20.06.2015 Views

KAJIAN PINJAMAN DAERAH - Bappeda Depok - Pemerintah Kota ...

KAJIAN PINJAMAN DAERAH - Bappeda Depok - Pemerintah Kota ...

KAJIAN PINJAMAN DAERAH - Bappeda Depok - Pemerintah Kota ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>KAJIAN</strong><br />

<strong>PINJAMAN</strong><br />

<strong>DAERAH</strong>


i<br />

DAFTAR ISI<br />

Halaman<br />

KATA PENGANTAR<br />

DAFTAR ISI<br />

BAB I<br />

BAB II<br />

PENDAHULUAN<br />

1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1<br />

1.2. Identifikasi Masalah ............................................................. 2<br />

1.3. Maksud dan Tujuan ......................................... ................... 3<br />

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan ..................................................... 3<br />

<strong>KAJIAN</strong> TEORITIS<br />

2.1. Dasar Hukum Pinjaman Daerah .......................................... 5<br />

2.2. Prinsip Dasar Pinjaman Daerah ........................................... 6<br />

2.3. Persyaratan Pinjaman ........................................................... 7<br />

2.4. Sumber-Sumber Pinjaman Daerah ....................................... 10<br />

2.5. Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman 10<br />

2.6. Larangan Penjaminan .......................................................... 13<br />

2.7. Pinjaman Dimasukan Dalam APBD................... ................. 13<br />

2.8. Pembayaran Kembali Pinjaman................... ........................ 13<br />

2.9. Pelaporan Pinjaman................... .......................................... 14<br />

BAB III GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA DEPOK<br />

3.1. Kondisi Fisik ........................................................................ 15<br />

3.1.1 Kondisi Geografi <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> .................................... 15<br />

3.1.2 Topografi. .................................................................. 16<br />

3.1.3 Penggunaan Lahan. .................................................... 16<br />

3.2. Administrasi ........................................................................ 18<br />

3.3. Kependudukan ................................................................... . 19<br />

3.3.1 Penduduk. .................................................................. 19


ii<br />

3.3.2 Tenaga Kerja. ............................................................. 21<br />

3.4. Pendidikan .......................................................................... 22<br />

3.5. Kesehatan ............................................................................ 22<br />

3.5.1 Sumber Daya Manusia Tenaga<br />

Kesehatan.................................................................. 23<br />

3.5.2 Sarana dan Prasarana ............................................... 24<br />

3.6. Perhubungan ( Jalan/Jembatan) ............................................ 27<br />

3.7. Ekonomi ............................................................................... 28<br />

a. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> ......................................................................... 28<br />

b. Kondisi Perekonomian ..................................................... 30<br />

BAB IV <strong>PINJAMAN</strong> <strong>DAERAH</strong><br />

4.1. Analisa Kemampuan Pinjaman Daerah ............................... 32<br />

4.2. Analisa Batas Maksimal Pinjaman ..................................... 34<br />

BAB V<br />

KESIMPULAN<br />

Analisa Kemampuan Pinjaman ..................................................... 38<br />

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 40<br />

DAFTAR TABEL<br />

Tabel 2.3 Persyaratan Pinjaman ............................................ 9<br />

Tabel 3.1.3 Jenis Penggunaan Lahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>.................... 17<br />

Tabel 3.3.1 a Proyeksi Jumlah Penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun<br />

2010-2015 (jiwa) ............................................. 20<br />

Tabel 3.3.1 b Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan struktur<br />

Usia <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2007 ....................... 20<br />

Tabel 3.3.2 Prosentase Penduduk Berusia 10 Tahun keatas<br />

Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha di<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2007 .................................. 21<br />

Tabel 3.5.1 Jumlah Tenaga Kesehatan (RSUD) kota <strong>Depok</strong> .. 23


iii<br />

Tabel 3.5.2 Proyeksi Pengembangan Gedung, Sarana dan<br />

Prasarana RSUD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> ............................... 25<br />

Tabel 3.7.a PDRB <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 2003-2006 ............................. 29<br />

Tabel 3.7 a Prosentase PDRB <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Atas Dasar Harga<br />

Berlaku Tahun 2003-2006 ................................... 30<br />

Tabel 3.7 b Laju Pertumbuhan Ekonomi <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun<br />

2002-2006 .......................................................... 31<br />

LAMPIRAN-LAMPIRAN


<strong>KAJIAN</strong> <strong>PINJAMAN</strong> <strong>DAERAH</strong><br />

PEMERINTAH KOTA DEPOK<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

1.1 Latar Belakang<br />

Keterbatasan sumber pembiayaan dalam negeri yang berasal dari<br />

pemerintah pusat maupun PAD, dihadapkan pada semakin meningkatnya<br />

kebutuhan pembiayaan pembangunan daerah, hal ini memberikan peluang<br />

bagi pemerintah daerah untuk mencari alternatif sumber pembiayaan untuk<br />

membiayai pembangunan.<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> merupakan pintu gerbang Propinsi Jawa Barat . Secara<br />

geografis maupun fungsional pembangunan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> memberikan<br />

pengaruh yang cukup besar bagi pembangunan wilayah disekitarnya,<br />

sehingga menjadi satu kesatuan perencanaan, pelaksanaan, dan<br />

pengendalian dengan propinsi jawa barat. Dengan demikian, diharapkan<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> mampu memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan terpadu<br />

kepada masyarakat, untuk itu <strong>Pemerintah</strong> Daerah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> harus dapat<br />

menyediakan anggaran/dana investasi yang sangat besar, maka salah satu<br />

sumber pendapatan daerah yang bisa digunakan untuk membiayai kegiatan<br />

pembangunan adalah dengan menggunakan dana pinjaman daerah,<br />

walaupun pada prinsipnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) tetap menjadi<br />

penerimaan utama , namun paling tidak pinjaman daerah ini dapat<br />

mempercepat proses pembangunan yang dilaksanakan. Karena pinjaman<br />

daerah ini dapat digunakan untuk membiayai proyek yang bersifat cost<br />

recovery khususnya untuk kepentingan pelayanan masyarakat sehingga<br />

dapat meningkatkan pembangunan dan perekonomian daerah.<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 1


Kemandirian keuangan daerah ini tidak diartikan bahwa setiap<br />

pemerintah daerah harus dapat membiayai seluruh kemampuannya dari<br />

Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena di samping dari PAD masih ada<br />

penerimaan lain sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22<br />

Tahun 1999 yang telah direvisi melalui Undang-undang 32 tahun 2004<br />

tentang <strong>Pemerintah</strong>an Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999<br />

yang telah direvisi melalui Undang-undang 33 tahun 2004 tentang<br />

Perimbangan Keuangan Antara <strong>Pemerintah</strong> Pusat dan Daerah, disebutkan<br />

bahwa sumber penerimaan daerah berasal dari pendapatan asli daerah,<br />

dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah.<br />

Sejalan dengan undang-undang tersebut maka pemerintah daerah dituntut<br />

untuk dapat meningkatkan pendapatannya di dalam pelaksanaan<br />

pembangunan daerah, sementara itu sumber pendapatan asli daerah untuk<br />

membiayai belanja daerah tidak mencukupi sehingga kemampuan<br />

pemerintah daerah untuk menyediakan dana pembangunan sangat terbatas,<br />

untuk menutupi kekurangan dana tersebut maka pemerintah daerah<br />

diberikan kewenangan untuk menggunakan dana pinjaman sebagai mana<br />

diatur dalam Peraturan <strong>Pemerintah</strong>.<br />

Penggunaan dana pinjaman daerah ini sebagai salah satu sumber<br />

pilihan pembiayaan pembangunan di masa yang akan datang akan<br />

memegang peranan penting dan membuka peluang bagi daerah untuk<br />

melakukan pinjaman dari pihak luar sesuai dengan peraturan yang berlaku.<br />

1.2 Identifikasi Masalah<br />

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan untuk menutupi defisit<br />

anggaran, yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah<br />

dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh, penyebab utama<br />

terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah<br />

yang semakin meningkat.<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 2


Pengaturan tentang kebijakan pembiayaan dalam APBD telah<br />

diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang <strong>Pemerintah</strong>an<br />

Daerah, pada Bab Keuangan Daerah. Berdasarkan Pasal 174 Undangundang<br />

Nomor 32 Tahun 2004, apabila APBD diperkirakan surplus maka<br />

penggunaannya dapat diarahkan untuk pengeluaran pembiayaan yang<br />

mencakup : pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo;<br />

penyertaan modal (investasi daerah); dan transfer ke rekening dana<br />

cadangan. Namun apabila APBD diperkirakan defisit, penggunaannya<br />

dapat didanai dari penerimaan pembiayaan yang terdiri dari : sisa lebih<br />

perhitungan anggaran tahun lalu; transfer dari dana cadangan; hasil<br />

penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan pinjaman daerah.<br />

1.3 Maksud dan Tujuan<br />

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah :<br />

1. Untuk mengetahui kemampuan keuangan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> di<br />

dalam melakukan pinjaman<br />

2. Untuk menentukan besarnya pinjaman yang layak yang dapat<br />

dilakukan oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

3. Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan di lingkungan<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dalam memperkaya kajian tentang keuangan<br />

daerah khususnya mengenai kemampuan keuangan dalam melakukan<br />

pinjaman daerah sebagai salah satu sumber investasi untuk<br />

membiayai pelaksanaan pembangunan.<br />

4. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

dalam memberi arah atau alternatif kebijakan yang berkaitan dengan<br />

pelaksanaan pinjaman daerah.<br />

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan<br />

Sesuai dengan apa yang menjadi prinsip dan tujuan yang telah<br />

diutarakan pada latar belakang bahwa kajian pinjaman ini mampu<br />

memberikan gambaran bagaimana memaksimalkan kemampuan daerah<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 3


dalam mengoptimalkan pembiayaan pembangunan yang bersumber dari<br />

pinjaman dengan melihat efektivitas dampak terhadap program kerja yang<br />

telah disusun dalam rencana pembangunan jangka menengah yang<br />

dituangkan dalam rencana kerja pemerintah daerah<br />

Sesuai kerangka pemikiran di muka maka ditetapkan ruang lingkup<br />

kegiatan yaitu mengumpulkan, mengindentifikasi dan menganalisis ;<br />

a) Seberapa besar manfaat yang akan dihasilkan dalam proses<br />

pembangunan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dengan sumber pembiayaan dari<br />

pinjaman.<br />

b) Sampai sejaumana kemampuan keuangan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

dalam melakukan pinjaman.<br />

.<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 4


BAB II<br />

<strong>KAJIAN</strong> TEORITIS<br />

2.1 Dasar Hukum Pinjaman Daerah<br />

Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan<br />

Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai<br />

uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk<br />

membayar kembali.<br />

Adapun dasar hukum yang menjadi acuan dalam melakukan pinjaman<br />

yaitu :<br />

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;<br />

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;<br />

3. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan<br />

Nasional;<br />

4. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang <strong>Pemerintah</strong>an Daerah;<br />

5. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara<br />

<strong>Pemerintah</strong> Pusat dan <strong>Pemerintah</strong>an Daerah;<br />

6. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;<br />

7. PP Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman<br />

dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah<br />

Luar Negeri;<br />

8. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala<br />

Bappenas No. 005/M.PPN/06/2006 tentang Tatacara Perencanaan dan<br />

Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari<br />

Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;<br />

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 95/PMK.02/2007 tentang<br />

Pedoman Pelaksanaan dan Mekanisme Pemantauan Defisit Anggaran<br />

Pendapatan dan Belanja Daerah dan Pinjaman Daerah;<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 5


10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2006 tentang<br />

Tatacara Penerbitan, Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi<br />

Obligasi Daerah.<br />

2.2 Prinsip Dasar Pinjaman Daerah<br />

Menurut Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang <strong>Pemerintah</strong>an<br />

Daerah menetapkan bahwa pinjaman daerah adalah merupakan salah satu<br />

sumber pembiayaan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang<br />

dicatat dan dikelola dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah<br />

(APBD).<br />

Pinjaman daerah merupakan solusi alternatif untuk membiayai<br />

pembangunan, dimana pada era otonomi daerah saat ini beban belanja<br />

untuk pembangunan di daerah cukup besar, serta tuntutan masyarakat<br />

terhadap penyediaan fasilitas atau sarana dan prasarana pelayanan umum<br />

semakin meningkat. Sehingga dalam hal ini <strong>Pemerintah</strong> Daerah dituntut<br />

untuk bekerja keras mencari sumber-sumber alternatif pendapatan dan<br />

pembiayaan yang cukup memadai.<br />

Adapun yang menjadi prinsip <strong>Pemerintah</strong> Daerah melakukan<br />

pinjaman adalah :<br />

1. Pinjaman Daerah adalah salah satu alternatif sumber pembiayaan<br />

Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, termasuk untuk menutup<br />

kekurangan arus kas;<br />

2. Pinjaman Daerah digunakan untuk membiayai kegiatan yang<br />

merupakan inisiatif dan kewenangan Daerah berdasarkan peraturan<br />

perundang-undangan;<br />

3. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar<br />

negeri;<br />

4. <strong>Pemerintah</strong> dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah daerah<br />

yang dananya berasal dari luar negeri (On-Lending);<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 6


5. Tidak melebihi Batas Defisit APBD dan Batas Kumulatif Pinjaman<br />

Daerah yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.<br />

2.3 Persyaratan Pinjaman<br />

Seperti yang telah di isyaratkan dalam Peraturan Perundangundangan<br />

bahwasanya <strong>Pemerintah</strong> Daerah dapat melakukan pinjaman<br />

untuk mendanai pembangunan, namun tentunya ada kaidah-kaidah yang<br />

perlu menjadi perhatian yaitu, :<br />

1. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan<br />

ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD<br />

tahun sebelumnya;<br />

2. Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman<br />

(DSCR) paling sedikit 2,5;<br />

3. Batas maksimal defisit APBD daerah yang ditetapkan oleh Menteri<br />

Keuangan.<br />

4. Batas masimal defisit APBD tidak termasuk SiLPA dan defisit yang<br />

dibiayai dengan pencairan dana cadangan<br />

5. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang<br />

berasal dari <strong>Pemerintah</strong>;<br />

6. Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang dilakukan dengan<br />

persetujuan DPRD.<br />

7. Untuk Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang waktu<br />

pinjaman tidak boleh melebihi masa jabatan Kepala Daerah<br />

Debt Service Coverage ratio (DSCR) adalah merupakan<br />

perbandingan antara penjumlahan Pendapatan asli daerah, bagian daerah<br />

dari pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan<br />

serta penerimaan sumber daya alam dan bagian daerah lainnya seperti<br />

pajak penghasilan perorangan, dana alokasi umum (DAU) setelah<br />

dikurangi belanja wajib dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga dan<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 7


iaya pinjaman lainnya yang telah jatuh tempo, bila dirumuskan secara<br />

matematis perhitungan DSCR yaitu :<br />

Rumus DCSR :<br />

(PAD + BD +DAU)-BW<br />

DSCR = ≥ 2,5<br />

(P + B + BL)<br />

DSCR : Debt Service Coverage ratio<br />

PAD : Pendapatan Asli Daerah<br />

BD : Bagian Daerah dari PBB, BPHTB, Penerimaan<br />

Sumber Daya Alam serta Bagian Daerah Lainnya<br />

seperti PPh Perseorangan<br />

DAU : Dana Alokasi Umum<br />

BW : Belanja Wajib yaitu belanja yang harus<br />

dipenuhi/tidak bisa dihindarkan dalam tahun<br />

anggaran yang bersangkutan<br />

P : Angsuran Pokok Pinjaman yang jatuh tempo<br />

nggaran yang bersangkutan<br />

B : Bunga Pinjaman yang jatuh tempo pada tahun<br />

anggaran yang Bersangkutan<br />

BL : Biaya Lainnya Yang Jatuh Tempo (Biaya<br />

komitmen, Biaya Bank dan Lain-lain yang jatuh<br />

tempo)<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 8


Tabel 2.3<br />

Persyaratan Pinjaman Daerah<br />

NO<br />

PERSYARATAN<br />

1. Surat Permohonan Kepala Daerah Kepada Menteri Dalam Negeri untuk<br />

mendapat pertimbangan.<br />

2. Surat Persetujuan DPRD.<br />

3. Salinan surat pelantikan Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah.<br />

4. Surat Pernyataan dari Kepala Daerah tidak mempunyai tunggakan atas<br />

pengembalian pinjaman yang berasal dari <strong>Pemerintah</strong>.<br />

5. Kerangka Acuan Kegiatan yang berisi:<br />

a. Latar belakang<br />

b. Maksud dan Tujuan<br />

c. Ruang lingkup dalam pemanfaatan pinjaman<br />

d. SKPD yang menjadi Penanggungjawab kegiatan<br />

e. SKPD yang menjadi penanggungjawab keuangan<br />

f. Analisis aspek (pelayanan, keuangan, sosial, lingkungan, ekonomi dll)<br />

g. Keterpaduan/ Sinergitas dengan Kegiatan Lain<br />

h. Jadwal Waktu Pelaksanaan<br />

i. Kaitan dengan RPJMD<br />

j. Peta wilayah atau lokasi kegiatan.<br />

k. Struktur organisasi pengelola kegiatan dan keuangan.<br />

l. Lain-lain yang dianggap perlu, seperti:<br />

• Persetujuan awal pemberi pinjaman.<br />

• Bukti pelunasan pinjaman tahun sebelumnya.<br />

6. Rasio Kemampuan Keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman (DSCR)<br />

Tahun berkenaan ≥ 2,5.<br />

7. Perbandingan sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan<br />

ditarik dengan penerimaan umum APBD tahun anggaran sebelumya.<br />

8. APBD tahun bersangkutan.<br />

9. Perda APBD 3 (tiga) tahun berturut-turut.<br />

10. Sisa pinjaman daerah yang masih ada<br />

11. Naskah Perjanjian Pinjaman.<br />

12. Jangka waktu pinjam.<br />

13. Suku bunga<br />

14. Rencana penggunaan pinjaman<br />

15. Rencana keuangan (financing plan) pinjaman yang akan diusulkan<br />

15. Jumlah pinjaman<br />

Sumber : Departemen Dalam Negeri<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 9


2.4 Sumber-sumber Pinjaman Daerah<br />

<strong>Pemerintah</strong> Daerah dapat melakukan pinjaman dengan bersumber<br />

pada, :<br />

1. <strong>Pemerintah</strong>;<br />

a. Pendapatan Dalam Negeri (Rekening Pembangunan Daerah);<br />

b. Pinjaman Luar Negeri (Subsidiary Loan Agreement (SLA)/onlending)<br />

2. <strong>Pemerintah</strong> daerah lain;<br />

3. Lembaga keuangan Bank;<br />

4. Lembaga Keuangan bukan Bank; dan<br />

5. Masyarakat<br />

Pinjaman daerah yang bersumber dari <strong>Pemerintah</strong> diberikan melalui<br />

Menteri Keuangan, sedangkan pinjaman daerah yang bersumber dari<br />

masyarakat berupa penerbitan Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar<br />

modal.<br />

2.5 Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman<br />

1. Pinjaman Jangka Pendek<br />

Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu kurang atau sama<br />

dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali<br />

pinjaman (pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain) seluruhnya harus<br />

dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan dan digunakan<br />

hanya untuk menutupi arus kas dan jumlah maksimum adalah 1/6 dari<br />

jumlah belanja dalam APBD tahun anggaran berjalan hal ini<br />

disebabkan dengan mempertimbangkan kecukupan daerah untuk<br />

membayar kembali pinjaman tersebut pada waktunya.<br />

<strong>Pemerintah</strong> Daerah dapat melakukan pinjaman jangka pendek yang<br />

bersumber dari :<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 10


1. <strong>Pemerintah</strong> Daerah lain<br />

2. Lembaga keuangan Bank yang berbadan hukum Indonesia dan<br />

mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik<br />

Indonesia<br />

3. Lembaga keuangan bukan Bank yang berbadan hukum Indonesia<br />

dan mempunyai kedudukan dalam wilayah Negara Republik<br />

Indonesia<br />

2. Pinjaman jangka Menengah<br />

Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu<br />

tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman (pokok<br />

pinjaman, bunga, dan biaya lain) harus dilunasi dalam kurun waktu<br />

yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang<br />

bersangkutan. Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk<br />

membiayai penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan<br />

penerimaan.<br />

<strong>Pemerintah</strong> Daerah dapat melakukan pinjaman jangka menengah yang<br />

bersumber dari :<br />

1. <strong>Pemerintah</strong> yang dananya berasal dari pendapatan APBN dan/atau<br />

pengadaan pinjaman <strong>Pemerintah</strong> dari Dalam Negeri atau Luar<br />

Negeri.<br />

2. <strong>Pemerintah</strong> Daerah Lainnya<br />

3. Lembaga keuangan Bank yang berbadan hukum Indonesia dan<br />

mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik<br />

Indonesia<br />

4. Lembaga keuangan bukan Bank yang berbadan hukum Indonesia<br />

dan mempunyai kedudukan dalam wilayah Negara Republik<br />

Indonesia<br />

5. Masyarakat<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 11


3. Pinjaman Jangka Panjang<br />

Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu<br />

tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman (pokok<br />

pinjaman, bunga, dan biaya lain) harus dilunasi pada tahun-tahun<br />

anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman<br />

yang bersangkutan. Pinjaman Jangka Panjang dipergunakan untuk<br />

membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan dalam hal<br />

ini proyek investasi yang menyangkut sarana dan prasarana yang<br />

menghasilkan pendapatan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan<br />

atas penggunaan sarana dan prasarana tersebut dan batas maksimum<br />

waktu pinjaman disesuaikan dengan umur ekonomis asset yang<br />

dibiayai dari pinjaman tersebut.<br />

<strong>Pemerintah</strong> Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang yang<br />

bersumber dari :<br />

1. <strong>Pemerintah</strong> yang dananya berasal dari pendapatan APBN dan/atau<br />

pengadaan pinjaman <strong>Pemerintah</strong> dari Dalam Negeri atau Luar<br />

Negeri.<br />

2. <strong>Pemerintah</strong> Daerah Lainnya<br />

3. Lembaga keuangan Bank yang berbadan hukum Indonesia dan<br />

mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik<br />

Indonesia<br />

4. Lembaga keuangan bukan Bank yang berbadan hukum Indonesia<br />

dan mempunyai kedudukan dalam wilayah Negara Republik<br />

Indonesia<br />

5. Masyarakat<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 12


2.6 Larangan Penjaminan<br />

Dalam beberapa hal daerah dilarang melakukan pinjaman Daerah<br />

yang bersipat penjaminan terhadap pinjaman pihak lain yang<br />

mengakibatkan beban atas keuangan daerah yaitu :<br />

1. Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan<br />

jaminan;<br />

2. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah<br />

yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi<br />

Daerah.<br />

2.7 Pinjaman dimasukan dalam APBD<br />

Menurut Peraturan <strong>Pemerintah</strong> Nomor 54 Tahun 2005 bahwa<br />

setiap pinjaman yang dilakukan oleh <strong>Pemerintah</strong> Daerah, wajib<br />

dialokasikan dalam APBD.<br />

2.8 Pembayaran Kembali Pinjaman<br />

Ketentuan mengenai pembayaran kembali pinjaman dilakukan sesuai<br />

dengan perjanjian antara <strong>Pemerintah</strong> Daerah dengan yang memberi<br />

pinjam, untuk pinjaman luar negeri mengenai penyaluran dan pembayaran<br />

kembali pinjaman ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuai dengan<br />

ketentuan perundangan yang berlaku.<br />

Seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib<br />

dianggarkan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan, dan dalam<br />

hal daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya kepada<br />

<strong>Pemerintah</strong>, kewajiban membayar pinjaman tersebut diperhitungkan<br />

dengan DAU dan/atau Dana Bagi Hasil dari penerimaan negara yang<br />

menjadi hak daerah tersebut, maka sesuai dengan ketentuan semua<br />

kewajiban pembayaran kembali pinjaman daerah menjadi tanggung jawab<br />

daerah. <strong>Pemerintah</strong> pusat tidak menanggung pembayaran kembali<br />

pinjaman daerah yang menjadi kewajiban daerah dan tanggung jawab<br />

daerah<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 13


2.9 Pelaporan Pinjaman<br />

<strong>Pemerintah</strong> daerah wajib melaporkan perjanjian pinjaman, posisi<br />

kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada <strong>Pemerintah</strong> (Menteri<br />

Dalam Negeri) setiap semester dalam tahun anggaran berjalan, dalam hal<br />

daerah tidak menyampaikan laporan, <strong>Pemerintah</strong> dapat menunda<br />

penyaluran Dana Perimbangan dan dana bagi hasil yang menjadi hak<br />

daerah tersebut.<br />

Semua penerimaan dan kewajiban dalam rangka pinjaman daerah<br />

dicantumkan dalam APBD dan dibekukan sesuai dengan standar akuntansi<br />

Keuangan <strong>Pemerintah</strong> dan keterangan mengenai pinjaman jangka panjang<br />

dituangkan dalam lampiran dokumen APBD.<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 14


BAB III<br />

GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA DEPOK<br />

3.1 KONDISI FISIK<br />

3.1.1 Kondisi Geografi <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

Secara geografis <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> terletak pada koordinat 6º<br />

19’00’’ - 6º 28’00’’Lintang Selatan dan 106º43’00’’ - 106º55’30’’<br />

Bujur Timur. Bentang alam <strong>Depok</strong> dari Selatan ke Utara<br />

merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang<br />

lemah, dengan elevasi antara 50–140 meter diatas permukaan laut<br />

dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas<br />

wilayah sekitar 200.29 Km2.<br />

Wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> berbatasan dengan tiga Kabupaten<br />

dan satu Propinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batasbatas<br />

sebagai berikut :<br />

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat<br />

Kabupaten Tangerang dan wilayah Daerah Khusus<br />

Ibukota Jakarta.<br />

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede<br />

<strong>Kota</strong> Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten<br />

Bogor.<br />

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong<br />

dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.<br />

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan<br />

Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor.<br />

Luas keseluruhan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 20.504,54 ha atau 200,29 km2 yang<br />

mencakup 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Beji, Limo, Cimanggis,<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 15


Sawangan, Sukmajaya dan Kecamatan Pancoran Mas. <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

sebagai pusat <strong>Pemerintah</strong>an berada di Kecamatan Pancoran Mas.<br />

3.1.2 Topografi<br />

Secara umum wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> di bagian utara<br />

merupakan daerah dataran tinggi, sedangkan di bagian<br />

selatanmerupakan daerah perbukitan bergelombang lemah. peta<br />

sebaran spasial kelas lereng lahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, berdasarkan atas<br />

elevasi atau ketinggian garis kontur, maka bentang alam daerah<br />

<strong>Depok</strong> dari selatan ke utara merupakan daerah dataran rendah –<br />

perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140<br />

meter di atas permukaan laut.<br />

Berdasarkan data RTRW <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> (Anonimous, 2000),<br />

sebagian besar wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> memiliki kemiringan lereng<br />

kurang dari 15% bentuk kemiringan wilayah tersebut sangat<br />

menentukan jenis penggunaan lahan, intensitas penggunaan lahan<br />

dan kepadatan bangunan. Wilayah dengan kemiringan datar hingga<br />

sedang digunakan untuk berbagai keperluan khususnya<br />

pemukiman, industri dan pertanian.<br />

3.1.3 Penggunaan lahan<br />

Jenis penggunan lahan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dapat dibedakan<br />

menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Jenis kawasan<br />

yang perlu dilindungi terdiri dari Cagar Alam Kampung Baru<br />

(Kelurahan <strong>Depok</strong>) area pinggir sungai dan situ. Berdasarkan jenis<br />

kawasan lindung yang ada menggambarkan bahwa kondisi<br />

morfologis <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> relatif datar. Badan air yang terdiri dari<br />

sungai dan situ-situ lokasinya tersebar mencakup luasan 551,61 Ha<br />

(2,80%) dari total luas <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> ± 20502,33 Ha.<br />

Jenis penggunaan lahan yang dikategorikan untuk kawasan<br />

budidaya pada tahun 2001 didominasi oleh pemukiman 4702,43 ha<br />

(22,94%), lahan tidur 3543,39 ha(17,28%), sawah 3473,93 ha<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 16


(16,94%), tegalan 1781,93 ha (8,69%), dan jenis penggunaan<br />

lahan<br />

vegetasi campuran hanya 27,80% dari total luas <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>. Kondisi<br />

di atas menggambarkan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> masih mencerminkan kegiatan<br />

yang bercampur antara pertanian dan perkotaan yang dipengaruhi oleh<br />

<strong>Kota</strong> Metropolitan, masalah yang dihadapi dalam penggunaan lahan ini<br />

adalah konversi lahan pertanian (lahan basah) menjadi kegiatan non<br />

pertanian, persoalannya adalah perkembangan nilai tanah (land rent)<br />

yang lebih tinggi dibandingkan dengan produktifitas pertanian sawah,<br />

dan diperkirakan akan semakin mempercepat perubahan menjadi lahan<br />

perkotaan. Jika dilihat dari sebarannya dapat dikenali kawasan<br />

perumahan terkonsentrasi dominan di bagian utara yang berdekatan<br />

dengan Jakarta yaitu Kecamatan Limo, Beji dan Sukmajaya.<br />

Kemudian di bagian tengah diapit oleh Jalan Margonda Raya, Sungai<br />

Ciliwung dan Jalan Tole Iskandar. Penggunaan pertanian tersebar di<br />

Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas bagian selatan dan sebagian<br />

Kecamatan Cimanggis.<br />

Tabel 3.1.3<br />

Jenis Penggunaan Lahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) %<br />

Kawasan Terbangun 9,968.43 49.77%<br />

Perumahan + Kampung 8,874.85 44.31%<br />

Pendidikan Tinggi 230.33 1.15%<br />

Jasa dan Perdagangan 300.44 1.50%<br />

Industri 308.45 1.54%<br />

Kawasan Tertentu (Gandul, Cilodong, Depo KRL, Brimob,<br />

Radar AURI)<br />

254.37 1.27%<br />

Ruang Terbuka Hijau 10,060.57 50.23%<br />

Sawah Teknis dan Non Teknis 967.40 4.83%<br />

Tegalan/Ladang/Kebun/Tanah Kosong 7,078.25 35.34%<br />

Situ & Danau 168.24 0.84%<br />

Pariwisata, Lapangan Golf, Kuburan 388.56 1.94%<br />

Hutan 26.04 0.13%<br />

Kawasan Tertentu (TVRI, RRI) 176.26 0.88%<br />

Sungai 82.12 0.41%<br />

Garis Sempadan (Sungai, Tegangan Tinggi, Pipa Gas) 1,171.70 5.85%<br />

Total 20,029.00 100.00%<br />

Sumber : Hasil Revisi RTRW <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2000 – 2010, BAPEDA <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 17


Selain itu terdapat beberapa penggunaan lahan yang<br />

cenderung intensif seperti industri yang tersebar di Jalan Raya<br />

Bogor (Kecamatan Cimanggis), perdagangan dan jasa, pendidikan<br />

dan perkantoran yang tersebar di sepanjang Jalan Margonda Raya<br />

dan Jalan Akses UI.<br />

3.2 ADMINISTRASI<br />

Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah<br />

Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tanggal 16 Mei 1994 Nomor<br />

135/SK.DPRD/03/1994 tentang Persetujuan Pembentukan <strong>Kota</strong>madya<br />

Daerah Tingkat II <strong>Depok</strong> dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat<br />

Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 7 Juli 1997 Nomor<br />

135/Kep.Dewan 06/DPRD/1997 tentang Persetujuan Atas Pembentukan<br />

<strong>Kota</strong>madya Dati II <strong>Depok</strong> dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan<br />

hasil guna penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan<br />

pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif<br />

masyarakat, maka pembentukan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sebagai wilayah administratif<br />

baru di Propinsi Jawa Barat ditetapkan dengan Undang-Undang Republik<br />

Indonesia Nomor 15 Tahun 1999.<br />

Berdasarkan Undang-undang tersebut, dalam rangka<br />

pengembangan fungsi kotanya sesuai dengan potensinya dan guna<br />

memenuhi kebutuhan pada masa-masa mendatang, terutama untuk sarana<br />

dan prasarana fisik kota, serta untuk kesatuan perencanaan, pembinaan<br />

wilayah, dan penduduk yang berbatasan dengan wilayah <strong>Kota</strong><br />

Administratif <strong>Depok</strong>, maka wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> tidak hanya terdiri dari<br />

wilayah <strong>Kota</strong> Administratif <strong>Depok</strong>, tetapi juga meliputi sebagian wilayah<br />

Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis,<br />

Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Kecamatan Bojonggede yang<br />

terdiri dari Desa Pondokterong, Desa Ratujaya, Desa Pondokjaya, Desa<br />

Cipayung dan Desa Cipayung Jaya. Sehingga wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> terdiri<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 18


dari 6 Kecamatan. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan<br />

volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan<br />

pembinaan serta pelayanan masyarakat di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>. Sampai dengan<br />

tahun 2007 <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> mempunyai 63 kelurahan, 828 Rukun Warga<br />

(RW), dan 4.538 Rukun Tetangga (RT).<br />

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> tahun 2007 adalah 6.762<br />

orang, terdiri dari golongan I sebanyak 86 orang, golongan II sebanyak<br />

1.471 orang, golongan III sebanyak 2.483 orang, dan golongan IV<br />

sebanyak 2.722 orang. Jumlah anggota DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> hasil pemilu<br />

2004 (periode 2004 – 2009) adalah 45 orang, laki-laki 39 orang, dan<br />

perempuan 6 orang. Anggota DPRD dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera<br />

12 orang, kemudian Fraksi partai Golkar 8 orang, Fraksi Partai Demokrat<br />

8 oang, Fraksi Partai Amanat Nasional 5 orang, Fraksi PDI Perjuangan 6<br />

orang, dan Fraksi Persatuan Bangsa 6 orang. Jumlah keputusan DPRD<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> pada tahun 2007 yang berupa Surat keputusan Pimpinan<br />

DPRD sebanyak 2, sedangkan Surat Keputusan Dewan (DPRD) ada 24<br />

keputusan, dan sebanyak 4 berupa Peraturan Daerah (PERDA).<br />

3.3 KEPENDUDUKAN<br />

3.3.1. Penduduk<br />

Jumlah penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> pada tahun 2007 mencapai<br />

1.470.002 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 761.382 jiwa dan<br />

perempuan 708.620 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk <strong>Kota</strong><br />

<strong>Depok</strong> tahun 2007 3,43 persen, sedangkan rasio jenis kelamin di<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> adalah 102. Kecamatan Cimanggis paling banyak<br />

penduduknya dibanding kecamatan lain di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, yaitu<br />

403.037 jiwa, Sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil<br />

adalah Kecamatan Beji yaitu 139.888 jiwa. Di Tahun 2007,<br />

kepadatan penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> mencapai 7.339,37 jiwa/km2.<br />

Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di <strong>Kota</strong><br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 19


<strong>Depok</strong> dengan tingkat kepadatan 10.033,61 jiwa/km2, kemudian<br />

Kecamatan Beji dengan tingkat kepadatan 9.782,38 jiwa/km2.<br />

Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah<br />

adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 3.634,84 jiwa/km2.<br />

Tabel 3.3.1.a<br />

Proyeksi Jumlah Penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2010 – 2015 (jiwa)<br />

Kecamatan<br />

Jumlah Penduduk (Jiwa)<br />

2010 2015<br />

Pancoran Mas 310,717 350,660<br />

Sukmajaya 398,265 478,226<br />

Beji 179,189 220,854<br />

Sawangan 207,523 249,189<br />

Limo 182,989 217,526<br />

Cimanggis 451,925 515,111<br />

TOTAL 1,732,642 2,035,293<br />

Sumber: Hasil Revisi RTRW <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2000 – 2010, BAPEDA <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

Kelompok<br />

Umur<br />

Tabel 3.1.3.b<br />

Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Struktur Usia<br />

Di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2007<br />

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan<br />

N % N % N %<br />

1 2 3 4 5 6 7 8<br />

0‐4 73.306 9,63 66.685 9,41 139.991 9,52 109,93<br />

5‐9 71.218 9,35 63.982 9,03 135.200 9,20 111,31<br />

10‐14 64.881 8,52 57.842 8,16 122.723 8,35 112,17<br />

15‐19 65.636 8,62 60.900 8,59 126.536 8,61 107,78<br />

20‐24 72.278 8,62 69.501 9,81 141.779 9,64 104,00<br />

25‐29 77.081 10,12 73.869 10,42 150.950 10,27 104,35<br />

30‐34 75.537 9,92 70.360 9,93 145.897 9,92 107,36<br />

35‐39 65.905 8,66 61.768 8,72 127.673 8,69 106,70<br />

40‐44 51.320 6,74 48.921 6,90 100.241 6,82 104,90<br />

45‐49 41.041 5,39 35.762 5,05 76.803 5,22 114,76<br />

50‐54 32.805 4,31 30.905 4,36 63.710 4,33 106,15<br />

55‐59 23.438 3,08 22.632 3,19 46.070 3,13 103,56<br />

60‐64 16.968 2,23 15.601 2,20 32.569 2,22 108,76<br />

65‐69 13.118 1,72 13.567 1,91 26.685 1,82 96,69<br />

70‐74 9.901 1,30 9.002 1,27 18.903 1,29 109,99<br />

75 + 6.949 0,91 7.323 1,03 14.272 0,97 94,89<br />

JUMLAH 761.382 100 708.620 100 1.470.002 100 107,45<br />

Sumber : <strong>Depok</strong> Dalam Angka Tahun 2007<br />

RJK<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 20


3.3.2. Tenaga Kerja<br />

Lapangan Usaha<br />

Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang<br />

berumur 10 tahun keatas. Penduduk usia kerja terdiri dari “<br />

angkatan kerja” dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang<br />

tergolong “Angkatan Kerja adalah mereka yamg aktif dalam<br />

kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran<br />

besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja<br />

yang tidak terserap dikategorikan sebagai pengangur.<br />

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006, dapat diperoleh<br />

gambaran bahwa pada tahun 2006, penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> yang<br />

bekerja 44,63 % sedangkan yang menganggur sekitar 9,36 %. Jadi<br />

penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> yang tergolong angkatan kerja 53,98 %,<br />

sisanya merupakan penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk<br />

yang bekerja masih didominasi lakilaki dari pada perempuan (lakilaki<br />

63,56 % dan perempuan 25,71dari penduduk yang bekerja<br />

sebagian besar bekerja di sektor jasa dan perdagangan dengan<br />

persentase masing-masing 27,98 % dan 26,92 %. Status pekerjaan<br />

didominasi sebagai buruh/karyawan/pegawai sebanyak 64,84 %,<br />

kemudian berusaha sendiri 26,79 %.<br />

Tabel 3.3.2<br />

Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas<br />

Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha<br />

di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, Tahun 2007<br />

2005 (%)<br />

Laki-laki Perempuan Jumlah (%)<br />

1 2 3 4<br />

Pertanian 3.06 0.35 2.27<br />

Pertamb. & Penggalian 0.14 0.00 0.10<br />

Industri 14.75 21.28 16.63<br />

Listrik, Gas & Air 0.70 0.00 0.50<br />

Konstruksi 6.79 0.00 4.83<br />

Perdagangan 23.41 35.60 26.92<br />

Angkutan & Komunikasi 15.49 3.36 12.00<br />

Keuangan 9.36 6.24 8.48<br />

Jasa-jasa 25.88 33.17 27.98<br />

Lain-lain 0.42 0.00 0.30<br />

JUMLAH 100.00 100.00 100.00<br />

Sumber: Bapeda <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 21


3.4 PENDIDIKAN<br />

Tahun Ajaran 2006/2007 jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak di<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sebanyak 314 sekolah, jumlah murid TK 14.053, dan 954<br />

guru TK. Sekolah SD sebanyak 362 sekolah, dengan 125.581 murid, dan<br />

4.656 orang guru. Sekolah SMP berjumlah 137 sekolah dengan jumlah<br />

siswa 44.601 orang dan jumlah guru 3.023 orang. Di tingkat SMA terdapat<br />

51 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing 14.937 orang<br />

dan 1.183 orang. Selain itu terdapat 55 sekolah SMK, dengan jumlah<br />

murid 18.726 orang dan jumlah guru 1.371 orang.<br />

Pada tahun 2006, penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> yang berumur 10 tahun<br />

keatas yang memiliki ijazah tertinggi SLTA dan sederajat. 27,67%.<br />

Memiliki Ijazah tertinggi SLTA merupakan persentase terbesar dibanding<br />

jenjang pendidikan lainnya. Penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> yang berumur 10 tahun<br />

keatas yang bisa membaca dan menulis huruf latin 59,99 %, huruf lainnya<br />

1,07 %, huruf latin dan huruf lainnya 37,51 %, dan yang buta huruf 1,43<br />

%.<br />

3.5 KESEHATAN<br />

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah<br />

satu hak dasar rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas<br />

kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus<br />

dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung<br />

peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi,<br />

serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.<br />

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> harus selalu<br />

ditingkatkan melihat perkembangan jumlah penduduk yang selalu<br />

bertambah dari tahun ke tahun, upaya yang dilakukan pemerintah yaitu<br />

dengan meningkatkan fasilitas, sarana dan prasaran kesehatan, serta<br />

penambahan tenaga medis terus dilakukan sehingga pelayanan secara<br />

maksimal bagi semua lapisan masyarakat dapat dirasakan dan tingkat<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 22


kepuasan dapat lebih dimaksimalkan dengan pelayanan kesehatan secara<br />

mudah, merata, dan murah ( Peraturan Menteri Kesehatan Nomor<br />

228/Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan<br />

Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah).<br />

Seperti apa yang tertuang Dalam Rencana Pembangunan Jangka<br />

Menengah Daerah (RPJMD) <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> tahun 2006 – 2011 dimana<br />

disebutkan bahwa prioritas perencanaan pembangunan lebih<br />

menitikberatkan pada bagaimana meningkatkan kualitas keluarga,<br />

pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang berlandaskan<br />

nilai-nilai agama, hal ini tentunya harus ditunjang dengan sarana dan<br />

parasarana pelayanan yang memadai sehingga peningkatan kualitas<br />

pelayanan khususnya penyediaan layanan kesehatan dasar dan rujukan,<br />

peningkatkan kesehatan keluarga, kewaspadaan pangan dan gizi,<br />

penanganan penyakit menular dan tidak menular, penyelenggaraan<br />

kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan dapat lebih dioptimalkan.<br />

3.5.1 Sumber Daya Manusia Tenaga Kesehatan<br />

Sumber daya manusia adalah unsur yang sangat penting<br />

dalam memberikan pelayanan yang optimal karena hal ini sangat<br />

mempengaruhi mutu pelayanan dan pengelolaan kesehatan.<br />

Tabel 3.5.1<br />

Jumlah Tenaga Kesehatan (RSUD) <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

No Spesifikasi Jumlah Pendidikan<br />

1. Tenaga Medis 26 orang 1. Dokter Umum<br />

2. Dkter Gigi<br />

3. Dokter spesialis<br />

2. Paramedis<br />

Keperawatan<br />

3. Paramedis<br />

Non<br />

Keperawatan<br />

4. Tenaga Non<br />

Medis<br />

19 orang 1. D3 Keperawatan<br />

2. Sarjana Keperawatan<br />

3. SPK<br />

10 orang 1. D3 Kebidanan<br />

2. D3 Gigi<br />

20 orang 1. Apoteker<br />

2. SMF<br />

3. Administrasi Negara<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 23


4. Ekonomi<br />

5. D3 Lingkungan<br />

6. D3 Rontgent<br />

7. D3 Rekam Medik<br />

8. D3 Gizi<br />

9. D3 Analis<br />

10. D3 Administrasi RS<br />

11. SKM<br />

12. SMA<br />

Sumber : RSUD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

3.5.2 Sarana dan Prasarana<br />

Untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan bagi<br />

masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> pada saat ini sudah tersedia Rumah Sakit<br />

Umum Daerah dimana proses pembangunan gedung RSUD<br />

dilakukan secara bertahap sesuai dengan Master Plan yang telah<br />

dibuat. Untuk saat ini RSUD sudah dapat beroperasi, namun hanya<br />

ada satu gedung yang telah siap untuk digunakan untuk pelayanan<br />

diataranya : IGD, OK, poliklinik RSUD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dan ruang<br />

perawatan kelas III.<br />

Mengacu pada sarana dan prsarana yang tersedia di RSUD<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, terutama bangunan gedung dibagi dalam tiga kategori<br />

yaitu :<br />

a. Bangunan/gedung dengan luas 3.420 M2 (yang terdiri dari<br />

gedung A, IPAL, dan genset) sudah selesai dan berfungsi:<br />

b. Bangunan/gedung dengan luas 4.010 M2 (yaitu gedung C)<br />

sedang proses pembangunan (Pondasi)<br />

c. Bangunan/gedung dengan luas 8.210 M2 belum dibangun.<br />

Untuk meningkatkan pelayanan yang optimal tentunya<br />

sarana dan prasarana harus lebih ditingkatkan, mengingat jumlah<br />

penduduk yang harus dilayani akan semakin berkembang setiap<br />

tahunnya.<br />

Di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> tahun 2007 tersedia 27 puskesmas yang<br />

tersebar di 6 kecamatan dan 10 puskesmas pembantu. Sarana<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 24


pelayanan kesehatan antara lain rumah sakit juga tersedia di <strong>Kota</strong><br />

<strong>Depok</strong>. Sampai dengan tahun 2007 rumah sakit umum yang ada di<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> ada 10, rumah sakit ibu dan anak ada 4 rumah sakit,<br />

Balai Pengobatan 142, Rumah Bersalin 24 buah.<br />

Tabel 3.5.2<br />

Proyeksi Pengembangan<br />

Gedung, Sarana dan Prasarana RSUD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

Kelas C<br />

GED PERUNTUKAN LUAS TOTAL<br />

A Lt 1 : POLIKLINIK UGD 3300<br />

Lt 2 : RAWAT INAP KELAS 3<br />

B<br />

Lt 1 : RADIOLOGI, FARMASI, LAB,<br />

REHAB MEDIK, CSSD 3250<br />

Lt 2 : RAWAT INAP KELAS 2<br />

Lt 3 : ADMINISTRASI MEDICAL<br />

RECORD 16.250.000.000<br />

C<br />

Lt 1 : POLI TAMBAHAN, ANAK &<br />

KEBIDANAN, FAS UMUM 4010<br />

Lt 2 : KANDUNGAN & BEDAH<br />

SENTRAL, INST. BEDAH SENTRAL<br />

Lt 3 : ICU DAN ICCU 20.050.000.000<br />

D Lt 1 : RAWAT INAP KELAS VIP 1850<br />

Lt 2 : RAWAT INAP KELAS 1 9.250.000.000<br />

E LAUNDRY 300 1.500.000.000<br />

F INSTALASI GIZI 350 1.750.000.000<br />

G EKSISTING WORKSHOP<br />

H AMBULANCE CENTER 60 300.000.000<br />

I INSENERATOR 50 250.000.000<br />

J IPAL 50<br />

K GENSET 70<br />

L NORTULARY (KAMAR JEAZAH) 180 900.000.000<br />

M Instalasi Logistik 80 400.000.000<br />

N Landasan Oksigen Sentral 24 60.000.000<br />

O Instalasi Oksigen ke Gedung B, C, D 345.000.000<br />

P MESJID 150 750.000.000<br />

SELASAR 1 LT<br />

SELASAR 2 LT<br />

TOTAL 13.724 51.805.000.000<br />

Gambar 4% 2.072.200.000<br />

Konsultan+Pengawas 3% 1.554.150.000<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 25


Penyempurnaan Master Plan 150.000.000<br />

Inflasi 10% 5.180.500.000<br />

TOTAL 60.761.850.000<br />

ALKES 70% 42.533.295.000<br />

Kelas B<br />

GED PERUNTUKAN LUAS TOTAL<br />

A Poli, UGD, Kelas III 60 TT 3300 -<br />

B Lantai 1: CSSD, Farmasi 4330 21.650.000.000<br />

Rehabilitasi Medik, Medical<br />

Record<br />

Lantai 2: Rinap Kelas III A<br />

60 TT<br />

Lantai 3: Kelas II 50 TT<br />

Lantai 4: Kelas II 50 TT<br />

C Lantai 1: Radiologi (kamar 4010 20.050.000.000<br />

(X-Ray 2), Ct-Scan, Ruang<br />

Praktek 6, Laboratorium<br />

Sentral & Administrasi,<br />

Apotik, Ruang Tunggu<br />

Lantai 2: OK 4 Kamar, VK 1<br />

kamar, kamar RR 2,<br />

Haemodialisa 4 TT<br />

Lantai 3: ICU 6TT, ICCU<br />

4TT, NICU 4TT<br />

D Lantai 1: Rinap Kelas 1 A 20 3700 18.500.000.000<br />

TT<br />

Lantai 2: Rinap Kelas 1 B 20<br />

TT<br />

Lantai 3: Rinap Kelas VIP 8<br />

TT dan Super VIP 2 TT<br />

Lantai 4: Administrasi<br />

E Laundry 300 1.500.000.000<br />

F Instalasi Gizi 350 1.750.000.000<br />

G Workshop -<br />

H Ambulance Center 60 300.000.000<br />

I IPAL 50 -<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 26


J<br />

K<br />

L<br />

M<br />

N<br />

O<br />

P<br />

Insenerator<br />

50 250.000.000<br />

Genset<br />

70 -<br />

Kamar Jenazah<br />

180 900.000.000<br />

Instalasi Logistik<br />

80 400.000.000<br />

Landasan Oksigen Sentral<br />

24 60.000.000<br />

Pekerjaan Pipa Oksigen ke Gedung<br />

A, B,C,D 690.000.000<br />

Masjid<br />

150 750.000.000<br />

Selasar<br />

-<br />

Jumlah<br />

16.654 66.110.000.000<br />

Gambar 4% 2.644.400.000<br />

Penyempurnaan Master Plan<br />

150.000.000<br />

Penyempurnaan FS 150.000.000<br />

Konsultan+Pengawas<br />

3% 1.932.000.000<br />

Inflasi 10% 6.440.000.000<br />

TOTAL 77.358.000.000<br />

BIAYA ALKES 70% 54.150.600.000<br />

Sumber : RSUD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

3.6 PERHUBUNGAN (JALAN/JEMBATAN)<br />

Perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang<br />

penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin<br />

meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan<br />

pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan<br />

memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Jumlah<br />

angkutan, ijin trayek, jumlah penumpang yang ada di <strong>Kota</strong> depok<br />

merupakan investasi yang menunjang pembangunan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dan<br />

merupakan salah satu asset di dalam penghitungan PAD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>.<br />

Lalu lintas Angkutan Penumpang Kereta Api merupakan alat<br />

transportasi yang banyak diminati hal ini dikarenakan biayanya yang<br />

relative murah dan cepat sampai ditujuan. Di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> terdapat 5<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 27


Stasiun Kereta Api, antara lain : Stasiun Kereta Api Pondok Cina, UI,<br />

<strong>Depok</strong> Baru, <strong>Depok</strong> Lama, dan Citayam.<br />

Panjang jalan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> tahun 2007 adalah 503,24 km2, jika<br />

dirinci menurut status pemerintah yang berwenang maka panjang jalan<br />

negara 14,31 km2, jalan propinsi 19,16 km2, jalan kota 469,77 km2. Pada<br />

bulan September 2007 jumlah pelanggan Kancatel <strong>Depok</strong> sebesar 72.476<br />

dengan jumlah kapasitas sentral dan jumlah LIS (Line in service) 80.301<br />

dan 75.529.<br />

3.7 EKONOMI<br />

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total<br />

dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan<br />

penduduk dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu<br />

daerah., pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi<br />

(economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan<br />

ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses<br />

pembangunan ekonomi suatu daerah.<br />

Perkembangan perekonomian <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> tahun ketahun-nya<br />

mengalami perkembangan yang cukup signifikan hal ini dapat dilihat dengan<br />

makin meningkatnya aktifitas perekonomian, hal ini mencerminkan bahwa<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sebagai kota perdagangan dan jasa yang berbasiskan kegiatan<br />

Industri, perdagangan dan jasa, serta pertanian menunjukan pertumbuhan yang<br />

terus meningkat.<br />

a. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sebagai kota perdagangan dan jasa yang berbasiskan<br />

ekonomi perkotaan dan ekonomi pedesaan, dimana masing-masing<br />

sektor perekonomian menunjukan peningkatan yang terus<br />

berkembang, hal ini mencerminkan bahwa indikator makro<br />

ekonomi daerah, yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).<br />

PDRB <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> terakhir (tahun 2006), atas dasar harga berlaku,<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 28


mengalami peningkatan sebesar 18,91 % dibanding Tahun 2005,<br />

yaitu dari Rp. 7.541.666,15,- (dalam juta) pada Tahun 2005<br />

menjadi Rp. 8.967.779,01,- (dalam juta) pada Tahun 2006.<br />

Sedangkan atas dasar harga konstan mengalami peningkatan<br />

sebesar 6,65 % dari Rp. 4.750.034,10 (dalam juta) Tahun 2005<br />

menjadi Rp. 5.066.129,06,- (dalam juta) Tahun 2006.<br />

Tabel 3.7.a<br />

PDRB <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2003-2006<br />

10,000,000<br />

9,000,000<br />

8,000,000<br />

7,000,000<br />

6,000,000<br />

5,000,000<br />

4,000,000<br />

3,000,000<br />

2,000,000<br />

1,000,000<br />

2003 2004 2005 2006<br />

PDRB atas dasar harga berlaku<br />

PDRB atas dasar harga konstan<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 29


Tabel 3.7.a<br />

Presentase PDRB <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003 - 2006<br />

KELOMPOK SEKTOR 2003 2004 2005)* 2006)*<br />

A. P R I M E R<br />

1. PERTANIAN<br />

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN<br />

B. S E K U N BD E R<br />

1. INDUSTRI PENGOLAHAN<br />

2. LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM<br />

3. BANGUNAN/KONSTRUKSI<br />

C. T E R S I E R<br />

1.PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN<br />

2. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI<br />

3.BANK & LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA<br />

4.JASA-JASA<br />

Sumber: BPS <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, 2006<br />

(1) (2) (3) (4) (5)<br />

3,59<br />

3,59<br />

-<br />

48,51<br />

38,30<br />

4,34<br />

5,87<br />

47,90<br />

30,44<br />

5,66<br />

3,82<br />

7,98<br />

3,23<br />

3,23<br />

-<br />

48,59<br />

38,52<br />

4,09<br />

5,98<br />

48,18<br />

30,60<br />

5,64<br />

3,94<br />

8,00<br />

2,99<br />

2,99<br />

-<br />

48,57<br />

38,49<br />

4,81<br />

5,27<br />

48,44<br />

30,07<br />

6,81<br />

3,83<br />

7,71<br />

2,65<br />

2,65<br />

-<br />

47,13<br />

37,54<br />

4,73<br />

4,86<br />

50,22<br />

32,32<br />

6,42<br />

3,53<br />

7,94<br />

b. Kondisi perekonomian<br />

Kemajuan ekonomi <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> juga terlihat dari cukup<br />

tingginya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), yaitu mencapai 6,65<br />

%, lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan Jawa Barat (6,01<br />

%). Dari semua sektor yang ada, sektor tersier mengalami<br />

pertumbuhan paling pesat, yaitu mencapai 7,73 %. Subsektor<br />

yang paling mendukung pesatnya laju pertumbuhan sektor<br />

tersier adalah subsektor perdagangan, hotel dan restoran yang<br />

bertumbuh hingga mencapai 9,39 %. Angka ini merupakan yang<br />

paling tinggi dibanding subsektor-subsektor yang berkembang di<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>. Subsektor yang tinggi pula pertumbuhannya adalah<br />

jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan mencapai 8,04 %.<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 30


Tabel 3.7.b<br />

Laju Pertumbuhan Ekonomi <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

Tahun 2003-2006<br />

KELOMPOK SEKTOR 2003 2004 2005* 2006**<br />

(1) (2) (3) (4) (5)<br />

A. P R I M E R<br />

1. PERTANIAN<br />

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN<br />

B. S E K U N BD E R<br />

1. INDUSTRI PENGOLAHAN<br />

2. LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM<br />

3. BANGUNAN/KONSTRUKSI<br />

C. T E R S I E R<br />

1.PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN<br />

2. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI<br />

3.BANK & LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA<br />

4.JASA-JASA<br />

2,23<br />

2,23<br />

-<br />

6,88<br />

7,21<br />

5,62<br />

5,54<br />

5,93<br />

5,87<br />

6,95<br />

7,34<br />

4,78<br />

4,24<br />

4,24<br />

-<br />

6,94<br />

7,27<br />

5,66<br />

5,58<br />

6,21<br />

5,91<br />

6,83<br />

10,32<br />

4,83<br />

4,70<br />

4,70<br />

-<br />

8,03<br />

9,00<br />

7,86<br />

2,00<br />

5,98<br />

6,07<br />

7,95<br />

6,64<br />

3,94<br />

-4,27<br />

-4,27<br />

-<br />

6,44<br />

7,15<br />

3,03<br />

3,49<br />

7,73<br />

9,39<br />

2,23<br />

2,80<br />

8,04<br />

PDRB KOTA DEPOK 6,26 6,50 6,96 6,65<br />

PDRB PROPINSI JAWA BARAT 4,84 4,77 5,62 6,01<br />

Sumber : BPS <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, 2006 *)Angka Perbaikan **)Angka sementara<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 31


BAB IV<br />

<strong>PINJAMAN</strong> <strong>DAERAH</strong><br />

4.1 Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dalam pelaksanaan pembangunannya belum<br />

melakukan pinjaman, sehingga tidak ada kewajiban pembayaran ke pihak<br />

lembaga pemberi pinjaman manapun. <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dalam melakukan<br />

pembiayaan pembangunan lebih mengefektifkan pendanaan dari APBD,<br />

namun untuk pembangunan selanjutnya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

dimungkinkan melakukan pinjaman apabila program dan kegiatan yang<br />

dilaksanakan dalam proses pembangunan sumber dananya tidak<br />

mencukupi .<br />

Dalam rangka pinjaman daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> perlu<br />

melakukan analisis kewajiban pinjaman berdasarkan potensi pendapatan<br />

riil maupun besaran biaya yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi<br />

permasalahan dalam pengembaliannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut<br />

diperlukan perumusan yang sistematis dan terkoordinasi melalui suatu<br />

perhitungan sebagai berikut:<br />

Perhitungan DSCR <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dengan Asumsi APBD tahun<br />

2008, yaitu :<br />

1. Rencana Usulan Pinjaman : Rp. 131.508.600.000,00<br />

2. Bunga/Tahun (%)<br />

: 12,00<br />

(Mengikuti Suku Bunga yg berlaku)<br />

3. Jangka Waktu Pinjaman : 8 (delapan) Tahun<br />

(PAD + BHP/BHBP+DAU+DBHP Prov + DP OTSUS + BK Prov) - (BW)<br />

DSCR =<br />

ANGSURAN POKOK <strong>PINJAMAN</strong> + BUNGA + BIAYA LAIN<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 32


DSCR =<br />

(KOMPONEN A) - (KOMPONEN B)<br />

KOMPONEN C<br />

Keterangan :<br />

PAD : Pendapatan Asli Daerah<br />

BHP/BHBP : Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak<br />

DAU : Dana Alokasi Umum<br />

DBHP Prop : Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan <strong>Pemerintah</strong><br />

Daerah Lainnya<br />

DP Otsus : Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus<br />

BK Prop : Bantuan Keuangan dari Propinsi atau <strong>Pemerintah</strong><br />

Daerah Lainnya<br />

PK : Pembayaran Pokok Utang<br />

Biaya Lain : Biaya Administrasi, Biaya Provisi, Biaya<br />

Komitmen, asuransi dan Denda<br />

Komponen A :<br />

1. PAD : 80.425.378.821,54<br />

2. BHP/BHBP : 130.292.958.847,62<br />

3. DAU : 427.136.387.000,00<br />

4. DBHP Prop : 106.426.381.500,00<br />

5. DP Otsus : -<br />

6. BK Prop : 44.057.766.509,31 (+)<br />

JUMLAH = 788.338.872.678,47<br />

Komponen B<br />

1. Belanja Pegawai ( Tdk<br />

Langsung : 459.815.792.450,74<br />

2. Pembayaran Utang Pokok : 65.754.300.000,00 (+)<br />

JUMLAH = 525.570.092.450.74<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 33


Komponen C<br />

1. Angsuran Bunga : 15.781.032.000,00<br />

2. Angsuran Pokok ( Jumlah<br />

Pinjaman/jangka waktu) : 16.438.575.000,00<br />

3. Biaya Lain ( Prediksi<br />

: 789.051.600,00<br />

- Provisi Bank 0,5%<br />

- Notaris 1 permil<br />

(+)<br />

JUMLAH = 33.008.658.600,00<br />

788.338.872.678,47 – 525.570.092.450,74<br />

DSCR =<br />

33.008.658.600,00<br />

DSCR =<br />

262.768.780.227,73<br />

33.008.657.600,00<br />

DSCR = 7,96<br />

Ketentuan DSCR ≥ 2,5<br />

( Rasio proyeksi kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan<br />

pinjaman)<br />

4.2 Analisa Batas Maksimal Pinjaman<br />

Sesuai dengan Peraturan <strong>Pemerintah</strong> Republik Indonesia Nomor 54<br />

Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah, bahwa batas maksimal pinjaman<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dengan asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja<br />

Daerah (APBD) tahun 2008 dapat dirumuskan sebagai berikut :<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 34


Komponen A<br />

Pendapatan Daerah : 749,346,265,979.95<br />

Komponen B<br />

a. DAK : 11,877,000,000.00<br />

b. Dana Darurat : -<br />

c. Pembayaran Pokok utang : 10,672,127,800.00 (+)<br />

Jumlah : 22,549,127,800.00<br />

PENERIMAAN UMUM APBD TAHUN 2007<br />

Komponen A : 749,346,265,979.95<br />

Komponen B : 22,549,127,800.00 (-)<br />

Jumlah : 726,797,138,179.95<br />

Maksimum Pinjaman : 75% x Penerimaan Umum APBD TA 2007<br />

75% x 726,797,138,179.95<br />

Jumlah : 545,097,853,634.96<br />

Sisa Pinjaman TA 2007 : 10,672,127,800.00<br />

Rencana Pinjaman TA 2008 : 131,508,600,000.00 (+)<br />

Total Pinjaman : 142,180,727,800.00<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 35


Perhitungan perbandingan sisa pinjaman daerah dengan jumlah<br />

pinjaman yang akan diterima dengan penerimaan umum APBD TA 2008<br />

dapat dirumuskan sebagai berikut :<br />

Rencana Pinjaman : 131,508,600,000.00<br />

Sisa Pinjaman Tahun 2008 : 11,488,750,000.00 (+)<br />

Total Pinjaman : 142,997,350,000.00<br />

PENERIMAAN UMUM APBD TA 2008<br />

Komponen A<br />

Pendapatan Daerah : 795,988,872,678.47<br />

Komponen B<br />

a. DAK : 7,650,000,000.00<br />

b. Dana Darurat : -<br />

c. Pembayaran Pokok Utang : 11,488,750,000.00 (+)<br />

Jumlah : 19,138,750,000.00<br />

Penerimaan Umum APBD TA 2008<br />

Komponen A : 795,988,872,678.47<br />

Komponen B : 19,138,750,000.00 (+)<br />

Jumlah : 776,850,122,678.47<br />

Perbandingan Rencana Pinjaman dengan Penerimaan APBD TA 2008<br />

142,997,350,000.00<br />

= x 100%<br />

776,850,122,678.47<br />

= 18,41<br />

Persyaratan = ≤ 75 %<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 36


Perhitungan defisit APBD <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> TA 2008<br />

menurut PMK 95 tahun 2007 dapat dirumuskan sebagai berikut :<br />

Asumsi APBD TA 2008 adalah defisit<br />

(Pendapatan-Belanja) + (SiLPA TA 2007<br />

+Pencairan Dana Cadangan+Penerimaan kembali<br />

pemberian pinjaman+ pencairan deposito)<br />

Surplus/Defisit = x 100%<br />

Total Pendapatan<br />

Komponen A<br />

Pendapatan Daerah : 795,988,872,678.47<br />

Total Belanja : 998,719,496,249.63 (-)<br />

Jumlah : (202,730,623,571.16)<br />

Silpa TA 2007 : 106,219,372,571.16<br />

Pencairan Dana Cadangan : -<br />

Penerimaan Kembali Pinjaman : 513,360,000.00<br />

Pencairan Deposito : - (+)<br />

Jumlah : (95,997,891,000.00)<br />

TA 2008 Defisit<br />

Komponen B<br />

Pendapatan Daerah<br />

Surpus/Defisit = x 100%<br />

Defisit APBD<br />

795,988,872,678.47<br />

= x 100%<br />

(95,997,891,000.00)<br />

= 12,06 %<br />

Ketentuan Defisit ≤ 3%<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 37


BAB V<br />

KESIMPULAN<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dengan cara meminjam dapat meningkatkan<br />

kemampuan pemerintah daerah untuk menggali Pendapatan Daerah Sendiri (PDS)<br />

yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan daerah membayar kembali<br />

pinjamannya. Namun untuk menentukan apakah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> layak<br />

atau tidak untuk melakukan pinjaman, diperlukan adanya analisis untuk<br />

menghitung kemampuan keuangan daerah dan menentukan besarnya pinjaman,<br />

serta batas maksimum pinjaman yang diperbolehkan sesuai dengan peraturan saat<br />

ini, karena pinjaman daerah ini berbeda dengan Pedapatan Asli Daerah seperti<br />

pajak dan restribusi, dalam pinjaman ini terdapat kewajiban dari <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />

<strong>Depok</strong> untuk mengembalikan berupa angsuran pokok pinjaman yang disertai<br />

dengan bunga, biaya administrasi dan denda.<br />

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam kajian ini dapat dianalisis<br />

beberapa kesimpulan yaitu :<br />

1. Bahwa berdasarkan perhitungan DSCR (Rasio proyeksi kemampuan keuangan<br />

daerah untuk mengembalikan pinjaman) Peraturan <strong>Pemerintah</strong> Republik Indonesia<br />

Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />

memenuhi syarat untuk melakukan pinjaman hal ini disebabkan rasio kemampuan<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> untuk mengembalikan pinjaman adalah sebesar 7,96 %<br />

lebih besar dari syarat DSCR ≤ 2,5%<br />

2. Pinjaman yang dapat dilakukan oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> adalah sebesar 75%<br />

dari total penerimaan APBD tahun 2007 yaitu sebsear Rp. 545,097,853,634.96<br />

jadi apabila <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> mengajukan pinjaman sebesar<br />

Rp.131,508,600,000.00 memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan PP 54<br />

Tahun 2005 pasal 12<br />

3. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 95/PMK.07/2007 bahwa<br />

defisit APBD TA 2008 adalah sebesar Rp.(95,997,891,000.00) dan hasil<br />

perhitungan batas maksimal defisit APBD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> adalah 12,06 %<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 38


sehingga sesuai dengan ketentuan apabila defisit APBD melebihi dari 3 %<br />

dari proyeksi PDB.<br />

4. Defisit APBD <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> lebih dari 3% maka untuk dapat<br />

melakukan pinjaman harus mendapatkan rekomendasi dari Departemen<br />

Keuangan dan apabila defisit APBD dibawah 3% maka rekomendasi cukup<br />

dari Departemen Dalam Negeri.<br />

5. Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dapat<br />

melakukan pinjaman sehingga perlu dipersiapkan langkah-langkah menuju<br />

pada pinjaman daerah yaitu :<br />

Kerangka Acuan Kegiatan yang terdiri dari :<br />

1. Latar Belakang<br />

2. Maksud dan Tujuan<br />

3. Ruang Lingkup Kegiatan<br />

4. SKPD yang menjadi Penanggung Jawab Kegiatan<br />

5. SKPD yang menjadi Penanggung Jawab Keuangan<br />

6. Analisis aspek (Pelayanan, Keuangan ,Sosial, Lungkungan,<br />

Ekonomi dst)<br />

7. Keterpaduan/sinergitas dengan kegiatan yang lain<br />

8. Jadwal Waktu Pelaksanaan<br />

9. Kaitan dengan RPJMD<br />

10. Peta Wilayah<br />

11. Struktur Organisasi Pengelolan Kegiatan Keuangan<br />

12. Lain-lain yang dianggap perlu<br />

• Persetujuan Awal Pinjaman<br />

• Bukti Pinjaman tahun sebelumnya ( bila ada)<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 39


DAFTAR PUSTAKA<br />

UU Nomor 17, Tahun 2003 tentang Keuangan Negara<br />

UU Nomor 1, Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara<br />

UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional<br />

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang <strong>Pemerintah</strong>an Daerah<br />

UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara <strong>Pemerintah</strong><br />

Pusat dan <strong>Pemerintah</strong>an Daerah<br />

PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah<br />

PP Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau<br />

Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar<br />

Negeri<br />

Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas<br />

No. 005/M.PPN/06/2006 tentang Tatacara Perencanaan dan Pengajuan<br />

Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau<br />

Hibah Luar Negeri;<br />

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 95/PMK.02/2007 tentang Pedoman<br />

Pelaksanaan dan Mekanisme Pemantauan Defisit Anggaran Pendapatan<br />

dan Belanja Daerah dan Pinjaman Daerah;<br />

Bapeda <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, <strong>Depok</strong> Dalam Angka Tahun 2007<br />

Dinas Kesehatan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>,Profil Dinas Kesehatan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2007<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 40


Bachrul Elmi 2002, Keuangan <strong>Pemerintah</strong> Daerah Otonomi di Indonesia, UI<br />

Press.<br />

APBD <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja<br />

Daerah tahun 2007<br />

APBD <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja<br />

Daerah tahun 2008<br />

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> tahun<br />

2006 – 2011<br />

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman<br />

Organisasi Rumah Sakit Umum<br />

Kajian Pinjaman Daerah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 41

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!