Eko Budi - Padangratu.pdf - Pusat Sumber Daya Geologi
Eko Budi - Padangratu.pdf - Pusat Sumber Daya Geologi
Eko Budi - Padangratu.pdf - Pusat Sumber Daya Geologi
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
INVENTARISASI DAN EVALUASI ENDAPAN BITUMEN PADAT<br />
DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI<br />
LAMPUNG<br />
O l e h :<br />
<strong>Eko</strong> <strong>Budi</strong> Cahyono<br />
Subdit. Batubara<br />
S A R I<br />
Daerah penyelidikan secara administratif di daerah <strong>Padangratu</strong> dan sekitarnya, mencakup 2 (dua)<br />
wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.<br />
Dimana pelaksanaan penyelidikan meliputi pekerjaan Inventarisasi dan Evaluasi Endapan yang berupa<br />
pengamatan singkapan dan pengambilan conto serta analisa laboratorium. Secara geografis berada pada<br />
koordinat 4 o 55’ – 5 o 10’ Lintang Selatan dan 104 o 45’ – 105 o 00’ Bujur Timur.<br />
Secara keseluruhan Formasi Pembawa Bitumen di daerah <strong>Padangratu</strong>, Kabupaten Lampung Tengah<br />
dan Kabupaten Lampung Utara adalah pada Formasi Talang Akar, termasuk ke dalam Cekungan Sumatera<br />
Selatan bagian Selatan. Secara litologi hampir semua pengisi cekungan ini mengandung batupasir halus-kasar,<br />
batulempung, batulanau dengan sisipan batubara yang diendapkan dalam lingkungan neritik – paralik (litoral,<br />
delta sampai laut terbuka) dan dipengaruhi oleh susut serta genang laut. Secara geologi pengisi Cekungan<br />
Sumatera Selatan terdiri atas Formasi Talangakar, Baturaja, Gumai, Air Benakat, Muara Enim, Kasai dan<br />
Batuan Volkanik; berumur Kuarter..<br />
Setempat pola struktur geologi di daerah penelitian terdapat beberapa antikilin dan sesar yang berarah<br />
baratlaut –tenggara. Dan stratigrafi yang ada terdapat beberapa formasi pembawa batubara dimana formasi<br />
ini diindikasikan pula adanya endapan bitumen padat.<br />
Hasil penyelidikan, secara megaskopis terdapat beberapa batuan yang diduga mengandung endapan<br />
bitumen padat, namun secara analisa laboratorium baik analisa Retorting dan Petrografi ternyata NEGATIF<br />
adanya endapan bitumen padat, hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya minyak dalam batuan pembawa<br />
bitumen padat dan ketidak hadirannya maseral penciri bitumen pada sayatan tipis. Oleh sebab itu penghitungan<br />
sumber daya tidak dihitung atau dalam artian bahwa lapisan pembawa bitumen di lapangan tidak mengandung<br />
endapan bitumen padat. Ketidak adanya bitumen padat sendiri banyak faktor terutama adalah kondisi geologi<br />
yang cukup bervariatif di sekitar daerah penyelidikan, yang secara keseluruhan tertutup oleh lapisan formasi<br />
yang lebih muda (volkanik kuarter).<br />
Walaupun demikian adanya, tidak menutup kemungkinan di daerah sekitar yang diterobos lapisan yang<br />
lebih muda bisa dimungkinkan terdapat endapan bitumen padat, tentunya dengan melalui tahapan yang lebih<br />
lanjut lagi.<br />
PENDAHULUAN<br />
Latar Belakang<br />
Dalam beberapa tahun ini telah dilakukan<br />
berbagai macam penyelidikan bitumen padat oleh<br />
pemerintah nasional di beberapa daerah dalam rangka<br />
penyediaan informasi sumber daya alternatif (bitumen<br />
padat) dalam Kerangka Pengembangan Potensi<br />
Wilayah <strong>Sumber</strong>daya Mineral di Seluruh Indonesia.<br />
Untuk memenuhi dan melengkapi kebutuhan<br />
informasi tersebut, maka Direktorat Inventarisasi<br />
<strong>Sumber</strong> <strong>Daya</strong> Mineral menyusun Program<br />
Penyelidikan Potensi <strong>Sumber</strong> <strong>Daya</strong> Bitumen Padat di<br />
berbagai wilayah di Indonesia, sesuai dengan lembar<br />
Peta Rupa Bumi yang diterbitkan oleh Bakosurtanal<br />
atau oleh Jantop AD.<br />
Salah satu pelaksanaan kegiatan ini dilakukan<br />
pada Tahun Anggaran 2OO5, dimana wilayah kerja<br />
berada di Daerah <strong>Padangratu</strong> dan sekitarnya,<br />
Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten<br />
Lampung Utara, Provinsi Lampung. Daerah<br />
penyelidikan berada pada lembar peta; 1011-32<br />
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005<br />
(Kotabumi) dan 1010-64 (<strong>Padangratu</strong>), menurut<br />
Standar Peta Bakosurtanal. Alokasi dana dibiayai<br />
oleh Anggaran DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan<br />
Anggaran) Tahun Anggaran 2005, Direktorat Jenderal<br />
Gelogi dan <strong>Sumber</strong>daya Mineral, Direktorat<br />
Inventarisasi <strong>Sumber</strong> <strong>Daya</strong> Mineral.<br />
Maksud dan Tujuan<br />
Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mempelajari<br />
keadaan geologi, khususnya yang menyangkut<br />
penyebaran bitumen padat di daerah penyelidikan.<br />
Pekerjaan ini terutama diarahkan agar dapat<br />
menentukan kecenderungan akumulasi bitumen padat<br />
dengan penyebarannya lapisan secara lateral dan<br />
regional, dan pengeplotan dilakukan pada peta kerja<br />
skala 1 : 50.000. Disamping itu akan dilakukan pula<br />
analisa kuantitas dan kualitas (laboratorium) dari<br />
sampel (conto) yang ada terhadap endapan bitumen<br />
padat di daerah yang bersangkutan, guna mendukung<br />
program pemerintah, baik pengadaan dan<br />
pemanfaatannya nanti sebagai <strong>Sumber</strong> Energi<br />
Nasional Alternatif.<br />
BITUMEN PADAT – PADANGRATU
Lokasi Daerah Penyelidikan<br />
Daerah yang akan diselidiki secara administratif<br />
terletak di Daerah <strong>Padangratu</strong> dan sekitarnya,<br />
Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten<br />
Lampung Utara, Provinsi Lampung dengan batas<br />
koordinat secara geografis menempati :<br />
4 o 55’ 00’’ – 5 o 10’ 00’’ LS dan<br />
104 o 45’ 00’’ – 105 o 00’ 00’’ BT (Gambar 1)<br />
Daerah ini dapat dicapai dengan transportasi darat<br />
dari kota Tanjung Karang - Bandar Lampung (Ibukota<br />
Provinsi Lampung) ke arah Utara melalui Kedaton,<br />
Natar, Tegineneng, Gunung Sugih sejauh + 60 km<br />
kemudian diteruskan ke Kecamatan <strong>Padangratu</strong> dan<br />
Selagai Lingga sejauh + 40 km atau desa setempat di<br />
daerah penyelidikan dengan menggunakan angkutan<br />
pedesaan melalui jalan-jalan desa di wilayah masingmasing.<br />
Keadaan Lingkungan<br />
Daerah penyelidikan 70% temasuk daerah<br />
transmigrasi yang berasal dari Suku Jawa/Sunda dan<br />
Bali dan 30% lainnya berupa pemukiman penduduk<br />
asli Lampung. Agama yang dianut umumnya adalah<br />
Agama Islam, Kristen Protestan, Katholik dan<br />
sebagian Hindu Bali.<br />
Vegetasi yang ada berupa pertanian/sawah,<br />
perkebunan (karet-pisang-sawit dll), dan padang<br />
ilalang. Satwa yang ada meliputi satwa babi hutan,<br />
kera, ular, ikan sungai dan burung, dengan beberapa<br />
hewan peliharaan ayam, sapi, kambing, babi dan itik.<br />
Iklim yang mempengaruhi adalah iklim tropis<br />
dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 o C - 40 o C,<br />
musim hujan berkisar antara bulan Nopember - Maret<br />
dengan curah hujan rata-rata 2350 mm/tahun,<br />
sedangkan musim kemarau berlangsung pada bulan<br />
April-Oktober.<br />
Penyelidik Terdahulu<br />
Penyelidik terdahulu belum ada yang secara<br />
khusus meneliti bitumen padat, para penyelidik<br />
terdahulu umumnya melakukan pemetaan geologi.<br />
Para pemeta tersebut adalah :<br />
1. Amin, TC., Sidarto., S. Santoso dan W.<br />
Gunawan., 1994, Peta<br />
<strong>Geologi</strong> Lembar Kotaagung, Sumat, Sumatera<br />
skala 1 : 250.000. <strong>Pusat</strong> Penelitian Dan<br />
Pengembangan <strong>Geologi</strong>.<br />
2. Ibrahim, Dahlan., Sukardjo., dan Oesman,<br />
Zulkifli., 1994, Penyelidikan Pendahuluan<br />
Endapan Batubara di Daerah <strong>Padangratu</strong>, Mesuji<br />
dan sekitarnya, Kab. Lampung Tengah, Lampung<br />
Selatan dan Lampung Utara, Propinsi Lampung.<br />
3. Gafoer, S., Amin, TC., dan R. Pardede., 1995<br />
Peta <strong>Geologi</strong> Lembar Baturaja, Sumatera skala 1<br />
: 250.000. P3G.<br />
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005<br />
GEOLOGI UMUM<br />
Morfologi<br />
Secara fisiografi daerah penyelidikan<br />
kebanyakan merupakan perbukitan bergelombang<br />
40% dan 60 % dataran dengan kisaran ketinggian<br />
antara 40 – 350 m di atas muka laut.<br />
Pola sungai umumnya adalah dendritis pada<br />
daerah perbukitan, yang berupa anak-anak sungai<br />
pendek dan bercabang serta sungai dengan aluvial<br />
pada hilir sungai. Tahapan sungai yang ada bervariasi<br />
dari tahapan muda ke tua, muda pada bagian hulu<br />
perbukitan dan tua pada daerah dataran atau muara<br />
sungai, dengan tingkat erosi yang heterogen (tua–<br />
muda) berdasarkan profil dari sungai yang melalui<br />
batuan disekitarnya.<br />
Sungai Utama di daerah penyelidikan adalah<br />
Way Seputih yang merupakan sungai besar dan muara<br />
dari anak-anak sungai di bagian perbukitan. Way<br />
Seputih ini secara dominan banyak menghasilkan<br />
pasir dengan fragmen kuarsa yang cukup dominan,<br />
dan pasir ini sudah menjadi bahan galian tambang<br />
yang sampai saat ini diambil oleh beberapa<br />
pengusaha/penduduk lokal sebagai bahan galian yang<br />
dapat di eksploitasi sampai ke luar kota<br />
Stratigrafi<br />
Berdasarkan Peta <strong>Geologi</strong> Lembar Kotaagung<br />
dan Baturaja yang diterbitkan oleh Puslitbang <strong>Geologi</strong><br />
Bandung tahun 1993 dan 1995, daerah penyelidikan<br />
secara berurutan adalah Granit Kapur, Formasi Kikim,<br />
Formasi Talangakar, Formasi Baturaja, Formasi<br />
Gumai, Formasi Kasai, Endapan gunungapi kuarter<br />
muda dan Endapan Aluvium.<br />
Granit Kapur, merupakan batuan terobosan<br />
tertua, dengan ciri batuan granit, granodiorit, diorit<br />
dan dasit, yang berumur Kapur akhir.<br />
Formasi Kikim, merupakan formasi tertua yang<br />
tersingkap di daerah penyelidikan, dan tidak selaras di<br />
atas granit kapur, berumur Eosen - Oligosen. Ciri<br />
litologi formasi ini batuannya terdiri atas batuan<br />
breksi, tuf bersusun andesit, sisipan tuf, setempat tuf<br />
padu.<br />
Formasi Talangakar, formasi yang diendapkan<br />
tidak selaras di atas Formasi Kikim, berumur Oligosen<br />
– Miosen Awal dengan ciri adanya breksi<br />
konglomeratan, batupasir kuarsa, batupasir dengan<br />
sisipan lignit/batubara dan batugamping.<br />
Formasi Baturaja, formasi yang selaras di atas<br />
Formasi Talangakar, berumur Miosen Awal – Miosen<br />
Tengah dengan ciri adanya batugamping terumbu,<br />
kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan dan<br />
napal.<br />
Formasi Gumai, formasi ini menyilang jemari<br />
dengan Formasi Baturaja, berumur Miosen Awal –<br />
Miosen Tengah dengan ciri litologi serpih gampingan,<br />
napal, batulempung dan batulanau.<br />
Formasi Kasai, terdiri atas perselingan batupasir<br />
tufaan dengan tuf berbatuapungg, struktur silang siur,<br />
BITUMEN PADAT – PADANGRATU
sisipan tipis lignit dan kayu terkersikkan, berumur<br />
Pliosen – Pleistosen.<br />
Endapan gunungapi kuarter muda dengan<br />
batuan penyusunnya terdiri atas breksi, lava tuf<br />
bersusunan andesit-basal.<br />
Aluvium merupakan endapan hasil rombakan<br />
saat ini yang terdiri atas kerikil, kerakal, bongkah,<br />
pasir, lanau, lempung dan lumpur.<br />
Struktur <strong>Geologi</strong><br />
Daerah penyelidikan termasuk dalam Peta<br />
<strong>Geologi</strong> Lembar Baturaja (1011) yang disusun oleh S.<br />
Gafoer, TC Amin, R. Pardede (1993) dan Lembar<br />
Kotaagung (1010) yang disusun oleh TC. Amin,<br />
Sidarto, S. Santosa dan W. Gunawan (P3G, 1994).<br />
Berdasarakan Kerangka Tektonik <strong>Geologi</strong>,<br />
wilayah ini termasuk bagian dari Cekungan Busur<br />
Belakang Sumatera Selatan pada Zona Busur Muka<br />
dan busur magmatik yang meluas ke zona busur<br />
belakang di bagian Timur Laut. Pada lembar geologi<br />
ini tersusun atas batuan alas malihan pra-<br />
Mesozoikum, batuan beku Mesozoikum dan<br />
Kenozoikum, runtuhan gunungapi Tersier sampai<br />
Kuarter dan batuan sedimen diatasnya.<br />
Secara umum berdasarkan pola tatanan tektonik<br />
Sumatera, pola struktur yang ada kebanyakan berarah<br />
baratlaut-tenggara, sejajar dengan pola struktur Utama<br />
Sumatera. Dimana struktur ini merupakan pola<br />
struktur tersier atau yang lebih muda, tapi diantaranya<br />
menunjukkan adanya pengaktifan kembali, dari<br />
struktur yang lebih tua dan berlangsung lama. Struktur<br />
ini umumnya memotong batuan pra-tersier hingga<br />
kuarter dengan panjang beberapa kilometer hingga<br />
berpuluh kilometer.<br />
Potensi Endapan Bitumen Padat<br />
Secara umum di lapangan, batuan yang<br />
diindikasikan adanya bitumen padat mempunyai<br />
kisaran tebal 0.01 – 0.25 m. Secara megaskopis<br />
berada pada lapisan batu lanau pasiran (serpih),<br />
abuabu-kecoklatan, berbutir halus-sedang, pemilahan<br />
baik, sortir baik-sedang, kemas tertutup, tersebar<br />
beberapa mineral ikutan seperti pirit, karbonan.<br />
Setempat adanya interkalasi pasir dan lempung.<br />
Berdasarkan pengamatan megaskopis singkapan<br />
di lapangan (pembakaran), terdapat sampel conto<br />
yang tidak mengeluarkan gas/aroma bitumen,<br />
sedangkan yang diharapkan pada analisa<br />
laboratorium, sampel/conto juga tidak mengandung<br />
adanya bitumen padat. Hasil ini diperkuat dengan<br />
adanya analisa sayatan petrografi, dimana unsur<br />
bitumennya tidak ada pada sayatan tipis. Analisa<br />
Retorting di laboratorium menunjukkan kandungan<br />
nilai minyak yang NIHIL (kisaran SG = 2.33 – 2.56<br />
dan kandungan air 70 – 250 lt/ton), sehingga<br />
dipastikan bahwa daerah penyelidikan secara umum<br />
endapan bitumen padat tidak terbentuk pada<br />
lingkungan ini.<br />
Secara geologis (lingkungan pengendapan<br />
batuan), dapat dimungkinkan adanya endapan<br />
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005<br />
bitumen, hal ini terlihat dengan adanya endapan<br />
batubara, namun kenyataan di lapangan membuktikan<br />
bahwa ketidak adanya endapan bitumen banyak<br />
dipengaruhi oleh beberapa faktor diluar sedimentasi<br />
pembentukan normal.<br />
Adanya faktor lingkungan pengendapan pada<br />
permulaan sedimentasi bisa membentuk adanya<br />
endapan bitumen padat, tetapi dengan disertainya<br />
faktor geologi yang berikutnya nampaknya endapan<br />
bitumen padat ini telah mengalami perubahan atau<br />
bahkan tidak berkembang. Demikian pula dengan<br />
adanya penipisan atau penghilangan pada sisi ujung<br />
lapisan pembawa bitumen padat. Diduga<br />
penghilangan ini diakibatkan oleh adanya penipisan<br />
lapisan dan lingkungan pengendapan formasi<br />
pembawa bitumen yang tidak berkembang secara<br />
lateral. Bukti selanjutnya adalah adanya luas<br />
penyebaran dari formasi pembawa bahan galian<br />
(bitumen dan batubara) pada formasi talang akar di<br />
daerah penyelidikan yang sangat kecil prosentasenya<br />
dibandingkan formasi disekitarnya. Secara umum<br />
formasi-formasi di daerah penyelidikan didominasi<br />
oleh batuan volkanik intrusi jaman kuarter, sehingga<br />
formasi pembawa bitumen di daerah penyelidikan<br />
tertutup oleh formasi gunung kuarter ini. Kehadiran<br />
intrusi volkanik yang intensif ini dapat<br />
memungkinkan endapan bitumen bermigrasi dan<br />
bahkan dapat hilang, sehingga bitumen tidak<br />
terbentuk atau terakumulasi dalam batuan. Sebaliknya<br />
batubara yang sudah terendapkan sebelumya dapat<br />
mengalami kenaikan rank, oleh karena intrusi kuarter<br />
tersebut di atas. Tetapi kedua jenis endapan ini secara<br />
lateral penyebarannya dan kuantitasnya sangat<br />
terbatas.<br />
Dari hasil penghitungan sumber daya batuan<br />
serpih didapatkan sumber daya hipotetik sebesar<br />
1.990.400 ton. Dimana penghitungan ini adalah<br />
sumber daya dari batuan serpih, dengan catatan tanpa<br />
adanya kandungan minyak.<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
Pola sebaran batuan dan formasi pembawa<br />
bitumen padat berarah umum dari barat ke timur<br />
dengan pola sebaran yang homogen menerus, dengan<br />
penipisan atau penghilangan pada sisi ujung lapisan.<br />
Diduga penghilangan ini diakibatkan oleh adanya<br />
penipisan lapisan dan lingkungan pengendapan<br />
formasi pembawa bitumen. Hal ini didukung pula<br />
adanya luas penyebaran dari formasi pembawa bahan<br />
galian (bitumen dan batubara) pada formasi talang<br />
akar di daerah penyelidikan yang sangat kecil<br />
prosentasenya dibandingkan formasi disekitarnya.<br />
Secara umum formasi-formasi di daerah penyelidikan<br />
didominasi oleh batuan volkanik intrusi jaman kuarter<br />
yang secara global hampir menyeluruh di sekitarnya,<br />
sehingga formasi pembawa bitumen di daerah<br />
penyelidikan tidak berkembang dan tertutup oleh<br />
formasi gunungkuarter ini.<br />
Secara fisiografi daerah penyelidikan kebanyakan<br />
merupakan perbukitan bergelombang 40% dan 60 %<br />
BITUMEN PADAT – PADANGRATU
dataran dengan kisaran ketinggian antara 40 – 350 m<br />
di atas muka laut. Pola sungai umumnya adalah<br />
dendritis dengan tahapan sungai yang bervariasi<br />
(muda ke tua).<br />
Potensi bahan galian yang berkembang di daerah<br />
ini sangat kompleks, karena kondisi geologi yang<br />
bervariasai, dimulai dari sedimentasi normal, hingga<br />
proses pengaangkatan dan akhirnya diintrusi oleh<br />
endapan gunungapi kuarter. Sehingga variasi mineral<br />
yang ada sangat kompleks, dari mulai endapan<br />
mineral sedimen (batubara, pasir, lempung, fospat,<br />
feldspar, kuarsa) hingga mineral logam (besi,<br />
magnetit, mangaan, emas dll). Khususnya untuk<br />
endapan bitumen yang mengandung minyak tidak<br />
berkembang atau sudah termigrasi oleh karena proses<br />
geologi (intrusi volkanisasi) dijaman kuarter. Hal ini<br />
dapat dibuktikan dengan adanya endapan batubara<br />
walaupun dengan jumlah sebaran atau sumberdayanya<br />
yang tidak begitu besar, namun mempunyai rank yang<br />
tinggi, atau dalam arti kata pematangan/penaikan rank<br />
oleh karena proses vulkanisasi regional di dalam<br />
wilayah penyelidikan. Namun bitumen padat pada<br />
formasi pembawa bitumen yang tertutup lapisan<br />
kuarter ini dapat diselidiki, tentunya dengan<br />
penyelidikan tahap lanjut.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Yen, The Fu., and Chilingarian 1976, Oil Shale,<br />
Development in Petroleum Science, 5. Elsevier<br />
Science Publishing Company, Amsterdam –<br />
Oxford.<br />
Amin, TC., Sidarto., S. Santoso dan W. Gunawan.,<br />
1994, Peta <strong>Geologi</strong> Lembar Kotaagung, Sumat,<br />
Sumatera skala 1 : 250.000. <strong>Pusat</strong> Penelitian<br />
Dan Pengembangan <strong>Geologi</strong>.<br />
Ibrahim, Dahlan., Sukardjo., dan Oesman,<br />
Zulkifli., 1994, Penyelidikan Pendahuluan<br />
Endapan Batubara di Daerah <strong>Padangratu</strong>,<br />
Mesuji dan sekitarnya, Kab. Lampung Tengah,<br />
Lampung Selatan dan Lampung Utara, Propinsi<br />
Lampung.<br />
Gafoer, S., Amin, TC., dan R. Pardede., 1995 Peta<br />
<strong>Geologi</strong> Lembar Baturaja, Sumatera skala 1 :<br />
250.000. <strong>Pusat</strong> Penelitian Dan Pengembangan<br />
<strong>Geologi</strong>.<br />
Gambar 1. Peta Indeks Daerah Inventarisasi dan Evaluasi, Kab. Lampung Tengah dan<br />
Kab. Lampung Utara,Provinsi Lampung<br />
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005<br />
BITUMEN PADAT – PADANGRATU
Gambar 2. Stratigrafi Daerah Penyelidikan<br />
Gambar 3. Peta <strong>Geologi</strong> dan Sebaran Serpih di Daerah Penyelidikan<br />
PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN, SUBDIT BATUBARA – 2005 5 / 5