Transform your PDFs into Flipbooks and boost your revenue!
Leverage SEO-optimized Flipbooks, powerful backlinks, and multimedia content to professionally showcase your products and significantly increase your reach.
14<br />
sangat mengahagai profesi awal saya sebagai insinyur<br />
di bidang peternakan, saya juga masih membantu<br />
teman-teman saya yang bekerja di bidang itu.<br />
10. Menurut bapak, secara umum<br />
apakah yang membedakan antara sistem<br />
pendidikan di Indonesia dan Australia?<br />
Secara umum, perilaku mahasiswa di Indonesia<br />
ialah sangat antusias ketika dapat pulang lebih cepat<br />
dan dosen berhalangan hadir. Ini saya lihat sangat<br />
berbeda denga murid di Australia dimana sebelum<br />
dosen menyudahi perkuliahan, mereka masih fokus<br />
untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh<br />
dosen. Salah satu alasan yang dapat saya simpulkan<br />
mengenai hasrat yang tinggi untuk belajar bagi<br />
mahasiswa di Australia ialah mereka selalu<br />
berpikir akan menjadi apa di masa depan setelah<br />
menyelesaikan studi ini. Mereka lebih mempunyai<br />
komitmen dan ada beberapa yang memutuskan<br />
untuk tidak melanjutkan kuliah dikarenakan<br />
mereka sudah memiliki rencana yang matang untuk<br />
menekuni profesi yang mereka cita-citakan sejak<br />
awal. Jika saya bandingkan dengan Indonesia,<br />
secara kultural ada perbedaan dikarenakan semua<br />
orang dituntut untuk dapat lulus sarjana agar dapat<br />
memperoleh pekerjaan yang layak. Semakin tinggi<br />
gelar yang dicapai, maka pekerjaan yang kita raih<br />
akan semakin bagus. Saya sangat mendukung<br />
agar kita dapat melanjutkan studi ke tingkat yang<br />
lebih tinggi, namun jangan dijadikan hal tersebut<br />
menjadi indikator dalam menentukan gaji yang akan<br />
diperoleh. Ini akan menjadi masalah dalam sistem<br />
pendidikan di Indonesia.<br />
11. Apakah kelak bapak akan kembali ke<br />
Indonesia dan mengaplikasikan ilmu yang<br />
diperoleh?<br />
Saya setiap 2 kali dalam setahun ke Indonesia karena<br />
di Indonesia saya bekerja untuk mengembangkan<br />
klinik bayi tabung dan mengajar di program konsultan<br />
infertilitas di beberapa universitas, serta saya sebagai<br />
staf pengajar bagi dokter spesialis kebidanan dan<br />
kandungan. Ini merupakan timbal balik saya tehadap<br />
Indonesia dalam hal mengaplikasikan ilmu yang<br />
saya telah peroleh selama di Australia. Namun, yang<br />
menjadi permasalahan sebagai seorang akademisi<br />
di Indonesia ialah ketersediaan akses bahan bacaan.<br />
Inilah yang harus dipikirkan oleh pihak pemerintah<br />
dan pengelola perguruan tinggi di Indonesia bahwa<br />
berlangganan jurnal internasional ialah sangat<br />
penting sekali. Hal inilah yang menjadi salah satu<br />
penghambat perkembangan riset di Indonesia.<br />
Bagaimana kita bisa mengetahui perkembangan<br />
terkini yang terjadi di lingkup internasional jika kita<br />
tidak memiliki akses untuk membaca jurnal-jurnal<br />
terkni yang dipublikasikan. Saya juga melihat barang<br />
pengadaan lab sangat sulit sekali birokrasinya. Oleh<br />
karena itu, saya harap pemerintah dapat berperan<br />
untuk mengkaji ulang terkait regulasi prosedur<br />
pengadaan bahan dan barang-barang laboratorium<br />
untuk dapat mengembangkan riset penelitian di<br />
Indonesia.<br />
12. Apa pesan bapak untuk generasigenerasi<br />
muda penerus bangsa untuk<br />
memajukan Indonesia?<br />
Belajar ke luar negeri, belajar yang terbaik, galilah<br />
ilmu sedalam-dalamnya, ketika pulang ke Indonesia<br />
kita sudah membawa pola pikir luar negeri namun<br />
tetap mempertahankan kultur Indonesia.<br />
Don’t do this in Indonesia<br />
Bersekolah di Australia memang menarik sekali,<br />
sebagai Negara “Barat” yang dekat dengan Indonesia<br />
ditambah kemajuan teknologi, membuat Australia<br />
menjadi salah satu pilihan sekolah bagi warga<br />
Indonesia. Dari level S1; S2 dan S3 bahkan sekolah<br />
menengah. Cukup banyak penerima beasiswa yang<br />
memilih Australia sebagai tempat studi lanjutnya.<br />
Selain kemajuan dan dekat dengan Indonesia,<br />
yang menarik lagi yaitu kesempatan mencari kerja<br />
sambilan. Banyak juga pelajar maupun mahasiswa<br />
Indonesia yang memanfaatkan waktu luangnya untuk<br />
bekerja. Tidak sedikit pula jenis pekerjaan yang<br />
dijalani oleh para pelajar dan mahasiswa Indonesia.<br />
Mulai dari pelayan restoran, cuci piring di dapur,<br />
pelayan toko, pengantar koran, membersihkan<br />
rumah atau kantor, menjadi buruh di pabrik atau<br />
gudang, di kebun sayur dan masih banyak lagi<br />
jenis perkerjaan yang tidak bisa saya sebutkan satu<br />
persatu. Baik itu yang dibayar “cash in hand” ataupun<br />
yang resmi dengan pajak dan sebagainya.<br />
Sebagai mahasiswa doktoral yang membawa<br />
keluarga dengan beasiswa bukan dari pemerintah<br />
Australia, maka kehidupan saya dan keluarga harus<br />
diatur sedemikian rupa agar tidak tekor. Pada masa<br />
itu rasanya saya adalah satu-satunya yang tidak<br />
menerima beasiswa dari pemerintah Australia. Oleh<br />
karena itu, berdasarkan pengalaman saat studi master<br />
tiga tahun sebelumnya, maka semenjak hari pertama<br />
datang saya sudah bersiap-siap berburu pekerjaan.