Transform your PDFs into Flipbooks and boost your revenue!
Leverage SEO-optimized Flipbooks, powerful backlinks, and multimedia content to professionally showcase your products and significantly increase your reach.
-. <br />
....<br />
<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong><br />
UJI MULTILOKASI MASING-MASING 5-6 GALUR HARAPAN PADI<br />
TOLERAN SALINITAS TINGGI DAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN<br />
(> 2 MINGGU) DENGAN PRODUKTIVITAS (>20%) DARI KONDISI<br />
EKSISTING DI PAPUA<br />
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN<br />
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan<br />
Kode Produk Target : 1.01<br />
Kode Kegiatan 1.01.02, 1.01.05<br />
Peneliti Utama<br />
Dr. Jr. Fadjry Djufry, MSi<br />
BALAI PENGKAJIAN TEKNOlOGI PERTANIAN PAPUA<br />
BALAI BESAR PENGKAlIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN<br />
BADAN PENELmAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />
11. Yahim Sentani - Jayapura Papua 99352 <br />
Telepon. 0967 592179, Fax. 0967 591235 <br />
Email: bDtppapua@yahoo.com. <br />
22 November 2010
· ...<br />
...<br />
<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong><br />
.<br />
U1I MULTILOKASI MASING-MASING 5-6 GALUR HARAPAN PADI<br />
TOLERAN SALINITAS TINGGI DAN lAGUNG TOLERAN KEKERINGAN<br />
(> 2 MINGGU) DENGAN PRODUKTMTAS (>20%) DARI KONDISI<br />
EKSISTING DI PAPUA<br />
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN<br />
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan<br />
Kode Produk Target 1.01<br />
Kode Kegiatan 1.01.02, 1.01.05<br />
Peneliti Utama<br />
Dr. Ir. Fadjry Djufry, MSi<br />
BALAI PENGKAlIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PAPUA<br />
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN<br />
BADAN PEN ELmAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN<br />
JI. Yahim Sentani - Jayapura Papua 99352 <br />
Telepon. 0967 592179, Fax. 0967 591235 <br />
Email: bptppapua@yahoo.com. <br />
22 November 2010 <br />
1
... <br />
...<br />
<strong>LAPORAN</strong> HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN,<br />
KEKAYAAN INTELEKTUAL, dan HASIL PENGELOLAANNYA<br />
(Laporan Ringkas Hasil Litbang sesuai PP No. 20 TH 2005)<br />
Identitas Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan<br />
Nama Perguruan<br />
nnggi/Lembaga<br />
Pe.nelitian dan<br />
Pengembangan<br />
Pimpinan<br />
Alamat<br />
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua, Badan<br />
Penelitian dan Pengembangan Pertanian<br />
.<br />
Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si<br />
Jln. Komp. BPTP Papua Yahim No. 49 Sentani Jayapura<br />
Identitas Kegiatan<br />
Judul<br />
Abstraksi<br />
Tim Peneliti<br />
1. Peneliti Utama<br />
2. AJamat<br />
3. Anggota<br />
Uji Multilokasi Masing-Masing 5-6 Galur Harapan Padi Toleran<br />
Salinitas Tlnggi dan Jagung Toleran Kekeringan (> 2 Minggu)<br />
denqan Produktivitas (>20%) dari Kondisi Eksisting Di Papua<br />
Provinsi Papua memiliki berbagai macam agroekosistem<br />
dan potensi lahan pertanian yang sangat luas. Salah satu<br />
faktor penghambat pemanfaatan lahan tersebut adalah<br />
adanya salinitas dan kekeringan. Suatu genotype<br />
sebelum dilepas menjadi varietas unggul baru<br />
memerlukan uji miltilokasi untuk menentukan daya<br />
adaptasi dan daya hasil serta stabilitasnya. Penelitian<br />
dilaksanakan di tiga kabupaten dengan menguji 17 galur<br />
harapan padi sawah toleran salinitas, 10 galur harapan<br />
jagung hibrida toleran kekeringan, 8 galur harapan<br />
kedelai berdaya hasil tinggi dengan 2-3 varietas<br />
pembanding padi, jagung dan kedelai. Pengujian galur<br />
harapan padi sawah dilaksanakan di kabupaten Merauke<br />
mulai bulan Juli-Oktober 2010. Uji multilokasi galur<br />
harapan jagung dan kedelai masing-masing dilaksanakan<br />
di tiga kabupaten. Uji multilokasi galur harapan kedelai<br />
dan jagung dilaksanakan mulai bulan Agustus/September<br />
sampai November/Desember 2010 di kabupaten.<br />
Jayapura, Keerom, dan kota Jayapura. Penelitian<br />
menggunakan rancangan acak kelompok dan diulang tiga<br />
kali. Peubah yang diamati meliputi komponen<br />
pertumbuhan dan produksi tanaman yang diuji.<br />
1. Dr. Ir. Fadjry Djufry<br />
2. Ir. Martina Sri Lestari, MP<br />
3. Ir. Darsono<br />
4. Ir. Herman Masbaitubun<br />
5. Ir. Arifuddin<br />
6. Ir. Nicolas M.Si<br />
Walttu Pelaksanaan Juli - Desember 2010<br />
Publikasi
-. <br />
Identitas Kekayaan Intelektual dan Hasil Litbang<br />
Nama Penemuan Baru<br />
Nama Penemuan Baru Non Komersial<br />
D. Cara Alih Teknolo i<br />
Rj n kasan Hasil Penelitian<br />
1. Hasil Penelitian dan Pengembanga~<br />
Hasil penelitian menunjukkan untuk tanaman padi ada 2 galur dan 1 varietas<br />
pembanding yang tidak dapat tumbuh dan berproduksi pada kondisi salinitas tinggi<br />
ya ftu galur IR72593-B-13-3-3-1 dan BW267-3 serta varietas Ciherang. Produktivitas<br />
galur padi tertinggi diperoleh pada galur IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 sebesar 6.6 ton/ha<br />
GKG sedangkan yang terendah pada galur IR71829-3R-28-1 sebesar 3.14 ton/ha GKG.<br />
Tanaman jagung di kabupaten Keerom mempunyai rata-rata tinggi tanaman berkisar<br />
antara 175-210 em, umur berbunga jagung berkisar antara umur 33-43 hari.<br />
P oduktivitas tertinggi dicapai pada galur jagung No.6 sebesar 6.7 ton/ha, sedangkan<br />
""alur jagung yang terendah yaitu No. 7 dengan hasil 3.5 ton/ha. Penampilan tanaman<br />
'",edel,ai pada 2 lokasi menunjukan perbedaan, tanaman kedelai di Jayapura lebih eepat<br />
engalami pembungaan (27 - 38 hari) dan tinggi tanaman agak lebih pendek (57 - 73<br />
) dengan jumlah pereabangan relatif lebih banyak (2.9 - 5.4 eabang). Sedangkan di<br />
• eerom umur berbungga 28.67 - 38.33 hari, dan tinggi tanaman lebih tinggi 67 - 81 em<br />
dengan jumlah eabang 2.3 - 4.7 eabang. Produksi tertinggi di Jayapura dieapai pada V<br />
92-1-2 (1,29 tonjha) dan terendah V-421-1-2 (0.66 tonjha), sedangkan di Keerom<br />
od ksi kedelai tertinggi dapat dicapai oleh galur V-284-2-2 (1,78 t/ha) dan terendah<br />
Jada galur U-505-1-1 (0.88 t/ha).<br />
L. Produk, Spesifikasi, dan pemanfaatannya<br />
Galur-galur padi yang toleran terhadap salinitas, galur-galur jagung hibrida yang<br />
toleran kekeringan dan galur-galur kedelai yang mempunyai potensi hasil tinggi.<br />
3. GambarjPhoto Produk Hasil Peneltian dan Pengembangan<br />
Pen eloaan<br />
1. Sumber Pembiayaan Penelitian dan Mitra Kerja<br />
APBN : R . 200.000.000 <br />
2. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Penelitian:<br />
Sarana : Benih padi,jagung, dan kedelai, pupuk Urea, SP 36, KCI, pestisida,<br />
herbisida dll.
... <br />
....<br />
Prasarana : Refraktometer timban an observatorium dll.<br />
3. Pendokumentasian: CD dan Buku<br />
Jayapura, '" November 2010<br />
Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si<br />
NIP. 19690314 199403 1 001
-. <br />
... <br />
LEMBAR PENGESAHAN<br />
Judul Penelitian<br />
Uji Multilokasi Masing-Masing 5-6 Galur Harapan<br />
Padi Toleran Salinitas Tinggi dan Jagung Toleran<br />
Kekeringan (> 2 Minggu) dengan Produktivitas<br />
(~20%) dari Kondisi Eksisting Oi Papua<br />
Fokus Bidang Prioritas<br />
Kode Produk Target 1.01<br />
Kode Kegiatan 1.01.02, 1.01.05<br />
LokasJ Penelitian<br />
Penelitian Tahun ke<br />
~ Ketahanan Pangan<br />
2. Sumber energi baru dan terbarukan<br />
3. Teknologi dan manajemen transportasi<br />
4. Teknologi informasi dan komunikasl<br />
5. Teknologi pertahanan dan keamanan<br />
6. Teknologi kesehatan dan obat<br />
Kota Jayapura, Kab. Jayapura, Keerom dan<br />
Merauke<br />
I<br />
Keterangan Lembaga Pelaksana IPengelola Penelitian<br />
A. Lembaga Pelaksana Penelitian<br />
• = ~a Koordinator/Peneliti Utama Dr. Ir. Fadjry Djufry, MSi<br />
rt : a Lembaga/Institusi<br />
Urn Organisasi<br />
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan<br />
Teknologi Pertanian<br />
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua<br />
I ','e at JI. Yahim Sentani Jayapura Papua 99352<br />
~ ep
-..<br />
Rekapitulasi Biaya Tahun 2010<br />
No. Uraian Jumlah (Rp.)<br />
1. Gaji dan Upah 81.800.000<br />
2. Bahan Habis Pakai 49.050.000<br />
3. Perjalanan . 69.150.000<br />
Jumlah Biaya Tahun yang<br />
200,000,000<br />
diusulkan<br />
epala<br />
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Koordinator/Peneliti Utama ,<br />
Teknologi Pertanian,<br />
. \<br />
Dr. Ir. Fadjry Djufry, MSi<br />
NIP. 19690314 199403 1 001<br />
3
-. <br />
DAFTAR 151 <br />
Halaman<br />
LEMBAR PENGESAHAN<br />
2 <br />
DAFTAR lSI ...............................................................................................<br />
4 <br />
ABSTRAK .... .............................................................................................. 5 <br />
PENDAHULUAN ......................................................................................... 6 <br />
A. Latar Belakang ................................................................................ 6 <br />
B. Tujuan ............................................................................................ 8 <br />
C. Keluaran ..... ................................................................................... 8 <br />
PERUMUSAN MASALAH ............................................................................. 8 <br />
'. ETOOOLOGI .......................................................................................... 9 <br />
CANGAN RISET .................................................................................... 14 <br />
-L YANG DIHARAPKAN .......................................................................... 20 <br />
-ERSONIL PELAKSANA PENELITIAN ........................................................... 33 <br />
.VAL PENELITIAN ................................................................................. 34 <br />
-, .~ FTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35 <br />
4
-. <br />
RINGKASAN <br />
Provinsi<br />
Papua memiliki berbagai maeam agroekosistem dan potensi lahan<br />
pertanian yang sangat luas. Salah satu faktor penghambat pemanfaatan lahan<br />
tersebut adalah adanya salinitas. dan kekeringan. Suatu genotype sebelum dilepas<br />
menjadi varietas unggul baru memerlukan uji miltilokasi untuk menentukan daya<br />
adaptasi dan daya hasil serta stabilitasnya. Penelitian dilaksanakan di tiga<br />
kabupaten dengan menguji 17 galur harapan padi sawah toleran salinitas, 10 galur<br />
harapan jagung hibrida toleran kekeringan, 8 galur harapan kedelai berdaya hasil<br />
tinggi dengan 2-3 varietas pembanding padi, jagung dan kedelai. Pengujian galur<br />
arapan padi sawah dilaksanakan di kabupaten Merauke mulai bulan JuJi-Oktober<br />
2010. Uji multilokasi galur harapan jagung dan kedelai masing-masing dilaksanakan<br />
di tiga kabupaten. Uji multilokasi galur harapan kedelai dan jagung dilaksanakan<br />
mulai bulan Agustus/September sampai November/Desember 2010 di kabupaten.<br />
Jayapura, Keerom, dan kota Jayapura. Penelitian menggunakan raneangan aeak<br />
el ompok dan diulang tiga kali.<br />
;:Ie<br />
Peubah yang diamati meliputi komponen<br />
mbuhan dan produksi tanaman yang diuji. Hasil penelitian menunjukkan untuk<br />
:0, aman padi ada 2 galur dan 1 varietas pembanding yang tidak dapat tumbuh<br />
~n berproduksi pada kondisi salinitas tinggi yaitu galur IR72593-B-13-3-3-1 dan<br />
8\ 267-3 serta varietas Ciherang. Produktivitas galur padi tertinggi diperoleh pada<br />
:: = . IR77674-38-8-2-2-8-3-AJY4 sebesar 6.6 ton/ha GKG sedangkan yang<br />
---.: dah pada galur IR71829-3R-28-1 sebesar 3.14 ton/ha GKG. Tanaman jagung<br />
.: ~ bu paten Keerom mempunyai rata-rata tinggi tanaman berkisar antara 175<br />
: 0 an, umur berbunga jagung berkisar antara umur 33-43 hari. Produktivitas<br />
tertinggi dieapai pada galur jagung No. 6 sebesar 6.7 ton/ha, sedangkan galur<br />
~ agung yang terendah yaitu No.7 dengan hasil 3.5 ton/ha. Penampilan tanaman<br />
edelai pada 2 lokasi menunjukan perbedaan, tanaman kedelal di Jayapura lebih<br />
cepat mengalami pembungaan (27 -<br />
38 hari) dan tinggi tanaman agak lebih<br />
pendek (57 - 73 em) dengan jumlah pereabangan relatif lebih banyak (2.9 - 5.4<br />
cabang). Sedangkan di Keerom umur berbungga 28.67 - 38.33 hari, dan tinggi<br />
tanaman lebih tinggi 67 - 81 em dengan jumlah eabang 2.3 - 4.7 eabang. Produksi<br />
tertinggi di Jayapura dieapai pada V-92-1-2 (1,29 tonjha) dan terendah V-421-1-2<br />
5
-. <br />
(0.66 ton/ha), sedangkan di Keerom produksi kedelai tertinggi dapat dicapai oleh<br />
galur V-284-2-2 (1,78 t/ha) dan terendah pada galur U-505-1-1 (0.88 t/ha)<br />
Kata Kunci : Multilokasi, galur harapan, padi, jagung, kedelai, Papua<br />
SUMMARY<br />
Papua province has a variety of agroekosystem and potential agricultural land is very<br />
largest. One of the limiting factors the utilization of those lands is the presence of<br />
salinity and drought. A genotype before being released into new varieties require<br />
'ttilokasi test to determine the adaptability and yield and stability. The experiment was<br />
co ducted in three districts hope that by testing 17 promising lines of salinity tolerant<br />
. , 10 promising lines of drought tolerant maize hybrid, 8 promising lines of high<br />
/ eJdi ng soybean expectations, F6rcQmpIir1 s(ffF~1$qJest$dz~a vaJfeties )5en~t:i1faiz~<br />
a- soybeans. Testing of promising lines of rice fields conducted in Merauke district<br />
':.£l ' g in July-Dctober 2010. Multilocation test promising lines of maize and soybeans<br />
cc conducted in three districts. Multilocation test promising lines of soybean and<br />
- -' e held from August / September to November / December 2010 in the district.<br />
ra, Keerom, and the city of Jayapura. The study used a randomized block design<br />
ree replications. Variables measured included growth and yield components were<br />
e result was showed for the rice plants have 2 genotype and 1 varieties that<br />
t grow and produce in high salinity conditions of genotype IR72593-B-13-3-3-1<br />
BW267-3 and Oherang. The highest paddy production in Merauke achieved at<br />
pe IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 (6.6 ton / ha) and the lowest IR71829-3R-28-1<br />
on / ha). Maize crop in the district Keerom had an average plant height ranged<br />
=-- _75-210 cm, age flowering corn ranged from age 33-43 days. The highest maize<br />
_ :'on in Keerom achieved at genotype number six (6.7 -ton/ha) and the lowest<br />
- -:Je( seven (3.5 ton/ha). Performance of soybean plants at 2 locations showed<br />
--=?reJ)ces, soybean plants more rapidly in Jayapura flowering (27-38 days) and<br />
s.: - ,elNhat shorter plant height (57-73 em) with relatively more number of branches (2.9<br />
- 5.4 branch). While in Keerom age flowering 28.67 - 38.33 days, and higher plant<br />
--'9 t 67-81 cm, with the number of branch 2.3 - 4.7 branch. The highest soybean<br />
Jroduction in Jayapura achieved at genotype V-92-1-2 (1.29 ton / ha) and the lowest V<br />
421 -1-2 (0.66 ton / ha). The highest soybean production in Keerom achieved at<br />
f enotype V-284-2-2 (1,78 ton/ha) and the lowest U-505-1-1 (0.88 ton/ha)<br />
Key word: Multilocation, Promising line, Rice, Maize,Soybean, Papua<br />
6
-. <br />
PENDAHULUAN<br />
Latar Belakang<br />
Pemuliaaan bertujuan untuk menghasilkan genotype baru yang lebih baik<br />
da ripada genotype yang telah berkembang luas dan dibudidayakan petani. Genotype<br />
baru sering disebut sebagai varietas unggul Genotipe unggul baru mempunyai sifat lebih<br />
baik dibandingkan genotipe standar (Harahap, 1982). Kelebihan sifat terse but di<br />
3 taranya dalam hal daya hasil, umur, ketahanan terhadap hama dan penyakit,<br />
~ eransj terhadap cekaman lingkungan dan mutu beras ata nasi.<br />
Pelepasan varietas merupakan salah satu tahapan penting dalam pembentukan<br />
baru, Sebelum dilepas dan dikembangkan ke masyarakat sebagai varietas<br />
~'9 I{ gebotipe perlu mendapat pengujian daya hasil pada berbagai lokasi. Uji<br />
I °10 asi bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan daya adaptasi dari genotype<br />
9 notipe diberbagai lokasi yang berbeda.<br />
Uji multilokasi genotype baru sering menampilkan perbedaan hasil yang<br />
.:>a -ubah dari satu lokasi dengan lokasi lainnya. Suatu genotype memberikan hasil<br />
i di lokasi tertentu namun belum tentu di lokasi lainnya. Terdapatnya perbedaan<br />
=- :2'0 rata-rata hasil dengan potensi hasil disebabkan karena adanya kerentanan<br />
dap berbagai cekaman biotik dan abiotik (Shah et aI., 2005).<br />
Faktor abiotik utama yang menyebabkan rendahnya produksi padi di Papua<br />
-- 2' faktor biotik adalah temperatur rata-rata tahunan, ketersediaan air, ketersediaan<br />
- -:0 dan toksisitas. Dengan adanya variabilitas lingkungan yang mempengaruhi<br />
ktivitas tanaman tersebut, maka diperlukan suatu cultivar tanaman yang toleran<br />
:zradap variabilitas lingkungan tertentu. Singh dan Bejiga, 1990) menyatakan bahwa<br />
.c °abilitas lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi penampilan suatu<br />
_ otipe tanaman.<br />
Sistem produksl padi saat inl sangat rentan terhadap penyimpangan iklim sistem<br />
didaya padi yang diterapkan oleh petani selama ini di Papua masih sangat sederhana.<br />
Produktivitas padi, jagung dan kedelai juga masih rendah, yaitu masing-masing 3,4<br />
t/ha, 1,9 tjha, dan 1,0 tjha (Distan Papua, 2008). Sementara hasil-hasil penelitian<br />
menunjukkan produktivitas padi dengan menerapkan pola PIT di Papua dapat mencapai<br />
7
-. <br />
... <br />
ata-rata 6,72 t/ha, Jagung 7,2-5,5 t/ha dan kedelai 2,10 t/ha (Rauf et al., 2009). Hal<br />
ini menunjukkan bahwa potensi untuk meningkatkan produktivitas pangan tersebut<br />
masih sangat memungkinkan.<br />
Luas lahan rawa di Indonesia yang tersebar pada empat pulau besar, Sumatera,<br />
Kalimantan dan Papua, mencapai 33,4 juta ha, yang terdiri dari lahan rawa pasang<br />
surut 20,1 juta ha dan lahan non pasang surut atau lebak 13,3 juta ha (Widjaja Ashi el<br />
ai, 1998). Lahan rawa merupakan salah satu sumberdaya lahan yang berpotensi untuk<br />
di kembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan kini dan masa depan<br />
ususnya padi. Namun menurut Alihamsyah et ai, (2003) pengembangan lahan rawa<br />
ya ng besar ini dihadapkan pada berbagai masalah fisiko-kimia lahan, dinamika kondisi<br />
tanah dan air dan beragamnya kesuburan alami tanah. Olehnya itu untuk keberhasilan<br />
an keberlanjutan pengembangan pertanian di lahan rawa memerlukan dukungan<br />
:.eknologi maju tepat guna serta rekayasa sosial ekonomi dan kelembangaan agribisnis.<br />
Merauke salah satu daerah di Papua yang memiliki lahan rawa yang luas. Luas<br />
rawa sekitar 850 ha tersebar pada tiga distrik (Distan Merauke 2007). Lahan<br />
e ·,a. di Merauke tergolong lahan rawa pasang surut yang mendapat pengaruh salinitas<br />
-; ~an adanya intrusi air laut. Pemanfaatan lahan pasang surut mulai dibuka pada<br />
2006 untuk tanaman pangan khususnya padi dan palawija. Namun demikian<br />
anfaatan lahan pasang surut tersebut masih menghadapi berbagai kendala,<br />
-- ungga masin belum mencapai hasil yang optimal. Kendala tersebut diantaranya<br />
~:~ I ah tingkat kesuburan tanah rendah dengan keragaman yang tinggi kemasaman<br />
~-a<br />
yang tinggi, potensi racun hara (besi dan Alminium), kondisi air tanah, laju<br />
_~ edasi kualitas lahan yang sangat cepat terutama jika terjadi salah kelola<br />
• lmihardja et aI., 1999).<br />
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang<br />
IT' miliki keunggulan pada kondisi lingkungan yang luas adalah dengan melakukan uji<br />
ultilokasi. Uji multilokasi umumnya digunakan untuk mengevaluasi tanaman pada<br />
suatu hamparan yang· luas yang merupakan target untuk lingkungan pertumbuhan<br />
tanaman (Berger et aI., 2007). Tanaman yang memperlihatkan stabilitas tinggi terhadap<br />
li ngkungan yang luas adalah merupakan suatu strategi bagi pemulia untuk<br />
mengembangkan varietas yang memiliki inteaksi genotipe-lingkungan rendah (Tai,<br />
8
-. <br />
... <br />
1971). Stabilitas hasil diukur berdasarkan variasi hasil dari berbagai kondisi lingkungan <br />
(Oeveland, 2001). Berdasarkan hal terse but maka dilakukan uji multilokasi beberapa <br />
galur harapan padi, jagung, dan kedelai untuk mendapatkan galur harapan yang <br />
berdaya hasil tinggi pada beberapa kondisi lingkungan, khususnya kondisi lingkungan di <br />
provinsi Papua. <br />
Untuk memenuhi permintaan atas kebutuhan padi, jagung dan kedelai yang<br />
semakin tinggi, Badan Utbang Pertanian melalui Balai Komoditas merakit dan melepas<br />
beberapa varietas unggul baru padi, jagung dankedelai yang berpotensi hasil lebih<br />
tinggi, serta tahan terhadap hama dan penyakit Melalui jaringan litkaji Balai _<br />
Komoditas bekerja sama dengan BPTP melakukan kegiatan pemuliaan partisipatif dan<br />
- 'i multi lokasi galur-galur harapan padi, jagung dan kedelai - dl Papua. Tujuan<br />
oeneJitian ini adalah untuk mengamati potensi hasil galur-galur harapan padi toleran<br />
salinitas tinggi, jagung toleran kekeringan dan galur harapan kedelai berdaya hasil<br />
. ggi pada berbagai lokasi dan menentukan pilihan terhadap galur-galur yang sesuai<br />
_c gan agroekosistem di Papua.<br />
Tujuan 2010<br />
engetahui daya adaptasi, daya hasil dan stabilitas 5 galur harapan padi sawah<br />
toleran salinitas tinggi dengan produktivitas tinggi (> 5 ton/ha) dari kondisi<br />
eksisting di kabupaten Merauke<br />
Mengetahui daya adaptasi, daya hasil dan stabilitas 5 galur harapan jagung toleran<br />
" 2 minggu) dengan produktivitas tinggi (>6 ton/ha) dari kondisi<br />
eksisting di kota Jayapura, dan kabupaten Jayapura.<br />
Mengetahui daya adaptasi, daya hasil dan stabilitas 5 galur harapan kedelai<br />
produktivitas tinggi ( > 2 ton/ha) dari kondisi eksisting di kabupaten Jayapura dan<br />
Kabupaten Keerom.<br />
Keluaran 2010<br />
1. Diperoleh 2-3 galur harapan padi sawah toleran salinitas tinggi dengan<br />
produktivitas tinggi (> 5 ton/ha) di Kab. Merauke.<br />
9
-. <br />
2. Diperoleh 2-3 galur harapan jagung toleran kekeringan dengan produktivitas tinggi<br />
(>6 ton/ha) di Kota Jayapura dan Kab. Jayapura.<br />
3. Diperoleh 2-3 galur harapan kedelai berproduktivitas tinggi ( > 2 ton/ha) di Kab.<br />
Jayapura dan Keerom.<br />
PERUMUSAN MASALAH<br />
Uji multilokasi genotype baru sering menampilkan perbedaan hasil yang<br />
berubah-ubah dari satu lokasi dengan lokasi lainnya. Suatu genotype memberikan hasil<br />
tertinggi di lokasi tertentu namun belum tentu di lokasi lainnya. Terdapatnya perbedaan<br />
an~.~__<br />
rata-rata hasil dengan potensi hasil disebabkan karena adanya kerentanan<br />
terhadap berbagai cekaman biotik dan abiotik.<br />
Faktor abiotik utama yang menyebabkan rendahnya produksi padi di Papua<br />
selain faktor biotik adalah temperatur rata-rata tahunan, ketersediaan air, ketersediaan<br />
i ara dan toksisitas. Dengan adanya variabilitas lingkungan yang mempengaruhi<br />
oduktivitas tanaman tersebut, maka diperlukan suatu cultivar tanaman yang toleran<br />
:.:: adap variabilitas lingkungan tertentu. Singh dan Bejiga, 1990) menyatakan bahwa<br />
ta riabilitas lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi penampilan suatu<br />
genotipe tanaman.<br />
Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi lahan untuk<br />
J€ ngembangan tanaman pangan cukup luas. Namun belum dimanfaatkan secara<br />
pti mal. Selain itu produktivitas tanaman khususnya tanaman pangan masih rendah.<br />
eh sebab itu diperlukan pemanfaatan lahan, teknologi budidaya tanaman secara<br />
ptimal dengan memperhatikan variabilitas lingkungan yang dapat mempengaruhi<br />
roduktivitas tanaman dan tenaga peneliti yang mempunyai kapasitas dan<br />
pengamalamannya dibidang penelitian siap melaksanakan penelitian sesuai dengan<br />
tujuan yang diharapkan.<br />
10
-. <br />
TINJAUAN PUSTAKA<br />
Pemuliaan di Indonesia secara umum bertujuan untuk menghasilkan varietas<br />
unggul berdaya hasil tinggi dan beradaptasi untuk berbagai agroekologi. Sejak tahun<br />
1990 program perakitan varietas pad~ jagung dan kedelai mulai diarahkan untuk<br />
beradaptasi spesifik agroekologi seperti lahan sawah (irigasi dan tadah hujan), lahan<br />
kering (masam dan bukan masam), lahan rawa, dan sebagainya (Arsyad et aI., 2007).<br />
Kegiatan pemuliaan tanaman diawali dengan melakukan seleksi terhadap varietas lokal<br />
dan introduksi. Introduksi adalah suatu upaya mendatangkan suatu kultivar tanaman<br />
dari suatu wilayah ke wilayah baru. Introduksi memegang peranan penting dalam<br />
perkembangan tanaman kedelai di I~donesia (Somaatmadja, 1985). Tanaman introduksi<br />
ini dapat langsung dikembangkan melalui proses adaptasi langsung. Selain itu,<br />
pengembangan tanaman introduksi dapat dilakukan dengan seleksi dan persilangan<br />
(Poespodarsono, 1988).<br />
cara pemilihan tanaman dapat dilakukan dengan seleksi massa atau galur murni.<br />
Seleksi massa didasarkan pada penampilan luar (fenotipe). Biji tanaman-tanaman yang<br />
terpilih disatukan dan dijadikan sebagai benih untuk generasi berikutnya. Seleksi galur<br />
murni dilakukan dengan memilih tanaman terbaik dari barisan terbaik. Tanaman yang<br />
terpilih secara individual dipanen terpisah dan diberi nomor sendiri untuk bahan tanam<br />
musim berikutnya (Mangoendidjojo, 2003). Poespodarsono (1988) menyatakan bahwa<br />
varietas yang dihasilkan dari seleksi massa tidak seseragam varietas yang dihasilkan<br />
dari seleksi galur murni, namun memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap perubahan<br />
lingkungan. Arsyad et al. (2007) menambahkan bahwa saat ini metode seleksi massa<br />
telah jarang digunakan untuk perakitan suatu varietas.<br />
Selain dengan metode seleksi pada plasma nutfah yang telah ada, pemuliaan<br />
dapat dilakukan melalui persilangan di antara individu-individu yang berbeda sifatnya<br />
lalu dilanjutkan dengan seleksi.<br />
Pengujian daya hasil meliputi tiga tahap pengujian, yaitu uji daya hasil<br />
pendahuluan (UDHP), uji daya hasil lanjutan (UDHL), dan uji multi lokasl (UML). Tahap<br />
uji daya hasil pendahuluan membutuhkan galur dalam jumah yang besar agar peluang<br />
untuk memperoleh galur yang hasilnya tinggi cukup besar pula. Tahap uji daya hasil<br />
11
- .. <br />
~ anjutan umumnya galur yang diuji berjumlah 10 - 20 galur, termasuk varietas unggul<br />
pembanding. Jumlah lokasi sekurang-kurangnya empat lokasi, selama 2 - 4 musim . .<br />
Selanjutnya, dilakukan uji multi lokasi terhadap 5 - 10 galur harapan dengan tujuan<br />
mengetahui daya adaptasi dari galur-galur harapan yang akan dilepas sebagai varietas<br />
baru (Sumarno, 1985).<br />
Perakitan varietas kedelai bertujuan untuk mendapatkan varietas kedelal yang<br />
berdaya hasil tinggi serta sesuai pada berbagai agroekosistem. Menurut Arsyad etal.<br />
(2007) dasar pertimbangan perakitan varietas unggul kedelai adalah (a) spesifik<br />
agroekosistem, (b) kesesuaian potensi hasil dan kualitas produk dengan kebutuhan<br />
konsumen, (c) stabilitas hasil tinggi (tahan hama-penyakit, toleran kekeringan, dan<br />
'Keracunan hara), (d) memiliki kemampuan aktivitas fotosintesis yang tinggi, (e) umur<br />
genjah untuk lahan sawah « 75 hari), (f) umur sedang dengan daya hasil tinggi, (g)<br />
pengembangan untuk daerah luar Jawa, seperti Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara,<br />
Papua, dan Kalimantan.<br />
12
- .. <br />
METODOLOGI<br />
Uji multilokasi masing-masing 5-6 galur harapan padi toleran salinitas tinggi,<br />
kedelai dengan produktivitas tinggidan jagung toleran kekeringan (> 2 Minggu)<br />
dengan produktivitas (>20%) dari ko'ndisi eksisting di Papua dilaksanakan pada daerah<br />
pengembangan utama padi di kampung Kuprik, Distrik Semangga, Kab. Merauke., dan<br />
daerah pengembangan kedelai dan jagung di kabupaten Jayapura, Keerom dan kota<br />
Jayapura. Penelitian akan dilaksanakan pada MK 2010 selama 10 bulan mulai bulan<br />
Maret - Desember 2010.<br />
Kegiatan lapangan dilaksanakan pada MK 2010 yang terdiri dari 3 kegiatan yaitu:<br />
Uj; Multilokasi Galur-Galur Harapan Padi Toleran Salinitas.<br />
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)<br />
dengan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari 17 galur harapan padi<br />
toleran salinitas yaitu IR72049-B-R-22-3-1-1, IR78788-B-B-l0-1-2-4-AJY1, IR77674-3B<br />
8-1-3-13-12-AJY2, IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1, IR74099-AC7, IR79879-B-P-2-2,<br />
IR51499-2B-29-2B-l-l, IR72593-B-13-3-3-1, IR66946-3R-178-1-1 (FL478), BW267-3,<br />
IR58427-5B-15, IR68653-3B-22-3, CSR-90IR-2, IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2, IR71829<br />
3R-28-1, IR72046-B-R-8-3-1-2, IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4, dan 3 varietas pembanding<br />
yaitu Ciherang, Lambur dan IR-29.<br />
Kegiatan ini dilaksanakan secara on farm dengan rakitan-rakitan teknologi<br />
spesifik lokal. - Komponen-komponen teknologi yang diterapkan, seperti terlihat pada<br />
Tabel 1. berikut ini.<br />
13
Tabel 1. Komponen teknologi yang diterapkan pada Padi, di Kab Merauke tahun 2010<br />
No. Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman<br />
1. Pengolahan tanah Sempurna, dibuat saluran drainase<br />
2. va rietas/GaI ur . ~7 Galur harapan padi yaitu IR72049-B-R-22-3-1<br />
·1, IR78788-B-B-10-1-2-4-AJY1, IR77674-3B-8-1<br />
3-13-12-AJY2, IR77664-B-25-1-2-1-:-3-12-5-AJY1,<br />
IR74099-AC7, IR79879-B-P-2-2, IR51499-2B-29<br />
2B-1-1, IR72593-B-13-3-3-1, IR66946-3R-178-1-1<br />
(FL478), BW267-3, IR58427-5B-15, IR68653-3B<br />
22-3, CSR-90IR-2, IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2,<br />
IR71829-3R:-28-1, IR72046-B-R-8-3-1-2,<br />
IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4,dan 3 varietas<br />
pendamping yaitu Oherang, Lambur dan IR-29.<br />
3 Kebutuhan benih 20-25 kg/ha<br />
4. Pembibitan/pesemaian Pesemaian basah<br />
5. Jumlah tanaman/benih per 1-2 tan/lubang<br />
lubang tanam<br />
4. Jarak tanam Tegel 20cm x 20 em<br />
5. Pemupukan Urea: 250kg/ha<br />
SP36: 100kg/ha<br />
KCI : 100kg/ha<br />
(Pupuk Nitrogen berdasarkan BWO)<br />
6. Pengairan Intermitten<br />
7. Penyiangan Pengendalian gulma terpadu<br />
8. Pengendalian<br />
Pengendalian hama terpadu<br />
hama/penyakit<br />
9. Panen dan Pascapanen Tepat waktu dan prosessing dengan alat dan<br />
mesin<br />
Cakupan ana/isis<br />
Analisis yang digunakan adalah fasilitas uji: analisis varians, uji beda, analisis<br />
regresi dan analisis kuantifatif. Cakupan analisis meliputi analisis data pertumbuhan dan<br />
produktivitas tanaman, cita rasa, dan tanggapan petani melalui organoleptik. Varietas<br />
galur yang dianggap stabil berarti lebih tahan terhadap perubahan lingkungan atau<br />
daya adaptasinya tinggi.<br />
14
-..<br />
..<br />
Pengumpulan data<br />
Data yang dikumpulkan meliputi :<br />
1. Pengukuran tingkat salinitas lahan.<br />
Dilakukan pada saat pindah tanam, primordial bunga dan fase pembungaan.<br />
2. Toleransi galur terhadap cekaman salinitas pada fase vegetatif<br />
Diamati satu bulan setelah pindah tanam. Penilaian mengacu pada SES (IRRI,<br />
1996) sebagai berikut :<br />
: ([tiE] .( (eGti1t<br />
1 Pertumbuhan nonnal tidak ada Qeiala keracunan pada daun<br />
3 Pertumbuhan normal, tetapi ujung daun atau beberapa daun memutih<br />
dan menggulung.<br />
5 Pertumbuhan daun terhambat, sebagian besar daun menggulung, hanya<br />
beberapa memanjang.<br />
7 Pertumbuhan terhenti, sebagian besar daun mengering, beberapa<br />
rumpun tanaman mati.<br />
9 Hampir semua tanaman mati<br />
,<br />
3. Tingkat toleransi galur terhadad cekaman salinitas pada fase generatif.<br />
4. Tinggi tanaman.<br />
Diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai paling tinggi, dilakukan terhadap<br />
10 (sepuluh) rumpun tanaman per plot yang dipilih secara acak.<br />
5. Jumlah anakan.<br />
Jumlah anakan yang dimiliki oleh sebagian besar tanaman, dilakukan terhadap 10<br />
(sepuluh) rumpun tanaman per plot secara acak<br />
6. Bentuk rumpun<br />
Kompak atau berserak<br />
7. Umur berbunga 50%.<br />
15
-. <br />
Dihitung jumlah hari mulai dan tanggal sebar benih sampai 50% dari rumpun<br />
berbunga.<br />
8. PACP (Phenotypic acceptability at Maturity)<br />
Skoring yang . mencerminkan penerimaan penampilan varietas oleh petani dimana<br />
percobaan dilakukan.<br />
9. SP Felt (Fertilisasi malai)<br />
Dihitung jumlah gabah hampa dan gabah isi per rumpun contoh dilakukan terhadap<br />
4 (empat) rumpun tanaman tanaman per plot yang dipilih secara acak.<br />
10. Bobot 1.000 butir gabah (g)<br />
limbang 1.000 butir gabah isi dan ukur kadar airnya segera setelah penimbangan<br />
tersebut<br />
11. Hama dan Penyakit<br />
Skonng keberadaan hama dan penyakit pada saat galur diuji sesuai dengan scoring<br />
SES (IRRI, 1996).<br />
12. Hasil per plot<br />
Hitung jumlah rumpun terpanen pada saat panen, kemudian dirontok, ditampi dan<br />
ditimbang hasil gabah bersih per plot pada kadar air 14%.<br />
13. Jumlah rumpun tanaman per petak saat panen<br />
14. Pengukuran kadar salinitas air tiap 7 han.<br />
Uji Multilokasi Galur-Galur Harapan Jagung Toleran Kekeringan<br />
Penelitian dilaksanakan pada MK 2010 mulai bulan Juli/Agustus<br />
Oktober/November 2010 pada lahan petani di wilayah pengembangan tanaman pangan<br />
yaitu kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom dan Kota Kota Jayapura dengan<br />
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuan yang<br />
digunakan terdiri dari 10 galur harapan jagung toleran kekeringan dan dua varietas<br />
pembanding yaitu Sukmaraga dan Srikandi Putih .<br />
Kegiatan ini dilaksanakan secara on farm dengan rakitan-rakitan teknologi<br />
spesifik· loka!. Komponen-komponen teknologi yang diterapkan, seperti terlihat pada<br />
Tabel 2, berikut ini.<br />
16
-..<br />
Tabel 2.<br />
Komponen teknologi yang . diterapkan pada jagung, · di Kab dan · kota<br />
Jayapura, serta Kab. Keerom tahun 2010<br />
No. .Komponen Teknologi PengelolaanTanaman<br />
1. Pengolahan tanah Sempurna dibuat saluran drainase<br />
.<br />
2. Varietas 10 Galur Harapan Jagung , 2 varietas<br />
pembanding Sukmaraga dan Srikandi putih<br />
3 Kebutuhan benih 15-20 kg/ha<br />
4. Pembibitan/pesemaian Tanam langsung<br />
5. Jumlah tanaman/benih per 2-3 benih/lubang<br />
lubang tanam<br />
4. Jarak tanam 75cmx45cm<br />
5. Pemupukan Urea: 250kg/ha<br />
SP36: 100kg/ha<br />
KCI : 100kg/ha<br />
6.<br />
(Pupuk Nitrogen berdasarkan BWD)<br />
Pengairan -<br />
7. Penyiangan Pengendalian gulma terpadu<br />
8. Pengendalian<br />
Pengendalian hama terpadu<br />
hama/penyakit<br />
9. Panen dan Pascapanen Tepat waktu dan prosessing dengan alat dan<br />
mesin<br />
Cakupan ana/isis<br />
Analisis yang digunakan adalah fasilitas uji: analisis varians, uji beda, analisis<br />
regresi dan analisis kuantifatif. cakupan analisis meliputi analisis data pertumbuhan dan<br />
produktivitas tanaman, cita rasa, dan tanggapan petani melalui organoleptik. Varietas<br />
galur yang dianggap stabil berarti lebih tahan terhadap perubahan lingkungan atau<br />
daya adaptasinya tinggi.<br />
Pengumpu/an data<br />
Data yang dikumpulkan meliputi : linggi tanaman 30 HST, linggi Tanaman saat<br />
panen, jumlah tongkol, Panjang tongkol, Jumlah baris per tongkol, Berat 100 bijl, Hasil<br />
Ctjha).<br />
17
.... <br />
... <br />
UjiMultilokasi Galur-Galur Harapan kedelai produktivitas tinggi.<br />
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli/Agustus- Oktober/November 2010 pada<br />
lahan petani di wilayah pengembangan tanaman pangan di tiga Kabupaten yaitu<br />
Kabupaten Jayapura dan Kabupeten Keerom serta kota Jayapura dengan menggunakan<br />
raneangan aeak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri<br />
dari 8 galur harapan kedelai produktivitas tinggi yaitu U-SOS-l-l, U-80S-1-1, V-92-1-2,<br />
V-129-1-2, V-1S9-1-3, V-284-2-2, V-421-1-2, V-933-2-2,<br />
dan 3 varietas pembanding<br />
yaitu Anjasmoro, Grobongan dan Tanggamus.<br />
. . .<br />
Kegiatan ini dilaksanakan secara on farm dengan rakitan-rakitan teknologi<br />
spesifik loka!. Komponen-komponen teknologi yang diterapkan, seperti terlihat pada<br />
Tabel 1, berikut ini.<br />
Tabel3.<br />
Komponen teknologi yang diterapkan pada kedelai, di Kab. Jayapura dan<br />
Kota Jayapura, serta Kab. Keerom tahun 2010<br />
No. Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman<br />
1. Penqolahan tanah Sempurna dibuat saluran drainase<br />
2. Varietas 8 Galur Harapan kedelai · yaitu U-SOS-l-l, U-80S<br />
1-1, V-92-1-2, V-129-1-2, V-1S9-1-3, V-284-2-2,<br />
V-421-1-2, V-933-2-2, dan 3 varietas pembanding<br />
Anjasmoro Brobogan dan Tanggamus.<br />
3 Kebutuhan benih 40-60 kq/ha<br />
4. Penanaman Tanam dengan eara ditugal<br />
5. Jumlah tanaman/benih per 2 benih/lubang<br />
lubang tanam<br />
4. Jarak tanam 40 x 15 em<br />
5. Ukuran Petak 3,2 x 4,5 m (8 baris tan/petak, 30 rumpun/baris)<br />
atau 14,4 m 2 •<br />
6. Pemupukan Urea: 50 kg/ha<br />
SP36: 75 kg/ha<br />
KCI : 100 kg/ha<br />
7. Penyiangan Pengendalian -.9ulma terpadu<br />
8. Pengendalian<br />
Pengendalian ham a terpadu<br />
hama/penyakit<br />
Panen dan Pascapanen Tepat waktu dan prosessing dengan alat dan<br />
mesin<br />
18
-.. <br />
cakupan ana/isis<br />
Analisis yang digunakan adalah fasilitas uji: analisis varians, uji beda, analisis<br />
regresi dan analisis kuantifatif. cakupan analisis meliputi analisis data pertumbuhan dan<br />
produktivitas tanaman, cita rasa, daJ1 tanggapan petani melalui organoleptik. Varietas<br />
galur yang dianggap stabil berartilebih tahan terhadap perubahan lingkungan atau<br />
daya adaptasinya tinggi.<br />
Pengumpu/an data<br />
Data yang dikumpulkan meliputi : Umur berbunga, tinggi tanaman saat berbunga, umur<br />
masak, tinggi tanaman saat masak, jumlah cabang, jumlah polong, hasil (bobot)<br />
berangkasan kering (gram/plot), hasil biji (gram/plot), bobot 100 biji (gram), gangguan<br />
hama dan penyakit, analisis tanah, curah hujan dsb.<br />
19
-. <br />
HASIL DAN PEMBAHASAN <br />
Uji Multilokasi Galur-Galur Harapan Padi Toleran Salinitas<br />
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kampung Kuprik, Distrik Semangga, Kab.<br />
Merauke. Lokasi terse but berada dekat dari sungai Maro. Tanggal semai : 4 Jull 2010.<br />
Daya kecambah setiap galur dan varietas padi yang toleran pada lahan-Iahan salinitas<br />
di kabupaten Mereuke menunjukkan daya kecambah yang berbeda (Tabel 4).<br />
Tabel 4. Daya kecambah benih setelah perendaman padi.<br />
[Jt~-:--l'- .- ~--,-- - --(~;{iirrm.~::<br />
"~!,.!;!! ~"- ..... <br />
• r ;-;:<br />
,<br />
,~~<br />
- -- -.<br />
~. -."_ .... x , .,I • . - .' , , <br />
1. IR72049-B-R -22-3-1-1<br />
2. IR78788-B-B-l0-1-2-4-AJYl<br />
3. IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2<br />
4. IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJYl<br />
5. IR74099-AC7<br />
6. IR79879-B-P-2-2<br />
7. IR51499-2B-29-2B-l-l<br />
8. IR72593-B-13-3-3-1<br />
9. IR66946-3R-178-1-11FL478)<br />
10. BW267-3<br />
11. IR58427-5B-15<br />
12. IR68653-3B-22-3<br />
13. CSR-90IR-2<br />
14. IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2<br />
15. IR71829-3R-28-1<br />
16. IR72046-B-R-8-3-1-2<br />
17. IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4<br />
18. Ciherang<br />
19. Lambur<br />
20. IR-29<br />
-"-, .- -, . - - -<br />
l~r..\rr:-1~(:"(·~Ji.lir.ll<br />
_((VI!)<br />
100<br />
100<br />
100<br />
100<br />
100<br />
100<br />
100<br />
100<br />
100<br />
25<br />
25<br />
75<br />
95<br />
100<br />
100<br />
95<br />
35<br />
25<br />
95<br />
75<br />
Daya kecambah benih padi toleren salinitas sebagian besar (14 galur)<br />
menunjukan kemampuan berkecambahan yang baik atau 100% benih berkecambah, 1<br />
galur dan 1 varietas berdaya kecambah 75% serta 3 galur dan 1 varietas mempunyai<br />
daya kecambah yang kurang baik atau hanya 35-25%. Hal ini diduga karena<br />
kemampuan daya kecambah benih kurang toleran pada lahan-Iahan salinitas, dan<br />
20
sesuai dengan hasil analisis air pada saat persemaian menunjukan kadar sanilitas yang<br />
cukup tinggi (1 promil) yang tergolong dalam air payau dan melebih kadar maksimum<br />
(0,5 promil) untuk air bukan payau (Tabel 7).<br />
Setelah 10 hari benih disebar, terdapat beberapa beberapa galur yang<br />
menunjukan pertumbuhan yang tidak "normal yaitu galur BW267-3 tidak tumbuh, galur<br />
IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 dan varietas Oherang menujukan pertumbuhan yang<br />
kurang bagus. Kondisi bibit padi setelah 10 hari dapat dilihat pada Tabel 5.<br />
Tabel 5. Keadaan bibit padi pada umur 10 hari setelah semai<br />
: I.'Ct ,<br />
., , ' ..... (~~fiB~JiY~<br />
~ • ~ J.,. _<br />
~;i·i;(rf~~ j : jl~ll ",<br />
.'<br />
j<br />
. J~Q<br />
- ,;.:-.: ~ ,i ;.1)";1",<br />
.<br />
1. IR72049-B-R-22-3-1-1 Baik<br />
2. IR78788-B-B-l0-1-2-4-AJYl baik<br />
3. IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 Sedang<br />
4. IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJYl Baik<br />
5. IR74099-AC7 Baik<br />
6. IR79879-B-P-2-2 Baik<br />
7. IR51499-2B-29-2B-l-l Sedan~<br />
8. IR72593-B-13-3-3-1 Baik<br />
9. IR66946-3R-178-1-1 (FL478) Sedang<br />
10. BW267-3 Tidak tumbuh<br />
11. IR58427-5B-15 Kurang<br />
12. IR68653-3 B-22-3 Kuranq<br />
13. CSR-90IR-2 Baik<br />
14. IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 Sedang<br />
15. IR71829-3R-28-1 Baik<br />
16. IR72046-B-R-8-3-1-2 Baik<br />
17. IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 Sangat kurang<br />
18. Ciherang Sangat kurang<br />
19. Lambur Kuranq<br />
20. IR29 Sedang<br />
-<br />
Bibit padi pada umur 10 hari menujukan pertumbuhan yang berbeda setiap galur<br />
dan varietas. Galur dan varietas padi yang mempunyai daya . kecambah rendah<br />
mempunyai pertumbuhan bibit yang kurang baik bahkantidak tumbuh. Terlihat pada<br />
galur BW267-3 tidak tumbuh dan yang sangat kurang pertumbuhanya galur IR77674<br />
3B-8-2-2-8-3-AJY4 dan varietas Oherang. Kondisi bibit di persemaian yang tergolong<br />
sangat kurang sampai kurang menunjukan jumlah bibit yang rendah atau sedikit,<br />
21
~,<br />
.... <br />
sehingga penanaman di lakukan hanya 1 bibitjlubang. Hal ini disebabkan karena benih<br />
yang berkecambah dan tumbuh jumlahnya menurun karena kemampuan bibit<br />
beradaptasi pada lahan-Iahan salinitas tinggi.<br />
Toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas setiap fase pertumbuhan<br />
tanaman tidak menunjukan adanya ' g~jala pertumbuhan tidak normal hal ini dapat<br />
dilihat dari hasil scoring toleransi pada Tabel 6.<br />
Tabel 6. Skoring Toleransi terhadap cekaman salinitas pada fase vegetatif dan<br />
generative.<br />
' .. ,<br />
Fase Tanamanj;'<br />
" ,' .. ,. '~:.<br />
,<br />
~~<br />
Genotipe "<br />
Veg~tatif .<br />
G~H,eratif<br />
1 IR72049-B-R-22-3-1-1<br />
0 0<br />
2 IR78788-B-B-l0-1-2-4-AJY1 0<br />
0<br />
3 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2<br />
0 0<br />
4 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1<br />
0 0<br />
5 IR74099-AC7<br />
0<br />
0<br />
6 IR79879-B-P-2-2 0<br />
0<br />
7 IR51499-2B-29-2B-1-1 0<br />
0<br />
8 IR72593-B-13-3-3-1 0 0<br />
9 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) 0 0<br />
10 BW267-3<br />
-<br />
-<br />
11 IR58427-5B-15<br />
0<br />
0<br />
12 IR68653-3B-22-3<br />
0<br />
0<br />
13 CSR-90IR-2 0<br />
0<br />
14 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2<br />
0<br />
0<br />
15 IR71829-3R-28-1 0<br />
0<br />
16 IR72046-B-R-8-3-1-2<br />
0<br />
0<br />
17 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4<br />
0<br />
0<br />
18 Oherang -<br />
-<br />
19 Lambur 0<br />
0<br />
20 IR29 0<br />
0<br />
Dari hasil skoring yang dilakukan pada daun bendera terlihat bahwa baik pada<br />
fase vegetative dan generative tidak menunjukan adanya pertumbuhan yang t1dak<br />
normal atau gejala keracunan pada daun bendera, hal ini menunjukan bahwa semua<br />
galur dan varietas yang diujicobakan sangat toleran terhadap cekaman salinitas kecuali<br />
galur IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 dan varietas Oherang.<br />
22
Galur dan varietas yang diuji mempunyai respon terhadap pertumbuhan tinggi<br />
tanaman dan jumlah malai yang terbentuk berbeda-beda hal ini dapat dilihat pada Tabel<br />
dibawah ini.<br />
Tabel 7. Rata-rata linggiTanaman mefljelang panen dan jumlah malai<br />
No<br />
Galur/Veriatas<br />
linggi Tanaman<br />
Maksimum (cm)<br />
Jumlah malai<br />
1 IR72049-B-R-22-3-1-1 126.70 1"h5<br />
2 IR78788-B-B-l0-1-2-4-AJYl 132.70 1~4<br />
3 IR77674-3B-8~1-3-13-12-AJY2 123.80 13r4<br />
4 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJYl 94.00 1910<br />
5 IR74099-AC7 102.40 12,2<br />
6 IR79879-B-P-2-2 109.50 12,9<br />
7 IR51499-2B-29-2B-l-l 113.40 14/8<br />
8 IR72593-B-13-3-3-1 102.40 11/7<br />
9 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) 105.90 1212<br />
10 BW267-3 - -<br />
11 IR58427-5B-15 107.30 137<br />
12 IR68653-3B-22-3 114.40 127<br />
13 CSR-90IR-2 128.20 16,4<br />
14 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 125.80 12,0<br />
15 IR71829-3R-28-1 113.30 1"h6<br />
16 IR72046-B-R-8-3-1-2 108.90 1513<br />
17 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 113.60 12 L<br />
5<br />
18 Ciherang - -<br />
19 Lambur 114.00 13,4<br />
..<br />
20 IR-29<br />
94.60 152<br />
Respon pertumbuhan terhadap tinggi tanaman dan jumlah malai menunjukan<br />
perbedaan genetik tiap galur dan varietas. Galur dan varietas yang mampu beradaptasi<br />
pada lahan-Iahan salinitas tinggi marnpu tumbuh dan berkembang serta membentuk<br />
malai. Galur BW267-3 dan varietas Ciherang tidak mampu tumbuh dan berkembang<br />
pada kondisi lahan dengan salinitas tinggi sehingga tanaman-tanaman tersebut mati.<br />
Tanaman padi yang mempunyai tinggi tanaman paling tinggi di capai pada IR78788-B<br />
B-lo-l-2-4-AJYl (132.07 cm) dan terendah galur IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJYl<br />
(94,00 cm) dan varietas IR-29 (94,06 cm). Walaupun galur IR77664-B-2S-1-2-1-3-12<br />
23
5-AJYl dan varietas lR-29 mempunyai penampilan tanaman lebih rendah dari pada<br />
galur dan varietas lainnya namun kedua genotype ini mampu membentuk jumlah malai<br />
paling tinggi (19,00 dan 15,7 helai) dibandingkan dengan genotype yang lainnya.<br />
Perturnbuhan tanaman yang berjalan normal akan mampu menghasilkan<br />
panjang malai, jumlah gabah dan persentase gabah isi yang maksimal pula. Hal ini<br />
terlihat dari Tabel 8, setiap galur dan varietas berbeda akan menghasilkan jumlah yang<br />
berbeda.<br />
Tabel 8. Rata-rata Panjang malai, jumlah gabah dan persentase gabah isi.<br />
No<br />
--_. ,-<br />
Galur/Veriatas<br />
Panjang<br />
Malai (em)<br />
Jumlah<br />
Gabah/malai<br />
(butir)<br />
Gabah lsi<br />
(%).<br />
1 lR72049-B-R -22-3-1-1 250 139,3 722<br />
2 lR78788-B-B-l0-1-2-4-AJYl 26,3 131,5 692<br />
3 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 267 922 679<br />
4 lR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJYl 225 1214 653<br />
5 lR74099-AC7 22,7 1111 84,1<br />
6 IR79879-B-P-2-2 23,2 1259 74,2<br />
7 IR51499-2B-29-2B-l-l 24,2 917 72 L 5<br />
8 IR72593-B-13-3-3-1 23,1 1190 78,6<br />
9 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) 22,3 1477 74,8<br />
10 BW267-3 - - -<br />
11 lR58427-5B-15 24,9 1065 66 J 8<br />
12 lR68653-3B-22-3 23,0 104 3 80,4<br />
13 CSR-90IR-2 25,4 112,6 56,7<br />
14 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 25,8 1134 63[0<br />
15 lR71829~3R-28-1 25 1 138,8 378<br />
16<br />
17<br />
lR72046-B-R-8-3-1-2 23,9 103 J 2 834<br />
lR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 245 112,5 819<br />
18 Ciherang - - -<br />
19 Lambur 232 138,0 535<br />
20 IR-29 . 227 98,7 729<br />
Dari tabel diatas terlihat bahwa galur lR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 dan galur<br />
IR78788-B-B-1O-1-2-4-AJYl mempunyai panjang malai paling panjang yaitu 26,3 - 26,7<br />
an, jumlah gabah/malai tertlnggi diperoleh galur IR72049-B-R-22-3-1-1 (139,3 butir)<br />
24
dan terendah galur IR51499-2B-29-2B-l-l (91,7 butir)i demikian pula dengan<br />
persentase gabah isi diperoleh galur IR74099-AC7 (84,1 %) dan yang terendah<br />
pesentase gabah isinya adalah galur IR71829-3R-28-1 (37,8%) persentase gabah isi<br />
yang diperoleh tidak mencapai 50%.<br />
Besar kecilnya ukuran padi ditentukan oleh berat 1000 butir gabah, setiap galur<br />
dan varietas mempunyai ukuran yang berbeda-beda, hal ini dapat terlihat pada Tabel 9<br />
dibawah ini.<br />
Tabel 9. Rata-rata Berat 1000 butir gabah, Produktivitas.<br />
No<br />
Galur/Veriatas<br />
Berat 1000 butir<br />
gabah (g)<br />
Produksl GKG<br />
(t/ha)<br />
1 IR72049-B-R-22-3-1-1 20,0 3.85<br />
2 IR78788-B-B-l0-1-2-4-AJYl 24,7 5,83<br />
3 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 28,7 6,25<br />
4 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJYl 21,3 6,14<br />
5 IR74099-AC7 22,0 5,62<br />
6 IR79879-B-P-2-2 26,7 556<br />
7 IR51499-2B-29-2B-l-l 24,7 490<br />
8 IR72593-B-13-3-3-1 22,0 3.90<br />
9 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) 25,3 456<br />
10 BW267-3 - -<br />
11 IR58427-5B-15 22,0 593<br />
12 IR68653-3B-22-3 22,0 4,12<br />
13 CSR-90IR-2 260 625<br />
14 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 28,0 644<br />
15 IR71829-3R- 28-1 22,7 314<br />
16 IR72046-B-R-8-3-1-2 20,7 631<br />
17 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 24,7 6,60<br />
18 Ciherang - -<br />
19 Lambur 24,7 6,14<br />
20 IR-29 22,0 643<br />
Tabel 9 memperlihatkan berat tertinggi 1000 butir gabah diperoleh pada galur<br />
IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 (28,7 gr) dan terendah pada galur IR72046-B-R-8-3-1-2<br />
(20,7 gr). Hal ini menunjukan bahwa galur IRn674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 mempunyai<br />
butir padi lebih besar dan galur IR72046-B-R-8-3-1-2 mempunyai butir gabah paling<br />
25
kecil bila dibandingkan dengan yang lainnya. Sedangkan produkti tertinggi diperoleh<br />
pada galur IR77674-3B-S-2-2-S-3-AJY4 (6,60 ton/ha) dan terendah pada galur IR71S29<br />
3R-2S-1(3.14 ton/ha)<br />
Untuk mengetahui kadar salinitas air dan tanah selama pertumbuhan dilakukan<br />
pula analsis terhadap air di areal persemaian dan areal penanaman serta analisis tanah<br />
persemaian. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.<br />
Tabel 10. Hasil analisis tanah pada areal persemaian padi toleran salinitas tinggi<br />
Parameter<br />
Hasil Penguiian<br />
• pH<br />
• H 2 O 5.68<br />
• KCI 5.01<br />
• Tekstur 3 fraksi (Texture 3 fractions) :<br />
• Pasir (Sand), % 25<br />
• Debu (Silt), % 51<br />
• Uat (Gay), % 24<br />
• P 2 0 S potensial (P 2 0 S potential1 mg/lOO J]r.· 54<br />
• K 2 0 potensial (K 2 0 potentialh mJ]/100 JJr 167<br />
• P 2 0 S tersedia (P 2 0 S available), ppm 21<br />
• K 2 0 tersedia (K 2 0 available), ppm 259<br />
• C-organik (Organic Carbon), % 3.75<br />
• N (Nitrogen), % 0.35<br />
• _
5. Zn 2+ (mg/L) .<br />
6. Cb (Chlorine Total) (mg/L)<br />
7. Cu 2 + (mg/L)<br />
8. Kejenuhan Oksigen dim air<br />
(%)<br />
0.1<br />
0.1<br />
100<br />
0.04<br />
0.04<br />
0.08<br />
91<br />
0.01<br />
0.14<br />
0.25<br />
90<br />
Uji Multilokasi Galur-Galur Harapan Jagung Toleran Kekeringan<br />
Uji multilokasi galur harapan jagung toleran kekeringan<br />
produktivitas tinggl<br />
dilaksanakan di Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom dengan<br />
waktu tanam yang berbeda pada setiap kabupaten, sehingga penanaman tidak dapat<br />
dilakukan seeara bersamaan. Rata-rata umur berbunga, tinggi tanaman pada umur 35<br />
HSf dan jumlah tongkal dapat dilihat pada Tabel 12.<br />
Tabel 12.<br />
Lokasi<br />
Rata-rata tinggi tanaman pada umur 35 HSf, umur berbunga, dan jumlah<br />
tongkal per tanaman jagung.<br />
Galur/<br />
varietas<br />
Tinggi<br />
tanaman 35<br />
HSf (em)<br />
Tinggi<br />
tanaman 40<br />
HSf (em)<br />
Umur<br />
berbunga<br />
(hari)<br />
Tongkol per<br />
tanaman<br />
Arso 1 210.20 164.03 41.67 1.00<br />
Keerom 2 201.93 172.47 35.67 1.00<br />
3 208.13 169.37 43.33 1.00<br />
4 175.13 149.37 42.33 1.00<br />
5 174.23 167.83 37.67 1.00<br />
6 177.47 153.57 37.67 2.00<br />
7 196.40 167.67 40.00 1.00<br />
8 181.60 141.43 37.00 1.00<br />
9 193.47 140.37 37.00 1.00<br />
10 191.40 162.83 33.00 1.00<br />
11 182.87 142.03 42.33 1.00<br />
12 185.20 158.20 37.00 1.00<br />
Respon pertumbuhan dan produksi setiap galur dan varietas jagung menunjukan<br />
adanya perbedaan. Rata-rata tinggi tanaman setiap galur dan varietas berkisar antara<br />
175.13-210.20 em, umur berbunga jagung berkisar antara umur 33.00-43.33 hari,<br />
27
.. . <br />
sedangkan jumlah tongkol yang terbentuk rata-rata hanya mampu membentuk 1<br />
tongkal kecuali galur No.6 mampu membentuk 2 tongkol.<br />
Setiap galur dan varietas akan menghasilkan produksi yang berbeda, hal ini<br />
terlihat pada Tabel 13, dimana berat tongkol kering, berat 100 biji, berat per petak dan<br />
jumlah tongkol per petak pada pertanaman jagung menghasilkan jumlah yang berbeda<br />
setiap jenis yang berbeda.<br />
Tabel 13.<br />
Lokasi<br />
Rata-Rata Berat Tongkol Kering, Berat 100 Biji, Berat Per Petak dan Jumlah<br />
Tongkol Per Petak Per Tanaman Jagung.<br />
Galur/<br />
varietas<br />
Berat<br />
tongkol ·<br />
kering<br />
(qr)<br />
Berat<br />
100 biji<br />
(gr)<br />
Berat per<br />
petak (~g)<br />
Jumlah<br />
Tongkol<br />
- per petak<br />
Produktivitas<br />
(ton/ha)<br />
Arso 1 122.00 30.46 8.05 83.57 5,4<br />
Keerom 2 123.26 22.60 5.96 66.50 4,0<br />
3 126.43 19.45 8.67 96.37 5,8<br />
4 136.41 24.47 7.32 66.93 4,9<br />
5 105.65 16.56 5.05 60.73 3,4<br />
6 151.82 22.57 10.11 80.97 6,7<br />
7 102.15 21.24 5.20 62.23 3,5<br />
8 95.88 21.21 7.60 95.09 51<br />
9 122.90 20.73 9.14 . 91.78 6,1<br />
10 165.33 27.10 ·8.41 65.77 56<br />
11 116.74 21.39 5.87 67.73 39<br />
12 156.82 20.76 9.86 73.93 6,6<br />
Dari tabel diatas terlihat bahwa galur/varietas no 10 dan 12 dapar menghasilkan<br />
berat tongkol tertinggi yaitu 156,82 gr dan 165,33 gr bila dibandingkan dengan<br />
galur/varietas lainnya dan yang terendah pada galur/varietas no 8 yaitu 95.88 gr. Pada<br />
berat 100 biji tertinggi diperoleh pada galur/varietas no 1 (30.46 gr) dan terendah no 5<br />
(16.56 gr), sedangkan pada jumlah tongkol per petak galur/varietas no 3 (96,37 buah)<br />
menghasilkan jumlah tonggol yang tertinggi dan yang paling rendah adalah<br />
galur/varietas no 7 (62,23 buah) dan berat per petak tertinggi di peroleh galur/varietas<br />
no 6 (10,11 kg) dan terendah pada galur/varietas no. 5 (5.05 kg). Hal ini menujukan<br />
bahwa galur/varietas no 6 tersebut lebih toleran terhadap cekaman lingkung bila<br />
dibandingkan galur/varietas yang dicobakan.<br />
28
Hasil pertumbuhan dan produksi jagung ini belum dapat dibandingkan dengan<br />
lokasilainnya di Nimbokrang dan Koya Barat karena pada saat ini tanaman pada 2<br />
lokasi tersebut masih berumur 35 hari setelah tanam.<br />
UjiMultilokasiGalur-Galur Harapan kedelaiproduktivitas tinggi.<br />
Uji multilokasi galur harapan kedelai produktivitas tinggi dilaksanakan di<br />
Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom dengan waktu tanam yang<br />
berbeda padasetiap kabupaten, sehingga penanaman tidak dapat dilakukan secara<br />
bersamaan. Rata-rata umur berbunga, tinggi tanaman pada umur 30 HST dan saat<br />
panen serta jumlah cabang dapat dilihat pada Tabel 14.<br />
Tabel14. Rata-rata umur berbunga, tinggi tanaman pada umur 30 HST da"c$~<br />
serta jumlah cabang tanaman kedelai.<br />
u Tinggi Tinggi ,<br />
Lokasi GalurIVarietas B :;,ur Tanaman 30 Tanaman Jumlah l<br />
er unga HST (cm) ' Panen (cm) Cabang<br />
Nimbokrang U-505-1-1 33.33 60.17 68.70 3.57<br />
Jayapura U-805-1-1 32.67 62.23 68.73 3.70<br />
V-92-1-2 34.00 59.47 71.67 4.50<br />
V-129-1-2 36.67 77.20 73.13 3.67<br />
V-159-1-3 38.00 60.90 63.67 4.50<br />
V-284-2-2 37.00 58.80 69.33 3.53<br />
V-421-1-2 36.00 62.63 66.57 5.37<br />
V-933-2-2 34.33 62.10 63.90 4.27<br />
Anjasmoro 32.33 65.63 65.87 4.23<br />
Grobogan 26.67 55.33 57.39 2.87<br />
Arso 2 U-505-1-1 34.33 75.00 77.68 4.07<br />
Keerom U-805-1-1 35.00 70.60 81.05 3.92<br />
V-92-1-2 34.00 71.13 72.13 2.34<br />
V-129-1-2 38.33 76.60 78.65 3.45<br />
V-159-1-3 38.00 63.87 69.17 4.86<br />
V-284-2-2 37.00 67.47 70.72 3.77<br />
V-421-1-2 36.00 . 62.33 66.98 4.54<br />
V-933-2-2 35.67 68.67 70.87 3.31<br />
Anjasmoro 36.67 69.27 79.92 3.48<br />
Grobogan 28.67 69.27 70.41 3.55<br />
29
Respon pertumbuhan setiap galur dan varietas pada lokasi yang berbeda<br />
menujukan respon pertumbuhan yang berbeda. Umur berbungga tanaman kedelai di<br />
Jayapura dan Keerom terlihat pada varietas Grobosan lebih eepat berbunganya yaitu<br />
26.67 hari dan 28.67 hari dari pada galur dan varietas yang lainnya. Tinggi tanaman<br />
kedelai pada umur 30 HST di 2 lok~si<br />
tinggi tanaman tertinggi pada varietas Anjasmoro (65.63 em)<br />
menunjukan perbedaan di Jayapura rata-rata<br />
dan terendah varietas<br />
Gbrobogan (55.33 em), sedangkan di Keerom rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada<br />
galur V-129-1-2 (76.60 em) dan terendah galur V-421-1-2 (62.33 em). Demikian pula<br />
dengan jumlah pereabangan di Jayapura jumlah eabang tertinggi diperoleh pada galur<br />
V-421-1-2 (5.37 eabang) dan terendah pada varietas Grobogan (2.87 eabang),<br />
sedangkan di Keerom jumlah eabang tertinggi pada galur V-159-1-3 (4.86 em) dan<br />
terendah pada galur (V-92-1-2 2.34). Penampilan tanaman secara umum pada 210kasi<br />
menunjukan perbedaan, tanaman kedelai di Jayapura lebih eepat mengalami<br />
pembungaan (26.67 - 38.33 hari) dan tinggi tanaman agak lebih pendek (57.39 - 73.13<br />
em) dengan jumlah pereabangan relatif lebih banyak (2.87 - 5.37 eabang). Sedangkan<br />
di Keerom umur berbungga 28.67 - 38.33 hari, dan tinggi tanaman lebih tinggi 66.98 <br />
81.05 em dengan jumlah cabarig 2.34 - 4.86 eabang.<br />
Respon pertumbuhan tanaman kedelai setiap galur dan varietas pada 2 lokasi<br />
terhadap produksi tanaman menujukan adanya perbedaan. Rata-rata jumlah polong,<br />
Berat 100 biji, Berat per petak dan berat brankasan kering terlihat pada Tabel 15.<br />
Tabel 15. Rata-rata jumlah polong, Berat 100 biji, Berat per petak dan berat brankasan<br />
kering tanaman kedelai.<br />
Berat<br />
100 blji<br />
(gr)<br />
Berat Biji<br />
Per<br />
petak<br />
Produksi<br />
(ton/ha)<br />
Lokasi<br />
Galur/ lumlah<br />
Berat<br />
Varietas Polong<br />
Brankasan<br />
(kg} Kering<br />
Nimbokrang U-505-1-1 69.53 13.36 1.27 2.04 0.91<br />
Jayapura U-805-1-1 80.37 13.05 1.61 2.23 1.15<br />
V-92-1-2 71.63 16.28 1.81 2.90 1.29<br />
V-129-1-2 72.20 14.75 1.54 3.40 1.10<br />
V-159-1-3 61.57 14.22 1.03 1.83 0.74<br />
V-284-2-2 86.57 14.93 1.47 3.15 1.05<br />
V-421-1-2 78.63 14.50 0.93 2.37 0.66<br />
V-933-2-2 76.43 16.15 1.14 1.78 0.82<br />
Anjasmoro 74.40 15.05 1.15 2.27 0.82<br />
30
Grobogan 51.60 18.41 1.38 2.13 0.99<br />
Arso2 U-505-1-1 59.00 16.53 1.24 5.90 0.88<br />
Keerom U-805-1-1 40.65 16.89 1.61 4.94 1.25<br />
V-92-1-2 49.72 17.87 1.81 3.91 1.31<br />
V-129-1-2 52.49· 15.66 .1.57 3.40 1.12<br />
V-159-1-3 56.21 17.63 1.60 3.45 1.14<br />
V-284-2-2 45.79 16.86 2.50 4.29 1.78<br />
V-421-1-2 35.01 17.01 1.68 3.26 1.20<br />
V-933-2-2 19.30 20.43 1.41 3.68 1.00<br />
Anjasmoro 50.72 16.46 1.30 3.23 0.93<br />
Grobogan 63.62 20.66 2.03 4.08 1.45<br />
Respon terhadap produksi menujukan perbedaan pula pada 2 lokasi. Jumlah<br />
polong yang diperoleh di Jayapura lebih banyak (51.60 - 86.57 polong) bila<br />
dibandingkan dengan di Keerom (19.30 - 63.62 polong). Jumlah polong terbanyak di<br />
Jayapura di peroleh pada galur V-284-2-2 (86.57 polong) dan yang paling rendah<br />
membentuk polong varietas Grobogan (51.60 polong). Sedangkan di Keerom jumlah<br />
polong terbanyak diperoleh pada varietas Grobogan (63.62 polong) dan yang paling<br />
sedikit membentuk polong galur V-933-2-2 (16.30 polong).<br />
Parameter produksi yang lainnya belum bisa dibandingkan antar 2 lokasi karena<br />
panen baru di lakukan di Keerom. Berat 100 biji tertinggi di Jayapura pada varietas<br />
Grobogan (18.41 gr) dan terendah galur U-805-1-1 (13.05 gr). Hal ini menandakan<br />
bahwa varietas Grobogan mempunyai bentuk biji lebih besar dari pada galur dan<br />
varietas lainnya.<br />
Hama yang menyerang tanaman kedelai adalah belalang (Oxya spp.), ulat<br />
grayak (Spodoptera /itura), ulat jengkal (Chrysodeixis cha/cites), ulat penggulung daun<br />
(Lamprosema indicata), Riptortus /inearis, Nezara viridu/a, Piezodorus rubrofasciatus,<br />
dan Etie//a zinckene//a. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan<br />
Deltamethrin 25 EC yang diaplikasikan sebanyak tiga kali, yaitu pada 21 HST, 42 HST,<br />
dan 80 HST.<br />
Preferensi petani terhadap biji kedelai di Jayapura pada umumnya menyukai biji<br />
kedelai berukuran kecil, karena permintaan dari proclusen tahu dan tempe setempat,<br />
disamping itu biji kedelai berukuran kecil lebih tahan disimpan dalam waktu lebih lama.<br />
Produksi tertinggi di Jayapura dicapai pada V-92-1-2 (1,29 t/ha) dan terendah V-421-1<br />
31
2 (0.66 t/ha), sedangkan di Keerom produksi kedelai tertinggi dapat dieapai oleh galur<br />
V-284-2-2 (1,78 t/ha) dan terendah pada galur U-505-1-1 (0.88 t/ha). Hal ini<br />
menunjukan bahwa kedelei yang di tanam di Kabupaten Keerom lebih toleran dan<br />
eekaman lingkungan sehingga dapat mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dan<br />
pada di Kabupaten Jayapura.<br />
KESIMPULAN<br />
Hasil kesimpulan sementara yang dapat di peroleh bahwa :<br />
- 1. Tanaman padi Galur IR72593-8-13-3-3-1, 8W267-3 dan varietas Oherang tidak<br />
mampu tumbuh dan berkembang pada lahan-Iahan dengan salinitas tinggi.<br />
2. Tanaman jagung di Arso Keerom mempunyai rata-rata tinggi tanaman berkisar<br />
antara 175.13-210.20 em, umur berbunga jagung berkisar antara umur 33.00<br />
43.33 hari, sedangkan jumlah tongkol yang · terbentuk rata-rata hanya mampu<br />
membentuk 1 tongkal keeuali galur NO.6 marnpu membentuk 2 tonggol.<br />
Produktivitas tertinggi dieapai pada galur jagung No. 6 sebesar 6.7 ton/ha,<br />
sedangkan galur jagung yang terendah yaitu No.7 dengan hasil 3.5 ton/ha.<br />
3. Penampilan tanaman kedelai pada 2 lokasi menunjukan perbedaan, tanaman<br />
kedelai di Jayapura lebih eepat mengalami pembungaan (26.67 - 38.33 hari) dan<br />
tinggi tanaman agak lebih pendek (57.39 - 73.13 em) dengan jumlah pereabangan<br />
relatif lebih banyak (2.87 - 5.37 eabang). Sedangkan di Keerom umur berbungga<br />
28.67 - 38.33 hari, dan tinggi tanaman lebih tinggi 66.98 - 81.05 em dengan jumlah<br />
eabang 2.34 - 4.86 eabang.<br />
4. Produksi tertinggi di Jayapura dieapai pada V-92-1-2 (1,29 t/ha) dan terendah V<br />
421-1-2 (0.66 t/ha), sedangkan di Keerom produksi kedelai tertinggi dapat dicapai<br />
oleh galur V-284-2-2 (1,78 t/ha) dan terendah pada galur U-505-1-1 (0.88 t/ha).<br />
32
Nama, Gelar / Bidang<br />
Keahlian<br />
Personil Pelaksana Kegiatan<br />
P/W / Alokasi<br />
Waktu<br />
(Jam/Minggu)<br />
Pendidikan<br />
Akhir / Unit<br />
Kerja<br />
Tugas dalam<br />
11m<br />
Nama<br />
Lembaga<br />
Dr. Ir. Fadjry Djufri, M5i P 53 Penanggung Pertanian<br />
AfjrokJimatologi 10 BPTP Papua Jawab Deptan<br />
Ir. Martina 5ri Lestari, MP P 52 Pelaksana Pertanian<br />
Hama~yakit 10 BPTP Papua Deptan<br />
5udarsono, 5P L 51 Pelaksana Pertanian<br />
Hama Penyakit 10 BPTP Papua Deptan<br />
Ir. Herman Masbaitubun MP L 52 Pelaksana Pertanian<br />
Pasca Panen 10 BPTP Papua Deptan<br />
Jadual Penelitian<br />
Kegiatan<br />
Bulan<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12<br />
Perencanaan<br />
x<br />
5urvei Lokasi dan Ploting Lokasi x x<br />
Pelaksanaan Kegiatan Uji .<br />
x x x x x<br />
Multilokasi Padi<br />
Pelaksanaan Kegiatan<br />
x x x x x<br />
Uji multilokasi Jagung<br />
Pelaksanaan Kegiatan Uji<br />
x x x x x<br />
Multilokasi Kedelai<br />
Pengamatan dan Pengumpulan<br />
x x x x<br />
data<br />
Monev x x<br />
Analisis data dan pelaporan x x x<br />
Diskusi/Seminar Hasil x x<br />
33
DAFTAR PUSTAKA <br />
Abbas, G., Atta, B.M., Shah, T.M., Sadiq, M.S. and Haq, M.A. 2008. Stability analysis for<br />
seed yield in mungbean, Vigna radiata L. Wilczek. J. Agric.Res. 46(3): 223-228<br />
Admihardja, A, A. Bambang, K. Sudarman dan D.A. Suriadikarta, 1999. Prespektif<br />
pengembangan pertanian di lahan rawa. Pros, Temu Pakar dan Lokakarya<br />
Nasional Desiminasi dan Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Rawa.<br />
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.pp. 42,51.<br />
Alihamsyah T., M. Sarwani, dan I. Ar-Riza. 2003. Lahan pasang surut sebagai sumber<br />
pertumbuhan produksi padi masa depan. Oa/am B. Suprihatno et a/ (Eds).<br />
Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Buku 2. Hal: 263-287.<br />
Puslitbangtan Tanaman Pangan Bogor.<br />
Allard. R.W. and A.D. Bradshaw, 1964. Implication of genotype-environment I<br />
nteraction in applied plant breeding. Crop Sci. 4. 503-507.<br />
Arsyad, D. M., M. Adie, dan Kuswantoro. 2007. Perakitan varietas unggul kedelai<br />
spesifik agroekologi, hal 205 - 228. Oa/am Sumarno, Suyamto, A. Widjono,<br />
Hermanto, H. Kasi (£ds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan<br />
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.<br />
Berger, J.D., Speijers, J., Sapra, R.L., and Sood, U.C .2007. Genotype by environment<br />
interaction and chickpea improvement. In: Chickpea Breeding and Management.<br />
Yadav 55, Redden RJ, Chen W, Sharma B (eds), CAB International, pp. 617-629.<br />
Cleveland, D.A. 2001. Is plant breeding science objevtive truth or social construction:<br />
The case of yield stability. Agriculture and Human Value 18:251-170<br />
Distan Merauke 2007. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian tanaman Pangan Dati II<br />
Merauke.70 Hal.<br />
Harahap, Z. 1982. Pedoman pemuliaan padi. LBN-UPI. Bogor. 30p<br />
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta. Penerbit<br />
Kanisius. 182 hal.<br />
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas<br />
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 169 hal.<br />
Shah, T.M., Hassan, M., Haq, M.A., Atta, B.M., Alam, 5.5., and Ali, H. 2005. Evaluation<br />
of Ocerspecies for resistance to Ascochyta Blight. Pak. J. Bot. 37(2):431-438.<br />
Singh, K.B. and Bejiga, G. 1990. Analysis of stability forsome characters in kabul!<br />
ch'ickpea.Euphytica 49:223-227.<br />
Soewito T., 2003. Stabilitas Hasil beberapa Genotipe padl sawah umur genjah.<br />
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol 22. NO.2. 2003. Hal 77-80<br />
34
••<br />
....<br />
Sornaatmadja, S. 1985. Peningkatan produksi kedelai melalui perakitan varietas, hal 243<br />
- 261. Da/am S. Sornaatmadja, M. Ismunadji, Surnamo, M. Syarn, S. O.<br />
Manurung, Yuswadi (Eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengernbangan<br />
Pertanian. Bogor.<br />
Sumamo dan A.G. Manshuri. 2007. Persyaratan turnbuh dan wilayah produksi kedelal di<br />
Indonseia, hal 74 - 103. Da/am Surnamo, Suyarnto, A. Widjono, Hennanto, H.<br />
Kasi (EdSj. Kedelai, Teknik Produksi dan Pengernbangan. Badan Penelitian dan<br />
Pengernbangan Pertanian. Bogor<br />
Subandi, A. Harsono, dan H. Kuntyastuti. 2007. Areal pertanarnan dan sistern produksi<br />
kedelai di Indonesia, hal 104 - 129. Da/am Surnamo, Suyarnto, A. Widjono,<br />
Hennanto, dan H. Kasirn (EdSj. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengernbangan.<br />
Badan Penelitlan dan Pengernbangan Pertanian. Bogor.<br />
35