18.11.2014 Views

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>BAB</strong> <strong>IV</strong><br />

<strong>HASIL</strong> <strong>PENELITIAN</strong> <strong>DAN</strong> <strong>PEMBAHASAN</strong><br />

<strong>4.1.</strong> <strong>Deskripsi</strong> Objek Penelitian<br />

<strong>4.1.</strong>1. Gambaran Umum RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan<br />

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan<br />

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diselenggarakan<br />

berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan<br />

profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,<br />

pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial<br />

(Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah<br />

Sakit).<br />

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Dr. R.D. Kandou Manado didirikan<br />

sejak tahun 1936, yaitu pada jaman Hindia Belanda. Pada awal berdirinya diberi<br />

nama Koningen Wilhelmina Ziekenheuis (KWZ). Rumah Sakit Umum Pusat<br />

(RSUP) Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dulu dikenal dengan Nama Rumah Sakit<br />

Umum Pusat (RSUP) Gunung Wenang, namun kemudian atas peraturan<br />

perundang-undangan yang menginstruksikan setiap Rumah Sakit Umum haruslah<br />

mempunyai nama yang jelas, maka oleh Pimpinan Rumah Sakit mencoba untuk<br />

mencari nama yang dapat diambil dari seorang Tokoh Kesehatan yang telah<br />

memberikan kontribusi yang besar pada Rumah Sakit. Setelah melalui beberapa<br />

proses yang cukup lama, akhirnya dipilih seorang Tokoh Kesehatan yang sangat<br />

91


92<br />

dikagumi baik oleh para Dokter maupun oleh Masyarakat, yaitu: Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou.<br />

Gambaran profit dari Prof. Dr. R.D. Kandou adalah sebagai berikut:<br />

1. Tokoh Pendidikan dalam llmu Kesehatan<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou, adalah seorang dokter yang dikenal disiplin<br />

dalam menerapkan Ilmu Kesehatan karena beliau adalah Dekan<br />

Pertama pada Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.<br />

Hal inilah menyebabkan tokoh ini sangat dikenal oleh dokter-dokter<br />

yang ada karena mereka adalah mahasiswa dari Prof. Dr. R.D. Kandou.<br />

Ungkapan dari mahasiswanya yang sekarang juga sudah menjadi<br />

Dokter Ahli, bahwa Prof. Dr. R.D. Kandou terkenal sebagai seorang<br />

dokter yang tegas, disiplin dan sangat santun dalam, Ilmu Kesehatan.<br />

2. Tokoh Kesehatan<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou disebut sebagai Tokoh Kesehatan karena beliau<br />

sangat konsen di dalam melakukan pelayanan kesehatan. Bahkan<br />

pelayanan kesehatan Prof. Dr. R.D. Kandou tidak hanya saja di Manado,<br />

akan tetapi pelayanan kesehatannya sampai di pulau Jawa. Bahkan<br />

Masyarakat Jawa Tengah khususnya di kota Semarang juga sangat<br />

mengenal beliau karena Prof. Dr. R.D. Kandou pernah selama beberapa<br />

tahun tergabung dalam Tim Dokter di Rumah Sakit Kariadi yang<br />

merupakan Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. Kariadi Semarang.


93<br />

Perjalanan pelayanan kesehatan Prof. Dr. R.D. Kandou dilanjutkan ke<br />

Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara yang akhirnya diangkat menjadi Kepala<br />

Rumah Sakit dibeberapa Rumah Sakit, antara, lain:<br />

1. Kepala Rumah Sakit Umum Pusat Gunung Wenang<br />

2. Kepala Rumah Sakit Pancaran Kasih<br />

3. Kepala Rumah Sakit Ratungwuisan<br />

4. Kepala Rumah Sakit Lembean dan<br />

5. Dokter Ahli di beberapa Rumah Sakit, antara lain: Rumah Sakit Teling<br />

yang merupakan Rumah Sakit yang dikelola oleh Angkatan Darat,<br />

Rumah Sakit Siti Maryam, Rumah Sakit Bethesda Tomohon dll.<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou sangat dikenal oleh masyarakat sebagai Dokter yang<br />

dermawan, karena beliau tidak pernah menetapkan tarif khusus bagi pasien<br />

sebagai imbalan dari pelayanan kesehatan yang diberikan, namun beliau hanyalah<br />

mengutamakan pelayanan demi kesembuhan pasiennya. Sehingga tidak jarang<br />

banyak pasien-pasien yang datang dari desa-desa yang memberikan hasil<br />

kebunnya berupa: Ubi, Pepaya, Pisang, Buah-buahan. Sayursayuran dll sebagai<br />

imbalan karena mereka tidak mempunyai uang untuk membayar biaya<br />

pemeriksaan dokter.<br />

Melalui pengalaman Pelayanan Kesehatan dibeberapa tempat<br />

dan<br />

memegang jabatan Direktur Rumah Sakit terlama di Rumah Sakit Umum Pusat<br />

Gunung Wenang, yaitu: pada tahun 1947 - 1967 membuat Para Tim Dokter<br />

menetapkan bahwa: Nama Prof. Dr. R.D. Kandou sangat cocok untuk digunakan<br />

pada Rumah Sakit Umum Pusat Gunung Wenang dengan pertimbangan, selain


94<br />

pengalaman Prof. Dr. R.D. Kandou dalam Pelayanan Kesehatan diberbagai<br />

tempat, namun intinya Prof Dr. R.D. Kandou menjabat Kepala Rumah Sakit<br />

terlama pada Rumah Sakit ini, yaitu dulunya Rumah Sakit Umum Pusat Gunung<br />

Wenang.<br />

Berjalannya waktu Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado merupakan Badan Layanan Umum sebagai Rumah Sakit Pemerintah<br />

Pusat di bawah binaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan<br />

merupakan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan dan pusat rujukan pelayanan<br />

kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Indonesia Timur Bagian Utara ditetapkan<br />

namanya pada tanggal 09 Agustus 2005. Badan Layanan Umum Rumah Sakit<br />

Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado saat ini menjadi Instansi Pemerintah<br />

yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-<br />

BLU), berdasarkan Peraturan Pemerintah No.23 tahun 2005 dan Surat Keputusan<br />

Menteri Kesehatan No.736/Metikes/S1/2007 tentang Penetapan 15 Rumah<br />

Sakit<br />

Unit Pelaksana Teknis dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLU.<br />

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.<br />

756/MenKes/SK/VI/2007 dan Keputusan Menteri Keuangan No.<br />

272/Keu.05.2007 tanggal 21 Juni 2007. RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado<br />

merupakan Badan Layanan Umum (BLU) milik pemerintah Indonesia c/q vertikal<br />

milik Departemen Kesehatan R.I yang berlokasi di Manado, Sulawesi Utara.<br />

Memperhatikan posisi hukum dari RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, adalah<br />

rumah sakit pemerintah maka dalam hal ini sesuai Undang-undang Nomor 44<br />

tahun 2009 <strong>BAB</strong> <strong>IV</strong> Pasal 6 ayat 1 dan 2, menyatakan:


95<br />

1. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk :<br />

a. Menyediakan rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat<br />

b. Menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi<br />

fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan<br />

c. Membina dan mengawasi penyelenggaraan rumah sakit<br />

d. Memberikan perlindungan kepada rumah sakit agar dapat<br />

memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan<br />

bertanggung jawab<br />

e. Memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa<br />

pelayanan rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan<br />

f. Menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian rumah sakit<br />

sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat<br />

g. Menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh<br />

masyarakat<br />

h. Menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di rumah sakit<br />

akibat bencana dan kejadian luar biasa<br />

i. Menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan dan<br />

j. Mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan<br />

berteknologi tinggi dan bemilai tinggi<br />

2. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan<br />

berdasarkan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.<br />

Memperhatikan hal ini jelas posisi hukum RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado adalah rumah sakit milik pemerintah yang harus tunduk dengan aturan--<br />

aturan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, undang-undang nomor 32 Tahun 2004<br />

tentang pemerintahan daerah telah menetapkan bidang kesehatan merupakan<br />

urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh kabupaten/kota.<br />

Namun, mengingat RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menyandang<br />

status Badan Layanan Umum (BLU), maka undang-undang nomor 32 Tahun 2004<br />

ini tidak berlaku untuknya. Status hukum diemban ini harus disesuaikan dengan<br />

peraturan yang berlaku mengenai Badan Layanan Umum. Pengertian BLU diatur


96<br />

dalam Pasal 1 angka 23 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan<br />

Negara, yaitu : "Badan Layanan Umum / BLU adalah instansi di lingkungan<br />

Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat<br />

berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari<br />

keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi<br />

dan produktivitas". Pengertian ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan<br />

pelaksanaannya yaitu dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 23<br />

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.<br />

Badan Layanan Umum adalah suatu badan usaha pemerintah yang tidak<br />

bertujuan mencari laba, meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan memberikan<br />

otonomi atau fleksibilitas manajemen rumah sakit publik, baik milik pemerintah<br />

pusat maupun pemerintah daerah. Bentuk BLU merupakan alternatif penting<br />

dalam menerapkan Otonomi Daerah yang merumuskan Rumah sakit Daerah<br />

(RSD) sebagai Layanan Teknis Daerah.<br />

Selain itu, pengertian lain menyatakan bahwa badan layanan umum adalah<br />

instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan<br />

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual<br />

tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya<br />

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.<br />

Berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan<br />

Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat<br />

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan<br />

bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan


97<br />

prinsip eknomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat. Praktik<br />

bisnis yang sehat artinya berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup<br />

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggung<br />

jawaban. Secara umum asas badan layanan umum adalah pelayanan umum yang<br />

pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah<br />

secara hukum dari instansi induknya.<br />

Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi<br />

oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, perilaku ekonomis, sumber daya<br />

profesional dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi. Rumah<br />

sakit kepemerintahan yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari<br />

pengaruh perkembangan tuntutan tersebut. Dipandang dari segmentasi kelompok<br />

masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang<br />

menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta<br />

melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus<br />

meningkat dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah<br />

tersebut.<br />

Walaupun RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menyandang status Badan<br />

Layanan Umum, masih mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat.<br />

Memperhatikan hal ini menjadi jelas bahwa status yang disandang ini<br />

memberikan jaminan terhadap keberlangsungan rumah sakit tersebut. Ada 6<br />

keuntungan yang dapat dipetik dari status BLU ini, yaitu:<br />

1. Tata kelola keuangan Rumah Sakit lebih baik dan transparan karena<br />

menggunakan pelaporan standar akuntansi keuangan yang memberi


98<br />

informasi tentang laporan aktivitas, laporan posisi keuangan, laporan<br />

arus kas dan catatan laporan keuangan.<br />

2. Rumah sakit masih mendapat subsidi dari pemerintah seperti biaya gaji<br />

pegawai, biaya operasional, dan biaya investasi atau modal.<br />

3. Pendapatan rumah sakit dapat digunakan langsung tidak disetor ke<br />

kantor kas Negara, hanya dilaporkan saja ke Departemen Keuangan.<br />

4. Rumah sakit dapat mengembangkan pelayanannya karena tersedianya<br />

dana untuk kegiatan operasional rumah sakit.<br />

5. Membantu rumah sakit meningkatkan kualitas Sumber Daya<br />

Manusianya dengan perekrutan yang sesuai kebutuhan dan kompetensi.<br />

6. Adanya insentif dan honor yang bisa diberikan kepada karyawan oleh<br />

pimpinan rumah sakit.<br />

Koridor prasyarat yang ada dalam peraturan mengenai BLU tidak sertamerta<br />

dapat menyelesaikan permasalahan rumah sakit secara menyeluruh. Sudah<br />

barang tentu harus ada acuan yang jelas apakah rumah sakit yang sudah ber BLU<br />

dapat melaksanakan visi dan misinya.<br />

Maka demi tercapainya tujuan pemerintah dalam pelayanannya terhadap<br />

pemenuhan kebutuhan akan kesehatan masyarakatnya maka memang diperlukan<br />

adanya ukuran rumah sakit BLU yang bermutu, diantaranya:<br />

1. Terpenuhinya persyaratan standar pelayanan minimum (SPM) dalam<br />

BLU Rumah Sakit BLU adalah Rumah Sakit pemerintah yang menjual<br />

jasa pelayanan rumah-sakit not-for profit tetapi tetap dikelola dengan<br />

prinsip produktifitas dan efisiensi. Dengan memiliki bentuk sebagai


99<br />

organisasi BLU, maka Rumah Sakit memiliki pola pengelolaan keuangan<br />

(PPK) yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk<br />

menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan<br />

pelayanan kepada masyarakat. Praktek bisnis yang sehat<br />

adalah<br />

penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah<br />

manajemen yang baik (good corporate governance) dalam rangka<br />

pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan. Good<br />

coorporate governance sendiri adalah konsep untuk meningkatkan<br />

transparansi dan akuntabilitas dengan tujuan untuk menjamin agar tujuan<br />

rumah sakit tercapai dengan penggunaan sumberdaya se-efisien mungkin<br />

rumah sakit dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLU<br />

apabila memenuhi berbagai persyaratan, yaitu:<br />

a. Substantif yang dapat dipenuhi bila instansi pemerintah yang<br />

bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan<br />

dengan penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum, pengelolaan<br />

wilayah/kawasan tertentu, dan pengelolaan dana khusus.<br />

b. Teknis yang dapat dipenuhi apabila kinerja pelayanan sesuai bidang<br />

tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan<br />

pencapaiannya melalui BLU serta kinerja keuangan satuan kerja<br />

instansi yang bersangkutan sehat. Administratif yang dapat dipenuhi<br />

apabila dapat menyajikan dokumen: pernyataan kesanggupan untuk<br />

meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi<br />

masyarakat pola tata kelola rencana strategis bisnis laporan


100<br />

keuangan pokok standar pelayanan minimum dan laporan audit<br />

terakhir atau penyataan bersedia untuk diaudit secara independen.<br />

2. Memenuhi standar rumah sakit BLU bermutu pelanggan baik eksternal<br />

maupun internal mempunyai keinginan-keinginan ataupun harapan<br />

terhadap jasa yang disediakan oleh rumah sakit. Mereka mempunyai<br />

persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh rumah<br />

sakit. Namun demikian pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa<br />

pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan<br />

(customer satisfaction), sedangkan tenaga profesi mengajukan<br />

persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar profesi,<br />

dan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien.<br />

Menurut Lukman (2000:19), bahwa kepuasan sebagaimana tingkat<br />

persamaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang<br />

dirasakan dengan harapannya. Jadi mutu dapat dipandang dari berbagai<br />

sudut pandang. Ditinjau dari mutu yang memperhatikan berbagai sudut<br />

pandang tersebut dapat dirangkum, adalah: (Lukman 2000:19-20)<br />

a. Efficacy: pelayanan yang diberikan menunjukan manfaat dan hasil<br />

yang diinginkan.<br />

b. Appropriateness: pelayanan yang diberikan relevan dengan<br />

kebutuhan klinis pasien dan didasarkan pada perkembangan ilmu<br />

pengetahuan.<br />

c. Availability: pelayanan yang dibutuhkan tersedia.<br />

d. Accessibility: pelayanan yang diberikan dapat diakses oleh yang<br />

membutuhkan.<br />

e. Effectiveness: pelayanan diberikan dengan cara yang benar,<br />

berdasar ilmu pengetahuan, dan dapat mencapai hasil yang<br />

diinginkan.<br />

f. Amenities: kenyamanan fasilitas pelayanan<br />

g. Technical competence: tenaga yang memberikan pelayanan<br />

mempunyai kompetensi tehnis yang dipersyaratkan.


101<br />

h. Affordability: pelayanan yang diberikan dapat dijangkau secara<br />

finansial oleh yang membutuhkan.<br />

i. Acceptability: pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh<br />

masyarakat pengguna.<br />

j. Safety: pelayanan yang diberikan aman.<br />

k. Efficiency: pelayanan yang diberikan dilakukan dengan efisien.<br />

l. Interpersonal relationship: pelayanan yang diberikan<br />

memperhatikan hubungan antar manusia baik antara pemberi<br />

pelayanan dengan pelanggan maupun antar petugas pemberi<br />

pelayanan.<br />

m. Continuity of care: pelayanan yang diberikan berkelanjutan,<br />

terkoordinir dari waktu ke waktu.<br />

n. Respect and caring: pelayanan yang diberikan dilakukan dengan<br />

hormat, sopan dan penuh perhatian.<br />

o. Legitimacy/Accountability: jasa pelayanan yang diberikan dapat<br />

dipertanggungjawabkan (secara medik maupun hukum).<br />

p. Timelines: pelayanan diberikan tepat waktu.<br />

3. Terpenuhinya Indikator Mutu Pelayanan Rumah sakit berbagai butirbutir<br />

peraturan atau ketentuan tentang mutu pelayanan yang terkait<br />

dengan mutu pelayanan di rumah sakit antara lain:<br />

a. PP 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan BLU dalam PP 23<br />

tahun 2005 terdapat aturan mengenai SPM yaitu bahwa SPM<br />

mempertimbangkan (dimensi): kualitas tehnis, proses, tatacara, dan<br />

waktu pemerataan dan kesetaraan biaya kemudahan. Dalam<br />

penyusunannya standar layanan BLU semestinya memenuhi<br />

persyaratan SMART:<br />

Specific (fokus pada jenis layanan)<br />

Measurable (dapat diukur) Achievable (dapat dicapai) Reliable<br />

(relevan dan dapat diandalkan) dan Timely (tepat waktu).<br />

b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 tahun 2002 tentang<br />

pedoman penyusunan SPM Rumah Sakit dalam Kepmenkes Nomor<br />

228 tahun 2002, maka SPM Rumah Sakit harus memuat standar


102<br />

penyelenggaraan yang terkait dengan: pelayanan medik pelayanan<br />

penunjang pelayanan keperawatan pelayanan bagi gakin dan<br />

manajemen rumah sakit (yang terdiri dari manajemen sumberdaya<br />

manusia manajemen keuangan manajemen sistem informasi rumah<br />

sakit manajemen sarana prasarana dan manajemen mutu<br />

pelayanan).<br />

c. Buku indikator kinerja Rumah Sakit (Depkes tahun 2004) dalam<br />

buku indikator kinerja Rumah Sakit dijelaskan bawa indikator<br />

kinerja harus diukur dari empat perspektif, yaitu: pengembangan<br />

SDM, proses, kepuasan pelanggan, dan keuangan.<br />

d. Buku petunjuk pelaksanaan indikator pelayanan Rumah Sakit<br />

(Depkes tahun 1998) dalam buku petunjuk pelaksanaan indikator<br />

pelayanan Rumah Sakit terdapat 4 jenis indikator yaitu: indikator<br />

pelayanan non-bedah indikator pelayanan bedah indikator<br />

pelayanan ibu bersalin dan bayi dan indikator tambahan (dibagi<br />

rujukan dan non rujukan).<br />

Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado saat ini tahun 2011 memiliki Kapasitas Tempat Tidur 735 dengan kelas<br />

utama / VVIP 5 TT (0,68%) VIP 18 TT (2,45%), Kelas 1 94 TT (12,79%), Kelas<br />

II 206 TT (28.03%), Kelas 111 412 TT (56,05%), dengan memiliki 32 gedung di<br />

atas tanah kurang lebih 17 Hektar dengan luas bangunan 58.658 M2 dan terletak<br />

di Kelurahan Malalayang I Barat Kecamatan Malalayang Kota Manado.<br />

Karyawan saat ini berjumlah 2.222 orang.


103<br />

Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado mempunyai visi<br />

menjadi rumah sakit pendidikan unggulan di Kawasan Timur Indonesia Bagian<br />

Utara.<br />

Motto RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado adalah kepuasan pelanggan di<br />

atas segala-galanya. Selanjutnya misi yang diemban oleh RSUP Prof. Dr. R.D<br />

Kandou Manado adalah:<br />

1. Melaksanakan pelayanan medis, keperawatan, penunjang yang<br />

profesional, bermutu, tepat waktu dan terjangkau oleh seluruh lapisan<br />

masyarakat.<br />

2. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk<br />

pengembangan Sumber Daya Manusia.<br />

3. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum, keuangan dan anggaran<br />

yang efektif serta akuntabel.<br />

4. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit dalam memberikan<br />

pelayanan.<br />

Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado<br />

adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit<br />

dari yang bersifat dasar sampai spesialistik dan mempunyai karakteristik<br />

pelayanan yang berbeda dengan industri jasa lainnya.<br />

Maka sehubungan dengan karakteristik, Azrul Azwar (1980:16)<br />

membedakan rumah sakit Indonesia dalam 5 (lima) kategori, yakni:<br />

1. Rumah Sakit Kelas A, ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan<br />

medis spesialis luas serta subspesialisnya. Rumah Sakit Kelas A di<br />

Indonesia saat ini hanya ada dua buah yakni Rumah Sakit Dokter Cipto<br />

Mangunkusumo di Jakarta dan Rumah Sakit Dokter Soetomo di


104<br />

Surabaya.<br />

2. Rumah Sakit di Kelas B, ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan<br />

medis spesialis dalam semua bidang spesialisnya. Rumah sakit jenis ini<br />

terdapat pada tingkat Propinsi atau Rumah Sakit Pendidikan. Hanya<br />

saja belum semua rumah sakit yang ada di ibukota propinsi telah<br />

termasuk Rumah Sakit Kelas B.<br />

3. Rumah Sakit Kelas C, ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan<br />

medis umum dan medis spesialis dalam empat bidang spesialisasi, yaitu<br />

penyakit dalam, kebidanan dan Kandungan, bedah, serta kesehatan<br />

anak. Direncanakan rumah sakit jenis ini terdapat pada ibukota<br />

kabupaten.<br />

4. Rumah Sakit Kelas D, ialah tumah sakit yang memberikan pelayanan<br />

medis umum dan kesehatan gigi. Rumah sakit jenis ini banyak<br />

ditemukan di Ibukota Kabupaten, yang pada masa depan akan<br />

ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C.<br />

5. Rumah Sakit Kelas Khusus, ialah rumah sakit yang memberikan<br />

pelayanan medis untuk satu macam penyakit tertentu seperti penyakit<br />

kusta, penyakit paru-paru, penyakit mata dan lain sebagainya.<br />

Berdasarkan uraian tersebut di atas, Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado merupakan Rumah Sakit Pemerintah Pusat Kelas B<br />

Pendidikan dan pusat rujukan pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan<br />

Indonesia Timur Bagian Utara. Maka Rumah Sakit ini harus dapat memberikan<br />

pelayanan kesehatan selama 24 jam terus menerus selama 365 hari dalam setahun;<br />

pelayanan yang bersifat individual; setiap saat dapat terjadi kedaruratan medik;<br />

setiap saat dapat menghadapi kejadian luar biasa; dan Padat teknologi, modal dan<br />

tenaga yang professional.<br />

Hal ini tentunya membutuhkan sumber daya (manusia, obat-obatan, alat<br />

kesehatan dan sebagainya) yang harus selalu tersedia pada setiap saat. Secara<br />

umum sumber daya manusia di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado meliputi<br />

tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan<br />

masyarakat, tenaga gisi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis dan<br />

tenaga non kesehatan. Jumlah sumber daya manusia yang dipekerjakan sampai


105<br />

pada tahun 2011 sebagai tersebut di bawah ini:<br />

Jumlah Pegawai RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Menurut Jenis Tenaga<br />

NO<br />

I<br />

JENIS TENAGA<br />

TENAGA MEDIS<br />

STATUS KEPEGAWAIAN<br />

SWASTA/<br />

DEPKES DIKNAS KONTRAK<br />

DLL<br />

JUMLAH<br />

a. Dokter Umum 31 - 3 34<br />

b. Dokter PPDS 94 13 351 458<br />

c. Dokter Spesialis 82 86 5 173<br />

d. Dokter Gigi 5 - - 5<br />

II TENAGA PERAWATAN 726 - 106 832<br />

III TENAGA KEFARMASIAN 44 - - 44<br />

<strong>IV</strong><br />

TENAGA KESEHATAN<br />

12 - - 12<br />

V MASYARAKAT<br />

TENAGA GIZI 10 - - 10<br />

VI TENAGA KETERAMN FISIK 22 - - 22<br />

VII<br />

VIII<br />

TENAGA KETEKNISIAN<br />

MEDIS TENAGA NON KESEHATAN<br />

a. Doktoral<br />

38 - - 38<br />

b. Pascasarjana Ll 11<br />

c. Sarjana 72 - 75 147<br />

d. Sarjana Muda/D3/Akademi 3 - 9 12<br />

e. Sekolah Menengah Tingkat<br />

237 - 146 383<br />

Atas f. SMTP dan SD 35 - 8 41<br />

JUMLAH 1.422 99 701 2.222<br />

Sumber: Profil RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2011<br />

Pada tahun 2011 indikator pelayanan rawat inap RSUP. Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado kelas 1, II, III Kelas Utama dan darurat 735 tempat tidur, hari<br />

perawatan 215,723 dan BOR (Bed Occupancy Rate) 80,41% dan indikator<br />

pelayanan rawat inap khusus kelas tiga 412 tempat tidur, hari perawatan 103,973


106<br />

dan BOR 67,14%. Dengan pelayanan rawat inap kelas tiga di ruangan/instalasi<br />

Irina A (Paskah Operasi), Irina C (Penyakit dalam), Irina D (Bersalin/Opsgyn),<br />

Irina E (Anak-anak) dan Irina F (Jantung).<br />

Peralatan medis untuk menunjang proses pelayanan kesehatan yaitu: CT<br />

Scan, CT Scan Multi Slice, dimana CT Scan merupakan peralatan canggih yang<br />

digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada bagian kepala dan jaringannya<br />

yang disebabkan oleh trauma atau penyakit tertentu. Alat ini merupakan hasil<br />

kerjasama dengan PT. ASKES. Cobas Integra 400, Cobas 6000, Alat canggih ini<br />

digunakan untuk Pemeriksaan Kimia Klinik, Pemeriksaan li-nunologi,<br />

Pemeriksaan Infeksi: Hepatitis, H<strong>IV</strong> AIDS, Torch, Petanda Tumor. Argon Laser<br />

digunakan untuk membersihkan katarak serta mempertahankannya agar tidak<br />

berkembang biasanya digunakan oleh penderita diabetes. Microdermabrasi<br />

adalah alat kecantikan dengan teknik pengelupasan kulit secara mekanik.<br />

Echocardiograf digunakan untuk mengetahui secara anatomi organ dan katup<br />

jantung, fungsi pompa dan selaput jantung secara lengkap baik dalam kondisi<br />

statis maupun dinamis dengan menggunakan gelombang getar. Iontoforesis<br />

adalah teknik untuk meningkatkan penetrasi suatu bahan tertentu ke dalam kulit.<br />

Peralatan Bedah Laparoscopi, peralatan ini digunakan untuk menghasilkan<br />

operasi dengan bekas luka yang kecil. Peralatan ini digunakan untuk operasi<br />

seperti apendik, batu empedu, dan lainnya. Hyperbaric adalah suatu ruangan<br />

dengan tekanan udara rendah yang bermanfaat untuk menstabilkan oksigen dalam<br />

darah. Pelayanan ini banyak digunakan untuk para penyelam, namun dalam<br />

perkembangannya digunakan pula untuk kecantikan dan kebugaran. Platelet Rich


107<br />

Plasma (PRP), merupakan peralatan kecantikan dengan dasar teknik peremajaan<br />

kulit yang menggunakan serum yang berasal dari tubuh sendiri. Opmi Lumerai<br />

adalah peralatan microscope digunakan untuk operasi katarak, glaucoma dan<br />

operasi intraocular lainnya.<br />

Kegiatan Pelayanan Instalasi farmasi di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado untuk pelayanan resep di apotek rumah sakit pada tahun 2011 total<br />

sebanyak 68.019 resep dengan perincian jenis resep umum 14.782 resep, resep<br />

askes 33.428 resep, resep Jamkesmas, 19.692 dan resep IKS sebanyak 117 resep.<br />

<strong>4.1.</strong>2. Gambaran Umum Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Kelas Tiga di<br />

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Rumah sakit adalah ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat.<br />

Namun, tak sedikit keluhan selama ini diarahkan pada kualitas pelayanan rumah<br />

sakit yang dinilai masih rendah. Ini terutama rumah sakit daerah atau rumah sakit<br />

milik pemerintah. Penyebabnya klasik, yaitu masalah keterbatasan dana, sehingga<br />

rumah sakit (RSUD dan rumah sakit milik pemerintah) tidak dapat<br />

mengembangkan mutu layanannya, baik karena peralatan medis yang terbatas<br />

maupun kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang rendah. Menyadari hal<br />

tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor<br />

23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU).<br />

Melalui keberadaan Peraturan Pemerintah ini maka status rumah sakit kini<br />

berubah menjadi BLU.<br />

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat


108<br />

memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan<br />

yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut<br />

ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit<br />

layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit<br />

kepada menteri keuangan / menteri kesehatan / kepala SKPD sesuai dengan<br />

kewenangannya, dan kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan / kepala daerah<br />

dengan peraturan menteri keuangan/peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang<br />

diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal sebagai<br />

berikut: Kontinuitas dan pengembangan layanan, Daya beli masyarakat, Asas<br />

keadilan dan kepatutan dan Kompetisi yang sehat.<br />

Selama ini muncul kekhawatiran dimasyarakat terhadap rumah sakit (RS)<br />

dengan status sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Dikhawatirkan biaya<br />

kesehatan di rumah sakit semakin tak terjangkau oleh masyarakat miskin.<br />

Akibatnya masyarakat miskin makin jauh dari pelayanan kesehatan yang sangat<br />

dibutuhkannya. Saat ini keuntungan rumah sakit bukan merupakan parameter<br />

penting untuk menilai keberhasilan seorang direktur utama rumah sakit. Pasalnya,<br />

di masa lalu banyak rumah sakit yang untung, tetapi semakin banyak orang<br />

Indonesia yang berobat ke luar negeri. Hal ini dapat ditekan bila para dokter<br />

bekerja lebih baik, sehingga kepercayaan kepada dokter meningkat dan tidak akan<br />

berobat ke luar negeri. Selain itu, saat ini tidak ada alasan lagi dari pihak rumah<br />

sakit menolak pasien miskin. Karena saat ini ada program pengobatan gratis untuk<br />

rakyat miskin di kelas tiga dengan mekanisme asuransi kesehatan (Askeskin).<br />

Manajemen keuangan rumah sakit yang sekarang dikelola dengan sistem


109<br />

BLU (Badan Layanan Umum) berarti rumah sakit mempunyai kelonggaran yang<br />

lebih untuk mendayagunakan uang pendapatan rumah sakit, bahkan masih<br />

mendapat subsidi. Kelonggaran mengelola pendapatan rumah sakit hendaknya<br />

tidak dimanfaatkan untuk menumpuk keuntungan saja, tapi untuk meningkatkan<br />

mutu pelayanan semua pasien, meningkatkan mutu sumber daya manusianya serta<br />

mengendalikan tarif pelayanan.<br />

Sekarang ini parameter keberhasilan telah berubah, bukan lagi semata-mata.<br />

keuntungan material, tapi keberhasilan melayani masyarakat menjadi unsur yang<br />

jauh lebih penting. Sehubungan dengan hal ini rumah sakit harus mampu<br />

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang fleksibel dengan menonjolkan<br />

produktivitas, efisiensi dan efektivitas. Indikator perbaikan pelayanan rumah sakit<br />

adalah indikator yang mengukur tentang kegiatan pelayanan di rumah sakit seperti<br />

pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan pelayanan penunjang, dengan demikian<br />

akan memberikan kualitas dan kecepatan pelayanan meningkat.<br />

Berdasarkan data di Irina A (Pasca Operasi) pelayanan pada jam kerja para<br />

medis (dokter dan perawat) terlihat dalam jumlah yang cukup. Hasil wawancara<br />

yang difokuskan pada ruang inap kelas tiga di Irina A (Pasca Operasi) terhadap<br />

pasien dan keluarga pasien menyatakan pelayanan pada dasarnya kurang baik. Hal<br />

ini terjadi pada waktu bukan jam kerja atau hari libur, permasalahan yang hampir<br />

setiap hari terjadi di ruang inap kelas tiga selalu dalam keadaan penuh dan semua<br />

tempat tidur terpakai dan jika kekurangan dokter dan perawat dalam pelayanan<br />

kesehatan harus menunggu giliran seperti untuk mengganti infus maupun<br />

perawatan luka. Data sesuai jadwal pembagian kerja jumlah perawat yang


110<br />

bertugas di Irina A adalah 22 orang perawat dengan kapasitas 32 tempat<br />

tidur/pasien dan di Irina A bawah adalah 23 orang perawat dengan kapasitas 34<br />

tempat tidur/pasien. Setiap hari dibagi dalam 3 shift dan setiap perawat bekerja<br />

selama 8 jam kerja. Jadi perawat yang bertugas setiap shift 7 sampai 8 orang<br />

untuk menangani minimal 32 pasien setiap hari.<br />

Berdasarkan data di Irina C (Penyakit Dalam) menunjukkan pelayanan<br />

kurang baik. Data perawat yang bertugas di Irina C 81 perawat dengan kapasitas<br />

88 tempat tidur/pasien. Setiap hari dibagi dalam 3 shift dan setiap perawat bekerja<br />

selama 8 jam kerja. Jadi perawat yang bertugas setiap shift 26 sampai 27 orang<br />

untuk menangani minimal 88 pasien setiap hari. Hasil wawancara selanjutnya di<br />

Irina C (Penyakit Dalam) terhadap pasien dan keluarga pasien menyatakan bahwa<br />

perawatan kebanyakan dilakukan bukan oleh dokter ahli/spesialis tapi oleh dokter<br />

residen atau koas. Pelayanan obat: ada obat yang harus dibeli sendiri oleh pasien<br />

yang menggunakan jamkesmas walaupun sebenarnya obat tidak perlu<br />

dibeli/gratis, pelayanan oleh perawat yang tidak tepat waktu seperti mengganti<br />

infus, masih ada pasien yang harus tidur dilorong/gang sehingga kualitas<br />

pelayanan kesehatan jadi tidak baik.<br />

Di Irina D (Bersalin/Opsgyn) berdasarkan data pada umumnya<br />

menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan relatif baik dan data perawat yang<br />

bertugas di Irina D 38 perawat dengan kapasitas 43 tempat tidur/pasien. Setiap<br />

hari dibagi dalam 3 shift dan setiap perawat bekerja selama 8 jam kerja. Jadi<br />

perawat yang bertugas setiap shift 14 sampai 15 orang untuk menangani minimal<br />

43 pasien setiap hari. Hasil wawancara terhadap pasien dan keluarga pasien di


111<br />

Irina D menyatakan pelayanan kesehatan relatif baik. Walaupun fasilitas penuh<br />

namun tidak ada pengeluhan (yang penting ada pelayanan). Masih banyak obatobatan<br />

yang tidak dapat diberikan pada pasien sebagai pemegang jaminan seperti<br />

Jampersal (jaminan persalinan, dan jamkesmas), jarang ada dokter spesialis<br />

kebanyakan dilayani oleh mahasiswa spesialis dan mahasiswa S1 kedokteran<br />

/koas.<br />

Berdasarkan data di Irina E (Anak-anak) menunjukkan bahwa tenaga medis<br />

masih kurang walaupun pada waktu jam kerja pasien harus menunggu giliran<br />

untuk dilayani walaupun sudah sangat dibutuhkan bantuan tenaga medis baik<br />

perawat maupun dokter. Tenaga medis sangat kurang pada saat hari libur, banyak<br />

pasien yang tidak terlayani dengan baik. Pasien anak yang terlambat diganti cairan<br />

infusnya akan mengalami kesusahan saat pemasangan infus kembali. Hasil<br />

wawancara di Irina E (Anak-anak) terhadap pasien dan keluarga pasien bahwa<br />

pada saat hari libur jumlah tenaga medis baik dokter maupun perawat hanya 4<br />

sampai 6 orang, yang melayani semua pasien di kelas 1,2 dan 3 yang mencapai 40<br />

orang. Sebagian besar anak-anak menderita penyakit akut berbahaya seperti<br />

demam berdarah dan tifus.<br />

Kekurangan tim medis ini sangat berakibat fatal karena penderita demam<br />

berdarah harus dipantau paling tidak setengah jam sekali setiap pasien untuk<br />

mengukur suhu tubuh dan kekentalan darah. Semua pekerjaan pelayanan<br />

kesehatan bukan lagi dilakukan oleh petugas yang berwewenang melainkan<br />

sepenuhnya dialihtugaskan kepada mahasiswa koas (co-assistant) yang<br />

sebenarnya masih harus selalu dipantau praktek kerjanya oleh dokter atau perawat


112<br />

yang profesional. Peran orang tua sangat besar terhadap, kesembuhan anak<br />

terutama penderita demam berdarah. Pencarian cairan yang harus dilakukan<br />

sepenuhnya oleh orang tua.<br />

Sebagai konsekuensi, penjaga pasien harus lebih dari 1 orang untuk<br />

memantau secara dekat dan terus menerus selama 24 jam keadaan pasien, ruangan<br />

menjadi sempit dan pengap karena tidak mampu menampung pasien dan penjaga<br />

yang terlalu banyak. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan dari<br />

pasien. Berdasarkan data perawat yang bertugas di Irina E 40 perawat dengan<br />

kapasitas 53 tempat tidur/pasien. Setiap hari dibagi dalam 3 shift dan setiap<br />

perawat bekerja selama 8 jam kerja. Jadi perawat yang bertugas setiap shift 13<br />

sampai 14 orang untuk menangani minimal 53 pasien setiap hari.<br />

Berdasarkan data di Irina F menunjukkan pelayanan dokter ahli<br />

hanya setiap hari kerja pada pagi hari saat kunjungan dokter yang berlangsung<br />

sekitar 5 menit. Pelayanan selanjutnya dilakukan oleh perawat atau koas<br />

(mahasiswa praktek) juga oleh mahasiswa spesialis (residen). Beberapa perlakuan<br />

dan pengambilan keputusan yang seharusnya dilakukan oleh dokter ahli tidak<br />

dapat dilakukan ditempat tapi hanya lewat tilpun yang dilakukan oleh perawat<br />

maupun dokter jaga.<br />

Hasil wawancara di Irina F (Jantung) terhadap pasien dan keluarga pasien<br />

bahwa pelayanan oleh perawat dan dokter belum maksimal ada hal-hal yang<br />

masih perlu perhatian seperti masih perlunya penambahan tenaga perawat dan<br />

dokter pada saat malam hari dan hari libur. Pasien jantung sangat memerlukan<br />

perhatian yang cepat dan perlakuan yang tepat. Pernah terjadi ada pasien


113<br />

kehabisan oksigen dan harus menunggu beberapa waktu padahal pasien sudah<br />

sesak nafas dan sudah menunggu lebih dari 2 jam tapi oksigen belum ada. Untuk<br />

mengganti cairan infus sulit membangunkan perawat. Ruangan kelas tiga terlalu<br />

padat sehingga sulit bagi pasien untuk beristirahat dengan baik. Berdasarkan data<br />

perawat yang bertugas di Irina F 38 perawat dengan kapasitas 39 tempat<br />

tidur/pasien. Setiap hari dibagi dalam 3 shift dan setiap perawat bekerja selama 8<br />

jam kerja. Jadi perawat yang bertugas setiap shift 12 sampai 13 orang untuk<br />

menangani minimal 39 pasien setiap hari.<br />

Berdasarkan data dan pendapat pasien dan keluarga pasien maka terdapat<br />

beberapa permasalahan pada jaminan pelayanan kesehatan di ruang inap kelas tiga<br />

RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dimana ketersediaan kapasitas tempat<br />

tidur yang identik dengan jumlah pasien setiap hari tidak sesuai dengan jumlah<br />

pasien yang dirawat sehingga masih ditemui ada pasien yang dirawat di<br />

gang/lorong rumah sakit yang menggunakan fasilitas tempat tidur tambahan<br />

sambil menunggu ada pasien yang akan keluar.<br />

Kondisi seperti ini terkadang menjadi dilematis bagi pihak rumah sakit jika<br />

tidak menerima pasien yang sudah dalam keadaan sakit karena ruangan inap<br />

terutama untuk kelas tiga sudah penuh tapi kebanyakan pasien yang memaksakan<br />

diri untuk tetap dirawat di rumah sakit walupun hanya dirawat di lorong dan gang<br />

rumah sakit. Jadi dengan kondisi seperti hal tersebut di atas untuk memenuhi<br />

jaminan kesehatan yang maksimal pihak RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

tetap harus menerima pasien rawat inap jika didiagnosa pasien tersebut harus<br />

dirawat terutama pasien di kelas tiga dengan membuat perencanaan penambahan


114<br />

ruangan / kapasitas tempat tidur rawat inap kelas tiga setiap tahun secara berkala<br />

walaupun secara fungsi sosial ketersediaan jumlah tempat tidur rawat inap di<br />

kelas tiga telah memenuhi prosentase sebagai fungsi sosial tapi sesuai visi rumah<br />

sakit Prof. Dr. R.D. Kandou Manado untuk melayani masyarakat di Provinsi<br />

Sulawesi Utara dan Kawasan Timur Indonesia Bagian Utara juga untuk<br />

memenuhi jaminan pelayanan kesehatan masyarakat yang prima.<br />

Selanjutnya permasalahan yang terjadi juga jaminan pelayanan kesehatan<br />

dimana dokter spesialis di setiap Irina kelas tiga hanya dilakukan setiap hari<br />

selama 5 menit ke setiap pasien dan selanjutnya ditangani oleh mahasiswa praktek<br />

(koas) jika terjadi kedaruratan medik maka dokter jaga/perawat hanya akan<br />

berkonsultasi dengan dokter spesialis lewat telepon. Untuk memenuhi jaminan<br />

pelayanan kesehatan di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado maka diperlukan<br />

dokter spesialis atau tim dokter yang bertugas selama 24 jam di setiap Irina sesuai<br />

dengan jenis dan fungsi ruang inap, kelas tiga terutama untuk dokter spesialis<br />

anak di Irina E, dokter spesialis Jantung di Irina F dan dokter spesialis kandungan<br />

di Irina D.<br />

Sedangkan mutu pelayanan dan manfaat rumah sakit bagi masyarakat<br />

adalah dengan mengukur sejauh mana rumah sakit BLU memberikan fasilitas<br />

kepada Masyarakat Miskin (Maskin), antara, lain proporsi penyediaan fasilitas<br />

tempat tidur kelas tiga di atas 50 persen yang mencerminkan fungsi sosial rumah<br />

sakit. Berdasarkan data laporan tahunan tahun 2011 RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado pelayanan kesehatan rawat inap , kelas tiga di Irina A atas 38 tempat tidur,<br />

Irina A bawah 34 tempat tidur, Irina C1 24 tempat tidur, Irina C2 24 tempat tidur,


115<br />

Irina C3 24 tempat tidur, Irina C4 24 tempat tidur, Irina C5 16 tempat tidur, Irina<br />

C6 16 tempat tidur, Irina D atas / obstetri (box) 11 tempat tidur, Irina D atas /<br />

obstetri (ibu) 11 tempat tidur, Irina D atas / gynaecology 18 tempat tidur, Irina D<br />

bawah / obstetri (box) 20 tempat tidur, Irina D bawah / obstetri (ibu) 29 tempat<br />

tidur, Irina D Neonatie (lbu) 12 tempat tidur, Irina D Neonatie (box) 12 tempat<br />

tidur, Irina E atas 36 tempat tidur, Irina E Astella 10 tempat tidur, Irina E bawah<br />

20 tempat tidur, Irina F Jantung 12 tempat tidur, Irina F atas 12 tempat tidur, Irina<br />

F kulit-kelamin 7 tempat tidur, Irina F THT 7 tempat tidur. Irina F neurology 20<br />

tempat tidur, Irina F isolasi 8 tempat tidur. Total jumlah tempat tidur rawat inap<br />

kelas tiga di RSUP. Prof Dr. R.D. Kandou Manado 412 tempat tidur. Prosentase<br />

jumlah tempat tidur rawat inap kelas tiga dari jumlah total 735 tempat tidur di<br />

RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado adalah 56,05% melebihi proporsi<br />

penyediaan fasilitas tempat tidur kelas tiga di atas 50 % yang mencerminkan<br />

fungsi sosial suatu rumah sakit.<br />

Sehubungan dengan “fungsi sosial", "subsidi", dan "merugi" sesungguhnya<br />

tidak tepat digunakan untuk sebuah rumah sakit Pemerintah/Publik.<br />

Penggunaan istilah tersebut dalam berbagai diskusi menunjukkan bahwa kita tidak<br />

memahami atau pemahaman kita telah terdistorsi tanpa memperhatikan tugas<br />

pokok dan fungsi pemerintah. Kita telah mencampur adukan diskusi tentang<br />

Rumah Sakit publik dengan Rumah Sakit swasta. Fungsi sosial merupakan<br />

pelayanan bagi masyarakat yang kurang mampu (yang di Amerika sering disebut<br />

uncompensated care), melekat pada rumah sakit swasta khususnya yang bertujuan<br />

mencari keuntungan atau uang bagi pemegang sahamnya (for profit private


116<br />

hospital). Melayani orang tidak mampu, bukan hanya yang miskin, adalah<br />

kewajiban pemerintah yang diberikan antara lain melalui rumah sakit publik,<br />

puskesmas, dan upaya-upaya lain.<br />

Sementara keuangan merupakan indikator yang proporsinya paling kecil<br />

yaitu 20 persen, maksudnya adalah rumah sakit tidak semata-mata mencari uang<br />

tetapi paling penting rumah sakit harus berkompetisi dalam memberikan<br />

pelayanan kepada masyarakat. Sejak ditetapkannya rumah sakit menjadi BLU,<br />

pendapatannya dari tahun ketahun selalu meningkat murni dari peningkatan<br />

pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini juga didukung oleh para Direktur Utama<br />

Rumah Sakit untuk ikut menyukseskan program pengobatan gratis untuk rakyat<br />

miskin di kelas tiga, rumah sakit dengan mekanisme asuransi kesehatan yang<br />

dikelola oleh PT. Askes Indonesia. Kemudian ditegaskan kembali dalam PP No.<br />

23 Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksanaan dari pasal 69 ayat (7) UU No. I<br />

Tahun 2004, Pasal 2 yang menyebutkan bahwa BLU bertujuan untuk<br />

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan<br />

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan<br />

fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan<br />

produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.<br />

Kebanyakan masyarakat menjadi miskin jika sakit (the law of medical<br />

money), maksudnya jika masyarakat menderita sakit dan harus ke rumah sakit<br />

atau berobat akan mengeluarkan biaya perawatan dan pengobatan yang besar jadi<br />

muncul istilah masyarakat akan menjadi miskin jika sakit. Solusi terhadap<br />

permasalahan tersebut adalah daerah harus mengikutinya dengan memberikan


117<br />

penjaminan kesehatan, baik premi yang sepenuhnya berasal dari APBD maupun<br />

iuran premi dengan peserta. Jika ini dilakukan maka berapapun tarif yang<br />

diterapkan oleh RSU BLU tidak menjadi masalah, karena, masyarakat telah<br />

memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan.<br />

Perubahan badan hukum organisasi rumah sakit sesungguhnya tidak<br />

penting. Hal yang sangat penting sesungguhnya adalah perubahan budaya<br />

manajemen birokrat menuju manajemen dan budaya korporat yang lebih efisien<br />

dan responsif (korporatisasi). Bukan perubahan badan hukum (transformasi<br />

struktural) dari RSUD menjadi BUMN/BUMD atau Perseroan Terbatas (PT).<br />

Renald Kasali (2005) merekomendasikan transformasi kultural (mengubah<br />

budaya birokrat ke korporat) yang perlu dilakukan terlebih dahulu, bukan<br />

transformasi struktural (tetapi orangnya dan budayanya masih sama). Lebih lanjut,<br />

Renald Kasali menganjurkan bahwa untuk jenis pelayanan tertentu, seperti<br />

kesehatan dan pendidikan, maka transformasi struktural dilakukan -menuju living<br />

company (seperti bentuk Badan Hukum Pendidikan, BHMN atau BLU)<br />

ketimbang bentuk economic company seperti PT atau PT (Persero). Kasali menilai<br />

bahwa UU nomor 1/2004 tentang perbendaharaan negara merupakan langkah<br />

awal dari korporatisasi pemerintah Indonesia.<br />

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dalam penyelenggarannya<br />

tidak dapat dipisahkan dengan kemiskinan. Kemiskinan dan penyakit terjadi<br />

saling berkaitan, dengan hubungan yang tidak akan pernah putus terkecuali<br />

dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada, kemiskinannya<br />

atau penyakitnya. Uraian tentang alasan pentingnya pelayanan kesehatan bagi


118<br />

masyarakat miskin, merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan<br />

kemiskinan dan keharusan mutlak untuk melaksanakan upaya peningkatan status<br />

kesehatan penduduk miskin. Apalagi memasuki era globalisasi ini, untuk<br />

pertumbuhan ekonomi suatu negara dituntut daya saing yang memerlukan<br />

sumberdaya manusia dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.<br />

Masalah kesehatan masyarakat bukan masalah pemerintah saja<br />

melainkan<br />

masalah masyarakat itu sendiri karena perlu dilakukan peningkatan pemberdayaan<br />

masyarakat miskin. Kesulitan akses pelayanan dipengaruhi oleh berbagai faktor<br />

seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan<br />

memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan<br />

kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945, sejak<br />

tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut<br />

melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan<br />

Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan<br />

melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor<br />

1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam<br />

pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin.<br />

Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan<br />

melalui perubahan-perubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun<br />

2008. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran<br />

pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi<br />

Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan<br />

Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit, penempatan pelaksana verifikasi disetiap,


119<br />

Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat,<br />

Propinsi, dan Kabupaten/Kota Serta penugasan PT Askes (Persero) dalam<br />

manajemen kepesertaan.<br />

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap<br />

masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin,<br />

program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang<br />

selanjutnya disebut Jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.<br />

Tujuan Umum penyelenggaraan Jamkesmas: Meningkatnya akses dan mutu<br />

pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar<br />

tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.<br />

Tujuan Khusus Penyelenggaraan Jamkesmas, yaitu:<br />

1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang<br />

mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di<br />

Rumah Sakit;<br />

2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin;<br />

3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan<br />

akuntabel.<br />

Sementara yang merupakan sasaran program Jamkesmas adalah masyarakat<br />

miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak<br />

termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.


120<br />

Jumlah Pasien di Instalasi Rawat Inap Tahun 2011<br />

RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

No. Pasien Jumlah (Pasien)<br />

1 Umum 6.184<br />

2 Jamkesmas 13.476<br />

3 Askes 5.667<br />

4 Jamsostek 424<br />

5 IKS 106<br />

Jumlah 25.857<br />

Sumber: Profil RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado Tahun 2011<br />

Berdasarkan tabel di atas maka jumlah pasien di Rawat Inap kelas tiga yang<br />

dikategorikan masyarakat miskin dan tidak mampu di RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado yang menggunakan Jamkesmas sebanyak 13.476 pasien selama<br />

tahun 2011. Sehubungan dengan pelaksanaannya, JAMKESMAS sebagaimana<br />

keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 125/Menkes/SK/II/2008<br />

tanggal 6 Februari 2008 tentang pedoman jaminan kesehatan masyarakat diatur<br />

beberapa ketentuan sehubungan, dengan pelaksanaan dan pelayanan dengan tata<br />

laksana kepesertaan seperti dijelaskan sebagai berikut :<br />

1. Ketentuan Umum<br />

a. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan<br />

tidak mampu<br />

b. Peserta JAMKESMAS, yang terdaftar dan memiliki kartu dan<br />

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.<br />

c. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS penetapan jumlah<br />

sasaran peserta dilakukan secara Nasional oleh Menteri Kesehatan<br />

RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut


121<br />

Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten / Kota.<br />

d. Berdasarkan Kuota Kabupaten / kota sebagaimana butir 2 di atas,<br />

Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten /<br />

Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta<br />

dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta<br />

JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari<br />

jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab<br />

Pemda setempat.<br />

e. Bagi Kabupaten / kota yang telah menetapkan peserta<br />

JAMKESMAS lengkap dengan nama dan alamat peserta, serta<br />

jumlah peserta JAMKESMAS yang sesuai dengan kuota, segera<br />

dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft<br />

copy) dan dokumen cetak (hard copy) kepada :<br />

1) PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan di<br />

distribusikan kartu ke peserta, sebagai bahan analisis dan<br />

pelaporan.<br />

2) Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta<br />

JAMKESMAS yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan<br />

pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus<br />

sebagai bahan analisis.<br />

3) Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Tim Pengelola<br />

JAMKESMAS Kabupaten / Kota setempat sebagai bahan<br />

pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan bahan


122<br />

analisis.<br />

4) Dinas Kesehatan Propinsi atau Tim Pengelola JAMKESMAS<br />

Propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan,<br />

pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta<br />

pengawasan.<br />

5) Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan<br />

nasional, bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat,<br />

pembayaran klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring,<br />

evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.<br />

6) Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan<br />

jumlah<br />

dan nama masyarakat miskin (no, nama dan<br />

alamat), selama proses penerbitan distribusi kartu belum<br />

selesai, kartu peserta lama atau Surat Keterangan Tidak<br />

Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang bersangkutan<br />

ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh<br />

Bupati/Walikota.<br />

7) Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan<br />

jumlah, nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap<br />

diberikan waktu sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara<br />

menunggu surat keputusan tersebut sampai dengan<br />

penerbitan dan pendistribusian<br />

kartu peserta, maka kartu<br />

peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila<br />

sampai batas waktu tersebut pemerintah Kabupaten/Kota


123<br />

belum dapat menetapkan sasaran masyarakat miskinnya,<br />

maka terhitung 1 Juli 2008 pembiayaan pelayanan kesehatan<br />

masyarakat miskin di wilayah tersebut menjadi tanggung<br />

jawab pemerintah daerah setempat.<br />

a) Pada tahun 2008 dilakukan penerbitan kartu peserta<br />

JAMKESMAS baru yang pencetakan blanko, entry data,<br />

penerbitan dan distribusi kartu sampai ke peserta menjadi<br />

tanggungjawab PT Askes (Persero).<br />

b) Setelah peserta menerima kartu baru maka kartu lama<br />

yang diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak<br />

berlaku lagi meskipun tidak dilakukan penarikan kartu<br />

dari peserta.<br />

c) Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu<br />

identitas seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar,<br />

yang karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Surat<br />

Keputusan Bupati/walikota, akan dikoordinasikan oleh<br />

PT Askes (Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk<br />

diberikan kartunya.<br />

d) Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta<br />

JAMKESMAS langsung menjadi peserta baru sebaliknya<br />

bagi peserta yang meninggal dunia langsung hilang hak<br />

kepesertaannya.


124<br />

2. Administrasi Kepesertaan<br />

Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan<br />

pendistribusian kartu sampai kepeserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT<br />

Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut:<br />

a. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry<br />

oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di<br />

Kabupaten/Kota. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : nomor<br />

kartu, nama peserta, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir/umur dan<br />

alamat.<br />

b. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan<br />

didistribusikan sampai ke peserta.<br />

c. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak,<br />

mengacu kepada penetapan Bupati /Walikota dengan tanda terima<br />

yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga<br />

peserta.<br />

d. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta<br />

kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.1, Dinas<br />

Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit setempat.<br />

2. Prosedur Pelayanan.<br />

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai<br />

berikut:<br />

1) Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke<br />

Puskesmas dan jaringannya.


125<br />

2) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan<br />

kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat<br />

miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan<br />

SKIM hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi<br />

pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya (ketentuan kesepertaan,<br />

seperti pada bab III ).<br />

3) Apabila peserta JAMKESMAS memerlukan pelayanan kesehatan rujukan,<br />

maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan<br />

disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal<br />

sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus<br />

emergensi.<br />

4) Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi<br />

a) Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit,<br />

BKMM/ BBKPM /BKPM/BP4/BKIM.<br />

b) Pelayanan Rawat Inap kelas tiga di Rumah Sakit.<br />

c) Pelayanan obat-obatan.<br />

d) Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic<br />

5) Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/ BBKPM /BKPM/<br />

BP4/BKIM dan Rumah sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta<br />

atau SKIM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan<br />

Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas<br />

peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila<br />

berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat


126<br />

Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan<br />

kesehatan.<br />

6) Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di BKMM/BBKPM/BKPM/<br />

BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta<br />

atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan<br />

Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas<br />

peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila<br />

berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan SKP dan<br />

peserta selanjutnya memperoleh pelayanan rawat inap.<br />

7) Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat<br />

darurat di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta<br />

harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari<br />

Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit<br />

(PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh<br />

petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes<br />

(Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta. Bagi pasien yang tidak<br />

dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang<br />

dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap<br />

sebagaimana item 5 dan 6 di atas.<br />

8) Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal<br />

sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan di<br />

beri waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu<br />

tersebut. Pada kondisi tertentu dimana yang bersangkutan belum mampu


127<br />

menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud di atas maka Direktur RS<br />

dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan.<br />

Amanat Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik<br />

Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan: Negara bertanggung jawab atas<br />

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak,<br />

hakekatnya menegaskan tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana<br />

Pembukaan Undang-undang Dasar Tahun 1945 bahwa penyelenggaraan negara<br />

dan pemerintahan semata-mata menciptakan masyarakat sejahtera (social<br />

welfare), adil dan makmur secara sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tujuan<br />

tersebut harus dilaksanakan secara komprehensif melalui suatu penataan tugas dan<br />

kewenangan aparatur, dan hubungan hukum antar warga negara dengan<br />

pemerintah. Secara lebih luas pelayanan kesehatan adalah termasuk pelayanan<br />

publik yang sesuai UU Nomor 25 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan atau<br />

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan<br />

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas<br />

barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh<br />

penyelenggara pelayanan publik.<br />

Pelayanan kesehatan merupakan suatu proses memberikan dan mengelola<br />

masukan di dalam kegiatan produksi jasa kesehatan yang terjadi dalam suatu<br />

tatanan organisasi tertentu. Unsur penting yang perlu diperhatikan adalah<br />

hubungan antara pemberi pelayanan dengan pengguna/"pembeli" pelayanan,<br />

akuntabilitas pemberi pelayanan, manajemen yang dipraktekkan oleh masingmasing<br />

pemberi pelayanan, dan hubungan antara berbagai pemberi pelayanan


128<br />

yang ada.<br />

Perubahan menjadi RSUP yang ber BLU telah mengubah paradigma<br />

yang ada di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. Transparansi menjadi suatu<br />

yang mutlak harus dilakukan, sehingga publik dapat menilai bagaimanakah<br />

kualitas pelayanan kesehatan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Peneliti<br />

mencoba menggali informasi mengenai keterbukaan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado dalam hal melaksanakan fungsinya sebagai pengemban pelayanan<br />

kesehatan.<br />

Manajemen RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan sangat ramah<br />

menerima kedatangan peneliti untuk melakukan observasi di rumah sakit tersebut.<br />

Kondisi seperti ini dapat dijadikan suatu rujukan dimana prinsip transparansi yang<br />

dipraktekkan di Rumah Sakit sangat mendukung manakala RSUP. Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado akhir-akhir ini banyak menerima tudingan miring, dari isu<br />

korupsi sampai kualitas pelayanan kesehatan yang kurang baik.<br />

Ini menjadi modal dalam menghadapi masyarakat yang semakin kritis dan<br />

kompetisi yang semakin ketat dalam menilai pelayanan kesehatan. Demikian juga<br />

tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,<br />

berprosedur jelas, dilaksanakan dengan segera, dan dengan biaya yang terjangkau,<br />

telah terus mengedepan dari waktu ke waktu.<br />

Menurut Tjandra Yoga Aditama (2007: 16), menyatakan:<br />

Pelaksanaan manajemen di rumah sakit haruslah “seperti bebek merenangi<br />

kolam”, tampak tenang di permukaan dan tetap aktif bergerak di bawah<br />

permukaan. Hal ini perlu dilakukan karena rumah sakit berhadapan dengan<br />

orang-khususnya orang sakit-sehingga harus tampak tenang di satu pihak.<br />

Di pihak lain, karena kompleksnya masalah yang dihadapi di rumah sakit,<br />

maka para manajernya harus betul-betul aktif bergerak terus untuk mampu


129<br />

memberi pelayanan yang terbaik.<br />

Seorang manajer di rumah sakit harus dapat mengendalikan mutu pelayanan<br />

kesehatan dengan melakukan koordinasi dan integrasi serta berupaya menangani<br />

pasien dengan memberi tahu perhitungan cost-benefit dan dapat mengelola<br />

manajemen kebutuhan pasien, pengelolaan karyawan, pengelolaan anggaran serta<br />

perencanaan pengembangan.<br />

Selanjutnya fungsi manajer di bidang klinik utamanya yakni mampu<br />

menjamin mutu pelayanan yang baik. Pelayanan kesehatan harus dapat<br />

memuaskan pasien dan juga memuaskan dokter yang meminta tindakan itu<br />

dilakukan pada pasiennya.<br />

Sehubungan dengan hal tersebut di atas diperlukan adanya kualitas teknik<br />

pemeriksaan dan pengobatan yang baik, untuk itu seorang manajer rumah sakit<br />

harus mampu melakukan pelayanan kesehatan yang baik yakni dengan<br />

melakukannya secara baik, secara terus-menerus dalam berbagai keadaan, dan<br />

sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan oleh pasien. Hal ini<br />

tentunya diperlukan tenaga yang terampil, sarana dan prasarana yang baik, serta<br />

sistem monitoring berkala yang memadai.<br />

Sedangkan di bidang manajemen, manajer rumah sakit seharusnya dapat<br />

memperhatikan upaya manajemen kebutuhan (demand), yang ditandai dengan<br />

skala prioritas dan penyediaan pelayanan waktu yang tepat. Hal ini tentunya<br />

membutuhkan pengaturan ini meliputi, pelayanan pasien dalam keadaan gawat<br />

darurat (emergency), pelayanan segera (urgent), dan pelayanan yang dapat<br />

dijadwalkan/direncanakan (schdelable). Sehubungan dengan manajemen di rumah


130<br />

sakit, seorang manajer harus mempunyai peran untuk melakukan perencanaan<br />

pengembangan dengan mengidentifikasi kesempatan yang ada, mengevaluasi<br />

manfaat bagi pelayanan pasien, perhitungan laba-rugi, serta pengembangan dan<br />

penilaian terhadap faktor lingkungan yang terkait. Manajemen sumber daya<br />

manusia, baik kalangan medis, paramedis, maupun tenaga nonmedis harus juga<br />

merupakan faktor yang penting di dalam menunjang terlaksanya manajemen<br />

rumah sakit.<br />

Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado juga ikut<br />

berupaya dalam mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan<br />

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud<br />

derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang ditandai oleh penduduknya<br />

berperilaku sehat dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk<br />

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta<br />

memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah yang menjadi<br />

jangkauannya. Namun dibalik itu semua, rumah sakit pemerintah termasuk juga<br />

RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menghadapi dilema antara misi melayani<br />

masyarakat kelas menengah ke bawah dan adanya keterbatasan sumber dana, serta<br />

berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi. Kondisi tersebut akan<br />

mengakibatkan rumah sakit ini mengalami kebingungan apakah rumah sakit<br />

di . jadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem kesehatan ataukah sebagai<br />

lembaga pelayanan kesehatan yang tidak birokratis.<br />

Berdasarkan data dan hasil wawancara sampai saat ini permasalahan<br />

pelayanan kesehatan di ruang inap kelas tiga di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou


131<br />

Manado masih berkutat dengan masalah belum maksimalnya pelayanan, harga<br />

obat-obatan yang mahal, hingga diskriminasi pelayanan. Tentu saja ini<br />

menyangkut masalah regulasi pemerintah khususnya pedoman teknis pelaksanaan<br />

sebuah kebijakan. Standar pelayanan yang sudah ditetapkan terkadang terkendala<br />

dengan ketidak mengertian petugas maupun pasien sehingga tidak dapat<br />

dilaksanakan dengan baik.<br />

Di samping itu juga memang tidak ada sangsi yang tegas apabila terjadi<br />

pelanggaran, termasuk juga masyarakat merasa tidak berdaya untuk mendapatkan<br />

hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan yang nota benenya harus ditanggung<br />

oleh negara. Bahkan belakangan memunculkan istilah orang miskin dilarang sakit,<br />

karena buruknya pelayanan kesehatan yang belum berpihak pada golongan<br />

miskin. Buruknya pelayanan kesehatan telah lama menjadi permasalahan publik<br />

di Indonesia, namun demikian kapabilitas responsif pemerintah masih sangat<br />

rendah, hal ini terbukti dengan berlarut-larutnya permasalahan tersebut.<br />

Seharusnya pemerintah responsif atas permasalahan dengan mengeluarkan<br />

kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi masalah tersebut.<br />

Pada umumnya setiap orang akan melakukan segala daya upaya untuk<br />

memperoleh kesembuhan jika mereka mengalami gangguan kesehatan. Rumah<br />

Sakit adalah salah satu lembaga yang akan didatangi oleh orang yang mengalami<br />

gangguan kesehatan untuk memperoleh kesembuhan. Terhadap beberapa jenis<br />

gangguan kesehatan tertentu, orang yang bersangkutan bahkan wajib menjalani<br />

perawatan di rumah sakit. Hal itu dikarenakan alat yang diperlukan dan prosedur<br />

penyembuhan untuk gangguan kesehatan tersebut hanya terselenggara di rumah


132<br />

sakit. Namun satu hal yang penting untuk dicatat hubungan yang terjalin antara<br />

Rumah Sakit dengan orang yang mengalami gangguan kesehatan (selanjutnya<br />

disebut Pasien) tersebut adalah suatu hubungan yang tidak murni bersifat<br />

kemanusiaan, melainkan ada aspek bisnisnya.<br />

Rumah Sakit dalam hal ini merupakan pelaku usaha, yang oleh karena itu<br />

memiliki misi mencari keuntungan ekonomis dari kegiatannya. Sedangkan di sisi<br />

lain pasien adalah konsumen yang membeli jasa kesehatan dari pihak rumah sakit.<br />

Dalam perkembangannya kegiatan bisnis yang dilakukan oleh rumah sakit<br />

ternyata telah melahirkan berbagai permasalahan penting yang perlu dicermati<br />

secara seksama, di antaranya tindakan rumah sakit yang menolak untuk merawat<br />

pasien miskin, rumah sakit menahan pasien yang belum membayar biaya<br />

perawatan, rumah sakit tetap menagihkan biaya perawatan kepada pasien yang<br />

miskin, obat pada ketersediaan apotik penunjang selalu dikeluhkan, lingkungan<br />

rumah sakit yang kotor, banyak binatang seperti tikus, laba-laba, peralatan<br />

dikamar pasien yang tidak layak pakai dan lain sebagainya.<br />

Websitenya RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado mencantumkan motto:<br />

kepuasan pelanggan di atas segala-galanya, agar supaya RSUP Prof. Dr. R.D<br />

Kandou Manado dengan motto "kepuasan pelanggan di atas segala-galanya" tidak<br />

menjadi slogan retrorika saja, maka RSUP ini perlu melengkapi diri dengan<br />

sumber daya manusia baik medis maupun non medis dan fasilitas penunjang<br />

kesehatan yang mendukung pelayanan.<br />

Pelayanan kesehatan RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado tidak hanya<br />

melengkapi sumberdaya medis maupun nonmedis dan prasarana penunjang tapi


133<br />

juga melengkapi proses pelayanan dengan Standar Prosedur Operasional (SPO)<br />

Keperawatan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Utama Nomor:<br />

HK.06.01/11.3/799.1/2011. SPO tersebut, terdiri atas 5 SPO pokok, yaitu:<br />

1. SPO tindakan keperawatan/kebidanan, meliputi 119 SPO bidang kegiatan,<br />

yaitu memotong kuku, mencuci rambut, menolong pasien <strong>BAB</strong> dan BAK,<br />

menyisir rambut, vulva hygiene, memberikan latihan pasif, tirah baring,<br />

mengganti alas tidur pasien, oral hygiene, penggunaan urinal, penggunaan<br />

pispot, memandikan, mengukur tekanan darah, mengukur suhu badan,<br />

menghitung nadi, menghitung pernafasan, memberi makan pasien, melayani<br />

nutrisi dan obat pasien melalui NGT, teknik melakukan nafas dalam,<br />

kateterisasi urin, pemasangan kateter pria, pemasangan kateter wanita,<br />

pemasangan transfuse darah, pemasangan infuse, pemasangan NGT<br />

(nasogatric tube), pemasangan kondom kateter, kompres dingin, kompres,<br />

huknah rendah/tinggi, perawatan CVP, merawat luka, perawatan luka<br />

nekrotik, perwatan luka post amputasi, perawatan luka DM, merawat luka<br />

yang sudah dijahit, perawatan kolostomi, mengangkat jahitan luka, terapi<br />

oksigen, pengisapan lender (suction), fisioterapi dada, reumple leed test,<br />

irigasi lambung, irigasi telinga, prinsip pemberian obat, skin test, matoux test,<br />

memberikan obat secara intravena, memberikan obat pada mata, memberikan<br />

obat topical, memberikan obat per rectal, memberikan obat melalui vagina,<br />

memberikan obat subkutan, memberikan obat intramuscular, perawatan<br />

kateter wanita, pencegahan dekubitus, menggunakan sarung tangan steril,<br />

memakai sarung tangan, melepaskan down catheter, menggunakan masker,


134<br />

mencuci tangan, imunisasi hepatitis B, test alergi obat-obatan, test alergi<br />

makanan, ECCE, mencukur atau menggunting bulu mata, khalasion,<br />

pemeriksaan tekanan bola mata, persiapan meja operasi, perawat sirkulasi,<br />

perawat asisten operasi, persiapan operasi mata, ekstraksi polip, reposisi<br />

fraktur nasal, penambalan gigi, pembersihan karang gigi, dental photo,<br />

penumpatan gigi sulung goyang derajat 2 atau lebih, penumpatan gigi 1-2<br />

bidang dengan bahan sewarna gigi, penumpatan gigi 1-2 bidang dengan<br />

bahan amalgam, atraumatik restorative treatment (ART), pencabutan gigi<br />

permanen akar tunggal, pelayanan kebutuhan darah, inhalasi, pemasangan<br />

neck collar, memasang bidai, pemberian identitas pada bayi baru lahir,<br />

vaginal toilet, penatalaksanaan pasien hamil dengan gawat janin, pasien<br />

dengan solusio plasenta, persiapan persalinan vakum, perdarahan dalam<br />

kehamilan, persalinan macet, perdarahan dalam kehamilan, retensio plasenta,<br />

persiapan persalinan forceps, kehamilan dengan preeklampsi ringan, pasien<br />

invertio uteri, pelayanan post natal, pelayanan antenatal, penanganan bayi<br />

baru lahir sehat, asuhan persalinan normal, resusitasi bayi baru lahir,<br />

pemasangan NGT pada bayi, penanganan bayi baru lahir sehat dengan IMD,<br />

58 langkah APN, pemeriksaan kehamilan (ANC), pemeriksaan dalam vagina,<br />

managemen asuhan kehamilan, pemeriksaan Leopold, konseling ibu hamil,<br />

pemberian imunisasi, pemeriksaan leopold manuver, pengukuran CVP, cara<br />

memakai dan melepas APD, mengganti balutan, tindakan WSD, melepas<br />

infus, cuci tangan dengan handrub, melaporkan keadaan pasien dan menerima<br />

instruksi dokter secara lisan/lewat telepon, komunikasi teraupetik, pengiriman


135<br />

jenazah keinstalasi pemulasaraan.<br />

2. SPO kegawat daruratan, meliputi 13 bidang SPO, yaitu: penanganan syok<br />

anaflaksis, penanggulangan bencana di luar rumah sakit, menghentikan<br />

perdarahan, menyiapkan pasien dan alat untuk tindakan intubasi, resusitasi<br />

cairan, menyiapkan pasien dan alat untuk pemasangan CVP, BHD, resusitasi<br />

jantung paru, ekstubasi, pemasangan pipa orofaring, sindrom syok dengue,<br />

syok, kebakaran.<br />

3. SPO flu burung, meliputi 11 SPO, yaitu alur pasien flu burung, pemakaian<br />

APD, perawatan di ruang intensif, pemakaian rontgen, kebijakan pemberian<br />

vitamin flu pada petugas dan klien, tempat perawatan, pengiriman jenazah ke<br />

kamar jenazah, perawatan ambulans, pengamanan sarana medis dan non<br />

medis, perawatan peralatan medis, penerimaan pasien di poliklinik.<br />

4. SPO ketenagaan keperawatan, meliputi 17 bidang SPO, yaitu rotasi tenaga<br />

keperawatan, mutasi tenaga keperawatan, rekrutmen dan seleksi tenaga<br />

keperawatan baru, promosi penjenjangan karier tenaga keperawatan,<br />

melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan keperawatan, cuti dan ijin,<br />

pengelolaan dan penanganan permasalahan, metode tim, metode khusus,<br />

praktek lapangan dan bimbingan mahasiswa, perawat pengganti, penyusunan<br />

jadwal dinas, absensi, orientasi perawat/bidan baru, tugas jaga unit khusus,<br />

standar kebutuhan tenaga keperawatan terlatih, ketentuan tertulis kualifikasi<br />

tenaga keperawatan terlatih.<br />

5. SPO pemeliharaan dan pemakaian alat-alat medis, meliputi 51 bidang SPO<br />

yang berkait, yaitu: permintaan pengadaan alat medis/perawatan, pemakaian


136<br />

pulse oxymeter, pemakaian sphygmomanometer, pemakaian infusion pump,<br />

pemakaian sterilisator basah, pemakaian examination lamp, pemakaian<br />

defibrillator, pemakaian bedside monitor, pemakaian anasthesi machine,<br />

pemakaian phototerapy unit, pemakaian operating lamp, pemakaian syring<br />

pump, pemakaian ESU, pemakaian baby incubator, pemakaian sterilisator<br />

kering, pemakaian UV sterilizer, pemakaian ultrasonic nebulizer, pemakaian<br />

suction pump, pemakaian ventilator, pemakaian fetal dopier, pemakaian<br />

elektrokardiograp, pemeliharaan sphygmomanometer, pemeliharaan peralatan<br />

suction pump, pemeliharaan ECG, pemeliharaan sterillizator basah,<br />

pemeliharaan sterillizator kering, pemeliharaan ultraviolet sterilizer,<br />

pemeliharaan examination lamp, pemeliharaan operating lamp, pemeliharaan<br />

pulse oxymeter, pemeliharaan bed side monitor, pemeliharaan ventilator,<br />

pemeliharaan infusion pump, pemeliharaan syringe pump, pemeliharaan<br />

vacuum extractor, pemeliharaan defibrillator, pemeliharaan examination<br />

lamp, pemeliharaan electrosurgery unit, pemeliharaan baby incubator,<br />

pemeliharaan autodave, -pemeliharaan nebulizer, pemeliharaan infant<br />

warmer, pemeliharaan operating table (manual), pemeliharaan operating table<br />

(electric), pemeliharaan spirometer, pemeliharaan treadmill, pemeliharaan<br />

EEG, pemeliharaan head lamp, pemeliharaan ultrasonic dopier, pemeliharaan<br />

phototherapy unit, pemeliharaan centiruge.<br />

Keseluruhan SPO ini dituangkan dalam sebuah buku SPO yang terdiri dari<br />

352 halaman. Semua upaya yang dilakukan oleh RSUP. Prof Dr. R.D.<br />

Kandou Manado adalah berkaitan dengan pengejawantahan dari Undang-undang


137<br />

Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit.<br />

Selanjutnya, apabila SPO ini dihubungkan dengan lima Dimensi Kualitas<br />

Pelayanan dari Parasuraman dkk, dapatlah diuraikan bahwa:<br />

1.2.2. SPO tindakan keperawatan/kebidanan, membutuhkan Pelayanan<br />

Kesehatan dalam bidang:<br />

a. Empaty/Empati adalah peduli, memberikan perhatian individu<br />

kepada pasien. Dilihat dari menaikkan kepedulian pasien terhadap<br />

perawatan medis, sikap personal dari dokter, mempelajari<br />

kebutuhan personal dari pasien, pasien menyediakan pertimbangan<br />

individu pada pasien, mengingat nama dan wajah dari pasien.<br />

b. Responsiveness/ Daya Tanggap/ Kebertanggung jawaban: adalah<br />

kemampuan untuk menyediakan jasa tambahan. Dilihat dari<br />

menyediakan jasa pada waktu yang telah dijanjikan, dokter bisa<br />

ditelepon oleh pasien, ketaatan mengikuti jadwal janjian dengan<br />

pasien.<br />

c. Tangibles/Tampilan Fisik/Kenyataan: adalah fasilitas fisik,<br />

peralatan dan penampilan dari kotak personalia. Dilihat dari<br />

penampilan seragam dari staf, penampilan seragam dokter,<br />

lokasi kantor, lokasi rumah sakit, fasilitas yang kelihatannya<br />

menarik dan nyaman, peralatan yang aktual dan canggih untuk<br />

menyediakan jasa.<br />

Hal tersebut di atas dimaksudkan, bahwa melalui pengejawantahan<br />

pelayanan kesehatan dalam bidang Empati, Daya Tanggap dan


138<br />

Tampilan Fisik, niscaya dapat terlaksana SPO tindakan<br />

keperawatan/kebidanan yang meliputi memotong kuku, mencuci<br />

rambut, menolong pasien <strong>BAB</strong> dan BAK, menyisir rambut, vulva<br />

hygiene, memberikan latihan pasif, tirah baring, mengganti alas temm<br />

pasien, oral hygiene, penggunaan urinal, penggunaan pispot,<br />

memandikan, mengukur tekanan darah, mengukur suhu badan,<br />

menghitung nadi, menghitung pernafasan, memberi makan pasien,<br />

melayani nutrisi dan obat pasien melalui NGT, teknik melakukan<br />

nafas dalam, kateterisasi urin, pemasangan kateter pria, pemasangan<br />

kateter wanita, pemasangan transfuse darah, pemasangan infuse,<br />

pemasangan NGT (nasogatric tube), pemasangan kondom kateter,<br />

kompres dingin, kompres, huknah rendah/tinggi, perawatan CVP,<br />

merawat luka, perawatan luka nekrotik, perwatan luka post amputasi,<br />

perawatan luka DM, merawat luka yang sudah dijahit, perawatan<br />

kolostomi, mengangkat jahitan luka, terapi oksigen, pengisapan lender<br />

(suction), fisioterapi dada, reumple leed test, irigasi lambung, irigasi<br />

telinga, prinsip pemberian obat, skin test, matoux test, memberikan<br />

obat secara intravena, memberikan obat pada mata, memberikan obat<br />

topical, memberikan obat per rectal, memberikan obat melalui vagina,<br />

memberikan obat subkutan, memberikan obat intramuscular,<br />

perawatan kateter wanita, pencegahan dekubitus, menggunakan<br />

sarung tangan steril, memakai sarung tangan, melepaskan down<br />

catheter, menggunakan masker, mencuci tangan, imunisasi hepatitis


139<br />

B, test alergi obat-obatan, test alergi makanan, ECCE, mencukur atau<br />

menggunting bulu mata, khalasion, pemeriksaan tekanan bola mata,<br />

persiapan meja operasi, perawat sirkulasi, perawat asisten operasi,<br />

persiapan operasi mata, ekstraksi polip, reposisi fraktur nasal,<br />

penambalan gigi, pembersihan karang gigi, dental photo, penumpatan<br />

gigi sulung goyang derajat 2 atau lebih, penumpatan gigi 1-2 bidang<br />

dengan bahan sewarna gigi, penumpatan gigi 1-2 bidang dengan<br />

bahan amalgam, atraumatik restorative treatment (ART), pencabutan<br />

gigi permanen akar tunggal, pelayanan kebutuhan darah, inhalasi,<br />

pemasangan neck collar, memasang bidai, pemberian identitas pada<br />

bayi baru lahir, vaginal toilet, penatalaksanaan pasien hamil dengan<br />

gawat janin, pasien dengan solusio plasenta, persiapan persalinan<br />

vakum, perdarahan dalam kehamilan, persalinan macet, perdarahan<br />

dalam kehamilan, retensio plasenta, persiapan persalinan forceps,<br />

kehamilan dengan preeklampsi ringan, pasien invertio uteri, pelayanan<br />

post natal, pelayanan antenatal, penanganan bayi baru lahir sehat,<br />

asuhan persalinan normal, resusitasi bayi baru lahir, pemasangan NGT<br />

pada bayi, penanganan bayi baru lahir sehat dengan IMD, 58 langkah<br />

APN, pemeriksaan kehamilan (ANC), pemeriksaan dalam vagina,<br />

managemen asuhan kehamilan, pemeriksaan Leopold, konseling ibu<br />

hamil, pemberian imunisasi, pemeriksaan leopold manuver,<br />

pengukuran CVP, cara memakai dan melepas APD, mengganti<br />

balutan, tindakan WSD, melepas infus, cuci tangan dengan handrub,


140<br />

melaporkan keadaan pasien dan menerima instruksi dokter secara<br />

lisan/lewat telepon, komunikasi teraupetik, pengiriman jenazah<br />

keinstalasi pemulasaraan.<br />

1.2.3. SPO tindakan Kegawat-daruratan, membutuhkan Pelayanan<br />

Kesehatan dalam bidang:<br />

a. Assurance/ Jaminan adalah kemampuan untuk melakukan layanan /<br />

jasa yang diharapkan secara bertanggung jawab dan tepat. Dilihat<br />

dari pengetahuan dan ketepatan dalam tagihan pasien, akurat dan<br />

rapi dalam rekam medis, penanganan yang tepat pada penanganan<br />

pertama, reputasi dari dokter yang mempunyai pengetahuan dan<br />

pengalaman melayani diantara para pasien, reputasi dokter diantara<br />

para dokter, reputasi dari rumah sakit, kesesuaian dengan<br />

kewaspadaan universal.<br />

b. Responsiveness/Daya Tanggap/ Kebertanggung jawaban: adalah<br />

kemampuan untuk menyediakan jasa tambahan. Dilihat dari<br />

menyediakan jasa pada waktu yang telah dijanjikan, dokter bisa<br />

ditelepon oleh pasien, ketaatan mengikuti jadwal janjian dengan<br />

pasien.<br />

c. Tangibles/Tampilan Fisik/Kenyataan: adalah fasilitas fisik,<br />

peralatan dan penampilan dari kotak personalia. Dilihat dari<br />

penampilan profesional seragam dari staf, penampilan seragam<br />

dokter, lokasi kantor, lokasi rumah sakit, fasilitas yang<br />

kelihatannya menarik dan nyaman, peralatan yang aktual dan


141<br />

canggih untuk menyediakan jasa.<br />

Hal tersebut di atas dimaksudkan, bahwa melalui pengejawantahan<br />

pelayanan kesehatan dalam bidang Daya Tanggap dan Tampilan Fisik,<br />

niscaya dapat terlaksana SPO tindakan Kegawat-daruratan yang<br />

meliputi 13 bidang SPO, yaitu: penanganan syok anaflaksis,<br />

penanggulangan bencana di luar rumah sakit, menghentikan<br />

perdarahan, menyiapkan pasien dan alat untuk tindakan intubasi,<br />

resusitasi cairan, menyiapkan pasien dan alat untuk pemasangan CVP,<br />

BHD, resusitasi jantung paru, ekstubasi, pemasangan pips orofaring,<br />

sindrom syok dengue, syok, kebakaran.<br />

1.2.4. SPO tindakan flu burung, membutuhkan Pelayanan Kesehatan<br />

dalam bidang:<br />

a. Assurance/Jaminan adalah kemampuan untuk melakukan layanan /<br />

jasa yang diharapkan secara bertanggung jawab dan tepat. Dilihat<br />

dari pengetahuan dan ketepatan dalam tagihan pasien, akurat dan<br />

rapi dalam rekam medis, penanganan yang tepat pada penanganan<br />

pertama, reputasi dari dokter diantara para pasien, reputasi dokter<br />

diantara para dokter, reputasi dari rumah sakit, kesesuaian dengan<br />

kewaspadaan universal.<br />

b. Empaty/Empati adalah peduli, memberikan perhatian individu<br />

kepada pasien. Dilihat dari menaikkan kepedulian pasien terhadap<br />

perawatan medis, sikap personal dari dokter, mempelajari<br />

kebutuhan personal dari pasien, pasien menyediakan pertimbangan


142<br />

individu pada pasien, mengingat nama dan wajah dari pasien.<br />

c. Responsiveness/Daya Tanggap/ Kebertanggung jawaban: adalah<br />

kemampuan untuk menyediakan jasa tambahan. Dilihat dari<br />

menyediakan jasa pada waktu yang telah dijanjikan, dokter bisa<br />

ditelepon oleh pasien, ketaatan mengikuti jadwal janjian dengan<br />

pasien.<br />

d. Tangibles/Tampilan Fisik/Kenyataan: adalah fasilitas fisik,<br />

peralatan dan penampilan dari kotak personalia. Dilihat dari<br />

penampilan seragam dari staf, penampilan profesional/seragam<br />

dokter, lokasi kantor, lokasi rumah sakit, fasilitas yang<br />

kelihatannya menarik dan nyaman, peralatan yang aktual dan<br />

canggih untuk menyediakan jasa.<br />

e. Reability/Kehandalan: adalah aspek medis sentral dari jasa<br />

kecocokan, efektifitas dan keuntungan bagi pasien. Dilihat dari<br />

dokter melaksanakan pelayanan medis yang efektif, dokter yang<br />

terlibat pada penangkalan obat-obatan, menekankan pada<br />

mendidik pasien.<br />

Hal tersebut di atas dimaksudkan, bahwa melalui pengejawantahan<br />

pelayanan kesehatan dalam bidang Empati, Daya Tanggap dan<br />

Tampilan Fisik,<br />

Realibilitas/Reliability, niscaya dapat terlaksana<br />

SPO tindakan pada Pasien Flu Burung yang meliputi 11 SPO, yaitu<br />

alur pasien flu burung, pemakaian APD, perawatan di ruang intensif,<br />

pemakaian rontgen, kebijakan pemberian vitamin flu pada petugas dan


143<br />

klien, tempat perawatan, pengiriman jenazah ke kamar jenazah,<br />

perawatan ambulans, pengamanan sarana medis dan non medis,<br />

perawatan peralatan medis, penerimaan pasien di poliklinik.<br />

1.2.5. SPO tindakan ketenagaan keperawatan, membutuhkan Pelayanan<br />

Kesehatan dalam bidang Reliability/Kehandalan,<br />

profesionalisme/keahlian teknis, lama pelatihan, pengalaman, dsb.<br />

Terlihat perawat-perawat yang handal dan staf yang mendukung, yang<br />

sangat berpengalaman, ijasah, yang berpengetahuan dan memiliki<br />

keahlian.<br />

Hal tersebut di atas dimaksudkan, bahwa melalui pengejawantahan<br />

pelayanan kesehatan dalam bidang Reliability/Kehandalan, niscaya<br />

dapat terlaksana SPO Ketenagaan Keperawatan yang meliputi 17<br />

bidang SPO, yaitu rotasi tenaga keperawatan, mutasi tenaga<br />

keperawatan, rekrutmen dan seleksi tenaga keperawatan baru, promosi<br />

penjenjangan karier tenaga keperawatan, melanjutkan pendidikan dan<br />

mengikuti pelatihan keperawatan, cuti dan ijin, pengelolaan dan<br />

penanganan permasalahan, metode tim, metode khusus, praktek<br />

lapangan dan bimbingan mahasiswa, perawat pengganti, penyusunan<br />

jadwal dinas, absensi, orientasi perawat/bidan baru, tugas jaga unit<br />

khusus, standar kebutuhan tenaga keperawatan terlatih, ketentuan<br />

tertulis kualifikasi tenaga keperawatan terlatih.<br />

1.2.6. SPO Pemeliharaan dan Pemakaian alat-alat medis, membutuhkan<br />

Pelayanan Kesehatan dalam bidang: Tangibles/Tampilan


144<br />

Fisik/Kenyataan/ adalah fasilitas fisik, peralatan dan penampilan dari<br />

kotak personalia. Dilihat dari lokasi kantor, lokasi rumah sakit,<br />

fasilitas yang kelihatannya menarik dan nyaman, peralatan yang<br />

aktual dan canggih untuk menyediakan jasa.<br />

Hal tersebut di atas dimaksudkan, bahwa melalui pengejawantahan<br />

pelayanan kesehatan dalam bidang Tangibles/Tampilan<br />

Fisik/Kenyataan, niscaya dapat terlaksana<br />

SPO dari tindakan<br />

pemeliharaan dan pemakaian alat-alat medis yang meliputi 51 bidang<br />

SPO yang berkait, yaitu: permintaan pengadaan alat medis/perawatan,<br />

pemakaian pulse oxymeter, pemakaian sphygmomanometer, pemakaian<br />

infusion pump, pemakaian sterilisator basah, pemakaian examination<br />

lamp, pemakaian defibrillator, pemakaian bedside monitor, pemakaian<br />

anasthesi machine, pemakaian phototerapy unit, pemakaian operating<br />

lamp, pemakaian syring pump, pemakaian ESU, pemakaian baby<br />

incubator, pemakaian sterilisator kering, pemakaian UV sterilizer,<br />

pemakaian ultrasonic nebulizer, pemakaian suction pump, pemakaian<br />

ventilator, pemakaian fetal dopier, pemakaian elektrokardiograp,<br />

pemeliharaan sphygmomanometer, pemeliharaan peralatan suction<br />

pump, pemeliharaan ECG, pemeliharaan sterillizator basah,<br />

pemeliharaan sterillizator kering, pemeliharaan ultraviolet sterilizer,<br />

pemeliharaan examination lamp, pemeliharaan operating lamp,<br />

pemeliharaan pulse oxymeter, pemeliharaan bed side monitor,<br />

pemeliharaan ventilator, pemeliharaan infusion pump, pemeliharaan


145<br />

syringe pump, pemeliharaan vacuum extractor, pemeliharaan<br />

defibrillator, pemeliharaan examination lamp, pemeliharaan<br />

electrosurgery unit, pemeliharaan baby incubator, pemeliharaan<br />

autodave, -pemeliharaan nebulizer, pemeliharaan infant<br />

warmer,<br />

pemeliharaan operating table (manual), pemeliharaan operating table<br />

(electric), pemeliharaan spirometer, pemeliharaan treadmill,<br />

pemeliharaan EEG, pemeliharaan head lamp, pemeliharaan ultrasonic<br />

dopier, pemeliharaan phototherapy unit, pemeliharaan centiruge.<br />

4.2. Kualitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Kelas Tiga di RUSP.Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado.<br />

Membahas tentang pelayanan kesehatan tidak terlepas dari pembicaraan<br />

mengenai lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah<br />

rumah sakit. Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem<br />

Kesehatan Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan<br />

kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan<br />

kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang<br />

kesehatan.<br />

Pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai bentuk intervensi pemerintah<br />

dalam menciptakan kesejahteraan membutuhkan daya dukung yang memadai,<br />

baik sarana dan prasarana maupun kualitas sumberdaya. Meskipun telah didukung<br />

dengan berbagai undang-undang dan kebijakan pemerintah, ternyata pelayanan<br />

kesehatan di Indonesia masih saja menyisakan permasalahan. Permasalahan


146<br />

tersebut meliputi diskriminasi pelayanan, ketidakpastian biaya dan prosedur,<br />

birokrasi yang berbelit serta buruknya kualitas pelayanan medis. Tidak<br />

mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar dapat<br />

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan<br />

kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan<br />

ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan dapat menjalankan pembangunan<br />

dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan<br />

rohani. Pandangan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia<br />

semakin menurun. Pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri terus meningkat.<br />

Sebuah data dari salah satu situs menyebutkan di Singapore setiap tahunnya<br />

sekitar 300.000 pasien internasional datang berobat. Sekitar 7200 orang<br />

diantaranya merupakan warga Indonesia (website Komunikasi Dokter Pasien edisi<br />

13 Mei 2009). Sementara itu jumlah orang Indonesia yang berobat ke Malaysia<br />

tahun-tahun terakhir ini sudah melampaui yang berobat ke Singapore. Data<br />

lainnya menyebutkan jumlah pasien Indonesia yang berobat di Rumah Sakit Lam<br />

Wah Ee Malaysia mencapai 12.000 pertahun atau sekitar 32 pasien perhari. Di<br />

Rumah Sakit Adventist Malaysia jumlah pasien Indonesia yang terdata mencapai<br />

14.000 pertahun atau sekitar 38 pasien perhari. Kecenderungan ini datang karena<br />

mereka kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah<br />

sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia.<br />

Kenyataan ini menjadikan suatu referensi bagaimana kualitas pelayan<br />

kesehatan di Indonesia. Memang yang berobat ke luar negeri adalah mereka<br />

kalangan yang mampu untuk membayar baik itu ongkos pengobatan maupun


147<br />

transportasi dan akomodasi selama mereka berobat. Kajian disertasi ini<br />

sebenarnya menitik beratkan pada kualitas pelayanan kesehatan rawat inap kelas<br />

tiga di RSUP. Dr. R.D. Kandou Manado. Membahas pasien kelas tiga di RSUP.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado, maka tidak perlu dipungkiri lagi segmen<br />

pembicaraannya adalah bukan membicarakan kelompok masyarakat yang mampu<br />

membiayai perawatan kesehatannya ke luar negeri. Jadi segmen pembicaraan<br />

adalah masyarakat yang menjadi tanggungan pemerintah melalui fasilitas yang<br />

disiapkan oleh Negara yaitu Jamkesmas. Pembahasan Jamkesmas maka akan<br />

berbicara dengan segala sesuatu yang identik dengan kemiskinan.<br />

Berbagai macam alasan yang memicu banyaknya masyarakat berobat dan<br />

memeriksakan kesehatannya keluar negeri, diantaranya pelayanan prima dan<br />

ketepatan waktu, mereka cepat mendapatkan kepastian diagnosis sehingga tidak<br />

membuat pasien cemas atau bosan karena menunggu hasil diagnosis yang tidak<br />

kunjung datang serta masih banyak keunggulan yang mereka dapatkan disana.<br />

Penentuan kualitas pelayanan kesehatan adalah menjadi isu sentral dari<br />

suatu rumah sakit terutama dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan itu<br />

sendiri. Kriteria apa saja yang menjadi ukuran kualitas pelayanan adalah<br />

mencakup: apa yang menjadi tugas rumah sakit dan kemudian<br />

membandingkannya dengan target<br />

yang ingin dicapai dan selanjutnya<br />

mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan<br />

kualitas. WHO (2003) mengemukakan metode dasar untuk mengukur kualitas<br />

pelayanan sebuah rumah sakit, yaitu peraturan yang mengaturnya, survey<br />

kepuasan publik (pasien), third-party assessment, dan indikator statistik, yang


148<br />

mana kesemua ini jarang dilakukan dengan baik. Bukti keefektifan rumah sakit<br />

biasanya hanya bertumpuh pada studi deskriptif ketimbang controlled trials.<br />

Strategi pengukuran kualitas pelayanan bergantung pada banyak variabel,<br />

termasuk tujuan, kultur budaya, bagaimana implementasinya dan bagaimana<br />

pemanfaatan hasilnya.<br />

Kualitas pelayanan kesehatan sudah menjadi isu yang berkembang untuk<br />

dijadikan bahan referensi evaluasi kualitas pelayanan rumah sakit. Namun<br />

demikian, pembuat kebijakan yang dalam hal ini adalah pemerintah dan juga<br />

rumah sakit belum memiliki ukuran kualitas yang tepat mengingat permasalahan<br />

kualitas pelayanan kesehatan yang sangat kompleks, mencakup pengumpulan data<br />

yang relevan, keterbatasan waktu, demikian juga banyaknya dimensi kualitas<br />

layanan kesehatan yang harus dipenuhi oleh rumah sakit.<br />

Pelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari suatu produk yang<br />

memberikan pelayanan yang mempunyai sifat tidak berwujud sehingga pelayanan<br />

hanya dapat dirasakan setelah orang tersebut menerima pelayanan tersebut. Selain<br />

itu, pelayanan memerlukan kehadiran atau partisipasi pelanggan dan pemberi<br />

pelayanan baik yang profesional maupun tidak profesional secara bersamaan<br />

sehingga dampak dari transaksi jual beli pelayanan dapat langsung dirasakan dan<br />

jika pelanggan itu tidak ada maka pemberi pelayanan tidak dapat memberikan<br />

pelayanan. Namun hasil dari pelayanan tersebut mungkin akan berbeda-beda pada<br />

setiap orangnya tergantung dari siapa pemberi pelayanan, penerima pelayanan dan<br />

kondisi di mana serta kapan pelayanan tersebut diberikan. Hal ini didasarkan pada<br />

perbedaan standar kebutuhan atau kepentingan seseorang terhadap mutu


149<br />

pelayanan. Proses pemberian pelayanan pun dapat terjadi pada area kesehatan,<br />

sehingga seyogyanya dibahas mengenai konsep kesehatan sehingga dapat<br />

ditemukan definisi kualitas dalam pelayanan kesehatan.<br />

Untuk mendukung pencapaian pembangunan kesehatan pemerintah telah<br />

menyediakan beberapa sarana/fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya.<br />

Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan, termasuk<br />

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Setiap warga negara berhak memperoleh<br />

pelayanan kesehatan dengan baik. Pelayanan kesehatan yang berkualitas<br />

setidaknya memperhatikan meliputi:<br />

1. Tangibles/Benda berwujud, Penampilan fisik, perlengkapan, karyawan<br />

dan bahan komunikasi,<br />

2. Reliability/Keandalan, Kemampuan melaksanakan layanan yang<br />

dijanjikan secara meyakinkan dan akurat;<br />

3. Responsiveness/Daya Tanggap, Kesediaan membantu pelanggan dan<br />

memberikan jasa dengan cepat;<br />

4. Assurance/Jaminan, Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan<br />

kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan;<br />

5. Empaty/Empati, Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan<br />

khusus kepada masing-masing pelanggan.<br />

Pengguna layanan banyak yang mengeluh ketepatan dan kecepatan<br />

waktu pelayanan, kedatangan dokter dalam pemerikasaan yang kurang tepat<br />

waktu, kurangnya fasilitas ruang rawat inap kelas tiga, kurangnya fasilitas ruang<br />

tunggu, dan adanya proses pelayanan yang berbelit-belit, antrian yang lama


150<br />

membuat pasien jamkesmas merasa dianak-tirikan. Penyelenggaraan pelayanan<br />

kesehatan tidak dapat dipisahkan dari adanya struktur organisasi, kemampuan<br />

aparat, dan sistem pelayanan. Seharusnya dalam faktor struktur organisasi, tidak<br />

ada tumpang tindih dalam pelaksaan tugas karena setiap staf bekerja sesuai<br />

dengan bidang yang ditangani, faktor kemampuan aparat didukung dengan adanya<br />

pelatihan-pelatihan baik dalam bidang kesehatan maupun pelatihan yang<br />

berhubungan dengan kepribadian dan etika, sedangkan dalam faktor sistem<br />

pelayanan didukung dengan adanya saluran komunikasi melalui kotak saran dan<br />

via telepon yang difungsikan untuk jaringan masuk baik berupa keluhan maupun<br />

komplain atas pelayanan yang diberikan serta telah digunakannya Sistem<br />

lnformasi Manajemen komputerisasi berkaitan dengan bidang administrasi.<br />

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.<br />

Semua orang ingin merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan kedudukan<br />

yang sama di mata masyarakat, namun sering terdapat dikotomi dalam upaya<br />

pelayanan kesehatan di Indonesia. Terdapat begitu banyak kasus yang<br />

menggambarkan betapa suramnya wajah pelayanan kesehatan di negeri ini,<br />

seolah-olah pelayanan kesehatan yang baik hanya diperuntukkan bagi mereka<br />

yang memiliki dompet tebal sementara orang-orang kurang mampu tidak<br />

mendapatkan perawatan kesehatan yang adil dan proporsional. Orang-orang<br />

miskin sepertinya tidak boleh sakit. Tidak dapat dimengerti apa yang membuat<br />

adanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dalam domain pelayanan<br />

kesehatan. Dokter yang ada di berbagai rumah sakit sering menunjukkan jati<br />

dirinya kepada pasien secara implisit. Bahwa menempuh pendidikan kedokteran


151<br />

itu tidaklah murah. Oleh sebab itu sebagai buah dari mahalnya pendidikan yang<br />

harus ditempuh, masyarakat harus membayar arti hidup sehat itu dengan nominal<br />

yang luar biasa. Pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan<br />

mahalnya biaya yang dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien<br />

dengan baik dan ramah. Dokter terkadang melakukan diagnosis yang cenderung<br />

asal-asalan. Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi<br />

pelajaran bagi semua pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya<br />

peranan dokter ataupun Menteri Kesehatan dalam perwujudan hidup sehat<br />

melainkan partisipasi semua masyarakat. Memilih berobat ke luar negeri tidak<br />

bisa dianggap sebagai sebuah tindakan mengkhianati bangsa karena kenyataannya<br />

rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia tidak memiliki fasilitas yang<br />

cukup lengkap untuk memberikan kredit jaminan kesehatan lebih baik pada<br />

pasiennya. Namun ada pihak-pihak tertentu yang melakukan perawatan ke luar<br />

negeri karena ketidakpercayaannya terhadap kapasitas dokter-dokter dan rumah<br />

sakit yang ada di negeri ini.<br />

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan dalam<br />

suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan kepada<br />

masyarakat, melakukan pencegahan dan mengobati penyakit serta memulihkan<br />

kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas terlihat pada tingkat<br />

kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap<br />

masyarakat berdasarkan tata cara penyelenggaraannya dan sesuai dengan standar<br />

dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.<br />

Penelitian ini menunjukkan bahwa selaku institusi pelayanan kesehatan


152<br />

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang<br />

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, Rumah Sakit<br />

Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado melalui aspek jaminan yang<br />

dilakukan pihak rumah sakit menunjukkan pemahaman tentang pentingnya<br />

jaminan sebagai acuan dalam menjalankan tugas, kemampuan menyelesaikan<br />

tugas dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Jaminan adanya kualitas<br />

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dapat<br />

dijadikan alat bagi pencapaian pelayanan kesehatan yang berkualitas. Bentuk<br />

nyata jaminan akan pelayanan dapat terlihat dari keterbukaan dan transparansi<br />

prosedur pelayanan. Ketidaksadaran baik para medis maupun masyarakat akan<br />

pentingnya jaminan dalam pelayanan kesehatan, dapat mengakibatkan pelayanan<br />

jauh dari target yang diharapkan.<br />

Keterbukaan dan transparansi prosedur pelayanan sebagai wujud nyata<br />

dari aspek jaminan membawa dampak yang positif baik bagi para medis selaku<br />

pemberi layanan maupun pasien dan keluarga, selaku penerima layanan. Situasi ini<br />

dapat terlihat secara nyata dari sikap yang ditunjukkan. Stimulus yang<br />

menyenangkan pada pekerjaannya layanan yang diterima menimbulkan<br />

harmonisasi kerja sebagai wujud dari empati. Empati setidaknya akan terlihat dari<br />

sikap para medis melalui kemudahan untuk dihubungi, pemberian pelayanan<br />

secara cepat, penanganan keluhan pasien secara cepat, mengutamakan sikap<br />

ramah dan sopan kepada pasien maupun masyarakat umum yang berada di rumah<br />

sakit.<br />

Keluhan pasien ketika mereka merasakan adanya kesenjangan yang


153<br />

terjadi antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan kenyataan yang<br />

dilakukan oleh para medis perlu untuk direspon para medis melalui tindakan<br />

pelayanan yang dalam sikapnya, para medis mampu memperlihatkan dan<br />

mencerminkan standar kualitas pribadi dihadapan masyarakat. Mengedepankan<br />

rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan pelayanan publik, melalui<br />

pemahamannya pada nilai, norma, moral, dan kondisi sosial.<br />

Sikap atas pelayanan ini tidak dapat dipisahkan dari kemampuan untuk<br />

memenuhi pelayanan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dalam konteks<br />

reability atau kehandalan adalah bentuk pelayanan yang berkaitan dengan<br />

kemampuan dari para medis baik perawat, dokter maupun staf administrasi.<br />

Kehandalan yang dilakukan satuan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

menunjukkan adanya pemahaman tentang peranan penting kehandalan yang<br />

dijadikan acuan. RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado perlu untuk lebih<br />

mengedepankan pemberian pelayanan kesehatan di ruang inap kelas tiga yang<br />

sesuai dengan standar yang berlaku dan kesiapan para medis dalam melaksanakan<br />

tugas pekerjaannya.<br />

Perwujudan kemampuan dan kesigapan para medis dalam menanggapi<br />

keluhan atau masalah dari masyarakat mencerminkan daya tanggap yang dimiliki<br />

oleh para medis. Pencapaian kualitas kesehatan ditentukan oleh adanya peranan<br />

penting para medis dalam memberikan pelayanan, mendengarkan keluhan,<br />

memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat mengenai pentingnya<br />

kesehatan bagi kehidupan disaat ini dan masa mendatang. Kesigapan para medis<br />

menangani keluhan pasien kelas tiga dapat memperlihatkan kelayakannya,


154<br />

terutama mengenai kerjasama yang memudahkan bagi terciptanya kerberhasilan<br />

pelayanan kesehatan yang lebih baik, dan juga dalam menanggapi permasalahan<br />

yang memerlukan respon cepat. Dengan demikian, kepekaan terhadap setiap<br />

pelayanan kesehatan, akan memberikan kontribusi positif bagi kualias kegiatan<br />

administrasi dalam menangani pasien dan pelayanan kesehatan pada umumnya.<br />

Olehnya daya tanggap dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan menjadi<br />

moment atau saat yang menentukan bagi terciptanya jaminan pelayanan kesehatan<br />

yang berkualitas.<br />

Jaminan atas pelayanan yang berkualitas tentunya merupakan bagian<br />

terpenting dalam menunjang aktivitas para medis. Jaminan atas pelayanan ini<br />

perlu didukung oleh semua komponen termasuk terpenuhinya sarana pelayanan<br />

baik ruangan, alat medis, obat-obatan maupun kebutuhan medis lainnya.<br />

Kenyataan yang banyak menjadi sorotan dalam pelayanan kesehatan antara lain<br />

ketersediaan ruangan, tempat tidur, air bersih. Keluhan sering terdengar ketika<br />

pasien belum mendapatkan ruang atau tempat tidur. Menyikapi permasalahan<br />

yang terjadi menjadi tanggung jawab manajemen rumah sakit untuk melakukan<br />

terobosan baik dari sisi perencanaan, penyelenggaraan maupun pelaporan kepada<br />

pemerintah dalam upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi.<br />

Pemberian pelayanan kepada pelanggan pihak penyedia dan pemberi<br />

layanan harus selalu berupaya untuk mengacu kepada tujuan utama pelayanan,<br />

yaitu pencapaian kepuasan konsumen (consumer satisfaction) atau kepuasan<br />

pelanggan (costumer satisfaction). Kondisi ini menuntut adanya pelayanan medis<br />

yang benar-benar profesional dibidangnya dalam pelayan dan menangani pasien.


155<br />

Satu hal positif dalam penelitian ini dimana pihak Rumas Sakit Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou tidak pernah melakukan penolakan atas pasien yang datang sekalipun<br />

dalam proses penanganan sering lambat dan berbelit–belit. Sikap atas pelayanan<br />

ini perlu ditindak lanjuti dengan kelayakan medis sebagai cerminan dari tingkat<br />

kemampuan dari para medis dalam menangani pasien. Sementara itu tingkat<br />

kemampuan ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan,<br />

pengalaman maupun keahlian yang dimiliki oleh para medis.<br />

Untuk mewujudkannya memerlukan unsur-unsur mendasar antara lain<br />

adalah unsur profesionalisme dari pelaku dari para medis yang profesionalisme<br />

dalam menjalankan tugas dan fungsi yang berdampak kepada kualitas pelayanan<br />

kesehatan. Profesionalisme tercermin pada kemampuan aparatur dalam<br />

memberikan pelayanan yang baik, adil, dan inklusif dan tidak hanya sekedar<br />

kecocokan keahlian dengan tempat penugasan. Maka para medis dituntut untuk<br />

memiliki kemampuan dan keahlian untuk memahami dan menterjemahkan<br />

aspirasi dan kebutuhan masyarakat kedalam kegiatan dan program pelayanan.<br />

Kemampuan dan keahlian bisa didapatkan melalui pendidikan dan pelatihan.<br />

Soekodjo Notoadmodjo (1992:27), mengemukakan pelatihan dan pendidikan<br />

adalah merupakan upaya untuk pengembang sumber daya manusia, terutama<br />

untuk pengembangan aspek kemampuan intelaktual dan kepribadian manusia.<br />

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan di Rumah sakit Umum<br />

Pusat Prof Dr. R.D. Kandou Manado dengan memfokuskan permasalahan pada<br />

pelayanan kesehatan rawat inap kelas tiga, maka konsep yang digunakan melalui<br />

pendekatan Servqual.


156<br />

Maka untuk mengukur Kualitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Kelas<br />

Tiga di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menggunakan<br />

pendekatan Servqual yang dikembangkan Parasuraman dkk, (1990:21)<br />

yang<br />

artinya suatu kuesioner yang digunakan untuk mengukur Mutu/Kualitas jasa<br />

dengan mendeteksi sepuluh dimensi menjadi lima dimensi dari Kualitas Layanan.<br />

Kesepuluh dimensi yang kemudian dirangkum menjadi 5 (lima) dimensi<br />

dalam Servqual setelah dilakukan suatu tes yang empiris. Model Mutu/Kualitas<br />

Jasa tersebut, yakni: (1). Benda berwujud, Penampilan fisik, perlengkapan,<br />

karyawan dan bahan komunikasi.<br />

(2) Keandalan, Kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara<br />

meyakinkan dan akurat; (3). Daya Tanggap, Kesediaan membantu pelanggan dan<br />

memberikan jasa dengan cepat; (4). Jaminan, Pengetahuan dan kesopanan<br />

karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan;<br />

(4). Empati, Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada<br />

masing-masing pelanggan.<br />

Pengukuran kualitas pelayanan dengan konsep Servqual digunakan, untuk<br />

mengukur kualitas jasa menunjukkan seberapa besar sela (gap) yang ada diantara<br />

persepsi pelanggan dan ekspektasi pelanggan servequal terhadap suatu perusahan<br />

jasa, konsep servqual ini dapat diubah-ubah (disesuaikan) agar cocok dengan<br />

industri jasa yang berbeda pula.<br />

Model pengukuran Parasuraman dkk telah dibuat sebuah skala multi item<br />

yang diberi nama Servqual. Alat ini dimaksudkan untuk mengukur harapan dan<br />

persepsi pelanggan, dan kesenjangan (gap) yang ada di model kualitas jasa.


157<br />

Selanjutnya Parasuraman dkk (1990:37-49) mengatakan bahwa ada 4<br />

(empat) jurang pemisah yang menjadi kendala dalam pelayanan publik, yaitu<br />

sebagai berikut:<br />

1. Ketidak-tahuan akan apa yang diharapkan oleh pelanggan.<br />

2. Standar kualitas layanan yang salah<br />

3. Gap performansi layanan<br />

4. Etika janji-janji yang tidak sesuai dengan kenyataan.<br />

Pada hakekatnya, kualitas pelayanan kesehatan dapat diketahui dengan cara<br />

membandingkan persepsi para pelanggan/pasien atas pelayanan kesehatan yang<br />

sesungguhnya mereka inginkan. Apabila pelayanan kesehatan dalam prakteknya<br />

yang diterima oleh pasien sama dengan harapan atau keinginan mereka, maka<br />

pasien tersebut dikatakan sudah memuaskan.<br />

Maka dengan Model pengukuran Parasuraman dkk berdasarkan skala multi<br />

item yang diberi nama Servqual peneliti akan menjabarkan Harapan/Persepsi<br />

Pasien dan Kesenjangan (Gap) yang ada dalam model kualitas jasa yang terjadi di<br />

lapangan atau berdasarkan fakta yang ada. Pemaparan Harapan/Persepsi pasien<br />

dan Kesenjangan (Gap) akan dikaji berdasarkan lima dimensi yakni: reliabilitas,<br />

daya tanggap, kompetensi, akses, kesopanan, komunikasi, kredibilitas, keamanan,<br />

kemampuan memahami pelanggan dan bukti fisik, untuk mendapatkan solusi<br />

sekaligus saran dalam meningkatkan kualitas jasa kesehatan pada Rawat Inap<br />

Kelas Tiga di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

4.2.1. Bukti Fisik/Tangibles<br />

Menurut Parasuraman, dkk, (1990:25), bahwa: Bukti fisik (Tangibles)


158<br />

meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.<br />

Bukti fisik/Tangibles adalah: Tampilan fisik, fasilitas fisik, peralatan dan<br />

keberadaan dari korespondensi personalia. Tampilan Fisik adalah: ketersediaan<br />

fasilitas fisik peralatan dan bentuk atau keadaan yang ada hubungan dengan<br />

personal, merupakan sesuatu hal yang dapat memberikan kenyamanan bagi pasien<br />

yang dilayani oleh dokter dan perawat serta staf lainnya.<br />

Sehubungan dengan hal ini tentunya pasien mempunyai harapan terhadap<br />

penampilan seragam dokter serta staf rumah sakit, lokasi kantor, lokasi rumah<br />

sakit, fasilitas yang kelihatannya menarik dan nyaman, peralatan yang aktual dan<br />

canggih untuk menyediakan jasa pelayanan kesehatan.<br />

Penyelenggaraan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan ketersediaan<br />

sarana dalam penyelenggaraannya sehubungan dengan tampilan fisik dalam<br />

perwujudan kualitas pelayan kesehatan yang dapat dilihat pada ketersediaan<br />

peralatan dan keadaan hubungan personal. Ketersediaan sarana merupakan<br />

tanggung jawab manajemen RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado selaku<br />

pemberi layanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan akan sarana dan<br />

prasarana yang ada.<br />

Namun pada kenyataan dalam temuan lapangan, terdapat:<br />

a. Hampir setiap hari di ruang inap kelas tiga Irina A selalu dalam keadaan<br />

penuh dan semua tempat tidur terpakai.<br />

b. Ruangan kelas tiga terlalu padat sehingga sulit bagi pasien untuk<br />

beristirahat dengan baik.<br />

c. Pasien kekurangan tempat tidur


159<br />

d. Ada Pengunjung Pasien meninggal karena pada saat berkunjung jatuh ke<br />

dalam selokan di Rumah Sakit, setelah melalui proses perawatan<br />

berselang seminggu akhirnya pengunjung tersebut meninggal dunia.<br />

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dimana ketersediaan sarana fisik<br />

baik berupa ruang perawatan, tempat tidur, peralatan medis, serta peralatan<br />

penunjang pelayanan kesehatan lainnya di kelas tiga belumlah menopang<br />

pelayanan berkualitas. Hasil wawancara dengan pasien menyatakan bahwa:<br />

1. Pasien rawat inap juga kesulitan mendapatkan ruang rawat inap untuk<br />

kelas tiga, karena ruang terbatas atau sudah penuh (Pengakuan dari pasien<br />

di Irene C). Permasalahan ruangan, sampai saat ini yang tahu mengenai<br />

keberadaan kamar khususnya kelas tiga (Ruang Irina C) adalah hanya<br />

perawat di UGD dan di Irina C yang mengetahuinya (wawancara dengan<br />

seorang tenaga adminsitrasi di bagian pendaftaran pasien).<br />

2. Masih ditemukan adanya peralatan termasuk tempat tidur yang kurang<br />

layak untuk digunakan di Ruang Irina C.<br />

3. Pasien Jamkesmas yang dalam keadaan darurat datang ke UGD pada<br />

malam hari saat memerlukan obat ternyata pasien harus membeli obat<br />

dengan uangnya sendiri. Padahal semestinya hal ini tidak boleh terjadi.<br />

(Pengakuan dari Pasien Peserta Jamkesmas).<br />

4. Kurangnya Tabung-tabung oksigen, sehingga kadang kala pasien yang<br />

membutuhkan harus bergantian tabung oksigen.<br />

Keterbatasan ruangan, khususnya ruang kelas tiga, seringkali<br />

menimbulkan suatu spekulasi bahwa fasilitas ruang di kelas tiga seolah-olah


160<br />

diperjual belikan. Untuk mengatasi masalah ini memang sudah selayaknya pihak<br />

rumah sakit harus lebih transparan, ada baiknya menampilkannya dilayar monitor<br />

seperti komputer ataupun televisi atau ditempelkan di tempat-tempat papan<br />

pengumuman. Hal ini memang memerlukan kerja ekstra, tetapi itu harus<br />

dilakukan demi terpenuhinya dimensi kualitas pelayanan kesehatan.<br />

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di RSUP. Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado menunjukkan bahwa Ruang Irina C saat diobservasi memang<br />

sudah penuh bahkan ada pasien yang ditempatkan di lorong-lorong rumah sakit.<br />

Melihat pemaparan tersebut di atas sudah jelas terlihat belum memenuhi<br />

dimensi tampilan fisik yang berkaitan dengan fasilitas fisik, peralatan dan bentuk<br />

atau keadaan hubungan personal. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab RSUP.<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, artinya RSUP memang tidak sepenuhnya dapat<br />

berperan dalam menjalankan fungsi sosialnya. Sesuai ketentuan dalam<br />

pelaksanaan Jaminan Sosial Kesehatan Nasional, seluruh rumah sakit baik swasta<br />

maupun pemerintah harus menyiapkan fasilitas Rawat Inap Kelas tiga secara<br />

proporsional. Untuk rumah sakit pemerintah minimal 25 persen dan rumah sakit<br />

swasta minimal 10 persen dari jumlah seluruh tempat tidur rawat inap yang<br />

disediakan untuk pelayanan kelas tiga. Ini artinya bahwa masyarakat yang<br />

menggunakan layanan kesehatan Jamkesmas yang nota benenya identik dengan<br />

masyarakat miskin sudah tidak tertampung atau hak-haknya untuk mendapatkan<br />

pelayanan kesehatan tidak terpenuhi. Artinya sudah semakin banyak rakyat yang<br />

tingkat kehidupannya miskin, sehingga dalam hal ini pemerintah harus<br />

bertanggungjawab sesuai amanah konstitusi. Perlu digaris bawahi bahwa ruang


161<br />

rawat inap kelas tiga di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado sudah mencapai<br />

56,05% (data website RSUP. Prof. Dr. R.D.Kandou Manado), artinya sudah<br />

melebihi yang dipersyaratkan oleh pemerintah.<br />

Prinsip kepuasan masyarakat dalam proses pelayanan jasa publik oleh<br />

pemerintah sebagai service provider sangat penting karena hanya dengan<br />

memenuhi kebutuhan pelanggan secara memuaskan, keberadaan pemerintah itu<br />

diakui dan mendapatkan legitimasi serta kepercayaan dari rakyatnya. Jadi data<br />

observasi serta wawancara telah memberikan bukti nyata bahwa pemerintah<br />

melalui perpanjangan tangannya RSUP. Prof.Dr.R.D.Kandou walaupun statusnya<br />

sudah menjadi BLU tapi belum mampu mewujudkan pelayanan publik yang<br />

dikehendaki oleh konstituen.<br />

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien<br />

adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas<br />

merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan<br />

terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa<br />

tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain<br />

tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu<br />

perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk<br />

memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan<br />

pasiennya. Namun, untuk pasien miskin yang notabenenya menggunakan<br />

jamkesmas, kemungkinan tidak pernah bermimpi untuk mempertanyakan<br />

permasalahan pelayanan yang memuaskan. Bagi mereka kesembuhanlah yang<br />

diutamakan, asal sudah sembuh maka kepuasan tidak menjadi masalah. Walaupun


162<br />

sebenarnya itu tidak boleh terjadi, karena sekalipun mereka memanfaatkan dana<br />

jamkesmas, pemerintahlah yang nantinya akan membayar segala biaya<br />

pengobatan masyarakatnya. Artinya sudah semestinya tidak boleh ada<br />

diskriminasi pelayanan terhadap pengguna jamkesmas yang sesuai amanat<br />

konstitusi adalah hak pelayanan rawat inap di ruang kelas tiga.<br />

Kualitas pelayanan kesehatan di ruang inap kelas tiga (Ruang Irina)<br />

RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, dengan mempertimbangkan fasilitas yang<br />

ada belum memenuhi dimensi tampilan fisik, antara lain karena ditemukannya<br />

adanya tempat tidur pasien yang rusak. Kalau dikaji lebih dalam lagi maka<br />

penataan ruang rawat inap kelas tiga di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

belum memenuhi dimensi tampilan fisik.<br />

Menyikapi permasalahan yang terjadi menjadi tangung jawab manajemen<br />

rumah sakit untuk melakukan terobosan baik dari sisi perencanaan,<br />

penyelenggaraan maupun pelaporan kepada pemerintah dalam upaya penyelesaian<br />

permasalahan yang dihadapi. Penilaian terhadap kualitas pelayanan sehubungan<br />

dengan bukti langsung (tangibles), meliputi: meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,<br />

pegawai dan sarana komunikasi. Pemenuhan akan sarana fisik akan<br />

mempermudah proses pelayanan yang berkualitas.<br />

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit dipengaruhi<br />

oleh banyaknya faktor, baik faktor-faktor yang ada dalam rumah sakit sebagai<br />

penyelenggara layanan kesehatan, maupun faktor-faktor pada pihak pasien<br />

sebagai penerima layanan kesehatan.


163<br />

Maka hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan<br />

tangibles/bukti fisik dalam rangka untuk mendapatkan Kualitas Rumah Sakit,<br />

tergantung pada ketersediaan dan kesiapan Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou dalam menyediakan Fasilitas Fisik, Peralatan dan penampilan dari<br />

kontak personalia, yakni:<br />

a. Penampilan yaitu: Seragam dari Dokter, perawat dan Staf;<br />

b. Lokasi Kantor dan Lokasi Rumah Sakit yang memadai dan menunjang<br />

untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan;<br />

c. Fasiitas yang kelihatan menarik dan nyaman, efektif dan efisien untuk<br />

digunakan dalam pelayanan kesehatan;<br />

d. Peralatan yang aktual, canggih dan akurat untuk mendukung pelayanan<br />

para medis dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada pasien.<br />

Hal-hal tersebut di atas sebagai sarana pendukung yang sangat penting serta<br />

harus disediakan oleh rumah sakit demi terlaksananya pelayanan kesehatan yang<br />

berkualitas.<br />

4.2.2. Reliability/Kehandalan<br />

Menurut Parasuraman, dkk, (1990:25) Reliability/Kehandalan adalah<br />

kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan<br />

memuaskan.<br />

Reliability/Keterandalan yang merupakan kemampuan untuk menunjukkan<br />

layanan yang diharapkan, bisa diandalkan secara akurat. Kehandalan berkaitan<br />

dengan kemampuan staf medis rumah sakit untuk memberikan atau menampilkan


164<br />

pelayanan sesuai dengan harapan dan tepat. Hal ini merupakan bagian inti<br />

pelayanan medik yaitu kelayakan, efektivitas yang bermanfaat bagi pasien yang<br />

dilayani, agar dapat memberikan kesembuhan sebagaimana yang diharapkan oleh<br />

pasien yang mendapat perawatan.<br />

Sehubungan dengan aspek Kehandalan, tentunya Pasien mempunyai<br />

harapan pihak rumah sakit bersama staf medisnya handal dan mampu dalam<br />

memberikan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat atau<br />

menampilkan pelayanan sesuai dengan harapan dan tepat. Bentuk pelayanan yang<br />

berkaitan dengan Reliability atau kehandalan, yaitu: selain kehandalan para medis<br />

yang profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan juga kehandalan dalam<br />

pemberian dan penggantian botol obat infus/cairan pasien, kehandalan dalam<br />

pelayanan apotik rumah sakit yang berkaitan dengan proses pemberian obat.<br />

Namun kenyataan yang terjadi berdasarkan hasil wawancara, yaitu:<br />

(a) Pengakuan dari pasien di Irina C (Wawancara Februari 2012) bahwa<br />

dalam proses penggantian botol cairan keluarga pasien yang<br />

menghubungi perawat ataupun dokter jaga.<br />

(b) Dengan banyaknya pasien yang dilayani di RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado akan tetapi apotik penunjang utama yang beroperasi<br />

rutin hanyalah satu yang berada di kawasan rumah sakit. Pengamatan<br />

yang dilakukan peneliti dimana terlihat banyaknya keluarga pasien<br />

yang menunggu antrian dalam pelayanan obat.<br />

(c) Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien di Irina F tempat<br />

perawatan pasien sakit jantung bahwa jarak apotik dengan ruangan Irina


165<br />

F sangat jauh dan panjangnya antrian di apotik sehingga agak<br />

menyulitkan untuk bolak-balik mengambil resep terutama kalau hanya<br />

satu orang keluarga yang menjaga pasien, sehingga apabila ada keluhan<br />

dari pasien tidak ada yang memperhatikan.<br />

(d) Jumlah petugas yang melayani tidak sebanding dengan jumlah pasien<br />

dan pada saat hari libur hanya dilayani oleh dua orang petugas<br />

sementara jumlah pasien tidak berkurang dari hari kerja lainnya.<br />

(e) Menurut keluarga pasien karena jumlah perawat yang bertugas sangat<br />

kurang sehingga keluarga pasien yang harus memperhatikan dan<br />

merawat pasien. Keluhan yang sama pula disampaikan pasien dan<br />

keluarga pasien di Irina C (penyakit dalam) dan Irina E (anak-anak).<br />

(f) Bentuk pelayanan yang berkaitan dengan kemampuan dari para medis<br />

baik perawat, dokter maupun staf administrasi di RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado dalam memberikan atau menampilkan pelayanan<br />

kesehatan di ruang inap kelas tiga Irina A, Irina C, Irina D, Irina E dan<br />

Irina F belum sesuai degan harapan.<br />

(g) Terjadinya dua kali pengambilan sampel darah untuk diuji di<br />

laboratorium.<br />

Berdasarkan temuan lapangan tersebut di atas, maka terlihat bahwa pihak<br />

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado kurang memperhatikan aspek<br />

Reliability/Reabilitas atau Kehandalan Rumah Sakit dalam pemberian pelayanan<br />

kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien. Kehandalan para medis ini setidaknya


166<br />

dapat terlihat dari setiap perilaku pelayanan yang ditunjukkan dalam melayani<br />

pasien yang berkaitan dengan keberadaan dan kesiapan saat diperlukan pasien,<br />

ketepatan saat memberikan layanan; ketepatan menyelesaikan urusan atau<br />

kepentingan pasien.<br />

Sesuai dengan Standar Operasional Prosedur di RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado bahwa perawat yang bertanggung jawab penuh dalam<br />

penggantian botol cairan. Bertanggung jawab disini mengandung pengertian<br />

bahwa perawat mengetahui saat kapan harus diganti.<br />

Dipahami bersama bahwa obat merupakan salah satu sarana yang digunakan<br />

dalam proses kesembuhan. Keterlambatan dalam mendapatkan obat dapat<br />

mengakibatkan hal yang buruk baik bagi pasien maupun bagi keluarga pasien.<br />

Maka dengan hanya satu apotik penunjang dalam pelayanan pengadaan<br />

obat di dalam kawasan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado menunjukkan<br />

kehandalan pelayanan belumlah menunjukkan kualitas yang baik. Begitu pula<br />

kehandalan perawat dan jumlah perawat yang bertugas di setiap ruangan<br />

perawatan masih belum memadai sehingga masih ada keluhan dari pasien dan<br />

keluarga pasien.<br />

Pelayanan kesehatan menyangkut setiap upaya yang diselenggarakan secara<br />

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan<br />

meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan<br />

kesehatan perseorangan, kelompok, dan ataupun masyarakat yang menunjuk pada<br />

tingkat kesempurnaan. Kemampuan untuk memenuhi pelayanan sesuai dengan<br />

yang telah ditetapkan merupakan tangung jawab pemberi layanan dalam hal ini


167<br />

semua komponen yang terkait di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Visi menjadi rumah sakit unggulan di Kawasan Timur Indonesia Bagian<br />

Utara dengan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat waktu dan terjangkau<br />

oleh seluruh lapisan masyarakat serta mengedepankan keselamatan pasien adalah<br />

segalanya terlihat masih jauh dari kenyataan berkaca dari kenyataan yang terjadi<br />

dalam kaitan dengan aspek reliability.<br />

Parasuraman, dkk, (1990:25) mengemukakan bahwa Reliability<br />

(kehandalan) adalah Kemampuan untuk menunjukkan layanan yang diharapkan,<br />

bisa diandalkan secara akurat dan memuaskan.<br />

Sehubungan dengan konteks reliability atau kehandalan adalah bentuk<br />

pelayanan yang berkaitan dengan kemampuan dari para medis baik perawat,<br />

dokter maupun staf administrasi. Kehandalan yang dilakukan satuan RSUP Prof.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado menunjukkan adanya pemahaman tentang peranan<br />

penting kehandalan yang dijadikan acuan. RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

perlu untuk lebih mengedepankan pemberian pelayanan kesehatan di ruang inap<br />

kelas tiga yang sesuai dengan standar yang berlaku dan kesiapan para medis<br />

dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.<br />

Kemampuan dan kehandalan untuk menyediakan pelayanan secara cepat<br />

dan terpercaya pada saat diminta masyarakat. Cepat memberikan pelayanan<br />

berarti sesuai dengan yang telah dijanjikan kepada konsumen atau pelanggan.<br />

Kemampuan untuk memenuhi janji sesuai dengan yang telah ditawarkan serta<br />

dapat dipertanggungjawabkan, terhandal atau tidak melenceng dari apa yang<br />

dijanjikan, akurat dan konsisten, serta dijamin baik produknya maupun tidak


168<br />

cacat. Kehandalan juga disebut pelayanan yang diberikan seperti apa yang<br />

dijanjikan dengan segera, akurat, memuaskan serta tepat waktu.<br />

Sehubungan dengan kehandalan dalam memberikan pelayanan, tentunya<br />

diperlukan profesionalisme para medis dalam menunjuang kualitas pelayanan<br />

kesehatan diperlukan adanya faktor sumber daya manusia yang ada dalam<br />

organisasi khususnya dalam wadah Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado. Semakin tinggi kemampuan sumber daya manusia dalam<br />

organisasi tentu semakin besar kemungkinan organisasi yang bersangkutan untuk<br />

menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas. Faktor selanjutnya, yaitu faktor<br />

sistem yang digunakan untuk menunjuk pada mekanisme dan prosedur pelayanan<br />

yang digunakan. Sehubungan dengan hal ini pada umumnya dipahami bahwa<br />

semakin rumit dan berbelit-belit prosedur dan mekanisme penyelenggaraan<br />

pelayanan publik (public service). Justru semakin sulit mewujudkan pelayanan<br />

publik yang berkualitas. Sebaliknya, semakin sederhana, pendek dan transparan<br />

mekanisme dan prosedur yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan,<br />

maka semakin besar kemungkinan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.<br />

Hal-hal yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik, yakni: Faktor<br />

profesionalisme aparat; Fakor kelembagaan; dan<br />

Faktor ketatalaksanaan.<br />

Penyelenggaraan pelayanan sebagai bagian dari implementasi sebuah kebijakan<br />

menunjukkan bahwa fasilitas merupakan sarana yang digunakan untuk<br />

operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi antara lain: gedung,<br />

tanah, dan sarana yang kesemuanya akan memudahkan dalam memberikan<br />

pelayanan kesehatan. Ketersediaan sarana fisik dalam optimalisasi


169<br />

penyelenggaraan pelayanan sebagai bagian dari proses administrasi publik akan<br />

menjadikan pelayanan berkualitas. Keberadaan sumber daya memiliki arti dan<br />

peranan yang besar dalam kehidupan organisasi. Tercapainya tujuan organisasi<br />

dengan cepat dan mudah adalah sumbangan yang besar dari sumber daya. Sumber<br />

daya memiliki peranan yang besar dalam mengimplementasikan suatu kebijakan<br />

pelayanan.<br />

Strategisnya faktor sumber daya manusia dalam organisasi sebagai salah<br />

determinan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik. Oleh karenanya<br />

kemampuan manajemen dalam menganalisis kebutuhan rumah sakit dalam hal<br />

ketersediaan sarana dalam menunjang kelancaran kerja akan memberikan efek<br />

positif bagi pengelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas.<br />

Untuk menjalankan pelayanan ini diperlukan adanya pemerintah yang<br />

memiliki kemampuan, kemauan serta kesetiaan untuk mau menjalankan<br />

pelayanan sesuai amanat undang-undang agar kebijakan ini dapat<br />

diimplementasikan dengan baik. Aparat yang merupakan abdi negara dan abdi<br />

masyarakat merupakan instrumen untuk bekerjanya. Dimana aparat bekerja<br />

berdasarkan pembagian kerja, hierarki kewenangan, impersonalitas hubungan,<br />

pengaturan perilaku, dan kemampuan teknis dalam menjalankan tugas dan<br />

fungsinya sebagai penyelenggara administrasi pemerintahan yang lebih sering<br />

dikenal oleh masyarakat dengan sebutan birokrasi. Birokrasi merupakan<br />

organisasi dimana kekuasaan sepenuhnya berada ditangan para pejabat resmi yang<br />

memenuhi persyaratan keahlian (technical skills).


170<br />

Birokrasi yang diharapkan mampu menjadi motivator dan sekaligus menjadi<br />

katalisator dari bergulirnya pembangunan, tidak mampu menjalankan perannya<br />

sebagai birokrasi modern tidak hanya mengedepankan kemampuan<br />

menyelenggarakan tugas dan fungsi organisasi saja tetapi juga mampu merespons<br />

aspirasi publik kedalam kegiatan dan program organisasi dan mampu melahirkan<br />

inovasi baru yang bertujuan untuk mempermudah kinerja organisasi dan sebagai<br />

bagian dari wujud aparat yang memiliki kompetensi terbaik.<br />

Permasalahan yang dihadapi oleh aparat selaku pelayan masyarakat antara<br />

lain adalah ketidakmampuan berkembang dan mengembangkan diri. Baikburuknya<br />

pelayanan publik yang diberikan sangat terkait dengan kemampuan dan<br />

kualitas dari birokrasi itu sendiri. Kemampuan aparat selain dibentuk melalui<br />

pengembangan dan peningkatan pengetahuan dan keahlian individu juga sangat<br />

dipengaruhi oleh sistem organisasi tersebut seperti orientasi kerja, struktur<br />

organisasi, model kepemimpinan serta remunerasi yang diterima oleh aparatur.<br />

Aparat cenderung enggan melakukan perubahan dan inovasi, selain<br />

disebabkan oleh gaya manajerial dalam organisasi publik, kondisi tersebut sebagai<br />

akibat dari karena iklim dan kondisi dalam organisasi yang cenderung<br />

memberikan insentif kepada pegawai yang loyal dari pada pegawai yang kreatif<br />

dan inovatif. Birokrasi dituntut lebih peka terhadap berbagai perubahan dan<br />

mencari pendekatan baru bagi pengembangan pelayanan kepada publik, serta<br />

meninggalkan proses pelayanan yang sangat prosedural dan birokratis. Pekerjaan<br />

yang sebetulnya dapat dikerjakan secara cepat dan singkat dibuat menjadi lama<br />

dan memerlukan biaya besar. Pelayanan kesehatan bisa menjadi contoh


171<br />

bagaimana birokrat tingkat bawah telah terkontaminasi oleh perilaku perilaku<br />

negatif yang selama ini lebih didominasi manajemen atas. Penyelenggaraan<br />

pelayanan kesehatan gratis sering tercoreng oleh karena pola kerja dan perilaku<br />

birokrasi pelayanan yang tidak profesional.<br />

Berlandaskan pemikiran terhadap permasalahan yang dihadapi oleh aparatur<br />

birokrasi Indonesia maka sebagai upaya untuk memperbaiki berbagai kelemahan<br />

dan mengantisipasi perubahan lingkungan maka diperlukan sebuah pemikiran<br />

untuk membangun aparatur birokrasi Indonesia yang handal, profesional dan<br />

menjunjung tinggi nilai kejujuran serta etika profesi dalam menjalankan tugas dan<br />

fungsinya sebagai penyelenggara kegiatan pembangunan dan penyelenggara<br />

pelayanan publik melalui penguatan kompetensi.<br />

Peranan aparatur dalam menjalankan tugas pelayanan sangatlah strategis<br />

guna meningkatkan kinerja organisasi sebagai perwujudan tugas umum<br />

pemerintahan yang menyangkut pelayanan publik. Proses pelayanan publik<br />

ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan dari aparat pemerintah yang<br />

memberikan pelayanan sehingga pelayanan tersebut dapat terlaksana secara<br />

efektif dan efesien yang menunjukkan profesionalisme aparat dalam pelayanan.<br />

Pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat akan dapat<br />

terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh profesionalime<br />

aparat yang memberikan pelayanan yang dalam pelaksanaannya juga didukung<br />

oleh adanya aturan yang memadai, organisasi dengan mekanisme sistem yang<br />

dinamis, kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas atau pekerjaan<br />

yang dipertanggungjawabkan, dan tersedianya sarana dan prasarana pelayanan


172<br />

sesuai dengan jenis dan bentuk pelayanan.<br />

Seiring dengan pesatnya perkembangan jaman saat ini memberi dampak<br />

terhadap perubahan kebutuhan masyarakat. Hal ini menyebabkan meningkatnya<br />

tuntutan masyarakat akan pelayanan. Masyarakat semakin kritis oleh sebab itu<br />

maka organisasi pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik dituntut<br />

untuk tanggap dan bersifat responsif terhadap perubahan yang terjadi. Oleh sebab<br />

itu organisasi yang dibutuhkan pada saat ini adalah organisasi yang bersifat<br />

dinamis yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan agar<br />

organisasi tersebut dapat bertahan dan memberikan kepuasan kepada masyarakat<br />

yang dilayaninya.<br />

Suatu kenyataan yang cukup menghebohkan pelayanan di RSUP Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado ketika ada dokter ahli kandungan yang diseret ke<br />

pengadilan dengan tuduhan tidak profesional dalam menangani pasien yang<br />

mengakibatkan pasien meninggal. Secara medis diakui bahwa apa yang dilakukan<br />

telah sesuai dengan prosedur penanganan. Akan tetapi masyarakat umum menilai<br />

bahwa apa yang dilakukan telah mencederai hak hidup masyarakat dengan<br />

meninggalnya pasien akibat operasi yang dilakukan.<br />

Upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan secara benar<br />

(good-governance) dan bersih (clean-government) termasuk didalamnya<br />

penyelenggaraan pelayanan publik memerlukan unsur-unsur mendasar antara lain<br />

adalah unsur profesionalisme dari pelaku dan penyelenggara pemerintahan dan<br />

pelayanan publik. Terabaikannya unsur profesionalisme dalam menjalankan tugas<br />

dan fungsi organisasi pemerintahan akan berdampak kepada menurunnya kualitas


173<br />

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Profesionalisme disini lebih<br />

ditujukan kepada kemampuan aparatur dalam memberikan pelayanan yang baik,<br />

adil, dan inklusif dan tidak hanya sekedar kecocokan keahlian dengan tempat<br />

penugasan. Sehingga aparatur dituntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian<br />

untuk memahami dan menterjemahkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat<br />

kedalam kegiatan dan program pelayanan.<br />

Istilah profesionalisme berasal dari kata professio, dalam Bahasa Inggris<br />

professio memiliki arti sebagai berikut: A vocation or occupation requiring<br />

advanced training in some liberal art or science and usually involving mental<br />

rather than manual work, as teaching engineering, writing, etc. (Webster<br />

dictionary,1960:1163). Dari kata profesional tersebut melahirkan arti profesional<br />

quality, status, etc yang secara komprehensif memilki arti lapangan kerja tertentu<br />

yang diduduki oleh orang orang yang memilki kemampuan tertentu pula.<br />

Profesionalisme; berkaitan dengan pengetahuan, keahlian teknis dan pengalaman<br />

dalam memberikan pelayanan kesehatan.<br />

Profesionalisme adalah: Kecocokan (fitness) antara kemampuan yang<br />

dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan kebutuhan tugas (taskrequirement).<br />

Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan aparatur dengan<br />

kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional.<br />

Artinya keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin<br />

dicapai oleh sebuah organisasi. Apabila suatu organisasi berupaya untuk<br />

memberikan pelayanan publik secara prima maka organisasi tersebut<br />

mendasarkan profesionalisme terhadap tujuan yang ingin dicapai.<br />

Maka dapat


174<br />

dikatakan profesionalisme merupakan kemampuan untuk merencanakan,<br />

mengkordinasikan, dan melaksanakan fungsinya secara efisien, inovatif, lentur,<br />

dan mempunyai etos kerja tinggi.<br />

Kemampuan aparatur lebih diartikan sebagai kemampuan melihat peluangpeluang<br />

yang ada bagi pertumbuhan ekonomi, kemampuan untuk mengambil<br />

langkah-langkah yang perlu dengan mengacu kepada misi yang ingin dicapai dan<br />

kemampuan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh<br />

kembang dengan kekuatan sendiri secara efisien, melakukan inovasi yang tidak<br />

terikat kepada prosedur administrasi, bersifat fleksibel, dan memiliki etos kerja<br />

tinggi.<br />

Para medis yang profesional merupakan para medis yang menjalankan tugas<br />

dan tanggung jawab dengan baik dan benar serta terus menerus meningkatkan<br />

mutu profesionalitasnya sebagai kesediaan moral dalam penyelenggaraan<br />

pelayanan publik. Prosedur penanganan pasien yang lambat, sering tidak<br />

tersediannya obat di apotik sebagaimana permintaan yang tertulis di resep, dokter<br />

ahli sering diganti oleh dokter residen saat penanganan maupun visiter<br />

menunjukkan pelayanan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit Umum Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou belum menujukkan performa yang baik.<br />

Profesionalisme dapat diukur melalui keahlian yang dimiliki oleh seseorang<br />

yang sesuai dengan kebutuhan tugas yang dibebankan organisasi kepada<br />

seseorang. Alasan pentingnya kecocokan antara disiplin ilmu atau keahlian yang<br />

dimiliki oleh Para Medis karena jika keahlian yang dimiliki seseorang tidak sesuai


175<br />

dengan tugas yang dibebankan kepadanya akan berdampak kepada efektivitas<br />

pelayanan kesehatan.<br />

Ukuran profesionalisme dapat dilihat dari segi kecepatannya dalam<br />

menjalankan fungsi dan mengacu kepada prosedur yang telah disederhanakan.<br />

Hal ini terdapat dalam diri Para Medis yang dapat dilihat dari segi kreativitas,<br />

inovasi dan responsivitas.<br />

Kreativitas<br />

(creativity) merupakan kemampuan Para Medis untuk<br />

menghadapi hambatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.<br />

Hal ini perlu diambil untuk mengakhiri penilaian miring masyarakat kepada<br />

birokrasi publik yang dianggap kaku dalam bekerja. Terbentuknya para medis<br />

yang kreatif hanya dapat terjadi apabila; terdapat iklim yang kondusif yang<br />

mampu mendorong para medis dan staf rumah sakit untuk mencari ide baru dan<br />

konsep baru serta menerapkannya secara inovatif; adanya kesediaan para medis<br />

untuk melakukan pelayanan kesehatan dan penyelesaian permasalahan tugas.<br />

Inovasi (innovation) sebagai terwujudnya berupa hasrat dan tekad untuk<br />

mencari, menemukan dan menggunakan cara baru, metode kerja baru, dalam<br />

pelaksanaan tugasnya. Hambatan yang paling mendasar dari perilaku inovatif<br />

adalah rasa cepat puas terhadap hasil pekerjaan yang telah dicapai. Inovasi<br />

merupakan kelanjutan dari sebuah kreativitas birokrasi melalui respon yang ada<br />

dari perubahan lingkungan rumah sakit. Inovasi dalam dunia birokrasi rumah sakit<br />

seringkali menghadapi hambatan dan benturan dari keberadaan aturan formal dan<br />

rendahnya sikap para medis yang visioner dalam lingkungan rumah sakit. Inovasi<br />

menunjukkan bahwa birokrasi menemukan dan melakukan proses kerja baru yang


176<br />

bertujuan untuk menjadikan pekerjaan dan pelayanan menjadi lebih baik. Suatu<br />

organisasi yang profesional dan modern berusaha untuk selalu berorientasi kepada<br />

pelanggan (publik) dan berusaha mendorong dan menghargai kreativitas anggota.<br />

Kondisi dimana birokrasi publik Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan<br />

lingkungan kerja yang tidak kondusif bagi terciptanya inovasi dan kurang<br />

menghargai kreativitas yang ada di dalamnya. Inovasi tidak hanya bertujuan untuk<br />

menciptakan suatu model kerja baru tetapi juga bertujuan untuk mencapai suatu<br />

kepuasan kerja bagi individu maupun organisasi dan kepuasan pelayanan bagi<br />

masyarakat. Inovasi merupakan sebuah hasrat dan tekad untuk selalu mencari,<br />

menemukan serta menggunakan cara kerja baru, metode kerja baru, dan teknik<br />

baru dalam pelaksanaan pekerjaan demi kepuasan kerja organisasi dan kepuasan<br />

masyarakat.<br />

Tindakan dan upaya untuk melakukan inovasi khususnya dalam dunia<br />

birokrasi Indonesia perlu mendapat dukungan dan penghargaan serta<br />

menghilangkan segala bentuk hambatan seperti proses kerja yang sangat<br />

prosedural dan adanya pengawasan yang super ketat terhadap aparatur dalam<br />

menjalankan tugas dan fungsi organisasi dengan mendasarkan kepada aturan baku<br />

tersebut. Pengabaian terhadap nilai organisasi yang tertuang dalam visi-misi<br />

organisasi hanya akan membuat birokrasi menjadi kaku dan tidak responsif<br />

terhadap perubahan lingkungan.<br />

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa inovasi menjadi<br />

sangat penting dan mendesak untuk dilakukan guna menghadapi perubahan<br />

lingkungan yang dinamis serta pentingnya memberikan insentif bagi birokrasi


177<br />

publik termasuk aparatur yang ada di dalamnya guna menumbuhkan iklim<br />

kompetisi yang positif dimana aparat dapat menjalankan tugas dan fungsi<br />

organisasi secara giat.<br />

Responsivitas (responsivity) menunjukkan kemampuan aparatur dalam<br />

mengantisipasi dan menghadapi aspirasi baru, perkembangan baru, tuntutan baru,<br />

dan pengetahuan baru, birokrasi harus merespon secara cepat agar tidak tertinggal<br />

dalam menjalankan tugas dan fungsinya.<br />

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perubahan lingkungan yang terjadi<br />

seperti perubahan sikap dan tuntutan masyarakat yang meningkat serta kemajuan<br />

teknologi yang demikian pesatnya telah menimbulkan perubahan dalam berbagai<br />

segi dan aspek kehidupan. Konsekuensi terhadap perubahan lingkungan tersebut<br />

menuntut aparat untuk bekerja lebih profesional antara lain dengan cara merespon<br />

dan mengakomodasi aspirasi publik kedalam kegiatan dan program pemerintah.<br />

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan memerlukan responsivitas adalah:<br />

Kemampuan para medis untuk mengenali kebutuhan pasien, menyusun agenda<br />

dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan<br />

kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Responsivitas para medis berkaitan<br />

dengan kecocokan dan keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan<br />

kesehatan dengan kebutuhan dan harapan pasien. Sebagai bentuk kemampuan<br />

para medis dalam mengantisipasi dan menanggapi harapan pasien, kebutuhan dan<br />

tuntutan baru dari pasien.<br />

Pentingnya mewujudkan apa yang telah direspon tersebut kedalam program<br />

dan kegiatan pelayanan kesehatan adalah merupakan bentuk dari kewajiban para


178<br />

medis dan pengabaian terhadap tanggung jawab yang ada sebab dapat dipahami<br />

jika tidak diresponi dengan baik apa yang menjadi keluruhan pasien dalam<br />

pelayanan kesehatan akan berdampak kepada kekecewaan pasien<br />

yang pada<br />

gilirannya mungkin berakibat kepada timbulnya “krisis kepercayaan” kepada para<br />

medis.<br />

Untuk mewujudkan para medis yang professional diperlukan political will<br />

dari pihak rumah sakit dan para medis untuk melakukan perubahan besar dalam<br />

wadah rumah sakit agar dapat bekerja secara profesional dan responsif terhadap<br />

aspirasi dan kebutuhan pasien. Perubahan tersebut meliputi perubahan dalam<br />

filsafat atau cara pandang rumah sakit dalam mencapai tujuan yang dimulai<br />

dengan merumuskan visi dan misi yang ingin dicapai dan dijalankan oleh<br />

organisasi, membangun struktur yang flat dan tidak terlalu hirarkis serta prosedur<br />

kerja yang tidak terlalu terikat kepada aturan formal.<br />

Maka sebagai upaya untuk merespon harapan pasien yang juga sebagai<br />

bagian dari pemenuhan pelayanan kesehatan maka perlu diambil tindakan sebagai<br />

berikut: Serangkaian tindakan yang perlu ditempuh pemerintah untuk merespon<br />

harapan dan kebutuhan pasien dalam perkembangan lingkungan dengan<br />

serangkaian tindakan efisiensi yang meliputi penghematan struktur organisasi<br />

suatu rumah sakit, penyederhanaan prosedur, peningkatan profesionalisme<br />

aparatur menuju peningkatan pelayanan publik.<br />

Upaya untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan penerapan<br />

manajemen modern untuk penataan kelembagaan sebagai salah satu<br />

kecenderungan global.<br />

Hal ini dimaksudkan bahwa untuk membangun dan


179<br />

melakukan tranformasi sistem rumah sakit secara fundamental guna menciptakan<br />

peningkatan dramatis dalam efektivitas, efisiensi, dan kemampuan melakukan<br />

inovasi maka harus dicapai melalui: perubahan tujuan, sistem insentif,<br />

pertanggung-jawaban, struktur kekuasaan, dan budaya sistem serta organisasi<br />

pemerintah.<br />

Pelayanan kesehatan harus diberikan berdasarkan standar tertentu. Standar<br />

adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam<br />

melakukan kegiatan. Maka, standar pelayanan kesehatan adalah spesifikasi teknis<br />

pelayanan yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan pelayanan<br />

kesehatan. Standar pelayanan kesehatan tersebut merupakan ukuran atau<br />

persyaratan baku yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pelayanan<br />

kesehatan dan wajib ditaati oleh pemberi pelayanan yaitu Rumah Sakit dan Para<br />

Medis dan atau pengguna pelayanan (pasien). Setiap penyelenggaraan pelayanan<br />

kesehatan harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan<br />

adanya kepastian bagi penerima pelayanan.<br />

Standar pelayanan kesehatan wajib dimiliki oleh setiap penyelenggara<br />

layanan kesehatan untuk menjamin diberikannya pelayanan yang berkualitas oleh<br />

penyedia layanan kesehatan. Pemberi layanan yang berkualitas ketika di dukung<br />

oleh sumber daya manusia yang berkualitas pula. Pengertian konsep kualitas<br />

(quality) dan pengertian konsep pelayanan umum (public service) secara umum,<br />

berikutnya akan coba dibahas secara mendalam tentang pengertian konsep<br />

kualitas pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan sebagai: ”Tingkat<br />

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut


180<br />

untuk memenuhi keinginan pasien”. Ini berarti apabila jasa atau pelayanan yang<br />

diterima (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa<br />

atau pelayanan kesehatan dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya, apabila<br />

jasa atau pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka<br />

kualitas jasa atau pelayanan akan dipersepsikan buruk. Inti dari Kualitas<br />

pelayanan kesehatan terkait dengan upaya untuk memenuhi atau bahkan melebihi<br />

harapan yang dituntut atau yang diinginkan oleh pasien. Semakin tinggi tingkat<br />

pemenuhan harapan tersebut, semakin tinggi pula tingkat kualitas pelayanan yang<br />

diberikan, dan sebaliknya semakin tidak memenuhi harapan pelanggan atau<br />

pemohon layanan, berarti semakin tidak berkualitas pelayanan kesehatan yang<br />

diselenggarakan oleh pemberi layanan dalam hal ini Rumah Sakit atau para<br />

medis.<br />

Kualitas pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan setiap saat secara<br />

cepat dan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan menolong serta profesional dan<br />

mampu melaksanakan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan dapat dikatakan<br />

berkualitas apabila menunjukkan sejumlah ciri atau karakter, seperti cepat,<br />

memuaskan, sopan, ramah dan profesional. Kombinasi dari berbagai ciri<br />

pelayanan ini secara simultan dikatakan sebagai pelayanan yang berkualitas.<br />

Pelayanan kesehatan yang berkualitas diharapkan dapat memberikan manfaat,<br />

bukan saja bagi masyarakat yang menerima pelayanan, tetapi juga bagi organisasi<br />

atau pemerintah yang menyelenggarakan layanan. Manfaat yang diperoleh dari<br />

optimalisasi pelayanan kesehatan yang efisien adalah: ”Secara langsung dapat<br />

merangsang lahirnya respek pasien atas sikap profesional Rumah Sakit dan Para


181<br />

Medis. Pada tingkat tertentu kehadiran birokrat yang melayani masyarakat secara<br />

tulus akan mendorong terpeliharanya iklim kerja keras, disiplin dan kompetitif.<br />

Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 mengamanatkan<br />

bahwa dalam rangka melaksanakan upaya kesehatan, diperlukan sumber daya<br />

kesehatan yang memadai. Sumber daya kesehatan tersebut meliputi tenaga<br />

kesehatan yang bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan<br />

sesuai dengan bidang keahlian dan status kewenangan tenaga kesehatan yang<br />

bersangkutan.<br />

Menurut Departemen Kesehatan RI. tahun 2007, jumlah sumber daya<br />

manusia kesehatan belum memadai. Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah<br />

penduduk masih rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru,<br />

sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1 : 5.000. Produksi perawat<br />

setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru dengan rasio terhadap jumlah penduduk<br />

1 : 2850. Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru dengan<br />

rasio terhadap jumlah penduduk 1 : 2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan<br />

oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas.<br />

Penyebaran tenaga kesehatan juga belum menggembirakan, sekalipun<br />

sejak tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan<br />

dengan sistem Pegawai Tidak Tetap (PTT). Tercatat ratio dokter terhadap<br />

Puskesmas di Propinsi Sulawesi Utara = 0,84 dibanding dengan Provinsi Nusa<br />

Tenggara Timur = 0,26 dan Papua = 0,12.<br />

Kesiapan dan ketepatan dalam pelayanan ini menunjukkan kehandalan para<br />

medis dalam memenuhi kebutuhan, kepentingan maupun tuntutan pasien sesuai


182<br />

dengan yang diharapkan.<br />

Kehandalan yang dilakukan satuan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

menunjukkan adanya pemahaman tentang peranan penting kehandalan yang<br />

dijadikan acuan. RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado perlu untuk lebih<br />

mengedepankan pemberian pelayanan kesehatan di ruang inap kelas tiga yang<br />

sesuai dengan standar yang berlaku dan kesiapan para medis dalam melaksanakan<br />

tugas pekerjaannya.<br />

Kehandalan yang dipersiapkan untuk dilaksanakan dalam rangka<br />

memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki jaminan penuh, terutama<br />

dalam pencapaian tujuan bersama. Kualitas pelayanan dapat menjamin adanya<br />

bukti keandalan atau keterandalan, terutama terbangunnya pemberian pelayanan<br />

kesehatan diruang inap kelas tiga di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado yang<br />

sesuai dengan standar yang berlaku.<br />

Sekalipun harus diakui bahwa saat ini RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado telah berusaha melakukan beberapa terobosan dalam pelayanan seperti<br />

halnya dengan tidak adanya pedagang-pedagang asongan yang berkeliaran di<br />

kawasan rumah sakit, manajemen kantor mulai tertata dengan baik dengan<br />

ditunjang kesiapan aparat, namun minimnya akses bagi masyarakat dalam<br />

memenuhi kebutuhan layanan kesehatan masih banyak yang belum tersentuh<br />

aparat dengan baik.<br />

Realitas ini sebagai dampak dari adanya kesiapan saat diperlukan<br />

masyarakat, pemenuhan dan tuntutan sesuai dengan harapan, ketepatan saat<br />

memberikan layanan, ketepatan menyelesaikan urusan untuk kepentingan


183<br />

masyarakat yang mereka jadikan sebagai tantangan dalam rangka membangun<br />

optimalisasi penyelesaian setiap pekerjaan, guna membangun kualitas pelayanan<br />

kesehatan yang optimal bagi warga masyarakat.<br />

Pelayanan kesehatan yang diberikan terkadang ada yang membantu pasien<br />

dan ada pula yang memberatkannya. Standar pelayanan kesehatan terkadang<br />

kurang begitu diketahui pasien, terutama pada aturan kelengkapan administratif<br />

dalam layanan kesehatan sehingga dimungkinkan layanan yang diberikan, belum<br />

sepenuhnya memenuhi kepentingan umum masyarakat yang datang di RSUP Prof.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado. Ketidaksabaran sebagian warga masyarakat yang<br />

merasa termarjinalkan, dapat mengakibatkan pelayanan kesehatan jauh dari target<br />

yang diharapkan. Untuk itu pemberian pelayanan kesehatan yang sesuai dengan<br />

standar yang berlaku, mutlak diperlukan.<br />

Pemberian pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang berlaku<br />

dapat membuktikan pula tingkatan kualitas pelayanan. Apabila pemberian<br />

pelayanan sesuai dengan standar yang berlaku, keandalan pelayanan kesehatan<br />

rawat inap kelas tiga di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dapat dilaksanakan<br />

dengan baik, sehingga secara otomatis akan terbangun kualitas pelayanan<br />

kesehatan dan tentunya akan berimbas pula terhadap kesiapan para medis dalam<br />

pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas. Kebutuhan masyarakat terhadap<br />

kualitas pelayanan kesehatan menjadi semakin urgen, manakala RSUP Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado memahami betul segala aspek layanan yang menjadi<br />

kebutuhan publik yang dilayani di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Pelayanan kesehatan yang lebih sebagai sebuah proses bersama dalam


184<br />

memperkuat kapasitas satuan kerja RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, baik<br />

secara individual maupun kolektif untuk menyelesaikan tugas pekerjaan secara<br />

lebih berkualitas akan merupakan wujud dari kesiapan para medis dalam<br />

pelaksanaan kebijakan pelayanan kesehatan dan berada dalam sistem yang sesuai<br />

dengan kemampuan yang dimiliki oleh RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Berdasarkan situasi tertentu pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak<br />

selamanya berjalan mulus. Berbagai rintangan akan muncul dan harus mampu<br />

dihadapi. Pada situasi termaksud, harus ada yang dapat dan berani mengambil<br />

tanggung jawab dari RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado bagi yang mengalami<br />

kesulitan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kendala yang<br />

dihadapi oleh RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado adalah belum maksimalnya<br />

pelayanan kesehatan. Hal ini terungkap, sebagaimana yang disampaikan oleh<br />

Kepala Urusan Rumah Tangga dimana adanya kekurangan perawat, dokter ahli<br />

maupun sarana dan prasarana memang diakui merupakan penyebab pelayanan di<br />

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Maka hal ini perlu diantisipasi dengan<br />

kesiapan para medis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien untuk<br />

sekiranya selalu berada pada level siap. Kesiapan para medis dalam memberikan<br />

layanan akan membuktikan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam<br />

memberikan pelayanan kesehatan berkualitas. Keterandalan dalam melakukan<br />

pelayanan kesehatan merupakan perwujudan dari peningkatan kualitas.<br />

Mewujudkan keterandalan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam<br />

memberikan pelayanan kepada pasien tentunya tidak terlepas dengan adanya daya<br />

tanggap.


185<br />

Kondisi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado saat ini dalam proses<br />

pembenahan pelayanan sehingga menunjukkan sikap para medis di RSUP Prof.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado ketika pelayanan yang diberikan harus diakui masih<br />

belum sesuai standar, namun meskipun dengan segala keterbatasan, mereka tetap<br />

berkewajiban untuk tidak boleh menolak pasien dan dengan segala kemampuan<br />

tetap melaksankan tugas pelayanan. Kenyataan ini sebagai dorongan mengejar<br />

target program pelayanan pada RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado yang sudah<br />

ditetapkan sebelumnya. Hal ini berarti tingkat kualitas pelayanan kesehatan dari<br />

dimensi keandalan perlu untuk diberikan apresiasi.<br />

Strategi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam rangka mencapai<br />

tujuan dan sasaran pelaksanaan pelayanan kesehatan telah digariskan sebagai<br />

langkah strategis kearah pencapaian pelaksanaan program kerja, dan serangkaian<br />

kegiatan dalam wujud konkrit atas pernyataan visi dan misi RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado.<br />

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 756/MenKes/SK/VI/2007<br />

dan Keputusan Menteri Keuangan No. 272/Keu.05.2007 tanggal 21 Juni 2007,<br />

RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado merupakan Badan Layanan Umum (BLU)<br />

milik pemerintah Indonesia c/q vertikal milik Departemen Kesehatan R.I yang<br />

berlokasi di Manado, Sulawesi Utara. Memperhatikan posisi hukum dari RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado adalah rumah sakit pemerintah maka dalam hal ini<br />

sesuai Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 <strong>BAB</strong> <strong>IV</strong> Pasal 6 ayat 1 dan 2, maka<br />

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado selaku Badan Layanan Umum pemerintah<br />

yang tidak bertujuan mencari laba akan tetapi meningkatkan kualitas pelayanan


186<br />

publik, dalam rangka menyiapkan suatu pelayanan berkualitas yang sesuai dengan<br />

yang diharapkan perlu didasarkan pada sistem kualitas yang memiliki ciri dan<br />

karakteristik tertentu. Suatu masyarakat sebagai pelanggan kesehatan, akan selalu<br />

bertitik tolak kepada pelayanan kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan yang<br />

diberikan dapat memenuhi harapan pelanggan dalam hal ini pasien.<br />

Sehubungan dengan kehandalan dalam pelayanan kesehatan maka tentunya<br />

dibutuhkan kemampuan untuk melakukan pelayanan yang diharapkan dependably<br />

dan akurat. Hal ini dimaksudkan agar Rumah Sakit dan Para Tenaga Medis<br />

mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan berbagai<br />

cara, dimana tujuan yang objektif mengimplikasikan suatu tujuan status<br />

kesehatan. Maka, dengan demikian kualitas kesehatan dapat tercapai ketika<br />

seorang dokter dan perawat dapat menolong pasien secara handal, benar untuk<br />

mencapai status kesehatan pasien yang diharapkan dan pasien dapat menikmati<br />

kehidupan yang lebih sehat. Pasien berhak atas berbagai layanan yang harus<br />

diberikan oleh Rumah Sakit dan Para Tenaga Medis, karena pada dasarnya<br />

Rumah Sakit dibentuk untuk melayani pasien. Penyelenggara pelayanan<br />

kesehatan harus bertanggung jawab kepada pelanggan kesehatan/pasien secara<br />

keseluruhan demi kepentingan pasien.<br />

Sehubungan dengan kualitas pelayanan kesehatan, yang harus diperhatikan<br />

dalam perbaikan kualitas jasa/layanan yang antara lain Ketepatan waktu<br />

pelayanan; Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan reliabilitas; dan<br />

Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan. Oleh karenannya konsep kualitas<br />

pelayanan erat kaitannya dengan ekspektasi atau harapan dan apa yang diterima


187<br />

oleh pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang<br />

diharapkan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan kebutuhan<br />

mereka.<br />

Ketepatan saat memberikan layanan kesehatan pada RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado menjadi cermin keandalan para medis dalam setiap memberikan<br />

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kesiapan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

menjabarkan konsep ke dalam rincian langkah pelayanan kesehatan dapat dimulai<br />

dari tersedianya program operasional, tahapan pencapaian, rancangan berbagai<br />

peraturan, rencana pengembangan, dan langkah nyata yang ditempuh RSUP Prof.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Penyerahan pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado dengan status Badan Layanan Umum dimaksudkan untuk<br />

mendorong peningkatan kemampuannya dan sebagai upaya untuk menjamin<br />

adanya pelayanan kesehatan bagi masyarakat oleh pemerintah. Secara teoritik<br />

dengan penyerahan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang besar tersebut, RSUP<br />

Prof. Dr.R.D. Kandou Manado memiliki kesempatan yang luas untuk lebih aktif<br />

dan produktif mengambil inisiatif dan mengembangkan kreatifitas dalam mencari<br />

solusi terbaik dalam melaksanakan pelayanan sehari-hari. Dalam hal ini, tingkat<br />

pencapaian kualitas pelayanan kesehatan yang ditetapkan RSUP Prof.Dr.R.D.<br />

Kandou Manado menghendaki sistem pengelolaan yang mandiri atas dasar<br />

inisiatif dan kreatifitas sendiri, sehingga target untuk memberikan layanan yang<br />

ditetapkan dalam program, dapat mendekati nilai yang cukup efektif dan hasilnya<br />

dapat lebih baik dirasakan pasien.


188<br />

Pelayanan kesehatan selama ini lebih banyak diarahkan pada sektor<br />

pelayanan yang menyangkut pemenuhan hak pasien untuk mendapatkan<br />

kesehatan gratis. Dalam program pelayanan ini, dibutuhkan perangkat yang<br />

memiliki ketepatan saat memberikan layanan, termasuk pula layanan kesehatan<br />

dalam bentuk jaminan kesehatan masyarakat miskin, telah ditempuh dengan<br />

melaksanakan program pemberian kemudahan bagi warga masyarakat untuk<br />

mendapatkan kesehatan gratis.<br />

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/<br />

1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan<br />

pelayanan kesehatan. Maka setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak<br />

memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab<br />

mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi<br />

masyarakat miskin dan tidak mampu.<br />

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan<br />

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005<br />

telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui<br />

pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat<br />

Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui<br />

penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes<br />

/SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program<br />

pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin.<br />

Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan<br />

melalui perubahan-perubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun


189<br />

2008. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran<br />

pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi<br />

Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan<br />

Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit, penempatan pelaksana verifikasi di setiap<br />

Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat,<br />

Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam<br />

manajemen kepesertaan.<br />

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap<br />

masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin,<br />

program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang<br />

selanjutnya disebut JAMKESMAS dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.<br />

Sasaran program JAMKESMAS adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di<br />

seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai<br />

jaminan kesehatan lainnya.<br />

Tujuan Umum penyelenggaraan JAMKESMAS adalah Meningkatnya akses<br />

dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak<br />

mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif<br />

dan efisien. Sementara Tujuan Khusus adalah sebagai berikut.<br />

1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang<br />

mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di<br />

Rumah Sakit.<br />

2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.<br />

3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.


190<br />

Adanya jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah kepada<br />

masyarakat dengan menjadikan rumah sakit sebagai salah satu media dalam<br />

proses pelaksanaan menuntut RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado untuk pro<br />

aktif serta berupaya memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat.<br />

Tuntutan untuk menampilkan aktifitas pelayanan secara optimal guna mendesain<br />

organisasi yang benar-benar aspiratif, akomodatif, efisien, serta sesuai kebutuhan<br />

dan kemampuan, perlu dijadikan alat kompetisi antar sesama aparatur. Usaha<br />

kreatif dan inovatif agar pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan semakin<br />

efektif dilaksanakan, perlu dijadikan arena bagi peningkatan potensi RSUP Prof.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Fenomena yang terlihat dimana ada staf administrasi dalam melayani<br />

masyarakat peserta jamkesmas yang hanya oleh karena surat keterangan penduduk<br />

miskin tidak distempel cap pemerintah desa mengkonsultasikan situasi ini kepada<br />

penangung jawab atau pimpinan mereka. Sikap para medis yang masih senang<br />

meminta petunjuk mengindikasikan adanya beberapa kemungkinan, antara lain<br />

belum memahami dan belum siap menerima kewenangan yang luas.<br />

Dimungkinkan pula masih kuatnya tradisi meminta petunjuk dari pimpinan karena<br />

petunjuk diidentikkan dengan perolehan peningkatan materi atau kurangnya rasa<br />

percaya diri atas kemampuan dan potensi yang dimiliki.<br />

Menetapkan target penyelesaian pekerjaan sebagai upaya dalam<br />

mewujudkan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat dalam suatu waktu<br />

tertentu untuk menguji keterampilan dalam bekerja, perlu ditunjang beberapa<br />

peralatan yang memungkinkan dapat mencapai suatu tujuan. Jika saat


191<br />

melaksanakan pelayanan kurang memadai maka Rumah Sakit Umum Pusat Prof.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado menjadi tidak sehat sehingga kemandirian tidak<br />

terwujud.<br />

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik {Pasal 1<br />

ayat (1)} menegaskan bahwa :<br />

Pelayanan publik adalah segala kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam<br />

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan<br />

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,<br />

jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara<br />

pelayanan publik.<br />

Ketepatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada warga masyarakat<br />

menjadi moment terpenting.<br />

Maka hal-hal yang harus diperhatikan di dalam<br />

mewujudkan Reliability/Reabilitas, yaitu perlu adanya pembaharuan melalui<br />

beberapa aspek substantif, sebagai indikator kesiapan pelaksanaan program yang<br />

penekanannya pada RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, antara lain dengan:<br />

1. Tersedianya rincian program pelayanan yang wajib dilaksanakan RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam memberikan pelayanan.<br />

2. Ketepatan dan Kesiapan pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.<br />

3. Desain kembali RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado standart prosedur<br />

pelayanan dengan menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan RSUP Prof.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

4. Daftar kebutuhan para medis yang akan ditempatkan dalam setiap<br />

instalasi pelayanan, dengan mengedepankan Kemampuan Rumah Sakit<br />

dalam memilih dokter yang dapat menggunakan jasa yang efektif.


192<br />

5. Daftar kebutuhan sarana dan prasarana (perlengkapan) yang dibutuhkan<br />

sebagai konsekuensi ditetapkannya unit kerja beserta jumlah instalasi.<br />

Keterandalan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam membangun<br />

pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat, dimungkinkan masyarakat<br />

dapat meningkatkan pelayanan yang handal dan ikut serta dalam menjaga<br />

kesehatan serta membantu pemerintah dalam mewujudkan masyarakat sehat dan<br />

cerdas, oleh karenanya sebagai upaya perbaikan diperlukan perbaikan prosedur<br />

dan sistem pelayanan dengan semangat pelayanan dimana keselamatan pasien<br />

adalah segala-galanya.<br />

4.2.3. Responsiveness/Daya Tanggap<br />

Parasuraman, dkk, (1990:25), menyatakan bahwa Daya tanggap<br />

(Responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan<br />

memberikan layanan dengan tanggap.<br />

Hal ini berarti Responsiveness /Daya Tanggap yaitu: Keinginan/Kesediaan<br />

untuk memberikan layanan yang cepat. Responsiveness/Daya Tanggap tentunya<br />

tidak terlepas juga dengan Layanan Inti Medis yang merupakan aspek-aspek<br />

utama medis dari pelayanan: kecocokan, keefektivitasan dan keuntungan bagi<br />

pasien. Hal ini merupakan bagian inti pelayanan medik yaitu kelayakan,<br />

efektivitas yang bermanfaat bagi pasien yang dilayani, agar dapat memberikan<br />

kesembuhan sebagaimana yang diharapkan oleh pasien yang mendapat perawatan.<br />

Maka sehubungan dengan aspek Daya Tanggap, Pasien mempunyai harapan<br />

bagi para medis untuk mempunyai kemampuan menyediakan jasa tambahan,


193<br />

kemampuan memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien agar dapat dilakukan<br />

secara cepat, sehingga pasien memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan<br />

dan harapan. Hal ini dapat diwujudnyatakan dalam penyediaan jasa pada waktu<br />

yang telah dijanjikan, dokter bisa ditelepon oleh pasien, ketaatan mengikuti<br />

jadwal janjian dengan pasien.<br />

Perwujudan kemampuan dan kesigapan para medis dalam menanggapi<br />

keluhan atau masalah dari masyarakat mencerminkan daya tanggap yang dimiliki<br />

oleh para medis. Pencapaian kualitas kesehatan ditentukan oleh adanya peranan<br />

penting para medis dalam memberikan pelayanan, mendengarkan keluhan,<br />

memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat mengenai pentingnya<br />

kesehatan bagi kehidupan disaat ini dan masa mendatang. Kesigapan para medis<br />

menangani keluhan pasien kelas tiga dapat memperlihatkan kelayakannya,<br />

terutama mengenai kerjasama yang memudahkan bagi terciptanya keberhasilan<br />

pelayanan kesehatan yang lebih baik, dan juga dalam menanggapi permasalahan<br />

yang memerlukan respon cepat. Dengan demikian, kepekaan terhadap setiap<br />

pelayanan kesehatan, akan memberikan kontribusi positif bagi kualitas kegiatan<br />

administrasi dalam menangani pasien dan pelayanan kesehatan pada umumnya.<br />

Maka daya tanggap dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan menjadi<br />

moment atau saat yang menentukan bagi terciptanya jaminan pelayanan kesehatan<br />

yang berkualitas.<br />

Namun berdasarkan kenyataan dalam temuan lapangan, terdapat:<br />

a. Lambannya proses administrasi pendataan pasien yang berakibat pada<br />

penanganan awal pasien di UGD


194<br />

b. Jarang ada dokter spesialis kebanyakan dilayani oleh mahasiswa<br />

spesialis dan mahasiswa S1 kedokteran /koas.<br />

c. Pelayanan dokter ahli hanya setiap hari kerja pada pagi hari saat<br />

kunjungan dokter yang berlangsung sekitar 5 menit. Pelayanan<br />

selanjutnya dilakukan oleh perawat atau koas (mahasiswa praktek) juga<br />

oleh mahasiswa spesialis (residen);<br />

d. Tidak adanya Pelayanan Dokter pada hari libur;<br />

e. Pelayanan oleh perawat dan dokter belum maksimal ada hal-hal yang<br />

masih perlu perhatian seperti masih perlunya penambahan tenaga<br />

perawat dan dokter pada saat malam hari dan hari libur. Pasien jantung<br />

sangat memerlukan perhatian yang cepat dan perlakuan yang tepat;<br />

f. Beberapa perlakuan dan pengambilan keputusan yang seharusnya<br />

dilakukan oleh dokter ahli tidak dapat dilakukan ditempat tapi hanya<br />

lewat tilpun yang dilakukan oleh perawat maupun dokter jaga;<br />

g. Sebagian besar anak-anak menderita penyakit akut berbahaya seperti<br />

demam berdarah dan tipus mengalami kekurangan tim medis.<br />

Kekurangan tim medis ini sangat berakibat fatal karena penderita<br />

demam berdarah harus dipantau paling tidak setengah jam sekali setiap<br />

pasien untuk mengukur suhu tubuh dan kekentalan darah;<br />

h. Peran orang tua sangat besar terhadap kesembuhan anak terutama<br />

penderita demam berdarah. Pencarian cairan yang harus dilakukan<br />

sepenuhnya oleh orang tua. Sebagai konsekuensi, penjaga pasien harus


195<br />

lebih dari 1 orang untuk memantau secara dekat dan terus menerus<br />

selama 24 jam keadaan pasien.<br />

i. Tenaga medis masih kurang walaupun pada waktu jam kerja pasien<br />

harus menunggu giliran untuk dilayani walaupun sudah sangat<br />

dibutuhkan bantuan tenaga medis baik perawat maupun dokter;<br />

j. Tenaga medis sangat kurang pada saat hari libur, banyak pasien yang<br />

tidak terlayani dengan baik;<br />

k. Pasien anak yang terlambat diganti cairan infusnya;<br />

l. Perawat jika dipanggil baru datang berkunjung kepada pasien di<br />

ruangan (wawancara Pasien di Irene C2)<br />

m. Dokter yang menangani pasien saat masuk sampai pasien keluar dari<br />

rumah sakit hanyalah dokter umum dan belum pernah ditangani oleh<br />

dokter spesialis sementara aturannya harus ada dokter spesialis yang<br />

menangani dan bertangung jawab atas diagnosa pasien.<br />

Pengamatan yang dilakukan peneliti dengan melihat secara langsung proses<br />

penanganan pasien kelas tiga mulai dari UGD, aktivitas para medis di ruang<br />

perawatan sampai pada pelayanan obat, makanan dan minuman serta pemenuhan<br />

sarana rumah sakit yang dibutuhkan pasien memberikan gambaran bahwa daya<br />

tanggap para medis di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado belum maksimal<br />

dilakukan. Adapun hasil pengamatan peneliti di lapangan, adalah:<br />

1. Para medis khususnya dokter yang berada di ruang UGD adalah dokter<br />

koas atau calon dokter yang sementara menyelesaikan studi dari sarjana<br />

kedokteran ke dokter umum.


196<br />

2. Kecekatan terlihat lebih kepada perawat dari pada koas dalam menangani<br />

pasien.<br />

3. Di ruang perawatan/instalasi/Irina terlihat dimana petugas jaga (perawat)<br />

lebih bersifat menunggu panggilan dari keluarga pasien.<br />

4. Banyaknya sarana penunjang yang dibutuhkan pasien tidak terpenuhi.<br />

5. Dokter ahli lebih banyak waktunya ditempat praktek, mengikuti seminar<br />

ataupun di rumah sakit swasta.<br />

Kenyataan tersebut di atas menunjukkan lemahnya kebertanggungjawaban<br />

dan ketanggapan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam melaksanakan<br />

pelayanan kesehatan pada pasien.<br />

Secara normatif Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Kesehatan<br />

menegaskan tentang pentingnya kesehatan bagi masyarakat. Kesehatan<br />

merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai<br />

dengan cita-cita bangsa Indonesia. Ditegaskan juga bahwa pembangunan<br />

kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar bagi<br />

pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia. Dalam konteks perwujudan<br />

ini yaitu derajat kesehatan diselenggarakan upaya pelayanan kesehatan dengan<br />

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,<br />

penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit yang dilaksanakan secara<br />

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.<br />

Pewujudan hal tersebut dibutuhkan adanya daya tanggap dari para tenaga<br />

medis selaku pemberi layanan kesehatan melalui kesediaannya untuk memberikan<br />

pelayanan kesehatan yang cepat. Ketanggapan akan terlihat pada penanganan


197<br />

terhadap masalah yang muncul dalam penyelesaian pekerjaan, ketanggapan<br />

terhadap keluhan yang disampaikan pasien maupun keluarga pasien, kecepatan<br />

dalam merespon kegiatan administrasi pelayanan dan tanggap dalam penerapan<br />

sangsi administrasi. Berdasarkan pelaksanaannya, dimensi ini memuat dua unsur<br />

utama, yaitu kemampuan institusi untuk memberikan pelayanan sebagaimana<br />

yang dijanjikannya dan keakuratan pelayanan yang diberikan atau seberapa jauh<br />

institusi mampu meminimalisir/mencegah terjadinya kesalahan/ error dalam<br />

proses pelayanan yang diberikan.<br />

Para medis yang berada di rumah sakit seharusnya memiliki kewajiban<br />

untuk memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan tangung jawab yang<br />

ada. Adanya keluhan yang terungkap saat wawancara menunjukkan terjadinya<br />

kesenjangan antara harapan dan kenyataan sebagai perwujudan dari daya tanggap<br />

para medis dalam memberikan pelayanan.<br />

Daya tanggap yang dimiliki individu satuan organisasi pemerintah bidang<br />

kesehatan menunjukkan adanya pemahaman tentang peranan penting para medis<br />

dalam menjalankan tanggung jawabnya. Daya tanggap para medis terbagi<br />

perwujudan kemampuan dan kesigapan para medis dalam menanggapi keluhan<br />

atau masalah dari masyarakat. Pencapaian kualitas kesehatan ditentukan oleh<br />

adanya peranan penting para medis dalam memberikan pelayanan, mendengarkan<br />

keluhan, memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat mengenai<br />

pentingnya kesehatan bagi kehidupan disaat ini dan masa mendatang.<br />

Penyelenggara pelayanan yang baik, tentunya memiliki kiat khusus dalam<br />

memberikan pelayanan agar tidak salah sasaran atau keluar dari peraturan


198<br />

perundang-undangan. Apabila terjadi permasalahan yang menimpa satuan kerja,<br />

dibutuhkan kemampuan mengatasi dan menghadapi masalah. Walaupun tidak ada<br />

pelatihan khusus untuk menghadapi masalah pelayanan kesehatan bagi<br />

masyarakat karena sifatnya insidental, dalam menyelesaikan permasalahan,<br />

mereka senantiasa mengatasinya berdasarkan pengalaman pribadi para medis<br />

masing-masing, terutama dalam menghadapi keluhan masyarakat. Bila<br />

kemampuan para medis termaksud dalam mengatasi masalah ditingkatkan, daya<br />

tanggap terhadap pelayanan dapat dirasakan masyarakat sehingga menunjukkan<br />

adanya kualitas pelayanan kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan<br />

oleh RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Kesigapan para medis menangani keluhan pasien kelas tiga dapat<br />

memperlihatkan kelayakannya, terutama mengenai kerjasama yang memudahkan<br />

bagi terciptanya keberhasilan pelayanan kesehatan yang lebih baik, dan juga<br />

dalam menanggapi permasalahan yang memerlukan respon cepat. Maka,<br />

kepekaan terhadap setiap pelayanan kesehatan, akan memberikan kontribusi<br />

positif bagi kualitas kegiatan administrasi dalam penanganan pasien dan<br />

pelayanan kesehatan pada umumnya di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Banyaknya pasien yang ingin mendapatkan layanan kesehatan di UGD<br />

yang selalu mengeluhkan lambannya proses administrasi pendataan pasien yang<br />

berakibat pada penanganan awal pasien di UGD menjadi terhambat menunjukkan<br />

perwujudan kesehatan gratis belumlah berjalan dengan baik. Permasalahan ini<br />

membutuhkan adanya kesigapan memberikan layanan secara administratif<br />

maupun penanganan awal pasien dalam menanggapi permasalahan yang cepat


199<br />

direspon, tentu akan memuaskan sebagian pasien. Namun di sisi lain, tidak sedikit<br />

yang masih meragukan ketulusan dalam merespon cepat kegiatan administrasi<br />

maupun penanganan awal pasien. Kesigapan dalam menanggapi permasalahan,<br />

seharusnya tidak ke luar dari koridor ketentuan mengenai pelayanan sehingga<br />

memuaskan pasien yang dilayani.<br />

Kesigapan memberikan layanan secara administratif maupun penanganan<br />

awal di dalam menanggapi permasalahan cepat direspon mengenai pelayanan<br />

kesehatan tentu memuaskan sebagian masyarakat yang mengharapkan pelayanan.<br />

Namun disisi lain, tidak sedikit yang meragukan ketulusan di dalam merespon<br />

kegiatan administrasi terutama yang bersinggungan dengan kualitas layanan<br />

kesehatan yang setidaknya dibutuhkan sedikit persyarakat untuk<br />

penyelesaiaannya. Daya tanggap dalam meningkatkan kualitas pelayanan<br />

kesehatan menjadi moment atau saat yang menentukan bagi terciptanya jaminan<br />

pelayanan kesehatan yang berkualitas.<br />

Daya tanggap pelayan kesehatan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

menunjukkan adanya pemahaman dan peranan penting yang dijadikan acuan.<br />

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dapat menangkap program secara jelas,<br />

didukung oleh kemampuan para medis dalam mengatasi masalah sehingga<br />

tercipta kesigapan para medis dalam menanggapi keluhan atau masalah yang<br />

berhubungan dengan layanan masyarakat. Kualitas pelayanan, dapat menjamin<br />

fakta adanya daya tanggap pelayanan, terutama bila didukung kejelasan yang<br />

diberikan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada para medis berdasarkan<br />

jabatan yang ada. Bila pimpinan memperjelas program layanan kesehatan yang


200<br />

diberikan kepada para medis maka daya tanggap pelayanan kesehatan bagi pasien,<br />

dapat dilaksanakan sehingga terpelihara kualitas pelayanan RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado.<br />

Tentu saja semua program yang diberikan kepada para medis seperti<br />

halnya menyangkut pelayanan kesehatan masyarakat miskin tidak terlepas dari<br />

kemampuan dalam menguasai dan mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu,<br />

pelayanan publik sering dilihat sebagai representasi dari eksistensi birokrasi<br />

pemerintahan. Karena hal itu bersentuhan langsung dengan tuntutan kebutuhan<br />

faktual masyarakat terhadap keberadaan Pemerintah dalam mewujudkan<br />

pelayanan kesehatan yang berkualitas.<br />

Pelayanan publik harus diberikan berdasarkan standar tertentu. Standar<br />

adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam<br />

melakukan kegiatan. Maka, standar pelayanan publik adalah spesifikasi teknis<br />

pelayanan yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan pelayanan publik.<br />

Standar pelayanan publik tersebut merupakan ukuran atau persyaratan baku yang<br />

harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan wajib ditaati oleh<br />

pemberi pelayanan (pemerintah) dan atau pengguna pelayanan (masyarakat).<br />

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan<br />

dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.<br />

Standar pelayanan publik wajib dimiliki oleh setiap penyelenggara<br />

layanan publik untuk menjamin diberikannya pelayanan yang berkualitas oleh<br />

penyedia layanan publik sehingga masyarakat penerima pelayanan publik<br />

merasakan adanya nilai yang tinggi atas pelayanan tersebut. Tanpa adanya standar


201<br />

pelayanan publik maka akan sangat mungkin terjadi pelayanan yang diberikan<br />

jauh dari harapan publik. Dalam hal seperti ini akan timbul kesenjangan harapan<br />

(expectation gap) yang tinggi. Standar pelayanan publik berfungsi untuk<br />

memberikan arah bertindak bagi institusi penyedia pelayanan publik. Standar<br />

tersebut akan memudahkan instansi pemberi layanan untuk menentukan strategi<br />

dan prioritas.<br />

Bagi pemerintah sebagai otoritas yang bertanggung jawab atas<br />

pelaksanaan pelayanan publik, penetapan standar pelayanan untuk menjamin<br />

dilakukannya akuntabilitas pelayanan publik sangat penting. Standar pelayanan<br />

publik dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk selalu meningkatkan mutu<br />

pelayanan. Selain itu, standar pelayanan juga dapat dijadikan salah satu dasar<br />

untuk menghitung besarnya subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah untuk<br />

pelayanan publik tertentu.<br />

Adapun standar pelayanan publik yang ditentukan dalam Keputusan<br />

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang<br />

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, adalah sebagai berikut:<br />

1) Prosedur pelayanan.<br />

Dalam hal ini harus ditetapkan standar prosedur pelayanan yang<br />

dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk prosedur<br />

pengaduan.<br />

2) Waktu penyelesaian.<br />

Harus ditetapkan standar waktu penyelesaian pelayanan yang ditetapkan<br />

sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan


202<br />

termasuk pengaduan.<br />

3) Biaya pelayanan.<br />

Harus ditetapkan biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang<br />

ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan .<br />

4) Produk Pelayanan.<br />

Harus ditetapkan standar produk (hasil) pelayanan yang akan diterima<br />

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan harga pelayanan<br />

yang telah dibayarkan oleh masyarakat, mereka akan mendapatkan<br />

pelayanan berupa apa saja.<br />

5) Sarana dan prasarana.<br />

Harus ditetapkan standar sarana dan prasarana pelayanan yang memadai<br />

oleh penyelenggara pelayanan publik.<br />

6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan.<br />

Perlu ditetapkan standar kompetensi petugas pemberi pelayanan<br />

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang<br />

dibutuhkan.<br />

Pada dasarnya pelayanan dapat diukur, oleh karena itu standar dapat<br />

ditetapkan, baik dalam waktu yang diperlukan, maupun hasilnya. Pelayanan yang<br />

baik dan memuaskan akan berdampak positif bagi masyarakat, antara lain :<br />

a. Masyarakat menghargai dan bangga terhadap korps pegawai;<br />

b. Masyarakat patuh terhadap aturan pelayanan;<br />

c. Menggairahkan usaha dalam masyarakat;<br />

d. Menimbulkan peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat.


203<br />

Filosofi pelayanan publik, seharusnya menempatkan masyarakat sebagai<br />

subjek dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Moralitas dari pelayanan<br />

publik merupakan derivasi dari filosofi tersebut, yaitu pemberdayaan masyarakat<br />

dengan struktur kekuasaan.<br />

Daya tanggap RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado akan berada pada<br />

level cukup tinggi atau baik dapat diwujudkan dengan kemampuan komponen<br />

yang ada di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado tersebut baik dilihat dari aspek<br />

kejelasan program layanan yang diberikan para medis, kemampuan mengatasi<br />

masalah, kesigapan menanggapi keluhan, telah dirasakan warga masyarakat yang<br />

membutuhkan pelayanan. Adapun yang menjadi tuntutan pokok dalam<br />

keberhasilan pelayanan, salah satunya berupa memenuhi daya tanggap para medis<br />

terhadap program pelayanan kesehatan, terutama yang bersentuhan dengan<br />

penanganan awal pasien, ketepatan dalam pemberian obat, meresponi keluhan<br />

pasien. Sehubungan dengan hal tersebut, RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado,<br />

hendaknya dalam penyelenggaraan pelayanan selalu berorientasi kepada<br />

masyarakat, dengan menerapkan konsep pelayanan yang berwawasan masyarakat<br />

(community based service).<br />

Walaupun secara riil, daya tanggap belum sepenuhnya menjadi ukuran<br />

keberhasilan bagi suatu program melayani kebutuhan warga masyarakat, namun<br />

ada harapan untuk pencapaian tujuan yang sesungguhnya. Maka, setiap daya<br />

tanggap yang dilakukan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, perlu dibarengi<br />

dengan standar yang jelas bagi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou sebagai pelaksana<br />

pelayan bagi masyarakat di bidang kesehatan. Pengertian lain dari daya tanggap


204<br />

yang didasarkan kepada orientasi tujuan organisasi, pada dinamika selanjutnya,<br />

menjadi tantangan bagi pelayan kesehatan yang berkualitas di RSUP Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado. Bisa dikatakan bahwa standar program layanan yang jelas,<br />

merupakan realisasi dari berbagai aturan formal, seperti prosedur dan tata cara<br />

pelayanan, adanya alur pelayanan yang jelas, transparansinya ketersediaan ruang<br />

perawatan yang dapat diakses dengan mudah oleh pasien maupun masyarakat<br />

umum.<br />

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pemberi layanan dalam hal ini<br />

pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou agar terfokus pada kebutuhan pasien sebagai<br />

peminta layanan, antara lain dengan mendengarkan suara dan aspirasi yang<br />

berkembang di masyarakat atas pelayanan kesehatan yang diterima. Maka, jika<br />

pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pasien sebagai<br />

pengguna jasa pelayanan kesehatan, akibatnya akan mengecewakan pasien.<br />

Namun jika pelayanan kesehatan yang diterima sesuai dengan harapan pasien,<br />

atau lebih dari yang diharapkannya, maka hal ini merupakan suatu keuntungan<br />

bagi pasien jika pasien akan bertindak sebagai media iklan dari mulut ke mulut.<br />

Hal ini dilakukan karena pasien merasa sangat puas terhadap pengalaman yang<br />

diperolehnya dalam pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa pelayanan<br />

kesehatan yang dilakukan oleh para medis merupakan pelayanan medis.<br />

Pelayanan medis berkaitan dengan inti pelayanan medis yaitu kelayakan,<br />

efektivitas dan manfaat pelayanan untuk pasien. Kelayakan medis merupakan<br />

cerminan dari tingkat kemampuan dari para medis dalam menangani pasien.<br />

Sementara itu tingkat kemampuan ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari


205<br />

pendidikan, pengalaman maupun keahlian yang dimiliki oleh para medis.<br />

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rawat inap kelas tiga adalah<br />

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit kepada pasien<br />

masyarakat peserta jaminan kesehatan melalui program jamkesmas yang<br />

dikeluarkan pemerintah dalam menjamin penyembuhan kesehatan bagi<br />

masyarakat miskin. Melalui jaminan kesehatan ini, masyarakat berhak<br />

mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari para medis yang ada di rumah sakit<br />

sebagaimana layaknya masyarakat umum lainnya.<br />

Terjaminnya pelayanan yang berkualitas ini berkaitan erat dengan<br />

pelayanan medis yang dilakukan oleh para medis kepada pasien rawat inap kelas<br />

tiga. Penyelenggaraan pelayanan rawat inap khususnya di ruang instalasi<br />

perawatan, perawat adalah satu dari tiga komponen para medis berkewajiban<br />

untuk melayani pasien yang ada di ruang perawatan. Perawat adalah seseorang<br />

yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program<br />

pendidikannya telah disahkan oleh pemerintah, sedangkan perawat profesional<br />

adalah perawat yang mengikuti pendidikan keperawatan sekurang-kurangnya<br />

Diploma III keperawatan.<br />

Keperawatan sebagai profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktik<br />

dan memiliki karakteristik keperawatan sebagai profesi menurut Gillies (1996:27)<br />

yaitu:<br />

a. memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia yang sistemis dan<br />

khusus,<br />

b. mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia secara<br />

konstan melalui penelitian,<br />

c. melaksanakan pendidikan melalui pendidikan tinggi,<br />

d. menerapkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia dalam pelayanan,


206<br />

e. berfungsi secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan<br />

pengendalian praktek profesional,<br />

f. memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat diatas<br />

kepentingan pribadi, berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika<br />

profesi serta<br />

g. memberikan kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan<br />

mendokumentasikan proses perawatan.<br />

Pengamatan yang terlihat dalam observasi di lapangan menunjukkan<br />

bahwa dalam setiap instalasi terdapat perawat yang bertugas melakukan<br />

perawatan kepada pasien di ruangan perawatan berdasarkan pembagian yang ada.<br />

Akan tetapi yang terlihat dalam aktivitasnya perawat kelihatan lebih disibukkan<br />

dengan proses adminsitrasi semata bukan pada penanganan pasien dalam proses<br />

kesembuhan dan pemulihan.<br />

Penyelenggaraan pelayanan perlu dilakukan dengan adanya pedoman dan<br />

tata kerja yang mengikat perawat dalam melayani pasien. Oleh karenanya perawat<br />

mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan,<br />

meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi.<br />

Tanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada pasien mencakup aspek<br />

bio-psiko-kultural-spiritual dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya dengan<br />

menggunakan proses keperawatan yang meliputi: Membantu pasien memperoleh<br />

kesehatannya, Membantu pasien yang sehat untuk memelihara kesehatannya,<br />

Membantu pasien yang tidak bisa disembuhkan untuk menerima kondisinya dan<br />

Membantu pasien yang menghadapi ajal untuk memperlakukan secara manusiawi<br />

sesuai martabatnya sampai meninggal.<br />

Berdasarkan pengakuan dari kepala ruangan Irina C4 bahwa perawat<br />

yang ada di Irina C dan bahkan semua Irina sangat kurang. Dimana perawat yang


207<br />

ada hanya 10 orang yang dibagi dalam tiga waktu kerja yaitu pagi, siang dan<br />

malam. Sementara standart pelayanan yang sesuai adalah dua pasien harus<br />

dilayani oleh 1 orang perawat. Dengan adanya tiga puluh tiga pasien maka<br />

idealnya harus dilayani oleh 16 (enam belas) perawat untuk setiap waktu<br />

pelayanan.<br />

Sementara itu dalam kaitannya dengan ketersediaan dokter ahli, berdasarkan<br />

wawancara dengan Dokter Spesialis Penyakit Paru-paru bahwa ketersediaan<br />

dokter ahli penyakit paru-paru di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou hanya memiliki<br />

satu dokter ahli penyakit paru-paru, padahal RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

merupakan rumah sakit terbesar di Kawasan Indonesia Timur.<br />

Kenyataan lain yang sering ditemui jika dokter ahli berhalangan melakukan<br />

pelayanan di rumah sakit maka pelayanannya digantikan bukan oleh dokter ahli<br />

akan tetapi hanya oleh dokter residen. Secara medis diakui oleh informan bahwa<br />

ini sangat berpengaruh pada penanganan kesehatan pasien. Aturan medis bahwa<br />

yang harus melakukan tindakan adalah dokter ahli.<br />

Memperhatikan kenyataan yang teramati dimana perilaku pelayanan para<br />

medis sebagai perwujudan dari pelayanan medis yang belum sepenuhnya<br />

menopang penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang disadari<br />

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masih kurangnya paramedis dan<br />

tenaga medis seperti keperawatan yang dimiliki oleh pihak RSUP Prof. Dr. R. D.<br />

Kandou Manado.<br />

Efektivitas penyelenggaraan pelayanan medis akan terlihat dari<br />

terpenuhinya pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien berdasarkan prinsip-prinsip


208<br />

pelayanan yang melekat pada para medis. Perwujudan penyelenggaraan pelayanan<br />

medis sekalipun terhalang oleh berbagai hambatan setidaknya perlu didasari oleh<br />

pemikiran yang rasional akan tangung jawab yang melekat pada jabatan.<br />

Rasionalisasi dalam penyelenggaraan kewajiban atas jabatan yang dipercayakan<br />

kepadanya mencerminkan adanya tangung jawab, komitmen dan konsistensi<br />

dalam menjalankan tugas sebagai pelayan masyarakat di bidang kesehatan.<br />

Perilaku para medis yang bertangung jawab dalam memberikan<br />

pelayanan kesehatan merupakan suatu kebutuhan masyarakat. Suatu pelayanan<br />

kesehatan yang berkualitas tidak akan dapat terwujud jika tidak disertai dengan<br />

perilaku pemberi layanan dalam hal ini para medis di RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado yang bertangung jawab. Tanggung jawab yang dimaksudkan<br />

adalah pelaksanaan tugas sebagai seorang pelayan masyarakat dibidang kesehatan<br />

yang dijalaninya sesuai dengan aturan, tepat waktu dan dapat menyelesaikan tugas<br />

pelayanan kesehatan dengan baik dan benar serta dapat mengambil resiko<br />

terhadap berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang<br />

dihadapinya.<br />

Tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat dalam bidang kesehatan dapat<br />

terwujud ketika para medis dan tenaga medis memiliki komitmen yang kuat untuk<br />

menjalankan tugasnya dengan baik dan benar. Komitmen diartikan sebagai<br />

kemauan dan penerimaan seseorang. Seorang individu mau bekerja keras untuk<br />

objek, sasaran-sasaran dan nilai-nilai tertentu, atau dia ingin menjadi anggota<br />

dalam sebuah sistem sosial (aspek sosial). Sebuah organisasi menjadi lebih<br />

menarik atau kurang menarik sangat tergantung kepada tenaga kerja potensial.


209<br />

Keterlibatan seseorang yang tinggi dalam pekerjaan mereka memiliki kasih<br />

sayang psikologis, yang berarti “melakukan apa saja yang dapat dilakukan untuk<br />

menyelesaikan pekerjaan.<br />

Hal ini dapat dimaknai sebagai suatu bentuk dari<br />

perasaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari keinginan-keinginan yang kuat<br />

seseorang sebagai bagian dari anggota organisasi, yang mempunyai keinginan<br />

kuat dalam bekerja, serta mampu memenuhi kebutuhan organisasi, juga memiliki<br />

keyakinan yang kuat pada penerimaan dan penetapan tujuan organisasi.<br />

Prosedur pelayanan medis terlihat dari standar operasional prosedur yang<br />

ditetapkan oleh rumah sakit untuk dijalankan dan dilakukan oleh semua<br />

komponen yang ada di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Secara prosedural,<br />

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou telah menetapkan Standart Prosedur Keperawatan<br />

yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh bidang pelayanan keperawatan dalam<br />

melayani pasien. Melalui standart prosedur ini dengan jelas dikemukakan semua<br />

tahapan, aspek dan proses penyelenggaraan pelayanan berdasarkan tindakan,<br />

penyakit, kompetensi perawat sampai pada penggunaan dan pemeliharaan<br />

peralatan medis. Penyelenggaraan perawatan yang berdasarkan prosedur<br />

pelayanan ini akan memudahkan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou dalam upaya<br />

memberikan pelayanan yang berkualitas dalam bidang kesehatan rawat inap kelas<br />

tiga.<br />

Untuk mengevaluasi penerapan Standar Prosedur Keperawatan maka pihak<br />

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dapat melakukan dengan salah satu cara<br />

dengan mengukur melalui survei kepuasan pasien/masyarakat dalam pelaksanaan<br />

proses layanan kesehatan setiap hari disetiap unit dimana perawat melakukan


210<br />

tugas pelayanan kesehatan. Cara pengukuran dapat dilakukan dalam bentuk<br />

kuisioner, kotak saran atau pembagian angket setiap periode tertentu. Jika hasil<br />

pengukuran menunjukkan bahwa apa yang menjadi keinginan dari pasien sudah<br />

sesuai dengan harapan artinya tidak ada perbedaan dalam hasil pengukuran maka<br />

artinya prosedur yang ditetapkan telah dijalankan sesuai standar operasi<br />

prosedurnya. Jika tidak maka suatu langkah yang tepat bagi manajemen RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado untuk menjadwalkan secara berkala bagi tenaga<br />

medis seperti perawat untuk mengikuti pelatihan atau kegiatan sejenisnya. Hal ini<br />

dimaksudkan agar para tenaga medis dapat melakukan layanan inti medis sesuai<br />

dengan kebutuhan pasien.<br />

Rumah sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado di dalam<br />

memberikan pelayanan kesehatan haruslah tanggap terhadap keluhan yang<br />

disampaikan masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang dapat<br />

diberikan kepada masyarakat, dapat dilakukan dengan cara mendengarkan suara<br />

masyarakat, yaitu melalui survei langsung terhadap masyarakat yang menerima<br />

layanan kesehatan, wawancara dengan masyarakat atau tokoh setempat tentang<br />

pelayanan kesehatan yang diinginkan, dan/atau membuka kotak saran/pengaduan<br />

untuk menampung masukan yang diajukan masyarakat. Ini semua dimungkinkan<br />

bisa menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada<br />

masyarakat. Lingkungan dan sumber daya manusia di RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado dipandang cukup memadai bila diberikan keleluasaan untuk<br />

melakukan kreativitas dan inovasi pelayanan kesehatan dengan tetap berada dalam<br />

koridor peraturan perundang-undangan.


211<br />

Bila daya tanggap pemberi layanan dapat ditata dengan baik maka akan<br />

terwujud pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sesuai dengan tugas dan<br />

fungsinya, masyarakat berharap semakin luasnya rasa keadilan, ketentraman,<br />

kemandirian dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, dan membaiknya<br />

tingkat kesejahteraan”. Bila kemampuan para medis ditingkatkan dalam<br />

mengatasi masalah, daya tanggap dapat dinikmati masyarakat pada setiap layanan<br />

rumah sakit sehingga menunjukkan adanya jaminan dari RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas.<br />

Melalui analisis di atas terlihat bahwa daya tanggap dapat dipahami bahkan<br />

tidak terlepas dari unsur kehandalan institusi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Hal ini terlihat dari<br />

kemampuan institusi untuk memberikan pelayanan sebagaimana yang<br />

dijanjikannya dan keakuratan pelayanan yang diberikan atau seberapa jauh<br />

institusi mampu meminimalisir/mencegah terjadinya kesalahan/error dalam<br />

proses pelayanan yang diberikan. Rumah sakit/tempat pelayanan kesehatan akan<br />

menjadi tidak reliable bila hasil tes laboratorium yang diterima pasien ternyata<br />

tertukar dengan pasien lain, ataupun kecerobohan-kecerobohan lainnya. Ada<br />

beberapa hal yang harus dilakukan institusi untuk mewujudkan pelayanan yang<br />

reliable, diantaranya adalah melakukan pendidikan dan pelatihan kepada para<br />

medis secara berkesinambungan sehingga mereka menjadi karyawan yang benarbenar<br />

mampu memberikan pelayanan yang reliable (zero defect/free error)<br />

sekaligus memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya pelayanan yang<br />

reliable. Selain itu, institusi juga perlu menyediakan infrastruktur yang


212<br />

menunjang program free error. Dalam setting pelayanan rumah sakit, pelayanan<br />

yang reliabel berarti pelayanan yang bebas dari kesalahan pengkajian, diagnosa,<br />

maupun penanganan, tidak terjadi malpraktik, dan pelayanan yang diberikan<br />

memberikan jaminan perbaikan kondisi pasien yang berobat.<br />

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka hal-hal terpenting yang harus<br />

diperhatikan<br />

dalam aspek Responsiveness/ Kebertanggungjawaban/ Daya<br />

Tanggap, yakni:<br />

a. Kemauan untuk menyediakan jasa tambahan sesuai dengan waktu yang<br />

telah dijanjikan;<br />

b. Kemauan untuk menyediakan jasa tambahan tanpa ada perjanjian;<br />

c. Adanya kemauan dari Dokter untuk dapat melayani pasien apabila di<br />

tilpun oleh pasien;<br />

d. Adanya ketaatan dalam menepati jadwal janjian dengan pasien.<br />

e. Adanya kesiapan dan daya tanggap dari Pihak Rumah Sakit dan Para<br />

Medis dalam melaksanakan berbagai pelayanan kesehatan sesuai<br />

dengan harapan pasien.<br />

f. Adanya dokter ahli yang telah menerbitkan jurnal medis karena terlibat<br />

pada penelitian medis;<br />

g. Adanya dokter yang mapan dalam mengemukakan hasil medis positif;<br />

h. Adanya kemampuan Rumah Sakit dalam memilih dokter yang dapat<br />

menggunakan jasa yang efektif.<br />

4.2.4. Assurance/Jaminan


213<br />

Menurut Parasuraman, dkk, (1990:25) Jaminan (assurance) mencakup:<br />

pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para<br />

staf bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.<br />

Sehubungan dengan hal ini, tentunya pasien mempunyai harapan terhadap<br />

pengetahuan dan kompetensi para medis; ketepatan dalam melayani<br />

keinginan/tagihan pasien; akurat dan rapi dalam rekam medis; penanganan yang<br />

tepat pada penanganan pertama; reputasi dari dokter diantara para pasien, reputasi<br />

dokter diantara para dokter; reputasi dari rumah sakit; kesesuaian dengan<br />

kewaspadaan universal. Harapan pasien untuk mendapatkan pelayanan dari pihak<br />

rumah sakit yang akan dilayani dengan baik oleh para medis baik pegawai rumah<br />

sakit, perawat maupun dokter yang ada.<br />

Namun pada kenyataannya berdasarkan pengamatan maupun wawancara<br />

yang dilakukan peneliti sehubungan dengan aspek jaminan adalah sebagai berikut:<br />

a) Pelayanan dokter ahli hanya setiap hari kerja pada pagi hari saat<br />

kunjungan dokter yang berlangsung sekitar 5 menit. Pelayanan<br />

selanjutnya dilakukan oleh perawat atau koas (mahasiswa praktek) juga<br />

oleh mahasiswa spesialis (residen).<br />

b) Perawatan kebanyakan dilakukan bukan oleh dokter ahli/spesialis tapi<br />

oleh dokter residen atau koas;<br />

c) Semua pekerjaan pelayanan kesehatan bukan lagi dilakukan oleh<br />

petugas yang berwewenang melainkan sepenuhnya dialihtugaskan<br />

kepada mahasiswa koas (co-assistant) yang sebenarnya masih harus


214<br />

selalu dipantau praktek kerjanya oleh dokter atau perawat yang<br />

profesional.<br />

d) Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pasien dan keluarga<br />

pasien berkaitan dengan sikap yang ditunjukkan oleh para medis kepada<br />

pasien di instalasi unit gawat darurat bahwa secara umum prosedur<br />

pelayanan belum sepenuhnya diketahui oleh publik dalam pelayanan<br />

kesehatan. Besarnya bangunan rumah sakit dan kurangnya pengetahuan<br />

masyarakat tentang prosedur pelayanan rumah sakit sehingga membuat<br />

banyak masyarakat kebingungan menyangkut prosedur dan tata cara<br />

pelayanan di Rumah Sakit Umum Rawat Inap Kelas tiga.<br />

e) Rasa aman yang diberikan oleh staf rumah sakit pada saat mengadakan<br />

pelayanan menurut penilaian pasien belum menyentuh kesemua pasien<br />

rawat inap kelas tiga.<br />

f) Keramahan, kesabaran dan sopan santun yang dilakukan oleh staf<br />

rumah sakit dalam memberikan pelayanan menurut penilaian pasien<br />

terhadap dan keramahan staf rumah sakit dalam memberikan layanan<br />

kesehatan belum baik.<br />

g) Dukungan dari lembaga kepada staf rumah sakit dalam melaksanakan<br />

tugasnya menurut penilaian pasien belum baik tapi pengalaman Peneliti<br />

sewaktu melakukan observasi sangat kooperatif baik manajemen<br />

maupun staf.<br />

h) Permasalahan yang sering kali menjadi keluhan dalam pelayanan<br />

kesehatan yang berkaitan dengan aspek jaminan terlihat dari


215<br />

keterbukaan dan transparansi dari para medis atas prosedur pelayanan<br />

kesehatan, pengetahuan dalam memberikan pelayanan, kejelasan<br />

informasi pelayanan, maupun kepastian waktu dan biaya pelayanan.<br />

i) Pengakuan dari pasien yang diwawancarai bahwa pelayanan di instalasi<br />

UGD ada keterlambatan dan diskriminasi pelayanan bagi yang<br />

mempunyai uang dan tidak.<br />

j) Ada pasien peserta Jamkesmas karena masuk UGD sudah larut malam,<br />

dalam tindakan awal obat dibeli sendiri oleh pasien, sementara<br />

aturannya dimana pasien peserta Jamkesmas tidak membayar biaya<br />

apapun.<br />

Sehubungan dengan pengaruh aspek pengetahuan dan kompetensi tentunya<br />

tidak terlepas dari sumber daya aparat yang tentunya sangat berperan besar dalam<br />

mengembangkan rumah sakit ataupun maju mundurnya rumah sakit. Melihat<br />

begitu besarnya peran sumber daya aparat, sampai-sampai timbul suatu pendapat<br />

bahwa tanpa peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi, maka organisasi<br />

tersebut tinggal menghitung hari (tereliminasi). Jadi sumber daya manusia<br />

merupakan sumber daya yang paling tinggi dalam organisasi, dibanding dengan<br />

sumber daya yang lainnya.<br />

Pentingnya peran para medis dalam rumah sakit tampak pada gejala-gejala<br />

sebagai berikut: Para Medis dan Staf yang membentuk organisasi yaitu Rumah<br />

Sakit; Para Medis dan staf membutuhkan rumah sakit agar dapat menjalankan<br />

pelayanan kesehatan; Rumah sakit membutuhkan Para Medis dan Staf; Para<br />

Medis dan Staf merupakan motor penggerak rumah sakit; Tanpa Para Medis dan


216<br />

Staf organisasi rumah sakit tidak berfungsi; Eksistensi rumah sakit tergantung<br />

pada kegiatan Para Medis dan Staf; Kegiatan Para Medis dan Staf yang dominan<br />

dalam rumah sakit disebut pelayanan kesehatan.<br />

Berdasarkan kegiatan sehari-hari tentunya faktor para medis dan staf harus<br />

baik dalam melakukan pekerjaan terutama dalam memberikan pelayanan<br />

kesehatan kepada pasien.<br />

Perlunya pihak rumah sakit menyiapkan sumbersumber<br />

daya lainnya, guna meningkatkan kemampuan aparatnya. Kualitas sumber<br />

daya aparat mengandung beberapa elemen, yaitu pendidikan, pengalaman, serta<br />

kompetensi.<br />

Salah satu unsur kualitas sumber daya aparat adalah pendidikan. Pendidikan<br />

disini menyangkut pendidikan formal dan pendidikan non formal yang dimiliki<br />

oleh para medis di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou. Pendidikan disini sangat<br />

diperlukan untuk meningkatkan kemampuan kerja aparat. Berapapun besarnya<br />

sumber daya lainnya yang dimiliki oleh RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou, tanpa<br />

dibarengi dengan penyiapan sumber daya aparat (pegawai) maka akan sia-sia,<br />

dalam arti akan menjadi bumerang bagi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou itu sendiri.<br />

Pada sisi lain pendidikan menjadi sangat penting karena akan menentukan<br />

kemampuan tenaga medis guna memberikan pelayanan kepada pasien.<br />

Sebagai pemberi layanan kesehatan pasien rawat inap kelas tiga, RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado tentunya mempersiapkan semaksimal mungkin<br />

kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat.<br />

Dalam hal ini RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado mempunyai tugas dan<br />

tanggung jawab melakukan pelayanan kepada masyarakat di tempat mereka


217<br />

dipanggil untuk melayani, tetapi bukan hanya itu, melainkan sekaligus sebagai<br />

peluang dan sarana karier bagi pengembangan para medis yang ditunjang pula<br />

oleh tingkat mutu pendidikan dan pelatihan. Manfaat dari Pendidikan dan<br />

Pelatihan Pimpinan (Diklatpim) dan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) fungsional<br />

terhadap pekerjaan yang bersangkut paut dengan pelayanan kesehatan secara<br />

bertahap dan terintegrasi dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat, baik<br />

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan maupun pengembangan karier yang<br />

bersangkutan. Hal ini berarti perlu ditumbuhkan kompetensi sehat dalam<br />

memberikan layanan kesehatan di internal RSUP Prof. Dr. D.R. Kandou Manado<br />

serta kompetensi yang jelas dari para medis, agar kualitas pelayanan sejalan<br />

dengan apa yang diharapkan. Untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan<br />

kesehatan yang baik, mutlak<br />

adanya dilakukan pelayanan kesehatan yang<br />

berkualitas, baik mengenai mutu kesehatan maupun pengalaman dan pengetahuan<br />

yang memadai dari para medis sebagai pelayan kesehatan. Ketersediaan sumber<br />

daya manusia yang berkualitas, dapat diwujudkan jika sistem rekrutmen dan<br />

sistem pembinaan para medis di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, dilakukan<br />

secara transparan, dengan mengutamakan pentingnya pengalaman kerja yang<br />

sesuai dengan kebutuhan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Pengetahuan<br />

yang luas yang dimiliki oleh para medis dalam melakukan pelayanan kesehatan<br />

merupakan jaminan berfungsinya sendi-sendi layanan publik yang baik di RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Pengetahuan yang luas dapat membangun adanya jaminan bagi pencapaian<br />

tujuan dalam pelayanan kesehatan. Secara kuantitatif, pengetahuan dapat


218<br />

menentukan peringkat nilai potensi, kompetensi dan kapabilitas aparat di dalam<br />

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Secara kualitatif pengetahuan, dapat<br />

membangun adanya kesesuaian kesehatan dengan pekerjaan. Kesesuaian dalam<br />

pelayanan kesehatan menentukan kualitas pelayanan pada pasien rawat inap kelas<br />

tiga Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Pengetahuan yang<br />

diperoleh mutlak diperlukan untuk menghadapi beragam persoalan yang<br />

memerlukan kecakapan khusus. Melaksanakan tugas tanpa memiliki tingkatan<br />

dan kualitas pendidikan, pengalaman dan pengetahuan dapat mengaburkan tujuan<br />

suatu pelayanan publik. Pengetahuan aparat tim medis dalam melaksanakan tugas,<br />

terutama kemampuan kognitif dalam bentuk keterampilan, mutlak diperlukan agar<br />

terhindar dari kegamangan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada<br />

masyarakat. Keterampilan dapat menentukan harapan dan meningkatkan identitas<br />

diri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat rawat inap kelas tiga di<br />

Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Kemampuan kerja ditentukan oleh mutu pekerjaan yang dapat digambarkan<br />

melalui tingkat dan jenis pendidikan karena pendidikan itu sangat penting, yakni:<br />

dapat memberikan pengetahuan luas dan mendalam tentang bidang yang dipilih<br />

atau dipelajari seseorang; Melatih manusia berfikir secara rasional dan<br />

menggunakan kecerdasan kearah yang tepat, melatih manusia menggerakkan<br />

akalnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam berfikir, menyatakan pendapat,<br />

maupun dalam bertindak; Memberikan kemampuan dan ketrampilan pada<br />

manusia untuk merumuskan pikiran, pendapat yang hendak disampaikan kepada<br />

orang lain secara logis dan sistematis sehingga mudah dimengerti.


219<br />

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia<br />

terutama untuk pengembangan aspek intelektual dan kepribadian manusia.<br />

Pendidikan dalam suatu organisasi adalah suatu proses mengembangkan<br />

kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan.<br />

Diharapkan dengan pendidikan yang dimiliki oleh Para Medis, seyogyanya diikuti<br />

dengan kemampuan pola pikir, serta kemampuan merespon keinginan pasien, agar<br />

proses pelayanan menjadi mudah, dengan demikian nantinya apa yang diinginkan<br />

oleh masyarakat dapat terwujud dengan baik. Pendidikan formal dapat diperoleh<br />

para medis melalui jenjang pendidikan seperti halnya dokter sebagaimana kondisi<br />

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado yang kekurangan dokter ahli perlu untuk<br />

dilakukan pengembangan sumber daya dengan memberikan kesempatan maupun<br />

bantuan bagi dokter untuk melanjutkan studi spesialis. Sementara yang<br />

berhubungan dengan pendidikan non formal perlu dilakukan kerja sama pelatihan<br />

dengan rumah sakit lainnya seperti yang berada di Jakarta atau rumah sakit khusus<br />

penyakit tertentu. Melalui kegiatan ini akan menjadikan para medis memiliki<br />

kemampuan dalam menjalankan tugasnya.<br />

Selain pendidikan, pengalaman juga dapat membantu para medis dalam<br />

pengembangan potensi guna mendukung profesionalisme kerja dalam bidang<br />

pelayanan kesehatan. Pengalaman merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik<br />

oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilakukannya dalam perjalanan<br />

hidupnya. Pengalaman yang dimiliki oleh Para Medis sangat berbeda-beda, hal ini<br />

tercermin dari kapan para medis yang bersangkutan mulai bekerja, baik<br />

pengalaman akan lamanya bekerja, maupun pengalaman untuk menduduki suatu


220<br />

jabatan, maka dengan sendirinya para medis yang lama bekerja dan lama<br />

melakukan pelayanan kesehatan, maka kemampuan serta pengetahuan yang<br />

dimiliki akan berbeda, dan lebih siap dalam melaksanakan pelayanan kesehatan,<br />

yang nantinya pelayanannya itu tidak merugikan pasien.<br />

Hidup seseorang terdapat pengalaman, sehingga seseorang harus pandai<br />

mengambil pelajaran dari apa yang telah kita lihat, dengar dan lakukan, jika tidak<br />

maka pengalaman tersebut tidak bermakna. Seseorang sering mendengar bahwa<br />

pengalaman merupakan guru yang berharga, dan sukar untuk dilupakan. Maka<br />

pengalaman tidak dijumpai dalam pendidikan formal/kelas akan tetapi ditentukan<br />

oleh bergulirnya waktu, dan bagaimana seorang pegawai tersebut berusaha<br />

mengembangkan pengalamannya. Pengalaman dapat memberikan kemampuan,<br />

pemberian pengalaman dapat dilakukan melalui suatu “tour of duty”. Tour of duty<br />

sering disebut sebagai mutasi atau rotasi.<br />

Selain melalui pendidikan dan pengalaman dalam upaya meningkatkan<br />

profesionalisme para medis diperlukan adanya perhatian dalam pemenuhan<br />

kebutuhan para medis melalui aspek motivasi. Pemberian motivasi baik ekstrinsik<br />

maupun intrinsik akan membantu proses pencapaian profesionalisme pegawai.<br />

Suatu kenyataan yang terungkap dari wawancara dengan seorang dokter ahli paruparu<br />

dimana kenyataan yang sebenarnya bahwa daerah tidak kekurangan tenaga<br />

dokter ahli. Akan tetapi oleh karena faktor gaji mengakibatkan banyak dokter ahli<br />

tidak mau bekerja di Manado ataupun di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado. Mereka memilih untuk berkarir di kota besar seperti Jakarta (di<br />

pulau Jawa) oleh karena penghasilan mereka di Jakarta akan jauh lebih besar jika


221<br />

dibandingkan dengan penghasilan mereka di Manado (Daerah). Dengan kenyataan<br />

ini perlu untuk diperhatikan oleh pihak manajemen RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado dan mengantisipasinya guna mencapai suatu pelayanan yang berkualitas<br />

dibidang kesehatan kepada pasien rawat inap kelas tiga secara khusus dan<br />

masyarakat penerima layanan kesehatan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado<br />

secara umum.<br />

Dukungan terhadap pencapaian pembangunan kesehatan pemerintah adalah<br />

menyediakan beberapa sarana/fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya.<br />

Salah satu tugas pokok Pemerintah yaitu memberikan pelayanan, termasuk<br />

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Setiap warga negara berhak memperoleh<br />

pelayanan kesehatan dengan baik. Pelayanan kesehatan yang berkualitas<br />

setidaknya memperhatikan meliputi aspek tampilan fisik, reabilitas, daya tanggap,<br />

jaminan, empati.<br />

Pengguna layanan banyak yang mengeluh ketepatan dan kecepatan waktu<br />

pelayanan, kedatangan dokter dalam pemerikasaan yang kurang tepat waktu,<br />

kurangnya fasilitas ruang rawat inap kelas tiga, kurangnya fasilitas ruang tunggu,<br />

dan adanya proses pelayanan yang berbelit-belit, antrian yang lama membuat<br />

pasien jamkesmas merasa dianaktirikan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan<br />

tidak dapat dipisahkan dari adanya struktur organisasi, kemampuan aparat, dan<br />

sistem pelayanan. Dalam faktor struktur organisasi, tidak ada tumpang tindih<br />

dalam pelaksaan tugas karena setiap staf bekerja sesuai dengan bidang yang<br />

ditangani, faktor kemampuan aparat didukung dengan adanya pelatihan-pelatihan<br />

baik dalam bidang kesehatan maupun pelatihan yang berhubungan dengan


222<br />

kepribadian dan etika, sedangkan dalam faktor sistem pelayanan didukung dengan<br />

adanya saluran komunikasi melalui kotak saran dan via telepon yang difungsikan<br />

untuk jaringan masuk baik berupa keluhan maupun komplain atas pelayanan yang<br />

diberikan serta telah digunakannya Sistem Informasi Manajemen komputerisasi<br />

berkaitan dengan bidang administrasi.<br />

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.<br />

Semua orang ingin merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan kedudukan<br />

yang sama di mata masyarakat. Namun sering terdapat dikotomi dalam upaya<br />

pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudah begitu banyak kasus yang<br />

menggambarkan betapa suramnya wajah pelayanan kesehatan di negeri ini.<br />

Seolah-olah pelayanan kesehatan yang baik hanya diperuntukkan bagi mereka<br />

yang memiliki dompet tebal. Sementara orang-orang kurang mampu tidak<br />

mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan proporsional. Orang-orang<br />

miskin sepertinya tidak boleh sakit. Tidak dapat dimengerti apa yang membuat<br />

adanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dalam domain pelayanan<br />

kesehatan. Dokter yang ada di berbagai rumah sakit sering menunjukkan jati<br />

dirinya kepada pasien secara implisit. Bahwa menempuh pendidikan kedokteran<br />

itu tidaklah murah. Oleh sebab itu sebagai buah dari mahalnya pendidikan yang<br />

harus ditempuh, masyarakat harus membayar arti hidup sehat itu dengan nominal<br />

yang luar biasa.<br />

Pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan mahalnya<br />

biaya yang dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan<br />

baik dan ramah. Dokter terkadang melakukan diagnosis yang cenderung asal-


223<br />

asalan. Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi<br />

pelajaran bagi semua pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya<br />

peranan dokter ataupun Menteri Kesehatan dalam perwujudan hidup sehat<br />

melainkan partisipasi semua masyarakat. Memilih berobat ke luar negeri tidak<br />

bisa dianggap sebagai sebuah tindakan mengkhianati bangsa. Karena<br />

kenyataannya rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia tidak memiliki<br />

fasilitas yang cukup lengkap untuk memberikan kredit jaminan kesehatan lebih<br />

baik pada pasiennya. Namun ada pihak-pihak tertentu yang melakukan perawatan<br />

ke luar negeri karena ketidakpercayaannya terhadap kapasitas dokter-dokter dan<br />

rumah sakit yang ada di negeri ini.<br />

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan dalam suatu<br />

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan kepada masyarakat,<br />

melakukan pencegahan dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan<br />

masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas terlihat pada tingkat<br />

kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap<br />

masyarakat berdasarkan tata cara penyelenggaraannya dan sesuai dengan standar<br />

dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.<br />

Penelitian ini menunjukkan bahwa selaku institusi pelayanan kesehatan<br />

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang<br />

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, Rumah Sakit<br />

Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado melalui aspek jaminan yang<br />

dilakukan pihak rumah sakit menunjukkan pemahaman tentang pentingnya<br />

jaminan sebagai acuan dalam menjalankan tugas, kemampuan menyelesaikan


224<br />

tugas dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Jaminan adanya kualitas<br />

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dapat<br />

dijadikan alat bagi pencapaian pelayanan kesehatan yang berkualitas. Bentuk<br />

nyata jaminan akan pelayanan dapat terlihat dari keterbukaan dan transparansi<br />

prosedur pelayanan. Ketidaksadaran baik para medis maupun masyarakat akan<br />

pentingnya jaminan dalam pelayanan kesehatan, dapat mengakibatkan pelayanan<br />

jauh dari target yang diharapkan.<br />

Keterbukaan dan transparansi prosedur pelayanan sebagai wujud nyata dari<br />

aspek jaminan membawa dampak yang positif baik bagi para medis selaku<br />

pemberi layanan maupun pasien dan keluarga selaku penerima layanan. Situasi ini<br />

dapat terlihat secara nyata dari sikap yang ditunjukkan.<br />

Jaminan atas pelayanan yang berkualitas tentunya merupakan bagian<br />

terpenting dalam menunjang aktivitas para medis. Jaminan atas pelayanan ini<br />

perlu didukung oleh semua komponen termasuk terpenuhinya sarana pelayanan<br />

baik ruangan, alat medis, obat-obatan maupun kebutuhan medis lainnya.<br />

Kenyataan yang banyak menjadi sorotan dalam pelayanan kesehatan antara lain<br />

ketersediaan ruangan, tempat tidur, air bersih. Keluhan sering terdengar ketika<br />

pasien belum mendapatkan ruang atau tempat tidur. Menyikapi permasalahan<br />

yang terjadi menjadi tangung jawab manajemen rumah sakit untuk melakukan<br />

terobosan baik dari sisi perencanaan, penyelenggaraan maupun pelaporan kepada<br />

pemerintah dalam upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi.<br />

Pemberian pelayanan kepada pelanggan pihak penyedia dan pemberi<br />

layanan harus selalu berupaya untuk mengacu kepada tujuan utama pelayanan,


225<br />

yaitu pencapaian kepuasan konsumen (consumer satisfaction) atau kepuasan<br />

pelanggan (costumer satisfaction). Kondisi ini menuntut adanya pelayanan medis<br />

yang benar – benar profesional dibidangnya dalam pelayan dan menangani pasien.<br />

Satu hal positif dalam penelitian ini dimana pihak Rumah Sakit Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou tidak pernah melakukan penolakan atas pasien yang datang sekalipun<br />

dalam proses penanganan sering lambat dan berbelit–belit. Sikap atas pelayanan<br />

ini perlu ditindak lanjuti dengan kelayakan medis sebagai cerminan dari tingkat<br />

kemampuan dari para medis dalam menangani pasien, sementara itu tingkat<br />

kemampuan ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan,<br />

pengalaman maupun keahlian yang dimiliki oleh para medis.<br />

Selanjutnya sehubungan dengan kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang<br />

dimiliki para staf, berdasarkan wawancara maupun observasi/pengamatan yang<br />

dilakukan peneliti di ruang inap kelas tiga Irina A, Irina C, Irina D, Irina E dan<br />

Irina F menunjukkan: Prosedur pelayanan yang kurang jelas, tidak ada papan<br />

informasi proses dan alur pelayanan yang jelas.<br />

Seperti yang peneliti amati bahwa di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou<br />

Manado, belum terlihat dengan jelas bagaimana seharusnya pasien ditangani<br />

terutama dari saat mereka datang dan apa yang harus dikerjakan. Pada saat<br />

seorang pasien datang ke RSUP tidak ada petunjuk yang jelas, sehingga memang<br />

terkesan lebih mengutamakan penyelesaian proses keadministrasian ketimbang<br />

menolong pasien terlebih dahulu. Hal ini memang menyangkut proses untuk biaya<br />

yang harus ditanggung, namun seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa<br />

ranah dari penelitian ini adalah pasien untuk rawat inap di kelas tiga yang dapat


226<br />

diidentikkan dengan Jamkesmas dan identik pula dengan masyarakat miskin.<br />

Sehubungan dengan hal ini, maka sebagaimana yang dilansir oleh The Globe<br />

Journal pada Jumat tanggal 13 Januari 2012 bahwa Kementrian Kesehatan sudah<br />

mengganggarkan dana yang tak kecil untuk meningkatkan pelayanan masyarakat<br />

kecil melalui Jamkesmas pada 2012. Anggaran itu mencapai Rp 6,5 triliun.<br />

Fakta di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado belum ada petunjuk yang<br />

jelas mengenai bagaimana seorang pasien harus bersikap dalam memanfaatkan<br />

fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut, demikian juga tidak adanya<br />

alur pelayanan antar bagian sehingga menyulitkan bagi pengunjung untuk<br />

mendapatkan informasi.<br />

Jaminan yang dilakukan pihak rumah sakit menunjukkan pemahaman<br />

tentang pentingnya jaminan sebagai acuan dalam menjalankan tugas, kemampuan<br />

menyelesaikan tugas dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Jaminan<br />

adanya kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado dapat dijadikan alat bagi pencapaian pelayanan kesehatan yang<br />

berkualitas.<br />

Terbukanya pelayanan kesehatan hanya terjadi bagi kalangan masyarakat<br />

terpandang yang mengerti dan memahami ruang lingkup administrasi kesehatan<br />

sehingga prosedur pelayanan bagi mereka senantiasa terbuka. Namun bagi<br />

masyarakat awam berlaku sebaliknya. Seharusnya kualitas pelayanan dapat<br />

memberikan adanya jaminan, terutama bila keterbukaan dan transparansi<br />

prosedur pelayanan dijadikan titik tolak dalam pelaksanaan tugas.<br />

Sehubungan dengan keterbukaan dan transparansi dari para medis atas


227<br />

prosedur pelayanan merupakan suatu keharusan dilakukan oleh pihak rumah sakit<br />

kepada masyarakat umum.<br />

Situasi demikian menjadi tangung jawab bagi pihak rumah sakit untuk<br />

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang prosedur dan tata cara<br />

pelayanan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit selaku pihak<br />

pemberi layanan kesehatan.<br />

Keterbukaan dan transparansi prosedur pelayanan, mutlak diperlukan agar<br />

tidak terjadi kecurigaan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada<br />

masyarakat. Keterbukaan prosedur pelayanan dapat menentukan harapan dan<br />

meningkatkan identitas diri dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada<br />

masyarakat. Oleh karena itu keterbukaan prosedur pelayanan dapat meningkatkan<br />

derajat kepercayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan.<br />

Informasi menjadi salah satu media utama yang menghubungkan adanya<br />

akses layanan kesehatan dari Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado bagi masyarakat kelas tiga. Ketika akses informasi tersebut minim<br />

disampaikan, tentu masyarakat tidak akan semuanya dapat mengetahuinya dengan<br />

jelas.<br />

Informasi mengenai pelayanan kesehatan pasien rawat inap kelas tiga yang<br />

diberikan Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. D.R. Kandou Manado perlu adanya<br />

tindak lanjut karena dianggap belum jelas bagi masyarakat yang memerlukan<br />

pelayanan. Kejelasan informasi dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk<br />

memahami dan menggunakannya. Informasi pelayanan kesehatan yang diberikan<br />

kepada pasien rawat inap kelas tiga oleh Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D


228<br />

Kandou Manado harus dilaksanakan sesuai peraturan dan petunjuk/perintah<br />

atasan. Namun dibalik itu, inkosistensi informasi bergantung kepada kejelian<br />

masyarakat dalam menerima informasi layanan kesehatan. Untuk itu dibutuhkan<br />

adanya kejelasan informasi agar masyarakat terhindar dari duplikasi layanan yang<br />

dapat menyesatkan.<br />

Ketidaksadaran baik para medis akan pentingnya jaminan dalam<br />

pelayanan kesehatan, dapat mengakibatkan pelayanan jauh dari target yang<br />

diharapkan. Pada satu sisi masyarakat memerlukan pelayanan kesehatan yang<br />

berkualitas, di sisi lain keadaan dan kemampuan masyarakat yang terbatas<br />

terkadang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan dari pelaksanaan kebijakan<br />

dibidang kesehatan.<br />

Jaminan pelayanan berimbas dan berkaitan dengan kerterbukaan dan<br />

transparansi prosedur pelayanan dan pengetahuan yang luas dalam memberikan<br />

pelayanan kesehatan. Memahami kejelasan informasi pelayanan, kepastian waktu<br />

dan prosedur pelayanan, mengandung pengertian bahwa tugas yang diberikan,<br />

diharapkan dapat membangun adanya kualitas pelayanan kesehatan yang baik<br />

melalui pelayanan pasien rawat inap kelas tiga yang dilakukan oleh Rumah Sakit<br />

Umum Pusat Prof. Dr. R.D Kandou Manado.<br />

Mengingat pelayanan kesehatan rawat inap kelas tiga di RSUP Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado dilaksanakan cenderung belum baik karena sistem dan<br />

prosedurnya masih bersifat konvensional dan masih banyaknya sistem yang<br />

berjalan secara parsial, besar kemungkinan kemampuan para medis dalam<br />

menyelesaikan masalah, cenderung belum seutuhnya konsisten, terutama yang


229<br />

berhubungan dengan kepastian prosedur layanan. Secara umum, penyelenggaraan<br />

program pelayanan dapat dilaksanakan sudah baik, apabila didukung dengan<br />

sumber<br />

pembiayaan yang mencukupi. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan<br />

program pelayanan kesehatan dan dukungan dari pemerintah melalui peraturan<br />

yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan sekiranya perlu untuk dilakukan<br />

perbaikan lagi dalam hal jaminan menyangkut pelayanan kesehatan baik<br />

menyangkut prosedur pelayanan, sikap dan perilaku para medis, penyerderhanaan<br />

prosedur administrasi pasien. Penyederhanaan ini dilakukan untuk memberi<br />

kemudahan bagi warga masyarakat dalam memenuhi akan pelayanan kesehatan.<br />

Refleksi ini, memberikan suatu gambaran baru bahwa pelayanan<br />

berkualitas membutuhkan sisi jaminan dalam hal kejelasan prosedur pelayanan<br />

serta sikap para medis yang lebih baik lagi seperti dalam melayani proses<br />

perawatan pasien dan menanggapi keluhan pasien, terutama yang berhubungan<br />

dengan penanganan pasien dan ketersediaan ruang perawatan, ketersediaan obat<br />

berdasarkan resep yang dibuat dokter termasuk biaya yang sering muncul dalam<br />

pelayanan. Walaupun pelayanan kesehatan kelas tiga dinyatakan terbebas dari<br />

unsur pembayaran karena menjadi tanggungan negara, namun di sisi lain, aktifitas<br />

administrasi terkadang menjadi semakin lambat, penanganan pasien yang lambat,<br />

resep obat yang diberikan tidak ada di apotik yang mengakibatkan pasien harus<br />

membeli di luar maupun hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kejelasan<br />

proses penanganan dan pelayanan. Nampaknya kepastian layanan masih belum<br />

dirasakan masyarakat dengan tidak adanya keterbukaan dan transparansi dari para<br />

medis atas prosedur pelayanan. Fenomena ini yang menjadi bagian dari keluhan


230<br />

masyarakat atas keterlambatan layanan yang diberikan. Kesehatan gratis tidak<br />

serta-merta dapat meningkatkan eksistensi pelayanan kesehatan. Walaupun tidak<br />

semuanya tetapi ada pula atas kesadaran dan tanggung jawab para medis sebagai<br />

abdi dan pelayan masyarakat yang memiliki empati terhadap layanan tersebut.<br />

Wujud konkrit kualitas pelayanan kesehatan yang diharapkan pasien<br />

adalah tercapainya kepuasan, sebagai akibat dari kualitas pelayanan prima yang<br />

diberikan oleh Rumah Sakit. Kualitas pelayanan prima harus tercermin dari<br />

pemberian pelayanan kesehatan yang meliputi hal-hal yaitu transparansi,<br />

akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak dan keseimbangan hak dan<br />

kewajiban. Dari pendapat ini terlihat setidaknya dalam upaya perwujudan<br />

pelayanan kesehatan yang berkualitas dari aspek jaminan pihak RSUP Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado perlu memperhatikan transparansi yaitu pelayanan yang<br />

bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan<br />

dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti; Akuntabilitas, yakni<br />

pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan<br />

perundang-undangan; dan Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan<br />

diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, agama, golongan, status<br />

sosial, dan lain-lain.<br />

Kesungguhan para medis dalam memperhatikan kebutuhan masyarakat,<br />

dapat menjadi cermin adanya pelayanan yang berkualitas. Kondisi ideal seperti itu<br />

hanya dapat diwujudkan jika kualitas sumber daya pelakunya, mempunyai<br />

kemampuan yang berkesesuaian dengan mengedepankan unsur hak dan<br />

kewajibannya. Berdasarkan konteks pelayanan kesehatan, perlu adanya upaya


231<br />

pelayanan dari RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado agar sistem yang berlaku<br />

tetap kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kualitas pelayanan kesehatan<br />

rawat inap kelas tiga di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien sebagai salah satu fungsi<br />

Para Medis dalam Rumah Sakit. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan<br />

sebagai bagian dari hak pasien untuk menerima fasilitas kesehatan, keamanan, dan<br />

pemeliharaan kesehatan. Gambaran inilah yang memberikan keterbukaan dan<br />

transparansi prosedur pelayanan kesehatan bagi pasien pada khususnya dan<br />

masyarakat pada umumnya.<br />

Pemberian pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan kesadaran<br />

pasien tentang pentingnya kesehatan membutuhkan strategi yang harus dilakukan<br />

oleh RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Strategi tidak terlepas dari Visi dan Misi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado. Kejelasan misi RSUP Prof. R.D. Kandou Manado menjadi aset yang<br />

penting dari RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Suatu pernyataan misi<br />

organisasi yang benar dapat menggerakkan suatu organisasi secara keseluruhan<br />

dari atas sampai bawah. Dengan menekankan pada pentingnya misi dalam RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado melalui penerapan strategi ini dapat dilakukan<br />

dengan cara menghapus fungsi yang tidak lagi menjalankan tujuan pemerintahan,<br />

yang sebenarnya akan lebih baik apabila dikerjakan sektor swasta. Strategi ini<br />

memisahkan fungsi mengarahkan dari fungsi melaksanakan, sehingga organisasi<br />

dapat memusatkan dan mengorganisasikan pelayanan melalui misi ketimbang<br />

legitimasi kekuasaan, berarti strategi yang harus dilakukan seorang manajer


232<br />

publik dalam memberikan pelayanannya tidak selalu kaku, terutama dalam<br />

mempertahankan wilayah tugasnya, tetapi lebih mengacu pada misi organisasinya.<br />

Strategi ini juga memberi pilihan kepada pelanggan mengenai organisasi yang<br />

memberikan pelayanan dan menetapkan standar pelayanan pelanggan yang harus<br />

dipenuhi organisasi tersebut.<br />

Menciptakan suatu budaya dalam misi yang sedang dijalankan untuk<br />

menanamkan misi organisasi kepada para anggotanya, manajer/pimpinan perlu<br />

membangun suatu kultur yang mengacu pada misi organisasinya. Dengan<br />

demikian, mereka dapat mengartikulasikan ke dalam nilai dan model perilaku<br />

yang mereka inginkan. Mengizinkan membuat atau melakukan kesalahan atau<br />

kegagalan, memungkinkan setiap anggota organisasi untuk berbuat kesalahan atau<br />

mengalami kegagalan, namun tidak mengizinkan untuk selalu berbuat salah.<br />

Dengan kata lain, kesalahan yang diperbuat atau kegagalan yang dialami para<br />

medis, dianggap wajar jika terjadi sekali, untuk kemudian dipelajari dan<br />

diperbaiki agar tidak berulang.<br />

Pada satu sisi, ada yang harus dicermati dan diantisipasi secara seksama<br />

dalam pelaksanaan program, terutama dalam meningkatkan kualitas layanan<br />

kesehatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sering mengganggu kelancaran<br />

pelayanan. Berdasarkan pengamatan ini maka pihak Rumah Sakit untuk<br />

menghindari atau tidak akan melakukan kesalahan yang sama yang dapat<br />

mengganggu kelancaran pelayanan Rumah Sakit, sehingga pihak Pasien dapat<br />

merasakan terpenuhinya kebutuhan di dalam pelayanan kesehatan.<br />

Maka hal-hal yang terpenting yang harus diperhatikan dalam aspek Jaminan


233<br />

Kualitas Pelayanan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado kepada Pasien, yakni:<br />

(a) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado haruslah mampu untuk<br />

melakukan layanan/jasa yang secara bertanggung jawab dapat<br />

melakukan ketepatan terhadap kebutuhan ataupun harapan pasien pada<br />

rumah sakit;<br />

(b) Pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam memberikan<br />

pelayanan kesehatan pada pasien haruslah melakukan penanganan yang<br />

tepat pada penanganan pertama;<br />

(c) Pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam memberikan<br />

pelayanan kesehatan pada pasien haruslah secara aktual, akurat dan<br />

rapih dalam melaksanakan rekam medis;<br />

(d) Setiap komponen yaitu pihak Rumah Sakit, Dokter, serta perawat<br />

haruslah mempunyai reputasi yang baik dan tinggi dalam melaksanakan<br />

pelayanan kesehatan pada pasien.<br />

(e) Pihak Pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dalam memberikan<br />

pelayanan kesehatan pada pasien haruslah selalu bersikap waspada<br />

secara universal.<br />

(f) Dokter dan Perawat serta para staf yang handal dan berpengetahuan;<br />

(g) Dokter yang terlatih secara residen;<br />

(h) Dokter yang sangat berpengalaman dalam melaksanakan pelayanan<br />

kesehatan;<br />

(i) Dokter yang memiliki ijasah sesuai dengan pengetahuan dan<br />

keahliannya;


234<br />

(j) Dokter yang mampu menjelaskan pentingnya jasa pelayanan dokter<br />

dalam melayani kesehatan sehingga pasien tidak merasa dirugikan<br />

sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.<br />

4.2.5. Empathy/Empati<br />

Menurut Parasuraman, dkk, (1990:25), bahwa Empati (Empathy) meliputi:<br />

Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masingmasing<br />

pelanggan.<br />

Hal ini berarti Empati/Empaty, merupakan kemudahan dalam menjalin<br />

relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman atas kebutuhan<br />

individual para pelanggan. Empati berupa Perawatan/Kepedulian atau perhatian<br />

individu yang disediakan oleh dokter dan stafnya untuk melayani pasien.<br />

Empati setidaknya akan terlihat dari sikap para medis melalui kemudahan<br />

untuk dihubungi, pemberian pelayanan secara cepat, penanganan keluhan pasien<br />

secara cepat, mengutamakan sikap ramah dan sopan kepada pasien maupun<br />

masyarakat umum yang berada di rumah sakit.<br />

Keluhan pasien ketika mereka merasakan adanya kesenjangan yang terjadi<br />

antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan kenyataan yang dilakukan oleh<br />

para medis perlu untuk direspon para medis melalui tindakan pelayanan yang<br />

dalam sikapnya, para medis mampu memperlihatkan dan mencerminkan standar<br />

kualitas pribadi dihadapan masyarakat. Mengedepankan rasa tanggung jawab<br />

terhadap kelangsungan pelayanan publik, melalui pemahamannya pada nilai,<br />

norma, moral, dan kondisi sosial. Sikap atas pelayanan ini tidak dapat dipisahkan


235<br />

dari kemampuan untuk memenuhi pelayanan sesuai dengan yang telah ditetapkan.<br />

Berangkat dari aspek Empati, maka pasien mempunyai harapan terhadap<br />

adanya kepedulian pada pasien dalam perawatan medis, sikap personal dari<br />

dokter, mempelajari kebutuhan personal dari pasien, pasien menyediakan<br />

pertimbangan individu pada pasien, mengingat nama dan wajah dari pasien.<br />

Namun kenyataannya berdasarkan temuan lapangan terdapat:<br />

(a) Sebagian besar anak-anak menderita penyakit akut berbahaya seperti<br />

demam berdarah dan tifus mengalami kekurangan tim medis.<br />

Kekurangan tim medis ini sangat berakibat fatal karena penderita<br />

demam berdarah harus dipantau paling tidak setengah jam sekali setiap<br />

pasien untuk mengukur suhu tubuh dan kekentalan darah.<br />

(b) Semua pekerjaan pelayanan kesehatan bukan lagi dilakukan oleh<br />

petugas yang berwewenang melainkan sepenuhnya dialihtugaskan<br />

kepada mahasiswa koas (co-assistant) yang sebenarnya masih harus<br />

selalu dipantau praktek kerjanya oleh dokter atau perawat yang<br />

profesional.<br />

(c) Kekurangan dokter dan perawat sehingga dalam pelayanan kesehatan<br />

harus menunggu giliran untuk mengganti infus maupun perawatan<br />

luka.<br />

(d) Pada saat hari libur jumlah tenaga medis baik dokter maupun perawat<br />

hanya 4 sampai 6 orang yang melayani semua pasien di kelas 1,2 dan 3<br />

yang mencapai 40 orang.


236<br />

(e) Pelayanan oleh perawat dan dokter belum maksimal sebab ada hal-hal<br />

yang masih perlu diperhatikan seperti dalam hal masih perlunya<br />

penambahan tenaga perawat dan dokter pada saat malam hari dan hari<br />

libur. Hal ini disebabkan untuk pasien jantung sangat memerlukan<br />

perhatian yang cepat dan perlakuan yang tepat.<br />

Temuan lapangan tersebut di atas agak berbeda pada saat peneliti<br />

mengadakan wawancara dengan unsur pimpinan yang ada di RSUP Prof. Dr. R.D.<br />

Kandou Manado. Managemen RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan<br />

sangat ramah menerima kedatangan peneliti untuk melakukan observasi di RSUP<br />

tersebut. Selanjutnya melalui wawancara yang dilakukan dengan pasien<br />

(Wawancara dengan pasien Februari 2012) di ruang inap kelas tiga dimana<br />

mereka merasakan adanya suatu diskriminasi dalam pelayanan karena sudah lebih<br />

dari dua jam sejak datang ke rumah sakit mereka belum dilayani oleh dokter.<br />

Demikian pula halnya ketika sudah larut malam ada perawat yang terlambat<br />

datang ke ruang pasien rawat inap kelas tiga di Irina C (Penyakit Dalam)<br />

sekalipun sudah dipanggil oleh keluarga pasien oleh karena ada keluhan yang<br />

akan disampaikan oleh pasien. (Wawancara dengan pasien Februari 2012)<br />

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan perawat (Wawancara<br />

dengan Perawat di UGD Maret 2012) yang bertugas di kelas tiga sehubungan<br />

dengan pengeluhan pasien adanya kelambanan pelayanan dan penanganan dalam<br />

kaitan dengan empati menunjukkan bahwa terkadang terjadinya keterlambatan<br />

pelayanan bukan disengaja oleh para medis akan tetapi karena ada penanganan<br />

pasien gawat. Menurut perawat biasanya prosedur penanganan awal saat di UGD


237<br />

perawat yang bertugas terlebih dahulu telah melakukan diagnosa awal kepada<br />

pasien berdasarkan keluhannya.<br />

Penjelasan lainnya atas perilaku pelayanan yang lambat dan terkesan pilih<br />

kasih diungkapkan oleh Kepala Ruang Irina C4 (Wawancara Maret 2012) bahwa<br />

sepengetahuannya dimana pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado telah<br />

berkomitmen bahwa keselamatan pasien adalah harga mati yang harus dijalankan<br />

dan tidak dapat ditawar-tawar dalam pelayanan. Ungkapan pilih kasih hanyalah<br />

ungkapan isi hati keluarga pasien sebagai akibat mungkin karena belum<br />

mengetahui prosedur penanganan medis. Diungkapkannya pula bahwa<br />

berdasarkan pengalaman dimana pasien yang datang terkadang tidak mau<br />

mengerti dengan prosedur yang ada akan tetapi keinginannya bahwa ketika datang<br />

langsung ditangani oleh dokter dan jika dimungkinkan langsung oleh dokter ahli.<br />

Sementara mereka tidak mengetahui kondisi rumah sakit yang sebenarnya.<br />

Temuan-temuan lapangan sebagaimana yang dipaparkan di atas,<br />

menunjukkan sikap ketidak-pedulian pihak Rumah Sakit dan Para Medis di dalam<br />

memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.<br />

Kepedulian atau Empati adalah peduli memberikan perhatian individu<br />

kepada pasien. Aspek empati setidaknya akan terlihat dari sikap para medis<br />

melalui kemudahan untuk dihubungi, pemberian pelayanan secara cepat,<br />

penanganan keluhan pasien secara cepat, mengutamakan sikap ramah dan sopan<br />

kepada pasien maupun masyarakat umum yang berada di rumah sakit.<br />

Sehubungan dengan apa yang disampaikan oleh Parasuraman, dkk, 1990:25),<br />

Empati yang dilakukan pihak RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado terhadap


238<br />

pasien rawat inap kelas tiga berkaitan adanya kepedulian tentang aspek empati<br />

untuk dijadikan acuan yang sungguh-sungguh dalam melayani kebutuhan pasien.<br />

Rasa empati tercipta antara lain karena adanya stimulus yang menyenangkan pada<br />

pekerjaannya di RSUP Prof. R.D. Kandou Manado dan dari masyarakat yang<br />

membutuhkan pelayanan kesehatan. Adanya kesigapan para medis menanggapi<br />

keluhan masalah layanan, dapat membangun adanya empati dalam memberikan<br />

pelayanan kepada masyarakat yang sekaligus menunjukkan adanya kualitas<br />

pelayanan kesehatan rawat inap kelas tiga di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado.<br />

Empati terwujud dari adanya interaksi dari para medis dengan pasien<br />

maupun keluarga pasien. Interaksi sangatlah penting dan dibutuhkan karena cara<br />

ini akan merupakan suatu proses untuk terjadinya saling pengertian dan kerja<br />

sama timbal balik antara para medis dengan pasien yang berujung pada<br />

pencapaian tujuan yaitu terlayani dengan baik dan menghasilkan pelayanan<br />

kesehatan yang berkualitas. Proses kerjasama ini dapat terjadi ketika diantara para<br />

medis dengan pasien menyadari adanya kepentingan dan saling pengertian yang<br />

sama. Tujuan-tujuan yang sama akan menciptakan kerja sama dan saling<br />

pengertian.<br />

Selain interaksi, untuk adaptasi juga merupakan suatu cara yang perlu<br />

dilakukan dalam mewujudkan empati dalam pelayanan. Kepekaan dari para medis<br />

atas keluhan pasien akan terjadi ketika ada interaksi dari para medis dengan<br />

pasien. Perawat akan mengetahui kapan harus mengganti alat infus kepada pasien<br />

bukan hanya dari catatan medis yang ada akan tetapi ketika perawat sering


239<br />

mengunjungi pasien di ruangan. Pasien juga akan merasa dilayani ketika perawat<br />

sering berkunjung dan menanyakan apa yang menjadi keluhan pasien. Sekalipun<br />

memang harus diakui bahwa para medis memiliki karakter yang berbeda-beda<br />

dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu proses adaptasi akan memudahkan<br />

perawat dalam menjalankan tugasnya.<br />

Keluhan pasien ketika mereka rasakan adanya kesenjangan yang terjadi<br />

antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan kenyataan yang dilakukan oleh<br />

para medis, yaitu: Sikap para medis yang kaku, tidak sopan, menyalahgunakan<br />

kekuasaan, tidak adil, diskriminatif sebagai aspek penilaian mutu yang sering<br />

dihadapi oleh masyarakat dalam menerima layanan.<br />

Secara umum empati harus diakui berkaitan dengan sikap seseorang dalam<br />

berperilaku. Sikap dan perhatian para medis, berlaku adil pada setiap pasien<br />

maupun berpenampilan baik dalam memberikan perhatian secara individu kepada<br />

pasien. Oleh karenanya dalam merespon prinsip-prinsip pelayanan publik yang<br />

perlu dipedomani oleh segenap para medis selaku pelaksana pelayanan, maka<br />

kiranya perlu disertai pula oleh sikap dan perilaku yang santun, keramah tamahan<br />

dari para pemberi layanan / para medis baik dalam cara menyampaikan sesuatu<br />

yang berkaitan dengan prosedur penanganan, maupun dalam hal ketersediaan<br />

petugas, obat-obatan, sarana rumah sakit maupun waktu pelayanan. Hal ini<br />

dimungkinkan agar layanan tersebut dapat memuaskan pasien dan merupakan<br />

juga suatu terapi pikiran guna menunjang proses penyembuhan.<br />

Adanya berbagai keluhan dari pihak pasien mengenai pelayanan yang<br />

diberikan menunjukkan pelayanan kesehatan yang diberikan perlu untuk


240<br />

diperbaiki termasuk di dalam aspek empati. Hubungan harmonis antara RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan pasien yang membutuhkan pelayanan<br />

kesehatan, dirasa menyenangkan manakala ada tambahan stimulus di luar<br />

ketentuan. Lebih dari itu, terkadang layanan kurang mendapat perhatian dan<br />

kecepatan para medis sehingga memerlukan waktu cukup lama. Budaya cepat<br />

dalam memberikan pelayanan kesehatan, dinilai masih cukup jauh dari harapan<br />

berkualitas sehingga masih perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan.<br />

Kecepatan dapat menunjukkan adanya ketepatan di dalam memberikan<br />

layanan kesehatan. Para medis yang memiliki empati yang tinggi tentunya akan<br />

memberikan pelayanan yang secepat mungkin kepada pasien. Dengan demikian,<br />

permintaan masyarakat terhadap layanan kesehatan dari pihak RSUP Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado dapat terlaksana sesuai dengan kebutuhan pasien.<br />

Keluhan pasien yang lebih terfokus pada lambannya layanan maupun<br />

penanganan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada pasien terutama bagi<br />

yang merasa bukan kelompok orang berduit secara empiris menunjukkan<br />

pelayanan terkesan pemberian pelayanan kepada pasien tidak semuanya atas dasar<br />

panggilan hati. Ketulusan dalam suatu pelayanan pada sebagian besar aparat<br />

janganlah terkesan masih merupakan pemenuhan kewajiban tugas formal.<br />

Kesungguhan para medis dalam memperhatikan kebutuhan pasien yang masih<br />

terkesan bersifat insidental serta di sisi lain ketulusan yang dirasa belum sepenuh<br />

hati perlu untuk dihindari oleh para medis.<br />

Situasi tersebut dapat diwujudkan melalui sikap sopan dengan penampilan<br />

yang sesuai dengan aturan pelayanan, dapat mencerminkan perilaku normatif


241<br />

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Berpenampilan empati akan<br />

lebih dihargai dan dihormati ketika memberikan pelayanan. Pelayanan Rumah<br />

Sakit yang baik dapat membangun citra positif bagi pasien yang dilayani. Etika<br />

pelayanan yang lebih mengedepankan norma budaya keramahan dan sopan santun<br />

dalam memberikan pelayanan kepada pasien menjadi aspek utama yang dapat<br />

memuaskan pasien.<br />

Namun dalam situasi tertentu, terutama ketika menghadapi suatu<br />

ketegangan, norma budaya ini sering kali hilang dan berganti menjadi<br />

disharmonis. Keramahan menjadi sirna dan berubah menjadi ketegangan.<br />

Fenomena empirik ini terkadang terjadi ketika suatu pelayanan tidak sesuai<br />

dengan harapan warga masyarakat. Padahal keramahan dalam memberikan<br />

pelayanan perlu diperhatikan sehingga membuat suasana menjadi senang dan<br />

nyaman, baik bagi pihak yang melayani maupun bagi masyarakat yang dilayani.<br />

Aspek dimensi empati yang meliputi kemudahan untuk dihubungi,<br />

pemberian pelayanan secara cepat, penanganan keluhan masyarakat secara cepat,<br />

serta mengutamakan sikap ramah dan sopan kepada masyarakat dalam<br />

memberikan pelayanan sebenarnya menurut peneliti telah dilakukan namun<br />

hasilnya belum maksimal karena masih terdapat gap/perbedaan antara persepsi<br />

yang diharapkan pasien maupun ekspektasi/kenyataan yang dirasakan jadi perlu<br />

untuk lebih ditingkatkan lagi. Hal ini sesuai dangan fungsi utama RSUP Prof. Dr.<br />

R.D. Kandou Manado dalam memberikan kesejahteraan pasien dibidang<br />

pelayanan kesehatan. Empati berlaku secara silang dan berada pada satu sistem<br />

pelayanan kesehatan antara RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan Pasien.


242<br />

Pelayanan yang berkualitas merupakan pelayanan yang dinilai baik oleh<br />

penerima pelayanan, karena hanya merekalah yang relevan untuk senantiasa<br />

menilainya. Kejujuran dan disiplin pada aturan perundang-undangan, menjadi<br />

ketentuan yang harus dilaksanakan.<br />

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan, layanan kesehatan dibutuhkan agar<br />

pemberi layanan di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado jujur dalam<br />

melaksanakan tugas dengan kualifikasi yang beraneka ragam sesuai dengan area<br />

bidang layanan yang menjadi lapangan kiprahnya. Suatu pelayanan yang<br />

dihasilkan dapat dikatakan berkualitas manakala didesain sesuai dengan keinginan<br />

pasien dan didistribusikan melalui pelayanan yang baik, dan dimanfaatkan dengan<br />

baik dalam upaya memenuhi kebutuhan pasien. Maka dimungkinkan terdapat<br />

hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien yang terfokus pada<br />

kesesuaian antara harapan dengan keinginan pasien. Di sinilah dibutuhkan RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado selaku penyedia layanan kesehatan sebagai<br />

pelayanan yang mudah untuk dihubungi dan memiliki empati pada kepentingan<br />

pasien yang sementara dirawat. Kepuasan masyarakat sebagai penerima layanan,<br />

merupakan perbandingan antara layanan yang diterima (perceived service) dengan<br />

layanan yang diharapkan (expected service). Seperti kemudahan untuk dihubungi,<br />

yang terkadang terjadi keterlambatan lebih diakibatkan adanya kesibukan kegiatan<br />

lain.<br />

Idealnya layanan kesehatan yang diberikan, seharusnya melebihi harapan<br />

dan bukan sebaliknya. Pemberian layanan secara cepat dapat membangun<br />

pandangan positif pasien atas layanan yang diberikan. Begitu pula dalam


243<br />

menanggapi keluhan pasien, sebaiknya ditangani lebih baik dengan<br />

mengutamakan sikap ramah dan sopan kepada pasien. Perilaku dan sikap terpuji<br />

diinternal para medis di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, dapat menjadi alat<br />

untuk membangun rasa empati pasien terhadap para medis dalam pelayanan<br />

kesehatan.<br />

Apabila dibahas lebih lanjut, di dalam meningkatkan kualitas pelayanan<br />

kesehatan Empati atau Kepedulian Para Medis tidak terlepas dengan Daya<br />

Tanggap para penyedia layanan. Maka layanan kesehatan dalam Rumah Sakit<br />

paling tidak harus memenuhi tiga indikator: “responsiveness, responsibility, dan<br />

accountability”. Responsiveness atau responsivitas sebagai daya tanggap penyedia<br />

layanan kesehatan terhadap harapan, keinginan, aspirasi, maupun tuntutan<br />

pengguna layanan kesehatan. Responsibility atau responsibilitas sebagai suatu<br />

ukuran bagi kesesuaian pelaksanaan kegiatan kesehatan dengan prinsip atau<br />

ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.<br />

Accountability atau akuntabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan<br />

besaran proses penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan kepentingan<br />

stakeholders dan norma yang berkembang dilingkungan pasien pada khususnya<br />

dan masyarakat pada umumnya.<br />

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan membutuhkan kesungguhan<br />

dan tangung jawab serta berpegang pada prinsip pelayanan kesehatan RSUP Prof.<br />

Dr. R.D. Kandou Manado bahwa keselamatan pasien adalah segala-galanya tentu<br />

diperlukan perubahan perilaku yang dapat menunjukkan empati yang tinggi dari<br />

para medis kepada pasien.


244<br />

Sikap para medis hendaknya mampu memperlihatkan dan mencerminkan<br />

standar kualitas pribadi dihadapan pasien. Mengedepankan rasa tanggung jawab<br />

terhadap kelangsungan pelayanan kesehatan. Para medis selaku bagian dari<br />

birokrasi pemerintah dalam pelayanan kesehatan semestinya memperlihatkan<br />

sikap kewibawaan yang paripurna. Kewibaan birokrasi publik mengandung aspek<br />

nilai spritual, emosional, moral, sosial dan intelektual. Sikap birokrasi publik<br />

dalam hal ini, semestinnya mandiri (independent) dan berdisiplin dalam<br />

penyelenggaraan pelayanan rawat inap kelas tiga di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou<br />

Manado, dengan cara mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara<br />

konsisten, atas kesadaran diri dan profesionalisme. Birokrasi publik harus<br />

senantiasa memahami standar layanan publik sehingga hasilnyapun akan semakin<br />

baik dan dapat membangun rasa empati masyarakat terhadap pelayanan kesehatan<br />

di ruang rawat inap kelas tiga RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.<br />

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, maka hal-hal yang harus<br />

diperhatikan sehubungan dengan aspek Empati dalam Pelayanan Kesehatan RSUP<br />

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, adalah:<br />

a) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado bersama-sama dengan para<br />

tenaga medis harus mampu memberikan perhatian kepada pasien serta<br />

menaikkan kepedulian pasien terhadap perawatan medis;<br />

b) Adanya sikap personal dari dokter dan perawat pada pasien dalam<br />

memberikan pelayanan medis;<br />

c) Adanya sikap dari tenaga medis yang mau mempelajari dan<br />

mengetahui kebutuhan personal dari pasien;


245<br />

d) Para Tenaga Medis berupaya untuk mengingat nama dan wajah dari<br />

pasien;<br />

e) Para Tenaga Medis memberikan ataupun menyediakan pertimbangan<br />

individu pada pasien.<br />

f) Para medis harus mengingat nama dan wajah dari pasien. Hal ini<br />

dimaksudkan karena sebagai bentuk empati/kepedulian para medis<br />

yaitu mengingat nama dan wajah dari pasien agar pelayanan kesehatan<br />

tepat sasaran.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!