o_19l2ab95j4rl1rpj1om31pjdvra.pdf
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Sam terdiam cukup panjang. Pertanyaan dan kegaduhan silih<br />
seperti hujan yang saling jatuh bergantian.<br />
“Tenang, anak-anak,” kata Sam mengambil situasi, “sekarang<br />
buka buku catatan kalian. Pak Guru akan mendiktekan pengertian<br />
pahlawan. Kalian catat. Di UKK (Ujian Kenaikan Kelas) bulan depan<br />
akan ada soal tentang pahlawan. Kalian paham?”<br />
Dan murid-murid serentak menjawab: paham. Dengan kakikaki<br />
telanjang; dengan atau tanpa seragam yang nyaris abadi di<br />
dalam hari-hari sekolah mereka; seragam yang membuat mereka<br />
takut membebaskan diri, takut kotor apabila bermain lepas; dengan<br />
merasakan lembab tanah di mana cacing dan orong-orong telah<br />
membuat jalur dari bawah meja kayu mereka yang penuh coretan<br />
menembusi tanah dinding kelas yang terbuat dari papan menuju<br />
kebun; dan dengan ketaatan yang menakjubkan, mereka mencatat<br />
apa yang didektekan Pak Guru yang masih muda, berkacamata,<br />
datang dari Jawa ke pedalaman Papua, dan menyukai anak-anak,<br />
sebagaimana seharusnya seseorang yang berzodiak Gemini itu.<br />
Sam masih mendeskripsikan apa itu pahlawan dengan intonasi<br />
yang ketepatannya mendekati nada deklamasi.<br />
“Mereka mengusir penjajah dan membuat kita merdeka,” kata<br />
Sam. Dan mestinya tidak ada masalah dengan kata-kata ini.<br />
Namun, anak-anak memang telah sering mendengar keluh kesah<br />
dari orang tua mereka bahwa; “Tanah kitorang masih dijajah. Emas<br />
pu (punya) nenek moyang diambil tiap hari, dibawa trada tau ke<br />
mana. Kitorang harus merdeka. Kitorang harus miliki tanah ini buat<br />
kitorang sendiri. Biar trada miskin. Trada sengsara.”<br />
Dan hari ini, anak-anak makin bingung, mengapa sudah ada<br />
pahlawan, mengapa Pak Guru bilang telah merdeka, telah bahagia?<br />
Tanpa mengerti gejolak dalam jiwa murid-muridnya, Sam,<br />
sebagaimana dituntut oleh kurikulum, melanjutkan pelajaran. Ia<br />
menyebutkan nama-nama pahlawan dan kehebatan, perjuangan,<br />
pengorbanan jiwa dan raga yang telah mereka persembahkan kepada<br />
bumi pertiwi untuk mengusir penjajah asing; yang hanya datang<br />
untuk mengambil kekayaan tanah air; datang untuk menindas.<br />
Ketika Sam menceritakan tentang penjajah Eropa yang datang<br />
dengan kapal-kapal mengangkut hasil bumi, rempah, emas, dan<br />
kekayaan lainnya dari tanah air ini menuju tanah air penjajah itu<br />
dengan diiringi pasukan-pasukan bersenjata apai, murid-murid<br />
membayangkan kapal-kapal yang orang tua mereka ceritakan.<br />
Kapal-kapal yang datang dengan kosong dan pergi membawa<br />
halaman 16