28.11.2014 Views

eksplorasi potensi dan tataniaga hhbk unggulan - KM Ristek

eksplorasi potensi dan tataniaga hhbk unggulan - KM Ristek

eksplorasi potensi dan tataniaga hhbk unggulan - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

· .. <br />

PROPOSAL PENELITIAN <br />

EKSPLORASI POTENSI DAN TATANIAGA HHBK UNGGULAN <br />

NTB DAN BALI: MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) <br />

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR<br />

Fokus Bi<strong>dan</strong>g Prioritas<br />

Kode Produk Target .<br />

Kode Kegiatan<br />

Peneliti Utama<br />

Teknologi Kesehatan <strong>dan</strong> Obat<br />

2.03 Bahan Baku (eksipien): Polisakarida,<br />

Selulosa, Khitin <strong>dan</strong> Khitosan<br />

2.03.01 Eksplorasi sumber-sumber bahan baku<br />

farmasi <strong>potensi</strong>al (polisakarida, selulosa, khiin,<br />

atau khitosan), serta l{arakterisasi sifat kimiafisika<br />

<strong>dan</strong> farmasetik sebagai bahan baku<br />

pembantu dalam sediaan farmasi<br />

Ir Wayan Widhiana Susila<br />

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MATARAM <br />

JI.. Dharma Bhakti No.7 Ds. Langko, Kec. Lingsar, Lombok Barat, NTB <br />

Telp. (0370) 6573874, Fax (0370) 6573841 <br />

4 November 2009


• <br />

PROPOSAL PENELITIAN <br />

EKSPLORASI POTENSI DAN TATANIAGA HHBK UNGGULAN<br />

-NTB.DAN BALI: MIMBA (Azadirachta indica A. Juss)<br />

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR<br />

Fokus Bi<strong>dan</strong>g Prioritas<br />

Kode Produk Target<br />

Kode Kegiatan<br />

Peneliti Utama<br />

Teknologi Kesehatan <strong>dan</strong> Obat<br />

2.03 Bahan Baku (eksipien): Polisakarida,<br />

Selulosa, Khitin <strong>dan</strong> Khitosan<br />

2.03.01 Eksplorasi sumber-sumber bahan baku<br />

farmasi <strong>potensi</strong>al (polisakarida, selulosa, khiin,<br />

atau khitosan), serta karakterisasi sifat kimiafisika<br />

<strong>dan</strong> farmasetik sebagai bahan baku<br />

pembantu dalam sediaan farmasi<br />

Ir \Vayan Widhiana Susila<br />

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MATARAM <br />

JI.. Dharma Bhakti No.7 Ds. Langko, Kec. Lingsar, Lombok Barat, NTB <br />

Telp. (0370) 6573874, Fax (0370) 6573841 <br />

4 November 2009


. . <br />

LEMBARPENGESAHAN<br />

Judul Penelitian : Eksplorasi Potensi <strong>dan</strong> Tataniaga HHBK Unggulan NTB<br />

<strong>dan</strong> Bali: Mimba (azadirachta indica a. juss)<br />

Fokus Bi<strong>dan</strong>g Prioritas : Teknologi Kesehatan <strong>dan</strong> Obat<br />

Kode Produk Target : 2.03 Bahan Baku (eksipien): Polisakarida,<br />

Selulosa, Khitin <strong>dan</strong> Khitosan<br />

Kode Kegiatan : 2.03.01 Eksplorasi sumber-sumber bahan baku farmasi<br />

<strong>potensi</strong>al (polisakarida, selulosa, khiin, atau khitosan), serta<br />

karakterisasi sifat kimia-fisika <strong>dan</strong> farmasetik sebagai bahan<br />

baku pembantu dalam sediaan farmasi<br />

Lokasi Penelitian : Nusa Tenggara Barat <strong>dan</strong> Bali<br />

Penelitian tahun ke : 1<br />

Nama Peneliti Utama<br />

Nama LembagaiInstitusi<br />

Unit Organisasi<br />

Alamat<br />

Teleponlfax<br />

Lembaga Pelaksana Penelitian<br />

Ir. Wayan Widhiana Susila<br />

Ba<strong>dan</strong> Litbang Kehutanan Departemen Kehutan<br />

Balai Penelitian Kehutanan Mataram<br />

J1. Dharma Bhakti No.7 Ds. Langko, Kec. Lingsar, Lombok<br />

Barat, NTB<br />

Telp (0370) 6573874, Fax (0370) 6573841, Email: bpk<br />

mataram@ yahoo.co.id<br />

Jangka waktu kegiatan : 1 tahun<br />

Total Biaya : Rp. 123.300.000,­<br />

Kegiatan (barullanjutan) : baru<br />

Rekapitasi Biaya Tahun yang diusulkan<br />

a. Rekapitulasi anggaran<br />

No. Uraian Jumlah (Rp)<br />

1 Gaji <strong>dan</strong> Upah 31.410.000<br />

2 Belanja Bahan habis Pakai 4.400.000<br />

3 Belanja Barang Non Operasionallainnya 10.750.000<br />

4 Perjalanan 76.740.000<br />

Jumlah Biaya 123.300.000


• <br />

Setuju diusulkan:<br />

Koordinatorl <br />

Peneliti Utama <br />

Ir. I Wayan \Vidhiana Susila <br />

NIP 19590714 198703 1 005


Abstrak<br />

Mimba merupakan HHBK bernilai ekonomis sebagai p enghasil bahan pestis ida nabati <strong>dan</strong><br />

antiseptik dengan pasar yang <strong>potensi</strong>al di dalam maupun luar negeri. lvlimba diyakini<br />

tumbuh <strong>dan</strong> te.rsebar cukup luas di NTB <strong>dan</strong> Bali bahkan pada lahan-lahan kering hingga<br />

kritis. Namun demiician, seberapa besar <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran mimba belum terdata seCQJ'a<br />

baik. Di lain pihak, di tingkat lokal petani, nilai ekonomis mimba pada kenyataannya belum<br />

mampu memberikan nilai tam bah pendapatan yang cukup signifikan. Untuk mendukung<br />

ketersediaan <strong>dan</strong> keberlanjutan hasiI, maka <strong>eksplorasi</strong> <strong>potensi</strong> mimba perlu dilakukan.<br />

Sementara itu, untuk mendukung peningkatan pendapatan petani dalampengusahaan<br />

mimba, maka kajian <strong>tataniaga</strong> mimba perlu dilakukan. Penelitian dilakukan selama 1 (satu)<br />

tahun di NTB <strong>dan</strong> Bali. Penelitian bertujuan: 1) Melakukan <strong>eksplorasi</strong> <strong>potensi</strong> mimba; 2)<br />

Melakukan kajian <strong>tataniaga</strong> mimba; Adapun Sasaran penelitian adalah: 1) Tersedianya data<br />

<strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran populasi mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali; 2) Tersedianya data sebaran tempat<br />

tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan budidaya mimba; 3) Tersedianya paket<br />

regulasi pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha mimba;<br />

Kata kunci: <strong>eksplorasi</strong> <strong>potensi</strong>, tata niaga, pengembangan budidaya, mimba<br />

1. Latar Belakang<br />

Hutan tropika Indonesia merupakan sumber keragaman hayati yang besar yang<br />

mampu menyediakan berbagai bahan kebutuhan hidup manusia baik kayu, buah, maupun<br />

obat-obatan. Hutan tropika Indonesia mempunyai tidak kurang dari 28.000 spesies tumbuhan<br />

<strong>dan</strong> lebih dari 1.000 spesies diantaranya telah diketahui berkhasiat obat (Pramono, 2002).<br />

Beberapa tumbuhan hutal1 Indonesia diketahui merupakan sumber penghasil bahan analgesik,<br />

antibiotik, enzim-enzim, hormon-hormon diuretik, komponen-komponen anti-parasit,<br />

laksatif, anti-koagulan <strong>dan</strong> berbagai bahan lainnya.<br />

Mimba merupakan tumbuhan hutan yang bernilai ekonomis sebagai penghasil prod uk<br />

hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa bahan pestisida nabati <strong>dan</strong> zat antiseptik. Populasi<br />

mimba diyakini tersebar cukup luas di wilayah NTB <strong>dan</strong> Bali bahkan pada lahan-Iahan<br />

kering maupun kritis. Mimba juga telah dibudidayakan di lahan-lahan hutan maupun lahan<br />

milik sehingga secara <strong>potensi</strong>al <strong>potensi</strong>nya cukup besar. Namun demikian, belum terdapatnya<br />

data yang merinci seberapa besar <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> penyebaran populasi mimba menyebabkan<br />

pengembangan mimba sebagai bahan baku industri baik sekala regional maupun nasional<br />

masih mempunyai hambatan yang cukup bercLlii. Ketersediaan <strong>dan</strong> keberlanjutan bahan baku<br />

merupakan kunci penting bagi keberhasilan pengusahaan mimba. Eksplorasi <strong>potensi</strong> mimba<br />

dengan demikian merupakan langkah yang pelu dilakukan.


Pada tingkat lokal petani, nilai penting mimba bagi industri belum mampu<br />

memberikan nilai tambah pendapatan yang cukup signifikan. Tingkat kemiskinan petani di<br />

lahan kering <strong>dan</strong> sekitar hutan masih tinggi <strong>dan</strong> belum dapat diatasi dengan a<strong>dan</strong>ya<br />

pengusahaan mimba. Dari segi pemasaran, petani tidak mempunyai posisi tawar untuk<br />

menentukan harga <strong>dan</strong> mengetahui secara pasti jumlah produksi yang harus dihasilkan untuk<br />

mendukung kebutuhan industri. Permintaan terhadap produksi mimba yang dihasilkan petani<br />

adalah monopoli pengusahaJkalangan industri. Dengan kondisi seperti ini, mekanisme pasar<br />

<strong>dan</strong> mekanisme hulu hilir dalam pemberdayaan masyarakat dalam pengusahaan mimba tidak<br />

dapat berjalan secara baik. Untuk mendukung peningkatan pendapatan petani dari<br />

pengusahaan mimba maka pembenahan <strong>tataniaga</strong> mimba dalam bentuk regulasi pasar <strong>dan</strong><br />

kelembagaan usaha perlu dilakukan.<br />

2. Rumusan Masalah<br />

Terjadinya permasalahan pengelolaan HHBK mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali disebabkan:<br />

Data <strong>potensi</strong> mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali belum mampu digali secat'a baik, se<strong>dan</strong>gkan data<br />

<strong>potensi</strong> mimba sangat menentukan ketersediaan <strong>dan</strong> keberlanjutan pengusahaan mimba<br />

sebagai tanaman obat baik secara lokal maupun industri.<br />

Tata niaga mimba perlu dibenahi untuk mendukung peningkatan pendapatan petani<br />

khususnya petani lahan kering <strong>dan</strong> sekitar hutan.<br />

3. Tujuan <strong>dan</strong> Sasaran<br />

Tujuan : Menyediakan paket infonnasi <strong>potensi</strong> tegakan <strong>dan</strong> tata niaga Hasil Hutan Bukan<br />

Kayu (HHBK) mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

Sasaran :<br />

Tersedianya data <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran populasi mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali.<br />

Tersedianya data sebaran tempat tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan<br />

tegakan mimba<br />

Tersedianya paket regulasi pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha mimba<br />

2


4. Luaran<br />

Paket infonnasi <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran populasi mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

Paket infonnasi sebaran tempat tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan<br />

tegakan mimba<br />

Paket regulasi pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha mimba<br />

5. Hasil Yang Diharapkan<br />

Melalui penelitian ini diharapkan bahwa kelemahan data <strong>dan</strong> informasi <strong>potensi</strong> serta<br />

permasalahan tata niaga mimba dapat diatasi sehinga pengembangan usaha mimba dalam<br />

mendukung peningkatan pendapatan petani dapat diwujudkan.<br />

6. Ruang Lingkup<br />

Penelitian dilakukan selama 1 (satu) tahun. Kegiatan yang dilakukan selama<br />

penelitian terdiri atas: a) Pengumpulan data sekunder; b) Survey <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> pemetaan<br />

sebaran mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali; c) Evaluasi sebaran tempat tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong><br />

dampak lingkungan tegakan mimba; d) Survey tata niaga (pasar <strong>dan</strong> kelembagaan); e) Analisa<br />

sample tanah <strong>dan</strong> zat aktifmimba.<br />

7. Metodologi<br />

7.1. Alat <strong>dan</strong> Bahan<br />

Alat yang digunakan adalah GPS, hagameter, timbangan, phiband, meteran roll,<br />

kompas, mortar, kamera, karung plastik, tally sheet, kueisioner <strong>dan</strong> A TK. Se<strong>dan</strong>gkan bahanbahan<br />

yang digunakan adalah sample tanah, akar, kulit, daun <strong>dan</strong> buah rnimba.<br />

7.2. Metode Penelitian<br />

a. Pengumpulan data Skunder<br />

Data sekunder yang dibutuhkan dalam mendukung penelitian meliputi: peta dasar<br />

<strong>dan</strong> data iklim, tanah, penggunaan lahan, administrasi wilayah, data curah hujan <strong>dan</strong><br />

topografi serta laporan-laporan atau hasil-hasil penelitian terkait kegiatan penelitian.<br />

b. Survey <strong>potensi</strong> tegakan <strong>dan</strong> pemetaan sebaran mimba<br />

Survey <strong>potensi</strong> tegakan dilakukan secara sampling. Pemilihan lokasi dilakukan<br />

secara purposive. Petak ukur berukuran 20 m x 20 m diletakkan secara acak dengan<br />

3


intensitas sampling sebesar 10%. Pada petak ukur dilakukan pengukuran jumlah pohon,<br />

tinggi, diameter, produksi buah, ketinggian tempat, kelerengan <strong>dan</strong> pengambilan sampel<br />

tanah. Batas-batas lokasi penelitian diambil koordinatnya untuk kemudian dipetakan.<br />

Pemetaan dilakukan menggunakan program Arcview, se<strong>dan</strong>gkan pengambilan koordinat<br />

lokasi dilakuka~ dengan menggunakan GPS. Overlaying peta dasar dilakukan untuk<br />

mengetahui sebaran spasial populasi mimba serta untuk memetakan kemungkinan<br />

pengembangan budidaya Mimba pada karakteristik lokasi lain yang sesuai.<br />

c. Evaluasi sebaran tempat tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan<br />

Evaluasi sebaran tempat tumbuh dilakukan dengan mencatat ketinggian tempat,<br />

kelerengan lahan, suhu, kelembaban, tipe iklim, tipe tanah <strong>dan</strong> kandungan hara tanah.<br />

Evaluasi kesesuaian jenis dilakukan dengan memadukan antara kebutuhan tanaman atau<br />

persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan lokasi yang akan dikembangkan.<br />

Kondisi biofisik tegakan mimba alami dapat diperoleh dari literatur maupun survey<br />

tegakan alami di lapangan.<br />

Pengembangan mimba memerlukan kaj ian dampak lingkungan untuk mengurangi<br />

<strong>potensi</strong> negatif pengembangan mimba. Dampak lingkungan tegakan mimba diukur<br />

pengaruhnya pada kesuburan tanah, <strong>potensi</strong> invasif <strong>dan</strong> <strong>potensi</strong> alelopatinya. Analisis<br />

kesuburan tanah dilakukan dengan pengambilan sam pel tanah pada unsur-nsur makro (Corg,<br />

Ca, Na, K, Mg, N-tot, KTK) serta unsur mikro sepelii (Fe, Mn, Zn, Cu). Potensi<br />

invasif dilakukan dengan pengamatan teknik perkembangan generatif termasuk cara<br />

penyebaran biji. Potensi alelopati dilakukan dengan pengukuran kandungan zat aktif pada<br />

akar <strong>dan</strong> serasah (daun, kulit, biji/buah) <strong>dan</strong> pengamatan keragaman vegetasi di bawah<br />

<strong>dan</strong> sekitar tegakan mimba.<br />

d. Survey pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha<br />

Struktur pasar diperlukan untuk mengetahui bagaimana kondisi pasar komoditi<br />

HHBK mimba di Bali <strong>dan</strong> NTB. Jenis pasar akan dikelompokkan menjadi pasar<br />

persaingan sempurna <strong>dan</strong> pasar monopoli. Data yang diperlukan berupa data volume<br />

penjualan produksi HHBK mimba pada tingkat petani, pedagang pengumpul <strong>dan</strong> industri.<br />

Teknik pengumpulan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara <strong>dan</strong> penelusuran<br />

ilmiah pada berbagai sumber.<br />

4


Data tata maga diperlukan untuk mengetahui rantai pemasaran produk HHBK<br />

mimba selia marjin pemasarannya. Data yang dibutuhkan berupa tingkat harga, marjin<br />

keuntungan <strong>dan</strong> biaya pada seluruh level rantai pasar mimba. Teknik pengumpulan data<br />

dilakukan c;lengan menggunakan teknik wawancara.<br />

7.3. Analisa data<br />

a. Analisa data survey<br />

Data hasil suvey <strong>potensi</strong> ditabulasikan, dibandingkan, disajikan<br />

secara deskri ptif.<br />

<strong>dan</strong> dianalisa<br />

b. Analisa data sebaran tempat tumbuh, kesesuaian laban <strong>dan</strong> dampak lingkungan<br />

Analisa data sebaran tempat tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan<br />

dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan data lahan tanpa tegakan mimba <strong>dan</strong><br />

dengan tegakan mimba.<br />

c. Analisa data struktur pasar<br />

Derajat atau tingkat konsentrasi pasar dapat dijelaskan secara kuantitatif<br />

berdasarkan indeks yang dikenalkan oleh Dammond <strong>dan</strong> Dahl (dalam Maarthen, 1998)<br />

sebagai berikut :<br />

H~L"~ 2<br />

,=1 LTJ<br />

dimana:<br />

H : Indeks Herfindahl <br />

Xj : Volume penjualan prod uk <strong>hhbk</strong> yang dikuasai pedagang (kg) <br />

T : Total volume penjualan (Kg)<br />

Apabila indeks Herfindahl mendekati nilai 1 (H=l) berarti struktur pasamya<br />

semakin mendekati monopoli, sebaliknya jika indeks Herfindahl mendekati 0 (H=O),<br />

maka struktur pasamya mendekati pasar persaingan sempuma.<br />

d. Analisa <strong>dan</strong> Pengolahan data tata niaga<br />

Untuk menghitung marjin pemasaran digunakan rumus :<br />

Mj = Prj - Pfj<br />

Mj = Cj + 1(j<br />

5


• <br />

Dimana:<br />

Mj : Marjin pemasaran pada lembaga ke-i<br />

Prj: harga jual <strong>hhbk</strong> di tingkat pedagang ke-i<br />

Pfj : harga jual <strong>hhbk</strong> di tingkat petani ke-i<br />

Cj : biaya pemasaran<br />

1tj : keuntungan pemasaran<br />

8. Personil Pelaksana Penelitian<br />

Tabel 1. Personil Pelaksana Penelitian<br />

'No. .<br />

.<br />

Nama<br />

'Jibatan<br />

1. Ir. I Wayan Widhana<br />

Susila, MP<br />

~<br />

Peneliti<br />

Madya<br />

- Pendidikan<br />

S2<br />

Spesialisasi Ket .<br />

Biometrika<br />

Hutan<br />

2. Ir. Gunardjo Tj. M.Sc. Peneliti Muda S2 Hidrologi <strong>dan</strong><br />

konservasi tanah<br />

,..,<br />

,) . Cecep Handoko, S. Hut PeneJiti SI Hidrologi <strong>dan</strong><br />

Pertama<br />

Konservasi<br />

Tanah<br />

4. Agus Sukito, S. Hut Peneliti SI Ekonomi<br />

Penanggung<br />

Jawab<br />

(Ketua Tim)<br />

Anggota<br />

Anggota<br />

Anggota<br />

Pertama<br />

Kehutanan<br />

5 Amalia Indah Calon Peneliti S1 Anggota<br />

6. Rubangi Al Hasan, S. Sos Calon Peneliti S1 Anggota<br />

9. Rencana tata waktu<br />

Penelitian direncanakan mulai Bulan Januari sampai Desember 2010. Adapun rencana<br />

tata waktu pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.<br />

Tabel 2. Rencana tata waktu pelaksanaan kegiatan<br />

Bulan<br />

No. Kegiatan<br />

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12<br />

1 Persiapan<br />

' , it<br />

2 Eksplorasi <strong>potensi</strong><br />

. - t<br />

3 Analisa data <strong>dan</strong> Pemetaan<br />

4 Penyusunanlaporan<br />

1~~4'<br />

·1 If'j<br />

'.;c;~' ~:<br />

~. I ~'~l<br />

6


· .<br />

10. Rencana lokasi<br />

Rencana lokasi penelitian disesuaikan dengan kendala pembiayaan.<br />

Oleh karena itu<br />

lokasi kegiatan penelitian difokuskan kepada daerah sebaran mimba yang dominan, yaitu :<br />

1. Potensi <strong>dan</strong>. sebaran mimba yang dominan di Bali adalah Kabupaten Buleleng, Kabupaten<br />

, <<br />

Klungkung terutama di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Jembrana <strong>dan</strong> Kabupaten<br />

Karangasem.<br />

2. Potensi <strong>dan</strong> sebaran mimba di Lombok adalah Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten<br />

Lombok Barat <strong>dan</strong> Kabupaten Lombok Utara<br />

3. Potensi <strong>dan</strong> sebaran mimba di Sumbawa adalah di Kabupaten Sumbawa <strong>dan</strong> Kabupaten<br />

Bima.<br />

Berdasarkan lokasi sebaran mimba tersebut, maka lokasi-lokasi kegiatan penelitian dari<br />

masing-masing aspek penelitian adalah sebagai berikut : 1) Survey <strong>potensi</strong> tegakan <strong>dan</strong><br />

pemetaan sebaran mimba akan dilakukan pada lokasi sesuai informasi di atas, 2) evaluasi<br />

sebaran tempat tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan akan dilakukan di Nusa<br />

Penida (Kab. Klungkung), Kab. Buleleng, Lombok Timur, <strong>dan</strong> Kab. Sumbawa, <strong>dan</strong> 3)<br />

Survey pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha akan dilakukan di Kab Buleleng, Jembrana, Lombok<br />

Timur <strong>dan</strong> Kab Sumbawa.<br />

11. Rencana anggaran<br />

a. Rekapitulasi anggaran<br />

No.<br />

Uraian<br />

1 Gaj i <strong>dan</strong> Upah<br />

2 Belanja Bahan habis Pakai<br />

3 Belanja Barang Non Operasional lainnya<br />

4 Perjalanan<br />

Jumlah Biaya<br />

Jumlah (Rp)<br />

31.410.000<br />

4.400.000<br />

10.750.000<br />

76.740.000 I<br />

123.300.000<br />

7


• •<br />

b. Rincian anggaran<br />

No. Tolok Ukur Volume Satuan (Rp) Jumlah (Rp)<br />

1 2 3 4 5<br />

1 Gaji <strong>dan</strong> Upah 31.410.000<br />

Koordinatir penelitian/Peneliti 136 Jam 35.000 4.760.000<br />

.""<br />

Utama<br />

PelaksanalPeneliti (3 orang) 408 Jam 30.000 12.240.000<br />

Pembantu Peneliti (2 orang) 272 Jam 20.000 5.440.000<br />

Tenaga harian 299 HOK 30 .000 8.970.000<br />

2 Belanja Bahan Habis Pakai 4.400.000<br />

A TK <strong>dan</strong> operasional 1 PKT 1.000.000 1.000.000<br />

computer<br />

Fotocopy <strong>dan</strong> dokumentasi 1 PKT 1.000.000 1.000.000<br />

Peta RBI Digital 4 sheet 400.000 1.600.000<br />

Peta geomorfologi 2 sheet 400 .000 800 .000<br />

3 Belanja Barang Non 10.750.000<br />

operasionallainnya<br />

Analisis sampel tanah 2 PKT 1.500.000 3.000.000<br />

Analisis kandungan zat aktif 1 PKT 3.000.000 3.000.000<br />

Pembuatan <strong>dan</strong> Analisa peta 2 PKT 2.000.000 4.000.000<br />

Analisa data <strong>dan</strong> penYllsllnan 1 PKT 750.000.0 750.000<br />

laporan<br />

4 Be\anja Perja\anan lainnya 76.740.000<br />

(DN)<br />

Dim rangka penelitian ke 2 OT 10.500 .000 21.000.000<br />

Buleleng, KllIngkung,<br />

Jembrana <strong>dan</strong> Karang asem<br />

Dim rangka penelitian ke 3 OT 8.850.000<br />

Lotim, Lobar, <strong>dan</strong> Lomutara<br />

DIm rangka penelitian ke Kab 3 OT 9.730 .000<br />

Sumbawa <strong>dan</strong> Bima<br />

26.550 .000<br />

29.190.000<br />

123.300.000<br />

12. Daftar pustaka<br />

Ade.<br />

2006. Pemanfaatan Tanaman Mimba untuk Rehabilitasi Lahan Kering Sekaligus<br />

Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Prosiding, Diskusi Hasil-Hasil<br />

Penelitian Kehutanan 16 Nopember 2005. Pusat Litbang Hutan <strong>dan</strong> Konservasi Alam<br />

Bogor.<br />

8


Kuntadi. 2009. Optimasi Pengelolaan HHBK Nabati <strong>dan</strong> Hewani yang Diungulkan (Gemor,<br />

Lebah Madu, Sutera Alam, Gaharu, Rusa). Rencana Penelitian Integratif (2010­<br />

2014). Pusat Litbang Hutan Tanaman Bogor. Tidak diterbitkan.<br />

Pramono, E. 2002. Perkembangan <strong>dan</strong> prospek industri obat tradisional Indonesia.<br />

Prosiding Seminar Nasional "TUMBUHAN OBAT INDONESIA XXI" tanggal 27 ­<br />

28 Maret 2082. Fakultas Fmmasi Universitas Surabaya. Surabaya<br />

9


- - -<br />

...... ,.<br />

KKL: EKSPLORASI POTENSI DAN TATANIAGA HHBK UNGGULAN NTB DAN BALI: MUv1BA<br />

(Azadirachta indica A. Juss) tahun 2010<br />

Tujuan<br />

Narasi<br />

Menyediakan paket informasi <strong>potensi</strong> tegakan<br />

<strong>dan</strong> tata niaga Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)<br />

mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

Indikator<br />

Diperolehnya informasi <strong>potensi</strong><br />

tegakan mimba, regulasi pasar <strong>dan</strong><br />

kelembagaan usaha tata niaga<br />

mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

Alat Verifikasi<br />

• Publikasi ilmiah<br />

Asumsi<br />

,<br />

• Tersedianya anggaran,<br />

saiana <strong>dan</strong> prasarana<br />

penelitian<br />

• Penelitian berjalan<br />

seeara<br />

berkesinambungan <br />

<strong>dan</strong> integratif <br />

•<br />

Sasaran<br />

1. Tersedianya data <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran populasi<br />

mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

Diperolehnya informasi sebaran <strong>dan</strong><br />

<strong>potensi</strong> populasi mimba di NTB <strong>dan</strong><br />

Bali<br />

• Peta sebaran<br />

<strong>potensi</strong><br />

• Data base<br />

<strong>potensi</strong> mimba<br />

• Penelitian berjalan<br />

sesuai reneana<br />

• Koordinasi pusat <strong>dan</strong><br />

daerah berjalan lanear<br />

2. Tersedianya data sebaran tempat tumbuh,<br />

kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan<br />

tegakan mimba<br />

.__ .­<br />

Diperolehnya informasi temp at<br />

tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong><br />

dampak lingkungan tegakan mimba<br />

• Peta sebaran<br />

tempat tumbuh,<br />

kesesuaian lahan<br />

• Hasi I kaj ian<br />

dampak<br />

lingkungan<br />

tegakan mimba<br />

• Koordinasi Pusat <strong>dan</strong><br />

daerah berjalan lanear<br />

• Penelitian berjalan<br />

sesuai rene ana<br />

3. Tersedianya paket regulasi pasar <strong>dan</strong><br />

kelembagaan usaha mimba<br />

Diperolehnya paket regulasi pasar<br />

<strong>dan</strong> kelembagaan usaha mimba<br />

• J urnal ilmiah<br />

• Prosiding<br />

Seminar<br />

A<strong>dan</strong>ya sinergitas<br />

kegiatan Pusat <strong>dan</strong><br />

Balai


........ ~ ~~<br />

Luaran<br />

Narasi Indikator<br />

Alat Verifikasi Asumsi<br />

1. Paket informasi <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran populasi<br />

mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

Diperolehnya hasil inventarisasi<br />

sebaran <strong>dan</strong> <strong>potensi</strong> populasi mimba<br />

di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

• Data base<br />

<strong>potensi</strong><br />

• Peta sebaran<br />

• Laporan hasil<br />

penelitian (LHP)<br />

• Publikasi ilmiah<br />

• LHP<br />

• Publikasi ilmiah<br />

• Penelitian berjalan<br />

sesuaJ rene ana<br />

• Koordinasi Pusat <strong>dan</strong><br />

daerah berjalan<br />

dengan lanear<br />

2. Paket informasi sebaran tempat tumbllh, Diperolehnya paket informasi<br />

• Penelitian berjalan <br />

kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan sebaran tempat tumbuh, kesesuaian<br />

sesuaJ reneana<br />

tegakan mimba lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan • Pedoman teknis • Koordinasi Pusat <strong>dan</strong><br />

tegakan mimba<br />

daerah berjalan<br />

dengan lanear<br />

3. Paket regulasi pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha Diketahuinya paket regulasi pasar • LHP<br />

mimba<br />

<strong>dan</strong> kelembagaan usaha mimba • Publikasi ilmiah<br />

Kegiatan<br />

1. paket informasi <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran poplIlasi<br />

Mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali.<br />

(Tier 1)<br />

- Survey sebaran <strong>dan</strong> <strong>potensi</strong> tegakan <strong>dan</strong><br />

ekplorasi sebaran tegakan jenis HHBK Tier 1<br />

Tersedianya informasi sebaran <strong>dan</strong><br />

<strong>potensi</strong> tegakan mimba di NTB <strong>dan</strong><br />

Bali<br />

• PPTP<br />

• RPTP<br />

• LHP<br />

• Peta sebaran<br />

• Penelitian berjalan<br />

sesuaJ reneana<br />

• Koordinasi P3HT<br />

<strong>dan</strong> B2PBPTH<br />

berjalan dengan baik<br />

• Penelitian berjalan<br />

sesual reneana<br />

• Koordinasi berjalan<br />

dengan baik<br />


~ . tr- • •."<br />

Narasi<br />

Indikator<br />

Alat Verifikasi<br />

Asumsi<br />

2. Paket IPTEK sebaran tempat tumbuh,<br />

kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan<br />

Mimba tegakan mimba<br />

(Tier 2 <strong>dan</strong> Tier 3)<br />

2.l. Kaj ian sebaran temp at tumbuh mimba<br />

2.2. Evaluasi kesesuaian lahan<br />

2.3. Kajian dampak lingkungan tegakan mimba<br />

(Tier 2 <strong>dan</strong> Tier 3)<br />

3. Pakct IPTEK regulasi pasar <strong>dan</strong><br />

kelembagaan usaha Mimba (Tier 2-3)<br />

- Survey pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha mimba<br />

• Diperolehnya informasi sebaran<br />

temp at tumbuh mimba<br />

• Diperolehnya informasi<br />

kesesuaian lahan bagi<br />

pengembangan mimba di NTB<br />

<strong>dan</strong> Bali<br />

• Diperolehnya informasi dampak<br />

lingkllngan tegakan mimba<br />

Tersedianya paket regulasi pasar <strong>dan</strong><br />

kelembagaan usaha mimba<br />

• PPTP<br />

• RPTP<br />

• LHP<br />

• Peta sebaran<br />

tempat tumbuh<br />

<strong>dan</strong> kesesuaian<br />

lahan<br />

• PPTP<br />

• RPTP<br />

• LHP<br />

• Pen.elitian berjalan<br />

sesuai rencana<br />

• KQordinasi berjalan<br />

dengan baik<br />

• Penelitian berjalan<br />

seSllal rencana<br />

• Koordinasi Pusat <strong>dan</strong><br />

daerah berjalan<br />

dengan baik<br />

I<br />

I<br />

I<br />

I<br />

I<br />

I<br />

I


· .<br />

LAPORAN HASIL PENELITIAN<br />

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN TA. 2010<br />

EKSPLORASI POTENSI DAN TATANIAGA <br />

HHBK UNGGULAN NTB DAN BALI: <br />

MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) <br />

Fokus Bi<strong>dan</strong>g Teknologi Kesehatan <strong>dan</strong> Obat<br />

Prioritas<br />

Kode Produk Target<br />

2.03 Bahan Baku (eksipien): Polisakarida,<br />

Selulosa, Khitin <strong>dan</strong> Khitosan<br />

Kode Kegiatan 2.03.01 Eksplorasi sumber-sumb~r bahan<br />

baku farmasi <strong>potensi</strong>al (polisakarida,<br />

selulosa, khiin, atau khitosan), serta<br />

karakterisasi sifat kimia-fisika <strong>dan</strong><br />

farmasetik sebagai bahan baku pembantu<br />

dalam sediaan farmasi<br />

Peneliti Utama<br />

Ir Wayan Widhiana Susila, MP<br />

~ KEMENTERIAN KEH UTANAN<br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN<br />

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MATARAM<br />

JI. Dharma Bh akti NO.7 Desa Langko, Kec Lingsa r - Lombok Barat <br />

Telp, (0370) 6573874, Fax (0370) 6573841. email bpkmataram@yahoo.co. id <br />

NOPEMBER 20 10


·­<br />

LAPORAN HASIL PENELITIAN <br />

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN TA. 2010 <br />

EKSPLORASI POTENSI DAN TATANIAGA <br />

HHBK UNGGULAN NTB DAN BALI: <br />

MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) <br />

Fokus Bi<strong>dan</strong>g Teknologi Kesehatan <strong>dan</strong> Obat<br />

Prioritas<br />

Kode Produk Target<br />

2.03 Bahan Baku (eksipien): Polisakarida,<br />

Selulosa, Khitin <strong>dan</strong> Khitosan<br />

Kode Kegiatan<br />

Peneliti Utama<br />

2.03.01 Eksplorasi sumber-sumber bahan<br />

baku farmasi <strong>potensi</strong>al (polisakarida,<br />

selulosa, khiin, atau khitosan), serta<br />

karakterisasi sifat kimia-fisika <strong>dan</strong><br />

farmasetik sebagai bahan baku pembantu<br />

dalam sediaan farmasi<br />

Ir Wayan Widhiana Susila, MP<br />

KEMENTERIAN KEHUTANAN <br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN <br />

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MATARAM <br />

JI . Dharma Bhakti NO . 7 Desa Langko, Kec. Lingsar - Lombok Barat <br />

Telp. (0370) 6573874, Fax (0370) 6573841 , email: bpkmataram@yahoo.co.id <br />

NOPEMBER 2010


· -<br />

Lembar Pengesahan<br />

Judul Penelitian<br />

Fok us Bi<strong>dan</strong>g Prie:ritas<br />

Kode Produk Target<br />

Kode Kegiatan<br />

Lokasi Penel itian<br />

Penelitian Tahun Ke<br />

Eksplorasi Potensi <strong>dan</strong> Tataniaga HHBK Unggulan NTB <strong>dan</strong><br />

Bali: Mimba (Azadirachfa indica A. Juss)<br />

Teknologi Kesehatan <strong>dan</strong> Obat<br />

2.03 Bahan Bak u (eksipien) : Polisakarida, Selulosa, Khitin <strong>dan</strong><br />

Khitosa n<br />

2.03.0 I Eksplorasi sUll1ber-sumber bahan ba ku farmasi <strong>potensi</strong>al<br />

(polisakarida, selulosa, khiin, atau khitosan), serta karakteri sasi<br />

sifat kimi a-fis ika <strong>dan</strong> farmasetik sebaga i bahan baku pembantu<br />

dalam sediaan far/nasi<br />

Bali <strong>dan</strong> Nu sa Tenggara Barat<br />

I<br />

Keterangan Lembaga PelaksanalPengelola Penelitian<br />

A. Lembaga Pelaksana Penelitian<br />

Nama Peneliti Utama<br />

Ir. I Way an Widhiana Susila, MP.<br />

Nama Lembaga/[nstitusi Ba<strong>dan</strong> Litbang Kehutanan Kem enterian Kehutanan<br />

Unit Organisasi<br />

Balai Penelitian Kehutanan Mataram<br />

Alamat<br />

JI. Dharma Bh akti NO .7 Desa Lan gko, Kec. Lingsar,<br />

Lombok Ba rat Nu sa Tenggara Bar~t<br />

Telepon/H P/Faksi mi lIe-ll1ail Telp. (03 70) 6573874, Fax (03 70) 6573 84 1,<br />

emai I: bpkmataram0!yahoo.co. iel<br />

B. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu)<br />

Nama Koorelinator - ., !<br />

Nama Lell1baga<br />

-<br />

Alamat<br />

-<br />

Telepon/Faksim ileie-ll1ail -<br />

Jangka Waktu Kegiatan I tahun<br />

Total Biaya Rp 123.300.000,­<br />

Kegiatan (barullonjulan) Baru<br />

Koord i natorl<br />

Peneliti Utama<br />

II'. YadiH~ i; i ya nto . <br />

NIP. 19560528 198203 1 001 <br />

[r. I Wayan Widhiana Susila, MP<br />

NIP.195907 14 198703 1005


·.<br />

RINGKASAN <br />

Mimba merupakan HHBK bernilai ekonomis sebagai penghasil bahan pestisida<br />

nabati <strong>dan</strong> antis-eptik dengan pasar yang <strong>potensi</strong>al di dalam maupun luar negeri .<br />

Potensi mimba di alam cukup besar <strong>dan</strong> tersebar dari sepanjang daerah kering pantai<br />

selatan Pulau Lombok dengan produksi biji tahun 2009 tercatat 38 ton berasal dari<br />

Kabupaten Lombok Timllr, Kabllpaten BlIleleng <strong>dan</strong> Karangasem di PlIlau Bali<br />

dengan produksi biji 5 ton <strong>dan</strong> 10 ton. Di Kabupaten Buleleng tegakan mimba<br />

menyebar di Kecamatan seririt <strong>dan</strong> Kecamatan Gerokgak dengan <strong>potensi</strong> 10 - 100<br />

m 3 /ha <strong>dan</strong> 100 - 600 tanaman per ha. Di Karangasem Tegakan mimba menyebar di<br />

Kecamatan Kubu dengan <strong>potensi</strong> kurang lebih 40 m 3 /ha <strong>dan</strong> 300 tanaman per ha. Di<br />

Kabupaten Lombok T imur tegakan mimba menyebar di Kecamatan Kerllak dengan<br />

perkiraan <strong>potensi</strong> 10 - 90 m 3 /ha <strong>dan</strong> 150 - 450 tanaman per hektar, Keeamatan<br />

Pringgabaya dengan <strong>potensi</strong> 10 - 35 m3/ha <strong>dan</strong> 200 - 600 tanaman per ha, <strong>dan</strong><br />

Keeamatan Suwela dengan perkiraan <strong>potensi</strong> 20 m 3 /ha <strong>dan</strong> 500 tanaman per ha.<br />

Potensi mimba dari segi ukllran diameter pada umllmnya cukup keeil yaitll hanya<br />

meneapai 20 em <strong>dan</strong> dengan kerapatan yang relatif jarang (rata-rata < 400 individu<br />

per ha) yang sebagian besar berupa hasil trllbusan, namun dalam jangka panjang,<br />

dengan kuatnya regenerasi alami mimba kelestarian tegakan akan eend erllng dapat<br />

dipertahankan.<br />

Keberadaan mimba secara fi sik tidak memberikan dampak negatif<br />

berllpa invasi yang berlebihan <strong>dan</strong> alelopathy terhadap tanaman/tumbuhan lainnya.<br />

Bahkan indikasi keuntungan positif berupa perbaikan porositas tanah <strong>dan</strong> perbaikan<br />

iklim mikro seem'a fisik dapat teramati seeara bailc Tataniaga mimba diindikasikan<br />

dengan a<strong>dan</strong>ya sistem pasar yang bersifat monopoli dengan marjin keuntungan yang<br />

eukllp rendah ditingkat pengepul, dengan kisaran Rp 200,- sid Rp 500,-. Di tingkat<br />

petani, pendapatan tambahan yang diperoleh dengan pengumpulan biji mimba<br />

sebesar rata-rata Rp 25.000,- per hari per musim panen.<br />

ii


PRAKATA <br />

Mimba (Azadirachta indica) merupakan jenis HHBK yang eukup <strong>potensi</strong>al<br />

<strong>dan</strong> sudah mempunyai nilai pasar di Bali <strong>dan</strong> NTB. Namun , seberapa besar<br />

keberadaarmya Delum terdata dengan bailc Oleh karena itu, perlu dilakukan<br />

pengamatan <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran serta <strong>tataniaga</strong>nya terutama di wilayah Bali <strong>dan</strong><br />

Lombok yang hasilnya dapat dipakai aeuan untuk keberlangsungan pengusahaan<br />

produk mimba yang telah ada di Bali .<br />

Balai Penelitian Kehutanan Mataram dengan wilayah kerja meliputi Propinsi<br />

Bali <strong>dan</strong> NTB pada tahun 2010 telah melakukan penelitian "Eksplorasi Potensi <strong>dan</strong><br />

Tataniaga HHBK Unggulan NTB <strong>dan</strong> Bali: Mimba (Azadirachta indica)". Laporan<br />

ini berisi uraian tentang kegiatan yang telah dilaksanakan serta hasil yang diperoleh.<br />

Tim peneliti mengueapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah<br />

membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga laporan hasil penelitian ini dapat<br />

memberi manfaat terutama dalam upaya peningkatan produksi produk mimba di Bali<br />

<strong>dan</strong> NTB.<br />

iii


DAFTAR lSI<br />

Lembar identitas <strong>dan</strong> pengesahan ..................... .... ..... ......... ... ..... ........... .... ........ ... .<br />

Ringkasan .......:.


DAFTAR TABEL <br />

I. Prediksi <strong>potensi</strong> mimba di Desa Pengulon, Banyu Poh <strong>dan</strong> Lokapaksa ........ 13 <br />

2. Prediksi po~ensi <strong>dan</strong> sebaran mimba pada setiap dusun di Desa <br />

Suka<strong>dan</strong>a, Kecamatan Kubu Kab. Karangasem........... ... ...... ..... .......... .......... 14 <br />

3. Prediksi <strong>potensi</strong> mimba pada setiap dusun di Kab Lombok Timur ............... 16 <br />

4. Produksi biji mimba tahun 2009 di Kabupaten Lombok Timur .................... 18 <br />

S. Kondisi biofisik lahan di Desa Pengulon, Lokapaksa, Desa Banyu Poh <br />

Kecamatan Gerokgak.................... .............. ................ ................................. 19 <br />

6. Data tanaman mimba di KRPH Sumber Kima, Gerokgak...................... 2S <br />

v


· -<br />

DAFT AR GAM BAR<br />

1. Kegiatan Penggalian Data di PI Intaran... .... ............ ...... .......... .......... ........... 11 <br />

Pohon-pohSll1 mimba yang berasal dari trubusan tunggak batang di Desa <br />

Suka<strong>dan</strong>a, Kecamatan Kubll, Kab Karangasem................ .......... ......... .......... 15 <br />

.3. Pengukuran Infiltrasi sebagai Salah Satu Kegiatan<br />

Pengukuran Kondisi Biofisik Lahan .. .. ...... .. .... .. ........ .. ........ .. .............. .. ....... 19 <br />

-J.. Penggalian Data di Iingkat Pengepul di Kab Bllleleng ............................ .... 20 <br />

5. Alur Iataniaga Mimba di Bali <strong>dan</strong> Lombok ..................... .. ................. .. ........ 21 <br />

j<br />

vi


I. PENDAHULUAN <br />

A. Latar Belnkang<br />

Hutan tropika Indonesia merupakan sumber keragaman hayati yang besar<br />

yang mampu menyediakan berbagai bahan kebutuhan hidup manusia baik kayu,<br />

buah, maupun obat-obatan. Hutan tropika Indonesia mempunyai tidak kurang dari<br />

28.000 spesies tumbuhan <strong>dan</strong> lebih dari 1.000 spesies diantaranya telah diketahui<br />

berkhasiat obat (Pramono, 2002). Beberapa tumbuhan hutan Indonesia diketahui<br />

merupakan sumber penghasil bahan analgesik, antibiotik, enzim-enzim, hormonhormon<br />

diuretik, kOlllponen-kolllponen anti-paras it, laksatif, anti-koagulan <strong>dan</strong><br />

berbagai bahan lainnya.<br />

Mimba Illerupakan tumbuhan hutan yang bernllai ekonomis sebagai penghasil<br />

produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa bahan pestisida nabati <strong>dan</strong> zat<br />

antiseptik. Populasi Illimba diyakini tersebar cukup luas di wilayah NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

bahkan pada lahan-Iahan kering maupun kritis. Mimba juga telah dibudidayakan di<br />

lahan-Iahan hutan maupun lahan milik sehingga secara <strong>potensi</strong>al <strong>potensi</strong>nya cukup<br />

besar. Namun deillikian, beluill terdapatnya data yang merinci seberapa besar <strong>potensi</strong><br />

<strong>dan</strong> penyebaran populasi mimba l11enyebabkan pengel11bangan mimba sebagai bahan<br />

baku industri baik sekala regional maupun nasional masih mempunyai hambatan<br />

yang cukup berarti. Ketersediaan <strong>dan</strong> keberlanjutan bahan baku merupakan kunci<br />

penting bagi keberhasilan pengusahaan mimba . Eksplorasi <strong>potensi</strong> mimba dengan<br />

deillikian l11erupakan langkah yan g perlu dilakukan.<br />

Pada tingkat petani , nilai penting mimba bagi industri belum mampu<br />

Illemberikan nilai tambah pendapatan yang cukup signifikan. Tingkat kemiskinan<br />

petani di lahan kering <strong>dan</strong> sekitar hutan masih tinggi <strong>dan</strong> belum dapat diatasi dengan<br />

a<strong>dan</strong>ya pengusahaan mimba. Dari segi pemasaran, petani tidak mempunyai posisi<br />

tawar untuk menentukan harga <strong>dan</strong> mengetahui secara pasti jumlah produksi yang<br />

harus dihasilkan untuk mendukung kebutuhan industri . Permintaan terhadap produksi<br />

mimba yang dihasilkan petani adalah monopoli pengusaha/kalangan industri. Dengan


· -<br />

kondisi seperti ini, mekanisme pasat' <strong>dan</strong> mekanisme hulu hilir dalam pemberdayaan<br />

masyarakat dal am pengusahaan m i m ba tidak d apat berj a Ian secara baik. U ntuk<br />

mendukung peningkatan pendapatan petani dari pengusahaan mimba maka<br />

pembenahan <strong>tataniaga</strong> mimba dalam bentuk regulasi pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha<br />

perlu dilakukan.<br />

B. Rumusan MasaJah<br />

Terjadinya pennasalahan pengelolaan HHBK mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

disebabkan:<br />

Data <strong>potensi</strong> mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali belum mampu digali secara baik, se<strong>dan</strong>gkan<br />

data <strong>potensi</strong> mimba sangat menentukan ketersediaan <strong>dan</strong> keberlanjutan pengusahaan<br />

mimba sebagai tanaman obat baik secara lokalmaupun industri.<br />

Tata niaga mimba perlu dibenahi untuk mendukung peningkatan pendapatan petani<br />

khususnya petani lahan kering <strong>dan</strong> sekitar hutan.<br />

2


.. <br />

II. TUJUAN DAN MANFAAT<br />

A. Tujuan <strong>dan</strong> rnanfaat<br />

Tujuan : Menyediakan paket informasi <strong>potensi</strong> tegakan <strong>dan</strong> tata niaga Hasil Hutan<br />

Bllkan KaYlI (H HBK) mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

Manfaat:<br />

Tersedianya data <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran popuJasi mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali.<br />

Tersedianya data sebaran tempat tumbuh, kesesuaian lahan <strong>dan</strong> dampak<br />

lingkungan tegakan mimba<br />

Tersedianya paket regulasi pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha mimba<br />

B. LlIaran<br />

Paket infonnasi <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran populasi mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali<br />

Paket infonnasi sebaran tempat tumbuh , kesesuaian lah an <strong>dan</strong> dampak<br />

lingk ungan tegakan mimba<br />

Paket regulasi pa sar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha mimba<br />

C. Hasil yang Diharapkan<br />

Melalui penelitian ini diharapkan bahwa kelemahan data <strong>dan</strong> informasi <strong>potensi</strong><br />

serta permasa lahan tata niaga lllimba dapat di atasi se hingga pengembangan usaha mimba<br />

dalam mendukun g peningkatan pendapatan petani dapat diwujudkan.<br />

D. RlIang Lingkllp Kegiatan<br />

Penelitian dilakukan se lal11a I (satu) tahun. Kegiatan ya ng dilakukan selal11a<br />

penelitian terdi ri atas:<br />

I. Pengu l11pul an data sekunde r;<br />

i<br />

2. Survey <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> pemetaan sebaran mimba di NTB <strong>dan</strong> Bali ;<br />

3. Evaluas i sebaran tempat tUl11buh , kesesLlaian lahan <strong>dan</strong> dampak lingkungan tegakan<br />

mimba;<br />

4. Survey tata niaga (pa sar <strong>dan</strong> ke le mbagaa n).


. .... <br />

III. METODOLOGI<br />

A. Alat <strong>dan</strong>-Bahan<br />

Alat yang digunakan adalah GPS , hagameter, timbangan, phiband , meteran roll,<br />

kompas, mortar, kamera, karung plastik, ring sam pel , kantong plastik, cangkul,<br />

parang, cetok, termometer udara, higrometer, termometer tanah, abnel level ,<br />

clinometer, ring infiltrometer, tally sheet, kueisioner <strong>dan</strong> A TK.<br />

Bahan: sampeJ tanah lepas <strong>dan</strong> sampel tanah dalam ring, akar, kulit, daun <strong>dan</strong><br />

buah mimba.<br />

B. Metode Penelitian<br />

1. Pengumpulan data sekunder<br />

Data sekunder yang dibutuhkan dalam mendukung penelitian meliputi: pet a<br />

dasar <strong>dan</strong> data iklim , tan ah, penggunaan lahan, administrasi wi layah, data curah<br />

Il uj an <strong>dan</strong> topografi serta laporan -laporan atau hasi I-h as i I penel itian terkait<br />

kegiatan penel itian.<br />

2. Survey <strong>potensi</strong> tegakan <strong>dan</strong> pemetaan sebaran mimba<br />

Lokasi kegiatan dilakukan di Kabupaten Buleleng (Kecamatan Gerokgak<br />

<strong>dan</strong> Seririt), Kabupaten Karangasem (Kecamatan Kubu), <strong>dan</strong> Kabupaten Lombok<br />

Timur (Kecamatan Keruak, Prin ggabaya, Suwela, <strong>dan</strong> Aikm el) . Penentuan lokasi<br />

survey <strong>dan</strong> peletaka n satuan contoll dilakllkan secara purposive den ga n<br />

pendekatan desa yang didllga mempunyai tanaman mimba.<br />

Petak ukur berbentuk lingkaran seillas 0, I ha diletakkan secara acak pad a<br />

setiap lokasi (<strong>potensi</strong>al sebaran mimba) yang ditentukan secat'a purposive.<br />

Parameter pengamatan pada setiap petak lIkur adalah :<br />

• Diameter batang set inggi dada (dbh) ,<br />

• Tinggi pohon<br />

• lumlah pohon den gan tingkatan anakan (seedling), pancang (sapling), tiang<br />

(pole) <strong>dan</strong> tingkatan pollOn (tree)<br />

4


• <br />

• Produksi buah melalui wawancara, karena buah masak pada umumnya setiap<br />

-<br />

tahun pada bulan Januari<br />

• Tinggi tempat <strong>dan</strong> kelerengan (topografi)<br />

• Pengambi Ian sampel tanah.<br />

Batas-batas petak ukur diambil koordinatnya dengan menggunakan GPS<br />

untuk kemudian dipetakan. Pemetaan dilakukan menggunakan program Arcview.<br />

Overlaying peta dasar dilakukan untuk mengetahui sebaran spasial populasi<br />

mimba serta untuk memetakan kemungkinan pengembangan budidaya mimba<br />

pada karakteristik lokasi lain yang sesuai.<br />

3. Evaluasi sebaran ternpat turnbuh, kesesuaian jenis <strong>dan</strong> darnpak Iingkungan<br />

Evaluasi sebaran tempat turnbuh dilakukan dengan mencatat ketinggian<br />

tempat, suhu, tipe tanah, <strong>dan</strong> pH . Evaluasi kesesuaian jenis dilakukan dengan<br />

Illeilladukan antara kebutuhan tanaillan atau persyaratan tumbuh tanaillan dengan<br />

karakteristik lahan lokasi yang akan dikembangkan. Kondisi biofisik tegakan<br />

mimba alami dapat diperoleh dari literatur maupun survey tegakan alami di<br />

lapangan.<br />

Pengembangan milllba memerlukan kaj ian dampak I ingkungan untuk<br />

mengurangi <strong>potensi</strong> negatif pengembangan mimba. Dampak lingkungan tegakan<br />

mimba diukur pengaruhnya pada kesubul·an tanah, <strong>potensi</strong> invasif <strong>dan</strong> <strong>potensi</strong><br />

alelopatinya. Analisi s kesuburan tanah dilakukan dengan pengambilan sampel<br />

tanah pada unsur-nsur makro (C-org, Ca, Na, K, Mg, N-tot, KTK) serta unsur<br />

mikm seperti (Fe, Mn , Zn, eu). Potensi invasif dilakukan dengan pengamatan<br />

teknik perkembangan generatif tel·masuk cara penyebaran biji . Potensi alelopati<br />

dilakukan dengan pengukuran kandungan zat aktif pada aka!" <strong>dan</strong> serasah (daun,<br />

kulit, biji/buah) <strong>dan</strong> pengamatan keragaman vegetasi di bawah <strong>dan</strong> sekitar<br />

tegakan mimba.<br />

5


· .<br />

a. Evaluasi sebaran tempat tumbuh<br />

.£valuasi sebaran tempat tumbuh dilakukan dengan survei indikatif/pra<br />

survei (yang diperoleh berdasarkan informasi masyarakat/narasumber) yang<br />

di lanjutkan dengan survei deti I. Survei detil d i lakukan dengan meneatat<br />

ketinggian tempat, mengumpulkan data emah hujan (sekunder: BMG, Dinas<br />

Pertanian), suhu udara, tipe tanah, <strong>dan</strong> pH. (tambahan kelerengan,<br />

kelembaban, tipe iklim <strong>dan</strong> kandungan hara tanah).<br />

b. Evaluasi kesesuaian jenis<br />

Evaluasi kesesuaian JeJ1ls dilakukan dengan memadukan antara<br />

kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman yang diperoleh dari<br />

literatur atau smvei tegakan alami di lapangan. Persyaratan tumbuh mimba<br />

(Bustomi, 2007) adalah: mimba tumbuh lokasi dengan ketinggian SO - 1000<br />

m dpl, bereurah hujan 450 - 1.1 SO mm/th. Mimba dapat tumbuh di berbagai<br />

tipe tanah, memerlukan banyak eahaya <strong>dan</strong> dapat tumbuh di daerah gersang.<br />

Mimba tumbuh baik pada pH 6,2 - 7. Persyaratan tumbuh tersebut<br />

dibandingkan dengan karakteristik lahan lokasi yang akan dikembangkan.<br />

c. Kajian dampak lingkungan mimba<br />

Kajian dampak lingkungan mimba dilakukan untuk mengurangi <strong>potensi</strong><br />

negatif (Iingkungan) dari kegiatan pengembangan mimba. Kajian dampak<br />

lingkllngan dilakllkan pada lokasi teillpat tUlllbuh Illimba (alami , tanaman<br />

(mengelompok atau menyebar, dieatat umur, diameter <strong>dan</strong> tinggi rata-rata,<br />

jarak tanam, kondisi umum tegakan, luas tegakan, topografi)) dibandingkan<br />

dengan lokasi kontrollbukan mimba yang terletak diatasnya. Dampak<br />

lingkungan tegakan mimba dillkur pengaruhnya terhadap kesubllran tanah ,<br />

<strong>potensi</strong> invasif <strong>dan</strong> <strong>potensi</strong> alelopatinya.<br />

6


iii •<br />

1. Analisis kesuburan tanah<br />

_Analisis kesuburan tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah<br />

lepas untuk dianalisis unsur-unsur makro (C-org, Ca, Na, K, Mg, N-tot, KTK)<br />

serta unsur mikro seperti (Fe, Mn, Zn, Cu). Pada lokasi sampel yang telah<br />

ditetapkan dilakukan pengukuran temperatur udara <strong>dan</strong> tanah, kelembaban<br />

udara, kapasitas infi Itl'3si , pengambilan sampel tanah lepas <strong>dan</strong> ring sampel,<br />

pembuatan profil tanah <strong>dan</strong> pencatatan biologi tanah (cacing tanah <strong>dan</strong><br />

serangga lainnya). Sampel tanah lepas yang diperoleh dianalisis unsur hara<br />

makro <strong>dan</strong> m ikro untu k menentu kan ti ngkat kesu buran tanah.<br />

2. Potensi invasif<br />

Analisis <strong>potensi</strong> invasif mimba dilakukan pada tegakan mimba (alami<br />

<strong>dan</strong> tanaman). Potensi invasif dianalisis melalui pengamatan teknik<br />

perkembangan generatif khususnya cara penyebman biji (besar kecilnya biji ,<br />

biji disebarkan oleh angin, biji dimakan/disebarkan burung) <strong>dan</strong> penyebaran<br />

anakan dibawah/disekitar tegakan.<br />

3. Potensi alelopati<br />

Analisis <strong>potensi</strong> allelopati dilakukan pada tegakan mimba (semai <strong>dan</strong><br />

tanaman). Potensi alelopati dianalisis melalui pengukuran kandungan zat<br />

aktif pada akar <strong>dan</strong> serasah (daun , kulit, biji/buah) <strong>dan</strong> pengamatan<br />

keragaman vegetasi/tumbuhan bawah di bawah <strong>dan</strong> sekitar tegakan mimba.<br />

4. Survey pasar <strong>dan</strong> kelembagaan usaha<br />

Struktur pasar diperlukan untuk mengetahui bagaimana kondisi pasar<br />

komoditi HHBK mimba di Bali <strong>dan</strong> NTB. Jenis pasar akan dikelompokkan<br />

menjadi pasar persaingan sempurna <strong>dan</strong> pasar monopoli. Data yang diperlukan<br />

berupa data volume penjualan produksi HHBK milllba pada tingkat petani,<br />

pedagang pengumpul <strong>dan</strong> industri . Teknik pengumpulan dilakukan dengan<br />

menggunakan teknik wawancara dall penelllsllran ilmiah pada berbagai sumber.<br />

7


· . <br />

Data <strong>tataniaga</strong> diperlukan untuk mengetahui rantai pemasaran produk<br />

HHBK mimba se11a maljin pemasarannya. Data yang dibutuhkan berupa tingkat<br />

-<br />

harga, marjin keuntungan <strong>dan</strong> biaya pada seluruh level rantai pasar mimba.<br />

Teknik pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan teknik wawancara.<br />

5. Analisa data<br />

a. Analisa data survey<br />

kuanti tati f.<br />

Data hasil suvey <strong>potensi</strong> ditabulasi , <strong>dan</strong> dianalisa secara deskriptif<br />

b. Analisa data sebaran tern pat turnbuh, kesesuaian jenis <strong>dan</strong> darnpak<br />

linglmngan<br />

Analisa data sebaran tempat tumbuh, kesesuaian jenis <strong>dan</strong> dampak<br />

lingkungan dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan data lahan tanpa<br />

tegakan mimba <strong>dan</strong> dengan tegakan mimba .<br />

c. AnaJisa data struktur pasar<br />

Derajat atau tingkat konsentrasi pasar dapat dijelaskan secara kuantitatif<br />

berdasarkan indeks ya ng dikenalkan oleh Damm ond <strong>dan</strong> Dahl (dalam Maarthen,<br />

\998) sebagai berikut :<br />

[il2<br />

H=~l~j<br />

dimana:<br />

H : Indeks Hertindahl <br />

X, : Volume penjualan produk <strong>hhbk</strong> yang dikuasai pedagang (kg) <br />

T : Total volume pen,iualan (Kg)<br />

Apabila indeks Hertindahlmendekati nilai J (H=J) berarti struktur pasarnya<br />

semaki n mendekati monopoli , sebaliknya jika indeks Hertindahl mendekati 0<br />

(H=O), maka struktu r pasarnya mendekati pasar persaingan sempurna.<br />

8


d. Analisa <strong>dan</strong> Pengolahan data tata niaga<br />

Untuk menghitung malj in pemasaran digunakan rLlmLls :<br />

Dimana:<br />

Mj : Marjin pemasaran pada lembaga ke-i<br />

Prj: harga jual <strong>hhbk</strong> d i tingkat pedagang ke-i<br />

Pf) : harga jual <strong>hhbk</strong> di tingkat petani ke-i<br />

Cj : biaya pemasaran<br />

1t) : keuntungan pemasaran<br />

9


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN <br />

A. Karakteristik Pengusahaan Mimba oleh PT Intaran Indonesia<br />

PT Intaran Indonesia, selanjutnya dalam tulisan ini disebut PT lntaran s


50.000,-/ltr. Permintaan neem oil ditingkat pasar saat ini adalah 15 tonlbln. Pasar<br />

produk PT Intaran sebesar 30% adalah pasar lokal <strong>dan</strong> 70 % lainnya diekspor untuk<br />

keperluan pasar intemasional. Pengusahaan neem oil oleh PT Intaran tersebut<br />

rnenghasilkanmaljin keuntungan 20 %.<br />

Diakui oleh PT Intaran bahwa kurangnya pasokan bahan baku dari pengumpul<br />

<strong>dan</strong> pengepul biji mimba menjadi salah satu kendala bagi keberlangsungan industri<br />

mimba di wilayah Bali <strong>dan</strong> NTB. Sementara itu, penanaman mimba di Pulau Nusa<br />

Penida (Bali) kurang berhasil karena kurangnya perawatan sehingga dicari altematif<br />

penyangga daerah penghasil produk mimba di Pulau Madura dengan menggunakan<br />

pendekatan kelompok tani.<br />

Gambar 1. Kegiatan Penggalian Data di PT Intaran<br />

B. Potensi tegakan Mimba <strong>dan</strong> Kondisi Biofisik Labannya<br />

Berdasarkan hasil wawancara terhadap keberadaan tegakan mimba, ditentukan<br />

]. (dua) pulau sebagai lokasi penelitian, yaitu Pulau Bali <strong>dan</strong> Pulau Lombok. Dari<br />

kedua pulau terse but selanjutnya ditentukan 3 (tiga) Kabupaten sebagai lokasi survey,<br />

yaitu: Kabupaten Buleleng (Pulau Bali), Kabupaten Karangasem (Pulau Bali) <strong>dan</strong><br />

Kabupaten Lombok Timur (Pulau Lombok). Ketiga kabupaten tersebut dipilih karen a<br />

merupakan daerah penghasil bahan baku mimba yang cukup <strong>potensi</strong>al bagi PT<br />

Intaran <strong>dan</strong> mewakili <strong>potensi</strong> tegakan mimba di kedua pulau yang dikaji tersebut.<br />

11<br />

5


Potensi <strong>dan</strong> sebaran tegakan mimba serta kondisi biofisik lahannya pada lokasi<br />

penelitian, sebagai berikut:<br />

1. Potensi <strong>dan</strong> sebaran mim ba<br />

Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan <strong>dan</strong> pengamatan-pengamatan<br />

yang dilakukan diketahui bahwa secara umum, baik di Pulau Bali maupun di Pulau<br />

Lombok, tegakan mimba ditemukan secara <strong>potensi</strong>al di lahan-Iahan kering dataran<br />

rendah (dipengaruhi angin musim yang jelas <strong>dan</strong> umumnya dengan <strong>potensi</strong> air tanah<br />

yang rendah) <strong>dan</strong> menyebar memanjang sepanjang daerah sekitar pantai. Rentang<br />

adaptasi yang tinggi terhadap kekeringan, pencahayaan matahari penuh <strong>dan</strong> kondisi<br />

lahan yang miskin hara menyebabkan tumbuhan ini dijumpai tumbuh baik pada<br />

lokasi-lokasi tersebut.<br />

Berdasarkan hasil peninjauan lapangan, sebaran mimba di Kabupaten Buleleng<br />

banyak terdapat di Kecamatan seririt <strong>dan</strong> Kecamatan Gerokgak. Oi Kecamatan<br />

Seririt mimba dominan menyebar di Oesa Pengulon , Oesa Pangkung Paruk, Desa<br />

Sumaga, Oesa Tinga-Tinga, <strong>dan</strong> desa Loka Paksa. Di Kecamatan Gerokgak mimba<br />

banyak dijumpai di Desa Banyupoh, Sumber Kima, Pemuteran, Penyabangan,<br />

Sanggalangit, Gerokgak <strong>dan</strong> Oesa Patas. Potensi <strong>dan</strong> sebaran mimba sebagai bahan<br />

baku PT Intaran sebagaian besar diperoleh dari Oesa Pengulon, Loka Paksa <strong>dan</strong><br />

Banyupoh. Hasil smvey pad a ketiga lokasi tersebut disajikan pada Lampiran 1,2 <strong>dan</strong><br />

3. Oi Oesa Pengulon, survey dilakukan pada kavvasan hutan produksi terbatas (RTK<br />

19) seluas 50 ha tanaman mimba dengan tahun tanam 1989. Se<strong>dan</strong>gkan di Oesa<br />

Banyu Poh <strong>dan</strong> lokapaksa survey mimba dilakukan pada lahan rakyat. Sementara itu<br />

kerapatan pohon pada ketiga lokasi tersebut terl11asuk jarang dengan kerapatan secara<br />

berturut-turut sebesar 320, 55 <strong>dan</strong> 95 pohon per ha. Prediksi <strong>potensi</strong> mimba di tiga<br />

desa tersebut disajikan pada Tabel 1.<br />

12


.. . <br />

Tabel I. Prediksi <strong>potensi</strong> mirnba di Desa Pellglllon, Banyu Poh <strong>dan</strong> Lokapaksa<br />

No.<br />

-<br />

Desa Diameter Tinggi Volume I Poplliasi<br />

I ( crn) (rn) (m 3 /ha) (pohon/ha)<br />

I<br />

PenguJon<br />

18,2<br />

10,4<br />

131,7<br />

640<br />

L~<br />

Lokapaksa 17, I<br />

Banyu Poh 23 ,0<br />

Sumber : Diolah dari data prim er<br />

7,6<br />

11,5<br />

14,7<br />

65.8<br />

110<br />

190<br />

Kawasan hutan Pengulon begitu juga kawasan hutan Banyupoh/MeJanting yang<br />

jijadikan lokasi pengamatan merupakan lokasi reboisasi dengan jenis rnirnba yang<br />

dilakukan sejak tahun 1985 <strong>dan</strong> tahun 1987. Berdasarkan hasil wawancara, <strong>potensi</strong><br />

tanarnan mimba cukup besar dikedua lokasi tersebut, namun dengan a<strong>dan</strong>ya<br />

pemangkasan untuk pengambiJan daun <strong>dan</strong> ranting sel·ta a<strong>dan</strong>ya aktifitas budidaya<br />

[anaman pertanian telah menyebabkan <strong>potensi</strong> buah <strong>dan</strong> pohon diduga terus<br />

rnengalami penurunan. Sementara itu di Lokapaksa, trubusan mulai terlihat pada<br />

lahan bekas tegakan mimba. Pada daerah ini, sebagian besar pohon mimba telah<br />

ditebang <strong>dan</strong> dijadikan areal budidaya tanaman semusim.<br />

Sementara itu, pengukuran diameter <strong>dan</strong> tinggi mimba di Kabupaten<br />

Karangasem dilakukan di desa Suka<strong>dan</strong>a Kecamatan Kubu pada 7 dusun yaitu Dusun<br />

Karang Sari , Tigaron Kangin , Tigaron Kauh , Lebah, Bukit, Nusu, <strong>dan</strong> Kayu Aya.<br />

Rata-rata diameter <strong>dan</strong> tinggi mimba di Dusun Karang Sari masing-masing 19,3 cm<br />

<strong>dan</strong> 6,8 m. Di Tigaron Kangin sebesar 20,7 cm <strong>dan</strong> 9,0 m. Di Tigaron Kauh sebesar<br />

12.4 cm <strong>dan</strong> 7, 1 m. Di Dusun Lebah sebesar 8, I cm <strong>dan</strong> 5,0 m. Di dusun Bukit<br />

sebesar 14,0 cm <strong>dan</strong> 7,35 m. Di Dusun Nusu sebesar 14,3 cm <strong>dan</strong> 6,2 m. Se<strong>dan</strong>gkan<br />

di Dusun Kayu Aya sebesar 20,2 cm <strong>dan</strong> 12,2 m. Hasil pengukuran pada setiap<br />

dusun di desa Suka<strong>dan</strong>a disajikan pada Lampiran 4 sid 7. Potensi mimba di tiap<br />

dusun di Desa Suka<strong>dan</strong>a sesuai tingkat kerapatnnya disajikan pada tabel 2.<br />

13


Tabel2. Prediksi <strong>potensi</strong> <strong>dan</strong> sebaran l11il11ba pada setiap dusun di Desa<br />

~ Suka<strong>dan</strong>a, Keeal11atan Kubu Kab. Karangasel11<br />

No.<br />

I<br />

2<br />

".)<br />

4<br />

5<br />

6<br />

Dusun<br />

Tigaron Kangin<br />

Karangsari<br />

Lebah<br />

Nusu<br />

Bukit<br />

Tigaron kauh<br />

Volume<br />

(m3/ha)<br />

104,00<br />

56,00<br />

21, I 0<br />

23,30<br />

17, 10<br />

58,20<br />

7 Kayu Aya 7,80<br />

Sumber : Diolah dari data primer<br />

Prediksi <strong>potensi</strong><br />

Populasi Uumlah<br />

20hon/ha)<br />

440<br />

410<br />

380<br />

350<br />

340<br />

230<br />

60<br />

Persentase sebaran<br />

dari luas wilayah<br />

(%)<br />

100<br />

100<br />

100<br />

90<br />

90<br />

95<br />

80<br />

Sudah relatif langka l11enemukan pohon mimba berdiameter di atas 30 em di<br />

seluruh keeamatan Kubu . Penebangan pohon mimba seeara besar-besaran mulai<br />

dilakukan sejak tahun 2002, yang digunakan untuk kayu pertukangan baik untuk<br />

pembangunan rumah (kusen, tiang, jendela, dll) l11allpun pembangunan pura/sanggah<br />

sebagai pengganti kayu eempaka. Berdasarkan hal tersebut, terdapat persaingan<br />

pemanfaatan pohon milllba, yaitu sebagai bah an baku kayu pertukangan <strong>dan</strong> bijinya<br />

sebagai bahan baku obat-obatan. Untuk saat ini , nilai kayu mil11ba mungkin jauh lebih<br />

menguntungkan dari pada hasil bijinya, sehingga banyak terjadi bekas tebangan pad a<br />

lahan-lahan petani. Meskipun demikian, mel ihat sebaran alal11i <strong>dan</strong> <strong>potensi</strong> mimba di<br />

Keeamatan Kubu, <strong>dan</strong> jika harga biji Illimba di petani relatif mahal (tidak terlalu<br />

murah menurut petani), kemungkinan kedepannya keeamatan Kubu bisa sebagai<br />

sumber bahan baku yang eukllp bagi kebutuhan kapasitas pabrik di PT lntaran.<br />

Sebenarnya d i Keeamatan Kubu ada 9 desa, <strong>dan</strong> 6 desa terdapat ban yak pohon<br />

mimba yang tumbuh seeara alailli. Potensi milllba ya ng relatif rapat, masyarakat<br />

disana menyebutnya "alas in/CII'an" (hutan Illimba). Berdasarkan hasil wawaneara<br />

dengan beberapa tokoh masyarakat, kerapatan pohon mimba di Keeamata n Kubu<br />

seeara berurutan adalah Desa Tulamben, Desa Suka<strong>dan</strong>a, Desa Baturinggit, Desa<br />

14


.. . <br />

Kubu, Desa Tianyar Timur, Desa Tianyar Tengah, <strong>dan</strong> Desa Tianyar barat. Desa<br />

Suka<strong>dan</strong>a sebagai sampel penelitian (sebagai sumber bahan baku PT Intaran),<br />

kerapatan <strong>potensi</strong> mimbanya setelah desa Tulamben<br />

Seperti nalnya di Lokapaksa (Kabupaten Buleleng), tegakan mimba yang<br />

terbentuk di lokasi pengamatan di Keeamatan Kubu Kab Karangasem mulai<br />

terbentuk dari trubusan dari indukan yang mulai banyak telah ditebang. Aktifitas<br />

penebangan pohon mimba sebagai kayu pertukangan yang eukup bemilai ekonomis<br />

<strong>dan</strong> perubahan fungsi lahan sebagai areal budidaya tan am an semusim maupun<br />

peruntukan lainnya telah menyebabkan teIjadinya penurunan populasi mimba di<br />

Kabupaten Karangasem. Penurunan populasi iill sangat berpengaruh terhadap<br />

produksi biji maupun daun yang bisa dihasilkan dari daerah iill.<br />

Gambar 2. Pohon-pohon mimba yang berasal dari trubusan tunggak batang di<br />

Desa Suka<strong>dan</strong>a, Keeamatan Kubu, Kab Karangasem.<br />

Di Kabupaten Lombok Timur pengukuran dilakukan di Dusun Pemongkong<br />

(Desa Jerowaru), hutan lindung Sekaroh, di tepi pantai Gili Lampu (Sambelia),<br />

Dusun Pijot <strong>dan</strong> Dusun Teminyak (Desa Selebung Ketangga), Dasan Iting <strong>dan</strong><br />

Gunung Rawi (Desa Perigi) <strong>dan</strong> Dasan Nimba (Desa Bagek Papan). Berdasarkan<br />

pengukuran, diketahui bahwa rata-rata diameter <strong>dan</strong> tinggi mimba di Dusun<br />

Pemongkong masing-masing sebesar 14,8 em <strong>dan</strong> 8,9 m. Di hutan lindung Sekaroh<br />

sebesar 18,6 em <strong>dan</strong> 11,4 m. Di tepi pantai Sambelia sebesar 4,8 em <strong>dan</strong> 5,6 m. Di<br />

Dusun Pijot sebesar 6,3 em <strong>dan</strong> 5,3 m. Di Dusun Teminyak sebesar 12,3 em <strong>dan</strong> 7,3<br />

15


m. Oi Oasan Iting sebesar 14, I cm <strong>dan</strong> 8,6 m. Oi Gunllng Rawi sebesar 9,3 cm <strong>dan</strong><br />

5,8 m. Se<strong>dan</strong>gkan di Ollslln Nimba sebesar 13 ,3 cm <strong>dan</strong> 6,8 m. Hasil pengukllran<br />

setiap dusun di Kabllpaten Lombok Timllr dapat di lihat pada Lampiran 11 sid 17.<br />

Prediksi <strong>potensi</strong> mimba pada setiap dllslln di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan<br />

tingkat kerapatan disajikan pada Tabel 3.<br />

Tabel 3. Prediksi <strong>potensi</strong> mimba pada setiap dusun di Kab Lombok Timur<br />

I<br />

Prediksi <strong>potensi</strong><br />

Desa/Kecamatan <br />

No. Ousun Volume Populasi I<br />

(m3/ha) ( pohon/ha) I<br />

I Pemongkong J 5,4 440<br />

2 H Lindlll1g Sekaroh 90,6 350<br />

..,<br />

,) Pijot 10.9 370<br />

4 Teminyak 12,0 150<br />

I 5 Oasan Iting 32, I 580<br />

6 Oasan Nimba 24,5 500<br />

7 Gunung Ravvi 8,8 230<br />

Jerowaru, Keruak <br />

Kerllak <br />

Selebllng Ketangga, <br />

Keruak <br />

Selebung Ketangga, <br />

Keruak <br />

Perigi, Pringgabaya <br />

Bagekpapan, Suwela <br />

Perigi, Pringgabaya <br />

Sumber .' Diofah dari data primer<br />

Seperti halnya di Kabupaten Karangasem, populasi mimba di Kabupaten<br />

Lombok TimUl' pun terus mengalami penurunan. Selain di kawasan hutan yang<br />

populasi terus dijaga, sebagian besar populasi mimba di luar kawasan hutan hanya<br />

terdapat sebagai pembatas jaJan atau pagar kebun. Aktifitas penebangan untuk<br />

pemenuhan kayu bakar maupun kaYlI pertllkangan serta pembukaan lahan untuk<br />

kegiatan pertanian telah ban yak dilakllkan masyarakat <strong>dan</strong> menurunkan populasi<br />

mimba. Meskipun demikian upaya reboisasi dengan jenis mimba telah banyak<br />

dilakukan <strong>dan</strong> memberikan harapan bagi kelestarian <strong>potensi</strong> mimba di Kabupaten<br />

~ Lombok Timur. Kawasan hutan lindung sekaroh merupakan contoh dari kegiatan<br />

reboisasi dengan jenis mimba secara penllh.<br />

16


· .<br />

Pengarnatan produktifitas biji rnirnba per pohon untuk sernua lokasi penelitian<br />

belurn bisa dilakukan rnengingat rnusirn berbuah yang telah lewat ketika kegiatan<br />

penelitian diJakukan. Narnun hasil perhitungan PT Intaran rnellunjukan bahwa<br />

produksi biji mirnba sebesar 5-15 kg/pohon/per rnusirn. Berdasarkan hasil wawancara<br />

dengan PT Intaran diketahui pula bahwa pada tahun 20 I 0 diketahui bahwa pohon<br />

rnirnba biasanya rnulai berbunga <strong>dan</strong> rnenghasilkan buah setelah 3-5 tahun <strong>dan</strong> akan<br />

aktif berproduksi sarnpai urnur 10 tahun. Adapun rnusirn panen biji rnirnba urnurnnya<br />

tel:jadi selarna tiga bulan setiap tahunnya, yaitu bulan Desernber-Februari.<br />

Produksi biji rnirnba yang telah dikurnpulkan <strong>dan</strong> dijadikan sebagai bahan baku<br />

industri PT intarall ulltuk ketiga kabupaten sebagai lokasi pengarnatan berbeda. Pada<br />

Tahun 2009, produksi bij i mirnba dari Kabupaten Karangasern. Kabupaten Buleleng<br />

<strong>dan</strong> Kabupaten Lombok Tirnur berturut-turut sebesar 10 ton, 5 ton <strong>dan</strong> 38 ton.<br />

Berdasarkan hasil wawancara, kecuali Kab lornbok Tirnur terjadi penurunan produksi<br />

biji rnirnba dalarn tiga tahun pengusahaan yaitu tahun 2007-2009. Di Kabupaten<br />

Lornbok Tirnur terjadi pluktuatif produksi Mirnba, yaitu tahun 2009 produksi 38 ton ,<br />

tahun 2008 produksi 18 ton <strong>dan</strong> 2007 produksi 30 ton. Pada kondisi sekarang, selain<br />

Karena kernampuan produksi aJarni tegakan rnirnba, juga produksi biji rnimba pada<br />

suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jurnJah nilai tarnbah yang diperoleh oleh<br />

rnasyarakat pengurnpul dari rnata pencaharian yang lainnya, seperti rnenjadi buruh<br />

tani , jasa rnernanen hasil kebun, buruh bangunan <strong>dan</strong> yang lainnya. Menurunnya<br />

produksi biji rnirnba di Kubu Karangasern <strong>dan</strong> Buleleng karena pekel:jaan<br />

rnengurnpulkan biji rnirnba adalah pekerjaan sarnbilan Uika tidak ada pekerjaan yang<br />

lainnya), <strong>dan</strong> pada umurnnya sebagian besar dilakukan oleh anak-anak sekolah .<br />

Produksi biji rnimba pada tahun 2009 di Kabupaten Lornbok Timur per pengepulnya<br />

disajikan pada Tabel 4.<br />

17


· .<br />

Tabel4. Produksi biji mimba tahun 2009 di Kabupaten Lombok Timur<br />

No.<br />

I.<br />

2.<br />

..,<br />

.J.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

-<br />

Pengepul <strong>dan</strong> lokasi<br />

Inak Eli di Pringgabaya<br />

Lalu Wirabhakti di Keruak<br />

Ibu Fendy di Selayar,<br />

Keruak<br />

Pak Sapoan di Sakra,<br />

Keruak<br />

Pak Mah<strong>dan</strong> di Bayan<br />

H. Taufik di Jerowaru<br />

Produksi<br />

(ton)<br />

12<br />

7<br />

9<br />

6<br />

Keterangan<br />

Pengepul biji mente, cabe dll<br />

2<br />

I<br />

Total 38 8 kali krim ke PT Intaran<br />

SWl1 ber. data primer<br />

2. Kondisi biofisik lahan tegakan mimba<br />

Berdasarkan pengamatan di lapangan baik di Kabupaten Bu1eleng,<br />

Kabupaten Karangasem <strong>dan</strong> Kabupaten Lombok Timur, kondisi biofisik lahan di<br />

bawah tegakan mimba <strong>dan</strong> lahan yang tidak ditumbuhi mimba secara visual tidak<br />

jauh berbeda baik dari segi tekstur maupun strukturnya, namun demikian terdapat<br />

indikasi a<strong>dan</strong>ya perbaikan aerasi tanah <strong>dan</strong> iklim mil(fo dibandingkan dengan<br />

tanah yang lebih terbuka. Secara umum, parameter fisik secara garis besar tidak<br />

jauh berbeda begitu juga untuk kondisi penutupan tumbuhan bawahnya. Tabel 5<br />

disajikan kondisi biofisik tanah dengan tegakan <strong>dan</strong> tanpa tegakan mimba di<br />

Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng.<br />

Oominasi pohon <strong>dan</strong> tajuk mimba secara visual lebih ditentukan oleh jarak<br />

tanam <strong>dan</strong> tidak menunjukan a<strong>dan</strong>ya <strong>potensi</strong> invasi yang besar. Tingkat alelopathy<br />

sejauh ini belum diketahui. Oiduga pengaruh tajuk yang rapat yang menyebabkan<br />

tidak cukup banyaknya vegetasi lain di bawah pohon mimba. Oi lain pihak<br />

perakaran yang dalam memberikan lebih sedikit persaingan tumbuh dengan<br />

tanaman semusim di sekitarnya yang dicirikan oleh mampu dibudidayakannya<br />

tanaman pertanian di sekitar pohon mimba.<br />

18


· .<br />

,<br />

I<br />

I<br />

Tabel 5. Kondisi biofisik lahan di Desa Pengulon, Lokapaksa, Desa Banyu Poh<br />

Kecamatan Gerokgak<br />

Lokasi Pengulon 1/<br />

di bwh<br />

mirnba<br />

-<br />

Pengulon<br />

III<br />

Tanpa<br />

mimba<br />

Lokapaksa JI<br />

Di bwh<br />

mimba<br />

Ao 40 em 40 em Ao :gem<br />

BI : 6 em,<br />

ada batuan<br />

B2 : batuan<br />

lahar<br />

Jenis<br />

tanah<br />

Aerasilp<br />

orositas<br />

Struktur<br />

Hara<br />

Bahan<br />

Induk<br />

Lokapaksa<br />

IJI Tanpa<br />

mimba<br />

Ao: 15 em<br />

BI : 10 em,<br />

ada batuan<br />

B2 : batuan<br />

lahar<br />

Banyu Poh<br />

I/di bwh<br />

mimba<br />

100 em<br />

Regosol<br />

Banyu Poh<br />

II (di bwh<br />

jati Inon<br />

mimba)<br />

100 em<br />

Regosol<br />

Baik Lebih<br />

rendah<br />

Latosol Latosol Latoso] Latosol Pasir debu Liat lebih<br />

banyak<br />

Baik Bail< Bail< Bail< Remah Remah<br />

lepas<br />

Remah Remah<br />

Subur<br />

Subur Subur<br />

Kapur<br />

Kapur Kapur<br />

Gelap<br />

Agak remah<br />

Kecil<br />

Vulkanikllav<br />

a<br />

I<br />

Agak remah<br />

Keeil<br />

Vulkanikllav<br />

a<br />

Subur<br />

Kapur<br />

Makin<br />

kebawah<br />

makin<br />

terang<br />

Penampa GeJap Gelap Agak terang Agak terang Datar 2-5 % Datar 2-5<br />

kan %<br />

Kelereng 20% 20% 15% 20% Rendah Rendah<br />

an<br />

Gambar 3. Pengukuran Infiltrasi sebagai Salah Satu Kegiatan<br />

Pengukuran Kondisi Biofisik Lahan<br />

19


· -<br />

Sementara itu, perbedaan kondisi kimia tanah baik itu unsur makro atau<br />

mikro yang mungkin tersedia dengan a<strong>dan</strong>ya dekomposisi seresah, batang, cabang<br />

atau akar mimba saat ini masih belum diketahui <strong>dan</strong> masih dalam tahap uji<br />

laboratorium. Jdentifikasi perbedaan <strong>dan</strong> kesamaan kandungan kimia pada lahan<br />

bervegetasi mimba <strong>dan</strong> lahan yang tidak bervegetasi mimba saat ini masih belum<br />

bisa ditentukan.<br />

3. Tataniaga mimba<br />

Tataniaga rnimba di Kabupaten Buleleng, khususnya di Kecamatan<br />

Gerokgak sebagai bahan baku PT Intaran relatif sangat sederhana. Hanya ada satu<br />

pengepul (pengumpul) biji mimba yang berlokasi di Desa Pengulon (Gambar 4).<br />

Petani pemungut biji mimba di sekitarnya akan menjual biji mimba kepada<br />

pengepul terse but. Pengepul membawa langsung biji mimba ke pabrik PT Intaran<br />

di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.<br />

Garnbar 4. Penggalian Data di Tingkat Pengepul di Kab Buleleng<br />

Tataniaga mimba di Kabupaten Karangasem, khususnya di Kecarnatan<br />

Kubu sebagai bahan baku PT Intaran relatif sarna dengan yang di Kecamatan<br />

Gerokgak, Buleleng. Hanya ada satu pengepul (pengumpul) biji mimba yang<br />

berlokasi di Desa Suka<strong>dan</strong>a, bernarna Nyoman Arsaja di Dusun Karang Sari.<br />

Semua petani pemungut biji mimba di sekitamya (Desa Suka<strong>dan</strong>a) menjual biji<br />

20


.. <br />

mimba kEJ)ada pengepul terse but. Pengepul membawa langsung biji mimba ke<br />

pabrik PT Intaran di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.<br />

Sementara itu, <strong>tataniaga</strong> mimba di Kabupaten Lombok Timur sedikit<br />

berbeda dibandingkan di Kabupaten Buleleng maupun Karangasem. Perbedaan ini<br />

terlihat dari sedikit lebih bertingkatnya rantai tata niaga. Pengepul-pengepul yang<br />

ada di Kabupaten Lombok Timul' tidak menjual biji mimbanya langsung ke PT<br />

Intaran, tetapi melalui satu pengepul utama wilayah Lombok. Pengepul utama<br />

tersebut juga merupakan karyawan PT Intaran yang mengkoordinir pengadaan biji<br />

wilayah Pulau Lombok. Alur <strong>tataniaga</strong> mimba di Bali <strong>dan</strong> Lombok dapat dilihat<br />

pada Gambar 5.<br />

PT INT ARAN<br />

~<br />

I ISMA IL (Wakil PT Inlaran)<br />

J<br />

j i Kelul<br />

Verna<br />

Gerokgak<br />

I Nyoman<br />

ArsaJa<br />

SUKADA<br />

1<br />

T Inak Eli<br />

Pringgabaya<br />

T<br />

Inak Minah<br />

Pringgabaya<br />

L Wirabakti<br />

Keruak<br />

I· I· Marjun<br />

Keruak<br />

Su<br />

Fendy<br />

Selayar<br />

Mak<strong>dan</strong><br />

Sayan<br />

Sapoan<br />

Sakra Sarat<br />

Mak<strong>dan</strong><br />

Sayan<br />

I·<br />

Suabedi<br />

Aikmel<br />

•<br />

~<br />

Inak Muli<br />

Suwela<br />

I·<br />

I.<br />

Mansyur<br />

Sembelia<br />

•<br />

6<br />

Petani <br />

I I I Petani I I ~ I Petani 11 / 1 Petani<br />

/<br />

GambaI' 5. Alur Tataniaga Mimba di Bali <strong>dan</strong> Lombok<br />

r <br />

I [G [G II<br />

petani l<br />

21


-. <br />

Berdasarkan karakteristik <strong>tataniaga</strong> di ketiga kabupaten yang telah dikaji<br />

diketahui bahwa <strong>tataniaga</strong> Mimba di wilayah Bali <strong>dan</strong> NTB bersifat monopoli.<br />

Tata n iaga tersebut mel i batkan petan i/pengu m pul , pengepul pertama, pengepul<br />

kedua <strong>dan</strong>/atau pengepu I wilayah serta PT lntaran sebagai pembeli utama <strong>dan</strong><br />

pemilik modal pembelian . Oengan tata niaga seperti tersebut, maka han ya PT<br />

[ntaran yang bisa menaikan maupun menurunkan harga akhir penjualan. Pada<br />

tingkat pen gepul perubahan harga bisa teljadi selama masih di bawah harga yan g<br />

ditetapkan oleh PT Tntaran sesuai den ga n kondisi pengusahaan yang ada mauplln<br />

dalam menanggapi persaingan diantara para pengeplil. Persaingan ini sedikit<br />

teljadi seiring dengan semakin berkurangnya <strong>potensi</strong> mimba.<br />

Saat ini PT lntaran membeli biji mimba dengan harga Rp . 3.000,-/kg<br />

se<strong>dan</strong>gkan harga pembelian daun basah Rp 1.000,-/kg. Oi tingkat pengepul,<br />

pembelian mimba ke petani/pengumpul cukllp beragam. Oi tingkat pengepul di<br />

Kabupaten Buleleng <strong>dan</strong> Karangasem , harga biji mimba berkisar Rp. 2.700,- sid<br />

2.800 ,-/Kg. Sementara itu harga di tingkat pengepul di Kabupaten Lombok Timur<br />

cukup beragam. Maljin keuntungan di tingkat pengepul di Bali saat ini berkisar Rp<br />

200 ,- sid Rp 300,-/kg.<br />

Berdasarkan informasi dari Pengepul di Kecamatan Pringgabaya ([na Eli)<br />

bahwa masyarakat pemungut biji mimba berasal dari lokasi-Iokasi yang relatif luas<br />

yaitu dari Kecamatan Pringgabaya, Aikmel, Suwela <strong>dan</strong> Kecamatan Sambelia.<br />

Karena terlalu jauh jarak pemungut biji dengan pengepul Ina Eli , maka pada setiap<br />

kecamatan dibentuk lagi sub-sub pengepul, yaitu Ina Muli di Perigi (Kec Suwela),<br />

rna Minah di Ousun Gunung Rawi (Kec Pringgabaya), Amak Suhaedi di Oasan<br />

Nimba (Kec Aikmel), <strong>dan</strong> Amak Mansy ur di Gili Lampu (Kec Sambelia).<br />

Menurut Ina Eli, harga biji mimba di Sub pengepul Rp 2500/kg - Rp 2600/kg<br />

ditambah ongkos kirim, jual ke PT Intaran dengan harga Rp 3.000/ kg.<br />

Pengepul pertama (sub pengepul) rna Mlili di Perigi mengatakan bahwa<br />

lokasi pemungutan mimba oleh petani berasal dari Ousun Gubuk Baru, Oasan<br />

Iting, Oasan Sumur, <strong>dan</strong> Ousun Bellgkel yang rata-rata 20 orang setiap du sun.<br />

22


.. <br />

Lebih lanjut dikatakan harga biji nirnba di petani Rp 2.000/kg, <strong>dan</strong> jual ke Ina Eli<br />

Rp 2.500/kg. Ina Eli rnernberikan rnodal untuk rnernbeli biji rnirnba. Pengalarnan<br />

sebelurnnya produksi 7,5 ton tahun 2009 (setiap 2-3 hari 5 kwintal dengan<br />

frekuensi 15 kali/rnusirn). Infonnasi sub pengepul Ina Minah di Dusun Gunung<br />

Rawi relatif harnpir sarna rnengenai produksi <strong>dan</strong> rnargin pernasaran biji rnirnba<br />

dengan Ina Muli. Se<strong>dan</strong>gkan sub pengepul di Gili Lampu, Sarnbelia tidak berada<br />

di tel11pat pada saat kunjungan tirn peneliti.<br />

Sub pengepul Arnak Suhaedi di Dasan Nirnba (Kec Aikrnel) rnengatakan<br />

bahwa lokasi pelllungutan rnirnba adalah Dasan Nirnba (30 orang), Dusun Satu<br />

Selik (2 orang), Dusun Tejo (4 orang) <strong>dan</strong> Dusun Tontong Suit (3 orang). Lebih<br />

Janjut dikatakan harga biji nirnba di petani Rp 2.000/kg, <strong>dan</strong> jual ke Ina Eli Rp<br />

2.700/kg termasuk biaya angkutan. Ina Eli rnernberikan rnodal untuk rnernbeli biji<br />

mimba. Produksi biji mirnba rnelalui fna Eli pada tahun 2009 tercapai 4 ton biji<br />

l11irnba <strong>dan</strong> tahun 2008 produksi 3 ton.<br />

Kelernbagaan usaha sebagai bagian <strong>tataniaga</strong> mimba di tingkat petani<br />

umurnnya tidak terbentuk. Pengurnpulan biji rnirnba umurnnya dilakukan hanya<br />

sebagai penghasilan tarnbahan bagi anak-anak atau petani rnengisi waktu jeda<br />

diantara kegiatan budidaya t"utin tanaman semusim atau perkebunan yang<br />

dilakukannya. Bagi pengepul biji rnirnba, usaha jual beli biji rnirnba dirasakan<br />

rnernberikan penghasi Ian yang tidak begitu besar dengan rnarjin keuntungan<br />

berkisar Rp 200,- sid Rp 500,- sehingga kegiatan ini pun dilakukan sebagai<br />

penghasilan tarnbahan disarnping kegiatan pengumpulan hasil burni lainnya.<br />

Kelernbagaan usaha yang terbentuk hanyalah berada pada PT Intaran.<br />

C. Pembahasan<br />

1. Potensi <strong>dan</strong> sebaran mimba<br />

Potensi rnirnba di alarn pada dasarnya cukup besar. Sebaran populasi rnirnba<br />

dapat dengan rnudah ditet1lui di sepanjang daerah sekitar pantai rnaupun lahan-Iahan<br />

ket'ing di wilayah Pulal! Bali <strong>dan</strong> Pulau Lombok. Populasi l11imba cenderung<br />

23


.. <br />

mendominasi penutupan vegetasi di lahan-Iahan kering <strong>dan</strong> daerah sekitar pantai<br />

tersebut. Tingkat anakan mimba juga eukup merata <strong>dan</strong> terdapat dalam jumlah yang<br />

eukup besar pada hampir semua lokasi yang disurvey, begitu juga dengan tingkat<br />

trubusan yang tumbuh dari tunggak kayu mimba. Oengan kondi si demikian,<br />

meskipun saat ini diameter pohon mimba umumnya relatif keeil yaitu hanya<br />

meneapai 20 em <strong>dan</strong> dengan kerapatan yang tidak seragam <strong>dan</strong> umumnya eukup<br />

,1arang « 400 individu per ha) <strong>dan</strong> umumnya lebih berupa hasil trubusan, namun<br />

dalam jangka panjang, pel'mudaan alami mimba akan eenderung tetap dapat<br />

d ipertahankan.<br />

Namun demikian pennasalahan muneul ketika masyarakat mulai melakukan<br />

penebangan m i mba u ntuk tujuan kayu pertu kangan, kayu bakar <strong>dan</strong> perl uasan areal<br />

budidaya tanaman semusimitanaillan perkebunan. Untuk wilayah NTB teljadi deftsit<br />

kebutuhan kayu bangunan yang eukup tinggi, yakni 80.000 meter kubik per tahun<br />

seillentara kebutuhan kayu bakar sekitar 480.000 m 3 /tahun. Khusus untuk Kabupaten<br />

Lombok Timur sebagai salah satll daerah utama penyerap kayu bakar terbesar di NTB<br />

untuk pemenuhan sedikitnya 10.520 oven tembakau dibutuhkan sedikitnya 370.045<br />

m 3 kayu bakar per tahun (Baderun dolam suara NTB, 2007). Sementara itu untuk<br />

wilayah Bali , tingginya penebangan mimba sebagai kayu pertukangan untuk<br />

pembangunan rumah <strong>dan</strong> puraJsanggah eukup dimengerti Illengingat tingginya harga<br />

kayu mimba dipasaran. Oi wilayah ini, satu pohon berdiri berdiameter 35 - 40 em<br />

dengan tinggi bebas eabang 2,5 - 3 m berharga Rp 3.000.000,- - Rp 4.000.000,- .<br />

Oisamping itu, kebutuhan kayu olahan pada tahun 2006 di Provinsi Bali relatif besar,<br />

yaitu lebih dari<br />

3<br />

59.342,77 m (Oinas Kehutanan PI'ovinsi Bali , 2006), jauh lebih<br />

besar dari masuknya kayu ke Provinsi Nlisa Tenggara Barat (NTB) sebesar<br />

26.451,56 m 3 (Oinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2006).<br />

Sehllbungan dengan karakteristik tumbuh milllba yang sangat adaptif,<br />

~ kegiatan reboisasi atau rehabil itasi lahan menggunakan jenis ini sesungguhnya ellkup<br />

Illenjanj ikan hasi Inya Illeskipun kegagalan seri ng terjad i dengan kurangnya<br />

pemeliharaan khususnya karena a<strong>dan</strong>ya kebakaran. Contoh kasus untuk hal tersebut<br />

teljadi di RPH Sumber Kima, Kecamatan Gerogak Kabupaten Buleleng, dimana<br />

24


-. <br />

hampir sebagian besar kegagalan tanam adalah karena kebakaran (Tabel 6).<br />

Kebakaran memang merupakan fenomena yang sering terjadi di daerah kering. Tabel<br />

5 menunjukan upaya reboisasi hutan menggunakan jenis mimba di RPH Sumber<br />

Kima, Kabupaten Buleleng.<br />

Tabel6. Data tanaman mimba di KRPH Sumber Kima, Gerogak Kab Buleleng<br />

No<br />

Tahun<br />

Tanam<br />

Lokasi<br />

Jenis<br />

tanaman<br />

Luas lahan<br />

Keterangan<br />

1 1985/1986<br />

Pengum-<br />

Bahan<br />

Sonokeling,<br />

Intaran<br />

50 Ha<br />

Pesentase tumbuh<br />

76 .6%, tumpang sari<br />

2 1986/1987 Yeh panas Intaran 15 Ha<br />

3 1987/1988 Tukad Salad Intaran 50 Ha<br />

4 1987/1988<br />

5 1989/1990<br />

6 1989/1990<br />

Banyu poh ,<br />

melanting<br />

Pemuteran<br />

(Sen<strong>dan</strong>g)<br />

Bukit udengudengan<br />

(Pemuteran)<br />

Cen<strong>dan</strong>a,<br />

bentawas,<br />

Intaran<br />

Intaran<br />

Intaran,<br />

Sonokeling<br />

10 Ha<br />

25 Ha<br />

50 Ha i<br />

Presentase tumbuh 81 %,<br />

sistem tumpang sari<br />

Presentase tumbuh 80%,<br />

sistem tumpang sari,<br />

gagal thn 1977/1978<br />

Presentase tumbuh 60%,<br />

tumpang sari<br />

Presentase tumbuh 60%,<br />

tumpang sari<br />

terbakar (gagal sistem<br />

jalur), telah diusahakan<br />

untuk tanaman<br />

1998/1998<br />

7 1989/1990<br />

8 1990/1991<br />

9 1994/1995<br />

10 1994/1995<br />

11 1996/1997 J<br />

12 199711998<br />

Munduk<br />

saab<br />

Munduk<br />

lingkar<br />

Munduk<br />

lingkar<br />

Munduk<br />

melanting<br />

Munduk<br />

Pemuteran<br />

Munduk<br />

udengudengan<br />

Intaran 10 Ha tumbuh 45%, sistem jalur<br />

Intaran,<br />

Sonokeling<br />

Sonokeling,<br />

Intaran, Gmelina<br />

Sonokeling,<br />

Intaran, Gmelina<br />

Sonokeling,<br />

Intaran, Gmelina<br />

Sonokeling,<br />

Intaran,<br />

Gmelina<br />

35 Ha<br />

150 Ha<br />

20 Ha<br />

Presentase tumbuh 80%,<br />

sistem jalur, evaluasi<br />

terakhir presentase<br />

tumbuh 60% , terbakar<br />

thn 1992<br />

Presentase tumbuh 15%,<br />

terbakar 2 September<br />

1995, 143 Ha<br />

sistem Jalur, terbakar 23<br />

September 1995, 1 Ha<br />

100 Ha Presentase tumbuh 50%<br />

100 Ha<br />

25


· .<br />

Tahun<br />

Jenis<br />

No<br />

Lokasi<br />

Luas lahan Keterangan<br />

Tanam<br />

tanaman<br />

- Munduk<br />

Pemuteran Sonokeling,<br />

Gagal terbakar tahun 17<br />

13 1997/1998<br />

100 Ha<br />

(pemeliharaa Intaran, Gmelina Ag ustus 1999<br />

n)<br />

I<br />

Sonokeling,<br />

terbakar 20 Ha pada 3<br />

Munduk<br />

14 1998/1999<br />

Intaran, 75 Ha Agustus 1999, gagal <strong>dan</strong><br />

lingkar<br />

Gmelina<br />

sudah dievaluasi<br />

15 1999/2000<br />

Munduk Sonokeling,<br />

Sistem tanaman banjar<br />

50 Ha<br />

Tukad , Salak Intaran, Gmelina harian (gagal)<br />

Goris,<br />

16<br />

17<br />

2000/2001<br />

2002<br />

pemuteran, Sonokeling,<br />

Rehabilitasi tanaman<br />

350 ha<br />

<strong>dan</strong> banyu Intaran bawah tegakan (gagal)<br />

poh<br />

Munduk Mahoni 30.472,<br />

Jumlah bib it termasuk<br />

Tukad, Intaran 25. 078,<br />

penyulaman sistem<br />

Salak, Nangka 6.000, 50 Ha<br />

tumpang sari swakelola<br />

Sumber Jati 1.000 =<br />

Dishutbun Bali<br />

Kima 62 .500<br />

Munduk mahoni, Intaran, Pola tanaman banjar<br />

18 2002 Tukad, gmelina, 100 Ha harian, presentase<br />

Kenyeri sonokeling tumbuh 35.5 %<br />

19 2003<br />

Tukad<br />

mahoni, Intaran,<br />

Pola tanaman tum pang<br />

Salak/Kenye 37.5 Ha<br />

gmelina, jati<br />

sari swakelola<br />

ri<br />

20<br />

Munduk<br />

Mahoni, Intaran,<br />

Tukad<br />

Gmelina<br />

Kenyeri<br />

100 Ha<br />

21 2005<br />

Munduk bambu, Intaran,<br />

Gerhan, sebagian<br />

200 Ha<br />

Lingkar Asam terbakar<br />

22 2005<br />

Munduk Intaran,<br />

Kenyeri Gemelina<br />

50 Ha Berhasil<br />

23 2008<br />

Sistem tanaman banjar<br />

Intaran,<br />

Bukit Udenggmelina,<br />

40 Ha<br />

harian, presentase<br />

udengan tumbuh 60%, terbakar 1<br />

Mahoni<br />

Agustus 2009, 1 Ha<br />

24 2009<br />

Munduk<br />

mahoni, Intaran,<br />

udeng­<br />

Gmelina<br />

udengan<br />

25 Ha Sistem banjar harian<br />

25 2009<br />

Munduk<br />

mahoni, Intaran,<br />

udeng­<br />

Gmelina<br />

udengan<br />

40 Ha Pemeliharaan Th 2009 (I)<br />

26


. . <br />

Hal lainnya yang kemudian perlu mendapatkan pemikiran adalah perJu<br />

mempertimbangkan tingkat reboisasi atau rehabilitasi tersebut dengan kebutuhan<br />

kayu mimba di tingkat lokaJ petani maupun pasar. Wi layah NTB <strong>dan</strong> Bal i merupakan<br />

wilayah yang cukup <strong>potensi</strong>al untuk pengembangan mimba, seiring dengan perbaikan<br />

pasar produk HHBK yang mungkin bisa semakin membaik maka <strong>potensi</strong> tersebut<br />

harus tents dipertahankan <strong>dan</strong> berpeluang meningkatkan pendapatan petani.<br />

Disamping reboisasi dengan jenis mimba, juga jangan meninggalkan tegakan bekas<br />

tebangan mimba. Regenerasi aJami mimba melaJui trubusan tLtnggak batang sangat<br />

kuat. Pengamatan di Kubu Kab Karangasem , tidak ada tunggak batang tanpa<br />

trubusan , bahkan tidak jarang trubusan anakan/tanaman lebih dari 5 batang (Gambar<br />

2). Oleh karena itu , pennudaan alam trubusan bekas tebangan tersebut perlu dikelola<br />

supaya memperoleh batang kayu , biji <strong>dan</strong> daun (tajllk) yang berkualitas dalam jangka<br />

waktu yang relatif pendek dari riap pohon mimba sebelumnya.<br />

2. Kondisi biofisik lahan tegakan mimba<br />

Meskipun data hasil uji laboratorium mengenai kandungan kimia lahan<br />

se bagai pengaruh a<strong>dan</strong>ya tegakan mimba masih belum diperoJeh hingga laporan ini<br />

di sllsun, namun gambaran sementara menunjukan bahwa keberadaan populasi mimba<br />

secara visual tidak membet'ikan dampak negatif baik berupa invasi yang berlebihan<br />

maupun alelopathy terhadap tanaman/tulllbuhan lainnya. fndikasi a<strong>dan</strong>ya perbaikan<br />

kondisi lingkungan biofisik laban secara visual dapat diketahui diantaranya adalah<br />

dengan perbaikan porositas tanah <strong>dan</strong> perbaikan iklilll mikro khususnya penurunan<br />

suhu udara di bawah tegakan <strong>dan</strong> peningkatan kelembaban udara. Dalllpak dari<br />

peningkatan porositas tanah adalah semakin tingginya infiltras i <strong>dan</strong> selllakin<br />

menurunnya erosi tanah. Selllentara itu dekolllposisi serasah maupun bagian pohon<br />

mimba lainnya secara <strong>potensi</strong>al meningkatkan kesuburan tanah .<br />

3. Tataniaga mimba<br />

Secara umllm sistem pasar Illimba sebaga i produk HHBK bersifat monopolis.<br />

Tingkat harga baik cendet'ung ditentukan oleh PT Intaran sebagai perusahaan tunggal<br />

27


. . <br />

pengolah biji <strong>dan</strong> daun mimba untuk produksi pestisida, obat-obatan <strong>dan</strong> pupuk<br />

organik. Marjin keuntungan ditingkat pengumpul cukup rendah yaitu Rp 200,- sid Rp<br />

500,- per kg biji mimba. Hal tersebut kLll'ang l11enguntungkan sebagai sebuah bisnis<br />

kOl11ersial. Penganekaragaman hasil bumi yang dikul11pulkan kemudian menjadi<br />

pilihan para pengepul. Sementara itu di tingkat petani yang mendapatkan tambahan<br />

penghasilan dari mengumpulkan biji mimba, keberadaan pasar biji l11il11ba tersebut<br />

cukup menguntungkan. Oengan kel11al11puan l11engul11pulkan 10-25 kg per orang per<br />

hari dalam setiap Illusim panen mimba maka petani mampu memperoleh tambahan<br />

pendapatan minimal Rp 25.000,- per hari. Nilai ini cukup sepa<strong>dan</strong> dengan nilai<br />

pendapatan jika petani beketja sebagai tenaga upah harian.<br />

Oalal11 pasar persaingan produk Illimba internasional, pasar neem oil dari PT<br />

Intat'an mendapatkan persaingan yang cukup besat' terutama dari India yang<br />

l11empunyai tingkat harga yang cenderung bersaing. Oiversifikasi produk neem cake<br />

kemudian diambil untuk Illeningkatkan pasar produk yang dihasilkan PT lntaran,<br />

salah satunya dengan pengiril11an pupuk tersebut ke Jepang. Sebagai sebuah<br />

perusahaan yang bergerak dalal11 bisnis HHBK mimba, langkah PT Intaran perlu<br />

mendapatkan dukungan dengan dampak langsungnya yang positif terhadap<br />

peningkatan pendapatan petani <strong>dan</strong> kelestarian hutan di wi layah Sal i <strong>dan</strong> NTB.<br />

Langkah PTlntaran dalam bisnis mimba sesungguhnya sejalan dengan upaya-upaya<br />

reboisasi <strong>dan</strong> rehabilitasi lahan <strong>dan</strong> peningkatan nilai ekonomi hutan melalui<br />

pemanfaatan HHBK.<br />

Kelembagaan usaha ditingkat petani l11aupun pengepul untuk meminil11alkan<br />

persaingan <strong>dan</strong> meningkatkan produktifitas tegakan mimba perlu dilakukan. Oi<br />

tingkat petani perlu dibangun sebuah lembaga atau setidaknya suatu awig-awig yang<br />

Illampu membatasi penebangan mimba secara tidak terkendali di lahan milik,<br />

Illenumbuhkan kelllampuan usaha <strong>dan</strong> budidaya mimba baik sebagai penghasil kayu<br />

maupun sebagai produ k HHBK <strong>dan</strong> meningkatkan posisi tawar petani dalam<br />

penentuan harga jual hasil-hasil pohon mimba. Oalam fungsinya sebagai bagian<br />

usaha HHBK, kelel11bagaan usaha yang baik di tingkat petani berpengaruh positif<br />

28


- . <br />

bagi upaya mempertahankan keberlanjutan produksi biji mimba <strong>dan</strong> peningkatan<br />

kualitasnya yang selama ini masih rendah dengan tingkat penyusutan berat yang<br />

mencapai 40%.<br />

Kelembagaan usaha ditingkat pengepul perlu dibentuk sebagai langkah<br />

mengurangi persaingan yang tidak sehat maupun untuk memperkuat rantai pemasaran<br />

biji mimba dari petani ke perusahaan yang menjadi tujuan utama pemasaran .<br />

Kelembagaan usaha di tingkat pengepul diharapkan akan mampu meningkatkan<br />

maljin keuntungan yang selama ini dianggap masih rendah <strong>dan</strong> tidak begitu<br />

menguntungkan. Namun demikian, sebagai sebuah sistem pasar yang bersifat<br />

monopoli , maka perbaikan pasar produk dari industri hilir perlu didahulukan <strong>dan</strong>a<br />

akan menjadi penentu keuntungan yang diperoleh oleh rantai <strong>tataniaga</strong> di bawahnya.<br />

29


. . <br />

V. KESIMPULAN DAN SARAN<br />

A. Kesimpulan<br />

- Potensi mimba di alam eukup besar <strong>dan</strong> tersebar dari sepanjang daerah kering<br />

pantai selatan Pulau Lombok <strong>dan</strong> tersedia eukup besar pula di lahan-Iahan kering<br />

di Kabupaten Buleleng <strong>dan</strong> Karangasem di Pulau Bali dengan produksi biji pada<br />

tahun 2009 tereatat 38 ton berasal dari Kabupaten Lombok Timur, 10 ton dari<br />

Kabupaten Karang Asem <strong>dan</strong> 5 ton dari Kabupaten Buleleng,<br />

- Di Kabupaten Buleleng tegakan mimba menyebar di Keeamatan seririt <strong>dan</strong><br />

Keeamatan Gerokgak, yaitu di Desa Pengulon , Pangkung Paruk , Desa Tinga­<br />

Tinga, Loka Paksa, Banyupoh, Sumber Kima, Pemuteran, <strong>dan</strong> Gerokgak dengan<br />

<strong>potensi</strong> 10 - 100 m 3 /ha <strong>dan</strong> 100 - 600 tanaman per ha,<br />

Di Karangasem Tegakan mimba menyebar di Keeamatan Kubu terutama di Desa<br />

Tulamben, Suka<strong>dan</strong>a, Desa Baturinggit, Desa Kubu, Desa Tianyar Timur, Desa<br />

Tianyar Tengah, <strong>dan</strong> Oesa Tianyar barat. Potensi mimba di Desa Suka<strong>dan</strong>a adalah<br />

kurang lebih 40 m 3 /ha <strong>dan</strong> 300 tanaman per ha<br />

- Oi Kabupaten Lombok Timur tegakan mimba menyebar di Keeamatan Kerllak<br />

terutama di Desa Je I'Owa I'll , Sekaroh <strong>dan</strong> Selebung Ketangga dengan perkiraan<br />

<strong>potensi</strong> 10 - 90 m 3 /ha <strong>dan</strong> 150 - 450 tanaman per hektar, Keeamatan Pringgabaya<br />

utamanya Desa Perigi dengan <strong>potensi</strong> 10 - 35 m3/ha <strong>dan</strong> 200 - 600 tanaman per<br />

ha, <strong>dan</strong> Keeamatan Suwela terutama di Desa Bagekpapan dengan perkiraan<br />

<strong>potensi</strong> 20 m 3 /ha <strong>dan</strong> 500 tanaman pel' ha,<br />

- Meskipun saat ini dari segi diameter pohon mimba umumnya eukup rendah yaitu<br />

hanya meneapai 20 em <strong>dan</strong> dengan kerapatan yang tidak seragam, umumnya<br />

eukup jarang « 400 individu per ha) <strong>dan</strong> lebih berupa hasil trllbusan, namun<br />

daJam jangka panjang, dengan tingginya permudaan baik berupa anakan alam <strong>dan</strong><br />

trubusan, maka permudaan alami mimba akan eenderung tetap dapat<br />

d i pertahankan<br />

30


. 0 <br />

- Keberadaan mimba secara fisik tidak memberikan dampak negatif berupa invasi<br />

yang berlebihan <strong>dan</strong> alelopathy terhadap tanaman/tumbuhan lainnya. Bahkan<br />

-<br />

indikasi keuntungan positif berupa perbaikan porositas tanah <strong>dan</strong> perbaikan iklim<br />

mikro secara fisik dapat teramati secara bailc<br />

- Tataniaga mimba diindikasikan dengan a<strong>dan</strong>ya sistem pasar yang bersifat<br />

monopoli dengan marJln keuntungan yang cukup rendah ditingkat pengepul,<br />

dengan kisaran Rp 200,- - Rp 500,-. Upaya mendongkrak marjin keuntungan<br />

tersebut sangat tergantung dari kemampuan PT lntaran untuk meningkatkan<br />

produksi lokal maupun ekspornya. Sementara itu di tingkat petani, keuntungan<br />

yang diperoleh dengan pengulllpulan biji mimba cukup menjanjikan dengan nilai<br />

pendapatan tambahan sebesar rata-rata Rp 25.000,- per hari per musim panen.<br />

31


DAFTAR PUSTAKA<br />

Ade. 2006. Pemanfaatan Tanaman Mimba untuk Rehabilitasi Lahan Kering<br />

Sekaligus Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Prosiding, Di sku si<br />

Hasil-Hasil Penelitian Kehutanan 16 Nopember 2005. Pusat Litbang Hutan<br />

<strong>dan</strong> Konservasi Alam Bogor.<br />

Dinas Kehutanan Provinsi Bali. 2006. Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Bali Tahun<br />

2005. Dinas Kehutanan Provinsi Bali. Denpasar.<br />

Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2006. Statistik Dinas Kehutanan<br />

Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005. Dinas Kehutanan Provinsi Nusa<br />

Tenggara Barat. Mataram.<br />

Hapsoh <strong>dan</strong> Rahmawati , 20--. Mimba, texbook [pdf]<br />

http ://www.vahoo.com/Min.ba-Te;-.:books. diakses 16 Februari 2010<br />

Hendromono, A. Wibowo, Jgn Purwanto <strong>dan</strong> Durahmin, 200 I. Penyiapan Lahan<br />

Tanpa Bakar Untuk Tanaman Mahoni di Areal yang didominasi Alang-alang.<br />

BuJetin Penelitian Hutan No. 629/200 I. Ba<strong>dan</strong> Penelitian <strong>dan</strong> Pengembangan<br />

Kehutanan , Pusat Penelitian <strong>dan</strong> Pengembangan Hutan <strong>dan</strong> Konservasi Alam.<br />

Bogor.<br />

Kuntadi. 2009. Optimasi Pengelolaan HHBK Nabati <strong>dan</strong> Hewani yang Diungulkan<br />

(Gemor, Lebah Madu , Sutera Alam, Gaharu, Rusa). Rencana Penelitian<br />

Integratif(2010-2014). Pusat Litbang Hutan Tanaman Bogor. Tidak<br />

diterbitkal1.<br />

Pramono, E. 2002. Perkembangan <strong>dan</strong> prospek industri obat tradisional Indonesia.<br />

Prosiding Seminar Nasional "TUMBUHAN OBAT INDONESIA XX!"<br />

tanggal 27 - 28 Maret 2002. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. Surabaya<br />

32


- . <br />

Lampiran 1. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Kawasan Hutan Produksi Terbatas (RTK 19)<br />

Desa Pengulon, Kecamatan Seririt<br />

\<br />

!<br />

I<br />

No D (em) Tinggi (m) V (m3) Ket<br />

1 15,3<br />

2 25,6 - 8 0,10 Jumlah<br />

13 0,47 Populasi<br />

3 13,4 7 0,07 64 ph<br />

4 23,4 13 0,39<br />

5 17,3 8 0,13<br />

6 19,1 8,5 0,17<br />

7 19,1 15 0,30<br />

8 18,0 11,5 0,20<br />

9 21,2 7,5 0,18<br />

10 15,3 7,5 0,10<br />

11 17,5 9 0,15<br />

12 20,4 12,5 0,28<br />

13 15,0 9 0,11<br />

14 15,1 9,5 0,12<br />

15 19,4 8 0,17<br />

16 23,9 12 0,38<br />

17 20,4 14 0,32<br />

18 18,5 14 0,26<br />

19 18,8 14,5 0,28<br />

20 14,5 6 0,07<br />

21 21,3 9,5 0,24<br />

22 20,1 16 0,36<br />

23 17,7 11 0,19<br />

24 18,9 9 0,18<br />

25 20,4 12 0,27<br />

26 19,1 10 0,20<br />

27 17,7 9 0,15<br />

28 18,0 9,5 0,17<br />

29 15,3 8,5 0,11<br />

30 15,8 8 0,11<br />

31 18,9 10 0,20<br />

32 14,5 8 0,09<br />

33 22,3 13 0,35<br />

34 18,8 10 0,19<br />

35 16,4 9,5 0,14<br />

36 17,0 9,5 0,15<br />

37 15,8 9 0,12<br />

38A 14,3 10 0,11<br />

38B 15,3 10 0,13<br />

39 19,8 13 0,28<br />

40 16,5 12 0,18<br />

41 18,8 11 0,21


- . <br />

42 19,7 11,5 0,25<br />

43 20,7 11 0,26<br />

44 21,6 13 0,33<br />

45 21,3 13,5 0,34<br />

46 20,0 10 0,22<br />

47 19,1 - 12 0,24<br />

48 14,3 5,5 0,06<br />

49 20,7 12 0,28<br />

50 20,0 10 0,22<br />

51 12,1 6,5 0,05<br />

52 23,S 13,5 0,41<br />

53 15,8 7 0,10<br />

54 12,7 6 0,05<br />

55 18,3 11,5 0,21<br />

56 17,3 11,5 0,19<br />

57 15,9 12 0,17<br />

58 17,5 12 0,20<br />

59 15,4 8 0,10<br />

60 17,5 11 0,19<br />

61 18,1 10 0,18<br />

62 20,7 10 0,24<br />

63 19,1 13 0,26<br />

64 20,4<br />

18,2<br />

10<br />

10,4<br />

0,23<br />

13,17<br />

Lampiran 2. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt<br />

I No D (em) Tinggi (m) V (m3) Ket<br />

1 19,7 8,0 0,17 Populasi<br />

I<br />

2 15,9 7,0 0,10 11 phn<br />

3 18,3 8,0 0,15<br />

4 15,9 7,0 0,10<br />

5 18,8 7,0 0,14<br />

6 18,8 7,0 0,14<br />

: 7 10,8 6,5 0,04<br />

8 25,8 10,0 0,36<br />

9 14,3 8,5 0,10<br />

10 14,0 8,0 0,09<br />

11 15,6 7,0 0,09<br />

17,1 7,6 1,47<br />

34


-, <br />

Lampiran 3. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Desa Banyu Poh, Kecamatan Gerogak<br />

No D (em) Tinggi (m) V(m3) Ket<br />

1 24,2 12,0 0,39 Jumlah<br />

2 25,S _ 12,0 0,43 Populasi<br />

3 22,0 12,0 0,32 19 phn<br />

4 17,8 12,5 0,22<br />

5 24,2 12,0 0,39<br />

6 20,4 12,0 0,27<br />

7 24,S 14,0 0,46<br />

8 18,6 10,5 0,20<br />

9 23,9 12,0 0,38<br />

10 18,8 10,0 0,19<br />

11 21,3 10,0 0,25<br />

12 23,9 12,0 0,38<br />

13 25,3 12,0 0,42<br />

14 17,5 6,0 0,10<br />

15 27,7 12,0 0,51<br />

16 24,S 13,5 0,45<br />

17 23,9 11,5 0,36<br />

18 27,4 11,5 0,47<br />

19 26,1 11,0 0,41<br />

23,0 11,5 6,58<br />

35


. .<br />

Lampiran 4. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dusun Karang Sari desa Suka<strong>dan</strong>a<br />

I No. D (em) T(m) V(m3) Ket<br />

1 17,0 4,5 0,10 Jumlah<br />

2 22,6<br />

-<br />

9,5 0,38 Trubusan<br />

3 15,4 5 0,09 17<br />

4 30,7 13,5 1,00 pohon<br />

5 13,7 9,5 0,14 "0338790<br />

6 14,6 5 0,08 "9090689<br />

7 28,3 10,5 0,66<br />

8 13,7 4,5 0,07<br />

9 20,2 5 0,16 Jumlah<br />

10 17,0 10 0,23 Populasi<br />

11 12,9 5 0,07 41 pohon<br />

12 23,4 5 0,22<br />

13 12,1 5,5 0,06<br />

14 25,9 7 0,37<br />

15 20,2 4,5 0,14<br />

16 19,4 4,5 0,13<br />

17 15,4 5 0,09<br />

18 19,0 6,5 0,18<br />

19 25,1 6,5 0,32<br />

20 22,6 7 0,28<br />

21 21,0 7 0,24<br />

22 21,0 7 0,24<br />

23 14,1 7 0,11<br />

I 24 18,6 8 0,22<br />

I<br />

I 19,3 6,8 5,60<br />

36


•<br />

Lampiran 5. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dusun Tigaron Kangin Desa Suka<strong>dan</strong>a<br />

­<br />

I No. D(cm) T (m) V (m3)<br />

1 25,5 10 0,51 Jumlah<br />

2 15,9 8 0,16 Trubusan<br />

-<br />

3 18,5 10 0,27 16<br />

4<br />

5<br />

6<br />

7<br />

8<br />

9<br />

10<br />

11<br />

27,1<br />

11,5<br />

26,4<br />

28,0<br />

23,6<br />

20,4<br />

12,1<br />

16,9<br />

13<br />

4<br />

15<br />

11<br />

10,5<br />

9<br />

4,5<br />

6,5<br />

0,75<br />

0,04<br />

0,82<br />

0,68<br />

0,46<br />

0,29<br />

0,05<br />

0,15<br />

pohon<br />

"0339687<br />

"9090162<br />

Jumlah<br />

Populasi<br />

44 pohon<br />

12<br />

13<br />

14<br />

15<br />

20,1<br />

15,9<br />

27,7<br />

23,6<br />

6,5<br />

7<br />

12<br />

12<br />

0,21<br />

0,14<br />

0,72<br />

0,52<br />

16<br />

17<br />

18<br />

19<br />

20<br />

21<br />

22<br />

~3<br />

:4<br />

::.S<br />

_- J<br />

-<br />

13,7<br />

17,8<br />

31,8<br />

33,4<br />

15,9<br />

18,1<br />

20,1<br />

28,0<br />

15,9<br />

12,7<br />

15,6<br />

9<br />

10<br />

13,5<br />

13<br />

7<br />

7,5<br />

7<br />

9,5<br />

7<br />

7<br />

8<br />

0,13<br />

0,25<br />

1,07<br />

1,14<br />

0,14<br />

0,19<br />

0,22<br />

0,59<br />

0,14<br />

0,09<br />

0,15<br />

- 24,2 7 0,32<br />

- 18,8 7 0,19 ,<br />

20,7 9,0 10,40<br />

37


- ,<br />

Lampiran 6. Data has il pengukuran <strong>potensi</strong> mim ba<br />

di Dusun Tigaron Kauh Desa Suka<strong>dan</strong>a<br />

No. D (em) T(m) V (m3)<br />

1 21,3 9 0,32 Jumlah<br />

2 22,9<br />

-<br />

9 0,37 Trubusa n<br />

3 18,1 7,5 0,19 8 pohon<br />

4 8,6 8 0,05<br />

10,2 8 0,07 11033 8919<br />

11,1 8 0,08 119090653<br />

14,0 8 0,12<br />

19,1 8 0,23<br />

5 14,0 5,5 0,08 Jumlah<br />

8,3 5,5 0,03 Populasi<br />

12,7 5,5 0,07 23 poho n<br />

6 9,5 6 0,04<br />

10,2 5 0,04<br />

5,4 3,5 0,01<br />

7 13,0 5,5 0,07<br />

12,7 5,5 0,07<br />

7,0 5,5 0,02<br />

8,6 5,5 0,03<br />

10,5 5,5 0,05<br />

6,4 5,5 0,02<br />

8 10,2 6,5 0,05<br />

10,5 6,5 0,06<br />

14,6 6,5 0,11<br />

12,7 6,5 0,08<br />

9 11,1 6,5 0,06<br />

5,4 6,5 0,01<br />

7,0 6,5 0,03<br />

9,2 6,5 0,04<br />

8,3 6,5 0,03<br />

8,6 6,5 0,04<br />

10 4,5 5,5 0,01<br />

12,4 5,5 0,07<br />

5,7 5,5 0,01<br />

9,9 5,5 0,0 ...<br />

9,2 5,5 I 0,0.1 38


...<br />

8,3<br />

5,5<br />

0,03<br />

11<br />

36,0<br />

14<br />

1,42<br />

12<br />

19,7<br />

12<br />

0,37<br />

13<br />

21,6<br />

12,5<br />

0,46<br />

14<br />

21,3<br />

- 12,5<br />

0,45<br />

15<br />

20,1<br />

14<br />

0,44<br />

12,4<br />

7,1<br />

5,82<br />

39


-.<br />

Lampiran 7, Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dusun Lebah Desa Suka<strong>dan</strong>a<br />

No. D (em) T(m) V (m3)<br />

1 12,7<br />

2 6,4<br />

3 12,1<br />

4 11,5<br />

10,8<br />

5 5,1<br />

5,4<br />

6,0<br />

6 13,7<br />

7 2,9<br />

8 9,5<br />

9 4,5<br />

10 3,2<br />

11 5,7<br />

12 10,2<br />

13 7,3<br />

14 9,2<br />

15 26,4<br />

16 23,6<br />

17 23,9<br />

18 4,1<br />

19 4,8<br />

20 4,8<br />

21 6,7<br />

22 3,8<br />

23 2,9<br />

24 8,6<br />

25 3,8<br />

26 3,5<br />

3,8<br />

7,6<br />

8,0<br />

3,2<br />

3,5<br />

8,1<br />

-<br />

I<br />

I<br />

4,5<br />

4<br />

5<br />

5,5<br />

5,5<br />

4<br />

4<br />

4<br />

5<br />

2,5<br />

5,5<br />

3,5<br />

3,5<br />

4<br />

7<br />

7<br />

5<br />

13<br />

8,5<br />

8<br />

3,5<br />

4,5<br />

4<br />

4<br />

2,5<br />

2<br />

5,5<br />

3,5<br />

5,5<br />

5,5<br />

5,5<br />

5,5<br />

5,5<br />

5,5<br />

5,0<br />

i<br />

0,06<br />

0,01<br />

0,06<br />

0,06<br />

0,05<br />

0,01<br />

0,01<br />

0,01<br />

0,07<br />

0,00<br />

0,04<br />

0,01<br />

0,00<br />

0,01<br />

0,06<br />

0,03<br />

0,03<br />

0,71<br />

0,37<br />

0,36<br />

0,00<br />

0,01<br />

0,01<br />

0,01<br />

0,00<br />

0,00<br />

0,03<br />

0,00<br />

0,01<br />

0,01<br />

0,03<br />

0,03<br />

0,00<br />

0,01<br />

2,11<br />

Jumlah<br />

Trubusan<br />

12 pohon<br />

1\0337069<br />

1\9091188<br />

Jumlah<br />

Populasi<br />

38 pohon<br />

40


e .<br />

Lampiran 8. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dusun Bukit Desa Suka<strong>dan</strong>a<br />

No. D (em) T(m) V (m3) Ket<br />

1<br />

25,S<br />

12<br />

0,61<br />

Jumlah<br />

2<br />

12,1<br />

3,5<br />

0,04<br />

Trubusan<br />

3<br />

19,1<br />

9,5<br />

0,27<br />

24 pohon<br />

4<br />

3,2<br />

3,5<br />

0,00<br />

5<br />

12,1<br />

6<br />

0,07<br />

1\0336612<br />

6<br />

15,6<br />

9<br />

0,17<br />

1\9089834<br />

7<br />

15,0<br />

8,5<br />

0,15<br />

Jumlah<br />

8<br />

3,2<br />

4,5<br />

0,00<br />

Populasi<br />

9<br />

19,7<br />

8<br />

0,24<br />

34 pohon<br />

10<br />

14,3<br />

9<br />

0,15<br />

14,0 7,35 I 1,71<br />

Lampiran 9. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dusun Nusu Desa Suka<strong>dan</strong>a<br />

No . D (em) T(m) V (m3) Ket<br />

1 19,7 6,5 0,20 Jumlah<br />

2 21,6 7,5 0,28 Trubusan<br />

3 11,5 6,5 0,07 9 pohon<br />

4 18,1 6,0 0,16 8.2377 S<br />

5 13,7 7,5 0,11 115.5461 T<br />

6 16,9 7,0 0,16<br />

7 10,8 3,8 0,03 Jumlah<br />

8 10,8 7,0 0,06 Populasi<br />

9 11,8 7,5 0,08 35 pohon<br />

10 21,8 5,0 0,19<br />

11 22,6 9,0 0,36 Altitude<br />

12 6,4 3,5 0,01 87 m<br />

13 9,9 7,5 0,06<br />

14 17,5 6,0 0,14<br />

15 25,S 7,0 0,36<br />

16 5,7 3,0 0,01<br />

17 4,8 3,0 0,01<br />

18 9,2 8,0 0,05<br />

14,3 6,2 2,33<br />

41


. .<br />

Lampiran 10. Data basil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dusun Kayu Aya Desa Suka<strong>dan</strong>a<br />

No. o (em) T (m) V (m3) Ket<br />

1<br />

2<br />

21,3<br />

13,0<br />

0,46<br />

19,1 11,0 0,32<br />

20,2 12,0 0,78<br />

Trubusan<br />

4 pohon<br />

" 0339146<br />

"9087551<br />

Populasi<br />

6 pohon<br />

Lampiran 11 . Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dusun Pemongkong, Desa Jerowaru, Keruak<br />

No. o (em) T (m) V (m3) Ket<br />

1<br />

23<br />

10<br />

0,42<br />

Trubusan<br />

2<br />

13<br />

9<br />

0,12<br />

36 pohn<br />

3<br />

18<br />

12,5<br />

0,32<br />

"0338790<br />

4<br />

20<br />

11<br />

0,35<br />

"9090689<br />

5<br />

7<br />

5<br />

0,02<br />

6<br />

16<br />

9,5<br />

0,19<br />

Populasi<br />

7<br />

12<br />

8,5<br />

0,10<br />

44 pohon<br />

8<br />

9<br />

5,5<br />

0,03<br />

14,75 8,875 1,54<br />

42


- ,<br />

I<br />

I<br />

Lampiran 12. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Hutan Lindung Sekaroh, Keruak<br />

No . D (em) T(m) V (m3) Ket<br />

1 22<br />

12 0,46 Trubusan<br />

2 18 11,5 0,29 7 pohon<br />

3 21 - 12 0,42 "0447909<br />

4 20<br />

13 0,41 "9019379<br />

5 22<br />

11 0,42<br />

6 19 11,5 0,33 Populasi<br />

7 20<br />

13 0,41 35 pohon<br />

8 19<br />

13 0,37 luas<br />

9 22<br />

13 0,49 2834.2 ha<br />

10 20<br />

12 0,38<br />

11 20 13,5 0,42<br />

12 15 9,5 0,17<br />

13 16 11,5 0,23<br />

14 22<br />

12 0,46<br />

15 19<br />

10 0,28<br />

16 11 6,5 0,06<br />

17 19<br />

13 0,37<br />

18 15<br />

9 0,16<br />

19 18 12,5 0,32<br />

20 16 10,5 0,21<br />

21 18 11,5 0,29<br />

22 18<br />

10 0,25<br />

23 20 11,5 0,36<br />

24 15 11,5 0,20<br />

25 17<br />

10 0,23<br />

26 22<br />

13 0,49<br />

27 16<br />

11 0,22<br />

28 20 11,5 0,36<br />

18,6 11,4 9,06<br />

43


~<br />

6<br />

. . <br />

Lampiran 13. Data basil pengukuran poten si mimba<br />

di Dusun Pij ot Desa Selebung Ketangga, Keruak<br />

I<br />

I<br />

No. D (em) T{m) V (m3) Ket<br />

1 6<br />

6<br />

6<br />

4,5<br />

4,5<br />

4,5<br />

0,01<br />

0,01<br />

0,01<br />

Trubusan<br />

16 pohon<br />

"0446786<br />

4,5 0,01 "9031933<br />

-<br />

2 8 4,5 0,02<br />

8 6,5 0,03<br />

8 6,5 0,03 Populasi<br />

8 6,5 0,03 37 pohon<br />

3 17 10 0,23<br />

4 5 4 0,01<br />

5 4 0,01<br />

5 5 3,5 0,01<br />

5<br />

-<br />

I, 3,5 0,01<br />

6 5 4,5 0,01<br />

5 4,5 0,01<br />

5 4,5 0,01<br />

5 4,5 0,01<br />

7 9 6 0,04<br />

8 , 4 3,5 0,00<br />

9<br />

l<br />

6<br />

6 0,02<br />

10 3 3,5 0,00<br />

11 5,5 6 0,01<br />

5,5 6 0,01<br />

5,5 6 0,01<br />

5,5 6 0,01<br />

5,5 6 0,01<br />

5,5 6 0,01<br />

12 6 S,5 0,02<br />

S<br />

"~<br />

~5<br />

~<br />

0,01<br />

13 8<br />

6 0,03<br />

7 6 0,02<br />

14 8<br />

5 0,03<br />

8<br />

5 0,03<br />

8 5 0,03<br />

15 12<br />

8 0,09<br />

16 7<br />

5 0,02<br />

17 4<br />

5 0,01<br />

4<br />

5 0,01<br />

4 5 0,01<br />

4 5 0,01<br />

4 5 0,01<br />

4<br />

5 0,01<br />

4<br />

5 0,01<br />

44


.. <br />

18 7 6 0,02<br />

8 6 0,03<br />

6 6 0,02<br />

19 8 6 0,03<br />

6 5<br />

-<br />

0,01<br />

20 7,5 5 0,02<br />

5 5 0,01<br />

21 8 4 0,02<br />

6,3 5,3 1,09<br />

Lampiran 14. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dusun Teminyak Desa Selebung Ketangga, Keruak<br />

9<br />

-­<br />

No . D (em) T(m) V (m3)<br />

1 15 8 0,14 Trubusan<br />

16 8 0,16 6 pohon<br />

2 14 8 0,12 "0445502<br />

3 16 10 0,20 "9031785<br />

4 15 11,5 0,20 SOL<br />

5 10 5 0,04<br />

6 8 6 0,03 Populasi<br />

9 6 0,04 15 pohon<br />

7 10 7,5 0,06<br />

11 7,5<br />

0,07<br />

- - - -<br />

8 16 6 0,12<br />

8 4 0,02<br />

12,3 7,3 1,20<br />

45


· .<br />

Lampiran 15. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba<br />

di Dasan Iting Desa Perigi, Pringgabaya<br />

No. D (em) T(m) V (m3)<br />

1 16 8,5 0,17 Trubusan<br />

12 8,5 0,00 41 pohon<br />

2 16 - 9 0,18 1\ 0458046<br />

3 10 7,5 0,06 1\9058870<br />

4 12 6,5 0,07<br />

5 15 6,5 0,11<br />

6 10 8,0 0,06 Populasi<br />

7 13 10 0,13 58 pohon<br />

8 18 12 0,31<br />

9 12 6,5 0,07<br />

10 11 6,5 0,06<br />

11 13 10 0,13<br />

17 10 0,23<br />

1-<br />

12 18 11 0,28<br />

!<br />

I 19 11 0,31<br />

I<br />

15 11 0,19<br />

13 19 12 0,34<br />

14 17 7 0,16<br />

15 12 6 0,07<br />

15 6 0,11<br />

16 14 8 0,12<br />

17 7 8 0,03<br />

14,1 8,6 3,21<br />

46


. .<br />

Lampiran 16. Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> tegakan di Dasan Nimba<br />

Desa Bagek Papan, Aikmel<br />

No. D (em) T (m) V (m3) Ket<br />

1 11 5,5 0,05 Trubusan<br />

2 12 7,5 0,08 34 pohon<br />

15 ­ 7,5 0,13 /\0453957<br />

17 7,5 0,17 /\0453957<br />

16 7,5 0,15<br />

3 10 3,5 0,03 Populasi<br />

4 9 6 0,04 50 pohon<br />

5 10 6 0,05<br />

6 18 8,5 0,22<br />

7 15 8,5 0,15<br />

8 10 5,5 0,04<br />

9 16 7 0,14<br />

10 7 7 0,03<br />

10 7 0,05<br />

11 11 5 0,05<br />

12 16 6 0,12<br />

13 17 8 0,18<br />

14 10 8 0,06<br />

17 8 0,18<br />

18 8 0,20<br />

- -<br />

15 6 4 0,01<br />

16 22 8 0,30<br />

I 13,3 6,8 2,45<br />

47


· .<br />

Lampiran 17 . Data hasil pengukuran <strong>potensi</strong> mimba di Gunung Rawi<br />

Desa Perigi, Kecamatan Aikmel<br />

No. diameter em T(m) V (m3)<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

6<br />

7<br />

8<br />

11<br />

7<br />

7<br />

6<br />

8<br />

5<br />

5<br />

8<br />

5,5<br />

5,5<br />

3,5<br />

5<br />

4<br />

0,03<br />

0,08<br />

0,02<br />

0,02<br />

0,01<br />

0,03<br />

0,01<br />

i<br />

5<br />

4 0,01<br />

8<br />

9<br />

10<br />

11<br />

12<br />

13<br />

17<br />

8<br />

9<br />

5<br />

15<br />

20<br />

9,4<br />

8,5<br />

7<br />

6,5<br />

3,5<br />

6,5<br />

9,5<br />

5,9<br />

0,19<br />

0,04<br />

0,04<br />

0,01<br />

0,11<br />

0,30<br />

0,88<br />

Anakan<br />

10 pohon<br />

"0459092<br />

"9059803<br />

Populasi<br />

23 pohon<br />

48

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!