You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
• •<br />
No.: 68612010 I<br />
LAPORAN HASIL PENELITIAN <br />
Pengembangan Fonnula Pupuk Organik (Padat dan <br />
Cair) yang Diperkaya Mikroba Pelarut P untuk <br />
Peningkatan Produktivitas Padi > 25% pada Lahan <br />
Rawa Pasang Surut <br />
[pengembangan Fonnula Pupuk Organik (padat dan cair) Spesifik<br />
Lahan Rawa Pasang SUM yang Diperkaya llikroba Pelarut P untuk<br />
Peningkatan Produktivitas Pad. > 25%]<br />
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN<br />
Fokus 8idang Prioritas:<br />
Ketahanan Pangan<br />
Kode Produk Target: 1.03<br />
Kode Kegiatan: 1.03.01<br />
Peneliti Utama:<br />
Drs. Isdijanto Ar-Riza, MS.<br />
Balai Penelitian Pertanlan Lahan Rawa<br />
I · p<br />
BALAI BESAR PENEUTIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN <br />
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />
KEMENlERIAN PERTANIAN <br />
2010
·...<br />
No.: 685/2010<br />
LAPORAN HASIL PENELITIAN<br />
Pengembangan Formula Pupuk Organik (Padat dan <br />
Cair) yang Diperkaya Mikroba Pelarut P untuk <br />
Peningkatan Produktivitas Padi > 25°A, pada Lahan <br />
Rawa Pasang Surut <br />
[Pengembangan Fonnula Pupuk Organik (padat dan cair) Spesifik<br />
Lahan Rawa Pasang Surut yang Diperkaya Mikroba Pelarut P untuk<br />
Peningkatan Produktivitas Padi > 25%]<br />
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN<br />
Fokus Bidang Prioritas:<br />
Ketahanan Pangan<br />
Kode Produk Target: 1.03<br />
Kode Kegiatan: 1.03.01<br />
Peneliti Utama:<br />
Drs. Isdijanto Ar-Riza, MS.<br />
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa<br />
BAlAI BESAR PENELIllAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN <br />
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />
KEMENTERIAN PERTANIAN <br />
2010
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN <br />
1. Judul Penelitian<br />
: Pengembangan Formula Pupuk Organik yang<br />
Diperkaya Mikroba Pelarut P untuk Peningkatan<br />
Produktivitas Padi dan Palawija ~ 25% Pada Lahan<br />
Pasang Surut.<br />
2. Penangung Jawab Penelitian<br />
a.Nama<br />
b. PangkatjGolongan<br />
c. Jabatan<br />
c 1. Struktural<br />
C 2. Fungsional<br />
: Isdijanto Ar-Riza, Drs, MS<br />
: Pembina Utama /N-e<br />
: Peneliti Utama<br />
3. Lokasi Kegiatan<br />
: Kalimantan Selatan dan Tengah<br />
4. Biaya Penelitian<br />
: Rp. 194.000.000,<br />
5. Sumber Dana<br />
: RISTEK 2010 .<br />
IViengetahui<br />
Kepala Ba<br />
Lahan Pe<br />
penan~gunjawab<br />
Kegiatan,<br />
y<br />
/'<br />
Drs. Iscliianto Ar-Riza. MS<br />
NIP.19520706 198303 1001<br />
11
· .. <br />
RINGKASAN <br />
Secara alami lahan rawa pasang surut untuk budidaya pertanian masih menghadapi<br />
sejumlah kendala, terutama masalah fisiko-kimia lahan, seperti dinamika air, tanah yang<br />
bersifat masam sampai dengan sangat masam, kesuburan tanah yang rendah. Selain itu<br />
kandungan bahan organik tanah yang ada umumnya belum tersedia sebagai hara yang siap<br />
dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga diperlukan formula pupuk organik yang<br />
efektif sebagai suplemen. Penelitian pengembcmgan formula pupuk organik yang diperkaya<br />
mikroba pelarut P untuk peningkatan produktivitas padi dan palawija ~ 25% pada lahan<br />
pasang surut, menjadi sangat penting. Telah diperoleh hasil 1 formula padat (FP5) akan dilepas<br />
sebagai Organowa,P yang efektif untuk lahan sulfat masam potensial, dan tiga formula lainnya<br />
(FPl ,FP3, FP8) dan formula cair (FC1, FC3 ,FC5, FC8) masih perlu ditingkatkan kinerjanya.<br />
Penggunaan Formula FP5 (Organowa,P) berdasarkan analisis ekonomi menguntungkan,<br />
sehingga siap untuk scale up. Dengan ditemukannya formula pupuk organik yang efektif<br />
aplikasinya mudah, dan murah, petani lahan rawa pasang surut akan lebih bersemangat dalam<br />
peningkatan produksi padi. Dengan demikian kontribusi produksi padi rawa pasang surut<br />
terhadap ketahanan pangan akan menjadi lebih besar.<br />
III
· ~ PRAKATA <br />
Usaha peningkatan produktivitas padi terus dilaksanakan, demikian juga pad a lahan<br />
rawa pasang surut. Peningkatan produktivitas padi di lahan rawa pasang surut<br />
diantaranya masih terkendala dengan kondisi kesuburan tanah yang kurang, sehingga<br />
hasil padi yang dicapai belum maksimal.<br />
Upaya meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman,<br />
melalui pemberian bahan organik merupakan hal yang sangat penting dan perlu<br />
dilakukan. Pemberian pupuk organik saat ini masih terkendala dengan jumlah bahan<br />
organik yang gunakan sangat tinggi 7-10 tjha seperti yang dianjurkan pada System Rice<br />
Intensification (SRI). Sehingga memberikan beban tambahan pekerjaan dan biaya yang akan<br />
menyulitkan petani.<br />
Penelitian pengembangan formula pupuk organik dimaksudkan untuk mendukung<br />
peningkatan produksi yang sedang digalakkan terutama di lahan rawa pasang surut.<br />
Pada akhir penelitian ini, disampaikan termakasih atas fasilitas dan biaya yang diberikan<br />
untuk kegiatan penelitian ini melalui program insentif riset terapan. Diharapkan hasil penelitian<br />
ini dapat mendukung pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut dalam kaitannya<br />
dengan ketahanan pangan nasional, melalui teknologi produksi pupuk organik.<br />
Nopember, 2010<br />
Tim Peneliti:<br />
Drs.Isdijanto Ar-Riza,MS<br />
Ir.H.Suaidi Raihan,MS<br />
Ir.Noorginayuwati,MS<br />
Ir.Syaiful Asikin<br />
Sardjiyo, sSe<br />
lV
• :Ii;<br />
DAFTAR lSI<br />
Halaman <br />
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN................. ................. <br />
RINGKASAN ........... ..... ...... ... .. .. ............. .................. ii <br />
PRAKATA ................... .. .. .. ........ ................. .................. iv <br />
DAFTAR lSI..................... ..... ... ... ........... ... .............. ...... ... .......... v <br />
DAFTAR TABEL ................ .............. ........_....... ............ ....... vi <br />
DAFTAR GAM BAR ... .............. ...... ........... ......... ....... ... vii <br />
BAB I : PENDAHULUAN .. .... ... ..... ............... .. ... ................ 1 <br />
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .... .. ...... .. ....... ...... .... ...... .. ..... .. 2 <br />
BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT. ....... ................. ................... 3 <br />
BAB IV : METODOLOGI ... .. ... .................... 3 <br />
Penelitian Rumah Kaca<br />
5 <br />
Penelitian Lapangan<br />
5 <br />
BAB V : HASIL DAN PEM BAHASAN ....... 6 <br />
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN......... .............. ............. 19 <br />
KESIMPULAN ..............<br />
19 <br />
SARAN ....................<br />
19 <br />
BAB VII : DAFTAR PUSTAKA ... 19 <br />
v
·.. <br />
DAFTAR TABEL<br />
1. Komposisi formula pupuk organik cair dan formula padat : 4<br />
Halaman<br />
2. Pengaruh pupuk formula cair pada jumlah anakan dan tinggi 6 <br />
tanaman padi (60 HST) pada penelitian rumah kaca Balai <br />
Penelitian Pertanian Lahan Rawa 2010. <br />
3. Pengaruh pupukorganik formula padat pada jumlah anakan padi 8 <br />
dan tinggi tanaman padi (45 HST) pi!da penelitian rumah kaca <br />
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. 2010. <br />
4. Jumlah anakan padi produktif pada umur dan 60 hari pada 9 <br />
perlakuan formula pupuk organik padat dan cair di lahan <br />
Potensial di Handil Manarap. 2010. <br />
5. linggi tanaman pada perlakuan formula pupuk organik padat 10 <br />
dan cair di lahan Potensial di Handil Manarap. 2010. <br />
6. Hasil padi (t/ha) pada perlakuan formula pupuk organik padat 10 <br />
dan cair di lahan Potensial di Handil Manarap. 2010. <br />
7. Jumlah anakan padi produktif pada umur dan 60 hari pada 11 <br />
perlakuan formula pupuk organik padat dan cair di lahan sulfat <br />
masam di Belandean. 2010. <br />
8. linggi tanaman pada perlakuan formula pupuk organik padat 12 <br />
dan cair di lahan sulfat masam di Belandean. 2010 <br />
9. Hasil padi (t/ha) pada perlakuan formula pupuk organik padat 12 <br />
dan cair di lahan sulfat masam di Belandean. 2010. <br />
10. Jumlah anakan padi produktif pada umur dan 60 hari pada 13<br />
perlakuan formula pupuk organik padat dan cair di lahan<br />
gambut Mentaren. 2010.<br />
11. linggi tanaman pada perlakuan formula pupuk organik padat 14<br />
dan cair di lahan gambut di Mentaren. 2010.<br />
12. Hasil padi (t/ha) pada perlakuan formula pupuk organik padat 15<br />
dan cair di lahan gambut di Mentaren. 2010.<br />
13. Periraan harga pupuk padat dan cair per satuan 16<br />
14. Analisis usahatani parsial percobaan pemupukan organik padat 17<br />
dan cair pada tanaman padi di Handil Manarap. MT. 2010<br />
15. Analisis usahatani parsial percobaan pemupukan organik padat 17<br />
dan cair pada tanaman padi di Belandean. MT. 2010<br />
16. Analisis usahatani parsial percobaan pemupukan organik padat 18<br />
dan cair pada tanaman padi di Mantaren. MT. 2010<br />
VI
• 10<br />
7<br />
DAFTAR GAMBAR<br />
Halaman<br />
1. Prosesing bahan penghalusan, penimbangan dan inkubasi. 4 <br />
2. Formula pupuk organik bentuk padat dan cair yang telah siap diuji 5 <br />
pada tingkat Rumah Kaca untuk mendapatkan dosis efektif. <br />
3. Layout penelitian lapang. 5 <br />
4. Keragaan tanaman padi di Rumah Kaca pada dosis yang berbeda 7 <br />
.<br />
5. (A) Keragaan pertumbuhan tanaman padi padi pada dosis formula 8 <br />
padat yang berbeda (8) Keragaan tanaman pada 4 formula padat <br />
pada dosis 1 t/ha. <br />
6. Keragaan tanaman padi umur 15 hari di lahan rawa pasang surut 9 <br />
potensial. <br />
Kondisi tanaman padi sebelum panen di lahan potensial<br />
8. Keragaan tanaman padi pada perlakuan FC5 dan FP5 di lahan 12 <br />
pasang surut sulfat masam. <br />
9. Kondisi pertanaman sebelum panen di lahan sulfat masam. 13 <br />
10. Keragaan padi pada perlakuan FC5 dan FP5 pada lahan gambut 14 <br />
11. Kondisi pertanaman sebelum panen di lahan gambut. 15 <br />
10 <br />
VB
• a<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Penegembangan pertanian di lahan pasang surut belum seperti lahan irigasi,<br />
terutama produktivitasnya yang masih lebih rendah. Pertanaman padi di lahan<br />
pasang surut sebenarnya sudah sangat lama diusahakan, namun permasalahan<br />
lahan masih menjadi kendala utama, sehingga memerlukan terobosan teknologi<br />
untuk mengatasinya.<br />
Usaha pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut telah<br />
digalakkan, tetapi belum memberikan hasil yang maksimal dan cenderung masih<br />
rendah. Produktivitas padi di lahan pasang surut masih sangat bervarias,<br />
dibebrapa wilayah seperti di Rasau Jaya hasil padi 1,5 t/ha, Sungai Kakap 1,95<br />
t/ha, Pinang Luar 1,04 t/ha, sehingga pendapatan petani hanya sebesar Rp.l,9<br />
juta di Rasau Jaya, Rp.3,5 juta di Sungai Kakap dan Rp.l,8 juta Pi nang Luar<br />
(Sutikno et al.,2008). Tetapi di beberapa wilayah lainnya seperti Sumatera<br />
Selatan (Delta Saleh, Sugihan Kiri, Sugihan Kanan) cukup baik dengan hasil 2: 5,0<br />
t/ha (Fagi dan Las, 2007). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa potensi<br />
peningkatan produktivitasnya cukup tinggi, jika diterapkan pengelolaan hara<br />
yang sesuai karakteristiknya.<br />
Rendahnya produktivitas padi lahan pasang surut karena masih menghadapi<br />
sejumlah kendala terutama masalah fisiko-kimia lahan, seperti dinamika air, tanah yang<br />
bersifat masam sampai dengan sangat masam, dan kesuburan tanah yang rendah yang<br />
belum dapat diatasi secara baik (Alihamsyah. et al.,2002; Anwar. et aI., 2000). Selain itu<br />
kandungan bahan organik tanah sebagai pendukung (buffef) ketersediaan hara dalam<br />
tanah yang ada umumnya belum tersedia sebagai hara yang siap dimanfaatkan untuk<br />
pertumbuhan tanaman (Ar-Riza dan Saragih. 2002; Anwar dan Alwi. 1998), sehingga<br />
diperlukan tambahan pupuk organik sebagai suplemen bagi kebutuhan pupuk anorganik,<br />
dan pendorong pencapain produksi yang lebih tinggi karena peranannya yang mampu<br />
membuat lingkungan tumbuh menjadi lebih baik.<br />
Pupuk organik merupakan salah satu jenis pupuk yang dipercaya tidak memberikan<br />
dampak negatif terhadap lingkungan dan hasil, sehingga produk dari pertanian organik<br />
aman untuk dikonsumsi. Namun pupuk organik yang diperlukan masih sangat tinggi 7-10<br />
t/ha seperti yang dianjurkan pada System Rice Intensification (SRI). Sehingga selain<br />
membuat beban kerja petani meningkat, pada pengembangan yang luas yang disertai<br />
upaya peningkatan Indek Pertanaman (IP) akan sulit terlaksana.
· ,..<br />
Digalakkannya kembali penggunaan bahan organik untuk memperbaiki kualitas<br />
lahan dan produktivitasnya, memicu kebutuhan pupuk organik yang terus meningkat,<br />
dan pemerintah baru menyediakan subsidi untuk 450.000 ton dari kebutuhan sekitar 17<br />
juta ton, bahkan telah dibuat rumah-rumah kompos di sejumlah wilayah (Kuntadi,<br />
2009).<br />
Sosialisasi penggunaan pupuk organik te/ah gencar dilaksanakan me/a/ui bebagai<br />
program, namun masih terkendala dengan tingginya bahan organik yang diperlukan,<br />
sehingga selain menyuiltkan penyediaanya, aplikasinya juga memerlukan curahan tenaga<br />
yang cukup besar. Fenomena petani sekarang sudah mulai berorentasi pada efisiensi,<br />
sehingga pupuk organik yang dikemas ringkas, bereaksi cepat, efektif, penyediaan dan<br />
aplikasinya mudah, biaya yang rendah akan sangat diminati oleh masyarakat petani.<br />
Dalam upaya membantu petani dalam memenuhi kebutuhan pupuk organik<br />
untuk usahataninya, perlu diciptakan/diformulasikan pupuk organik yang lebih<br />
baik, bereaksi cepat, efektif, efisien, sehingga penyediaan dan aplikasinya di<br />
lapang lebih praktis dan mudah.<br />
II. TINlAUAN PUSTAKA<br />
Kondisi Lahan rawa pasang surut dapat diperbaiki dengan penambahan bahan<br />
organik sebagai pupuk organic. Pemberian jerami padi yang dikomposkan dapat<br />
mengurangi akumulasi besi fero (Fe++), mengurangi 50/- dan meningkatkan hara<br />
terutama kalium, namun aplkasinya masih menyulitkan petani sehingga belum<br />
berkembang (Achmadi et a/., 2004).<br />
Lahan rawa kava akan gulma, dan dilaporkan sangat potensial dijadikan sebagai<br />
pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah (Raihan, 2005 dan<br />
5imataupang et aI., 2002). Tumbuhan gulma di lahan rawa disamping jumlah<br />
biomasanya yang banyak, kandungan haranya cukup baik, sehingga sangat potensial<br />
dijadikan sebagai bahan utama formula pupuk organik yang diperkaya, diantaranya,<br />
Purun tikus (3,23% N, 0,093% P, 2,708 % K, 2,85 ppm Cu, 14,45 ppm Zn dan 14,45%<br />
C-org), Sa/vinia (2,58% N, 0,28% P, 0,87% K, 41,97% C~rg), Enceng Gondok (2,32%<br />
N, 0,24% P, 1.95% K, 46,21% C~rg) (Balm, 2007).<br />
Pada penelitian sebelumnya dila~rka ba wa pemberian formula pupuk organik<br />
plus (20 C, 1,lN, 0,7 P, 1,7 K), dan empat baru (F1,F3,F5 dan F8) di lahan<br />
2
. ...<br />
pasang surut dapat meningkatkan hasil padi yang masih perlu ditingkatkan efektivitasnya<br />
(Ar-Riza dan Kaderi, 2002, Ar-Riza et aI., 2009) .<br />
III. TUJUAN DAN MANFAAT<br />
• Menyusun formula pupuk organik diperkaya mikroba pelarut P yang efektiv<br />
meningkatkan kualitas lingkungan tum.buh, ketersediaan hara dalam tanah<br />
bagi tanaman padi.<br />
• Bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas padi 25 %, mudah aplikasinya<br />
dan dapat mengurangi penggunaan dosis pupuk anorganik sebesar 50 %.<br />
IV.METODOLOGIPENE~N<br />
2.1. Pendekatan<br />
Lahan pasang surut kava akan biomasa gulma dan serasah tanaman, yang<br />
beberapa diantaranya mempuyai kandungan unsur penting untuk pertumbuhan<br />
tanaman yang baik (Purun tikus, Kiambang, Enceng Gondok, Jerami). Gulma<br />
tersebut berpotensi sebagai bahan utama pupuk organik yang diperkaya dengan<br />
beberapa komponen (unsur-unsur penting, mikroba) yang diformulasikan secara<br />
tepat, sesuai karakter lahan.<br />
2.2. Metodologi<br />
2.2.1. Formulasi Pupuk Organik<br />
1. Laboratorium:<br />
Kegiatan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Laboratorium Tanah<br />
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa-Balittra. Terdiri dari empat tahap: (a)<br />
Pengumpulan bahan, (b) Prosesing bahan (analisa kandungan kimia, C-org, N, P,<br />
K, Fe, Zn, pengeringan, penghalusan, pengomposan), (c) Analisa kimia C-organik<br />
dan C/N rasio kompos (d) Formulasi,sesuai komposisi yang ditentukan secara<br />
teoritis, (e) Inkubasi (f) Analisa kandungan produk. Formula diberi kode dan<br />
komposisinya.<br />
3
Gambar 1.Prosesing bahan dan alat peras untuk formula sederhana pupuk cair<br />
Pupuk organik dalam bentuk pelet dengan formula yang disusun dari bahan : Purun<br />
tikus, , Enceng gondok, Kiambang, Pupuk kandang sapi, Pupuk kandang ayam, Abu<br />
sekam, Jerami, , Dolomit, P-Alam, Zeolit, Unsur mikro, Mikroba, Ekstrak tanaman pemicu<br />
tumbuh. Komposisi formula seperti pada Tabel 1.<br />
Tabel 1. Komposisi formula pupuk organik cair dan formula pupuk organik padat :<br />
F1C F3C F5C F8C FPl FP3 FP5 FP8<br />
K.A (%) 6.15 9.12 6.32 7.25<br />
C-Org (%) 1.6 1.24 1.3 1.26 17.23 16.81 17.86 16.57<br />
N (%) 0.11 1 0.04 0.7 0.07 1.43 1.04 1.54 1.35<br />
C/N 15 31 2 18 12 16 12 12<br />
P 2 0 S (%) 0.12 0.041 0.03 0.03 1 3.591 2.56 0.041 1.96<br />
K 2 0 (%) 0.22 0.09 0.17 0.17 1.56 0.99 1.39 1.67<br />
cao (%) 0.42 0.09 0.05 0.05 10.84 0.08 12.5 2,04<br />
MgO (%) 0.06 0.04 0.04 0.04 0.78 0.62 0.76 1.13<br />
Na (%) 0.1 0.08 0.09 0.09 0.35 0.26 0.29 0.28<br />
5 (%) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.24 0.25 0.18 0.04<br />
Fe (ppm) 368 55 1 188 86 12625 13358 685 10498<br />
MN (ppm) 44 6 10 4 1167 1404 2119 854<br />
Cu(ppm) 94 77 51 57 282 129 300 233<br />
Zn (ppm) 161 83 72 71 590 312 613 416<br />
8(ppm) 2 0.3 1 0.3 7 8 2 12<br />
Pb (ppm) td td td td 8 12 6 5<br />
Cd(ppm) td td 0.02 td 0.3 0.3 0.5 0<br />
AS td td td td td td td td<br />
Hg 0.02 0.02 0.03 0.03 td td td td<br />
Keterangan : FC = Formula pupuk organik cair; FP =Formula padat<br />
4
·..<br />
" .<br />
BERBAHAN<br />
RAWA<br />
Gambar 2. Formula pupuk organik bentuk padat dan cair yang telah siap diuji<br />
pada tingkat Rumah Kaca untuk mendapatkan dosis efektif.<br />
2. Rumah Kaca:<br />
Produk yang telah memenuhi rasio kandungan yang telah ditentukan,<br />
kemudian di lakukan test di Rumah Kaca, untuk mengetahui dosis yang efektif<br />
(formula padat maupun formula cair) terhadap pertumbuhan tanaman padi.<br />
Menggunakan pot-pot plastik bervolume sekitar 5 kg tanah. Media tanah<br />
diambil dari lahan pasang surut. Formula padat diberikan pada dosis<br />
(500,750,1000 kg/ha), Formula cair diberikan pada tiga dosis: (5 Ijha, 10 I/ha<br />
dan 15 I/ha). Disusun dalam rancangan acak lengkap, 3 ulangan.<br />
Parameter yang diamati: Data analisa kimia media tanah awal dan setelah<br />
pertanaman, kecepatan reaksi pupuk terhadap pertumbuhan tanaman (tinggi<br />
tanaman, jumlah anakan) diamati pada umur 45 hari setelah tanam (HST<br />
3. Uji Efektifitas Lapang<br />
GB.3. Layout penelitian lapang<br />
Formula yang terpilih pada<br />
uji rumah kaca diteliti pengaruhnya<br />
terhadap pertumbuhan<br />
dan produksi tanaman pada<br />
tingkat lapangan: (1) di lahan<br />
sulfat masam potensial, dilaksanakan<br />
di kebun percobaan Handil<br />
Manarap,<br />
5
(2) lahan sulfat masam, di kebun percobaan Belandean, Kalimantan Selatan, dan<br />
(3) lahan gambut di desa Mentaren, Kalimantan Tengah.<br />
Formula padat dan formula cair disusun dalam Rancangan Petak Terpisah, 3<br />
ulangan. Sebagai petak utama bentuk formula (1.padat, 2.cair). Sebagai anak<br />
petak adalah empat formula (tanpa formula, Fl, F3, F5,F8).<br />
Dosis formula dipilih dari hasil terbaik dari penelitian rumah kaca yaitu 1<br />
ton/ha untuk formula padat dan 51/ha untuk formula cairo Aplikasi perlakuan<br />
menggunakan petak berukuran 5m x 6m di masing - masing tipologLPupuk dasar<br />
diberikan pada semua petak setengah rekomendasi (45 kg N, 40 P 2 0 5 , 50<br />
K 2 0/ha) dan kapur It/ha untuk lahan pasang surut sulfat masam dan lahan<br />
gambut.<br />
Pengamatan dilakukan terhadap parameter pertumbuhan, komponen hasil<br />
dan hasil tanaman. Analisis menggunakan analisis varian dan uji beda nyata,<br />
efisiensi pemupukan dan kelayakan ekonomL<br />
1. Rumah Kaca<br />
V .HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Pada penelitian rumah kaca empat<br />
formula yang diuji temyata memberikan<br />
pengaruh yang sama baiknya terhadap keragaan pertumbuhan tanaman padi dan lebih<br />
lebih baik dibanding dengan kontrol, yaitu Formula 1, Formula 3, formula 5 dan formula<br />
8, baik formula padat maupun formula cair (Tabel 2,3). Pemberian formula cair secara<br />
umum memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan jumlah anakan padi.<br />
Peningkatan tersebut disebabkan oleh unsur serta hormon tumbuh yang diformulasi<br />
secara seimbang dan diberikan pada dosis yang tepat mampu memberikan pengaruh baik<br />
terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman padi.<br />
Tabel 2. Pengaruh pupuk formula cair pada jumlah anakan dan tinggi tanaman<br />
padi (60 HST) pada penelitian rurn::>h kaca Balai Penelitian Pertanian<br />
Lahan Rawa 2010.<br />
No Jumlah anakan Tinggi tanaman (em) Rerata<br />
Formula Dosis (L/Ha) Rerata Dosis (L/Ha)<br />
Cair 5 10 15<br />
5 10 15<br />
1 Kontrol 12,3 54,0<br />
2 Fel 13,3 15,7 14,7 14,5 91,2 93,7 99,5 94,8<br />
3 FC3 13,7 11,7 13,7 13,0 87,5 94,7 100,5 94,2<br />
4 Fe5 14,3 15,7 12,0 14,0 94,S 101,7 99,2 98,4<br />
5 FC8 14J 16J 16£7 16/0 92£2 10115 99£7 97£8<br />
6
· ...<br />
Tanaman yang diberi fonnula pupu organic tampak tumbuh lebih subur dibanding<br />
dengan tanaman kontrol yang hanya diberikan pupuk NPK anorganik serta amelioran. Hal<br />
tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah anakan tersebut akibat pengaruh<br />
pemberian formula pupuk organik cairo<br />
Adapun pada tiga macam dosis fonnula ·yang uji (5, 10 dan 15 L/ha), nampak<br />
bahwa pemberian pada dosis 10 L/ha memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding<br />
dosis yang lebih rendah (S L/ha), tetapi tidak berbeda nyata.<br />
Selain berpengaruh terhadap jumlah anakan padi, fenomena yang sarna juga<br />
terlihat pada komponen pertumbuhan yang lain, yaitu pada tinggi tanaman (Tabel 2).<br />
Tinggi tanaman atau kecepatan tumbuh meninggi, merupakan salah satu indikator<br />
pertumbuhan. Pembelahan sel-sel meristem akan terpacu dengan dicukupinya keperluan<br />
akan unsur baik dari dalam tanah maupun lewat daun. Pada pemberian lewat daun,<br />
ternyata empat fonnula cair yang diberikan juga mempengaruhi tinggi tanaman.<br />
Pengaruh terhadap tinggi tanaman sangat nyata, pada dosis 10 L/ha memberikan<br />
pengaruh yang lebih baik dibanding 5 L/ha, tetapi tidak berbeda dengan pemberian 15<br />
L/ha.<br />
GS.4. Keragaan tanaman padi di Rumah Kaca pada dosis yang berbeda.<br />
Pengaruh yang sama juga ditunjukkan oleh pemberian pupuk organik fonnula<br />
padat, bahwa pupuk organik formula padat yang diberikan pada tanaman padi mampu<br />
meningkatkan jumlah anakan padi (Tabel 3).<br />
Pada penelitian ini, keempat fonnula padat (FP1,FP3,FP5,FP8) yang diuji tidak<br />
menunjukkan perbedaan pengaruh terhadap jumlah anakan padi, tetapi lebih baik<br />
dibanding pada tanaman kontrol yang hanya diberikan pupuk NPK anorganik dan<br />
amelioran. Diantara dosis yang diteliti (0,5; 1,0; 2,0 t/ha), diperoleh bahwa pemberian<br />
pada dosis 1,0 t/ha lebih baik dibanding 0,5 t/h
· .. <br />
pada dosis 2,0 t/ha.<br />
Tabel 3. Pengaruh pupukorganik formula padat pada jumlah ana~n pa~i . dan tinggi<br />
tanaman padi (45 HST) pada penelitian rumah kaca Balal Penelltlan<br />
Pertanian Lahan Rawa. 2010.<br />
No Jumlah anakan Tinggi tanaman (em) Rerata<br />
Formula Dosis (t/Ha) Rerata Dosis (t/Ha)<br />
(air 0,5 1,0 2,0 0,5 1,0 2,0<br />
1 Kontrol 12,0 54,0<br />
2 FPl 13,3 15,7 15,9 14,9 ' 91,5 95,0 93,2 93,2<br />
3 FP3 13,0 14,7 15,7 14,5 88,5 91,2 94,0 91,2<br />
4 FP5 14,3 15,8 14,0 14,7 92,0 94,3 98,0 94,7<br />
5 FP8 14,7 16,5 16J 15,9 94,2 97,2 93,5 94,9<br />
Pada pengembngan formula sebelumnya (Th.2009) untuk mendapatkan hasH<br />
yang sama diperlukan dosis 2,0 t/ha, dengan telah dilakukannya perbaikan komposisi<br />
formula dosis aplikasinya dapat diturunkan menjadi 1 t/ha.<br />
G6.5. (A) Keragaan pertumbuhan tanaman padi padi pada dosis <br />
formula padat yang berbeda (6) Keragaan tanaman pada <br />
4 formula padat pada dosis 1 t/ha. <br />
2. Lapangan<br />
A. Tipologi Sulfat Masam Potensial.<br />
Tingkat pertumbuhan tanaman yang lebih baik diantaranya dapat dianalisa dari<br />
jumlah anakan padi pada umur tanaman 60 hari, diperoleh bahwa terdapat perbedaan<br />
pertumbuhan yang lebih baik pada pemberian formula pupuk organik dibanding kontrol,<br />
baik kontrol (Tabel 4).<br />
8
· ..<br />
Tabel 4. Jumlah anakan padi produktif pada umur dan 60 hari pada perlakuan formula<br />
pupuk organik padat dan cair di lahan Potensial di Handil Manarap. 2010.<br />
NO<br />
Bentuk<br />
Jumlah anakan produktif<br />
formula F1 F3 F5 F8 Kontrol Rerata<br />
1 Formula 18,5 19,2 16,8 19,1 11,9 18,4<br />
Cair<br />
2 Formula 19,5 18,8 18,2 , 19,6 11,2 19,0<br />
Padat<br />
Keterangan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik(45,40,50) dan kaptan 1 t/ha<br />
- Dasis formula padat 1t/ha, formula cair 5 I/ha.<br />
Formula pupuk organik padat, diberikan sebagai tambahan unsur hara melalui akar<br />
lewat media tanah. Pada penelitian ini diperoleh bahwa tidak ada perbedaan pengaruh<br />
dari 4 formula yang diteliti terhadap jumlah anakan produktif, tetapi semua formula<br />
memberikan keragaan jumlah anakan yang lebih banyak dibanding tanaman kontrol.<br />
Formula yang disusun mengandung unsur N antara 1%-1,54 % untuk formula padat dan<br />
0,1-0,7% untuk formula cair, dan Cu (129 -300 ppm) untuk padat dan Cu (50-94 ppm)<br />
untuk formula cair, mampu meningkatkan kinerja hormonal sehingga penyerapan akar<br />
menjadi lebih baik dan metabolismenya meningkat diantaranya akan memacu<br />
pertumbuhan tunas anakan padi<br />
GB.6.Keragaan tanaman padi umur 15 hari di lahan rawa pasang surut<br />
potensial<br />
Diantara dua bentuk formula cair dan padat, pengaruhnya pada jumlah anakan<br />
produktif berdasarkan analisa kontras tidak menunjukkan beda nyata. Hal ini sangat<br />
dimungkinkan karena pada formula cair walau unsur yang terkandung lebih kecil<br />
dibanding formula padat , pada komposisinya ditambahkan zat pengatur tumbuh (zpt)<br />
IAA sebesar 100 ppm dan GA sebesar 150 ppm.<br />
Adapun pengaruhnya terhadap tinggi tanaman, kedua bentuk formula tersebut<br />
seperti tercantum pada Tabel 5.<br />
9
· ,..<br />
Tabel 5. Tinggi tanaman pada perlakuan formula pupuk organik padat dan cair<br />
di lahan Potensial di Handil Manarap. 2010.<br />
NO<br />
Bentuk<br />
Tinggi tanaman (On) <br />
formula Fl F3 Fs F8 Kontrol Rerata <br />
1 Formula 94,2 94,5 95,7 95,4 81,3 94,7<br />
Cair<br />
2 Formula 92,9 95,1 94,6 . 96,7 81,1 94,8<br />
Padat<br />
Keterangan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik(4s,40,sO)<br />
- Oosis formula padat It/ha, formula cair 5 I/ha.<br />
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dikatakan bahwa kedua bentuk formua (Cair dan<br />
Padat) yang diteliti tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tinggi tanaman,<br />
tetapi lebih baik dan berbeda dengan tinggi pada tanaman kontrol.<br />
Pertumbuhan tanaman padi yang lebih baik dari pengaruh pemberian formula pupuk<br />
organik, berakibat pada perolehan hasil yang lebih tinggi dibanding dengan hasil pada<br />
tanaman kontrol (Tabel 6).<br />
Tabel 6. Hasil padi (t/ha) pada perlakuan formula pupuk organik padat dan cair <br />
di lahan Potensial di Handil Manarap. 2010. <br />
NO<br />
Bentuk<br />
Hasil padi {t/ha)<br />
formula Fl F3 Fs F8 Kontrol Rerata<br />
1 Formula 5,6 5,4 5,8 5,5 3,8 5,5<br />
Cair<br />
2 Formula 5,5 5,7 5,9 5,7 3,2 5,7<br />
Padat<br />
Keterangan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik(4s,40,sO)<br />
- Dosis formula padat It/ha.formula cair s/ha<br />
GB.7. Kondisi tanaman padi sebelum<br />
panen di lahan potensial<br />
Varietas padi Silugonggo yang ditanam<br />
pada lahan pasang surut sulfat masam<br />
potensial, dan diberikan fonnula pupuk<br />
organik, secara umum formula cair maupun<br />
formula padat dapat memberikan hasil > 5<br />
t/ha lebih tinggi dibanding hasil<br />
tanaman kontrol sebesar 3,2 -3,8 t/ha.<br />
pada<br />
10
• Ii><br />
Adapun kedua bentuk formula tersebut tidak memberikan pengaruh yang berbeda<br />
:'ata terhadap peningkatan hasH. HasH yang lebih tinggi pada pemberian formula pupuk<br />
organik, karena didukung oleh kornponen jumlah anakan produktif yang lebih banyak<br />
akibat metabolisme yang lebih baik.<br />
B. Lahan Sulfat Masam<br />
Lahan sulfat masarn mempunyai kendala lebih banyak dibanding lahan potensial,<br />
..iktivitas padi di lahan ini tidak sebesar lahan potensial. Pada pernberian<br />
i< organik teryata masih marnpu dalam peningkatan produksi. Hal tersebut<br />
tingkat perturnbuhannya rnenjadi lebih baik (Tabel 7).<br />
Tabel 7. Jurnlah anakan padi procluktif pada umur dan 60 hari pada perlakuan formula<br />
pupuk organik padat dan cair di lahan sulfat masam di Belandean. 2010.<br />
Bentuk<br />
Jurnlah anakan produktif<br />
formula Fl F3 F5 F8 Kontrol Rerata<br />
- Foon ula 9,7 9,4 10 9,3 8,3 9,6<br />
Ca ir<br />
2 Formula 11,1 11,3 10,3 10,5 8,5 10,8<br />
Padat<br />
Keterangan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik( 45,40,50 dan kaptan 1 t/ha<br />
- Dosis formula padat It/ha.formula cair 5/ha<br />
Pada lahan sulfat masam pemberian formula pupuk organik, ternyata mampu<br />
meningkatkan jumlah anakan produktif. Peningkatan jumlhan anakan sebesar 20% untuk<br />
=onnula cair dan 32,9% untuk formula padat satu peningkatan yang cukup tinggi. Pada<br />
an sulfat rnasam pernberian dua bentuk formula (Cair dan Padat), rnenunjukkan<br />
::Engaruh yang berbeda terhadap peningkatan jumlah anakan produktif, formula padat<br />
'h baik dibanding formula cair.Sedangkan diantara 4 formula tidak menunjukkan<br />
:ebedaan pengaruh terhadap peningkatan jumlah anakan produktif, walaupun ada<br />
C3':endurang FPl dan FP3 lebih baik dari formula lainnya.<br />
11
, ,<br />
GB.8. Keragaan tanaman padi pada perlakuan FCS dan FP5 di lahan<br />
pasang surut sulfat masam<br />
Tabel 8. Tinggi tanaman pada perlakuan formula pupuk organik padat dan cair<br />
di lahan sulfat masam di Belandean. 2010.<br />
NO<br />
1<br />
2<br />
Bentuk<br />
formula<br />
Formula<br />
(air<br />
Formula<br />
Padat<br />
F1<br />
88,7<br />
86,7<br />
Tinggi tanaman (Cm}<br />
F3 F5 F8 Kontrol Rerata<br />
88,5 90,6 89,0 71,4 89,2<br />
90,0 90,0 89,0 69,7 88,9<br />
Keterangan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik(45,40,50) dan kaptan 1 t/ha<br />
- Oasis formula padat 1t/ha, formula cair 5/ha.<br />
Seperti pada lahan potensial, pemberian formula pupuk organik tidak menunjukkan<br />
perbedaan yang nyata atar formula, demikian juga kedua bentuk formula (cair dan<br />
padat), tetapi lebih tinggi dibanding dengan tanaman kontrol. Pemberian formula pupuk<br />
organik lebih berpengaruh terhadap peningkatan jumlah anakan poduktif dari pada<br />
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.<br />
Tabel 9. Hasil padi (t/ha) pada perlakuan formula pupuk organik padat dan cair <br />
di lahan sulfat masam di Belandean. 2010. <br />
Bentuk Hasil padi (t/ha 2<br />
NO formula F1 F3 F5 F8 Kontrol Rerata<br />
1 Formula 3,3 4,2 4,6 4,2 2,4 4,0 x<br />
(air<br />
2 Formula 4,2 4,7 5,4 4,8 2,7 4,8 Y<br />
Padat<br />
Keterangan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik(45,40,50) dan kaptan 1 t/ha<br />
- Dosis formula padat it/ha, formula cair 5/ha.<br />
12
GB.9. Kondisi pertanaman sebeJum<br />
panen di lahan sulfat masam<br />
Pada lahan sulfat masam perlakuan dua<br />
macam bentuk formula (cair dan padat)<br />
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap<br />
peningkatan produktMtas padi. Rata-rata<br />
pemberian formula padat dapat memperoleh<br />
hasil 4(8 tjha, sementara formula cair sebesar<br />
4,0 tjha. Sedangkan diantara formula formula<br />
cair 5 (FC5) lebih baik dibanding formula cair<br />
1 (FC1). Demikian juga pada formula padat 5<br />
(FP5) memberikan hasil 5,4 tjha lebih baik dibanding formula padat 1 (FP1) sebesar 4,2<br />
tjha.<br />
C. Lahan gam but<br />
Pada lahan gam but respon tanaman padi terhadap pemberian formula seperti pada<br />
lahan sulfat masam. Berdasarkan analisa sidik ragam diperoleh bahwa pemberian formula<br />
padat lebih memacu peningkatan jumlah anakan produktif dibanding dengan formula cair<br />
(Tabell0).<br />
Tabel 10. Jumlah anakan padi produktif pada umur dan 60 hari pada perlakuan <br />
formula pupuk organik padat dan cair di lahan gambut Mentaren. 2010. <br />
Bentuk<br />
Jumlah anakan produktif<br />
NO formula Fl F3 F5 F8 Kontrol Rerata<br />
1 Formula 9,7 9,3 10,0 9,4 8,3 9,6 x<br />
Cair<br />
2 Formula 11,1 11,3 10,3 10,4 8,6 10,8 Y<br />
Padat<br />
Keterangan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik(45,40,50) dan kaptan 1 tjha<br />
- Dosis formula padat ltjha, formula cair 5l/ha.<br />
Pada lahan gambut, pemberian formula dalam bentuk padat lebih direspon oleh<br />
tanaman dibanding formula dalam bentuk cair ditunjukkan dengan jumlah anakan<br />
produktif yang lebih banyak pada formula dalam bentuk padat. Hal ini sangat dimengerti<br />
karena ketersediaan unsur hara dalam tanah rendah. Walaupun telah diberi pupuk dasar<br />
I\lPK anorganik dan kapur pertanian karena tingkat pencucian yang cukup tinggi,<br />
sehingga hara sehingga penambahan unsur lewat formua pupuk organik yang bersifat<br />
lambat sedia (slow release) direspon baik oleh sistem metabolisme tanaman.<br />
13
... . <br />
formula dalam bentuk cair walaupun unsur yang tekandung lebih sedikit,<br />
bahan zat pengatur tumbuh agar kinerja hormonal lebih kuat juga<br />
_ tka n daya serap akar, sehingga peningkatan jumlah produktif masih bisa<br />
ntuk meningkatkan efektifitas formula dalam bentuk cair masih diperlukan<br />
pumaan komposisi formula.<br />
GB.lO. Keragaan padi pada perlakuan FCS dan FPS pada lahan gambut<br />
Sedangkan terhadap tinggi tanaman, seperti halnya pada tipologi lahan lain<br />
. I dan sulfat masam), pemberian formula pupuk organik berpengaruh positif<br />
::-. p pertumbuhan tinggi tanaman (Tabel 11).<br />
11 . Tinggi tanaman pada perlakuan formula pupuk organik padat dan cair<br />
di lahan gambut di Mentaren. 2010.<br />
3altuk<br />
Tinggi tanaman (an)<br />
Fl F3 FS F8 Kontrol Rerata<br />
:.air<br />
89,8 88,S 90,1 89,2 7S,9 89,4<br />
- =-orm ula 90,3 91,0 90,7 89,S 76,1 90,4<br />
:>adat<br />
ngan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik(4S,40,SO) dan kaptan 1 t/ha<br />
- Dosis formula padat It/ha, cair SI/ha.<br />
Pemberian formula dalam bentuk cair pada tanaman padi di lahan gam but dapat<br />
'.ngkatkan tinggi tanaman sebesar 17,7 %, sedangkan formula dalam bentuk padat<br />
:;o:,esar 18,8 %. Pada lahan gambut, pemberian formula dalam bentuk padat diperoleh<br />
padi yang lebih tinggi dibanding dengan formula dalam bentuk cair (Tabel 12).<br />
14
·.. <br />
Tabel 12. Hasil padi (t/ha) pada perlakuan fonnula pupuk organik padat dan cair<br />
Bentuk<br />
Hasil padi (t/ha)<br />
NO fonnula F1 F3 F5 F8 Kontrol Rerata<br />
1 Fonnula 3,2 3,3 3,4 3,2 2,9 3,2 x<br />
Cair<br />
2 Formula 4,2 3,9 4,3 3,5 3,0 3,9 Y<br />
Padat<br />
di lahan gambut di Mentaren. 2010.<br />
Keterangan: - Semua pertanaman dipupuk NPK anorganik(45,40,50) dan kaptan 1 t/ha<br />
- Dosis formula padat 1t/ha, cair 51/ha.<br />
Pemberian formula dalam bentuk padat pada pertanaman padi di lahan gam but<br />
dapat meningkatkan hasH padi sebesar 30% atau 0,9 t/ha, sedangkan formula cair dapat<br />
GB.11. Kondisi pertanaman<br />
sebelum panen<br />
di lahan gambut<br />
meningkatan hasil sebesar 10,3%.<br />
Berdasar sidik ragam diperoleh bahwa bahwa<br />
fonnula padat 5 (FP5) memberikan hasil 4,3 t/ha<br />
lebih baik dibanding FP3 sebesar 3,9 t/ha dan FP8<br />
3,5 t/ha, tetapi tidak berbecla dengan FP1 sebear<br />
4,2 t/ha. Adapun pada fonnula dalam bentuk cair<br />
tidak ada beda pengaruh terhadap peningkatan<br />
hasil padi.<br />
Evaluasi Ekonomi Penggunaan Formula Pupukm Organik<br />
Fliegel et at (1971) dan Gladwin (1979) mengungkapkan bahwa salah satu faktor<br />
yang mempengaruhi sikap petani dalam mengadopsi teknologi anjuran adalah kondisi<br />
ekonomi petani yang ada seperti ketersediaan modal, tenaga kerja, harga input maupun<br />
harga output.<br />
Di lahan pasang surut modal menjadi salah satu faktor pembatas dalam usahatani<br />
(Sutikno et at, 2008). Dengan kondisi ini apabiala hanya input tinggi seperti harga pupuk<br />
akan mendorong petani untuk tidak menggunakan pupuk atau mereka menggunakan<br />
tidak sesuai rekomendasi. Petani pada umumnya menyadari bahwa dengan<br />
menggunakan pupuk sesuai rekomendasi akan meningkatkan produksi pertanian yang<br />
mereka usahakan. Oleh karena itu untuk membantu petani dalam upaya peningkatan<br />
15
·.. <br />
produksi pertanian diperlukan teknologi yang murah dan dapat meningkatkan<br />
pendapatan petani.<br />
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah ditemukan empat fonnula pupuk padat<br />
dan empat fonnula pupuk cair yang dapat digunakan untuk lahan rawa pasang surut.<br />
Hasil analisis biaya dengan memperhitungkan biaya lahan dan prosesing, maka<br />
biaya formula pupuk padat berkisar dari Rp. 603 - Rp. 921 per kg dan biaya fonnula<br />
pupuk cair dan Rp. 285.000 - Rp. 292.000 perliter (Tabel 13).<br />
Tabel 13. Perkiraan harga pupuk padat dan cair persatuan<br />
No Fonnula<br />
Harga fonnula pupuk padat Harga fonnula pupuk cair<br />
(Rp/kg) (Rp/ha) (Rpfl) (Rp/ha)<br />
1 F1 921 921.000 292.000 1.460.000<br />
2 F3 916 916.000 292.000 1.460.000<br />
3 F5 815 815.000 292.000 1.460.000<br />
4 F8 603 603.000 292.000 1.460.000<br />
Harga fonnula pupuk padat ini lebih murah kalau dibandingkan dengan harga pupuk<br />
urea yang selalu digunakan petani yakni Rp.1.500 - Rp. 2.500 perkg (harga di petani).<br />
Demikian juga kalau dibandingkan dengan harga pupuk SP36 (Rp. 3.000) dan KCI<br />
(Rp.3.500 - Rp. 7.000) yang berlaku di tingkat petani.<br />
Harga formula pupuk cair terlihat masih cukup mahal per liternya, perlakuan 1 ha<br />
sebesar 1.460.000, tambahan biaya yang cukup besar belum akan terjangkau oleh<br />
petani, sehingga tidak diikutkan dalam analisa ekonomi<br />
Menurut Sudaryanto (1981), analisis usahatani parsial adalah analisa untuk menilai<br />
pengaruh perubahan metode atau organisasi yang hanya mempengaruhi sebagian<br />
komponen dari usahatani. Untuk menilai keragaan suatu komponen teknologi seperti<br />
tingkat pemupukan, relevan untuk memakai cara analisa seperti diatas.<br />
Bila suatu teknologi baru akan diperkenalkan di suatu daerah, petani sebagai calon<br />
penerimanya akan berpikir tentang sampai berapa jauh tambahan pendapatan yang akan<br />
diperoleh dibanding dengan cara-cara yang biasa dilakukan sebelumnya. Jadi tambahan<br />
pendapatan bersihlah yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Tambahan<br />
pendapatan bersih adalah selisih antara tambahan penerimaan dan tambahan biaya.<br />
16
· '"<br />
Tabel 14.<br />
N<br />
0<br />
HasH analisis usahatani parsial formula pupuk padat dapat dilihat pada tabeI14-16.<br />
Uraian<br />
Analisis usahatani parsial percobaan pemupukan organik padat dan cair<br />
pada tanaman padi di Handil Manarap. MT. 2010<br />
Padat<br />
Kontrol FPl FP3 FP5 FP8<br />
1 HasH kotor (t/ha) 3,2 5,5 5,7 59 5,7<br />
2 HasH bersih (t/ha) 2,6 4,4 4,6 47 46<br />
3 Penerimaan (Rp) 9100000 15400000 16100000 16450000 16100000<br />
4 Tambahan<br />
- 6300000 7000000 7350000 7000000<br />
penerimaan (Rp)<br />
5 Biaya pupuk - 921000 916000 815000 603000<br />
(Rp/ha)<br />
6 Jumlah tenaga kerja - 74 74 74 74<br />
(Jk/ha)<br />
7 Biaya tenaga kerja - 370.000 370.000 370.000 370.000<br />
(Rp/Jk)<br />
8 Jumlah biaya<br />
- 1291000 1286000 1185000 973000<br />
variabel<br />
9 Tambahan<br />
- 5009000 5714000 6165000 6027000<br />
1<br />
0<br />
penerimaan bersih<br />
Marginal Rate of<br />
Return (%)<br />
Tabel 15.<br />
N<br />
0<br />
Uraian<br />
- 388 444 520 619<br />
Analisis usahatani parsial percobaan pemupukan organik padat dan cair<br />
pada tanaman padi di Belandean. MT. 2010<br />
Padat<br />
Kontro I FPl FP3 FP5 FP8<br />
1 HasH kotor (t/ha) 2,7 4,2 47 54 4,8<br />
2 HasH bersih (t/ha) 2,2 3,4 38 4,3 3,8<br />
3 Penerimaan (Rp) 7700000 11900000 13300000 15050000 13300000<br />
4 Tambahan - 4200000 5600000 7350000 5600000<br />
penerimaan (Rp)<br />
5 Biaya pupuk - 921000 916000 815000 603000<br />
.(Rp/ha)<br />
6 Jumlah tenaga - 78 78 78 78<br />
kerja (Jk/ha)<br />
7 Biaya tenaga kerja - 445692 445692 445692 445692<br />
(RpfJk)<br />
8 Jumlah biaya - 1366692 1361692 1260692 1048692<br />
variabel<br />
9 Tambahan<br />
- 2833308 4238308 6089308 4551308<br />
penerimaan bersih<br />
1<br />
0<br />
Marginal Rate of<br />
Return (%)<br />
- 207 311 483 433<br />
17
Tabel 16.<br />
Analisis usahatani parsial percobaan pemupukan organik padat dan cair pada<br />
tanaman padi di Mantaren. MT. 2010<br />
No Uraian Padat<br />
Kontrol FPl FP3 FP5 FP8<br />
1 Hasil kotor<br />
3,0 4,2 3,9 4,3 3,5<br />
(t/ha)<br />
2 Hasil bersih<br />
2,4 3,3 3,1 3,4 2,8<br />
_Ct/haJ<br />
3 Penerimaan 7200000 9900000 ' 9300000 10200000 8400000<br />
IRQ)<br />
4 Tambahan - 2700000 2100000 3000000 1200000<br />
penerimaan<br />
(Rp)<br />
5 Biaya pupuk - 921000 916000 815000 603000<br />
(Rp/haJ<br />
6 Jumlah tenaga - 88 88 88 88<br />
kerja (Jk/ha)<br />
7 Biaya tenaga - 628496 628496 628496 628496<br />
kerja (Rp/Jk)<br />
8 Jumlah biaya - 1549496 15444% 1443496 1237446<br />
varia bel<br />
9 Tambahan<br />
- 1150504 555504 1556504 -37446<br />
penerimaan<br />
bersih<br />
10 Marginal Rate of - 74 36 108 3<br />
Return (%)<br />
Pada tabel 14-16 menunjukkan bahwa formula pupuk padat F5P dan F8P layak<br />
secara ekonomis, karena di tiga lokasi penelitian konsisten memberikan tambahan<br />
penerimaan bersih dan nilai MRR tertinggi. Apabila dibandingkan dengan kontrol, di tiga<br />
lokasi penelitian F5P memberikan tambahan penerimaan bersih sebesar Rp. 2.756.505 -<br />
Rp 6.403.000 per ha. Sedangkan penggunaan formula pupuk padat F8P memberikan<br />
tambahan penerimaan bersih sebesar Rp. 1.384.504 - Rp. 5.803.000.<br />
Untuk mengadopsi formula pupuk padat F5P dan F8P ini memerlukan tambahan<br />
biaya sebesar Rp. 973.000 - Rp. 1.260.672 per ha, oleh karena itu diperlukan<br />
pertimbangan aspek keterbatasan biaya. Untuk itu diperlukan analisis Marginal Rate of<br />
Return (MRR) yaitu rasio antara tambahan penerimaan bersih terhadap tambahan biaya.<br />
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai MRR F5P di tiga lokasi percobaan berkisar antara<br />
191% - 540% dan MRR F8P 112% - 596%. Nilai MRR ini layak secara ekonomi karena<br />
menurut Dillon dan Hardaker (1980) menunjukkan bahwa petani rnengharapkan nilai<br />
MRR sekitar 100% dari investasi dalam pemakaian input.<br />
18
Hasil analisis usahatani parsial di tiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa di<br />
Mantarin memperlihatkan tambahan penerimaan bersih dan nilai MRR yang rendah. Hal<br />
ini disebabkan karena disamping produktivitas padi perhektamya masih belum maksimal,<br />
harga padi yang rendah (Rp. 3.000/kg) dan upah tenaga kerja yang tinggi (Rp. 7.142/Jk)<br />
serta curahan tenaga kerja yang lebih tinggi (88 JK/ha) dibandingkan dua lokasi lainnya.<br />
VI. KESIMPULAN DAN SARAN<br />
Kesimpulan<br />
• Pada lahan yang mempunyai kendala lebih banyak (Lahan sulfat masam dan<br />
gam but), formula berbentuk padat lebih baik dari formula berbentuk cairo<br />
• Diantara formula yang diuji tidak mempunyai perbedaan pengaruh terhadap hasil,<br />
tetapi lebih baik dibanding hasil pada tanaman kontrol.<br />
• Formula padat (FPs) mempunyai pengaruh yang stabil disemua lokasi, formula ini<br />
akan dirilis sebagai Organowa,Pyang siap di scale up atau dipatenkan.<br />
• Tiga formula yang lain perlu disempurnakan karena komposisinya masih belum<br />
sesuai.<br />
• Nilai ekonomi formula padat yang diuji cukup baik terutama FPs, harga lebih<br />
murah dibandingkan harga pupuk Urea, TSP dan KCI yang berlaku di petani.<br />
• Penggunaan formula pupuk padat (FsP) memberikan tambahan penerimaan<br />
bersih dan nilai MRR yang tertinggi dibandingkan formula lainnya<br />
Saran<br />
o Tiga formula padat (FP1,FP3,FP8) dan 4 formula cair masih perlu disempumakan,<br />
formula padat masih mengandung Fe melebihi batas yang dibolehkan, sedangkan<br />
formula cair perlu ditingkatkan C-Organiknya, demikian juga kandungan unsur lainnya<br />
terutama N.<br />
o Perbaikan formula akan diarahkan untuk lahan gam but dan sulfat masam.<br />
VII. DAFTAR PUSTAKA<br />
Ar-Riza, I dan T.Alihamsyah. 2005. Optimalisasi pemanfaatan lahan rawa dalam<br />
pengembangan padi. Makalah Utama. Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi<br />
Pengelolaan Sumberdaya Lahan Rawa dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan.Pusat<br />
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Banjarbaru. Hal.<br />
43-62.<br />
19
Ar-Riza, 1.2003. Pengelolaan hara dalam peningkatan produksi padi rawa lebak.<br />
Pros.Seminar Nasional. Himpunan Ahli Agronomi Indonesia (PERAGI). Bogor.<br />
Ar-Riza,l., D.Nazemi, Alkasuma, S.Saragih, Y.Rina dan Achmadi.2008. Karakteristik lahan<br />
rawa dan potensi pemanfatannya. Laporan Kerjasama. Balai Penelitian Pertanian<br />
Lahan Rawa.<br />
Ar-Riza, S.Raihan, N. Fauziati , H.Kaderi. 2009. Pengembangan formula pupuk organik<br />
untuk taman padi dan jagung di lahan rawa pasang surut. Makalah Seminar Hasil<br />
Penelitian Sinta, di Jakarta Nopemer 2009.<br />
Anwar, K., M. Noor dan Muhammad. 2007. Penataan lahan, hara, air dalam mendukung<br />
sistem pertanian terpadu di lahan rawa. Hasil Penelitian. Balai Besar Penelitian dan<br />
Pengembangan Suberdaya Lahan Pertanian. Balai Penelitian Pertanian Lahan<br />
Rawa. Banjarbaru. a<br />
Anwar, K., Nurita, R.S. Simatupang. 2006. Pengaruh pemberian pupuk NPK dan bahan<br />
amelioran terhadap hasil padi lahan sulfat masam. Dalam. Subardjo,S.,<br />
R.Saraswati, H.S.Mamat, N. Sutrisno, D. Setyorini, Wahyunto, Sukarman dan S.<br />
Runtung (2006)Ed).Pros.Semnas.Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku 1. Balai Besar<br />
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.Hal. 312 -315.<br />
Dillon, J. I. And J. B. Hardaker, 1980. Farm Management Research for Small<br />
Development Food and Agricultural Origanization of the United States, Rome.<br />
Diperta Provinsi Riau. 2006. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan<br />
Hortikultura Provinsi Jambi.<br />
Diperta Kabupaten Pelalawan. 2007. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan<br />
dan Hortikultura Kabupaten Pelalawan.<br />
Flieel , F. C. J. E. Kivlin and G.S. Sekhon. 1971. Massage Distortion and Diffusion of<br />
Innovation in Nothern India. Sociologica Ruralis.<br />
Gladwin, C. 1979. Cognitive Strategies and Adoption Decision A case Study of Non<br />
Adoption of an Agronomic Recomendation Economics Development and Cultural<br />
Change.<br />
Sudaryanto, T., 1981. Evaluasi Kelayakan Teknologi. Makalah dalam Latihan Metodologi<br />
Penelitian Agro Ekonomi, Kerjasama PSE dan IPB, Bogor.<br />
Sutikno, H., Yanti Rina dan Noorginayuwati, 2008. Evaluasi keragaan dan ketersediaan<br />
teknologi budidaya pertanian dan adopsinya di lahan rawa, Laporan Hasil<br />
Penelitian tahun 2008, Balittra, Banjarbaru<br />
Swamps-II. 1991. Farming Systems in Indonesia's tidal swamps. Res. Highlights 1987<br />
1990. AARD-Swamps-II project. Jakarta. Indonesia.<br />
Widjaja-Adhi, IPG., K Nugroho, D. Ardi. S dan A.5. Karama 1992. Sumberdaya lahan<br />
rawa: Potensi keterbatasan dan pemanfaatan. Dalam. S. Partohardjono dan M.<br />
Syam (eds). 1992. Pengembangan Terpadu Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut<br />
dan Lebak. Risalah Pertanian Nasional Pengembangan Pertanian Lahan Pasang<br />
Surut dan Rawa. Cisarua 3 - 4 Maret 1992 Puslibangtan-SWAMPS II. Bogor.<br />
20