05.05.2015 Views

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Orleans. Soal gugatan ini disampaikan Tom Beanal dan pengacaranya Martin<br />

Regan dalam jumpa pers di Jakarta, 17 Mei 1996.<br />

Tom Beanal menjelaskan bahwa gugatan itu terpaksa diajukan di Pengadilan<br />

Lousiana karena kantor Pusat Freeport berada di Amerika Serikat. Sedang alasan<br />

kedua, menurut Tom Beanal, jika gugatan itu dilancarkan di pengadilan<br />

Indonesia dikhawatirkan terjadi konflik kepentingan karena Pemerintah<br />

Indonesia juga memiliki saham di PT Freeport. "Kami juga tidak mau terjadi<br />

seperti kasus Ohee di mana putusan pengadilan sudah punya kekuatan hukum<br />

tetap tapi nyatanya tak bisa dieksekusi," kata Tom Beanal.<br />

Direktur <strong>Elsam</strong> Abdul Hakim Garuda Nusantara, yang memfasilitasi pertemuan<br />

itu 9 , mengatakan, Tom Beanal bertindak mewakili dirinya sendiri dan orangorang<br />

lain yang bernasib sama. Tom Beanal bukan mewakili suku Amungme,<br />

meski dia adalah pemimpin Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme<br />

(Lemasa). Dalam berkas gugatan yang diajukan ke pengadilan Louisiana, PT<br />

Freeport dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap suku<br />

Amungme dan suku pribumi lainnya. Perusahaan tambang raksasa itu juga<br />

dituduh telah mencemari lingkungan.<br />

Rencana itu dihadapi Freeport dengan membujuk warga untuk menerima 1 %<br />

Trust Fund Freeport. Warga Amungme tetap menolak. 10 Mereka menilai dana 1%<br />

itu sebagai penyumpal sekaligus upaya Freeport, ABRI dan Pemerintah untuk<br />

"mencuci tangan" dari berbagai masalah pelanggaran hak asasi manusia,<br />

perampasan tanah-tanah adat masyarakat dan kerusakan lingkungan yang telah<br />

ditimbulkannya. Pada 18 Juli 1996, sekitar 2000 penduduk Amungme, Dani,<br />

Mee/Ekari, Moni dan Nduga di desa Harapan, Kwamki Lama dan Kwamki Baru<br />

Timika melancarkan aksi protes terhadap Freeport, pemerintah, dan ABRI di<br />

Desa Harapan Kwamki Lama, Timika, Irian Jaya.<br />

Pada tahun 1996, gugatan atas nama Yosefa Alomang diajukan. Hakim pada<br />

State Court langsung menolak gugatan tersebut. Menurut hakim, pengadilan di<br />

New Orleans, Louisiana, tidak memiliki yurisdiksi untuk mengadili gugatan yang<br />

diajukan atas nama Yosefa Alomang. Dan saat itu juga, Martin E. Regan Jr,<br />

pengacara Yosefa Alomang -yang juga merangkap sebagai pengacara Tom Beanal<br />

- langsung menyatakan banding. Dalam gugatan yang diajukan atas nama Tom<br />

Beanal lewat Pengadilan Federal Negara Bagian Louisiana, hakim pengadilan<br />

setempat meminta pengacara Tom Beanal untuk memperbaiki gugatannya.<br />

Pada 3 Maret 1998 Hakim pada Pengadilan Federal, Negara bagian Louisiana,<br />

9 <strong>Elsam</strong> juga aktif terlibat dalam proses pengajuan gugatan dan persidangan kasus ini. Staf dan pengacara <strong>Elsam</strong>,<br />

Aderito de Jesus Soares, menjadi asisten pengacara untuk gugatan warga Amungme kepada PT Freeport Indonesia di<br />

New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat.<br />

10 Sejak penolakan itu, Freeport, ABRI, dan pemerintah terus menekan dan mengintimidasi masyarakat penolak untuk<br />

harus menerima 1% tersebut. Kabarnya, setiap pagi Tom Beanal diintimidasi lewat telepon oleh aparat militer.<br />

Sementara tekanan dan intimidasi dilancarkan, para anggota militer memaksa atau membujuk penduduk di kampungkampung<br />

di Timika dan Tembagapura untuk menerima tawaran Freeport tersebut.<br />

28

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!