31.12.2014 Views

OBAT OBAT PENTAKIT SEREBRO ASKULAR. Dr ... - USU Library

OBAT OBAT PENTAKIT SEREBRO ASKULAR. Dr ... - USU Library

OBAT OBAT PENTAKIT SEREBRO ASKULAR. Dr ... - USU Library

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>OBAT</strong> <strong>OBAT</strong> <strong>PENTAKIT</strong> <strong>SEREBRO</strong> <strong>ASKULAR</strong>.<br />

<strong>Dr</strong>. ALDY S. RAMBE<br />

BAGIAN NEUROLOGI<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN <strong>USU</strong>/ RSUP. H.ADAM MALIK<br />

PENDAHULUAN<br />

Penyakit serebrovaskular merupakan masalah kesehatan utama di Amerika<br />

Serikat dan banyak negara lainnya termasuk Indonesia. Kemajuan yang di capai<br />

dalam bidang epidemiologi, etiologi dan patogenesis dari penyakit serebrovaskular<br />

telah menghasilkan pendekatan baru dalam diagnosa dan pengobatannya.<br />

Beberapa obat telah terbukti bermanfaat untuk pengobatan penyakit<br />

serebrovaskular. Obat–obatan ini dapat dikelompokkan atas 2 kelompok yaitu obat–<br />

obatan anti trombotik yang meliputi anti koagulan, anti platelet dan trombolitik;<br />

serta obat yang melindungi sel saraf (nerve cell protectants) berupa calsium channel<br />

blockers seperti nimodipine dan beberapa zat yang masih dalam tahap<br />

eksperimental.<br />

TERAPI ANTI TROMBOTIK<br />

Hemostasis merupakan proses penghentian pendarahan pada pembuluh darah<br />

yang cedera. Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap,<br />

yaitu:<br />

1. Aktifitas tromboplastin<br />

2. Pembentukan trombin dari protrombin<br />

3. Pembentukan fibrin dari fibrinogen<br />

Dalam proses ini di butuhkan faktor–faktor pembekuan darah, yang sampai saat<br />

ini telah dikenal 15 faktor (kaskade pembekuan darah tercantum pada lampiran).<br />

Proses pembekuan darah akan dihentikan oleh sistem anti koagulan dan fibrinolitik di<br />

dalam tubuh. Faktor-faktor yang menghentikan proses pembekuan darah adalah :<br />

1. Larutnya faktor pembekuan darah dalam darah yang mengalir.<br />

2. Metabolisme bentuk aktif faktor pembekuan darah oleh hati .<br />

3. Mekanisme umpan balik di mana trombin menghambat aktifitas faktor V dan<br />

VIII.<br />

4. Adanya mekanisme anti koagulasi alami terutama oleh antitrombin III,<br />

protein C dan S.<br />

Penggunaan obat anti trombotik bertujuan mempengaruhi proses trombosis<br />

atau mempengaruhi pembentukan bekuan darah (clot) intravaskular, yang<br />

melibatkan platelet dan fibrin. Obat anti platelet bekerja mencegah perlekatan<br />

(adesi) platelet dengan dinding pembuluh darah yang cedera atau dengan platelet<br />

lainnya, yang merupakan langkah awal terbentuknya trombus. Obat anti koagulan<br />

mencegah pembentukan fibrin yang merupakan bahan esensial untuk pembentukan<br />

trombus. Obat trombolitik mempercepat degradasi fibrin dan fibrinogen oleh plasmin<br />

sehingga membantu larutnya bekuan darah.<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 1


ANTI TROMBOSIT.<br />

Anti trombosit (anti platelet) adalah obat yang dapat menghambat agregasi<br />

trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang<br />

terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Beberapa obat yang termasuk<br />

golongan ini adalah aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol, dekstran, tiklopidin,<br />

prostasiklin ( PGI-2 ). Obat anti trombosit yang telah terbukti efektifitasnya dalam<br />

pencegahan stroke adalah :<br />

1. Aspirin (asetosal, asam asetil-salisilat).<br />

Aspirin bekerja mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat<br />

pembentukan enzim cyclic endoperoxides. Aspirin juga menghambat sintesa<br />

tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat<br />

agregasi trombosit. Aspirin menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut<br />

secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam<br />

pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack). Pada endotel pembuluh<br />

darah, aspirin juga menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu<br />

mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak.<br />

Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aspirin dapat menurunkan resiko<br />

terjadinya stroke, infark jantung non fatal dan kematian akibat penyakit vaskular<br />

pada pria dan wanita yang telah pernah mengalami TIA atau stroke sebelumnya.<br />

Farmakokinetik :<br />

• Mula kerja : 20 menit -2 jam.<br />

• Kadar puncak dalam plasma: kadar salisilat dalarn plasma tidak berbanding<br />

lurus dengan besamya dosis.<br />

• Waktu paruh : asam asetil salisilat 15-20 rnenit ; asarn salisilat 2-20 jam<br />

tergantung besar dosis yang diberikan.<br />

• Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan<br />

lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.<br />

• Metabolisrne : sebagian dihidrolisa rnenjadi asarn salisilat selarna absorbsi<br />

dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh dengan kadar<br />

tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan paru-paru.<br />

• Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan oksidasi<br />

serta konyugasi metabolitnya.<br />

Farmakodinamik :<br />

Adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya ; pemberian<br />

bersama antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi meningkatkan<br />

kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat bentuk aktif<br />

terikat pada protein plasma.<br />

lndikasi :<br />

Menurunkan resiko TIA atau stroke berulang pada penderita yang pernah<br />

menderita iskemi otak yang diakibatkan embolus.<br />

Menurunkan resiko menderita stroke pada penderita resiko tinggi seperti pada<br />

penderita tibrilasi atrium non valvular yang tidak bisa diberikan anti koagulan.<br />

Kontra indikasi .<br />

hipersensitif terhadap salisilat, asma bronkial, hay fever, polip hidung, anemi<br />

berat, riwayat gangguan pembekuan darah.<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 2


lnteraksi obat:<br />

obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium bikarbonat, alkohol clan,<br />

angiotensin -converting enzymes.<br />

Efek samping:<br />

nyeri epigastrium, mual, muntah , perdarahan lambung.<br />

Hati -hati<br />

Tidak dianjurkan dipakai untuk pengobatan stroke pada anak di bawah usia 12<br />

tahun karena resiko terjadinya sindrom Reye. Pada orang tua harus hati- hati<br />

karena lebih sering menimbulkan efek samping kardiovaskular. Obat ini tidak<br />

dianjurkan pada trimester terakhir kehamilan karena dapat menyebabkan<br />

gangguan pada janin atau menimbulkan komplikasi pada saat partus. Tidak<br />

dianjurkan pula pada wanita menyusui karena disekresi melalui air susu.<br />

Dosis :<br />

FDA merekomendasikan dosis: oral 1300 mg/hari dibagi 2 atau 4 kali<br />

pemberian. Sebagai anti trombosit dosis 325 mg/hari cukup efektif dan efek<br />

sampingnya lebih sedikit.<br />

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf merekomendasikan dosis 80-320 mg/hari<br />

untuk pencegahan sekunder stroke iskemik.<br />

2. Tiklopidin<br />

Tiklopidin adalah inhibitor agregasi platelet yang bekerja menghalangi ikatan<br />

antara platelet dengan fibrinogen yang diinduksi oleh ADP (Adenosin Di Pospat)<br />

secara irreversibel, serta menghalangi interaksi antara platelet yang mengikutinya.<br />

Proses ini menyebabkan penghambatan pada agregasi platelet dan pelepasan isi<br />

granul platelet.<br />

Penderita yang diberi Tiklopidin harus dimonitor jumlah netrofil dan<br />

trombositnya setiap dua minggu selama 3 bulan pertama pengobatan. Netropeni<br />

berat dapat terjadi dalam waktu 3 minggu sampai 3 bulan sejak pengobatan dimulai.<br />

Karena waktu paruhnya panjang, maka penderita yang berhenti mendapat Tiklopidin<br />

dalam waktu 90 hari sejak dimulai harus tetap dimonitor darah lengkap clan hitung<br />

jenis lekositnya. Kadang-kadang dapat terjadi trombositopeni saja atau kombinasi<br />

dengan netropeni.<br />

Tiklopidin adalah obat pilihan pertama untuk pencegahan stroke pada wanita<br />

yang pemah mengalami TIA serta pada pria dan wanita yang pemah mengalami<br />

stroke non kardioembolik. Walaupun Tiklopidin telah terbukti efektif pada pria yang<br />

pernah mengalami TIA, tetapi obat ini merupakan pilihan kedua bila tidak ada<br />

intoleransi terhadap aspirin.<br />

Farmakokinetik :<br />

• Mula kerja : diabsorbsi cepat.<br />

• Kadar puncak dalam plasma: 2 jam.<br />

• Waktu paruh : 4-5 hari.<br />

• Bioavailabilitas : > 80%.<br />

• Metabolisme : terutama di hati .<br />

• Ekskresi : 60% melalui urine daD 23% melalui feses<br />

Farmakodinamik :<br />

• bioavailabilitas oral meningkat 20% hila diminum setelah makan ; pemberian<br />

bersama makan dianjurkan untuk meningkatkan toleransi gastrointestinal.<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 3


• 98% terikat secara reversibel dengan protein plasma terutama albumin dan<br />

lipoprotein.<br />

Indikasi :<br />

Mengurangi resiko stroke trombotik pada penderita yang pemah mengalami<br />

prekursor stroke atau pemah mengalami stroke merupakan pilihan bila terjadi<br />

intoleransi terhadap aspirin.<br />

Kontraindikasi :<br />

Hipersensitivitas terhadap Tiklopidin, kelainan darah (misalnya netropeni,<br />

trombositopeni), gangguan pembekuan darah, perdarahan patologis aktif<br />

(misalnya perdarahan lambung, perdarahan intrakranial), gangguan fungsi hati<br />

berat.<br />

Interaksi obat<br />

aspirin, antasida, simetidin, digoksin, teofilin, fenobarbital, fenitoin, propanolol,<br />

heparin, antikoagulan oral, obat tibrinolitik.<br />

Efek samping :<br />

• Paling sering : diare, mual, dispepsia, rash, nyeri gastrointestinal, netropeni,<br />

purpura, pruritus, dizziness, anoreksia, gangguan fungsi hati.<br />

• Kadang-kadang ecchymosis, epistaksis, hematuria, perdarahan konjunktiva,<br />

perdarahan gastrointestinal, perdarahan perioperatif, perdarahan<br />

intraserebral, urtikaria, sakit kepala, asthenia, nyeri, tinnitus.<br />

Hati -hati<br />

Pada usia di bawah 18 tahun belum terbukti keamanan dan efektifitasnya.<br />

Tidak dianjurkan pada penderita gangguan fungsi hati berat. Penggunaan<br />

selama kehamilan hanya bila sangat dibutuhkan. Bila diberi pada wanita<br />

menyusui harus dihentikan menyusuinya.<br />

Dosis :<br />

Dewasa dan orang tua : 2 x 250 mg/hari diminum bersama makanan. Tidak<br />

dianjurkan untuk usia di bawah 18 tahun.<br />

Dosis yang direkomendasikan Perdossi adalah 250-500 mg/hari pada penderita<br />

yang tidak tahan dengan aspirin.<br />

ANTI KOAGULAN<br />

1. Warfarin<br />

Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang<br />

berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II, VII, IX dan X.<br />

Ia bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein<br />

prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah<br />

tersebut, maka hila terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang.<br />

Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat<br />

faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa<br />

hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan<br />

terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.<br />

Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah<br />

terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif<br />

untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan,<br />

penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 4


Farmakokinetik :<br />

• Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam setelah<br />

pemberian.<br />

• Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.<br />

• Waktu paruh : 20-60 jam; rata-rata 40 jam.<br />

• Bioavailabilitas: hampir sempurna baik secara oral, 1M atau IV.<br />

• Metabolisme: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan ginjal.<br />

• Ekskresi: melalui urine clan feses.<br />

Farmakodinamik :<br />

• 99% terikat pada protein plasma terutama albumin.<br />

• Absorbsinya berkurang hila ada makanan di saluran cerna.<br />

Indikasi :<br />

Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi tromboembolik yang dihubungkan<br />

dengan fibrilasi atrium dan penggantian katup jantung ; serta sebagai<br />

profilaksis terjadinya emboli sistemik setelah infark miokard (FDA approved).<br />

Profilaksis TIA atau stroke berulang yang tidak jelas berasal dari problem<br />

jantung.<br />

Kontraindikasi .<br />

Semua keadaan di mana resiko terjadinya perdarahan lebih besar dari<br />

keuntungan yang diperoleh dari efek anti koagulannya, termasuk pada<br />

kehamilan, kecenderungan perdarahan atau blood dyscrasias dll.<br />

Interaksi obat :<br />

Warfarin berinteraksi dengan sangat banyak obat lain seperti asetaminofen,<br />

beta bloker, kortikosteroid, siklofosfamid, eritromisin, gemfibrozil, hidantoin,<br />

glukagon, kuinolon, sulfonamid, kloramfenikol, simetidin, metronidazol,<br />

omeprazol, aminoglikosida, tetrasiklin, sefalosporin, anti inflamasi non steroid,<br />

penisilin, salisilat, asam askorbat, barbiturat, karbamazepin dll.<br />

Efek samping<br />

Perdarahan dari jaringan atau organ, nekrosis kulit dan jaringan lain, alopesia,<br />

urtikaria, dermatitis, demam, mual, diare, kram perut, hipersensitivitas dan<br />

priapismus.<br />

Hati -hati :<br />

Untuk usia di bawah 18 tahun belum terbukti keamanan dan efektifitasnya.<br />

Hati- hati bila digunakan pada orang tua. Tidak boleh diberikan pada wanita<br />

hamil karena dapat melewati plasenta sehingga bisa menyebabkan perdarahan<br />

yang fatal pada janinnya. Dijumpai pada ASI dalam bentuk inaktif, sehingga<br />

bisa dipakai pada wanita menyusui.<br />

Dosis :<br />

Dosis inisial dimulai ,dengan 2-5 mg/hari dan dosis pemeliharaan 2-10 mg/hari.<br />

Obat diminum pada waktu yang sama setiap hari. Dianjurkan diminum sebelum<br />

tidur agar dapat dimonitor efek puncaknya di pagi hari esoknya. Lamanya<br />

terapi sangat tergantung pada kasusnya. Secara umum, terapi anti koagulan<br />

harus dilanjutkan sampai bahaya terjadinya emboli dan trombosis sudah tidak<br />

ada. Pemeriksaan waktu protrombin barns dilakukan setiap hari begitu dimulai<br />

dosis inisial sampai tercapainya waktu protrombin yang stabil di batas<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 5


terapeutik. Setelah tercapai, interval pemeriksaan waktu protrombin<br />

tergantung pada penilaian dokter dan respon penderita terhadap obat. Interval<br />

yang dianj urkan adalah 1-4 minggu.<br />

2. Heparin<br />

Heparin adalah bahan alami yang diisolasi dari mukosa intestinum porcine atau<br />

dari paru-paru sapi. Obat bekerja sebagai anti koagulan dengan mempotensiasi kerja<br />

anti trombin III (AT-III) membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari AT -<br />

III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah, termasuk trombin, faktor<br />

IIa, IXa, Xa, XIa,dan XIla. Oleh karena itu heparin mempercepat inaktifasi faktor<br />

pembekuan darah. Heparin biasanya tidak mempengaruhi waktu perdarahan. Waktu<br />

pembekuan memanjang bila diberikan heparin dosis penuh, tetapi tidak terpengaruh<br />

bila diberikan heparin dosis rendah. Heparin dosis kecil dengan AT-III menginaktifasi<br />

faktor XIIIa dan mencegah terbentuknya bekuan fibrin yang stabil. Penggunaan<br />

hefarin dimonitor dengan memeriksa waktu tromboplastin parsial (aPTT) secara<br />

berkala.<br />

Penggunaan heparin untuk stroke akut masih diperdebatkan. Belum ada uji<br />

klinis yang memberikan hasil yang konklusif. American Heart Association<br />

merekomendasikan " penggunaan heparin tergantung pada preferensi dokter yang<br />

menanganinya. Harus dimengerti bahwa penggunaan heparin bisa tidak memperbaiki<br />

hasil akhir yang diperoleh pada penderita stroke iskemik akut ".<br />

Heparin dapat diberikan secara IV atau SK. Pemberian secara IM tidak<br />

dianjurkan karena sering terjadi perdarahan dan hematom yang disertai rasa sakit<br />

pada tempat suntikan. aPTT dimonitor ketat agar berkisar 1,5 kali nilai kontrol.<br />

Tujuan terapi adalah meminimalkan resiko transformasi infark menjadi perdarahan<br />

dan memaksimalkan pengurangan resiko serangan ulang. Penderita dengan infark<br />

luas (baik secara klinis maupun basil CT -scan kepala) mempunyai resiko besar<br />

untuk mengalami transformasi tersebut, sehingga pemberian heparin sebaiknya<br />

ditunda.<br />

Farmakokinetik :<br />

• Mula kerja : segera pada pemberian IV, 20-60 menit setelah pemberian SK<br />

• Kadar puncak dalam plasma: 2 – 4 jam setelah pemberian SK<br />

• Waktu paruh : 30-180 menit.<br />

• Bioavailabilitas : karena tidak diabsorbsi di saluran cerna, harns diberikan<br />

secara parenteral.<br />

• Metabolisme : terutama di hati dan sistem retikuloendotelial (SRE) ; bisa juga<br />

di ginjal<br />

• Ekskresi : secara primer diekskresi oleh hati daD SRE.<br />

Farmakodinamik : terikat pada protein plasma secara ekstensif<br />

Indikasi :<br />

Dosis rendah untuk pencegahan stroke atau komplikasi tromboembolik.<br />

Profilaksis trombosis serebral pada evolving stroke (masih diteliti).<br />

Kontraindikasi :<br />

hipersensitif terhadap heparin, trombositopeni berat, perdarahan yang tidak<br />

terkontrol.<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 6


Interaksi obat :<br />

antikoagulan oral, aspirin, dextran, fenilbutazon, ibuprofen, indometasin,<br />

dipiridamol, hidroksiklorokuin, digitalis, tetrasiklin, nikotin, anti histamin,<br />

nitrogliserin.<br />

Efek samping :<br />

perdarahan, iritasi lokal, eritema, nyeri ringan, hematom, ulserasi, menggigil,<br />

demam, urtikaria, asma, rhinitis, lakrimasi, sakit kepala, mual, muntah,reaksi<br />

anafilaksis, trombositopeni, infark miokard, emboli paru, stroke, priapismus,<br />

gatal dan rasa terbakar, nekrosis kulit, gangren pada tungkai. Penggunaan<br />

15.000 U atau lebih setiap hari selama lebih dari 6 bulan dapat menyebabkan<br />

osteoporosis dan fraktur spontan.<br />

Dosis :<br />

dosis rendah dianjurkan untuk pencegahan stroke dan profilaksis evolving<br />

stroke. Pada pemberian secara SK dimulai dengan 5000 U lalu 5000 U tiap 8-12<br />

jam sampai 7 hari atau sampai penderita sudah dapat dimobilisasi (mana yang<br />

lebih lama). Bila diberi IV, sebaiknya didrips dalam larutan Dekstrose 5% atau<br />

NaCI fisiologis dengan dosis inisial 800 U/jam. Hindari pemberian dengan bolus.<br />

Sesuaikan dosis berdasarkan basil aPTT (sekitar 1,5 kali nilai normal). Pada<br />

anak dimulai dengan 50 U/kgBB IV bolus dengan dosis pemeliharaan sebesar<br />

100 U/kgBB/4jam perdrips atau 20.000 U/m2/24 jam dengan infus.<br />

<strong>OBAT</strong> TROMBOLITIK<br />

Biasanya obat ini digunakan untuk infark jantung akut untuk melarutkan<br />

bekuan darah yang terbentuk pada arteri koronaria. Walaupun riwayat adanya<br />

gangguan pembuluh darah otak merupakan kontra indikasi penggunaannya, pada<br />

saat ini sedang berlangsung beberapa penelitian mengenai penggunaannya pada<br />

stroke (misalnya tissue plasminogen activator, streptokinase dan urokinase).<br />

Pemberiannya secara IV atau IA, dan harus segera diberikan dalam waktu 90 menit<br />

sampai 6 jam setelah serangan. Saat ini penggunaanya masih dalam taraf<br />

eksperimental.<br />

Streptokinase berasal dari Streptococcus C. hemolyticus .Ia menginaktifasi<br />

plasminogen dengan cara tidak langsung yaitu dengan bergabung terlebih dahulu<br />

dengan plasminogen untuk membentuk kompleks aktifator. Selanjutnya kompleks<br />

tersebut mengkatalisis perubahan plasminogen bebas menjadi plasmin. Waktu<br />

paruhnya bifasik. Fase cepat 11-13 menit dan fase lambat 23 menit. Loading dose<br />

250.000 IU per infus selama 30 menit diikuti dengan 100.000 IU/jam (biasanya<br />

selama 24-72 jam).<br />

Urokinase diisolasi dari urin manusia .Urokinase bekerja langsung mengaktifkan<br />

plasminogen. Seperti streptokinase obat ini tidak bekerja spesifik terhadap fibrin<br />

sehingga menimbulkan lisis sistemik (fibrinogenolisis dan destruksi faktor<br />

pembekuan darah lainnya). Waktu paruhnya sekitar 20 menit. Loading dose yang<br />

dianjurkan 1000-4.500 IU/kgBB IV dilanjutkan dengan infus IV 4.400 IU/kgBB/jam.<br />

NERVE-CELL PROTECTANTS<br />

Akhir-akhir ini sedang dikembangkan sejumlah sediaan yang dikenal sebagai<br />

nerve-cell protectants. Sediaan -sediaan ini diharapkan dapat bekerja melindungi, sel<br />

neuron dari kematian bila mengalami iskemi, walaupun dengan efek farmakologis<br />

yang berbeda-beda. Beberapa sediaan seperti calcium channel blockers, N-methyl-Daspartate<br />

(NMDA) antagonists, free radical scavengers dan membrane stabilizers<br />

telah dicoba pada infark serebri akut. Sejauh ini hanya nimodipin yang memperoleh<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 7


ekomendasi dari FDA untuk profilaksis atau terapi stroke akut karena terbukti<br />

menurunkan morbiditas dari perdarahan sub arakhnoid akut (PSA).<br />

Nimodipin<br />

Sebagai calcium channel blockers kerjanya sama seperti calcium channel<br />

blockers yang lain. Nimodipin mempunyai efek yang lebih besar pada arteri serebral<br />

daripada arteri lainnya, mungkin karena sifat lipofiliknya yang kuat. Mekanisme<br />

kerjanya mengurangi defisit neurologis setelah PSA (perdarahan sub arachnoid)<br />

belum diketahui. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk PSA<br />

nimodipin terbukti mengurangi neurologic ischemic deficits bila diberikan sebelum 96<br />

jam mulai serangan dan dilanjutkan selama 21. hari dengan dosis 60 mg/4 jam.<br />

Sedangkan untuk stroke iskemik akut nimodipin tidak memberikan basil yang baik.<br />

Farmakokinetik :<br />

• Kadar puncak dalam plasma: dalam 1 jam setelah pemberian.<br />

• Waktu paruh : 8-9 jam.<br />

• Bioavailabilitas: diabsorbsi dengan cepat, tetapi karena langsung<br />

dimetabolisme di hati maka bioavailibilitas(BA) rata-ratanya hanya 13%.<br />

• Metabolisme : di hati (first-pass metabolism).<br />

• Ekskresi : melalui urine dalam bentuk metabolit, hanya < 1 % dalam<br />

bentuk aktif.<br />

Farmakodinamik :<br />

• Pemberian bersama makanan menurunkan kadar plasma dan BA bila<br />

dibandingkan dengan pemberian saat lambung kosong.<br />

• Lebih dari 95% terikat pada protein plasma.<br />

• Pada gangguan fungsi hati metabolismenya berkurang ; pada sirosis<br />

hati, BA nya meningkat.<br />

lndikasi :<br />

Perbaikan hasil secara neurologis dengan mengurangi insidens dan beratnya<br />

kerusakan pada penderita dengan PSA akibat pecahnya aneurisma kongenital<br />

yang berada dalam kondisi neurologis yang baik setelah serangan.<br />

Interaksi obat : dengan calcium channel blockers yang lain.<br />

Efek samping :<br />

Sering : penurunan tekanan darah, gangguan fungsi hati, edema, diare, rash,<br />

sakit kepala, keluhan saluran cerna, mual, dispnoe, kelainan EKG, takikardi,<br />

bradikardi, nyeri/kram otot, depresi.<br />

Kadang-kadang : hepatitis, gatal, perdarahan lambung, trombositopeni,<br />

anemi, palpitasi, muntah, wheezing, dizziness, rebound vasospasm,<br />

hipertensi, light-headedness, jaundice.<br />

Dosis :<br />

60 mg/4 jam per oral selama 21 hari, sebaiknya 1 jam sebelum atau 2 jam<br />

setelah makan. Pemberian pertama harus dimulai sebelum 96 jam terjadi<br />

serangan. Penderita dengan sirosis hati harus diturunkan dosisnya menjadi 30<br />

mg/4 jam dan dimonitor tekanan darah dan nadinya secara ketat.<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 8


KEPUSTAKAAN<br />

Barnett HJM. Aspirin in Stroke Prevention An Overview. Stroke. 1990;21(suppl lV) :<br />

IV-40-IV-43.<br />

Biller J, Bruno A. Acute Ischemic Stroke. In : Johnson RT, Griffin JW editors. Current<br />

Therapy in Neurologic Disease. 5th ed. St.Louis: Mosby; 1997. p.191-197.<br />

Chamorro A, Vila N, Ascaso C, Blanc R. Heparin in Acute Stroke With Atrial<br />

Fibrillation. Arch Neurol.1999 ; 56 : 1098-1102.<br />

Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi. Konsensus Nasional<br />

Pengelolaan Stroke di Indonesia. Jakarta. 1999.<br />

Morgenstern LB, Grotta JC. Transient Ischemic Attacks. In : Johnson RT, Griffin JW<br />

editors. Current Therapy in Neurologic Disease. 5th ed. St.Louis: Mosby;<br />

1997.p.187-190.<br />

Rosmiati H. dan Gan VHS. Antikoagulan, Antitrombosit, Trombolitik dan Hemostatik<br />

Dalam : Ganiswat;a SG editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta:<br />

Bagian Farmakologi FK-UI ;1995. hal. 747 -761.<br />

Rowland LP and Klein DF. Current Neurologic <strong>Dr</strong>ugs. 1 st ed. Philadelphia: Current<br />

Medicine; 1996 .p. 1-19.<br />

Wahlgren NG. Pharmacological Treatment of Acute Stroke. Cerebrovasc Dis.1997 :<br />

7(suppI3) : 24-30.<br />

©2004 Ditigized by <strong>USU</strong> digital library 9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!