Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
13<br />
5. Apakah kiat-kiat “sukses” untuk<br />
menyelesaikan studi di luar negeri?<br />
Ini merupakan pertanyaan yang subjektif, namun ada<br />
satu hal penting yang bisa dilakukan ialah bagaiman<br />
cara kita “menjual diri”. Ketika saya melakukan<br />
studi Master, saya harus beradaptasi dengan pola<br />
kerjanya. Kita berusaha untuk menjadi lebih<br />
baik sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.<br />
Dikarenakan saya memiliki kekurangan di Bahasa,<br />
sehingga saya harus berusaha lebih baik dari sudut<br />
pandang lain seperti pola pikir, analisa, dan lainnya.<br />
Hal semacam ini yang tidak ditekankan ketika kita<br />
belajar di Indonesia. Alhamdulilah supervisor saya<br />
tertarik untuk merekrut saya bergabung dalam suatu<br />
proyek penelitian. Hal ini yang menjadikan saya<br />
terbawa untuk ikut tinggal di Australia. Namun, saya<br />
tidak melihat proyek dari sisi finansial, melainkan<br />
karena ritme kerja, ketersediaan bahan yang kita<br />
inginkan atau istilahnya “on the tip of the finger”. Inilah<br />
yang menjadikan riset di Australia dapat berkembang<br />
dengan baik. Saya merasa banyak sekali yang harus<br />
dibenahi untuk meningkatkan riset dan penelitian di<br />
Indonesia.<br />
6. Apakah parameter-parameter yang<br />
dapat menyatakan bahwa seseorang sudah<br />
dikatakan “sukses”?<br />
Memang sangat subjektif, namun katakanlah orang<br />
yang tercapai tujuannya belum tentu bisa dikatakan<br />
sukses. Kita harus menyadari dimana kita berada,<br />
kita tahu kekuatan dan kelebihan yang kita miliki<br />
serta orang lain dapat menghargai apa yang telah<br />
kita lakukan, menurut saya hal tersebut dapat<br />
dikatakan sukses.<br />
7. Apakah bapak pernah mengalami<br />
“kegagalan”? Bagaimana cara Bapak untuk<br />
kembali bangkit dan mengantisipasi hal<br />
tersebut?<br />
Saya setuju kegagalan merupakan keberhasilan<br />
yang tertunda. Kita harus memandang bahwa<br />
jika kita gagal, kita dapat mencoba hal yang baru<br />
agar tidak terjerumus ke dalam lubang yang sama.<br />
Sebagai contoh, jika kita melakukan riset bidang A,<br />
kemudian gagal, terdapat dua pilihan yaitu mencoba<br />
kembali untuk mencapai tujuan di bidang A tersebut<br />
dengan berbagai resiko atau mencoba bidang lain<br />
yaitu bidang B. Disinilah ego kita yang berperan,<br />
jika kita dapat mengontrol ego dan berpikir secara<br />
jernih, kita dapat menentukan langkah yang terbaik.<br />
Pengalaman saya setelah menjadi staf pengajar<br />
ialah saya melihat bahwa terdapat satu perbedaan<br />
utama terkait cara memandang satu hal yang gagal<br />
antara cara pandang Indonesia dan orang barat.<br />
Perbedaan tersebut ialah bagaimana menyelesaikan<br />
suatu masalah. Sebagai contoh, orang Indonesia<br />
itu sangat berambisi untuk mencapai satu tujuan<br />
apapun resikonya sedangkan orang barat jika tujuan<br />
tersebut tidak memungkinkan untuk dicapai, maka<br />
akan berpikir untuk menggapai target lain dengan<br />
berbasiskan hasil yang akan diperoleh.<br />
8. Apakah visi-misi hidup bapak?<br />
Visi misi menurut saya lebih ke arah kepada<br />
keberuntungan, namun saya sangat setuju bahwa<br />
kita perlu membuat rencana jangka panjang.<br />
Sebagai contoh, saya sebagai insinyur peternakan,<br />
saya tidak pernah terpikir sedikitpun untuk bekerja<br />
dengan manusia di bidang kedokteran. Tujuan saya<br />
sebenarnya hanya satu, saya belajar peternakan<br />
kemudian menjadi dosen dan memperdalam<br />
reproduksi ternak. Tetapi ketika saya kuliah di luar<br />
negeri, saya dapat ungkapkan bahwa di Melbourne<br />
university saya gagal karena bidangnya tidak sesuai<br />
dengan apa yang saya inginkan. Kemudian ketika<br />
saya pindah ke Monash university, ada reproduktif<br />
science dan mempelajari embrio sapi, namun ruang<br />
riset saya berada di rumah sakit manusia. Sehingga<br />
saya secara tidak langsung terpengaruhi oleh<br />
kegiatan terkait dengan manusia dan rekan-rekan<br />
saya selalu mengajak saya untuk melakukan riset<br />
di bidang kedokteran manusia. Akhirnya saya lebih<br />
memilih untuk menekuni riset di bidang kedokteran<br />
manusia di Australia, namun tetap mengamalkan<br />
ilmu peternakan sebagai dosen di Purwokerto. Pada<br />
intinya, kita harus mempunyai satu tujuan, terkait<br />
visi-misi dapat disesuaikan.<br />
9. Menurut Bapak, apakah kita perlu<br />
membuat rencana hidup jangka panjang?<br />
Misalnya, ingin seperti apakah kita dalam 1 tahun,<br />
2 tahun, 5 tahun, 10 tahun atau bahkan 20 tahun<br />
kedepan? Atau Bapak/Ibu lebih cenderung untuk<br />
menikmati dan menjalani segala sesuatu secara<br />
mengalir?<br />
Kita harus mempunyai rencana dan yang paling<br />
penting ialah merespon sesuatu terkini yang berasas<br />
manfaat bagi masyarakat banyak. Selain itu, saya<br />
juga memiliki hasrat untuk belajar secara multidisiplin<br />
di berbagai bidang, seperti antroplogis dan<br />
bidang kedokteran manusia. Namun, karena saya