Buku-Inspirasi-Alumni-PPIA

3
bisa menerapkan hal-hal yang saya pelajari disana
karena yang saya pelajari adalah disain berbagai
alat pertanian sehingga saya bisa merancang alat
pertanian disesuaikan kondisi pertanian di Indonesia.
Pesan saya kepada yang sedang berkuliah di Luar
Negeri, jangan sampai apa yang kita pelajari
ternyata tidak bisa diterapkan atau manfaatkan
utk penyelesaian masalah di Indonesia. Jadi
dari pemilihan topik, pikirkan mana yang bisa
dikembangan di Indonesia. Pertimbangkan mana
yang bisa diaplikasikan setelah pulang menuntut
ilmu di LN.
Ada beban dengan ekspektasi sebagai
lulusan luar negeri?
Saat itu lingkungan saya didominasi lulusan S1 dalam
negeri. Saya justru merasa lebih punya wawasan
lebih dibanding temen-teman saya sehingga saya bisa
bicara dalam lingkup yang lebih global. Hasilnya kita
bisa lebih banyak punya peluang untuk melakukan
kolaborasi.
ilmu tentang mechanical, namun juga manajemen
pengelolaan proyek, komunikasi dengan masyarakat,
juga menghadapi konflik di masyarakat dan berbagai
hal lain yang tidak pernah saya dapatkan di bangku
kuliah S1 dan S2 saya.
Berbagai penugasan yang pernah saya kerjakan
dan laksanakan dari LIPI merupakan amanah
yang harus saya laksanakan dengan baik, walaupun
tentunya diiringi dengan berbagai kendala dan
hambatan yang harus saya atasi selama pelaksanaan
tugas di LIPI. Berbekal pendidikan, pengalaman
dan peningkatan serta pengembangan kemampuan,
alhamdulillah karir saya mengalir seperti air. Dimulai
dari sebagai staf peneliti, sebagai Kepala UPT Balai
Pengembangan TTG (1996-2005), Kepala Balai
Besar Pengembangan TTG (2005-2010), Kepala Biro
Perencanaan dan Keuangan (2010-1012), Sestama
LIPI (2012-2014) dan Wakil Kepala (2014-Sekarang).
Untuk karir sebagai peneliti, alhamdulillah sekarang
sudah pada tingkat Ahli Peneliti Utama (APU).
Sejauh mana pengalaman selama belajar di
Australia berpengaruh pada karier anda di
LIPI?
Kepecrayaan diri saya meningkat setelah saya
lulus kuliah di Australia pada tahun 1989. Saya
bisa menujukkan kepada pimpinan LIPI bahwa
saya berhasil meski bidang studi saya berat
karena berbeda dengan pilihan saya. Di Balai
Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI saya
punya grup penelitian yang solid dan kompak selepas
saya pulang dari Australia dan melakukan penelitian
dan pengembangan bidang Alat Mesin Pertanian
(Alsintan).
Berbekal kepercayaan diri dan kepercayaan
pimipnan Puslitbang Fisika Terapan LIPI pada
tahun 1990, saya mengelola kerjasama dengan
Depdagri (Dirjen Pemberdayaan Masyarat Desa)
dan Markas Komando AKABRI terkait dengan
Latsitarda Nusantara sampai dengan tahun 2010.
Pada tahun 1993 saya diminta Kepala Puslitbang
Fisika Terapan LIPI sebagai pimpinan Bagian
Proyek Pengembangan Masyarakat Pedesaan di
Wamena sampai tahun 1995. Sebagai wakil LIPI
di Wamena, disitulah segala pengalaman keilmuan
saya selama di Australia benar-benar dapat saya
terapkan pada dan dengan masyarakat Wamena.
Saya merasa keberadaan saya di Wamena memberi
tempaan kedewasaan pada diri saya. Bukan hanya