Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files
Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files
Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
S i y a s a h<br />
Banyak yang merasa bangga<br />
bisa bepergian melancong<br />
ke negeri orang. Ada yang<br />
suka berbelanja pula ke<br />
negeri seberang. Tidak<br />
sedikit pula yang kemudian menetap<br />
dalam waktu yang lama. Ironisnya<br />
negara tujuan tersebut adalah negeri<br />
kafir, sementara yang melakukan<br />
tidak sedikit yang beragama Islam.<br />
Bagaimana hukum tinggal di negeri<br />
kafir? Fatwa berikut mungkin bisa<br />
jadi patokan bagi kita dalam mewujl<br />
judkan politik luar negeri secara<br />
personal.<br />
Tanya:<br />
Bagaimana hukum bermukim<br />
tinggal di negara kafir?<br />
Fatwa:<br />
Bermukim di negara kafir sangat<br />
berbahaya bagi agama, akhlak,<br />
tingkah-laku, dan moral seorang<br />
muslim. Kita dan semua orang telah<br />
menyaksikan adanya penyimpangan<br />
yang dilakukan oleh orang-orang<br />
yang tinggal disana. Mereka pulang<br />
tidak sebagaimana ketika mereka<br />
pergi. Mereka pulang ke tanah air<br />
dalam keadaan fasik, dan ada sebagl<br />
gian diantara mereka yang pulang<br />
dalam keadaan murtad dari agamanyl<br />
ya, mengkufuri agamanya dan selurl<br />
ruh agama, -wal ‘iyadzu billah-, sehl<br />
hingga mereka menjadi orang-orang<br />
atheis tulen dan suka mengolok-olok<br />
agama serta para pengikutnya, baik<br />
orang-orang yang sebelum maupun<br />
sesudah mereka. Oleh karena itu,<br />
sudah seharusnya, bahkan harus<br />
dapat dipastikan keterpeliharaan<br />
seseorang dari hal itu. Harus dibuat<br />
syarat-syarat yang dapat mencegah<br />
kecenderungan untuk terjerumus ke<br />
jurang kebinasaan itu.<br />
Tinggal (bermukim) di negaranegara<br />
kafir harus memenuhi<br />
dua syarat pokok:<br />
• Pertama: Orang yang bermukim<br />
itu harus dapat menjaga agamanya,<br />
yang mana tentunya dia harus meml<br />
miliki ilmu, keimanan dan kemauan<br />
yang kuat sehingga dapat menjadl<br />
dikannya tetap berpegang teguh<br />
dengan agamanya serta waspada<br />
terhadap penyimpangan dan penl<br />
nyelewengan. Dia juga harus tetap<br />
menyimpan rasa permusuhan dan<br />
kebencian kepada orang-orang kafir<br />
serta tidak memberikan loyalitas dan<br />
kecintaan terhadap mereka, karena<br />
memberikan loyalitas dan kecintaan<br />
kepada mereka termasuk diantara<br />
hal yang dapat menafikan (meniadl<br />
dakan) keimanan. Allåh Ta’ala berfirml<br />
man yang artinya, “Kamu tidak akan<br />
mendapati suatu kaum yang beriman<br />
kepada Allåh dan hari akhirat, saliing<br />
berkasih sayang dengan orangorang<br />
yang menentang Allåh dan<br />
Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu<br />
bapak-bapak, atau anak-anak atau<br />
saudara-saudara ataupun keluarga<br />
mereka”. a<br />
Allåh Ta’ala juga berfirman yang<br />
artinya, “Hai orang-orang yang berimman,<br />
janganlah kamu mengambil<br />
orang-orang Yahudi dan Nasrani<br />
menjadi pemimpin-pemimpin(mu);<br />
sebagian mereka adalah pemimpin<br />
bagi sebagian yang lain. Barang<br />
siapa diantara kamu mengambil<br />
mereka menjadi pemimpin, maka<br />
sesungguhnya orang itu termasuk<br />
golongan mereka. Sesungguhnya<br />
Allåh tidak memberi petunjuk kepada<br />
orang-orang yang zalim. Maka kamu<br />
akan melihat orang-orang yang ada<br />
penyakit dalam hatinya (orang-orang<br />
munafik) bersegera mendekati mer-<br />
58 Vol.III/<strong>No.10</strong> | September-Oktober 2007 / Ramadhan-Syawwal 1428