10.01.2015 Views

l5yzmt6

l5yzmt6

l5yzmt6

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TRAGEDI CHARLIE HEBDO<br />

TILANG<br />

JONAN<br />

MUHAMMAD ALI<br />

THE GREATEST<br />

FARIZ OH<br />

FARIZ<br />

EDISI 163 | 12 - 18 JANUARI 2015


DAFTAR ISI<br />

EDISI 163 12 - 18 JANUARI 2015<br />

FOKUS<br />

DARI SUSI<br />

SAMPAI SINGA<br />

“IBU (SUSI) NGAMUK-NGAMUK.<br />

‘KALIAN BIKIN MALU SAJA, NGURUS<br />

KAYAK BEGITU ENGGAK BECUS.’”<br />

NASIONAL<br />

KRIMINAL<br />

n STRATEGI BALON HINGGA PONTON<br />

n UNIT REAKSI CEPAT ALA ISTANA<br />

INTERNASIONAL<br />

n NARKOBA KEDUA PELANTUN BARCELONA<br />

HUKUM<br />

n MAJU-MUNDUR EKSEKUSI MATI<br />

RUMAH<br />

n MAUT DI CHARLIE HEBDO<br />

n SAAT KOUACHI BERTEMU AWLAKI<br />

n NODA HITAM PANGERAN ANDREW<br />

n SERIGALA MALAM DARI MOSKOW<br />

INTERVIEW<br />

n STOP IMPOR PANGAN TIGA TAHUN LAGI<br />

KOLOM<br />

n MENCEGAH POLITISASI DANA DESA<br />

SELINGAN<br />

n RUMAH ‘BERBONUS’ BESAR GILANG RAMADHAN<br />

EKONOMI<br />

n MEMIKUL PANEN KE NEGERI TETANGGA<br />

n ENTIKONG TAMBAH RAMAI<br />

n DULU UNTUK BENSIN, SEKARANG UNTUK PERBATASAN<br />

n JANGAN KALAH DARI NEGERI JIRAN<br />

BISNIS<br />

n ADU BALAP TOKO BAN MOTOR<br />

n MENUNGGU DERU-DERU DIESEL<br />

INSPIRING PEOPLE<br />

n MIMPI TAUFAN UNTUK MEREKA YANG TAK LAYAK BANK<br />

LENSA<br />

n ALI, THE GREATEST<br />

FILM<br />

n MELAWAN MINUS 20 DERAJAT CELSIUS<br />

n MERAYAKAN ERAU<br />

FILM<br />

n YOHANA YEMBISE | IKO UWAIS | CARA DELEVINGNE<br />

GAYA HIDUP<br />

n DI BALIK PENJARA GITMO<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n SETRIKA ANTITUA<br />

n DANAU TERLARANG DI KAZAKHSTAN<br />

n LEZATNYA BLASTERAN ITALIA-JEPANG<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />

Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />

Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />

Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />

Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

MELAWAN MINUS<br />

20 DERAJAT CELSIUS<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Tentara dari kesatuan Komando Khusus Korea Selatan berlatih ekstrakeras di Pyeongchang, 126 kilometer arah barat dari Seoul, Kamis<br />

(8/1). Latihan di suhu minus 20 derajat Celsius ini untuk mengantisipasi ketegangan Korea Selatan dengan Korea Utara.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


LENSA<br />

Pyeongchang merupakan kawasan pegunungan bersalju yang membeku pada musim dingin. Tentara berlatih ketahanan fisik melawan<br />

udara beku dan superdingin. (Kim Hong-Ji/REUTERS)


LENSA<br />

Tentara membidik sasaran di tengah danau yang membeku. Suhu minus 20 derajat Celsius diabaikan karena ancaman serangan militer<br />

Korea Utara. (Kim Hong-Ji/REUTERS)


LENSA<br />

Provokasi militer Korea Utara membuat Korea Selatan berlatih untuk menghadapi situasi terburuk. Beberapa kali Korea Selatan menggelar<br />

latihan militer bersama Amerika. (Chung Sung-Jun/GETTY IMAGES)


LENSA<br />

Ketegangan dua Korea karena Perang Korea 1955 hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian. (Chung Sung-Jun/<br />

GETTY IMAGES)


LENSA<br />

Januari hingga awal Februari merupakan puncak musim dingin di Korea. Rencana pertemuan puncak KTT Korea Selatan-Korea Utara membuat<br />

kedua belah pihak waspada. (Kim Hong-Ji/REUTERS)


LENSA<br />

Fisik tentara Korea Selatan ditempa. Pada prakteknya, tidak mudah berperang di musim dingin. (Kim Hong-Ji/ REUTERS)


INTERNASIONAL<br />

MAUT<br />

DI CHARLIE HEBDO<br />

“INI BARANGKALI TERDENGAR SOMBONG, TAPI AKU LEBIH MEMILIH MATI<br />

DENGAN BERDIRI TEGAK KETIMBANG HIDUP BERTEKUK LUTUT.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Seorang perempuan<br />

menempelkan catatan<br />

penghormatan bagi para<br />

korban penembakan<br />

Charlie Hebdo di kantor<br />

Kedutaan Prancis, London,<br />

Kamis (8/1).<br />

STEFAN WERMUTH/REUTERS<br />

MESTINYA nyali mereka sudah<br />

benar-benar ciut. Kantor mereka<br />

dibakar, mereka dihujani ancaman<br />

mati, situs mereka diretas, demikian<br />

pula akun Facebook mereka. Tapi para kartunis<br />

koran mingguan Charlie Hebdo memang<br />

punya nyali ganda.<br />

Lewat dini hari pada 2 November dua tahun<br />

lalu, kantor Charlie Hebdo di Paris tandas dilahap<br />

api. Terang kebakaran itu bukan sebuah<br />

kecelakaan. Persis sehari sebelumnya, Stephane<br />

Charbonnier alias Charb, Pemimpin Redaksi<br />

Charlie, dan kawan-kawannya menerbitkan<br />

edisi terbaru koran itu dengan gambar besar di<br />

halaman muka.<br />

Yang jadi soal memang gambar di koran beraliran<br />

kiri itu. Kartunis Charlie menggambar<br />

Nabi Muhammad tengah mengatakan, ”Kalian<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

AKU TAK TAKUT<br />

PEMBALASAN. AKU TAK<br />

PUNYA ANAK, JUGA TAK<br />

PUNYA ISTRI. AKU TAK PUNYA<br />

MOBIL DAN TAK PUNYA<br />

UTANG.”<br />

akan dicambuk 100 kali jika tak mati tertawa.”<br />

Mereka juga memelesetkan nama koran mereka<br />

menjadi Chari Hebdo, meledek penerapan<br />

hukum syariah. Di bagian dalam, kartunis<br />

Charlie menggambar Nabi Muhammad dengan<br />

hidung besar seperti badut.<br />

Bagi Charb dan kawankawannya,<br />

kebebasan mengkritik,<br />

meledek, dan menyindir<br />

segala hal, bahkan sesuatu<br />

yang disucikan satu agama,<br />

dengan cara-cara yang sangat<br />

provokatif sekalipun, adalah<br />

hak yang tak bisa ditawar. Islam,<br />

menurut Charb kala itu,<br />

tak bisa dikecualikan.<br />

“Jika kami bisa meledek<br />

semua hal di Prancis, jika<br />

kami boleh membicarakan<br />

segala hal di Prancis, kecuali<br />

Islam dan Islamisme, itu jadi<br />

hal yang menjengkelkan,” kata Charb setelah<br />

kantornya tandas dilalap api. Edisi Nabi Muhammad<br />

tersebut merupakan sindiran atas<br />

kemenangan partai Islam, Partai An-Nahda,<br />

dalam pemilihan umum di Tunisia.<br />

Sepekan setelah serangan itu, Charb dan<br />

kawan-kawan menerbitkan Charlie dengan<br />

gambar halaman muka kartunis mereka tengah<br />

mencium seorang laki-laki dengan cambang lebat<br />

berkopiah dan menulis, ”L'Amour plus fort<br />

que la haine.” Cinta jauh lebih kuat daripada<br />

kebencian.<br />

Sepanjang umurnya, Charlie sudah berulang<br />

kali memuat kartun Nabi Muhammad. Pada<br />

Februari 2006, mereka memuat kartun Nabi<br />

Muhammad di halaman muka. Charlie memasang<br />

judul ”Mahomet débordé par les intégristes".<br />

Dalam edisi itu, mereka juga mencetak<br />

ulang 12 kartun Nabi Muhammad yang pernah<br />

dipublikasikan harian Denmark, Jyllands-Posten.<br />

Serangan terhadap kantornya pada 2011 tak<br />

membuat redaksi koran mingguan itu kapok.<br />

Setahun setelah kartun yang berbuah pembakaran<br />

kantornya, Charlie Hebdo kembali menerbitkan<br />

kartun-kartun Nabi Muhammad yang<br />

provokatif. Kritik dari pemerintah Prancis dan<br />

Gedung Putih atas pemuatan kartun-kartun<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Anggota Kesatuan<br />

Antiteror Prancis<br />

bersiaga di Corcy, arah<br />

timur laut dari Paris,<br />

Kamis (8/1).<br />

CHRISTIAN HARTMANN/<br />

REUTERS<br />

itu tak membuat Charb dan kawan-kawannya<br />

mundur.<br />

“Aku tak takut pembalasan. Aku tak punya<br />

anak, juga tak punya istri. Aku tak punya mobil<br />

dan tak punya utang.... Ini barangkali terdengar<br />

sombong, tapi aku lebih memilih mati dengan<br />

berdiri tegak ketimbang hidup bertekuk lutut,”<br />

ujar Charb. Dia dan teman-teman kartunisnya<br />

harus membayar sangat mahal atas keyakinan<br />

mereka.<br />

●●●<br />

Ahmed Merabet, 42 tahun, dan keluarganya<br />

hijrah dari Tunisia ke Prancis untuk mencari kehidupan<br />

yang lebih layak. Sudah delapan tahun<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

KATAKAN KEPADA MEDIA, KAMI<br />

DARI AL-QAIDAH DI YAMAN.”<br />

Ahmed menjadi polisi di Kota Paris. Dia baru<br />

saja lulus menjadi detektif.<br />

Rocco Contento, Sekretaris Serikat Polisi di<br />

Paris, mengaku kenal dekat dengan Ahmed.<br />

Detektif Ahmed yang seorang muslim itu,<br />

kata Rocco, orang yang irit bicara dan sangat<br />

berhati-hati. Tapi, pada Rabu siang pekan lalu,<br />

pupus sudah karier Ahmed sebagai polisi.<br />

Pada pukul 11.20 Rabu pekan lalu, satu sedan<br />

Citroen C3 hitam bernomor polisi CW-518-XV<br />

berhenti mendadak<br />

di Jalan Rue Nicolas-<br />

Appert, Paris. Dua<br />

laki-laki mengenakan<br />

seragam ala militer<br />

hitam dengan muka tertutup rapat turun<br />

dari mobil itu sembari menenteng senapan Kalashnikov<br />

AK-47. Seolah-olah sudah tahu yang<br />

mereka cari, mereka langsung menuju gedung<br />

nomor 6 di jalan tersebut.<br />

“Apakah ini kantor Charlie Hebdo” teriak<br />

salah seorang laki-laki itu kepada dua petugas<br />

perawat gedung. Petugas itu menjawab kantor<br />

Charlie Hebdo berselisih dua pintu dari gedung<br />

tersebut. Entah apa masalahnya, salah seorang<br />

pria bersenjata itu menembak mati satu petugas<br />

sebelum berlalu.<br />

Siang itu, Corinne “Coco” Rey, salah seorang<br />

kartunis Charlie Hebdo, baru tiba di depan<br />

kantor saat bersirobok dengan dua laki-laki<br />

bersenjata. “Aku baru saja menjemput anakku<br />

dari tempat penitipan. Mereka mengancam<br />

kami,” kata Corinne. Kedua orang itu menyuruh<br />

Corinne memasukkan kode keamanan untuk<br />

membuka pintu gedung. Dan mulailah peristiwa<br />

horor sadis itu.<br />

Di dalam, tim redaksi Charlie Hebdo baru<br />

berkumpul di ruang rapat. Semua orang, kata<br />

Laurent Leger, salah satu penulis Charlie, sangat<br />

bersemangat dan gembira setelah libur Natal<br />

dan tahun baru. “Itu rapat pertama tahun ini....<br />

Sebagian baru pulang dari berlibur. Suasananya<br />

nyaris seperti euforia,” Leger mengenang. Mereka<br />

sudah hampir rehat saat mendengar suara<br />

keras. “Kami tak menaruh perhatian. Kami terlalu<br />

gembira setelah bertemu kembali.”<br />

Dua pria bersenjata itu, menurut seorang<br />

polisi antiteror, tahu betul siapa yang mereka<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Papan elektronik<br />

bertulisan "Je Suis<br />

Charlie" atau "Aku<br />

adalah Charlie"<br />

menyala di gedung<br />

Axel Springer, Jerman,<br />

Kamis (8/1).<br />

HANNIBAL HANSCHKE/<br />

REUTERS<br />

cari. “Dia berjalan langsung ke ruang rapat dan<br />

berteriak, ”Di mana Charb,” kata dia. Semula,<br />

menurut Leger, peserta rapat menilai itu hanya<br />

lelucon. Begitu Stephane Charbonnier alias<br />

Charb, Pemimpin Redaksi Charlie, unjuk diri,<br />

senapan mereka menyalak.<br />

“Mereka menembak Wolinski, Cabu.... Semuanya<br />

berlangsung sekitar lima menit. Aku<br />

berlindung di kolong meja,” kata Corinne. Mereka<br />

membunuh Charb, kartunis Jean Cabut<br />

alias Cabu, kartunis Georges Wolinski, kartunis<br />

Bernard Verlhac, dan sejumlah orang di kantor<br />

Charlie Hebdo. Total ada sepuluh orang di kantor<br />

Charlie yang tewas ditembak. Leger selamat<br />

karena dia berlindung di bawa meja dan dua<br />

penembak itu tak menaruh perhatian kepadanya.<br />

Setelah membunuh kartunis Charlie, dua penembak<br />

itu melenggang keluar dengan tenang,<br />

sama kalemnya seperti saat mereka datang<br />

dan masuk dalam mobil. Benoit Bringer, yang<br />

berkantor di seberang gedung Charlie, melihat<br />

dua orang itu keluar dan polisi datang. Sempat<br />

terjadi baku tembak sebelum sedan Citroen itu<br />

tancap gas.<br />

Di Boulevard Richard Lenoir, sedan itu dihadang<br />

mobil yang dikendarai Ahmed Merabet.<br />

Kalah senjata, Ahmed memundurkan mobilnya.<br />

Sial, mobilnya menabrak mobil yang terparkir di<br />

pinggir jalan. Dua laki-laki itu keluar dari mobil<br />

dan memburu Ahmed yang telah terluka.<br />

“Voulez-vous me tuer Apakah kalian ingin<br />

membunuhku” Ahmed yang terkapar di trotoar<br />

bertanya. “C’est bon chef”, Tidak apa-apa,<br />

Chef,” kata salah satu pria itu sebelum menem-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Dua pelaku<br />

penembakan di kantor<br />

Charlie Hebdo terekam<br />

dalam video yang dibuat<br />

oleh seorang warga,<br />

Rabu (7/1).<br />

REUTERS<br />

bak mati Ahmed. Sebelum berlalu, mereka<br />

berteriak kepada Cedric Le Bechec, seorang<br />

agen properti, dan sejumlah orang yang ada di<br />

tempat itu. “Katakan kepada media, kami dari<br />

Al-Qaidah di Yaman.”<br />

Sehari setelah penyerbuan Charlie Hebdo, di<br />

jejaring sosial banjir simpati untuk Ahmed. “I am<br />

not Charlie, I am Ahmed the dead cop. Charlie ridiculed<br />

my faith and culture and I died defending his<br />

right to do so,” Dyab Abou Jahjah, @Aboujahjah,<br />

menulis di Twitter. Pada saat yang sama, jejaring<br />

sosial juga banjir simpati untuk Charlie Hebdo,<br />

#JeSuisCharlie—Aku adalah Charlie. ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | INDEPENDENT | REUTERS | LA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SAAT KOUACHI<br />

BERTEMU AWLAKI<br />

“AKU, CHERIF KOUACHI, DIKIRIM OLEH AL-QAIDAH DI YAMAN.<br />

DAN SYEKH ANWAR AL-AWLAKI-LAH YANG MENDANAI KAMI.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Cherif Kouachi dan<br />

Said Kouachi<br />

REUTERS<br />

ERIC Badday, 60 tahun, mengenal tetangganya,<br />

Cherif Kouachi, 32 tahun,<br />

sebagai anak muda yang ringan tangan.<br />

Dua pekan lalu, Cherif sempat<br />

membantunya memperbaiki pintu kamarnya<br />

yang rusak.<br />

“Dia selalu membantu<br />

ibu-ibu yang sudah<br />

lanjut usia mengangkat<br />

barang belanjaan,” kata<br />

Eric pekan lalu. Cherif<br />

tinggal bersama istrinya,<br />

Izzana Hamyd,<br />

yang dia nikahi pada<br />

2008. “Dia sangat berotot,<br />

tapi aku pikir dia<br />

sangat miskin. Aku<br />

sempat melongok<br />

kamar flat mereka dan<br />

hanya tampak matras di lantai. Hampir tak ada<br />

furnitur lain.”<br />

Di mata manajernya di swalayan Leclerc,<br />

tempat dia bekerja sebagai tukang ikan, Cherif<br />

adalah karyawan yang terampil dan cekatan.<br />

Dia sangat berhati-hati dalam bekerja dan tak<br />

banyak bicara. Ketika karyawan lain mengobrol,<br />

Cherif tetap berfokus pada pekerjaannya. Satusatunya<br />

hal yang sering dia bicarakan, kata sang<br />

manajer, hanyalah soal harga ikan.<br />

Banyak hal berubah pada Kouachi bersaudara,<br />

Cherif dan kakaknya, Said Kouachi, 34<br />

tahun. Kedua orang tua mereka yang hijrah<br />

dari Aljazair meninggal saat Cherif dan Said<br />

masih bocah. Dua belas tahun lalu, Cherif yang<br />

tumbuh besar di panti asuhan di Kota Rennes,<br />

Prancis, tak beda dengan pemuda gaul di Paris.<br />

Bekerja sebagai tukang pengantar piza,<br />

Cherif bercita-cita menjadi rapper. Dalam video<br />

dokumenter yang dibuat sebuah stasiun televisi<br />

Prancis tampak bagaimana Cherif bergaya<br />

seperti penyanyi rap: celana dan baju kebesaran<br />

serta topi yang dipakai terbalik. Sesekali dia<br />

juga mengisap dan menjual ganja. Beberapa<br />

kali dia juga terlibat pencurian kecil-kecilan.<br />

“Dia merupakan bagian dari anak muda yang<br />

hilang, sedikit bingung, dan sama sekali tak fa-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

JIKA AKU BATAL<br />

BERANGKAT, AKU BAKAL<br />

DIANGGAP SEBAGAI<br />

PENGECUT.<br />

natik,” Vincent Ollivier, mantan pengacaranya,<br />

menggambarkan sosok Cherif. Agama Islam<br />

dan masjid sama sekali bukan hal menarik bagi<br />

Cherif kala itu. Dia mengaku hanya sempat dua<br />

atau tiga kali pergi ke masjid. Dia lebih tertarik<br />

pada anak gadis dan musik rap.<br />

Farid Benyettou alias Abu Abdallah-lah yang<br />

konon mengubah Cherif. Seperti Cherif, Farid<br />

keturunan Aljazair. Barangkali<br />

hal itulah yang<br />

membuat keduanya<br />

dekat. Menurut Jean Pierre<br />

Filiu, penulis buku<br />

The Evolution of the<br />

Global Terrorist Threat,<br />

ideologi Islam Farid banyak<br />

dipengaruhi oleh<br />

kakak iparnya. Sang kakak<br />

ipar—Farid tinggal<br />

menumpang di rumahnya—dideportasi<br />

ke Aljazair setelah diduga<br />

terlibat rencana penyerangan Piala Dunia 1998<br />

di Prancis.<br />

Dari Farid, Cherif mengenal apa itu “jihad”.<br />

Kelompok mereka—dikenal dengan nama Kelompok<br />

Distrik Ke-19 Paris—sangat keras menentang<br />

invasi Amerika Serikat di Irak. Mereka<br />

merencanakan berangkat ke Irak lewat Suriah<br />

dengan paspor palsu. Namun rencana mereka<br />

terbongkar dan Cherif tertangkap polisi. Kepada<br />

polisi, Cherif mengaku sebenarnya tak berniat<br />

pergi ke Irak.<br />

“Semakin dekat harinya, semakin ingin aku<br />

mengurungkan rencana itu. Tapi, jika aku batal<br />

berangkat, aku bakal dianggap sebagai pengecut,”<br />

kata Cherif. Pengadilan menjatuhinya<br />

hukuman tiga tahun penjara, tapi Cherif hanya<br />

menjalaninya 18 bulan.<br />

Hanya dua tahun di luar penjara, pada 2010,<br />

Cherif dan kakaknya, Said, kembali berurusan<br />

dengan polisi. Kali ini polisi menduga Kouachi<br />

bersaudara terlibat dalam komplotan yang berusaha<br />

membebaskan Smain Ali Belkacem—<br />

narapidana kasus penyerangan kereta di Paris<br />

pada 1998 yang menewaskan delapan orang—<br />

dari penjara. Namun Kouachi bersaudara lolos<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Penembak jitu<br />

pasukan khusus<br />

Prancis bersiaga<br />

di atap gedung<br />

dalam kompleks<br />

kawasan industri<br />

Dammartin<br />

en-Goele, Jumat<br />

(9/1).<br />

ERIC GAILLARD/REUTERS<br />

dari hukuman. Polisi tak cukup punya bukti.<br />

Dibanding adiknya, jejak Said jauh lebih<br />

sedikit. Dia tak pernah mendekam di penjara.<br />

Laman akun Facebook yang baru dibuat setahun<br />

lalu memang dipenuhi retorika “jihad”,<br />

juga dengan sejumlah video dan foto latihan<br />

perang. Kadir Sahroli, 76 tahun, tetangga apartemennya,<br />

mengatakan, ”Dia selalu bersikap<br />

sopan kepadaku.... Kami sering bertemu dan<br />

dia selalu menyapa, ‘Halo.’”<br />

Seorang sumber intelijen Yaman mengatakan<br />

Said pernah bertemu dengan Anwar al-Awlaki,<br />

pemimpin Al-Qaidah di Yaman (AQAP), saat dia<br />

pergi ke negara itu pada 2011. Anwar terbunuh<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

YANG KAMI INGIN<br />

KATAKAN ADALAH BAHWA<br />

KAMI MEMBELA NABI<br />

(MUHAMMAD).<br />

dalam serangan pesawat tanpa awak Amerika<br />

tiga tahun lalu. Sumber intelijen Amerika<br />

menduga, Said sempat berlatih militer selama<br />

beberapa bulan bersama AQAP.<br />

“Kami tak mengkonfirmasi bahwa dia berlatih<br />

bersama AQAP, tapi dia memang bertemu<br />

dengan Anwar<br />

di Kota Shabwa,” kata<br />

intel Yaman itu. Selama<br />

empat tahun terakhir,<br />

Kouachi bersaudara<br />

tak banyak berulah.<br />

Keduanya nyaris luput<br />

dari pantauan intelijen<br />

meski, menurut sumber<br />

intelijen Amerika, Cherif<br />

dan Said masuk daftar<br />

hitam mereka. Keduanya<br />

dilarang masuk ke Amerika.<br />

Hingga Rabu pekan lalu. Bersenjata senapan<br />

Kalashnikov dan mengenakan seragam ala<br />

pasukan khusus, Cherif dan Said menyerbu<br />

kantor koran mingguan Charlie Hebdo. Mereka<br />

menembak mati 12 orang—kartunis, penulis,<br />

petugas kebersihan dan polisi—sebelum kabur.<br />

Menjelang petang Jumat pekan lalu, pasukan<br />

khusus antiteror Prancis dan polisi menyerbu<br />

tempat persembunyian Kouachi bersaudara<br />

di sebuah percetakan di kawasan industri<br />

Dammartin en-Goele. Pada Jumat malam itu<br />

juga, AQAP menyampaikan pernyataan bahwa<br />

serangan terhadap Charlie Hebdo merupakan<br />

balasan atas penghinaan terhadap Nabi Muhammad.<br />

“Yang kami ingin katakan adalah bahwa<br />

kami membela Nabi (Muhammad).... Kami tak<br />

membunuh perempuan, kami tak seperti kalian.<br />

Kami punya kehormatan. Dan aku, Cherif<br />

Kouachi, dikirim oleh Al-Qaidah di Yaman. Dan<br />

Syekh Anwar al-Awlaki-lah yang mendanai<br />

kami,” kata Cherif kepada stasiun televisi BFM<br />

beberapa jam sebelum pasukan khusus antiteror<br />

Prancis menembak mati Cherif dan Said. ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | INDEPENDENT | REUTERS | DAILY MAIL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

STRATEGI<br />

BALON<br />

HINGGA<br />

PONTON<br />

KOTAK HITAM PESAWAT AIRASIA QZ8501<br />

DIKHAWATIRKAN TERLEPAS DARI EKOR<br />

SAAT TEREMPAS KE DASAR LAUT. CUACA<br />

MENJADI KENDALA UTAMA PENCARIAN.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Kapal AL Malaysia terlihat<br />

dari helikopter TNI AU<br />

Super Puma dalam misi<br />

pencarian pesawat AirAsia<br />

QZ8501 di perairan Selat<br />

Karimata, Selasa (6/1).<br />

VERI SANOVRI/REUTERS<br />

CUACA tak bersahabat ketika lima<br />

penyelam bersiap mencari kotak hitam<br />

pesawat AirAsia QZ8501, Kamis<br />

pagi, 8 Januari lalu. Gelombang laut<br />

mengombang-ambingkan boat yang membawa<br />

Pasukan Katak TNI Angkatan Laut itu.<br />

Awan mendung menggelayut di atas perairan<br />

Selat Karimata, Kalimantan Tengah, tempat<br />

jatuhnya pesawat yang terbang dari Surabaya<br />

menuju Singapura tersebut, Ahad pagi, 28<br />

Desember 2014.<br />

Namun tim penyelam tetap terjun ke laut<br />

dengan mengikuti tali yang diikatkan ke ekor<br />

kapal. Ujung lain terikat pada balon berwarna<br />

oranye yang mengapung di permukaan. Balon<br />

itu dipasang oleh Tim SAR gabungan sebagai<br />

penanda lokasi bagian ekor pesawat nahas<br />

tersebut, yang ditemukan sehari sebelumnya.<br />

Benar saja, baru di kedalaman 5 meter, tim<br />

terdorong arus di bawah permukaan. Lima<br />

anggota pasukan khusus dari Marinir itu tetap<br />

berusaha menyelam. Tapi, di kedalaman 8 meter,<br />

arus kian kencang. Tak kuat menahan, penyelam<br />

pertama menyembul ke permukaan.<br />

“Setelah 7-8 menit, akhirnya tidak bisa ditembus,”<br />

kata Letnan Dua TNI Edy Abdillah,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Tim penyelam TNI AL<br />

mengevakuasi 1 jenazah<br />

dari KD Pahang di Teluk<br />

Kumai, Kalimantan Tengah,<br />

Sabtu (3/1).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

salah satu penyelam.<br />

Edy, yang mewakili rekan-rekannya, melaporkan<br />

hal itu kepada Panglima TNI Jenderal<br />

Moeldoko dan Panglima Komando RI Armada<br />

Wilayah Barat Laksamana Muda TNI Widodo.<br />

Kedua petinggi tentara itu sejak Kamis pagi<br />

pekan lalu memantau langsung proses evakuasi<br />

dari atas KRI Banda Aceh.<br />

“Bodi penyelam sudah kayak bendera,” ujar<br />

Edy menggambarkan kondisi di dasar laut.<br />

Hari itu kondisi cuaca menggagalkan tim<br />

untuk mencari kotak hitam dan korban, yang<br />

sebagian besar diduga masih terjebak di<br />

bodi pesawat. Ekor pesawat ditemukan Rabu<br />

pekan lalu di dasar laut setelah kapal MGS<br />

GeoSurvey, dengan alat pemindai sonarnya,<br />

mendeteksi benda berdimensi panjang 10<br />

meter, lebar 5 meter, dan tinggi 3 meter pada<br />

koordinat 03 38' 39" Lintang Selatan dan 109<br />

43' 43" Bujur Timur.<br />

Penemuan ditindaklanjuti Tim SAR gabungan.<br />

Dalam empat kali penyelaman, bagian<br />

pesawat malang itu akhirnya ditemukan. Posisinya<br />

miring dan menghunjam dasar laut di<br />

kedalaman 34 meter. Penemuan itu direkam<br />

gambarnya oleh tim penyelam TNI AL. Terlihat<br />

bodi berwarna putih dan merah, serta huruf<br />

A, Z, dan tulisan “AIR”, yang identik dengan<br />

bodi dan logo pesawat AirAsia.<br />

“Bodinya masih dalam keadaan licin dan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Jenazah korban pesawat<br />

AirAsia diangkut dari<br />

Pangkalan Udara Iskandar,<br />

Pangkalan Bun, menuju<br />

Surabaya.<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

baru,” tutur Sersan Mayor Marinir Dovlen,<br />

Rabu pekan lalu. Ia turun ke dasar laut bersama<br />

Sersan Kepala Sudarna.<br />

Benda itu diikat tali dan pasak agar tidak<br />

bergeser. Hari itu juga Kepala Badan SAR<br />

Nasional Marsekal Madya F. Henry Bambang<br />

Soelistyo memastikan bagian itu adalah ekor<br />

pesawat QZ8501 yang dicari. Penemuan itu<br />

menumbuhkan harapan ditemukannya kotak<br />

hitam (black box), yang terletak di bagian ekor<br />

sebelah kanan. Kotak hitam bisa menguak<br />

misteri penyebab kecelakaan pesawat berpenumpang<br />

162 orang beserta krunya itu.<br />

Pencarian yang gagal dilakukan Kamis dilanjutkan<br />

pada Jumat, 9 Januari lalu. Sejak pagi,<br />

pukul 06.00 WIB, tim penyelam terjun ke<br />

laut, dan dipantau langsung Jenderal Moeldoko<br />

dari atas KRI Banda Aceh, pusat komando<br />

operasi di lapangan.<br />

Cuaca cerah hari itu melancarkan tim menyelam<br />

hingga ke dasar. Namun posisi kotak<br />

hitam belum jelas lantaran sebagian ekor<br />

pesawat itu terbenam lumpur. “Upaya detail<br />

posisi black box belum bisa ditemukan,” ucap<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Salah satu bagian ekor<br />

pesawat AirAsia QZ8501<br />

yang ditemukan di<br />

kedalaman 34 meter.<br />

BASARNAS/REUTERS<br />

Moeldoko.<br />

Skenario pengangkatan ekor pesawat<br />

menggunakan lifting bag atau balon berukuran<br />

raksasa pun dijalankan. Ada dua tim<br />

penyelam yang melakukan. Satu tim bertugas<br />

mengikat alat yang juga disebut floating bag<br />

itu ke bodi pesawat, sementara tim lain memompa<br />

balon yang, setiap unitnya, mampu<br />

mengangkat beban seberat 10 ton tersebut.<br />

Bobot ekor yang hancur dan terpisah dari<br />

bodi utama pesawat itu diperkirakan 5 ton.<br />

Dan jika ditemukan, bodi utama yang kira-kira<br />

seberat 25 ton, serta bagian depan (moncong)<br />

pesawat 12 ton, juga akan diangkat menggunakan<br />

lifting bag. Bagian-bagian itu diduga<br />

tersebar di sembilan titik berdasarkan deteksi<br />

alat pemindai sonar.<br />

Jika berhasil, bagian ekor itu akan terangkat<br />

ke permukaan laut. Langkah selanjutnya adalah<br />

mengangkatnya menggunakan crane, dan<br />

diangkut dengan kapal ponton. Dua alat berat<br />

itu juga sudah siap di lokasi.<br />

Di hari yang sama, Kapal GeoSurvey kembali<br />

mendeteksi benda logam di Selat Karimata.<br />

Awalnya, temuan itu diduga bagian moncong<br />

pesawat dengan posisi menancap ke dasar<br />

laut berkedalaman 30 meter. Namun, setelah<br />

dicek oleh penyelam dari kapal itu, ternyata<br />

benda itu adalah serpihan pesawat. Pengecekan<br />

juga membawa temuan baru satu jasad<br />

korban di dekat serpihan tersebut.<br />

“Jasad itu masih terikat sabuk pengaman di<br />

satu kursi,” kata Kepala Tim Kapal GeoSurvey<br />

Muhammad Aga.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Panglima TNI Jenderal<br />

Moeldoko<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

Dengan demikian, hingga Jumat pekan lalu<br />

korban tewas tragedi AirAsia yang telah ditemukan<br />

berjumlah 48 orang. Dari jumlah itu,<br />

tujuh jasad masih di Pangkalan Bun serta 41<br />

jasad sudah diangkut ke Surabaya dengan 27<br />

di antaranya sudah berhasil diidentifikasi oleh<br />

Tim Disaster Victim Identification Markas<br />

Besar Polri.<br />

“Selain mencari black box, sasaran masih<br />

tetap pada poin menemukan korban sebanyak-banyaknya,<br />

paralel dengan menemukan<br />

barang bukti,” ujar F.H. Bambang Soelistyo.<br />

Di Surabaya, pemerintah kota yang dipimpin<br />

Wali Kota Rismaharini mengebut pembuatan<br />

akta kematian para korban. Sebab, akta diperlukan<br />

oleh keluarga atau ahli waris korban yang<br />

akan menerima ganti rugi atau asuransi. Hingga<br />

akhir pekan lalu, Dinas Kependudukan dan<br />

Catatan Sipil Kota Surabaya telah menerbitkan<br />

17 akta kematian penumpang AirAsia QZ8501.<br />

Setiap korban dijanjikan mendapat santunan<br />

atau kompensasi sebesar Rp 1,25 miliar,<br />

yang didasari Peraturan Menteri Perhubungan<br />

Nomor: PM 77/2011. “AirAsia akan tetap bertanggung<br />

(jawab) dan kooperatif. Kami akan<br />

mengikuti Peraturan Menteri Perhubungan,”<br />

tutur Direktur Avionic Security AirAsia, Kapten<br />

Achmad Sadikin, di kantor crisis center di<br />

Polda Jawa Timur.<br />

Sementara itu, di lokasi pencarian, hingga<br />

Jumat sore pekan lalu upaya pengangkatan<br />

ekor pesawat belum bisa dilakukan. Moeldoko<br />

khawatir temuan bagian ekor yang rusak<br />

itu merupakan bagian penyimpan black box.<br />

“Sangat mungkin (black box) terpental,”<br />

katanya. Sebab, sebelumnya salah satu kapal<br />

pencari, KN Jadayat, menangkap sinyal ping,<br />

sinyal yang juga dipancarkan oleh sebuah<br />

kotak hitam pesawat.<br />

Saat itu arus bawah laut kian kencang dan<br />

menyulitkan tim penyelam. Mereka pun diperintahkan<br />

naik ke permukaan, kendati telah<br />

berhasil mengikat satu balon raksasa ke ekor<br />

pesawat. Faktor alam lagi-lagi menentukan. n<br />

JAFFRY P., ANGLING A., IKHWANUL K. (KARIMATA),<br />

IMAM W. (SURABAYA), M. RIZAL | DIM<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

KETUA KNKT TATANG KURNIADI:<br />

ISI BLACK BOX TIDAK<br />

UNTUK MENYALAHKAN<br />

MENTERI Perhubungan Ignasius Jonan memastikan<br />

kotak hitam atau black box pesawat AirAsia QZ8501<br />

akan dibaca di Indonesia setelah ditemukan. Alasannya,<br />

Indonesia telah memiliki teknologi pembaca<br />

perangkat yang dapat menguak penyebab kecelakaan<br />

pesawat nahas tersebut. Investigasi<br />

dilakukan Komite Nasional Keselamatan<br />

Transportasi (KNKT) dengan melibatkan<br />

negara asing di luar produsen pesawat.<br />

Hal itu demi menjaga netralitas dan<br />

obyektivitas penyelidikan.<br />

Apa langkah yang akan dilakukan<br />

begitu kotak hitam―yang aslinya<br />

berwarna oranye―itu ditemukan<br />

Dan siapa saja yang akan dilibatkan<br />

dalam investigasi Berikut ini<br />

wawancara dengan Ketua KNKT<br />

Tatang Kurniadi di kantornya, kawasan Gambir, Jakarta<br />

Pusat, Selasa pekan lalu.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Setelah black box ditemukan, apa langkah<br />

KNKT<br />

Dibawa ke sini (KNKT). Setelah diproses, nanti kita<br />

tahu. Proses itu menghasilkan draf. Nanti akan diinvestigasi.<br />

Itu (investigator) harus orang yang ahli.<br />

Nanti, pas dibuka, bisa dilihat oleh representator<br />

atau wakil negara yang terlibat.<br />

Kalau mereka ingin mengetahui isinya<br />

Mereka juga enggak akan tahu karena ini bentuknya<br />

cuma angka grafik. Enggak bakal diketahui sama<br />

yang bukan ahlinya.<br />

Bagaimana kalau minta diberi tahu<br />

Enggak boleh. Mereka hanya menyaksikan. Kecuali<br />

mendaftar sebagai investigator.<br />

Bisa mendaftar<br />

Ada syaratnya. Kalau mereka ada korban dari<br />

pabrik (pesawat), bisa saja. Tapi itu tidak mungkin<br />

mengikuti dari awal. Paling komunikasi saja.<br />

Berapa lama investigasi<br />

Dua belas bulan. Tapi kita buat laporan kalau memang<br />

lama (lebih dari 12 bulan), tapi bisa juga tujuh<br />

bulan.<br />

Black Box<br />

Maksimal<br />

Amerika saja pernah dua sampai tiga tahun. Ada<br />

peraturan internasionalnya.<br />

Batas waktu pencarian black box<br />

Harus ketemu sebelum 30 hari, karena takutnya<br />

baterai habis atau rusak. Semua isinya ada di sini<br />

(black box).<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Bagaimana caranya<br />

Ini (black box) punya sinyal khusus untuk ditemukan,<br />

dan tidak bisa ditangkap oleh alat biasa. Kalau<br />

tidak ada alat pencarinya, tidak bisa dicari juga. Black<br />

box pun tidak akan bisa dibuka karena komputernya<br />

pun khusus.<br />

Kotak hitam akan dibuka di sini (kantor<br />

KNKT)<br />

Iya, di ruang sebelah. (Tatang lalu menunjuk sebuah<br />

ruangan di sebelah kantornya. Ruang itu adalah<br />

ruang investigasi KNKT).<br />

Setelah selesai, black box akan dikemanakan<br />

Isinya (chip) di sini. Tidak akan ada yang membaca<br />

karena isinya garis-garis. Ahli penerbangan saja<br />

belum tentu bisa baca. Kalau ingin jelas, nanti kalau<br />

sudah ketemu.<br />

Garis-garis grafik di dalam black box itu maknanya<br />

apa<br />

Satu garis bisa menerangkan seratus arti. Lama<br />

penjelasannya. Ini menyangkut semuanya. Dari gerakan<br />

pesawat, orang kentut (di pesawat) saja bisa<br />

tahu.<br />

Apakah ada negara yang tidak berkepentingan<br />

menawarkan bantuan investigasi<br />

Tidak boleh. Kalau dia (dari negara) pemilik (pabrik)<br />

Airbus, ingin tahu, ya nanti belakangan.<br />

Seperti apa hasil investigasi nantinya<br />

Ini untuk kepentingan perbaikan keselamatan. Tujuannya<br />

tidak pernah untuk menyalahkan. Hasilnya<br />

diberikan ke maskapai penerbangan, pemerintah,<br />

dan semua yang bekerja di penerbangan. Ini untuk<br />

memperbaiki sistem.<br />

Bentuknya<br />

Namanya rekomendasi. Ada di website kita, semua<br />

investigasi laporan. Ini bisa jadi pelajaran. n<br />

JAFFRY PRABU PRAKOSO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

UNIT REAKSI CEPAT<br />

ALA ISTANA<br />

ANTARAFOTO<br />

UNIT STAF KEPRESIDENAN YANG DIKEPALAI LUHUT PANJAITAN BERTUGAS<br />

MEMBERI MASUKAN KEPADA PRESIDEN AGAR CEPAT MENGAMBIL KEPUTUSAN.<br />

SEDANG DITATA AGAR TAK TERJADI TUMPANG-TINDIH KEWENANGAN.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

PERTEMUAN Luhut Binsar Panjaitan<br />

dengan Fachrul Razi di kompleks Istana<br />

Presiden, Jakarta Pusat, Kamis,<br />

8 Januari lalu, berlangsung singkat.<br />

Sebab, Luhut sudah dinanti sejumlah agenda<br />

lain. Walhasil, hanya beberapa menit dua purnawirawan<br />

jenderal bintang empat tersebut<br />

bertemu.<br />

Siang itu Fachrul diundang Luhut ke kantornya<br />

untuk dimintai masukan. Bukan hanya soal<br />

Unit Staf Kepresidenan (USP), lembaga baru<br />

yang dikepalai Luhut, Fachrul juga diajak urun<br />

rembuk soal pengganti Luhut sebagai komisaris<br />

di PT Toba Sejahtera. Fachrul memang kolega<br />

bisnis Luhut. Sejak dilantik sebagai Kepala Staf<br />

Kepresidenan, Luhut mundur sebagai komisaris<br />

Presiden Joko Widodo<br />

(kanan) memberikan<br />

ucapan selamat kepada<br />

Kepala Staf Kepresidenan<br />

Luhut Panjaitan (kiri)<br />

setelah dilantik di Istana<br />

Negara, Rabu (31/12).<br />

PRASETYO UTOMO/ANTARA FOTO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Pelantikan Luhut Binsar<br />

Panjaitan sebagai Kepala<br />

Staf Kepresidenan<br />

RUSMAN/SETPRES<br />

di perusahaan miliknya tersebut.<br />

“Karena aturan tidak membolehkan rangkap<br />

jabatan,” kata Fachrul kepada majalah detik.<br />

“Saya dan tiga rekan lain dimintai masukan<br />

soal nama-nama yang akan menggantikan<br />

Pak Luhut sebagai komisaris,” ujar bekas Wakil<br />

Panglima ABRI itu sesuai pertemuan.<br />

Sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo<br />

pada 31 Desember 2014 di Istana Negara, Luhut<br />

bekerja di gedung Bina Graha, yang pernah<br />

digunakan sebagai kantor oleh presiden kedua<br />

RI, Soeharto. Pekan lalu Luhut masih disibukkan<br />

oleh urusan pembentukan lembaga anyar<br />

itu. Ia kerap menggelar rapat bersama Menteri-<br />

Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Kepala<br />

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Menteri Sekretaris Negara<br />

Pratikno<br />

WIDODO/ANTARA FOTO<br />

serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan<br />

dan Pembangunan.<br />

Bappenas, yang sebelumnya di bawah Menteri<br />

Koordinator Perekonomian, dan BPKP, yang<br />

dulu di bawah Kementerian Pendayagunaan<br />

Aparatur Negara, kini langsung di bawah Presiden.<br />

Ditambah USP, sejak Jokowi menjabat, ada<br />

lima institusi di lingkup kantor kepresidenan.<br />

Kelimanya saat ini sedang ditata agar tak<br />

terjadi duplikasi tugas dan kewenangan,<br />

terutama antara Sekretariat Negara, Sekretariat<br />

Kabinet, dan USP.<br />

“Kami sejak awal mencegah agar<br />

tidak tumpang-tindih,” tutur Menteri-Sekretaris<br />

Negara Pratikno di<br />

kantornya Selasa pekan lalu.<br />

Menurut Pratikno, USP merupakan<br />

metamorfosis dari Unit Kerja Presiden<br />

Bidang Pengawasan dan Pengendalian<br />

Pembangunan (UKP4) di era<br />

Presiden Susilo Bambang<br />

Yudhoyono. Infrastruktur<br />

peninggalan UKP4 yang<br />

sudah terbentuk itulah yang<br />

akan dipakai staf kepresidenan pimpinan Luhut.<br />

Secara umum, fungsi unit ini tak jauh berbeda<br />

dengan UKP4, yakni memberi berbagai<br />

masukan kepada presiden. “Namun tugas unit<br />

ini akan lebih fokus dari UKP4,” ucap mantan<br />

Rektor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,<br />

tersebut.<br />

Selain berubah nama, institusi USP bersalin<br />

rupa dari UKP4. Sebab, sejak kabinet Jokowi<br />

dibentuk Oktober tahun lalu, pihaknya melihat<br />

ada tumpang-tindih tugas UKP4 dengan Sekretariat<br />

Kabinet. Dinamika di berbagai bidang<br />

yang bergerak sangat cepat mendorong Jokowi<br />

membentuk unit tersebut.<br />

“Unit Staf Kepresidenan ini menekankan<br />

pada respons cepat, baik nasional maupun global,”<br />

kata Pratikno. “Presiden harus mendapat<br />

warning cepat, dan juga berkomunikasi dengan<br />

cepat. Itu mandat Unit Staf Kepresidenan,”<br />

ujarnya.<br />

Terkait mandat tersebut, Kepala Staf Kepresidenan<br />

bisa memberi arahan kepada menteri,<br />

tapi dilakukan melalui presiden. Adapun terkait<br />

penyusunan undang-undang, Pratikno menu-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Jokowi sebelum resmi<br />

menjadi presiden,<br />

didampingi Luhut di Tugu<br />

Proklamasi, Jakarta.<br />

HASAN/ANTARA FOTO<br />

turkan, kementerian tetap berkoordinasi melalui<br />

Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet.<br />

Dalam menjalankan tugas, organisasi USP<br />

akan dibuat seramping mungkin. Pembentukannya<br />

digariskan dalam Peraturan Presiden<br />

Nomor 190 Tahun 2014 tentang Kepala Staf<br />

Kepresidenan. Kepala Staf akan didampingi<br />

paling banyak tiga asisten atau deputi, yang<br />

masing-masing didukung sebuah kelompok<br />

kerja.<br />

Perpres itu mengatur, asisten bertanggung<br />

jawab kepada Kepala Staf Kepresidenan, dan<br />

menjalankan tugas sesuai dengan bidang yang<br />

ditetapkan kepala staf. Sedangkan tenaga<br />

profesional di bawah setiap asisten kepala staf<br />

paling banyak 15 orang. Kepala Staf Kepresidenan<br />

diangkat dan diberhentikan oleh presiden.<br />

Sedangkan asisten dan tenaga profesional di<br />

bawahnya diangkat dan diberhentikan oleh<br />

presiden atas usul kepala staf.<br />

Adapun masa jabatan Kepala Staf Kepresidenan,<br />

menurut Pasal 16 Perpres Nomor 190,<br />

diatur paling lama sama dengan masa bakti<br />

presiden. Sedangkan pada Pasal 17 disebutkan,<br />

baik kepala staf, asisten, maupun tenaga profesional<br />

di unit tersebut bisa berasal dari pegawai<br />

negeri sipil ataupun non-PNS.<br />

Perpres juga mengatur, tugas utama staf kepresidenan<br />

adalah mendukung kerja presiden<br />

dan wakil presiden. Dukungan itu berupa<br />

analisis berbagai isu strategis, mengelolanya,<br />

hingga menyusun rekomendasi.<br />

Menurut Fachrul Razi, Kepala Staf Kepresi-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Fachrul Razi<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

denan juga bertugas menjembatani komunikasi<br />

politik antara para menteri dan presiden.<br />

Hal yang juga dilakukan kepala staf di Gedung<br />

Putih, Amerika Serikat. Kehadirannya diharapkan<br />

bisa membantu presiden lebih cepat dalam<br />

mengambil keputusan penting.<br />

“Tapi dia (kepala staf) bukan supermenteri,”<br />

tutur Fachrul, yang<br />

bersama Luhut bergabung dalam<br />

tim purnawirawan TNI pendukung<br />

Jokowi-Jusuf Kalla saat pilpres 2014.<br />

Namun, hingga Kamis pekan lalu,<br />

Luhut belum bisa diwawancarai.<br />

Panggilan telepon maupun pesan<br />

singkat yang dikirim majalah<br />

detik ke nomor telepon<br />

selulernya tak direspons.<br />

Mantan Komandan<br />

Detasemen<br />

81 Antiteror<br />

Komando<br />

Pasukan<br />

Khusus<br />

TNI Angkatan Darat itu sudah lama saling kenal<br />

dengan Jokowi. Luhut juga menjadi pendukung<br />

setia Jokowi sejak ia mengikuti pemilihan<br />

kepala daerah DKI Jakarta pada 2012. Hal ini<br />

memunculkan dugaan, Jokowi sengaja memasang<br />

orang-orang dekatnya di sejumlah posisi<br />

strategis.<br />

“Jokowi memang butuh orang dekatnya di<br />

Istana. Sebab, dia tak mau tersandera oleh politikus,<br />

baik di barisan partai pendukung maupun<br />

di oposisi,” ucap seorang sumber majalah<br />

detik yang juga di lingkaran dekat mantan<br />

Wali Kota Solo itu.<br />

Sebelum Luhut, pendukung Jokowi di luar<br />

partai penyokong yang telah masuk pemerintahan<br />

antara lain Andi Widjajanto sebagai<br />

Sekretaris Kabinet dan Pratikno. Menyusul<br />

kemudian Teten Masduki, Alexander Lay, dan<br />

Jaleswari Pramodhawardani, yang didapuk<br />

sebagai staf khusus Sekretaris Kabinet.<br />

Belakangan, dosen Jurusan Politik dan<br />

Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Ari<br />

Dwipayana, dan pakar hukum tata negara<br />

Universitas Indonesia, Refly Harun, diangkat<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

(Dari kiri ke kanan) Teten<br />

Masduki, Ari Dwipayana,<br />

Jaleswari Pramodhawardani,<br />

dan Refly Harun<br />

DOK DETIKCOM<br />

sebagai staf khusus Menteri-Sekretaris Negara.<br />

Refly diminta membantu Pratikno di bidang<br />

hukum, sedangkan Ari di sektor politik.<br />

Adanya tudingan bagi-bagi jabatan oleh<br />

Jokowi kepada para pendukungnya dimaklumi<br />

pakar hukum tata negara dari Universitas Padjadjaran,<br />

Asep Warlan Yusuf. Namun ia berharap<br />

hal itu tidak digunakan untuk kepentingan<br />

politik. “Memang itu hak Presiden, sepanjang<br />

prosesnya transparan dan akuntabel, tidak jadi<br />

masalah,” kata Asep.<br />

Adapun Pratikno meminta agar masuknya<br />

orang-orang dekat Jokowi tidak lantas diartikan<br />

sebagai balas jasa. Menurut dia, wajar<br />

jika Jokowi menunjuk orang yang sudah lebih<br />

lama berinteraksi dengannya karena sudah<br />

memahami prioritas dan gaya manajerialnya.<br />

“Tapi kompetensi dan integritas tetap menjadi<br />

pegangan,” ujar Pratikno. n<br />

DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU PRAKOSO, M. RIZAL | DIM<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 12 - 28 - 18 DESEMBER JANUARI 2015<br />

2014


HUKUM<br />

MAJU-MUNDUR<br />

EKSEKUSI<br />

MATI<br />

POLEMIK EKSEKUSI TERPIDANA MATI DAN<br />

BENTURAN KEPUTUSAN SOAL PENGAJUAN PK<br />

MENJADI PERHATIAN ISTANA. AKAN BEREMBUK<br />

BERSAMA LEMBAGA YUDIKATIF.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

UTOMO Karim terpaksa menyambangi<br />

kantor Kejaksaan Agung,<br />

Jakarta, Kamis, 8 Januari lalu. Kuasa<br />

hukum Marco Archer Cardoso<br />

Moreira, terpidana mati kasus penyelundupan<br />

13,4 kilogram kokain berkewarganegaraan<br />

Brasil, itu ingin memastikan kabar rencana<br />

eksekusi atas kliennya.<br />

“Berita eksekusi ramai di media. Tapi saya sebagai<br />

pengacara belum diberi tahu. Makanya<br />

saya ingin minta konfirmasi,” kata Karim.<br />

Jika kliennya itu akan dieksekusi, tentu jaksa<br />

mesti memberitahukan kepada pihak keluarga.<br />

Apalagi terpidana adalah orang asing. Saat<br />

ini Marco dibui di Lembaga Pemasyarakatan<br />

Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Ia<br />

juga sudah didatangi pihak Kejaksaan Agung<br />

dan Kepala Kejaksaan Tinggi Cilacap terkait<br />

rencana eksekusi tersebut.<br />

Marco berurusan dengan polisi hingga dijatuhi<br />

hukuman mati lantaran menyembunyikan<br />

kokain di dalam pipa kerangka gantole yang<br />

Konferensi pers oleh Menteri<br />

Hukum Yasonna Laoly seusai<br />

pertemuan jajaran pemerintah<br />

dengan lembaga peradilan,<br />

membahas polemik soal<br />

eksekusi mati dan putusan<br />

tentang pengajuan PK di<br />

kantor Kementerian Hukum,<br />

Jakarta, Jumat (9/1).<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Antasari Azhar mengajukan<br />

permohonan ke MK untuk<br />

membatalkan aturan<br />

peninjauan kembali hanya bisa<br />

satu kali.<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

ia simpan di tas pada 2 Agustus 2003. Pria ini<br />

sempat melarikan diri dengan cara mengelabui<br />

petugas dan jadi buron selama dua pekan.<br />

Namun ia ditangkap di Pulau Moyo, Desa<br />

Labuan Haji, Sumbawa, pada 16 Agustus 2003.<br />

Ia lalu ditahan, hingga proses hukumnya sampai<br />

ke pengadilan. Pada 8 Juni 2004, Marco<br />

divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri<br />

Tangerang. Sejumlah upaya hukum, dari banding,<br />

kasasi, hingga permohonan grasi kepada<br />

presiden, sudah dilakukan agar lolos dari hadapan<br />

regu tembak. Namun semua itu kandas.<br />

“Klien kami kini pasrah. Tapi sekarang saya<br />

belum tahu kapan eksekusi akan dilakukan<br />

jaksa eksekutor,” ujar Karim.<br />

Eksekusi mati sejumlah terpidana mati dalam<br />

kasus narkoba sampai saat ini masih menggantung.<br />

Jaksa Agung Prasetyo dinilai bimbang<br />

meskipun Presiden Joko Widodo telah menolak<br />

grasi 64 terpidana mati kasus narkoba pada 6<br />

Desember 2014.<br />

Awalnya, mantan politikus Partai Nasional<br />

Demokrat itu bersemangat dengan penolakan<br />

grasi oleh bosnya. LP Nusakambangan, tempat<br />

sejumlah terpidana itu dipenjara, disambanginya<br />

untuk mengecek kesiapan eksekusi. Ia juga<br />

meminta nama-nama terpidana yang harus dieksekusi<br />

didata.<br />

Dari catatannya, muncul empat nama gembong<br />

narkoba yang belum dieksekusi pada<br />

2013. Perinciannya, dua warga negara Indonesia<br />

dan dua warga asing, salah satunya Marco.<br />

Prasetyo pun sesumbar akan mengeksekusi<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Kalau semua PK<br />

diperkenankan,<br />

baik dalam perkara<br />

pidana maupun<br />

perdata, PK tidak<br />

hanya satu kali,<br />

bahkan berulang<br />

kali, kapan habisnya<br />

pertarungan ini<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Komisioner Komisi Yudisial,<br />

Imam Anshari Saleh<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

mereka pada 12-31 Desember 2014.<br />

Namun entah mengapa Jaksa Agung mengurungkan<br />

niatnya, dengan dalih dua terpidana<br />

masih mengajukan permohonan peninjauan<br />

kembali (PK). “Mereka semuanya ajukan PK<br />

terus. Dan MK (Mahkamah Konstitusi) perbolehkan<br />

pengajuan PK berkali-kali,” begitu<br />

kata Prasetyo kala itu.<br />

Maju-mundurnya eksekusi itu mengesankan<br />

Prasetyo buang badan,<br />

dan menjadikan putusan MK sebagai<br />

alasan eksekusi tertunda. Mahkamah<br />

Konstitusi pada 6 Maret 2014 memang<br />

membatalkan Pasal 268 Ayat<br />

(3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun<br />

1981 tentang Hukum Acara Pidana atau<br />

KUHAP. Ayat itu membatasi PK pidana hanya<br />

bisa dilakukan satu kali.<br />

Pemohonnya adalah Antasari Azhar, terpidana<br />

18 tahun penjara dalam kasus pembunuhan bos<br />

PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen.<br />

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi itu meminta kepada MK<br />

agar bisa mengajukan permohonan<br />

PK berkali-kali atas dasar adanya penemuan bukti<br />

baru berdasarkan ilmu pengetahuan.<br />

Putusan MK itu tentu memunculkan konsekuensi,<br />

seorang terpidana bisa mengajukan PK<br />

berkali-kali. Namun pembatalan aturan yang dijadikan<br />

alasan oleh Jaksa Agung untuk menunda<br />

eksekusi rupanya membuat gerah Mahkamah<br />

Agung, pihak yang menjatuhkan hukuman.<br />

Untuk keluar dari kebuntuan, MA lalu membuat<br />

terobosan hukum dengan menunjukkan<br />

UU Kekuasaan Kehakiman dan UU Mahkamah<br />

Agung, yang masih tegas mencantumkan PK<br />

hanya bisa diajukan sekali. Menurut pandangan<br />

MA, dua undang-undang itu tak serta-merta<br />

disetip oleh MK. Imbauan ini dituangkan dalam<br />

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7/2014<br />

yang ditandatangani Ketua MA Hatta Ali.<br />

Tapi keluarnya SEMA itu rupanya memunculkan<br />

polemik baru. Wakil Ketua MK Arief Hidayat<br />

menganggap MA membangkang karena<br />

tidak mematuhi putusan MK. Bukan hanya MK,<br />

Komisi Yudisial juga menilai SEMA tidak sesuai<br />

dengan norma yang ada.<br />

“Putusan MK itu sejajar dengan undang-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Jaksa Agung M. Prasetyo<br />

(kiri) bersama Menteri Hukum<br />

Yasonna Laoly (ketiga dari<br />

kanan) meninjau persiapan<br />

Nusakambangan sebagai<br />

lokasi eksekusi mati, Jumat<br />

(12/12).<br />

ARBI ANUGERAH/DETIKCOM<br />

undang. Prinsipnya, peraturan yang lebih tinggi<br />

harus dimenangkan dari yang lebih rendah,” tutur<br />

komisioner Komisi Yudisial, Imam Anshari Saleh.<br />

Namun MA juga punya alasan. Saat ditemui<br />

majalah detik di ruang kerjanya pada Kamis, 8<br />

Januari lalu, Ketua MA Hatta Ali mengatakan<br />

pihaknya tidak menganggap putusan MK yang<br />

membatalkan pasal dalam KUHAP tersebut<br />

tak mempunyai kekuatan.<br />

“Tapi yang kami katakan, putusan (MK) itu<br />

berkenaan dengan Pasal 268 tentang PK yang<br />

diatur di dalam KUHAP,” ucap Hatta.<br />

Putusan MK hanya membatalkan aturan<br />

dalam KUHAP. Di sisi lain, pada Pasal 24 Ayat<br />

(2) UU Nomor 48/2009 tentang Kekuasaan<br />

Kehakiman dan Pasal 66 Ayat (1) UU Nomor<br />

14/1985, yang telah diubah dengan UU Nomor<br />

3/2009 tentang Mahkamah Agung, jelas dinyatakan<br />

bahwa PK hanya bisa diajukan sekali.<br />

Dua undang-undang itu adalah landasan<br />

bekerja MA dan seluruh jajaran peradilan di<br />

bawahnya. Dan dua aturan itu tidak ada yang<br />

dibatalkan oleh MK ataupun dinyatakan tidak<br />

berkekuatan hukum.<br />

“Kalau semua PK diperkenankan, baik dalam<br />

perkara pidana maupun perdata, PK tidak hanya<br />

satu kali, bahkan berulang kali, kapan habisnya<br />

pertarungan ini” kata Hatta.<br />

Polemik soal PK dan eksekusi mati itu akhirnya<br />

menjadi perhatian Istana. Jumat pekan<br />

lalu, pemerintah menggelar pertemuan deng-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Rilis penggerebekan pabrik<br />

sabu beberapa waktu lalu.<br />

GRANDY/DETIKCOM<br />

an lembaga yudikatif untuk membahas soal ini<br />

di kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi<br />

Manusia. Rapat diikuti tuan rumah Menteri<br />

Hukum Yasonna Laoly, Menteri Koordinator<br />

Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy<br />

Purdijatno, Jaksa Agung Prasetyo, serta Kepala<br />

Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal<br />

Suhardi Alius.<br />

Dari MA, hadir Hakim Agung Artidjo Alkostar.<br />

Rapat dihadiri pula oleh perwakilan dari MK,<br />

mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, komisioner<br />

Komisi Nasional HAM Siane Indriyani, dan<br />

Direktur Penuntutan Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi Ranu Mihardja.<br />

Pertemuan itu menghasilkan sejumlah keputusan<br />

penting, antara lain eksekusi tetap dilaksanakan<br />

atas terpidana mati yang telah ditolak<br />

grasinya. Adapun soal putusan MK Nomor<br />

34/PU-11/2013 tertanggal 6 Maret 2014, yang<br />

membatalkan aturan PK hanya sekali, diperlukan<br />

peraturan pelaksanaan secepatnya. Yakni<br />

yang terkait bukti baru (novum) serta pembatasan<br />

waktu dan tata cara pengajuan PK.<br />

“Sebelum ada ketentuan pelaksanaan itu,<br />

terpidana belum dapat mengajukan PK berikutnya,”<br />

ujar Yasonna.<br />

Sebelum aturan pelaksanaan itu keluar, UU<br />

Kekuasaan Kehakiman dan UU tentang MAlah<br />

yang jadi pegangan. Dalam kesempatan<br />

terpisah, Tedjo Edhy menilai upaya PK yang<br />

bisa diajukan berkali-kali kerap dijadikan celah<br />

oleh penjahat narkotik. Demi lolos dari hukuman<br />

mati. ■ ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

NARKOBA KEDUA<br />

PELANTUN<br />

BARCELONA<br />

MUSIKUS FARIZ R.M. KEMBALI<br />

TERJERAT KASUS NARKOTIK. KALI INI<br />

IA DIDUGA MENGKONSUMSI GANJA,<br />

SABU, DAN HEROIN. JARINGAN<br />

PEMASOKNYA TENGAH DIBURU.<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Fariz dalam sebuah<br />

pertunjukan musik<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

RUMAH dua lantai di Jalan Camar,<br />

kompleks Perumahan Bintaro Jaya,<br />

Tangerang Selatan, Banten, itu<br />

kini kerap sepi. Pintu depan rumah<br />

bercat putih itu nyaris selalu tertutup. Seperti<br />

pada Rabu siang pekan lalu, meski pintu pagar<br />

terbuka dan sebuah sedan kompak berwarna<br />

putih serta skuter matik terparkir di garasi, tak<br />

tampak aktivitas di sana.<br />

Seorang pekerja di kediaman itu, yang sempat<br />

keluar dari rumah, juga enggan menjawab<br />

ketika ditanyai sejumlah wartawan. Maklum,<br />

sehari sebelumnya, sang empunya rumah,<br />

musikus senior Fariz Rustam Munaf, dicokok<br />

polisi dari Satuan Narkoba Kepolisian Resor<br />

Jakarta Selatan. Tepatnya pada Selasa dini hari,<br />

6 Januari 2015, pukul 02.00 WIB.<br />

Penangkapan Fariz R.M., demikian ia disapa,<br />

dilakukan setelah pelantun lagu cinta Barcelona<br />

itu merayakan ulang tahun ke-56 di rumah<br />

tersebut malam sebelumnya. Saat digerebek,<br />

Fariz tengah memetik gitar di ruang tengah.<br />

Sedangkan sang istri, Oneng Diana Riyadini,<br />

berada di kamarnya.<br />

Fariz tak bisa mengelak karena satu linting<br />

ganja yang masih menyala ditemukan di asbak.<br />

Ia diduga tengah mengkonsumsi narkotik itu.<br />

Bukan hanya ganja, Fariz juga me ngantongi<br />

satu paket psikotropik jenis heroin di saku<br />

celana kanannya. Alat pengisap sabu (bong),<br />

aluminum foil, dan korek juga ditemukan di<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

DETIKHOT<br />

rumah penyanyi tembang Sakura itu.<br />

Saat itu juga ia dimintai keterangan dan<br />

ditahan di Polres Jakarta Selatan. “Dari pemeriksaan<br />

urine, (Fariz) positif (mengkonsumsi)<br />

ganja, sabu, dan heroin,” kata Kepala Satuan<br />

Narkoba Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris<br />

Besar Hando Wibowo, Selasa pekan lalu.<br />

Fariz bersikap kooperatif. Bahkan, saat polisi<br />

menggeruduk rumahnya, ia pasrah dan mengaku<br />

salah. “Pak Hando, monggo saya dibawa ke<br />

kantor, saya salah,” ujar Fariz ketika itu.<br />

Penangkapan berawal dari pengembangan<br />

kasus narkoba yang ditangani Polres Jakarta<br />

Selatan. Hanya 2 jam 30 menit sebelum Fariz<br />

ditangkap, polisi lebih dulu mencokok pria berinisial<br />

MSA alias A, 33 tahun. Warga Pondok<br />

Aren, Jakarta Selatan, itu ditangkap Senin, 5<br />

Januari 2015, pukul 23.30 WIB, di stasiun pengisian<br />

bahan bakar umum di Jalan Veteran, Jakarta<br />

Selatan.<br />

Dari MSA, polisi mengamankan barang bukti<br />

berupa beberapa gram sabu dan alat pengisapnya,<br />

ganja, kertas papir, ekstasi, sejumlah uang,<br />

serta telepon seluler. Nah, saat diperik sa, MSA<br />

mengaku sehari sebelumnya baru menjual barang<br />

haram tersebut kepada Fariz. Barang itu<br />

antara lain heroin seberat 0,5 gram dan lintingan<br />

ganja 0,5 gram.<br />

“Tentu saja dijualnya lebih dari itu, 0,5 gram<br />

adalah yang sudah dipakai oleh Saudara Fariz.<br />

Kemudian satu buah alat isap dan delapan<br />

cangklong,” tutur Hando.<br />

MSA alias A diduga sering menjual narkotik<br />

itu kepada sang musikus. Dari pemeriksaan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Ajun Komisaris Besar Hando<br />

Wibowo (kedua dari kiri)<br />

memperlihatkan tes urine<br />

musikus senior Fariz R.M. saat<br />

gelar barang bukti di Polres<br />

Jakarta Selatan, Selasa (6/1).<br />

DETIKHOT<br />

pula diketahui MSA mendapat narkotik tersebut<br />

dari D dan Z―kini masuk daftar pencarian<br />

orang―di Warung Buncit, Jakarta Selatan.<br />

“Jadi, pada 4 Januari 2015 (Minggu), MSA<br />

dapat barang ini dari D dan Z. Kemudian hari<br />

itu juga jam 12.00 WIB dia menawarkannya<br />

kepada Fariz,” ucap Hando. Timnya kini juga<br />

mengusut telah dijual kepada siapa saja obatobatan<br />

terlarang itu.<br />

Saat penangkapan itu, sebenarnya ada dua<br />

saksi yang turut dimintai keterangan. Hanya,<br />

identitas kedua saksi itu tak dibuka polisi. Informasi<br />

yang diperoleh majalah detik, salah satu<br />

saksi itu adalah seorang pria berusia 22 tahun,<br />

yang ikut digiring ke kantor Polres.<br />

Peristiwa dini hari itu mengejutkan Muslim,<br />

seorang anggota satuan pengamanan kompleks.<br />

Sebab, selama ini Fariz jarang terlihat<br />

ke luar rumah, kecuali kalau sedang membeli<br />

rokok. Menurut dia, di rumah Fariz juga jarang<br />

terlihat ada keramaian. Warga juga mengenal<br />

Fariz sebagai sosok yang baik dan rendah hati.<br />

Ia sering menyumbang suara emasnya saat perayaan<br />

kemerdekaan RI 17 Agustus di lingkungan<br />

tersebut.<br />

“Orangnya enggak sombong,” kata Muslim.<br />

Zainul, ketua rukun tetangga di lingkungan<br />

itu, juga tak mengira warganya ditangkap karena<br />

narkoba. Apalagi tak ada pemberitahuan<br />

dari polisi. Sebelum ditangkap, Fariz sempat<br />

bertemu muka dan mengobrol dengannya.<br />

Zainul memang melihat mobil polisi beberapa<br />

kali melintas. Namun ia mengira itu patroli<br />

polisi biasa di perumahan tersebut.<br />

“Saya menyayangkan dia ditangkap lagi. Se-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Badan Narkotika Nasional<br />

mengamankan 9 tersangka<br />

pengedar narkotik dengan<br />

barang bukti seberat 840<br />

kilogram sabu asal Tiongkok.<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

lama ini, kayaknya semua baik-baik saja. Enggak<br />

nyangka,” ujar Zainul saat ditemui Rabu pekan<br />

lalu.<br />

Itu memang bukan pertama kalinya Fariz<br />

ditangkap dalam kasus narkoba. Pria kelahiran<br />

Jakarta, 5 Januari 1959, tersebut ditangkap polisi<br />

pada Oktober 2007, saat mengan tongi 5 gram<br />

ganja yang sudah dilinting dalam bungkus rokok.<br />

Fariz sempat merasakan dinginnya sel Lembaga<br />

Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur.<br />

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan<br />

menjatuhi hukuman delapan bulan penjara<br />

dan denda Rp 2 juta buat Fariz. Setelah dibui<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Roy Marten, yang pernah<br />

terjerat perkara narkoba.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

enam bulan, atas perintah hakim, ia diikutkan<br />

program rehabilitasi ketergantungan narkoba<br />

di Rumah Sakit Meilia, Cibubur, Jakarta Timur,<br />

selama tiga bulan.<br />

Namun program itu ternyata tak menghilangkan<br />

ketergantungan Fariz terhadap narkoba.<br />

Tujuh tahun kemudian, di usianya yang telah<br />

menginjak tahun ke-56, Fariz kembali terjerat<br />

kasus narkotik. Polisi sebenarnya sudah menerima<br />

laporan masyarakat bahwa Fariz kembali<br />

mengkonsumsi narkoba. Tapi informasi itu<br />

baru terbukti setelah polisi mengembangkan<br />

sebuah kasus.<br />

Kasus Fariz R.M. menambah panjang deretan<br />

selebritas yang keluar-masuk bui akibat narkoba.<br />

Sebut saja aktor kawakan Roy Marten, yang<br />

terjerat perkara serupa pada 2006 dan 2007.<br />

Pemain sinetron Revaldo juga mengalami hal<br />

yang sama pada 2006 dan 2010. Begitu juga<br />

adik kandung artis Ayu Azhari, Ibrahim Salahudin<br />

alias Ibra Azhari.<br />

Istri Fariz, Oneng Diana, enggan memberi<br />

penjelasan ihwal sang suami yang kembali<br />

mengkonsumsi narkoba. “Saya enggak tahu,”<br />

ucapnya singkat di Polres Jakarta Selatan, Selasa<br />

pekan lalu. Ia didampingi putra sulungnya,<br />

Syavergio Avia Difaputra.<br />

Namun kerabat Fariz, Irawan Karseno,<br />

menyebut sang musikus hanyalah korban<br />

anggota jaringan narkoba. “Mereka memanfaatkan<br />

(Fariz) ketika dia lelah,” tutur Irawan<br />

dalam jumpa pers keluarga di kediaman Fariz,<br />

Rabu, 7 Januari lalu. Keluarga juga mengaku<br />

kecolongan.<br />

Sederet pasal dalam Undang-Undang Nomor<br />

35 Tahun 2009 tentang Narkotika kini<br />

menanti Fariz, yakni Pasal 111 (ganja), Pasal 112<br />

(heroin), dan Pasal 114. Dari pasal berlapis ini, ia<br />

terancam hukuman penjara minimal 4 tahun.<br />

Sang musikus ditangkap saat memetik gitarnya.<br />

Setelah kasus kedua ini, keluarga berharap<br />

Fariz bisa memetik pelajaran. Apalagi ia sudah<br />

berjanji tak akan mengulangi perbuatannya.<br />

“Sekarang kami berdoa agar mendapatkan<br />

yang terbaik,” kata Irawan. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI, MAHAR PRAWIRA BHISMA | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

SINDIKAT WONG, DARI GUANGZHOU KE DADAP<br />

Para tersangka yang diamankan, Senin<br />

(5/1).<br />

RIVAN AWAL LINGGA/ANTARAFOTO<br />

PEREDARAN narkotik dan<br />

obat-obatan terlarang belum<br />

benar-benar bisa ditumpas.<br />

Hampir bersamaan dengan penangkapan<br />

Fariz R.M., pekan lalu Badan<br />

Narkotika Nasional mengungkap transaksi<br />

sabu seberat 840 kilogram yang dilakukan<br />

jaringan internasional pada Senin,<br />

5 Januari lalu.<br />

Transaksi itu berhasil digagalkan, dan<br />

sembilan pelakunya ditangkap. Para pelaku<br />

utama berasal dari jaringan Guangzhou,<br />

Tiongkok. Komplotan ini paling<br />

dicari di negara itu dan di sejumlah negara,<br />

seperti Malaysia, Myanmar, Thailand,<br />

Filipina, dan Amerika Serikat.<br />

Lembaga antinarkotik AS, Drug Enforcement<br />

Administration, juga memburu<br />

sindikat ini. Tak mengherankan jika penangkapan<br />

itu tergolong paling besar sepanjang<br />

sejarah pemberantasan narkoba<br />

di Indonesia.<br />

“Bahkan (terbesar) se-Asia. Ini kado<br />

tahun baru dari Allah SWT buat warga<br />

Indonesia,” kata Deputi Bidang Pemberantasan<br />

Narkotika BNN Inspektur<br />

Jenderal Deddy Fauzi Elhakim di kantor<br />

BNN, Selasa pekan lalu.<br />

Jaringan itu dipantau sejak tiga tahun<br />

lalu. BNN berhasil mengungkap komplotan<br />

ini berkat kerja sama dengan<br />

aparat keamanan Tiongkok, Hong Kong,<br />

dan Makau. Tujuh pelaku sindikat itu<br />

ditangkap di pelataran parkir Lotte Mart<br />

Taman Surya, Kalideres, Jakarta Barat.<br />

Dua orang lainnya dibekuk di Pelabuhan<br />

Dadap, Tangerang, Banten.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Kapal yang digunakan untuk membawa<br />

sabu oleh sindikat Wong setelah<br />

digeledah BNN di Dermaga Dadap,<br />

Tangerang, Banten, Selasa (6/1).<br />

EDWARD FEBRIYATRI KUSUMA/DETIKCOM<br />

Mereka antara lain Wong Chi Ping<br />

selaku otak pengendalian bisnis tersebut,<br />

lalu CHM, SEF, dan TSL, yang berkewarganegaraan<br />

Hong Kong. Kemudian ada<br />

TS, warga negara Malaysia, serta empat<br />

dari Indonesia, yaitu AS, SN, S, dan A.<br />

Menurut Kepala BNN Komisaris Jenderal<br />

Anang Iskandar, sabu hampir seberat 1 ton<br />

itu disamarkan dengan kemasan-kemasan<br />

bubuk kopi berwarna hijau. Berkuintal-kuintal<br />

sabu itu dibagi dalam 42 karung.<br />

Kepala Humas BNN Sumirat Dwiyanto<br />

menambahkan, pengiriman sabu dari<br />

Guang zhou itu dilakukan lewat jalur laut.<br />

Di tengah perairan, sabu dipindahkan dari<br />

kapal besar ke sebuah kapal kecil. Kapal<br />

nelayan inilah yang sampai di Pelabuhan<br />

Dadap, Senin pagi pekan lalu.<br />

Masuk Indonesia, sabu diangkut dengan<br />

mobil boks bernomor polisi B-9301-<br />

-TCE menuju Lotte Mart Taman Surya. Di<br />

pelataran parkir toko retail itu, pelaku lain<br />

menunggu dengan mobil Daihatsu Luxio<br />

bernomor polisi B-1207-SOQ. Rencananya,<br />

pelaku penerima barang haram tersebut<br />

akan bertukar mobil dengan pengantarnya.<br />

Nah, saat akan bertukar mobil itulah petugas<br />

BNN menggulung mereka.<br />

Selama ini, WCP, yang juga memiliki<br />

KTP Indonesia, mengendalikan bisnisnya<br />

dari kamar 9, Lantai 9, Tower G, Apartemen<br />

Park City, Jakarta Barat. Untuk bertransaksi<br />

de ngan pemasok dari Guangzhou,<br />

WCP memakai telepon satelit,<br />

handy talky, dan peralatan GPS agar tak<br />

mudah dilacak aparat.<br />

Komplotan WCP sebenarnya berjumlah<br />

14 orang. Namun yang ditangkap baru<br />

sembilan pelaku. “Masih ada lima lagi<br />

yang ditetapkan DPO (daftar pencarian<br />

orang),” ujar Deddy Fauzi.<br />

Dan perang dengan sindikat narkotik<br />

masih akan berlanjut. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

MENCEGAH<br />

POLITISASI DANA DESA<br />

AGAR SEMANGAT KONSOLIDASI PENANGANAN DESA<br />

TERINTEGRASI DAN UTUH, PENGELOLAANNYA MASUK TANGGUNG<br />

JAWAB KEMENTERIAN DESA.<br />

OLEH: ARIE SUJITO<br />

BIODATA<br />

Nama: Arie Sujito<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Madiun, 12 September 1972<br />

Pendidikan:<br />

● Jurusan Sosiologi, Fakultas<br />

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik<br />

Universitas Gadjah Mada<br />

(UGM), Yogyakarta, 1997<br />

TARIK-MENARIK sebagian pengurusan dan klaim kewenangan Kementerian<br />

Dalam Negeri dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah<br />

Tertinggal, dan Transmigrasi menjadi sinyal buruk. Terjadinya tarik-ulur<br />

pembagian kewenangan pengatur an mengenai desa, siapa yang nanti<br />

bakal menjadi lead organization pengelolaan implementasi Undang-Undang Desa,<br />

telah lama diperkirakan.<br />

Kita tahu pengelolaan dana alokasi desa dari APBN yang bakal dikucurkan ratarata<br />

Rp 600-750 juta per desa. Agar tidak dipolitisasi pihak-pihak yang berkepentingan,<br />

undang-undang ini mengantisipasinya dengan mensyaratkan transfer dana<br />

ke desa dititipkan ke kabupaten (transit), kemudian diakses oleh desa. Perlu dicatat,<br />

dana alokasi desa, sesuai dengan semangat UU Desa, merupakan hak desa, bukan<br />

hak kelola kementerian.<br />

Secara substansi, soal pemilahan pengaturan sistem administrasi desa, pemerintahan,<br />

pelayanan publik, infrastruktur, dan seterusnya sebenarnya tidak sulit<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

●<br />

●<br />

Pascasarjana Sosiologi<br />

UGM, Yogyakarta, 2004<br />

Doktor Sosiologi UGM,<br />

Yogyakarta<br />

Karier:<br />

● Dosen Jurusan Sosiologi,<br />

Fakultas Ilmu Sosial<br />

dan Ilmu Politik UGM,<br />

Yogyakarta, sejak 1999<br />

● Ketua Jurusan Sosiologi,<br />

Fakultas Ilmu Sosial<br />

dan Ilmu Politik UGM,<br />

Yogyakarta, sejak 2013<br />

● Tim Pengawal Implementasi<br />

UU Desa, IRE,<br />

Yogyakarta<br />

Pengalaman Lain:<br />

● Direktur Eksekutif Institute<br />

for Research and<br />

Empowerment (IRE),<br />

Yogyakarta, 2007-2009<br />

dan 2009-2011.<br />

Karya:<br />

ditata dengan peraturan pemerintah, peraturan menteri, sampai peraturan daerah<br />

turunan yang koheren. Kuncinya pada komitmen membangun desa secara utuh,<br />

terintegrasi, sehingga penyusunan penyesuaian supporting system tidak sulit dilakukan.<br />

Karena itu, bila sekarang terjadi tarik-menarik, itu mengindikasikan secara sengaja<br />

mempolitisasi kebijakan de ngan kepentingan pragmatis. Kita bisa cermati<br />

komitmen Presiden Jokowi saat kampanye pilpres 2014 bahwa pembaruan desa<br />

dan pemihakan rakyat di komunitas marginal menjadi agenda prioritas. Dokumen<br />

Nawa Cita juga seiring dengan semangat UU Desa, yang berupaya mentransformasikan<br />

kekuatan lokal. Dapat dianggap sebagai manifesto politik kebangkitan<br />

desa, pemerintahan yang prorakyat.<br />

Mari kita tengok apa cita-cita UU Desa ini. Tujuan utamanya adalah pembaruan<br />

perspektif, orientasi, dan tata kelola menuju desa yang mandiri, demokratis, serta<br />

sejahtera. Jika masa lalu desa selalu dijadikan obyek eksploitatif oleh supradesa<br />

dengan risiko kemiskinan dan marginalisasi, kini, di zaman pemihakan pada pelayanan<br />

rakyat, desa dijadikan subyek pembangunan. Memberikan kewenangan<br />

desa untuk mengatur dirinya, sebagai cerminan gerakan emansipasi lokal dalam<br />

hal mengelola sumber daya yang dimiliki dan hak yang melekat berdasarkan konstitusi<br />

UUD 1945.<br />

Undang-undang ini juga menekankan agar desa, sebagai kekuatan bawah dan<br />

pilar demokrasi kewargaan di akar rumput (grassroots), yang direpresentasikan<br />

pada sistem pengambilan keputusan yang partisipatif, menyusun perencanaan<br />

pembangunan sesuai dengan kebutuhan, serta ada checks and balances agar tidak<br />

disalahgunakan kewenangan itu untuk memperkaya elite desa.<br />

Melalui pemberian pengakuan (recognition) negara pada desa dengan hak-haknya,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

●<br />

●<br />

●<br />

●<br />

●<br />

Pemuda Pasca-Orde Baru,<br />

2012<br />

Pendangkalan Politik,<br />

2012<br />

Negara Sibuk, Rakyat<br />

Terpuruk, 2012<br />

Mutiara Perubahan dari<br />

Indonesia Timur, 2013<br />

Jurnal Mandatory, Konteks<br />

dan Arah Pembaruan<br />

Desa dalam Advokasi<br />

RUU Desa, 2013<br />

di situ cara negara hadir dan memperlakukan desa secara manusiawi dan berdaya.<br />

Apalagi, di era demokrasi ini, penghargaan corak lokalitas tanpa penyeragaman<br />

sangat diperlukan, menggambarkan nasionalitas desa dengan segala keberagaman<br />

tradisi.<br />

Jika desa punya kewenangan, kemampuan, dan tradisi yang kuat, desa diharapkan<br />

tidak “bergantung” pada supradesa. Jika skema ini berjalan dengan baik, mungkin<br />

akan mampu mengakhiri “permainan semu bertajuk musrenbang” atau proyekproyek<br />

semacam bansos (bantuan sosial), yang selama ini rawan diselewengkan<br />

elite nasional dan daerah.<br />

Bahkan transformasi desa serta pembenahan sistem penyelenggaraan pembangunan<br />

lokal tersebut bisa menutup proyek PNPM sekalipun demi menata sistem<br />

desa yang lebih baik dan terlembaga.<br />

Kekacauan yang sudah lama dalam sistem perencanaan pembangunan, yang diawetkan<br />

pemerintah dan pemda begitu fragmented, ditandai ekspresi egosektoral,<br />

secara bertahap dapat dihentikan. Itulah yang dimaksudkan dengan konsolidasi<br />

pembangunan, dengan mendasarkan hak kewenangan desa, arus aspirasi, dan<br />

kebutuhan desa.<br />

Apa tantangan yang harus dijawab Setelah setahun sejak terbit undang-undang<br />

pada awal 2014, seharusnya segera disiapkan tahapan implementasi. Sehingga,<br />

pada tahun ini siap beroperasi. Misalnya saja dengan menyusun road map. Di<br />

dalamnya dijalankan agenda peningkatan kapasitas berbagai hal, mulai kemampuan<br />

aparatnya dalam pelayanan publik, perencanaan pembangunan, tata kelola<br />

keuangan yang accountable, penyediaan infrastruktur, sampai perubahan mindset<br />

pemberdayaan.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

Poin penting sebagai jiwa UU Desa ini adalah memberi makna partisipasi warga<br />

yang aktif dan kritis. Itu pula sebagai orientasi ke depan membangun pendekatan<br />

active citizen.<br />

Mengamati dan mengikuti perkembangan sejauh ini, berbagai komponen yang<br />

memberi perhatian implementasi UU Desa makin giat menyambutnya. Sekalipun<br />

kualitas responsnya berbeda-beda. Sebut saja, misalnya, inisiasi akademisi, dinamika<br />

aktivis LSM, dan rencana para relawan desa semarak mengawal UU Desa. Kini<br />

mulai disiapkan rencana sekolah desa, training peningkatan kapasitas, diskusi dan<br />

debat mengupas implementasi UU Desa, bahkan perangkat praktis panduan kerja<br />

yang diperlukan.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

Sebagian pemerintah daerah, provinsi, dan kabupaten juga bergairah karena<br />

sebagian telah mempersiapkan, memperbaiki integrasi perencanaan pembangunan,<br />

mengupayakan peran supervisi kepada desa sebagaimana mandat regulasi.<br />

Termasuk menyiapkan kebijakan turunan di daerah-daerah. Namun masih banyak<br />

pula kabupaten dan provinsi yang masih pasif, serta sebagian birokrat kabupaten<br />

yang menakut-nakuti desa dengan segala manuvernya.<br />

Gambaran di atas selayaknya dipahami sebagai geliat lokal menyambut UU Desa<br />

yang begitu positif. Dalam situasi semacam ini, peran proaktif pemerintah untuk<br />

konteks ini adalah kementerian terkait sangat diperlukan. Bukan malah sibuk berebut<br />

kewenangan untuk urusan teknokratik. Kembalilah pada khitah bahwa UU<br />

Desa bukan untuk ajang politik kementerian dan arena para birokratnya.<br />

Agar semangat konsolidasi penanganan desa terintegrasi dan utuh, pengelolaannya<br />

masuk tanggung jawab kementerian khusus, yakni Kementerian Desa,<br />

sementara kementerian lainnya hanyalah pendukung. Kita tidak boleh mengorbankan<br />

agenda rakyat desa hanya karena tarik-menarik kepentingan politik elite<br />

kementerian. n<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

DARI SUSI<br />

SAMPAI SINGA<br />

“IBU (SUSI) NGAMUK-NGAMUK. ‘KALIAN BIKIN MALU SAJA,<br />

NGURUS KAYAK BEGITU ENGGAK BECUS.’”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Salah satu armada Susi Air.<br />

DOK. SUSI AIR<br />

MENTERI Kelautan dan Perikanan<br />

Susi Pudjiastuti marah besar. Kali<br />

ini penyebabnya bukan pencurian<br />

ikan yang masih marak dilakukan<br />

kapal-kapal asing di perairan Indonesia, melainkan<br />

menyangkut maskapai penerbangan Susi<br />

Air.<br />

Maskapai penerbangan perintis yang didirikan<br />

Susi itu tersandung masalah. Susi Air dinyatakan<br />

melanggar izin terbang oleh Kementerian<br />

Perhubungan pada Jumat, 9 Januari 2015. Ada<br />

tiga rute yang izinnya tidak beres, yakni dua<br />

rute Halim Perdanakusuma-Pangandaran dan<br />

satu rute Halim-Cilacap.<br />

Sekretaris Perusahaan PT ASI Pudjiastuti<br />

Aviation, Bey Bambang Subagio, menyebutkan<br />

Susi Air mengantongi izin terbang untuk periode<br />

summer, yang berlaku enam bulan dari April<br />

hingga September 2014. Namun, untuk periode<br />

winter, yakni Oktober 2014 hingga Maret 2015,<br />

pihaknya belum mengajukan izin kembali.<br />

“Izin rute penerbangan ada, tapi kami terlambat<br />

meng-up date di winter,” kata Bey kepada<br />

majalah detik.<br />

Selasa, 6 Januari 2015, menurut Bey, Susi Air<br />

diundang Direktorat Jenderal Perhubungan<br />

Udara Kementerian Perhubungan. Menurut<br />

undangan itu, Kementerian ingin mengadakan<br />

sosialisasi tentang izin rute, penambahan kapasitas<br />

udara, dan kepemilikan pesawat terbang.<br />

Seluruh maskapai penerbangan diundang bergiliran.<br />

Di forum itulah terungkap izin tiga penerbangan<br />

Susi Air kedaluwarsa. Kementerian memberikan<br />

kesempatan kepada maskapai itu untuk<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan usai konferensi pers di<br />

Kemenhub, Jumat (9/1/2015).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

memperbarui izinnya ke Ditjen Perhubungan<br />

Udara paling lambat 13 Januari 2015. Namun,<br />

tidak dinyana, Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan langsung membekukan rute terlarang<br />

Susi Air itu. “Kalau istilah polisi, mereka menilangnya<br />

hari Rabu,” kata Bey.<br />

Gara-gara izinnya dibekukan itu, pesawat<br />

Susi Air yang melayani tiga rute penerbangan<br />

dari Jakarta cuma ngendon di Halim. Padahal<br />

seluruh tiket pesawat dengan kapasitas 12 penumpang<br />

itu sudah terjual habis. Terpaksa Susi<br />

Air mengembalikan uang tiket kepada para<br />

penumpang (refund).<br />

“Si Ibu (Susi) ngamuk-ngamuk. ‘Kalian bikin<br />

malu saja, ngurus kayak begitu enggak becus,’”<br />

kata salah seorang pegawai kepada majalah<br />

detik, menirukan perkataan Susi.<br />

Wajar Susi sewot. Sebab, peristiwa ini baru<br />

pertama kali terjadi di Susi Air, maskapai yang<br />

awalnya didirikan untuk mengangkut lobster<br />

dari Pangandaran, Jawa Barat. Susi Air total<br />

mempunyai 48 rute penerbangan. Susi juga<br />

menekankan agar selalu transparan dan mematuhi<br />

aturan pemerintah sebagai regulator.<br />

Susi mengaku belum tahu izin terbang Susi<br />

Air dibekukan. “Saya belum tahu hal itu (pembekuan<br />

izin terbang),” kata Susi di kantor Kementerian<br />

Koordinator Kemaritiman, Jakarta.<br />

Menurut Bey, sehari setelah dibekukan, Susi<br />

Air mengutus dua pegawainya untuk secepatnya<br />

mengurus pembaruan izin baru ke Kemen-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Saya belum tahu hal<br />

itu (pembekuan izin<br />

terbang)<br />

Menteri KKP Susi Pudjiastuti<br />

DOK. DETIK.COM<br />

terian Perhubungan. Namun, hingga Kamis<br />

malam, belum ada kejelasan. “Pegawai saya<br />

nunggu sampai digigit-gigit nyamuk,” katanya<br />

sambil tertawa.<br />

●●●<br />

Selain Susi Air, ada lima maskapai penerbangan<br />

lainnya yang beberapa rute penerbangannya<br />

dibekukan oleh Kementerian Perhubungan.<br />

Maskapai yang terkenal paling tertib<br />

dan minim delay, Garuda Indonesia, pun tidak<br />

luput dari sanksi itu. Empat rute penerbangan<br />

Garuda di-suspend.<br />

Maskapai TransNusa terkena pembekuan<br />

pada satu rute penerbangan Denpasar-Nusa<br />

Tenggara Timur. AirAsia dikenai pembekuan<br />

untuk lima penerbangan dari Bandara Juanda,<br />

Surabaya. Adapun Lion Air Group memegang<br />

rekor dengan 35 pembekuan rute Lion Air dan<br />

18 rute untuk anak perusahaannya, Wings Air.<br />

Pembekuan izin terbang itu tidak lain bermula<br />

dari insiden kecelakaan maut AirAsia QZ8501<br />

rute Surabaya-Singapura pada Minggu, 28<br />

Desember 2014. Setelah kejadian, baru diketahui<br />

bahwa pesawat yang menerbangkan 155<br />

penumpang dan 7 awak itu menyalahi izin. Kementerian<br />

Perhubungan ternyata tidak pernah<br />

memberikan izin terbang pada hari Minggu.<br />

Jonan pun seolah mendapatkan momentum<br />

untuk mewujudkan programnya membenahi<br />

sektor perhubungan udara. Ia membentuk tim<br />

audit melalui surat khusus yang terbit pada<br />

Senin, 5 Januari 2015. Tim itu berasal dari Direktorat<br />

Angkutan Udara, Ditjen Perhubungan<br />

Udara, dan Inspektorat Jenderal.<br />

Tim yang beranggotakan puluhan auditor<br />

tersebut memeriksa izin-izin rute penerbangan<br />

pesawat di lima otoritas bandara besar: Medan,<br />

Cengkareng, Surabaya, Denpasar, Makassar.<br />

Selain terjun ke lapangan, mereka memanggil<br />

maskapai ke kantor Kementerian.<br />

Hasilnya, 61 rute penerbangan dari berbagai<br />

maskapai itu melanggar izin. Sayangnya, Jonan<br />

menolak memerinci pelanggaran yang dilakukan<br />

Garuda cs tersebut. “Sama seperti (pelanggaran)<br />

AirAsia,” ujarnya dalam jumpa pers hasil<br />

audit di kantor Kementerian Perhubungan,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Penumpang bersiap untuk naik<br />

pesawat Lion Air di Terminal<br />

1 Bandara Soekarno-Hatta,<br />

Tangerang, Banten, Selasa<br />

(24/12/2014).<br />

RIVAN AWAL LINGGA/ANTARA<br />

Jumat, 9 Januari 2015.<br />

Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia<br />

itu juga tidak memberikan sanksi berat<br />

kepada maskapai-maskapai yang menyalahgunakan<br />

izin tersebut. Penerbangan itu hanya<br />

dihentikan sementara. Maskapai-maskapai<br />

tersebut hanya harus mengurus kembali izin<br />

penerbangan untuk menebus sanksi pembekuan<br />

rute. “Kalau mau. Kalau enggak, ya, enggak<br />

apa-apa,” katanya.<br />

Namun Jonan mencopot 11 pejabat Kementerian<br />

yang bertanggung jawab dalam kekacauan<br />

izin terbang tersebut, termasuk dalam musibah<br />

Air Asia. Mereka, yang terdiri atas 3 pejabat<br />

eselon II, 7 pejabat eselon III, dan 1 principal<br />

operation inspector, dimutasi dari jabatannya.<br />

“Kalau ada kelalaian dari pemerintah, kita<br />

akui saja,” dia menandaskan.<br />

Menurut Jonan, dari penelusuran auditor,<br />

belum ditemukan adanya unsur pidana yang<br />

dilakukan pejabat tersebut. Misalnya dalam<br />

bentuk suap-menyuap. “Ini masalah kekurangpedulian<br />

kerja saja,” kata Jonan.<br />

Kalau nantinya ditemukan indikasi korupsi,<br />

ia tidak akan segan membuka pintu untuk penegak<br />

hukum, seperti Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi.<br />

Sementara Susi Air langsung mengakui melanggar<br />

izin terbang, TransNusa menolak mentah-mentah<br />

hasil audit itu. Menurut Managing<br />

Director PT TransNusa Aviation Mandiri, Bayu<br />

Sutanto, pihaknya mengantongi izin terbang<br />

tujuh kali dalam seminggu untuk penerbangan<br />

dari Denpasar ke Labuan Bajo.<br />

Izin terbang itu berdasarkan dua surat Dirjen<br />

Perhubungan Udara tentang rute penerbangan<br />

TransNusa tertanggal 10 September 2014 dan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Kerabat dan keluarga berdoa<br />

saat prosesi pemakaman<br />

korban pesawat AirAsia<br />

QZ8501, Ruth Natalia<br />

Made Puspitasari (26), di<br />

Pemakaman Karangan,<br />

Wlingi, Blitar Jatim, Jumat<br />

(9/1/2015).<br />

SAHLAN KURNIAWAN/ANTARA<br />

6 Oktober 2014. Izin rute tersebut juga sesuai<br />

dengan slot penerbangan yang disetujui bersama<br />

oleh Bandara Komodo, Labuan Bajo, dan<br />

Indonesia Slot Coordinator (IDSC) Denpasar.<br />

“Tuduhan penerbangan TransNusa berbeda<br />

dengan hari terbang yang diizinkan menjadi<br />

terkesan mengada-ada,” ujar Bayu kepada<br />

majalah detik. “Kemenhub harus berani melakukan<br />

koreksi atas keputusan yang dirilis ke<br />

media massa itu,” tuturnya.<br />

Garuda Indonesia menjelaskan mereka segera<br />

mengurus perbaikan izin begitu mendapat<br />

teguran Kementerian. Maskapai ini langsung<br />

kembali mendapatkan izin rute pada Jumat, 9<br />

Januari 2015, malam. Sebelumnya, Kementerian<br />

menyatakan 4 penerbangan Garuda Indonesia<br />

yang melanggar ketentuan izin adalah Makassar-<br />

Medan-Jeddah (pulang-pergi), yang menggunakan<br />

nomor penerbangan sektor Makassar-Medan<br />

sebagai GA626, dan sektor Medan-Jeddah<br />

sebagai GA986. Sektor Jeddah-Medan sebagai<br />

GA987, dan sektor Medan-Makassar sebagai<br />

GA627.<br />

Garuda Indonesia mengklarifikasi telah<br />

mengantongi izin yang diberikan Kemenhub<br />

pada tanggal 16 Desember lalu untuk melayani<br />

penerbangan tersebut dengan dua nomor<br />

penerbangan. Selanjutnya, Garuda Indonesia<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Sejumlah penumpang Wings<br />

Air asal Wakatobi turun dari<br />

pesawat komersial di Bandara<br />

Haluoleo Kendari, Sultra, Rabu<br />

(13/8/2014).<br />

EKHO ARDIYANTO/ANTARA<br />

mengajukan permohonan perubahan satu nomor<br />

penerbangan internasional rute Makassar-<br />

Medan-Jeddah dengan nomor penerbangan<br />

GA986/GA987, efektif tanggal 1 Januari 2015.<br />

Namun Kementerian menemukan masih<br />

beroperasinya 2 nomor penerbangan pada<br />

rute Makassar-Medan-Jeddah dan sebaliknya,<br />

yang dianggap melanggar ketentuan. “Sesuai<br />

izin Kemenhub, memberlakukan satu nomor<br />

penerbangan, yakni GA986 Makassar-Medan-<br />

Jeddah dan GA987 Jeddah-Medan-Makassar,<br />

sejak Jumat malam,” ujar juru bicara Garuda<br />

Indonesia, Pujobroto.<br />

Sementara itu, Lion Air milik pengusaha<br />

Rusdi Kirana belum mau menanggapi hasil<br />

audit yang menempatkan maskapai itu sebagai<br />

pelanggar izin terbanyak. Corporate Secretary<br />

Lion Air Group Ade Simanjuntak juga enggan<br />

menyampaikan rute penerbangan mana saja<br />

yang terkena sanksi dibekukan.<br />

“Kepada penumpang, kalau tidak ada SMS<br />

pemberitahuan batal atau diundur, berarti<br />

pesawat tetap jalan,” ujarnya kepada majalah<br />

detik.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Pesawat Garuda Indonesia<br />

A330-300 mendarat di<br />

Bandara Soekarno-Hatta.<br />

DIKHY SASRA/DETIKCOM<br />

Kebijakan Jonan membekukan 61 rute penerbangan<br />

dinilai sebagai langkah yang tepat<br />

untuk membenahi sektor perhubungan udara.<br />

Pengamat penerbangan Agus Pambagio menilai<br />

masih banyak lagi praktek pelanggaran izin<br />

yang dilakukan oleh maskapai. Terlebih, lalu<br />

lintas penerbangan semakin ramai oleh maskapai<br />

penerbangan.<br />

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian<br />

Perhubungan J.A. Barata mengakui audit terhadap<br />

lima otoritas bandara merupakan gebrakan<br />

tahap awal saja. Tidak tertutup kemungkinan<br />

praktek pelanggaran izin itu terjadi di bandarabandara<br />

lain di Indonesia. Audit ini bertujuan<br />

agar maskapai-maskapai penerbangan melakukan<br />

perbaikan dengan segera. ■<br />

BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHINTAMI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN |<br />

IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

MENGURUS<br />

SURAT IZIN<br />

MENGUDARA<br />

SETIAP pesawat yang akan mengudara mesti<br />

mengantongi slot time atau alokasi ketersediaan<br />

waktu terbang dan izin rute yang jadi syarat mutlak<br />

agar diizinkan terbang. Berikut ini cara pengajuan<br />

izin-izin terbang pesawat komersial itu oleh maskapai<br />

yang telah memiliki izin usaha dari Kementerian<br />

Perhubungan.<br />

SLOT TIME<br />

Biaya: gratis | Proses: 3 hari<br />

MENGURUS KE:<br />

11. Indonesia Slot Coordinator (IDSC)<br />

22. Garuda Indonesia<br />

(Penerbangan dalam negeri di Sepinggan, Balikpapan;<br />

(Penerbangan ke luar negeri di bandara yang<br />

Soekarno-Hatta, Jakarta; Sentani, Jayapura; I Gusti<br />

ditangani IDSC)<br />

Ngurah Rai, Denpasar; Kualanamu, Medan; Sultan<br />

Mahmud Badaruddin II, Palembang; Juanda, Surabaya;<br />

33. Kepala Bandar Udara/General<br />

Sultan Hasanuddin, Makassar)<br />

Manager Bandar Udara<br />

(Bandara yang tidak ditangani IDSC)<br />

PERSYARATAN PENGAJUAN SLOT TIME:<br />

Rencana rute<br />

dalam surat<br />

izin usaha<br />

Jenis dan<br />

tipe pesawat<br />

Rotasi diagram<br />

pesawat (ruterute<br />

yang ditempuh<br />

pesawat tersebut)<br />

Rotasi utilisasi pesawat (kru<br />

kabin dan kokpit)<br />

Tarif penerbangan<br />

IZIN RUTE<br />

Biaya: Rp 2 juta per rute (pergi dan pulang)<br />

PROSEDUR IZIN RUTE DITJEN PERHUBUNGAN UDARA<br />

1<br />

Domestik (berlaku 6 bulan)<br />

Pengajuan: 30 hari sebelum operasi<br />

Persetujuan/penolakan: 30 hari kerja sejak pengajuan<br />

3<br />

Luar negeri (berlaku 6 bulan)<br />

Pengajuan: 30 hari sebelum operasi<br />

Persetujuan/penolakan: 30 hari sejak pengajuan<br />

2<br />

Penambahan frekuensi/kapasitas<br />

Pengajuan: 14 hari sebelum operasi<br />

Persetujuan/penolakan: maksimal 7 hari sejak<br />

pengajuan<br />

• Harus ada perjanjian hubungan<br />

udara dengan negara tujuan<br />

• Tergantung ketersediaan hak<br />

angkut berdasarkan perjanjian<br />

dengan negara tujuan<br />

PERSYARATAN:<br />

Rencana rute<br />

dalam surat<br />

izin usaha<br />

Slot time<br />

Jenis dan<br />

tipe pesawat<br />

Rotasi diagram<br />

pesawat<br />

Sertifikat operator<br />

pesawat udara dari Ditjen<br />

Perhubungan Udara<br />

TAMBAHAN SYARAT IZIN PENAMBAHAN FREKUENSI/KAPASITAS<br />

Rencana kesiapan penanganan<br />

pesawat, penumpang, dan kargo di<br />

bandar udara<br />

Data permintaan pasar sekitar<br />

enam bulan terakhir.<br />

TAMBAHAN SYARAT IZIN RUTE LUAR NEGERI<br />

Bukti persetujuan dari otoritas penerbangan<br />

sipil dari negara mitra yang dituju<br />

BAHTIAR RIFAI | OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />

SUMBER: IDSC, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN, PERMENHUB NO. KM 25 TAHUN 2008<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

IZIN BODONG<br />

AIRASIA<br />

IZIN TERBANG AIRASIA QZ8501 TERNYATA TIDAK<br />

SAH. PEMBERI IZIN TERBANG DI BANDARA JUANDA,<br />

SURABAYA, MENGKLAIM TAK TAHU AIRASIA TIDAK<br />

PUNYA IZIN TERBANG MINGGU.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Pesawat Airbus A320 milik<br />

AirAsia mendarat di Bandara<br />

Soekarno-Hatta. Penerbangan<br />

AirAsia QZ8501 rute<br />

Surabaya-Singapura dinyatakan<br />

ilegal karena tak memiliki izin<br />

rute dari Ditjen Perhubungan<br />

Udara.<br />

ENNY NURAHENI/REUTERS<br />

PERDEBATAN pecah di kantor<br />

Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan di lantai sembilan gedung<br />

Kementerian Perhubungan. Dua<br />

kubu berseberangan soal legal atau tidaknya<br />

AirAsia QZ8501 berangkat dari Surabaya ke<br />

Singapura hanya bermodal slot time atau<br />

alokasi ketersediaan waktu terbang.<br />

Rapat yang dimulai pukul tiga sore pada<br />

Sabtu, 3 Januari 2015, itu berawal dari laporan<br />

izin terbang QZ8501 bermasalah yang<br />

diterima Jonan. Begitu menerima informasi<br />

itu, Jonan sehari sebelumnya segera membekukan<br />

penerbangan AirAsia rute Juanda-<br />

Changi.<br />

Setelahnya, Jonan mengundang rapat bawahannya<br />

di Direktorat Jenderal Perhubungan<br />

Udara dan Indonesia Slot Coordinator<br />

(IDSC) pada Sabtu pukul setengah sembilan<br />

pagi. Saat itu Jonan diberi penjelasan mengenai<br />

aturan slot time dan izin rute.<br />

Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang<br />

Keterbukaan Informasi Publik Hadi Mustofa<br />

Djuraid menceritakan, izin bermasalah<br />

itu ketahuan saat Kementerian menyelidiki<br />

alasan AirAsia memajukan jam penerbangan.<br />

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara<br />

menemukan, maskapai itu tidak punya izin<br />

terbang hari Minggu.<br />

Sorenya, IDSC dan pejabat Direktorat Jen-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

CEO AirAsia Tony Fernandes<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

deral Perhubungan Udara dikonfrontasikan<br />

dengan petinggi AirNav Indonesia, Angkasa<br />

Pura I, Otoritas Bandara Internasional<br />

Juanda, dan PT Indonesia AirAsia. Mereka<br />

ditanya mengapa AirAsia bisa terbang pada<br />

hari Minggu, padahal Ditjen Perhubungan<br />

Udara tidak pernah memberi izin rute setiap<br />

Minggu.<br />

Bahkan, berdasarkan keterangan Otoritas<br />

Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) dan<br />

Changi Airport Group, AirAsia terbang setiap<br />

Minggu sejak Oktober 2014. Menurut CAAS,<br />

AirAsia sebenarnya direstui terbang setiap<br />

hari bolak-balik Juanda dan Changi, tapi AirAsia<br />

hanya empat hari itu saja ke sana, yakni<br />

setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu.<br />

Data itu berbeda dengan izin rute yang<br />

diterbitkan Ditjen Perhubungan Udara, yakni<br />

Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu. Izin rute<br />

yang terbit pada 24 Oktober 2014 itu sesuai<br />

dengan permintaan AirAsia.<br />

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan<br />

Udara Djoko Murjatmodjo menjelaskan,<br />

AirAsia memang mengantongi slot tujuh<br />

hari penerbangan baik di Singapura maupun<br />

di Indonesia. Namun Kementerian, kata dia,<br />

hanya menyetujui empat hari karena hanya<br />

itu jumlah hak angkut Surabaya-Singapura<br />

yang tersisa dan bisa dipakai AirAsia.<br />

Hak angkut diatur lewat perjanjian bilateral<br />

Indonesia dengan Singapura. Peraturan<br />

Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun<br />

2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan<br />

Udara menyatakan permohonan izin rute<br />

oleh maskapai bisa ditolak Kementerian jika<br />

hak angkut tidak tersedia.<br />

Memang, kata Djoko, AirAsia mengajukan<br />

permohonan menggeser penerbangan ke<br />

Minggu. Namun permohonan itu baru dilayangkan<br />

pada hari kecelakaan QZ8501, Minggu,<br />

28 Desember 2014. “Tapi baru diajukan<br />

pada hari itu, kan tidak bisa, tidak mungkin<br />

kami putihkan,” ujarnya.<br />

Ketua IDSC Hemi Pamuraharjo menolak<br />

berkomentar tentang pertemuan di kantor<br />

Jonan itu. Ia hanya menyatakan slot time<br />

yang dikeluarkan pihaknya tidak bisa dipakai<br />

AirAsia buat terbang. “Slot time bukan izin<br />

terbang, tapi alokasi waktu di bandara yang<br />

bisa digunakan oleh airline,” ujarnya.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

(Dari kiri ke kanan) Ketua<br />

IDSC Hemi Pamuraharjo,<br />

Direktur Safety AirNav<br />

Indonesia Wisnu Darjono,<br />

GM Angkasa Pura I Bandara<br />

Juanda Trikora Harjo<br />

BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, ISFARI<br />

HIKMAT/DETIKCOM<br />

Argumen Djoko dan Hemi ini diperkuat<br />

Peraturan Dirjen Perhubungan Udara No. KP<br />

6 Tahun 2014 bahwa slot time dipakai buat<br />

mengurus izin rute. Peraturan Menteri Perhubungan<br />

tentang Penyelenggaraan Angkutan<br />

Udara juga menyebutkan penerbangan<br />

harus punya izin rute sebelum mengudara.<br />

Begitu terpojok, Hadi Mustofa Djuraid<br />

menceritakan, mereka yang memberi lampu<br />

hijau kepada QZ8501 berkelit bahwa masalahnya<br />

ada pada distribusi surat keputusan. “Ada<br />

yang bilang katanya mereka tidak mendapat<br />

tembusannya, padahal surat diserahkan ke<br />

kantor masing-masing,” kata Hadi.<br />

Direktur Safety AirNav Indonesia Wisnu<br />

Darjono menyatakan dokumen izin rute<br />

AirAsia dari Dirjen Perhubungan Udara tidak<br />

pernah sampai ke orang-orangnya di lapangan.<br />

Yang diketahui petugas air traffic controller<br />

(ATC) AirNav di Surabaya, kata Wisnu,<br />

AirAsia sudah mendapat slot time terbang<br />

setiap hari ke Singapura.<br />

Karena tidak menerima tembusannya, Wisnu<br />

mengatakan, mereka tidak tahu bahwa,<br />

dari tujuh hari itu, Kementerian cuma menyetujui<br />

empat saja. “Jadi ada miskomunikasi,<br />

dikiranya tujuh hari itu masih berlaku,” kata<br />

Wisnu.<br />

General Manager Angkasa Pura I Bandara<br />

Juanda, Trikora Harjo, juga menyatakan tidak<br />

pernah menerima surat serupa dari Kementerian.<br />

“Surat tembusannya saya kan enggak<br />

dapat. Mana ada tembusan GM Trikora Harjo<br />

di situ, tidak ada, Bos.”<br />

Trikora membenarkan pihaknya memberikan<br />

apron yang dipakai AirAsia QZ8501<br />

menyiapkan penerbangan. “Mempersiapkan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Suasana antrean calon<br />

penumpang di bagian<br />

keberangkatan Terminal 2<br />

Bandara Juanda, Surabaya.<br />

SURYANTO/ANTARA<br />

apron iya, tapi bagaimana bisa dikatakan<br />

Juanda memberikan izin hantu Saya tidak<br />

bisa memberikan izin terbang,” kata dia.<br />

Sementara itu, Kepala Otoritas Bandara<br />

Wilayah III Juanda, Pramintohadi Sukarno,<br />

mengatakan pemberangkatan QZ8501 pada<br />

hari nahas itu diatur oleh IDSC, ATC, dan<br />

Angkasa Pura I. Tak satu pun melarang penerbangan.<br />

Apakah itu berarti pesawat sudah<br />

sah buat terbang Pramintohadi mengangguk.<br />

Namun dalih-dalih itu dianggap sepi oleh<br />

Jonan. “Semua yang kasih izin berangkat<br />

AirAsia di hari Minggu itu salah,” kata Jonan.<br />

Bagi Jonan, pelanggaran hari terbang<br />

itu semestinya cepat terendus oleh Ditjen<br />

Perhubungan Udara. Apalagi tiap maskapai<br />

sebenarnya wajib melaporkan kegiatan penerbangannya<br />

setiap bulan.<br />

Jonan menilai ada masalah dalam sistem<br />

pengawasan di Juanda dan pelaporannya<br />

ke pusat. “Otoritas bandara di Surabaya<br />

seharusnya cek karena mendapat tembusan<br />

Keputusan Dirjen Perhubungan Udara,”<br />

kata mantan Direktur Utama PT Kereta Api<br />

Indonesia itu.<br />

lll<br />

Rapat panas di kantor Jonan di Jakarta<br />

berbuntut kiamat karier buat pejabat-pejabat<br />

di Bandara Juanda. Jonan pun mencopot<br />

principal operation inspector atau perwakilan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan saat menjelaskan hasil<br />

audit investigatif terhadap<br />

izin rute maskapai, Jumat<br />

(9/1). Jonan menyatakan<br />

hanya penerbangan AirAsia<br />

rute Surabaya-Singapura yang<br />

bermasalah izinnya.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Kementerian Perhubungan di AirAsia. Kepala<br />

Bidang Keamanan dan Kelaikan Angkutan<br />

Udara pada Otoritas Bandara Surabaya yang<br />

merangkap Unit Kerja Slot Time di Juanda<br />

bernasib sama.<br />

Jonan mendesak AirNav Indonesia dan<br />

Angkasa Pura I juga menghukum pejabatnya<br />

yang terlibat dalam penerbitan izin bodong<br />

AirAsia. AirNav Indonesia mencabut jabatan<br />

General Manajer Juanda, senior manager,<br />

dan manajer yang disandang empat karyawannya<br />

di Surabaya.<br />

Sementara itu, Angkasa Pura I memutasi<br />

manajer operasi dan pengawas tugas operasional<br />

apron movement control Bandara<br />

Juanda. Sambil menunggu hasil investigasi<br />

Kementerian, keduanya dipindahkan ke<br />

bagian personalia dan keuangan di Bandara<br />

Juanda.<br />

Jonan pada Senin, 5 Januari 2014, juga<br />

menyurati Inspektur Jenderal Kementerian<br />

Perhubungan Wendy Aritenang Yazid agar<br />

melakukan audit investigatif terhadap penerbangan<br />

Air Asia QZ8501. Selain itu, Wendy<br />

diminta menelisik rute-rute lain karena penerbangan<br />

AirAsia rute Medan-Palembang<br />

setiap Selasa juga ditengarai tidak berizin.<br />

Soal sengkarut izin terbang di Surabaya,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Surat izin rute AirAsia dari<br />

Ditjen Perhubungan Udara<br />

yang hanya membolehkan<br />

terbang Surabaya-Singapura<br />

pada Senin, Selasa, Kamis,<br />

dan Sabtu. Pesawat QZ8501<br />

yang jatuh terbang pada<br />

Minggu pagi.<br />

ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />

Jonan mengatakan sudah menerima<br />

surat elektronik pernyataan bersalah dari<br />

bos AirAsia, Tony Fernandes. “Ngaku bahwa<br />

tidak ada izin rute,” kata Jo nan.<br />

Namun Tony belakangan membantahnya.<br />

Dia menyatakan memiliki izin slot time serta<br />

rute Surabaya-Singapura dan berhak terbang<br />

selama seminggu penuh. “Apa yang terjadi<br />

hanyalah masalah administrasi,” kata Tony,<br />

yang menyarankan Indonesia bermigrasi ke<br />

sistem perizinan terkomputerisasi seperti di<br />

Singapura.<br />

Legalitas penerbangan QZ8501 memang<br />

jadi masalah tersendiri antara AirAsia dan<br />

perusahaan asuransi. Sempat muncul kecemasan<br />

asuransi tak akan membayarkan klaim<br />

kepada keluarga korban jika terbukti AirAsia<br />

melanggar aturan.<br />

Namun guru besar ilmu hukum Universitas<br />

Indonesia, Hikmahanto Juwana, menyatakan<br />

keluarga korban akan tetap mendapatkan bayaran<br />

tersebut. “Dalam hukum udara, ganti<br />

rugi wajib langsung diberikan oleh perusahaan<br />

penerbangan tanpa perlu dibuktikan<br />

kesalahan ada pada siapa,” kata Hikmahanto.<br />

“Ini dikenal dengan tanggung jawab mutlak.”<br />

Perdebatan soal penerbangan ilegal, kata<br />

dia, adalah urusan internal antara maskapai<br />

dan perusahaan asuransi yang dipakainya.<br />

Kalaupun nantinya asuransi menolak membayar,<br />

AirAsia-lah yang membayar kompensasi<br />

sebesar Rp 1,25 miliar.<br />

Direktur Aviation Security AirAsia Kapten<br />

Achmad Sadikin menyatakan maskapainya<br />

akan bertanggung jawab memberikan kompensasi<br />

kepada keluarga. “AirAsia akan tetap<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Loket penjualan tiket AirAsia<br />

di Bandara Juanda, Surabaya.<br />

AirAsia diminta tetap<br />

memberikan kompensasi<br />

kepada keluarga korban<br />

jika perusahaan asuransi<br />

menolak membayarkan klaim<br />

karena penerbangan QZ8501<br />

dianggap ilegal.<br />

ISFARI HIKMAT/ DETIKCOM<br />

bertanggung jawab dan kooperatif,” kata Sadikin<br />

Tapi benarkah AirAsia terbang secara ilegal<br />

Hasil audit investigatif terhadap AirAsia<br />

dan maskapai lainnya yang diumumkan<br />

Jonan pada Jumat, 9 Januari 2015, memastikan<br />

maskapai itu melanggar perizinan.<br />

Tak ada sanksi yang dijatuhkan kepada<br />

AirAsia. Kementerian hanya meminta AirAsia<br />

mengurus izin rute jika masih ingin terbang<br />

Minggu dari Surabaya ke Singapura.<br />

Sebelumnya, Jonan menyatakan bakal<br />

mengadukan skandal izin AirAsia kepada<br />

kepolisian dan kejaksaan. Namun hasil investigasi<br />

Kementerian, kata Jonan, tidak menemukan<br />

adanya pelanggaran pidana dalam<br />

pemberian izin bodong buat QZ8501 oleh<br />

para petugas bandara.<br />

“Dari laporan pemeriksaan irjen kami, tidak<br />

ada muncul pidana,” kata Jonan. “Ini hanya<br />

kelalaian atau kekurangpedulian kerja.” ■ BAHTIAR<br />

RIFAI, IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT, MONIQUE SHINTAMI, JAFFRY P. PRA-<br />

KOSO, EDWARD F.K., FEBY D. SUTIANTO, ROIS JAJELI, ZAINAL EFFENDI | OKTA<br />

WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

GARA-GARA SLOT<br />

TERLALU SAKTI<br />

“SLOT ITU DARI DULU MASALAHNYA. INI BARANG<br />

DAGANGAN. TAPI PEMBUKTIANNYA SUSAH.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Gedung Kementerian<br />

Perhubungan di Jakarta.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

RAPAT di lantai 21 Gedung Karya,<br />

Kompleks Kementerian Perhubungan,<br />

berlangsung kaku. Agenda rapat<br />

adalah evaluasi slot time maskapai<br />

penerbangan Indonesia.<br />

Rapat digelar setelah Menteri Perhubungan<br />

Ignasius Jonan menjatuhkan sanksi terhadap<br />

11 pejabat penerbangan dan membekukan 61<br />

rute penerbangan.<br />

Evaluasi itu digelar oleh Indonesia Slot Coordinator<br />

(IDSC). Lembaga ini diwakili oleh<br />

Zulbrito Radikar, anggota lembaga koordinator<br />

slot itu. Rapat dihadiri oleh empat perwakilan<br />

maskapai penerbangan, yakni Indonesia AirAsia,<br />

Garuda Indonesia Airways, Lion Group,<br />

Sriwijaya, dan Citilink.<br />

Para perwakilan dari maskapai lebih banyak<br />

diam, sementara Zulbrito memanfaatkan acara<br />

itu untuk curhat.<br />

Zulbrito merupakan anggota IDSC wilayah<br />

barat. Salah satu koleganya di Kementerian<br />

Perhubungan dicopot dari jabatan karena kecelakaan<br />

AirAsia. Ia banyak menerima pesan<br />

lewat BlackBerry Messenger setelah penco-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Saya bukan di Surabaya,<br />

tapi saya harus<br />

mempertanggungjawabkan<br />

itu. Tadi pagi saya dicopot<br />

sebagai manajer di kantor<br />

pusat.<br />

Zulbrito Radikar, anggota IDSC,<br />

bercerita keluhan koleganya<br />

yang dicopot setelah kisruh izin<br />

terbang AirAsia.<br />

BAHTIAR RIVAI/MAJALAH DETIK<br />

potan tersebut.<br />

Pesan itu antara lain mengabarkan sang kawan<br />

merasa dikorbankan, karena ia bertugas di<br />

kantor pusat, sehingga tidak tahu-menahu tentang<br />

slot di Bandara Surabaya, tempat AirAsia<br />

QZ8501 yang celaka itu lepas landas. Ia bekerja<br />

di Kementerian Perhubungan sejak 1986 dan<br />

sampai sekarang belum pernah naik pesawat<br />

AirAsia.<br />

“Saya bukan di Surabaya, tapi saya harus mempertanggungjawabkan<br />

itu. Tadi pagi saya<br />

dicopot sebagai manajer di kantor pusat,”<br />

ucap Zulbrito membacakan isi BBM sang<br />

kolega.<br />

Zulbrito tidak menjelaskan jabatan resmi<br />

koleganya. Hanya, keluhan ini keluar<br />

dari mulutnya tidak lama setelah Jonan<br />

mengumumkan pencopotan dua pejabat<br />

internal Kementerian pada Selasa, 6 Januari<br />

2015.<br />

Dua pejabat tersebut adalah Unit Kerja Pelaksana<br />

Slot Time di Otoritas Bandara Wilayah<br />

3 Surabaya dan Principal Operation Inspector<br />

Kementerian di maskapai Indonesia AirAsia.<br />

Zulbrito gusar tragedi jatuhnya pesawat AirAsia<br />

QZ8501 di Selat Karimata pada Minggu,<br />

28 Desember 2014, merembet ke ruang kerjanya.<br />

Tragedi AirAsia memang akhirnya membuka<br />

sengkarut pengelolaan penerbangan komersial<br />

di seantero Nusantara. AirAsia QZ8501 ternyata<br />

terbang tanpa kelengkapan surat.<br />

Pesawat ini hanya menyodorkan surat izin<br />

slot untuk terbang ke Singapura dari Surabaya.<br />

Padahal, untuk terbang, sebuah pesawat harus<br />

memiliki izin rute yang dikeluarkan oleh Dirjen<br />

Perhubungan Udara.<br />

Tidak ayal IDSC pun ikut diseret-seret. IDSClah<br />

yang mengelola pemberian izin slot terhadap<br />

maskapai penerbangan yang beroperasi di<br />

Indonesia.<br />

●●●<br />

IDSC dibentuk pada 2011 melalui keputusan<br />

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor<br />

KP 402 Tahun 2011 tentang Penetapan Petugas<br />

Pelaksana IDSC.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Kepadatan penumpang<br />

di Bandara Internasional<br />

Soekarno-Hatta, Jakarta.<br />

IDSC dibentuk buat mengatur<br />

waktu penerbangan di<br />

bandara yang lalu lintasnya<br />

padat.<br />

HERU/ANTARA<br />

Lembaga ini bersifat independen, tapi diisi<br />

oleh pejabat Kementerian Perhubungan.<br />

Kewenangan IDSC adalah mengkoordinasikan<br />

kepentingan maskapai dengan otoritas bandara;<br />

Air Navigation (AirNav); Badan Meteorologi,<br />

Klimatologi, dan Geofisika; hingga menara air<br />

traffic controller (ATC).<br />

Tujuan dibentuknya IDSC antara lain meningkatkan<br />

keamanan dan keselamatan penerbangan,<br />

mengoptimalkan penggunaan kapasitas<br />

dan fasilitas bandar udara, serta melakukan<br />

standardisasi pengaturan slot time sesuai dengan<br />

ketentuan International Air Transport Association<br />

Worldwide Scheduling Guidelines.<br />

Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor<br />

KP 6 Tahun 2014 tertanggal 10 Januari 2014 menyebutkan<br />

setiap pergerakan pesawat udara di<br />

bandara wajib memperoleh persetujuan slot<br />

(slot clearance).<br />

Slot penerbangan domestik untuk delapan<br />

bandara dikelola oleh IDSC. Bandara tersebut<br />

adalah Sepinggan di Balikpapan, Soekarno-<br />

Hatta di Jakarta, Sentani di Jayapura, I Gusti<br />

Ngurah Rai di Denpasar, Kualanamu di Medan,<br />

Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang,<br />

Juanda di Surabaya, dan Sultan Hasanuddin di<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Nah, slot itu dari<br />

dulu masalahnya. Ini<br />

barang dagangan.<br />

Tapi pembuktiannya<br />

susah.<br />

Agus Pambagio<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Makassar.<br />

Sedangkan penerbangan internasional dikelola<br />

oleh Garuda Indonesia.<br />

IDSC memberikan izin slot selama satu<br />

musim atau enam bulan kepada tiap maskapai<br />

penerbangan yang beroperasi di Indonesia.<br />

Izin slot merupakan izin perencanaan operasional<br />

maskapai penerbangan berdasarkan<br />

pergerakan pesawat di bandara. Pertimbangannya<br />

adalah kemampuan bandara menampung<br />

pesawat dihitung dari kapasitas terminal,<br />

apron, dan kemampuan ATC.<br />

Izin slot hanya syarat untuk mendapatkan<br />

izin rute. Izin rute inilah yang harus dikantongi<br />

maskapai untuk mengudara ke bandara tujuan.<br />

●●●<br />

Ketua IDSC Hemi Pamuraharjo mengaku<br />

selama ini izin slot time sangat longgar. Kapasitas<br />

bandara yang ditangani oleh IDSC cukup<br />

menampung semua maskapai. Tahun 2011,<br />

Bandara Soekarno-Hatta memiliki kemampuan<br />

kapasitas 64 pergerakan pesawat per jam,<br />

Ngurah Rai 20, Juanda 26, Sultan Hasanuddin<br />

24, dan Sentani 18.<br />

“Dari jumlah maksimum yang ditetapkan<br />

oleh bandara itu, kami undang semua airline.<br />

Eh, ini jam bandara beroperasi dari jam sekian<br />

ke sekian, per jamnya yang sudah dipakai sekian,”<br />

tuturnya.<br />

Menteri Jonan mengaku kecolongan dengan<br />

praktek penerbangan yang berlangsung selama<br />

ini. Banyak pesawat meninggalkan bandara hanya<br />

dengan memberikan surat izin slot kepada<br />

otoritas bandara setempat. Anehnya, otoritas<br />

bandara dan AirNav tetap saja memberi mereka<br />

izin meski tidak ada izin rute untuk mereka.<br />

“Yang dari IDSC itu bukan izin rute. Itu kan<br />

rencana, itu slot teknisnya,” Jonan menegaskan.<br />

Seharusnya maskapai pemegang izin slot<br />

melanjutkan proses perizinan kepada Dirjen<br />

Perhubungan Udara untuk mendapatkan izin<br />

rute. Izin rute ini memang harus melalui kewenangan<br />

pusat, tidak bisa diwakilkan kepada<br />

otoritas bandara selaku perwakilan Dirjen Perhubungan<br />

Udara di bandara setempat.<br />

Jonan jengkel izin rute kerap dianggap remeh<br />

dan hanya dijadikan formalitas semata. Dari audit<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Pesawat maskapai AirAsia di<br />

sebuah bandara.<br />

EDGAR SU/REUTERS<br />

yang dilakukan tim Jonan, selain AirAsia, ditemukan<br />

lima maskapai penerbangan melakukan<br />

pelanggaran izin rute. Mereka pun dikenai sanksi<br />

pembekuan.<br />

Catatan penyimpangan penerbangan membuat<br />

beberapa pihak memandang curiga IDSC.<br />

Pengamat pelayanan publik Agus Pambagio<br />

mencium manipulasi dan dugaan suap di IDSC.<br />

Surat izin slot dari IDSC dinilai berlaku terlampau<br />

sakti. Surat ini mampu menembus otoritas<br />

bandara setempat, AirNav, hingga mendapat<br />

panduan dari menara ATC.<br />

Dalam kasus AirAsia, misalnya, AirNav Kantor<br />

Cabang Surabaya meloloskan QZ8501 yang tidak<br />

punya izin rute karena berpegang pada surat<br />

rekomendasi rute-rute yang dikeluarkan IDSC<br />

kepada Ditjen Perhubungan Udara. “Kopi surat<br />

rekomendasi ini diterima AirNav Indonesia dari<br />

IDSC melalui e-mail,” kata Direktur Safety and<br />

Standard AirNav Indonesia Wisnu Darjono.<br />

Tak ayal jika Agus mencium dugaan suap di<br />

lembaga IDSC. “Nah, slot itu dari dulu masalahnya.<br />

Ini barang dagangan. Tapi pembuktiannya<br />

susah,” tuturnya.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Ketua IDSC Hemi<br />

Pamuraharjo<br />

BAHTIAR RIVAI/MAJALAH DETIK<br />

Bau busuk ini harus ditelusuri lebih lanjut<br />

karena proses penerbangan melibatkan banyak<br />

pihak. Otoritas bandara setempat yang<br />

memperbolehkan pesawat untuk terbang juga<br />

perlu ditelusuri keterlibatannya. Mereka terlibat<br />

langsung dengan proses pelanggaran izin.<br />

Selain itu, proses izin slot di luar delapan<br />

bandara besar yang ditangani oleh IDSC dilakukan<br />

otoritas bandara setempat. Hasil audit<br />

Kemenhub menunjukkan pelanggaran izin<br />

terjadi di wilayah ini.<br />

Agus curiga praktek pelanggaran ini merembet<br />

ke pemerintah pusat hingga ke tataran dirjen.<br />

Selama ini, garis koordinasi menunjukkan<br />

otoritas bandara merupakan kepanjangan tangan<br />

Ditjen Perhubungan Udara. Pelanggaran<br />

tak bakal berjalan mulus tanpa campur tangan<br />

Jakarta.<br />

"Nah, untuk bagaimana kaitan mereka sampai<br />

ke jajaran Dirjen di pusat, silakan telusuri<br />

sendiri," ungkap Agus.<br />

Sumber majalah detik di kalangan internal<br />

Kementerian menyebutkan persoalan slot dan<br />

izin terbang ini menyangkut tren penumpang.<br />

Banyak maskapai memaksa terbang walaupun<br />

tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan<br />

izin rute demi penumpang. Ia menduga suap<br />

bukan barang haram dalam hubungan macam<br />

ini.<br />

“Tapi, kalau ada pejabat diberi fasilitas oleh<br />

airline sehingga memudahkan airline dalam<br />

pengurusan izin terbang, mungkin iya,” ujar<br />

Agus.<br />

Koordinator Slot Penerbangan Internasional<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Surat izin rute yang dikeluarkan<br />

oleh Ditjen Perhubungan<br />

Udara untuk AirAsia. Namun<br />

penggunaan izin ini tidak sesuai<br />

dengan jadwal terbang pesawat<br />

QZ8501.<br />

ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />

Esty Widyawati meradang<br />

mendapat kritik ini. Esty<br />

mengaku sudah jatuh-bangun<br />

mengelola koordinasi<br />

slot time sejak 2011.<br />

Mereka generasi pertama<br />

yang bersusah-payah<br />

menertibkan penerbangan<br />

justru didera isu tidak<br />

sedap.<br />

Menurut Hemi, tudingan<br />

permainan di IDSC<br />

muncul sejak dua tahun<br />

lembaga ini dibentuk.<br />

Karena isu inilah Hemi<br />

kemudian menggantikan<br />

Esty. Esty, yang sebelumnya<br />

menjabat Ketua IDSC,<br />

kemudian menjadi Koordinator Slot Penerbangan<br />

Internasional. “Banyak isu berkembang. Tapi<br />

tidak ada satu pun yang mengatakan ada uang<br />

di situ,” Hemi menegaskan.<br />

Bagi Hemi, lolosnya penerbangan hanya<br />

bermodal izin slot tidak bisa menjadi dasar<br />

tudingan suap kepada IDSC. Persyaratan<br />

terbang itu cukup panjang, mencakup rute<br />

yang dilampiri surat usaha; rotasi diagram<br />

pesawat disesuaikan dengan slot; dan rotasi<br />

utilisasi pesawat, kabin kru, serta kokpit kru.<br />

“Sembarangan ngomong saja itu Agus Pambagio,”<br />

kata Hemi.<br />

Ia menegaskan selama ini rapat pembagian<br />

slot selalu terbuka. Jika ada tudingan suap, itu<br />

tidak masuk akal karena semua diawasi bersama.<br />

Tudingan dan bantahan masih menghiasi<br />

sengkarut penyelenggaraan penerbangan nasional.<br />

Penegak hukum dari kepolisian, kejaksaan,<br />

hingga KPK menyatakan diri siap untuk<br />

menuntaskan masalah ini jika benar-benar<br />

terjadi suap.<br />

"KPK akan berkoordinasi dengan Menhub<br />

untuk klarifikasi soal izin terbang ini," tegas<br />

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. ■<br />

BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHINTAMI, ISFARI HIKMAT |<br />

ARYO BHAWONO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

MIMPI TAUFAN UNTUK<br />

MEREKA YANG TAK LAYAK BANK<br />

“AMARTHA TEH URANG MANA, MENI BAGEUR PISAN.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

SELASA pagi dua pekan lalu, di teras<br />

depan rumah Sarbini, Ketua RT 04<br />

RW 02, Desa Putat Nutug, Kecamatan<br />

Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa<br />

Barat, belasan ibu duduk meriung di lantai. Tak<br />

lama berkumpul, mereka duduk dengan takzim<br />

dan membaca lima ikrar.<br />

Di antara ikrar mereka adalah anggota<br />

majelis membantu anggota kelompok majelis<br />

apabila mereka dalam kesulitan, menggunakan<br />

pembiayaan dari Majelis Ikhtiar-Amartha untuk<br />

menambah pendapatan keluarga, dan mendorong<br />

anak-anak supaya terus bersekolah.<br />

Belasan ibu rumah tangga itu adalah anggota<br />

Majelis Palem. Ini bukan majelis pengajian,<br />

terang pula bukan majelis politik. Mereka merupakan<br />

anggota Koperasi Amartha. Hari itu<br />

pertemuan mereka sangat ringkas dan cepat.<br />

Satu per satu mereka mengambil buku kecil<br />

berwarna biru yang diletakkan salah seorang<br />

anggota majelis.<br />

Ada dua jenis buku: yang pertama buku setoran<br />

pinjaman nasabah dan buku kedua adalah<br />

buku tabungan istimewa, tabungan nasabah<br />

dengan jumlah minimal Rp 5.000 setiap minggu.<br />

Begitu pencatatan angsuran tabungan, pengecekan<br />

nama, dan jumlah setoran pinjaman<br />

dan tabungan, pertemuan ditutup dengan doa.<br />

Selesai.<br />

“Seharusnya pertemuan sekitar satu jam.<br />

Tetapi ibu-ibu kan sibuk, ada yang memasak,<br />

mengurus orang tua dan anak, jadi pertemuan<br />

kami persingkat,” ujar petugas Koperasi Amartha,<br />

Nilasari. Setelah berpamitan, Nilasari<br />

bergegas menuju majelis berikutnya, Majelis<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Wijayakusuma, yang berada tak jauh dari lokasi<br />

pertemuan Majelis Palem.<br />

Di sana sudah menunggu belasan anggota<br />

majelis yang rata-rata sudah berusia paruh baya.<br />

Kali ini pertemuan sedikit lebih lama. Setelah<br />

semua anggota menyerahkan buku setoran<br />

dan membaca ikrar, seorang anggota majelis,<br />

Elly Sukmawati, 32 tahun, maju ke depan barisan.<br />

Ia meminta persetujuan majelis untuk pinjaman<br />

yang ia ajukan. Semua anggota serentak<br />

menjawab setuju setelah Elly menyampaikan<br />

alasan pengajuan pinjamannya.<br />

Ibu tiga anak ini mengajukan pinjaman Rp 2<br />

juta. Rencananya, uang itu akan dia gunakan<br />

untuk membangun kamar. Selama ini, Elly bersama<br />

suami dan ketiga anaknya masih tinggal<br />

menumpang di rumah orang tuanya. Mereka<br />

mendapatkan jatah satu kamar dari dua kamar<br />

milik orang tuanya.<br />

Rumah seluas 5 x 8 meter persegi ia sekat<br />

dengan lemari sebagai dinding pemisah di<br />

tengah-tengah ruangan. Elly bersama keluarganya<br />

menempati separuh rumah di bagian<br />

belakang, yang merangkap sebagai tempat<br />

memasak, ruang tamu, tempat tidur, dan ruang<br />

makan.<br />

Suaminya, yang bekerja sebagai tukang ojek,<br />

menurut Elly, masih sanggup membayar cicilan<br />

Rp 53 ribu per minggu selama 50 minggu atau<br />

setahun. Meminjam ke bank, bagi Elly dan suaminya,<br />

jauh dari bayangan. “Kami tak mungkin<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Saat keluar dari<br />

pekerjaannya,<br />

sebenarnya Taufan<br />

belum punya<br />

gambaran jelas<br />

apa yang akan dia<br />

kerjakan.<br />

ANDI TAUFAN GARUDA PUTRA<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

pinjam ke bank karena tidak punya barang<br />

yang bisa diagunkan,” kata Elly. Satu-satunya<br />

barang berharga miliknya hanyalah sepeda<br />

motor yang biasa dipakai suaminya mengojek.<br />

Itu pun belum lunas terbayar.<br />

Anggota majelis lain, Salma, 60 tahun, juga<br />

berniat mengajukan pinjaman begitu utangnya<br />

lunas. Cicilan Salma masih tujuh kali atau tujuh<br />

minggu lagi. Rencananya, uang pinjaman akan<br />

ia gunakan untuk membayar ujian anaknya<br />

yang duduk di bangku SMA kelas III.<br />

Dia memang sudah berulang kali meminjam<br />

ke Koperasi Amartha. Sewaktu anaknya masuk<br />

SMA, Salma juga mengajukan pinjaman untuk<br />

membayar biaya masuk sekolah. Setahun lunas,<br />

ia mengajukan kembali untuk membuat toilet,<br />

merenovasi emperan rumahnya, dan modal<br />

usaha. Dan sekarang ia berencana mengajukan<br />

pinjaman untuk biaya ujian kelulusan anaknya.<br />

“Alhamdulillah, yang dipinjamkan Amartha<br />

bermanfaat semua,” ujarnya.<br />

Salma, Elly, dan anggota Majelis Amartha ini<br />

adalah orang-orang yang tak pernah tersentuh<br />

layanan bank. Mereka inilah orang-orang yang<br />

sering disebut tak bankable, tak layak untuk<br />

dapat pinjaman bank. Ditolak bank, mereka<br />

sering terjebak utang dengan bunga setinggi<br />

langit dari para rentenir.<br />

“Amartha teh urang mana, meni bageur pisan,”<br />

Ibu RT Sarbini menyeletuk. “Amartha ini<br />

orang mana, kok baik sekali”<br />

●●●<br />

Andi Taufan Garuda Putra, 28 tahun, mestinya<br />

sudah hidup enak, punya segalanya. Masih<br />

muda, lahir dari keluarga berkecukupan, Taufan<br />

lulus dari salah satu sekolah bisnis terbaik<br />

di Indonesia dan bekerja sebagai konsultan di<br />

perusahaan multinasional besar, IBM. Gajinya<br />

tentu tak kecil. Apa lagi yang dicari<br />

Tapi ada yang selalu mengusik hatinya setiap<br />

kali dia mendapat tugas dari kantornya<br />

ke daerah-daerah di Indonesia. Di Jakarta, dia<br />

menyaksikan segala hal yang gemebyar dari<br />

Indonesia. Di daerah, dia menyaksikan sisi lain<br />

dari Indonesia. Dia menyaksikan betapa besarnya<br />

ketimpangan antara Jakarta dan daerah.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Semakin sering ditugasi kantornya mengunjungi<br />

daerah, semakin tinggi pula desakan<br />

Taufan untuk mewujudkan mimpinya membangun<br />

usaha yang bisa bermanfaat bagi banyak<br />

orang. Pertengahan 2009, Taufan mantap<br />

meninggalkan pekerjaannya. Ilmu manajemen<br />

bisnis yang pernah ia pelajari selama di bangku<br />

kuliah di ITB ia buka-buka dan ingat-ingat lagi.<br />

Saat keluar dari pekerjaannya, sebenarnya<br />

Taufan belum punya gambaran jelas apa yang<br />

akan dia kerjakan. Ia lalu mempelajari selukbeluk<br />

pembiayaan mikro dan sistem Bank<br />

Grameen, seperti dirintis Muhammad Yunus<br />

di Bangladesh. Ia berkeyakinan, jika Bank Grameen<br />

bisa sukses diterapkan di Bangladesh dan<br />

diakui dunia, mengapa dia tak mengimitasinya<br />

di Indonesia, yang juga punya masalah kemiskinan<br />

hampir sama.<br />

Hanya bermodal Rp 10 juta dari kantongnya<br />

sendiri, Taufan mencoba meminjamkan kepada<br />

sepuluh orang yang membutuhkan. Ia memilih<br />

warga Putat Nutug, Ciseeng, Bogor, sebagai<br />

nasabah pertama. Pertimbangannya, selama<br />

survei di puluhan kecamatan di Kabupaten<br />

Bogor, angka kemiskinan Ciseeng paling akut.<br />

Tak hanya memberikan pinjaman, Taufan juga<br />

memberikan pendampingan kepada sepuluh<br />

nasabah dengan mengajarkan membuat pembukuan,<br />

cara berjualan, hingga teknik pemasaran.<br />

Namun rupanya proyek pertama ini tak<br />

semulus bayangannya. Nasabah yang awalnya<br />

lancar membayar setoran makin lama makin<br />

seret membayar. Mereka sering menghindar<br />

dan menolak menemuinya. “Mereka menggunakan<br />

berbagai alasan untuk tak membayar,”<br />

katanya. Akhirnya uang itu ludes tak berbekas.<br />

Tapi Taufan tak kapok dan tak jera menerus-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

kannya. Kegagalannya memulai usaha tak ia ceritakan<br />

kepada kedua orang tuanya. Sebab, saat<br />

dia memutuskan mundur dari pekerjaannya di<br />

IBM, orang tuanya keberatan. Apalagi jika tahu<br />

kalau dia gagal. Menurut orang tuanya, di usia<br />

muda, Taufan seharusnya menikmati pekerjaan<br />

tetapnya yang akan membawanya ke pintu<br />

kesuksesan. “Mengurus diri sendiri saja masih<br />

kesulitan kok mau mengurus banyak orang.<br />

Sukses dulu, baru memikirkan nasib orang lain,”<br />

kata Taufan mengenang kata-kata dan nasihat<br />

kedua orang tuanya.<br />

Setelah mengevaluasi, dia berkesimpulan<br />

bahwa karakter dan budaya masyarakat di Indonesia<br />

berbeda. Mereka tak bisa “asal” diberi<br />

modal. Ia mulai belajar ke beberapa yayasan<br />

yang selama ini mengembangkan koperasi pinjaman<br />

untuk kelas menengah ke bawah. Taufan<br />

juga memberanikan diri mengirim e-mail<br />

ke Bank Dunia untuk berkonsultasi tentang<br />

konsep yang hendak ia jalankan. Bank Dunia<br />

merekomendasikan Taufan menemui beberapa<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

yayasan yang bisa dijadikan referensi dan ditiru<br />

konsepnya.<br />

Akhirnya, pada awal 2010 Taufan mantap<br />

mendirikan Koperasi Amartha dan mendaftarkannya<br />

menjadi badan hukum. Nama Amartha<br />

ia ambil dari sebuah negeri dalam pertunjukan<br />

Teater Koma di Taman Ismail Marzuki yang ia<br />

tonton. Amartha dalam bahasa Sanskerta berarti<br />

kehidupan.<br />

Berbekal kesiapan dan kematangan konsep,<br />

Taufan mengajukan kerja sama dengan satu<br />

Bank Perkreditan Rakyat dan mendapatkan<br />

pinjaman Rp 100 juta, yang ia salurkan kepada<br />

190 nasabah di Kecamatan Ciseeng. Pada<br />

2011, ia kembali mengajukan pinjaman ke bank<br />

daerah dan ke seorang investor dan berhasil<br />

mendapatkan Rp 500 juta. Uang itu ia salurkan<br />

kepada 1.180 nasabah.<br />

Tahun demi tahun jumlah uang yang dipinjamkan<br />

koperasinya bertambah besar. Sekarang<br />

kredit yang diputar Koperasi Amartha sudah menembus<br />

angka miliaran dengan 7.000 nasabah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

yang tersebar di 80 desa di lima kantor cabang<br />

dengan 400 majelis di wilayah Jawa Barat.<br />

Seperti Bank Grameen, Taufan menerapkan<br />

sistem “tanggung renteng” dalam penyaluran<br />

kredit di Amartha. Kredit bisa diberikan jika<br />

seseorang menjadi anggota kelompok yang<br />

beranggotakan minimal 15 orang. Jika salah satu<br />

nasabah tak mampu membayar atau mangkir<br />

membayar, kewajibannya akan ditanggung bersama<br />

oleh kelompoknya.<br />

Taufan paham betul bahwa pendapatan kepala<br />

rumah tangga yang sebagian besar merupakan<br />

kuli galian pasir Sungai Cisadane, sopir,<br />

dan kuli pangkalan pasir tak akan cukup memenuhi<br />

kebutuhan besar, seperti merenovasi<br />

rumah, biaya sekolah, atau modal usaha. Tapi<br />

masih lebih dari cukup untuk mencicil pinjaman<br />

dengan jumlah cicilan Rp 21-53 ribu per minggu.<br />

“Pendapatan mereka rata-rata Rp 50-100 ribu<br />

per hari,” katanya.<br />

Mimpi Taufan ketika menawarkan pinjaman<br />

kepada masyarakat miskin di Ciseeng tak<br />

muluk-muluk. Kala itu ia berharap pinjaman<br />

koperasi bisa menjadi pintu masuk untuk mengedukasi<br />

masyarakat miskin bagaimana belajar<br />

menabung, bagaimana merintis usaha, dan<br />

sebagainya. Taufan masih menyimpan banyak<br />

mimpi. Ia punya target menambah nasabah<br />

Koperasi Amartha hingga 1 juta orang pada<br />

2020. ■ KUSTIAH<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

BIODATA<br />

Andi Taufan Garuda Putra<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Jakarta, 24 Januari 1987<br />

SEKOLAH<br />

• S-1 Sekolah Bisnis dan Manajemen<br />

Institut Teknologi Bandung, Agustus<br />

2004-Oktober 2007<br />

PENGALAMAN KERJA<br />

• Konsultan di IBM Global Business<br />

Services, Desember 2007-Juli 2009<br />

PENGHARGAAN<br />

1. 10 Outstanding Young Person Indonesia—JCI<br />

Indonesia, April 2014<br />

2.Medali Perunggu Ganesha Innovation<br />

Champion Awards—IA ITB, Februari 2014<br />

3.Laureate Global Fellow, Young Social<br />

Entrepreneur, International Youth Foundation,<br />

AS, Oktober 2013<br />

4. Mosaic Leadership Fellow,<br />

HRH Prince of Wales Initiatives,<br />

Inggris, September 2013<br />

5. Indonesia’s Inspiring Youth<br />

and Women Awards–Indosat,<br />

November 2012<br />

6. Global Shapers—World<br />

Economic Forum, Mei 2012<br />

7. Satu Indonesia Award—Astra<br />

International, Oktober 2011<br />

8. Young ChangeMakers—Ashoka<br />

Indonesia,<br />

Desember<br />

2010<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

Rumah<br />

‘Berbonus’ Besar<br />

GILANG RAMADHAN<br />

DARI LIMA RUMAH YANG PERNAH<br />

DITEMPATINYA, RUMAH KELIMA<br />

INILAH YANG MEMBERI “BONUS”<br />

PALING BESAR. JAUH DARI JAKARTA<br />

TAK JADI SOAL.<br />

FOTO-FOTO: RACHMAN/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

PULANG adalah kembali berkumpul<br />

bersama keluarga dengan suasana<br />

hangat dan rumah yang menyenangkan.<br />

Begitulah filosofi tinggal di<br />

rumah menurut Gilang Ramadhan.<br />

Buat pria penabuh drum ini, inspirasi bisa<br />

datang dari mana saja. Tapi merasakan rumah<br />

yang memberi kesan “bebas” baru ia temukan<br />

saat menempati rumah di Sentul City, Bogor,<br />

Jawa Barat.
Di rumah itu, ia dan keluarganya<br />

bebas menghirup udara segar tanpa polusi,<br />

bebas dari kebisingan kota, bebas dari kesumpekan<br />

dan padatnya hunian.<br />

Dan yang istimewa adalah bebas menikmati<br />

hamparan lahan hijau dan pohon rindang di<br />

taman golf yang ada di belakang rumahnya.<br />

Sebuah kemewahan buat Gilang.
Gilang sengaja<br />

memilih lahan kosong, tak jauh dari lapangan<br />

golf. Luas tanahnya hanya 800 meter,<br />

tapi ia langsung kepincut karena lokasinya<br />

bersebelahan dengan rimbunnya pepohonan.<br />

Jadi, saat datang untuk melihat tanah, Gilang<br />

langsung bisa membayangkan bagaimana<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

rumah yang akan berdiri di atas tanah itu. Dalam<br />

benaknya, ia tahu rumahnya akan punya<br />

taman belakang.<br />

Sebelum memutuskan membeli la han kosong<br />

itu, ia ditawari tanah seluas 4.000 meter<br />

persegi oleh tenaga marketing-nya. Lokasinya<br />

sama, tapi jauh dari lapangan golf.
“Selain terlalu<br />

luas, saya tidak suka karena pemandangan<br />

tak sebagus yang di sini,” ujarnya di kediamannya,<br />

Rabu, 17 Desember 2014.<br />

Kompleks Sentul City memang punya kesan<br />

berbeda dibanding beberapa lokasi lain<br />

di sekitar Jakarta. Suasananya lebih hening, di<br />

mana-mana hijau. Udaranya juga segar.<br />

Begitu juga rumah Gilang. Dari luar, rumah<br />

ini sebenarnya terlihat “garing” karena tak<br />

ditanami satu pohon pun. Hanya<br />

tanah seluas 100 meter persegi tak<br />

berkanopi untuk parkir mobil.<br />

Namun, begitu masuk rumah,<br />

kesan “garing” seusai menatap teras<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

akan terbayar. Saya terbayang lobi hotel saat<br />

memasuki rumah ini.<br />

Tanpa sekat, semua dindingnya terbuat dari<br />

kanopi kayu dan kaca ditutup dengan gorden<br />

putih tulang. Kesannya benar-benar lapang<br />

dan “terbuka”.<br />

Dari dalam ruangan itu, seluruh penghuni<br />

rumah bisa menyaksikan hamparan tanah<br />

dengan rumput hijau dan pohon rindang di<br />

kanan-kirinya. Itulah keindahan yang sebenar-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

nya.<br />

Gilang benar-benar bisa memanfaatkan pemandangan fasilitas perumahan<br />

itu sebagai “bonus” termewah. Tak semua penghuni kompleks<br />

memilikinya, lo.
Dari pintu lebar yang terbuka, kita bisa merasakan<br />

udara segar masuk rumah. Jadi, tak mengherankan jika Gilang tak<br />

menggunakan alat penyejuk udara di lantai satu rumahnya.<br />

Mata seakan makin segar oleh keberadaan kolam renang seluas 4 x<br />

8 meter persegi tak jauh dari pintu belakang. Hamparan air berwarna<br />

kebiruan benar-benar semakin memanjakan mata.
Kalau boleh jujur,<br />

rumah Gilang memang tak mewah-mewah amat. Bukan rumah dengan<br />

bangunan superbesar dan mirip istana. Tapi rumah ini terlihat elegan<br />

dan berkelas.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

Biasanya, pemandangan rumah tanpa sekat akan membosankan<br />

jika penataan furniturnya sembarangan dan berlebihan. Tapi, di rumah<br />

seluas 600 meter ini, justru sebaliknya.<br />

Karena sebagian besar interiornya peninggalan orang tua Gilang,<br />

bentuk rumah sengaja dibuat mengikuti furnitur-furnitur itu. Jadi furnitur<br />

tak tampak semrawut dan membuat rumah sumpek.
Seperti tiga<br />

lampu kristal yang menggantung di atap. Tiap lampu digantung dengan<br />

desain plafon yang cantik, pas sesuai dengan bentuk lampu. Sehingga,<br />

plafon dan lampu kristal terlihat serasi.
Begitu juga bufet, lemari, sofa,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

meja makan, meja televisi, kursi<br />

goyang, atau rak buku. Piano di<br />

sudut ruangan membuat tampilan<br />

rumah makin manis.
Naik<br />

ke lantai dua, jangan bayangkan<br />

Anda akan melewati tangga<br />

yang kaku, yang hanya menjadi<br />

penghubung lantai satu de ngan<br />

lantai dua.<br />

Tangga yang terbuat dari kayu<br />

berpelitur cokelat ini menjadi penghubung<br />

yang unik. Dalam perjalanan menapaki<br />

tangga demi tangga, Anda tak perlu buruburu<br />

supaya lekas sampai.<br />

Dongakkanlah kepala, dan lihatlah dedaunan<br />

hijau dari pohon yang menjulang dan<br />

awan langit. Gilang membiarkan pemandangan<br />

di luar tetap bisa dinikmati.<br />

Ia memasang jendela setinggi 3 meter dengan<br />

lebar 1,8 meter di tiga sisi dinding: kanan,<br />

kiri, dan depan. Sehingga, ketika naik atau<br />

turun, kita serasa dekat dengan alam.<br />

Lantai dua menjadi pusat aktivitas keluarga.<br />

Berkumpul, beristirahat, dan membaca dila-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

kukan di lantai ini. Terdapat<br />

tiga kamar untuk ketiga anak<br />

Gilang dan Shahnaz, ruang<br />

keluarga, dan toilet.<br />

Ruang utama berukuran<br />

paling luas dibanding ruangan<br />

lainnya. Maklum, ruang tidur<br />

utama yang berukuran 4 x 10<br />

meter ini tak hanya dimanfaatkan<br />

untuk tidur.<br />

Di sebelah ranjang, karpet yang terhampar<br />

luas biasa ia gunakan untuk salat berjemaah<br />

bersama istri dan anak-anaknya. Tak jarang<br />

anak-anaknya memilih membaca atau sekadar<br />

rebahan di ruangan ini.<br />

Di lantai dua juga terdapat beberapa barang<br />

peninggalan orang tua yang mengisi beberapa<br />

ruangan. Ada lemari pakaian, ranjang tidur<br />

Gilang, meja belajar anak, dan ranjang tidur<br />

anak.<br />

Semua tertata rapi dan berdiri di tempat<br />

yang sesuai. Jadi, meskipun berukuran besar,<br />

lemari pakaian tak membuat ruangan sumpek.
Dan<br />

uniknya, hamparan lapangan golf<br />

dan rindang pohon tetap terlihat dari sini.<br />

Kamar Gilang didesain dengan pintu terbuka<br />

dengan balkon untuk menikmati pemandangan.<br />


Asal-muasal menempati rumah di Sentul,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

menurut Gilang, juga bukan sebuah kesengajaan. Saat itu, pada 2011,<br />

Shahnaz sedang melakukan syuting untuk sebuah iklan di Sentul City.<br />

Ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan menghubungi<br />

Gilang untuk meluangkan waktu melihat-lihat. Lalu, di kemudian hari,<br />

keduanya melakukan survei dan Gilang merasa nyaman dengan lingkungannya.<br />

Apalagi sekolah anak-anaknya di kawasan Bogor juga tak jauh. Karena<br />

dua alasan itu, keduanya pun memutuskan membangun rumah di Sentul<br />

City.<br />

Rumah itu dibangun pada 2011, dan 2012 mulai ditempati. Ini adalah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

rumah kelima Gilang. Rupanya ia melanjutkan<br />

kebiasaan ibunya yang, sebagai diplomat,<br />

selalu berpindah untuk tugas negara.
Alasan<br />

sering berpindah, menurut Gilang, menyesuaikan<br />

dengan sekolah ketiga anaknya. Rumah<br />

pertama di Bintaro Pondok Indah, yang kedua<br />

di Pondok Kacang. Lalu ia pindah ke Parung.<br />

Di sini ia pindah dua kali, dan yang terakhir di<br />

Sentul.<br />

Dari kesemuanya, Gilang merasakan rumah<br />

kelimanya yang memberikan bonus paling<br />

banyak, yakni berupa lingkungan yang asri,<br />

tenang, dan pemandangan hijau.<br />

Ia mengaku tak mempersoalkan jarak Sentul<br />

ke Jakarta dengan waktu tempuh kurang-lebih<br />

satu jam. Di Jakarta pun, katanya, dekat juga<br />

terasa jauh karena macet. Belum bising dan<br />

polusi.
“Jadi, jauh atau dekat sekarang relatif.<br />

Yang penting, begitu pulang kembali ke rumah,<br />

rasa lelah terbayar dengan lingkungan<br />

nyaman, tak ada polusi,” ujarnya. n<br />

KUSTIAH | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

SETRIKA<br />

antitua<br />

FOTO-FOTO: THINKSTOCK<br />

TERAPI ANTITUA BANYAK DIGEMARI<br />

PEREMPUAN. TERMASUK MEMAKAI<br />

ALAT FREKUENSI RADIO.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

RINDI panik. Waktu berdandan pagi<br />

tadi, dia melihat garis-garis di ujung<br />

mata dan dahinya makin jelas terlihat.<br />

Padahal, beberapa waktu lalu,<br />

kerutan itu masih halus.<br />

Padahal usianya belum menginjak kepala<br />

tiga. Dia baru saja berulang tahun ke-29 bulan<br />

lalu. Tapi kerutan di wajahnya seakan menunjukkan<br />

umurnya sudah 37 tahun.<br />

“Kalau lagi kumpul sama teman-teman yang<br />

seusia, saya kok terlihat lebih tua. Temanteman<br />

saya belum ada kerutan seperti saya,”<br />

keluhnya suatu hari.<br />

Selain menurunkan rasa percaya diri,<br />

kerutan di wajah bisa merusak mood dalam<br />

bekerja. Alhasil, pekerjaan di kantor menjadi<br />

terbengkalai dan bisa-bisa bos uring-uringan.<br />

Ibu dua anak itu lantas curhat kepada salah<br />

satu temannya. Sang teman merekomendasikannya<br />

untuk mencoba setrika wajah agar<br />

wajahnya kembali kencang.<br />

Tapi Rindi mengaku masih takut<br />

mencoba. Mendengar kata “setrika”<br />

saja dirinya sudah merinding. Dia<br />

membayangkan wajahnya akan<br />

disetrika seperti baju. Hiiii….<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

MUNAY/DETIKCOM<br />

Terapi ini ternyata telah lama<br />

populer. Aktris cantik Gwyneth<br />

Paltrow juga memanfaatkan<br />

perawatan ini untuk kecantikan<br />

kulitnya. Meski sudah 41 tahun,<br />

kulit Gwyneth masih cantik.<br />

Dilansir Beautyheaven,<br />

bintang Iron Man ini<br />

mengaku hasil perawatan<br />

dengan terapi setrika<br />

wajah sangat sesuai<br />

dengan keinginannya.<br />

“Saya ketagihan setrika<br />

wajah,” ujarnya.<br />

Aktris Indonesia juga<br />

tak mau kalah. Pemilik<br />

goyang ngebor, Inul<br />

Daratista, juga mengaku<br />

memakai perawatan<br />

wajah itu untuk menunjang<br />

penampilannya.<br />

“Kalau aku, biar terlihat<br />

lebih kurus, biar terlihat<br />

seperti model,” ujarnya tertawa.<br />

Namun terapi ini bukan termasuk terapi<br />

dengan biaya murah. Menurut Inul, untuk<br />

sekali perawatan, dirinya menghabiskan dana<br />

sekitar Rp 6 juta.<br />

Karena itu, inul memutuskan membeli alat<br />

sendiri dan melakukan perawatan di rumah.<br />

Dia biasanya mengundang perawat kecantikan<br />

untuk membantunya.<br />

“Jadi, untuk membantu, aku kasih mereka<br />

Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu setiap kali<br />

datang. Biasanya sebulan dua kali, ya,” ujarnya.<br />

Namun, semakin populer, biaya terapi ini<br />

semakin murah. Salon dLotus di kawasan Jakarta<br />

Selatan memperkenalkan perawatan setrika<br />

wajah, Skin Face Galvanic, dengan biaya<br />

Rp 200 ribu.<br />

Terapi pengencangan kulit ini sebenarnya<br />

bernama Radio Frequency Treatment. Ini<br />

merupakan salah satu terapi tidak invasif atau<br />

tanpa pisau bedah, tanpa operasi.<br />

Seperti namanya, terapi ini menggunakan<br />

alat khusus dengan teknologi radio frequency.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

Nah, alat inilah yang akan membasmi kerutan, poripori<br />

besar, dan jerawat.<br />

Alat khusus tersebut akan menghantarkan panas<br />

sebesar 40-42 derajat Celsius dalam bentuk tenaga<br />

uap. Namun uap tersebut tidak boleh mengenai<br />

kulit terlalu lama.<br />

Perawatan ini akan memperbaiki fungsi jaringan<br />

ikat, meningkatkan produk kolagen kulit, dan<br />

memperlancar pembuangan racun-racun yang ada<br />

melalui sistem limfatik.<br />

“Kulit yang telah ‘disetrika’ itu pun akan bisa<br />

memperoleh nutrisi yang lebih banyak dengan akibat<br />

menjadi lebih sehat,” ujar dr Lalan Melia, Dipl,<br />

CIDESCO.<br />

Awalnya, wajah akan dibersihkan dengan sabun.<br />

Setelah itu, wajah diberi krim di salah satu sisi,<br />

kemudian di-spray agar wajah basah supaya proses<br />

penyetrikaan lebih mudah.<br />

Selanjutnya, wajah mulai disetrika dengan alat<br />

Galvanic. Alat ini bukan seperti setrikaan baju yang<br />

besar dan panas. Alatnya cukup kecil.<br />

Alat itu merupakan media agar krim lebih mudah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

menyerap di kulit. Alat bisa<br />

bekerja sempurna karena<br />

memiliki arus Galvanic,<br />

yang dapat meningkatkan<br />

sirkulasi energi pada sel<br />

kulit.<br />

Biasanya, perawatan memakan<br />

waktu sekitar 30 menit.<br />

Seluruh kulit wajah akan disetrika,<br />

tapi biasanya terapis akan berfokus<br />

pada bagian yang<br />

banyak keriput.<br />

Menurut pengalaman<br />

dr Lalan,<br />

untuk mendapatkan<br />

hasil yang<br />

optimal, perawatan<br />

rutin perlu<br />

dijalankan. Untuk<br />

awal-awal, sebaiknya<br />

lakukan<br />

seminggu sekali.<br />

Baru kemudian dua minggu sekali dan<br />

seterusnya. Sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan<br />

agar kulit tetap kencang dan<br />

awet muda.<br />

PENCEGAHAN<br />

Selain melakukan perawatan kulit untuk<br />

menghilangkan kerutan, jagalah kesehatan<br />

kulit sejak dini. Kerutan wajah juga bisa dicegah<br />

dengan menjalani gaya hidup sehat.<br />

Selain makanan, kesehatan kulit bisa dijaga<br />

dengan selalu menggunakan krim tabir surya<br />

maupun memilih kosmetik yang sesuai dengan<br />

jenis kulit.<br />

Radikal bebas, yang dapat membuat kulit<br />

lebih cepat menua, memang tak bisa dihindari.<br />

Namun setidaknya kita bisa melakukan<br />

pencegahan agar efeknya bisa terkurangi,<br />

kan n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

Danau Terlarang<br />

di KAZAKHSTAN<br />

DANAU INI SANGAT CANTIK TAPI TERLARANG.<br />

TAK BOLEH MENYENTUH AIR, APALAGI BERENANG.<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

HAMPARAN rumput terbentang<br />

luas. Di tengah-tengahnya, terlingkar<br />

danau dengan air yang tampak<br />

bening menggoda. Siapa saja<br />

mungkin mendadak ingin berenang di sana.<br />

Tapi sayangnya danau itu terlarang. Bukan,<br />

bukan karena angker ada penunggunya. Melainkan<br />

karena air di danau bernama Chagan<br />

itu berbahaya.<br />

Danau Chagan berada di kawasan Kazakhstan.<br />

Danau seluas 400 meter persegi ini merupakan<br />

salah satu “korban” dari program Uni<br />

Soviet yang dinamai “Ledakan Nuklir untuk<br />

Ekonomi Nasional”.<br />

Program serupa pernah dibuat oleh Amerika<br />

Serikat dengan nama “AS Plowshare”. Namun<br />

Amerika menghentikannya pada 1977 begitu<br />

menyadari ide ini buruk.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

DETIKTRAVEL<br />

WIKIPEDIA<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

Namun, entah kenapa, Uni Soviet<br />

malah meneruskan hingga 1989 dengan<br />

melakukan 156 kali uji coba, paling banyak<br />

di Kazakhstan. Sedangkan Amerika<br />

hanya 27 kali.<br />

Nah, Danau Chagan adalah tes pertama<br />

dan terbesar yang pernah dilakukan<br />

Uni Soviet. The Chagan Test itu dilakukan<br />

pada Januari 1965.<br />

Dirancang guna menguji ledakan<br />

nuklir untuk membuat waduk.<br />

Perangkat 140 kiloton ditempatkan<br />

di kedalaman 178 meter<br />

Sungai Chagan hingga membentuk<br />

lubang.<br />

Lubang itu dimaksudkan agar<br />

nantinya bibir kawah yang dibuat dengan ledakan<br />

nuklir bisa membendung sungai selama<br />

periode aliran sungai tinggi.<br />

Dan ledakan itu berhasil menciptakan kawah<br />

seluas 400 meter persegi dengan kedalaman<br />

100 meter dan ketinggian 20 meter sampai 38<br />

meter. Bangga<br />

Dalam waktu tak berapa lama, cekungan<br />

luas itu terisi air. Pemerintah Uni Soviet<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


AMUSINGPLANET.COM<br />

WISATA<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

sempat membuat film yang berisi<br />

tentang kebanggaan atas uji coba<br />

itu.<br />

Film pendek itu mengambil gambar<br />

Menteri Departemen Building<br />

Medium Machine, yang bertanggung<br />

jawab atas seluruh progam<br />

senjata nuklir Uni Soviet, berenang<br />

di Danau Chagan.<br />

Sang menteri juga mengklaim air<br />

danau itu dapat ikut memajukan<br />

perekonomian karena bisa dipakai<br />

untuk memberi pakan ternak di<br />

sekitarnya.<br />

Tapi ternyata danau tersebut merupakan<br />

bencana buatan yang pernah dibuat manusia.<br />

Amerika dan Jepang marah karena Uni Soviet<br />

dianggap telah melakukan kesalahan.<br />

Air yang mengisi danau ternyata berbahaya<br />

untuk manusia karena telah terkontaminasi<br />

zat radioaktif. Substansi radioaktif di air danau<br />

100 kali lebih besar dari batas normal.<br />

Atomicarchive.com menyebut ada tujuh<br />

efek untuk tubuh. Berbahaya untuk rambut,<br />

otak, jantung, saluran cerna, kelenjar gondok,<br />

sistem peredaran darah, dan reproduksi.<br />

Situs resmi Kazakhstan melansir, air danau<br />

ini sepintas tak ada bedanya dengan air di<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

danau lain. Tapi, jika diteliti, air di sana mengandung<br />

radioaktif.<br />

Rupanya, puluhan tahun tak menghilangkan<br />

radioaktif di sana. Karena itulah Danau Chagan<br />

hanya boleh dipandang. Turis tak diperkenankan<br />

menyentuh air, apalagi berenang di<br />

dalamnya.<br />

Namun para turis masih bisa menikmati pemandangan<br />

area sekitar danau yang memang<br />

sangat indah. Apalagi saat rumput hijau dan<br />

langit biru.<br />

THINKSTOCK<br />

HUTAN DALAM DANAU<br />

Jika sangat ingin menyelam, silakan mendatangi<br />

Danau Kaindy. Danau sepanjang 400<br />

meter ini juga terletak di Kazakhstan, tepatnya<br />

di Pegunungan Tian Shan, 129 kilometer<br />

dari Kota Almaty.<br />

Kira-kira membutuhkan waktu lima sampai<br />

enam jam perjalanan darat. Setelah melewati<br />

jalan tol Kuldzha dari Almaty menuju Talgar,<br />

lanjut ke Chilik, Baiseit, Kokpek.<br />

Begitu sampai di jalan utama di Narynkol<br />

atau Kegen, wisatawan akan bertemu dengan<br />

DETIKTRAVEL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

THINKSTOCK<br />

papan bertulisan “Zhanalash”, ikutilah sampai<br />

ke desa kecil bernama Saty.<br />

Anda perlu belok kiri dari kuburan, melewati<br />

jalan off-road, dan Anda akan sampai<br />

di Danau Kaindy, yang berada di ketinggian<br />

2.000 meter di atas permukaan laut.<br />

Danau ini terbentuk setelah terjadinya<br />

gempa bumi pada tahun 1911, yang memicu<br />

tanah longsor. Longsoran tanah itu akhirnya<br />

menutup jurang dan membentuk bendungan<br />

alami.<br />

Air hujan lantas mengisi lembah dan menciptakan<br />

Danau Kaindy. Proses terbentuknya<br />

danau menciptakan pemandangan danau<br />

menjadi sangat unik, khususnya di bagian<br />

hutan yang terendam.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

THINKSTOCK<br />

Puncak-puncak pohon pinus tampak<br />

menjulang bagai tiang-tiang raksasa<br />

yang muncul dari dalam air.<br />

Air di danau ini sangat jernih sekaligus<br />

dingin, bahkan saat musim<br />

panas sekalipun. Suhu air danau tidak<br />

pernah melebihi 6 derajat Celsius.<br />

Di musim dingin, permukaan air<br />

danau dengan kedalaman 30 meter<br />

ini akan membeku. Karena kejernihan<br />

air danaunya, para pengunjung dapat<br />

melihat jauh ke kedalaman danau.<br />

Meskipun “ajaib”, Danau Kaindy<br />

hanya dikunjungi oleh sedikit orang.<br />

Popularitas Danau Kaindy dibayangi<br />

oleh popularitas Danau Bolshoe Almatinskoe<br />

dan Danau Kolsay.
Letak<br />

danau-danau itu sebenarnya berdekatan,<br />

tapi Danau Kaindy merupakan<br />

danau yang paling sulit aksesnya dari<br />

Kota Almaty. Meski demikian, semua<br />

akan terbayar dengan keindahannya,<br />

kan n KEN YUNITA | KAZAKHSTAN | ATOMICARCHIVE.<br />

COM | AMUSING PLANET<br />

MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

FOTO-FOTO: RENNGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

LEZATNYA<br />

BLASTERAN<br />

ITALIA-<br />

JEPANG<br />

HIDANGAN EKSOTIS KHAS<br />

ITALIA MELEBUR DENGAN<br />

KESEGARAN BAHAN MAKANAN<br />

JEPANG YANG MENGGODA.<br />

BAGAIMANA RASANYA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

MASAKAN Italia dan Jepang telah<br />

akrab dengan lidah orang Indonesia.<br />

Siapa yang tidak mengenal<br />

piza dan sushi Punya cita rasa<br />

berbeda tapi, yang pasti, keduanya sama-sama<br />

lezat.<br />

Adalah Ocha & Bella. Restoran di Jalan KH<br />

Wahid Hasyim Nomor 70, Menteng, Jakarta<br />

Pusat, ini punya konsep unik, yakni menggabungkan<br />

masakan Italia dengan Jepang.<br />

Arahkan kendaraan ke Bundaran HI, lalu<br />

beloklah ke kiri, ke gang persis di sebelah Mal<br />

Sarinah. Lurus terus sampai menemukan Hotel<br />

Morrissey di sebelah kiri jalan.<br />

Di hotel itulah restoran ini berada. Restoran<br />

Ocha & Bella menempati lantai dasar bangunan<br />

hotel berwarna putih ini. Dari luar, restoran<br />

ini dikelilingi glass door dengan kerangka besi<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

hitam.<br />

Begitu saya masuk, seorang pelayan wanita<br />

ber-aprons hitam menyapa ramah. Di sini saya<br />

bisa memilih duduk di bagian indoor atau outdoor.<br />

Bagian luar memang cukup menggoda. Suasananya<br />

seperti di teras dengan tanaman hijau<br />

di depannya. Dilengkapi dengan kursi goyang,<br />

sofa birdcage, meja batu, hingga gazebo di<br />

bawah pepohonan.<br />

Namun, mengingat saya datang di siang<br />

hari bolong dengan matahari superterik, saya<br />

mengurungkan niat duduk di outdoor area.<br />

Sebagai gantinya, saya memilih tempat duduk<br />

dari kayu di dalam.<br />

Penerangan di ruangan ini sedikit temaram<br />

sehingga tercipta suasana yang lebih intim.<br />

Romantis. Sayang, saya tak datang bersama<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

pasangan, he-he-he….<br />

Di dalam restoran bersuasana tropis-modern<br />

ini, saya masih bisa menemukan oven khusus<br />

piza tradisional di area open kitchen-nya.<br />

Selain restoran dengan konsep open kitchen,<br />

Ocha & Bella memiliki bar dengan beragam<br />

mocktail, cocktail, dan wine. Tulisan Ocha &<br />

Bella berkilauan di atas bar menambah kesan<br />

seksi.<br />

Selain untuk makan malam romantis, Ocha<br />

& Bella cocok dijadikan sebagai tempat pertemuan<br />

resmi ataupun acara santai bersama<br />

keluarga.<br />

Saat datang, saya melihat beberapa ekspatriat<br />

sedang asyik menyantap makan siang. Saya<br />

mengira mereka sedang berbincang tentang<br />

bisnis.<br />

Seorang pelayan wanita menyodorkan daftar<br />

menu berupa papan kayu dengan beberapa<br />

lembar kertas. Hidangan di restoran ini menyajikan<br />

perpaduan makanan khas Italia dengan<br />

Jepang.<br />

Saat itu juga saya langsung mencari daftar<br />

hidangan piza. Pilihan saya jatuh pada Pizza<br />

Affumicata (Rp 90 ribu). Kata pelayannya,<br />

menu ini berukuran cukup besar, pas untuk<br />

berdua.<br />

Sedangkan untuk mengusir dahaga, saya<br />

memesan Hangover Soother (Rp 45 ribu). Teman<br />

saya memesan Iced Lemon Lime Tea (Rp<br />

35 ribu) dan dessert Profiteroles (Rp 50 ribu).<br />

Sambil menunggu pesanan tiba, saya disuguhi<br />

sepotong roti dengan tiga cheese stick. Ah,<br />

rupanya ini makanan gratis alias complimentary<br />

untuk setiap tamu Ocha & Bella.<br />

Menurut saya, menu gratis ini cocok dijadikan<br />

teman makan sup. Tapi saya justru ketagihan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

dengan cheese stick yang garing dan terasa banget<br />

kejunya. Boleh enggak ya minta nambah,<br />

he-he-he….<br />

Tak menunggu terlalu lama, Hangover Soother<br />

dan Iced Lemon Lime Tea disajikan bersamaan.<br />

Hangover Soother merupakan minuman<br />

non-alkohol dengan nama cukup unik.<br />

Komponennya terdiri atas berbagai macam<br />

buah segar, seperti pisang, stroberi, nanas, lime<br />

juice, coconut cream, simple syrup, dan strawberry<br />

puree.<br />

Sekilas tampilannya mirip smoothies berwarna<br />

pink. Begitu diminum, rasa stroberi paling<br />

dominan. Satu sate potongan buah kiwi me-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

nambah Hangover Soother lebih kaya rasa.<br />

Iced Lemon Lime Tea di Ocha & Bella layak<br />

dijual dengan harga Rp 35 ribu. Selain porsinya<br />

yang berlimpah, rasa minuman ini ternyata<br />

enak.<br />

Teh ini disajikan dalam sebuah gelas kaca berukuran<br />

besar. Saya tak sanggup menghabiskan<br />

Iced Lemon Lime Tea meski telah bolak-balik<br />

meminumnya.<br />

Belum lagi perpaduan lemon dengan lime<br />

yang begitu dominan sekaligus menyegarkan.<br />

Tambahan satu scoop pineapple sorbet menyajikan<br />

rasa asam yang sedikit tajam tapi begitu<br />

khas.<br />

Pizza Affumicata disajikan di atas talenan<br />

kayu. Aroma oregano dan keju adonan pada<br />

piza bergabung menjadi satu. Ciri khas piza<br />

Ocha & Bella ini lebih tipis.<br />

Melihat penampilannya saja, saya bisa menebak<br />

hidangan piza ini menggunakan olesan<br />

saus tomat dan tak ketinggalan keju mozzarella.<br />

Hal yang paling saya suka dari Pizza Affumicata<br />

ini adalah penggunaan zucchini alias mentimun<br />

Jepang yang diiris tipis dan kemudian<br />

dipanggang.<br />

Meski melewati proses pemanggangan,<br />

zucchini tidak serta-merta mengandung air<br />

sehingga, ketika digigit, masih terasa renyah.<br />

Adapun Turkey ham-nya cukup berlimpah.<br />

Kehadiran smoked scamorza (keju dari susu<br />

sapi asal Italia) membuat tekstur piza ini lebih<br />

lembut dan terasa agak kenyal.<br />

Acara makan-makan saya ditutup dengan<br />

Profiteroles, creamy dessert yang dihidangkan<br />

menawan di atas porselen panjang. Satu porsi<br />

Profiteroles terdiri atas tiga pastry mirip cream<br />

puff atau kue sus.<br />

Pastry ini diisi whipped cream, sementara di<br />

bagian luarnya diolesi chocolate mousse tebal,<br />

cokelat Valrhona, dan parutan cokelat putih.<br />

Hidangan ini terasa lebih istimewa dengan<br />

kehadiran cokelat Valrhona. Merek cokelat asal<br />

Prancis ini merupakan yang terbaik di dunia.<br />

Meski hidangannya dibanderol dengan harga<br />

yang lumayan, rasanya sebanding dengan kualitasnya.<br />

Suatu hari saya akan kembali ke sini<br />

untuk mencicipi hidangan Jepang yang belum<br />

sempat saya coba. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

MENTERI PERTANIAN<br />

H ANDI AMRAN SULAIMAN:<br />

STOP<br />

IMPOR PANGAN<br />

TIGA TAHUN<br />

LAGI<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

“PERSOALAN TUJUH BULAN SAYA SELESAIKAN SETENGAH JAM.”<br />

P<br />

RESIDEN<br />

Joko Widodo mengaku malu ketika<br />

bertemu dengan Presiden Vietnam Truong<br />

Tang Sang di Konferensi Tingkat Tinggi APEC<br />

Beijing, November 2014. Kala itu Presiden Truong<br />

menanyakan rencana Indonesia kembali<br />

membeli beras dari Vietnam. “Presiden Jokowi,<br />

kapan mau beli beras lagi dari Vietnam”<br />

ujarnya menirukan tawaran Presiden Truong.<br />

“Malu, tidak” ujar Jokowi.<br />

Sepulang dari pertemuan tersebut, Presiden<br />

langsung memanggil Menteri Pertanian Amran<br />

Sulaiman. Ia menyatakan tidak mau mendengar<br />

pertanyaan seperti itu dari pemimpin<br />

negara lain. Menteri Amran pun diminta<br />

memenuhi program swasembada maksimal<br />

dalam tiga tahun. Tanpa ada tawar-menawar<br />

waktu.<br />

Amran mengaku banyak kendala yang dihadapinya<br />

untuk program swasembada pangan.<br />

Tapi ia bergerak cepat. Salah satu upaya yang<br />

ditempuhnya adalah menggandeng TNI Angkatan<br />

Darat. Pada Kamis, 8 Januari lalu, misalnya,<br />

ia menandatangani nota kesepahaman<br />

dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal<br />

Gatot Nurmantyo. Menteri kelahiran Bone,<br />

Sulawesi Selatan, itu “meminjam” Bintara<br />

Pembina Desa (Babinsa) untuk dijadikan petugas<br />

penyuluh pertanian.<br />

“Sekarang pertanian punya persoalan kekurangan<br />

penyuluh 20 ribu orang,” ujar Amran<br />

saat penandatanganan naskah di Balai Kartini,<br />

Jakarta. Kehadiran Babinsa turut mengawasi<br />

distribusi pupuk subsidi, yang selama ini kerap<br />

bocor dan tidak merata sebarannya.<br />

Lantas bagaimana dengan irigasi, benih, dan<br />

alat mesin pertanian yang juga amat dibutuhkan<br />

petani Seberapa optimistis dia memenuhi<br />

target swasembada dalam tempo tiga tahun<br />

Berikut ini petikan paparan Amran saat ditemui<br />

di Balai Kartini dan seusai acara minum<br />

jamu bersama di Kementerian Koperasi, Jumat<br />

pagi.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Video<br />

Kenapa harus menggandeng TNI AD<br />

untuk menambah tenaga penyuluh<br />

Sekarang pertanian punya persoalan kekurangan<br />

penyuluh 20 ribu orang. Di pihak lain,<br />

TNI memiliki tenaga Babinsa di seluruh Indonesia<br />

sebanyak 50 ribu orang.<br />

Sudahkah melalui kajian, Babinsa mampu<br />

menjadi penyuluh<br />

Khusus untuk TNI AD sudah melakukan<br />

pembinaan ke bawah, seperti yang dilakukan<br />

di Sulawesi Selatan. Ada data empiris pembinaan<br />

yang dilakukan Babinsa di Sulawesi<br />

Selatan, dari 2.400 hektare lahan itu, dari<br />

produktivitas dari 6 ton menjadi 9 ton ratarata.<br />

Jadi ada kenaikan 3 ton. Kalau pembinaan<br />

Babinsa mencapai 2 juta hektare dikalikan 3<br />

ton, itu menjadi 6 juta. Sudah masuk dalam<br />

swasembada. Jadi kerja sama ini sudah dilakukan<br />

sebelumnya.<br />

Apa saja kendala yang dihadapi untuk<br />

menuju swasembada pangan seperti instruksi<br />

Presiden Jokowi<br />

Saya telah keliling ke 14 provinsi. Persoalan di<br />

lapangan ada lima hal, pertama adalah irigasi,<br />

yang rusak 52 persen di seluruh Indonesia.<br />

Kedua, benih yang sering terlambat bahkan<br />

tidak sampai ke petani. Serapannya pada 2014<br />

itu hanya 20 persen. Tapi alhamdulillah sudah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

26 juta. Artinya ada penurunan, 500 ribu per<br />

tahun tinggalkan pertanian. Ini harus dengan<br />

cepat kita mengadakan alat mesin pertanian,<br />

di antaranya hand tractor, transplanter, pompa.<br />

Kelima, penyuluh pertanian yang sangat<br />

kurang. Kami kekurangan 20 ribu tenaga penyuluh.<br />

Presiden Joko Widodo<br />

berbincang dengan Menteri<br />

Pertanian Amran Sulaiman<br />

saat penyerahan traktor tangan<br />

kepada petani di Subang, Jawa<br />

Barat, Jumat (26/12).<br />

AGUS SUPARTO/ANTARAFOTO<br />

kami selesaikan. Kami sudah ketemu dengan<br />

direksi PT Sang Hyang Seri dan Pertani.<br />

Ketiga, pupuk juga sering terlambat dan tidak<br />

merata distribusinya di seluruh Indonesia.<br />

Keempat, alsintan (alat mesin pertanian). Ada<br />

kecenderungan penurunan rumah tangga petani,<br />

dari 31 juta pada 10 tahun lalu, kini tinggal<br />

Kerugian apa saja akibat lima kendala<br />

itu<br />

Produksi nasional kehilangan peluang produksi<br />

20 juta ton gabah kering giling. Sektor<br />

irigasi yang rusak telah membuat kehilangan<br />

potensi produksi sebesar 4,5 juta ton. Untuk<br />

sektor benih yang terus mengalami keterlambatan,<br />

membuat kehilangan potensi produksi<br />

sebesar 6 juta ton. Sektor pupuk telah memberikan<br />

kehilangan potensial produksi 3 juta ton,<br />

tenaga penyuluh hilang 3 juta ton, dan untuk<br />

alsintan kehilangan prapanen dan panen 3,5<br />

juta ton.<br />

Daerah mana saja yang kerusakan irigasinya<br />

paling parah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Irigasi 20 tahun<br />

tidak diperbaiki,<br />

padahal irigasi<br />

merupakan<br />

jantung dari<br />

pertanian.<br />

Tanpa air, tidak<br />

ada kehidupan.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Petani memasukkan kentang<br />

hasil panen ke dalam karung<br />

di Desa Curah Macan, Sempol,<br />

Bondowoso, Jawa Timur, Maret<br />

2014.<br />

SENO/ANTARAFOTO<br />

Semula saya tidak percaya ada kerusakan<br />

hingga 52 persen. Saya cek Sumatera Utara<br />

itu 82 persen rusak. Ada juga daerah yang<br />

60 persen kerusakannya. Ini 20 tahun tidak<br />

diperbaiki, padahal irigasi merupakan jantung<br />

dari pertanian. Tanpa air, tidak ada kehidupan.<br />

Untuk benih, kenapa serapannya begitu<br />

kecil<br />

Benih baru bisa sampai ke petani pada bulan<br />

Oktober. Atas dasar temuan itu, saya menghadap<br />

Direktur PT Sang Hyang Seri. Saya tanya<br />

Direktur, mengapa benih seperti itu. Mereka<br />

jawab, “Iya Pak, BRI (Bank Rakyat Indonesia)<br />

tidak cairkan dananya.” BRI kemudian saya<br />

panggil. Katanya neracanya tidak bankable.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Pasti tidak cair kan. Saya tanya lagi bahas<br />

masalah ini sudah berapa lama. Katanya tujuh<br />

bulan. Saya bilang, “Ngerti ndak ini amanat<br />

dan 100 juta petani menderita gara-gara Bapak<br />

berdua.” Mereka diam. Kemudian direktur<br />

itu bilang, “Ini sulit, Pak.” “Saya minta wakil<br />

dipanggil, mana tahu wakilnya sanggup. Kalau<br />

Bapak tidak mau, saya naik ke atas.” Terus<br />

Direktur bilang, “Saya sanggup juga, Pak.” Jadi<br />

harus diancam sedikit saja baru jalan. Persoalan<br />

tujuh bulan saya selesaikan setengah jam.<br />

DETIKCOM<br />

Kebocoran mirip modelnya dengan BBM. Dari<br />

(pupuk) subsidi ganti karung menjadi pupuk<br />

komersial.<br />

Terkait pupuk, benarkah subsidinya<br />

akan dihapuskan<br />

Enggak, enggak. Sekarang ini masih kita<br />

subsidi. Kita siapkan 9,5 juta ton untuk tahun<br />

ini.<br />

Bagaimana Anda mengantisipasi kebocoran<br />

distribusi pupuk tersebut<br />

Model yang saya lakukan adalah kunjungan<br />

ke lapangan langsung, karena swasembada<br />

ada di lapangan. Saya sudah kunjungi 14<br />

provinsi di seluruh Indonesia. Ikut juga direksi<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Seorang pekerja<br />

menuangkan beras di<br />

penggilingan padi saat<br />

panen di Padalarang, Jawa<br />

Barat, Mei 2014.<br />

BEAWIHARTA/REUTERS<br />

perusahaan pupuk dan Sang Hyang Seri yang<br />

urus benih. Harus sama-sama bergandengan<br />

tangan. Kita tidak bisa sendirian. Egoisme sektoral<br />

kita hilangkan. Dengan terlibatnya TNI di<br />

seluruh Indonesia, kita yakin kebocoran bisa<br />

diatasi.<br />

Dari temuan Anda, kebocoran itu terjadi<br />

di mana<br />

Kebocoran mirip modelnya dengan BBM.<br />

Dari (pupuk) subsidi ganti karung menjadi pupuk<br />

komersial. Hal-hal ini kami temukan. Tapi<br />

insya Allah dengan pengawasan yang ketat<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

NAVESH CHITRAKAR/ REUTERS<br />

Terakhir ini<br />

posisi Bulog pada<br />

profit oriented.<br />

Kita ubah<br />

kembali menjadi<br />

stabilisator.<br />

hal itu tak terjadi lagi. Tim saya sudah turun<br />

di seluruh kabupaten untuk mengawasi dan<br />

membantu penyaluran pupuk.<br />

Selain padi, hasil pertanian apa saja yang<br />

masuk dalam program swasembada<br />

Jadi, skala prioritas adalah padi, jagung, dan<br />

kedelai. Selain itu, secara bertahap kakao,<br />

kemudian gula dan kopi. Itu secara bertahap.<br />

Berapa besar anggaran yang disiapkan<br />

untuk mewujudkan program tersebut<br />

Terakhir ada tambahan untuk Anggaran<br />

Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan<br />

sebesar Rp 16,9 triliun. Ini akan dialokasikan<br />

untuk sektor-sektor kunci produksi, seperti<br />

irigasi, pupuk, benih, alsintan, dan operasional<br />

penyuluh.<br />

Untuk anggaran tambahan itu, alokasi<br />

untuk irigasi, pupuk, dan lainnya berapa<br />

Pembagiannya kami tidak tahu persis. Tapi,<br />

untuk irigasi, Rp 2 triliun dari keseluruhan<br />

Rp 16,9 triliun. Dalam waktu dekat, irigasi<br />

yang dibangun tahun pertama di 17 provinsi.<br />

Di seluruh Jawa, masuk ke kantong-kantong<br />

produksi padi. Tahun kedua masuk di seluruh<br />

Indonesia.<br />

Di Pati (Jawa Tengah) ada irigasi yang akan<br />

dibangun 5.000 hektare, tapi tidak ada air. Bupatinya<br />

saya tanya, “Mana airnya” Katanya,<br />

“Nanti, Pak, mana tahu lima tahun ke depan.”<br />

Saya bilang, “Batalkan. Nanti bendungan sele-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

kita selesai. Itu baru satu kabupaten.<br />

Kalau peran Bulog ke depan terkait<br />

program swasembada pangan<br />

Bulog nantinya akan menjadi stabilisator,<br />

menstabilkan harga. Manakala ini posisi panen<br />

puncak, di mana biasanya harga jatuh, Bulog<br />

masuk berperan membeli padi petani. Selama<br />

ini kan ada pergeseran, terakhir ini posisi<br />

Bulog pada profit oriented. Kita ubah kembali<br />

menjadi stabilisator.<br />

Buruh tani menanam bibit padi<br />

di daerah Pakuhaji, Kabupaten<br />

Tangerang, Banten, Senin (5/1).<br />

LUCKY R/ANTARAFOTO<br />

sai dulu, baru saya kasih.”<br />

Ada juga 20 ribu hektare di Lampung Selatan<br />

begitu diairi tiga kali naik. Saya bilang<br />

anggarkan, buru sampai Menteri Keuangan.<br />

Kami anggarkan dan akan dikerjakan minggu<br />

depan. (Lahan) itu bisa menghasilkan 20 ribu<br />

x 5 ton x 3 atau 300 ribu ton. Sepertiga impor<br />

Anda optimistis dalam tiga tahun target<br />

bisa dipenuhi<br />

Saya kira, kalau semua ini kita penuhi dan<br />

kendala-kendala diatasi, saya yakin swasembada<br />

pangan tiga tahun ke depan akan tercapai.<br />

Dan kita tidak mengimpor lagi dari negara lain.<br />

Ukuran swasembada<br />

Ukuran swasembada itu manakala surplus<br />

10 juta ton dari kebutuhan dalam negeri. Itu<br />

dikatakan swasembada. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BIODATA<br />

NAMA: Andi Amran Sulaiman<br />

TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Bone, 27 April<br />

1968<br />

PENDIDIKAN:<br />

• SD Inpres 10 Mappesangka, Bone<br />

• SMP Negeri Ponre, Bone<br />

• SMA Negeri Lappariaja, Bone<br />

• Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,<br />

1988-1993<br />

• Pascasarjana Pertanian, Unhas, 2002-<br />

2003<br />

• Program Doktor Ilmu Pertanian, Unhas,<br />

2008-2012<br />

KURSUS DAN SEMINAR:<br />

• Presentasi Pengendalian Hama Tikus<br />

di Istana Presiden, Jakarta, 1996<br />

• SUSKALAK-PIM di Pakkatto, Gowa,<br />

Sulsel, 1997<br />

• Presentasi Pengendalian Hama Tikus<br />

untuk Kalteng di Istana Presiden, Jakarta,<br />

1999<br />

• Studi banding di Singapura, 2002<br />

• Seminar Internasional Palm Oil Belt di<br />

Malaysia, 2002<br />

• Studi banding di Bangkok, Thailand,<br />

2009<br />

• Kunjungan ke Sutech Engineering Co.<br />

Ltd (perusahaan perakitan mesin pabrik<br />

gula) untuk transaksi pembelian pabrik<br />

gula dan Erawan Power (pabrik gula<br />

terbesar di Thailand), 2014<br />

PENGHARGAAN:<br />

• Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan<br />

di Bidang Wirausaha Pertanian<br />

dari Presiden RI, 2007<br />

• Penghargaan FKPTPI Award tahun 2011<br />

di Bali<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

MEMIKUL PANEN<br />

KE NEGERI TETANGGA<br />

INDONESIA MENGEJAR<br />

PEMBANGUNAN<br />

PERBATASAN TAHUN INI.<br />

TARGETNYA SEDERHANA:<br />

JANGAN SAMPAI KALAH<br />

DENGAN NEGARA<br />

TETANGGA.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Kendaraan antre melewati<br />

jalur Trans Sulawesi di ruas<br />

Palu-Parigi yang dilebarkan<br />

beberapa pekan lalu.<br />

Saat ini pemerintah mulai<br />

berkonsentrasi membuat<br />

jalan di sekitar perbatasan.<br />

FIQMAN SUNANDAR/ANTARA<br />

SALAH satu blog perjalanan beberapa<br />

tahun silam menceritakan<br />

perjalanan dengan bus dari Sarawak<br />

ke Kalimantan Barat. Perjalanan ini<br />

cukup populer karena melewati hutan-hutan<br />

yang pepat-terpencil serta sejumlah bus, baik<br />

dari perusahaan Malaysia maupun Damri milik<br />

pemerintah Indonesia, melayani rute dengan<br />

waktu tempuh sekitar 10 jam ini.<br />

Nah, meski melewati hutan Kalimantan yang<br />

sama, ada cara mudah untuk membedakan<br />

apakah sudah masuk wilayah Indonesia atau<br />

belum. Caranya “Kalau jalannya berkualitas<br />

buruk, banyak lubang, berarti sudah masuk<br />

Indonesia,” begitu blog itu mengungkapkan<br />

dengan nada lucu.<br />

Meski demikian, lelucon ini menyedihkan bagi<br />

Indonesia karena memperlihatkan lambannya<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

Jangankan mobil,<br />

sepeda motor saja<br />

tak bisa melewati<br />

jalan-jalan di<br />

desa kami.<br />

PERBATASAN<br />

pembangunan dibanding Malaysia. Itu sebabnya,<br />

tahun ini pemerintah gencar membangun<br />

infrastruktur perbatasan. “Kita juga tidak mau<br />

kalah dengan yang di seberang sana,” kata<br />

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan<br />

Umum dan Perumahan Rakyat Djoko<br />

Murjanto.<br />

Proyek ini di antaranya memperlebar dan<br />

memuluskan akses ke perbatasan Kalimantan-<br />

Malaysia menjadi empat lajur sekualitas jalan<br />

tol, mempercepat jalan yang sejajar dengan<br />

perbatasan itu, membangun rumah-rumah di<br />

sana, dan memastikan seluruh wilayah yang<br />

menjadi ujung tombak wilayah Indonesia itu<br />

teraliri listrik.<br />

Kondisi wilayah perbatasan Indonesia dengan<br />

Malaysia memang sangat menyedihkan.<br />

Desa Suruh Tembawang, yang masuk wilayah<br />

kecamatan tempat pintu perbatasan utama,<br />

Entikong, misalnya. Kepala Desa Suruh Tembawang,<br />

Gak Mulyadi, mengatakan tidak ada<br />

akses darat ke kampungnya. “Jangankan mobil,<br />

sepeda motor saja tak bisa melewati jalan-jalan<br />

di desa kami,” ucapnya via telepon.<br />

Biasanya, jalur ke Entikong menggunakan<br />

sungai, tapi sudah beberapa lama ini terputus<br />

oleh bongkahan batu yang longsor. Akibatnya,<br />

ia dan warga desanya biasa memikul hasil panen<br />

menyeberang ke wilayah Malaysia, Tebedu,<br />

untuk menjualnya.<br />

Kondisi desa-desa seberang perbatasan itu,<br />

menurut dia, jauh lebih bagus. Di sana pemerintah<br />

membangun jalan aspal mulus antardesa.<br />

Warganya pun, ujarnya, sangat diperhatikan<br />

pemerintah. “Setiap mereka gagal panen,<br />

biasanya pemerintah kerajaan datang melakukan<br />

survei, kemudian memberikan bantuan<br />

berupa modal dan pupuk serta obat-obatan<br />

untuk masa tanam selanjutnya,” ucap kepala<br />

desa yang sekaligus memiliki 2,5 hektare sawah<br />

tadah hujan ini.<br />

Bukan cuma jalan desa yang kondisinya menyedihkan.<br />

Data Badan Perencanaan Pembangunan<br />

Nasional memperlihatkan jalur sejajar<br />

perbatasan sepanjang Kalimantan, misalnya,<br />

memiliki panjang sekitar 1.600 kilometer atau<br />

kira-kira jarak Jakarta-Surabaya bolak-balik. Tapi<br />

yang sudah tersambung kurang dari separuhnya,<br />

baru sekitar 700 kilometer. Itu pun yang<br />

sudah diaspal kurang dari separuh yang sudah<br />

tersambung itu. Sisanya masih jalan tanah atau<br />

jalan berbatuan kecil (agregat).<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Buruknya infrastruktur di<br />

Indonesia tampak dari<br />

jembatan di Salo Tengah,<br />

Sabang Paru, Wajo, Sulawesi<br />

Selatan, yang bulan silam<br />

ambruk karena tidak<br />

sanggup menahan beban<br />

kendaraan.<br />

DARWIN FATIR/ANTARA<br />

Untuk mengejar target jalur paralel ini, unit<br />

konstruksi Tentara Nasional Indonesia, Zeni,<br />

bahkan sudah menyanggupi membantu membangun<br />

jalur di perbatasan ini. Menteri Pekerjaan<br />

Umum dan Perumahan Rakyat Basuki<br />

Hadimuljono sudah bertemu dengan Panglima<br />

TNI menjelang akhir 2014, dan militer setuju<br />

membantu menebang pohon dan meratakan<br />

tanah. “Kalau tentara yang masuk, kan enggak<br />

ada yang berani ganggu sehingga pekerjaan<br />

bisa cepat,” ujar Djoko Murjanto.<br />

Selain di perbatasan Kalimantan, di Papua<br />

dibangun jalan perbatasan sepanjang sekitar<br />

1.000 kilometer. Di perbatasan darat lain, Nusa<br />

Tenggara Timur dengan Timor Leste, juga dibangun.<br />

Pemerintah akan membangun kembali<br />

jalan provinsi dan jalan kabupaten yang rusak<br />

parah sepanjang 40 kilometer di wilayah Atambua.<br />

Di luar itu, pemerintah akan mengurangi kontras<br />

wilayah Indonesia dengan negara tetangga<br />

dengan cara memperbaiki akses ke perbatasan.<br />

Tiga akses ke perbatasan di Kalimantan Barat,<br />

termasuk Entikong, akan diperlebar. Dari enam<br />

meter lebar saat ini akan dibuat menjadi 4 lajur<br />

jalan sekelas jalan tol.<br />

Proses pekerjaan akan dimulai April 2015 dan<br />

targetnya selesai semua dalam empat tahun.<br />

Menurut Djoko, pemerintah optimistis target<br />

waktu tersebut bisa dicapai karena dana yang<br />

disediakan sangat besar. Pemerintah sebelumnya<br />

hanya menganggarkan Rp 300-350 miliar<br />

per tahun, tapi pemerintah sekarang menyediakan<br />

Rp 2,5 triliun.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Presiden Joko Widodo di<br />

tengah para nelayan. Selain di<br />

perbatasan darat, pulau-pulau<br />

terluar Indonesia kebagian<br />

proyek infrastruktur, yakni<br />

pembangkit listrik.<br />

RUSMAN/SETPRES<br />

Untuk mengejar waktu, meski APBN Perubahan<br />

belum disahkan DPR, pemerintah sudah<br />

menerbitkan surat lelang. “Nanti akan ada surat<br />

khusus dari Menteri,” tutur Djoko.<br />

Selain jalan, pemerintah memastikan semua<br />

wilayah perbatasan tidak lagi gelap tanpa listrik.<br />

PLN akan membangun 47 pembangkit listrik<br />

tenaga diesel (PLTD) di 12 provinsi dengan total<br />

kapasitas 59 megawatt alias cukup untuk sekitar<br />

300 ribu rumah. PLN memperkirakan biayanya<br />

sekitar Rp 750 miliar hingga Rp 1 triliun.<br />

Diesel dipilih karena praktis. “PLTD kan kecil<br />

dan transmisinya juga kecil, hanya 20 kilovolt,<br />

tapi cukup untuk kebutuhan di perbatasan,”<br />

kata Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika<br />

Bappenas, Jadhie Judodiniar Ardajat.<br />

Pembangunan ini disertai pendirian rumah<br />

cepat bangun sederhana berukuran 36 meter<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Militer Indonesia dan<br />

Malaysia berpatroli<br />

bersama di perbatasan<br />

Kalimantan Utara<br />

November tahun lalu.<br />

Tentara Nasional Indonesia<br />

sudah menyanggupi<br />

membantu membangun<br />

jalan paralel perbatasan.<br />

M. RUSMAN/ANTARA<br />

persegi. Rumah tersebut sebanyak 8.000 unit.<br />

Sebagian rumah ini disediakan bagi pegawai<br />

negeri dan tentara yang bertugas di perbatasan<br />

dan sebagian lagi bagi warga lain dengan<br />

subsidi bunga.<br />

Bagi warga sekitar perbatasan, pemerintah<br />

akan menggelar program renovasi dan hibah<br />

rumah. Namun program ini masih menunggu<br />

rencana tata ruang dari Kementerian Agraria<br />

dan Tata Ruang. “Model untuk pembangunan<br />

perumahan di kawasan perbatasan sudah ada,<br />

tinggal kita menunggu tata ruangnya untuk<br />

menentukan lokasinya,” kata Deputi Menteri<br />

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang<br />

Pengembangan Kawasan Agus Sumargiarto.<br />

n HANS HENRICUS B.S. ARON, BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

ENTIKONG<br />

TAMBAH<br />

RAMAI<br />

ORANG YANG MASUK INDONESIA<br />

VIA ENTIKONG NAIK NYARIS 25<br />

PERSEN SEPANJANG TAHUN<br />

LALU. PEMERINTAH BELUM<br />

MEMANFAATKAN UNTUK<br />

MENINGKATKAN EKONOMI.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Pintu keluar-masuk<br />

Indonesia-Malaysia via<br />

darat di Kalimantan.<br />

DETIK TRAVEL<br />

SALAH satu laman blog yang dikelola<br />

Dewan Pariwisata Sarawak memperlihatkan<br />

video kedatangan rombongan<br />

penggemar motor gede dari<br />

Jakarta yang menyusuri rute Pontianak-perbatasan<br />

Entikong-sampai Kuching di negara bagian<br />

Malaysia itu. Dewan Pariwisata itu mengungkapkan<br />

bahwa para turis dari Indonesia ini<br />

menikmati jalanan lengang di sana, berbeda<br />

dengan jalur di Jakarta yang penuh-sesak.<br />

Turis Indonesia bermotor besar ini memang<br />

bukan pemandangan sehari-hari bagi para<br />

pelintas batas Entikong. Tapi rute Pontianak-<br />

Entikong-Sarawak memang terus bertambah<br />

pelintasnya dengan jumlah cukup besar, termasuk<br />

dilewati rombongan para pengendara<br />

sepeda motor besar ini.<br />

Dua tahun lalu, 207 ribu orang datang dari<br />

Malaysia dan 288 ribu orang meninggalkan<br />

Indonesia via Entikong. Tapi, tahun lalu, jumlah<br />

kedatangan naik nyaris 25 persen dan keberangkatan<br />

naik 13 persen lebih. “Tahun lalu,<br />

yang datang meningkat sedikit menjadi 258 ribu<br />

orang, sementara yang berangkat ke Malaysia<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI<br />

EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Salah satu sudut di Kota<br />

Entikong, Kalimantan<br />

Barat, yang menjadi pintu<br />

perbatasan.<br />

DETIK TRAVEL<br />

dari Entikong mencapai 326 ribu orang,” ucap<br />

Yan Wely Wiguna, Kasubag Humas Direktorat<br />

Jenderal Imigrasi.<br />

Entikong menjadi pintu perbatasan darat<br />

terbesar dan tera mai di Kalimantan. Di garis<br />

perbatasan dengan Malaysia itu, ada sejumlah<br />

pintu perbatasan yang cukup besar, terutama<br />

di Kalimantan Barat. Tapi transportasi yang<br />

lazim akan lewat pintu Imigrasi di Kabupaten<br />

Sanggau ini. Bus-bus Pontianak-Sarawak-Brunei<br />

juga melintasi pintu ini.<br />

Gambaran pertama tentang Indonesia, bagi<br />

yang menyeberang menggunakan jalur darat<br />

via Indonesia, adalah keterbatasan di daerah<br />

ini. Itu agaknya yang membuat pemerintah<br />

sekarang berusaha menaikkan gengsi bangsa<br />

dengan menggenjot pembangunan di perbatasan<br />

ini.<br />

Meski begitu, sejauh ini pintu perbatasan<br />

masih butuh perhatian lebih banyak. Indonesia<br />

bahkan masih tampak buta dengan data ekonomi<br />

yang memanfaatkan Entikong. Direktur<br />

Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian<br />

Perdagangan, Partogi Pangaribuan, mengatakan<br />

pihaknya belum memiliki angka pasti<br />

volume perdagangan di sana.<br />

Menurut Partogi, perdagangan lintas batas<br />

itu biasanya untuk kebutuhan warga dan kesejahteraan<br />

warga di kedua pihak, meski ada<br />

juga perdagangan komersial. “Nah, kalau itu<br />

harus patuh dengan peraturan yang berlaku,”<br />

katanya.<br />

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional<br />

Andrinof Chaniago juga mengatakan<br />

volume perdagangan warga Indonesia sangat<br />

rendah dibandingkan pedagang Malaysia di<br />

sana. Hal yang sama diungkap oleh Menteri<br />

Perdagangan Rachmat Gobel.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Menteri Perencanaan<br />

Pembangunan Nasional<br />

Andrinof Chaniago dan<br />

jalanan mulus di wilayah<br />

Sarawak yang berbatasan<br />

dengan Indonesia.<br />

DETIK TRAVEL<br />

Ia mengatakan agaknya saat ini Malaysia<br />

akan lebih berpeluang mengekspor barang<br />

ke Kalimantan Barat daripada arah sebaliknya<br />

saat ekonomi semakin tersambung. “Malaysia<br />

dong yang lebih besar memasukkan barang ke<br />

Indonesia,” ucapnya.<br />

Andrinof mengakui masyarakat Indonesia di<br />

Entikong lebih banyak mendapatkan kebutuhan<br />

konsumsinya dari negeri Malaysia. Artinya,<br />

kata dia, warga desa-desa di Entikong sulit<br />

mengakses wilayah negaranya sendiri untuk<br />

berbelanja atau menjual barang hasil produksi<br />

mereka. “Kebutuhan dasar mereka juga bergantung<br />

pada negara tetangga itu, belum lagi<br />

sarana pendidikan yang juga minim,” ucapnya.<br />

Menurut Andrinof, kalau suatu daerah pertumbuhannya<br />

rendah, otomatis volume ekonominya<br />

juga kecil. Maka, tingkat kesejahteraan<br />

masyarakatnya juga rendah.<br />

Seperti diungkap Kepala Desa Suruh Tembawang<br />

di wilayah kecamatan Entikong, Gak<br />

Mulyadi, ia dan warganya biasa memikul hasil<br />

pertanian menyeberang ke desa-desa Malaysia<br />

yang berdekatan. Di desa-desa Malaysia itu,<br />

jalanan sudah tersambung sehingga lebih memudahkannya<br />

menjual padi atau lada yang ia<br />

panen di beberapa hektare lahan. n<br />

BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

DULU UNTUK BENSIN, SEKARANG<br />

UNTUK PERBATASAN<br />

IWAN ADISAPUTRA/ANTARA<br />

PEMERINTAH MENGGUNAKAN SEKITAR RP 100 TRILIUN<br />

EKS SUBSIDI BENSIN UNTUK JALAN, JEMBATAN, DAN<br />

INFRASTRUKTUR LAIN.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Seorang petugas di pompa<br />

bensin di Pulau Rote, Nusa<br />

Tenggara Timur. Alokasi<br />

subsidi bensin sebagian besar<br />

dialihkan ke infrastruktur.<br />

ANDIKA WAHYU/ANTARA<br />

TANPA hiruk-pikuk, drama sensasional,<br />

atau hujan protes, subsidi<br />

bensin dicabut mulai awal tahun<br />

ini. Kini tinggal konsumen solar<br />

dan minyak tanah yang masih<br />

dibantu pemerintah. Dan ratusan triliun rupiah<br />

duit yang semula untuk subsidi kini menganggur<br />

dan butuh disalurkan. Ke mana uang itu<br />

disalurkan<br />

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro<br />

memberi ancar-ancar bahwa, dari eks<br />

anggaran subsidi sebesar Rp 230 triliun itu,<br />

sekitar separuhnya untuk proyek infrastruktur.<br />

“Tapi angka ini belum final,” ucapnya. Yang jelas,<br />

tiga kementerian akan mendapat kucuran dana<br />

dari eks subsidi bensin ini, yakni Kementerian<br />

Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum<br />

dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian<br />

Pertanian.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Menteri Koordinator<br />

Perekonomian Sofyan Djalil<br />

mengatakan alokasi anggaran<br />

pembangunan infrastruktur<br />

wilayah perbatasan cukup<br />

besar.<br />

Infrastruktur memang menjadi salah satu<br />

titik lemah utama pembangunan Indonesia.<br />

Dalam laporan tahun lalu yang berjudul Indonesia:<br />

Avoiding the Trap, misalnya, Bank Dunia<br />

menyebut kurangnya infrastruktur membuat<br />

pertumbuhan ekonomi tertekan. “Diperkirakan<br />

Indonesia kehilangan setidaknya 1 persen pertumbuhan<br />

ekonomi tiap tahun karena investasi<br />

(infrastruktur) yang rendah ini,” ungkap Bank<br />

Dunia.<br />

Lembaga yang biasa memberi pinjaman bagi<br />

kebutuhan infrastruktur dan program peningkatan<br />

kemakmuran lain ini mengatakan total<br />

anggaran infrastruktur Indonesia kurang dari<br />

4 persen dari produk domestik bruto (PDB).<br />

Padahal yang dibutuhkan setidaknya dua kali<br />

lipat. Saat itu Bank Dunia menyatakan mencabut<br />

subsidi bahan bakar minyak—yang lebih<br />

banyak mengucur ke orang kaya, bukannya<br />

orang tak mampu—bakal memberi ruang lega<br />

bagi infrastruktur.<br />

Bambang memang tidak menjelaskan berapa<br />

jatah untuk infrastruktur perbatasan, yang<br />

sedang digenjot karena menjadi gengsi bangsa.<br />

Tapi Menteri Koordinator Perekonomian<br />

Sofyan Djalil mengatakan alokasi anggaran<br />

pembangunan infrastruktur wilayah perbatasan<br />

cukup besar. “Kita akan gunakan uang itu<br />

untuk bangun jalan, jembatan, rel kereta api,<br />

jalan tol, infrastruktur pertanian, dan pelabuhan,”<br />

ucapnya.<br />

Ia memastikan, dalam APBN Perubahan 2015<br />

yang sedang digodok, pemerintah ingin memastikan<br />

perbatasan harus menjadi serambi<br />

Indonesia yang pantas. “Angkanya saya belum<br />

tahu, pekan depan diajukan ke APBNP,” ucapnya.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Menteri Keuangan Bambang<br />

Brodjonegoro menyebut<br />

sekitar Rp 100 triliun untuk<br />

subsidi BBM dialihkan ke<br />

proyek infrastruktur.<br />

DARREN WHITESIDE/REUTERS<br />

Kesulitan angka ini terjadi karena pemerintah<br />

memang tidak mengelompokkan infrastruktur<br />

perbatasan secara khusus. Menurut<br />

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional<br />

Andrinof Chaniago, angka khusus untuk wilayah<br />

perbatasan itu tak dapat dikelompokkan<br />

secara sederhana, seperti untuk perbatasan<br />

dan nonperbatasan.<br />

“Angka ada, tapi saya enggak hafal. Dia harus<br />

dikelompokkan dulu, berapa anggaran untuk<br />

pembangunan pelabuhan dan bandara perintis<br />

serta anggaran untuk desa-desa perbatasan,<br />

baru kelihatan angkanya,” ucapnya.<br />

Yang jelas, dengan tambahan modal dari anggaran<br />

bekas subsidi ini, pemerintah sekarang<br />

makin leluasa membangun jalan sepanjang<br />

perbatasan darat Indonesia atau membangun<br />

rumah bagi warga-warga di sana agar semakin<br />

kerasan di Indonesia. n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

JANGAN KALAH<br />

DARI NEGERI<br />

JIRAN<br />

INDONESIA tak mau kalah dengan Malaysia<br />

dan negara tetangga lain di sekitar<br />

perbatasan. Sejumlah proyek pun dibangun.<br />

Di Kalimantan, misalnya, tahun ini bakal digelar<br />

proyek besar membuat jalan paralel perbatasan<br />

serta menjadikan jalan akses ke perbatasan<br />

sekelas jalan tol.<br />

A<br />

B<br />

AKSES PERBATASAN SAJINGAN-ARUK<br />

Panjang: 12 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />

AKSES PERBATASAN BALAI KARANGAN-ENTIKONG<br />

Panjang: 19 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />

C<br />

AKSES PERBATASAN MALINAU-LONG MIDANG<br />

Panjang: 192 km, 13 km belum tersambung | Target: Membangun 2 km (11 km terkendala hutan<br />

lindung)<br />

D<br />

MENSALONG- TAU LUMBIS<br />

Panjang: 148 km, belum tersambung 88 km | Target: Membangun 62 km, tersisa 16 km<br />

E<br />

MALINAU-SEI ULAR<br />

Panjang: 235 km jalan | Kondisi saat ini: Seluruhnya tersambung, aspal 142 km dan agregat<br />

93 km | Target: Mengaspal 42 km sehingga agregat tinggal 70 km<br />

KETERANGAN<br />

MALAYSIA<br />

MENSALONG<br />

A<br />

ARUK<br />

B<br />

BALAI KARANGAN<br />

C<br />

LONG MINDANG<br />

3<br />

MALINAU<br />

D<br />

TOU LUMBIS<br />

E<br />

SEI ULAR<br />

1<br />

TEMAJUK<br />

2<br />

NANGA BADAU<br />

TANJUNG SELOR<br />

Kalimantan Utara<br />

PALANGKARAYA<br />

Kalimantan Tengah<br />

SAMARINDA<br />

Kalimantan Timur<br />

PONTIANAK<br />

Kalimantan B arat<br />

BANJARMASIN<br />

Kalimantan Selatan<br />

KETERANGAN<br />

1<br />

TEMAJUK-ENTIKONG<br />

Panjang: 252 km | Kondisi saat ini: Tersambung 102 km dengan 12 km aspal | Target: Membangun<br />

94 km dan mengaspal 20 km<br />

2<br />

ENTIKONG-NANGA BADAU<br />

Panjang: 242 km | Kondisi saat ini: Tersambung 41 km, tanpa aspal sama sekali, terputus 201<br />

km | Target: Bangun 68 km dan mengaspal 18 km<br />

NANGA BADAU-BATAS KALIMANTAN TIMUR<br />

Panjang: 275 km | Kondisi saat ini: Tersambung 203 km dengan aspal 166 km, | belum tersambung<br />

72 km | Target: Hanya pelebaran jalan di ruas yang sudah ada<br />

AKSES PERBATASAN NANGA BADAU-SARAWAK<br />

Panjang: 3,8 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />

3<br />

BATAS KALIMANTAN BARAT-MALINAU<br />

Panjang: 606 km | Kondisi saat ini: 285 km tanpa aspal, terputus 221 km | Target: Bangun 47<br />

km, terputus 150 km<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

TOKO BAN MOTOR<br />

ADU<br />

BALAP<br />

ADU BALAP<br />

TOKO<br />

BAN<br />

MOTOR<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Salah satu outlet Si<br />

Tepat. Pewaralaba toko<br />

ini dijanjikan balik modal<br />

paling lama tiga tahun.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

JARINGAN TOKO BAN SEPEDA MOTOR BERKEMBANG CEPAT. PASAR YANG<br />

SANGAT BESAR MEMBUAT PENDAPATAN PER BULAN BISNIS INI MENCAPAI<br />

RATUSAN JUTA RUPIAH PER TOKO.<br />

HUSSEIN Ahmad menghentikan sepeda<br />

motor matik di depan Si Tepat<br />

Grande di kawasan Bintaro, Jakarta<br />

Selatan. Masuk ke salah satu cabang<br />

toko yang khusus menjual ban, aki, dan<br />

oli untuk sepeda motor itu, Hussein langsung<br />

melihat-lihat jajaran ban yang berjejer rapi di<br />

sana.<br />

“Ada ban tubeless motor matik enggak,<br />

Mas” tanya Hussein kepada salah satu penjaga<br />

toko berseragam hitam dengan tulisan “Si<br />

Tepat” berwarna orange di dadanya. Penjaga<br />

langsung menunjuk sederet ban yang masih<br />

terbungkus plastik. “Ada, Mas,” katanya.<br />

Hussein memilih ban. Dengan cepat dua<br />

mekanik Si Tepat menggunakan mesin khu-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Suasana bengkel sepeda<br />

motor nonresmi. Bengkel ini<br />

jarang yang memiliki mesin<br />

khusus untuk melepas ban<br />

sehingga velg gampang<br />

rusak.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

sus untuk mengganti ban sepeda motornya<br />

dengan jenis tanpa ban dalam alias tubeless.<br />

“Harga ban cukup kompetitif (dengan pesaing),”<br />

katanya, menyebut alasan datang ke<br />

Si Tepat.<br />

Si Tepat memang bukan satu-satunya pemain<br />

toko khusus ban sepeda motor. Malah,<br />

dengan jumlah toko sebanyak 30 buah di<br />

Jakarta dan sejumlah toko lain di Jawa-Bali,<br />

ia masih jauh dibanding pemain utamanya:<br />

Planet Ban. Pesaing ini, Planet Ban, memiliki<br />

toko sampai sekitar 200 buah.<br />

Pasar untuk bisnis ini memang sangat besar.<br />

Penjualan sepeda motor tahun lalu, misalnya,<br />

mencapai 7,7 juta buah. Setiap satu atau dua<br />

tahun, sepeda motor ini membutuhkan ban<br />

baru. Di masa lalu, membeli ban ini hanya di<br />

bengkel resmi, yang pilihannya terbatas dan<br />

harganya lebih mahal.<br />

Atau, alternatif lain, di bengkel nonresmi,<br />

yang sering kali tidak memiliki alat khusus<br />

untuk memasang ban tubeless yang sekarang<br />

populer ini karena tidak langsung gembos saat<br />

kena paku. Tanpa alat khusus, velg bisa bengkok<br />

dan rusak. Padahal velg untuk ban tubeless<br />

mesti sempurna agar angin tidak keluar.<br />

Bagi Planet Ban, ide membuat toko khusus<br />

ban sepeda motor ini tidak datang begitu<br />

saja. Awalnya, mereka membuka toko besar—<br />

ukurannya sekelas hipermarket kecil—di jalan<br />

kecil dekat Tole Iskandar, Depok. Isinya segala<br />

perlengkapan sepeda motor, mulai jaket,<br />

helm, ban, sampai bengkel dan layanan cuci.<br />

Toko itu, bernama Surganya Biker dengan<br />

perusahaan pengelola bernama PT Surganya<br />

Motor Indonesia, berdiri pada 2010. Selain<br />

di Jalan Tole Iskandar arah Cilodong itu, toko<br />

lain dibuka di Kota Harapan Indah, Bekasi.<br />

Tapi, dari 14 jenis produk yang dijual, separuh<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Si Tepat tak hanya menjual<br />

ban, tapi juga aki dan oli.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

penjualan disokong oleh penjualan ban saja.<br />

“Kemudian lahirlah satu konsep ministore,<br />

yang berfokus menyediakan ban,” kata Manajer<br />

Pemasaran dan Komunikasi Planet Ban,<br />

Bagus Ardian. “Jadi, ide dari situ.”<br />

Ministore ini awalnya ditempel di toko Surganya<br />

Biker pada pertengahan 2011. Sekitar<br />

tiga bulan, mereka mulai membuka cabang di<br />

Lenteng Agung dan Kalimalang, dua wilayah<br />

pinggiran Jakarta. Karena sukses, dengan<br />

cepat mereka membuka cabang sehingga<br />

sekarang sampai ratusan itu. Nyaris semua<br />

cabang dimodali sendiri, cuma segelintir yang<br />

menggunakan konsep waralaba. “Hingga<br />

saat ini, Planet Ban baru mewaralabakan lima<br />

toko,” kata Bagus.<br />

Saat ini mereka menjual ban sepeda motor<br />

dari enam pemasok, baik lokal maupun impor,<br />

dengan harga di kisaran Rp 100 ribu sampai<br />

Rp 2 juta satu buah. Awalnya, ban sepeda<br />

motor matik menjadi andalan utama, tapi<br />

sekarang ban sepeda motor sport juga mulai<br />

laris. “Yang agak kurang itu ban sepeda motor<br />

bebek,” ucapnya, menyebut tipe sepeda motor<br />

yang populasinya digencet sepeda motor<br />

matik itu.<br />

Rata-rata setiap toko Planet Ban menjual<br />

1.000-2.000 ban. Dengan harga setidaknya<br />

Rp 100 ribu itu, omzet per bulan minimal Rp<br />

100 juta per toko. Jumlah pemasukan yang<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Deretan ban yang dijual Si<br />

Tepat<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

lumayan untuk sebuah retail kecil.<br />

Jika Planet Ban berawal dari pengembangan<br />

usaha, Si Tepat dimulai dari niat membuka<br />

lapangan kerja bagi para santri oleh PT Bisnis<br />

Solusi Pranata. Budi Sutjiawan, Kepala Divisi<br />

PT Bisnis Solusi Pranata, mengatakan ia diajak<br />

sejumlah pemimpin pesantren Sumatera-<br />

Jawa-Madura untuk menciptakan lapangan<br />

kerja bagi para santri.<br />

Saat itu, 2008, bisnis dimulai dengan toko<br />

suku cadang sepeda motor. Lokasi toko ini<br />

berada di pesantren yang dipimpin Nur Iskandar<br />

di kawasan Banten. Tapi, karena lokasi<br />

toko di sekitar pesantren, bisnis ini tidak berkembang.<br />

“Akhirnya kami tutup karena tak<br />

juga menguntungkan secara bisnis,” ucapnya.<br />

Toko kemudian dipindah ke kawasan Kramat,<br />

Jakarta Pusat. Konsepnya bukan suku<br />

cadang sepeda motor secara umum, melainkan<br />

semacam Shop & Drive tapi bukan untuk<br />

mobil. Shop & Drive adalah toko yang jualan<br />

utamanya adalah aki dan oli.<br />

Toko itu bukan bengkel reparasi. Alasannya<br />

sederhana: mekaniknya tidak perlu dengan<br />

kemampuan tinggi seperti mekanik bengkel<br />

reparasi. “Kalau ganti oli, ban, dan aki, bisa<br />

dilakukan siapa saja dengan keahlian seadanya,”<br />

ucapnya.<br />

Jualan lain mereka adalah pelayanan. Kepala<br />

toko Si Tepat Grande Bintaro, Aziz Zamara,<br />

mengatakan, “Bisa memasang ban, mengganti<br />

oli dan aki lebih cepat dan tepat pasti<br />

memuaskan konsumen.”<br />

Toko di Kramat itu berkembang terus,<br />

sehingga sekarang sudah mencapai sekitar<br />

30 buah, yakni, selain di Jakarta, ada di Yogyakarta<br />

dan Bali. Setiap toko, menurut Aziz,<br />

berpenghasilan Rp 100-150 juta. “Setiap toko<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Mekanik Planet Ban sedang<br />

mengganti ban sepeda<br />

motor bebek. Selain menjual<br />

ban, jaringan toko ini<br />

menjual oli.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

mampu mencatat 1.600-1.700 item barang<br />

terjual setiap bulannya,” ucapnya. Jumlah toko<br />

ini naik-turun, kadang karena salah hitung<br />

lokasi, ada pula yang habis kontrak lahan.<br />

Saat ini mereka menawarkan bisnis ini dalam<br />

bentuk waralaba kepada para karyawan<br />

perusahaan besar yang pensiun. Yang penting<br />

ada lahan—baik milik sendiri atau sewa.<br />

“Ukuran bangunan minimumnya 9 x 4 meter,<br />

sementara tanahnya 12 x 4 meter juga cukup,”<br />

ucapnya. Di samping itu, mesti menyetor Rp<br />

225 juta.<br />

Setiap pewaralaba akan mendapatkan stok<br />

barang Rp 50 juta. Pewaralaba bisa menentukan<br />

empat karyawan yang direkrut. Setelah<br />

berjalan, toko akan menyerahkan 3 persen<br />

hasil penjualan kepada mereka. Ia menjamin,<br />

sebelum memasuki kerja sama di tahun ketiga,<br />

setiap toko telah mampu mengembalikan<br />

modal pewaralaba. “Bahkan beberapa toko<br />

kami tak sampai 2 tahun,” ucapnya.<br />

Meski ada jaringan toko ban dengan konsep<br />

modern ini, toko tradisional yang cukup bagus<br />

mengambil segmen pasar masih bisa bertahan.<br />

Gideon Mario, misalnya, yang membuka toko<br />

ban di sekitar Bintaro, Jakarta Selatan. Pemuda<br />

27 tahun ini berkonsentrasi pada ban dan suku<br />

cadang Vespa, meski merek lain juga dilayani.<br />

Tahun lalu, Mario berhasil membukukan<br />

transaksi senilai Rp 350-400 juta sebulan<br />

dari penjualan ban, saat ini hanya di kisaran<br />

Rp 250 juta hingga Rp 300 juta sebulan.<br />

Mario belum mau membuka cabang tokonya<br />

di tempat lain. “Belum ada modal,” ucapnya<br />

sembari tertawa. n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

MENUNGGU<br />

DERU-DERU<br />

DIESEL<br />

KEBIJAKAN HARGA BARU<br />

BAHAN BAKAR MINYAK<br />

TAK LANGSUNG MEMBUAT<br />

PERMINTAAN MOBIL DIESEL<br />

SEDIKIT NAIK. KONSUMEN<br />

MASIH TERPENGARUH<br />

KENAIKAN HARGA BBM PADA<br />

NOVEMBER 2014.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Salah satu mobil SUV<br />

bermesin diesel<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

ASNAWI membuka kios di lantai<br />

7 kompleks bursa mobil bekas<br />

WTC Mangga Dua, Jakarta Utara.<br />

Dibantu dua rekannya, pedagang<br />

mobil ini membersihkan dan membuat kinclong<br />

kembali sederet mobil MPV dan SUV,<br />

yang tiga hari telantar karena ditinggal liburan<br />

akhir tahun.<br />

Tapi pergantian tahun ini tidak hanya membuat<br />

debu di mobil-mobil bekas yang ia jual<br />

sedikit sempat menebal. Selera konsumen<br />

juga agak berubah. Dari barang dagangannya,<br />

setidaknya ada dua SUV diesel dan<br />

dua MPV diesel. Biasanya ia hanya menyetok<br />

dua mobil diesel saja. Penyebabnya, sejak<br />

bulan sebelumnya, sejumlah calon pembeli<br />

mencari mobil diesel. “Ada yang cari mobil<br />

MPV diesel merek tertentu, tapi di tempat<br />

saya enggak jual, jadi saya lempar ke teman<br />

yang jual,” ujar Asnawi.<br />

Kondisi yang dialami Asnawi boleh jadi karena<br />

dampak dari kebijakan pemerintah yang<br />

satu setengah bulan lalu menaikkan harga<br />

bahan bakar minyak dan tahun ini melepas<br />

subsidi bensin. Sedangkan untuk solar, pemerintah<br />

masih memberi subsidi Rp 1.000 per<br />

liter. Selain itu, untuk mobil seukuran, mesin<br />

solar jauh lebih hemat dibanding bensin.<br />

Kelas low MPV, misalnya. Seliter bensin bisa<br />

mencapai 12-13 kilometer, tapi seliter solar<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Pameran mobil bekas di<br />

Surabaya beberapa waktu lalu.<br />

Penjualan mobil bekas ikut<br />

tertekan naiknya harga bahan<br />

bakar minyak, meski sekarang<br />

sedikit turun.<br />

ERIC IRENG/ANTARA FOTO<br />

bisa mencapai 18-20 kilometer.<br />

Alasan serupa diungkap Herjanto Kosasih,<br />

Senior Marketing Manager Bursa Mobil<br />

Bekas WTC Mangga Dua. Ia mengatakan,<br />

“Solar sekarang sudah turun dan harganya<br />

masih disubsidi, itu kan otomatis banyak<br />

dicari orang.”<br />

Meski optimistis, Herjanto tidak mau muluk-muluk<br />

memasang target penjualan mobil<br />

diesel bekas tahun ini di bursa mobil bekas<br />

WTC Mangga Dua. Sebab, konsumen juga<br />

masih dalam tahap pemulihan untuk membeli<br />

mobil karena sebelumya, pada 17 November<br />

2014, pemerintah sempat menaikkan harga<br />

bensin dan solar. “Perkiraan, ya antara 5 persen<br />

sampai 10 persen dari target penjualan<br />

tahun ini sebanyak 35 ribu unit mobil second,”<br />

ujarnya.<br />

Masa pemulihan juga menjadi alasan distributor<br />

resmi enggan jorjoran mendongkrak<br />

target penjualan mobil die sel. Salah satunya<br />

PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors,<br />

pemegang merek Mitsubishi di Indonesia,<br />

yang sukses besar menjual varian diesel SUV<br />

mereka, Pajero.<br />

Rizwan Alamsjah, Executive Marketing Director<br />

Krama Yudha, mengatakan kebijakan<br />

pemerintah terhadap harga solar memang<br />

membawa angin segar bagi konsumen untuk<br />

membeli mobil diesel sehingga akan men-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Kendaraan diesel di antara<br />

antrean mobil di Pelabuhan<br />

Merak, Banten, beberapa<br />

waktu lalu.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

dongkrak penjualan.<br />

Namun, menurut Rizwan, saat ini pasar<br />

sedang dalam recovery process atau masa<br />

pemulihan setelah dihantam kenaikan harga<br />

BBM bersubsidi. Butuh waktu minimal tiga<br />

bulan sebelum penjualan mobil kembali bergairah.<br />

Kondisi ini tentu berdampak kurang<br />

baik terhadap kinerja mereka pada kuartal<br />

pertama tahun ini. “Target kita, untuk mobil<br />

penumpang diesel, masih tetap 1.000 unit<br />

setiap bulan tahun ini,” tutur Rizwan.<br />

Pemegang merek lain, yakni PT Isuzu Astra<br />

Motor Indonesia, juga tidak memasang<br />

target penjualan tinggi terhadap mobil diesel<br />

penumpang. Menurut Marketing Director<br />

Isuzu Astra Motor Indonesia, Supranoto<br />

Tirtodiprodjo, penjualan mobil Isuzu tahun<br />

ini diharapkan mencapai 35 ribu unit dari<br />

sebelumnya 28 ribu unit. Dari total itu, sebanyak<br />

60 persen sampai 65 persen masih<br />

didominasi mobil diesel komersial, sedangkan<br />

35-40 persen sisanya adalah mobil die sel<br />

penumpang.<br />

Target penjualan mobil diesel penumpang<br />

belum berubah menjadi lebih tinggi karena<br />

mereka masih melihat dampak dari kebijakan<br />

harga solar selama satu tahun ini. Sedangkan<br />

penjualan mobil diesel komersial lebih tinggi<br />

karena tidak terpengaruh dengan naik atau<br />

turunnya harga BBM, melainkan faktor kegi-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Varian SUV dari Isuzu,<br />

pabrik yang spesialisasinya<br />

membuat mobil diesel.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

atan ekonomi berupa supply and demand.<br />

Artinya, selama ada permintaan dan pasokan<br />

barang kebutuhan masyarakat, tetap<br />

diperlukan mobil diesel komersial sebagai<br />

sarana pengangkutan. “Selain itu, dengan<br />

pemerintah yang baru ini, sektor infrastruktur<br />

dan logistik akan berkembang sehingga<br />

membutuhkan banyak truk,” tutur Supranoto.<br />

Meski butuh waktu untuk kembali bergairah,<br />

Supranoto mengatakan, mobil diesel masih<br />

dilirik sebagai pilihan kendaraan pribadi.<br />

Selain karena ditunjang kebijakan harga solar<br />

yang masih disubsidi, faktor irit BBM juga<br />

menjadi nilai lebih mobil diesel dibanding<br />

mobil bukan diesel.<br />

Faktor lainnya, saat ini teknologi mobil diesel<br />

semakin canggih sehingga membuat getaran<br />

semakin kurang saat melaju kencang maupun<br />

suara bising semakin kecil terdengar. “Teknologi<br />

mobil diesel kan semakin bagus, sehingga<br />

ke depan masih menjanjikan untuk kendaraan<br />

pribadi,” kata Supranoto. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali<br />

THE GREATEST<br />

KHALAYAK penggemar tinju di dunia<br />

mencintai Muhammad Ali karena pertandingannya<br />

selalu asyik ditonton. Di<br />

atas ring, dia bak penari. “Melayang<br />

seperti kupu-kupu, menyengat bagai<br />

lebah,” begitu strateginya. Dari 61 pertandingan,<br />

Ali 37 kali menang KO dan 19<br />

kali menang angka. Sejak 1983, ia terus<br />

berjuang melawan parkinson yang diidapnya.<br />

Pada 17 Januari nanti, ia berusia<br />

73 tahun. Dirgahayu Ali, God bless<br />

you....<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

ALI<br />

SANG NABI<br />

DI RING<br />

TINJU<br />

SEJAK KANAK-KANAK BERAMBISI<br />

MENJADI JUARA DUNIA, ALI<br />

MEWUJUDKANNYA DI BAWAH<br />

ASUHAN ANGELO DUNDEE.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Poster promosi pertandingan<br />

George Foreman melawan<br />

Muhammad Ali di Zaire<br />

(sekarang Republik Demokratik<br />

Kongo).<br />

AKU akan melayang seperti kupukupu,<br />

menyengat bak lebah. Tangannya<br />

tak akan bisa memukul,<br />

dan matanya tak bisa melihat.” Muhammad<br />

Ali, 32 tahun, yang dijuluki si Mulut<br />

Besar, mengungkapkan strateginya itu<br />

saat akan menantang petinju muda juara<br />

dunia bertahan kelas berat, George<br />

Foreman, pada 30 Oktober 1974 di pedalaman<br />

Afrika Tengah, Kinshasa, Zaire<br />

(sekarang Republik Demokratik Kongo).<br />

Karena berlangsung di pedalaman,<br />

media menyebut pertarungan ini sebagai<br />

Rumble in the Jungle. Di atas ring,<br />

Ali benar-benar memperlihatkan strateginya<br />

itu. Ia terus bergerak memutari<br />

ring dan membuat lawan memukul angin.<br />

Sedangkan jab tangan kanan-kirinya kerap<br />

meluncur dengan cepat dan keras ke arah<br />

wajah George.<br />

Selain lincah bergonta-ganti posisi kudakuda<br />

secara berulang-ulang sehingga terkesan<br />

melayang, Ali menerapkan strategi bertahan<br />

dengan bersandar pada tali ring. Lawan<br />

yang merasa berhasil menyudutkannya selalu<br />

membombardir dengan pukulan terbaik mereka.<br />

Ketika stamina lawan terkuras, giliran dia<br />

balas mencecarnya hingga ambruk. George,<br />

yang tujuh tahun lebih muda, tersungkur sebelum<br />

bel ronde kedelapan berdentang. Gaya<br />

bertandingnya yang khas itu terus dikenang<br />

dan menjadi ciri khasnya, yang membuat khalayak<br />

asyik menontonnya.<br />

George Foreman, yang meraih medali emas<br />

pada Olimpiade 1968, amat menghormati Ali,<br />

yang meraih medali emas Olimpiade 1968. Ia<br />

menyebut lawannya itu sebagai “Anugerah<br />

bagi Dunia”. Bagi George, bekas lawan tandingnya<br />

itu tak cukup hanya dinilai di atas ring.<br />

Sebab, sikap, ucapan, perilaku, dan keberaniannya<br />

di luar ring turut berpengaruh. “Ia ibarat<br />

seorang nabi, pahlawan. Dan ia revolusioner,”<br />

ujarnya kepada Daily Mail, 16 Januari 2012.<br />

Lebih dari 30 tahun setelah pertandingan<br />

bersejarahnya itu, George mengaku hubungannya<br />

dengan Ali kini amat dekat. Keduanya<br />

biasa saling berkirim pesan dan foto cucu lewat<br />

telepon seluler. “Kami teramat dekat, lebih<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

dekat ketimbang warna putih dari sebutir beras,”<br />

ujar George.<br />

l l l<br />

Perkenalan Ali dengan tinju dimulai pada<br />

usia 12 tahun. Pemicunya adalah ketika sepeda<br />

hadiah ulang tahun dari ayahnya digondol maling.<br />

Sembari berurai air mata, ia mendatangi<br />

pos polisi. Tapi Joe Martin, petugas yang piket<br />

dan dikenal sebagai pelatih tinju, malah mengajaknya<br />

ikut berlatih tinju agar bisa memukuli<br />

si pencuri. Sejak itu tinju menjadi bagian dari<br />

hidupnya.<br />

Temannya di masa kecil, Lawrence Montgomery<br />

Sr, adalah salah seorang yang pertama<br />

merasakan kerasnya pukulan jab Ali. Ia biasa<br />

diminta Ali menahan pukulan-pukulannya<br />

dengan kedua telapak tangannya. Ketika Ali<br />

kecil mengungkapkan ambisinya menjadi juara<br />

dunia tinju kelas berat, ia menepisnya. “Man,<br />

sebaiknya kau buang jauh-jauh pikiran itu,”<br />

ujar Montgomery seperti ditulis Associated<br />

Press, 10 Januari 2012.<br />

Tapi ia keliru. Temannya itu rupanya bersungguh-sungguh<br />

mewujudkan ambisinya itu.<br />

Ia tekun berlatih fisik dan bekerja keras untuk<br />

itu. Ketimbang naik bus ke sekolah, Ali kecil<br />

lebih suka berlari sejauh 6 kilometer untuk<br />

melatih kecepatan. “Kami yang naik bus akan<br />

sama tibanya di sekolah dengan dia yang berlari,”<br />

kata Shirlee Smith, yang lulus bersamaan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali memukul roboh George<br />

Foreman sebelum bel ronde<br />

ke-8 berdentang.<br />

AP<br />

dengan Ali dari SMA Louisville pada 1960.<br />

“Di malam hari, ketika pulang kerja mengantar<br />

surat-surat pos, saya biasa melihat dia<br />

berlari lima kali mengelilingi taman. Mungkin<br />

sekitar 8 kilometer kalau ditotal jaraknya,” kata<br />

Montgomery. “Sikap dan perilakunya menjadi<br />

teladan kami. Ali orang yang teguh memegang<br />

prinsip,” tuturnya.<br />

Di masa remaja, Ali memilih Victor Bender<br />

sebagai mitra latihnya. Hanya, Bender kemudian<br />

memilih berkarier sebagai pemain bola<br />

basket dan bola kaki Amerika. Saat masih di<br />

bangku SMA, Ali, yang sudah berusia 18 tahun,<br />

meraih dua medali emas untuk kejuaraan tinju<br />

tingkat nasional. Dan, setelah lulus dari SMA<br />

pada 1960, ia meraih medali emas Olimpiade<br />

di Roma.<br />

Berbeda dengan penampilannya di ring<br />

tinju, saat masih di sekolah, Ali dikenal sebagai<br />

murid yang pemalu. “Dia bukan tipe lelaki yang<br />

suka menggoda perempuan,” kata Smith.<br />

Ali pindah ke Miami pada awal 1960, tapi ia<br />

tak pernah melupakan tetangganya di Louisville.<br />

Ketika bertandang dengan mobil Cadillac<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali menyapa para<br />

penggemar yang<br />

menyambutnya di sepanjang<br />

jalan Kinshasa, Zaire.<br />

AP<br />

Convertible, Ali biasa singgah ke beberapa<br />

tetangga dekatnya. Kini ia bersama istri keempatnya,<br />

Lonnie, memiliki rumah di Michigan,<br />

Arizona, dan Louisville.<br />

l l l<br />

Di balik kesuksesan Ali, ada pelatih Angelo<br />

Dundee yang memoles kemampuan teknis,<br />

sekaligus menjadi motivator Ali. Dundee<br />

mengenang anak asuhnya itu punya kepercayaan<br />

diri amat besar. Tak mengherankan bila<br />

sebagian orang menjulukinya si Mulut Besar.<br />

Ali menemui Dundee setelah memenangi<br />

medali emas pada Olimpiade di Roma, 1960.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Saya Cassius Clay,<br />

dan saya akan menjadi<br />

juara dunia tinju kelas<br />

berat berikutnya.<br />

Saat pertama kali memperkenalkan diri via<br />

telepon, Ali berujar, “Saya Cassius Clay, dan<br />

saya akan menjadi juara dunia tinju kelas<br />

berat berikutnya.”<br />

“Salah satu momen terbaik saya bersama Ali<br />

adalah ketika dia mengalahkan (Sonny) Liston<br />

di Miami. Kala itu, tak seorang pun percaya dia<br />

bakal mampu melakukannya,”<br />

kata Dundee kepada espn.com.<br />

“Kalau momen terburuk, tentu<br />

saja ketika Larry Holmes mengalahkannya<br />

di Las Vegas. Saya<br />

sebetulnya sudah meminta wasit<br />

menghentikan pertandingan,<br />

tapi nyatanya terus berlangsung<br />

dan Ali kalah.”<br />

Dundee berpulang selang dua pekan setelah<br />

turut menghadiri perayaan ulang tahun Ali<br />

ke-70 pada 17 Januari 2012. Ia mengembuskan<br />

napas terakhir akibat serangan jantung pada<br />

usia 90 tahun.<br />

Dalam karier profesionalnya, Muhammad Ali<br />

mencatatkan rekor 61 pertandingan dengan<br />

56 kemenangan (37 knockout dan 19 menang<br />

angka) serta 5 kekalahan. Ia kehilangan 3 kali<br />

gelar juara dunia. Pada 1999, Sports Illustrated<br />

menganugerahi Ali gelar Sportsman of the<br />

Century.<br />

Ali mengaku mulai menyadari tinju sebagai karier<br />

dalam hidupnya setelah meraih medali emas<br />

di Olimpiade Roma pada 1960. “Hal itu benarbenar<br />

menyadarkan saya bahwa inilah peluang<br />

karier saya. Medali itu menjadi semacam segel<br />

pada dirinya untuk senantiasa menjadi sang<br />

juara,” tuturnya kepada Oprah Winfrey.<br />

Beranjak senja, sambil terus melawan parkinson<br />

yang diidapnya sejak 1984, Ali mengabdikan<br />

sisa hidupnya untuk kemanusiaan. Setiap<br />

kali menyambangi kantornya, Muhammad<br />

Ali Center, yang didirikan pada 2006, ia biasa<br />

memeriksa surat-surat elektronik yang masuk<br />

dan pesan-pesan suara di telepon.<br />

Ali, kata Hana Yasmeen Ali, putri Ali dari<br />

istri ketiganya, selalu berusaha menjawab sendiri<br />

surat atau pesan yang masuk. “Hai, saya<br />

Muhammad Ali, dan sudah menerima pesan<br />

Anda.”<br />

Saat masih berusia 13-14 tahun, Hana me-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Bersama sang pelatih,<br />

Angelo Dundee<br />

AP<br />

lanjutkan, dirinya kerap diajak berjalan-jalan<br />

oleh sang ayah. Bila melihat telepon umum,<br />

Ali biasa membuka-buka buku telepon lalu<br />

menghubungi nomor-nomor tertentu secara<br />

acak untuk sekadar mengucapkan, “Halo, ini<br />

Muhammad Ali.” “Dia benar-benar senang<br />

memberikan kejutan kepada orang lain,”<br />

kata Hana kepada Deborah Caldwell, editor<br />

senior Beliefnet.<br />

Begitupun saat di dalam kendaraan, sang<br />

ayah biasa merapatkan wajahnya ke jendela<br />

bila berpapasan dengan orang-orang yang mengemudi<br />

di sebelahnya atau yang berpapasan.<br />

“Mereka biasanya senang begitu tahu itu adalah<br />

Ali, dan mengurangi kecepatan mobilnya.<br />

Tapi jelas itu amat berbahaya bila sedang di<br />

jalur tol,” ujarnya. n<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT | GUARDIAN | DAILY MAIL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

MASUK<br />

ISLAM,<br />

MENOLAK<br />

PERANG<br />

VIETNAM<br />

SEORANG WARGA AMERIKA YANG BARU SAJA<br />

MENDAPATKAN MEDALI EMAS OLIMPIADE<br />

TAPI TAK BISA MENIKMATI HAMBURGER<br />

HANYA KARENA IA KULIT HITAM.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Muhammad Ali melawan Ernie<br />

Terrell di Houston, 1967.<br />

AP<br />

CASSIUS Clay adalah nama seorang<br />

budak. Saya tidak mau memilih dan<br />

tidak menginginkannya. Saya adalah<br />

Muhammad Ali, sebuah nama yang<br />

bebas. Saya mau semua orang menyapa dengan<br />

nama itu saat berbicara atau membicarakan<br />

tentang saya.”<br />

Pergantian nama dari Cassius Marcellus Clay<br />

Junior menjadi Muhammad Ali itu dilakukan<br />

beberapa saat setelah Ali mengkanvaskan petinju<br />

juara dunia kelas berat Sonny Liston, yang<br />

sempat membuatnya gentar, di ronde ketujuh<br />

pada 25 Februari 1964. Hal itu sekaligus memproklamasikan<br />

dirinya sebagai muslim.<br />

Para penggemarnya banyak yang kecewa<br />

atas keputusan tersebut. Tapi Ali tak peduli.<br />

Bahkan, ketika petinju Ernie Terrell tetap memanggilnya<br />

Cassius, dia benar-benar murka.<br />

Dengan nada membentak, ia bertanya kepada<br />

Terrell, “Siapa namaku, bodoh” Kemarahan<br />

itu berlanjut dengan menjadikan Terrell bulanbulanan<br />

di atas ring.<br />

Butuh waktu tiga tahun bagi Ali untuk<br />

meyakinkan diri dan belajar tentang Islam.<br />

Pemicunya tak lain adalah sikap diskriminatif<br />

di lingkungan tempatnya tinggal, Louisville.<br />

Betapa tidak, medali emas Olimpiade yang diraihnya<br />

dalam Olimpiade di Roma pada 1960<br />

di usia 18 tahun ternyata tak berdampak apaapa<br />

terhadap eksistensi dirinya. Sebagai orang<br />

kulit hitam, Ali tetap dihinakan. Menjadi warga<br />

kelas dua yang tak pantas sekadar untuk me­<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali dan George Foreman<br />

berpose bersama saat tiba di<br />

pesta Vanity Fair Oscar.<br />

EJ FLYNN/AP<br />

mesan dua buah hamburger di sebuah restoran.<br />

“Kami tidak melayani orang-orang Negro,”<br />

begitu jawab si pelayan.<br />

Cassius pun membalas, “Baiklah, karena<br />

saya pun tak pernah memakan makanan orang<br />

kulit putih.” Si pemilik restoran mengusirnya,<br />

dan Cassius pergi dengan masygul. Dari atas<br />

jembatan Sungai Ohio, ia melemparkan medali<br />

emas Olimpiade yang didapatnya ke sungai.<br />

“Saya teramat kecewa. Seorang warga<br />

Amerika yang baru saja mendapatkan medali<br />

emas Olimpiade bagi negerinya tapi tak bisa<br />

menikmati hamburger hanya karena ia kulit<br />

hitam,” katanya dalam wawancara dengan<br />

Oprah Winfrey, yang termuat dalam majalah<br />

O edisi Juni 2001.<br />

Meski sikap diskriminatif sudah lama dirasakan<br />

dalam kehidupan sosialnya di Louisville,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Saya teramat kecewa.<br />

Seorang warga<br />

Amerika yang baru saja<br />

mendapatkan medali emas<br />

Olimpiade bagi negerinya<br />

tapi tak bisa menikmati<br />

hamburger hanya karena ia<br />

kulit hitam.<br />

insiden di restoran itu begitu membekas. Kondisi<br />

itu membuat Cassius mulai terpikat pada<br />

pidato-pidato tokoh muslim kulit hitam, Elijah<br />

Muhammad. Tokoh muslim dari Nation of Islam<br />

(NOI) itu kerap menyuarakan isu kesetaraan<br />

dan menolak keras sikap diskriminatif.<br />

Cassius Clay (Jr) lahir dari<br />

keluarga Kristen pada 17<br />

Januari 1942 di Louisville,<br />

Kentucky, Amerika Serikat.<br />

Ayahnya, Cassius Clay, dan<br />

ibunya, Odetta. Sang ayah<br />

dikenal sebagai pelukis<br />

papan reklame, sementara<br />

ibunya bekerja sebagai<br />

pembantu rumah tangga.<br />

Pada 1961, Cassius berkenalan<br />

langsung dengan<br />

Elijah Black Moslem, yang memimpin gerakan<br />

pengajaran muslim dan kesetaraan hak di<br />

kalangan kulit hitam Amerika.<br />

Kala itu, kepadanya Elijah berkata, “Kenapa<br />

kita disebut Negro Kalau orang Cina, Rusia,<br />

Jerman, India itu karena negara asal-usul leluhurnya.<br />

Tapi apa nama negara untuk kaum<br />

Negro”<br />

Cassius pun tersadarkan bahwa nama lahirnya,<br />

Cassius Marcellus Clay Junior (Jr), adalah<br />

nama pemberian orang Eropa yang menjadi<br />

majikan orang tuanya. Banyak orang kulit<br />

hitam di Negeri Abang Sam memiliki nama<br />

budak.<br />

Pidato-pidato Elijah menggugah kesadarannya.<br />

Diam-diam dia begitu mengagumi Elijah<br />

dan tertarik untuk mempelajari Islam di bawah<br />

bimbingan Kapten Sam Saxon (sekarang<br />

Abdul Rahman), yang dijumpai Clay di Miami<br />

pada 1961. Ia juga mencari bimbingan dan saran<br />

dari Malcolm X—tokoh NOI lainnya—yang<br />

dijumpainya di Detroit pada awal 1962. “Saya<br />

memeluk Islam karena mengikuti kata hati,<br />

bukan karena paksaan Elijah,” ujarnya.<br />

Ketika menantang juara dunia kelas berat<br />

Sonny Liston, Cassius mengaku galau. Rasa<br />

takut sempat menyergapnya. Untunglah,<br />

sehari menjelang pertandingan, Malcolm X<br />

datang menemui dan memberikan semangat<br />

kepadanya. Kepercayaan diri Cassius bangkit<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali bersama istrinya, Lonnie,<br />

dan promotor Don King tiba<br />

di Berlin untuk menyaksikan<br />

pertandingan putrinya, Laila,<br />

melawan Asa Maria Sandell<br />

asal Swedia, 17 Desember<br />

2005.<br />

GETTY IMAGES<br />

dan akhirnya berhasil mengkanvaskan Sonny<br />

di ronde ketujuh pada 25 Februari 1964.<br />

Tiga tahun setelah masuk Islam, Ali menolak<br />

panggilan negara untuk mengikuti wajib militer<br />

ke Vietnam. Ali berargumen, Islam melarang<br />

memerangi siapa pun yang tidak memeranginya.<br />

“Aku tidak punya masalah dengan Vietkong,”<br />

ujarnya. Atas sikapnya itu, ia pun harus<br />

berurusan dengan aparat hukum. Pengadilan<br />

menyatakan Ali bersalah dan mencabut gelar<br />

juara dunia yang didapatnya. Pengadilan juga<br />

melarangnya bertinju selama 3,5 tahun. Tak<br />

cuma itu. Ali juga harus menghadapi berbagai<br />

ancaman pembunuhan sehingga harus mendapat<br />

pengawalan dari para agen FBI.<br />

Seiring perjalanan keimanannya, Ali kemu­<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

dian lebih mendalami sufi. Dari sederet buku<br />

tentang sufi, sebuah buku karya Hazrat Inayat<br />

Khan adalah favoritnya. “Itu buku tua, kertasnya<br />

sudah menguning dan halaman-halamannya<br />

di sana-sini sudah sobek. Tapi ayah<br />

selalu menyebutnya sebagai buku terbaik di<br />

dunia,” ujar Hana Yasmeen Ali, putri Ali dari istri<br />

ketiganya, kepada Deborah Caldwell, editor<br />

senior Beliefnet.<br />

Meski penyakit parkinson mengurangi daya<br />

geraknya, sebagai muslim Ali selalu berusaha<br />

salat tepat waktu meski harus melakukannya<br />

sambil duduk di kursi. Ada kalanya Ali<br />

menyempatkan diri untuk salat berjemaah<br />

di masjid terdekat di Chicago. Tapi hal itu<br />

membuatnya dilematis, karena jemaah terlalu<br />

padat sedangkan Ali tak ingin kehadirannya<br />

mengganggu kekhusyukan ibadah mereka.<br />

“Berada di dekatnya, Anda akan merasa se­<br />

Ali merebut gelar juara dunia<br />

tinju kelas berat untuk pertama<br />

kalinya dari Sonny Liston, 25<br />

Februari 1964.<br />

GETTY IMAGES<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Angelo Dundee saat menghadiri<br />

ulang tahun Ali ke-70, 17<br />

Januari 2012.<br />

AP<br />

olah para malaikat mengelilinginya,” ujar Hana<br />

menggambarkan sosok sang ayah yang amat<br />

religius. “Ayah menyayangi sesama, banyak<br />

melakukan kegiatan sosial, dan mendorong<br />

banyak orang senantiasa rajin mendekatkan<br />

diri kepada Tuhan.”<br />

Ketika terjadi peristiwa 11 September 2001,<br />

Ali tampil ke publik dan menyatakan para<br />

pelaku teror itu tidak mewakili Islam. Mereka<br />

keliru dalam memahami Islam secara benar.<br />

“Islam adalah agama yang damai dan cinta<br />

kedamaian,” terangnya. Lima tahun kemudian,<br />

Muhammad Ali mendirikan Muhammad Ali<br />

Center untuk mempromosikan toleransi, saling<br />

menghormati, dan pengembangan prestasi<br />

pribadi. n SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

MEMOAR<br />

RIZAL FAIZAL FB<br />

EMPAT PAWANG<br />

DEMI ALI DI SENAYAN<br />

SAAT MELAWAN RUDI LUBBERS DARI BELANDA, ALI<br />

SESUMBAR AKAN MENJADI WNI BILA SAMPAI KALAH.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

POSTER/WEBGALLERIA<br />

MESKI malam Minggu, suasana<br />

Kota Jakarta pada 20 Oktober<br />

1973 lengang tak seperti biasanya.<br />

Sejumlah jalan protokol, di antaranya<br />

Sudirman, Thamrin, dan Diponegoro, sepi<br />

sejak magrib menjelang. Kebanyakan warga<br />

memilih berkumpul di depan layar televisi<br />

di rumah atau kelurahan. Malam itu, petinju<br />

legendaris Muhammad Ali akan bertanding<br />

di Istora Senayan, Jakarta, melawan petinju<br />

Belanda, Rudi Lubbers.<br />

“Rudi Lubbers kalah angka dalam 12 ronde. Dia<br />

memang bukan lawan sepadan Ali,” kata mantan<br />

petinju nasional Syamsul Anwar Harahap. “Ali<br />

mestinya bisa meng-KO Rudi, tapi tak dilakukannya<br />

karena dia ingin menghibur penonton yang<br />

mengidolakannya,” ujar juara tinju amatir nasional<br />

kelas welter-ringan pada 1972-1981 itu.<br />

Berbeda dari kebiasaannya, Ali tidak<br />

memulai pertandingan dengan menari-nari<br />

sambil melontarkan jab andalannya. Ia cuma<br />

melontarkan hook pendek. Ronde demi ronde<br />

dikuasai Ali. Pada ronde ke-9, mata kiri Rudi<br />

mulai bengkak. Tiga hakim memenangkan<br />

Ali, yakni Lim Kee Chan memberi penilaian<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

WIKI<br />

DALAM WAKTU SINGKAT,<br />

IA BISA MENJADI PETINJU<br />

TERNAMA.<br />

59-52, Schneiders 60-45, dan Leon Johanes<br />

60-47.<br />

Sebelum bertanding, dalam jumpa pers<br />

di TVRI kala itu, Ali mengaku mendapatkan<br />

bayaran US$ 200 ribu. Tapi yang masuk ke<br />

kantongnya cuma US$ 30 ribu. Sebab, pemerintah<br />

Amerika Serikat menarik pajak darinya<br />

sebesar US$ 100 ribu, pelatihnya Angelo<br />

Dundee meminta honor US$ 10 ribu, dan istrinya<br />

mendapatkan US$ 20 ribu, belum untuk<br />

yang lain-lain. “Kalau sampai kalah, saya tidak<br />

mau kembali ke Amerika. Saya mau tinggal<br />

menjadi warga negara Indonesia,” ujarnya<br />

berseloroh.<br />

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika<br />

(sekarang BMKG) memprediksi Sabtu<br />

malam cuaca di atas Jakarta berawan<br />

disertai hujan lokal. Karena itu, promotor<br />

Sumantri mendatangkan empat pawang<br />

hujan dari Aceh, Banten, Jawa Timur, dan<br />

Maluku.<br />

Seusai pertandingan, Ali memberi komentar<br />

pendek. Ia merasa dirinya seperti Cassius Clay<br />

muda ketika menghancurkan Floyd Patterson.<br />

Ali juga memuji Rudi sebagai lawan yang tangguh.<br />

“Dalam waktu singkat, ia bisa menjadi<br />

petinju ternama,” ujarnya.<br />

Bagi Syamsul, Ali adalah petinju yang punya<br />

target dan strategi untuk membuktikannya. Ia<br />

juga biasa mempelajari watak lawannya. Ketika<br />

menghadapi George Foreman, misalnya, Ali<br />

lebih banyak menguras energi lawannya itu<br />

dengan ejekan. “Semakin marah Foreman,<br />

semakin habis tenaganya.”<br />

Fino Manullang, wartawan yang banyak<br />

menulis tentang tinju, punya penilaian senada<br />

dengan Syamsul. Ia merasakan karisma Ali<br />

tak sebatas di dunia tinju, tapi juga di cabang<br />

olahraga lain. Setiap kali Ali bertanding, yang<br />

umumnya berlangsung siang hari di Indonesia,<br />

kata Fino, suasana Jakarta pasti lengang.<br />

“Aktivitas di Pasar Senen dan Glodok berhenti<br />

sementara. Masyarakat biasanya menonton<br />

dari layar televisi di kelurahan,” ujar Fino.<br />

“Sekolah dan perkantoran tak libur, tapi banyak<br />

yang bolos,” tuturnya seraya terbahak.<br />

Selain ke Jakarta, Ali melakukan pertandingan<br />

ekshibisi dengan dua mitra latihnya, Alonzo<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

BIOGRAPHY<br />

YOUTUBE<br />

Johnson dan Tony Doyle, selama<br />

lima ronde di Surabaya<br />

pada 14 Oktober 1973.<br />

Kunjungan ke Indonesia<br />

dilanjutkan ke Singapura<br />

pada 23 Oktober,<br />

Malaysia (24 Oktober),<br />

Hong Kong (26 Oktober),<br />

dan Osaka (29<br />

Oktober).<br />

Namun ekshibisi<br />

di Kuala Lumpur<br />

dan Hong Kong entah kenapa ternyata kurang<br />

diminati publik. Di Malaysia, panitia sampai<br />

menurunkan harga tiket dari 4-80 ringgit<br />

menjadi 2-20 ringgit untuk memancing animo<br />

penonton. Bahkan acara di Hong Kong akhirnya<br />

dibatalkan.<br />

Saat di Singapura, Ali dibuat terkagum-kagum<br />

oleh Wong Yue Chee. Pendekar wushu<br />

itu tak oleng sama sekali ketika Ali meninjunya<br />

di bagian leher dan kerongkongan. “Gila, ini<br />

benar-benar gila,” ujarnya terpana. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali KUPU-KUPU<br />

DAN LEBAH<br />

MUHAMMAD Ali dikagumi khalayak penggemar tinju di dunia karena pertandingannya<br />

selalu asyik ditonton. Dia bukan sekadar ingin secepatnya mengkanvaskan<br />

lawan seperti Mike Tyson. Gaya bertandingnya khas. Terus bergerak<br />

memutari ring sambil sesekali melepaskan pukulan mematikan ke wajah lawan. Ali<br />

menyebut strategi itu “Terbang seperti kupu-kupu dan menyengat bagai lebah.”<br />

Dalam karier profesionalnya, Muhammad “The Greatest” Ali mencatatkan rekor 61<br />

pertandingan dengan 56 kemenangan (37 KO dan 19 menang angka) serta 5 kekalahan.<br />

Ali pernah kehilangan 3 kali gelar juara dunia tinjunya. Berikut ini perjalanan karier Ali.<br />

• 1960<br />

Ali meraih medali emas<br />

tinju dalam Olimpiade di<br />

Roma. Medali itu kemudian<br />

dibuang ke Sungai Ohio<br />

karena kecewa atas sikap<br />

diskriminatif yang dialaminya<br />

dari masyarakat.<br />

• 25 Februari 1964<br />

Ali, 22 tahun, meraih gelar juara dunia tinju kelas berat<br />

setelah mengalahkan Sonny Liston di Miami.<br />

- Nama Muhammad Ali adalah pemberian Elijah Muhammad,<br />

pemimpin Black Moslem Amerika Serikat, untuk menggantikan<br />

nama Cassius Marcellus Clay Junior, yang disandangnya<br />

sejak lahir, 17 Januari 1942.<br />

• 1967<br />

Ali menolak wajib militer untuk dikirim berperang di<br />

Vietnam melawan Vietkong yang disokong komunis. “Aku<br />

tidak punya masalah dengan Vietkong,” ujarnya.<br />

• 8 Maret 1971<br />

Ali kehilangan sabuk juara dunia kelas berat karena<br />

kalah angka dari Joe Frazier di New York City.<br />

- Atas sikapnya itu, gelar juara dunia Ali dicabut dan ia dilarang<br />

bertinju selama 3,5 tahun. Sikap itu juga memantik<br />

ancaman pembunuhan terhadap dirinya.<br />

• 11 Oktober 1973<br />

Ali melakukan pertandingan ekshibisi di Istora<br />

Senayan melawan petinju Belanda, Rudi Lubbers.<br />

Ia menang angka dalam pertandingan 12 ronde<br />

berhadiah US$ 200 ribu itu.<br />

• 23 Oktober 1973<br />

Di Singapura, Ali dibuat terkagum-kagum oleh Wong Yue<br />

Chee. Pendekar wushu itu tak oleng sama sekali ketika<br />

Ali meninjunya di bagian leher dan kerongkongan. “Gila,<br />

ini benar-benar gila,” ujar Ali terpana.<br />

• 1 Oktober 1975<br />

Ali kembali mengalahkan Joe Frazier<br />

dengan hasil KO di ronde ke-14. Saat<br />

diwawancara seusai pertandingan<br />

yang dikenal dengan sebutan “The Thrilla<br />

in Manila” itu, Ali pingsan karena kelelahan di Manila.<br />

• 25 Mei 1976<br />

1974<br />

28 JANUARI<br />

Ali, yang sudah berumur 32<br />

tahun, revans dan mengalahkan<br />

Joe Frazier lewat pertarungan<br />

12 ronde di New York City.<br />

• 15 Februari 1978<br />

30 OKTOBER<br />

Ali mengalahkan<br />

petinju muda<br />

George Foreman<br />

Kinshasa, Zaire.<br />

Delapan bulan setelah mengkanvaskan Frazier, Ali, di<br />

usia 33 tahun, harus meladeni pegulat kenamaan asal<br />

Jepang, Antonio Inoki, di Tokyo. Ali dinyatakan sebagai<br />

pemenang dengan hadiah spektakuler: US$ 6 juta.<br />

Di usia 36 tahun, Ali kalah angka melawan Leon<br />

Spinks yang lebih muda. Tujuh bulan kemudian<br />

Ali membalas kekalahannya dari Spinks di Las<br />

Vegas.<br />

• 11 Desember 1981<br />

Ali kalah angka di ronde ke-10 melawan<br />

Trevor Berbick. Setelah kekalahan<br />

kedua ini, Ali benar-benar pensiun<br />

sebagai petinju di Nassau, Bahama.<br />

• 2 Oktober 1980<br />

Ali kalah angka dari bekas<br />

mitra tandingnya, Larry<br />

Holmes, di Las Vegas.<br />

• 1984<br />

Tim dokter dari<br />

Mayo Clinic mendiagnosis<br />

Ali menderita<br />

parkinson.<br />

• 1991<br />

Selama Perang Teluk, Ali<br />

melakukan perjalanan ke<br />

Irak dan menemui Presiden<br />

Saddam Hussein dalam<br />

upaya membebaskan warga<br />

Amerika yang disandera<br />

di sana.<br />

1996<br />

Dengan tangan gemetar akibat<br />

parkinson, Ali menyulut api<br />

kaldron Olimpiade di Atlanta.<br />

Di arena itu pula Ali kembali<br />

mendapatkan replika medali<br />

emas Olimpiade 1960, yang<br />

dibuangnya di Sungai Ohio.<br />

23 OKTOBER 1996<br />

Ali kembali berkunjung<br />

ke Indonesia. Ia diterima<br />

sejumlah tokoh Islam<br />

dan Menteri Penerangan<br />

Harmoko.<br />

• 11 September 2001<br />

Ali tampil ke publik dan menyatakan bahwa para<br />

pelaku teror ke menara WTC di New York tidak mewakili<br />

Islam. Mereka telah keliru dalam memahami<br />

Islam secara benar.<br />

• 1998-2008<br />

Perserikatan Bangsa-Bangsa mendapuk Ali sebagai Utusan<br />

Khusus Perdamaian. Ali tercatat membagikan 232 juta<br />

paket makanan di berbagai lokasi kelaparan di negaranegara<br />

berkembang.<br />

• 17 November 2002<br />

Ali melawat ke Kabul, Afganistan, sebagai tamu khusus PBB.<br />

• April 2011<br />

Bersama para pemimpin muslim di AS, Ali menyerukan<br />

kepada pemimpin spiritual Iran, Ayatullah Ali Khamenei, agar<br />

membebaskan Shane Bauer dan Josh Fattal, dua warga Amerika,<br />

yang ditahan sejak 2009. Lima bulan kemudian keduanya<br />

dibebaskan Iran, menyusul Sarah Shroud pada 2010.<br />

• 27 Juli 2012<br />

Ali menjadi pembawa bendera kehormatan Olimpiade di<br />

London.<br />

• Oktober 2014<br />

Kesehatan Ali dikabarkan memburuk, tapi Ali menepisnya<br />

lewat Twitter.<br />

• 21 Desember 2014<br />

Ali dilarikan ke rumah sakit akibat penyakit pneumonia<br />

ringan.<br />

Biodata<br />

Nama: Muhammad Ali<br />

Nama sebelumnya:<br />

Cassius Marcellus Clay Junior<br />

Lahir: 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky,<br />

Amerika Serikat<br />

Ayah: Cassius Marcellus Clay Senior<br />

Ibu: Odessa Grady Clay<br />

Istri:<br />

1. Sonji Roi (1964-1966)<br />

2. Belinda Boyd (1967-1977)<br />

3. Veronica Porche Anderson (1977-1996)<br />

4. Yolanda “Lonnie” Williams (1996-sekarang)<br />

Anak:<br />

• Jamilah, Rashed, Muhammad Ali Jr (dari istri<br />

kedua)<br />

• Hanna Yasmeen Ali dan Laila Ali (dari istri<br />

ketiga)<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT | AP | GUARDIAN | DAILY MAIL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2014


INTERNASIONAL<br />

FOTO: INDEP BEWEENDENT<br />

NODA<br />

HITAM<br />

PANGERAN<br />

ANDREW<br />

“INI ZERO SUM GAME.... AKU<br />

YANG DICABUT IZINNYA DAN<br />

DIJEBLOSKAN KE PENJARA<br />

ATAU MEREKA.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

PARA bekas tetangganya di Glenning<br />

Valley, pinggiran Kota Tuggerah,<br />

Negara Bagian New South<br />

Wales, Australia, mengenal Virginia<br />

Roberts sebagai seorang ibu yang sangat sayang<br />

kepada tiga anaknya.<br />

“Dia sangat baik dan menyenangkan,” kata<br />

Sue Evrard pekan lalu. Dia dan teman-temannya<br />

sangat kehilangan saat keluarga Virginia memutuskan<br />

hijrah ke Amerika Serikat. Sue, juga<br />

teman-temannya, tak pernah tahu bahwa Virginia,<br />

30 tahun, punya masa lalu yang kelam.<br />

“Ketika aku menyaksikan berita di televisi,<br />

aku benar-benar terkejut. Aku menjerit,<br />

‘That’s my Ginny,’” kata Sue. Sepanjang<br />

Virginia dan suaminya, Robert<br />

Giuffre, tinggal di Glenning Valley, tak secuil<br />

pun Ginny—mereka biasa menyapa Virginia—<br />

menceritakan soal kedekatannya dengan para<br />

miliarder dan bangsawan Inggris.<br />

Berita di sejumlah media di Inggris dan Amerika<br />

pekan lalu kembali membuka cerita dan<br />

luka lama. Dalam gugatannya ke Pengadilan<br />

Florida, Amerika, dua pekan lalu, Virginia dan<br />

tiga perempuan lain mengaku telah dijadikan<br />

budak seks oleh miliarder kondang Jeffrey Epstein.<br />

Virginia, yang kala itu belum 18 tahun,<br />

bukan cuma dipaksa melayani nafsu<br />

Epstein yang sudah berumur se-<br />

Profesor Alan<br />

Dershowitz<br />

REUTERS<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Pangeran Andrew<br />

tengah abad, tapi juga dipaksa meladeni nafsu<br />

sejumlah teman dan tamunya.<br />

Di antara sobat Epstein adalah Duke of York<br />

alias Pangeran Andrew dari Inggris dan Alan<br />

Dershowitz, profesor hukum di Universitas<br />

TAPI ITU KELUARGA YANG SAKIT.”<br />

REUTERS<br />

Harvard. Keempat perempuan korban budak<br />

seks itu merasa hak mereka menurut Undang-<br />

Undang Hak Korban Kejahatan dilanggar<br />

karena Pengadilan Amerika telah membuat<br />

kesepakatan rahasia dengan Epstein tanpa<br />

persetujuan para korban.<br />

Miliarder itu diduga telah menjadikan puluhan<br />

perempuan di bawah umur sebagai budak seksnya.<br />

Namun, setelah membuat kesepakatan<br />

dengan jaksa, Epstein hanya dijatuhi hukuman<br />

18 bulan penjara pada 2008 dan sudah melenggang<br />

keluar dari bui setelah menjalani<br />

13 bulan masa hukuman. Jane Doe#3, salah<br />

satu korban, menurut dokumen gugatan<br />

itu, mengaku tiga kali dipaksa melayani<br />

hasrat seksual sang Pangeran. Dia juga mengklaim<br />

dipaksa melayani nafsu Profesor Dershowitz<br />

berulang kali dalam sejumlah kesempatan.<br />

Pangeran Andrew, yang tengah menikmati<br />

liburan di Pegunungan Alpen, Swiss, buru-buru<br />

terbang pulang untuk memberi penjelasan kepada<br />

ibunya, Ratu Elizabeth. Juru bicara Istana<br />

Buckingham terang membantah keterlibatan<br />

Andrew, ahli waris takhta urutan keempat<br />

Kerajaan Inggris, dalam kasus Epstein. “Kami<br />

membantah ada hubungan atau kontak seks<br />

antara Duke of York dan Virginia Roberts....<br />

Apa pun yang berlawanan dengan hal itu berarti<br />

tidak benar dan tanpa dasar,” kata sang<br />

juru bicara.<br />

Profesor Dershowitz menyerang balik dan<br />

mengajukan gugatan pencemaran nama baik.<br />

Menurut Dershowitz, mereka yang menuduhnya<br />

berhubungan seks dengan perempuan di<br />

bawah umur mestinya dijebloskan ke penjara<br />

dan pengacara yang mewakili mereka seharusnya<br />

dicabut izin prakteknya.<br />

Profesor Dershowitz mengklaim tak pernah<br />

bertemu sekali pun dengan Virginia. “Aku me-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Pangeran Andrew<br />

(kiri) dan Virginia<br />

Roberts (kanan)<br />

INDEPENDENT<br />

ngatakan yang sebenarnya dan aku bisa membuktikannya.<br />

Mereka bohong dan aku bisa<br />

membuktikannya,” kata Dershowitz, geram.<br />

“Ini zero sum game.... Aku yang dicabut izinnya<br />

dan dijebloskan ke penjara atau mereka. Tak<br />

ada daerah abu-abu di sini.”<br />

●●●<br />

Kala itu Virginia baru beberapa bulan merayakan<br />

ulang tahun ke-15. Sehari-hari, gadis<br />

remaja itu magang bekerja di spa mewah milik<br />

miliarder Donald Trump, Mar-A-Lago, di Florida.<br />

Suatu kali, seorang perempuan, Ghislaine<br />

Maxwell, mendekati Virginia dan menawarinya<br />

bekerja untuk Jeffrey Epstein. Ghislaine, putri<br />

miliarder Inggris, Robert Maxwell, adalah pacar<br />

lama Epstein.<br />

“Aku bercerita kepadanya, aku ingin menjadi<br />

tukang pijat dan dia (Ghislaine) mengaku bekerja<br />

untuk orang kaya yang tengah mencari<br />

tukang pijat,” Virginia menuturkan bagaimana<br />

dia bisa berkenalan dengan Epstein. Ghislaine<br />

mengiming-imingi remaja cantik itu dengan<br />

bayaran menggiurkan.<br />

Tapi pekerjaan itu jauh dari bayangan Virginia.<br />

Ketika tiba di mansion Epstein di Palm<br />

Beach, dia sempat melihat foto-foto gadis<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

ITU TAK SEPERTI SEBUAH PEMERKOSAAN,<br />

TAPI JUGA TAK SEPERTI BERHUBUNGAN<br />

CINTA.”<br />

remaja telanjang berderet-deret dipajang di sepanjang<br />

tangga. “Tapi aku terlalu nervous untuk<br />

mengamatinya,” kata Virginia. Di dalam kamar,<br />

Epstein sudah menunggunya, tertelungkup telanjang<br />

bulat di atas kasur. Ghislaine memberi<br />

contoh bagaimana mesti memuaskan Epstein.<br />

Hari itu, di hari pertama Virginia kerja, dia<br />

“dipaksa” melayani nafsu seks Epstein. “Jeffrey<br />

mengatakan dia ingin menjadi mentorku....<br />

Aku merasa dia dan Ghislaine sangat perhatian<br />

kepadaku. Kami sudah seperti keluarga.<br />

Kadang kami menonton Sex & the City sembari<br />

mengudap berondong,” Virginia mengenang.<br />

“Tapi itu keluarga yang sakit. Jeffrey melatihku<br />

untuk membuat senang laki-laki. Aku dibiasakan<br />

melakukan apa pun yang bisa membuatnya<br />

senang supaya aku bisa tetap menjadi<br />

gadisnya yang nomor satu.”<br />

Epstein lumayan royal kepada Virginia, tapi<br />

dia juga memperlakukan gadis yang belum<br />

18 tahun itu sebagai budak seksnya. Bersama<br />

sejumlah gadis remaja lain, Virginia ikut dalam<br />

pesta-pesta seks yang sering digelar Epstein<br />

dan sobat-sobatnya. Pada 2001, Epstein dan<br />

Ghislaine mengajaknya terbang ke London.<br />

“Hari ini kita akan berbelanja. Kamu butuh<br />

baju baru karena hari ini kamu akan berdansa<br />

dengan Pangeran,” kata Ghislaine saat tiba di<br />

hotel. Malam harinya, untuk pertama kalinya,<br />

Virginia berkenalan dengan Pangeran Andrew.<br />

Sudah lama Epstein berkarib dengan Pangeran<br />

Andrew. Mereka sering menghabiskan<br />

waktu berdua. Bukan cuma sering menjamu<br />

Pangeran Andrew dengan pesta-pesta, Epstein<br />

juga menyokong keuangan Sarah Ferguson,<br />

mantan istri Pangeran Andrew. Berulang kali<br />

Sarah Ferguson, yang hidupnya boros, terbelit<br />

masalah keuangan.<br />

Sepanjang malam, menurut Virginia, Andrew<br />

terus menatapnya. “Sepertinya Pangeran<br />

sangat tertarik padamu,” Ghislaine berbisik.<br />

Kemudian Ghislaine dan Epstein meninggalkan<br />

Virginia berdua saja dengan Pangeran Andrew.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

PangeranAndrew<br />

WASHINGTONPOST<br />

Virginia dan Andrew berpindah ke kamar tidur<br />

dan seperti yang diminta Epstein, Virginia melakukan<br />

apa pun yang dikehendaki Pangeran<br />

Andrew.<br />

“Dia tidak kasar. Itu tak seperti sebuah pemerkosaan,<br />

tapi juga tak seperti berhubungan<br />

cinta,” Virginia menuturkan. Keesokan harinya,<br />

Ghislaine memuji Virginia. “Yang kamu kerjakan<br />

bagus sekali. Dia sangat senang.” Tiba di<br />

Amerika, Epstein membayarnya US$ 15 ribu<br />

atau Rp 190 juta. Setelah pertemuan pertama<br />

di London, Virginia menuturkan, dia bertemu<br />

dan melayani Pangeran Andrew dua kali lagi.<br />

Virginia meninggalkan Epstein setelah dia<br />

bertemu dengan Robert, suaminya saat ini, di<br />

Thailand pada 2002. “Robert mengajari aku<br />

bagaimana menjalani hidup lagi,” kata Virginia.<br />

n SAPTO PRADITYO | DAILY MAIL | INDEPENDENT | GUARDIAN | BBC<br />

| VANITY FAIR<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SERIGALA MALAM<br />

DARI MOSKOW<br />

“DI MANA PUN NOCHNYE VOLKI ADA,<br />

ITU ADALAH RUSIA.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Alexander Zaldostanov dan<br />

Vladimir Putin<br />

THEATLANTIC<br />

MEREKA menamakan diri Nochnye<br />

Volki alias Night Wolves,<br />

para serigala malam. Konon, klub<br />

motor besar dari Rusia ini punya<br />

lebih dari 5.000 anggota, yang tersebar dari<br />

Rusia, Bulgaria, Serbia, hingga Jerman. Tapi<br />

mereka bukan klub motor gede biasa. Mereka<br />

mengklaim sebagai patriot, juga geng motor<br />

yang religius.<br />

Begini mereka menulis di laman situs Internet<br />

Nochnye Volki: “Kami tak ingin mengikuti<br />

tradisi klub motor asing yang tak akan memberikan<br />

kebaikan untuk negara Slavia Ortodoks<br />

kami.... Kami, Serigala-serigala Malam, bangga<br />

telah lahir di tanah orang-orang besar, tanah<br />

Slavia, tanah bagi orang-orang tak terkalahkan,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

KAMI, SERIGALA-SERIGALA<br />

MALAM, BANGGA TELAH LAHIR<br />

DI TANAH ORANG-ORANG<br />

BESAR, TANAH SLAVIA, TANAH<br />

BAGI ORANG-ORANG TAK<br />

TERKALAHKAN.”<br />

tanah bagi pemberontak Rusia, tanah yang tak<br />

pernah membiarkan dunia tertidur sejak Imperium<br />

Romawi.”<br />

Alexander Benish, pemimpin kedua Night<br />

Wolves, mengatakan prinsip mereka sebenarnya<br />

tak rumit-rumit<br />

amat. “Cintai negerimu,<br />

punya keyakinan,<br />

dan jangan pernah<br />

pakai atau menjual<br />

narkoba,” kata Benish<br />

beberapa waktu lalu.<br />

Mereka, kata Benish,<br />

tak sepakat dengan<br />

gaya klub motor gede<br />

dari Amerika Serikat<br />

seperti Hells Angels.<br />

“Gaya pengendara<br />

motor besar itu antisosial.<br />

Mereka menenggak bir dan, jika ada orang<br />

lain bikin masalah, mereka akan menghajarnya<br />

babak-belur.... Mereka pikir mereka lebih baik<br />

dari orang lain. Itu bukan filosofi kami. Kami<br />

hanya menggunakan kekerasan sebagai jalan<br />

terakhir.”<br />

Didirikan pada 1989, hanya beberapa saat<br />

sebelum Uni Soviet tumbang, serigala-serigala<br />

malam dari Rusia ini memiliki sejumlah<br />

bengkel motor besar dan kios tato. Pemimpin<br />

tertinggi Nochnye Volki sejak pertengahan<br />

1990-an adalah Alexander Zaldostanov alias<br />

Khirurg alias The Surgeon alias Dokter Bedah.<br />

Julukan Zaldostanov ini bukan asal julukan. Dia<br />

memang dokter spesialis bedah mulut. Tapi<br />

Zaldostanov meninggalkan meja bedah dan<br />

memilih berkelana di atas motor besar.<br />

Sejak lahir, Serigala-serigala Malam memang<br />

begitu lekat dengan aroma nasionalisme Rusia.<br />

Slogan mereka, ”Di mana pun Nochnye Volki<br />

ada, itu adalah Rusia.” Tak aneh jika mereka<br />

memuja dan mendukung kebijakan-kebijakan<br />

nasionalistis Presiden Vladimir Putin. Mereka<br />

memimpikan kejayaan Rusia seperti kejayaan<br />

Uni Soviet di masa lalu. “Kami menganggap<br />

diri sebagai bagian dari tentara Rusia,” kata<br />

sang Dokter Bedah.<br />

Menurut Benish, patriotisme Rusia sangat<br />

penting bagi anggota Serigala Malam. “Se-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

HUFFINGTONPOST<br />

bab, mencintai negaranya akan membentuk<br />

benteng bagi seorang laki-laki.... Bukan berarti<br />

kami meyakini bahwa orang Rusia sebagai<br />

yang terbaik. Setiap orang bisa menjadi patriot<br />

di negara masing-masing.”<br />

Atas nama patriotisme dan nasionalisme<br />

itulah Night Wolves menyokong kebijakan<br />

Kremlin di Ukraina. Mereka menyebut penguasa<br />

baru di Kiev, yang menggusur Presiden<br />

Ukraina Viktor Yanukovych, sebagai penguasa<br />

fasis antidemokrasi. Saat Kremlin mengirimkan<br />

tentaranya menginvasi Krimea setahun lalu,<br />

biker Serigala Malam turut menyokong milisi<br />

pro-Rusia.<br />

“Rakyat Sevastopol adalah orang-orang<br />

paling patriotik di planet ini.... Mereka angkat<br />

senjata untuk membela keluarga dan negaranya,”<br />

kata Dimitry Sinichkin, pemimpin Night<br />

Wolves di Krimea. Seorang anggota Serigala<br />

Malam mengatakan mereka tak ingin apa yang<br />

terjadi di Kiev terulang di Krimea. Zaldostanov<br />

terbang langsung dari Moskow ke Simferopol,<br />

Krimea, untuk menyokong anak buahnya.<br />

“Kami punya satu tujuan datang ke sini....<br />

Kami datang untuk membela negara kami<br />

dari para fasis yang telah merebut kekuasaan.<br />

Penting bagi keturunan Rusia di Krimea tahu<br />

bahwa mereka tak dilupakan,” kata Zaldos-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SETIAP ORANG BISA<br />

MENJADI PATRIOT<br />

DI NEGARA MASING-<br />

MASING.”<br />

tanov. Sekarang kita tahu, pemerintah di Kiev<br />

tak berdaya merebut kembali Krimea dari<br />

cengkeraman Moskow.<br />

●●●<br />

Pada pertengahan Juli 2012, Presiden Putin<br />

mestinya bertemu dengan Presiden Ukraina<br />

kala itu, Viktor Yanukovych, di Yalta. Alih-alih<br />

buru-buru terbang ke Yalta supaya bisa datang<br />

tepat waktu sesuai janji, Presiden Putin malah<br />

mampir menemui “sobat” lamanya, Alexander<br />

Zaldostanov alias The Surgeon, di Sevastopol,<br />

Krimea.<br />

Zaldostanov menyampaikan undangan kepada<br />

Putin untuk menghadiri acara Night Wolves.<br />

“Jika Anda tak bisa datang, aku berharap paling<br />

tidak bisa dikirim video sambutan. Anak-anak<br />

Serigala Malam akan sangat menghargainya,”<br />

kata Zaldostanov. Gara-gara mampir menemui<br />

geng motor Serigala Malam, Presiden Yanukovych<br />

terpaksa menunggu Presiden Putin<br />

selama beberapa jam.<br />

Itu bukan kali pertama Putin bertemu dengan<br />

Zaldostanov dan gengnya. Setahun sebelumnya,<br />

Presiden Putin menunggang motor besar<br />

Harley-Davidson Lehman Trike, berkonvoi bersama<br />

para Serigala Malam di Kota Novorossiysk.<br />

Presiden Putin juga pernah bertandang<br />

beberapa kali ke markas mereka.<br />

“Aku ingin berbicara kepada kalian, saudarasaudaraku....<br />

Motor adalah lambang kebebasan.<br />

Aku senang kalian tak melupakan para pahlawan.<br />

Bukan cuma kalian menikmati kebebasan<br />

menunggang motor besar, tapi juga mengkombinasikan<br />

dengan patriotisme,” Presiden<br />

Putin berpidato di depan para Serigala Malam.<br />

Bukan cuma berkarib dengan sang Dokter<br />

Bedah, bahkan dua tahun lalu Presiden Putin<br />

memberikan penghargaan prestisius Order of<br />

Honor kepada Zaldostanov “atas kontribusinya<br />

menyebarkan patriotisme di kalangan pemuda”.<br />

“Aku ingin Serigala Malam tetap menjadi<br />

klub patriotik, menjadi contoh bagi anak muda,<br />

dan melakukan sesuatu untuk tanah air... yang<br />

selama ini hilang tergerus setelah mereka berkenalan<br />

dengan celana jins, permen karet, dan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

BUSINESSINSIDER<br />

McDonald's,” ujar Zaldostanov.<br />

Gara-gara kedekatannya dengan Kremlin,<br />

Zaldostanov kena getahnya. Beberapa pekan<br />

lalu, Kementerian Keuangan Amerika Serikat<br />

memasukkan Zaldostanov dalam daftar para<br />

sekutu Kremlin yang terkena sanksi. Kementerian<br />

Keuangan melarang semua perusahaan dan institusi<br />

keuangan Amerika menjalin bisnis dengan<br />

mereka. Sanksi tersebut dijatuhkan terkait kebijakan<br />

Moskow menyokong kelompok pro-Rusia<br />

di Ukraina.<br />

David Cohen, Wakil Menteri Keuangan<br />

Bidang Intelijen Keuangan dan Terorisme<br />

Amerika Serikat, mengatakan Zaldostanov<br />

dan Serigala Malam punya sejumlah “dosa”, di<br />

antaranya menyokong kelompok separatis pro-<br />

Rusia dan terlibat dalam serangan terhadap<br />

markas Angkatan Laut Ukraina di Sevastopol,<br />

Krimea. “Target sanksi ini adalah orang dan institusi<br />

yang ikut mengganggu keamanan dan<br />

stabilitas Ukraina,” kata Cohen. ■<br />

SAPTO PRADITYO | TELEGRAPH | DAILYMAIL | GUARDIAN | RIA NOVOSTI | RT<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


YOHANA YEMBISE<br />

SETIA MENARI<br />

IKO UWAIS<br />

MAIN DI<br />

STAR WARS<br />

CARA<br />

DELEVINGNE<br />

JADI<br />

JURNALIS<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


PEOPLE<br />

CARA DELEVINGNE<br />

JADI JURNALIS<br />

GETTY IMAGES<br />

BERJALAN di catwalk atau bergaya di<br />

depan kamera bukan hal baru untuk<br />

Cara Delevingne. Tapi bagaimana jika<br />

model seksi ini diminta menulis artikel<br />

Nama Cara baru-baru ini muncul di jajaran redaksi<br />

majalah lifestyle, Love. Dia didapuk menjadi<br />

editor fashion, yang akan bertanggung jawab atas<br />

seluruh halaman fashion majalah yang terbit dua<br />

kali setahun itu.<br />

“Sangat senang menjadi bagian untuk @thelovemagazine<br />

yang baru!” tulis Cara pada salah satu<br />

foto di Instagram-nya.<br />

Editor in chief majalah Love sekaligus teman lama<br />

Cara, Katie Grand, mengatakan kemampuan Cara<br />

tidak perlu diragukan. Dia percaya model 22 tahun<br />

ini bisa melakukan tugasnya.<br />

“Saya sudah tahu bahwa Cara adalah perempuan<br />

dengan pribadi yang cerdas, cemerlang, dan lucu,”<br />

ujarnya.<br />

Itulah mengapa Katie memberikan kesempatan<br />

tersebut untuk menguji kemampuan Cara di<br />

bidang jurnalistik dan menulis.<br />

Selama ini Cara dikenal sebagai pribadi yang tak<br />

pernah takut bertanya. Ia tak pernah merasa malu<br />

memasang foto selfie saat mengikuti peragaan<br />

busana atau membuat mimik lucu di Instagram.<br />

Katie berharap Cara bisa menularkan gaya uniknya<br />

itu di halaman fashion Love. Hasil liputan dan<br />

tulisan Cara rencananya akan dimuat di edisi Februari<br />

2015. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


PEOPLE<br />

IKO UWAIS<br />

MAIN DI<br />

STAR WARS<br />

ANTARA FOTO/TERESIA MAY<br />

WAJAH Iko Uwais agaknya<br />

bakal semakin terkenal di perfilman<br />

dunia. Baru-baru ini,<br />

pesilat yang bertransformasi<br />

menjadi aktor laga itu disebut-sebut akan<br />

bermain di film Star Wars: Episode VII—The<br />

Force Awakens.<br />

Kabar itu disampaikan oleh The Internet<br />

Movie Database (IMDb) melalui akun Twitternya,<br />

@IMDb. Bukan cuma Iko, dua rekannya<br />

sesama bintang The Raid, Yayan Ruhian dan<br />

Cecep Arif Rahman, juga akan terlibat.<br />

“Star Wars news! Iko Uwais & 2 co-stars<br />

from ‘Teh Raid’ are in the cast, performing<br />

fight work,” begitu cuitan @IMDb.<br />

Jika kabar itu benar, Iko dan teman-teman<br />

bakal bergabung dengan para bintang, seperti<br />

John Boyega, Daisy Ridley, Adam Driver, Oscar<br />

Isaac, Domhnall Gleeson, Lupita Nyong’o,<br />

Gwendoline Christie, Carrie Fisher, Mark<br />

Hamill, dan Harrison Ford.<br />

The Force Awakens besutan sutradara J.J.<br />

Abrams baru akan dirilis pada 18 Desember<br />

2015. Hingga kini, belum diketahui pasti karakter<br />

atau tokoh apa yang akan diperankan<br />

oleh aktor 31 tahun ini. n KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


PEOPLE<br />

YOHANA YEMBISE<br />

SETIA MENARI<br />

SEJAK ditunjuk sebagai Menteri Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Perlindungan<br />

Anak oleh Presiden Joko Widodo, Yohana<br />

Susana Yembise punya segudang pekerjaan.<br />

Hingga kini, dia belum mendapat izin pulang<br />

kampung ke Papua. Untuk menyalurkan kangen<br />

pada tanah kelahirannya, Yohana berniat mengajarkan<br />

tarian kepada stafnya.<br />

“Nanti saya ajari ibu-ibu di sini menari Yospan,<br />

kita Yospan sekali-sekali,” ujar perempuan kelahiran<br />

Manokwari, 1 Oktober 1958, ini.<br />

Tari Yospan adalah salah satu tarian khas Papua.<br />

Menurut Yohana, tarian ini merupakan tarian<br />

pergaulan muda-mudi dari Biak, kampung halamannya.<br />

Yohana menyukai dunia tari sejak remaja. Selain<br />

aktif dalam berbagai kegiatan kesenian, Yohana<br />

sering mengikuti lomba tari.<br />

Meski berasal dari Papua, Yohana juga mahir<br />

menari Jawa dan daerah-daerah lain. Dia pernah<br />

menjadi anggota tim kesenian di Kabupaten Paniai.<br />

“Saya coba semua tari, semua menarik,” ujar<br />

pemegang gelar doktor dari Universitas Newcastle,<br />

Australia, ini. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

ANTARA FOTO/ANDIKA WAHYU<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

MERAYAKAN ERAU<br />

FESTIVAL SATU INI USIANYA SUDAH DELAPAN ABAD. DIANGKAT<br />

KE FILM UNTUK MERAIH LEBIH BANYAK WISATAWAN DATANG KE<br />

TENGGARONG.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul:<br />

Erau Kota Raja<br />

Sutradara:<br />

Bambang Drias<br />

Skenario:<br />

Endik Koeswoyo, Rita Widyasari<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Produser Eksekutif:<br />

Rita Widyasari<br />

Produksi:<br />

PT Timur Bumi Sinema (East<br />

Cinema Pictures)<br />

Pemain:<br />

Nadine Chandrawinata,<br />

Denny Sumargo, Donnie<br />

Sibarani, Herichan, Jajang C.<br />

Noer, Ray Sahetapy<br />

KESEHARIAN Kirana (Nadine<br />

Chandrawinata) sangat dinamis<br />

sebagai jurnalis majalah travel, pekerjaan<br />

pertama sejak lulus kuliah<br />

dua tahun lalu.<br />

Usianya 26 tahun, sedang tidak punya<br />

pacar, tapi lagi akrab dengan Doni (Donnie<br />

Sibarani), vokalis grup band yang sedang naik<br />

daun. Doni menganggap keakraban mereka<br />

itu spesial, tapi tidak bagi Kirana, yang menganggap<br />

Doni seperti sahabat-sahabat prianya<br />

yang lain.<br />

Padatnya jadwal tur Doni juga jadi hambatan<br />

keduanya untuk sering bersama. Se-<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER - 9 MAJALAH MARET 2013 2014<br />

DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

kali ada waktu bertemu, yakni ketika Doni<br />

sedang jeda manggung, mereka lebih sering<br />

adu mulut akibat berselisih paham banyak<br />

hal.<br />

Di tengah buruknya hubungan keduanya,<br />

Kirana ditugasi meliput Festival Erau di Tenggarong,<br />

ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara,<br />

Kalimantan Timur. Doni, yang mengantar<br />

Kirana ke bandara, sempat meminta Kirana<br />

tak jauh-jauh ke Tenggarong, toh bisa copypaste<br />

dari portal berita online. Saran ini dia<br />

tolak mentah-mentah karena mustahil mendapat<br />

tulisan yang kaya jika modalnya cuma<br />

nyomot.<br />

Layar kemudian beralih ke kesibukan<br />

Bandara Sepinggan, Balikpapan. Kirana<br />

baru tiba. Taksi bandara membawanya ke<br />

Tenggarong, yang sedang heboh menjelang<br />

pesta rakyat Erau. Tamu-tamu dari luar kota<br />

dan luar negeri memenuhi hotel-hotel di<br />

kota itu hingga Kirana tak kebagian kamar.<br />

Akhirnya Kirana menerima tawaran Pak<br />

Camat (Ray Sahetapy) untuk menginap di<br />

kediamannya selama Kirana berada di Tenggarong.<br />

Bukan hanya menyediakan tempat tinggal,<br />

Pak Camat juga menitipkan Kirana kepada<br />

Reza (Denny Sumargo), pemuda setempat<br />

yang memasok suvenir khas Dayak untuk<br />

dipamerkan di acara-acara lokal hingga<br />

internasional. Pak Camat minta Reza meng-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Film ini dapat menarik<br />

wisatawan datang<br />

ke Kutai Kartanegara<br />

sekaligus menarik<br />

investor.<br />

antar Kirana ke tempat-tempat yang perlu<br />

dia liput.<br />

Reza sebenarnya seorang dokter.<br />

Namun, karena bercita-cita memajukan<br />

daerahnya tanpa meninggalkan<br />

kampung halaman, Reza<br />

memilih jadi pengusaha cendera<br />

mata khas Dayak, tak menuruti<br />

kemauan ibunya untuk jadi dokter<br />

di rumah sakit besar di kota.<br />

Seiring waktu, kecerdasan dan<br />

keteguhan hati Reza membuat<br />

Kirana tertarik. Sebaliknya dengan<br />

Reza, yang mengagumi keuletan<br />

Kirana.<br />

Bu Tati (Jajang C. Noer), ibu<br />

Reza, yang mencium kedekatan<br />

anak tunggalnya dengan perempuan dari<br />

Jakarta, menugasi Ridho (Herichan) mematamatai<br />

sekaligus mencari tahu siapa sebenarnya<br />

Kirana. Bu Tati sudah menyiapkan calon<br />

istri untuk Reza, yakni Alia, perempuan dari<br />

keluarga terpandang di kampung.<br />

Film Erau Kota Raja memperkenalkan Tenggarong<br />

sebagai kota berbudaya tinggi, dialiri<br />

Sungai Mahakam, penghasil batu bara, dan<br />

punya festival tertua di Nusantara, yakni Erau,<br />

yang ada sejak abad ke-13.<br />

Festival yang berlangsung sepekan dan jadi<br />

agenda tahunan Kota Tenggarong itu bukan<br />

hanya menampilkan kesenian Dayak, tapi<br />

juga mementaskan kesenian daerah dan dari<br />

negara lain. Untuk tahun ini, Festival Erau diadakan<br />

pada 6 Juni dan akan dihadiri 15 negara<br />

asing.<br />

Awalnya, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara<br />

berniat membuat film dokumenter.<br />

Tapi, setelah melalui banyak pertimbangan,<br />

akhirnya dibuatlah film komersial.<br />

Untuk mengentalkan rasa Kutainya, dalam<br />

dialog diselipkan legenda setempat yang<br />

sampai sekarang masih kuat dipercaya serta<br />

arti gerakan-gerakan dalam tari. Meriahnya<br />

Erau ditampilkan secara gegap-gempita.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari,<br />

yang juga produser Erau Kota Raja, berharap<br />

film ini dapat menarik wisatawan datang ke<br />

Kutai Kartanegara sekaligus menarik investor.<br />

“Kami masih sangat kekurangan investor, khususnya<br />

di kuliner, mal, dan hotel. Tenggarong<br />

sangat pas untuk berinvestasi,” ujar Rita seusai<br />

pemutaran film khusus untuk wartawan,<br />

Sabtu, 3 Januari 2015.<br />

Aktris dan aktor menghabiskan tiga pekan di<br />

Kutai Kartanegara untuk proses syuting, yang<br />

waktunya dipaskan dengan gelaran festival.<br />

Nadine Chandrawinata sehari-harinya juga<br />

penulis majalah travel, sehingga tak mengalami<br />

kesulitan masuk ke karakter Kirana. Saat<br />

syuting di Festival Erau, dia juga diberi akses<br />

layaknya jurnalis, yang boleh memotret dari<br />

tengah lapangan.<br />

Sekadar catatan, film ini akan lebih kental<br />

rasa Kutainya jika melibatkan aktris-aktor<br />

lokal, bukan memboyong pemain dari Jakarta<br />

dan menambahkan aksen Melayu. Selain itu,<br />

penggalian karakter, khususnya Reza dan<br />

ibunya, terasa kurang. Penonton bisa kebingungan,<br />

apa sebenarnya pekerjaan Reza dan<br />

mengapa dia sering benar berada di kapal<br />

yang sedang sandar.<br />

Lapisan dalam narasi Erau Kota Raja adalah<br />

tentang hubungan antarmanusia, yakni<br />

hubungan ibu dengan anak, orang setempat<br />

dengan orang kota, dua orang sahabat, dan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

sepasang kekasih. Ke Kota Raja ini pula Kirana<br />

mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya<br />

yang selama ini: “Gue masih belum<br />

nemu makna yang tepat tentang kata ‘jodoh’.<br />

Kapan sebenarnya dua orang itu disebut<br />

berjodoh Apakah ketika mereka mulai jatuh<br />

cinta lalu pacaran Lalu kalau putus, berarti<br />

mereka bukan jodoh” ■ SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 - 12 28 - SEPTEMBER 18 JANUARI 2014<br />

2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

DI BALIK PENJARA<br />

GITMO<br />

AMY MENEMUKAN DEFINISI BARU TENTANG HIDUP DARI<br />

PERTEMANANNYA DENGAN ALI DI GUANTANAMO. PADAHAL ALI<br />

TAK LAGI MERASA HIDUP SEJAK DIKURUNG DI SINI.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul: Camp X-Ray<br />

Genre: Drama<br />

Sutradara: Peter Sattler<br />

Skenario: Peter Sattler<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Produksi: IFC Films<br />

Pemain: Kristen Stewart,<br />

Peyman Moaadi, Lane Garrison<br />

Durasi: 1 jam 57 menit<br />

DARI kota kecil yang hari demi hari<br />

nyaris statis, Prajurit Satu Amy Cole<br />

(Kristen Stewart) menerima tantangan<br />

rotasi jadi penjaga Camp X-Ray di<br />

Pangkalan Angkatan Laut Teluk Guantanamo,<br />

Kuba, penjara untuk para tersangka teroris.<br />

Amy ingin membuktikan, kepada diri sendiri<br />

dan kepada ibunya, dia dapat bekerja sama<br />

baiknya dengan rekan-rekan pria.<br />

“Tugas kalian di sini bukan mencegah tahanan<br />

melarikan diri. Memang mau lari ke mana<br />

Kalian di sini untuk mencegah mereka sekarat,”<br />

kata Sersan Ransdell (Lane Garrison) saat<br />

membawa tentara-tentara muda itu berkeliling<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER - 9 MAJALAH MARET 2013 2014<br />

DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

blok. “Mereka akan menguji kalian habis-habisan.”<br />

Camp X-Ray berdinding tebal, berpintu baja,<br />

satu sel dihuni satu orang, dan lampu di seluruh<br />

sel menyala 24 jam sehari. Para tahanan<br />

makan hingga buang air di dalam selnya. Di<br />

tiap blok, dua penjaga berkeliling melongok<br />

satu pintu sel ke pintu sel berikutnya selama<br />

24 jam. Ada waktunya tahanan berolahraga di<br />

lapangan, tapi masing-masing berada dalam<br />

kurungan kawat.<br />

Dengan keseharian rutin begini, kebosanan<br />

dan stres jadi dua masalah utama tahanan serta<br />

penjaga. Maka kepada penjagalah para tahanan<br />

melampiaskan kemarahan. Baru beberapa<br />

menit Amy bertugas, bibirnya pecah disikut<br />

seorang tahanan yang sedang dipindahkan ke<br />

sel lain. Namun Amy tak kecut hati.<br />

Tugas pertamanya mengantar buku-buku<br />

perpustakaan ke tahanan (buku disusun di troli,<br />

dibawa dari sel ke sel). Saat inilah perhatiannya<br />

tersita pada tahanan bernomor 471, bernama<br />

Ali (Peyman Moaadi), yang meminta seri terbaru<br />

Harry Potter, tapi tak ada dalam troli Amy.<br />

Dia sudah membaca seluruh seri Harry<br />

Potter, kecuali seri terakhir. Kepada petugas-petugas<br />

sebelumnya dia sudah meminta. Walau<br />

berkali-kali dijanjikan, tapi tak juga dipenuhi.<br />

“Kalian SENGAJA tak menyediakan seri terakhir<br />

Harry Potter!” Ali berteriak ke Amy. “Saya<br />

tak akan gila!”<br />

Ali kemudian berulah dengan menutup kaca<br />

pintu selnya dengan handuk kecil. Amy berhasil<br />

menarik keluar handuk itu dengan memasukkan<br />

tangan ke lubang sempit di bawah kaca.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Drama semacam ini<br />

punya kecenderungan<br />

mudah terpeleset ke<br />

stereotipe militer yang<br />

misogini (membenci<br />

perempuan).<br />

Namun ternyata Ali punya handuk<br />

lain, lalu menutup kaca pintu selnya<br />

lagi.<br />

Untuk kedua kalinya Amy membuka<br />

celah sempit di bawah kaca.<br />

Belum lagi tangannya masuk, tangan<br />

Ali yang menggenggam cangkir<br />

kertas sudah lebih dulu terulur<br />

keluar, lalu dalam gerakan cepat dia<br />

siramkan ke baju Amy, memercik<br />

sedikit ke wajahnya. Cangkir kertas<br />

itu berisi kotoran manusia.<br />

Camp X-Ray bukanlah film perang,<br />

bukan pula tentang “keterorisan”<br />

para tahanan, melainkan lebih<br />

pada studi karakter manusia yang<br />

diuji pada sebuah situasi, serta bagaimana<br />

hidup dapat mengungkung<br />

tanpa perlu dinding penjara.<br />

Sutradara Peter Sattler menyusunnya<br />

dari potongan-potongan pendek percakapan<br />

Amy dengan Ali yang dibatasi kaca<br />

kecil di pintu sel Ali. Momenmomen<br />

provokatifnya<br />

muncul bersamaan dengan berkembangnya<br />

persahabatan di antara keduanya. Sebenarnya<br />

Sattler sudah memberi petunjuk sejak awal ketika<br />

Amy ngotot meninggalkan kenyamanan rumah<br />

untuk menjalani kehidupan militer yang maskulin<br />

dan penuh tekanan.<br />

Kecuali Amy dan Ali, karakter lain tak banyak<br />

digali. Alhasil, kita mendapat sederet karakter<br />

anonim yang berseberangan, yakni para pria<br />

Timur Tengah yang berteriak-teriak di dalam sel<br />

dan mereka yang berbalut seragam Angkatan<br />

Laut di luar sel.<br />

Drama semacam ini punya kecenderungan<br />

mudah terpeleset ke stereotipe militer yang<br />

misogini (membenci perempuan), pembenaran<br />

atau penyangkalan sebuah ideologi, hingga ke<br />

xenofobia (ketidaksukaan pada orang asing).<br />

Jangan lupa ini Gitmo, tempat para tersangka<br />

teroris merasa sedang menjalani hukuman seumur<br />

hidup tanpa peradilan.<br />

Namun Sattler jeli memainkan narasi. Di<br />

saat kita mengira ceritanya bakal hitam-putih<br />

sampai akhir, saat itu pula keyakinan kita dibuyarkan.<br />

Sattler menciptakan ruang bagi Ste-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

wart dan Moaadi membangun cerita berbeda<br />

dibanding yang biasa kita dapatkan dalam film<br />

bertema perang terhadap terorisme.<br />

Camp X-Ray adalah debut film feature Sattler.<br />

Latar belakangnya di bidang desain grafis<br />

mempengaruhi caranya membangun set,<br />

seperti sel, lorong sempit, ruang berlapis baja,<br />

dan tampilan monokromatik yang senada seragam<br />

tentara, menciptakan suasana tertekan<br />

dan muram.<br />

Di tengah sempitnya ruang, Kristen Stewart<br />

dan Peyman Moaadi menemukan ritme yang<br />

tepat yang membuat karakter Amy dan Ali<br />

tampak nyata dan penonton jadi lebih fokus<br />

pada gesture mereka. Contoh saja, kita tahu Ali<br />

mulai tertarik pada Amy ketika dia agak lama<br />

merapikan kumisnya.<br />

Kristen Stewart mengundang kekaguman<br />

lewat karakternya sebagai tentara muda<br />

di Guantanamo. Sebagai bintang Twilight<br />

(2008-2012), dia bisa saja berpuas diri hanya<br />

bermain di film berlabel besar macam Snow<br />

White and the Huntsman (2012, Universal<br />

Pictures). Namun, dengan nama besarnya,<br />

Stewart berani menerima tantangan berakting<br />

di film-film indie Camp X-Ray, Clouds<br />

of Sils Maria (2014), dan Still Alice (2014).<br />

Stewart berhasil mengimbangi penampilan<br />

Moaadi yang selalu menakjubkan. Di balik sorot<br />

tajam matanya, ada kemurungan yang mengendap-endap<br />

dan memberi kesan misterius. Di sana<br />

juga ada kecerdasan, kebaikhatian, kebingungan,<br />

dan nakal, yang semuanya serbasekilas.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Moaadi dikenal lewat A Separation (2012),<br />

drama rumah tangga Iran yang memenangi<br />

Oscar untuk film berbahasa asing terbaik.<br />

Lewat karakter Ali, Moaadi menyodorkan<br />

dimensi yang lebih banyak dibanding Stewart<br />

dengan menyeimbangkan sisi dramatik, simpatik,<br />

sambil sesekali berkelakar. Penampilan<br />

solid dan genuine dari dua bintang utamanya<br />

menjadikan Camp X-Ray tontonan yang recommended.<br />

■ SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 - 12 28 - SEPTEMBER 19 18 JANUARI 2014<br />

2015


FILM PEKAN INI<br />

ESATRIA misterius bersatu<br />

bersama Pangeran Muda dan<br />

saudara perempuannya. Mereka<br />

mencegah saudara tertua yang<br />

berniat membunuh Pangeran Muda demi sebuah<br />

takhta kerajaan.<br />

JENIS FILM: ACTION | PRODUSER: JEREMY BOLT, TOVE<br />

CHRISTENSEN, ALAN ZHANG LUN | PRODUKSI:<br />

NOTORIOUS FILMS | SUTRADARA: NICK POWELL |<br />

DURASI: 98 MENIT<br />

EHARI sebelum pernikahan dilangsungkan,<br />

Asmara (Revalina S. Temat) mendapatkan<br />

kenyataan pahit bahwa kekasihnya, Dewa (Ibnu<br />

Jamil), ternyata sempat berselingkuh dengan<br />

teman sekantornya, Anita (Cynthia Ramlan).<br />

Walau Dewa memohon agar pernikahan tetap dilanjutkan, Asma<br />

telanjur patah hati. Terlebih, hubungan sekali yang dilakukan<br />

ternyata membuahkan janin, Anita hamil.<br />

Dengan membawa kesedihan, Asma pun menerima tawaran<br />

pekerjaan di Beijing, peluang yang didapat lewat bantuan Sekar<br />

(Laudya Cynthia Bella) dan Ridwan (Deddy Mahendra Desta),<br />

suaminya. Di Beijing, Asma bertemu dengan Zhongwen (Morgan<br />

Oey), lelaki tampan yang memperkenalkannya pada legenda cinta<br />

Ashima, putri cantik dari Yunan.<br />

JENIS FILM: DRAMA, RELIGI | PRODUSER: YOEN K., ODY MULYA<br />

| PRODUKSI: MAXIMA PICTURES | SUTRADARA: GUNTUR<br />

SOEHARJANTO | DURASI: 90 MENIT<br />

ARRY (Ben Stiller)<br />

menjangkau seluruh dunia,<br />

menyatukan karakter lama<br />

dan baru. Larry dan beberapa<br />

tokoh museum kini memulai<br />

petualangan menyelamatkan<br />

keajaiban-keajaiban sebelum hilang selamanya.<br />

JENIS FILM: ADVENTURE, COMEDY, FAMILY | PRODUSER: CHRIS COLUMBUS,<br />

SHAWN LEVY | PRODUKSI: 20TH CENTURY FOX | SUTRADARA: SHAWN LEVY |<br />

DURASI: 97 MENIT<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


AGENDA<br />

KONSER MARIAM<br />

BATSASHVILI<br />

2014 International Franz<br />

Liszt Piano Concours<br />

Winner, 16 JANUARI 2015,<br />

PUKUL 19.30 WIB, Erasmus<br />

Huis, Jakarta<br />

PAMERAN LUKISAN JEROEN HERMKENS<br />

17 JANUARI 2015, PUKUL 19.30 WIB,<br />

Erasmus Huis, Jakarta<br />

AVENGED SEVENFOLD ASIA TOUR 2015 LIVE IN JAKARTA<br />

18 JANUARI 2015, PUKUL 19.00 WIB,<br />

Parkir Timur Senayan, Jakarta, Promotor: Dyandra Entertainment<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!