02.12.2014 Views

MEDIAUNUD - Universitas Udayana

MEDIAUNUD - Universitas Udayana

MEDIAUNUD - Universitas Udayana

SHOW MORE
SHOW LESS

Transform your PDFs into Flipbooks and boost your revenue!

Leverage SEO-optimized Flipbooks, powerful backlinks, and multimedia content to professionally showcase your products and significantly increase your reach.

JEMBATAN INFORMASI<br />

CIVITAS AKADEMIKA UNUD<br />

UNIVERSITAS UDAYANA<br />

Taki Takining Sewaka Guna Widya<br />

<strong>MEDIAUNUD</strong><br />

EDISI KE-40 | AGUSTUS 2011<br />

PENERBIT: UNIVERSITAS UDAYANA, SK REKTOR NO. 10B / H14 / KU / 2011<br />

PELINDUNG: REKTOR UNUD | PENANGGUNGJAWAB: PEMBANTU REKTOR IV UNUD<br />

PEMIMPIN REDAKSI: OKA MAHAGANGGA | ANGGOTA: UTAMI DWIPAYANTI, KUSUMA NEGARA,<br />

LG. MEYDIANAWATI, IGN. PARTHAMA, TEDI ERVIANTONO, WAYAN SUDARMA<br />

ALAMAT REDAKSI: GEDUNG GDLN, KAMPUS SUDIRMAN DENPASAR<br />

PHONE: 0818344007, 0361255197 | EMAIL: OKA_MAHAGANGGA@YAHOO.COM<br />

2<br />

POST GRADUATE PROGRAM GRADUATES<br />

193 MASTER AND DOCTORAL<br />

3<br />

INTERNATIONAL MARINE SEMINAR 2011<br />

4<br />

5<br />

6<br />

7<br />

8<br />

DARI SEMINAR PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM<br />

ADAT WARIS : PRO DAN KONTRA MENUJU KEHARMONISAN<br />

PANITIA DIES NATALIS KE-49 UNUD DAN<br />

IKAYANA GELAR BAKTI SOSIAL<br />

NI MADE UTAMI DWIPAYANTI, ST. MB. Env :<br />

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT<br />

PROFIL KAMPUS : FAKULTAS EKONOMI<br />

POTRET KAMPUS<br />

BERITA UTAMA<br />

PEREMPUAN BALI<br />

DALAM PERSPEKTIF<br />

HUKUM ADAT WARIS<br />

MENYAMBUT DIES NATALIS KE-49 UNUD, IKATAN ALUMNI UNUD (IKAYANA)<br />

MENGGELAR SEMINAR DENGAN TEMA PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM<br />

ADAT WARIS, JUMAT (5/8) DI GEDUNG TEATER FK, KAMPUS UNUD SUDIRMAN.<br />

Pada seminar yang dibanjiri peserta<br />

tersebut, Rektor Unud Prof. Dr. dr. I Made<br />

Bakta, Sp.Pd (KHOM) mengatakan dalam<br />

rangka penataan sosial atau social engineering,<br />

menjadi Krama Bali yang mengikuti perkembangan<br />

zaman tetapi tidak tercabut dari akar budaya<br />

maka penataan sosial yang diwujudkan dalam<br />

penataan peran wanita pada masyarakat Bali<br />

menjadi sangat penting sekali. Salah satu yang<br />

menjadi masalah pada Krama Bali sering dianggap<br />

tidak memberikan haknya pada para wanita<br />

terutama sorotan dari luar. “Padahal sebenar nya<br />

tidak demikian,” tegas Rektor Unud. Kalau kita<br />

dalami dari sudut filosofi bahwa agama Hindu<br />

menempatkan wanita pada tempat yang sa ngat<br />

terhormat. Tetapi di dalam permasalahan hak waris<br />

sering menjadi momok bahwa hukum waris Bali<br />

mengesampingkan wanita. Tetapi saya ingatkan,<br />

kita harus meletakkan dalam suatu konteks<br />

kearifan universal sekaligus juga dalam konteks<br />

kearifan lokal. Artinya, bahwa secara universal<br />

diakui kesamaan dari hak dan kewajiban terhadap<br />

wanita seperti terungkap dalam pemahaman<br />

Agama Hindu, filosofis dan akademis. Di sisi lain<br />

ada kearifan lokal bahwa di Bali memiliki konsep<br />

bahwa hak selalu diikuti oleh kewajiban. Kita tidak<br />

bisa menuntut hak tanpa melakukan kewajibankewajiban<br />

di Desa Pekraman. Kearifan lokal kita<br />

meng anut sistem patriakat, yaitu purusa berlaku<br />

dalam hukumnya, tetapi pada saat yang sama kita<br />

harus mencari jalan keluarnya. Sehingga apabila<br />

kita menata kehidupan sosial sedemikian rupa<br />

bahwa hak waris wanita dengan demikian harus<br />

diikuti pula dengan kewajiban-kewajibannya<br />

tersebut. Menurut Rektor Unud, sistem sosial<br />

mas yarakat di Bali berkaitan dengan perekat<br />

sosial yang sesuai dengan semangat kolektivitas<br />

yang dimiliki secara turun-temurun. Rektor Unud<br />

mengharapkan kepada para narasumber untuk<br />

mempertimbangkan bagaimana kesemua itu<br />

diatur sedemikian rupa. Bagaimana kita pada saat<br />

ini sesuai dengan hukum modern memberikan hak<br />

waris kepada wanita tetapi pada saat yang sama<br />

dalam pranata sosial tetap mampu melaksanakan<br />

kewajiban penghormatan terhadap leluhur dan<br />

Desa Pekraman. Diperlukan pemikiran dari para ahli<br />

melalui seminar seperti ini, agar dapat dilanjutkan<br />

dengan mewjudkan program yang lebih real,<br />

sehingga pada suatu saat dapat menjadi hukum<br />

positif memberikan manfaat bagi masyarakat<br />

Bali. Saya yakin pasti ada jalan keluarnya bila


2<br />

di gali lebih dalam dalam Kitab Suci Weda dan<br />

pemikiran-pemikiran kritis dari para ahli. “Marilah<br />

kita menata kehidupan social masyarakat Bali<br />

khususnya dalam hak waris perempuan Bali<br />

sehingga kita menjadi masyarakat yang moderen<br />

tetapi dengan tetap mengakar pada jati diri<br />

sebagai umat Hindu,”demikian pesan Rektor<br />

Unud mengakhiri sambutannya.<br />

Ketua Panitia I Gede Indria, SH dalam laporannya<br />

menyampaikan menghormati wanita tidak cukup<br />

hanya dengan wacana, namun diperlukan<br />

implementasi dalam kehidupan keseharian.<br />

Seiring dengan perkembangan zaman, sudah<br />

terjadi pergeseran paradigma tentang fungsi<br />

dan kedudukan wanita yang sebelumnya selalu<br />

di nomer duakan. Isu pergeseran paradigma<br />

dan bagaimana menyikapi kedudukan wanita<br />

di era modern ini yang menjadi titik tolak<br />

diselenggarakannya seminar ini. ”Hasil dari<br />

seminar akan dijadikan rekomendasi kepada<br />

Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Daerah/<br />

Kota Se-Bali untuk dapat ditindaklanjuti,”ujar<br />

mantan Anggota DPRD Bali ini mengakhiri<br />

sambutannya.<br />

Ketua Ikayana Pusat Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika<br />

dalam sambutannya mengatakan sangat bangga<br />

dengan diselenggarakannya seminar yang<br />

mayoritas pesertanya adalah wanita. Sejak<br />

terpilih sebagai Ketua Ikayana Pusat, pihaknya<br />

terus memikirkan apa yang dapat Ikaya na<br />

sumbangkan bagi masyarakat Bali. Salah satu<br />

agenda kami adalah memberikan sumbangan<br />

pemikiran tentang perempuan Bali. Mengingat<br />

permasalah waris menjadi isu sentral, kami<br />

memilih tema Perempuan Bali dalam Perspektif<br />

Hukum Adat Waris dengan harapan dapat<br />

memberikan kontribusi bagi permasalahan<br />

yang dihadapi perempuan Bali. Uniknya, ide<br />

penyelenggaran seminar justru bukan berasal<br />

dari perempuan, melainkan dari Prof. Dr. Wayan<br />

P. Windia, SH. Hal ini menunjukkan betapa lakilaki<br />

Bali sudah menyiapkan diri untuk kesetaraan<br />

dan kemajuan perempuan di Bali.<br />

Sementara itu, Ketua Majelis Utama Desa<br />

Pekraman Bali Jro Mangku Gde Suwena<br />

Putus Upadesa berterima kasih dengan<br />

penyelenggaraan seminar ini karena<br />

permasalahan yang dibahas memang patut<br />

dikedepankan dan diketahui oleh masyarakat<br />

Bali. ”Kami yakin apa yang dihasilkan dalam<br />

seminar ini akan berdampak dan dilaksanakan di<br />

ranah Desa Pekraman di Bali,”ungkap pensiunan<br />

perwira menangah Polda Bali ini.<br />

Para narasumber dalam seminar ini adalah pakar<br />

hukum adat dari Bali Prof. Dr. I Wayan Windia,<br />

SH, M.Si, Antropolog Unud Dr. Dra. Made Wiasti,<br />

M.Si, Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat Drs. I<br />

Ketut Wiana, Hakim Tinggi Pe ngadilan Makasar<br />

I.B. Putu Madeg, SH, MH dan sebagai moderator<br />

adalah Wirta Griadhi, SH dari FH Unud. Seminar<br />

Perempuan Bali dalam Perspektif Hukum Adat<br />

Waris terselenggara berkat kerjasama Pengurus<br />

Ikayana Pusat dan Kementerian Kebudayaan dan<br />

Pariwisata RI.<br />

MU<br />

OUR CAMPUS<br />

POST GRADUATE<br />

PROGRAM<br />

GRADUATES 193<br />

MASTER AND<br />

DOCTORAL<br />

THE POSTGRADUATE PROGRAM OF UNUD WOULD ALWAYS IMPROVE ITS EDUCATIONAL<br />

QUALITY IN ORDER TO BE ABLE TO GRADUATE A COMPETENT GRADUATE. THE STATEMENT<br />

WAS DELIVERED BY THE HEAD OF UNUD’S POSTGRADUATE PROGRAM, PROF. Dr. A.A. RAKA<br />

SUDEWI, Sp.S (K) IN THE GRADUATION CEREMONY AT SUDIRMAN CAMPUS, WEDNESDAY (10/8).<br />

Raka Sudewi hoped that the<br />

competence of graduate<br />

would be contributed in the<br />

development as giving solution to the real problems faced by the society. “The department is the front line of highest education as consequence that it is<br />

demanded to produce an innovative, creative, and adoptable graduate to the science and technology,” said the medical professor in Unud.<br />

The vice of student affairs of postgraduate program, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., in his educational report said that the third graduation in 2011 graduated<br />

191 postgraduate students. According to academic achievement of the graduates, there were 33 master graduates (18,64%) with title of cum laude. Three<br />

of them achieved the highest academic achievement, they were Ni Luh Suastuti, SST. Par with GPA 4,00 of master of tourism science, Drs. Ismoyo Sugiarto<br />

Soemarlan with GPA 4,00 of master of tourism science, and Dewi Bunga, SH with GPA 3,96 of master of law. The doctoral program graduated 16 graduates<br />

and 5 (29,41%) of them graduated with title cum laude. Those were Dr.dr. I Wayan Bikin Suryawan, Sp.A. (K) with GPA 3,86 of medical science program,<br />

Dr.Ir. Luh Putu Wrasiati, M.P. with GPA 3,80 of medical science program, Dr. Drs. I Ketut Yuda, M.Hum., with GPA 3,78 of Linguistics program, Dr.Ir. I Putu<br />

Rumawan Salain, M.Si with GPA 3,77 and Dr.Dra Relin DE, M.Ag. with GP 3,75. The last two were the graduate of cultural studies doctoral program.<br />

MU


3<br />

OUR CAMPUS<br />

INTERNATIONAL MARINE SEMINAR 2011<br />

BROK WITH COOPERATION OF UNUD AND ITB HELD INTERNATIONAL MARINE<br />

SEMINAR FOR TWO DAYS, 9-10 JUNE OF 2011 AT POSTGRADUATE BUILDING, UNUD.<br />

The theme of the seminar was Sustainable Management of Ocean and Coastal Region Resources in the Area of Coral Triangle Initiative (CTI).<br />

The concerning subtopics of the seminar were the dynamic of Oceanography in CTI area, the vulnerable of CTI area due to climate change, and<br />

Management of Resources of Ocean and Coastal Region in CTI area. The purpose of the seminar was to gather the researchers, academic experts,<br />

and policy takers in Indonesia and in the world in order to plan and perform mitigation and adaptation policies. The policy is important to preserve the coral<br />

reef in the CTI area.<br />

The seminar was officially opened by the vice president of academic affairs Unud, Prof. Dr. I Komang Gede Bendesa, M.A.D.E. The opening ceremony was<br />

continued by signing of memorandum of understanding between Research and Development Center of Ocean and Coastal Region Resources of Balitbang KP<br />

with Faculty of Earth Science and Technology ITB, and also between the Faculty of Earth Science and Technology ITB and postgraduate program of Unud.<br />

As keynote speaker were Prof. Dr. jamaluddin Jompa of KKP, Prof. Dr. Eddy A Subroto of ITB, and Prof. Dr. Tasuku Tanaka of CReSOS Unud. The invited<br />

speakers were Prof. Dr. Safwan Hadi (ITB), Prof. Dr. Suharsono (LIPI), Dr. Takahiro Osawa (CReSOS-Unud), dr. Wei Dong Yu (FIO, SOA-China), Dr. Joanne<br />

Wilson (TNC-Australia), Dra. Nurhayati M.Sc (BMKG), R. Sukrasno (ITB), and Dr. I Wayan Arthana, MS (PPLH-Unud). The seminar was joined by more than<br />

two hundreds and fifty participants and fifty of them were also speakers.<br />

The researchers realized their important solutions to the problems of the CTI area. They had research and analysis on various phenomena in the CTI area<br />

with different perspectives such as biology, physics, mathematics, and even socio-economics. It was hoped that according to the result of research then<br />

there would be significant public policies which supported the working of every social elements as part of solution in the CTI area.<br />

MU


4<br />

DARI SEMINAR PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADAT WARIS :<br />

PRO DAN KONTRA MENUJU KEHARMONISAN<br />

KAMPUS KITA<br />

SEMINAR PEREMPUAN BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADAT WARIS DI JUMAT<br />

(5/8) DI GEDUNG TEATER FK UNUD MENGUNDANG PERHATIAN BANYAK PIHAK<br />

KHUSUSNYA KAUM PEREMPUAN. SEMINAR YANG DISELENGGARAKAN OLEH PENGURUS<br />

IKAYANA PUSAT INI TETAP DIPADATI PESERTA HINGGA DI PENGHUJUNG ACARA.<br />

Seminar yang menghadirkan moderator dari FH Unud<br />

Wirta Griadhi menghadirkan pembicara pertama Ketua<br />

Sabha Walaka PHDI Pusat Drs. Ketut Wiana membawakan<br />

makalah berjudul Perempuan Bali Menurut Pandangan Hindu.<br />

Dengan gayanya yang khas Drs. Ketut Wiana menyampaikan<br />

bahwa wanita Bali (menganut agama Hindu) belum mendapatkan<br />

kedudukan sebagaimana yang ditetapkan dalam Ajaran Agama<br />

Hindu. Diakui, untuk dapat mewujudkan hak waris wanita di Bali<br />

tidak mudah dan memerlukan proses berliku karena masyarakat<br />

Bali menganut sistem Patriar khisme. Drs. Ketut Wiana<br />

memberikan banyak contoh dari sloka-sloka seperti Manawa<br />

Dharmasastra, Nitisastra, Rgveda, hingga sejarah perempuan<br />

Hindu pada zaman kejayaan Hindu di tanah Jawa. Menutup<br />

makalahnya Drs. Ketut Wianan menyampaikan pentingnya dasar<br />

agama Hindu untuk dapat dijadikan pedoman sebagai langkah<br />

mewujudkan hak waris wanita Bali. Karena seperti dikutip dalam<br />

sloka suci Hindu ditegaskan bahwa dimana wanita dilecehkan<br />

maka segala upacara Yadnya sebesar apa pun tidak ada artinya<br />

sama sekali.<br />

Pembicara kedua Antropolog Unud Dr. Dra. Made Wiasti, M.Si<br />

menyampaikan makalah dengan judul Perkembangan dan<br />

Aktualisasi Kesetaraan Gender di Bali. Antropolog Made Wiasti<br />

menyoroti pentingnya Pengarasutamaan Gender (PUG) yang<br />

telah dipertegas dalam Inpres No. 9 tahun 2000. Perkembangan<br />

dan Aktualisasi Kesetaraan Gender dapat dilihat dari empat<br />

bidang kajian yaitu kajian tentang gender dari perspektif budaya<br />

Bali, sejarah kesetaraan gender, dampak gerakan kesetaraan<br />

gender dan aktualisasi kesetaraan gender dalam masyarakat<br />

Bali. Mempercepat tercapainya kesetaraan gender diperlukan<br />

peran kaum laki-laki, deseminasi informasi dan komunikasi ke<br />

pelosok wilayah, hingga memperluas cakupan cuti melahirkan<br />

kepada laki-laki (suami) dan melibatkan laki-laki dalam program<br />

kesehatan reproduksi.<br />

Pembicara berikutnya adalah Prof. Dr. I Wayan P. Windia, SH,<br />

M.H yang mengundang gelak tawa peserta dengan gayanya yang<br />

kocak dalam menyampaikan makalahnya. Pakar Hukum Adat Bali<br />

dari FH Unud ini membawakan makalah berjudul Perempuan<br />

dalam Hukum Waris Adat Bali. Disampaikan pewarisan menurut<br />

hukum adat Bali bukan semata-mata membagi harta waris orang<br />

tua, melainkan mengandung makna pelestarian, pengurusan dan<br />

keberlanjutan kewajiban pewaris. Intinya, pewarisan bertujuan<br />

agar sebanyak dan sedapat mungkin harta pusaka tetap utuh


5<br />

untuk kepentingan pelestarian, pengurusan dan penerusan<br />

kewajiban keluarga dan mas yarakat oleh semua ahli waris.<br />

Pembicara terakhir, Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Makasar<br />

Ida Bagus Putu Madeg, SH. M.H membawakan makalah<br />

berjudul Pewarisan Perempuan Bali dalam Praktek Pengadilan.<br />

Ida Bagus Putu Madeg, SH. M.H mengatakan sangat perlu<br />

dilestarikan pilar-pilar hukum adat sesuai dengan kemajuan<br />

zaman dengan memberikan kedudukan seimbang pada kaum<br />

wanita. Agar setiap keputusan adat memiliki nilai kekuatan<br />

norma untuk ditaati, perlu pula adanya legitimasi pengadilan<br />

baik dalam bentuk penetapan atau keputusan yang dapat<br />

digunakan Hakim sebagai sumber pembentukan hukum atau<br />

yurisprudensi. Diperlukan pula di Bali Hakim Perdamaian Desa<br />

(seperti pada zaman Raad Kerta) dengan harapan dapat menyelesaikan<br />

berbagai sengketa adat dengan jalan damai maupun<br />

sistem restoratif justice terutama dalam perkara pidana hukum<br />

adat Bali. Ida Bagus Putu Madeg, SH, MH juga berpesan agar<br />

mas yarakat Bali dalam menyelesaikan berbagai permasalahan<br />

adat di Bali, termasuk kasus-kasus hak waris mengedepankan<br />

mediasi (jalan damai) dan jangan cepat-cepat mencari penyelesaian<br />

ke meja hijau.<br />

MU<br />

KAMPUS KITA<br />

PANITIA DIES<br />

NATALIS KE-<br />

49 UNUD DAN<br />

IKAYANA GELAR<br />

BAKTI SOSIAL<br />

UNUD MENGGELAR BAKSOS DI DESA BUANA GIRI KECAMATAN BEBANDEM, KAB. KARANGASEM JUMAT<br />

(19/8). ACARA BAKSOS YANG BERLANGSUNG SEHARI TERSEBUT MENDAPAT PERHATIAN PENUH DARI<br />

WARGA DESA HINGGA AKHIR ACARA.<br />

Perbekel Desa Buana Giri Ir. Ketut Kerta yang juga alumni Unud menyampaikan rasa terima kasih mendalam atas pelaksanaan<br />

baksos di wilayahnya. Menurut Ir. Ketut Kerta, meskipun pelaksanaan baksos sangat singkat tetapi sangat bermanfaat bagi<br />

warga desanya yang memang sangat memerlukan perhatian. Mulai dari pengobatan gratis yang ramai diserbu oleh warga<br />

miskin, pelayanan kesehatan hewan, penanaman bibit pohon langka dan tanaman obat, penyuluhan tentang bahaya rabies dan<br />

penyuluhan tentang penyusunan awig-awig desa pakraman.<br />

Menurut Panitia HUT Unud Prof. Dr. Ir. Komang Budarsa, Baksos bertujuan untuk memberikan langkah nyata pengabdian Unud kepada<br />

masyarakat. Melalui Baksos segala sumber daya yang dimiliki Unud dikerahkan untuk dapat memberikan kontribusi langsung kepada<br />

masyarakat.<br />

Pada kesempatan tersebut Sekretaris Ikayana Pusat Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D menyerahkan bantuan berupa<br />

seperangkat pakaian kepemangkuan kepada para pemangku kahyangan tiga, buku “Agem-ageman Kepemangkuan” dan Buku “Taman<br />

Gumu Banten”.<br />

MU


6<br />

UNUD BICARA<br />

NI MADE UTAMI DWIPAYANTI, ST. MB. Env :<br />

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT<br />

Bali yang mumpuni<br />

dengan dunia<br />

p a r i w i s a t a<br />

tidak dapat mengelak<br />

dari masih banyaknya<br />

permasalahan sosial<br />

termasuk kesehatan. Banyak<br />

program-program<br />

kesehatan telah dicetuskan dan dilakukan oleh<br />

pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah<br />

namun tampaknya belum maksimal. Belum lagi isu<br />

akan dibangunnya rumah sakit internasional oleh<br />

Pemerintah Provinsi Bali yang melahirkan pro dan<br />

kontra di masyarakat. Menyikapi permasalahan<br />

kesehatan di pelosok desa di Bali, Media Unud<br />

mewawancarai seorang dosen Ilmu Kesehatan<br />

Masyarakat (IKM) FK Unud Ni Made Utami Dwipayanti,<br />

ST. MB. Env alumni S1 Teknik Lingkungan ITB dan<br />

S2 Sustainable Development di UNSW Australia<br />

yang aktif melakukan penelitian dan pengabdian<br />

masyarakat di bidang sanitasi lingkungan.<br />

Apa isu kesehatan lingkungan yang saat ini<br />

sedang Ibu geluti?<br />

Saat ini saya sedang bekerja bersama masyarakat<br />

Muntigunung untuk meningkatkan kondisi sanitasi<br />

dan hygiene masyarakat di daerah tersebut. Ke giatan<br />

ini dikoordinasi oleh Yayasan Masa Depan untuk Anakanak<br />

(Verein Zunk fur Kinder/VZK) yang berbasis di<br />

Swis dan bekerja sama dengan Mitra Samya (NGO<br />

berbasis Mataram), sedangkan pendekatan yang<br />

digunakan adalah STBM.<br />

Apa yang dimaksud dengan STBM itu Bu? STBM<br />

atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan<br />

suatu upaya peningkatan sanitasi masyarakat yang<br />

menekankan pada perubahan prilaku melalui metode<br />

pemicuan rasa jijik, rasa malu, takut sakit dan<br />

perasaan jengah lainnya akibat menyadari sendiri<br />

kondisi lingkung an nya yang kotor. Masyarakat dalam<br />

metode pendekatan STBM tidak hanya sebagai objek<br />

penerima manfaat dari suatu proyek, melainkan<br />

sebagai pemeran utama dalam analisa masalah,<br />

perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan<br />

pemeliharaan sanitasi lingkungan. Metode tersebut<br />

sejak tahun 2008 sudah ditetapkan sebagai Strategi<br />

Nasional oleh Menteri Kesehatan untuk meningkatkan<br />

cakupan sanitasi lingkungan.<br />

Apa sebenarnya yang melatarbelaka ngi<br />

munculnya strategi baru ini Bu?<br />

Strategi tersebut muncul karena pengalaman<br />

proyek-proyek sanitasi sebelumnya yang cenderung<br />

menawarkan subsidi bantuan dan berorientasi<br />

pada target pembangunan fisik sarana sanitasi<br />

(jumlah jamban). Sebagai dampaknya, seringkali<br />

penyediaan sarana tersebut tidak dibarengi de ngan<br />

perubahan prilaku dan rasa kurang memiliki terhadap<br />

sarana sanitasi oleh masyarakat. Triliunan rupiah<br />

telah dikucurkan pemerintah untuk menyediakan<br />

sarana-sarana tersebut, namun berakhir dengan<br />

terbengkalainya sarana sanitasi karena tidak<br />

dipergunakan dan tidak dipelihara oleh masyarakat.<br />

Jadi sebenarnya apa yang membedakan<br />

pendekatan STBM ini dengan pendekatan<br />

proyek sebelumnya?<br />

Yang pertama adalah dalam STBM tidak ditawarkan<br />

subsidi seperti yang dilakukan pada proyek-proyek<br />

sebelumnya. STBM tidak ditargetkan pada jumlah<br />

sarana yang terbangun, tetapi pada frekuensi dan<br />

efektivitas pemanfaatan sarana oleh masyarakat.<br />

Model-model sarana tidak ditawarkan oleh pihak<br />

luar, melainkan digagas dan dikembangkan oleh<br />

masyarakat sendiri. STBM menggunakan pendekatan<br />

bottom up dengan sasarannya adalah seluruh<br />

anggota masyarakat, bukan hanya kepala keluarga.<br />

Hal lain yang juga membedakan adalah masyarakat<br />

sendiri yang melakukan monitoring dan mengevaluasi<br />

hasil kegiatan pe ningkatan sanitasi, bukan pihak<br />

penyandang dana ataupun penyelenggara program.<br />

Berarti apa saja yang menjadi prinsip dasar<br />

dalam pendekatan STBM ini Bu?<br />

Yang menjadi prinsip utama STBM adalah tidak<br />

adanya subsidi yang ditawarkan kepada mas yarakat<br />

untuk membangun jamban atau sarana sanitasi lain.<br />

Prinsip yang kedua adalah tidak menggurui, tidak<br />

memaksa dan tidak mepromosikan jamban. Ketiga<br />

adalah Masyarakat sebagai pemimpin, dan terakhir<br />

Totalitas dimana seluruh komponen masyarakat<br />

terlibat dalam analisa permasalahan-perencanaanpelaksanaan<br />

serta pemanfaatan dan pemeliharaan.<br />

Bagaimana dengan penerapan STBM ini di Bali<br />

Bu?<br />

Di Bali, pendekatan ini mungkin sudah diuji<br />

coba beberapa kali oleh teman-teman dari Dinas<br />

Kesehatan di beberapa desa di Bali. Namun belum<br />

ada kisah sukses dari penerapannya seperti kisah<br />

sukses dicapainya Open Defecation Free (ODF) oleh<br />

banyak desa di propinsi lain seperti Jawa Timur,<br />

Jawa barat dan NTB. Oleh karena itu Yayasan Masa<br />

Depan untuk Anak-Anak mengajak Mitra Samya yang<br />

telah berpengalaman menerapkan program sejenis<br />

di provisi lain untuk menerapkan program tersebut<br />

di Muntigunung, Karangasem yang terkenal dengan<br />

kondisi geografis yang sulit serta tingkat ekonomi<br />

yang relatif rendah. Saat ini kegiatan pemicuan di<br />

kelompok Cangkeng, Dusun Muntigunung sudah<br />

dilakukan dengan hasil yang menunjukkan antusias<br />

masyarakat untuk mau berubah sangat besar dan<br />

masyarakat sudah membuat komitmen mengenai<br />

waktu penyelesaian jamban mereka.<br />

Bagaimana menurut Ibu mengenai<br />

keberlanjutan program ini di masa mendatang?<br />

Saya yakin program dengan pendekatan STBM<br />

ini bisa menjadi alat yang sangat ampuh untuk<br />

meningkatkan cakupan sanitasi dasar masyarakat<br />

kita. Namun pemicuan tidak merupakan akhir dari<br />

keberhasilan program, melainkan pendampingan<br />

dan monitoring yang menerus dan intens merupakan<br />

hal terpenting yang dapat menjamin terealisasinya<br />

komitmen masyarakat dan menjamin perubahan<br />

prilaku masyarakat untuk stop buang air besar<br />

sembarangan (Stop BABS). MU


F A K U L T A S E K O N O M I<br />

PIMPINAN<br />

Dekan: Prof. Dr I Wayan Ramantha, SE.,MM.,Ak<br />

PD I: Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., Msi<br />

PD II: Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., MSi<br />

PD III: Drs. Ida Bagus Badjra, MM<br />

PROFIL KAMPUS<br />

7<br />

SEJARAH FAKULTAS<br />

Fakultas Ekonomi Unud didirikan pada awal tahun 1967 dan<br />

disahkan dengan S.K. Dirjen Pendidikan Tinggi No. 102 tanggal<br />

2 September 1967. Pendiri Fakultas Ekonomi Unud adalah Drs.<br />

Wayan Rendha (almarhum). Pada saat berdiri nya, Fakultas<br />

Ekonomi Unud hanya diperkenankan untuk melaksanakan<br />

pendidikan Sarjana Muda. Surat Keputusan diatas berlaku hingga<br />

tahun 1976, dimana pada saat itu Fakultas Ekonomi Unud mulai<br />

diperkenankan melaksanakan pendidikan Sarjana Lengkap<br />

Ekonomi. Keputusan tentang pendidikan Sarjana Lengkap<br />

Ekonomi tersebut dituangkan dalam S.K. Menteri Pendidikan<br />

dan Kebudayaan Nomor 0138/8/1976 tanggal 18 Juni 1976.<br />

Sejak tahun 1980 pendidikan Sarjana Lengkap ini disebut Strata<br />

Satu (S1). Disamping melaksanakan pendidikan program S1<br />

(reguler), Fakultas Ekonomi Unud juga melaksanakan pendidikan<br />

Diploma Tiga (D III) dan Diploma Satu (D I) yang digolongkan<br />

dalam pendidikan Strata Nol (S0). Program D III ini merupakan<br />

pengganti dari Program D II yang telah berlangsung mulai tahun<br />

1978 hingga tahun 1990/1991. Pada saat berdirinya program D<br />

II ini disebut Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP).<br />

Selain program S1 (reguler) dan program D III, masih ada<br />

dua buah program yang relatif masih muda kehadirannya yaitu<br />

Program S1 Ekstensi dan Program Magister Manajemen. Program<br />

S1 Ekstensi didirikan dan telah beroperasi sejak tahun ajaran<br />

1996/1997. Keputusan tentang dibukanya Program S1 Ekstensi<br />

tersebut dituangkan dalam S.K. Direktur Jenderal Pendidikan<br />

Tinggi Depdikbud R.I. No. 360/DIKTI/Kep/1996 tanggal 16 Juli<br />

1996. Program Magister Manajemen (MM) didirikan berdasarkan<br />

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud<br />

R.I. No. 372/DIKTI/Kep/1998 tertanggal 14 Oktober 1998.<br />

Sebagaimana layaknya kehidupan kantor administrasi, Fakultas<br />

Ekonomi <strong>Udayana</strong> juga senantiasa bergerak dari satu tempat<br />

ke tempat yang lainnya. Pada saat berdirinya (1967), kantor<br />

administrasi bertempat di Akademi Koperasi (AKOP) Denpasar,<br />

yaitu di sebelah selatan Pasar Kreneng .Selanjutnya pada tahun<br />

1968 kantor administrasi dipindahkan ke Jl. Diponegoro No. 186.<br />

Dengan berkembangnya jumlah fasilitas bangunan di Unud, pada<br />

tahun 1972 Fakultas Ekonomi memperoleh ruang administrasi di<br />

Jl. Doktor R. Goris. Pada tahun 1977 kantor administrasi Fakultas<br />

Ekonomi beralih tempat lagi ke Jl. Ir. Ida Bagus Oka No. 4. Kantor<br />

ini ditempati hingga sekarang, di sam ping juga ruang administrasi<br />

dan beberapa ruang kuliah di Kampus Bukit Jimbaran.<br />

VISI MISI DAN TUJUAN<br />

VISI : Sebagai lembaga yang mengemban tugas mulia sebagai<br />

KONTAK<br />

Jl. PB Sudirman Denpasar 80232<br />

Telp. (0361) 224133, (0361) 241930<br />

Fax. (0361) 241929<br />

Website: http://www.fe.unud.ac.id<br />

ujung tombak pencerdasan bangsa, untuk menciptakan<br />

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik maka Fakultas<br />

Ekonomi Unud memiliki visi sebagai berikut: Untuk menjadikan<br />

Fakultas Ekonomi sebagai lembaga pendidikan yang mampu<br />

mengembangkan penerapan ilmu ekonomi secara optional dan<br />

menghasilkan lulusan yang mandiri, memiliki wawasan, serta<br />

cakap mengantisipasi perubahan.<br />

MISI : Untuk mencapai tujuan yang tertuang dalam visi, maka<br />

Fakultas Ekonomi Unud mengemban misi sebagai berikut:<br />

Meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan, penelitian,<br />

pengabdian kepada masyarakat secara efisien dan relevan yang<br />

didukung oleh dosen berkualitas dan memiliki komitmen tinggi<br />

terhadap ilmu pengetahuan, infrastruktur yang memadai serta<br />

kerjasama dengan lembaga terkait.<br />

JURUSAN DAN KONSENTRASI FE UNUD<br />

Fakultas Ekonomi Unud merupakan salah satu fakultas yang<br />

selalu ramai peminat hingga saat ini. Pada awal berdirinya,<br />

program S1 Fakultas Ekonomi Unud hanya memiliki dua<br />

jurusan, yaitu Ekonomi Umum, dan Perusahaan. Kemudian<br />

dengan diberlakukannya Sistem Kredit Semester, Program S1<br />

Fakultas Ekonomi Unuversitas <strong>Udayana</strong> memiliki dua jurusan,<br />

yaitu Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan Manajemen.<br />

Kemudian pada tahun 1983 dimulailah pendidikan Program Studi<br />

Akuntansi di Fakultas Ekonomi Unud. Pada tahun 1994 setelah<br />

ada persetujuan dari Dikti, Program Studi Akuntansi secara<br />

resmi menjadi Jurusan Akuntansi yang telah bebas Ujian Negara<br />

Akuntansi (UNA) dengan S.K. Dikti No. 2755/D/T/1995 tanggal<br />

6 Oktober 1995. Pada tanggal 16 Juli 1996, dengan S.K. Dirjen<br />

Dikti No. 360/DIKTI/Kep/1996 dibentuk Program Ekstensi dalam<br />

Program-program Studi Ekonomi Pembangunan, Manajemen<br />

dan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Unud. Program Ekstensi<br />

diselenggarakan agar tidak merugikan, tetapi justru dapat<br />

membantu Kelancaran penyelenggaraan program reguler (SK Dikti<br />

No. 199/DIKTI/Kep/1996). Dengan SK Rektor Unud tertanggal 3<br />

September 1996, No. 107/J14/PP.01.01/1996, dibentuk Personalia<br />

Unit Pelaksana Program Ekstensi pada Fakultas Ekonomi Unud.<br />

Ketua Unit Pelaksana bertanggung jawab kepada Dekan Fakultas<br />

Ekonomi, yang selanjutnya mempertanggungja wabkan kepada<br />

Rektor. Sejak tahun 1997, Fakultas Ekonomi bersama-sama<br />

dengan Depnaker telah membentuk Bursa Tenaga Kerja untuk<br />

melayani alumni Unud terutama FE yang dituangkan dalam surat<br />

nomor 1969/W.21/IIIa/1997 tentang pembentukan Bursa Tenaga<br />

Kerja. Dengan demikian hingga saat ini Program S1 (Reguler dan<br />

Ekstensi) Fakultas Ekonomi Unud memiliki tiga jurusan. Program D<br />

III yang digolongkan dalam Pendidikan Strata Nol (S0) pada awal<br />

berdirinya pada tahun 1990 memiliki dua program, yaitu Program<br />

Studi Akuntansi dan Keuangan. Berkembangnya kebutuhan<br />

masyarakat, terutama masyarakat pengguna lulusan Diploma,<br />

maka mulai tahun ajaran 1996/1997 Fakultas Ekonomi Unud<br />

menyempurnakan Program Studi Keuangan menjadi Program<br />

Keuangan dan Perbankan. Dan mulai tahun ajaran 1998/1999<br />

dibuka program baru yaitu Program Diploma 3 Pemasaran dan<br />

Program Diploma 3 Perpajakan. Pada program S2, yakni MM, MEP,<br />

dan Kewirausahaan sampai saat ini masing-masing memiliki 4 dan<br />

3 konsentrasi. Program Magister Manajemen (MM), pada awalnya<br />

dibuka konsentrasi Manajemen Pemasaran, Manajemen Keuangan,<br />

dan Manajemen Bisnis Pariwisata. Pada tahun 2000 dan 2001<br />

berturut-turut, program ini menambah satu konsentrasi baru yaitu<br />

Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Sektor Publik.<br />

Program Magister Ekonomika Pembangunan (MEP) sampai saat<br />

ini memiliki 3 konsentrasi yaitu konsentrasi Pembangunan Daerah,<br />

Ekonomi Industri dan Keuangan Daerah. Pada tahun 2004 dibuka<br />

satu konsentrasi lagi, yakni Moneter, Keuangan dan Perbankan.<br />

Dengan diterbitkannya SK Menteri Pendidikan Republik Indonesia<br />

No. 179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi<br />

Akuntansi (PPAk) maka sebutan akuntan diberikan setelah<br />

seseorang menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Akuntansi dan<br />

Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Fakultas Ekonomi Unud<br />

telah memperoleh ijin penyelenggaraan program PPAk dari<br />

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan<br />

Nasional dengan surat ijin nomor 3827/D/T/2003, pada tanggal<br />

20 Nopember 2003<br />

FASILITAS<br />

Fasilitas-Fasilitas Pendidikan: Ruang Kuliah, Ruang Administrasi,<br />

Ruang Baca, Lab. Komputasi, Lab. Bahasa, Pojok Bursa Efek<br />

Jakarta, Bursa Kerja Khusus, Sistem Informasi Manajemen<br />

Pendidikan, SMS-Cyberkampus dan fasilitas Penunjang<br />

Pendidikan, Parkir, Cafetaria, Kantor Bank, Unit Usaha, Bursa<br />

Mahasiswa. WEB


POTRET KAMPUS<br />

1<br />

2<br />

1<br />

HUT RI KE-66 (17/8). Segenap dosen, pegawai<br />

dan mahasiswa mengikuti Upacara HUT Kemerdekaan<br />

RI Ke-66 di Kampus Unud Bukit Jimbaran. HUT RI KE-<br />

66 mengambil tema “Dengan semangat Proklamasi 17<br />

Agustus 1945, Kita Tingkatkan Kesadaran Hidup Dalam<br />

Ke-Bhineka-an Untuk Kokohkan Persatuan NKRI, Kita<br />

Sukseskan Kepemimpinan Indonesia Dalam Forum ASEAN<br />

Untuk Kokohkan Solidaritas ASEAN”.<br />

MU<br />

2<br />

MoU IKAYANA-MUDP (5/8). Ikayana Pusat<br />

menandata ngani MoU dengan MUDP Bali dalam<br />

rangka kerjasama di bidang penelitian, pengembangan dan<br />

pengabdian kepada masyarakat. Diharapkan MoU dapat<br />

menghasilkan solusi terhadap beragam permasalahan<br />

yang dihadapi oleh Desa Pekraman Bali di era globalisasi.<br />

MU<br />

3<br />

3<br />

PKKMB 2011 (19/8). Unud menggelar Pengenalan Kehidupan<br />

Kampus Baru (PKKMB) Program Reguler di Auditorium Gedung Widya<br />

Sabha kampus Bukit Jimbaran. Rektor Unud berpesan para mahasiswa<br />

baru dapat mengikuti PKKMB dengan serius karena PKKMB adalah langkah<br />

awal mengikuti pendidikan berkualitas di Unud. Tidak ada perpeloncoan<br />

dan penggodokan fisik karena PKKMB menekankan olah pikir kepada<br />

para calon intelektual muda. Ketua Panitia PKKMB Unud I Wayan Antara,<br />

SE, MM menyampaikan PKKMB diikuti 2742 orang maba dengan materi<br />

pendidikan tinggi, budaya dan etika, dan cara belajar di perguruan tinggi.<br />

MU<br />

4<br />

PEMELASPASAN RS. PENDIDIKAN (21/8). Rumah Sakit<br />

Pendidikan Bertaraf Internasional Unud hampir rampung 80%.<br />

Pembangunan rumah sakit pendidikan dan penelitian Unud bertujuan<br />

meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk wisatawan<br />

dalam menikmati liburan di Pulau Dewata. Apalagi saat ini situasi dan<br />

kondisi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah sudah semakin krodit.<br />

MU<br />

radio suara udayana<br />

GEDUNG GDLN<br />

KAMPUS SUDIRMAN DENPASAR<br />

TELP. 0361-255197<br />

4

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!