o_19l2ab95j4rl1rpj1om31pjdvra.pdf
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
“Ubi tak cocok buat perutku namun sesuai buat rakyatku. Walau<br />
demikian ketidak cocokan ini biarlah menjadi salah satu rahasia dari<br />
sekian rahasia pribadiku dan yang pasti, rahasia yang satu ini akan<br />
kubawa sampai mati.”<br />
Sekali lagi isteriku, Bu Mentut yang berdiri di depan pintu kamar<br />
kami dikejutkan teriakan lantang dari dalam.<br />
“Dindaaaaaaa! Siapkan makan malam, taruh di depan televisi.<br />
Ingat, jangan ada ubi! Aku laparrrrrrrrr!” Disusul derit pintu kamar<br />
yang terbuka, memunculkan wajahku yang lega seiring bau busuk<br />
menghambur keluar. Bau khas yang sangat dikenal isteriku. Bau yang<br />
membuat ia nak muntah. Bau Kentut aku, Pak Mentut suaminya,<br />
yang memadati ruang kamar, melepaskan aku dari siksa “Kementut,”<br />
namun memberi pencerahan pada kehidupan rakyat.<br />
Alamak…sudah pukul setengah empat subuh rupanya. Bergegas<br />
tegak dari mencangkung, aku hanya dapat berharap dalam hati,<br />
“semoga ubi selain cocok buat perut rakyat negeri jiran, cocok pula<br />
bagi perut para pejabat negaranya”.***<br />
<br />
halaman 14