saifuddin, yang dilantik menjadi Menteri Agama di Istana Negara, Jakarta,<br />
Senin (9/6).<br />
abror rizki/rumnggapres<br />
Pekerjaan besar Anda yang lain adalah<br />
isu pluralitas terkait keyakinan. Bagaimana<br />
Anda melihat?<br />
Ini persoalan klasik yang sudah ada sejak<br />
berabad-abad lalu. Jangan pernah punya pretensi,<br />
persoalan seperti itu akan hilang atau<br />
berhenti. Mengapa? Karena ini persoalan<br />
keyakinan yang ada dalam diri masing-masing<br />
orang. Sedangkan keyakinan atau agama itu<br />
mempunyai misi dakwah, menyebarluaskan<br />
ajaran. Karena itu, gesekan-gesekan pun akan<br />
terjadi. Saya mengajak semua agama, terutama<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
Menteri Agama Lukman<br />
Hakim Saifuddin (tengah)<br />
bersama Wakil Ketua KPK<br />
Busyro Muqoddas (kedua<br />
dari kanan) dan Bambang<br />
Widjojanto (kedua dari<br />
kiri) memaparkan hasil<br />
pertemuan, Selasa (10/5).<br />
Yudhi Mahatma/ANTARA FOTO<br />
tokoh-tokoh agama, untuk menyebarkan agamanya<br />
sesuai dengan esensi dari agamanya.<br />
Tujuan agama itu kan memanusiakan manusia,<br />
perdamaian, keselamatan. Seharusnya itu yang<br />
dikedepankan.<br />
Jadi, soal toleransi?<br />
Iya, toleransi itu kan kemampuan untuk<br />
mengerti dan memahami orang lain. Jangan<br />
bicara toleransi bila ternyata tidak memahami<br />
atau mengerti apa kebutuhan dan keberadaan<br />
orang lain. Jangan bicara toleransi kalau hanya<br />
banyak menuntut orang lain mengerti dan<br />
memahami dirinya. Seharusnya juga proaktif,<br />
dirinyalah yang proaktif mengerti dan memahami<br />
orang lain yang berbeda dengan dirinya.<br />
Terlebih, faktanya, Indonesia itu majemuk,<br />
plural.<br />
Beberapa waktu lalu ada pernyataan<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
agar Ahmadiyah tidak memakai embelembel<br />
Islam hingga mereka bersyahadat<br />
kembali. Menurut Anda?<br />
Begini, dalam hal itu, prosesnya, yang mainstream<br />
atau yang arus besar harus memiliki<br />
kesediaan untuk mengayomi yang belum besar.<br />
Sebab, mereka itulah yang perlu dirangkul<br />
dan diajak untuk mengedepankan titik-titik<br />
persamaannya. Tetapi kita juga harus memiliki<br />
kesadaran bahwa sesungguhnya perbedaan itu<br />
sunatullah, sesuatu yang given. Memang dari<br />
sananya Tuhan itu menciptakan perbedaanperbedaan<br />
itu. Jadi, kesadaran seperti itu yang<br />
harus dibangun.<br />
Artinya, eksistensi aliran dan keyakinan<br />
yang berbeda, seperti Ahmadiyah dan<br />
Syiah, juga diakui?<br />
Ya, saya pikir harus ada kesadaran memahami<br />
itu, karena yang dituntut dari kita<br />
adalah mengajak (memahami keyakinan<br />
kita). Soal hasilnya, itu bukan urusan kita<br />
lagi, tapi urusan pribadi masing-masing<br />
dengan Yang Ada di Sana (Tuhan). ■<br />
ARIF ARIANTO<br />
Andika Wahyu/ANTARA FOTO<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
interview<br />
BIODATA<br />
Nama: Lukman Hakim Saifuddin<br />
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta,<br />
25 November 1962<br />
Istri: Trisna Willy<br />
Anak: Naufal Zilal Kemal, Zahira<br />
Humaira, Sabilla Salsabilla<br />
Pendidikan:<br />
• Pondok Pesantren Modern<br />
Gontor, Ponorogo, Jawa<br />
Timur, 1983<br />
• Sarjana (S-1) Universitas Islam<br />
As-Syafi’iyah Jakarta, 1990<br />
OrganISaSI:<br />
• Wakil Sekretaris Pimpinan<br />
Pusat Lembaga Kemaslahatan<br />
Keluarga NU, 1985-1988.<br />
• Sekretaris Lajnah Kajian dan<br />
Pengembangan Sumber<br />
Daya Manusia NU, 1988-1999<br />
• Wakil Ketua Umum PPP,<br />
2009 sampai sekarang<br />
Karier:<br />
• Wakil Ketua MPR RI Periode<br />
2009-2014<br />
• Anggota DPR RI Periode<br />
2004-2009<br />
• Anggota DPR RI Periode<br />
1999-2004<br />
• Anggota DPR RI Periode<br />
1997-1999<br />
• Project Manager Helen Keller<br />
International, Jakarta, 1995-<br />
1997<br />
Karya:<br />
Buku Riwayat Hidup dan Perjuangan<br />
PROF. K.H. SAIFUDDIN<br />
ZUHRI Ulama Pejuang Kemerdekaan,<br />
2013. Disusun bersama<br />
Ali Zawawi, Zubairi Hasan, dan<br />
Sahlul Fuad.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
hukum<br />
Setelah<br />
Karminah<br />
Menagih Jatah<br />
Seorang ibu dituntut 2 tahun<br />
penjara setelah meminta hak atas<br />
saham perusahaan kepada mantan<br />
suaminya untuk kedua anak mereka.<br />
Didakwa melakukan percobaan<br />
eksploitasi anak.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
hukum<br />
Karminah ingin<br />
memperjuangkan hak-hak<br />
kedua anaknya.<br />
ANGLING ADHITYA/DETIKCOM<br />
Pesan yang dikirim Co dan Ca, yang<br />
baru berusia 12 dan 10 tahun, ternyata<br />
berbuntut panjang. Medio Juli 2012,<br />
dua kakak-adik tersebut mengirim<br />
pe san ke akun Facebook Gerhard Bessler. Gerhard,<br />
atau yang disapa Gerry, dalam pesan itu<br />
tak lain adalah komisaris sebuah perusahaan di<br />
Semarang, Jawa Tengah, tempat ayah mereka,<br />
Vincent A. Cantaert, menjabat direktur.<br />
Melalui pesan itu Co dan Ca meminta bantuan.<br />
Kedua bocah itu menulis bahwa ibu mereka,<br />
Karminah, 38 tahun, menangis setiap hari<br />
lantaran sang ayah ingkar janji untuk membagi<br />
saham perusahaannya kepada mereka. “Dia<br />
juga berjanji memberi keuntungan (perusahaan)<br />
setiap tahun, tapi sampai 5 tahun dia tidak<br />
melakukan,” begitu antara lain isi surat yang<br />
ditulis dalam bahasa Inggris tersebut.<br />
Tak lama setelah pesan itu dikirim, pada 26 Juli<br />
2012 Vincent melaporkan Karminah ke Kepolisian<br />
Resor Kota Besar Semarang. Vincent menuduh<br />
mantan istrinya itu melakukan tindak pidana<br />
percobaan eksploitasi anak. Laporan tersebut<br />
membuat Karminah dijerat sejumlah pasal, antara<br />
lain Pasal 77 subsider Pasal 88 Undang-Undang<br />
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan<br />
Anak, juncto Pasal 53 ayat 1 Kitab Undang-Undang<br />
Hukum Pidana (KUHP).<br />
Sejak Maret lalu perkara tersebut bergulir<br />
di Pengadilan Negeri Semarang. Pada sidang<br />
yang dipimpin ketua majelis hakim Maryana,<br />
Rabu, 11 Juni 2014, jaksa dari Kejaksaan Negeri<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
hukum<br />
getty images<br />
Semarang menuntut Karminah 2 tahun penjara<br />
dan membayar ganti rugi Rp 2.500.000 subsider<br />
3 bulan kurungan.<br />
Kasus hukum yang menimpa warga Perumahan<br />
Villa Aster, Srondol, Semarang, itu berawal dari<br />
pernikahannya dengan Vincent pada 2001. Perjumpaan<br />
keduanya bermula dari hubungan bisnis.<br />
Vincent adalah konsumen per alatan komputer di<br />
perusahaan tempat Karminah bekerja.<br />
Dari perkawinan itu mereka dikaruniai dua<br />
anak; Co lahir pada 2002, dan Ca dua tahun<br />
kemudian. Namun, setelah empat tahun menikah,<br />
rumah tangga mereka dirundung masalah.<br />
Pada 2 November 2006, Karminah melaporkan<br />
suaminya ke polisi karena ia mengalami kekerasan<br />
dalam rumah tangga.<br />
Di tengah proses hukum yang bergulir, keduanya<br />
sepakat berpisah. Vincent dan Karminah<br />
juga membicarakan harta gana-gini dan hak<br />
asuh anak mereka. Namun Vincent mengajukan<br />
syarat: Karminah diminta mencabut<br />
laporannya. “Saya cabut, kemudian terjadi kesepakatan<br />
damai,” kata Karminah saat ditemui<br />
majalah detik, Selasa, 17 Juni lalu.<br />
Salah satu isi kesepakatan damai itu antara lain<br />
kedua anak mereka mendapat 12,5 persen dari<br />
saham yang diwakilkan ibu dengan menunjuk<br />
ayah sebagai manajer. “Kalau profit (keuntungan)<br />
dibagi ke anak lewat ibu untuk kepentingan anak,”<br />
ujarnya.<br />
Karminah mengakui mantan suaminya itu<br />
sudah menafkahinya untuk biaya pendidikan dan<br />
kesehatan dua anak mereka. Namun pembagian<br />
keuntungan dan kepemilikan saham, sesuai perjanjian,<br />
tak pernah dipenuhi sejak 2006 hingga<br />
2012. Karminah sudah dua kali melayangkan somasi.<br />
Lalu tebersit idenya untuk meminta bantuan<br />
Gerhard Bessler, rekan kerja eks suaminya itu.<br />
“Tapi saya tidak tahu bagaimana menghubungi<br />
partnernya, yang biasa kami panggil Gerry itu,”<br />
tutur Karminah.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
hukum<br />
Vincent<br />
memperkarakan<br />
mantan istrinya itu<br />
lantaran merasa<br />
dipersulit menemui<br />
kedua anaknya.<br />
Nah, anak pertamanya, Co, ternyata berteman<br />
dengan Gerry melalui Facebook. Atas<br />
dasar itulah Karminah meminta kedua anaknya<br />
mengirim pesan melalui media sosial tersebut.<br />
Pesan ini yang akhirnya membawa Karminah<br />
ke kursi pesakitan sebagai terdakwa kasus eksploitasi<br />
anak.<br />
Dalam pemeriksaan, Karminah dituding<br />
sebagai orang yang mengetik pesan<br />
kepada Gerry. Setidaknya ada 3<br />
dakwaan yang dituduhkan, yaitu<br />
melakukan percobaan eksploitasi<br />
ekonomi, diskriminasi<br />
anak, dan eksploitasi anak.<br />
Dalam berkas tuntutan<br />
yang dibacakan jaksa Meta<br />
Permatasari pada Rabu dua<br />
pekan lalu, disebutkan, berdasarkan<br />
keterangan para saksi<br />
dan barang bukti, terdakwa Karminah<br />
terbukti melakukan tindak<br />
percobaan eksploitasi terhadap<br />
anak kandungnya untuk kepentingan<br />
pribadi. “Terdakwa juga memberi keterangan<br />
berubah-ubah,” ucapnya.<br />
Jaksa juga menyebut kedua anak itu sengaja<br />
dipengaruhi untuk melakukan pemerasan terhadap<br />
saksi pelapor Vincent Cantaert, eks suami<br />
terdakwa, untuk memperoleh harta. Karminah<br />
juga dituduh mengancam akan mempublikasikan<br />
kepada media apabila tidak mendapat bagian<br />
saham dan keuntungan perusahaan.<br />
“Terdakwa juga memberikan kesaksian yang<br />
tidak benar terkait rumah dan mobil yang diberikan<br />
saksi pelapor sebagai kompensasi nikah,” kata<br />
jaksa Meta, yang menyebut memiliki bukti-bukti<br />
yang mendukung hal itu.<br />
Vincent memperkarakan mantan istrinya<br />
itu lantaran merasa dipersulit menemui kedua<br />
anaknya. Bos perusahaan berusia 59 tahun,<br />
yang sudah 15 tahun menetap di Semarang, itu<br />
beberapa waktu lalu mengatakan pemidanaan<br />
bekas istrinya itu dilakukan karena semua upaya<br />
gagal, termasuk mediasi.<br />
Saat memberi keterangan di pengadilan,<br />
Vincent juga membantah tuduhan Karminah.<br />
Dia menegaskan telah menghibahkan sebuah<br />
rumah seharga Rp 400 juta, uang tunai lebih<br />
dari Rp 1 miliar, hingga asuransi senilai puluhan<br />
juta rupiah untuk kedua anaknya itu. Sedangkan<br />
untuk Karminah, Vincent mengaku telah<br />
membelikan sebuah mobil baru.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
hukum<br />
Pengacara terdakwa,<br />
Evarisan.<br />
ANGLING ADHITYA/DETIKCOM<br />
Kuasa hukum Karminah dari Lembaga<br />
Bantuan Hukum Semarang, Evarisan, menilai<br />
telah terjadi penyimpangan hukum UU<br />
Perlindungan Anak dalam peradilan kliennya.<br />
Sebab, polisi dan jaksa hanya menggunakan<br />
pe san di media sosial sebagai bukti, materi<br />
yang masuk dalam UU Informasi dan Transaksi<br />
Elektronik.<br />
“Peradilan sesat dimulai dari penyidikan<br />
di kepolisian sampai persidangan. Jika nanti<br />
putusannya bersalah dan menggunakan UU<br />
Perlindungan Anak, hakim menjadi pelaku peradilan<br />
sesat,” ujarnya saat ditemui di kantor<br />
LBH Semarang.<br />
Apalagi, perjanjian pembagian jatah saham<br />
yang disepakati Vincent dan Karminah juga tidak<br />
gamblang. “Yang dilakukan Mbak Karminah<br />
adalah bentuk perjuangan ibu mendapatkan<br />
hak-hak anaknya,” tutur Evarisan.<br />
Adapun Karminah membantah tuduhan<br />
telah mempersulit Vincent menemui<br />
anak-anaknya. Ia mengklaim Vincent sering<br />
bertemu dengan Co dan Ca, bahkan sempat<br />
mengajak ke luar negeri. “Sejak cerai, ada<br />
kesepakatan hari Sabtu dan Minggu Vincent<br />
bertemu anak-anak,” ucapnya.<br />
Secara terpisah, Ketua Komisi Nasional Perlindungan<br />
Anak, Arist Merdeka Sirait, mengatakan,<br />
penggunaan anak sebagai tameng untuk memperoleh<br />
harta memang tidak diperbolehkan.<br />
“Karena, kalau sudah berpisah, harta dibagi dua.<br />
Setengah suami dan setengah untuk istri, yang<br />
nantinya akan diwariskan pada anak-anak,” kata<br />
dia.<br />
Pekan ini persidangan memasuki tahap<br />
pembelaan. Pro dan kontra masih akan berlanjut.<br />
■ ANGLING ADHITYA PURBAYA (Semarang), JAFFry PRABU<br />
prakoSA | M. RIZal<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kriminal<br />
Awas,<br />
Sindikat<br />
Penjual<br />
Gadis<br />
Seorang gadis belia asal Indramayu dipaksa<br />
bekerja 15 jam per hari melayani pria hidung<br />
belang dan tidak digaji. Diselamatkan<br />
seorang pengunjung.<br />
ilustrasi: edi wahyono<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kriminal<br />
Dua pekerja seks muda<br />
menanti pelanggan di<br />
kawasan prostitusi Dolly,<br />
Surabaya.<br />
Sigit Pamungkas/REUTERS<br />
Pintu masuk sebuah tempat hiburan<br />
malam di Jalan Pangeran Jayakarta,<br />
kawasan Mangga Besar, Jakarta Pusat,<br />
itu tak pernah sepi. Beberapa pria<br />
berlalu-lalang melalui pintu yang dijaga petugas<br />
keamanan berbadan tegap dan berkaus ketat.<br />
Semakin malam, bangunan berkelir ungu yang<br />
di dalamnya terdapat bar hingga layanan pijat<br />
plus-plus itu kian ramai.<br />
Begitu masuk, terlihat pemandangan “menggoda”.<br />
Sejumlah perempuan muda berpakaian<br />
minim tengah bercengkerama. Beberapa lainnya<br />
duduk berjajar di sebuah ruangan yang<br />
dibatasi dinding kaca. “Silakan pilih, Bos,” se-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kriminal<br />
Sejumlah gadis belia pekerja<br />
seks menanti pelanggan<br />
di pinggir sebuah jalan di<br />
Jakarta.<br />
muda, Bos,” ujarnya. Para perempuan muda<br />
di balik kaca itu bisa diajak “kencan” dengan<br />
kamuflase sebagai terapis pijat. Untuk tiap satu<br />
jam berkencan, tamu mesti merogoh kocek Rp<br />
300-400 ribu.<br />
Karena itu, selain bar, tempat hiburan tersebut<br />
menyediakan sejumlah kamar. Ada dua<br />
kelas kamar, yakni VIP dan kamar biasa. Masing-masing<br />
dilengkapi kamar mandi di dalam.<br />
Di tempat itulah S, yang baru berusia 15 tahun,<br />
diduga dipekerjakan. Gadis di bawah umur asal<br />
Indramayu, Jawa Barat, itu dipaksa menjadi<br />
pekerja seks.<br />
Gadis berkulit putih dengan rambut panjang<br />
sebahu itu kini diamankan oleh Komisi Nasional<br />
Perlindungan Anak. Ia berhasil lolos dari tempat<br />
tersebut beberapa waktu lalu setelah diselamatkan<br />
seorang pengunjung. Kepada majalah detik<br />
yang menemuinya di kantor Komnas Perlindungan<br />
Anak, Jumat, 13 Juni lalu, S mengaku terdampar<br />
di lembah hitam sejak awal April lalu. Ia datang<br />
ke Ibu Kota lantaran dipaksa seorang bernama<br />
Peppi, teman kakaknya.<br />
S menuturkan, awalnya Peppi menawarinya<br />
bekerja di sebuah rumah makan di Jakarta. Kadetikcom<br />
orang perempuan cantik berusia 30 tahunan<br />
tiba-tiba menyapa, sembari menunjuk ke arah<br />
deretan perempuan muda di ruang kaca layaknya<br />
akuarium itu.<br />
Perempuan yang diduga sebagai muncikari di<br />
tempat hiburan itu lalu berpromosi. “Lihat saja<br />
sendiri ceweknya. Cantik-cantik, masih pada<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kriminal<br />
Seorang pekerja<br />
seks tengah menanti<br />
pelanggan di sebuah<br />
kawasan prostitusi.<br />
Sigit Pamungkas/REUTERS<br />
rena terpengaruh oleh bujuk rayu Peppi, gadis<br />
itu manut saja. Namun, sesampai di Jakarta, S<br />
ternyata diinapkan di sebuah hotel di bilangan<br />
Mangga Besar. Di hotel itulah petaka itu terjadi.<br />
Di situ Peppi mengenalkan S dengan seorang<br />
pria berinisial A, yang diduga sebagai<br />
muncikari yang malang melintang di sejumlah<br />
tempat hiburan di kawasan itu. S kemudian diberi<br />
uang Rp 3 juta, dengan syarat, ia melepas<br />
keperawanan kepada A.<br />
Karena ketakutan dan tidak mengenal siapa<br />
pun di Jakarta, gadis itu tak kuasa menolak. Alhasil,<br />
keperawanan S hilang direnggut A malam<br />
itu. “Sejak saat itulah, saya dipaksa A melayani<br />
tamu setiap malam. Ada tiga sampai empat<br />
orang dalam semalam,” ucap perempuan lulusan<br />
sekolah dasar tersebut.<br />
Tidak hanya dipaksa menjadi budak seks, S<br />
juga sering mengalami kekerasan fisik setelah<br />
“dijual” kepada T untuk dipekerjakan di bar-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kriminal<br />
Basuki Tjahaja Purnama<br />
agung pambudhy/detikcom<br />
nya. Pekerjaan S adalah menemani minum<br />
pengunjung, dan harus mengikuti permintaan<br />
tamu jika diajak “ngamar”. Kalau ia menolak,<br />
perlakuan kasar telah menunggu.<br />
T diduga menyekap S di sebuah mes bersama<br />
30 wanita lain. Menurut S, dia adalah perempuan<br />
paling muda. Karena paling muda<br />
dan memiliki wajah ayu, S sering dipilih<br />
tamu untuk diajak berkencan. Hal itu<br />
rupanya membuat perempuan lain di<br />
tempat tersebut cemburu. Itu sebabnya,<br />
ia sering mendapat perlakuan<br />
kasar, baik oleh pekerja seks di tempat<br />
itu maupun oleh penjaga.<br />
Jam kerja S juga lebih<br />
panjang, 15 jam per hari.<br />
Sementara di tempat<br />
A ia dipekerjakan dari<br />
pukul 14.00 hingga<br />
02.00 WIB, di tempat<br />
hiburan yang dikelola<br />
T itu S harus<br />
bekerja dari pukul<br />
12.00 hingga pukul<br />
03.00 WIB. Parahnya<br />
lagi, selama bekerja dengan T, ia mengaku<br />
tak pernah mendapat gaji. Praktis, gadis itu<br />
hanya mengandalkan uang tip dari tamu yang<br />
berkencan dengannya. Padahal ia harus memenuhi<br />
kehidupan ibunya di Indramayu.<br />
Dikatakan S, ibu kandungnya pernah datang<br />
menjenguk. Namun niat itu dihalangi penjaga.<br />
S terpaksa menanggung hidup sang ibu selama<br />
di Jakarta, dengan meminjam uang Rp 2,4 juta<br />
kepada orang lain. “Sekarang utang itu sudah<br />
lunas,” katanya.<br />
Penyiksaan yang dia alami berakhir setelah<br />
seorang pengunjung membawa kabur S dari<br />
cengkeraman si muncikari. Aktivis sebuah<br />
lembaga swadaya masyarakat yang menyamar<br />
sebagai tamu tempat hiburan itu lalu membawa<br />
S menemui Ketua Komnas Perlindungan<br />
Anak Arist Merdeka Sirait. Kini, korban dalam<br />
pendampingan komisi itu.<br />
“Kami akan mendampingi dulu dia di rumah<br />
aman (safe house) selama 1-2 minggu. Sambil<br />
menunggu kondisinya membaik. Kami juga<br />
akan mencari orang tuanya karena S selalu<br />
meminta pulang,” ujar Arist.<br />
Selain kepada polisi, Komnas Perlindungan<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kriminal<br />
Komisaris Besar Rikwanto<br />
agung pambudhy/detikcom<br />
Sulit menangani kasus perdagangan<br />
orang. Sebab, mereka kan jadi PSK<br />
untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun itu<br />
tidak dibenarkan.<br />
Anak akan melaporkan kasus tersebut kepada<br />
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ini berkaitan<br />
dengan izin tempat hiburan di kawasan Jakarta<br />
Pusat itu. “Ini jelas praktek trafficking. Dibawa<br />
dari Indramayu oleh seorang calo atau perantara<br />
yang juga (anggota) sindikat bernama Peppi<br />
mencari gadis lugu di desa,” tuturnya.<br />
Ditemui di kantornya, Pelaksana Tugas Gubernur<br />
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama<br />
mengaku kesulitan mengatasi pelacuran di Jakarta<br />
seperti saat ia menjabat Bupati Belitung<br />
Timur. Saat itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah<br />
memaksanya menutup warung-warung<br />
yang pedagangnya adalah wanita yang kerap<br />
bercelana pendek. Saat itu, pria yang akrab disapa<br />
dengan sebutan Ahok tersebut menolak<br />
permintaan Dewan.<br />
“Saya menolak karena (hal itu) bukan tindakan<br />
asusila bagi saya. Kalau di Aceh, iya. Kalau<br />
dia (pedagang warung itu) menjual diri, buktinya<br />
mana?” ucap Ahok lantang.<br />
Kendati begitu, Ahok berjanji akan memerangi<br />
pelacuran di Ibu Kota. Ia juga menantang<br />
organisasi-organisasi kemasyarakatan yang<br />
memiliki data soal pelacuran di tempat hiburan<br />
di Jakarta tersebut untuk menyerahkan kepada<br />
Pemerintah Provinsi DKI. “Justru saya mau<br />
minta sama ormas. Ormas yang lebih tahu,”<br />
katanya.<br />
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah<br />
Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto juga<br />
mengakui kesulitan menangani kasus perdagangan<br />
orang. “Sebab, mereka kan jadi PSK<br />
untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun<br />
itu tidak dibenarkan,” ujarnya secara terpisah.<br />
Rikwanto berjanji akan mengusut kasus itu.<br />
Polisi akan bertindak jika ada data-data yang<br />
menguatkan. Namun, saat ditemui pada Rabu,<br />
18 Juni lalu, Rikwanto mengatakan Polda Metro<br />
Jaya belum menerima laporan soal dugaan<br />
perdagangan orang tersebut dari Komnas Perlindungan<br />
Anak. ■ Jaffry Prabu Prakoso | Deden G.<br />
Majalah detik detik 20 - 23 26 - januari 29 juni 2014
sisi lain capres<br />
Saat<br />
Prabowo<br />
Dukung<br />
Jokowi<br />
Sikap Prabowo, yang mengaku sejalan dengan<br />
pandangan Jokowi saat debat capres, menjadi bahan<br />
sindiran. Oleh kubu Prabowo, hal itu dinilai sebagai<br />
keunggulan eks Danjen Kopassus itu.<br />
Pemilihan presiden dan wakil<br />
presiden 2014 kian dekat. Debat<br />
calon presiden dan calon wakil<br />
presiden, yang digelar Komisi<br />
Pemilihan Umum, pun menjadi ajang<br />
yang ditunggu-tunggu masyarakat untuk<br />
memantapkan pilihannya.<br />
Debat putaran kedua, antara capres<br />
Prabowo Subianto dan Joko Widodo―<br />
tanpa didampingi cawapres―yang dihelat<br />
di Hotel Gran Melia, kawasan Kuningan,<br />
Jakarta Selatan, Minggu malam, 15<br />
Juni lalu, diwarnai momen menarik. Yaitu<br />
saat Prabowo mengaku sejalan dengan<br />
pandangan Jokowi.<br />
Ketika itu, di atas panggung, capres nomor<br />
urut satu dan dua tersebut sedang<br />
berdebat tentang ekonomi kreatif. Jokowi<br />
memaparkan pandangannya mengenai<br />
ekonomi kreatif, seperti musik, animasi,<br />
seni pertunjukan, video, dan desain. Menurut<br />
mantan Wali Kota Solo itu, produk<br />
kreatif yang diisi oleh orang-orang muda<br />
tersebut perlu mendapat dukungan dari<br />
pemerintah.<br />
Menanggapi pendapat Jokowi, Prabowo<br />
tiba-tiba menyatakan hal mengejut-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sisi lain capres<br />
kan. Ia meminta maaf kepada tim penasihatnya,<br />
sebelum kemudian berterus<br />
terang mendukung pandangan Gubernur<br />
DKI Jakarta nonaktif tersebut.<br />
“Tim penasihat saya bilang, ‘Apa pun<br />
nanti jangan pernah setuju apa yang<br />
disampaikan Saudara Joko Widodo’. Tapi<br />
saya ini bukan politisi profesional,” katanya.<br />
“Kalau ide yang bagus, saya harus<br />
bilang bagus. Saya, ya sejalan dengan<br />
(pandangan) Saudara Joko Widodo.”<br />
Setelah mengucapkan hal itu, di luar<br />
perkiraan, bekas Komandan Jenderal<br />
Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus)<br />
TNI Angkatan Darat itu beranjak<br />
dari tempat duduknya dan menghampiri<br />
Jokowi. Ia lalu mengajak Jokowi bersalaman<br />
sembari cipika-cipiki (cium pipi kanan<br />
dan kiri). Jokowi, yang menyambut salam<br />
Prabowo, cuma mesam-mesem.<br />
“Maaf, kali ini saya enggak mengikuti<br />
nasihat tim penasihat saya,” ujar Prabowo<br />
saat kembali ke mimbarnya. Dia sesekali<br />
menengok ke arah tempat duduk kubu<br />
pendukung dan tim suksesnya, sembari<br />
melambaikan tangan. Hadirin pun<br />
bersorak melihat aksi spontan Prabowo<br />
tersebut. Suasana debat beberapa saat<br />
menjadi cair.<br />
Setelah menyalami Jokowi, Prabowo<br />
menyinggung soal putra tunggalnya,<br />
Didit Hediprasetyo, yang hadir dalam<br />
acara debat itu bersama sang ibu, yang<br />
juga mantan istri Prabowo, Siti Hediati<br />
Hariyadi atau Titiek Soeharto. Prabowo<br />
menyebut anaknya itu bergerak di bidang<br />
ekonomi kreatif. “Anak saya desainer, dia<br />
juga muncul di mancanegara. Jadi, kalau<br />
soal itu, saya dukung Saudara Joko Widodo,<br />
ya,” tuturnya sambil tertawa.<br />
Seusai debat, kepada wartawan, Jokowi<br />
merespons positif aksi Prabowo tersebut.<br />
“Bagus, kan, itu berarti mendukung<br />
saya,” ucapnya. Sementara, Prabowo<br />
menyebut suasana debat dirinya dengan<br />
Jokowi penuh persahabatan.<br />
Sementara itu, Juru Bicara Tim Pemenangan<br />
Jokowi-Jusuf Kalla, Hasto Kristiyanto,<br />
menyindir sikap Prabowo itu.<br />
Menurut Hasto, pernyataan dukungan<br />
itu menunjukkan tingkat pemahaman<br />
Prabowo soal ekonomi kreatif. “Setelah<br />
Jokowi memberi penjelasan, Prabowo<br />
baru paham apa yang dimaksud ekonomi<br />
kreatif,” katanya. Hasto juga menganggap<br />
pernyataan spontan itu menunjukkan<br />
pengakuan Prabowo terhadap kualitas<br />
capres Jokowi.<br />
Sebaliknya, Ketua Majelis Pertimbangan<br />
Partai Amanat Nasional Amien Rais,<br />
yang berada di kubu Prabowo, mengatakan<br />
hal itu menunjukkan sifat kesatria<br />
yang dimiliki Prabowo. Jagonya itu,<br />
menurut Amien, juga lebih menguasai<br />
isu, baik secara lokal maupun global,<br />
ketimbang Jokowi saat debat.<br />
“Pak Prabowo menunjukkan sifat<br />
merangkul, kesatria, jujur. Jadi, ketika dia<br />
setuju dengan pendapat Pak Jokowi, dia<br />
mengatakan setuju, tidak harus bersengketa,<br />
berselisih,” ujar Amien. Menurut<br />
dia, sikap itu menjadi keunggulan buat<br />
Prabowo. Nah, bagaimana penilaian<br />
Anda? n<br />
Danu Damarjati, M. Iqbal | Dimas<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Debat<br />
tanpa Sengat<br />
Tim sukses memanfaatkan undang-undang buat<br />
mencegah moderator mencecar kandidat mereka. Demi<br />
menyelamatkan citra calon presiden dan wakil presiden<br />
di mata pemilih.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Dua pasang calon presiden dan<br />
wakil presiden mengikuti acara<br />
debat capres di Hotel Gran Melia,<br />
Jakarta Selatan, Minggu, 15 Juni<br />
2014.<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
Ekonom Aviliani semestinya bisa<br />
mencetak rekor dengan menjadi moderator<br />
acara debat kandidat di tiga<br />
pemilihan presiden yang berbeda.<br />
Namun, setelah memandu acara debat pada<br />
2004 dan 2009, tahun ini Aviliani memilih jadi<br />
penonton saja.<br />
Ia memang diundang Komisi Pemilihan<br />
Umum buat jadi calon moderator untuk debat<br />
capres sesi kedua soal pembangunan ekonomi<br />
dan kesejahteraan sosial pada Minggu, 15 Juni<br />
2014. “Kemarin saya diundang, tapi tidak mau,”<br />
ujar Aviliani kepada majalah detik.<br />
Dia mengaku tidak sreg dengan tugas moderator<br />
dalam acara debat menjelang pemilihan<br />
presiden 2014. “Kalau dulu moderator banyak<br />
bertanya, tapi sekarang kan bertanya, lalu<br />
diam.”<br />
Menurut Aviliani, pada 2009 dia menyusun<br />
sendiri pertanyaan yang akan diajukan kepada<br />
calon presiden dan wakil presiden. Sedangkan<br />
dalam debat tahun ini, pertanyaan mesti didiskusikan<br />
dengan KPU.<br />
Ia cemas, semakin banyak yang tahu, semakin<br />
besar peluang dituding curang seandainya<br />
“soal-soal” itu bocor. “Kalau kenapa-kenapa,<br />
habislah, kan kita ada di situ,” ujarnya.<br />
Kekhawatiran Aviliani bukan tidak beralasan.<br />
Rumor soal pembocoran pertanyaan menguar<br />
ketika komisioner KPU, Hadar Nafis Gumay,<br />
bertemu dengan anggota tim sukses pasangan<br />
Joko Widodo-Jusuf Kalla, Trimedya Panjaitan, di<br />
Senayan, Jakarta. Mereka mengaku pertemuan<br />
itu tidak disengaja.<br />
Menjelang debat kedua soal ekonomi, ber-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Moderator<br />
harus diberi<br />
kewenangan<br />
memperdalam<br />
jawaban.<br />
Ahmad Erani Yustika<br />
berita jatim<br />
edar pesan pendek yang menuding moderator<br />
Ahmad Erani Yustika. Pakar ekonomi Universitas<br />
Brawijaya, Malang, ini disebutkan berpeluang<br />
membocorkan pertanyaan kepada kubu<br />
Jokowi-JK lantaran pernah masuk dalam tim<br />
pakar Kalla pada pemilihan presiden 2009.<br />
Moderator memang jadi bulan-bulanan. Pakar<br />
hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,<br />
Zainal Arifin Mochtar, yang memandu debat<br />
perdana, dikritik karena tidak menanyakan soal<br />
hak asasi manusia dan lebih sibuk mengurusi<br />
tepuk tangan penonton di studio.<br />
Erani juga dianggap terlalu datar dalam memandu<br />
debat. Erani mengakui kurang tajam,<br />
tapi itu karena moderator dilarang mengeksplorasi<br />
jawaban capres.<br />
“Moderator harus diberi kewenangan memperdalam<br />
jawaban,” kata Erani. “Itu kan tidak<br />
diperbolehkan, itu kesepakatan KPU dengan<br />
tim sukses.”<br />
Zainal membenarkannya. Tim sukses, kata<br />
dia, memakai Undang-Undang Nomor 42 Tahun<br />
2008 tentang Pemilihan Umum Presiden<br />
dan Wakil Presiden buat mencegah moderator<br />
mencecar para kandidat.<br />
Dalam pasal 39, moderator diharuskan berasal<br />
dari kalangan profesional dan akademisi.<br />
Lalu, selama debat, bahkan setelahnya, moderator<br />
dilarang memberi komentar, penilaian,<br />
dan kesimpulan atas hal-hal yang disampaikan<br />
setiap calon.<br />
Yang disayangkan Zainal, pasal itu diartikan<br />
moderator tidak boleh meminta penjelasan<br />
lebih lanjut. “Misalnya saya bilang penjelasan<br />
Anda kurang lengkap, bisa dilengkapi lagi?”<br />
kata Zainal. “Kata saya ‘kurang lengkap’ itu kan<br />
sudah sebuah kesimpulan. Itu dilarang.”<br />
Menurut Zainal, idealnya, moderator boleh<br />
terus mengejar jawaban calon seperti dalam<br />
debat kandidat presiden di Amerika Serikat.<br />
KPU dianggapnya tak berani menampilkan<br />
debat yang serius. “KPU kan menginginkan<br />
pemilu yang aman, tidak ribut-ribut.”<br />
Bagi Zainal, sikap KPU itu menguntungkan<br />
tim sukses, yang ingin mengamankan kandidat<br />
masing-masing supaya tidak terlihat bodoh karena<br />
kerepotan menjawab pertanyaan. Akhirnya,<br />
kata dia, ajang debat tidak lebih dari panggung<br />
pertunjukan agar para kandidat kelihatan<br />
cerdas. “Memang kalau sifatnya hanya untuk<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
eksis, ya, yang kemarin itu cukup.”<br />
Debat memang jadi penting buat para calon<br />
presiden dan wakil presiden. Hasil survei Cyrus<br />
Network menyebutkan sekitar 30 persen pemilih<br />
menjadikan debat sebagai dasar memberikan<br />
dukungan.<br />
Namun Hadar membantah adanya pembatasan<br />
terhadap moderator. “Tidak. Tidak ada<br />
itu,” ujarnya.<br />
Dia mengatakan segmen kedua setiap debat<br />
adalah waktu moderator mendalami visi dan<br />
misi yang disampaikan para kandidat. Moderator,<br />
tuturnya, diberi otoritas menilai bagian<br />
mana yang belum atau kurang jelas.<br />
Hadar menjelaskan pertanyaan pada sesi itu<br />
disusun sendiri oleh moderator dibantu tim<br />
ahli KPU. “Jadi ruang moderator cukup besar,<br />
bukan tinggal baca pertanyaan,” katanya.<br />
Dalam Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2014<br />
soal Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan<br />
Wakil Presiden memang diatur ketentuan teknis<br />
debat dibuat oleh Komisi setelah berkoordinasi<br />
dengan tim sukses. Zainal mengatakan<br />
topik debat juga dirumuskan KPU dengan tim<br />
sukses.<br />
Poin-poin dalam tema, ujar Zainal, disusun<br />
tim ahli. Lalu semua itu dibicarakan bersama<br />
KPU dan tim sukses. Karena harus atas persetujuan<br />
dengan tim sukses itulah, kata dia, masalah<br />
hak asasi manusia tak masuk dalam debat<br />
dan akhirnya dipertanyakan banyak pihak.<br />
Namun Hadar membantah anggapan bahwa<br />
tim sukses ikut campur sampai pada konten<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
kisi-kisi dari KPU. “Dari situ diantisipasi pertanyaannya,”<br />
tuturnya.<br />
Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi membantah<br />
jika dikatakan menekan moderator.<br />
Ia bahkan merasa tidak puas dengan format<br />
debat KPU itu. Ia melihat pembagian segmen<br />
yang terlalu banyak membuat Prabowo dan<br />
Hatta tidak bisa menjelaskan dengan detail<br />
pemikiran mereka.<br />
“Ini debat atau tanya-jawab, sih?” ujarnya.<br />
“Kalau debat, (seharusnya) bisa menjelaskan<br />
sejelas-jelasnya.”<br />
●●●<br />
Suasana debat capres 2014 sesi<br />
pertama yang diikuti pasangan<br />
Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf<br />
Kalla, Senin, 9 Juni 2014<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
atau pertanyaan. Dia mengatakan tim sukses<br />
hanya diajak bicara soal format, lama debat,<br />
pemilihan moderator, dan pengaturan duduk.<br />
“Kewenangan timses tidak pada konten atau<br />
pertanyaan,” ujarnya.<br />
Anggota tim sukses Jokowi-JK, Alexander<br />
Lay, mengatakan pihaknya hanya menerima<br />
Di tengah-tengah acara debat, Jusuf Kalla<br />
melontarkan pertanyaan. “Kerja saya bagus<br />
kan, Bu?”<br />
Tanpa perubahan ekspresi wajah, yang ditanya<br />
menjawab enteng. “Ya, ndak, dong.”<br />
Tawa penonton di studio syuting acara debat<br />
calon presiden 2009 pun pecah mendengar jawaban<br />
Megawati Soekarnoputri itu. Kalla dan<br />
calon petahana Susilo Bambang Yudhoyono<br />
ikut tertawa lepas.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Ya, kalau dulu kan<br />
debatnya berasa,<br />
emosi masingmasing<br />
kandidat<br />
itu enggak ada, dan<br />
suasananya lebih<br />
cair.<br />
Aviliani, moderator debat capres<br />
pada 2009 dan 2014<br />
antara<br />
Debat presiden tentang kemiskinan dan<br />
pengangguran pada 2009 itu memang beberapa<br />
kali memancing tawa penonton, terutama<br />
ketika calon presiden saling menyindir kebijakan<br />
rivalnya.<br />
Padahal ketika itu diduga debat akan berjalan<br />
tegang. Pasalnya, saat pengambilan nomor<br />
urut pemilihan presiden, Mega dan Yudhoyono<br />
kelihatan dingin saat bersalaman.<br />
Sudah jadi pengetahuan umum bahwa Mega<br />
enggan bertegur sapa dengan Yudhoyono,<br />
yang pada 2004 mengalahkannya dalam pemilihan<br />
presiden. Presiden Yudhoyono dan Wakil<br />
Presiden Jusuf Kalla juga baru saja pecah kongsi,<br />
dan masing-masing maju bersama pasangan<br />
baru.<br />
Dalam debat yang dipandu oleh Aviliani<br />
itu, Yudhoyono tancap gas dengan menyitir<br />
penjualan aset dan privatisasi perusahaan<br />
pada era Mega. Ia juga mengkritik Kalla, yang<br />
mengangkat isu impor gandum untuk mi instan,<br />
yang merugikan petani Indonesia.<br />
“Yang dimakan Pak Kalla mungkin mi yang<br />
kandungannya gandum. Yang saya makan<br />
sudah dicampur dengan sagu, singkong, dan<br />
sukun dari petani kita,” kata Yudhoyono sambil<br />
tersenyum. Sindiran itu disambut tawa penonton.<br />
Kalla juga ikut tertawa.<br />
Tak mau kalah, Kalla menyindir Yudhoyono<br />
soal renegosiasi harga gas Tangguh. “Bapak<br />
sudah kasih keppres tapi tidak jalan-jalan juga,”<br />
ujarnya. Penonton tertawa lagi dan Yudhoyono<br />
hanya tersenyum.<br />
Meski tidak disediakan sesi khusus buat para<br />
calon presiden untuk saling bertanya, mereka<br />
terus melontarkan kritik lewat pemaparannya.<br />
“Ya, kalau dulu kan debatnya berasa, emosi<br />
masing-masing kandidat itu enggak ada, dan<br />
suasananya lebih cair,” kata Aviliani.<br />
Menurut dia, format debat pada 2009 itu<br />
merupakan penyederhanaan dari lima tahun<br />
sebelumnya. Pada 2004, Aviliani hanya menjadi<br />
moderator, sementara penanyanya tiga<br />
orang panelis, di antaranya Mari Elka Pangestu<br />
dan Faisal Basri.<br />
Hilangnya panelis membuat Aviliani sebagai<br />
moderator bebas menyusun pertanyaan. Dia juga<br />
membatasi topik dan mengunci para kandidat<br />
hanya membahas fakta serta data yang ia sajikan.<br />
Aviliani menuturkan debat sekarang ini ber-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Debat capres 2009 yang diikuti<br />
Megawati, Susilo Bambang<br />
Yudhoyono, Jusuf Kalla.<br />
presidenri.co.id<br />
beda. “Kalau orang bilang sih garing, banyak<br />
pertanyaan yang jawaban keduanya enggak to<br />
the point,” ujarnya. “Kemarin seolah-olah terlalu<br />
umum dan tidak fokus.”<br />
Namun Hadar Nafis Gumay merasa debat<br />
2014 justru lebih maju ketimbang debat pada<br />
2009. “Format saling tanya-jawabnya lebih<br />
panjang sekarang,” ujarnya.<br />
Bahkan, kata Hadar, KPU akan menambah porsi<br />
waktu pada segmen kandidat bertanya kepada<br />
rivalnya. “Menurut saya, lebih hidup sekarang dan<br />
tentunya lebih banyak ditonton orang. Semua<br />
orang membicarakan ini.” ■ Pasti Liberti M., Monique<br />
Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai | Okta Wiguna<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Panasnya<br />
Debat Pertama<br />
di Salemba<br />
Rapat-rapat itu diadakan selama seminggu di rumah<br />
sosiolog Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo. Ketika<br />
para mahasiswa mencari dan menyiapkan konsumsi,<br />
Imam bersama dosen politik Eep Saefulloh Fatah dan pakar<br />
hukum Harkristuti Harkrisnowo menyusun pertanyaan.<br />
Pada 1999 itu, mereka menggelar debat calon presiden<br />
di kampus Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta Pusat.<br />
Beberapa nama yang menjadi jagoan dari partai-partai<br />
politik yang ikut pemilu pada 1999 diundang.<br />
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,<br />
yang menang pemilu, Megawati Soekarnoputri, tak hadir,<br />
begitu pula Abdurrahman Wahid. Tapi Amien Rais, Yusril Ihza<br />
Mahendra, Didin Hafidhuddin, dan Sri Bintang Pamungkas memenuhi<br />
undangan.<br />
Debat dengan panelis Imam, Eep, dan Harkristuti Harkrisnowo<br />
itu memanas ketika Yusril menyitir pemahaman hukum<br />
tata negara Amien Rais. “Bagaimana Saudara ini. Sebagai calon<br />
presiden, sejarah ketatanegaraan kita saja tidak tahu.”<br />
Amien menyerang balik. “Wah, ini sudah mulai arogan sedikit.<br />
Bagi saya, Yusril ini adik saya jauh, bicara bahasa Inggrisnya saja<br />
masih belepotan,” ujarnya.<br />
Imam Prasodjo masih ingat memanasnya debat itu. “Ya mencubitlah,<br />
tapi ya biasalah, masih dalam koridor tidak menyakiti.”<br />
Bagi Imam, nilai debat pertama setelah Orde Baru tumbang<br />
itu adalah mendesakralisasi jabatan presiden. “Kalau dulu kan<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar mengikuti debat calon presiden<br />
pada 1 Juli 2004.<br />
Getty Images<br />
jabatan presiden terlalu tinggi, seperti enggak boleh ditanya<br />
gitu kan, tidak boleh dikuliti,” ujarnya.<br />
Imam mengatakan debat seharusnya menjadi sarana mengetahui<br />
pemikiran seorang calon presiden. Bahkan, kata<br />
dia, debat jadi tempat mereka ditanyai mengenai hal yang<br />
sifatnya sensitif.<br />
Memang saat itu, kata Imam, hasil debat tak berpengaruh<br />
pada siapa yang jadi presiden karena belum ada pemilihan<br />
langsung. “Sehingga itu lebih ke arah bagaimana membangun<br />
kultur, bagaimana pejabat publik, terutama presiden, tidak boleh<br />
tidak ditanya,” kata Imam. “Harus ada tradisi presiden itu boleh<br />
ditanya secara detail tentang track record-nya, sesuatu yang dianggap<br />
tabu.”<br />
Pada 2004, KPU mengadopsi debat kandidat ini sebagai<br />
bagian dari masa kampanye calon presiden dan wakil presiden.<br />
Debat juga tak hanya pada pemilihan presiden, tapi juga pada<br />
pemilihan kepala daerah.<br />
Pada 2008, DPR mengesahkan Undang-Undang tentang<br />
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Debat kandidat<br />
pun jadi bagian yang diatur dalam udang-undang itu. “Paling tidak<br />
ini sudah menjadi tradisi. Paling tidak saya bahagia, jalannya<br />
semakin baik,” ujarnya. ■ Monique Shintami | Okta Wiguna<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
Fokus<br />
debat capres<br />
kontroversi dkp prabowo<br />
Berebut<br />
Pemilih Galau<br />
Komisi Pemilihan Umum meneruskan debat antarkandidat<br />
calon presiden dan wakil presiden yang diadakan sejak 2004.<br />
Formatnya mirip debat kandidat presiden di Amerika Serikat,<br />
yang dipandu satu moderator merangkap penanya.<br />
Dengan menipisnya selisih elektabilitas antara pasangan<br />
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla,<br />
debat ini diharapkan masing-masing calon buat memikat<br />
calon pemilih yang masih bimbang menentukan jagonya.<br />
Apalagi, ada lebih dari 60 juta pemilih pemula yang diperkirakan<br />
tidak tahu rekam jejak para kandidat ini. Berikut ini<br />
fakta seputar debat calon presiden dan wakil presiden pada<br />
pemilihan presiden 2014.<br />
187 Juta<br />
Jumlah pemilih yang dicoba<br />
dipengaruhi lewat debat.<br />
12,5%<br />
Selisih elektabilitas kedua<br />
pasangan kandidat,<br />
Prabowo-Hatta 41,1% :<br />
Jokowi-JK 53,6%.<br />
± 60 Juta<br />
Pemilih pemula berusia 16-20 tahun yang<br />
tidak tahu rekam jejak kandidat.<br />
5%<br />
Pemilih yang belum menentukan<br />
pilihan 2,9% condong ke Jokowi-JK,<br />
0,8% cenderung ke Prabowo-Hatta,<br />
sisanya merahasiakan pilihannya.<br />
30%<br />
Pemilih yang menjadikan debat<br />
sebagai dasar menentukan pilihan.<br />
debat<br />
5 babak<br />
Pembangunan, Demokrasi, Pemerintah yang Bersih, dan Negara Hukum<br />
(9 Juni 2014, antarpasangan capres-cawapres, moderator Zainal Arifin Mochtar dari Universitas Gadjah Mada)<br />
Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial<br />
(15 Juni 2014, antarcapres, moderator Ahmad Erani Yustika dari Universitas Brawijaya)<br />
Politik Internasional dan Ketahanan Nasional<br />
(22 Juni 2014, antarcapres, moderator Hikmahanto Juwana dari Universitas Indonesia)<br />
Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Iptek<br />
(29 Juni 2014, antarcawapres)<br />
Pangan, Energi, dan Lingkungan<br />
(5 Juli 2014, antarpasangan capres-cawapres)<br />
500.000 +<br />
Jumlah pencarian di Google dengan kata kunci “jadwal debat capres”.<br />
(Urutan teratas kata kunci pencarian pada 9 Juni 2014)<br />
50.000 +<br />
Jumlah pencarian di Google dengan kata kunci “debat capres”.<br />
(Mulai tergerus oleh Piala Dunia 2014)<br />
HAM & KORUPSI<br />
Kata yang paling diperbincangkan pengguna Facebook Indonesia<br />
selama debat pertama.<br />
Korupsi<br />
HAM<br />
Korupsi<br />
HAM<br />
HAM<br />
Korupsi<br />
Korupsi<br />
HAM<br />
Korupsi<br />
HAM<br />
Korupsi<br />
HAM<br />
CAPres, EKONomi, TOL LAUT, TPID<br />
Kata yang paling diperbincangkan pengguna<br />
Facebook Indonesia selama debat kedua.<br />
Capres<br />
Capres<br />
Tpid Tpid Tpid<br />
Ekonomi<br />
Tol Laut<br />
Tol Laut<br />
Capres<br />
Tol Laut<br />
Capres<br />
Ekonomi<br />
Ekonomi<br />
TrendiNG topic Twitter debat pertama<br />
Hak asasi manusia<br />
Bhinneka TuNGGal Ika<br />
Berani jujur adalah kita<br />
Hak asasi manusia<br />
Lurah Susan<br />
Presiden nomor 2<br />
Lurah Susan<br />
Presiden nomor 2 Lurah Susan<br />
Presiden nomor 2<br />
Pertanyaan JK<br />
Pertanyaan JK<br />
Presiden nomor 2<br />
Pertanyaan JK<br />
Hak asasi manusia<br />
TrendiNG topic Twitter debat kedua<br />
NoDrop Jokowi Pamer Kartu Indonesia Pintar UU Desa NoDrop Pak Prabowo<br />
Pak Prabowo Tim Pengendalian Inflasi Daerah UU Desa NoDrop Pak Prabowo<br />
Pak Prabowo uu Desa NoDrop Pak Prabowo Jokowi Pamer Kartu Indonesia Pintar<br />
ARDHI SURYADHI, TRISNO HERIYANTO, MUHAMMAD TAUFIQQURAHMAN, OKTA WIGUNA | SumbER: SurvEI CYRUS NETWORK<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Di Balik Kehangatan &<br />
rp 1.000 Triliun<br />
Kebocoran<br />
Kebocoran Rp 1.000 triliun<br />
sudah menjadi andalan<br />
jualan kampanye Prabowo.<br />
Menjadi kontroversi ketika<br />
dipertanyakan di sana-sini.<br />
Pemolesan tim kurang rapi.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Dua pasangan capres dan<br />
cawapres dalam acara debat<br />
perdana, Senin (9/6).<br />
Lamhot/detikcom<br />
Didik J. Rachbini mengumbar angka<br />
potensi kebocoran kekayaan negara di<br />
atas meja. Satu per satu pangkal kebocoran<br />
ia sebutkan, baik dari APBN maupun<br />
sumber daya alam, hingga menemui jumlah<br />
Rp 1.160 triliun. Konon, angka inilah yang menjadi<br />
bekal debat capres bagi Prabowo Subianto pada<br />
Minggu, 15 Juni 2014 lalu.<br />
Angka yang fantastis itu memang membuat<br />
Didik sibuk. Pekan lalu, ia bertandang dari meja<br />
redaksi media massa satu ke media lainnya<br />
khusus untuk menjelaskan kontroversi angka<br />
kebocoran kekayaan negara sebesar Rp 1.000<br />
triliun, yang disebut calon presiden Prabowo<br />
Subianto dalam acara debat calon presiden.<br />
Dalam debat sesi dua itu Prabowo menyebut<br />
Ketua KPK Abraham Samad menyatakan bahwa<br />
kebocoran dan kehilangan kekayaan negara<br />
satu tahun mencapai Rp 7.200 triliun.<br />
“Tim pakar kami menggunakan angka Rp<br />
1.000 triliun yang hilang. Sasaran kami, kami<br />
ingin menutup kebocoran Rp 1.000 triliun itu,”<br />
kata Prabowo dengan berapi-api.<br />
Penampilan Prabowo dalam acara debat capres<br />
dengan gaya orasi yang meyakinkan tersebut<br />
mendapat pujian. Pria yang oleh Gerindra<br />
dijuluki Macan Asia itu memang sukses menguasai<br />
panggung saat memaparkan visi-misinya.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Capres Prabowo Subianto saat<br />
berorasi dalam kampanye<br />
akbar Partai Gerindra di Gelora<br />
Bung Karno (23/3).<br />
Beawiharta/REUTERS<br />
Tim Prabowo merasa malam itu capres mereka<br />
mengalahkan Jokowi. “Kalau buat skor, 5-1 tadi<br />
untuk kemenangan Prabowo,” kata ketua tim<br />
sukses pasangan Prabowo-Hatta, Mahfud Md.<br />
Namun, seusai debat, data kebocoran Rp<br />
1.000 triliun itu mendapat kritik tajam dari<br />
banyak pihak. Pakar ekonomi dari Universitas<br />
Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menyebut<br />
angka kebocoran yang disebutkan Prabowo<br />
menggelikan. Pakar ekonomi lainnya menyebut<br />
Prabowo berlebihan.<br />
Kebocoran Rp 1.000 triliun yang diungkap<br />
Prabowo itu menuai masalah. Pertama, total<br />
kebocoran itu lebih dari setengah APBN 2013<br />
sebesar Rp 1.800 triliun. Kedua, angka ini dianggap<br />
justru menyerang cawapres pasangan<br />
Prabowo, Hatta Rajasa, yang duduk sebagai<br />
Menteri Koordinator Perekonomian di kabinet.<br />
Kontroversi itulah yang membuat Didik cs<br />
pada Kamis, 19 Juni 2014, menyambangi sejumlah<br />
media massa, termasuk majalah detik.<br />
“Kebocoran di sini bukan maksudnya menohok<br />
Hatta Rajasa. Kebocoran terjadi sejak<br />
zaman Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati,<br />
hingga SBY,” ujar Didik, yang mengomandani<br />
tim pakar ekonomi Prabowo.<br />
Hatta juga berkali-kali mengklarifikasi angka<br />
kebocoran Rp 1.000 triliun itu. Hatta menegaskan<br />
tidak ada kebocoran APBN. Yang diungkap<br />
Prabowo dalam debat capres adalah potensi<br />
kerugian negara, bukan APBN. Angka ini diperoleh<br />
dari potensi kebocoran sumber daya alam,<br />
royalti tambang, pajak, dan lainnya.<br />
KPK juga mengonfirmasi angka Rp 7.200<br />
triliun bukan kebocoran anggaran, melainkan<br />
revenue potential atau potensi pendapatan.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Didik J. Rachbini<br />
Ari Saputra/detikfoto<br />
Angka ini berasal dari potensi perbaikan dana<br />
pajak, PNBT, royalti, dan lainnya. Perhitungan<br />
angka yang diperoleh KPK didapat jika tiga sumur<br />
minyak, seperti blok Cepu, Mahakam, dan<br />
Madura, dinasionalisasi.<br />
lll<br />
Masalah kebocoran sudah lama menjadi<br />
perhatian Prabowo. Sebelum diungkap dalam<br />
debat yang kemudian menjadi kontroversi,<br />
soal kebocoran diungkap Prabowo dalam Rapat<br />
Kerja Nasional Konferensi Serikat Pekerja<br />
Indonesia II di Hotel Kartika Chandra, Jakarta,<br />
Kamis, 13 Februari 2014. Prabowo selalu menyampaikan<br />
masalah kebocoran ini saat berkeliling<br />
Indonesia karena, bagi dia, kebocoran itu<br />
merupakan akar masalah bangsa ini.<br />
“Ternyata, setelah saya pelajari, terjadi kebocoran.<br />
Kebocoran dari ekonomi Indonesia tiap<br />
tahun Rp 1.000 triliun. Bocor tiap tahun. Ini<br />
sumber akar masalah,” kata Prabowo di depan<br />
anggota Serikat Pekerja Indonesia.<br />
Sementara Prabowo berorasi, ditampilkan<br />
slide dengan titel kebocoran dan kehilangan kekayaan<br />
negara 2013. Disertai juga perinciannya,<br />
yakni kehilangan potensi penerimaan pajak Rp<br />
360 triliun, kebocoran APBN Rp 500 triliun,<br />
anggaran negara untuk subsidi energi Rp 300<br />
triliun, sehingga total kebocoran anggaran negara<br />
Rp 1.160 triliun.<br />
Pada Pemilu 2009, Prabowo juga memakai<br />
isu kebocoran ini dalam kampanye. Saat itu<br />
Prabowo duduk sebagai calon wakil presiden<br />
mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri.<br />
Keduanya berhadapan dengan dua<br />
pasangan kandidat lain, yakni Susilo Bambang<br />
Yudhoyono-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto.<br />
Prabowo tampil dalam debat cawapres yang<br />
digelar dua kali oleh Komisi Pemilihan Umum.<br />
Debat pertama digelar pada 23 Juni 2009<br />
dengan tema “Pembangunan Jati Diri Bangsa”.<br />
Ia membuka debat dengan gaya orasi, memaparkan<br />
visi-misi.<br />
Gayanya cukup atraktif. Ia memampangkan<br />
selembar uang pecahan Rp 20 ribu untuk<br />
menjelaskan rendahnya pendapatan penduduk<br />
Indonesia. Tema kebocoran ia ungkap dalam<br />
penutup pemaparan visi-misi.<br />
“Secara total, kekayaan kita tidak tinggal di<br />
Republik Indonesia. Karena itu, kalau kita bicara<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Cawapres Hatta Rajasa di<br />
tengah timses pasangan<br />
Prabowo-Hatta.<br />
Grandyos Zafna/Detikcom<br />
jati diri tanpa membicarakan masalah ekonomi,<br />
yang menentukan, tanpa kita mengunci kebocoran<br />
kekayaan ekonomi, kita akan menjadi<br />
bangsa yang lemah,” ujarnya.<br />
Istilah yang sama ia gunakan dalam acara debat<br />
cawapres kedua pada 30 Juni 2009 dengan tema<br />
“Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia”.<br />
Prabowo tampil berapi-api dalam berorasi.<br />
“Percuma malam ini kita bicara soal kualitas<br />
hidup. Akan membikin ini dan membikin itu,<br />
membikin rumah sakit gratis, semuanya gratis<br />
tetapi uangnya tidak ada. Kekayaan nasional<br />
Indonesia bocor setiap tahun,” ujarnya.<br />
Ibaratnya, bab kebocoran itu sudah khatam<br />
bagi Prabowo karena sudah didalaminya selama<br />
lima tahun ini. Persiapan selama lima tahun<br />
itu pulalah yang membuat tim tidak mengkhawatirkan<br />
penampilan Prabowo saat debat.<br />
Soal gaya misalnya. Anggota tim pemenangan<br />
Prabowo-Hatta, Eggi Sudjana, mengaku Prabowo<br />
merasa cukup mumpuni untuk mengelola<br />
penampilan dan materi pembicaraannya.<br />
Gaya orasi ala Sukarno yang dipilih Prabowo<br />
saat mendampingi Mega pada Pilpres 2009<br />
terus dipertahankan. “Ini waktu yang sangat<br />
panjang. Makanya, soal gaya, tak ada arahan<br />
khusus,” tutur Eggi.<br />
Meski begitu, Prabowo tetap memiliki tim<br />
pakar dan tim debat. Ada juga tim kecil yang<br />
dikenal dengan sebutan “Kesatria Jedi”, yang<br />
selalu menempel Prabowo.<br />
Prabowo sendiri tidak ingin menganggap<br />
enteng debat capres. Ia selalu mengosongkan<br />
jadwal kampanye sehari sebelum debat capres<br />
digelar. Sekjen Gerindra mengaku hari libur ini<br />
dimanfaatkan Prabowo untuk persiapan diri.<br />
“Yang paling penting adalah harus evaluasi<br />
debat sebelumnya, karena itu Pak Prabowo<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Prabowo saat menjadi<br />
cawapres berpasangan dengan<br />
Megawati Soekarnoputri,<br />
menjelang Pilpres 2009 lalu.<br />
Ulet Ifansasti/Getty Images<br />
sehari libur berkampanye. Karena Minggu pagi<br />
ada kampanye, sehingga waktunya sebentar,”<br />
ujar Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani.<br />
Setiap tema debat, Prabowo didampingi 10<br />
pakar untuk mempertajam materi. Untuk topik<br />
hukum, pakar dipimpin Mahfud Md., sedangkan<br />
untuk ekonomi dipimpin Didik. Sehari sebelum<br />
debat, tim dengan Prabowo melakukan pertemuan<br />
dan berdiskusi secara intens. Lima jam<br />
sebelum naik panggung pun dilakukan briefing.<br />
“Lebih-kurang empat jamlah. Kan banyak<br />
yang memberikan masukan,” kata Direktur<br />
Tim Hukum Prabowo-Hatta, Ahmad Yani. “Ada<br />
profesor-profesor di belakang kami,” tutur Wakil<br />
Ketua Umum Gerindra, Edhie Prabowo.<br />
Menghadapi debat capres pertama, misalnya,<br />
seluruh anggota tim menemui Prabowo<br />
untuk memberikan masukan. “Namun saat itu<br />
Prabowo malah kebingungan karena terlalu<br />
banyak masukan,” kata Syamsul Bahri, anggota<br />
tim pemenangan Prabowo-Hatta.<br />
Prabowo pun mengaku grogi dalam debat<br />
tersebut. Berkaca pada sesi pertama, pada debat<br />
sesi kedua, tim tidak memberikan briefing<br />
sebelum Prabowo beranjak ke atas panggung<br />
debat. Soal ekonomi, Prabowo, yang pernah<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Capres Prabowo Subianto<br />
merangkul capres Joko Widodo<br />
saat acara debat kedua, Minggu<br />
(15/6).<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
menjadi pengusaha, dinilai sudah jago.<br />
Bahan debat yang berisi beberapa pointer<br />
hanya diberikan dalam secarik kertas. “Saran<br />
Dradjad Wibowo (anggota tim pemenangan),<br />
kami tidak perlu ketemu dan berikan saja. Tidak<br />
perlu di-coach,” aku Didik.<br />
Tim hanya mewanti-wanti Prabowo agar<br />
bersikap lebih santai karena tim melakukan<br />
evaluasi dan menyimpulkan debat tersebut<br />
berlangsung tegang. “Agar lebih menunjukkan<br />
sisi kemanusiaan, humanismenya,” kata Direktur<br />
Kebijakan dan Program Tim Kampanye<br />
Nasional Prabowo-Hatta, Dr. Harry Azhar Azis.<br />
Hasilnya, dalam debat itu Prabowo tampil<br />
santai. Ia cipika-cipiki dengan Jokowi, bahkan<br />
merangkulnya. Saat mendukung penjelasan<br />
Jokowi, Prabowo juga bercanda dengan mengaku<br />
tidak mempedulikan saran tim ahlinya agar<br />
selalu berseberangan dengan Jokowi.<br />
Anggota Dewan Pakar Tim Pemenangan<br />
Prabowo-Hatta, Kastorius Sinaga, mengakui<br />
Prabowo memang kadang susah dikendalikan.<br />
“(Prabowo) tidak mau dikendalikan. Dia tidak<br />
mau dalam kendali, seperti ini, harus begini,<br />
harus begitu,” tuturnya.<br />
Didik mengevaluasi, perincian yang disusun<br />
oleh timnya justru tenggelam oleh gaya orasi<br />
Prabowo. Maklum, Prabowo memakai data itu<br />
sebagai jargon sehingga bahasanya harus ringkas.<br />
Itulah yang antara lain menjadi penyebab<br />
masalah kebocoran menjadi kontroversi karena<br />
tidak disertai penjelasan detail. “Ini kan jargon,<br />
susah untuk disampaikan kalau detail. Begitu<br />
kira-kira,” jelasnya. ■ IRWAN NUGROHO, PASTI LIBERTI MAPPApa,<br />
ISFari HIKmat | ARYO BHAWONO<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Jas Polesan<br />
‘Presidential Look’<br />
Jokowi-JK dikelilingi 15-20 anggota tim pakar<br />
dalam setiap kali debat. Menanggalkan baju<br />
kotak-kotak, Jokowi tampil mengenakan jas<br />
agar muncul presidential look. Berhasil?<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Seluruh tim persiapan untuk<br />
debat tadi bertemu. Ada 20<br />
orang tadi di hotel.<br />
Pukul 01.00 WIB, Joko Widodo baru<br />
tiba di rumahnya, Jalan Kutai Utara,<br />
Sumber, Solo, Jawa Tengah. Hanya<br />
beristirahat sebentar, Sabtu pagi<br />
itu, calon presiden poros Partai Demokrasi<br />
Indonesia Perjuangan tersebut sudah kembali<br />
berdiskusi dengan tim suksesnya.<br />
Sambil menyantap sarapan nasi liwet, mereka<br />
membahas kelanjutan kampanye di Jawa<br />
Tengah dan Jawa Barat, yang dilakoni sejak<br />
Kamis dua hari sebelumnya.<br />
Di Solo, Jokowi akan bertemu<br />
dengan ulama Habib Syech<br />
bin Abdul Qadir Assegaf serta<br />
menemui pendukungnya di<br />
Taman Budaya Jawa Tengah,<br />
Jalan Ir Sutami.<br />
Dalam santap pagi pada 14 Juni 2014 itu,<br />
Jokowi juga membahas persiapan debat. Maklum,<br />
waktu semakin dekat. Minggu keesokan<br />
harinya, debat sesi kedua, yang bertema pembangunan<br />
ekonomi dan kesejahteraan sosial,<br />
akan dilangsungkan oleh Komisi Pemilihan<br />
Umum di Jakarta.<br />
Bahkan, karena tidak mau buang-buang waktu,<br />
tim debat ekonomi Jokowi sengaja datang<br />
ke kampung halaman gubernur nonaktif DKI<br />
Jakarta tersebut. Sekretaris Tim Pemenangan<br />
Jokowi-Jusuf Kalla, Andi Widjajanto, mengatakan<br />
Jokowi meluncur dari rumahnya ke Hotel<br />
Royal Heritage, Jalan Slamet Riyadi. Di hotel<br />
tersebut, tim debat ekonomi sudah menunggu.<br />
Menurut Jokowi, sejak pagi hingga siang, ia<br />
“dicekoki” materi oleh 20 pakar yang tergabung<br />
dalam tim debat ekonomi. “Seluruh tim persiapan<br />
untuk debat tadi bertemu. Ada 20 orang<br />
tadi di hotel,” ujar Jokowi tanpa memerinci<br />
nama mereka.<br />
Andi membenarkan pakar itu di antaranya<br />
ekonom Institute for Development of Economics<br />
and Finance, Iman Sugema; dosen ekonomi<br />
Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih;<br />
dan politikus PDI Perjuangan, Arif Budimanta.<br />
Arif, saat dimintai konfirmasi, juga enggan<br />
mengungkap lengkap pakar ekonomi yang<br />
memoles Jokowi itu. Yang jelas, sebelum di<br />
Solo, mereka juga ikut bersama Jokowi saat<br />
berkampanye ke daerah. Tim debat itu bisa<br />
saja memberikan saran-saran langsung kepada<br />
Jokowi setelah bertemu dengan masyarakat.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Debat calon presiden yang<br />
diselenggarakan KPU di Hotel<br />
Gran Melia, Jakarta, Minggu<br />
(15/6)<br />
Grandyos/detikcom<br />
“Ada yang sifatnya incognito (tak diketahui),”<br />
katanya.<br />
Namun, secara garis besar, tim debat berupaya<br />
agar Jokowi memahami pembangunan<br />
ekonomi dan kesejahteraan sosial di level<br />
nasional, juga global. Jokowi memang sudah<br />
“khatam” soal pertumbuhan ekonomi, pengendalian<br />
inflasi, bagaimana menekan angka<br />
kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja,<br />
misalnya. Namun penguasaan Jokowi itu dinilai<br />
baru sebatas pengalamannya sebagai Wali<br />
Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta alias level<br />
daerah.<br />
Tim debat ekonomi juga menyarankan Jokowi<br />
langsung menonjolkan program konkret saat<br />
debat. Sebab, masyarakat akan menangkap<br />
jaminan kepastian program Jokowi-JK berjalan.<br />
Itulah jawaban atas tindakan Jokowi menunjuk-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Dia punya<br />
presidential look<br />
dan common look.<br />
-Sandrina Malakiano-<br />
kan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia<br />
Pintar dalam debat pada Minggu, 15 Juni 2014.<br />
Kartu tersebut sempat menjadi bahan serangan<br />
kubu Prabowo-Hatta seusai debat.<br />
Mereka juga mengkritik mutu pertanyaan<br />
Jokowi yang membuat Prabowo sempat kebingungan,<br />
yakni tentang Tim Pengendalian Inflasi<br />
Daerah (TPID). Pertanyaan itu dianggap<br />
menjebak. Andi mengatakan TPID memang<br />
menjadi materi diskusi tim debat. “Pak Jokowi<br />
spontan menanyakan saat debat,” ujarnya.<br />
Selain dalam debat kedua, Jokowi-JK dikelilingi<br />
oleh para ahli dan praktisi dalam debat<br />
pertama melawan Prabowo Subianto-Hatta<br />
Rajasa. Jumlahnya kurang-lebih sama. Begitupun<br />
dalam debat ketiga, yang berlangsung<br />
pada Minggu, 22 Juni 2014. Tim ahli yang dikomandani<br />
oleh Rizal Sukma, Direktur Center for<br />
Strategic and International Studies, memasok<br />
materi untuk debat yang bertema politik internasional<br />
dan ketahanan nasional itu. Sebelum<br />
menghadapi debat ketiga, Jokowi mendapat<br />
coaching dari Rizal di Gadog, Bogor. Timnya<br />
juga menciptakan lagu yang temanya tak jauh<br />
dari tema debat ketiga agar Jokowi lebih rileks.<br />
Menurut Andi, tim pakar yang membantu<br />
pendalaman materi Jokowi itu ada sebagian<br />
yang tergabung dalam tim pemenangan. Sedangkan<br />
yang lainnya berstatus sebagai relawan.<br />
Bantuan itu diberikan kepada Jokowi-JK<br />
secara sukarela. "Tidak ada kontrak," ujar Andi.<br />
Dalam daftar tim kampanye Jokowi-JK yang<br />
beredar setelah pengumuman capres-cawapres,<br />
ada 17 orang anggota tim ahli di dalamnya.<br />
Mereka antara lain Direktur Eksekutif<br />
Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit,<br />
Arif Budimanta, Ady Prasetyono, Ida Fauziyah,<br />
dan Rizal Sukma. Sukardi beberapa kali terlihat<br />
mendampingi Jokowi.<br />
l l l<br />
Setelah urusan materi debat selesai, persoalan<br />
berikutnya adalah bagaimana Jokowi-JK<br />
mampu menyampaikan materi tersebut dalam<br />
debat yang dibatasi oleh durasi waktu dan<br />
aturan yang ketat. Karena itu, dibutuhkan keterampilan<br />
teknis dalam berdebat.<br />
Jokowi sudah berpengalaman debat dalam<br />
tiga kali pilkada, JK pun telah tiga kali mengikuti<br />
kontestasi pilpres. Namun rupanya keterampil-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Jokowi berdiskusi dengan<br />
Rizal Sukma dalam perjalanan<br />
dari Bogor ke Jakarta, Sabtu<br />
(21/4/2014). Keduanya<br />
membahas persiapan<br />
debat ketiga tetang politik<br />
internasional dan ketahanan<br />
nasional.<br />
Istimewa<br />
an debat keduanya masih perlu dipoles lagi.<br />
Tersebutlah dua mantan anchor ternama,<br />
Rosianna Silalahi dan Sandrina Malakiano, yang<br />
bertugas menangani hal itu. Sandrina merupakan<br />
istri Eep Saefulloh Fatah, CEO PolMark<br />
Indonesia. Lembaga konsultan politik ini sudah<br />
lama dekat dengan Jokowi maupun JK. Namun<br />
PolMark baru bergabung setelah pasangan<br />
tersebut resmi melakukan deklarasi. “Kami full<br />
team dan tak dibayar,” kata Sandrina kepada<br />
majalah detik.<br />
Sedangkan Rosi mengaku dimintai bantuan<br />
oleh tim Jokowi-JK. Kerja sama itu dilakukan<br />
secara profesional. “Saya tidak masuk dalam<br />
tim sukses,” kata Rosi kepada majalah detik.<br />
Agar visi-misi Jokowi-JK dapat tersampaikan<br />
dalam debat, dibuatlah simulasi. Pada simulasi<br />
debat pertama, latihan berlangsung selama<br />
dua jam. Jokowi menjajal pidato sekitar 5 menit.<br />
Jokowi-JK juga mencoba berdebat dengan<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Saya tidak masuk<br />
dalam tim sukses.<br />
-Rosianna silalahi-<br />
lawan tanding yang diperankan oleh figuran.<br />
Dalam foto yang beredar di dunia maya, kedua<br />
figuran itu adalah Akbar Faisal dan pengamat<br />
politik Ary Dwipayana dari UGM.<br />
Simulasi debat kedua berlangsung pada<br />
Minggu, 15 Juni 2014, beberapa jam sebelum<br />
acara debat dimulai. Simulasi tersebut berlangsung<br />
tiga jam di rumah yang disewa Jokowi,<br />
Jalan Subang Nomor 3-A, Menteng, Jakarta<br />
Pusat. Kembali Rosi menjadi pemandu. Namun<br />
ia membantah jika kegiatan itu disebut sebagai<br />
simulasi. “Itu lebih sebagai diskusi informal<br />
saja,” ujarnya mengelak.<br />
Adapun Sandrina membantah anggapan<br />
bahwa, dalam simulasi itu, Jokowi-JK dilatih<br />
keterampilan berbicara dalam debat. Jokowi<br />
dan JK dibiarkan tampil apa adanya oleh tim<br />
karena itulah yang menjadi kekuatan utama<br />
pasangan tersebut. “Kalau dipoles, yang tampil<br />
justru orang lain,” katanya.<br />
Ia mencontohkan, simulasi itu cuma pengaturan<br />
posisi berdiri Jokowi-JK yang harus sesuai<br />
dengan letak kamera. Jarak Jokowi, yang posturnya<br />
lebih tinggi, dengan JK juga dibuat pas<br />
supaya tidak terlihat bermusuhan. “Yang begitu-begitu<br />
doang,” ucapnya.<br />
Bukan hanya kemampuan berdebat yang berusaha<br />
diperbagus. Rupanya gaya berbusana Jokowi<br />
pun berbeda dalam dua kali debat. Sementara<br />
biasanya tampil sederhana dengan baju putih atau<br />
kotak-kotak, kali itu Jokowi-JK mengenakan setelan<br />
jas lengkap. Mengenai pakaian ini, Sandrina mengaku<br />
memang ada kesan khusus yang ingin dicapai<br />
dari publik, yakni Jokowi, yang selama ini dicitrakan<br />
ndeso, juga mempunyai penampilan selayaknya presiden.<br />
Jas itu juga untuk menjawab keraguan orang<br />
akan ketegasan dan kewibawaan Jokowi. “Dia punya<br />
presidential look dan common look,” katanya.<br />
Seusai debat, tim Jokowi-JK selalu mengadakan<br />
evaluasi. Mereka juga melihat respons publik lewat<br />
media sosial maupun exit poll lembaga survei.<br />
Setidaknya tiga lembaga survei menjadi rujukan<br />
selain survei internal, yakni Cyrus Network, Saiful<br />
Mujani Research and Consulting, dan Charta<br />
Politika. “Yang mengevaluasi itu tim awal dan tim<br />
baru debat edisi berikutnya. Tim khusus enggak<br />
ada,” kata Alexander Lay. n Bahtiar Rifai, Isfari Hikmat,<br />
Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami | Irwan Nugroho<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Romney ‘Jual’, Obama ‘Beli’<br />
“Mungkin inilah debat terbaik Romney.<br />
Terburuk bagi Obama.”<br />
Majalah majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Teman-teman,<br />
apa yang akan<br />
kita lakukan?<br />
Ini benar-benar<br />
bencana.<br />
Malam pada 3 Oktober 2012 di<br />
Denver, Colorado, adalah bencana<br />
bagi kandidat Presiden Amerika<br />
Serikat, Barack Obama. Di sebuah<br />
ruangan, perancang strategi kampanye Obama,<br />
David “Axe” Axelrod, David Plouffe, dan<br />
Joel Benenson, duduk lemas. Mereka nyaris tak<br />
percaya menyaksikan tayangan di layar televisi.<br />
“Sungguh sulit dipercaya,” kata Benenson,<br />
gemas. Di seberang ruangan, Michael Sheehan,<br />
pelatih debat Demokrat yang punya pengalaman<br />
panjang, membanting kertas ke atas meja.<br />
“Mengerikan,” kata Sheehan, kesal.<br />
Malam itu, untuk pertama kalinya Obama<br />
melayani debat langsung melawan kandidat<br />
presiden dari Partai Republik, Mitt Romney.<br />
Debat perdana dua kandidat Presiden Amerika<br />
di kampus Universitas Denver tersebut ditayangkan<br />
langsung oleh stasiun televisi PBS dan<br />
disaksikan puluhan juta calon pemilih.<br />
Sebelum acara debat, berdasarkan jajak pendapat,<br />
posisi Obama unggul 7 poin, lumayan<br />
jauh dari Romney. Jika semua berjalan mulus,<br />
mestinya Obama bisa kembali menjadi penguasa<br />
Gedung Putih. Tapi malam itu angka-angka<br />
tersebut langsung sirna.<br />
Penampilan Obama sungguh mengecewakan.<br />
Di sepanjang acara debat, Romney menguasai<br />
panggung. Sedangkan Obama tampak<br />
pasif, bahkan ada kesan mengantuk. “Jelas dia<br />
tampak kurang fokus dan penuh semangat seperti<br />
Mitt Romney,” Axelrod mengakui. Obama<br />
seolah-olah seorang murid yang setengah hati<br />
menyimak penjelasan gurunya.<br />
“Mungkin inilah debat terbaik Romney.<br />
Terburuk bagi Obama,” Larry Sabato, Direktur<br />
Pusat Politik Universitas Virginia, menulis di<br />
laman Twitter. Seorang anggota tim persiapan<br />
debat Obama, seperti dikutip dalam buku Panic<br />
2012: The Sublime and Terrifying Inside Story of<br />
Obama’s Final Campaign, yang ditulis Michael<br />
Hastings, mengungkapkan bagaimana Obama<br />
mendapat dua nasihat buruk dari dua perancang<br />
strategi debatnya: Axelrod dan Sheehan.<br />
Sheehan menyarankan Obama selalu menunduk<br />
mencermati catatan saat Romney<br />
berbicara. “Tapi mestinya dia tidak menunduk<br />
sebanyak itu,” ujarnya. Alih-alih tampak santai<br />
dan kalem, Obama justru kelihatan pasif. Nasihat<br />
lebih buruk datang dari Axelrod, sang<br />
penasihat senior. Axelrod, menurut anggota<br />
tim debat Demokrat, justru menyarankan<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Barack Obama (kanan) dan Mitt<br />
Romney bercanda seusai acara<br />
debat presiden di University of<br />
Denver pada 3 Oktober 2012 di<br />
Denver, Colorado.<br />
Win McNamee/Getty Images<br />
Obama berbicara hal-hal besar langsung kepada<br />
rakyat Amerika. Saran ini malah membuat<br />
kandidat presiden Partai Demokrat itu tampak<br />
tak menginjak bumi. Kelihatan tak kompeten di<br />
depan Romney.<br />
Tiga jam setelah Obama dan Romney turun<br />
dari panggung debat, Axelrod, Plouffe, dan<br />
kawan-kawannya masih kebingungan bagaimana<br />
menangani “bencana” tersebut. “Temanteman,<br />
apa yang akan kita lakukan? Ini benarbenar<br />
bencana,” kata Plouffe, pelan. “Jika kita<br />
tak memperbaiki hal ini, we could lose the whole<br />
fucking election.”<br />
Seperti kata Ron Klain, koordinator tim persiapan<br />
debat Obama, tanda-tanda menang atau<br />
kalah dalam debat sebenarnya bisa dilihat jauh<br />
sebelum naik panggung. “Jika kalian mempersiapkan<br />
diri dengan baik, akan semakin sedikit<br />
kejutan yang kalian temui,” kata Klain.<br />
Sebelum debat pertama, tim yang dipimpin<br />
Klain menyarankan kepada Obama supaya bersikap<br />
lunak dan kalem setiap kali menghadapi<br />
serangan Romney. Dengan taktik seperti ini,<br />
Klain, Axelrod, dan kawan-kawannya berharap<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
tensi debat bakal turun dan berubah menjadi<br />
ajang diskusi.<br />
Sementara itu, Obama yakin dia seharusnya<br />
mengambil posisi menyerang, bukan malah<br />
bertahan. “Ternyata dia yang benar, kami salah,”<br />
Klain belakangan mengakui. Strategi lunak itu<br />
membuat Obama kelihatan lembek.<br />
“Kamu tak punya energi hari ini,” ujar seorang<br />
anggota tim debat setelah Obama berlatih di<br />
Hotel Westin, Nevada. “Aku akan melakukannya<br />
lebih baik nanti,” Obama menanggapi sembari<br />
mengangkat bahu. Ternyata penampilan<br />
Obama tak semakin baik hingga naik panggung<br />
debat di kampus Universitas Denver itu.<br />
Kebijakan Presiden<br />
Obama sudah diuji<br />
selama empat<br />
tahun dan gagal<br />
menciptakan<br />
lapangan<br />
pekerjaan.<br />
●●●<br />
Kegagalan pada debat pertama bukan cuma<br />
membuat Obama dan timnya sedikit grogi.<br />
First Lady Michelle Obama juga turut cemas.<br />
“Jangan khawatir, kamu akan menang dalam<br />
debat berikutnya,” Michelle membesarkan hati<br />
sang suami. Menurut Michelle, Romney unggul<br />
ketimbang Obama hanya karena, ”Dia pintar<br />
berbohong.”<br />
Tak mau lagi dicundangi Romney, Obama<br />
mengubah strategi argumentasinya pada debat<br />
kedua di Hempstead, New York, dua pekan setelah<br />
debat pertama. Obama tak akan berada<br />
pada posisi bertahan. Namun, Obama sadar,<br />
dia bukan seorang orator yang agresif. “Aku<br />
adalah orang yang sopan secara alamiah,” kata<br />
Obama. “Kita harus berusaha mendorongku<br />
supaya aku tak menggigit lidah.... Sangat penting<br />
bagiku, aku harus bertarung.”<br />
Salah satu penasihat debat Obama menu-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Barack Obama bersama<br />
kedua putri dan istrinya<br />
merayakan kemenangan atas<br />
pesaingnya, Alan Keyes, dalam<br />
memperebutkan kursi senat di<br />
Chicago, Illinois, 2004.<br />
Scott Olson/Getty Images<br />
turkan seorang Presiden Amerika diharapkan<br />
tetap tenang dan dingin saat terjadi krisis,<br />
tapi bisa juga galak ketika berdebat. Jika<br />
Obama tak ingin kehilangan kursi nomor<br />
satu di Gedung Putih, dia harus mengubah<br />
gaya debatnya.<br />
Matt Rhoades, manajer kampanye tim Romney,<br />
ragu Obama bisa mengubah gaya adu<br />
argumentasinya dengan cepat. “Menjadi orang<br />
menyebalkan bukanlah keahlian yang bisa kalian<br />
peroleh dalam semalam. Sedangkan Mitt<br />
Romney sudah melakukannya seumur hidupnya,”<br />
kata Rhoades.<br />
Sebagai bekal Obama di atas panggung, Klain<br />
memberikan sejumlah poin yang harus diingat:<br />
nada bicara harus positif, menyenangkan, tunjukkan<br />
gairah, pilih kata-kata yang kuat untuk<br />
pembukaan dan penutupan, serta jangan ragu<br />
menyerang Romney. Berulang-ulang mereka<br />
melatih Obama dengan mencecarnya menggunakan<br />
ratusan pertanyaan yang mungkin<br />
dilontarkan kubu seberang.<br />
“Fast and hammy,” Klain memperingatkan<br />
Obama soal nada bicaranya. “Punch him in the<br />
face,” teriak Karen Dunn, anggota tim debat,<br />
supaya Obama menyambar umpan dan menyerang<br />
John Kerry, yang berperan sebagai Mitt<br />
Romney saat latihan. Hasil latihan itu segera<br />
terlihat pada debat kedua pada 16 Oktober<br />
2012 di New York.<br />
Obama dan Romney “saling jual pukulan”<br />
tanpa ragu. Obama menyerang sikap Romney<br />
yang menolak dana talangan untuk menyelamatkan<br />
industri di Amerika Serikat. Dia juga<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Fokus<br />
debat capres<br />
Menjadi orang menyebalkan<br />
bukanlah keahlian yang bisa<br />
kalian peroleh dalam semalam.<br />
Sedangkan Mitt Romney<br />
sudah melakukannya seumur<br />
hidupnya.<br />
mengolok-olok lima program Romney untuk<br />
menciptakan lapangan pekerjaan. “Dia tak<br />
punya lima rencana, tapi hanya satu rencana,<br />
yakni membuat orang-orang bermain dengan<br />
aturan-aturan yang berbeda.... Itulah filosofi<br />
dia,” kata Obama.<br />
Romney menyalahkan Obama, yang dianggapnya<br />
gagal mengatasi masalah pengangguran<br />
di Amerika. “Kebijakan Presiden Obama<br />
sudah diuji selama empat tahun dan gagal<br />
menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Romney,<br />
tajam. Dia menunjuk pada bantuan yang<br />
diberikan pemerintah Obama kepada industri<br />
otomotif. Obama segera menyambar serangan<br />
Romney.<br />
“Apa yang dikatakan Mitt Romney tidak benar.<br />
Dia hendak membawa industri itu pada<br />
kebangkrutan tanpa memberikan pilihan lain.<br />
Jika hal itu dilakukan, kita bakal kehilangan<br />
jutaan pekerjaan,” kata Obama. Sepanjang<br />
debat, Obama sigap menangkap umpan dan<br />
tak ragu menyerang balik Romney. Akhirnya<br />
skor 1-1 untuk kedua pihak. Kita akhirnya<br />
menyaksikan, Barack Obama kembali ke<br />
Gedung Putih. ■ SAPto Pradityo | NYMag | CBS | PolitiCO<br />
| NEW REPubliC | USA TODAY<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
gaya hidup<br />
Jurus<br />
Bebas Lilitan<br />
Kartu Kredit<br />
Menggesek kartu kredit<br />
memang mudah. Tahu-tahu,<br />
utang kartu kredit sudah<br />
melilit. Harus bagaimana?<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
gaya hidup<br />
thinkstock<br />
Karim pusing tujuh keliling. Sudah<br />
hampir dua bulan ini dia dan keluarganya<br />
hidup tak tenang. Setiap<br />
hari, rumahnya selalu didatangi debt<br />
collector.<br />
Ya, bapak dua anak itu memang tengah terlilit<br />
utang. Termasuk utang lewat empat kartu<br />
kredit yang, kalau ditotal, mencapai Rp 20 juta.<br />
Padahal penghasilannya hanya Rp 4 juta per<br />
bulan.<br />
Utang itu belum semua. Karim<br />
masih memiliki beberapa cicilan<br />
kredit tanpa agunan (KTA) di<br />
beberapa bank dan utang kepada<br />
saudara serta temantemannya.<br />
Stres yang dirasakan<br />
Karim sudah<br />
di ubun-ubun.<br />
Bahkan, saking<br />
bingungnya,<br />
Karim sampai<br />
berpikir<br />
untuk<br />
bunuh diri.<br />
Tapi, sebagai orang beragama, Karim mengaku<br />
takut dosa juga.<br />
Stres karena terlilit utang mungkin tak hanya<br />
dialami Karim. Banyak orang bergaji jauh lebih<br />
tinggi dibanding Karim yang juga mengalami<br />
persoalan sama.<br />
Seperti yang dialami Dito, pria lajang 32 tahun.<br />
Gajinya yang lumayan, Rp 10 juta per bulan,<br />
seakan hanya numpang lewat. Kebanyakan<br />
tersedot untuk membayar cicilan.<br />
Selain cicilan rumah dan mobil, Dito punya<br />
utang kartu kredit yang cukup besar, Rp 30 juta.<br />
Utang kartu kredit itu seakan tak pernah lunas.<br />
“Gue bingung juga mesti gimana,” ujarnya.<br />
Bingung, stres, apalagi bunuh diri, tentu bukan<br />
solusi untuk menyelesaikan masalah utang<br />
itu. Hal-hal itu justru akan menambah persoalan<br />
baru.<br />
Perencana keuangan Aidil Akbar mengatakan,<br />
akhir-akhir ini promosi kartu kredit dan<br />
KTA memang semakin marak ditawarkan.<br />
Utang pun diperoleh dengan sangat mudah.<br />
Jika tidak berhati-hati, orang akan terjerumus<br />
ke dalam utang yang sangat besar dan tidak<br />
mampu membayarnya. Seperti kasus Karim<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
gaya hidup<br />
Aidil Akbar<br />
kencomm-id.com<br />
Setelah niat kuat,<br />
aksi nyata yang<br />
wajib dilakukan<br />
adalah berhenti<br />
berbelanja dan<br />
mulai membayar<br />
utang.<br />
dan Dito.<br />
Pria yang akrab disapa<br />
Akbar itu mengatakan,<br />
ada beberapa langkah<br />
yang perlu dilakukan jika<br />
seseorang ingin benar-benar<br />
keluar dari jeratan utang.<br />
Langkah pertama adalah niat.<br />
Dengan niat yang kuat, orang<br />
akan lebih berdisiplin melakukan<br />
langkah-langkah yang mungkin<br />
terlihat berat untuk melunasi<br />
utang-utangnya.<br />
Setelah niat kuat, aksi nyata yang wajib dilakukan<br />
adalah berhenti berbelanja dan mulai<br />
membayar utang. Menurut Akbar, akan sia-sia<br />
jika Anda mulai membayar tapi masih membuat<br />
utang baru.<br />
Mulailah membuat empat kolom berisi daftar<br />
nama bank tempat Anda berutang, jumlah<br />
utang, suku bunga, dan jumlah pembayaran<br />
minimum setiap kartu kredit.<br />
Cobalah membayar utang kartu kredit yang<br />
memiliki bunga paling besar. Utang ini wajib<br />
mendapat prioritas karena bunga akan membuat<br />
Anda makin terlilit utang.<br />
Setelah itu, cobalah tengok barang-barang<br />
berharga Anda, seperti deposito atau tabungan.<br />
Lebih baik Anda tidak punya deposito atau<br />
tabungan daripada memiliki utang kartu kredit.<br />
“Tidak ada gunanya karena bunga deposito<br />
cuma 7 persen per tahun, sedangkan bunga<br />
kartu kredit bisa mencapai 42 persen per tahun,”<br />
kata Akbar.<br />
Jika tabungan dan deposito tidak punya,<br />
mulailah melirik benda-benda bernilai, seperti<br />
perhiasan, mobil, atau sepeda motor. Segera<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014z
gaya hidup<br />
thinkstock<br />
jual untuk melunasi utang-utang kartu<br />
kredit.<br />
Ya, mungkin setelah itu Anda<br />
tak bisa bergaya dengan mobil<br />
atau perhiasan lagi. Tapi, yang<br />
terpenting, Anda sudah terbebas<br />
dari utang kartu kredit,<br />
kan?<br />
Lalu, bagaimana jika<br />
saya tak punya barang<br />
berharga? Hmm,<br />
mungkin itu pertanyaan<br />
banyak orang.<br />
Tapi Akbar punya<br />
solusi yang mungkin<br />
sedikit ekstrem.<br />
Cara melunasi<br />
utang kartu kredit<br />
yang melilit adalah<br />
de ngan utang juga.<br />
Bingung? Kedengarannya<br />
memang<br />
aneh, tapi hal ini bisa mengatasi persoalan<br />
utang kartu kredit.<br />
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi<br />
untuk utang baru ini. Pertama adalah jumlah<br />
utang tidak boleh melebihi utang yang lama<br />
dan, kedua, adalah suku bunga utang baru<br />
harus lebih rendah.<br />
Menurut Akbar, saat ini berbagai bank menawarkan<br />
suku bunga rendah untuk mendapat<br />
nasabah. Banyak kartu kredit menawarkan balance<br />
transfer alias pemindahan utang ke kartu<br />
kredit baru.<br />
Iming-iming yang diberikan biasanya suku<br />
bunga yang lebih rendah. Apabila bisa memanfaatkan<br />
fasilitas ini, Anda tentu dapat menghemat<br />
biaya bunga yang ditetapkan kartu kredit<br />
sebelumnya.<br />
Akbar mengatakan, cara ini adalah solusi<br />
jangka pendek supaya Anda terbebas dari<br />
utang sebelumnya. Setelah ini, Anda tetap<br />
harus disiplin membayar dan jangan berutang<br />
lagi.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014z
gaya hidup<br />
Belanja Cerdas<br />
Utang tentu tak dimiliki secara tiba-tiba. Terlilit utang<br />
bisa jadi disebabkan kebiasaan berbelanja yang kurang baik,<br />
seperti dikutip dari About berikut ini.<br />
1. Belanja Melebihi<br />
Pendapatan<br />
Menggunakan kartu kredit<br />
mungkin membuat Anda merasa<br />
tak mengeluarkan uang.<br />
Tahu-tahu, utang sudah menumpuk<br />
dan Anda tak bisa lagi<br />
membayar. Karena itu, belanjalah<br />
hanya jika Anda memiliki<br />
uang untuk membayarnya.<br />
2. Strategi Amplop<br />
Jika Anda terpaksa menggunakan<br />
kartu kredit karena tidak membawa<br />
uang cash, lakukan strategi<br />
amplop. Masukkan sejumlah uang<br />
sesuai pengeluaran kartu kredit<br />
Anda ke dalam amplop dan pisahkan.<br />
Uang ini digunakan untuk<br />
membayar saat tagihan datang.<br />
3. Ubah Mindset<br />
Fungsi kartu kredit harus dikembalikan<br />
kepada “khitah”-nya. Kartu kredit<br />
adalah alat pembayaran pengganti<br />
transaksi tunai yang mudah dan aman,<br />
bukan instrumen untuk berutang. Apalagi<br />
menganggapnya sebagai sarana<br />
tambahan uang. n KEN YUNITA<br />
Majalah Majalah detik detik 2 - 823 Desember - 29 - 29 juni 2014z<br />
2013
wisata<br />
Menjajal Gondola ‘Primitif’<br />
di Pantai Timang<br />
foto-foto: Ken yunita/majalahdetik<br />
Pantainya masih<br />
perawan. Belum<br />
banyak terjamah<br />
manusia. Dan<br />
seperti biasa,<br />
masih minim<br />
fasilitas.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
wisata<br />
eberapa bulan lalu,<br />
mungkin para traveler<br />
kesulitan menemukan<br />
pantai di Gunungkidul<br />
yang satu ini. Namun<br />
saat ini pantai mungil bernama Pantai Timang<br />
ini sudah cukup populer.<br />
Memang sih, masih kalah ramai dibanding<br />
Pantai Indrayanti. Namun Pantai Timang<br />
mulai menjadi salah satu pantai favorit untuk<br />
dikunjungi saat bertandang ke Gunungkidul,<br />
Yogyakarta.<br />
Dari Kota Yogyakarta, Pantai Timang bisa<br />
dijangkau dengan kendaraan pribadi. Butuh<br />
waktu sekitar tiga hingga empat jam. Tergantung<br />
kecepatan kendaraan dan kondisi lalu<br />
lintas tentunya.<br />
Saya kebetulan saat itu berangkat bersama<br />
rombongan sekitar 20 orang menggunakan<br />
minibus. Kami berangkat dari pusat Kota Yogyakarta<br />
sekitar pukul 07.30 WIB.<br />
Lalu lintas ke arah Gunungkidul, yang dimulai<br />
dari Piyungan hingga Kota Wonosari, pagi itu<br />
cukup padat. Namun, selepas Wonosari hingga<br />
Tepus, lalu lintas sudah sedikit lancar.<br />
Sebelum ke Pantai Timang, rombongan kami<br />
mampir ke Pantai Ngandong terlebih dulu. Dari<br />
pantai itu, baru kami melanjutkan perjalanan ke<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
wisata<br />
Pantai Timang menggunakan jip.<br />
Kira-kira butuh waktu satu jam. Sebenarnya<br />
ada jalur jalan biasa. Namun, karena menginginkan<br />
sesuatu yang menantang, kami melewati<br />
jalan-jalan yang sedikit off-road.<br />
Jalan yang kami lalui dari jalur pantai menuju<br />
Pantai Timang cukup terjal dan berbatu.<br />
Menumpang jip rasanya membuat badan kami<br />
serasa rontok. Apalagi saat menaiki bukit di<br />
Pantai Timang. Remuk!<br />
Namun semua perjuangan itu terbayar saat<br />
kami tiba di atas bukit. Laut luas yang biru dan<br />
bersih menyapa mata kami. Hati-hati, jangan<br />
berdiri terlalu dekat dengan bibir bukit agar tak<br />
terjatuh.<br />
Jika membawa anak-anak, bermainlah di pantai<br />
area bawah. Ada pantai mungil dengan pasir<br />
putih yang masih sangat bersih. Lebih aman<br />
karena pantainya dibatasi karang memanjang.<br />
Belum banyak fasilitas di pantai ini, termasuk<br />
listrik. Paling-paling hanya ada toilet untuk<br />
buang air kecil. Sinyal seluler dari provider juga<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
wisata<br />
tidak “tersedia” di sini, jadi lupakan update<br />
status dulu, ya.<br />
Gondola Primitif<br />
Selain pemandangan lautnya yang menawan,<br />
ada satu hal lagi yang menarik perhatian<br />
saat saya ke pantai ini: gondola tradisional<br />
dari kayu yang ditarik orang secara manual.<br />
Tunggu, mungkin bukan tradisional. Melihat<br />
materialnya, yang dari kayu dan terlihat<br />
agak bapuk, mungkin gondola ini bisa disebut<br />
primitif. Hmm, bahaya enggak ya ini?<br />
Setelah selesai mengagumi pemandangan,<br />
saya pun mendekati area gondola di<br />
salah satu tebing setinggi 50-60 meter. Beberapa<br />
pria setengah baya tampak dudukduduk<br />
di sekitar gondola itu.<br />
Saya lalu bertanya kepada mereka. Dari<br />
hasil berbincang-bincang itu, saya tahu gondola<br />
itu pertama kali dibangun pada 1997.<br />
Awalnya untuk membantu nelayan mencari<br />
lobster di karang besar yang berada di tengah<br />
laut.<br />
Karang besar itu berjarak kira-kira 50 meter<br />
dari pantai. Dulu, para nelayan mencari<br />
lobster ke karang itu dengan cara berenang<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
wisata<br />
melewati arus laut yang tinggi dan ganas.<br />
Lalu, pada 1997, gondola itu dibangun. “Kalau<br />
berenang kan bahaya, jadi dulu ada salah satu<br />
nelayan yang melihat gondola di Taman Mini,<br />
lalu ada ide untuk membangun ini,” kata salah<br />
satu nelayan di sana.<br />
Dengan adanya gondola itu, para nelayan<br />
memang tak perlu lagi berenang. Tapi, apakah<br />
gondola itu aman? Entahlah. Yang jelas, gondola<br />
itu hanya terbuat dari kayu dan digantung di<br />
tali plastik dengan diameter lumayan besar.<br />
Tali-tali itu dikaitkan pada tiang kayu yang<br />
ditancapkan ke karang-karang. Meski tak yakin<br />
dengan kekuatannya, saya sempat mencoba<br />
menaiki dan menyeberang ke karang di tengah<br />
laut dengan gondola itu.<br />
Agak deg-degan juga karena nyaris tidak ada<br />
pengaman. “Berdoa dulu, Mbak,” kata salah<br />
satu nelayan yang membantu menarik tali<br />
untuk menyeberangkan saya. Saya pun makin<br />
deg-degan.<br />
Tak lama, saya pun meluncur. Wusss... ternyata<br />
rasanya tak menyeramkan seperti yang saya<br />
bayangkan. Paling-paling hanya tiga menit di<br />
perjalanan. Di tengah-tengah perjalanan, saya<br />
sempat diguyur air laut. Basah, ha-ha-ha....<br />
Di karang besar itu tidak ada apa-apa. Bahkan<br />
sesuatu untuk berteduh pun tidak ada. Dan karena<br />
saya berada di sana selama kurang-lebih<br />
dua jam, kulit saya pun gosong terbakar.<br />
Saya juga sempat turun di karang-karang<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
wisata<br />
kecil di bawah karang besar itu. Ada tangga<br />
kayu untuk turun. Agak mengerikan sih, tapi<br />
saya ingin melihat sendiri di mana lobster-lobster<br />
itu berada.<br />
Sayang, saat itu bukan musim lobster. Hanya<br />
ada beberapa ekor yang nyangkut di “jala” nelayan.<br />
“Iya, memang sedang tak musim,” kata<br />
salah satu nelayan berambut gondrong, yang<br />
malu-malu saat ditanya namanya.<br />
Setelah sekitar dua jam, saya kembali ke<br />
tebing untuk makan siang. Perjalanan pulang<br />
ini sama sekali tidak mendebarkan meski saya<br />
tidak yakin dengan keamanan gondola itu.<br />
Berani mencoba? n KEN YUNITA<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kuliner<br />
Makan dan<br />
Makan Lagi!<br />
Ada banyak pilihan<br />
makanan dari berbagai<br />
daerah di Indonesia. Cocok<br />
untuk tempat kumpul<br />
bersama teman-teman<br />
yang berbeda selera<br />
makan.<br />
foto-foto : Grandyos Zafna Manase Mesah/detikfoto<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kuliner<br />
empat makan ini selalu ramai<br />
pengunjung, apalagi pada jam<br />
makan siang atau malam. Bahkan,<br />
ketika hari libur, seharian penuh<br />
tempat ini dipenuhi pengunjung.<br />
Maklum, Eat & Eat di lantai 2 Mal Gandaria<br />
City, Jakarta Selatan, ini memang berkonsep<br />
food market, yang menyediakan aneka jajanan,<br />
makanan, dan minum an dari berbagai daerah<br />
di Indonesia.<br />
Saya biasanya agak “meragukan” makananmakanan<br />
dari tempat berkonsep pasar seperti<br />
ini. Sebab, seringnya, makanan-makanan yang<br />
disediakan tak pernah enak tapi harganya<br />
lumayan.<br />
Tapi seorang teman mencoba meyakinkan<br />
bahwa saya tak akan menyesal makan di sini.<br />
Hmm, oke, akhirnya saya pun mengunjungi<br />
Gandaria City khusus untuk makan di Eat &<br />
Eat.<br />
Saya tiba di Eat & Eat sekitar pukul 17.00<br />
WIB, tamunya sedang-sedang saja. Tidak<br />
banyak dan tidak sedikit. Ba nyak kursi yang<br />
terisi pengunjung, tapi banyak juga yang masih<br />
kosong.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kuliner<br />
Karena ini merupakan kunjungan pertama<br />
kali ke sini, saya tidak tahu kalau, untuk makan di<br />
sini, tamu harus mendepositkan uang minimal<br />
Rp 10 ribu. Tamu akan diberi kartu khusus.<br />
Nah, kartu itu nantinya digunakan untuk<br />
memesan makanan. Jumlah saldo di kartu<br />
otomatis akan berkurang setiap kali tamu<br />
memesan makanan.<br />
Kalau saldonya habis, tamu tinggal kembali<br />
ke kasir untuk menambah deposit. Terdengar<br />
merepotkan? Mungkin iya. Tapi sebenarnya<br />
bisa dikira-kira, kok.<br />
Harga makanan di sini Rp 10-50 ribu. Jadi, kalau<br />
datang bertiga, kira-kira bakal menghabiskan<br />
uang Rp 150 ribu.<br />
Untuk jaga-jaga, silakan memasukkan<br />
deposit Rp 200 ribu saja. Tenang saja, kalau<br />
sisa, uangnya bisa diambil lagi, kok. Tinggal<br />
kembalikan kartunya ke kasir dan sisa saldo<br />
Anda akan diberikan.<br />
Dan lagi-lagi, karena ini kunjungan pertama,<br />
saya agak kebingungan dengan makanan yang<br />
akan dipesan. Saya pun berjalan berkeliling<br />
sambil sesekali melirik pesanan orang.<br />
Aha, saya melihat seorang gadis berambut<br />
panjang te ngah membawa nampan berisi<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kuliner<br />
Tamu harus<br />
mendepositkan uang<br />
minimal Rp 10 ribu.<br />
Tamu akan diberi kartu<br />
khusus.<br />
hidangan yang menarik. Saya menduga<br />
itu adalah mi dengan beragam topping.<br />
Menggiurkan!<br />
Oke, dari mangkuknya yang unik, saya<br />
akhirnya tahu makanan “lucu” itu berasal dari<br />
gerai Bakmi Kepiting. Saya pun menghampiri<br />
gerai itu dan bertanya kepada salah satu<br />
pelayan di sana.<br />
Saya direkomendasikan memesan menu<br />
Bakmi Kepi ting seharga Rp 35.454. Setelah<br />
ditambah pajak 10 persen, total makanan itu<br />
berharga Rp 39 ribu.<br />
Saldo saya langsung berkurang sejumlah<br />
harga Bakmi Kepiting begitu kartu saya<br />
ditempelkan pada mesin khusus. Saya diberi<br />
kertas bukti transaksi.<br />
Penampilan Bakmi Kepiting ini sebenarnya<br />
mirip mi ayam kebanyakan. Hanya, toppingnya<br />
lebih ramai, ada ayam, daging, bakso<br />
ikan, dan pangsit. Ada kuah terpisah untuk<br />
mengguyur mi.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kuliner<br />
Rasanya? Cukup enak. Mi kuningnya<br />
terasa kenyal dan matang sempurna. Makin<br />
enak jika ditambahi sedikit sambal dan<br />
kecap. Segar!<br />
Setelah menghabiskan satu mangkuk<br />
mi, saya kembali berkeliling. Dan saya<br />
menemukan gerobak bertulisan “Tahu Tek<br />
Tek”. Terlihat enak.<br />
Saya pun memesan makanan berharga Rp<br />
24.500 (sudah dengan pajak) itu. Sama seperti<br />
tahu tek tek di pinggir jalan, menu ini berisi<br />
lontong, telur, tahu, kecambah, dan kerupuk<br />
dengan bumbu kacang.<br />
Saya tak sabar mencicip sewaktu pesanan<br />
itu selesai dibuat. Terlihat enak. Dan ternyata<br />
benar, rasanya memang nikmat. Tapi akan<br />
lebih nikmat jika ditambahi sambal. Nyam!<br />
Teman saya tergiur memesan sate kambing<br />
Batibul. Menurut pelayan di sana, batibul<br />
merupakan kependekan dari “bawah tiga<br />
bulan”. Jadi sate di sini menggunakan kambing<br />
yang masih muda.<br />
Harga per tusuk sate Rp 6.000. Tapi ada<br />
beberapa paket yang bisa dipilih, dan teman<br />
saya memilih Paket Spesial 2, yang berisi sate<br />
lima tusuk dan nasi putih.<br />
Harga menu ini Rp 41 ribu termasuk<br />
pajak. Konon, karena dagingnya berasal dari<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
kuliner<br />
kambing muda, dagingnya lebih lembut. Saya<br />
pun mencicip satu tusuk.<br />
Menurut saya, tekstur dagingnya memang<br />
lebih lembut ketimbang sate kambing<br />
biasanya. Hanya, daging sate ini terasa lebih<br />
keras. Mungkin lantaran membakarnya terlalu<br />
lama.<br />
Dan untuk menyegarkan mulut, saya<br />
memesan Green Tea Snow Ice seharga Rp 25<br />
ribu, sudah termasuk pajak. Dari gambarnya<br />
yang berwarna hijau, menu ini terlihat sangat<br />
menggiurkan.<br />
Saya agak kaget karena, begitu menu itu<br />
jadi, ternyata porsinya sangat besar, bisa<br />
dimakan tiga orang. Soal rasa? Meski terlalu<br />
manis, snow ice ini cukup enak.<br />
Hmm, untuk makan sore yang enak<br />
dan mengenyangkan ini, saya tak sampai<br />
menghabiskan Rp 150 ribu. Kapan-kapan saya<br />
pasti kembali ke Eat & Eat untuk mencoba<br />
menu lainnya. n KEN YUNITA<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Menanti<br />
Obral<br />
Bank<br />
Mutiara<br />
LPS mesti melepas Bank<br />
Mutiara tahun ini. Harga<br />
mungkin di bawah kucuran<br />
dana bailout.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Rachman/Detikcom<br />
NAMANYA sudah berubah berulang<br />
kali. Semula Bank Pikko, kemudian<br />
Century, dan sekarang Mutiara. Gejolak<br />
dahsyat sempat melanda bank<br />
ini sehingga lima tahun silam kepemilikannya<br />
diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan<br />
(LPS). Tapi sejumlah nasabah tetap setia pada<br />
bank ini dan mempercayakan nasibnya pada<br />
lembaga keuangan ini.<br />
Penyebabnya ternyata sederhana. Karyawan<br />
bank itu pintar merawat nasabahnya. Misalnya<br />
saja, bank milik LPS itu mengirimkan ucapan<br />
selamat, baik lewat telepon maupun kartu, saat<br />
nasabah berulang tahun. “Perhatian yang seperti<br />
itu, bagi nasabah, mungkin susah didapatkan<br />
dari bank besar dengan jumlah simpanan<br />
yang sama,” Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho<br />
mengungkapkan obrolan dengan sejumlah<br />
petinggi bank itu.<br />
Bank yang pintar merawat nasabah itu tahun<br />
ini mesti berganti pemilik. Undang-undang<br />
menyatakan paling lambat akhir tahun ini LPS<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
harus melepas kepemilikannya. Tujuh investor,<br />
termasuk lima dari luar negeri, sudah menyatakan<br />
ingin mendapatkan bank itu. Harga penjualan<br />
mungkin juga di bawah yang dikucurkan<br />
LPS karena, sesuai dengan undang-undang,<br />
pokoknya pada tahun kelima setelah dipegang<br />
harus dijual kembali.<br />
Proses penjualan ini dimulai pada 2012.<br />
Sesuai dengan undang-undang, harga yang<br />
Namun kali ini harganya bisa lebih murah<br />
karena sudah masuk tahun kelima dipegang<br />
LPS.<br />
ditawarkan mesti setidaknya sama dengan nilai<br />
bailout, yakni Rp 6,7 triliun. Saat itu penjualan<br />
gagal mendapatkan pembeli. Begitu pula dengan<br />
penjualan tahun berikutnya.<br />
Setelah menyuntikkan penyertaan modal<br />
sementara (PMS) sebesar Rp 1,25 triliun pada<br />
Desember 2013, LPS memperpanjang masa<br />
penjualan Mutiara setahun lagi. Namun kali ini<br />
harganya bisa lebih murah karena sudah masuk<br />
tahun kelima dipegang LPS. “Kami akan fleksibel<br />
karena Undang-Undang LPS mengatur,<br />
setelah perpanjangan selama tiga tahun, tidak<br />
perlu mengikuti harga acuan PMS,” ujar Samsu.<br />
Menurut dia, selama ini masalah harga jual<br />
menjadi ganjalan bagi LPS untuk leluasa melego<br />
Mutiara. Padahal sebenarnya harga jual<br />
sebuah bank yang pernah bermasalah tidak<br />
bisa 100 persen sesuai dengan jumlah suntikan<br />
modal.<br />
Dia mencontohkan, sejumlah bank yang diselamatkan<br />
LPS, seperti Bank IFI dan beberapa<br />
bank perkreditan rakyat, hanya laku sekitar 21<br />
persen dari total suntikan bailout. “Kalau misalnya<br />
Bank Mutiara bisa laku 50 persen saja, kan<br />
masih jauh lebih baik daripada yang hanya laku<br />
21 persen,” kata Samsu.<br />
Samsu menambahkan, saat ini ekuitas atau<br />
modal Bank Mutiara sebesar Rp 1,3 triliun. Menurut<br />
kalkulasi ekonom Universitas Padjadjaran,<br />
Kodrat Wibowo, nilai buku Bank Mutiara<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Rachman/Detikcom<br />
sebesar Rp 1,1-1,4 triliun dengan price-to-book<br />
value atau harga saham dibandingkan dengan<br />
nilai ekuitas per saham sekitar Rp 3,2 triliun.<br />
“Sehingga rata-rata kasar nilai jual yang aman<br />
adalah Rp 3-3,4 triliun,” kata Kodrat.<br />
Selain memperhitungkan kinerja perusahaan,<br />
menurut Kodrat, harga tersebut sudah memperhitungkan<br />
aspek politik, hukum, dan psikologi<br />
pasar. Kodrat mengatakan biasanya masalah<br />
politik dan hukum yang masih membelit akan<br />
mempengaruhi proses penjualan. Sedangkan<br />
pertimbangan ekonomi akan menjadi hal terakhir<br />
yang dilihat investor. “Aspek politik, hukum,<br />
dan psikologi pasar menentukan,” ujarnya.<br />
Urusan politik ini cukup ruwet. Sebagian<br />
politikus terus menyatakan bailout itu bermasalah.<br />
Karena itu, anggota tim pengawas kasus<br />
Bank Century, Bambang Soesatyo dari Fraksi<br />
Partai Golkar dan Hendrawan Supratikno dan<br />
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,<br />
menyarankan agar penjualan Bank Mutiara<br />
menunggu sampai proses hukum Bank Century<br />
rampung. Tujuannya, agar nanti tidak ada<br />
tudingan bahwa Bank Mutiara dijual kemurahan.<br />
Bambang mengatakan, untuk menyiasati<br />
masalah undang-undang, LPS bisa meminta<br />
Presiden menerbitkan peraturan pemerintah<br />
pengganti undang-undang. “Jika tidak, kami<br />
menduga ada upaya kesengajaan untuk menjual<br />
Bank Mutiara dengan harga yang sangat<br />
murah karena dalam situasi yang berisiko tinggi,<br />
yaitu bank itu lagi bermasalah hukum,” kata<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Bambang.<br />
Namun LPS bergeming dan tetap menjalankan<br />
proses seleksi calon investor. Saat ini ada<br />
tujuh calon investor yang akan melanjutkan ke<br />
tahap due diligence atau penilaian kinerja Bank<br />
Mutiara mulai 23 Juni hingga akhir Juli 2014.<br />
Namun Samsu enggan menyebut identitas<br />
tujuh investor itu karena ada permintaan untuk<br />
tidak disclose mengungkap kepada publik.<br />
Saat ini ada tujuh calon investor yang akan<br />
melanjutkan ke tahap due diligence.<br />
Mereka adalah dua calon investor dari Hong<br />
Kong serta masing-masing satu dari Singapura,<br />
Jepang, dan Malaysia. Sedangkan dari lokal ada<br />
dua calon investor. Setelah melewati tahap due<br />
diligence, calon investor akan memberikan final<br />
bid atau penawaran terakhir kepada LPS.<br />
LPS akan menilai kelayakan penawaran itu<br />
antara lain berdasarkan valuasi harga pantas<br />
yang saat ini sedang diproses, skema pembayaran<br />
yang wajar, serta keterkaitan dengan pemilik<br />
lama. Proses penilaian ini juga melibatkan PT<br />
Danareksa, perusahaan sekuritas pelat merah.<br />
Hanya 2 atau 4 calon investor yang akan<br />
dikirim LPS ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)<br />
untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan<br />
nanti. Targetnya bisa masuk ke OJK paling<br />
lambat September sehingga proses penjualan<br />
bisa selesai sesuai dengan tenggat November.<br />
“LPS bertugas berdasarkan undang-undang.<br />
Undang-undang menyuruh jual, ya harus jual,”<br />
kata Samsu.<br />
Salah satu calon investor lokal yang bakal<br />
mencaplok Mutiara adalah PT Bank Rakyat Indonesia.<br />
Bank pelat merah itu tertarik membeli<br />
Mutiara karena memiliki jaringan retail yang<br />
cukup kuat dan cocok melengkapi segmen<br />
pasar BRI, yang membidik pelaku usaha kecilmenengah.<br />
“Kami kan kuat di UKM dan Bank<br />
Mutiara kuat di retail dengan link ke pedagangpedagang.<br />
Jadi Mutiara bisa melengkapi yang<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Rachman/Detikcom<br />
kami miliki sekarang,” tutur Sekretaris Perusahaan<br />
BRI Budi Satria.<br />
Budi menjelaskan BRI memang menyiapkan<br />
anggaran Rp 3 triliun untuk aksi korporasi tahun<br />
ini. Namun dana itu bukan semata dipakai<br />
untuk membiayai pembelian Mutiara. Sebab,<br />
jika gagal membeli Mutiara, BRI masih berniat<br />
mengakuisisi perusahaan sekuritas atau perusahaan<br />
asuransi. ■<br />
Hans Henricus B.S. Aron<br />
Majalah detik 23 23 -- 29 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
7<br />
perusahaan.<br />
Peminat<br />
Mutiara<br />
Peserta lelang Bank Mutiara kali ini mencapai tujuh<br />
Dua bank asing diberitakan menjadi peserta.<br />
foto-foto: rachman hariyanto/detikfoto/<br />
flickr<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
HASIL seleksi Lembaga Penjamin<br />
Simpanan telah menetapkan<br />
tujuh calon investor yang<br />
mengikuti tahap due diligence<br />
atau penilaian kinerja perusahaan<br />
yang akan dibeli selama kurun waktu 23<br />
Juni hingga akhir Juli 2014. Namun LPS masih<br />
merahasiakan identitas para calon investor, terutama<br />
asing, karena ada permintaan khusus<br />
agar tidak diumumkan ke publik.<br />
Mereka adalah dua calon investor dari Hong<br />
Kong; masing-masing satu dari Singapura,<br />
Jepang, dan Malaysia; serta dua inverstor dari<br />
lokal. Salah satu investor lokal yang terangterangan<br />
menyatakan diri akan membeli Bank<br />
Mutiara adalah PT Bank BRI Tbk. Tidak semua<br />
investor berupa bank, sebagian perusahaan<br />
investasi.<br />
Sedangkan bila mengutip Reuters, ada dua<br />
bank asing dari Hong Kong dan Malaysia<br />
yang ikut dalam proses seleksi, yaitu Bank of<br />
China dan Hong Leong Bank. Berikut ini profil<br />
masing-masing calon investor yang dikabarkan<br />
ikut dalam tender ini.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Hong Leong Bank, Malaysia<br />
Hong Leong Bank berdiri sejak 1905<br />
di Kuching, Sarawak, Malaysia. Pada<br />
Oktober 1994, Hong Leong masuk<br />
bursa saham Malaysia. Hong Leong Bank menyelesaikan<br />
merger dengan EON Bank Group<br />
pada 2011.<br />
Merger ini semakin menguatkan Hong<br />
Leong sebagai perbankan lebih dengan aset<br />
145 miliar ringgit (Rp 540 triliun) dan jaringan<br />
diperluas dari 329 cabang nasional. Ukuran<br />
aset ini adalah terbesar keempat di Malaysia.<br />
Jika dibanding dengan bank di Indonesia, aset<br />
Hong Leong ini hampir sebesar Bank BRI.<br />
Hong Leong Bank memiliki lebih dari 300 cabang<br />
dan terus berekspansi di luar negeri. Tak<br />
mengherankan jika saat ini mereka tidak hanya<br />
beroperasi di Malaysia, tapi juga di Singapura,<br />
Hong Kong, Vietnam, sampai Kamboja.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Bank of China (Hong Kong),<br />
Hong Kong<br />
Kantor berita Reuters menyebut<br />
anak usaha Bank of China di Hong<br />
Kong menjadi salah satu peserta<br />
tender. Anak usaha itu berarti adalah Bank<br />
of China (Hong Kong). Bank of China sendiri<br />
merupakan bank terbesar keempat dunia dari<br />
sisi kapitalisasi. Tapi, untuk anak usahanya itu,<br />
mereka adalah bank terbesar kedua di wilayah<br />
Hong Kong.<br />
Berdiri pada 1912, Bank of China adalah salah<br />
satu bank berusia tua yang masih eksis hingga<br />
kini di Tiongkok. Sedangkan Bank of China<br />
(Hong Kong) sendiri berdiri pada 2001, saat 12<br />
anak usaha Bank of China di Hong Kong disatukan<br />
di bawah satu bendera.<br />
Meski hanya anak usaha dari Bank of China<br />
dari Tiongkok, ukuran Bank of China (Hong<br />
Kong) itu sangat besar. Laporan tahunan 2013<br />
menyebut aset mereka mencapai HK$ 2 triliun<br />
(Rp 3.000 triliun) atau hampir lima kali aset<br />
Bank BRI.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk<br />
Bank milik pemerintah ini sudah berusia<br />
118 tahun sejak berdiri pada Desember<br />
1895 dengan nama awal “Bank<br />
Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi<br />
Purwokerto”, suatu lembaga keuangan yang<br />
melayani orang-orang pribumi. Pada 2003,<br />
BRI resmi menjadi perusahaan terbuka setelah<br />
menjual 30 persen kepemilikan kepada publik.<br />
BRI memiliki 3 anak usaha, yaitu PT Bank BRI-<br />
Syariah, Bank BRI Agro, BRI Remittance. BRI<br />
memiliki jaringan sekitar 6.000 kantor cabang<br />
atau unit. Ini tidak termasuk kantor kecil, seperti<br />
kantor kas atau Teras BRI. Pada 2013, aset BRI<br />
tercatat Rp 606,37 triliun atau terbesar kedua<br />
setelah Mandiri. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Mengincar<br />
Pasar<br />
$<br />
$<br />
$<br />
$<br />
Raksasa<br />
Lima dari tujuh perserta lelang<br />
Bank Mutiara dari luar negeri.<br />
Mengapa mereka tertarik?<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Karyawan Bank Mutiara<br />
menghitung uang nasabah,<br />
di Jakarta, Jumat (4/4).<br />
Lembaga Penjamin Simpanan<br />
wajib menjual Bank Mutiara<br />
tahun ini, berapa pun<br />
harganya.<br />
Puspa Perwitasari/ANtara FOTO<br />
BAGI investor, daya tarik utama Indonesia<br />
adalah ukurannya yang sangat<br />
besar. Dengan jumlah penduduk di<br />
atas 240 juta, negeri ini menjanjikan<br />
pasar yang sangat luas. Para investor asing<br />
industri finansial pun memandang hal yang<br />
sama. Itu sebabnya, lima dari tujuh investor<br />
yang berminat mencaplok Bank Mutiara berasal<br />
dari luar negeri.<br />
Yang lebih menyenangkan, pasar perbank an<br />
belum jenuh. “Ada 80 juta warga Indonesia yang<br />
belum tersentuh bank, ini menjadi incaran bankbank<br />
asing,” kata Ketua Umum Perhimpunan<br />
Bank-Bank Umum Nasional Sigit Pramono.<br />
Bank Mutiara juga dipandang memiliki aset yang<br />
terjaga dan jaringan kerja yang sudah mapan. “Jadi<br />
bank ini dipandang bagus,” ucapnya.<br />
Para peminat Bank Mutiara kali ini tampaknya<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Nasabah menarik uang<br />
melalui ATM Bank Mutiara<br />
di Jakarta. Jaringan Bank<br />
Mutiara yang cukup luas<br />
dipandang sebagai salah satu<br />
daya tarik bagi para investor.<br />
Puspa Perwitasari/ANtara FOTO<br />
tidak cemas terhadap belitan masalah politik,<br />
yang beberapa tahun dipandang mengganggu<br />
rencana lelang. “Itu bukan persoalan. Investor<br />
yang lalu itu tak lolos fit and proper test,” katanya.<br />
“Soal politik ini tak menjadi persoalan.”<br />
Kepala Ekonom Bank BNI 46 Ryan Kiryanto<br />
mengungkapkan hal senada. Ia mengatakan<br />
tekanan politik tidak lagi menjadi hambatan.<br />
Selain potensi keuntungan yang besar, penjualan<br />
kali ini sudah diatur oleh undang-undang.<br />
“Anda jangan lupa, secara undang-undang,<br />
Bank Mutiara harus dijual oleh LPS (Lembaga<br />
Penjamin Simpanan) selambat-lambatnya November<br />
2014,” ucapnya.<br />
Ia juga mengungkapkan kemungkinan ketertarikan<br />
bank-bank asing itu bersumber dari<br />
sejumlah faktor yang dimiliki Bank Mutiara.<br />
“Mungkin menurut kalkulasi peserta tender<br />
Bank Mutiara kali ini, bank ini termasuk bank<br />
yang bagus, punya costumer, dan berkinerja<br />
bagus, going forward,” ucapnya.<br />
Sedangkan faktor lain, seperti net interest<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Sejumlah nasabah setia<br />
menyimpan dana di Bank<br />
Mutiara sejak lembaga<br />
keuangan ini masih bernama<br />
Bank Pikko.<br />
Rachman/detik foto<br />
margin (margin laba bersih atau lazim disebut<br />
NIM), tidak secara langsung membuat bank<br />
asing tertarik. Di Indonesia, bank memang memiliki<br />
selisih tinggi antara bunga kredit dan bunga<br />
yang dibayar oleh bank kepada orang yang<br />
penabung, pemegang deposito, atau sumber<br />
modal lain. NIM tinggi ini terutama jika dibanding<br />
di negara ASEAN lain, seperti Malaysia,<br />
Singapura, atau Thailand.<br />
Tapi, masalahnya, bank di Indonesia masih<br />
harus banyak berinvestasi. “Seperti membangun<br />
kantor cabang, menginstal jaringan teknologi<br />
informasi, serta sumber daya manusia,”<br />
katanya. “Sedangkan bank-bank asing seperti<br />
di Malaysia dan Singapura sudah dalam taraf<br />
memanen, bukan lagi menanam.”<br />
Jadi, meski NIM rendah, investasi juga rendah<br />
sehingga biaya operasional juga rendah.<br />
“Memasang ATM, buka kantor cabang, merekrut<br />
SDM, semua itu butuh investasi,” ucapnya.<br />
Biaya ini tentu saja diambil dari bunga kredit<br />
yang diterapkan kepada konsumen. “Makanya<br />
NIM kita terbilang tinggi.”<br />
Sampai kapan bank-bank Indonesia masih harus<br />
menanamkan investasi? Ryan mengatakan<br />
agak sulit menentukan sampai kapan investasi<br />
harus terus dilakukan perbankan Indonesia.<br />
Sebab, menurut dia, Indonesia sangat berbeda<br />
dengan Singapura atau Malaysia, yang berpenduduk<br />
sedikit dan wilayahnya terbilang kecil. ■<br />
Budi Alimuddin<br />
Majalah detik 23 23 -- 29 29 juni 2014
Melepas Eks Bank Century<br />
Terbebani<br />
Kewajiban<br />
Century<br />
SEJAK dipegang<br />
Lembaga Penjamin<br />
Simpanan (LPS),<br />
bisnis Bank Mutiara<br />
terus untung. Pada<br />
periode 2009-2011,<br />
laba operasi itu berada di kisaran Rp<br />
222-242 miliar. Tahun 2012 menurun<br />
menjadi Rp 132 miliar. Tapi, tahun<br />
lalu, Bank Mutiara tiba-tiba saja rugi<br />
sampai Rp 1,15 triliun.<br />
Direktur Utama Bank Mutiara,<br />
Sukoriyanto Saputro, dalam laporan<br />
keuangan, menyatakan kerugian<br />
triliunan rupiah itu karena mereka<br />
diwajibkan membuat pencadangan<br />
untuk utang pajak era Bank Century<br />
dan memenuhi kewajiban penyediaan<br />
modal minimum. Kewajiban ini<br />
hanya berlaku sekali, yakni pada<br />
tahun buku 2013.<br />
“Kerugian tersebut bukanlah merupakan<br />
akibat operasional bank,”<br />
ujar Sukoriyanto. Ia pun menjanjikan<br />
laporan keuangan 2014 tidak akan<br />
merah. “Bank Mutiara akan mencatatkan<br />
kinerja positif dan membukukan<br />
laba kembali (pada laporan<br />
keuangan 2014).”<br />
Pada akhir tahun lalu, Bank Mutiara<br />
telah memiliki 61 kantor cabang<br />
dengan 1.500 lebih karyawan. Asetnya<br />
Rp 14,5 triliun dengan pengucuran<br />
kredit Rp 11 triliun. Dana pihak<br />
ketiga yang mereka kelola mencapai<br />
Rp 11 triliun. n NUR KHOIRI<br />
Bank Tidak<br />
Laku-laku<br />
MENJUAL bank hasil<br />
bailout memang tidak<br />
gampang. Tiga tahun<br />
Lembaga Penjamin Simpanan<br />
berusaha menjual Bank Mutiara<br />
(eks Bank Century) tapi gagal.<br />
Mungkin ini karena harga<br />
yang diwajibkan sangat tinggi,<br />
minimal sesuai bailout sebesar<br />
Rp 6,7 triliun. Putaran penjualan<br />
tahun ini sedikit berbeda, karena<br />
undang-undang mewajibkan<br />
bank hasil bailout itu harus<br />
terjual, berapa pun harganya.<br />
1<br />
6 November<br />
2008<br />
Bank Century dalam pengawasan<br />
khusus Bank Indonesia<br />
karena dinilai tidak sehat.<br />
4<br />
3 Oktober<br />
2009<br />
Bank Century berganti nama<br />
menjadi Bank Mutiara.<br />
21 November<br />
2008<br />
LPS mengambil alih kepemilikan<br />
Century dan mengucurkan<br />
bailout sampai Rp 6,7 triliun.<br />
2<br />
11 Agustus<br />
2009<br />
Dalam pengawasan intensif<br />
Bank Indonesia.<br />
3<br />
5<br />
26 Juni 2011<br />
Status pengawasan normal Bank<br />
Indonesia.<br />
6<br />
8 Juli 2011<br />
LPS mulai proses penjualan Bank Mutiara.<br />
Harga minimal sesuai bailout, Rp 6,7 triliun.<br />
7<br />
7 September<br />
2011<br />
LPS menyatakan penjualan<br />
gagal. Sebanyak 9 investor<br />
berminat, 3 mengirim surat<br />
konfirmasi. Tapi, dari ketiganya,<br />
tak satu pun memenuhi syarat.<br />
12 Juni 2013 Februari<br />
LPS menyatakan dua peminat 11 2013<br />
Bank Mutiara sudah penuhi<br />
syarat administratif.<br />
29 Agustus<br />
2013 12<br />
20 Desember<br />
2014 13<br />
LPS menyatakan Bank Mutiara<br />
LPS menyatakan penjualan Bank<br />
Mutiara gagal. Dalam proses ini,<br />
enam investor menyatakan berminat,<br />
lima mengirim dokumen<br />
pendaftaran, dua memenuhi<br />
syarat administratif, tapi keduanya<br />
tak mengirim penawaran<br />
awal.<br />
Naskah: NUR KHOIRI<br />
10<br />
LPS kembali menawarkan Bank<br />
Mutiara. Seperti tahun sebelumnya,<br />
harga yang diminta minimal<br />
sesuai nilai bailout, yakni Rp 6,7<br />
triliun.<br />
sudah mendapat suntikan tambahan<br />
Rp 1,5 triliun sehingga total bailoutnya<br />
Rp 8,2 triliun. Putaran penjualan<br />
terakhir Mutiara dimulai dan tahun<br />
berikutnya mesti laku, berapa pun<br />
harganya.<br />
8<br />
7 Februari<br />
2012<br />
Pendaftaran pembelian<br />
Bank Mutiara dibuka<br />
kembali. Perusahaan<br />
investasi Yawadwipa<br />
menawar Bank Mutiara<br />
Rp 6,75 triliun atau di<br />
bawah persyaratan minimal<br />
sesuai nilai bailout.<br />
9<br />
15 Agustus<br />
2012<br />
LPS menyatakan penjualan gagal.<br />
Ada tujuh peminat—termasuk<br />
Yawadwipa—dan ada tiga yang<br />
mengirim surat dokumen<br />
pendaftaran. Tapi ketiga peminat<br />
tidak memenuhi syarat administratif,<br />
termasuk dukungan<br />
finansial.<br />
18 April 2014<br />
LPS menyatakan 18 investor<br />
berminat membeli Bank<br />
Mutiara.<br />
Juni 2014<br />
LPS menyatakan 7 investor<br />
bersaing menjadi calon<br />
pemilik Bank Mutiara, termasuk<br />
BRI dan beberapa bank<br />
asing.<br />
14<br />
15<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
ekonomi<br />
Baru<br />
Potensi Rugi<br />
atau Sudah<br />
Bocor<br />
Bagaimana para ekonom memandang<br />
angka kebocoran ribuan triliun rupiah<br />
yang disebut Prabowo.<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
ekonomi<br />
Bank Indonesia, lembaga<br />
yang mengatur moneter<br />
Indonesia.<br />
Ari Saputra/detikcom<br />
AWALNYA adalah debat kandidat<br />
presiden: Prabowo Subianto melawan<br />
Joko Widodo. Tapi pernyataan<br />
Prabowo akhirnya merembet ke<br />
mana-mana saat ia menyebut ada kebocoran<br />
kekayaan negara yang, menurut tim ahlinya,<br />
angkanya fantastis: Rp 1.000 triliun. Bahkan,<br />
mengutip pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi Abraham Samad, Prabowo<br />
menyatakan kebocoran itu mencapai Rp 7.200<br />
triliun.<br />
Angka itu segera saja menyulut kontroversi<br />
karena jumlahnya spektakuler. Pemerintah<br />
langsung bereaksi. Menteri Koordinator Perekonomian<br />
Chairul Tanjung, misalnya, mengatakan<br />
ucapan kebocoran sebesar itu tidak<br />
benar. “Mungkin yang dimaksud Pak Prabowo,<br />
kalau dilakukan langkah-langkah luar biasa,<br />
ada potensi pendapatan negara tambahannya<br />
sebesar Rp 1.000 triliun,” katanya.<br />
Sedangkan Abraham Samad, yang namanya<br />
disebut, buru-buru meralat kutipan calon presiden<br />
nomor urut 1 itu. “(Ini) bukan kebocoran,<br />
tapi potensi penerimaan yang tidak didapat,”<br />
katanya. “Beda dengan kebocoran.”<br />
Bagi para ekonom, angka yang disebut Pra-<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
ekonomi<br />
Menteri Koordinantor<br />
Perekonomian Chairul<br />
Tanjung<br />
Ari Saputra/ detikcom<br />
bowo itu memang mencengangkan. Angka<br />
kebocoran itu, oleh Kepala Ekonom BCA David<br />
Sumual disebut tidak mungkin. Alasannya?<br />
“APBN kita hanya Rp 1.800 triliun, ekonomi<br />
kita size-nya hanya Rp 9.000 triliun,” katanya.<br />
Namanya juga anggaran, APBN memang<br />
rawan bocor. Tapi nilai kebocoran yang disebut<br />
Prabowo itu terlalu besar. Itu sebabnya, Lana<br />
Soelistianingsih, Kepala Ekonom Asset Management,<br />
mengatakan hal senada. Kalau dengan<br />
angka kebocoran Rp 1.000 triliun itu, katanya,<br />
“Berdasarkan APBN, itu tidak masuk akal.”<br />
Karena itu, Lana mengatakan pernyataan<br />
Prabowo tersebut memang harus diperjelas.<br />
“Berapa tahun kebocorannya, yang disebut kebocoran<br />
itu seperti apa, atau itu hanya potensi<br />
kehilangan,” katanya.<br />
Hatta Rajasa, pasangan Prabowo dalam<br />
pemilihan presiden, perlu menjelaskan soal<br />
kutipan Prabowo ini. Ia mengatakan bukan<br />
kebocoran karena APBN jauh lebih kecil dari<br />
nilai kebocoran yang disebut mencapai Rp<br />
7.200 triliun itu. Tapi, yang ada, adalah potensi<br />
kehilangan (potential loss). Misalnya saja jika<br />
tidak ada renegosiasi kontrak karya. “Itu semua<br />
kan menyebabkan potential loss,” katanya. “Itu<br />
yang dimaksud Pak Prabowo.”<br />
Kalau potensi kehilangan, Lana mengatakan,<br />
angka Rp 1.000 triliun—yang dikutip Prabowo<br />
dari tim ahlinya—masih masuk akal. Perhitungannya<br />
sederhana. Pajak pertambahan nilai<br />
(PPN) mestinya mencapai 10 persen dari PDB<br />
Indonesia, yang sekarang lebih dari Rp 9.000<br />
triliun. Dengan dasar ini, perolehan dari sini bisa<br />
mencapai Rp 900 triliun. “Tapi sekarang baru<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
ekonomi<br />
Soemitro<br />
Djojohadikoesoemo, ayah<br />
Prabowo, pernah terkena<br />
kontroversi "kebocoran".<br />
istimewa<br />
Rp 400 triliun,” katanya. Lana<br />
membulatkan angka perolehan<br />
PPN yang tahun lalu besarnya<br />
Rp 385 triliun.<br />
Adapun David sedikit berbeda.<br />
Ia mengatakan tambahan<br />
potensi penerimaan negara itu<br />
tidak akan mencapai ribuan<br />
triliun rupiah. “Hanya ratusan<br />
triliun rupiah angkanya,” kata<br />
David menyebut kisaran potensi<br />
pemasukan bagi negara<br />
yang ia pandang masih masuk<br />
akal. Sedangkan angka<br />
yang ribuan triliun rupiah, katanya, “Itu bahasa<br />
politik untuk meraih voter.”<br />
Yang agak unik, ayah Prabowo, Soemitro<br />
Djojohadikusumo, dua puluh tahun silam juga<br />
terkena kontroversi soal kebocoran anggaran.<br />
Tapi kejadiannya sedikit berbeda. Saat itu para<br />
wartawan mengutip ucapan Soemitro sebagai<br />
“kebocoran” sebesar 30 persen.<br />
Soemitro kemudian sampai membuat tulisan<br />
meluruskan kutipan ini. Menurut Soemitro,<br />
yang terjadi adalah rendahnya rasio modal<br />
terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Menurut<br />
dia, negara ASEAN lain yang mirip Indonesia—kecuali<br />
Filipina—hanya membutuhkan<br />
3-3,5 persen untuk menaikkan pertumbuhan<br />
ekonomi 1 persen. Tapi Indonesia membutuhkan<br />
sampai 5 persen.<br />
David mengatakan, yang diungkapkan Soemitro<br />
itu tidak tepat disebut kebocoran. “Itu<br />
lebih tepat inefisiensi, bukan kebocoran,” katanya.<br />
Prabowo sendiri, seperti diungkap sejumlah<br />
media, mengutip angka itu dari pernyataan<br />
Abraham Samad pada 7 September tahun lalu.<br />
Saat Abraham diminta memberi kuliah pada<br />
para peserta Rapat Kerja Nasional Partai Demokrasi<br />
Indonesia Perjuangan di Ancol, Jakarta<br />
Utara.<br />
Saat itu ia mengungkapkan ide nasionalisasi<br />
45 blok minyak yang sudah beroperasi. Jika blok<br />
ini dimiliki penuh oleh pemerintah, negara akan<br />
mendapatkan tambahan anggaran sampai Rp<br />
7.200 triliun. ■<br />
Wiji Nurhayat, Rina Atriana, Edward Febriyatri Kusuma | NUR KHOIRI<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
isnis<br />
Mati Dua kali<br />
Mandala kembali mati.<br />
Harga bahan bakar<br />
minyak dan jenis pasar<br />
penerbangan dituding<br />
sebagai penyebab<br />
maskapai penerbangan ini<br />
tutup. Pengamat menilai<br />
posisi pasar perusahaan<br />
ini tidak jelas.<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
isnis<br />
Wartawan mengambil<br />
gambar loket tiket Tigerair<br />
Mandala di Terminal 3<br />
Bandara Soekarno-Hatta.<br />
Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO<br />
KANTOR City Ticketing Office Tigerair<br />
Mandala, yang terletak satu<br />
kawasan dengan pusat penjualan<br />
onderdil mobil di Duta Mas, Fatmawati,<br />
Jakarta Selatan, sudah tidak lagi bekerja<br />
normal mulai Senin, 16 Juni 2014. Kantor itu tak<br />
lagi melayani penjualan tiket seperti hari-hari<br />
sebelumnya.<br />
Sebagian karyawan mulai mengepak perlengkapan<br />
kantor. Barang-barang itu kemudian<br />
dikemas dan dua hari kemudian dikirim ke<br />
Yogyakarta, ke kantor biro perjalanan yang<br />
menjadi mitra bisnis Tigerair Mandala untuk<br />
mengoperasikan kantor penjualan tiket itu.<br />
“Barang-barang kantor, seperti komputer dan<br />
laptop, sudah dikirim kemarin,” ujar seorang<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
isnis<br />
Sandiaga Uno, investor<br />
Tigerair Mandala yang dua<br />
tahun lalu menghidupkan<br />
kembali maskapai ini.<br />
lamhot aritonang/detikcom<br />
pemuda, yang mengatakan bekerja sebagai<br />
office boy di kantor itu dan sekarang diminta<br />
menunggui di sana, pada Kamis, 19 Juni lalu.<br />
Pengiriman barang itu dilakukan beberapa<br />
jam sebelum Tigerair Mandala melansir siaran<br />
pers yang menyatakan operasi penerbangan<br />
perusahaan ini hanya akan berjalan sampai 1<br />
Juli mendatang. Penerbangan terakhir perusahaan<br />
itu adalah R1545 dari Hong Kong menuju<br />
Denpasar.<br />
Ya, Mandala, maskapai penerbangan yang<br />
mati pada 13 Januari 2011—dan kemudian hidup<br />
lagi mulai April 2012 dengan nama Tigerair<br />
Mandala—mati lagi mulai Juli nanti. Tigerair<br />
Mandala menyebut melemahnya kondisi pasar,<br />
meningkatnya biaya bahan bakar, dan kenaikan<br />
biaya operasional akibat rupiah melemah<br />
sebagai penyebab kematian-kedua perusahaan<br />
ini. “Hal-hal seperti itu membuat kami terus<br />
merugi dan akhirnya direksi serta dewan komisaris<br />
memutuskan lebih baik kami stop,” kata<br />
Thoriq Syarief-Husein, Manajer Humas Tigerair<br />
Mandala.<br />
Masalah kondisi pasar dan kenaikan harga<br />
bahan bakar sebenarnya juga dialami maskapai<br />
lain, tidak hanya Mandala. Tapi hanya<br />
Mandala yang tutup. Itu sebabnya, Ruth Hanna<br />
Simatupang, pengamat penerbangan yang<br />
pernah menjadi eksekutif sebuah maskapai<br />
penerbangan serta menjadi anggota Komite<br />
Nasional Keselamatan Transportasi, menuturkan<br />
masalah Mandala adalah tidak jelasnya<br />
pasar perusahaan ini.<br />
“Mereka tidak menentukan pilihan dalam<br />
membidik segmen pasar, apakah low cost<br />
carrier atau full flight service,” kata Ruth. Posisi<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
isnis<br />
Direksi sudah berusaha<br />
mencari investor yang paling<br />
potensial untuk membiayai<br />
Mandala ke depan, tapi kami<br />
tidak menemukan kata sepakat.<br />
Thoriq Syarief-Husein<br />
Mandala Tigerair dinilai tidak jelas, apakah merupakan<br />
maskapai penerbangan murah seperti<br />
AirAsia atau dengan pelayanan lengkap seperti<br />
Garuda.<br />
Pelayanan Mandala memang kadang mirip<br />
maskapai full service. Soal ketepatan waktu<br />
misalnya. Maskapai penerbangan murah dikenal<br />
sangat buruk ketepatan waktunya karena<br />
mereka memaksa pesawat selama mungkin<br />
di udara, bukan di bandara. Tapi, berdasarkan<br />
catatan Kementerian Perhubungan, angka<br />
ketepatan waktu Mandala terbaik dibanding<br />
maskapai tarif murah<br />
meski nomor tiga jika<br />
dibanding dengan maskapai<br />
full service.<br />
Ketepatan waktu<br />
ini dibanggakan Paul<br />
Rombeek, Presiden Direktur<br />
PT Tigerair Mandala<br />
Airlines, dalam<br />
wawancara dengan<br />
majalah detik beberapa bulan silam. Menurut<br />
Rombeek, ketepatan waktu mereka mencapai<br />
80-85 persen. Tapi ada yang dikorbankan dalam<br />
urusan ketepatan waktu ini. “Ini memang<br />
membutuhkan biaya,” kata Rombeek.<br />
Tigerair Mandala adalah maskapai patungan<br />
antara Saratoga, perusahaan investasi milik<br />
Sandiaga Uno, dan Tiger Airways dari Singapura.<br />
Kepemilikan Saratoga sebesar 51,3 persen dan<br />
Tiger Airways 33 persen. Sisanya, 15,7 persen,<br />
dipegang pemilik lama serta kreditor. Gejala<br />
Tigerair Mandala bakal tutup mulai terasa pada<br />
awal Februari 2014. Saat itu Tigerair Mandala<br />
menutup 9 rute penerbangan dan mengurangi<br />
frekuensi dua rute penerbangan. Direksi dan<br />
komisaris kemudian berupaya mencari investor<br />
baru untuk menyuntikkan dana segar, sehingga<br />
Tigerair Mandala bisa leluasa mengudara. Titik<br />
terang sempat datang dari AirAsia dan Citilink,<br />
anak usaha Garuda Indonesia. Keduanya berminat<br />
menjadi investor.<br />
Namun belakangan rencana menggandeng<br />
investor itu batal. “Direksi sudah berusaha<br />
mencari investor yang paling potensial untuk<br />
membiayai Mandala ke depan, tapi kami tidak<br />
menemukan kata sepakat,” ujar Thoriq, yang<br />
enggan menjelaskan alasan batalnya rencana<br />
itu.<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
isnis<br />
Ekor pesawat ini diberi<br />
gambar loreng macan<br />
karena Tiger Air dari<br />
Singapura memiliki 15,7<br />
persen saham.<br />
dok XFW-Spotter<br />
Informasi kegagalan Tigerair Mandala menggaet<br />
investor sampai ke ruangan Direktur Angkutan<br />
Udara Direktorat Perhubungan Udara<br />
Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo.<br />
Dia mengatakan Tigerair Mandala memang<br />
membutuhkan investor baru karena investor<br />
sekarang tidak mampu lagi menanggung beban<br />
biaya operasional<br />
Beratnya beban operasional ini membuat<br />
Tigerair Mandala sulit menambah jumlah pesawat.<br />
Padahal jumlah armada yang memadai<br />
merupakan salah satu syarat utama bagi maskapai<br />
untuk bersaing. “Dunia aviasi adalah dunia<br />
yang makin tebal uang yang ada ya akan lebih<br />
cepat berkembang. Sedangkan kami hanya punya<br />
lima pesawat yang terbang, sehingga tidak<br />
cukup untuk menutupi biaya-biaya lainnya,”<br />
ujar Thoriq.<br />
Setelah tidak mampu lagi membiayai biasa<br />
operasional, pemegang saham pun memutuskan<br />
menutup kegiatan operasional maskapai<br />
ini. “Sisa uang yang ada dipakai untuk menangani<br />
penggantian tiket penumpang,” kata<br />
Djoko. ■ Hans Henricus B.S. Aron<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
isnis<br />
PARA calon penumpang<br />
Tigerair Mandala<br />
sudah mulai<br />
berhitung kapan<br />
uang tiket mereka<br />
bakal bisa<br />
kembali. Mereka<br />
ingat, tiga tahun<br />
silam, saat Mandala<br />
ditutup, pengembalian<br />
tiket baru bisa<br />
dilakukan satu setengah<br />
tahun kemudian, setelah investor<br />
baru masuk dan pesawat ini<br />
terbang kembali.<br />
“Saya pesimistis bisa langsung dikembalikan<br />
karena, pengalaman teman saya<br />
Pengembalian<br />
Tiket<br />
Bakal<br />
Lama?<br />
dulu sewaktu Mandala<br />
tutup, refund-nya lama<br />
sekali,” ujar seorang<br />
penumpang yang<br />
telah memesan<br />
tiket untuk berlibur<br />
ke Bali bersama<br />
keluarganya bulan<br />
depan.<br />
Penumpang itu,<br />
yang tidak mau menyebutkan<br />
nama, menyambangi<br />
ruko pusat penjualan tiket<br />
Tigerair Mandala di kawasan Duta<br />
Mas, Fatmawati, Jakarta Selatan. Di sana,<br />
kantor sudah kosong dan hanya ditempeli<br />
selembar kertas yang mengumumkan berhentinya<br />
operasi Tigerair Mandala. Di sana<br />
juga ditempeli nomor telepon yang mesti<br />
dihubungi calon penumpang yang hendak<br />
meminta pengembalian uang tiket.<br />
Ia mencoba menghubungi nomor itu, tapi<br />
yang terdengar adalah suara: “Nomor yang<br />
Anda hubungi sedang sibuk, silakan meng-<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
isnis<br />
Ratusan calon penumpang<br />
Mandala Air berusaha<br />
mengembalikan tiket yang<br />
mereka beli. Saat kematian<br />
Mandala yang pertama,<br />
pengembalian uang tiket<br />
butuh waktu lebih dari satu<br />
setengah tahun.<br />
Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO<br />
hubungi beberapa saat lagi.”<br />
Calon penumpang lain, seorang pemuda<br />
yang membeli tiket ke Thailand, mencoba<br />
sampai lima kali menghubungi call center,<br />
tapi tidak kunjung mendapat respons. Dia<br />
khawatir agenda bisnisnya di Thailand bakal<br />
gagal lantaran batal terbang.<br />
Dia mengatakan selama ini selalu memakai<br />
Tigerair Mandala jika melakukan perjalanan<br />
bisnis ke Singapura atau Thailand karena<br />
pelayanannya baik. “Saya tidak perlu refund<br />
tiket. Yang penting bisa terbang ke Thailand<br />
karena saya harus ada di sana,” katanya. Ia lebih<br />
suka tiketnya diganti tiket Tiger Airways.<br />
Tigerair Mandala menyatakan pengembalian<br />
tiket hanya akan dilayani via telepon.<br />
Manajer Humas Tigerair Mandala, Thoriq<br />
Syarief-Husein, mengatakan, “Prosedur refund<br />
kami melalui call center.” ■<br />
Hans Henricus B.S. Aron<br />
Majalah detik 23 - 29 Juni 2014
internasional<br />
‘Perkawinan Paksa’<br />
Demi Bagdad<br />
“Kami tak menyangkal bahwa milisi<br />
ISIS terlibat dalam pertempuran,<br />
tapi jumlahnya tak lebih dari lima<br />
persen.... Ini revolusi Irak.”<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Di satu kantor kecil di atas pusat<br />
perdagangan padat di Kota Amman,<br />
Yordania, dua bulan lalu, sekelompok<br />
pemimpin suku dan muslim Sunni di<br />
Irak merencanakan revolusi di negerinya.<br />
“Ini akan jadi sebuah perang,” kata Muthana<br />
al-Dari, juru bicara kelompok itu. Di depan mereka<br />
terhampar peta Irak yang menggambarkan<br />
posisi pasukan pemerintah Irak, juga posisi<br />
milisi Sunni. Sudah bertahun-tahun Amman<br />
menjadi persembunyian para pemimpin muslim<br />
Sunni-Irak setelah rezim Saddam Hussein<br />
tumbang.<br />
Pada masa Saddam Hussein jadi penguasa<br />
di Bagdad, kelompok muslim Sunni menjadi<br />
penyokongnya, sementara mayoritas muslim<br />
Syiah, yang dekat dengan seteru Bagdad, Iran,<br />
menjadi paria. Tak ada angka resmi berapa<br />
Milisi Syiah, Tentara Mahdi,<br />
tengah melakukan latihan militer<br />
di Kota Najaf pada 17 Mei lalu.<br />
Reuters<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Satu-satunya<br />
jalan hanyalah<br />
menyingkirkan<br />
al-Maliki.”<br />
besar komunitas Syiah di Irak.<br />
Menurut survei Pew Research pada 2011,<br />
lebih dari 51 persen warga Irak mengaku sebagai<br />
muslim Syiah, sementara 41 persen mengidentifikasi<br />
diri sebagai muslim Sunni. Setelah<br />
Saddam Hussein didongkel<br />
dari kursinya,<br />
roda berputar, giliran<br />
mayoritas muslim Syiah<br />
yang mendominasi<br />
kekuasaan di Bagdad<br />
dan kelompok muslim<br />
Sunni terpinggirkan.<br />
“Suku-suku itu terbelah<br />
dalam banyak<br />
kelompok,” kata Safa<br />
Rasul Hussein, Penasihat<br />
Keamanan Nasional<br />
Irak, beberapa bulan lalu. “Kami lihat di beberapa<br />
suku, sang ayah punya sikap sendiri dan sang<br />
anak memilih posisi lain.” Namun satu musuh,<br />
yakni penguasa di Bagdad, membuat mereka<br />
bersatu. Suku-suku dan kelompok muslim Sunni<br />
anti-Bagdad itu berhimpun di bawah payung<br />
Dewan Umum Militer untuk Revolusi Irak.<br />
“Kami menganggap pemerintahan di Bagdad<br />
tak sah, karena merupakan buah dari pendudukan<br />
tentara Amerika Serikat,” kata Al-Dari.<br />
“Perdana Menteri Nouri al-Maliki menyerang<br />
rakyat, maka rakyat membela diri dan melawan.<br />
Sekarang perlawanan itu akan menjadi<br />
revolusi.”<br />
Pada awal Januari lalu, bahu-membahu dengan<br />
milisi Negara Islam Irak dan Al-Sham (ISIS),<br />
milisi muslim Sunni menguasai Kota Fallujah<br />
dan Ramadi di Provinsi Al-Anbar, sekitar 60 kilometer<br />
arah barat Kota Bagdad. Bendera ISIS<br />
berkibar di seluruh penjuru kota itu.<br />
Tak mengherankan jika di mata sebagian<br />
warga Irak, milisi Ad-Dawla al-Islāmiyya fi al-’-<br />
Irāq wa-sh-Shām alias Negara Islam Irak dan<br />
Al-Sham (ISIS) adalah penyelamat bagi mereka.<br />
Maka, ketika Kota Mosul, kota terbesar kedua<br />
di Negeri Seribu Satu Malam, jatuh ke tangan<br />
milisi ISIS dua pekan lalu, sebagian warga menyambutnya<br />
dengan tangan terbuka.<br />
Seorang dokter di satu rumah sakit di Mosul<br />
menuturkan, sebelum Mosul dikuasai ISIS,<br />
rumah sakit mereka hanya mendapatkan jatah<br />
aliran air dari pemerintah selama dua jam<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Prajurit Pasukan Khusus Irak<br />
diterjunkan di Distrik Amiriya,<br />
Bagdad, pada 17 Mei lalu.<br />
Thaier al-Sudani/Reuters<br />
setiap hari. “Seperti orangorang<br />
bilang, ISIS lebih baik<br />
ketimbang pemerintah,” kata<br />
sang dokter pekan lalu. Dia<br />
keberatan menyebutkan nama karena khawatir<br />
dengan pembalasan dari pihak pemerintah Irak.<br />
ISIS, menurut sang dokter, berniat menerapkan<br />
hukum Islam menurut penafsiran mereka. “Tapi<br />
mereka tidak memaksa,” kata dokter itu.<br />
Sebagian keluarga yang sempat lari mengungsi<br />
saat pecah pertempuran antara pasukan<br />
pemerintah dan milisi ISIS dua pekan lalu<br />
kini mulai pulang kembali ke Mosul. “Ya, aku<br />
memilih pulang kembali ke Mosul, karena yang<br />
terjadi di sana adalah revolusi rakyat,” ujar<br />
Jamal Karim. Bersama keluarganya, dia sempat<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Kami akan melawan<br />
ISIS, tapi tidak<br />
sekarang.”<br />
mengungsi ke Erbil di wilayah Kurdistan.<br />
Seorang sumber lain menuturkan kepada<br />
Daily Beast mengapa milisi ISIS disambut gembira<br />
di Mosul. Menurut dia, sebagian pemimpin<br />
ISIS yang menduduki Mosul merupakan penduduk<br />
kota itu. Makanya, mereka menguasai<br />
betul medan Kota Mosul. Untuk menyembunyikan<br />
identitas, para pemimpin ISIS itu terus<br />
menutup wajahnya.<br />
“Coba katakan, apa yang akan kalian lakukan<br />
jika menjadi aku,” kata Mustafa<br />
al-Rai, seorang mekanik<br />
di Kota Mosul. “Orang-orang<br />
Perdana Menteri Nouri al-<br />
Maliki dan militernya telah<br />
menganiaya kami. Mereka<br />
memperlakukan kami seperti<br />
kotoran di sepatu mereka.<br />
Sekarang datang milisi<br />
Sunni, yang berjanji akan<br />
mengubah kondisi itu. Kami bukan orang yang<br />
sekeyakinan dengan mereka, tapi apa yang<br />
mereka tawarkan terdengar menarik.”<br />
Syekh Abdel-Qader al-Nayel, juru bicara<br />
milisi Sunni yang bergabung dengan ISIS,<br />
mengatakan mayoritas warga muslim Sunni di<br />
Irak menyokong “revolusi” mereka. Menurut<br />
Al-Nayel, mereka mengganti pemerintah di<br />
Bagdad dengan pemerintah transisi untuk menyelamatkan<br />
Irak. “Ini merupakan revolusi melawan<br />
marginalisasi dan ketidakadilan selama 11<br />
tahun terakhir,” kata Syekh Khamis al-Dulaimi,<br />
pemimpin Dewan Militer Anbar untuk Revolusi<br />
Irak, pekan lalu.<br />
l l l<br />
Kejatuhan Kota Mosul, Tikrit, Jalula, dan sebagian<br />
Tal Afar ke tangan milisi gabungan ISIS<br />
dan Sunni, serta lepasnya kendali Kota Kirkuk<br />
dalam waktu sangat singkat mengundang tanda<br />
tanya. Bagaimana kekuatan ribuan tentara<br />
Irak yang disokong peralatan militer lumayan<br />
lengkap dilibas begitu saja oleh milisi ISIS yang<br />
jumlahnya lebih sedikit?<br />
Bukan milisi ISIS, melainkan kelompok sukusuku<br />
dan milisi muslim Sunni, menurut Ali<br />
Hatim al-Sulaiman, yang berkuasa di Mosul.<br />
“Kami tak menyangkal bahwa milisi ISIS terlibat<br />
dalam pertempuran, tapi jumlahnya tak lebih<br />
dari lima persen.... Ini revolusi Irak,” kata Syekh<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Presiden Amerika<br />
Serikat Barack Obama<br />
bertemu dengan para<br />
pemimpin Kongres untuk<br />
mendiskusikan situasi di<br />
Irak pekan lalu.<br />
Kevin Lamarque/Reuters<br />
Khamis al-Dulaimi. Selain di Anbar, Dewan<br />
Militer telah dibentuk di sejumlah provinsi lain,<br />
seperti Bagdad, Nineveh, dan Diyala.<br />
“Kamilah, milisi tribal, yang mengendalikan<br />
situasi di Mosul. Tak masuk akal jika milisi ISIS,<br />
yang kekuatannya kecil, bisa menguasai kota<br />
sebesar Mosul.... Sudah jelas bahwa ini merupakan<br />
revolusi tribal, tapi pemerintah di Bagdad<br />
memberikan cap teroris dan ISIS kepada kami<br />
semua,” kata Hatim, pemimpin suku Dulaim.<br />
Ada sekitar 3 juta anggota suku Dulaim di Irak,<br />
sebagian besar tinggal di Provinsi Anbar.<br />
Sekarang, tak ada lagi kompromi bagi Perdana<br />
Menteri Al-Maliki. Sejumlah pemimpin suku<br />
dan komunitas muslim Sunni angkat senjata<br />
melawan pemerintah di Bagdad. “Waktu untuk<br />
solusi politik sudah lewat. Kami tak akan<br />
meloloskan solusi politik. Maliki sudah menggunakan<br />
kekuatan melawan rakyat Irak.... Jadi,<br />
bagaimana mungkin ada solusi politik? Satu-satunya<br />
jalan hanyalah menyingkirkan Al-Maliki,”<br />
kata Hatim.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Kita seperti melihat<br />
video konvoi musuh di<br />
layar iPhone dan harus<br />
menembak.”<br />
Musuh dari musuh adalah teman. Barangkali<br />
seperti itulah prinsip sebagian kelompok<br />
muslim Sunni memandang milisi ISIS. “Tentu<br />
saja mereka merupakan masalah. Tapi kami<br />
harus punya prioritas. Mereka melawan musuh<br />
kami, jadi mengapa harus kami perangi?<br />
Kami akan melawan ISIS, tapi tidak sekarang,”<br />
kata Bashar al-Faidhi, anggota Asosiasi Ilmuwan<br />
Muslim.<br />
ISIS, menurut Syekh<br />
Zaydan al-Jabiri, pemimpin<br />
politik Dewan Revolusi<br />
Tribal, merupakan<br />
teroris berbahaya. Tapi,<br />
tanpa intervensi Barat,<br />
kelompok suku dan ISIS<br />
terpaksa bersatu untuk<br />
mendongkel pemerintah<br />
di Bagdad. “Jika dunia<br />
membiarkan revolusi ini gagal, kami akan<br />
dipaksa bekerja sama dengan ISIS,” Al-Jabiri<br />
memperingatkan.<br />
Keok di Mosul, Tikrit, Jalula, dan Tal Afar,<br />
pemerintah di Bagdad tak punya pilihan selain<br />
meminta tolong ke Gedung Putih dan sekutusekutu<br />
lama. Pekan lalu, Perdana Menteri Al-<br />
Maliki meminta pasukan Amerika menggelar<br />
serangan udara untuk menggempur milisi<br />
antipemerintah.<br />
Namun Gedung Putih sepertinya enggan<br />
mengulang “petualangan” pasukan mereka<br />
di Negeri Seribu Malam. “Kita tak punya kemampuan<br />
untuk mengirim ribuan pasukan dan<br />
menumpahkan darah lagi di sana seperti yang<br />
pernah kita lakukan,” kata Presiden Amerika<br />
Barack Obama. “Ini sesuatu yang harus dituntaskan<br />
sendiri oleh rakyat Irak.”<br />
Secara teknis, menurut Kepala Staf Gabungan<br />
Militer Amerika Jenderal Martin E. Dempsey,<br />
juga sangat sulit untuk membidik target seperti<br />
milisi ISIS. “Kita seperti melihat video konvoi<br />
musuh di layar iPhone dan harus menembak,”<br />
kata Jenderal Dempsey. Untuk menyokong<br />
pemerintah Irak, Amerika mengirimkan 300<br />
penasihat operasi militer ke Bagdad. n SAPTO<br />
pradityo | GUARDIAN | Cnn | WSJ | AAWSAT | REUTERS | TELEGRAPH<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
huffingtonpost<br />
internasional<br />
Menyembuhkan<br />
Luka Rohingya<br />
“Jika orang saling<br />
membenci, tak ada lagi<br />
tempat aman untuk hidup.”<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
abc<br />
Zomir Hussein, 13 tahun, tinggal di<br />
sebuah gubuk kayu reyot di pinggir<br />
Kota Sittwe, ibu kota Negara Bagian<br />
Rakhine, Myanmar. Beberapa waktu<br />
lalu, tak sengaja Zomir menenggak obat tuberkulosis<br />
kelewat dosis. Gara-gara kecelakaan itu,<br />
tubuhnya lumpuh.<br />
Sepanjang hari, bocah malang itu hanya<br />
tergolek di lantai dengan tangan lunglai dan tatapan<br />
mata nanar. Saat sang ibu membelainya,<br />
sekilas Zomir tampak seperti tersenyum. Zomir<br />
sempat dirawat di rumah sakit pemerintah di<br />
Kota Sittwe. Namun, pada Juni 2012, pecah<br />
bentrokan berdarah antara warga muslim Rohingya<br />
dan penganut Buddha di Kota Sittwe.<br />
Lebih dari 140 orang tewas.<br />
Mohamed Hussein, ayah Zomir, terpaksa<br />
membawanya pulang ke rumah. Karena dia dari<br />
keluarga muslim Rohingya, tak ada dokter di<br />
Sittwe yang berani merawatnya. “Kami sempat<br />
memanggil dokter untuk menolong Zomir....<br />
Tapi dia bilang, ‘Aku tak bisa datang untuk merawat<br />
anakmu, dan sebaiknya kalian tak datang<br />
untuk menemuiku. Jika kalian melakukannya,<br />
kelompok Buddha ekstrem akan membunuh<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Mereka akan dicatat<br />
sebagai Bengali,<br />
karena Rohingya tak<br />
pernah ada.<br />
kita,’” Hussein menuturkan pengalamannya<br />
bulan lalu.<br />
Bermula dari pertengkaran sporadis antara<br />
warga muslim Rohingya dan mayoritas suku<br />
Rakhine yang beragama Buddha di Kota Sittwe<br />
pada pertengahan<br />
2012, konflik itu meluas<br />
ke pelbagai daerah di<br />
Myanmar. Ribuan keluarga<br />
minoritas muslim<br />
Rohingya terusir<br />
dari kampungnya dan<br />
kini terpaksa tinggal<br />
di pengungsian. Hidup<br />
mereka terancam dan<br />
tak bebas bergerak.<br />
“Polisi dan tentara<br />
selalu mencegat kami<br />
di pos pemeriksaan. Jika mereka menemukan<br />
kami di dalam bus, kami akan dipaksa turun.<br />
Kami seperti hidup dalam penjara,” kata Hussein.<br />
Ada sekitar 1,3 juta keturunan Rohingya di antara<br />
50 juta warga Myanmar. Namun Rohingya<br />
tak pernah benar-benar diterima di tanah kelahirannya<br />
sendiri. Dalam sensus penduduk pada<br />
Maret 2014, pemerintah Myanmar menyebut<br />
mereka keturunan Bengali dan mengharamkan<br />
penggunaan sebutan Rohingya. Istilah Bengali<br />
ini biasa dipakai pemerintah Myanmar bagi<br />
para imigran gelap dari Bangladesh.<br />
“Jika satu keluarga ngotot didaftarkan sebagai<br />
Rohingya, kami tak akan mencatatnya,” kata Ye<br />
Htut, juru bicara pemerintah, kala itu. Sebagian<br />
kalangan dari kelompok nasionalis Buddha<br />
khawatir, jika Rohingya diakui pemerintah, mereka<br />
akan mendapatkan hak politik. “Mereka<br />
akan dicatat sebagai Bengali, karena Rohingya<br />
tak pernah ada,” kata Aung Mya Kyaw, tokoh<br />
politik di Sittwe.<br />
Putus asa hidup di negeri sendiri, ribuan keturunan<br />
Rohingya memilih menyabung nyawa di<br />
laut dan lari ke Malaysia, Indonesia, dan Thailand.<br />
Menurut taksiran Badan PBB untuk Pengungsi<br />
(UNHCR), sejak kerusuhan di Rakhine dua tahun<br />
lalu, paling tidak ada 86 ribu keturunan Rohingya<br />
yang lari dari Myanmar dengan perahu ala kadarnya.<br />
Kadang, di tengah laut, mereka kehabisan air<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Ashin Wirathu, biarawan<br />
Buddha pemimpin gerakan<br />
969<br />
huffingtonpost<br />
dan makanan. Tak sedikit yang<br />
mati dan mayatnya dibuang ke<br />
laut.<br />
●●●<br />
Luka dan dendam lama itu belum pulih. Masih<br />
ada saling curiga di antara keturunan muslim<br />
Rohingya dan mayoritas Buddha di Myanmar.<br />
Namun, di antara kebencian dan saling curiga<br />
itu, mulai bersemi bibit-bibit perdamaian.<br />
Setahun lalu, Hnin Ei Pyu bersama keluarganya<br />
lari berhembalang dari rumah mereka di<br />
Meiktila. Berawal dari pertengkaran kecil antara<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Rohingya tak pernah<br />
menuntut hal itu.<br />
pedagang emas muslim dan dua penjual emas<br />
penganut Buddha, pecah kerusuhan besar di<br />
Meiktila. Ribuan rumah milik keluarga muslim<br />
hangus dibakar, 40 orang tewas terbunuh.<br />
Pyu dan keluarganya mengungsi ke stadion<br />
olahraga di pinggiran kota. Selama berbulan-bulan,<br />
mereka dan ribuan warga muslim<br />
tinggal di tempat itu. Kuliahnya terbengkalai.<br />
Kini, mereka telah pulang kembali ke rumahnya.<br />
Beruntung, tempat tinggal mereka masih<br />
relatif utuh. Perlahan,<br />
hubungan keluarga Pyu<br />
dengan tetangga mereka<br />
yang beragama Buddha<br />
dan semula renggang kembali<br />
merapat.<br />
“Waktu menyembuhkan<br />
banyak luka,” kata Thidar<br />
Hla, sang ibu. Pyu juga<br />
bisa kembali karib dengan<br />
teman-teman kuliahnya yang berbeda<br />
agama. “Kami berjalan-jalan usai kuliah, bercakap-cakap<br />
soal film, dan makan bersama,”<br />
kata Pyu. Tak ada lagi polisi yang sepanjang<br />
hari berjaga di perkampungan mereka untuk<br />
mencegah serangan kelompok Buddha. Ketakutan<br />
mereka untuk bepergian juga jauh<br />
menipis.<br />
Di pihak seberang, sikap negatif itu juga mulai<br />
luntur. U Aung Khin, 51 tahun, sempat berhenti<br />
berbincang dengan teman dan tetangga muslim.<br />
Dia juga tak mau lagi membeli daging dari<br />
tukang jagal muslim karena takut dagingnya<br />
bakal diracuni. Tapi sekarang dia tak khawatir<br />
lagi membeli daging dari penjual muslim langganannya.<br />
“Hubunganku dengan teman-teman<br />
muslim juga sudah pulih kembali,” kata Aung<br />
Khin.<br />
Memang, di sejumlah daerah di Myanmar,<br />
seperti lokasi pengungsian di Rakhine, nasib<br />
muslim Rohingya masih terlunta-lunta. Konflik<br />
terbuka mungkin sudah reda, tapi kelompokkelompok<br />
penyebar kebencian terhadap minoritas<br />
muslim Rohingya masih terus “bergerilya”.<br />
Biarawan Ashin Kumara mengatakan pertumbuhan<br />
populasi Rohingya mengancam<br />
komunitas Buddha. Walaupun tak punya<br />
bukti, dia meyakini komunitas Rohingya di<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Nay Phone Latt<br />
youtube<br />
Rakhine berniat merebut wilayah itu dan<br />
mendirikan negara terpisah. “Orang-orang<br />
muslim keluar dari masjid sembari meneriakkan<br />
slogan-slogan, ‘Bunuh Buddha di<br />
Rakhine, ini tanah kita, kita harus merebutnya,’”<br />
kata Ashin Kumara. Tudingan Ashin<br />
Kumara ini, menurut Kyaw Min, Presiden<br />
Partai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia,<br />
kelewat mengada-ada. “Rohingya tak pernah<br />
menuntut hal itu.”<br />
Kebencian itu ada di mana-mana. Biarawan<br />
Buddha Ashin Wirathu—dia mengidentikkan<br />
diri sebagai Usamah bin Ladin beragama<br />
Buddha—mengalihkan serangannya kepada<br />
muslim Rohingya lewat Facebook. Akun<br />
Facebook milik pemimpin gerakan antimuslim<br />
Rohingya 969 itu memiliki puluhan ribu<br />
pengikut.<br />
“Semua teroris beragama Islam... jadi tak<br />
ada hubungan antara Islam dan perdamaian,”<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
internasional<br />
Ashin Wirathu menulis di laman jejaring sosial.<br />
Facebook seolah-olah menjadi megafon bagi<br />
Ashin Wirathu.<br />
Prihatin menyaksikan pesan-pesan yang menebarkan<br />
kebencian terhadap muslim Rohingya<br />
lewat jejaring sosial, Nay Phone Latt, Direktur<br />
Eksekutif Myanmar ICT for Development Organization,<br />
bersama teman-temannya menggalang<br />
kampanye damai, Panzagar, sejak April lalu. Lewat<br />
Panzagar—bahasa Burma, berarti bicara dengan<br />
bunga—Nay dan kawan-kawannya menyebarkan<br />
pesan-pesan perdamaian.<br />
Lewat jejaring sosial, stiker, pamflet, dan<br />
sebagainya, mereka melawan pidato-pidato<br />
penebar kebencian terhadap muslim Rohingya.<br />
“Setiap orang bebas berbicara, tapi tidak untuk<br />
menyebarkan pesan-pesan berbahaya,” kata<br />
Nay. “Jika orang saling membenci, tak ada lagi<br />
tempat aman untuk hidup.” ■<br />
SAPTO PRADITYO | NPR | CNN | IRRAWady | AL-JAZeera | REUTERS<br />
voa<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
esporteaol<br />
Singa di Lapangan,<br />
Harimau<br />
di Panggung<br />
“Aku Romario. Akulah Tuhannya.”<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
Tak ada orang<br />
yang menyuruhku<br />
tutup mulut<br />
karena mereka<br />
tahu itu tak akan<br />
pernah terjadi.<br />
Romario de Souza Faria memang<br />
tak pernah jadi bintang biasa. Mulutnya<br />
sama besarnya dan sama pongahnya<br />
dengan petinju legendaris<br />
Muhammad Ali.<br />
“Ada begitu banyak raja di muka bumi, tapi<br />
hanya ada satu Tuhan,” kata Romario, 48 tahun,<br />
setelah mencetak tiga gol untuk klubnya,<br />
Flamengo, dua puluh tahun lalu. Dia menyindir<br />
legenda sepak bola, Pele, yang sering disebutsebut<br />
sebagai raja di lapangan hijau. “Aku Romario.<br />
Akulah Tuhannya.”<br />
Lahir di Jacarezinho, salah satu permukiman<br />
kumuh di Rio de Janeiro, Romario besar<br />
di jalan. Tumbuh di lingkungan yang keras,<br />
Romario jadi anak yang bengal. Kelakuan<br />
bandelnya masih terus dia bawa sekalipun<br />
tengah mewakili Brasil. Di Piala Dunia<br />
Junior 1985 di Uni Soviet, Romario terpaksa<br />
angkat koper lebih awal setelah bikin ulah.<br />
Entah apa yang ada di pikirannya, Romario<br />
kencing dari atas balkon salah satu hotel<br />
berbintang di Moskow. Tak ada ampun bagi<br />
bocah badung itu. Manajer tim, Gilson Nunes,<br />
langsung menyuruhnya berkemas dan pulang<br />
ke Brasil. Tapi bakat bocah dari Jacarezinho ini<br />
memang hebat. Di Olimpiade 1988, dia menjadi<br />
pencetak gol terbanyak.<br />
Sejak saat itu reputasi Romario sebagai striker<br />
lapar gol menjulang tinggi. Sepanjang kariernya,<br />
dia mencetak lebih dari 1.000 gol, hampir<br />
menyamai rekor Pele dan Ferenc Puskas. Gol<br />
demi gol, gelar demi gelar dia berikan kepada<br />
klub dan negaranya. Di Piala Dunia 1994, tim<br />
Samba menjadi juara dan Romario, yang mencetak<br />
lima gol, terpilih menjadi pemain terbaik.<br />
Tapi Romario memang tak pernah bisa menjadi<br />
“anak manis”. Mulut besarnya sulit direm, demikian<br />
pula kebiasaan buruk lainnya. “Tak ada orang<br />
yang menyuruhku tutup mulut karena mereka<br />
tahu itu tak akan pernah terjadi,” kata Romario.<br />
Malam menjelang pertandingan, dia masih suka<br />
keluyuran hingga lewat tengah malam. “Malam<br />
selalu menjadi temanku. Jika aku tak keluar malam,<br />
aku tak bisa bikin gol,” Romario ngeyel.<br />
Merasa kebiasaan-kebiasaan buruknya<br />
tak mengganggu kedahsyatannya menjebol<br />
gawang lawan, Romario sering mangkir dari<br />
latihan. Johan Cruyff, manajernya di Barcelona,<br />
mencoba mendisiplinkan Romario dengan<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
esporteaol<br />
menjatuhkan denda setiap kali dia datang telat<br />
saat latihan. Tapi Romario tak peduli. “Aku tak<br />
peduli denda. Aku akan memenangi Piala Dunia<br />
dan membayar semua denda dengan uang dari<br />
kemenangan itu,” kata Romario jemawa.<br />
Setelah pensiun dari lapangan, tak disangka,<br />
Romario melompat ke gelanggang politik. “Memang<br />
benar, saat aku gantung sepatu, politik<br />
tak pernah ada dalam kepalaku,” kata Romario.<br />
Ivy—salah satu anaknya—lah yang mengubah<br />
jalan hidupnya. Gadis kecil itu lahir dengan Sindrom<br />
Down, kelainan genetis yang mengakibatkan<br />
pertumbuhan fisik dan otak terganggu.<br />
“Aku mulai sering berkumpul dengan orangorang<br />
tua yang memiliki anak cacat.... Aku menyadari<br />
tak ada politikus yang mewakili suara<br />
mereka,” kata Romario. Dia memutuskan turun<br />
ke gelanggang politik. Pada pemilihan umum<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
Aku tak berpikir<br />
bahwa aku<br />
politikus terbaik<br />
di dunia, tapi,<br />
aku tahu, aku tak<br />
akan diam saja.<br />
2010, lewat Partai Sosialis Brasil, Romario lolos<br />
ke parlemen mewakili Rio de Janeiro.<br />
Semula, Romario hanya dianggap “anak bawang”<br />
di panggung politik. Namun, bermodal<br />
popularitas dan mulutnya yang tajam serta<br />
kegigihannya—dia salah satu anggota parlemen<br />
Brasil yang paling jarang bolos—namanya<br />
mulai diperhitungkan. “Aku tak berpikir bahwa<br />
aku politikus terbaik di dunia, tapi aku tahu, aku<br />
tak akan diam saja,” ujar Romario. “Paling tidak,<br />
selama aku menjadi anggota parlemen, aku tak<br />
akan korupsi.”<br />
Di depan gawang, Romario adalah singa,<br />
di panggung politik dia juga bukan sekadar<br />
kucing. Romario berhasil memperjuangkan<br />
sejumlah hak penyandang<br />
cacat dalam peraturan. Kritiknya<br />
terhadap pelbagai masalah di Brasil,<br />
mulai sepak bola hingga Piala Dunia<br />
2014, sangat kencang. “Semula, aku<br />
menduga dia hanya mencari perhatian<br />
media atau mengejar uang... tapi sepertinya<br />
dia telah menjalankan tugasnya dengan<br />
baik,” Tiago Antonio, sopir taksi di Kota<br />
Rio de Janeiro, memuji.<br />
Tapi Romario tetaplah Romario. Kebiasaannya<br />
ngelayap di malam hari masih jalan terus.<br />
“Aku tidur lebih banyak di siang hari.... Tapi, paling<br />
tidak, sekarang aku tidur sejenak di malam<br />
hari,” kata dia.<br />
●●●<br />
Menggiring bola dan bersilat lidah ala<br />
politikus mestinya dua keahlian yang jauh<br />
berbeda. Tapi ternyata tak sedikit mantan<br />
pemain sepak bola yang juga lihai bersilat<br />
lidah dan punya karier politik yang tak kalah<br />
cemerlang dibanding prestasinya di lapangan<br />
rumput. Pele dan Zico pernah menjadi<br />
Menteri Olahraga Brasil. Generasi berikutnya,<br />
selain Romario, ada George Weah di<br />
Liberia, Hakan Sukur di Turki, Kakha Kaladze<br />
di Georgia, Roman Pavlyuchenko di Rusia,<br />
dan Carlos Valderrama di Kolombia.<br />
Saat masih bersama AC Milan, Kakhaber “Kakha”<br />
Kaladze merupakan palang pintu yang sulit<br />
dilewati pemain lawan. Dia bisa bermain sama<br />
baiknya di posisi bek kiri maupun posisi favoritnya,<br />
bek tengah. Bersama Milan, Kakha sempat<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
istal<br />
Tap/klik untuk berkomentar<br />
merasakan dua kali trofi Piala Champions.<br />
Sekarang, di tanah kelahirannya, Georgia, walaupun<br />
minim pengalaman, Kakha merupakan<br />
politikus berpengaruh. Dia merupakan Menteri<br />
Energi merangkap Wakil Perdana Menteri<br />
Georgia, negara pecahan Uni Soviet. “Aku tak<br />
berpolitik hanya demi mengejar jabatan.... Kami<br />
punya kekuasaan, karena itu harus memenuhi<br />
janji-janji saat kampanye,” kata Kakha.<br />
Jika Romario, Weah, Kakha Kaladze, dan<br />
kawan-kawannya memilih politik sebagai lapangan<br />
mainnya, pasangan duet maut Romario<br />
semasa di tim nasional Brasil, Ronaldo Luís Nazario<br />
de Lima, memilih berbisnis. Menggandeng<br />
perusahaan iklan raksasa dari Inggris, WPP,<br />
Ronaldo mendirikan perusahaan konsultan<br />
pemasaran, 9ine Sports and Entertainment.<br />
Dengan menggaet sejumlah bintang olahraga,<br />
seperti petenis Rafael Nadal dan Neymar,<br />
9ine berhasil menggaet beberapa klien,<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
seperti Duracell dan perusahaan farmasi<br />
GlaxoSmithKline. “Kami percaya dekade ini<br />
akan menjadi dekadenya Brasil dan Amerika<br />
Latin... dan Ronaldo merupakan salah satu<br />
pemain sepak bola terbesar di dunia. Dia sekarang<br />
akan bermain untuk WPP,” kata Martin<br />
Sorrell, bos WPP. Julukan The Phenomenon,<br />
yang pernah disandang Ronaldo, sepertinya<br />
bukan julukan kosong. ■<br />
SapTO PRadiTyo | BBC | TELEGRaph | GUARdian | ESpn<br />
4<br />
Hakan Sukur<br />
George Weah<br />
Marc Wilmots<br />
Carlos Valderrama<br />
42 tahun, mantan penyerang<br />
Galatasaray dan Inter<br />
Milan. Kini menjadi anggota<br />
parlemen Turki.<br />
47 tahun, pernah bermain<br />
di AS Monaco, AC Milan,<br />
dan Marseille. Kandidat<br />
calon Presiden Liberia<br />
pada 2005 dan 2011. Siap<br />
mencalonkan diri lagi pada<br />
pemilu 2017.<br />
45 tahun, mantan<br />
gelandang Girondins de<br />
Bordeaux dan Schalke ini<br />
pernah menjadi senator<br />
Belgia mewakili Partai<br />
Mouvement Reformateur<br />
pada 2003.<br />
53 tahun, salah satu pemain<br />
sepak bola terbaik dari<br />
Kolombia, kini menjadi<br />
kandidat senator lewat<br />
Partai U.<br />
Majalah detik 23 23 - - 29 29 juni juni 2014
sport<br />
taringa<br />
Socrates,<br />
bola&<br />
Che Guevara,<br />
Sepak<br />
“Orang mengenang<br />
kami bukan lantaran<br />
kami menang, tapi<br />
justru karena kami<br />
kalah.”<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
ibtimes<br />
Kami seolaholah<br />
telah<br />
menaklukkan<br />
perempuan<br />
tercantik di dunia.<br />
Nama lengkapnya sangat panjang:<br />
Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza<br />
Vieira de Oliveira. Tapi panggil dia<br />
Socrates. Dia seorang dokter, tapi<br />
juga perokok dan peminum kelas berat. Dia<br />
maestro menggocek bola, tapi juga seorang<br />
aktivis gerakan kiri.<br />
“Aku tak ada masalah dengan alkohol karena<br />
aku tak kecanduan,” dia berkilah soal kebiasaan<br />
buruknya itu. “Aku tak akan mengubahnya.”<br />
Pada Piala Dunia 1982 di Spanyol, Socrates<br />
menjadi kapten sekaligus jenderal lapangan bagi<br />
tim Brasil. Namun, sungguh sayang, walaupun<br />
bermain sangat cantik, Brasil ditaklukkan Italia,<br />
3-2, pada babak kedua.<br />
Tapi permainan Socrates, Zico, dan Falcao<br />
pada Piala Dunia 1982 itu dikenang sepanjang<br />
masa. Mereka disebut-sebut sebagai tim terbaik<br />
sepanjang sejarah Piala Dunia yang gagal<br />
merengkuh gelar juara. “Kekalahan kami oleh<br />
Italia tidak sederhana.... Kami seolah-olah telah<br />
menaklukkan perempuan tercantik di dunia<br />
tapi gagal menuntaskan urusan selanjutnya,”<br />
kata Socrates beberapa tahun lalu. Italia akhirnya<br />
menjadi juara dengan menaklukkan tim Jerman di<br />
babak final.<br />
“Orang mengenang kami bukan lantaran<br />
kami menang, tapi justru karena kami kalah.<br />
Tak ada yang mencoba meniru gaya bermain<br />
Italia, tim pragmatis yang berhasil merebut trofi<br />
juara dunia. Tim yang bermain cantik, dengan<br />
seni, dan kreatif malah kalah. Tim dengan keseimbangan<br />
teknik, fisik, dan mental sempurna<br />
kalah,” kata Socrates.<br />
Kapten tim Samba 1982 itu berpulang dua<br />
setengah tahun lalu. “Dia pemain yang sangat<br />
dinamis dengan kaki yang hebat. Lebih dari semuanya,<br />
dia sangat pintar,” Paolo Rossi, striker<br />
Italia, yang mengubur mimpi Socrates merebut<br />
Piala Dunia 1982, memuji lawannya. Federasi<br />
Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menempatkan<br />
Socrates dalam daftar 100 pemain<br />
sepak bola terbaik sepanjang massa.<br />
●●●<br />
“Aku punya tiga idola: Che Guevara, Fidel<br />
Castro, dan John Lennon,” ujar Socrates. Che,<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
eurosport<br />
Fidel, dan John Lennon. Ketiganya bukan orang<br />
biasa dengan jalan hidup tak biasa. Mereka<br />
pemberontak seperti halnya Socrates. “Aku<br />
suka perempuan... aku suka menulis puisi untuk<br />
para perempuan.”<br />
Walaupun sangat miskin, ayahnya banyak<br />
melahap buku, termasuk buku-buku filsafat.<br />
“Dia tertarik pada filsafat Yunani, makanya<br />
memberiku nama Socrates.” Dua saudaranya<br />
juga diberi nama mengimitasi filosof dan sastrawan<br />
Yunani, Sophocles dan Sosthenes. “Karena<br />
dia hanya tahu tiga nama itu.”<br />
Lahir pada 19 Februari 1954 di Kota Belem,<br />
Brasil, dari keluarga dengan kemampuan ekonomi<br />
pas-pasan, Socrates diberkati dengan<br />
kemampuan fisik dan otak yang sempurna.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
Dalam sepak<br />
bola, aku<br />
menemukan<br />
demokrasi.<br />
Posturnya tinggi menjulang. Dengan tinggi<br />
1,94 meter, Socrates tak mirip dengan rata-rata<br />
postur pemain sepak bola Brasil dan Amerika<br />
Latin lain.<br />
Di sekolah, prestasi akademisnya juga di<br />
atas rata-rata, sehingga dia bisa menembus<br />
seleksi masuk sekolah kedokteran prestisius,<br />
Faculdade de Medicina de Ribeirão Preto di<br />
Universitas Sao Paulo. Sejak dia muda, sepak<br />
bola sebenarnya tak menarik minatnya. Politiklah<br />
yang selalu menyedot ketertarikan<br />
Socrates muda.<br />
“Aku baru sepuluh tahun saat menyaksikan<br />
ayahku membakar buku-buku soal<br />
revolusi Bolsheviks,” Socrates mengenang.<br />
Kala itu, suhu politik Brasil sedang memanas<br />
setelah militer mengambil alih kekuasaan pada<br />
1964. “Perhatianku selalu tersedot melihat ketidakadilan<br />
sosial di negeri ini.”<br />
Bakat sepak bola Socrates seperti jatuh dari<br />
langit. “Bakatku bermain sepak bola muncul begitu<br />
saja. Yang aku suka dari sepak bola adalah<br />
percampuran sosialnya,” kata Socrates. “Dalam<br />
sepak bola, aku menemukan demokrasi. Dari<br />
sepak bola pula aku belajar mengenai negeri<br />
ini.” Sembari menuntaskan sekolah dokter,<br />
Socrates bermain untuk Botafogo.<br />
Baru setelah meraih gelar dokter pada 1978,<br />
dia pindah ke Corinthians dan bermain di liga<br />
teratas, Campeonato Brasileiro Série A. Terhitung<br />
terlambat untuk pemain seumurnya. Dalam<br />
sepak bola, Socrates menemukan lapangan<br />
politiknya. Dengan berewok menutup muka<br />
dan rambut gondrongnya, Socrates mirip sang<br />
idola, Che Guevara, di lapangan sepak bola.<br />
Tak suka pada gaya manajemen otoriter di<br />
Corinthians, dia mengorganisasi sel kelompok<br />
sosialis Corinthians Democracy. “Klub ingin<br />
mengontrol semuanya, sementara kami merasa<br />
pemain harus diajak berkonsultasi dan tak<br />
diperlakukan seperti anak-anak,” kata Socrates.<br />
Menurut dia, semua orang dalam tim seharusnya<br />
punya suara yang sama dalam menentukan<br />
kebijakan, bahkan dalam urusan jam makan dan<br />
waktu istirahat. Pesan demokrasi itu tak cuma<br />
ditujukan kepada manajemen klub, tapi juga<br />
kepada penguasa militer di Brasil. Pada musim<br />
kompetisi 1982, tanpa takut pemain-pemain<br />
Corinthians mencetak kata “Democracia” pada<br />
kostum mereka. Socrates dan kawan-kawannya<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
4dfoot<br />
tak peduli pada peringatan dari asosiasi sepak<br />
bola Brasil.<br />
Setelah gantung sepatu pada 1989, Socrates<br />
kembali ke ilmu lamanya: kedokteran. Dia<br />
membuka praktek di Kota Riberirao Preto. Belakangan,<br />
dia menuntaskan gelar doktoralnya<br />
di bidang filsafat. Lewat kolomnya di majalah<br />
berhaluan kiri CartaCapital, dia mengkritik pelbagai<br />
hal di negerinya.<br />
Di sebuah kolom bertajuk “Some Dream Ot-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
sport<br />
taringa<br />
hers Don’t”, Socrates menyemprot seniornya,<br />
Pele. Legenda sepak bola Brasil itu, menurut<br />
Socrates, tak banyak berbuat untuk melawan<br />
rasisme di gelanggang sepak bola. “Semua<br />
keturunan kulit hitam di muka bumi ini merasa<br />
diserang kecuali satu orang: Pele. Kita tahu Pele<br />
tak punya mimpi,” Socrates menulis pedas. ■<br />
Sapto PRADitYO | THE Star | JAPAN TIMES | JAPAN TODAY | REUTERS<br />
Majalah detik 23 23 - - 29 29 juni juni 2014
uku<br />
Ambisi jadi Presiden,<br />
Subversif <br />
Judul:<br />
Saya Berambisi Menjadi<br />
Presiden<br />
Penulis:<br />
Bur Rasuanto<br />
Editor:<br />
Pepih Nugraha<br />
Penerbit:<br />
Penerbit Buku Kompas<br />
Terbitan:<br />
2014<br />
Tebal:<br />
xiv+240<br />
Di era Orde Baru, mereka yang berambisi menjadi<br />
presiden harus siap dipidana atau mati secara perdata.<br />
Menyimak 29 artikel dalam buku ini bolehlah ditarik kesimpulan<br />
bahwa sosok Bur Rasuanto bukan semata novelis, sastrawan,<br />
dan warta wan yang kritis. Selain merupakan doktor di bidang<br />
filsafat, dia seorang pemikir yang visinya jauh ke depan. Andai<br />
kritik-kritik tajam yang ia paparkan sejak pertengahan 1970-an disimak dan<br />
didengarkan para pengambil kebijakan, tentu kondisi republik ini tak akan<br />
serumit seperti sekarang.<br />
Jakarta dan kota-kota besar lainnya niscaya bebas macet, bebas polusi, dan<br />
tentunya beban subsidi bahan bakar minyak tak akan mencapai ratusan triliun
upiah seperti sekarang. Kenapa? Karena Bur sejak akhir 1977 memimpikan<br />
program yang hanya mengizinkan produksi kendaraan umum. Perusahaan<br />
perakitan mobil diminta mengalihkan usahanya memproduksi sepeda.<br />
Di bidang hukum, niscaya tak ada lagi para hakim yang kualitasnya di bawah<br />
rata-rata dan memutus perkara sesuka hatinya. Sebab, kualifikasi untuk<br />
menjadi hakim diperketat. Tak cuma melihat nilai ijazah, tapi juga gaya hidup,<br />
latar belakang keluarga, dan asal-usul kekayaannya. Anak-anak sekolah<br />
hingga mahasiswa juga tak akan menjadi pembajak hak cipta dengan cara<br />
memfotokopi buku-buku pelajaran, karena harga semua jenis buku disubsidi<br />
negara.<br />
Bur Rasuanto, yang pernah menjadi wartawan di harian Kami, Indonesia<br />
Raya, dan Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, memaparkan gagasan-gagasan<br />
itu secara gamblang lewat artikel yang kemudian menjadi judul buku ini:<br />
"Saya Berambisi Menjadi Presiden".<br />
Sebagai novelis, dalam artikel ini ia mengutarakan kritik sekaligus solusi<br />
dengan gaya fiksi. Mungkin karena ditulis dalam format cerita fiksi itulah<br />
Kompas berani memuatnya. Dan Bur sebagai penulis tetap selamat hingga<br />
saat ini. Padahal kondisi kala itu, jangankan bercita-cita, berambisi menjadi<br />
seorang presiden adalah sesuatu yang konyol. Mustahil digapai.<br />
Jabatan itu mutlak diperuntukkan atau dianggap paling tepat ditunaikan<br />
oleh Soeharto. Mereka yang berani menyainginya sama dengan bertindak<br />
subversif. Mereka harus siap dipidana atau mati secara perdata. Pangdam<br />
Brawijaya Mayjen Witarmin, misalnya, menunjukkan hal itu ketika di pengujung<br />
1977 melontarkan maklumat bahwa mereka yang berambisi menjadi<br />
presiden sudah masuk dalam daftar hitam.<br />
Dari 29 artikel, cuma satu yang diterbitkan di Sinar Harapan. Selebihnya,<br />
karya-karya Bur terbit di harian Kompas pada kurun waktu 1977-1999. Sebagai<br />
wartawan dengan bekal pendidikan dan minat di bidang filsafat, ia<br />
adalah penulis yang kritis. Bidang perhatiannya amat beragam, mulai masalah<br />
politik, ekonomi, pendidikan, olahraga, hingga soal tertawa ikut disentil.<br />
Adakalanya ia menulis dengan gaya melipir dan satire seperti dalam "Saya<br />
Berambisi Menjadi Presiden". Tapi, umumnya sebagai “orang seberang”, ia
menulis dengan lugas.<br />
Bur Rasuanto, yang dalam beberapa tahun terakhir mengidap parkinson,<br />
bukan sekadar mengkritik perilaku atau fenomena tertentu. Ia juga mengkritik<br />
paradigma yang diasumsikan yang kemudian melahirkan perilaku atau<br />
fenomena tersebut. Lelaki kelahiran Palembang, 6 April 1937, itu mampu<br />
menyuarakan kebenaran dengan menyentil, membelai, bahkan menggelitik<br />
tanpa membuat pembacanya tidak melihat perspektif yang coba disusupkannya.<br />
Ketika menulis tentang wasit dalam pertandingan sepak bola misalnya.<br />
Karena dalam sejumlah pertandingan keputusan wasit kerap dipersoalkan<br />
pemain, ofisial, bahkan oleh penonton, akhirnya didatangkan wasit-wasit<br />
dari negara lain. Ternyata, terhadap wasit asing, sikap para pemain jauh lebih<br />
santun. Begitu juga ofisial dan para penonton, yang cukup menghormatinya.<br />
Masalahnya, tulis Bur, bukan pada keahlian wasit asing itu, melainkan<br />
pada kepercayaan.<br />
“Asosiasi kita kepada wasit adalah wasit pemilu yang tak pernah jujur<br />
dan adil. Atau kepada hakim kita yang tidak dipercaya lagi sebagai tempat<br />
mencari keadilan” (halaman 142).<br />
Isu-isu yang ditulis Bur Rasuanto pada 15-20 tahun lalu nyatanya masih<br />
aktual hingga sekarang. Praktek sogok-menyogok masih meriah, masyarakat<br />
masih lebih menghormati selembar ijazah ketimbang kemampuan dan<br />
integritas pribadi seseorang, juga nasib guru dan pendidikan untuk menghasilkan<br />
guru sepertinya tak banyak beranjak dari kondisi masa itu.<br />
Bila Bung Karno pernah menyebut guru sebagai rasul, kenyataannya di<br />
masyarakat sekarang ini, mereka menjadi guru karena tidak mampu bersaing<br />
di bidang profesi lain. “Tak ada satu profesi yang begitu dibutuhkan<br />
tapi juga diabaikan, bahkan direndahkan, seperti profesi guru,” tulis Bur.<br />
Menjadi guru di Indonesia, ia melanjutkan, tidak hanya makan gaji kecil<br />
tapi juga makan hati besar. Bahkan guru dijadikan obyek politik! n SUDrajat<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Lilo<br />
‘Kla Project’<br />
Cinta<br />
Jokowi<br />
Leonardo<br />
DiCaprio<br />
Rp 8 T untuk<br />
Piala Dunia<br />
Fatin Shidqia<br />
Idola<br />
Anak-anak<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
people<br />
Banyak orang rela merogoh dalam-dalam koceknya untuk<br />
dapat menonton langsung laga Piala Dunia 2014 di Brasil.<br />
Begitu juga dengan aktor sekelas Leonardo DiCaprio.<br />
Bintang film Wolf of Wall Street ini bahkan menyewa megayacht<br />
mewah milik hartawan Uni Emirat Arab, Syekh Mansour, yang<br />
juga pemilik klub sepak bola Manchester City.<br />
Aktor yang dikenal sebagai pencinta sepak bola ini membayar 400<br />
juta pound sterling atau Rp 8 triliun untuk menyewa yacht terbesar<br />
kelima di dunia itu dan berlabuh ke Rio de Janeiro, Brasil, Rabu, 18 Juni<br />
lalu.<br />
Kapal sepanjang 482 kaki atau sekitar 147 meter itu tak dinaiki sendiri<br />
oleh pemeran Jack dalam film Titanic ini. Dia mengajak 21 teman dekatnya<br />
untuk ikut menikmati yacht berfasilitas lengkap itu.<br />
Ini bukan pertama kalinya DiCaprio berpesiar dengan kapal mewah<br />
itu. Pada April lalu, dia mengundang 100-an tamu, termasuk Jamie Foxx<br />
dan Orlando Bloom, untuk berpesta liar bertema 1980-an. n Ken Yunita<br />
Frazer Harrison/Getty Images<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
people<br />
dok. detikhot<br />
Mau Joko Widodo jadi presiden atau tidak, gitaris Kla<br />
Project, Lilo, tetap cinta pada gubernur nonaktif DKI<br />
Jakarta itu. Pria berkacamata ini mengaku kagum<br />
terhadap mental baja Jokowi.<br />
Lilo merasa, meski digoyang berbagai isu tak sedap, mantan<br />
Wali Kota Solo itu tak pernah goyah. “Dia ditampar kiri-kanan<br />
santai aja,” ujar Lilo di sela-sela konser “Rock The Vote” di Rolling<br />
Stone Café, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.<br />
Namun, meski menyukai Jokowi, Lilo tidak mau menjadi juru<br />
kampanye untuk idolanya itu. Sebagai bentuk dukungan, Lilo<br />
akan datang ke setiap acara musik yang digelar para simpatisan<br />
Jokowi.<br />
Lilo juga tidak mau terlalu berharap Jokowi menang dalam<br />
pilpres 2014. Mau Jokowi menang atau kalah, Lilo mengaku<br />
akan tetap mengaguminya.<br />
“Mau dia menang atau kalah, saya tetap senang. Tapi lebih<br />
senang kalau dia (Jokowi) yang jadi presiden karena saya cinta<br />
dia sudah lama,” ujar pemilik nama lengkap Romulo Radjadin<br />
ini. n Ken Yunita<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
people<br />
rachman haryanto/detikfoto<br />
Fatin Shidqia Lubis bukan cuma menjadi idola remaja. Anak-anak<br />
ternyata juga sangat menyukai penyanyi berhijab jebolan X-Factor<br />
itu.<br />
Buktinya, Fatin terpilih sebagai penyanyi favorit di ajang “Nickelodeon<br />
Indonesia Kids Choice Awards 2014”. Seluruh pemenang penghargaan<br />
ini berdasarkan hasil jajak pendapat anak-anak.<br />
“Senangnya bukan main, enggak nyangka,” ujar Fatin setelah menerima<br />
penghargaan itu beberapa waktu lalu.<br />
Sebelumnya, Fatin tak berharap bisa mendapatkan penghargaan ini,<br />
mengingat pesaingnya adalah Raisa, Afgan, dan Cakra Khan, Fatin mengaku<br />
sudah cukup senang saat namanya masuk nominasi.<br />
Karena itu, gadis yang masih duduk di bangku SMA ini santai saja saat<br />
pengumuman pemenang penyanyi solo favorit itu diumumkan. Tapi ternyata<br />
namanyalah yang disebut.<br />
Fatin mengaku langsung terlonjak dari kursi dan berjalan penuh semangat<br />
ke panggung untuk menerima penghargaan. “Ah, ternyata dapat,”<br />
ujarnya sambil tersenyum manis. Sukses terus, Fatin! n Ken Yunita<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
Kelompok ini menggabungkan banyak metode memainkan<br />
wayang. Selain jadi kaya nuansa, penonton dibebaskan<br />
bertafsir.<br />
foto: witjak/komunitas salihara<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
R<br />
uang digelapkan. Satu<br />
lampu teplok menyala di<br />
tengah panggung, menerangi<br />
empat wayang<br />
karakter manusia dalam<br />
posisi duduk meriung<br />
satu meter di depan<br />
layar. Anne Bitran muncul<br />
dari belakang panggung membawa senter<br />
di tangan kanan dan satu wayang pemuda di<br />
tangan kiri dengan cara menggenggam dua<br />
bilah bambu yang terhubung ke kepala dan<br />
badannya.<br />
Anne menyorotkan senter ke deretan empat<br />
wayang, menciptakan bayangan empat manusia<br />
besar di layar. Perlahan, dia menarik-ulurkan<br />
tangan yang menggenggam senter, membuat<br />
bayangan membesar dan mengecil. Anne<br />
memasukkan wayang pemudanya ke dalam<br />
riungan empat pria dewasa ini dalam posisi<br />
sedikit mundur, khas orang baru yang ingin jadi<br />
pendengar setia dulu.<br />
Lalu si pemuda pergi, melintas kota, tertegun<br />
di bandara, menembus hutan, melewati desadesa,<br />
hingga sampailah di pelabuhan. Di sana<br />
dia menemui seorang perempuan tua, dan<br />
terjadilah tawar-menawar sengit.<br />
Dua tangan sedang menghitung uang kertas<br />
muncul di layar. Kali ini betul-betul tangan manusia<br />
yang diproyeksikan ke layar. Kembali layar<br />
menampilkan si perempuan tua dan si pemuda.<br />
Transaksi selesai, perempuan tua menerima<br />
uang, si pemuda menerima paspor dan naik ke<br />
kapal, pergi ke negeri yang dia cita-citakan.<br />
Tak ada dialog dalam pementasan selama<br />
satu jam itu. Hanya musik yang dimainkan (dan<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
diaransemen) Francesco Pastacaldi yang menandai<br />
adegan sedih, gembira, suasana hening<br />
atau gaduh. Tinggal penonton menebak-nebak<br />
jalan ceritanya sekaligus membebaskan berimajinasi<br />
dan bertafsir.<br />
Demikian uniknya Teater Boneka Les Rémouleurs<br />
menyuguhkan lakon Frontières. Kelompok<br />
asal Prancis ini memainkan wayang dengan<br />
cara yang lebih kaya, yakni menggabungkan<br />
wayang kulit, wayang Thailand, wayang beber,<br />
dan wayang tavip dalam satu pementasan. Wayangnya<br />
pun ada yang terbuat dari kulit, dari<br />
kardus, dari mika, dan bahan-bahan lain. Ditambah<br />
metode yang tidak ada dalam wayang<br />
konvensional di Indonesia, misalnya tangan<br />
manusia yang menghitung uang kertas tadi.<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
Frontières dimainkan di Teater Salihara, 15 Juni<br />
2014, yang merupakan bagian dari rangkaian<br />
perayaan 10 tahun Printemps Français. Printemps<br />
Français adalah festival yang menampilkan<br />
khasanah seni Prancis modern sekaligus<br />
memberikan kemudahan bagi masyarakat<br />
Indonesia untuk berinteraksi dengan seniman<br />
Prancis. Tahun ini, Printemps Français digelar di<br />
11 kota di Indonesia, dari 15 Mei hingga 23 Juni<br />
2013.<br />
Kembali ke Frontières. Pementasan yang demikian<br />
rumit itu hanya dimainkan empat orang,<br />
yakni Martina Menconi, Anne Bitran, Francesco<br />
Pastacaldi, dan Olivier Vallet sebagai kreator<br />
pencahayaan.<br />
Lakon yang merupakan karya terbaru Les Rémouleurs<br />
ini idenya didapat saat mereka menjalani<br />
residensi di Thailand dua tahun lalu. Di<br />
sana mereka belajar membuat dan memainkan<br />
wayang kulit Thailand dan wayang Kamboja.<br />
Baru Januari lalu mereka mengkreasikan<br />
Frontières di Thailand dan dimatangkan di Paris.<br />
Karena itu, tak mengherankan jika banyak<br />
dijumpai musik khas Thailand, termasuk lagu<br />
pengantar tidur yang merupakan lagu tradisional<br />
negara tersebut, The Lonely Yellow Bird.<br />
“Di sini pertama kali kami memainkan Frontières,<br />
dan pertama kali menggunakan bayangan.<br />
Biasanya wayang boneka,” ujar Anne Bitran<br />
seusai geladi resik, 14 Juni 2014.<br />
Tentang ide ceritanya, sepenuturan Olivier<br />
Vallet, adalah dari isu imigran yang merupakan<br />
isu penting di Eropa, mengingat serbuan imig-<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
ran Timur Tengah ke Eropa. Isu ini juga<br />
yang kini “menghangatkan” hubungan<br />
Indonesia dan Australia serta Indonesia<br />
dan Malaysia.<br />
“Setidaknya seribu orang per bulan<br />
berlayar ke Eropa dan banyak manusia<br />
perahu yang tenggelam sebelum mereka<br />
sampai,” kata Olivier.<br />
Les Rémouleurs dibentuk pada 1983,<br />
dan diakui sebagai salah satu grup<br />
yang inovatif di bidang teater boneka,<br />
pewayangan, serta proyeksi gambar di<br />
Prancis.<br />
Berawal dari kelompok teater jalanan,<br />
kini Les Rémouleurs mengeksplorasi<br />
pertunjukan untuk merengkuh publik<br />
yang lebih luas, yakni dari orang dewasa<br />
hingga anak-anak, dari gedung teater<br />
hingga tempat-tempat tak biasa, seperti<br />
kedai minuman dan gereja di pelosok<br />
Prancis. Dan kali ini Indonesia ada dalam<br />
daftar tempat istimewanya. ■<br />
SilVIA GALIKano<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
foto-foto: dok. Maleficent<br />
Hidup dengan kanker<br />
membuat Hazel tidak<br />
menganggap kematian<br />
sesuatu yang menakutkan.<br />
Ketika Gus hadir,<br />
pandangannya pada banyak<br />
hal berubah.<br />
story<br />
Berpendar<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Judul: The Fault in Our Stars<br />
Genre: Drama, Romance<br />
Sutradara: Josh Boone<br />
Skenario: Scott Neustadter,<br />
Michael H. Weber<br />
Distributor: 20th Century Fox<br />
Pemain: Shailene Woodley,<br />
Ansel Elgort, Nat Wolff<br />
Durasi: 2 jam 5 menit<br />
Hazel (Shailene Woodley) ke manamana<br />
selalu ditemani tabung oksigen<br />
yang dia seret seperti menyeret<br />
koper. Ada slang kecil melintang di<br />
wajahnya, terhubung ke tabung oksigen.<br />
Remaja berusia 18 tahun itu didiagnosis<br />
menderita kanker tiroid sejak lima tahun lalu.<br />
Namun kini kanker sudah menjalar ke paruparu.<br />
Hari-harinya lebih banyak digunakan<br />
membaca novel di kamar atau di halaman belakang<br />
rumah. Temannya tak banyak, mungkin<br />
tak sempat menjalin pertemanan karena, sejak<br />
mulai remaja, ia keluar-masuk rumah sakit.<br />
Khawatir si putri tunggal malah jatuh depresi,<br />
orang tuanya (Laura Dern dan Sam Trammell)<br />
mendorong Hazel bergabung dalam sebuah<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
support-group untuk remaja pengidap kanker.<br />
Awalnya dia ogah-ogahan karena, menurutnya,<br />
kegiatan begini toh tidak menunda kematian.<br />
Pada kedatangan yang kedua, Hazel bertemu<br />
dengan Gus (Ansel Elgort), yang mengantar<br />
kawannya, Isaac (Nat Wolff), menghadiri sesi<br />
berbagi. Isaac tak lama lagi akan kehilangan<br />
penglihatannya akibat kanker.<br />
Saat giliran Gus bercerita, dia berdiri, membuka<br />
pipa celana kanan, menunjukkan kaki kanannya<br />
yang merupakan kaki palsu. Sudah satu<br />
setengah tahun dia dinyatakan bebas kanker<br />
tulang osteosarcoma. Kaki kanannya diamputasi<br />
akibat kanker ini.<br />
Sudah bebas dari kanker apakah artinya Gus<br />
sudah bebas dari ketakutan? Tidak ternyata.<br />
Kepada fasilitator kelompok, dia katakan yang<br />
paling dia takutkan saat ini adalah “terlupa kan<br />
sama sekali (oblivion)”.<br />
Jawaban Gus seketika menarik perhatian<br />
Hazel dan mendorongnya buka suara, “Oblivion<br />
itu akan datang. Jika bukan hari ini, dalam<br />
ribuan tahun ke depan. Suatu saat kita akan<br />
terlupakan, suka atau tidak.”<br />
Tak berhenti di sana, pemuda 18 tahun dengan<br />
kegantengan maksimal itu kembali menebar<br />
pesona saat mereka sama-sama di luar, menemani<br />
Hazel yang menunggu dijemput ibunya.<br />
Gus mengeluarkan sekotak rokok dari sakunya,<br />
mengambil sebatang, dan menyelipkannya<br />
di bibir. Tentu saja Hazel, yang bernapas saja<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Kita selipkan sesuatu<br />
di antara gigi, tapi tidak<br />
memberinya kekuatan<br />
untuk membunuh.<br />
harus dibantu oksigen,<br />
marah besar karena<br />
ada yang akan merokok<br />
di dekatnya.<br />
Tapi ternyata Gus<br />
tidak pernah menyalakan<br />
rokok itu. Inilah<br />
cara Gus meledek kematian,<br />
“merokok” tak<br />
lain sebuah metafora,<br />
“Kita selipkan sesuatu<br />
di antara gigi, tapi tidak<br />
memberinya kekuatan<br />
untuk membunuh. (You<br />
put the killing thing right between your teeth,<br />
but you don’t give it the power to do its killing).”<br />
Woo…hoo… ada yang tidak biasa di sini: remaja<br />
dan kanker ternyata tidak sama dengan<br />
cerita cengeng menye-menye, bukan juga kisah<br />
heroisme pengidapnya melawan kanker. The<br />
Fault in Our Stars seakan “sudah selesai” dengan<br />
semua itu. Kematian bukan lagi jadi sesuatu<br />
yang menakutkan, melainkan seperti tetangga<br />
sebelah rumah yang ujug-ujug sudah menutup<br />
pintu… dari dalam.<br />
The Fault in Our Stars diangkat dari novel<br />
dewasa muda yang ditulis John Green, cerita<br />
ini kemudian diadaptasi Scott Neustadter dan<br />
Michael H. Weber, penulis (500) Days of Summer<br />
(2009). Mungkin itu sebabnya dua film ini<br />
punya kesamaan dalam menciptakan romantik<br />
klise yang merangkum keajaiban cinta dalam<br />
banyak bentuk, berikut kesengsaraannya.<br />
Josh Boone membuat film ini berbeda dari<br />
film-film ABG lainnya, yakni memadukan kanker<br />
dan moralitas secara lembut dan jenaka.<br />
Sedih sudah pasti, tapi di situ juga ada manis,<br />
romantis, humor, dan kehangatan yang arah<br />
datangnya tak disangka-sangka. Hazel dan Gus<br />
menggiring, mengayun, dan menohok kita<br />
lewat dialog-dialog mereka yang indah serta<br />
mendalam.<br />
Film dibuka dengan menampilkan Hazel<br />
berbaring di rumput, menatap bintang-bintang<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
malam. Suaranya menuturkan kisah romantis<br />
macam apa yang akan disuguhkan dan sebiasa<br />
apa orang-orang sekitar berdamai dengan kanker<br />
yang diidapnya.<br />
Ambil contoh, ketika Hazel khawatir penyakit<br />
ini jadi beban orang tuanya, ayah Hazel<br />
dengan ringan mengatakan bisa saja mereka<br />
meninggalkan Hazel di panti asuhan dengan<br />
catatan tersemat di bajunya. “Tapi kami bukan<br />
orang sentimentil,” ujar ayahnya sambil terus<br />
menyiapkan sarapan.<br />
Dalam subplotnya, dua karakter utama kita<br />
menemui Peter van Houten (Willem Dafoe) penulis<br />
An Imperial Affliction, buku favorit Hazel,<br />
tentang seorang gadis penderita kanker yang<br />
ceritanya berakhir mendadak. Untuk mengobati<br />
penasarannya, Hazel dan Gus melakukan<br />
“ziarah” ke Amsterdam menemui Van Houten,<br />
termasuk mengunjungi Museum Anne Frank,<br />
yang jadi setting terpenting film ini.<br />
Elgort membuat terobosan dengan memerankan<br />
karakter Gus yang hangat, cerdas, lembut,<br />
berkaki palsu, jatuh cinta, dan punya rencana<br />
besar. Seperti dia katakan, “Saya cenderung<br />
hidup dengan cara luar biasa.” Dia pun berhasil<br />
“melunakkan” dialog paling berat tentang oblivion<br />
dan cinta dengan begitu cekatan.<br />
The Fault in Our Stars semakin menonjolkan<br />
kelebihan Shailene Woodley, yakni keotentikannya.<br />
Woodley pula yang membuat kehadiran<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Elgort makin bercahaya. Chemistry dua orang<br />
inilah kunci penting film ini.<br />
Pada akhirnya, The Fault in Our Stars mengingatkan,<br />
nggak penting-penting amat meninggalkan<br />
segerombolan penggemar ketika mati.<br />
Sudah lebih dari cukup dicintai sedikit orang<br />
tapi demikian mendalam untuk membuktikan<br />
keberadaan seseorang itu berarti. ■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
Majalah<br />
Majalah<br />
detik<br />
detik<br />
23<br />
23 -<br />
29<br />
29<br />
juni<br />
juni<br />
2014<br />
2014
seni hiburan<br />
Film Pekan Ini<br />
MALEFICENT<br />
M aleficent (Angelina<br />
Jolie) awalnya penyihir yang<br />
baik hati. Namun sikap baiknya<br />
hilang saat sekelompok pasukan menyerang<br />
kedamaian di kerajaan yang dijaganya.<br />
Pengkhianatan yang diterimanya mengubah<br />
hatinya yang baik menjadi dingin seperti es.<br />
Maleficent akhirnya memutuskan membalas<br />
dendam lewat bertempur melawan penerus<br />
raja yang sudah menghancurkan kerajaannya.<br />
Kutukan pun diberikan kepada sang putri<br />
raja, Aurora (Elle Fanning). Maleficent, yang<br />
kini berubah jahat, mulai menyadari ada<br />
sesuatu dalam dirinya, dan Aurora mungkin<br />
bisa menjadi kunci bagi kebahagiaannya dan<br />
kerajaannya.<br />
Jenis Film: Action |<br />
Produser: Joe Roth |<br />
Produksi: WALT DISNEY<br />
PICTURES | Durasi: 97 menit<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
Film Pekan Ini<br />
S etelah<br />
menyamar<br />
menjadi seorang pelajar SMA di 21<br />
Jump Street, Schmidt (Jonah Hill)<br />
dan Jenko (Channing Tatum) kini mendapat<br />
tantangan baru. Keduanya akan berkuliah<br />
dan kembali menyamar di sebuah universitas<br />
untuk mengungkap kasus narkoba.<br />
Tugas kali ini tidaklah mudah. Jenko dan<br />
Schmidt menemukan kesenangan baru<br />
di dalam kampus. Mampukah keduanya<br />
menyelesaikan misi dan masalah pribadinya<br />
masing-masing?<br />
22 JUMP<br />
STREET<br />
Jenis Film: Action, Comedy, Crime | Produser:<br />
Neal H. Moritz, Channing tAtum, Jonah Hill |<br />
Produksi: Columbia Pictures | Sutradara: Phil Lord,<br />
Christopher Miller | Durasi: 112 menit<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
seni hiburan<br />
Film Pekan Ini<br />
THE PHILOSOPHERS<br />
B ercerita tentang<br />
20 remaja di sekolah<br />
internasional Jakarta yang<br />
mengikuti philosophy class. Mereka<br />
berasal dari berbagai negara. Mereka<br />
kemudian bermain simulasi tentang<br />
kelangsungan umat manusia di masa<br />
yang akan datang. Masing-masing siswa<br />
mendapat peran profesi/pekerjaan dari<br />
guru secara undi. Setiap siswa menerima<br />
tantangan dan hanya akan dipilih 10<br />
orang yang nantinya akan melanjutkan<br />
kehidupan ras manusia setelah melawan<br />
ancaman bahaya nuklir.<br />
Jenis Film: Drama, FantASY |<br />
Produser: George Zakk,<br />
cYbill Lui, John Huddles |<br />
Produksi: AN OLIVE BRANCH<br />
PRODUCTIONS, SCTV |<br />
Sutradara: John Huddles |<br />
Durasi: 107 menit<br />
Majalah Majalah detik detik 4 - 1023 november - 29 juni 2014<br />
2013
seni hiburan<br />
agenda<br />
DEWA 19 feAT. ARI LASSo<br />
26 Juni 2014 pukul 23.00 WIB, Colosseum Club Jl. Kunir No.<br />
7 Kota Tua Jakarta Barat, Promotor: Colosseum Club, HTM 1 x<br />
event Rp 250.000<br />
CHRISTIAN BAUTISTA<br />
The Way You Look At Me CoNCeRT<br />
23 Juni 2014 pukul 19.00 WIB,<br />
PRIVE FX Sudirman Jakarta, Promotor: Rigel Dinamika<br />
PeMUTARAN fILM:<br />
Hari INI PASTI Menang<br />
Sutradara: Andibachtiar Yusuf,<br />
24 Juni 2014 pukul 19.00 WIB, GoetheHaus Jakarta<br />
PeMUTARAN Film<br />
26 Juni 2014 pukul 14.00 WIB =<br />
MIMPI MALAM MUSIM PANAS<br />
27 Juni 2014 pukul 14.00 WIB =<br />
Chikara The Sumo Wrestler Son<br />
pukul 14.30 WIB = Kontak Mata<br />
30 Juni 2014 pukul 14.00 WIB = Quartet!<br />
Hall The Japan Foundation, Jakarta<br />
Gd. Summitmas I Lantai 2<br />
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 61-62, Jakarta Selatan<br />
FUNTOMIME<br />
Bersama Septian Dwicahyo<br />
Rabu, 25 Juni 2014, pukul 19.00 WIB, Hall JF Gd. Summitmas<br />
I lt. 2, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 61-62, Jakarta Selatan<br />
(seberang Ratu Plaza), Terbuka untuk Umum. Gratis. Tanpa<br />
tanda masuk. Tanpa pendaftaran.<br />
JayAPRANA & LayoNSARI<br />
GIGI Dance Company, Sabtu, 28 Juni 2014, pukul 15.00 WIB,<br />
Galeri Indonesia Kaya<br />
RINg JABA WATes<br />
Demian Sang Ilusionis, Minggu, 29 Juni 2014, pukul 15.00<br />
WIB, Galeri Indonesia Kaya<br />
Majalah detik 23 - 29 juni 2014
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
Tap untuk<br />
kembali ke cover