28.11.2014 Views

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Antara eksekutif, legislatif dan masyarakat itu yang kita gunakan. Jadi saya<br />

dengan ketua dewan atau ketua komisi atau ketua fraksi baku-baku telpon, aparat<br />

birokrat baku-baku telpon dengan anggota dewan, bagaimana ini, seperti hari ini<br />

saya harus ada di Gorontalo hari ini sebab besok itu pembahasan kebijaksanaan<br />

yang dulu AKU (Arah Kebijaksanaan Umum) sekarang jadi KUA (Kebijaksanaan<br />

Umum Anggaran) itu saya harus sampaikan kepada dewan, jadwalnya pagi,<br />

dengan perhitungan bahwa kalau acara ini sesuai dengan waktu maka saya akan<br />

berangkat jam 3 tadi, tiba malam, besok paginya saya bisa hadir, saya telpon tadi<br />

ketua dewan, “Saya mohon maaf kira-kira saya tidak bisa berangkat sore ini, nanti<br />

besok pagi subuh, jadi boleh ditunda acara dewannya jam 10”, “Oh boleh Pak”. Jadi<br />

tidak formal tapi dulo hupa, jadi hubungan keakraban kekeluargaan ini sehingga<br />

tidak ada hambatan-hambatan yang berarti, ada pun pembicaraan itu tinggal melegal-kan,<br />

bikin peraturan daerah tetapi diantara kita sudah ada lobby-lobby secara<br />

tidak mengikat. Itu sesuai dengan budaya Gorontalo, dulo hupa itu.<br />

2.<br />

Djoko<br />

Enaknya kalau bersama dengan Pak Walikota, saya pikir jawabannya sudah<br />

dijawab Pak Walikota. Pak Gatot barangkali nuansa yang saya presentasikan agak<br />

berbeda, artinya sudah pasti dibanding dengan yang Pak Walikota karena saya<br />

sudah langsung fokus ke masalah APBD. Kalau APBD tadi sudah disampaikan<br />

Pak Wali juga. Masalah akses publik itu sudah sangat cukup detail sebenarnya<br />

diatur oleh surat edaran Kepala Bappenas. Kalau itu saja kita kerjakan betul,<br />

sebenarnya sudah memadai. Hanya selama ini persoalannya yang saya amati<br />

tadi, sering-sering apa yang terlihat mudah di atas kertas, jadi ini teman-teman<br />

di Bappenas juga, pada waktu merumuskan SE Bappenas itu sepertinya enak saja<br />

gambar-gambar apa panah-panah setelah ini, tapi giliran diterapkan di lapangan itu<br />

susahnya setengah mati tidak mudah. Artinya kalau untuk akses informasi publik<br />

masalah perda APBD saya membaginya menjadi pramusrenbang, musrenbang,<br />

pasca musrenbang. Yang pra sama musrenbang sudah jelas. Mungkin yang<br />

menarik dipersoalan pasca-nya.<br />

Setelah musrenbang kan kita susun menjadi rencana kerja pemerintah daerah<br />

kota. Kemudian itu kita ambil, kebijakan-kebijakan itu kita rumuskan, tadi yang<br />

disampaikan pak Walikota, kebijakan umum anggaran sekarang (KUA). Pada<br />

saat kita menyampaikan KUA ke dewan saja artinya melalui suatu mekanisme<br />

sidang paripurna, publik semua tahu, diliput media masa secara luas. Setelah<br />

paripurna kita melakukan pembahasan dengan dewan, itu publik bisa ngasih<br />

input. Memang terus terang di Tarakan belum kami perdakan akses informasi ini,<br />

mudah-mudahan ini saya bisa didukung Bu Diani untuk memfasilitasi Tarakan<br />

menjadikan perda akses informasi ini. Jadi mulai dari penyampaian KUA sampai<br />

nanti KUA diterjemahkan menjadi rencana anggaran, itu publik masih openly<br />

can access, sampai tadi yang saya sampaikan. Kepala-kepala dinas itu semacam<br />

menjalani sidang sarjana itu, pertanyaannya lebih-lebih keras, lebih campur<br />

aduklah, yah situasi di dewan kita tahu, itu betul-betul kritis, dan masyarakat itu<br />

bisa ikut memberikan pendapatnya sampai akhirnya pengesahan.<br />

170

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!