Mengawali Kebangkitan Matematika di Madrasah - Kemenag Jatim
Mengawali Kebangkitan Matematika di Madrasah - Kemenag Jatim
Mengawali Kebangkitan Matematika di Madrasah - Kemenag Jatim
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
MTs Negeri Sumenep<br />
<strong>Mengawali</strong> <strong>Kebangkitan</strong> <strong>Matematika</strong> <strong>di</strong> <strong>Madrasah</strong><br />
Ingin mengubah matematika ja<strong>di</strong><br />
pelajaran yang menyenangkan Tiru saja<br />
MTs Negeri Sumenep. Berkat metode<br />
pembelajaran yang <strong>di</strong>terapkan, matematika<br />
tak lagi <strong>di</strong>takuti para siswa. Mereka<br />
sangat akrab dan bahkan tampak enjoy<br />
saat mempelajari matematika. “<strong>Matematika</strong><br />
memang kerap <strong>di</strong>sajikan secara rumit,<br />
sehingga siswa menerimanya dengan abstraksi<br />
dan persepsi yang menyeramkan,”<br />
ujar Drs. Abdullah, MH.<br />
Pra kon<strong>di</strong>si yang tak tepat itulah,<br />
yang menja<strong>di</strong> penyebab utama gagalnya<br />
pembelajaran matematika <strong>di</strong> madrasah.<br />
Sebab suasana pembelajaran yang tak<br />
menguntungkan, tentu berakibat pada tak<br />
<strong>di</strong>sukainya matematika oleh peserta <strong>di</strong><strong>di</strong>k.<br />
Untuk itulah, perlu <strong>di</strong>bangkitkan terlebih<br />
dahulu motivasi kecintaan anak pada matematika.<br />
Lalu tumbuhkan pula rasa dan<br />
minat mereka dengan stimulan dan metodologi<br />
pembelajaran matematika yang<br />
menyenangkan.<br />
Perlu <strong>di</strong>ketahui pula, tutur Kepala<br />
MTsN Sumenep ini, matematika itu bukanlah<br />
masalah berhitung semata. Namun<br />
sebaliknya, ilmu berhitung itu pasti matematika.<br />
Sebab berhitung adalah bagian dari<br />
matematika. “Sebagai ilmu struktur, matematika<br />
mempelajari urutan dan hubungan<br />
antara dasar-dasar penghitungan, pengukuran,<br />
serta penggambaran sebuah objek,”<br />
paparnya mengurai. “Oleh karenanya, matematika<br />
melibatkan logika dan perhitungan<br />
yang bersifat kuantitatif,” simpulnya.<br />
Berangkat dari pemahaman semacam<br />
itulah, MTsN Sumenep merilis sebuah<br />
konsep pengembangan matematika<br />
yang menggembirakan. Ibarat sepetak<br />
lahan, matematika <strong>di</strong>olah dan <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan<br />
objek wisata menarik bagi minat anak dan<br />
sekaligus sebagai ruang pengembangan<br />
Drs. Abdullah, MH<br />
bagi <strong>di</strong>ri mereka. “Di sini.. matematika<br />
sudah menja<strong>di</strong> bagian tak terpisahkan dari<br />
kebutuhan belajar anak,” tukasnya mantap.<br />
<strong>Madrasah</strong> ini telah berkomitmen<br />
untuk mengembangkan matematika sebagai<br />
mata pelajaran rekreatif bagi siswa.<br />
Dan pada setiap tahun pembelajaran baru,<br />
selalu <strong>di</strong>cari kader-kader penerus bidang<br />
matematika. Selain menggali bakat<br />
bawaan matematik tersebut, juga dengan<br />
memetakan anak-anak yang minatnya<br />
kuat meski dengan bakat yang pas-pasan.<br />
Lantas keduanya <strong>di</strong>godok dan <strong>di</strong>matangkan<br />
dalam proses pembelajaran matematik<br />
yang khas.<br />
Langkah tersebut tampak sangat<br />
brilian. Terbukti, penggodokan yang <strong>di</strong>lakukan<br />
sejak tahun 2010 itu telah membuahkan<br />
hasil cukup gemilang. Tak tanggung-tanggung,<br />
dua siswanya sanggup<br />
bersaing <strong>di</strong> kancah olimpiade internasional.<br />
Rizka Amaliyah berhasil meraih juara<br />
III Wizard at Mathematics International<br />
Competition (Wizmic) 2011 <strong>di</strong> In<strong>di</strong>a. Sedangkan<br />
Syarofatul Imamah, pada tahun<br />
2012, berprestasi menggondol medali perunggu<br />
dari kompetisi matematika Internasional<br />
‘World Mathematics Team<br />
Champion’ (WMTC) <strong>di</strong> Beijing China.<br />
Ini adalah bukti nyata, bahwa madrasah<br />
yang berbasis pelajaran keagamaan<br />
telah sanggup mendobrak anggapan masyarakat<br />
yang menganggap matematika<br />
cuma “milik” sekolah umum. “Ketika madrasah<br />
mampu membuktikan matematika<br />
menja<strong>di</strong> kebutuhan siswa, prestasi setingkat<br />
apapun akan bisa kita <strong>di</strong>raih,” tukasnya<br />
memberikan kiat sukses. “Tapi yang<br />
lebih penting lagi, para juara itu harus<br />
memiliki regenerasi berikutnya,” tandasnya.<br />
Untuk penjaringan generasi matematik<br />
tersebut, salah satunya dengan<br />
membuat even Kompetisi <strong>Matematika</strong>.<br />
MTsN Sumenep telah dua kali menyelenggarakan<br />
kompetisi tersebut, yang <strong>di</strong>ikuti<br />
siswa SD/MI se Madura. Untuk tahun<br />
2013 ini telah <strong>di</strong>ikuti 240 peserta,<br />
dengan menetapkan 5 juara; juara I Salman<br />
Damai Alfariq dari SDN Pagentenan I<br />
Pamekasan, Juara II Dwi Ananda Sanbari<br />
dari SDN Pagarbatu Bluto Sumenep, juara<br />
III Ajeng K, dari SDN Pagentanan I Pamekasan,<br />
dan juara harapan I Fanesya<br />
Putri Azzahra dari SDN Pagentenan I<br />
Pamekasan, serta juara harapan II Listiani<br />
Safitri dari SDN Bulay 2 Pamekasan.<br />
Abdullah berharap, agar insan-insan<br />
madrasah yakin bahwa madrasah punya<br />
potensi besar dalam bidang matematika.<br />
Keyakinan itulah yang membuat <strong>di</strong>rinya<br />
sejak bertugas <strong>di</strong> tahun 2010 <strong>di</strong> MTsN<br />
Gedung MTsN Sumenep tampak depan<br />
Pengharagaan dari Bupati Sumenep<br />
kepada Syarifatul Imamah<br />
42 MPA 320 / Mei 2013
semenep langsung mencanangkan program<br />
pengembangan matematika. Meski<br />
tentu saja tantangan dan rintangannya tak<br />
ringan. Banyak kendala yang menghadang<br />
saat program tersebut <strong>di</strong>gulirkan. “<strong>Madrasah</strong><br />
selalu <strong>di</strong>konotasikan sebagai lembaga<br />
pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan plus, yang plusnya itu<br />
<strong>di</strong>artikan semata-mata bidang pengembangan<br />
keagamaan,” ungkapnya. “Nah, dari<br />
sini saya punya obsesi untuk memperluas<br />
pemahaman itu dalam pengembangan<br />
matematika,” tuturnya bersemangat.<br />
Lantas, adakah pengembangan matematika<br />
wajib <strong>di</strong>prasaranai sebuah laboratorium<br />
matematika yang cukup representatif<br />
H. Hairud<strong>di</strong>n, S.Pd, M.Pd, salah<br />
seorang guru matematika, menepis<br />
anggapan tersebut. Bahkan <strong>di</strong> MTs Negeri<br />
Sumenep hingga kini belum memiliki fasilitas<br />
pendukung berupa laboratorium<br />
Riska Amaliyah<br />
Pengalungan Penghargaan pada<br />
Olimpiade Matematik <strong>di</strong> Lucknow In<strong>di</strong>a<br />
Hj. Uchuwatussalasiah, S.Pd, Dra. Lailatul<br />
Fajar, Astrin Oktafasrian, S.Pd dan<br />
M. Kholid, S.Pd. Namun lebih dari itu,<br />
juga <strong>di</strong>datangkan para profesional <strong>di</strong><br />
bidang matematika. Seperti Ahmad Faizal<br />
KH, ST, SE, M.Pd (Trainer Nasional<br />
Olimpiade <strong>Matematika</strong> dan Direktur<br />
Utama Erick Institute), Sukino, M.Sc<br />
(Trainer Nasional Oleimpiade <strong>Matematika</strong>),<br />
dan yang lainnya.<br />
Meski demikian, MTsN Sumenep<br />
matematika yang layak. “Yang selama ini<br />
kami tekankan, adalah kekompakan antar<br />
guru matematika,” tuturnya bersahaja.<br />
Ketua MGMP dan Koor<strong>di</strong>nator guru<br />
matematika <strong>di</strong> KKM (Kelompok Kerja<br />
<strong>Madrasah</strong>) MTsN Sumenep ini menyatakan,<br />
bahwa setiap guru harus menumbuhkan<br />
semangat siswa terhadap matematika.<br />
“Ini wajib menja<strong>di</strong> perhatian utama<br />
bagi guru matematika. Mereka harus<br />
pula melakukan koor<strong>di</strong>nasi, terutama<br />
menyangkut masalah metode maupun<br />
penerapannya,” tambahnya mengingatkan.<br />
Komunikasi semacam itulah yang<br />
terja<strong>di</strong> saban hari <strong>di</strong> MTs Negeri Sumenep.<br />
Antar guru matematika selalu sharing<br />
untuk memecahkan bersama-sama<br />
setiap kali muncul<br />
persoalan yang menyangkut<br />
matematika. “Dengan<br />
begitu ketika masuk <strong>di</strong><br />
ruang kelas, para siswa tidak<br />
lagi kesulitan menerima pelajaran<br />
matematika,” ucapnya<br />
bernada harap.<br />
Di sisi lain, 4 jam pelajaran<br />
matematika perminggu<br />
– sebagaimana ketetapan<br />
pemerintah dalam kurikulum<br />
reguler, <strong>di</strong>tambah 1 jam lagi<br />
sehingga alokasi pelajarannya<br />
menja<strong>di</strong> 5 jam. “Itu untuk<br />
kelas unggulan, atau kelas<br />
yang memiliki kemampuan lebih, atau<br />
yang berbakat <strong>di</strong> kelas 8 dan 9,” jelasnya.<br />
Sedangkan program kelas khusus,<br />
kelas pilot projec yang memang <strong>di</strong><strong>di</strong>sain<br />
khusus bagi mata pelajaran matematika<br />
dan bahasa Inggris, alokasi waktunya <strong>di</strong>tambah<br />
4 jam sehingga menja<strong>di</strong> 9 jam.<br />
“Itupun masih <strong>di</strong>tambah satu jam lagi sebelum<br />
masuk kelas”, tukasnya. “Juga<br />
tambahan jam insidentil saat menghadapi<br />
kompetisi, atau kegiatan keluar untuk<br />
pengayaan matematik,” tambahnya.<br />
Ketika menghadapi kompetisi, mereka<br />
tak hanya <strong>di</strong>bimbing enam guru matematika<br />
profesional semata; H. Hairud<strong>di</strong>n,<br />
S.Pd., M.Pd, Eko Juniyanto, S.Pd,<br />
Syarofatul Imamah (nomor empat dari kiri)<br />
bersama para juara pada Internasional World Mathematics Team<br />
Champion WMTC <strong>di</strong> Beijing China, tahun 2012<br />
yang bervisikan “Beriman, Bertaqwa Kepada<br />
Allah SWT, Berakhlaq Mulia, Terampil<br />
serta Unggul Dalam Prestasi” ini<br />
tak menomor-duakan bidang stu<strong>di</strong> lain.<br />
Pada prinsipnya, posisi pelajaran keagamaan<br />
tetap menempati posisi teratas. Sedangkan<br />
matematika merupakan bidang<br />
ilmu yang populer <strong>di</strong> MTsN Sumenep.<br />
Prestasi bidang matematika, termasuk<br />
juga bidang olah raga, kesenian, cabangcabang<br />
MTQ dan yang lain, sangat besar<br />
pengaruhnya bagi eksistensi madrasah.<br />
Itulah pasalnya, MTs Negeri Sumenep<br />
kerap mengikutsertakan peserta <strong>di</strong><strong>di</strong>knya<br />
pada setiap even lomba. “Kami<br />
tak membedakan mata pelajaran yang<br />
lain. Semuanya menja<strong>di</strong><br />
prioritas kami. Hanya<br />
ketepatan yang sekarang lagi<br />
mencuat <strong>di</strong> sini adalah<br />
matematika,” paparnya.<br />
“Momentum ini kami manfaatkan<br />
sebagai awal kebangkitan<br />
matematika <strong>di</strong> madrasah.<br />
Alhasil, kalau kita bisa<br />
mendobrak kurikulum yang<br />
ada, maka akan menghasilkan<br />
lompatan-lompatan yang<br />
terduga,” tegasnya.<br />
Syaf Anton<br />
MPA 320 / Mei 2013<br />
43