Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakuliah Jaringan Komputer ...
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakuliah Jaringan Komputer ...
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakuliah Jaringan Komputer ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />
Menggunakan Teknik turnamen belajar<br />
Elfizar dan Alfirman………………………………..…………………..1-5<br />
<strong>Peningkatan</strong> Hasil belajar Matematika Siswa Kelas XI MAN 2 Model.<br />
PekanbaruMelalaui <strong>Pembelajaran</strong> berdasarkan Masalah dan Kooperatif Tipe<br />
Tai<br />
Susda Heleni, Zulkarnain…….…………………….............................6-12<br />
<strong>Pembelajaran</strong> yang Diawali dengan Pemberian Soal Cerita Untuk<br />
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika siswa kelas V-A SDN 004 Rumbai<br />
Pekanbaru<br />
Zulkarnain…………………………………………………..………...13-18<br />
Pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa<br />
inggris siswa SMA di kota Pekanbaru, Kab. Pelalawan, dan Siak<br />
Mahdum……………...………………………………………………..19-27<br />
Model controversial issue untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar<br />
matakuliah ekonomi pembangunan<br />
Henny Indrawati………………………………………………..…….28-34<br />
Pemetaan kompetensi dasar siswa mata pelajaran kimia dan alternative<br />
pemecahan masalah di provinsi riau<br />
Jimmy copriady………………….………………………………...…35-42<br />
Penggunaan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita<br />
fantasi mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau<br />
Otang Kurniawan dan Jismulatif………………………………...….43-51
JURNAL PENDIDIKAN<br />
JOURNAL OF EDUCATION<br />
Penanggung Jawab<br />
Prof. Dr. Usman M. Tang, MS<br />
(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Riau)<br />
Ketua Dewan Editor<br />
Dr. Caska, M.Si<br />
Anggota Dewan Editor<br />
Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE. MP.<br />
Prof.Dr. Zulfan Saam, MS<br />
Dr. Hasnah Fauziah, M.Hum<br />
Dr. Dudung Burhanuddin, M.Pd<br />
Dr..Henny Indrawati, SP,MM<br />
Dr. Gimin, M.Pd<br />
Editor Teknik<br />
Drs.Jismulatif,M.Hum<br />
Alamat Penerbit/Redaksi:<br />
Lembaga Penelitian Universitas Riau<br />
Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru<br />
Telp. (0761) 567093<br />
Fax (0761) 63279<br />
Email: ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com<br />
Email: faizjis@yahoo.co.id<br />
Terbit 2 kali dalam satu tahun: April, Oktober
JURNAL PENDIDIKAN<br />
JOURNAL OF EDUCATION<br />
Penanggung Jawab<br />
Prof. Dr. Usman M. Tang, MS<br />
(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Riau)<br />
Ketua Dewan Editor<br />
Dr. Caska, M.Si<br />
Anggota Dewan Editor<br />
Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE. MP.<br />
Prof.Dr. Zulfan Saam, MS<br />
Dr. Hasnah Fauziah, M.Hum<br />
Dr. Dudung Burhanuddin, M.Pd<br />
Dr..Henny Indrawati, SP,MM<br />
Dr. Gimin, M.Pd<br />
Editor Teknik<br />
Drs.Jismulatif,M.Hum<br />
Alamat Penerbit/Redaksi:<br />
Lembaga Penelitian Universitas Riau<br />
Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru<br />
Telp. (0761) 567093<br />
Fax (0761) 63279<br />
Email: ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com<br />
Email: faizjis@yahoo.co.id<br />
Terbit 2 kali dalam satu tahun: April, Oktober
Elfizar dan Alfirman<br />
Jurnal Pendidikan<br />
<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />
<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong><br />
<strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />
Menggunakan Teknik Turnamen Belajar<br />
Elfizar dan Alfirman<br />
Program Studi Manajemen Informatika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru<br />
Email : izars@yahoo.com<br />
ABSTRAK: <strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong> di Program Studi Manajemen Informatika FMIPA<br />
Universitas Riau adalah salah satu matakuliah inti yang harus dipahami dan dikuasai oleh mahasiswa.<br />
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa, pada penelitian digunakan Teknik<br />
Turnamen Belajar sebagai salah satu metode yang akan digunakan dalam proses perkuliahan. Mahasiswa<br />
pertama kali dikelompokkan berdasarkan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dalam suatu kelompok<br />
harus terdiri dari mahasiswa yang memiliki IPK tinggi, sedang dan rendah. Setelah diberikan materi<br />
yang harus didiskusikan, mahasiswa selanjutnya diuji dengan beberapa pertanyaan tertulis secara individu.<br />
Hasil individu ini dikumpulkan oleh masing-masing ketua kelompok untuk dihitung rata-ratanya yang<br />
selanjutnya disebut sebagai nilai kelompok. Keseluruhan langkah diatas disebut sebagai satu ronde.<br />
Penelitian ini melibatkan dua siklus yang masing-masingnya memiliki dua ronde. Evaluasi turnamen<br />
untuk setiap siklus ditentukan berdasarkan nilai UTS (untuk siklus I) dan nilai UAS (untuk siklus II).<br />
<strong>Kualitas</strong> pembelajaran diukur berdasarkan nilai akhir mahasiswa yang dihitung berdasarkan nilai ratarata<br />
kelompok, nilai UTS, dan nilai UAS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Teknik Turnamen<br />
Belajar mampu meningkatkan kualitas pembelajaran matakuliah ini dengan persentase nilai A dan B<br />
yang berhasil diperoleh mahasiswa jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun akademis sebelumnya.<br />
Katakunci : <strong>Jaringan</strong> komputer, <strong>Kualitas</strong> pembelajaran, Turnamen Belajar.<br />
ABSTRACT:Computer network study in Manajemen Informatika, MIPA faculty, Riau University is<br />
one of essential study program that must be comprehended by students. As one of efforts to increase<br />
student comprehension, Tournament Study Technic is considere to be used in study process.As first,<br />
students will be grouped based on IPK. In a group consisting of students who gets high, average, and<br />
low IPK. After giving the exact material for discussion, students will be tested with some individual<br />
written question. The individual’s result submitted by each group leader to find the average score and<br />
then will be considered group score. All of phases above is regarded as first round. This research<br />
involves two cycles that each group has two rounds. The tournament’s evaluation for each cycles will<br />
be decided by UTS assessment (For first cycle) and UAS assessment (for second cycle). The learning<br />
quality measured by the final score of students will be grouped by the students’ average values, UTS<br />
values, and UAS values. The result of this reserch shows that the Tournament Study Technic is able to<br />
increase the learning quality in this subject with the value A and B percentage is increasing than the<br />
previous academic year.<br />
Keyword: Computer Network, Learning Quality, Tournament Study.<br />
1
Elfizar dan Alfirman<br />
Jurnal Pendidikan<br />
<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />
PENDAHULUAN<br />
<strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong> (MAI2202) merupakan<br />
salah satu matakuliah inti yang terdapat<br />
pada kurikulum Program Studi Manajemen<br />
Informatika Jurusan Matematika FMIPA Universitas<br />
Riau. <strong>Matakuliah</strong> ini harus dikuasai mahasiswa<br />
ketika setiap komputer yang ada dimanapun<br />
perlu berinteraksi dengan dunia luar (Internet).<br />
<strong>Matakuliah</strong> ini memiliki beban 3 SKS dan<br />
disajikan pada semester keempat. Adapun materi<br />
yang terkandung pada matakuliah ini adalah :<br />
Pengertian <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong>, Model Arsitektur :<br />
ISO OSI dan TCP/IP, Topologi jaringan,<br />
Ethernet, Media Transmisi, Perancangan LAN,<br />
Pengalamatan IP, Subneting, dan Routing<br />
(Universitas Riau, 2009).<br />
Data nilai akhir mahasiswa yang mengambil<br />
matakuliah ini pada T.A. 2007/2008 dan<br />
T.A. 2008/2009 adalah sebagai berikut: pada T.A.<br />
2007/2008, prosentasi mahasiswa yang mendapatkan<br />
nilai A, B, C, dan D secara berturut-turut<br />
adalah 5,88%, 30,88%, 47,06%, dan 16,18%.<br />
Kemudian pada T.A. 2008/2009 prosentasi<br />
mahasiswa yang mendapatkan nilai A, B, C, dan<br />
D secara berturut-turut adalah 8,56%, 39,83%,<br />
41,53%, dan 10,08%. Berdasarkan data tersebut<br />
walaupun terdapat peningkatan namun masih<br />
sangat kecil. Artinya, dapat dikatakan bahwa<br />
kemampuan penguasaan materi oleh mahasiswa<br />
terhadap matakuliah ini relatif tidak merata dan<br />
hampir sebagian besar kemampuannya masih<br />
sangat rendah. Kemudian, jelas terlihat bahwa<br />
prosentasi mahasiswa lebih banyak tersebar pada<br />
nilai di bawah B, dan sedikit sekali mahasiswa<br />
yang mendapatkan nilai A.<br />
Untuk mengatasi masalah diatas, diperlukan<br />
inovasi yang mampu membuat perkuliahan<br />
menjadi lebih menarik dan disukai mahasiswa serta<br />
membangkitkan motivasi mahasiswa dalam<br />
berkompetisi sehingga terjadi peningkatan kualitas<br />
pembelajaran.<br />
Menurut Silberman (2006), pembelaja-<br />
ran melalui turnamen merupakan teknik pembelajaran<br />
yang menggabungkan belajar kelompok<br />
dengan kompetisi kelompok. Salah satu tahap<br />
yang terdapat pada teknik turnamen belajar ini<br />
adalah membagi mahasiswa menjadi beberapa<br />
kelompok yang beranggotakan 2 sampai 8 orang<br />
yang berkemampuan akademik tinggi, sedang dan<br />
rendah.<br />
Mahasiswa yang mempunyai kelebihan<br />
dengan ikhlas mau membantu mereka yang<br />
mempunyai kekurangan, sebaliknya mereka yang<br />
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau<br />
belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan<br />
tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif<br />
pun terjadi di perkuliahan dalam rangka untuk<br />
mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah<br />
yang diharapkan, yakni mahasiswa yang aktif,<br />
kreatif dan mandiri (Suparno, 2000).<br />
METODE PENELITIAN<br />
Penelitian ini dilaksanakan di Program<br />
Studi Manajemen Informatika FMIPA Universitas<br />
Riau. Waktu penelitian dilaksanakan pada<br />
semester genap tahun akademis 2009/2010.<br />
Subjek penelitian adalah mahasiswa Program<br />
Studi Manajemen Informatika yang mengambil<br />
<strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong> yang berjumlah<br />
33 orang, sedangkan objek penelitian adalah hasil<br />
belajar dan respon mahasiswa terhadap strategi<br />
yang digunakan.<br />
Penelitian dilakukan dalam dua siklus<br />
dimana setiap siklusnya meliputi tahap-tahap: (1)<br />
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan<br />
(4) refleksi tindakan.<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Dari 33 orang mahasiswa yang mengambil<br />
matakuliah ini selanjutnya dibagi menjadi 7<br />
kelompok. Lima kelompok pertama beranggotakan<br />
5 orang, sedangkan dua kelompok<br />
berikutnya beranggotakan 4 orang. Anggota<br />
masing-masing kelompok ditentukan berdasarkan<br />
2
Elfizar dan Alfirman<br />
Jurnal Pendidikan<br />
<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />
VII<br />
VI<br />
Kelompok<br />
V<br />
IV<br />
III<br />
Sesi II Ronde 2<br />
Sesi II Ronde 1<br />
Sesi I Ronde 2<br />
Sesi I Ronde 1<br />
II<br />
I<br />
0 20 40 60 80 100 120<br />
Nilai<br />
Gambar 1. Perbandingan nilai kelompok untuk setiap ronde dan siklus<br />
nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).<br />
Setelah memberikan materi perkuliahan<br />
kepada kelompok untuk dipelajari bersama,<br />
turnamen dilaksanakan dengan cara memberikan<br />
beberapa pertanyaan kepada mahasiswa. Setiap<br />
mahasiswa harus menjawab pertanyaan secara<br />
individu (bukan diskusi kelompok).<br />
Lembar jawaban diatas langsung dikoreksi<br />
dengan cara saling menukarkannya kepada<br />
mahasiswa lain yang berbeda kelompok. Setelah<br />
dinilai lembar jawaban tadi diserahkan kembali<br />
kepada pemiliknya. Masing-masing ketua<br />
kelompok membuat rekapitulasi nilai setiap<br />
anggota kelompoknya. Rata-rata nilai anggota ini<br />
merupakan nilai untuk kelompok tersebut. Semua<br />
kegiatan yang dilakukan diatas disebut sebagai<br />
satu ronde dari turnamen belajar. Untuk lebih<br />
memahami materi yang diberikan, turnamen ini<br />
dilaksanakan dengan menggunakan dua ronde<br />
pada setiap siklus.<br />
Berdasarkan nilai yang diperoleh mahasiswa<br />
dalam setiap ronde dapat dilihat bahwa<br />
dalam satu kelompok nilai yang diperoleh oleh<br />
mahasiswa tidak jauh berbeda dengan mahasiswa<br />
lainnya yang berada dalam kelompok tersebut.<br />
Ini menunjukkan bahwa terjadi transfer kemampuan<br />
antar sesama anggota dalam satu kelompok.<br />
Perbandingan nilai yang diperoleh oleh<br />
kelompok dalam setiap ronde dan siklus dapat<br />
dilihat pada Gambar 1. Selanjutnya dari Gambar<br />
1 dapat diperhatikan bahwa terdapat kecenderungan<br />
bahwa nilai kelompok mengalami<br />
kenaikan pada setiap ronde untuk satu siklus,<br />
terutama nilai kelompok pada siklus II. Ini merupakan<br />
suatu indikator yang menunjukkan bahwa<br />
kemampuan mahasiswa mengalami peningkatan<br />
dengan melakukan diskusi kelompok.<br />
Evaluasi penggunaan metode turnamen ini<br />
dilihat berdasarkan dua hal. Pertama adalah<br />
berdasarkan nilai ujian tengah semester (UTS)<br />
untuk melihat keberhasilan metode pada siklus I<br />
dan berdasarkan nilai ujian akhir semester (UAS)<br />
untuk melihat keberhasilan pada siklus II. Kedua<br />
adalah berdasarkan nilai akhir yang diperoleh<br />
mahasiswa yang mengkombinasikan nilai turnamen,<br />
UTS, dan UAS untuk melihat keberhasilan<br />
mahasiswa secara menyeluruh.<br />
Dari data UTS dan UAS yang didapatkan<br />
mahasiswa, walaupun nilai UTS mahasiswa<br />
yang tertinggi masih terlalu jauh perbedaannya<br />
dengan nilai UTS mahasiswa yang terendah,<br />
namun jika dilihat nilai UTS ini perkelompok maka<br />
dapat dikatakan bahwa seluruh kelompok memiliki<br />
nilai yang variasinya kecil. Prestasi ini semakin<br />
baik untuk nilai UAS dimana mahasiswa<br />
memperoleh nilai tertinggi 95 dan nilai terendah<br />
75. Kemudian kalau dilihat nilai UAS ini<br />
perkelompok, maka nilai mahasiswa dalam satu<br />
kelompok cenderung sama (variansinya cukup<br />
kecil). Artinya kemampuan mahasiswa dalam satu<br />
kelompok semakin merata.<br />
Total nilai akhir mahasiswa untuk <strong>Matakuliah</strong><br />
<strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong> ini dihitung menggunakan<br />
rumus :<br />
3
Elfizar dan Alfirman<br />
Jurnal Pendidikan<br />
<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />
Total = (40%*UAS) +<br />
(30%*UTS)+(30%*NT i<br />
)<br />
dengan NT i<br />
adalah rata-rata nilai kelompok kei<br />
untuk 4 ronde yang dihitung dari rumus :<br />
( NK + NK + NK NK ) 4<br />
NT<br />
i<br />
=<br />
i11 i12<br />
i<br />
+<br />
21 i22<br />
dimana :<br />
NK<br />
i 11<br />
= Nilai Kelompok i pada Siklus I Ronde<br />
1<br />
NK<br />
i 12<br />
= Nilai Kelompok i pada Siklus I<br />
Ronde 2<br />
NK<br />
i 21<br />
= Nilai Kelompok i pada Siklus II<br />
Ronde 1<br />
NK<br />
i 22<br />
= Nilai Kelompok i pada Siklus II<br />
Ronde 2<br />
Nilai total diatas digunakan untuk<br />
menghitung nilai akhir mahasiswa menggunakan<br />
ketentuan yang terdapat pada Tabel 1. Ketentuan<br />
ini sama dengan ketentuan yang digunakan pada<br />
penilaian tahun akademis sebelumnya.<br />
Tabel 1. Kriteria penentuan nilai akhir<br />
Tabel 2. Penyebaran nilai akhir mahasiswa<br />
Jumlah mahasiswa yang<br />
Kelomp<br />
mendapatkan nilai akhir<br />
ok<br />
A B C D E<br />
I - 4 1 - -<br />
II - 5 - - -<br />
III 2 3 - - -<br />
IV 1 3 1 - -<br />
V 2 3 - - -<br />
VI 1 1 2 - -<br />
VII 1 2 1 - -<br />
Total 7 21 5 - -<br />
Persent<br />
ase<br />
21,21<br />
%<br />
63,64<br />
%<br />
15.15<br />
%<br />
- -<br />
4
Elfizar dan Alfirman<br />
Jurnal Pendidikan<br />
<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />
Berdasarkan total nilai dan nilai akhir yang<br />
diperoleh mahasiswa dapat dihitung penyebaran<br />
nilai untuk setiap kelompok seperti yang tertera<br />
pada Tabel 2. Jelas terlihat bahwa penyebaran nilai<br />
akhir mahasiswa lebih banyak terdapat pada nilai<br />
A dan B. Dibandingkan dengan tahun akademis<br />
sebelumnya jelas hasil ini mengalami peningkatan<br />
yang signifikan.<br />
KESIMPULAN<br />
Dari hasil penelitian dan pembahasan<br />
yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa<br />
kesimpulan sebagai berikut:<br />
1. Teknik Turnamen Belajar berhasil diterapkan<br />
pada perkuliahan <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />
karena dapat memberikan kesempatan<br />
kepada mahasiswa dalam suatu<br />
kelompok untuk saling mentransfer<br />
pengetahuannya kepada yang lain dan<br />
saling berkompetisi dengan kelompok lain<br />
untuk menjadi yang terbaik.<br />
2. Teknik Turnamen Belajar yang diterapkan<br />
telah meningkatkan kualitas mahasiswa<br />
yang mengambil <strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong><br />
<strong>Komputer</strong> sehingga menghasilkan persentasi<br />
kelulusan 100% dengan nilai<br />
terendah C dan memiliki persentase terbanyak<br />
yaitu pada nilai A dan B.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan<br />
<strong>Pembelajaran</strong>. Rineka Cipta. Jakarta.<br />
Kemp, J.E. 1994. Proses perancangan<br />
pengajaran. Penerbit ITB. Bandung<br />
Lammle, Todd. 2004. CCNA Study<br />
Guide. Sybex.<br />
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar<br />
Mengajar. Raja Grafindo Persada.<br />
Jakarta.<br />
Silberman, M. 2006. Active Learning: 101<br />
Strategi <strong>Pembelajaran</strong> Aktif.<br />
Terjemahan Raisul Muttaqien. Nusamedia.<br />
Bandung.<br />
Slavin, R. 1995. Cooperative Learning Theory<br />
Research and Practise. Allyn and<br />
Bacon. Boston<br />
Suparno, A. S. 2000. Membangun Kompetensi<br />
Belajar. Direktorat Jenderal Pendidikan<br />
Tinggi Departemen Pendidikan<br />
Nasional. Jakarta.<br />
Universitas Riau. 2009. Buku Pedoman Fakultas<br />
Matematika dan Ilmu Pengetahuan<br />
Alam Universitas Riau.<br />
Unri-Press. Pekanbaru.<br />
5
Susda Heleni, Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan1<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA<br />
KELAS X 1<br />
MAN 2 MODEL PEKANBARU MELALUI<br />
PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH<br />
DAN KOOPERATIF TIPE TAI<br />
Susda Heleni, Zulkarnain<br />
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRI<br />
Pekanbaru, Riau, Indonesia<br />
ABSTRAK: Tujuan pembelajaran matematika di Madrasah Aliyah (MA) yang tercantum dalam<br />
kurikulum 2004 adalah mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan<br />
serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (Depdiknas, 2004). Tujuan ini, tidaklah mudah<br />
dicapai oleh siswa MA. Madrasah Aliyah memiliki dua jenis mata pelajaran yaitu mata pelajaran yang<br />
sifatnya umum dan mata pelajaran agama. Namun pihak sekolah mengharapkan siswa mampu menguasai<br />
kedua jenis mata pelajaran ini dan mencapai hasil belajar yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di lapangan<br />
menunjukkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran umum masih rendah terutama pada pelajaran<br />
matematika. Tuntutan dari tujuan pembelajaran matematika yang tercantum pada kurikulum 2004 ini<br />
sesuai dengan teori konstruktivisme. Teori ini menganjurkan keterlibatan siswa secara aktif dalam<br />
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang berdasarkan teori<br />
konstruktivisme adalah model pembelajaran berdasarkan masalah. Dari beberapa hasil penelitian, terlihat<br />
gejala dimana pada model pembelajaran berdasarkan masalah belum terciptanya rasa tanggung jawab<br />
setiap individu (siswa) dalam menemukan informasi dan siswa yang dikategorikan pintar belum mempunyai<br />
rasa tanggung jawab untuk membantu siswa yang lemah dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi<br />
masalah ini salah satu model pembelajaran yang menekankan pada tanggung jawab individu/anggota<br />
kelompok dalam menemukan informasi dan penekanan pada aspek sosial.adalah model pembelajaran<br />
kooperatif (Slavin, 1995). Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu TAI (Team Asisted<br />
Individualization) yaitu pembelajaran dimana setiap siswa berfungsi sebagai asisten dalam kelompoknya<br />
(Slavin, 1995). Berdasarkan hal tersebut, peneliti menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah<br />
dengan kooperatif tipe TAI. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah pembelajaran<br />
berdasarkan masalah dan kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa<br />
kelas X 1<br />
MAN 2 Model Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).<br />
Bentuk penelitian ini adalah PTK kolaboratif. Subjek penelitian adalah siswa kelas X 1<br />
MAN 2 Model<br />
Pekanbaru berjumlah 32 orang (9 siswa laki-laki, 23 siswa perempuan). Hasil yang diperoleh dalam<br />
penelitian ini adalah model pembelajaran berdasarkan masalah dan kooperatif tipe TAI dapat<br />
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X 1<br />
MAN 2 Model Pekanbaru pada materi pokok<br />
ruang dimensi tiga.<br />
Kata Kunci: Konstruktivisme, <strong>Pembelajaran</strong> berdasarkan masalah, Kooperatif, TAI<br />
6
Susda Heleni, Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan1<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />
ENHANCING STUDENTS’ LEARNING RESULTS OF<br />
MATHEMATICS AT X 1<br />
MAN 2 MODEL PEKANBARU<br />
THROUGH THE TEACHING AND LEARNING BASED ON PROBLEMS AND<br />
COOPERATIVE TYPE TAI<br />
ABSTRACT: The aims of the teaching and learning mathematics in Madrasah Aliyah (MA) mentioned<br />
in the 2004 curriculum is to develop creative activity that includes imagination, intuition, and invention,<br />
as well as to develop the ability in solving problems (Depdiknas, 2004). This aim is not easy to be<br />
reached by MA students. Madrasah Aliyah has two kinds of subjects, they are, general subjects and<br />
religion subjects. The school hopes that the students can master these two kinds of subjects and get<br />
good learning results. The real situation shows that the learning results of the students in the general<br />
subjects is still low, particularly in mathematics subject. The demand of the aims of the teaching and<br />
learning mathematics included in the 2004 curriculum is in accordance with the Constructivism theory.<br />
This theory suggests the involvement of students actively in the teaching and learning process centred<br />
on students. One of the teaching and learning models based on the Constructivism theory is the teaching<br />
and learning model based on problems. From several research findings, there has been phenomenon at<br />
the teaching and learning model based on problems and the students who are categorized smart have<br />
not had sense of responsibility to help poor students in group activity. To overcome this problem, one<br />
of the teaching and learning models that focuses on individual’s or members of the group’s responsibility<br />
in getting information and the stresses on social aspect is cooperative teaching and learning model,<br />
(Slavin, 1995). One of the cooperative teaching and learning models is TAI (Team Assisted<br />
Individualization) where each student functions as assistant in his/her group (Slavin, 1995). Based on<br />
that fact, the writer applies teaching and learning activity based on problems with cooperative TAI type.<br />
Formulation of the problem in this research is “ Can the teaching and learning model based on problems<br />
and cooperative type TAI increase students’ learning results in mathematics of the tenth one grade at<br />
MAN 2 Model Pekanbaru This is Classroom Action Research (CAR).The form of the research is<br />
collaborative Classroom Action Research. The subject is the tenth one grade at MAN 2 Model Pekanbaru<br />
that consists of 32 students (9 male and 23 female). The result of this research is that teaching and<br />
learning model based on problems and cooperative type TAI can increase students’ learning results of<br />
mathematics at the tenth one grade at MAN 2 Model Pekanbaru in the topic of Three Dimension<br />
Space.<br />
Key Words: Constructivism, Teaching and Learning based on Problems, Cooperative, TAI<br />
PENDAHULUAN<br />
Tujuan pembelajaran matematika di Madrasah<br />
Aliyah (MA) yang tercantum dalam kurikulum<br />
2004 adalah (1) melatih cara berpikir dan menalar<br />
dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan<br />
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi<br />
dan penemuan, (3) mengembangkan kemampuan<br />
memecahkan masalah, (4) mengembangkan<br />
kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan<br />
gagasan (Depdiknas, 2004).<br />
Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika ini<br />
dapat dilihat dari hasil belajar matematika.<br />
MAN 2 Model Pekanbaru merupakan<br />
sekolah yang memiliki mata pelajaran umum<br />
ditambah dan pelajaran agama. Pihak sekolah<br />
mengharapkan adanya keseimbangan antara<br />
pelajaran umum dan pelajaran agama. Kenyataan<br />
7
Susda Heleni, Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan1<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />
yang diperoleh hasil belajar siswa dalam pelajaran<br />
umum masih tergolong rendah, terutama pada<br />
pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar<br />
matematika tersebut dapat dilihat pada tabel 1<br />
dan tabel 2 berikut.<br />
Tabel 1. Persentase Daya Serap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MAN 2 Model Pekanbaru<br />
Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2002 – 2005.<br />
Pekanbaru Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2002 – 2005.<br />
No Materi Pokok Persentase Daya Serap Hasil Belajar<br />
2002-2003 2003-2004 2004 - 2005<br />
1 Perbandingan dan FungsiTrigonometri 55% 55% 45%<br />
2 Logika Matematika 55% 60% 55%<br />
3 Ruang Dimensi Tiga 40% 45% 50%<br />
Tabel 2. Ketuntasan Klasikal kelas X MAN 2 Model Pekanbaru pada Materi Pokok Sebelum<br />
Ruang Dimensi Tiga Tahun Pelajaran 2005/2006<br />
Materi Pokok<br />
Persentase Ketuntasan Klasikal<br />
Kls X 1 Kls X 2 Kls X 3 Kls X 4 Kls X 5 Kls X 6 Kls X 7 Kls X 8<br />
Trigonometri 48 50 50 50 60 55 56 50<br />
LogikaMamatematika 50 55 60 50 62 58 58 58<br />
Sumber: Guru Mata Pelajaran Matematika MAN MAN 2 Model 2 Model Pekanbaru Pekanbaru<br />
Usaha yang telah dilakukan guru untuk<br />
meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya<br />
membentuk kelompok belajar, sistem diskusi,<br />
siswa ke depan kelas mengerjakan soal dan tanya<br />
jawab. Namun usaha tersebut belum juga dapat<br />
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.<br />
Tuntutan kurikulum 2004, siswa hendaknya<br />
berfikir dan menalar dalam menarik<br />
kesimpulan, mengembangkan kreativitas, mampu<br />
memecahkan suatu permasalahan, mampu<br />
mengkomunikasikan gagasannya. Tuntutan<br />
kurikulum 2004 ini sesuai dengan teori konstruktivisme.<br />
Prinsip teori konstruktivisme adalah<br />
siswa harus mampu membangun pengetahuan<br />
dalam pikirannya dengan menemukan atau<br />
Tabel 3. Tahap-Tahap <strong>Pembelajaran</strong> Berdasarkan Masalah<br />
menerapkan sendiri ide-ide untuk mencapai<br />
tingkat pemahaman yang tinggi (Nur dan<br />
Wikandari, 2000). Teori konstruktivisme<br />
menganjurkan keterlibatan siswa secara aktif<br />
dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa.<br />
Salah satu model pembelajaran yang berdasarkan<br />
teori konstruktivisme adalah model pembelajaran<br />
berdasarkan masalah. Model ini merupakan<br />
model pembelajaran yang membantu siswa<br />
mengembangkan ketrampilan berpikir, ketrampilan<br />
pemecahan masalah yang autentik dan<br />
menjadi pembelajar yang mandiri (Ibrahim dan<br />
Nur, 2000). Ibrahim dan Nur (2000) mengemukakan<br />
ada lima tahap pembelajaran berdasarkan<br />
masalah, dapat dilihat pada tabel 3 berikut.<br />
No Tahap Kegiatan Guru<br />
1 Orientasi Siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran, mengajukan maslah,<br />
Kepada Masalah hal-hal yang dianggap perlu & memotivasi siswa dalam<br />
2 Mengorganisasikan<br />
Siswa Dalam belajar<br />
3 Membimbing penyelidikan<br />
individual<br />
maupun kelompok<br />
4 Mengembangkan dan<br />
menyajikan hasil karya<br />
5 Menyajikan dan mengevaluasi<br />
proses pemecahan<br />
masalah<br />
melakukan kegiatan pemecahan masalah<br />
Membantu siswa dalam mendefinisikan &<br />
mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan<br />
masalah<br />
Mendorong siswa dalam engumpulkan informasi yang<br />
diperlukan, melaksanakan eksperimen & penyelidikan<br />
untuk menjelaskan serta menyelesaikan masalah.<br />
Membantu siswa dalam merencanakan & menyiapkan<br />
karya yang sesuai seperti laporan, & membantu mereka<br />
untuk menyiapkan penyajian<br />
Membantu siswa merefleksikan & mengevaluasi tahap<br />
penyelidikan yang digunakan siswa<br />
8
Susda Heleni, Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan1<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />
Model pembelajaran berdasarkan<br />
masalah sebaiknya dimodifikasikan dengan model<br />
pembelajaran yang menekankan pada tanggung<br />
jawab individu /anggota kelompok dalam<br />
menemukan informasi dan penekanan pada aspek<br />
sosial yang disebut dengan model pembelajaran<br />
kooperatif (Slavin, 1995). Model pembelajaran<br />
kooperatif memiliki keunggulan memotivasi siswa<br />
belajar dalam kelompok yaitu dari segi penghargaan<br />
kelompok dan kerjasama kelompok. Salah<br />
satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah<br />
tipe TAI (Team Assisted Individualization) yaitu<br />
pembelajaran dimana setiap siswa berfungsi<br />
sebagai asisten dalam kelompoknya (Slavin,<br />
1995).<br />
Model pembelajaran berdasarkan masalah<br />
dan kooperatif tipe TAI yang dimaksud<br />
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran<br />
yang mengajak siswa untuk belajar melakukan<br />
pemecahan masalah matematika dengan berkelompok<br />
dimana setiap anggota kelompok diberi<br />
tanggung jawab untuk menjadi asisten dalam<br />
kelompoknya.<br />
Rumusan masalah dalam penelitian<br />
ini:”Apakah pembelajaran berdasarkan masalah<br />
dan kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil<br />
belajar matematika siswa kelas X 1<br />
MAN 2<br />
Model Pekanbaru”. Penelitian ini bertujuan untuk<br />
meningkatkan hasil belajar matematika siswa<br />
kelas X 1<br />
MAN 2 Model Pekanbaru melalui<br />
pembelajaran berdasarkan masalah dan kooperatif<br />
tipe TAI. Penelitian ini diharapkan bermanfaat<br />
bagi: (1) Siswa, untuk meningkatkan hasil belajar<br />
matematika siswa kelas X 1<br />
MAN 2 Model<br />
Pekanbaru terutama pada materi pokok Ruang<br />
Dimensi Tiga, (2) Guru matematika MAN 2<br />
Model Pekanbaru, sebagai bahan pertimbangan<br />
guru dalam memilih suatu model pembelajaran<br />
untuk meningkatkan aktivitas siswa, (3) Sekolah,<br />
dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran<br />
di MAN 2 Model Pekanbaru.<br />
METODE PENELITIAN<br />
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas<br />
(PTK). Menurut Suyanto (1997) PTK sebagai<br />
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan<br />
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat<br />
memperbaiki dan atau meningkatkan praktekpraktek<br />
pembelajaran di kelas secara lebih<br />
professional. Bentuk penelitian ini adalah PTK<br />
kolaboratif. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh<br />
peneliti, sedangkan guru sebagai pengamat.<br />
Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran<br />
berdasarkan masalah dan kooperatif tipe TAI.<br />
Subjek penelitian adalah siswa kelas X 1<br />
MAN 2 Model Pekanbaru berjumlah 32 orang<br />
terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 23 siswa<br />
perempuan. Kelas ini dipilih karena mempunyai<br />
ketuntasan hasil belajar matematika secara<br />
klasikal paling rendah dibandingkan kelas X<br />
lainnya (lihat pada tabel 2).<br />
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari:<br />
(1) perangkat pembelajara: Skenario pembelajaran,<br />
Lembar kerja siswa (LKS), (2) Tes, terdiri<br />
dari placement tes, tes formatif dan tes unit, (3)<br />
Lembar pengamatan. Data yang diperlukan pada<br />
penelitian ini adalah data tentang aktivitas siswa<br />
selama proses pembelajaran berlangsung dan data<br />
hasil belajar.<br />
Teknik analisis data yang digunakan<br />
adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk<br />
mendeskripsikan data tentang aktivitas siswa<br />
selama proses pembelajaran dan data tentang<br />
ketuntasan hasil belajar matematika pada materi<br />
pokok ruang dimensi tiga. Analisis data tentang<br />
aktivitas siswa didasarkan dari hasil lembar<br />
pengamatan selama pelaksanaan tindakan.<br />
Analisis data tentang ketuntasan hasil belajar<br />
matematika diperoleh dari hasil tes formatif dan<br />
tes unit. Ketuntasan hasil belajar secara individu<br />
tercapai apabila seorang siswa mendapat skor e”<br />
60. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal<br />
tercapai bila paling sedikit 85% siswa telah<br />
mencapai ketuntasan hasil belajar secara individu.<br />
Depdiknas (2004) menetapkan skor hasil belajar<br />
= 0,3 x rata-rata skor hasil penilaian kelas + 0,7<br />
x rata-rata skor ulangan blok. Dalam hal ini skor<br />
hasil penilaian kelas diambil dari nilai tes formatif<br />
dan skor ulangan blok diambil dari skor tes unit.<br />
9
Susda Heleni, Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan1<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN.<br />
Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini<br />
adalah sebagai berikut.<br />
1) Tahap Persiapan<br />
Pada tahap ini dipersiapkan perangkat<br />
pembelajaran yang terdiri dari skenario pembelajaran,<br />
LKS, kisi-kisi tes formatif dan tes unit,<br />
soal tes formatif dan soal tes unit dan alternatif<br />
jawaban beserta skor penilaian tes formatif dan<br />
skor tes unit. Pada tahap ini peneliti juga membagi<br />
siswa dalam 6 kelompok belajar dan 16<br />
kelompok pengecekan. Pada tahap persiapan<br />
siswa diberikan tes awal (placement test).<br />
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan<br />
Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak<br />
6 kali pertemuan. Setiap pertemuan dimulai<br />
dengan tadarus (membaca ayat suci Alquran)<br />
selama 15 menit. Pada setiap pertemuan guru<br />
membagikan LKS. Kemudian guru mengajukan<br />
pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan<br />
yang ada pada LKS. Guru meminta<br />
tanggapan siswa tentang solusi dari permasalahan<br />
tersebut. Siswa mendiskusikan permasalahan<br />
tersebut pada kelompoknya masing-masing. Hasil<br />
diskusi setiap kelompok, ditulis pada karton yang<br />
telah disediakan Kemudian masing-masing<br />
perwakilan kelompok mempresentasikan hasilnya.<br />
Masing-masing kelompok diberikan waktu<br />
5 menit untuk mempresentasikan hasil kerja<br />
kelompoknya di depan kelas secara bergantian<br />
sesuai dengan nomor undian. Setelah peneliti<br />
bersama siswa menyimpulkan materi. Kemudian<br />
peneliti membagikan lembar tes formatif kepada<br />
masing-masing siswa. Soal tes formatif terdiri dari<br />
4 soal yang harus dikerjakan setiap siswa selama<br />
15 menit. Kemudian siswa diminta untuk saling<br />
menukarkan lembar jawabannya kepada pasangan<br />
yang menjadi teman kelompok pengecekannya.<br />
Peneliti membagikan lembar kunci<br />
jawaban tes formatif kepada setiap siswa untuk<br />
pengecekan. Siswa yang berhasil mendapatkan<br />
skor e” 50 dinyatakan lulus, sedangkan yang<br />
belum lulus diwajibkan untuk mengikuti tes<br />
formatif remedial yang dilaksanakan di luar jam<br />
pelajaran. Pada pertemuan keenam dilaksanakan<br />
tes unit. Hasil yang diperoleh setelah tindakan<br />
dilakukan adalah sebagai berikut<br />
1) Nilai Perkembangan Kelompok<br />
Penghargaan kelompok yang diperoleh<br />
siswa pada setiap sub materi pokok dalam matei<br />
pokok Ruang Dimensi Tiga dapat dilihat pada<br />
table 4 berikut.<br />
Tabel 4.<br />
Penghargaan Kelompok Melalui <strong>Pembelajaran</strong> Berdasarkan Masalah dan Kooperatif Tipe<br />
TAI Pada Materi Pokok Ruang Dimensi Tiga<br />
No Sub Poko Bahasan Predikat<br />
Super/klpk<br />
Predikat<br />
Hebat/klkp<br />
Predikat<br />
Baik/klpk<br />
1 Volume Kubus dan Balok A & F B, C, D & F -<br />
2 Volume Prisma dan Limas C, D, E & F A & B -<br />
3 Volume Tabung C, D, E & F A & B -<br />
4 Volume Kerucut & Bola C, E, F A, B & D -<br />
2) Ketuntasan Hasil Belajar matematika<br />
Berdasarkan skor untuk setiap indicator<br />
pada tes formatif yang dilakukan sebanyak empat<br />
kali dapat dilihat pada tabel 5 berikut.<br />
Tabel 5. Analisis Hasil Tes Formatif<br />
Tabel 5. Analisis Hasil Tes Formatif<br />
No Tes Formatif Jumlah siswa yang lulus Persentase Siswa Lulus<br />
1 Tes formatif – 1 11 34,38<br />
2 Tes formatif – 2 4 12,50<br />
3 Tes Formatif – 3 30 93,75<br />
4 Tes Formatif - 4 28 87,50<br />
10
Susda Heleni, Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan1<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />
Berdasarkan skor untuk setiap indikator pada tes<br />
unit, diperoleh persentase ketuntasan sebagai<br />
berikut.<br />
Tabel 6. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Unit Untuk Setiap Indikator<br />
No Indikator Soal Jmlh Siswa<br />
yg Tuntas<br />
Persentase Siswa<br />
yg Tuntas(%)<br />
1 Menentukan rusuk, diagonal sisi, diagonal 22 68<br />
ruang dan volume kubus<br />
2 Menentukan diagonal ruang dan Volume Balok 21 65<br />
3 Menentukan luas permukaan, tinggi dan volume 8 25<br />
4 Menentukan volume dan luas permukaan limas 22 68<br />
5 Menentukan luas permukaan tabung dari 28 87<br />
volume tabung yang diberikan<br />
6 Menentukan volume kerucut 25 78<br />
7 Menentukan luas dan volume bola 28 87<br />
Dari tabel 6 terlihat bahwa persentase jumlah siswa<br />
dengan skor ed 60 terdapat pada setiap indikator,<br />
kecuali pada indikator ketiga. Pada tes unit yang<br />
nilainya < 60 diadakan tes unit remedial dengan<br />
soal serupa.Jumlah siswa yang mengikuti tes unit<br />
remedi adalah 22 orang. Persentase ketuntasan<br />
hasil belajar pada tes unit remedi dapat dilihat<br />
pada tabel 7 berikut.<br />
Tabel 7. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Unit Remedial Untuk Setiap Indikator<br />
No Indikator Soal Jmlh Siswa<br />
yg Tuntas<br />
Persentase Siswa<br />
yg Tuntas(%)<br />
1 Menentukan rusuk, diagonal sisi, diagonal 22 100<br />
ruang dan volume kubus<br />
2 Menentukan diagonal ruang dan Volume Balok 22 100<br />
3 Menentukan luas permukaan, tinggi dan volume 15 68<br />
4 Menentukan volume dan luas permukaan limas 20 90<br />
5 Menentukan luas permukaan tabung dari 19 86<br />
volume tabung yang diberikan<br />
6 Menentukan volume kerucut 22 100<br />
7 Menentukan luas dan volume bola 22 100<br />
Dari tabel 7, terlihat bahwa untuk setiap indikator,<br />
persentase jumlah siswa dengan skor e” 60 telah<br />
tercapai. Berdasarkan hasil tes formatif dan tes<br />
Tabel 8. Ketuntasan Hasil belajar Siswa<br />
unit diperoleh skor hasil belajar siswa. Skor hasil<br />
belajar dibandingkan dengan skor dasar dapat<br />
dilihat pada tabel 8 berikut.<br />
No Kode<br />
Siswa<br />
Skor<br />
Dasar<br />
Skor Hasil<br />
Belajar<br />
No Kode<br />
Siswa<br />
Skor Dasar Skor Hasil<br />
Belajar<br />
1 IA-01 58 73,5 17 IA-17 50 76,81<br />
2 IA-02 62 79,91 18 IA-18 79 82,6<br />
3 IA-03 70 81,33 19 IA-19 64 80,48<br />
4 IA-04 62 78,84 20 IA-20 50 79,41<br />
5 IA-05 65 79,45 21 IA-21 76,7 71,17<br />
6 IA-06 35 75,25 22 IA-22 66,7 82,25<br />
7 IA-07 45 76,59 23 IA-23 95 98,34<br />
8 IA-08 56,5 76,68 24 IA-24 96,5 94,97<br />
9 IA-09 80 83,33 25 IA-25 60 77,49<br />
10 IA-10 66 78,46 26 IA-26 75 77,65<br />
11 IA-11 50 76,84 27 IA-27 53 81,09<br />
12 IA-12 61,7 78,21 28 IA-28 80,2 82,67<br />
13 IA-13 42,5 77,16 29 IA-29 60,9 78,40<br />
14 IA-14 85 92,20 30 IA-30 78 83,95<br />
15 IA-15 74,5 78,53 31 IA-31 30 80,02<br />
16 IA-16 54,8 75,31 32 IA-32 50 88,61<br />
11
Susda Heleni, Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan1<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />
Dari tabel disamping terlihat bahwa masih terdapat<br />
2 orang siswa yang skor hasil belajarnya lebih<br />
rendah dibandingkan dengan skor dasarnya, yaitu<br />
siswa dengan kode siswa IA-21 dan IA-24.<br />
KESIMPULAN<br />
Kesimpulan yang diperoleh: <strong>Pembelajaran</strong><br />
berdasarkan masalah dan kooperatif tipe TAI<br />
dapat meningkatkan hasil belajar matematika<br />
siswa kelas X 1<br />
MAN 2 Model Pekanbaru pada<br />
materi pokok Ruang Dimensi Tiga.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Depdiknas, 2004, Pedoman Pengembangan<br />
Instrumen dan Penilaian. Diperbanyak<br />
oleh Pusat Kurikulum Depdiknas,<br />
Jakarta Pusat<br />
Depdiknas, 2004. Kurikulum Berbasis<br />
Kompetensi (Mata Pelajaran Matematika:<br />
SMA. Diperbanyak oleh<br />
Pusat Kurikulum Depdiknas, Jakarta<br />
Pusat<br />
Ibrahim, M dan Nur, M. 2000. <strong>Pembelajaran</strong><br />
Berdasarkan Masalah, Unesa-University<br />
Press, Surabaya.<br />
Nur, M dan Wikandari, Prima Retno, 2000.<br />
Pengajaran berpusat Kepada Siswa<br />
dan Pendekatan Konstruktivis dalam<br />
Pengajaran, Universitas Negeri Surabaya,<br />
Surabaya.<br />
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning<br />
Theory and Practice, Second Edition,<br />
Allyn and Bacon Publisher, Boston<br />
Suyanto, 1996. Pedoman pelaksanaan Penelitian<br />
Tindakan Kelas (PTK), DIKTI,<br />
Yogyakarta<br />
12
Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />
PEMBELAJARAN YANG DIAWALI DENGAN PEMBERIAN SOAL CERITA UNTUK<br />
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V-A SDN 004<br />
RUMBAI PEKANBARU<br />
Zulkarnain<br />
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRI<br />
Pekanbaru, Riau, Indonesia<br />
ABSTRAK: Penelidikan ini bertujuan mengkaji penggunaan pengajaran dan pembelajaran matematik<br />
melalui soalan berayat berbentuk kontekstual dalam matematik di sekolah rendah. Penyelidikan mengkaji<br />
impak daripada penggunaan pengajaran dan pembelajaran matematik melalui soalan berayat berbentuk<br />
kontekstual, iaitu: (1) pencapaian matematik pelajar, (2) perbezaan sikap pelajar terhadap matematik<br />
sebelum dan setelah pengajaran dan pembelajaran matematik melalui soalan berayat berbentuk<br />
kontekstual, dan (3) perbezaan motivasi pencapaian pelajar terhadap matematik sebelum dan setelah<br />
pengajaran dan pembelajaran matematik melalui soalan berayat berbentuk kontekstual. Kaedah kajian<br />
yang digunakan ialah penyelidikan tindakan yang dilakukan sebanyak tiga pusingan. Penyelidikan tindakan<br />
dilakukan secara kolaboratif antara penyelidik dan seorang guru matematik, serta subjek pelajar sebanyak<br />
21 orang pelajar tahun V (umur 10-11 tahun) di sebuah sekolah rendah di Pekanbaru, Riau, Indonesia.<br />
Kaedah pengumpulan data dilakukan melalui pemerhatian, ujian pra dan pos pencapaian matematik,<br />
dan soal selidik untuk mengukur: motivasi pencapaian dan sikap pelajar terhadap matematik. Hasil<br />
penyelidikan menunjukkan bahawa pembelajaran matematik melalui soalan berayat berbentuk<br />
kontekstual dapat mewujudkan peningkatan pencapaian matematik pelajar, motivasi pencapaian pelajar,<br />
sikap pelajar terhadap matematik.<br />
Kata Kunci: Soalan berayat, Pengajaran dan pembelajaran, kontekstual<br />
ABSTRACT: This study aims to examine the teaching and learning of mathematics through the use of<br />
contextual type of questions in a primary schools in Riau Province, Indonesia. This research study the<br />
impact of the use of the teaching and learning of mathematics through the use of contextual type of<br />
questions on: (1) student mathematics achievement, (2) student attitudes towards mathematics before<br />
and after the teaching and learning of mathematics through the use of contextual type of questions, and<br />
(3) achievement motivation of students of mathematics before and after the teaching and learning of<br />
mathematics through the use of contextual type of questions. The study used action research, conducted<br />
in three cycles. The actions research is implemented collaboratively; the researcher and a teacher of<br />
mathematics. 21 students from years V (age 10-11 years) were involved in this study. Methods of data<br />
collection is done through observation, interviews, video recording, audio recording, analytical memos,<br />
mathematics achievement tests, and questionnaires: to measure the achievement motivation and attitudes<br />
towards mathematics. The research results show that can increase student mathematics achievement,<br />
student achievement motivation and student attitudes towards mathematics<br />
Key words: Word problems, teaching and learning, contextual, motivation, attitude<br />
PENDAHULUAN<br />
Hasil belajar matematika siswa dapat dilihat dari<br />
kemampuannnya menyelesaikan soalan matematika<br />
yag terdiri dari soal non uraian (cerita) dan<br />
soal uraian (cerita). Soal cerita adalah soal yang<br />
disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan<br />
13
Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />
dengan keadaan yang dialami siswa dalam<br />
kehidupan seharian. Sebagaimana tertera dalam<br />
buku panduan Umum Matematika sekolah<br />
(1994) bahwa ilmu hitung yang disiswai siswa<br />
harus berguna bagi mereka dalam kehidupan seharian.<br />
Oleh sebab itu, kepada siswa diajarkan<br />
soalan-soalan yang diambil daripada hal-hal yang<br />
terjadi dalam pengalaman-pengalaman siswa atau<br />
kehidupan seharian. Soal-soal yang demikian<br />
disebut soal cerita. Untuk menyelesaikan soalan<br />
cerita diperlukan langkah-langkah, yaitu menentukan<br />
hal yang diketahui, menentukan hal yang<br />
ditanya, membuat model matematika, melakukan<br />
perhitungan, dan menentukan jawab akhir sesuai<br />
dengan kehendak soal.<br />
Pemberian soal cerita merupakan suatu<br />
upaya mencapai tujuan pengajaran matematika<br />
yang bersifat formal dan material. Menurut<br />
Soedjadi (1990), tujuan pengajaran Matematika<br />
sekolah adalah terdiri daripada tujuan yang<br />
bersifat formal, iaitu berfokus pada pembentukan<br />
cara berfikir siswa dan pembentukan sikap<br />
peribadi. Seterusnya tujuan yang bersifat material<br />
yaitu berfokus pada (1) penguasaan bahan<br />
matematika, (2) penggunaan dan penerapan<br />
matematika, dan (3) keterampilan. Daripada<br />
tujuan di atas, aspek formal adalah aspek yang<br />
lebih menekankan pada pembentukan cara<br />
berfikir dan tercermin dengan adanya langkahlangkah<br />
dalam menyelesaikan soal cerita. Aspek<br />
material lebih menekankan kepada keterampilan<br />
menyelesaikan soal atau memecahkan masalah<br />
termasuk penggunaan matematika, dalam hal ini<br />
terlihat pada soal cerita yang disajikan dalam<br />
dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan<br />
keadaan seharian.<br />
Mengembangkan kemampuan siswa dalam<br />
menyelesaikan soal cerita merupakan salah satu<br />
tujuan pengajaran matematika yang penting di<br />
sekolah, karena soal cerita dapat meningkatkan<br />
kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan<br />
pemecahan masalah harus dimiliki siswa,<br />
sebagaimana dinyatakan oleh Soedjadi (1985)<br />
bahwa melalui kegiatan pemecahan masalah<br />
diharapkan pemahaman materi matematika akan<br />
lebih baik dan kreativitas siswa dapat ditimbulkan.<br />
Di sudut lain sekarang ini, matematika ialah<br />
salah satu mata siswaan yang kurang disukai siswa<br />
sejak mereka berada di sekolah rendah dan<br />
penguasaan siswa terhadap matematika juga<br />
rendah (Offner 1978; Pejabat Wilayah Departemen<br />
Pendidikan Nasional Riau 2004; Wirasto<br />
1987). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan<br />
Indonesia Djojo negoro (1993) mengatakan<br />
bahwa penelitian di Indonesia menunjukkan<br />
tingkat penguasaan siswa terhadap matematika<br />
baru mencapai lebih kurang 34 %, begitu pula<br />
dengan hasil purata Nilai Ebtanas Murni (NEM)<br />
matematika masih rendah, iaitu purata 38,5.<br />
Seterusnya, hasil pencapaian pada ujian akhir<br />
nasional tahun 2003 didapati purata nilai<br />
matematika pada peringkat pendidikan asas<br />
sekitar 5.13 dan dari lima sub tema soalan ujian<br />
akhir nasional yang memuat soal cerita diperoleh<br />
nilai purata 5.03. Walaupun ada peningkatan nilai<br />
dari tahun 1993 ke tahun 2003, namun peningkatan<br />
nilai yang sudah dicapai belum mencukupi<br />
standad belajar minimal.<br />
Sementara itu, dari pengamatan penulis<br />
terhadap siswa sekolah dasar, siswa sekolah<br />
menengah, bahkan mahasiswa didapati bahwa<br />
pada umumnya mereka yang tidak biasa menyelesaikan<br />
soalan cerita. Padahal jika soalan tersebut<br />
diberikan dalam bentuk non cerita, mereka dapat<br />
menyelesaikannya. Clement (1982) dalam<br />
penelitiannya dengan sampel berukuran 150<br />
mahasiswa tahun pertama jurusan mesin, diperoleh<br />
hasil 65 % mahasiswa membuat kesalahan dalam<br />
mengubah kalimat sehari-hari yang sederhana ke<br />
dalam kalimat matematika. Mac Gregor dan<br />
Stacey (1993) juga mengadakan penelitian yang<br />
sama dan memberikan hasil yang tidak jauh<br />
berbeda.<br />
Selanjutnya, juga melalui pengamatan pada<br />
guru-guru sekolah dasar yang penulis jumpai saat<br />
pelatihan guru-guru kelas sekolah rendah di Riau<br />
sejak akhir tahun 1999 sampai 2003 dijumpai<br />
bahwa guru-guru tersebut banyak yang tidak<br />
memberikan dan mengajarkan secara menyeluruh<br />
penyelesaian soal cerita. Hal yang sama juga<br />
14
Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />
dijumpai pada guru matematika sekolah lanjutan<br />
dan menengah yang penulis jumpai pada saat<br />
memberikan penataran dan saat mereka kuliah<br />
kembali di FKIP UNRI. Hal ini disebabkan oleh<br />
letak soalan-soalan berayat pada suatu latihan<br />
pada nomor-nomor akhir dan juga disebabkan<br />
oleh kemampuan guru yang masih kurang dalam<br />
menyelesaikan soal cerita.<br />
Purwoto (1987) menyatakan bahwa<br />
penerapan sistem penilaian dengan cara ujian<br />
objektif, dari tahun ke tahun membuat minat siswa<br />
untuk mengerjakan soalan matematika berbentuk<br />
ayat atau memecahkan soalan pembuktian makin<br />
berkurang. Siswa cenderung untuk memsiswai<br />
matematika dengan cara menghafal contohcontoh<br />
soalan atau memsiswai soalan yang telah<br />
ada pemecahannya atau kunci jawabannya.<br />
Kualiti guru mengajar masih perlu dipertingkatkan,<br />
walaupun projek pelatihan telah<br />
dijalankan ke atas pembinaan guru, akan tetapi<br />
kemahiran guru mengendalikan pengajaran dan<br />
pembelajaran belum menunjukkan hasil yang<br />
maksimum terhadap pengembangan sumber<br />
manusia. Terutama guru-guru di peringkat sekolah<br />
rendah dengan latar belakang pengetahuan dan<br />
kemahiran mereka yang terhad, sesetengah<br />
mereka masih menjalankan tugas relatif monotomi.<br />
Menurut Heuvel-Panhuizen dan Nur<br />
(2000) pengajaran dan pembelajaran kontekstual<br />
menekankan pada konteks sebagai awal pengajaran<br />
dan pembelajaran, sebagai ganti dari<br />
pengenalan konsep secara abstrak. Dalam<br />
pengajaran dan pembelajaran yang kontekstual<br />
proses pengembangan konsep-konsep dan<br />
gagasan-gagasan matematika bermula dari dunia<br />
nyata. Dunia nyata tidak hanya bererti konkrit<br />
secara fisik atau kasat mata, namun juga termasuk<br />
hal-hal yang dapat dibayangkan oleh alam fikiran<br />
siswa karena sesuai dengan pengalamannya. Hal<br />
ini berarti masalah-masalah yang digunakan pada<br />
awal pengajaran dan pembelajaran matematika<br />
yang kontekstual dapat berupa masalah-masalah<br />
yang sungguh-sungguh ada dalam kehidupan<br />
siswa atau masalah-masalah yang dapat dibayangkan<br />
sebagai masalah nyata oleh siswa.<br />
Sementara itu, Suwarsono (2002) menyatakan<br />
bahwa pembelajaran kontekstual dalam matematika<br />
sangat bermanfaat untuk menunjukkan<br />
beberapa hal kepada siswa, antara lain keterkaitan<br />
antara matematika dengan dunia nyata, kegunaan<br />
matematika bagi kehidupan manusia, dan matematika<br />
merupakan suatu ilmu yang tumbuh dari<br />
situasi kehidupan nyata.<br />
Berdasaran uraian di atas terlihat bahwa<br />
ketidakmampuan dan/atau kelemahan siswa dalam<br />
menyelesaikan soal cerita disebabkan oleh<br />
penerapan sistem penilaian yang kurang tepat dan<br />
kurang atau tidak diajarkannya cara menyelesaikan<br />
soal cerita oleh guru. Akibatnya jika siswa tidak<br />
mampu menyelesaikan soalan matematika yang<br />
berbentuk ayat maka siswa tersebut akan kesulitan<br />
dalam melanjutkan dan memsiswai matematika<br />
yang ada pada siswaan lain seperti Ekonomi, Fisika,<br />
dan Kimia. Sehingga dirasa perlu untuk mengadakan<br />
penelitian guna meningkatkan kemampuan<br />
siswa dalam menyelesaikan soal cerita.<br />
METODE PENELITIAN<br />
Penelitian ini menggunakan desain penelitian<br />
tindakan kolaboratif secara berterusan di dalam<br />
kelas selama tiga siklus. Kemmis dan Mc. Taggart<br />
(1988) menyatakan bahwa penelitian tindakan<br />
adalah penelitian tindakan kolaboratif, iaitu yang<br />
dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja<br />
sama dan kerja bersama. Dalam pelaksanaannya,<br />
penyelidik bekerja sama dengan seorang guru yang<br />
mengajar matematika pada siswa tahun V di<br />
sebuah sekolah rendah. Penelitian tindakan dipilih<br />
karena: pertama, intervensi yang dilakukan<br />
penyelidik pada pengajaran matematika untuk<br />
melakukan renovasi pengajaran dan pembelajaran<br />
yang membabitkan guru sebagai pengamal dalam<br />
penelitian. Kedua, kolaborasi antara penyelidik<br />
dan guru bagi merancang pelaksanaan pengajaran<br />
kontekstual dalam bilik darjah. Ketiga, penglibatan<br />
penyelidik adalah sebagai pemerhati dalam<br />
tindakan kelas kemudian melakukan refleksi<br />
bersama guru secara berterusan ke atas tindakan.<br />
Tindakan dilakukan dalam tiga siklus<br />
(Arikunto 2006; Kemmis dan Taggart 1988;<br />
15
Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />
Suyanto 1997; Subahan Mohd Meerah et al.<br />
2000), supaya guru boleh melakukan perbaikan<br />
dan perubahan yang jelas dan nyata dalam<br />
pembelajaran matematika yang diawali dengan<br />
pemberian soal cerita. Seterusnya, guru tidak lagi<br />
menghadapi masalah dalam menjalankan tindakan<br />
kelas. Merujuk kepada desain penelitian diatas,<br />
subjek penelitian diambil secara bertujuan<br />
(purposive). Penelitian tindakan tidak menggunakan<br />
perkataan populasi, disebabkan penelitian<br />
ini tidaklah memerlukan sampel acak yang<br />
digenaralisasikan kepada populasi. Subjek yang<br />
diambil adalah siswa kelas V-a SDN 004 Rumbai<br />
Pekanbaru, Riau.<br />
Pada pelaksanaan tindakan, penyelidik<br />
bersama-sama guru sebagai pelaksana tindakan<br />
mengumpulkan data yang berhubungan dengan<br />
pembelajaran matematika yang diawali dengan<br />
pemberian soal cerita. Penyelidik bertindak<br />
sebagai pengamat sewaktu tindakan pembelajaran<br />
matematika yang diawali dengan pemberian<br />
soal cerita. Pada akhir setiap siklus<br />
tindakan dilakukan refleksi keatas hasil pelaksanaan<br />
tindakanyang dilakukan, bagi mengetahui<br />
perubahan dan peningkatan tindakan atau<br />
masalah yang terjadi. Perubahan atau masalah<br />
yang timbul adalah sebagai pertimbangan bagi<br />
merancang tindakan siklus berikutnya. Pelaksanaan<br />
tindakan dimulai pada tanggal 18-07-2008<br />
dan berakhir pada tanggal 21-11-2008 dapat<br />
dilihat pada Jadual 1.<br />
Pengambilan data dilakukan dengan cara<br />
melakukan pengamatan selama tindakan dilaksanakan<br />
dan memberikan ujian pra dan pos hasil<br />
belajar setiap siklus dan pemberian angket sikap<br />
sebelum dan sesudah penelitian tindakan. Angket<br />
sikap siswa terhadap matematika bersumberkan dari<br />
Aiken (1996). Teknik analisis data yang digunakan<br />
adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk<br />
mendeskripsikan data tentang aktivitas siswa selama<br />
proses pembelajaran. Penganalisisan data yang<br />
berkaitan dengan produk penggunaan pengajaran<br />
dan pembelajaran matematika melalui soalan berayat<br />
berbentuk kontekstual dianalisis secara “inferensi”.<br />
Jadual 1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan<br />
No Kegiatan Siklus I Siklus II Siklus III<br />
1 Pre-test 18 - 07 - 2008 13 - 10 - 2008 03 - 11 - 2008<br />
2 Pertemuan I 21 - 07 - 2008 17 - 10 - 2008 07 - 11 - 2008<br />
3 Pertemuan II 25 - 07 - 2008 20 - 10 - 2008 10 - 11 - 2008<br />
4 Pertemuan III 28 - 07 - 2008 24 - 10 - 2008 14 - 11 - 2008<br />
5 Pertemuan IV 01 - 08 - 2008 27 - 10 - 2008 19 - 11 - 2008<br />
6 Post-test 04 - 08 - 2008 31 - 10 - 2008 21 - 11 - 2008<br />
Catatan: (1) Pretest angket sikap dilaksanakan<br />
pada tanggal 18-07-2008; dan (2) postest<br />
angket sikap pada tanggal 21-11-2008<br />
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN<br />
Tahap pelaksanaan tindakan dalam enelitian ini<br />
adalah sebagai berikut:<br />
1. Tahap Persiapan - Pada tahap ini dipersiapkan<br />
perangkat pembelajaran yang terdiri dari<br />
rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar<br />
tugas siswa, alat peraga, dan kisi-kisi tes<br />
ulangan harian. Selain itu juga dipersiapkan alat<br />
untuk mengumpulkan data sikap siswa terhadap<br />
matematika, yaitu angket sikap.<br />
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan - Pelaksanaan<br />
tindakan dilakukan sebanyak tiga siklus dengan<br />
empat kali pertemuan setiap siklus. Setiap<br />
pertemuan dimulai dengan pemberian soal<br />
cerita diawal pembelajaran. Kemudian guru<br />
bersama siswa menyelesaikan soal cerita<br />
dengan menggunakan langkah-langkah<br />
penyelesaian soal cerita. Pada saat membuat<br />
model matematika, guru menjelaskan materi<br />
yang sedang disiswai.<br />
Dari hasil pengamatan selama pembelajaran<br />
berlangsung diperoleh bahwa ada perubahan<br />
16
Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />
sikap siswa selama pengajaran berlangsung.<br />
Memang pada mulanya siswa masih merasa<br />
canggung dengan pengajaran yang diberikan guru,<br />
dikarenakan siswa sebelumnya belum pernah<br />
mendapat pengajaran seperti yang disenariokan.<br />
Pada akhir siklus pertama, sebahagian besar<br />
siswa sudah menunjukkan perubahan sikap, iaitu<br />
sikap mulai menyukai siswaan matematika. Hal<br />
ini, ditunjukkan oleh perilaku siswa yang mau aktif<br />
dalam proses pengajaran dan mau mengerjakan<br />
latihan soal yang diberikan guru ke papan tulis.<br />
Namun masih ada beberapa siswa yang belum<br />
memberikan respon yang baik sewaktu pengajaran<br />
berlangsung.<br />
Pada siklus kedua dan ketiga, makin terlihat<br />
respon yang baik diberikan sebahagian besar<br />
siswa terhadap siswaan yang diberikan guru. Para<br />
siswa sangat suka dan mau aktif bekerja pada<br />
saat guru memberikan alat bantu yang dikerjakan<br />
dalam proses menemukan konsep-konsep yang<br />
sedang disiswai saat itu. Siswa dengan senang hati<br />
dan mau mengangkat tangan sewaktu guru<br />
meminta siapa yang mau mengerjakan soal ke<br />
papan tulis. Tetapi, walaupun guru sudah berusaha<br />
memberikan motivasi dalam pengajaran dengan<br />
baik, masih ada juga beberapa siswa yang masih<br />
kurang perhatian pada saat pengajaran. Siswasiswa<br />
ini terkadang masih bermain dengan alat<br />
peraga yang masih ada di atas meja mereka,<br />
walaupun guru sudah meminta untuk berhenti<br />
bekerja. Mereka juga terlihat masih suka<br />
berbicara dengan teman sebangku sewaktu guru<br />
menjelaskan materi siswaan. Setelah diselidiki<br />
tentang latar belakang orang tua mereka, ternyata<br />
orang tua mereka berlatar belakang pendidikan<br />
yang rendah dan mereka juga termasuk keluarga<br />
miskin. Sehingga orang tua kurang memberikan<br />
perhatian kepada anaknya karena sibuk bekerja<br />
untuk mendapatkan penghasilan yang lebih<br />
banyak. Malahan mereka seringkali tidak makan<br />
pagi sewaktu berangkat sekolah, sehingga<br />
mereka terlihat kurang bersemangat sewaktu<br />
belajar, walaupun guru sudah berusaha untuk<br />
membangkitkan semangat mereka dengan<br />
pelbagai cara.<br />
Hasil belajar dari segi kognitif merujuk<br />
kepada hasil belajar siswa pada tajuk “operasi<br />
bilangan bulat”, “luas bidang datar”, dan “volum<br />
bangun ruang” . Pengukuran hasil pencapaian<br />
siswa menggunakan soal pra dan pos yang dibina<br />
oleh penyelidik dan guru. Hasil pencapaian siswa<br />
dianalisis menggunakan SPSS12. Hasil olahannya<br />
mendapatkan (1) t-tes pada materi “bilangan<br />
bulat” adalah 6.63; (2) t-tes materi “luas bidang<br />
datar” adalah 8.56; dan (3) t-tes materi “volum<br />
bangun ruang” adalah 8.68. Dari hasil t-tes ketiga<br />
materi diperoleh bahwa perbedaan antara pra dan<br />
pos hasil belajar matematika siswa yang<br />
menggunakan pembelajaran matematika yang<br />
diawali dengan pemberian soal cerita adalah<br />
signifikan pada alpha 0.05. Hal ini berarti terdapat<br />
peningkatan hasil belajar matematika siswa<br />
setelah penggunaan pembelajaran matematika<br />
yang diawali dengan pemberian soal cerita.<br />
Pencapaian dari segi afektif merujuk<br />
kepada sikap siswa terhadap matematika selepas<br />
menggunakan pembelajaran matematika yang<br />
diawali dengan pemberian soal cerita. Pengukuran<br />
sikap siswa terhadap matematika menggunakan<br />
angket sikap dari Aiken (1996) dengan empat<br />
skala dan 20 item. Hasil angket pra dan pos diuji<br />
menggunakan ujian tanda yang dianalisis menggunakan<br />
SPSS12, hasil olahannya memberikan<br />
“exact signifikan” 0.007. Hal ini berarti terdapat<br />
perbezaan sikap siswa terhadap Matematika<br />
sebelum dan setelah pengajaran dan pembelajaran<br />
matematika melalui soalan berayat berbentuk<br />
kontekstual. Hal ini bermakna adanya<br />
perubahan sikap siswa menuju arah yang positif<br />
selama menggunakan pembelajaran matematika<br />
yang diawali dengan pemberian soal cerita.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Arikunto, Suharsimi, dkk, (2006). Penelitian<br />
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.<br />
Clement, John. (1982). Algebra World Problem<br />
Solutions: Thought Processes Underlying<br />
A Common Miss Conception.Journal<br />
for Reseach in<br />
17
Zulkarnain<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />
Mathematics Education 13, 16 - 31.<br />
Depdikbud. (1994). Pedoman Umum Matematika<br />
Sekolah. Jakarta:<br />
Depdikbud Dinas Pendidikan Provinsi Riau.<br />
(2004). Data dan Informasi Pendidikan<br />
Provinsi Riau tahun 2003.<br />
Pekanbaru.<br />
Heuvel-Panhuizen & Nur, Muhammad. (2000).<br />
Realistic Mathematics Education.<br />
Makalah dalam seminar Tentang<br />
Contextual Learning Dalam Pendidikan Matematika<br />
di Unesa Surabaya.<br />
Kasbollah, K. (1999). Penelitian tindakan<br />
kelas. Jakarta: Direktorat Pendidikan<br />
Tinggi Departemen Pendidikan dan<br />
Kebudayaan Indonesia.<br />
Kemmis, S. & Taggart, Mc. (1988). The action<br />
research planner. Victoria: Deakin University.<br />
Mac Gregor, M. E & Stacey, K. (1993).<br />
Cognitive Models Underlying Students<br />
Formulation of Simple Linier<br />
Equations.Journal for Reseach in<br />
Mathematics Education 24, 217 - 232.<br />
Macinntyre, C. (2000). The art of action<br />
research in the classroom. London:<br />
David Fulton Publishers.<br />
Mc Kernan, J. (1996). Curriculum action<br />
research: a handbook of methods and<br />
resources for the reflectivbe practitioner.<br />
Ed. ke-2. London: Kogan<br />
Page. Offner, C. D. (1978). Back-tobasic<br />
in mathematics: an educational<br />
Frud. Mathematics Teacher: 211-<br />
217.<br />
Purwoto. (1987). Faktor-Faktor yang Berpengaruh<br />
terhadap Pengembangan<br />
Kemampuan Matematis. Makalah<br />
Disampaikan pada seminar Nasional<br />
Pendidikan Matematika di IKIP Sanata<br />
Dharma Yogyakarta.<br />
Soedjadi, R. (1985). Mencari Strategi Pengelolaan<br />
Pendidikan Matematika Menyongsong<br />
Tinggal Landas Pembangunan<br />
Indonesia. (Suatu upaya<br />
mawas diri). Surabaya: idto pengukuhan<br />
guru besar IKIP Surabaya.<br />
Soedjadi, R. (1990). Matematika Untuk<br />
Pendidikan Dasar 9 Tahun. (Suatu<br />
Analisis Global Menyongsong Era<br />
Tinggal Landas). Surabaya: PPS IKIP<br />
Surabaya.<br />
T. Subahan Mohd Meerah, Mohamed Amin<br />
Embi, Alias Baba & Nor Azizah Salleh.<br />
(2000). Asas-asas Penelitian Tindakan.<br />
Bangi: Penerbit Universiti<br />
Kebangsaan Malaysia.<br />
Sunhadji, A. (1994). Teknik observasi dan<br />
dokumentasi dalam penelitian kualitatif.<br />
Kertas kerja Persidangan<br />
Kualitatif Tingkat Lanjut Angkatan III. Lembaga<br />
Penelitian Ilmu Keguruan dan Pendidikan<br />
Malang,<br />
Malang, 24-29 Desember.<br />
Suwarsono, St. (2002). Teori-teori Perkembangan<br />
Kognitif Dalam Proses<br />
Pengajaran yang Relevan untuk<br />
Pengajaran Matematika. Makalah<br />
tidak dipublikasikan pada pelatihan<br />
Terintegrasi Berbasis Kompetensi untuk<br />
Guru<br />
Mata Siswaan Matematika SMP tanggal 4 - 17<br />
Februari 2001 di PPPG Matematika<br />
oleh Direktorat SMP Jakarta.<br />
Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian<br />
Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta:<br />
DIKTI<br />
Wardiman, J. (1993). Pidato pengukuhan guru<br />
besar pada fakultas MIPA Universitas<br />
Pajajaran Bandung. Kompas, 15<br />
september 1993<br />
Winter, R. (2001). A handbook for action<br />
research in health and social care.<br />
London: Routledge.<br />
Wirasto. (1987). Beberapa Penyebab Kemerosotan<br />
Pendidikan Matematika<br />
di Negara Kita. Makalah disampaikan<br />
pada seminar Nasional Pendidikan Matematika<br />
di IKIP Sanata Dharma<br />
Yogyakarta.<br />
18
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA<br />
PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DI KOTA PEKANBARU,<br />
KAB. PELALAWAN, DAN SIAK<br />
Mahdum<br />
Dosen Prodi Bahasa Inggris FKIP UR Pekanbaru<br />
Email: mahdum1211@gmail.com<br />
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang (a) profil peta<br />
ketuntasan dan ketidaktuntasan standar kompetensi (sk) dan kompetensi dasar (kd) tiap pokok bahasan<br />
mata pelajaran bahasa Inggris yang di uji dalam ujian nasional; (b) faktor penyebab sehingga siswa<br />
tidak menguasai sk dan kd; (c) rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi siswa;<br />
(d) model implementasi pemecahan masalah. Sampel penelitian terdiri dari tiga unit SMA yang dipilih di<br />
Kabupaten Siak sebagai wakil dari sekolah Binaan, Kabupaten Pelalawan wakil dari sekolah berkualitas<br />
menengah, dan Kota Pekanbaru wakil dari sekolah unggul. Objek penelitian ini diarahkan pada mata<br />
pelajaran Bahasa Inggris. Pengumpulan data penelitian ini dikumpulkan melalui (a) Studi dokumentasi,<br />
untuk memperoleh data-data ujian nasional mata pelajaran bahasa Inggris; (b) Wawancara (Indepht<br />
Interview), untuk memperoleh faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktuntasan siswa dalam<br />
menyelesaikan soal ujian nasional; (c) Kuesioner, untuk memperoleh data standar pelayanan pendidikan;<br />
dan (d) Focus Group Discussion (FGD), untuk menyamakan persepsi dan mengungkap permasalahan<br />
ketidaktuntasan penguasaan standar kompetensi lulusan dari mata pelajaran bahasa Inggris. Pemecahan<br />
masalah yang dirancang dalam penelitian ini menggunakan “Model Lesson Study”, model ini merupakan<br />
model alternatif pemecahan masalah dari guru untuk guru, dimana guru membuat perencanaan, guru<br />
melaksanakan pembelajaran dan guru rekan sejawat berasal dari Kabupaten/Kota lain melakukan<br />
pengamatan dan memberikan pendapat untuk perbaikan, pengamatan juga dilakukan kepala sekolah,<br />
selanjutnya guru dan kepala sekolah menyusun laporan sebagai bahan untuk melakukan DISKUSI<br />
PANEL guru Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, Kabupaten Palalawan.<br />
Kata Kunci : Standar kompentensi dan kompetensi dasar, Bahasa Inggris, FGD<br />
ABSTRACT: This research’s aim is to get the clear description of (a) the profile map of the success<br />
rate of passing and failing in achieving standard competence and basic competence in each English<br />
discussion tried on final examination (b) the reasons why students are not able to master the standard<br />
competence and basic competence (c) the formulated of alternative solution to increase students<br />
competence (d) the implemented model of grouping current problems. This research’s sample consist<br />
of three units of SMA that chosen in Siak Regency as delegation of founded school, Pelalawan regency<br />
as the delegation of average quality school, and Pekanbaru City as the delegation of excellent school.<br />
The research’s subject refers to English subject. This research submitted by (a) documentation study,<br />
to get the data of final examination of English subject (b) Indepth interview, to get the main reason of the<br />
students’ failures in finishing final examination (c) Questionnaire, to get the data of education standard<br />
service (d) Focus Group Discussion (FGD), to making similarity perception and showing up the problems<br />
of standard competence mastery in English subject. Problem solving in this research will use “Model<br />
Lesson Study”. It is an alternative model of problem solving from teacher to teacher, whereas the<br />
teachers make a plan, teachers do the study and other teachers from another regency/city monitor and<br />
give opinion for remedical. The monitoring is also done by headmaster, and then the teachers and<br />
headmaster arrange the report as a object in doing PANEL DISCUSSION of Senior High School’s<br />
teachers in Pekanbaru city, Siak Regency and Pelalawan Regency.<br />
Key Word : Standard competence and basic competence, English, FGD<br />
19
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
PENDAHULUAN<br />
Pengukuran dan penilaian kompetensi<br />
peserta didik merupakan tujuan dari diselenggarakannya<br />
ujian nasional (Peraturan<br />
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2010). Ujian<br />
Nasional (UN) dan dapat pula dijadikan standar<br />
baku pencapaian standar kompetensi lulusan.<br />
Selain itu ujian nasional juga dapat membantu<br />
pemerintah daerah khususnya Kota Pekanbaru,<br />
Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Siak<br />
Propinsi Riau dalam mengambil arah kebijakan<br />
dalam pendidikan. Hasil ujian nasional dapat<br />
dijadikan tolak ukur pemerintah daerah untuk<br />
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan serta<br />
dapat meningkatkan peran serta masyarakat<br />
dalam memajukan dunia pendidikan.<br />
Maman (2009:7) menyebutkan bahwa<br />
ujian nasional merupakan informasi potensial yang<br />
berperan sebagai pendorong (motivator) bagi<br />
siswa, guru, sekolah dan pelaku pendidikan<br />
lainnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa<br />
di sekolah karena dapat digunakan untuk<br />
membandingkan prestasi antarsiswa, sekolah,<br />
kabupaten kota dan antarpropinsi. Secara<br />
konseptual ujian nasional juga dapat menyediakan<br />
informasi kepada masyarakat tentang prestasi<br />
belajar yang dicapai peserta didik, sekolah,<br />
kabupaten/kota, propinsi dan prestasi nasional<br />
secara keseluruhan.<br />
Berdasarkan rerata nilai mata pelajaran<br />
Bahasa Inggris hasil ujian nasional untuk<br />
kelompok IPA tingkat SMA tahun ajaran 2006/<br />
2007 adalah Kota Pekanbaru 8,25; Kabupaten<br />
Pelalawan 7,34; Kabupaten Siak 7,54;<br />
Provinsi 7,69; Nasional 7,84. Tahun ajaran<br />
2007/2008 adalah Kota Pekanbaru 8,05;<br />
Kabupaten Pelalawan 6,26; Kabupaten Siak<br />
7,04; Provinsi 7,24; Nasional 7,32. Tahun<br />
ajaran 2008/2009 Kota Pekanbaru 8,62;<br />
Kabupaten Pelalawan 7,08; Kabupaten Siak<br />
7,46; Provinsi 7,76; Nasional 7,81. Tahun<br />
ajaran 2009/2010 Kota Pekanbaru 9,06;<br />
Kabupaten Pelalawan 8,11; Kabupaten Siak<br />
8,78; Provinsi 8,64; Nasional 7,69.<br />
Hasil mata ujian nasional kelompok IPS<br />
tahun ajaran 2006/2007 Kota Pekanbaru 7,56;<br />
Kabupaten Pelalawan 6,43; Kabupaten Siak 6,8;<br />
Provinsi 6,94; Nasional 7,13. Tahun ajaran 2007/<br />
2008 adalah Kota Pekanbaru 7,27; Kabupaten<br />
Pelalawan 5,84; Kabupaten Siak 6,04; Provinsi<br />
6,58; Nasional 6,74. Tahun ajaran 2008/2009<br />
Kota Pekanbaru 8,37; Kabupaten Pelalawan<br />
6,72; Kabupaten Siak 7,14; Provinsi 7,28; Nasional<br />
7,25. Tahun ajaran 2009/2010 Kota Pekanbaru<br />
8,64; Kabupaten Pelalawan 7,62; Kabupaten<br />
Siak 8,38; Provinsi 8,17; Nasional 7,22.<br />
Perbedaan pencapaian rerata hasil ujian<br />
nasional mata pelajaraan Bahasa Inggris antara<br />
satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya<br />
tentunya dapat dijadikan acuan pengambilan<br />
keputusan oleh pemerintah untuk meningkatkan<br />
kualitas dan mutu pendidikan di daerahnya<br />
masing-masing tentunya dapat pula dijadikan<br />
sarana penghubung antara pemerintah dan<br />
masyarakat untuk saling membantu dalam upaya<br />
pencapaian hasil ujian nasional yang lebih baik.<br />
Berdasarkan data tersebut, perlu dilakukan<br />
pengkajian dan penelitian secara kontinu untuk<br />
memberikan masukan yang berarti bagi peningkatan<br />
mutu pendidikan. Penelitian ini diarahkan<br />
untuk memotret berbagai faktor penyebab<br />
ketuntasan atau ketidaktuntasan SK dan KD mata<br />
pelajaran Bahasa Inggris di Kota Pekanbaru,<br />
Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Siak<br />
Provinsi Riau.<br />
Tujuan penelitian ini adalah (a) Untuk<br />
mengetahui profil peta ketuntasan dan ketidaktuntasan<br />
standar kompetensi maupun kompetensi<br />
dasar peserta didik SMA di Kota Pekanbaru,<br />
Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Siak<br />
Provinsi Riau tiap pokok bahasan mata pelajaran<br />
bahasa Inggris yang di uji dalam ujian nasional;<br />
(b) Untuk mengetahui faktor penyebab sehingga<br />
peserta didik Kota Pekanbaru, Kabupaten<br />
Pelalawan, dan Kabupaten Siak Provinsi Riau<br />
tidak menguasai standar kompetensi maupun<br />
kompetensi dasar tertentu; (c) Membuat rumusan<br />
alternatif pemecahan untuk meningkatkan<br />
kompetensi peserta didik SMA di Kota Pekanbaru,<br />
Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Siak<br />
20
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
Provinsi Riau; (d) Untuk mengetahui model<br />
implementasi pemecahan masalah dengan<br />
menyertakan berbagai institusi terkait.<br />
Penelitian ini diharapkan menghasilkan<br />
luaran sebagai berikut (a) Data tentang standar<br />
kompetensi/kompetensi dasar yang belum dikuasai<br />
peserta didik mata pelajaran bahasa Inggris<br />
di SMA yang diuji secara nasional; (b) Faktorfaktor<br />
penyebab peserta didik belum menguasai<br />
standar kompetensi/ kompetensi dasar pada mata<br />
pelajaran bahasa Inggris di SMA yang diuji secara<br />
nasional terutama menyangkut: sistem manajemen,<br />
guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan<br />
budaya siswa; (c) Model peningkatan mutu pendidikan<br />
yang valid dan siap diimplementasikan<br />
secara konkrit di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan,<br />
dan Kabupaten Siak Provinsi Riau.<br />
Landasan Teori<br />
Mutu pendidikan mencakup dua dimensi<br />
yaitu yang berorientasi akademis dan yang<br />
berorientasi ketrampilan hidup. Mutu yang berorientasi<br />
akademis berarti menjanjikan prestasi<br />
akademis anak sebagai tolak ukurnya sedangkan<br />
yang berorientasi ketrampilan hidup adalah<br />
pendidikan yang membuat anak itu bisa layak<br />
hidup di kehidupan nyata. Untuk melihat mutu<br />
akademis pemerintah sudah melakukan Ujian<br />
Nasional sebagai alat ukur penentu seorang siswa<br />
lulus dengan standar nasional.<br />
Pendapat yang dikemukakan oleh Umaedi<br />
(1999) bahwa ada dua faktor yang dapat<br />
menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu<br />
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil.<br />
Pertama strategi pembangunan pendidikan selama<br />
ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang<br />
demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa<br />
bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi,<br />
seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan<br />
alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan,<br />
pelatihan guru dan tenaga kependidikan<br />
lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan<br />
(sekolah) akan dapat menghasilkan output<br />
(keluaran) yang bermutu sebagai mana yang<br />
diharapkan. Kedua, pengelolaan pendidikan<br />
selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur<br />
oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat.<br />
Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat<br />
juga dari konsep secara absolut dan relatif Edward<br />
& Sallis (2004). Dalam konsep absolut sesuatu<br />
(barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar<br />
tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut<br />
sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan<br />
dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut<br />
ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga<br />
pendidikan yang akan mampu menawarkan<br />
kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya<br />
sedikit siswa yang akan mampu membayarnya.<br />
Sedangkan, dalam konsep relatif, kualitas berarti<br />
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan sesuai<br />
dengan tujuan (fit for their purpose).<br />
Dalam meningkatkan mutu pendidikan di<br />
daerah, khususnya di kabupaten, hendaklah dikaji<br />
lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang<br />
terkait pada mutu pendidikan, Sutikno (2006)<br />
menjelaskan seperti: (1) Kondisi gurunya yakni<br />
penyebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan<br />
materi, kompetensi pembelajaran, kompetensi<br />
sosial-personal, kesejahteraan; (2) Kurikulum ;<br />
(3) Bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan<br />
guru; (4) Rujukan sumber belajar oleh guru dan<br />
siswa, (5) Kondisi prasarana belajar yang ; dan<br />
(6) kondisi iklim belajar<br />
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan<br />
Menengah (2002) menyebutkan bahwa pembelajaran<br />
kontekstual merupakan konsep belajar<br />
yang membantu guru yang mengaitkan antara<br />
bahan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata<br />
siswa dan menyokong siswa membuat hubungan<br />
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan<br />
penerapan dalam kehidupan mereka seharian.<br />
<strong>Pembelajaran</strong> kontekstual merupakan<br />
model pembelajaran yang membantu pihak guru<br />
menghubungkan kegiatan dan bahan ajar<br />
dengan situasi nyata yang dapat memotivasi<br />
siswa untuk menghubungkan pengetahuan dan<br />
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa<br />
sebagai anggota keluarga di mana dia tinggal<br />
Kasbullah (2002).<br />
Mengikut Briner (1999), pembelajaran<br />
21
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
secara konstruktivisme berlaku di mana siswa<br />
membina pengetahuan dengan menguji idea dan<br />
pendekatan berdasarkan pengetahuan dan<br />
pengalaman yang mereka miliki, mengimplikasikannya<br />
pada satu situasi baru dan mengintegerasikan<br />
pengetahuan baru yang diperoleh<br />
dengan binaan intelektual. Menurut Mc Brien dan<br />
Brandt (1997) konstruktivisme adalah satu<br />
pendekatan pembelajaran berdasarkan kepada<br />
penelitian tentang bagaimana manusia belajar.<br />
Kebanyakan peneliti berpendapat setiap individu<br />
membina pengetahuan dan bukannya hanya<br />
menerima pengetahuan dari orang lain.<br />
Ide dari teori ini, siswa aktif membangun<br />
pengetahuannya sendiri. Pemikiran siswa dianggap<br />
sebagai mediator yang menerima masukan dari<br />
dunia luar dan menentukan apa yang akan<br />
dipelajari Astuti (2000). Menurut Soedjadi dalam<br />
Widada (1999), pendekatan konstruktivisme<br />
dalam pembelajaran adalah pendekatan di mana<br />
siswa secara individual menemukan dan menyesuaikan<br />
informasi yang kompleks, memeriksa<br />
dengan aturan yang ada dan memeriksa kembali<br />
jika perlu. Selain itu, Bell (1993) mengemukakan<br />
pengertian konstruktivisme memandang siswa<br />
datang ke kelas dengan membawa persiapan<br />
mental dan kognitifnya.<br />
Brooks dan Books (1993) menyatakan<br />
konstruktivisme terjadi apabila siswa membina<br />
makna tentang dunia dengan menggabungkan<br />
pengalaman baru kepada apa yang mereka telah<br />
fahami sebelumnya. Siswa membina sendiri<br />
konsep dan membuat penyelesaian kepada masalah<br />
Sushkin (1999).<br />
METODE PENELITIAN<br />
Sampel penelitian terdiri dari tiga unit SMA<br />
yang dipilih secara purposif berdasarkan kualitas<br />
yang ditetapkan yakni Kabupaten Siak sebagai<br />
wakil dari sekolah Binaan, Kabupaten Pelalawan<br />
sebagai wakil dari sekolah berkualitas menengah,<br />
dan Kota Pekanbaru sebagai wakil dari sekolah<br />
unggul. Objek penelitian ini diarahkan pada mata<br />
pelajaran Bahasa Inggris.<br />
Pengumpulan data penelitian ini (a) Studi<br />
dokumentasi, untuk memperoleh data-data ujian<br />
nasional mata pelajaran bahasa Inggris; (b) Wawancara<br />
(Indepht Interview), untuk memperoleh<br />
faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktuntasan<br />
siswa dalam menyelesaikan soal ujian nasional;<br />
(c) Kuesioner, untuk memperoleh data standar<br />
pelayanan pendidikan; dan (d) Focus Group<br />
Discussion (FGD), untuk menyamakan persepsi<br />
ketidaktuntasan penguasaan standar kompetensi<br />
lulusan dari mata pelajaran bahasa Inggris.<br />
Teknik analisis data yang digunakan dalam<br />
penelitian ini adalah analisis deskriptif, dimana<br />
kondisi sampel yang diamati diasumsikan relatif<br />
sama dengan kondisi populasi. Untuk menilai<br />
indikator-indikator standar pelayanan pendidikan<br />
yang diamati, langkah-langkah analisis yang<br />
dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Penghitungan<br />
rata-rata skor setiap butir indikator, untuk<br />
meninjau kondisi lapangan pada butir indikator<br />
dimaksud; (b) Penghitungan jumlah skor sekolah<br />
sampel dari setiap komponen standar pendidikan,<br />
untuk meninjau kondisi sekolah; dan (c) Pengkategorian<br />
setiap butir indikator yang diamati<br />
ditentukan berdasarkan skor rata-rata dari ketiga<br />
sekolah sampel penelitian.<br />
Sebagai acuan dalam menetapkan kesimpulan<br />
penelitian, kriteria-kriteria yang ditetapkan<br />
adalah sebagai berikut: (a) Penilaian kondisi dari<br />
standar pendidikan yang diamati ditentukan oleh<br />
skor rata-rata pada setiap indikator yang diamati<br />
dari sekolah sampel penelitian. Dalam hal ini,<br />
indikator standar pendidikan dinyatakan<br />
bermasalah jika rata-rata skor berada pada<br />
kategori cukup atau kurang; (b) Kondisi rata-rata<br />
standar pelayanan pendidikan pada sekolah<br />
sampel diasumsikan identik dengan kondisi pada<br />
populasi penelitian.<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Kompetensi dasar siswa yang rendah<br />
(f”60) dalam menyelesaikan soal ujian nasional<br />
mata pelajaran bahasa Inggris jurusan IPS tahun<br />
ajaran 2007/2008 untuk Kota Pekanbaru<br />
terdapat 14 soal, 27 soal untuk Kabupaten<br />
Pelalawan dan 24 soal untuk Kabupaten Siak.<br />
22
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
Secara umum KD yang rendah tersebut meliputi<br />
1) Menentukan info tersirat dr teks, 2) Menentukan<br />
makna kata, 3) Menentukan gamb.umum dr<br />
teks, 4) Menentukan gambaran umum isi<br />
percakapan, 5) Menentukan info tersirat dr<br />
pengumuman, 6) Menentukan informasi tertentu<br />
dr teks, 7) Menentukan ungkapan kesetujuan/<br />
ketidaksetujuan, 8) Menentukan informasi rinci<br />
tersurat dr lowongan kerja, 9) Menentukan<br />
informasi dr teks monolog pendek, 10) Menentukan<br />
informasi rinci tersurat dr teks, 11)<br />
Menentukan informasi tertentu dr percakapan,<br />
12) Menentukan informasi rinci yg tersurat dlm<br />
percakapan, 13) Menentukan jawaban informasi<br />
tertentu, 14) Menentukan ungkapan tawaran jasa,<br />
dan 15) Menentukan pikiran utama suatu<br />
paragraph.<br />
Pada tahun ajaran 2008/2009 jurusan IPS<br />
bidang studi Bahasa Inggris, terdapat penguasaan<br />
kompetensi dasar yang rendah, di mana Kota<br />
Pekanbaru terdapat 8 soal, Kabupaten Pelalawan<br />
15 Soal dan Kabupaten Siak 9 Soal. Hal ini<br />
menunjukkan terdapat peningkatan penguasaan<br />
KD antara tahun ajaran 2007/2008 dengan<br />
2008/2009. Namun masih terdapat KD yang<br />
belum dapat dikuasai oleh peserta didik. Secara<br />
umum KD yang belum dapat dikuasai tersebut<br />
meliputi 1) Menentukan infor dlm percakapan<br />
interpersonal, 2) Menentukan tujuan komunikatif,<br />
3) Menentukan info dr isi teks monolog, 4)<br />
Menentukan infor tersirat dr teks, 5) Menentukan<br />
info tersurat dr teks, 6) Menentukan respon yg<br />
menyatakan simpati, 7) Menentukan pesan moral<br />
dr bacaan, 8) Membandingkan teks esei tertulis,<br />
9) Menentukan gbran umum dr isi teks.<br />
Kompetensi dasar siswa yang rendah<br />
dalam menyelesaikan soal ujian nasional mata<br />
pelajaran bahasa Inggris jurusan IPS tahun 2009/<br />
2010 paket soal A dan paket soal B adalah: Pada<br />
paket soal A tahun ajaran 2009/2010 terdapat<br />
beberapa soal dengan KD yang rendah, di mana<br />
untuk Kota Pekanbaru terdapat 2 soal, Kabupaten<br />
Pelalawan 10 Soal, sedangkan untuk<br />
Kabupaten Siak tidak terdapat KD yang rendah<br />
(f”60) atau dengan kata lain seluruh KD dapat<br />
dikuasai oleh siswa. Pada paket soal B terdapat<br />
kompetensi dasar yang rendah pada tiap<br />
kabupaten kota, di mana terdapat 4 soal untuk<br />
Kota Pekanbaru, 5 soal untuk Kabupaten<br />
Pelalawan dan 7 Soal untuk Kabupaten Siak. Hal<br />
ini menunjukkan terdapat perbedaan penguasaan<br />
kompetensi dasar untuk paket soal A dengan<br />
paket soal B. Secara umum KD yang rendah<br />
tersebut meliputi 1) Menentukan gambaran umum<br />
teks esei tertulis, 2) Menentukan pikiran utama<br />
paragraf teks, 3) Menentukan informasi tersurat<br />
dari teks esei, 4) Menentukan informasi dari teks<br />
esei tertulis, 5) Menentukan gambaran isi teks<br />
fungsional, dan 6) Menentukan respon percakapan<br />
pendek yg menyatakan simpati<br />
Kompetensi dasar yang rendah pada<br />
tahun ajaran 2007/2008 terdapat 6 soal untuk<br />
Kota Pekanbaru, 20 soal untuk Kabupaten<br />
Pelalawan dan 13 soal untuk Kabupaten Siak.<br />
Secara umum KD tersebut meliputi 1) Menentukan<br />
gambaran umum dr teks news item, 2)<br />
Menentukan informasi tersirat dr teks naratif, 3)<br />
Menentukan makna kata, 4) Menentukan<br />
informasi tersirat dr suatu pengumuman, 5)<br />
Menentukan gambaran umum isi percakapan, 6)<br />
Menentukan informasi dr teks monolog pendek,<br />
7) Menentukan informasi rinci tersurat dr<br />
lowongan kerja, 8) Menentukan informasi rinci<br />
tersurat dr teks news item, 9) Menentukan<br />
informasi tertentu dr teks naratif, 10) Menentukan<br />
informasi rinci tersurat dr teks discussion, 11)<br />
Menentukan informasi rinci yg tersurat dr dlm<br />
percakapan, 12) Menentukan gambaran umum<br />
teks teks monolog, 13) Menentukan informasi<br />
tersirat dr teks hortary exposition, 14) Menentukan<br />
informasi rinci tersirat dr teks recount, 15)<br />
Menentukan informasi rinci tersirat dari teks<br />
discussion, 16) Menentukan jawaban yang menggunakan<br />
ungkapan kesetujuan/ketidaksetujuan,<br />
17) Menentukan gagasan utama suatu paragraph,<br />
dan 18) Menentukan informasi rinci tersurat dr<br />
teks review.<br />
Pada tahun ajaran 2008/2009 terdapat 4<br />
soal dengan penguasaan kompetensi dasar yang<br />
rendah, 14 untuk Kabupaten Pelalawan, dan 8<br />
23
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
untuk Kabupaten Siak. Jika dilihat perbandingan<br />
tingkat penguasaan KD antara tahun 2007/2008<br />
dengan 2008/2009 terdapat peningkatan<br />
penguasaan KD di mana jumlah KD ditiap<br />
kabupaten/kota semakin sedikit yang tidak<br />
dikuasai peserta didik. Secara umum KD yang<br />
masih rendah pada tahun ajaran 2008/2009<br />
antara lain 1) Menentukan informasi dlm<br />
percakapan interpersonal, 2) Menentukan tujuan<br />
komunikatif dr sebuah teks esei, 3) Menentukan<br />
respon yg tepat yang menyatakan simpati, 4)<br />
Membandingkan paragraf sebuah teks esei , 5)<br />
Menentukan pesan moral dr bacaan, 6) Menentukan<br />
informasi tersirat dr bacaan, 7) Menentukan<br />
informasi tersirat sesuai konteks, 8) Menentukan<br />
informasi rinci dr isi teks monolog, 9) Menentukan<br />
informasi rinci dr isi percakapan, 10)<br />
Menentukan informasi rinci tersurat dr teks<br />
fungsional, 11) Menentukan gbran umum dr isi<br />
teks monolog, dan 12) Menentukan informasi rinci<br />
tersurat dr sebuah teks esei.<br />
Kompetensi dasar siswa yang rendah<br />
dalam menyelesaikan soal ujian nasional mata<br />
pelajaran bahasa Inggris jurusan IPA tahun ajaran<br />
2009/2010 paket soal A dan paket soal B adalah:<br />
paket soal A, untuk Kota Pekanbaru dan<br />
Kabupaten Siak tidak terdapat KD yang rendah<br />
atau penguasaan KD (> 60), sedangkan untuk<br />
Kabupaten Pelalawan terdapat 9 KD yang rendah<br />
antara lain 1) Menentukan gambaran umum teks<br />
esei tertulis 2) Menentukan pikiran utama paragraf<br />
teks esei, 3) Menentukan informasi dari teks esei<br />
tertulis, 4) Menentukan pikiran utama paragraf<br />
dari teks, 5) Menentukan informasi tersurat dari<br />
teks esei, 6) Menentukan gambaran umum isi teks<br />
fungsional, 7) Menentukan gambaran isi teks<br />
fungsional pendek, 8) Menentukan pikiran utama<br />
paragraf dlm teks, dan 9) Menentukan info di dlm<br />
teks esei tertulis.<br />
Pada paket soa B terdapat masingmasing<br />
4 soal di tiap kabupaten/kota dengan<br />
penguasaan kompetensi dasar yang rendah,<br />
secara umum kompetensi dasar yang rendah<br />
tersebut meliputi 1) Menentukan pikiran utama<br />
paragraf teks esei tertulis, 2) Menentukan<br />
informasi dari teks esei tertulis, 3) Menentukan<br />
gambaran umum isi teks fungsional, dan 4)<br />
Menentukan informasi dari teks tertulis<br />
Kelompok IPS - Kota Pekanbaru; Mata<br />
pelajaran Bahasa Inggris terdapat 14 soal yang<br />
tidak tuntas pada tahun 2007/2008, 8 soal untuk<br />
tahun ajaran 2008/2009, 2 soal untuk tahun ajaran<br />
2009/2010 paket soal A dan 4 soal untuk tahun<br />
ajaran 2009/2010 paket soal B. Kabupaten<br />
Pelalawan; Mata Pelajaran Bahasa Inggris<br />
terdapat 27 soal tidak tuntas pada tahun ajaran<br />
2007/2008, selanjutnya terjadi peningkatan<br />
penguasaan soal/KD di mana penurunan jumlah<br />
soal/KD yang tidak tuntas yaitu 15 soal pada<br />
tahun ajaran 2008/2009, 10 soal pada tahun<br />
ajaran 2009/2010 paket soal A dan 5 soal pada<br />
tahun ajaran 2009/2010 paket soal B. Kabupaten<br />
Siak; Pada mata pelajaran Bahasa Inggris terdapat<br />
24 soal/KD yang tidak tuntas pada tahun<br />
ajaran 2007/2008, 9 soal pada tahun ajaran<br />
2008/2009, sedangkan pada tahun ajaran 2009/<br />
2010 paket soal A seluruh soal/KD dapat dikuasai<br />
oleh siswa, dan pada tahun ajaran 2009/2010<br />
terdapat 7 soal yang tidak tuntas/tidak dikuasai<br />
oleh siswa.<br />
Kelompok IPA – Kota Pekanbaru; Mata<br />
pelajaran Bahasa Inggris terdapat 6 soal yang<br />
tidak tuntas pada tahun 2007/2008, 4 soal untuk<br />
tahun ajaran 2008/2009, pada tahun ajaran 2009/<br />
2010 paket soal A seluruh soal/KD dapat dikuasai<br />
oleh siswa, dan 4 soal untuk tahun ajaran 2009/<br />
2010 paket soal B. Kabupaten Pelalawan; Mata<br />
Pelajaran Bahasa Inggris terdapat 20 soal tidak<br />
tuntas pada tahun ajaran 2007/2008, selanjutnya<br />
terjadi peningkatan penguasaan soal/KD di mana<br />
penurunan jumlah soal/KD yang tidak tuntas yaitu<br />
14 soal pada tahun ajaran 2008/2009, 9 soal pada<br />
tahun ajaran 2009/2010 paket soal A dan 4 soal<br />
pada tahun ajaran 2009/2010 paket soal B.<br />
Kabupaten Siak; Pada mata pelajaran Bahasa<br />
Inggris terdapat 13 soal/KD yang tidak tuntas<br />
pada tahun ajaran 2007/2008, 8 soal pada tahun<br />
ajaran 2008/2009, sedangkan pada tahun ajaran<br />
2009/2010 paket soal A seluruh soal/KD dapat<br />
dikuasai oleh siswa, dan pada tahun ajaran 2009/<br />
24
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
2010 paket soal B terdapat 4 soal yang tidak<br />
tuntas/tidak dikuasai oleh siswa.<br />
Hasil temuan instrument penelitian<br />
menunjukkan a) Standar Isi pada responden<br />
ketiga Kota/Kabupaten menyatakan berada pada<br />
tingkat tinggi (lebih baik), b) Standar Proses<br />
responden Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak<br />
menyatakan pada tingkat tinggi (lebih baik) dan<br />
Kabupaten Pelalawan menyatakan pada tingkat<br />
sedang (baik), c) Standar Kompetensi Lulusan<br />
responden Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak<br />
menyatakan pada tingkat tinggi (lebih baik) dan<br />
Kabupaten Pelalawan menyatakan pada tingkat<br />
sedang (baik), d) Standar Kompetensi Pendidik<br />
dan Tenaga Kependidikan responden Kota Pekanbaru<br />
dan Kabupaten Siak menyatakan pada<br />
tingkat tinggi (lebih baik) dan Kabupaten<br />
Pelalawan menyatakan pada tingkat sedang<br />
(baik). e) Standar Sarana Prasarana dan f)<br />
Standar Pengelolaan responden menyatakan<br />
pada tingkat tinggi (lebih baik). g) Standar<br />
Pembiayaan responden Kota Pekanbaru dan<br />
Kabupaten Siak pada tingkat sedang (baik)<br />
dan responden Kabupaten Pelalawan menyatakan<br />
pada tingkat tinggi (lebih baik), dan<br />
h) Standar Penilaian menyatakan pada tingkat<br />
tinggi (lebih baik).<br />
Wawancara tim peneliti bersama guruguru<br />
di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan<br />
dan Kabupaten Siak diperoleh informasi sebagai<br />
berikut (a) Beban mengajar guru di Kota<br />
Pekanbaru < 24 jam; (b) Guru-guru di Kota<br />
Pekanbaru menyatakan bahwa telah menguasai<br />
materi yang akan diajarkan pada setiap pokok<br />
bahasan; (c) Di Kota Pekanbaru seluruh siswa<br />
sudah memiliki buku teks yang sesuai dengan<br />
KTSP. Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten<br />
Siak sebagian besar memiliki buku teks hanya saja<br />
buku tersebut dipinjamkan oleh pihak perpustakaan<br />
ketika akan melangsungkan proses belajar<br />
mengajar; (d) KKM yang ditentukan berdasarkan<br />
musyawarah guru bidang studi untuk Kota<br />
Pekanbaru KKM yang telah ditentukan berkisar<br />
70 – 80. Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten<br />
Siak masih relative rendah yaitu berkisar 65 –<br />
70; (e) Dalam menghadapi Ujian Nasional di tiap<br />
kabupaten/kota mengadakan latihan yang intensif<br />
agar siswa mampu menjawab soal-soal yang akan<br />
diujikan; (f) Guru-guru di Kota Pekanbaru<br />
menyatakan bahwa sebagian besar siswa telah<br />
mampu menguasai materi yang telah diajarkan<br />
selain itu siswa juga termotivasi untuk belajar.<br />
Kabupaten Pelalawan dan Siak menyatakan masih<br />
terdapat materi yang belum dikuasai siswa.<br />
Hasil analisis FGD (Forum Group<br />
Discussion) bersama guru-guru bidang studi yang<br />
mengajar pada mata pelajaran bahasa Inggris di<br />
Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan<br />
Kabupaten Siak diperoleh informasi sebagai<br />
berikut: (a) Tiap kabupaten/kota menyatakan<br />
bahwa nilai UN yang diperoleh oleh siswa sudah<br />
mewakili kemampuan siswa. Hanya saja masih<br />
terdapat kompetensi dasar yang belum dikuasai<br />
oleh siswa; (b) Kompetensi dasar yang belum<br />
dikuasai oleh siswa disebabkan minimnya sarana<br />
dan prasarana pendukung untuk mencapai kompetensi<br />
tersebut seperti bahan rujukan yang bisa<br />
digunakan (buku, internet dan lain-lain) untuk<br />
memahami suatu kompetensi dasar tertentu,<br />
minimnya alat-alat dan bahan laboratorium yang<br />
dapat digunakan untuk mendukung pencapaian<br />
kompetensi dasar, dan untuk materi-materi yang<br />
bersifat hapalan siswa cenderung malas untuk<br />
menghapal sehingga pencapaian UN rendah.<br />
KESIMPULAN<br />
Profil peta ketuntasan dan ketidaktuntasan<br />
standar kompetensi maupun kompetensi dasar<br />
peserta didik SMA di Kabupaten Kuansing,<br />
Kabupaten Indra Giri Hulu, dan Kabupaten<br />
Indragiri Hilir Provinsi Riau untuk mata pelajaran<br />
Bahasa Inggris 5,84 sampai 9,06.<br />
Faktor penyebab sehingga peserta didik<br />
tidak menguasai Standar Kompetensi dan<br />
Kompetensi Dasar dari 8 standar Mutu Pendidikan<br />
adalah: a) Standar Isi: Kurang singkronnya<br />
urutan pengajaran materi ajar yang saling<br />
berhubungan antara satu mata pelajaran dengan<br />
mata pelajaran lainnya. Ada materi ajar tertentu<br />
pada silabus yang tidak diajarkan sehingga<br />
25
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
mengakibatkan siswa menghadapi kesulitan<br />
memahami materi tertentu. Guru masih mengandalkan<br />
silabus, RPP dan LKS yang sudah ada<br />
dipasaran, tanpa di sesuaikan dengan kebutuhan<br />
siswa serta situasi dan kondisi setempat; b)<br />
Standar Proses: Kurangnya motivasi dan minat<br />
siswa dalam belajar. Relatif sukar memahami soal<br />
yang diberikan. Beban belajar di kelas I jauh lebih<br />
besar dari beban belajar di kelas II dan III.<br />
Kesempatan belajar dan praktik relatif rendah di<br />
labor. Penguasaan materi relatif rendah; c)<br />
Standar Kompetensi Lulusan: Relatif belum<br />
mempunyai pemahaman terhadap kemampuan<br />
berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan analitis<br />
selama pembelajaran; d) Standar Pendidik dan<br />
Tenaga Kependidikan: Sebahagian guru masih<br />
belum menerapkan strategi pembelajaran inovatif,<br />
melainkan menggunakan metode ceramah dan<br />
bersifat “teacher center”, sehingga siswa kurang<br />
berperan dan kurang banyak latihan; e) Standar<br />
Sarana dan Prasarana: Kurangnya bahan<br />
bacaan yang tersedia, baik dalam bentuk buku<br />
maupun kamus ataupun buku-buku panduan<br />
menghadapi UN. Media pembelajaran yang<br />
kurang tersedia, mengakibatkan minat belajar<br />
siswa rendah. Kurang optimalnya pemanfaatan<br />
laboratorium; f) Standar Pengelolaan: Perlu<br />
peningkatan SDM dengan kualifikasi yang sesuai<br />
dengan mata pelajaran yang diasuhnya; g)<br />
Standar Pembiayaan: Relatif kurangnya biaya<br />
pengembangan pendidik dan tenaga<br />
kependidikan berdasarkan RKA-S; h) Standar<br />
Penilaian: Kurang relevannya teknik penilaian<br />
pada silabus dengan indikator pencapaian KD<br />
dan kesesuaian instrumen dan pedoman penilaian<br />
dengan bentuk dan teknik penilaian.<br />
Model alternatif pemcahan masalah<br />
yang dirancang dalam penelitian ini menggunakan<br />
“Model Lesson Study”, model ini merupakan<br />
model alternatif pemecahan masalah dari guru<br />
untuk guru, dimana guru membuat perencanaan,<br />
guru melaksanakan pembelajaran dan guru rekan<br />
sejawat berasal dari Kabupaten/Kota lain<br />
melakukan pengamatan dan memberikan<br />
pendapat untuk perbaikan, pengamatan juga<br />
dilakukan kepala sekolah, selanjutnya guru dan<br />
kepala sekolah menyusun laporan sebagai bahan<br />
untuk melakukan DISKUSI PANEL guru<br />
Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru,<br />
Kabupaten Siak, Kabupaten Palalawan.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Ace Suryadi, 2002, Pendidikan, Investasi SDM,<br />
dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi.<br />
Jakarta: Balai Pustaka.<br />
Bell. Beverly.1993. Children’s science, Contructivism<br />
and learning in science.<br />
Australia: Deakin University.<br />
Briner, M. 1999. [online] Avalaible: http://<br />
carbon.cudenver.edu/mryder/itc_data<br />
Contructivism.htm1.<br />
Brooks & Books (1993). In search of understanding:<br />
The cases for constructivist<br />
classroom. Alexandria Firginia US.<br />
Association for Supervision and<br />
curriculum development.<br />
Cresswell, J.W., 1994, Research Design:<br />
Qualitative and Quantitative Approach,<br />
London: SAGE Publication,<br />
International Educational and Professional.<br />
Davey, K.J., 1988, Pembiayaan<br />
Pemerintahan Daerah: Praktek dan<br />
Relevansi bagi Dunia Ketig. Jakarta:<br />
Universitas Indonesia.<br />
Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Rencana<br />
Strategis Pendidikan Nasional:-<br />
Konferensi Nasional Revitalisasi<br />
Pendidikan. Jakarta: Sesjen Depdiknas.<br />
Dinas Pendidikan Provinsi Riau, 2001, Masterplan<br />
Percepatan Mutu Pendidikan<br />
Dasar dan Menengah Propinsi Riau,<br />
Dinas Pendidikan Propinsi Riau, Pekanbaru.<br />
Diknas Republik Indonesia, 2002, Undangundang<br />
Sisdiknas, Departemen Pendidikan<br />
Nasional. Depdiknas, Jakarta.<br />
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Baru<br />
28 Persen Anak Usia Dini Memperoleh<br />
Layanan Pendidikan: /www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/Padu/<br />
26
Mahdum Adnan<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />
Perdana/padu.00.htm, Balitbang –<br />
Depdiknas, 25 Nov 2007<br />
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Perlu<br />
Gerakan Usia Dini, http://www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/Padu/<br />
Perdana/padu 00.htm, Balitbang –<br />
Depdiknas, 25 Nov 2007<br />
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Visi dan<br />
Misi Pendidikan Nasional http://www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/<br />
Padu/Perdana/padu_00.htmBalitbang –<br />
Depdiknas, diakses tanggal 1 Desember<br />
2007.<br />
Driyer, R. & Bell, B (1986). Student thinking<br />
and learning of science: a constructivist<br />
view. Journal. Scool Science Review. 67<br />
(240), 443-456.<br />
Fasli Jalal, 2003, “Problematik Pendidikan Luar<br />
Sekolah/Dikmas di Indonesia”, Makalah,<br />
Pertemuan V Sentra Pemberdayaan dan<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Siswa (SPPM). Lembang-<br />
Jawa Barat, 27-31 Januari 2003.<br />
Fandy Tjiptono, 2007, Total Quality<br />
Manajemen. Andi, Yogyakarta.<br />
Kasbullah, K. 1999. Penelitian tindakan kelas.<br />
Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen<br />
Pendidikan dan Kebudayaan<br />
Indonesia.<br />
Maswood, Javed, 2000, International Political<br />
Economy and Globalization. London:<br />
World Scientific Publishing Co.<br />
Margono Slamet, 1999, <strong>Pembelajaran</strong><br />
Bermutu, <strong>Peningkatan</strong> Mutu Proses<br />
Pemebelajaran dengan Pendekatan<br />
Manajemen Mutu Terpadu, Head<br />
Project-Depdikbud. Jakarta.<br />
McBrien, J.L & Brandt, R.S (1997. The<br />
language of learning : A Guide to<br />
education terms. Alexandrian, VA.<br />
Association for Supervisian and Curriculum<br />
Develompemnt.<br />
Pemerintah Kabupaten Bengkalis, Rencana<br />
Pembangunan Jangka Menengah Tahun<br />
2006-2010.<br />
Nataatmadja, Hidajat, 1982, Krisis Global Ilmu<br />
Pengetahuan dan Penyebuhannya (Al-<br />
Furqon). Bandung: Penerbit Iqro.<br />
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor:<br />
129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan<br />
Minimum Pendidikan<br />
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor:<br />
23 Tahun 2006 tentang Standar<br />
Kompetensi Lulusan untuk Satuan<br />
Pendidikan Dasar dan Menengah.<br />
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan<br />
Nasional 2003, Jakarta: CV. Ekajaya.<br />
Sepandji, Kosasih Taruna, 2000, Manajemen<br />
Pemerintahan Daerah: Era Reformasi<br />
Menuju Pembangunan Otonomi<br />
Daerah. Bandung: Penerbit Universal.<br />
SPPM, 2003, Membangun Siswa Pembelajar:<br />
Panduan Metodologi Pendidikan Non-<br />
Formal untuk Fasilitator Lapang.<br />
Bandung: Studio Driya Media.<br />
Soejadi. 1999. Kiat pendidikan matematika di<br />
Indonesia. Kostansi keadaan masa kini<br />
menuju harapan masa depan. Ditjen<br />
Dikti: Jakarta.<br />
Sushkin, N, 1999 [online] Avalaible :http://<br />
carbon.cudenver.edu/mryder/itc_data<br />
Contructivism.htm1.<br />
Tim BBE Depdiknas, 2001, Konsep Pendidikan<br />
Kecakapan Hidup (Life Skills<br />
Education), Buku I. Jakarta: Direktorat<br />
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.<br />
Umaedi, 1999, Manajemen <strong>Peningkatan</strong> Mutu<br />
Berbasis Sekolah, Direktorat Pendidikan<br />
Dasar dan Menengah<br />
Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang<br />
Sistem Pendidikan Nasional.<br />
27
Henny Indrawati<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />
Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />
MODEL CONTROVERSIAL ISSUES UNTUK<br />
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR<br />
MATAKULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN<br />
Henny Indrawati<br />
Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Riau<br />
Email: pku_henny@yahoo.com<br />
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui aktivitas belajar mahasiswa dengan<br />
menerapkan model Isu Kontroversial (controversial issues); dan (2) mengetahui hasil belajar mahasiswa<br />
dengan menerapkan model Isu Kontroversial (controversial issues). Penelitian dilakukan pada<br />
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ekonomi Pembangunan semester genap 2007/2008 pada<br />
program studi PPKn FKIP Universitas Riau, yang berjumlah 55 orang. Desain dan metode penelitian<br />
menggunakan pola penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian tindakan<br />
kelas ini yaitu (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan kelas (action); (3) observasi<br />
(observation); dan (4) refleksi (reflection).<br />
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, kemampuan dosen dalam menerapkan model pembelajaran<br />
isu kontroversial (controversial issues) kurang baik. Aktivitas belajar yang dilakukan mahasiswa<br />
berada pada kategori kurang baik, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga berada pada kategori<br />
cukup. Pada siklus II, kemampuan dosen dalam menerapkan model pembelajaran isu kontroversial<br />
(controversial issues) sudah sangat baik. Aktivitas belajar mahasiswa meningkat baik dari pertemuan<br />
pertama, hingga pertemuan terakhir pada siklus II, sehingga hasil belajar yang dicapai mahasiswa juga<br />
lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I.<br />
Kata Kunci: controversial issues, aktivitas dan hasil belajar, ekonomi pembangunan<br />
ABSTRACT: This study is aimed to: (1) know the exact learning activities of students by implementing<br />
a model of Controversial Issues, and (2) understand student’s learning outcomes by applying the<br />
Controversial Issues learning model. The study was conducted on students who take courses in Economy<br />
Development 2007/2008 semester from Civil Education study program of Faculty of Teachers Training<br />
and Education from University of Riau, which numbered 55 people. Design and methods of action<br />
research studies will use (classroom action research). This class action research procedures includes<br />
(1)planning, (2) implementation of a class action(action), (3) observations, and (4)reflection. Based on<br />
the results of observations on the first cycle by the lecturers in applying the model of learning controversial<br />
issues, the first cycle end up with result that is considered poor. Student learning activities performed<br />
less well, so the study results obtained in the category is average. In the second cycle however, the<br />
ability of lecturers in applying the model of learning controversial issues has been satisfactory. The<br />
student activity increases better than the first meeting, until the last meeting on the second cycle, thus the<br />
learning outcome is better than the first cycle.<br />
Keywords: controversial issues, activity and learning outcomes, development of economics<br />
PENDAHULUAN<br />
Berdasarkan hasil observasi terhadap<br />
proses pembelajaran Ekonomi Pembangunan di<br />
kelas, teridentifikasi beberapa masalah nyata<br />
sebagai berikut: (1) mahasiswa kurang mampu<br />
mengemukakan pendapat secara sistematis, baik<br />
lisan maupun tulisan; (2) mahasiswa tidak terbiasa<br />
berbeda pendapat, berdebat, dan mengambil<br />
28
Henny Indrawati<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />
Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />
keputusan yang terbaik bagi dirinya dan orang<br />
lain; (3) dosen berorientasi pada target hasil<br />
penguasaan materi, sehingga seringkali mengabaikan<br />
bagaimana proses belajar menuju penguasaan<br />
materi; (4) keaktifan mahasiswa hanya sebesar<br />
30 persen saja, sehingga mengakibatkan rata-rata<br />
hasil belajar masih rendah, yaitu 60. Dampaknya<br />
terhadap mahasiswa adalah rendahnya penguasaan<br />
konsep dan keterampilan mahasiswa<br />
terhadap mata kuliah Ekonomi Pembangunan.<br />
Permasalahan tersebut sangat penting dan<br />
mendesak untuk dipecahkan, serta bisa diatasi<br />
melalui kemauan keras dosen untuk memperbaiki<br />
desain dan strategi pembelajaran, sehingga<br />
mampu memperbaiki kondisi tersebut. Menurut<br />
Margono (2001), kurang lebih 85 persen dari<br />
pembelajaran dikendalikan oleh pengajar dan<br />
hanya 15 persen oleh mahasiswa. Ini artinya<br />
pengajar sebagai penggerak proses belajar<br />
mengajar mempunyai peranan yang sangat besar<br />
dalam mendorong mahasiswa untuk belajar.<br />
Berdasarkan uraian di atas, maka<br />
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah<br />
bagaimana aktivitas dan hasil belajar mata kuliah<br />
Ekonomi Pembangunan Mahasiswa PPKn FKIP<br />
Universitas Riau dengan menerapkan model Isu<br />
Kontroversial (controversial issues) Adapun<br />
tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1)<br />
mengetahui aktivitas belajar mahasiswa dengan<br />
menerapkan model Isu Kontroversial (controversial<br />
issues); (2) mengetahui hasil belajar<br />
mahasiswa dengan menerapkan model Isu<br />
Kontroversial (controversial issues).<br />
Untuk memecahkan masalah peningkatan<br />
aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dalam mata<br />
kuliah Ekonomi Pembangunan, model Isu Kontroversial<br />
(controversial issues) dijadikan sebagai<br />
alternatif pemecahan masalah, dengan asumsi<br />
bahwa model pembelajaran ini mampu mengatasi<br />
akar penyebab masalah yang dihadapi, karena:<br />
1. <strong>Pembelajaran</strong> melalui isu kontroversial dalam<br />
Pendidikan Ilmu Sosialtermasuk Ekonomi<br />
Pembangunan dianggap sangat penting. Isu<br />
kontroversial merupakan sesuatu yang dapat<br />
dijumpai dalam banyak kasus mengenai teori<br />
atau pendapat dalam ilmu-ilmu sosial. Teoriteori<br />
yang dibangun berdasarkan data<br />
lapangan tertentu seringkali dianggap tidak<br />
mewakili kenyataan lapangan di berbagai<br />
tempat tertentu. Kenyataan yang demikian<br />
selalu hidup dalam ilmu sosial dan oleh karena<br />
itu isu kontroversial adalah sesuatu yang<br />
alamiah dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial<br />
(Hasan, 2006).<br />
2. Melalui pendapat yang berbeda, secara tidak<br />
langsung dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa.<br />
Mahasiswa dapat mengembangkan<br />
pendapat baru yang lebih baik. Di sini terjadi<br />
proses analogis dan sintesis dalam berpikir.<br />
Atas dasar perbedaan pendapat ini, dinamika<br />
kehidupan akademik dan sosial terjamin<br />
dengan baik. Mahasiswa akan terbiasa<br />
dengan kondisi semacam itu ketika mereka<br />
menjadi anggota masyarakat.<br />
3. Model pembelajaran Isu Kontroversial<br />
(controversial issues) akan melatih: (a)<br />
keterampilan akademis mahasiswa untuk<br />
membuat hipotesis, mengumpulkan evidensi,<br />
menganalisis data, dan menyajikan hasil<br />
inkuiri; (b) menghadapi kehidupan sosial yang<br />
kompleks dengan keterampilan berkomunikasi,<br />
menanamkan rasa empati, mempengaruhi<br />
orang lain, toleran, bekerja sama, dan<br />
lain-lain; (c) isu-isu yang dibahas berguna<br />
untuk mempelajari studi kasus dengan<br />
memahami penggunaan konsep, generalisasi,<br />
dan teori-teori Ekonomi Pembangunan.<br />
Keberhasilan penggunaan model pembelajaran<br />
controversial issues telah ditunjukkan<br />
oleh Novita (2011) yang menemukan bahwa<br />
penerapan model pembelajaran controversial<br />
issues dapat meningkatkan motivasi siswa sebesar<br />
25 persen dan hasil belajar siswa sebesar 20<br />
persen. Adapun langkah-langkah pembelajaran<br />
dengan menggunakan model Isu Kontroversial<br />
(controversial issues) pada penelitian ini merujuk<br />
pada pendapat Wiriaatmadja (2001) sebagai<br />
berikut: (1) melakukan brainstorming dengan<br />
29
Henny Indrawati<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />
Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />
mahasiswa mengenai isu-isu kontroversial yang<br />
akan dibahas, (2) secara berkelompok memilih<br />
salah satu kasus untuk dikaji; (3) mahasiswa<br />
melakukan inkuiri, membaca buku, mengumpulkan<br />
informasi lain; (4) mahasiswa menyajikan/<br />
mendiskusikan hasil inkuiri, mengajukan argumentasi,<br />
mendengarkan counter argument atau<br />
opini lain; (5) mahasiswa menerapkan konsep,<br />
generalisasi, teori ilmu Ekonomi Pembangunan<br />
untuk secara akademis menganalisis permasalahan.<br />
Berkaitan dengan proses belajar mengajar,<br />
pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak<br />
ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah<br />
mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat<br />
penting dalam interaksi belajar mengajar<br />
(Sardiman, 2005). Aktivitas belajar adalah<br />
seluruh aktivitas anak didik dalam proses belajar,<br />
mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.<br />
Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan<br />
dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan<br />
terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu<br />
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,<br />
mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.<br />
Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri<br />
dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi<br />
data, menyajikan data dalam bentuk grafik,<br />
menggambarkan hubungan antar variabel,<br />
mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis<br />
penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan<br />
variabel secara operasional, merancang penelitian<br />
dan melaksanakan eksperimen.<br />
Aktivitas belajar yang baik diharapkan<br />
dapat meningkatkan hasil belajar.Hasil belajar<br />
merupakan suatu puncak dari proses belajar.<br />
Menurut Oemar Hamalik (2005), hasil belajar<br />
merupakan perubahan tingkah laku sebagai<br />
akibat dari proses belajar yang dapat diamati dan<br />
diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan,<br />
sikap dan keterampilan. Kokom (2010) juga<br />
mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan<br />
aktual yang diukur secara langsung. Hasil<br />
pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui<br />
seberapa jauh tujuan pendidikan dan<br />
pengajaran yang telah dicapai. Hasil belajar<br />
digunakan untuk dijadikan ukuran atau kriteria<br />
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini<br />
dapat tercapai apabila anak didik sudah<br />
memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan<br />
tingkah laku yang lebih baik lagi.<br />
METODE PENELITIAN<br />
Mata kuliah Ekonomi Pembangunan<br />
disajikan pada semester genap. Subjek dalam<br />
perbaikan pembelajaran ini adalah mahasiswa<br />
yang mengambil mata kuliah Ekonomi<br />
Pembangunan semester genap 2007/2008 pada<br />
program studi PPKn FKIP Universitas Riau, yang<br />
berjumlah 55 orang mahasiswa.<br />
Desain dan metode penelitian menggunakan<br />
pola penelitian tindakan kelas (classroom<br />
action research). Hopkin dalam Kokom (2010)<br />
merumuskan penelitian tindakan kelas sebagai<br />
penelitian yang mengkombinasikan prosedur<br />
penelitian dengan tindakan substantif, suatu<br />
tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau<br />
suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang<br />
sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah<br />
prosedur perbaikan dan perubahan. Prosedur<br />
penelitian tindakan kelas ini yaitu (1) perencanaan<br />
(planning), yaitu mempersiapkan segala sesuatu<br />
yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan dan<br />
obervasinya; (2) pelaksanaan tindakan kelas<br />
(action), yaitu melaksanakan pembelajaran<br />
dengan pedoman indikator variabel penggunaan<br />
model pembelajaran isu kontroversial; (3)<br />
observasi (observation), yaitu pengumpulan data<br />
pada saat pelaksanaan tindakan;dan (4) refleksi<br />
(reflection), yaitu melakukan analisis pelaksanaan<br />
tindakan serta menyusun rencana tindakan siklus<br />
berikutnya untuk penyempurnaan pelaksanaan<br />
tindakan dan hasilnya.<br />
Pengumpulan data tentang aktivitas dosen<br />
dan mahasiswa dilakukan melalui lembar<br />
observasi. Aktivitas dosen diukur melalui kegiatan:<br />
(1) melakukan brainstorming mengenai isuisu<br />
yang akan dibahas; (2) mengarahkan<br />
mahasiswa untuk membentuk kelompok: (3)<br />
30
Henny Indrawati<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />
Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />
mengarahkan mahasiswa untuk membaca buku<br />
dan mengumpulkan informasi lain; (4)mengarahkan<br />
mahasiswa untuk menyajikan hasil inkuiri,<br />
mengajukan argumentasi dan mendengarkan opini<br />
dari kelompok lain; (5) mengarahkan mahasiswa<br />
untuk menerapkan konsep untuk secara akademis<br />
menganalisis permasalahan.<br />
Aktivitas belajar diukur melalui kegiatan:<br />
(1) mengemukakan pertanyaan yang relevan; (2)<br />
menanggapi pertanyaan; (3) mengemukakan<br />
pendapat; (4) memberikan ide dan pilihan variasi<br />
dalam penyelesaian isu kontroversial; (5)<br />
menyimpulkan isu kontroversial dengan mempertimbangkan<br />
kelemahan dan keunggulan<br />
masing-masing.<br />
Sedangkan hasil belajar mahasiswa<br />
dikumpulkan dengan mengadakan evaluasi setiap<br />
akhir pokok bahasan (kuis), ujian tengah<br />
semester, ujian akhir semester, tugas terstruktur<br />
dan tugas mandiri dengan bobot penilaian masingmasing:<br />
kuis (10%), tugas (20%), UTS (35%)<br />
dan UAS (35%).<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus<br />
karena pada siklus kedua sudah menampakkan hasil<br />
pembelajaran yang diharapkan. Adapun gambaran<br />
kegiatan pembelajaran dari hasil pembelajaran pada<br />
setiap siklus adalah sebagai berikut:<br />
1. Siklus I<br />
a. Perencanaan<br />
Sebelum memulai kegiatan penelitian,<br />
penulis menyiapkan dan membagi materi ke<br />
dalam beberapa pertemuan pembelajaran.<br />
Skenario pembelajaran model isu kontroversial<br />
siklus I merujuk pada pendapat Hasan (2006)<br />
bahwa isu kontroversial dapat diambil dari sumber<br />
yang resmi beredar di masyarakat ataupun<br />
berdasarkan apa yang sudah ada dalam masyarakat.<br />
b. Pelaksanaan Tindakan Kelas<br />
Siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan.<br />
Sebelum masuk kelas, dilakukan pengecekan<br />
terhadap kelengkapan dan kesiapan pelaksanaan<br />
tindakan. Tahap ini merupakan kegiatan utama<br />
penelitian, yaitu dilaksanakannya skenario<br />
pembelajaran yang telah direncanakan sesuai<br />
silabus dan skenario pembelajaran yang telah<br />
dibuat peneliti.<br />
c. Observasi<br />
Pengamatan yang dilakukan adalah<br />
aktivitas dosen yang terdiri dari kegiatan<br />
melakukan brainstormingmengenai isu-isu yang<br />
akan dibahas, mengarahkan mahasiswa untuk<br />
membentuk kelompok, mengarahkan mahasiswa<br />
untuk membaca buku dan mengumpulkan<br />
informasi lain, mengarahkan mahasiswa untuk<br />
menyajikan hasil inkuiri, mengajukan argumentasi<br />
dan mendengarkan opini dari kelompok lain, dan<br />
mengarahkan mahasiswa untuk menerapkan konsep<br />
untuk secara akademis menganalisis permasalahan.<br />
Aktivitas belajar terdiri dari kegiatan<br />
mengemukakan pertanyaan yang relevan,<br />
menanggapi pertanyaan, mengemukakan pendapat,<br />
memberikan ide dan pilihan variasi dalam<br />
penyelesaian isu kontroversial,dan menyimpulkan<br />
isu kontroversial dengan mempertimbangkan<br />
kelemahan dan keunggulan masing-masing.<br />
Hasil observasi aktivitas dosen pada<br />
siklus I masih jauh dari harapan, karena masih<br />
termasuk ke dalam kategori kurang baik, yaitu<br />
memperoleh skor aktivitas 12 dari 20 skor<br />
maksimalnya. Dari 5 unsur aktivitas, hanya 2<br />
aktivitas yang mendapat skor 3 (baik) yaitu<br />
aktivitas melakukan brainstormingmengenai isuisu<br />
yang akan dibahas dan mengarahkan<br />
mahasiswa untuk membentuk kelompok. Aktivitas<br />
mengarahkan mahasiswa untuk membaca<br />
buku dan mengumpulkan informasi lain, mengarahkan<br />
mahasiswa untuk menyajikan hasil inkuiri,<br />
mengajukan argumentasi dan mendengarkan opini<br />
dari kelompok lain, dan mengarahkan mahasiswa<br />
untuk menerapkan konsep untuk secara akademis<br />
menganalisis permasalahan mendapatkan skor<br />
masing-masing 2 (kurang baik).<br />
Hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa<br />
pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 1.<br />
31
Henny Indrawati<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />
Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Mahasiswa pada Siklus I<br />
No. Kategori Skor Mahasiswa<br />
Jumlah %<br />
1 Sangat baik 26 – 32 0 0,0<br />
2 Baik 20 – 25 15 27,3<br />
3 Kurang baik 14 – 19 35 63,6<br />
4 Tidak baik 8 – 13 5 9,1<br />
Jumlah 55 100,00<br />
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa secara<br />
umum aktivitas belajar mahasiswa kurang baik.<br />
Hal ini ditunjukkan 35 orang mahasiswa (63,6<br />
persen) mendapatkan skor kurang baik. Kurang<br />
baiknya aktivitas belajar mahasiswa bukan<br />
disebabkan karena belum melakukan aktivitas<br />
belajar, melainkan mahasiswa baru pertama kali<br />
menerapkan model pembelajaran isu kontroversial<br />
ini, sehingga mahasiswa merasa kurang jelas<br />
aktivitas apa yang harus dilakukan.<br />
Hasil belajar mahasiswa ditentukan dari<br />
hasil kuis yang diperoleh mahasiswa, yang dapat<br />
dilihat pada Tabel 2.<br />
Tabel 2. Hasil Belajar Mahasiswa pada Siklus I<br />
Secara umum, terdapat 74,5 persen hasil<br />
belajar mahasiswa yang masih berada pada<br />
kategori cukup.Sementara itu, mahasiswa yang<br />
memperoleh nilai baik baru sebesar 25,5 persen.<br />
d. Refleksi<br />
Berdasarkan hasil observasi diperoleh<br />
bahwa kemampuan dosen dalam menerapkan<br />
model pembelajaran isu kontroversial kurang baik.<br />
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada siklus I,<br />
pembelajaran kurang mampu melibatkan seluruh<br />
mahasiswa dalam berdikusi, karena dosen lebih<br />
menitikberatkan pada penguasaan mahasiswa<br />
terhadap materi. Aktivitas belajar yang dilakukan<br />
mahasiswa berada pada kategori kurang baik,<br />
sehingga hasil belajar yang diperoleh juga berada<br />
pada kategori cukup.<br />
2. Siklus II<br />
a. Perencanaan<br />
Perencanaan pada siklus II meliputi:<br />
menyiapkan dan membagi materi kuliah, serta<br />
menyusun soal kuis. Kepada mahasiswa lebih<br />
ditekankan lagi setiap pertemuan akan diakhiri<br />
dengan kuis.<br />
b. Pelaksanaan Tindakan Kelas<br />
Siklus II juga dilaksanakan sebanyak 2<br />
pertemuan. Pelaksanaan tindakan kelas pada<br />
siklus II ini memperbaiki kelemahan-kelemahan<br />
yang terdapat pada pelaksanaan tindakan I sesuai<br />
dengan hasil refleksi. Berdasarkan pada kelemahan<br />
yang ditemui pada siklus I, maka pada siklus<br />
II ini dosen semaksimal mungkin membimbing dan<br />
memperhatikan mahasiswa, dan lebih menga-<br />
32
Henny Indrawati<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />
Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />
rahkan mereka kepada langkah-langkah pembelajaran<br />
model isu kontroversial.<br />
c. Observasi<br />
Aktivitas dosen pada siklus II ini sudah<br />
sangat baik, yang dapat dilihat dari perolehan skor<br />
aktivitas sebesar 17 dari 20 skor maksimalnya.<br />
Dari 5 unsur aktivitas, 2 unsur memperoleh skor<br />
4 (sangat baik) dan 3 unsur memperoleh skor 3<br />
(baik). Aktivitas yang sudah sangat baik adalah<br />
melakukan brainstorming mengenai isu-isu yang<br />
akan dibahas dan mengarahkan mahasiswa untuk<br />
membentuk kelompok. Secara umum dapat<br />
dikatakan bahwa penggunaan model isu kontroversial<br />
telah dapat dilakukan dosen dengan baik.<br />
Hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa<br />
pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3.<br />
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Mahasiswa pada Siklus II<br />
No. Kategori Skor Mahasiswa<br />
Jumlah %<br />
1 Sangat baik 26 – 32 43 78,2<br />
2 Baik 20 – 25 12 21,8<br />
3 Kurang baik 14 – 19 0 0<br />
4 Tidak baik 8 – 13 0 0<br />
Jumlah 55 100,00<br />
Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus II<br />
menjadi lebih baik. Aktivitas belajar mahasiswa<br />
secara umum sudah tergolong sangat baik. Terdapat<br />
78,2 persen mahasiswa yang memperoleh<br />
skor pada kategori sangat baik. Sedangkan<br />
sisanya sebesar 21,8 persen memperoleh skor<br />
pada kategori baik. Kenyataan ini menunjukkan<br />
bahwa mahasiswa terlibat cukup aktif dalam<br />
diskusi kelompok dan diskusi kelas. Mahasiswa<br />
bertanggung jawab terhadap keputusan pro<br />
kontra dirinya dan kelompoknya terhadap isuisu<br />
kontroversial yang dibahas, sehingga berusaha<br />
mempertahankan keputusan dengan mengemukakan<br />
alasan yang jelas berdasarkan sumber<br />
yang lebih kaya.<br />
Untuk hasil belajar mahasiswa pada siklus II dapat<br />
dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat dilihat<br />
bahwa secara umum terjadi peningkatan hasil<br />
belajar mahasiswa pada siklus II. Terdapat 72,7<br />
persen hasil belajar mahasiswa yang masih berada<br />
pada kategori baik. Sementara itu, mahasiswa<br />
yang memperoleh nilai cukup hanya 15 persen<br />
saja. <strong>Peningkatan</strong> ini disebabkan oleh beberapa<br />
hal, antara lain:(1) mahasiswa sudah memahami<br />
model pembelajaran isu kontroversial sehingga<br />
bisa melaksanakan aktivitas belajar dengan baik,<br />
dan akhirnya hasil belajar meningkat; (2) kuis yang<br />
dilaksanakan setiap selesai pemberian materi<br />
akan sangat membantu peningkatan daya serap<br />
mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan hasil<br />
belajar.<br />
Tabel 4. Hasil Belajar Mahasiswa pada Siklus II<br />
No. Kategori Hasil Belajar Mahasiswa<br />
Jumlah %<br />
1 Sangat baik ≥ 80 - 100 0 0,0<br />
2 Baik ≥ 70 - < 80 40 72,7<br />
3 Cukup ≥ 60 - < 70 15 27,3<br />
4 Kurang ≥ 50 - < 60 0 0,0<br />
5 Kurang sekali < 50 0 0,0<br />
Jumlah 55 100,0<br />
33
Henny Indrawati<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />
Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />
d. Refleksi<br />
Berdasarkan pada proses pembelajaran<br />
pada siklus II ditemukan hal-hal sebagai berikut:<br />
(1) aktivitas belajar mahasiswa meningkat baik<br />
dari pertemuan pertama, hingga pertemuan<br />
terakhir pada siklus II; (2) hasil belajar yang<br />
dicapai mahasiswa juga lebih baik dibandingkan<br />
dengan hasil belajar pada siklus I.<br />
KESIMPULAN<br />
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang<br />
telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan<br />
bahwa model pembelajaran isu kontroversial<br />
(controversial issues) dapat meningkatkan<br />
aktivitas dan hasil belajar mahasiswa. <strong>Peningkatan</strong><br />
ini disebabkan karena mahasiswa sudah memahami<br />
model pembelajaran isu kontroversial<br />
sehingga bisa melaksanakan aktivitas belajar<br />
dengan baik, dan akhirnya hasil belajar meningkat;<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Hasan, 2006, Pendidikan Ilmu Sosial, Proyek<br />
Pendidikan Tenaga Akademik Dirjen Dikti<br />
Depdikbut, Jakarta.<br />
Kokom Komalasari, 2010, <strong>Pembelajaran</strong><br />
Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, PT.<br />
Refika Aditama, Bandung.<br />
Margono Slamet, 2001, Prinsip-Prinsip Belajar<br />
Mengajar dan Mengajar Efektif, dalam<br />
<strong>Peningkatan</strong> Mutu Proses <strong>Pembelajaran</strong><br />
dengan Pendekatan Manajemen<br />
Mutu Terpadu di Perguruan Tinggi.<br />
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi<br />
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,<br />
Jakarta.<br />
Novita Verdiantika, 2011, Penerapan Model<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Controversial Issues untuk<br />
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar<br />
Siswa SMA di Kota Malang. Jurnal Ilmu<br />
Pendidikan, No. 5 Volume 5 Juli 2011,<br />
LPTK dan ISPI, Malang.<br />
Oemar Hamalik, 2005, Perencanaan <strong>Pembelajaran</strong><br />
Berdasarkan Pendekatan Sistem,<br />
Bumi Aksara, Jakarta.<br />
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar<br />
Mengajar, Rajawali Pres, Jakarta.<br />
Wiriaatmaja, R. 2001, Isu Kontroversial dalam<br />
<strong>Pembelajaran</strong> Sejarah, Makalah dalam<br />
Seminar <strong>Pembelajaran</strong> Sejarah, FIPS, UPI<br />
Bandung.<br />
34
Jimmi Copriady<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />
PEMETAAAN KOMPETENSI DASAR SISWA MATA<br />
PELAJARAN KIMIA DAN ALTERNATIF PEMECAHAN<br />
MASALAH DI PROVINSI RIAU<br />
Jimmi Copriady<br />
Dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau<br />
ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi dasar siswa menyelesaikan Ujian<br />
Nasional pada mata pelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Riau. Dalam penelitian<br />
ini juga mengkaji aspek penyebab rendahnya kompetensi dasar siswa dan mencari alternatif<br />
pemecahahan masalah untuk meningkatkan kompetensi dasar siswa. Sampel penelitian 46 orang tenaga<br />
pendidik dan tenaga kependidikan SMA Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kabupaten Palalawan,<br />
sedangkan data penelitian hasil ujian nasional tahun ajaran 2007-2009, angket, observasi dan wawancara.<br />
Hasil penelitian ditemukan 22 soal tahun ajaran 2007/2008, 8 soal tahun ajaran 2008/2009 dan 23<br />
soal tahun ajaran 2009/2010 soal Paket A serta 8 soal tahun ajaran 2009/2010 soal paket B. Hasil<br />
penelitian juga menunjukkan ada beberapa aspek dari Delapan Standar Nasional Pendidikan yang<br />
belum berjalan secara efektif sehingga perlu adanya pembenahan.<br />
Kata kunci : Kompetensi Dasar, Penilaian, Ujian Nasional<br />
ABSTRACT:<br />
The aim of this research is to know students’ basic competence in finishing final examination in Chemistry<br />
subject at Senior High School of Riau Province. This research will also investigate the main aspect of<br />
what causing students’ low basic competence and at the same time finding alternative solution to increase<br />
students’ basic competence. As samples there are 46 people teachers SMA in Pekanbaru city, Siak<br />
regency and Pelalawan regency, whereas the data of research result of final examination will be taken<br />
from academic year 2007-2009’s final examinations, questionnaire, observations, and interviews. The<br />
result of this research found 22 questions in academic year 2007/2008, 8 questions in academic year<br />
2008-2009, and 23 questions in academic year 2009/2010 A packets of questions along with 8 questions<br />
in academic years 2009/2010 B packets questions. The research’s result also indicates that some of<br />
the aspects from Eighth National Standard of Education is not effective thus need improvements.<br />
Keyword: Basic Competence, Assessment, Final Examination<br />
A. PENDAHULUAN<br />
Ujian Nasional sebagai acauan pemerintah<br />
terhadap pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran<br />
secara keseluruhan untuk menilai kemampuan<br />
siswa, menilai pencapaian pengajaran dan<br />
pembelajaran serta penilaian terhadap kemampuan<br />
guru dalam melaksanakan pengajaran dan<br />
pembalajaran. Dalam Materi Sosialisasi dan<br />
pelatihan kurikulum tingkat satuan pendidikan<br />
(KTSP) Departemen Pendidikan Nasional<br />
(2007), di nayatakan bahwa: Penilaian hasil ujian<br />
nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan<br />
untuk pembinaan dan pemberian bantuan<br />
kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan<br />
mutu pendidikan. Berdasarkan hasil<br />
Ujian Nasional tahun ajaran 2007 – 2010 mata<br />
pelajaran Kimia Kota Pekanbaru, Kabupaten<br />
Pelalawan dan Kabupaten Siak secara<br />
umumnya nilai rata-rata yang diperoleh di atas<br />
35
Jimmi Copriady<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />
6 atau diatas batas ketuntasan seperti tabel di<br />
bawah ini :<br />
Tabel 1 Hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Kimia<br />
Kota/Kab<br />
Tahun<br />
2007/2008 2008/2009 2009/2011<br />
Pekanbaru 8.52 9.14 8.66<br />
Pelalawan 6.9 8.68 8.62<br />
Siak 7.65 8.72 8.29<br />
Tabel Tabel 1 menunjukkan hasil Ujian<br />
Nasional<br />
Nasional tahun ajaran tahun 2007 ajaran – 2010 2007 kota Pekanbaru,<br />
Pekanbaru, Kabupaten Kabupaten Pelalawan dan Pelalawan Kabupaten dan Siak<br />
Kabupaten berada diatas Siak ketuntasan. berada diatas Namun ketuntasan. untuk<br />
Namun mengetahui untuk secara mengetahui keseluruhan pencapaian<br />
ketuntuntasan tersebut perlu di lakukan<br />
penelitian dan kajian yang mendalam.<br />
Penilaian pengajaran dan Penilaian merupakan<br />
aktivitas sejauh mana pelaksanaan pengajaran dan<br />
pembelajaran dapat dilaksanakan, menilai<br />
kemampuan siswa sebagai indikator mengetahui<br />
kemampuan guru dalam melakukan pengajaran<br />
dalam kelas. Aktivitas penilaian yaitu menilaian<br />
seberapa jauh tujuan yang rencanakan tercapai<br />
sesuai dengan rancangan yang disusun sebelumnya<br />
setelah aktivitas pengajaran di sekolah (Davies,<br />
2001). Menurut Djamarah (2006:105) mengatakan<br />
bahwa fungsi penilaian ialah untuk mem--<br />
berikan umpan balik kepada guru dalam rangka<br />
memperbaiki proses pembelajaran dan melaksanakan<br />
program remedial bagi pelajar yang<br />
belum berhasil sehingga ia mampu meningkatkan<br />
prestasinya. Penilaian pembelajaran menurut<br />
Sanjaya (2007:59) berfungsi untuk melihat<br />
keberhasilan pelajar dalam proses pembelajaran,<br />
tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik kepada<br />
guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.<br />
Ralph Tyler 1950 dalam Suharsimi<br />
(2003:3) penilaian merupakan sebuah proses<br />
pengumpulam data untuk menentukan sejauhmana,<br />
dalam hal apa dan bahagian mana tujuan<br />
pendidikan sudah tercapai Dari pandangan<br />
beberapa pakar diatas dapat disimpulkan<br />
pentingnya penilaian dalam pembelajaran untuk<br />
menilaia secara keseluruhan terahdap pelakasnaan<br />
pengajaran dan pembelajaran, penilaian<br />
merupakan indikator keberhasilan pengajaran dan<br />
pembelajaran.<br />
Dalam penilaian pengajaran dan pembelajaran<br />
yang menjadi objek penilaian adalah<br />
kemampuan siswa sebagai indikator keberhasilan<br />
pengajaran dan pembalajaran. Indikator utama<br />
dalam penilaian adalah kemampuan (kompetensi)<br />
siswa baik pengetahuai, sikap dan keterampilan.<br />
Kompetensi didefinisikan sebagai keupayaan,<br />
keterampilan dan pengetahuan yang digunakan<br />
untuk melakukan sesuatu kerja (Corbin,1993<br />
dalam Fathiah, 2007). Sedangkan penilaian<br />
berguna untuk mengukur dan menilai sejauhmana<br />
tujuan instruksional telah tercapai, melihat<br />
seberapa peningkatan hasil pengajaran dan<br />
pembelajaran, dan bagaimana tingkat keberhasilan<br />
itu dibandingkan dengan tujuan instruksional<br />
tersebut yang ditetapkan semula (Hamalik,<br />
2000). Dapat disimpulkan bahwa penilaian<br />
pengajaraan dan pembelajaran menilai terhadap<br />
kemampuan siswa setelah mengikuti proses<br />
pengajaran dan pembelajaran.<br />
B. METODOLOGI PENELITIAN<br />
Dalam dunia penelitian hasil penelitian<br />
ditentukan oleh metode dan rancangan penelitian<br />
dan tujuan penelitian, oleh karena itu peneliti harus<br />
membuat perencanaan penelitian yang sesuai<br />
dengan tujuan penelitian, (Chua Ya Piaw, 2006).<br />
Menurut Cresswell (2002) prosedur untuk<br />
mengumpulkan, menganalisis, dan membuat<br />
laporan dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif<br />
36
Jimmi Copriady<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />
disebut rancangan penelitian (perencanaan<br />
penelitian). Sedangkan Mc Millan And<br />
Schumacher (2001) mengatakan rancangan<br />
penelitian adalah tata tara pengolahan data yang<br />
dikumpul berdasarkan perencanaan khusus dan<br />
sistematik yang melibatkan rangkaian variable<br />
dalam penelitian yang berkaitan.<br />
Rancangan penelitian ini menggunakan<br />
pendekatan penelitian survey untuk memetakan<br />
kondisi riil keteracapaian standar kompetensi dan<br />
kompetensi dasar siswa SMA di Kota Pekanbaru,<br />
Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak<br />
Provinsi Riau melalui usaha mengamati, mengumpulkan,<br />
menganalisis, menginterpretasi data<br />
mengenai hubungan antar berbagai gejala sehingga<br />
mampu menjawab masalah penelitian, penelitian<br />
survey adalah prosedur penelitian kuantitatif di<br />
mana peneliti menyusun kuesioner untuk sampel<br />
atau populasi seluruh orang dalam rangka untuk<br />
menggambarkan sikap, pendapat, perilaku, atau<br />
ciri-ciri penduduk, Creswell (2002). Menurut<br />
Nana Syaodih (2010) Ada tiga ciri utama kajian<br />
survey 1) informasi dikumpulkan dari kelompok<br />
besar orang untuk mendeskripsikan beberapa<br />
aspek atau karakteristik tertentu seperti:<br />
kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan<br />
dari populasi, 2) informasi dikumpulkan melalui<br />
pegajuan pertanyaan (umumnnya tertulis dan lisan)<br />
dari populasi, 3) informasi diperoleh dari sampel<br />
bukan dari populasi.<br />
Teknik pengumpulan data dan instrumen<br />
pada penelitian ini terdiri dari: a) Studi dokumentasi,<br />
b) Wawancara (Indepht Interview), c)<br />
Kuesioner, d) Focus Group Discussion (FGD).<br />
Secara detail rancangan (design) penelitian dapat<br />
digambarkan sebagai berikut:<br />
Kegiatan Penelitian<br />
Pemetaan Kompetensi<br />
siswa SMA dalam menyelesaikan soal<br />
ujian nasional tiap standar<br />
kompetensi/kompetensi dasar mata ujian<br />
nasional<br />
Metode Yang<br />
Digunakan<br />
1. Dokumentasi Data UN dari BSNP<br />
Tahun 2006/2007 – 2010/2011<br />
2. Data Pendukung Lainnya<br />
Hasil Penelitian<br />
Tersedianya Peta Kompetensi<br />
Siswa SMA Tiap Standar<br />
Kompetensi/ Kompetensi dasar<br />
Pada Mata Pelajaran UN<br />
Identifikasi<br />
Faktor-Faktor Penyebab<br />
Metode Yang<br />
Digunakan<br />
1. FGD<br />
2. Indepht Interview<br />
3. Dokumentasi<br />
4. Angket/kuesioner<br />
Hasil Penelitian<br />
Teridentifikasi Faktor-Faktor<br />
Penyebab Ketidaktuntasan<br />
Standar Kompetensi Lulusan<br />
Siswa SMA Pada Mata Pelajaran<br />
UN<br />
Identifikasi<br />
Alternatif Pemecahan<br />
Metode Yang<br />
Digunakan<br />
1. FGD<br />
2. MGMP Mata<br />
Pelajaran<br />
3. Try out<br />
Hasil Penelitian<br />
Teridentifikasi Alternatif dan Model<br />
Pemecahan diantaranya:<br />
1. Pembinaan Siswa dan Guru<br />
Berdasarkan Tingkat Kompetensi<br />
secara berkelanjutan<br />
2. MGMP Berbasis Lesson Study Mata<br />
Pelajaran UN<br />
3. Penambahan Waktu/Jam (Kuantitas)<br />
Belajar Mata Pelajaran UN<br />
4. Tersedianya Bank Soal Tingkat<br />
Kabupaten/Kota Mata Pelajaran UN<br />
37
Jimmi Copriady<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />
C. HASIL PENELITIAN<br />
Setelah dilakukan penelitian di Kota Pekanbaru,<br />
Kabupaten Pelalawan da Kabupaten Siak di<br />
dapatkan temuan penelitian tentang deskriptif<br />
kompetensi Dasar yang rendah, pemetaan standar<br />
Kab/kota Jumlah Soal yang tidak tuntas (< 60)<br />
2007/2008 2008/2009 2009/2010<br />
Paket Soal A<br />
2009/2010<br />
Paket Soal B<br />
Pekanbaru 3 3 7 3<br />
Siak 13 3 9 2<br />
Palalawan 6 2 7 3<br />
Tabel 2 menunjukkan jumlah soal yang tidak<br />
tuntas<br />
Tabel<br />
Ujian<br />
2 menunjukkan<br />
nasional tahun ajaran 2007 – 2010.<br />
Tahun ajaran 2007/2008 kabupaten Siak lebih<br />
banyak soal ujian yang tidak tuntas yakni 13<br />
soal, dan kabuparen Pelalawan 6 soal serta kota<br />
Pekanbaru 3 soal. Pada tahun ajaran 2008/2009<br />
menunjukkan perubahan lebih baik dimana<br />
berkurangnya soal yang tidak tuntas dan jumlah<br />
tidak berbeda jauh antara kabupaten/kota, kota<br />
Pekanbaru dan Kabupaten Siak 3 jumlah soal<br />
dan Kabupaten Pelalawan 2 soal. Selanjutnya<br />
isi, standar proses, standar penilaian serta hasil<br />
wawancara dengan guru tentang pelaksanaan<br />
pengajaran dan pembelajaran.<br />
1. Pemetaan Jumlah Soal Ujian Nasional<br />
Tabel 2. Jumlah Soal Kompetensi Dasar Ujian Nasional Mata<br />
Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2007-2009<br />
2. Pemetaaan Standar Isi, Proses dan Penilaian<br />
pada tahun ajaran 2009/2010 ada dua paket<br />
soal Ujian Nasional, soal paket A lebih banyak<br />
soal yang tidak tuntas berbanding soal paket B.<br />
Soal paket A Kabupaten Siak 9 soal, Kota<br />
Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan 7 soal<br />
yang tidak tuntas sedangkan soal paket B Kota<br />
Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan 3 soal,<br />
Kabupatens Siak 2 butir soal. Secara umum<br />
dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan<br />
lebih baik setiap tahun, tetapi terdapat perbezaan<br />
antara soal paket A dan B.<br />
Tabel 3. Pemetaan Standar Isi Kompetensi Pengajaran Kimia<br />
KOMPONEN INDIKATOR PEKANBARU PELALAWAN SIAK<br />
Pengembangan<br />
69 Tinggi 24 Sedang 22 Sedang<br />
KTSP<br />
Penyusunan<br />
46 Sedang 36 Tinggi 22 Sedang<br />
silabus<br />
ISI<br />
Beban<br />
23 Rendah 36 Tinggi 22 Sedang<br />
mengajar<br />
Ketuntasan<br />
23 Rendah 12 Rendah 11 Rendah<br />
mata pelajaran<br />
Tabel 3 menunjukkan tentang pemetaan Standar<br />
Isi Tabel pengajaran 3 mata pelajaran Kimia yang perlu<br />
dilakukan usaha memperbaiki kualitas dalam<br />
pengajaran Kimia. Indikator yang perlu di<br />
tingkatkan yaitu 1) Pengembangan KTSP, 2)<br />
Penyusunan Silabus, 3) beban mengajar yang<br />
tidak seimbang, 4) beban mengajar yang tidak<br />
seimbang. Dari 4 empat indikator yang tersebut<br />
perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan<br />
standar isi dengan program yang tepat.<br />
38
Jimmi Copriady<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />
Tabel 4. Pemetaan Standar Proses Kompetensi Pengajaran Kimia<br />
Tabel 4. Tentang pemetaan standar proses<br />
kompetensi pengajaran Kimia menunjukkan<br />
terdapat perbedaan satandar proses pengajaran<br />
kimia antara kota dan kabupaten. Namun<br />
beberapa indikator yang perlu di tingkatkan secara<br />
keseluruhan sehingga mempunyai standar proses<br />
yang sama antara kota dan kabupaten. Indikator<br />
yang perlu di tingkatkan yaitu : 1) Pemantauan<br />
proses pembelajaran Kepala Sekolah, 2)<br />
Implementasi tindak lanjut hasil supervise, 3)<br />
Pendekatan pembelajaran konstruktivistik dan<br />
behavioristic, 4) Model pembelajaran, 5) Implementasi<br />
cooperative learning, 6) Media<br />
pembelajaran, 7) Media pembelajaran buatan<br />
berbasis IT atau tidak berbasis IT, 8) <strong>Pembelajaran</strong><br />
berbasis IT, Tidak berbasis IT atau yang<br />
tergolong Blended Learning. Secara umum dapat<br />
disimpulkan dalam pengajaran Kimia perlunya pengawasan<br />
dan supervisi kepala sekolah, pendekatan<br />
pengajaran yang variatif dan penggunaan<br />
media pembelajaran, alat dan bahan laboratorium<br />
serta IT dalam menunjang pengajaran.<br />
Tabel 5.Pemetaaan Standar Penilaian Pengajaran Kimia<br />
39
Jimmi Copriady<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />
Tabel 5 menunjukkan standar penilaian pengajaran<br />
kimia yang masih perlu untuk di perbaiki<br />
pada beberapa indikator : 1) Informasi rancangan<br />
kriteria penilaian pada silabus, kepada para siswa<br />
di awal semester, 2) Macam asesmen tergolong<br />
asesmen autentik atau asesmen non autentik, 3)<br />
Macam tes tertulis yang digunakan: essay ata<br />
multiple choice, 4) Tingkat taksonomi Bloom yang<br />
digunakan pada tes tertulis, 5) Ada atau tidaknya<br />
lebih dari satu teknik penilaian, 6) Ada atau<br />
tidaknya laporan hasil belajar siswa kepada dinas<br />
pendidikan kabupaten/kota.<br />
3. Hasil Wawancara<br />
Berdasarkan hasil wawancara tim peneliti<br />
dengan guru-guru di Kota Pekanbaru, Kabupaten<br />
Pelalawan dan Kabupaten Siak diperoleh<br />
informasi sebagai berikut:<br />
1. Beban mengajar guru di Kota Pekanbaru <<br />
24 jam hal ini berarti guru masih memiliki waktu<br />
yang cukup untuk melakukan pengembangan<br />
keterampilan siswa, misalnya pada bidang<br />
ekstrakurikuler. Sedangkan untuk beban<br />
mengajar guru di Kabupaten Pelalawan dan<br />
Kabupaten Siak relatif tinggi e” 24 jam<br />
sehingga guru harus dapat mengatur waktu yang<br />
tepat agar dapat terlibat dalam proses pengembangan<br />
keterampilan siswa.<br />
2. Guru Kimia di Kota Pekanbaru menyatakan<br />
bahwa telah menguasai materi yang akan<br />
diajarkan pada setiap pokok bahasan sehingga<br />
guru menyediakan konsep yang tepat untuk<br />
menyajikan materi agar dapat dikuasai oleh<br />
siswa. Sedangkan guru di Kabupaten Pelalawan<br />
dan Kabupaten Siak menyatakan bahwa<br />
kurang menguasai seluruh materi yang akan<br />
diajarkan kepada siswa. Hal ini tentu akan<br />
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar<br />
dan penguasaan materi siswa terhadap pokok<br />
bahasan yang tidak dikuasai oleh guru<br />
tersebut.<br />
3. Di Kota Pekanbaru seluruh siswa sudah<br />
memiliki buku teks yang sesuai dengan KTSP,<br />
buku tersebut bersumber dari penerbit, selain<br />
itu siswa juga diarahkan untuk memperoleh<br />
informasi dari internet maupun buku-buku yang<br />
ada di perpustakaan. Sedangkan untuk siswa<br />
di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak<br />
sebagian besar memiliki buku teks hanya saja<br />
buku tersebut dipinjamkan oleh pihak perpustakaan<br />
ketika akan melangsungkan proses<br />
belajar mengajar.<br />
4. KKM yang ditentukan berdasarkan musyawarah<br />
guru bidang studi untuk Kota<br />
Pekanbaru KKM yang telah ditentukan<br />
berkisar 70 – 80 sedangkan untuk Kabupaten<br />
Pelalawan dan Kabupaten Siak masih relative<br />
rendah yaitu berkisar 65 – 70.<br />
5. Dalam menghadapi Ujian Nasional di tiap<br />
kabupaten/kota mengadakan latihan yang<br />
intensif agar siswa mampu menjawab soal-soal<br />
yang akan diujikan. Latihan tersebut berupa<br />
terobosan, try out maupun latihan intensif di<br />
mana siswa diberikan soal-soal yang umumnya<br />
dimunculkan pada soal ujian nasional sehingga<br />
ketika siswa dihadapkan pada soal-soal<br />
tersebut siswa mampu menjawabnya.<br />
6. Guru-guru di Kota Pekanbaru menyatakan<br />
bahwa sebagian besar siswa telah mampu<br />
menguasai materi yang telah diajarkan selain<br />
itu siswa juga termotivasi untuk belajar<br />
dikarenakan lingkungan belajar siswa yang<br />
mendukung di mana tingkat persaingan<br />
pencapian hasil belajar yang tinggi. Sedangkan<br />
untuk Kabupaten Pelalawan dan Siak menyatakan<br />
masih terdapat materi yang belum<br />
dikuasai oleh siswa hal ini dikarenakan siswa<br />
kurang termotivasi untuk belajar dan terpengaruh<br />
dengan lingkungan belajar di mana<br />
tingkat persaingan tidak menjadi pemicu agar<br />
siswa termotivasi belajar lebih baik lagi.<br />
D. PEMBAHASAN<br />
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan<br />
bahwa secara umumnya hasil Ujian Nasional<br />
tahun ajaran tahun 2007 – 2010 baik, namun<br />
masih ada beberapa soal-soal ujian nilai<br />
ketuntasan < 60. Untuk perlu dilakukan usaha<br />
40
Jimmi Copriady<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />
untuk meningkatakan kemampuan siswa dalam<br />
menyelesaikan soal ujian dengan baik. Soal ujian<br />
tidak hanya terbatas hanya kepada pengetahuan<br />
saja, tetapi juga memfokuskan pada penilaian<br />
keterampilan siswa. Menurutu Lefrancois, (2002)<br />
Apabila aktivitas belajar-mengajar dilakukan oleh<br />
guru memfokuskan pada keterampilan, penilaiannya<br />
juga harus mengukur tingkat keterampilan<br />
pelajar, bukannya aspek pengetahuan saja.<br />
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru<br />
harus memberikan pengalaman aspek ilmu. sikap,<br />
keterampilan secara keseluruhan. Pengalaman<br />
lebih dalam pelaksanaan pengajaran dan<br />
pembelajaran disebabkan oleh proses belajar yang<br />
berkualitas. Menurut Rocklin dalam Slavin (1994)<br />
mengatakan bahwa belajar adalah perubahan<br />
disebabkan karena adanya pengalaman (change is<br />
an individual caused by experience).<br />
Hasil penelitian tentang pemetaaan<br />
standar isi Kota Pekanbaru, Kabupaten<br />
Pelalawan dan Kabupaten Siak, secara umum<br />
standari isi baik, namun ada beberapa indikator<br />
yang perlu perbaikan baik pengembangan silabus,<br />
pengaturan beban mengajar dan mencapai<br />
ketuntasan pembelajaran. Berdasarkan Peraturan<br />
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun<br />
2005 Pasal 1 Tentang Standar Nasional Pendidikan,<br />
Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan<br />
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria<br />
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan<br />
kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus<br />
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada<br />
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peraturan<br />
pemerintah tersebut memberikan arahan tentang<br />
standar isi yang harus di penuhi peserta didik,<br />
tetapi pemenuhan tersebut dilakukan oleh guru<br />
dalam PBM.<br />
Hasil pemetaan tentang standar proses menunjukkan<br />
secara keseluruhan proses PBM dapat<br />
menenuhi standar, namun ada beberapa aspek<br />
yang masih rendah dan sedang perlu dilakukan<br />
perbaikan yaitu pembinaan oleh kepala sekolah,<br />
penggunaaan stategi pembelajaran dan penggunaan<br />
media pembelajaran. Kepala Sekolah<br />
sebagai Pembina harus melakukan fungsi<br />
pengawasan dan pembinaan kepada guru dengan<br />
melakukan monitoring kegiatan PBM dan melakukan<br />
pembinaan. Hal ini sesuai dengan<br />
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor<br />
19 Tahun 2005 Pasal 1 Tentang Standar Nasional<br />
Pendidikan, Standar proses adalah standar<br />
nasional pendidikan yang berkaitan dengan<br />
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan<br />
untuk mencapai standar kompetensi lulusan.<br />
Selanjutnya dalam Pasal 19 (1) Proses pembelajaran<br />
pada satuan pendidikan diselenggarakan<br />
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,<br />
menantang, memotivasi peserta didik untuk<br />
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang<br />
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian<br />
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan<br />
fisik serta psikologis peserta didik. (2) Selain<br />
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),<br />
dalam proses pembelajaran pendidik memberikan<br />
keteladanan. (3) Setiap satuan pendidikan<br />
melakukan perencanaan proses pembelajaran,<br />
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil<br />
pembelajaran, dan pengawasan proses<br />
pembelajaran untuk terlaksananya proses<br />
pembelajaran yang efektif dan efisien. Peraturan<br />
pemerintah sebagai panduan bagi guru dalam<br />
pelaksanaan PBM harus memenuhi standar<br />
peraturan tersebut, sehinggan dapat mencapai<br />
tujuan pengajaran dan pembelajaran.<br />
Berdasarkan hasil pemetaan standar<br />
penilaian ada beberapa indikator yang perlu<br />
dilakukan pembenahan sehingga penilai dapat<br />
mencapai sasaran sesuai apa yang diukur dengan<br />
menggunakan alat ukur yang tepat sehingga<br />
penilaian memiliki makna yang berarti. Suharsimi<br />
Arikunto (1997:6) menjelaskan makna penilaian<br />
terdiri dari tiga iaitu: makna penilaian bagi siswa,<br />
makna penilaian bagi guru dan makna penilaian<br />
bagi sekolah. Penilaian merupakan alat ukur<br />
terhadap semua komponen pembelajaran<br />
kemampuan siswa, keterampilan guru melakukan<br />
PBM, keterampilan guru menggunakan media<br />
41
Jimmi Copriady<br />
Jurnal Pendidikan<br />
Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />
dan menggunakan metode pembelajaran dan<br />
ketepanan menggunakan alat ukur, sedangkan<br />
bagi sekolah sejauhmana PBM dapat mencapai<br />
tujuan institusional.<br />
Hasil temuan wawancara perlu adanya<br />
standar beban mengajar guru, standar penggunaan<br />
buku teks pembelajaran dan standar sarana<br />
prasarana masing-masing daerah sehingga tidak<br />
terdapat perbedaan nyata antara masing-masing<br />
daerah Kota dan Kabupaten. Dalam hasil<br />
wawancara juga ditemukan bahwa kegiatan<br />
keilmuan di perkotaan lebih banyak karena lebih<br />
mudah mendapatkan akses komunikasi dan<br />
banyak lembaga pendidikan memberikan pelatihan-pelatihan<br />
kepada siswa, untuk mengurangi<br />
perbedaan signifikan alternatif yang perlu dilakukan<br />
guru adalah melakukan kegiatan keilmuan<br />
dan ekstra kurikuler di sekolah untuk mengembangkan<br />
pengetahuan dan keterampilan siswa.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Depdiknas.(2003). Undang Undang No. 20<br />
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan<br />
Nasional. Jakarta.<br />
________. (2005). Undang Undang No. 14<br />
tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen<br />
sebagai Tenaga Profesi. Jakarta.<br />
________. (2005). Peraturan Pemerintah No. 19<br />
tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan.<br />
Jakarta.<br />
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Materi<br />
Sosialisasi dan pelatihan kurikulum<br />
Tingkat satuan pendidikan (KTSP)<br />
Departemen Pendidikan Nasional.<br />
Chua Yan Piaw. 2006. Kaedah dan Statistik<br />
Penyelidikan., Kaedah Penyelidikan. Mc<br />
Graw Hill Education. Malaysia<br />
Creswell, J.W. 2002. Educational research:<br />
Planning, conducting and evaluating quantitative<br />
and qualitative research. Upper<br />
Saddler River, New Jersey: Merrill<br />
Prentice Hall.<br />
Edward dan Sallis, 2004, Manajemen <strong>Kualitas</strong><br />
Total Dalam Pendidikan (Total Quality<br />
Managementin Education) Penerjemah<br />
: Kambey Daniel C., Manado :<br />
Program Pascasarjana Universitas<br />
Negeri Manado<br />
Maman, 2009, Revitalisasi Ujian Nasional.<br />
Jurnal Ilmiah Kreatif Vol. VI No. 1 Januari<br />
2009.<br />
McMillan, J .H., & Schumacher, S. (2001).<br />
Research in education: A conceptual introduction<br />
(5th Edition). New York:<br />
Longman.<br />
Nana Syaodih Sukamadinata. 2010. Metode<br />
Penelitian Pendidikan. Cetakan keenam.<br />
PT Remaja Rosdakarya Bandung Bekerjasama<br />
dengan Universitas Pendidikan<br />
Indonesia.<br />
Nurkholis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah,<br />
Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta: PT.<br />
Gramedia Widiasarana Indonesia<br />
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang<br />
Standar Nasional Pendidikan Pasal 66<br />
ayat (1)<br />
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2010 tentang<br />
Ujian Nasional<br />
Samsuri, Istamar, 2010, <strong>Peningkatan</strong> Kompetensi<br />
Guru Untuk Meningkatkan<br />
Minat Siswa Pada Bidang MIPA. Lokakarya<br />
MIPA, IPB Bogor<br />
Santyasa, I Wayan, 2009, Implementasi Lesson<br />
Study Dalam <strong>Pembelajaran</strong>. Universitas<br />
Pendidikan Ganesha.<br />
Suharsimi Ari kunto. 2003. Dasar-Dasar Penilaian<br />
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.<br />
Umaedi, 1999, Manajemen <strong>Peningkatan</strong> Mutu<br />
Berbasis Sekolah, Direktorat Pendidikan<br />
42
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
Otang Kurniaman 1 dan Jismulatif 2<br />
1. Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNRI<br />
2.Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNRI<br />
ABSTRAK: Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita<br />
fantasi mahasiswa PGSD Universitas Riau. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam menulis<br />
cerita fantasi dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran menulis mempunyai potensi<br />
yang baik dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita fantasi, hal ini terlihat dari perbedaan ratarata<br />
pada siklus I. 60,58, siklus II. 70,9, sedangkan pada siklus III dengan rata-rata 75,75. Perbedaan<br />
peningkatan rata-rata sangat signifikan pada siklus I dan II dengan peningkatan rata-rata 0,21, sedangkan<br />
peningkatan dari siklus II ke-siklus III dengan rata-rata peningkatan 0,3.<br />
Kata Kunci : Media Gambar, Cerita Fantasi<br />
ABSTRACT: The purpose of this classroom action research is to increase the student’s ability of<br />
PGSD Riau University to write fantasy story by using picture media. Based on the result the research<br />
shows that picture media can improve writing story fantasy of the student. We can see the different<br />
average of mean ability to cycle I 60,58, cycle II 70,9, while at cycle III mean 75,75 the different mean<br />
ability very signifikan at cycle I and II improvement mean 0,21 while on the cycle II and III improvement<br />
mean is 0,3.<br />
Keyword: Picture media, Story of fantasy<br />
PENDAHULUAN<br />
Keterampilan menulis merupakan keterampilan<br />
berbahasa yang sangat kompleks dan<br />
sukar dikuasai, karena bila dibandingkan dengan<br />
keterampilan menyimak dan berbicara. Tarigan<br />
(1993: 8) menganggap keterampilan bahasa yang<br />
relatif sukar adalah membaca dan menulis.<br />
Meskipun demikian keterampilan menulis<br />
sangatlah penting untuk dikuasai. Sekarang ini<br />
semakin jarang guru memberikan tugas tersebut<br />
dalam kegiatan pembelajaran terutama pada<br />
anak-anak sekolah dasar. Demikian pula halnya<br />
dengan menilai tugas mengarang, tentunya tidak<br />
bisa hanya mengukur panjang atau pendek tulisan<br />
yang dibuat siswa, tetapi guru harus membaca isi<br />
dan sistematika karangan, termasuk jalan pikiran<br />
peserta didik. Hal ini tentu sulit dilakukan<br />
manakala guru tidak mempunyai waktu lagi untuk<br />
mengkoreksi pekerjaan murid.<br />
Hambatan dalam menulis adalah: (1)<br />
mahasiswa kesulitan mengungkapkan pendapatnya<br />
dalam bentuk tulisan. (2) mahasiswa<br />
umumnya sangat miskin dengan bahan yang akan<br />
mereka tulis. (3) kurang memadainya kemampuan<br />
kebahasaan yang dimiliki oleh mahasiswa. (4)<br />
kurang pengetahuan mahasiswa tentang kaidahkaidah<br />
menulis, (5) mahasiswa kurang kesadaran<br />
akan pentingnya latihan menulis.<br />
Peneliti memandang dari kelima jenis di<br />
atas diprediksi narasi yang paling banyak<br />
peminatnya karena dari segi penggalian sumber<br />
ide hanya narasi yang menerima unsur imajinatif<br />
43
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
hal tersebut terlepas benar atau tidak, masuk akal<br />
atau sebaliknya. Dalam wadah narasi, siswa tidak<br />
dibebani oleh segala macam batasan atau aturan<br />
yang pada kenyataanya lebih sering membelenggu<br />
kreativitas siswa.<br />
Kenyataan di lapangan tidak semua<br />
peserta didik dapat menulis narasi dengan baik.<br />
Tidak semua cerita yang dihasilkan mampu<br />
mempengaruhi pembaca sehingga tulisan tersebut<br />
paling tidak dapat dikatakan memiliki muatan<br />
sastra. Ketidakmampuan peserta didik dalam<br />
membuat narasi tentu akan berimbas pada mutu<br />
proses dan hasil belajar.<br />
Secara khusus penelitian ini bertujuan<br />
sebagai berikut : (1) untuk mengetahui pelaksanaan<br />
model pembelajaran menulis cerita fantasi<br />
dengan pendekatan penggunaan bermainan media<br />
gambar. (2) untuk mengetahui kendala yang<br />
dihadapi mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran<br />
cerita fantasi anak-anak dengan pendekatan<br />
penggunaan bermainan media gambar. (3) untuk<br />
mengetahui hasil kemampuan menulis cerita fantasi<br />
oleh mahasiswa dengan pendekatan penggunaan<br />
bermainan media gambar.<br />
Gambaran di atas tampak upaya yang<br />
harus segera dilakukan untuk meningkatkan<br />
kemampuan dan keterampilan menulis peserta<br />
didik adalah perbaikan pendekatan dan metode<br />
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menulis<br />
diupayakan mampu menarik perhatian dan minat<br />
peserta didik, mendukung kegiatan peserta didik<br />
berkreasi dan berekspresi dalam mengemukakan<br />
ide secara tertulis dan mampu memberi motivasi<br />
dengan rangsangan yang tidak membosankan.<br />
Berhasil tidaknya pembelajaran sastra Indonesia,<br />
khususnya dalam kecakapan menulis sangat<br />
tergantung pada sistem pembelajaran. <strong>Pembelajaran</strong><br />
sebagai sistem, adalah keseluruhan<br />
pertautan kegiatan yang memungkinkan dan<br />
berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar<br />
mengajar. Pertautan tersebut adalah pertautan<br />
komponen-komponen pembelajaran. Dengan<br />
demikian komponen-komponen seperti dosen,<br />
peserta didik, dan materi perlu diperhatikan pada<br />
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran<br />
harus dapat mengungkapakan realitas yang sesuai<br />
dengan situasi dan indikator yang hendak dicapai.<br />
Menulis merupakan salah satu dari empat<br />
aspek keterampilan berbahasa. Aspek berbahasa<br />
yang lain adalah menyimak, berbicara, dan<br />
membaca. Di dalam kegiatan menulis memerlukan<br />
kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan<br />
yang diperluakan antara lain kemampuan berpikir<br />
secara teratur dan logis, kemampuan yang<br />
mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas<br />
dengan menggunakan bahasa yang efektif, dan<br />
kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis<br />
dengan baik.<br />
Menulis menurut Suriamiharja (Resmini,<br />
2008: 116) adalah kegiatan melahirkan pikiran<br />
dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan<br />
bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan<br />
pikiran, perasaan, dan kehendak kepada<br />
orang lain secara tertulis. Sedangkan Robert<br />
Lado (Resmini, 2008: 116) mengatakan menulis<br />
adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang<br />
menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti<br />
oleh seseorang kemudian dapat dibaca oleh orang<br />
lain yang memahami bahasa tersebut beserta<br />
simbol-simbol grafisnya. Menulis merupakan<br />
suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan<br />
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak<br />
secara tatap muka dengan orang lain. Menulis<br />
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan<br />
ekspresif. Maka di dalam kegiatan menulis ini,<br />
penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi,<br />
struktur bahasa, dan kosakata.<br />
Menulis sebagai suatu cara berkomunikasi,<br />
komunikasi di dalam arti yang luas<br />
sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan<br />
pesan-pesan, yang pasti terjadi sewaktu-waktu<br />
bila manusia ingin berhubungan satu sama lain.<br />
Proses komunikasi berlangsug melalui tiga media,<br />
yaitu visual (nonverbal), lisan, dan tulisan.<br />
Pengertian Cerita Fantasi<br />
Cerita fantasi ialah karangan yang<br />
memaparkan terjadinya peristiwa, dalam bentuk<br />
cerita yang bukan sebenarnya terjadi melainkan<br />
44
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
peristiwa rekaan pengarang. Peristiwa itu adalah<br />
peristiwa fiktif, tidak benar-benar terjadi. Rusyana<br />
(1991: 64) meskipun demikian karena kepandaian<br />
pengarang dalam menyusun unsur-unsurnya, dan<br />
memberikan latar belakang serta gambaran yang<br />
meyakinkan, maka orang yang membaca cerita<br />
itu merasa bahwa peristiwa itu benar-benar<br />
terjadi. Bahkan sering pembaca merasa terlibat<br />
dan terbawa arus emosi kedalam peristiwa buatan<br />
itu. Cerita fantasi ialah cerita khayalan, bayangan,<br />
rekaan, yang berdasarkan bukan kejadian yang<br />
sesugguhnya. (WJS. Poerwadarminta, kamus<br />
umum bahasa Indonesia, edisi ketiga, 2003:329).<br />
Ada beberapa ciri karangan fantasi yang<br />
membedakan dengan karangan yang lain tergantung<br />
dari sudut pandangan. Adapun ciri<br />
karangan fantasi sebagai berikut.<br />
Segi Isi<br />
Isi karangan fantasi berupa cerita yang<br />
memaparkan suatu peristiwa baik peristiwa<br />
rekaan maupun kenyataan, cerita tersebut<br />
dirangkai oleh pengarang dengan menggunakan<br />
gaya kefantasiannya/khayalannya sehingga cerita<br />
tersebut menarik minat pembaca (Rusyana, 1984:<br />
135)<br />
Segi Dasar Pembentukan<br />
Karangan fantasi merupakan salah satu<br />
bentuk dari karangan narasi dasar pembentukannya<br />
adalah perbuatan atau tindakan yang terjadi<br />
dalam suatu rangkaian waktu sehingga merangsang<br />
daya khayal para pembaca (Keraf, 1981:<br />
138)<br />
Segi Tujuan<br />
Karangan fantasi bertujuan untuk memperluas<br />
pengetahuan orang. Selain itu karangan<br />
fantasi berusaha untuk memberikan maksud<br />
tertentu menyampaikan maksud terselubung<br />
kepada pembaca atau pendengar.<br />
Segi Unsur<br />
Karangan fantasi ditandai dengan adanya<br />
penokohan, jalan cerita, dan konflik.<br />
Segi Penggunaan Bahasa<br />
Bahasa yang digunakan menulis bersifat<br />
subjektif. Kata-kata yang digunakan sangat<br />
dipengaruhi oleh jiwa pengarangnya.<br />
Unsur-unsur Cerita Fantasi<br />
Cerita merupakan suatu organisasi yang didukung<br />
oleh berbagai unsur yang terjalin satu sama<br />
lain sehingga terbentuk sebuah cerita. Menurut<br />
Rusyana (1991: 65) unsur yang membangun cerita<br />
fantasi adalah sebagai berikut :<br />
a) Tema adalah segala hal, baik benda mati<br />
maupun makhluk hidup yang dijadikan topik<br />
karangan cerita. Aminuddin (1995: 91)<br />
berpendapat bahwa tema adalah sesuatu<br />
mendasari atau menggerakkan penulis untuk<br />
mengarang.<br />
b) Alur atau plot agaknya lebih baik dibatasi<br />
sebagai sebuah interrelasi fungsional antara<br />
unsur-unsur fantasi yang sekaligus menandai<br />
urutan bagian dari keseluruhan fantasi. Alur<br />
ditandai dengan puncak atau klimaks dari<br />
pebuatan dramatis dalam rentang laju cerita<br />
itu (Keraf, 1991: 145)<br />
c) Penokohan adalah pelaku mengemban<br />
peristiwa dalam sebuah fiksi sehingga<br />
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita<br />
tersebut dengan tokoh sedangkan cara<br />
pengarang menampilkan tokoh atau pelaku<br />
disebut penokohan (Aminuddin, 1995: 79)<br />
d) Latar ialah peristiwa dalam karya fiksi baik<br />
berupa tempat, waktu, maupun peristiwa serta<br />
memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis<br />
(Aminuddin, 1995:67)<br />
e) Sudut pandangan adalah cara pengarang<br />
menampilkan para pelaku dalam cerita yang<br />
dipaparkannya (Aminuddin, 1995: 90)<br />
f) Amanat merupakan gagasan dari renungan<br />
pengarang yang secara halus dicoba disajikan<br />
kembali kepada pembaca cerita (Rusyana,<br />
1991: 74).<br />
Fungsi Media Gambar<br />
Fungsi utama media adalah sebagai alat<br />
bantu pengajaran yang mampu mempengaruhi<br />
keadaan iklim kelas dan lingkungan belajar yang<br />
efektif. Menurut Zulkifly (Resmini, 2008 : 208)<br />
bahwa media dapat befungsi sebagai sesuatu yang<br />
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang<br />
45
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa<br />
sehingga dapat mendorong proses belajar.<br />
Hidayat dan Rahmina (Resmini, 2008 : 208)<br />
mengemukakan fungsi media sebagai berikut (a)<br />
sebagai alat bantu untuk menciptakan situasi<br />
belajar yang efektif, (b) sebagai bagian integral<br />
dari keseluruhan situasi belajar, sehingga dapat<br />
meningkatkan hasil belajar, (c) alat peraga yang<br />
mengacu kepada tujuan pengajaran, (d) sebagai<br />
pelengkap suatu proses belajar mengajar untuk<br />
menarik perhatian siswa, (e) untuk mempercepat<br />
dan memperlancar jalannya pengajaran, sehingga<br />
siswa mudah untuk memahami, (f) untuk<br />
meningkatkan hasil dan mutu belajar.<br />
Prinsip Penggunaan Media Gambar<br />
Menurut Arsyad (Resmini, 2008 : 210)<br />
prinsip-prinsip penggunaan media gambar/foto,<br />
diuraikan sebagai berikut : (a) kesederhanaan<br />
mengacu kepada jumlak elemen yang terkandung<br />
dalam suatu media visual. Jumlah elemen yang<br />
lebih sedikit memudahkan siswa untuk menangkap<br />
dan memahami pesan yang disajikan media visual<br />
tersebut. Teks yang menyertai bahan visual harus<br />
dibatasi. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas,<br />
tetapi padat dan mudah dimengerti. (b) keterpaduan<br />
mengacu kepada hubungan yang terdapat<br />
diantara elemen-elemen media visual yang ketika<br />
diamati akan berfungsi secara bersama-sama.<br />
Elemen-elemen itu harus saling terkait dan<br />
menyatu sebagai suatu keseluruhan, sehingga<br />
media visual itu merupakan suatu bentuk<br />
menyeluruh yang dapat dikenal dan dapat<br />
membantu pemahaman pesan dan informasi yang<br />
dikandungnya. (c) penekanan, konsep yang ingin<br />
disajikan memerlukan penekanan terhadap salah<br />
satu unsur yang menjadi pusat perhatian siswa.<br />
Dengan menggunakan ukuran, hubunganhubungan,<br />
perspektif, warna atau ruang penekanan<br />
dapat diberikan kepada unsur terpenting.<br />
(d) keseimbangan bentuk atau pola yang dipilih,<br />
sebaiknya memberikan persepsi keseimbangan,<br />
meskipun tidak seluruhnya simetris. Pengembangan<br />
media visual memerlukan daya imajinasi<br />
yang lebih tinggi. (e) bentuk yang aneh dan asing<br />
bagi siswa dapat membangkitkan minat dan<br />
perhatian. Oleh karena itu pemilihan bentuk<br />
sebagai unsur visual dalam penyajian pesan,<br />
informasi atau isi pelajaran perlu di perhatikan.<br />
METODE PENELITIAN<br />
Metode penelitian tindakan kelas yang<br />
digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang<br />
bersifat kolaboratif dan partisipatoris. Sesuai apa<br />
yang diungkapkan Kasbolah (1999:14) bahwa<br />
sebagai dasar pemikiran Lewin (yang mempopulerkan<br />
penelitian tindakan kelas) menekankan<br />
pentingnya kolaboratif dan partisipatoris.<br />
Perangkat pembelajaran dirancang oleh<br />
mahasiswa. Sedangkan pelaksanaan dilakukan<br />
oleh dosen ketua dan dosen anggota sebagai<br />
pengamat. Tindakan yang dilakukan adalah<br />
Penggunaan Permainan Media Gambar untuk<br />
Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita<br />
Fantasi pada Mata Kuliah Model-model <strong>Pembelajaran</strong><br />
Bahasa Indonesia Mahasiswa PGSD<br />
FKIP Universitas Riau. Desain penelitian yang<br />
dilakukan adalah model siklus yang terdiri dari<br />
merencanakan perbaikan, melaksanakan tindakan,<br />
mengamati dan melakukan refleksi. Adapun<br />
siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut :<br />
Di dalam PTK ini peneliti merencanakan<br />
dua siklus. Siklus pertama diawali dengan refleksi<br />
awal diikuti oleh perencanaan tindakan, pelaksana<br />
tindakan, pengamatan dan refleksi. Dari hasil<br />
refleksi siklus pertama inilah kemudian dilakukan<br />
perbaikan pada siklus berikutnya.<br />
Pada PTK ini siklus pertama dilakukan<br />
tindakan sesuai dengan model yang digunakan<br />
yaitu model pembelajaran langsung, sedangkan<br />
pada siklus kedua tindakan yang dilakukan adalah<br />
hasil refleksi dari siklus pertama dimana di siklus<br />
kedua inilah terdapat perbaikan-perbaikan.<br />
Subjek Penelitian<br />
Untuk memperoleh data dalam penelitian<br />
ini yaitu melalui kegiatan pengamatan, cacatan<br />
lapangan, observasi, angket, dan dokumentasi.<br />
Sedangkan subjek penelitian di fokuskan pada<br />
mahasiswa semester V yang mengambil mata<br />
kuliah model-model pembelajaran bahasa<br />
46
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
Indonesia konsentrasi bahasa Indonesia pada Keterangan : JST = Jumlah siswa yang tuntas<br />
karangan. Hasil mahasiswa yang sudah dianalisis<br />
JST x 100%<br />
dan dikelompokkan menjadi beberapa kriteria<br />
JSS<br />
penilainan, sehingga terlihat hasil menulis karangan<br />
PGSD FKIP Universitas Riau sebanyak 40<br />
mahasiswa.<br />
Teknik Analisis Data<br />
Ketuntasan Individul<br />
Ketuntasan siswa secara individu dapat<br />
dilihat dari hasil karangan mahasiswa yang telah<br />
diperiksa/ dianalisis oleh guru. Ketuntasan belajar<br />
siswa secara individu dikatakan tercapai, apabila<br />
siswa mampu mengembangkan karangan sesuai<br />
dengan kriteria penilaian dengan benar 65 % .<br />
Ketuntasan belajar secara individual dapat<br />
dianalisis dengan menggunakan rumus:<br />
JSS = Jumlah seluruh siswa<br />
(Nasution dan Suryanto 2002 :<br />
122)<br />
Untuk menghitung data tengtang tingkat<br />
kemampuan mahasiswa dalam membuat karangan<br />
fantasi dengan memakai rumus sebagai berikut :<br />
B<br />
Skor = x 100% N<br />
Keterangan :<br />
B = jumlah yang benar<br />
N = Jumlah kriteria penilaian<br />
(Depag, 2002 : 8 )<br />
HK<br />
KI = x 100%<br />
<strong>Peningkatan</strong> Menulis Fantasi<br />
JKP<br />
<strong>Peningkatan</strong> yang terjadi sebelum dan<br />
Keterangan : KI = Ketuntasan Individu<br />
HK = Hasil Karangan<br />
JKP = Jumlah Kriteria<br />
sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus<br />
indeks gain (gain ternormalisasi) dari Meltzer<br />
(2002: 1260), sebagai berikut:<br />
Penilaian<br />
skor postes − skor pretes<br />
( Winataputra, dkk 2001: 41)<br />
g =<br />
skor maksimum − skor pretes<br />
Perskoran nilai terhadap hasil karangan mahasiswa<br />
tentang kemampuan menulis fantasi peneliti<br />
tidak menuju Sinaga, dkk (2006:61) sebagai<br />
Kriteria indeks gains (g) berpedoman pada<br />
standar dari Hake (1998: 3) yaitu:<br />
berikut.<br />
g > 0.7 : tinggi<br />
0.3 < g ≤ 0.7 : sedang<br />
Tabel 1<br />
Interval Ketuntasan Individu<br />
g ≤ 0.3 : rendah %<br />
1. Amat baik : 91 – 100 = A Skala Penilaian<br />
2. Baik : 75 – 90 = B<br />
Untuk menganalisis data, maka peneliti<br />
3. Cukup : 60 – 74 = C berpedoman pada kriteria sebagai berikut : (1)<br />
4. Kurang : 40 – 59 = K Menjelaskan keseluruhan tokoh yang ada pada<br />
5. Kurang Sekali : d” 40 = KS gambar seri (2) Penggunaan Bahasa yang koheren<br />
(3) Kesesuaian cerita dengan unsur-unsur fantasi,<br />
Ketuntasan Klasikal<br />
ketuntasan secara klasikal dapat dikatakan<br />
tercapai bila 85% dari seluruh siswa menulis<br />
karangan minimal 65% materi pelajaran menulis<br />
yang telah dipenuhi. Ketuntasan belajar secara<br />
klasik dapat dihitung dengan mengunakan rumus<br />
sebagai berikut:<br />
dan (4) Kejelasan akhir cerita pada setiap seri<br />
gambar.<br />
HASIL PENELITIAN DAN<br />
PEMBAHASAN<br />
Data kemampuan menulis karangan<br />
fantasi dengan menggunakan media gambar<br />
diperoleh melalui aktivitas siswa dalam menulis<br />
47
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
mahasiswa dalam menulis karangan fantasi, dan<br />
untuk melihat peningkatan dari hasil mahasiswa<br />
dalam menulis karangan fantasi dengan menggunakan<br />
media gambar pada siklus pertama,<br />
kedua, dan ketiga. <strong>Peningkatan</strong> mahasiswa dalam<br />
menulis karangan fantasi banyak mengalami<br />
peningkatan untuk melihat sejauh mana peningkatan<br />
hasil karangan mahasiswa maka hasil<br />
analisis, rata-rata hasil belajar mahasiswa yang<br />
paling dominan adalah menjelaskan keseluruhan<br />
tokoh yang ada pada gambar seri (2,35) dengan<br />
kirteria kenaikan cukup, hasil belajar mahasiswa<br />
dalam kesesusaian cerita dengan unsur-unsur<br />
fantasi (2,04) dengan kriteria kenaikan cukup,<br />
penggunaan Bahasa yang koheren (1,84) dengan<br />
kriteria kenaikan cukup, selanjutkan adalah<br />
kejelasan akhir cerita pada setiap seri gambar<br />
(1,74) dengan kriteria kenaikan cukup.<br />
Pengolahan dan Analisis Kemampuan<br />
Menulis Fantasi<br />
Pada tujuan penelitian telah diungkapkan<br />
bahwa penilitian ini bertujuan untuk meningkatkan<br />
kemampuan menulis cerita fantasi mahasiswa<br />
pada mata kuliah model-model pembelajaran<br />
Bahasa Indonesia dalam menulis karangan fantasi.<br />
Berikut ini akan diuraikan hasil penilitian dan<br />
pembahasan. Pengolahan data di lakukan secara<br />
manual dengan menggunakan MS Exel.<br />
Data penilitian ini bersumber dari data<br />
hasil karangan dari siklus I, siklus II, dan siklus<br />
III. Data yang diperoleh terdiri atas: 1) data<br />
tentang menulis karangan fantasi hasil siklus I, siklis<br />
II, dan siklus III, 2) pembahasan terhadap hasil<br />
temuan penilitian.<br />
kemampuan menulis karangan fantasi.<br />
Hasil penelitan dari karangan fantasi<br />
mahasiswa yang telah di lakukan berupa skor hasil<br />
siklus I, II, dan III di tampilkan dalam uraian<br />
berikut ini.<br />
Statistik Deskripsi Skor Kemampuan<br />
Menulis Fantasi Siklus I, II, Dan III<br />
Informasi tentang kemampuan menulis<br />
karangan fantasi mahasiswa PGSD dalam menulis dim<br />
peroleh hasil siklus I, II, dan III pada tabel 2 berikut.<br />
Tabel 2<br />
Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Menulis Fantasi<br />
Siklus I, II, dan III<br />
Kelas Skor Ideal Χ<br />
min<br />
Χ<br />
maks Χ S<br />
Siklus I<br />
42 83 60,58 7,84<br />
Siklus II 100<br />
42 92 70,9 12,92<br />
Siklus III 50 92 75,75 12,25<br />
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-rata skor<br />
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa<br />
rata-rata skor kemampuan menulis fantasi<br />
mahasiswa PGSD Universitas Riau tidak jauh<br />
berbeda. Untuk mengetahui apakah perbedaan<br />
skor rata-rata kemampuan menulis fantasi cukup<br />
signifikan atau tidak, maka data diuji dengan<br />
menggunakan uji perbedaan dua rata-rata,<br />
sebelum dilakukan analisis uji perbedaan dua<br />
rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas<br />
atau homogenitas terhadap data siklus.<br />
Uji Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan<br />
Fantasi Pada Siklus I, II, dan III<br />
Setelah dilakukan uji normalitas dan<br />
homogenitas, diperoleh informasi bahwa kemampuan<br />
menulis karangan fantasi pada siklus I, II,<br />
dan III berdistribusi normal dan tidak homogen.<br />
Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan<br />
kemampuan menulis karangan fantasi pada siklus<br />
I, II, dan III cukup segnifikan atau tidak, maka<br />
data diuji menggunakan uji perbedaan. Maka uji<br />
perbedaan dilakukan dengan menggunakan uji<br />
Chi-kuadrat. Pengujian dilakukan berdasarkan<br />
hipotesis statistik berikut.<br />
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan<br />
48
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
antara siklus I, II, dan III.<br />
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang<br />
signifikan antara siklus I, II, dan III.<br />
Untuk taraf segnifikan α = 0,05 (uji chi kuadrat),<br />
Ho diterima jika - ≤ ≤ +.<br />
Hasil perhitungan uji perbedaan kemampuan<br />
mahasiswa dalam menulis karangan fantasi<br />
pada siklus I, II, dan III di tampilkan dalam<br />
tabel 3 berikut ini:<br />
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa kemampuan<br />
menulis karangan fantasi pada siklus I, II,<br />
dan III pada taraf signifikan α = 0,05 memenuhi<br />
kriteria ≥ , ini berarti bahwa<br />
uji chi-kuadrat siklus I, II, dan III signifikan.<br />
<strong>Peningkatan</strong> Kemampuan Mahasiswa Setelah<br />
Proses Belajar Mengajar<br />
Tabel<br />
(PBM)<br />
3<br />
dalam tabel 4:<br />
Hasil Uji Chi-Kuadrat Kemampuan menulis karangan fantasi pada siklus I,<br />
Tabel 4<br />
II, dan III.<br />
Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Menulis Fantasi<br />
Siklus Xi 2<br />
Xi Penerimaan<br />
2<br />
hitung<br />
tabel Gain I dan II<br />
Ho Kesimpulan<br />
(α = 0,05)<br />
(α = 0,05)<br />
Siklus I, II,<br />
Kelas Χ S Signifikan Kriteria<br />
23,544 9,4877 Tolak Ho<br />
dan III<br />
Gain I 0,21 0,28 Rendah<br />
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa Gain II kemampuan 0,3 menulis 0,38 Sedang<br />
t Xi 2<br />
tabel<br />
hitung tabel hitung<br />
Statistik Deskriptif Gain Ternormalitas<br />
Pemahaman Mahasiswa Pada Kemampuan<br />
Menulis Karangan Fantasi pada siklus I, II,<br />
dan III.<br />
Statistik deskrpsi ternormalisasi meliputi<br />
rata-rata gain dan standar deviasi gain ditampilkan<br />
Berdasarkan<br />
Berdasarkan<br />
tabel 4 diketahui<br />
tabel<br />
bahwa<br />
4 diketahui<br />
rata-rata<br />
gain ternormalisasi kemampuan menulis karangan<br />
fantasi mahasiswa PGSD Universitas Riau untuk<br />
Gain I dengan Gain II memiliki perbedaan dari<br />
rata-rata dan kriteria peningkatan pada Gain I<br />
mempunyai kriteria rendah sedangkan pada Gain<br />
II memiliki kriteria sedang. Untuk mengetahui<br />
apakah perbedaan skor rata-rata Gain ternormalisasi<br />
kemampuan menulis karangan fantasi<br />
mahasiswa PGSD Universitas Riau cukup<br />
signifikan atau tidak maka data diuji dengan<br />
menggunakan uji perbedaan, sebelum itu Gain diuji<br />
normalitas terlebih dahulu.<br />
Uji Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan<br />
Fantasi Pada Gain I dan II.<br />
Setelah dilakukan uji normalitas dan<br />
homogenitas, diperoleh informasi bahwa kemampuan<br />
menulis karangan fantasi pada gain I dan II<br />
berdistribusi tidak normal dan homogen.<br />
Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan<br />
kemampuan menulis karangan fantasi pada gain<br />
I dan II cukup segnifikan atau tidak, maka data<br />
49
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
diuji menggunakan uji perbedaan Chi-Kuadrat.<br />
Pengujian dilakukan berdasarkan hipotesis<br />
statistik berikut.<br />
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan<br />
antara gain I, dan II.<br />
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan<br />
antara gain I dan II<br />
Untuk taraf segnifikan α = 0,05 (uji chi kuadrat),<br />
Ho diterima jika - ≤ ≤ +. Hasil<br />
perhitungan uji perbedaan kemampuan mahasiswa<br />
dalam menulis karangan fantasi pada gain I<br />
dan II di tampilkan dalam tabel 4.12 berikut ini:<br />
Simpulan<br />
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan<br />
pengolahan data yang diperoleh dalam penelitian<br />
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil kemampuan<br />
menulis karangan fantasi dari kriteria<br />
penilaian (1) Menjelaskan keseluruhan tokoh yang<br />
ada pada gambar seri, rata-rata peningkatan 2,35<br />
dengan kriteria cukup, (2) Penggunaan Bahasa<br />
yang koheren, rata-rata peningkatan 1,84 dengan<br />
kriteria cukup, (3) Kesesuaian cerita dengan<br />
unsur-unsur fantasi, rata-rata peningkatan 2,04<br />
dengan kriteria cukup, dan (4) Kejelasan akhir<br />
cerita pada setiap seri gambar, rata-rata<br />
peningkatan 1,74 dengan kriteria peningkatan<br />
cukup. Terlihat dari pengolahan data hasil<br />
kemampuan menulis karangan menulis fantasi<br />
mahasiswa PGSD Universitas Riau, dari ke<br />
empat kriteria penilaian, skor tertinggi pada<br />
kriteria menjelaskan keseluruhan tokoh yang ada<br />
pada gambar seri, dan skor terrendah pada<br />
kriteria kejelasan akhir cerita pada gambar seri.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Akdon, dan Sahlan Hadi. 2008. Aplikasi<br />
Statistika dan Metode Penelitian untuk<br />
Administrasi dan Manajemen. Bandung:<br />
Dewa Ruchi.<br />
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya<br />
Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.<br />
Djuanda, Dadan. 2006. Apresiasi Sastra<br />
Indonesia. Bandung: UPI PRESS.<br />
Dapertemen Agama, 2004. Kurikulum Mts,<br />
2004. Pedoman Khusus Bahasa Indonesia.<br />
Jakarta : Direktorat Jendral<br />
Kelembagaan Agama Islam.<br />
Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa<br />
Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan<br />
Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.<br />
Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan<br />
Sastra Indonesia di Kelas Rendah.<br />
Bandung: UPI PRESS.<br />
Haryadi. 1996. <strong>Peningkatan</strong> Keterampilan<br />
Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:<br />
Depdikbud PPPGSD.<br />
Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas.<br />
Jakarta: Depdikbud.<br />
Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi.<br />
Jakarta: Gramedia.<br />
Kurniaman, Otang dan Hamizi. 2009. Bahan<br />
Ajar Teori dan Sejarah Sastra. Pekan-<br />
50
Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />
Jurnal Pendidikan<br />
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />
MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />
baru: Berhati.<br />
Nursito. 2000. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia.<br />
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.<br />
Pradopo, Djoko Racmat. 2008. Beberapa Teori<br />
Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.<br />
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<br />
Rahman, Elmustian, dan Abdul Jalil. 2004. Sejarah<br />
Sastra. Pekanbaru: UNRI PRESS.<br />
Resmini, Novi. 1997. <strong>Pembelajaran</strong> Menulis<br />
Cerita di Sekolah Dasar Melalui<br />
Pemberian Model Bacaan. Jurnal<br />
Pendidikan Humaniora dan Sains I, 1-<br />
36. Malang.<br />
Resmini, Novi. 2008. Pendidikan Bahasa dan<br />
Sastra Indonesia dii Kelas Tinggi.<br />
Bandung: UPI PRESS.<br />
Resmini, Novi. 2006. Membaca dan Menulis<br />
di SD: Teori dan Pengajarannya.<br />
Bandung: UPI PRESS.<br />
Resmini, Novi. 2006. Kebahasaan (Fonologi,<br />
Morfologi, dan Semantic). Bandung:<br />
UPI PRESS.<br />
Rusyana, yus. 1984. Bahasa dan Sastra<br />
Indonesia dalam Gamitan Pendidikan.<br />
Bandung: diponegoro.<br />
Rusyana, yus. 1991. Keterampilan Menulis.<br />
Modul S.D 6. Bandung: Universitas<br />
Terbuka.<br />
Rofi’uddin, Ahmad. 1999. Pendidikan Bahasa<br />
dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.<br />
Depdikbud Dirjendikti PPPGSD.<br />
Sinaga, Mangatur, dkk. 2006. Evaluasi pengajaran<br />
bahasa dan Sastra Indonesia.<br />
Pekanbaru : Cendekia Insana.<br />
Tarigan, H.G. 1993. Menulis Sebagai Suatu<br />
Keterampilan Berbahasa. Bandung:<br />
Antariksa.<br />
Tarigan, Djago. 1998. Pendidikan Bahasa<br />
Indonesia I. Proyek Guru SD Setara D<br />
II. Jakarta : Depdikbud.<br />
WJS, Poerwadaminta. 2003. Kamus Umum<br />
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai<br />
Pustaka.<br />
Zuchdi, Darmiyati. 1997. Pendidikan Bahasa<br />
dan Sastra Indonesia dii Kelas Rendah.<br />
Depdikbud Dirjendikti PPPGSD.<br />
51
PANDUAN UNTUK PENULIS<br />
Tujuan dan Ruang Lingkup<br />
Jurnal Pendidikan adalah suatu jurnal monodisipliner berskala nasional yang mencakup berbagai<br />
pokok persoalan dalam kajian ilmu pendidikan. Secara khusus jurnal pendidikan menaruh perhatian<br />
pada pokok-pokok persoalan tentang perkembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta pembangunan<br />
bidang pendidikan dan keguruan. Tujuan dari jurnal pendidikan ini adalah menyebarluaskan pemikiranpemikiran<br />
konseptual maupun hasil-hasil penelitian yang telah dicapai dalam bidang Pendidikan.<br />
Penyerahan Naskah<br />
Penulisan menyerahkan 3 (tiga) ekslemplar naskah disertai dengan file elektronik dalam<br />
disket atau compact dist kepada: Redaksi Jurnal Pendidikan, Lembaga Penelitian Universitas Riau<br />
Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru Telp. (0761)567093 Fax (0761) 63279 Email:<br />
ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com atau riodirgantoro@yahoo.com, disertai dengan surat pernyataan<br />
bahwa naskah belum pernah diterbitkan dan tidak sedang dalam proses penerbitan pada jurnal lain.<br />
Setelah melewati proses review yang dilakukan oleh 2 penelaah, penulis diharuskan menyerahkan 1<br />
(satu) eksemplar naskah yang telah direvisi oleh penulis (naskah akhir), disertai file elektronik dalam<br />
disket atau campact disc.<br />
Format Naskah<br />
Artikel yang dimuat dalam jurnal ini dapat berupa kajian konseptual dan atau hasil-hasil penelitian<br />
pada disiplin ilmu pendidikan. Secara umum, sistematika artikel terdiri atas pendahuluan /introduksi<br />
yang menguraikan latar belakang dan permasalahan yang dikaji yang ditunjang oleh referensi yang<br />
relevan, metode, hasil, dan pembahasan, dan simpulan/rekomendasi. Pada kajian yang bersifat<br />
konseptual, bagian metodologi dapat ditiadakan bila dianggap tidak perlu.<br />
Naskah ditulis pada kertas berukuran A4 , dengan panjang tulisan maksimal 20 halaman berspasi<br />
ganda, termasuk daftar pustaka, tabel, dan lampiran. Setiap halaman memiliki batas kiri-kanan dan<br />
atas-bawah 3 cm. Naskah ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Naskah<br />
juga dapat ditulis dalam bahasa Inggris.<br />
Naskah dimulai dengan halaman pertama yang memuat:<br />
- Judul singkat ( running head). Penulis diminta untuk membuat judul singkat.<br />
- Judul lengkap (dalam bahasa Indonesia dan Inggris)<br />
- Nama penulis, afiliasi dan alamat korespondensi (mis.E-mail)<br />
Abstrak<br />
- Abstrak dalam bahasa Indonesia, tidak lebih dari 250 kata. Absrak mencakup permasalahan ,<br />
metode , dan temuan serta kesimpulan<br />
- Abstrak dalam bahasa Iinggris, tidak lebih dari 200 kata.<br />
Kata Kunci<br />
- Tuliskan maksimal 5 kata-kata kunci (key words)<br />
Gambar dan Tabel<br />
- Untuk kepentingan penyuntingan, gambar dan tabel disertakan secara terpisah dari badan<br />
karangan (tidak dimasukan ke dalam teks). Dalam hal ini, penulis menunjukkan di mana gambar<br />
dan atau tabel harus diletakkan pada badan karangan.<br />
52
- Gambar yang akan ditampilkan dalam jurnal adalah gambar hitam-putih. Bila menginginkan,<br />
penulis dapat menyertakan gamabar berwarna, namun penulis akan dikenai biaya percetakan<br />
gambar berwarna tersebut.<br />
- Gambar dalam bentuk file elektronik, diharapkan ditulis di dalam MS Power Point atau<br />
dengan format.JPG<br />
- Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut : Gambar 1, Gambar 2 dan seterusnya. Tabel<br />
1, Tabel 2, dan seterusnya.<br />
- Gambar dan Tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu.<br />
- Tabel berbentuk pivot table.<br />
Penulisan sub judul (heading) pada setiap bagian<br />
- Subjudul tingkat pertama semuanya dicetak tebal ditulis dengan huruf kapital, misalnya:<br />
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE SIMULASI.<br />
- Subjudul tingkat kedua, semuanya dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf<br />
pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar<br />
- Subjudul tingkat ketiga, semuanya ditulis dengan huruf miring dan huruf kecil kecuali huruf<br />
pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor Tingkat Kecerdasan Siswa<br />
Ucapan Terimakasih<br />
- Penulis dapat menuliskan ucapan terimakasih kepada individu, lembaga pemberi dana penelitian<br />
dan sebagainya. Ucapan terimakasih ditulis sebelum Daftar Pustaka.<br />
Daftar Pustaka<br />
Kepustakaan yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya kepustakaan yang dikutip atau<br />
yang dijadikan rujukan dan ditulis dalam teks. Penulisan rujukan dalam badan karangan dilakukan<br />
sebagai berikut:<br />
- Apabila terdiri dari satu orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely (2010) atau (McNeely,<br />
2010).<br />
- Apabial terdiri dari 2 orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely & McCurdy (2010) atau<br />
( McNeely & McCurdy, 2010).<br />
- Apabila terdiri dari tiga orang penulis atau lebih, ditulis sebagai berikut: McNeely et all. (2010)<br />
atau (McNeely et all, 2010). Kata/ istilah et al., hanya digunakan untuk referensi berbahasa<br />
asing. Untuk referensi berbahasa Indonesia digunakan istilah dkk., misalnya Suparman, dkk.<br />
(2010).<br />
Penusisan daftar pustaka dilakukan sebagai berikut:<br />
Sumber Buku:<br />
- Strahler, A.N. (1957). Physical geography. New York: Wiley.<br />
- Farrington, J., Turton, C., & James, A.J. (Eds.). (1999). Participatory wareshed development:<br />
Challenges for the twenty–first century. New Delhi: Oxford University Press.<br />
- Shaxson, T. F. (2000). People’s invovement in watershed management: Lessons from working<br />
among resource-poor farmers. In R.Lal (Ed.), Intergated watershed management in the global<br />
ecosystem (pp.345 – 363). Boca Raton, FL :CRC Press.<br />
- Van Noordwijk, M., van Roode, M., McCallie, E.L., & Lusiana, B.(1998). Erosion and<br />
sedimentation as multiscale, fractal processes: Implications for models, eksperiments and the<br />
real world. In F.W.T. Penning de Vries, F. Agus , & J. Kerr (Eds.), Soil erosion at multiple<br />
scales (pp. 223–253). New York: CAB International.<br />
53
Sumber Jurnal:<br />
- Tomich, T.P., Fagi, A. M., de Foresta, H. Michon, G., Michon, G., Murdiyarso, D., Stolle, F.,<br />
& Van Nooordwijk, M. (1988). Indonesia’s fires:smoke as a problem, smoke as a symptom.<br />
Agroforestry Today, 10(1), 4-7.<br />
Sumber Prosiding Seminar:<br />
- Fay, C., de Foresta, H, & Sirait, M. (1998). Progress towards recognizing the rights and<br />
management potensials of local communities in Indonesian state-defined forest area. Peper<br />
presented at the workshop of participatory natural resource management in developing countries,<br />
Mansfield College, Oxford, April 6-7.<br />
Sumber Internet<br />
- Knox McCulloch, A., Meinzen-Dick, R., & Hazell, P. (1998). Property rights, collective action<br />
and technologies for natural resource management: A conceptual framework. CAPRi Working<br />
Paper No. 1. Washington DC, USA: International Food Policy Research Institute. http://www.<br />
Capri.cgiar.org/pdf/capriwp01.pdf.<br />
Sumber Disertasi/Thesis:<br />
- Zandbergen, P. (1998). Urban watershed assesment: Linking watershed healt indicator to<br />
mangement. Ph.D. Thesis. Resource Management and Environmetal Studies, University of<br />
British Columbia, Vancaouver.<br />
Satuan, singkatan, nomenklatur, dan lambing:<br />
- Satuan dan singkatan menggunakan sistem SI ( System International)<br />
- Nomenklatur nama ilmiah tumbuhan dan hewan ditulis lengkap dengan nama author-nya. Nama<br />
ilmiah sesuai dengan aturan nomenklatur harus digunakan nama penulisnya yang pertama kali,<br />
selanjutnya dapat disingkat sesuai dengan aturan yang berlaku dan atau menggunakan nama<br />
daerah.<br />
- Penggunaan lambang ditulis sebagai berikut: contoh, lambang alpha ditulis dengan α bukan<br />
dengan huruf a.<br />
54
PANDUAN UNTUK PENULIS<br />
Tujuan dan Ruang Lingkup<br />
Jurnal Pendidikan adalah suatu jurnal monodisipliner berskala nasional yang<br />
mencakup berbagai pokok persoalan dalam kajian ilmu pendidikan. Secara khusus jurnal<br />
pendidikan menaruh perhatian pada pokok-pokok persoalan tentang perkembangan ilmu<br />
pendidikan dan keguruan serta pembangunan bidang pendidikan dan keguruan. Tujuan<br />
dari jurnal pendidikan ini adalah menyebarluaskan pemikiran-pemikiran konseptual<br />
maupun hasil-hasil penelitian yang telah dicapai dalam bidang Pendidikan.<br />
Penyerahan Naskah<br />
Penulisan menyerahkan 3 (tiga) ekslemplar naskah disertai dengan file elektronik<br />
dalam disket atau compact dist kepada: Redaksi Jurnal Pendidikan, Lembaga Penelitian<br />
Universitas Riau Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru Telp. (0761)567093<br />
Fax (0761) 63279 Email: ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com atau faizjis@yahoo.co.id<br />
disertai dengan surat pernyataan bahwa naskah belum pernah diterbitkan dan tidak sedang<br />
dalam proses penerbitan pada jurnal lain. Setelah melewati proses review yang dilakukan<br />
oleh 2 penelaah, penulis diharuskan menyerahkan 1 (satu) eksemplar naskah yang telah<br />
direvisi oleh penulis (naskah akhir), disertai file elektronik dalam disket atau campact<br />
disc.<br />
Format Naskah<br />
Artikel yang dimuat dalam jurnal ini dapat berupa kajian konseptual dan atau<br />
hasil-hasil penelitian pada disiplin ilmu pendidikan. Secara umum, sistematika artikel<br />
terdiri atas pendahuluan /introduksi yang menguraikan latar belakang dan permasalahan<br />
yang dikaji yang ditunjang oleh referensi yang relevan, metode, hasil, dan pembahasan,<br />
dan simpulan/rekomendasi. Pada kajian yang bersifat konseptual, bagian metodologi<br />
dapat ditiadakan bila dianggap tidak perlu.<br />
Naskah ditulis pada kertas berukuran A4 , dengan panjang tulisan maksimal 20<br />
halaman berspasi ganda, termasuk daftar pustaka, tabel, dan lampiran. Setiap halaman<br />
memiliki batas kiri-kanan dan atas-bawah 3 cm. Naskah ditulis dengan menggunakan<br />
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Naskah juga dapat ditulis dalam bahasa Inggris.<br />
Naskah dimulai dengan halaman pertama yang memuat:<br />
- Judul singkat ( running head). Penulis diminta untuk membuat judul singkat.<br />
- Judul lengkap (dalam bahasa Indonesia dan Inggris)<br />
- Nama penulis, afiliasi dan alamat korespondensi (mis.E-mail)<br />
Abstrak<br />
- Abstrak dalam bahasa Indonesia, tidak lebih dari 250 kata. Absrak mencakup<br />
permasalahan , metode , dan temuan serta kesimpulan<br />
- Abstrak dalam bahasa Iinggris, tidak lebih dari 200 kata.<br />
Kata Kunci<br />
- Tuliskan maksimal 5 kata-kata kunci (key words)<br />
Gambar dan Tabel<br />
- Untuk kepentingan penyuntingan, gambar dan tabel disertakan secara terpisah<br />
dari badan karangan (tidak dimasukan ke dalam teks). Dalam hal ini, penulis<br />
67
menunjukkan di mana gambar dan atau tabel harus diletakkan pada badan<br />
karangan.<br />
- Gambar yang akan ditampilkan dalam jurnal adalah gambar hitam-putih. Bila<br />
menginginkan, penulis dapat menyertakan gamabar berwarna, namun penulis<br />
akan dikenai biaya percetakan gambar berwarna tersebut.<br />
- Gambar dalam bentuk file elektronik, diharapkan ditulis di dalam MS Power<br />
Point atau dengan format.JPG<br />
- Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut : Gambar 1, Gambar 2 dan<br />
seterusnya. Tabel 1, Tabel 2, dan seterusnya.<br />
- Gambar dan Tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu.<br />
- Tabel berbentuk pivot table.<br />
Penulisan sub judul (heading) pada setiap bagian<br />
- Subjudul tingkat pertama semuanya dicetak tebal ditulis dengan huruf kapital,<br />
misalnya: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE<br />
SIMULASI.<br />
- Subjudul tingkat kedua, semuanya dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil,<br />
kecuali huruf pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor-faktor yang<br />
Mempengaruhi Hasil Belajar<br />
- Subjudul tingkat ketiga, semuanya ditulis dengan huruf miring dan huruf kecil<br />
kecuali huruf pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor Tingkat Kecerdasan<br />
Siswa<br />
Ucapan Terimakasih<br />
- Penulis dapat menuliskan ucapan terimakasih kepada individu, lembaga pemberi<br />
dana penelitian dan sebagainya. Ucapan terimakasih ditulis sebelum Daftar<br />
Pustaka.<br />
Daftar Pustaka<br />
Kepustakaan yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya kepustakaan yang<br />
dikutip atau yang dijadikan rujukan dan ditulis dalam teks. Penulisan rujukan dalam<br />
badan karangan dilakukan sebagai berikut:<br />
- Apabila terdiri dari satu orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely (2010)<br />
atau (McNeely, 2010).<br />
- Apabial terdiri dari 2 orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely & McCurdy<br />
(2010) atau ( McNeely & McCurdy, 2010).<br />
- Apabila terdiri dari tiga orang penulis atau lebih, ditulis sebagai berikut:<br />
McNeely et all. (2010) atau (McNeely et all, 2010). Kata/ istilah et al., hanya<br />
digunakan untuk referensi berbahasa asing. Untuk referensi berbahasa Indonesia<br />
digunakan istilah dkk., misalnya Suparman, dkk. (2010).<br />
Penusisan daftar pustaka dilakukan sebagai berikut:<br />
Sumber Buku:<br />
- Strahler, A.N. (1957). Physical geography. New York: Wiley.<br />
68
- Farrington, J., Turton, C., & James, A.J. (Eds.). (1999). Participatory wareshed<br />
development: Challenges for the twenty–first century. New Delhi: Oxford<br />
University Press.<br />
- Shaxson, T. F. (2000). People’s invovement in watershed management: Lessons<br />
from working among resource-poor farmers. In R.Lal (Ed.), Intergated watershed<br />
management in the global ecosystem (pp.345 – 363). Boca Raton, FL :CRC<br />
Press.<br />
- Van Noordwijk, M., van Roode, M., McCallie, E.L., & Lusiana, B.(1998).<br />
Erosion and sedimentation as multiscale, fractal processes: Implications for<br />
models, eksperiments and the real world. In F.W.T. Penning de Vries, F. Agus ,<br />
& J. Kerr (Eds.), Soil erosion at multiple scales (pp. 223–253). New York: CAB<br />
International.<br />
Sumber Jurnal:<br />
- Tomich, T.P., Fagi, A. M., de Foresta, H. Michon, G., Michon, G., Murdiyarso,<br />
D., Stolle, F., & Van Nooordwijk, M. (1988). Indonesia’s fires:smoke as a<br />
problem, smoke as a symptom. Agroforestry Today, 10(1), 4-7.<br />
Sumber Prosiding Seminar:<br />
- Fay, C., de Foresta, H, & Sirait, M. (1998). Progress towards recognizing the<br />
rights and management potensials of local communities in Indonesian statedefined<br />
forest area. Peper presented at the workshop of participatory natural<br />
resource management in developing countries, Mansfield College, Oxford, April<br />
6-7.<br />
Sumber Internet<br />
- Knox McCulloch, A., Meinzen-Dick, R., & Hazell, P. (1998). Property rights,<br />
collective action and technologies for natural resource management: A<br />
conceptual framework. CAPRi Working Paper No. 1. Washington DC, USA:<br />
International Food Policy Research Institute. http://www.<br />
Capri.cgiar.org/pdf/capriwp01.pdf.<br />
Sumber Disertasi/Thesis:<br />
- Zandbergen, P. (1998). Urban watershed assesment: Linking watershed healt<br />
indicator to mangement. Ph.D. Thesis. Resource Management and Environmetal<br />
Studies, University of British Columbia, Vancaouver.<br />
Satuan, singkatan, nomenklatur, dan lambing:<br />
- Satuan dan singkatan menggunakan sistem SI ( System International)<br />
- Nomenklatur nama ilmiah tumbuhan dan hewan ditulis lengkap dengan nama<br />
author-nya. Nama ilmiah sesuai dengan aturan nomenklatur harus digunakan<br />
nama penulisnya yang pertama kali, selanjutnya dapat disingkat sesuai dengan<br />
aturan yang berlaku dan atau menggunakan nama daerah.<br />
- Penggunaan lambang ditulis sebagai berikut: contoh, lambang alpha ditulis<br />
dengan α bukan dengan huruf a.<br />
69
ERROR: syntaxerror<br />
OFFENDING COMMAND: --nostringval--<br />
STACK:<br />
/Title<br />
()<br />
/Subject<br />
(D:20120411145806+07’00’)<br />
/ModDate<br />
()<br />
/Keywords<br />
(PDFCreator Version 0.9.5)<br />
/Creator<br />
(D:20120411145806+07’00’)<br />
/CreationDate<br />
(New)<br />
/Author<br />
-mark-