05.05.2015 Views

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Buku kedua, yang ditulis oleh Abdul Manan, sebenarnya dapat dilihat sebagai sebuah<br />

biografi ELSAM. Secara umum, buku ini tidak berkisah tentang pergulatan “batin”<br />

ELSAM tetapi lebih menyorot pada beberapa gagasan-gagasan, program-program dan<br />

agenda besar yang diusung ELSAM, yang secara signifikan berkontribusi pada<br />

perkembangan demokrasi, penegakan keadilan, dan pengakuan terhadap hak asasi<br />

manusia di Indonesia. Terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan yang dijumpai<br />

<strong>Elsam</strong> dalam pergulatannya mempromosikan <strong>HAM</strong>, buku ini mengangkat beberapa<br />

pengalaman faktual tentang keberhasilan ELSAM dalam advokasi kasus-kasus<br />

pelanggaran <strong>HAM</strong> di Indonesia, advokasi kebijakan, dan penyelenggaraan pendidikan<br />

publik berupa pelatihan dan kursus hak asasi manusia bagi para human rights defenders.<br />

Tidak kurang dari itu, buku kedua ini juga menyoroti soal peran ELSAM dalam<br />

menginisiasi, mendukung, meneruskan, dan merawat beberapa gagasan besar dan penting<br />

seperti gerakan studi hukum kritis dan kaitannya dengan gagasan “negara hukum<br />

demokratis” (rule of law), hak atas penentuan nasib sendiri (right to self-determination)<br />

dan hak-hak masyarakat adat, keadilan transisional (termasuk di dalamnya adalah soal<br />

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi).<br />

Apa maksud dari penerbitan kedua buku tersebut? Lebih dahulu lagi, apa maksud kita<br />

merayakan hari jadi ELSAM? Bukanlah karena kelatahan kita melakukan ini, melainkan<br />

karena kita mau sejenak memetik momen kontemplatif dan reflektif di tengah banalitas<br />

aksi keseharian kita. Peringatan hari lahir adalah momen kultural untuk merenungi<br />

kebermaknaan diri dan merebut kembali otentisitas yang sempat menguap bersama<br />

keringat aksi kita. Sejarah perdaban berkisah – bahkan sampai pada zaman audiovisual<br />

sekarang ini – bahwa tidak ada hal lain yang lebih membawa kita ke kontemplasi tentang<br />

makna kehadiran kita di dunia ini ketimbang berenang dalam arus kata-kata. Biarkan kata<br />

itu menghampiri kita, dan sejenak berhentilah kita berkata-kata. Biarkan kita diam,<br />

jangan ada kata terucap. Biarkan kata-kata itu yang berkata.<br />

<strong>Demi</strong>kianlah. ELSAM bersama teman-temannya mau merayakan hari lahir itu dalam<br />

keheningan, lalu kemudian mendengarkan untaian kata dari kedua buku tersebut. Seorang<br />

pembaca yang sejati adalah seorang yang mampu berhening dan membiarkan arus kata-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!