17.11.2014 Views

20140623_MajalahDetik_134

20140623_MajalahDetik_134

20140623_MajalahDetik_134

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TERBAKAR OBOR RAKYAT<br />

ROMARIO varia<br />

TUHAN<br />

SEPAK<br />

BOLA<br />

kompromi<br />

debat capres<br />

EDISI <strong>134</strong> | 23 - 29 JUNI 2014


DAFTAR ISI<br />

Edisi <strong>134</strong> 23 - 29 juni 2014<br />

Fokus<br />

Debat tanpa Sengat<br />

Tim sukses memanfaatkan<br />

undang-undang buat<br />

mencegah moderator<br />

mencecar kandidat mereka.<br />

Demi menyelamatkan citra<br />

calon presiden dan wakil<br />

presiden di mata pemilih.<br />

Nasional<br />

kriminal<br />

n Menjerat Obor Rakyat<br />

n Rumah sesudah lengser keprabon<br />

internasional<br />

n awas, sindikat penjual gadis<br />

hukum<br />

n setelah karminah menagih jatah<br />

ekonomi<br />

n perkawinan paksa demi bagdad<br />

n menyembuhkan luka rohingya<br />

interview<br />

n lukman hakim saifuddin<br />

kolom<br />

n obor rakyat pengkhianat sejarah<br />

sisi lain capres<br />

n saat prabowo dukung jokowi<br />

sport<br />

n Menanti Obral Bank Mutiara<br />

n 7 peminat mutiara<br />

n mengincar pasar raksasa<br />

n baru potensi rugi atau sudah bocor<br />

bisnis<br />

n mati dua kali<br />

buku<br />

n ambisi jadi presiden, subversif<br />

lensa<br />

n pesta-pora penggila bola<br />

n singa di lapangan, harimau di panggung<br />

n socrates, che guevara, dan sepak bola<br />

people<br />

Seni hiburan<br />

n kembara pemuda dalam bayangan<br />

n lilo | leonardo dicaprio | fatin shidqia<br />

gaya hidup<br />

n seterang bintang berpendar<br />

n film pekan ini<br />

n agenda<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n Jurus bebas lilitan kartu kredit<br />

n menjajal gondola ‘primitif’ di pantai timang<br />

n makan dan makan lagi!<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal,<br />

Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai Bahasa:<br />

Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo<br />

Product Management: Sena Achari, Sofyan Hakim Creative Designer: Mahmud Yunus, Kiagus Aulianshah,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Edi Wahyono,<br />

Fuad Hasim, Luthfy Syahban.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


lensa<br />

Pesta-Pora Penggila Bola<br />

Tap untuk melihat foto UKURAN BESAR<br />

Foto-foto: Getty Images dan Reuters<br />

Perhelatan akbar empat tahunan bagi para penggila bola telah dimulai. Brasil kembali menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia 2014.<br />

Inilah potret euforia para penggila bola dari berbagai penjuru dunia.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


lensa<br />

Wanita cantik asal Kolombia berpose, menari, dan menjadi penyemangat bagi tim nasionalnya.


lensa<br />

Suporter dari Australia tak mau kalah memberikan dukungan kepada timnas negaranya.


Suporter dari Cile berjoget mendukung timnas negaranya dalam Piala Dunia 2014 di Brasil.


lensa<br />

Ekspresi pendukung timnas Spanyol.


lensa<br />

Pendukung timnas Inggris.


lensa<br />

Pendukung anak-anak dari Inggris dan Jepang.


nasional<br />

Menjerat<br />

Obor<br />

Rakyat<br />

Polisi mulai menggelar pemeriksaan<br />

terhadap pengelola tabloid Obor Rakyat,<br />

yang dibagikan ke pesantren-pesantren.<br />

Dianggap menebar fitnah dan kebencian.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat<br />

Setiyardi Budiono bakal dipanggil<br />

paksa oleh Markas Besar Kepolisian RI<br />

jika kembali tak memenuhi panggilan<br />

kedua. Ia mangkir saat dipanggil untuk diperiksa<br />

sebagai terlapor pada Kamis, 19 Juni lalu.<br />

“(Setiyardi) akan dipanggil lagi dengan panggilan<br />

kedua hari Senin (pekan ini),” kata Kepala<br />

Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal<br />

Ronny F. Sompie.<br />

Asisten Velix Wanggai, Staf Khusus Presiden<br />

Bidang Pembangunan dan Otonomi Daerah,<br />

itu harus berurusan dengan polisi setelah dilaporkan<br />

oleh tim kuasa hukum Joko Widodo-<br />

Jusuf Kalla, Senin, 16 Juni lalu. Setiyardi bersama<br />

Darmawan Sepriyossa diduga membuat tabloid<br />

yang dianggap sebagai kampanye hitam bagi<br />

pasangan calon presiden dan calon wakil presiden<br />

tersebut. Keduanya dilaporkan ke polisi<br />

atas dugaan pelanggaran pidana pencemaran<br />

Anggota Bawaslu, Nelson<br />

Simanjuntak (kanan)<br />

dan Nasrullah (tengah),<br />

menunjukkan tabloid<br />

Obor Rakyat, yang diduga<br />

melanggar aturan kampanye<br />

pilpres, Rabu (4/6).<br />

Yudhi Mahatma/antaRA FOTO<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Ari Saputra/detikcom<br />

Kami tidak ingin<br />

penyebaran kebencian<br />

ini terus berlanjut.<br />

Kami minta polisi<br />

menindak tegas orang<br />

selain SB dan DS.<br />

Taufik Basari<br />

nama baik dan fitnah.<br />

Tim hukum Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-<br />

JK), yang diwakili Taufik Basari, Alexander Lay,<br />

dan Teguh Samudra, juga mendesak polisi<br />

mengusut siapa saja di balik pembuatan dan<br />

penyebaran tabloid itu. Mereka menganggap<br />

konten yang ditulis Obor bukan semata-mata<br />

pelanggaran pemilu.<br />

“Kami tidak ingin penyebaran kebencian<br />

ini terus berlanjut. Kami minta<br />

polisi menindak tegas orang selain<br />

SB dan DS. Karena (Obor Rakyat)<br />

disebar di titik-titik tertentu dan<br />

sangat terorganisasi,” ujar Taufik<br />

di kantor pemenangan Jokowi-<br />

JK, kawasan Gondangdia, Jakarta<br />

Pusat.<br />

Mereka juga meminta polisi<br />

mengklarifikasi hal ini kepada Istana<br />

terkait posisi Setiyardi sebagai asisten<br />

staf khusus presiden. Sebelum ke polisi,<br />

tiga pekan lalu tim Jokowi-JK melaporkan penyebaran<br />

tabloid ini ke Badan Pengawas Pemilu.<br />

Obor Rakyat membuat berang kubu capres<br />

Jokowi karena berisi kumpulan berbagai isu<br />

miring soal mantan Wali Kota Solo itu, yang<br />

sebelumnya banyak beredar di media sosial.<br />

Target pembacanya pun spesifik, yakni kalangan<br />

pesantren. Tabloid yang sudah terbit tiga<br />

edisi ini dibagikan secara gratis dan dikirim lewat<br />

pos ke berbagai pondok pesantren di Jawa,<br />

Sumatera, hingga Kalimantan.<br />

Edisi pertama tabloid setebal 16 halaman<br />

ini mengambil judul “Capres Boneka”, dengan<br />

gambar depan Jokowi mencium tangan Ketua<br />

Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan<br />

Megawati Soekarnoputri. Isinya antara lain<br />

soal isu bahwa dia capres yang dikendalikan<br />

Megawati. Persoalan Jokowi meninggalkan<br />

Jakarta sebelum menunaikan masa jabatannya<br />

juga disinggung di tabloid ini, selain tudingan<br />

bahwa Jokowi keturunan Cina dan dibekingi<br />

pengusaha Tionghoa.<br />

Siapa pengelola Obor terkuak jelas setelah<br />

Darmawan Sepriyossa mengaku diajak Setiyardi—kawan<br />

lamanya saat bekerja di sebuah<br />

media nasional—untuk membuat tabloid ini.<br />

Pengakuan itu ditulis Darmawan di akun Facebook-nya<br />

dan diunggah di portal Inilah.com,<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Santri melihat tabloid Obor<br />

Rakyat di Ponpes Darul<br />

Ulum Rejoso Peterongan,<br />

Jombang, Jawa Timur,<br />

Selasa (3/6).<br />

Syaiful aRif/antaRA FOTO<br />

tempatnya bekerja sebagai penulis.<br />

Adapun nama Darmawan disebut Gun Gun<br />

Heryanto, yang tulisan kolomnya dimuat di<br />

Obor Rakyat. Pada 25 April lalu, Gun Gun dikontak<br />

Darmawan untuk menulis analisisnya<br />

tentang PDIP dalam mengikuti pemilihan presiden.<br />

Darmawan saat itu mengatakan hendak<br />

membuat tabloid baru. Namun Gun Gun tak<br />

menyangka tulisannya itu dimuat di tabloid<br />

Obor Rakyat.<br />

Nama Darmawan tak tercantum dalam susunan<br />

redaksi Obor Rakyat. Namun Setiyardi<br />

Budiono tertulis sebagai pemimpin. Sedangkan<br />

kantor redaksinya tertulis di Jalan Pisangan<br />

Timur Raya IX, Jakarta Timur. Tapi, ketika didatangi,<br />

kantor itu tidak ditemukan. Nomor teleponnya<br />

juga tidak bisa dihubungi. Paket tabloid<br />

Obor, yang disebar ke pesantren-pesantren,<br />

dikirim dari berbagai tempat, seperti Cilincing<br />

atau Tanjung Priok, Jakarta Utara.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Ketua Panwaslu Kabupaten<br />

Kediri, Jawa Timur,<br />

Mujiharjito, menunjukkan<br />

tabloid Obor Rakyat di<br />

kantornya, Jumat (13/6).<br />

Rudi Mulya/antaRA FOTO<br />

Dalam menyikapi laporan terkait Obor Rakyat,<br />

Kepala Polri Jenderal Sutarman mengatakan<br />

pihaknya lebih dulu meminta berbagai pendapat<br />

ahli dan Dewan Pers. “De wan Pers bilang<br />

bahwa itu (Obor Rakyat) bukan produk pers,”<br />

tuturnya, Kamis, 19 Juni lalu.
Polisi, jaksa, dan<br />

Bawaslu akan menilai laporan tersebut apakah<br />

terkait pelanggaran administrasi pemilu, kode<br />

etik, atau pidana. “Administrasi ke KPU (Komisi<br />

Pemilihan Umum), kode etik ke DKPP (Dewan<br />

Kehormatan Penyelenggara Pemilu), dan kalau<br />

pidana kembali ke polisi,” ucap Sutarman.<br />

Dewan Pers telah melakukan investigasi<br />

lapangan terhadap Obor Rakyat. Hasilnya, tabloid<br />

itu dianggap tidak masuk ranah Undang-<br />

Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan kode<br />

etik jurnalistik. Bukan merupakan produk jurnalistik<br />

karena tak berbadan hukum, serta alamat<br />

redaksi yang dicantumkan diduga bodong.<br />

“Karena Dewan Pers menganggap tabloid tersebut<br />

bukan produk jurnalistik, kami tak turut<br />

menangani kasus itu,” kata Ketua Dewan Pers<br />

Bagir Manan.<br />

Menurut bekas Ketua Mahkamah Agung itu,<br />

pemimpin redaksi dan penyelenggara tabloid<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Dok. Pribadi<br />

Sebagai<br />

jurnalis, saya<br />

mempertaruhkan<br />

reputasi saya.<br />

Kami tim redaksi<br />

menganggap ini<br />

fakta.<br />

Setiyardi<br />

bisa dijerat dengan undang-undang lain, yakni<br />

KUHP terkait fitnah atau UU Percetakan. Itu<br />

kalau Bawaslu menganggap laporan tim kuasa<br />

hukum Jokowi-JK telah kedaluwarsa dan tidak<br />

bisa dijerat pelanggaran pemilu.<br />

Velix Wanggai mengakui Setiyardi adalah<br />

stafnya di bagian pembangunan perkotaan<br />

dan pedesaan, serta koordinator wilayah<br />

Sumatera. Meski begitu, ia membantah<br />

Istana ikut campur dalam penerbitan<br />

Obor Rakyat. “Istana tidak pernah<br />

mengeluarkan arahan atau instruksi<br />

kepada Setiyardi dalam<br />

penerbitan tabloid Obor Rakyat,”<br />

ujarnya Rabu, 18 Juni lalu.<br />

Setiyardi juga menolak kiprahnya<br />

di Obor Rakyat dikaitkan dengan<br />

tempat kerjanya. Saat menghadiri sebuah<br />

diskusi di Jakarta, Sabtu, 13 Juni lalu,<br />

ia mengaku izin cuti untuk menerbitkan<br />

Obor. “Saya tidak bercerita kepada Pak Velix.<br />

Intinya, saya cuti dan melakukan aktivitas yang<br />

tidak ingin dikaitkan dengan kantor saya,” tuturnya.<br />

Ia mengklaim Obor Rakyat adalah karya jurnalistik<br />

yang dilindungi UU Pers. Setiyardi pun<br />

membantah tabloid itu merupakan kampanye<br />

hitam, karena berisi fakta. “Sebagai jurnalis,<br />

saya mempertaruhkan reputasi saya. Kami tim<br />

redaksi menganggap ini fakta,” ucapnya. Judul<br />

“Capres Boneka” pada tabloid itu diakuinya<br />

sebagai kesimpulan tim redaksi.<br />

Sedangkan biaya penerbitannya berasal dari<br />

koceknya sendiri. Setiyardi mengaku punya kemampuan<br />

untuk itu. “Saya memiliki bisnis, dan<br />

(duduk sebagai) komisaris di PTPN XIII. Intinya,<br />

ini adalah murni full dari rezeki yang saya terima.”<br />

Untuk setiap edisi Obor Rakyat, ia mencetak 100<br />

ribu eksemplar.<br />

Belum diketahui apakah Setiyardi akan<br />

memenuhi panggilan polisi yang kedua. Berulang<br />

kali dihubungi, telepon selulernya tak diangkat.<br />

Ia juga tidak membalas pesan singkat.<br />

Adapun Darmawan sempat menjanjikan untuk<br />

menerima wawancara majalah detik. “Saya<br />

tidak masuk kantor, Dik. Dua hari kemarin puter-puter<br />

Jabar dan masuk angin. Paling besok,<br />

bagaimana?” kata dia via pesan singkat, Senin,<br />

16 Juni lalu. Namun setelah itu, ia tak merespons<br />

panggilan maupun SMS. ■ DEDEN gunaWAN,<br />

kustiah, Pasti liberti | dimas<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Habis Obor<br />

Terbitlah<br />

Transkrip<br />

Setelah dibuat repot oleh tabloid Obor Rakyat,<br />

kubu pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla kembali<br />

diserang lewat isu transkrip rekaman pembicaraan<br />

antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia<br />

Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Jaksa<br />

Agung Basrief Arief.<br />

Adalah Ketua Progres 98 Faizal Assegaf yang<br />

menggelontorkan isu tersebut. Faizal mengaku<br />

memiliki transkrip percakapan antara Megawati<br />

dan Basrief, yang diduga dari "utusan"<br />

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

Bambang Widjojanto.<br />

Percakapan dua orang yang dikatakan melalui<br />

telepon itu, disebut dalam transkrip adalah antara<br />

“Megawati” dan “Basrief Arief”. Isinya, orang yang<br />

ditulis sebagai “Megawati” meminta supaya kasus<br />

pembelian bus Transjakarta yang bermasalah tak<br />

dikait-kaitkan dengan calon presiden Joko Widodo.<br />

Kertas transkrip itu dibawa dan dilaporkan<br />

Faizal ke Kejaksaan Agung pada Rabu, 18 Juni<br />

lalu. Menurut dia, pembicaraan antara Megawati<br />

dan Basrief terjadi pada 3 Mei 2014 pukul<br />

23.09 WIB, dengan durasi 3 menit 12 detik.<br />

Tapi, anehnya, saat didesak wartawan, Faizal<br />

tidak mampu menunjukkan rekaman yang dimaksud.<br />

Dia hanya menunjukkan kertas transkrip.<br />

Faizal mengaku rekaman itu hanya sempat<br />

diperdengarkan saja kepadanya oleh sumber<br />

yang disebutnya dari KPK.<br />

Satu per satu orang yang disebut dalam isu ini<br />

membantahnya. Bambang Widjojanto menjamin,<br />

dalam penyadapan yang dilakukan KPK, tidak ada<br />

informasi yang jatuh ke pihak lain. Sebab, komisi<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Faizal Assegaf saat datang<br />

ke Kejaksaan Agung, Rabu<br />

(18/6).<br />

Rina atriana /detikcom<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

antirasuah itu menganut asas sistem Law Full<br />

Intercept.<br />

“Sehingga, dapat dipastikan tidak akan<br />

ada informasi hasil intercept yang bisa keluar<br />

pada pihak yang tidak punya kaitan dengan<br />

pihak yang menangani kasus,” kata Bambang<br />

di gedung KPK, Rabu, 18 Juni lalu.<br />

Jaksa Agung Basrief Arief mengatakan<br />

transkrip pembicaraannya dengan Megawati<br />

tidak benar dan merupakan fitnah kepada<br />

dirinya. Ia pun melaporkan masalah ini ke<br />

Mabes Polri. Basrief mengatakan sudah ada<br />

tiga isu yang memojokkan dirinya. Pertama,<br />

pada 14 Mei 2014, ketika beredar surat palsu<br />

Gubernur DKI Joko Widodo yang meminta<br />

penundaan pemeriksaan kasus Transjakarta.<br />

Kedua, instruksi Basrief agar tidak memeriksa<br />

Jokowi. Ketiga, soal transkrip pembicaraan dirinya<br />

dengan Megawati.<br />

“Pertama dan kedua saya sudah serahkan ke<br />

Kapolri, yang ketiga hari ini saya sampaikan. Laporan<br />

pengaduan saya kepada Kapolri nomor<br />

B108/A/L/06 2014,” ujarnya. “Saya harap ini<br />

bisa diusut sesuai ketentuan yang berlaku.”<br />

Selain menyertakan laporan Faizal, Basrief<br />

melampirkan pemberitaan sebuah media<br />

online yang mengangkat isu transkrip rekaman<br />

pembicaraan ini. Tak hanya Basrief, Bambang<br />

Widjojanto, menurut juru bicara KPK Johan<br />

Budi, juga mempertimbangkan untuk mengambil<br />

langkah hukum.<br />

Anggota Tim Sukses Joko Widodo-Jusuf<br />

Kalla, Trimedya Panjaitan, menilai transkrip<br />

itu janggal. Apalagi jika dikait-kaitkan adanya<br />

intervensi Megawati terhadap Jaksa Agung.<br />

“Bu Mega bukan tipikal seperti itu. Belum lagi,<br />

dialog Jaksa Agung terkesan seperti jaksa baru,<br />

yang siap menjadi tameng. Itu bukan tipikal<br />

Pak Basrief,” tutur Trimedya. Merasa difitnah<br />

melalui isu ini, tim Joko Widodo juga akan melakukan<br />

tindakan hukum.<br />

Namun, meski sudah dibantah, anggota Tim<br />

Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa,<br />

Fadli Zon, meminta isu transkrip pembicaraan<br />

itu diusut. “Kalau transkrip itu benar, berarti<br />

ada intervensi politik terhadap hukum, sehingga<br />

harus diusut,” ucapnya. ■ DEDEN gunaWAN, faJAR<br />

Pratama, dhani iraWAN | dimas<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

Obor Rakyat,<br />

Pengkhianat<br />

Sejarah<br />

Obor Rakyat tak lebih dari semacam “stensilan porno” yang<br />

dicetak massal dengan niatan jelek pada seseorang.<br />

Oleh: Ignatius Haryanto<br />

Biodata<br />

Nama: Ignatius Haryanto<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Bandung, 23 Maret 1969<br />

Pendidikan:<br />

● Jurusan Komunikasi Massa, Fisip<br />

Universitas Indonesia, 1994<br />

Pernah dalam suatu massa, dalam sejarah pers di Indonesia, kata<br />

“obor” menjadi sesuatu yang demikian bertuah. Bersama dengan<br />

kata-kata lain, seperti “suluh”, “cahaya”, “sinar”, dan sejenisnya,<br />

yang menjadi nama-nama surat kabar pergerakan dalam dua-tiga<br />

dasawarsa awal abad 20 di kepulauan Nusantara ini.<br />

Nama-nama koran pergerakan pada zaman itu, misalnya, adalah Suluh Keadilan,<br />

Sinar Hindia, Obor Keadilan, dan lain-lain. Semua surat kabar tersebut<br />

terinspirasi dengan idiom “terang” yang dihasilkan oleh berita atau informasi<br />

yang dihasilkan surat kabar kala itu untuk membuka mata atas kehidupan<br />

susah dan sengsara di bawah pemerintahan kolonial. Bukan kebetulan jika,<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

● Kursus Filsafat di Sekolah Tinggi<br />

Filsafat Driyarkara, 1991-1997<br />

● Program Kajian Asia Tenggara,<br />

National University of Singapore,<br />

1998-2000<br />

● Magister dari Sekolah Tinggi<br />

Filsafat Driyarkara, 2012<br />

Pengalaman Kerja:<br />

● Reporter di Majalah Forum Keadilan,<br />

1994-1997<br />

● Staf Redaksi Majalah D & R, 1997-<br />

1998<br />

● Staf Redaksi Majalah Tempo, 2001-<br />

2003<br />

● Direktur Eksekutif Lembaga Studi<br />

Pers dan Pembangunan, 2007 s.d.<br />

sekarang<br />

● Direktur Program Mochtar Lubis<br />

Award, 2007<br />

● Anggota Ombudsman Harian<br />

Kompas, 2008 s.d. sekarang<br />

● Dosen Jurnalistik di Universitas<br />

Multimedia Nusantara, Gading<br />

Serpong, Tangerang, 2007 s.d.<br />

sekarang<br />

pada masa yang lebih awal, Kartini, seorang tokoh perempuan di Jepara,<br />

menuliskan kumpulan suratnya dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.<br />

Keterpukauan pada revolusi cetak dipadu dengan semangat nasionalisme<br />

memunculkan para tokoh pergerakan yang, dengan sengaja, memilih media<br />

cetak sebagai bagian dari alat perjuangan mereka. Tak kurang puluhan jurnalis<br />

kala itu pernah keluar-masuk penjara di Hindia Belanda akibat tuduhan<br />

mengganggu ketertiban hingga menghina pimpinan negara kolonial.<br />

Kita, yang hidup di zaman sekarang, akan melihat tindakan itu sebagai<br />

bentuk heroisme, di mana kesadaran nasional dimungkinkan dengan adanya<br />

surat kabar, setelah sebelumnya para pendirinya menikmati pendidikan yang<br />

menyadarkan mereka akan buruknya hidup dalam bayang-bayang kolonialisme.<br />

Nantinya, setelah idiom cahaya atau terang tadi menjadi umum, namanama<br />

koran pergerakan muncul dengan nama-nama “bergerak”, yang menandakan<br />

aksi perlawanan terbuka yang dilakukan oleh para intelektual dan<br />

kaum buruh di berbagai wilayah di Jawa. Itulah masa di mana para tokoh<br />

pergerakan nasional, seperti Sukarno dan Hatta, sempat ditahan Belanda,<br />

namun pergerakan seperti yang dilakukan oleh Marco Kartodikromo terus<br />

berlangsung. Marco adalah murid langsung dari bapak pers bumiputra Indonesia:<br />

Tirto Adhi Soerjo.<br />

•••<br />

Belum lama ini, kita terentak ketika mendengar kemunculan tabloid yang<br />

beredar terbatas dengan nama Obor Rakyat (OBRA). Sejumlah berita menyebut<br />

tabloid ini didistribusikan secara misterius di sejumlah pesantren<br />

dan isinya membuat heboh. Isi tabloid ini utamanya banyak mencerca sosok<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

Karya:<br />

● 1995, Pembredelan Pers di<br />

Indonesia: Kasus Koran Indonesia<br />

Raya, Lembaga Studi Pers dan<br />

Pembangunan<br />

● 1999, Kejahatan Negara: Telaah<br />

tentang Delik Keamanan Negara,<br />

Lembaga Studi dan Advokasi<br />

Masyarakat (ELSAM)<br />

● 2002, Penghisapan Rezim HAKI:<br />

Tinjauan Ekonomi Politik Hak<br />

Atas Kekayaan Intelektual, Debt<br />

Watch<br />

● Wartawan Lokal, Wartawan<br />

Handal, AJI<br />

● 2005, Apa itu Kebebasan Informasi?,<br />

LSPP dan UNESCO<br />

● 2006, Aku Selebriti Maka Aku<br />

Penting, Yogyakarta: Bentang<br />

Pustaka<br />

● 2006, The New York Times:<br />

Menulis Berita Tanpa Takut<br />

atau Memihak, Yayasan Obor<br />

Indonesia<br />

Joko Widodo (Jokowi), kandidat presiden yang hendak maju pada pemilihan<br />

presiden 9 Juli mendatang. Aneka tulisan dalam tabloid ini menyoroti Jokowi<br />

yang dianggap capres boneka, Jokowi sebagai tukang bohong, para caleg<br />

beragama Kristen di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan lain-lain.<br />

Rasanya, tak perlu lagi disebut apa saja kebohongan yang telah disebutkan<br />

OBRA tersebut. Minggu lalu, perlahan-lahan kita mengetahui siapa yang jadi<br />

pengelola tabloid ini, yaitu Darmawan Sepriyossa dan Setiyardi Budiono. Pengelola<br />

OBRA berkukuh bahwa media terbitannya adalah produk jurnalistik.<br />

Pengelola OBRA ini mungkin sudah lama lupa atau tidak pernah membaca<br />

UU Pers Nomor 40/199 yang, pada Pasal 5, menyebutkan: “Pers nasional<br />

berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma<br />

agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak<br />

bersalah”. Pasal 6 UU yang sama juga menyebutkan: “Pers nasional melaksanakan<br />

peranannya sebagai berikut:<br />

a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;<br />

b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi<br />

hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebinekaan;<br />

c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,<br />

akurat, dan benar;<br />

d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang<br />

berkaitan dengan kepentingan umum;<br />

e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.”<br />

Tanpa harus membuang waktu untuk debat panjang, tak ada satu pun dari<br />

prinsip yang dikutip di atas tercermin dalam isi OBRA. Karena itu, OBRA<br />

sama sekali bukanlah produk jurnalistik, bahkan cenderung menjadi produk<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

● 2009, Menuju Jurnalisme<br />

Berkualitas: Kumpulan Karya<br />

Finalis dan Pemenang Mochtar<br />

Lubis Award 2008 (editor, LSPP<br />

& KPG)<br />

antijurnalistik. Apa maksudnya? Jika kerja jurnalistik mengharuskan adanya<br />

etika yang menaungi pekerjaan tersebut, OBRA sama sekali tak mengindahkan<br />

hal itu. OBRA lebih tepat disebut sebagai proyek politik dengan<br />

menggunakan media untuk suatu niatan jahat.<br />

Niatan jahat dari OBRA terlihat dengan sangat jelas: mengapa ia hanya<br />

beredar dalam tempat-tempat yang terbatas, didrop, bahkan di beberapa<br />

tempat ada orang yang diberi uang untuk mengedarkan tabloid tersebut? Jika<br />

OBRA adalah produk jurnalistik, mengapa ia perlu menyembunyikan nama<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Kolom<br />

pengelolanya? Mengapa pula ia menyembunyikan alamat redaksinya? Jika ia<br />

tidak berniat jahat, mengapa ia harus menyembunyikan semua identitasnya?<br />

Jika kita bedah pada isi tulisannya–maaf, kata “berita” terlalu megah untuk<br />

disematkan pada isi tabloid ini–maka prinsip jurnalistik dasar soal akurasi,<br />

cover both side, keseimbangan, semua dilecehkan dan cenderung tak diperhatikan.<br />

Hal ini dilakukan di semua edisi OBRA. Lalu, apa maksud dari tabloid<br />

semacam ini, dan kemudian mengaku dirinya sebagai produk jurnalistik?<br />

OBRA tak pantas dianggap produk jurnalistik dan penggunaan nama Obor<br />

Rakyat untuk penerbitan ini juga mengkhianati semangat perjuangan para<br />

nasionalis yang antikolonial dan menjadikan surat kabar sebagai alat perjuangannya<br />

pada awal abad 20. OBRA tak lebih dari proyek politik murahan<br />

yang tak lebih dari surat kaleng atau malah semacam “stensilan porno” yang<br />

dicetak massal dengan niatan jelek pada seseorang.<br />

Sudah sepantasnya Dewan Pers menyebutnya bukan merupakan bagian<br />

dari pers, dan, untuk itu, pengelolanya tak bisa berlindung di balik UU Pers<br />

yang terhormat itu, dan silakan UU Pidana dipergunakan kepada pengelolanya.<br />

Kasus OBRA ini menunjukkan pada kita bahwa inilah batas dari ruang kebebasan<br />

berekspresi yang kemudian muncul menjadi suatu pameran kebencian<br />

pada pihak lain, ajakan memusuhi, membenci, bahkan menghancurkan<br />

pihak lain. Artinya, OBRA pun tak bisa berlindung di balik dalih kebebasan<br />

berekspresi, karena ekspresi yang dihasilkannya tak lebih dari suatu kebencian<br />

yang dibalut dengan cara yang tidak canggih pula. Mudah-mudahan ada<br />

yang betul-betul berani menghentikan produksi dan peredaran OBRA ini. n<br />

Majalah Majalah detik detik 23 - 2923 juni - 29 2014 juni 2014


nasional<br />

Rumah Sesudah<br />

Lengser Keprabon<br />

Yudhoyono mengeluarkan aturan baru soal pengadaan rumah bagi mantan<br />

presiden dan mantan wakil presiden. Tidak ada lagi batasan harga Rp 20 miliar.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Jusuf Kalla<br />

Lamhot Aritonang/detikfoto<br />

Dari empat rumah bernomor 10-<br />

A, 10-B, 10-C, dan 10-D di Jalan<br />

Brawijaya IV, Jakarta Selatan, hanya<br />

satu yang tampak terawat karena<br />

berpenghuni. Tiga lainnya kumuh tak terurus.<br />

Cat temboknya mengelupas di sana-sini. Atap<br />

serta lantainya kotor dan rusak. Sedangkan halaman<br />

rumah seluas sekitar 200 meter persegi<br />

itu sebagian ditumbuhi rumput liar.<br />

Pemandangan di Kompleks Perum Percetakan<br />

Uang RI (Peruri) itu kontras dengan mayoritas<br />

bangunan di kawasan elite tersebut, yang<br />

berdesain modern dan megah. Apalagi jumlah<br />

penghuni perumahan itu terus menyusut. Dari<br />

32 rumah, kata seorang petugas keamanan,<br />

Markeso, hanya delapan yang terisi, sisanya dibiarkan<br />

kosong. Biasanya penghuni<br />

angkat<br />

kaki setelah<br />

pensiun<br />

atau naik jabatan. “Jadi enggak aneh kalau<br />

enggak terurus,” kata pria berusia 55 tahun itu,<br />

Senin, 16 Juni lalu.<br />

Keempat rumah tua itu berada tepat di<br />

belakang kediaman pribadi Jusuf Kalla, yang<br />

menghadap ke Jalan Brawijaya Raya. Wacana<br />

menghibahkan rumah-rumah tersebut kepada<br />

JK―panggilan akrab Jusuf Kalla--yang pada<br />

2009 lengser dari jabatan wakil presiden, muncul<br />

sejak empat tahun lalu.<br />

Undang-undang mengatur setiap mantan<br />

presiden dan bekas wakil presiden berhak<br />

mendapatkan rumah sebagai penghargaan negara<br />

atas jasa-jasa mereka. Namun hingga kini<br />

rencana pemberian rumah kepada JK itu tak<br />

kunjung direalisasi, sampai 3 Juni lalu Presiden<br />

Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan<br />

Presiden Nomor 52 Tahun 2014 tentang<br />

Pengadaan dan Standar Rumah bagi Mantan<br />

Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden.<br />

Aturan itu dikeluarkan sebagai pengganti<br />

Perpres Nomor 88 Tahun 2007, yang menggantikan<br />

Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun<br />

2004. Perbedaan paling mencolok antara perpres<br />

baru dan lama adalah mengenai batas-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Menteri Keuangan<br />

M. Chatib Basri<br />

rachman/detikfoto<br />

an anggaran yang dialokasikan negara untuk<br />

pengadaan rumah itu.<br />

Perpres 88, Pasal 2 ayat (1), mengatur anggaran<br />

pengadaan rumah bagi mantan presiden dan<br />

mantan wapres dipatok Rp 20 miliar, meskipun<br />

pada ayat (4) disebutkan nilai itu bisa disesuaikan<br />

berdasarkan tingkat inflasi dan kelayakan<br />

rumah. Batasan anggaran ini ditiadakan pada<br />

Perpres Nomor 52.<br />

Alasannya, menurut Menteri Keuangan Chatib<br />

Basri, angka Rp 20 miliar itu mengacu pada<br />

harga properti 2004. Aturan mesti diganti<br />

setiap tahun jika nilai rumah dipatok<br />

angka tertentu. Sebab, kenaikan<br />

harga properti bisa mencapai 30<br />

persen per tahunnya. “Ini menjadi<br />

tidak efisien,” ujar Chatib, Jumat,<br />

13 Juni lalu.<br />

Aturan baru itulah yang<br />

disebut Sekretaris Kabinet<br />

Dipo Alam dibuat untuk<br />

membela kepentingan<br />

mantan<br />

wapres Jusuf<br />

Kalla. Menurut<br />

Dipo, calon wakil presiden yang berpasangan<br />

dengan Joko Widodo itu menginginkan<br />

rumah di dekat kediaman pribadinya. Tapi<br />

harga rumah tersebut terus melambung. “Nah,<br />

sekarang dibikin (perpres) yang fleksibel,” tutur<br />

Dipo beberapa waktu lalu.<br />

Pernyataan Dipo tak urung membuat Kalla<br />

gerah. Ia mengaku tak pernah meminta dibelikan<br />

rumah. Menteri-Sekretaris Negara Sudi<br />

Silalahi justru yang menyambangi kediamannya<br />

dan menawarinya rumah setelah JK tak<br />

lagi menjabat, pada Januari 2010. JK awalnya<br />

menolak karena ia merasa sudah punya tempat<br />

tinggal.<br />

Namun, dengan argumen Sudi, JK akhirnya<br />

luluh dan memilih deretan rumah tua di<br />

belakang rumahnya saat ini. Selain memang<br />

JK tinggal di kawasan tersebut, rumah yang<br />

ditunjuk JK adalah bangunan tak berpenghuni<br />

dan tidak terurus. “Rumah itu milik Peruri yang<br />

orang-orangnya pindah ke Karawang,” ucap JK<br />

melalui pesan pendek kepada majalah detik,<br />

Rabu, 18 Juni lalu.<br />

Kalla tak pernah menanyakan soal hadiah<br />

negara itu kendati sudah empat tahun berlalu.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Sekretaris Kabinet<br />

Dipo Alam<br />

Widodo S. /antarafoto<br />

Tapi, menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia<br />

ini, pernyataan Dipo Alam mengesankan<br />

bahwa dialah yang minta rumah tersebut.<br />

“Padahal Sesneg (Sudi Silalahi) bilang, ‘Kami<br />

melanggar undang-undang kalau (mantan<br />

presiden/wakil presiden) tidak dikasih.’ Nanti<br />

presiden berikutnya bahaya kalau saya tidak<br />

mau,” katanya. “Saya tidak pernah bicara satu<br />

kata pun tentang itu.”<br />

Entah apa yang membuat rencana itu mangkrak<br />

bertahun-tahun. Pada pertengahan 2010<br />

atau beberapa bulan setelah JK “menunjuk”<br />

rumah tua di Kompleks Peruri, wacana itu<br />

memunculkan polemik. Bukan soal harganya<br />

yang tinggi, melainkan belum adanya instruksi<br />

yang ditunggu Peruri dari Kementerian Badan<br />

Usaha Milik Negara. Memang ada surat dari<br />

kementerian itu, tapi isinya tak secara gamblang<br />

memerintahkan Peruri menjual<br />

asetnya tersebut kepada pemerintah.<br />

Sebaliknya, menurut Direktur Peruri<br />

saat itu, Junino Jahja, surat tersebut<br />

malah meminta perusahaan<br />

percetakan uang tersebut mengajukan<br />

permohonan pelepasan<br />

aset. Nah, hal itulah yang membuat Peruri<br />

menolak melepas asetnya di Jalan Brawijaya IV.<br />

“Kami untuk kepentingan apa (melepas aset)?<br />

Ini bisa jadi bahaya, bisa jadi masalah di kemudian<br />

hari,” ujarnya pada 21 Juni 2010. Menurut<br />

mantan Deputi Wakil Ketua Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi itu, masalah tersebut selesai jika<br />

Kementerian BUMN memberikan instruksi.<br />

Pada hari yang sama, Sekretaris Menteri<br />

BUMN—saat itu—Said Didu mengatakan<br />

penjualan aset Peruri tidak menabrak aturan<br />

apa pun. Sebab, yang akan membelinya adalah<br />

pemerintah. “Di mana masalahnya?” tuturnya.<br />

Pemerintah juga melakukan hal yang sama<br />

untuk mantan presiden Megawati Soekarnoputri.<br />

Rumah yang kini ditempati Megawati di<br />

Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, juga<br />

dibeli dari Bank Mandiri dan Pertamina. “Dulu<br />

(rumah itu) juga dibeli dan mekanismenya<br />

sama,” ucap Said.<br />

Belum jelas apakah keluarnya Perpres Nomor<br />

52 Tahun 2014 bakal menyudahi masalah.<br />

Saat dihubungi terpisah, Direktur Utama Peruri<br />

Prasetio mengaku belum mendapat informasi<br />

terbaru soal rencana pemerintah membeli aset<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Kediaman Megawati<br />

Soekarnoputri di Jalan Teuku<br />

Umar, Menteng, Jakarta<br />

Pusat.<br />

detikcom<br />

perusahaan tersebut, baik dari Sekretariat Negara<br />

maupun Kementerian Keuangan. Kendati<br />

begitu, Prasetio menyatakan akan tetap mengikuti<br />

mekanisme penjualan aset sesuai dengan<br />

aturan. “Baik kebijakan maupun persetujuan<br />

atas proses penjualannya harus taat asas korporasi<br />

dan prinsip-prinsip BUMN,” ucapnya.<br />

Sementara itu, Dipo Alam mengatakan tahun<br />

ini belum ada anggaran untuk pengadaan<br />

rumah bagi mantan presiden dan wapres, termasuk<br />

untuk Yudhoyono dan wakilnya, Boediono,<br />

yang mengakhiri jabatan pada Oktober<br />

mendatang. Padahal perpres itu mengatur, rumah<br />

bagi mantan presiden atau wapres harus<br />

tersedia sebelum ia berhenti dari jabatannya.<br />

Mengenai hal ini, juru bicara wapres Yopie<br />

Hidayat mengatakan Boediono belum berpikir<br />

soal rumah yang ingin ditempatinya setelah<br />

tak lagi menjabat. “Masih cukup waktu,” katanya.<br />

Adapun juru bicara presiden Julian Aldrin<br />

Pasha menampik anggapan bahwa aturan baru<br />

itu dibuat demi kepentingan Yudhoyono, yang<br />

empat bulan lagi akan lengser keprabon. n<br />

Kustiah, M. Rizal | Dimas<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


nasional<br />

Poin-poin dalam Perpres Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengadaan dan<br />

sTandar Rumah bagi Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden.<br />

*Tentang Kelayakan Rumah<br />

Pasal 2 ayat (1)<br />

-Berada di wilayah Republik Indonesia;<br />

-Lokasi yang mudah dijangkau dengan jaringan jalan<br />

yang memadai;<br />

-Memiliki bentuk, luas, dimensi, desain, dan tata letak<br />

ruang yang dapat mendukung keperluan dan aktivitas<br />

mantan presiden atau mantan wakil presiden dan keluarganya;<br />

-Tidak menyulitkan penanganan keamanan dan keselamatan<br />

mantan presiden dan/atau wapres beserta keluarga.<br />

Pasal 2 ayat (2)<br />

Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri<br />

Keuangan.<br />

*Pelaksanaan Pengadaan<br />

Pasal 3 ayat (1)<br />

-Dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara, berpedoman<br />

pada ketentuan peraturan perundang-undangan.<br />

-Rumah bagi mantan presiden dan/atau mantan wapres<br />

harus tersedia sebelum presiden dan/atau wapres tersebut<br />

berhenti dari jabatannya.<br />

*Anggaran<br />

Pasal 4 ayat (1)<br />

Dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />

c.q. Bagian Anggaran Kementerian Sekretariat Negara<br />

paling lambat pada satu tahun anggaran sebelum presiden<br />

dan/atau wapres tersebut berhenti dari jabatannya.<br />

Sumber: PP Nomor 52/2014<br />

Majalah detik 23 7 - 13 - 29 april juni 2014


interview<br />

Lukman Hakim Saifuddin:<br />

Saya Bukan<br />

Menyelamatkan<br />

Suryadharma<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

S<br />

Di sisa waktu yang sempit, ia bertekad membenahi manajemen haji. Lebih<br />

luwes berbicara soal pluralitas dan toleransi antarumat beragama.<br />

ejak awal terbentuknya Kabinet Indonesia<br />

Bersatu, Lukman Hakim Saifuddin mengaku<br />

ditawari menjadi menteri. Tapi justru baru di<br />

masa bakti yang tersisa empat bulan ini ia bersedia<br />

dilantik menjadi Menteri Agama. Lukman<br />

menggantikan koleganya di Partai Persatuan<br />

Pembangunan, Suryadharma Ali, yang mengundurkan<br />

diri karena ditetapkan sebagai tersangka<br />

kasus korupsi. Jabatan Menteri Agama<br />

menjadi istimewa bagi pria kelahiran Jakarta,<br />

25 November 1962, ini. Sebab, ayahnya, KH<br />

Saifuddin Zuhri, menempati pos yang sama<br />

pada 1962-1967.<br />

“Saya kayak mimpi saja ketika tiba-tiba<br />

harus menjadi Menteri Agama. Saya merasa<br />

ada panggilan tersendiri,” kata Lukman kepada<br />

majalah detik di kantor Kementerian Agama,<br />

18 Juni lalu.<br />

Lukman memaparkan beberapa persoalan<br />

yang dibahasnya bersama Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi soal perbaikan manajemen penyelenggaraan<br />

haji. Wawasan alumnus Pondok<br />

Pesantren Modern Gontor ini soal isu pluralitas<br />

dan toleransi antarumat beragama juga terasa<br />

lebih luwes. Dia, misalnya, tak serta-merta<br />

menyalahkan kehadiran kaum Ahmadiyah.<br />

Apalagi hendak memaksa mereka kembali<br />

bersyahadat seperti banyak didengungkan<br />

sebelumnya. Seperti apa persisnya pandangan<br />

Lukman soal perbaikan manajemen haji dan<br />

toleransi? Simak petikan perbincangannya<br />

berikut ini.<br />

Sehari setelah dilantik, Anda mendatangi<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi. Ada apa?<br />

Penyelenggaraan haji ini menjadi fokus kami<br />

dalam empat bulan ke depan, sehingga saya<br />

sangat berkepentingan mendatangi KPK untuk<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

KPK. Ada sejumlah masalah yang perlu mendapatkan<br />

kesamaan cara pandang, sehingga<br />

tidak akan menimbulkan masalah di kemudian<br />

hari.<br />

Video<br />

mengetahui apa saja hasil-hasil pemantauan<br />

lembaga itu, sekaligus apa saja rekomendasirekomendasinya.<br />

Pada saat yang sama, saya<br />

juga menyampaikan hasil temuan dan masukan-masukan<br />

dari kalangan internal kepada<br />

Apa persoalan krusial dalam penyelenggaraan<br />

haji yang berpotensi menimbulkan<br />

masalah hukum?<br />

Misalnya soal sisa kuota (jemaah) pemberangkatan.<br />

Ini selalu menjadi masalah karena,<br />

faktanya, sisa kuota itu sesuatu yang tidak bisa<br />

dihindarkan. Hal itu bisa terjadi karena ada jemaah<br />

haji yang telah ditetapkan untuk berangkat<br />

pada tahun tertentu, namun, karena satu<br />

dan lain hal, berhalangan. Misalnya meninggal,<br />

sakit, atau salah satu pasangannya, istri atau<br />

suami, tak bisa berangkat secara bersamaan<br />

pada saat itu, sehingga mereka membatalkan<br />

diri. Akhirnya terjadilah kekosongan.<br />

Lantas, siapa yang mengisi kekosongan itu?<br />

Ya, tentu, sesuai dengan sistem urut kacang,<br />

mereka yang berada pada urutan teratas dalam<br />

daftar tunggu. Masalahnya, ternyata tidak<br />

semua orang yang masuk dalam urutan atas<br />

itu semua siap. Ada berbagai alasan, karena<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

kesiapan mental, dana, kesehatan, dan sebagainya.<br />

Akhirnya, terjadilah sisa kuota.<br />

Ini yang kemudian dinilai menjadi potensi<br />

penyimpangan?<br />

Ya. Karena keterbatasan waktu dan berdasarkan<br />

peng alaman menteri-menteri<br />

terdahulu, itu digunakan untuk memenuhi<br />

permintaan berbagai kalangan. Mulai instansi<br />

pemerintah, lembaga negara, ormas<br />

keagamaan, tokoh-tokoh masyarakat, termasuk<br />

dari teman-teman kalangan pers. Semua<br />

merasa perlu diprioritaskan. La, apa enggak<br />

bikin pusing itu? Karena asas manfaat,<br />

mengingat sewa pemondokan, transportasi,<br />

dan lainnya sudah dibayar, maka digunakan<br />

untuk itu. Tapi mereka bayar ongkos sendiri,<br />

bukan dari dana haji. Cuma tidak ikut antre<br />

saja. Inilah yang dinilai tidak adil.<br />

Secara legal-formal, pemanfaatan sisa<br />

kuota itu diizinkan?<br />

Dalam hal ini tidak ada aturan yang tegas.<br />

Dalam ketentuan, harus dikembalikan pada<br />

daerah yang mendapat kuota tersebut untuk<br />

Rachman Haryanto/detikcom<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Jadi, pemanfaatan sisa kuota itu memang<br />

tidak ada landasan hukumnya?<br />

Tidak ada aturan yang secara eksplisit<br />

memperbolehkan seperti itu. Tapi ini merupakan<br />

kebijakan yang ditempuh oleh peme-<br />

interview<br />

digunakan secara maksimal dengan diberikan<br />

kepada urutan berikutnya, berdasarkan urut<br />

kacang. Hanya, dalam kenyataannya, pemanfaatan<br />

itu tidak bisa dilakukan secara maksimal<br />

karena berbagai alasan tadi. Itulah antara lain<br />

yang saya konsultasikan kepada KPK, sehingga,<br />

ke depan, kalau di kemudian hari ada masalah,<br />

saya tidak dipermasalahkan.<br />

Menurut Anda sendiri, sebaiknya bagaimana?<br />

Ya, kalau saya mau mencari safe, demi keselamatan<br />

saya, ya sisa kuota berapa pun adanya itu<br />

dikembalikan saja. Tetapi, yang saya minta, jangan<br />

sampai nanti (oleh KPK) saya justru dianggap<br />

inefisiensi. Tidak bisa menyerap secara maksimal,<br />

padahal tempat pemondokan, transportasi, dan<br />

konsumsi di Mekah dan Madinah itu sudah disewa,<br />

dibayar. La, kalau kemudian tidak terisi, itu<br />

kan inefisiensi. Masalah lagi, kan?<br />

Sehari setelah dilantik menjadi Menteri Agama, Lukman<br />

menyambangi gedung KPK, 10 Juni.<br />

lamhot aritonang/detikcom<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

Hotel Ahmed al-Hamid<br />

di Jeddah, yang akan<br />

digunakan jemaah haji<br />

Indonesia tahun ini.<br />

Kemenag go Id<br />

rintah, yang di kemudian hari dipermasalahkan<br />

KPK.<br />

Apa solusi alternatif yang dihasilkan<br />

bersama KPK?<br />

Belum ada solusi yang benar-benar mujarab.<br />

Soal sewa pemondokan, transportasi,<br />

dan konsumsi tak bisa direnegosiasi bila<br />

ada sisa kuota?<br />

Persoalannya, masalah ini kan bukan G<br />

to G, tetapi dengan pihak pemilik atau broker-broker.<br />

Tetapi broker itu kan berlisensi,<br />

kredibel. Dan yang menjadi masalah kan<br />

dalam sewa itu satu paket. Misalnya kita<br />

sewa satu kompleks pemondokan yang<br />

isinya 25 bangunan. Nah, ketika yang kita<br />

butuhkan ternyata hanya 20 bangunan,<br />

yang 5 bangunan itu juga harus dibayar.<br />

Tidak bisa tidak. Ini yang kemudian dinilai<br />

merugikan negara.<br />

Ini yang sedang kami cari persamaan persepsi<br />

(dengan KPK). Karena, di lapangan, kenyataannya,<br />

tentu ada deviasi-deviasi, tinggal<br />

berapa besar deviasi itu bisa ditoleransi.<br />

Bukan berarti kita membenarkan penyelewengan<br />

atau penyalahgunaan wewenang...<br />

bukan, bukan itu.<br />

Selain teknis penyelenggaraan haji yang<br />

berpotensi diselewengkan, bagaimana<br />

soal pengelolaan dana?<br />

Kami saat ini tengah mendorong lahirnya<br />

undang-undang yang memungkinkan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

berdirinya lembaga independen semacam<br />

BLU (Badan Layanan Umum), yang khusus<br />

mengelola dana haji. Mereka yang duduk di<br />

dalam lembaga itu tidak harus pegawai negeri<br />

sipil atau dari lingkungan kementerian<br />

ini saja. Mereka bisa berasal dari luar atau<br />

bahkan kalangan swasta. Syaratnya berintegritas,<br />

berkualitas, dan profesional. Jadi,<br />

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji<br />

tak lagi mengelola dana. Kami juga minta<br />

agar ada verifikasi yang intensif terhadap<br />

kondisi pemondokan di Mekah. Jangan sampai<br />

ada yang berusia tua. Begitu juga sarana<br />

transportasi, seperti bus dan katering.<br />

Beberapa kalangan menduga kedatangan<br />

Anda ke KPK sebagai bagian dari upaya<br />

menyelamatkan SDA?<br />

Ha-ha-ha..., sama sekali tidak benar. Bagaimana<br />

mau menyelamatkan Pak SDA? Kita<br />

hormati saja proses hukum. KPK tidak bisa<br />

diintervensi, apalagi yang mengintervensi<br />

saya.<br />

Kemenag go Id<br />

Anda merasa ada distorsi kepercayaan<br />

masyarakat terhadap kementerian ini?<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

Oh, iya, iya, saya menyadari betul hal itu.<br />

Beberapa kasus yang terjadi belakangan<br />

memang menjadikan tingkat kepercayaan<br />

publik terhadap Kementerian Agama berada<br />

pada titik yang cukup rendah. Bahkan mungkin<br />

terendah dalam sejarah kementerian ini.<br />

Karena itulah menjadi tanggung jawab saya<br />

untuk mengembalikan kepercayaan itu. Karena<br />

itu, penyelenggaraan ibadah haji tahun<br />

ini menjadi pertaruhan bagi kami, apakah<br />

bisa memenuhi harapan masyarakat atau,<br />

kalau tidak bisa, masyarakat bisa mengerti<br />

apa duduk masalahnya.<br />

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi ucapan selamat kepada Lukman<br />

Hakim Saifuddin, yang dilantik menjadi Menteri Agama di Istana Negara, Jakarta,<br />

Senin (9/6).<br />

abror rizki/rumnggapres<br />

Pekerjaan besar Anda yang lain adalah<br />

isu pluralitas terkait keyakinan. Bagaimana<br />

Anda melihat?<br />

Ini persoalan klasik yang sudah ada sejak<br />

berabad-abad lalu. Jangan pernah punya pretensi,<br />

persoalan seperti itu akan hilang atau<br />

berhenti. Mengapa? Karena ini persoalan<br />

keyakinan yang ada dalam diri masing-masing<br />

orang. Sedangkan keyakinan atau agama itu<br />

mempunyai misi dakwah, menyebarluaskan<br />

ajaran. Karena itu, gesekan-gesekan pun akan<br />

terjadi. Saya mengajak semua agama, terutama<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

Menteri Agama Lukman<br />

Hakim Saifuddin (tengah)<br />

bersama Wakil Ketua KPK<br />

Busyro Muqoddas (kedua<br />

dari kanan) dan Bambang<br />

Widjojanto (kedua dari<br />

kiri) memaparkan hasil<br />

pertemuan, Selasa (10/5).<br />

Yudhi Mahatma/ANTARA FOTO<br />

tokoh-tokoh agama, untuk menyebarkan agamanya<br />

sesuai dengan esensi dari agamanya.<br />

Tujuan agama itu kan memanusiakan manusia,<br />

perdamaian, keselamatan. Seharusnya itu yang<br />

dikedepankan.<br />

Jadi, soal toleransi?<br />

Iya, toleransi itu kan kemampuan untuk<br />

mengerti dan memahami orang lain. Jangan<br />

bicara toleransi bila ternyata tidak memahami<br />

atau mengerti apa kebutuhan dan keberadaan<br />

orang lain. Jangan bicara toleransi kalau hanya<br />

banyak menuntut orang lain mengerti dan<br />

memahami dirinya. Seharusnya juga proaktif,<br />

dirinyalah yang proaktif mengerti dan memahami<br />

orang lain yang berbeda dengan dirinya.<br />

Terlebih, faktanya, Indonesia itu majemuk,<br />

plural.<br />

Beberapa waktu lalu ada pernyataan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

agar Ahmadiyah tidak memakai embelembel<br />

Islam hingga mereka bersyahadat<br />

kembali. Menurut Anda?<br />

Begini, dalam hal itu, prosesnya, yang mainstream<br />

atau yang arus besar harus memiliki<br />

kesediaan untuk mengayomi yang belum besar.<br />

Sebab, mereka itulah yang perlu dirangkul<br />

dan diajak untuk mengedepankan titik-titik<br />

persamaannya. Tetapi kita juga harus memiliki<br />

kesadaran bahwa sesungguhnya perbedaan itu<br />

sunatullah, sesuatu yang given. Memang dari<br />

sananya Tuhan itu menciptakan perbedaanperbedaan<br />

itu. Jadi, kesadaran seperti itu yang<br />

harus dibangun.<br />

Artinya, eksistensi aliran dan keyakinan<br />

yang berbeda, seperti Ahmadiyah dan<br />

Syiah, juga diakui?<br />

Ya, saya pikir harus ada kesadaran memahami<br />

itu, karena yang dituntut dari kita<br />

adalah mengajak (memahami keyakinan<br />

kita). Soal hasilnya, itu bukan urusan kita<br />

lagi, tapi urusan pribadi masing-masing<br />

dengan Yang Ada di Sana (Tuhan). ■<br />

ARIF ARIANTO<br />

Andika Wahyu/ANTARA FOTO<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


interview<br />

BIODATA<br />

Nama: Lukman Hakim Saifuddin<br />

Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta,<br />

25 November 1962<br />

Istri: Trisna Willy<br />

Anak: Naufal Zilal Kemal, Zahira<br />

Humaira, Sabilla Salsabilla<br />

Pendidikan:<br />

• Pondok Pesantren Modern<br />

Gontor, Ponorogo, Jawa<br />

Timur, 1983<br />

• Sarjana (S-1) Universitas Islam<br />

As-Syafi’iyah Jakarta, 1990<br />

OrganISaSI:<br />

• Wakil Sekretaris Pimpinan<br />

Pusat Lembaga Kemaslahatan<br />

Keluarga NU, 1985-1988.<br />

• Sekretaris Lajnah Kajian dan<br />

Pengembangan Sumber<br />

Daya Manusia NU, 1988-1999<br />

• Wakil Ketua Umum PPP,<br />

2009 sampai sekarang<br />

Karier:<br />

• Wakil Ketua MPR RI Periode<br />

2009-2014<br />

• Anggota DPR RI Periode<br />

2004-2009<br />

• Anggota DPR RI Periode<br />

1999-2004<br />

• Anggota DPR RI Periode<br />

1997-1999<br />

• Project Manager Helen Keller<br />

International, Jakarta, 1995-<br />

1997<br />

Karya:<br />

Buku Riwayat Hidup dan Perjuangan<br />

PROF. K.H. SAIFUDDIN<br />

ZUHRI Ulama Pejuang Kemerdekaan,<br />

2013. Disusun bersama<br />

Ali Zawawi, Zubairi Hasan, dan<br />

Sahlul Fuad.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

Setelah<br />

Karminah<br />

Menagih Jatah<br />

Seorang ibu dituntut 2 tahun<br />

penjara setelah meminta hak atas<br />

saham perusahaan kepada mantan<br />

suaminya untuk kedua anak mereka.<br />

Didakwa melakukan percobaan<br />

eksploitasi anak.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

Karminah ingin<br />

memperjuangkan hak-hak<br />

kedua anaknya.<br />

ANGLING ADHITYA/DETIKCOM<br />

Pesan yang dikirim Co dan Ca, yang<br />

baru berusia 12 dan 10 tahun, ternyata<br />

berbuntut panjang. Medio Juli 2012,<br />

dua kakak-adik tersebut mengirim<br />

pe san ke akun Facebook Gerhard Bessler. Gerhard,<br />

atau yang disapa Gerry, dalam pesan itu<br />

tak lain adalah komisaris sebuah perusahaan di<br />

Semarang, Jawa Tengah, tempat ayah mereka,<br />

Vincent A. Cantaert, menjabat direktur.<br />

Melalui pesan itu Co dan Ca meminta bantuan.<br />

Kedua bocah itu menulis bahwa ibu mereka,<br />

Karminah, 38 tahun, menangis setiap hari<br />

lantaran sang ayah ingkar janji untuk membagi<br />

saham perusahaannya kepada mereka. “Dia<br />

juga berjanji memberi keuntungan (perusahaan)<br />

setiap tahun, tapi sampai 5 tahun dia tidak<br />

melakukan,” begitu antara lain isi surat yang<br />

ditulis dalam bahasa Inggris tersebut.<br />

Tak lama setelah pesan itu dikirim, pada 26 Juli<br />

2012 Vincent melaporkan Karminah ke Kepolisian<br />

Resor Kota Besar Semarang. Vincent menuduh<br />

mantan istrinya itu melakukan tindak pidana<br />

percobaan eksploitasi anak. Laporan tersebut<br />

membuat Karminah dijerat sejumlah pasal, antara<br />

lain Pasal 77 subsider Pasal 88 Undang-Undang<br />

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan<br />

Anak, juncto Pasal 53 ayat 1 Kitab Undang-Undang<br />

Hukum Pidana (KUHP).<br />

Sejak Maret lalu perkara tersebut bergulir<br />

di Pengadilan Negeri Semarang. Pada sidang<br />

yang dipimpin ketua majelis hakim Maryana,<br />

Rabu, 11 Juni 2014, jaksa dari Kejaksaan Negeri<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

getty images<br />

Semarang menuntut Karminah 2 tahun penjara<br />

dan membayar ganti rugi Rp 2.500.000 subsider<br />

3 bulan kurungan.<br />

Kasus hukum yang menimpa warga Perumahan<br />

Villa Aster, Srondol, Semarang, itu berawal dari<br />

pernikahannya dengan Vincent pada 2001. Perjumpaan<br />

keduanya bermula dari hubungan bisnis.<br />

Vincent adalah konsumen per alatan komputer di<br />

perusahaan tempat Karminah bekerja.<br />

Dari perkawinan itu mereka dikaruniai dua<br />

anak; Co lahir pada 2002, dan Ca dua tahun<br />

kemudian. Namun, setelah empat tahun menikah,<br />

rumah tangga mereka dirundung masalah.<br />

Pada 2 November 2006, Karminah melaporkan<br />

suaminya ke polisi karena ia mengalami kekerasan<br />

dalam rumah tangga.<br />

Di tengah proses hukum yang bergulir, keduanya<br />

sepakat berpisah. Vincent dan Karminah<br />

juga membicarakan harta gana-gini dan hak<br />

asuh anak mereka. Namun Vincent mengajukan<br />

syarat: Karminah diminta mencabut<br />

laporannya. “Saya cabut, kemudian terjadi kesepakatan<br />

damai,” kata Karminah saat ditemui<br />

majalah detik, Selasa, 17 Juni lalu.<br />

Salah satu isi kesepakatan damai itu antara lain<br />

kedua anak mereka mendapat 12,5 persen dari<br />

saham yang diwakilkan ibu dengan menunjuk<br />

ayah sebagai manajer. “Kalau profit (keuntungan)<br />

dibagi ke anak lewat ibu untuk kepentingan anak,”<br />

ujarnya.<br />

Karminah mengakui mantan suaminya itu<br />

sudah menafkahinya untuk biaya pendidikan dan<br />

kesehatan dua anak mereka. Namun pembagian<br />

keuntungan dan kepemilikan saham, sesuai perjanjian,<br />

tak pernah dipenuhi sejak 2006 hingga<br />

2012. Karminah sudah dua kali melayangkan somasi.<br />

Lalu tebersit idenya untuk meminta bantuan<br />

Gerhard Bessler, rekan kerja eks suaminya itu.<br />

“Tapi saya tidak tahu bagaimana menghubungi<br />

partnernya, yang biasa kami panggil Gerry itu,”<br />

tutur Karminah.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

Vincent<br />

memperkarakan<br />

mantan istrinya itu<br />

lantaran merasa<br />

dipersulit menemui<br />

kedua anaknya.<br />

Nah, anak pertamanya, Co, ternyata berteman<br />

dengan Gerry melalui Facebook. Atas<br />

dasar itulah Karminah meminta kedua anaknya<br />

mengirim pesan melalui media sosial tersebut.<br />

Pesan ini yang akhirnya membawa Karminah<br />

ke kursi pesakitan sebagai terdakwa kasus eksploitasi<br />

anak.<br />

Dalam pemeriksaan, Karminah dituding<br />

sebagai orang yang mengetik pesan<br />

kepada Gerry. Setidaknya ada 3<br />

dakwaan yang dituduhkan, yaitu<br />

melakukan percobaan eksploitasi<br />

ekonomi, diskriminasi<br />

anak, dan eksploitasi anak.<br />

Dalam berkas tuntutan<br />

yang dibacakan jaksa Meta<br />

Permatasari pada Rabu dua<br />

pekan lalu, disebutkan, berdasarkan<br />

keterangan para saksi<br />

dan barang bukti, terdakwa Karminah<br />

terbukti melakukan tindak<br />

percobaan eksploitasi terhadap<br />

anak kandungnya untuk kepentingan<br />

pribadi. “Terdakwa juga memberi keterangan<br />

berubah-ubah,” ucapnya.<br />

Jaksa juga menyebut kedua anak itu sengaja<br />

dipengaruhi untuk melakukan pemerasan terhadap<br />

saksi pelapor Vincent Cantaert, eks suami<br />

terdakwa, untuk memperoleh harta. Karminah<br />

juga dituduh mengancam akan mempublikasikan<br />

kepada media apabila tidak mendapat bagian<br />

saham dan keuntungan perusahaan.<br />

“Terdakwa juga memberikan kesaksian yang<br />

tidak benar terkait rumah dan mobil yang diberikan<br />

saksi pelapor sebagai kompensasi nikah,” kata<br />

jaksa Meta, yang menyebut memiliki bukti-bukti<br />

yang mendukung hal itu.<br />

Vincent memperkarakan mantan istrinya<br />

itu lantaran merasa dipersulit menemui kedua<br />

anaknya. Bos perusahaan berusia 59 tahun,<br />

yang sudah 15 tahun menetap di Semarang, itu<br />

beberapa waktu lalu mengatakan pemidanaan<br />

bekas istrinya itu dilakukan karena semua upaya<br />

gagal, termasuk mediasi.<br />

Saat memberi keterangan di pengadilan,<br />

Vincent juga membantah tuduhan Karminah.<br />

Dia menegaskan telah menghibahkan sebuah<br />

rumah seharga Rp 400 juta, uang tunai lebih<br />

dari Rp 1 miliar, hingga asuransi senilai puluhan<br />

juta rupiah untuk kedua anaknya itu. Sedangkan<br />

untuk Karminah, Vincent mengaku telah<br />

membelikan sebuah mobil baru.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


hukum<br />

Pengacara terdakwa,<br />

Evarisan.<br />

ANGLING ADHITYA/DETIKCOM<br />

Kuasa hukum Karminah dari Lembaga<br />

Bantuan Hukum Semarang, Evarisan, menilai<br />

telah terjadi penyimpangan hukum UU<br />

Perlindungan Anak dalam peradilan kliennya.<br />

Sebab, polisi dan jaksa hanya menggunakan<br />

pe san di media sosial sebagai bukti, materi<br />

yang masuk dalam UU Informasi dan Transaksi<br />

Elektronik.<br />

“Peradilan sesat dimulai dari penyidikan<br />

di kepolisian sampai persidangan. Jika nanti<br />

putusannya bersalah dan menggunakan UU<br />

Perlindungan Anak, hakim menjadi pelaku peradilan<br />

sesat,” ujarnya saat ditemui di kantor<br />

LBH Semarang.<br />

Apalagi, perjanjian pembagian jatah saham<br />

yang disepakati Vincent dan Karminah juga tidak<br />

gamblang. “Yang dilakukan Mbak Karminah<br />

adalah bentuk perjuangan ibu mendapatkan<br />

hak-hak anaknya,” tutur Evarisan.<br />

Adapun Karminah membantah tuduhan<br />

telah mempersulit Vincent menemui<br />

anak-anaknya. Ia mengklaim Vincent sering<br />

bertemu dengan Co dan Ca, bahkan sempat<br />

mengajak ke luar negeri. “Sejak cerai, ada<br />

kesepakatan hari Sabtu dan Minggu Vincent<br />

bertemu anak-anak,” ucapnya.<br />

Secara terpisah, Ketua Komisi Nasional Perlindungan<br />

Anak, Arist Merdeka Sirait, mengatakan,<br />

penggunaan anak sebagai tameng untuk memperoleh<br />

harta memang tidak diperbolehkan.<br />

“Karena, kalau sudah berpisah, harta dibagi dua.<br />

Setengah suami dan setengah untuk istri, yang<br />

nantinya akan diwariskan pada anak-anak,” kata<br />

dia.<br />

Pekan ini persidangan memasuki tahap<br />

pembelaan. Pro dan kontra masih akan berlanjut.<br />

■ ANGLING ADHITYA PURBAYA (Semarang), JAFFry PRABU<br />

prakoSA | M. RIZal<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Awas,<br />

Sindikat<br />

Penjual<br />

Gadis<br />

Seorang gadis belia asal Indramayu dipaksa<br />

bekerja 15 jam per hari melayani pria hidung<br />

belang dan tidak digaji. Diselamatkan<br />

seorang pengunjung.<br />

ilustrasi: edi wahyono<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Dua pekerja seks muda<br />

menanti pelanggan di<br />

kawasan prostitusi Dolly,<br />

Surabaya.<br />

Sigit Pamungkas/REUTERS<br />

Pintu masuk sebuah tempat hiburan<br />

malam di Jalan Pangeran Jayakarta,<br />

kawasan Mangga Besar, Jakarta Pusat,<br />

itu tak pernah sepi. Beberapa pria<br />

berlalu-lalang melalui pintu yang dijaga petugas<br />

keamanan berbadan tegap dan berkaus ketat.<br />

Semakin malam, bangunan berkelir ungu yang<br />

di dalamnya terdapat bar hingga layanan pijat<br />

plus-plus itu kian ramai.<br />

Begitu masuk, terlihat pemandangan “menggoda”.<br />

Sejumlah perempuan muda berpakaian<br />

minim tengah bercengkerama. Beberapa lainnya<br />

duduk berjajar di sebuah ruangan yang<br />

dibatasi dinding kaca. “Silakan pilih, Bos,” se-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Sejumlah gadis belia pekerja<br />

seks menanti pelanggan<br />

di pinggir sebuah jalan di<br />

Jakarta.<br />

muda, Bos,” ujarnya. Para perempuan muda<br />

di balik kaca itu bisa diajak “kencan” dengan<br />

kamuflase sebagai terapis pijat. Untuk tiap satu<br />

jam berkencan, tamu mesti merogoh kocek Rp<br />

300-400 ribu.<br />

Karena itu, selain bar, tempat hiburan tersebut<br />

menyediakan sejumlah kamar. Ada dua<br />

kelas kamar, yakni VIP dan kamar biasa. Masing-masing<br />

dilengkapi kamar mandi di dalam.<br />

Di tempat itulah S, yang baru berusia 15 tahun,<br />

diduga dipekerjakan. Gadis di bawah umur asal<br />

Indramayu, Jawa Barat, itu dipaksa menjadi<br />

pekerja seks.<br />

Gadis berkulit putih dengan rambut panjang<br />

sebahu itu kini diamankan oleh Komisi Nasional<br />

Perlindungan Anak. Ia berhasil lolos dari tempat<br />

tersebut beberapa waktu lalu setelah diselamatkan<br />

seorang pengunjung. Kepada majalah detik<br />

yang menemuinya di kantor Komnas Perlindungan<br />

Anak, Jumat, 13 Juni lalu, S mengaku terdampar<br />

di lembah hitam sejak awal April lalu. Ia datang<br />

ke Ibu Kota lantaran dipaksa seorang bernama<br />

Peppi, teman kakaknya.<br />

S menuturkan, awalnya Peppi menawarinya<br />

bekerja di sebuah rumah makan di Jakarta. Kadetikcom<br />

orang perempuan cantik berusia 30 tahunan<br />

tiba-tiba menyapa, sembari menunjuk ke arah<br />

deretan perempuan muda di ruang kaca layaknya<br />

akuarium itu.<br />

Perempuan yang diduga sebagai muncikari di<br />

tempat hiburan itu lalu berpromosi. “Lihat saja<br />

sendiri ceweknya. Cantik-cantik, masih pada<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Seorang pekerja<br />

seks tengah menanti<br />

pelanggan di sebuah<br />

kawasan prostitusi.<br />

Sigit Pamungkas/REUTERS<br />

rena terpengaruh oleh bujuk rayu Peppi, gadis<br />

itu manut saja. Namun, sesampai di Jakarta, S<br />

ternyata diinapkan di sebuah hotel di bilangan<br />

Mangga Besar. Di hotel itulah petaka itu terjadi.<br />

Di situ Peppi mengenalkan S dengan seorang<br />

pria berinisial A, yang diduga sebagai<br />

muncikari yang malang melintang di sejumlah<br />

tempat hiburan di kawasan itu. S kemudian diberi<br />

uang Rp 3 juta, dengan syarat, ia melepas<br />

keperawanan kepada A.<br />

Karena ketakutan dan tidak mengenal siapa<br />

pun di Jakarta, gadis itu tak kuasa menolak. Alhasil,<br />

keperawanan S hilang direnggut A malam<br />

itu. “Sejak saat itulah, saya dipaksa A melayani<br />

tamu setiap malam. Ada tiga sampai empat<br />

orang dalam semalam,” ucap perempuan lulusan<br />

sekolah dasar tersebut.<br />

Tidak hanya dipaksa menjadi budak seks, S<br />

juga sering mengalami kekerasan fisik setelah<br />

“dijual” kepada T untuk dipekerjakan di bar-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Basuki Tjahaja Purnama<br />

agung pambudhy/detikcom<br />

nya. Pekerjaan S adalah menemani minum<br />

pengunjung, dan harus mengikuti permintaan<br />

tamu jika diajak “ngamar”. Kalau ia menolak,<br />

perlakuan kasar telah menunggu.<br />

T diduga menyekap S di sebuah mes bersama<br />

30 wanita lain. Menurut S, dia adalah perempuan<br />

paling muda. Karena paling muda<br />

dan memiliki wajah ayu, S sering dipilih<br />

tamu untuk diajak berkencan. Hal itu<br />

rupanya membuat perempuan lain di<br />

tempat tersebut cemburu. Itu sebabnya,<br />

ia sering mendapat perlakuan<br />

kasar, baik oleh pekerja seks di tempat<br />

itu maupun oleh penjaga.<br />

Jam kerja S juga lebih<br />

panjang, 15 jam per hari.<br />

Sementara di tempat<br />

A ia dipekerjakan dari<br />

pukul 14.00 hingga<br />

02.00 WIB, di tempat<br />

hiburan yang dikelola<br />

T itu S harus<br />

bekerja dari pukul<br />

12.00 hingga pukul<br />

03.00 WIB. Parahnya<br />

lagi, selama bekerja dengan T, ia mengaku<br />

tak pernah mendapat gaji. Praktis, gadis itu<br />

hanya mengandalkan uang tip dari tamu yang<br />

berkencan dengannya. Padahal ia harus memenuhi<br />

kehidupan ibunya di Indramayu.<br />

Dikatakan S, ibu kandungnya pernah datang<br />

menjenguk. Namun niat itu dihalangi penjaga.<br />

S terpaksa menanggung hidup sang ibu selama<br />

di Jakarta, dengan meminjam uang Rp 2,4 juta<br />

kepada orang lain. “Sekarang utang itu sudah<br />

lunas,” katanya.<br />

Penyiksaan yang dia alami berakhir setelah<br />

seorang pengunjung membawa kabur S dari<br />

cengkeraman si muncikari. Aktivis sebuah<br />

lembaga swadaya masyarakat yang menyamar<br />

sebagai tamu tempat hiburan itu lalu membawa<br />

S menemui Ketua Komnas Perlindungan<br />

Anak Arist Merdeka Sirait. Kini, korban dalam<br />

pendampingan komisi itu.<br />

“Kami akan mendampingi dulu dia di rumah<br />

aman (safe house) selama 1-2 minggu. Sambil<br />

menunggu kondisinya membaik. Kami juga<br />

akan mencari orang tuanya karena S selalu<br />

meminta pulang,” ujar Arist.<br />

Selain kepada polisi, Komnas Perlindungan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kriminal<br />

Komisaris Besar Rikwanto<br />

agung pambudhy/detikcom<br />

Sulit menangani kasus perdagangan<br />

orang. Sebab, mereka kan jadi PSK<br />

untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun itu<br />

tidak dibenarkan.<br />

Anak akan melaporkan kasus tersebut kepada<br />

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ini berkaitan<br />

dengan izin tempat hiburan di kawasan Jakarta<br />

Pusat itu. “Ini jelas praktek trafficking. Dibawa<br />

dari Indramayu oleh seorang calo atau perantara<br />

yang juga (anggota) sindikat bernama Peppi<br />

mencari gadis lugu di desa,” tuturnya.<br />

Ditemui di kantornya, Pelaksana Tugas Gubernur<br />

DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama<br />

mengaku kesulitan mengatasi pelacuran di Jakarta<br />

seperti saat ia menjabat Bupati Belitung<br />

Timur. Saat itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah<br />

memaksanya menutup warung-warung<br />

yang pedagangnya adalah wanita yang kerap<br />

bercelana pendek. Saat itu, pria yang akrab disapa<br />

dengan sebutan Ahok tersebut menolak<br />

permintaan Dewan.<br />

“Saya menolak karena (hal itu) bukan tindakan<br />

asusila bagi saya. Kalau di Aceh, iya. Kalau<br />

dia (pedagang warung itu) menjual diri, buktinya<br />

mana?” ucap Ahok lantang.<br />

Kendati begitu, Ahok berjanji akan memerangi<br />

pelacuran di Ibu Kota. Ia juga menantang<br />

organisasi-organisasi kemasyarakatan yang<br />

memiliki data soal pelacuran di tempat hiburan<br />

di Jakarta tersebut untuk menyerahkan kepada<br />

Pemerintah Provinsi DKI. “Justru saya mau<br />

minta sama ormas. Ormas yang lebih tahu,”<br />

katanya.<br />

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah<br />

Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto juga<br />

mengakui kesulitan menangani kasus perdagangan<br />

orang. “Sebab, mereka kan jadi PSK<br />

untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun<br />

itu tidak dibenarkan,” ujarnya secara terpisah.<br />

Rikwanto berjanji akan mengusut kasus itu.<br />

Polisi akan bertindak jika ada data-data yang<br />

menguatkan. Namun, saat ditemui pada Rabu,<br />

18 Juni lalu, Rikwanto mengatakan Polda Metro<br />

Jaya belum menerima laporan soal dugaan<br />

perdagangan orang tersebut dari Komnas Perlindungan<br />

Anak. ■ Jaffry Prabu Prakoso | Deden G.<br />

Majalah detik detik 20 - 23 26 - januari 29 juni 2014


sisi lain capres<br />

Saat<br />

Prabowo<br />

Dukung<br />

Jokowi<br />

Sikap Prabowo, yang mengaku sejalan dengan<br />

pandangan Jokowi saat debat capres, menjadi bahan<br />

sindiran. Oleh kubu Prabowo, hal itu dinilai sebagai<br />

keunggulan eks Danjen Kopassus itu.<br />

Pemilihan presiden dan wakil<br />

presiden 2014 kian dekat. Debat<br />

calon presiden dan calon wakil<br />

presiden, yang digelar Komisi<br />

Pemilihan Umum, pun menjadi ajang<br />

yang ditunggu-tunggu masyarakat untuk<br />

memantapkan pilihannya.<br />

Debat putaran kedua, antara capres<br />

Prabowo Subianto dan Joko Widodo―<br />

tanpa didampingi cawapres―yang dihelat<br />

di Hotel Gran Melia, kawasan Kuningan,<br />

Jakarta Selatan, Minggu malam, 15<br />

Juni lalu, diwarnai momen menarik. Yaitu<br />

saat Prabowo mengaku sejalan dengan<br />

pandangan Jokowi.<br />

Ketika itu, di atas panggung, capres nomor<br />

urut satu dan dua tersebut sedang<br />

berdebat tentang ekonomi kreatif. Jokowi<br />

memaparkan pandangannya mengenai<br />

ekonomi kreatif, seperti musik, animasi,<br />

seni pertunjukan, video, dan desain. Menurut<br />

mantan Wali Kota Solo itu, produk<br />

kreatif yang diisi oleh orang-orang muda<br />

tersebut perlu mendapat dukungan dari<br />

pemerintah.<br />

Menanggapi pendapat Jokowi, Prabowo<br />

tiba-tiba menyatakan hal mengejut-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sisi lain capres<br />

kan. Ia meminta maaf kepada tim penasihatnya,<br />

sebelum kemudian berterus<br />

terang mendukung pandangan Gubernur<br />

DKI Jakarta nonaktif tersebut.<br />

“Tim penasihat saya bilang, ‘Apa pun<br />

nanti jangan pernah setuju apa yang<br />

disampaikan Saudara Joko Widodo’. Tapi<br />

saya ini bukan politisi profesional,” katanya.<br />

“Kalau ide yang bagus, saya harus<br />

bilang bagus. Saya, ya sejalan dengan<br />

(pandangan) Saudara Joko Widodo.”<br />

Setelah mengucapkan hal itu, di luar<br />

perkiraan, bekas Komandan Jenderal<br />

Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus)<br />

TNI Angkatan Darat itu beranjak<br />

dari tempat duduknya dan menghampiri<br />

Jokowi. Ia lalu mengajak Jokowi bersalaman<br />

sembari cipika-cipiki (cium pipi kanan<br />

dan kiri). Jokowi, yang menyambut salam<br />

Prabowo, cuma mesam-mesem.<br />

“Maaf, kali ini saya enggak mengikuti<br />

nasihat tim penasihat saya,” ujar Prabowo<br />

saat kembali ke mimbarnya. Dia sesekali<br />

menengok ke arah tempat duduk kubu<br />

pendukung dan tim suksesnya, sembari<br />

melambaikan tangan. Hadirin pun<br />

bersorak melihat aksi spontan Prabowo<br />

tersebut. Suasana debat beberapa saat<br />

menjadi cair.<br />

Setelah menyalami Jokowi, Prabowo<br />

menyinggung soal putra tunggalnya,<br />

Didit Hediprasetyo, yang hadir dalam<br />

acara debat itu bersama sang ibu, yang<br />

juga mantan istri Prabowo, Siti Hediati<br />

Hariyadi atau Titiek Soeharto. Prabowo<br />

menyebut anaknya itu bergerak di bidang<br />

ekonomi kreatif. “Anak saya desainer, dia<br />

juga muncul di mancanegara. Jadi, kalau<br />

soal itu, saya dukung Saudara Joko Widodo,<br />

ya,” tuturnya sambil tertawa.<br />

Seusai debat, kepada wartawan, Jokowi<br />

merespons positif aksi Prabowo tersebut.<br />

“Bagus, kan, itu berarti mendukung<br />

saya,” ucapnya. Sementara, Prabowo<br />

menyebut suasana debat dirinya dengan<br />

Jokowi penuh persahabatan.<br />

Sementara itu, Juru Bicara Tim Pemenangan<br />

Jokowi-Jusuf Kalla, Hasto Kristiyanto,<br />

menyindir sikap Prabowo itu.<br />

Menurut Hasto, pernyataan dukungan<br />

itu menunjukkan tingkat pemahaman<br />

Prabowo soal ekonomi kreatif. “Setelah<br />

Jokowi memberi penjelasan, Prabowo<br />

baru paham apa yang dimaksud ekonomi<br />

kreatif,” katanya. Hasto juga menganggap<br />

pernyataan spontan itu menunjukkan<br />

pengakuan Prabowo terhadap kualitas<br />

capres Jokowi.<br />

Sebaliknya, Ketua Majelis Pertimbangan<br />

Partai Amanat Nasional Amien Rais,<br />

yang berada di kubu Prabowo, mengatakan<br />

hal itu menunjukkan sifat kesatria<br />

yang dimiliki Prabowo. Jagonya itu,<br />

menurut Amien, juga lebih menguasai<br />

isu, baik secara lokal maupun global,<br />

ketimbang Jokowi saat debat.<br />

“Pak Prabowo menunjukkan sifat<br />

merangkul, kesatria, jujur. Jadi, ketika dia<br />

setuju dengan pendapat Pak Jokowi, dia<br />

mengatakan setuju, tidak harus bersengketa,<br />

berselisih,” ujar Amien. Menurut<br />

dia, sikap itu menjadi keunggulan buat<br />

Prabowo. Nah, bagaimana penilaian<br />

Anda? n<br />

Danu Damarjati, M. Iqbal | Dimas<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Debat<br />

tanpa Sengat<br />

Tim sukses memanfaatkan undang-undang buat<br />

mencegah moderator mencecar kandidat mereka. Demi<br />

menyelamatkan citra calon presiden dan wakil presiden<br />

di mata pemilih.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Dua pasang calon presiden dan<br />

wakil presiden mengikuti acara<br />

debat capres di Hotel Gran Melia,<br />

Jakarta Selatan, Minggu, 15 Juni<br />

2014.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

Ekonom Aviliani semestinya bisa<br />

mencetak rekor dengan menjadi moderator<br />

acara debat kandidat di tiga<br />

pemilihan presiden yang berbeda.<br />

Namun, setelah memandu acara debat pada<br />

2004 dan 2009, tahun ini Aviliani memilih jadi<br />

penonton saja.<br />

Ia memang diundang Komisi Pemilihan<br />

Umum buat jadi calon moderator untuk debat<br />

capres sesi kedua soal pembangunan ekonomi<br />

dan kesejahteraan sosial pada Minggu, 15 Juni<br />

2014. “Kemarin saya diundang, tapi tidak mau,”<br />

ujar Aviliani kepada majalah detik.<br />

Dia mengaku tidak sreg dengan tugas moderator<br />

dalam acara debat menjelang pemilihan<br />

presiden 2014. “Kalau dulu moderator banyak<br />

bertanya, tapi sekarang kan bertanya, lalu<br />

diam.”<br />

Menurut Aviliani, pada 2009 dia menyusun<br />

sendiri pertanyaan yang akan diajukan kepada<br />

calon presiden dan wakil presiden. Sedangkan<br />

dalam debat tahun ini, pertanyaan mesti didiskusikan<br />

dengan KPU.<br />

Ia cemas, semakin banyak yang tahu, semakin<br />

besar peluang dituding curang seandainya<br />

“soal-soal” itu bocor. “Kalau kenapa-kenapa,<br />

habislah, kan kita ada di situ,” ujarnya.<br />

Kekhawatiran Aviliani bukan tidak beralasan.<br />

Rumor soal pembocoran pertanyaan menguar<br />

ketika komisioner KPU, Hadar Nafis Gumay,<br />

bertemu dengan anggota tim sukses pasangan<br />

Joko Widodo-Jusuf Kalla, Trimedya Panjaitan, di<br />

Senayan, Jakarta. Mereka mengaku pertemuan<br />

itu tidak disengaja.<br />

Menjelang debat kedua soal ekonomi, ber-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Moderator<br />

harus diberi<br />

kewenangan<br />

memperdalam<br />

jawaban.<br />

Ahmad Erani Yustika<br />

berita jatim<br />

edar pesan pendek yang menuding moderator<br />

Ahmad Erani Yustika. Pakar ekonomi Universitas<br />

Brawijaya, Malang, ini disebutkan berpeluang<br />

membocorkan pertanyaan kepada kubu<br />

Jokowi-JK lantaran pernah masuk dalam tim<br />

pakar Kalla pada pemilihan presiden 2009.<br />

Moderator memang jadi bulan-bulanan. Pakar<br />

hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,<br />

Zainal Arifin Mochtar, yang memandu debat<br />

perdana, dikritik karena tidak menanyakan soal<br />

hak asasi manusia dan lebih sibuk mengurusi<br />

tepuk tangan penonton di studio.<br />

Erani juga dianggap terlalu datar dalam memandu<br />

debat. Erani mengakui kurang tajam,<br />

tapi itu karena moderator dilarang mengeksplorasi<br />

jawaban capres.<br />

“Moderator harus diberi kewenangan memperdalam<br />

jawaban,” kata Erani. “Itu kan tidak<br />

diperbolehkan, itu kesepakatan KPU dengan<br />

tim sukses.”<br />

Zainal membenarkannya. Tim sukses, kata<br />

dia, memakai Undang-Undang Nomor 42 Tahun<br />

2008 tentang Pemilihan Umum Presiden<br />

dan Wakil Presiden buat mencegah moderator<br />

mencecar para kandidat.<br />

Dalam pasal 39, moderator diharuskan berasal<br />

dari kalangan profesional dan akademisi.<br />

Lalu, selama debat, bahkan setelahnya, moderator<br />

dilarang memberi komentar, penilaian,<br />

dan kesimpulan atas hal-hal yang disampaikan<br />

setiap calon.<br />

Yang disayangkan Zainal, pasal itu diartikan<br />

moderator tidak boleh meminta penjelasan<br />

lebih lanjut. “Misalnya saya bilang penjelasan<br />

Anda kurang lengkap, bisa dilengkapi lagi?”<br />

kata Zainal. “Kata saya ‘kurang lengkap’ itu kan<br />

sudah sebuah kesimpulan. Itu dilarang.”<br />

Menurut Zainal, idealnya, moderator boleh<br />

terus mengejar jawaban calon seperti dalam<br />

debat kandidat presiden di Amerika Serikat.<br />

KPU dianggapnya tak berani menampilkan<br />

debat yang serius. “KPU kan menginginkan<br />

pemilu yang aman, tidak ribut-ribut.”<br />

Bagi Zainal, sikap KPU itu menguntungkan<br />

tim sukses, yang ingin mengamankan kandidat<br />

masing-masing supaya tidak terlihat bodoh karena<br />

kerepotan menjawab pertanyaan. Akhirnya,<br />

kata dia, ajang debat tidak lebih dari panggung<br />

pertunjukan agar para kandidat kelihatan<br />

cerdas. “Memang kalau sifatnya hanya untuk<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

eksis, ya, yang kemarin itu cukup.”<br />

Debat memang jadi penting buat para calon<br />

presiden dan wakil presiden. Hasil survei Cyrus<br />

Network menyebutkan sekitar 30 persen pemilih<br />

menjadikan debat sebagai dasar memberikan<br />

dukungan.<br />

Namun Hadar membantah adanya pembatasan<br />

terhadap moderator. “Tidak. Tidak ada<br />

itu,” ujarnya.<br />

Dia mengatakan segmen kedua setiap debat<br />

adalah waktu moderator mendalami visi dan<br />

misi yang disampaikan para kandidat. Moderator,<br />

tuturnya, diberi otoritas menilai bagian<br />

mana yang belum atau kurang jelas.<br />

Hadar menjelaskan pertanyaan pada sesi itu<br />

disusun sendiri oleh moderator dibantu tim<br />

ahli KPU. “Jadi ruang moderator cukup besar,<br />

bukan tinggal baca pertanyaan,” katanya.<br />

Dalam Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2014<br />

soal Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan<br />

Wakil Presiden memang diatur ketentuan teknis<br />

debat dibuat oleh Komisi setelah berkoordinasi<br />

dengan tim sukses. Zainal mengatakan<br />

topik debat juga dirumuskan KPU dengan tim<br />

sukses.<br />

Poin-poin dalam tema, ujar Zainal, disusun<br />

tim ahli. Lalu semua itu dibicarakan bersama<br />

KPU dan tim sukses. Karena harus atas persetujuan<br />

dengan tim sukses itulah, kata dia, masalah<br />

hak asasi manusia tak masuk dalam debat<br />

dan akhirnya dipertanyakan banyak pihak.<br />

Namun Hadar membantah anggapan bahwa<br />

tim sukses ikut campur sampai pada konten<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

kisi-kisi dari KPU. “Dari situ diantisipasi pertanyaannya,”<br />

tuturnya.<br />

Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi membantah<br />

jika dikatakan menekan moderator.<br />

Ia bahkan merasa tidak puas dengan format<br />

debat KPU itu. Ia melihat pembagian segmen<br />

yang terlalu banyak membuat Prabowo dan<br />

Hatta tidak bisa menjelaskan dengan detail<br />

pemikiran mereka.<br />

“Ini debat atau tanya-jawab, sih?” ujarnya.<br />

“Kalau debat, (seharusnya) bisa menjelaskan<br />

sejelas-jelasnya.”<br />

●●●<br />

Suasana debat capres 2014 sesi<br />

pertama yang diikuti pasangan<br />

Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf<br />

Kalla, Senin, 9 Juni 2014<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

atau pertanyaan. Dia mengatakan tim sukses<br />

hanya diajak bicara soal format, lama debat,<br />

pemilihan moderator, dan pengaturan duduk.<br />

“Kewenangan timses tidak pada konten atau<br />

pertanyaan,” ujarnya.<br />

Anggota tim sukses Jokowi-JK, Alexander<br />

Lay, mengatakan pihaknya hanya menerima<br />

Di tengah-tengah acara debat, Jusuf Kalla<br />

melontarkan pertanyaan. “Kerja saya bagus<br />

kan, Bu?”<br />

Tanpa perubahan ekspresi wajah, yang ditanya<br />

menjawab enteng. “Ya, ndak, dong.”<br />

Tawa penonton di studio syuting acara debat<br />

calon presiden 2009 pun pecah mendengar jawaban<br />

Megawati Soekarnoputri itu. Kalla dan<br />

calon petahana Susilo Bambang Yudhoyono<br />

ikut tertawa lepas.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Ya, kalau dulu kan<br />

debatnya berasa,<br />

emosi masingmasing<br />

kandidat<br />

itu enggak ada, dan<br />

suasananya lebih<br />

cair.<br />

Aviliani, moderator debat capres<br />

pada 2009 dan 2014<br />

antara<br />

Debat presiden tentang kemiskinan dan<br />

pengangguran pada 2009 itu memang beberapa<br />

kali memancing tawa penonton, terutama<br />

ketika calon presiden saling menyindir kebijakan<br />

rivalnya.<br />

Padahal ketika itu diduga debat akan berjalan<br />

tegang. Pasalnya, saat pengambilan nomor<br />

urut pemilihan presiden, Mega dan Yudhoyono<br />

kelihatan dingin saat bersalaman.<br />

Sudah jadi pengetahuan umum bahwa Mega<br />

enggan bertegur sapa dengan Yudhoyono,<br />

yang pada 2004 mengalahkannya dalam pemilihan<br />

presiden. Presiden Yudhoyono dan Wakil<br />

Presiden Jusuf Kalla juga baru saja pecah kongsi,<br />

dan masing-masing maju bersama pasangan<br />

baru.<br />

Dalam debat yang dipandu oleh Aviliani<br />

itu, Yudhoyono tancap gas dengan menyitir<br />

penjualan aset dan privatisasi perusahaan<br />

pada era Mega. Ia juga mengkritik Kalla, yang<br />

mengangkat isu impor gandum untuk mi instan,<br />

yang merugikan petani Indonesia.<br />

“Yang dimakan Pak Kalla mungkin mi yang<br />

kandungannya gandum. Yang saya makan<br />

sudah dicampur dengan sagu, singkong, dan<br />

sukun dari petani kita,” kata Yudhoyono sambil<br />

tersenyum. Sindiran itu disambut tawa penonton.<br />

Kalla juga ikut tertawa.<br />

Tak mau kalah, Kalla menyindir Yudhoyono<br />

soal renegosiasi harga gas Tangguh. “Bapak<br />

sudah kasih keppres tapi tidak jalan-jalan juga,”<br />

ujarnya. Penonton tertawa lagi dan Yudhoyono<br />

hanya tersenyum.<br />

Meski tidak disediakan sesi khusus buat para<br />

calon presiden untuk saling bertanya, mereka<br />

terus melontarkan kritik lewat pemaparannya.<br />

“Ya, kalau dulu kan debatnya berasa, emosi<br />

masing-masing kandidat itu enggak ada, dan<br />

suasananya lebih cair,” kata Aviliani.<br />

Menurut dia, format debat pada 2009 itu<br />

merupakan penyederhanaan dari lima tahun<br />

sebelumnya. Pada 2004, Aviliani hanya menjadi<br />

moderator, sementara penanyanya tiga<br />

orang panelis, di antaranya Mari Elka Pangestu<br />

dan Faisal Basri.<br />

Hilangnya panelis membuat Aviliani sebagai<br />

moderator bebas menyusun pertanyaan. Dia juga<br />

membatasi topik dan mengunci para kandidat<br />

hanya membahas fakta serta data yang ia sajikan.<br />

Aviliani menuturkan debat sekarang ini ber-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Debat capres 2009 yang diikuti<br />

Megawati, Susilo Bambang<br />

Yudhoyono, Jusuf Kalla.<br />

presidenri.co.id<br />

beda. “Kalau orang bilang sih garing, banyak<br />

pertanyaan yang jawaban keduanya enggak to<br />

the point,” ujarnya. “Kemarin seolah-olah terlalu<br />

umum dan tidak fokus.”<br />

Namun Hadar Nafis Gumay merasa debat<br />

2014 justru lebih maju ketimbang debat pada<br />

2009. “Format saling tanya-jawabnya lebih<br />

panjang sekarang,” ujarnya.<br />

Bahkan, kata Hadar, KPU akan menambah porsi<br />

waktu pada segmen kandidat bertanya kepada<br />

rivalnya. “Menurut saya, lebih hidup sekarang dan<br />

tentunya lebih banyak ditonton orang. Semua<br />

orang membicarakan ini.” ■ Pasti Liberti M., Monique<br />

Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai | Okta Wiguna<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Panasnya<br />

Debat Pertama<br />

di Salemba<br />

Rapat-rapat itu diadakan selama seminggu di rumah<br />

sosiolog Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo. Ketika<br />

para mahasiswa mencari dan menyiapkan konsumsi,<br />

Imam bersama dosen politik Eep Saefulloh Fatah dan pakar<br />

hukum Harkristuti Harkrisnowo menyusun pertanyaan.<br />

Pada 1999 itu, mereka menggelar debat calon presiden<br />

di kampus Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta Pusat.<br />

Beberapa nama yang menjadi jagoan dari partai-partai<br />

politik yang ikut pemilu pada 1999 diundang.<br />

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,<br />

yang menang pemilu, Megawati Soekarnoputri, tak hadir,<br />

begitu pula Abdurrahman Wahid. Tapi Amien Rais, Yusril Ihza<br />

Mahendra, Didin Hafidhuddin, dan Sri Bintang Pamungkas memenuhi<br />

undangan.<br />

Debat dengan panelis Imam, Eep, dan Harkristuti Harkrisnowo<br />

itu memanas ketika Yusril menyitir pemahaman hukum<br />

tata negara Amien Rais. “Bagaimana Saudara ini. Sebagai calon<br />

presiden, sejarah ketatanegaraan kita saja tidak tahu.”<br />

Amien menyerang balik. “Wah, ini sudah mulai arogan sedikit.<br />

Bagi saya, Yusril ini adik saya jauh, bicara bahasa Inggrisnya saja<br />

masih belepotan,” ujarnya.<br />

Imam Prasodjo masih ingat memanasnya debat itu. “Ya mencubitlah,<br />

tapi ya biasalah, masih dalam koridor tidak menyakiti.”<br />

Bagi Imam, nilai debat pertama setelah Orde Baru tumbang<br />

itu adalah mendesakralisasi jabatan presiden. “Kalau dulu kan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar mengikuti debat calon presiden<br />

pada 1 Juli 2004.<br />

Getty Images<br />

jabatan presiden terlalu tinggi, seperti enggak boleh ditanya<br />

gitu kan, tidak boleh dikuliti,” ujarnya.<br />

Imam mengatakan debat seharusnya menjadi sarana mengetahui<br />

pemikiran seorang calon presiden. Bahkan, kata<br />

dia, debat jadi tempat mereka ditanyai mengenai hal yang<br />

sifatnya sensitif.<br />

Memang saat itu, kata Imam, hasil debat tak berpengaruh<br />

pada siapa yang jadi presiden karena belum ada pemilihan<br />

langsung. “Sehingga itu lebih ke arah bagaimana membangun<br />

kultur, bagaimana pejabat publik, terutama presiden, tidak boleh<br />

tidak ditanya,” kata Imam. “Harus ada tradisi presiden itu boleh<br />

ditanya secara detail tentang track record-nya, sesuatu yang dianggap<br />

tabu.”<br />

Pada 2004, KPU mengadopsi debat kandidat ini sebagai<br />

bagian dari masa kampanye calon presiden dan wakil presiden.<br />

Debat juga tak hanya pada pemilihan presiden, tapi juga pada<br />

pemilihan kepala daerah.<br />

Pada 2008, DPR mengesahkan Undang-Undang tentang<br />

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Debat kandidat<br />

pun jadi bagian yang diatur dalam udang-undang itu. “Paling tidak<br />

ini sudah menjadi tradisi. Paling tidak saya bahagia, jalannya<br />

semakin baik,” ujarnya. ■ Monique Shintami | Okta Wiguna<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

Fokus<br />

debat capres<br />

kontroversi dkp prabowo<br />

Berebut<br />

Pemilih Galau<br />

Komisi Pemilihan Umum meneruskan debat antarkandidat<br />

calon presiden dan wakil presiden yang diadakan sejak 2004.<br />

Formatnya mirip debat kandidat presiden di Amerika Serikat,<br />

yang dipandu satu moderator merangkap penanya.<br />

Dengan menipisnya selisih elektabilitas antara pasangan<br />

Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla,<br />

debat ini diharapkan masing-masing calon buat memikat<br />

calon pemilih yang masih bimbang menentukan jagonya.<br />

Apalagi, ada lebih dari 60 juta pemilih pemula yang diperkirakan<br />

tidak tahu rekam jejak para kandidat ini. Berikut ini<br />

fakta seputar debat calon presiden dan wakil presiden pada<br />

pemilihan presiden 2014.<br />

187 Juta<br />

Jumlah pemilih yang dicoba<br />

dipengaruhi lewat debat.<br />

12,5%<br />

Selisih elektabilitas kedua<br />

pasangan kandidat,<br />

Prabowo-Hatta 41,1% :<br />

Jokowi-JK 53,6%.<br />

± 60 Juta<br />

Pemilih pemula berusia 16-20 tahun yang<br />

tidak tahu rekam jejak kandidat.<br />

5%<br />

Pemilih yang belum menentukan<br />

pilihan 2,9% condong ke Jokowi-JK,<br />

0,8% cenderung ke Prabowo-Hatta,<br />

sisanya merahasiakan pilihannya.<br />

30%<br />

Pemilih yang menjadikan debat<br />

sebagai dasar menentukan pilihan.<br />

debat<br />

5 babak<br />

Pembangunan, Demokrasi, Pemerintah yang Bersih, dan Negara Hukum<br />

(9 Juni 2014, antarpasangan capres-cawapres, moderator Zainal Arifin Mochtar dari Universitas Gadjah Mada)<br />

Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial<br />

(15 Juni 2014, antarcapres, moderator Ahmad Erani Yustika dari Universitas Brawijaya)<br />

Politik Internasional dan Ketahanan Nasional<br />

(22 Juni 2014, antarcapres, moderator Hikmahanto Juwana dari Universitas Indonesia)<br />

Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Iptek<br />

(29 Juni 2014, antarcawapres)<br />

Pangan, Energi, dan Lingkungan<br />

(5 Juli 2014, antarpasangan capres-cawapres)<br />

500.000 +<br />

Jumlah pencarian di Google dengan kata kunci “jadwal debat capres”.<br />

(Urutan teratas kata kunci pencarian pada 9 Juni 2014)<br />

50.000 +<br />

Jumlah pencarian di Google dengan kata kunci “debat capres”.<br />

(Mulai tergerus oleh Piala Dunia 2014)<br />

HAM & KORUPSI<br />

Kata yang paling diperbincangkan pengguna Facebook Indonesia<br />

selama debat pertama.<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

HAM<br />

Korupsi<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

Korupsi<br />

HAM<br />

CAPres, EKONomi, TOL LAUT, TPID<br />

Kata yang paling diperbincangkan pengguna<br />

Facebook Indonesia selama debat kedua.<br />

Capres<br />

Capres<br />

Tpid Tpid Tpid<br />

Ekonomi<br />

Tol Laut<br />

Tol Laut<br />

Capres<br />

Tol Laut<br />

Capres<br />

Ekonomi<br />

Ekonomi<br />

TrendiNG topic Twitter debat pertama<br />

Hak asasi manusia<br />

Bhinneka TuNGGal Ika<br />

Berani jujur adalah kita<br />

Hak asasi manusia<br />

Lurah Susan<br />

Presiden nomor 2<br />

Lurah Susan<br />

Presiden nomor 2 Lurah Susan<br />

Presiden nomor 2<br />

Pertanyaan JK<br />

Pertanyaan JK<br />

Presiden nomor 2<br />

Pertanyaan JK<br />

Hak asasi manusia<br />

TrendiNG topic Twitter debat kedua<br />

NoDrop Jokowi Pamer Kartu Indonesia Pintar UU Desa NoDrop Pak Prabowo<br />

Pak Prabowo Tim Pengendalian Inflasi Daerah UU Desa NoDrop Pak Prabowo<br />

Pak Prabowo uu Desa NoDrop Pak Prabowo Jokowi Pamer Kartu Indonesia Pintar<br />

ARDHI SURYADHI, TRISNO HERIYANTO, MUHAMMAD TAUFIQQURAHMAN, OKTA WIGUNA | SumbER: SurvEI CYRUS NETWORK<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Di Balik Kehangatan &<br />

rp 1.000 Triliun<br />

Kebocoran<br />

Kebocoran Rp 1.000 triliun<br />

sudah menjadi andalan<br />

jualan kampanye Prabowo.<br />

Menjadi kontroversi ketika<br />

dipertanyakan di sana-sini.<br />

Pemolesan tim kurang rapi.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Dua pasangan capres dan<br />

cawapres dalam acara debat<br />

perdana, Senin (9/6).<br />

Lamhot/detikcom<br />

Didik J. Rachbini mengumbar angka<br />

potensi kebocoran kekayaan negara di<br />

atas meja. Satu per satu pangkal kebocoran<br />

ia sebutkan, baik dari APBN maupun<br />

sumber daya alam, hingga menemui jumlah<br />

Rp 1.160 triliun. Konon, angka inilah yang menjadi<br />

bekal debat capres bagi Prabowo Subianto pada<br />

Minggu, 15 Juni 2014 lalu.<br />

Angka yang fantastis itu memang membuat<br />

Didik sibuk. Pekan lalu, ia bertandang dari meja<br />

redaksi media massa satu ke media lainnya<br />

khusus untuk menjelaskan kontroversi angka<br />

kebocoran kekayaan negara sebesar Rp 1.000<br />

triliun, yang disebut calon presiden Prabowo<br />

Subianto dalam acara debat calon presiden.<br />

Dalam debat sesi dua itu Prabowo menyebut<br />

Ketua KPK Abraham Samad menyatakan bahwa<br />

kebocoran dan kehilangan kekayaan negara<br />

satu tahun mencapai Rp 7.200 triliun.<br />

“Tim pakar kami menggunakan angka Rp<br />

1.000 triliun yang hilang. Sasaran kami, kami<br />

ingin menutup kebocoran Rp 1.000 triliun itu,”<br />

kata Prabowo dengan berapi-api.<br />

Penampilan Prabowo dalam acara debat capres<br />

dengan gaya orasi yang meyakinkan tersebut<br />

mendapat pujian. Pria yang oleh Gerindra<br />

dijuluki Macan Asia itu memang sukses menguasai<br />

panggung saat memaparkan visi-misinya.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Capres Prabowo Subianto saat<br />

berorasi dalam kampanye<br />

akbar Partai Gerindra di Gelora<br />

Bung Karno (23/3).<br />

Beawiharta/REUTERS<br />

Tim Prabowo merasa malam itu capres mereka<br />

mengalahkan Jokowi. “Kalau buat skor, 5-1 tadi<br />

untuk kemenangan Prabowo,” kata ketua tim<br />

sukses pasangan Prabowo-Hatta, Mahfud Md.<br />

Namun, seusai debat, data kebocoran Rp<br />

1.000 triliun itu mendapat kritik tajam dari<br />

banyak pihak. Pakar ekonomi dari Universitas<br />

Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menyebut<br />

angka kebocoran yang disebutkan Prabowo<br />

menggelikan. Pakar ekonomi lainnya menyebut<br />

Prabowo berlebihan.<br />

Kebocoran Rp 1.000 triliun yang diungkap<br />

Prabowo itu menuai masalah. Pertama, total<br />

kebocoran itu lebih dari setengah APBN 2013<br />

sebesar Rp 1.800 triliun. Kedua, angka ini dianggap<br />

justru menyerang cawapres pasangan<br />

Prabowo, Hatta Rajasa, yang duduk sebagai<br />

Menteri Koordinator Perekonomian di kabinet.<br />

Kontroversi itulah yang membuat Didik cs<br />

pada Kamis, 19 Juni 2014, menyambangi sejumlah<br />

media massa, termasuk majalah detik.<br />

“Kebocoran di sini bukan maksudnya menohok<br />

Hatta Rajasa. Kebocoran terjadi sejak<br />

zaman Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati,<br />

hingga SBY,” ujar Didik, yang mengomandani<br />

tim pakar ekonomi Prabowo.<br />

Hatta juga berkali-kali mengklarifikasi angka<br />

kebocoran Rp 1.000 triliun itu. Hatta menegaskan<br />

tidak ada kebocoran APBN. Yang diungkap<br />

Prabowo dalam debat capres adalah potensi<br />

kerugian negara, bukan APBN. Angka ini diperoleh<br />

dari potensi kebocoran sumber daya alam,<br />

royalti tambang, pajak, dan lainnya.<br />

KPK juga mengonfirmasi angka Rp 7.200<br />

triliun bukan kebocoran anggaran, melainkan<br />

revenue potential atau potensi pendapatan.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Didik J. Rachbini<br />

Ari Saputra/detikfoto<br />

Angka ini berasal dari potensi perbaikan dana<br />

pajak, PNBT, royalti, dan lainnya. Perhitungan<br />

angka yang diperoleh KPK didapat jika tiga sumur<br />

minyak, seperti blok Cepu, Mahakam, dan<br />

Madura, dinasionalisasi.<br />

lll<br />

Masalah kebocoran sudah lama menjadi<br />

perhatian Prabowo. Sebelum diungkap dalam<br />

debat yang kemudian menjadi kontroversi,<br />

soal kebocoran diungkap Prabowo dalam Rapat<br />

Kerja Nasional Konferensi Serikat Pekerja<br />

Indonesia II di Hotel Kartika Chandra, Jakarta,<br />

Kamis, 13 Februari 2014. Prabowo selalu menyampaikan<br />

masalah kebocoran ini saat berkeliling<br />

Indonesia karena, bagi dia, kebocoran itu<br />

merupakan akar masalah bangsa ini.<br />

“Ternyata, setelah saya pelajari, terjadi kebocoran.<br />

Kebocoran dari ekonomi Indonesia tiap<br />

tahun Rp 1.000 triliun. Bocor tiap tahun. Ini<br />

sumber akar masalah,” kata Prabowo di depan<br />

anggota Serikat Pekerja Indonesia.<br />

Sementara Prabowo berorasi, ditampilkan<br />

slide dengan titel kebocoran dan kehilangan kekayaan<br />

negara 2013. Disertai juga perinciannya,<br />

yakni kehilangan potensi penerimaan pajak Rp<br />

360 triliun, kebocoran APBN Rp 500 triliun,<br />

anggaran negara untuk subsidi energi Rp 300<br />

triliun, sehingga total kebocoran anggaran negara<br />

Rp 1.160 triliun.<br />

Pada Pemilu 2009, Prabowo juga memakai<br />

isu kebocoran ini dalam kampanye. Saat itu<br />

Prabowo duduk sebagai calon wakil presiden<br />

mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri.<br />

Keduanya berhadapan dengan dua<br />

pasangan kandidat lain, yakni Susilo Bambang<br />

Yudhoyono-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto.<br />

Prabowo tampil dalam debat cawapres yang<br />

digelar dua kali oleh Komisi Pemilihan Umum.<br />

Debat pertama digelar pada 23 Juni 2009<br />

dengan tema “Pembangunan Jati Diri Bangsa”.<br />

Ia membuka debat dengan gaya orasi, memaparkan<br />

visi-misi.<br />

Gayanya cukup atraktif. Ia memampangkan<br />

selembar uang pecahan Rp 20 ribu untuk<br />

menjelaskan rendahnya pendapatan penduduk<br />

Indonesia. Tema kebocoran ia ungkap dalam<br />

penutup pemaparan visi-misi.<br />

“Secara total, kekayaan kita tidak tinggal di<br />

Republik Indonesia. Karena itu, kalau kita bicara<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Cawapres Hatta Rajasa di<br />

tengah timses pasangan<br />

Prabowo-Hatta.<br />

Grandyos Zafna/Detikcom<br />

jati diri tanpa membicarakan masalah ekonomi,<br />

yang menentukan, tanpa kita mengunci kebocoran<br />

kekayaan ekonomi, kita akan menjadi<br />

bangsa yang lemah,” ujarnya.<br />

Istilah yang sama ia gunakan dalam acara debat<br />

cawapres kedua pada 30 Juni 2009 dengan tema<br />

“Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia”.<br />

Prabowo tampil berapi-api dalam berorasi.<br />

“Percuma malam ini kita bicara soal kualitas<br />

hidup. Akan membikin ini dan membikin itu,<br />

membikin rumah sakit gratis, semuanya gratis<br />

tetapi uangnya tidak ada. Kekayaan nasional<br />

Indonesia bocor setiap tahun,” ujarnya.<br />

Ibaratnya, bab kebocoran itu sudah khatam<br />

bagi Prabowo karena sudah didalaminya selama<br />

lima tahun ini. Persiapan selama lima tahun<br />

itu pulalah yang membuat tim tidak mengkhawatirkan<br />

penampilan Prabowo saat debat.<br />

Soal gaya misalnya. Anggota tim pemenangan<br />

Prabowo-Hatta, Eggi Sudjana, mengaku Prabowo<br />

merasa cukup mumpuni untuk mengelola<br />

penampilan dan materi pembicaraannya.<br />

Gaya orasi ala Sukarno yang dipilih Prabowo<br />

saat mendampingi Mega pada Pilpres 2009<br />

terus dipertahankan. “Ini waktu yang sangat<br />

panjang. Makanya, soal gaya, tak ada arahan<br />

khusus,” tutur Eggi.<br />

Meski begitu, Prabowo tetap memiliki tim<br />

pakar dan tim debat. Ada juga tim kecil yang<br />

dikenal dengan sebutan “Kesatria Jedi”, yang<br />

selalu menempel Prabowo.<br />

Prabowo sendiri tidak ingin menganggap<br />

enteng debat capres. Ia selalu mengosongkan<br />

jadwal kampanye sehari sebelum debat capres<br />

digelar. Sekjen Gerindra mengaku hari libur ini<br />

dimanfaatkan Prabowo untuk persiapan diri.<br />

“Yang paling penting adalah harus evaluasi<br />

debat sebelumnya, karena itu Pak Prabowo<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Prabowo saat menjadi<br />

cawapres berpasangan dengan<br />

Megawati Soekarnoputri,<br />

menjelang Pilpres 2009 lalu.<br />

Ulet Ifansasti/Getty Images<br />

sehari libur berkampanye. Karena Minggu pagi<br />

ada kampanye, sehingga waktunya sebentar,”<br />

ujar Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani.<br />

Setiap tema debat, Prabowo didampingi 10<br />

pakar untuk mempertajam materi. Untuk topik<br />

hukum, pakar dipimpin Mahfud Md., sedangkan<br />

untuk ekonomi dipimpin Didik. Sehari sebelum<br />

debat, tim dengan Prabowo melakukan pertemuan<br />

dan berdiskusi secara intens. Lima jam<br />

sebelum naik panggung pun dilakukan briefing.<br />

“Lebih-kurang empat jamlah. Kan banyak<br />

yang memberikan masukan,” kata Direktur<br />

Tim Hukum Prabowo-Hatta, Ahmad Yani. “Ada<br />

profesor-profesor di belakang kami,” tutur Wakil<br />

Ketua Umum Gerindra, Edhie Prabowo.<br />

Menghadapi debat capres pertama, misalnya,<br />

seluruh anggota tim menemui Prabowo<br />

untuk memberikan masukan. “Namun saat itu<br />

Prabowo malah kebingungan karena terlalu<br />

banyak masukan,” kata Syamsul Bahri, anggota<br />

tim pemenangan Prabowo-Hatta.<br />

Prabowo pun mengaku grogi dalam debat<br />

tersebut. Berkaca pada sesi pertama, pada debat<br />

sesi kedua, tim tidak memberikan briefing<br />

sebelum Prabowo beranjak ke atas panggung<br />

debat. Soal ekonomi, Prabowo, yang pernah<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Capres Prabowo Subianto<br />

merangkul capres Joko Widodo<br />

saat acara debat kedua, Minggu<br />

(15/6).<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

menjadi pengusaha, dinilai sudah jago.<br />

Bahan debat yang berisi beberapa pointer<br />

hanya diberikan dalam secarik kertas. “Saran<br />

Dradjad Wibowo (anggota tim pemenangan),<br />

kami tidak perlu ketemu dan berikan saja. Tidak<br />

perlu di-coach,” aku Didik.<br />

Tim hanya mewanti-wanti Prabowo agar<br />

bersikap lebih santai karena tim melakukan<br />

evaluasi dan menyimpulkan debat tersebut<br />

berlangsung tegang. “Agar lebih menunjukkan<br />

sisi kemanusiaan, humanismenya,” kata Direktur<br />

Kebijakan dan Program Tim Kampanye<br />

Nasional Prabowo-Hatta, Dr. Harry Azhar Azis.<br />

Hasilnya, dalam debat itu Prabowo tampil<br />

santai. Ia cipika-cipiki dengan Jokowi, bahkan<br />

merangkulnya. Saat mendukung penjelasan<br />

Jokowi, Prabowo juga bercanda dengan mengaku<br />

tidak mempedulikan saran tim ahlinya agar<br />

selalu berseberangan dengan Jokowi.<br />

Anggota Dewan Pakar Tim Pemenangan<br />

Prabowo-Hatta, Kastorius Sinaga, mengakui<br />

Prabowo memang kadang susah dikendalikan.<br />

“(Prabowo) tidak mau dikendalikan. Dia tidak<br />

mau dalam kendali, seperti ini, harus begini,<br />

harus begitu,” tuturnya.<br />

Didik mengevaluasi, perincian yang disusun<br />

oleh timnya justru tenggelam oleh gaya orasi<br />

Prabowo. Maklum, Prabowo memakai data itu<br />

sebagai jargon sehingga bahasanya harus ringkas.<br />

Itulah yang antara lain menjadi penyebab<br />

masalah kebocoran menjadi kontroversi karena<br />

tidak disertai penjelasan detail. “Ini kan jargon,<br />

susah untuk disampaikan kalau detail. Begitu<br />

kira-kira,” jelasnya. ■ IRWAN NUGROHO, PASTI LIBERTI MAPPApa,<br />

ISFari HIKmat | ARYO BHAWONO<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Jas Polesan<br />

‘Presidential Look’<br />

Jokowi-JK dikelilingi 15-20 anggota tim pakar<br />

dalam setiap kali debat. Menanggalkan baju<br />

kotak-kotak, Jokowi tampil mengenakan jas<br />

agar muncul presidential look. Berhasil?<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Seluruh tim persiapan untuk<br />

debat tadi bertemu. Ada 20<br />

orang tadi di hotel.<br />

Pukul 01.00 WIB, Joko Widodo baru<br />

tiba di rumahnya, Jalan Kutai Utara,<br />

Sumber, Solo, Jawa Tengah. Hanya<br />

beristirahat sebentar, Sabtu pagi<br />

itu, calon presiden poros Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan tersebut sudah kembali<br />

berdiskusi dengan tim suksesnya.<br />

Sambil menyantap sarapan nasi liwet, mereka<br />

membahas kelanjutan kampanye di Jawa<br />

Tengah dan Jawa Barat, yang dilakoni sejak<br />

Kamis dua hari sebelumnya.<br />

Di Solo, Jokowi akan bertemu<br />

dengan ulama Habib Syech<br />

bin Abdul Qadir Assegaf serta<br />

menemui pendukungnya di<br />

Taman Budaya Jawa Tengah,<br />

Jalan Ir Sutami.<br />

Dalam santap pagi pada 14 Juni 2014 itu,<br />

Jokowi juga membahas persiapan debat. Maklum,<br />

waktu semakin dekat. Minggu keesokan<br />

harinya, debat sesi kedua, yang bertema pembangunan<br />

ekonomi dan kesejahteraan sosial,<br />

akan dilangsungkan oleh Komisi Pemilihan<br />

Umum di Jakarta.<br />

Bahkan, karena tidak mau buang-buang waktu,<br />

tim debat ekonomi Jokowi sengaja datang<br />

ke kampung halaman gubernur nonaktif DKI<br />

Jakarta tersebut. Sekretaris Tim Pemenangan<br />

Jokowi-Jusuf Kalla, Andi Widjajanto, mengatakan<br />

Jokowi meluncur dari rumahnya ke Hotel<br />

Royal Heritage, Jalan Slamet Riyadi. Di hotel<br />

tersebut, tim debat ekonomi sudah menunggu.<br />

Menurut Jokowi, sejak pagi hingga siang, ia<br />

“dicekoki” materi oleh 20 pakar yang tergabung<br />

dalam tim debat ekonomi. “Seluruh tim persiapan<br />

untuk debat tadi bertemu. Ada 20 orang<br />

tadi di hotel,” ujar Jokowi tanpa memerinci<br />

nama mereka.<br />

Andi membenarkan pakar itu di antaranya<br />

ekonom Institute for Development of Economics<br />

and Finance, Iman Sugema; dosen ekonomi<br />

Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih;<br />

dan politikus PDI Perjuangan, Arif Budimanta.<br />

Arif, saat dimintai konfirmasi, juga enggan<br />

mengungkap lengkap pakar ekonomi yang<br />

memoles Jokowi itu. Yang jelas, sebelum di<br />

Solo, mereka juga ikut bersama Jokowi saat<br />

berkampanye ke daerah. Tim debat itu bisa<br />

saja memberikan saran-saran langsung kepada<br />

Jokowi setelah bertemu dengan masyarakat.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Debat calon presiden yang<br />

diselenggarakan KPU di Hotel<br />

Gran Melia, Jakarta, Minggu<br />

(15/6)<br />

Grandyos/detikcom<br />

“Ada yang sifatnya incognito (tak diketahui),”<br />

katanya.<br />

Namun, secara garis besar, tim debat berupaya<br />

agar Jokowi memahami pembangunan<br />

ekonomi dan kesejahteraan sosial di level<br />

nasional, juga global. Jokowi memang sudah<br />

“khatam” soal pertumbuhan ekonomi, pengendalian<br />

inflasi, bagaimana menekan angka<br />

kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja,<br />

misalnya. Namun penguasaan Jokowi itu dinilai<br />

baru sebatas pengalamannya sebagai Wali<br />

Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta alias level<br />

daerah.<br />

Tim debat ekonomi juga menyarankan Jokowi<br />

langsung menonjolkan program konkret saat<br />

debat. Sebab, masyarakat akan menangkap<br />

jaminan kepastian program Jokowi-JK berjalan.<br />

Itulah jawaban atas tindakan Jokowi menunjuk-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Dia punya<br />

presidential look<br />

dan common look.<br />

-Sandrina Malakiano-<br />

kan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia<br />

Pintar dalam debat pada Minggu, 15 Juni 2014.<br />

Kartu tersebut sempat menjadi bahan serangan<br />

kubu Prabowo-Hatta seusai debat.<br />

Mereka juga mengkritik mutu pertanyaan<br />

Jokowi yang membuat Prabowo sempat kebingungan,<br />

yakni tentang Tim Pengendalian Inflasi<br />

Daerah (TPID). Pertanyaan itu dianggap<br />

menjebak. Andi mengatakan TPID memang<br />

menjadi materi diskusi tim debat. “Pak Jokowi<br />

spontan menanyakan saat debat,” ujarnya.<br />

Selain dalam debat kedua, Jokowi-JK dikelilingi<br />

oleh para ahli dan praktisi dalam debat<br />

pertama melawan Prabowo Subianto-Hatta<br />

Rajasa. Jumlahnya kurang-lebih sama. Begitupun<br />

dalam debat ketiga, yang berlangsung<br />

pada Minggu, 22 Juni 2014. Tim ahli yang dikomandani<br />

oleh Rizal Sukma, Direktur Center for<br />

Strategic and International Studies, memasok<br />

materi untuk debat yang bertema politik internasional<br />

dan ketahanan nasional itu. Sebelum<br />

menghadapi debat ketiga, Jokowi mendapat<br />

coaching dari Rizal di Gadog, Bogor. Timnya<br />

juga menciptakan lagu yang temanya tak jauh<br />

dari tema debat ketiga agar Jokowi lebih rileks.<br />

Menurut Andi, tim pakar yang membantu<br />

pendalaman materi Jokowi itu ada sebagian<br />

yang tergabung dalam tim pemenangan. Sedangkan<br />

yang lainnya berstatus sebagai relawan.<br />

Bantuan itu diberikan kepada Jokowi-JK<br />

secara sukarela. "Tidak ada kontrak," ujar Andi.<br />

Dalam daftar tim kampanye Jokowi-JK yang<br />

beredar setelah pengumuman capres-cawapres,<br />

ada 17 orang anggota tim ahli di dalamnya.<br />

Mereka antara lain Direktur Eksekutif<br />

Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit,<br />

Arif Budimanta, Ady Prasetyono, Ida Fauziyah,<br />

dan Rizal Sukma. Sukardi beberapa kali terlihat<br />

mendampingi Jokowi.<br />

l l l<br />

Setelah urusan materi debat selesai, persoalan<br />

berikutnya adalah bagaimana Jokowi-JK<br />

mampu menyampaikan materi tersebut dalam<br />

debat yang dibatasi oleh durasi waktu dan<br />

aturan yang ketat. Karena itu, dibutuhkan keterampilan<br />

teknis dalam berdebat.<br />

Jokowi sudah berpengalaman debat dalam<br />

tiga kali pilkada, JK pun telah tiga kali mengikuti<br />

kontestasi pilpres. Namun rupanya keterampil-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Jokowi berdiskusi dengan<br />

Rizal Sukma dalam perjalanan<br />

dari Bogor ke Jakarta, Sabtu<br />

(21/4/2014). Keduanya<br />

membahas persiapan<br />

debat ketiga tetang politik<br />

internasional dan ketahanan<br />

nasional.<br />

Istimewa<br />

an debat keduanya masih perlu dipoles lagi.<br />

Tersebutlah dua mantan anchor ternama,<br />

Rosianna Silalahi dan Sandrina Malakiano, yang<br />

bertugas menangani hal itu. Sandrina merupakan<br />

istri Eep Saefulloh Fatah, CEO PolMark<br />

Indonesia. Lembaga konsultan politik ini sudah<br />

lama dekat dengan Jokowi maupun JK. Namun<br />

PolMark baru bergabung setelah pasangan<br />

tersebut resmi melakukan deklarasi. “Kami full<br />

team dan tak dibayar,” kata Sandrina kepada<br />

majalah detik.<br />

Sedangkan Rosi mengaku dimintai bantuan<br />

oleh tim Jokowi-JK. Kerja sama itu dilakukan<br />

secara profesional. “Saya tidak masuk dalam<br />

tim sukses,” kata Rosi kepada majalah detik.<br />

Agar visi-misi Jokowi-JK dapat tersampaikan<br />

dalam debat, dibuatlah simulasi. Pada simulasi<br />

debat pertama, latihan berlangsung selama<br />

dua jam. Jokowi menjajal pidato sekitar 5 menit.<br />

Jokowi-JK juga mencoba berdebat dengan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Saya tidak masuk<br />

dalam tim sukses.<br />

-Rosianna silalahi-<br />

lawan tanding yang diperankan oleh figuran.<br />

Dalam foto yang beredar di dunia maya, kedua<br />

figuran itu adalah Akbar Faisal dan pengamat<br />

politik Ary Dwipayana dari UGM.<br />

Simulasi debat kedua berlangsung pada<br />

Minggu, 15 Juni 2014, beberapa jam sebelum<br />

acara debat dimulai. Simulasi tersebut berlangsung<br />

tiga jam di rumah yang disewa Jokowi,<br />

Jalan Subang Nomor 3-A, Menteng, Jakarta<br />

Pusat. Kembali Rosi menjadi pemandu. Namun<br />

ia membantah jika kegiatan itu disebut sebagai<br />

simulasi. “Itu lebih sebagai diskusi informal<br />

saja,” ujarnya mengelak.<br />

Adapun Sandrina membantah anggapan<br />

bahwa, dalam simulasi itu, Jokowi-JK dilatih<br />

keterampilan berbicara dalam debat. Jokowi<br />

dan JK dibiarkan tampil apa adanya oleh tim<br />

karena itulah yang menjadi kekuatan utama<br />

pasangan tersebut. “Kalau dipoles, yang tampil<br />

justru orang lain,” katanya.<br />

Ia mencontohkan, simulasi itu cuma pengaturan<br />

posisi berdiri Jokowi-JK yang harus sesuai<br />

dengan letak kamera. Jarak Jokowi, yang posturnya<br />

lebih tinggi, dengan JK juga dibuat pas<br />

supaya tidak terlihat bermusuhan. “Yang begitu-begitu<br />

doang,” ucapnya.<br />

Bukan hanya kemampuan berdebat yang berusaha<br />

diperbagus. Rupanya gaya berbusana Jokowi<br />

pun berbeda dalam dua kali debat. Sementara<br />

biasanya tampil sederhana dengan baju putih atau<br />

kotak-kotak, kali itu Jokowi-JK mengenakan setelan<br />

jas lengkap. Mengenai pakaian ini, Sandrina mengaku<br />

memang ada kesan khusus yang ingin dicapai<br />

dari publik, yakni Jokowi, yang selama ini dicitrakan<br />

ndeso, juga mempunyai penampilan selayaknya presiden.<br />

Jas itu juga untuk menjawab keraguan orang<br />

akan ketegasan dan kewibawaan Jokowi. “Dia punya<br />

presidential look dan common look,” katanya.<br />

Seusai debat, tim Jokowi-JK selalu mengadakan<br />

evaluasi. Mereka juga melihat respons publik lewat<br />

media sosial maupun exit poll lembaga survei.<br />

Setidaknya tiga lembaga survei menjadi rujukan<br />

selain survei internal, yakni Cyrus Network, Saiful<br />

Mujani Research and Consulting, dan Charta<br />

Politika. “Yang mengevaluasi itu tim awal dan tim<br />

baru debat edisi berikutnya. Tim khusus enggak<br />

ada,” kata Alexander Lay. n Bahtiar Rifai, Isfari Hikmat,<br />

Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami | Irwan Nugroho<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Romney ‘Jual’, Obama ‘Beli’<br />

“Mungkin inilah debat terbaik Romney.<br />

Terburuk bagi Obama.”<br />

Majalah majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Teman-teman,<br />

apa yang akan<br />

kita lakukan?<br />

Ini benar-benar<br />

bencana.<br />

Malam pada 3 Oktober 2012 di<br />

Denver, Colorado, adalah bencana<br />

bagi kandidat Presiden Amerika<br />

Serikat, Barack Obama. Di sebuah<br />

ruangan, perancang strategi kampanye Obama,<br />

David “Axe” Axelrod, David Plouffe, dan<br />

Joel Benenson, duduk lemas. Mereka nyaris tak<br />

percaya menyaksikan tayangan di layar televisi.<br />

“Sungguh sulit dipercaya,” kata Benenson,<br />

gemas. Di seberang ruangan, Michael Sheehan,<br />

pelatih debat Demokrat yang punya pengalaman<br />

panjang, membanting kertas ke atas meja.<br />

“Mengerikan,” kata Sheehan, kesal.<br />

Malam itu, untuk pertama kalinya Obama<br />

melayani debat langsung melawan kandidat<br />

presiden dari Partai Republik, Mitt Romney.<br />

Debat perdana dua kandidat Presiden Amerika<br />

di kampus Universitas Denver tersebut ditayangkan<br />

langsung oleh stasiun televisi PBS dan<br />

disaksikan puluhan juta calon pemilih.<br />

Sebelum acara debat, berdasarkan jajak pendapat,<br />

posisi Obama unggul 7 poin, lumayan<br />

jauh dari Romney. Jika semua berjalan mulus,<br />

mestinya Obama bisa kembali menjadi penguasa<br />

Gedung Putih. Tapi malam itu angka-angka<br />

tersebut langsung sirna.<br />

Penampilan Obama sungguh mengecewakan.<br />

Di sepanjang acara debat, Romney menguasai<br />

panggung. Sedangkan Obama tampak<br />

pasif, bahkan ada kesan mengantuk. “Jelas dia<br />

tampak kurang fokus dan penuh semangat seperti<br />

Mitt Romney,” Axelrod mengakui. Obama<br />

seolah-olah seorang murid yang setengah hati<br />

menyimak penjelasan gurunya.<br />

“Mungkin inilah debat terbaik Romney.<br />

Terburuk bagi Obama,” Larry Sabato, Direktur<br />

Pusat Politik Universitas Virginia, menulis di<br />

laman Twitter. Seorang anggota tim persiapan<br />

debat Obama, seperti dikutip dalam buku Panic<br />

2012: The Sublime and Terrifying Inside Story of<br />

Obama’s Final Campaign, yang ditulis Michael<br />

Hastings, mengungkapkan bagaimana Obama<br />

mendapat dua nasihat buruk dari dua perancang<br />

strategi debatnya: Axelrod dan Sheehan.<br />

Sheehan menyarankan Obama selalu menunduk<br />

mencermati catatan saat Romney<br />

berbicara. “Tapi mestinya dia tidak menunduk<br />

sebanyak itu,” ujarnya. Alih-alih tampak santai<br />

dan kalem, Obama justru kelihatan pasif. Nasihat<br />

lebih buruk datang dari Axelrod, sang<br />

penasihat senior. Axelrod, menurut anggota<br />

tim debat Demokrat, justru menyarankan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Barack Obama (kanan) dan Mitt<br />

Romney bercanda seusai acara<br />

debat presiden di University of<br />

Denver pada 3 Oktober 2012 di<br />

Denver, Colorado.<br />

Win McNamee/Getty Images<br />

Obama berbicara hal-hal besar langsung kepada<br />

rakyat Amerika. Saran ini malah membuat<br />

kandidat presiden Partai Demokrat itu tampak<br />

tak menginjak bumi. Kelihatan tak kompeten di<br />

depan Romney.<br />

Tiga jam setelah Obama dan Romney turun<br />

dari panggung debat, Axelrod, Plouffe, dan<br />

kawan-kawannya masih kebingungan bagaimana<br />

menangani “bencana” tersebut. “Temanteman,<br />

apa yang akan kita lakukan? Ini benarbenar<br />

bencana,” kata Plouffe, pelan. “Jika kita<br />

tak memperbaiki hal ini, we could lose the whole<br />

fucking election.”<br />

Seperti kata Ron Klain, koordinator tim persiapan<br />

debat Obama, tanda-tanda menang atau<br />

kalah dalam debat sebenarnya bisa dilihat jauh<br />

sebelum naik panggung. “Jika kalian mempersiapkan<br />

diri dengan baik, akan semakin sedikit<br />

kejutan yang kalian temui,” kata Klain.<br />

Sebelum debat pertama, tim yang dipimpin<br />

Klain menyarankan kepada Obama supaya bersikap<br />

lunak dan kalem setiap kali menghadapi<br />

serangan Romney. Dengan taktik seperti ini,<br />

Klain, Axelrod, dan kawan-kawannya berharap<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

tensi debat bakal turun dan berubah menjadi<br />

ajang diskusi.<br />

Sementara itu, Obama yakin dia seharusnya<br />

mengambil posisi menyerang, bukan malah<br />

bertahan. “Ternyata dia yang benar, kami salah,”<br />

Klain belakangan mengakui. Strategi lunak itu<br />

membuat Obama kelihatan lembek.<br />

“Kamu tak punya energi hari ini,” ujar seorang<br />

anggota tim debat setelah Obama berlatih di<br />

Hotel Westin, Nevada. “Aku akan melakukannya<br />

lebih baik nanti,” Obama menanggapi sembari<br />

mengangkat bahu. Ternyata penampilan<br />

Obama tak semakin baik hingga naik panggung<br />

debat di kampus Universitas Denver itu.<br />

Kebijakan Presiden<br />

Obama sudah diuji<br />

selama empat<br />

tahun dan gagal<br />

menciptakan<br />

lapangan<br />

pekerjaan.<br />

●●●<br />

Kegagalan pada debat pertama bukan cuma<br />

membuat Obama dan timnya sedikit grogi.<br />

First Lady Michelle Obama juga turut cemas.<br />

“Jangan khawatir, kamu akan menang dalam<br />

debat berikutnya,” Michelle membesarkan hati<br />

sang suami. Menurut Michelle, Romney unggul<br />

ketimbang Obama hanya karena, ”Dia pintar<br />

berbohong.”<br />

Tak mau lagi dicundangi Romney, Obama<br />

mengubah strategi argumentasinya pada debat<br />

kedua di Hempstead, New York, dua pekan setelah<br />

debat pertama. Obama tak akan berada<br />

pada posisi bertahan. Namun, Obama sadar,<br />

dia bukan seorang orator yang agresif. “Aku<br />

adalah orang yang sopan secara alamiah,” kata<br />

Obama. “Kita harus berusaha mendorongku<br />

supaya aku tak menggigit lidah.... Sangat penting<br />

bagiku, aku harus bertarung.”<br />

Salah satu penasihat debat Obama menu-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Barack Obama bersama<br />

kedua putri dan istrinya<br />

merayakan kemenangan atas<br />

pesaingnya, Alan Keyes, dalam<br />

memperebutkan kursi senat di<br />

Chicago, Illinois, 2004.<br />

Scott Olson/Getty Images<br />

turkan seorang Presiden Amerika diharapkan<br />

tetap tenang dan dingin saat terjadi krisis,<br />

tapi bisa juga galak ketika berdebat. Jika<br />

Obama tak ingin kehilangan kursi nomor<br />

satu di Gedung Putih, dia harus mengubah<br />

gaya debatnya.<br />

Matt Rhoades, manajer kampanye tim Romney,<br />

ragu Obama bisa mengubah gaya adu<br />

argumentasinya dengan cepat. “Menjadi orang<br />

menyebalkan bukanlah keahlian yang bisa kalian<br />

peroleh dalam semalam. Sedangkan Mitt<br />

Romney sudah melakukannya seumur hidupnya,”<br />

kata Rhoades.<br />

Sebagai bekal Obama di atas panggung, Klain<br />

memberikan sejumlah poin yang harus diingat:<br />

nada bicara harus positif, menyenangkan, tunjukkan<br />

gairah, pilih kata-kata yang kuat untuk<br />

pembukaan dan penutupan, serta jangan ragu<br />

menyerang Romney. Berulang-ulang mereka<br />

melatih Obama dengan mencecarnya menggunakan<br />

ratusan pertanyaan yang mungkin<br />

dilontarkan kubu seberang.<br />

“Fast and hammy,” Klain memperingatkan<br />

Obama soal nada bicaranya. “Punch him in the<br />

face,” teriak Karen Dunn, anggota tim debat,<br />

supaya Obama menyambar umpan dan menyerang<br />

John Kerry, yang berperan sebagai Mitt<br />

Romney saat latihan. Hasil latihan itu segera<br />

terlihat pada debat kedua pada 16 Oktober<br />

2012 di New York.<br />

Obama dan Romney “saling jual pukulan”<br />

tanpa ragu. Obama menyerang sikap Romney<br />

yang menolak dana talangan untuk menyelamatkan<br />

industri di Amerika Serikat. Dia juga<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Fokus<br />

debat capres<br />

Menjadi orang menyebalkan<br />

bukanlah keahlian yang bisa<br />

kalian peroleh dalam semalam.<br />

Sedangkan Mitt Romney<br />

sudah melakukannya seumur<br />

hidupnya.<br />

mengolok-olok lima program Romney untuk<br />

menciptakan lapangan pekerjaan. “Dia tak<br />

punya lima rencana, tapi hanya satu rencana,<br />

yakni membuat orang-orang bermain dengan<br />

aturan-aturan yang berbeda.... Itulah filosofi<br />

dia,” kata Obama.<br />

Romney menyalahkan Obama, yang dianggapnya<br />

gagal mengatasi masalah pengangguran<br />

di Amerika. “Kebijakan Presiden Obama<br />

sudah diuji selama empat tahun dan gagal<br />

menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Romney,<br />

tajam. Dia menunjuk pada bantuan yang<br />

diberikan pemerintah Obama kepada industri<br />

otomotif. Obama segera menyambar serangan<br />

Romney.<br />

“Apa yang dikatakan Mitt Romney tidak benar.<br />

Dia hendak membawa industri itu pada<br />

kebangkrutan tanpa memberikan pilihan lain.<br />

Jika hal itu dilakukan, kita bakal kehilangan<br />

jutaan pekerjaan,” kata Obama. Sepanjang<br />

debat, Obama sigap menangkap umpan dan<br />

tak ragu menyerang balik Romney. Akhirnya<br />

skor 1-1 untuk kedua pihak. Kita akhirnya<br />

menyaksikan, Barack Obama kembali ke<br />

Gedung Putih. ■ SAPto Pradityo | NYMag | CBS | PolitiCO<br />

| NEW REPubliC | USA TODAY<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


gaya hidup<br />

Jurus<br />

Bebas Lilitan<br />

Kartu Kredit<br />

Menggesek kartu kredit<br />

memang mudah. Tahu-tahu,<br />

utang kartu kredit sudah<br />

melilit. Harus bagaimana?<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


gaya hidup<br />

thinkstock<br />

Karim pusing tujuh keliling. Sudah<br />

hampir dua bulan ini dia dan keluarganya<br />

hidup tak tenang. Setiap<br />

hari, rumahnya selalu didatangi debt<br />

collector.<br />

Ya, bapak dua anak itu memang tengah terlilit<br />

utang. Termasuk utang lewat empat kartu<br />

kredit yang, kalau ditotal, mencapai Rp 20 juta.<br />

Padahal penghasilannya hanya Rp 4 juta per<br />

bulan.<br />

Utang itu belum semua. Karim<br />

masih memiliki beberapa cicilan<br />

kredit tanpa agunan (KTA) di<br />

beberapa bank dan utang kepada<br />

saudara serta temantemannya.<br />

Stres yang dirasakan<br />

Karim sudah<br />

di ubun-ubun.<br />

Bahkan, saking<br />

bingungnya,<br />

Karim sampai<br />

berpikir<br />

untuk<br />

bunuh diri.<br />

Tapi, sebagai orang beragama, Karim mengaku<br />

takut dosa juga.<br />

Stres karena terlilit utang mungkin tak hanya<br />

dialami Karim. Banyak orang bergaji jauh lebih<br />

tinggi dibanding Karim yang juga mengalami<br />

persoalan sama.<br />

Seperti yang dialami Dito, pria lajang 32 tahun.<br />

Gajinya yang lumayan, Rp 10 juta per bulan,<br />

seakan hanya numpang lewat. Kebanyakan<br />

tersedot untuk membayar cicilan.<br />

Selain cicilan rumah dan mobil, Dito punya<br />

utang kartu kredit yang cukup besar, Rp 30 juta.<br />

Utang kartu kredit itu seakan tak pernah lunas.<br />

“Gue bingung juga mesti gimana,” ujarnya.<br />

Bingung, stres, apalagi bunuh diri, tentu bukan<br />

solusi untuk menyelesaikan masalah utang<br />

itu. Hal-hal itu justru akan menambah persoalan<br />

baru.<br />

Perencana keuangan Aidil Akbar mengatakan,<br />

akhir-akhir ini promosi kartu kredit dan<br />

KTA memang semakin marak ditawarkan.<br />

Utang pun diperoleh dengan sangat mudah.<br />

Jika tidak berhati-hati, orang akan terjerumus<br />

ke dalam utang yang sangat besar dan tidak<br />

mampu membayarnya. Seperti kasus Karim<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


gaya hidup<br />

Aidil Akbar<br />

kencomm-id.com<br />

Setelah niat kuat,<br />

aksi nyata yang<br />

wajib dilakukan<br />

adalah berhenti<br />

berbelanja dan<br />

mulai membayar<br />

utang.<br />

dan Dito.<br />

Pria yang akrab disapa<br />

Akbar itu mengatakan,<br />

ada beberapa langkah<br />

yang perlu dilakukan jika<br />

seseorang ingin benar-benar<br />

keluar dari jeratan utang.<br />

Langkah pertama adalah niat.<br />

Dengan niat yang kuat, orang<br />

akan lebih berdisiplin melakukan<br />

langkah-langkah yang mungkin<br />

terlihat berat untuk melunasi<br />

utang-utangnya.<br />

Setelah niat kuat, aksi nyata yang wajib dilakukan<br />

adalah berhenti berbelanja dan mulai<br />

membayar utang. Menurut Akbar, akan sia-sia<br />

jika Anda mulai membayar tapi masih membuat<br />

utang baru.<br />

Mulailah membuat empat kolom berisi daftar<br />

nama bank tempat Anda berutang, jumlah<br />

utang, suku bunga, dan jumlah pembayaran<br />

minimum setiap kartu kredit.<br />

Cobalah membayar utang kartu kredit yang<br />

memiliki bunga paling besar. Utang ini wajib<br />

mendapat prioritas karena bunga akan membuat<br />

Anda makin terlilit utang.<br />

Setelah itu, cobalah tengok barang-barang<br />

berharga Anda, seperti deposito atau tabungan.<br />

Lebih baik Anda tidak punya deposito atau<br />

tabungan daripada memiliki utang kartu kredit.<br />

“Tidak ada gunanya karena bunga deposito<br />

cuma 7 persen per tahun, sedangkan bunga<br />

kartu kredit bisa mencapai 42 persen per tahun,”<br />

kata Akbar.<br />

Jika tabungan dan deposito tidak punya,<br />

mulailah melirik benda-benda bernilai, seperti<br />

perhiasan, mobil, atau sepeda motor. Segera<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014z


gaya hidup<br />

thinkstock<br />

jual untuk melunasi utang-utang kartu<br />

kredit.<br />

Ya, mungkin setelah itu Anda<br />

tak bisa bergaya dengan mobil<br />

atau perhiasan lagi. Tapi, yang<br />

terpenting, Anda sudah terbebas<br />

dari utang kartu kredit,<br />

kan?<br />

Lalu, bagaimana jika<br />

saya tak punya barang<br />

berharga? Hmm,<br />

mungkin itu pertanyaan<br />

banyak orang.<br />

Tapi Akbar punya<br />

solusi yang mungkin<br />

sedikit ekstrem.<br />

Cara melunasi<br />

utang kartu kredit<br />

yang melilit adalah<br />

de ngan utang juga.<br />

Bingung? Kedengarannya<br />

memang<br />

aneh, tapi hal ini bisa mengatasi persoalan<br />

utang kartu kredit.<br />

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi<br />

untuk utang baru ini. Pertama adalah jumlah<br />

utang tidak boleh melebihi utang yang lama<br />

dan, kedua, adalah suku bunga utang baru<br />

harus lebih rendah.<br />

Menurut Akbar, saat ini berbagai bank menawarkan<br />

suku bunga rendah untuk mendapat<br />

nasabah. Banyak kartu kredit menawarkan balance<br />

transfer alias pemindahan utang ke kartu<br />

kredit baru.<br />

Iming-iming yang diberikan biasanya suku<br />

bunga yang lebih rendah. Apabila bisa memanfaatkan<br />

fasilitas ini, Anda tentu dapat menghemat<br />

biaya bunga yang ditetapkan kartu kredit<br />

sebelumnya.<br />

Akbar mengatakan, cara ini adalah solusi<br />

jangka pendek supaya Anda terbebas dari<br />

utang sebelumnya. Setelah ini, Anda tetap<br />

harus disiplin membayar dan jangan berutang<br />

lagi.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014z


gaya hidup<br />

Belanja Cerdas<br />

Utang tentu tak dimiliki secara tiba-tiba. Terlilit utang<br />

bisa jadi disebabkan kebiasaan berbelanja yang kurang baik,<br />

seperti dikutip dari About berikut ini.<br />

1. Belanja Melebihi<br />

Pendapatan<br />

Menggunakan kartu kredit<br />

mungkin membuat Anda merasa<br />

tak mengeluarkan uang.<br />

Tahu-tahu, utang sudah menumpuk<br />

dan Anda tak bisa lagi<br />

membayar. Karena itu, belanjalah<br />

hanya jika Anda memiliki<br />

uang untuk membayarnya.<br />

2. Strategi Amplop<br />

Jika Anda terpaksa menggunakan<br />

kartu kredit karena tidak membawa<br />

uang cash, lakukan strategi<br />

amplop. Masukkan sejumlah uang<br />

sesuai pengeluaran kartu kredit<br />

Anda ke dalam amplop dan pisahkan.<br />

Uang ini digunakan untuk<br />

membayar saat tagihan datang.<br />

3. Ubah Mindset<br />

Fungsi kartu kredit harus dikembalikan<br />

kepada “khitah”-nya. Kartu kredit<br />

adalah alat pembayaran pengganti<br />

transaksi tunai yang mudah dan aman,<br />

bukan instrumen untuk berutang. Apalagi<br />

menganggapnya sebagai sarana<br />

tambahan uang. n KEN YUNITA<br />

Majalah Majalah detik detik 2 - 823 Desember - 29 - 29 juni 2014z<br />

2013


wisata<br />

Menjajal Gondola ‘Primitif’<br />

di Pantai Timang<br />

foto-foto: Ken yunita/majalahdetik<br />

Pantainya masih<br />

perawan. Belum<br />

banyak terjamah<br />

manusia. Dan<br />

seperti biasa,<br />

masih minim<br />

fasilitas.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

eberapa bulan lalu,<br />

mungkin para traveler<br />

kesulitan menemukan<br />

pantai di Gunungkidul<br />

yang satu ini. Namun<br />

saat ini pantai mungil bernama Pantai Timang<br />

ini sudah cukup populer.<br />

Memang sih, masih kalah ramai dibanding<br />

Pantai Indrayanti. Namun Pantai Timang<br />

mulai menjadi salah satu pantai favorit untuk<br />

dikunjungi saat bertandang ke Gunungkidul,<br />

Yogyakarta.<br />

Dari Kota Yogyakarta, Pantai Timang bisa<br />

dijangkau dengan kendaraan pribadi. Butuh<br />

waktu sekitar tiga hingga empat jam. Tergantung<br />

kecepatan kendaraan dan kondisi lalu<br />

lintas tentunya.<br />

Saya kebetulan saat itu berangkat bersama<br />

rombongan sekitar 20 orang menggunakan<br />

minibus. Kami berangkat dari pusat Kota Yogyakarta<br />

sekitar pukul 07.30 WIB.<br />

Lalu lintas ke arah Gunungkidul, yang dimulai<br />

dari Piyungan hingga Kota Wonosari, pagi itu<br />

cukup padat. Namun, selepas Wonosari hingga<br />

Tepus, lalu lintas sudah sedikit lancar.<br />

Sebelum ke Pantai Timang, rombongan kami<br />

mampir ke Pantai Ngandong terlebih dulu. Dari<br />

pantai itu, baru kami melanjutkan perjalanan ke<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

Pantai Timang menggunakan jip.<br />

Kira-kira butuh waktu satu jam. Sebenarnya<br />

ada jalur jalan biasa. Namun, karena menginginkan<br />

sesuatu yang menantang, kami melewati<br />

jalan-jalan yang sedikit off-road.<br />

Jalan yang kami lalui dari jalur pantai menuju<br />

Pantai Timang cukup terjal dan berbatu.<br />

Menumpang jip rasanya membuat badan kami<br />

serasa rontok. Apalagi saat menaiki bukit di<br />

Pantai Timang. Remuk!<br />

Namun semua perjuangan itu terbayar saat<br />

kami tiba di atas bukit. Laut luas yang biru dan<br />

bersih menyapa mata kami. Hati-hati, jangan<br />

berdiri terlalu dekat dengan bibir bukit agar tak<br />

terjatuh.<br />

Jika membawa anak-anak, bermainlah di pantai<br />

area bawah. Ada pantai mungil dengan pasir<br />

putih yang masih sangat bersih. Lebih aman<br />

karena pantainya dibatasi karang memanjang.<br />

Belum banyak fasilitas di pantai ini, termasuk<br />

listrik. Paling-paling hanya ada toilet untuk<br />

buang air kecil. Sinyal seluler dari provider juga<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

tidak “tersedia” di sini, jadi lupakan update<br />

status dulu, ya.<br />

Gondola Primitif<br />

Selain pemandangan lautnya yang menawan,<br />

ada satu hal lagi yang menarik perhatian<br />

saat saya ke pantai ini: gondola tradisional<br />

dari kayu yang ditarik orang secara manual.<br />

Tunggu, mungkin bukan tradisional. Melihat<br />

materialnya, yang dari kayu dan terlihat<br />

agak bapuk, mungkin gondola ini bisa disebut<br />

primitif. Hmm, bahaya enggak ya ini?<br />

Setelah selesai mengagumi pemandangan,<br />

saya pun mendekati area gondola di<br />

salah satu tebing setinggi 50-60 meter. Beberapa<br />

pria setengah baya tampak dudukduduk<br />

di sekitar gondola itu.<br />

Saya lalu bertanya kepada mereka. Dari<br />

hasil berbincang-bincang itu, saya tahu gondola<br />

itu pertama kali dibangun pada 1997.<br />

Awalnya untuk membantu nelayan mencari<br />

lobster di karang besar yang berada di tengah<br />

laut.<br />

Karang besar itu berjarak kira-kira 50 meter<br />

dari pantai. Dulu, para nelayan mencari<br />

lobster ke karang itu dengan cara berenang<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

melewati arus laut yang tinggi dan ganas.<br />

Lalu, pada 1997, gondola itu dibangun. “Kalau<br />

berenang kan bahaya, jadi dulu ada salah satu<br />

nelayan yang melihat gondola di Taman Mini,<br />

lalu ada ide untuk membangun ini,” kata salah<br />

satu nelayan di sana.<br />

Dengan adanya gondola itu, para nelayan<br />

memang tak perlu lagi berenang. Tapi, apakah<br />

gondola itu aman? Entahlah. Yang jelas, gondola<br />

itu hanya terbuat dari kayu dan digantung di<br />

tali plastik dengan diameter lumayan besar.<br />

Tali-tali itu dikaitkan pada tiang kayu yang<br />

ditancapkan ke karang-karang. Meski tak yakin<br />

dengan kekuatannya, saya sempat mencoba<br />

menaiki dan menyeberang ke karang di tengah<br />

laut dengan gondola itu.<br />

Agak deg-degan juga karena nyaris tidak ada<br />

pengaman. “Berdoa dulu, Mbak,” kata salah<br />

satu nelayan yang membantu menarik tali<br />

untuk menyeberangkan saya. Saya pun makin<br />

deg-degan.<br />

Tak lama, saya pun meluncur. Wusss... ternyata<br />

rasanya tak menyeramkan seperti yang saya<br />

bayangkan. Paling-paling hanya tiga menit di<br />

perjalanan. Di tengah-tengah perjalanan, saya<br />

sempat diguyur air laut. Basah, ha-ha-ha....<br />

Di karang besar itu tidak ada apa-apa. Bahkan<br />

sesuatu untuk berteduh pun tidak ada. Dan karena<br />

saya berada di sana selama kurang-lebih<br />

dua jam, kulit saya pun gosong terbakar.<br />

Saya juga sempat turun di karang-karang<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


wisata<br />

kecil di bawah karang besar itu. Ada tangga<br />

kayu untuk turun. Agak mengerikan sih, tapi<br />

saya ingin melihat sendiri di mana lobster-lobster<br />

itu berada.<br />

Sayang, saat itu bukan musim lobster. Hanya<br />

ada beberapa ekor yang nyangkut di “jala” nelayan.<br />

“Iya, memang sedang tak musim,” kata<br />

salah satu nelayan berambut gondrong, yang<br />

malu-malu saat ditanya namanya.<br />

Setelah sekitar dua jam, saya kembali ke<br />

tebing untuk makan siang. Perjalanan pulang<br />

ini sama sekali tidak mendebarkan meski saya<br />

tidak yakin dengan keamanan gondola itu.<br />

Berani mencoba? n KEN YUNITA<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

Makan dan<br />

Makan Lagi!<br />

Ada banyak pilihan<br />

makanan dari berbagai<br />

daerah di Indonesia. Cocok<br />

untuk tempat kumpul<br />

bersama teman-teman<br />

yang berbeda selera<br />

makan.<br />

foto-foto : Grandyos Zafna Manase Mesah/detikfoto<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

empat makan ini selalu ramai<br />

pengunjung, apalagi pada jam<br />

makan siang atau malam. Bahkan,<br />

ketika hari libur, seharian penuh<br />

tempat ini dipenuhi pengunjung.<br />

Maklum, Eat & Eat di lantai 2 Mal Gandaria<br />

City, Jakarta Selatan, ini memang berkonsep<br />

food market, yang menyediakan aneka jajanan,<br />

makanan, dan minum an dari berbagai daerah<br />

di Indonesia.<br />

Saya biasanya agak “meragukan” makananmakanan<br />

dari tempat berkonsep pasar seperti<br />

ini. Sebab, seringnya, makanan-makanan yang<br />

disediakan tak pernah enak tapi harganya<br />

lumayan.<br />

Tapi seorang teman mencoba meyakinkan<br />

bahwa saya tak akan menyesal makan di sini.<br />

Hmm, oke, akhirnya saya pun mengunjungi<br />

Gandaria City khusus untuk makan di Eat &<br />

Eat.<br />

Saya tiba di Eat & Eat sekitar pukul 17.00<br />

WIB, tamunya sedang-sedang saja. Tidak<br />

banyak dan tidak sedikit. Ba nyak kursi yang<br />

terisi pengunjung, tapi banyak juga yang masih<br />

kosong.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

Karena ini merupakan kunjungan pertama<br />

kali ke sini, saya tidak tahu kalau, untuk makan di<br />

sini, tamu harus mendepositkan uang minimal<br />

Rp 10 ribu. Tamu akan diberi kartu khusus.<br />

Nah, kartu itu nantinya digunakan untuk<br />

memesan makanan. Jumlah saldo di kartu<br />

otomatis akan berkurang setiap kali tamu<br />

memesan makanan.<br />

Kalau saldonya habis, tamu tinggal kembali<br />

ke kasir untuk menambah deposit. Terdengar<br />

merepotkan? Mungkin iya. Tapi sebenarnya<br />

bisa dikira-kira, kok.<br />

Harga makanan di sini Rp 10-50 ribu. Jadi, kalau<br />

datang bertiga, kira-kira bakal menghabiskan<br />

uang Rp 150 ribu.<br />

Untuk jaga-jaga, silakan memasukkan<br />

deposit Rp 200 ribu saja. Tenang saja, kalau<br />

sisa, uangnya bisa diambil lagi, kok. Tinggal<br />

kembalikan kartunya ke kasir dan sisa saldo<br />

Anda akan diberikan.<br />

Dan lagi-lagi, karena ini kunjungan pertama,<br />

saya agak kebingungan dengan makanan yang<br />

akan dipesan. Saya pun berjalan berkeliling<br />

sambil sesekali melirik pesanan orang.<br />

Aha, saya melihat seorang gadis berambut<br />

panjang te ngah membawa nampan berisi<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

Tamu harus<br />

mendepositkan uang<br />

minimal Rp 10 ribu.<br />

Tamu akan diberi kartu<br />

khusus.<br />

hidangan yang menarik. Saya menduga<br />

itu adalah mi dengan beragam topping.<br />

Menggiurkan!<br />

Oke, dari mangkuknya yang unik, saya<br />

akhirnya tahu makanan “lucu” itu berasal dari<br />

gerai Bakmi Kepiting. Saya pun menghampiri<br />

gerai itu dan bertanya kepada salah satu<br />

pelayan di sana.<br />

Saya direkomendasikan memesan menu<br />

Bakmi Kepi ting seharga Rp 35.454. Setelah<br />

ditambah pajak 10 persen, total makanan itu<br />

berharga Rp 39 ribu.<br />

Saldo saya langsung berkurang sejumlah<br />

harga Bakmi Kepiting begitu kartu saya<br />

ditempelkan pada mesin khusus. Saya diberi<br />

kertas bukti transaksi.<br />

Penampilan Bakmi Kepiting ini sebenarnya<br />

mirip mi ayam kebanyakan. Hanya, toppingnya<br />

lebih ramai, ada ayam, daging, bakso<br />

ikan, dan pangsit. Ada kuah terpisah untuk<br />

mengguyur mi.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

Rasanya? Cukup enak. Mi kuningnya<br />

terasa kenyal dan matang sempurna. Makin<br />

enak jika ditambahi sedikit sambal dan<br />

kecap. Segar!<br />

Setelah menghabiskan satu mangkuk<br />

mi, saya kembali berkeliling. Dan saya<br />

menemukan gerobak bertulisan “Tahu Tek<br />

Tek”. Terlihat enak.<br />

Saya pun memesan makanan berharga Rp<br />

24.500 (sudah dengan pajak) itu. Sama seperti<br />

tahu tek tek di pinggir jalan, menu ini berisi<br />

lontong, telur, tahu, kecambah, dan kerupuk<br />

dengan bumbu kacang.<br />

Saya tak sabar mencicip sewaktu pesanan<br />

itu selesai dibuat. Terlihat enak. Dan ternyata<br />

benar, rasanya memang nikmat. Tapi akan<br />

lebih nikmat jika ditambahi sambal. Nyam!<br />

Teman saya tergiur memesan sate kambing<br />

Batibul. Menurut pelayan di sana, batibul<br />

merupakan kependekan dari “bawah tiga<br />

bulan”. Jadi sate di sini menggunakan kambing<br />

yang masih muda.<br />

Harga per tusuk sate Rp 6.000. Tapi ada<br />

beberapa paket yang bisa dipilih, dan teman<br />

saya memilih Paket Spesial 2, yang berisi sate<br />

lima tusuk dan nasi putih.<br />

Harga menu ini Rp 41 ribu termasuk<br />

pajak. Konon, karena dagingnya berasal dari<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


kuliner<br />

kambing muda, dagingnya lebih lembut. Saya<br />

pun mencicip satu tusuk.<br />

Menurut saya, tekstur dagingnya memang<br />

lebih lembut ketimbang sate kambing<br />

biasanya. Hanya, daging sate ini terasa lebih<br />

keras. Mungkin lantaran membakarnya terlalu<br />

lama.<br />

Dan untuk menyegarkan mulut, saya<br />

memesan Green Tea Snow Ice seharga Rp 25<br />

ribu, sudah termasuk pajak. Dari gambarnya<br />

yang berwarna hijau, menu ini terlihat sangat<br />

menggiurkan.<br />

Saya agak kaget karena, begitu menu itu<br />

jadi, ternyata porsinya sangat besar, bisa<br />

dimakan tiga orang. Soal rasa? Meski terlalu<br />

manis, snow ice ini cukup enak.<br />

Hmm, untuk makan sore yang enak<br />

dan mengenyangkan ini, saya tak sampai<br />

menghabiskan Rp 150 ribu. Kapan-kapan saya<br />

pasti kembali ke Eat & Eat untuk mencoba<br />

menu lainnya. n KEN YUNITA<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Menanti<br />

Obral<br />

Bank<br />

Mutiara<br />

LPS mesti melepas Bank<br />

Mutiara tahun ini. Harga<br />

mungkin di bawah kucuran<br />

dana bailout.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Rachman/Detikcom<br />

NAMANYA sudah berubah berulang<br />

kali. Semula Bank Pikko, kemudian<br />

Century, dan sekarang Mutiara. Gejolak<br />

dahsyat sempat melanda bank<br />

ini sehingga lima tahun silam kepemilikannya<br />

diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan<br />

(LPS). Tapi sejumlah nasabah tetap setia pada<br />

bank ini dan mempercayakan nasibnya pada<br />

lembaga keuangan ini.<br />

Penyebabnya ternyata sederhana. Karyawan<br />

bank itu pintar merawat nasabahnya. Misalnya<br />

saja, bank milik LPS itu mengirimkan ucapan<br />

selamat, baik lewat telepon maupun kartu, saat<br />

nasabah berulang tahun. “Perhatian yang seperti<br />

itu, bagi nasabah, mungkin susah didapatkan<br />

dari bank besar dengan jumlah simpanan<br />

yang sama,” Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho<br />

mengungkapkan obrolan dengan sejumlah<br />

petinggi bank itu.<br />

Bank yang pintar merawat nasabah itu tahun<br />

ini mesti berganti pemilik. Undang-undang<br />

menyatakan paling lambat akhir tahun ini LPS<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

harus melepas kepemilikannya. Tujuh investor,<br />

termasuk lima dari luar negeri, sudah menyatakan<br />

ingin mendapatkan bank itu. Harga penjualan<br />

mungkin juga di bawah yang dikucurkan<br />

LPS karena, sesuai dengan undang-undang,<br />

pokoknya pada tahun kelima setelah dipegang<br />

harus dijual kembali.<br />

Proses penjualan ini dimulai pada 2012.<br />

Sesuai dengan undang-undang, harga yang<br />

Namun kali ini harganya bisa lebih murah<br />

karena sudah masuk tahun kelima dipegang<br />

LPS.<br />

ditawarkan mesti setidaknya sama dengan nilai<br />

bailout, yakni Rp 6,7 triliun. Saat itu penjualan<br />

gagal mendapatkan pembeli. Begitu pula dengan<br />

penjualan tahun berikutnya.<br />

Setelah menyuntikkan penyertaan modal<br />

sementara (PMS) sebesar Rp 1,25 triliun pada<br />

Desember 2013, LPS memperpanjang masa<br />

penjualan Mutiara setahun lagi. Namun kali ini<br />

harganya bisa lebih murah karena sudah masuk<br />

tahun kelima dipegang LPS. “Kami akan fleksibel<br />

karena Undang-Undang LPS mengatur,<br />

setelah perpanjangan selama tiga tahun, tidak<br />

perlu mengikuti harga acuan PMS,” ujar Samsu.<br />

Menurut dia, selama ini masalah harga jual<br />

menjadi ganjalan bagi LPS untuk leluasa melego<br />

Mutiara. Padahal sebenarnya harga jual<br />

sebuah bank yang pernah bermasalah tidak<br />

bisa 100 persen sesuai dengan jumlah suntikan<br />

modal.<br />

Dia mencontohkan, sejumlah bank yang diselamatkan<br />

LPS, seperti Bank IFI dan beberapa<br />

bank perkreditan rakyat, hanya laku sekitar 21<br />

persen dari total suntikan bailout. “Kalau misalnya<br />

Bank Mutiara bisa laku 50 persen saja, kan<br />

masih jauh lebih baik daripada yang hanya laku<br />

21 persen,” kata Samsu.<br />

Samsu menambahkan, saat ini ekuitas atau<br />

modal Bank Mutiara sebesar Rp 1,3 triliun. Menurut<br />

kalkulasi ekonom Universitas Padjadjaran,<br />

Kodrat Wibowo, nilai buku Bank Mutiara<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Rachman/Detikcom<br />

sebesar Rp 1,1-1,4 triliun dengan price-to-book<br />

value atau harga saham dibandingkan dengan<br />

nilai ekuitas per saham sekitar Rp 3,2 triliun.<br />

“Sehingga rata-rata kasar nilai jual yang aman<br />

adalah Rp 3-3,4 triliun,” kata Kodrat.<br />

Selain memperhitungkan kinerja perusahaan,<br />

menurut Kodrat, harga tersebut sudah memperhitungkan<br />

aspek politik, hukum, dan psikologi<br />

pasar. Kodrat mengatakan biasanya masalah<br />

politik dan hukum yang masih membelit akan<br />

mempengaruhi proses penjualan. Sedangkan<br />

pertimbangan ekonomi akan menjadi hal terakhir<br />

yang dilihat investor. “Aspek politik, hukum,<br />

dan psikologi pasar menentukan,” ujarnya.<br />

Urusan politik ini cukup ruwet. Sebagian<br />

politikus terus menyatakan bailout itu bermasalah.<br />

Karena itu, anggota tim pengawas kasus<br />

Bank Century, Bambang Soesatyo dari Fraksi<br />

Partai Golkar dan Hendrawan Supratikno dan<br />

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,<br />

menyarankan agar penjualan Bank Mutiara<br />

menunggu sampai proses hukum Bank Century<br />

rampung. Tujuannya, agar nanti tidak ada<br />

tudingan bahwa Bank Mutiara dijual kemurahan.<br />

Bambang mengatakan, untuk menyiasati<br />

masalah undang-undang, LPS bisa meminta<br />

Presiden menerbitkan peraturan pemerintah<br />

pengganti undang-undang. “Jika tidak, kami<br />

menduga ada upaya kesengajaan untuk menjual<br />

Bank Mutiara dengan harga yang sangat<br />

murah karena dalam situasi yang berisiko tinggi,<br />

yaitu bank itu lagi bermasalah hukum,” kata<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Bambang.<br />

Namun LPS bergeming dan tetap menjalankan<br />

proses seleksi calon investor. Saat ini ada<br />

tujuh calon investor yang akan melanjutkan ke<br />

tahap due diligence atau penilaian kinerja Bank<br />

Mutiara mulai 23 Juni hingga akhir Juli 2014.<br />

Namun Samsu enggan menyebut identitas<br />

tujuh investor itu karena ada permintaan untuk<br />

tidak disclose mengungkap kepada publik.<br />

Saat ini ada tujuh calon investor yang akan<br />

melanjutkan ke tahap due diligence.<br />

Mereka adalah dua calon investor dari Hong<br />

Kong serta masing-masing satu dari Singapura,<br />

Jepang, dan Malaysia. Sedangkan dari lokal ada<br />

dua calon investor. Setelah melewati tahap due<br />

diligence, calon investor akan memberikan final<br />

bid atau penawaran terakhir kepada LPS.<br />

LPS akan menilai kelayakan penawaran itu<br />

antara lain berdasarkan valuasi harga pantas<br />

yang saat ini sedang diproses, skema pembayaran<br />

yang wajar, serta keterkaitan dengan pemilik<br />

lama. Proses penilaian ini juga melibatkan PT<br />

Danareksa, perusahaan sekuritas pelat merah.<br />

Hanya 2 atau 4 calon investor yang akan<br />

dikirim LPS ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)<br />

untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan<br />

nanti. Targetnya bisa masuk ke OJK paling<br />

lambat September sehingga proses penjualan<br />

bisa selesai sesuai dengan tenggat November.<br />

“LPS bertugas berdasarkan undang-undang.<br />

Undang-undang menyuruh jual, ya harus jual,”<br />

kata Samsu.<br />

Salah satu calon investor lokal yang bakal<br />

mencaplok Mutiara adalah PT Bank Rakyat Indonesia.<br />

Bank pelat merah itu tertarik membeli<br />

Mutiara karena memiliki jaringan retail yang<br />

cukup kuat dan cocok melengkapi segmen<br />

pasar BRI, yang membidik pelaku usaha kecilmenengah.<br />

“Kami kan kuat di UKM dan Bank<br />

Mutiara kuat di retail dengan link ke pedagangpedagang.<br />

Jadi Mutiara bisa melengkapi yang<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Rachman/Detikcom<br />

kami miliki sekarang,” tutur Sekretaris Perusahaan<br />

BRI Budi Satria.<br />

Budi menjelaskan BRI memang menyiapkan<br />

anggaran Rp 3 triliun untuk aksi korporasi tahun<br />

ini. Namun dana itu bukan semata dipakai<br />

untuk membiayai pembelian Mutiara. Sebab,<br />

jika gagal membeli Mutiara, BRI masih berniat<br />

mengakuisisi perusahaan sekuritas atau perusahaan<br />

asuransi. ■<br />

Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 23 23 -- 29 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

7<br />

perusahaan.<br />

Peminat<br />

Mutiara<br />

Peserta lelang Bank Mutiara kali ini mencapai tujuh<br />

Dua bank asing diberitakan menjadi peserta.<br />

foto-foto: rachman hariyanto/detikfoto/<br />

flickr<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

HASIL seleksi Lembaga Penjamin<br />

Simpanan telah menetapkan<br />

tujuh calon investor yang<br />

mengikuti tahap due diligence<br />

atau penilaian kinerja perusahaan<br />

yang akan dibeli selama kurun waktu 23<br />

Juni hingga akhir Juli 2014. Namun LPS masih<br />

merahasiakan identitas para calon investor, terutama<br />

asing, karena ada permintaan khusus<br />

agar tidak diumumkan ke publik.<br />

Mereka adalah dua calon investor dari Hong<br />

Kong; masing-masing satu dari Singapura,<br />

Jepang, dan Malaysia; serta dua inverstor dari<br />

lokal. Salah satu investor lokal yang terangterangan<br />

menyatakan diri akan membeli Bank<br />

Mutiara adalah PT Bank BRI Tbk. Tidak semua<br />

investor berupa bank, sebagian perusahaan<br />

investasi.<br />

Sedangkan bila mengutip Reuters, ada dua<br />

bank asing dari Hong Kong dan Malaysia<br />

yang ikut dalam proses seleksi, yaitu Bank of<br />

China dan Hong Leong Bank. Berikut ini profil<br />

masing-masing calon investor yang dikabarkan<br />

ikut dalam tender ini.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Hong Leong Bank, Malaysia<br />

Hong Leong Bank berdiri sejak 1905<br />

di Kuching, Sarawak, Malaysia. Pada<br />

Oktober 1994, Hong Leong masuk<br />

bursa saham Malaysia. Hong Leong Bank menyelesaikan<br />

merger dengan EON Bank Group<br />

pada 2011.<br />

Merger ini semakin menguatkan Hong<br />

Leong sebagai perbankan lebih dengan aset<br />

145 miliar ringgit (Rp 540 triliun) dan jaringan<br />

diperluas dari 329 cabang nasional. Ukuran<br />

aset ini adalah terbesar keempat di Malaysia.<br />

Jika dibanding dengan bank di Indonesia, aset<br />

Hong Leong ini hampir sebesar Bank BRI.<br />

Hong Leong Bank memiliki lebih dari 300 cabang<br />

dan terus berekspansi di luar negeri. Tak<br />

mengherankan jika saat ini mereka tidak hanya<br />

beroperasi di Malaysia, tapi juga di Singapura,<br />

Hong Kong, Vietnam, sampai Kamboja.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Bank of China (Hong Kong),<br />

Hong Kong<br />

Kantor berita Reuters menyebut<br />

anak usaha Bank of China di Hong<br />

Kong menjadi salah satu peserta<br />

tender. Anak usaha itu berarti adalah Bank<br />

of China (Hong Kong). Bank of China sendiri<br />

merupakan bank terbesar keempat dunia dari<br />

sisi kapitalisasi. Tapi, untuk anak usahanya itu,<br />

mereka adalah bank terbesar kedua di wilayah<br />

Hong Kong.<br />

Berdiri pada 1912, Bank of China adalah salah<br />

satu bank berusia tua yang masih eksis hingga<br />

kini di Tiongkok. Sedangkan Bank of China<br />

(Hong Kong) sendiri berdiri pada 2001, saat 12<br />

anak usaha Bank of China di Hong Kong disatukan<br />

di bawah satu bendera.<br />

Meski hanya anak usaha dari Bank of China<br />

dari Tiongkok, ukuran Bank of China (Hong<br />

Kong) itu sangat besar. Laporan tahunan 2013<br />

menyebut aset mereka mencapai HK$ 2 triliun<br />

(Rp 3.000 triliun) atau hampir lima kali aset<br />

Bank BRI.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk<br />

Bank milik pemerintah ini sudah berusia<br />

118 tahun sejak berdiri pada Desember<br />

1895 dengan nama awal “Bank<br />

Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi<br />

Purwokerto”, suatu lembaga keuangan yang<br />

melayani orang-orang pribumi. Pada 2003,<br />

BRI resmi menjadi perusahaan terbuka setelah<br />

menjual 30 persen kepemilikan kepada publik.<br />

BRI memiliki 3 anak usaha, yaitu PT Bank BRI-<br />

Syariah, Bank BRI Agro, BRI Remittance. BRI<br />

memiliki jaringan sekitar 6.000 kantor cabang<br />

atau unit. Ini tidak termasuk kantor kecil, seperti<br />

kantor kas atau Teras BRI. Pada 2013, aset BRI<br />

tercatat Rp 606,37 triliun atau terbesar kedua<br />

setelah Mandiri. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Mengincar<br />

Pasar<br />

$<br />

$<br />

$<br />

$<br />

Raksasa<br />

Lima dari tujuh perserta lelang<br />

Bank Mutiara dari luar negeri.<br />

Mengapa mereka tertarik?<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Karyawan Bank Mutiara<br />

menghitung uang nasabah,<br />

di Jakarta, Jumat (4/4).<br />

Lembaga Penjamin Simpanan<br />

wajib menjual Bank Mutiara<br />

tahun ini, berapa pun<br />

harganya.<br />

Puspa Perwitasari/ANtara FOTO<br />

BAGI investor, daya tarik utama Indonesia<br />

adalah ukurannya yang sangat<br />

besar. Dengan jumlah penduduk di<br />

atas 240 juta, negeri ini menjanjikan<br />

pasar yang sangat luas. Para investor asing<br />

industri finansial pun memandang hal yang<br />

sama. Itu sebabnya, lima dari tujuh investor<br />

yang berminat mencaplok Bank Mutiara berasal<br />

dari luar negeri.<br />

Yang lebih menyenangkan, pasar perbank an<br />

belum jenuh. “Ada 80 juta warga Indonesia yang<br />

belum tersentuh bank, ini menjadi incaran bankbank<br />

asing,” kata Ketua Umum Perhimpunan<br />

Bank-Bank Umum Nasional Sigit Pramono.<br />

Bank Mutiara juga dipandang memiliki aset yang<br />

terjaga dan jaringan kerja yang sudah mapan. “Jadi<br />

bank ini dipandang bagus,” ucapnya.<br />

Para peminat Bank Mutiara kali ini tampaknya<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Nasabah menarik uang<br />

melalui ATM Bank Mutiara<br />

di Jakarta. Jaringan Bank<br />

Mutiara yang cukup luas<br />

dipandang sebagai salah satu<br />

daya tarik bagi para investor.<br />

Puspa Perwitasari/ANtara FOTO<br />

tidak cemas terhadap belitan masalah politik,<br />

yang beberapa tahun dipandang mengganggu<br />

rencana lelang. “Itu bukan persoalan. Investor<br />

yang lalu itu tak lolos fit and proper test,” katanya.<br />

“Soal politik ini tak menjadi persoalan.”<br />

Kepala Ekonom Bank BNI 46 Ryan Kiryanto<br />

mengungkapkan hal senada. Ia mengatakan<br />

tekanan politik tidak lagi menjadi hambatan.<br />

Selain potensi keuntungan yang besar, penjualan<br />

kali ini sudah diatur oleh undang-undang.<br />

“Anda jangan lupa, secara undang-undang,<br />

Bank Mutiara harus dijual oleh LPS (Lembaga<br />

Penjamin Simpanan) selambat-lambatnya November<br />

2014,” ucapnya.<br />

Ia juga mengungkapkan kemungkinan ketertarikan<br />

bank-bank asing itu bersumber dari<br />

sejumlah faktor yang dimiliki Bank Mutiara.<br />

“Mungkin menurut kalkulasi peserta tender<br />

Bank Mutiara kali ini, bank ini termasuk bank<br />

yang bagus, punya costumer, dan berkinerja<br />

bagus, going forward,” ucapnya.<br />

Sedangkan faktor lain, seperti net interest<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Sejumlah nasabah setia<br />

menyimpan dana di Bank<br />

Mutiara sejak lembaga<br />

keuangan ini masih bernama<br />

Bank Pikko.<br />

Rachman/detik foto<br />

margin (margin laba bersih atau lazim disebut<br />

NIM), tidak secara langsung membuat bank<br />

asing tertarik. Di Indonesia, bank memang memiliki<br />

selisih tinggi antara bunga kredit dan bunga<br />

yang dibayar oleh bank kepada orang yang<br />

penabung, pemegang deposito, atau sumber<br />

modal lain. NIM tinggi ini terutama jika dibanding<br />

di negara ASEAN lain, seperti Malaysia,<br />

Singapura, atau Thailand.<br />

Tapi, masalahnya, bank di Indonesia masih<br />

harus banyak berinvestasi. “Seperti membangun<br />

kantor cabang, menginstal jaringan teknologi<br />

informasi, serta sumber daya manusia,”<br />

katanya. “Sedangkan bank-bank asing seperti<br />

di Malaysia dan Singapura sudah dalam taraf<br />

memanen, bukan lagi menanam.”<br />

Jadi, meski NIM rendah, investasi juga rendah<br />

sehingga biaya operasional juga rendah.<br />

“Memasang ATM, buka kantor cabang, merekrut<br />

SDM, semua itu butuh investasi,” ucapnya.<br />

Biaya ini tentu saja diambil dari bunga kredit<br />

yang diterapkan kepada konsumen. “Makanya<br />

NIM kita terbilang tinggi.”<br />

Sampai kapan bank-bank Indonesia masih harus<br />

menanamkan investasi? Ryan mengatakan<br />

agak sulit menentukan sampai kapan investasi<br />

harus terus dilakukan perbankan Indonesia.<br />

Sebab, menurut dia, Indonesia sangat berbeda<br />

dengan Singapura atau Malaysia, yang berpenduduk<br />

sedikit dan wilayahnya terbilang kecil. ■<br />

Budi Alimuddin<br />

Majalah detik 23 23 -- 29 29 juni 2014


Melepas Eks Bank Century<br />

Terbebani<br />

Kewajiban<br />

Century<br />

SEJAK dipegang<br />

Lembaga Penjamin<br />

Simpanan (LPS),<br />

bisnis Bank Mutiara<br />

terus untung. Pada<br />

periode 2009-2011,<br />

laba operasi itu berada di kisaran Rp<br />

222-242 miliar. Tahun 2012 menurun<br />

menjadi Rp 132 miliar. Tapi, tahun<br />

lalu, Bank Mutiara tiba-tiba saja rugi<br />

sampai Rp 1,15 triliun.<br />

Direktur Utama Bank Mutiara,<br />

Sukoriyanto Saputro, dalam laporan<br />

keuangan, menyatakan kerugian<br />

triliunan rupiah itu karena mereka<br />

diwajibkan membuat pencadangan<br />

untuk utang pajak era Bank Century<br />

dan memenuhi kewajiban penyediaan<br />

modal minimum. Kewajiban ini<br />

hanya berlaku sekali, yakni pada<br />

tahun buku 2013.<br />

“Kerugian tersebut bukanlah merupakan<br />

akibat operasional bank,”<br />

ujar Sukoriyanto. Ia pun menjanjikan<br />

laporan keuangan 2014 tidak akan<br />

merah. “Bank Mutiara akan mencatatkan<br />

kinerja positif dan membukukan<br />

laba kembali (pada laporan<br />

keuangan 2014).”<br />

Pada akhir tahun lalu, Bank Mutiara<br />

telah memiliki 61 kantor cabang<br />

dengan 1.500 lebih karyawan. Asetnya<br />

Rp 14,5 triliun dengan pengucuran<br />

kredit Rp 11 triliun. Dana pihak<br />

ketiga yang mereka kelola mencapai<br />

Rp 11 triliun. n NUR KHOIRI<br />

Bank Tidak<br />

Laku-laku<br />

MENJUAL bank hasil<br />

bailout memang tidak<br />

gampang. Tiga tahun<br />

Lembaga Penjamin Simpanan<br />

berusaha menjual Bank Mutiara<br />

(eks Bank Century) tapi gagal.<br />

Mungkin ini karena harga<br />

yang diwajibkan sangat tinggi,<br />

minimal sesuai bailout sebesar<br />

Rp 6,7 triliun. Putaran penjualan<br />

tahun ini sedikit berbeda, karena<br />

undang-undang mewajibkan<br />

bank hasil bailout itu harus<br />

terjual, berapa pun harganya.<br />

1<br />

6 November<br />

2008<br />

Bank Century dalam pengawasan<br />

khusus Bank Indonesia<br />

karena dinilai tidak sehat.<br />

4<br />

3 Oktober<br />

2009<br />

Bank Century berganti nama<br />

menjadi Bank Mutiara.<br />

21 November<br />

2008<br />

LPS mengambil alih kepemilikan<br />

Century dan mengucurkan<br />

bailout sampai Rp 6,7 triliun.<br />

2<br />

11 Agustus<br />

2009<br />

Dalam pengawasan intensif<br />

Bank Indonesia.<br />

3<br />

5<br />

26 Juni 2011<br />

Status pengawasan normal Bank<br />

Indonesia.<br />

6<br />

8 Juli 2011<br />

LPS mulai proses penjualan Bank Mutiara.<br />

Harga minimal sesuai bailout, Rp 6,7 triliun.<br />

7<br />

7 September<br />

2011<br />

LPS menyatakan penjualan<br />

gagal. Sebanyak 9 investor<br />

berminat, 3 mengirim surat<br />

konfirmasi. Tapi, dari ketiganya,<br />

tak satu pun memenuhi syarat.<br />

12 Juni 2013 Februari<br />

LPS menyatakan dua peminat 11 2013<br />

Bank Mutiara sudah penuhi<br />

syarat administratif.<br />

29 Agustus<br />

2013 12<br />

20 Desember<br />

2014 13<br />

LPS menyatakan Bank Mutiara<br />

LPS menyatakan penjualan Bank<br />

Mutiara gagal. Dalam proses ini,<br />

enam investor menyatakan berminat,<br />

lima mengirim dokumen<br />

pendaftaran, dua memenuhi<br />

syarat administratif, tapi keduanya<br />

tak mengirim penawaran<br />

awal.<br />

Naskah: NUR KHOIRI<br />

10<br />

LPS kembali menawarkan Bank<br />

Mutiara. Seperti tahun sebelumnya,<br />

harga yang diminta minimal<br />

sesuai nilai bailout, yakni Rp 6,7<br />

triliun.<br />

sudah mendapat suntikan tambahan<br />

Rp 1,5 triliun sehingga total bailoutnya<br />

Rp 8,2 triliun. Putaran penjualan<br />

terakhir Mutiara dimulai dan tahun<br />

berikutnya mesti laku, berapa pun<br />

harganya.<br />

8<br />

7 Februari<br />

2012<br />

Pendaftaran pembelian<br />

Bank Mutiara dibuka<br />

kembali. Perusahaan<br />

investasi Yawadwipa<br />

menawar Bank Mutiara<br />

Rp 6,75 triliun atau di<br />

bawah persyaratan minimal<br />

sesuai nilai bailout.<br />

9<br />

15 Agustus<br />

2012<br />

LPS menyatakan penjualan gagal.<br />

Ada tujuh peminat—termasuk<br />

Yawadwipa—dan ada tiga yang<br />

mengirim surat dokumen<br />

pendaftaran. Tapi ketiga peminat<br />

tidak memenuhi syarat administratif,<br />

termasuk dukungan<br />

finansial.<br />

18 April 2014<br />

LPS menyatakan 18 investor<br />

berminat membeli Bank<br />

Mutiara.<br />

Juni 2014<br />

LPS menyatakan 7 investor<br />

bersaing menjadi calon<br />

pemilik Bank Mutiara, termasuk<br />

BRI dan beberapa bank<br />

asing.<br />

14<br />

15<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


ekonomi<br />

Baru<br />

Potensi Rugi<br />

atau Sudah<br />

Bocor<br />

Bagaimana para ekonom memandang<br />

angka kebocoran ribuan triliun rupiah<br />

yang disebut Prabowo.<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


ekonomi<br />

Bank Indonesia, lembaga<br />

yang mengatur moneter<br />

Indonesia.<br />

Ari Saputra/detikcom<br />

AWALNYA adalah debat kandidat<br />

presiden: Prabowo Subianto melawan<br />

Joko Widodo. Tapi pernyataan<br />

Prabowo akhirnya merembet ke<br />

mana-mana saat ia menyebut ada kebocoran<br />

kekayaan negara yang, menurut tim ahlinya,<br />

angkanya fantastis: Rp 1.000 triliun. Bahkan,<br />

mengutip pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi Abraham Samad, Prabowo<br />

menyatakan kebocoran itu mencapai Rp 7.200<br />

triliun.<br />

Angka itu segera saja menyulut kontroversi<br />

karena jumlahnya spektakuler. Pemerintah<br />

langsung bereaksi. Menteri Koordinator Perekonomian<br />

Chairul Tanjung, misalnya, mengatakan<br />

ucapan kebocoran sebesar itu tidak<br />

benar. “Mungkin yang dimaksud Pak Prabowo,<br />

kalau dilakukan langkah-langkah luar biasa,<br />

ada potensi pendapatan negara tambahannya<br />

sebesar Rp 1.000 triliun,” katanya.<br />

Sedangkan Abraham Samad, yang namanya<br />

disebut, buru-buru meralat kutipan calon presiden<br />

nomor urut 1 itu. “(Ini) bukan kebocoran,<br />

tapi potensi penerimaan yang tidak didapat,”<br />

katanya. “Beda dengan kebocoran.”<br />

Bagi para ekonom, angka yang disebut Pra-<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


ekonomi<br />

Menteri Koordinantor<br />

Perekonomian Chairul<br />

Tanjung<br />

Ari Saputra/ detikcom<br />

bowo itu memang mencengangkan. Angka<br />

kebocoran itu, oleh Kepala Ekonom BCA David<br />

Sumual disebut tidak mungkin. Alasannya?<br />

“APBN kita hanya Rp 1.800 triliun, ekonomi<br />

kita size-nya hanya Rp 9.000 triliun,” katanya.<br />

Namanya juga anggaran, APBN memang<br />

rawan bocor. Tapi nilai kebocoran yang disebut<br />

Prabowo itu terlalu besar. Itu sebabnya, Lana<br />

Soelistianingsih, Kepala Ekonom Asset Management,<br />

mengatakan hal senada. Kalau dengan<br />

angka kebocoran Rp 1.000 triliun itu, katanya,<br />

“Berdasarkan APBN, itu tidak masuk akal.”<br />

Karena itu, Lana mengatakan pernyataan<br />

Prabowo tersebut memang harus diperjelas.<br />

“Berapa tahun kebocorannya, yang disebut kebocoran<br />

itu seperti apa, atau itu hanya potensi<br />

kehilangan,” katanya.<br />

Hatta Rajasa, pasangan Prabowo dalam<br />

pemilihan presiden, perlu menjelaskan soal<br />

kutipan Prabowo ini. Ia mengatakan bukan<br />

kebocoran karena APBN jauh lebih kecil dari<br />

nilai kebocoran yang disebut mencapai Rp<br />

7.200 triliun itu. Tapi, yang ada, adalah potensi<br />

kehilangan (potential loss). Misalnya saja jika<br />

tidak ada renegosiasi kontrak karya. “Itu semua<br />

kan menyebabkan potential loss,” katanya. “Itu<br />

yang dimaksud Pak Prabowo.”<br />

Kalau potensi kehilangan, Lana mengatakan,<br />

angka Rp 1.000 triliun—yang dikutip Prabowo<br />

dari tim ahlinya—masih masuk akal. Perhitungannya<br />

sederhana. Pajak pertambahan nilai<br />

(PPN) mestinya mencapai 10 persen dari PDB<br />

Indonesia, yang sekarang lebih dari Rp 9.000<br />

triliun. Dengan dasar ini, perolehan dari sini bisa<br />

mencapai Rp 900 triliun. “Tapi sekarang baru<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


ekonomi<br />

Soemitro<br />

Djojohadikoesoemo, ayah<br />

Prabowo, pernah terkena<br />

kontroversi "kebocoran".<br />

istimewa<br />

Rp 400 triliun,” katanya. Lana<br />

membulatkan angka perolehan<br />

PPN yang tahun lalu besarnya<br />

Rp 385 triliun.<br />

Adapun David sedikit berbeda.<br />

Ia mengatakan tambahan<br />

potensi penerimaan negara itu<br />

tidak akan mencapai ribuan<br />

triliun rupiah. “Hanya ratusan<br />

triliun rupiah angkanya,” kata<br />

David menyebut kisaran potensi<br />

pemasukan bagi negara<br />

yang ia pandang masih masuk<br />

akal. Sedangkan angka<br />

yang ribuan triliun rupiah, katanya, “Itu bahasa<br />

politik untuk meraih voter.”<br />

Yang agak unik, ayah Prabowo, Soemitro<br />

Djojohadikusumo, dua puluh tahun silam juga<br />

terkena kontroversi soal kebocoran anggaran.<br />

Tapi kejadiannya sedikit berbeda. Saat itu para<br />

wartawan mengutip ucapan Soemitro sebagai<br />

“kebocoran” sebesar 30 persen.<br />

Soemitro kemudian sampai membuat tulisan<br />

meluruskan kutipan ini. Menurut Soemitro,<br />

yang terjadi adalah rendahnya rasio modal<br />

terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi. Menurut<br />

dia, negara ASEAN lain yang mirip Indonesia—kecuali<br />

Filipina—hanya membutuhkan<br />

3-3,5 persen untuk menaikkan pertumbuhan<br />

ekonomi 1 persen. Tapi Indonesia membutuhkan<br />

sampai 5 persen.<br />

David mengatakan, yang diungkapkan Soemitro<br />

itu tidak tepat disebut kebocoran. “Itu<br />

lebih tepat inefisiensi, bukan kebocoran,” katanya.<br />

Prabowo sendiri, seperti diungkap sejumlah<br />

media, mengutip angka itu dari pernyataan<br />

Abraham Samad pada 7 September tahun lalu.<br />

Saat Abraham diminta memberi kuliah pada<br />

para peserta Rapat Kerja Nasional Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan di Ancol, Jakarta<br />

Utara.<br />

Saat itu ia mengungkapkan ide nasionalisasi<br />

45 blok minyak yang sudah beroperasi. Jika blok<br />

ini dimiliki penuh oleh pemerintah, negara akan<br />

mendapatkan tambahan anggaran sampai Rp<br />

7.200 triliun. ■<br />

Wiji Nurhayat, Rina Atriana, Edward Febriyatri Kusuma | NUR KHOIRI<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Mati Dua kali<br />

Mandala kembali mati.<br />

Harga bahan bakar<br />

minyak dan jenis pasar<br />

penerbangan dituding<br />

sebagai penyebab<br />

maskapai penerbangan ini<br />

tutup. Pengamat menilai<br />

posisi pasar perusahaan<br />

ini tidak jelas.<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Wartawan mengambil<br />

gambar loket tiket Tigerair<br />

Mandala di Terminal 3<br />

Bandara Soekarno-Hatta.<br />

Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO<br />

KANTOR City Ticketing Office Tigerair<br />

Mandala, yang terletak satu<br />

kawasan dengan pusat penjualan<br />

onderdil mobil di Duta Mas, Fatmawati,<br />

Jakarta Selatan, sudah tidak lagi bekerja<br />

normal mulai Senin, 16 Juni 2014. Kantor itu tak<br />

lagi melayani penjualan tiket seperti hari-hari<br />

sebelumnya.<br />

Sebagian karyawan mulai mengepak perlengkapan<br />

kantor. Barang-barang itu kemudian<br />

dikemas dan dua hari kemudian dikirim ke<br />

Yogyakarta, ke kantor biro perjalanan yang<br />

menjadi mitra bisnis Tigerair Mandala untuk<br />

mengoperasikan kantor penjualan tiket itu.<br />

“Barang-barang kantor, seperti komputer dan<br />

laptop, sudah dikirim kemarin,” ujar seorang<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Sandiaga Uno, investor<br />

Tigerair Mandala yang dua<br />

tahun lalu menghidupkan<br />

kembali maskapai ini.<br />

lamhot aritonang/detikcom<br />

pemuda, yang mengatakan bekerja sebagai<br />

office boy di kantor itu dan sekarang diminta<br />

menunggui di sana, pada Kamis, 19 Juni lalu.<br />

Pengiriman barang itu dilakukan beberapa<br />

jam sebelum Tigerair Mandala melansir siaran<br />

pers yang menyatakan operasi penerbangan<br />

perusahaan ini hanya akan berjalan sampai 1<br />

Juli mendatang. Penerbangan terakhir perusahaan<br />

itu adalah R1545 dari Hong Kong menuju<br />

Denpasar.<br />

Ya, Mandala, maskapai penerbangan yang<br />

mati pada 13 Januari 2011—dan kemudian hidup<br />

lagi mulai April 2012 dengan nama Tigerair<br />

Mandala—mati lagi mulai Juli nanti. Tigerair<br />

Mandala menyebut melemahnya kondisi pasar,<br />

meningkatnya biaya bahan bakar, dan kenaikan<br />

biaya operasional akibat rupiah melemah<br />

sebagai penyebab kematian-kedua perusahaan<br />

ini. “Hal-hal seperti itu membuat kami terus<br />

merugi dan akhirnya direksi serta dewan komisaris<br />

memutuskan lebih baik kami stop,” kata<br />

Thoriq Syarief-Husein, Manajer Humas Tigerair<br />

Mandala.<br />

Masalah kondisi pasar dan kenaikan harga<br />

bahan bakar sebenarnya juga dialami maskapai<br />

lain, tidak hanya Mandala. Tapi hanya<br />

Mandala yang tutup. Itu sebabnya, Ruth Hanna<br />

Simatupang, pengamat penerbangan yang<br />

pernah menjadi eksekutif sebuah maskapai<br />

penerbangan serta menjadi anggota Komite<br />

Nasional Keselamatan Transportasi, menuturkan<br />

masalah Mandala adalah tidak jelasnya<br />

pasar perusahaan ini.<br />

“Mereka tidak menentukan pilihan dalam<br />

membidik segmen pasar, apakah low cost<br />

carrier atau full flight service,” kata Ruth. Posisi<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Direksi sudah berusaha<br />

mencari investor yang paling<br />

potensial untuk membiayai<br />

Mandala ke depan, tapi kami<br />

tidak menemukan kata sepakat.<br />

Thoriq Syarief-Husein<br />

Mandala Tigerair dinilai tidak jelas, apakah merupakan<br />

maskapai penerbangan murah seperti<br />

AirAsia atau dengan pelayanan lengkap seperti<br />

Garuda.<br />

Pelayanan Mandala memang kadang mirip<br />

maskapai full service. Soal ketepatan waktu<br />

misalnya. Maskapai penerbangan murah dikenal<br />

sangat buruk ketepatan waktunya karena<br />

mereka memaksa pesawat selama mungkin<br />

di udara, bukan di bandara. Tapi, berdasarkan<br />

catatan Kementerian Perhubungan, angka<br />

ketepatan waktu Mandala terbaik dibanding<br />

maskapai tarif murah<br />

meski nomor tiga jika<br />

dibanding dengan maskapai<br />

full service.<br />

Ketepatan waktu<br />

ini dibanggakan Paul<br />

Rombeek, Presiden Direktur<br />

PT Tigerair Mandala<br />

Airlines, dalam<br />

wawancara dengan<br />

majalah detik beberapa bulan silam. Menurut<br />

Rombeek, ketepatan waktu mereka mencapai<br />

80-85 persen. Tapi ada yang dikorbankan dalam<br />

urusan ketepatan waktu ini. “Ini memang<br />

membutuhkan biaya,” kata Rombeek.<br />

Tigerair Mandala adalah maskapai patungan<br />

antara Saratoga, perusahaan investasi milik<br />

Sandiaga Uno, dan Tiger Airways dari Singapura.<br />

Kepemilikan Saratoga sebesar 51,3 persen dan<br />

Tiger Airways 33 persen. Sisanya, 15,7 persen,<br />

dipegang pemilik lama serta kreditor. Gejala<br />

Tigerair Mandala bakal tutup mulai terasa pada<br />

awal Februari 2014. Saat itu Tigerair Mandala<br />

menutup 9 rute penerbangan dan mengurangi<br />

frekuensi dua rute penerbangan. Direksi dan<br />

komisaris kemudian berupaya mencari investor<br />

baru untuk menyuntikkan dana segar, sehingga<br />

Tigerair Mandala bisa leluasa mengudara. Titik<br />

terang sempat datang dari AirAsia dan Citilink,<br />

anak usaha Garuda Indonesia. Keduanya berminat<br />

menjadi investor.<br />

Namun belakangan rencana menggandeng<br />

investor itu batal. “Direksi sudah berusaha<br />

mencari investor yang paling potensial untuk<br />

membiayai Mandala ke depan, tapi kami tidak<br />

menemukan kata sepakat,” ujar Thoriq, yang<br />

enggan menjelaskan alasan batalnya rencana<br />

itu.<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Ekor pesawat ini diberi<br />

gambar loreng macan<br />

karena Tiger Air dari<br />

Singapura memiliki 15,7<br />

persen saham.<br />

dok XFW-Spotter<br />

Informasi kegagalan Tigerair Mandala menggaet<br />

investor sampai ke ruangan Direktur Angkutan<br />

Udara Direktorat Perhubungan Udara<br />

Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo.<br />

Dia mengatakan Tigerair Mandala memang<br />

membutuhkan investor baru karena investor<br />

sekarang tidak mampu lagi menanggung beban<br />

biaya operasional<br />

Beratnya beban operasional ini membuat<br />

Tigerair Mandala sulit menambah jumlah pesawat.<br />

Padahal jumlah armada yang memadai<br />

merupakan salah satu syarat utama bagi maskapai<br />

untuk bersaing. “Dunia aviasi adalah dunia<br />

yang makin tebal uang yang ada ya akan lebih<br />

cepat berkembang. Sedangkan kami hanya punya<br />

lima pesawat yang terbang, sehingga tidak<br />

cukup untuk menutupi biaya-biaya lainnya,”<br />

ujar Thoriq.<br />

Setelah tidak mampu lagi membiayai biasa<br />

operasional, pemegang saham pun memutuskan<br />

menutup kegiatan operasional maskapai<br />

ini. “Sisa uang yang ada dipakai untuk menangani<br />

penggantian tiket penumpang,” kata<br />

Djoko. ■ Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

PARA calon penumpang<br />

Tigerair Mandala<br />

sudah mulai<br />

berhitung kapan<br />

uang tiket mereka<br />

bakal bisa<br />

kembali. Mereka<br />

ingat, tiga tahun<br />

silam, saat Mandala<br />

ditutup, pengembalian<br />

tiket baru bisa<br />

dilakukan satu setengah<br />

tahun kemudian, setelah investor<br />

baru masuk dan pesawat ini<br />

terbang kembali.<br />

“Saya pesimistis bisa langsung dikembalikan<br />

karena, pengalaman teman saya<br />

Pengembalian<br />

Tiket<br />

Bakal<br />

Lama?<br />

dulu sewaktu Mandala<br />

tutup, refund-nya lama<br />

sekali,” ujar seorang<br />

penumpang yang<br />

telah memesan<br />

tiket untuk berlibur<br />

ke Bali bersama<br />

keluarganya bulan<br />

depan.<br />

Penumpang itu,<br />

yang tidak mau menyebutkan<br />

nama, menyambangi<br />

ruko pusat penjualan tiket<br />

Tigerair Mandala di kawasan Duta<br />

Mas, Fatmawati, Jakarta Selatan. Di sana,<br />

kantor sudah kosong dan hanya ditempeli<br />

selembar kertas yang mengumumkan berhentinya<br />

operasi Tigerair Mandala. Di sana<br />

juga ditempeli nomor telepon yang mesti<br />

dihubungi calon penumpang yang hendak<br />

meminta pengembalian uang tiket.<br />

Ia mencoba menghubungi nomor itu, tapi<br />

yang terdengar adalah suara: “Nomor yang<br />

Anda hubungi sedang sibuk, silakan meng-<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


isnis<br />

Ratusan calon penumpang<br />

Mandala Air berusaha<br />

mengembalikan tiket yang<br />

mereka beli. Saat kematian<br />

Mandala yang pertama,<br />

pengembalian uang tiket<br />

butuh waktu lebih dari satu<br />

setengah tahun.<br />

Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO<br />

hubungi beberapa saat lagi.”<br />

Calon penumpang lain, seorang pemuda<br />

yang membeli tiket ke Thailand, mencoba<br />

sampai lima kali menghubungi call center,<br />

tapi tidak kunjung mendapat respons. Dia<br />

khawatir agenda bisnisnya di Thailand bakal<br />

gagal lantaran batal terbang.<br />

Dia mengatakan selama ini selalu memakai<br />

Tigerair Mandala jika melakukan perjalanan<br />

bisnis ke Singapura atau Thailand karena<br />

pelayanannya baik. “Saya tidak perlu refund<br />

tiket. Yang penting bisa terbang ke Thailand<br />

karena saya harus ada di sana,” katanya. Ia lebih<br />

suka tiketnya diganti tiket Tiger Airways.<br />

Tigerair Mandala menyatakan pengembalian<br />

tiket hanya akan dilayani via telepon.<br />

Manajer Humas Tigerair Mandala, Thoriq<br />

Syarief-Husein, mengatakan, “Prosedur refund<br />

kami melalui call center.” ■<br />

Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 23 - 29 Juni 2014


internasional<br />

‘Perkawinan Paksa’<br />

Demi Bagdad<br />

“Kami tak menyangkal bahwa milisi<br />

ISIS terlibat dalam pertempuran,<br />

tapi jumlahnya tak lebih dari lima<br />

persen.... Ini revolusi Irak.”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Di satu kantor kecil di atas pusat<br />

perdagangan padat di Kota Amman,<br />

Yordania, dua bulan lalu, sekelompok<br />

pemimpin suku dan muslim Sunni di<br />

Irak merencanakan revolusi di negerinya.<br />

“Ini akan jadi sebuah perang,” kata Muthana<br />

al-Dari, juru bicara kelompok itu. Di depan mereka<br />

terhampar peta Irak yang menggambarkan<br />

posisi pasukan pemerintah Irak, juga posisi<br />

milisi Sunni. Sudah bertahun-tahun Amman<br />

menjadi persembunyian para pemimpin muslim<br />

Sunni-Irak setelah rezim Saddam Hussein<br />

tumbang.<br />

Pada masa Saddam Hussein jadi penguasa<br />

di Bagdad, kelompok muslim Sunni menjadi<br />

penyokongnya, sementara mayoritas muslim<br />

Syiah, yang dekat dengan seteru Bagdad, Iran,<br />

menjadi paria. Tak ada angka resmi berapa<br />

Milisi Syiah, Tentara Mahdi,<br />

tengah melakukan latihan militer<br />

di Kota Najaf pada 17 Mei lalu.<br />

Reuters<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Satu-satunya<br />

jalan hanyalah<br />

menyingkirkan<br />

al-Maliki.”<br />

besar komunitas Syiah di Irak.<br />

Menurut survei Pew Research pada 2011,<br />

lebih dari 51 persen warga Irak mengaku sebagai<br />

muslim Syiah, sementara 41 persen mengidentifikasi<br />

diri sebagai muslim Sunni. Setelah<br />

Saddam Hussein didongkel<br />

dari kursinya,<br />

roda berputar, giliran<br />

mayoritas muslim Syiah<br />

yang mendominasi<br />

kekuasaan di Bagdad<br />

dan kelompok muslim<br />

Sunni terpinggirkan.<br />

“Suku-suku itu terbelah<br />

dalam banyak<br />

kelompok,” kata Safa<br />

Rasul Hussein, Penasihat<br />

Keamanan Nasional<br />

Irak, beberapa bulan lalu. “Kami lihat di beberapa<br />

suku, sang ayah punya sikap sendiri dan sang<br />

anak memilih posisi lain.” Namun satu musuh,<br />

yakni penguasa di Bagdad, membuat mereka<br />

bersatu. Suku-suku dan kelompok muslim Sunni<br />

anti-Bagdad itu berhimpun di bawah payung<br />

Dewan Umum Militer untuk Revolusi Irak.<br />

“Kami menganggap pemerintahan di Bagdad<br />

tak sah, karena merupakan buah dari pendudukan<br />

tentara Amerika Serikat,” kata Al-Dari.<br />

“Perdana Menteri Nouri al-Maliki menyerang<br />

rakyat, maka rakyat membela diri dan melawan.<br />

Sekarang perlawanan itu akan menjadi<br />

revolusi.”<br />

Pada awal Januari lalu, bahu-membahu dengan<br />

milisi Negara Islam Irak dan Al-Sham (ISIS),<br />

milisi muslim Sunni menguasai Kota Fallujah<br />

dan Ramadi di Provinsi Al-Anbar, sekitar 60 kilometer<br />

arah barat Kota Bagdad. Bendera ISIS<br />

berkibar di seluruh penjuru kota itu.<br />

Tak mengherankan jika di mata sebagian<br />

warga Irak, milisi Ad-Dawla al-Islāmiyya fi al-’-<br />

Irāq wa-sh-Shām alias Negara Islam Irak dan<br />

Al-Sham (ISIS) adalah penyelamat bagi mereka.<br />

Maka, ketika Kota Mosul, kota terbesar kedua<br />

di Negeri Seribu Satu Malam, jatuh ke tangan<br />

milisi ISIS dua pekan lalu, sebagian warga menyambutnya<br />

dengan tangan terbuka.<br />

Seorang dokter di satu rumah sakit di Mosul<br />

menuturkan, sebelum Mosul dikuasai ISIS,<br />

rumah sakit mereka hanya mendapatkan jatah<br />

aliran air dari pemerintah selama dua jam<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Prajurit Pasukan Khusus Irak<br />

diterjunkan di Distrik Amiriya,<br />

Bagdad, pada 17 Mei lalu.<br />

Thaier al-Sudani/Reuters<br />

setiap hari. “Seperti orangorang<br />

bilang, ISIS lebih baik<br />

ketimbang pemerintah,” kata<br />

sang dokter pekan lalu. Dia<br />

keberatan menyebutkan nama karena khawatir<br />

dengan pembalasan dari pihak pemerintah Irak.<br />

ISIS, menurut sang dokter, berniat menerapkan<br />

hukum Islam menurut penafsiran mereka. “Tapi<br />

mereka tidak memaksa,” kata dokter itu.<br />

Sebagian keluarga yang sempat lari mengungsi<br />

saat pecah pertempuran antara pasukan<br />

pemerintah dan milisi ISIS dua pekan lalu<br />

kini mulai pulang kembali ke Mosul. “Ya, aku<br />

memilih pulang kembali ke Mosul, karena yang<br />

terjadi di sana adalah revolusi rakyat,” ujar<br />

Jamal Karim. Bersama keluarganya, dia sempat<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Kami akan melawan<br />

ISIS, tapi tidak<br />

sekarang.”<br />

mengungsi ke Erbil di wilayah Kurdistan.<br />

Seorang sumber lain menuturkan kepada<br />

Daily Beast mengapa milisi ISIS disambut gembira<br />

di Mosul. Menurut dia, sebagian pemimpin<br />

ISIS yang menduduki Mosul merupakan penduduk<br />

kota itu. Makanya, mereka menguasai<br />

betul medan Kota Mosul. Untuk menyembunyikan<br />

identitas, para pemimpin ISIS itu terus<br />

menutup wajahnya.<br />

“Coba katakan, apa yang akan kalian lakukan<br />

jika menjadi aku,” kata Mustafa<br />

al-Rai, seorang mekanik<br />

di Kota Mosul. “Orang-orang<br />

Perdana Menteri Nouri al-<br />

Maliki dan militernya telah<br />

menganiaya kami. Mereka<br />

memperlakukan kami seperti<br />

kotoran di sepatu mereka.<br />

Sekarang datang milisi<br />

Sunni, yang berjanji akan<br />

mengubah kondisi itu. Kami bukan orang yang<br />

sekeyakinan dengan mereka, tapi apa yang<br />

mereka tawarkan terdengar menarik.”<br />

Syekh Abdel-Qader al-Nayel, juru bicara<br />

milisi Sunni yang bergabung dengan ISIS,<br />

mengatakan mayoritas warga muslim Sunni di<br />

Irak menyokong “revolusi” mereka. Menurut<br />

Al-Nayel, mereka mengganti pemerintah di<br />

Bagdad dengan pemerintah transisi untuk menyelamatkan<br />

Irak. “Ini merupakan revolusi melawan<br />

marginalisasi dan ketidakadilan selama 11<br />

tahun terakhir,” kata Syekh Khamis al-Dulaimi,<br />

pemimpin Dewan Militer Anbar untuk Revolusi<br />

Irak, pekan lalu.<br />

l l l<br />

Kejatuhan Kota Mosul, Tikrit, Jalula, dan sebagian<br />

Tal Afar ke tangan milisi gabungan ISIS<br />

dan Sunni, serta lepasnya kendali Kota Kirkuk<br />

dalam waktu sangat singkat mengundang tanda<br />

tanya. Bagaimana kekuatan ribuan tentara<br />

Irak yang disokong peralatan militer lumayan<br />

lengkap dilibas begitu saja oleh milisi ISIS yang<br />

jumlahnya lebih sedikit?<br />

Bukan milisi ISIS, melainkan kelompok sukusuku<br />

dan milisi muslim Sunni, menurut Ali<br />

Hatim al-Sulaiman, yang berkuasa di Mosul.<br />

“Kami tak menyangkal bahwa milisi ISIS terlibat<br />

dalam pertempuran, tapi jumlahnya tak lebih<br />

dari lima persen.... Ini revolusi Irak,” kata Syekh<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Presiden Amerika<br />

Serikat Barack Obama<br />

bertemu dengan para<br />

pemimpin Kongres untuk<br />

mendiskusikan situasi di<br />

Irak pekan lalu.<br />

Kevin Lamarque/Reuters<br />

Khamis al-Dulaimi. Selain di Anbar, Dewan<br />

Militer telah dibentuk di sejumlah provinsi lain,<br />

seperti Bagdad, Nineveh, dan Diyala.<br />

“Kamilah, milisi tribal, yang mengendalikan<br />

situasi di Mosul. Tak masuk akal jika milisi ISIS,<br />

yang kekuatannya kecil, bisa menguasai kota<br />

sebesar Mosul.... Sudah jelas bahwa ini merupakan<br />

revolusi tribal, tapi pemerintah di Bagdad<br />

memberikan cap teroris dan ISIS kepada kami<br />

semua,” kata Hatim, pemimpin suku Dulaim.<br />

Ada sekitar 3 juta anggota suku Dulaim di Irak,<br />

sebagian besar tinggal di Provinsi Anbar.<br />

Sekarang, tak ada lagi kompromi bagi Perdana<br />

Menteri Al-Maliki. Sejumlah pemimpin suku<br />

dan komunitas muslim Sunni angkat senjata<br />

melawan pemerintah di Bagdad. “Waktu untuk<br />

solusi politik sudah lewat. Kami tak akan<br />

meloloskan solusi politik. Maliki sudah menggunakan<br />

kekuatan melawan rakyat Irak.... Jadi,<br />

bagaimana mungkin ada solusi politik? Satu-satunya<br />

jalan hanyalah menyingkirkan Al-Maliki,”<br />

kata Hatim.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Kita seperti melihat<br />

video konvoi musuh di<br />

layar iPhone dan harus<br />

menembak.”<br />

Musuh dari musuh adalah teman. Barangkali<br />

seperti itulah prinsip sebagian kelompok<br />

muslim Sunni memandang milisi ISIS. “Tentu<br />

saja mereka merupakan masalah. Tapi kami<br />

harus punya prioritas. Mereka melawan musuh<br />

kami, jadi mengapa harus kami perangi?<br />

Kami akan melawan ISIS, tapi tidak sekarang,”<br />

kata Bashar al-Faidhi, anggota Asosiasi Ilmuwan<br />

Muslim.<br />

ISIS, menurut Syekh<br />

Zaydan al-Jabiri, pemimpin<br />

politik Dewan Revolusi<br />

Tribal, merupakan<br />

teroris berbahaya. Tapi,<br />

tanpa intervensi Barat,<br />

kelompok suku dan ISIS<br />

terpaksa bersatu untuk<br />

mendongkel pemerintah<br />

di Bagdad. “Jika dunia<br />

membiarkan revolusi ini gagal, kami akan<br />

dipaksa bekerja sama dengan ISIS,” Al-Jabiri<br />

memperingatkan.<br />

Keok di Mosul, Tikrit, Jalula, dan Tal Afar,<br />

pemerintah di Bagdad tak punya pilihan selain<br />

meminta tolong ke Gedung Putih dan sekutusekutu<br />

lama. Pekan lalu, Perdana Menteri Al-<br />

Maliki meminta pasukan Amerika menggelar<br />

serangan udara untuk menggempur milisi<br />

antipemerintah.<br />

Namun Gedung Putih sepertinya enggan<br />

mengulang “petualangan” pasukan mereka<br />

di Negeri Seribu Malam. “Kita tak punya kemampuan<br />

untuk mengirim ribuan pasukan dan<br />

menumpahkan darah lagi di sana seperti yang<br />

pernah kita lakukan,” kata Presiden Amerika<br />

Barack Obama. “Ini sesuatu yang harus dituntaskan<br />

sendiri oleh rakyat Irak.”<br />

Secara teknis, menurut Kepala Staf Gabungan<br />

Militer Amerika Jenderal Martin E. Dempsey,<br />

juga sangat sulit untuk membidik target seperti<br />

milisi ISIS. “Kita seperti melihat video konvoi<br />

musuh di layar iPhone dan harus menembak,”<br />

kata Jenderal Dempsey. Untuk menyokong<br />

pemerintah Irak, Amerika mengirimkan 300<br />

penasihat operasi militer ke Bagdad. n SAPTO<br />

pradityo | GUARDIAN | Cnn | WSJ | AAWSAT | REUTERS | TELEGRAPH<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


huffingtonpost<br />

internasional<br />

Menyembuhkan<br />

Luka Rohingya<br />

“Jika orang saling<br />

membenci, tak ada lagi<br />

tempat aman untuk hidup.”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

abc<br />

Zomir Hussein, 13 tahun, tinggal di<br />

sebuah gubuk kayu reyot di pinggir<br />

Kota Sittwe, ibu kota Negara Bagian<br />

Rakhine, Myanmar. Beberapa waktu<br />

lalu, tak sengaja Zomir menenggak obat tuberkulosis<br />

kelewat dosis. Gara-gara kecelakaan itu,<br />

tubuhnya lumpuh.<br />

Sepanjang hari, bocah malang itu hanya<br />

tergolek di lantai dengan tangan lunglai dan tatapan<br />

mata nanar. Saat sang ibu membelainya,<br />

sekilas Zomir tampak seperti tersenyum. Zomir<br />

sempat dirawat di rumah sakit pemerintah di<br />

Kota Sittwe. Namun, pada Juni 2012, pecah<br />

bentrokan berdarah antara warga muslim Rohingya<br />

dan penganut Buddha di Kota Sittwe.<br />

Lebih dari 140 orang tewas.<br />

Mohamed Hussein, ayah Zomir, terpaksa<br />

membawanya pulang ke rumah. Karena dia dari<br />

keluarga muslim Rohingya, tak ada dokter di<br />

Sittwe yang berani merawatnya. “Kami sempat<br />

memanggil dokter untuk menolong Zomir....<br />

Tapi dia bilang, ‘Aku tak bisa datang untuk merawat<br />

anakmu, dan sebaiknya kalian tak datang<br />

untuk menemuiku. Jika kalian melakukannya,<br />

kelompok Buddha ekstrem akan membunuh<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Mereka akan dicatat<br />

sebagai Bengali,<br />

karena Rohingya tak<br />

pernah ada.<br />

kita,’” Hussein menuturkan pengalamannya<br />

bulan lalu.<br />

Bermula dari pertengkaran sporadis antara<br />

warga muslim Rohingya dan mayoritas suku<br />

Rakhine yang beragama Buddha di Kota Sittwe<br />

pada pertengahan<br />

2012, konflik itu meluas<br />

ke pelbagai daerah di<br />

Myanmar. Ribuan keluarga<br />

minoritas muslim<br />

Rohingya terusir<br />

dari kampungnya dan<br />

kini terpaksa tinggal<br />

di pengungsian. Hidup<br />

mereka terancam dan<br />

tak bebas bergerak.<br />

“Polisi dan tentara<br />

selalu mencegat kami<br />

di pos pemeriksaan. Jika mereka menemukan<br />

kami di dalam bus, kami akan dipaksa turun.<br />

Kami seperti hidup dalam penjara,” kata Hussein.<br />

Ada sekitar 1,3 juta keturunan Rohingya di antara<br />

50 juta warga Myanmar. Namun Rohingya<br />

tak pernah benar-benar diterima di tanah kelahirannya<br />

sendiri. Dalam sensus penduduk pada<br />

Maret 2014, pemerintah Myanmar menyebut<br />

mereka keturunan Bengali dan mengharamkan<br />

penggunaan sebutan Rohingya. Istilah Bengali<br />

ini biasa dipakai pemerintah Myanmar bagi<br />

para imigran gelap dari Bangladesh.<br />

“Jika satu keluarga ngotot didaftarkan sebagai<br />

Rohingya, kami tak akan mencatatnya,” kata Ye<br />

Htut, juru bicara pemerintah, kala itu. Sebagian<br />

kalangan dari kelompok nasionalis Buddha<br />

khawatir, jika Rohingya diakui pemerintah, mereka<br />

akan mendapatkan hak politik. “Mereka<br />

akan dicatat sebagai Bengali, karena Rohingya<br />

tak pernah ada,” kata Aung Mya Kyaw, tokoh<br />

politik di Sittwe.<br />

Putus asa hidup di negeri sendiri, ribuan keturunan<br />

Rohingya memilih menyabung nyawa di<br />

laut dan lari ke Malaysia, Indonesia, dan Thailand.<br />

Menurut taksiran Badan PBB untuk Pengungsi<br />

(UNHCR), sejak kerusuhan di Rakhine dua tahun<br />

lalu, paling tidak ada 86 ribu keturunan Rohingya<br />

yang lari dari Myanmar dengan perahu ala kadarnya.<br />

Kadang, di tengah laut, mereka kehabisan air<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Ashin Wirathu, biarawan<br />

Buddha pemimpin gerakan<br />

969<br />

huffingtonpost<br />

dan makanan. Tak sedikit yang<br />

mati dan mayatnya dibuang ke<br />

laut.<br />

●●●<br />

Luka dan dendam lama itu belum pulih. Masih<br />

ada saling curiga di antara keturunan muslim<br />

Rohingya dan mayoritas Buddha di Myanmar.<br />

Namun, di antara kebencian dan saling curiga<br />

itu, mulai bersemi bibit-bibit perdamaian.<br />

Setahun lalu, Hnin Ei Pyu bersama keluarganya<br />

lari berhembalang dari rumah mereka di<br />

Meiktila. Berawal dari pertengkaran kecil antara<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Rohingya tak pernah<br />

menuntut hal itu.<br />

pedagang emas muslim dan dua penjual emas<br />

penganut Buddha, pecah kerusuhan besar di<br />

Meiktila. Ribuan rumah milik keluarga muslim<br />

hangus dibakar, 40 orang tewas terbunuh.<br />

Pyu dan keluarganya mengungsi ke stadion<br />

olahraga di pinggiran kota. Selama berbulan-bulan,<br />

mereka dan ribuan warga muslim<br />

tinggal di tempat itu. Kuliahnya terbengkalai.<br />

Kini, mereka telah pulang kembali ke rumahnya.<br />

Beruntung, tempat tinggal mereka masih<br />

relatif utuh. Perlahan,<br />

hubungan keluarga Pyu<br />

dengan tetangga mereka<br />

yang beragama Buddha<br />

dan semula renggang kembali<br />

merapat.<br />

“Waktu menyembuhkan<br />

banyak luka,” kata Thidar<br />

Hla, sang ibu. Pyu juga<br />

bisa kembali karib dengan<br />

teman-teman kuliahnya yang berbeda<br />

agama. “Kami berjalan-jalan usai kuliah, bercakap-cakap<br />

soal film, dan makan bersama,”<br />

kata Pyu. Tak ada lagi polisi yang sepanjang<br />

hari berjaga di perkampungan mereka untuk<br />

mencegah serangan kelompok Buddha. Ketakutan<br />

mereka untuk bepergian juga jauh<br />

menipis.<br />

Di pihak seberang, sikap negatif itu juga mulai<br />

luntur. U Aung Khin, 51 tahun, sempat berhenti<br />

berbincang dengan teman dan tetangga muslim.<br />

Dia juga tak mau lagi membeli daging dari<br />

tukang jagal muslim karena takut dagingnya<br />

bakal diracuni. Tapi sekarang dia tak khawatir<br />

lagi membeli daging dari penjual muslim langganannya.<br />

“Hubunganku dengan teman-teman<br />

muslim juga sudah pulih kembali,” kata Aung<br />

Khin.<br />

Memang, di sejumlah daerah di Myanmar,<br />

seperti lokasi pengungsian di Rakhine, nasib<br />

muslim Rohingya masih terlunta-lunta. Konflik<br />

terbuka mungkin sudah reda, tapi kelompokkelompok<br />

penyebar kebencian terhadap minoritas<br />

muslim Rohingya masih terus “bergerilya”.<br />

Biarawan Ashin Kumara mengatakan pertumbuhan<br />

populasi Rohingya mengancam<br />

komunitas Buddha. Walaupun tak punya<br />

bukti, dia meyakini komunitas Rohingya di<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Nay Phone Latt<br />

youtube<br />

Rakhine berniat merebut wilayah itu dan<br />

mendirikan negara terpisah. “Orang-orang<br />

muslim keluar dari masjid sembari meneriakkan<br />

slogan-slogan, ‘Bunuh Buddha di<br />

Rakhine, ini tanah kita, kita harus merebutnya,’”<br />

kata Ashin Kumara. Tudingan Ashin<br />

Kumara ini, menurut Kyaw Min, Presiden<br />

Partai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia,<br />

kelewat mengada-ada. “Rohingya tak pernah<br />

menuntut hal itu.”<br />

Kebencian itu ada di mana-mana. Biarawan<br />

Buddha Ashin Wirathu—dia mengidentikkan<br />

diri sebagai Usamah bin Ladin beragama<br />

Buddha—mengalihkan serangannya kepada<br />

muslim Rohingya lewat Facebook. Akun<br />

Facebook milik pemimpin gerakan antimuslim<br />

Rohingya 969 itu memiliki puluhan ribu<br />

pengikut.<br />

“Semua teroris beragama Islam... jadi tak<br />

ada hubungan antara Islam dan perdamaian,”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


internasional<br />

Ashin Wirathu menulis di laman jejaring sosial.<br />

Facebook seolah-olah menjadi megafon bagi<br />

Ashin Wirathu.<br />

Prihatin menyaksikan pesan-pesan yang menebarkan<br />

kebencian terhadap muslim Rohingya<br />

lewat jejaring sosial, Nay Phone Latt, Direktur<br />

Eksekutif Myanmar ICT for Development Organization,<br />

bersama teman-temannya menggalang<br />

kampanye damai, Panzagar, sejak April lalu. Lewat<br />

Panzagar—bahasa Burma, berarti bicara dengan<br />

bunga—Nay dan kawan-kawannya menyebarkan<br />

pesan-pesan perdamaian.<br />

Lewat jejaring sosial, stiker, pamflet, dan<br />

sebagainya, mereka melawan pidato-pidato<br />

penebar kebencian terhadap muslim Rohingya.<br />

“Setiap orang bebas berbicara, tapi tidak untuk<br />

menyebarkan pesan-pesan berbahaya,” kata<br />

Nay. “Jika orang saling membenci, tak ada lagi<br />

tempat aman untuk hidup.” ■<br />

SAPTO PRADITYO | NPR | CNN | IRRAWady | AL-JAZeera | REUTERS<br />

voa<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

esporteaol<br />

Singa di Lapangan,<br />

Harimau<br />

di Panggung<br />

“Aku Romario. Akulah Tuhannya.”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

Tak ada orang<br />

yang menyuruhku<br />

tutup mulut<br />

karena mereka<br />

tahu itu tak akan<br />

pernah terjadi.<br />

Romario de Souza Faria memang<br />

tak pernah jadi bintang biasa. Mulutnya<br />

sama besarnya dan sama pongahnya<br />

dengan petinju legendaris<br />

Muhammad Ali.<br />

“Ada begitu banyak raja di muka bumi, tapi<br />

hanya ada satu Tuhan,” kata Romario, 48 tahun,<br />

setelah mencetak tiga gol untuk klubnya,<br />

Flamengo, dua puluh tahun lalu. Dia menyindir<br />

legenda sepak bola, Pele, yang sering disebutsebut<br />

sebagai raja di lapangan hijau. “Aku Romario.<br />

Akulah Tuhannya.”<br />

Lahir di Jacarezinho, salah satu permukiman<br />

kumuh di Rio de Janeiro, Romario besar<br />

di jalan. Tumbuh di lingkungan yang keras,<br />

Romario jadi anak yang bengal. Kelakuan<br />

bandelnya masih terus dia bawa sekalipun<br />

tengah mewakili Brasil. Di Piala Dunia<br />

Junior 1985 di Uni Soviet, Romario terpaksa<br />

angkat koper lebih awal setelah bikin ulah.<br />

Entah apa yang ada di pikirannya, Romario<br />

kencing dari atas balkon salah satu hotel<br />

berbintang di Moskow. Tak ada ampun bagi<br />

bocah badung itu. Manajer tim, Gilson Nunes,<br />

langsung menyuruhnya berkemas dan pulang<br />

ke Brasil. Tapi bakat bocah dari Jacarezinho ini<br />

memang hebat. Di Olimpiade 1988, dia menjadi<br />

pencetak gol terbanyak.<br />

Sejak saat itu reputasi Romario sebagai striker<br />

lapar gol menjulang tinggi. Sepanjang kariernya,<br />

dia mencetak lebih dari 1.000 gol, hampir<br />

menyamai rekor Pele dan Ferenc Puskas. Gol<br />

demi gol, gelar demi gelar dia berikan kepada<br />

klub dan negaranya. Di Piala Dunia 1994, tim<br />

Samba menjadi juara dan Romario, yang mencetak<br />

lima gol, terpilih menjadi pemain terbaik.<br />

Tapi Romario memang tak pernah bisa menjadi<br />

“anak manis”. Mulut besarnya sulit direm, demikian<br />

pula kebiasaan buruk lainnya. “Tak ada orang<br />

yang menyuruhku tutup mulut karena mereka<br />

tahu itu tak akan pernah terjadi,” kata Romario.<br />

Malam menjelang pertandingan, dia masih suka<br />

keluyuran hingga lewat tengah malam. “Malam<br />

selalu menjadi temanku. Jika aku tak keluar malam,<br />

aku tak bisa bikin gol,” Romario ngeyel.<br />

Merasa kebiasaan-kebiasaan buruknya<br />

tak mengganggu kedahsyatannya menjebol<br />

gawang lawan, Romario sering mangkir dari<br />

latihan. Johan Cruyff, manajernya di Barcelona,<br />

mencoba mendisiplinkan Romario dengan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

esporteaol<br />

menjatuhkan denda setiap kali dia datang telat<br />

saat latihan. Tapi Romario tak peduli. “Aku tak<br />

peduli denda. Aku akan memenangi Piala Dunia<br />

dan membayar semua denda dengan uang dari<br />

kemenangan itu,” kata Romario jemawa.<br />

Setelah pensiun dari lapangan, tak disangka,<br />

Romario melompat ke gelanggang politik. “Memang<br />

benar, saat aku gantung sepatu, politik<br />

tak pernah ada dalam kepalaku,” kata Romario.<br />

Ivy—salah satu anaknya—lah yang mengubah<br />

jalan hidupnya. Gadis kecil itu lahir dengan Sindrom<br />

Down, kelainan genetis yang mengakibatkan<br />

pertumbuhan fisik dan otak terganggu.<br />

“Aku mulai sering berkumpul dengan orangorang<br />

tua yang memiliki anak cacat.... Aku menyadari<br />

tak ada politikus yang mewakili suara<br />

mereka,” kata Romario. Dia memutuskan turun<br />

ke gelanggang politik. Pada pemilihan umum<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

Aku tak berpikir<br />

bahwa aku<br />

politikus terbaik<br />

di dunia, tapi,<br />

aku tahu, aku tak<br />

akan diam saja.<br />

2010, lewat Partai Sosialis Brasil, Romario lolos<br />

ke parlemen mewakili Rio de Janeiro.<br />

Semula, Romario hanya dianggap “anak bawang”<br />

di panggung politik. Namun, bermodal<br />

popularitas dan mulutnya yang tajam serta<br />

kegigihannya—dia salah satu anggota parlemen<br />

Brasil yang paling jarang bolos—namanya<br />

mulai diperhitungkan. “Aku tak berpikir bahwa<br />

aku politikus terbaik di dunia, tapi aku tahu, aku<br />

tak akan diam saja,” ujar Romario. “Paling tidak,<br />

selama aku menjadi anggota parlemen, aku tak<br />

akan korupsi.”<br />

Di depan gawang, Romario adalah singa,<br />

di panggung politik dia juga bukan sekadar<br />

kucing. Romario berhasil memperjuangkan<br />

sejumlah hak penyandang<br />

cacat dalam peraturan. Kritiknya<br />

terhadap pelbagai masalah di Brasil,<br />

mulai sepak bola hingga Piala Dunia<br />

2014, sangat kencang. “Semula, aku<br />

menduga dia hanya mencari perhatian<br />

media atau mengejar uang... tapi sepertinya<br />

dia telah menjalankan tugasnya dengan<br />

baik,” Tiago Antonio, sopir taksi di Kota<br />

Rio de Janeiro, memuji.<br />

Tapi Romario tetaplah Romario. Kebiasaannya<br />

ngelayap di malam hari masih jalan terus.<br />

“Aku tidur lebih banyak di siang hari.... Tapi, paling<br />

tidak, sekarang aku tidur sejenak di malam<br />

hari,” kata dia.<br />

●●●<br />

Menggiring bola dan bersilat lidah ala<br />

politikus mestinya dua keahlian yang jauh<br />

berbeda. Tapi ternyata tak sedikit mantan<br />

pemain sepak bola yang juga lihai bersilat<br />

lidah dan punya karier politik yang tak kalah<br />

cemerlang dibanding prestasinya di lapangan<br />

rumput. Pele dan Zico pernah menjadi<br />

Menteri Olahraga Brasil. Generasi berikutnya,<br />

selain Romario, ada George Weah di<br />

Liberia, Hakan Sukur di Turki, Kakha Kaladze<br />

di Georgia, Roman Pavlyuchenko di Rusia,<br />

dan Carlos Valderrama di Kolombia.<br />

Saat masih bersama AC Milan, Kakhaber “Kakha”<br />

Kaladze merupakan palang pintu yang sulit<br />

dilewati pemain lawan. Dia bisa bermain sama<br />

baiknya di posisi bek kiri maupun posisi favoritnya,<br />

bek tengah. Bersama Milan, Kakha sempat<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

istal<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

merasakan dua kali trofi Piala Champions.<br />

Sekarang, di tanah kelahirannya, Georgia, walaupun<br />

minim pengalaman, Kakha merupakan<br />

politikus berpengaruh. Dia merupakan Menteri<br />

Energi merangkap Wakil Perdana Menteri<br />

Georgia, negara pecahan Uni Soviet. “Aku tak<br />

berpolitik hanya demi mengejar jabatan.... Kami<br />

punya kekuasaan, karena itu harus memenuhi<br />

janji-janji saat kampanye,” kata Kakha.<br />

Jika Romario, Weah, Kakha Kaladze, dan<br />

kawan-kawannya memilih politik sebagai lapangan<br />

mainnya, pasangan duet maut Romario<br />

semasa di tim nasional Brasil, Ronaldo Luís Nazario<br />

de Lima, memilih berbisnis. Menggandeng<br />

perusahaan iklan raksasa dari Inggris, WPP,<br />

Ronaldo mendirikan perusahaan konsultan<br />

pemasaran, 9ine Sports and Entertainment.<br />

Dengan menggaet sejumlah bintang olahraga,<br />

seperti petenis Rafael Nadal dan Neymar,<br />

9ine berhasil menggaet beberapa klien,<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

seperti Duracell dan perusahaan farmasi<br />

GlaxoSmithKline. “Kami percaya dekade ini<br />

akan menjadi dekadenya Brasil dan Amerika<br />

Latin... dan Ronaldo merupakan salah satu<br />

pemain sepak bola terbesar di dunia. Dia sekarang<br />

akan bermain untuk WPP,” kata Martin<br />

Sorrell, bos WPP. Julukan The Phenomenon,<br />

yang pernah disandang Ronaldo, sepertinya<br />

bukan julukan kosong. ■<br />

SapTO PRadiTyo | BBC | TELEGRaph | GUARdian | ESpn<br />

4<br />

Hakan Sukur<br />

George Weah<br />

Marc Wilmots<br />

Carlos Valderrama<br />

42 tahun, mantan penyerang<br />

Galatasaray dan Inter<br />

Milan. Kini menjadi anggota<br />

parlemen Turki.<br />

47 tahun, pernah bermain<br />

di AS Monaco, AC Milan,<br />

dan Marseille. Kandidat<br />

calon Presiden Liberia<br />

pada 2005 dan 2011. Siap<br />

mencalonkan diri lagi pada<br />

pemilu 2017.<br />

45 tahun, mantan<br />

gelandang Girondins de<br />

Bordeaux dan Schalke ini<br />

pernah menjadi senator<br />

Belgia mewakili Partai<br />

Mouvement Reformateur<br />

pada 2003.<br />

53 tahun, salah satu pemain<br />

sepak bola terbaik dari<br />

Kolombia, kini menjadi<br />

kandidat senator lewat<br />

Partai U.<br />

Majalah detik 23 23 - - 29 29 juni juni 2014


sport<br />

taringa<br />

Socrates,<br />

bola&<br />

Che Guevara,<br />

Sepak<br />

“Orang mengenang<br />

kami bukan lantaran<br />

kami menang, tapi<br />

justru karena kami<br />

kalah.”<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

ibtimes<br />

Kami seolaholah<br />

telah<br />

menaklukkan<br />

perempuan<br />

tercantik di dunia.<br />

Nama lengkapnya sangat panjang:<br />

Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza<br />

Vieira de Oliveira. Tapi panggil dia<br />

Socrates. Dia seorang dokter, tapi<br />

juga perokok dan peminum kelas berat. Dia<br />

maestro menggocek bola, tapi juga seorang<br />

aktivis gerakan kiri.<br />

“Aku tak ada masalah dengan alkohol karena<br />

aku tak kecanduan,” dia berkilah soal kebiasaan<br />

buruknya itu. “Aku tak akan mengubahnya.”<br />

Pada Piala Dunia 1982 di Spanyol, Socrates<br />

menjadi kapten sekaligus jenderal lapangan bagi<br />

tim Brasil. Namun, sungguh sayang, walaupun<br />

bermain sangat cantik, Brasil ditaklukkan Italia,<br />

3-2, pada babak kedua.<br />

Tapi permainan Socrates, Zico, dan Falcao<br />

pada Piala Dunia 1982 itu dikenang sepanjang<br />

masa. Mereka disebut-sebut sebagai tim terbaik<br />

sepanjang sejarah Piala Dunia yang gagal<br />

merengkuh gelar juara. “Kekalahan kami oleh<br />

Italia tidak sederhana.... Kami seolah-olah telah<br />

menaklukkan perempuan tercantik di dunia<br />

tapi gagal menuntaskan urusan selanjutnya,”<br />

kata Socrates beberapa tahun lalu. Italia akhirnya<br />

menjadi juara dengan menaklukkan tim Jerman di<br />

babak final.<br />

“Orang mengenang kami bukan lantaran<br />

kami menang, tapi justru karena kami kalah.<br />

Tak ada yang mencoba meniru gaya bermain<br />

Italia, tim pragmatis yang berhasil merebut trofi<br />

juara dunia. Tim yang bermain cantik, dengan<br />

seni, dan kreatif malah kalah. Tim dengan keseimbangan<br />

teknik, fisik, dan mental sempurna<br />

kalah,” kata Socrates.<br />

Kapten tim Samba 1982 itu berpulang dua<br />

setengah tahun lalu. “Dia pemain yang sangat<br />

dinamis dengan kaki yang hebat. Lebih dari semuanya,<br />

dia sangat pintar,” Paolo Rossi, striker<br />

Italia, yang mengubur mimpi Socrates merebut<br />

Piala Dunia 1982, memuji lawannya. Federasi<br />

Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menempatkan<br />

Socrates dalam daftar 100 pemain<br />

sepak bola terbaik sepanjang massa.<br />

●●●<br />

“Aku punya tiga idola: Che Guevara, Fidel<br />

Castro, dan John Lennon,” ujar Socrates. Che,<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

eurosport<br />

Fidel, dan John Lennon. Ketiganya bukan orang<br />

biasa dengan jalan hidup tak biasa. Mereka<br />

pemberontak seperti halnya Socrates. “Aku<br />

suka perempuan... aku suka menulis puisi untuk<br />

para perempuan.”<br />

Walaupun sangat miskin, ayahnya banyak<br />

melahap buku, termasuk buku-buku filsafat.<br />

“Dia tertarik pada filsafat Yunani, makanya<br />

memberiku nama Socrates.” Dua saudaranya<br />

juga diberi nama mengimitasi filosof dan sastrawan<br />

Yunani, Sophocles dan Sosthenes. “Karena<br />

dia hanya tahu tiga nama itu.”<br />

Lahir pada 19 Februari 1954 di Kota Belem,<br />

Brasil, dari keluarga dengan kemampuan ekonomi<br />

pas-pasan, Socrates diberkati dengan<br />

kemampuan fisik dan otak yang sempurna.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

Dalam sepak<br />

bola, aku<br />

menemukan<br />

demokrasi.<br />

Posturnya tinggi menjulang. Dengan tinggi<br />

1,94 meter, Socrates tak mirip dengan rata-rata<br />

postur pemain sepak bola Brasil dan Amerika<br />

Latin lain.<br />

Di sekolah, prestasi akademisnya juga di<br />

atas rata-rata, sehingga dia bisa menembus<br />

seleksi masuk sekolah kedokteran prestisius,<br />

Faculdade de Medicina de Ribeirão Preto di<br />

Universitas Sao Paulo. Sejak dia muda, sepak<br />

bola sebenarnya tak menarik minatnya. Politiklah<br />

yang selalu menyedot ketertarikan<br />

Socrates muda.<br />

“Aku baru sepuluh tahun saat menyaksikan<br />

ayahku membakar buku-buku soal<br />

revolusi Bolsheviks,” Socrates mengenang.<br />

Kala itu, suhu politik Brasil sedang memanas<br />

setelah militer mengambil alih kekuasaan pada<br />

1964. “Perhatianku selalu tersedot melihat ketidakadilan<br />

sosial di negeri ini.”<br />

Bakat sepak bola Socrates seperti jatuh dari<br />

langit. “Bakatku bermain sepak bola muncul begitu<br />

saja. Yang aku suka dari sepak bola adalah<br />

percampuran sosialnya,” kata Socrates. “Dalam<br />

sepak bola, aku menemukan demokrasi. Dari<br />

sepak bola pula aku belajar mengenai negeri<br />

ini.” Sembari menuntaskan sekolah dokter,<br />

Socrates bermain untuk Botafogo.<br />

Baru setelah meraih gelar dokter pada 1978,<br />

dia pindah ke Corinthians dan bermain di liga<br />

teratas, Campeonato Brasileiro Série A. Terhitung<br />

terlambat untuk pemain seumurnya. Dalam<br />

sepak bola, Socrates menemukan lapangan<br />

politiknya. Dengan berewok menutup muka<br />

dan rambut gondrongnya, Socrates mirip sang<br />

idola, Che Guevara, di lapangan sepak bola.<br />

Tak suka pada gaya manajemen otoriter di<br />

Corinthians, dia mengorganisasi sel kelompok<br />

sosialis Corinthians Democracy. “Klub ingin<br />

mengontrol semuanya, sementara kami merasa<br />

pemain harus diajak berkonsultasi dan tak<br />

diperlakukan seperti anak-anak,” kata Socrates.<br />

Menurut dia, semua orang dalam tim seharusnya<br />

punya suara yang sama dalam menentukan<br />

kebijakan, bahkan dalam urusan jam makan dan<br />

waktu istirahat. Pesan demokrasi itu tak cuma<br />

ditujukan kepada manajemen klub, tapi juga<br />

kepada penguasa militer di Brasil. Pada musim<br />

kompetisi 1982, tanpa takut pemain-pemain<br />

Corinthians mencetak kata “Democracia” pada<br />

kostum mereka. Socrates dan kawan-kawannya<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

4dfoot<br />

tak peduli pada peringatan dari asosiasi sepak<br />

bola Brasil.<br />

Setelah gantung sepatu pada 1989, Socrates<br />

kembali ke ilmu lamanya: kedokteran. Dia<br />

membuka praktek di Kota Riberirao Preto. Belakangan,<br />

dia menuntaskan gelar doktoralnya<br />

di bidang filsafat. Lewat kolomnya di majalah<br />

berhaluan kiri CartaCapital, dia mengkritik pelbagai<br />

hal di negerinya.<br />

Di sebuah kolom bertajuk “Some Dream Ot-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


sport<br />

taringa<br />

hers Don’t”, Socrates menyemprot seniornya,<br />

Pele. Legenda sepak bola Brasil itu, menurut<br />

Socrates, tak banyak berbuat untuk melawan<br />

rasisme di gelanggang sepak bola. “Semua<br />

keturunan kulit hitam di muka bumi ini merasa<br />

diserang kecuali satu orang: Pele. Kita tahu Pele<br />

tak punya mimpi,” Socrates menulis pedas. ■<br />

Sapto PRADitYO | THE Star | JAPAN TIMES | JAPAN TODAY | REUTERS<br />

Majalah detik 23 23 - - 29 29 juni juni 2014


uku<br />

Ambisi jadi Presiden,<br />

Subversif 
<br />

Judul:<br />

Saya Berambisi Menjadi<br />

Presiden<br />

Penulis:<br />

Bur Rasuanto<br />

Editor:<br />

Pepih Nugraha<br />

Penerbit:<br />

Penerbit Buku Kompas<br />

Terbitan:<br />

2014<br />

Tebal:<br />

xiv+240<br />

Di era Orde Baru, mereka yang berambisi menjadi<br />

presiden harus siap dipidana atau mati secara perdata.<br />

Menyimak 29 artikel dalam buku ini bolehlah ditarik kesimpulan<br />

bahwa sosok Bur Rasuanto bukan semata novelis, sastrawan,<br />

dan warta wan yang kritis. Selain merupakan doktor di bidang<br />

filsafat, dia seorang pemikir yang visinya jauh ke depan. Andai<br />

kritik-kritik tajam yang ia paparkan sejak pertengahan 1970-an disimak dan<br />

didengarkan para pengambil kebijakan, tentu kondisi republik ini tak akan<br />

serumit seperti sekarang.<br />

Jakarta dan kota-kota besar lainnya niscaya bebas macet, bebas polusi, dan<br />

tentunya beban subsidi bahan bakar minyak tak akan mencapai ratusan triliun


upiah seperti sekarang. Kenapa? Karena Bur sejak akhir 1977 memimpikan<br />

program yang hanya mengizinkan produksi kendaraan umum. Perusahaan<br />

perakitan mobil diminta mengalihkan usahanya memproduksi sepeda.<br />

Di bidang hukum, niscaya tak ada lagi para hakim yang kualitasnya di bawah<br />

rata-rata dan memutus perkara sesuka hatinya. Sebab, kualifikasi untuk<br />

menjadi hakim diperketat. Tak cuma melihat nilai ijazah, tapi juga gaya hidup,<br />

latar belakang keluarga, dan asal-usul kekayaannya. Anak-anak sekolah<br />

hingga mahasiswa juga tak akan menjadi pembajak hak cipta dengan cara<br />

memfotokopi buku-buku pelajaran, karena harga semua jenis buku disubsidi<br />

negara.<br />

Bur Rasuanto, yang pernah menjadi wartawan di harian Kami, Indonesia<br />

Raya, dan Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, memaparkan gagasan-gagasan<br />

itu secara gamblang lewat artikel yang kemudian menjadi judul buku ini:<br />

"Saya Berambisi Menjadi Presiden".<br />

Sebagai novelis, dalam artikel ini ia mengutarakan kritik sekaligus solusi<br />

dengan gaya fiksi. Mungkin karena ditulis dalam format cerita fiksi itulah<br />

Kompas berani memuatnya. Dan Bur sebagai penulis tetap selamat hingga<br />

saat ini. Padahal kondisi kala itu, jangankan bercita-cita, berambisi menjadi<br />

seorang presiden adalah sesuatu yang konyol. Mustahil digapai.<br />

Jabatan itu mutlak diperuntukkan atau dianggap paling tepat ditunaikan<br />

oleh Soeharto. Mereka yang berani menyainginya sama dengan bertindak<br />

subversif. Mereka harus siap dipidana atau mati secara perdata. Pangdam<br />

Brawijaya Mayjen Witarmin, misalnya, menunjukkan hal itu ketika di pengujung<br />

1977 melontarkan maklumat bahwa mereka yang berambisi menjadi<br />

presiden sudah masuk dalam daftar hitam.<br />

Dari 29 artikel, cuma satu yang diterbitkan di Sinar Harapan. Selebihnya,<br />

karya-karya Bur terbit di harian Kompas pada kurun waktu 1977-1999. Sebagai<br />

wartawan dengan bekal pendidikan dan minat di bidang filsafat, ia<br />

adalah penulis yang kritis. Bidang perhatiannya amat beragam, mulai masalah<br />

politik, ekonomi, pendidikan, olahraga, hingga soal tertawa ikut disentil.<br />

Adakalanya ia menulis dengan gaya melipir dan satire seperti dalam "Saya<br />

Berambisi Menjadi Presiden". Tapi, umumnya sebagai “orang seberang”, ia


menulis dengan lugas.<br />

Bur Rasuanto, yang dalam beberapa tahun terakhir mengidap parkinson,<br />

bukan sekadar mengkritik perilaku atau fenomena tertentu. Ia juga mengkritik<br />

paradigma yang diasumsikan yang kemudian melahirkan perilaku atau<br />

fenomena tersebut. Lelaki kelahiran Palembang, 6 April 1937, itu mampu<br />

menyuarakan kebenaran dengan menyentil, membelai, bahkan menggelitik<br />

tanpa membuat pembacanya tidak melihat perspektif yang coba disusupkannya.<br />

Ketika menulis tentang wasit dalam pertandingan sepak bola misalnya.<br />

Karena dalam sejumlah pertandingan keputusan wasit kerap dipersoalkan<br />

pemain, ofisial, bahkan oleh penonton, akhirnya didatangkan wasit-wasit<br />

dari negara lain. Ternyata, terhadap wasit asing, sikap para pemain jauh lebih<br />

santun. Begitu juga ofisial dan para penonton, yang cukup menghormatinya.<br />

Masalahnya, tulis Bur, bukan pada keahlian wasit asing itu, melainkan<br />

pada kepercayaan.<br />

“Asosiasi kita kepada wasit adalah wasit pemilu yang tak pernah jujur<br />

dan adil. Atau kepada hakim kita yang tidak dipercaya lagi sebagai tempat<br />

mencari keadilan” (halaman 142).<br />

Isu-isu yang ditulis Bur Rasuanto pada 15-20 tahun lalu nyatanya masih<br />

aktual hingga sekarang. Praktek sogok-menyogok masih meriah, masyarakat<br />

masih lebih menghormati selembar ijazah ketimbang kemampuan dan<br />

integritas pribadi seseorang, juga nasib guru dan pendidikan untuk menghasilkan<br />

guru sepertinya tak banyak beranjak dari kondisi masa itu.<br />

Bila Bung Karno pernah menyebut guru sebagai rasul, kenyataannya di<br />

masyarakat sekarang ini, mereka menjadi guru karena tidak mampu bersaing<br />

di bidang profesi lain. “Tak ada satu profesi yang begitu dibutuhkan<br />

tapi juga diabaikan, bahkan direndahkan, seperti profesi guru,” tulis Bur.<br />

Menjadi guru di Indonesia, ia melanjutkan, tidak hanya makan gaji kecil<br />

tapi juga makan hati besar. Bahkan guru dijadikan obyek politik! n SUDrajat<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Lilo<br />

‘Kla Project’<br />

Cinta<br />

Jokowi<br />

Leonardo<br />

DiCaprio<br />

Rp 8 T untuk<br />

Piala Dunia<br />

Fatin Shidqia<br />

Idola<br />

Anak-anak<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


people<br />

Banyak orang rela merogoh dalam-dalam koceknya untuk<br />

dapat menonton langsung laga Piala Dunia 2014 di Brasil.<br />

Begitu juga dengan aktor sekelas Leonardo DiCaprio.<br />

Bintang film Wolf of Wall Street ini bahkan menyewa megayacht<br />

mewah milik hartawan Uni Emirat Arab, Syekh Mansour, yang<br />

juga pemilik klub sepak bola Manchester City.<br />

Aktor yang dikenal sebagai pencinta sepak bola ini membayar 400<br />

juta pound sterling atau Rp 8 triliun untuk menyewa yacht terbesar<br />

kelima di dunia itu dan berlabuh ke Rio de Janeiro, Brasil, Rabu, 18 Juni<br />

lalu.<br />

Kapal sepanjang 482 kaki atau sekitar 147 meter itu tak dinaiki sendiri<br />

oleh pemeran Jack dalam film Titanic ini. Dia mengajak 21 teman dekatnya<br />

untuk ikut menikmati yacht berfasilitas lengkap itu.<br />

Ini bukan pertama kalinya DiCaprio berpesiar dengan kapal mewah<br />

itu. Pada April lalu, dia mengundang 100-an tamu, termasuk Jamie Foxx<br />

dan Orlando Bloom, untuk berpesta liar bertema 1980-an. n Ken Yunita<br />

Frazer Harrison/Getty Images<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


people<br />

dok. detikhot<br />

Mau Joko Widodo jadi presiden atau tidak, gitaris Kla<br />

Project, Lilo, tetap cinta pada gubernur nonaktif DKI<br />

Jakarta itu. Pria berkacamata ini mengaku kagum<br />

terhadap mental baja Jokowi.<br />

Lilo merasa, meski digoyang berbagai isu tak sedap, mantan<br />

Wali Kota Solo itu tak pernah goyah. “Dia ditampar kiri-kanan<br />

santai aja,” ujar Lilo di sela-sela konser “Rock The Vote” di Rolling<br />

Stone Café, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.<br />

Namun, meski menyukai Jokowi, Lilo tidak mau menjadi juru<br />

kampanye untuk idolanya itu. Sebagai bentuk dukungan, Lilo<br />

akan datang ke setiap acara musik yang digelar para simpatisan<br />

Jokowi.<br />

Lilo juga tidak mau terlalu berharap Jokowi menang dalam<br />

pilpres 2014. Mau Jokowi menang atau kalah, Lilo mengaku<br />

akan tetap mengaguminya.<br />

“Mau dia menang atau kalah, saya tetap senang. Tapi lebih<br />

senang kalau dia (Jokowi) yang jadi presiden karena saya cinta<br />

dia sudah lama,” ujar pemilik nama lengkap Romulo Radjadin<br />

ini. n Ken Yunita<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


people<br />

rachman haryanto/detikfoto<br />

Fatin Shidqia Lubis bukan cuma menjadi idola remaja. Anak-anak<br />

ternyata juga sangat menyukai penyanyi berhijab jebolan X-Factor<br />

itu.<br />

Buktinya, Fatin terpilih sebagai penyanyi favorit di ajang “Nickelodeon<br />

Indonesia Kids Choice Awards 2014”. Seluruh pemenang penghargaan<br />

ini berdasarkan hasil jajak pendapat anak-anak.<br />

“Senangnya bukan main, enggak nyangka,” ujar Fatin setelah menerima<br />

penghargaan itu beberapa waktu lalu.<br />

Sebelumnya, Fatin tak berharap bisa mendapatkan penghargaan ini,<br />

mengingat pesaingnya adalah Raisa, Afgan, dan Cakra Khan, Fatin mengaku<br />

sudah cukup senang saat namanya masuk nominasi.<br />

Karena itu, gadis yang masih duduk di bangku SMA ini santai saja saat<br />

pengumuman pemenang penyanyi solo favorit itu diumumkan. Tapi ternyata<br />

namanyalah yang disebut.<br />

Fatin mengaku langsung terlonjak dari kursi dan berjalan penuh semangat<br />

ke panggung untuk menerima penghargaan. “Ah, ternyata dapat,”<br />

ujarnya sambil tersenyum manis. Sukses terus, Fatin! n Ken Yunita<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Kelompok ini menggabungkan banyak metode memainkan<br />

wayang. Selain jadi kaya nuansa, penonton dibebaskan<br />

bertafsir.<br />

foto: witjak/komunitas salihara<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

R<br />

uang digelapkan. Satu<br />

lampu teplok menyala di<br />

tengah panggung, menerangi<br />

empat wayang<br />

karakter manusia dalam<br />

posisi duduk meriung<br />

satu meter di depan<br />

layar. Anne Bitran muncul<br />

dari belakang panggung membawa senter<br />

di tangan kanan dan satu wayang pemuda di<br />

tangan kiri dengan cara menggenggam dua<br />

bilah bambu yang terhubung ke kepala dan<br />

badannya.<br />

Anne menyorotkan senter ke deretan empat<br />

wayang, menciptakan bayangan empat manusia<br />

besar di layar. Perlahan, dia menarik-ulurkan<br />

tangan yang menggenggam senter, membuat<br />

bayangan membesar dan mengecil. Anne<br />

memasukkan wayang pemudanya ke dalam<br />

riungan empat pria dewasa ini dalam posisi<br />

sedikit mundur, khas orang baru yang ingin jadi<br />

pendengar setia dulu.<br />

Lalu si pemuda pergi, melintas kota, tertegun<br />

di bandara, menembus hutan, melewati desadesa,<br />

hingga sampailah di pelabuhan. Di sana<br />

dia menemui seorang perempuan tua, dan<br />

terjadilah tawar-menawar sengit.<br />

Dua tangan sedang menghitung uang kertas<br />

muncul di layar. Kali ini betul-betul tangan manusia<br />

yang diproyeksikan ke layar. Kembali layar<br />

menampilkan si perempuan tua dan si pemuda.<br />

Transaksi selesai, perempuan tua menerima<br />

uang, si pemuda menerima paspor dan naik ke<br />

kapal, pergi ke negeri yang dia cita-citakan.<br />

Tak ada dialog dalam pementasan selama<br />

satu jam itu. Hanya musik yang dimainkan (dan<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

diaransemen) Francesco Pastacaldi yang menandai<br />

adegan sedih, gembira, suasana hening<br />

atau gaduh. Tinggal penonton menebak-nebak<br />

jalan ceritanya sekaligus membebaskan berimajinasi<br />

dan bertafsir.<br />

Demikian uniknya Teater Boneka Les Rémouleurs<br />

menyuguhkan lakon Frontières. Kelompok<br />

asal Prancis ini memainkan wayang dengan<br />

cara yang lebih kaya, yakni menggabungkan<br />

wayang kulit, wayang Thailand, wayang beber,<br />

dan wayang tavip dalam satu pementasan. Wayangnya<br />

pun ada yang terbuat dari kulit, dari<br />

kardus, dari mika, dan bahan-bahan lain. Ditambah<br />

metode yang tidak ada dalam wayang<br />

konvensional di Indonesia, misalnya tangan<br />

manusia yang menghitung uang kertas tadi.<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Frontières dimainkan di Teater Salihara, 15 Juni<br />

2014, yang merupakan bagian dari rangkaian<br />

perayaan 10 tahun Printemps Français. Printemps<br />

Français adalah festival yang menampilkan<br />

khasanah seni Prancis modern sekaligus<br />

memberikan kemudahan bagi masyarakat<br />

Indonesia untuk berinteraksi dengan seniman<br />

Prancis. Tahun ini, Printemps Français digelar di<br />

11 kota di Indonesia, dari 15 Mei hingga 23 Juni<br />

2013.<br />

Kembali ke Frontières. Pementasan yang demikian<br />

rumit itu hanya dimainkan empat orang,<br />

yakni Martina Menconi, Anne Bitran, Francesco<br />

Pastacaldi, dan Olivier Vallet sebagai kreator<br />

pencahayaan.<br />

Lakon yang merupakan karya terbaru Les Rémouleurs<br />

ini idenya didapat saat mereka menjalani<br />

residensi di Thailand dua tahun lalu. Di<br />

sana mereka belajar membuat dan memainkan<br />

wayang kulit Thailand dan wayang Kamboja.<br />

Baru Januari lalu mereka mengkreasikan<br />

Frontières di Thailand dan dimatangkan di Paris.<br />

Karena itu, tak mengherankan jika banyak<br />

dijumpai musik khas Thailand, termasuk lagu<br />

pengantar tidur yang merupakan lagu tradisional<br />

negara tersebut, The Lonely Yellow Bird.<br />

“Di sini pertama kali kami memainkan Frontières,<br />

dan pertama kali menggunakan bayangan.<br />

Biasanya wayang boneka,” ujar Anne Bitran<br />

seusai geladi resik, 14 Juni 2014.<br />

Tentang ide ceritanya, sepenuturan Olivier<br />

Vallet, adalah dari isu imigran yang merupakan<br />

isu penting di Eropa, mengingat serbuan imig-<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

ran Timur Tengah ke Eropa. Isu ini juga<br />

yang kini “menghangatkan” hubungan<br />

Indonesia dan Australia serta Indonesia<br />

dan Malaysia.<br />

“Setidaknya seribu orang per bulan<br />

berlayar ke Eropa dan banyak manusia<br />

perahu yang tenggelam sebelum mereka<br />

sampai,” kata Olivier.<br />

Les Rémouleurs dibentuk pada 1983,<br />

dan diakui sebagai salah satu grup<br />

yang inovatif di bidang teater boneka,<br />

pewayangan, serta proyeksi gambar di<br />

Prancis.<br />

Berawal dari kelompok teater jalanan,<br />

kini Les Rémouleurs mengeksplorasi<br />

pertunjukan untuk merengkuh publik<br />

yang lebih luas, yakni dari orang dewasa<br />

hingga anak-anak, dari gedung teater<br />

hingga tempat-tempat tak biasa, seperti<br />

kedai minuman dan gereja di pelosok<br />

Prancis. Dan kali ini Indonesia ada dalam<br />

daftar tempat istimewanya. ■<br />

SilVIA GALIKano<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

foto-foto: dok. Maleficent<br />

Hidup dengan kanker<br />

membuat Hazel tidak<br />

menganggap kematian<br />

sesuatu yang menakutkan.<br />

Ketika Gus hadir,<br />

pandangannya pada banyak<br />

hal berubah.<br />

story<br />

Berpendar<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Judul: The Fault in Our Stars<br />

Genre: Drama, Romance<br />

Sutradara: Josh Boone<br />

Skenario: Scott Neustadter,<br />

Michael H. Weber<br />

Distributor: 20th Century Fox<br />

Pemain: Shailene Woodley,<br />

Ansel Elgort, Nat Wolff<br />

Durasi: 2 jam 5 menit<br />

Hazel (Shailene Woodley) ke manamana<br />

selalu ditemani tabung oksigen<br />

yang dia seret seperti menyeret<br />

koper. Ada slang kecil melintang di<br />

wajahnya, terhubung ke tabung oksigen.<br />

Remaja berusia 18 tahun itu didiagnosis<br />

menderita kanker tiroid sejak lima tahun lalu.<br />

Namun kini kanker sudah menjalar ke paruparu.<br />

Hari-harinya lebih banyak digunakan<br />

membaca novel di kamar atau di halaman belakang<br />

rumah. Temannya tak banyak, mungkin<br />

tak sempat menjalin pertemanan karena, sejak<br />

mulai remaja, ia keluar-masuk rumah sakit.<br />

Khawatir si putri tunggal malah jatuh depresi,<br />

orang tuanya (Laura Dern dan Sam Trammell)<br />

mendorong Hazel bergabung dalam sebuah<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

support-group untuk remaja pengidap kanker.<br />

Awalnya dia ogah-ogahan karena, menurutnya,<br />

kegiatan begini toh tidak menunda kematian.<br />

Pada kedatangan yang kedua, Hazel bertemu<br />

dengan Gus (Ansel Elgort), yang mengantar<br />

kawannya, Isaac (Nat Wolff), menghadiri sesi<br />

berbagi. Isaac tak lama lagi akan kehilangan<br />

penglihatannya akibat kanker.<br />

Saat giliran Gus bercerita, dia berdiri, membuka<br />

pipa celana kanan, menunjukkan kaki kanannya<br />

yang merupakan kaki palsu. Sudah satu<br />

setengah tahun dia dinyatakan bebas kanker<br />

tulang osteosarcoma. Kaki kanannya diamputasi<br />

akibat kanker ini.<br />

Sudah bebas dari kanker apakah artinya Gus<br />

sudah bebas dari ketakutan? Tidak ternyata.<br />

Kepada fasilitator kelompok, dia katakan yang<br />

paling dia takutkan saat ini adalah “terlupa kan<br />

sama sekali (oblivion)”.<br />

Jawaban Gus seketika menarik perhatian<br />

Hazel dan mendorongnya buka suara, “Oblivion<br />

itu akan datang. Jika bukan hari ini, dalam<br />

ribuan tahun ke depan. Suatu saat kita akan<br />

terlupakan, suka atau tidak.”<br />

Tak berhenti di sana, pemuda 18 tahun dengan<br />

kegantengan maksimal itu kembali menebar<br />

pesona saat mereka sama-sama di luar, menemani<br />

Hazel yang menunggu dijemput ibunya.<br />

Gus mengeluarkan sekotak rokok dari sakunya,<br />

mengambil sebatang, dan menyelipkannya<br />

di bibir. Tentu saja Hazel, yang bernapas saja<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Kita selipkan sesuatu<br />

di antara gigi, tapi tidak<br />

memberinya kekuatan<br />

untuk membunuh.<br />

harus dibantu oksigen,<br />

marah besar karena<br />

ada yang akan merokok<br />

di dekatnya.<br />

Tapi ternyata Gus<br />

tidak pernah menyalakan<br />

rokok itu. Inilah<br />

cara Gus meledek kematian,<br />

“merokok” tak<br />

lain sebuah metafora,<br />

“Kita selipkan sesuatu<br />

di antara gigi, tapi tidak<br />

memberinya kekuatan<br />

untuk membunuh. (You<br />

put the killing thing right between your teeth,<br />

but you don’t give it the power to do its killing).”<br />

Woo…hoo… ada yang tidak biasa di sini: remaja<br />

dan kanker ternyata tidak sama dengan<br />

cerita cengeng menye-menye, bukan juga kisah<br />

heroisme pengidapnya melawan kanker. The<br />

Fault in Our Stars seakan “sudah selesai” dengan<br />

semua itu. Kematian bukan lagi jadi sesuatu<br />

yang menakutkan, melainkan seperti tetangga<br />

sebelah rumah yang ujug-ujug sudah menutup<br />

pintu… dari dalam.<br />

The Fault in Our Stars diangkat dari novel<br />

dewasa muda yang ditulis John Green, cerita<br />

ini kemudian diadaptasi Scott Neustadter dan<br />

Michael H. Weber, penulis (500) Days of Summer<br />

(2009). Mungkin itu sebabnya dua film ini<br />

punya kesamaan dalam menciptakan romantik<br />

klise yang merangkum keajaiban cinta dalam<br />

banyak bentuk, berikut kesengsaraannya.<br />

Josh Boone membuat film ini berbeda dari<br />

film-film ABG lainnya, yakni memadukan kanker<br />

dan moralitas secara lembut dan jenaka.<br />

Sedih sudah pasti, tapi di situ juga ada manis,<br />

romantis, humor, dan kehangatan yang arah<br />

datangnya tak disangka-sangka. Hazel dan Gus<br />

menggiring, mengayun, dan menohok kita<br />

lewat dialog-dialog mereka yang indah serta<br />

mendalam.<br />

Film dibuka dengan menampilkan Hazel<br />

berbaring di rumput, menatap bintang-bintang<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

malam. Suaranya menuturkan kisah romantis<br />

macam apa yang akan disuguhkan dan sebiasa<br />

apa orang-orang sekitar berdamai dengan kanker<br />

yang diidapnya.<br />

Ambil contoh, ketika Hazel khawatir penyakit<br />

ini jadi beban orang tuanya, ayah Hazel<br />

dengan ringan mengatakan bisa saja mereka<br />

meninggalkan Hazel di panti asuhan dengan<br />

catatan tersemat di bajunya. “Tapi kami bukan<br />

orang sentimentil,” ujar ayahnya sambil terus<br />

menyiapkan sarapan.<br />

Dalam subplotnya, dua karakter utama kita<br />

menemui Peter van Houten (Willem Dafoe) penulis<br />

An Imperial Affliction, buku favorit Hazel,<br />

tentang seorang gadis penderita kanker yang<br />

ceritanya berakhir mendadak. Untuk mengobati<br />

penasarannya, Hazel dan Gus melakukan<br />

“ziarah” ke Amsterdam menemui Van Houten,<br />

termasuk mengunjungi Museum Anne Frank,<br />

yang jadi setting terpenting film ini.<br />

Elgort membuat terobosan dengan memerankan<br />

karakter Gus yang hangat, cerdas, lembut,<br />

berkaki palsu, jatuh cinta, dan punya rencana<br />

besar. Seperti dia katakan, “Saya cenderung<br />

hidup dengan cara luar biasa.” Dia pun berhasil<br />

“melunakkan” dialog paling berat tentang oblivion<br />

dan cinta dengan begitu cekatan.<br />

The Fault in Our Stars semakin menonjolkan<br />

kelebihan Shailene Woodley, yakni keotentikannya.<br />

Woodley pula yang membuat kehadiran<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Elgort makin bercahaya. Chemistry dua orang<br />

inilah kunci penting film ini.<br />

Pada akhirnya, The Fault in Our Stars mengingatkan,<br />

nggak penting-penting amat meninggalkan<br />

segerombolan penggemar ketika mati.<br />

Sudah lebih dari cukup dicintai sedikit orang<br />

tapi demikian mendalam untuk membuktikan<br />

keberadaan seseorang itu berarti. ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

Majalah<br />

Majalah<br />

detik<br />

detik<br />

23<br />

23 -<br />

29<br />

29<br />

juni<br />

juni<br />

2014<br />

2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

MALEFICENT<br />

M aleficent (Angelina<br />

Jolie) awalnya penyihir yang<br />

baik hati. Namun sikap baiknya<br />

hilang saat sekelompok pasukan menyerang<br />

kedamaian di kerajaan yang dijaganya.<br />

Pengkhianatan yang diterimanya mengubah<br />

hatinya yang baik menjadi dingin seperti es.<br />

Maleficent akhirnya memutuskan membalas<br />

dendam lewat bertempur melawan penerus<br />

raja yang sudah menghancurkan kerajaannya.<br />

Kutukan pun diberikan kepada sang putri<br />

raja, Aurora (Elle Fanning). Maleficent, yang<br />

kini berubah jahat, mulai menyadari ada<br />

sesuatu dalam dirinya, dan Aurora mungkin<br />

bisa menjadi kunci bagi kebahagiaannya dan<br />

kerajaannya.<br />

Jenis Film: Action |<br />

Produser: Joe Roth |<br />

Produksi: WALT DISNEY<br />

PICTURES | Durasi: 97 menit<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

S etelah<br />

menyamar<br />

menjadi seorang pelajar SMA di 21<br />

Jump Street, Schmidt (Jonah Hill)<br />

dan Jenko (Channing Tatum) kini mendapat<br />

tantangan baru. Keduanya akan berkuliah<br />

dan kembali menyamar di sebuah universitas<br />

untuk mengungkap kasus narkoba.<br />

Tugas kali ini tidaklah mudah. Jenko dan<br />

Schmidt menemukan kesenangan baru<br />

di dalam kampus. Mampukah keduanya<br />

menyelesaikan misi dan masalah pribadinya<br />

masing-masing?<br />

22 JUMP<br />

STREET<br />

Jenis Film: Action, Comedy, Crime | Produser:<br />

Neal H. Moritz, Channing tAtum, Jonah Hill |<br />

Produksi: Columbia Pictures | Sutradara: Phil Lord,<br />

Christopher Miller | Durasi: 112 menit<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

THE PHILOSOPHERS<br />

B ercerita tentang<br />

20 remaja di sekolah<br />

internasional Jakarta yang<br />

mengikuti philosophy class. Mereka<br />

berasal dari berbagai negara. Mereka<br />

kemudian bermain simulasi tentang<br />

kelangsungan umat manusia di masa<br />

yang akan datang. Masing-masing siswa<br />

mendapat peran profesi/pekerjaan dari<br />

guru secara undi. Setiap siswa menerima<br />

tantangan dan hanya akan dipilih 10<br />

orang yang nantinya akan melanjutkan<br />

kehidupan ras manusia setelah melawan<br />

ancaman bahaya nuklir.<br />

Jenis Film: Drama, FantASY |<br />

Produser: George Zakk,<br />

cYbill Lui, John Huddles |<br />

Produksi: AN OLIVE BRANCH<br />

PRODUCTIONS, SCTV |<br />

Sutradara: John Huddles |<br />

Durasi: 107 menit<br />

Majalah Majalah detik detik 4 - 1023 november - 29 juni 2014<br />

2013


seni hiburan<br />

agenda<br />

DEWA 19 feAT. ARI LASSo<br />

26 Juni 2014 pukul 23.00 WIB, Colosseum Club Jl. Kunir No.<br />

7 Kota Tua Jakarta Barat, Promotor: Colosseum Club, HTM 1 x<br />

event Rp 250.000<br />

CHRISTIAN BAUTISTA<br />

The Way You Look At Me CoNCeRT<br />

23 Juni 2014 pukul 19.00 WIB,<br />

PRIVE FX Sudirman Jakarta, Promotor: Rigel Dinamika<br />

PeMUTARAN fILM:<br />

Hari INI PASTI Menang<br />

Sutradara: Andibachtiar Yusuf,<br />

24 Juni 2014 pukul 19.00 WIB, GoetheHaus Jakarta<br />

PeMUTARAN Film<br />

26 Juni 2014 pukul 14.00 WIB =<br />

MIMPI MALAM MUSIM PANAS<br />

27 Juni 2014 pukul 14.00 WIB =<br />

Chikara The Sumo Wrestler Son<br />

pukul 14.30 WIB = Kontak Mata<br />

30 Juni 2014 pukul 14.00 WIB = Quartet!<br />

Hall The Japan Foundation, Jakarta<br />

Gd. Summitmas I Lantai 2<br />

Jl. Jenderal Sudirman Kav. 61-62, Jakarta Selatan<br />

FUNTOMIME<br />

Bersama Septian Dwicahyo<br />

Rabu, 25 Juni 2014, pukul 19.00 WIB, Hall JF Gd. Summitmas<br />

I lt. 2, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 61-62, Jakarta Selatan<br />

(seberang Ratu Plaza), Terbuka untuk Umum. Gratis. Tanpa<br />

tanda masuk. Tanpa pendaftaran.<br />

JayAPRANA & LayoNSARI<br />

GIGI Dance Company, Sabtu, 28 Juni 2014, pukul 15.00 WIB,<br />

Galeri Indonesia Kaya<br />

RINg JABA WATes<br />

Demian Sang Ilusionis, Minggu, 29 Juni 2014, pukul 15.00<br />

WIB, Galeri Indonesia Kaya<br />

Majalah detik 23 - 29 juni 2014


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

Tap untuk<br />

kembali ke cover

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!