o_19k41s5tr1efm1a2ie6iinpn50e.pdf
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pendahuluan<br />
A. Latar Belakang<br />
Tata kepemerintahan yang baik (good<br />
governance) memiliki 3 landasan utama yaitu:<br />
transparansi, akuntabilitas dan partisipasi.<br />
Akuntabilitas dalam hal ini merupakan<br />
perwujudan kewajiban seseorang atau unit<br />
organisasi untuk mempertanggungjawabkan<br />
pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan<br />
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam<br />
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.<br />
Oleh karena itu, diperlukan suatu pengembangan<br />
dan penerapan sistem pertanggungjawaban<br />
yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate<br />
sehingga penyelenggaraan pemerintahan<br />
dan pembangunan dapat berlangsung secara<br />
berdaya guna, berhasil guna, bersih dan<br />
bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi<br />
dan nepotisme.<br />
Dalam rangka itu, pemerintah telah menerbitkan<br />
Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres)<br />
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas<br />
Kinerja Instansi Pemerintah. Sedangkan<br />
pedoman penyusunan dokumennya<br />
diatur terakhir melalui Peraturan Menteri<br />
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi<br />
Demokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang<br />
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan<br />
Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres<br />
tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah<br />
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan<br />
negara untuk mempertanggungjawabkan<br />
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta<br />
kewenangan pengelolaan sumber daya dengan<br />
didasarkan suatu perencanaan stratejik yang<br />
ditetapkan oleh masing-masing instansi.<br />
Pertanggungjawaban dimaksud berupa Iaporan<br />
yang disampaikan kepada atasan masingmasing,<br />
Iembaga-Iembaga pengawasan dan<br />
penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan<br />
kepada presiden selaku kepala pemerintahan.<br />
Laporan tersebut menggambarkan kinerja<br />
instansi pemerintah yang bersangkutan melalui<br />
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah<br />
(SAKIP). Kemudian juga pemerintah menerbitkan<br />
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5<br />
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan<br />
Korupsi, yang mewajibkan agar setiap K/L<br />
Membuat penetapan kinerja dengan Pejabat<br />
dibawahnya secara berjenjang, yang bertujuan<br />
untuk mewujudkan suatu capaian kinerja<br />
tertentu dengan sumber daya tertentu, melalui<br />
penetapan target kinerja serta indikator<br />
kinerja yang menggambarkan keberhasilan<br />
pencapaiannya baik berupa hasil maupun<br />
manfaat.<br />
Dengan diterbitkannya kedua INPRES tersebut,<br />
maka Direktorat Jenderal Sumber Daya dan<br />
Perangkat Pos dan Informatika yang merupakan<br />
bagian dari Kementerian Komunikasi dan<br />
Informatika dituntut untuk dapat memberikan<br />
kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan<br />
dalam rangka penyelenggaraan sebagian tugas<br />
pemerintahan dibidang Sumber Daya dan<br />
Perangkat Pos dan Informatika. Pemerintah<br />
senantiasa menekankan perlunya partisipasi<br />
semua stake holder, khususnya aparatur<br />
pemerintah untuk meningkatkan kualitas<br />
pelayanan dan meningkatkan efisiensi di segala<br />
sektor.<br />
7