29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kajian Penerapan Teknologi Berbasis LEISA Melalui Tumpangsari Wortel dengan Sayuran Lainnya di<br />

Dataran Tinggi Papua<br />

Soplanit, A<br />

sebagian besar petani mengalami kerugian. Harga wortel di pasar lokal Wamena Rp.10.000/kg,<br />

namun ketika terjadi over produksi maka harga bisa mencapai Rp.5000/kg.<br />

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menanam<br />

wortel secara tumpangsari (intercropping) dengan tanaman lainnya sehingga komoditas yang<br />

dihasilkan menjadi beragam, dengan demikian kerugian yang diakibatkan oleh komoditas wortel<br />

dapat ditutupi oleh komoditas lainnya. Penggunaan sistem pertanaman tumpangsari di negara<br />

berkembang maupun negara maju selalu dimotivasi oleh ekspektasi peningkatan pendapatan. Jika<br />

produktivitas ditentukan oleh lingkungan ekologis dan faktor-faktor teknis, maka pendapatan<br />

dipengaruhi oleh serangkaian faktor-faktor biaya masukan dan pasar (Adiyoga et al. 2004).<br />

Pada umumnya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan monokultur karena<br />

produktivitas lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat dalam<br />

pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets, 1982 dalam Turmudi,<br />

2002). Selanjutnya dikatakan bahwa keuntungan secara agronomis dari pelaksanaan sistem<br />

tumpangsari dapat dievaluasi dengan cara menghitung Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL). Nilai ini<br />

menggambarkan efisiensi lahan, yaitu jika nilainya > 1 berarti menguntungkan.<br />

Tumpangsari wortel dengan sayuran lainnya seperti bawang daun, tomat dan kubis diharapkan<br />

dapat menutupi resiko kerugian dari wortel karena bawang daun, tomat dan kubis memiliki harga<br />

relatif stabil. Disamping itu ketiga komoditas tersebut tidak satu famili dengan wortel sehingga risiko<br />

kehilangan hasil akibat serangan OPT dapat dikurangi tanpa mengganggu kestabilan ekosistem.<br />

Menurut Stehr, 1982 dalam Setiawati dan Asandhi (2003), pola tanam dengan sistem tumpangsari<br />

berarti memodifikasi ekosistem yang dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu (1) penjagaan<br />

fase musuh alami yang tidak aktif, (2) penjagaan keanekaragaman komunitas, (3) penyediaan inang<br />

alternatif, (4) penyediaan makanan alami, (5) pembuatan tempat berlindung musuh alami dan (6)<br />

penggunaan insektisida yang selektif.<br />

Kearifan lokal menggunakan bahan organik dalam praktek pertanian di Kabupaten Jayawijaya,<br />

merupakan keunggulan komparatif yang tidak dimiliki daerah lain di Papua. Hal tersebut didukung<br />

surat edaran dari Gubernur Provinsi Papua nomor 525.1/1235/ tanggal 7 Mei 1993 yang isinya<br />

mendukung pertanian organik di Kabupaten Jayawijaya serta penegasan Bupati Kabupaten<br />

Jayawijaya tentang pelarangan penggunaan pestisida kimia dan pupuk anorganik di Kabupaten<br />

Jayawijaya pada acara pembukaan sosialisasi pengembangan sertifikasi kopi organik di kabupaten<br />

Jayawijaya pada tanggal 8 Juli 2011 (Badan Pusat Statistik, 2011).Berdasarkan penjelasan di atas<br />

maka hal tersebut merupakan peluang untuk menerapkan teknologi berbasis ”LEISA”.<br />

Konsep pertanian “LEISA” adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha<br />

pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus mempertahankan atau<br />

meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam (Mugnisjah, 2004).<br />

Selanjutnya menurut Fathimatuszhroh (2011) secara singkat “LEISA” (Low External Input<br />

Sustainable Agricultur) dapat dijabarkan sebagai berikut; (1) optimalisasi pemanfaatan sumberdaya<br />

lokal, (2) maksimalisasi daur ulang, (3) minimalisasi kerusakan lingkungan, (4) diversifikasi usaha,<br />

(5) pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai serta (5) menciptakan kemandirian petani.<br />

Salah satu prinsip dasar ekologi “LEISA” adalah menjamin kondisi tanah yang dapat mendukung<br />

pertumbuhan tanaman khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan kehidupan<br />

dalam tanah. Selanjutnya menurut (Stompth et al, 1994 dalam Asandhi et al, 2005), dalam usahatani<br />

“LEISA” sayuran, indikator aspek kesuburan fisik dan kimia media tanam menjadi salah satu penentu<br />

produktivitas dan mutu hasil.<br />

Tujuan pengkajian ini adalah mengetahui pengaruh tumpangsari antara tanaman wortel<br />

dengan sayuran lainnya terhadap pertumbuhan dan hasil panen serta nilai NKL dibandingkan dengan<br />

sistem tanam tunggal atau monokultur.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

Pengkajian dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011 pada lahan petani di Desa<br />

Wouma Distrik Wamena Kabupaten Jayawijaya, Papua pada ketinggian 1.500 m dpl dengan jenis<br />

tanah entisol. Varietas wortel yang digunakan adalah hibrida new kuroda, tomat hibrida, kubis hibrida<br />

dan bawang daun varietas lokal. Dosis pupuk untuk tanam tunggal dan tumpangsari adalah pupuk<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012<br />

│157

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!