Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org
Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org
Mengkaji Implementasi Perda Pelayanan Publik ... - psflibrary.org
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Antara eksekutif, legislatif dan masyarakat itu yang kita gunakan. Jadi saya<br />
dengan ketua dewan atau ketua komisi atau ketua fraksi baku-baku telpon, aparat<br />
birokrat baku-baku telpon dengan anggota dewan, bagaimana ini, seperti hari ini<br />
saya harus ada di Gorontalo hari ini sebab besok itu pembahasan kebijaksanaan<br />
yang dulu AKU (Arah Kebijaksanaan Umum) sekarang jadi KUA (Kebijaksanaan<br />
Umum Anggaran) itu saya harus sampaikan kepada dewan, jadwalnya pagi,<br />
dengan perhitungan bahwa kalau acara ini sesuai dengan waktu maka saya akan<br />
berangkat jam 3 tadi, tiba malam, besok paginya saya bisa hadir, saya telpon tadi<br />
ketua dewan, “Saya mohon maaf kira-kira saya tidak bisa berangkat sore ini, nanti<br />
besok pagi subuh, jadi boleh ditunda acara dewannya jam 10”, “Oh boleh Pak”. Jadi<br />
tidak formal tapi dulo hupa, jadi hubungan keakraban kekeluargaan ini sehingga<br />
tidak ada hambatan-hambatan yang berarti, ada pun pembicaraan itu tinggal melegal-kan,<br />
bikin peraturan daerah tetapi diantara kita sudah ada lobby-lobby secara<br />
tidak mengikat. Itu sesuai dengan budaya Gorontalo, dulo hupa itu.<br />
2.<br />
Djoko<br />
Enaknya kalau bersama dengan Pak Walikota, saya pikir jawabannya sudah<br />
dijawab Pak Walikota. Pak Gatot barangkali nuansa yang saya presentasikan agak<br />
berbeda, artinya sudah pasti dibanding dengan yang Pak Walikota karena saya<br />
sudah langsung fokus ke masalah APBD. Kalau APBD tadi sudah disampaikan<br />
Pak Wali juga. Masalah akses publik itu sudah sangat cukup detail sebenarnya<br />
diatur oleh surat edaran Kepala Bappenas. Kalau itu saja kita kerjakan betul,<br />
sebenarnya sudah memadai. Hanya selama ini persoalannya yang saya amati<br />
tadi, sering-sering apa yang terlihat mudah di atas kertas, jadi ini teman-teman<br />
di Bappenas juga, pada waktu merumuskan SE Bappenas itu sepertinya enak saja<br />
gambar-gambar apa panah-panah setelah ini, tapi giliran diterapkan di lapangan itu<br />
susahnya setengah mati tidak mudah. Artinya kalau untuk akses informasi publik<br />
masalah perda APBD saya membaginya menjadi pramusrenbang, musrenbang,<br />
pasca musrenbang. Yang pra sama musrenbang sudah jelas. Mungkin yang<br />
menarik dipersoalan pasca-nya.<br />
Setelah musrenbang kan kita susun menjadi rencana kerja pemerintah daerah<br />
kota. Kemudian itu kita ambil, kebijakan-kebijakan itu kita rumuskan, tadi yang<br />
disampaikan pak Walikota, kebijakan umum anggaran sekarang (KUA). Pada<br />
saat kita menyampaikan KUA ke dewan saja artinya melalui suatu mekanisme<br />
sidang paripurna, publik semua tahu, diliput media masa secara luas. Setelah<br />
paripurna kita melakukan pembahasan dengan dewan, itu publik bisa ngasih<br />
input. Memang terus terang di Tarakan belum kami perdakan akses informasi ini,<br />
mudah-mudahan ini saya bisa didukung Bu Diani untuk memfasilitasi Tarakan<br />
menjadikan perda akses informasi ini. Jadi mulai dari penyampaian KUA sampai<br />
nanti KUA diterjemahkan menjadi rencana anggaran, itu publik masih openly<br />
can access, sampai tadi yang saya sampaikan. Kepala-kepala dinas itu semacam<br />
menjalani sidang sarjana itu, pertanyaannya lebih-lebih keras, lebih campur<br />
aduklah, yah situasi di dewan kita tahu, itu betul-betul kritis, dan masyarakat itu<br />
bisa ikut memberikan pendapatnya sampai akhirnya pengesahan.<br />
170