26.11.2014 Views

Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files

Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files

Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bentuk kafarah itu salah satu<br />

dari tiga hal yakni memerdekakan<br />

budak, berpuasa selama dua bulan<br />

berturut-turut, atau memberi makan<br />

kepada 60 orang miskin. Untuk mencl<br />

cari budak mungkin zaman sekarang<br />

sangat sulit, karena selain umat Islam<br />

selalu kalah perang juga Islam sendiri<br />

secara gradual berupaya menghapus<br />

perbudakan. Salah satunya adalah<br />

memberikan motivasi pahala bagi<br />

orang yang memerdekakan budak.<br />

Jadi yang lebih mudah ditempuh<br />

adalah berpuasa dua bulan berturutturut<br />

atau memberi makan kepada 60<br />

orang miskin.<br />

Sementara bercumbu dengan istri<br />

tidak membatalkan puasa selama tidl<br />

dak sampai keluar mani. Begitu juga<br />

menciumnya atau memeluknya juga<br />

tidak membatalkan puasa. Sedangl<br />

gkan mencium istri pada bibir telah<br />

dijelaskan tidak akan membatalkan<br />

puasa. Ketika Råsulullåh ditanya<br />

tentang hal ini, beliau menyamakannl<br />

nya dengan berkumur.<br />

Dari Umar bin al-Khatthab <br />

berkata, “Aku bernafsu maka aku<br />

mencium (istriku) sedangkan aku<br />

dalam keadaan puasa. Aku kemudian<br />

bertanya, ‘Wahai Råsulullåh, hari<br />

ini aku telah melakukan hal yang<br />

besar karena mencium istriku dalam<br />

keadaan puasa!’ Råsulullåh menjl<br />

jawab, “Bagaimana pendapatmu bila<br />

kamu berkumur-kumur sedangkan<br />

kamu dalam keadaan puasa?” Aku<br />

menjawab, “Ya tidak mengapa.”<br />

Råsulullåh menjawab lagi, “Ya<br />

begitulah hukumnya.” Sunan Abi<br />

Dawud, sahih.<br />

Kumur adalah memasukkan air<br />

ke dalam mulut untuk dibuang kembl<br />

bali dan hal itu boleh dilakukan saat<br />

puasa meski bukan untuk keperluan<br />

berwudhu`. Namun harus dijaga<br />

jangan sampai tertelan atau masuk<br />

ke dalam tubuh, karena akan membl<br />

batalkan puasa.<br />

Bersetubuh tapi tidak sampai<br />

jima? Saudara berkata bahwa Anda<br />

bersetubuh tapi tidak sampai jima'.<br />

Maksudnya bagaimana? Bukankah<br />

bersetubuh itu adalah jima'? Anda<br />

punya pengertian bahwa ada sebl<br />

buah persetubuhan tanpa jima'?<br />

Barangkali Anda ingin mengatakan<br />

bahwa saudara telah melakukan<br />

percumbuan dengan istri namun<br />

tidak sampai terjadi penetrasi atau<br />

hubungan kelamin. Kalau maksud<br />

pertanyaannya seperti ini, maka para<br />

ulama mengatakan bahwa hukum<br />

asalnya adalah boleh, asal tidak sampl<br />

pai keluarnya mani (inzal) dan tidak<br />

sampai penetrasi.<br />

Kita juga mendapatkan riwayat<br />

hadits yang menyebutkan bahwa Råsl<br />

sulullåh pernah melarang seseorang<br />

yang sedang puasa untuk mencumbui<br />

istrinya. Dalam kesempatan lain juga<br />

membolehkan untuk melakukannya.<br />

Bagaimana hal itu bisa terjadi?<br />

Ternyata ketika melarang sel<br />

seorang untuk mencumbui istrinya,<br />

pertimbangan yang dilakukan oleh<br />

Råsulullåh adalah karena orang<br />

itu tidak mampu menahan dirinya<br />

dari dorongan syahwat. Ini ditakutkan<br />

bahwa percumbuannya akan keterusl<br />

san hingga membawanya kepada hal<br />

yang lebih jauh seperti hubungan<br />

kelamin.<br />

Sementara ketika beliau membol<br />

lehkan orang untuk bercumbu dengan<br />

istrinya, maka pertimbangannya<br />

adalah karena orang tersebut mampu<br />

menahan dorongan syahwat dan bisa<br />

menguasai diri saat bercumbu.<br />

Lebih jelasnya, mari kita baca<br />

hadits tersebut, “Dari Abu Huråiråh<br />

bahwa ada seseorang yang bertl<br />

tanya kepada Råsulullåh tentang<br />

mencumbui wanita bagi orang yang<br />

puasa. Råsulullåh memberikan<br />

rukhshah (keringanan) bagi orang itu.<br />

Kemudian datang lagi yang lainnya<br />

tapi beliau melarangnya. Orang yang<br />

diberi keringanan itu adalah orang<br />

yang sudah tua sedangkan yang<br />

dilarang adalah yang masih muda.”<br />

Sunan Abi Dawud, sahih.<br />

Bahkan ada atsar yang lebih tegas<br />

lagi, “Dari Said bin Jubair bahwa sesel<br />

eorang bertanya kepada Ibnu Abbas,<br />

‘Aku baru saja menikah dengan anak<br />

pamanku yang sangat cantik dan<br />

kami berbulan madu di bulan Råmadhl<br />

hån. Bolehkah aku mencium nya?’<br />

Ibnu Abbas menjawab, ‘Bisakah kau<br />

menguasai dirimu?’ Dia menjawab,<br />

‘Ya!’ Ibnu Abbas berkata, ‘Ciumlah<br />

istrimu.’ Dia bertanya lagi, ‘Bolehkah<br />

aku mencumbuinya?’ Ibnu Abbas<br />

menjawab, ‘Bisakah kau menguasai<br />

dirimu?’ Dia menjawab, ‘Ya!’ Ibnu<br />

Abbas berkata, ‘Cumbuilah istrimu.’<br />

Dia bertanya lagi, ‘Bolehkah aku meml<br />

megang kemaluannya?’ Ibnu Abbas<br />

menjawab, ‘Bisakah kau menguasai<br />

dirimu?’ Dia menjawab, ‘Ya!’ Ibnu<br />

Abbas berkata, ‘Peganglah.’”<br />

Ibnu Hazm berkata bahwa riwayat<br />

ini sahih dari Ibnu Abbas dengan<br />

syarat dari al-Bukhåri.<br />

Namun bila dalam percumbuan<br />

itu sampai terjadi keluarnya mani<br />

(inzal), sebagian besar ulama mel<br />

ngatakan bahwa hal itu akan membl<br />

batalkan puasa. Karena salah satu<br />

hal yang membatalkan puasa adalah<br />

keluarnya mani bila dilakukan de ngan<br />

sengaja, baik dengan cara istimna'<br />

(onani) ataupun dengan percumbuan<br />

dengan istri. Hal ini disebutkan oleh<br />

Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqhus<br />

Sunnah jilid 1 halaman 466.<br />

Namun ada juga yang me ngatakan<br />

bahwa bila percumbuan itu sampai<br />

keluar mani (inzal) tetap tidak membl<br />

batalkan puasa, asal tidak melakukan<br />

penetrasi. Hal ini dikatakan oleh<br />

al-Bani dalam Tamamul Minnah.<br />

Sebelum itu pendapat ini juga dipl<br />

pegangi oleh al-Syaukani dan Ibnu<br />

Hazm. <br />

52 Vol.III/<strong>No.10</strong> | September-Oktober 2007 / Ramadhan-Syawwal 1428

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!